skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBERMAKNAAN
SHALA T BERJAMAAH DE NGAN KECERDASAN
INTERPERSONAL PADA SISWA MA ARRI OHO DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (51) Psikologi
Oleh:
AGNES SARTIKA
203070001456 r --------------------- ____ _
I /\ I FAKULTAS PSIKOLOGl------------------J
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429 H
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBERMAKNAAN
SHALA T BERJAMAAH DEN GAN KEC~ERDASAN
INTERPERSONAL PADA SISWA MA ARRIDHO DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Psikologi
Dr. Al:l Mujib, M.Ag
NIP: ·150283344
Oleh:
AGNES SARTIKA
203070001456
Dibawah Bimbingan
Pembimbing II
A=· '--===-'-"=
NIP: 150389379
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HllDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429 H
LEMBAR PENGESAHANI
Skripsi dengan judul "HUBUNGAN ANT ARA INTENSITAS KEBERMAKNAAN SHALAT BERJAMAAH DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA MA ARRIDHO DEPOK" telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 29 Mei 2008, dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu (S 1) pad a Fakultas Psikologi.
~rangkap Anggota
M.Si
5938
Penguji I
f-Ph.D
NIP: 150326891
Pernb;rnb;og Ir/
NIP: 150283344
Jakarta, 29 Mei 2008
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
l Ora. z,hm~!ih. M s; NIP: 150238773
Anggota
Penguji II
,./
NIP: 150283344
Pembimbing II
/
NIP: 15038937!~
"q)a,n, ~-~ ~ ~ w~ (rr~ ~)
Liu, ~-KCTuvi ~ ~ ~e<m ~,a,~
jdcm-jdcm ~,,. (as. @f_&iJlca&J:, 69)
$~ Yfvk ~ f~ ~cita, £~vi4 Mf1
~~CUI,~ SW&Y.
Skripsi ini kupersembahkan untuk
keluarga, ternan, dan sahabatku ...
(A) Fakultas Psikologi (B) Mei 2008 (C) Agnes Sartika
ABSTRAK
(D) Hubungan antara lntensitas Kebermaknaan Shala! Berjamaah dengan Kecerdasan Interpersonal pada Siswa MA Arridho Depok.
(E) 91 Halaman (F) lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah adalah ukuran atau tingkatan rasa kebermaknaan (mengerti) dalam diri siswa terhadap shalat yang dilakukan bersama dengan ketentuan ada yang sebagai imam dan makmum. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebermaknaan shalat berjamaah dengan kecerdasan interp1'irsonal pada siswa MA Arridho Depok. Penelitian ini menggunakan pedekatan kwantitatif dengan metode penelitian korelasional. Sampel penelitian ini berjumlah 50 orang siswa MA Arridho Depok. lnstrumen pengumpulan data menggunakan skala model Liker! berupa skala intensitas kebermaknaan shalat berjamaah yang terdiri dari 30 item dan skala kecerdasan interpersonal yang terdiri dari 38 item setelah sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Pengolahan dan analisa data dalam skripsi ini menggunakan program SPSS 15.00. Pada uji validitas menggunakan Alpha Cronbach. Untuk hasil uji hipotesis penelitian menggunakan koefisien korelasi.
Dari hasil analisis koefisien korelasi terhadap hipotesis yang diajukan diperoleh hasil x hitung (0,875) > x tabel (0,279) hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebermaknaan shalat berjamaah dan kecerdasan interpersonal pada siswa MA Arridho Depok.
Adapun saran dari penulisan skripsi, antara lain: 1. Agar menambah variabel penelitian yang digunakan, bukan hanya melihat dari sisi intensitas kebermaknaan shalat berjamaah saja dalam kaitannya dengan kecerdasan interpersonal. Sehingga hasil temuannya dapat berkembang menjadi hubungan-hubungan yang lebih luas, misalnya kecerdasan intrapersonal, kemampuan intrapersonal, dll. 2. Agar para siswa lebih meningkatkan intensitas kebermaknaan shalat berjamaahnya untuk membangun kecerdasan interpersonalnya semakin lebih baik, yakni dengan lebih menghayati serta menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam shalat berjamaah. Sehingga dapat melatih diri dalam dunia pergaulan.
3. Keluarga dan masyarakat, maupun pihak sekolah agar memberikan penyuluhan atau penyampaian pesan lewat ceramah tentang pentingnya upaya meningkatkan intensitas kebermaknaan shalat berjamaah s13kaligus menerapkan nilai-nilai dalam shalat berjamaah itu sendiri untuk membanuun kecerdasan interpersonal. Sehingga permasalahan yang terjadi akibat p13rmasalahan yang terjadi pada siswa saat ini tidak berlarut-larut.
(g) Daftar bacaan: 19 buah (1979-2007)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikurn wr.wb Alhamdu/il/ah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah dengan Kecerdasan Interpersonal pada Siswa MA Arridho Depok. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang setia hingga akhr zaman.
Penulis merasa sangat bahagia setelah skripsi dapat selesai walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan ini penulis bersyukur kepada Allah SWT dan mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut rnemberikan kontribusi dengan pengerjaan skripsi ini, diantaranya:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lbu Ora. Netty Hartati, M.Si, lbu Ora. Zahrutun Nihayah, M.Si, selaku Pudek Bidang Akademik Fakultas Psikologi dan Bapak Abdurachman Saleh M.Si sebagai Pembimbing Akademik yang telah rnernberikan pengarahan kepada penulis selarna rnenjalani proses perkuliahan dan penusunan skripsi.
2. Bapak Dr. Abdul Mujib, M.Ag sebagai dosen pernbirnbing I dan Bapak Gazi Saloom, M.Si sebagai Pembimbing II yang telah rnernberikan waktu, birnbingan, dan arahan dan sernangat yang cukup besar dalarn penulisan skripsi ini. Sernoga Allah rnemberikan balasan yang setirnpal.
3. Bapak Barnbang Suryadi Ph.D sebagai dosen Penguji I, dan Bapak Dr. Abdul Mujib M.Ag sebagai dosen Penguji II yang t•elah rnernberikan arahan dalarn rnenyernpurnakan hasil penulisan skripsi ini. Semoga Allah rnernberikan balasan yang setimpal.
4. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah rnernberikan pengalaman dan ilmunya pada penulis. Staff akadernik Fakultas Psikologi teirnakasih atas bantuan dan kebaikannya selama ini.
5. Kepala Yayasan Arridho Jatirnulya (YAJ) dan kepala sekolah, staf guru, dan para siswa MA Arridho Depok, terirnakasih atas kesediaan rnengisi angket penulis.
6. Orang tua saya yang sudah mengorbankan segala waktu dan tenaganya untuk rnernberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas serta terbaik bagi penulis dalarn rnengenyarn pendidikan ini.
7. Sahabat dan teman-teman semuanya, terimakasih atas bantuan dan semangatnya. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa akan datang.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 29 Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISi
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO
ABSTRAK ............................................................................................... .
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFT AR ISi .............................................................................................. v
DAFT ART ABEL........................................................................................ viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .. ... . .. ... ... ... ... ... .. ... . .. .. . .. .. . . ... . . . .. .. . .. . .. .. 1
1.2 Permasalahan Penelitian. .. .. .. ... ... . .. ... ... ... .. ... .. . . ... ... .. .. ... .. ... . .. ... 13
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 13
1.4 Sistematika Penulisan . ... ... ... ... ... .... .. . .. ... ... .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. . .. ... .. 15
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 lntensitas Kebermaknaan Shala! Berjamaah ......................... 16
2.2.1 Definisi lntensitas Kebermaknaan Shala! Berjamaah ... 16
2.2.2 Hukum Shala! Berjamaah ... ... ... ... ... . . ... .. ... .. . . . .. .. ... .. ... ... . 19
2.2.3 Dimensi Psikologis Shala! Berjamaah ........................... 22
2.2 Kecerdasan Interpersonal .. ... ... ... ... ... ... .. ... . .. .. .. ... .. ... .. ... .. .... .. . 35
2.1.1 Definisi Kecerdasan Interpersonal................................. 35
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal. 36
2.1.3 Ketrampilan Untuk Memiliki Kecerdasan Interpersonal . 38
2.3 Kerangka Berfikir .. .. ... .. .... .... .. ... . .. .. .. ... .. ...... .. .. ... .. ... .. ... .. . .. ... . .. 44
2.3.1 Hubungan lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
dan Kecerdasan Interpersonal........................................ 44
2.4 Hipotesa penelitan ......................................................... 53
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 55
3.2 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ................................ 57
3.3 Teknik Pengumpulan Data Penelitian..................................... 59
3.3.1 Metode lnstrumen dan Penelitian ................................. 59
3.3.2 Teknik Uji lnstrumen Penelitian .................................... 65
3.4 Teknik Analisa Data.................................................................. 68
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1 Uji lnstrumen Penelitian ......................................................... 69
4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala lntensitas Shalat
Berjamaah ................................................................... 69
4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecerdasan
Interpersonal ............................................................... 70
4.2 Gambaran Umum Responden ................................................. 72
4.2.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ....................................................................... 72
4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikannya ............................................................ 73
4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pengkategorian
Skor ............................................................................ 73
4.3 Hasil Utama Penelitian ............................................................ 78
4.3.1~i~ra~ra~n ............................................................. 78
4.3.2 Hasil Uji Hipotesa Utama .............................................. 80
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................... ................... 85
5.2 Diskusi . .. . . . . . . . .. .. . . . .. .. . .. . .. . .. . .. . ... . .. . .. . .. . .. . .. .. . .. . . . .. .. .. .. . . . .. .. . .. ... . .. 85
5.3Saran ....................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 (Penyekoran Skala Jawaban) ........................... .................... 60
Tabel 3.2 (Penyebaran Item Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat
Berjamaah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
Tabel 3.3 (Penyekoran Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat
Berjamaah) . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
Tabel 3.4 (Penyebaran Item Skala Kecerdasan Interpersonal) ............. 64
Tabel 3.5 (Penyekoran Skala Kecerdasan Interpersonal)...................... 65
Tabel 3.6 (Kaidah Reliabilitas) ............................................................... 68
Tabel 4.1 (Hasil Validitas Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat
Berjamaah) ............................................................................. 70
Tabel 4.2 (Hasil Validitas Skala Kecerdasan Interpersonal) .................. 71
Tabel 4.3 (Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin) ........... 72
Tabel 4.4 (Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan) ... 73
Tabel 4.5 (Norma lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah) .......... 74
Tabel 4.6 (Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skar
Sha lat Berjamaah. .. ... .. . .. . .. . ... ... . .. . .. ... .. . .. . .. ..... .. . .. .. .. . .. .. . .. . . . . . . . 75
Tabel 4.7 (Norma Kecerdasan Interpersonal)........................................ 76
Tabel 4.8 (Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skar
Kecerdasan Interpersonal)..................................................... 77
Tabel 4.9 (Uji Normalitas) .................................................... ................... 78
Tabel 4.10 (Uji Homogenitas) ............................................... ................... 79
Tabel 4.11 (Korelasi lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
dengan Kecerdasan Interpersonal) ..................... .................. 80
Tabel 4.12 (Analisis Data Berdasarkan lndikator lntensitas Kebermaknaan
Sha lat Berjamaah) ................................................ .................. 82
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam upaya men~19ali potensi siswa
sehingga mereka bisa meraih impian masa depannya. Menurut Byrne, (1977)
Adapun yang pertama adalah konsep diri, dan kedua, pandangan yang benar
mengenai kecerdasan. Tiap upaya untuk menggali maupun meningkatkan
potensi, prestasi maupun kompetensi seseorang tidak te,rlepas dari yang
namanya konsep diri. Konsep diri seorang siswa adalah cara pandangnya
terhaclap dirinya sencliri. Konsep diri seorang siswa terbemtuk melalui
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan serta dipe11garuhi siapa yang
dianggap memiliki otoritas terhadap dirinya.
Bagi siswa, guru dan orang tualah yang dianggap memiliki otoritas. Konsep
diri ini mempengaruhi cara seorang siswa berfikir, bersikap dan be1iindak
dalam hal apapun, baik dalam berhubungan dengan orang lain maupun
dalam hal yang dikerjakan. Konsep diri terdiri atas diri ideal, citra diri clan
harga diri. Diri ideal adalah sesosok individu yang diinginkan siswa untuk
2
menjadi seperti itu. Diri ideal ini sangat mempengaruhi terhadap arah yang
ditujunya kelak. Hal ini menentukan perkembangan, kan:ikter dan pribadinya.
Diri ideal ini merupakan gambaran sosok seseorang yang sangat dikagumi
siswa sehingga ia ingin menjadi seperti apa kelak. Citra diri berhubungan
dengan bagaimana siswa melihat dirinya sendiri dan be1fikir tentang dirinya
pada saat ini. Perubahan dan peningkatan tentang konsep diri dapat terjadi
jika para siswa dibantu untuk membangun citra dirinya. Harga diri
mempengaruhi seberapa semangatnya seorang siswa, seberapa antusias
seorang siswa dan berapa besar motivasi yang dimilikinya. Siswa dengan
harga diri yang tinggi akan memiliki kekuatan yang besar untuk berhasil
melakukan apa saja dalam hidupnya.
Selama ini orang selalu menilai seorang siswa berbakat dan pintar hanya dari
nilai yang diperoleh di sekolah, sehingga jika seorang siswa mendapatkan
nilai yang kurang dengan cepat orang akan mengatakan bahwa siswa
tersebut bodoh dan tidak memiliki potensi apapun. Pandangan dan penilaian
semacam ini sangat keliru dan menyesatkan. Akibat pandangan keliru
tersebut siswa tidak dapat mengembangkan dan menemukan potensi yang
ada dalam dirinya.
Menurut Gardner, (1983) kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersikap tetap.
Kecerdasan akan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan
kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.
Kecerdasan bersifat laten, ada di diri tiap manusia tetapi dengan kadar
perkembangan yang berbeda. Dalam mengembangkan kecerdasan, ia
menggunakan kata "bakat" atau "talenta''.
Konsep multiple intelligence yang dikembangkannya terdiri alas delapan
jenis l<ecerdasan, yaitu: Kecerdasan linguistik (kemampuan dalam bidang
bahasa), kecerdasan matematika dan logika (kemampuan dalam berfikir
abstrak dan terstruktur), Kecerdasan visual dan spasial (kemampuan yang
berhubungan dengan gambar, diagram, peta, maupun grafik). Kecerdasan
musik (kemampuan yang sangat kreatif dalam hal musik). Kecerdasan
interpersonal (mampu bergaul dan beradaptasi dengan Gepat, mampu
menjadi mediator, dan pintar dalam hal berkomunikasi), Kecerdasan
intrapersonal (kemampuan untuk dapat mengerti diri sendiri dan wajib
kemampuan untuk memperhatikan nilai dan etika hidup). Kecerdasan
l<inestetik (ahli dalam hal mengelola suatu obyek). Kecerdasan naturalis
(kemampuan untuk mencintai alam dan berinteraksi dengan hewan maupun
tumbuhan). Seseorang dapat memiliki beberapa tipe kecerdasan sekaligus,
hanya intensitasnya saja yang berbeda-beda. Mungkin saja komposisinya
adalah satu tipe kecerdasan yang menonjol dan beberapa tipe kecerdasan
lain yang sedang-sedang saja.
3
4
Sayangnya tidak semua tipe kecerdasan ini dihargai oleh masyarakat.
Sekolah pun cenderung lebih menghargai tipe l<ecerdasan logika-matematika
dan bahasa. Seorang siswa dengan nilai matematil<a 9 namun memperoleh
nilai 5 pada pelajaran olahraga tidak akan dianggap bennasalah. Ada salah
satu aspek yang terpenting dalam sosial adalah l<ecerdasan interpersonal,
yang mana al<an membentuk interaksi sosial yang baik pula. Sekolah selain
sebagai media edukatif, juga sebagai media sosialisasi siswa.
Masa siswa yang berada pada usia remaja biasanya dipahami sebagai masa
pergaulan. Dimasa remaja ini seorang remaja biasanya mencari teman
sebanyak-banyaknya. Di luar belajar, wal<tu seorang siswa biasanya
dihabisl<an untuk bermain bersama teman-temannya. la bercanda dan
memperbincangkan banyak hal dengan teman-temannya dari mulai masalah
pribadi sampai pada hal-hal yang bersifat hiburan. Karena itu, remaja gaul
biasanya sangat disenangi oleh teman-temannya, bail< teman sejenis
maupun lawan jenisnya. Sedangkan siswa yang menutup diri biasanya tidak
memiliki banyak teman. la biasanya dil<aitl<an remaja kurang gaul atau l<uper
(kurang pergaulan).
Menurut Haryanto (2006) masalah siswa SLTP/ SL TA selalu mendapat
banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentul<
5
perilaku. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di
sekolah, yaitu:
1. Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami
remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak
merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang
dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya
dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyaral<at. Perilaku malu
dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar s13kolah misalnya,
termasuk dalam kategori perilal<u bermasalah yang menyebabkan seorang
remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan
merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat
perilakunya sendiri.
2. Perilaku menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada
remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja
kelihatan gugup dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrof). Memang diakui
bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disord13r. Seorang remaja
mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan
hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan
mengal<ibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yan~i mengarah pada
tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena
persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3. Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang
tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan
mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan
secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melanggar
peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada
remaja di sekolah menegah (SL TP/SLTA).
