skripsi -...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
ALMA ARIF ABADI
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
ii
SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi
disusun dan diajukan oleh
ALMA ARIF ABADI A31111308
kepada
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
iii
SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
disusun dan diajukan oleh
ALMA ARIF ABADI
A31111308
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar, 12 Oktober 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Nurleni, Ak., M.Si., CA Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA NIP. 19590818 198702 2 002 NIP. 19660405 199203 2 003
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP. 19650925 199002 2 01
iv
SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
disusun dan diajukan oleh
ALMA ARIF ABADI A31111308
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi
pada tanggal 19 April 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan
Menyetujui,
Panitia Penguji
No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
1. Dra. Hj. Nurleni, Ak., M.Si., CA Ketua 1………………
2. Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA Sekertaris 2……………...
3. Dr. Hj. Nirwana, S.E., M.Si., Ak., CA Anggota 3……………...
4. Drs. Haerial, Ak., M.Si., CA Anggota 4……………...
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP. 19650925 199002 2 01
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : Alma Arif Abadi
NIM : A31111308
departemen/program studi : Akuntansi
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul
Analisis Efektivitas, Efisiensi, dan Kontribusi Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, 18 April 2018
Yang membuat pernyataan,
Alma Arif Abadi
vi
vii
PRAKATA
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Subhana Wa Ta’ala atas
berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibunda Satriani Djamaluddin
dan Ayahanda Bakhtiar Saleke yang telah membesarkan dan mendidik peneliti
dengan penuh kasih sayang. Terima kasih telah menjadi pembimbing utama
dalam kehidupan peneliti. Peneliti menyadari tidak akan mampu membalas jasa
kedua orang tua dengan apapun sehingga rasa terima kasih ini tidaklah cukup
menggambarkan wujud penghargaan saya kepada Ayah dan Ibu yang telah
memberikan segala hal yang terbaik kepada anaknya ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Pertama-tama ucapan terima kasih
peneliti berikan kepada dosen pembimbing I Ibu Dra. Hj. Nurleni, Ak., M.Si., CA,
dan dosen pembimbing II Ibu Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA, atas
waktu yang telah diluangkan untuk membimbing, memberikan motivasi, dan
memberi bantuan literature, serta diskusi-diskusi yang dilakukan dengan peneliti.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Bapak/Ibu Pemerintah
Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
atas pemberian izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di tempat
Bapak/Ibu. Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat
balasan dari Allah Subhana Wa Ta’ala.
viii
Terakhir, ucapan terima kasih kepada saudara-saudara dan teman-teman
peneliti atas nasehat, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama
penelitian skripsi ini. Semoga semua pihak mendapatkan balasan dari Allah
Subhana Wa Ta’ala.
Makassar, 18 April 2018
Peneliti
ix
ABSTRAK
Analisis Efektivitas, Efisensi, dan Kontribusi Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang
The Analysis of Effectiveness, Efficiency, and Local Tax Contribution at
the Original Local Government Revenue in Sidenreng Rappang Regency
Alma Arif Abadi Hj. Nurleni
Hj. Andi Kusumawati
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas, efiensi, dan kontribusi Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Dareah di Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang dalam penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penerimaan pajak daerah Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2011-2015 rata-rata efektif dengan tingkat efektivitas sebesar 96,96%. Tingkat efisiensi pajak daerah Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2011-2015 sangat efisien dengan rata-rata 19%. Kontribusi penerimaan pajak daerah pada pendapatan asli daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang dinilai cukup baik karena memberikan kontribusi sebesar 31,10%. Kata Kunci: analisis efektivitas, efisiensi dan kontribusi, pajak daerah,
pendapatan asli daerah This research aimed at finding out the level of effectiveness, efficiency, and local tax contribution at the original local government revenue in Sidenreng Rapang regency. The method of this research was data collection technique likes literature research, interview and documentation. The data analysis in this research was quantitative descriptive analysis. The result of the research showed that the effectiveness of the local tax Sidenreng Rappang regency in 2011-2015 the average is effective with the level effectiveness of 96,66%. The level of local tax efficiency Sidenreng Rappang regency in 2011-2015 was very efficient with average 19%. The contribution of local tax atthe original local government revenue in Sidenreng Rappang regency was considered quite well because it gave contribution 31,10%. Keywords: the analysis of effectiveness, efficiency and contribution, local tax, the original government revenue.
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... v PRAKATA .................................................................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 6 1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................... 7 1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9 2.1 Landasan Teori ........................................................................... 9
2.1.1 Pajak ................................................................................. 9 2.1.1.1 Pengertian Pajak ................................................... 9 2.1.1.2 Fungsi Pajak .......................................................... 10 2.1.1.3 Syarat Pemungutan Pajak ..................................... 10 2.1.1.4 Cara Pemungutan Pajak ........................................ 12
2.1.2 Otonomi Daerah ................................................................ 13 2.1.2.1 Pengertian Otonomi Daerah .................................. 13 2.1.2.2 Tujuan Otonomi Daerah ........................................ 13
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah .................................................... 13 2.1.4 Pajak Daerah .................................................................... 14
2.1.4.1 Pengertian Pajak Daerah ....................................... 14 2.1.4.2 Jenis Pajak Kabupaten/Kota .................................. 14 2.1.4.3 Objek Pajak Daerah ............................................... 17 2.1.4.4 Bukan Objek Pajak Daerah .................................... 20 2.1.4.5 Subjek dan Wajib Pajak Daerah ............................ 24 2.1.4.6 Dasar Pengenaan Pajak Daerah ........................... 26 2.1.4.7 Tarif Pajak Daerah ................................................. 29 2.1.4.8 Cara Perhitungan Pajak Daerah ............................ 31 2.1.4.9 Dasar Hukum ......................................................... 34
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 34 2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 43 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 43 3.2 Tempat dan Waktu ...................................................................... 43 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................... 43 3.3.1 Jenis Data ......................................................................... 43
xi
3.3.2 Sumber Data ..................................................................... 44 3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 44 3.5 Metode Analisis Data .................................................................. 45
3.5.1 Analisis Efektivitas Pajak Daerah ...................................... 45 3.5.2 Analisis Efisiensi Pajak Daerah ......................................... 46 3.5.3 Analisis Kontribusi Pajak Daerah ...................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 48
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 48 4.1.1 Letak Geografis ................................................................. 48 4.1.2 Geologi .............................................................................. 49 4.1.3 Kependudukan .................................................................. 49 4.1.4 Perekonomian ................................................................... 50 4.2 Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Sidrap .................... 52 4.2.1 Visi dan Misi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah ......... 52 4.2.2 Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas BPKD ................. 52 4.3 Hasil Penelitian ........................................................................... 61 4.3.1 Analisis Efektivitas Pajak Daerah ....................................... 61 4.3.2 Analisis Efisiensi Pajak Daerah .......................................... 81 4.3.3 Analisis Kontribusi Pajak Daerah ....................................... 82
