skripsi efektifitas pemberian simplisia daun katuk
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN KATUK TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN AFRIANA, AM. KEB TAHUN 2018
ANNISA NAMIRAH NASUTION P07524517073
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN KATUK TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN AFRIANA, AM. KEB TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma IV
ANNISA NAMIRAH NASUTION P07524517073
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
NIP. 196609101994032001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN D IV AJENG KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, Juli 2018
ANNISA NAMIRAH NASUTION
EFEKTIFITAS PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN KATUK TERHADAP
PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN
AFRIANA, AM.KEB TAHUN 2018
ix + 36 halaman + 5 tabel + 11 lampiran
Abstrak
Menyusui adalah hadiah sangat berharga yang dapat diberikan oleh seorang ibu pada bayinya. Menurut World Health Organization (WHO) menganjurkan agar wanita hamil dan ibu yang post partum diberi tahu tentang manfaat dan keunggulan Air Susu Ibu (ASI), terutama karena ASI memberikan gizi terbaik untuk bayi serta perlindungan terhadap penyakit. Menurut renstra tahun 2016 secara nasional target pemberian ASI ekslusif 80% belum mencapai target. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas pemberian simplisia daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum di Praktik Mandiri Bidan Afriana, Am.Keb Tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan rancangan Non-Equevalent Control Group pretest postest. Tehnik pengambilan sampel purposive sampling terhadap 12 kelompok intervensi dan 12 kelompok kontrol ibu post partum di Praktik Mandiri Bidan Afriana Am.Keb pada akhir bulan April sampai Juni dengan pemberian simplisia daun katuk diminum 2x1 hari selama 15 hari. Analisa data dengan menggunakan uji independent t test.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kelompok intervensi pemberian simplisia daun katuk p=0,021<0,05 dengan rata-rata sebelum pemberian 3258,3 dan sesudah pemberian 3595,8. Sehingga pemberian simplisia daun katuk efektif untuk produksi ASI pada ibu post partum.
Pemberian simplisia daun katuk dapat diterapkan sebagai terapi non farmakologis untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum agar tercapai cakupan pemberian ASI eksklusif
Kata Kunci : Simplisia daun katuk, Produksi ASI
Daftar pustaka : 24 (1990-2017)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan rahmat-
Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi yang berjudul “Efektifitas
Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum Di
Praktik Mandiri Bidan Afriana Am.Keb Tahun 2018” sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan kebidanan Pada Program studi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini peneliti mengucakan banyak terima kasih
kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan sekaligus Pembimbing Utama Skripsi yang telah
memberikan bimbingan, masukan berupa kritik dan saran kepada penulis
sehingga skripsi dapat terselesaikan.
3. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan Periode Tahun 2013-2018 yang
kemudian dilanjutkan dengan Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua
Prodi D-IV Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan Periode Tahun
2018-2023 yang telah memberikan bimbingan dan masukan serta dukungan
sehingga skripsi dapat terselesaikan.
4. Rismahara Lubis, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
5. Bebaskita br. Ginting, S.SiT, MPH, Selaku Ketua Penguji yang meluangkan
waktu, memberikan masukan berupa kritikan dan saran kepada peneliti
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Ardiana Batubara, SST, M.Keb, selaku dosen pembimbing akademik yang
banyak memberikan masukan selama peneliti menempuh pendidikan di
Poltekkes Kemenkes RI Medan
7. Afriana Am.Keb, Selaku pimpinan PMB yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melakukan survei awal di PMB Afriana, Am.Keb.
8. Seluruh dosen staf Politeknik Kesehatan D IV Kebidanan Medan yang telah
membekali ilmu pengetahuan, dan memberikan nasehat selama peneliti
menempuh pendidikan.
9. Kepada orangtua saya Ayahanda Alm. H.Sakti Fachri Nasution dan Ibunda
Almh. Hj. Sayamsiah Nasution yang tidak pernah berhenti mendoakan dan
mendukung selama peneliti menyusun skripsi ini.
10. Kepada abang,kakak, dan wawak penulis yang telah memberikan semangat
dan do’a agar skripsi dapat terselesaikan.
11. Kepada seluruh pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu khususnya
seluruh teman-teman Jurusan Kebidanan Medan Angkatan 2017 kelas A, B,
dan C yang saling memberikan doa, semangat, dan motivasi selama
perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kasih-Nya kepada kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
C.1 Tujuan Umum ...................................................................... 3 C.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3 D.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 3 D.2 Manfaat Praktisi ................................................................... 3
E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5 A.1 Konsep Masa Nifas .................................................................. 5 A.2 Konsep ASI ............................................................................... 5 A.3 Defenisi Katuk .......................................................................... 15 A.4 Simplisia dan Cara Pembuatan ................................................ 18 A.5 Pertumbuhan Berat Badan Bayi............................................... 18
B. Kerangka Teori ................................................................................ 20 C. Kerangka Konsep ............................................................................ 20 D. Defenisi Operasional ....................................................................... 21 E. Hipotesis .......................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 23 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 23
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 24 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 24 E. Alat ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian...................................... 25 F. Prosedur Penelitian ......................................................................... 25 G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 26 H. EtikaPenelitian ................................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ............................................................................... 28
A.1 Analisa Univariat ....................................................................... 28 A.2 Analisa Bivariat ........................................................................ 30
B. Pembahasan .................................................................................... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 35 B. Saran .............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum dan Kegunaanya ..................................... 6
Tabel 2.2. Kandungan Kolostrum, ASI transisi dan ASI Matur .................. 7
Tabel 2.3 KecukupanGizi Ibu .......................................................................... 14
Tabel D.1 Defenisi Operasional .................................................................. 21
Tabel B.2 Waktu Penelitian......................................................................... 23
DAFTAR BAGAN
A. Bagan B1 .............................................................................................. 20
B. Bagan C1 ............................................................................................. 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Balasan Klinik
Lampiran 3 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 4 Lembar Hak Cipta
Lampiran 5 Lembar Pernyataan Bukan Plagiat
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7 Lembar Observasi
Lampiran 8 Etical Clerance
Lampiran 9 Master Tabel
Lampiran 10 Daftar konsultasi
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan oleh
seorang ibu pada bayinya. Menurut World Health Organization (WHO)
menganjurkan agar wanita hamil dan ibu yang baru melahirkan diberi tahu
tentang manfaat dan keunggulan Air Susu Ibu (ASI), terutama karena ASII
memberikan gizi terbaik untuk bayi serta perlindungan terhadap penyakit. ASII
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mammae ibu dan berguna sebagai
makanan bayi (Maryunani, 2012).
Menyusui dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak kelahiran
karena masa amenorhoe lebih panjang. United Children’s Fund (UNICEF) dan
World Health Organization (WHO) membuat rekomendasi pada ibu untuk
menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi
baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap
memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun. Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu untuk
menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya (Kemenkes , 2014).
Dampak tidak diberikan ASI eksklusif terhadap bayi adalah bertambahnya
kerentanan terhadap penyakit baik ibu dan bayi. Dengan menyusui dapat
mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas, kejadian diare dapat
turun 50% dan penyakit usus parah pada bayi premetur dapat berkurang
kejadiaanya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga dapat
menurun 6-10% (IDAI, 2015).
Dalam Riskesdas 2013 dikumpulkan data tentang pola pemberian ASI
dan pola pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak umur 0-23
bulan yang meliputi: proses mulai menyusu, inisiasi menyusu dini (IMD),
pemberian kolostrum, pemberian makanan prelakteal, menyusu eksklusif, dan
pemberian MP-ASI. Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik
bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk
menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI
1
kaya dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan
merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca
melahirkan (postpartum)( Riskesdas, 2013).
Mengacu pada target renstra tahun 2016 yang sebesar 42%, maka
secara cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan
sebesar 54,0% sudah mencapai target tetapi secara nasional target pemberian
ASI ekslusif 80% belum mencapai target.Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif
pada bayi umur 0-5 bulan berkisar antara 32,3% (Gorontalo) sampai 79,9%
(Nusa Tenggara Timur). Dari 34 provinsi hanya tigaprovinsi yang belum
mencapai target yaitu Gorontalo, Riau dan Kalimantan Tengah. Sementara untuk
Sumatera Utara cakupan pemberian ASI 46,8 % (Kemenkes, 2015). Sedangkan
di kota Medan cakupan pemberian ASI 6,7% ( Profil Kesehatan Sumatera Utara,
2016).
