skripsi lidya
DESCRIPTION
penelitian tentang ASI eksklusifTRANSCRIPT
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SANITASI
LINGKUNGAN DI DESA KACCIA KELURAHAN BAROMBONG
KECAMATAN TAMALATE
A. RAODAH IMRAN
10542025411
Skripsi Ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
Lampiran Pengesahan
PANITIA SIDANG UJIANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
Skripsi dengan judul “GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA
DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA KACCIA KELURAHAN
BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE” telah diperiksa, disetujui, serta
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar pada:
Hari/Tanggal : Selasa/ 10 Maret 2015
Waktu : 10.00
Tempat : Ruang Seminar
Ketua Tim Penguji :
(dr. Nurmila, M.kes)
Anngota Tim Penguji :
Anggota I
(dr. Rahasia Taufik, S.PM)
Anggota II
(Alimuddin, S.Ag, M.PdI)
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “GAMBARAN
PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI
DESA KACCIA KELURAHAN TAMALATE KECAMATAN
BAROMBONG KOTA MAKASSAR”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program S1 Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pada kesempatan ini penulisan mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda H. A. Imran Ibrahim, S.Pd dan
Ibunda Hj. A. Rosnani,S.Pd, M.Pd yang tidak pernah berhenti memberikan do’a,
semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
Saudara-saudaraku : A. Miftahul Khair,S.Kep,NS dan A. Zulfikar Imran,
S.Ag yang selalu membantu, mendukung serta mendoakan penulis sehingga
tulisan ini selesai.
Terima Kasih kepada Kakak Ipar ku: Syawal,S.Ag, M.Ag yang selalu
membantu, mendukung serta mendoakan penulis sehingga tulisan ini selesai.
iii
Terima Kasih kepada keluarga besar ku: Pung Joha, Pung Udin, yang selalu
membantu, mendukung serta mendoakan penulis sehingga tulisan ini selesai.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda dr. Nurmila, M.Kes Selaku
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
pengarahan dan koreksi kepada penulis selama penuyusunan skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ayahanda Rektor (DR. Irwan Akib, M.Pd) dan segenap birokrasi institusi
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan fasilitas
dan kemudahan berupa instrumen-instrumen di mana penulis menimbah
ilmu.
2. dr. Mahmud Gaznawie, Ph.D. Sp. PA (K) selaku Ketua Program Studi
kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Segenap dosen Program Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah
Makassar atas ilmu dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
4. Segenap jajaran pimpinan dan staf Kelurahan Barombong, Kecamatan
Tamalate Kota Makassar atas kerjasama dan bimbingannya dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Teman – teman kelompok Penelitian (Aan Sucitra, Arum Puspita, Nurul
Ariefah) terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
6. Teman – teman Kelompok Belajar “Wanita Soleha” (Hajar Astuti,
Magfirah Sari, A. Tenri Hardianti, Maulidina ) terima kasih atas dukungan
dan doanya.
7. Teman- teman Serumah (Dwi Wahyuni, A.Farahnisa dan Putri Amali)
Terima kasih atas batuan, doa dan dukungannya selama ini.
iv
8. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya buat kak Eky,dan kak Rina yang
telah membantu, meluangkan waktu nya untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua Keluarga Besar angkatan 2011 “ASTROCYTE”, Yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, teman seperjuangan yang selalu mendukung dan
memberikan semangat selama proses penyusunan skripsi ini.
10. Semua kakak-kakak Angkatan 2008 “CEREBRUM”, 2009
“NEUROGLYA, dan 2010 HIPOTHALAMUS yang tidak bisa di
sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dukungan dan doa nya.
11. Semua adik-adik Angkatan 012 “Trigeminuss”, 013 “Riboflavin” yang
memberikan dorongan dan semangat semoga kalian nantinya dapat
menjalani penyusunan skripsi seperti ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis senantiasa mengharapkan saran dan masukan guna perbaikan skripsi ini,
sehingga dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya,
Amin
Makassar, Maret 2015 Penulis
(A. Raodah Imran)
v
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARSKRIPSI, MARET 2015
A. RAODAH IMRAN 10542 0254 11NURMILA“GAMBARAN PENGETAHUAN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA KACCIA KELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR“( iv + 74 halaman+ 9 tabel+ 10 gambar+ 31 lampiran )
ABSTRAK
Latar Belakang : Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Bila ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan lingkungan tidak bisa dipisahkan. Masalah sanitasi dasar (air bersih, akses fasilitas sanitasi, persampahan,drainase dan sebagainya) di Indonesia sudah seharusnya menjadi perhatian utama bagi pemerintah kita. Hal ini dikarenakan sanitasi merupakan hak dasar masyarakat yang sama halnya dan sejajar dengan hal berpendapat, hak mendapatkan pengobatan gratis, vaksinnasi, dan hak-hak lainnya. Sanitasi menjadi penting karena masyarakat membutuhkannya setiap melakukan aktifitasnya sehari-hari.Metode: Penelitian ini dilakukan di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan design cross sectional study. Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu tentang pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulannovember 2014 sampai akhir bulan desember 2014. Analisis data dengan menggunakan analisis univariabel, analisis bivariabel Hasil: Hasil penelitian pada uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan. nilai P = < 0,000 (p<0,05), nilai OR= 12.692 (95% CI= 44.333 - 3.634).Hal ini berarti keluraga yang memiliki pengetahuan kurang yang rendah 12 kali lebih besar terhadap kurangnya sanitasi lingkungan dibandingkan dengan keluarga dengan pengetahuan yang tinggi.Kesimpulan :Penduduk desa KacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, memiliki tingkat pendidikan tergolong rendah dimana kebanyakan penduduknya memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP. Pembuangan air limbah di desa KacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, belum memadai karena lebih dari setengah total rumah yang ada di wilayah tersebut belum memiliki SPAL.
vi
FACULTY OF MEDICINEUNIVERSITY MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MARCH, 2014
A.RAODAH IMRAN 10542 0254 11NURMILA“REPRESENTATION OF KNOWLEDGE AND ENVIRONMENT SANITATION IN KACCIABAROMMBONG SUB DISTRICT TAMALATE DISTRICT MAKASSAR CITY “( iv + 74 page + 9 tables + 10 picture + 31 appendices )
ABSTRACT
Background: According to Law Number 32/2009 about the Protection and Living Environment Management. Living environment is a unity of thing, power, situation and living thing, include human being and their behavior, which effect the environment itself, the continuity of life, and human being welfare and the other creature. If we observe more about the law, so human being and environment could not be separated. Basic sanitation problem (clean water, sanitation facility acces, garbage, drainase and many more) in Indonesia it’s a must be the main focus to our goverment. Because sanitation is the people basic right which equal to giving opinion, get a free medical, vaccination, and another rights. Sanitation become important because people need it in their daily activity.Method : This research was done in Kaccia, Barombong Subdistrict, Tamalate District, Makassar City. This Research use design cross sectional study. The sample of the research divide into two groups, family knowledge and environment sanitation. This research was done in the early November 2014 till the end of December 2014. The data analysis used univariable analysis, bivariable analysis with the credibility level α=Result : The Research resultin statistic test shows that there were relation between family knowledge and environment sanitation. P value = < 0,000 (p<0,05), OR value=12.692 (95% CI= 44.333 - 3.634). It means that family which has less knowledge that low 12 times bigger toward the lack of environment sanitation compare with family with high knowledge.Conclusion : Kaccia’s people RW VI & V Barombong Subdistrict Tamalate District, that the people knowledge level is still low where most of the people educational backgound is elementary school and junior high school. The elimination of cesspool water in Kaccia RW VI/RT IV & V subdistrict Barombong District Tamalate were not enough because more than half of total house in that area didn’t have SPAL.
vii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................ i
Lembar panitia sidang............................................................................... ii
Kata Pengantar.......................................................................................... iii
Abstrak ....................................................................................................... iv
Abstract....................................................................................................... v
Daftar isi...................................................................................................... vi
Daftar Tabel dan grafik............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan penelitian.............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7
A. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan............................... 7
B. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Jamban Keluarga,
Penyediaan air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan
sampah.............................................................................................. 9
a. Sanitasi Lingkungan Pemukiman................................................ 9
b. Sarana Air Bersih........................................................................ 9
c. Pengelolaan Air Minum.............................................................. 12
d. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)...................................... 16
e. Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)...................... 20
f. Sarana Pembuangan Sampah...................................................... 23
g. Kondisi Fisik Rumah.................................................................. 32
h. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan....................................... 34
viii
BAB III KERANGKA KONSEP.............................................................. 36
A. Konsep Pemikiran....................................................................... 39
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................................. 38
C. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................ 43
A. Desain Penelitian......................................................................... 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 43
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 43
D. Jenis Data..................................................................................... 44
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 44
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 45
BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................. 46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 46
B. Karakteristik Sampel Penelitian ................................................ 47
C. Analisis Univariat...................................................................... 49
D. Hasil Analisis Bivariat............................................................... 55
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 59
A. Pengetahuan Keluarga ............................................................... 59
B. Hubungan Pengetahuan Keluarga dan Tentang Sanitasi
Lingkungan ............................................................................... 59
C. Sanitasi Lingkungan .................................................................. 61
BAB V TINJAUAN KEISLAMAN.......................................................... 71
A. Pendahuluan .............................................................................. 72
B. Pandangan Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan ......................... 73
C. Pembahasan Umum Surah Al Mujadilah.................................... 74
D. Kesehatan dalam perspektif Al Qur’an dan Hadist.................... 78
E. Pandangan Islam Tentang Kebersihan Lingkungan................... 79
ix
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 80
A. Kesimpulan ............................................................................... 80
B. Saran .......................................................................................... 81
Daftar Pustaka............................................................................................... 82
Riwayat Hidup.............................................................................................. 85
x
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
2.1 Jenis Kegiatan pengelolaan Air Limbah menurut Tujuannya ………… 26
5.1 Distribusi tingkat pendidikan Kepala Keluarga ......................................... 48
5.2 Distribusi tingkat pekerjaan........................................................................ 49
5.3 Distribusi Pengetahuan Keluarga di Desa Kaccia
Kelurahan Barombong kecamatan Tamalate kota Makassar ..................... 50
5.4 Sumber air minum keluarga ....................................................................... 50
5.5 Distribusi sanitasi lingkungan di desa Kaccia kelurahan
Barombong kecamatan Tamalate Kota Makassar..................................... 51
5.6 Langkah-langkah untuk menentukan uji hipotesis yang sesuai
dengan panduan tabel uji hipotesis dan diagram alur ................................ 56
5.7 Hubungan Pengetahuan dengan Sanitasi Lingkungan ............................... 57
5.8 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat tentang Pengetahuan
dengan Sanitasi Lingkungan ...................................................................... 58
xi
LAMPIRAN
1. Permohonan sebagai responden penelitian..................................................
2. Persetujuan menjadi responden penelitian...................................................
3. Daftar kuesioner gambaran pengetahuan dengan sanitasi lingkungan.......
4. Distribusi skoring tentang pengetahuan kepala keluarga(KK)
dengan sanitasi lingkungan ........................................................................
5. Gambar-gambar penelitian..........................................................................
6. Hasil SPSS..................................................................................................
7. Surat-surat penelitian..................................................................................
xii
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Bila
ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan
lingkungan tidak bisa dipisahkan.1
Menurut HendrikL.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan,
baik kesehatan.Individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu ketuurunan,
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai
secara optimal pula. Salah satu faktor Masalah kesehatan adalah suatu masalah
yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di
luar dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada
pengaruhnya dengan masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut. 2
Menurut WHO (World Health Organization) kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
danlingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari meliputi : penyediaan
air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,
pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan/pengendalian
14
pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan termasuk hygiene
susu, pengendalian pencemaran udara, tindakan – tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
3
Lingkungan merupakan salah satu factor yang sangat berperan dalam
riwayat timbulnya penyakit. Oleh karena itu pengetahuan mengenai segi-segi
penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam tiap upaya kesehata,
baik secara individual maupun secara berkelompok dalam masyarakat.2
Masalah sanitasi dasar (air bersih, akses fasilitas sanitasi,
persampahan,drainase dan sebagainya) di Indonesia sudah seharusnya menjadi
perhatian utama bagi pemerintah kita. Hal ini dikarenakan sanitasi merupakan
hak dasar masyarakat yang sama halnya dan sejajar dengan hal berpendapat,
hak mendapatkan pengobatan gratis, vaksinnasi, dan hak-hak lainnya. Sanitasi
menjadi penting karena masyarakat membutuhkannya setiap melakukan
aktifitasnya sehari-hari.4
Menurut WHO, lebih dari 2,6 milyar orang pada wilayah pedesaan dan
perkotaan kini tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar (Soemirat, 2006)
Hampir 70% masyarakat masih terbiasa Buang Air Besar (BAB)
sembarangan. Dan diantara Negara-negara ASEAN, Indonesia masih
tertinggal dalam hal akses sanitasi,dimanaposisinta berada di bawah Filipina
dan Kamboja. Sementara Malaysia memiliki 96% cakupan sanitasi 5
15
Berdasarkan Riskesda (2010), proporsi penduduk atau rumah tangga
yang akses terhadap fasilitas sanitasi layak (dikaitkan layak apabila sarana
tersebut milik sendiri atau bersama, kloset jenis leher angsa dan pembunagan
akhir tinjanya ke tangki septic atau SPAL) provinsi sebesar 55,53%, dan akses
terhadap fasilitas sanitasi tidak layak sebesar 44,47%. Provinsipalingtinggi
akses terhadap fasilitas tidak layak adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(74,65) dan terendah di DKI Jakarta (17,17%). Sementara itu, menurut
kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas santasi layak perkotaan hampir dua
kali lipat (71,45%) dibandingkan dengan di pedesaan (38,55%). Sedangkan
akses terhadap fasilitas sanitasi di perkotaan yang tidak layak (28,55%) dan di
pedesaan (61,45%) 6
Sesuai dengan Peraturan Daerah kota Makassar Nomor 13 tahun 2006
tentang rencana pembangunan jangka panjang Daerah (RPJPD) kota Makassar
tahun 2005-2025 dan rencana Pembangunan jangka menengah daerah
(RPJMD) yang tercantum dalam Perda Kota Makassar nomor 9 tahun 2006,
adapun arah pembagunan kota Makassar meyangkut sanitasi diantaranya: (1)
program pengembangan lingkungan sehat, dan (2) Program lingkungan sehat
perumahan. 7
Hasil survey dan investigasi sarana dan prasarana sanitasi air limbah
sebgaian besar 84,3% dari responden melakukan buang air besar di jamban
milik sendiri, sedangkan sisanya 7,6% yang melakukan praktek buang air
besar sembarangan dalam hal ini kebun yang berada di lingkungan mereka,
sebesar 4,3% responden melakukan buang air besar di toilet MCK umum dan
16
3 % responden BAB menumpang di tetangga, serta 0,8% responden BAB di
tempat lainya. 7
Di Kota Makassar sistem sanitasi off-site ini menggunakan teknologi
IPALKomunal dan MCK dengan total cakupan layanan 1208 KK atau
sebesar 0,5% dari jumlah rumah tangga di kota Makassar, system off-site ini
terdapat di Kelurahan Sambung jawa Kec. Mamajang, Kelurahan Manggala
Kec. Manggala, Kel Mariso Kec. Mariso, Kel.Daya dan
BulurokengKec.Biringkanaya, Kel Parang Tambung Kec.Tamalate dan
Kelurahan Barang Caddi Kec. Ujung Tanah.8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui
apakah ada hubungan pengetahuan keluarga dengan gambaran sanitasi
lingkungan di Desa Kaccia di RT IV dan RT V, RW VI, Kelurahan
Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran dan tingkat pengetahuan tentang sanitasi
lingkungan di Desa Kaccia, di RT 4 dan RT 5, RW VI Kelurahan
Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran sanitasi lingkungan yang meliputi
tersedianya jamban keluarga, penyediaan air bersih, pengelolaan air
limbah, serta pengelolaan sampah dan upaya pengadaanya di Desa
17
Kaccia, di RT 4 dan RT 5, RW VI, Kelurahan Barombong, Kecamatan
Tamalate Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga terhadap sanitasi
lingkungan yang meliputi tersedianya jamban keluarga, penyediaan air
bersih, pengelolaan air limbah, serta pengelolaan sampah dan upaya
Ppengadaanya
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan
dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai
gambaran pengetahuan dengan sanitasi lingkungan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang
sanitasi lingkungan.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten, sebagai data yang diperlukan
untuk kegiatan penyuluhan serta membina partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan cakupan pengadaan fasilitas jamban keluarga
dan pengadaannya di Desa Kaccia, di RT IV dan RT V, RW VI,
Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.
b. Diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi Kantor
Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dalam
menerapkan berbagai kebijakan untuk mencapai Indonesia Sehat
2010.
18
c. Bagi Pemerintah, sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten
guna membuat kebijakan dalam pembagunan sarana sanitasi pada
fasilitas jamban, air bersih, pengelolaan air limbah, serta
pengelolaan sampah.
d. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan proses belajar dalam
menerapkan ilmu selama menempuh pendidkan di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
e. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan perbandingan untuk yang
ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan sanitasi
lingkungan.
3. Manfaat Metodologis
a. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan
mampu memberi kontribusi untuk penelitian selanjutnya.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan
sebagainya.Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dicapai dan
sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan.Kesehatan
lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan
non hayati dalam ekosistem.Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah
elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah
ekosistem tersebut.Perilaku yang kurang baik dari manusia telah
mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah
sanitasi.2
Menurut Entjang, sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan
fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia,
dimana lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan
yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam sanitasi lingkungan
di Indonesia terutama meliputi9 :
1. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun
kwantitasnya.
2. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah.
20
3. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-
rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
4. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk.
Istilah sanitasi mempunyai tujuan, yaitu mengusahakan cara hidup sehat
sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam penerapannya mempunyai
arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan pada
faktor lingkungan hidup manusia.10
Pengenalan usaha-usaha sanitasi ditujukan kepada seluruh masyarakat,
diutamakan kepada penduduk yang berpenghasilan rendah dan tingkat
pengetahuan rendah baik di kota maupun di desa. Langkah awal yang dapat
dilakukan adalah mengupayahkan perubahan perilaku masyarakat kea rah
yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut 19:
a. Mengalangkanpenyeluhan tentang hidup sehat
b. Member contoh lingkungan sehat bagi masyarakat
c. Menunjang kesehatan masyarakat dalam bidang sanitasi lingkungan.
d. Member penghargaan bagi lingkungan sehat
B. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Jamban keluarga, Penyediaan Air
Bersih, Pengelolaan Limbah, Pengelolaan Sampah
Sanitasi lingkungan yaitu usaha-usaha pengawasan yang bertujuan
terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan
penyakit. Ruang lingkup sanitasi lingkungan lebih terbatas disbanding dengan
ruang lingkup kesehatan lingkungannya, meliputi:
21
a. Sanitasi Lingkungan Pemukiman
Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi
fisik, kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat
kesehatan yang optimal.Persyaratan kesehatan perumahan dan
permukiman adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib di penuhi
dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di
perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.11
b. Sarana Air Bersih
Masalah kesehatan lingkungan air bersih perlu diperhatikan dengan
baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari-hari.
Apabila sumber air minum yang dikonsumsi keluarga tidak sehat,maka
seluruh anggota keluaraga akan menghadapi masalah kesehatan atau
penyakit.12
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No.416/MenKes/Per/IX/1990 yang dimaksud aur bersih adalah air bersih
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Air bersih
merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar
kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air bersih yang terjangkau
dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi individu baik yang
tinggal di perkotaan maupun di pedesaan.1
22
Pemenuhan kebutuhan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas:
a. Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari
tergantung kepada aktivitas dan tingkat kebutuhan. Secara kuantitas di
Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari
dengan perincian yaitu untuk mandi,cucikakus 12 liter, minum 2 liter, cuci
pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci
kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter,lain-lain 33,3 liter.
b. Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Mentri
Kesehatan RI 416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat dan Pengawaasan
kualitas Air.1
Air merupakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit Menurut Notoatmodjo, penyediaan air bersih harus
memenuhi persyaratan yaitu 2 :
a. Syarat fisik : persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening,
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
b. Syarat bakteriologis : air merupakan keperluan yang sehat yang harus
bebas dari segala bakteri, terutama bakteri
patogen.
23
c. Syarat kimia : air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau
kelebihan salah satu zat kimia didalam air, akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Menurut Chandra (2006), Berdasarkan letak sumbernya, air dapat
dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.13
a. Air Angkasa
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di
bumi.Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air
tesebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh
partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida,
nitrogen, dan ammonia.13
b. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai,
danau, telaga, waduk, raw, terjun, dam sumur permukaan, sebagian berasal
dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian
akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. 13
c. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam
tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang
telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah,
24
membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingakan air
permukaan. 13
c. Pengelolaan Air Minum
Ada beberapa cara pengelolaan air minum antara lain sebagai berikut 13:
a. Pengelolaan Secara Alamiah
Pengelolaan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air
yang diperoleh daru berbagai macam sumber,seperti air
danau,airsungai,airsumu dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini
air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi
koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya terbentuk
endapan. Air menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam
air akan ikut mengendap.
b. Pengelolaan Air dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan
kerikil, ijuk dan pasir.Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi
dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat
dikonsumsi umum.
c. Pengelolaan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia digunakan dapt berupa 2 macam yakni zat kimia yang
berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan
(misalnya tawas).Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk
menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air,
misalnya klor (Cl).
25
d. Pengelolaan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau
yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya
CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
e. Pengelolaan Air dengan Memanaskan sampai Mendidih
Pengelolaan semacam ini tepat hanya untuk konsumsi kecil
misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari konsumsinya
pengelolaanair pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni:
Pengelolaan Air Minum untuk Umum
Penampungan Air Hujan
f. Pengelolaan Air Sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampungan I melalui
saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam
partikel besar. Bak penampungan I tadi diberi saringan yang terdiri
dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya.Kemudian air dialirkan ke bak
penampung II.Disini dibubuhkan tawas dan chlor.Dari sini baru
dialirkan ke penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke
tempat itu. Agar bebas dari bakteri bila air akan diminum masih
memerlukan direbus terlebih dahulu.
g. Pengelolaan Mata Air
Mata air yang secara alamiah timbul dari desa-desa perlu
dikelolah dengan melndungi sumber mata ait tersebut agar tidak
tercemar oleh kotoran.Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-
26
rumah penduduk melalui pipa-pipa bamboo/ penduduk langsung
mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.
h. Pengelolaan Air Untuk Rumah Tangga
Air sumur pompa terutam air sumur pompa dalam sudah cukup
memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah
pedesaan masih mahal, disamping itu teknologi masih dianggap tinggi
untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daera pedesaan
adalah sumur gali. Agar sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh
kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut:
- Harus ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba air tanah tidak
akan masuk ke dalamnya.
- Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus
ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
- Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk
mengurangi kekeruhan.
- Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan
suatu zar yang dapat membentuk endapan misalnya aluminium
sulfat (tawas).
- Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan
menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari
kaleng bekas.
27
i. Air Hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat dilakukan melalui
penampungan air hujan. Tiap keluarga dapat melakukan penampungan
air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talanng.Pada
musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada musim kemarau
mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan
tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai
tandon untuk musim kemarau.12
d. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk
membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang
lazim disebut kakus atau WC atau menuumpukan kotoran manusia dalam
suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit
dan mengotori lingkungan pemukiman.14 Bagi rumah yang belum
memiliki jamban, sudah dipastikan mereka itu memanfaatkan sungai,
kebun, kolam, atau tempat lainnya untuk Buang Air Besar (BAB).Dengan
masih adanya masyarakat di suatu wilayah yang Buang Air Besar (BAB)
sembarangan, maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular
yang berbasis lingkungan.
Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada
sumber air dan bau busuk serta estetika. Semakin besar presentase yang
Buang Air Besar (BAB) sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin
tinggi intensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena
28
bomwaktu, yang bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu waktucepatatau
lambat. Sebaiknya semua orang Buang Air Besar (BAB) di jamban yang
memenuhi syarat, dengan demikian wilayahnya terbebas dari ancaman
penyakit penyakit tersebut.Dengan Buang Air Besar (BAB) di jamban
banyak penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban
yang memenuhi syarat kesehatan.5
a. Jenis-jenis jamban yang digunakan.15 :
1) Jamban cemplung
Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalantanah dan
mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
2) Leher angsa
Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampunganya
berupa tangki septic kedap air yang berfungsi sebagai wadah
proses penguraian/ dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi
dengan resapan
3) Kakus empang
Adalah jamban yang di bangun di atas empang, sungai, atau
rawa.
4) Kakus Kimia
Adalah jamban yang dibangun pada tempat-tempat
reakreasi, alat transportasi.15
29
b. Cara Memilih Jenis Jamban adalah :
1) Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
2) Jamban tangki septic/leher angsa digunakan untuk:
(a) Daerah yang cukup air
(b) Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan
“multiplelatrine” yaitu satu lubang penampungan tinja/ tangki
septic digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
menampung kotoran/ tinja dari 3-5 jamban)
(c) Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja
hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air
pasang.
c. Syarat Jamban Sehat
Jamban harus dipelihara supaya tetap sehat.Lantai jamban
hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.Bersihkan jamban
secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih. Di dalam
jamban tidak ada kotoran yang terlihat, tidak ada serangga,(kecoa,lalat)
dan tikus yang berkeliaran. Sediakan alat pembersih dan bila ada
kerusakan segera diperbaiki. Syarat jamban yang sehat:
1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
2) Tidak berbau
3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
4) Tidak mencemari tanah sekitarnya
30
5) Mudah dibersihkan dan aman pelindung
6) Dilengkapi dindingdan atap pelindung
7) Penerangan dan ventilasi yang cukup
8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9) Tersedia air,sabun,dan alat pembersih.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan
jarak tergantung pada:
1) Keadaan daerah datar atau lereng
2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam
3) Sifat, macam, dan susunan tanah bepori atau padat, pasir, tanah liat
atau kapur
Faktor di atas merupakan factor yang memengaruhi daya
peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku
antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 sampai
dengan15 meter atau rata-rata 10 meter. Dalam penentuan letak
jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan.1:
1) Bila daerahnya berlereng, jamban harus dibuat di sebelah bawah
dari letak sumber air. Seandainya tidak mungkin dan terpaksa
diatasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak
harus agak ke kanan atau ke kiri dari letak sumur.
2) Bila daerahnya datar, jamban sedapat mungkin harus diluar lokasi
yang sering digenangibanjir. Seandainya tidak mungkin, maka
31
sebaiknya lantai jamban (di atas lubang) dibuat tinggi dari
permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3) Mudah dan tidaknya memperoleh air.
e. Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah
tangga, industri dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang
membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air limbah,
maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah
sebagai media penyebaran penyakit.2
Keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir
lancar, dengan bentuk SPAL yang tidak tertutup dibanyak tempat sehingga
air limbah menggenang ditempat terbuka berpotensi sebagai tempat
berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari aspek estetika. 11
Air limbah perlu diolah dengan tujuan untuk mengurangi BOD
(Biochemical Oxgen Demand), partikel tercampur, serta membunuh
organism pathogen. BOD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau
milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organic
oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali, selain itu
diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi,
komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar
konsentrasi yang ada menjadi rendah. Oleh karena itu diperlukan
pengelolaan secara bertahap agar bahan-bahan terebut dapat dikurangi. 15
32
Tabel 2.1. Jenis Kegiatan pengelolaan Air Limbah menurut
Tujuannya
No Jenis Kegiatan Tujuan Kegiatan
1. Penyaringan Menghilangkan zat padat
2. Peranjangan Memotong benda yang berada didalam
air limbah
3. Bak penangkap pasir Menghilangkan pasir dan koral
4. Bak penangkap lemak Memisahkan benda terapung
5. Tangki ekualisasi Melunakkan air limbah
6. Netralisasi Menetralkan asam atau basa
7. Pengendapan/pengapungan Menghilangkan benda tercampur
8. Reaktor lumpur aktif/aerasi Menghilangkan bahan organic
9. Karbon aktif Menghilangkan bau,benda yang tidak
dapat diuraikan
10
.