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 84 5.1 Kesimpulan.................................................................................. 84 5.2 Saran........................................................................................... 85 5.3 Keterbatasan Penelitian............................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kab.Sidrap ...................... 4 1.2 Target dan Realisasi Pajak Daerah Kab. Sidrap ..................................... 5 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 37 3.1 Pengukuran Nilai Efektivitas ................................................................... 46 3.2 Pengukuran Nilai Efisiensi ...................................................................... 47 3.3 Pengukuran Nilai Kontribusi ..................................................................... 47 4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Sidenreng Rappang .............................. 50 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapanga Usaha Tahun 2011-2015 Atas Dasar Harga Konstan .................................................... 51 4.3 Target Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ............................... 63 4.4 Pertumbuhan Target Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ......... 64 4.5 Realisasi Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ........................... 66 4.6 Efektivitas Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ......................... 67 4.7 Efektivitas Pajak Hotel Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ............................. 69 4.8 Efektivitas Pajak Restoran Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ....................... 70 4.9 Efektivitas Pajak Hiburan Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ......................... 71 4.10 Efektivitas Pajak Reklame Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ....................... 72 4.11 Efektivitas Pajak Penerangan Jalan Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 .................................................................................... 73 4.12 Efektivitas Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kab. Sidrap Tahun
2011-2015 ............................................................................................... 75 4.13 Efektivitas Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kab. Sidrap
Tahun 2011-2015 .................................................................................... 76 4.14 Efektivitas Pajak Air Tanah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ...................... 77 4.15 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ..... 78 4.16 Presentase Pencapaian Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 .... 80 4.17 Jumlah dan Jenis Biaya yang Terkait dengan Proses Pemungutan Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015........................................... 82 4.18 Efisiensi Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ............................ 82 4.19 Kontribusi Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah di Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ......................................................................... 83
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Alur Penelitian ................................................................................... 42 4.1 Target dan Realisasi Pajak Hotel Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ....... 70 4.2 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 71 4.3 Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 .. 72 4.4 Target dan Realisasi Pajak Reklame Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 . 73 4.5 Target dan Realisasi Pajak Peneranga Jalan Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ......................................................................................... 74 4.6 Target dan Realisasi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kab. Sidrap
Tahun 2011-2015 .............................................................................. 75 4.7 Target dan Realisasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangungan
Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ........................................................... 76 4.8 Target dan Realisasi Pajak Air Tanah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 77 4.9 Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ......................................................................................... 79
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Biodata Peneliti ................................................................................. 90 2 Data Rekapitulasi Pajak Daerah Kab. Sidrap Tahun 2011-2015 ....... 91 3 Data Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daera dan Pajak Daerah ............................................................................................... 93
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan. Karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Menurut Adriani (Waluyo 2002:4) definisi pajak sebagai berikut.
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang tertutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak dapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung
secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu
bangsa. Hal itu dapat diartikan sesuatu yang pada dasarnya kurang dirasakan
manfaatnya sehingga akan dibentuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
untuk keperluan umum.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa terdapat beberapa daerah
yang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada daerah lain. Karena
itulah pemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di
tingkat daerah yang disebut otonomi daerah untuk mengelola potensi-potensi
dan sekaligus mengembangkannya.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah sejak 1 Januari 2001
mengehendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang
dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menjalankan
2
pemerintahan. Kesejahteraan masyarakat akan banyak bergantung pada
pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah harus menggali semaksimal
mungkin sumber-sumber Pendapatan Asli Daerahnya (PAD), dikarenakan PAD
menjadi alat ukur tingkat keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Semakin
tinggi PAD yang didapatkan pemerintah daerah maka semakin tinggi pula tingkat
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kebutuhan daerah mereka
sendiri. Maka hal itu bisa dikatakan pelaksanaan otonomi daerah berjalan
maksimal. Namun sebaliknya, jika PAD yang didapatkan oleh pemerintah daerah
rendah atau mengalami penurunan maka tingkat kemampuan pemerintah daerah
dalam membiayai kebutuhan daerah mereka sendiri rendah pula. Maka hal
pelaksanaan otonomi daerah belum maksimal. Oleh karena itu daerah dengan
segala kemampuannya harus dapat memanfaatkan segala potensi yang ada
pada daerahnya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dengan pengalokasian yang efekti dan efisien khususnya dalam
upaya mencapai peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum pada
masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber PAD perlu dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Tuntunan peningkatan PAD
semakin besar seiring semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang
dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan,
dan dokumentasi ke daerah dalam jumlah besar. Untuk itu, sumber-sumber PAD
yang potensial harus digali secara maksimal dan lebih kreatif lagi agar tercapai
akuntanbilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Untuk memaksimalkan otonomi daerah dan meningkatkan
pembangunan daerah, serta mengurangi sumbangan dari pemerintah pusat,
3
maka pemerintah daerah harus berupaya meningkatkan PAD. Dalam Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan bahwa penerimaan
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan. Pendatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari empat kelompok
sebagaimana dibawah ini.
a) Pajak Daerah
b) Retribusi Daerah
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang dipisahkan
d) Lain-lain Pendapatas Asli Daerah yang Sah.
Namun demikian, otonomi daerah dalam rangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia bukan hanya semata diukur dari jumlah PAD yang dicapai
tetapi lebih dari itu sejauh mana pajak daerah dapat berperan mengatur
perekonomian masyarakat dapat bertumbuh berkembang.
Adapun target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Sidenreng Rappang tahun 2011-2015 pada tabel 1.1 berikut ini.
4
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sidereng Rappang tahun 2011-2015
Tahun
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
% Target Realisasi
2011
Rp 47.835.076.000,00
Rp 36.780.402.639,49
77%
2012
Rp 43.453.014.000,00
Rp 36.158.851.507,94
83%
2013 Rp 44.146.778.000,00
Rp 37.920.943.979,29
85%
2014 Rp 84.289.908.000,00
Rp 64.628.526.309,80
77%
2015 Rp 101.304.105.100,00 Rp 76.076.376.303,64 75%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kab. Sidenreng Rappang, Mei, 2016
Berdasarkan Tabel 1.1 bahwa realisasi PAD Kabupaten Sidenreng
Rappang selama 5 (empat) tahun 2011-2015 realisasi PAD tidak pernah
mencapai terget yang ditetapkan pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan
bahwa masih banyak potensi PAD yang dalam pelaksanaannya belum digali
secara maksimal.
Salah satu penunjang penerimaan daerah yaitu pajak daerah. Pajak
daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Kabupaten Sidenreng Rappang (sering disingkat dengan nama Sidrap)
adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota
5
kabupaten ini terletak di Sidenreng. Kabupaten Sidrap berbatasan dengan Kota
Parepare, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Luwu,
Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng. Kabupaten ini memiliki luas wilayah
2.506,19 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 264.955 jiwa.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sidrap sendiri menetapkan pajak
daerahnya berasal dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame,
pajak penerangan jalan (PPJ), pajak mineral bukan logam dan besi, bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak bumi dan bangunan
(PBB), serta pajak air tanah.
Adapun target dan realisasi Pajak Daerah Kabupaten Sidrap tahun 2011-
2015 pada tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2 Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Sidrap Tahun 2011-2014
Tahun Pajak daerah
%
Target Realisasi
2011 Rp 10.089.167.800,00
Rp 10.736.409.460
106,42%
2012 Rp 11.169.457.000,00
Rp 12.608.440.055
112,88%
2013 Rp 14.316.442.370,00
Rp 14.284.965.208
99,78%
2014 Rp 17.380.680.172,00
Rp 16.791.998.740
96,61%
2015 Rp 28.843.469.000,00 Rp 21.125.803.135,00 69,13%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kab. Sidenreng Rappang, Mei, 2016
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa realisasi pajak daerah pada
tahun 2011 dan 2012 melampaui target yang ditetapkan pemerintah Kabupaten
Sidenreng Rappang, sedangkan pada tahun 2013-2015 mengalami penurunan.
