skripsi - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/e1a005418 - bagus yuliawan.pdf ·...

104
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt) SKRIPSI Oleh : BAGUS YULIAWAN E1A 005418 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012

Upload: dodan

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)

YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA

(Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto

No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt)

SKRIPSI

Oleh :

BAGUS YULIAWAN

E1A 005418

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO

2012

Page 2: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

i

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)

YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA

(Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt)

Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Program Strata Satu Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

BAGUS YULIAWAN

E1A 005418

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO

2012

Page 3: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

ii

LEMBAR PENGESAHAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA

(Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt)

Oleh :

BAGUS YULIAWAN

E1A 005418

Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pada tanggal 2012

Penguji I/ Penguji II/ Penguji /Penilai Pembimbing I Pembimbing II

Haryanto Dwiatmodjo, S.H., M.Hum. Dr. Budiyono, S.H., M.Hum Dr. Noor Aziz Said, S.H., M.S. NIP. 19570225 198702 1 001 NIP. 19631107 198901 1 001 NIP. 1954026 198003 1 004

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Hj. Rochani Urip Salami, S.H. MS NIP. 19520603 198003 2 001

Page 4: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : BAGUS YULIAWAN

N I M : E1A 005418

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) YANG

DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt)

Adalah benar bahwa skipsi ini merupakan hasil karya sendiri, semua informasi dan

sumber data yang di gunakan dalam penyusunan naskah ini disebutkan dalam daftar

pustaka dan telah dinyatakan secara jelas kebenarannya.

Bila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menanggung risiko, termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan yang saya sandang.

Purwokerto, 2012 Yang membuat pernyataan

BAGUS YULIAWAN

Page 5: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

v

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan ridhoNya, memberikan kekuatan jasmani maupun rokhani kepada

penulis, sehingga penulis dapat penyelesaikan tugas menyusun skripsi dengan judul :

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) YANG

DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan

Pengadilan Negeri Purwokerto No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt).

Penyusunan skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto. Dalam penyusunan skripsi ini tidak akan dapat tercapai

tanpa ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik itu bantuan secara

langsung maupun secara tidak langsung, sehingga tersusunlah skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak

kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan adanya masukan dan

saran dari para pembaca untuk penyempurnaannya. Dengan segala kerendahan dan

ketulusan hati penulis menyampaikan penghormatan dan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini

utamanya yaitu :

1. Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman;

2. Haryanto Dwiatmodjo, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan dukungan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini;

Page 6: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

v

3. Dr. Budiyono, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan petunj uk dan koreksi serta memberikan pengarahan, masukan dan

kritik yang membangun selama penyusunan skripsi ini;

4. Dosen penguji skripsi Faklutas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang

telah banyak memberikan koreksi dan masukan kepada penulis;

5. Bapak – bapak dan Ibu – ibu Dosen Faklutas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, atas segala arahabn dan bimbingan yang diberikan selama penulis

mengikuti pendidikan;

6. Bapak – bapak dan Ibu – ibu staf administrasi pada Faklutas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman yang telah memberikan bantuan administrasi sehingga telah

memperlancar penyusunan skripsi ini;

7. Ketua Pengadilan Negeri Purwokerto yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan data ;

8. Orang tua tercinta dan tersayang, seluruh keluarga dan saudara yang selalu sabar

dalam memberikan motivasi untuk terus berusaha meraih cita-citaku dalam studi,

tiada henti sebagai orang tua penulis yang tulus ikhlas memanjatkan doa untuk

kebaikan penulis

9. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman yang telah banyak membantu dan memberikan semangat

kepada penulis selama menempuh kuliah.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas

segala bantuan dan dukungannya dalam penul is menyusun skripsi ini, dan j uga

selalu mendoakan untuk keberhasilan penulis.

Page 7: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

vi

Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih yang mendalam dan setulusnya

kepada para pihak tersebut di atas. Kepada semua pihak yang telah berkenan

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini, tiada balas jasa yang penulis

berikan kecuali harapan semoga Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta membalas semua budi kebaikan baik.

Semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Purwokerto, 2012

Penulis

Page 8: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

viii

ABSTRAKSI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Penerapan Unsur – unsur

Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) Pada Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt. Dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan diketahui bahwa semua unsur-unsur dalam dakwaan Ketiga Lebih Subsidair telah terpenuhi, melanggar Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 8 Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KU HP, sehingga para terdakwa telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Menerima, Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang Patut Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika Secara Bersama-sama dan Berlanjut”. Dalam Putusan Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt, hakim Pengadilan Negeri Purwokerto telah sesuai menerapkan unsur-unsur dalam dakwaan Ketiga Lebih Subsidair dari Penuntut Umum, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : a. Setiap Orang b. Menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,

sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diketahuinya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

c. Sebagai orang yang melakukan, menyuruh lakukan atau turut melakukan d. Beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan demikian harus dipandang

sebagai satu perbuatan yang diteruskan Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana pada perkara

No. 36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt. Dalam menjatuhkan putusan pidana, hakim Pengadilan Negeri Purwokerto telah mempertimbangkan dasar penjatuhan pidananya, yaitu : dengan mendasarkan pada alat-alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yang telah terbukti di persidangan yang meliputi : Keterangan para saksi, barang bukti, dan keterangan para terdakwa sendiri.

Terhadap alat-alat bukti yang sah yang telah diajukan dalam persidangan, dan ditinjau dari persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain, dengan mempertimbangkan nilai pembuktian masing-masing bukti, majelis hakim sebelum menjatuhkan putusan pidana juga telah mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan para terdakwa. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam penjatuhan pidana bagi para terdakwa sudah tepat, semua fakta yuridis yang terungkap di persidangan telah sesuai dan terbukti benarnya memenuhi unsur-unsur dalam dakwaan Ketiga Lebih Subsidair, dengan demikian telah membuat keyakinan hakim sebagai dasar dalam memutus perkara.

Page 9: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

viii

ABSTRACT Based on watchfulness result and discussion, element applications - money

wash doing an injustice element (money laundering) in case No. 36/Pid. Sus/2011/PN. Pwt. from facts revealed at conference have been known that any elements in third accusation more subsidair fulfilled, break section 5 verse (1) law No. 8 year 201 0 jo paragraph 55 verses (1) first KUHP jo paragraph 64 verses (1) KUHP, so that defendants proved validly and convince guilty do doing an injustice "Get, dominate location and transfer fitting guessed be doing an injustice result related to narcotics according to together and continue" . In case decision No. 36/Pid. Sus/201 1/PN. Pwt, judge of district court Purwokerto appropriate apply elements in third accusation more subsidair from public prosecutor, the elements: a. everyone b. get or dominate location, transfer, payment, gift, contribution, entrusted, exchange

or use wealth treasure detect it or fitting detect it be doing an injustice result as referred to in section 2 verse (1)

c. as one who does, order to do or join in to do d. several deeds connecteds, so that thereby must be looked at as one deed sustained

Base judge deliberation in drop criminal in case No. 36/Pid. Sus/2011/PN. Pwt. In drop criminal decision, judge of district court Purwokerto considering base fallen down the criminal, that is: with base in valid proof tools as arranged in paragraph 184 verses (1) KUHAP, proved at conference that cover: witnesses explanation, proof goods, and explanation defendants self.

Towards valid proof tools that submitted in conference, and reviewed from conformity between proof tool one by means of other proof, with considering verification value each proof, judge assembly before drop also considering matters that stress and unburden defendants. Base judge law deliberation in drop criminal to all defendant correct, all juridical facts revealed at conference appropriate and proved the true fulfil elements in third accusation more subsidair, thereby make judge confidence as base in decide case.

Page 10: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

x

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................iii PRAKATA ........................................................................................................... iv

ABSTRAKSI .......................................................................................................vii ABSTRACT ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ix BAB I : PENDAHULUAN ............................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 6

A. Tindak Pidana .................................................................. 6

1. Pengertian Tindak Pidana .....................................................6

2. Unsur-unsur Tindak Pidana .............................................. 11

B. Penegakan Hukum ......................................................... 15

C. Dilakukan bersama-sama ............................................................20

D. Pidana dan Pemidanaan ..............................................................22

1. Pidana ..................................................................................22

2. Pemidanaan ........................................................................ 29

E. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) .............. 31

BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................ 43 A. Metode Pendekatan .................................................................... 43

Page 11: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

x

B. Sesifikasi Penelilitian .............................................................. 43

C. Lokasi Penelitian ............................................................... 43

D. Sumber Data ............................................................................ 43

E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44

F. Metode Penyajian Data ...................................................... 44

G. Metode Analisis Data .............................................................. 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................45 A. Hasil Penelitian ................................................................. 45

Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto perkara No. 36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt ............................................................45

B. Pembahasan ............................................................. 69

1. Penerapan unsur – unsur tindak pidana pencucian

uang (Money Laundering) pada perkara No.

36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt ............................................................ 69

2. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana

pada perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt .............................. 78

BAB V : PENUTUP ................................ ................................ . 85

A. Kesimpulan ............................................................. 85

B. Saran .........................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................88

Page 12: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada awalnya pemikiran pemberantasan pencucian uang sesungguhnya

berangkat dari keinginan memberantas peredaran gelap narkotika yang

penanganannya tidak saja difokuskan menangkap pelakunya semata, akan tetapi

juga menghadang hasil kejahatannya agar tidak dapat dinikmati. Dalam

perkembangannya upaya pemberantasan delik pencucian uang tidak saja untuk

memberantas hasil kejahatan dari narkotika, akan tetapi juga untuk memberantas

sejumlah kejahatan lain (predicate offenses). Disinyalir ada mata rantai dari

tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana lain baik yang

mendahuluinya sebagai kejahatan asal maupun kejahatan yang dibiayai dari

praktik pencucian uang seperti terorisme. Sudarmadji salah seorang penasehat

hukum Bank Indonesia menyebutkan bahwa tindak pidana penyuapan, korupsi,

perjudian, pemalsuan uang merupakan pemicu money laundering. 1

Kejahatan berkembang seiring perkembangan IPTEK. Kegiatan

pencucian uang akan menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK.

Penipuan, penyuapan secara tradisional akan langsung dilakukan dengan tunai.

Akan tetapi penyuapan dan kegiatan penipuan dilakukan dengan kecanggihan

teknologi tidak harus pada suatu tempat tertentu. Berarti Money laundering

berhubungan dengan dan dicapai dengan kemajuan teknologi melalui system

1 Sudarmadji, 2002, Essensi dan Cakupan UU Tentang Pencucian Uang di Indonesia, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Perbankan, Jakarta, hlm. 4

Page 13: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank
Page 14: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

2

cyberspace (internet), pembayaran dilakukan melalui bank secara elektronik

(cyberpayment) 2

Mengingat begitu strategisnya fungsi perbankan dalam sektor

pembangunan ekonomi dan keuangan (moneter) nasional, maka bidang ini sudah

sepantasnya mendapat perlindungan hukum agar aktivitas perbankan dapat

berjalan secara lancar efektif dan efisien. Di samping itu juga untuk menghindari

adanya berbagai tindakan yang dapat merugikan kepercayaan masyarakat

terhadap lembaga perbankan, misalnya kejahatan perbankan. 3

Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan

bahwa kejahatan bank makin meningkat dewasa ini, modus operandinya pun

makin canggih. Bahkan, dalam beberapa kasus, terlibat sindikat mafia, baik dari

dalam maupun dari luar negeri. Di samping itu, lebih dari 90% kejahatan bank

dilakukan melalui kerja sama orang luar dan orang dalam bank. Uniknya, orang

dalam tersebut terdiri dari para young urban profesional (Yuppies) Indonesia,

dengan ciri-ciri yang sama: muda, pintar, gesit, workaholic, ambisius, punya

posisi baik, punya penghasilan, dan memiliki angan-angan tinggi. Terkadang

bahkan mereka menggunakan komputer sebagai sarana kejahatannya. Lalu

populerlah apa yang sering disebut sebagai kejahatan komputer yang merupakan

salah satu kristal dari kejahatan kerah putih (white collar crime). Di antara

bentuk banking crimes adalah misaplikasi dari dana bank, false bank entries,

2 NHT Siahaan, 2005. Pencucian uang dan Kejahatan Perbankan. Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 103. 3 Munir Fuady, 1996. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktik Buku Kesatu. Citra Aditya Bakti,

Bandung. hlm. 144

Page 15: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

3

3

laporan palsu kepada pemerintah, kredit palsu atau warkat palsu. Sayangnya

tidak semua bentuk tersebut dapat diakomodasikan oleh hukum positif

Indonesia saat ini. 4

Dikemukakan oleh Barda Nawawi Arief, bahwa terdapat tiga jenis

tindak pidana pencucian uang yang intinya sebagai berikut : a. Mengubah atau memindahkan “property” yang diketahuinya berasal dari

kejahatan, dengan tujuan menyembunyikan asal-usul gelap dari “property” itu atau untuk membantu seseorang menghindari akibat-akibat hukum dari keterlibatannya dalam melakukan kejahatan.

b. Menyembunyikan keadaan sebenarnya dari “property” yang berasal dari kejahatan itu (baik sumber/asal-usulnya, lokasinya, penempatan/ pembagiannya, pergerakan/penyalurannya, maupun hak-hak yang berhubungan dengan “property” itu) dan

c. Menguasai/menerima, memiliki atau menggunakan “property” yang diketahuinya berasal dari kejahatan atau dari keikutsertaannya dalam melakukan kejahatan itu. 5

Untuk memenuhi kepentingan nasional dan menyesuaikan standar

internasional, maka dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang memerlukan landasan hukum yang kuat untuk menjamin

kepastian hukum, efektivitas penegakan hukum, serta penelusuran dan

pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana, Undang-undang No. 15 Tahun

2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang No. 25 Tahun 2003 perlu disesuaikan dengan perkembangan

dan kebutuhan penegakan hukum, praktik, dan standar internasional sehingga

4 Munir Fuady, 1996. Loc. cit 5 Barda Nawawi Arief, 2001. Masalah Penegakan Hukum & Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 212

Page 16: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

perlu diganti dengan undang-undang baru. Undang-undang dimaksud adalah

Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang.

Berkaitan dengan persoalan pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang, di wilayah hukum Pengadilan Negeri Purwokerto telah

terj adi tindak pidana pencucian uang (money laundering), pelaku tindak pidana

tersebut oleh hakim Pengadilan Negeri Purwokerto yang memeriksa dan

mengadili perkara dimaksud telah menjatuhkan pidana dalam Putusan No.

36/Pid.Sus/201 1/PN. Pwt., dalam putusan Pengadilan Negeri Purwokerto

tersebut hakim menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan

menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Menerima, menguasai

penempatan dan pentransferan yang patut diduganya merupakan hasil tindak

pidana yang terkait dengan nakotika secara bersama-sama dan berlanjut”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas penulis tertarik

untuk melakukan penelitian terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto

Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt. B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Penerapan Unsur – unsur Tindak Pidana Pencucian Uang (Money

Laundering) Pada Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt ?

Page 17: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

5

2. Apa Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Pada Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Penerapan Unsur – unsur Tindak Pidana Pencucian Uang

(Money Laundering) Pada Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt

2. Untuk Mengetahui Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Pada Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

berupa sumbangan pemikiran akademis dalam pengembangan ilmu hukum di

bidang hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana

pencucian uang (Money Laundering). 2. Secara Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

berupa informasi dan sumbangan pemikiran para penegak hukum khususnya

dalam mengambil kebij akan terkait dengan ti ndak pidana pencucian uang

(Money Laundering).

Page 18: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana

Menurut Utrecht, pemakaian istilah tindak pidana adalah merupakan

salah satu terjemahan dari istilah strafbaarfeit, dan terjemahan lain masih ada

seperti “perbuatan pidana”, “peristiwa pidana”, “delik” ada juga terjemahan

lain seperti “perbuatan yang dapat dihukum”. Peristiwa pidana adalah suatu

peristiwa hukum (rechsfeit), yaitu suatu peristiwa kemasyarakatan yang

membawa akibat yang diatur oleh hukum.6

Istilah tindak pidana adalah merupakan istilah yang berasal dari

terjemahan kata strafbaarfeit (bahasa Belanda). Dalam hukum pidana

Indonesia istilah tindak pidana sebenarnya hanya merupakan salah satu saja

dari istilah kata strafbaarfeit, karena ada berbagai istilah lain yang

maksudnya sama dengan kata strafbaarfeit. Berkaitan dengan pemakaian

istilah tindak pidana dalam peraturan perundang-undangan, pembuat undang-

undang tidak memberikan suatu penjelasan mengenai apa yang dimaksud

dengan perkataan “strafbaarfeit” yang lebih dikenal sebagai tindak pidana di

dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Maka timbullah di

dalam doktrin berbagai pendapat mengenai maksud dari strafbaarfeit

tersebut.

6 E. Utrecht, 1986. Hukum Pidana I . Pustaka Tinta Mas, Surabaya, hlm. 251

Page 19: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

7

Mengenai istilah strafbaarfeit itu sendiri, tidak ada persamaan di

antara para sarjana. Ada yang menggunakan istilah perbuatan yang boleh

dihukum untuk menterjemahkan strafbaarfeit (Karni dan Van

Scravendelijk). Selanjutnya Utrecht menggunakan istilah peristiwa pidana,

pelanggaran pidana oleh Tirtaamidj aja, sedangkan Moelj atno menggunakan

istilah perbuatan pidana, istilah tindak pidana digunakan dalam kitab undang-

undang, peraturan-peraturan, Undang-undang Dasar Sementara Republik

Indonesia. 7

Dari pengertian di atas A. Ridwan Halim, menggunakan istilah delik

untuk menterjemahkan strafbaarfeit, dan mengartikannya sebagai suatu

perbuatan atau tindakan yang terlarang dan diancam dengan hukuman oleh

undang-undang.8 Menurut pendapat Simons, mengenai rumusan strafbaarfeit

adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja

ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung

jawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan

sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.

Dari rumusan sebagaimana tersebut di atas, Simons mempunyai

beberapa alasan, yaitu :

a. Untuk adanya suatu strafbaarfeit disyaratkan harus terdapat suatu tindakan yang dilarang ataupun diwajibkan oleh undang-undang, di mana pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban semacam itu telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum;

7 E. Utrecht, 1986. Loc. cit. 8 Ridwan A. Halim, 1982. Hukum Pidana dan Tanya Jawab. Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 31.

