skripsi think pair share

142
i KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES SKRIPSI OLEH DIAN RATNASARI NPM 09120250 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI SEMARANG 2013

Upload: abdie-syatria

Post on 24-Nov-2015

180 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

metode TPS

TRANSCRIPT

  • i

    KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

    PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

    KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES

    SKRIPSI

    OLEH

    DIAN RATNASARI

    NPM 09120250

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    IKIP PGRI SEMARANG

    2013

  • ii

    KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

    PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

    KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

    IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    OLEH

    DIAN RATNASARI

    NPM 09120250

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    IKIP PGRI SEMARANG

    2013

  • iii

    SKRIPSI

    KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

    PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

    KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES

    Disusun dan diajukan oleh

    DIAN RATNASARI

    NPM 09120250

    Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan di hadapan Dewan

    Penguji pada tanggal .....

    Semarang,

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Dra. Tri Suyati, M.Pd Prof.Dr. AY Soegeng, M.Pd

    NPP. 855601013 NPP. 094301244

  • iv

    SKRIPSI

    KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

    PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

    KELAS IV SD NEGERI KEDUNGUTER 02 BREBES

    Disusun dan diajukan oleh

    DIAN RATNASARI

    NPM 09120250

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    pada tanggal 17 Juli 2013

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Dewan Penguji

    Ketua, Sekretaris

    Dra. M.Th. S.R. Retnaningdyastuti, M.Pd. Drs. Djariyo, M.Pd.

    NIP. 195306031981032001 NIP. 195106171981031002

    Penguji I

    Mudzandatun, S.Pd.,M.Pd ...............................................

    NPP.096901239

    Penguji II

    Prof.Dr. AY Soegeng, M.Pd ...............................................

    NPP. 094301244

    Penguji III

    Ryky Mandar Sary, S.Pd ................................................

    NPP.098301237

  • v

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)

    IKIP PGRI SEMARANG

    Jalan Dr. Cipto - Lontar Nomor 1 Semarang Indonesia Telepon (024) 8316377Faks. (024) 8448217

    Email:[email protected]

    Homepage:www.ikippgrismg.ac.id

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Dian Ratnasari

    NPM : 09120250

    Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

    Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar

    merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

    pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabila pada kemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

    maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

    Semarang, 20 Desember 2012

    Yang membuat pernyataan

    Dian Ratnasari

    NPM. 09120250

  • vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto

    Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupanya

    (Surat Al Baqarah Ayat 286)

    Persembahan

    Skripsi ini kupersembahkan kepada:

    1. Bapak Dakrianto dan Mama Tuti Asih yang palingku cinta dalam hidup ini,

    yang telah berjasa selama hidupku.

    2. Adikku Rizqi Ayu Panutan yang telah memberikan keceriaan.

    3. Teman-teman seperjuanganku kelas F PGSD 2009 IKIP PGRI Semarang,

    semoga kita bisa menjadi guru profesional.

    4. Saudara-saudaraku di kost hijau: Dessy R, Rozita M, Septiana A, Bonita R,

    Steffi G, Zuroh S, Sulis P, Izvina M, terimakasih karena kalian telah

    memberikan warna dalam hidupku.

    5. Ahmad Mardiyono yang telah memberikan semangat.

    6. Almamater IKIP PGRI Semarang.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas limpahan rahmat

    dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

    Skripsi yang berjudul Keefektivan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Thinkpair share terhadap Hasil Belajar Matematika SiswaKelas IV SD Negeri

    Kedunguter 02 Brebes ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh

    gelar sarjana pendidikan.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan serta kesulitan-kesulitan.

    Namun, berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan dorongan serta saran-saran dari

    berbagai pihak, khususnya Pembimbing, segala hambatan dan rintangan serta

    kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan

    ini dengan tulus hati penulis sampaikan terima kasih kepada:

    1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah

    memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di IKIP PGRI

    Semarang.

    2. Dra. M. Th. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Pendidikan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

    penelitian.

    3. Drs. Djariyo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

    Dasar yang telah menyetujui usulan topik skripsi penulis.

    4. Mudzanatun, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    mengarahkan penulis dengan penuh ketekunan dan kecermatan.

    5. Prof.Dr. AY Soegeng, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

    membimbing penulis dengan penuh dedikasi yang tinggi.

  • viii

    6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

    telah memberi bekal ilmu kepada penulis selama mengais ilmu di IKIP PGRI

    Semarang.