6
Berdasarkan keterangan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Efektivitas, Efisiensi, dan Kontribusi Pajak Daerah
pada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti merumuskan permasalahan yang akan diteliti.
1. Apakah pencapaian Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Sidenreng Rappang sudah efektif ?
2. Apakah pencapaian Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Sidrap sudah efisien ?
3. Seberapa besar kontribusi Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Sidenreng Rappang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pajak Daerah pada Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi Pajak Daerah pada Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang.
3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Pajak Daerah pada
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoritis
Guna memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang nantinya membantu dalam penerapan teori perpajakan. Selain
itu, dapat mengetahui sistem penerimaan pajak daerah Kab. Sidrap.
2. Kegunaan Praktis
Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam
membuat kebijakan dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah
dan pendapatan asli daerah.
1.5 Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, maka peneliti
mengeuraikan sistematika penulisan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mejelaskan wawasan umum tentang arah penelitian yang akan
dilakukan. Pada bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan landasan teori yang dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus lapangan sesuai dengan apa yang dilapangan dan
penelitian terdahulu.
8
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini memuat rancangan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum lokasi penelitian
dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi penjelasan mengenai kesimpulan, saran dan keterbatasan
penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pajak
2.1.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Adriani (Waluyo, 2002:4) pengertian pajak sebagai berikut.
“pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang tertutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak dapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari definisi tersebut dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak, yaitu.
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaanya.
2. Dalam pembayaran tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara
individu oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara (baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah).
4. Dapat dipaksakan.
5. Pajak diperuntukkan membiayai pengeluaran Pemerintah dan apabila
pemasukannya masih surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
Menurut Soemitro (Waluyo, 2002:5) menyebutkan pajak adalah sebagai berikut.
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
10
umum. Definisi tersebut lebih bersifat ekonomis karena penekanannya pada
faktor kekayaan dan manfaat pajak bagi masyarakat.”
Menurut Smeets (Waluyo, 2005:5) pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan sepihak
oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya
secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk
pengeluaran-pengeluaran umum. Menurut Soemahamidjaja (Waluyo, 2002:5)
pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang
dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi tersebut
tidak tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”.
Sisi lainnya yang berhubungan dengan kontraprestasi menekankan pada mewujudkan
kontrprestasi itu diperlukan.
2.1.1.2 Fungsi Pajak
Waluyo (2002:8) menyebutkan fungsi pajak sebagai berikut.
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh : dimasukkannya pajak
sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang
lebih tinggi terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman dapat
ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.
2.1.1.3 Syarat Pemungutan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu
tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah,
maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
11
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan. Adapun syarat pemungutan pajak menurut Mardiasmo (Desak,
2016:21) sebagai berikut.
1. Pemungutan Pajak Harus Adil
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang-Undang dan
pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam Perundang-Undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaanya yakni
dengan memberikan hak wajib bagi untuk mengajukan keberata, penundaan
dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertimbangan.
2. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang
Di Indonesia pajak di atur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara
maupun warganya.
3. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian
Pemungutan tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
4. Pemungutan Pajak Harus Efesien
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.
5. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana
Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
12
2.1.1.4 Cara pemungutan pajak
Waluyo (2002:17) menjelaskan cara pemungutan pajak sebagai berikut.
1. Stesel Nyata (Riil Stesel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stesel ini
adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru
dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
2. Stesel Anggapan (Fictive Stesel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-
Undang sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan
tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan
besarnya pajak yang terutama untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stesel ini
adalah pajak dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus ,menunggu akhir
tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
3. Stesel Campuran
Stesel ini merupakan kombinasi antara stesel nyata dan stesel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan
yang sebenarnya. Apabila besarnya menurut kenyataan lebih basar daripada
pajak menurut anggapan, Wajib Pajak harus menambah kekurangannya.
Demikian pula sebaliknya apabila lebih kecil, kelebihannya dapat diminta
kembali.
13
2.1.2 Otonomi Daerah
2.1.2.1 Pengertian Otonomi Daerah
Berdasarkan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.1.2.2 Tujuan Otonomi Daerah
Menurut Deddy dan Solihin (2004:32), tujuan peletakan kewenangan
dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan kesejahteraan
rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap
budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu
pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ,meliputi pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan dipisahkan, dan lain-lain PAD yang
sah.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009
“Pendapatan Asli Daerah yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang
sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah
dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah”.
14
Menurut Yani (2002:51) menyebutkan Pendapatan Asli Daerah sebagai
berikut.
“Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.”
2.1.4 Pajak Daerah
2.1.4.1 Pengertian Pajak Daerah
Setiawan (2010:349) Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 (Samudra 2015:67)
pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.1.4.2 Jenis Pajak Kabupaten/Kota
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Bab II Pasal 2 jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas.
a. Pajak Hotel.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 20 bahwa Pajak Hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
15
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah
kos dan dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
b. Pajak Restoran.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 22 bahwa Pajak Restoran adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas
penyedia makanan dan minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup
juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk
jasa boga dan katering.
c. Pajak Hiburan.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 24 bahwa Pajak Hiburan adalah pajak
atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,
pertunjukan, permainan, dan keramaian yang menikmati dengan dipungut
bayaran.
d. Pajak Reklame.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 26 bahwa Pajak Reklame adalah pajak
atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau
media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau menarik perhatian
umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dililhat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan dinikmati oleh umum.
e. Pajak Penerangan Jalan.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 28 bahwa Pajak Penerangan Jalan
16
adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain.
f. Pajak Air Tanah.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 33 bahwa Pajak Air Tanah adalah pajak
atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang
terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
g. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 29 bahwa Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam
dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan.
h. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 41 bahwa bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan oleh
orang pribadi atau bangunan.
i. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 37 bahwa Pajak Bumi dan Bangunan
adalah pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
17
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten atau kota. Sedangkan
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau yang dilekatkan secara
tetap pada tanah atau perairan pedalaman atau laut.
j. Pajak Parkir.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 31 bahwa Pajak Parkir adalah pajak atas
penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir
adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
k. Pajak Sarang Burung Walet.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah Bab I Pasal 1 ayat 35 bahwa Pajak Sarang Burung Walet
adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan pengusahaan sarang burung
walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia
fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.
