skripsi pola pendekatan dalam pencegahan …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
POLA PENDEKATAN DALAM PENCEGAHAN PENAMBANGAN PASIR
ILEGAL DI KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA
Oleh:
SITTI HADIJAH
Nomor Induk Mahasiswa : 10564 11122 16
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
SKRIPSI
POLA PENDEKATAN DALAM PENCEGAHAN PENAMBANGAN PASIR
ILEGAL DI KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh:
SITTI HADIJAH
Nomor Induk Mahasiswa : 10564 11122 16
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Sitti Hadijah
Nomor Stambuk : 10564 11122 16
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya tulis ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis atau dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan akademik.
Makassar, 05 Februari 2021
Yang Menyatakan,
Sitti Hadijah
v
ABSTRAK
Sitti Hadijah. 2020. Pola Pendekatan Dalam Pencegahan Penambangan Pasir
Ilegal Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. (dibimbing oleh Fatmawati
dan Hamrun)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pendekatan dalam
pencegahan penambangan pasir ilegal di kecamatan pallangga kabupaten gowa.
penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan
data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. sumber data
primer dan sekunder, jumlah informan 6 (enam) orang, dan dilakukan secara
purposive. Analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan dalam pencengahan
penambangan pasir ilegal yaitu dengan menggunakan teori (1) pendekatan sosial,
yaitu dimana pemerintahan sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat
maupun penambang, pola pendekatan yang di lakukan melalui pendekatan sosial
ekonomi dan budaya. (2) pendekatan institusi dalam hal ini pemerintah
bekerjasama dengan institusi lain salah satunya dari pihak kepolisian sebagai
pihak yang melakukan penertiban, pola pendekatan yang di lakukan dengan cara
koordinasi dan pengawasan. (3) pendekatan teknologi disini pemerintah provinsi
melakukan pendekatan melalui media internet yaitu ruang pengaduan.
Kata kunci: Pola Pendekatan, Penambangan Pasir Ilegal
vi
KATA PENGANTAR
حيم بسم ٱلله ن ٱلره حم ٱلره
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar,
Indonesia. Tak lupa pula shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW kepada sahabat, kerabat, saudara, istri dan para pengikutnya
yang telah memberi tauladan bagi kita semua.
Dalam penyelesaian akhir, penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan,
bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Selanjutnya pada
kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada:
1. Terima kasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua, saudara,
dan keluarga tercinta, yang telah dengan sabar, ikhlas, tulus,
memberikan do’a, semangat dan motivasi untuk keberhasilan penulis.
2. Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Hamrun,
S.IP., M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tulus,
ikhlas meluangkan waktu, tenaga, pikiran, memberikan bimbingan,
vii
motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si dan bapak Ahmad Harakan,
S.IP., M.Hi selaku ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan
ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku
perkuliahan dan seluruh staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu
penulis.
6. Para Pihak Dinas/Instansi yang ada pada lingkup Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa yang telah memberi izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
7. Untuk Fitrayanti yang telah memberikan bantuan tenaga, masukan,
motivasi yang tak henti-hentinya selama proses penelitian.
8. Senior-senior yang telah memberikan solusi serta meluangkan waktu
kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
9. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan serta
saudara kelas IP C yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripisi ini.
viii
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan
kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan ini. Kiranya skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada para pembaca untuk menambah Ilmu
Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 05 Februari 2021
Penulis
SITTI HADIJAH
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................. ii
HALAMAN PENERIMA TIM ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iv
ASBTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitan Terdahulu ....................................................................................... 7
B. Peran Pemerintah Daerah Dalam Tata Kelola Lingkungan Hidup ................ 10
C. Pola Pendekatan Dalam Pengololaan Lingkungan Hidup ............................. 13
D. Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang ..................................................... 16
E. Sistem Pengelolaan Pertambangan Berkelanjutan ......................................... 17
F. Keterlibatan Stekholder Pemerintah, Masyarakat, Dalam Tata Kelola
Lingkungan Hidup ........................................................................................ 20
G. Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Pencegahan Penambangan Pasir 22
H. Kerangka Pikir ............................................................................................... 23
I. Fokus Penelitian ............................................................................................. 25
J. Deskripsi Pokus Penelitian ............................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian......................................................................... 27
B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................................ 27
x
C. Sumber Data ................................................................................................... 28
D. Informan Penelitian ........................................................................................ 30
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 30
F. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 32
G. Keabsahan Data .............................................................................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 34
B. Pola Pendekatan Dalam Pencegahan Penambangan Pasir Ilegal Di Kecamatan
Palangga Kabupaten Gowa ........................................................................... 40
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 58
B. Saran ............................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sumber Data ............................................................................................... 29
Tabel 3. 2 Informan Penelitian ................................................................................... 30
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan .......................................................................... 36
Tabel 4.2 Pemegang IUP Mineral Non Logam Batuan di Prov. Sulsel ..................... 42
Tabel 4.3 Data grafik penindakan penambangan tanpa izin ...................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan sumberdaya alamnya yang
melimpah. Sumberdaya alam yang terkandung didalamnya cukup berpotensi
termasuk bahan galian industri. Sehubungan dengan pembangunan di segala
bidang yang sedang dilakukan di Negara ini, Pertambangan Pasir menjadi
salah satu bidang yang memberikan kontribusi cukup besar. Pemanfaatan
sumber daya alam secara besar-besaran memang akan berdampak baik bagi
pertumbuhan ekonomi, namun sebaliknya terhadap dampak lingkungan yang
ditimbulkan.
Menurut (Halim et al., 2019), pertambahan penduduk telah meningkatkan
kebutuhan terhadap sandang, pangan, papan, air bersih dan energi. Hal
tersebut mengakibatkan eksploitasi terhadap sumberdaya alam semakin tinggi
serta cenderung mengabaikan aspek-aspek lingkungan. Penambangan yang
dilakukan oleh manusia merupakan usaha untuk maksud pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Hanya saja, proses penambangan yang dilakukan selama
ini, cenderung menjadi usaha eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan
yang pada akhirnya berdampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia itu
sendiri. Salah satu yang marak saat ini adalah Pertambangan Pasir tanpa izin.
Kegiatan Pertambangan Pasir mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan,
antara lain perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna,
1
2
perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah
dan sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk maka
meningkat pula kebutuhan manusia terhadap kegiatan sehari hari seperti
kebutuhan sandang, pangan, papan, air bersih dan energi. Banyaknya
peningkatan kebutuhan manusia tersebut maka mengakibatkan eksploitasi
terhadap sumber daya alam semakin tinggi dan cenderung mengabaikan
aspek-aspek lingkungan hidup. Salah satu bentuk eksploitasi sumber daya
alam adalah kegiatan penambangan. Berdasarkan data dari Dinas
Pertambangan Pasir Energi Dan Mineral Provisi Sulawesi selatan terdapat 36
titik lokasi penambangan pasir dan 13 penambangan pasir ilegal yang masih
menggunakan pompa atau mesin sedot (Data Pengdal, 2020).
Melihat besarnya potensi bahan galian batuan yang terdapat di Kabupaten
Gowa menyebabkan banyaknya kegiatan usaha Pertambangan Pasir yang
diusahakan baik perorang maupu badan usaha. Pada dasarnya kegiatan usaha
Pertambangan Pasir yang dilakukan harus memiliki izin ini tidak menutup
kemungkinan adanya kegiatan usaha Pertambangan Pasir ilegal tersebut kerap
kali luput dari perhatian Pemerintah sebagai pihak yang berwenang
mengeluarkan izin. Izin merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan Daerah atau peraturan lainnya yang
merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang
atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Ada berbagai jenis
izin yang dapat kita jumpai dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009
3
tentang Pertambangan Pasir Mineral dan Batubara yang berupa; izin usaha
Pertambangan Pasir (IUP), IUP Eksplorasi, IUP Operasi produksi, izin
Pertambangan Pasir rakyat (IRP), Izin usaha Pertambangan Pasir khusus
(IUPK), IUPK Eksplorasi, dan IUPK Operasi Produksi. (Khairunnisa, 2018)
Munculnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah berlaku Oktober 2016. Dengan demikian Pemerintah Provinsi
mengambilalih Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari tangan Pemerintah
Kabupaten dengan mensyaratkan batas waktu pelimpahan administrasi dari
Kabupaten ke Provinsi dua tahun sejak diundangkan atau tanggal 2 Oktober
2016. Ketentuan tersebut mengacu pada Pasal 404 yang menyebutkan serah
terima personel, pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen sebagai
akibat pembagian urusan Pemerintah Daerah antara Pemerintah Pusat, Daerah
Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dilakukan paling lama 2 tahun.
(http://eiti.ekon.go.id/mulai-oktober-2016-perizinan-pertambangan-dialihkan-
ke-provinsi/ diakses tanggal 6 September 2020).
Jalur komunikasi yang ditempuh berupa pertemuan langsung dengan
warga dinilai belum efektif. Bahkan tindakan dari aparat. Kepolisian yang
berulangkali menyita peralatan penambang belum juga memberi efek jera,
justru kegiatan tersebut berlangsung hingga saat ini. Awalnya hanya beberapa
masyarakat yang melakukan penambangan diarea yang dulunya digunakan
sebagai persawahan, lambatlaun banyak masyarakat yang melakukan
penambangan pasir bahkan dari luar desa julukanaya. Kegiatan penambangan
pasir secara liar yang secara terus menerus di Desa Julukanaya Kecamatan
4
Palangga Mengingat kegiatan pertambangan dapat menciptakan kerusakan
lingkungan yang serius seperti rusaknya jalan, berkurangnya lahan untuk
bertani, dan berbahaya bagi pemukiman masyarakat dalam suatu kawasan
lokasi pernambangan pasir.
Pemanfaatan potensi alam di setiap daerah dapat dilakukan untuk apa saja
dan siapa saja, tetapi tetap ada aturan serta norma yang harus ditaati dan
disepakati. Galian C adalah bahan tambang yang biasanya digunakan untuk
pembangunan infrastruktur. Salah satu contoh kongkrit galian C yang berasal
dari Desa Julukanaya Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. dimana lokasi
seperti desa. Karena di lokasi galian C di daerah ini berada sangat dekat
dengan permukiman Masyarakat Desa Julukanaya, masyarakat desa sekitar
untuk mencari nafkah dengan bekerja sebagai pekerja kasar pengumpul pasir
di tambang galian C tersebut.
Oleh karenanya Pemerintah telah sepakat tidak akan mengeluarkan
rekomendasi bagi penambang-penambang baru. Disamping itu Pemerintah
masih terus mengawasi dan melakukan sidak kepada pengoperasian tambang
ilegal. Selain melakukan sidak kepada para penambang ilegal, Pemerintah
akan memberhentikan permohonan rekomendasi izin operasi tambang baru.
Pemerintah juga meminta kepada seluruh Masyarakat ikut berkontribusi
menolak aktivitas tambang pasir. Salah satunya dengan tidak membeli pasir
dari hasil tambang yang tidak memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya dalam permasalahan
aktivitas penambangan pasir ilegal yang diilakukan oleh penambang disungai
5
Jeneberang Kabupaten Gowa mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
menimbulkan bencana hingga jatuhnya korban jiwa. Maka dari itu penulis
memilih judul penelitian sebagai berikut: Pola Pendekatan Dalam
Pencegahan Penambangan Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa.
