skripsi inovasi dinas kesehatan melalui program …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
INOVASI DINAS KESEHATAN MELALUI PROGRAM AMMACA
GUNA MEWUJUDKAN KABUPATEN GOWA MENJADI
KABUPATEN LAYAK ANAK
Disusun dan Diusulkan Oleh :
ASRULLAH. T
Nomor Induk Mahasiswa : 10564 01880 14
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Asrullah T
Nomor Induk Mahasiswa : 10564 01889 14
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 22 Agustus 2020
Yang Menyatakan,
Asrullah. T
v
ABSTRAK
ASRULAH T. 2020. Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program AMMACA
Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak.
(Dibimbing oleh Muhlis Madani dan Abdul Kadir Adys).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inovasi dinas kesehatan melalui
program ammaca guna mewujudkan Kabupaten Gowa menjadi Kabupaten Layak
Anak dan faktor-faktor apa yany mempengaruhinya. Penelitian di laksanakan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa dengan jenis penelitian kualitatif dan tipe
penelitian deskriptif. Teknik pengambilan Informan mengunakan pourposive
sampling dengan jumlah 5 (lima) orang dengan pengumpulan data yang
digunakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian dianalisis
mengunakan tahap reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara layanan terintegrasi yaitu
peningkatan kualitas dan pelayanan yang signifikan membutuhkan kepemimpinan
dan menejemen pengetahuan diseluruh organisasi dengan pendekatan pemecahan
masalah sehingga perbaikan kualitas pelayanan lebih maksimal; Secara
desentralisasi pemerintah hendaknya bersinergi dengan dinas pendidikan untuk
melaksanakan program sekolah ramah anak dengan memasukkan unsur kesehatan
menjadi hal yang penting dalam konsep sekolah ramah anak sebagai sinergitas
pelayanan terhadap masyarakat; Pemanfaatan kerjasama dalam pembangunan
KLA yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat,
keluarga dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan
dalam kebijakan pemenuhan hak-hak anak; Pelibatan warga masyarakat
memberikan jaminan keberlangsungan masa depan anak, masyarakat dan
pemerintah didorong untuk memenuhi seluruh hak anak, mulai dari hak hidup,
tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi; Pemanfaatan teknologi
memberikan kemudahan pada masyarakat untuk menggetahui informasi baik
sosialisasi terkait pelayanan kesehatan yang di lakukan dalam gerakan ammaca
di Kabupaten Gowa guna mewujudkan kabupaten layak anak. Adapun faktor
pendukung yaitu Sumber daya keuangan, teknis, dan manusia yang berkaitan
dengan inovasi ammaca. Faktor penghambat kurangnya kesadaran untuk
membaca walaupun semua pihak baik dari pemerintah daerah maupun kader
posyandu setempat sangat mendukung adanya program ammaca yang ada di
Kabupaten Gowa guna mewujudkan kabupaten layak anak.
Keyword: Inovasi, Ammaca, Kabupaten Layak Anak
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh
makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi
kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.
Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program AMMACA Guna Mewujudkan
Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Abdul Kadir Adys, SH., MM selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda Tambai Dg. Tombong
dan Ibunda Hamdana yang sangat berjasa dalam membersarkan, merawat dan
memberikan pendidikan sampai jenjang saat ini, yang tidak pernah bosan untuk
vii
mendoakan, menyemangati, memotivasi serta memberikan bantuan moril maupun
materil. Dan tak lupa pula kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan kepada
saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis
selama menempuh perkuliahan.
5. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa yang telah banyak memberikan
informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.
6. Saudara(i)ku anak Ilmu Pemerintahan angkatan 2014 seperjuangan dalam
meraih cita-cita yang telah banyak memberikan saran, dukungan, motivasi
dan selalu setia menemani saya dalam suka maupun duka, serta semua
pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.
viii
7. Serta senior-senior yang telah membimbing dan memberikan nasehat-
nasehat yang baik selama saya kuliah selalu mendukung dan mendoakanku
agar bisa secepatnya menyelesaikan skripsi ini.
Dan seluruh rekan serta pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu
persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan doanya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini
sangatlah jauh dari kata sempurna. Dan demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan
kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya skripsi
ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang
membutuhkan.
Makassar, 22 Agustus 2020
Penulis,
Asrullah T
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian. .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian. .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Inovasi .......................................................................... 7
1. Pengertian Inovasi ............................................................................... 7
2. Jenis-jenis Inovasi ............................................................................... 8
3. Karakteristik Inovasi ........................................................................... 9
4. Hambatan Inovasi ............................................................................... 14
B. Tinjaun Umum Kabupaten/Kota Layak Anak. ....................................... 16
1. Pengertian Kabupaten/Kota Layak Anak ........................................... 16
2. Tahap Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak......................... 16
C. Tinjauan Program Ammaca .................................................................... 18
D. Kerangka Pikir ........................................................................................ 22
E. Fokus dan Deskripsi Penelitian. .............................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian. ................................................................ 26
B. Jenis dan Tipe Penelitian. ....................................................................... 26
C. Sumber Data............................................................................................ 27
D. Informan Penelitian. ................................................................................ 27
x
E. Teknik Pengumpulan Data. ..................................................................... 28
F. Teknik Analisis Data............................................................................... 29
G. Keabsahan Data ...................................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gamabaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 32
B. Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program AMMACA Guna
Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak ......... 37
C. Faktor Pendukung dan Penghamabat Inovasi Dinas Kesehatan
Melalui Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa
Menjadi Kabupaten Layak Anak ............................................................ 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 64
B. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak sejak 5 September
1990. Hal ini merupakan komitmen Indonesia dalam menghormati dan
memenuhi hak anak. Komitmen ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 28 B (2), dan operasionalnya pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Untuk mentransformasikan hak anak
ke dalam proses pembangunan, pemerintah mengembangkan kebijakan
Kota/Kabupaten Layak Anak.
Sesuai Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak bahwa anak memiliki hak untuk dilindungi baik oleh keluarga,
masyarakat, pemerintah, bangsa dan Negara. Hak anak dalam hal ini
berdasarkan pada perlindungan khusus yaitu perlindungan yang diberikan
kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak
dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi
dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban
penculikan penjualan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau
mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakukan salah dan
penelantaran.
2
Oleh karena itu kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan pada
tahun 2005 memperkenalkan kota layak anak melalui kebijakan kota layak
anak dengan tujuan agar dapat mengakomodasi pemerintah kabupaten. Dalam
kebijakan tersebut digambarkan bahwa kota layak anak merupakan upaya
pemerintah kabupaten/kota untuk mempercepat terwujudnya pengembangan
Kota Layak Anak (KLA), KPP (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan) menjadikan model KLA ini sebagai prioritas program dalam
bidang kesejahteraan dan perlindungan anak dengan menetapkan 7 (tujuh)
aspek penting dalam pengembangan KLA yaitu : 1) Kesehatan; 2) Pendidikan;
3) Sosial; 4) Hak Sipil dan Partisipasi; 5) Perlindungan Hukum; 6)
Perlindungan Ketenagakerjaan; 7) Infrastruktur. (Kementerian Pemberdayaan
Perempuan Republik Indonesia, 2006).
Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan kota
layak anak. Informasi mengenai kesehatan anak merupakan hal-hal yang perlu
diketahui oleh seorang anak, supaya mereka mengetahui sumber penyakit, jenis
penyakit dan upaya pencegahannya. Melalui pemberian informasi seorang anak
secara bertahap belajar memahami mengapa seorang anak bisa sakit, dan
bagaimana mencegahnya. Hasil belajar anak mengenai kesehatan anak,
menghasilkan persepsi anak mengenai kesehatan anak. Dalam rangka
mewujudkan Kota/Kabupaten Layak Anak dengan memberikan jaminan
keberlangsungan masa depan anak, masyarakat dan pemerintah didorong untuk
memenuhi seluruh Hak Anak, mulai dari hak hidup, tumbuh kembang,
perlindungan dan partisipasi. Dalam Kota/Kabupaten Layak Anak semua
3
semua pelayanan publik yang berkaiatan dengan anak mesti memberikan
pelayanan yang Ramah Anak, sehingga anak-anak yang menerima pelayanan
tersebut anak harus merasa aman, nyaman dan gembira.
Setelah melakukan komitmen bersama menuju Kabupaten Layak Anak,
Berbagai kegiatan inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gowa
yang tujuannya adalah melakukan yang terbaik bagi anak-anak di Kabupaten
Gowa dan hal ini dilakukan melalui OPD sesuai tugas dan fungsi OPD masing-
masing. Hal ini terlihat pada Dinas Kesehatan yang sangat mendukung
program Kabupaten menuju layak anak khususnya di Kluster 3. Beberapa
kegiatan inovasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan antara lain; Pemenuhan
hak anak di Kabupaten Gowa, dimana semua anak lahir di sarana pelayanan
kesehatan dan mendapatkan akte kelahiran.
Semua program yang diimplementasikan pemerintah kepada ibu-ibu
tidak akan berjalan optimal tanpa adanya perubahan perilaku dari ibu-ibu. Oleh
karena itu, perlu adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan, serta menjadi penggerak
dalam menurunkan AKI dan Angka Kematian Bayi (AKB). Pemberdayaan
masyarakat dilakukan dengan kemitraan berbagai pihak, dimana pemerintah
berperan untuk membuka akses informasi dan dialog, menyiapkan regulasi dan
menyiapkan masyarakat dengan membekalinya dengan pengetahuan dan
ketrampilan bagi ibu-ibu maupun masyarakat dan ibu-ibu maupun masyarakat
dapat berpartisipasi dengan memberikan kritikan yang membangun untuk
menurunkan AKI.
4
Dalam upaya menekan Angka kematian Ibu dan Bayi baru lahir, dengan
menggunakan sarana yang sudah ada, telah di upayakan Gerakan AMMACA
(Amma; Ibu, Caradde ; Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10 -15
menit sebelum ANC (Antenatal Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan
yang ada di wilayah Puskesmas. AMMACA merupakan istilah kearifan lokal
dapat di definisikan sebagai kekayaan budaya lokal, yang sangat bisa
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup, “Amma” (Makassar)
adalah panggilan Mulia dari seorang anak terhadap kedekatan emosional
seorang Ibu dan anaknya, begitupn “Caradde” (Makassar) merupakan Strata
masyarakat tentang kecerdasan, kesigapan dan kearifan dalam sebuah tatanan
masyarakat yang ada. Hal ini bertujuan agar Ibu Hami sebelum melahirkan
mengetahui bagaimana merawat dan menjaga kesehatannya sebelum
melahirkan dan ini merupakan salah satu cara untuk menekan angka kematian
Ibu dan Bayi Sertifikat lulus imunisasi lengkap.
Pertama, buku ini berisi informasi tentang kehamilan, nifas, dan
perkembangan anak. Ibu, suami dan anggota keluarga diwajibkan mengerti
tentang informasi tersebut sehingga jika ada kejadian yang terjadi pad ibu dan
anak, maka ibu, suami dan anggota keluarga bisa mengambil langkah yang
tepat untuk penanganannya. Kedua, Buku KIA ini diperoleh sejak ibu
dinyatakan hamil dan masih terus digunakan sampai anak berusia 6 tahun.
Buku ini harus dibawa kemana saja ibu pergi, terutama bila ingin mendatangi
layanan kesehatan karena buku ini berisi catatan kondisi ibu. Jika ibu pindah
layanan fasilitas kesehatan, buku buku tersebut tidak perlu diganti tapi
5
diteruskan karena buku menyertai ibu dan anak. Ketiga, jangan sampai buku
KIA rusak dan hilang. Buku ini harus senantiasa dijaga. Sebab, buku KIA
berisi catatan penting tentang kesehatan ibu dan bayi. Keempat, tenaga
kesehatan maupun kader kesehatan setempat berkewajiban memberikan
informasi mengenai penggunaan buku KIA kepada ibu dan keluarga. Tentunya,
informasi kesehatan dan prosedur di dalam buku tersebut wajib diterapkan
demi kesehatan ibu dan bayi serta terpenuhinya hak anak untuk mendapatkan
akta kelahiran.
Strategi inovasi dengan melibatkan Petugas, Ibu Hamil dan seluruh unsur
yang terlibat yang bisa menekan Kematian Ibu Melahirkan dan bayi baru lahir
dengan pendekatan kearifan loka, gerakan AMMACA ini yang di dukung
langsung pemangku kebijakan yang ada di desa/lurah, Ibu PKK, kader
Kesehatan, Tokoh masyrakat, masyarakat secara luas yang ada didesa/Lurah,
maka dengan adanya Gerakan AMMACA disetiap desa dan kelurahan
diwilayah Puskesmas, diharapkan Gerakan AMMACA menjadi simpul dan
motivasi tersendiri buat Ibu Hamil dan keluarga dalam mengembangkan diri
dalam memacu hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam mempersiapakan
kehamilannya.
