skripsi penimbunan barang dagangan …repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/48/1/skripsi...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENIMBUNAN BARANG DAGANGAN DITINJAU DARI
EKONOMI ISLAM
(Studi Kasus Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah)
Oleh :
SITI MUTMAINAH
NPM. 1289314
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
2
PENIMBUNAN BARANG DAGANGAN DITINJAU DARI
EKONOMI ISLAM
(Studi Kasus Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.)
Oleh :
SITI MUTMAINAH
NPM. 1289314
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Pembimbing I : H. Husnul Fatarib, Ph. D
Pembimbing II : Suci Hayati, MSI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
3
4
5
6
PENIMBUNAN BARANG DAGANGAN DITINJAU
DARI EKONOMI ISLAM
(Studi Kasus Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah)
Oleh :
SITI MUTMAINAH
NPM. 1289314
ABSTRAK
Menimbunan barang adalah suatu upaya seseorang atau lembaga untuk
menimbun barang, manfaat atau jasa sehingga menjadi langka di pasaran dan
dapat diperkirakan harganya melonjak naik. Perbuatan ihtikar merupakan sebuah
penganiayaan terhadap orang lain yang dilakukan secara sengaja untuk
memperoleh keuntungan pribadi
Pertanyaan penelitian adalah Bagaimana penimbunan barang di Pasar
Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah ditinjau dari ekonomi Islam. Tujuan
Penelitian untuk mendapatkan gambaran seberapa jauh praktek penimbunan
barang dagangan di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah. Manfaat
penelitian secara praktis diharapkan dapat berguna bagi masyarakat muslim yang
melakukan praktek jual beli agar setiap melakukan selalu mengindahkan norma
dan etika Islam dan secara teoritis penelitian ini adalah untuk menambah
khazanah pengetahuan berkaitan tentang larangan-larangan yang ada pada bab
jual beli khususnya penimbunan barang.
Jenis penelitian adalah penelitian lapangan (field research) dan sifat
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian adalah sumber data primer yaitu distributor bahan dapur Pasar Fajar
Mataram Lampung Tengah, SH, dan AR selaku agen di Pasar Fajar Mataram
Lampung Tengah dan AL, SH dan MR selaku pembeli di Pasar Fajar Mataram
Lampung Tengah serta Sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data secara induktif.
Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa Penimbunan
barang dilakukan pada saat menjelang idul fitri kemudian barang komoditi
ditimbun selama 1-2 minggu dikarenakan dalam pertengahn bulan ramadhan
seluruh masyarakat memerlukan barang komoditi tersebut seperti telur, gula, cabai
bahkan daging yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat
ganda dan memperkaya diri sendiri. Pada prakteknya barang yang ditimbun
melebihi kebutuhan yang diperlukan masyarakat, barang yang ditimbun dalam
usaha menunggu saat naiknya harga dan penimbun dilakukan pada saat
masyarakat membutuhkan. Para ulama fiqh yang tidak membolehkan atau
diharamkan ihtikar dikarenakan bahwa kandungan nilai-nilai universal Al-Qur’an
yang menyatakan bahwa setiap perbuatan aniaya dan dapat merugikan serta
kesengsaraan orang lain.
7
8
MOTTO
عن سعيد بن المسيب يحدث أن معمرا قال ق صلى للا ال رسول للا
عليه وسلم من احتكر فهو خاطئ
Artinya: dari Sa'id bin Musayyab ia meriwayatkan: Bahwa Ma'mar, ia
berkata, "Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa menimbun barang,
maka ia berdosa'," jelas monopoli seperti ini dilarang dan hukumnya
adalah haram, karena perbuatan demikian didorong oleh nafsu
serakah, loba dan tamak, serta mementingkan diri sendiri dengan
merugikan orang banyak. Selain itu juga menunjukan bahwa pelakunya
mempunyai moral dan mental yang rendah. (HR Muslim (1605)
9
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa Syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan ilmu kepada peneliti, saya persembahkan Skripsi ini
sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih saya yang tulus kepada :
1. Kedua orang tuaku (Bapak Muhammad Junaidi dan Ibu Darsini) yang
senantiasa mengasuh dan mendidik dengan penuh kasih sayang serta
selalu berdo’a untuk keberhasilanku.
2. Adikku yang memberikan semangat kepada saya dan yang telah
mewarnai kehidupan saya dengan penuh keceriaan.
3. Teman-teman S1 Jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2012 yang telah
membuat hidup saya bermakna dan dinamis.
4. Almamater Kebanggaanku IAIN Metro
Terima kasih saya ucapkan atas keikhlasan dan ketulusannya dalam
mencurahkan cinta, kasih sayang dan do’anya untuk saya. Terima kasih untuk
perjuangan dan pengorbanan kalian semua. Semoga kita semua termasuk orang-
orang yang dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat.
10
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Diantara salah satu
kesempurnaan-Nya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan.
Salawat dan salam kita sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam
sedunia tiada lain yakni, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat
dan umatnya yang selalu berpegang teguh hingga akhir zaman.
Menyelesaikan Skripsi ini peneliti menyadari adanya halangan, rintangan
dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan, tentunya tidak
terlepas dari beberapa individu yang sepanjang penulisan Skripsi ini banyak
membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada
peneliti guna penyempurnaan Skripsi ini.
Peneliti ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada
terhingga :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, Selaku Rektor IAIN Metro
2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Ibu Rina Elmaza, SHI. MSI selaku ketua Jurusan Ekonomi Syariah
4. Bapak H. Husnul Fatarib, Ph. D dan Ibu Suci Hayati, MSI selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat
11
12
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
NOTA DINAS ................................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................. vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 8
D. Penelitian Relevan .............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penimbunan Barang ......................................................................... 10
1. Pengertian Penimbunan Barang .................................................. 10
2. Hukum Penimbunan Barang ....................................................... 12
3. Larangan Penimbunan Barang dalam Islam .............................. 15
4. Syarat-syarat dikatakan Penimbunan Barang ............................. 19
B. Ekonomi Islam ................................................................................ 21
1. Pengertian Ekonomi Islam ......................................................... 21
2. Tujuan Ekonomi Islam ............................................................... 23
3. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ................................................... 24
13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................. 27
B. Sumber Data .................................................................................... 29
C. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 30
D. Teknik Analisis Data ....................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung
Tengah ............................................................................................. 33
1. Sejarah Berdirinya Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung
Tengah ........................................................................................ 33
2. Visi, Misi dan Tujuan Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah ........................................................................ 34
3. Struktur Organisasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung
Tengah ........................................................................................ 35
4. Jumlah Bangunan Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung
Tengah ....................................................................................... 35
B. Penimbunan Barang Dagangan Ditinjau Dari Ekonomi Islam
Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah .......................................... 36
C. Analisis ............................................................................................ 44
BAB V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 49
B. Saran ................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
DAFTAR TABEL
1. Jumlah Bangunan Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah ..... 35
15
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Bimbingan Skripsi dari IAIN Metro
Surat Izin Research dari IAIN Metro
Surat Tugas dari IAIN Metro
Surat Keterangan Penelitian dari Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah
Pedoman Interview
Pedoman Observasi
Pedoman Dokumentasi
Kartu Konsultasi Skripsi
Daftar Riwayat Hidup
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja keras dan tidak bermalas-
malasan, namun ada aturan yang harus diperhatikan agar tidak mendatangkan
kerugian pada orang lain, agar bekerja keras tidak semata-mata melegalkan
dan mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan cara apapun.
Bekerja dan/atau mencari nafkah adalah ibadah dan wajib dilakukan sehingga
tidak seorang pun tanpa bekerja, yang berarti siap menghadapi resiko dan
dapat memperoleh keuntungan atau manfaat.1
Islam merupakan the comprehensif way of life bagi setiap muslim
ajaran-ajaran bersifat universal ditujukan kepada seluruh umat manusia
untuk mencapai kemaslahatan hidup dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Tidak terkecuali dalam aspek ekonomi, Islam
sangat menganjurkan umatnya untuk bertebaran di muka bumi untuk
mencari karunia Ilahi setelah menunaikan sholat sebagai ibadah utama
dan tiang agama. Anjuran dimaksud antara lain terwujud dalam
aktivitas bisnis perdagangan. Jual beli dan bagi hasil merupakan
khasanah klasik dalam kegiatan muamalah yang diperkenankan bahkan
dianjurkan oleh ajaran Islam.2
Begitu juga dengan perdagangan, yang sangat memerlukan barang yang
siap dijual dan barang yang menjadi pesanan bagi pembeli. Namun masih
terdapat beberapa pedagang yang menginginkan keuntungan yang lebih
banyak yaitu dengan cara menimbun barang yang nantinya akan dibutuhkan
oleh masyarakat, apabila barang yang diperjualbelikan langka bahkan kosong
1 Mia Lasmi Wardiah, Dasar-Dasar Perbankan, (Bandung : Pustaka Setia, 2013), h.91. 2 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah Dasar-dasar dan
Dinamika Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2017), h.12
17
(tidak ada stok) maka secara langsung barang yang ditimbun akan
dikeluarkan dan diperjualbelikan oleh orang yang menimbun dengan harga
yang berbeda bahkan dengan harga yang relatif tinggi.