B. Rumusan Masalah
Uraian latar belakang yang telah dikemukakan mendasari peneliti untuk
menetapkan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana Pola Pendekatan Sosial Dalam Pencegahan Penambangan
Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa ?
2. Bagaimana Pola Pendekatan Institusi Dalam Pencegahan Penambangan
Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa ?
3. Bagaimana pola pendekatan Teknologi Dalam Pencegahan Penambangan
Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa ?
C. Tujuan penelitian
Rumusan masalah yang telah diajukan menjadi dasar bahwa tujuan
penelitian ini, adalah untuk:
1. Mengetahui Pola Pendekatan Sosial Dalam Pencegahan Penambangan
Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
2. Mengetahui Pola Pendekatan Institusi Dalam Pencegahan
Penambangan Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
3. Mengetahui Pola Pendekatan Teknologi Dalam Pencegahan
Penambangan Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pembaca
dan dapat dijadikan sebagai referensi tambahan bagi penulis yang lain.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintahan Kabupaten
Gowa dalam Pola Pendekatan Dalam Penambangan Pasir Ilegal
secara efektif.
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberi nilai tambah yang
selanjutnya di kombinasikan dengan penelitian-penelitian lainnya,
khususnya yang mengkaji tentang dampak Penambangan Pasir Ilegal
Di Kabupaten Gowa.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian, ada beberapa peneliti terdahulu
yang telah melakukan penelitian tentang Pencegahan Penambangan Pasir
Ilegal yaitu:
No Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian
1. (Halim et al., 2019)
Analisis Dampak
Penambangan Pasir
Ilegal Sungai Brantas
Terhadap Lingkungan
Hidup Di Desa
Brumbung Kabupaten
Kediri
Kerusakan lingkungan karena eksploitasi juga
terjadi di desa brumbung kabupaten kediri.
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
penambangan pasir yang ada mejadikan
permasalahan yang harus dituntut kesadarannya
oleh semua pihak. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif-kualitatif, dimana proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena.
Untuk mengkaji permasalahan ini dilakukan
observasi dan tanya jawab kepada para
penambang, Masyarakat sekitar dan juga Dinas
yang bersangkutan.
2. (Suprianto, 2017)
Analisis Ekonomi
Politik Terhadap
Eksploitasi
Penambangan Pasir
Golongan C Di Desa
Julukanaya Kecamatan
Pallangga Kabupaten
Penelitian ini menggunakan jenis penilitian
kualitatif yang berlokasi di Desa Julukanaya
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa .
Sumber data pada penelitian ini adalah sumber
data primer yakni Pemerintah Desa, pengusaha
tambang dan Masyarakat di sekitar
Pertambangan Pasir dan sumber data sekunder
yakni literatur buku, jurnal, dokumen tertulis,
8
Gowa skripsi, atau tulisan-tulisan lain yang berkaitan
dengan aspek yang diteliti. Untuk
mengumpulkan data adalah dengan melakukan
observasi dan wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dampak eksploitasi
penambangan pasir golongan C di Desa
Julukanaya yakni: Meningkatnya polusi udara,
Peningkatan kebisingan, Rusaknya jalan.
3. (Marini et al., 2014)
Penerimaan Informasi
Dampak Penambangan
Pasir Bagi Kerusakan
Lingkungan Hidup Di
Kalangan Penambang
Pasir Ilegal Di DAS
Jeneberang Kabupaten
Gowa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana proses penerimaan informasi di
kalangan penambang pasir tentang dampak
aktivitas penambangan bagi lingkungan hidup
di DAS Jeneberang Kabupaten Gowa .
Berdasarkan hasil penelitian, penerimaan
informasi di kalangan penambang menjadi
boomerang diakibatkan lemahnya argumentasi
yang diberikan pihak BLHD. Dari penelitian
ini disimpulkan bahwa penyampaian informasi
mengenai dampak kerusakan lingkungan hidup
melalui pesan persuasif yang dilakukan Badan
Lingkungan Hidup Daerah kepada pihak
penambang tidak mencapai tujuan yakni
mengubah perilaku penambang untuk berhenti
menambang secara ilegal.
4. (Saliha, 2017) Perizinan
Pertambangan Batuan
Dalam Mewujudkan
Tata Kelolah
Lingkungan Hidup
Yang Berwawasan
Hasil yang di dapatkan adalah dimana dalam
pengelolaan pertambangan batuan melalui alur
sistem perizinan. Karena dalam peraktek usaha
pertambangan berdampak besar terhadap
kerusakan lingkungan. Dibutuhkan suatu
pengawasan. Pengawasan yang di maksud
9
Lingkungan adalah untuk mengentrol usaha pertambangan
untuk mencapai tujuan atas pengusahaan
kegiatan tersebut.
5. Chandra Nugraha,
2016. Pendekatan
Sosial Dalam
Penanganan Persepsi
Masyarakat Pada Aspek
Lingkungan
Pertambangan PT
Angincourt Resources.
Hasil yang di dapatkan adalah dimana persepsi
negatif pada aspek lingkungan sebuah kegiatan
pertambangan merupakan hal yang wajar
terjadi karena adanya perubahan tentang alam,
penggunaan bahan kimia dalam peroses
pengolaan mineral, pelepasan air tambang, dan
sebagainya. Sudah menjadi kewajiban
perusahaan untuk mengolah persepsi ini agar
kelanjutan operasi tetap bisa berjalan seirng
dengan berkelanjutan aspek sosial dan
lingkungannya. PT PT Angincourt Resources
juga tidak lepas dari hal tersebut. Terkait
dengan hal ini, perusahaan menetapkan strategi
terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa
pendekatan secara sosial yang di lakukan ini
bisa dikatan efektif untuk menangani persepsi
negatif yang berkembang di masyarakat.
Dari Kelima penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah letak
obyek kajiannya. Kelima penelitian itu mengkaji tentang dampak
Pertambangan Pasir, adapun penelitian yang dilakukan sekarang
memfokuskan kepada pola pendekatan dalam mencengah Pertambangan pasir.
Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan tipe
penelitian deskriptif yaitu observasi, studi kasus, sedangkan jenis penelitian
10
yaitu menggunakan penelitian kualitatif. Sedangkan kesamaan dari Kelima
penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah bagaimana peran Masyarakat
dalam menanggapi adanya Pertambangan Pasir disekitar lingkungan mereka
dan bagaimana upaya Pemerintah dalam menangani dan menanggulangi
akibat aktivitas Pertambangan Pasir.
B. Peran Pemerintah Daerah Dalam Tata Kelola Lingkungan Hidup
Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan
lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai
yang hidup dalam Masyarakat. Penataan ruang adalah proses perncanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, Pengelolaan
lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu dengan penataan ruang,
perlindungan sumber daya alam non hayati, perlindungan sumber daya buatan,
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya,
keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban
mewujudukan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran serta tanggung
jawab:
1. Para pengambil keputusan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
3. Kemitraan antara Masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam
upaya pelestarian daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup.
4. Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin
terpeliharanya daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup.
11
5. Mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preventif
dan proaktif dalam upaya pencegahan penuruan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.
6. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang ramah
lingkungan.
7. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang lingkungan
hidup.
8. Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan
kepada Masyarakat.
9. Memberikan penghargaan kepada orang lain atau lembaga yang
berjasa di bidang lingkungan hidup.
Beberapa hal dari buruknya tata kelola Pemerintahan bagi tata kelola
lingkungan hidup sebagai berikut (Andhini, 2017):
a. Adanya pelanggaran hukum yang dilakukan Pemerintah, bahkan
aturan yang telah dibuat dan akhirnya dilanggar sendiri. Salah satu
contoh yang kerap terjadi adalah pelanggaran terhadap peraturan
Daerah (Perda) tentang tata ruang. Pelanggaran tersebut banyak
dilakukan dengan dalih dilakukan guna mensejahterakan ekonomi
Masyarakat ataupun keuntungan pribadi dari pejabat terkait.
b. Rusaknya lingkungan hidup juga terkait dengan berbagai pelanggaran
berbagai peraturan perundang-undangan serta praktek Kolusi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN). Sehingga hal tersebut menjadi salah satu
contoh buruknya Tata Kelola Pemerintahan
12
c. Lambannya pelayanan publik dan besarnya biaya yang ditujukan
untuk pengurusan izin dan urusan prosedural formal lainnya membuat
banyak pengusaha cenderung mengabaikan prosedur pengelolaan
lingkungan. salah satu hal yang menjadi cermin buruknya Tata Kelola
Pemerintahan yang ada.
d. Lemahnya kontrol lingkungan secara formal pada ranah pemegang
kekuasaan maupun secara non formal melalui Masyarakat sipil.
Adanya lembaga Masyarakat yang gigih dalam mengontrol
Pemerintahan serta kurangnya koorDinasi dengan Pemerintah sehingga
kontrol yang efektif kurang berjalan baik. Harus diakui bahwa
tentunya Masyarakat sipil mempunyai peran positif yang dominan
untuk mengontrol berbagai kebijakan dan langkah Pemerintah yang
merugikan lingkungan.
e. Kurangnya keterbukaan dan pasrtipasi publik dalam hal ini peran serta
Masyarakat dalam menentukan kebijakan publik, termasuk dalam
kegiatan perumusan peratutan perundang-undangan yang masih
berlangsung pada tataran formal sehingga belum banyak hasil positif
yang di dapatkan untuk kepentingan lingkungan.
f. Tumpang tindih dalam berbagai sektor pengelolaan lingkungan
(egosentral) dimana kurangnya koorDinasi berbagai pihak, serta
agenda yang berjalan sendiri-sendiri berdampak negatif pada
lingkungan. hal tersebut banyak dijumpai pada penyusunan tata ruang.
13
g. Lemahnya komitmen pemimpin Nasional maupun Daerah dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam berbagi kasus terdapat adanya
kontradiksi antara apa yang disanggupi oleh Pemerintah serta apa yang
nyata dilakukan oleh Pemerintah.
C. Pola pendekatan dalam pengelolaan Lingkungan hidup
Adapun perlindungan dan pengelolaan dalam aktivitas penambangan pasir
yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan Pendekatan pengelolaan
lingkungan yang dibagi menjadi 3 aspek (Wulan, 2015):
1. Pendekatan sosial
Guna menjelaskan aspek sosial, ekonomi dan budaya. Dalam pendekatan
sosial yang harus di perhatikan adalah pengetahuan lokal dalam pengelolaan
lingkungan. Selain itu, yang harus di lakukan dalam mengelolah konflik
tersebut dapat memecahkan masalah dengan melakukan musyawarah secara
bijaksana, melakukan sosialisasi kepada masyarakat, sehingga dapat tercipta
win win solution. Contohnya dalam kegiatan pra konstruksi. Kegiatan
pembebasan tanah berpotensi menimbulkan dampak penting berupa keresahan
Masyarakat. Dalam hal ini pendekatan yang bisa dilakukan oleh pemrakarsa
yaitu melakukan musyawarah dengan menggandeng Institusi terkait guna
menjelaskan besaran ganti untung tanah Masyarakat serta memprioritaskan
Masyarakat yang terkena dampak langsung untuk dijadikan tenaga kerja
apabila belum memiliki mata pencaharian.