6
4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder).
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak marnpu membedakan
antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah
munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan serin9 menyimpang dari
aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena SEljak kecil orang tua
tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya,
orang tua harus mampu memberikan hukuman (punismEmt) pada anak saat
ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah
(reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang
remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia
memunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun secara non
verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan
mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disords<'H juga dikategorikan
pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku
oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang
akan merugikan orang lain.
7
5. Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami
defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls sehingga
gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di
sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tu~ras yang diberikan
kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika
diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan
bicaranya. Selain itu, anak hiperaktif sangat mudah terp13ngaruh oleh stimulus
yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama
dengan temannya.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka kecerdasan interpersonal yang
baik sangat diperlukan dalam diri tiap siswa. Kecerdasan interpersonal
dibutuhkan untuk pergaulan. Oleh karena itu penting bagi lembaga
pendidikan dan orang tua untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal
sebagai modal untuk kemampuan sosial siswa. Kecerdasan interpersonal
merupakan salah satu aspek kecerdasan yang dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, dan
mampu memberikan reaksi yang sesuai serta asertif.
8
Dalam pergaulan pun, penyesuaian diri siswa tidak mengalami kesulitan dan
mampu membina hubungan dengan orang lain, baik dengan orang yang baru
dikenal maupun dengan orang yang sudah lama menjadi temannya.
Seringkali siswa seperti ini menjadi pemimpin bagi teman-temannya dan
dapat mempengaruhi orang lain tanpa memaksakan kehendaknya. Perhatian
yang ditunjukkan kepada orang lain tampak tidak dibuat-buat, secara spontan
siswa tersebut akan menyapa dan menanyakan keadaan orang tersebut
sehingga orang lain merasa senang.
Kecerdasan interpersonal mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan seseorang. Pertemanan dan jaringan kerja akan mudah dibentuk
bila seseorang memiliki kecerdasan interpersonal. Hubungan yang terbina
lebih alamiah, bukan dilandasi kekuatan atau kekuasaan seseorang.
sehingga menjadi sumber ketenangan serta kebahagiaan manusia yang
hakiki. Kerja sama akan terbina, masalah bisa terselesaikan, stres lebih
mudah diatasi karena hubungan pertemanan yang akrab dan hangat.
9
Hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk hidup bersama, bergaul, berkomunikasi, dan berelasi dengan orang
lain. Pengembangan kecerdasan ini dapat dilakukan memberikan feetback,
memahami perasaan orang lain, strategi belajar bersama, komunikasi antar
sesama, empati kepada orang lain terutama yang sedang sakit, sedih,
pembagian tugas sekolah, melatih ketrampilan kerja sama dengan teman,
belajar menerima kritik dengan tenang, merasakan motif teman-temannya,
atau melakukan tugas dalam kelompok. Kecerdasan interpersonal yang baik
ini pulalah yang dapat menghindarkan diri siswa dari perilaku bermasalah
yang berakibat akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya
dengan remaja lain, dengan guru, dan juga dengan masyarakat.
Menurut Fuad Rumi (2007) salah satu bentuk ibadah dalam islam yang dapat
membangun kebersamaan adalah shalat berjamaah, Abu Mas'ud r.a.,
sahabat Nabi saw, menyampaikan sebuah kisah. Suatu ketika, saat hendak
shalat berjamaah, Nabi menyentuh setiap bahu kami sambil bersabda:
"Luruskan shafmu, jangan bengkok-bengkok. Shaf yang bengkok akan
10
menyebabkan hatimu terpecah-belah." (HR Muslim). Hadis tersebut
mengandung makna yang sangat patut untuk direnungkan. Ternyata ada
hubungan yang era! antara keadaan shaf umat Islam ketika shalat berjamaah
dengan keadaan hati mereka. Padahal, hati itulah yang menentukan rasa
persaudaraan, persatuan, dan kesatuan umat. Adanya para jamaah shalat
disuatu masjid maka dapat diharapkan pula untuk saling berinteraksi satu
sama lain sehingga dapat sekaligus melatih kecerdasan interpersonal. Salah
satu yang dapat terlihat adalah pada saat para jamaah mengucapkan salam
ke kanan dan ke kiri yang kemudian diikuti dengan berjabat tangan atau
saling bersalaman. Dan lebih dari itu ada wirid dan doa bersama pula. Maka
dari sinilah para jamaah belajar untuk saling berinteraksi terjalin semakin
baik. Rasa kebersamaan diajarkan dalam islam melalui ritual shalat
berjamaah, shalat bersama-sama dalam sebuah jamaah jauh lebih mulia
daripada shalat yang dilakukan secara sendiri-sendiri oleh masing-masing
individu. Shala! yang dilakukan sendiri akan bernilai satu, sedangkan shalat
yang dilakukan secara berjamaah akan bernilai dua puluh derajat untuk
seorang individu, dan menjadi sinergi yang berlipat ganda sesuai dengan
jumlah individu yang mengikuti shalat berjamah. Ritual sflalat tersebut
melambagkan bahwa sesuatu yang dilakukan dengan sinergi berjamaah
hasilnya akan memberikan nilai lebifl bukan hanya masing-masing individu,
melainkan kepada selurufl jamaah sebagai komunitas. Menyusun shaf,
meluruskan dan merapatkan barisan. Ternyata lurus dan rapatnya barisan
11
juga merupakan kesempurnaan shalat. Hal ini mengajarkan bahwa satu dan
yang lainnya harus saling membutuhkan, misalnya mempersilahkan mengisi
barisan yang kosong, meluruskan ke kanan dan ke kiri, serta merapatkannya.
MA Arridho Depok adalah salah satu sekolah yang mewajibkan para
siswanya untuk melaksanakan shalat berjamaah, baik itu selama mereka di
sekolah maupun di luar sekolah. Untuk tercapainya kegiatan ini, maka pihak
sekolah memberikan buku penghubung berupa jadwal sl1alat berjamaal1 yang
harus diisi sesuai shalat berjamaah yang telah dikerjakan oleh masing
masing siswa. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
rasa kebersamaan yang ada pada diri siswa melalui ukhuwah islamiyah
sesama jamaahnya. Melalui perasaan kebersamaan ini pula diharapkan para
siswanya untuk dapat meningkatkan kemampuan pergaulannya dengan baik.
Sehingga diharapkan tidak ada lagi siswa yang menghaclapi masalah dalam
pergaulannya. Harapan MA Arridho Depok ini cukuplah beralasan, mengingat
banyaknya terjadi tindakan negatif pada siswa karena perilaku
bermasalahnya. Menanamkan perilaku yang baik melalui pembiasaan shalat
berjamaah ini ternyata mampu menjadikan siswa MA Arridho bisa
membangun interaksi dan hubungan sosial yang baik, bukan hanya sesama
teman, tapi juga masyarakat sekitarnya. Terciptanya hubungan yang baik
12
dengan teman-temannya di sekolah juga akan menciptakan suasana belajar
yang kondusif pula ketika disekolah. Shalat berjamaah yang mana
pelaksanaan kegiatannya melibatkan beberapa orang, sehingga dapat
memberikan andil terapi untuk melatih kecerdasan interpersonal bagi
pelakunya. Salah satunya adalah gerakan akhir shalat berjamaah yaitu
mengucapkan salam lalu biasanya diikuti dengan bersama dan berjabat
tangan antar sesama jamaahnya, maka dari sinilah dapat dijadikan
pembelajaran dalam bersosialisasi. Di samping itu pelaksanaannya yang
dilakukan di masjid atau mushola juga sarat dengan kegiatan, baik itu
keagamaan maupun kegiatan sosial, sehingga dapat dijadikan pembelajaran
pula untuk berempati terhadap sesama. Selain itu peneliti berasumsi bahwa
dengan terbiasanya memaknai shalat berjamaah yang dilaksanakan oleh
siswa MA Arridho, maka kecerdasan interpersonalnya pun akan baik pula.
Oleh karena itu pula peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa
MA Arridho Depok.
Maka dari sinilah penulis meneliti tentang Hubungan antara lntensitas
Kebermaknaan Sha/at Betjamaah dengan Kecerdasan Interpersonal pada
siswa MA Arridho Oepok
1.2. Permasalahan Penelitian
Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang diangkat oleh peneliti adalah:
Apakah terdapat hubungan antara intensitas kebermaknaan shalat
berjamaah dengan kecerdasan interpersonal?
1.3. Tujuan Penelitian
13
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara intensitas kebermaknaan shalat berjamaah dengan kecerdasan
interpersonal pada siswa MA Arridho Depok.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teoi"itis dari dilaksanakannya penelitian ini, yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pernbahasan mengenai
kecerdasan interpersonal.
2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi rnengenai salah satu
faktor yang berperan dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal, yaitu
shalat berjamaah serta besar sumbangan faktor tersebut bagi kecerdasan
interpersonal.
1.4.2. Manfaat praktis dari dilaksanakannya penelitian yaitu:
14
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah
untuk memberikan dukungan dan perhatiannya dalam bidang pendidikan
agama dan perkembangan kecerdasan interpersonal mengingat siswa adalah
sumber daya yang potensial bagi pembangunan bangsa.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi k:eluarga dan
masyarakat untuk lebih memperhatikan masalah pembinaan shalat
berjamaah dan kecerdasan interpersonal.
1.5. Sistematika penulisan
Sisternatika dalarn penulisan dalarn skripsi ini yaitu:
Bab1 Pendahuluan berisi tentang latar belakang rnasalah, batasan dan
rurnusan rnasalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
15
Bab 2 Kajian Pustaka berisi tentang hal-hal yang berhubungan antara
intensitas kebermaknaan shalat berjamaah dengan Kecerdasan
interpersonal.
Bab 3 Metode Penelitian berisi tentang jenis Penelitian, teknik Pengambilan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan teknik analisa
data.
Bab 4 Analisis dan lnterpretasi Hasil Penelitian berisi tentang karakteristik
umum subyek dan hasil uji hipotesa utama.
Bab 5 Kesimpulan, diskusi dan saran berisi tentang kesimpulan dari
penelitian ini, serta saran yang dapat disimpulkan penelitian selanjutnya.
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. lntensitas Kebermaknaan Shalat berjamaah
2.1.1. Definisi lntensitas kebermaknaan shalat berjamaah
16
lntensitas kebermaknaan shalat berjamaah terdiri atas empat kata, yaitu
lntensitas, Kebermaknaan, Shala!, dan Berjamaah yang akan dijelaskan satu
persatu.
Menurut Miller (1993) Kebermaknaan adalah kondisi yang dapat
menimbulkan rasa kebermaknaan (mengerti) dalam diri siswa terhadap
konsep yang sedang dipelajari.
Menurut Pius Abdullah (1999) lntensitas adalah ukuran atau tingkatan.
Sedangkan shalat itu sendiri menurut Hasbbie Ash Shiddqy (dalam Sentot
Haryanto, 2003) adalah berhadap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan
takut kepadaNya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan,
kebesaranNya dan kesempurnaan kekuasaanNya. Sedangkan menurut Jabir
Al Jairi (dalam Sentot Haryanto, 2003) shalat itu membel"sihkan jiwa,
17
menyucikannya, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada
Allah Swt di dunia dan taqarrub dengan-Nya di akhirat. IVlenurut A. Hasan
(dalam Sentot Haryanto, 2003) shalat secara dimensi fiqih adalah beberapa
ucapan atau rangkian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya beribadah kepada Allah,
dan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh a~1ama. Selain itu
shalat merupakan media komunikasi antara sang Khalik dan seorang hamba.
Media komunikasi ini sekaligus sebagai media untuk senantiasa
mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat. Selain itu, shalat bisa
menjadi media untuk mengungkapkan apapun yang dirasakan seorang
hamba. Dalam psikologi dikenal istilah katarsis, secara sederhana berarti
mencurahkan segala apa yang terpendam dalam diri, positif maupun negatif.
Maka, shalat bisa menjadi media katarsis yang akan membuat seseorang
menjadi tentram hatinya. Sedangkan secara dimensi fiqih, shalat adalah
beberapa ucapan atau rangkian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya beribadah
kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh agama.
Menurut Mujiono Nurkholis (1997) jamaah adalah kumpulan, rombongan,
baik sedikit maupun banyak. Jamaah menurut bahasa adalah sekelompok
manusia yang memiliki sifat sehingga dapat dikatakan jamaah haji, jamaah
majlis taklim, dan sebagainya, dengan demikian shalat jamaah adalah shalat
18
yang dilakukan berkelompok. Shalatjamaah menurut istilah fukhoha adalah
pertalian yang terjadi antara shalat imam dan shalat makmum dengan
beberapa ketentuannya. Keterkaitan antara shalat imam dan makmum
disebut iktida, yang secara harfiah berarti menunjuk orang lain sebagai
penuntun. Imam adalah orang yang memimpin shalatnya, disebut juga
muktadabih. Sedangkan makmum adalah orang yang mengkaitkan
shalatnya, disebut juga muktadi. Abdul Mujib (1994) mengatakan shalat
jamaah adalah shalat yang dilakukan bersama, salah seorang diantaranya
sebagai imam dan lainnya menjadi makmum.
Jadi berdasarkan definisi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa lntensitas Kebermaknaan Sha/at Be1jamaah adalah
ukuran atau tingkatan rasa kebermaknaan (mengerti) dalam diri siswa
terhadap shalat yang dilakukan bersama dengan ketentuan ada yang sebagai
imam dan makmum.
19
2.2.2. Hukum Shalat Berjamaah
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan hukum shalat berjamaah,
perbedaan pendapat ini disebabkan oleh perbedaan pemahaman mereka
mengenai kandungan hadist-hadist yang berkenaan dengan perintah
mendirikan shalat berjamaah.
Dibawah ini terdapat beberapa hukum shalat berjamaah antara lain:
a. Fardhu ain
Apabila kita perhatikan ayat-yat awamir (ayat-ayat perintah) bahwa kita
diperintahkan untuk melaksanakan shalat dengan jamaah di masjid-masjid,
ayat tersebut antara lain:
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah be~serta orang-orang
yang ruku". (Al-Baqarah; 43)
"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinak~:an antara hati kamu,
lalu jadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara,
padahal dahulunya kamu telah berada di tepi jurang neraka, Maka Dia
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
20
kepadamu ayat-ayatNya agar kamu mendapat petunjuk". (Ali-imran; 103)
Maksud dari ayat-ayat diatas adalah kita diperintahkan untuk
melaksanakanshalat bersama-sama, beramai-ramai, atau berjamaah, dan
shalat jamaah merupakan salah satu sarana jalan terbaik untuk menyatukan
umat islam dan untuk saling mengenal antara umat.
Para ulama Zahriyyah menetapkan dengan hukum fardhu ain dan menjadi
sarat-sarat sah salat. Jika seseorang mendengarkan adzan, maka ia wajib
mendatangi shalat jamaah di masjid tanpa halangan, maka shalatnya tidak
sah. Menurut mereka dalil kefardhu ainan shalat berjamaah adalah sabda
Rasulullah SAW: "Barang siapa mendengar adzan lalu ia tidak
mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali ada halangan"
(HR.lbnu Majah & lbnu Abbas). Sedangkan menurut Alqurtu by kata ma'a
(dalam Fadh Abdurarrahman (1992) dalam ayat tersebut menghendaki
adanya kebersamaan & perkumpulan, Oleh karena itu segolongan ahli takwil
Al Qur'an mengatakan perintah terhadap sholat berjamaah tetapi kemudian
Allah SWT memerintahkan dengan kata-kata ma'a yang mempunyai makna
wajibnya berjamaah. Mengerjakan shalat sembayang & berjamaah, jika tidak
ada, udzur, tidak wajib kalau ada udzur. Mereka bersandarkan pada hadist
Rasulullah SAW:
(HR. Muslim & Abu Huairah)
21
b. Fardlu kifayah
Sebagian makkiyah, dan salah satu pendapat Ahmad mengatakan bahwa
shalat jamaah itu kifayah, sehingga jika umat islam di suatu lingkungan atau
daerah tidak melaksanakan shalat berjamaah maka seluruh penduduk di
daerah tersebut berdosa, tetapi jika sebagian dari mereka telah
mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban shalat berjamaah itu dari mereka
semuanya (Al Majmu Syarh Al Muhadzdzab IV) (Mujiono Nurkholis, meraih
pahala 27 derajat).
c. Sunnah muakad
Sayyid Sabil dalam fikh Al Sunnah, mengatakan shalat jamaah hukumnya
sunnah muakad (yang dikukuhkan), sependapat dengan Imam Rafi yang
disandarkan pada hadist Rasulullah "shalat berjamaah h3bih baik daripada
shalat sendiri''.
