skripsi -...
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
AMALIA CHOIRUNNISA’
PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN
GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)
(Penelitian di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
ii
ii
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Sang Semesta Alam berkat
rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN GUILLAIN
BARRE SYNDROME (GBS) (Penelitian di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang)
untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program
Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai
pihak yang memberikan bantuan, bimbingan serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Kedua orang tua saya H. Syuhada’ dan Hj. Marsiti yang telah
memberikan semangat, nasehat, dukungan moral dan materi secara
langsung maupun tidak langsung, serta yang paling utama adalah doa
yang berlimpah sehingga saya dapat menjalani studi farmasi dengan
baik.
3. Bapak Faqih Ruhyanudin, M.Kep., Sp.Kep. MB selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Ibu Dian Ermawati, M.Farm., Apt selaku Kepala Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Bapak Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., MP selaku Dosen Wali. Terima
kasih banyak atas arahan, nasehat dan bimbingannya selama ini.
6. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt selaku Dosen Pembimbing I
yang dengan sabar dan tiada hentinya memberikan arahan, nasehat serta
motivasi penulis saat bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si. Apt., Sp.FRS selaku Dosen
Pembimbing II, disela kesibukan Ibu yang padat masih bisa
iv
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta
dorongan moril hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS, selaku Dosen Penguji I, ibu
Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt dan ibu Dian Ermawati, M.Farm.,
Apt selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran dan
masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
9. Direktur RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
skripsi di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.
10. Bapak Jainuri Erik Pratama, M.Farm.Klin., Apt selaku Pembimbing III,
disela kesibukannya membimbing, memberi nasehat dan masukan saya
dalam proses penelitian dan pengerjaan skripsi selama di RSUD. Dr.
Saiful Anwar Malang
11. Staff pegawai Diklit dan RMK RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang yang
banyak membantu selama proses pengambilan dan pengumpulan data
skripsi.
12. Seluruh Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan
mengajarkan saya ilmu yang berharga dan bermanfaat selama saya
mengikuti program sarjana.
13. Semua Staf Tata Usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak
membantu selama proses perkuliahan dan kelengkapan administrasi
penulis.
14. Semua Staf Laboratorium Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu
kemudahan serta bantuan selama proses praktikum saat penulis
menjalankan perkuliahan.
15. Untuk ketiga kakakku Esa Dia, Shafar Dana dan Fakhrur Rizqi terima
kasih telah memberikan dukungan sebagai saudara serta keluarga besar
Bani Oemar Mansyur, terima kasih telah memberikan dukungan serta
doa agar penulis diberi kelancaran dan kemudahan selama ini.
v
16. Teman skrispsi klinis seperjuangan GBS, yakni Aulia Rahmi, Devi
Retno, dan Ivana Rambu terima kasih atas kebersamaan, bantuan,
motivasi semangat, tukar pikiran serta kerja samanya selama ini
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
17. Teman-teman Farmasi UMM angkatan 2013 atas dukungan dan
bantuan selama ada di bangku perkuliahan. Dan teman-teman yang ada
di Farmasi E 2013 “EXOPEC” kalian tak tergantikan dan terima kasih
untuk menjadi teman sejawat yang pertama kali sejak penulis belajar di
studi ini.
18. Teruntuk teman sejawat terbaikku Najla, Afi, Zila, Auli, Endah, Vike,
Yaya, Raisa dan Ira yang selama ini saling memberikan dukungan,
semangat dan canda tawa hingga saat ini. Semoga kita sukses bareng
menjadi Apoteker yang amanah. See you on top, guys!
19. Teman-teman “Totality Pioneer” angkatan 2012 para alumni PMDG
Putri III atas doa dan dukungan dalam menyelesaikan naskah skripsi ini
serta kenangan yang tak akan terlupakan selama perjuangan bersama
yang menjadi motivasi dalam menuntut ilmu yang lebih tinggi.
20. Untuk beberapa pihak yang belum sempat disebutkan satu persatu
namanya, penulis mohon maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas bantuan, dukungan, serta doa kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
Dukungan dan jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian
ini, penulis tidak mampu membalasnya dengan apapun. Semoga amal baik semua
pihak mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Malang, 7 September 2017
Penyusun
(Amalia Choirunnisa’)
vi
RINGKASAN
PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN
GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)
(Penelitian di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang)
Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan suatu penyakit neuropati pada
saraf perifer yang terjadi secara akut. Penyakit ini merupakan autoimun yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun dari beberapa kejadian dapat
dipicu oleh infeksi pencetus, pada umumnya infeksi gastrointestinal dan
pernafasan. Pada penyakit autoimun, respon imun ini terkacaukan dan sistem
imun menyerang sel tubuh yang normal, dalam hal ini sel saraf perifer. Secara
imunobiologi, ada empat faktor yang mengendalikan proses ini yaitu adanya
antibodi antigangliosida pada saraf perifer, kemiripan molekular antara lipo-
oligosakarida (LOS) dengan karbohidrat gangliosida dan reaksi silang, aktivasi
komplemen, serta adanya faktor host. Akibatnya terjadi kerusakan saraf perifer
yaitu demielinasi dan degenarasi aksonal primer dan dapat berlanjut pada
neuropati. GBS termasuk penyakit langka dan jarang terjadi, hanya 1 atau 2 kasus
per 100.000 populasi di dunia tiap tahunnya dan penyakit ini terjadi sepanjang
tahun serta dapat menyerang berbagai usia dan genetik. Insiden terjadinya di
Indonesia menurut Perdossi, pada akhir tahun 2010-2011 tercatat 48 kasus GBS
dalam 1 tahun dengan berbagai variannya. Dibandingkan tahun sebelumnya
memang terjadi peningktana sekitar 10%.