Jual beli adalah tukar menukar harta atau barang dengan cara tertentu
atau tukar menuykar sesuatu yang disenangi dengan barang yang setara nilai
dan manfaat nilainya dan membawa manfaat bagi masing-masing pihak.3
Sebuah produk yang dibeli oleh konsumen dilakukan karena konsumen
mengharapkan (exected) terpenuhinya keinginan yang dinginkan.4 Konsumen
adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat
baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk lain dan
tidak untuk diperdagangkan.5
Konsumen atau pelanggan melakukan jual beli bahwa terdapat barang-
barang yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen atau pelanggan maka
jual beli dapat dilakukan dalam tempat bisnis seperti pasar atau lainnya yang
terdapat transaksi jual beli antara penjual dan pembeli.
Penimbunan merupakan kebutuhan orang banyak yang berakibat fatal
bagi masyarakat. Masyarakat yang menjadi konsumen dan kesulitan
memenuhi kebutuhan sehingga akan mengalami kenaikan harga yang tidak
wajar. Berbisnis untuk mencari keuntungan merupakan sesuatu yang wajar
bagi pedagang dan bisnis lainnya, namun dalam ketentuan mencari
keuntungan terdapat aturan yang harus diperhatikandan dilakukan secara
3 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2016),
h.21 4 Irham Fahmi, Perilaku Konsumen Teori dan Aplikasi, (Bandung : Alfabeta, 2016), h. 74 5 Elfa Murdiana, Hukum Dagang Internalisasi Hukum dagang dan Hukum Bisnis di
Indonesia, (Yogyakarta : Idea Sejahtera, 2013), h.155.
18
benar. Islam selalu mengedepankan norma dan etika untuk memperoleh
keuntungan agar setiap orang mencari nafkah dengan jalan yang halal.6
Penimbunan barang dilakukan oleh penjual bertujuan untuk
memperkaya diri sendiri, yaitu mencari uang dengan cara menjual barang
dengan mendapat keuntungan yang berlipat ganda, penjual rela menunggu
barang jualannya dijual ketika harga naik. Hal tersebut merupakan bagian jual
beli yang dilarang disebabkan merugikan orang lain dan menguntungkan diri
sendiri saja, dalam menjalankan bisnis perdagangan dan dalam mencari rizki
dilakukan tidak adil yaitu melalui cara yang merugikan sepihak atau
menguntungkan sepihak melainkan berdasarkan dengan cara yang tidak
diridha Allah SWT.
Adanya penimbunan barang maka konsumen harus mendapatkan
perlindungan hukum dan mendapatkan hak konsumen dalam dunia bisnis.
Hak konsumen dalam pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen
disebutkan bahwa setiap konsumen memiliki hak sebagai berikut:
1. Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.
2. Dapat barang atau jasa sebanding dengan nilai tukar atau yang dijanjikan.
3. Dapat pendidikan konsumen.
4. Didengar pendapat dan keluhan.
5. Dapat kompensasi, ganti rugi atau penggantian.7
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Q.S Al-
Baqarah ayat 275 sebagai berikut:
6 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh Zainal Arifin,
(Jakarta : Gema Insani, 1997), h.99 7 Elfa Murdiana, Hukum Dagang, h.157.
19
Artinya: ”orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya. 8
Tentang metode yang dianjurkan untuk melakukan jual beli berkaitan
dengan akhlak dan etika sehingga dalam meraih keuntungan bukan atas dasar
merugikan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar)
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung : CV Diponogoro,
2008), h.10
20
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu 9. (Q.S An-Nisa 4 : 29)
Ayat di atas dapat dipahami bahwa dalam memperoleh rizki tidak boleh
dengan cara yang batil, yaitu yang bertentangan dengan hukum Islam dan jual
beli harus didasari saling rela-merelakan, tidak boleh menipu, tidak boleh
berbohong, dan tidak boleh merugikan kepentingan umum.
Menimbunan barang adalah suatu upaya seseorang atau lembaga untuk
menimbun barang, manfaat atau jasa sehingga menjadi langka di pasaran dan
dapat diperkirakan harganya melonjak naik. Perbuatan ihtikar merupakan
sebuah penganiayaan terhadap orang lain yang dilakukan secara sengaja
untuk memperoleh keuntungan pribadi. penimbunan barang merupakan salah
satu perkara dalam perdagangan yang diharamkan oleh agama karena bisa
membawa madhorot.
Hampir mayoritas pendudukan Lampung Tengah mempunyai usaha di
Pasar Merapi sehingga terjadi adanya persaingan yang sangat bebas
menyebabkan golongan yang kuat kedudukannya menjadi bertambah lagi.
Ketidakadilan seperti ini banyak dilakukan dalam suatu pasar salah satunya
pasar Fajar Mataram Lampung Tengah. Pasar Fajar Mataram terdapat
berbagai cara yang digunakan pedagang atau pembeli untuk mendapatkan
suatu yang diinginkan. Salah satunya dengan cara membeli barang untuk
ditahan agar dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi yang disebut dengan
usaha spekulatif.
9 Ibid, h.53
21
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan harus dilakukan secara adil dan mampunyai nilai
manfaat bagi masyaratak pada umumnya, namun dengan adanya penimbunan
barang yang dilakukan oleh sekelompok orang maka akan berakibat fatal
dalam memenuhi kebutuhan, mayoritas masyarakat dirugikan oleh beberapa
pihak.
Peneliti melakukan wawancara kepada pedagang sembako di Pasar
Fajar Mataram Lampung Tengah bahwa pada bulan Juni tepatnya pada Idul
Fitri 1438 H terdapat kelangkaan telur ayam yang menjadi pokok kebutuhan
masyarakat semua kalangan. Kelangkaan tersebut terjadi kurang lebih
seminggu, ketika sudah tersedianya telur ayam di Pasar fajar Mataram namun
harga mengalami kenaikan. Sebelum terjadinya kelangkaan harga telur ayam
Rp 18.500/Kg kemudian harga telur mengalami kenaikan sebesar Rp
22.000/Kg. Beberapa masyarakat keberatan atas kenaikan harga tersebut.
Beberapa masyarakat keberatan atas kenaikan harga tersebut dan terkadang
cabai karena cabai adalah bahan pokok yang digunakan untuk memasak, rata-
rata harga cabai Rp 25.000 – 30.000/kg namun apabila cabai sangat langka
sehingga harga cabai melonjak tinggi kisaran 50.000- 60.000/kg bahkan bisa
lebih tinggi harganya.10
Peneliti melakukan survey di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah,
pemicu penimbunan barang khusunya telur ayam adalah banyak permintaan
masyarakat kebutuhan telur ayam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan
10 Sumiati, Selaku pedagang Sembako di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah,
Wawancara, pada tanggal 10 Juni 2017 Pukul 10.00 WIB.
22
bahan pembuat kue sehingga orang yang ingin mempunyai keuntungan lebih
akan menjual terlur ayam tersebut dengan harga yang relatif mahal, walaupun
demikian masyarakt tetap membeli telur ayam tersebut.11
Berdasarkan wawancara dan survey di atas dapat dijelaskan bahwa
Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah beberapa pedagang
melakukan penimbunan barang yang sering dikonsumsi oleh masyarakat
seperti, telur, cabai terkadang gula. Sehingga para pelanggan merasa kecewa
atas kenaikan dan tidak ada pasokan untuk barang konsumsi tersebut.
Masyarakat menjadi keusahan dan merasa terbebani atas kenaikan harga yang
sangat tinggi terkadang masyakat tidak mampu membeli barang konsmsi
tersebut. Penimbunan barang sangat merugikan masyarakat pada umunya.
Penimbunan barang dagangan yang dilakukan beberapa orang di Pasar
Fajar Mataram Lampung Tengah dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan berlipat ganda dari penjualan barang tersebut yang
mengakibatkan kelangkaan barang yang dibutuhkan konsumen pasar
sehingga berakibat merugikan konsumen. Keuntungan tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pedagang, kebutuhan sekunder untuk
memperkaya diri sendiri. Dalam Islam dalam bertransaksi tidak boleh
merugikan diantara keduanya.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka peneliti
tertarik untuk membahas tentang penimbunan barang dagangan guna
11 Hasil Pra Survey di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah, pada tanggal 10 Juni 2017
Pukul 10.25 WIB.
23
mengetahui sebab dan akibat terjadinya penimbunan barang, bagaimana
menurut ekonomi Islam.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian dalam
Skripsi ini adalah: “Bagaimana penimbunan barang dagangan di Pasar Fajar
Mataram Lampung Tengah ditinjau dari ekonomi Islam”?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran seberapa jauh praktek penimbunan barang
dagangan di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat
pada penelitian ini adalah:
a. Secara praktis diharapkan dapat berguna bagi masyarakat muslim
yang melakukan praktek jual beli agar setiap melakukan selalu
mengindahkan norma dan etika Islam.
b. Secara teoritis penelitian ini adalah untuk menambah khazanah
pengetahuan berkaitan tentang larangan-larangan yang ada pada bab
jual beli khususnya penimbunan barang.
