skripsi - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2288/1... ·...
TRANSCRIPT
i
AMALAN THARIQAH AN-NAQSABANDIYAH AL-KHALIDIYAH
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN
NILAI-NILAI SPIRITUAL JAMAAH
DI DESA NGOMBAK KECAMATAN KEDUNGJATI
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (SPd)
Oleh
PUJI IMAM NAWAWI
NIM: 11110030
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadillah:
11)”.
“Dosa itu seperti bayi, semakin sedikit dosa orang itu
semakin pantas dia melakukan apapun”
vii
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak
Mustamaji dan Ibu Ngapi Naati karena dengan bimbingan, kasih
sayang, dan doa keduanya lah aku melangkah ke depan dengan
optimis untuk meraih cita-cita.
2. Kakakku Muhammad Bisyri Muthahar, Rizka Fadtikha Ichwan yang
senantiasa
memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Sahabatku Teguh Kayen Marx, Ariyadi, Surya Sinanggiri, Khoirul
Anwar, Mudofir, Teman – Teman Syabab, LK HMI Tahun 2010
yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
4. Teman-temanku di kampus yaitu kelas PAI A angkatan tahun
2010, teman-teman PPL, KKN, dan teman lainnya di IAIN
Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada
Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk
memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI).
4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd., sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan
tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik.
ix
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepala Desa Ngombak Bapak Mahfud yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan
balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Salatiga, Juli 2017 Penulis PUJI IMAM NAWAWI
NIM: 11110030
x
ABSTRAK
Nawawi, Puji Imam. 2017. Amalan Thariqah An-Naqsabandiyah Al-
Khalidiyah dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Nilai-Nilai
Spiritual Jamaah Di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.
Kata kunci: Thariqah, Syarat, Dzikir.
Tarekat Naqsabandiyah bukan hanya sebuah ajaran ritual belaka, Tarekat
ini fokus pada pendekatan spiritual manusia terhadap Allah SWT. Implementasi
dzikir merupakan bagian dari metode pendekatan kepada Allah SWT. Rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu 1) Seperti apa bentuk-bentuk amalan Tarekat
Naqsabandiyah yang berada di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten
grobogan? 2) Bagaimana pengaruh amalan Tarekat Naqsabandiyah yang berada di
Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten grobogan terhadap masyarakat
sekitar? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk amalan dan pengaruh
amalan Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah terhadap pengembangan nilai
spiritual Di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang
sifatnya kualitatif. Penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan,
klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti sesuai
dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural.
Zikir dalam Tarekat Naqsyabandiyah Di Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan terdiri dari zikir ismu zat, zikir lathaif, zikir
nafsi isbat, zikir wukuf, zikir muraqobah, zikir muraqobatul itlak, zikir
muraqabatul ahadiatul af'al, zikir murahabatul maiyah, zikir murahabatul
aqrabiyah, zikir muraqabatul ahadiyatuzzati, zikir muraqabatuzzatish sharfi wal
bahti, zikir tahlil lisan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa masyarakat yang
mengikuti ajaran Thariqah Naqsabandiyah dalam kehidupannya lebih tenang,
lebih dibukakan jalannya, masalah yang dihadapi dirasakan dengan bathin yang
terkontrol dengan baik. Keseharian jamaah thariqah lebih yakin terhadap takdir
hidup dari Allah SWT, lebih istiqomah dalam menjalani hidup, dalam
bermasyarakat jamaah lebih memilki kesadaran sosial yang tinggi, serta
menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama mahluk hidup sebagai ciptaan
Allah SWT. Masyarakat Di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan lebih memberikan peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat kepada
orang yang mengikuti thariqah. Karena dapat dipercaya dalam menjalankan
amanat sebagai pemimpin serta lebih mengutamakan kepentingan umum.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................ ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iv
DEKLARASI .............................................................................................. v
MOTTO ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ........................................................................ 6
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6
F. Penegasan Istilah ............................................................................. 12
G. Metode Penelitian ............................................................................ 15
1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 15
2. Jenis Penelitian ........................................................................ 16
3. Sumber Data ............................................................................. 16
a. Sumber Data Primer ............................................................ 17
b. Sumber Data Sekunder ........................................................ 17
H. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 18
1. Observasi .................................................................................. 18
2. Wawancara ............................................................................... 18
3. Dokumentasi............................................................................. 19
xii
4. Metode Analisis Data........................................... .................... 19
I. Sistematika Penulisan ...................................................................... 20
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 22
A. Nilai-Nilai Spiritual dan Implementasi ......................................... 22
1. Definisi Nilai-Nilai Spiritual .................................................... 22
2. Pengaruh Nilai Spiritual .......................................................... 28
B. Thariqah Naqsabandiyah ................................................................. 36
1. Gambaran Thariqah Naqsabandiyah ........................................ 36
2. Ajaran Thariqah Naqsabandiyah ............................................. 44
3. Amalan Nilai Spiritual dalam Ajaran Thariqah Naqsabandiyah 47 BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ......................................... 54
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 54
1. Gambaran Umum Masyarakat Desa Ngombak ........................ 54
2. Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Ngombak ........................ 56
B. Asal Usul Thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah ............................. 58
1. Sejarah Thariqah An-Naqsabandiyah....................................... 61
2. Sejarah Thariqah Naqsabandiyah di Desa Ngombak ............... 61
3. Amalan Thariqah Naqsabandiyah di Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan ............................................. 62 BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 66
A. Amalan-Amalan pada Thariqah Naqsabandiyah di Desa Ngombak 66
1. Taubat ....................................................................................... 66
2. Talqin ....................................................................................... 67
3. Baiat ......................................................................................... 68
4. Dzikir ........................................................................................ 69
5. Amalan Zikir ........................................................................... 75
a. Zikir Nafsi Isbat ................................................................... 82
b. Zikir Wukuf ........................................................................ 84
c. Zikir Muraqabah .................................................................. 85
d. Zikir Tahlil Lisan ................................................................. 91
xiii
B. Pengaruh Ajaran Thariqah Terhadap perilaku Spiritual Jamaah di desa
Ngombak ......................................................................................... 92
1. Thariqah Terhadap Kepedulian Sosial ..................................... 92
2. Thariqah Terhadap Kepuasan Hidup........................................ 94
3. Thariqah Terhadap Pengembangan Pendidikan ...................... 96
C. Data Anggota Thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah Desa Ngombak 99 BAB V PENUTUP ...................................................................................... 103
A. Kesimpulan ...................................................................................... 103
B. Saran ................................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 107
LAMPIRAN ................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman pemahaman terhadap ajaran agama yang
disebabkan oleh perbedaan dalam memahami dan menginterprestasi
sumber pemahaman dapat melahirkan berbagai paham atau aliran
keagamaan. Dalam Islam,aliran-aliran keagamaan yang ada cukup
beranekaragam. Salah satu aliran keagamaan dalam Islam yang lebih
mementingkan olah batin untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
jalan memperbanyak dzikir dan ibadah serta menjauhi perbuatan tercela
dinamakan tarekat (Nata,2006:269).
Thariqoh pada mulanya adalah sikap zuhud para sahabat atau
generasi awal muslim yang ingin menjalankan syariat secara konsisten.
Namun secara umum memiliki pengertian jalan, petunjuk dalam
melakukan suatu ibadah sesuai dengan agama yang ditentukan,
dicontohkan oleh Nabi, dikerjakan oleh para sahabat dan tabii'in, turun-
temurun sampai pada ke-guru-guru, lama kelamaan semakin luas menjadi
kumpulan kekeluargaan yang mengikat penganut-penganut sufi yang
sepaham dan sealiran (Aceh, 1969;79).
Pada perkembangnya, tarekat menjadi sebuah organisasi yang
dibawah pengarahan seorang mursyid.Setiap tarekat yang berkembang
menjadi organisasi memiliki aturan dan corak tersendiri. Banyak faktor
yang menyebabkan lahirnya tarekat diawal kelahirannya, baik dari segi
2
kultur dan struktur. Dari segi politik dunia Islam sedang menghadapi masa
kritis hebat (Ali,1980:273).Pada bagian barat, seperti wilayah Palestina,
Syiria dan Mesir, dunia Islam menghadapi serangan orang-orang Kristen
Eropa yang terkenal dengan perang Salib. Selama lebih kurang dua abad
telah terjadi 8 kali perang yang dahsyat. Serangan-serangan yang datang
dari agama lain menumpas habis Islam secara tidak langsung,umat Islam
mempertahankan agamanya dengan doktrin yang menentramkan jiwa.
Selain itu umat Islam menjalin hubungan damai dengan sesama muslim
dalam kehidupan (Nasution,1990:1-5).
Indonesia sebagai Negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia (HAM),memberikebebasandalam hal beragama dan berserikat.
Perkembangan thariqah atau tarekat tidak bisa dilarang dan dielakan. Para
penempuh jalanthariqah atau tarekat telah mengembangkan dan
mendirikan jamaah sampai pada daerah pedesaan.Tentu saja
perkembangnya dikarenakan adanya pengaruh Pondok Pesantren.
Seperti halnya Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di Desa
Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.Thariqah ini
merupakan thariqah yang memiliki jamaah atau pengikut dengan jumlah
yang besar. Realitas masyarakat yang kental dengan kehidupan yang keras
dan latar belakang daerah pengaruh Islam yang berkembang disekitar
daerah proses Hindunisasi terlama dalam sejarah nusantara sangat menarik
untuk diteliti. Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah setidaknya
mampu memberi warna tersendiri dan berpengaruh positif pada tata
3
kehidupan sosial dan budaya di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan.
Tarekat Naqsabandiyah adalah tarekat yang mengutamakan pada
pemahaman hakikat dan tasawuf yang mengandung unsur-unsur
pemahaman rohani yang spesifik. Di dalam pemahaman yang
meng"isbat"kan zat ketuhanan dan "isbat" akan sifat "maanawiyah" yang
maktub di dalam "roh" anak-anak Adam maupun pengakuan di dalam
"fanabillah" mahupun berkekalan dalam "bakabillah" yang melibatkan
dzikir-dzikir hati.
Kata Naqsyabandiyah berasal dari Bahasa Arab yaitu Murakab
Bina-i dua kalimah Naqsh dan Band yang berarti suatu ukiran yang
terpateri, atau mungkin juga dari Bahasa Persia, atau diambil dari nama
pendirinya yaitu Baha-ud-Din Naqshband Bukhari. Sebagian orang
menerjemahkan kata tersebut sebagai "pembuat gambar", "pembuat
hiasan". Sebagian lagi menerjemahkannya sebagai "Jalan Rantai", atau
"Rantai Emas". Perlu dicatat pula bahwa dalam Tarekat Naqsyabandiyah,
silsilah spiritualnya kepada Nabi Muhammad adalah melalui khalifah
Hadhrat Sayyidina Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu, sementara kebanyakan
tarekat-tarekat lain silsilahnya melalui khalifah Hadhrat Sayyidina Ali bin
Abu Thalib Karramallahu Wajhahu.
Tarekat Naqsabandiyah memiliki banyak amalan sunnah seperti
shalat, dzikir dan shalawat. Mereka memiliki amalan harian, mingguan,
bulanan dan tahunan. Amalan harian diisi dzikir setiap habis shalat wajib.
4
Sedang amalan mingguan diisi dengan khataman dan amalan setiap bulan
adalah manaqib. Terakhir, amalan setahun sekali adalah shalat sunnah 100
rokaat.Dzikir batin bagi para pengamal Tarekat merupakan nutrisi wajib
yang harus dimakan sehari-hari. Setidaknya mereka melahap dzikir 1000
kali setiap hari, kemudian mingguan, bulanan dan tahunan ada lagi jenis
macamnya. Namun amalan dzikir semua itu adalah untuk batin saja.
Inti dari tarekat dalam arti ajaran adalah jalan yang harus
ditempuh oleh kaum sufi dalam berusaha mendekatkan diri kepada Allah
SWT melalaui jaran-ajaran yang telah ditentukan dan dicontohkan oleh
ulama-ulama sebelumnya sebagai upaya untuk penyucian hati dari segala
sesuatu selain Allah SWT, dan untuk menghiasi zikir kepada Allah SWT.
Berangkat dari realitas di atas bahwa berkembangnya aliran
Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan dengan segala kesederhanaan dan
kesahajaannya memiliki keunikan tersendiri yang telah melakukan
fungsinya dalam membangun pribadi dan masyarakat yang tidak dimiliki
oleh lembaga-lembaga lain, sehingga Thariqah An-Naqsabandiyah Al-
Khalidiyah tetap dapat eksis di tengah arus percaturan dunia global.Dasar
pemikiran penulis untuk mencari jawaban tentang Thariqah An-
Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan dan Implementasi nilai-nilai spiritual dzikirullah
yang terangkum dalam sebuah judul “Amalan Thariqah An-
Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan
5
Nilai-Nilai Spiritual Jamaah Di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan.”
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apabentuk-bentuk amalan pada Thariqah An-Naqsabandiyah
Al-Khalidiyah Di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan?
2. Bagaimana pengaruh amalan dan nilai-nilai spiritualJamaah Thariqah
An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah Di Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk amalan DzikirThariqah An-
Naqsabandiyah Al-Khalidiyah Di Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan .
2. Untuk mengetahuipengaruhzikirdan pengaruh nilai-nilai spiritual pada
jamaah Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dalam kehidupan
sosial Di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan di atas, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada para ilmuan yang akan meneliti bidang Tarekat dan
6
Spiritual dalam kehidupan sosial. Disamping itu hasil penelitian ini
diharapkan juga menjadi dasar pemikiran serta memberikan motivasi
dan dorongan bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian
lanjutan dengan pokok bahasan yang lebih mendalam tentangThariqah.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagiThariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan sekaligus bisa
menjadi acuan dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada
peneliti dalam rangka mengungkapkan realita-realita yang masih
menjadi permasalahan tentunya yang berkaitan dengan dalam
kehidupan sosial.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentangThariqah dalam kehidupan sosial bukanlah hal
yang baru, namun sangat menarik dalam pemikiran sosial dan budaya
yang menempatkan pada perkembangan konsep keilmuan pada
pemahaman yang signifikan.Akan tetapi pada kenyataannya pemahaman
dinamika sosial dalam konteks tarekat dalam kehidupanDi Desa Ngombak
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan masih minim, ini
ditunjukkan pada realitas yang timpang dan terjadinya konflik-konflik
antar penganut Thariqah.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis meneliti tentang Amalan
Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan Pengaruhnya Terhadap
Jamaah Di Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
7
untuk diteliti secara langsung dengan wawancara.Dalam waktu beberapa
hari penulis melakukan penelusuran untuk mencari informasi beberapa
tempat buku (perpustakaan, toko buku, kolektor dan lain-lain).Ditemukan
penelitian yang berkaitan dengan Amalan Thariqah An-Naqsabandiyah
Al-Khalidiyah dan Pengaruhnya Terhadap JamaahDi Desa Ngombak
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
1. Skripsi Irfan Afandi (NIM : 4102075) Tahun 2009 Tarekat
Naqsabandiyah Kholidiyah (Analisis Pengajaran Tasawuf Pada
Pondok Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah "Lidaril Baqo"
Kalipucang Wetan Welahan Jepara)”. Jurusan Tasawuf Psikoterapi
Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Dalam skripsi ini
fokus penelitiannya adalah Kelebihan Pengajaran Tasawuf pada
tarekat Naqsabandiyyah Kholidiyyah “Lidaril Baqo”.
Secara konseptual ajaran tasawuf pada tarekat
Naqsabandiyyah Kholidiyyah “Lidaril Baqo‟” mudah dipahami oleh
para jama‟ahnya sehingga maksud yang dipahami oleh jam‟iyyah
tarekat sepaham dengan apa yang dimaksudkan Mursyid. Mursyid
tarekatnya memiliki silsilah yang jelas dan sanadnya bersambung
dengan Rasulullah Saw.sehingga kemudian dikatakan sebagai tarekat
yang muktabar, hal ini tentunya menjadi sebuah kredit poin bagi
pengikutnya sehingga tidak muncul keraguan yang dialami
jama‟ahnya. Di dalam skripsi ini hanya membahas persoalan konsep
ajaran tarekatnya yang dianggap tarekat muktabarrah, tidak
8
membahas persoalan Dinamika Kehidupan Tarekat di Pondok
Pesantren bila dihubungkan dengan sosial, politik, agama dan budaya.
2. Skripsi Muhlasin (NIM 09540008) Tahun 2013 yang berjudul “Peran
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah Dan Kesalehan Sosial Studi
Kasus Terhadap Masyarakat Desa Karangbolong Kabupaten Kebumen
Jawa Tengah “ Fakultas Ushuluddin Studi Agama Dan Pemikiran
Islam Universaitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
untuk mengetahui peran yang dilakukan oleh Jama‟ah tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terhadap masyarakat pada umumnya
di Desa Karangbolong.
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
makna dan tujuan dari aktifitas ritual yang dilakukan oleh anggota
tarekat Qadiriyah Wa Naqsybandiyah serta mengetahui persepsi
masyarakat Desa Karangbolong Kabupaten Kebumen terhadap
aktifitas ritual yang dilakukan oleh anggota tarekat Qadiriyah Wa
Naqsybandiyah dan kesalehan sosial masyarakat Desa Karangbolong
Kabupaten Kebumen. Di dalam skripsi ini belum dijelaskan mengenai
dinamika secara keberurutan konteks sejarah dimasyarakat terutama
kaitannya dengan pondok pesantren.
3. Tesis Wiwin Syahputra Nasution (NIM : 107037004) Tahun 2012
yang berjudul “Munajat Dalam Tarekat Naqsyabandiah Babussalam
Langkat: Kajian Terhadap Fungsi, Makna Teks, Dan Struktur Melodi”
Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada
9
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang untuk
mengetahui analisis terhadap makna teks dengan pendekatan teori
semiotika ditemukan bahwa syair teks munajat disamping
berhubungan dengan konsep konsep tanda, juga memiliki unsur unsur
puisi melayu tradisional seperti prosa, pantun, seloka, atau gurindam.
Apabila ditinjau dari makna aktifitasnya maka munajat adalah sebagai
salah satu wujud ketaqwaan kepada Allah.
Penelitian ini fokus pada analisis bentuk, fungsi dan makna
munajat sebagai media dalam menjaga ideologi dan silsilah Tarekat
Naqsyabandiah di desa Besilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatra Utara. Kajian ini dilakukan untuk memberikan
pemahaman menyeluruh tentang peranan senandung Munajat dalam
Tarekat Naqsyabandiah yang digunakan sebagai tanda akan masuknya
waktu salat Subuh, Maqhrib dan salat Jumat. Adapun yang menjadi
pencipta dan yang membudayakan tradisi pembacaan senandung munajat
ini adalah tuan guru pertama yang juga merupakan pendiri Tarekat
Naqsyabandiah di kampung Babussalam yaitu Syekh Abdul Wahab Rokan
Khalidy Naqsyabandy.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan interdisiplin dengan metode penelitian kualitatif dengan
mendeskripsikan dan mentranskripsikan senandung munajat yang
dilakukan dilokasi penelitian.Beberapa teori yang digunakan dalam
mendukung penelitian ini diantaranya teori fungsionalisme, teori
10
etnomusikologi, teori semiotika, teori Tringulasi, Teori Weighted Scale
(bobot tangga nada), teori atqakum, teori takmilah.Data data dikumpulkan
melalui, studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Setelah analisis dilakukan, ditemukan hasil bahwa Munajat dalam
Tarekat Naqsyabandiah memiliki peranan yang penting sebagai alat untuk
menjaga kontinuitas budaya dan sebagai penguat integritas tarekat
Naqsyabandiah Babussalam.Munajat juga memiliki fungsi sebagai sarana
pendidikan, menjaga adab serta silsilah tarekat Naqsyabandiah.
Buku-buku lain yang membahas tentang dinamika tarekat yang
mendukung dengan penelitian skripsi ini ialah :
1. Harun Nasution, Thariqat Qadiriyah Naqsabandiyyah (sejarah, asal-
usul, dan Perkembanganya, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990),
buku ini membahas mengenai kedudukan tasawuf dalam Islam, tarekat
dan hubungannya dengan Tasawuf, serta sejarah singkatnya tarekat
masuk ke Indonesia khususnya tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyah di
Pondok Pesantren Suryalaya.
2. Mahmud Sujuthi, Politik Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah
Jombang, (Yogyakarta : Galang Press, 2001), buku ini membahas
mengenai tarekat Rejoso dan cabang-cabang yang berasal darinya
dalam konteks struktur dan sejarah politik. Boleh dikatakan bahwa
sejarah Jawa Timur di Orde Baru tidak bisa dimengerti tanpa
memperhatikan peranan tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, yang
11
begitu besar pengaruhnya terhadap baik orang Madura maupun etnis
Jawa.
3. Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam,
(Bandung: Rosda, 2012), buku ini lebih fokus pada pentingnya
pengenalan ilmu tasawauf dan tarekat bagi setiap orang dan khususnya
mahasiswa PTAI utuk mewujudkan manusia berakhlak dan bermoral.
Penting ilmu dan amal dalam beribadah kepada Allah harus selaras
dengan ajaran yang benar dalam tasawuf, karena di dalamnya terdapat
keseimbangan antara ilmu dan amal.