Sebelum pelaksanaan Gerakan AMMACA angka kematian Ibu di Tahun
2014 ada 2 ibu hamil yang meninggal, Gerakan AMMACA punya kontribusi
dalam menekan Angka kematian Ibu Melahirkan yang bisa dirasakan sejak
Tahun 2015, 2016, 2017 hingga sekarang Angka kematian Ibu Melahirkan
menjadi 0 (Nol) di wilayah Puskesmas Pallangga, yang di satu sisi kematian
6
Ibu di kabupaten Gowa masih jadi tantangan pada periode tahun 2015 : 14,
2016 : 18, 2017 ; 16 begitupun dalam menekan Angka kematian Bayi baru
lahir diwilayah Puskesmas Palllangga. Gerakan AMMACA menjadi
pembicaraan dimana-mana, viral, masyarakat tidak canggung bicara tentang
penyelamatan Ibu Melahirkan dan bayi baru lahir yang melibatkan Masyarakat
secara luas, kader kesehatan, dan petugas Puskesmas Pallangga.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Inovasi Dinas Kesehatan Melalui
Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi
Kabupaten Layak Anak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan pada latar belakang, maka
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program AMMACA Guna
Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak ?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Inovasi Dinas Kesehatan Melalui
Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi
Kabupaten Layak Anak ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitin berjutuan untuk :
1. Untuk mengetahui Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program AMMACA
Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak.
7
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Inovasi Dinas
Kesehatan Melalui Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten
Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber pengetahuan dalam bidang pemenuhan hak anak
tentang pelayanan pemerintah dalam memenuhi hak anak juga kendala yang
dirasakan oleh pemerintah dalam menangani kekerasan terhadap anak.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh positif bagi
pemerintah untuk mengembangkan kebijakan yang berpihak terhadap anak
dan memberikan sumbangsi pikiran dapat meningkatkan kesejahteraan
sosial, khususnya dalam Anak-anak juga berhak mendapatkan kesehatan
karena mereka sangat rentan terhadap suatu penyakit. Oleh sebab itu,
kesehatan perlu diperhatikan oleh masyarakat dengan dibantu pemerintah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Inovasi
1. Pengertian Inovasi
Menurut Mirnasari (2013), Inovasi adalah sebuah ide, praktik inovasi
adalah Sesuatu yang baru, dapat diimplementasikan, dan memliki dampak
yang menguntungkan. Inovasi bukan sebuah kejadian ataupun aktivitas ini
adalah konsep, proses, penerapan, dan kapabilitas yang menentukan
kesuksesan organisasi. Inovasi dapat membantu sektor publik untuk
membuat nilai untuk masyarakat.
Secara umum inovasi seringkali diterjemahkan sebagai penemuan
baru. Namun sebenarnya aspek kebaruan dalam inovasi sangat ditekankan
untuk inovasi pada sektor swasta maupun industri. sedangkan pada sektor
publik lebih ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan dari kegiatan
inovasi tersebut, yaitu pemerintah mampu memberikan pelayan publik
secara lebih efektif, efisien dan berkualits, murah dan terjangkau
(Wijayanti,2008).
Definisi dari inovasi itu sendiri menurut Wes & Far (Ancok, 2012)
adalah pengenalan dan penerapan dengan sengaja gagasan, proses, produk,
dan prosedur yang baru pada unit yang menerapkannya, yang dirancang
untuk memberikan keuntungan bagi individu, kelompok, organisasi maupun
masyarakat luas.
9
2. Jenis-Jenis Inovasi
Menciptakan inovasi harus bisa menentukan inovasi seperti apa yang
seharusnya dilakukan dalam meningkatkan pelayanan publik agar inovasi
tersebut dapat berguna dan bertahan lama. Jenis-jenis inovasi menurut
Robertson dalam Nugroho (2003), diharapkan dapat memberikan masukan
yang positif dalam menciptakan inovasi layanan publik, jenis-jenis inovasi
tersebut antara lain:
a. Inovasi Terus Menerus
Adalah modifikasi dari produk yang sudah ada dan bukan
pembuatan produk yang baru sepenuhnya. Inovasi ini menimbulkan
pengaruh yang paling tidak mengacaukan pola perilaku yang sudah
mapan. Contohnya, memperkenalkan perubahan model baru,
menambahkan mentol pada rokok atau mengubah panjang rokok.
b. Inovasi Terus Menerus Secara Dinamis
Mungkin melibatkan penciptaan produk baru atau perubahan
produk yangsudah ada, tetapi pada umumnya tidak mengubah pola yang
sudah mapan darikebiasaan belanja pelanggan dan pemakaian produk.
Contohnya antara lain, sikat gigi listrik, compact disk, makanan alami
dan raket tenis yang sangat besar.
c. Inovasi Terputus
Melibatkan pengenalan sebuah produk yang sepenuhnya baru yang
menyebabkan pembeli mengubah secara signifikan pola perilaku mereka,
Contohnya, komputer, videocassete recorder.
10
3. Karakteristik Inovasi
Secara umun inovasi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian.
Menurut Damanpour (Suwarno, 2008), inovasi organisasi sebagai gagasan
atau perilaku baru dalam organisasi dapat berupa produk atau jasa yang
baru, teknologi yang baru, teknologi proses, sistem struktur dan administrasi
baru atau rencana baru bagi anggota organisasi.
Dalam penerapannya inovasi memiliki atribut yang melekat didalam
inovasi tersebut. Atribut inovasi yang dimaksud menurut Rogers (Suwarno,
2008), anatra lain sebagai berikut:
a) Relative Advantage atau keuntungan relatif,sebuah inovasi harus
mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi
sebelumnya. Selalu ada nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang
menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain;
b) Compaibility atau Kesusaian,inovasi juga mempunyai sifat kompatibel
dan sesuai dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar
inovasi yang lama tidak serta merta dibuang begitu saja,selain karena
alasan faktor biaya yang tidak sedikit,namun juga inovasi yang lama
menjadi bagian proses transisi ke inovasi terbaru.selain itu juga dapat
memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi
itu secara lebih cepat.
c) Complexity atau kerumitan, dengan sifatnya yang baru, maka inovasi
mempunyai tingkat kerumitan yang boleh menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian,karena
11
sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik,maka
tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah penting.
d) Triability atau kemungkinan dicoba,inovasi hanya bisa diterima apabila
telah terujidan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai lebih
dibandingkan dengan inovasi lama. sehingga sebuah produk inovasi
harus melewati fase “uji coba”, dimana setiap orang atau pihak
mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi.
e) Observability atau kemudahan diamati,Sebuah inovasi harus juga dapat
diamati, dari segi bagaimana sebuah inovasibekerja dan menghasilkan
sesuatu yang lebih baik.
Aspek penting lainnya dalam kajian inovasi adalah berkenaan dengan
level inovasi yang mencerminkan variasi besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh inovasi yang belangsung. Kategorisasi level inovasi ini
dijelaskankan oleh Mulgan &Albury (Muluk, 2008) berentang mulai dari
inkremental, radikal sampai transformatif.
Inovasi inkremental, berarti inovasi yang membawa perubahan-
perubahan kecil terhadap proses atau layanan yang ada. Umumnya sebagian
besar inovasi berada pada level ini dan jarang sekali membawa perubahan
terhadap struktur organisasi dan hubungan keorganisasian. walau demikian,
inovasi inkremental memainkan peran-peran penting dalam pembaruan
sektor publik karena dapat diterapkan secara terus-menerus,dan mendukung
rajutan pelyanan yang responsif terhadap kebutuhan lokal dan perorangan,
serta mendukung nilai tambah uang (value for money) (Muluk,2008).
12
Inovasi radikal, merupakan perubahan yang mendasar dalam pelayan
publik atau pengenalan cara-cara yang sama sekali baru dalam proses
keorganisasian atau pelayan. inovasi jenis ini jarang sekali dilakukan karena
membutuhkan dukungan politik yang sangat besar karena memiliki resiko
yang lebih besar pula. Inovasi radikal diperlukan untuk membawa perbaikan
yang nyata dalam kinerja pelayan publk dan memenuh harapan pengguna
layanan yang lama terabaikan (Muluk, 2008).
Inovasi transformatif atau sistematis, membawa perubahan dalam
struktur angkatan kerja dan keoganisasian dengan mentransformasi semua
sektor secara dramatis mengubah hubungan keoganisasian. inovasi jenis ini
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil yang
diinginkan dan membutuhkan perubahan mendasar dalam susunan sosial,
budaya, dan organisasi. Inovasi jenis ini tentu bersifat lebih mendalam.
karena mencakup struktur sistematis keorganisasian (Muluk, 2008).
Dilihat dari segi prosesnya, inovasi juga dapat dibedakan dalam dua
kategori, yaitu :
1) Sustaining innovation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi yang
membawa perubahan baru namun dengan tetap mendasarkan diri pada
kondisi pelayanan dan sistem yang sedang berjalan atau produk yang
sudah ada;
2) Distcontinues innovation (inovasi terputus) merupakan proses inovasi
yang membawa perubahan yang sam sekali baru dan tidak lagi berdasar
pada kondisi yang sudah ada sebelumnya.
13
Di dalam administrasi publik terdapat beberapa perbedaan tipe inovasi
dan perbedaan cara pengelompokan di dalam literaturinovasi pemerintahan.
Penggunaan tipelogi untuk tujuan kita sebagai berikut:
1. Inovasi institusional, dimana fokus pada pembaharuan institusi yang
sudah ada dan/atau pembentukan institusi baru;
2. Inovasi organisasi, termasuk pengenalan cara kerja baru, prosedur atau
teknik manajemen baru di dalam administrasi publik;
3. Inovasi proses, dimana fokus pada perbaikan kualitas cara pemberian
layanan publik;
4. Inovasi konseptual, dimana fokus pada pengenalan bentuk pemerintahan
baru (misalnya Pembuatan kebijakan interaktif, keterlibatan dalam
kepemerintahan, reformasi anggaran publik, jaringan horizontal).
Inovasi dan analisis praktek yang sukses menurut Sangkala (2013),
menunjukkan bahwa ada lima strategi utama didalam sektor pemerintahan
yaitu:
a. Layanana Terintegrasi, Sektor publik akan menawarkan sejumlah
layanan dengan, bagi warga memiliki harapan tidak sederhana dimana
warga meminta layanan yang disediakan disertai dengan
kenyamanan.kewenangan publik sering kali mengeintegrasikan produk
dan ayanan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan mereka. misalnya
penggunaan call center, email, kartu debit e-goverment dan lain-lain.
b. Desentralisasi, Pemeberian Layanan dan Monitoring Layanan, akan
membwa layanan lebih dekat dengan masyarakat dan biasanya
14
membentuk kepastian terhadap tingkat permintaan yang tinggi sehingga
meningkatkan kepuasan masyarakat atau pelaku bisnis.desentralisasi
layanan mendorong menegembangkan ekonomi baru. desentralisasi
layanan meningkatkan partisispasi warga dan meningkatkan kepercayaan
dalam pemerintah.
c. Pemanfaatan Kerjasama, bermakna Sebagai Pemerintahan yang inovatif
untuk memenuhi peningkatan pemenuhan agar lebih efesien dalam
pemberian layanan publik, lebih kolaboratif antar organisasi dan juga
terjadi kerjasama antar publikdan suwasta. misalnya kolaborasi dengan
dalam upaya mempromosikan efisiensi dan kualitas layanan administrasi
publik.
d. Pelibatan warga Masyarakat, kewenangan pemerintahan yang inovatif
harus mereliasasikan perang pentingnya dengan mendorong peran warga
untuk berpartisispasi dalam mendorong perubahan. ketika Pemerintah
menyediakan forum bagi publik untuk mengekspresikan pandanganya
dan terlibat didalam seluruh langkah-langkah proses, maka hasil inovasi
lebih memiliki kemungkinan untuk sukses dan lebih luas jangkauanya,
pendekatan partisipasi memungkinkan warga mengungkapkan kebutuhan
dan opininya terhadap proposal teknis dan memfasilitasi penerapan
proyek yang diberikan dan memastikan kesuksesan yang berkelanjutan
dari sebuah inovasi.
e. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan informasi, united nation word
publik sector report tahun 2004 mencatat penggunaan layanan berbasis
15
iternet untuk memotong rid tape dengan cepat keseluruh sektor publik.
kontribusi iternet untuk menyederhanakan dan memeperbaiki cara warga
negara memperoleh informasi berkomunikasi dengan integrasi publik
dapat juga bermanfaat sebagai alat perbaikan transparansi dan integritas
dalam administrasi publik.