Page 20: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

8

b. Agar suatu tindakan dapat di hukum, maka tindakan tersebut harus memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan di dalam undang-undang;

c. Setiap strafbaarfeit sebagai pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban menurut undang-undang itu, pada hakikatnya merupakan suatu tindakan melawan hukum atau merupakan suatu 3 “R C UFKtI EtiJU

KE CdU ri CJ' 9

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia tidak ditemukan

definisi tindak pidana. Pengertian tindak pidana yang dipahami selama ini

merupakan kreasi teoritis para ahli hukum. Para ahli hukum pidana umumnya

masih memasukkan kesalahan sebagai bagian dari pengertian tindak pidana.

Demikian pula dengan apa yang didefinisikan Simons dan Van Hamel. Dua

ahli hukum pidana Belanda tersebut pandangan-pandangannya mewarnai

pendapat para ahli hukum pidana Belanda dan Indonesia hingga saat itu. 10

Van Hamel mengatakan bahwa strafbaarfeit itu adalah kelakuan

orang yang dirumuskan dalam undang-undang, bersifat melawan hukum,

patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Keduanya masih

memasukkan kesalahan dalam pengertian tindak pidana. „Berhubungan

dengan kesalahan‟ ataupun „dilakukan dengan kesalahan‟ merupakan frasa

yang memberi pertanda, bahwa bagi beliau suatu perbuatan merupakan tindak

pidana jika didalamnya juga dirumuskan tentang kesalahan. Sementara itu,

Schaffmeister mengatakan bahwa, perbuatan pidana adalah perbuatan

manusia yang termasuk dalam ruang lingkup rumusan delik, bersifat melawan

hukum, dan dapat dicela. Dalam hal ini sedikitpun tidak menggunakan istilah

9 Lamintang, 1984a. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru, Bandung. hlm. 176. 1 0 Chairul Huda, 2006. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Tinjauan Kritis Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Kencana Prenada Media, Jakarta. hlm. 25.

Page 21: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

9

„kesalahan, namun „dapat dicela‟ umumnya telah dipahami sebagai makna kesalahan.11

Begitu berpengaruhnya pandangan ahli-ahli hukum Belanda terebut,

sehingga umumnya diikuti oleh ahli-ahli hukum pidana Indonesia, termasuk

generasi sekarang. Komariah E. Sapardjaja misalnya mengatakan, “tindak

pidana adalah suatu perbuatan manusia yang memenuhi perumusan delik,

melawan hukum dan pembuat bersalah melakukan perbuatan itu”. 12

Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan

pidana barangsiapa yang melakukannya. Marshaal mengatakan, “a, crime is

any act or omision prohibited by law for the protection of the public, and

punishable by the state in a judicial proceeding in its own nama”. Satu tindak

pidana adalah perbuatan yang omisi yang dilarang oleh hukum untuk

melindungi masyarakat, dan dapat dipidana berdasarkan prosedur hukum

yang berlaku. Dalam definisi-definisi tersebut, unsur kesalahan telah

dikeluarkan, sehingga tindak pidana pada hakikatnya adalah „perbuatan‟ saja.

Perbuatan di sini berisi kelakuan dan kejadian yang ditimbulkan oleh

kelakuan atau kelakuan akibatnya. Kelakuan j uga terdi ri dari melakukan

sesuatu (komisi) dan tidak melakukan sesuatu (omisi).

Diening mengatakan, “actus, traslate into conduct compromising

commission and omision” Dengan demikian, tindak pidana merupakan

perbuatan melakukan sesuatu, perbuatan tidak melakukan seuatu, dan

11 Ibid., hlm. 26 12 Komariah E. Sapardjaja, 2002. Ajaran Melawan Hukum Materiil dalam Hukum Pidana Indonesia;

Studi Kasus tentang Penerapan dan Perkembangannya dalam Yurisprudensi. Alumni, Bandung. hlm. 22

Page 22: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

10

menimbulkan akibat, yang dilarang oleh undang-undang. Duff mengatakan, actus reus dapat berbentuk act‟, „circumstances‟ dan consequences‟.13

Pengertian sebagaimana tersebut di atas, dalam Pasal 11 Rancangan

KUHP dirumuskan dengan, “tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau

tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan

dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana”.

Dapat ditegaskan, sepanjang berkenaan dengan perumusan definisi tindak

pidana, pikiran-pikiran untuk memisahkan tindak pidana dari

pertanggungjawaban pidana telah menjadi bagian pembaharuan hukum

pidana Indonesia, dengan diadopsi dalam Rancangan KU H P.

Sekalipun demikian, usaha tersebut harus terus menerus

dikembangkan sehingga manfaatnya dapat lebih menyentuh, menurut Andi

Hamzah, “pemisahan tersebut hanya penting diketahui oleh penuntut umum

dalam penyusunan surat dakwaan, karena surat dakwaan cukup berisi bagian

inti (bestandeel) delik dan perbuatan nyata terdakwa, j adi actus reus saja”.

Mengingat pendapat di atas, maka dengan sendirinya juga sangat penting

bagi penasihat hukum untuk menyusun pembelaan. Pada gilirannya hakim

juga perlu untuk memehami konsep ini dalam penyusunan putusan.14

Pada Pasal 1 ayat (1) KUHP menghendaki penentuan tindak pidana

hanyalah berdasar suatu ketentuan peraturan perundang-undangan. Sekalipun

dalam Rancangan KUHP prinsip ini sedikit banyak disimpangi, tetapi

penentuan tindak pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan masih

13 Chairul Huda, 2006. Op. cit. hlm. 28 14 Ibid., hlm. 29

Page 23: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

11

merupakan inti ketentuan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan „ CHOY IIFIiY fC IITIC f IIl fIT fi dan Culla IISR fCa IIsiC f IIl fIT f‟ merupakan prinsip

utama dari asas legalitas, sehingga karenanya berisi rumusan tentang

perbuatan yang dilarang dan ancaman pidana terhadap orang yang melangar

larangan tersebut. Keduanya, yaitu rumusan tentang dilarangnya suatu

perbuatan dan acaman pidana bagi pembuatnya, tunduk kepada asas legalitas.

Artinya, keduanya mesti ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 15

2. Unsur-unsur Tindak Pidana Untuk mengenakan pidana itu harus dipenuhi syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat tertentu ini lazimnya disebut dengan unsur-unsur tindak pidana.

Jadi seseorang dapat dikenakan pidana apabila perbuatan yang dilakukan

memenuhi syarat-syarat tindak pidana (strafbaarfeit). Menurut Sudarto,

pengertian unsur tindak pidana hendaknya dibedakan dari pengertian unsur-

unsur tindak pidana sebagaimana tersebut dalam rumusan undang-undang.

Pengertian yang pertama (unsur) ialah lebih luas dari pada kedua (unsur-

unsur). Misalnya unsur-unsur (dalam arti sempit) dari tindak pidana

pencurian biasa, ialah yang tercantum dalam Pasal 362 KU H P. 16

Menurut Lamintang, bahwa setiap tindak pidana dalam KU HP pada

umumnya dapat dijabarkan unsur-unsurnya menjadi dua macam, yaitu unsur-

unsur subyekt if dan obyekt if. Yang dimaksud dengan unsur-unsur

”subyektif” adalah unsur-unsur yang melekat pada di ri si pelaku atau yang

15 Chairul Huda, Loc. Cit. 16 Sudarto, 1990/1991. Diktat Hukum Pidana Jilid I A-B. Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto. hlm. 43

Page 24: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

12

berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk kedalamnya yaitu segala

sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang dimaksud dengan

unsur ”obyektif” itu adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan

keadaan-keadaan, yaitu keadaan-keadaan di mana tindakan dari si pelaku itu

harus dilakukan. 17

Menurut Lamintang, unsur-unsur subyektif dari suatu tindak pidana itu

adalah :

a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (culpa/dolus); b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti

dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP; c. Macam- macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di

dalam kejahatan – kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain;

d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti misalnya terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KU HP;

e. Perasaaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KU HP.

Unsur-unsur dari suatu tindak pidana adalah : a. Sifat melanggar hukum; b. Kualitas si pelaku; c. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab

dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. 18 Berkaitan dengan pengertian unsur-unsur tindak pidana (strafbaarfeit)

ada beberapa pendapat para sarj ana mengenai pengertian unsur-unsur tindak

pidana menurut aliran monistis dan menurut aliran dualistis. Para sarjana

yang berpandangan aliran monistis, yaitu :

17 Lamintang, 1984a. Op. Cit., hlm. 183 18 Ibid., hlm. 184.

Page 25: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

13

a. D. Simons, sebagai menganut pandangan monistis Simons mengatakan

bahwa pengertian tindak pidana (strafbaarfeit) adalah ”Een strafbaar

gestelde, onrechtmatige, met schuld verband staande handeling van een

tRT-LT-kT-CiCg vEtbEEL ST-LIRRC' Jadi unsur-unsur tindak pidana menurut Simons adalah : 1) Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat

atau membiarkan); 2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld); 3) Melawan hukum (onrechtmatig); 4) D ilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staad); 5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsyatbaar

persoon). 19 Dari unsur-unsur tindak pidana tersebut Simons membedakan

adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari strafbaarfeit adalah :

1) Yang dimaksud dengan unsur subyektif ialah : perbuatan orang; 2) Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu; 3) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan

itu seperti dalam Pasal 281 KU HP sifat ' RST-CbEEL” atau ”dimuka umum”

Selanjutnya unsur subyektif dari strafbaarfeit adalah : 1) Orangnya mampu bertanggung jawab; 2) Adanya kesalahan (dolus atau culpa). Perbuatan harus dilakukan dari

perbuatan atau dengan keadaan-keadaan mana perbuatan itu dilakukan. 20

b. Van Hamel, menyatakan Stafbaarfeit adalah een weterlijk omschre en

mensschelijke gedraging onrechmatig, strafwardig en aan schuld te

wijten. Jadi menurut Van Hamel unsur-unsur tindak pidana adalah :

1) Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang; 2) Bersifat melawan hukum;

19 Sudarto, 1990/1991. Op. cit., hlm. 32. 20 Sudarto, 1990/1991..Loc. cit

Page 26: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

14

21 Ibid., hlm. 33. 22 Sudarto, 1990. Loc. cit.

3) Dilakukan dengan kesalahan dan 4) Patut dipidana. 21

c. E. Mezger, menyatakan tindak pidana adalah keseluruhan syarat untuk

adanya pidana, dengan demikian usnur-unsurnya yaitu :

1) Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia (aktif atau membiarkan); 2) Sifat melawan hukum (baik bersifat obyektif maupun bersifat

subyektif); 3) Dapat dipertanggungjawabkan kepada seseorang; 4) Diancam dengan pidana.

d. J. Baumman, menyatakan bahwa unsur-unsur tindak pidana adalah

perbuatan yang memenuhi rumusan delik : 1) Bersifat melawan hukum;

2) Dilakukan dengan kesalahan. 22

Dari pendapat para sarjana yang beraliran monistis tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak adanya pemisahan antara criminal act dan criminal

responsibility. Lebih lanjut mengenai unsur-unsur tindak pidana menurut

pendapat para sarjana yang berpandangan dualistis adalah sebagai berikut :

a. H.B. Vos, menyebutkan Strafbaarfeit hanya berunsurkan : 1) Kelakuan

manusia, 2) Diancam pidana dengan undang-undang.

b. W.P.J. Pompe, menyatakan : menurut hukum positif strafbaarfeit adalah tidak lain dari feit, yang diancam pidana dalam ketentuan undang-undang, jadi perbuatan itu adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum,

dilakukan dengan kesalahan dan diancam pidana.

Page 27: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

15

23 Ibid., hlm. 27. 24 Ibid., hlm. 28.

c. Moeljatno, memberikan arti tentang strafbaarfeit, yaitu sebagai perbuatan

yang diancam dengan pidana, barangsiapa melanggar larangan tersebut.

Untuk adanya perbuatan pidana harus ada unsur-unsur :

1) Perbuatan (manusia); 2) Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini merupakan

syarat formil) dan 3) Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang

tersimpul dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP. Syarat meteriil pun harus ada pula, karena perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak boleh atau tidak patut dilakukan, oleh karena itu bertentangan dengan atau menghambat tercapainya tata dalam pergaulan masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat. 23

Menurut Sudarto, baik aliran monistis maupun dualistis, tidak

mempunyai perbedaan yang prinsipil dalam menentukan adanya pidana.

Apabila orang menganut pendirian yang satu, hendaknya memegang

pendirian itu secara konsekuen, agar tidak terjadi kekacauan pengertian. Bagi

orang yang berpandangan monistis, seseorang yang melakukan tindak pidana

sudah dapat dipidana, sedangkan bagi yang berpandangan dualistis, sama

sekali belum mencukupi syarat untuk dipidana karena masih harus disertai

syarat pertanggungjawaban pidana yang harus ada pada si pembuat atau

pelaku pidana. Jadi menurut pandangan dualistis semua syarat yang

diperlukan untuk pengenaan pidana harus lengkap adanya.24

B. Penegakan Hukum Dikemukakan oleh Barda Nawawi Arief, bahwa masalah pembangunan

dan penegakan hukum merupakan masalah yang tidak pernah henti-hentinya

Page 28: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

16

dibicarakan, baik secara nasional dan internasional. Masalah ini akan selalu dan

selalu patut dibicarakan, sepanjang kita masih mengakui adanya negara hukum

dan sepanjang kita masih mempercayai hukum sebagai salah satu sarana untuk

mengatur dan menyelesaikan masalah-masalah kehidupan bermasyarakat.

Terlebih dalam era reformasi saat ini, masalah ”wibawa hukum” dan

”pemerintahan yang bersih dan berwibawa” sedang mendapat tantangan dan

sorotan tajam. 25

Pada hakikatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep dan dengan

demikian boleh digolongkan kepada sesuatu yang abstrak. Ke dalam kelompok

yang abstrak itu termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum dan

kemanfaatan sosial. Dengan demikian, apabila berbicara mengenai penegakan

hukum, maka pada hakikatnya berbicara mengenai penegakan ide-ide, serta

konsep-konsep yang nota bene adalah abstrak. Dirumuskan secara lain, maka

penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut

menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide inilah merupakan hakikat dari

penegakan hukum.

Untuk mewujudkan hukum sebagai ide-ide ternyata dibutuhkan suatu

organisasi yang cukup kompleks. Negara yang harus campur tangan dalam

perwujudan yang abstrak itu ternyata harus mengadakan berbagai macam badan

untuk keperluan tersebut. Berkaitan dengan pengertian penegakan hukum. Bagir

Manan mengatakan : Penegakan hukum merupakan bagian dari pelaksanaan politik kenegaraan suatu negara. Karena itu, sistem penegakan hukum tidak terlepas dari sistem politik

25 Barda Nawawi Arief, 2001. Op. cit. hlm. 13.

dan suasana politik. Sistem politik otoritarian akan mencerminkan sistem penegakan hukum yang berbeda dari sistem politik demokrasi. Sistem politik yang hanya menekankan demokrasi sebagai bentuk kebebasan berpendapat akan

Page 29: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

berbeda dengan sistem demokrasi yang menekankan tanggung jawab di samping kebebasan yang diperlukan. Karena itu, untuk mewujudkan sistem penegakan hukum yang baik perlu tatanan dan praktik politik yang baik juga. 26

Dikemukakan oleh Bambang Widjojanto, dalam dunia penegakan

hukum di Indonesia dikenal adanya sistem peradilan yang memperkenalkan

beberapa komponen penting dalam proses penegakan hukum, seperti : (1) Polisi;

(2) Jaksa; (3) Hakim, dan (4) Pengacara. 27 Menurut Satjipto Rahardjo, untuk

menjalankan tugasnya para aparat penegak hukum tersebut dituntut untuk

mewujudkan tujuan-tujuan hukum itu perlu mempunyai suatu tingkat otonomi

tertentu, otonomi ini dibutuhkan untuk bisa mengelola sumber-sumber daya

yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sumber daya tersebut

berupa :

1. Sumber daya manusia, seperti hakim, polisi, jaksa, panitera; 2. Sumber daya fisik, seperti gedung, perlengkapan, kendaraan; 3. Sumber daya keuangan, seperti belanja negara dan sumber daya lain; 4. Sumber daya selebihnya yang dibutuhkan untuk menggerakan organisasi

dalam usahanya mencapai tujuannya. 28 Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan

hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum di

sini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang

dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu. Perlunya pembicaraan

26 Bagir Manan, 2004. Moral Penegak Hukum di Indonesia (Pengacara, Hakim, Polisi, Jaksa dalam Pandangan Islam). Agung Ilmu, Bandung. hlm. 13.

27 Bambang Widjojanto, 2007. Harmonisasi Peran Penegak Hukum dalam Pembenrantasan Korupsi. Jurnal Legislasi Indonesia. Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM, Jakarta. hlm. 4.

28 Satjipto Rahardjo, tanpa tahun. Masalah Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan Sosiologis). Sinar Baru, Bandung. hlm. 18.

18

mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau pula sampai kepada

pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam

peraturan hukum akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu

Page 30: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

18

dijalankan.29

Dilihat sebagai suatu proses kebijakan, penegakan hukum menurut

Muladi pada hakikatnya merupakan penegakan kebijakan melalui beberapa

tahap : 1. Tahap formulasi, yaitu tahap penegakan hukum in abstracto oleh badan

pembuat undang-undang. Tahap ini dapat pula disebut tahap kebijakan legislatif;

2. Tahap aplikasi, yaitu tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan; Tahap kedua ini dapat pula disebut tahap kebijakan yudikatif;

3. Tahap eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkrit oleh aparat penegak huhum. Tahap ini dapat disebut tahap kebijakan eksekutif atau administratif.