GBS merupakan penyakit autoimun, sehingga dapat diatasi dengan
pemberian imunoterapi yang efektif mengurangi kerusakan saraf, mengurangi
progresivitas penyakit, dan memepercepat pemulihan keadaan pasien. Imunoterapi
yang dapat diberikan, yaitu IVIG (intravena imunoglobulin), PE (Plasma
Exchange) dan kortkosteroid. IVIG bekerja dengan menetralkan antibodi
patogenik dan menghambat aktivasi komplemen autoantibodi serta berperan
mengeblok reseptor makrofag dan menekan mediator inflamasi, PE bekerja
dengan cara menghilangkan antibodi secara non-spesifik dan komplemen,
sedangkan kortikosteroid bekerja sebagai imunosupresan dengan cara
menghambat sitokin pada sistem imun. Selain imunoterapi, pasien GBS dapat
diberikan terapi suportif (simptomatis-komplikatif) terhadap gejala-gejala atau
komplikasi lain yang mungkin dapat timbul pada pasien selama masa terapi,
antara lain kelemahan otot dan kelumpuhan motorik, disautonomia,
neuromuscular respiratory failure, rasa nyeri dan infeksi nosokomial. Terapi
simptomatis seperti analgesik dan neurotropik. Analgesik digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri pada pasien GBS seperti aspirin, asetaminofen, analgesik
opioid, gabapentin, karbamazepin, dan lain-lain. Neurotropik diharapkan dapat
meminimalkan kerusakan saraf selama fase penyakit mendukung perbaikan saraf/
regenerasi akson selama fase pemulihan GBS. Terapi komplikasi seperti antibiotik
pada pasien GBS juga diperlukan sebagai terapi infeksi nosokomial karena pasti
akan terjadi, khususnya pasien GBS yang dirawat di ICU dalam jangka waktu
yang lama serta penggunaan alat kesehatan. Terapi suportif lain yang dapat
diberikan yaitu dengan fisioterapi, hal ini sangat membantu dalam melatih gerak
otot, koordinasi saraf agar kembali normal serta dapat meningkatkan progresivitas
kesembuhan pasien dalam masa pemulihan. Pada pasien yang mengalami
vii
gangguan respiratorik akan membutuhkan bantuan ventilasi mekanis (mechanical
ventilation), bahkan pemakaian intubasi pada kondisi yang berat.
Dari penelitian ini diharapkan menjawab dari permsalahan dan tujuan dari
penelitian ini yaitu mengetahui profil penggunaan obat pada pasien Guillain Barre
Syndrome (GBS) di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.
Penelitian ini bersifat observasional karena peneliti tidak memberikan
perlakuan terhadap pasien. Data penelitian bersifat sekunder karena peneliti
mencatat data Rekam Medik Kesehatan (RMK) pasien yang telah dicatat oleh
Petugas Medis Rumah Sakit. Penilitian ini dijabarkan secara Deskriptif dengan
pengambilan data Crossectional (pengambilan data pada suatu kurun waktu).
Kriteria inklusi meliputi semua RMK pasien rawat inap dengan diagnosa GBS
yang mendapat terapi berbagai obat baik yang bersifat kausatif maupun
simptomatis di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Pencatatan yang dilakukan
meliputi: data administrasi, data klinik, data laboratorium, dan profil pengobatan
pasien. Dari pencatatan tersebut data akan dideskripsikan profil penggunaan obat
pada pasien GBS . Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
Dari hasil penelitian didapatkan 14 RMK pasien, dan semuanya masuk ke
dalam kriteria inklusi karena mendapatkan terapi kausatif maupun simptomatis,
dimana pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 pasien dengan presentase
50% dan perempuan sama banyak yaitu 7 pasien dengan presentase 50%. Usia
pasien GBS paling banyak adalah 21-30 tahun yaitu 36%. Status penjamin pasien
umum yaitu 5 pasien (36%) dan pasien JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
sebanyak 9 pasien (64%). Diagnosa penyerta dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa kategori penyakit, diagnosa penyerta tersering yaitu Pneumonia
sebanyak 3 pasien (16%), disusul dengan ISK (Infeksi Saluran Kencing) sebanyak
2 pasien (6%), Hiponatrium sebanyak 2 pasien (6%), dan Increase Transaminase
sebanyak 2 pasien (6%). Profil penggunaan obat pada pasien GBS paling banyak
digunakan adalah imunoterapi dan neurotropik sebanyak 12 pasien (21%),
analgesik sebanyak 11 pasien (20%) serta antibiotik sebanyak 7 pasien (13%).
Profil penggunaan obat berdasarkan golongan obat, paling banyak digunakan
adalah antibiotik sebanyak 30 pasien (15%), imunoterapi sebanyak 24 pasien
(13%), neurotropik sebanyak 21 pasien (11%) dan analgesik sebanyak 21 pasien
(11%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi yang banyak digunakan pada
pasien GBS adalah terapi spesifik/etiologis berupa imunoterapi sebanyak 12
pasien (21%) dan terapi suportif (simptomatis) berupa neurotropik sebanyak 12
pasien (21%) dan analgesik sebanyak 11 pasien (20%), serta terapi komplikatif
berupa antibiotik sebanyak 7 pasien (13%). Penggunaan imunoterapi paling
banyak pada pasien adalah Metilprednisolon (3x2,5 mg – 3x75 mg) IV sebanyak
13 pasien (47%), penggunaan analgesik paling banyak pada pasien adalah
Metamizol (3x1g) IV sebanyak 6 pasien (29%), penggunaan neurotropik paling
banyak pada pasien adalah Mecobalamin (3x500μg) PO sebanyak 4 pasien (18%),
dan penggunaan antibiotik paling banyak pada pasien adalah Ceftriaxon (2x1g) IV
sebanyak 3 pasien (10%).
viii
ABSTRAK
PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN
GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)
(Penelitian di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang)
Amalia Choirunnisa’(1)
Didik Hasmono(1)
, Hidajah Rachmawati(2)
, Jainuri Erik Pratama(3)
Latar Belakang : Guillain Barre Syndrome (GBS) atau Acute Inflammatory
Demyelinating Syndrome (AIDP) merupakan suatu penyakit autoimun pada
susunan sistem saraf yang terjadi secara akut dan menyeluruh terutama mengenai
radiks dan saraf tepi yang biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran
pencernaan dan infeksi saluran pernafasan atas. Penggunaan obat pada pasien
GBS dibagi menjadi 2, yaitu sebagai terapi spesifik/ kausatif berupa imunoterapi
(IVIG, PE, dan Kortikosteroid) dan sebagai terapi suportif (simptomatis-
komplikatif), simptomatis yaitu analgesik dan neurotropik sedangkan komplikatif
yaitu antibiotik dan golongan lainnya.
Tujuan : Untuk mengetahui profil penggunaan obat pada pasien Guillain Barre
Syndrome (GBS) di Instalansi Rawat Inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.
Metode : Penelitian ini bersifat Observasional dengan pengambilan sampel
sekunder dan studi retrospektif pada pasien Guillain Barre Syndrome (GBS) pada
periode 1 Januari 2016-31 Desember 2016.