22
2.2.3. Dimensi Psikologis Shalat Berjamaah
Disamping mempunyai pahala yang besar, shalat berjamaah ternyata
menurut Sentot Haryanto (2003) bahwa shalat berjamaah mempunyai
dimensi psikologis tersendiri, antara lain: aspek demokratis, rasa diperhatikan
dan berarti, kebersamaan, tidak adanya jarak personal, pengalihan perhatian
(terapi lingkungan) dan interdependensi, membantu pernecahan masalah,
latihan kedisiplinan.
a. Aspek demokratis
Aspek demokratis pertama shalat berjamaah adalah aspek demokratis. Hal
ini terlihat dari berbagai aktivitas yang melingkupi shalat berjamaah itu sendiri
itu antara lain:
1. Memukul kentongan atau bedug
Di samping masjid atau langgar, surau atau mushoa terutama di pedesaan
dan sebagian perkotaan ada kentongan atau bedug dan sebagai tanda
memasuki waktu shalat. Dalam hal ini siapa saja boleh memukul kentongan
atau bedug tersebut sebagai tanda memasuki shalat. Dalam hal ini siapa saja
boleh memukul kentongan atau bedug tersebut, tentunya harus mengerti
atauran atau kesepakatan di daerah tersebut. lni berarti islam sudah
merupakan bahwa kedudukan manusia sama, tidak dibedakan berdasarkan
berbagi atribut kemanusiaan. Konon tanda diciptakan oleh Sunan Kalijaga
salah seorang wali Songo (sembilan) yang menyebarkan agama islam
ditanah Jawa syarat dengan simbol-simbol. Menurut orang Jawa bunyi
kentongan adalah:
23
"thong .. thong .. thong" artinya masjid masih kothong (kosong), kemudian
silahkan masuk dengan bunyi bedug "bleng .. bleng .. blen1t' dalam bahasa
Jawa ada kata untuk menyemangatkan, mislnya: masuk "(mlebu .. bleng)", lari
(mblayu .. jranthal), dan sebagainya.
2. Mengumandangkan adzan
Adzan merupakan tanda waktu shalat dan harus dikumandangkan oleh
"tukang adzan" (muadzin). Siapa yang mengumandangkan adzan tidak
dipersoalkan oleh islam karena prinsipnya siapa saja boleh. Namun perlu
diingat bahwa adzan adalah bagian dari syiar islam, sehingga memang
benar-benar orang yang mengerti dan diharpkan mempunyai suara yang
bagus (lafal, ucapannya baik dan benar) syukur mempunyai mempunyai
nafas yang panjangsehingga pada saat adzan tidak terputus di tengah jalan.
Rasulullah sendiri memilih Bilal mantan budak yang hitarn legam kemudian
masuk islam sebagai muadzin karena kuat suara dan fasih lafalnya.
Pengangkatan Bilal sebagai muadzin juga sudah merupakan revolusi yang
sangat luar biasa, karena pada saat itu yang namanya budak sudah tidak
dihargai lagi harkat dan martabat kemanusiaan. Islam justru datang untuk
memerdekakan budak (Bilal)kernudian memperolah kehorrnatan menjadi
orang yang menyeru kepada kebaikan. Sayangnya saat ini banyak yang tidak
24
memahami fungsi adzan ini, misalnya banyak muadzin anak-anak atau para
manula/lansia. Sehingga suaranya tidak bagus, lafalnya tidak pas (fasih) dan
bahkan sering terputus (tidak kuat) di tengah jalan.
3. Melantunkan iqomah
Kalau adzan adalah tanda memasuki shalat, maka iqomat adalah sebagai
tanda bahwa shalat (berjamaah) akan segera dimulai. Seperti halnya
memukul bedug dan adzan, maka oleh siapa saja bahkan tidak harus yang
tadi beradzan. Para jamaah tidak boleh atau belum datang. Diharapkan jarak
antara adzan dan iqomat tidak terlalu lama, hal ini sekaligus pula
menggambarkan masalah kedisiplinan dan penghargaan terhadap waktu.
4. Pemilihan/pengisisan "barisan/shaf'
Pada saat seseorang masuk masjid maka siapa saja berhak untuk mengisi
shaf pertama.
5. Proses pemilihan imam
Shala! berjamaah harus ada yang menjadi imam dan makmum, meski itu
hanya berdua. Apabila diperhatikan maka seolah-olah ada suatu
musyawarah untuk memilih imam (pemimpin) dalam shalat yang dilakukan di
masjid atau mushola. Menurut Said Hawa (1987) ternyata untuk menjadi
imam harus memilih kriteria tertentu, sesuai dengan hadis nabi. Orang yang
25
menjadi imam hendaknya yang paling baik bacaannya (dalam membaca) Al
Quran. Jika mereka sama baiknya dalam bacaan, maka orang yang paling
mengetahui sunnah, maka orang yang paling dahulu hijrah. Jika mereka
bersamaan dengan hijrah, maka orang yang paling tua umurnya. Dan
janganlah seseorang diimami (orang yang lain) di rumahnya, dan tidak ada
duduk atas penghormatannya kecuali dengan izinnya. (HR Muslim dan
Ahabus Sunan).
Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang imam secara gradasi mempunyai
persyaratan sebagai berikut:
1. Fasih bacaan Al-Quran
2. Mereka yang mengetahui hadist-hadist nabi
3. Lebih dahulu hijrahnya, kalau tidak ada, rnaka dipilih yang lebih tua
4. Diutamakan tuan rumah daripada tamu
5. Imam adalah salah seseorang dari mereka yang disenangi dalam
kelornpok tersebut, bukan orang yang dibenci, tidak disukai, atau
ditolak.
"Dari Abdullah bin Amr ra, Nabi bersabda: Ada tiga golongan yang tidak
diterima shalatnya: Pertama, orang yang maju ke depan kaum untuk menjadi
imam, sedangkan mereka mernbencinya. Kedua, orang yang biasa
mengakhiri shalat (waktu telah habis). Ketiga, orang yang memperbudak
orang yang merdeka''.
26
Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi imam memerlukan syarat-syarat
tertentu atau kualifikasi tertentu, namun hal ini dijelaskan oleh da'i sejuta
umat KH. Zaenudin MZ (1993), yaitu bahwa untuk memilih pemimpin harus
ada syarat-syarat kriteria tertentu, sedangkan untuk menjadi rakyat atau
masyarakat umum tidak perlu adanya "persyaratan" sep1erti memilih
pemimpin. Makmum suatu saat juga dapat menjadi imam. Sehingga proses
regenerasi atau pergantian pemimpin akan terjadi secara ilmiah, tidak harus
dengan demo atau kudeta. Di samping itu pada saat sebelum shalat, selama
shalat dan setelah menjalankan shalat dan setelah menjalankan shalat, maka
ada tingkah laku imam yang dapat dikaji.
a. Imam sebelum melakukan shalat harus memperhatikan jamaah, terutama
memeriksakan barisan (shaf), kemudian memerintahkan agar lurus dan
merapatkan barisan, karena rapat dan barisan itu salah satu kesempurnaan
shalat.
b. Imam adalah manusia biasa sehingga dimungkinkan untuk lupa, salah
bacaan, atau salah gerakan atau batal, misalnya buang angin (kentut). Hal ini
akan menjadi prosedur untuk mengingatkan, membetulkan atau mengganti
imam oleh makmum, antara lain:
1. Kalau imam lupa, maka makmum dengan segera wajib untuk
mengingatkan, yaitu dengan membaca "Subhanallah (Maha Suci Allah)" bila
jamaah laki-laki; dan "bertepuk tangan" bila jamaah perempuan.
27
2. Bila imam melakukan kesalahan, terutama bacaan maka makmum harus
segera membenarkan. Dalam hal ini imam tidak boleh te•rsinggung atau
marah jika dibetulkan oleh makmum, yang mempunyai tingkatan atau posisi
yang lebih rendah. Pada saat berlangsung shalat imam ini tetap harus
memperhatikan makmum. Nabi pernah memperpendek shalat lantaran beliau
mendengar seorang anak kecil yang menangis. Nabi juga pernah memarahi
sahabatnya yang mengimami shalat dengan bacaan yang terlalu panjang,
hingga para makmum mengeluh "Jangan membuat fitnah", kata nabi
menegur sang imam. Jadi imam harus memperhatikan makmumnya,
mungkin ada yang kuat tapi juga ada yang lemah, ada yang sehat namun ada
yang kurang sehat, ada yang banyak waktu, ada pula yang terburu-buru dan
sebagainya.
3. Kalau imam batal, misalnya buang angin (kentut), maka secara otomotis ia
harus mundur dengan jujur dan legowo.
Alangkah indahnya dan bagusnya kalau nilai-nilai demof~ratis yanng terdapat
dalam shalat tersebut dapat diterapkan dalam sehari-hari.
b. Rasa diperhatikan dan berarti
Seseorang yang merasa tidak diperhatikan atau diacuhkan oleh keluarganya,
masyarakat atau lingkungan dimana ia berada sering meingalami gangguan
atau goncangan jiwa. Bahkan tidak sedikit mereka yang stres, depresi dan
berakhir dengan bunuh diri. Pada saat shalat berjamaah ada unsur-unsur
rasa diperhatikan dan rasa berarti bagi seseorang.
Beberapa aspek pada dimensi ini antara lain:
1. Memilih dan menempati shaf, dalam shalat siapa saja yang datang duluan,
maka ia berhak menempati shaf yang paling depan (dalam agama shaf
terdepan dan sebelah kanan merupakan shaf yang utama. Hal ini sangatlah
berarti bagi seseorang yang di lingkungannya tidak memperoleh peran atau
diremehkan di masyarakat. Perasaan-perasaan seperti ini tidak
mengherankan sebagai salah satu motivasi siswa masuk ke "geng" atau
berbuat negatif atau menyalahgunakan narkotika.
2. Kebiasaan bersalaman sesama jamaah lainnya
Hal ini menunjukkan bahwa ia mempunyai kedudukan yang sama dan berhak
untuk menyapa lingkungannya, sedangkan itu mungkin tidak ia temui di
lingkungannya.
3. Pada saat meluruskan shaf
Pada saat shalat akan dimulai, imam akan memerintahkan makmum untuk
merapatkan shaf. Hal ini juga tidak mempedulikan "siapa itu makmumnya".
Karena lurus dan rapatnya sahf merupakan faktor pendukung kesempurnaan
sh a lat.
4. Pada saat selesai membaca Surat Al-fatehah, maka secara serempak
akan mengucapkan "Amin", dan juga dalam mengikuti gerakan imam tidak
boleh saling mendahului.
29
5. Demikian pula saat akan mengakhiri shalat mereka mengucapkan salam
ke kanan dan ke kiri serta dengan saling bersalaman lagi, dan (mungkin) ada
doa dan wirid bersama.
c. Perasaan Kebersamaan
Shalat yang dilakukan berjamaah juga mempunyai efek terapi kelompok
(group therapy), sehingga perasaan cemas, terasing, ta~;ut menjadi nothing
atau nobody akan hilang. Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan
untuk melakukannya secara berjamaah (bersama orang lain). Dari sisi
pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih besar bila dibandingkan
dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis, shalat berjamaah bisa
memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik bersifat
preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjamaah, seseorang dapat
menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri.
Melalui shalat berjamaah pula, seseorang merasa adanya kebersamaan
dalam hal nasib, kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi
perbedaan antar individu berdasarkan pangkat, keduduk.an, jabatan, dan lain-
30
lain di dalam pelaksanaan shalat berjamaah. Menurut tinjauan psikologis,
orang yang bersama-sama itu memiliki peluang lebih be:sar untuk
menyelesaikan masalah secara cepat dan akurat daripada orang yang
sendirian. Hal ini disebabkan oleh salah satu sifat manusia itu adalah peduli
atau perhatian kepada orang lain. Sudah menjadi naluri untuk senantiasa
memperhatikan wajah dan karakter orang lain.
Menurut Alrasikh (2007) ketika seseorang yang tengah dirundung masalah,
kemudian mau berkumpul dengan orang lain, kemungkinan besar ia akan
mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya, apalagi jika di
antara mereka sudah saling kenal. Tidak hanya itu, konsentrasi yang
bersangkutan pun akan terbagi, fokus perhatiannya kepada masalah tidak
lagi seratus persen. Siapa pun individu itu, ketika bersama orang lain,
pikirannya tentang masalah pasti berkurang, akan ada 25-30 persen
perhatiannya yang tertuju kepada orang lain. Dengan demikian, celah-celah
solusi akan terbuka. Jika awalnya bebannya seratus persen, maka 25 persen
perhatiannya kepada orang akan membukakan pintu solusi. Mengapa hal ini
bisa terjadi? Jawabannya bisa merujuk kepada ilmu tentang otak. Shalat
berjamaah bisa memperbaiki kinerja sistem aktivasi retikuler. Ketika
menghadapi permasalahan sendirian, maka seluruh jalur kecerdasan yang
ada di otak menjadi tertutup. Sebab, ketika itu, masalah yang dihadapi akan
mengenai sistem limbik (sistem pengendalian emosi di otak), akibatnya
31
seluruh indra dan akal budi (sistem frontalis) akan tertutup, sehingga berada
dalam keterjebakkan tanpa jalan keluar. Akhirnya, hal-hal yang negatif,
seperti prasangka, su'udzan dan keputusasaan akan mendominasi seluruh
jalur di pikiran. Analoginya seperti menonton film di bioskop dan berada di
barisan paling depan. Ke mana pun melihat, apa pun yang dipandang,
semuanya adalah layar masalah. Ke mana pun memandang, di sanalah
wajah Allah berada. Bukankah Allah SWT telah berfirman, Dan kepunyaan
Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (OS Al-Baqarah, 115). Ketika berempati kepada orang lain,
otomatis jalur-jalur solusi di otak akan terbuka. Ketika berjamaah, perhatian
akan terbagi dan berempati, lima persen untuk teman yang ada di sekitar,
lima persen untuk teman di depan, lima belas persen untuk imam, dan
seterusnya. Ketika pikiran sudah terbagi, dan tidak terfokus pada keadaan
yang menakutkan, biasanya kecerdasan akan muncul kembali, ada celah
yang terbuka, walau pun hanya satu persen, bagaikan SE,cercah cahaya di
gelapnya gulita malam. Jadi, shalat berjamaah itu merupakan solusi dari
permasalahan hidup dari segi bio-psikologi (otak dan psikologi).
Oleh karena itu, ketika dirundung masalah yang sulit dicari jalan keluarnya,
cepat-cepat ambil air wudhu, bersegera pergi ke masjid (terlebih jiwa waktu
32
shalat fardhu sudah tiba), lalu menunaikan shalat sepenuh kesadaran. lnsya
Allah, dengan cara tersebut, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu
pertolongan-Nya, salah satunya dengan melancarkan kembali sistem aktivasi
reticuler di otak.
d. Tidak ada jarak personal
salah satu kesempurnaan shalat berjamaah adalah lurus dan rapatnya
barisan (shaf) para jamaahnya. lni berarti tidak ada jarak. personal antara satu
dengan yang lain.
e. Melatih saling ketergantungan (lnterdepency)
Shalat berjamaah yang paling utama adalah dilakukan di masjid atau di
mushola, dan hal ini mengajarkan nilai-nilai saling ketergantungan satu
jamaah dengan jamaah lainnya. Hal ini terlihat dari aspeli< antara lain:
1. Yang dimaksud shalat berjamaah adalah minimal 2 orang. Sehingga
kalau ia ingin disebut shalat berjamaah, maka ia harus membutuhkan,
menunggu, berkongsi dengan sedikitnya 1 orang.
Bahkan ada yang mengisyaratkan khusus untuk shalat jumat
berjumlah 40 orang.
2. Pahala yang diberikan kepada siapa saja yang shalat berjamaah akan
dilipatgandakan 27 kali daripada shalat sendirian. Hal ini menunjukkan
bahwa seseorang yang mampu "saling membutuhkan satu dengan
yang lain" akan memperoleh "bonus, hadiah(reward)" dikalikan 27
artinya kalau ia shalat sendirian hanya dapat satu pahala, namun
begitu dua orang maka bukan 27 dibagi 2, namun masing-masing
akan memperoleh pahala 27 derajat, demikian seterusnya.
33
3. Menyusun shaf, meluruskan dan merapatkan barisan. Ternyata lurus
dan rapatnya barisan juga merupakan kesempurnaan shalat. Hal ini
mengajarkan bahwa satu dengan yang lain harus saling
membutuhkan, misalnya mempersilahkan mengisi barisan yang
kosong, meluruskan ke kanan dan kiri, serta merapatkannya.
f. Membantu Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Manusia tidak pernah lepas dari permasalahan, adapun pemecahan masalah
yang dikaitkan dengan shalat, baik itu shalat sendirian rnaupun shalat
berjamaah adalah sebagai berikut:
1. shalat istikhara, untuk menghadapi dua pilihan
2. shalat dhuha untuk rezeki yang bertambah
3. shalat hajat dan tahajud untuk keinginan yang kuat, dsb
sehingga ini merupakan bukti firman Allah dalam Al-Qur'an: "jadikanlah sabar
dan shalat sebagai senjata penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat (yaitu menjadikan sabar dan shalat sebagai sarana
pertolongan), kecuali orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang
34
meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya." (QS.Al-Baqarah, 45-46).
g. Latihan kedisiplinan.
Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga tidal< boleh seenaknya
mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang
akan mengakibatkan batalnya shalat. Hal ini melatih diri untuk berdisiplin dan
sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa menja!~a keteraturan
ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin
terhadap waktu. Dari segi banyaknya aturan dalam shalat seperti syarat
sahnya, !ala cara pelaksanaannya maupun hal-hal yang dilarang ketika
shalat, batasan-batasan ini juga melatih kedisiplinan manusia untuk taat pada
peraturan, tidal< menuruti keinginan pribadi semata.