Ketiga tahap tersebut, dilihat sebagai usaha atau proses rasional yang

sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, jelas harus merupakan

suatu jalinan mata rantai aktivitas yang merupakan perwujudan dari kebijakan

(pembanguan) nasional. Jadi tegasnya kebij akan pembangunan harus diusahakan

terwujud pada ketiga tahap kebijakan penegakan hukum pidana itu. Itulah makna

dan konsekuensi dari pernyataan bahwa penegakan hukum pidana merupakan

bagian integral dari kebij akan sosial.30

Dilihat dari sudut lembaga pendidikan hukum yang berperan membentuk

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang hukum, maka ”peningkatan

29 Ibid., hlm. 24. 30 Muladi, 1995. Kapita Selekta Sistem Peraadilan Pidana. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

Semarang. hlm. 13 – 14.

Page 31: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

19

wibawa hukum” lebih patut diartikan sebagai ”peningkatan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) penegakan hukum”. Dengan adanya ”peningkatan

kualitas penegakan hukum” diharapkan ada ”peningkatan wibawa hukum”.

Meningkatnya kualitas penegakan hukum tentunya juga diharapkan dapat

menunjang dan meningkatkan ”kualitas pemerintahan yang bersih dan

berwibawa” serta meningkatkan ”kualitas lingkungan hidup/kualitas kehidupan

bermasyarakat”. 31

Dikemukakan oleh Muhammad Ghalib, bahwa dengan mengamati

permasalahan yang menyangkut peranan hukum dalam dinamika pembangunan

pada era globalisasi, suasana reformasi, maka dengan meninjau pula

permasalahan yang berkaitan dengan penegakan hukum, akan dapat

dikemukakan beberapa pokok kebijaksanan penegakan hukum. 32

Permasalahan yang harus dijadikan pertimbangan dalam menentukan

kebijaksanaan penegakan hukum menurut Muhammad Ghalib, yang utama

antara lain adalah : 1. Senantiasa berpegang pada tujuan dan landasan pembentukan negara sesuai

dengan cita negara (staatsidee) dan cita hukum (rechtside), sebagaimana telah dirumuskan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;

2. Senantiasa berpegang pada Wawasan Nusantara dalam rangka menjamin perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa, dan wawasan kebangsaan sebagai upaya mengkokohkan negara persatuan serta wawasan Bhineka Tunggal Ika dalam rangka menjamin kelestarian budaya dan masyarakat yang majemuk dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3. Melakukan pendekatan yang komprehensif, serasi dan selaras, sehingga dapat dipenuhi dasar yuridis dalam upaya mewujudkan ketertiban dan kepastian

31 Barda Nawawi Arief, 2001. Op.cit., hlm. 14. 32 Muhammad Ghalib, 1999. Profesionalitas Jaksa dan Antisipasi Perkembangan Kejahatan.

Ceramah Jaksa Agung Republik Indonesia dalam Seminar Nasional ”Mafia dalam Sistem Peradilan di Indonesia”. Semarang, tanggal 6 Maret 1999. hlm. 22.

Page 32: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

20

hukum, dasar filosofis dalam rangka memenuhi rasa keadilan dan dasar sosiologis dalam rangka memenuhi hajat orang banyak;

4. Lebih meningkatkan peranan dan partisipasi dalam penegakan HAM, menciptakan kesadaran hukum yang kondusif dalam penyelenggaraan kehidupan bersama dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

5. Terus meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional, integritas pribadi dan disiplin aparat kejaksaan.33

Sebagai implementasi kebijaksanaan yang telah ditetapkan, menurut

Muhammad Ghalib, perlu disusun suatu strategi dalam penegakan hukum

dengan memperhatikan telebih dahulu permasalahan yang bersifat strategis:

1. Pelaksanaan penerapan dan penegakan hukum yang memberikan kepastian hukum, keadilan dan penegakan HAM kepada masyarakat terutama pencari keadilan;

2. Keterlibatan aparat penegak hukum dalam proses pembentukan hukum, sehingga produk-produk hukum yang dihadirkan lebih berorientasi kepada penerapan dan penegakannya;

3. Terbentuknya dan berfungsinya suatu sistem manajemen dan organisasi penegak hukum yang mantap dan mampu mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang di bidang masing-masing;

4. Profesionalisme, integritas pribadi, dan disiplin Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur penegak hukum agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan tugasnya;

5. Meningkatkan budaya hukum dan kesadaran hukum masyarakat secara lebih merata, sehingga mampu mewujudkan dan menegakan disiplin Nasional;

6. Meningkatkan koordinasi intern maupun ekstern dalam rangka penegakan hukum secara terarah dan terpadu;

7. Meningkatkan komunikasi intern dan ekstern dalam rangka pengembangan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum yang akurat;

8. Meningkatkan pelaksanaan pengawasan melekat dan pengawasan fungsional dalam rangka menjamin efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas aparat penegak hukum. 34

C. Dilakukan bersama-sama

Page 33: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

21

Menurut pendapat Wirjono Prodjodikoro, mengenai pengertian

‟dilakukan bersama-sama‟, hal ini menunjuk pada dua orang atau lebih yang

bekerja sama dalam melakukan tindak pidana pencurian, seperti misalnya

mereka bersama-sama mengambi l barang-barang dengan kehendak bersama.

Dengan dipergunakan kata gepleegd (dilakukan), bukan kata begaan (diadakan)

maka ketentuan ini hanya berlaku apabila ada dua orang atau lebih yang masuk

istilah medeplegen (turut melakukan) dari Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan lagi

memenuhi syarat ”bekerja sama”. Jadi Pasal 363 ayat (1) ke- 4 KU H P tidak

berlaku apabila hanya ada seorang ”pelaku” (dader) dan ada seorang pembantu

(medeplichtige) dari Pasal 55 ayat (1) ke-2 K U H P. 35

Lebi h lanj ut Wirjono Prodjodikoro, mengemukakan ”bekerja sama” ini

misalnya apabila setelah mereka merencanakan niatnya untuk bekerja sama

dalam melakukan, pencurian, kemudian hanya seorang yang masuk rumah dan

mengambil barang, dan kawannya hanya tinggal di luar rumah untuk menjaga

dan memberi tahu kepada yang masuk rumah jika perbuatan mereka diketahui

oleh orang lain. 36

Menurut R. Soesilo, ”turut melakukan” dalam arti kata ”bersama-sama

melakukan‟. Sedikit-dikitnya harus ada dua orang, ialah orang yang melakukan

(pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa pidana itu. Di

sini diminta, bahwa kedua orang itu semuanya melakukan perbuatan

pelaksanaan, jadi melakukan anasir atau elemen dari peristiwa pidana itu. Tidak

35 Wirjono Prodjodikoro, 1986. Tindak - tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Eresco, Bandung, hlm., 23.

36 Wirjono Prodjodikoro, 1986. Loc. cit.

Page 34: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

22

boleh misalnya hanya melakukan perbuatan persiapan saja atau perbuatan yang

sifatnya menolong, sebab jika demikian, maka orang yang menolong itu tidak

masuk JPfidfiElfiu1firJ akan tetapi dihukum sebagai ”membantu melakuan”

(medeplichtige) tersebut dalam Pasal 56 KU HP.37

Mengenai pengertian yang menyuruh melakukan atau doen pleger,

Sumaryanti memberikan penj elasan tentang hal tersebut yaitu sebagai berikut : ”Orang yang menyuruh melakukan (doen pleger), di sini sedikitnya ada dua orang yaitu yang menyuruh (doen pleger) dan yang disuruh (pleger). Jadi bukan orang itu sendiri yang melakukan tindak pidana, akan tetapi ia menyuruh orang lain, meskipun ia tetap dipandang dan dihukum sebagai orang yang melakukan sendiri tindak pidana”. 38

Lebi h lanj ut Sumaryanti mengemukakan bahwa ”turut melakukan

perbuatan” memberikan penjelasan bahwa ”Turut serta melakukan dalam arti

kata ”bersama-sama melakukan”, sedikit-dikitnya harus ada dua orang, ialah

orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (made pleger)

tindak pidana itu. Di sini kedua orang itu semuanya melakukan tindak

pidana”. 39

Dikemukakan oleh R. Tresna, bahwa orang yang turut serta melakukan

peristiwa pidana, ia ikut serta di dalam peristiwa piadna itu. Hanya di dalam

peranannya terdapat perbedaan : di dalam hal orang-orang yang melakukan

peristiwa pidana. Semua orang yang ikut serta itu mempunyai peranan yang ikut

serta melakukan peristiwa pidana, peranan orang-orang yang campur tangan itu

37 R. Soesilo, 1989. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politea, Bogor., hlm. 73

38 Sumaryanti, 1987. Peradilan Koneksitas di Indonesia, Suatu Tinjauan Ringkas, PT. Bina Aksara, Jakarta. hlm. 29.

39 Sumaryanti, 1987. Loc. cit.

Page 35: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

23

tidak sama derajatnya, yangsatu menjadi pelaku, yang lainnya hanay ikut

melakukan saja, meskipun di pengikut itu oleh undnag-undang dianggap sama

dosanya. Dihukum sama dengan si pelaku. 40 D. Pidana dan Pemidanaan

1. Pidana

Berkaitan dengan masalah pengertian pidana, di bawah ini

dikemukakan pendapat beberapa sarjana berkaitan dengan pengertian kata

atau istilah pidana tersebut. Untuk mengetahui pengertian istilah pidana,

maka sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud

tentang perkataan pidana itu sendiri.

Pemakaian istilah “hukuman” yang merupakan istilah umum dan

konvensional, dapat mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah karena

istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut

tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah

sehari-hari di bidang pendidikan, moral, agama dan sebagainya. Oleh karena

“pidana” merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan

pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukan ciri-ciri atau sifat-

sifatnya yang khas.41

Untuk memberikan gambaran yang lebih luas, berikut ini

dikemukakan beberapa pendapat atau definisi dari para sarjana :

40 R. Tresna, 1959. Asas-asas Hukum Pidana, PT. Tiara Limited, Jakarta. Hlm. 84 41 Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Teori-teori Dan Kebijakan Pidana. Alumni Bandung.

hlm. 2.

Page 36: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

24

a. Pendapat dari Sudarto, bahwa yang dimaksud dengan pidana ialah

penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan

perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

b. Menurut Roeslan Saleh, pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berujud

suatu nespata yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat

delik itu. 42

c. Sedangkan pendapat yang di kemukakan oleh Van Hamel, arti dari pada

pidana atau straf menurut hukum positif dewasa ini adalah:

“Sesuatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang menjatuhkan pidana atas nama negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban hukum bagi seorang pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah melanggar sesuatu peraturan hukum yang ditegakkan oleh negara”. 43

d. Menurut pendapat Simons, perkataan pidana atau straf itu diartikan

sebagai “Sesuatu penderitaan yang oleh undang-undang pidana telah

dikaitkan dengan pelanggaran terhadap sesuatu norma, yang dengan suatu

putusan hakim telah dijatuhkan bagi seseorang yang bersalah”. 44

e. Algra-Janssen merumuskan pidana atau straf sebagai berikut : “Alat yang dipergunakan olah penguasa (hakim) untuk memperingatkan kepada mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan. Reaksi dari penguasa tersebut telah mencabut kembali sebagian dari perlindungan yang seharusnya dinikmati oleh terpidana atas nyawa, kebebasan dan harta kekayaannya, yaitu seandai nya ia telah tidak melakukan suatu tindak pidana”. 45

42 Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Loc. cit. 43 Lamintang. 1984b. Hukum Penitersier Indonesia. Alumni, Bandung. hlm. 47. 44 Ibid., hlm. 48. 45 Lamintang. 1984b. Loc. cit.

Page 37: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

25

Sehubungan dengan pengertian perkataan “pidana” ini, Sudarto

mempertanyakan penggunaan istilah “pidana” sejalan dengan perkembangan

hukum pidana dewasa ini. Dalam hal ini Sudarto mengemukakan : “Yang jelas harus disadari ialah bahwa pengeritan pidana dari abad ke-sembilan belas perlu diadakan revisi apabila kita menghendaki suatu pembaharuan dalam hukum pidana kita. Pada waktu KU HP kita dibuat, ialah lebih dari 60 tahun yang lalu, mengenakan pidana diartikan sebagai pemberian nestapa secara sengaja. Ilmu hukum pidana perkembangannya, lebih-lebih dengan munculnya sanksi yang berupa tindakan sebagai akibat dari pengaruh aliran modern maka di berbagai negara akhirnya pengertian pidana demikian itu harus ditinjau kembali”. 46

Dari beberapa rumusan tentang pengertian perkataan “pidana” yang

dikemukakan para sarjana di atas, dapat diketahui bahwa “pidana” pada

hakikatnya mempunyai pengertian sebagai suatu “penderitaan” atau

“nestapa”. Namun ada pula pendapat sarjana yang berpandangan lain, mereka

mengemukakan bahwa hakikat pidana bukanlah pemberian penderitaan atau

nestapa. Hulsman misalnya, dalam hal ini berpendapat bahwa “hakikat

pidana ialah 3 tot G1-RUG1EER1517” (menyerukan untuk tertib)”. Pendapat

Hulsman tersebut senada dengan pendirian van Binsbergen yang

mengemukakan bahwa “ciri hakiki pidana adalah 3 “11 t111 FICK jIQI GRRr G1

RY1LK1IGEt1r/Lk1LYECE11T6TEDTHELEf1IN(suatu pernyataan salah oleh

penguasa sehubungan dengan suatu tindak pidana)”. 47

Dari beberapa difinisi di atas menurut Muladi & Barda Nawawi

Arief, dapatlah disimpulkan bahwa pidana mengandung unsur-unsur atau

ciri-ci ri sebagai berikut:

46 Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung. hlm. 80-81. 47 Sudarto. 1986. Loc. cit.

Page 38: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

26

a. Pidana itu pada hakikatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan;

b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang);

c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana menurut undang-undang.

Ketiga unsur tersebut pada umumnya terlihat dari definisi-definisi di

atas, kecuali Alf Ross yang menambahkan secara tegas dan eksplisit bahwa

pidana itu harus juga merupakan pernyataan pencelaan terhadap diri si

pelaku. Apa yang dikemukakan oleh Alf Ross tersebut sebenarnya secara

eksplisit juga terlihat dalam definisi para sarjana yang lain. Penambahan

secara eksplisit oleh Alf Ross itu dimaksudkan untuk membedakan secara

j elas antara pidana dengan tindakan perlakuan (treatment). 48

Menurut Alf Ross, “concept of punishment” bertolak pada dua syarat

atau tujuan, yaitu:

a. Pidana ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap orang yang bersangkutan

(punishment is aimed at inflicting suffering upon the person upon whom it is imposed); dan

b. Pidana itu merupakan suatu pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si pelaku

(the punishment is an expression of disapproval of the action for whict it is imposed). 49

Menurut Alf Ross tidaklah dapat dipandang sebagai “punishment” hal-hal sebagai berikut: a. Tindakan-tindakan yang bertujuan pengenaan penderitaan tetapi tidak

merupakan pernyataan pencelaan; Misal : pemberian “electric shock” pada binatang pada suatu penelitian

agar tingkah lakunya dapat diamati atau dikontrol.

48 Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Op.cit. hlm. 4. 49 Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Loc. cit

Page 39: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

27

b. Tindakan-tindakan yang merupakan pernyataan pencelaan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengenakan penderitaan;

Misal : teguran, peringatan atau penyi ngkiran oleh masyarakat. c. Tindakan-tindakan yang di samping tidak dimaksudkan untuk

mengenakan penderitaan, juga tidak merupakan pernyatan pencelaan; Misal : langlah-langkah yang diambil untuk mendidik atau merawat/

mengobati seseorang untuk membuatnya tidak berbahaya bagi masyarakat atau tindakan dokter gigi yang mencabut gigi seorang pasien.50

Perbedaan antara “punisment” dan “treatment” menurut Alf Ross

tidak didasarkan pada ada tidaknya unsur pertama (unsur penderitaan), tetapi

harus didasarkan pada ada tidaknya unsur kedua (unsur pencelaan). Herbert

L. Packer juga berpendapat bahwa tingkatan atau derajat ketidak-enakan

atau kekejaman, bukanlah ciri yang membedakan antara “punishment” dan

“treatment”. Perbedaannya harus dilihat dari tujuannya dan seberapa jauh

peranan dari perbuatan si pelaku terhadap adanya pidana atau tindakan-

tindakan.

Pendapat H. L. Packer tuj uan utama dari “treatment” adalah untuk

memberikan keuntungan atau untuk memperbaiki orang yang bersangkutan.

Fokusnya bukan pada perbuatannya yang telah lalu atau yang akan datang,

tetapi pada tujuan untuk memberikan pertolongan kepadanya. Jadi dasar

pembenaran dari “treatment” ialah pada pandangan bahwa orang yang

bersangkutan akan atau mungkin menjadi lebih baik. Tujuan utama adalah

untuk meningkatkan kesej ahteraannya. 51

Page 40: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

28

Sedangkan “punishment” menurut H.L. Packer, pembenarannya

didasarkan pada satu atau dua tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mencegah terjadinya kejahatan atau perbuatan yang tidak dikehendaki atau perbuatan yang salah .

(the prevention of crime or undesired conduct or effending conduct); b. Untuk mengenakan penderitaan atau pembalasan yang layak kepada si

pelanggar. (the deserved infliction of suffering on evildoers/retribution for perceived wrong doing).

Jadi dalam hal pidana, fokusnya adalah pada perbuatan salah atau

tindak pidana yang telah dilakukan oleh si pelaku. Dengan perkataan lain,

perbuatan itu mempunyai peranan yang besar, dan merupakan syarat yang

harus ada, untuk adanya “punishment”. Ditegaskan oleh H. L. Packer bahwa

dalam hal “punishment” kita memperlakukan seseorang karena ia telah

melakukan suatu perbuatan salah dengan tujuan, baik untuk mencegah

terulangnya perbuatan itu maupun untuk mengenakan penderitaan atau untuk

kedua-duanya.

Dalam hal “treatment” tidak diperlukan adanya hubungan dengan

perbuatan; kita memperlakukan orang itu karena kita berpendapat atau

beranggapan bahwa ia akan menjadi lebih baik. Kita juga boleh mengharap

atau berpikiran bahwa orang yang dikenakan pidana akan menjadi lebih baik,

tetapi bukan karena hal itu kita berbuat demikian, tujuan utamanya adalah

melakukan pencegahan terhadap perbuatan salah itu dan bukan perbaikan

terhadap di ri si pelanggar. 52

52 Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Loc. cit.