Berbagai alasan ibu memiliki produksi ASI yang tidak adekuat adalah
stimulasi payudara tidak adekuat, jarang menyusui, aktifitas berat, stress, diet (
Maryunani, 2012).
Menurut Soraya Rahmanisa, untuk mempelancar produksi ASI dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi daun katuk berupa rebusan maupun ekstrak
daun katuk karena mengandung alkaloid dan sterol yang dapat meningkatkan
kelancaran ASI. Selain itu daun katuk mengandung vitamin A,B1,C, tanin,
saponin alkaloid papaverin ( Rahmanisa, 2015)
Berdasarkan hasil catatan rekam medik di Praktek Mandiri Bidan Afriana
Am.Keb Jl. Selamat No.9 Bromo Ujung Kel. Binjai Kec. Medan Denai bulan
Februari sampai dengan Maret 2018, diperoleh data sebanyak 36 orang ibu post
partum sedangkan yang mengalami masalah ASI terdapat 26 orang. Oleh sebab
itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas pemberian simplisia daun katuk
untuk produksi ASI. (PMB Afriana, Am.Keb 2018).
Dalam mengolah daun katuk dalam bentuk simplisia peneliti bekerja
sama dengan Farmasi USU untuk melakukan uji praklinik dan uji klinik terhadap
manusia atau hewan. Sehingga simplisia daun katuk tersebut dapat dikonsumsi
oleh manusia dan mengetahui efek samping.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan diatas maka dapat disusun
masalah sebagai berikut: “ Efektifkah pemberian simplisia daun katuk terhadap
produksi ASI ibu post partum di PMB Afriana Am, Keb Tahun 2018”.
C.Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas simplisia daun katuk terhadap peningkatan
produksi ASI pada ibu post partum di PMB Afriana Am.Keb Tahun 2018.
C.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh produksi ASI sebelum dan sesudah pemberian
simplisia daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu post
partum di PMB Afriana Am.Keb Tahun 2018.
2. Menganalisis apakah efektifitas simplisia daun katuk terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu post partum di PMB Afriana Am.Keb
Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis
Untuk memberikan tambahan referensi tentang pengaruh daun katuk
terhadap peningkatan produksi ASI, serta sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan metodologi penelitian.
D.2 Manfaat Praktisi
1. Bagi Institusi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam proses pembelajaran dan pemanfaatan tanaman obat keluarga.
Terutama memberikan gambaran masukan dan informasi bagi penelitian
selanjutnya.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan
pengembangan bagi tenaga kesehatan dalam mengolah tanaman obat
keluarga terutama daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI.
3. Bagi Lahan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah informasi dan
masukan dalam upaya peningkatan produksi ASI pada ibu post partum
yang mengeluh tentang ASI.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian 1 Penelitian 2
Menurut penelitian Susilawati, M.Kes yang berjudul Perbedaan Penurunan Bendungan ASI Antara Perawatan Payudara Konvensional Dan Yang Diberikan Ramuan Katuk Ragi dengan metode Quasy Eksperimen dengan metode pendekatan Post Control Only Design. Hasil penelitian ibu yang mengalami bendungan ASI dan sudah melakukan perawatan payudara dengan kompres ramuan daun katuk didapatkan 100% mengatakan tidak mengalami bendungan ASI.
Menurut Lusiana Darsono yang berjudul Pengaruh Kombinasi Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Dan Domperidon Terhadap Perkembangan Alveoli Mencit Menyusui Tahun 2014 dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) komparatif terhadap 30 ekor mencit betina yang sudah pernah melahirkan. Hasil penelitian Pemberian kombinasi daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dan domperidon meningkatkan jumlah alveoli mammae mencit menyusui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.1. Konsep Masa Nifas
A.1.1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari (Ambarwati, 2015 ).
Masa nifas atau puerperieum dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca
persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu
(Prawirohardjo, 2014).
A.2. Konsep ASI
A.2.1. Pengertian ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mamae ibu dan berguna
sebagai makanan bayi ( Maryunani, 2012).
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu
melalui proses menyusui. ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk
calon bayi saat ia mengalami kehamilan. ASI mempunyai nilai gizi paling tinggi
dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu
yang berasal dari hewan, seperti susu sapi, kerbau, atau kambing
(Khasanah,2013)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam
organikyang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makan
utama bagi bayi (Ambarwati, 2015).
5
A.2.2. Macam-Macam ASI
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluar, berwarna kekuning-
kuningan. Banyak mengandung protein, antibody, immunoglobulin. Kolostrum
mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan
lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi pada hari-hari pertama
kelahiran (Maryunani, 2012).
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi
oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat pasca
persalinan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada
kolostrum adalah imunoglobin yang digunakan sebagai zat antibodi untuk
mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Meskipun kolostrum
yang kelaur sedikit menurut ukuran kita,tetapi volume kolostrum yang ada dalam
payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam (Maritalia, 2014).
2.1 Tabel Komposisi Kolostrum dan Kegunaannya
Komposisi Kolostrum Kegunaan Kolostrum
Kaya anti bodi Melindungi terhadap infeksi dan alergi
Sel darah putih Perlindungan terhadap infeksi
Laksatif Membersihkan mekonim
Kaya vitamin A Mencegah berbagai infeksi,
mencegah penyakit mata
Sumber : Maryunani. Anik (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekskusif dan
Manajemen Laktasi. Jakarta.
2. ASI Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu,
volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya.
Kadar imunoglobin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa
meningkat (Maritalia, 2014).
3. Air Susu Matang (Mature)
ASI Matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan sterusnya.
ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan tidak
menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima
menit pertama disebut foremilk. Foremilk memepunyai kandungan rendah lemak
dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air (Maritalia, 2014).
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak
dan nutrisi sehingga membuat bayi akan membutuhkan keduanya baik foremilk
dan hindmilk. Volume 300-850ml/24 jam (Maryunani, 2012).
2.2 Tabel Kandungan kolostrum, ASI transisi dan ASI matur
Kandungan Kolostrum Transisi ASI matur
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein ( gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immuboglobin
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
Sumber : Maryunani. Anik (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekskusif dan
Manajemen Laktasi. Jakarta.
A.2.3. Kandungan ASI
1. Menurut Soetjiningsih, 1997 ASI sebagai Nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yaxng sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.ASI adalah
makan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupunkuantitasnya. Dengan
tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebagaimakan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normalsampai usia 6 bulan.Mengingat bahwa
kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak,maka jelas bahwa ASI merupakan
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan pertumbuhan otak.
Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk
pertumbuhan otak adalahnutrisi yang diberikan.
Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara
optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang
tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi.ASI juga mengandung nutrien-
nutrien khusus yang diperlukan otak bayiagar tumbuh optimal, antara lain :
a) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI
antara 3,5% - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah
diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecahkan menjadi
asam lemak dan gliserol oleh enzimlipase yang terdapat dalam ASI. Kadar
kolesterol ASI lebih tinggi dari pada susu tapi sehingga bayi yang mendapat ASI
seharusnya kadar kolesterol darah lebih tinggi, tetapi ternyata penelitian Osborn
membuktikan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita
jantung koroner pada usia muda. Diperkirakan bahwa pada masa bayi diperlukan
kolesterol pada kadar tertentu untuk merangsang pembentukan enzim protektif
yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efektif pada masa usia dewasa.
b) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose, yang kadarnya paling
tinggi dibanding susu mamalia lain (7%). Laktose mudah dipecah menjadi
glukose dan galaktose dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam
mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktose mempunyai manfaat lain yaitu
mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus
bifidus. Komposisi dalam karbohidrat dalam ASI 7 gr/100ml (Maryunani, 2012).
c) Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar
0,9% sampai 60% diantaranya adalah whey yang lebih mudah dicerna dibanding
kasein (protein utama susu sapi). Selain mudah dicerna, dalam ASI terdapat dua
macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.
Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin untuk
pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh
dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir penguraian tirosin ini belum
ada.
d) Garam dan Mineral
Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik,
sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dari mineral yang rendah. ASI
mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. Bayi yang
mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita
tetani karena hipokalsemia. Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding
susu ASI, tetapi kadar fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga menggangu
penyerapan kalsium dan juga magnesium. ASI dan susu sapi mengandung zat
besi dalam kadar yang tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI mudah
diserap. Dalam badan bayi terdapat cadangan zat besi, di samping itu ada zat
besiyang berasal dari eritrosit yang dipecah, bila ditambah dengan za tbesi yang
berasal dari ASI maka bayi akan mendapat cukup za tbesi sampai usia 6 bulan.