4. Djma‟an Nur, Tasawuf dan Tarekat Naqsabandiyah Pimpinan Saidi
Syekh Khadirun Yahya, (Jakarta: Dirjen Dikti PTAI, 2002), buku ini
membahas konsep-konsep mengenai manusia dengan memeperhatikan
fakta-fakta empiris tentang manusia. Sedangkan entri “tasawuf”
menggambarkan pada jenis spiritualisme yang mendasarkan pada
amalan ajaran dzikir berserta panduan lengkap ajaran tarekat.
Penjelasan sekilas tentang gambaran umum dari isi buku-buku
diatas akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, sehingga
peneliti berharap dengan menggunakan literatur diatas dapat mengetahui
tentang Implementasi Nilai-Nilai Spiritual Thariqah An-Naqsabandiyah
Al-Khalidiyah di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan.
F. Penegasan Istilah
1. Pengertian nilai-nilai spiritual
12
Pengertian nilai menurut Departemen pendidikan nasisonal
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:783), nilai adalah sifat-
sifat yang penting(hal-hal) atau berguna bagi kemanusian. Dalam
penelitian ini, penulis merumuskan yang dimaksud dengan nilai yaitu
sesuatu yang dijadikan tolak ukur dalam menentukan perilaku
seseorang yang berhubungan dengan sikap serta perbuatan
kemanusian.
Pengertian spiritual dalam penelitian ini menurut Departemen
pendidikan nasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:983),
yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat
kejiwaan, rohani, dan kepuasan kebatinan. Maka spritual menurut
penulis merupakan suatu hasil dari penerapan atas keyakinan atas
ajaran agama sehingga berdampak pada kepuasan atas kebutuhan
batiniah seseorang.
Nilai spiritual memiliki hubungan dengan sesuatu yang
dianggap mempunyai kekuatan sakral suci dan agung. Karena itu
termasuk nilai kerohanian, yang terletak dalam hati. Hati adalah
hakekat spiritual batiniah, inspirasi, kreativitas dan belas kasih.
Pemahaman spiritual adalah cahaya Tuhan ke dalam hati, bagaikan
lampu yang membantu kita untuk melihat (Robert Frager 2002: 70).
Nilai-nilai spiritual dalam Thoriqoh adalah perbuatan untuk
membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya
kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan.
13
2. PengertianDzikir
Kata "dzikr" menurut bahasa artinya ingat.Sedangkan dzikir
menurut pengertian syariat adalah mengingat Allah SWT dengan
maksud untuk mendekatkan diri kepadaNya. Kita diperintahkan untuk
berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan
kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan
takabbur. Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS.
Al-Ahzab : 4).
Ada beberapa definisi zikir menurut ulama, dan pakar. H. Abu
Bakar Atjeh, sebagaimana dikutip M. Afif Ansori, memberikan
pengertian zikir;
“Sebagai ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan
Tuhan dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang
mempersucikan Tuhan dan membersihkan-Nya dari sifat-sifat yang
tidak layak untuk-Nya, selanjutnya memuji dengan puji-pujian dan
sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat
yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian”.
Lebih luas lagi bahwa termasuk zikir adalah setiap amalan
orang Islam yang dilakukan karena Allah swt. Sebab jelas setiap
amalan yang dilakukan karena Allah swt tentu dimulai dengan didasari
pada niat beribadah kepada Allah.
Menurut ulama sufi, Syekh Ahmad al-Fathan, asal zikir itu
ialah as-Shafa artinya bersih dan bening, wadah (tempatnya) ialah al
Wafa artinya menyempurnakan, syaratnya adalah al-Hudhur artinya
14
menghadirkan hati sepenuhnya. Hamparannya ialah amal saleh,
khasiatanya adalah pembukaan dari Allah al-Aziz ar-Rahim.
Menurut Muhammad Hasbi Asshidieqy zikir adalah menyebut
nama Allah dengan membaca tasbih, tahlil, membaca tahmid,
membaca taqdis, takbir, hauqalah, hasbalah, basmalah, membaca al-
Quran al Madjid dan membaca doa-doa yang ma‟tsur.
3. PengertianThariqah Naqsabandiyah
Menurut Nur Djamaan (2002: 120) kata thariqah atau tarekat
berasal dari bahasa Arab “tariiqatun” jamaknya ”taraiqun” yang
secara etimologi berarti: jalan, cara (al kafiyah)¸ metode, sistem ( al
uslub)¸ mazhab, aliran dan haluan.
Kata tarekat menurut Fuad Said (1996:1) disebutkan 9 dalam 5
surat dalam Al-Qur‟an yaitu: An-Nisaa 168 dan 169, Toha 63,77, dan
104, Al Ahqof 30, Al Mukminin 17, Al Jinn 11 dan 16. Thariqah
menurut istilah adalah jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu
Tauhid, Fiqih, dan Tasawuf (Said, 1996: 6).
Pengertian ”Naqsabandiyah” menurut Syekh Najmudin Amin
Al-Kurdi dalam kitabnya “tanwirul qulub” yang dikutip oleh Fuad
Said (1996: 7), berasal dari dua buah kata bahsa arab, ”Naqsy” dan
“Band”, Naqsy artinya ukiran atau gambar yang dicap pada sebatang
lilin atau benda lainnya, sedangkan band artinya bendera atau layar
lebar. Naqsabandi artinya ukiran atau gambar yang terlukis pada suatu
benda yang melekat, tidak bisa terlepas lagi. Dinamakan
15
Naqsabandiyah karena Syekh Badaudin pendiri tarekat ini senantiasa
berzikir mengingat Allah berkepanjangan, sehingga lafad “Allah” itu
terukir melekat ketat di kalbunya.
G. Metodologi Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ialah deskriptif
analitis.Dari situ, langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan, baru kemudian dibutuhkan klasifikasi,
deskripsi kemudian analisis. Adapun alat penelitian ini digunakan lokasi
penelitian, jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data, ruang lingkup penelitian,sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Letak geografis Desa
Ngombak adalah sebelah utara berbatasan dengan desa Kudunglumbu,
sebelah selatan berbatasan dengan desa Tempuran (Kabupaten
Semarang) dan sebelah barat berbatasan dengan desa Prigi serta
sebelah timur berbatasan dengan Sungai dan desa Ngawurejo Desa
Ngombak berjarak sekitar 7 (tujuh) kilometer dari Jalan Raya
Kedungjati, secara administratif berada diKecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah.
Penulis memilih Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah
di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan
untuk dijadikan lokasi penelitian karena Thariqah An-Naqsabandiyah
16
Al-Khalidiyah di Desa Ngombak adalah termasuk jamaah Thariqah
yang masih mampu bertahan sampai saat ini.
2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang–orang dan perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang
sedang dihadapi(Moloeng, 2007:4). Field research adalah research
yang dilaksanakan dikancah atau medan terjadinya gejala-
gejala.Penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan,
klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan
dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara obyektif dari suatu diskripsi.Adapun pendekatan
yang menurut peneliti sesuai dengan tema penelitian ini adalah
pendekatan sosiokultural.
3. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari data di lapangan dalam hal ini
tentu menggunakan teknik pengumpulan data.Teknik pengumpulan
data merupakan langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,2013:224).
Adapun sebagai sumber datanya dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Sumber Data Primer
17
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat untuk
pertama kalinya. Sedangkan menurut J. Supranto, sumber data
perimer adalah data yang langsung dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/organisasi langsung melalui objeknya (Cet-ketujuh
2003:20).
Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah langsung
dari lokasi penelitian yaitu pengasuh dan tokoh Thariqah An-
Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di Desa Ngombak, Kecamatan
Kedungjati, Kabupaten Grobogan
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
atau yang dikumpulkan dari orang yang telah melakukan penelitian
dan dari sumber-sumber yang telah ada sebagai pelengkap sumber
primer.Sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku
yang berhubungan dengan penelitian ini, mengumpulkan
dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan
menurut J. Supranto, data sekunder yaitu data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi (Cet-ketujuh
2003:21).
Disamping itu juga yang menjadi sumber data sekunder
dalam penulisan skripsi ini adalah kitab-kitab tafsīr Indonesia.
Sedangkan sumber data lain yang penulis gunakan dalam
18
penelitian ini adalah karya-karya ilmiah yang terkait dengan tema
yang dimaksud untuk membantu memperjelas pembahasan dalam
penelitian ini, baik itu karya yang berbentuk buku, jurnal, koran
mapun media lainnya seperti internet.
H. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi adalah study yang disengaja atau sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan
pengamatan dan pencatatan (Iqbal Hasan, 2008:19). Observasi
dilakukan dengan pengindraan langsung kondisi, situasi, proses dan
prilaku. Metode ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan data
lapangan yang terkait dengan Implementasi Nilai-Nilai Spiritual
Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di Desa Ngombak,
Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.
2. Wawancara
Metode wawancara disebut juga Interview, yaitu pengumpulan
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab secara lisan pula oleh responden (Nawawi dan Hadari,
1995:98). Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung
antara penyelidik dengan subyek (responden).Metode ini digunakan
untuk mengetahui asal-usul tarekat dan perkembangannya, nilai-nilai
spiritual yang diajarkan dalamAmalan Dzikir Thariqah An-
Naqsabandiyah Al-Khalidiyahserta Pengaruh Nilai-Nilai
19
SpiritualTerhadap JamaahThariqah An-Naqsabandiyah Al-
Khalidiyahdi Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan.
3. Dokomentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, majalah dan lain-lain.Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,2013:240). Metode
ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang letak geografi dan
demografi Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan, serta untuk mendapatkan dokumen-dokumen lainnya yang
berhubungan dengan kehidupan Thariqah An-Naqsabandiyah Al-
Khalidiyah di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan.
4. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis
dengan metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif analisis menurut
Jonh W. Bees adalah usaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
mengenai apa yang ada tentang kondisi, pendapat, dan aktifitas yang
sedang berlangsung serta akibat yang terjadi atau kecenderungan yang
tengah berkembang (Sanafiah Faisal Dan Mulyadi Guntur, 1982:119).
20
Metode ini penulis gunakan dalam rangka memberikan
gambaran data yang ada serta memberikan interpretasi terhadapnya,
serta melakukan analisis interpretatif.Setelah data terkumpul, peneliti
akan menganalisis data dengan teknik analisis deskriptifkualitatif.
Penggunaan analisis ini dimulai dengan pengumpulan data-data
kemudian diolah secara sistematik.
I. Sistematika Penulisan
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh
mengenai pembahasan skripsi ini.Maka secara global penulis merinci
dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut.
BAB I. Bagian ini merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan
tentang hal-hal yang melatarbelakangi munculnya masalah yang
dirumuskan dalam penelitian ini, Dalam bab ini berisi; latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang
diharapkan dengan adanya penelitian ini, kajian pustaka yang menjelaskan
penelitian-penelitian sebelumnya dan buku-buku tentang dinamika
kehidupan tarekat sebagai penjelasan bahwa penelitian penulis belum
dilakukan sebelumnya; metodologi penelitian; dan sistematika penulisan.
BAB II. Bab ini menguraikan informasi umum tentang landasan
teori bagi obyek penelitian seperti terdapat dalam judul skripsi.Landasan
teori ini disampaikan secara umum mengenai pengertian Thariqah An-
Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di Desa Ngombak dan asal-usulnya dan
tentunya pengertian tentang tarekat dan lebih spesifiknya adalah Thariqah
21
An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di Desa Ngombak. Pengertian Nilai-
Nilai Spiritual dalam Islam dan Fungsinya.
Bab III, bab ini merupakan paparan data-data hasil penelitan secara
lengkap atas kehidupan Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah di
Desa Ngombak dan tentunya tentang sejarah dan perkembangannya.
Bab IV, bab ini berisi tentang analisis dari berbagai pokok masalah
mengenai Tarekat dan Implementasi Dzikir Spiritual dalam kehidupan
sosial. Baik dari segi kekurangan maupun kelebihannya. Bab ini
merupakan pengolahan hasil dari bahan-bahan yang diambil dari bab
sebelumnya, sehingga pokok permasalahan pada penelitian ini bisa
ditemukan.
Bab V, merupakan bab penutup dari keseluruhan proses penelitian
yang berisi kesimpulan untuk memberi gambaran singkat isi skripsi agar
mudah dipahami. Juga berupa saran-saran dari penulis yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti.Dan yang terakhir daftar pustaka sebagai
tanggung jawab akademis yang menjadi rujukan penelitian.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Nilai-Nilai Spiritual dan Implementasi
1. Definisi Nilai-Nilai Spiritual
Setiap manusia tentu melakukan suatu aktivitas dan tindakan
untuk mencapai tujuan yang ia harapkan. Pada kenyataannya tidak
sedikit orang yang melakukan segala tindakan untuk mencapai
tujuannya, baik itu berupa tindakan baik maupun tindakan buruk. Yang
terpenting ia mampu mencapai tujuan yang ia harapkan. Dalam hal ini,
perlu adanya suatu patokan atau tolak ukur untuk mengatur tindakan
manusia. Antara norma dengan nilai itu saling berkaitan, yang mana
dalam nilai terdapat norma dan aturan yang berfungsi sebagai
pedoman untuk menentukan baik atau buruknya suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang. Namun, sebelum membahas terlalu jauh
mengenai nilai-nilai yang ada di masyarakat, organisasi maupun
pendidikan terlebih dahulu harus memhami apa itu nilai. Dengan
begitu kedepannya kita dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk dari
nilai.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan
nilai. Misalkan kita mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu
indah. Berarti kita melakukan penilaian terhadap suatu objek. Baik dan
23
indah adalah contoh nilai. Manusia memberikan nilai pada sesuatu.
Sesuatu itu dikatakan adil, baik, cantik, anggun, dan sebagainya.
Istilah nilai (value) menurut kamus Poerwodarminto diartikan
sebagai berikut:
a. Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.
b. Harga sesuatu, misalnya orang.
c. Angka, skor.
d. Kadar, mutu.
e. Sifat-sifat atau hal penting bagi kemanusiaan.
Beberapa pendapat tentang pengertian nilai dapat diuraikan
sebagai berikut. Menurut Bambang Daroeso, nilai adalah suatu kualitas
atau pengahargaan terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu
tingkah laku seseorang (2000:34). Sedangkan menurut Darji
Darmodiharjo adalah kualitas atau keadaan yang bermanfaat bagi
manusia baik lahir ataupun batin (2001: 56).
Sehingga nilai merupakan suatu bentuk penghargaan serta
keadaan yang bermanfaat bagi manusia sebagai penentu dan acuan
dalam melakukan suatu tindakan. Yang mana dengan adanya nilai
maka seseorang dapat menentukan bagaimana ia harus bertingkah laku
agar tingkah lakunya tersebut tidak menyimpang dari norma yang
berlaku, karena di dalam nilai terdapat norma – norma yang dijadikan
suatu batasan tingkah laku seseorang.
24
Seuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memilki sifat
sebagai berikut.
a. Menyenangkan (peasent)
b. Berguna (useful)
c. Memuaskan (satisfying)
d. Menguntungkan (profutable)
e. Menarik (ineteresting)
f. Keyakinan (belief)
Ada dua pendapat mengenai nilai. Pertama mengatakan bahwa
nilai objektif. Sedangkan pendapat kedua mengatakan nilai itu
subjektif. Menurut aliran idealisme, nilai itu objekti, ada pada setiap
sesuatu. Tidak ada yang diciptakan di dunia tanpa ada suatu nilai yang
melekat di dalamnya. Dengan demikian, segala sesuatu ada nilainya
dan bernilai bagi manusia. Hanya saja manusia tidak atau belum tahu
nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran
objektivisme.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak
pada objek yang menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai
daripada emas bagi orang yang kehausan di tengah padang pasir, tanah
memiliki nilai bagi seorang petani, gunung bernilai bagi orang seorang
pelukis, dan sebagainya. Jadi, nilai itu subjektif. Aliran ini disebut
aliran subjektif.
25
Di luar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan
adanya nilai ditentukan oleh subjek yang menilai dan objek yang
dinilai. Sebelum ada subjek yang menilai maka barang atau objek itu
tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha menggabungkan antara
aliran subjektivisme dan objektivisme. Contoh nilai adalah keindahan,
keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan, kerifan, keanggunan, kerapian,
keselamatan, dan sebagainya.
Nilai penting bagi kehidupan manusia, sebab nilai yang bersifat
normatif dan menjadi motivator tindakan manusia. Namun demikian,
nilai belum dapat berfungsi secara praktis sebagai penunutun perilaku
manusia itu sendiri. Nilai sendiri masih bersifat abstrak sehingga butuh
konkretisasi atas nilai tersebut. Contohnya, manusia mendambakan
keselamatan, tetapi apa yang harus dilakukan manusia agar terwujud
keselamatan? Akhirnya. Yang dibutuhkan manusia adalah semacam
aturan atau tuntunan yang bisa mengarahkan manusia agar terwujud
keselamatan.
Jadi, nilai belum dapat berfungsi praktis bagi manusia. Nilai
perlu dikonkretasikan atau diwujudkan ke dalam norma. Nilai yang
bersifat normatif dan berfungsi sebagai motivator tindakan manusia itu
harus diimplementasikan dalam bentuk norma. Norma merupakan
konkretasi dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai.
Setiap orang mempunyai kebutuhan fundamental sesuai dengan
fitrahnya yang meniliki jasmani dan rohani, dan apabila dikaitkan
26
dengan berbagai ragam hubungan manusia dalam kehidupannya, di
setiap hubungan tersebut ada hubungan antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan alam, manusia dengan manusia lain/masyarakat, dan
manusia dengan dirinya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan
rohaninya manusia melaksanakan nilai spiritual dalam kehidupannya.
Nilai spiritual memiliki hubungan dengan sesuatu yang
dianggap mempunyai kekuatan sakral suci dan agung. Karena itu
termasuk nilai kerohanian, yang terletak dalam hati (bukan arti fisik),
hati batiniyah mengatur psikis. Hati adalah hakekat spiritual batiniah,
inspirasi, kreativitas dan belas kasih. Mata dan telinga hati merasakan
lebih dalam realitas-realitas batiniah yang tersembunyi di balik dunia
material yang kompleks. Itulah pengetahuan spiritual. Pemahaman
spiritual adalah cahaya Tuhan ke dalam hati, bagaikan lampu yang
membantu kita untuk melihat (Robert Frager 2002: 70).
Bila dilihat tinggi rendahnya nilai-nilai yang ada, nilai spiritual
merupakan nilai yang tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber
dari Tuhan Yang Maha Esa (Notonagoro, 1980). Dalam kehidupan
sosial-budaya keterikatan seseorang dihubungkan dengan pandangan
hidup suatu masyarakat atau kehidupan beragama. Setiap orang akan
selalu memiliki kekuatan yang melebihi manusia, dalam pandangan
orang beragama disebut sebagai Yang Maha Kuasa, Allah, Sang
Hyang Widi, Tuhan, God, Dewa, Yang Maha Pencipta, dan
sebagainya. Manusia sangat tergantung dan hormat pada kekuatan
27
yang ada di luar dirinya, bahkan memujanya untuk melindungi dirinya
dan bila perlu rela mengorbankan apa saja harta, jiwa/nyawa sebagai
bukti kepatuhan dan ketundukan terhadap yang memiliki kekuatan
tersebut.
Begitu kuatnya keyakinan terhadap kekuatan spiritual sehingga
ia diangap sebagai kendali dalam memilih kehidupan yang baik dan
atau yang buruk. Bahkan menjadi penuntun bagi seseorang dalam
melaksanakan perilaku dan sifat dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai spiritual dalam Thoriqoh adalah perbuatan untuk
membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya
kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan.Relung-relung hati itu tidak
bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT dengan
cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu‟min (muslim)
setelah mengetahui „aqidatul „awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz
bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian
yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-
syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa,
dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir
dengan cara khusus/tertentu.
Bagi jamaah thariqah makna nilai-nilai spiritual sangat penting
bagi kebutuhan hati dan pikiran. Nilai-nilai spiritual menjadi jaminan
keyakinan seseorang dalam bertindak, berperilaku dan menjalin
28
interaksi sosial dengan masyarakat. Bahwa nilai-nilai spiritual
berperan sangat penting dalam mengimplementasikan ajaran thariqah
ke dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengaruh Nilai Spiritual
Kemampuan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk
mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi
dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-
pilihan, berempati dan beradaptasi. Untuk itu kecerdasan spiritual
sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan
pencerahan qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan arah
tindakan serta caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa
berada pada posisi menerima curahan cahaya nur yang bemuatan
kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi.
Sebenarnya manusia sejak lahir telah memiliki jiwa spiritual
atau naluri keagamaan untuk mengenal Tuhan. Fitrah manusia yang
dibawa sejak lahir ini berupa fitrah ketauhidan. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-A‟raaf ayat 172:
Artinya: ”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
29
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan
Tuhan)"(QS. Al-A‟raf: 172)
Ayat di atas dapat dijelaskan bahwa manusia mempunyai
kecenderungan dekat dengan Tuhan. Janji suci yang diikrarkan oleh
tiap manusia, telah terjadi dalam kandungan ibu dalam usia empat
bulan menurut perhitungan Allah, sebuah pertemuan yang tidak dapat
dilupakan bahkan diabadikan dalam Al-Quran, yakni pertemuan antara
Allah swt dengan hamba-Nya sebagai peristiwa yang paling syakral
yang jauh sebelumnya telah dipersiapkan oleh Allah, adalah peristiwa
penciptaan manusia dalam kandungan sang bunda, yakni setelah
manusia disempurnakan maka Allah karuniakan ruh.