Page 41: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

29

Perbedaan secara tradisioni l antara pidana dan tindakan ini Sudarto

mengemukakan sebagai berikut : “Pidana adalah pembalasan (pengimbalan) terhadap kesalahan si pembuat, sedang tindakan adalah untuk perlindungan masyarakat dan untuk pembinaan atau perawatan si pembuat. Jadi secara dogmatis pidana itu untuk orang yang normal jiwanya, untuk orang yang mampu bertanggung jawab, sebab orang yang tidak mampu bertanggung jawab tidak mempunyai kesalahan dan orang yang tidak mempunyai kesalahan tidak mungkin di pidana terhadap orang ini dapat dijatuhkan tindakan”. 53

Pidana pada hakikatnya mempunyai dua tujuan utama yakni untuk

mempengaruhi tingkah laku (gedragsbeinvloeding) dan penyelesaian konfl ik

(conflictoplosing). Penyelesaian konflik ini dapat terdi ri dari perbaikan

kerugian yang dialami atau perbaikan hubungan baik yang dirusak atau

pengembalian kepercayaan antar sesama manusia. 54

Binsbergen berpendapat bahwa ciri hakiki dari pidana adalah “suatu

pernyataan atau penunjukan salah oleh penguasa sehubungan dengan suatu

tindak pidana” (een terechtwijzing door de overheid gegeven terzake van een

strafbaar feit). Dasar pembenaran dari pernyataan tersebut menurut

Binsbergen adalah tingkah laku si pembuat itu “tak dapat diterima baik untuk

mempertahankan lingkungan masyarakat maupun untuk menyelamatkan

pembuat sendiri” (onduldbaar is, zowed om het behoud van de

gemeenschap, als om het behoud van de dader zelf).

Demikian pula G.P. Hoefnagels tidak setuj u dengan pendapat bahwa

pidana merupakan suatu pencelaan (censure) atau suatu penjeraan

53 Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Loc. cit. 54 Ibid., hlm. 9.

Page 42: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

30

(discouragement) atau merupakan suatu penderitaan (suffering). Pendapatnya

ini bertolak pada pengertian yang luas bahwa sanksi dalam hukum pidana

adalah semua reaksi terhadap pelanggaran hukum yang telah ditentukan oleh

undang-undang, sejak penahanan dan pengusutan terdakwa oleh polisi sampai

vonis dijatuhkan. Jadi Hoefnagels melihatnya secara empiris bahwa pidana

merupakan suatu proses waktu. Keseluruhan proses itu sendiri (sejak

penahanan, pemeriksaan sampai vonis dijatuhkan) merupakan suatu pidana.55 2. Pemidanaan

Menurut Sudarto perkataan “pemidanaan” adalah sinonim dengan

perkataan penghukuman. Hal ini dikemukakan Sudarto sebagai berikut: “Penghukuman berasal dari dasar “hukum”, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutusberatkan tent ang hukumnya. Menetapkan/memutuskan hukumnya untuk suatu peristiwa tidak hanya menyangkut bidang khusus hukum pidana saj a, akan tetapi juga bidang-bidang hukum lainnya (hukum perdata, hukum administrasi dsb). Sehingga menetapkan hukum dalam bidang hukum pidana, maka istilah tersebut harus disempitkan artinya. Pengertian penghukuman dalam perkara pidana kerapkali sinonim dengan “pemidanaan” atau “pemberian/penjatuhan pidana” oleh hakim. “Penghukuman” dalam hal ini juga mempunyai makna yang sama dengan sentence atau veroordeling, misalnya dalam pengertian 3 TenJKFICIFRCCiJiRQ:XXD' aJaVE YRRLZMLCIXijkEYHRRrCIeXC' yang sama artinya dengan “dihukum bersyarat” atau “dipidana bersyarat”. 56

Penghukuman (dalam hukum acara (KU HAP) disebut dengan istilah

pemidanaan). Hal ini tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KU HAP) Pasal 1 ke-11, yang menyatakan : “ ... yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan “Putusan Pengadilan” adalah “Pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang berupa SIP ICIVIV' (cetak tanda petik dan tebal oleh penulis) atau

55 Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Loc. cit. 56 Sudarto, 1986. Op. Cit., hlm. 72

Page 43: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

31

bebas atau lepas dari segala tutuntan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”

Pengertian pemidaaan menurut pendapat W.A. Bonger adalah sebagai

berikut :

“Menghukum adalah mengenakan penderitaan. Menghukum sama artinya dengan “celaan kesusilaan” yang timbul terhadap tindak pidana itu, yang juga merupakan penderitaan. Hukuman pada hakikatnya merupakan perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat (dal am hal ini negara) dengan sadar. Hukuman tidak keluar dari satu atau beberapa orang, tapi harus suatu kelompok, suatu kollektivitas yang berbuat dengan sadar dan menurut perhitungan akal. Jadi “unsur pokok” baru hukuman ialah “tentangan yang dinyatakan oleh kollektivitas dengan sadar”. 57

Istilah “hukuman” yang merupakan istilah umum dan konvensional

dapat mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah karena itu istilah dapat

berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya

sering digunakan dalam bidang hukum tetapi juga dalam istilah sehari-hari di

bidang pendidikan, moral, agama dan sebagainya. Hal tersebut perlu

dijelaskan, agar kita di Indonesia jangan sampai terbawa oleh arus kacaunya

cara berfikir dari para penulis di negara Belanda, karena mereka itu sering

kali telah menyebut tujuan dari pemidanaan dengan perkataan tujuan dari

pidana, sehingga ada beberapa penulis di tanah air yang tanpa menyadari

kacaunya cara berfikir para penulis Belanda itu, secara harafiah telah

menerjemahkan perkataan 3 CRIlECeLETPLa1' dengan perkataan “tujuan dari

pidana”, padahal yang dimaksud dengan perkataan 3 CRHECILETPLa1' itu

sebenarnya adalah “tujuan dari pemidanaan”. 58

57 Bonger, 1982 . Pengantar Tentang Kriminologi. PT. Pembangunan, Jakarta. hlm. 24-25. 58 Lamintang, 1984b. Op.cit., hlm. 49.

Page 44: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

32

59 M. Arief Amrullah, 2004. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering). Bayumedia Publishing, Malang. hlm. 2.

60 M. Arief Amrullah, 2004. Loc. cit.

E. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

Kejahatan merupakan sebuah istilah yang sudah lazim dan populer di

kalangan masyarakat Indonesia atau crime bagi orang Inggris. Tetapi, jika

ditanyakan; apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kejahatan ? Orang mulai

berpikir dan atau bahkan balik bertanya. Menurut Hoefnagels kejahatan

merupakan suatu pengertian yang relatif. Banyak pengertian yang digunakan

dalam ilmu-ilmu sosial yang berasal dari bahasa sehari-hari (common parlance),

tetapi sering berbeda dalam mengartikanya. Mengapa demikian ? Hal itu

disebabkan bahasa sehari-hari tidak memberikan gambaran yang jelas tentang

kejahatan, tetapi hanya merupakan suatu ekspresi dalam melihat perbuatan

tertentu. 59

Di samping itu, Howard Abadinsky menulis bahwa kejahatan sering

dipandang sebagai mala in se atau mala prohibita. Mala in se menunjuk kepada

perbuatan, yang pada hakikatnya, kejahatan, contohnya pembunuhan.

Sedangkan, Mala pro hibita menunjuk kepada perbuatan yang oleh negara

ditetapkan sebagai perbuatan yang dilarang (unlawful).

Berkaitan dengan hal tersebut, Sahetapy menulis bahwa pengertian atau

makna kejahatan bisa tumpang tindih dengan pengertian kejahatan secara yuridis

atau bisa juga serupa dengan makna kejahatan secara kriminologis. Namun,

yang jelas, menurut Sahetapy, makna dan ruang lingkup kejahatan secara

yuridis tidak sama dan tidak serupa dengan kejahatan secara kriminologis. 60

Page 45: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

33

61 Ibid., hlm. 5 62 Ibid., hlm. 7

Munculnya berbagai bentuk kejahatan dalam dimensi baru, akhir-akhir

ini, menunjukkan bahwa kejahatan berkembang sesuai dengan perkembangan

masyarakat termasuk kejahatan pencucian uang. Hal itu sebagaimana ditulis oleh

Benedict S. Alper bahwa kejahatan sebenarnya merupakan problem sosial yang

paling tua.61

Sebagaimana ditulis oleh Hans G. Nilsson, Money Laundering telah

menjadi permasalahan yang menarik bagi masyarakat dunia pada hampir dua

dekade dan khususnya Dewan Eropa (Council of Europe) yang merupakan

organisasi internasional pertama. Dalam Rekomendasi Komite para Menteri dari

tahun 1980 telah mengingatkan masyarakat internasional akan bahaya-

bahayanya terhadap demokrasi dan Rule of Law. Dalam rekomendasi tersebut

juga dinyatakan, bahwa transfer dana hasil kejahatan dari negara satu ke negara

lainnya dan proses pencucian uang kotor melalui penempatan dalam sistem

ekonomi telah meningkatkan permasalahan serius, baik dalam skala nasional

maupun internasional. Namun demikian, hampir satu dekade rekomendasi

tersebut tidak berhasil menarik perhatian masyarakat internasional terhadap

masalah tersebut. Baru kemudian setelah meledaknya perdagangan gelap

narkotika pada tahun 1980-an, telah menyadarkan masyarakat internasional

bahwa money laundering telah menjadi sebuah ancaman terhadap seluruh

keutuhan sistem keuangan dan pada akhirnya dapat menimbulkan permasalahan

serius terhadap stabilitas demokrasi dan Rule of Law. 62

Page 46: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

34

63 Ibid., hlm. 8

Adapun tujuan utama dilakukannya jenis kejahatan ini adalah untuk

menghasilkan keuntungan, baik bagi individu maupun kelompok yang

melakukan kejahatan tersebut. Menurut suatu perkiraan baru-baru ini, hasil dari

kegiatan money laundering di seluruh dunia, dalam perhitungan secara kasar,

berjumlah satu triliun Dolar setiap tahun. Dana-dana gelap tersebut akan

digunakan oleh pelaku untuk membiayai kegiatan kejahatan selanjutnya. Selain

itu, Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa jumlah keseluruhan

money laundering di dunia diperkirakan antara dua sampai dengan lima persen

produk domestik bruto dunia. Apabila menggunakan statistik tahun 1996,

persentase tersebut menunj ukkan bahwa money laundering berkisar antara 590

miliar US Dolar sampai dengan 1,5 triliun US Dolar. Angka terendah, kira-kira

setara dengan nilai keseluruhan produk ekonomi Spanyol. Selain itu Hans G.

Nilsson, berdasarkan perkiraan Financial Action Task Force on Money

Laundering (FATF) bahwa setiap tahun di Eropa dan Amerika Utara berkisar

antara 60 hingga 80 miliar Dollar AS telah terjadi pencucian dalam sistem

keuangan. 63

Berdasarkan uraian di atas, timbul pertanyaan : ”apakah yang dimaksud

dengan money laundering tersebut“ ? Terdapat bermacam-macam pengertian

tentang money laundering, namun semua tetap dalam salah satu jenis kejahatan

yang potensial dalam mengancam berbagai kepentingan baik dalam skala

nasional maupun internasional. Money laundering merupakan sebuah istilah

yang kali pertama digunakan di Amerika Serikat. Istilah tersebut menunjuk

Page 47: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

35

64 Ibid., hlm. 9.

kepada pencucian hak milik mafia, yaitu hasil usaha yang diperoleh secara gelap

yang dicampurkan dengan maksud menjadikan seluruh hasil tersebut seolah-olah

diperoleh dari sumber yang sah. Singkatnya, istilah money laundering kali

pertama digunakan dalam konteks hukum dalam sebuah kasus di Amerika

Serikat pada tahun 1982. Kasus tersebut menyangkut denda terhadap pencucian

uang hasil penjualan kokain Colombia. Dalam perkembangannya, proses yang

dilakukan lebih kompleks lagi dan sering menggunakan cara mutakhir

sedemikian rupa sehingga seolah-olah uang yang diperoleh benar-benar alami.

Karena itu, wajar jika dalam The National Money Laundering Strategy for 2000

yang merupakan blueprint Amerika Serikat dalam upaya menanggulangi money

laundering telah dikemukakan bahwa money laundering itu relatif mudah untuk

diucapkan, akan tetapi sulit dilakukan investigasi dan penuntutan. Khususnya,

seseorang yang melakukan sebuah transaksi keuangan dengan ketentuan bahwa

dana atau kekayaan yang dilakukan transaksi itu adalah hasil kejahatan. 64

Kembali kepada pertanyaan, mengenai pengertian money laundering

tersebut, Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF)

merumuskan bahwa money laundering adalah proses menyembunyikan atau

menyamarkan asal-usul hasil kejahatan. Proses tersebut untuk kepentingan

penghilangan jejak sehingga memungkinkan pelakuya menikmati keuntungan-

keuntungan itu dengan tanpa mengungkap sumber perolehan. Penjualan senjata

secara ilegal, penyelundupan, dan kegiatan kejahatan terorganisasi, contohnya

perdagangan obat dan prostitusi, dapat menghasilkan jumlah uang yang banyak.

Page 48: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

36

65 Ibid., hlm. 10.

Penggelapan, perdagangan orang dalam (insider trading), penyuapan dan bentuk

penyalahgunaan komputer dapat j uga menghasilkan keuntungan yang besar dan

menimbulkan dorongan untuk menghalalkan (legitimize) hasil yang diperoleh

melalui money laundering. Bambang Setijoprodjo mengutip pendapat dari

M. Giovanoli dan Mr. J. Koers masing-masing menulis seperti berikut.

1. Money Laundering merupakan suatu proses dan dengan cara seperti itu, maka aset yang diperoleh dari tindak pidana (kejahatan, pen) dimanupulasikan sedemikian rupa sehingga aset tersebut seolah berasal dari sumber yang sah (legal).

2. Money Laundering merupakan suatu cara untuk mengedarkan hasil kejahatan ke dalam suatu peredaran uang yang sah dan menutupi asal-usul uang tersebut. 65

Dalam Pasal 641 Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana 1999 – 2000 dinyatakan : “Setiap orang yang

menyimpan uang di bank atau di tempat lain, mentransfer, menitipkan,

menghibahkan, menginvestasikan, membayar dengan uang atau kertas bernilai

uang yang diketahui atau patut diduga diperoleh dari tindak atau tindak pidana

korupsi, ...” Dalam penjelasannya pada intinya dinyatakan bahwa ketentuan

Pasal 641 tersebut lazim dikenal dengan istilah pencucian uang hasil kejahatan

(money laundering).

Sebagai perbandingan, dalam Section 81 (3) dari Proceeds of Crime Act

1987 (Cth) Gabriel A. Moens, merumuskan money laundering sebagai berikut,

yaitu seseorang dapat dikatakan melakukan pencucian uang jika :

1. Seseorang yang melakukan baik langsung maupun tidak langsung, dalam situasi transaksi yang menggunakan uang, atau kekayaan lainnya, yang diperoleh dari hasil kejahatan; atau

Page 49: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

37

2. Seseorang menerima, memiliki, menyembunyikan, memberikan atau memasukkan uang ke Australia, atau kekayaan lainnya, yang diperoleh dari hasil kejahatan; dan seseorang yang mengetahui, atau seharusnya menduga bahwa uang atau kekayaan lainnya itu diperoleh atau diketahui, baik langsung maupun tidak langsung dari sejumlah bentuk kegiatan yang melawan hukum. 66

Selanjutnya, menurut ketentuan Article 38 (3) Finance Act 1993

Luxembourg, pencucian uang dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang

terdiri atas penipuan, menyembunyikan, pembelian, pemilikan, menggunakan,

menanamkan, penempatan, pengiriman, yang dalam undang-undang yang

mengatur mengenai kejahatan atau pelanggaran secara tegas menetapkan status

perbuatan tersebut sebagai tindak pidana khusus, yaitu suatu keuntungan

ekonomi yang diperoleh dari tindak pidana lainnya.

Hasil yang diperoleh dari kejahatan tersebut, selanjutnya perlu dicuci

guna mengaburkan sumber perolehannya. Adapun metode proses pencucian itu

mel i puti tiga tahap. Pertama, adalah placement harta kekayaan ke dalam sistem

keuangan melalui bank atau lembaga keuangan lainnya. Negara-negara harus

ada persyaratan pelaporan terhadap transaksi tunai yang besar, di mana

transaksi – transaksi tersebut dilakukan melalui jumlah yang lebih besar dengan

memecahnya ke dalam transaksi-transaksi kecil, yaitu yang disebut dengan

smurfing. Di samping itu, pendekatan alternatif lainnya adalah secara fisik

melakukan penyelundupan dalam jumlah besar uang tunai ke luar negeri dan

menyimpannya di negara di mana persyaratan pelaporannya kurang ketat.

Kedua, tahapan dalam pencucian uang meliputi apa yang pada umumnya disebut

dengan layering, yaitu memisahkan dana (kekayaan) dari asalnya dan dilakukan

66 M. Arief Amrullah, 2004. Loc. cit.

Page 50: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

38

untuk menyamarkan apa yang sebenarnya dan membuat tidak jelas dalam

melakukan penelusurannya. Ketiga adalah integration, yang membutuhkan

penempatan kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan ke dalam ekonomi

yang sah tanpa menimbukan kecurigaan asal perolehannya. Contoh untuk tahap

ketiga ini adalah pembelian real estate atau dapat melibatkan bank di negara-

negara yang tidak mempunyai peraturan mengenai money laundering. 67

Di Australia, menurut Gabriel A. Moens, pada umumnya metoda yang

digunakan untuk melakukan pencucian uang terdiri atas :

1. Real estate, kekayaan atau aset lainnya dibeli dengan menggunakan nama samaran, seperti perusahaan, keluarga atau teman.

2. Concealed identity, dana didepositokan, atau dipindahkan melalui rekening dengan nama samaran (tidak sebenarnya) seperti halnya perusahaan, keluarga atau teman.