4. Hambatan Inovasi
Inovasi tidak terjadi secara mulus atau tanpa resistensi. Banyak dari
kasus inovasi diantaranya justru terkendala oleh berbagai faktor, Menurut
Mulgan Albury dalam Suwarno (2008), terdapat tujuh penghambatan
dalam tumbuhnya inovasi:
1) Reluctance to close down failing program or organization (keengganan
untuk menutup program atau organisasi yang gagal).
2) Over-reliance on high performers as source of innovation (tingginya
ketergantungan pada salah satu pihak sebagai sumber inovasi).
3) Technologies available but constraining cultural or organization
alarrangement (Teknologi tersedia tetapi tidak sesuai dengan budaya
organisasi).
4) No rewards or incentives to innovate or adopt innovations (Tidak ada
imbalan atau insentif untuk berinovasi atau mengadopsi inovasi).
5) Poor skills in active risk or change management (rendahnya
kemampuan).
6) Short-term budget and planning horizons (perencanaan dan
penganggaran jangka pendek).
16
7) Delivery pressures and administrative burdens (adanya tekanan
administrasi).
Menurut Said (2007), Inovasi yaitu sesuatu yang terencana dengan
peralatan yang baru dengan lingkup kerja di instansi atau perbaikan cara
kerja yang lebih baik berdaya guna dengan mengintegrasikan sumber daya
sosial, sumber daya pegawai dan sumber daya kepegawaian.
Inovasi adalah suatu gagasan baru yang belum perna ada ataupun
diterbitkan. Inovasi berisi terobosan baru mengenai sebual hal yang akan
diteliti oleh inovator. Suatu inovasi dapat di manfaatkan untuk
menghasilkan perubahan nyata bagi masyarakat dalam merambah
kehidupan baru yang belum perna di bayangkannya.
Fontana Larasati (2015), mengatakan beberapa faktor yang dapat
merangsang inovasi dalam organisasi.
a. Organisasi membutuhkan orang-orang dan kelompok-kelompok yang
kreatif dalam organisasi.
b. Faktor budaya, dimana budaya berperan penting dalam merangsang dan
memelihara inovasi.
c. Faktor manusia, dimana organisasi perlu melakukan investasi dalam
pengembangan SDM yang ada pada organisasi melalui pelatihan dan
pengembangan, pendamping coaching.
17
B. Tinjauan Umum Kabupaten/Kota Layak Anak
1. Pengertian Kabupaten/Kota Layak Anak
Kabupaten/Kota Layak Anak adalah suatu sistem pembangunan suatu
wilayah administrasi yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh
dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan pemenuhan hak-
hak anak.
Kabupaten/Kota Layak Anak merupakan kabupaten/kota yang
mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian
komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang
terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program
dan kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak
(www.kla.or.id). Menurut Permen PPPA Nomor 11 Tahun 2011, tujuan dari
pengembangan KLA yaitu untuk membangun inisiatif pemerintah
kabupaten/kota yang mengarah pada upaya transformasi konsep hak anak ke
dalam kebijakan, program, dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak
anak di kabupaten/kota. Pendekatan KLA yang dilakukan untuk
mengefektifkan segala upaya untuk mewujudkan KLA perlu memperhatikan
konsep dan tahapan pengembangan KLA sebagaimana yang diaturdalam
Permen PPPA Nomor 11 Tahun 2011.
2. Tahap-tahap Pengembangan Kota/Kabupaten Layak Anak
Sesuai dengan Permen PPPA Nomor 11 tahun 2011 tentang Kebijakan
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak Pasal 8 terdapat 6 tahapan
18
pengembangan KLA yaitu persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Berikut uraian tahapan pengembangan
KLA menurut Permen PPPA Nomor 11 tahun 2011 yaitu: (1) Persiapan;
(2)Perencanaan; (3) Pelaksanaan; (4) Pemantauan; (5) Evaluasi; (6)
Pelaporan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak No. 12 Tahun 2011 Tentang Indikator Kabupaten/ Kota
Layak Anak dijelaskan tentang 31 indikator kabupaten layak anak
sebagaiberikut ; Pasal 8 dijelaskan indikator KLA untuk klaster hak sipil
dan kebebasan meliputi huruf (a) :
1. Persentase anak yang teregistrasi dan mendapatkan Kutipan Akta
Kelahiran
2. Tersedia fasilitas informasi layak anak, dan
3. Jumlah kelompok anak, termasuk forum anak, yang ada di
kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan
Selanjutanya dalam pasal 9 disebutkan indikator KLA untuk klaster
lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif meliputi :
1. Persentase usia perkawinan pertama di bawah 18 (delapan belas) tahun
2. Tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan
dan perawatan anak, dan
3. Tersedia lembaga kesejahteraan sosial anak.
19
Pasal 10 Peraturan Pemerintah tersebut mengatur indikator KLA
untuk klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan yang meliputi :
1. Angka kematian bayi.
2. Prevalensi kekurangan gizi pada balita
3. Persentase air susu ibu (ASI) eksklusif
4. Jumlah pojok ASI
5. Persentase imunisasi dasar lengkap
6. Jumlah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan
mental
7. Jumlah anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan
kesejahteraan
8. Persentase rumah tangga dengan air bersih, dan
9. Tersedia kawasan tanpa rokok.
Kemudian pasal 11 mengatur indikator KLA untuk klaster pendidikan,
pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya meliputi :
1. Angka partisipasi pendidikan anak usia dini.
2. Persentase wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun
3. Persentaese kelahiran rumah anak
C. Tinjauan Program AMMACA
Strategi dengan melibatkan Petugas, Ibu Hamil dan seluruh unsur yang
terlibat yang bisa menekan Kematian Ibu Melahirkan dan bayi baru lahir
dengan pendekatan kearifan loka, gerakan AMMACA ini yang di dukung
langsung pemangku kebijakan yang ada di desa/lurah, Ibu PKK, kader
20
Kesehatan, Tokoh masyrakat, masyarakat secara luas yang ada didesa/Lurah,
maka dengan adanya Gerakan AMMACA disetiap desa dan kelurahan
diwilayah Puskesmas Pallangga, diharapkan Gerakan AMMACA menjadi
simpul dan motivasi tersendiri buat Ibu Hamil dan keluarga dalam
mengembangkan diri dalam memacu hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam
mempersiapakan kehamilannya.
Kearifan lokal dapat di definisikan sebagai kekayaan budaya lokal, yang
sangat bisa mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup, “Amma”
(Makassar) adalah panggilan Mulia dari seorang anak terhadap kedekatan
emosional seorang Ibu dan anaknya, begitupn “Caradde” (Makassar)
merupakan Strata masyarakat tentang kecerdasan, kesigapan dan kearifan
dalam sebuah tatanan masyarakat yang ada.
Dalam upaya menekan Angka kematian Ibu dan Bayi baru lahir, dengan
menggunakan sarana yang sudah ada, telah di upayakan Gerakan AMMACA
(Amma; Ibu, Caradde ; Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10 -15
menit sebelum ANC (Antenatal Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan
yang ada di wilayah Puskesmas Pallangga. Setiap petugas medis, hendaknya
mengedukasi ibu maupun keluarganya jika belum mengetahui fungsi dan
kegunaan buku KIA. Bukan hanya kewajiban tenaga medis, kader kesehatan
setempat juga memiliki peran penting untuk memberikan penjelasan mengenai
buku KIA. Karenanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait buku
KIA.
21
Pertama, buku ini berisi informasi tentang kehamilan, nifas, dan
perkembangan anak. Ibu, suami dan anggota keluarga diwajibkan mengerti
tentang informasi tersebut sehingga jika ada kejadian yang terjadi pad ibu dan
anak, maka ibu, suami dan anggota keluarga bisa mengambil langkah yang
tepat untuk penanganannya. Kedua, Buku KIA ini diperoleh sejak ibu
dinyatakan hamil dan masih terus digunakan sampai anak berusia 6 tahun.
Buku ini harus dibawa kemana saja ibu pergi, terutama bila ingin mendatangi
layanan kesehatan karena buku ini berisi catatan kondisi ibu. Jika ibu pindah
layanan fasilitas kesehatan, buku buku tersebut tidak perlu diganti tapi
diteruskan karena buku menyertai ibu dan anak. Ketiga, jangan sampai buku
KIA rusak dan hilang. Buku ini harus senantiasa dijaga. Sebab, buku KIA
berisi catatan penting tentang kesehatan ibu dan bayi. Keempat, tenaga
kesehatan maupun kader kesehatan setempat berkewajiban memberikan
informasi mengenai penggunaan buku KIA kepada ibu dan keluarga. Tentunya,
informasi kesehatan dan prosedur di dalam buku tersebut wajib diterapkan
demi kesehatan ibu dan bayi serta terpenuhinya hak anak untuk mendapatkan
akta kelahiran.
Dalam upaya menekan Angka kematian Ibu Melahirkan dan Bayi baru
lahir, telah di upayakan Gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ; Cerdas),
dengan metode membaca buku KIA 10-15 menit sebelum ANC (Antenatal
Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas
Pallangga, adapun manfaat yang didapatkan dengan penggunaan buku KIA
dengan metode AMMACA di wilayah Puskesmas Pallangga, adalah :
22
1. Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu mulai
hamil sampai anak berumur lima tahun
2. Instrumen pencatatan dan pemantauan, informasi, komunikasi dan
penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan KIA yang
lengkap di tingkat keluarga termasuk rujukannya
3. Deteksi dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak
4. Menanggapi kebutuhan maupun keinginan ibu hamil dan balita
5. Meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik
ibu ataupun keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA serta
masalah gizi di rumah.
6. Meningkatkan jangkauan pelayanan KIA berkualitas.
7. Memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan
KIA yang lebih efektif.
8. Menjalin Hubungan emosional antara petugas dengan Ibu Hamil
Program AMMACA bersinergi langsung dengan 4 Program Strategis
Pemerintah kecamatan Pallangga :
1) Pallangga bersih dan sehat (2016) yang di dalamnya ada Kecamatan ODF
(Open Defecation Free) yg pertama di kab. Gowa,
2) Pallangga Ramah Anak (2017), yang juga pertama di kab Gowa,
3) Pemenuhan Hak Anak (2017) dengan Pemberian Akte keahiran setiap anak
yg lahir, di dalamnya ada Program Gerakan Ayah Asi (2016)
4) Dialog Hati.(2018) Membuka ruang komunikasi antar Pemerintah dgn
masyarakat Terhadapa persoalan kemasyarakatan yg ada.
23
Terkait dengan 4 program yang ada pada Pemerintah Kecamatan
Pallangga , AMMACA punya peran penting fase 1000 hari kehidupan , yang
merupakan Periode Emas pembentukan 100 Milyar Sel Otak akan lebih
Maksimal, kualitas pengetahuan yang rendah serta masih adanya penyakit
infeksi lainnya serta Akses sanitasi yg buruk yg masih jadi tantangan di
wilayah Kecamatan Pallangga yang banyak mencuri fase tersebut.
D. Kerangka Pikir
Inovasi adalah sesuatu yang baru yang dapat diimplementasikan dan
memliki dampak yang menguntungkan. Inovasi bukan sebuah kejadian
ataupun aktivitas; ini adalah konsep, proses, penerapan, dan kapabilitas yang
menentukan kesuksesan organisasi. Inovasi dapat membantu sektor publik
untuk membuat nilai untuk masyarakat. Inovasi Dinas Kesehatan Melalui
Program Amma Caradde (AMMACA) merupakan salah satu Program Inovasi
yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gowa demi mempermudah
masyarakat menerima layanan kesehatan dalam hal dalam upaya menekan
Angka kematian Ibu dan Bayi baru lahir, dengan menggunakan sarana yang
sudah ada, telah di upayakan Gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ;
Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10 -15 menit sebelum ANC
(Antenatal Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan yang ada sehingga
menunjang menjadi kabupaten layak anak (KLA). Berikut gambar bagan
kerangka pikir :
24
Bagan Kerangka Pikir
E. Fokus dan Deskripsi Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program
AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Layak Anak, yang menjadi
fokus penelitian ini adalah: Bagaimana Inovasi Dinas Kesehatan Melalui
Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Layak Anak.