    7. Kepala Sekolah Dasar Negeri Kedunguter 02 Kecamatan Brebes Kabupaten

    Brebes telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di instansi yang

    dipimpinnya.

    8. Guru kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes

    yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di SD Negeri

    Kedunguter 02.

    9. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu pada

    kesempatan ini.

    10. Ibu dan bapak selaku orang tua yang paling aku cintai di dunia ini, yang telah

    memberikan kasih sayang yang tulus sampai aku dewasa ini.

    11. Teman-teman senasib sepenanggungan yang telah memberikan dorongan dan

    bantuan baik material maupun moral sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

    dengan baik.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pendidik,

    khususnya pendidik di dunia pendidikan dasar.

    Semarang, ...

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    Dian Ratnasari.NPM 09120250 Keefektifan Model Pembelajaran KooperatifTipe Think Pair Share terhadap Hasil Belajar Matematika SiswaKelas

    IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes. Skripsi.ProgramStudiPendidikan Guru SekolahDasar.FakultasIlmuPendidikan.IKIP PGRI Semarang. 2013. Dosen

    Pembimbing I Dra. Tri Suyati, M.Pd.Dosen Pembimbing II Prof.Dr.AY Soegeng,

    M.Pd.

    Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar matematika yang rendah,cara

    penyampaian bahan pembelajaran kurang menarik atau membosankan, kurang

    bervariasinya metode pembelajaran, kurangnya contoh dan latihan, siswa tidak

    termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, sehingga masih ada hasil belajar

    matematika yang dibawah KKM yaitu 65.

    Permasalahan yang diungkap adalah apakah model think pair share

    efektifterhadap hasil belajar matematikadi SD N Kedunguter 02 Brebes.Hipotesis

    dalam pnelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

    efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter

    02 Brebes. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

    mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

    terhadap hasil belajar matematika SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

    Metode penelitian ini adalah eksperimen, pengumpulan data dengan tes.

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kudunguter 02

    Brebes dengan jumlah 40 siswa. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

    40 siswa yang dibagi dalam 2 kelas dengan menggunakan teknik samplejenuh.

    Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen penelitian berupa tes

    evaluasi pilihan ganda dan dokumentasi penelitian. Desain penelitian yang

    digunakan adalah pretest-posttest control group design.

    Berdasarkan analisis, hasil penelitian menunjukan bahwa model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif dapat meningkatkan hasil

    belajar matematika dengankondisi awal sebelum perlakuan memiliki rata-rata

    nilai 56,5 (kurang dari KKM)setelah mendapat perlakuan dengan model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair sharenilaimenjadi rata-rata 84. Hasil

    analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 13,65 dan

    koefisien tersebut signifikan pada taraf 5% dan dk = 38 maka diperoleh ttabel

    sebesar 1,68 jadi nilai thitung ttabeldapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif terhadap hasil belajar matematika siswa

    kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

    Saran yang dapat peneliti sampaikan hendaknya model pembelajaran

    kooperatif tipe think pair share ini dapat diterapkan oleh guru di sekolah sebagai

    proses belajar kerena model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif

    digunakan untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan yang mampu memperbaiki

    hasil belajar siswa supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

  • x

    DAFTAR ISI

    SAMPUL LUAR .............................................................................................. i

    SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii

    PERSETUJUAN .............................................................................................. iii

    PENGESAHAN ............................................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

    ABSTRAK ....................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5

    C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5

    D. Rumusan Masalah ............................................................................. 7

    E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

    F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

    G. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 8

  • xi

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Kajian Teori ...................................................................................... 11

    B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 29

    C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 32

    D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 33

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 34

    B. Populasi, Sampel, dan Sampling ...................................................... 34

    C. Variabel Penelitian ........................................................................... 35

    D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 36

    E. Metode Pengumpulan data ............................................................... 41

    F. Teknik Analisis data ......................................................................... 42

    G. Desain penelitian .............................................................................. 47

    H. Hipotesis Statistik ............................................................................. 48

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data .................................................................................. 49

    B. Uji Hipotesis ..................................................................................... 56

    C. Pembahasan ...................................................................................... 60

  • xii

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ........................................................................................... 62

    B. Saran ................................................................................................. 62

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 66

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    4.1 Daftar Nilai Pretestdan Posttest Matematika Kelas Eksperimen diberi