3. Funds sent overseas, hasil kejahatan dikirim ke luar negeri dengan menggunakan beberapa sarana termasuk PeDRESIOTI PEECK/MTI PEGFILDLIK

cheques, atau bahkan uang tersebut dibawa secara fisik ke luar negeri. 4. False income, utang palsu dibuat dengan jalan si pelaku seolah telah berutang

dengan orang lain dan pembayaran itu dilakukan dari hasil kejahatan yang disediakan untuk orang tersebut. Cara ini meliputi deposito palsu atas kekayaan yang dimiliki oleh pelaku, pinjaman keluarga, atau pinjaman kepada perusahaan yang dimiliki oleh pelaku. Kemungkinan lain pinjaman palsu tersebut dibuat dengan jalan si pelaku seolah berutang kepada orang lain dan utang tersebut akan dibayar kembali dengan hasil kejahatan.

5. Mingling, dana dijalankan melalui struktur bisnis agar dana tersebut seolah menjadi bagian dari kegiatan bisnis yang sah. 68

Pada mulanya, memang, kejahatan pencucian uang selalu dikaitkan

dengan perdagangan narkotika atau psikotropika, tetapi dalam perkembangannya

diperluas hingga meliputi uang haram hasil dari kejahatan-kejahatan

Page 51: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

67 Ibid., hlm. 11. 68 Ibid., hlm. 12.

terorganisasi yang lain. Hal itu seperti yang tercantum dalam Rekomendasi 1

dari The Forty Recommendations yaitu Each country should take immediate

steps to ratify and to implement fully, the 1988 United Nations Convention

against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances (Konvensi

Wina). Dalam perkembangan selanjutnya, money laundering menjangkau

terrorist assets, reporting suspicious transactions related to terrorism. Bahkan

dalam The Forty Recommendations yang telah revisi pada tahun 2003, FATF

telah pula mencantumkan The 2000 United Nations Convention sebagai ruang

lingkup dari tindak pidana pencucian uang.

Berkaitan dengan rumusan yang tercantum dalam Pasal 641 RUU tentang

KUHP di atas, para konseptor atau perancang ketentuan Pasal 641 tersebut telah

mengembangkan cakupan dari kejahatan pencucian uang tidak hanya terbatas

pada uang hasil dari perdagangan gelap narkotika atau psikotropika. Saat ini,

dengan telah berlakunya undang-undang tentang tindak pidana pencucian uang,

di mana dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun

2002 Nomor 30) secara limitatif disebutkan ada lima belas tindak pidana yang

dapat dikategorikan sebagai kejahatan. Bahkan dalam Undang-Undang No. 25

Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 108) tentang Perubahan atas

Undang-Undang No. 15 Tahun 2002, ketentuan yang tercantum dalam Undang-

Undang No. 15 Tahun 2002 telah ditingkatkan lagi menjadi dua puluh lima

tindak pidana yang dikategorikan sebagai kejahatan. 69

69 M. Arief Amrullah, 2004. Loc. cit.

Page 52: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

40

Dalam praktik kegiatan money laundering hampir selalu melibatkan

perbankan karena adanya globalisasi perbankan sehingga melalui sistem

pembayaran terutama yang bersifak elektronik (electronic funds tranfer) dana

hasil kejahatan yang pada umumnya dalam jumlah besar akan mengalir atau

bergerak melalui batas yurisdiksi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia

bank yang umumnya dijunjung tinggi oleh perbankan. Menurut Sundari S.

Arie, proses money laundering diwuj udkan dalam tiga tahapan sebagai berikut :

1. Placemet stage Yaitu suatu tahapan menempatkan uang hasil kejahatan pada sistem keuangan yang antara lain dilakukan memalui pemecahan sejumlah besar uang tunai menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam simpanan (rekening) bank, atau dipergunakan untuk membeli sejumlah instrumen keuangan (sheques, money orders, etc.) yang akan ditagihkan dan selanjutnya didepositosikan di rekening bank yang berada dilokasi lain. Dalam tahapan ini uang hasil kejahatan adakalanya dipergunakan untuk membeli suatu aset/property di yurisdiksi setempat atau diluar negeri.

2. Layering stage Setelah uang hasil kejahatan masuk dalam sistem keuangan, pencuci uang akan terlibat dalam serentetan tindakan konversi atau penggerakan dana yang dimaksud untuk menjauhkan dari sumber dana. Dana tersebut mungkin disalurkan melalui pembelian dan penjualan instrumen keuangan, atau pencucian uang dengan cara sederhana mengirimkan uang tersebut melalui “electronic funds/wire tranfer” kepada sejumlah bank yang berada dibelahan dunia lain. Tindakan untuk menyebarkan hasil kejahatan kedalam negara yang tidak mempunyai rezim anti money laundering, dalam beberapa hal mungkin dilakukan dengan menyamarkan transfer melalui bank sebagai pembayaran pembelian barang atau jasa sehingga tindakan tersebut seolah-olah nampak sebagai suatu tindakan hukum yang sah.

3. Integration stage Dalam tahapan ini hasi kejahatan di investasikan dalam kegiatan ekomoni yang sah misalnya pencucian uang akan memili h menginvestasikan dalam bentuk pembelian real estate, aset-aset yang mewah, atau ditanamkan dalam kegiatan usaha yang mengandung risiko. 70

70 Sundari, S. Arie, 2002, Penerapan Know Your Customer Principle di Perbankan dan Kaitannya Dengan UU Tindak Pidana Pencucian Uang, Jurnal Keadilan Vol. 2, Center For Law And Justice Studies, Jakarta, hlm. 33

Page 53: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

Menurut Munir Fuady ada 8 (delapan) modus operandi pencucian uang

yaitu sebagai berikut :

1. Kerjasama Penanaman Modal, Uang hasil kejahatan dibawa ke luar negeri. Kemudian uang itu dimasukkan lagi ke dalam negeri lewat proyek penanaman modal asing (joint venture). Selanj utnya keuntungan dari perusahaan joint venture dii nvestasikan lagi ke dalam proyek-proyek yang lain, sehingga keuntungan dari proyek tersebut sudah uang bersih bahkan sudah dikenakan pajak.

2. Kredit Bank Swiss Uang hasil kejahatan diselundupkan dulu ke luar negeri lalu dimasukkan di bank tertentu, lalu di transfer ke bank Swiss dalam bentuk deposito. Deposito dijadikan jaminan hutang atas pinjaman di bank lain di negara lain. Uang dari pinjaman ditanamkan kembali ke negara asal di mana kejahatan dilakukan. Atas segala kegiatan ini menjadikan uang itu sudah bersih.

3. Transfer ke luar Negeri Uang hasil kejahatan ditransfer ke luar negeri lewat cabang bank luar negeri di negara asal. Selanjutnya dari luar negeri uang dibawa kembali ke dalam negeri oleh orang tertentu seolah-olah uang itu berasal dari luar negeri.

4. Usaha Tersamar di dalam Negeri Suatu perusahaan samaran di dalam negeri didirikan dengan uang hasil kejahatan. Perusahaan itu berbisnis tidak mempersoalkan untung atau rugi. Akan tetapi seolah-olah terjadi adalah perusahaan itu telah menghasilkan uang bersih.

5. Tersamar Dalam Perj udian Uang hasil, kejahatan didirikanlah suatu usaha perjudian, sehingga uang itu dianggap sebagai usaha j udi. Atau membeli nomor undian berhadiah dengan nomor menang dipesan dengan harga tinggi sehingga uang itu dianggap sebagai hasil menang undian.

6. Penyamaran Dokumen Uang hasil kejahatan tetap di dalam negeri. Keberadaan uang itu didukung oleh dokumen bisnis yang dipalsukan atau direkayasa sehingga ada kesan bahwa uang itu merupakan hasil berbisnis yang berhubungan dengan dokumen yang bersangkutan. Rekayasa itu misalnya dengan melakukan double invoice dalam hal ekspor impor sehingga uang itu dianggap hasil kegiatan ekspor – impor.

7. Pinjaman Luar Negeri

Page 54: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

42

Uang hasil kejahatan dibawa ke luar negeri. Kemudian uang itu dimasukkan lagi ke dalam negeri asal dalam bentuk pinjaman luar negri. Sehingga uang itu dianggap diperoleh dari pinjaman (bantuan kredit ) dari luar negeri.

8. Rekayasa Pinjaman Luar Negeri Uang hasil kejahatan tetap berada di dalam negeri. Namun dibuat rekayasa dokumen seakan-akan bantuan pinjaman dari luar negeri. 71

Dalam rumusan Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 25 Tahun 2003

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang, disebutkan bahwa :

Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana kekayaan, sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

Dikemukakan oleh Irman TB, bahwa tindak pidana pencucian uang

sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 6 (1) Undang-undang No. 15 tahun 2002

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah dirubah dengan

Undang-undang No. 25 tahun 2003 mengandung unsur sebagai berikut:

1. Setiap orang; 2. Menerima atau menguasai; 3. Penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan atau

penukaran; 4. Harta kekayaan; 5. Diketahuinya atau patut didganya; 6. Merupakan hasil tindak pidana.

Sehingga dalam unsur tindak pidana pencucian uang terdapat unsur

pokok yang harus selalu ada dalam setiap tindak pidana pencucian uang yaitu :

1. Kegiatan transaksi;

71 Munir Fuady, 2001. Hukum Perbankan Indonesia. Cirtra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 155

Page 55: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

43

2. Sesuatu harta kekayaan; 3. Perbuatan melanggar hukum.

Dengan demikian menurut Irman, TB. pola pencucin uang adalah telah

terjadi suatu tindak pidana asal (predicate crime) kemudian menghasilkan harta

kekayaan dan harta kekayaan tersebut ditransaksikan ke dalam penyedia jasa

keuangan. Pola ini dapat digambarkan sebagai berikut : 72

Alur Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang

Tindak Pidana Money Laundring

72 Irman, TB. 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, MQ g yy p

hlm. 81.

Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan Melawan Hukum

Transaksi Penempatan Transfer dst

Harta Kekayaan dari Tindak

Pidana

Tndak Pidana Asal (predicate crime)

Diketahui/patut diduga hasil tindak pidana

Page 56: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

44

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi yuridis positivis, yakni

bahwa hukum identik dengan norma tertulis yang dibuat oleh yang berwenang,

selama ini hukum dibuat sebagai suatu sistem normatif yang bersifat otonom

tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat. 73

B. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analisis yaitu penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum positif yang

menyangkut permasalahan yang sedang diteliti. 74

C. Lokasi Penelitian, Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di

Pengadilan Negeri Purwokerto.

D. Sumber Data Sehubungan dengan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu pendekatan yuridis normatif, maka sumber data yang digunakan adalah

data sekunder. Sumber data sekunder dimaksud meliputi peraturan perundang-

73 Soemitro Ronny Hanitijo, 1988. Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri. Ghalia Indonesia, Jakarta. hlm. 11

74 Ibid., hlm. 98

Page 57: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

45

75 Ibid., hlm. 51

undangan yang berlaku, buku-buku literatur, dokumen atau arsip-arsip yang

berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti dan Putusan Pengadilan

Negeri Purwokerto Perkara Nomor : 36/Pid.Sus/201 1/PN. Pwt.

E. Metode Pengumpulan Data Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan metode studi

kepustakaan (library research), yaitu mempelajari Putusan Pengadilan Negeri

Purwokerto Nomor : 36/Pid.Sus/201 1/PN. Pwt, peraturan perundang-undangan,

buku-buku literatur, dan dokumen resmi yang ada relevansinya dengan pokok

permasalahan yang sedang diteliti.

F. Metode Penyajian Data Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian yang

disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan data yang

diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya dan disesuaikan dengan

pokok permasalahan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dengan pokok

permasalahan yang diteliti.

G. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara normatif kualitatif yaitu

menjabarkan dan menafsirkan data berdasarkan asas-asas, norma-norma,

teori/doktrin ilmu hukum khususnya hukum pidana. 75

Page 58: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap putusan Pengadilan Negeri Purwokerto

perkara Nomor : 36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, tentang ti ndak pidana “Menerima,

Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang Patut Diduganya Merupakan

Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika Secara Bersama-sama dan

Berlanj ut”, dari hasil penelitian tersebut pada pokoknya dapat diuraikan sebagai

berikut : 1. Duduk Perkara

Terdakwa I Unum Haeni dan terdakwa II Didi Riyanto bersama

Ir. A.R. Farida, Khamil Yahyanoor, Laurens Joosvia Marpaung Als. Edi

Johnson Als. Hendrik, Mugilan Anguthan, Perumal G. Anguthan, A.

Arivananthan Anguthan, Leo Nababan, Suryabahadur Tamang Als. Kiran

Als. Borki Als. David, pada hari Senin tanggal 5 Nopember 2008 sampai

dengan hari Jum‟at 29 Oktober 2010 atau setidak-tidaknya pada waktu lain

dalam bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, bertempat

di Bank Central Asia Purwokerto Jl. Jenderal Soedirman Purwokerto, atau

setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah

Hukum Pengadilan Negeri Purwokerto yang berwenang memeriksa dan

mengadili perkaranya, telah melakukan atau yang menyuruh lakukan atau

turut melakukan beberapa perbuatan perhubungan, sehingga dengan demikian

Page 59: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

47

harus dipandang sebagai salah satu perbuatan yang diteruskan, menerima atau

menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,

penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya

atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana Narkotika. 2. Dakwaan

Para Terdakwa dihadapkan di muka persidangan Pengadilan Negeri

Purwokerto atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan Alternatif

Subsidairitas, yaitu sebagai berikut : - Dakwaan Kesatu Primair :

Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 114

ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika - Subsidair :

Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalamPasal 112

ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 Atau

- Kedua Primair :

Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 137

huruf a UU No. 35 Tahun 2009 jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo Pasal

64 ayat (1) KUHP - Subsidair :

Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 137

huruf b UU No. 35 Tahun 2009 jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo Pasal

64 ayat (1) KUHP

Page 60: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

48

Atau - Ketiga Primair :

Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 3

UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang - Subsidair :

Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 4

UU No 8 Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1)

KUHP - Lebih Subsidair :

Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 5

ayat (1) UU No. 8 Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP jo Pasal

64 ayat (1) KUHP 3. Saksi dan Barang bukti

a. Saksi

Untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah

mengajukan saksi-saksi yang telah memberikan keterangan di bawah

sumpah, saksi-saksi tersebut adalah : 1) Saksi : Suraedi 2) Saksi : Toto Susilo 3) Saksi : Heru Subiarso

Page 61: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

49

4) Saksi : Laurens Hoosvia arpaung als. Edi Jonsons als. Hendrik 5) Saksi : Surya Bahadur Tamang als. Kiran als. Boski 6) Saksi : Ulfa Afria 7) Saksi : Endarto Putra Jaya, SH 8) Saksi : Indah Puji Astuti 9) Saksi : AR. Farida 10) Saksi : Arivananthan Anguthan 11) Saksi : Perumal Angutah 12) Saksi : Tet Mie 13) Saksi : Michael Sutrisno 14) Saksi : Mohammad Novian, SH.MH (saksi ahli)

b. Barang bukti

1) 1 (satu) buah Handphone Merk HT Mobile 2) 1 (satu) buah Handphone Merk Sonny Erikson 3) 1 (satu) buah SIM Card Simpati No. 082113892484 4) 1 (satu) buah SIM Card XL No. 087837444590

(Disita dari Unun Haeni)

1) 1 (satu) buah Handphone Merk Smart Freen warna Putih tanpa kartu 2) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 5000 warna Biru Tua tanpa

kartu 3) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1202 tanpa kartu 4) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1280 berikut SIM Card No.

087872156432 (Disita dari Didi Riyanto)

Page 62: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

50

1) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 3 lembar

dengan Kode BB A-C

2) Sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa RT 04/IV Kecamatan

Patikraja, Kabupaten Banyumas seluas 191 M 2.

3) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 1 lembar

dengan Kode BB D

4) Sertifikat Hak Milik Nomor: 00694 Desa Sidabowa, Kecamatan

Patikraja, Kabupaten Banyumas atas nama Murdono dan Akta Jual

Beli yang belum jadi sejumlah 1 Buku dengan kode BB-E 4. Keterangan Terdakwa

a. Terdakwa I : Unun Haeni - Terdakwa II (Didi Riyanto) adalah kakak kandung Terdakwa I (Unun

Haeni);

- Terdakwa Didi (Terdakwa II) bekerja di Rupbasan Purwokerto dan

sebelumnya bekerja di LP Nusakambangan, tetapi tidak tahu

jabatannya;

- Terdakwa I (Unun Haeni) bekerja di Kaldo Sari Nabati Cabang

Purwokerto, sebelumnya bekerja di : pertama tahun 2004 bekerja di

Frisian Flag, kedua tahun 2006 pindah di Kalbe Farma, ketiga tahun

Page 63: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

51

2008 pindah di PT. Fontena Brand Indonesia, dan keempat tahun 2010

sampai sekarang Terdakwa I bekerja di Kaldo Sari Nabati;

- Karena pekerjaan Terdakwa I pindah-pindah, setiap kali pindah

perusahaan dari perusahaan menyuruh untuk membuka rekening baru;

- Terdakwa I mempunyai 5 (lima) rekening di BCA Purwokerto yang

digunakan untuk menerima gaji Terdakwa I (Unun Haeni), dari 5

rekening tersebut, ada 2 rekening yang dibuat atas perintah Terdakwa II

(Didi Riyanto) semua rekening ada ATM nya dan yang menggunakan

MB ada 2 rekening, satu dipegang oleh Terdakwa I dan satu dipegang

oleh Terdakwa II;

- Terdakwa II pernah meminjam semua rekening BCA milik Terdakwa I,

3 rekening dipegang oleh terdakwa I dan 2 rekening dipegang oleh

Terdakwa II yang direrahkan ATM dan Buku Tabungan, dan MB;

- Terdakwa II pinjam rekening BCA milik Terdakwa I menurut

pengakuan Terdakwa II ada temannya yang mau tranfer dan uangnya

akan diambil;

- Setelah pinjam rekening kadang langsung dikembalikan dan kadang

dipegang dulu oleh Terdakwa II, jika Terdakwa I butuh kemudian

menghubungi Terdakwa II melalui telpon untuk minta rekening

Terdakwa I agar dikembalikan, setelah itu ATM beserta bukunya

diserahkan lagi kepada Terdakwa II;

- Terdakwa I mempunyai rekening di bank lain yaitu di BRI, tetapi

Terdakwa II tidak pernah meminjam rekening BRI milik Terdakwa I;

Page 64: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

52

- Sebagai pemilik rekening Terdakwa I pernah melihat saldo di buku

tabungan yang dipinj am oleh Terdakwa II, karena saksi pernah disuruh

untuk mengecek dan prin out Buku, Terdakwa I juga pernah disuruh

oleh Terdakwa II untuk mentransfer baik melalui Teller maupun MB

yang nilainya besar-besar;

- Saldo paling kecil Rp 1 j uta –Rp 2 j uta, ada j uga saldo sebesar Rp 50

juta, Rp 70 juta, Rp 200 juta dan yang terbesar Rp 462 juta;

- Pada waktu disuruh untuk mentransfer Terdakwa II memberikan nomor

rekening dan nama orang yang akan ditransfer, akan tetapi Terdakwa I

lupa pernah transfer kepada siapa saja karena tidak pernah mengingat-

ingat, tetapi lebih dari 10 (sepuluh) orang;

- Terdakwa I tidak tahu uang tersebut uang apa, karena curiga

Terdakwa I pernah bertanya kepada Terdakwa II tetapi Terdakwa II

tidak pernah memberi tahu, dan hanya menj awab uang tersebut bukan

dari hasil kejahatan, apa yang disuruh dikerjakan saja, selanjutnya

Terdakwa I tidak pernah bertanya lagi kepada Terdakwa II;

- Terdakwa II meminj am rekening milik Terdakwa I karena kebanyakan

yang transfer melalui rekening BOA sedang Terdakwa II tidak

mempunyai rekening BOA sehingga pinj am rekening Terdakwa I;

- Terdakwa I pernah menyuruh Terdakwa II untuk membuka rekening di

BOA tetapi Terdakwa II mengatakan tidak perlu karena sudah

menggunakan rekening Terdakwa I;

Page 65: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

53

- Terdakwa I kenal dengan saksi Ulfa karena pernah menjadi partner

dalam satu perusahaan yang ditempatkan di Moro Purwokerto;

- Pada tahun 2008 Terdakwa I pernah pinjam ATM milik saksi Ulfa, saat

itu Terdakwa II datang ke tempat kerjaan Terdakwa I di Moro mau

pinjam ATM milik Terdakwa I karena ada temannya mau transfer, akan

tetapi saat itu Terdakwa I tidak membawa ATM, kemudian Terdakwa II

menyuruh Terdakwa I untuk meminjam temannya, selanjutnya

Terdakwa I meminjam ATM milik saksi Ulfa;

- Terdakwa I pernah disuruh oleh Terdakwa II untuk menerima telpon

dan bicara dengan Surya Bahadur als. Boski als. Kiran tujuannya adalah

untuk berkenalan saja;

- Sebelumnya Terdakwa I belum pernah bertemu dengan Boski als.

Kiran, Terdakwa I bertemu Boski als. Kiran pada waktu di BNN;

- Terdakwa I pernah tanya kepada Terdakwa II siapa Boski als. Kiran

tersebut dan dijawab oleh Terdakwa II bahwa Boski als. Kiran adalah

Napi di Nusakambangan;

- Semula Terdakwa I tidak tahu uang apa yang masuk ke rekening dan

yang di transfer Terdakwa I, Terdakwa I tahu dari penyidik BNN bahwa

ternyata rekening milik Terdakwa I telah dipinjamkan kepada Kiran

oleh Terdakwa II;

- Setelah rekening Terdakwa I diblokir, Terdakwa I sms kepada Ulfa

mengajak bertemu, dan ternyata rekening milik saksi Ulfa juga diblokir;

Page 66: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

54

- Di dalam Terdakwa I membantu Terdakwa II melakukan transaksi baik

menerima dan mentransfer tidak mendapatkan apa-apa, Terdakwa II

memang sering memberi uang kepada Terdakwa I sebesar Rp 50.000,0

tetapi uang tersebut untuk keperluan sehari-hari yaitu untuk membantu

orang tua, karena Tersdakwa I tinggal bersama orang tua;

- Dalam 1 bulan Terdakwa II kadang memberi uang hingga 3 kali,

Terdakwa I juga pernah diberi uang sebesar Rp 1 juta sebanyak 2 kali

pada waktu akan membali HP dan waktu akan pasang PAM di rumah,

pada waktu disuruh untuk membuka rekening Terdakwa II juga

memberi uang sebesar Rp 500 ribu untuk buka rekening;

- Terdakwa II pernah menjalankan bisnis hiasan bunga tetapi sekarang

sudah berhenti, dalam menjalankan bisnis tersebut tidak memerlukan

modal hingga Rp 400 juta;

- Rekening yang masih aktif adalah nomornya ... 31614, setalah

Terdakwa I pindah ke Kaldo Sari Nabati kemudian pindah bank

Permata dan nomor rekening tersebut tidak digunakan lagi; - Terdakwa I menyesal; - Terdakwa I belum pernah dihukum.

b. Terdakwa II : Didi Riyanto

- Terdakwa II bekerja sebagai PNS di LP Besi Nusakambangan sejak

tahun 2000 s/d tahun 2008, dan sekarang bekerja di Rupbasan

Purwokerto;

Page 67: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

55

- Tahun 2005 Terdakwa II kenal dengan Surya Bahadur Tamang als.

Boski. Als. Kiran di LP Besi Nusakambangan, saat itu kapasitas

Terdakwa sebagai Pegawai LP dan Surya Bahadur als. Boski als. Kiran

sebagai Napi kasus Narkoba yang dihukum selama 20 tahun;

- Setelah berkenalan kemudian da komunikasi, karena sebagai Napi jauh

dari keluarga, jika keluarga ingin kirim uang untuk keperluan Napi

minta tolong kepada pegawai, lalu Surya Bahadur als. Boski als. Kiran

minta tolong kepada Terdakwa II untuk menerima kiriman uang dari

keluarga Boski als. Kiran;

- Sejak tahun 2005 Terakwa II meminjam dan menggunakan rekening

atas nama Terdakwa I, rekening tersebut ada ATM dan Mobile

Banking;

- Adik Terdakwa II yaitu Terdakwa I mempunyai 5 rekening dan

semuanya pernah dipinjam oleh Terdakwa II;

- Semula transfer yang diterima dari isteri Boski als. Kiran bernama

Fitriyani di Jakarta sebesar Rp 3.5 juta, kemudian transfer dari teman

Boski als. Kiran, kadang nilainya sedikit dan kadang banyak;

- Di dalam tahanan boleh membawa HP karena itu kebijakan pimpinan,

jika ada transfer kalau Terdakwa II sedang dinas pemberitahuannya

secara langsung, jika tidak sedang dinas pemberitahuannya melalui

telpon;

- Atas perintah Kiran, Terdakwa II disuruh mengecek uang yang masuk

ke rekening berapa, nanti sebagian dikirim lagi kesini dan kesitu,

Page 68: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

56

Boski als. Kiran memberikan nama, nomor rekenig dan nominal uang

yang akan ditransfer, jika ada transfer yang nilainya besar di rekening

yang dipegang Terdakwa I, lalu Terdakwa II menyuruh Terdakwa I

untuk mengecek;

- Di rekeing an. Terdakwa I pernah menerima transfer dari rekening

Farida sebesar Rp 462 juta, kemudian Terdakwa II menyuruh Terdakwa

I untuk ambil melalui teller dan ditransfer lagi tetapi Terdakwa II lupa

uang terebut ditransfer kepada siapa saja;

- Uang yang ditransfer melalui ATM jumlahnya antara Rp 50 juta –

Rp 70 j uta;

- Terdakwa II di dalam membantu Boski als. Kiran untuk menerima dan

mentransfer uang mendapat Fie (imbalan) dari Boski als. Kiran yang

besarnya antara Rp 1 j uta s/d 2 j uta, akan tetapi pemberian upahnya

semaunya Boski als. Kiran, tidak setiap perintah kemudain mendapat

imbalan;

- Fie (imbalan) tersebut digunakan untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari

dan tidak benar uang fie tersebut digunakan untuk membeli tanah,

Terdakwa II membeli tanah dari uang dapat arisan dan jual perhiasan

dari bawaan waktu nikah; - Terdakwa II pernah 2 kali pinjam rekening an. Ulfa yaitu pertama

pinjam melalui Terdakwa I dan yang kedua pinjam sendiri kepada

Ulfa; - Terdakwa II meminj am rekening milik U lfa karena rekening

milik Terdakwa I diblokir;

Page 69: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

57

- Terdakwa II pernah menyuruh saksi Ulfa untuk membuka rekening di

BCA kemudian rekening tersebut dipakai dan dipegang oleh

Terdakwa II;

- Rekening an. Ulfa yang dipakai dan dipegang Terdakwa II ada 2

rekening, yang dipegang oleh Terdakwa II berupa ATM dan MB, jika

tarik dengan buku Terdakwa II minta tolong kepada saksi Ulfa;

- Menurut Terdakwa II melakukan seperti itu adalah hal biasa dan wajar,

karena sebagian besar pegawai LP di Nusakambangan berbuat

seperti itu;

- Uang yang masuk dan yang ditransfer nilainya besar-besar, Terdakwa II

pernah curiga dan tanya kepada Kiran mengenai uang tersebut uang

apa, lalu dijawab oleh Kiran itu uang judi bola dan bukan uang

Narkoba;

- Terdakwa II dalam menerima dan mentransfer uang tidak menggunakan

rekening atas nama sendiri, karena Kiran mengatakan supaya memakai

rekening yang ada, adan karena Terdakwa II sudah beberapa kali minta

tolong akhirnya keterusan;

- Rekening Ulfa dan Unun (Terdakwa I) semua dipakai oleh Kiran, jika

di rekening Ulfa jumlahnya tidak mencukupi untuk mentransfer, maka

rekening Ulfa ditransfer dari rekening Terdakwa I, dan pernah juga

transfer dari rekening Ulfa ke rekening Ulfa;

- Terdakwa II pernah dengan menganai PPATK yaitu Lembaga yang

mempunyai hak untuk memeriksa transaksi yang mencurigakan;

Page 70: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

58

- Terdakwa II pernah menyuruh Terdakwa I untuk menrima telepon dan

bicara dengan Boski als. Kiran, tujuannya untuk memberikan

kepercayaan kepada Boski als. Kiran, waktu itu rekening an. Unun

sudah dipakai oleh Boski; - Terdakwa II menyesal; - Terdakwa II belum pernah dihukum.

5. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum a. Membebaskan Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto dari

dakwaan Kesatu dan Kedua

b. Menyatakan Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto telah

terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

Pencucian Uang secara Bersama-sama dan Berlanjut” sebagaimana surat

dakwaan alternatif Ketiga Lebih Subsidair Pasal 5 Undang-undang No. 8

Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP

c. Menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa I Unun Haeni selama 1

(satu) tahun dan Terdakwa II Didi Riyanto selama 2 (dua) tahun.

d. Menjatuhkan pula pidana denda kepada Terdakwa I Unun Haeni dan

Terdakwa II Didi Riyanto masing-masing sebanyak Rp 250.000.000,- (dua

ratus lima puluh juta rupiah) subsidair masing-masing 3 (tiga) bulan

kurungan; e. Menyatakan barang bukti berupa :

1) 1 (satu) buah Handphone Merk HT Mobile

2) 1 (satu) buah Handphone Merk Sonny Erikson

Page 71: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

59

3) 1 (satu) buah Handphone Merk Smart Freen warna Putih tanpa kartu 4) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 5000 warna Biru Tua tanpa

kartu 5) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1202 tanpa kartu 6) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1280 tanpa kartu

7) Sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa RT 04/IV Kecamatan

Patikraja, Kabupaten Banyumas seluas 191 M 2 berikut Sertifikat Hak

Milik Nomor: 00694 Desa Sidabowa, Kecamatan Patikraja,

Kabupaten Banyumas atas nama Murdono dan Akta Jual Beli yang

belum jadi sejumlah 1 Buku dengan kode BB-E Dirampas untuk Negara; 1) 1 (satu) buah SIM Card Simpati No. 082113892484 2) 1 (satu) buah SIM Card XL No. 087837444590

3) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 3 lembar

dengan Kode BB A-C

4) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 1 lembar

dengan Kode BB D 5) SIM Card No. 087872156432

Dilampirkan dalam berkas perkara

Page 72: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

60

f. Menetapkan agar Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto

untuk membayar biaya perkara masing-masing sebanyak Rp 10.000,-

(sepuluh ribu rupiah). 6. Pertimbangan Hukum Hakim

Untuk dapat mempersalahkan seseorang telah melakukan tindak

pidana maka semua unsur dalam dakwaan harus terpenuhi dan terbukti secara

sah dan meyakinkan. Karena dakwaan disusun secara Alternatif Subsidairitas

maka Majelis diperkenankan memilih salah satu dakwaan antara dakwaan

Kesatu, dakwaan Kedua atau dakwaan Ketiga yang sesuai dengan fakta yang

terungkap di persidangan dan dari dakwaan alternatif yang terpilih tersebut

Majelis akan mempertimbangkan dakwaan yang disusun secara subsidairitas

tersebut mulai dakwaan Primair dan apabila dakwaan Primair tidak terbukti

akan dipertimbangkan dakwaan berikutnya.

Para Terdakwa dihadapkan di muka persidangan Pengadilan Negeri

Purwokerto atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan Alternatif

Subsidairitas. Karena dakwaan disusun secara alternatif maka memberikan

kebebasan bagi Majelis Hakim untuk memilih dakwaan yang relevan untuk

dipertimbangkan berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di

persidangan.

Berdasarkan fakta di persidangan Majelis Hakim memilih untuk

mempertimbangkan dakwaan Ketiga, dalam dakwaan Ketiga Penuntut Umum

mempunyai struktur dakwaan sebagai berikut :

Page 73: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

61

a. Dakwaan Primair, melanggar Pasal 3 Undang-undang No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,

dalam dakwaan Ketiga Primer tidak terbukti sehingga para terdakwa harus

dibebaskan dari dakwaan Ketiga Primair tersebut. Karena dakwaan Ketiga

Primair tidak terbukti maka Majelis akan mempertimbangkan dakwaan

berikutnya yaitu dakwaan Ketiga Subsidair.

b. Dakwaan Subsidair, melanggar Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 2010

jo Pasal 55 ayat (1) KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, dalam dakwaan

Ketiga Sub sidair tidak terbukti sehingga para terdakwa harus dibebaskan

dari dakwaan Ketiga Subsidair tersebut, karena dakwaan Ketiga Subsidair

tidak terbukti maka Majelis akan mempertimbangkan dakwaan berikutnya

yaitu dakwaan Ketiga Lebih Sub sidair.

c. Dakwaan Lebih Subsidair, melanggar Pasal 5 ayat (1) Undang-undang

No. 8 Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1)

KUHP, yang unsur-unsurnya sebagai berikut : 1) Setiap Orang 2) Menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran,

hibah, sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diketahuinya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

3) Sebagai orang yang melakukan, menyuruh lakukan atau turut melakukan

4) Beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan.

Ad. 1) Setiap Orang

Page 74: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

62Yang dimaksud unsur “setiap orang” adalah seseorang atau

subjek hukum yang diajukan oleh Penuntut Umum ke depan

persidangan karena didakwa telah melakukan suatu perbuatan pidana

dengan identitas sebagimana diuraikan dalam surat dakwaan untuk

menghi ndari terj adinya salah orang (error in person).

Di depan persidangan telah dihadapkan seseorang bernama :

Unun Haeni dan Didi Riyanto dengan identitas sebagaimana tersebut

di atas sebagai para terdakwa atas identitas yang dipertanyakan

Majelis Hakim terhadap terdakwa maka identitas tersebut diakui oleh

para terdakwa secara tegas dan tidak dibantah di persidangan.

Berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan,

para terdakwa adalah orang dewasa yang sehat j asmani dan rohani nya

dan termasuk orang yang cakap berbuat hukum, karena selama

pemeriksaan di persidangan tidak ditemukan adanya alasan pembenar

dan pemaaf yang dapat menghapus sifat perbuatan para terdakwa.

Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas maka unsur

pertama ini telah terpenuhi.

Ad. 2) Menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diketahuinya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

Unsur kedua ini bersifat alternatif sehingga apabila salah satu sub unsur terbukti maka tidak perlu dibuktikan sub unsur yang lain.

Page 75: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

63

bukti surat dikaitkan dengan barang bukti maka dapat diketahui

Terdakwa II Didi Riyanto sebagai PNS di Lembaga Pemasyarakatan

Besi Nusakambangan Cilacap, di mana ruang lingkup tugasnya antara

lain pembinaan Narapidana, telah berkenalan dengan salah satu dari

Narapidana yang ada yaitu Suryabahadur Tamang Als Kiran Als

Boski Als David.

Saat Terdakwa II Didi Riyanto berkenalan dengan saksi

Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David, perkenalan

tersebut selain berhubungan antara terdakwa dengan binaannya, juga

berhubungan tentang penitipan uang guna kebutuhan makanan

tambahan, lalu berkembang menjadi suatu kesepakatan untuk

melakukan kegiatan yang berkaitan dengan Cheker dan tarik tunai

serta transfer, peran Terdakwa II dalam kegiatan tersebut adalah

sebagai Cheker untuk mengetahui berapa uang masuk pada rekening

yang dikuasai Terdakwa II dan kemudian tarik tunai serta transfer,

sedangkan Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David

berperan sebagai pengendali di dalam Lapas Besi Nusakambangan,

adapun untuk menampung keluar masuknya keuangan, Terdakwa II

bekerjasama dengan Terdakwa I Unun Haeni yang berperan membuka

rekening di BCA Cabang Purwokerto atas nama Terdakwa I sekaligus

juga sebagai penarik tunai serta transfer.

Selain rekening milik Terdakwa I juga menggunakan

rekening atas nama Ulfa Alfria masing-masing rekening No.