Pada bagian ini dirinci semua bantuan dan kerjasama aparatur pemerintah
terkait yang diperlukan oleh pemprakarsa untuk menanggulangi dampak-
14
dampak lingkungan kegiatan Pertambangan ditinjau dari segi biaya,
kemudahan, sosial ekonomi, misalnya:
a. Bantuan biaya dan kemudahan untuk operasi pengelolaan lingkungan
1. Kemudahan atau keringanan bea masuk pengadaan peralatan
2. Keringanan syarat pinjaman/kredit bank
3. Kebijaksanaan dan penyelenggaraan penyaluran penduduk yang
tergusur dari lahan tempat tinggalnya atau lahan mata pencahariannya
b. Penanggulangan masalah sosial, ekonomi dan sosial budaya, antara lain:
1. Pelaksanaan ganti rugi ditempuh dengan cara-cara yang tepat
2. Kebijaksanaan dan penyelenggaraan penyaluran penduduk yang
tergusur dari lahan tempat tinggalnya atau lahan mata pencahariannya
3. Pendidikan dan pelatihan bagi penduduk yang mengalami perubahan
pola kehidupan dan sumber penghidupan
4. Penggunaan tenaga kerja setempat yang bila perlu didahului dengan
latihan keterampilan
5. Penyelamatan benda bersejarah dan tempat yang dikeramatkan
masyarakat
2. Pendekatan Institusi
Dalam hal ini kerjasama dengan Institusi yang terkait. Pada bagian ini
dirinci kegiatan setiap instansi, badan, lembaga lain yang terlibat dan perlu
dilibatkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan hingga kegiatan
penanggulangan dampak rencana kegiatan pertambangan umum ditinjau dari
segi kewenangan, tanggung jawab dan keterkaitan antar instansi, badan,
15
lembaga, Tujuannya adalah untuk melakukan penyuluhan mengenai usaha
yang akan dilakukan demikian juga dalam pendataan lahan, tanaman tumbuhan
dan bangunan yang akan dibebaskan melalui musyawarah agar mendapatkan
mufakat sesuai dengan ketentuan yang ada tanpa adanya intimidasi. Hal yang
di lakukan adalah dengan :
a. Pengembangan mekanisme kerjasama dan koordinasi antar instansi
Peraturan perundang-undangan yang menunjang pengelolaan
lingkungan
b. Pengawasan baik intern maupun ekstern yang meliputi pengawasan
oleh aparat pemerintah dan masyarakat
c. Perencanaan prasarana dan sarana umum, baik relokasi maupun baru
3. Pendekatan Teknologi
Dalam upaya pencegahan kerusakan lingkungan, Pendekatan teknologi
dilakukan pada tahap konstruksi. Pada intinya pendekatan teknologi adalah
sautu cara yang dilakukan melalui teknologi yang ada untuk meminimalkan
dampak negatif yang ada dalam kedua tahap tersebut. Memuat semua cara atau
teknik pengelolaan lingkungan fisik maupun biologi yang direncanakan serta
diperlukan untuk mencegah, mengurangi, menanggulangi dampak kegiatan
Pertambangan sehingga kelestarian lingkungan lebih lanjut dapat
dipertahankan dan bahkan untuk memperbaiki serta meningkatkan daya
dukungnya seperti:
16
a. Pencegahan erosi, longsoran dan sedimentasi dengan penghijauan
b. Penggunaan lahan secara terencana dengan memperhatikan
konservasi lahan
c. Mengurangi terjadinya pencemaran
d. Membangun kolam pengendapan disekitar daerah kegiatan untuk
menahan lumpur oleh aliran permukaan
e. Penimbunan kembali lubang-lubang bekas tambang
f. Penataan lahan
D. Penggolongan Sumberdaya Alam Tambang
Menurut (Aidar, 2016) Ada banyak jenis bahan tambang yang terdapat di bumi
Indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Bahan galian strategis yaitu golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal,
batu bara, gas alam, lilin bumi, dan bahan-bahan galian aktif lainnya
(antara lain: nikel dan timah).
2. Bahan galian vital yaitu golongan B, terdiri atas: besi, emas, intan, perak,
plastik, seng, tembaga, titan/titanium, dan bahan-bahan logam lainnya
(antara lain: belerang dan kristal).
3. Bahan galian golongan C, terdiri atas: pasir, tanah, dan batu krikil. Bahan
ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada
di Indonesia.
17
E. Sistem Pengelolaan Pertambangan Berkelanjutan
Peningkatan nilai tambah pertambangan adalah upaya optimalisasi atas
pengelolan proses hulu-hilir kegiatan pertambangan serta pengembangan
wilayah dan masyarakat di sekitar kegiatan. Sistem pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan diharapkan dapat mencegah dampak pencemaran terhadap
daya dukung lingkungan, perubahan perilaku sosial kemasyarakatan serta
pertumbuhan sektor ekonomi informal yang tidak terkendali. Untuk itu,
semestinya pengelolaan lingkungan pertambangan mineral dituangkan dalam
suatu kebijakan yang sistematis dan secara berkelanjutan.
Prinsip pengelolaan pertambangan berkelanjutan (sustainable mining
management) sebagai berikut (Hanat, 2018):
1. Mengimplementasikan dan memelihara praktek bisnis yang beretika
dan tata kelola perusahaan yang baik (Implement And Maintain Etichal
Business Practices And Sound Systems Of Comporate Governance).
2. Mengintregasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
proses pengambalian keputusan perusahaan (Integrate Sustainable
Development Consideration Within The Corporate Decision Making
Process).
3. Menegakkan hak asasi manusia dan menghormati budaya, adat istiadat
dan nilai-nilai yang berkaitan dengan pekerja dan pihak lainnya yang
bersinggungan dengan aktifitas tambang yang dilakukan (Uphol
Fundamental Human Rights And Respect Cultures, Customs And
18
Values In Dealings With Employees And Others Who Are Affected By
Our Aktivities).
4. Menerapkan strategi manajemen resiko bedasarkan data yang valid dan
ilmiah (Implement Risk Management Strategies Based On Valid Data
And Sound Science).
5. Terus meningkatkan kinerja kesehatan dan keselamatan (Seek
Continual Improvement Of Our Health Safety Performance).
6. Terus meningkatkan kinerja lingkungan (Seek Continual Improvement
Of Our Environmental Performance).
7. Berkontribusi terhadap konservasi biodiversitas dan pendekatan
kegiatan yangterpadu dengan pendekatan perencanaan tata ruang
(Contribute To Conservation Of Biodiversity And Integrated
Approaches To Land Use Planning).
8. Memfasilitasi dan mendorong desain produksi, penggunaan,
penggunaan kembali, daur ulang, dan pembuangan produk yang
dihasilkan secara bertanggung jawab (Facilitate And Encourage
Responsible Product Design, Use, Re-Use, Recycling And Disposal Of
Ourproducts).
9. Berkontribusi terhadap pembangunan sosial, ekonomi, dan
kelembagaan masyarakat dilokasi operasi (Contribute To The Sosial,
Economic, And Institutional Development Of The Communities In
Which We Operate).
19
10. Mengimplementasikan keterlibatan secara efektif dan transparan,
pengaturan dan pelaporan independen dengan para pemangku
kepentingan (Implement Effective And Transparent Engagement,
Communication And Independently Verivied Reporting Arrangements
With Our Stakeholder).
Aspek penting dalam keberhasilan perencanaan penutupan tambang
sebagai berikut (Hanat, 2018):
1. Adanya partisipasi stakeholder.
Tujuan dan kriteria untuk menentukan keberhasilan penutupan
tambang harus melibatkan stakeholder yang terdiri atas masyarakat
setempat, karyawan, pemerintah dan pihak-pihak terkait seperti
lembaga swadaya masyarakat dengan upaya-upaya yang di arahkan
dalam rangka pengembangan masyarakat di sekitar area tambang.
2. Tahapan perencanaan yang bersifat dinamis.
Identifikasi isu-isu potensial yang perlu di kelola dikemudian hari
harus dilakukan selama kegiatan pertambangan masih berlangsung,
yaitu dengan melakukan desain awal penutupan tambang, reklamasi
progresif, rencana penutupan lahan sementara dan rencana penutupan
tambang final. Reklamasi progresif yang dilakukan selama kegiatan
eksploitasi dengan kecepatan yang sama dengan pembukaan lahan.
3. Keberlanjutan ekonomi.
Perlu merumuskan tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat pendapatan masyarakat sebelum adanya kegiatan
20
pertambangan, selama kegiatan pertambangan berlangsung dan setelah
pertambangan berakhir. Diupayakan setelah tambang berakhir tidak
terjadi penurunan tingkat perekonomian masyarakat sekitar tambang
bahkan kalau bisa harus meningkat.
4. Keberlanjutan lingkungan.
Apabila suatu daerah akan ditinggalkan setelah sumber daya
mineralnya habis ditambang, beberapa persyaratan lingkungan perlu
dipenuhi agar memenuhi tujuan dari perencanaan penutupan tambang,
yaitu kestabilan ekologi, kimia dan fisik
F. Keterlibatan Stekholder Pemerintah, Masyarakat, Dalam Tata Kelola
Lingkungan Hidup
1. Keterlibatan Pemerintah
Menurut Salim, Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang
terdapat di dalam bumi. Kewenangan pemerintah dalam pengelolaan
pertambangan meliputi (Nuralam et al., 2017):
a. Perizinan bertujuan untuk pengendalian dan pengawasan pemerintah
terhadap aktivitas dalam hal-hal tertentu yang ketentuannya berisi
pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik yang
berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwewenang.
b. Penambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya
pencarian, atau penaggalian, pengelolaan, pemanfaatan dan penjualan
bahan galian.
21
c. Pengangkutan merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
mengangkut bahan atau endapan bijih dari satu tempat (tambang) ke
tempat lain (tempat penimbunan atau pengolahan).
d. Pemungutan atau retribusi adalah retribusi atas kegiatan tertentu yang
diberikan oleh pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas penggunaan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
2. Keterlibatan Masyararat
Peran serta keterlibatan masyarakat memiliki makna yang amat luas,
dalam bahasan ini peran serta masyarakat selalu dikaitkan dengan partisipasi,
yang oleh beberapa kalangan diartikan sebagai sesuatu yang pada hakekatnya
bertitik tolak dari sikap dan perilaku meski batasannya tidak jelas, akan tetapi
mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk dirumuskan.
Partisipasi masyarakat dapat pula diartikan sebagai keikut sertaan masyarakat
dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. (Kahpi, 2018)
22
Sebegitu pentingnya melibatkan segenap unsur termasuk keterlibatan
masyarakat dalam upaya pembangunan, kita merihat pandangan sebagai
berikut (Kahpi, 2018):
a. partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta
proyek-proyek akan gagal.
b. bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek
tersebut.
c. bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
G. Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Pencegahan Penambangan
Pasir
1. Peran pemerintah
Semangat otonomi Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan
kewenangan anatara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, termasuk di bidang
perlindungan dan pengolaan lingkungan hidup. Dalam pencegahan
penambangan pasir ilegal yang harus di lakukan oleh peemerintah Daerah
dengan melakukan pengaturandan perbaikan Data pertambangan tanpa izin,
23
pengecekan atu inpeksi dadakan, penertiban oleh aparat hukum, pemberian
sanksi, penyuluhan dan sosialisasi dampak tambang ilegal, dan penyedian
lapangan kerja.