Hasil & Kesimpulan : Profil penggunaan obat pada pasien GBS paling banyak
digunakan adalah terapi spesifik/etiologis berupa imunoterapi sebanyak 12 pasien
(21%) dan terapi suportif (simptomatis) berupa neurotropik sebanyak 12 pasien
(21%) dan analgesik sebanyak 11 pasien (20%), serta terapi komplikatif berupa
antibiotik sebanyak 7 pasien (13%). Penggunaan imunoterapi paling banyak pada
pasien adalah Metilprednisolon (3x2,5 mg – 3x75 mg) IV sebanyak 13 pasien
(47%), penggunaan analgesik paling banyak pada pasien adalah Metamizol (3x1g)
IV sebanyak 6 pasien (29%), penggunaan neurotropik paling banyak pada pasien
adalah Mecobalamin (3x500μg) PO sebanyak 4 pasien (18%), dan penggunaan
antibiotik paling banyak pada pasien adalah Ceftriaxon (2x1g) IV sebanyak 3
pasien (10%).
Kata kunci : GBS, Imunoterapi, Neurotropik, Analgesik, Antibiotik
ix
ABSTRACK
THE PROFILE OF DRUG USE IN
GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS) PATIENTS
(Research in RSUD dr. Saiful Anwar Malang)
Amalia Choirunnisa’(1)
Didik Hasmono(2)
, Hidajah Rachmawati(1)
, Jainuri Erik Pratama(3)
Department of Pharmacy, Faculty of Health Sciences, University of
Muhammadiyah Malang(1)
Faculty of Pharmacy, Airlangga University(2)
Background : Guillain Barre Syndrome (GBS) or Acute Inflammatory
Demyelinating Syndrome (AIDP) is an autoimmune disease in the arrangement of
the nervous system which is happen acutely and spread all over especially about
radical and peripheral nerves usually preceded by gastrointestinal tract infections
and upper respiratory tract infections. The uses of drug in GBS patients divided
into piece are as spesific/causative theraphy immunotherapy (IVIG, PE, and
Corticosteroids) and as supportive (symptomatic-complication), symptomatic are
analgesic and nootropic while complication is antibiotic and the others
Objectives : This study is aims to know the profile of drug use in Guillain Barre
Syndrome (GBS) patients in RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Methodes : This study was an observational with secondary sampling and
retrospective studies in Guillain Barre Syndrome (GBS) patients in the periode 1
January 2016-31 December 2016
Result and Conclusion : The profile of drug use in GBS patients the most widely
use are spesific/ etiology therapy is immunotherapy as 12 patients (21%) and
supportive therapy (simptomps) is nootropic as 12 (21%) patients and analgesic as
11 patients (20%) and antibiotic as 7 patients (13%). The most widely use of
immunotherapy is Metilprednisolon with dose among (3x2,5 mg – 3x75 mg) IV
as 13 patients (47%), analgesic is Metamizol with dose 3x1g IV as 6 patients
(29%), nootropic is Mecobalamin with dose 3x500 μg PO as 4 patients (18%) and
antibiotic is Ceftriaxon with dose 2x1g IV as 3 patients (10%).
Keyword: GBS, Immunotheraphy, Nootropic, Analgesic, Antibiotic
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAH ....................................................................................... ii
LEMBAR PENGUJIAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
RINGKASAN ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 4
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ............................................................................... 4
1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Anatomi Sistem Saraf ................................................................................. 5
2.1.1 Definisi Sistem Saraf ......................................................................... 5
2.1.2 Susunan Sistem Saraf ........................................................................ 6
2.1.3 Sel-sel pada Sistem Saraf ................................................................ 10
2.1.4 Regenerasi Neuron .......................................................................... 15
2.2 Sistem Imunitas Tubuh ............................................................................. 16
2.2.1 Respon Imun Terhadap Infeksi Secara Umum .................................. 18
2.3 Guillain Barré Syndrome (GBS) .............................................................. 19
2.3.1 Definisi GBS ...................................................................................... 19
2.3.2 Epidemiologi GBS ............................................................................. 20
xi
2.3.3 Etiologi GBS ...................................................................................... 21
2.3.4 Patofisiologi GBS .............................................................................. 24
2.3.5 Klasifikasi GBS ................................................................................. 28
2.3.6 Manifestasi Klinik GBS ..................................................................... 31
2.3.7 Komplikasi GBS ................................................................................ 36
2.3.8 Diagnosa GBS ................................................................................... 43
2.3.9 Tingkatan Klinik GBS ....................................................................... 45
2.3.10 Penatalaksanaan GBS ...................................................................... 48
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................... 102
3.1 Skema Kerangka Konseptual Profil Penggunaan Obat pada Pasien
Guillain-Barre Syndrome (GBS) ............................................................. 102
3.3 Skema Kerangka Opersional Profil Penggunaan Obat pada Pasien
Guillain-Barré Syndrome (GBS) ............................................................. 103
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 104
4.1 Metode Penelitian .................................................................................... 104
4.2 Populasi Penelitian .................................................................................. 104
4.3 Sampel Penelitian .................................................................................... 104
4.4 Kriteria inklusi dan Eksklusi .................................................................. 104
4.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................. 104
4.3.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................. 104
4.4 Cara Pengambilan Sampel .................................................................. 105
4.5 Tempat Penelitian .................................................................................... 105
4.6 Waktu Penelitian ..................................................................................... 105
4.7 Instrumen Penelitian ................................................................................ 105
4.8 Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 105
4.9 Definisi Operasional ................................................................................ 106
4.10 Analisa Data .......................................................................................... 107
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 108
5.1 Data Demografi Pasien GBS ................................................................... 109
5.1.1 Jenis Kelamin Pasien ....................................................................... 109
5.1.2 Usia Pasien GBS .............................................................................. 109
5.1.3 Status Penjamin Pasien GBS ........................................................... 109
xii