D. Penelitian Relevan
Penulisan skripsi ini penulis menemukan beberapa skripsi yang dapat
dijadikan kajian terdahulu bagi penulis, sebagai berikut:
24
Penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Muhbibah yang berjudul
Penimbunan Bahan Pokok dalam perspektif Bawean (Fiqih Muamalah).
penelitian ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya penimbunan barang dapat
mengakibatkan kenaikan harga barang yang dipesan, praktek penimbunan
barang ini sering terjadi setiap tahun pada musim kemarau dan cuaca buruk
sehingga dapat mengakibatkan pusutnya transportasi Gresik - Bawean.12
Penelitian yang dilakukan oleh Afifah Wahyudi yang berjudul
Penimbunan Barang dalam Perspektif Hukum Islam, penelitian ini
menyimpulkan bahwa dalam kefakiran itu dapat membawa kekufuran bagi
masyarakat yang melakukan penimbunan barang.13
Berdasarkan judul penelitian yang peneliti temukan dapat diketahui
bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki kajian yang sama
yaitu membahas tentang penimbunan barang namun dalam penelitian terdapat
perbedaan yaitu tempat penelitian, peneliti menggunakan teknik penelitian
lapangan dan pembahasan tentang penimbunan barang lebih ditekankan
kepada msyarakat yang telah melakukan penimbunan barang dagangan
terutama pada bahan makanan pokok saja. Hal ini menegaskan penelitian
yang berjudul “Penimbunan barang dagangan di Pasar Fajar Mataram
Lampung Tengah ditinjau dari ekonomi Islam” belum pernah diteliti.
12 Khoirul Muhbibah, Penimbunan Bahan Pokok dalam perspektif Bawean (Studi Fiqih
Muamalah), Jurusan Hukum Bisnis Syari’ah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, Malang diunduh pada 26 Oktober 2016 13 Afifah Wahyudi, Penimbunan Barang dalam Perspektif Hukum Islam, Jurusan Hukum
Bisnis Syari’ah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung
diunduh pada 27 Oktober 2016
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penimbunan Barang (Ikhtikar)
1. Pengertian Penimbunan Barang (Ikhtikar)
Ihtikar atau penimbunan barang adalah membeli sesuatu dengan
jumlah besar, agar barang tersebut berkurang di pasar sehingga harganya
(barang yang ditimbun tersebut) menjadi naik dan pada waktu harga
menjadi naik baru kemudian dilepas (dijual) ke pasar, sehingga
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.14 Pendapat lain
mengatakan bahwa ikhtikar adalah membeli barang ketika harga
mahal, menyimpan barang tersebut sehingga kurang persediaannya di
pasar.15
Ihtikar adalah tindakan menyimpan harta, manfaat, atau jasa, dan
enggan menjual dan memberikannya kepada orang lain yang
mengakibatkan melonjaknya harga pasar secara drastis disebabkan
persediaan terbatas atau stok barang hilang sama sekali dari pasar,
sementara masyarakat, negara maupun hewan amat membutuhkan
produk, manfaat, atau jasa tersebut.
14 Chairuman Pasaribu dan Sahrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Islam, (Jakarta : Sinar
Grafika) h. 47 15 Yusuf Ahmad Mahmud, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis,
Penerjemah: Yahya Abdurrahman, (Bogor : Al Azhar Press, 2009), h.32.
26
Ihtikar secara terminologis adalah menahan (menimbun) barang-
barang pokok manusia untuk dapat meraih keuntungan dengan menaikkan
harganya serta menunggu melonjaknya harga di pasaran.16
Menimbunan/Ikhtikar adalah suatu upaya seseorang atau lembaga
untuk menimbun barang, manfaat atau jasa sehingga menjadi langka di
pasaran dan dapat diperkirakan harganya melonjak naik. Perbuatan ihtikar
merupakan sebuah penganiayaan terhadap orang lain yang dilakukan
secara sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi. penimbunan barang
merupakan salah satu perkara dalam perdagangan yang diharamkan oleh
agama karena bisa membawa madhorot.
Apabila pembelian suatu barang di suatu negeri menyebabkan
harga barang menjadi mahal dan menyusahkan masyarakat luas, maka itu
wajib dicegah, demi menjaga kepentingan umat Islam. Pendek kata, kaidah
„menghindarkan segala hal yang menyusahkan adalah pedoman dalam
masalah penimbunan barang.17
Ihtikar tidak saja menyangkut komoditas, tapi juga manfaat suatu
komoditas, dan bahkan jasa dari para pemberi jasa; dengan syarat
“embargo” yang dilakukan para pedagang atau pemberi jasa itu bisa
membuat harga pasar tidak stabil, padahal komoditas, manfaat, dan jasa
tersebut dibutuhkan oleh masyarakat, negara, dan lain-lain.
16 http://asyarihasanpas.blogspot.com/2009/02/monopoli-dan-ihtikar-dalam-hukum html,
diakses tanggal 12 Juli 2017, Jam 14.30 WIB. 17 Muhammad Qasim Kamil, Halal Haram Dalam Islam, (Sukmajaya Depok: Mutiara
Allamah Utama, 2014), h. 290.
27
Ihtikar adalah tindakan menyimpan harta, manfaat, atau jasa, dan
enggan menjual dan memberikannya kepada orang lain yang
mengakibatkan melonjaknya harga pasar secara drastis disebabkan
persediaan terbatas atau stok barang hilang sama sekali dari pasar,
sementara masyarakat, negara maupun hewan amat membutuhkan
produk, manfaat, atau jasa tersebut.
2. Hukum Penimbunan Barang (Ikhtikar)
Islam menjamin kebebasan individu untuk melakukan transaksi
jual beli dan bersaing secara wajar, namun ia menentang dengan keras
terhadap orang-orang yang melampiaskan egoisme dan ketamakannya,
dengan menimbun dan menahan barang dagangan sementara orang lain
telah membutuhkannya.
Dasar hukum yang digunakan para ulama fiqh yang tidak
membolehkan ihtikar adalah kandungan nilai-nilai universal al Qur’an
yang menyatakan bahwa setiap perbuatan aniaya, terrnasuk didalamnya
ihtikar diharamkan oleh agama Islam. Adapun Dasar hukum dilarangnya
penimbunan barang sebagai berikut :
28
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah
berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada
sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. 18
Penjelasan ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah
memerintahkan terhadap umat islam supaya saling tolong menolong dalam
hal kebaikan entah itu kebaikan apapun jenisnya. dan Allah melarang agar
tidak tolong - menolong hal dalam hal kejelekan. seperti halnya orang
yang menimbun barang termasuk perbuatan yang dilarang karena
perbuatan tersebut sebuah penganiayaan terhadap orang lain yang
18 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terkemahnya, (Bandung : CV Diponegoro,
2008), h. 110.
29
dilakukan secara sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi.berarti
ada unsur kecurangan, memonopoli, dan mementingkan hak minoritas.
Rasulullah Saw juga melarang praktek penimbunan barang dengan
ungkapan-ungkapan yang sangat pedas dan keras. Hadits Umara dari Nabi
SAW sebagai berikut:
من احتكر على لمسلمين طعامهم ضربه هللا
Artinya: “Siapa menimbun makanan kaum muslimin, niscaya Allah
akanmenimpakan penyakit dan kebangkrutan kepadanya.” 19
Diriwayatkan Ibnu Majah dengan Sanad Hasan
حتكرملعون جال لب مرزوق والم ا
Artinya : “Orang yang mendatangkan barang akan diberi rezeki dan orang
yang menimbun akan dilaknat”. 20
Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadits dapat dipahami bahwa
perbuatan penimbunan barang tidak diperbolehkan atau diharamkan sebab
merupakan salah satu ancaman kepada orang yang menyimpan ingin
membangun dirinya di atas penderitaan orang lain. Ia tidak peduli apakah
orang lain itu kelaparan dan tidak berpakaian, yang penting dirinya sendiri
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Jika masyarakat semakin
memerlukan barang itu, maka ia makin menyembunyikannya. Ia pun
semakin senang jika harga barang-barang itu melonjak semakin tinggi.
19 Yusuf Al-Qardawi , Halal Haram dalam Islam, (Surabaya : Bina Ilmu, 2000), h. 358. 20 Ibid.
30
Manusia sangat berharap terhadap barang yang menjadi kebutuhan primer
bagi manusia seperti makanan, lain dengan kebutuhan sekunder
3. Larangan Penimbunan Barang dalam Islam
Penimbunan barang adalah tindakan penyimpanan harta, manfaat
atau jasa dan enggan menjual dan memberikannya kepada orang lain yang
mengakibatkan melonjaknya harga pasar secara drastis disebabkan
persediaan terbatas atau stok barang hilang sama sekali dari pasar,
sementara masyarakat sangat membutuhkan produk, manfaat atau jasa
tersebut. Penimbunan barang tidak saja menyangkut komoditas tetapi juga
manfaat suatu komoditas dan bahkan jasa dari para peberi jasa dengan
syarat yang dilakukan para pedagangatau pemberi jasa itu bisa membuat
harga pasar tidak stabil, padahal komoditas, manfaat dan jasa sangat
dibutuhkan oleh masyarakat.