35
2.2. Kecerdasan Interpersonal
2.2.1. Definisi Kecerdasan Interpersonal
Gardner (2003) mengatakan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang
bersikap tetap. Kecerdasan akan lebih tepat kalau digarnbarkan sebagai
suatu kumpulan kernampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan. Salah satu dari kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan
interpersonal. Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu aspek
kecerdasan yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan
berkomunikasi dengan orang lain, dan mampu memberif<an reaksi yang
sesuai serta asertif.
Adapun definisi kecerdasan interpersonal menurut Gardner (2003) yaitu
kemampuan untuk mempersepsikan dan menangkap perbedaan-perbedaan
mood, tujuan, motivasi dan perasaan-perasaan orang lain. Yang termasuk
ada/ah kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara dan sosok postur (gesture)
dan kemampuan untuk membedakan berbagai tanda inf,irpersonal.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan untuk mempersepsikan dan membedakan suasana hati,
maksud, motivasi, dan perasaan orang lain, yang diperlukan untuk
mempertinggi kemampuan bergaul.
Definisi tersebut mengandung dimensi dari kecerdasan interpersonal, yaitu:
a. Kemampuan mempersepsikan suasana l1ati, maksud, dan
perasaan orang lain
b. Kemampuan untuk membedakan suasana hati, rnaksud, dan
perasaan orang lain.
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal
Menurut Sixtus Tanje (2007) menjelaskan ada empat faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam hal kecerdasan interpersonalnya, yaitu:
1. Faktor kesempatan bersosialisasi pada siswa
36
Sebagai individu sosial sangat membutuhkan kesempatan untuk bergaul.
Tidak saja dengan lingkungan keluarga, tetapi juga dengan tean sebaya,
orang yang lebih dewasa dan situasi lingkungan yang berbeda-beda. Hal ini
diperlukan karena akan memiliki ketrampilan sosial yang "lentur" terhadap
orang dan situasi yang berbeda-beda.
2. Ketika berhubungan dengan lingkungan sosialnya, siswa harus memiliki
ketrampilan berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dipahami orang lain.
Siswa juga dituntut untuk dapat memilih topik sebagai bahan pembicaraan
yang menarik orang lain.Dalam hal ini, siswa dituntut untuk bersikap
egosentrik. Orientasi diri yang meluas keluar dari dirinya, merupakan
penunjang penting bagi proses bersosialisasi seorang siswa.
37
3. Motivasi diri yang kuat dalam melakukan interaksi sm;ial
Dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungnnya, terkadang seorang
siswa menghadapi situasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Beberapa siswa mencoba terus untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan
sebagian lagi menarik diri. Hanya siswa yang memiliki motivasi dan dukungan
keluarga yang kuat yang pada akhirnya akan memiliki ketrampilan sosial
yang baik.
4. Keteladanan dari orang dewasa yang turut berperan dalam pengasuhan
siswa, apakah oarang tua, pengasuh, atupun para pendidik. Proses
bersosialisasi selalu berawal dari "imitasi" kepada orang yang lebih dewasa.
Peniruan terhadap orang yang lebih besar, biasanya dipersepsikan sebagai
suatu kebenaran perilaku di mata siswa dan dengan sendirinya siswa akan
meniru apa yang dicontohkan. Kecerdasan interpersonal memang tidak
datang dengan sendirinya, dibutuhkan proses pembentukan yang pada
akhirnya seorang siswa akan memiliki ketrampilan yang baik dalam
berinterksi dengan lingkungan sosialnya. Seorang siswa akan mampu
memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, mampu mengenal
perbedaan karakter orang lain. Selain itu siswa akan mampu membentuk dan
mengikatkan diri dengan menjaga hubungan dengan lin~ikungannya.
38
2.1.3. Ketrampilan untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal
Sementara beberapa jenis kemampuan tetap atau bahkan berkurang seiring
bertambahnya usia, namun kemampuan untuk menjadi pribadi yang
mempunyai kecerdasan interpersonal yang baik akan terus berkembang.
Terdapat beberapa ketrampilan untuk menjadi pribadi yang mempunyai
kecerdasan interpersonal yang baik menurut Mel Silberman dan Freda
Hansburg (2006) yakni sebagai berikut:
1. Memahami Orang Lain
Seseorang yang memahami orang lain akan berkomunikasi dengan lebih
efektif, mempengaruhi apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh orang lain, dan
menyelesaikan konflik dengan sikap yang sehat. Untuk rnenemukan motivasi
seseorang, maka harus belajar dengan aktif mendengarkan, berempati, dan
memahami sudut pandang orang lain. Selain itu diperlukan pula cara
menanyakan pertanyaan yang dapat memperjelas apa yang ingin dikatakan
oleh seseorang. Memahami orang lain berarti tidak hanya mendengarkan
perkataan seseorang, tetapi juga harus belajar rnenafsirkan apa yang tidak
diucapkan. Lebih dari itu harus pula mengetahui cara membaca berbagai
gaya dan motivasi orang lain sehingga bisa bekerja den~Jan orang lain secara
lebih efektif. Maka dari itu memotivasi diri sendiri untuk lebih memahami
orang lain juga sangat diperlukan.
2. Mengekspresikan diri dengan jelas
Menjadi pribadi dengan kecerdasan interpersonal berarti mengetahui cara
menyampaikan pesan. Mengekspresikan diri dengan jelas adalah penting
dalam semua hubungan. Ketika harus berbicara dan menyampaikan pesan
sedemikian rupa dengan kata-kata yang mudah diingat.
3. Menegaskan Kebutuhan
39
Untuk menjadi seseorang dengan kecerdasan interpersonal yang baik, maka
haruslah menjadi diri sendiri. Membatasi diri dan menetapkan batas-batas
tersebut. Jika ingin menjadi orang lain maka akhirnya akan mengecewakan
mereka. Selain itu diperlukan untuk berterus terang tentang apa yang kita
harapkan. Membuat orang lain menduga-duga akan menjadi kebutuhan kita
akan menyebabkan kekecewaan dan frustasi. Ketika hali itu terjadi maka akan
sering marah pada orang lain dan kehilangan ketenangan dan keyakinan diri
yang diperlukan untuk melakukan yang terbaik.
4. Memberi dan Menerima Masukan
Menjadi seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal berarti memiliki
kemampuan untuk memberikan masukan dengan mudah tanpa membuat
orang tersinggung. Masukan yang diberikan haruslah bersifat deskriptif,
konkret, dan bertujuan menolong. Masukan ini juga harus disampaikan pada
waktu yang tepat, tidak menyalahkan, dan praktis. Memiliki kebiasaan untuk
40
meminta masukan dan memberikannya adalah sesuatu yang cerdas. Jika
masukan tidak diberikan kepada, maka ini sama halnya dengan memakai
penutup mata. Tanpa masukan, akan selalu bertanya-tanya tentang apa yang
dipikirkan oleh orang lain tentang diri prbadi. Untuk mendorong orang lain
memberi masukan yang minta, harus memberi mereka waktu untuk
menyusun dan mengekspresikan pikiran-pikiran mereka, dan harus
mendengarkan apa yang mereka katakan dengan pikiran terbuka.
5. Mempengaruhi Orang Lain
Orang dengan kecerdasan interpersonal yang baik mampu mendorong orang
untuk bertindak. Agar lebih mengarahkan, dalam rangka mempengaruhi
orang lain, haruslah menjadi orang yang mampu berhubungan dengan orang
lain, menyingkapkan kebutuhan mereka, dan menghubungkan mereka
dengan apa yang ditawarkan kepada mereka secara efektif. Selain itu juga
harus mengetahui mengurangi keengganan untuk berubah dan bagaimana
membuat permohonan persuasif.
6. Menyelesaikan Konflik
Kelima ketrampilan sebelumnya menjadi sangat berharga ketika dalam
situasi yang penuh ketegangan. Ketika emosi meninggi, semua ketrampilan
sebelumnya harus diterapkan dalam beberapa ketrampilan baru juga
dilibatkan. Orang denga ketrampilan antar pribadi yang mengagumkan
41
adalah penyelesai konflik yang luar biasa. Kunci dari kemampuan seseorang
untuk menjadi penyelesai konflik adalah mengetahui cara membawa subyek
persoalan tepat di atas permukaan. lni sulit dilakukan jika dalam keadaan
takut dan gelisah. Orang lain mungkin juga takut atau gelisah atau bahkan
meledak amarahnya. Selain memperjelas persoalan, harus mengetahui apa
yang mengganggu diri sendiri dan orang lain serta mampu menemukan
penyelesaian kreatif.
7. Menjadi Pemain Tim
Kemampuan seseorang untuk memiliki kecerdasan dalam hubungan antar
pribadi benar-benar tertantang ketika sampai kepada persoalan team work.
Semua individu terlibat dalam beberapa jenis team work, baik di tempat kerja,
orang tua, dalam kelompok lingkungan tetangga, atau dalam organisasi
pelayanan. Menjadi bagian dari suatu tim adalah sesuatu yan menantang,
karena memiliki lebih sedikit kendali atas hasil l<etimbang yang dimemiliki di
dalam hubungan antar pribadi. Teamwork sering menyampaikan maksud diri
sendiri dan membujuk orang lain. Bekerja dalam tim membutuhkan
ketrampilan khusus, seperti menyesuaikan diri dengan orang lain. Bekerja
dalam tim mengkoordinasi usaha anggota tim tanpa bernikap seperti atasan,
dan membangun kesepakatan.
42
8. Menyesuaikan Diri
Akhirnya, orang yang pandai membangun hubungan antar pribadi bersifat
luwes dan ulet. Mereka nenyadari bahwa setiap orang membutuhkan
perlakuan yang berbeda. Salah satu cara untuk mengubah hubungan
hubungan yang beku adalah dengan cara mengubah menanganinya. lndividu
yang berhasil mernperbaiki hubungan adalah orang yang bisa keluar dari
kebiasaan, meskipun kebiasaan tersebut dalam beberapa cara yang baru
dan berbeda. Hal ini beresiko, karena itu sangatlah penting untuk mengetahui
caranya agar tidak rnembahayakan dirinya sendiri.
Selain itu Menurut Haryanto (2006) seseorang yang kecerdasan
interpersonalnya baik memiliki ciri, diantaranya:
1. Mernpunyai banyak Teman. lndividu dengan kecerdasan interpersonal
yang baik sangatlah rnudah untuk mendapatkan teman karena kemarnpuan
serta ketrampilannya dalam bersosialisasi.
2. Suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya,
lndividu yang pandai membangun hubungan antar pribadi bersifat luwes
dan ulet. Mereka nenyadari bahwa setiap orang mernbutuhkan perlakuan
yang berbeda. ketrampilan sosial yang "lentur" terhaclap orang dan situasi
yang berbeda-beda.
43
3. Banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah
Bekerja dalam tim membutuhkan ketrampilan khusus, seperti
menyesuaikan diri dengan orang lain. Dengan ketrarnpilan seperti ini
maka individu tersebut akan sangat menikmati kegiatan-kegiatan yang
melibatkan kelompok. Selain itu berperan sebagai penengah ketika terjadi
konflik antar temannya. Seseorang yang memahami orang lain akan
berkomunikasi dengan lebih efektif, mempengaruhi apa yang dipikirkan
dan dilakukan oleh orang lain, dan menyelesaikan konflik dengan sikap
yang sehat.
4. Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain
Untuk menemukan motivasi seseorang, maka harus belajar dengan aktif
mendengarkan, berempati, dan memahami sudut pandang orang lain.
5. Sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain
Kemampuannya untuk berkomunikasi dan menyelesaikan konflik maka
akan mendorong untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan orang lain.
6.Berbakat menjadi pemimpin dan Keberhasilannya dalam team work akan
memotivasi diri untuk menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok.
2.3. Kerangka Berfikir
Hubungan antara intensitas kebermaknaan shalat bc~rjamaah dengan
kecerdasan Interpersonal pada siswa MA Arridho De1pok
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan berlainan suku dan
bangsa agar saling mengenal. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak
akan pernah bisa hidup sendiri, ia akan selalu berusaha untuk berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang lain.
44
Pergaulan yang baik memberikan garansi kepada manusia untuk hidup yang
lebih baik pula. Berkomunikasi adalah bagian yang diperlukan dalam hidup
berdampingan dengan orang lain. Menyesuaikan diripun sebagai penunjang
dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan orang yang ada disekitar.
Demikian pula kemampuan seseorang dalam berempati. Karena merupakan
bagian dari seseorang untuk dapat menjalin komunikasi yang baik dengan
orang lain. Salah satu kualitas hidup seseorang yang banyak menentukan
keberhasilan dalam menjalin pergaulan yang baik dengan orang lain adalah
dengan memiliki kecerasan interpersonal. Menurut Gardner (2003)
kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mernpersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain.
Kecerdasan ini diperlukan untuk mempertinggi kemampuan bergaul atau
bersosialisasi.
45
Hal ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis yang
mendukung dalam menciptakan dan membina pergaulan antar pribadi yang
baik dan memuaskan yang meliputi kemampuan menyesuaikan diri,
menyelesaikan konflik, empati (memahami orang Jain), clan kemampuan
dalam bermain tim/kelompok.
Menurut Mel Silberman & Freda Hansburg (2006) baik atau tidaknya
seseorang dalam kecerdasan interpersonalnya tergantung pada kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri, menyelesaikan konflik, empati, dan
kemampuan dalam bermain tim/bagian kelompok.
Ada beberapa aspek dari shalat berjamaah yang erat kaitannya dengan
upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal pada diri individu. Aspek-apek
tersebut antara lain:
1. Aspek rasa diperhatikan dan memperhatikan dalam shalat berjamaah
mengajarkan seseorang untuk dapat saling berempati, salah satunya adalah
imam sebaiknya membaca surat pendek, apabila sebagian dari jamaahnya
berada pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk berlama-lama shalat
berjamaah. Selain itu rasa diperhatikan dari jamaah lain juga membantu
46
seseorang untuk lebih berempati. Karena dengan berempati maka seseorang
dapat berkomunikasi dengan lebih baik pula sehingga dapat meningkatkan
kemampuan seseorang dalam meningkatkan kecerdasan interpersonalnya.
Pelafalan yang jelas dari imam untuk membaca lantunan ayat hingga
memudahkan para jamaah untuk memahami dan menghayati kandungan arti
dalam ayat yang dilantunkan dalam shalat berjamaah, maka hal seperti ini
akan memberikan pembelajaran bagi seseorang untuk rnemperhatikan cara
dalam menyampaikan komunikasinya kepada orang lain. Menurut Said Wahf
Al-Qathani (2005) dengan terbiasanya memperhatikan gerakan dan bacaan
imam secara tepat, hingga tidak takbir sebelum imam takbir, tidak
mendahului dan juga tidak terlalu terlambat, tidak pula bebarengan dengan
imam, tapi mengikutinya. Maka akan terbiasa pula dalam pengendalian
dirinya. Demikian pula dalam hal berkomunikasi, maka seseorang haruslah
berempati hingga tidak akan mudah menyela pembicaraan orang lain,
sekaligus menghindari sikap tidak mau mengalah ketika berdiskusi dengan
orang lain atau dalam artian mau menang sendiri.
2. Aspek perasaan kebersamaan.
Menurut Mel Silberman & Freda Hansburg (2006) seseorang yang pandai
membangun kebersamaan atau hubungan antar pribadi merupakan salah
satu hal yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal. Shalat
47
berjamaah yang didalamnya terkandung nilai-nilai kebersamaan, dan didalam
kebersamaan tersebut seseorang dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
dengan sesama jamaah, dalam artian seorang jamaah tidal< boleh seenaknya
melakukan shalatnya ditempat yang ia kehendaki, tetapi haruslah membaur
dengan jamaah lain dan disertai dengan shaf yang rapat dan lurus. Misalnya
shaf diluruskan bukan karena berdasakan jabatan, melainkan siapa yang
datang lebih awal. Kebersamaan itu pula mengharuskan para jamaah agar
mengingatkan imam secara serempak (bersama-sama) apabila imam
tersebut melakukan kesalahan, bail< dalam gerakan atau bacaannya. Hal ini
memberikan pembelajaran seseorang untuk dapat menyelesaikan konflik
bersama. Kebersamaan juga melatih individu agar lebih berempati terhadap
orang lain disekitarnya. Sikap berempati ini dicontohkan dalam shalat
berjamaah yakni berusaha untuk tidak membuat kegaduhan selama shalat
berjamaah demi menciptakan ketenangan dan kekhusyukan para jamaah
lainnya. Dengan kebersamaan pula akan mengikis perasaan terasing dalam
diri seseorang.
3. Aspek interdependency (saling ketergantungan) dalam shalat berjamaah
juga dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan l<emampuan dalam
bermain tim/bagian kelompok. Hal ini didasarkan pada adanya pembagian
yang menjadi imam dan menjadi makmum dalarn shalat berjamaah itu
sendiri. Karena pada dasamya syarat dari shalat jamaah adalah haruslah ada
48
yang menjadi imam dan makmum. Pemilihan imam dalam shalah berjamaah
haruslah yang lebih fasih bacaannya dan sesuai dengan kriteria menjadi
seorang imam, hal ini mengajarkan agar ketika memilih seorang pemimpin
hendaklah diambil yang terbaik dan dapat menjadi teladan yang baik pula
didalam anggota timnya.