2. Peran Masyarakat
Peran serta masyarakat juga diatur berkaitan dengan penyusunan analisis
mengenai dampak lingkungan (Amdal). Pasal 26 UU PPLH mengatur bahwa
dokumen Amdal disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi
yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilakukan.
Peran serta masyarakat dalam tata kelola pertambangan mempunyai
jangkauan luas. Peran serta tersebut tidak hanya meliputi peran serta individu
yang terkena berbagai peraturan perundang-undangan atau keputusan
administratif, akan tetapi meliputi pula peran serta kelompok dan organisasi
dalam masyarakat. Adapun pokok fikiran yang melandasi perlunya peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah:
a. memberi informasi kepada Pemerintah
b. meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan
c. membantu perlindungan hukum
d. mendemokratisasikan pengambilan keputusan
H. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan melihat gambaran mengenai Pola
Pemerintah Dan Masyarakat dalam hal pencegahan penambangan pasir ilegal
di Kabupaten Gowa. Pengelolaan lingkungan dalam kegiatan yang berdampak
24
besar terhadap lingkungan seharusnya dilakukan dengan cara yang sesuai
kaidah yaitu dengan Pendekatan pengelolaan lingkungan 3 indikator sebagai
berikut (Manik dalam Putra, 2018) 1) Pendekatan sosial 2) Pendekatan
Institusi dan 3) pendekatan teknologi.
Bagan Kerangka Fikir
Pola Pendekatan Dalam Pencegahan
Penambangan Ilegal
Pendekatan sosial
1. Ekonomi
2. Kebudayaan
Pendekatan institusi
1. Koordinasi
2. Pemantauan
Pendekatan Teknologi
1. Media Internet
Berkurangnya Penambangan Pasir
Ilegal
25
I. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini menjadi fokus penelitian adalah Pola Pendekatan
Dalam Pencegahan Penambangan Ilegal. Fokus ini meliputi: Pendekatan
Sosial berfokus pemerintah dan masyarakat melakukan pencegahan
penambangan dengan aspek ekonomi dan kebudayaan. Pendekatan Institusi
berfokus institusi melakukan pendekatan dengan bekerjasama untuk
pencegahan penambangan ilegal yang meliputi koordinasi dan pemantauan.
Pendekatan Teknologi berfokus penggunaan teknologi berfokus penggunaan
media internet.
J. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi fokus penelitian ini yaitu Pola Pemerintah Dan Masyarakat
dengan menggunakan tiga indikator sebagai berikut:
1. Pendekatan sosial guna menjelaskan aspek sosial dan ekonomi. Dalam
hal ini pendekatan dilakukan oleh Pemerintah yaitu melakukan
musyawarah dengan menggandeng Masyarakat terkait guna
menjelaskan dampak akibat penambangan kepada Masyarakat serta
memprioritaskan Masyarakat yang terkena dampak langsung aktivitas
penambangan di Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa.
2. Pendekatan Institusi atau dalam hal ini kerjasama dengan Institusi
yang terkait. Melakukan penyuluhan mengenai pengelolaan
lingkungan dan kegaitan penambangan yang baik. Demikian juga
dalam pendataan lahan, tanaman tumbuhan dan bangunan yang akan
dibebaskan melalui musyawarah agar mendapatkan mufakat sesuai
26
dengan ketentuan yang ada tanpa adanya intimidasi di Kecamatan
Palangga Kabupaten Gowa.
3. Pendekatan Teknologi. Pendekatan teknologi dalam pengelolaan
lingkungan dilakukan pada tahap konstruksi. Pada intinya pendekatan
teknologi adalah suatu cara yang dilakukan melalui teknologi yang ada
untuk meminimalkan dampak negatif dari aktivitas penambangan pasir
ilegal di Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan. Penelitian ini
berlokasi di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Pemilihan lokasi ini
dikarenakan banyaknya Masyarakat yang melakukan penambangan pasir di
Sungai Jene’berang secara ilegal tanpa mengetahui dampak kerusakan
lingkungan yang akan terjadi.
B. Tipe dan Jenis Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini Deskriptif.
Peneliti menggunakan tipe ini yaitu untuk mengetahui Pola Pendekatan
Dalam Pencegahan Penambangan Pasir Ilegal Di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa dalam pelaksanaannya, yang pasti memerlukan
pengumpulan data dan analisis data dalam bentuk penjelasan secara
mendalam dalam prosesnya.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian
Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Peneliti menggunakan
jenis Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya
mengenai Pola Pendekatan Dalam Pencegahan Penambangan Pasir Ilegal
di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
28
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan Yaitu:
1. Sumber Data Primer
Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.
Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam
bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah
teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau
orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun
data.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung
keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang
berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Sumber data ini akan menjadi
pendukung dari pernyataan-pernyataan yang akan dihasilkan dari
narasumber.
29
Tabel 3.1
Sumber Data
No Fokus
Penelitian
Sub Fokus Indikator Sumber Data
1
Pola
pendekatan
pemerintah
dan
masyarakat
Pendekatan
Sosial
1. Sosial
ekonomi
2. Sosial
Kebudayaan
1. Primer
(Wawancara)
2. Sekunder (Buku,
Artikel, Jurnal,
dan Dokumen)
2 Pendekatan
institusi
1. Koordinasi
2. Pemantauan/
pengawasan
1. Data primer
(Wawancara)
2. Data sekunder
(Buku, Artikel,
Jurnal, dan
Dokumen)
Media internet 1. Data primer
(Wawancara)
2. Data sekunder
(Buku, Artikel,
Jurnal, dan
Dokumen)
30
D. Informan Penelitian
Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan
Purposive sampling, artinya menentukan informan sesuai dengan kriteria
terpilih secara relavan dengan masalah penelitian. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian tersebut adalah:
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No Nama Inisial Jabatan Keterangan
1 Djemi D.
Abdullah. St. Map
DDA Kepala Bidang
Minerba Sulsel
DINAS ESDM
2 Agus m, S.ip AM Kasib Transib
Kecamatan
Palangga
Pemerintah
Kecamatan
Palangga
3 Aziz Dg. Sijaya
ADS Mantan Penambang
Penambang
4 Dg. Gading
DG Mantan penambang Penambang
5 Yahya Y Mantan Penambang Penambang
7 Dg. Tayang
DT Masyarakat Masyarakat
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah teknik yang memungkinkan diperoleh data detail. Teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
dari penelitian adalah mendapatkan data.
Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
31
1. Observasi
Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengamati hal-hal yang terkait
dengan masalah Penambangan Pasir Ilegal di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa. Observasi ini memungkinkan peneliti untuk melihat
dan meninjau secara langsung mengenai fakta yang ada dilapangan
serta untuk mendapatkan informasi lebih, yang dapat digunakan dalam
penelitian ini.
2. Wawancara
Peneliti akan bertukar informasi melalui tanya jawab dengan
semua narasumber yang terkait dalam penelitian ini, dalam hal ini
mengenai Penambangan Pasir Ilegal di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa. Dengan menggunakan pedoman wawancara dengan
cara tanya jawab dan dalam wawancara penulis menggunakan alat
perekam.
3. Dokumentasi
Teknik ini merupakan pelengkap dari penggunaan observasi dan
wawancara dalam penelitian ini. Dokumentasi merupakan catatan
peristiwa masa lampau dan hasil penelitian observasi dan wawancara
akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumentasi.
4. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi ini digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan seluruh informasi yang didapatkan dari
seluruh sumber data dari berbagai teknik pengumpulan data.
32
F. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data
kualitatif, dengan mengumpulkan dan menyusun semua data yang telah
didapatkan dilapangan. Adapun analisis dilakukan melalui prosedur dan
tahapan-tahapan berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian
kepada data-data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama dan juga
data yang sifatnya hanya pelengkap saja. Data yang diperoleh dari lokasi
penelitian atau data lapangan dituangkan dalam uaraian atau laporan yang
lengkap dan terinci. Laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal
yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.
2. Penyajian data
Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan
seluruh permasalahan penelitian dipilah anatara mana yang dibutuhkan
dengan yang tidak, lalu dikelompokkan, kemudian diberikan batasan
masalah.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah melakukan penyajian data maka kesimpulan awal dapat
dilakukan. Penarikan kesimpulan ini juga dilakukan selama penelitian
berlangsung. Sejak awal kelapangan serta dalam proses pengumpulan data
peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang telah
terkumpulkan.
33
G. Pengabsahan Data
Dalam pengabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
sebagai pengecekan dari seluruh sumber dengan berbagai teknik serta waktu
dengan menggunakan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai
bahan untuk mendapatkan keabsahan data.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi ini digunakan oleh peneliti untuk pengujian terhadap data
yang telah diperoleh dari beberapa sumber. Setelah mencapai pemahaman
dengan berbagai sumber maka data yang diperoleh terhitung valid.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi ini digunakan untuk menguji data dengan cara yang
berbeda. Saat data yang didapatkan berbeda, maka peneliti akan kembali
berdisukusi dengan sumber data agar mendapatkan data lebih valid.
3. Triangulasi Waktu
Dalam Triangulasi ini, peneliti akan melakukan pengecekan data
secara berkala jika terdapat ketidaksesuaian selama waktu pengumpulan
data (Sugiyono, 2017).
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi penelitian
1. Sejarah Pemerintahan Kecamatan Palangga
Pada awalnya Kecamatan Palangga adalah bagian yang terintegrasi dengan
disitrik limbung berdasarkan undang-undang Nomor 29 tahun 1957 sebagai
penjabaran undang-undang nomor 1 tahun 1957 mencabut undang-undang
darurat no 2 tahun 1957 dan menegaskan gowa sebagai Daerah tingkat II yang
berhak mengurus rumah tangganya sendiri.
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan
3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa
terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa atau Kelurahan definitif
sebanyak 167 dan 726 Dusun atau Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa
sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang
meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong,
Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu.
Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar
meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu,
Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan
Bontonompo Selatan.
Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di
atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe,
34
Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk
topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah
Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial
sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya
sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881
Km2 dan panjang 90 Km.
Untuk operasional dikelurkanlah surat keputusan menteri dalam negeri
nomor U.P/7/2/24 pada tanggal 6 february 1957 mengangkat andi ijo karaeng
lalolang sebagai kepala Daerah yang memimpin 12 (dua belas) Daerah
bawahan distrik yang dibagi dalam 4 (empat) lingkungan kerja Pemerintahan
yang disebut kordinator masing-masing:
a. Kordinator Gowa Utara, meliputi distrik mangasa, Tombolo,
Pattalassang, Borongloe, manuju dan kordinatornya berkedudukan di
Sungguminasa.
b. Kordinator Gowa Timur, meliputi distrik parigi, inklusif Malino kota
dan Tombolopao. Kordinator berkedudukan di Malino.
c. Kordinator Gowa Selatan, meliputi distrik Limbung dan Bontonompo.