Nilai spiritual menurut Al-Quran lebih berpusat pada qalb
(hati). Kesadaran atau dzikrullah sebagai salah satu pintu hati,
merupakan cahaya yang memberikan jalan terang, membuka kasyaf
„tabir‟ antara manusia dan Allah, dengan terbukanya tabir tersebut
maka suara hati manusia selalu dalam perlindungan Allah dengan hati
yang selalu hidup.
Implementasi nilai spiritual secara psikologis dan praktis
menurut tokoh Barat seperti Danah Zohar (2000: 45), dapat
disimpulkan antara lain:
a. Bagaimana manusia menyadari keberadaannya
b. Dorongan kuat untuk berubah
30
c. Mengetahui motivasi yang paling dalam
d. Menemukan dan mengatasi rintangan
e. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju
f. Penetapan pada sebuah jalan, dan
g. Tetap menyadari ada banyak jalan (problem solving).
Sehingga dapat dipahami bahwa implementasi nilai spiritual di
atas lebih bersifat psikologis dengan penekanan pada metode untuk
mengatasi problem kehidupan yang dihadapi, seperti manusia dituntut
untuk menyadari keberadaannya sekarang, sebagai apa, apa yang harus
dilakukan untuk merubah suasana, mampu memotivasi diri sendiri,
menemukan cara menghadapi hambatan, introspeksi diri sampai
menemukan pandangan hidupnya, dan mampu memahami dan
bertanggung jawab atas kehidupannya.
Sedangkan menurut tokoh muslim metode peningkatan nilai
spiritual bisa melalui tiga hal, yaitu melalui pembersihan hati dari sifat
tercela, kemudian mengisinya dengan sifat terpuji dengan melakukan
ibadah sesuai tuntunan syariat. Sehingga akan mencapai derajat
taqwallah (takwa kepada Allah). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
implementasi nilai spiritual Islam sebagai upaya manusia untuk
makrifat kepada Allah(Cecep, 2012:45).
Misalnya menurut Ibnu Taimiyah rahimahullah yang dikutip
oleh Ahmad Satori Ismail, tentang mengetahui tazkiyatu al nafs dalam
mendapatkan ilmu dan pemahaman. Bila ada masalah atau kesulitan
31
memahami sesuatu, beliau pergi ke masjid di tempat yang sepi dan
bersujud meletakkan dahinya ke tanah, seraya berkata: “Wahai Allah
yang memberi pemahaman kepada Ibrahim, berikanlah kepadaku
pemahaman.” Selanjutnya beristighfar (mohon ampun). Lebih lanjut
dikatakan: “Istighfar ini terus dilakukan dan tidak dihalangi ramainya
majlis atau bisingnya pasar. Beliau mengatakan: “ketika aku berada di
pasar atau di masjid, jalan raya atau sekolahan, aku tetap beristighfar.
Sehingga aku mendapatkan apa yang kucari (1999: 77).
Dalam ilmu Tasawuf, tazkiyatu al nafs dimaknai dengan
“pensucian jiwa” itu sangat terkait dengan riyadlotu al nafsi, yang
tersusun dalam 3 tingkatan:
a. Takhalli: membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, kotoran
hati,maksiyat bathin.
b. Tahalli: mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji,menyinari hati
denganketaatan.
c. Tajalli: merasakan akan Ketuhanan yang sampai mencapai
kenyataan Tuhan.
Berdasarkan deskripsi tentang spiritual di atas, maka
pelaksanaan ajaran thariqah agar terwujud implemantasi yang ideal
dapat dilakukan sebagai berikut:
32
a. Pembersihan Hati (tazkiyatu al qolb / tazkiyatu al nafs)
Pembersihan hati adalah membersihkan diri dari sifat-sifat
tercela, kotoran hati, serta maksiyat bathin. Adapun cara praktis
yang dapat dilakukan diantaranya:
b. Taubat
Yaitu dengan beristighfar (mohon ampunan kepada Allah),
menyesali perbuatannya, dan berjanji tidak akan mengulanginya
lagi.
c. Dzikir
Dengan cara menyebut nama Allah berulang-ulang melalui
ucapan, pikiran dan hati sekaligus sampai menemukan getarannya
pada lubuk hati.
d. Shalat
Memperbaiki shalat dengan memenuhi syarat dan rukun,
meresapi maknanya sehingga akan mencapai kekhusyukan, seakan
berhadapan langsung dengan Allah.
e. Doa
Selalu memohon (berharap) ampunan, rahmat dan ridha
Allah. Hal ini dapat dilakukan kapan dan di mana saja, di waktu
lapang maupun sempit.
Setelah membersihkan hati dari sifat-sifat tercela, kotoran hati,
serta maksiyat bathin, selanjutnya segera mengisi kehidupannya
dengan sifat-sifat terpuji, seperti: Sabar, dalam menghadapi ujian dari
33
Allah, sabar dalam menghadapi maksiat, dan sabar dalam beribadah.
Tawakkal, berusaha dan berserah diri kepada Allah. Tawadhu, merasa
rendah hati, santun, jauh dari sifat sombong. Zuhud, tidak
menghambakan diri pada kemewahan dunia. Ikhlas, rela menerima
kenyataan hidup. Syukur, berterima kasih atas segala karunia dari
Allah.
Prosesi setelah melalui pensucian diri dan mengisinya dengan
perbuatan yang terpuji, kemudian berusaha mempertahankan dan
meningkatkan kejernihan hatinya, sehingga ia akan mengenali dirinya
dan mengenali Tuhannya (man „arafa nafsahu faqad „arafa rabbahu).
Sehingga akan tercipta insan kamil, manusia yang mampu
menciptakan hubungan baik dengan sesama manusia (horizontal) dan
juga hubungan baik dengan Tuhannya (vertikal), yang dikenal dengan
istilah hablum minannas wa hablum minallah.
Implementasi nilai spiritual baik menurut tokoh Barat maupun
Islam pada intinya sama yaitu untuk meningkatkan semangat,
motivasi, kesadaran hati untuk mengetahui dan mengimplementasikan
guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Berdasarkan kedua konsep
tersebut menunjukkan bahwa nilai spiritual Barat lebih berorientasi
kepada penyelesaian dan pencapaian kebahagian dunia, sedangkan
nilai spiritual dalam Islam lebih kepada pencapaian kebahagiaan dunia
maupun akhirat. Jika keduanya dipergunakan secara ideal maka nilai
spiritual bisa diimplementasikan demi tercapainya “kebahagiaan” baik
34
di dunia maupun di akhirat. Sesuai dengan permohonan manusia
kepada Tuhannya, yakni: Duhai Allah karuniakanlah kepada kami
kebaikan (kesejahteraan) di dunia dan di akhirat dan jagalah kami dari
api neraka. Doa pada ayat tersebut menggugah hati seorang muslim
untuk selalu mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Jadi, metode implementasi nilai spiritual bisa meliputi dua
metode, sebagaimana pencerdasan spiritual menurut Sukidi terdapat 2
metode secara umum. Metode Vertikal yaitu bagaimana kecerdasan
spiritual bisa mendidik hati kita untuk menjalin hubungan kemesraan
ke hadirat Tuhan. Jika dalam Islam ditegaskan dalam Al-Quran
“Ketahuilah, dengan berdzikir kehadirat Allah, hati kalian menjadi
tenang”, maka dzikir (mengingat Allah dengan lafadz-lafadz tertentu)
merupakan salah satu metode kecerdasan spiritual untuk mendidik hati
menjadi tenang dan damai. Sudah terlampau banyak dibuktikan bahwa
dzikir berkorelasi positif dengan ketenangan jiwa dan menjadikan hati
kita mengalami kedamaian dan penuh kesempurnaan secara spiritual.”
Metode Horizontal yaitu kecerdasan spiritual mendidik hati
kita ke dalam budi pekerti yang baik dan moral yang baik. Dengan
menginternalisasikan nilai-nilai spiritual ke dalam struktur pendidikan
di sekolah, sehingga penting memasukkan pendidikan hati dan
pendidikan moral, serta budi pekerti ke dalam kurikulum pendidikan
nasional.
35
Cara yang paling mudah untuk mengenal diri sendiri adalah
dengan mengamati diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari, dengan
kata lain, menjadi saksi bagi diri sendiri. Amati diri dari bangun tidur,
makan, mandi, berjalan, sampai tidur lagi. Apapun yang dilakukan
oleh diri amatilah. jangan sampai terlewat setiap detiknya. Hal sekecil
apapun yang dilakukan, amati dan sadarilah, kalau perlu buatlah
agenda harian.
Pengamatan diri dilakukan secara tidak terbatas, termasuk
berfikir, bahkan diam sekali pun. cara ini terlihat mudah, tapi pada
waktu dilaksanakan akan sulit, dan bila telah terbiasa, maka akan
menjadi sangat mudah. Apabila mengamati diri telah cukup baik, maka
seseorang dapat segera menyadari perasaan yang ada didalam diri.
apakah sedang marah, sedih, bahagia, dan lain-lain. Sadar akan
perasaan membuat diri menjadi lebih mudah untuk memperbaiki diri.
Emosi seperti marah, tidak sabar, bosan, sedih, dendam,
tersinggung, bete, itu seharusnya tidak ada dalam diri manusia.
Apabila suatu hari merasa marah. mulailah berfikir mengapa marah?,
Ego yang mana yang tersentil, atau saat bersedih, mulailah berfikir
mengapa harus bersedih?, keterikatan apa yang menjadi sebab
kesedihan? perbaiki penyebab dari perasaan negatif tersebut.
Sesungguhnya semua itu disebabkan oleh mind. Dengan cara ini dapat
merombak mind menjadi pribadi yang sabar, tidak pernah marah, tidak
pula bersedih.
36
Jadi dengan lebih mengenal diri, minimal bisa terbebas dari
penyakit hati, dengan menyadari bahwa selama ini yang menyebabkan
penderitaan/duka dalam diri adalah mind-pikiran sendiri, bukan
lingkungan dan bukan orang lain. Dan seseorang akan berhenti
menuduh orang lain dan berhenti menghakimi orang lain. jika
dijalankan dengan sungguh-sungguh maka sudah sulit untuk
menemukan diri dalam perasaan negatif. Jika menemukan diri dalam
perasaan negatif apapun perasaan itu, misalnya marah atau sedih
seseorang akan merasa senang, karena melalui perasaan negatif
tersebutlah seseorang dapat lebih mengenali diri sendiri.
Cara sederhana ini dapat memperkuat dasar dari perjalanan
spiritual. menjalankan cara sederhana ini dapat membawa manusia
untuk selalu dalam keadaan bahagia. Selalu dalam keadaan bahagia
tersebutlah yang membuat diri lebih mudah dalam mejajaki perjalanan
hidup ini, yakni manusia yang memiliki kecerdasan spiritual yang
sempurna.
B. Thariqah Naqsabandiyah
1. Gambaran Thariqah Naqsabandiyah
Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah adalah perpaduan dari dua
buah tarekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah
Naqsabandiyah. Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Sufi Syaikh
besar Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah bernama Syaikh
Ahmad Khatib Ibn Abdul Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (Wafat 1878
37
M.). Beliau adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang tinggal
sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Ahmad Khatib adalah
mursyid Thariqah Qadiriyah, di samping juga mursyid dalam Thariqah
Naqsabandiyah. Tetapi ia hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari
sanad Thariqah Qadiriyah saja. Sampai sekarang belum diketemukan
secara pasti dari sanad mana beliau menerima bai‟at Thariqah
Naqsabandiyah.
Sebagai seorang mursyid yang kamil mukammil Syaikh
Ahmad Khatib sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat
modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam
tradisi Thariqah Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu bagi yang
telah mempunyai derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas
ada pusat penyebaran Thariqah Naqsabandiyah di kota suci Makkah
maupun di Madinah, maka sangat dimungkinkan ia mendapat bai‟at
dari tarekat tersebut. Kemudian menggabungkan inti ajaran kedua
tarekat tersebut, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah
Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada murid-muridnya,
khususnya yang berasal dari Indonesia.
Penggabungan inti ajaran kedua tarekat tersebut karena
pertimbangan logis dan strategis, bahwa kedua tarekat tersebut
memiliki inti ajaran yang saling melengakapi, terutama jenis dzikir dan
metodenya. Di samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama,
yaitu sama-sama menekankan pentingnya syari‟at dan menentang
38
faham Wihdatul Wujud. Thariqah Qadiriyah mengajarkan Dzikir Jahr
Nafi Itsbat, sedangkan Thariqah Naqsabandiyah mengajarkan Dzikir
Sirri Ism Dzat.
Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para
muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan
cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efisien. Dalam kitab Fath
al-„Arifin, dinyatakan tarekat ini tidak hanya merupakan
penggabungan dari dua tarekat tersebut. Tetapi merupakan
penggabungan dan modifikasi berdasarkan ajaran lima tarekat, yaitu
Tarekat Qadiriyah, Tarekat Anfasiyah, Junaidiyah, dan Tarekat
Muwafaqah (Samaniyah). Karena yang diutamakan adalah ajaran
Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka tarekat tersebut
diberi nama Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Disinyalir tarekat ini
tidak berkembang di kawasan lain (selain kawasan Asia Tenggara).
Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadlu‟ dan
ta‟dhim Syaikh Ahmad Khathib al-Sambasi terhadap pendiri kedua
tarekat tersebut. Beliau tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada
namanya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan
tatacara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut dengan
nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat
ini adalah hasil ijtihadnya.
Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama
39
dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan pandangan
para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat atau metode
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode tersebut diyakini
paling efektif dan efisien. Karena ajaran dalam tarekat ini semuanya
didasarkan pada Al-Qur‟an, Al-Hadits, dan perkataan para „ulama
arifin dari kalangan Salafus Shalihin.
Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu :
tentang kesempurnaan suluk, tentang adab (etika), tentang dzikir, dan
tentang murakabah.Sejarah mencatat bahwa para pendakwah yang
datang ke Indonesia berasal dari Gujarat India yang kebanyakan nenek
moyang mereka adalah berasal dari Hadlramaut Yaman. Negara
Yaman saat itu, bahkan hingga sekarang, adalah “gudang” al-Asyrâf
atau al-Habâ‟ib; ialah orang-orang yang memiliki garis keturunan dari
Rasulullah. Karena itu pula para wali songo yang tersebar di wilayah
Nusantara memiliki garis keturunan yang bersambung hingga
Rasulullah.
Yaman adalah pusat kegiatan ilmiah yang telah melahirkan
ratusan bahkan ribuan ulama sebagai pewaris peninggalan Rasulullah.
Kegiatan ilmiah di Yaman memusat di Hadlramaut. Berbeda dengan
Iran, Libanon, Siria, Yordania, dan beberapa wilayah di daratan Syam,
negara Yaman dianggap memiliki tradisi kuat dalam memegang teguh
ajaran Ahlussunnah. Mayoritas orang-orang Islam di negara ini dalam
fikih bermadzhab Syafi‟i dan dalam akidah bermadzhab Asy‟ari.
40
Bahkan hal ini diungkapkan dengan jelas oleh para para tokoh
terkemuka Hadlramaut sendiri dalam karya-karya mereka.
Salah satunya as-Sayyid al-Imam „Abdullah ibn „Alawi al-
Haddad, penulis ratib al-Haddad, dalam Risâlah al-Mu‟âwanah
mengatakan bahwa seluruh keturunan as-Sâdah al-Husainiyyîn atau
yang dikenal dengan Al Abi „Alawi adalah orang-orang Asy‟ariyyah
dalam akidah dan Syafi‟iyyah dalam fikih. Dan ajaran Asy‟ariyyah
Syafi‟iyyah inilah yang disebarluaskan oleh moyang keturunan Al Abi
„Alawi tersebut, yaitu al-Imâm al-Muhâjir as-Sayyid Ahmad ibn „Isa
ibn Muhammad ibn „Ali ibn al-Imâm Ja‟far ash-Shadiq. Dan ajaran
Asy‟ariyyah Syafi‟iyyah ini pula yang di kemudian hari di warisi dan
ditanamkan oleh wali songo di tanah Nusantara.
Walisongo yang terdiri dari Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Gresik, Sunan Muria, Sunan Kudus,
Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati adalah sebagai tokoh-tokoh
terkemuka dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah Nusantara.
Tokoh-tokoh melegenda ini hidup di sekitar pertengahan abad
sembilan hijriah. Artinya Islam sudah bercokol di wilyah Nusantara ini
sejak sekitar 600 tahun lalu, bahkan mungkin sebelum itu (Bachtiar
Amsal, 2003:82).
Pasca wali songo, pada permulaan abad ke tiga belas hijriah, di
salah satu kepulauan di wilayah Nusantara lahir sosok ulama besar. Di
kemudian hari tokoh kita ini sangat dihormati tidak hanya oleh orang-
41
orang Indonesia dan sekitarnya, tapi juga oleh orang-orang timur
tengah, bahkan oleh dunia Islam secara keseluruhan. Beliau menjadi
guru besar di Masjid al-Haram dengan gelar “Sayyid „Ulamâ‟ al-
Hijâz”, juga dengan gelar “Imâm „Ulamâ‟ al-Haramain”. (Bachtiar
Amsal, 2003:83).
Berbagai hasil karya yang lahir dari tangannya sangat populer,
terutama di kalangan pondok pesantren di Indonesia. Beberapa judul
kitab, seperti Kâsyifah al-Sajâ, Qâmi‟ al-Thughyân, Nûr al-Zhalâm,
Bahjah al-Wasâ‟il, Mirqât Shu‟ûd al-Tashdîq, Nashâ‟ih al-„Ibâd, dan
Kitab Tafsir al-Qur‟an Marâh Labîd adalah sebagian kecil dari hasil
karyanya. Kitab-kitab ini dapat kita pastikan sangat akrab di
lingkungan pondok pesantren. Santri yang tidak mengenal kitab-kitab
tersebut patut dipertanyakan “kesantriannya”.
Tokoh tersebut tidak lain adalah Syaikh Nawawi al Bantani.
Kampung Tanara, daerah pesisir pantai yang cukup gersang di sebelah
barat pulau Jawa adalah tanah kelahirannya. Beliau adalah keturunan
ke-12 dari garis keturunan yang bersambung kepada Sunan Gunung
Jati (Syarif Hidayatullah) Cirebon. Dengan demikian dari silsilah
ayahnya, garis keturunan Syaikh Nawawi bersambung hingga
Rasulullah.
Perjalanan ilmiah yang beliau lakukan telah menempanya
menjadi seorang ulama besar. Di Mekah beliau berkumpul di
“kampung Jawa” bersama para ulama besar yang juga berasal dari
42
Nusantara, dan belajar kepada yang lebih senior di antara mereka. Di
antaranya kepada Syaikh Khathib Sambas (dari Kalimantan) dan
Syaikh „Abdul al-Ghani (dari Bima NTB). Kepada para ulama Mekah
terkemuka saat itu, Syaikh Nawawi belajar di antaranya kepada as-
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (mufti madzhab Syafi‟i), as-Sayyid
Muhammad Syatha ad-Dimyathi, Syaikh „Abd al-Hamid ad-Dagestani,
dan lainnya.
Pendidikan dari Syaikh Nawawi di kemudian hari bermunculan
syaikh-syaikh lain yang sangat populer di Indonesia. Mereka tidak
hanya sebagai tokoh ulama yang “pekerjaannya” bergelut dengan
pengajian saja, tapi juga merupakan tokoh-tokoh terdepan bagi
perjuangan kemerdekaan RI. Di antara mereka adalah; KH. Kholil
Bangkalan (Madura), KH. Hasyim Asy‟ari (pencetus gerakan sosial
NU), KH. Asnawi (Caringin Banten), KH. Tubagus Ahmad Bakri
(Purwakarta Jawa Barat), KH. Najihun (Tangerang), KH. Asnawi
(Kudus) dan tokoh-tokoh lainnya.
Ada tiga ulama thoriqoh terpenting dalam kaitannya dengan
pemurnian ajaran tasawuf pada abad XIX yaitu syeikh Ismail al-
Khalidi al-Minangkabawi, syeikh Muhammad Saleh az-Zawawi dan
syeikh Ahmad Khatib as-Sambasi. Thoriqoh yang dikembangkan oleh
ketiga ulama sufi ini adalah thoriqoh Naqsabandiyah Khalidiyyah,
Naqsabandiyyah Muzhariyyah dan thoriqoh Qadiriyyah
43
Naqsabandiyyah. Ketiga aliran thoriqoh ini yang belakangan memiliki
penganut paling besar dibanding thoriqoh lain (Mufid, 2006: 65).
Pada pertengahan abad XIX, seorang ulama dari Kalimantan
mengajarkan thoriqoh Qadiriyyah yang digabungkan dengan thoriqoh
Naqsabandiyyah sebagai kesatuan yang kemudian dikenal dengan
nama thoriqoh Qadiriyyah wan Naqsabandiyyah. Ahmad Khatib
Sambas adalah pembaharu dan pencetus thoriqoh tersebut. Setelah
syeikh Ahmad Khatib Sambas meninggal (1878 M) kepemimpinan
dilanjutkan oleh para muridnya, yaitu syeikh Abdul Karim Banten,
syeikh Thalhah Cirebon dan Kyai Ahmad Hasbullah ibn Muhammad
Madura. Dari tiga pengganti (khalifah) syeikh Ahmad Khatib tersebut,
Kyai Ahmad Hasbullah ibn Muhammad Madura menurunkannya
kepada para muridnya di Jawa Timur, seperti KH Romli. Di Jawa
Tengah, KH Muslih mengambil silsilah thoriqohnya kepada syeikh
Abdul Karim Banten. Di Jawa Barat, Abah Anom mengambil silsilah
dari jalur Kyai Thalhah Cirebon (Mufid, 2006:67).