Selain itu juga dapat melatih untuk menjadi tim yang kornpak, yakni dengan
berusaha untuk mengikuti gerakan imam secara serempak, dan tidak pula
terlambat dalam mengikuti shalat berjamaahnya. Menjadi imam memerlukan
syarat-syarat tertentu atau kualifikasi tertentu, namun m1~milih pemimpin
harus ada syarat-syarat kriteria tertentu, sedangkan untuk menjadi rakyat
atau masyarakat umum tidak perlu adanya "persyaratan" seperti memilih
pemimpin. Disamping itu makmum suatu saatjuga dapat menjadi imam.
Dengan demikian adanya imam adan makmum memberikan pembelajaran
untuk dapat sebaik mungkin menjadi bagian dari suatu k:elompok.
4. Aspek pemecahan masalah dalam shalat berjamaah, seperti pemecahan
masalah siapa yang akan menjadi imam yang tepat dalam shalat berjamaah
tersebut misalnya, akan membantu seseorang terlatih untuk berusaha
menyelesaikan masalah dengan cara bijak. Salah satu shalat berjamaah
yang terkandung aspek pemecahan masalah, yaitu shalat lstisqa (minta
hujan), shalat istiqa yang dilakukan bersama ini diharapkan mampu
mewujudkan harapan bersama akan datangnya hujan. Selain itu shalat
49
berjamaah lainnya seperti shalat fardhu, shalat ldul Fitri, ldul Adha, shalat
Tarawih, akan mampu menyelesaikan konflik yang terjadi pada individu
dengan adanya kebersamaan yang dirasakan pada waktu shalat berjamaah.
Menurut Mel Silberman & Freda Hansburg (2006) kemampuan
menyelesaikan masalah/konflik adalah salah satu hal y8ing harus dimiliki
seseorang untuk dapat meningkatkan kecerdasan interpersonalnya. Para
jamaah pula haruslah saling mengingatkan apabila ada jamaah lain untuk
lebih merapatkan shafnya tidak peduli apakah diantara jamaah yang
bersebelahan tersebut terjadi konflik misalnya, maka hal ini akan sangat
membantu bagi sesama jamaah tersebut untuk menyelesaikan konfliknya
dengan mengucapkan salam "Assalamu'alaikum warohmatullah" yang
dilafalkan secara serentak pada akhir shalat berjamaah yang artinya "semoga
kesejahteraan dan rahmat Allah tercurahkan kepada anda semua!", yang
kemudian bahkan dilanjutkan dengan saling berjabat tangan.
Pemecahan masalah juga terkandung pada pengaturan posisi makmum, jika
makmum sendiri maka posisinya adalah kanan imam dan agak mundur
sedikit. Jika ada orang lain yang datang, maka sebaiknya makmum tersebut
mengambil posisi tempat disebelah kiri imam. Jika mulai takbir, maka imam
maju ke depan, atau kedua makmum tersebut mundur kebelakang, dengan
gerakan (langkah) yang ringan. Namun jika makmum terdiri dari beberapa
maka posisi dibelakang imam adalah laki-laki dewasa, kemudian anak-anak,
dan posisi wanita paling belakang. Apabila seorang jarnaah dalarn shalat
berjarnaah terbiasa dengan rnengikuti ketentuan seperti ini, rnaka akan
terbiasa pula untuk rnenyelesaikan konflik secara proporsional.
50
Selain itu shalat yang dilakukan rnakrnurn juga haruslah sarna dengan shalat
yang dikerjakan oleh imam, jika imam shalat dhuhur rnaka rnakrnurn juga
shalat dhuhur. lni rnengajarkan bahwa dalarn rnenyelesaikan konflik atau
perrnasalahan juga diharapkan untuk rnenyelaraskan tujuan, bukan
kernenangan. Begitu pula bila ada rnakrnurn rnasbuk (rnakrnurn yang
datangnya terlarnbat dalarn shalat berjarnaah, baik satu rakaat rnaupun lebih)
rnaka ada ketentuan khusus yang harus diperhatikan hingga rnakrnurn
rnasbuk tersebut rnasih bisa untuk rnengikuti shalat berjarnaah. Sarna halnya
apabila imam rnelakukan kesalahan, baik itu bacaan atau gerakan, rnaka
rnakrnurn wajib rnengingatkan. Dalarn hal ini rnengajarkan individu untuk
bagairnana rnenyelesaikan sebuah perrnasalahan haruslah berdasarkan
aturan yang benar, hingga tidak rnerugikan orang lain.
Siswa adalah bagian dari struktur sebuah lernbaga pendidikan, yakni sekolah.
Sekolah rnerupakan lingkungan kedua bagi seorang siswa untuk dapat
belajar dalarn rnernbangun kecerdasan interpersonalnya, setelah lingkungan
keluarga. Sekolah ini pula yang rnerupakan rniniatur sosial antar siswa dari
berbagai latar belakang. Berbagai bentuk pernbelajaran dalarn cara bergaul
akan didapatkan di lingkungan sekolah. Semakin siswa itu berbaur dan
menjalin kebersamaan dengan siswa lainnya, maka akan terbangunlah
kecerdasan interpersonalnya secara bertahap.
51
Shalat berjamaah yang didalamnya terkandung beberapa aspek psikologis,
dan diantaranya juga dapat sebagai media untuk menin9katkan kecerdasan
interpersonal. Maka jika para siswa meningkatkan intensitas kebermaknaan
shalat berjamaah diharapkan mampu memupuk kecerdasan interpersonal
siswa untuk semakin membaik. Lalu bagaimanakah intensitas kebermaknaan
shalat berjamaah dan kecerdasan interpersonal para siswa di MA Ar Ridho
Depok?. Gambaran dari pemaparan di atas akan dicoba untuk dijelaskan
dengan menggunakan kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 2.1
Diagram Kerangka Berfikir
52
Keterangan: intensitas kebermaknaan shalat berjamaah yang baik memiliki
hubungan dan mempengaruhi kecerdasan interpersonal dalam lingkup sosial
seseorang. Semakin sering intensitas kebermaknaan shalat berjamaahnya,
maka kecerdasan interpersonalnya akan semakin tinggi pula. Begitu pun
sebaliknya, semakin berkurang intensitas kebermaknaan shalat
berjamaahnya maka semakin rendah pula tingkat kecerclasan
interpersonalnya.
2.4. Hipotesa Penelitian
a. Hipotesa llmiah
• Utama: Terdapat hubungan antara intensitas kebermaknaan
shalat berjamaah dengan kecerdasan interpersonal pada siswa
MA Arridho depok.
• Khusus: Terdapat hubungan antara dimensi-dimensi shalat
berjamaah (Rasa diperhatikan dan berarti, perasaan
kebersamaan, interdepency, pemecahan masalah, terapi
lingkungan) dengan dimensi-dimensi Kecerdasan Interpersonal
(kemampuan bersosialisasi, menjadi bagian dari kelompok,
menyelesaikan konflik, memahami orang lain, dan ketrampilan
berkomunikasi).
b. Hipotesa Statistik
Hipotesa yang diajukan untuk permasalahan utama sebagai berikut:
Iii Hipotesa Nol:
Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara total skor intensitas
kebermaknaan shalat berjamaah dengan total skor kecerdasan
interpersonal pada sampel penelitian.
53
I.I Hi potesa Alternatif
Terdapat korelasi yang signifkan antara total skor intensitas
kebermaknaan shalat berjamaah dengan total skor kecerdasan
interpersonal pada sampel penelitian.
Hipotesa yang diajukan untuk permasalahan khusus sebagai berikut:
I.I Hipotesa Nol:
Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara total skor aspek pada
intensitas kebermaknaan shalat berjamaah dengan total skor aspek
kecerdasan interpersonal pada sampel penelitian.
I.I Hipotesa Alternatif
54
Terdapat korelasi yang signifkan antara total aspek skor intensitas
kebermaknaan shalat berjamaah dengan total aspek skor kecerdasan
interpersonal pada sampel penelitian.
BAB3
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan dan Metodelogi Penelitian
55
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) penelitian kuantitatif yaitu data yang
dihasilkan dari serangkaian pengukuran suatu observasi yang dinyatakan
dengan angka dan analisa dengan uji statistik. Sedangkan metode yang
digunakan adalah metode penelitian korelasional. Sevilla (1993) mengatakan
bahwa metode penelitian korelasional yakni penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi.
3.1.2. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
a. lndependen Variabel : Variabel lntensitas Kebermaknaan
Shalat Berjamaah
yang didapat dari skor pada skala intensitas kebermaknaan shalat
berjamaah.
lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah adalah ukuran atau tingkatan
rasa kebermaknaan dalam diri siswa terhadap shalat yang dilakukan
bersama dengan ketentuan ada yang sebagai imam dan makmum.
56
Adapun aspek-aspek dari intensitas kebermaknaan shalat berjamaah antara
lain:
1. Frekuensi rasa diperhatikan dan memperhatikan
2. Frekuensi perasaan kebersamaan
3. Frekuensi interdependency
4. Frekuensi pemecahan masalah
b. Dependen Variabel : Variabel Kecerdasan Interpersonal
yang didapat dari skor pada skala kecerdasan interpersonal.
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mempersepsikan dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan orang lain, yang
diperlukan untuk mempertinggi kemampuan bergaul.
Adapun aspek-aspek dari kecerdasan interpersonal antara lain:
1. Kemampuan menyesuaikan diri
2. Menyelesaikan konflik
3. Memahami orang lain
4. Kemampuan menjadi pemain tim/bagian dari kelompok.
3.2. Teknik Pengambilan Sampel
3.2.1. Populasi dan Sampel
Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa MA Arridho
Depok yang berjumlah 168 siswa. Kemudian peneliti mengambil sampel
sesuai dengan permasalahan penelitian. Adapun jumlah sampel dari
penelitian ini yaitu:
a. Kelas X (18 siswa)
b. Kelas XI (16 siswa)
c. Kelas XII (16 siswa)
3.2.2. Teknik pengambilan sampel
57
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tergolong dalam
Probability Sampling. Anggraini (1979) mengatakan bahwa probability
sampling adalah metode pengambilan sampel yang menggunakan pemilihan
secara acak (random) yang mana prosesnya atau prosedurnya harus
58
sedemikian rupa sehingga menjamin setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun bentuk
dari pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Proportional atau Quota Random Sampling. Menu rut Anggraini (1979) Quota
Random Sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan
secara acak dengan memperhatikan strata secara prop()rsi dalam populasi
tersebut. Populasi dibagi menjadi dua segmen atau lebih yang mutually
exclusive yang disebut strata, berdasarkan kategori-katHgori dari satu atau
lebih variabel yang relevan, baru kemudian dilakukan Simple Random
Sampling.
Guilford dan Frutcher (1987) mengatakan bahwa jumlah sampel penelitian
minimal yang diperlukan dalam suatu distribusi normal adalah 30 orang dan
jumlah sampel 30 orang merupakan jumlah minimal data untuk dapat diolah
secara statistik. Selain itu menurut Pare! (Suparmoko, 1995) menyatakan
bahwa cara terbaik pengambilan sampel adalah cukup dengan mengambil
prosentase tertentu, yakni 10 %, 20 %, atau 30 %. Maka peneliti mengambil
30 % dari jumlah populasi yaitu 50 orang yang juga untuk memenuhi kriteria
jumlah minimal data yang dapat diolah secara statistik.
59
3.3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Berikut akan dijelaskan mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini.
3.3.1 Metode dan lnstrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dapat dipakai oleh peneliti
untuk memperoleh data yang akan diteliti. Metode yang digunakan harus
tepat dan mempunyai dasar yang beralasan. Dalam proses pengumpulan
data ini penelitian ini, peneliti menggunakan metode an~1ket berisi sejumlah
pernyataan yang dibagikan kepada subyek penelitian untuk mendapatkan
data. Jenis instrumen yan digunakan dalam penelitian ini adalah angket
dengan bentuk skala bertingkat. Melalui pertimbangan dalam kesesuaian
antara tujuan dan metode maka dalam pengumpulan data, peneliti memilih
untuk menggunakan skala model Liker!. Skala model Liker! ini memuat
pernyataan pendapat yang diberikan kepada responden yang selanjutnya
akan memberikan indikasi pernyataan dari pernyataan t13rsebut. Adapun cara
penilaian model Liker! ini adalah sebagai berikut:
Pilihan Jawaban
SS
s
TS
STS
Pilihan Jawaban
TP
Jr
Sr
SI
Table 3.1
Penyekoran Skala jawaban
Favorable
4
3
2
1
Favorable
4
3
2
1
60
Unfavorable
1
2
3
4
Unfavorable
1
2
3
4
Sevila (1993) mengatakan penilaian pada skala model Likert ada lima, yaitu
ditambahakan dengan pilihan ragu-ragu. Namun ternyata ada kecenderungan
responden untuk mengamankan jawaban mereka ditempat netral, sehingga
beberapa peneliti sama sekali menghilangkan angka netral dan mengurangi
ska la menjadi em pat angka (seperti pada table 3.1 ). Hal ini akan mendorong
responden untuk memilih dengan hanya empat pilihan jawaban.
61
Rancangan penyusunan penelitian dimuat dalam blue print (kisi-kisi) angket
untuk siswa MA Arridho sebagai berikut:
3.3.1.1. Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
Adapun skala dari intensitas kebermaknaan shalat berjamaah ini berdasarkan
empat aspek, yaitu frekuensi rasa diperhatikan dan memperhatikan,
perasaan kebersamaan, interdependency, dan pemecahan masalah.
Tabel 3.2
Penyebaran Item Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
Item
Dimensi Favorable Unfavorable
Frekuensi 3, 9, 29, 31, 32, 34, 24,27, 33,42,46,47
Rasa Diperhatikan dan 35,36,38, 39,49
Memperhatikan dalam
Shalat Berjamaah
Frekuensi 5, 6,8, 13, 15, 19, 26, 14, 16, 22, 23, 43, 45
Perasaan Kebersamaan 30,48
dalam Shalat
Berjamaah
62
Frekuensi 1, 2, 7,12, 18, 40, 50 4, 10, 11
lnterdepency dalam
Shalat Berjamaah
Frekuensi 20,28,44 17,21,25, 37,41
Pemecahan Masalah
dalam Shalat
Berjamaah
Jumlah 30 20
Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah ini memiliki format respon
dengan empat skala jawaban (Tidak Pernah, Jarang, Sering, Selalu). Format
ini mengharuskan responden memilih salah satu dari empat alternatif.
jawaban.
Masing-masing item pada skala ini memiliki rentang skor 1 sampai 4.
Adapun cara penyekorannya dapat secara jelas dapat clilihat pada tabel 3.3.
63
Tabel 3.3.
Penyekoran Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
Skala Skor Positif Skor Negatif
Tidak Pernah 1 4
Jarang 2 3
Sering 3 2
Selalu 4 1
3.3.1.2. Skala Kecerdasan Interpersonal
Skala kecerdasan interpersonal yang digunakan dalam penelitian ini
juga mengacu pada pengukuran Kecerdasan interpersonal yang digunakan
Mel Silberman & Freda Hansburg (2006), yang terdiri da:ri kemampuan
bersosialisasi, menjadi bagian dari kelompok, menyelesaikan konflik, empati,
kemampuan menjadi pemain tim/bagian kelompok.
Berikut ini tabel yang menggambarkan penyebaran item-item skala
Kecerdasan Interpersonal.
Tabel 3.4
Penyebaran Item Skala Kecerdasan Interpersonal
Dimensi Item
Favorable Unfavorable
Kemampuan 10, 11, 14, 23, 25, 31, 9,20, 24,28,45,48, 50
menyesuaikan diri 33,35,43,44
Menyelesaikan konflik 4, 17,22,29, 32, 38, 21,27, 34,39
40,44
Memahami orang lain 1,5,12,37 2,6, 19
Kemampuan menjadi 3, 7, 15,26, 36,41,47 8, 13, 16, 18, 30,42,46
pemain tim/bagian
dari kelompok
Jumlah 29 21
64
65
Skala kecerdasan interpersonal ini memiliki format respon dengan empat
skala jawaban (sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai).
Format ini mengharuskan responden memilih salah satu dari empat alternatif
jawaban.
Masing-masing item pada skala ini memiliki rentang skor 1 sampai 4. Adapun
contoh-contoh pernyataan dalam skala kecerdasan interpersonal ini
diperlihatkan label 3.4.
Tabel 3.5.
Penyekoran Skala Kecerdasan interpersonal
Skala Skor Positif Skor Negatif
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Tidak sesuai 2 3
Sesuai 3 2
Sangat Sesuai 4 1
3.3.2. Teknik Uji lnstrumen Penelitian
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen
(tri out) kepada 30 siswa yang kemudian diikut sertakan dalam penelitian
yang sesungguhnya.