5.2 Kondisi (Faktor Pencetus) Pasien GBS ................................................... 110
5.3 Gejala Pasien GBS .................................................................................. 110
5.4 Tipe GBS (Guillain Barre Syndrome) Pasien GBS ................................. 111
5.5 Diagnosa Penyerta pada Pasien GBS ...................................................... 111
5.6 Profil Penggunaan Obat pada Pasien GBS .............................................. 112
5.5.1 Penggunaan Imunoterapi Pada Pasien GBS .................................... 113
5.5.2 Penggunaan Analgesik Pada Pasien GBS ........................................ 115
5.5.3 Penggunaan Neurotropik dan Neuroprotektan pada Pasien GBS .....116
5.5.4 Penggunaan Antibiotik pada Pasien GBS ........................................ 118
5.5.5 Penggunaan Golongan Terapi Lain Pada Pasien GBS .................... 120
5.7 Lama Perawatan Pasien GBS .................................................................. 123
5.8 Kondisi dan keterangan keluar rumah sakit (KRS) pasien GBS ............. 124
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 125
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 140
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 141
LAMPIRAN ...................................................................................................... 152
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Perbedaan Lesi LMN dan UMN............................................................... 16
II.2 Subtipe GBS dan antibodi antigangliosida yang terlibat ......................... 26
II.3 Gambaran patologis dan klinis subtipe GBS ...........................................32
II.4 Skala disabilitas pasien GBS ....................................................................48
II.5 Peranan aktivitas relatif hormon kortikosteroid ......................................... 60
II.6 Interaksi Piridoksin ..................................................................................... 76
II.7 Substituen Vitamin B12 .............................................................................. 78
V.1 Distribusi Jenis Kelamin Pasien GBS ....................................................... 109
V.2 Distribusi Usia Pasien GBS ...................................................................... 109
V.3 Distribusi Status Penjamin Pasien GBS .................................................... 109
V.4 Distribusi Kondisi (Faktor Pencetus) Pasien GBS .................................... 110
V.5 Distribusi Gejala (Manifestasi Klinis) Pasien GBS .................................. 111
V.6 Distribusi Tipe GBS Pasien GBS .............................................................. 111
V.7 Distribusi Diagnosa Penyerta pada Pasien GBS ....................................... 112
V.8 Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien GBS ............................... 112
V.9 Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien GBS (golongan terapi) .. 113
V.10 Distribusi Profil Penggunaan Imunoterapi Pada Tiap Pasien GBS .......... 113
V.11 Distribusi Penggunaan Imunoterapi Pada Pasien GBS ............................. 114
V.12 Distribusi Profil Penggunaan Analgesik Pada Tiap Pasien GBS .............. 115
V.13 Distribusi Penggunaan Analgesik pada Pasien GBS ................................ 116
V.14 Distribusi Profil Penggunaan Neurotropik Pada Tiap Pasien .................. 117
V.15 Distribusi Penggunaan Neurotropik pada Pasien GBS ............................ 117
V.16 Distribusi Penggunaan Neuroprotektan pada Pasien GBS ....................... 118
V.17 Distribusi Profil Penggunaan Neuroprotektan Pada Tiap Pasien GBS ... 118
V.18 Distribusi Profil Penggunaan Antibiotik Tiap Pasien GBS ..................... 118
V.19 Distribusi Penggunaan Antibiotik pada Pasien GBS ............................... 119
V.20 Distribusi Penggunaan Acid Supression pada Pasien GBS ...................... 120
V.21 Distribusi Penggunaan Bronkodilator-Bronkospasme pada Pasien GBS 121
V.22 Distribusi Penggunaan Obat Batuk-Pilek pada Pasien GBS ................... 121
xiv
V.23 Distribusi Penggunaan Laksatif pada Pasien GBS .................................. 122
V.24 Distribusi Penggunaan Obat Lainnya pada Pasien GBS ......................... 122
V.25 Distribusi Lama Perawatan Pasien GBS.................................................. 124
V.26 Distribusi pasien GBS berdasarkan kondisi dan keterangan KRS Pasien
GBS ........................................................................................................ 124
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Fungsional Sistem Saraf 5
2.2 Sususnan Saraf Manusia 6
2.3 Bagian-Bagian Otak 7
2.4 Bagian Area Medula Spinalis 8
2.5 Distribusi Saraf Kranial 9
2.6 Saraf Spinalis (31 Pasang) Beserta Nama Dan Letaknya 9
2.7 Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik) 10
2.8 Struktur Neuron 11
2.9 Selubung Mielin Normal Dan Selubung Mielin Pada GBS 13
2.10 Bagian Neuron Dan Neuroglia 13
2.11 Imunobiologi Dalam Perjalanan Penyakit Gbs 27
2.12 AIDP Dan AMAN Yang Disebabkan Pasca Infeksi Akibat C Jejuni 29
2.13 Perbedaan Kondisi Normal Saraf Motorik dengan AIDP Antara AMAN
dan AMSAN 30
2.14 Skema Patogenesis HAP dan VAP 39
2.15 Skema Penatalaksanaan HAP dan VAP 42
2.16 Mekanisme Kerja Glukokortikoid 58
2.17 Efek Glukokortikoid Pada Sistem Sel Imun 59
2.18 Skturtur Metilprednisolon 60
2.19 Struktur Prednison 61
2.20 Struktur Deksametason 61
2.21 Struktur Azatioprin 63
2.22 Struktur Siklosporin 64
2.23 Struktur Tiamin 70
2.24 Struktur Piridoksin Dan Variannya 74
2.25 Struktur Cobalamin 78
2.26 Manifestasi Neurologi Dari Defisiensi Vitamin B12 83
5.1 Skema Inklusi Dan Eksklusi Penelitian Profil Penggunaan Obat
Pada Pasien GBS 108
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup 152
2 Surat Pernyataan 153
3 Surat Kelaikan Etik 154
4 Lembar Pengumpulan Data Pasien GBS 155
5 Tabel Data Induk Pasien GBS 245
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AIDP : Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy
AIIP : Acute Inflammatory Idiophatic Polineuropathy
AMAN : Acute Motor Axonal Neuropathy
AMSAN : Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy
BM : Berat Molekul
BUN : blood urea nitrogen
CMV : Cylomegalovirus
CSF : Cerebro-Spinalis Fluid = CSS: Cairan Serebro-Spinalis
CT Scan : computerized tomography scanner
Da : Dalton
DMK : Dokumentasi Medik Kesehatan
DUS : Drug Utilization Study
EMG : Elekromiografi
g/ dl : gram per desiliter
GBS : Guillain Barré Syndrome
HAP : hospital-acquired pneumoniae
IgIV : Imunoglobulin Intravena
KRS : Keluar Rumah Sakit
LDP : Lembar Pengumpulan Data
LMN : lower motor neuron
LP : Lumbal pungsi
LOS : Lipo-oligosakarida
MAC : Membran Attack Complex
MFS : Miler Fisher Syndrome
mEq/L : miliekuivalen/ liter
mg/kg BB : miligram per kilogram berat badan
mg/dl : miligram per desiliter
ml : mililiter
mmHg : milimeter merkuri
MMR : Mumps, Measless, and Rubella
MRI : Magnetic Resonance Imaging
xviii
MRS : Masuk Rumah Sakit
mm3 : milimeter kubik
NCS : Nerve Conduction Studies
RMK : Rekam Medik Kesehatan
PE : Plasma Exchange
SMF : Staff Medik Fungsional
SNPs : Single-nucleotide polymorphisms
SSP : Sistem Saraf Pusat
SST : Sistem Saraf Tepi
SSS : Sistem Saraf Somatik
SSO : Sistem Saraf Otonom
UMN : upper motor neuron
VAP : ventilator-associated pneumoniae
141
DAFTAR PUSTAKA
AAN. 2012. Summary of Evidence-based Guideline for Patients and their
Families. Chicago. p.1-2.