    Simbol X dan Kelas Kontrol diberi Simbol Y .......................................... 49

    4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest matematika .......................................... 51

    4.3 Distribusi Tingkat Hasil Belajar Pretest Matematika ................................ 52

    4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest matematika ......................................... 53

    4.5 Distribusi Tingkat Hasil Belajar Posttest Matematika ............................... 55

    4.6 Test of Normality ........................................................................................ 57

    4.7 Test of Normality ........................................................................................ 58

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Alur Kerangka Berpikir.............................................................................. 32

    4.1 Grafik Histogram Pretest Hasil Belajar Matematika. ................................ 51

    4.2 Poligon Pretest Hasil Belajar Matematika ................................................. 52

    4.3 Grafik Pretest Kriteria Tingkat Hasil Belajar Matematika ........................ 53

    4.4 Grafik Histogram Posttest Hasil Belajar Matematika. ............................... 54

    4.5 Poligon Posttest Hasil Belajar Matematika................................................ 54

    4.6 Grafik Posttest Kriteria Tingkat Hasil Belajar Matematika ....................... 56

    4.7 Output Normalitas Awal ........................................................................... 57

    4.8 Output Normalitas Akhir ........................................................................... 58

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Silabus ......................................................................................................... 66

    2. Kisi-kisi Soal ............................................................................................... 69

    3. Instrumen Soal Pilihan Ganda ..................................................................... 71

    4. Kunci Jawaban ........................................................................................... 78

    5. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Taraf Kesukaran

    Soal Uji Coba dengan Menggunakan Program Microsoft Exel 2010 ......... 79

    6. RPP Eksperimen ......................................................................................... 82

    7. RPP Eksperimen .......................................................................................... 86

    8. RPP Eksperimen .......................................................................................... 90

    9. RPP Eksperimen .......................................................................................... 94

    10. Soal Pretest dan Posttest ........................................................................... 98

    11. Daftar Nilai Pretest Eksperimen ............................................................... 100

    12. Daftar Nilai Pretest Kontrol ...................................................................... 101

    13. Daftar Nilai Posttest Eksperimen ............................................................. 102

    14. Daftar Nilai Posttest Kontrol .................................................................... 103

    15. Rekapitulasi Perhitungan Validitas ........................................................... 104

  • xvi

    Lampiran Halaman

    16. Tabel Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ............................................ 106

    17. Tabel Rekapitulasi Daya pembeda ........................................................... 108

    18. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran

    Secara Manual ........................................................................................... 110

    19. Tabel Perhitungan Reliabilitas .................................................................. 113

    20. Analisis Awal Normalitasmenggunakan SPSS17 ..................................... 114

    21. Uji Kesamaan Dua Rata-rata..................................................................... 116

    22. Analisis Akhir Normalitasmenggunakan SPSS17 .................................... 117

    23. Uji t ........................................................................................................... 119

    24. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 12

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuannya

    dalam rangka membentuk nilai, sikap dan perilaku manusia. Berkembangnya ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang berlangsung dengan cepat disegala bidang

    membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Baik perubahan yang

    positif maupun perubahan yang negatif. Sebagai salah satu solusinya adalah

    dengan mempersiapkan mutu pendidikan yang lebih baik terhadap generasi yang

    akan datang. Perlu adanya proses perubahan dalam situasi belajar. Belajar

    merupakan suatu peristiwa dan tindakan sehari-hari dalam perubahan perilaku

    sebagai hasil dari pengalaman.

    Setiap manusia pasti belajar ketika masih hidup. Belajar dapat dilakukan

    kapan saja dan di mana saja. Belajar dapat dilakukan di rumah, tempat bermain

    atau di sekolah. Belajar di lingkungan sekolah khususnya di dalam kelas disebut

    sebagai pembelajaran formal. Siswa dapat belajar dengan bimbingan guru dan

    mencapai tujuan yang diinginkan.

    Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang agar dapat

    mencapai kompetensi yang diinginkan. Belajar merupakan upaya seseorang untuk

    menginginkan hasil belajar yang tinggi. Hasil belajar merupakan kemampuan

    seseorang dalam pencapaian berpikir yang tinggi, melalui proses belajar seseorang

    akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik.