Uji instrumen ini dilakukan pada tanggal 11, 12 Maret 2008. Adapun tujuan
dari dilakukannya uji instrumen ini adalah:
a. Mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan responden dalam
menyelesaikan instrumen.
b. Mengetahui pemahaman responden terhadap item-item yang diterima.
c. Mengetahui tingkat validitas instrumen, dimana skor tiap item akan
dikorelasikan dengan skor total.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik uji validitas dengan
rumus Pearsons product moment sebagai berikut:
keterangan:
rxy = koefisien korelasi variabel X dan variabel Y
2: XY = jumlah hasil perkalian skor X dan Y
2: X = jumlah nilai tiap butir item
2: Y = jumlah nilai skor total
N = jumlah subyek penelitian
66
67
d. Mengetahui tingat reliabilitas instrumen yang digunakan.
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya dan konsisten dalam memberikan penilaian atas
apa yang diukur. Menurut Roy Kuntur (2005) metode pengujian reliabilitas
pada instrumen yang digunakan adalah dengan metode internal consistency
yang berhubungan dengan konsistensi dari masing-masing pernyataan pada
suatu tes. Pengujian terhadap metode internal concistency adalah dengan
menggunakan Cronbach's Alpha yang diperoleh melalui rumus:
Keterangan:
a
N
0 2 item
0 2 total
= Cronbach alpha
= Banyaknya pernyataan
= Varian dan pernyataan
= Varian dan Skar
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas intensitas l<ebermaknaan shalat
berjamaah dan skala kecerdasan interpersonal, dapat dilihat pada kaidah
reliabilitas dari Guilford:
Kriteria
Sangat reliabel
Reliabel
Cukup reliabel
Kurang reliabel
Tidak reliable
3.4. Teknik Analisa Data
Table 3.6
Kaidah Reliabilitas
Koefisien reliabilitas
> 0,9
0,7'-0,9
0,4-0,7
0,2-0,4
<0,21
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan teknik statistik
sesuai dengan pertanyaan penelitian pada bab pertama,yaitu:
a. Untuk mengetahui gambaran umum responden digunakan
teknik statistic deskriptif seperti mencari frekuensi dan rata-rata
(mean).
b. Untuk mencari korelasi, maka digunakan Korelasi Product
Moment dari Pearson.
68
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA, DATA
4.1. Uji lnstrumen Penelitian
4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala lntensitas Kebermaknaan
Shalat Berjamaah
Dari hasil uji intrumen diperoleh nilai r table sebesar 0,344. Item-item yang
memiliki korelasi signifikan atau > 0,344 dipilih sebagai item dalam skala
intensitas kebermaknaan shalat berjamaah.
69
Berdasarkan uji instrumen penelitian diketahui bahwa hasil uji coba skala
intensitas kebermaknaan shalat berjamaah diperoleh item valid sebanyak 30
item pada taraf signifikansi 0,05 . Sedangkan item yang tidak valid sebanyak
20 item dengan koefisien Alpha = 0,8952. Maka item yang valid telah cukup
mewakili seluruh aspek yang telah dijelaskan James C. Crumbaugh &
Maholick (1973). Adapun hasil uji validitas yakni pada tabel 4.1 berikut:
70
Tabel 4.1
Hasil Validitas Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
Butir Soal
N Aspek Favorable Unfavorable Jumlah -1 Frekuensi 32, 34,38, 39, 27,33,42,47 8
Rasa Diperhatikan dan
memperhatikan dalam
Shalat Berjamaah
2 Frekuensi 8, 19, 26, 30, 14,23,43 8
Perasaan Kebersamaan 48
dalam Shalat Berjamaah
3 Frekuensi 2,12, 18,40, 4, 10 7 '
lnterdepency dalam 50
Shalat Berjamaah
4 Frekuensi 20,28,44 17, 21, 37, 41 7
Pemecahan Masalah
dalam Shalat Berjamaah
Jumlah 18 1 :2 30
4.1.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecerdasan Interpersonal
Berdasarkan uji instrument penelitian diketahui bahwa hasil uji coba skala
kecerdasan interpersonal, maka diperoleh item valid sebanyak 38 item pada
taraf signifikansi 0,05. Sedangkan item yang tidak valid sebanyak 12 item
dengan koefisien reliabilitas Alpha= 0,9156. Item yang valid telah cukup
71
mewakili seluruh aspek dan indikator yang telah dijelaskan Thorson & Powell
(1993). Adapun hasil uji validitas yakni pada tabel 4.2 bmikut:
Tabel 4.2
Hasil Validitas Skala Kecerdasan Interpersonal
N Aspek Butir Soal Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1 Kemampuan 11, 14, 23, 31, 20, 24, 28, 45, 13
menyesuaikan diri 33,43,44 48,50
2 Menyelesaikan konflik 17, 22, 32, 38, 2?, 39 7
40
3 Memahami orang lain 1, 5, 12, 37 2,6, 19, 21 8
4 Kemampuan menjadi 15,26,41,47 8, 13, 16, 18, 10
pemain tim/bagian 42,46
kelompok
Jumlah 21 17 38
Berdasarkan pertanyaan yang telah dipaparkan pada bab 1, yang intinya
ingin mengetahui (1) Hubungan antara intensitas kebermaknaan shalat
berjamaah dengan kecerdasan interpersonal pada siswa MA Arridho Depok.
72
(2) Sejauh mana intensitas kebermaknaan shalat berjamaah mempengaruhi
kecerdasan interpersonal siswa MA Arridho Depok. Maka didapatkan hasil
penelitian terhadap 50 responden sebagai berikut:
4.2. Gambaran Umum Responden
4.2.1. Gambaran subyek berdasarkan jenis kelamin
Subyek penelitian adalah siswa-siswi MA Arridho Depok. Diantaranya adalah
26 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 24 siswa berjenis kelamin perempuan,
yang digambarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Gambaran Responden Berdasarkan Jenis; Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 26 54 %
2 Perempuan 24 46%
Jumlah 50 100 %
73
4.2.2. Gambaran subyek berdasarkan tingkat pendidikannya
Berdasarkan tingkat pendidikan subyek penelitian terdapat 18 siswa kelas X,
16 siswa kelas XI, dan 16 siswa kelas XII yang digambarkan pada tabel 4.2
Tabel 4.4
Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Ke las Jumlah Prosentase
1 x 18 36%
2 XI 16 32%
3 XII 16 32%
Jumlah 50 100%
4.2.3. Gambaran subyek berdasarkan pengkategorian skor
4.2.3.1. Gambaran subyek berdasarkan pengkategoriian skor intensitas
shalat berjamaah
Untuk mengetahui kategori skor intensitas kebermaknaan shalat berjamaah
yang diperoleh responden itu tinggi atau rendah maka disajikan norma skor
pada kedua variabel. Skala intenitas kebermaknaan shalat berjamaah dibuat
dengan empat kategori jawaban (1, 2, 3, 4).
74
Dengan demikian perhitungannya adalah dengan mengalikan kategori skor
jawaban tertinggi (4) dan terendah (1) dengan banyaknya item (30).
Kemudian hasil perhitungan skor tertinggi (4x30 = 120) dikurangi dengan skor
terendah (1x30 = 30), lalu dibagi dengan banyaknya kategori yang akan
dicari (3 kategori). Hasilnya adalah batas rentangan untuk menentukan
norma (30). Berdasarkan hasil perhitungan kategori tersebut, maka dapat
ditentukan norma kategori intenitas kebermaknaan shalat berjamaah sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Norma lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
Norma Kategori
30-60 Rend ah
61-91 Sedang
92-120 Tin!Jgi
Dari ketentuan norma tersebut, maka dapat ditentukan bahwa responden
yang memiliki skor antara 30-60 termasuk dalam kategori intensitas
kebermaknaan shalat berjamaah rendah, skor 61-91 termasuk dalam
75
kategori sedang. Sedangkan responden yang memiliki skor antara 92-120
termasuk dalam kategori intensitas kebermaknaan shalat berjamaah tinggi.
Setelah mengetahui norma, maka dari hasil perhitungan dapat diketahui
jumlah responden yang memiliki intensitas kebermaknaan shalat brjamaah
rendah atau tinggi. Data tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor lntensitas
Kebermaknaan Shalat Berjamaah
Variabel Kategori Frekuensi Presentase
lntensitas Rendah 4 8%
kebermaknaan Sedang 16 32 %
shalat berjamaah Tinggi 30 60 %
Jumlah 50 100
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 8 % atau 4 reponden
berada pada kategori intensitas kebermaknaan shalat berjamaah rendah,
32% atau 6 responden berada pada kategori sedang, sedangkan 60 % atau
30 responden yang memiliki intensitas shalat berjamaah tinggi.
76
4.2.3.2. Gambaran subyek berdasarkan pengkategorian skor kecerdasan
interpersonal
Untuk mengetahui kategori skor kecerdasan interpersonal yang diperoleh
responden itu tinggi atau rendah maka disajikan norma skor pada kedua
variabel. Skala kecerdasan interpersonal dibuat dengan empat kategori
jawaban (1, 2, 3, 4).
Dengan demikian perhitungannya adalah dengan mengalikan kategori skor
jawaban tertinggi (4) dan terendah (1) dengan banyaknya item (38).
Kemudian hasil perhitungan skor tertinggi (4x38 = 152) dikurangi dengan skor
terendah (1x38 = 38), lalu dibagi dengan banyaknya kati3gori yang akan
dicari (3 kategori). Hasilnya adalah batas rentangan untuk menentukan
norma (38). Berdasarkan hasil perhitungan kategori di atas, maka dapat
ditentukan norma kategori kecerdasan interpersonal sebagai berikut:
Tabel 4.7
Norma Kecerdasan Interpersonal!
Norma Kategori
38-76 Rend ah
77-115 Sedang
116-152 Tin9gi
Dari ketentuan norma tersebut, maka dapat ditentukan bahwa responden
yang memiliki skor antara 38-76 termasuk dalam kategori kecerdasan
interpersonal rendah, skor 77-115 termasuk dalam kate1iori sedang.
Sedangkan respond en yang memiliki skor antara 116-1 !i2 termasuk dalam
kategori kecerdasan interpersonal tinggi.
77
Setelah mengetahui norma, maka dari hasil perhitungan dapat diketahui
jumlah responden yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah atau tinggi.
Data tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Komposisi Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor Kecerdasan
Interpersonal
Variabel Kategori Frekuensi Presentase
Kecerdasan Rendah 2 4%
interpersonal Sedang 17 34 %
Tinggi 31 62 %
Jumlah 50 100
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 4 % atau 2 reponden
berada pada kategori kecerdasan interpersonal rendah, 34 % atau 17
78
responden berada pada kategori sedang, sedangkan 62 % atau 31
responden yang rnerniliki kecerdasan interpersonal ting9i.
4.3. Hasil Utama Penelitian
4.3.1. Uji Persyaratan
Uji persyaratan ini adalah syarat untuk rnelakukan analisis lebih lanjut dalarn
rnengolah data. Uji persyaratan yang digunakan di sini adalah uji norrnalitas
dan uji hornogenitas dengan rnenggunakan SPSS versi 15.00
4.3.1.1. Uji Normalitas
Uji norrnalitas untuk rnengetahui apakah sebuah data rnengikuti atau
rnendekati distribusi normal atau tidak.
Tabel 4.9
Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk ~-
Statistic Of Sig. Statistic DI Sig.
lntensitas
Kebermaknaan .145 50 .107 .958 50 .282
Shala! Berjamaah
Kecerdasan .111 50 .200(') .965 50 .424
Interpersonal
• This is a lower bound of the true significance. ..
a L11l1efors Significance Correction
79
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa hasil uji normalitas data pada skala intensitas
kebermaknaan shalat berjamaah diperoleh 0, 107 > 0,05 artinya, dapat
dikatakan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Sedangkan
kecerdasan interpersonal diperoleh 0,200 > 0,05 yang artinya, dapat pula
dikatakan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
4.3.1.2. Uji Homogenitas
Pada prinsipnya uji homogenitas digunakan bila ingin mienguji apakah sebuah
grup (data kategori) mempunyai varians yang sama diantara anggota grup
tersebut.
Tabel 4.10
Test of Homogeneity of Variancei
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
lntenitas Based on Mean .174 1 48 .679
Kebermaknaan Shala! Based on Median .096 1 48 .758
Berjamaah Based on Median and .096 1 47.988 .758
with adjusted di
Based on trimmed .158 1 48 .693
mean
Kecerdasan Based on Mean .002 1 48 .963
Interpersonal Based on Median .000 1 48 .988
Based on Median and .000 1 45.413 .988
with adjusted di
Based on trimmed .001 1 48 .982
mean
80
Sementara pada uji homogenitas varian didapat nilai signifikansi hitung
padakedua variabel di atas 0.05 (variabel lntensitas Kebermaknaan Shalat
Berjamaah 0.679 dan variabel Kecerdasan Interpersonal 0.963), dengan kata
lain responden yang diikutsertakan memiliki karakteristik yang homogen.
4.3.2. Hasil Uji Hipotesa Utama
Selanjutnya ingin di uji apakah terdapat hubungan antara intensitas shalat
berjamaah dan kecerdasan interpersonal. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut maka diajukan hipotesa kerja (h1) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara intensitas shalat berjarnaah dengan
kecerdasan interpersonal pada siswa MA Arridho Depok. Untuk menganalisi
korelasi dua variable tersebut, maka digunakan teknik Pearson Product
Moment. Berikut adalah hasil perhitungannya:
Tabel 4.11
Korelasi lntensitas Shalat Berjamaah dan Kecerdasan Interpersonal
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
kecerdasan interpersonal 1.58 .575 50
lntensitas kebermaknaan 1.52 .646 50
shalat berjamaah
Correlations
81
intensitas
kecerdasan shalat
interpersonal berjamaah
kecerdasan interpersonal Pearson Correlation 1 .875("")
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
intensitas kebermaknaan Pearson Correlation .875(**) 1
shalat berjamaah Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel tersebut dapat diketahui koefisien korelasi antara intensitas
kebermaknaan shalat berjamaah dengan kecerdasan interpersonal adalah
sebesar 0,875 pada taraf signifikansi 0,000 (signifikansi < 0,05). Karena nilai r
hitung lebih besar daripada r table (0,875 > 0,279) maka H1 diterima. lni
berarti antara intensitas kebermaknaan shalat berjamaah dan kecerdasan
interpersonal terdapat hubungan positif yang signifikan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin positif atau tinggi kualitas intensitas kebermaknaan
shalat berjamaah maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat kecerdasan
interpersonalnya.
Selain itu berikut akan disajikan analisis data berdasarkan hubungan antara
indikator-indikator intensitas shalat berjamaah dengan variabel kecerdasan
82
interpersonal. Kemudian ingin diketahui indikator manakah yang memberikan
kontribusi terbesar kepada variabel kecerdasan interpersonal.
Tabel 4.12
Analisis Data Berdasarkan lndikator lntensitas Kebermaknaan Shalat
Berjamaah
No lndikator lntensitas No. Item Rh rh2 %
Kebermaknaan Shalat
Berjamaah
1 Frekuensi 7, 8, 10, 12, 0,194 0,0376 3,8%
Rasa Diperhatikan dan 14,17, 18, 21
memperhatikan dalam
Shalat Berjamaah
2 Frekuensi 2, 4, 5, 6, 0,930 0,865 86,5%
Perasaan Kebersamaan 13,16,27,
dalam Shalat Berjamaah 30
3 Frekuensi 1,3,9,19, 0,255 0,065 6,5%
lnterdepency dalam 25,26,29
Shalat Berjamaah
4 Frekuensi 11,15,20, 0,180 0,0324 3,2%
Pemecahan Masalah 23, 22, 24,
dalam Shalat Berjamaah 28
Selanjutnya analisis berdasarkan data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara indikator frekuensi rasa diperhatikan clan berarti
dalam internsitas shalat berjamaah terhadap variabel kecerdasan
interpersonal diperoleh koefisien korelasi sebesar 0, 194. Selanjutnya
ingin diketahui seberapa besar kontribusi indikator tersebut terhadap
variabel kecerdasan interpersonal. Caranya adalah den9an mencari
berapa koefisien determinasinya, sehingga diperoleh koefisien sebesar
0,0376 atau 3,8% yang berarti indikator frekuensi rasa diperhatikan
dan berarti memberikan kontribusi sebesar 3,8% terhadap variabel
kecerdasan interpersonal.
2. Hubungan antara indikator frekuensi rasa kebersamaan dalam
internsitas shalat berjamaah terhadap variabel kecerdasan
interpersonal diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,930. Selanjutnya
ingin diketahui seberapa besar kontribusi indikator tersebut terhadap
variabel kecerdasan interpersonal. Caranya adalah denuan mencari
berapa koefisien determinasinya, sehingga diperoleh koefisien sebesar
0,865 atau 86,5 % yang berarti indikator frekuensi rasa kebersamaan
memberikan kontribusi sebesar 86,5 % terhadap variabel kecerdasan
interpersonal.
83
3. Hubungan antara indikator frekuensi interdependency dalam
internsitas shalat berjamaah terhadap variabel kecerdasan
interpersonal diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,255. Selanjutnya
ingin diketahui seberapa besar kontribusi indikator tersebut terhadap
variabel kecerdasan interpersonal. Caranya adalah densian mencari
berapa koefisien determinasinya, sehingga diperoleh koefisien sebesar
0,065 atau 6,5 % yang berarti indikator frekuensi interdependency
memberikan kotribusi sebesar 6,5 % terhadap variabel kecerdasan
interpersonal.