2.1.4.3 Objek Pajak Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Objek Pajak Daerah sebagai
berikut.
a. Pajak Hotel
Pada pasal 32 ayat 1 objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan
oleh hotel dengan pembayaran, termasuk juga penunjang sebagai
kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
18
b. Pajak Restoran
Pada pasal 37 ayat 1 objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang
disediakan oleh restoran.
c. Pajak Hiburan
Pada pasal 42 ayat 1 objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan
hiburan dengan dipungut bayaran yang meliputi dalam ayat 2 tontonan film,
pergelaran kesenian (musik, tari, dan busana), kontes kecantikan, binaraga,
pameran, diskotik, karaoke, klub malam, sirkus, akrobat, sulap, bilyar, golf,
boling, pacuan kuda, kendaraan bermotor, permainan ketangkasan, panti
pijat, refleksi, mandi uap, pusat kebugaran, dan pertandingan olahraga. Ayat
3 bahwa penyelenggaraan hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat
dikecualikan dengan peraturan daerah.
d. Pajak Reklame
Pada pasal 47 ayat 1 objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaran
reklame. Sebagaimana dimaksud ayat 1 yaitu reklame papan, reklame kain,
reklame melekat, reklame selebaran, reklame udara, reklame apung, reklame
suara, reklame film, dan reklame peragaan.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pada pasal 52 ayat 1 objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan
tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari
sumber lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pada pasal 57 ayat 1 objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi
asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, polomit, feldspar, garam batu, grafit, granit, gips, kalsit,
kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil,
19
pasir kuarsa, perlit, phospat, talk, tanah serap, tanah diatome, tanah liat,
tawas, tras, yarosif, zeolif, basal, trakkit, dan Mineral Bukan Logam dan
Batuan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Pajak Parkir
Pasal 62 ayat 1 objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor.
h. Paka Air Tanah
Pada pasal 67 ayat 1 objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan
pemanfaatn air tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pada pasal 72 ayat 1 objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
dan pengusahaan Sarang Burung Walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan
Pada pasal 77 ayat objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pada pasal 85 ayat 1 objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan.
20
2.1.4.4 Bukan Objek Pajak Daerah
Bukan Objek Pajak Daerah dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 sebagai berikut.
a. Pajak Hotel
Pasal 32 ayat 3 tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud
ayat 1 sebagai berikut.
1. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
2. Jasa sewa apertemen, kondominium, dan sejenisnya.
3. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.
4. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, dan
panti sosialnya yang sejenis.
5. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
b. Pajak Restoran
Pasal 37 ayat 3 tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana ayat 1
adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya
tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
c. Pajak Hiburan
Pasal 42 ayat 3 penyelenggaraan hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat
2 dapat dikecualikan dengan Peraturan Daerah.
d. Pajak Reklame
Pasal 47 ayat 3 tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame sebagai berikut.
1. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian,
warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya.
21
2. Label/merek produk yang melekat pada barang diperdagangkan, yang
berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya.
3. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan
ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut.
4. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
5. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pasal 52 ayat 3 dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan
sebagaimana dimaksud ayat 2 meliputi seluruh pembangkit listrik.
1. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
2. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh
kedutaan, konsulat, dan perwakilan asing dengan asas timbal balik.
3. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas
tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait.
4. Penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 57 ayat 2 dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sebagai berikut.
1. Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata-
nyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan
tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon,
penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas.
22
2. Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang
merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak
dimanfaatkan secara komersial.
3. Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
g. Pajak Parkir
Pasal 62 ayat 2 tidak termasuk objek Pajak Parkir sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 sebagai berikut.
1. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan
untuk karyawannya sendiri.
3. Penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, Konsulat, dan perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik
4. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan
Daerah.
h. Pajak Air Tanah
Pasal 67 ayat 2 dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah.
1. Pengambilan dan pemanfaatan air tanah untuk keperluaan dasar rumah
tangga, pengairan pertanian, dan perikanan rakyat, sera peribadatan.
2. Pengambilan dan pemanfaatan air tanah lainnya yang diatur dengan
Peraturan Daerah.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pasal 72 ayat 2 tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud ayat 1
adalah.
1. Pengambilan sarang burung walet yang telah dikenakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
23
2. Kegiatan pengambilan atau pengusahaan sarang burung walet lainnya
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
j. Pajak Bumi dan Bangunan
Pasal 77 ayat 3 objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan
adalah.
1. Yang digunakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
4. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak.
5. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik.
6. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keungan.
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pasal 85 ayat 4 objek yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan sebagai berikut.
1. Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik.
2. Negara untuk peyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum.
24
3. Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau
perwakilan organisasi tersebut.
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama.
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf.
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
2.1.4.5 Subjek dan Wajib Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang 28 Tahun 2009, subjek dan wajib pajak
daerah sebagai berikut.
a. Pajak Hotel
Pasal 33 ayat 1 Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang
mengusahkan hotel. Sedangkan ayat 1 wajib pajak hotel adalah orang pribadi
atau badan yang mengusahakan hotel.
b. Pajak Restoran
Pasal 38 ayat 1 bahwa subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau
badan yang membeli makanan atau minuman dari restoran. Ayat 2 bahwa
wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan
restoran.
c. Pajak Hiburan
Pasal 43 ayat 1 bahwa subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan
yang menikmati hiburan. Ayat 2 bahwa wajib pajak hiburan adalah orang
pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
25
d. Pajak Reklame
Pasal 48 ayat 1 subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan reklame. Pasal 2 bahwa wajib pajak reklame adalah orang
pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pasal 53 ayat 1 bahwa subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi
atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Ayat 2 dan 3 bahwa
wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan tenaga listik dan dalam hal tenaga listrik disediakan oleh
sumber lain, wajib pajak penerangan jalan adalah penyedia tenaga listrik.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 58 ayat 1 bahwa subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah
orang pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan
batuan. Ayat 2 bahwa wajib pajak mineral bukan logam dan batuan adalah
orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.
g. Pajak Parkir
Pasal 63 ayat 1 bahwa subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Ayat 2 bahwa wajib pajak parkir
adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
h. Pajak Air Tanah
Pasal 68 ayat 1 bahwa subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Ayat 2
bahwa wajib pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pengambilan dan pemanfaatan air tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pasal 73 ayat 1 bahwa subjek pajak sarang burung walet adalah orang
pribadi atau badan yang melakukan pengambilan atau mengusahakan sarang
26
burung walet. Ayat 2 bahwa orang pribadi atau badan yang melakukan
pengembilan dan mengusahakan sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan
Pasal 78 ayat 1 bahwa subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi
atau badan yang secara nyata yang mempunyai suatu hak atas bumi dan
memperoleh manfaat atas bumi, dan memiliki, menguasai, dan memperoleh
manfaat atas bangunan. Ayat 2 bahwa wajib pajak bumi dan bangunan
adalah orang pribadi atau badan yang nyata mempunyai suatu hak atas bumi
dan memperoleh manfaat bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau
memperoleh manfaat atas bangunan.
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pasal 86 ayat 1 bahwa subjek bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
bangunan. Ayat 2 bahwa wajib bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
bangunan.
2.1.4.6 Dasar Pengenaan Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang 28 Tahun 2009 dasar pengenaan pajak
daerah yaitu.
a. Pajak Hotel
Pada pasal 34 dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada hotel.
b. Pajak Restoran
Pada pasal 39 dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran
yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran.
27
c. Pajak Hiburan
Pasal 44 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak hiburan yaitu jumlah uang
yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan
dan ayat jumlah yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat
1 termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada
penerima jasa hiburan.
d. Pajak Reklame
Pasal 49 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa
reklame. Ayat 2 bahwa dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga,
nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan
berdasarkan nilai kontrak reklame. Ayat 3 bahwa dalam hal reklame
diselenggarakan sendiri, nilai sewa reklame sebagaimana maksud pada ayat
1 dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi
penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran
media reklame. Ayat 4 bahwa dalam hal nilai sewa reklame sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 tidak diketahui dan dianggap tidak wajar, nilai sewa
reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana
dimaksud pada ayat 3. Ayat 5 bahwa cara perhitungan nilai sewa reklame
sebagamana dimaksud pada ayat 3 ditetapkan dengan peraturan daerah.