Rasulullah sangat menganjurkan agar umat Islam mendistribusikan
sebagian harta dan penghasilan mereka untuk membantu saudara-saudara
yang kekurangan dibidang ekonomi. Distribusi yang dimaksud Nabi
terbagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Distribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian
barang tau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, artinya
sebagai upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi
sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas dan orang yang
mendistibusikan mendapat laba (hasil) dari penjualan barang yang
didistribusikan. b. Distribusian sebagian harta kepada orang-orang yang membutuhkan
sebagai wujud solidaritas sosial, artinya orang yang menyalurkan
hartanya tidak mendapatkan pembayaran atau keuntungan (profit)
31
langsung tetapi mendapatkan balasan yang baik atau keuntungan dihari
kemudian atau akhirat. 21
Adapun tujuan distibusi dalam Islam antara lain:
a. Menyatukan hati manusia dalam kebaikan dan kebenaran dari nilai-nilai
ilahi sehingga mereka semakin taan kepada pencipta-Nya.
b. Membersihkan dan menyucikan manuisa dari sifat serakah, tamak,
egois dan individualis.
c. Menghindari kegiatan spekulatif kezalimanj dalam distibusi pendapatan
dan kekayaan. 22
Dasar hukum yang digunakan para ulama fiqih yang tidak
membolehkan ihtikar/penimbunan barang adalah kandungan nilai-nilai
universal Al-Qur’an yang menyatakan bahwa setiap perbuatan aniaya,
termasuk didalamnya penimbunan barang diharamkan oleh agama Islam.23
Para ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa penimbunan barang yang
diharankan adalah penimbunan barang-barang pokok tertentu, yaitu
membelinya pada saat harga mahal dan menjualnya kembali. Ia tidak
menjualnya saat itu juga tapi ia simpansampai harga melonjak naik.24
Pendapat lain mengatakan bahwa menurut ulama syafi’iyah, hanabillah,
Malikiyah, Zaidiyah dan Zahiriyah menurut mereka melakukan
penimbunan barang hukumnya haram, alasan yang mereka kemukakan
adalah ayat dan hadis-hadis yang telah disebutkan.25 Menurut Malikiyah
penimbunan barang hukumnya haram dan dapat dicegah oleh pemerintahm
dengan segala cara karena perbuatan itu memberikan mudharat yang besar
21 Idri, Hadis Ekonomi Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta : Gema Insani,
2002), h 152 22 Ibid. 23 A. Karim Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta : Gema
Insani, 2006), h. 52. 24 Harun Nasrun, Fiqih Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2006), h .60 25 Yusuf Qardhawi, Halal Haram dalam Islam Terjemahan, (Surabaya : Bina Ilmu, 2002),
h 124
32
terhadap kehidupan masyarakat, stabilitas ekonomi masyarakat dan
negara. 26
Penimbunan barang yang dilakukan oleh seseodang dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan dari barang yang ditimbun dan
menjualnya dengan harga yang berbeda. Pedagang mendatangkan barang
yang dibutuhkan oleh masyarakat dari distributor atau membelinya pada
saat harga murah lalu ia menyimpannya karena kebutuhannya atau ia
menjualnya kembali saat itu juga apabila itu bukan penimbunan barang
pokok sehingga tidak diharamkan. Kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dapat dikatakan penimbunan barang haram
apabila bahan poko yangditimbun denga tujuan mencari keuntungan
sehingga masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengharaman terhadap perbuatan penimbunan barang apabila
terdapat tiga, yaitu:
a. Barang yang ditimbun harus dibeli terlebih dahulu.
b. Barang yang dibeli merupakan bahan makanan yang dibutuhkan
masyarakat.
c. Adanya kesulitan masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan yang
dibutuhkan. 27
26 Ibid. 27 Ahmad Mahmud Yusuf, Bisnis Islami dan Kritik Atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis,
Penerjemah : Yahya Abdurrahman (Bogor : Al Azhar Press, 2009), h 12
33
Menurut Sayyid Sabiq dalam fiqih sunnah menyatakan bahwa para
ulama sepakat menghramkan penimbunan barang dengan tiga syarat yaitu:
a. Syarat berlakunya penimbunan barang adalah keberadaannya sampai
batas membuat penduduk negeri kesulitan untuk membeli barang yang
ditimbun karena realita penimbunan barang tidka akan terjadi kecuali
didalam kondisi ini.
b. Bahwa barang yang ditimbun adalah kelebihan dari kebutuhannya
berikut tanggungannya untuk persediaan setahun penuh.
c. Bahwa orang tersebut menunggu saat-saat memuncaknya harga barang
agar iadapat menjualnya dengan harga agar ia dapat menjualnya dengan
harga yang tinggi karena orang sangat membutuhkan barang tersebut. 28
Penimbunan barang adalah halangan terbesar dalam pengaturan
persaingan dalam pasar Islam. Hal tersebut dikarenakan pengaruhnya
terhadap jumlah barang yang tersedia dari barang yang ditimbun, dimana
beberapa pedagang memilih untuk menahan barang dagangannya dan tidak
menjualnya karena menunggu harga naik. Perilaku ini mempunyai
pengaruh yang negatif dalam fluktuasi kemampuan persediaan dan
permintaan barang. Penimbunan dapat menyebabkan pergeseran kurva
penawaran dan permintaan yaitu perbuatan yang haram dan melanggar
hukum dar penjual.
4. Syarat-syarat dikatakan Penimbunan Barang
Penimbunan barang adalah halangan terbesar dalam peraturan
persaingan dalam pasar Islam. Hal tersebut dikarenakan pengaruhnya
terhadap jumlah barang yang ditimbun, dimana beberapa pedagang
28 A. Karim Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu, h 73
34
memilih untuk menahan barang dagangannya dan tidak menjualnya karena
menunggu naiknya harga.29
Imam Al-Syathibi memberi contoh ketika terjadi praktek
penimbunan barang (ihtikar) sehingga stok hilang dari pasar dan
harga melonjak naik. Apabila seorang melakukan penimbunan
barang dan mengakibatkan melonjaknya harga barang yang
ditimbun dan disimpan itu, maka menurutnya, pihak pemerintah
boleh memaksa pedagang untuk menjual barangnya itu sesuai
dengan harga sebelum terjadinya pelonjakan harga. Dalam hal ini
menurutnya, pedagang itu wajib menjual barangnya sesuai dengan
ketentuan pemerintah.30
Penimbunan barang itu hanya berlaku terhadap barang-barang hasil
pembelian saja (barang-barang yang dibeli) dengan demikian penimbunan
barang-barang hasil komoditi sendiri atau barang-barang hasil harta karya
sendiri tidak termasuk penimbunan. Sebab ada kemungkinan tidak akan
mengalami kelangkaan dan juga tidak akan merusak harga pasar serta
stabilitas ekonomi masyarakat.
Para ulama fikih sepakat menyatakan bahwa Penimbunan yang
menyebabkan kelangkaan barang dan merusak mekanisme pasar
hukumnya haram. Menimbun yang diharamkan menurut kebanyakan
ulama fikih bila memenuhi tiga (3) kriteria sebagai berikut:
a. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga
untuk masa satu tahun penuh. Kita hanya boleh menyimpan barang
untuk keperluan kurang dari satu tahun sebagaimana pernah dilakukan
Rasulullah SAW.
b. Menimbun untuk dijual, kemudian pada waktu harganya membumbung
tinggi dan kebutuhan rakyat sudah mendesak baru dijual sehingga
terpaksa rakyat membelinya dengan harga mahal.
c. Yang ditimbun (dimonopoli) ialah kebutuhan pokok rakyat seperti
pangan, sandang dan lain-lain. Apabila bahan-bahan lainnya ada di
29 Nurul Huda Dkk, Keuangan Publik Pendekatan Instrumen Kebiajkan dalam Perspektif
Islam, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2015), h. 42. 30 Sudarto, Ilmu Fiqih, (Sleman: Budi Utama, 2018), h. 269.
35
tangan banyak pedagang, tetapi tidak termasuk bahan pokok kebutuhan
rakyat dan tidak merugikan rakyat. maka itu tidak termasuk
menimbun.31
Menurut pendapat Yusuf al-Qardawi bahwa penimbunan barang
diharamkan jika memiliki keriteria sebagai berikut:
a. Dilakukan di suatu tempat yang penduduknya akan menderita sebab
adanya penimbunan tersebut.
b. Penimbunan dilakukan untuk menaikkan harga sehingga orang merasa
susah dan supaya ia dapat keuntungan yang berlipat ganda. 32
Pendapat lain mengatakan bahwa apabila suatu waktu terjadi
praktik penimbunan barang (ikhtikar) sehingga persediaan (stok)
hilang dari pasar dan melonjak naik. Apabila terjadi praktek seperti
itu, maka pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual
barang-barang sesuai dengan harga pasar sebelum terjadi
perlonjakan harga barang itu, para pedagang wajib memenuhi
kebutuhan pemerintah di dalam menentukan harga pasar. 33
Praktik penimbunan tujuannya untuk mendapatkan keuntungan
besar dari menjual dengan harga tinggi barang-barang yang telah lama
ditimbun saat permintaan dari konsumen sedang tinggi. Penimbunan
barang yang dilakukan oleh penjual maka kerugian yang ditimbulkan
noleh tindakan ilegal praktik penimbunan terhadap barang-barang yang
menjadi kebutuhan orang banyak maka dapat dikatakan ini adalah
kegurian yang besar khususnya kerugian yang paling besar adalah
kerugian yang diterima oleh masyarakat selaku konsumen.
31 Yusuf al-Qardawi, Halal Haram, h.84 32 Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005), h.83 33 Gibtiah, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 121.
36
Barang yang tersimpan adalah komoditi bahan makan pokok pada
dasarnya, manusia sangat tergantung kepada makanan. Makanan adalah
suatu esensial dan menjadi kebutuhan primer (dharuriyat) dalam
kelangsungan hidup dan kebutuhan manusia, agar kehidupan manusia
tetap terjaga dengan baik selaku khalifah Allah di atas muka bumi ini.