Page 76: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

64

0460691294 dan No. 0460992664 di BCA Cabang Purwokerto,

sedangkan untuk mentransfer menggunakan Mobile Banking dengan

HP XL No. 08783744590 milik Terdakwa I, mengenai keluar

masuknya keuangan melalui rekening yang telah dipersiapkan selalu

diawasi atau digerakan oleh Suryabahadur Tamang Als Kiran Als

Boski Als David yang berada di Lapas Nusakambangan melalui

telpon kepada Terdakwa II, seletah Terdakwa II menerima perintah

lalu berangkat ke Bank melaksanakan perintah bersama-sama dengan

Terdakwa I atau dengan Ulfa Afria atau kadang-kadang hanya

Terdakwa II bila memungkinkan cukup melalui Mobile Banking (MB)

disesuaikan dengan perintah dari Suryabahadur Tamang Als Kiran Als

Boski Als David.

Saat Terdakwa II menyetujui keinginan dari saksi

Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David maka

Terdakwa II mengetahui uang yang ada di rekening Terdakwa I adalah

berasal dari kejahatan karena saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran

Als Boski Als David mengatakan uang tersebut adalah untuk kegiatan

perjudian bola dan Terdakwa II menyuruh Terdakwa I untuk

membuka rekening yang dipakai untuk menampung uang yang

merupakan hasil tindak pidana tersebut.

Terdakwa I sepatutnya mengetahui kalau uang yang ada

direkeningnya berasal dari tindak pidana karena Terdakwa II pernah

memberitahukan kalau uang yang ada di rekening Terdakwa I adalah

Page 77: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

65

milik saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David

yang merupakan Narapidana di Lapas Besi Nusakambangan, dan baik

Terdakwa I maupun Terdakwa II mengetahui uang yang ada di

rekening Terdakwa I sangat banyak dan tidak mungkin seorang

Narapidana yang sudah tidak dapat bekerja di luar Lapas bisa

memiliki uang sebanyak itu kecuali uang tersebut berasal dari hasil

kejahatan.

Perbuatan dari Terdakwa I Unun Haeni menerima dalam

rekeningnya atas perintah dari Terdakwa II Didi Riyanto aliran dana

milik Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David ternyata

tidak hanya untuk kepentingan keluarga Suryabahadur Tamang Als

Kiran Als Boski Als David saja akan tetapi juga untuk keperluan lain

yang kemudian baru diketahui terkait dengan Narkotika sehingga

dengan demikian unsur kedua telah terpenuhi. Ad. 3) Sebagai orang yang melakukan, menyuruh lakukan atau

turut melakukan

Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan peranan

Terdakwa I dan Terdakwa II dalam menerima transfer dari dana milik

saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David adalah

bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II saling bekerjasama dalam

mengelola dana tersebut yaitu untuk mengecek uang yang masuk ke

rekening Terdakwa I dan kemudian mentranfer ke reneking orang lain

sebagaimana yang disuruh oleh saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran

Page 78: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

66

Als Boski Als David dan kemudian perbuatan tersebut diketahui

terkait dengan peredaran Narkotika yang dilakukan oleh saksi

Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David sehingga

dengan demikian unsur ketiga telah terpenuhi.

Ad. 4) Beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan.

Sesuai fakta yang terungkap di persidangan Terdakwa I dan

Terdakwa II telah melakukan perbuatan menerima dan kemudian

mentranfer dalam milik saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran Als

Boski Als David yang disimpan di rekening milik terdakwa I dan hal

tersebut dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut :

No. Tanggal No. Rekening Perihal Jumlah (Rp) Keterangan

1. 5- 4- 2010 0460791290 Ulfa

Tarikan pemidahan dengan buku kecil (THP Gold) oleh Ulfa a ta s p er inta h terdakwa

420.000.000,00 5-4-2010

2. 14-9-2010 0460931614 Unun

Unun transfer Via ATM

55.000.000,00 Dikirim ke Yulianton Rek. 2731600572

3. 14-9-2010 0460931614 Unun

Unun mentransfer Via MB

2.000.000,00 Rek 8210140531 TETMI

4. 14-9-2010 0460931614 Unun

Unun transfer Via MB

3.000.000,00 Dikirim ke M. Sutrisno No. Rek. 8210074971

5. 15-10-2010 0460992664 Ulfa

Ulfa tranfer Via ATM

30.000.000,00 Dikirim ke Michael S. No. Rek 8210074971

6. 21-10-2010 0460931614 Unun

Unun transfer Via MB ke

74.800.000,00 Kirim ke 6530098786

Page 79: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

67

tahapan A.n. AR. Farida 7. 26-10-2010 0460931614

Unun Ulfa transfer Via ATM

51.000.000,00 Dikirim ke Yulianton Rek. 2731600572

8. 26-10-2010 0460992664 Ulfa

Pemindahan langsung tabungan Ulfa ke tahapan

250.000.000,00 Ke rekening 2681257715 A.n. Luyono

9. 26-10-2010 0460992664 Ulfa

Ulfa transfer Via ATM

60.000.000,00 Dikirim ke 4830269059 A.n. Indah Pujiastuti= Hendrik

10. 27-10-2010 0460992664 Ulfa

Ulfa transfer V i a AT M k e tahapan

75.000.000,00 Kirim ke 6530098786 A.n. AR. Farida

11. 29-10-2010 0460992664 Ulfa

Ulfa Via ATM ke tahapan

74.000.000,00 Dikirim ke 6530098786 A.n. AR. Farida

Dengan fakta seperti terurai di atas maka unsur keempat telah

terpenuhi.

Karena semua unsur dalam dakwaan Ketiga Lebih Sub sidair

terpenuhi sehingga dakwaan tersebut terbukti secara sah dan

menyakinkan sehingga para terdakwa harus dinyatakan bersalah dan

dihukum setimpal dengan perbuatannya. Penjatuhan pidana pada

dasarnya harus memenuhi filosofi penghukuman yaitu bahwa

penjatuhan pidana bukanlah meruakan bentuk pembalasan akan tetapi

penjatuhan pidana merupakan sarana preventif yaitu mencegah orang

lain mengikuti perbuatan terdakwa, dan sarana kuratif yaitu

menyadarkan terdakwa akan kesalahannya dan efek membuat jera

kepada para terdakwa sehingga mereka tidak mengulangi

perbuatannya.

Page 80: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

68

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas,

Majelis memperoleh keyakinan bahwa para terdakwa telah terbukti

secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Ketiga Lebih Subsidair dan

karena tidak ditemukan alasan pemaaf yang meniadakan sifat

melawan hukum dan alasan pembenar yang meniadakan kesalahan

dalam diri terdakwa maka terdakwa harus dinyatakan bersalah dan

kepada terdakwa harus dijatuhi pidana.

Sebelum Majelis Hakim menjatuhkan putusan, maka harus

dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan dari

perbuatan terdakwa : Hal-hal yang memberatkan : 1) Perbuatan para terdakwa meresahkan masyarakat

2) Terdakwa II (Didi Riyanto) sebagai PNS telah melanggar sumpah jabatan

Hal-hal yang meringankan :

a. Para terdakwa mengaku bersalah, menyesal dan berjanji tidak akan

mengulangi perbuatannya

b. Terdakwa I (Unun Haeni) sedang menyusui bayinya yang terlahir saat

proses perkara disidangkan; c. Para terdakwa belum pernah dihukum;

d. Terdakwa II (Didi Riyanto) mempunyai tanggungan nafkah atas seorang

isteri dan anak yang masih kecil. 7. Putusan Hakim

Page 81: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

69

a. Menyatakan Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto

tidak terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana dalam dakwaan Ketiga Primair dan dakwaan Ketiga Subsidair;

b. Membebaskan para Terdakwa dari dakwaan Ketiga Primair dan dakwaan

Ketiga Subsidair tersebut;

c. Menyatakan Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Menerima, Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang Patut

Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan

Narkotika Secara Bersama-sama dan Berlanj ut”;

d. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I Unun Haeni oleh karena itu

dengan pidana penj ara selama 10 (sepuluh) bulan dan kepada Terdakwa II

Didi Riyanto dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun, dan pidana

dengda masing-masing sebesar Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh

juta rupiah) dengan ketentuan apabila Para Terdakwa tidak membayar

denda tersebut maka diganti dengan pidana kurungan masing-masing

selama 2 (dua) bulan;

e. Menetapkan masa penahanan yang telah dij alani Para Terdakwa tersebut

akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, kecuali khusus

Terdakwa I Unun Haeni waktu selama dia dirawat inap di rumah sakit di

luar Rumah Tahanan Negara tidak ikut dikurangkan; f. Menetapkan agar Para Terdakwa tetap ditahan; g. Menetapkan masing-masing berupa :

Page 82: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

70

1) 1 (satu) buah Handphone Merk HT Mobile 2) 1 (satu) buah Handphone Merk Sonny Erikson 3) 1 (satu) buah Handphone Merk Smart Freen warna Putih tanpa kartu 4) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 5000 warna Biru Tua tanpa

kartu 5) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1202 tanpa kartu 6) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1280 tanpa kartu

7) Sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa RT 04/IV Kecamatan

Patikraja, Kabupaten Banyumas seluas 191 M 2 berikut Sertifikat Hak

Milik Nomor: 00694 Desa Sidabowa, Kecamatan Patikraja,

Kabupaten Banyumas atas nama Murdono dan Akta Jual Beli yang

belum jadi sejumlah 1 Buku dengan kode BB-E Dirampas untuk Negara; 1) 1 (satu) buah SIM Card Simpati No. 082113892484 2) 1 (satu) buah SIM Card XL No. 087837444590

3) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 3 lembar

dengan Kode BB A-C

4) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 1 lembar

dengan Kode BB D 5) SIM Card No. 087872156432

Page 83: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

71

Dilampirkan dalam berkas perkara h. Membebankan kepada Para Terdakwa untuk membayar biaya perkara

masing-masing sebesar Rp 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah). B. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap Putusan Perkara Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 36/Pid.Sus/2011/PN. Pwt. mengenai Tindak Pidana “Menerima, Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang Patut Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika Secara Bersama-sama dan Berlanjut” serta dengan melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut : 1. Penerapan Unsur – unsur Tindak Pidana Pencucian Uang (Money

Laundering) Pada Per kara No. 36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt Dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Purwokerto

tersebut di atas, Para Terdakwa dihadapkan di muka persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan Alternatif Subsidairitas. Karena dakwaan disusun secara alternatif maka memberikan kebebasan bagi Majelis Hakim untuk memilih dakwaan yang relevan untuk dipertimbangkan berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan.

Berdasarkan fakta di persidangan Majelis Hakim memilih untuk

mempertimbangkan dakwaan Ketiga Lebih Subsidair, melanggar Pasal 5 ayat

(1) Undang-undang No. 8 Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo

Pasal 64 ayat (1) KUHP, dalam tindak pidana pencucian uang (money

Page 84: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

72

laundering) yang dilakukan secara bersama-sama dalam bentuk “Menerima,

Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang Patut Diduganya Merupakan

Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika Secara Bersama-sama

dan Berlanjut”, dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor

36/Pid.Sus/201 1/PN. Pwt., dapat diuraikan sebagai berikut :

Tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 5 ayat (1)

Undang-undang No. 8 Tahun 2010 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal

64 ayat (1) KU HP, yang unsur-unsurnya sebagai berikut : a. Setiap Orang b. Menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,

sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diketahuinya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

c. Sebagai orang yang melakukan, menyuruh lakukan atau turut melakukan d. Beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan demikian harus

dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan. Ad. a. Unsur setiap Orang

Menurut Simons, penjelasan tentang siapa yang harus

dipandang sebagai pelaku suatu tindak pidana adalah sebagai berikut : ”Melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan seperti yang disyaratkan oleh undang-undang telah menimbulkan suatu akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-undang atau telah melakukan tindakan yang terlarang atau mengalpakan tindakan yang diwajibkan oleh undang-undang atau dengan perkataan lain ia adalah orang yang memenuhi semua unsur suatu delik seperti yang telah ditentukan di dalam undang-undang, baik itu unsur-unsur subyektif maupun unsur-unsur obyektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk melakukan tindak pidana

Page 85: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

73

tersebut timbul dari dirinya sendi ri atau timbul karena digerakkan oleh pihak lain”. 76

Mengenai unsur setiap orang, adalah orang atau subjek hukum

yang mampu bertanggung jawab atas perbuatannya menurut hukum

yang berlaku dan tidak ada alasan menurut hukum ia dapat dibebaskan

dari tanggung jawab pidana atas perbuatan pidana yang dilakukan,

berarti siapa saja baik laki-laki atau perempuan tanpa kecuali, sehat

jasmani, rohani dapat berlaku sebagai pelaku tindak pidana.

Menurut pandangan dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana, yang dapat menjadi subjek hukum pidana adalah manusia. Hal

ini dapat dilihat pada perumusan dari tindak pidana dalam KUHP,

yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subjek tindak

pidana itu, juga terlihat pada ujud hukuman/pidana yang termuat

dalam pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara, kurungan dan

denda. 77

Dikemukakan oleh Andi Hamzah, mengenai pengertian

Pegawai Negeri menurut Pasal 1 bagian 1 Undang-Undang Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun

1974 tentang Pokok – pokok Kepegawaian :

”Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau

76 Lamintang, 1984. Op. Cit. hal. 568 77 Wirjono Prodjodikoro, 1989. Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Eresco. Bandung. hlm. 55

Page 86: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

74

diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. 78

Berdasarkan pengertian pegawai negeri dalam Undang-undang

tersebut di atas dapat diketahui Terdakwa II Didi Riyanto sebagai

orang perorangan atau subjek hukum ternyata memiliki

kedudukan/jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lembaga

Pemasyarakatan Besi Nusakambangan Cilacap.

Di depan persidangan telah dihadapkan seseorang bernama :

Unun Haeni dan Didi Riyanto sebagai subjek hukum yang diajukan

oleh Penuntut Umum didakwa telah melakukan suatu perbuatan

pidana dengan identitas sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan

untuk menghindari terjadinya salah orang (error in person), identitas

yang dipertanyakan Majelis Hakim terhadap para terdakwa maka

identitas tersebut diakui oleh para terdakwa secara tegas dan tidak

dibantah di persidangan.

Berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan, para

terdakwa adalah orang dewasa yang sehat jasmani dan rohaninya dan

termasuk orang yang cakap berbuat hukum, karena selama

pemeriksaan di persidangan tidak ditemukan adanya alasan pembenar

dan pemaaf yang dapat menghapus sifat perbuatan para terdakwa.

Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas maka unsur

pertama ini telah terpenuhi.

Page 87: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

75

Ad. b. Unsur menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diketahuinya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Ti ndak Pidana Pencucian Uang, Pasal 5 ayat (1)

merumuskan sebagai berikut : “Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentranferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)”.

Penjelasan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang, “Yang dimaksud dengan “patut diduganya” adalah suatu

kondisi yang memenuhi setidak-tidaknya pengetahuan, keingingan,

atau tujuan pada saat terjadinya transaksi yang diketahuinya yang

mengisyaratkan adanya pelanggaran hukum”.

Dari rumusan Pasal 5 ayat (1) beserta dengan penjelasnnya

sebagaimana tersebut di atas, apabila dihubungkan dengan Putusan

Perkara No. 35/Pid. Sus/201 1/PN.Pwt, dan dengan mendasarkan pada

keterangan saksi-saksi, keterangan para terdakwa, alat bukti surat

dikaitkan dengan barang bukti maka, dapat diketahui Terdakwa II

Didi Riyanto sebagai PNS di Lembaga Pemasyarakatan Besi

Nusakambangan Cilacap, di mana ruang lingkup tugasnya antara lain

Page 88: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

76

pembinaan Narapidana, telah berkenalan dengan salah satu dari

Narapidana yang ada yaitu Suryabahadur Tamang Als Kiran Als

Boski Als David.

Perkenalan tersebut selain berhubungan antara terdakwa

dengan binaannya, juga berhubungan tentang penitipan uang guna

kebutuhan makanan tambahan, lalu berkembang menjadi suatu

kesepakatan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan Cheker

dan tarik tunai serta transfer, peran Terdakwa II dalam kegiatan

tersebut adalah sebagai Cheker untuk mengetahui berapa uang masuk

pada rekening yang dikuasai Terdakwa II dan kemudian tarik tunai

serta transfer, sedangkan Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski

Als David berperan sebagai pengendali di dalam Lapas Besi

Nusakambangan, adapun untuk menampung keluar masuknya

keuangan, Terdakwa II bekerjasama dengan Terdakwa I Unun Haeni

yang berperan membuka rekening di BCA Cabang Purwokerto atas

nama Terdakwa I sekaligus juga sebagai penarik tunai serta transfer.

Saat Terdakwa II menyetujui keinginan dari saksi

Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David maka

Terdakwa II mengetahui uang yang ada di rekening Terdakwa I adalah

berasal dari kejahatan karena saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran

Als Boski Als David mengatakan uang tersebut adalah untuk kegiatan

perjudian bola dan Terdakwa II menyuruh Terdakwa I untuk

Page 89: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

77

membuka rekening yang dipakai untuk menampung uang yang

merupakan hasil tindak pidana tersebut.

Terdakwa I sepatutnya mengetahui kalau uang yang ada

direkeningnya berasal dari tindak pidana karena Terdakwa II pernah

memberitahukan kalau uang yang ada di rekening Terdakwa I adalah

milik saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David

yang merupakan Narapidana di Lapas Besi Nusakambangan, dan baik

Terdakwa I maupun Terdakwa II mengetahui uang yang ada di

rekening Terdakwa I sangat banyak dan tidak mungkin seorang

Narapidana yang sudah tidak dapat bekerja di luar Lapas bisa

memiliki uang sebanyak itu kecuali uang tersebut berasal dari hasil

kejahatan.