Sampai pada saat ini, thoriqoh masih terus eksis dan
berkembang.Eksistensi thoriqoh disebabkan para mursyid yang
senantiasa mengajarkan dan menyebarkan thoriqohnya.Pada
perkembangannya, thoriqoh kemudian menjadi suatu badan organisasi
yang besar dan solid yang melingkupi ruang nasional.
44
2. Ajaran Thariqah Naqsabandiyah
Dzikir dalam Thariqoh Naqsyabandiyah merupakan dzikir
tahap kedua setelah Thariqoh Qodiriayah. Dzikir ini disebut sebagai
dzikir itsmu dzat, yaitu dzikir dengan lafad Allah di dalam hati
(Dzikrul Qalbi) (Shohibul Kahfi, 2002:83). Tata cara dzikir itsmu dzat
ini adalah:
a. Membaca surat al-Fatihah untuk Nabi muhammad SAW, sahabat-
sahabatnya dan semua syeh Thoriqoh Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah, terutama untuk syeh Abdul Qodir al-Jilani, syeh
Junaid al-Baghdadi. Surat al-Fatihah ini juga ditujukan untuk ayah,
ibu dan seluruh saudara-saudara muslim yang sudah meninggal dan
yang masih hidup.
b. Membaca Istighfar.
c. Membaca Surat al-lkhlas.
d. Membaca Dzikir itsmu dzat (Allah-Allah), dengan posisi duduk
dan mata dipejamkan, lafald Allah-Allah tersebut dikonsentrasikan
pada lata'if-lata'if (kelembutan-kelembuatan) yang ada disekitar
tubuhnya. Dalam Fath al-Arifin digambarkan sepuluh lata'if, lima
diantaranya adalah Qolb (hati), Ruh, Sirr (batin), Khofi (rahasia)
dan Akhfa (paling rahasia) yang dikenal sebagai alam al-amr (alam
perintah). Lima lata'if lainnya adalah Nafs (kelembutan jiwa) dan
empat unsur: air, api, udara dan tanah. Ini disebut dengan alam al-
kholq (alam ciptaaan) (Zulkifli, 2003:48). Asal usul lata'if ini dapat
45
dilacak pada syekh Ahmad Faruqi as-Sirhindi.
Al-Attas (1963) mengutip sebuah keterangan dari kitab “Fath
al-Arifin”: kelembutan hati (latifah al-qolb) ada di bawah dada kiri,
dua jari ke kiri, dan warnanya adalah kuning, ia adalah tempat
kewenangan penghulu kita Adam AS, dan asalnya adalah air, udara
dan tanah. Kelembutan ruh (latifah ar-ruh) terdapat di bawah dada
kanan, dua jari ke kanan, warnanya adalah merah dan ia merupakan
tempat kewenangan penghulu kita Ibrahim as dan Nuh AS, dan
asalnya adalah api. Kelembutan batin (latifah as-sirr) terletak
berlawanan dengan dada kiri, dua jari ke arah dada, warnanya adalah
putih, ia adalah tempat kewenangan penghulu kita Musa AS, dan
asalnya adalah air.
Kelembutan rahasia (latifah al-khafi) berlawanan dengan dada
kanan, dua jari ke arah dada, warnanya adalah hijau, ia adalah tempat
kewenangan penghulu kita Isa AS dan asalnya adalah udara.
Kelembutan paling rahasia (latifah al-akhfa) terletak di tengah dada, ia
adalah tempat kewenangan penghulu kita Muhammmad SAW., dan
asalnya adalah tanah. Kelembutan jiwa/otak (latifah an-nafs an-
natiqah) terletak di dahi dan seluruh kepala (Zulkifli, 2003: 49).
Salah satu dzikir para Syaikh Naqsyabandiyah adalah dzikir al-
Issbat al-Mujarrah atau dzikir berupa penegasan “saja”, yakni dzikir
nama Allah tanpa penegasan atau penafian. Konon para teolog
Naqsabandiyah awal tidak mengamalkan dzikir ini. Ini adalah amalan
46
Kwaja Baqi-billah, atau para Syeikh agung sebelumnya. Disepakati
bahwa dzikir penegasan dan penafikan sangat baik untuk
penghambaan, suluk, dan bahwa dzikir penegasan saja lebih kondusif
pada keterserapan diri dalam Allah SWT.
Menurut sebagian sufi, metode dzikir al-Issbat al-Mujarrah
adalah sedemikian sang hamba mestilah mengangkat kata-kata Allah
dari pusarnya dan kemudian mestinya mengangkat ke otak dengan
segenap kekuatan seraya menahan nafas. Secara bertahap, ia
memperpanjang waktu menahan nafas dan pada saat yang sama
semakin banyak mengulang dzikir. Sebagian mengulang dzikir
sebanyak seribu kali (Mir Valiuddin, 1979:139).
Prosedur dzikir Ism adz-Dzat (nama Dzat Allah) ialah
seseorang mesti menyentuh langit mulut dengan lidahnya, dan
mencamkan nama makna Allah yang diberkahi (Yang tidak
menyerupai entitas apapun dan tidak ada satu entitas yang menyerupai-
Nya; Yang tidak menyerupai sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang
menyerupai-Nya; Yang tidak bisa diukur dan dibatasi, Yang tidak
diliput arah; Yang tidak menyerupai badan; Yang Tunggal tanpa ada
tandingan; Yang terpisah tanpa ada keserupaan) dan mestilah
mengarahkan hatinya kepada Allah Yang Maha Kuasa serta tenggelam
dalam dzikir Ism ad-Dzat.
Sebelum memulai dzikir itu mestilah diucapkan kata-kata
berikut ini, dan maknanya, yang sesungguhanya makna nama Allah,
47
mestilah dicamkan dalam benak pikiran: "Berkah spiritual mengalir
dari yang wujud, yang Maha Tunggal tanpa ada yang menyerupai-Nya,
terpisah tanpa ada keserupaan, Yang memiliki segenap kualitas dan
kesempurnaan, terbebas dari segenap kekurangan dan ketercelaan,
pada hatiku".
3. Amalan Nilai Spiritual dalam Ajaran Thariqah Naqsabandiyah
Berbagai nilai spiritual diantaranya adalah adab kepada
mursyid (syaikh), merupakan ajaran yang sangat prinsip dalam tarekat,
bahkan merupakan syarat dalam riyadhah seorang murid. Adab antara
murid dengan mursyidnya diatur sedemikian rupa, sehingga
menyerupai adab para sahabat dengan Nabi Muhammad SAW.
Hal yang demikian ini karena diyakini bahwa mu‟asyarah
antara murid dan mursyid adalah melestarikan sunnah (tradisi) yang
terjadi pada masa Nabi. Dan kedudukan murid menempati peran
sahabat, dan mursyid menggantikan peran Nabi, dalam hal irsyad
bimbingan dan pengajaran.
Diantara adab seorang murid kepada syaikhnya, adalah:
a. Seorang murid harus memiliki keyakinan, bahwa maksud dan
tujuan suluknya tidak mungkin berhasil tanpa perantara gurunya.
b. Seorang murid harus pasrah, menurut dan mengikuti bimbingan
guru dengan rela hati. Ia juga harus khidmat (melayani) guru
dengan rasa senang, rela dan ikhlas hatinya karena Allah. Karena
jauharnya iradah dan mahabbah itu tidak dapat jelas kecuali
48
menurut, patuh dan hidmat.
c. Jika seorang murid berbeda paham (pendapat) dengan guru, baik
dalam masalah kulliyat maupun juziyyat, masalah ibadah maupun
adat, maka murid harus mutlak mengalah dan menuruti pendapat
gurunyakarena i‟tirad (menentang) guru itu menghalangi berkah
dan menjadi su‟ul khatimah.
d. Murid harus berlari dari semua hal yang dibenci gurunya dan turut
membenci apa yang dibenci gurunya.
e. Jangan tergesa-gesa memberikan ta‟bir (mengambil kesimpulan)
atas masalah-masalah seperti: impian, isyarat-isyarat, walaupun ia
lebih ahli dari gurunya dalam hal itu. Akan tetapi sampaikan hal itu
kepada guru dan jangan meminta jawaban, tunggu saja jawaban
darinya.
f. Merendahkan suara di majelis gurunya dan jangan
memperbanyak bicara dan tanya jawab dengan gurunya, karena
semua itu akan menjadi sebabnya mahjub.
g. Jika ingin menghadap (sowan) kepada syaikh atau guru jangan
pada waktu istirahat atau waktu sibuk. Jangan berbicara yang tidak
mengenakkan, harus tetap menjaga kesopanan (khudu‟ dan
tawadhu‟) dan memandang guru dengan penuh perhatian. Jangan
menyembunyikan rahasia di hadapam guru tentang kata
hati,impian, kasyaf maupun karamahnya. Katakankah dengan terus
terang. Murid tidak boleh menukil pernyataan guru kepada orang
49
lain, kecuali sekedar saja yang dapat dipahami oleh orang yang
diajak bicara.
h. Jangan mengunjing, menghina, mengumpat, mengkritik dan
menyebarluaskan aib guru kepada orang lain. Ketika maksud dan
tujuannya dihalangi oleh guru. Murid harus yakin bahwa guru
menghalangi karena ada hikmat. Karena guru adalah bapak
spiritual sedangkan bapak sendiri adalah bapak jasmani.
Prinsip-prinsip ajaran etika (adab), antara sesama ikhwan ini
diantaranya disebutkan dalam kitab Tanwirul al-Qul. Dalam kitab ini
disebutkan prinsip-prinsip adab yang diajarkan oleh Rasulullah kepada
para sahabatnya. Prinsip-prinsip adab itu tersimpul pada pengambaran
bentuk persahabatan yang diajarkannya sebagaimana dalam hadis Nabi
SAW :
“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia
mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk
dirinya sendiri". (Tanwirul al Qul)
Adab antara sesama ikhwan itu adalah sebagai berikut
(Hanbali, 1968:9-10):
a. Hendaknya kita menyenangkan saudara kita, dengan sesuatuyang
menyenangkan diri kita, dan jangan mengistimewakan diri kita
sendiri.
b. Jika kita bertemu dengan mereka, hendaknya bersegera
mengucapkan salam, mengulurkan tangan (mengajak berjabat
tangan), dan bermanis-manis kata dengan mereka.
50
c. Berhubungan dengan mereka dengan akhlak yang baik, yaitu
memperlakukan mereka sebagaimana kita suka diperlakukan.
d. Merendahkan diri kepada mereka.
e. Kita usahakan agar mereka rela (suka), kita pandang bahwa mereka
lebih baik dari diri kita. Saling tolong menolong dalam kebaktian,
taqwa dan cinta kepada Allah. Jika kita lebih tua, kita bimbinglah
mereka kepadakebajikan, dan jika kita lebih muda, maka kita
minta bimbingan kepada mereka.
f. Bersikap lemah lembut dalam menasehati ikhwan, jika kita melihat
mereka menyimpang dari kebenaran.
g. Memperbaiki prasangka kita kepada mereka.
h. Jika mereka meminta pertolongan, maka kita harus menolongnya
meskipun ia musuh kita.
i. Jika ada pertikaian antara sesama ikhwan, maka kita damaikan di
antara keduanya. Dengan penuh kelembutan dan persahabatan
dan tidak menyudutkan salah satunya.
j. Jadilah kita teman dalam semua keadaan, jangan sampai kita
melupakan mereka dan berdoa untuk mereka agar diampuni oleh
Allah SWT.
Kemudian nilai-nilai spiritual tersebut kemudian di
impelementasikan dengan pola perilaku adab kepada diri sendiri sangat
diperlukan. Dalam menempuh jalan “menuju” Allah SWT., (suluk)
seseorang harus menjaga diri agar tetap beradab pada diri sendiri.
51
Abdul Wahab al-Sya‟ran menjelaskan secara panjang lebar tentang hal
ini sebagaimana yang dikutib Kharisuddin Aqib yang secara garis
besar seorang murid harus: (Hanbali, 1968:11-12)
a. Memegang prinsip tingkah laku yang lebih sempurna, jangan
sampai seorang bertindak yang menjadikan dirinya tercela dan
mengecewakan.
b. Apabila mempunyai janji hendaknya segera dipenuhi. Apabila
dipercaya jangan sampai berkhianat, dan apabila bergaul dengan
yang lebih tua, hendaknya senantiasa memberi penghormatan,
terhadap yang muda harus mengasihi.
c. Hendaklah para murid bertingkah laku dan menerapkan adab,
senantiasa menyakinkan dirinya, bahwa Allah senantiasa
mengetahui semua yang diperbuat hamba-Nya, baik yang lahir
maupun yang batin. Dengan demikian semua murid akan
senantiasa mengingat Allah dimana saja dan kapan saja, dan
dalam semua keadaan.
d. Hendaknya para murid berusaha untuk bergaul dengan orangorang
yang baik dan menjauhi orang-orang yang jelek akhlaknya.
e. Bagi para murid juga tidak diperbolehkan untuk berlebihlebihan
dalam hal: makan, minum, berbusana, tidur, dan berhubungan
seksual. Karena hal-hal tersebut akan menjadikan kerasnya hati,
dan lemahnya anggotabadan untuk beribadah dan menjadikan
telinga susah mendengarkan nasehat.
52
f. Hendaknya bagi para murid senantiasa berpaling dari cinta
duniawi, kepada mendambakan ketinggian derajat akhirat.
g. Apabila murid terbuai oleh hawa nafsu misalnya berat
melaksanakan ketaatan maka hendaklah senantiasa merayu dirinya
sendiri, dan menyakinkan diri bahwa payahnya hidup di dunia ini
pendek waktuny jika dibandingkan dengan kepayahan di akhirat
kelak, jika di dunia tidak mau taat kepada Allah SWT.
Secara bahasa, muraqabah bearti mengamat-amati, atau
menantikan sesuatu dengan penuh perhatian. Tetapi menurut istilah
tasawuf term ini mempunyai arti kesadaran seorang hamba yang terus
menerus atas pengawasan Tuhan terhadap semua keadaannya. Term
ini tampaknya lebih dekat pengertiannya dengan istilah kontemplasi.
Muraqabah dalam tarekat dilaksanakan sebagai ajaran pokok, karena
Allah senantiasa memperhatikan hamba-Nya. Sebagaimana
firmanNya. (Hanbali, 1968:12)
Dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, muraqabah
diyakini sebagai asal semua kebaikan kebahagiaan dan keberhasilan.
Seorang hamba tidak akan sampai pada muraqabah kecuali setelah
muhasabat al-nafs (mengoreksi diri) dan mampu mengatur waktu
dengan baik.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah termasuk tarekat
dzikir. Sehingga dzikir menjadi ciri khas yang mesti ada dalam tarekat.
Dalam suatu tarekat dzikir dilakukan secara terus-menerus (istiqamah),
53
hal ini dimaksudkan sebagai suatu latihan psikologis (riyadah al-nafs)
agar seseorang dapat mengingat Allah di setiap waktu dan kesempatan.
Dzikir merupakan makanan spiritual para sufi dan merupakan apresiasi
cinta kepada Allah.
Zikir yang dipelajari dalam tarekat ini ada dua macam
yakni, Dzikir nafi isbat, dan Dzikir ismu dzat. Kedua jenis dzikir ini
dibaiatkan sekaligus oleh seorang mursyid pada waktu baiat yang
pertama kali. Dapatlah difahami bahwa tarekat adalah cara atau jalan
bagaimana seseorang dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhan.
Diawal munculnya, tarekat hanya sebuah metode bagaimana seseorang
dapat mendekatkan diri dengan Allah dan masih belum terikat dengan
aturan-aturan yang ketat. Tetapi pada perkembangan berikutnya tarekat
mengalami perkembangan menjadi sebuah pranata kerohanian yang
mempunyai elemen-elemen pokok yang mesti ada yaitu: mursyid,
silsilah, baiat, murid, dan ajaran-ajaran (Sujuthil Mahmud, 2001:55)
54
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Masyarakat Desa Ngombak
Desa Ngombak merupakan salah satu dari 12 desa yang berada
di Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Desa ini terletak 48
km dari pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan dan 5 km dari pusat
Kecamatan Kedungjati, dengan menggunakan jalan darat.
Secara administratif, batas wilayah Desa Ngombak adalah
sebelah timur berbatasan dengan Desa Kenteng Sari; sebelah barat
berbatasan dengan Desa Prigi; sebelah utara berbatasan dengan hutan
Kedungjati; dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Semarang. Desa ini terbagi dalam 9 dusun, yaitu Kaliratan, Methuk,
Guyangan, Kedunggandri, Kalikonang, Karanggeneng, Cokohan,
Kedokan, dan Kalikliyo. Dinamakan Desa Ngombak karena kondisi
tanahnya yang berbukit-bukit, seperti gelombang atau ombak.
Desa Ngombak memiliki topografi dataran tinggi dan rendah 5-
30 % dengan luas wilayah 233 Ha berada pada ketinggian tanah 25 m
dari permukaan laut. Keseluruhan luas wilayah terbagi menjadi tanah
sawah irigasi ½ tehnis seluas 13 Ha, tanah sawah tadah hujan 13 Ha,
tanah kering berupa pekarangan atau bangunan 54 Ha, tegalan atau
kebunan 179 Ha, Hutan Negara 144 Ha, dan tanah yang meliputi
55
sungai, jalan, kuburan, saluran, dll seluas 8 Ha. Adapun suhu udara di
Desa Ngombak rata-rata mencapai 30ºC.
Dengan karakter alam yang masih banyak terdapat hutan jati,
berbukit-bukit serta kondisi tanah berwarna coklat campuran lempung
dan padas sehingga wilayah Desa Ngombak kurang baik untuk lahan
pertanian. Karakter alam yang demikian tetap dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai sumber penghidupan. Mayoritas mata pencaharian
masyarakat Desa Ngombak adalah petani dan buruh tani yaitu sekitar
60 % dari jumlah penduduk Desa Ngombak, 10 % bergerak di bidang
wiraswasta dan jasa, dan 30 % sebagai PNS dan karyawan. Masyarakat
umumnya bekerja sebagai petani penggarap lahan hutan. Lahan hutan
jati dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dengan jenis tanaman seperti
singkong, jagung, kacang tanah, dan wijen hanya dipanen dalam sekali
dalam setahun.
Berdasarkan Buku Monografi Desa keadaan pada bulan Januari-
Juni tahun 2014, jumlah penduduk Desa Ngombak adalah 3.661 jiwa
yang terdiri dari 1.800 laki-laki dan 1.861 perempuan dengan kepala
keluarga (KK) sebanyak 984. Adapun jumlah penduduk menurut usia,
dikelompokkan menjadi a) kelompok yang terdiri dari usia 4-6 tahun
sebanyak 101 orang, usia 7-12 tahun sebanyak 282 orang, dan usia 13-
15 tahun sebanyak 172 orang, kelompok yang terdiri dari usia 16 tahun
sebanyak 58 orang, usia 17-18 tahun sebanyak 102 orang, usia 19-65
56
tahun sebanyak 1732 orang dan usia 65 tahun ke atas sebanyak 393
orang.
Jumlah penduduk lulusan pendidikan umum dibagi menjadi
tujuh, yaitu Tamat Pasca Sarjana Strata-2 sebanyak 3 orang, Tamat
Sarjana Strata-1 sebanyak 28 orang, Tamatan Akademi D1-D3
sebanyak 49 orang, Tamat SMA sebanyak 385 orang, Tamat SMP
sebanyak 371 orang, Tamat SD sebanyak 402 orang, Tamatan Taman
Kanak-Kanak sebanyak 68 orang. Sedangkan lulusan pendidikan
khusus Pondok Pesantren sebanyak 26 orang. Adapun yang tidak lulus
atau tidak sekolah sebanyak 199 orang.
Mayoritas agama yang dianut oleh warga masyarakat Desa
Ngombak adalah agama Islam. Secara fisik, wilayah Desa Ngombak
belum memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai.
Sarana pembangunan yang dimiliki antara lain tempat peribadahan
berupa masjid sebanyak 8 buah dan Musholla sebanyak 11 buah, sarana
kesehatan berupa Balai Pengobatan sebanyak 2 buah, dan sarana
pendidikan terdiri atas bangunan Kelompok Bermain sebanyak 1 unit
gedung, Taman Kanak-Kanak ada 1 unit gedung, dan SD ada 2 unit
gedung. Gedung SMP 1 buah sedangkan SMA belum tersedia, sehingga
untuk melanjutkan ke jenjang SMA harus ke tingkat kecamatan.
2. Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Ngombak
Interaksi sosial antar masyarakat Desa Ngombak masih terjadi
secara intensif. Masyarakat hidup saling berdampingan secara rukun,
57
penuh toleransi, dan saling hormat-menghormati tanpa membandingkan
dan membedakan sistem kepercayaan yang dianut oleh masing-masing
individu. Sebenarnya, hampir seluruh masyarakat Desa Ngombak
beragama Islam. Hal ini dapat di lihat dari berbagai kegiatan yang
dilaksanakan, seperti sholat, puasa, pengajian rutin setiap jum‟at sore,
maupun peringatan hari-hari besar agama Islam.