B. Ekonomi Islam
1. Pengertian Ekonomi Islam
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah SWT
memerintahkannya. Beberapa ekonomi Islam berusaha untuk
mendefinisikan akan tetapi tidak lepas dari konteks permasalahan-
permaslahan ekonomi yang mereka hadapi sehingga ada kesan telah terjadi
perbedaan pendapat dalam menentukan definisi ekonomi Islam.
Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam
praktek (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat maupun pemerintah/penguasa dalam
rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi, dan pemanfaatan
barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan-
peraturan/perundang-undangan Islam (Sunnatullah).34
Pendapat lain mengatakan bahwa ekonomi Islam adalah ilmu yang
mempelajari tentang perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu
masyarakat yang mengikuti Al Quran , hadits nabi, ijma dan qiyas.
Sumber terpenting peraturan/perundang-undangan perekonomian
Islam adalah Al Quran dan Sunnah.35
34 Abdul Abdullah Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Dana Bhakti
Wakaf, 2001), h.73 35 Metwally, M.M, Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta: Bangkit Daya Insani, 2004)
, h. 96.
37
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa ekonomi Islam
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan
tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya
prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat
tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana
seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan
pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi. Ekonomi
dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi islam menekankan empat sifat,
antara lain:
a. Kesatuan (unity)
b. Keseimbangan (equilibrium)
c. Kebebasan (free will)
d. Tanggungjawab (responsibility).36
Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang mandiri dan
terlepas dari sistem ekonomi yang lainnya.37
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin
bersifat individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah
milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi. Didalam
36 Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press :,
2000), h. 105. 37 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), 15
38
menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan
riba, yang dari segi bahasa berarti kelebihan.
2. Tujuan Ekonomi Islam
Tujuan ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar dalam Islam yaitu
tauhid dan berdasarkan rujukan pada Al-Quran dan Sunnah adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu papan, sandang, pangan
kesehatan dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
b. Memastikan kesamaan kesempatan bagi semua orang.
c. Mencegah terjadi pemusatan kekayaan dan meminimalkan
ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di
masyarakat.
d. Memastikan untuk setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-
nilai moral.
e. Memastikan stabilitas dan juga pertumbuhan ekonomi.38
Pendapat lain mengatakan bahwa aktivitas ekonomi dalam
pandangan Islam bertujuan untuk:
a. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana.
b. Memenuhi kebutuhan keluarga.
c. Memenuhi kebutuhan jangka panjang.
d. Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan.
e. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah.39
Tujuan akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari syariat
Islam itu sendiri, yaitu mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat melalui
suatu tata kehidupanyang baik dan terhormat.40
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa tujuan ekonomi
Islam merupakan menciptakan peluang yang luas bagi semua orang untuk
berperan serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, memberantas
38 Eko Supriyatno, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.77 39 Muhammad Nejatullah Ash Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), h.3 40 Burhanuddin Abdullah, Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h.54
39
kemiskinan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar bagi semua
individu masyarakat dan mempertahankan stabilitas ekonomi dan
pertumbuhan, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
3. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisien dan manfaat
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam. Secara garis besar
ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut:
a. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan
dari Allah swt kepada manusia.
b. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
c. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
d. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang
dikuasai oleh segelintir orang saja.
e. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan
penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
f. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan
di akhirat nanti.
g. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas
(nisab)
h. Islam melarang riba dalam segala bentuk.41
Pendapat lain mengatakan bahwa prinsip-prinsip dasar ekonomi
Islam yakni sebagai berikut:
a. Kerja
b. Kompensasi
c. Efisiensi
d. Profesionalisme
e. Kecukupan
f. Pemerataan Kesempatan
g. Kebebasan
h. Kerjasama
i. Persaingan
j. Keseimbangan
k. Solidaritas
41 http : // fahmyzone. blogspot. co. id /2013/04/ Pengertian - ekonomi – Islam. diakses
tanggal 09 Januari 2016.
40
l. Informasi Simetri. 42
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat
prinsip ekonomi Islam yaitu wakaf merupakan amanah yang bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain, zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang
telah memnuhi batas (nisab) dan Islam melarang riba dalam segala
bentuknya, karena secara tegas telah tercantum dalam Al-Quran.
Hukum ekonomi Islam, sebagai aturan yang ditetapkan syara’
terdapat prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila sebuah interaksi antar
sesama manusia yang berkaitan dengan harta dan kepemilikan akan
dilakukan. Prinsip-prinsip dijadikan aturan dalam melakukan aktivitas
ekonomi antara lain:
a. Pada asalnya aktivitas ekonomi itu boleh dilakukan sampai ada dalil
yang mengharamkannya.
b. Aktivitas ekonomi hendaknya dilakukan dengan suka sama suka (‘an
taradlin).
c. Kegiatan ekonomi yang dilakukan hendaknya mendatangkan maslahat
dan menolak mudharat (Jalb Al-Mashalih Wa Dar’u Al-Mafasiq).
d. Dalam aktivitas ekonomi terlepas dari unsur gharar, kedzaliman dan
unsur lain yang diharapkan berdasarkan syara’.43
Pendapat lain mengatakan bahwa prinsip-prinsip hukum ekonomi
Islam dalam muamalah antara lain. 44
a. Tauhid (keimanan)
b. Maslahah dan falah
c. Khalifah
d. Al-Amwal (harta)
e. Adl (keadilan)
f. Ukhuwah (persaudaraan)
42 Burhanuddin Abdullah, Ekonomi Islam, h.66 43 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), h. 34. 44 Burhanuddin Abdullah, Ekonomi Islam, h.66
41
g. Akhlaq (etika)
h. Ulil Amri (pemimpin)
i. Al-Hurriyah dan Al-Ma’uliyah
j. Berjamaah (kerjasama)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa ekonomi
syaraiah memiliki beberapa landasan atau dasar hukum yang menopang
dan mengawasi dalam kegiatan pekerjaan yang dilakukan. Prinsip-prinsip
ekonomi syariah adalah harus menjunjung tinggi keimanan yang telah
diajarkan dalam Islam. Pada dasarnya segala aktivitas perekonomian
terutama ekonomi syariah harus mengacu pada ketauhidan terhadap Allah
SWT, sehingga para aktivitas ekonomi dapat menjunjung tinggi perilaku
yang sesuai dengan syariat Islam.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian yang berusaha untuk mengembangkan konsep, pemahaman,
teori dari kondisi lapangan dan berbentuk deskripsi. Penelitian kualitatif ini suatu
penelitian yang mendeskripsikannya melalui bahasa non-numerik dalam konteks
dan paradigma alamiah.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).45
Peneliti akan mengungkap fenomena atau kejadian dengan cara
menjelaskan, memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci melalui bahasa yang tidak berwujud nomor/angka.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan
menggunakan data empiris. 46 Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian
kualitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
45Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami,
(Yogyakarta: Pustaka Baru, 2014), h.19 46 Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
(Bandung: Refika Aditama, 2011) h.20
43
sisitematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga perbuatan
desain penelitiannya.47
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini
termasuk field research atau penelitian lapangan yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengumpulkan data dari lokasi atau lapangan. 48 Kaitannya dengan
penelitian ini, langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan yaitu penimbunan barang dagangan ditinjau dari ekonomi Islam.
2. Sifat Penelitian
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.49 Penelitian deskriptif mengasumsikan
bahwa peneliti memiliki pemahaman awal mengenai situasi masalah yang
dihadapi.50
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan,
gejala atau kelompok tertentu dengan apa adanya.
Penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif yang mengungkapkan gejala-gejala yang nampak dari
mencari fakta-fakta khususnya mengenai penimbunan barang dagangan di Pasar
Merapi ditinjau dari ekonomi Islam.
47 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo
(Metro: 2015), h.24 48 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011) h. 54 49 Ibid. 50 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2008), h.89
44
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.51 Sumber datanya dapat diperoleh berdasarkan dari dua sumber yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.52 Artinya sumber data yang langsung memberikan data
yaitu TM selaku distributor bahan dapur Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah,
SH, dan AR selaku agen di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah dan AL, SH
dan MR selaku pembeli di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan
maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasitifikasi menurut
keperluan mereka.53
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa sumber data
sekunder adalah sumber data kedua yaitu sumber data yang diperoleh dari
sumber lain yang tidak berkaitan secara langsung, seperti data yang diperoleh
dari perpustakaan antara lain buku-buku yang membahas tentang penimbunan
barang dagangan di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah ditinjau dari ekonomi
Islam dan sumber-sumber lain.
C. Teknik Pengumpulan Data
51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
CIpta, 2013), h. 172
52 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D),
(Bandung: Alfabeta, 2011) h. 308 53 Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta : Bumi Aksara, 2016), h. 143
45
Penulis untuk memperoleh data yang objektif dan valid, berkaitan dengan
penimbunan barang dagangan di Pasar Merapi ditinjau dari ekonomi Islam. Maka
digunakan beberapa metode ilmiah sebagai landasan untuk mencari pemecahan
terhadap permasalahan tersebut. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah “merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu”.54
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.55 Jenis
wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pedoman wawancara tidak terstrukur yaitu pedoman wawancara yang
hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.
b. Pedoman wawancara terstruktur yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terprinci sehingga menyerupai check-list.56
Peneliti menggunakan wawancara terstruktur yaitu wawancara yang
dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap
dan terperinci. Teknik interview atau wawancara disini penulis gunakan untuk
mencari keterangan dan data tentang penimbunan barang dagangan di Pasar
Fajar Mataram Lampung Tengah ditinjau dari ekonomi Islam.