Kordinatornya berkedudukan di Limbung
d. Kordinator Gowa Tenggara, meliputi distrik Malakaji, kordinatornya
berkedudukan di Malakaji.
Kecamatan Pallangga merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten
Gowa dengan memiliki luas lahan sebesar 51,24 Km2.
35
36
Secara Adiministratif Kecamatan Pallangga di batasi Oleh:
a. Bagian Selatan: Kecamatan Bajeng
b. Bagian Utara: Kecamatan Somba Opu
c. Bagian Timur: Kecamatn Bontomarannu
d. Bagian Barat: Kecamatan Barombong
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kecamatan Palangga
No Kecamatan Kelurahan/ desa Luas
wilayah
(Km)²
Sebaran
1 2 3 4 5 Palangga Pangkabinanga
Mangalli
Tetebatu
Parangbanoa
Bontoramba
Je’netallasa
Palangga
Bungaejaya
Panakkukang
Bontoala
Julupa’mai
Kammpili
Julukanaya
Toddotoa
Juluburi
Taeng
1,89
1,5
5,51
2,15
6,09
3,22
4,07
3,02
1,69
1,25
2,7
5,35
3,08
3,08
4,37
2,27
3,69
2,93
10,75
4,2
11,8
6,28
7,95
5,89
3,3
2,44
5,27
10,44
6,01
6,01
8,53
4,43
Jumlah 51,24 100
Sumber: Statistika Deskriptif Kecamatan Pallangga, 2018
37
2. Sejarah Singkat Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Sulawesi Selatan
Berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dimana hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri berbagai hal terkait pemerintahan dan
kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pada tahun 2000 Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan
Energi Provinsi Sulawesi Selatan dilebur menjadi Dinas Pertambangan dan
Energi Provonsi Sulawesi selatan sejak tahun 2000-2008. Pada tahun 2008
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan diganti menjadi
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan.
a. Visi Energi dan Sumber Daya Mineral
“Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Selatan sebagai salah pilar
utama Akselerasi Kesejahteraan Rakyat.”
b. Misi Energi dan Sumber Daya Mineral
1. Meningkatkan eksplorasi dan pemetaan Geologi, penyediaan dan
pemanfaatan seumberdaya mineral, batubara, migas dan panas bumi
yang berkelanjutan dan optimalisasi pemanfaatan/konservasi air
tanah serta pemetaan bencana alam geologi.
2. Meningkatkan penyediaan, pembinaan, pengawasan, konservasi dan
diversifikasi pemanfaatan sumberdaya energi dan ketenagalistrikan
untuk menunjang pertumbuhan industri serta rasio elektrifikasi dan
rasio desa berlistrik.
38
3. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan usaha
pertambangan mineral dan batubara, perlindungan lingkungan,
keselamatan dan kesehatan, konservasi peningkatan nilai tambah
komoditas tambang serta penertiban pertambangan tanpa izin (PETI).
4. Meningkatkan kesadaran dan profesionalisme kinerja dan kepastian
hukum bagi sektor energi dan sumberdaya mineral.
5. Meningkatan koordinasi pembinaan dan pengawasan terhadap
distribusi migas, keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan usaha
migas dan pelumas serta melakukan analisa kebutuhan bahan bakar
minyak dan gas persektor pengguna.
6. Meningkatkan pelayanan jasa tehnis, peralatan survey, pemboran,
eksplorasi dan analisis laboratorium serta pengembangan sistem
informasi geografis (SIG) geologi, sumberdaya mineral, batubara, air
tanah, migas dan ketenagalistrikan.
3. Gambaran Singkat Aktivitas Penambangan Pasir Di Kabupaten Gowa
Pemanfaatan potensi alam di setiap Daerah dapat dilakukan untuk apa saja
dan siapa saja, tetapi harus ada aturan dan norma yang perlu ditaati dan
disepakati. Galian C (pasir) adalah bahan tambang yang biasanya digunakan
untuk pembangunan infrastruktur. Baik bangunan pribadi, swasta maupun
Pemerintah. Salah satu contoh kongkrit atau nyata galian C (pasir) yang berasal
dari Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa . Di Kecamatan ini bahan galian C
(pasir) tersebut semuanya di eksplorasi dan dikelola oleh pihak Masyarakat.
Pengelolaan oleh Masyarakat tersebut tentunya mendatangkan pemasukan bagi
39
Daerah, baik yang berhubungan langsung dengan lokasi maupun Pemerintah
Daerah.
Karena di lokasi galian C (pasir) di Daerah ini berada sangat dekat dengan
permukiman Masyarakat (Kecamatan), maka biasanya pihak pengelola
memberikan kesempatan kepada Masyarakat Kecamatan sekitar untuk mencari
nafkah dengan bekerja sebagai pekerja kasar “pengumpul pasir” di tambang
galian C (pasir) tersebut. Permasalahan yang paling pertama muncul dari
pengelolaan galian C (pasir) di Daerah ini adalah kerusakan jalan yang dilalui
oleh kendaraan pengangkut galian C (pasir) tersebut dari lokasi tambang
menuju ke lokasi pembeli (konsumen). Hal ini disebabkan karena kapasitas
jalan sebelum hadirnya galian C (pasir) di Daerah Kecamatan Palangga masih
dilapisi dengan aspal kasar (bukan Hotmik) sehingga tidak mampu untuk
menahan beban diatasnya yang setiap hari dilalui oleh truk-truk berbadan besar
sehingga satu-satunya jalan menuju Kecamatan yang menjadi lokasi galian C
(pasir) tersebut rusak parah. Permasalahan kedua yaitu ketersediaan bahan
galian C (Pasir) merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak bisa
diperbaharui, maka permasalahan baru muncul.
Habisnya bahan galian C berupa pasir menyebabkan pihak pengelola
tambang mulai melakukan ekspansi atau perluasan ke lahan-lahan yang ada
disekitarnya yang memiliki potensi bahan galian di bawahnya. Hal ini sudah
mulai terjadi, dimana Masyarakat yang memiliki lahan disekitar lokasi
tambang baik itu lahan perkebunan maupun lokasi tambak yang dimemiliki
oleh Masyarakat mempunyai potensi bahan tambang maka pengelola tambang
40
sengaja dan tidak sengaja melakukan aktivitas Pertambangan Pasir tampa
mempedulikan dampak akibat dari aktivitas Pertambangan Pasir diDaerah
tersebut.
B. Pola Pendekatan Dalam Pencegahan Penambangan Pasir Ilegal Di
Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa
1. Pendekatan Sosial
Dalam hal ini pendekatan sosial dilakukan oleh Pemerintah yaitu
melakukan musyawarah dengan menggandeng Masyarakat terkait guna
menjelaskan dampak akibat penambangan kepada Masyarakat serta
memprioritaskan Masyarakat yang terkena dampak langsung aktivitas
penambangan pasir ilegal di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa .
Pendekatan sosial yang di lakukan oleh pemerintah mampu
menyadarkan Masyarakat yang menambangan pasir secara illegal dan
Masyarakat yang merasakan dampak dari aktivitas penambangan pasir ilegal.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menangani
penambangan illegal diwilayah penambangan yaitu dengan giat melakukan
sosialisasi mengenai bahayanya melakukan penambangan secara ilegal yang
mempedulikan prosedur-prosedur atau regulasi oleh Pemerintah. Berikut hasil
wawancara penulis dengan Kepala Bidang Minerba Sulawesi Selatan terkait
pendekatan sosial yang dilakukan pemerintah sebagai berikut:
“Kami dari Pemerintah Pemprov Dinas ESDM, sering melakukan
sosialisasi dan pengawasan dilokasi penambangan pasir yang
memiliki izin ataupun tak memiliki izin. Dimanapun lokasi
aktivitas penambangan sesulit apapun lokasi kami tak pernah
berhenti untuk mengingatkan Masyarakat akibat dari aktvitas
41
Pertambangan Pasir pasir ilegal, dan kami akan melakukan
penegakan hukum bagi mereka yang melanggar.”(Hasil
Wawancara DDA, tanggal 2 Juli 2020)
Dari hasil wawancara dapat kita dapat ketahui bahwasanya Pemerintah
Pemprov (Dinas ESDM) dengan menggunakan pendekatan sosial yaitu
dengan giat melakukan sosialisi dan pengawasan kepada Masyarakat yang
melakukan aktivitas penambangan baik legal maupun illegal diseluruh lokasi
penambangan yang berada diwilayah Sulawesi selatan. Dan Pemerintah
Pemprov ESDM juga melakukan penindakan bagi Masyarakat maupu
perusahan yang melakukan aktivitas penambangan secara ilegal akan ditindak
serta diberi sansik sesuai aturan yang mengatur mengenai Pertambangan
Pasir.
Sehingga dapat peneliti simpulkan Pemerintah pempro dalam hal ini
Dinas ESDM sangat tegas dan giat dalam melakukan sosialisasi dan
pengawasan untuk menindak dan mencegah dampak dari aktivitas yang
dilakukan Masyarakat dan perusahan yang melakukan penambagan legal
maupun ilegal yang dimana aktivitas tersebut adalah pelanggaran hukum
yaitu pencurian milik Negara.
Sesuai dengan aturan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Pasir Mineral Dan Batubara yang telah diubah menjadi
Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 Pasal 69 yang berbunyi Pemegang IPR
berhak mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan,
kesehatan kerja, lingkungan, teknis Pertambangan Pasir, dan manajemen dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan mendapat bantuan modal sesuai
42
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimana peratuaran tersebut
mengatur setiap aktivitas penambangan yang memiliki Izin Pertambangan
Pasir Rakyat (IPR) menjadi tanggung jawab dari Pemerintah untuk diberi
sosialisasi dan pengawasan dalam aktivitas penambangan.
Tabel 4.2
Grafik Pemegang IUP Mineral Non Logam Dan Batuan Di Provinsi Sulawesi
Selatan
No Kabupaten Jumlah
1 Barru 78
2 Bone 36
3 Enrekang 36
4 Bulukumba 11
5 Gowa 36
6 Maros 49
7 Luwu Utara 53
8 Luwu Timur 26
9 Luwu 29
10 Sinjai 22
11 Wajo 17
12 Soppeng 35
13 Pinrang 28
14 Sidrap 25
15 Pangkep 110
16 Takalar 38
17 Jeneponto 6
18 Tana Toraja 1
19 Palopo 2
20 Selayar 1
Jumlah 639
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan 2020
a. Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan sosial dalam aspek ekonomi bertujuang untuk
mendorong bagaimana kedepannya sumber mata pencaharian masyarakat
setelah tambang pasir di tutup. Karena mengingat salah satu sumber mata
pencaharian masyarakat berasal dari tambang pasir tesebut.