Aggarwal A.N., Gupta, D., Lal, V., Bahera, D., Jindai, S.K., Prabhakar, S. 2003.
Ventilatory management of respiratory failure in patients with severe
Guillain Barre Syndrome. Neurology India, Vol.51: No.2, p. 203-205.
Ahadinarahma. 2014. Guillain Barre Syndrome. Rumah Sakit Angkatan Laut.
Surabaya. hal:1-4. http://www.docstoc.com/docs/110158954/Guillain-
Barre-syndrome-RSAL-Ahadinarahmah. diakses pada tanggal 1 Desember
2016
Alvarado, A.M. and Navarro, S.A., 2016. Complex B vitamins: Physiology and
Therapeutic Effect on Pain. American Journal of Pharmacological
Sciences, 4(2), pp.20-27.
Andary, M.T., Oleszek, J.L., Maureleus, K., and Mc-Crimmon, R.Y., 2016.
Guillain Barre Syndrome. http://emedicine.medscape.com/article/315632-
overview diakses tanggal 10 Desember 2016.
Anonim,
http://www.enchantedlearning.com/subjects/anatomy/brain/Neuron.shtml.
diakses pada tanggal 20 Desember 2016.
Azim, A., Singhal, S., Baronia A. K., Gurjar, M., Poddar, B., Singh, R. K., 2013.
Outcome of Mechanical Ventilation in Patients of Guillain -Barre Syndrome
: An Audit from A Tertiary Care Centre. Sahel Medical Journal, Vol. 16
Issue 2, p. 48-51.
Aziz, A. Latief., 2011. Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. Divisi Gawat
Darurat Lab/SMF Kesehatan Anak. FK Unair. RSUD dr.Sutomo. Surabaya.
http://www.unpad.ac.id/dzakia/files/2011/06/kortiko.pdf diakses tanggal 12
Januari 2017.
Bahrudin, M., 2012. Neuroanatomi dan Aplikasi Klinis Diagnosis Topis. Edisi
Pertama, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang Press, hal 5-26.
Bahrudin, M., 2013. Neurologi Klinis. Edisi Pertama, Malang, Universitas
Muhammadiyah Malang Press, hal 53-55.
Baumann, T.J., and Stricland, J. In: Dipiro, T.J., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke,
G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., (Eds). 2008. Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, Seventh Edition. New York: The McGraw-
Hill Companies, Inc. p.511-528
Baxter, Karen., et al. Eds. 2010. Stockley's Drug Interaction. Ninth Edition.
London. Pharmaceutical Press. p. 138-139; 328-329; and 628-629.
142
Berger, M., Mc Callus, D.E. & Lin, C.S.Y., 2013. Rapid and reversible responses
to IVIG in autoimmune neuromuscular diseases suggest mechanisms of
action involving competition with functionally important autoantibodies.
Journal of the Peripheral Nervous System, 18(4), hal.275–296.
Bhagat, H., Dash, H.H., Chauhan, R.S., Khanna, P. and Bithal, P.K., 2014.
Intensive care management of Guillain-Barre syndrome: A retrospective
outcome study and review of literature. Journal of Neuroanaesthesiology
and Critical Care, 1(3), p.188.
Budihardja D. Guillain-Barre Syndrome. 2012.
http://www.docstoc.com/docs/110158954/Anak-RSAL-Guillain-Barre-
syndrome-Debby-Budihardja. diakses pada tanggal 1 Desember 2016
Buraga, Ioan., Martin, R.E., Dobrescu, Adrian., and Buraga, Ioana. 2013. Clinical
Response to Intravenous Immunoglobulin in Acute Inflammatory
Demyelinating Polyradiculoneuropathy. FARMACIA, Vol. 61 No. 5, p.
957-964
Burmester, G.R., Pezzutto, A., Ulrichs, T., and Alrich, A., 2003. Color Atlas of
Immunology. Georg Thieme Verlag. Stutgart, Germany. P.236-237
van den Berg, B. et al., 2014. Guillain–Barré syndrome: pathogenesis, diagnosis,
treatment and prognosis. Nature Reviews Neurology, 10(8), hal.469–482.
Burns, T.M., 2008. Guillain-Barre Syndrome. Seminars in Neurology, 28(2),
hal.152–167.
Brunton, Laurence L., Chabner, Bruce A. and Knollmann, Björn C. 2011.
Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics,
Twelfth Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies,
Inc
Chambers, H. F. Eds. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik, 10th Ed. Jakarta:
EGC, p. 748-795.
Chumaidah A.N. 2013. Neurologi.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/neurologi/2013.pdf. diakses tanggal
20 Januari 2017.
Czock et al. 2005. Pharmacokinetis and Pharmacodynamics of Systematically
Administered Glucocorticoids. Clinical Pharmacokinetic 44 (1): 61-98
Dalakas, B.M.C., 2010. Update on the Clinical Use and Mechanisms of Action of
IVIG in the Treatment of Autoimmune Neurological Disorders. National
Home Infusion Association
Dash, S. et al., 2014. Pathophysiology and diagnosis of Guillain – Barre syndrome
– challenges and needs. International Journal of Neuroscience, hal.1–6.
143
Departemen Kesehatan. 2011. Guillain Barre Syndrome.
http://www.depkes.go.id/article/print/1628/guillain-barre-sindrome.html.
diakses tanggal 28 November 2016
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta : Kemenkes RI.
Dewanto, George, Suwono, Wita J., Riytanto, Budi, Turana, Yuda. 2007.
Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dewoto, Hedi R. 2007. Vitamin dan Mineral. In: Gunawan, Sulistia G., Setiabudy
Rianto, Nafrialdi, dan Elysabeth (Eds.). Farmakologi dan Terapi edisi 5.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-
Universitas Indonesia, hal. 769-793.
Dewoto, H.R. dan Wardhini, S., 2007. Antianemia defisiensi dan
eritropoietin. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi kelima. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Percetakan Gaya Baru, Jakarta, pp.800-2.
Dhadke, S.V. et al., 2013. Clinical Profile of Guillain Barre Syndrome. ,
61(march), hal.168–172.
Dimachkie, M.M., and Barohn, R.J. 2013.Guillain-Barré syndrome and
variants. Neurologic clinics, 31(2), 491-510.
van Doorn, P.A., 2013. Diagnosis, treatment and prognosis of Guillain-Barré
syndrome (GBS). La Presse Médicale, 42(6), hal.193–201.
van Doorn, P.A., Ruts, L. & Jacobs, B.C., 2008. Clinical features, pathogenesis,
and treatment of Guillain-Barré syndrome. The Lancet Neurology, 7(10),
hal.939–950.