Pengendapan kimiawi Mengendapkan fosfat
11
.
Nitrifikasi Menghilangkan nitrat secara biologis
12
.
Air Stripping Menghilangkan amoniak
13
.
Pertukaran ion Menghilangkam jenis zat tertentu
14 Saringan pasir Menghilangkan parikel padat yang
33
. lebih kecil
15
.
Osmosis Menghilangkan zat terlarut
16
.
Desinfeksi Membunuh mikroorganisme
Keenam jenis kegiatan pengelolaan air limbah tersebut dalam
prakteknya tidak semua dipergunakan karena disesuaikan dengan
kebutuhannya. Adapun secara garis besar pengelompokan kegiatan
pengelolaan air limbah ada yaitu 15:
a. Pengelolaan pendahuluan
b. Pengelolaan pertama
c. Pengelolaan kedua
d. Pengelolaan ketiga
e. Pembunuhan kuman
f. Pembuangan lanjutan
f. Sarana Pembuangan Sampah
Sampah ialah suatu bahan atau benda yang terjadi karena
berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak
disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang
berasal dari tubuh manusia.10
a. Jenis-Jenis Sampah
34
Sampah dibedakan berdasarkan sifat-sifat biologis dan
kimianya untuk mempermudah pengelolaannya,yaitu:
1) Sampah yang dapat membusuk (sisa makanan, daun, sampah
kebun, pertanian, dll)
2) Sampah yang tidak membusuk (kertas, plastic, karet, gelas, logam,
dll)
3) Sampah yang berupa debu/abu
4) Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan (sampah yang berasal
dari industry yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis
berbahaya.12
b. Sumber- sumber sampah dibedakan menjadi enam besar yaitu:
1) Sampah dari daerah pemukiman/sampah rumah tangga (Domestic
waste). Sampah ini terdiri dari bahan buangan hasil kegiatan rumah
tangga seperti sisa-sisa pengelolaan makanan, sampah-sampah dari
halaman atau dari dalam rumah, sisa-sisa minyak, kardus bekas,
dll.
2) Sampah dari daerah perdagangan: biasanya terdiri dari kardus-
kardus, kotak-kotak pembungkus, kertas-kertas, dll. Dalam hal ini
termasuk sampah makanan dari kantin.
3) Sampah dari jalan raya: berasal dari pembersihan jalan-jalan,
biasanya terdiri dari kertas-kertas, debu, daun-daunan,dll.
4) Sampah dari industri: biasanya terdiri dari sampah bahan makanan,
logam, kayu, potongan tekstil, dll.
35
5) Sampah dari daerah pertanian dan perkebunan: biasanya terdiri dari
sampah-sampah organic seperti jerami, sisa-sisa sayur mayor,
batang jagung, pohon kacang-kacangan, dll.
6) Sampah dari tempat-tempat umum: biasanya berasal dari tempat-
tempat hiburan, tempat ibadah, terminal, pasar, dll. Karekteristik
dari sampah ini pada umumnya sama dengan sampah rumah
tangga. 12
Sumber- sumber sampah menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 terdiri atas: sampah rumah tangga,
sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik.Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan
komersial, kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas lainnya.
Sedangkan sampah spesifik meliputi: sampah yang megandung bahan
berbahaya dan beracun, smpah limbah bahan berbahaya dan beracun,
sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran
bongkaranbangunana, sampah yang secara teknologi belum dapat
diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.12
c. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi
sampah
Penghasilan sampah adalah setiap orang dan/ atau akibat proses
alam yang menghasilkan timbulan sampah (UU RI Nomor 18 Tahun
2008). Jumlah dan komposisi sampah yang dihasilkan sangat
36
berpengaruh oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat,
diantaranya adalah: jumlah penduduk sangat berpengaruh oleh
berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat, diantaranya adalah:
jumlah penduduk, kondisi social ekonomi, kemajuan teknologi, factor
geografis, kebiasaan masyarakat/ budaya, musim/ iklim,dll.12
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh
bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya
tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.
1) Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti
berikut :
a) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam
rawa-rawa dan dataran rendah.
b) Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
c) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah
menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih
dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut
terhadap ternak.
d) Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga dan binatang pengerat.
e) Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat
hubungannya dengan sampah.
37
f) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan
kegairahan hidup masyarakat.
g) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan
budaya masyarakat.
h) Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran
dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan
untuk keperluan lain. 13
2) Pengaruh Negatif
Menurut Chandra dan Mukono, pengelolaan sampah yang
kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan,
lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, seperti berikut.13
a) Pengaruh terhadap kesehatan
b) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan
sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit,
seperti lalat, tikus, serangga, jamur.
c) Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya
disebabkan vektor AedesAegypty yang hidup berkembang biak
di lingkungan, pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak
kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air).
d) Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau
sampah yang menyengat yang mengandung AmoniaHidrogen,
Solfide dan Metylmercaptan.
38
e) Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus)
disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di
sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah.
f) Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab
penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat
pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik.
Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun
melalui udara.
g) Penyakit kecacingan.
h) Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara
sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca,
dan besi.
i) Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain
3) Pengaruh terhadap lingkungan
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika
lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya
banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu
kesegaran udara lingkungan masyarakat.
b) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan
menjadi dangkal.
39
c) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d) Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan terjadinya
banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas
pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air,
fasilitas jaringan dan lain-lain.
e) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara
dan bahaya kebakaran lebih luas.
f) Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada
sumber air permukaan atau sumur dangkal.
g) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas
masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air.
4) Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
sosial-budaya masyarakat setempat.
b) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan
menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang
berkunjung ke daerah tersebut.
c) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk
setempat dan pihak pengelola.
d) Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga
produktifitas masyarakat menurun.
40
e) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana
yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
Penanganan sampah yang tidak baik dapat menimbulkan
pencemaran sebagai berikut.16
- Sampah dapat menimbulkan pencemaran pada udara, akibat
gas-gas yang terjadi dari penguraian sampah terutama
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu sampah
mengakibatkan mengganggu penglihatan yaitu suatu area yang
kotor yang mencemari rasa estetika.
- Tumpukan sampah yang menggunung dapat menimbulkan
kondisi lingkungan fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan
dengan kondisi lingkungan normal. Pada umumnya hal tersebut
menimbulkan kenaikan suhu dan perubahan pH menjadi asam
atau basa. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya kehidupan
manusia dan makhluk lain di lingkungan sekitarnya.
- Kadar oksigen di area pembuangan sampah menjadi berkurang
akibat proses penguraian sampah menjadi senyawa lain yang
memerlukan oksigen yang diambil dari udara sekitarnya.
Berkurangnya oksigen di daerah pembuangan sampah
menyebabkan gangguan terhadap makhluk sekitarnya.
- Dalam proses penguraian sampah dihasilkan gas-gas yang
dapat membahayakan kesehatan, berupa gas-gas yang beracun
dan dapat mematikan.
41
- Sampah sangat berpotensi menjadi sumber penyakit yang
berasal dari bakteri patogen dari sampah sendiri serta dapat
ditularkan oleh lalat, tikus, anjing dan binatang lainnya yang
senang tinggal di areal tumpukan sampah.
Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka
pengelolaan sampah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup.
- Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat,
permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.
- Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian
telah terisi penuh.
- Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang
dihasilkan sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan
minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20
meter pada ruang terbuka dan tunggu.
- Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah
dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak
dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan
harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.
Pemusnahan sampah di tempat pembuangan akhir terdiri
dari beberapa jenis kegiatan:
- Daur ulang, yaitu sampah yang masih bisa dimanfaatkan didaur
ulang untuk dipakai kembali, biasanya bahan terbuat dari
42
plastik, botol, besi tua, dan kayu.
- Komposting, yaitu pembuatan kompos di peruntukkan bagi
sampah organic dengan metode penguraian secara alami akan
menghasilkan kompos yang berguna untuk pertanian.
- Dibakar, yaitu bagi sampah yang kering bisa dibakar.
- Dikubur, yaitu sampah dapat dikubur dengan metode sanitary
landfill. 10
g. Kondisi Fisik Rumah
Kondisi fisik rumah yang harus dimiliki tiap rumah adalah
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Ventilasi
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer
yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan
yang terlalu padat memberikan dampak yang buruk terhadap
kesehatan pada penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara
sangat diperlukan.13
Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin
pergantian udara didalam kamar atau ruang dengan baik.Luas lubang
penghawaan yang dipersyaratkan minimal 20% dari luas lantai.11
b. Kelembaban
Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan
kuman penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang
disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan
43
perkembangannya.Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya
penularan penyakit. 2
Menurut Kepmenkes RI/NO.829/Menkes/SK/VII/2005 tentang
persyaratan kesehatan perumahan dari aspek kelembaban udara ruang,
dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara yang
diperbolehakan antara 40-70%.Tingkat kelembaban yang tidak
memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya
dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju,
handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan
ikut berperandalam penularan penyakit berbasis lingkungan.11
c. Pencahayaan
Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang
cukup, karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat
menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan
penyakit. Menurut Sukini, sinar matahari berperan secara langsung
dalam mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di
lingkungan rumah, khususnya sinar matahari pagi yang dapat
menghambat perkembangbiakan bakteri pathogen. 17
Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam
ruangan rumah terutama ruangan tidur.Pencahayaan alami atau buatan
langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan
minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.18
d. Kepadatan Penghuni
44
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri
penyebab penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat
mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak
jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah
mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat
meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang di udara. 17
Menurut Kepmenkes RI (2005), kepadatan dapat dilihat dari
kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas ruangan tidur minimal 8 m2
dan tidak dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur,
kecuali anak dibawah usia 5 tahun.18
h. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta
dijelaskan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah melihat ,
menyaksikan, mengalami atau diajarkan. Dapat juga diartikan bahwa
pengetahuan adalah mengindahkan atau mempedulikan.5
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu.Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.2
Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan terhadap
stimulus berupa materi atau objek tentang sesuatu sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan
45
respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui, kemudian
akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu berupa tindakan
apakah menerapkan pola hidup dan pola makan yang tepat atau tidak.2
Notoatmojo, mengemukakan bahwa pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas sumber informasi, penghasilan dan social budaya.2
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.2
Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi prilaku baru, maka di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan yani:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap baik dan tidaknya stimulus atau
objek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
46
e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat yakni :2
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
47
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-
kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
48
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Konsep Pemikiran
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
3.1. Tabel Variabel Independen
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
1. Pengetahuan Pengetahuan adalah
suatu yang diketahui
oleh responden
tentang sanitasi
lingkungan. Tingkat
pengetahuan di dalam
Wawancara. Kuisoner 1. Benar
2.Salah
Ordinal
Interpretasi
≥ 10 :
Tinggi
< 10 :
Penyediaan Air Bersih
Jamban Keluarga
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Air Limbah
Tingkat Pengetahuan
Sanitasi Lingkungan
49
domain kognitif
mempunyai 6
tingkatan yaitu: Tahu
(know), Memahami
(comprehension),
Aplikasi, Analisis,
Sintesi, Evaluasi.
Rendah
Tabel 3.2. Variabel Dependen
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Sanitasi
lingkungan
Sanitasi
lingkungan
dalam penelitian
ini adalah
fasilitas jamban
keluarga,
penyediaan air
bersih,
pengelolaan air
limbah, serta
pengelolaan
sampah.
Wawancara Kuesioner 1. Ada
2. Tidak
ada
Nominal
Interpret
asi:
sehat/
baik”
apabila
skor ≥
334 dan
“tidak
50
a.Penyediaan air
bersih
b. Penyediaan
jamban keluarga
c. Pengelolaan
air limbah
d. Penyediaan
dan pengelolaan
sampah
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
1.Ada
2.Tidak ada
1.Ada
2.Tidak ada
1.Ada
2.Tidak ada
1.Ada
2.Tidak ada
s
ehat/bur
uk”
apabila
skor <
334
51
1. Sanitasi lingkungan
Definisi Operasional
Sanitasi lingkungan dalam penelitian ini adalah fasilitas jamban
keluarga, penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, serta pengelolaan
sampah.
a. Fasilitas jamban keluarga
Yang dimaksud dengan jamban keluarga dalam penelitian ini
adalah ada atau tidaknya sarana pembuangan tinja yang diperlukan
responden beserta keluarganya
Ada : apabila ia memiliki jamban
Tidak Ada : apabila tidak memiliki jamban
b. Penyediaan air bersih
Yang dimaksud dengan penyediaan air bersih dalam peneitian ini
adalahtersedianya air bersih atau tidak tersedianya yang diperlukan
responden
Tersedianya : apabila mendapat air bersih
Tidak tersedianya : apabila tidak mendapat air bersih
c. Pengelolaan Air Limbah
Yang di maksud pengelolaan air limbah dalam penelitian ini
adalah tempat pembuangan air limbah dari kamar mandi, tempat cuci,
dan dapur
Penampungan tertutup di pekarangan/SPAL
Penampungan terbuka di pekarangan
52
Tanpa penampungan (di tanah)
Langsung ke got/ sungai
d. Pengelolaan Sampah
Yang di maksud pengelolaan sampah dalam penelitian ini
adalah tempat pembuangan sampah dan pengelolaan sampah
Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup.
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat,
permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.
Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian
telah terisi penuh.
Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang
dihasilkan sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan
minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20
meter pada ruang terbuka dan tunggu
Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah
dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi
yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus
dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.
2. Pengetahuan
Definisi Operasional
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh responden tentang
sanitasi lingkungan. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension),
53
Aplikasi, Analisis, Sintesi, Evaluasi. Penilaian berdasarkan kemampuan
responden menjawab pertanyaan kueisoner meliputi 15 pertanyaan pilihan
benar salah tentang pengetahuan sanitasi lingkungan.
Skoringberdasarkan jawaban yang benar diberi nilai (1),dan jawaban
yang salah diberi nilai (2)
Kriteria Objektif
a. Tinggi : Bila responden memperoleh skor ≥ 10 nilai dari semua
jawaban responden.
b. Rendah : Bila responden memperoleh skor < 10 nilai dari semua
jawaban responden.
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol (H0) :
Tidak adanya hubungan tingkat pengetahuan keluarga terhadap
tersedianya fasilitas jamban, penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah,
pengelolaan sampah di Desa Kaccia RT IV dan RT V, RW VI di
Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate.