    1 1

  • 2

    Proses belajar dapat berlangsung efektif, efesien dan menarik, jika proses

    belajar itu didesain melalui prosedur yang sistemik dan sistematik. Desain sistem

    pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan proses belajar yang dapat

    membantu individual untuk mencapai kompetensi secara optimal. Proses belajar

    dapat disebut sukses apabila memenuhi kriteria sebagai berikut, yakni siswa

    melakukan interaksi dengan sumber belajar secara intensif, melakukan latihan

    untuk penguasaan kompetensi memperoleh umpan balik segera setelah melakukan

    proses belajar, menerapkan kemampuan dalam konteks nyata dan melakukan

    interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

    Kenyataan yang ada di lingkungan, cara atau metode mengajar atau teknik

    penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau pesan lisan

    kepada siswa belum mencapai tujuan pembelajaran dan belum dapat

    memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap.

    Komponen-komponen dalam sistem pembelajaran meliputi siswa, tujuan atau

    kompetensi, metode, media, strategi pembelajaran dan evaluasi. Output dari suatu

    komponen akan menjadi input bagi komponen-komponen yang lain.

    Dengan melihat pengertian tersebut seorang guru sebagai pengajar harus

    dapat menjadi desainer program pembelajaran, guru dapat mengimplementasikan

    model tersebut untuk menciptakan program pembelajaran yang memiliki

    efektivitas, efisien dan daya tarik. Hasil observasi di SD Negeri Kedunguter 02

    Brebes, banyak terdengar keluhan dari guru bahwa pembelajaran matematika

    kurang disenangi oleh siswa, ini terjadi oleh beberapa hal yang mempengaruhi

    kondisi tersebut. Kondisi yang mempengaruhi kondisi itu di antaranya kondisi

  • 3

    materi matematika yang sulit, kondisi guru yang belum menguasai model

    pembelajaran, dan kondisi siswa yang jenuh karena pembelajaran monoton masih

    konvensional. Jika ditinjau dari materi matematika merupakan hal yang abstrak

    yang terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Jika hal tersebut kurang diperhatikan

    oleh guru, maka dapat menjadi salah satu penyebab kurang berhasilnya

    pembelajaran matematika.

    Hasil observasi penelitian di SD Negeri Kedunguter 02 Brebes khususnya di

    kelas IV terdapat 75 jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata

    pelajaran matematika. Hasil belajar siswa rendah dapat dilihat pada hasil tes

    matematika masih banyak siswa mendapat nilai kurang dari KKM yaitu 65.

    Adapun penyebab masalah yang terjadi di SD Negeri Kedunguter 02

    Brebes adalah kurang mengaktifkan siswa dalam pembahasan materi, guru

    membahas materi terlalu cepat, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran

    sehingga materi yang dijelaskan terlalu abstrak. Cara penyampaian bahan

    pembelajaran kurang menarik atau membosankan, kurang bervariasinya metode

    pembelajaran, kurangnya contoh dan latihan, siswa tidak termotivasi untuk

    mengikuti pembelajaran. Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe think pair share untuk mengatasi permasalahan. Model

    pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep matematika

    dan menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.

    Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran,

    para siswa berkerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu

    sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Siswa diharapkan dapat

  • 4

    saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah

    pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

    pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif tidak menggantikan

    pengajaran yang diberikan guru, tetapi menggantikan pengaturan tempat duduk

    yang individual, cara belajar individual dan dorongan yang individual. Apabila

    tempat duduk diatur dengan baik, siswa akan belajar dengan teman satu sama lain

    untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-

    konsep yang dipikirkan.

    Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu metode atau model pengajaran

    yang menjadikan pelajaran matematika menyenangkan dan siswa akan lebih

    paham. Pembelajaran kooperatif ini siswa belajar dengan cara berkelompok, dari

    sisi inilah siswa akan selalu aktif bertanya jawab terhadap teman satu

    kelompoknya. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk belajar secara

    aktif. Ada banyak jenis-jenis pembelajaran kooperatif salah satunya adalah model

    think pair share. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

    memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, berkerjasama, berdiskusi dan

    tanya jawab. Dengan model think pair share peneliti ingin mengetahui efektif

    tidaknya model think pair share terhadap hasil belajar siswa. Uraian tersebut perlu

    diadakan penelitian tentang keefektifan model think pair share terhadap hasil

    belajar matematika kelas IV. Peneliti melakukan penelitian tentang Keefektifan

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar

    matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes

  • 5

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran yang berlangsung di kelas IV

    SD Kedunguter 02 yang berjumlah 20 siswa kelas A dan 20 siswa kelas B. Wali

    kelas IV A Toto Susilo S.Pd, menjelaskan bahwa jumlah siswa kelas IV SD

    Negeri Kedunguter 02, 70% belum mencapai KKM yakni 65. Peneliti

    mengidentifikasi masalah yang terkait dengan pengembangan pembelajaran

    matematika, yaitu; (1) cara atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk

    menyampaikan informasi atau pesan kepada siswa belum mencapai tujuan belajar;

    dan (2) hasil belajar matematika rendah.