Ayat 6 bahwa hasil perhitungan nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud
pada ayat 5 ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pasal 54 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai
jual tenaga listrik. Ayat 2 bahwa dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber
lain dengan pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya
tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh yang ditagihkan dalam
rekening listrik. Dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, nilai jual tenaga
28
listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik,
jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di
wilayah daerah yang bersangkutan.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 59 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan
batuan adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan.
Ayat 2 bahwa nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung dengan
mengalikan volume hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar
masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan. Ayat 3 bahwa nilai
pasar sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah harga rata-rata yang yang
berlaku di lokasi setempat wilayah daerah yang bersangkutan. Ayat 4 bahwa
dalam hal nilai pasar dari hasil produksi mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 sulit diperoleh, digunakan harga standar
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambangan
mineral bukan logam dan batuan.
g. Pajak Parkir
Pasal 64 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat
parkir. Ayat 2 bahwa dasar pengenaan pajak parkir sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dapat ditetapkan dengan peraturan daerah. Ayat 3 bahwa jumlah
yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 potongan
harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa
parkir.
h. Pajak Air Tanah
Pasal 69 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai
perolehan air tanah.
29
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pasal 74 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah
nilai jual sarang burung walet. Ayat 2 bahwa nilai jual sarang burung walet
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung berdasarkan perkalian antara
harag pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di daerah yang
bersangkutan dengan volume sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan
Pasal 79 ayat 1 bahwa dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Ayat 2 bahwa besarnya NJOP sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 ditetapkan setiap 3 tahun, kecuali objek pajak tertentu
dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
Ayat 3 bahwa penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat
2 dilakukan oleh Kepala Daerah.
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pasal 87 ayat 1 bahwa dasar pengenaan perolehan hak atas tanah dan
bangunan adalah nilai perolehan objek pajak.
2.1.4.7 Tarif Pajak Daerah
Tarif pajak daerah berdasarkan Undang-Undang 28 Tauhn 2009 sebagai
berikut.
a. Pajak Hotel
Pasal 35 ayat 1 dan 2 bahwa tarif pajak hotel dterapkan paling tinggi sebesar
10% dan tarif pajak hotel ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
b. Pajak Restoran
Pasal 40 ayat 1 dan 2 bahwa tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% dan tarif pajak restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
30
c. Pajak Hiburan
Pasal 45 ayat bahwa tarif pajak hiburan diterapkan paling tinggi sebesar 35%.
Ayat 2 bahwa khusus hiburan berupa pegelaran busana, kontes ketangkasa,
panti pijat dan mandi uap, tarif pajak dapat diterapkan paling tinggi 75%. Ayat
3 bahwa khusus hiburan kesenian rakyat dikenakan tarif pajak hiburan
ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Ayat 4 bahwa tarif pajak hiburan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
d. Pajak Reklame
Pasal 50 ayat 1 dan 2 bahwa tarif pajak reklame ditetapkan paling tingi
sebesar 25% dan tarif pajak reklame diterapkan dengan Peraturan Daerah.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pasal 55 ayat 1 bahwa tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi
sebesar 10%. Ayat 2 bahwa pengguna tenaga listrik dan sumber lain oleh
industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif pajak penerangan
jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%. Ayat 3 bahwa penggunaan tenaga
listrik yang dihasilkan sendiri, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling
tinggi sebesar 1,5%. Ayat 4 tarif pajak penerangan jalan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 60 ayat 1 bahwa tarif pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan
paling tinggi sebesar 25%. Ayat 2 bahwa tarif pajak mineral bukan logam dan
batuan ditetapkan Peraturan Daerah.
g. Pajak Parkir
Pasal 65 ayat 1 dan 2 bahwa tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi
sebesar 30% dan tarif pajak parkir ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
31
h. Pajak Air Tanah
Pasal 70 ayat 1 dan 2 bahwa tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi
sebesar 20% dan tarif pajak air tanah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pasal 75 ayat 1 dan 2 bahwa tarif pajak sarang burung walet ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% dan tarif pajak sarang burung walet ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
j. Pajak Bumi dan Bangunan
Pasal 80 ayat 1 bahwa tarif pajak bumi dan bangunan ditetapkan paling tinggi
0,3%. Ayat 2 bahwa tarif pajak bumi dan bangunan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pasal 88 ayat bahwa tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
ditetapkan paling tinggi sebesar 5%. Ayat 2 bahwa tarif bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan ditetapkan dengan peraturan daerah.
2.1.4.8 Cara Perhitungan Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang 28 Tahun 2009 cara perhitungan pajak
daerah diatur sebagai berikut.
a. Pajak Hotel
Pasal 36 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat 2
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 34.
32
b. Pajak Restoran
Pasal 41 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak restoran yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan terif sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat 2
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 39.
c. Pajak Hiburan
Pasal 46 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak hiburan yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 4
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 44.
d. Pajak Reklame
Pasal 51 ayat 1 besaran pokok pajak reklame yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat 2
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat
6.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pasal 56 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak penerangan jalan yang terutang
dihitung dengan mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat
4 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 54.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 61 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak mineral bukan logam dan
batuan yang terhutang dihitung dengan mengalikan dengan tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat 2 dengan dasar pengenaan
pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 59.
g. Pajak Parkir
Pasal 66 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak parkir yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 ayat 2
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 64.
33
h. Pajak Air Tanah
Pasal 71 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak air tanah yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat2
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat
4 bahwa besarnya nilai perolehan pajak air tanah sebagaimana dimaksud
pasal 69 ayat 1 ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pasal 76 ayat 1 bahwa besaran pokok pajak sarang burung walet yang
terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana maksud dalam
pasal 75 ayat 2 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 74.
j. Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan pasal 81 bahwa besaran pokok pajak bumi dan bangunan yang
terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam pasal 80 ayat 2 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 79 ayat 3 setelah setelah dikurangi nilai jual objek
pajak tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat 5.
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pasal 89 ayat 1 bahwa besaran pokok bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 88 ayat 2 dengan dasar pengenaan
pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 87 ayat 1 setelah dikurangi Nilai
perolehan objek pajak tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal
87 ayat 6 bahwa niali perolehan objek pajak tidak kena pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 (besarnya nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak
ditetapkan paling rendah sebesar Rp60.000.000 untuk setiap wajib pajak) dan
ayat 5 (dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima
34
oleh pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan
pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, nilai perolehan objek pajak tidak
kena pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp300.000.000.
2.1.4.9 Dasar Hukum
Dasar hukum pajak daerah sebagai berikut.
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1956 tentang Perimbangan Keuangan
antar Negara (Pusat) dengan Daerah-daerah yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri.
b. Undang-Undang Nomor 11 Drt. Tahun 1957, tentang Peraturan Umum
Pajak Daerah.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1957, tentang Penyerahan Pajak
Negara kepada Daerah.
d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1968, tentang Penyerehan Pajak-pajak
negara kepada Daerah.
e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
f. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
g. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah.