2. Hipotesis alternative (Ha) :
Adanyahubungan antara tingkat pengetahuan keluarga terhadap
tersedianya fasilitas jamban keluarga, penyediaan air bersih, pengelolaan
air limbah, pengelolaan sampah di Desa Kaccia RT IV dan RT V, RW VI
di Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate.
54
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat analitik dan deskriktif dengan
desain cross sectional study. Penelitian ini disebut juga penelitian transversal
variable bebas dan variabel tergantung diobservasi hanya sekali pada saat
yang sama. 33 Penelitian ini bertujuan untuk meihat gambaran pengetahuan
keluarga dengan sanitasi lingkungan pada Desa Kaccia, di RT IV dan RT V,
RW VI Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.
Penelitian cross – sectional dapat dilakukan dengan langkah –
langkah berikut:
1. Mengidentifikasi variabel penelitian
2. Menetapkan subyek penelitian
3. Melakukan observasi atau pengukuran
4. Melakukan analisis korelasi
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Kaccia, di RT IV dan RT V, RW VI
Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.
2. Waktu pelaksanaa penelitian pada awal november 2014 sampai akhir
desember
C. Populasi dan Sampel
55
1. Populasi
Populasi adalah semua masyarakat yang bermukim di Desa
KacciaBandang Barat, di RT IV dan RT V, RW VI Kelurahan
Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.
2. Sampel
Sampel adalah rumah tangga yang berada dilokasi penelitian,
Penarikan sampel dilakukan secara totalsampling di Desa Kaccia, di RT
IV dan RT V, RW VI Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun
2014.
D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primeryaitu dengan teknik
kuesioner langsung terhadap seluruh KK di Desa Kaccia, di RT IV dan RT
V, RW VI Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.
E. Manajemen Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer,
melalui tahapan sebagai berikut :
1. Editing (penyuntingan data)
Pada tahap ini dilakukan pengecekan data sekunder untuk melihat
kelengkapan jawaban, kejelasan dan kesesuaian dengan pertanyaan dalam
penelitian.
2. Coding (Pengkodean data)
56
Setelah proses editing dianggap cukup maka proses selanjutnya adalah
coding. Dalam proses ini akan dilakukan pengklasifikasian jawaban dengan
memberi kode-kode untuk mempermudah proses pengolahan data.
3. Entry (Peng-inputan data)
Pada tahap ini dilakukan pemasukan data-data yang sudah dikumpulkan
kedalam program komputer untuk proses analisis.
4. Cleaning (pembersihan data)
Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data untuk mengidentifikasi
dan menghindari kesalahan sebelum data di analisa. Proses cleaning diawali
dengan menghilangkan data yang tidak lengkap dan data yang mempunyai
nilai ekstrim.
E. Analisa Data
Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan diolah menggunakan
program SPSS dan analisis menggunakan analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Data yang diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan masing-masing variabel untuk presentase dan disertai
dengan penjelasan meliputi data Pengetahuan KK
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen
57
Analisis bivariat akan digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan
antara variabel bebas (variabel independen) dengan variabel terikat (variabel
dependen). Uji statistik yang digunakan yaitu Chi-Square, karena variabel
independen dan dependennya termasuk dalam jenis variabel kategorik.
Keputusan uji statistik dalam uji Chi-Square adalah p-value ≤ 0,05
maka hasil perhitungan statistik signifikan. Artinya ada hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan p-value > 0,005
berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel
dependennya
Dalam uji Chi-Square ini untuk mengetahui derajat hubungan digunakan
nilai Odds Ratio (OR) yaitu perbandingan nilai odds pada kelompok
terekspose dengan odds kelompok tidak terekspose. Ukuran OR ini biasa
digunakan untuk desain penelitian case control atau cross sectional.
Interpretasi nilai OR adalah sebagai berikut :
a. Nilai OR <1 maka tidak ada hubungan antara eksposure dengan
outcome.
b. Nilai OR >1 dan 95% CI termasuk 1 didalamnya maka tidak ada
hubungan antara eksposure dengan outcome.
c. Nilai OR >1 dan 95% CI tidak termasuk 1 didalmnya maka ada
hubungan antara eksposure dengan outcome.
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
58
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2005).Untuk
penelitian ini, data primer diperoleh melalui hasil pengamatan (observasi)
terhadap kondisi sanitasi lingkungan dikumpulkan dengan teknik
wawancara menggunakan acuan kuesioner dan pengamatan langsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Sumber data sekunder
diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang diharapkan
(Bungin, 2005). Meliputi gambaran umum daerah dan data lain yang di
perlukan penelitian didapat dari dan kantor Kelurahan dan RT setempat di
Desa KacciaBandang Barat RT IV dan RT V, RW VI, Kelurahan
Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diperoleh dengan membuat tabel distribusi
frekuensi, tabulasi silang dan grafik.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum lokasi penelitian
1. Keadaan Geografis
Kelurahan Barombong berada di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Adapun batas wilayah Kelurahan dan Kecamatan Barombongadalah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tanjung Merdeka /
kecamatan Tamalate
b. Sebelah\ timur berbatasan dengan Kanjilo Kabupaten Gowa /
kecamatan Gowa
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pakkatta Kabupaten Takalar /
kecamatan Desa Pakatta
d. Sebelah barat berbatasan dengan Laut / kecamatan Selat Makassar
Adapun luas wilayah Kelurahan Barombong adalah 748.09 Ha
dengan jumlah rumah 1863 buah. Kelurahan Barombong terdiri atas 10
ORW yaitu
- 5 ORW 1 : Barombong
- 5 ORW 2 : Bungaya
- 5 ORW 3 : Pattukangang
- 5 ORW 4 : Bontoka petta
- 5 ORW 5 : Bontoa
- 5 ORW 6 : Kaccia
- 5 ORW 7 : Tomposappa
46
47
- 5 ORW 8 : Sumanna
- 5 ORW 9 : Timbuseng
- 5 ORW 10 : Banyoa
2. Keadaan Demografi
Berdasarkan hasil survey bulan Desember 2014 jumlah penduduk
kelurahan Barombong adalah 11858 jiwa, laki-laki sebanyak 5870 jiwa
dan wanita 5986 jiwa.
3. Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian
Tingkat pendidikan di kelurahan Barombong bervariasi mulai dari tingkat
Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, tamat SD, tidak tamat SD, hingga tidak
sekolah, Adpun mata pencaharian penduduk sebagian besar berturut-turut
adalah nelayan , PNS, Pegawai swasta, wiraswasta, petani, buruh tani,
buruh migrant laki-laki, buruh migran perempuan, pengrajin industry
rumah tangga, pedagang keliling.
B. Karakteristik Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Desa KacciaRW VI/ RT V dan
IV Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Kota Makassar, mulai
tanggal 10 November-30 Desember 2014.
Letak dari distribusi rumah-rumah di RW VI saling berdekatan
sehingga tidak terlalu sulit untuk dijangkau dengan berjalan kaki.
Populasi penelitian adalah seluruh kepala keluarga (KK) di Desa
KacciaRT V dan IV Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota
48
Makassar, dimana seluruh kepala keluarga (KK) dimasukkan dalam penelitian
ini. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Pada
penelitian ini jumlah sampel yang diteliti sebanyak 70 Kepala Keluarga.
Adapun data yang diperoleh berdasarkan data primer melalui
wawancara langsung dari rumah ke rumah lain dan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disediakan. Data primer tersebut berupa data tingkat
pendidikan, pekerjaaan, penyediaan air bersih , penyediaan jamban keluarga,
pembuangan limbah,pembuangan sampah. Selain data primer terdapat pula
data sekunder yang tersedia di kantor Kelurahan Barombong.
Tabel 5.1. Tingkat pendidikan KK
Pendidikan (n) (%)
SD
SMP
SMA
TIDAK SEKOLAH
45
16
4
5
64,2
22,8
5,71
7,14
Jumlah 70 100,0
Berdasarkan table 5.1 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
masyarakat di desa Kaccia kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate paling
49
banyak berada di tingkat SD sebanyak 45 (64,2%), sedangkan paling sedikit
adalah tidak sekolah sebanyak 5 (7,14%).
Tabel 5.2 Tingkat Pekerjaan
Pekerjaan (n) (%)
Wiraswasta
Pedangan
Buruh harian
Petani
Ibu Rumah Tangga
4
23
16
13
14
5,71
32,8
22,8
18,5
20
Jumlah 70 100,0
Berdasarkan table 5.2. dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
di desa Kaccia kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate bermata
pencaharian sebagai pedagang sebanyak 23 (32,8%), selebihnya bekerja
sebagai buruh harian sebanyak 16 (22,8%), Ibu Rumah tangga sebanyak 14
(20%), sebagai petani sebanyak 13 (18,5%), dan sebagai wiraswasta sebanyak
4 (5,71%).
C. Analisis Univariat
Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel yang disertai penjelasan
sebagai berikut:
50
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan kepala keluarga tentang sanitasi.Tingkat pengetahuan kepala
keluarga tentang sanitasi diperoleh dari hasil kuisoner didalamnya terdapat
soal dari no. 1 sampai no. 15 dengan pilihan benar dan salah.Dan dari 15
soal terdiri dari pengetahuan tentang sarana air bersih, pengelolaan
jamban, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah. Secara rinci dapat
dilihat dari table dibawah ini.
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan yang menjadi objek
penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Pengetahuan keluarga dalam
kategori tinggi sebanyak 33 orang (47.1%), kategori rendah sebanyak 37
orang (52.9%). Hasil dapat dilihat pada tabel no.3 berikut dan pada tabel
lampiran:
Tabel 5.3
Distribusi Pengetahuan keluarga di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar
Pengetahuan (n) (%)
Tinggi
Rendah
33
37
47,1
52,9
Jumlah 70 100,0
51
2. Sanitasi Lingkungan
Tabel 5.4 Sumber Air Minum Keluarga
Sumber air minum
Keluarga
(n) (%)
PAM
Sumur
Dibeli/gallon
5
18
47
7,14
25,7
67,1
Total 70 100,0
Dari table 5.4 di atas menunjukkan bahwa sumber air minum
terbanyak masyarakat di desa Kaccia adalah dibeli/gallon sebanyak 47
responden (67,1%), diikuti dengan sumur sebanyak 18 responden
(25,7%) dan terakhir PAM sebanyak 5 responden (7,14%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan pada
responden di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan
Tamalate Kota Makassar
No Sanitasi Lingkungan (N) (%)
1. Sarana Air Bersih
a.Tidak ada
0 0,0
52
b. Ada, bukan milik sendiri, berbau,
berwarna dan berasa
9 12,8
c. Ada, milik sendiri, berbau, berwarna dan
berasa
10 14,3
d. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak berasa
41 58,6
e. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak
berwana, tidak berasa
10 14,3
Total 70 100,0
No Sanitasi Lingkungan (N) (%)
2. Jamban
a. Tidak ada
43 61,4
b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup,
disalurkan ke sungai/ kolam
0 0,0
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai/ kolam
3 4,28
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik
tank
24 34,3
e. Ada, leher angsa, septik tank 1 1,43
Total 70 100,0
No Sanitasi Lingkungan (N) (%)
53
3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak
teratur di halaman
4 5,71
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber
air (jarak dengan sumur air < 10 meter)
2 2,85
c. Ada, dialirkan keselokan terbuka 32 45,7
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari
sumber air (jarak dengan sumber air > 10
meter)
0 0,0
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup 0 0,0
Total 70 100,0
No Sanitasi Lingkungan (N) (%)
4. Sarana Pembuangan Sampah
a. Tidak ada dan di buang di sungai 30 42,8
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada
tutup
18 25,7
c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 8 11,4
d. Ada, kedap air dan tertutup 4 5,71
e. Tidak ada dan di buang di pekarangan 10 14,2
Total 70 100,0
55
Tabel 5.6
Distribusi Sanitasi Lingkungan pada responden di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar
Sanitasi (n) (%)
Baik
Buruk
24
46
34,3
65,7
Jumlah 70 100,0
Distribusi responden berdasarkan sanitasi lingkungan yang menjadi
objek penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Sanitasi keluarga kategori
baik sebanyak 24 orang (34.3%), dan yang kurang sebnayak46 orang
(65.7%).
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa sanitasi
lingkungan di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
paling besar kategori kurang terdapat pada 46 rumah (65.7 %).
D. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependent. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan sanitasi
lingkungan. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji Chi
56
Square.Pengujian data penelitian menggunakan bantuan program SPSS versi
21.00 for Windows berikut langkah-langkah penentuan uji hipotesis.
Tabel 5.7 Langkah-langkah untuk menentukan uji hipotesis yang sesuai
dengan panduan tabel uji hipotesis dan diagram alur
Langkah Jawaban
1 Menentukan variabel yang
dihubungkan
Variabel yang dihubungkan adalah:
- Pengetahuan Keluarga dengan
Sanitasi lingkungan
2 Menentukan jenis hipotesis Komparatif
3 Menentukan masalah skala
variable
Kategorik
4 Menentukan pasangan/tidak
pasangan
Tidak berpasangan
5 Menentukan jenis tabel B x K 2 x 2
Kesimpulan:
Uji yang digunakan adalah uji Chi-Square bila memenuhi syarat. Bila
tidak memenuhi syarat uji Chi-Square digunakan uji alternatifnya
yaitu uji Fisher.
Sumber: Statistik Kedokteran dan Kesehatan
Syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected
kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Pada penelitian ini, setelah
variabel dimasukkan ke dalam diagram uji hipotesis tabel B x K, tidak ada sel
57
yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, sehingga uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi-Square.(19)
Adapun hasil analisis bivariat mengenai pengetahuan keluarga dengan
sanitasi lingkungan, disajikan pada table berikut ini.