Meskipun sistem keyakinan terhadap agama Islam yang dianut
oleh masyarakat melekat dengan kuat, namun dalam pelaksanaan
kehidupan sehari-hari masih tercampur dengan tradisi atau adat istiadat
yang berkembang di masyarakat. Tradisi atau adat istiadat yang ada di
Desa Ngombak berupa, upacara Asrah Batin, ritual sedekah desa atau
yang sering di sebut dengan merti bumi, ritual di bulan Suro, Rajab, dan
Ruwahan, serta upacara atau ritual yang berkaitan dengan kematian,
yaitu nelung dina: 3 hari, mitung dina: 7 hari, matang puluh: 40 hari,
nyatus: 100 hari, nyewu: 1000 hari, mendhak 1: 35 hari setelah
diadakan 1000 hari, dan mendhak 2: 35 hari kemudian dari diadakannya
mendhak 1.
Tradisi upacara atau ritual ini lama-kelamaan akan berubah
menjadi suatu aturan yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia
dalam kehidupan sosial di masyarakat. Salah satu bentuk tradisi upacara
atau ritual yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ngombak adalah
upacara Asrah Batin. Upacara ini merupakan satu-satunya upacara yang
58
hanya terdapat di Desa Ngombak dan tidak dimiliki oleh desa-desa lain
di wilayah Kabupaten Grobogan.
B. Asal Usulnya Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah
1. Sejarah Thariqah An-Naqabandiyah
Peletak dasar Thoriqoh Naqsyabandiyah ini adalah Al-Arif
Billah Asy Syaikh Muhammad bin Muhammad Bahauddin Syah
Naqsyabandi Al-Uwaisi Al- Bukhori radliallahu anhu (717-865 H).
Dijelaskan oleh Syaikh Abdul Majid bin Muhammad Al Khoniy dalam
bukunya Al-Hadaiq Al-Wardiyyah bahwa thoriqoh Naqsabandiyyah ini
adalah thoriqohnya para sahabat yang mulia radliallahu anhum sesuai
aslinya, tidak menambah dan tidak mengurangi. Ini merupakan untaian
ungkapan dari langgengnya (terus menerus) ibadah lahir batin dengan
kesempurnaan mengikuti sunnah yang utama dan „azimah yang agung
serta kesempurnaan dalam menjauhi bid‟ah dan rukhshah dalam segala
keadaan gerak dan diam, serta langgengnya rasa khudlur bersama Allah
SWT, mengikuti Nabi SAW, dengan segala yang beliau sabdakan dan
memperbanyak dzikir qalbiy.
Dzikirnya para guru Naqsyabandiyah adalah Qalbiyah
(menggunakan hati).Dengan itu mereka bertujuan hanya kepada Allah
SWT.semata dengan tanpa riya‟, dan mereka tidak mengatakan suatu
perkataan dan tidak membaca suatu wirid kecuali dengan dalil atau
sanad dari kitab Allah SWT atau sunnah Nabi Muhammad SAW. Asy-
Syaikh Musthofa bin Abu Bakar Ghiyasuddin An-Naqsyabandiy
59
menyatakan dalam risalahnya Ath Thoriqoh An-Naqsabandiyah
Thoriqoh Muhammadiyah bahwa thoriqoh ini memiliki tiga marhalah;
a. Hendaklah anggota badan kita berhias dengan dhohirnya syari‟ah
Muhammadiyah;
b. Hendaklah jiwa-jiwa kita bersih dari nafsu-nafsu yang hina, yaitu
hasad, thama‟, riya, nifaq, dan „ujub pada diri sendiri. Karena hal
itu merupakan sifat yang paling buruk dan karenanya iblis
mendapatkan laknat;
c. Berteman dengan shodikin (orang-orang yang berhati jujur).
Thoriqoh Naqsyabandiyah ini mempunyai banyak cabang aliran
thoriqoh di Mesir, Turki, juga Indonesia.
Sementara Thoriqoh Naqsyabandiyah masuk ke Nusantara dan
Minangkabau pada tahun 1850. Thoriqoh Naqsyabandiyah sudah
masuk ke Minangkabau sejak abad ke 17, pintu masuknya melalui
daerah pesisir Pariaman, kemudian terus ke Agamdan Limapuluh kota.
Thoriqoh Naqsyabandiyah diperkenalkan ke wilayah ini pada paruh
abad ke 17 oleh Jamal Al Din, seorang Minangkabau yang mula-mula
belajar di Pasai sebelum dia melanjutkan ke Bayt Al Faqih, Aden,
Haramain, Mesir dan India.
Naqsyabandiyah merupakan salah satu thoriqoh sufi yang paling
luas penyebarannya dan terdapat banyak wilayah Asia Muslim serta
Turki, Bosnia Herzegovina dan wilayah Volga Ural.Bermula di
Bukhara pada akhir abad ke 14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke
60
daerah-daerah tentangga dunia muslim dalam kurun waktu 100 tahun.
Perluasannya mendapat dorongan baru dengan muncunya cabang
Mujaddidiyah, dinamai menurut SyekhAhmad Sirhindi Mujaddidi Afi
Tsani (pembaru millennium kedua w. 19240. pada akhir abad ke 18
nama ini hampir sinonim dengan thoriqoh tersebut di seluruh Asia
Selatan, wilayah Utsmaniyah dan sebagian besar Asia Tengah.
Ciri yang menonjol dari thoriqoh Naqsyabandiyah adalah
diikutinya syari‟at secara ketat, keseriusan dalam beribadah
menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih
mengutamakan berdzikir dalam hati (Dzikir sirri).
Penyebaran thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyah ditunjang oleh
ulama-ulama Minangkabau yang menuntut ilmu di Mekah dan
Madinah, mereka mendapat bai‟at dari Syekh Jabal Qubays di Mekah
dan Syekh Muhammad Ridwan di Madinah. Misalnya, Syekh
Abdurrahman di Batu Hampar-Payuakumbuh (w. 1899 M), Syekh
Ibrahim Kumpulan Lubuk Sikaping, Syekh Khatib Ali Padang (w.
1936) dan Syekh Muhammad Sa‟d Bonjol. Mereka adalah uama besar
dan berpengarauh pada zamannya serta mempunyai anak murid
mencapai ratusan ribu orang yang kemudian turut menyebarkan
thoriqoh ini ke daerah asal mereka masing-masing.
Di Jawa Tengah Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyah
disebarkan oleh KH.Abdul Hadi Girikusumo Mranggen yang kemudian
menyebarkan ke Popongan-Klaten, KH.Arwani Amin Kudus,
61
KH.Abdullah Salam KajenMargoyoso-Pati, KH. Hafidh Rembang. Dari
tangan mereka yang penuh berkah, pengikut toriqoh ini semakin
berkembang menjadi ratusan ribu orang jemaah.
Ajaran dasar thoriqoh Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu
pada 4 aspek pokok, yaitu: sayri‟at, Thariqat, Hakikat dan ma‟rifat.
Ajaran thoriqoh Naqsyabandiyah ini pada prinsipnya adalah cara-cara
atau jalan yang harus dilakukan oleh orang yang ingin merasakan
nikmatnya dekat dengan Allah SWT.Ajaran yang nampak ke
permukaan dan memiliki tata aturan adalah khalwat atau suluk.
Khalwat adalah mengasingkan diri dari keramaian guna melakukan
dzikir dibawah bimbingan seorang Syekh (mursyid) atau khalifahnya
selama 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari.
Tata cara khalwat ditentukan oleh syekh antara lain: tidak boleh
makan daging, ini berlaku setelah melewati masa suluk selama 20 hari.
Juga dilarang berhubungan suami-istri, makan dan minum juga diatur
sedemikian rupa.Waktu dan semua pikiran diarahkan untuk berpikir
yang telah ditentukan oleh mursyidnya.
2. Sejarah Thariqah Naqsabandiyah di desa Ngombak
Pada awalnya ajaran thoriqoh naqsabandiyah kholidiyah di
desa ngombak dibawa oleh Almarhum KH Damanhuri bin Muhadi,
beliau merupakan salahsatu tokoh agama yang ikut memajukan
perkembangan agama islam di desa ngombak, pada saat itu beliau di
62
baiat oleh kyai haji amin dari gubug, dan beliau juga dijadikan badal
untuk desa ngombak.
Sekitar tahun 80 an beliau mulai mengikuti thoriqoh dan pada
saat itu masyarakat belum tau bahwa beliau mengikuti thorihoh, tapi
jamaah atau murid beliau curiga kenapa setiap hari selasa beliau selalu
pergi ke gubug, dan pada suatu hari beberapa muridnya mengikuti
beliau sampai ke gubug untuk mengetahui apa yang dilakukan
gurunya, dan di situ mereka baru mengetahui bahwa gurunya
mengikuti tawajuhan thorihoh, setelah tau gurunya mengikuti thorihoh
para muridnya mulai bertanya tentang thoriqoh yang dijalankan
gurunya tersebut, dan sang guru berkata ayo nak pengen do ngerti
meluo, dan setelah itu para muridnya mengikuti thoriqoh hingga saat
ini, dan setiap selasa legi dilakukan tawajuhan di desa ngombak
3. Amalan Thariqah Naqisabandiyah di Desa Ngombak Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan
Dzikir Thariqoh Naqsyabandiyah merupakan dzikir tahap kedua
setelah Thariqoh Qodiriayah. Dzikir ini disebut sebagai dzikir itsmu
dzat, yaitu dzikir dengan lafad Allah di dalam hati (Dzikrul Qalbi)
(Shohibul Kahfi, 2002:83). Tata cara dzikir itsmu dzat ini adalah:
a. Membaca surat al-Fatihah untuk Nabi muhammad SAW., sahabat-
sahabatnya dan semua syeh Thoriqoh Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah, terutama untuk syeh Abdul Qodir al-Jilani, syeh
63
Junaid al-Baghdadi. Surat al-Fatihah ini juga ditujukan untuk ayah,
ibu dan seluruh saudara-saudara muslim yang sudah meninggal dan
yang masih hidup.
b. Membaca Istighfar.
c. Membaca Surat al-lkhlas
d. Membaca Dzikir itsmu dzat (Allah-Allah), dengan posisi duduk
dan mata dipejamkan, lafald Allah-Allah tersebut dikonsentrasikan
pada lata'if-lata'if (kelembutan-kelembuatan) yang ada disekitar
tubuhnya. Dalam Fath al-Arifin digambarkan sepuluh lata'if, lima
diantaranya adalah Qolb (hati), Ruh, Sirr (batin), Khofi (rahasia)
dan Akhfa (paling rahasia) yang dikenal sebagai alam al-amr (alam
perintah). Lima lata'if lainnya adalah Nafs (kelembutan jiwa) dan
empat unsur: air, api, udara dan tanah. Ini disebut dengan alam al-
kholiq (alam ciptaaan) (Zulkifli, 2003:48). Asal usul lata'if ini
dapat dilacak pada syekh Ahmad Faruqi as-Sirhindi.
Al-Attas (1963) mengutip sebuah keterangan dari kitab “Fath al-
Arifin”: kelembutan hati (latifah al-qolb) ada di bawah dada kiri, dua
jari ke kiri,dan warnanya adalah kuning, ia adalah tempat kewenangan
penghulu kita Adam AS, dan asalnya adalah air, udara dan tanah.
Kelembutan ruh (latifah ar-ruh) terdapat di bawah dada kanan, dua jari
ke kanan, warnanya adalah merah dan ia merupakan tempat
kewenangan penghulu kita Ibrahim as dan Nuh AS., dan asalnya adalah
api.
64
Kelembutan batin (latifah as-sirr) terletak berlawanan dengan
dada kiri, dua jari ke arah dada, warnanya adalah putih, ia adalah
tempat kewenangan penghulu kita Musa AS, dan asalnya adalah air.
Kelembutan rahasia (latifah al-khafi) berlawanan dengan dada kanan,
dua jari ke arah dada, warnanya adalah hijau, ia adalah tempat
kewenangan penghulu kita Isa AS, dan asalnya adalah udara.
Kelembutan paling rahasia (latifah al-akhfa) terletak di tengah dada, ia
adalah tempat kewenangan penghulu kita Muhammmad SAW, dan
asalnya adalah tanah. Kelembutan jiwa/otak (latifah an-nafs an-natiqah)
terletak di dahi dan seluruh kepala (Archer, 1937: 96 dalam Zulkifli,
2003: 49).
Salah satu dzikir para Syaikh Naqsyabandiyah adalah dzikir al-
Issbat al-Mujarrah atau dzikir berupa penegasan “saja”, yakni dzikir
nama Allah tanpa penegasan atau penafian. Konon para teolog
Naqsabandiyah awal tidak mengamalkan dzikir ini. Ini adalah amalan
Kwaja Baqi-billah, atau para Syekh agung sebelumnya. Disepakati
bahwa dzikir penegasan dan penafikan sangat baik untuk penghambaan,
suluk, dan bahwa dzikir penegasan saja lebih kondusif pada
keterserapan diri dalam Allah SWT.
Menurut sebagian sufi, metode dzikir al-Issbat al-Mujarrah
adalah sedemikian sang hamba mestilah mengangkat kata-kata Allah
dari pusarnya dan kemudian mestinya mengangkat ke otak dengan
segenap kekuatan seraya menahan nafas. Secara bertahap, ia
65
memperpanjang waktu menahan nafas dan pada saat yang sama
semakin banyak mengulang dzikir. Sebagian mengulang dzikir
sebanyak seribu kali (Mir Valiuddin, 1979:139).
Prosedur dzikir Ism adz-Dzat (nama Dzat Allah) ialah seseorang
mesti menyentuh langit mulut dengan lidahnya, dan mencamkan nama
makna Allah yang di berkahi (Yang tidak menyerupai entitas apapun
dan tidak ada satu entitas yang menyerupai-Nya; Yang tidak
menyerupai sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya;
Yang tidak bisa diukur dan dibatasi, Yang tidak diliput arah; Yang
tidak menyerupai badan; Yang Tunggal tanpa ada tandingan; Yang
terpisah tanpa ada keserupaan) dan mestilah mengarahkan hatinya
kepada Allah Yang Maha Kuasa serta tenggelam dalam dzikir Ism ad-
Dzat.
Sebelum memulai dzikir itu mestilah diucapkan kata-kata
berikut ini, dan maknanya, yang sesungguhanya makna nama Allah,
mestilah dicamkan dalam benak pikiran: "Berkah spiritual mengalir
dari yang wujud, yang Maha Tunggal tanpa ada yang menyerupai-Nya,
terpisah tanpa ada keserupaan, Yang memiliki segenap kualitas dan
kesempurnaan, terbebas dari segenap kekurangan dan ketercelaan,
pada hatiku".
66
BAB IV
AMALAN DAN PENGARUHTHARIQAH NAQSABANDIYAH
AL KHALIDIYAH DI DESA NGOMBAK KEDUNGJATI
A. Amalan-Amalan pada Thariqah Naqsabandiyah di Desa Ngombak
1. Taubat
Taubat dalam pengertian Thariqah Naqsabandiyah di Desa
Ngombakadalah dasar utama untuk membersihkan diri dari dosa lahir
maupun batin. Taubat sama dengan fundamen untuk suatu bangunan
dan sama dengan akar bagi suatu pohon. karena itu taubat harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu taubatan nasuha, yakni
seorang bertaubat lahir bathin dan ber'zam (bertekat bulat) untuk tidak
melakukan dosa lagi (Saidi Syekh, 2002:242).
Thariqah Naqsabandiyah menyaratkan bahwa seseorang yang
ingin bergabung bersama Thariqah Naqsabandiyah diwajibkan untuk
bertaubat terlebih dahulu. Adapun syarat-syarat taubat dalam Thariqah
Naqsabandiyah di Desa Ngombak ialah mohon ampun atau bertaubat
dan menyesali perbuatan-perbuatan dosa yang telah lalu. Setelah itu
wajib ber'azam atau bertekat bulat untuk tidak mengulangi lagi
kesalahan di massa lampau untuk selama-lamanya. Seseorang yang
ingin bertaubat juga harus mengembalikan hak-hak orang yang
teraniaya kepada yang berhak menerimanya.
67
Dalam Pengamalan Tarekat naqsyabandiyah dianjurkan
pengamalnya ialah melaksanakan mandi taubat dan melaksanakan
shalat sunat wudhu dua rakaat setiap sesudah berwudhu. Setelah itu
dilanjutkan dengan shalat sunat taubat dua rakaat. Seseorang yang
diterima taubatnya akan merasakan ketakutan yang mendalam pada
setiap tingkah lakunya. Seseorang akan takut dalam urusan taatnya
kepada Allah, jangan sedikitpun terpetik ria, pamer dan nifaq, kecuali
taat itu hanya semata-mata ikhlas karena Allah SWT.
2. Talqin
Tareqah Naqsabandiyah di Desa Ngombak menganjurkan untuk
dapat mengamalkan zikir khas yakni zikir dalam Tareqah
Naqsabandiyah beseta amalan-amalan lainnya, seorang salik (murid)
mesti memulai dengan proses “talqin”. Talqin ialah peringatan guru
kepada murid. Talqin memiliki dua sasaran; pertama, sasaran yang
bersifat umum, dan kedua, bersifat khusus. Adapun sasaran yang
bersifat umum adalah seseorang yang sudah bertalqin berarti sudah
masuk dalam silsilah (lingkaran) komunitas pengamal ajaran tarekat.
Sedangkan sasaran talqin yang bersifat khusus yakni talqin suluk
setelah masuk dalam lingkaran komunitas sufi.
Untuk meringankan tugas seorang guru, maka dibentuk seorang
“Wakil” dengan tugas utama ialah mentalqinkan zikir Tareqah
Naqsabandiyah kepada siapa yang menginginkan dan yang merasa
68
dirinya berkepentingan, dengan maksud supaya orang-orang yang
sedang dalam keadaan sakit dan orang-orang yang jauh tempat
tinggalnya dapat melaksanakan maksudnya tanpa banyak memakan
biaya dan waktu.
Pelaksanaan talqin pada masyarakat Ngombak dilakukan di
Cabang Gubug ditempatkan di sebuah masjid. Calon pengikut Tareqah
ini diwajibkan untuk membaca surat al fatihah secara fasih kemudian
merenungkannya. Setelah seorang guru memberi nasehat kepada calon
pengikut untuk selalu ingat dan mendekatkan diri pada Allah. Prosesi
talqin ini berkesan haru dan senang bagi murid setelah mendapat talqin.
Masyarakat ngombak berkeyakinan bahwa apa yang diajarkan seorang
guru benar-benar ajaran Thariqah yang memiliki tendensi tertentu.
3. Baiat
Prosesi baiat pada tareqah naqsabandiyah juga dilakukan
ditempat yang sama setelah prosesi talqin. Baiat sendiri memiliki
pengertian pernyataan janji setia untuk mengabdi kepada Allah dan
Nabi Muhammad dalam kondisi apapun. Pernyataan baiat pada tareqah
Naqsabandiyah seperti yang dilukiskan dalam Al quran, “Barang siapa
yang melanggar janji itu niscaya akan menimpa dirinya sendiri (QS Al
fath:10)
Upacara pelantikan baiat pada tareqah Naqsabandiyah di Desa
Ngombak dilakukan pada hari jumat pagi. Pelantikan baiat dilakukan
69
dengan cara berjabat tangan bersama pada mursyid. Seorang guru
kembali memberi nasehat penekanan untuk selalu berdzikir pada Allah,
Maka seorang murid secara yakin menyanggupi dengan nama Allah.
Prosesi baiat ini kemudian menjadi fase resmi seorang menjadi anggota
Tareqah Naqsabandiyah.
Setelah prosesi tersebut berlaku ketentuan pada diri murid untuk
berani berubah secara drastis, seperti berani untuk menggunting dosa-
dosanya lampau, meninggalkan makanan, minuman dan perbuatan serta
keputusan yang bersifat syubhat apalagi haram. Seorang murid dituntut
tegas berani hijrah dari kondisi batin yang menyatu ke kecendrungan
batin yang condong antara hak dan batil.
4. Dzikir
Dzikir merupakan metode pendekatan kepada Allah SWT yang
mudah dan bisa dilakukan secara bersama-sama ataupun sendirian.
Tata cara melaksanakan dzikir dalam thariqah sama dengan tata cara
dzikir seperti biasanya. Tapi sebelum itu lebih dahulu diatur tata cara
menjalani thariqah naqsabandiyah dalam Buku risalah mubarokah
penyusun Kyai Muhammad Hanbali Sumardi Kudus tahun 1968.
Berikut tata cara melakukan dizikir pada Tareqah
Naqsabandiyyah di desa Ngombak:
a. Adus sak wise sholat isya kelawan niyat taubat saking sekabehane
doso lan wudlu kang sempurno
70
b. Sholat rong rekaat kelawan niyat nekani hajat manjing thoroqoh.