2.2 Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan
penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan
35
penelitian pajak penerangan jalan terdapat beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Penelitian Alfian A. Lamia (2015) mengkaji tentang efektivitas dan
kontribusi pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan terhadap
pendapatan asli daerah Kabupaten Minahasa Utara. Hasil penelitian tersebut
dimana tingkat efektivitas pajak restoran, pajak reklame, dan pajak penerangan
yang diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Utara pada
Tahun 2011-2014 sangat bervariasi, namun secara keseluruhan sudah efektif.
Sedangkan kontribusi yang diberikan dinilai baik.
Penelitian Aprianto Pangloli (2015) mengkaji tentang potensi pajak
penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Tana Toraja.
Hasil penelitian tersebut dimana potensi pajak penerangan jalan tiap tahunnya
mengalami peningkatan namun dalam kurung empat tahun 2009-2013 hanya
pada pada 2010 mengalami peningkatan namun tahun berikutnya terus menerus
mengalami penurunan dan dalam tingkat efektivitas pemungutan pajak
penerangan jalan belum maksimal.
Penelitian Andi Iqra Pradipta Natsir (2015) mengkaji tentang kontribusi
pajak daerah pasca diberlakukan UU nomor 28 tahun 2009 terhadap pendapatan
asli daerah kota Makassar. Hasil penelitian tersebut dimana kontribusi pajak
daerah terhadap PAD kota Makassar dari tahun 2009-2013 secara prosentase
masing-masing jenis pajak sebelum penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009
mencapai 67,50% dari total PAD dan menurun pada tahun 2010 menjadi 65,33%
dari total PAD, setelah penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 total persentase
penerimaan pajak daerah terus menunjukkan peningkatan menjadi 76,93% dan
di tahun 2012 meningkat 80,10% dibandingk tahun lalu terhadap PAD walaupun
jenis pajak yang dipungut oleh DISPENDA total penerimaan pajak daerah
terhadap prosentase PAD menjadi 83,52%. Dengan demikian ada 16,48%
36
kontribusi berasal dari retribus daerah, hasil pengelolaan kekeyaan daerah, lain-
lain PAD yang sah. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Makassar
memperlihatkan bahwa sebelum penerapan UU PDRD jumlah jenis pajak yang
berkontribusi sebanyak 7 jenis pajak dengan nilai total penerimaan pajak sebesar
Rp. 115.223.338.974. setelah penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 menjadi 11
jenis pajak tetapi bertahap dari 10 jenis selama 2 tahun dan menjadi 11 jenis di
tahun ketiga dengan total penerimaan Rp. 518.711.582.645 setelah penerapan
UU Nomor 28 Tahun 2009.
37
Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu
Peneliti, Tahun Penelitian, Judul Penelitian
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Alfan A. Lamia (2015)
Analisis Efektivitas dan Kontribusi
Pajak Restoran, PajakReklame,
dan Pemungutan PajakPenerangan
Jalan terhadap Pendaptan Asli
Daerah Kabupaten Minahasa
Utara.
Untuk mengetahui tingkat
efektifitas dan seberapa besar
kontribusi Pajak Restoran,
Pajak Reklame, dan Pajak
Penerangan
Jalan terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten
Minahasa Utara.
Penilitian ini menggunakan
jenis metode penelitian
kualitatif dengan melakukan
pengkajian data dalam
bentuk deskriptif atau
berbentuk uraian.
Tingkat efektivitas Pajak
Restoran, Pajak Reklame, dan
Pajak Penerangan Jalan yang
diterima oleh Dinas
Pendapatan Daerah
Kabupaten Minahasa Utara
pada tahu 2010-2014 sangat
bervariasi, namun secara
kesuluruhan sudah efektif.
Jumlah pemerimaan Pajak
Restoran, Pajak reklame, dan
Pajak Penerangan Jalan
Kabupaten Minahasa Utara
pada Tahun 2010-2014
memberikan kontribusi yang
baik terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Minahasa
Utara. Realisasi penerimaan
PAD Kabupaten Minahasa
Utara dalam lima tahun terakhir
yaitu dari tahun 2010-2014
mengalami peningkatan dalam
setiap tahunnya.
38
Aprianto Pangloli (2015) Analisis
Potensi Pajak Penerangan Jalan
terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Tana Toraja.
Untuk mengetahui potensi,
tingkat efektifitas dan
seberapa besar kontribusi
Pajak Penerangan Jalan
terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Tana
Toraja.
Penelitian ini menggunakan
metode analisis kuantitatif.
1. Potensi PajakPenerangan
Jalan yang dimiliki
Kabupaten Tana Toraja
tahun 2009 sebesar Rp
1.402.493.857,- pada
tahun 2010 Rp1.489.261.34
7,- pada tahun 2011
sebesarRp 1.584.213.105,-
pada tahun 2012 sebesar Rp
2.159.818.157,- dan pada
2013 sebesar Rp
2.264.128.938,
2. Kontribusi Pajak
Penerangan Jalan tahun
2009 mencapai 65,20%
terhadap Pajak Daerah dan
6,50% terhadap PAD. Pada
tahun 2010 KontribusiPajak
Peneranga Jalan mengalami
peningkatan menjadi 70,35%
terhadap Pajak Daerah
namun mengalami
penurunan terhadap PAD
sebesar 6,28%. Pada tahun
2011 kontribusi Pajak
Penerangan Jalan
mengalami penurunan
menjadi 58,54% namun
kontribusi terhadap Pajak
39
Daerah mengalami peningka
tan menjadi 7,01%. Pada
tahun 2012 kontribu Pajak
Penerangan Jalan terhadap
Pajak Daerah turun menjadi
55,75% dan hal yang sama
terjadi terhadap PAD
mengalami penurunan
menjadi 5,93%. Pada tahun
2013 kontribusi Pajak
Penerangan Jalan terhadap
Pajak Daerah kembali
mengalami penurunan
menjadi 55,75% dan
terhadap PAD menjadi
5,48%.
3. Berdasarkan tingkat
efektivitas, pemungutan
Pajak Penerangan Jalan
belum maksimal
4. Berdasarkan analisis trend
yang digunakan untuk
melihat prospek
penerimaan Pajak
Penerangan Jalan maka
dapat diketahui dalam
jangka waktu lima tahun ke
depan yaitu dari tahun
2015-2019 penerimaan
40
Pajak Penerangan Jalan
akan mengalami
peningkatan setiap tahun
yang mencapai angka rata-
rata sebesar Rp3.078.286.7
85.
Andi Iqra Pradipta Natsir (2015) 1. Untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi pajak
daerah terhadap pendapata
n asli daerah kota Makassar
sebelum dan setelah
berlakunya UU Nomor 28
Tahun 2009.
2. Untuk mengetahu kontribusi
masing-masing jenis pajak
daerah terhadap
pendapatan asli daerah
Kota Makassar tahun 2009-
2013.
Penelitian ini menggunakan
metode analisis kuantitatif.
1. Kontribusi pajak daerah
terhadap PAD Kota Makassar
memperlihatkan bahwa
sebelum penerapan UU PDRD
jumlah jenis pajak yang
berkontribusi sebanyak 7 jenis
pajak dengan nilai total
penerimaan pajak sebesar
Rp.115.223.338.974. setelah
penerapan UU Nomor 28
Tahun 2009 menjadi 11 jenis
pajak tetapi bertahap dari 10
jenis selama 2 tahun dan
menjadi 11 jenis di tahun
ketiga dengan totalpenerimaan
Rp.518.711.582.645 setelah
penerapan UU Nomor 28
Tahun 2009.