Tabel 5.8 Hubungan Pengetahuan dengan Sanitasi Lingkungan
Pengetahua
n Sanitasi
95 %
confidence
interval
Baik Buruk Total P-
value OR upper lowerN % N % N %
Tinggi 20 60.6 13 39.4 33 100 0,000 12.692 44.333 3.634
Rendah 4 10.8 33 89.2 37 100
Total 24 34.3 46 65.7 70 100
Sumber : data primer Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota
Makassar 2011
Berdasarkan 5.8. tabel di atas dapat diketahui bahwa di dapatkan
jumlah pengetahuan yang kategori tinggi sebanyak 33 responden (47.1%) ,
yakni yang baik sanitasinya sebanyak 20 responden (60.6%) dan yang
kurang sanitasinya sebanyak 13 responden (39.4%). Sedangkan jumlah
pengetahuan yang kategori rendah sebanyak 37 responden (52.9%), yakni
58
yang baik sanitasinya sebanyak 4 responden (10.8%) dan yang buruk
sanitasinya sebanyak 46 responden (65.7%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai P = < 0,000 (p<0,05),
berarti Ho di tolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara
pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan.
Untuk mengetahui kurangnya sanitasi lingkungan pada keluarga yang
memiliki pengetahuan rendah maka dapat dilihat nilai OR= 12.692 (95% CI=
44.333 - 3.634).Hal ini berarti keluarga dengan pengetahuan yang rendah 12
kali lebih besar terhadap kurangnya sanitasi lingkungan dibandingkan dengan
keluarga dengan pengetahuan yang tinggi.
Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat tentang Pengetahuan dengan
Sanitasi Lingkungan
Hubunganp-
value OR
95 % confidence
interval
KesimpulanUpper Lower
Pengetahuan dengan Sanitasi
Lingkungan 0.000 12.692
44.33
33.634
Ho Di tolak
BAB VI
59
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan yang dilaksanakan di
wilayah Desa KacciaRW VI/ RT IV dan V, Kelurahan Barombong,
Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Populasi penelitian adalah seluruh
kepala keluarga (KK) yang berada di Desa Kaccia sebanyak 70 KK. Maka
akan dibahas sebagai berikut:
A. Pengetahuan Keluarga
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan yang menjadi objek
penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Pengetahuan keluarga dalam kategori
tinggi sebanyak 33 orang (47.1%), kategori rendah sebanyak 37 orang
(52.9%).
B. Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Sanitasi Lingkungan
Berdasarkan tabel 5.8. di atas dapat diketahui bahwa di dapatkan
jumlah pengetahuan yang kategori tinggi sebanyak 33 responden (47.1%) ,
yakni yang baik sanitasinya sebanyak 20 responden (60.6%) dan yang kurang
sanitasinya sebanyak 13 responden (39.4%). Sedangkan jumlah pengetahuan
yang kategori rendah sebanyak 37 responden (52.9%), yakni yang baik
sanitasinya sebanyak 4 responden (10.8%) dan yang kurang sanitasinya
sebanyak 46 responden (65.7%).
Dari data tersebut memperlihatkan bahwa lebih banyak keluarga yang
pengetahuannya kurang tentang sanitasi lingkungan, hal ini disebabkan
60
beberapa faktor pendukung seperti; tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan,
status ekonomi. Berikut akan dibahas faktor-faktor tersebut:
1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan memiliki andil besar dalam
pola pikir dan masalah kesehatan. Tingkat pendidikan juga
menentukan pengetahuan terhadap sesuatu khususnya pengetahuan
tentang kondisi lingkungan dalam penanganan keluhan penyakit. Tingkat
pendidikan responden di Desa Kaccia, Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate, sebanyak 70 Kepala Keluarga (KK) dan yang
pendidikan SMA sebanyak 4 orang (5,71%), yang pendidikan SMP 16
orang ( 22,8%), yang pendidikan SD sebanyak 45 orang (64,2%), dan
yang pendidikan tidak sekolah sebanyak 5 orang (7,14%). Menurut
Notoatmodjo (2005), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan
pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang kesehatan. Semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mereka tahu bagaimana cara
menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.(19)
2. Tingkat Pekerjaan
Data tentang tingkat pekerjaan, masyarakat di Desa Kaccia RT V
dan VI/ RW VI Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, dalam hal
ini pekerjaan yang paling banyak yakni sebagai pedagang ( sayuran,
jualan sembako) sebesar 23 (32%). Dengan banyaknya yang bermata
pencaharian sebagai pedagang, maka tentunya akan mempengaruhi
61
status kesehatan masyarakat tersebut khususnya masalah kesehatan
lingkungan. Karena dengan status ekonomi yang serba mencukupi maka
biaya yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan pelayanan
kesehatan dan memperbaiki lingkungan tempat tinggal.Jika
dihubungkan dengan stratifikasi sosio-ekonomi dimana dapat kita lihat
pada komunitas yang miskin didapatkan angka mortalitas, malnutrisi
dan penyakit infeksi yang tinggi.(21)
3. Status ekonomi
Berdasarkan data monografi jumlah penduduk di Kelurahan
Barombong Kecamatan Tamalate pada tahun 2014 sebanyak 11.858 jiwa.
Dengan jumlah laki-laki sebanyak 5.870 jiwa, jumlah perempuan
sebanyak 5.986 jiwa, dengan luas wilayah km2 sehingga kepadatan
penduduk 1.598 jiwa/km2. Mata pencaharian peduduk di desa Kaccia,
sangat beragam diantaranya bermata pencaharian sebagai petani, buruh
harian, wiraswasta, pedangan keliling, dan Ibu rumah tangga.Termasuk
factor predissposisi terhadap perilaku kesehatan.Semakin tinggi status
ekonomi seseorang menjadi factor yang memudahkan untuk terjadinya
perubahan perilaku.Berdasarkan penelitian sebelumnya penghasilan yang
rendah berpengaruh 4 kali terhadap penggunaan jamban.(22)
C. Sanitasi lingkungan
Distribusi responden berdasarkan sanitasi lingkungan yang menjadi
objek penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Sanitasi keluarga kategori baik
sebanyak 24 orang (34.3%), dan yang buruk sebanyak 46 orang (65.7%).
62
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sanitasi lingkungan di Desa
Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate paling besar kategori
kurang terdapat pada 46 rumah (65.7%).
Berikut ini akan di jabarkan masing-masing yang termasuk dalam
sanitasi lingkungan :
1. Air
Dari hasil observasi 10 (14,3%) responden yang menggunakan
sumur gali sebagai sumber air bersih, yang memenuhi syarat kesehatan
yakni (Ada, milik sendiri, tidak berbau,tidak berwarna, tidak berasa).
Sumber air yang melalui sumur tersebut masyarakat hanya
menggunakan untuk keperluan mandi dan mencuci karena airnya tidak
terlalu sehat yakni berbau, berasa dan berwarna.
Di samping itu, untuk sumber air minum keluarga yang
menggunakan air galon/dibeli sebanyak 47 (67,1%) yang di konsumsi
sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di desa ini mempunyai
kesadaran tentang pentingnya air bersih yang akan di konsumsi sehari-hari.
Namun sumber air minum yang ada di desa Kaccia RT IV dan V/ RW VI
sudah terdistribusi dengan baik. Sumber air bersih yang lain digunakan
adalah PAM sebanyak 5 (7,14%), sedangkan sumber air minum yang di
ambil melalui sumur sebanyak 18 (25,7%).
63
Dari kepustakaan Daud Anwar (2003), jika air terkontaminasi
maka dapat menjadi vector penyakit karena air dapat merupakan sumber
penularan penyakit terutama penyakit diare dan penyakit kulit.(23)
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa kesadaran
masyarakat menggunakan air bersih untuk konsumsi sehari-hari sudah
tinggi, apalagi masyarakat di desa tersebut hampir seluruhnya
meminum air yang telah dimasak. sedangkan yang tidak memenuhi
syarat fisik ada 19 (27,1%). Hal ini disebabkan karena masih ada
masyarakat yang menggunakan sumber air minum dari sumur. Masih
adanya keluarga yang kualitas fisik air minumnya belum memenuhi
syarat merupakan tanggung jawab semua pihak untuk menciptakan
kondisi sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan sebagimana yang
telah dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2010 penduduk
Indonesia baik di desa maupun di kota diharapkan telah memanfaatkan
dan menggunakan sarana air bersih yang telah memenuhi syarat yang
pada akhirnya penyakit yang disebabkan oleh air misalnya diare dan
penyakit kulit dapat ditekan semaksimal mungkin. (24)
Menurut Slamet (2010) Air yang berkualitas harus memenuhi
persyaratan fisik sebagai berikut (25) :
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan koloid dan bahan-bahan yang
terlarut dalam air yang berbahaya bagi kesehatan.
64
b. Tidak berasa
Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam,
pahit atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Air yang biasanya
berbau,dan berasa terjadi akibat adanya dekomposisi bahan organic
didalam air. Rasa asin disebabkan adanya garam – garam tertentu yang
larut dalam air. Sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik
maupun asam anorganik.
c. Tidak berbau
Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau, air
yang berbau biasanya disebabkan oleh bahan-bahan organik sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. (26)
2. Jamban
Dari data yang diperoleh mengenai sarana pembuangan kotoran
(jamban) yang memiliki sebanyak 24 (34,3%) yakni (Ada, bukan
leher angsa, ada tutup, septic tank), sebaliknya yang tidak memiliki
jamban sebanyak 43 (61,4%).sisanya yang memiliki, bukan leher angsa,
ada tutup, disalurkanke sungaiatau kolam sebanyak 3 (4,28%), dan yang
memiliki, leher angsa, septic tank sebanyak 1 (1,43%). Ini menunjukkan
masih lebih rendah dari setengah jumlah penduduk di desa Kaccia RT
IV dan V/ RW VI yang tidak memiliki jamban, padahal seperti yang
kita ketahui bahwa salah satu syarat rumah sehat adalah terdapat
jamban keluarga. Dengan masih adanya 43 (61,4%) yang tidak
65
memiliki jamban keluarga membuat hal ini cukup memprihatinkan,
apalagi masyarakat yang tidak memiliki jamban tersebut rata-rata buang
air besar di sungai. Keadaan ini dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan oleh kotoran manusia dikarenakan kurangnya kepemilikan
jamban. Dengan tercemarnya lingkungan tentunya memudahkan
berkembang biaknya berbagai vector penyakit. Alasan kurangnya
kepemilikan jamban adalah biaya saluran jamban yang tidak dapat
dijangkau oleh sebagian besar penduduk di desa Kaccia ini dan juga
karena adanya factor kebiasaan.
Adapun syarat jamban yang memenuhi syarat menurut Depkes
(1997) yaitu (27) :
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
3. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
4. Penerangan cukup
5. Tersedia air dan alat pembersih
6. Aman digunakan dan mudah dibersihkan
Kotoran manusia merupakan buangan padat yang selain
menimbulkan bau, mengotori lingkungan, juga merupakan media
penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali
66
menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehingga tidak terjadi
penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja. (28)
3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 32 (45,7%) yang
memiliki SPAL (Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber
air, jarak dengan sumber air >10 m), dan, sebanyak 2 (2,85%) yang
memiliki SPAL dengan jarak pada sumber air <10 m sehingga limbah
cair dapat mencemari sumber air bersih,, sebaliknya yang tidak
memiliki SPAL hanya 4 (5,71%) sehingga tergenang tidak teratur di
halaman. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan
pentingnya SPAL sudah lumayan baik, Namun yang sisanya tidak
memiliki SPAL umumnya mereka membuang ke sungai dan
membiarkan tergenang akhirnya menjadi masalah, karena ini dapat
menyebabkan meningkatkannya pencemaran lingkungan akibat limbah
rumah tangga. Selain itu saluran air limbah ini juga menimbulkan bau
dan ketidaknyamanan penduduk. Ketidakpedulian penduduk terhadap
kondisi ini menjadi penyebab utama buruknya sistem drainase. Air limbah
yang dibiarkan tergenang dan membentuk comberan selain
menimbulkan bau tidak sedap juga merupakan media yang baik untuk
perkembangbiakan vector penyakit seperti kolera, hepatitis, typhus
abdominalis. (23) Sedangkan air limbah yang dibuang ke sungai tentu akan
merusak ekosistem satwa laut yang tentunya juga akan berdampak pada
masyarakat di desa ini.
67
Untuk itu peenampungan air limbah dan pembuangan yang
memenuhi persyaratan teknis kesehatan perlu untuk melindungi,
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan
yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
3. Sarana Pembuangan Sampah
Berdasarkan data yang diperoleh tentang kepemilikan sarana
pembuangan sampah yang tidak kedap air dan tidak ada tutupnya
yaitu sebanyak 18 (25,7%) dan sarana pembuangan sampah yang
kedap air, tapi tidak tertutup.
Sebaliknya yang tidak memiliki sarana pembuangan sampah
sebanyak 30 (42,8%). Ini menunjukkan masih rendahnya
kepemilikan tempat pembuangan sampah di desa Kaccia RT IV dan
V/ RW VI.
Kondisi tempat sampah yang tidak bertutup ini dapat
menimbulkan bau yang tidak enak dari segi estetika. Kemudian
untuk cara pembuangan sampah hampir seluruh masyarakat
membuang sampahnya ke sungai, hal ini disebabkan karena tidak
adanya tempat pembuangan sampah umum yang disediakan.
Selebihnya ada yang dibakar, dan ditimbun.Kondisi ini tentu sangat
memprihatinkan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya.
68
Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan berkembang
biaknya serangga dan tikus, dapat menjadi sumber pengotoran
tanah, pencemaran air dalam tanah, dan pencemaran udara, serta
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit yang
membahayakan kesehatan.