54 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 317 55 Nasution, Metode Research, h. 113 56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h.270
46
Adapun pihak-pihak yang diwawancarai adalah TM, SH, dan AR selaku
pedagang di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah dan AL, SH dan MR selaku
pembeli di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah berupa barang-barang tertulis, seperti buku harian,
majalah, dokumen, notulen rapat dan lain-lain.57 Dokumentasi adalah
pengumpulan data yang diperoleh melalui berbagai catatan. Metode dokumentasi
ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang sejarah berdiri, struktur Desa,
peta Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah.
D. Teknis Analisis Data
Data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti akan ada gunanya
setelah dilakukan analisis. Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam
proses penelitian yang sangat penting, karena dengan analisis data yang ada
akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian
dan mencapai tujuan akhirnya penelitian.
Teknik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesikan, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.13
Setelah peneliti memperoleh data yang diperlukan, maka data tersebut
diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu proses mencari
dan menyusun secara berurutan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami
57 Moh Nazir, Metode Penelitian, h.149 13. Lexy. J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosdakarya, 2005), h. 248.
47
menjadi sebuah penjelasan mengenai tentang penimbunan barang dagangan di
Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah ditinjau dari ekonomi Islam.
Data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi yaitu
penimbunan barang dagangan di Pasar Fajar Mataram Lampung Tengah ditinjau
dari ekonomi Islam. Setelah semua bahan yang diperlukan didapat, kemudian
dianalisis dan diambil kesimpulan bahwa metode analisis yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah metode yang cenderung menggunakan sistem berfikir
untuk mengemukakan teori dan fakta-fakta nyata dari data yang ada untuk
menggali pengetahuan tentang penimbunan barang dagangan di Pasar Fajar
Mataram Lampung Tengah ditinjau dari ekonomi Islam.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah
2. Sejarah Berdirinya Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah
Proyek pasar impres didirikan pada tahun 1983/1984, dibangun
kembali oleh PT Mega CIPTA Graha) pada tahun 2014-2015, tetapi saat
status pasar seputih mataram belum resmi diserahkan oleh PT Mega Cipta
Graha kepada daerah setempat. Luas pasar tersebut 3,8 hektar. Alamat Pasar
Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah di Jalan Raya merapi No 483
Fajar Mataram Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah, Lampung
Kode Pos 34164. Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah jam
oprasionalnya adalah hari senin sampai dengan minggu dan muali buka
pada pukul 01.10 sampai dengan 14.00 WIB. 58
3. Visi, Misi dan Tujuan Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah
i. Visi
Visi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah adalah
terwujudnya pasar tradisional dan modern yang bersih, sehat, aman,
58 Dokumentasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2015
49
nyaman, sejahtera dan nyaman dalam mewujudkan ekonomi kerakyatan
guna menuju kemandirian perusahaan daerah.59
ii. Misi
Misi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah yaitu:
1) Mengembangkan potensi dan fasilitas sarana dan prasarana pasar.
2) Menerapkan pengelolaan manajemen pasar yang baik melalui
Standard Operation Procedure (SOP) guna mengukur kinerja
manajemen.
3) Meningkatkan baik pedagang, administrasi dan pungutan retribusi
serta sistem pelaporan yang akurat.
4) Mandiri dalam mencukupi kebutuhan dari hasil penerimaan retribusi.
5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumber data yang ada serta
meningkatkan pengawasan.60
iii. Tujuan
Tujuan Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah adalah:
1. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan ekonomi nasional.
2. Meningkatkan pelayanan serta kebutuhan masyarakat khususnya
pengguna pasar.
3. Membantu dan turut mengutamakan kelancaran distribusi bahan-
bahan pokok keperluan sehari-hari.
59 Dokumentasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2015 60 Dokumentasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2015
50
4. Meningkatkan kontribusi pada pasar terhadap pendapatan asli daerah
(PAD).61
4. Struktur Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah
Struktur organisasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah
sebagai berikut:
a. Kepala UPTD : Bapak Muhammad Zam
b. Staf ASN : 6 orang.
c. Penarik retribusi berjumlah 9 orang yang terbagi oleh
1) Retribusi salar
2) Sampah
3) Wc umum
d. Tenaga kebersihan : 11 orang. 62
5. Jumlah Bangunan Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah
Jumlah bangunan kios dan pedagang Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah daerah Seputih Mataram yang dibangun oleh PT Mega
Cipta Graha sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kios Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah
KIOS UKURAN JUMLAH
Kios ukuran 4x4 M 50 unit
Kios ukuran 3x4 M 100 unit
Kios ukuran 3x3 M 50 unit
LOS ukuran 1,5x2 M 200 unit
61 Dokumentasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2015 62 Dokumentasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah Tahun 2015
51
Total 400 unit
Sumber Data : Dokumentasi Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah Tahun 2015
Penimbunan Barang Dagangan Ditinjau dari Ekonomi Islam Pasar
Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah.
Ikhtikar yaitu: Membeli barang ketika harga mahal,menyimpan barang
tersebut sehingga kurang persediaannya di pasar. Kurangnya persediaan barang
membuat permintaan naik dan harga juga naik. Penimbun menjual barang yang
ditahannya ketika harga telah melonjak. Penimbunan barang menyebabkan
rusak nya mekanisme pasar.
Ikhtikar artinya menimbun barang agar yang beredar di masyarakat
berkurang, lalu harganya naik. Yang menimbun memperoleh keuntungan
besar, sedang masyarakat di rugikan. Menimbun dengan cara demikian haram
hukumnya dalam Islam. Rasulullah SAW melarangnya, karena perbuatan
demikian di dorong oleh nafsu serakah, loba dan tamak, serta mementingkan
diri sendiri dengan merugikan orang banyak. Selain itu juga membuktikan
kerendahan moral serta mental.
Peneliti mengadakan wawancara kepada Bapak Tamrin selaku Pedagang
sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah, sebagai berikut:
Kebutuhan masyarakat yang sering dicari adalah kebutuhan sembako,
antara lain beras, daging/ikan, telur, minyak, sayur mayur, gula dan lain
sebagainya. Kebutuhan tersebut wajib dan harus disediakan di Pasar Merapi
Seputih Mataram Lampung Tengah. Pada hari-hari biasa kebutuhan sangat
mudah dicari dan dibelanjakan namun berbeda dengan hari besar dan hari raya
lainnya seperti menjelang hari raya idul fitri sering terjadi kelangkaan
52
kebutuhan sembako contohnya telur, terigu dan cabai. Telur, terigu dan cabai
tersedia maka harganya naik 30-50% sehingga memberatkan masyarakat yang
membutuhkan. Pedagang melakukan penimbunan barang seperti telur selama
1-2 minggu, cabai dilakukan 1 minggu dan terigu dilakukan 1-2 minggu
penimbunan tersebut dilakukan pada saat memasuki bulan ramadhan kemudian
barang dijual pada saat pertengahan pada bulan ramadhan.63
Beberapa pedagang melakukan penimbunan barang hal ini dikarenakan
pendistribusian telur, terigu dan cabai sering mengalami keterlambatan
sehingga menimbulkan kesempatam para pedagang untuk mencari kesempatan
dalam kesempitan penimbunan tersebut tidak dilakukan terus menerus, hanya
menjelang hari raya idul fitri. Dampak dari penimbunan barang adalah kurang
terpenuhinya kebutuhan sembako pada masyarakat, kenaikan harga yang
merugikan masyarakat sehingga masyarakat merasa tersiksa dan merasa
keberatan dalam pembelian sembako tersebut.64
Tujuan dari penimbunan barang adalah untuk menyiapkan kebutuhan
yang nantinya akan susah dicari atau langka agar tidak mengalami dan
keterlambatan dalam pendistribusian kebutuhan tersebut telur, terigu dan
daging, namun terkadang pedagang memanfaatkan kesempatan dalam
usahanya untuk mencari keuntungan yang berlipat ganda. Pedagang
mengetahui hukum larangan dalam penimbunan barang namun dasar dari
tujuan utama adalah untuk menyiapkan atau stok barang tersebut yang akan
63 Wawancara, Bapak Tamrin selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 08.30 WIB. 64 Wawancara, Bapak Tamrin selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 08.40 WIB.