43
Berdasarkan wawancara yang di lakukan bersama dengan Pihak
Pemerintah Kec. Palangga terkait dengan pendekatan sosial ekonomi :
“Kami dari pihak pemerintah berupaya untuk tetap menumbuhkan
pencaharian masyarakat. Kami tidak akan menutup mata
pencaharian masyarakat. Setelah tambang pasir ini di tutup, kami
akan mendirikan suatu yang nantinya akan dapat menjadi salah satu
sumber mata pencaharian masyarakat. Kami dari pihak pemerintah
berupaya keras bagaimana membangun ekonomi masyarakat agar
pada saat tambang pasir yang saat ini menjadi sumber penghasilan
sebagian masyarakat tidak hilang”. (Wawancara dengan AM. Tgl
08 Juli 2020)
Hasil yang sama juga di ungkapkan oleh pemerintah ESDM terkait
dengan pendeakatan Sosial Ekonomi
“Terkait dengan ekonomi, itu merupakan salah satu hal yang
memang perluh untuk di perhatikan, karena jika tambang pasir di
tutup secara otomatis kita telah mematikan mata pencaharian
sebagian masyarakat. Tetapi jika tetap di biarkan berdiri maka juga
akan merugikan karena tambang tersebut merupakan tambang
ilegal yang tidak memiliki izin. Maka solusinya adalah setelah
tambang tersebut di tutup pemerintah telah mempersiapakan
sesuatu yang nantinya akan menjadi ladang penghasilan baru untuk
masyarakat kedepannya. Pastinya pemerintah telah mempersiapkan
apa yang akan di dirikan setelah tambang tutup yang nantinya akan
menopang mata pencaharian masyarakat”. (Wawancara dengan
DT, Tgl 19 Juli 2020).
Wawancara juga di lakukan dengan masyarakat terkait dengan
pendekatan sosial ekonomi, dalam wawancaranya sebagai berikut :
“Setelah tambang di tutup, kami akan kehilangan pekerjaan karena
pencaharian kami berasal dari tambang pasir tersebut. Sejauh ini,
lewat sosialisasi yang di berikan oleh pemerintah setidaknya akan
ada solusi yang diberikan yang nantinya akan membantu kami
dalam membangung ekonomi kami kembali. Setelah tambang di
tutup akan di bangun sesuatu nantinya di bekas penambangan dari
sana kami bisa membangung ekonomi kami kembali”. (Wawancara
dengan DT, Tgl 19 Juli 2020)
44
Berdasarkan wawancara diatas, dapat di simpulkan bahwa pendekatan
sosial ekonomi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya
penutupan tambang pasir ilegal yang ada di Kab. Gowa. Mengingat karena
tambang pasir tersebut merupakan salah satu penghasilan utama dan
menjanjikan bagi sebagian masyarakat yang ada di Kec. Palangga Kab.
Gowa. Tugas penting dari Pemerintah kedepannya adalah bagaimana untuk
memberikan solusi yang nantinya dapat menjadi salah satu ladang
penghasilan bagi masyarakat sekitar setelah tambang di tutup. Karena secara
otomati setelah tambang di tutup maka mata pencaharian masyarakat juga
akan terhenti, yang nantinya akan meningkatkan jumlah pengguran di Kab
Gowa.
b. Pendekatan Sosial Budaya
Pendekatan sosial budaya dalam hal ini bagaimana mendekatan
pemerintah dan masyarakat dalam artian pendekatan emosional.
Pendekatan ini bertujuan untuk menyatuhkan berbagai persepsi yang
berbeda untuk mendapatkan sesuatu jawaban yang di inginkan. Karena
penutupan tambang merupakan suatu hal yang tidak mudah di lakukan
mengingat ada banyak orang yang menggantungkan kehidupannya di
tambang tersebut.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama dengan pemerintah
Kec. Palangga terkait dengan pendekatan sosial budaya adalah sebagai berikut:
“Penutupan tambang pasir yang ada di Kec. Palangga Kab. Gowa
ini bisa di katakan berat untuk di lakukan, karena melihat
bagaimana sebagian masyarakat menggantungkan kehidupannya,
menghidupi anak istrinya dari hasil penambangan tersebut. Tetapi
45
kita juga melihat dampak yang dihasilkan dari penambangan
tersebut apakah dia lebih banyak positif atau negatifnya. Tambang
pasir yang ada ini bisa di katakan lebih banyak sisi negatifnya
selaing karena dia ilegal juga dapat merusak ekosistem alam dan
lingkungan sekitar. Pendekatan sosial budaya yang kami lakukan
adalah bagaiaman menyatuhkan berbagai kepala yang berbeda
pendapat untuk mengasilkan suatu kesepakatan yang nantinya tidak
ada yang saling di rugikan. Perbedaan dalam berpikir itu pasti
tetapi kita sama-sama dengan pemerintah, masyarakat bersama-
sama berdiskusi mencari solusinya sama-sama”.(Wawancara
dengan AM Tgl 08 Juli 2020)
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh pemerintah ESDM dalam
wawancaranya terkait dengan pendekatan sosial budaya, adalah sebagai berikut
“Banyak hal yang kami lakukan terkait dengan penutupan tambang
pasir ilegal yang ada di Kec. Palangga. Hal yang paling sering kami
lakukan adalah dengan memberikan sosialiasi kepada masyarakat,
melakukan pendekatan emosional, hal tersebut kami lakukan guna
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Karena terlalu
banyak penolakan yang masyarakat berikan terkait dengan
penutupan tambang pasir tersebut. Pendekatan emosional kami
lakukan bertujuan untuk bagaimana menyatuhkan persepsi yang
berbeda di kalangan masyarakat, karena perbedaan budaya dan
kebiasaan, perbedaan cara berpikir, dan perbedaan-perbedaan
lainnya antar masyarakat dan masyarakat, serta antar masyarakat
dan pemerintah”. (Wawancara dengan DT Tgl 19 Juli 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa dalam
pendekatan sosial budaya, merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk di
lakukan, karena menyatuhkan 1 pikiran dalam 2 kepala itu sulit. Mengingat
terlalu banyak penolakan yang di berikan masyarakat, karena akan banyak
masyarakat yang nantinya akan kehilangan mata pencahariannya setelah
tambang di tutup. Itulah mengapa pendekatan sosial budaya dalam hal ini
pendekatan emosional penting untuk di lakukan.
46
Pendekatan sosial dal hal ini pendekatan budaya (emosioanal) juga di
lakukan dengan menggunakan media sosial yaitu aplikasi facebook untuk
melakukan penyampaian informasi dan penerimanan informasi mengenai
aktivitas penambangan secara ilegal yang dimana Masyarakat dapat
menyampaikan serta melaporkan. Berikut hasil wawancara penulis dengan
Kepala Bidang Minerba Sulawesi Selatan terkait pendekatan sosial yang
dilakukan pemerintah melalui media sosial sebagai berikut:
”Ketika saya menjabat kepala seksi pengendalian dan evaluasi,
saya sempat membuat group ruang pengaduan diaplikasi Facebook.
Dan pada saat itu banyak yang bergabung dan melaporkan aktivitas
penambangan diberbagai Daerah Sulawesi selatan. Dan bergabung
juga dari banyak kalang baik Masyarakat biasa, mahasiswa dan
bahkan lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)” (Hasil Wawancara
DDA, tanggal 2 Juli 2020)
Dari hasil wawancara kita dapat ketahui Pemerintah juga melakukan
pendekatan sosial dengan menggunakan media sosial untuk melakukan
sosialisasi dengan menyampaikan informasi dan memberi Masyarakat hak
untuk menyampaikan aspirasi atau keluhannya mengenai Pertambangan Pasir
ilegal yang ada diwilayahnya. Yang dimana kemudian Pemerintah terjun
langsung kelokasi dimana Masyarakat melaporkan keluhannya dan langsung
dilakukan penindakan dan sanksi tegas ketika ditemukannnya pelanggaran
yang dilakukan oleh aktivitas Pertambangan Pasir yang dikelola oleh
Masyarakat. Berikut hasil wawancara dengan pihak Pemerintah Kecamatan
Pallangga terkait pendekatan sosial sebagai berikut:
“Pemerintah sendiri sering melakukan dan mengadakan sosialiasi
melibatkan juga tokoh-tokoh Masyarakat, tetapi begitulah
masyarakat tak pernah menghiraukan himbauan dan bahkan pak
47
camat sendiri terjun langsung kelokasi pertambangan” (hasil
wawancara bersama AM, tanggal 8 Juli 2020)
Berdasarkan hasil wawancara bersama Pemerintah Kecamatan Pallangga,
kita dapat kita ketahui dalam pendekatan sosial untuk pencegahan
penambangan pasir ilegal. Pemerintah melakukan kegiatan sosialisasi kelokasi
penambangan pasir yang juga mengikut sertakan tokoh-tokoh Masyarakat
untuk menghentikan aktivitas pertambangan pasir illegal, namun sangat
disayangkan Masyarakat yang melakukan penambangan pasir masih
melakukan walaupun Pemerintah telah melakukan sosialiasi.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan dalam pendekatan sosial,
Pemerintah Kecamatan sudah melakukan pencegahan penambangan pasir
dengan sangat baik. Dan bagaimana Pemerintah juga ikut berkolaborasi dengan
tokoh Masyarakat untuk bersama-sama mengurangi dan mencegah aktivitas
pertambangan yang dimana kegiatan pertambangan tersebut sangat merugikan
Masyarakat dan selain itu lingkungan disekitarnya. Pola Pendekatan Institusi
Dalam Pencegahan Penambangan Pasir Ilegal Di Kecamatan Palangga
Kabupaten Gowa
2. Pendekatan Institusi
a. Koordinasi
Dalam hal ini Pemerintah melakukan kerjasama dengan Institusi
yang terkait. Melakukan penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan
dan kegiatan penambangan yang baik. Demikian juga dalam pendataan
lahan, tanaman tumbuhan dan bangunan yang akan dibebaskan melalui
musyawarah agar mendapatkan mufakat sesuai dengan ketentuan yang
48
ada tanpa adanya intimidasi di Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa.
Pemerintah dengan melakukan pedekatan instusi melakukan sosialisasi
dan penyuluhan mengenai permasalahan penambangan ilegal di
Kecamatan Pallangga yang melibatkan aktor-aktor Pemerintah.
Pedekatan Institusi ini telah dilakasanaan oleh Pemerintah dan
Masyarakat dalam mengenangani permasalahan penambangan ilegal.
Berikut hasil wawancara penulis dengan Kepala Bidang Minerba
Sulawesi Selatan terkait Pendekatan Institusi sebagai berikut:
“Dari Dinas ESDM melakukan pengawasan serta pembinaan yang
berkolaborasi dengan Pemerintah setempat, pihak keamanan, serta
Masyarakat sering melakukan pembinaan terkecuali kami
melakukan penyegelan lokasi tambang dan mengamankan alat dan
penambangan pasir dipihak keamanan. (Hasil wawancara bersama
DDA, tanggal 2 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat ketahui yaitu pendekatan
Institusi yang dilakukan Pemerintah tidak lepas dari intitusi kepolisian
sebagai pihak keamanan dan penertiban dari tindak pidana aktivitas
pertambangan illegal di Kecamatan Palangga. Pembinaan yang dilakukan
dari Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya sia-sia
dikarenakan penambangan tidak melaksanakan dan tidak merealisasiakan
pembinaan dan arahan dari Pemerintah terkecuali dengan cara
penyegelan untuk mencegah penambangan pasir illegal di Kecamatan
Palangga.