Menurut kepustakaan (Clean Reef 2008) dampak sampah
terhadap laut diantaranya sampah seperti jarring atau tali plastik
menganggu pergerakan satwa laut yang terjerat didalamnya, penyu,
burung, atau ikan dan lain-lain Sampah yang menumpuk di laut
mengancam kehidupan terumbu karang, pemandangan di pantai dan
laut menjadi tidak indah, sampah pecahan kaca atau besi
membahayakan bagi anak-anak yang bermain di pantai,
membahayakan pengguna kapal karena baling-baling yang tersangkut,
juga membahayakan penyelam apabila gagal melepaskan lilita tali
plastik dan sampah plastic di laut merupakan tempat berkumpulnya zat
kimia dan toksik ketika satwa laut seperti ikan memakan plastik maka
toksik akan dapat berpindah ke tubuh ikan, dampaknya bagi kita manusia
ketika memakan daging ikan yang mengandung toksik. (29)
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah
dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat
berkembang biaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak
menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat
69
lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak
mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi
estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. (30)
Sanitasi lingkungan yang dilihat dari aspek sarana air bersih,
jamban, sarana pengolahan air limbah dan sarana pembuangan
sampah yang dikatergorikan menurut kriteria pada Kepmenkes RI
Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan, yang terdiri dari 2 (dua) kriteria yaitu “sehat/ baik”
apabila skor ≥ 334 dan “tidak sehat/buruk” apabila skor < 334. (27)
Dari pembahasan tersebut diatas, jika dilihat dari uji statistik
diperoleh nilai < 0,000 (p<0,05). Dengan demikian Ho di tolak dan
Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan kepala keluarga
dengan sanitasi lingkungan, faktor-faktornya adalah tingkat
pendidikan, tingkat pekerjaan dan status ekonomi.Semakin tinggi
tingkat pendidikan dan pengetahuan kepala keluarga maka semakin
tinggi pula tingkat partisipasi kepala keluarga dalam memperbaiki
sanitasi lingkungan permukiman mereka. Begitu pula sama halnya
dengan tingkat pekerjaan dan status ekonomi keluarga akan
mempengaruhi kondisi sanitasi lingkungan permukiman mereka.
Buruknya sanitasi di Desa Kaccia Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate Kota Makassar dipengaruhi juga oleh tingkat
pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi kepala keluarga,
70
rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga tentunya sangat
mempengaruhi kondisi sanitasi di Desa Kaccia.
71
BAB VII
TINJAUAN KEISLAMAN
Pada pembahasan tentang pengetahuan dan sanitasi lingkungan di Desa
Kaccia berdasarkan kajian Al-Qur’an dan hadits.
A. Pendahuluan
Dalam abad ke 20 ini, di satu pihak orang mengamati kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan mendalam, namun
bersamaan dengan itu dipihak lain orang mengamati dekadensi kehidupan
beragama dikalangan umat manusia. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi tampak jelas memberikan buah yang sangat menyenangkan
bagi kehidupan lahiriyah umat manusia secara luas.Dan manusia merasa telah
mampu mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara besar-besaran. (31)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi kurun ini,
secara bertahap tapi pasti membuktikan bahwa ayat-ayat al-Qur'an itu benar
dan mengagumkan. Sejak bentuk tulisan yang paling primitif dengan bahan
kertas yang amat sederhana manusia memulai abad-abad yang gemerlapan
oleh sinar ilmu pengetahuan itu, manusia telah menulis berjuta-juta buku,
dan dapat menyelesaikan penulisan beribu-ribu kata dalam waktu yang amat
singkat. (31)
B. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan
72
Sepanjang yang kita ketahui, rasanya belum ada sesuatu
agamapun yang melampaui dalamnya pandangan terhadap ilmu pengetahuan
sebagaimana pandangan yang diberikan Islam. Islam sangat gigih dalam
mendorong umat manusia untuk mencari ilmu dan mendudukkannya,
sebagai sesuatu yang utama dan mulia. (31)
Sejak awal turunnya wahyu kepada Muhammad Saw (al-Qur'an),
masalah ilmu pengetahuan merupakan pangkal perintah Allah kepada
manusia. Perintah membaca merupakan kunci mencari dan mengulas ilmu
pengetahuan itu, “membaca” apakah yang hendak dibaca tanpa ada sesuatu
yang tersurat? Dan ini merangsang manusia untuk giat menulis, meneliti,
mengobservasi, menganalisis, dan kemudian merumuskannya sebagai teori
ilmu, membacapun tak dapat jalan tanpa memiliki pengetahuan membaca
dan ketrampilan bahasa dan pandai menulis adalah rangkaian dari sarana
dalam rangka menimba ilmu pengetahuan itu. (31)
a. Pembahasan Umum Surah Al Mujadilah
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah SWT akan melapangkan (tempat) untukmu. Dan
73
apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdiri, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.al- Mujadilah
ayat : 11)
a. Asbabul Nuzul.
Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat
ini turun pada hari jum'at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke
tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat
kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah
menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar)
disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat
itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga ayat ini turun sebagai
perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati perintah Rasulullah dan
memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukmin 36.
b. Tafsir isi kandungan ayat.
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa
pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:
1. Dalam tafsir Fakhrur Razi
Ayat ini menunjukan pada setiap orang yang meluaskan majlis
untuk beribadah kepada Allah SWT dan dibukakan beberapa pintu kebaikan
dan kebahagiaan, berupa kebaikan di dunia dan akherat.
74
Dan Allah SWT mengangkat orang yang beriman dengan
perumpamaan perintah Rasul-Nya dan orang-orang alim di antara mereka
khususnya dalam hal derajat. Karena keutamaan ilmu adalah bagaimana
cara beribadah dengan khusyu' dan menjalankan perintah dan larangannya.
Dan keutamaan orang yang berilmu dan beriman adalah bertambah derajat
di sisi Allah SWT dan di sisi manusia akan mendapatkan tempat yang
baik 34.
2. Dalam tafsir al-Maraghi
Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam
menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum muslimin dan
yang menyenangkannya. Dan Allah SWT akan meninggikan derajat
orang-orang mukmin dengan mengikuti perintah-perintah-Nya, khususnya
orang-orang yang berilmu di antara mereka, derajat-derajat yang banyak
dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan 35.
3. Dalam tafsir Shafwah at-Tafaasir
Ayat ini menjelaskan untuk saling mamberi kelapangan
yaitu pada apa-apa yang dibutuhkan manusia pada tempat, rizki,
hati dan juga menunjukan bahwa setiap orang yang meluaskan majlis
untuk beribadah kepada Allah SWT, maka Allah akan membuka
pintu-pintu kebaikan dan kebahagiaan dan Allah akan meluaskan
baginya di dunia dan akherat 37
75
Allah SWT akan mengangkat orang-orang mukmin dengan
perumpamaan dan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, orang-orang
yang pandai di antara mereka pada khususnya tingkatan yang tinggi.
Allah SWT memberi derajat yang tinggi sampai dengan surga.
Ayat ini sebagai pujian kepada para ulama yang
mempunyai kelebihan dengan ilmunya, dalam arti Allah SWT
mengangkat orang yang beriman dan berilmu di antara orang
mukmin. Sebagaimana safaat kepada tiga orang yaitu para Nabi,
ulama, syuhada. Dan keutamaan ilmu dalam keimanan sebagai
simbol manusia yang mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah
SWT.35
4. Menurut Ibnu Katsir
Siapa yang menanam kebaikan maka ia juga akan
memperoleh kebaikan. Karena ayat ini turun berkenaan dengan
majlis-majlis zikir, yaitu apabila mereka mempersempit tempat
duduk di samping Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT
memerintahkan kepada mereka untuk melapangkan tempat duduk
satu sama lain. Telah dikukuhkan pula bahwa para sahabat Nabi
tidak pernah berdiri untuk menyambut kedatangan beliau, sebab
mereka tahu bahwa beliau sangat tidak menyukai hal itu.37
درجات أوتواالعلم والذين منكم �امنوا أ الذين الله يرفع
76
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan”. (QS. Al-Mujadilah [58] :
11) 38
Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan,
yaitu janganlah kamu mengira bila kamu memberikan kelapangan
kepada saudaramu yang datang atau bila ia diperintahkan untuk
keluar, lalu dia keluar, akan mengurangi haknya. Bahkan itu
merupakan ketinggian dan perolehan martabat di sisi Allah SWT.
Sedang Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hal itu. Bahkan dia
akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan di akhirat.
Karena orang yang merendahkan diri karena Allah SWT, maka Allah
SWT akan mengangkat derajatnya dan akan mempopulerkan
namanya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,
yaitu, Maha Mengetahui orang yang berhak untuk mendapatkan
hal itu dan orang yang tidak berhak untuk mendapatkannya.37
5. Dalam tafsir al-Mishbah
Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan
dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut
secara tegas bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang
yang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki
77
derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak
disebutkan kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa
sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang berperanan besar
dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor
di luar ilmu itu.
yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi
diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum
beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh,
yang kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan.
Derajat kedua kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai
ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada
pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun keteladanan.37
Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu
agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam pandangan al-
Qur'an ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga yang
menunjukan bahwa ilmu itu haruslah menghasilkan rasa takut dan
kagum pada Allah SWT, yang pada gilirannya mendorong yang
berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya
untuk kepentingan mahkluk.
6. Dalam al-Qur'an dan tafsirnya
78
Dalam ayat ini menerangkan bahwa jika disuruh
Rasulullah SAW berdiri untuk memberikan kesempatan kepada
orang tertentu agar ia dapat duduk, atau kamu disuruh pergi
dahulu hendaknya kamu pergi, karena Rasul ingin memberikan
penghormatan kepada orang-orang atau beliau ingin menyendiri
untuk memikirkan urusan- urusan agama, atau melaksanakan
tugas-tugas yang perlu diselesaikan. 34
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT akan
mengangkat derajat-derajat orang yang beriman, yang taat dan patuh
kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya
dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam
masyarakat, demikian pula orang yang berilmu yang
menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah SWT.
Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai
derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah orang yang
beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai dengan
yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.34
c. Pandangan Ilmuan Kontemporer
Dalam Islam, Ilmu merupakan salah satu perantara untuk
memperkuat keimanan. Iman hanya akan bertambah dan menguat, jika
79
disertai ilmu pengetahuan. Seorang ilmuan besar, Albert Enstein
mengatakan bahwa “Science without Religion is blind, and Religion
withoutscience is lame”, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu
adalah lumpuh.
Menurut Ziauddin Sardar, Ajaran Islam tidak pernah
membedakan antar ilmu satu dengan yang lain. Karena dalam
pandangan islam, ilmu agama dan umum sama-sama berasal dari
Allah. Islam juga menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk
bersungguh-sungguh dalam mempelajari setiap ilmu pengetahuan. Hal
ini dikarenakan Al-qur’an merupakan sumber dan rujukan utama
ajaran-Nya memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik yang
menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama. Memahami setiap misi
ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah memahami prinsip-prinsip Al-
quran. 42
d. Analisis Pengembangan Penulis
Sesungguhnya Allah SWT menyukai dan memuliakan orang-
orang yang telah beriman dan bertakwa dengan sebenar-benar iman,
disertai dengan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat, baik
ilmu umum maupun ilmu agama.
Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu
pengetahuan umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu
tersebut yang dibutuhkan manusia, khususnya umat Islam
80
agar ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat
semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jadi antara kedua ilmu itu harus saling berpadu, saling mengisi
karena sejak awal mula al-Qur'an diturunkan sudah mulai
memerintahkan agar membaca (berpikir) dengan menyebut
nama Allah SWT (berzikir).
Perintah Allah SWT "bacalah" berarti berpikirlah secara
teratur dan sistematik dan terarah dalam mempelajari firman dan
ciptaan-Nya. Adapun dalam proses membaca harus dilaksanakan
dengan menyebut nama Tuhanmu, berarti harus berpadu
dengan zikir.34 Karena mempelajari ilmu agama juga menjadi
kewajiban bagi umat Islam.
Ayat tersebut memberikan petunjuk tentang kewajiban
memperdalam ilmu agama dalam arti mempelajari sekaligus
mengajarkannya pada orang lain, karena perbuatan ini juga
mulia dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah
SWT sama dengan berjihad mengangkat senjata melawan musuh.
C. Kesehatan dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits
81
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara
agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang
disebut di atas berkaitan dengan kesehatan.Tidak heran jika ditemukan bahwa
Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.Paling tidak ada dua istilah
literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya
kesehatan dalam pandangan Islam. (33)
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk
sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata “afiat”
dipersamakan dengan “sehat”. Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan
sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan
serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Tentu pengertian kebahasaan ini
berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang
memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan
kesehatan masyarakat. (33)
Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah
Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai “ketahanan
jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia
Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan
memelihara serta mengembangkannya.
82
Memang banyak sekali tuntunan agama yang merujuk kepada ketiga
jenis kesehatan itu. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan
sabda Nabi Muhammad saw. :
ل�ىالل� ص� لل�ه� وال س ال�ر� ال�ق� ق� ر�وب�ن�ال�ع�اص� ب�ن�ع�م� ع�ن�ع�ب�د�الل�ه�
ت�ق و� ار� الن�ه� وم �ن�ك�ت�ص أ ب�ر� أخ� أ�ل�م� ي�اع�ب�د�الل�ه� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� ه
و� أ�ف�ط�ر� و� م� ع�ل�ص ت�ف� ال� ال�ف� ق� لل�ه� وال� س ل�تب�ل�ىي�ار� الل�ي�ل�ق وم
و� �ن�ل�ز� إ او� ق+ �ن�ل�ع�ي�ن�ك�ع�ل�ي�ك�ح� إ او� ق+ د�ك�ع�ل�ي�ك�ح� س� �ن�ل�ج� إ ف� ن�م� و� م� ق
ا ق+ ك�ع�ل�ي�ك�ح� ج�
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dia berkata bahwa Rasulullah saw telah
bertanya (kepadaku): “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan
selalu berjaga di malam hari?” Aku pun menjawab: “ya (benar) ya
Rasulullah. ”Rasulullah saw pun lalu bersabda: “Jangan kau lakukan semua
itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu, berjagalah dan tidurlah kamu,
sesungguhnyabadanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai
hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu” (Hadis
Riwayat al-Bukhari dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash)
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud
melampaui batas dalam beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya
terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan literatur keagamaan
83
tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: “Pencegahan
lebih baik daripada pengobatan. ”
Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak
petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi saw yang pada dasarnya mengarah pada
upaya pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang
yang menjaga kebersihan. Kebersihan dikaitkan dengan tobat (taubah)
seperti firman Allah:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri." (QS al-Baqarah [2]: 222)
D. Pandangan Islam Tentang Kebersihan Lingkungan
Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan
rohaninya.Inilah inti dari kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari
kebersihan rohani. Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah
di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah
dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup).
A. Pembahasan tentang Lingkungan
Q.S. Ar Rum 41
84
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (QS.