2. kontribusi pajak daerah
terhadap PAD kota Makassar
dari tahun 2009-2013 secara
41
prosentase masing-masing
jenis pajak sebelum penerapan
UU Nomor 28 Tahun 2009
mencapai 67,50% dari total
PAD dan menurun pada tahun
2010 menjadi 65,33% dari
total PAD, setelah penerapan
UU Nomor 28 Tahun 2009 total
persentase penerimaan
pajak daerah terus
menunjukkan peningkatan
menjadi 76,93% dan di tahun
2012 meningkat 80,10%
dibandingkan tahun
lalu terhadap PAD walaupun
jenis pajak yang dipungut oleh
DISPENDA total penerimaan
pajak daerah terhadap
prosentase PAD menjadi
83,52%. Dengan demikian ada
16,48% kontribusi berasal dari
retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekeyaan daerah.
42
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini menggambarkan klarifikasi permasalahan
untuk melihat sampai mana tingkat keefektivan dan keefisienan serta
seberapa besar kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah.
Gambar 2.1 Alur Penelitian
Sumber: Diolah sendiri, 2016
Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Sidenreng
Rappang Rappang
Pajak Daerah
Realisasi Pajak
Daerah
Target Pajak
Daerah
Biaya Pajak Daerah
Kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah metode
deskriptif kuantitatif. Penilitian ini berusaha menjelaskan masalah yang ada
dengan menggunakan angka-angka untuk menunjukkan hasil penilitian.
Peneliti akan berusaha mengetahui Efektifitas, Efesiensi, dan Kontribusi
Pajak Daerah pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sidenreng
Rappang. Peneliti akan mengumpulkan data yang berhubungan kemudian
menggambarkan Efektifitas, Efesiensi, dan Kontribusi Pajak Daerah pada PAD.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Subyek penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sidenreng
Rappang (Sidrap) Kelurahan Batu Lappa, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten
Sidenreng Rappang. Adapun waktu yang dibutuhkan kurang satu bulan, dimulai
bulan mei sampai bulan juni.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data dikategorikan dalam dua jenis (Danang, 2013:21) sebagai
berikut.
a. Data Kualitatif
Data kualitatif pada umumnya berupa varias-variasi persepsi bisa dari
responden atau pelanggan. Sehingga sifat data kualitatif ini sangat
44
beragam dengan berbagai skala yang diberlakukan untuk menentukan
bobot dari suatu persepsi pilihan responden.
b. Data Kuantitatif
Data ini berupa angka atau bilangan yang absolut dapat dikumpulkan dan
dibaca relative mudah. Dengan melihat pada jumlah masing-masing angka
seorang peneliti dapat membuat persepsi.
3.3.2 Sumber Data
Danang (2013:21) Dalam suatu penelitian terdapat 2 sumber data yang
dipakai sebagai berikut.
a. Data primer
Istijanto (Danang, 2013:21) “Data primer adalah data asli yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya
secara khusus.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari catatan yang ada pada
perusahaan dan dari sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi
kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya
dengan obyek penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan data
dari Biro Pusat Statistik (BPS).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, ada beberapa metode pengumpulan data yang
digunakan diantaranya.
45
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah arsip-arsip atau catatan mengenai objek penelitian
yang didapat dari subyek penelitian, buku, artikel, dan lainnya yang
berupa data (informasi).
2. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-
buku literatur guna memperoleh, mengumpulkan data dan menilai data
yang lebih akurat untuk membantu penulis dalam mengembangkan topik
pembahasan yang berkaitan dengan judul penulis pilih.
3. Penelitian lapangan (Field Research)
Adalah penulis melakukan wawancara (Interview) langsung pada objek
penelitian. Yaitu penulis melakukan wawancara langsung kepada
pegawai Dinas Pendapatan Daerah.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan matode analisis deskriptif. Analisis deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai suatu
gejala atau fenomena. Selain itu penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis data, dan
menginterprestasi.
3.5.1 Analisis Efektivitas Pajak Daerah
Analisis yang digunakan adalah analisis perhitungan efektivitas. Alat
analisis ini berguna untuk mengetahui tingkat efektivitas pajak daerah pada PAD.
Analisis efektivitas dapat dirumuskan Halim (Alviana, 2016:41) sebagai berikut.
46
Efektivitas = 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ X 100%
Adapun pengukuran nilai efektivitas diukur pada skala ordinal menurut
Depdagri (Alviana, 2016:42) sebagai berikut.
Tabel 3.1 pengukuran nilai efektivitas
Presentase Kriteria
Diatas 100%
90-100%
80-90%
60-80%
Kurang dari 60%
Sangat efektif
Efektif
Cukup efektif
Kurang efektif
Tidak efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 2006
3.5.2 Analisis Efisiensi Pajak Daerah
Selain analisis efektivitas, juga akan digunakan analisis perhitungan
efisiensi dimana guna untuk mengetahui besaran biaya pemungutan pajak yang
digunakan. Adapun rumus analisis efisiensi pajak daerah menurut Hakim
(Elfayang, 2014:38) sebagai berikut.
Efisiensi = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ X 100%
Adapun pengukuran nilai efisiensi diukur pada skala ordinal menurut
Depdagri (Elfayang, 2014:47) sebagai berikut :
47
Tabel 3.2 pengukuran nilai efisiensi
Presentase Kriteria
0-20%
21-40%
41-60%
61-80%
>sangat 80%
Sangat efisien
Efisiens
Cukup efisien
Tidak efisien
Sangat tidak efisien
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 2006
3.5.3 Analisis Kontribusi Pajak Daerah
Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
pajak daerah pada PAD dengan rumus sebagai berikut. Halim (Alviana,
2016:43).
Kontribusi = 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷 X 100%
Adapun pengukuran nilai efektivitas diukur pada skala ordinal menurut Depdagri
dalam (Alviana, 2016:43) sebagai berikut.
Tabel 3.3 pengukuran nilai kontribusi
Presentase Kriteria
0,00-10%
10,10-20%
20,10-30%
30,10-40%
40,10-50%
Diatas 50%
Sangat kurang
Kurang
Sedang
Cukup baik
Baik
Sangat baik
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 2006
84
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis efektivitas, efisiensi,
dan kontribusi pajak daerah pada pendapatan asli daerah di Kabupaten
Sidenreng Rappang, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Rata-rata efektivitas penerimaan pajak daerah secara menyuluruh pada
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang selama tahun
2011-2015 adalah rata-rata sebesar 96,96% dengan tingkat kriteria
efektif. Jika dilihat rata-rata tingkat efektivitas pajak daerah pada tahun
2015 pada posisi kurang efektif dikarena terjadinya peningkatan target
yang sangat besar disetiap lini pajak daerah sehingga realisasi
penerimaan pajak cenderung kurang efektif. Jika seandainya pada tahun
2015 realisasi penerimaan pajak daerah dari semua lini bisa efektif maka
tidak menutup kemungkinan rata-rata efektivitas pajak daerah akan
menyentuh titik sangat efektif.