Drug Information Handbook 17th
Ed. 2008-2009. American Pharmacist
Association. Lexi Drug's. p.3756-3766.
E-katalog. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan. 2016.
https://e-katalog.lkpp.go.id/backend/katalog/list_produk/imunoglobulin-
intravena. diakses tanggal 20 Januari 2017.
Elovaara, I., et al., 2008. EFNS guidelines for the use of Intravenous
Immunoglobulin in treatment of neurological disease. Europan Journal of
Neurology, Vol.15, p. 838-854.
EL-Said, A.M., 2014. Emergent management of Guillain-Barré syndrome. Ain-
Shams Journal of Anaesthesiology, 7(2), p.88.
Emedicine Staff. Guillan-Barre Syndrome. 2009.
http://www.emedicinehealth.com/guillain-barre_syndrome/article_em.htm.
diakses tanggal 1 Desember 2016
144
Expert Group on Vitamins and Minerals (EVM), Committee on Toxicity. 2003.
Safe Upper Levels for Vitamins and Minerals. London: Food Standards
Agency Publications.
Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi Otot Rangka. http://library.usu.ac.id/download/fk/060001194.pdf
diakses tanggal 21 Oktober 2016.
Fishback, F.T., Dunning, M.B., 2004. Immunodiagnostic studies. In: A manual
of laboratory and diagnostic tests 7th
ed. Philadelphia. Lippincott. p.595-
99
Fish, M., & Llewelyn, G. 2008. The Guillain-Barré syndrome. ACNR (Advanced
in Clinical Neuroscience and Rehabilitation) ,Vol. 8. No.4, p.10-2.
Fletcher, S., 2005. Catheter-Related Bloodstream Infection. Continuing Education
in Anaesthesia, Critical Care & Pain, Vol. 5 No. 2, p. 49-51
Fokke, C., Van Den Berg, B., et al., 2014. Diagnosis of Guillain-Barre syndrome
and validation of Brighton criteria. Brain, 137(1), hal.33–43.
Fry, D.E., 2012. Sepsis, systemic inflammatory response, and multiple organ
dysfunction: the mystery continues. The American Surgeon, 78(1), pp.1-8.
Gunawan, SG., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. Eds. 2009. Farmakologi dan
Terapi. Edisi 5, hal. 664-731. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Gorson, K. C. (2012). An update on the management of chronic inflammatory
demyelinating polyneuropathy. Therapeutic advances in neurological
disorders, 5(6), 359-373.
Hakim, M. 2011. Sindroma Guillain-Barre. MEDICINUS Scientific Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Application, 24 No 4 (Sindroma
Guillain-Barre), hal.8–16.
Harniza, Yulika. 2009. Pola Resistensi Bakteri yang Diisolasi dari Bangsal Bedah
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Pada Tahun
2003-2006. p. 4-27
Hartiningtyas. 2014. Studi Penggunaan Vitamin B1,B6 dan B12 pada pasien
Guillain-Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Hasdianah., Prima, D., Peristiowati, Y., Imam, S., 2014. Imunologi Diagnostik
dan Teknik Biologi Molekuler. Edisi ke-1, Yogyakarta: Nuha Medika, hal
25-45
Hughes, R.A.C., Wijdicks, E.F.M., Barohn, R., Benson, E., Cornblath, D.R.,
Hahn, A.F., and Stevens, J.C. 2003. Practice parameter: Immunotherapy for
Guillain–Barré syndrome Report of the Quality Standards Subcommittee of
the American Academy of Neurology. Neurology, Vol.61, No.6, p.736-740.
145
Hughes, R.A., Wijdicks, E.F., Benson, E., Cornblath, D.R., Hahn, A.F.,
Meythaler, J. M., and Stevens, J. C. 2005. Supportive care for patients with
Guillain-Barré syndrome. Archives of neurology, Vol.62 No. 8, p. 1194-
1198.
Hughes, R.A. et al., 2007. Immunotherapy for Guillain-Barré syndrome: a
systematic review. Brain, 130(Pt 9), hal.2245–57.
Hughes, R.A. 2011. Give or take? Intravenous immunoglobulin or plasma
exchange for Guillain-Barré syndrome. Crit Care, 15(4), 174.
Hughes, R. A., & van Doorn, P. A. (2012). Corticosteroids for Guillain-Barré
syndrome. Cochrane Database of Systematic Reviews, 8(8).
Hughes, R. A., Brassington, R., Gunn, A. A., & van Doorn, P. A. (2016).
Corticosteroids for Guillain‐Barré syndrome. The Cochrane Library.
Hughes, R., Swan, A. & Van Doorn, P., 2012. Intravenous immunoglobulin for
Guillain-Barré syndrome (Review). Cochrane Database of Systematic
Reviews, (7).
Hughes, R., Swan, A. & van Doorn, P., 2014. Intravenous immunoglobulin for
Guillain-Barré syndrome. Cochrane Database of Systematic Reviews, (9),
hal.CD002063.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia,
Vol.48-2013 s/d 2014). Jakarta. PT ISFI. p.566-568.
Immune Deficiency Foundation. 2012. IDF Guide for Nurses: Immunoglobulin
Therapy for Primary Immunodeficiency Disease, 3rd edition. USA:
Immune Deficiency Foundation
Imran, Darma. 2012. Waspada Penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) &
Myasthenia Gravis (MG).Tabloid Kabar Sehat, Edisi 015. Tahun V, April-
Juni 2012, hal .4
Inawati. 2010. Sindroma Guillain Barre.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/sindromaguillainbarre.pdf.
diakses tanggal 26 Desember 2016
Inayah, Novita H. 2014. Studi Penggunaan Obat Kortikosteroid pada pasien
Guillain-Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). 2014. Jakarta: BPOM RI, KOPER
POM dan CV SagungSeto. www.http://pionas.pom.go.id/ioni diakses
tanggal 12 Mei 2017
Israr, Y.A., Juraita dan Rahmat, 2009. Sindroma Guillain-Barre. http://www.files-
of-Drsmed.tk diakses pada tanggal 16 Desember 2016
Jain K. K., 2011. The Handbook of Neuroprotection. Springer: Humana Press.
146
Japardi, Iskandar. 2002. Sindroma Guillain Barre.
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar-japardi-46.pdf diakses
pada tanggal 16 Oktober 2016
Jasti, A.K. et al., 2016. Expert Review of Clinical Immunology Guillain-Barré
syndrome : causes , immunopathogenic mechanisms and treatment. Expert
Review of Clinical Immunology, 12(11), hal.1175–1189.