Ar- Rum: 41). 38
a. Asbabul Nuzul
Ditinjau dari asbab al-nuzul surat Ar-Rum ayat 41, maka
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa surat Ar-Rum ayat 41 itu
menjadi petunjuk bahwa berkurangnya hasil tanam-tanaman dan
buah-buahan adalah karena banyak perbuatan maksiat yang
dikerjakan oleh para penghuninya. Abul Aliyah mengatakan bahwa
barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia
telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian
bumi dan langit adalah dengan ketaatan.37
b. Pandangan ahli tafsir
Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, dalam Tafsîr al-Marâgî memberi
komentar terhadap surat Ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi
isyarat bahwa telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai
akibat dari peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-
85
pesawat terbang, kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam. Hal itu
tiada lain karena akibat dari apa yang dilakukan oleh umat manusia
berupa kezaliman, banyaknya lenyapnya perasaan dari pengawasan
Yang Maha Pencipta. Mereka melupakan sama sekali akan hari
hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari kalangan sehingga
menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi. Karena
tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka.39
Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan
sebagai akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri, lalu Dia
memberikan petunjuk kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum
mereka pernah melakukan hal yang sama seperti apa yang telah
dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka tertimpa azab dari sisi-
Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat orang-orang yang
sesudah mereka dan sebagai perumpamaan generasi selanjutnya.33
Di samping itu al-Qur'an telah berkali-kali melarang manusia
agar tidak berbuat kerusakan di bumi. Setelah Allah ciptakan dengan
baik dan dipersiapkan untuk dapat dimanfaatkan oleh orang-orang
yang memakmurkannya. Allah tidak senang pada perusakan bumi
dan pelakunya, baik perusakan itu berupa pengotoran,
ketidakadilan ataupun penyalahgunaan lingkungan dari tujuan
penciptaannya oleh Allah. Perbuatan semacam ini merupakan
86
salah satu bentuk sikap kufur nikmat yang bisa mendatangkan
siksa-Nya.39
c. Pandangan Ilmuan Kontemporer
Menurut Muhammad Asad (Leopold Weiss), bahwa tujuan
pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan
hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup. Keselarasan
dalam ajaran Islam mencakup empat sisi, yaitu (a) keselarasan
dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat, (c) keselarasan
dengan lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri sendiri.
Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan
Allah dalam bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan
manusia. Allah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
Engkau sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.41
Dengan demikian, pelestarian lingkungan memerlukan
partisipasi aktif dari manusia. Inilah relevansinya dinyatakan bahwa
antara manusia dengan lingkungan memiliki keterhubungan mutual
simbiosis cukup kuat.
Yang dimaksud dengan pelestarian/kelestarian alam adalah
upaya melestarikan kemampuannya sehingga selalu serasi dan
seimbang. Dengan demikian, pelaksanaan tugas kekhalifahan
(pembangunan) tidak boleh mengakibatkan terganggunya keserasian
87
dan keseimbangan yang menjadi ciri alam raya sejak
diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan tugas
kekhalifahan (pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik,
maka segera harus dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling
tidak mengurangi sedapat mungkin dampak-dampak negatif itu.
Inilah yang diistilahkan oleh Al-Quran dengan ishlah (perbaikan).41
d. Analisis Pengembangan penulis
Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut, maka
menurut penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup
adalah sebagai akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang
diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak
melaksanakan dengan baik. Padahal manusia mempunyai daya
inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk- makhluk lain tidak
memilikinya.
Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan
dan alat perusak lingkungan maju pula. Banyak contoh yang dapat
dilihat dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan ulah manusia.
Misalnya banyak pohon atau hutan ditebang dan dibakar tanpa ada
usaha untuk menanamnya kembali. Bukit dan gunung digali untuk
menimbun daratan rendah yang akan dijadikan pemukiman.
88
Akibatnya banyak musibah terjadi seperti gangguan asap, banjir,
tanah longsor, dan sebagainya terjadi di mana-mana.
Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya
kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan
pencemaran udara (polusi). Pencemaran tersebut membahayakan
keselamatan hidup manusia dan kehidupan sekelilingnya.
Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang seenaknya ke
sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-
kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran,
sehingga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut
beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat
beracun, dan yang lebih dahsyat adalah kerusakan lingkungan akibat
perang.
Semua kerusakan sebagaimana dikemukakan di atas
merupakan akibat dari keserakahan manusia, sehingga
mengeksploitasi alam lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu
sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia
tersebut.
Demikianlah tuntunan Allah bagaimana seharusnya sikap
manusia terhadap lingkungan hidup dan Allah telah menjanjikan
pahala yang tiada taranya bagi orang yang senantiasa
89
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta tidak
membuat kerusakan.
Jika semua manusia bersikap terhadap lingkungan hidup
sesuai tuntunan Allah dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan
ditimpa malapetaka akibat ulahnya sendiri.
Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,
dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS. Al-Baqarah: 205).40
Oleh karena itu, dalam memanfaatkan bumi ini tidak boleh semena-
mena, dan seenaknya saja dalam mengekploitasinya. Pemanfaatan berbagai
sumber daya alam baik yang ada di laut, didaratan dan didalam hutan harus
dilakukan secara proporsional dan rasional untuk kebutuhan masyarakat
banyak dan generasi penerusnya serta menjaga ekosistemnya. Allah sudah
memperingatkan dalam surat al'A'raf ayat 56:
90
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan
harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik (QS. Al-A'raf: 56).34
Ajaran Islam menentukan penganutnya supaya hidup sehat baik
jasmani maupun rohani. Untuk itu umat Islam harus melaksanakan berbagai
upaya juga upaya memahami ilmu kesehatan,maupun upaya untuk berobat,
memelihara kesehatan, mencegah berjangkitnya suatu penyakit dan
sebagainya.
Islam mengutamakan peningkatan derajat kesehatan salah satu yang
sangat ditekankan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan adalah
menjaga kesehatan baik kebersihan perorangan, maupun kebersihan
lingkungan kita. Berulang kali Nabi Saw menganjurkan dan memberi teladan
dalam hidupnya, tentang penjaan dan peningkatan kebersihan lingkungan.
Contoh yang sangat jelas ialah anjuran untuk mandi, terutama dalam keadaan
tertentu, begitupula membersihkan lingkungan hidup dan alat-alat rumah
tangga.
Allah Swt berfirman surat At-Taubah 108
Artinya: Didalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri, dan
Allah menyukai Orang-orang yang bersih.
91
Rasullah Saw bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
turmudzi dari sa’ad
ع�د�ب�ن� ع�ن� �ب�ى س� �ب�ي�ه� ع�ن� و�ق�اص6 ا ل�ى الن�ب�ي9 ع�ن� ا الله ص� ل�م� ع�ل�ي�ه� الله� ا�ن� و�س�
ب@ ن�ظ�ي�ف= الط�ي9ب� يح�ب@ ط�ي9ب= ة� يح� ب@ ك�ر�ي�م= الن�ظ�اف� يح� م� ب@ ال�ك�ر� اد=يح� و� ج�
ن�ي�ت�كم� �ف� اا و� ن�ظ9ف اد�ف� و� ال�ج�
Artinya: ”Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan,
bersih (dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus
(dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”.
(HR. At- Turmudzi)
Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup,
menghindarkan pencemaran dari limbah atau sampah.dan kebersihan dalam
rumah tangga.
ال�م �ن�ه ن�ظ�ي�ف= ا�ال�س� ا اف� و� ت�ن�ظ�ف ل ف� ن�ة� ال�ي�د�خ ن�ظ�ي�ف= ا�ال� ال�ج�
Artinya : ”Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci, maka hendaklah
kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-
orang yang suci”. (HR. Baihaqiy)
Isi Kandungan hadis
92
1. Bahwasanya Allah swt adalah zat yang baik, bersih, mulia, dan bagus.
Karena Allah swt menyukai hal-hal yang demikian. Sebagai umat Islam,
maka kamu harus memiliki sifat yang demikian pula terutama dalam hal
kebersihan lingkungan tempat tinggal.
2. Agama Islam adalah agama yang lurus dan bersih dari ajaran kesesatan.
Dengan demikian pemeluk agama Islam harus memiliki pola perilaku
yang bersih dan hati yang suci dari perkara hawa nafsu. Sebab seseorang
yang demikian dijanjikan oleh Allah swt akan masuk surga.
Artinya : “Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah
saw. bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan
hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi
walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah
cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al
Quran adalah pedoman bagimu.” (HR. Muslim)”
93
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Penduduk desa KacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate, memiliki tingkat pendidikan tergolong rendah
94
dimana kebanyakan penduduknya memiliki tingkat pendidikan SD dan
SMP.
2. Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan.
Yang mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan kepala keluarga
dengan sanitasi lingkungan, faktor-faktornya adalah tingkat pendidikan,
tingkat pekerjaan dan status ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan
dan pengetahuan kepala keluarga maka semakin tinggi pula tingkat
partisipasi kepala keluarga dalam memperbaiki sanitasi lingkungan
permukiman mereka. Begitupulasama halnya dengan tingkat pekerjaan
dan status ekonomi keluarga akan mempengaruhi kondisi sanitasi
lingkungan permukiman mereka.
3. Di dapatkan jumlah pengetahuan yang kategori tinggi 31 responden
(44,3%) , yakni yang baiknya sanitasi lingkungan sebanyak 7 responden
(10,0%) dan yang kurangnya sanitasi lingkungan sebanyak 24 responden
(34,3%). Sedangkan responden yang pengetahuanya dalam kategori
rendah 39 responden (55,7%), yakni yang baiknya sanitasi lingkungan
sebanyak 11 responden (15,7%) dan yang kurangnya sanitasi lingkungan
sebanyak 28 responden (40,0%).
4. Penduduk desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate,tingkat perekonomian tergolong rendah karena
sebagian besar penduduknya memiliki pekerjaan hanya sebagai pedagang
keliling dan buruh harian.
95
5. Sarana air minum masyarakat di desa Kaccia RW VI/RT IV & V
Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, pada umumnya konsumsi air
minumnya dari air galon dan secara fisik kualitas sumber air minum di
wilayah ini memenuhi syarat.
6. Pemilikan jamban keluarga di desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan
Barombong Kecamatan Tamalate, belum memenuhi syarat karena lebih
dari setengah dari total rumah yang ada memiliki jamban keluarga sendiri.
7. Pembuangan air limbah di desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan
Barombong Kecamatan Tamalate, belum memadai karena lebih dari
setengah total rumah yang ada di wilayah tersebut belum memiliki SPAL.
8. Sebagian besar rumah di desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan
Barombong Kecamatan Tamalate, belum memiliki tempat sampah dan
kebanyakan membuang sampah di sungai.
9. Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu pengetahuan
umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu tersebut yang
dibutuhkan manusia, khususnya umat Islam agar ilmu
pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat semakin
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi antara kedua ilmu itu harus
saling berpadu, saling mengisi karena sejak awal mula al-Qur'an
diturunkan sudah mulai memerintahkan agar membaca (berpikir).
B. Saran
96
1. Kepala keluarga hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan dan
partisipasi dalam mewujudkan sanitasi yang baik dan perlu adanya
sosialisasi, koordinasi serta mengupayahkan kegiatan kegiatan yang
berkaitan dengan perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.
2. Bagi rumah yang belum memenuhi syarat pembuangan air limbah
sebaiknya melakukan perpipaan agar tidak terjadi genangan air pada
tempat pembuangan air limbahnya.
3. Diharapkan bagi pemerintah setempat untuk menyediakan Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) agar masyarakat tidak lagi membuang
sampah di sungai.
4. Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang rumah sehat dan
permukiman yang sehat agar terhindar dari penyakit.
5. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di
desaKacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong Kecamatan
Tamalate, tentang sanitasi lingkungan.
97
DAFTAR PUSTAKA
1. DediAlamsyah, RatnaMuliawati 2013, Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. NuhaMedika: Yogyakarta.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Rineka Cipta, Jakarta .
3. World Health Organization. (2006), sumber http://who.int diakses 16 Oktober 2014
4. Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: GadjahMada UniversityPress.
5. Anonimous. 2010. Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota ( RDTRK) Kota Semarang tahun 2000-2010 Bappeda Semarang
6. Depkes RI, 2009, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar(Riskesda) Prov. Jateng tahun 2007, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
7. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.2010, Profil Kesehatan Makassar Sulawesi Selatan Tahun 2009.P:32-33. http://dinkes-sulsel.go.id/ .Diakses Pada Tanggal 3 september 2012.(Buku Putih Sanitasi Kota Makassar 2011)
8. Entjang, Indan. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung
9. Sri Winarsih, 2008, Pengetahuan Sanitasi dan aplikasinya, Semarang : CV Aneka Ilmu
10. Soeparman, Suparmin, 2006, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta: EGC
11. HarizaAdnani, 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat.NuhaMedika Yogyakarta.
12. Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.
98
13. Anwar, Daud (2007) Analisis Kualitas Lingkungan, CV. Healthy and Semitation, Makassar.
14. AtikahProverawati,dkk. 2012.,Perilaku Hidup Bersih & Sehat. NuhaMedika: Yogyakarta.
15. Anonim (2009).Polusi/ Pencemaran Lingkungan, http://gurungeblog.word press. Com
16. Sukini, E. 2005.Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
17. Menteri Kesehatan RI. 2005. Persyaratan Rumah Sehat. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 829/Menkes/SK/VII/1999.
18. Sastroasmoro, S., Sofyan, I Dasar-dasar metodologi penelitian klinis,Binarupa aksara, Jakarta : 2011
19. Notoatmodjo Soekidjo .Ilmu Kesehatan Masyarakat. P:127-30. Rineka Cipta. Jakarta. 2005
20. Irchan Machfoedz, 2008, Menjaga Kesehatan Rumah dari Beberapa Penyakit . Yogyakarta: Fitramaya
21. Simanjutak D. Determinan Perilaku Buang Air Besar (BAB) Masyarakat (Studi terhadap pendekatan Community Led Total Sanitsion pada masyarakat desa di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran, Kabupaten Pandeglang tahun 2009). Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.
22. Daud, Anwar., Pencemaran Air dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, Ujung Pandang, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddi, 2005.