53
diperjualbelikan kepada pembeli dan mayarakat agar tidak susah untuk mencari
barang tersebut demi memenuhi kebutuhan sehari-hari kemudian dimanfaatkan
pedaganag untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya 65
Beraneka ragam kebutuhan masyarkat namun kebutuhan yang harus
dipenuhi adalah sembako, antara lain beras, daging/ikan, telur, minyak, sayur
mayur, gula dan lain sebagainya. Karena kebutuhan tersebut sangat dibutuhkan
oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan sembako beraneka
ragam dan keseluruhan sembako tersedia di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah. Terkadang pada hari-hari biasa kebutuhan sembako susah
dicari namun dengan rentan waktu yang singkat kebutuhan tersebut sudah
tersedia sehingga dapat diperjualbelikan namun pada saat hari-hari besar
lainnya kebutuhan sembako sangat susah dicari atau mengalami kelangkaan
pada sembako tersebut. Seperti hari raya idul fitri, idul adha, natal dan tahun
baru. Dulu ketika menjelang hari raya pasti susauh untuk mencari kebutuhan
sembako namun dibandingkan sekarang pada hari-hari besar tidak begitu parah
mengalami kelangkaan sembako tersebut. Kelangkaan kebutuhan sembako
yang sering mengalami kelangkaan contohnya telur, terigu cabe, dan terkadang
daging. Apabila telur, terigu, cabe dan daging tersedia maka harganya naik 30-
50% sehingga memberatkan masyarakat yang ingin membeli kebutuhan
tersebut, khususnya masyarakat kalangan bawah tidak mampu untuk membeli
kebutuhan tersebut.66
65 Wawancara, Bapak Tamrin selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 08.50 WIB. 66 Wawancara, Bapak Sahrial selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 09.15 WIB.
54
Beberapa pedagang melakukan penimbunan barang hal ini dikarenakan
pendistribusian telur, terigu, cabe dan daging sering mengalami keterlambatan
sehingga dapat merugikan pedagang namun penimbunan tersebut tidak
dilakukan terus menerus dan tidak dalam jumlah yang banyak, hal ini hanya
semata-mata untuk melancarkan penyediaan kebutuhan sembako tersebut.
Dampak dari penimbunan barang adalah terjadinya kenaikan harga.67
Tujuan dari penimbunan barang adalah untuk menyiapkan atau stok
untuk diperjualbelikan agar masyarakat mudah untuk mencari kebutuhan
tersebut. Pedangan mengetahui siklus kelangkaan sembako khususnya pada
hari-hari raya lainnya seperti hari raya idul adha, idul fitri, natal dan tahun
baru. Pedagang menyediakan kebutuhan sembako tersebut agar nantinya
masyarakat tidak susah mencari kebutuhan sembako tersebut. Pedagang
mengetahui hukum larangan dalam penimbunan barang maka dari itu pedagang
tidak sepenuhnya melakukan penimbunan barang dengan mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya.68
Bermacam-macam jenis kebutuhan sembako yang diperlukan masyarakat
selaku pembeli untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan kebutuhan
dalam berbagai acara. Kebutuhan sembako yang dicari masyarkat antara lain
beras, daging/ikan, telur, minyak, sayur mayur, gula, garam, cabe, bawang
merah dan bawang putih dan lain sebagainya. Kebutuhan tersebut disediakan di
Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah. Pada hari-hari biasa
67 Wawancara, Bapak Sahrial selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 09.25 WIB. 68 Wawancara, Bapak Sahrial selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 09.35 WIB.
55
kebutuhan sangat mudah dicari dan dibelanjakan namun berbeda dengan hari
besar dan hari raya lainnya seperti menjelang hari raya idul fitri kebutuhan
yang paling susah dicari adalah telur dan cabe, apabila tersedia harganya naik
50-80%. Menjelang idul adha kebutuhan sembako yang langka adalah cabe,
bawang merah, bawang putih dan telur sering mengalami kenaikan 20-40%
pada saat menjelang natal dan tahun baru sering terjadi kelangkaan kebutuhan
sembako.69
Hanya beberapa pedagang melakukan penimbunan barang hal ini
dikarenakan dalam menjelang hari-hari besar lainnya pendistribusian
kebutuhan sembako mengalami keterlambatan sehingga untuk memperlancar
jual beli kebutuhan sembako. Namun tersebut tidak dilakukan terus menerus,
hanya menjelang hari raya idul fitri. Dampak dari penimbunan barang
menyebabkan harga barang-barang yang langka tersebut harganya melambung
tinggi.70
Tujuan dari penimbunan barang adalah untuk menyiapkan kebutuhan
yang nantinya akan susah dicari atau langka agar tidak mengalami dan
keterlambatan dalam pendistribusian kebutuhan tersebut telur, terigu dan
daging, bukan untuk mencari keuntungan dalam penimbunan tersebut.
Pedagang mengetahui hukum larangan dalam penimbunan barang namun
tujuan penimbunan bukan semat-mata mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya melainkan untuk menyiapkan atau stok barang tersebut untuk
69 Wawancara, Ibu Aryani selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 10.02 WIB. 70 Wawancara, Ibu Aryani selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 10.10 WIB.
56
diperjualbelikan kepada pembeli dan mayarakat agar tidak susah untuk mencari
barang tersebut demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.71
Peneliti juga melakukan wawancara kepada Pembeli di Pasar Merapi
Seputih Mataram Lampung Tengah, sebagai berikut:
Kebutuhan pokok atau lebih dikenal sembako sangat dibutuhkan oleh
masyarakat untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pokok mayoritas
diperjualbelikan di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah, manusia
tidak bisa dipisahkan dengan kebutuhan tersebut karena menyangkut hidup dan
matinya manusia. Menjelang hari besar Islam seperti hari raya idul fitri, idul
adha, natal dan tahun baru. Kebutuhan sembako yang sering mengalami
kelangkaan yaitu telur, cabe terkadang daging. Penimbunan barang adalah hal
yang paling merugikan diterima oleh masyarakat karena dengan penimbunan
barang tersebut masyarakat susah untuk memenuhi kebutuhan pokok. Bagi
pedagang yang melakukan penimbunan barang diharapkan untuk lebih
mementingkan kelancaran dalam melakukan jual beli tidak boleh saling
merugikan, terjadinya kelangkaan kebutuhan pokok orang yang sangat
dirugikan adalah pembeli atau masyarakat. 72
Kebutuhan pokok atau lebih dikenal sembako sangat dibutuhkan oleh
masyarakat untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pokok mayoritas
diperjualbelikan di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah.
Menjelang hari besar Islam seperti hari raya idul fitri, idul adha, natal dan
71 Wawancara, Ibu Aryani selaku Pedagang sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 10.17 WIB. 72 Wawancara, Ibu Maryamah selaku Pembeli sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 11.10 WIB.
57
tahun baru. Pedagang sembako pada awal bulan ramadhan pedagang sudah
mulai menyiapkan atau menstok sembako karena pedagang mengetahui bahwa
akhir bulan ramadhan masyarakat akan banyak membutuhkan kebutuhan
sembako tersebut selain itu harga kebutuhan poko mengalami kelangkaan di
pasar. Kebutuhan sembako yang sering mengalami kelangkaan yaitu telur, cabe
terkadang daging. Penimbunan barang adalah hal yang paling merugikan
diterima oleh masyarakat karena dengan penimbunan barang tersebut
masyarakat susah untuk memenuhi kebutuhan pokok. Bagi pedagang yang
melakukan penimbunan barang diharapkan untuk lebih mementingkan
kelancaran dalam melakukan jual beli tidak boleh saling merugikan. terjadinya
kelangkaan kebutuhan pokok orang yang sangat dirugikan adalah pembeli atau
masyarakat. 73
Kebutuhan pokok atau lebih dikenal sembako sangat dibutuhkan oleh
masyarakat untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pokok mayoritas
diperjualbelikan di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah.
Menjelang hari besar Islam seperti menjelang ramadhan, hari raya idul fitri,
idul adha, natal dan tahun baru terjadi kelangkaan sembako di Pasar Merapi
Seputih Mataram Lampung Tengah. Kebutuhan sembako yang sering
mengalami kelangkaan yaitu telur, cabe, gula pasir, gas dan daging.
Kelangkaan bahan kebutuhan pokok sering terjadi di Indonesia khususnya di
Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah hal ini dapat menyebabkan
harga barang-barang yang langka melambung tinggi sehingga masyarakat
73 Wawancara, Ibu Suhartini selaku Pembeli sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 11.30 WIB.
58
mengalami kerugian dan kesengsaraan atas kelanggakan kebutuhan tersebut.
Penimbunan barang adalah hal yang paling merugikan diterima oleh
masyarakat karena dengan penimbunan barang tersebut masyarakat susah
untuk memenuhi kebutuhan pokok. Bagi pedagang yang melakukan
penimbunan barang diharapkan untuk lebih mementingkan kelancaran dalam
melakukan jual beli tidak boleh saling merugikan. terjadinya kelangkaan
kebutuhan pokok orang yang sangat dirugikan adalah pembeli atau
masyarakat.74
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dapat dijelaskan bahwa praktik penimbunan sering dilakukan
terhadap barang-barang yang paling dibutuhkan oleh masyarakat seperti sembilan bahan pokok seperti gula pasir,
minyak, daging, gas dan cabe. Praktik penimbunan tujuannya tidak lain untuk mendapatkan keuntungan dari menjual
dengan harga tinggi barang-barang yang telah lama ditimbun saat permintaan dari konsumen sedang tinggi.
Persoalan praktik penimbunan dari segi ekonomi syariah dikatakan
perbuatan dilarang. Persoalan penimbunan atau ikhtikar dipandang sebagai
perbuatan produsen atau pelaku usaha dalam memproduksi barangnya jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan produksinya yang masih bisa
dimaksimalkan, tentunya tujuannya untuk bisa mendapatkan keuntungan
dengan mengambil dari selisih harga yang jauh dari biaya produksi dan
distribusinya.