Adapun deskripsi fokus penelitian yang ingin diteliti adalah sebagai
berikut:
Inovasi Dinas Kesehatan Melalui
Program AMMACA Guna Mewujudkan
Kabupaten Gowa Layak Anak
Indikator Inovasi
(Sangkala, 2013)
1. Layanan Terintegrasi
2. Desentralisasi
3. Pemanfaatan Kerja
Sama
4. Perlibatan Masyrakat
5. PemanfaatanTeknolog
Masyarakat Penerima Layanan
AMMACA di Kabupaten Gowa
Faktor
Penghambat
Faktor
Pendukung
25
1. Layanan terintegrasi dalam hal ini memberikan peningkatan layanan
disektor publik yang dimana masyarakat berhak meminta layanan yang
disediakan oleh pemerintah terkait Program AMMACA Guna Mewujudkan
Kabupaten Gowa Layak Anak.
2. Desentralisasi pemberian layanan dan monitoring layanan merupakan
bentuk kerja atau pendekatan kepada masyarakat yang dilakukan oleh pihak
AMMACA yang bertujuan untuk memberikan atau meningkatkan kepuasan
kepada masyarakat serta memberikan kepercayaan masyarakat kepada
pemerintahan.
3. Pemanfaatan kerja sama, dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dalam
Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Layak Anak,
pemerintah melakukan kerja sama dengan berbagai perusahan swasta
maupun organisasi lainnya sehingga dapat membantu meningkatkan
pelayanan termaksud meberikan penyediaan fasilitas yang baik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan.
4. Pelibatan Masyarakat, Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam AMMACA harus
melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui program
yang dilakukan oleh pemerintah setempat, dengan adanya partisispasi atau
pelibatan masyarakat dapat membantu meningkatkan inovasi yang ada dan
melibatkan masyarakat dapat dijadikan acuan untuk mengetahui tingkat
kesuksesan dari pada inovasi yang diterapkan pada AMMACA Guna
Mewujudkan Kabupaten Gowa Layak Anak.
26
5. Pemanfaatan Teknologi merupakan suatu langkah yang ditempuh oleh
pemerintah dalam meningkatkan inovasi pelayanan kesehatan pada
AMMCA Pemanfaatan teknologi memberikan kemudahan pada masyarakat
untuk menggetahui informasi yang ada terkait pelayanan kesehatan yang di
lakukan dalam Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa
Layak Anak.
6. Faktor Pendukung, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hal-hal yang
dapat mendukung dalam melaksanakan inovasi program AMMACA guna
mewujudkan kabupaten layak anak di Kabupaten Gowa.
7. Faktor penghmabat, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hal-hal yang
ditemukan dalam implementasi program inovasi AMMACA dalam
mewujudkan Kabupaten Gowa layak anak.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 feberuari sampai dengan 29
maret 2020 di Puskesmas Pallanga Kabupaten Gowa. Alasan peneliti memilih
lokasi ini karena di Puskesmas Pallanga yang pertama menerapkan Program
AMMACA. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti tentang Inovasi
Pemerintah daerah dalam sektor Pelayanan Kesehatan studi kasus Inovasi
Pelayan Kesehatan Melalaui Program AMMACA di Kabupaten Gowa.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, Penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diambil
yang didukung oleh data-data yang tertulis hasil wawancara. berwujud
pernyataan atau berupa kata-kata.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif yang berupaya
menggambarkan secara umum dengan fakta yang ada untuk menjawab
semua permasalahan yang akan diangkat atau diteliti, oleh sebab itu untuk
menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan sehingga dapat
diambil suatu kesimpulan-kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah
dalam melakukan penelitian dan pengamatan.
28
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dijaring dari sumber data primer dan
data sekunder dengan proposisi sesuai dengan tujuan penelitian ini.
1. Data primer, adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung
(observasi), dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan
yang betul-betul mengetahuai tentang bagaimana inovasi Dinas Kesehatan
melalui program AMMACA guna mewujudkan Kabupaten Gowa Layak
Anak.
2. Data sekunder, adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk
melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya
penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek
yang dikaji, data sekunder terutama diperoleh melalui dokumentasi.
D. Informan Penelitian
Metode pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, artinya teknik penentuan sumber data mempertimbangkan
terlebih dahulu, bukan diacak. Artinya menentukan informan sesuai dengan
kreteria terpilih yang relevan dengan fenomena penelitian. Misalnya peneliti
ingin mengetahui tentang Program AMMACA Kabupaten Gowa. Dalam
penelitian ini peneliti menetapkan informan yang betul-betul dapat
memberikan informasi sesuai dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
Adapun informan dalam penelitian ini sebagai berikut:
29
Tabel 3.1. Informan Penelitian
No Nama Informan Pekerjaan/Jabatan
1. dr. H. Hasanuddin Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Gowa
2. dr. Tri Octaviyani Djam’an,
MPH
Kepala Puskesmas Pallangga
Kabupaten Gowa
3. Nur Anshar Leo Kepala Tata Usaha Puskesmas
Pallangga
4. Suhardi Tokoh Masyarakat
5. Jamaluddin Tokoh Masyarakat
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan peneliti secara langsung
dilapangan untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai inovasi Dinas
Kesehatan melalui program AMMACA guna mewujudkan Kabupaten Gowa
Layak Anak.
2. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara langsung secara mendalam
kepada informan yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu : Dinas
Kesehatan, Puskesmas Pallangga, Masyarakat yang pernah ikut serta dalam
Program AMMACA. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
penelitian mengenai inovasi Dinas Kesehatan melalui program AMMACA
guna mewujudkan Kabupaten Gowa Layak Anak.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dimana arsip-arsip
yang dianggap menunjang dan penting dengan persoalan yang akan di teliti
30
baik berupa buku-buku, laporan tahunan, jurnal, karya tulis ilmiah,
dokumen peraturan pemerintah serta undang-undang yang telah ada pada
organisasi yang terkait dipelajari, disusun dan dikaji sedemikian rupa
sehingga diperoleh data guna membagikan informasi berkaitan dengan
observasi yang akan dilakukan.
F. Teknik Analisi Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sitematis
yang didapat dari hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan, dengan
cara menyusun data kedalam kategori, menguraikan kedalam komponen-
komponen, melakukan penggabungan, menyusun kedalam struktur, memilih
mana yang dianggap penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami baik untuk diri sendiri maupun
orang lain. (Sugiyono, 2013:244).
Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis data model
interaktif Milles dan Huberman yaitu terdapat tiga proses yang berlangsung
secara interaktif. (Pertama), Reduksi Data, yaitu cara memilih, memfokuskan,
dan menyederhanakan informasi dari berbagai sumber data misalnya dari
catatan lapangan, dokumen, arsip dan sebagainya, sedangkan untuk proses
mempertegas, mempersingkat, menghilangkan yang tidak perlu, memili fokus,
dan menyusun data sehingga kesimpulan bisa dibuat. (Kedua), Penyajian Data,
seperti menyusun data dan mempersentasikan data dengan baik agar lebih
mudah untuk dipahami. Penyajian bisa berupa matrik, gambar, skema, jaringan
kerja, tabel dan seterusnya. (Ketiga), Menarik Kesimpulan atau melakukan
31
verifikasi, proses penarikan kesimpulan awal masi belum kuat, terbuka dan
skeptis. Kesimpulan akhir akan dilakukan setelah penghimpunan data berakhir.
Sugiyono, (2013:246).
G. Keabsahan Data
Semua data yang diperoleh dan yang ditemukan dalam penelitian ini
akan diuji kredibilitasnya dengan cara triangulasi. Menurut Sugiyono (2012)
Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Lebih lanjutnya Sugiyono membagi
triangulasi kedalam tiga macam yaitu :
1. Triangulasi Sumber
Trangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil
pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian
peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik diartikan sebagai penguji kreadibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengontrol data pada sumber yang sama dengan
menggunakan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari hasil
wawancara, kemudian dicocokkan dengan hasil observasi dan dokumen.
Apabila dengan teknik pengujian kreadibilitas data tersebut masi
menimbulkan hasil data yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan
32
diskusi yang lebih mendalam dengan sumber data yang berkaitan atau yang
lain guna memastikan data yang dianggap benar atau mungkin semua benar
karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga seringkali mempengaruhi kreadibilitas data. Data yang
dikumpulkan dari hasil wawancara di pagi hari pada saat narasumber masi
segar, belum banyak masalah akan memberi data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kreadibilitas data dapat
dibuat dengan cara melakukan pemeriksaan dengan wawancara, observasi,
atau cara lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
memunculkan data yang berbeda, maka akan dilakukan tes secara berulang-
ulang sehingga didaptkan kepastian datanya.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Luas Wilayah Kabupaten Gowa
Secara geografis Kabupaten Gowa berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kota Makassar dan Kabupaten Maros
Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba dan
Bantaeng
Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto
Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar
Kabupaten Gowa berada pada 120
38.16’ Bujur Timur dari Jakarta
dan 50
33.6’ Bujur Timur dari Kutub Utara. sedangkan letak wilayah
administrasinya antara 12033.19’ hingga 13015.17’ Bujur Timur dan 505’
hingga 5034.7’ Lintang Selatan dari Jakarta, dengan luas wilayah 1.883,33
kilometer persegi atau sama dengan 3,01 persen dari luas Provinsi Sulawesi
Selatan. Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30 persen mempunyai
kemiringan tanah di atas 40 derajat yaitu Kecamatan Parangloe,
Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu.
2. Jumlah Desa/Kelurahan
Wilayah administrasi Kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan dan
167 kelurahan/desa dengan luas wilayah 1.883,33 kilometer persegi atau
sama dengan 3,01 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah
34
Kabupaten Gowa sebagian besar terletak di daratan tinggi yaitu sekitar
72,26%, ada 9 wilayah kecamatan yang merupakan dataran tinggi yaitu
Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolopao, Parigi,
Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu.
3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur
Jumlah penduduk di Kabupaten Gowa termasuk terbesar ketiga dari
kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Jumlah penduduk dengan urutan
pertama adalah Kota Makassar, urutan kedua Kabupaten Bone dan urutan
ketiga adalah Kabupaten Gowa. Berdasarkan Gowa Dalam Angka Tahun
2016 jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak
735.493, penduduk laki-laki sebanyak 361.814 (53%) dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 373.679 (54,9%), pada Tahun 2017 jumlah penduduk
Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebanyak 722.268, penduduk laki-laki
sebanyak 379.905 (52%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
392.352 (54%), pada Tahun 2018 jumlah penduduk Kabupaten Gowa secara
keseluruhan sebanyak 751.981, penduduk laki- laki sebanyak 370.151
(49%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 381.830 (51%)
sedangkan pada Tahun 2019 jumlah penduduk kabupaten Gowa secara
keseluruhan sebanyak 772.684.
4. Rasio Jenis Kelamin
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari
rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan
penduduk perempuan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
35
Kabupaten Gowa, didapatkan jumlah penduduk di Kabupaten Gowa
pada tahun 2016 sebanyak 735.493, penduduk laki-laki sebanyak 361.814
(53%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 373.679 (54,9%),
sehingga kita dapatkan rasio jenis kelaminnya sebesar 96,8. Pada Tahun
2017 jumlah penduduk Kabupaten Gowa sebanyak 722.268, penduduk laki-
laki sebanyak 379.905 (52%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
392.352 (54%), sehingga kita dapatkan rasio jenis kelaminnya sebesar 96,8.
Sedangkan tahun 2018 jumlah penduduk Kabupaten Gowa sebanyak
751.981, penduduk laki-laki sebanyak 370.151 (49%) dan jumlah penduduk
perempuan 381.830 sebanyak (50%). Sehingga kita dapatkan rasio jenis
kelaminnya sebesar 96,94. Untuk rasio jenis kelamin di kabupaten Gowa
pada tahun 2019 belum ada data update dari BPS kabupaten Gowa.
5. Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/ Pengelola
Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Gowa meliputi
Puskesmas dan jajarannya. Rumah Sakit Pemerintah serta sarana
lainnya yang berjumlah 512 sarana kesehatan, Sarana kesehatan di
kabupaten Gowa berdasarkan kepemilikan atau pengelolaan meliputi rumah
sakit milik pemerintah berjumlah 1 unit, rumah sakit milik swasta berjumlah
2 unit. Kemudian puskesmas rawat inap milik pemerintah berjumlah 26
unit. Puskesmas keliling milik pemerintah kabupaten berjumlah 17 unit,
puskesmas pembantu milik pemerintah kabupaten berjumlah 115 unit serta
rumah bersalin milik pemerintah kabupaten berjumlah 1 unit.