Rekaat awal sak wise fatihah moco surat kulya aiyuhal kafirun
rekaat tsani sak wise fathihah moco surat kul hualloh uahad
c. Sak wise salam moco iki dongo alloh humma innii asaluka
taubata walinaabata wal istikomata inna ngalassyaringatil ngorroi
wat thorikotil baidhok peng telu ( astagfirulloh kaping limo utowo
limolas utowo selawe.
d. Moco fatihah sepisan surat kulhuaallohuahad kaping telu kelawan
niyat ganjarane olehe moco dinaturaken maring ruhaniyahe
hadlorotis syekh Muhammad bahauddin naqsobandi sarto niyat
yuwun pitulung mugo mugo olehe manjing thorihoh di terimo
e. Turu miring nengen serto madep kiblat
Kemudian berikut tata cara dzikir ismudzt pada Tareqah
naqsabandiyah di desa ngombak:
a. Suci panggonane lan badane saking hadas lan najis
b. Lungguh tawaruq ngiwo tumungkul marang ati sanubari kelawan
meremaken mpripat
c. Moco astagfirulloh kaping limo limolas utowo selawe
d. Moco fatihah sepisan kulhuwaalloh sak akhire kaping telu kelawan
niyat ganjarane olehe moco den aturaken maring poro guru awat
iki mongso nganti rosulluloh khususan maring syekh bahauddin lan
wasilah mugo mugo den parengano inggal hasil maksudi saking
berkahe syekh
71
e. Lambe mingkem madal ilate untu den gatuaken nyrupani mati lan
rumongso setuhune nafas kang metu iku akhire nafas lan eleng
kubur lan pekiwuhe kubur lan eleng kiyamat lan pekiwuhe kiyamat
f. Robitoh mursyit tegese ngento ngento yen gurune kang murui dzikir
iku khandir ono ing ngarepe kelawan mencorong nur raine lan
ngarep ngarep lobere nure guru ono ing ngatine murid
g. Wukup kholbi tegese nglagengaken madep atine eleng maring dzat
e alloh bila kaifin walla mislin ( ora keneo dikoyo opo gusti alloh
lan ora podo opo wae gusti alloh )
h. Nuli munajat moco kelawan atine illahi anta maksudi waridhoka
matlubi ( yaalloh panjenengan ingkang kulo maksud lan ridho
panjenengan ingkag kulo padosi ) nuli dzikir muni allloh alloh
kelawan atine ojo ngobahake lambene, ilate lan aunggotane kabeh
liyane obahe driji pinuduh kang ginawe narik tasbeh yen wus hasil
wilangan satus moco ilahi anta maksudi wa ridhoka matlubi olehe
moco kelawan atine koyo mengkono sak urute hinggo limang ewu.
Naliko ngarepake leren songko dzikir mongko menengo muhung
wukup lan robitoh nuwuno ing lumebere nure guru nure dongo.
Selanjutnya setelah syarat terlaksana dengan baik, maka doa khusus wajib
di amalkan, agar dzikir tersebut lebih bermakna, doa tersebut yaitu:
جلاي ه ٠ارا ه ا الاسض ٠ا اث ٠ابذ٠ع اغ ٠ال١ ٠اح ا
ا ع احه ع عذد احه ص ذ افض ح ع١ذا ع ص الاوشا
اس ه وز ع باسن صحب ه غ اخ اء غش ش٠عتا تع اش صلاالاعخما
72
اي احباع اسصلاو خاذ٠ت د٠تا جذ ذ٠تا ع١تامشب اطش٠متا ز ب ا اخ
حب ذق ف اص بش٠تص الله ع١ خ١شا ١ ص١ت آ خص ا سثت ا ت
Artinya : Ya Allah yang maha hidup, yang berdiri sendiri,
pencipta langit dan bumi, menguasai semua kerajaan, yang maha
agung dan mulya, berilah kasih sayang kepada nabi kita Muhammad
SAW dan keluarga serta sahabatnya, berilah nilai tambah dan
keselamatan, berilah aku istiqomah dalam bersyariat dan memegang
teguh Thoriqoh Naqsyabandiyah Al Mujaddadiyah Al Qolidiyah dan
berilah aku kesempurnaan dalam mengikuti ajaran Rasulullah SAW.
Semoga Allah memberi tambahan rahmat kepada beliau dalam
menengakkan kebenaran melalui rasa cinta kepada para ulama pewaris
ilmu-ilmu khusus. Amin
Untuk mendapatkan kualitas zikir yang tinggi dan dampak yang
maksimal, seseorang yang berzikir itu harus melaksanakan adab zikir.
Syekh Amin Al Kurdi mengatakan ada 11 adab zikir(Nur: 258-262),
yaitu:
a. Suci dari hadas kecil atau seseorang itu dalam keadaan berwudlu.
Sabda Rosululloh SAW : wudlu itu menghapus dosa-dosa. ( H.R.
Ahmad )
b. Shalat sunat dua rakaat.
c. Menghadap kiblat di tempat yang sunyi.
d. Duduk tawarruk, yaitu kebalikan dari duduk tawarruk dalam shalat.
Sebagaimana duduk para sahabat di hadapan Rasululloh SAW.
Duduk tawarruk seperti itu memudahkan seseorang untuk
mendapatkan tawanduk dan konsentrasi.
73
e. Istigfar atau minta ampun dari semua maksiat dan kesalahan yang
telah lalu. Dalam mengucapkan istigfar itu, dia membayangkan
semua maksiat dan kesalahan-kesalahannya secara keseluruhan,
sambil dia percaya dan membayangkan Alloh melihatnya sekarang
ini. Karena dia meninggalkan semua kesibukan dan fikiran
duniawiyah. Yang dibayangkannya, hanyalah kebesaran dan
keagungan Alloh SWT yang hadir pada saat ini, yang bersifat maha
pemurah lagi maha pengampun.Setelah itu dia mengucapkan
Astaghfirulloh 5 kali atau 15 kali atau 25 kali. Yang terbaik adalah
25 kali.
Sabda Rosululloh SAW :
Barang siapa yang lestari terus menerus mengucapkan
istighfar, niscaya alloh memberikan jalan keluar baginya
dari segala kesempitan dan menghilangkan segala yang
menggelisahkan dan memberikan rezki dari sumber yang
tidak dia duga sebelumnay. ( H.R. Ahmad dan Hakim ).
f. Membaca surat Al Fatihah satu kali dan surat Al Ihlas tiga kali dan
menghadirkan pahalanya kepada roh Nabi Muhammad SAW dan
kepada arwah sekalian syekh ahli silsilah tarekat Naqsyabandiyah,
terutama kepada syekh mursyid.
g. Memejamkan kedua mata dan menutup mulut dan menongkatkan
lidah ke langit-langit. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan
kekhusukan yang sempurna dan lebih memastikan lintasan-lintasan
hati yang harus diperhatikan.
74
h. Rabithah kubur, artinya seseorang yang berzikir itu membayangkan
seolah-olah dirinya sudah mati. Karena itu dia membayangkan
dirinya dimandikan, dikafani, dishalatkan, diusung ke kubur dan
akhirnya dimakamkan ( dikebumikan ). Semua keluarga dan
sahabat handai taulan meninggalkan kita sendiri dalam kubur. Pada
waktu itu ingatlah kita bahwa segala sesuatu tidak berguna lagi
kecuali amal saleh.Sabda Rosululloh SAW :
Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau sedang
dalam perjalanan dan karna itu persiapkanlah dirimu untuk
pada suatu saat menjadi penghuni kubur. ( H.R. Tarmizi ).
i. Rabithah Mursyid, artinya murid metabithahkan atau
menghubungkan rohaniahnya kepada rohaniah mursyid yang akan
membimbingnya atau bersama-sama menuju kehadirat Allah SWT.
Rohaniah mursyid itu dalam kajian orang tasawuf, ibarat corong
atau pancuran untuk mendapatkan limpahan kurnia dan berkah dari
j. Mengkosentrasikan semua panca indra dan memutuskan hubungan
dengan semua yang membimbangkan untuk ingat kepada Allah.
Kosentrasi hanya ditunjukan kepada Allah saja lalu mengucapkan :
ilahi anta maksudi waridloka matlubi “artinya : wahai Tuhanku,
engakaulah yang kumaksud dan keridhoan-mulah yang aku tuntut (
dibaca tiga kali )”.
Sesudah itu barulah mulai berzikir ismu zat dalam hati dengan
meresapkan perhatian ismu zat itu yakni : dialah zat yang tiada
75
sesuatu pun setara dengan dia. Dia hadir, memperhatikan semua
hal.
k. Menunggu sebentar datangnya sesuatu yang akan muncul pada
waktu berzikir hampir berakhir sebelum membuka dua mata.
Apabila datang sesuatu yang ghaib, maka hendaklah waspada dan
berhati-hati karena cahaya hati akan berpancar.
5. Amalan Zikir
Pelaksanaan zikrullah dalam Tarekat Naqsyabandiyah
pimpinan Kadirun Yahya adalah zikir qalbi.Dan sebutlah nama
tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan
dengan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai ( Q.S. Al A‟raf
7:205 ). Zikir Qolbi terbagi menjadi dua (Nur: 262-268):Zikir Ismu
Zat dan Zikir Nafsi Isbat.
Dalam Tarekat Naqsyabandiyah ada 17 mata pelajaran zikir :
1. Zikir Ismu Zat, yaitu zikir yang menyebut nama zat Allah yaitu
Allah, Allah, Allah…. Bagi yang baru masuk tarikat zikir, ismu zat
ini diamalkan 5000 ( lima ribu ) kali dalam sehari semalam.
2. Zikir Lathaif, yaitu zikir ismu zat sebanyak 11000 ( sebelas ribu )
yang berhikmah menghancurkan sifat mazmumah yang ada pada
batin diri manusia, yang sekaligus merupakan sarang iblis. Tujuh
tempat sifat mazmumah itu kalau telah dibersihkan dari sifat-sifat
76
buruknya, tentu saja yang menjelma menggantikan tempat itu
adalah sifat mahmudah.
Tujuh tempat itu ialah :
a). lathifatul Qolbi, dzikirnya padanya 5000 kali.
b). lathifatul Ruh, dzikirnya padanya 1000 kali.
c). lathifatul Sirri, dzikirnya padanya 1000 kali.
d). lathifatul Khafi, dzikirnya padanya 1000 kali.
e). lathifatul Akhfa, dzikirnya padanya 1000 kali.
f). lathifatul Natihah, dzikirnya padanya 1000 kali.
g). lathifatul Kulli Jasad, dzikirnya padanya 1000 kali.
Pelaksanaan :
Saidi Syekh Sulaiman Zuhdi dalam “Ar Risalah Majmu‟atul
Khalidiyah An-Naqsyabandiyah” menguraikan tentang lataif sebagai
berikut: Lathifatul Qolbi merupakan sentral dari rohaniah manusia dan
merupakan induk dari latifah-latifah lainnya, yang terletak dua jari
dibawah susu kiri dan satu jari kearah ke kiri yang merupakan hati
sanubari manusia itu sendiri.
Mazmumah (keburukan) adalah hawa nafsu yang buruk ikut
kehendak iblis dan syetan, cinta dunia, kafir dan sirik.Mahmudah
(kebalikannya) adalah iman, islam, tauhid, makrifat dan malaikat.
Melalui latifatul qolbi menjelmalah mahmudahnya tadi dan dengan
kedekatannya kepada allah SWT, setelah dibersihkan dengan zikrullah,
maka terbukalah baginya alam jabarut, alam malakut, serta terbukalah
77
rahasia-rahasia ghaib, dan dengan sendirinya dia mendapatkan ilham
dan limpahan karunia daripada-nya. Dan itu dikatakan sunnah dan
tarekat, Nabi Adam a.s. puncaknya adalah fana pada Af‟al Tuhan
Mati tabi‟I, Mati dalam istilah sufi berikut ini adalah matinya
nafsu dan karenanya hiduplah hati sanubari. Mati tabi‟I artinya perasaan
lahiriah orang yang berzikir menjadi lenyap, hilang/fana pendengaran
dan penglihatan lahiriahnya sehingga tidak berfungsi lagi. Yang
berfungsi adalah pendengaran dan penglihatan batinnya yang memancar
dari lubuk hatinya, sehingga yang terdengar dan terlihat adalah lafzul
jalalah (allah,allah..,allah).
Dalam keadaan demikian, akal fikiran tidak berjalan lagi, tetapi
ilham dari allah yang merupakan nur ilahi, itulah yang terbit dari hati
orang yang berzikir, sehingga hatinya muhadlaroh (hadir) bersama
Allah SWT. Mati Tabi‟i merupakan fana‟ fillah dimana gerak dan diam
tidak ada, kecuali dari Allah SWT. Itulah yang dinamakan tajalli
fil‟af‟al.Orang sufi mengatakan :Tiada fi‟il (gerak dan diam) kecuali
dari Allah.
Tatifatul ruh, letaknya dibawah jari susu kanan dan satu jari kea
arah kanan, berhubungan dengan paru-paru atau rabu
jasmani.Mazmumahnya adalah sifat-sifat yang tidak disukai oleh Allah
dan Rasul yaitu sifat loba, tamak, rakus, dan bakhil.Sifat mazmumah
latifatul ruh ini juga dikatakan sifat bahimiyah yaitu sifat binatang
ternak yang suka pada mengikuti hawa nafsu, makan, tidur, seksual,
78
bersenang-senang dan segala sifat buruk lainnya. Mahmudahnya
dengan hilangnya semua sifat buruk tadi berganti dengan sifat kana‟ah
yaitu sifat yang menerima dengan syukur apa yang ditetapkan oleh
Allah untuknya, sambil berusaha menurut cara yang wajar sesuai
dengan ketentuan syari‟at Allah SWT. Dan dikatan itu adalah sunnah
dan tarikat Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim a.s. puncaknya adalah fana fil
asma (mati maknawi).
Mati maknawi artinya semua sifat keinsanan / sifat kemanusiaan
orang yang berzikir telah lebur dan lenyap diliputi oleh sifat ketuhanan
yang dinamakan fana fissifat.Sifat kebaharuan dan sifat kekurangan dari
seseorang yang berzikir menjadi lenyap/fana, yang tinggal adalah sifat
tuhan yang maha sempurna dan azali.
Pendengaran dan penglihatan lahir menjadi hilang lenyap, yang
tinggal adalah pendengaran dan penglihatan batin, yang memancarkan
nur ilahi yang terbit dari dalam hati yang memancarkan ilham dari
Allah SWT.Mati maknawi itu merupakan pintu fana yang kedua yang
diterima oleh orang yang berzikir.Ini merupakan hasil mujahadahnya
dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah SWT.
Lathifatus sirri, letaknya dua jari di bawah susu kiri dan stu jari
arah ke kanan, berhubungan dengan hati kasar jasmani.Mazmumahnya
adalah amarah (buas), pemarah, pembengis dan pendendam
kesumat.Sifat-sifat itu dikatakan juga sifat subu‟iyah (sifat binatang
79
buas) yang suka berbuat onar, kekejaman, penganiayaan, permusuhan,
penindasan, penzaliman dan sebagainya.
Mahmudahnya manakala lenyap sifat mazmumahnya, bergantilah
dengan sifat kesempurnaan, terutama sifat rahman dan rahim. Dan dikatan
itu adalah sunnah dan tarikat Nabi Musa a.s. puncaknya adalah fana
fissifatissubutiah mati sirri.
Mati sirri artinya segala sifat keinsanan menjadi lenyap/fana,
demikian juga alam wujud yang gelap / zulmah telah lenyap pula, telah
ditelan oleh alam ghaib / alam malakut yang penuh dengan nur, cahaya
dari Allah SWT.
Orang yang berzikir yang mendapatkan karunia mati sirri ini telah
bergelimang dalam baqa finu rillah yaitu nur af‟alullah, nur sifatullah, nur
asmaullah, nur zatullah dan nurun ala nurin sesuai dengan fiman Allah
SWT :
Cahaya diatas cahaya Allah, dimana Allah memberikan karunia dengan
cahayanya itu kepada siapa yang dia kehendaki (Q.S. An Nur 24 : 35).
Menurut Kadirun Yahya, Nurun „ala Nurin inilah yang dimaksud
dengan wasilah dalam firman Allah SWT surat Al Maidah ayat 35 yang
merupakan frekuensi tak terhingga. Wasilah inilah yang ingin diperoleh
oleh setiap pengamal tarekat, karena dia merupakan penghubung langsung
untuk sampai ke hadirat Allah SWT yang merupakan kunci utama
keberhasilan kita dalam beramal. Mati sirri ini merupakan pintu fana yang
80
ketiga yang diterima oleh orang yang berzikir. Ini merupakan hasil
mujahadahnya dan merupakan rahmat dan karunia dari Allah SWT.
Lathifatul khafi, letaknya dua jari di bawah susu kanan dan satu jari
ke arah dalam dari susu kanan, berhubungan dengan limpa
jasmani.Mazmumahnya khasad dan dengki serta munafik. Sifat
mazmumah latifatul khafi ini dikatakan juga sifat syataniyah yang
menimbulkan sifat was-was, khasad, dengki, khianat, cemburu, dusta,
buruk hati, munafik, mungkir janji dan sebagainya. Mahmudahnya adalah
sifat syukur, ridho, sabar dan tawakal. Dan dikatakan itu adalah sunnah
dan tarikat Nabi Isa a.s. puncaknya adalah fana fissifatis salbiah, mati
hissi.
Mati hissi artinya segala sifat keinsanan yang baharu menjadi
lenyap/fana, yang tinggal adalah sifat tuhan yang Qadim, Azali. Pada
tingkat ini tanjakan batin orang yang berzikir telah mencapai tingkat
tertinggi yaitu tingkat makrifat. Pada tingkat ini orang yang berzikir atau
salik telah mengalami keadaan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak
pernah didengar oleh telinga, tidak pernah terlintas dalam hati sanubari
manusia dan tidak mungkin pula disifati dengan suatu sifat. Karena itu
tidak dapat dimengerti dan tidak dapat dirasi keadaan itu, kecuali oleh
orang yang bersangkutan.
Kata orang sufi :
Siapa yang belum merasai, maka dia belum akan mengenalnya. Orang
yang berzikir dan telah mendapat kurnia mati tabi‟i, mati maknawi, mati
81
sirri dan mati hissi telah mencapai tingkat musyahadah (terbuka hijab)
sebagai hasil mujahadahnya dan karunia dari Allah SWT.
Lathifatul akhfa, letaknya di tengah-tengah dada, berhubungan
dengan empedu jasmani.Mazmumahnya adalah segala sifat keakuan,
antara lain sombong, takabur, ria, loba, tamak, ujub (membanggakan diri)
dan segala sifat-sifat keakuan yang lain, seperti akulah yang pandai,
akulah yang kaya, akulah yang gagah, akulah yang cantik dan sebagainya.
Sifat mazmumah latifatul akhfa ini dikatakan juga sifat Rububiyah atau
sifat Rabbaniyah yaitu sifat yang hanya pantas bagi Allah SWT, sebab
dialah pada hakekatnya yang memiliki dan mengatur alam semesta ini.
Mahmudahnya adalah sifat ikhlas, khusuk, tadarruk dan diam untu
bertafakkur terhadap keagungan dan kebesaran Allah Swt. Dan dikatakan
itu adalah sunnah dan tarekat junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
puncaknya adalah fana fiz zat al muthlaqah.
Lathifatul natika, letaknya di ubun-ubun dan berhubungan dengan
otak jasmani.Mazmumahnya panjang angan-angan, banyak khayal dan
selalu merencanakan hal-hal yang jahat untuk memuaskan hawa nafsu.
Mahmudahnya nafsu mutma‟innah yaitu sifat sakinah, tentram, berfikir
tenang. Dan dikatakan itu adalah sunnah dan tarekat orang alim.
Puncaknya adalah mati hissi.
Lathifatul kullu jasad, ialah menzikirkan seluruh latifah-latifah dan
seluruh anggota badan beserta ruas-ruas dari ujung rambut sampai ujung
kuku.Mazmumahnya adalah jahil, lalai, malas dan sebagainya. Untuk
82
menghantam seluruh mazmumah yang ada pada seluruh badan, maka
zikirlah dengan menyebut nama Allah, mulai dari ujung rambut ubun-ubun
sampai ke ujung telapak kaki dan seluruh yang ada padanya antara lain
urat, tulang, darah, daging, kulit, kuku, sel-sel, bulu-bulu roma dan pori-
pori seluruhnya. Menurut kajian pengamal tasawuf, bahwa iblis dan syetan
bisa masuk melalui dan menetap pada salah satu dari bagian tubuh itu tadi.
Karena itu perlu digetarkan dengan zikrullah, sehingga zikrullah menetap
di tempat itu dan dengan sendirinya tidak ada lagi jalan iblis dan syetan
memasukinya.
Mahmudahnya adalah berilmu dan beramal sesuai syariat dan
hakikat. Cahayanya Nuurus Samawi dan dikatan itu adalah sunnah dan
tarekat orang alim. Puncaknya adalah mati hissi.
Zikir lataif ini merupakan pokok dan mendasari zikir-zikir yang
lain. Karena itu pengamal Tarekat Naqsyabandiyah harus
mengamalkannya minimal sekali khatam (11000) dalam sehari semalam.
Zikir lataif inilah yang merupakan senjata yang ampuh untuk mengusir
dan membasmi sifat mazmumah yang ada pada ketujuh lataif tadi, sifat
mazmumah mana yang didalangi dan dicukongi oleh iblis dan syetan.
a. Zikir Nafsi Isbat
Zikir nafsi isbat adalah mengucapkan la ilaa ha illallah (Nur :
268-270). Caranya :
1) Melakukan wukuf qolbi.
83
Wukuf qolbi ialah menghadirkan seluruh latifah-latifah dan
seluruh anggota badan serta ruas-ruasnya, dihadirkan kepada zat
yang tanpa rupa dan bentuk, seolah-olah yang bersangkutan
karam di dalamnya.