Jurisdictional Blood Committee. 2012. Criteria for the Clinical Use of
Intravenous Immunoglobulin in Australia, 2nd Edition. Canberra:
Commonwealth of Australia.
Kaida, K., & Kusunoki, S. 2010. Antibodies to gangliosides and ganglioside
complexes in Guillain–Barré syndrome and Fisher syndrome: mini-
review. Journal of neuroimmunology, Vol.223, No.1, p.5-12.
Karnatovskaia, L. V., Festic, E. 2012. Sepsis: A Review for The
Neurohospitalist. The Neurohospitalist 2(4) : 144-153.
Katzung, B.G. ed., 2016. Basic & clinical pharmacology. McGraw-Hill Medical.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Ed.V. 2014.
Jakarta; Kemenkes RI. p.570-621.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.HK.02.02/ MENKES/ 523/
2015. Tentang Formularium Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta,
p.126, 132-133.
Khafinudin, Ahmad. 2012. Organ Pada Sistem Saraf.
http://khafinudin.files.wordpress.com/2012/03/sistem-saraf.pdf diakses
tanggal 21 Desember 2016
Koleba, T., and Ensom, M.H. 2006. Pharmacokinetics of intravenous
immunoglobulin: a systematic review. Pharmacotherapy: The Journal of
Human Pharmacology and Drug Therapy, Vol. 26 No.6, p. 813-827.
Kresno, S.B., 2013. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi
ke-5, Jakarta: Badan Penerbit FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia), hal 4-97, 364-386
Kroger, A.T and Strikas, R.A., 2014. General Recommendation for Vaccination
and Immunoprophylaxis. Centers for Disease Control and Prevention. p.1-
19.
Kuitwaard, et al. 2009. Pharmacokinetics of Intravenous Immunoglobulin: A
Sistematic Review. Pharmacotherapy, Vol. 26, No.6,p.813-827.
Kusuma, Gabriella K. 2013. Studi Penggunaan Obat pada pasien Guillain-
Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
147
Lacy, Charles F., Armstrong, Lora L., Goldman, Morton P., Lance, Leonard
L. 2003. Drug Information Handbook, 11th edition. Canada: Lexi-Comp,
Inc.
Lanello, Silvia. 2005.Guillain-Barre Syndrome: Pathological, Clinical, and
Therapeutical Aspects. Nova Biomedical Book. New York. p.1-30.
Leussink, V. I., Hartung, H.-P., Kieseier, B.C., & Stettner, M. 2016. Subcutaneous
immunoglobulins in the treatment of chronic immune-mediated
neuropathies. Therapeutic Advances in Neurological Disorders, Vol. 9,
No.4, p. 336–343.
Liu, Dora, et al.,2013. A Practical Guide to The Monitorinf and Management of
The Complications of Systemic Corticosteroid Therapy. Allergy, Astma &
Clinical Immunology Journals, Vol.30 No.9, p.1-25.
Lünemann, J.D., Nimmerjahn, F. & Dalakas, M.C., 2015. Intravenous
immunoglobulin in neurology--mode of action and clinical efficacy. Nature
reviews. Neurology, 11(2), hal.80–9.
Lunn, M. & Hughes, R., 2011. The Relationship between Cytomegalovirus
Infection and Guillain Barre Syndrome. , 52, hal.845–847.
Maddur, M.S. et al., 2014. Intravenous immunoglobulin exerts reciprocal
regulation of Th1/Th17 cells and regulatory T cells in Guillain-Barre
syndrome patients. Immunol Res, 60(2–3), hal.320–329.
Mardjono M. Sidharta P. 2000. Guillain–Barré syndrome. Dalam: Neurologi
Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;.p. 42, 87,176,421.
Masood, Sohail. 2012. Effectiveness of Intravenous Immunoglobulin (IVIG)
Therapy in Treatment Guidelines for Guillain Barre Syndrome.
http://www.kabafusion.com/IVIG-in-Treatment-of-GBS.html diakses pada
tanggal 12 Desember 2016.
McEvoy, Gerald K. 2002. AHFS Drug Information. Bethesda: American
Society of Health-System Pharmacists, p. 3535-3543
MEDIKA. 2014. Inovasi Baru Vitamin Neurotropik Untuk Atasi Neuropati.
Jurnal Kedokteran Indonesia. No.5 Vol.XI. 2014.
http://www.jurnalmedika.com/280-edisi-no-05-vol-xl-2014/kegiatan-
78729/353-inovasi-baru-vitamin-neurotropik-untuk-atasi-neuropati
Meena, a K., Khadilkar, S. V & Murthy, J.M.K., 2011. Treatment guidelines for
Guillain-Barré Syndrome. Annals of Indian Academy of Neurology,
14(Suppl 1), hal.S73-81.
Miller, Ariel, Korem, Maya, Almog, Ronit, and Galboiz, Yanina. 2005.
Vitamin B12, Demyelination, Remyelination, and Repair in Multiple
Sclerosis. Journal of the Neurological Sciences, Vol. 233, p. 93-97.
148
Muid, M., 2005. Manifestasi Klinis dan Laboratorium Penderita Sindroma
Guillain Barre di Ruang Perawatan Anak RSU DR. Saiful Anwar Malang.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, XXI(No.2), hal.90–97.
Munir, Badrul. 2015. Neurologi Dasar. Universitas Brawijaya Malang. Sagung
Seto. Jakarta. p.330-338.
Nelson, T., 2015.
http://activateanddominate.com/wpcontent/uploads/2015/09/parasympatheti
c.jpg. Diakses tanggal 20 Desember 2016.
Nugroho. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf.
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/ANATOMI-FISIOLOGI-
SISTEM-SARAF.pdf diakses tanggal 21 Desember 2016
Nurlaila, R. et al., 2013. Terapi Imunoglobulin Intravena Pada Penyakit
Autoimun. MDVI (Media Dermato-Venereologica Indonesiana), Perdoski,
40(No 3), hal.133–137.
Nyati, K.K. & Nyati, R., 2013. Role of campylobacter jejuni infection in the
pathogenesis of Guillain-Barre syndrome: An update. BioMed Research
International, 2013.
Orlikowski, D., Porcher, R., Sivadon-Tardy, V., Quincampoix, J. C., Raphaël, J.
C., Durand, M. C., and Rozenberg, F. 2011. Guillain–Barré syndrome
following primary cytomegalovirus infection: a prospective cohort
study. Clinical infectious diseases, 52(7), 837-844.
Pangesti, D.Y., 2015. Plasmapharesis (Plasma Exchange) dan Imunoglobulin
Intravena Untuk Terapi Guillain Barre Syndrome. Prodi Magister
Farmasi Klinis Ubaya. Review Paper.