36
Menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 tentang klinik
menjelaskan bahwa klinik pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar baik umum maupun khusus sedangkan klinik utama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik, di
kabupaten gowa sarana pelayanan kesehatan berupa klinik pratama
milik TNI/POLRI berjumlah 3 unit, klinik pratama milik BUMM berjumlah
2 unit, klinik pratama milik swasta berjumlah 17 unit dan klinik utama milik
swasta berjumlah 3 unit.
Jumlah praktek dokter bersama milik swasta berjumlah 3 unit, praktek
dokter gigi perorangan milik swasta di kabupaten gowa berjumlah 50 unit,
praktek dokter spesialis perorangan milik swasta berjumlah 9 unit, praktek
pengobatan tradisional milik swasta berjumlah 1 unit dan kabupaten Gowa
juga memiliki laboratorium kesehatan milik pemerintah kabupaten
berjumlah 1 unit. Industri obat tradisional milik swasta berjumlah 1 unit
sedangkan pedagang besar farmasi milik swasta berjumlah 2 unit. Apotek
milik swasta berjumlah 66 unit. Toko obat milik swasta berjumlah 1 unit.
6. Kedudukan dan Latar Belakang Dinas Kesehatan Kab. Gowa
Dinas kesehatan Kabupaten Gowa yang memiliki tugas dan fungsi di
bidang pelayanan kesehatan. Tugas Dinas Kesehatan adalah melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang bersifat spesifik di bidang pelayanan kesehatan yang menjadi
37
tanggung jawab berdasarkan kewenangannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Adapun fungsi Dinas Kesehatan adalah :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan
2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang
pelayanan kesehatan
3) Pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan lingkup
tugasnya
4) Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, sarana,
keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan peralatan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang dibebankan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Tugas dan fungsi tersebut diaplikasikan dalam sejumlah program dan
kegiatan yang direncanakan setiap tahunnya, selain itu Dinas Kesehatan
dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung mengacu pada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit serta sejumlah indikator lainnya.
Program Unggulan ;
a. Pelayanan Kesehatan Gratis
b. Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
7. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Gowa
Visi
Visi Dinas Kesehatan yaitu “ GOWA MENUJU SEHAT “. Secara
filosofis, visi tersebut mengandung makna bahwa Dinas Kesehatan
Kabupaten Gowa dengan segala potensinya akan berusaha untuk
38
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang berperilaku sehat dengan
menerapkan konsep- konsep sehat pada semua tatanan baik
perorangan,keluarga maupun kelompok-kelompok masyarakat secara
konsisten, untuk mencapai hal tersebut maka harus dilakukan secara terus
menerus.
Misi
Adapun Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa :
1) Menyiapkan Tenaga sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan
2) Memelihara dan meningkatkan Pelayanan yang bermutu merata dan
terjangkau
3) Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk hidup sehat
4) Memelihara dan meningkatkan Kesehatan idividu Keluarga dan
Masyarakat beserta lingkungannya.
B. Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program AMMACA Guna Mewujudkan
Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak.
Inovasi yaitu sebuah pelayanan publik bisa diartikan sebagai prestasi
dalam meraih, meningkatkan, dan memperbaiki efektivitas, efisiensi dan
akuntabilitas pelayanan publik yang dihasilkan oleh inisiatif pendekatan,
metodologi, dan atau alat baru dalam pelayanan masyarakat. Inovasi pelayanan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang berisi konsep-konsep baru dan
produksi, pengembangan dan implementasi perilaku. ini juga merupakan
metode, perubahan respon terhadap lingkungan eksternal atau tindakan pertama
akibat pengaruh lingkungan terhadap transformasi organisasi.
39
Indikator tentang Kota/Kabupaten Layak Anak (KLA) seperti disebutkan
dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak No.13 tahun 2011, dalam pasal 9 disebutkan indikator KLA untuk klaster
lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif meliputi: persentase usia
perkawinan pertama di bawah usia 18 (delapan belas) tahun; tersedianya
lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan
anak; dan tersedianya lembaga kesejahteraan sosial anak.
Pasal 10 PP tersebut mengatur indikator KLA untuk klaster kesehatan
dasar dan kesejahteraan yang meliputi: angka kematian bayi; prevalensi
kekurangan gizi pada balita; persentase air susu ibu (ASI) eksklusif; jumlah
pojok asi; persentase imunisasi dasar lengkap; jumlah lembaga yang
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan mental; jumlah anak dari
keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan kesejahteraan; persentase
rumah tangga dengan akses air bersih; dan tersedianya kawasan tanpa rokok.
AMMACA merupakan istilah kearifan lokal dapat di definisikan sebagai
kekayaan budaya lokal, yang sangat bisa mengakomodasi kebijakan (wisdom)
dan kearifan hidup, “Amma” (Makassar) adalah panggilan Mulia dari seorang
anak terhadap kedekatan emosional seorang Ibu dan anaknya, begitupn
“Caradde” (Makassar) merupakan Strata masyarakat tentang kecerdasan,
kesigapan dan kearifan dalam sebuah tatanan masyarakat yang ada. Inovasi
Dinas Kesehatan Melalui Program Amma Caradde (AMMACA) merupakan
salah satu program inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gowa
demi mempermudah masyarakat menerima layanan kesehatan dalam hal dalam
40
upaya menekan Angka kematian Ibu dan Bayi baru lahir guna mewujudkan
Kabupaten Gowa menjadi kabupaten layak anak, dengan menggunakan sarana
yang sudah ada, telah di upayakan gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ;
Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10-15 menit sebelum ANC
(Antenatal Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan yang ada sehingga
menunjang menjadi kabupaten layak anak (KLA). Inovasi dan analisis praktek
yang sukses, menunjukkan bahwa ada lima strategi utama didalam sektor
pemerintahan yaitu:
1. Layanan Terintegrasi
Layanana Terintegrasi, Sektor publik akan menawarkan sejumlah
layanan, bagi warga memiliki harapan tidak sederhana dimana warga
meminta layanan yang disediakan disertai dengan kenyamanan. kewenangan
publik sering kali mengeintegrasikan produk dan layanan untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan mereka. Pemeberian Layanan dan Monitoring
Layanan, akan membawa layanan lebih dekat dengan masyarakat dan
biasanya membentuk kepastian terhadap tingkat permintaan yang tinggi
sehingga meningkatkan kepuasan masyarakat atau pelaku bisnis.
Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan
kabupaten layak anak. Informasi mengenai kesehatan anak merupakan hal-
hal yang perlu diketahui oleh seorang anak, supaya mereka mengetahui
sumber penyakit, jenis penyakit dan upaya pencegahannya. Melalui
pemberian informasi seorang anak secara bertahap belajar memahami
mengapa seorang anak bisa sakit, dan bagaimana mencegahnya. Hasil
41
belajar anak mengenai kesehatan anak, menghasilkan persepsi anak
mengenai kesehatan anak.
Maka Inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gowa
dalam upaya menekan Angka kematian Ibu dan Bayi baru lahir untuk
menciptakan kabupaten layak anak, dengan menggunakan sarana yang
sudah ada, telah di upayakan Gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ;
Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10-15 menit sebelum ANC
(Antenatal Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan yang ada di wilayah
Puskesmas. Hal ini bertujuan agar Ibu Hamil sebelum melahirkan
mengetahui bagaimana merawat dan menjaga kesehatannya sebelum
melahirkan dan ini merupakan salah satu cara untuk menekan angka
kematian Ibu dan Bayi Sertifikat lulus imunisasi lengkap. Berikut kutipan
wawancara dengan informan tentang layanan terintegrasi yang dilakukan
dalam inovasi Ammaca di Kabupaten Gowa.
“Gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ; Cerdas), dengan metode
membaca buku KIA 10 -15 menit sebelum ANC (Antenatal Care)
periksa Ibu hamil disarana kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas.
ini sangat bermaafaat bagi masyarakat di kerenakan memberikan
pelayanan dan pengetahuan kesehatan ibu hamil, bersalin, serta bayi
baru lahir sehingga masyarakat mengetahui prosedur pola hidup sehat
untuk anak dan juga memahami dan mudah mendapatkan pelayanan
dengan fasilitas yang memuaskan”(wawancara dengan TOD, Tanggal,
6 Maret 2020).
Hasil wawancara diatas mengungkapkan bahwa bentuk upaya
inovasi yang terkhusus dengan melibatkan Petugas, Ibu Hamil dan seluruh
unsur yang terlibat yang bisa menekan Kematian Ibu Melahirkan dan bayi
baru lahir dengan pendekatan kearifan lokal, gerakan AMMACA ini yang di
42
dukung langsung pemangku kebijakan yang ada di desa/lurah, Ibu PKK,
kader Kesehatan, Tokoh masyrakat, masyarakat secara luas yang ada
didesa/Lurah, maka dengan adanya Gerakan AMMACA disetiap desa dan
kelurahan diwilayah Puskesmas, diharapkan Gerakan AMMACA menjadi
simpul dan motivasi tersendiri buat Ibu Hamil dan keluarga dalam
mengembangkan diri dalam memacu hal-hal apa saja yang dibutuhkan
dalam mempersiapakan kehamilannya. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi resiko yang akan terjadi pada ibu hamil dalam upaya
menekan Angka kematian Ibu dan Bayi baru lahir guna menunjang menjadi
kabupaten layak anak, dengan menggunakan sarana yang sudah ada.
Pelayanan publik menunjukan pelayanan berfungsi untuk memberikan
kepastian hukum bagi pihak penyelenggara pelayanan publik maupun
masyarakat. aparatur penyelenggara harus merasa memiliki kewajiban
hukum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sebab pelayanan
merupakan hak masyarakat sebagai warga Negara Indonesia. Pelayanan
Kesehatan bersifat prima yaitu pelayanan yang cepat, mudah, pasti, murah,
dan akuntabel. Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan harus
dilaksanakan secara berkualitas agar adanya masalah/penyakit ataupun
komplikasi dapat dideteksi dan ditangani secara dini. Hadirnya inovasi
program AMMACA diharapkan dapat memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan yang berkualitas, meningkatkan peran aktif keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
43
mengahadapi komplikasi. Seperti hasil wawancara kami dengan salah satu
masyarakat dibawah ini.
“Setiap petugas medis, hendaknya mengedukasi ibu maupun
keluarganya jika belum mengetahui fungsi dan kegunaan buku KIA.
Bukan hanya kewajiban tenaga medis, kader kesehatan setempat juga
memiliki peran penting untuk memberikan penjelasan mengenai buku
KIA. Karenanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait
buku KIA”. (Wawancara dengan SA tanggal, 7 Maret 2020).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap inovasi program AMMACA
secara Layanan Terintegrasi, Peningkatan kualitas dan pelayanan yang
signifikan membutuhkan kepemimpinan dan menejemen pengetahuan
diseluruh organisasi. Perbaikan kualitas pelayanan berfokus pada kegiatan
yang tidak pernah berakhir serta pendekatan pemecahan masalah sehingga
perbaikan kualitas pelayanan lebih maksimal.
2. Desentralisasi.
Dalam upaya menekan Angka kematian Ibu Melahirkan dan Bayi baru
lahir, telah di upayakan Gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ;
Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10-15 menit sebelum ANC
(Antenatal Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan yang ada di wilayah
Puskesmas Pallangga, adapun manfaat yang didapatkan dengan
penggunaan buku KIA dengan metode AMMACA di wilayah Puskesmas
Pallangga, adalah :
Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu
mulai hamil sampai anak berumur lima tahun, nstrumen pencatatan dan
pemantauan, informasi, komunikasi dan penyuluhan tentang kesehatan, gizi
dan standar pelayanan KIA yang lengkap di tingkat keluarga termasuk
44
rujukannya, Deteksi dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan
anak, Menanggapi kebutuhan maupun keinginan ibu hamil dan balita,
Meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik
ibu ataupun keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA serta
masalah gizi di rumah, Meningkatkan jangkauan pelayanan KIA
berkualitas., Memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen
pelayanan KIA yang lebih efektif dan Menjalin Hubungan emosional antara
petugas dengan Ibu Hamil
Program AMMACA bersinergi langsung dengan 4 Program Strategis
Pemerintah kecamatan Pallangga : Pallangga bersih dan sehat (2016) yang
di dalamnya ada Kecamatan ODF (Open Defecation Free) yg pertama di
kab. Gowa, Pallangga Ramah Anak (2017), yang juga pertama di kab
Gowa, Pemenuhan Hak Anak (2017) dengan Pemberian Akte keahiran
setiap anak yg lahir, di dalamnya ada Program Gerakan Ayah Asi (2016)
dan Dialog Hati (2018) Membuka ruang komunikasi antar Pemerintah dgn
masyarakat Terhadapa persoalan kemasyarakatan yg ada.