Seng diperlukan untuk tumbuh kembang, sistem imunitas dan mencegah
penyakit penyakit tertentu sepertinya akrodermatitis enteropatika (penyakit yang
mengenai kulit dan sistem pencernaan dan dapat berakibat fatal). Bayi yang
mendapatkan ASI cukup mendapatkan seng, sehingga terhindar dari penyakit ini.
e) Vitamin
ASI cukup untuk mengandung vitamin yang diperlukan bayi.Vitamin K
yang berfungsi sebagai katalisator pada prosespembentukan darah terdapat
dalam ASI dengan jumlah cukup danmudah diserap. Dalam ASI juga terdapat
vitamin D dan E terutama dalam kolostrum.
f) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatifrendah
tetapi bisa mencukupi untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium
dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu (Maryunani,2012).
2. ASI Mengandung Zat Protektif (Soetjiningsih, 1997)
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat
kekebalan dalam tubuh) dari ibunya melalui plasenta. Namun, kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada usia bayi 9 -12 bulan tubuh
bayi baru dapat membuat zat kekebalan sendiri yang cukup banyak sehingga
mencapai kadar protektif. Sedangkan apabila yang dibentuk oleh tubuh bayi
tersebut belum tercukupi maka akan terjadilah kesenjangan zat kekebalan pada
tubuh bayi tersebut. Kesenjangan ini akan hilang atau berkurang apabila bayi
tersebut diberi ASI, karena ASI merupakan suatu cairan hidup yang mengandung
zat kekebalan yang berfungsi untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi, bakteri, virus, parasit, dan jamur. Bayi yang mendapat ASI biasanya lebih
jarang menderita suatu penyakit, dikarenakan adanya zat protektif dalam ASI.
Adapun yang termasuk zat protektif tersebut adalah :
a) Laktobasilus Bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan
asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam
sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E Coli
yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur. Laktobasilus
Bifidus mudah tumbuh cepat dalam susu bayi ,terutama bayi yang mendapatkan
ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berkaitan dengan nitrogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan Laktobasilus Bifidus. Susu sapi tidak mengandung
faktor ini.
b) Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berkaitan dengan zat besi. Konsentrasinya
dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi diantara semua cairan biologis.
Dengan mengikat zat besi, makalaktoferin bermanfaat untuk menghambat
pertumbuhan kuman tertentu, yaitu stafilokokus dan Escheda Coli yang juga
memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya.
c) Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat mernecah dinding bakteri.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 29-39 mg/100 ml, lisozim merupakan
konsentrasi terbesar di dalam cairan ekstraselular. Kadar lisozim ASI 300 kali
lebih tinggi dibanding susu sapi. Lisozim stabil didalam cairan dengan pH rendah
seperti cairan lambung, sehingga masih banyak dijumpai lisozim dalam tinja bayi.
d) Antibodi
Secara elektroforetik, kromatrografik, dan radio immunoassay terbukti
bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin, yaitu secretory IgA
(SigA), IgE, IgM, dan IgG. Dan semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak
adalah IgA, Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan
bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan
membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan
entero virus masuk ke dalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapatkan
ASI terdapat antibodi terhadap bakteri Escheria Coli yang rendah. Di dalam ASI
kecuali antibodi terhadap enterotoksin E Coli, terbukti adanya antibodi terhadap
salmonella thipy, Shigela dan antibodi terhadap virus seperti rotavirus, polio,
campak. Antibodi terhadap rotrovirus tinggi dalam kolostrum yang kemudian
turun pada minggu pertama sampai umur 2 tahun.
e) Immunitas Seluler
ASI mengandung sel-sel. Sebagian besar (90%) sel tersebut berupa
makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosismikro organisme,
membentuk C3 dan C4, lisozim, laktoferin. Sisanya (10%) terdid dari limfosit B
dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-kira 5000/ml, setara dengan angka
leukosit darahtepi, tetapi komposisinya berbeda dengan darah tepi, karena
hampir semuanya berupa polimorfonukler dan mononuklear. Dengan
meningkatnya volume ASI angka leukositosis menurun menjadi 2000/ml.
Walaupun demikian kapasitas anti bakterinya sama sepanjang stadium laktasi.
Konsentrasi faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum.
f) Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belurn sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI
tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6
bulan akan mengurangikemungkinan alergi ini.
A.2.4. Manfaat ASI
Pemberian ASI secara eksklusif yaitu, tidak dicampur apa pun selama 6
bulan, memberikan banyak manfaat antara lain :
1. Manfaat ASI bagi bayi
a. Kesehatan
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap paling baik sepanjang
masa. Oleh karena itu, bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan
lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. ASI juga dapat
menghindari anak dari bungsu lapar sebab komponen gizi ASI paling
lengkap, termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan zat-
zat penting lainnya (Maryunani, 2012).
b. Kecerdasan
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3
untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar
dari kerusakan sel-sel saraf otak (Ambarwati, 2015).
c. Memberi rasa nyaman dan aman
Hubungan fisik ibu dan bayi bak untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu
ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun
sosial yang lebih baik.
d. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat yang baik setelah
lahir. Pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi
kemungkinan obesitas.
2. Manfaat Memberikan ASI bagi Ibu :
a. Aspek kontrasepsi.
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik
sehingga post anteriorvhipofise mengeluarkan prolaktin. Proklatin masuk
ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode
kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila
diberikan hanya ASI saja dan belum terjadi menstruasi.
b. Aspek kesehatan ibu.
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan.Penundaaan haid dan
berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi
anemia defiensi besi.
c. Aspek penurunan berat badan.
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali
ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Dengan menyusui tubuh
akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang
berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
d. Mengurangistres dan kegelisahan
Hormon oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini
berguna untuk mengurangi stress yang dialami sehingga ibu yang
menyusui akan memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih
banyak hal-hal positif lainnya (Khasanah,2013).
e. Praktis dan tidak merepotkan
Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat dan
membuat minuman bayi, serta tidak perlu pergi ke toko untuk membeli
susu formula. ASI selalu tersedia dan ketika bayi ingin menyusui langsung
dapat diberikan tanpa ribet mempersiapkan susu botol.
A.2.5. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Keberhasilan menyusui tergantung pada beberapa faktor, seperti
ketepatan posisi bayi pada puting ibu ketika menyusu, frekuensi menyusui dan
menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai dengan keinginan bayi.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI. Di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Makanan ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Unsur gizi dalam dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat
dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur.Jadi, diperlukan energi yang sama
dengan jumlah energi yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapatkan tambahan
makanan maka akan terjadi kemunduran dalam produksi ASI (Khasanah,
2013).
Tabel 2.3 Kecukupan Zat Gizi Ibu Menyusui Per Hari
Kepadatan Gizi ( Jumlah/1000 Kalori)
Zat Gizi Kecukupan yang dianjurkan Tambahan Energi (kkal) +500 0 Protein (g) +20 40 Vitamin A +400 800 Vitamin D +5 10 Vitamin E +3 6 Vitamin D +40 80 Thiamin +0,5 1 Riboflavin +0,5 1 Niacin +5 10 Vitamin +0,5 1 Folacin +100 200 Vitamin B12 +1,0 2 Kalsium +400 800 Fosfor +400 800 Magnesium +150 300 Besi +30-60 60-120 Seng +10 20 Yodium +50 100
Sumber : Adriani,M. 2014.Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.Jakarta.
b. Frekuensi menyusui.
Frekuensi menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering
menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu,
berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil
penelitian , produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 5 kali
atau lebih per hari selama 1 bulan awal menyusui.
c. Menyusui sesuai keinginan bayi.
Menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai keinginan ternyata
dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini
menunjukan bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi
dibandingkan kapasitas ibu untuk memproduksi ASI. Artinya, ASI akan
diproduksi sesuai kebutuhan sang bayi. Frekuensi menyusui dapat
mempengaruhi produksi ASI. Semakain sering menyusui akan semakin
meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu berikan ASI sesering mungkin
sesuai keinginan bayi.
d. Umur kehamilan
Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir belum cukup bulan kadang
belum dapat menyusu secara efektif. Hal ini disebabkan bayi yang lahir
prematur sangat lemah lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif
sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan
oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh.
e. Ketentraman jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Saat menyusui,
seorang seorang ibu memerlukan ketenangan pikiran, dan sebaliknya jauh
dari dari perasaan tertekan karena akan berpengaruh terhadap produksi ASI
dan kenyamanan bayi saat menyusu. Terkadang, ibu merasa tidak percaya
diri karena ASI-nya kurang. Ditambah lagi pendapat dan saran yang salah
dari orang lain menyebabkan ibu cepat berubah pikiran dan menjadi stres.
Akibatnya, bisa menekan refleks sehingga ASI tidak berproduksi dengan
baik.
f. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen karena
hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI , bahkan menghentikan
produksi ASI secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang
paling tepat digunakan adalah IUD sehingga dapat merangsang uterus ibu
dan meningkatkan hormon prolaktin.
g. Perawatan payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan yaitu
dengan menurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada saluran
dalam payudara dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar
dengan lancar.
A.3. Defenisi Katuk
A.3.1. Pengertian katuk
Katuk (Sauropus androgynus(L.) Merr)) merupakan tanaman sayuran
yang banyak terdapat di Asia tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa
dikenali sebagai mani cai (bahasa Cina), cekur manis (bahasa Melayu), di
Indonesia masyarakat Minangkabau menyebut katuk dengan nama simani.
Selain menyebut katuk, masyarakat Jawa juga menyebutnya katukan atau
babing. Sementara itu masyarakat Madura menyebutnya kerakur dan orang Bali
lebih mengenalnya dengan kayu manis. Tanaman katuk sesungguhnya sudah
dikenal nenek moyang kita sejak abad ke-16 (Santoso, 2014). Katuk termasuk
tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian 1-5 m. Batangnya tumbuh
tegak dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas, akan tumbuh tunas-tunas baru
yang membentuk percabangan. Daunnya kecil-kecil mirip daun kelor, berwarna
hijau. Katuk termasuk tanaman yang rajin berbunga. Bunganya kecil-kecil,
berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan, dengan bintik-bintik merah.
Bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna putih yang di dalamya
terdapat biji berwarna hitam (Santoso, 2014).
A.3.2. Klasifikasi Katuk
Tanaman katuk diklasifikasikan sebagai berikut ( Santoso, 2014) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Sauropus
Spesies : Sauropus androgynus
A.3.3 Morfologi tanaman Katuk
a. Batang
Tanaman katuk merupakan tanaman sejenis tanaman perdu yang tumbuh
menahun. Sosoknya berkesan ramping sehingga sering ditanamsebagai
tanaman pagar. Tingginya sekitar 3-5 m dengan batang tumbuh tegak, berkayu,
dan bercabang jarang. Batangnya berwarna hijau saat masih muda dan menjadi
kelabu keputihan saat sudah tua.
b. Daun
Daun katuk merupakan daun majemuk genap, berukuran kecil,berwarna
hijau gelap dengan panjang lima sampai enam cm.Kandungan zat besi pada
daun katuk lebih tinggi daripada daun pepaya dan daun singkong. Daun katuk
jjuga kaya vitamin (A, B1, dan C),protein, lemak, dan mineral. Selain itu daun dan
akar katukmengandung saponin, flavonoida, dan tanin (Santoso, 2014).
c. Bunga
Katuk merupakan tanaman yang rajin berbunga. Bunganya kecil-kecil
berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan, dengan bintik-bintik merah.
Bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna putih yang di dalamnya
terdapat biji berwarna hitam (Santoso, 2014).
d. Buah
Buah katuk berbentuk bulat, berukuran kecil-kecil seperti kancing,
berwarna putih dan berbiji 3 buah (Santoso, 2014).
e. Akar
Tanaman katuk berakar tunggang dan berwarna putih kotor.
A.3.4. Komposisi daun katuk
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui komposisi yang
terdapat di dalam tanaman katuk. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa
pada tiap 100 g daun katuk mentah mengandung 59 kal., 4,8 g protein, 1 g
lemak, 11 g karbohidrat, 204 mg kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg besi, 103.705 SI
vitamin A, 0,1 mg vitamin D, 239 mg vitamin C dan air 81 g. Kemudaian pada
penapisan fitokimia daun katuk mengandung sterol, alkaloid, flanofoid, dan tanin
(Ferasyi, 2010).
A.3.5. Manfaat katuk
Beberapa manfaat daun katuk antara lain :
1) Pelancar Air Susu Ibu (ASI)
Ekstrak daun katuk banyak digunakan sebagai bahan fortifikasi pada
produk makanan yang diperuntukkan bagi ibu menyusui. Konsumsi sayur katuk
oleh ibu menyusui dapat memperlama waktu menyusui bayi secara nyata dan
untuk bayi pria hanya meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Kandungan
yang terdapat dalam daun katuk untuk ibu menyusui adalah asam amino,
saponin, dan tanin dan senyawa lainnya yang dapat memicu produksi ASI
(Santoso, 2014).
2) Mengatasi sembelit
Sembelit biasa terjadi karena banyak hal, diantaranya karena terlalu lama
duduk, kurang minum air, menahan-nahan buang airbesar, kerja hati dan
kantong empedu yang tidak lancar. Untuk mengusir sembelit, siapkan 200 g
daun katuk segar yang sudah dicuci bersih. Rebus dengan segelas air selama 10
menit, lalu saring. Minum air hasil saringan tersebut secara teratur 2 kali sehari,
masing-masing 100 ml (Santoso, 2008)
A.4. Pengertian Simplisia dan Cara Pembuatan Simpilsia Daun Katuk.
A.4.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan ( Depkes RI, 1995).
A.4.2. Cara Pembuatan Simplisia
a. Bahan yang digunakan
Daun katuk tanpa batang 6 kg.
b. Pembuatan serbuk simplisia daun katuk:
1. Sampel daun katuk segar dicuci bersih pada air keran yang
mengalir, lalu ditiriskan kemudian ditimbang beratnya.
2. Letakkan dan sebarkan pada wadah talam, lalu keringkan
dibawah sinar matahari. Pengeringan dilakukan selama 3-5 hari
sehingga sampel daun katuk kering. Daun katuk dinyatakan kering bila
diremas dengan jari tangan akan hancur
3. Simplisia daun katuk kemudian ditimbang kembali, lalu diblender
sehingga menjadi serbuk. Serbuk simplisia kemudian diayak, sehingga
menjadi serbuk halus.
4. Serbuk kemudian dimasukkan ke dalam kantongan plastik
masing-masing sebanyak 2 gr. Kantongan plastik yang berisi serbuk
simplisia dipacking pada wadah yang berisikan 30 bungkus kantongan
yang akan digunakan untuk setiap pasien.
5. Beri label pada masing-masing packing:” Serbuk Simplisia Daun
Katuk” lengkapi dengan khasiat dan catat penggunaan serta dosis.
A.5 Pertumbuhan Berat Badan Bayi
A.5.1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat
pertambahan sel dan pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah
sel diseluruh bagian tubuh. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun
individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan
berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dam tubuh) (Marni & Kukuh, 2015).
Pertumbuhan mempunyai ciri ciri khusus, yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya ciri ciri lama, serta munculnya ciri ciri baru.
Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di
setiap kelompok umur dan masing masing organ juga mempunyai pola
pertumbuhan yang berbeda (Marni & Kukuh, 2015).
Saat lahir, rata rata berat badan bayi di Indonesia sekitar 3.000 gram.
Setelah lahir, berat badan akan menurun karena bayi kekurangan cairan tubuh
melalui defekasi, berkemih, proses pernapasan, dan melalui kulit serta jumlah
asupan cairan sedikit. Setelah 10-14 hari pertama kelahiran bayi, berat badan
akan meningkat kembali dan mencapai berat badan lahir, kemudian meningkat
kembali pada bulan bulan berikutnya. Pertumbuhan berat badan bayi yang cepat
terjadi sampai usia 2 tahun (Marmi & Kukuh, 2015).
Sejak bayi lahir, berat badannya akan menjadi perhatian utama karena
ini berkaitan dengan apakah dia benar benar sehat dan tumbuh dengan baik
atau tidak. Tetapi, sebenarnya bagaiman perkembangan berat badan bayi itu
normalnya. (Ari, 2015).