2. Tingkat efisiensi pemungutan pajak daerah selama lima tahun anggaran
yaitu anggaran 2011-2015 di Kabupaten Sidenreng Rappang rata-rata
19% atau dapat dinilai sangat efisien. Dalam kurung waktu lima tahun,
biaya yang harus dikeluarkan pemerintah daerah Kabupaten Sidenreng
Rappang terus mengalami penurunan kecuali pada tahun 2015 dari 17%
menjadi 18%.
3. Rata-rata kontribusi pajak daerah pada Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sidenreng Rappang sebesar 31,10% atau dapat dinilai cukup
baik. Pada tahun 2011-2013, kontribusi pajak daerah pada pendapatan
85
asli daerah terus mengalami peningkatan namun pada tahun 2014 dan
2015 terus mengalami penurunan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang yang dapat
diberikan oleh peneliti yaitu sebagai berikut.
1. Perlu melakukan sosialisasi secara rutin terhadap wajib pajak guna
meningkatkan kesadaran wajib pajak terhadap kewajibannya dalam hal
ketaatan pembayaran pajak tepat waktu dan tepat jumlah. BPKD juga
diharap mampu memberikan sanksi tegas terhadap wajib pajak yang kurang
taat dalam melaksanakan kewajibannya.
2. Menjaring para wajib pajak baru yang belum dikenakan pungutan sebelumnya
dengan meningkatkan kegiatan pemeriksaan dan pengawasan di lapangan.
3. Memberikan penyuluhan secara insentif kepada wajib pajak tentang hak dan
kewajiban serta manfaat dari retribusi yang dibayarkan baik bagi wajib
retribusi maupun Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang.
4. Pemerintah diharapkan agar lebih realistis dalam menetapkan atau
menentukan target penerimaan pajak daerah.
Diharapkan pada penelitian berikutnya yang akan membahas topik yang sama,
agar memperluas ruang lingkup penelitiannya.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Hambatan dalam penelitian ini yaitu terbatasnya informasi-informasi dari
Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang seperti
data upah ataupun gaji pemungutan pajak. Hal tersebut menyebabkan sulit untuk
menjelaskan lebih valid mengenai efisiensi pajak daerah.
86
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah. Peneliti tidak melakukan peninjauan langsung terhadap objek pajak
yang terdapat dilapangan. Sebaiknya hal tersebut juga perlu dilakukan karena
memiliki pengaruh terhadap keakuratan data.
87
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Muhammad. 2015. Konsep Pajak Dalam Pandangan Intelektual Islam.
Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Bratakusumah Deddy S. dan Solihin Dadang. 2004. Otonomi Penyelenggaran
Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dinas Pendapatan Daerah. Laporan Keuangan. Target dan Realisasi
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2011-
2014. DISPENDA Kabupaten Sidenreng Rappang. Sulawesi Selatan.
Dinas Pendapatan Daerah. Laporan Keuangan. Target dan Realisasi Pajak
Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2011-2014. DISPENDA
Kabupaten Sidenreng Rappang. Sulawesi Selatan.
Lamia Alfian A. 2015. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pemungutan Pajak
Restoran Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Minahasa Utara. Manado: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi.
Narbuko Cholid dan Achmadi Abu. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Natsir Andi I. P. 2015. Kontribusi Pajak Daerah Pasca Diberlakukan UU Nomor 2
Tahun 2009 Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar.
Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Natsir Alviana A. 2016. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Maros. Makassar: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Pangloli Aprianto. 2015. Analisis Potensi Pajak Penerangan Jalan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja. Makassar: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peraturan Bupati Sidenreng Rappang Nomor 57 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, dan Tata
Kerja Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Sidenreng
Rappang. 2016. Sidenreng Rappang.
Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 24 Tahun 2010
tentang Pajak Penerangan Jalan. 2010. Sidenreng Rappang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah. 2001. Jakarta.
88
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. 2010. Jakarta.
Prasetyo Bambang (Ed). 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi.
Depok: Raja Grafindo
Puspitasari Elfayang R. A. 2014. Analisis Efektivitas, Efisiensi, dan Kontribusi
Pajak dan Retribus Daerah terhadap PAD Kabupaten Blora. Semarang:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Samudra Aziz A. 2015. Perpajakan di Indonesia : Keuangan, Pajak dan Retribusi
Daerah. Jakarta: Raja Grafindo.
Setiawan Agus dan Mush Basri. 2010. Perpajakan Umum. Jakarta: Raja
Grafindo.
Siahaan Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Rajawali
Press.
Sukardji Untung. 2005. Pajak Pertambahan Nilai. Edisi Revisi 2005. Jakarta:
Raja Grafindo.
Sunyoto Danang. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: Refika
Aditama.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. 2011. Jakarta Selatan: Visi Media.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 2004.
Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23A Bab VIII tentang Hal Keuangan.(online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak#Syarat_pemungutan_pajak), diakses
pada 20 Februari 2017)
Waluyo dan Ilyas Wirawan B. 2002. Perpajakan Indonesia: Pembahasan Sesuai
dengan Ketentuan Pelaksanaan Perundang-Undangan Perpajakan
Terbaru. Jakarta: Salemba Empat.
Widhiatuti Desak. 2016. Efektifitas Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di
Kantor Samsat Polewali Mandar. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin.
89
Yani Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo.
90
Lampiran 1 Biodata Peneliti
BIODATA
Identitas Diri
Nama : Alma Arif Abadi
Tempat, Tanggal Lahir : Rappang, 7 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Jln. Poros Pare Manisa Sidrap
Telpon Rumah dan HP : 085 397 471 956
Alamat E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
-Pendidikan Formal : SD Negeri 1 Benteng
SMP Negeri 2 Baranti
SMA Negeri 1 Panca Rijang
-Pendidikan Nonformal : -
Riwayat Prestasi
-Prestasi Akademik : -
-Prestasi NonAkademik : -
Pengalaman
-Organisasi : -
-Kerja : -
Demikian Biodata ini dibuat dengan sebenarnya
Makassar, Agustus 2017
Alma Arif Abadi
A31111308
91
Lampiran 2 Data Rekapitulasi Pajak Daerah Kab. Sidrap pada Tahun 2011-2015
REKAPITULASI PAJAK DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
TAHUN2011-2015
92
Sumber : DISPENDA Kab. Sidrap 2016
93
Lampiran 3 Data Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah
TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PAJAK DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
TA. 2011 S/D 2015
% %
2011 76,89% 106,42%
2012 83,21% 112,88%
2013 85,90% 99,78%
2014 76,67% 96,61%
2015 75,10% 73,24%101.304.105.100,00
Pendapatan Asli Daerah
Target (Rp) Realisasi (Rp)
Pajak Daerah
Target (Rp) Realisasi (Rp)
Tahun
47.835.076.000,00
43.453.014.000,00
44.146.778.000,00
84.289.908.000,00
10.089.167.800,00
11.169.457.000,00
14.316.442.370,00
17.380.680.172,00
28.843.469.000,00
36.780.402.639,49
36.158.851.507,94
37.920.943.979,29
64.628.526.309,80
76.076.376.303,64
10.736.409.460,00
12.608.440.055,00
14.284.965.208,00
16.791.998.740,00
21.125.803.135,00Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kab. Sidrap 2016