Analisis
Persoalan praktik penimbunan dari segi ekonomi syariah dikatakan
perbuatan dilarang. Persoalan penimbunan atau ikhtikar dipandang sebagai
74 Wawancara, Ibu Alfiah selaku Pembeli sembako di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah, tanggal 03 Oktober 2018 pukul 12.20 WIB.
59
perbuatan produsen atau pelaku usaha dalam memproduksi barangnya jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan produksinya yang masih bisa
dimaksimalkan, tentunya tujuannya untuk bisa mendapatkan keuntungan
dengan mengambil dari selisih harga yang jauh dari biaya produksi dan
distribusinya.
Sebagian ulama mempersempit larangan menimbun. Imam Syafii dan
Imam Ahmad berpendapat, larangan menimbun hanya bagi bahan pangan
sebab merupakan bahan pokok rakyat. Ada pula ulama yang memperluas
larangan menimbun bagi segala macam barang, sebab ikhtikar mengakibatkan
naiknya arga dan ini sikap yang tidak adil. Tetapi ada yang berpendapat, kalau
hanya menimbun hasil panen sendiri atau barang hasil produksi sendiri maka
tidak ada halangan. Pengertian menimbun mencakup pula hak monopoli
perdagangan atau industry peroranagn sehinnga rakyat di rugikan.
Islam menjamin kebebasan individu untuk melakukan transaksi jual beli
dan bersaing secara wajar, namun ia menentang dengan keras terhadap orang-
orang yang melampiaskan egoisme dan ketamakannya, dengan menimbun dan
menahan barang dagangan sementara orang lain telah membutuhkannya. Dasar
hukum yang digunakan para ulama fiqh yang tidak membolehkan ihtikar
adalah kandungan nilai-nilai universal Al Qur’an yang menyatakan bahwa
setiap perbuatan aniaya, terrnasuk didalamnya ihtikar diharamkan oleh agama
Islam. Diriwayatkan Ibnu Majah dengan Sanad Hasan sebagai berikut:
جال لب مرزوق والمحتكرملعون ا
60
Artinya : “Orang yang mendatangkan barang akan diberi rezeki dan
orang yang menimbun akan dilaknat”.75
Ikhtikar artinya menimbun barang dengan tujuan barang yang tersedia
dan dijualbelilan dimasyarakat berkurang kemudian mengalami kenaikan
harga. Pelaku penimbunan barang memperoleh keuntungan besar sedangkan
masyarakat merasa dirugikan. Pada dasarnya aktivitas ekonomi dalam
pandangan Islam bertujuan untuk:
f. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana, tujuan dari
kehidupan adalah untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
kemampuannya.
g. Masyarakat melakukan jual; beli agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
h. Memenuhi kebutuhan jangka panjang
i. Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan.
j. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah.
Apabila kegiatan ekonomi dalam pendangan islam dapat dilakukan oleh
masyatakat maka masyarakat akan mengalami kemakmuran dan kesejahteraan.
Namun sebaliknya apabila masyarakat tidak dapat melakukan kegiatan islam
sebagai mestinya maka masyarakat akan mengalami kerugian secara materil.
Islam mengajarkan dan mengatur dalam hal pendistribusian, salah
satunya yaitu dilarang penimbunan barang karena dapat menghambat proses
pendistribusian barang sampai kekonsumen dan menyebabkan rusaknya
mekanisme pasar. Penimbunan barang adalah sebagai bentuk kejahatan
75 Oneng Nurul Bariah, Materi Hadis, (Jakarta: Kalamulia, 2008), h. 107
61
ekonomi dan sosial yang hanya dilakukan oleh mereka yang menyeleweng dari
konsep islam. Menimbun adalah membeli barang ketika harga murah dan
menyimpan barang tersebut sehingga persediaan barang di Pasar Merapi
Seputih Mataram Lampung Tengah sangat kurang. Kurangnya persediaan
barang yang sering dikonsusmsi masyarakat yaitu telur, gula, cabai dan
sebagainya. Penimbun menjual barang yang ditahan ketika harga telah
melonjak, penimbunan tersebut dilarang agar harta tidak beredar hanya
dikalangan orang-orang tertentu sebagaimana misi dalam Islam.
Dalam prakteknya beberapa pedagang di Pasar Merapi Seputih Mataram
Lampung Tengah menimbun barang yang dikonsumsi oleh masyarakat seperti
cabai, telur, gula dan sebagainya sehingga pembeli merasa dirugikan bahkan
tidak bisa membeli barang tersebut dikarenakan harga melonjak dan
masyarakat tidak mampu untuk membeli barang tersebut khususnya pada idul
fitri dan idul adha telur, gula dan cabai sangat mahal harganya berkisar 40%
mengalami kenaikan harga sekitar 50 %.
Ihtikar dalam salah satu barang kebutuhan manusia, maka perekonomian
mereka akan terganggu dan mereka akan kesulitan mendapatkan barang yang
dibutuhkan, sedangkan tempat-tempat lain yang luas, apabila ada yang
menimbun barang dagangannya yang tidak mempengaruhi perekonomian
manusia, sehingga tidak dilarang ihtikar di dalamnya.
Penimbunan barang merupakan halangan terbesar dalam pengaturan
persaingan dalam pasar Islam. Dalam tingkat internasional, menimbun barang
62
menjadi penyebab terbesar dari krisis yang dialami oleh manusia sekarang, hal
ini dikarenakan sebagai berikut:
1. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhan yang diperlukan masyarakat.
2. Barang yang ditimbun dalam usaha menunggu saat naiknya harga.
3. Penimbun dilakukan pada saat masyarakat membutuhkan.
Sebagian ulama berpendapat bahwa larangan menimbun barang yang
dibutuhkan oleh masyarakat atau yang diperjualbelikan oleh masyarakat
hukumnya haram, menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat
bahwa larangan menimbun bahan pangan sebab merupakan bahan pokok
masyarakat. Penimbunan barang mengakibatkan naiknya harga. Menimbun
barang yang diharamkan menurut ahli fiqih adalah apabila memenuhi tiga
kriteria sebagai berikut:
1. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga
untuk masa satu tahun penuh.
2. Menimbun untuk dijual, kemudian pada waktu harganya membumbung
tinggi dan kebutuhan rakyat sudah mendesak baru dijual sehingga terpaksa
masyarakat membeli dengan harga mahal.
3. Yang ditimbun (dimonopoli) ialah kebutuhan pokok masyarakat seperti
pangan, sandang dan lain-lainn. Apabila bahan-bahan lainnya ada ditangan
banyak pedagang tetapi tidak termasuk bahan pokok kebutuhan masyarakat
dan tidak merugikan masyarakat maka itu tidak termasuk menimbun.
63
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisis peneliti terhadap hasil penelitian
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
Penimbunan barang dilakukan pada saat menjelang idul fitri kemudian
barang komoditi ditimbun selama 1-2 minggu dikarenakan dalam pertengahn
bulan ramadhan seluruh masyarakat memerlukan barang komoditi tersebut
seperti telur, gula, cabai bahkan daging yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang berlipat ganda dan memperkaya diri sendiri. Dalam
prakteknya di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah bahwa :
1. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhan yang diperlukan
masyarakat.
2. Barang yang ditimbun dalam usaha menunggu saat naiknya harga.
3. Penimbun dilakukan pada saat masyarakat membutuhkan.
Berdasarkan penelitian di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa para
ulama fiqh yang tidak membolehkan atau diharamkan ihtikar dikarenakan
bahwa kandungan nilai-nilai universal Al-Qur’an yang menyatakan bahwa
setiap perbuatan aniaya dan dapat merugikan serta kesengsaraan orang lain.
64
A. Saran
1. Pedagang di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah harus
mengutamakan kebutuhan masyarakat.
2. Pedagang di Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah harus adil
dan jujur dalam memperjualbelikan barang dan tidak menimbun barang
yang berakibat kerugian masyarakat.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Abdullah Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta :
Dana Bhakti Wakaf, 2001.
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Burhanuddin Abdullah, Ekonomi Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Chairuman Pasaribu dan Sahrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Islam,
Jakarta : Sinar Grafika, 2004.
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terkemahnya, Bandung : CV
Diponegoro, 2008.
Eko Supriyatno, Ekonomi Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Lexy. J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2005.
Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif, Bandung: Refika Aditama, 2011.
Metwally, M.M, Teori dan Model Ekonomi Islam, Jakarta: Bangkit Daya
Insani, 2004.
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bogor : Ghalia Indonesia, 2011.
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta : Rajawali Pers,
2008.
Muhammad Nejatullah Ash Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 2002.
66
Muhammad Qasim Kamil, Halal Haram Dalam Islam, Sukmajaya Depok:
Mutiara Allamah Utama, 2014.
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005.
Nasution, Metode Research, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R &D), Bandung: Alfabeta, 2011.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka CIpta, 2013.
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2000.
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah
Dipahami, Yogyakarta: Pustaka Baru, 2014.
Yusuf Ahmad Mahmud, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis Ala
Kapitalis, Penerjemah: Yahya Abdurrahman, (Bogor : Al Azhar Press,
2009), h.32.
Yusuf al-Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, (Terjemahan). Surabaya: Bina
Ilmu, 2004.
-------, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press: 2000.
67
Dokumentasi Pasar Merapi Seputih Mataram Lampung Tengah