Perkembangan berat badan bayi bisa ibu lihat ketika sedang kontrol atau
imunisasi ke dokter, bayi akan ditimbang terlebih dahulu. Umumnya berat badan
bayi akan naik sekitar 140-220 gram per minggu atau 450 – 900 gram per bulan.
Hal itu yang bisa terjadi pada beberapa bulan pertama usian nya (Marmi,2015).
B. Kerangka Teori
Bagan B1
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian
“ Efektifitas konsumsi simplisia daun katuk terhadap produksi ASI pada Ibu post
partum di PMB Afriana,Am.keb Tahun 2018” adalah
Bagan C1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Faktor Yang mempengaruhi produksi ASI 1. Makanan 2. Psikis 3. Penggunaan Alkon 4. Perawatan Payudara 5. Pola istirahat 6. Faktor Isapan atau frekuensi 7. Berat Badan Bayi 8. Konsumsi rokok dan alkohol
Produksi asi
Penatalaksanaan
Penyebab
produksi ASI
Non Farmakologis
Simplisia daun
katuk
Farmakologis
Teh Daun Katuk Produksi ASI
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional bertujuan mengoperasionalkan variabel-variabel.
Semua konsep dan variabel didefenisikan dengan jelas sehingga terjadinya
kerancauan dalam pengukuran, analisa serta kesimpulan dapat terhindar.
Agar tidak ada makna ganda dari istilah yang digunakan dalam penelitian
tersebut harus mengacu pada pustaka. Komponen yang menyertai defenisi
operasional meliputi alat ukur, skala ukur, dan hasil ukur(Notoatmodjo, 2013).
Variabel Defenisi
operasional
Kategori Instrumen Skala Kriteria
Variabel
independen
Pemberian
simplisia
daun katuk
Pemberian
simplisia
daun katuk
yang
dikeringkan
sebanyak 2
gram dalam
satu
bungkus
yang
diseduh
dengan air
mendidih 5-
10 menit.
Kemudian
diminum
2x1 pada
pagi dan
sore hari.
Pemberian
simplisia
daun katuk
kepada ibu
post partum
yang sedang
menyusui
dengan dosis
2 gram
diminum
setiap hari
2x1 selama
15 hari
Observasi
dengan
lembar
ceklist
Nominal 1. Ya
2. Tidak
Variabel
dependet
Produksi
ASI
Produksi
ASI aadalah
banyaknya
air susu di
Diamati
dengan
pemantauan
peningkatan
Timbangan Rasio 1.Naik
2. Tetap
3. Turun
produksi
dan
dikonsumsi
pada bayi
yang
memberi
peningkatan
berat badan
bayi.
berat badan
bayi
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian simplisia daun katuk efektif
meningkatkan produksi ASI ibu post partum di Praktek Mandiri Bidan Afriana,
Am.Keb tahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Experiment yaitu untuk
mengidentifikasi Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap Produksi
ASI Ibu Post Partum di Praktik Mandiri Bidan Afriana,Am.Keb Tahun 2018
(Notoatmodjo, 2010). Sedangkan desain penelitian ini adalah Non Equivalent
Control Group Design dimana terdapat kelompok ekperimen yaitu kelompok ibu
yang mengkonsumsi simplisia daun katuk dan yang tidak mengkonsumsi
simplisia daun katuk sebagai kelompok kontrol.
Skema rancangan Non Equivalent Control adalh
B. Tempat dan Waktu Penelitian
B.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Praktik Mandiri Bidan merupakansalah satu PMB
Afriana , Am.Keb yang memberikan pelayanan masa nifas. Berdasarkan survey
awal klinik tersebut belum pernah memberikan terapi nonfarmakologis pada
pasien nifas yang mengalami keluhan tentang ASI sebelumnya.
B.2. Waktu Penelitian
Tabel B.2 Waktu Penelitian
No
Kegiatan
Jangka Waktu
Feb Mar Apr Mei Juni
1. Studi pendahuluan
2. Pengajuan judul
3. Penyusunan BAB I – III
4. Ujian proposal
5. Perbaikan proposal
6. Penelitian
7. Pengumpulan data
8. Pengolahan data
9. Membuat laporan hasil
23
O1 X O2
O3 04
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang melahirkan normal
di Praktik Mandiri Bidan Afriana Am.Keb.Jumlah pasien yang melahirkan di PMB
Afriana, Am.Keb selama periode akhir April sampai denganJuni sebanyak 36
orang, jadi rata-ratanya 17 orang per bulan.
Sampel penelitian ini adalah seluruh ibu yang inpartu di PMB Afriana
Am.Keb. Metode sampling yang digunakan adalah “purposive sampling” adalah
cara pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
( Notoatmodjo, 2010).
Kriteria inklusi :
- Ibu post partum dengan normal
- Ibu post partum dengan menyusui
- Ibu yang tidak memiliki penyakit menular
- Belum pernah diberi perlakuan terapi nonfarmakologis sebelumnya
- Bersedia untuk diteliti
- Status kesehatan ibu dan bayi baiik
- Aktifitas ibu sebagai ibu rumah tangga
- Keadaan psikologi ibu
- Penggunaan alat kontrasepsi
- Ibu yang ASI eksklusif
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari atas dua jenis
yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden, yaitu
dengan mengobservasi pasien secara langsung dalam pengkonsumsian
simplisia daun katuk pada ibu post partum di PMB Afriana, Am.Keb.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh berdasarkan data yang sudah ada yaitu jumlah ibu post
partum yang sudah melahirkan normal di PMB Afriana,Am.Keb.
D.2. Cara pengumpulan data
1. Persiapan nama yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan
survey awal terlebih dahulu, kemudian menyipkan lembar observasi.
Setelah itu, peneliti membuat surat keterangan peneliti di Poltekkes
Kemenkes Medan, kemudian menyerahkan surat keterangan meneliti
ketempat meneliti serta izin untuk melakukan penelitian.
2. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat
penelitian dan meminta persetujuan dari responden dengan
menandatangani informed consent. Kemudian memberikan teh daun
katuk sesuai dosis dan cara pengkonsumsiannya.
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi
berupa lembar ceklis pengkonsumsian simplisia daun katuk yang dikonsumsi
ibu.Pertama tama kita membuat identitas responden secara lengkap kemudian
dala mengukur produksi ASI maka yang dilakukan dengan cara menimbang
berat badan bayi dengan menggunakan timbangan bayi.
F. Prosedur Penelitian
Adapunl angkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi berapa jumlah responden yang mengalami masalah tentang
pengeluaran ASI di PMB Afriana, Am.KebTahun 2018.
2. Menanyakan masalah pengeluaran ASI dengan diukur kenaikan berat
badan bayi sebelum diberikan simplisia daun katuk.
3. Kemudian simplisia daun katuk diberi selama 15 hari diminum 2x1
sesudah makan.
4. Melakukan observasi dengan mengukur berat badan bayi sesudah
pemberian simplisia daun katuk.
G. Teknik pengolahan dan Analisis Data
G.1. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian,
oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses
pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa data (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Menyusun data (Entri data)
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
3. Analisa (Analiting)
Data yang telah dikumpul pada saat penelitian kemudian dilakukan analisis
univariat dan bivariate.
4. Cleaning
Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah
ada kesalahan atau tidak.Kesalahan tersebut kemungkinan terjadi pada saat
kita mengentri data ke computer. (Marmi 2014).
Analisis Data
a. Analisa univariat
Analisis univariat menghasilakan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dengan
membuat distribusi frekuensi dan sebaran dalam bentuk tabel (
Notoadmodjo, 2010). Dalam melakukan penelitian ini untuk mengetahui
disporposi deskriptif tentang produksi ASI.
b. Analisa bivariate
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan contoh variabel independent dan variabel dependent.
Dalam penelitian Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap
Produksi ASI pada Ibu Post Partum di PMB Afriana, Am.Keb Tahun 2018
menggunakan uji independent t test.
H. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan data
yang ingin diteliti kepada Kepala Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Medan kepada PMB Afriana, Am.Keb untuk melakukan studi pendahuluan dan
mendapatkan data untuk menyusun proposal. Setelah selesai proposal kemudian
peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan data primer yang
diperoleh dari pimpinan praktek dan kepada responden yang diteliti dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Prinsip Manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, penelitian yang dilakukan memiliki
harapan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
2. Prinsip Menghormati Manusia
Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus dihormati, karena
manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk
diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
3. Informed consent
Informed consent berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden,
tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien.
4. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data.
5. Kerahasiaan
Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai efektifitas
pemberian simplisia daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum di
Praktik Mandiri Bidan Afriana Am. Keb tahun 2018 jumlah responden sebanyak
24 orang dengan menggunakan Uji Non- Equivalent.
A.1 Analisa Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Yang Diberi Simplisia Daun
Katuk di Praktik Mandiri Bidan Afriana Am.Keb Tahun 2018
NO Karakteristik Responden Frekuensi (f)
Persentase (%)
1 Umur 21-26 8 66,7 26-31 Tahun 4 33,3
Total 12 100
2 Jenis Kelamin Perempuan 3 25 Laki-laki 9 75
Total 12 100
3 Anak Ke 1 7 58,3 2 5 41,7
Total 30 100
Berdasarkan karakteristik responden menurut umur didapatkan bahwa
mayoritas responden ibu berusia 21-26 tahun sebanyak 8 orang (66,7%) dan
minoritas berusia 26-31 tahun sebanyak 4 orang (33,3%). Berdasarkan Jenis
kelamin bayi , mayoritas responden laki-laki sebanyak 9orang (75%) dan
minoritas responden perempuan sebanyak 3 orang (25%). Berdasarkan jumlah
anak mayoritas responden anak pertama sebanyak 7 orang (58,3%) dan
minoritas anak kedua sebanyak 5 orang (41,7%).
28
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Yang Tidak Diberi Simplisia
Daun Katuk di Praktik Mandiri Bidan Afriana Am.Keb Tahun 2018
NO Karakteristik Responden Frekuensi (f)
Persentase (%)
1 Umur 21-26 7 58,3 26-31 Tahun 5 41,7
Total 12 100
2 Jenis Kelamin Perempuan 5 41,7 Laki-laki 7 58,3
Total 12 100
3 Anak Ke 1 7 58,3 2 5 41,7
Total 12 100
Berdasarkan karakteristik responden menurut umur didapatkan bahwa
mayoritas responden ibu berusia 21-26 tahun sebanyak 7 orang (58,3%) dan
minoritas berusia 26-31 tahun sebanyak 5 orang (41,7%). Berdasarkan jenis
kelamin bayi , mayoritas responden laki-laki sebanyak 7 orang (58,3%) dan
minoritas responden perempuan sebanyak 5 orang (41,7%). Berdasarkan jumlah
anak mayoritas responden anak pertama sebanyak 7 orang (58,3%) dan
minoritas anak kedua sebanyak 5 orang (41,7%)
Tabel 4.3 Distribusi Pengukuran Produksi ASI Antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di Praktik Mandiri Bidan Afriana, Am.Keb Tahun 2018
Pengukuran Produksi ASI Mean difference Kelompok intervensi Sebelum -337,50
Sesudah Kelompok kontrol Sebelum -204,16
Sesudah
Dari hasil pengukuran berat badan bayi sebelum dan sesudahpada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat perbedaan rerata yaitu di
kelompok intervensi mean difference -337,50 sedangkan di kelompok kontrol
-204,16.
A.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisa efektifitas pemberian
simplisia daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum di Praktik
Mandiri Bidan Afriana, Am.Keb Tahun 2018 dengan menggunakan uji
independen t test.
Tabel 4.4 Hasil Uji independen T Test Produksi ASI Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Ibu Post Partum Di Praktik Mandiri Bidan Afriana,
Am.Keb Tahun 2018 (n=24)
Pengukuran Produksi ASI
Mean SD Sig(2-tailed)
Kelompok Intervensi
Sebelum 3258,3 336.988 0,021
Sesudah 3595,8 325.058
Kelompok Kontrol
Sebelum 3258,3 334.279 0,149
Sesudah 3462,5 335,156
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa hasil pengukuran produksi
ASI sebelum diberikan perlakuan pada kelompok intervensi diperoleh nilai rata-
rata 3258,3 menjadi nilai rata-rata pengukuran produksi ASI 3595,8 sesudah
diberikan simplisia daun katuk dengan sig (2-tailed) 0,021<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada efektif pemberian simplisia daun katuk terhadap
produksi ASI pada ibu post partum di Praktik Mandiri Bidan Afriana Am.Keb
Tahun 2018.
B. Pembahasan
B.1. Produksi ASI
Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan April 2018 sampai bulan Juni
2018. Jumlah sampel yang digunakan adalah 24 orang dengan desain
penelitian ini adalah Non Equivalent Control Group Design. Penelitian ini
dilakukan di Praktik Mandiri Bidan Afriana Am.Keb. Berdasarkan karakteristik
responden kelompok intervensi menurut umur didapatkan bahwa mayoritas
responden ibu berusia 21-26 tahun sebanyak 8 orang (66,7%) dan minoritas
berusia 26-31 tahun sebanyak 4 orang (33,3%). Berdasarkan jenis kelamin bayi
,mayoritas mresponden laki-laki sebanyak 9orang (75%) dan minoritas
responden perempuan sebanyak 3 orang (25%). Berdasarkan jumlah anak
mayoritas responden anak pertama sebanyak 7 orang (58,3%) dan minoritas
anak kedua sebanyak 5 orang (41,7%).
Sedangkan berdasarkan karakteristik responden kelompok kontrol
menurut umur didapatkan bahwa mayoritas responden ibu berusia 21-26 tahun
sebanyak 7 orang (58,3%) dan minoritas berusia 26-31 tahun sebanyak 5 orang
(41,7%). Berdasarkan Jenis kelamin bayi , mayoritas responden laki-laki
sebanyak 7 orang (58,3%) dan minoritas responden perempuan sebanyak 5
orang (41,7%).
Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)) merupakan tanaman sayuran
yang banyak terdapat di Asia tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa
dikenali sebagai mani cai (bahasa Cina), cekur manis (bahasa Melayu), danrau
ngot (bahasa Vietnam), di Indonesia masyarakat Minang kabau menyebut katuk
dengan nama simani. Selain menyebut katuk, masyarakat Jawa juga
menyebutnya katukan atau babing. Katuk termasuk tanaman jenis perdu
berumpun dengan ketinggian 1-5 m. Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika
ujung batang dipangkas, akan tumbuh tunas-tunas baru yang membentuk
percabangan. Daunnya kecil-kecil mirip daun kelor, berwarna hijau. (Santoso,
2014).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djumiati
Kustifah, (1991) tentang infus daun katuk per oral dapat meningkatkan kuantitas
produksi ASI pada mencit. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian tentang
pengaruh pemberian daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI kambing
yang dilakukan oleh Agik Suprayogi (1993) dengan hasil bahwa larutan ekstrak
daun katuk 20% yang diberikan secara in vitrodapat meningkatkan produksi ASI
lebih dari 20% dan komposis ASI tidak berubah, dan terjadi peningkatan aktifitas
metabolisme glukosa sebesar lebih dari 50%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lusiana Darsono (2014) tentang
pengaruh kombinasi ekstrak daun katuk dan domperidon terhadap
perkembangan alveoli mencit menyusui terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000<0,05) dengan jumlah
sampel mencit 30 ekor yang sudah pernah melahirkan.
Menurut Susilawati (2013) perbedaan penurunan bendungan ASI antara
perawatan payudara dan yang diberikan ramuan katuk ragi. Penelitian ini
didapatkan bahwa 14 responden (82,4%) mengalami bendungan ASI dengan
melakukan perawatan payudara sedangkan responden yang diberikan
perawatan payudara dan ramuan katuk ragi sebanyak 17 orang (100%) tidak
mengalami bendungan ASI. Sehingga dengan diberikan perawatan payudara
dan ramuan katuk ragi dapat mengurangi bendungan ASI.
Menurut penelitian Sa’roni 2004, tentang efektifitas ekstrak daun katuk
terhadap kecukupan ASI didapatkan bahwa kelompok ibu yang melahirkan dan
menyusui bayinya dengan dosis 3x300 mg/hari yang diberi daun katuk pada hari
ke 3 setelah melahirkan dapat memenuhi kecukupan ASI 50,7% sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk terhadap kecukupan ASI
efektif p<0,05.