2) Menarik nafas seperlunya di bawah pusat kemudian menahankan
nafas itu di bawah pusat, lalu memulai berzikir ; kalimat La dari
bawah pusat ditarik lurus ke atas sampai dengan ubun-ubun,
kalimat ilaa ha ditarik dari ubun-ubun ke bahu kanan, kalimat
illallah ditarik dari bahu kanan kea rah hati sanubari, kalimat
Allah dihempaskan sekeras-kerasnya kehati sanubari itu dan
berhenti pada bilangan ganjil.
Dengan cara demikian diharapkan dengan kedahsyatan lafzul
jalalah akan berbekas dan kehangatannya menggetarkan seluruh tubuh
dan memancarkan cahaya lafzul jalalah itu. Sehingga dengan
demikian, seluruh komponen tubuh mengalirlah getaran, power dan
frekuensi tak terhingga dari Allah SWT.
Pada waktu mengucapkan la ilaa ha illallah, orang yang
berzikir menghayati makna, bahwa tiada tuhan yang berhak disembah,
tiada tuhan yang berhak dituju dan tiada tuhan yang berhak dicinta
sebagai tuhan, kecuali Allah SWT.
Zikir nafsi isbat ini dilaksanakan minimal 21 kali dalam satu
kali nafas. Zikir nafsi isbat ini diakhiri dengan mengucapkan
84
muhammadun rasulullah dilanjutkan dengan ilahi anta maksudi
waridlaka mathlubi menjelang nafas kembali.
Melaksanakan zikir satu nafas dengan jumlah bilangan
tersebut, dinamakan telah melaksanakan satu paket nafsi isbat. Setelah
itu orang yang berzikir memulai lagi dengan cara yang sama, seberapa
banyak jumlah paket yang dia kehendaki. Seorang salik hendaklah
berusaha berulang kali malaksanakannya sampai terasa panasnya zikir
ke seluruh tubuh.
Dalam buku “Tanwirul Qulub” dijelaskan bahwa zikir nafsi
isbat (atau mengucapkan la ilaha illallah) dalam satu nafas itu bisa
dilaksanakan 3 atau 5 atau 7 sampai dengan 21 kali. Atau dengan kata
lain satu paket dalam satu nafas itu bisa 3 atau 5 atau 7 sampai 21
kali.Kalau seseorang melaksanakan dengan baik, penuh konsentrasi
sesuai dengan syariat dan rukunnya, pasti dia akan mendapatkan hasil
yang maksimal.
b. Zikir Wukuf
Zikir wukuf (Nur: 270) ialah menghadirkan seluruh latifah dan
seluruh anggota badan serta ruas-ruasnya, dihadirkan kepada zat yang
tanpa rupa dan bentuk, penghadiran tanpa menyertakan zikir ismu –
zat, tapi hadir di hariban zat yang dinamai yaitu Allah SWT.
Zikir wukuf adalah zikir diam dengan semata-mata mengingat
allah, yaitu mengingat zat Allah yang bersifat dengan segala sifat
sempurna dan suci atau jauh dari segala sifat kekurangan. Segala sifat
85
kesempurnaan hanya dimiliki oleh Allah dan sifat kurang itu ada pada
kita. Untuk meningkatkan sifat yang kurang sempurna itu supaya
meningkat menjadi lebih sempurna, itulah yang kita harapkan rahmat
dan ridla dari allah.
Zikir wukuf ini dirangkaikan setelah selesai melaksanakan
zikir ismu zat atau zikir lataif atau zikir nafsi isbat. Pelaksanaan zikir
wukuf ini sebelum menutup zikir-zikir tersebut.
c. Zikir Muraqabah (270-275)
Zikir muraqabah (Nur: 270-275) ialah berkekalannya seorang
hamba ingat bahwa dirinya senantiasa dimonitor oleh tuhannya dalam
seluruh keadaan tingkah lakunya. Muraqabah artinya saling
mengawasi, saling mengintai atau saling memperhatikan. Dalam
kajian tasawuf / tarekat, murahabah dalam pengertian bahasa tersebut,
terjadi antara hamba dan khalik-nya.Fiman Allah SWT :
أعجبه اج أص ي ب حبذ لا أ بعذ ه اغاء لا ٠ح
ء سل١با ش و ع الله وا ١ه ىج ٠ ا إلا حغ
Dan adalah Allah maha mengawasi segala sesuatu. (Q.S. Al
Ahzab 33: 52)
Firman Allah SWT :
86
Adakah zat yang maha menjaga tiap-tiap diri terhadap apa
yang dikerjakannya.(Q.S. Ar Ra‟da 13:33)
Firman Allah SWT :
٠ش الله بأ ٠ع أ
Apakah manusia itu tidak mengerti bahwa allah itu maha
melihat?(Q.S. Al Alaq 96:14)
Firman Allah SWT :
جا ا ص خك احذة فظ از خمى ا ااط احما سبى ٠ا أ٠
السحا ب از حغاء احما الله غاء ا سجالا وث١شا بث
سل١با إ ع١ى وا الله
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
(Q.S. An Nisa 4:1)
Firman Allah SWT :
ف١ا أبذا اس خاذ٠ ححخا ال حجش جاث عذ ذ سب ع جضاؤ
ع الله سض سب خش ه ر سضا ع
Allah meridhai mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut
kepada tuhannya. (Q.S. Al Bayyinah 98:8)
Sabda Rasulullah SAW :
Hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah
engkau melihatnya, dan jikalau engkau tidak dapat melihat-
Nya, maka sesungguhnya dia itu melihat engkau.(H.R.
Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits tersebut dapat diambil kesimpulan,
bahwa muraqabah berarti mawas diri seorang hamba terhadap khalik-Nya
87
bahwa Allah mengawasi, mengintai dan memperhatikan hati, niat dan
amal-amal hamba-Nya. Sebaliknya seorang hamba harus mawas diri
terhadap hati, niat dan amal yang telah dia kerjakan untuk melaksanakan
perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Seorang hamba harus membuat perhitungan terhadap dirinya
sendiri, tentang apa yang telah dilaksanakannya di masa lampau, dan
karena itu harus bertekad meneruskan yang baik dan meningkatkan pada
masa yang akan datang, semat-mata karena allah swt dan mengharapkan
ridlo-Nya. Dengan kata lain, muraqabah berarti juga mengevaluasi diri
sehabis beramal, guna memperbaiki dan meningkatkan amal saleh yang
akan datang. Tindak lanjut muraqabah yang bersangkutan melaksanakan
istighfar dan taubat terhadap dosa-dosa yang terlanjur dilaksanakan pada
masa lampau dengan perasaan menyesal dan takut terulang lagi.
Al Qusyairi menyatakan, “orang yang belum mengukuhkan rasa
takutnya kepada allah dan mawas dirinya terhadap-Nya, tidak akan
mencapai kasyaf (terbuka tabir antara si hamba dengan Allah) dan
syahadah (menyaksikan Allah)”. (Al Qusyairi 1994:155).
Keutamaan dan hikmah muraqabah dari seseorang hamba terlihat,
bahwa dia selalu dalam keadaan ridlo dan ingin meningkatkan amal-amal
salehnya.
Ada 6 (enam) bentuk zikir muraqabah yang kesemuanya
dirangkaikan dengan akan selesainya pelaksanaan zikir lataif dan nafsi
isbat :
88
a). Zikir Muraqabatul Itlak
Zikir muraqabatul itlak ialah di mana seseorang berzikir dan
ingat kepada zat Allah, bahwa Allah mengetahui keadaan-keadaannya,
Allah melihat perbuatan-perbuatannya dan Allah mendengar perkataan-
perkataannya.
b). Zikir Murahabatul Ahadiatul Af‟al
Zikir muraqaba ahadiatul af‟al ialah berkekalannya seorang
hamba bertawajuh serta memandang zat yang bersifat dengan segala
sifat sempurna dan suci bersih dari segala sifat kurang . Zikir
muraqabatul ahadiatul af‟al di mana seseorang berzikir dan ingat
kepada zat allah bahwa Allah Maha Pencipta dan Maha Mengerjakan
segala sesuatu yang dia kehendaki.
Firman Allah Swt :
خم الله ا حع ى
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang
kamu perbuat itu (Q.S Ash Shaffaat 37:96).
Firman Allah SWT :
Sesungguhnya tuhanmu maha pelaksana terhadap apa yang
dia kehendaki. (Q.S. Hud 11:107).
c). Zikir Muraqabatul Maiyah
Zikir muraqabah maiyah ialah berkekalan seseorang hamba
bertawajjuh serta memandang kepada Allah yang menyertai di mana
89
saja hamba itu berada sesuai dengan firman Allah SWT : “dan dia
bersama kamu dimana saja kamu berada”, dalam keadaan yang
sebenar-benarnya. Zikir muraqabatul maiyah ialah di mana seseorang
berzikir dan ingat kepada zat Allah bahwa Allah sangat dekat kepada
kita di mana saja kita berada.
Firman Allah SWT :
Dan dia bersama kamu di mana saja kamu berada. (Q.S. Al
Hadid 57:4)
d). Zikir Muraqabatul Aqrabiyah
Dalam kajian tarekat naqsyabandiyah para salik diajarkan tahlil
dengan lisan sebelum pelajaran zikir muraqbah aqrabiah. (lihat tentang
zikir tahlil lisan).
Zikir muraqabah aqrabiah ialah berkekalannya seorang hamba
bertawajjuh serta memandang betapa dekatnya allah swt kepada salik.
(sulaiman zuhdi : 26).
Zikir muraqabatul aqrabiyah ialah di mana seseorang berzikir
dan ingat kepada zat allah bahwa allah amat sangat dekat kepada kita.
Firman Allah SWT :
90
Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (Q.S.
Qaaf 50:16)
e). Zikir Muraqabatul Ahadiyatuzzati
Zikir muraqabah ahadiyatuz zat ialah berkekalannya seorang
hamba bertawajuh serta memandang kepada allah yang Esa zat-Nya
yang tergantung kepada-Nya segala sesuatu lagi berdiri sendiri.
(Sulaiman Zuhdi :57).
Zikir muraqabatul ahadiyatulzzati ialah di mana seseorang zikir
dan ingat kepada zat Allah bahwa Allah yang maha Esa, tiada sekutu
bagi-Nya, tiada zat yang maha esa kecuali allah itu sendiri. Segala
sesuatu itu tergantung kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT :
Katakanlah dialah allah yang maha esa. Allah adalah tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (Q.S. Al Ikhlash
112:1-2)
f). Zikir Muraqabatuzzatish Sharfi Wal Bahti
Zikir muraqabah adzati ashsharfi wal bahti ialah berkekalannya
seorang hamba bertawajuh serta memandang kepada zat Allah yang
merupakan sumber timbulnya kesempurnaan kenabian, kerasulan, dan
ulul azmi.” Zikir muraqabatush sharfi wal bahti ialah dimana
seseorang zikir dan ingat kepada zat Allah bahwa Allah maha suci.
Allah sajalah yang menentukan dan mentasharrukan segala sesuatu.
Allah menetapkan kenabian, kerasulan ulul azmi dan lain sebagainya.
91
Firman Allah SWT :
Berfirman Allah, demikianlah Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya (Q.S. Ali Imron 3:40).
Firman Allah swt :
Sesungguhnya allah berbuat apa yang dia kehendaki (Q.S.
Al Hajj 22:14)
d. Zikir Tahlil Lisan (275-276)
Zikir tahlil lisan (Nur: 275-276) ialah melaksanakan zikir nafsi
isbat yang diucapkan secara kedengaran atau jahar. Zikir tahlil lisan
ini dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditetapkan syekh
mursyid.
Zikir tahlil lisan itu adalah sebab jadi naiknya ruh pada maham
ini, pada waktu mengucapkannya sambil menghayati makna laa illaha
ilallah (tiada suatupun yang berwujud kecuali Allah).
Inilah contoh zikir tahlil lisan yaitu “laa ilaaha” dari latifatul
qolbi kepada latifatul ruh dan “illallaah” dari latifatul ruh kepada
latifatul qolbi.Setiap selesai bilangan 100 kali zikir tahlil lisan ini
ditambah dengan kalimat : “muhammadun rasulullah”. Kalau zikir
92
tahlil dengan lisan ini menaikkan maqam ruh, maka demikian pulalah
halnya dengan zikir ismu zat akan menaikkan maqam ruh saliknya.
Firman Allah SWT :
Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan
Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang
mukmin laki-laki dan perempuan. (Q.S. Muhammad 47:19)
Dalam hadits qudsi :
Allah berfirman la ilaha illallah itu perkataan-ku dan dia
adalah aku. Barang siapa mengucapkannya maka dia masuk kedalam
benteng pemeliharaan-ku. Dan barang siapa masuk ke dalam benteng
pemeliharaan-ku, amanlah dia dari siksaan-ku.Sabda Rasulullah SAW
:Seafdol-afdol zikir adalah la ilaha illallah.
B. Pengaruh Ajaran Thariqoh terhadap Perilaku Spiritual Jamaah di
Desa Ngombak
1. Thariqah Terhadap Kepedulian Sosial
Jamaah yang mengikuti thariqah dalam kehidupan sehari-harinya
merasa lebih tenang, lebih pasrah, mereka lebih bisa menghadapi
persoalan ekonomi dan bisa dipercaya oleh masyarakat setempat. Bagi
merekaagama dan thariqah merupakan pedoman perilaku moral, karena
agama akan masuk pada kontruksi kepribadian. Agama memiliki pengaruh
93
pada pola hidup dan tingkah laku pemeluknya karena mengajarkan
hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia.
Hal tersebut dijumpai ketika berwawancara Bapak Mustamaji (Tokoh
Masyarakat Desa Ngombak) pada wawancara hari Minggu, 23 Mei 2016
pukul 12.30 WIB).
“Dahulu sebelum ada ajaran thariqoh masyarakat desa Ngombak
belum begitu kuat mengenal agama, masyarakat juga kurang
perhatian terhadap kegiatan amaliah keagamaan seperti bergotong
royong membangun Masjid dan fasilitas pedidikan madrasah”
Beliau menambahkan ”dengan adanya ajaran Thariqoh
Naqsabandiyah pola pikir masyarakat akan kemajuan dalam bidang
pendidikan agama semakin meningkat, bahkan kesadaran masyarakat
khususnya jamaah penganut thariqoh untuk diajak melaksanakan kegiatan
sosial keagamaan, seperti bergotong royong membangun masjid,
membangun fasilitas madrasah menungkat. Sehingga pembangunan fisik
di Desa Ngombak bisa terealisasi dengan baik.
Kesadaran untuk bersama-sama membangun kualitas keagamaan
berupa kebutuhan rohani ternyata juga diimbangi dengan kesadaran
membangun kualitas fisik untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran pendidikan agama Islam. Ini membuktikan
dengan thariqoh dapat merubah perilaku masyarakat dalam bersikap di
lingkungannya. Terutama jamaah thariqoh mampu menjadi aktor yang
menginspirasi masyarakat untuk menerapakan nilai-nilai spiritual secara
realistis antara teori dan praktek.
94
Bahkan pernah terjadi ada seorang ibu yang baru mengikuti
thorihoh pada waktu itu ada pembangunan masjid thoriqoh / masjid saliq
di Gubug, saat panitia mengumumkan siapa yang mau nitip jariyah untuk
pembangunan masjid ibu itu langsung merespon tapi karna dia bingung
mau menyumbang apa karena dia tidak membawa uang , dengan spontan
dia mengambil kalung yang ada dilehernya untuk disumbangkan ke masjid
untuk pembangunan.
2. Thariqah Terhadap Kepuasan hidup
Pengaruh tarekat dalam tata kehidupan nyata benar-benar
diterapkan.Ajaran thariqah tidak meninggalkan pentingnya kehidupan
duniawi.KH Mukhlis menceritakan pada saat tawajuhan di masjid saliq
Gubug, bahwa pada saat pembangunan masjid ada toko bangunan yang
mau mencukupi semua kebutuhan yang dibutuhkan tanpa membayar
terlebih dahulu, dan tanpa jaminan apapun lalu boleh diangsur kapan saja,
karena pemilik toko bangunan itu yakin dengan orang orang yang ikut
thorihoq tidak mungkin membohonginya ( pada wawancara hari Minggu,
23 Mei 2016 pukul 13.30 WIB).
Prinsip tentang kepedulian sosial juga dipaparkan oleh agus
supriyogi, Beliau mengatakan hidup di dunia itu Cuma sekali jadi jangan
disia siakan, jangan sampai rugi di akhirat, beliau ikut thorihoh sudah
lumayan lama setelah mengikuti thorihoh kesadaran tentang masjid begitu
luar biasa bahkan apabila ada property masjid yang rusak dia rela
95
meluangkan waktu untuk memperbaikinya dan dia tidak mau dibayar, dia
bilang orang hidup itu jangan mengejar dunia terus kalau hanya mengejar
dunia terus tidak aka ada habisnya dan apabila memberi sesuatu pada
seseorang berilah yang bagus, seumpama saat panen padi dia akan
memberikan gabah yang bagus kepada sang pemilik sawah.
Kepuasan hidup pada seseorang tercermin dalam konsep diri yang
positif. Hubungan seseorang yang lebih dalam dengan Tuhan dapat
mendorong perasaan puas dalam hidupnya. Hal tersebut didapat dari
wawancara dengan Muh. Zamil salah satu tokoh pemuda yang ikut
membimbing anak muda di Desa Ngombak. Beliau mengatakan “Setelah
mengikuti thorihoh kehidupannya menjadi lebih tenang walaupun belum
diberi keturunan hingga sekarang beliau ikhlas mungkin ini sebuah ujian
dari Allah, dan beliau adalah orang yang mendanai konsumsi pada saat
tawajuhan selasa legi, karna beliau sadar memulyakan orang-orang di jalan
Allah itu sangat besar pahalanya dan memiliki kepuasan tersendiri” ( pada
wawancara hari Minggu, 23 Mei 2016 pukul 14.30 WIB).
Kemudian wawancara dengan Mashudi beliau mengatakan orang
hidup itu jangan mengejar dunia terus akhirat juga harus difikirkan dan
maka itu beliau ikut thoriqoh, setelah mengikuti thoriqoh beliau merasakan
betapa luar biasa sekali nikmat Allah itu, bahkan saat menanam padi dan
padinya dimakan burung beliau tidak mengusir burung itu, beliau cuma
bilang rizki itu sudah diatur oleh Allah yang dimakan burung dengan yang
kita makan itu lebih banyak yang kita makan jadi tidak perlu kuatir.
96
Hal tersebut juga dirasakan oleh Nasiroh, beliau merasakan setelah
mengikuti thorihoh suasana keluarga menjadi lebih tenang dan rizki dari
Allah itu selalu ada, karena orang yang berjalan di jalan Allah maka Allah
juga akan memudahkan segala urusan baginya (pada wawancara hari
Minggu, 23 Mei 2016 pukul 12.30 WIB)..
Jadi pengaruh tarekat dalam tata kehidupan nyata benar-benar
diterapkan karena ajaran thariqah tidak meninggalkan pentingnya
kehidupan duniawi. Kepentingan duniawi terus diarahkan pada kesadaran
rohani bahwa tindakan dan sikap manusia harus selaras dengan ajaran
syariat Islam. Bahwa perkembangan zaman juga harus dikuatkan dengan
kekuatan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Kenyamanan dan
kenikmatan batiniah dalam kehidupan sehari-hari dalam mengamalkan
ajaran dari mursyid merupakan suatu yang tidak bisa dinilai dengan uang.
3. Thariqah Terhadap Pengembangan Pendidikan
Hakekat pendidikan dalam agama islam ialah implementasi nilai-
nilai agama tersebut. Pendidikan bertujuan memperluas kesadaran diri dan
mengurangi keterasingan diri dari lingkungan dan proses aktualisasi diri.
Bapak Haji Mahfud generasi pertama yang ikut berperan mengembangkan
ajaran thariqah di desa Ngombak menyebutkan bahwa alasan mendasar
beliau dan warga lainnya pada saat itu bergabung mengikuti ajaran
thariqah adalah karena kebutuhan ilmu tentang agama Islam khususnya
yang berkaitan dengan aqidah dan syariat dirasakan masih kurang.
97
Beliau menegaskan bahwa” model pengajian dan pembelajaran
oleh Thariqah Naqsabandiyah yang diajarkan guru setiap satu minggu
sekali mirip dengan sistem pembelajaran di madrasah, hal ini
mempermudah dalam menarik simpati masyarakat”. Beliau menambahkan
bahwa” teori tentang aqidah dan syariat yang diajarkan selalu diarahkan
oleh guru untuk selalu di terapkan dalam bentuk tindakan yang mulia,
baik, jujur serta bertanggung jawab. Praktek dalam kehidupan sosial lebih
ditekankan sebagai jamaah thariqah untuk terus dapat berperan aktif dalam
kegiatan sosial keagamaan baik yang berupa fisik maupun non fisik. Hal
ini terbukti dengan pembangunan sumberdaya manusia masyarakat Desa
Ngombak lebih menonjol di bandingkan dengan daerah lain di Kabupaten
Grobogan” (pada wawancara hari Minggu, 23 Mei 2016 pukul 15.30
WIB).
Yang dimaksud adalah dengan mengikuti dengan khidmat ajaran
thariqah baik yang berupa pengajian rutin, zikir, dan kegiatan khataman.
Khsususnya khasanah ilmu agama (aqidah dan syariat) jamaah menjadi
sadar akan pentingan pembangunan sumberdaya manusia. Praktek dari
teori yang diajarkan dalam thariqah tersebut diterapkan kedalam
kehidupan nyata seperti memperhatikan kualitas pendidikan agama dan
pendidikan umum bagi anak dan cucunya.