49
Tabel 4.3
Data Grafik Penindakan Penambangan Tanpa Izin
NO KABUPATEN JUMLAH KASUS KETERANGAN
1 Luwu 2 Polres
2 Maros 2 Polres
3 Barru 4 Polres
4 Pinrang 2 Polres
5 Sidrap 2 Polres
6 Enrekang 1 Polres
7 Bone 5 Polres
8 Bulukumba 1 Polres
9 Gowa 10 Polres
11 Jeneponto 1 Polres
12 Wajo 1 Polres
Jumlah 31 Kasus
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan 2020
Dari data tabel grafik diatas Kabupaten dengan jumlah kasus
Penindakan Penambangan Tanpa Izin (PETI) paling tertinggi adalah Daerah
Kabupaten Gowa dengan 10 kasus dan jumlah kasus terendah adalah
Kabupaten Enrekang, Bulukumba, Jeneponto, Dan Wajo. Dalam pelaksanaan
Penindakan Penambangan Tanpa Izin (PETI) penegakan hukum dalam
penambangan pasir illegal pemerintah bekerja sama dengan pihak kepolisian
untuk menertibkan dan mengamankan para penambangan pasir.
Berikut hasil wawancara penulis dengan pihak Pemerintah Kecamatan
Palangga terkait Pendekatan Institusi sebagai berikut:
“Kami sendiri memiliki tim gabungan yang disebut tim terpadu
yang dimana melibatkan satpol pp, perhubungan, kepolisian, tni,
dan Pemerintah Kecamatan dan kami juga berkorDinasi dengan
Pemerintah Provinsi dan kabupaten untuk melakukan pembinaan
kepada penambangan pasir, ketika kami mendapatkan ada
penambangan yang illegal langsung menertibkan aktivitas
penambangan pasir. Jujur Masyarakat sulit untuk berhenti
melakukan penambangan dikarenakan sudah menjadi mata
pencaharian menjanjikan bagi mereka.” (Hasil wawancara dengan
AM, tanggal 8 Juli 2020)
50
Berdasarkan hasil wawancara bagaimana kita ketahui dari hasil
wawancara bahwa kita dapat tahu dalam pencegahan penambangan pasir
illegal di Kecamatan Palangga. Pemerintah Kecamatan membentuk atau
mempunyai tim untuk menangani dan menertibkan ativitas atau penambangan
pasir illegal dengan berkolaborasi atau bekerjasama untuk menghentikan
penambangan pasir illegal.
Sehingga peneliti dapat menyimpulkan pentingnya kerjasama antara
aktor Pemerintah atau Institusi yang menangani permasalahan penambangan
untuk saling bekerjasama dalam mencegah penambangan pasir illegal
Kecamatan Palangga. Tidak lupa perlunya melibatkan Masyarakat untuk ikut
serta dalam kegiatan yang dilakukan Pemerintah dan Institusi untuk melakukan
pembinaan dan penertiban terkait penambangan pasir ini dikarenakan
Masyarakat merupakan yang merasakan dampak dari aktivitas pertambangan
pasir diKecamatan Palangga. Berikut hasil wawancara penulis dengan mantan
penambangan pasir di Desa Julukanaya terkait Pendekatan Institusi sebagai
berikut:
“Waktu pertambangan pasir ini beroperasi, Pemerintah sering
melakukan sosialisasi dan peneguran mengenai aktivitas
pertambangan ini untuk berhenti menambang. Tapi penambangan
tidak menghiraukan sehingga sering terjadi penggerbekan dan
penyitaan alat tambang, bahkan ada juga yang ditangkap dan
dipenjara.” (Hasil wawancara ADS tanggal 19 Agustus 2020)
Dari hasil wawancara dengan mantan penambang pasir di Desa
Julukanaya peneliti dapat ketahui bahwasanya Pemerintah telah giat melakukan
pendekatan institusi dengan melakukan sosialisasi dilokasi pertambangan.
Tetapi para penambangan pasir tidak menjalankan atau melaksanakan
51
penyampaian dan himbauan dari Pemerintah sehingga Pemerintah melakukan
penertiban dilokasi aktivitas pertambangan yang salah satu desa di Kabupaten
Gowa yaitu Desa Julukanaya.
Pertambangan rakyat yang banyak dilakukan pada wilayah tertentu dapat
menjadi salah satu manfaat ekonomi guna menunjang pembangunan
infrastruktur. Namun, bahwa hampir tidak ada pertambangan rakyat di
Indonesia yang memiliki izin alias Ilegal. Lebih jelas peneliti berkesimpulan
ada beberapa faktor yang menyebabkan kegiatan penambangan ilegal terus
berlangsung antara lain yaitu:
a. Masyarakat sudah menganggap menambang sebagai sumber mata
pencaharian yang menguntungkan.
b. Kurangnya lapangan pekerjaan pengganti bagi masyarakat yang
menambang.
c. Regulasi yang mengatur tentang kegiatan masyarakat yang
menambang belum dapat diterapkan dengan baik.
Berikut hasil wawancara penulis dengan Masyarakat di Kecamatan
Pallangga tepatnya di Desa Julukanaya terkait Pendekatan Institusi sebagai
berikut:
“Selama ini saya melihat Pemerintah sering kelokasi penambangan
pasir melakukan pengawasan dan penertiban. Dan juga Pemerintah
sering memberi pembinaan kepada penambangan untuk tidak
melakukan aktivitas penambangan secara sembunyi-sembunyi”
(Hasil wawancara dengan DT, tanggal 19 Juli 2020)
Dari hasil wawancara peneliti mengenai pendekatan Institusi untuk
mencegah penambangan pasir illegal dapat diketahui Pemerintah sudah
52
melakukan pencegahan dan penertiban kepada para penambangan pasir dan
memberikan pembinaan untuk melakukan aktivitas pertambangan pasir di
Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa. Karena kita ketahui usaha
pertambangan, Pemerintah tidak hanya memberikan izin saja akan tetapi juga
wajib melakukan pembinaan kepada yang diberi Izin Pertambangan Rakyat
(IPR). Untuk itu Pemerintah Kabupaten Gowa harus melaksanakan pembinaan
di bidang pengusahaan, teknologi pertambangan, serta pemasaran dan dalam
usaha meningkatkan kemampuan usaha pertambangan rakyat. Disamping itu
Pemerintah kabupaten bertanggung jawab terhadap pengamanan teknis pada
usaha pertambangan rakyat yang meliputi: Keselamatan dan kesehatan kerja,
pengelolaan lingkungan hidup, pasca tambang atau setelah aktivitas
pertambangan.
b. Pengawasan/pemantauan
Pengawasan atau pemantauan bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh peroses pelaksanaan penutupan penambangan pasir ilegal,
pengawasan juga di lakukan untuk memastikan tidak ada lagi masyarakat
yang nakal melakukan penambangan tanpa izin yang resmi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu mantan
penambangan di Desa Julukanaya terkait pengawasa/pemantauan sebagai
berikut:
“Ketika pertambangan pasir ini masih beraktivitas, penambang
sering menemui aparat Pemerintah yang melakukan survey dilokasi
penambangan pasir. Dan lambat laun aktivitas pertambangan pasir
dihentikan dikarnakan banyak Masyarakat yang memprotes
aktivitas pertambangan ini karna dampak yang dirasakan adalah
53
jalanan masuk didesa ini sangat rusak, singga ditutuplah
pertambangan ini pada 2018.” (Hasil wawancara ADS tanggal 19
Agustus 2020)
Dari hasil wawancara diatas dengan mantan penambang menujukkan
bahwa Pemerintah dalam pendekatan sosial untuk mencegah penambangan
pasir ilegal di Kabupaten Gowa dengan melakukan survey lapangan dilokasi
aktivitas pertambangan. Salah satu Daerahnya yakni Desa Julukanaya yang
dimana terdapat aktivitas pertambangan yang telah ditutup dua tahun lalu oleh
Pemerintah Kabupaten Gowa. Berikut hasil wawancara penulis dengan
Masyarakat di Desa Julukanaya serupa dengan hasil wawancara bersama
Pemerintah ESDM dan Pemerintah Kecamatan terkait pendekatan sosial
sebagai berikut:
“Iya benar kiranya Pemerintah sering melakukan sosialisasi
mengenai penambangan ilegal di desa ini, dan Pemerintah juga
langsung menutup lokasi penambangan dan menindak
penambangan yang masih melakukan aktivitas pertambangan
walaupun lokasinya telah disegel. Pemerintah juga menyampaikan
kepada kami sebagai Masyarakat untuk sering melapor ketika
melihat penambangan yang masih melakukan aktivitas
pertambangan” (hasil wawancara bersama DT, tanggal 19 Juli
2020)
Dari hasil wawancara peneliti dengan Masyarakat di Desa Julukanaya
dapat diketahui bahwasanya Pemerintah dan Masyarakat saling bekerjasama
untuk melakukan sosialisasi dengan pendekatan sosial secara terjun langsung
kelokasi pertambangan pasir. Pemerintah juga mengikut sertakan Masyarakat
dalam pegawasan pertambangan pasir ilegal dengan cara menyampaikan atau
melaporkan ketika ada aktivitas pertambangan di Daerah mereka.
54
Dengan demikian berdasarkan hasil dari wawancara dengan
Pemerintah Dinas (ESDM), Pemerintah Kecamatan dan juga Masyarakat di
desa dalam pengawasan/pemantauan untuk mencegah penambangan pasir
ilegal diKecamatan Palangga yaitu melakukan sosialisasi dan penindakan
dilokasi penambangan pasir ketika ada ditemukan pertambangan tidak
memiliki izin atau melakukan aktivitas pertambangan tidak sesuai dengan
prosedur-prosedur sesuai dengan regulasi atau undang-undang mengenai
pertambangan.
3. Pola Pendekatan Teknologi.
Pendekatan teknologi dalam pengeolaan lingkungan dilakukan pada tahap
konstruksi. Pada intinya pendekatan teknologi adalah suatu cara yang
dilakukan melalui teknologi yang ada untuk meminimalkan dampak negatif
dari aktivitas penambangan pasir ilegal di Kecamatan Palangga Kabupaten
Gowa.
Pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah dimana dapat menhentikan
serta mencegah aktivitas pertambangan pasir ilegal dengan menggunakan
pendekatan teknologi untuk mengurangi dan meminimalkan dampak dari
aktivitas pertambangan yang begitu merugikan Masyarakat dan Negara.
Sehingga dengan pendekatan teknologi diharapakan mampu memberikan
perubahan yang baik untuk Masyarakat baik yang menambangan maupun
Masyarakat yang merasakan dampak dari pertambangan pasir di Kecamatan
Pallangga.
55
Berikut hasil wawancara penulis dengan Kepala Bidang Minerba Sulawesi
Selatan (DDA) di Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait
Pendekatan Teknologi gi sebagai berikut:
“Kalau untuk pencegahan penambangan pasir yang dilakukan oleh
rakyat itu hanya melalui media internet yaitu ruang pengaduan.
Untuk lapangan sendiri itu ada kalau perusahan tambang yang
dikelola oleh perusahan besar seperti tambang yang besar wilayah
pertambangannya dan menggunakan teknologi canggih” (Hasil
wawancara bersama DDA, tanggal 2 Juli 2020)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti mengetahui bahwa Pemerintah
melakukan pendekatan teknologi untuk mencegah dan menangani
pertambangan pasir dengan menggunakan media komunikasi internet sebabagi
pendekatan teknologi. Dan sementara untuk pendekatan teknologi yang
dilakukan dilapangan atau dilokasi pertambangan pasir itu hanya dengan
melakukan peninjauan atau pengawasan.