Menurut asumsi peneliti penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga
semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang
berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek
samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia.
Namun, yang menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah
kurangnya pengetahuan dan informasi memadai mengenai berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan sebagai ramuan obat-obatan tradisional
dan bagaimana pemanfaatannya, maka perlu adanya petunjuk dari pemanfaatan
yang dapat digunakan sebagai rujukan agar tanaman obat (obat tradisidional)
dapat digunakan secara aman dan bermanfaat, antara lain yaitu: Ketepatan
takaran/dosis, Ketepatan waktu penggunaan, Ketepatan cara penggunaan, dan
Ketepatan pemilihan bahan secara benar.
Menurut penelitian Rimonta F 2010, tentang efektifitas ekstrak daun katuk
dalam produksi ASI untuk keberhasilan menyusui bahwa tidak berbeda antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang diberikan ekstrak daun katuk.
Dalam penelitian ini tidak mengukur volume ASI tetapi keberhasilan menyusui
dilihat dari pemberian ASI eksklusif selama periode penelitian tanpa adanya
pemberian minuman tambahan seperti susu formula atau air tajin.
B.2..Efektifitas Produksi ASI Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di Praktik
Mandiri Bidan Afriana, Am.Keb Tahun 2018
Hasil pengukuran produksi ASI dengan kenaikan berat badan pada bayi
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol yaitu mengalami penurunan berat
badan sebanyak 2 orang (16,7%) ditimbang pada dua minggu kemudian. Ibu
yang mengalami masalah dalam menyusui dengan usia muda dan baru pertama
kali melahirkan sehingga ibu kurang mengetahui cara menyusui dan faktor –
faktor yang mempengaruhi ASI. Setiap hari peneliti melakukan recall terhadap
responden dalam hal mengkonsumsi simplisia daun katuk. Bayi yang mengalami
penurunan berat badan disebabkan kurangnya ASI si ibu sehingga si bayi tidak
merasa cukup. Walaupun sebagian ibu yang mengalami masalah ASI tetapi
mereka tetap memberikan ASI eksklusif, sedangkan pada kelompok intervensi
mengalami peningkatan berat badan sebanyak 12 orang (100%). Ketika peneliti
mengunjungi responden untuk menanyakan apakah ada efek simplisia daun
katuk terhadap tubuh ternyata tidak ada efek karena sesuai dengan dosis. Pada
awal melakukan penelitian bayi ditimbang terlebih dahulu dan melakukan
observasi. Satu minggu kemudian dilakukan kunjungan dengan menimbang
berat badan bayi apakah ada kenaikan atau efek samping dari pemberian
simplisia daun katuk yang diberikan pada ibu.
Soraya Rahmanisa ( 2016) menjelaskan ada beberapa ibu menyusui
mengalami gangguan terhadap produksi ASI. Kandungan dari alkaloid dan strerol
yang terkandung di dalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI.
Sehingga kebutuhan ASI yang akan diberikan terhadap bayi pada periode
menyusui dapat terpenuhi.
Menurut asumsi peneliti masalah kesehatan merupakan salah satu aspek
penting yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pemberian ASI eksklusif
pada bayi. Dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat memberikan
pertahanan tubuh yang kuat dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI,
selain itu ASI juga membentuk jaringan otak karena mengandung omega 3 untuk
pematangan sel-sel otak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah makanan ibu.
Makanan Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Unsur gizi dalam dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam
2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi, diperlukan energi yang sama dengan
jumlah energi yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter. Apabila ibu
yang sedang menyusui bayinya tidak mendapatkan tambahan makanan maka
akan terjadi kemunduran dalam produksi ASI (Khasanah, 2013).
Berdasarkan tabel di atas terjadi perubahan nilai rata-rata pengukuran
produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan daun katuk yaitu 3258,3 menjadi
3595,8 dengan nilai sig (2 tailed ) 0,021<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
ada efek pemberian simplisia daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post
partum di Praktik Mandiri Bidan Afriana,Am.Keb Tahun 2018.
Menurut asumsi peneliti kandungan yang terdapat pada simplisia daun
katuk dapat memperlancar produksi ASI dengan meminum simplisia daun katuk
2x1 dalam dua minggu. Selain itu faktor dari makanan ibu yang sesuai, frekuensi
menyusui sesuai keinginan bayi, ketentraman jiwa dan pikiran serta penggunaan
alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian efektifitas pemberian simplisia daun katuk
terhadap produksi ASI pada ibu post partum di Praktik Mandiri Afriana,
Am.Keb Tahun 2018 dengan jumlah sampel 24 orang terdapat perbedaan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Kelompok intervensi yang
diberikan sebelum pemberian simplisia daun katuk rata-rata 3258,3 dan
sesudah pemberian 3595,8 dengan mean diffrence -337,50. Pada
kelompok kontrol rata-rata sebelumnya 3258,3 dan sesudah dua minggu
diukur rata-rata 3462,5 dengan mean diffrence -204,16.
2. Hasil penelitian dengan menggunakan uji independen t test didapatkan p
value = 0,021 (p value < 0,05) berarti Ho ditolak, yang artinya ada efek
simplisia daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum di
Praktik Mandiri Bidan Afriana, Am.Keb Tahun 2018.
B. Saran
1. Kepada Praktik Mandiri Bidan
Direkomendasikan untuk memanfaat tanaman daun katuk sebagai
tanaman yang diolah menjadi herbal guna meningkatkan produksi ASI
kepada ibu agar ibu memberikan ASI eksklusif.
2. Tenaga Kesehatan
Perlu melakukan sosialisasi di masyarakat tentang efektifitas
simplisia daun katuk terhadap produksi ASI pada bayi. Tenaga kesehatan
perlu mengawasi ketepatan takaran/dosis, ketepatan waktu penggunaan,
ketepatan cara penggunaan, dan ketepatan pemilihan bahan secara benar.
Sehingga menghasilkan obat tradisional berupa simplisia daun katuk.
3. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sumber
penelitian ini sebagai referensi tambahan. Penelitian lebih lanjut tentang
efektifitas simplisia daun katuk terhadap produksi ASI dengan
menambahan bahan herbal lainnya sesuai dengan dosis yang ditentukan.
4. Institusi
Kepada pihak institusi diharapkan dapat menambah referensi buku
agar peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian sebagai pedoman.
Selain itu penggunaan tanaman toga dapat dikembangkan di wilayah
pekarangan institusi sebagai langkah awal mengembangkan tanaman toga
dan didukung dengan kerja sama dengan lintas prodi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta: Nuha Medika. Agoes .Azwar.2012.Tanaman Obat Indonesia.Yogyakarta: SalembaMedika. Adriani,M. 2014.Peranan GiziDalamSiklusKehidupan.Jakarta: Nuha Medika. Ari dan Adrani,feyriska Rahma 2015.Membesarkan Anak Hebat dengan ASI
Cetakan Pertama Citra Media Pustaka: Yogyakarta. Astutik, Reni Yuli 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.Jakarta
Timur: Cetakan Pertama CV.Trans Info Media. Darsono,L.2014. Pengaruh Kombinasi Ekstrak Daun Katuk Dan Domperidon
Terhadap Perkembangan Alveoli Mencit Menyusui di Universitas Kristen Maranatha.
Khasanah,N. 2013.ASI atau Susu Formula Ya. Yogyakarta. KementerianKesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. http://
ejournal.litbang.depkes.go.id. KementerianKesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. http://
ejournal.litbang.depkes.go.id. Maryunani, A. 2012. Inisiasi Menyusui Dini,ASI, dan Manjemen
Laktasi.Jakarta.TIM. Maritalia, D. 2014. Asuhan Kebidanan Fas Dan Menyusui . Jakarta: Pustaka
Pelajar. Marmi.2014. ASI Saja Mama Berikan Aku ASI Karena Aku Bukan Anak Sapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marmi dan Rahadjo Kukuh.2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pertama. Notoatmodjo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakrta: Rineka Cipta. Prawihardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. Prajonggo, T.S.1990. Djatmiko.Pengaruh Sauropus androgynus Merr. Terhadap
gambaran histologi kelenjar susu mencit betina yang menyusui.Prosiding Konggres Nasional: 735-739.
Rahmanisa,S. 2016. Efektifitas Ekstrak Alkoloid dan Katuk Terhadap Produksi
ASI. Vol 5 No1 Februari 2016.
Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Santoso.2014.Katuk Tumbuhan Multi Khasiat. Sa”roni. 2004. Effectiveness Of The Sauropus Androgynus (L) Merr Leaf Extract
In Increasing Mother”s Breast Milk . Media Litbang Kesehatan Vol XIV Nomor 3.
Soetjiningsih.1997. ASI : Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta: EGC. Sugiono.2017. Metode Penelitian Kesehatan. Bandung: Alfabeta. Suprayogi, A.1996. Pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap
metanolisme, produksi ASI dari kambing laktasi. Prosiding Simposium Penelitian:336-340.
Susilawati. 2013. Perbedaan Penurunan Bendungan ASI Antara Perawatan
Payudara Konvensional dan Yang Diberikan Ramuan Katu Ragi.
( Annisa Namirah Nasution )
PERNYATAAN
EFEKTIFITAS PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN KATUK
TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN AFRIANA, AM. KEB
TAHUN 2018
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tInggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan , Agustus 2018
Peneliti
ANNISA NAMIRAH NASUTION P07524517073
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
“Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk
Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum
DI Praktik Mandiri Bidan Afriana, Am.Keb
Tahun 2018”
Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya
bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai bukti saya akan
menandatangani surat persetujuan penelitian.
Medan, 2018
Hormat saya sebagai responden
( )
Lembar Observasi
Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap Produksi ASI ibu
Post Partum di Praktik Mandiri Bidan Afriana,Am.Keb Tahun 2018.
A. Identitas objek
1. No. Reponden : Usia :
2. Lokasi : Paritas :
B. Aspek Yang di Observasi
No Aspek Yang diamati
Ya Tidak Keterangan
1
Pengkonsumsian Teh Daun Katuk
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kenaikan berat badan bayi sebelum pemberian simplisia daun katuk :
Kenaikan berat badan bayi setelah pemberian simplisia daun katuk :
Master Tabel
Kelompok Intervensi Simplisia Daun Katuk
No
Jenis Usia Ibu
Kategori
Anak Berat Badan Diberi
Daun Katuk
Kelamin (Tahun) Ke- Sebelum 2 Minggu Kenaikan BB
Ket Kategori Kode
(gr) Kategori
PRETEST POSTTEST
1 1 31 2 2 3700 4000 300 Naik Tidak Bermasalah 1
2 2 20 1 1 3400 3700 300 Naik Tidak Bermasalah 1
3 1 22 1 1 3100 3400 300 Naik Tidak Bermasalah 1
4 2 23 1 2 3200 3500 300 Naik Tidak Bermasalah 1
5 2 26 1 1 3700 4100 400 Naik Tidak Bermasalah 1
6 2 24 1 1 3800 4100 300 Naik Tidak Bermasalah 1
7 2 23 1 1 2900 3300 400 Naik Tidak Bermasalah 1
8 1 28 2 1 3000 3300 300 Naik Tidak Bermasalah 1
9 2 26 1 2 3100 3400 300 Naik Tidak Bermasalah 1
10 2 29 2 2 3000 3400 400 Naik Tidak Bermasalah 1
11 2 25 1 1 3400 3750 350 Naik Tidak Bermasalah 1
12 2 27 2 2 2800 3200 400 Naik Tidak Bermasalah 1
Kelompok Kontrol Simplisia Daun Katuk
No Jenis Usia Ibu Kategori Anak
Berat Badan Tanpa Diberi Daun Katuk
Kelamin (Tahun) Ke- Sebelum 2 Minggu Kenaikan BB Ket Kategori Kode
(gr) Kategori
PRETEST POSTTEST
1 1 23 1 1 3600 3500 -100 Turun Bermasalah 2
2 2 21 1 1 3200 3100 -100 Turun Bermasalah 2
3 1 26 1 1 3500 3800 300 Naik Tidak Bermasalah 1
4 2 30 2 2 3600 3850 250 Naik Tidak Bermasalah 1
5 2 23 1 1 2800 3200 400 Naik Tidak Bermasalah 1
6 1 27 2 1 3400 3650 250 Naik Tidak Bermasalah 1
7 1 28 2 2 3700 3950 250 Naik Tidak Bermasalah 1
8 1 26 1 2 2800 3000 200 Naik Tidak Bermasalah 1
9 2 28 2 2 2800 3000 200 Naik Tidak Bermasalah 1
10 2 21 1 1 3000 3300 300 Naik Tidak Bermasalah 1
11 2 23 1 1 3400 3650 250 Naik Tidak Bermasalah 1
12 2 31 2 2 3300 3550 250 Naik Tidak Bermasalah 1
Statistics dengan pemberian simplisia daun katuk
Jenis Kelamin
Dengan
Pemberian
DaunKatuk
Usia Ibu
Dengan
Pemberian
DaunKatuk
Anak Ke Berapa
Dengan
Pemberian
DaunKatuk
Kategori
Dengan
Pemberian
DaunKatuk
N Valid 12 12 12 12
Missing 0 0 0 0
Jenis Kelamin Dengan Pemberian Daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 3 25.0 25.0 25.0
2.00 9 75.0 75.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
Usia Ibu Dengan Pemberian Daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1.00 8 66.7 66.7 66.7
2.00 4 33.3 33.3 100.0
Total 12 100.0 100.0
Anak Ke Berapa Dengan Pemberian Daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 7 58.3 58.3 58.3
2.00 5 41.7 41.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
Kategori Dengan Pemberian Daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1.00 12 100.0 100.0 100.0
Statistics Tanpa pemberian daun katuk
Jenis Kelamin
Tanpa
Diberidaun
Katuk
Usia Ibu Tanpa
Diberi daun
Katuk
Anak Ke Berapa
Tanpa Diberi
daun Katuk
Kategori Tanpa
Diberi daun
Katuk
N Valid 12 12 12 12
Missing 0 0 0 0
Jenis Kelamin Tanpa Diberi daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Perempuan 5 41.7 41.7 41.7
Laki-laki 7 58.3 58.3 100.0
Total 12 100.0 100.0
Usia Ibu Tanpa Diberi daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
21-26 Tahun 7 58.3 58.3 58.3
26 - 31 Tahun 5 41.7 41.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
Anak Ke Berapa Tanpa Diberi daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ke 1 7 58.3 58.3 58.3
Ke 2 5 41.7 41.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
Kategori Tanpa Diberi daun Katuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
TidakBermasalah 10 83.3 83.3 83.3
Bermasalah 2 16.7 16.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
Hasil Uji Staistik Pemberian Daun Katuk
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
Hasil
Pre test 12 3258,3333 336,98755 97,27993
Post test 12 3595,8333 325,05827 93,83624
Independent Samples Test
Hasil Uji Statistik Tanpa Pemberian Daun Katuk
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil Pre test 12 3258,3333 334,27896 96,49802
Post test 12 3462,5000 335,15600 96,75120
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
hasil
Equal variances assumed
,003 ,957 -1,494 22 ,149 -204,16667 136,64796 -487,55718 79,22385
Equal variances not assumed
-1,494 22,000 ,149 -204,16667 136,64796 -487,55730 79,22396
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Hasil
Equal variances assumed
,010 ,921 -2,497 22 ,021 -337,50000 135,16147 -617,80774 -57,19226
Equal variances not assumed
-2,497 21,971 ,021 -337,50000 135,16147 -617,82883 -57,17117
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. DATA PRIBADI
Nama : Annisa Namirah Nasution
Tempat ,tanggal lahir : Padangsidimpuan, 29 Oktober 1996
Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg. Muhammadiah Kel. Wek V
Kec. Padangsidimpuan Selatan Kab. Tapanuli Selatan
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum Kawin
Agama : Islam
E-mail : annisanamirahnst@ yahoo.com
Telepon : 085360183772
Anak ke : 6 dari 6 bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Alm. H. Sakti Fachri Nasution
Ibu : Almh. Hj. Syamsiah Nasution
2. PENDIDIKAN FORMAL
No Nama Sekolah Tahun Masuk Tahun Tamat
1 SD Negeri 15 Padangsidimpuan 2002 2008
2 SMP Negeri 1 Padangsidimpuan 2008 2011
3 SMA Negeri 1 Padangsidimpuan 2011 2014
4 Politeknik Kemenkes RI Medan 2014 2017
5 Politeknik Kemenkes RI Medan 2017 2018