Terkait dengan 4 program yang ada pada Pemerintah Kecamatan
Pallangga , AMMACA punya peran penting fase 1000 hari kehidupan ,
yang merupakan Periode Emas pembentukan 100 Milyar Sel Otak akan
lebih Maksimal, kualitas pengetahuan yang rendah serta masih adanya
penyakit infeksi lainnya serta Akses sanitasi yg buruk yg masih jadi
tantangan di wilayah Kecamatan Pallangga yang banyak mencuri fase
tersebut. Selanjutnya fase stimulasi , Kecamatan Ramah anak Punya Banyak
45
berperan, dengan adanya Sarana bermain, Puskesmas Pallangga Ramah
anak dengan Penghargaan Oleh Bapak Gubernur Sulawesi Selatan Tahun
2016, Sekolah ramah anak punya peran penting, PAUD sehingga sel 100
Milyar Otak tadi yang sudah terbentuk secara sempurna akan terhubung
sinapsnya secara maksimal. Yang suatu saat kelak akan disambut oleh
Program Pendidikan Gratis yg Berkualitas Yg lebih dulu di canangkan oleh
Bapak Bupati terdahulu Bapak DR. Ichsan yasin limpo. SH., MH.
Desentralisasi layanan mendorong menegembangkan ekonomi baru.
desentralisasi layanan meningkatkan partisispasi warga dan meningkatkan
kepercayaan dalam pemerintah. Dalam upaya menekan Angka kematian Ibu
dan Bayi baru lahir demi wujudkan kabupaten layak anak, upaya inovasi
yang terkhusus dengan melibatkan Petugas, Ibu Hamil dan seluruh unsur
yang terlibat yang bisa menekan Kematian Ibu Melahirkan dan bayi baru
lahir dengan pendekatan kearifan lokal, gerakan AMMACA ini yang di
dukung langsung pemangku kebijakan yang ada di desa/lurah, Ibu PKK,
kader Kesehatan, Tokoh masyrakat, masyarakat secara luas yang ada
didesa/Lurah, maka dengan adanya Gerakan AMMACA disetiap desa dan
kelurahan diwilayah Puskesmas, dengan menggunakan sarana yang sudah
ada, telah di upayakan Gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ;
Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10-15 menit sebelum ANC
(Antenatal Care) periksa Ibu hamil disarana kesehatan yang ada di wilayah
Puskesmas. Berikut kutipan wawancara dengan informan tentang
46
Desentralisasi yang dilakukan dalam Inovasi gerakan AMMACA di
puskesmas Pallangga Kabupaten Gowa, bahwa :
“dengan adanya gerakan AMMACA disetiap desa dan kelurahan
diwilayah Puskesmas Pallangga, diharapkan gerakan AMMACA
menjadi simpul dan motivasi tersendiri buat Ibu Hamil dan keluarga
dalam mengembangkan diri dalam memacu hal-hal apa saja yang
dibutuhkan dalam mempersiapakan kehamilannya.” (Wawancara
dengan NAL, tanggal, 6 Maret 2020).
Adanya faktor penyulit menjadi faktor risiko terjadinya kematian ibu
sehingga perlu dilakukan tindakan medis sebagai upaya untuk
menyelamatkan ibu dan anak. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
inovasi AMMACA merupakan bentuk percepatan penurunan AKI/AKB
khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak bagi masyarakat kurang
memiliki pengetahuan.
Salah satu yang menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Gowa
dalam hal ini dinas kesehatan yaitu perhatian terhadap ibu hamil dan
proses persalinannya. Ibu hamil serta proses persalinannya memiliki
tingkat resiko yang sangat tinggi belum lagi masalah komplikasi atau
adanya faktor yang menyulitkan yang dapat menyebabkan resiko
terjadinya kematian ibu dan anak. angka kematian ibu dan anak
merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan
karena kematian ibu dan anak mengakibatkan negara kehilangan sejumlah
tenaga produktif. Seperti hasil wawancara sebagai berikut.
“Kita sebagai Pemerintah dalam menyediakan fasilitas masyarakat
kita menyediakan mobil ambulance yang dilengkapi dengan peralatan
dan obat-obatan untuk menjemput pasien dalam waktu 24 jam dan
melayani selama di fasilitas kesehatan dan memberikan pengetahuan
kepada ibu untuk menekan angka kematian ibu dan anak guna
47
mewujudkan kabupaten layak anak.” (wawancara dengan HSD, pada
tanggal 5 Maret 2020).
Keberadaan rumah sakit ramah anak juga termasuk salah satu rencana
aksi yang perlu dilakukan. Fasilitas yang tersedia di rumah sakit anak adalah
adanya : tempat Pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak
yang disebut PPKPA; pelayanan poliklinik anak; rumah sakit sayang anak
dan ibu di rumah sakit umum (RSU); pemberian penyuluhan termasuk anak/
langsung mengunjungi ke pasien dibangsal-bangsal; tempat penitipan anak
(TPA); pojok ASI; perpustaakaan untuk umum; adanya senam bayi, dan
senam ibu hamil; tempat rehabilitasi medis untuk terapi anak; ada bangsal
anak yang ramah anak; serta ruang bermain untuk anak; diterapkannya
inisiasi menyusu dini/IMD. Rumah sakit ramah anak yang ada juga bisa
dijadikan sebagai tempat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA).
Fasilitas berikutnya yang diperlukan yaitu puskesmas ramah anak.
Fasilitas yang diharapkan ada ketersediaan fasilitas di puskesmas ramah
anak yaitu: layanan kesehatan khusus untuk ibu dan anak; tempat
pemeriksaan khusus untuk anak; dokter spesialis anak & kandungan; taman
gizi; taman bermain; tempat pelayanan korban kekerasan terhadap anak;
tenaga konseling untuk anak; pojok ASI; dan tumbuh kembang anak. Dapat
dilihat bahwa fasilitas yang perlu disediakan di rumah sakit dan puskesmas
dalam rangka rencana aksi pemenuhan hak kesehatan dan kesejahteraan
anak mempunyai beberapa kesamaan fasilitas yang perlu disediakan. Selain
puskesmas dan rumah sakit, fasilitas berupa pondok kasih ibu (POKASI)
dan posyandu model juga dapat dijadikan sebagai fasilitas pendukung
48
rencana aksi kota ramah anak. POKASI adalah tempat pelayanan kesehatan
untuk ibu hamil dan anak dari keluarga miskin terkait penerapan pemberian
ASI eksklusif. Beberapa hal yang dilakukan untuk pengimplementasian
POKASI, yaitu: penyediaan sarana pojok ASI di tempat-tempat bisnis,
perkantoran, pelayanan publik dan area umum lainnya, serta kampanye ASI.
Posyandu Model adalah posyandu yang kegiatannya bersamasama
diintegrasikan antara BKB, PAUD, Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap inovasi pelayanan
kesehatan melalui program AMMACA secara Desentralisasi kabupaten layak
anak, pihak kabupaten/kota hendaknya bersinergi dengan dinas pendidikan
untuk melaksanakan program sekolah ramah anak. Standar sarana dan
prasarana sekolah ramah anak, tetap memasukkan unsur kesehatan menjadi
hal yang penting dalam konsep sekolah ramah anak. sebagai sinergitas
sebagai ujung tombak pelayanan terhadap masyarakat, dalam hal ini
pemerintah yang memiliki tanggung jawab yang harus melaksanakan tugas
pelayanan terhadap masyarakat.
3. Pemanfaatan Kerjasama
Pemanfaatan Kerjasama bermakna Sebagai Pemerintahan yang
inovatif untuk memenuhi peningkatan pemenuhan agar lebih efesien dalam
pemberian layanan publik, lebih kolaboratif antar organisasi dan juga terjadi
kerjasama antar publik dan swasta. misalnya kolaborasi dengan dalam
upaya mempromosikan efisiensi dan kualitas layanan administrasi publik.
49
Dalam perencanaan kabupaten layak anak, pihak kabupaten
hendaknya bersinergi dengan dinas pendidikan untuk melaksanakan
program sekolah ramah anak. Standar sarana dan prasarana sekolah ramah
anak, tetap memasukkan unsur kesehatan menjadi hal yang penting dalam
konsep sekolah ramah anak, yaitu : tersedianya alat kebersihan yang cukup
dan tersedianya tempat sampah organic dan non organik yang memadai;
tersedianya tempat cuci tangan beserta sabun cair; sekolah tidak
menyediakan asbak; tersedianya fasilitas air bersih; tersedianya alat-alat
olah raga dan permainan sekolah; warga sekolah tidak merokok di sekolah;
adanya peringatan kawasan tanpa rokok; adanya larangan menjual rokok di
lingkungan sekolah; adanya satuan tugas (satgas) anti rokok; tersediannya
peralatan sekolah yang hygienis di kantin, unit kesehatan sekolah (UKS)
dan toilet; tersedianya ruang kelas yang cukup ventilasi dan pencahayan;
serta tersedianya tempat bermain dan olahraga untuk anak.
Pemanfaatan dengan membaca buku KIA dapat meningkatkan
pengetahuan status kesehatan ibu, melalui upaya yang bersifat promotif,
preventif, maupun kuratif dan rehabilitative. Upaya tersebut berupa
pelayanan kesehatan pada ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, penanganan komplikasi, pelayanan konseling KB dan kesehatan
reproduksi karena Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan
kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi
yang sehat, seperti hasil wawancara berikut ini.
50
“Tersedianya ruang ammaca sesuai dengan kebutuhan di pelayanan
kesehatan dan ruang khusus menyusui bagi ibu dan taman bermain
bagi anak-anak serta adanya dukunagan dari pemerintah daerah,
swasta maupun masyarakat Dalam mensukseskan gerakan ammaca ini
guna mewujudkan kabupaten layak anak”.(Wawancara dengan TOD,
tanggal 6 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik kesimpulan,
bahwa pemanfaatan kerjasama gerakan ammaca adalah peningkatan
pelayanan kesehatan untuk menurunkan komplikasi pada ibu hamil berisiko.
Pelaksanaan pelayanan publik menjadi tanggung jawab instansi pemrintah
pusat maupun daerah, pelayanan publik yang dimaksud yaitu segala bentuk
jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.
Apa yg di upayakan kaitannya dgn mempersiapkan masyarakat
menjadi manusia yang unggul yang kelak akan bisa bersaing dgn tantangan
kehidupan yang ada, dan sekaligus kami mengambil bagian dari Program
pemerintah kab. Gowa yaitu Pembangunan Sumber daya Manusia Jangka
Panjang, rangkaian upaya strategis tadi akan memutus Mata rantai
ketertinggalan dan kemiskinan yg masih jadi tantangan masyarakat
Pallangga.
Strategi lain dengan melibatkan mahasiswa praktek klinis di
puskesmas Pallangga dari institusi pendidikan yang telah bekerjasama
dengan Puskesmas Pallangga, dengan melibatkan langsung Gerakan
AMMACA di jam pelayanan ANC Ibu Hamil di sarana kesehatan yang ada.
Beberapa Stakeholder yang terlibat dalam pembentukan inovasi
AMMACA, inilah menjadi media atau berperan untuk mensosialisasikan ke
51
masyarakat sebagai ujung tombak dalam inovasi layanan kesehatan dalam
program AMMACA dalam pemanfaatan kerjasama dalam menyukseskan
sebuah inovasi untuk mewujudkan kabupaten layak anak. Seperti hasil
wawancara berikut ini :
“Dinas kesehatan kabupaten Gowa yang bekerjasama dengan bebrapa
jajaran yang ada seperti kepala desa/lurah, tim penggerak PKK dan
tokoh masyarakat Mendukung dan menyebarkan informasi kepada
masyarakat tentang keberadaan program ammaca untuk kepentingan
ibu hamil”. (wawancara dengan, HSD, tanggal, 5 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara penulis penyimpulkan dalam
pemanfaatan kerjasama inovasi ammaca untuk mencapai sasaran perlu
melibatakan beberapa Stakeholder dan beberapa jajaran untuk mendukung
dan menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan
gerakan ammaca untuk kepentingan ibu hamil untuk menunjang kabupaten
layak anak.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan, program ammaca yang
ada di Kabupaten Gowa. Kabupaten Layak Anak adalah sistem
pembangunan kabupaten yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya
pemerintah, masyarakat, keluarga dan dunia usaha yang terencana secara
menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan
untuk pemenuhan hak hak anak.