4. Hubungan antara indikator frekuensi pemecahan masalah dalam
internsitas shalat berjamaah terhadap variabel kecerdasan
interpersonal diperoleh koefisien korelasi sebesar 0, 180. Selanjutnya
ingin diketahui seberapa besar kontribusi indikator tersebut terhadap
variabel kecerdasan interpersonal. Caranya adalah den9an mencari
berapa koefisien determinasinya, sehingga diperoleh ko1efisien sebesar
0,0324 atau 3,2% yang berarti indikator frekuensi pemecahan
masalah memberikan kontribusi sebesar 3,2% terhadap variabel
kecerdasan interpersonal.
84
85
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. l<esimpulan
Dari hasil penelitian yang tercantum dalam bab 4 dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara intensitas
kebermaknaan shalat berjamaah dengan kecerdasan in'!erpersonal. Artinya,
bahwa melalui intensitas kebermaknaan shalat berjamaah bagi siswa MA
Arridho Depok, maka kecerdasan interpersonal dapat ditingkatkan. Hubungan
itu secara rinci perindikator intensitas kebermaknaan shalat berjamaah dapat
diketahui besarnya urutan tertinggi hingga terendah, yaitu frekuensi perasaan
kebersamaan, frekuensi interdependency, frekuensi rasa diperhatikan dan
memperhatikan, frekuensi pemecahan masalah.
5.2. Diskusi
Kecerdasan interpersonal, sebagaimana yang disebutkan di bab 2 adalah
kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud,
motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini diperlukan untuk
mempertinggi kemampuan bergaul atau bersosialisasi.
86
Kecerdasan interpersonal mempunyai peranan yang penting dalarn
kehidupan seseorang. Pertemanan dan jaringan kerja akan mudah dibentuk
bila seseorang memiliki kecerdasan interpersonal. Hubungan yang terbina
lebih alamiah, bukan dilandasi kekuatan atau kekuasaan seseorang.,
sehingga menjadi sumber ketenangan serta kebahagia21n manusia yang
hakiki. Kerja sama akan terbina, masalah bisa terselesaikan, stres lebih
mudah diatasi karena hubungan pertemanan yang akrab dan hangat.
Hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk hidup bersama, bergaul, berkomunikasi, dan berelasi dengan orang
lain. Pengembangan kecerdasan ini dapat dilakukan memberikan feetback,
memahami perasaan orang lain, strategi belajar bersama, komunikasi antar
sesama, empati kepada orang lain terutama yang sedang sakit, sedih,
pembagian tugas sekolah, melatih ketrampilan kerja sanna dengan teman,
belajar menerima kritik dengan tenang, merasakan motii' teman-temannya,
atau melakukan tugas dalam kelompok. Kecerdasan interpersonal yang bail<
ini pulalah yang dapat menghindarkan diri siswa dari perilaku bermasalah
yang berakibat akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya
dengan remaja lain, dengan guru, dan juga dengan masyarakat. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas shalat berjamaah seseorang
mempunyai hubungan dengan kecerdasan interpersonalnya, dengan asumsi
bahwa ada beberapa aspek psikologis yang berkaitan ei-at dengan
meningkatkan kecerdasan interpersonal. ldealnya, seseorang dengan
intensitas kebermaknaan shalat berjamaah yang dilakukannya cenderung
akan menginternalisasikan nilai-nilai kecerdasan interpersonalnya dalam
bergaul.
87
Penelitian ini sepaham dengan pendapat ideal tersebut. Karena semakin
meningkatnya intensitas kebermaknaan seseorang dalam shalat berjamaah,
maka akan terlatih dan terbiasa pula untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang
ada dalam kesehariannya bergaul. Responden yang merupakan siswa MA Ar
Ridho dan berada pada usia remaja ternyata menggunakan nilai-nilai
intensitas shalat berjamaah yang dilakukannya dalam meningkatkan
kecerdasan interpersonal.
Pendapat yang mengatakan bahwa shalat berjamaah merupakan solusi,
sebuah proses. Menurut tinjauan psikologis, orang yang bersama-sama itu
memiliki peluang lebih besar untuk menyelesaikan masalah secara cepat dan
akurat daripada orang yang sendirian. Aspek perasaan kebersamaan. Shala!
berjamaah yang didalamnya terkandung nilai-nilai kebersamaan, dan didalam
kebersamaan tersebut seseorang dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
dengan sesama jamaah, Kebersamaan itu pula mengharuskan para jamaah
agar saling mengingatkan. Selain itu memberikan pembelajaran seseorang
untuk dapat menyelesaikan konflik bersarna. Dengan adanya perasaan
88
kebersamaan maka perasaan adanya perbedaan juga akan hilang, yang ada
adalah kebersamaan dalam kekompakan untuk mengikuti gerakan imam.
Dari sisi psikologis, shalat berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang
sangat hebat manfaatnya, baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan
shalat berjamaah, seseorang dapat menghindarkan diri dari gangguan
kejiwaan seperti gejala keterasingan diri. Dengan shalat berjamaah,
seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal nasib, kedudukan, rasa
derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar individu berdasarkan
pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam pelaksanaan shalat
berjamaah. Kebersamaan juga melatih individu agar lebih berempati terhadap
orang lain disekitarnya. Sikap berempati ini dicontohkan dalam shalat
berjamaah yakni berusaha untuk tidak membuat kegaduhan selama shalat
berjamaah demi menciptakan ketenangan dan kekhusyukan para jamaah
lainnya. Dengan kebersamaan pula akan mengikis perasaan terasing dalam
diri seseorang. lni terbukti pada penelitian ini bahwa aspek kebersamaan
mempunyai kontribusi yang paling bersar dalam meningkatkan kecerdasan
interpersonal seseorang, yakni dengan prosentase 86,5'%.
Demikian pula dengan fakta penelitian sebelumnya yan9 dari analisisnya
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Shalat Berjamaah
89
dengan Motivasi Belajar Mahasantri Pondok HNS-UMS Oleh Wildan
Hartanto, 2005. Hal ini memiliki arti bahwa semakin sering orang
melaksanakan shalat berjamaah maka akan mempunyai motivasi yang tinggi
dalam belajar, sebaliknya orang yang jarang melaksanakan shalat berjamaah
mempunyai motivasi belajar yang rendah dalam belajar. Pelaksanaan shalat
mengandung beberapa manfaat, baik manfaat yang bersifat psikologis
maupun manfaat yang bersifat sosial. Keberadaan jamaah memudahkan
pelaksanaan shalat yang lebih besar dari pada dikerjakan sendiri-sendiri.
Dorongan yang semacam ini dalam ilmu jiwa disebut dengan (At-Taisir Al
ljtimai), yang maksudnya adalah kecepatan aktivitas dan kuantitasnya
sebagai hasil dari tindakan melihat rekan-rekannya yan~1 juga mengerjakan
aktivitas yang sama. Berkumpulnya sejumlah orang, beragam usia dan
lapisan sosial mereka, ditambah lagi keberadaan mereka di suatu bangunan
yang memiliki nilai sakral yang tidak hanya membuat mmeka bersikap
ho rm at, tetapi dapat jug a menjadikan sebagian mereka 9ampang
terpangaruh dengan sugesti.
Menurut Alrasikh (2006) orang yang bersama-sama itu rnemiliki peluang lebih
besar untuk menyelesaikan masalah secara cepat dan akurat daripada orang
yang sendirian. Mengapa? Salah satu sifat manusia itu adalah peduli atau
90
perhatian kepada orang lain. Sudah menjadi naluri kita untuk senantiasa
memperhatikan wajah dan karakter orang lain. Oleh karena itu, ketika
seseorang yang tengah dirundung masalah, kemudian rnau berkumpul
dengan orang lain, kemungkinan besar ia akan mendapatkan perhatian lebih
dari orang-orang di sekitarnya, apalagi jika di antara me1·eka sudah saling
kenal. Tidak hanya itu, konsentrasi yang bersangkutan pun akan terbagi,
fokus perhatiannya kepada masalah tidak lagi seratus persen. Siapa pun
individunya, ketika bersama orang lain, pikirannya tentang masalah pasti
berkurang, akan ada 25-30 persen perhatian yang tertuju kepada orang lain.
Dengan demikian, celah-celah solusi akan terbuka. Jika awalnya beban
seratus persen, maka 25 persen perhatian kepada oran1J akan membukakan
pintu solusi. Jadi keempat aspek dalam shalat berjamaah memiliki kontribusi
dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal.
5.3 Saran
5.3.1 Saran Teoritis
1. Agar menambah variabel penelitian yang digunakan, bukan hanya melihat
dari sisi intensitas kebermaknaan shalat berjamaah saja dalam kaitannya
dengan kecerdasan interpersonal. Sehingga hasil temuannya dapat
berkembang menjadi hubungan-hubungan yang lebih luas, misalnya
kecerdasan intrapersonal, kemampuan intrapersonal, dll.
91
5.3.2 Saran Praktis
1. Agar para siswa lebih meningkatkan intensitas keberrnaknaan shalat
berjamaahnya untuk membangun kecerdasan interpersonalnya semakin lebih
baik, yakni dengan lebih menghayati serta menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam shalat berjamaah. Sehingga dapat melatih diri dalam dunia
pergaulan.
2. Keluarga dan masyarakat, maupun pihak sekolah agar memberikan
penyuluhan atau penyampaian pesan lewat ceramah tentang pentingnya
upaya meningkatkan intensitas kebermaknaan shalat berjamaah sekaligus
menerapkan nilai-nilai dalam shalat berjamaah itu sendi1'i untuk membangun
kecerdasan interpersonal. Sehingga permasalahan yanu terjadi akibat
permasalahan yang terjadi pada siswa saat ini tidak berlarut-larut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Kamus Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, 19!34
Anggraini Sri, Populasi dan Sampel, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia: Jakarta, 1979.
Armstrong, Thomas. Kinds of Smart: Identifying and Developing Your Multiple Intelligences (tetjemahan T. Hermaya: Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda berdasarkan Multiple lntelligence;s). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002
Ary Ginanjar. Emotional Spiritual Question. Jakarta: Penerbit Arga, 2001
Barron dan Byrne. Sosia/ Psychology: Understanding Human Interaction. 2nd Editional. Boston: Anyn Bacon, 1977
Budiono. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Bintang Indonesia, 1994
Fadh Abdurrahman Bin Sulaiman, Sha/at Menurut Al Qur'an. Jakarta: Firdaus, 1992
Gardner. Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. NY: Basic Books, 1983
Gardner. Multiple Intelligences. NY: Basic Books, 1993
Miller, Statistics for business: data analysis and modeling. Belmont, CA: Wadsworth, Inc, 1994
Mujiono Nurkholis, Meraih Paha/a 27 Derajat, Bandung: Mizan, 1997
Mussen, Paul Henry (et.al). Child Development and Personality. New York: Harper and Row Publisher. Inc, 1984
Mel Silberman & Freda Hansburg. People Sma1t (Mengi~mbangkan Kecerdasan Interpersonal Anda). Metatonia, 2004
Saifuddin, Azwar, Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset, 1997
Sentot haryanto, Terapi Religious, Yogyakarta: Penerbit Mitra Pustaka, 2003
Sears, David, 0, Freedman, J.L. Peplau. L. Alih bahasa Michael Adiyanto. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga, 1994
Sevilla, Consuelo, G. Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Pn3Ss, 1993
Suharsimi Ari Kunto, Prosedur penelitian, Suatu Pendek.atan Praktek, PT. Jakarta: Reneka Cipta, 2002
Suryabrata, Sumadi. Metode/ogi penelitian. Jakarta: rajawali Pers, 1998
Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qathani, Meraih Berkah dengan Sha/at Berjamaah. Pustaka at-Tazkia: Jakarta, 2007
Wahab Az Zuhaili, Al-Al Fikhi Al Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1998
http://www.lndomedia.com
http://www.indoforum.org
http://www.wikipedia.org
http://www.fajar.co.id
http://www.opzaney. word press. com
http://www.mail-archive.com
http://muhshodiq.wordpress.com
http://pelajar-islam.or.id
http://librarv.usu.ac.id
Validity Skala lntensitas Shalat Berjamaah
****** Method 1 (space saver) will be used for this c:.nalysis **·k***
R E L I A B I L I T Y
Statistics for SCALE
Mean 168.5667
Item-total Statistics
VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAROOOll VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039
Scale Mean
if Item Deleted
165.6333 165.1667 165.5000 165. 7667 165.4000 164.9000 165 .1333 165.1000 165.6000 165.0000 164. 9667 165.2000 164.8667 165.2333 164.9333 164.9333 165.1667 164.8667 164.8667 165.7000 165.4333 165.0000 164.7667 164.7333 165.0333 165.3333 165.1667 164.9333 165.6333 164. 9667 164.9333 165.1667 165.0000 164.9667 165.8667 166.0667 165.3667 165.0667 165.0000
A N A L Y S I S S C A L E
Variance 260. 8057
Scale Variance if Item Deleted
255.2747 251.6609 262.0517 269.9782 256. 3862 261.5414 257.6368 250.3000 252.0414 249.2414 257.4816 240.7172 251. 8437 246.3920 254.6851 253.8575 252.2816 248.8782 247.4299 242.7000 243.4954 253.1724 254.9437 257.3747 253.2747 242.7816 241.1092 243.7195 254.4471 250.8609 256.7540 246.3506 246.4138 251.9644 257.6368 261.0299 238.4471 250.4782 252.2069
N of Std Dev Variables 16.1495 50
Correcteq ItemTotal
Correlation
.1832
.3500 -.0733 -.2449
.1035 -.0585
.1129
.4033
.2683
.5180
. 0945
.7340
.3800
.5815
.3274
.3353
. 4122
. 6897
.5832
.5244
.5388
.2857
.3639
.2703
.2348
.5228
.7987
.7387
.2149
.4856
.2100
.5734
. 7123
.4286
.0692 -.0421
. 6691
.4982
.4127
(A L P H A)
Alpha if Item Deleted
.8956
.8934
.8985
.9069
.8975
.8971
.8961
.8927
.8947
.8916
.8968
.8881
.8931
.8906
.8938
.8936
.8929
.8907
.8908
.8908
.8906
.8942
.8936
.8944
.8951
.8908
.8878
.8889
.8952
.8921
.8948
.8906
.8898
.8927
. 8979
.9010
.8883
.8920
.8929
VAR00040 164.9333 253.8575 . 4295 .8931 VAR00041 165.4667 244.1195 .6050 .8900 VAR00042 165.3667 245. 0678 .5665 .8905 VAR00043 165.1333 243.2230 . 6292 . 8896 VAR00044 165. 0333 243.5506 . 6875 .8892 VAR00045 164. 9667 252.4471 .3405 .8935 VAR00046 165.6333 259.5506 .0119 .8984 VAR00047 165.0667 249.9264 .4475 .8923 VAR00048 165.2667 240.8230 .6454 .8890 VAR00049 165.3667 252.9299 .3014 .8940 VAR00050 165.1667 246.3506 .5400 .8909
Reliability Coefficients N of Cases 30.0 N of Items 50 Alpha .8952
Reliability Skala Shalat Berjamaah
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y AN AL Y S I S s CAL E (A L P H A)
N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 103.4667 188.7402 13.7383 30
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Ite1n- Alpha
if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAR00008 100.0000 180. 8966 .3469 .9389 VAROOOlO 99.9000 178.9207 .5153 .9370 VAR00012 100.1000 171.4034 .7462 .9343 VAR00013 99.7667 180.8057 . 3940 .9382 VAR00014 100.1333 175.9816 .6058 .9361 VAR00015 99.8333 183.6609 .3165 .9387 VAR00017 100.0667 179.6506 .5224 .9370 VAR00018 99.7667 177.9092 .7389 .9355 VAR00019 99.7667 178.1851 . 5367 . 9368 VAR00020 100.6000 171.4207 .5952 .9365 VAR00021 100.3333 172.9195 . 5811 .9365 VAR00023 99.6667 182.9195 .4265 .9379 VAR00026 100.2333 173. 7023 .5091 .9378 VAR00027 100.0667 172.4092 .7782 .9341 VAR00028 99.8333 173.1782 . 7958 .9341 VAR00030 99.8667 180.7402 .4557 .9376 VAR00032 100.0667 175.9264 .5982 .9361 VAR00033 99.9000 175.8172 .7548 .9349 VAR00034 99.8667 180.3264 .4810 . 9374 VAR00037 100.2667 168.5471 .7149 . 9347 VAR00038 99. 9667 180.3782 .4709 .9375 VAR00039 99.9000 182.4379 .3495 .9385 VAR00040 99.8333 182.3506 .4646 .9376 VAR00041 100.3667 175.1368 .5764 .9364 VAR00042 100.2667 176.7540 .5004 . 9373 VAR00043 100.0333 172.3092 . 6964 . 934 9 VAR00044 99.9333 172.1333 .7859 .9340 VAR00048 100.1667 170.2126 . 7091 .9347 VAR00050 100.0667 174.6161 . 6260 .9358 VAR00047 99. 9667 180.5851 .3878 . 9384
Reliability Coefficients N of Cases 30.0 N of Items 30 Alpha = .9385
Validity Skala Kecerdasan Interpersonal
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E
Statistics for SCALE
Mean Variance 161.8667 271.1540
Item-total Statistics
VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAROOOlO VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039
Scale Mean
if Item Deleted
158.8000 158.6000 158.6000 158.6000 158. 9667 158.2000 158.3000 159.1667 158.8000 158.2333 158.5667 158. 7333 158.2667 159.0333 158.2667 158.3333 158.7667 158.5333 158.0333 159.3000 158.7333 158.6333 158.3333 158. 2667 158.1333 159.0000 158.8333 158.4000 158. 7333 158.5000 158.1333 158.4667 158.8333 158.4667 158.7667 158.9000 159.1000 158.3000 158.5667