Parry, Gareth, J., and Steinberg, Joel, S., 2007. Guillain-Barré Syndrome: From
Diagnosis to Recovery. New York: Demos Medical Publishing.
Patwa, H.S. et al., 2012. Evidence-based guideline: Intravenous immunoglobulin
in the treatment of neuromuscular disorders Report of the Therapeutics and
Technology Assessment Subcommittee of the American Academy of
Neurology. Neurology, 78(13), hal.1009–1015.
Pdpersi (Pusat Data dan Informasi Persatuan Rumah Sakit Indonesia). 2012.
Mewaspadai Kelumpuhan Otot Pernafasan.
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=799&catid=23
diakses tanggal 21 Desember 2016
Peake, Deirdre, Whitehouse, William P., and Philip, Sunny. 2004. The
Management of Guillain-Barré Syndrome. Current Paediatrics, Vol. 14, p.
252-257.
149
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Pneumonia Nosokomial,
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dan MERCK
Indonesia, 2012. Siaran Pers: Neuropati Perifer Diabetes.
http://www.merck.co.id/country.id/id/images/Siaran%20Pers%20N5000%2
0Makassar_4Oct_tc m663_104054.pdf?Version=/ diakses tanggal 16 Mei
2016
Puspitasari, Aldita C. 2014. Studi Penggunaan Antibiotika pada pasien
Guillain-Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Putra, A. E., 2011. Kolonisasi Mikroorganisme pada Pemasangan Kateter
Intravena dan Faktor yang Mempengaruhinya. Majalah Kedokteran
Andalas, Vol. 29 No. 2, p. 55-63.
Playfair, J.H.L., Chain, B.M., 2012. At a Glance Imunologi. Edisi ke-9, Jakarta:
Penerbit Erlangga, hal 8-98.
Rabinstein, Alejandro A. 2007. Chapter 1, What is Guillain Barre Syndrome. In:
Guillain Barre Syndrome from Diagnosis to Recovery. American
Academy of Neurology (AAN): Demos Medical Publishing.
Richards, Duncan and Aronson, Jeffrey. 2005. Oxford Handbook of Practical
Drug Therapy, 1st Edition. Oxford University Press. p.638-653
Rizvi, A., A. Ahmad, Z., Rizvi, 2013. Efficacy of combination of vitamin B1, B6
and B12 in management of diabetic peripheral neuropathy,
http://pjmhsonline.com/JulySept2013/efficacy
_of_combination_of_vitamin_B1B6,b12.htm/ diakses pada tanggal 23 Mei
2015
Rosen, B.A., 2016. Guillain-Barre ´ Syndrome. Pediatrics in Review, American
Academy of Pediatrics, 33(4), hal.164–171.
Saderholm, B.H., 2010. Treatment of Acute Immune-mediated Neuropathies:
Guillain-Barre Syndrome and Clinical Variants. Seminars of Neurology,
Vol.30 No.4: 366-372.
Schacke, Heike, Wolf-Dietrich Docke, Khusru Asadullah.2002. Mechanisms
involved in the side effects of glucocorticoids. Pharmacology &
Therapeutics. Research Business Area Dermatology: Berlin, Germany.
Vol.96, p.23-43
Schienfield, N.S. 2016. Intravenous Immunoglobulin.
http://emedicine.medscape.com/article/210367-overview diakses pada
tanggal 12 Desember 2016.
Sebastian, S., 2012. A Case of Guillain-Barre Syndrome in a Primary Care
Setting. The Journal for Nurse Practitioners, 8(8), hal.643–648.
150
Sejvar, J.J. et al., 2011. Population incidence of Guillain-Barré syndrome: A
systematic review and meta-analysis. Neuroepidemiology, 36(2), hal.123–
133.
Siswandono dan Bambang Soekarjo. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya:
Airlangga University Press.
Smithline H, Donnino M, Greenblatt Dj. 2012. Pharmacokinetics of high dose
oral thimine hydrochloride in healthy subjects. BMC clinical
pharmacology; 12(4): 1-10.
Sweetman, S.C (ed). 2009. Martindale, The Complete Drug Reference, 36th
edition. London: The Pharmaceutical Press. hal 1001-2243.
Tandel, H. et al., 2016. GUILLAIN-BARRÉ SYNDROME (GBS ): A REVIEW.
, 3(2), hal.366–371.
Tsai, C.P, Wang, K.C, Liu, C.Y, Sheng, W.Y, and Lee, T.C. 2006.
Pharmacoeconomics of Therapy for Guillain Barre Syndrome: Plasma
Exchange and Intravenous Immunoglobulin. Journal of Clinical
Neuroscience, Vol. 14, p. 625-629.
Tatro, David. S.,2003. A to Z Drug Facts. Facts and Comparisons.Books@Ovid.
Vucic Steve, Matthew C. Kiernan, David R. Cornblat, 2009. Guillain-Barre
syndrome : An Update. Journal of Clinical Neuroscience, Vol. 16, p.733-
741
Walling, A.D. & Dickson, G., 2013. Guillain-Barré syndrome. American
Academy of Family Physicians, 87(No.3), hal.191–197.
Wang, Y. et al., 2016. Complications of Guillain-Barré syndrome. ,
8409(December 2015).
Willison, H.J., Jacobs, B.C., and van Doorn, P.A. 2016. Guillain Barre Syndrome.
Seminar. Lancet, Vol. 338, p. 717-727.
Winer, J.B., 2014. An update in guillain-barre syndrome. Autoimmune Diseases,
2014.
World Health Organization. 2002. Prevention of Hospital-acquired Infections, A
Practical Guide, 2nd
edition. Malta: World Health Organization.
Yuki, N. & Hartung, H.-P., 2012. Guillain Barre Syndrome. New England
Journal of Medicine, 366(24), hal.2294–2304.
Zen, M., Canova, M., Campana, C., Bettio, S., Nalotto, L., Rampudda, M.,
Ramonda, R., Iaccarino, L. and Doria, A., 2011. The kaleidoscope of
glucorticoid effects on immune system. Autoimmunity reviews, 10(6),
pp.305-310.
151
Zhang, G., Lehmann, H. C., Bogdanova, N., Gao, T., Zhang, J., & Sheikh, K. A.
(2011). Erythropoietin enhances nerve repair in anti-ganglioside antibody-
mediated models of immune neuropathy. PLoS One, Vol. 6, No.10, e27067.
Zhong, M. & Cai, F., 2007. Current perspectives on Guillain-Barré syndrome.
World Journal of Pediatrics, Vol.3, No.3, p. 187-194.
ii
141