4. Pelibatan warga Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam KLA merupakan sebuah keniscayaan,
selain itu mencerminkan sebuah demokratisasi proses kebijakan, keberadaan
partisipasi masyarakat menjadi salah satu indicator dalam kebijakan
52
pengembangan KLA dan sesuai dengan Peraturan Menneg PPPA,
partisipasi masyarakat menjadi sesuatu yang diharuskan. Meski demikian
ada beberapa tantangan yang muncul dalam keterlibatan masyarakat dalam
kebijakan pengembangan KLA Gowa.
Kewenangan pemerintahan yang inovatif harus mereliasasikan perang
pentingnya dengan mendorong peran warga untuk berpartisispasi
dalam mendorong perubahan. ketika Pemerintah menyediakan forum bagi
publik untuk mengekspresikan pandanganya dan terlibat didalam seluruh
langkah-langkah proses, maka hasil inovasi lebih memiliki kemungkinan
untuk sukses dan lebih luas jangkauanya, pendekatan partisipasi
memungkinkan warga mengungkapkan kebutuhan dan opininya terhadap
proposal teknis dan memfasilitasi penerapan proyek yang diberikan dan
memastikan kesuksesan yang berkelanjutan dari sebuah inovasi. Seperti
hasil wawancara berikut ini.
“Ammaca adalah wujud dari keterlibatan masyarakat langsung dalam
pembangunan kesehatan terutama menurunkan angka kematian ibu
yang resiko tinggi serta bayi baru lahir dan merupakan terobosan dan
upaya dari Dinkes Gowa Dalam upaya mewujudkan kabupaten layak
anak”. (wawancara dengan, NAL, 6 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
Keterlibatan tokoh masyarakat mempunyai peran yang signifikan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat lainnya. ammaca yang pada
awalnya dilakukan di puskesmas. Namun atas dukungan masyarakat,
ditetapkanlah diseluruh fasilitas kesehatan yang ada dikabupaten Gowa.
53
Sosialisasi melibatkan Kepala Desa dan Lurah setempat, Tokoh
Masyarakat dan Agama, Kader Kesehana, Kelompok Masyarakat yang
peduli akan pentingnya Gerakan AMMACA di tingkat desa dan kelurahan.
Selain itu di lakukan juga advokasi dukungan Gerakan AMMACA oleh
pihak Pemerintah Kecamatan dalam Upaya bersama dalam menekan Angka
kematian Ibu Melahirkan dan Bayi baru Lahir. Strategi lain dengan
melibatkan mahasiswa praktek klinis di puskesmas Pallangga dari institusi
pendidikan yang telah kerjasama dengan Puskesmas Pallangga, dengan
melibatkan langsung Gerakan AMMACA di jam pelayanan ANC Ibu Hamil
di sarana kesehatan yang ada.
Dalam rangka mewujudkan Kabupaten Layak Anak dengan
memberikan jaminan keberlangsungan masa depan anak, masyarakat dan
pemerintah didorong untuk memenuhi seluruh Hak Anak, mulai dari hak
hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi. Dalam Kabupaten
Layak Anak semua semua pelayanan publik yang berkaiatan dengan anak
mesti memberikan pelayanan yang Ramah Anak, sehingga anak-anak yang
menerima pelayanan tersebut anak harus merasa aman, nyaman dan
gembira.
5. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan informasi
Dalam rangka mewujudkan Kabupaten Layak Anak dengan
memberikan jaminan keberlangsungan masa depan anak, masyarakat dan
pemerintah didorong untuk memenuhi seluruh Hak Anak, mulai dari hak
hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi. Dalam
54
Kota/Kabupaten Layak Anak semua semua pelayanan publik yang
berkaiatan dengan anak mesti memberikan pelayanan yang Ramah Anak,
sehingga anak-anak yang menerima pelayanan tersebut anak harus merasa
aman, nyaman dan gembira.
Pemanfaatan Teknologi merupakan suatu langkah yang ditempuh oleh
pemerintah dalam meningkatkan inovasi pelayanan kesehatan pada gerakan
ammaca. Pemanfaatan teknologi memberikan kemudahan pada masyarakat
untuk menggetahui informasi yang ada terkait pelayanan kesehatan yang
di lakukan dalam ammaca di Kabupaten Gowa. Seperti hasil wawancara
berikut ini.
“Perlu adanya teknologi komunikasi dan informasi dalam
menyebarkan informasi tentang gerakan ammaca pada saat
memberikan penyuluhan kepada ibu hamil berkunjung ke posyandu”.
(wawancara dengan JL, tanggal 7 Maret 2020).
Berdasarkan hasil penilitian penulis menarik kesimpulan bahwa
dalam inovasi sangat diperlukan pemanfaatan teknologi komunikasi dan
ninformasi agar dalam melakukan sosialisasi gampang dan dapat dipahmi
terhadapa sasaran terhadap hadirnya gerakan ammaca.
Inovasi bisa dapat dikaitkan dengan teknologi namun tak selamanya
dengan teknologi bisa juga dikaitkan dengan dunia bisnis. namun didunia
bisnis tak sedikit pebisnis yang mengerti betul bagaimana cara
menunbuhkan inovasi suatu produk sehingga dapat selalu diterima dipasar
dengan baik sehingga dapat bersiang dengan pesaing secara sehat.
Sosialisasi Pentingnya Gerakan AMMACA (Amma; Ibu, Caradde ;
55
Cerdas), dengan metode membaca buku KIA 10-15 menit sebelum ANC
(Antenatal Care) pada sosial media, Seperti hasil wawancara berikut ini :
“Kesehatan itu salah satu aspek penting dalam mewujudkan kabupaten
layak anak. Informasi mengenai kesehatan anak merupakan hal-hal
yang perlu diketahui oleh seorang anak, supaya mereka mengetahui
sumber penyakit, jenis penyakit dan upaya pencegahannya. Melalui
pemberian informasi seorang anak secara bertahap belajar memahami
mengapa seorang anak bisa sakit, dan bagaimana mencegahnya”.
(wanwancara dengan HSD, pada tanggal 5 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik kesimpulan,
bahwa dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan informasi sangat
penting adanya berhubung dengan kecepatan yang dibutuhkan dalam
pelayanan kesehatan untuk perlindungan agar dapat menekan resiko yang
akan terjadi yang dikhwatirkan secara bersama. Dalam melaksanakan
program ammaca ini agar masyarakat dapat percaya terhadap inovasi yang
dibuat maka perlu mensosialisakian kepada masyarakat.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan, program ammaca yang
ada di Kabupaten Gowa. Pelayanan Kesehatan melalaui gerakan ammaca
harus melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui
program yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Secara teknologi
merupakan bentuk kerja atau pendekatan kepada masyarakat yang
dilakukan oleh pihak pemerintah yang bertujuan untuk memberikan atau
meningkatkan kepuasan kepada masyarakat serta memberikan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintahan. manfaat kerja sama dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan dalam program ammaca, pemerintah melakukan
kerja sama dengan berbagai perusahan swasta maupun organisasi.
56
Pemanfaatan teknologi memberikan kemudahan pada masyarakat untuk
menggetahui informasi yang ada terkait pelayanan kesehatan yang di
lakukan dalam gerakan ammaca di Kabupaten Gowa guna mewujudkan
kabupaten layak anak.
C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Inovasi Dinas Kesehatan
Melalui Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa
Menjadi Kabupaten Layak Anak.
Inovasi adalah suatu gagasan baru yang belum pernah ada ataupun
diterbitkan. Inovasi berisi terobosan baru mengenai sebual hal yang akan
diteliti oleh inovator. Suatu inovasi dapat di manfaatkan untuk menghasilkan
perubahan nyata bagi masyarakat dalam merambah kehidupan baru yang belum
perna di bayangkankannya.
Inovasi adalah sebuah ide, praktik inovasi adalah Sesuatu yang baru,
dapat diimplementasikan, dan memliki dampak yang menguntungkan. Inovasi
bukan sebuah kejadian ataupun aktivitas ini adalah konsep, proses, penerapan,
dan kapabilitas yang menentukan kesuksesan organisasi. Inovasi dapat
membantu sektor publik untuk membuat nilai untuk masyarakat. Meskipun
Inovasi di Indonesia sudah berkembang pesat akan tetapi masih dilakukan
secara relatif parsial Parsial karena biasanya sebuah inovasi tidak otomatis
terkoneksi dengan inovasi lain.
Dari hal yang telah penulis sampaikan di atas terlihat bagaimana faktor-
faktor yang mempengaruhi pemerintah daerah untuk mewujudkan KLA di
Indonesia. Terlepas dari hal tersebut, perlindungan anak ini harus bergerak dari
57
Orang tua, Keluarga dan Masyarakat tempat anak biasa beraktifitas.
Pemerintah Daerah di sini penulis menilai hanya berfungsi sebagai alat untuk
membantu hal itu bisa terwujud. Jika perlindungan anak dimulai dari sejak
dini, maka tidak akan mungkin jika daerah di seluruh Indonesia bisa menjadi
KLA dan menjadikan Negara Indonesia yang ramah anak dan memiliki
generasi yang baik dan menjadikan Negara Indonesia up-grade dari negara
berkembang menjadi negara maju yang menjadi patokan Negara ramah anak di
Dunia.
Apabila dilihat dari inovasi yang terjadi pada pelayanan kesehatan
melalui gerakan ammaca untuk mewujudkan kabupaten layak anak, beberapa
faktor yang dapat merangsang inovasi dalam organisasi dan beberapa faktor
penghambat dalam tumbuhnya inovasi.
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang dapat merangsang inovasi yaitu organisasi
membutuhkan orang-orang dan kelompok-kelompok yang kreatif dalam
organisasi. Personil tidak akan berinovasi tanpa lisensi, budaya inovatif
membutuhkan pemerintahan pro-inovasi dan dukungan dari atas untuk
memastikan ide-ide terangkut masalah kebijakan dan perilaku mengintip
inovasi dalam setiap pesan. Dari analisis Angka kematian Ibu Melahirkan
dan Bayi baru lahir di Puskesmas Pallangga sebelum di canangkannya
AMMACA setiap tahunnya terdapatnya Kematian Ibu yang menghawatirkan,
dan dengan mengetahui persis manfaat Info Buku KIA dan maknanya dari
Program 1000 hari kehidupan awal, maka dipandang perlu melibatkan lintas
58
sektor dan lintas program dalam menekan angka kematian Ibu melahirkan
dan Bayi baru lahir tersebut, perlu kemasan dan upaya yang menarik dengan
berbagai pendekatan, sehingga pilihan program melibatkan Petugas dan Ibu
Hamil dipandang perlu dan strategis, segingga di namakan AMMACA,
Seperti hasil wawancara berikut ini.
“Ammaca ini dibentuk karena ada kejadian yang sangat
memperhatingkan karena kurangnya pengetahuan untuk dirujuk ke
rumah sakit sehingga mengakibatkan meninggal dunia,. (Wawancara
dengan NAL pada tanggal 6 Maret 2020).
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menarik kesimpulan bahawa
Inovasi pelayanan Kesehatan merupakan cara Pemerintah Kabupaten Gowa
dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk menekan angka kematian ibu hamil
dengan membentuk gerakan ammaca.
Dengan terlibatnya ibu hamil dalam Gerakan AMMACA tentunya
sebagai modal utama. Dukungan keluarga dalam menekan angka kematian
Ibu Melahirkan dan bayi baru lahir bisa terwujud. Dengan Pahamnya Ibu
hamil akan pentingnya Buku KIA digunakan sebagai pelayanan yang
berkesinambungan mulai dari rumah, posyandu, poskesdes, pustu,
puskesmas, serta rumah sakit. Dengan buku KIA pemeriksaan dapat
dilakukan dimana saja, mulai dari posyandu, poskesdes, pustu, puskesmas,
rumah sakit dan klinik-klinik swasta sesuai dengan registrasi kohort ibu
hamil. Tugas kita sebagai tenaga kesehatan memberikan buku KIA kepada
setiap ibu hamil atau setiap anak. Dan ingatkan pada ibu hamil untuk selalu
membawa buku KIA kemana saja setiap pergi ke pelayanan kesehatan.
59
“Melihat kondisi pengetahaun ibu hamil yang kurang, Ammaca
diperuntukkan kepada masyarakat yang berkunjung kepuskesmas
dalam pelayanan ibu dan anak agar mereka paham bagaman pola
hidup sehat saat hamil dan seduah untuk mendidik anak demi
mewujudkan kabupaten layak anak”. (Wawancara dengan TOD pada
tanggal 6 Maret 2020).