Scale Variance if Item Deleted
262.9241 252.4552 268.1793 276.2483 254.9299 263.6828 265.3897 254.1437 260.3034 265.9092 260. 8057 256.8230 259.5126 254.9989 261. 7195 263.2644 262.3920 261.4989 266.3092 254.7000 258.7540 261. 6195 258.9195 262.2713 266.5333 257.1034 255.3851 257.6966 264.9609 263. 3621 264.0506 261.4989 255. 7989 269.6368 272.3920 262.2310 249.4034 263.4586 258.3920
N of Std Dev Variables 16.4668 50
Corrected Ite1nTotal
Correlation
.3770
. 6503
.1002 -.1777
. 4995
. 4040
.3356
.5541
.3268
.2722
.4041
.5519
. 514 6
.5512
. 5698
. 3673
. 4 769
.3978
.3800
.5462
.4450
.3824
.5850
.4695
.3009
.4824
.6211
. 7158
.2381
.3120
. 4036
. 4 612
. 6457
.0320 - . 0710
.2978
. 6292
. 3996
.5062
(A L P H A)
Alpha if Item Deleted
. 9142
. 9112
.9169
. 9219
. 9130
.9141
.9146
.9123
.9151
. 9151
.9140
.9125
.9130
.9124
.9131
.9143
.9136
. 9140
. 9146
.9124
. 9136
.9142
.9125
.9136
. 9149
. 9131
. 9118
. 9118
. 9155
. 9148
.9142
.9136
. 9117
. 9179
. 9188
. 9152
. 9112
.9141
. 9130
VAR00040 158.6333 258.3092 .5675 .9125 VAR00041 158.9333 256.9609 . 5091 . 9129 VAR00042 158.9000 259.4724 . 4001 .9141 VAR00043 158.8000 257.2690 . 4110 .9141 VAR00044 158.9000 259.1276 .3738 .9145 VAR00045 158.3000 260.6310 .5559 .9130 VAR00046 158. 9667 257.0678 .4936 . 9130 VAR00047 158.2000 265.2000 .3666 . 9145 VAR00048 158.8000 258.1655 . 4626 . 9134 VAR00049 158.8667 265.4989 .2500 . 9153 VAR00050 158.9667 255.8954 . 5381 .9125
Reliability Coefficients N of Cases 30.0 N of Items 50 Alpha .9156
Reliability Skala Kecerdasan Interpersonal
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E
Mean Variance Statistics for SCALE 122.3667 224.3092
Item-total Statistics
VAROOOOl VAR00002 VAR00005 VAR00006 VAR00008 VAROOOll VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00050
Scale Mean
if Item Deleted
119.3000 119 .1000 119.4667 118. 7000 119. 6667 119.0667 119.2333 118.7667 119. 5333 118.7667 118.8333 119.2667 119.0333 118.5333 119. 8000 119.2333 119 .1333 118. 8333 118.7667 119.5000 119. 3333 118. 9000 118. 6333 118. 9667 119. 3333 119. 6000 118. 8000 119. 0667 119.1333 119.4333 119.4000 119.3000 119. 4000 118.8000 119.4667 118. 7000 119. 3000 119.4667
Scale Variance if Item Deleted
217.1138 207.8862 209.6368 217.5966 208.3678 213.9954 210.3920 214.6678 208.9471 215.8402 217.7299 215.6506 214.3092 220.8782 207.6828 211. 9092 214.7402 213.0402 216.6678 210.8793 210.1609 212.2310 219.2057 215.7575 208.8506 202.5931 218.4414 214 .1333 212.2575 211. 9092 214 .1103 209.0448 212.1793 216.1655 211. 6368 219.8034 211.1828 208.6023
N of Std Dev Variables 14.9770 38
Corrected Item-Total
Correlation
.3600
.6258
.4949
.3977
. 5715
.4446
.5914
. 4647
.5775
.5615
.3332
.5196
.4560
.2918
. 6115
. 4 91 7
.4237
.5924
.4417
. 5078
. 6116
.7059
.3133
.4473
. 7196
. 6970
.3301
.4382
.5859
.4862
.3808
.5046
.4169
. 4680
. 4865
.3008
.5172
. 6143
(A L P H A)
Alpha if Item Deleted
.9300
. 9274
.9290
.9297
.9280
.9293
. 9278
. 9291
.9279
.9287
. 9302
. 9288
.9292
.9304
.9275
.9289
. 9295
.9281
.9294
.9287
. 9276
. 9273
.9303
.9293
. 9267
. 9264
.9302
. 9294
.9280
.9289
.9301
.9289
.9299
. 9292
. 9289
. 9304
.9286
.9275
Reliability N of Cases Alpha
Coefficients 30.0
= .9306 N of Items 38
Tabel 4.1
Hasil Uji lnstrumen Skala lntensitas Kebermaknaan Shalat Berjamaah
NoT r-hit r-tabel Keterangan
1 .1832 0,344 tidak valid
2 .3500 valid
3 -.0733 tidak valid
4 -.2449 tidak valid
5 .1035 tidak valid
6 -.0585 tidak valid
7 .1129 tidak valid
8 .4033 valid
9 .2683 tidak valid
10 .5180 valid
11 .0945 tidak valid
12 .7340 valid
13 .3800 valid
14 .5815 valid
15 .3274 tidak valid
16 .3353 tidak valid
17 .4122 valid
18 .6897 valid
19 .5832 valid
20 .5244 valid
21 .5388 valid
22 .2857 tidak valid
23 .3639 valid
24 .2703 tidak valid
25 .2348 tidak valid
26 .5228 valid
27 .7987 valid
28 .7387 valid
29 .2149 tidak valid
30 .4856 valid
31 .2100 tidak valid
32 .5734 valid
33 .7123 valid
34 .4286 valid
35 .0692 tidak valid
36 -.0421 tidak valid
37 .6691 valid
38 .4982 valid
39 .4127 valid
40 .4295 valid
41 .6050 valid
42 .5665 valid
43 .6292 valid
44 .6875 valid
45 .3405 tidak valid
46 .0119 tidak valid
47 .4475 valid
48 .6454 valid
49 .3014 tidak valid
50 .5400 valid
Tabel 4.3
Hasil Uji lnstrumen Skala Kecerdasan lnterp1ersonal
No r-hit r-tabel Keterangan
1 .3770 0,344 Valid
2 .6503 Valid
3 .1002 Tidak valid
4 -.1777 Tidak valid
5 .4995 Valid
6 .4040 Valid
7 .3356 Tidak valid
8 .5541 Valid
9 .3268 Tidak valid
10 .2722 Tidak valid
11 .4041 Valid
12 .5519 Valid
13 .5146 Valid
14 .5512 Valid
15 .5698 Valid
16 .3673 Valid
17 .4769 Valid
18 .3978 Valid
19 .3800 Valid
20 .5462 Valid
21 .4450 Valid
22 .3824 Valid
23 .5850 Valid
24 .4695 Valid
25 .3009 Tidak valid
26 .4824 Valid
27 .6211 Valid
28 .7158 Valid
29 .2381 Tidak valid
30 .3120 Tidak valid
31 .4036 Valid
32 .4612 Valid
33 .6457 Valid
34 .0320 Tidak valid
35 -.0710 Tidak valid
36 .2978 Tidak valid
37 .6292 Valid
38 .3996 Valid
39 .5062 Valid
40 .5675 Valid
41 .5091 Valid
42 .4001 Valid
43 .4110 Valid
44 .3738 Valid
45 .5559 Valid
46 .4936 Valid
47 .3666 Valid
48 .4626 Tidak valid
49 .2500 Valid
50 .5381 Valid
:ALA INTENSITAS KEBERMAKNAAN SHALAT BERJAMAAH >OAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 l:
3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 106
4 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 84
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 116
4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 116
4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 115
4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 115
4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 117
3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 113
4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 2 4 3 3 4 4 3 4 4 108
3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 113
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 112
4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 114
3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 4 1 3 95
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 113
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 69
4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 2 107
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 1 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 75
3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 2 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 107
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 119
4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 103
4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 109
3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 100
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 76
3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 113
4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 117
3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 113
2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 100
3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 105
3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 2 2 4 2 2 101
3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 106
4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 108
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 117
4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 92
4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 114
4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 115
4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 117
3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 113
4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 2 4 3 3 4 3 3 4 3 106
3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 113
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 89
4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 114
4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 117
3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 113
4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 2 3 4 2 3 4 103
4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 114
4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 108
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 116
4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 115
4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 117
176 177 178 191 180 188 174 192 187 177 184 195 187 190 200 201 198 203 202 199 197 204 207 196 198 210 215 214 211 212
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang menyelesaikan tugas akhir berupa penelitian
skripsi. Terna yang saya sedang teliti adalah tentang internsitas shalat
berjamaah dan kecerdasan interpersonal pada MA Arridho Depok.
Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan untuk peningkatan
kualitas dalam bidang pendidikan. Oleh Karena itu peran serta anda sangat
berarti untuk mencapai tujuan tadi melalui kesediaan anda dalam mengisi
kuesioner ini.
Sebelum mengisi kuesioner, bacalah terlebih dahulu petunjuk pengerjaan
yang ada pada setiap bagian. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan pendapat diri sendiri, bukan dari pengaruh orang lain. Jawaban yang
anda berikan akan dirahasiakan dan tidak akan mempengaruhi apapun, semata
mata hanya untuk kepentingan penelitian. Jawaban yang paling baik adalah
jawaban yang jujur dan sesuai dengan keadaan diri sendiri.
Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. Semoga Allah membalas
kebaikan Anda. Selamat mengerjakan.
Wasslamu'alaikum Wr.Wb
Hormat Saya,
Agnes Sartika (NIM.203070001456)
DATA RESPONDEN Na ma
Usia
Suku
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
: .............................. Tahun
:Laki-laki/Perempuan
:Kelas XI XI I XII
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyatan untuk membantu Anda
menggambarkan diri Anda sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan
berilah tanda silang ( X ) jawaban yang paling sesuai menggambarkan perasaan,
pikiran, atau perilaku Anda pada lembar jawaban yang telah disediakan. Ada
empat pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang mempunyai
arti sebagai berikut:
LEM BAR PERT AMA
SI = Selalu
Sr = Sering
Jr = Jarang
TP = Tldak Pernah
LEMBAR KEDUA
SS = s = TS =
STS =
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jika anda keliru memberi tanda silang atau berubah pendapat, ubahlah jawaban
Anda dengan memberi tanda samadengan ( = ) jawaban yang keliru tadi dan
berilah tanda silang pada jawaban yang anda anggap lebih tepat.
Sekali lagi mohon diperhatikan, bahwa Anda diminta menggambarkan diri
sendiri, bukan bagaimana seharusnya, atau bagaimana sebaliknya. Bila ada
pernyataan yang kurang sesuai dengan Anda, pilihlah jawaban yang terbaik
menurut Anda, walaupun Anda kurang begitu yakin, oleh sebab itu jawablah
secara terbuka dan jujur. Perhatikan jangan ada pernyataan yang tidak dijawab.
LEMBAR PERTAMA
NO PERNYATAAN SI Sr Jr TP
1 Saya merasa membutuhkan bantuan dari jamaah lain untuk merapikan shaf dalam shalat berjamaah
2 Saya merasa kesepian ketika melaksanakan shalat berjamaah
3 Shalat berjamaah dapat dilaksanakan jika ada yang menjadi imam dan makmum
4 Saya merasa banyak teman ketika melaksanakan shalat berjamaah
5 Saya merasa senang ketika shalat berjamaah bersama teman-teman
6 Saya kesal mengerjakan shalat dengan berjamaah karena privasi saya terganggu
7 Saya cuek ketika shafnya tidak teratur pada saat shalat berjamaah
8 Saya mendengarkan dengan penuh perhatian ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan imam
9 Dengan shalat berjamaah, keutamaan pahala 27 derajat dan kelipatannya akan diperoleh seiring dengan jumlah jamaah dalam shalat berjamaah
10 Saya bercanda ketika shalat berjamaah tanpa peduli dengan jamaah lainnya
11 Dengan shalat berjamaah, maka akan dapat membantu saya untuk membina hubungan baik dengan sesama jamaah lainnya.
12 Saya cuek jika imam melakukan kesalahan
13 Hasrat menyendiri terganti dengan hasrat kebersamaan dan kekompakan ketika shalat beriamaah
14 Perasaan tidak berarti dan diabaikan akan hilang ketika shalat berjamaah
15 Salah satu syarat imam shalat adalah dipilih berdasarkan fasih bacaannya
16 Shalat berjamaah bagi saya penting untuk membangun kebersamaan
17 Gerakan saya mendahului imam ketika shalat berjamaah
18 Jika shaf dalam shalat berjamaah belum rapat, maka saya akan tetap cuek
19 Saya merasa perlu mendapat dukungan untuk melaksanakan shalat berjamaah
20 Menurut saya imam dipilih karena pengetahuannya yang baik dalam islam
21 Shalat berjamaah mengajarkan kita untuk dapat berempati terhadap sesama
22 Saya merasa shalat berjamaah sama sekali bukanlah solusi untuk mempersatukan umat
23 Saya berkata kasar kepada jamaah yang membuat kegaduhan ketika shalat berjamaah
24 Ketika imam batal, makmum yang ada dibelakang imam sebaiknya diam saja tanpa ada vanq menaaantikan posisi imam
25 Banyaknya makmum bagi saya sepele dalam melaksanakan shalat berjamaah
26 Saya keberatan jika mendapat bantuan dari iamaah lain
27 Saya merasa kesal jika makmumnya terlalu banyak ketika shalat berjamaah
28 Saya merasa shalat yang dikerjakan berjamaah tidak mampu menyelesaikan permasalahan apapun
29 Saya senang jika mendapatkan bantuan dari jamaah lain untuk menertibkan shaf shalat berjamaah
30 Saya merasa terasing ketika shalat berjamaah
LEMBAR KEDUA
NO PERNYATAAN SS s TS STS
1 Saya mendengarkan dengan penuh perhatian untuk memahami pemikiran seseorang
2 Saya cuek atas keluh kesah orang lain
3 Saya adalah orang yang sulit untuk putus asa
4 Saya malas membantu teman yang dalam kesulitan
5 Saya sulit jika harus bekerja dalam sebuah tim
6 Mudah bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
7 Mudah bagi saya untuk berempati terhadap orang lain
8 Saya malas bila harus berdiskusi dalam diskusi kelompok
9 Saya dapat cepat menyesuaikan dengan situasi yang baru
10 Bila sebagai anggota tim/kelompok, maka saya harus bekerja keras untuk mencapai sasaran kelompok
11 Saya malas mendengar apa yang dikatakan orang lain
12 Sejak awal saya mencari kesepakatan daripada kemenangan
13 Orang kesal ketika mendengarkan saya berbicara
14 Saya cuek ketika ada teman yang mengalami musibah
15 Saya membutuhkan waktu lama untuk dapat menyesuaikan diri dengna lingkungan baru
16 Saya tetap tertutup, sekalipun saya sedang dalam kesulitan
17 Ketika mengkritik, saya menawarkan saran-saran perbaikan
18 Teman-teman menganggap saya kuper
19 Saya kesal jika harus mengerjakan tugas kelompok, karena ada anggota kelompok yang berbeda dengan sava
20 Saya dapat mengungkapkan pendapat saya dengan baik dalam diskusi kelompok
21 Saya enggan menyelesaikan permasalahan yang rum it
22 Saya sulit untuk mendapatkan teman baru
' 23 Lebih baik sendiri di kelas daripada harus berlrnmpul '
denqan teman-teman ketika iam istirahat l ;24 Memberikan alasan yang meyakinkan adalah cara
agar orang lain menerima pendapat yang telah saya utarakan
25 Saya termasuk orang yang berani mengambil resiko
26 ' ~aya memahami bahasa tubuh orang lain untuk emahami mereka dengan lebih baik
27 Jika ada masalah maka akan berusaha tetap tenang
28 Saya kesulitan membangun hubungan baik dengan teman-teman saya
29 Jika hubungan berjalan buruk, saya akan mengambil cara untuk melakukan sesuatu
30 Mudah bagi saya untuk mengawali pembicaraan
31 Saya termasuk orang yang kaku bila berinteraksi dengan orang lain '
32 Saya menyukai kegiatan yang melibatkan orang ' banyak
I 33 I tsaya menyadari bahwa setiap orang membutuhkan
perlakuan yang berbeda
34 Teman-teman suka bergaul dengan saya
I 35 Saya dapat dengan mudah berbagi informasi dengan
orang lain
36 Saya menghargai ketika orang lain berbicara
37 Saya bingung bila mempunyai teman-teman baru
38 Bila terjadi perubahan, maka sulit bagi saya untuk I
dapat menyesuaikannya