    C. Pembatasan Masalah

    Permasalahan yang dikaitkan dengan judul di atas sangat luas, sehingga

    tidak mungkin dari lapangan permasalahan itu dapat terjangkau dan terselesaikan

    semua. Agar penelitian ini efektif dan efisien, maka penelitian ini dibatasi dalam

    hal identifikasi masalah yang berupa permasalahan hasil belajar matematika

    rendah. Agar permasalahan yang diteliti tidak melebar semakin meluas, maka

    peneliti membatasi permasalahan pada model pembelajaran tipe think pair share

    dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02

    Brebes.

    Hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan mental. Pada umumya hasil

    belajar tersebut meliputi aspek-aspek afektif, psikomotorik, kognitif. Aspek

    afektif adalah penilaian tentang sikap, aspek psikomotorik adalah penilaian

    tentang keterampilan, dan aspek kognitif adalah penilaian tentang kemampuan

  • 6

    siswa. Aspek yang tidak diteliti adalah aspek afektif dan psikomotorik, karena

    dalam penelitian ini hanya meneliti tentang efektif tidaknya model pembelajaran

    kooperatif tipe think pair share yang diukur dari hasil belajar matematika. Aspek

    yang diteliti dalam penelitian ini efektifkah model pembelajaran kooperatif tipe

    think pair share terhadap hasil belajar matematika adalah aspek kognitif yaitu

    kemampuan siswa dilihat dari hasil belajar. Aspek kognitif adalah kecakapan

    menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

    meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.

    Sebuah pembelajaran banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi hal ini

    dapat dilihat dari segi internal dan eksternal siswa yang meliputi intelegensi siswa,

    latar belakang keluarga, minat siswa dan lingkungan di luar sekolah. Segi guru

    meliputi kualifikasi akademik guru, kemampuan mengajar dan cara mengajar.

    Segi sarana prasarana adalah segala yang digunakan siswa dan guru dalam

    pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. Berdasarkan dari beberapa sudut

    padang tersebut, peneliti melihat sudut pandang siswa yang antusias dan minat

    siswa sangat kurang. Berkaitan dengan belum adanya penggunaan model-model

    pembelajaran yang membuat anak aktif dalam belajarnya. Peneliti menggunakan

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share agar siswa lebih aktif dan

    hasil belajar siswa tercapai dengan maksimal.

    Kecamatan Brebes dibatasi dari 91 SD Negeri dan 43 SD Swasta. Tempat

    yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri Kedunguter 02

    Brebes pada tahun 2013 bertepatan pada semester II, dikarenakan SD Negeri

    Kedunguter 02 Brebes belum ada yang pernah meneliti tentang keefektifan model

  • 7

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar matematika

    siswa kelas IV. SD Negeri Kedunguter 02 Brebes juga mempunyai permasalahan

    tentang hasil belajar matematika sesuai dengan yang diteliti.

    Waktu yang dipilih untuk melakukan penelitian tentang keefektifan model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar matematika

    kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes pada 7 Maret sampai 11 April 2013,

    bertepatan pada semester II. Waktu yang ditetapkan tersebut peneliti telah

    mengajukan surat penelitian di SD Negeri Kedunguter 02 Brebes dan disambut

    dengan respon yang baik, waktunya disesuaikan agar tidak mengangu sistem

    pembelajaran yang ada di sekolah tersebut.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

    berikut; Apakah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif

    meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02

    Brebes?

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah; Untuk mengetahui apakah dengan model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif dapat meningkatkan hasil

    belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

  • 8

    F. Manfaat Penelitian

    Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah diperolehnya teori pengembangan

    pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe think pair share

    diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai kajian teori pada

    penelitian yang relevan selanjutnya.