Faktor manusia, dimana organisasi perlu melakukan investasi dalam
pengembangan SDM yang ada pada organisasi melalui pelatihan dan
pengembangan, pendamping coaching. Merupakan sumber atau pasokan
dimana sebuah organisasi mendapatkan keuntungan. Inovasi Ammaca harus
melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui program
yang dilakukan oleh pemerintah setempat, dengan adanya partisispasi
atau pelibatan masyarakat dapat membantu meningkatkan inovasi yang ada
dan melibatkan masyarakat dapat dijadikan acuan untuk mengetahui tingkat
kesuksesan dari pada inovasi yang diterapkan pada Ammaca. Seperti hasil
wawancara mengenai sumber daya yang mendukung rumah tuggu kelahiran.
“Ammaca dikelola oleh Kader Posyandu , Bidan desa/kelurahan
bertugas memantau kondisi ibu dan anak.”(wawancara dengan, TOD
pada tanggal 6 Maret 2020).
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menarik kesimpulan bahwa
inovasi pada inti strategi dan melengkapinya, mengidentifikasi bidang
prioritas untuk inovasi. Memperbaharui kebijakan sumber daya manusia
untuk mengeluarkan yang terbaik dari inovator. Membangun lingkungan
fisik yang membuat orang berpartisipasi. Maka perlunya Inovasi Pelayanan
Kesehatan dalam ammaca harus melibatkan masyarakat sehingga
masyarakat dapat mengetahui program yang dilakukan oleh pemerintah
setempat, dengan adanya partisispasi atau pelibatan masyarakat dapat
60
membantu meningkatkan inovasi yang ada dan melibatkan masyarakat dapat
dijadikan acuan untuk mengetahui tingkat kesuksesan dari pada inovasi
yang diterapkan pada ammaca.
Mengeksploitasi perbedaan melibatkan personil yang bersemangat
yang berpikir kreatif dan melihat pola-pola baru, penggambaran pada
teknologi baru untuk menarik kebutuhan dan kemungkinan secara bersama-
sama. membentuk tim khusus dan jaringan yang bertanggung jawab untuk
mempromosikan inovasi. Mendorong dan menarik untuk menciptakan
tekanan untuk inovasi, juga menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Mengelola persediaan dan arus pengetahuan untuk
memperkaya bahan baku pemikiran kreatif. Inovasi keuangan untuk
memastikan bahwa kurangnya sumber daya bukanlah kendala serius.
Alihkan sebagian kecil dari anggaran untuk menghasilkan, memilih,
melaksanakan, dan menyebarkan inovasi, termasuk pelatihan. dana untuk
hasil yang dicapai, bukan aturan yang dipatuhi. Mengambil persediaan
dengan menghargai pertanyaan, inspeksi, dan audit dari apa yang bekerja,
menjanjikan atau muncul.
Faktor budaya, dimana budaya berperan penting dalam merangsang
dan memelihara inovasi ammaca. Memelihara budaya kepercayaan dimana
inovasi yang secara alamiah, bahkan biasa, dan personil berkomunikasi
secara bebas dalam mendukung ide-ide baru dan diperbolehkan.
menyelaraskan insentif dan manfaat, memperbaiki disinsentif, dan
memperkenalkan inovasi dalam setiap bagian dari organisasi.
61
Penulis mengambil kesimpulan observasi dari data yang diperoleh
dalam faktor pendukung Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program
AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak
Anak adalah Sumber daya keuangan, teknis, dan manusia yang berkaitan
dengan inovasi pelayanan publik ini adalah ammaca dikelola oleh Kader
Posyandu, Bidan desa/kelurahan bertugas memantau kondisi ibu dan anak.
2. Faktor Penghambat
Upaya yang dilakukan tidak menemukan kendala berarti, kecuali
waktu yang tersedia, seringkali dilakukan sosialisasi pada saat jam kerja,
maka Ibu Hamil akan sulit berlama-lama untuk ketemu oleh petugas /bidan
ANC disarana kesehatan yang ada, perlu ada pertimbangan untuk dilakukan
pada sore atau malam hari. Penggunaan Istilah AMMACA seringkali
diplesetkan menjadi kata elitis, yang punya makna berbeda, tetapi hal ini
justru menggairahkan topik, sekaligus menjadi pengalihan isu sementara
terutama saat proses membaca bersama buku KIA dan proses tanya jawab
terjadi.
Menyadari kondisi pengetahuan yang menyulitkan ibu dan anak
tersebut pemerintah bersama masyarakat berinisiatif menyediakan ruang
baca yang pada awalnya dilakukan hanya di puskemas pallangga.
Selanjutnya atas dukungan pemerintah dilaksanakan di seluruh fasilitas
kesehatan ibu dan anak sebagai bentuk mewujudkan kabupaten layak anak.,
seperti hasil wawancara berikut ini.
62
“Ibu hamil dan anak atau keluarga terkadang bosan menunggu
sehingga disediakan buku untuk membaca dalam menambah
pengetahuan khususnya dalam kesehatan anak”. (wawancara dengan,
NAL pada tanggal 6 Maret 2020).
Keengganan untuk menutup program atau organisasi yang gagal
sehingga tingginya ketergantungan pada salah satu pihak sebagai sumber
inovasi seperti Teknologi tersedia tetapi tidak sesuai dengan budaya
organisasi serta tidak ada imbalan atau insentif untuk berinovasi atau
mengadopsi inovasi atau rendahnya kemampuan perencanaan dan
penganggaran jangka pendek karena adanya tekanan administrasi.
Rendahnya akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
berkualitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya
kematian ibu maupun bayi. Namun dengan pahamnya Ibu hamil tentang
Buku KIA dengan Gerakan AMMACA dan stiker P4K (Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) diharapkan akan tercipta banyak
tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang klinis dan komunikasi.
Tenaga kesehatan yang terampil tentu akan dapat membantu ibu dan suami
termasuk keluarganya agar mampu membuat perencanaan, persalinan dan
pencegahan komplikasi sehingga ibu dan bayi selamat.
Segala sesuatu dapat dimudahkan dapat dilancarkan pelaksanaanya
suatu pelayanan tersebut, fasilitas fisik suatu yang mempunyai peran dan
memudahkan, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana
yang dilayani fasilitas perwatan pelayanan kesehatan yang khusunya
perawatan pasien, fasilitas dalam pelayanan kesehatan sesuatu yang dapat
membantu memudahkan dalam pekerjaan, tujuan dan sebagainya fasilitas
63
merupakan pelaksanaan fungsi yang digunakan oleh setiap masyarakat atau
suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Masih mahalnya pembiayaan pelayanan kebidanan bagi ibu di
kalangan miskin dapat diatasi dengan adanya asuransi bagi ibu hamil
dimana asuransi tersebut merupakan tanggung jawab dari pemerintah,
masyarakat dan swasta. Asuransi tersebut harus bersifat efektif, efisien, adil
dan transparan. Jadi, pemerintah harus menjangkau pembiayaan persalinan
secara efektif dan efisien serta adil dan transparan bagi ibu hamil.
Berdasarkan hasil penelitian penulis menarik kesimpulkan bahwa
faktor penghambat yaitu kurangnya kesadaran untuk membaca walaupun
semua pihak baik dari Pemerintah Daerah maupun kader posyandu setempat
sangat mendukung adanya Program Ammaca yang ada di Kabupaten
Gowa guna mewujudkan kabupaten layak anak sehingga masyarakat juga
dapat menerima pelayanan yang lebih baik
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneiltian mengenai Inovasi Dinas Kesehatan Melalui
Program AMMACA Guna Mewujudkan Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten
Layak Anak, dapat disimpulkan sebagai beriku:
1. Inovasi Dinas Kesehatan Melalui Program AMMACA Guna Mewujudkan
Kabupaten Gowa Menjadi Kabupaten Layak Anak. Berdasarkan hasil
penelitian secara Layanan Terintegrasi, Peningkatan kualitas dan pelayanan
yang signifikan membutuhkan kepemimpinan dan menejemen pengetahuan
diseluruh organisasi. Perbaikan kualitas pelayanan berfokus pada kegiatan
yang tidak pernah berakhir serta pendekatan pemecahan masalah sehingga
perbaikan kualitas pelayanan lebih maksimal; Secara Desentralisasi
kabupaten layak anak, pihak kabupaten/kota hendaknya bersinergi dengan
dinas pendidikan untuk melaksanakan program sekolah ramah anak. Standar
sarana dan prasarana sekolah ramah anak, tetap memasukkan unsur
kesehatan menjadi hal yang penting dalam konsep sekolah ramah anak.
sebagai sinergitas sebagai ujung tombak pelayanan terhadap masyarakat,
dalam hal ini pemerintah yang memiliki tanggung jawab yang harus
melaksanakan tugas pelayanan terhadap masyarakat; Pemanfaatan
kerjasama dalam program ammaca yang ada di Kabupaten Gowa.
Kabupaten Layak Anak adalah sistem pembangunan kabupaten yang
mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat,
65
keluarga dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan
berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan
hak-hak anak; Pelibatan warga masyarakat dalam rangka mewujudkan
Kabupaten Layak Anak dengan memberikan jaminan keberlangsungan masa
depan anak, masyarakat dan pemerintah didorong untuk memenuhi seluruh
Hak Anak, mulai dari hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan
partisipasi. Dalam Kabupaten Layak Anak semua semua pelayanan publik
yang berkaiatan dengan anak mesti memberikan pelayanan yang Ramah
Anak, sehingga anak-anak yang menerima pelayanan tersebut anak harus
merasa aman, nyaman dan gembira; Pemanfaatan teknologi memberikan
kemudahan pada masyarakat untuk menggetahui informasi yang ada terkait
pelayanan kesehatan yang di lakukan dalam gerakan ammaca di
Kabupaten Gowa guna mewujudkan kabupaten layak anak.
2. Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam mewujudkan Kabupaten
Layak Anak yang yaitu Sumber daya keuangan, teknis, dan manusia yang
berkaitan dengan inovasi pelayanan publik ini adalah ammaca dikelola oleh
Kader Posyandu, Bidan desa/kelurahan bertugas memantau kondisi ibu dan
anak. Faktor penghambat kurangnya kesadaran untuk membaca walaupun
semua pihak baik dari pemerintah daerah maupun kader posyandu setempat
sangat mendukung adanya program ammaca yang ada di Kabupaten Gowa
guna mewujudkan kabupaten layak anak sehingga masyarakat juga dapat
menerimah pelayanan yang lebih baik.
66
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran-saran yang ingin penulis
berikan sebagai berikut;
1. Diperlukan adanya peningkatan Pelayanan baik dalam sarana maupun
prasarana Kabupaten Layak Anak yang mengintegrasikan komitmen dan
sumberdaya pemerintah, masyarakat, keluarga dan dunia usaha yang
terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program
dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak.
2. Kepada pihak pemerintah yakni Dinas Kesehatan Masih perlu meninjau
kembali atau melakukan pengawasan terhadap kinerja pegawai atau kader
yang ada fasilitas kesehatan terutama dibidang ibu dan anak yang
melaksanakan pelayanan kesehatan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin. 2012, Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi, Erlangga:
Jakarta.
Larasati, Endang. 2015. Inovasi Pelayanan Kesehatan Publik Bidang Perijinan:
Kabupaten Kudus Semarang.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (PPPA) Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pengembangan Kota Layak
Anak. Jakarta.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (PPPA) Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pengembangan Kota Layak
Anak. Jakarta.
Mirnasari, Rina Mei. 2013. Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal Purubaya
Bungurasih. Universitas Airlangga. Volume 1.
Muluk, Khairul M.R. 2008, Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi
Pemerintahan Daerah, Malang: Banyumedia Publishing.
Nugroho,J. Setiadi. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk
Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana: Jakarta.
Said, M. Mas’ud. 2007. Birokrasi di Negara Birokratus. Malang: UMM Press.
Sangkala. 2013. Dimensi-Dimensi Manajemen Publik: Yogyakarta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.
Yogyakarta : Rajawali Pers.
Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik. Jakarta. STIA LAN Press
Wijayanti, Sri Wahyuni. 2008, Inovasi Pada Sektor Publik.Jurnal Administrasi
Publik. Vol. 4,No. 4, Hal 39-52
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Peraturan Menteri PPPA Nomor 11 tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan
Kabupaten/Kota Layak Anak.
68
Lampiran:
Dokumentasi
Ket: ruang tunggu sekaligus lokasi yang di gunakan ibu hamil untuk membaca
buku KIA sebelum melakukan ANC ( antenatal care )
Ket: taman bermain anak
69
Ket: ruang asi. Ruangan yang di gunakan oleh ibu untuk menyususi anaknya