Perbuatan dari Terdakwa I Unun Haeni menerima dalam

rekeningnya atas perintah dari Terdakwa II Didi Riyanto aliran dana

milik Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David ternyata

tidak hanya untuk kepentingan keluarga Suryabahadur Tamang Als

Kiran Als Boski Als David saja akan tetapi juga untuk keperluan lain

yang kemudian baru diketahui terkait dengan Narkotika sehingga

dengan demikian unsur kedua telah terpenuhi. Ad. c. Unsur sebagai orang yang melakukan, menyuruh lakukan

atau turut melakukan

Page 90: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

78

Mengenai pengertian yang menyuruh melakukan atau doen

pleger, Sumaryanti memberikan penjelasan tentang hal tersebut yaitu

sebagai berikut : ”Orang yang menyuruh melakukan (doen pleger), di sini sedikitnya ada dua orang yaitu yang menyuruh (doen pleger) dan yang disuruh (pleger). Jadi bukan orang itu sendiri yang melakukan tindak pidana, akan tetapi ia menyuruh orang lain, meskipun ia tetap dipandang dan dihukum sebagai orang yang melakukan sendiri tindak pidana”. 79

Lebih lanj ut Sumaryanti mengemukakan bahwa ”turut

melakukan perbuatan” memberikan penjelasan bahwa ”Turut serta

melakukan dalam arti kata ”bersama-sama melakukan”, sedikit-

dikitnya harus ada dua orang, ialah orang yang melakukan (pleger)

dan orang yang turut melakukan (made pleger) tindak pidana itu. Di

sini kedua orang itu semuanya melakukan tindak pidana”. 80

Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan peranan

Terdakwa I dan Terdakwa II dalam menerima transfer dari dana milik

saksi Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David adalah

bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II saling bekerjasama dalam

mengelola dana tersebut yaitu untuk mengecek uang yang masuk ke

rekening Terdakwa I dan kemudian mentranfer ke reneking orang lain

sebagaimana yang disuruh oleh saksi Suryabahadur Tamang Als Ki ran

Als Boski Als David dan kemudian perbuatan tersebut diketahui

terkait dengan peredaran Narkotika yang dilakukan oleh saksi

Suryabahadur Tamang Als Kiran Als Boski Als David.

79 Sumaryanti, 1987. Op. Cit. hlm. 29. 80 Sumaryanti, 1987. Loc. cit.

Page 91: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

79

Dari keterangan para saksi dan keterangan terdakwa

dipersidangan serta dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan

dimuka persidangan yang satu dengan yang lain saling berhubungan,

dalam perkara Nomor : 36/Pid. Sus/201 1/PN. Pwt., diketahui bahwa

Terdakwa I dan Terdakwa II terbukti sebagai orang yang melakukan,

yang menyuruh atau turut melakukan perbuatan, dengan demikian

unsur ini telah terpenuhi. Ad. d. Unsur beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan

demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan.

Dikemukakan oleh R. Soesilo, bahwa beberapa perbuatan

yang satu sama lain harus ada hubungannya itu supaya dapat

dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan menurut

pengetahuan dan praktik harus memenuhi syarat-syarat : 1) Harus timbul dari suatu niat, atau kehendak atau keputusan; 2) Perbuatan-perbuatnnya itu harus sama atau sama macamnya; 3) Waktu antaranya tidak boleh terlalu lama.81

Mengenai suatu perbuatan yang berhubungan harus dipandang

sebagai satu perbuatan yang diteruskan, dalam Pasal 64 ayat (1)

KUHP dirumuskan sebagai berikut : ”Jika beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan, maka hanya satu ketentuan pidana saja yang digunakan walaupun masing-masing perbuatan itu menjadi kejahatan atau pelanggaran; jika hukumannya berlainan, maka yang digunakan ialah peraturan yang terberat hukuman utamanya”.

81 R. Soesilo, 1989. Op. cit. hlm. 81-82

Page 92: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

80

Sehubungan dengan pengertian perbuatan yang berhubungan

harus dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan sebagaimana

tersebut di atas, apabila dihubungkan dengan putusan perkara

Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor : 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt.

Sesuai fakta yang terungkap di persidangan Terdakwa I dan Terdakwa

II telah melakukan perbuatan menerima dan kemudian mentransfer

dana milik Suryabahadur yang disimpan di rekening milik Terdakwa

I, diketahui bahwa perbuatan Terdakwa I dan Terdakwa II ternyata

dilakukan dalam beberapa kali, perbuatan-perbuatan tersebut masih

termasuk dalam satu kehendak yang mempunyai hubungan

sedemikian rupa, serta masih dalam kurun waktu yang tidak terlalu

lama yaitu tanggal 5 April 2010 hingga 29 Oktober 2010. Dengan

fakta tersebut, maka unsur keempat telah terpenuhi. 2. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Pada Perkara

No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Putusan Pengadilan Negeri

Purwokerto Nomor : 36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, dalam putusan Pengadilan

Negeri Purwokerto tersebut diketahui bahwa Terdakwa I Unun Haeni dan

Terdakwa II Didi Riyanto dinyatakan secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “Menerima, Menguasai Penempatan dan

Pentransferan Yang Patut Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang

Terkait Dengan Narkotika Secara Bersama-sama dan Berlanjut”,

Page 93: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

81

sebagaimana dakwaan Penuntut Umum dalam Dakwaan Ketiga Lebih

Subsidair, melanggar Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 8 Tahun 2010 jo

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, yang unsur-

unsurnya sebagai berikut : e. Setiap Orang f. Menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,

sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diketahuinya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

g. Sebagai orang yang melakukan, menyuruh lakukan atau turut melakukan h. Beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan demikian harus

dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan

Seluruh unsur-unsur tersebut di atas telah terpenuhi oleh para

terdakwa yaitu : Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto

dengan identitas sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan Penuntut

Umum, para terdakwa telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum,

yaitu: “Menerima, Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang Patut

Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika

Secara Bersama-sama dan Berlanjut”, dan untuk selanjutnya dijadikan

sebagai dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Purwokerto untuk

menj atuhkan putusannya.

Berdasarkan keterangan saksi- saksi dan keterangan para terdakwa

sendiri di persidangan serta di hubungkan dengan barang bukti yang diaj ukan

di muka persidangan, yang satu dengan yang lain saling berhubungan.

Page 94: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

82

Dalam putusan Putusan Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor :

36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, tentang tindak pidana “Menerima, Menguasai

Penempatan dan Pentransferan Yang Patut Diduganya Merupakan Hasil

Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika Secara Bersama-sama dan

Berlanjut”, maka untuk menjatuhkan pidana terhadap seseorang diperlukan

sekurang-kurangnya harus ada dua alat bukti yang syah menurut Pasal 183

KUHAP, selama persidangan berlangsung dalam perkara ini keterangan

saksi-saksi dan alat bukti serta keterangan terdakwa sendiri telah sesuai

dengan ketentuan yang dirumuskan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP,

yaitu :

a. Keterangan saksi; 1) Saksi : Suraedi 2) Saksi : Toto Susilo 3) Saksi : Heru Subiarso 4) Saksi : Laurens Hoosvia arpaung als. Edi Jonsons als. Hendrik 5) Saksi : Surya Bahadur Tamang als. Kiran als. Boski 6) Saksi : Ulfa Afria 7) Saksi : Endarto Putra Jaya, SH 8) Saksi : Indah Puji Astuti 9) Saksi : AR. Farida 10) Saksi : Arivananthan Anguthan 11) Saksi : Perumal Angutah 12) Saksi : Tet Mie

Page 95: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

83

13) Saksi : Michael Sutrisno 14) Saksi : Mohammad Novian, SH.MH (saksi ahli)

b. Barang bukti berupa : 1) 1 (satu) buah Handphone Merk HT Mobile 2) 1 (satu) buah Handphone Merk Sonny Erikson 3) 1 (satu) buah SIM Card Simpati No. 082113892484 4) 1 (satu) buah SIM Card XL No. 087837444590

(Disita dari Unun Haeni) 1) 1 (satu) buah Handphone Merk Smart Freen warna Putih tanpa

kartu 2) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 5000 warna Biru Tua tanpa

kartu 3) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1202 tanpa kartu 4) 1 (satu) buah Handphone NOKIA type 1280 berikut SIM Card No.

087872156432 (Disita dari Didi Riyanto)

1) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 3 lembar

dengan Kode BB A-C

2) Sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa RT 04/IV Kecamatan

Patikraja, Kabupaten Banyumas seluas 191 M 2.

3) Kwitansi pembelian sebidang tanah yang terletak di Desa Sidabowa,

Kecamatan Patikaraja, Kabupaten Banyumas, sejumlah 1 lembar

dengan Kode BB D

Page 96: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

84

4) Sertifikat Hak Milik Nomor: 00694 Desa Sidabowa, Kecamatan

Patikraja, Kabupaten Banyumas atas nama Murdono dan Akta Jual

Beli yang belum jadi sejumlah 1 Buku dengan kode BB-E. c. Keterangan terdakwa :

Terdakwa I : Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto, dengan

identitas sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan Penuntut Umum,

identitas tersebut diakui oleh para terdakwa secara tegas dan tidak

dibantah di persidangan.

Dalam hal pemeriksaan keterangan saksi-saksi, keterangan para

terdakwa dan alat bukti yang diajukan di depan persidangan, pertimbangan

hukum hakim telah sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan dalam Pasal

184 ayat (1) KUHAP, yaitu : (1) alat bukti yang sah ialah :

a. keterangan saksi; b. keterangan ahli; c. surat; d. petunjuk; e. keterangan terdakwa.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan Pengadilan Negeri

Purwokerto Nomor : 36/Pid.Sus/201 1/PN. Pwt., terhadap alat-alat bukti yang

sah yang telah diajukan dalam perkara tersebut di atas, dan ditinjau dari

persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain, dengan

memepertimbangkan nilai pembuktian masing-masing bukti, majelis hakim

sebelum menjatuhkan putusan pidana juga telah mempertimbangkan hal-hal

yang memberatkan dan meringankan para terdakwa.

Page 97: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

85

Hal-hal yang memberatkan : 1) Perbuatan para terdakwa meresahkan masyarakat

2) Terdakwa II (Didi Riyanto) sebagai PNS telah melanggar sumpah jabatan

Hal-hal yang meringankan :

1) Para terdakwa mengaku bersalah, menyesal dan berjanji tidak akan

mengulangi perbuatannya

2) Terdakwa I (Unun Haeni) sedang menyusui bayinya yang terlahir saat

proses perkara disidangkan; 3) Para terdakwa belum pernah dihukum;

4) Terdakwa II (Didi Riyanto) mempunyai tanggungan nafkah atas seorang

isteri dan anak yang masih kecil.

Di dalam menjatuhkan pidana hakim mendasarka pada masalah-

masalah sosial yang didalamnya terdapat suatu kepentingan para terdakwa,

dan mempertimbangkan hal-hal yang memberikan perhatian dan

perlindungan terhadap masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis

memperoleh keyakinan bahwa para terdakwa telah terbukti secara sah dan

menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan

dalam dakwaan Ketiga Lebih Subsidair dan karena tidak ditemukan alasan

pemaaf yang meniadakan sifat melawan hukum dan alasan pembenar yang

meniadakan kesalahan dalam diri terdakwa maka terdakwa harus dinyatakan

bersalah dan kepada terdakwa harus dijatuhi pidana.

Page 98: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

86

Berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan pidana yang dijatuhkan

oleh Pengadilan Negeri Purwokerto Perkara Pidana Nomor :

36/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, mengenai tindak pidana “Menerima, Menguasai

Penempatan dan Pentransferan Yang Patut Diduganya Merupakan Hasil

Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika Secara Bersama-sama dan

Berlanjut”. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto dalam putusan :

Menyatakan Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto tidak

terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

dalam dakwaan Ketiga Primair dan dakwaan Ketiga Subsidair; Membebaskan

para Terdakwa dari dakwaan Ketiga Primair dan dakwaan Ketiga Subsidair

tersebut.

Menyatakan Terdakwa I Unun Haeni dan Terdakwa II Didi Riyanto

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Menerima, Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang Patut

Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan Narkotika

Secara Bersama-sama dan Berlanj ut”;

Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I Unun Haeni oleh karena itu

dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan dan kepada Terdakwa II

Didi Riyanto dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun, dan pidana dengda

masing-masing sebesar Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)

dengan ketentuan apabi la Para Terdakwa tidak membayar denda tersebut

maka diganti dengan pidana kurungan masing-masing selama 2 (dua) bulan;

Menetapkan masa penahanan yang tel ah dij alani Para Terdakwa tersebut akan

Page 99: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

87

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, kecuali khusus

Terdakwa I Unun Haeni waktu selama dia dirawat inap di rumah sakit di luar

Rumah Tahanan Negara tidak ikut dikurangkan.

Page 100: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

3. Penerapan Unsur – unsur Tindak Pidana Pencucian Uang (Money

Laundering) Pada Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan diketahui

bahwa semua unsur-unsur dalam dakwaan Ketiga Lebih Subsidair telah

terpenuhi, melanggar Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 8 Tahun 2010 jo

Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KU H P jo Pasal 64 ayat (1) KU HP, sehi ngga para

terdakwa telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “Menerima, Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang

Patut Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan

Narkotika Secara Bersama-sama dan Berlanjut”.

Dalam Putusan Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt, hakim

Pengadilan Negeri Purwokerto telah sesuai menerapkan unsur-unsur dalam

dakwaan Ketiga Lebih Subsidair dari Penuntut Umum, yang unsur-unsurnya

adalah sebagai berikut :

i. Setiap Orang j. Menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,

sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan yang

Page 101: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

87

diketahuinya atau patut diketahuinya merupakan hasil tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) k. Sebagai orang yang melakukan, menyuruh lakukan atau turut melakukan

l. Beberapa perbuatan berhubungan, sehingga dengan demikian harus

dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan

4. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Pada Perkara No.

36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt

Dalam menjatuhkan putusan pidana, hakim Pengadilan Negeri

Purwokerto Pada Putusan Perkara No. 36/Pid.Sus/201 1/PN.Pwt mengenai

Tindak Pidana “Menerima, Menguasai Penempatan dan Pentransferan Yang

Patut Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Yang Terkait Dengan

Narkotika Secara Bersama-sama dan Berlanjut”, hakim Pengadilan Negeri

Purwokerto telah mempertimbangkan dasar penjatuhan pidananya, yaitu :

dengan mendasarkan pada alat-alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yang telah terbukti di persidangan yang meliputi :

Keterangan para saksi, barang bukti, dan keterangan para terdakwa sendiri.

Terhadap alat-alat bukti yang sah yang telah diajukan dalam

persidangan, dan ditinjau dari persesuaian antara alat bukti yang satu dengan

alat bukti yang lain, dengan mempertimbangkan nilai pembuktian masing-

masi ng bukti, maj elis hakim sebelum menj atuhkan putusan pidana j uga telah

mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan para

terdakwa. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam penjatuhan pidana bagi

para terdakwa sudah tepat, semua fakta yuridis yang terungkap di

Page 102: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

90

persidangan telah sesuai dan terbukti benarnya memenuhi unsur-unsur dalam

dakwaan Ketiga Lebih Subsidair, dengan demikian telah membuat keyakinan

hakim sebagai dasar dalam memutus perkara. B. Saran

Meskipun undang-undang tentang pencucian uang telah diadakan perubahan dan penyempurnaan, namun pelaku tindak pidana pencucian uang masih juga dapat mencari celah untuk membebaskan diri dari tuntutan pidana. Fihak-fihak yang menerapkan hukum diharapkan selalu berkoordinasi untuk lebih mensosialisasikan undang-undang tentang pencucian uang ini kepada masyarakat,

Page 103: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

DAFTAR PUSTAKA Amrullah, M. Arief, 2004. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money

Laundering). Bayumedia Publishing, Malang. Arie, Sundari, S., 2002, Penerapan Know Your Customer Principle di Perbankan

dan Kaitannya Dengan UU Tindak Pidana Pencucian Uang, Jurnal Keadilan Vol. 2, Center For Law And Justice Studies, Jakarta.

Arief, Barda Nawawi, 2001. Masalah Penegakan Hukum & Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Bonger, 1982 . Pengantar Tentang Kriminologi. PT. Pembangunan, Jakarta. Fuady, Munir, 1996. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktik Buku Kesatu. Citra

Aditya Bakti, Bandung. , 2001. Hukum Perbankan Indonesia. Cirtra Aditya Bakti, Bandung.

Ghalib, Muhammad, 1999. Profesionalitas Jaksa dan Antisipasi Perkembangan Kejahatan. Ceramah Jaksa Agung Republik Indonesia dalam Seminar Nasional ”Mafia dalam Sistem Peradilan di Indonesia” Semarang, tanggal 6 Maret 1999.

Halim, Ridwan A., 1982. Hukum Pidana dan Tanya Jawab. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hamzah, Andi, 2005. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hanitijo, Soemitro Ronny, 1988. Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Huda, Chairul, 2006. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Tinjauan Kritis Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Kencana Prenada Media, Jakarta.

Irman, TB., 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, MQS Publishing & Ayyccs Group, Jakarta.

Lamintang, 1984a. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru, Bandung.

--------, 1984b. Hukum Penitersier Indonesia. Alumni, Bandung. 91

Page 104: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/E1A005418 - BAGUS YULIAWAN.pdf · Sehubungan dengan kejahatan perbankan Munir Fuady mengemukakan bahwa kejahatan bank

92 Manan, Bagir, 2004. Moral Penegak Hukum di Indonesia (Pengacara, Hakim,

Polisi, Jaksa dalam Pandangan Islam). Agung Ilmu, Bandung. Muladi & Barda Nawawi Arief, 2005. Teori-teori Dan Kebijakan Pidana. Alumni

Bandung Muladi, 1995. Kapita Selekta Sistem Peraadilan Pidana. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang. Prodjodikoro, Wirjono 1989. Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Eresco.

Bandung. Rahardjo, Satjipto, tanpa tahun. Masalah Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan

Sosiologis). Sinar Baru, Bandung. Sapardjaja, Komariah E., 2002. Ajaran Melawan Hukum Materiil dalam Hukum

Pidana Indonesia; Studi Kasus tentang Penerapan dan Perkembangannya dalam Yurisprudensi. Alumni, Bandung.

Siahaan, NHT, 2005. Pencucian uang dan Kejahatan Perbankan. Sinar Harapan, Jakarta.

Soesilo, R., 1989. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politea, Bogor.

Sudarmadji, 2002, Essensi dan Cakupan UU Tentang Pencucian Uang di Indonesia, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Perbankan, Jakarta.

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung. , 1990/1991. Diktat Hukum Pidana Jilid I A-B. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Sumaryanti, 1987. Peradilan Koneksitas di Indonesia, Suatu Tinjauan Ringkas, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Utrecht, E., 1986. Hukum Pidana I . Pustaka Tinta Mas, Surabaya. Widjojanto, Bambang, 2007. Harmonisasi Peran Penegak Hukum dalam

Pembenrantasan Korupsi. Jurnal Legislasi Indonesia. Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM, Jakarta.

Undang-undang: Undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.