Gambar 4.4
Layanan Aduan Berbasis Online Dari Dinas Esdm
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
56
Berikut hasil wawancara penulis dengan Kasib Transib Kecamatan
Pallangga terkait Pendekatan Teknologi sebagai berikut:
“Kami dari Pemerintah bersama tim terpadu hanya menjalakan
arahan dari pimpinan diatas untuk melakukan penertiban lokasi
penambangan yang dianggap melanggar aturan dan kemudian kami
menyegelnya. Adapun tindak lanjut lokasi pertambangan yang
kami segel menjadi tanggung jawab instasi terkait” (Hasil
wawancara dengan AM, tanggal 8 Juli 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasib Transib di Kecamatan
Palangga peneliti dapat mengetahui pendekatan teknologi yang dillakukan oleh
Pemerintah Kecamatan Pallangga sama sekali tidak ada. Ini menjadi alasan
kuat dikarenakan ketika melakukan kegiatan pengawasan dan penertiban
Pemerintah Kecamatan dan Institusi terkait hanya menertibkan dan menyegel
lokasi pertamabangan pasir yang dianggap ilegal atau melanggar prosedur-
prosedur aturan perundangan-undangan. Berikut hasil wawancara penulis
dengan mantan penambang pasir di Desa Julukanaya terkait Pendekatan
Teknologi sebagai berikut:
“Pendekatan teknologi yang dilakukan oleh Pemerintah untuk saya
sendiri saya tidak pernah tau, entah dari penambangan yang lain
dikarenakan saya ini tak terlalu paham mengenai teknlogi.” (Hasil
wawancara DG tanggal 4 September 2020)
Dari hasil wawancara dengan mantan penambangan pasir menujukkan
bahwa penambangan tidak mengetahui atau merasakan pendekatan yang
dilakukan oleh Pemerintah dalam pencegahan penambangan ilegal. Sebagian
penambangan banyak tidak paham mengenai Informasi dan Teknologi (IT),
itulah sebab banyak penambangan tidak mengetahui pendekatan apa yang
dilakukan oleh Pemerintah di Kabupaten Gowa. Berikut hasil wawancara
57
penulis dengan Masyarakat di Desa Julukanaya Kecamatan Pallangga terkait
Pendekatan Teknologi sebagai berikut:
“Untuk pendekatan teknologi yang dilakukan oleh Pemerintah
untuk pertambangan ilegal di desa tidak kami rasa, yang kami tau
saja kalau ada tambangan yang disegel itu berarti tambang itu
ilegal” (Hasil wawancara dengan DT, tanggal 19 Juli 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Masyarakat peneliti dapat ketahui
bahwa pendekatan teknologi dalam pencegahan penambangan ilegal di Desa
Julukanaya salah satu desa di Kecamatan Pallangga tidak mengetahui atau
tidak merasakan dari pendekatan teknologi. Akan tetapi walaupun Masyarakat
tidak mengetahui mengenai pendekatan teknologi yang dilakukan oleh
Pemerintah, namun dampak yang mereka dapatkan adalah Pemerintah
melakukan penyegelan penambangan pasir yang tidak mengikuti aturan atau
melanggar undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa
pendekatan teknlogi untuk mencegah penambangan pasir ilegal diKecamatan
Pallangga telah dilakukan dengan menggunakan media teknlogi komunikasi
dengan membuka ruang aduan atau layanan aduan yang dimana diterapkan
oleh Pemerintah pusat dalam hal ini Dinas ESDM. Sementara dari Pemerintah
Kecamatan Pallangga hanya jalankan kordinasi dari pimpinan atau dalam hal
ini Pemerintah Daerah yang kemudian melakukan penertiban dan penyegelan
lokasi pertambangan pasir illegal.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kondisi lokasi
pertambangan ilegal Kabupaten Gowa sebelum dan setelah aktivitas
penambangan dihentikan oleh pola pemerintah dalam penambangan pasir
illegal dapat dirincikan, sebagai berikut:
1. Pendekatan sosial untuk mencegah penambangan pasir ilegal di Kecamatan
Pallangga yaitu melakukan sosialisasi dan penindakan dilokasi
penambangan pasir ketika ada ditemukan pertambangan tidak memiliki izin
atau melakukan aktivitas pertambangan tidak sesuai dengan prosedur-
prosedur sesuai dengan regulasi atau undang-undang mengenai
pertambangan. Dalam pendekan sosial, dilakukan dua cara yaitu :
a. Pendekatan sosial ekonomi
pendekatan sosial merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
upaya penutupan tambang pasir ilegal yang ada di Kab. Gowa.
Mengingat karena tambang pasir tersebut merupakan salah satu
penghasilan utama dan menjanjikan bagi sebagian masyarakat yang ada
di Kec. Palangga Kab. Gowa. Tugas penting dari Pemerintah
kedepannya adalah bagaimana untuk memberikan solusi yang nantinya
dapat menjadi salah satu ladang penghasilan bagi masyarakat sekitar
setelah tambang di tutup. Karena secara otomatis setelah tambang di
58
59
tutup maka mata pencaharian masyarakat juga akan terhenti, yang
nantinya akan meningkatkan jumlah pengguran di Kab Gowa.
b. Pendekatan sosial budaya
Pendekatan sosial buadaya di lakukan untuk menyatuhkan
perbedaan persektip antara masyarakat yang berbeda budaya. Perbedaan
budaya, perbedaan carah berpikir, merupakan salah satu hal yang
menjadi hal utama yang menjadi masalah dalam penutupan tambang
pasir ilegal yang ada di Kec. Palangga.
2. Pendekatan Institusi yang dilakukan Pemerintah tidak lepas dari intitusi
kepolisian sebagai pihak keamanan dan penertiban dari tidak pidana
aktivitas pertambangan ilegal di Kecamatan Pallangga. Pembinaan yang
dilakukan dari Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya sia-
sia dikarenakan penambangan tidak melaksanakan arahan Pemerintah
terkecuali dengan cara penyegelan.
3. Pendekatan teknologi yang dilakukan pemerintah untuk mencegah dan
menangani pertambangan pasir dengan menggunakan media komunikasi
internet sebagai pendekatan teknologi. Dan sementara untuk pendekatan
teknologi yang dilakukan dilapangan atau dilokasi pertambangan pasir itu
hanya dengan melakukan peninjauan atau pengawasan.
60
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Diharapkan Pemerintah dan pihak yang terlibat dalam penambangan
ilegal harus lebih giat lagi melakukan Pendekatan sosial untuk
mencegah penambangan pasir illegal yaitu melakukan sosialisasi dan
penindakan dilokasi penambangan pasir sesuai regulasi yang berlaku.
2. Dengan Pendekatan Institusi yang dilakukan Pemerintah dalam
penambangan ilegal dapat lebih berkordinasi dengan masyarakat yang
berada dilokasi agar tidak ada lagi pertambangan ilegal yang merusak
lingkungan hidup di Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa.
3. Hendaknya pemerintah melalui Pendekatan teknologi yang dilakukan
untuk mencegah dan menangani pertambangan pasir lebih mudah
dijangkau dan ditanggapi secara cepat dan tepat untuk dapat
diantisipasi aktivitas pertambangan ilegal di Kecamatan Pallangga.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aidar, N. (2016). Analisis Kontribusi Penambangan Pasir (Galian C) Terhadap
Pembangunan Gampong (Studi Kasus Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka
Makmue Kabupaten Nagan Raya). Galian C.
Andhini, N. F. (2017). Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup. Journal Of
Chemical Information And Modeling, 53(9), 8–29.
Halim, A. A., Waskitho, N. T., & Prakosa, G. G. (2019). Analisis Dampak
Penambangan Pasir Ilegal Sungai Brantas Terhadap Lingkungan Hidup Di
Desa Brumbung Kabupaten Kediri. Journal Of Forest Science Avicennia,
2(2), 8. Https://Doi.Org/10.22219/Avicennia.V2i2.9416
Hanat, M. R. L. P. (2018). Analisis Dampak Sosial Penutupan Usaha Galian C
(Tambang Pasir Dan Batu) Wae Reno, Desa Ranaka, Kecamatan Wae Ri’i,
Kabupaten Manggarai. Journal Of Chemical Information And Modeling,
53(9), 8–24.
Kahpi, A. (2018). Peran Serta Masyarakat Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Hukum Dan Dinamika Masyarakat, 15(2), 41–53.
Https://Doi.Org/10.36356/Hdm.V15i2.687
Khairunnisa, N. K. (2018). Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Dalam Pemberian Izin Pertambangan Bahan Galian Batuan
Dan Penertiban Pertambangan Liar Di Kabupaten Gowa. In Russian Journal
Of Economics (Vol. 48, Issue 2).
Marini, Baja, S., & Sultan, I. (2014). Penerimaan Informasi Dampak
Penambangan Pasir Bagi Kerusakan Lingkungan Hidup Di Kalangan
Penambang Pasir Ilegal Di Das Jeneberang Kabupaten Gowa. Jurnal
Komunikasi Kareba, 3(2), 112–118.
Nuralam, Kadir, A., & Ma’ruf, A. (2017). Pengawasan Pemerintah Pada Usaha
Penambangan Bahan Galian Golongan C Di Kabupaten Gowa. 3, 326–341.
Saliha, R. (2017). Perizinan Pertambangan Batuan Dalam Mewujudkan Tata
Kelola Yang Berwawasan Lingkungan. Katalogis, 5(2), 125–134.
Suprianto, S. (2017). Analisis Ekonomi Politik Terhadap Eksploitasi
Penambangan Pasir Golongan C Di Desa Julukanaya Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa.
Sugiyono, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabet.
Wulan, R. N. (2015). Dampak Kegiatan Penambangan Mineral Bukan Logam Di
Kota Semarang (Studi Kasus Kecamatan Ngaliyan). 1–31.
62
L
A
M
P
I
R
A
N
63
Wawancara dengan Bapak Djemi D. Abdullah. St. Map selaku Kepala Bidang
Minerba Sulawesi Selatan
64
Wawancara dengan Bapak Agus m, S.ip Selaku Kasib Transib Kecamatan
Pallangga
65
Wawancara dengan Bapak Yahya Selaku mantan penambang
Wawancara dengan Bapak Dg Gading selaku mantan penambang
66
Wawancara dengan Bapak Azis Dg. Sijaya selaku mantan penambang
Wawancara dengan Bapak Dg. Tayang Selaku masyarakat yang tinggal disekitar
Penambangan
67
68
RIWAYAT HIDUP
Sitti Hadijah, lahir di Ujung pandang tanggal
27 Juli 1998, anak pertama dari tiga bersaudara
dan merupakan anak dari pasangan Muh.
Dahlan, S.E dan Sugiati. Penulis memulai
pendindikan di SD INPRES Karuwisi III dan
tamat pada tahun 2010, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP NEGERI 22 Makassar pada
tahun 2010 dan tamat pada tahun 2013,
selanjutnya penulis melanjutkan jenjang pendindikan di SMK NEGERI 1
Somba Opu pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2016, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi pada tahun 2016 dan mengambil
jurusan Ilmu Pemerintahan Di Universitas Muhammadiyah Makassar.