23. Parahita, Dian,Penyediaan Air Bersih oleh Komunitas.
99
http://www.pu.go.id/Ditjen_kota/Edisi%20No.2/Penyediaan%20Air% . Di akses pada tanggal 23 Desember 2014
24. Slamet,J.2005.KesehatanLingkungan.GajahMadaUniversityPress.Yogyakarta.
25. Prabu, Putra. 2009. Rumah Sehat. PuspaSwara. Jakarta.
26. Menteri Kesehatan RI. 1999. Persyaratan Rumah Sehat. Keputusan Menteri Kesehatan RI.No.829/Menkes/SK/VII/1999.
27. Sutedjo.Analisis Perilaku MasyarakatDalam Penggunaan Jamban Keluargapada duadesadi Kabupaten Rembang.Semarang Universitas Diponegoro; 2005.
28. Clean Reef, Kampanye Sampah Pantai dan Laut, Agustus 2008 [Cited 2008 Des 10], Available from URL: http://cleanreef.org/gelang-kampanye-lets-do-the-right-things/. Di akses pada tanggal 28 Desember 2014
29. Ginting, Pius.,Mengelola Sampah Mengelola Gaya Hidup, URL: http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/ .Di akses pada tanggal 29 November 2014
30. Kumpulan Makalah blogspot.2008.Islam dan Ilmu Pengetahuan.http://makalah-ibnu.blogspot.com/ .Diakses Pada tanggal 20 Desember 2012
31. Riyadlu As-shalihin.2012.Persepktif Ilmu Pengetahuan Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist.http://www.riyadusolihin.or.id/ .Diakses Pada tanggal 20 Desember 2012.
32. Blog Paman Abu.2010.Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist.http://pamanabu.blogspot.com/ .Diakses Pada tanggal 20 Desember 2012.
33. http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=18979 . Diakses pada tanggal 8 Maret 2015
100
34. A. soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1971), hlm.
35. Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi (Semarang: Thoha Putra, tt), hlm.22-23.
36. Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1986), Hlm. 23
37. Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1978), hlm. 1438.
38. M. Ali al-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir Juz III, (Beirut Libanon: Dar al-Qur'an al- Karim, 1981/1401 H), hlm. 340.
39. Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al- Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 101
40. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990), hlm. 26.
41. M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.48
42. Kartanegara, Mulyadhi, 2003, Pengantar Epistemologi Islam, Mizan Media :Bandung.
RIWAYAT HIDUP
Nama : A. Raodah Imran
NIM : 10542 0254 11
Tempat / Tanggal Lahir : Makassar/ 18 Maret 1992
101
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Manggala Raya Blok 8 No. 189 Perumnas
Antang
Agama : Islam
Orang Tua : - Ayah : H. A. Imran Ibrahim, S.Pd
- Ibu : Hj.A.Rosnani, S.Pd, M.Pd
Saudara : (1) A. MiftahulKhair Imran, S.Kep, Ns
(2) A. Zulfikar Imran
Pendidikan :
1. SD INPRES Perumnas Antang III Makassar, tamat tahun 2005.
2. PONPES UMMUL MUKMININ Makassar, tamat tahun 2008
3. MAN 2 Model Makassar , tamat tahun 2011.
4. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar (2011 -
sekarang).
Lampiran
102
PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Kepada
Yth : Responden PenelitianDi tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : A. RAODAH IMRAN NIM : 10542 0254 11Status : Mahasiswa Program Sarjana (S1) Jurusan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan
keluarga dengan Sanitasi Lingkungan di Desa Kaccia, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar Tahun 2014”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara sebagai responden dengan berpartisipasi menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Untuk itu, saya mengharap kesediaan Saudara secara sukarela untuk menjadi responden dalam penelitian saya.
Atas bantuan dan kesediaan Saudara menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
A. Raodah Imran
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
103
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya secara sukarela bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini. Saya akan berpartisipasi dalam penelitian
ini dari awal penelitian hingga penelitian ini selesai.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya ddan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun.
Barombong, Desember 2014
Responden
(………………………….)
LEMBAR OBSERVASI KEADAAN SANITASI LINGKUNGAN
104
Komponen
yang dinilai
Kriteria Nilai Bobot
Sarana Sanitasi
25
.
Sarana Air Bersih
a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik
sendiri, berbau,
berwarna dan berasa
1
c. Ada, milik
sendiri, berbau, berwarna dan berasa
2
d. Ada, bukan milik
sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
3
105
e. Ada, milik sendiri,
tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
4
Jamban (Sarana Pembuangan
Kotoran)
a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan leher
angsa, tidak ada
tutup, disalurkan ke sungai/kolam
1
c.Ada, bukan leher
angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai atau kolam
2
d. Ada, bukan leher
angsa, ada tutup, septic tank
3
106
e. Ada, leher angsa,
septic tank
4
.
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
a. Tidak ada,
sehingga
tergenang tidak teratur di halaman
0
b. Ada, diresapkan
tetapi mencemari
sumber air (jarak dengan sumber air <10 meter)
1
c. Ada, dialirkan
keselokan terbuka
2
d. Ada, diresapkan
dan tidak mencemarisumber air (jarak
dengan sumber air >10 m
3
107
e. Ada, dialirkan ke
selokan tertutup (saluran kota) untuk dioalah lebih lanjut
4
.
Sarana Pembuangan Sampah
a.Tidak ada dan
dibuang di sungai
0
b. Ada, tetapi tidak
kedap air dan tidak ada tutup
1
c. Ada, kedap air,
dan tidak
bertutup
2
d. Ada, kedap air
dan bertutup
3
e.Tidak ada dan di buang di sekitar pekarangan
4
Total Hasil Penilaian
108
Lampiran
TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SANITASI
1. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
a. Benar
b. Salah
2. Sanitasi memiliki tujuan untuk memenuhi persyaratan lingkungan
yang sehat dan nyaman.
a. Benar
b. Salah
3. Air bersih dan air layak minum merupakan dua hal yang berbeda.
a. Benar
b. Salah
4. Merebus air, solar disinfection/ memanaskan air dengan cahaya matahari,
klorinasi, filter keramik merupakan beberapa cara untuk mendapatkan air
sehat.
a. Benar
b. Salah
5. MCK singkatan dari mandi cuci keramas.
a. Benar
b. Salah
6. Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum > 8 m.
a. Benar
b. Salah
109
7. Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.
a. Benar
b. Salah
8. Tempat yang baik dan benar untuk membuang sampah adalah di sungai.
a. Benar
b. Salah
9. Tujuan dari dibangunnya tempat sampah di setiap RW adalah agar warga
tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat dan di sungai.
a. Benar
b. Salah
10. Jika sampah telah terkumpul di tempat pembuangan sampah sementara,
maka warga harus membakarnya.
a. Benar
b. Salah
11. Sampah cair biasanya disebut dengan air limbah.
a. Benar
b. Salah
12. Limbah dari bahan organik adalah limbah yang berasal dari bahan-
bahan yang tidak dapat terurai misal plastik .
a. Benar
b. Salah
13. Pengelolaan air limbah yang baik adalah dengan cara dibuang ketanah
supaya kering.
a. Benar
b. Salah
14. Drainase permukiman mencakup tentang pengelolaan air limpasan yang berasal dari air hujan yang berlebihan.
110
a. Benar b. Salah
15. Saluran drainase/ selokan yang ada di kanan kiri jalan berfungsi untuk memperkuat badan jalan.
a. Benar
b. Salah
Gambar 1.Sumur Gambar 1. Sumur
(Tampak dari luar) (Tampak dari dalam)
Gambar 2. Sumur
111
Gambar 3.Septik Tank Gambar 4. Jamban
Gambar 5. Tempat penampungan air Gambar 6. Tempat pembuangan sampah
112
Gambar 7. Tempat pembuangan sampah Gambar 8. Tempat pembuangan
sampah
Gambar 9.Tempat pembuangan sampah Gambar
Gambar 11. Pekarangan Gambar 12. Pengelolaan
Sampah
113
Gambar 13. Pembuangan Air Limbah Gambar 14. Pembuangan air limbah
Gambar 14. Tempat Penampungan air bersih
Gambar Rumah Warga
116
Missing 0
Mean 1.53
Std. Error of Mean .060
Median 2.00
Std. Deviation .503
Variance .253
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Percentiles
25 1.00
50 2.00
75 2.00
PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tinggi 33 47.1 47.1 47.1
Rendah 37 52.9 52.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
117
Statistics
SANITASI LINGKUNGAN
NValid 70
Missing 0
Mean 1.66
Std. Error of Mean .057
Median 2.00
Std. Deviation .478
Variance .229
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Percentiles
25 1.00
50 2.00
75 2.00
SANITASI LINGKUNGAN
118
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 24 34.3 34.3 34.3
Buruk 46 65.7 65.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Crosstabs
119
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN *
SANITASILINGKUNGAN
70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%
PENGETAHUAN * SANITASI LINGKUNGAN Crosstabulation
SANITASI LINGKUNGAN Total
Baik Buruk
PENGETAHUAN
Tinggi
Count 20 13 33
Expected Count 11.3 21.7 33.0
% within PENGETAHUAN 60.6% 39.4% 100.0%
% within SANITASI LINGKUNGAN 83.3% 28.3% 47.1%
Rendah
Count 4 33 37
Expected Count 12.7 24.3 37.0
% within PENGETAHUAN 10.8% 89.2% 100.0%
% within SANITASI LINGKUNGAN 16.7% 71.7% 52.9%
Total
Count 24 46 70
Expected Count 24.0 46.0 70.0
% within PENGETAHUAN 34.3% 65.7% 100.0%
% within SANITASI LINGKUNGAN 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 19.196a 1 .000
Continuity Correctionb 17.050 1 .000
Likelihood Ratio 20.408 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.922 1 .000
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31.
b. Computed only for a 2x2 table
Directional Measures
120
Value Asymp. Std.
Errora
Approx. Tb Approx.
Sig.
Nominal by
Nominal
Lambda
Symmetric .404 .138 2.432 .015
PENGETAHUAN Dependent .485 .107 3.547 .000
SANITASI LINGKUNGAN
Dependent
.292 .201 1.232 .218
Goodman and
Kruskal tau
PENGETAHUAN Dependent .274 .101 .000c
SANITASI LINGKUNGAN
Dependent
.274 .103 .000c
Uncertainty
Coefficient
Symmetric .218 .087 2.488 .000d
PENGETAHUAN Dependent .211 .085 2.488 .000d
SANITASI LINGKUNGAN
Dependent
.227 .089 2.488 .000d
Ordinal by
OrdinalSomers' d
Symmetric .523 .098 5.008 .000
PENGETAHUAN Dependent .551 .101 5.008 .000
SANITASI LINGKUNGAN
Dependent
.498 .099 5.008 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on chi-square approximation
d. Likelihood ratio chi-square probability.
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Phi .524 .000
Cramer's V .524 .000
Contingency Coefficient .464 .000
Ordinal by Ordinal
Kendall's tau-b .524 .098 5.008 .000
Kendall's tau-c .496 .099 5.008 .000
Gamma .854 .086 5.008 .000
Spearman Correlation .524 .098 5.069 .000c
Interval by Interval Pearson's R .524 .098 5.069 .000c
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
121
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for PENGETAHUAN (Tinggi / Rendah) 12.692 3.634 44.333
For cohort SANITASILINGKUNGAN = Baik 5.606 2.135 14.722
For cohort SANITASI LINGKUNGAN = Buruk .442 .285 .684
N of Valid Cases 70
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Sarana Sanitasi Pengetahuan keluarga1 nuraini 20 SD wiraswasta 1752 jumariah 35 SD ibu Rt 3503 Dg sila 30 SD wiraswasta 1254 sul 60 SD buruh 3505 supiati 41 SD pedagang 2006 Dg.gasseng 70 SD - 3507 kulle 46 SD Tukang batu 1008 kassi 42 SMP Tukang 350
122
bangunan9 sakke 55 SD buruh harian 17510 baso 47 SD petani 40011 kartini 45 SMP penjual 17512 tompo 42 SD Tukang batu 35013 Tenne 63 SD petani 40014 tang 57 SD petani 20015 ngalung 40 SD tukang sayur 7516 patteng 68 - buruh 35017 tata 41 SD petani 12518 lalang 58 SD petani 35019 karrre 55 SMP petani 35020 tek 63 SD - 40021 papong 45 SD Tukang batu 12522 gulle 54 - buruh 35023 kappag 37 SD tukang sayur 12524 Sukiman 65 SD tukang batu 35025 goki 68 SMP petani 35026 gar 63 SD buruh 5027 suk 58 SD petani 35028 sum 36 SD penjual 10029 ateng 54 SD buruh 35030 tinne 43 SD buruh 35031 Bitte 67 SD Petani 12532 ko 43 SD tukang 35033 kuamin 63 SMP pedangan 5034 tatong 60 - petani 35035 sume 55 SD penjual 35036 Rus 30 SMA buruh 27537 kar 19 SMP penjual 35038 Tinnee 45 SD Buruh 25039 ugi 35 SD petani 35040 pati 45 - petani 7541 bollong 65 SMP penjual 35042 nai 35 SD Buruh 25043 Maro 45 SD penjual 35044 ipa 22 SD Tukang batu 20045 Tomi 39 Aliyah petani 20046 jintu 50 SD - 25047 rosma 25 SMA Ibu RT 15048 memang 29 SD Ibu RT 22549 Nonnati 17 SMA - 17550 Hartati 22 SD IRT 22551 Ngalle 45 SD penjual sayur 175
123
52 nurbaya 21 SMP buruh 25053 Menne 55 SD ibu Rt 10054 herlin 30 SMP ibu Rt 12555 sinar 30 SD ibu Rt 17556 mentari 21 SMP ibu Rt 10057 sam 22 SD ibu Rt 22558 fay 47 SMP wiraswasta 17559 rannung 70 SMP petani 30060 hardasiah 60 - ibu Rt 20061 dg baji 34 SD ibu Rt 22562 hams 44 SMP ibu Rt 12563 kik 55 SMP ibu Rt 22564 leku 65 SMP penjual 12565 jik 42 SD wiraswasta 22566 meke 50 SD buruh 22567 lolo 60 SD buruh 22568 dede 45 SD buruh 17569 faite 55 SD buruh 30070 salo 62 SMP buruh 300
NoSANITASI
LINGKUNGAN PENGETAHUAN 2 2 SANITASI LINGKUNGAN 2 1 KET: 1: Ada, 2: Tidak ada 1 1 1 2 2 2 PENGETAHUAN KK 1 1 KET: 1: Tinggi, 2: Rendah 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2
124
2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1