Sebagai contoh dari rangkaian kegiatan yang di jalani adalah
sebuah hikmah dari kesimpulan mengikuti ajaran tarekat dapat disimak
dari kejadian berikut ini. Masyarakat yang mengikuti thoriqoh mereka
98
lebih mudah dalam minyikapi berbagai masalah. Tetapi semua itu tidak
luput dari berbagai macam cobaan atau ujian, Tawajuhan seloso legi dan
itu mendatangkan mursyid KH Muklis dari Gubug saat melakukan dzikir
menyendiri, kecuali saat tawajuhan.
Yang didapat dari dzikir itu, fikiran lebih tenang, jalan hidup
sudah terlihat, bahkan pada saat tawajuhan ada seorang ibu yang pada
waktu itu ada pembangunan masjid thoriqoh / masjid Saliq di Gubug ,
karena dia bingung mau memberikan sumbangan dalam bentuk apa, tetapi
dia tidak membawa uang, dengan spontan dia mengambil kalung yang ada
dilehernya untuk disumbangkan ke masjid untuk pembangunan.
Pengaruhnya sangat luar biasa karena semua guru yang ada di
madrasah dan TPQ itu merupakan jamaah thoriqoh, mereka tidak terlalu
memikirkan berapa gaji mereka, padahal setiap bulan mereka mendapat
gaji 50.000. Dan dapat terlihat semua yang menjadi jamaah kehidupan
ekonominya tercukupi. Mereka sangat semangat apabila saat tawajuhan
karena disitu mereka bisa bertemu dengan teman sesama jamaah sehingga
rasa kekeluargaannya sangat erat. Mereka tidak memperlihatkan ini lo
saya ikut thoriqoh, bahkan saat dzikir pun mereka sembunyi.
Dari hasil wawancara diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa: menyampaikan ajaran agama Islam terutama thariqah sangat
penting bagi perkembangan kualitas hidup manusia, hasil dari ajaran
tersebut dapat dirasakan secara batiniah oleh individu masyarakat tersebut.
Mempraktekan teori thariqah kedalam sikap, perilaku, dan pola pikir
99
manusia ternyata tidak mudah namun pasti bisa dilakukan jika jamaah
tersebut benar-benar berkomitmen untuk mengimplementasikan ajaran
tersebut kedalam kehidupan nyata dalam rangka bertaqwa kepada Allah
SWT.
Membumikan ajaran thariqah ke alam nyata, yaitu kehidupan yang
sesungguhnya yang bersentuhan langsung dengan aktifitas masyarakat.
Bagaimana mempraktekkan teori ajaran thariqah sesuai dengan
perkembangan masyarakat tentu dengan dilandasi nilai-nilai spiritual yang
didapatkan dari pembelajaran di mjelis thariqah. Rata-rata jamaah thariqah
yang sudah berusia lanjut justru menjadi oase ditengah keringnya aktifitas
keagamaan yang kurang diperhatikan oleh generasi muda.
C. DATA ANGGOTA THORIQOH NAQSYABANDIYAH KHOLIDIYAH
DESA NGOMBAK
1. Ibu Hj. Asomah
2. Ibu Hj.Kusjinah
3. Bapak H. Yatmadi
4. Ibu Mini
5. Bapak Sumijan
6. Ibu Umi Khulsum
7. Ibu Kustinah
8. Bapak Parjo
9. Ibu Hj.Siti Aminah
10. Ibu Hj.Sudarmi
11. Ibu Kusni
12. Ibu Asiyah. Y
13. Ibu Asiyah. K
14. Ibu Paimah
15. Bapak H.Mustamaji
16. Ibu Ngapi
17. Ibu Tonik
18. Puji Imam Nawawi
19. BapakMuslih
20. Ibu Siti. K
21. Ibu Masbakah
22. BapakSuroso
23. Ibu Suyati
24. BapakSunardi
25. BapakRusmin
26. BapakDariyo
27. Ibu Kurmini
28. Bapak H. Jumadi
29. Ibu Warsini
30. BapakPiyan
31. Ibu Narti
32. Ibu Pujiyah
100
33. Bp Tarno
34. Ibu Widiyawati
35. BapakJamil
36. Ibu Hj.Zaenab
37. Ibu Patimah
38. Bapak H. Dimyati
39. Ibu Hj. Suliyem
40. BapakHartono
41. Ibu Mustagfiroh
42. BapakBejo
43. Ibu Parmiyatun
44. BapakMunadi
45. Ibu Juwariyah
46. Ibu Srimurtiah
47. BapakMashudi
48. Ibu Damsini
49. Ibu Rukini
50. Bapak H.Asromin
51. Ibu Hj.Tawiyah
52. Ibu Saliyem
53. Ibu Asmini
54. Bp Bambang Srigati
55. Ibu Sri Sutiah
56. Ibu Indah Setiyaningrum
57. Ibu Sukijah
58. Ibu Jiyah
59. Ibu Siyatun
60. BapakWajimin
61. Ibu Supri
62. Ibu Jumirah
63. Bapak H. Mahpud
64. BapakSuryadi
65. Ibu Prihati
66. BapakSlamet Supriyogi
67. Ibu Nasiroh
68. BapakSihono
69. Ibu Maryatun
70. Ibu Hj.Rukimah
71. Ibu Astamah
72. BapakDamsuki
73. Ibu Suminah
74. BapakYamin
75. Ibu Sujiyem
76. BapakKaryani
77. Ibu Saliyem
78. BapakDasipan
79. Ibu Salimah
80. Ibu Yastinah
81. Ibu Sudarni
82. Ibu Karmini
83. Ibu Kusni
84. Ibu Kasmunah
85. Ibu Yono
86. Ibu Tukijah
87. BapakDimyati
88. BapakSalwadi
89. BapakJumali
90. Ibu Jariyah
91. Ibu Hj.Ngasimah
92. BapakRukeno
93. Ibu Markini
94. Ibu Narni
95. Bp Kusman
96. Ibu Banowati
97. Ibu Kusni
98. Ibu Endang
99. BapakMardi
100. Ibu Jami
101. Ibu Harini
102. Ibu Poatin
103. Ibu Rukiyem
104. Ibu Karniti
105. BapakMursid
106. Ibu Mudrikah
107. BapakSuyono
108. BapakRuwet
109. Ibu Kamsini
110. Ibu Kartini
111. Ibu Parti
112. Ibu Yaroh
101
113. Ibu Ngatinem
114. Ibu Isnaini
115. Ibu Parto
116. Ibu Suriysah
117. BapakLanggeng
118. Ibu Rahyuti
119. Ibu Kustinah
120. Ibu Hj Marmi
121. Bp H Samsi
122. Ibu Hj Yaamin
123. Ibu Endang
124. Ibu Hj Yamah
125. BapakKardi
126. Ibu Kasti
127. BapakKarman
128. Ibu Marni
129. Ibu Subiah
130. BapakSuwito
131. Ibu Jumiarsih
132. Ibu Wakini
133. BapakMarman
134. Ibu Dasni
135. BapakToyo
136. BapakTopling
137. Ibu Hartini
138. BapakGusman
139. BapakDarmono
140. BapakSigit Pratama
141. BapakDiman
142. Ibu Sartini
143. Ibu Rusmi
144. Bapak Dardi
145. Ibu Katini
146. Bapak Wagiman
147. Ibu Intik
148. Ibu Gimin
149. Bp Asngari
150. Ibu Mamik
151. Ibu Romziyatun
152. Ibu Hj. Narsih
153. Ibu Piyah
154. Ibu Tatik
155. Ibu Kasti
156. Ibu Marijem
157. Ibu Gemi
158. Ibu Kastini
159. Bp H. Tamsir
160. Ibu Tamsir
161. Bapak Tasimin
162. Ibu Atun
163. Bp Dadi
164. Ibu Kholibah
165. Bp Pardi
166. Ibu Munawaroh
167. Ibu Temon
168. Bapak Bari
169. Ibu Sriah
170. Bapak Kamar
171. Ibu Siti Asiyah
172. Bapak Yoto
173. Ibu Inu
174. Bp Sidin
175. Ibu Marmi
176. Ibu Hj. Yayuk
177. Ibu Hj. Harti
178. Bapak Yasak
179. Ibu Sri
180. Ibu Habibah
181. Bapak Muh. Jahuri
182. Ibu Warmi
183. Ibu Aminah
184. Ibu Yanti
185. Bapak Rohman
186. BapakTasimin
187. Ibu Sulasih
188. BapakKasmin
189. Ibu Rukayah
190. Ibu Suci
191. BapakRanto
192. BapakRohmat
102
193. Ibu Siti
194. Ibu Jumeri
195. Ibu Marmi
196. Ibu Yapi
197. Ibu Darsi
198. Ibu Karti
199. Ibu Asroah
200. Ibu Marbi
201. Ibu Sumini
202. Ibu Gawati
Kedungjati
203. Ibu Suwarti
204. Ibu Wasiah
205. BapakH. Zaenal Muharam
206. Ibu Hj. Siti Suyatmi
207. Ibu Jumiran
208. Ibu Karomiyani
209. Ibu Muapiyah
210. Ibu Prihati
211. Ibu Solikatun
212. BapakMisdi
213. Ibu Ropiati
214. BapakKardi
215. BapakSalijan
216. Ibu Saliajan
217. BapakWarno
218. Ibu Warno
219. Ibu Tejo
220. Ibu Endang
221. BapakRukani
222. Ibu Rikani
223. BapakTarjo
224. Ibu Tarjo
225. Ibu Rahayu
226. BapakKusmin
227. Ibu Kusmin
228. BapakSumartono
229. BapakKandar
230. BapakYusman
231. Ibu Maryuni
232. BapakWir
233. Ibu Wondo
234. Ibu Ninik
235. Ibu Sis
236. Bapak H.Mustain
237. Ibu Hj.Mustain
238. Ibu Rahyono
239. Bapak Ratma
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Amalan-amalan dalam Thariqah Naqsabandiyah meliputi:
a. Taubat
Taubat dalam pengertian Thariqah Naqsabandiyah di Desa Ngombak
adalah dasar utama untuk membersihkan diri dari dosa lahir maupun
batin. Taubat sama dengan fundamen untuk suatu bangunan dan sama
dengan akar bagi suatu pohon. Seseorang yang diterima taubatnya akan
merasakan ketakutan yang mendalam pada setiap tingkah lakunya.
Seseorang akan takut dalam urusan taatnya kepada Allah, jangan
sedikitpun terpetik ria, pamer dan nifaq, kecuali taat itu hanya semata-
mata ikhlas karena Allah SWT.
b. Talqin
Talqin ialah peringatan guru kepada murid. Pelaksanaan talqin pada
masyarakat Ngombak dilakukan di Cabang Gubug ditempatkan di
sebuah masjid. Calon pengikut Tareqah ini diwajibkan untuk membaca
surat al fatihah secara fasih kemudian merenungkannya. Setelah
seorang guru memberi nasehat kepada calon pengikut untuk selalu ingat
dan mendekatkan diri pada Allah. Prosesi talqin ini berkesan haru dan
senang bagi murid setelah mendapat talqin.
c. Baiat
Baiat memiliki pengertian pernyataan janji setia untuk mengabdi
kepada Allah dan Nabi Muhammad dalam kondisi apapun. Pernyataan
baiat pada tareqah Naqsabandiyah seperti yang dilukiskan dalam Al
104
quran, “Barang siapa yang melanggar janji itu niscaya akan menimpa
dirinya sendiri (QS Al fath:10) Upacara pelantikan baiat pada tareqah
Naqsabandiyah di Desa Ngombak dilakukan pada hari jumat pagi.
Pelantikan baiat dilakukan dengan cara berjabat tangan bersama pada
mursyid. Seorang guru kembali memberi nasehat penekanan untuk
selalu berdzikir pada Allah, Maka seorang murid secara yakin
menyanggupi dengan nama Allah. Prosesi baiat ini kemudian menjadi
fase resmi seorang menjadi anggota Tareqah Naqsabandiyah.
d. Dzikir
Dzikir merupakan metode pendekatan kepada Allah SWT yang mudah
dan bisa dilakukan secara bersama-sama ataupun sendirian. Dzikir
dalam tareqah Naqsabandiyah ditujukan untuk menjaga diri dari
kekhilafan dan selalu merasakan kehadiran Allah. Dzikir juga
digunakan untuk menjaga langkah seseorang yang sedang menjalani
khalwat suluk.Dzikir dalam tareqah dimaknai sebagai perjalanan batin
dengan meninggal;kan segala bentuk ketidaksempurnaan sebagai
manusia.
Macam-macam zikir dalam tarikot naqsyabandiyah kholidiyah
terdiri;(1) zikir ismu zat, yaitu zikir dengan menyebut nama zat
Allah.(2) zikir lathaif, yaitu zikir ismu zat sebanyak 11000 kali dengan
tujuan menghancurkan sifat mazmumah pada batin manusia. (3) Zikir
nafsi isbat, yaitu zikir dengan mengucapak La ilaa ha Illallah. (4) zikir
wukuf, yaitu zikir diam semata-mata hanya mengingat Allah. (5) zikir
105
muraqobah, yaitu zikir yang mengingatkan bahwa dirinya senantiasa
dimonitor oleh Allah.(6) zikir muraqobatul itlak, yaitu merasakan
bahwa Allah mengetahui keadaannya. (7) zikir muraqabatul ahadiatul
af'al, dimana seseorang ingat pada Allah sebagai maha pencipta dan
maha mengerjakan segala sesuatu. (8) zikir murahabatul maiyah, yaitu
zikir bahwa Allah sangat dekat dengan kita. (9) zikir murahabatul
aqrabiyah, bahwa seorang hamba memandang betapa dekatnya dengan
Allah. (10) zikir muraqabatul ahadiyatuzzati, zikir bahwa Allah itu
esa.(11) zikir muraqabatuzzatish sharfi wal bahti, yaitu zikir bahwa
Allah maha suci. (12) zikir tahlil lisan, yaitu zikir yang diucapkan
secara kedengaran atau jahar.
2. Masyarakat yang mengikuti thariqah naqsabandiyah dalam kehidupannya
lebih tenang, lebih dibukakan jalannya, masalah yang dihadapi dirasakan
dengan bathin yang terkontrol dengan baik. Keseharian jamaah thariqah
lebih yakin terhadap takdir hidup dari Allah SWT, lebih istiqomah dalam
menjalani hidup, dalam bermasyarakat jamaah lebih memilki kesadaran
sosial yang tinggi, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama
mahluk hidup sebagai ciptaan Allah SWT. Masyarakat lebih percaya
memberikan peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat kepada orang
yang mengikuti thariqah. Karena dapat dipercaya dalam menjalankan
amanat sebagi pemimpin serta lebih mengutamakan kepentingan umum.
Selama ini jamaah thariqah yang mendapatkan amanah dari masyarakat
belum pernah membuat kecewa dan menghianati amanat masyarakat
106
selama dipercaya menjadi pemimpin. Pengaruh amalan tersebut dalam
perilaku sosial berdampak pada sikap kepribadian orang yang gelisah
menjadi tenang, yang pemarah menjadi penyayang, yang pembangkang
menjadi penurut, yang malas bekerja dan beramal sholeh menjadi rajin
bekerja dan beramal sholeh, dan sikap yang tertutup menjadi terbuka,
serta mempererat budaya gotong royong di desa. Dalam hal nilai spiritual
berpengaruh terhadap kenyamanan dan kenikmatan batiniah dalam
kehidupan sehari-hari dalam mengamalkan ajaran dari mursyid
merupakan suatu yang tidak bisa dinilai dengan uang.
B. Saran
1. Bagi pengurus TNQ harus mampu memberikan pemahaman yang
benar kepada masyarakat mengenai tarekat. Selain itu pemerintah
diharapkan memberikan fasilitas materiil dan nonmateriil terhadap
toriqoh di Indonesia khususnya TNQ yang secara nyata telah terbukti
memberikan dampak positif dalam menjaga kualitas kehidupan
bermasyarakat.
2. Bagi seluruh jamaah TNQ seharusnya melaksanakan amalan dan
ajaran tarekat baik secara individu maupun berjamaah sacara rutin dan
terus menerus sehingga terwujud masyarakat yang saling menghargai
antar kelompok agama maupun masyarakat.
107
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku
Al-Qardhawy, Yusuf, Anatomi Masyarakat Islam(Edisi
Indonesia).Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2000, Cet. ke-2.
Alba, Cecep,Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam,
Bandung: Rosda, 2012.
Arifin, A. Shohibulwafa Tajul, Miftahus Shudur; Kunci Pembuka
Dada.Suryalaya: 1975, Juz. 1.
As, Asmaran, MA, Drs. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1994.
Azra, Azyumardi, et al., Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi. Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000.
Bakhtiar, Amsal, Tasawuf dan Gerakan Tarekat. Bandung: Angkasa,
2003.
Basyuni, Muhammad M.Kebijakan dan Strategi Kerukunan
UmatBeragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesi.
Edisi Ketiga. Balai Pustaka.2007.
Depdikbud.(1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Hambali, Risalah Mubarokah, Kudus, 1968.
Hanbali, Risalah Mubarakah, Kudus, 1968.
Hoogvelt, Anke .Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang.Jakarta:
CV Rajawali, 1995, Cet. ke-1.
Johnson, Doyle Paul,Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Jilid 1, Cet.
Ke-2, Jakarta: PTGramedia, 1988.
Keller, Suzzanne, Penguasa dan Kelompok Elit; Peranan Elit-
Penentu dalamMasyarakat Modern.Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2000
Ma‟luf, Louis, Munjid.PT Mutiara, 1977, Cet.ke-22
108
Machendrawati, Nanih, dan Syafe‟i, Agus
Ahmad,PengembanganMasyarakat Islam; dari Ideology,
Strategi, sampai Tradisi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001
Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi
Revisi).Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. ke-20
Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi Gerakan Dakwah; Episod
KehidupanM.Natsir dan Azhar Basyir.Yogyakarta: Sipress,
2006.
Mulyati, Sri, dkk.,Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat
Muktabarahdi Indonesia.Jakarta: Prenada Media, 2005.
Nasution, Harun (ed), Thariqat Qadiriyah Naqsabandiyyah: Sejarah,
Asal-Usul, dan Perkembanganya, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1990.
Nasuhi, Hamid, dkk.,Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi) Jakarta: CeQDA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007, Cet. II
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006.
Notonagoro, 1980, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet.
9, Pantjoran Tujuh, Jakarta.
Nottingham, Elizabeth K.Agama dan Masyarakat; Suatu
PengantarSosiologi Agama.Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2002, Cet. ke-8.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:
BalaiPustaka, 1993.
Rakhmat, Jalaluddin, Metodologi Penelitian Komunikasi.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. ke-11.
Riyadi, Abdul Kadir, Antropolgi Tasawuf Wacana Manusia Spiritual
Dan Pengetahuan, Jakarta: LP3ES, 2014.
Sujuthi, Mahmud, Politik Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah
Jombang, Yogyakarta : Galang Press, 2001.
Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta: PT
RajagrafindoPersada, 2001
109
Sugiyono.Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R and D.
Alfabeta.Cetakan-19 2013.
Supranto.J. Metode Riset Aplikasinya dalam Pembahasan. Penerbit
Rineka Cipta. Edisi ke tujuh. 2003.
Turmudi, Endang, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan.Yogyakarta:
LKis, 2004
Vembriarto, dkk.(1982). Kamus Pendidikan. Jakarta: Gramedia
b. Skripsi dan tesis
Irfan Afandi (NIM : 4102075) Tahun 2009 “Tarekat Naqsabandiyah
Kholidiyah (Analisis Pengajaran Tasawuf Pada Pondok Tarekat
Naqsabandiyah Kholidiyah "Lidaril Baqo" Kalipucang Wetan
Welahan Jepara)”. Jurusan Tasawuf Psikoterapi Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
Muhlasin (NIM 09540008) Tahun 2013 “Peran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyyah Dan Kesalehan Sosial Studi Kasus Terhadap
Masyarakat Desa Karangbolong Kabupaten Kebumen Jawa Tengah
“.Fakultas Ushuluddin Studi Agama Dan Pemikiran Islam
Universaitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Wiwin Syahputra Nasution (NIM : 107037004) Tahun 2012 “Munajat Dalam
Tarekat Naqsyabandiah Babussalam Langkat: Kajian Terhadap
Fungsi, Makna Teks, Dan Struktur Melodi”. Program Studi Magister
(S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : PUJI IMAM NAWAWI
Tempat Tanggal Lahir : GROBOGAN, 19 NOVEMBER 1990
Alamat : KAMPUNG METHUK RT 01 RW 02
DESA NGOMBAK KECAMATAN
KEDUNGJATI
Email : [email protected]
No Hp : 085 726 924 183 / 082 136 876 650
Nama Ayah : MUSTAMAJI
Nama Ibu : NGAPI NAATI
Saudara Kandung : MUHAMAD BISYRI MUTHAHAR
Pendidikan
TK : DARMA WANITA NGOMBAK LULUS 1997
SD : SD NEGERI NGOMBAK 1 LULUS 2003
SMP : SMP NEGERI KEDUNGJATI LULUS 2006
SMA : SMA ISLAM SUDIRMAN KEDUNGJATI LULUS 2009
IAIN SALATIGA LULUS 2017
YANG BERTANDA TANGAN
PUJI IMAM NAWAWI
111