    Manfaat praktis penelitian ini dapat memberi masukan khususnya

    pendidikan di sekolah dasar dan dapat bermanfaat bagi: (1) siswa, siswa akan

    senang belajar mata pelajaran matematika dan siswa akan termotivasi untuk

    meningkatkan kompetensi pada pembelajaran matematika; (2) guru, memiliki

    keterampilan dalam mengembangkan kemampuan siswa terutama pada

    pembelajaran matematika dan memiliki kemampuan profesional dalam mengatasi

    siswa yang mengalami kesulitan pembelajaran matematika; dan (3) sekolah,

    penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan, untuk memotivasi pihak sekolah

    dalam memberikan motivasi pada guru, agar mengembangkan berbagai macam

    model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Meningkatkan

    kinerja sekolah dalam upaya mewujudkan lulusan yang kompeten.

    G. Definisi Operasional Variabel

    Definisi operasional variabel independent (variabel bebas) dan variabel

    dependent (variabel terikat) yang digunakan dalam penelitian ini.

  • 9

    1. Variabel terikat

    Hasil belajar yang akan diperoleh siswa setelah perlakuan selama satu bulan, pada

    7 Maret sampai 11 April 2013. Berwujud skor dengan skor 0-100. Skor dengan

    rentang 0-100 dipilih peneliti disesuaikan dengan kebutuhan dari soal posttest

    yang akan diberikan. Hasil belajar yang didapatkan siswa sebelum ada tindakan

    pretest dan setelah pembelajaran berasal dari hasil pengerjaan soal posttest. Soal

    pretest dan posttest yang diberikan akan terlebih dahulu diseleksi dan diuji

    berdasarkan kaidah pengujian soal yang memenuhi validitas, reliabilitas, daya

    beda dan tingkat kesukaran soal.

    2. Variabel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran think pair share.

    Model pembelajaran think pair share adalah teknik belajar mengajar berpikir

    berpasangan bertempat dikembangkan oleh Frank Lyman. Think pair share

    adalah teknik yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta

    berkerjasama dengan orang lain, keunggulan lain dari teknik ini adalah

    optimalisasi partisipasi siswa. Model pembelajaran think pair share yang

    melaksanakan adalah siswa dengan kelompok kecil dan mengembang menjadi

    kelompok besar. Sasarannya adalah siswa dapat memberikan kesempatan

    sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan

    menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.

    Prosesnya yakni: (a) guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang

    ingin dicapai; (b) siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang

  • 10

    disampaikan guru; (c) siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya

    (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; (d) guru

    memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya;

    (e) berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok

    permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa dan;

    dan (f) guru memberi kesimpulan.

    3. Kriteria keefektifan

    Efektifitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan

    dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan

    dalam penelitian ini mengacu pada:

    Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-

    kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

    peningkatan hasil belajar. Peningkataan hasil belajar hasil belajar dapat dilihat

    dari nilai siswa yang dapat mencapai KKM yaitu 65.

    Ada perbedaan hasil belajar antara kelas konvensional dan kelas yang

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Pembelajaran

    dapat dikatakan ada perbedaan apabila hasil belajar kelas yang menggunakan

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih tinggi dari kelas

    konvensional.

  • 11

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Hasil belajar

    a. Pengertian belajar

    Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 2) mengemukakan bahwa belajar

    adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui

    aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses

    pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Travers (dalam Suprijono, 2009: 2)

    mengemukakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah

    laku. Belajar menurut Morgan (dalam Suprijono, 2009: 3) menyatakan bahwa

    belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

    pengalaman.

    Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian belajar

    dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang

    positif serta proses mendapatkan ilmu pengetahuan yang diakibatkan oleh faktor

    hasil dan pengalaman.

    b. Prinsip belajar

    Prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2009: 4) antara lain: pertama,

    prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil

    belajar memiliki ciri-ciri: (1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu

    perubahan yang disadari, (2) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku

    11 11

  • 12

    lainnya, (3) fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, (4) positif atau

    berakumulasi, (5) aktif atau sebagai usaha yang telah direncanakan dan dilakukan,

    (6) permanen atau tetap, (7) bertujuan dan terarah, dan (8) mencakup keseluruhan

    potensi kemanusiaan.

    Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

    kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang

    dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari

    berbagai komponen belajar.

    Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

    adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

    c. Unsur-unsur belajar

    Menurut Gagne (dalam Anni, 2006: 4) belajar merupakan sebuah sistem

    yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait mengkait sehingga

    menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur belajar yang dimaksud adalah:

    (1) pembelajar, (2) rangsangan, (3) memori, dan (4) respon.

    Pembelajar dapat berupa peserta didik dan warga belajar. Pembelajar

    memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan, otak

    yang digunakan untuk mentransformasikan hasil pengindraannya ke dalam

    memori yang kompleks, dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan

    kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. Rangsangan yang diterima

    oleh pembelajar kemudian diorganisir dalam bentuk kegiatan syaraf, beberapa

    rangsangan tersebut disimpan di dalam memorinya. Kemudian memori tersebut

  • 13

    diterjemahkan ke dalam tindakan yang dapat diamati seperti gerakan syaraf atau

    otot dalam merespon sesuatu.

    Peristiwa yang merangsang pengindraan pembelajar disebut situasi

    stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di

    lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung dan orang

    adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang agar pembelajaran

    mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang

    diminati. Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang

    berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar

    sebelumnya.

    Respon yaitu tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut

    respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori

    memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik dapat

    diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau

    perubahan kinerja (performance).

    d. Tujuan belajar

    Menurut Suprijono (2009: 5) tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan

    bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan

    tindakan instruksional lazim dinamakan instructional effects, yang biasa

    berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara tujuan belajar sebagai hasil

    yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects,

    bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan

    demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Tujuan ini merupakan

  • 14

    konsekuensi logis dari peserta didik menghidupi (live in) suatu sistem

    lingkungan belajar tertentu.

    e. Aktivitas peserta didik

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 22 dan 23) peserta didik adalah

    subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan

    tersebut peserta didik mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak

    belajar. Peserta didik mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar

    tersebut, peserta didik menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari

    bahan belajar. Dengan adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya

    penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan

    peserta didik semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat

    keinginan untuk mandiri.

    Dalam proses belajar, rangsangan yang diterima oleh peserta didik

    diorganisir di dalam syaraf, dan ada beberapa rangsangan yang disimpan di dalam

    memori. Kemudian memori tersebut diterjemahkan ke dalam tindakan yang dapat

    diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.

    Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran merupakan segala kegiatan

    yang dilakukan peserta didik dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) pada

    pembelajaran untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Aktivitas peserta didik

    dalam pembelajaran sangat penting, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik

    dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

    Berdasarkan beberapa teori di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

    aktivitas peserta didik adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

  • 15

    peserta didik dalam pembelajaran yang mencakup interaksi dan kegiatan peserta

    didik dengan media dan lingkungan belajar, sehingga terciptalah suatu kondisi

    belajar yang efektif. Aktivitas peserta didik dapat dilihat dari beberapa indikator

    pencapaian yang menjelaskan tentang aktivitas peserta didik yang aktif dalam

    pembelajaran.

    f. Pengertian hasil belajar

    Dalam melakukan sesuatu seseorang pasti memiliki tujuan. Seperti dalam

    belajar, proses belajar mengajar juga tidak akan lepas dari yang namanya tujuan.

    Tujuan belajar selalu berhubungan dengan hasil belajar. Menurut Suprijono

    (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

    pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

    Jadi, hasil belajar terjadi setelah proses belajar. Setelah melakukan belajar,

    peserta didik akan mengalami perubahan yang berhubungan dengan pola-pola

    perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

    keterampilan. Perubahan tersebut diharapkan bersifat positif sehingga akan

    berpengaruh besar terhadap orang yang belajar.

    Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6) hasil belajar mencakup

    kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi setelah melakukan proses

    belajar diharapkan peserta didik memiliki kemampuan kognitif yaitu berupa

    kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri,

    kemampuan afektif seperti sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi

    dan karakteristik. Sedangkan kemampuan psikomotorik yaitu kemampuan

    melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi.

  • 16

    Pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yaitu perubahan

    perilaku secara menyeluruh yang meliputi informasi verbal, kemampuan

    intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

    g. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

    Menurut Slameto (2008: 78) secara garis besar faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

    1) Faktor intern

    Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari dalam

    diri peserta didik. Faktor tersebut meliputi: (a) kondisi fisiologis, kondisi ini

    umumnya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, peserta didik

    yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dari peserta didik

    yang dalam keadaan lelah, sakit, demam, batuk dan sebagainya, dan (b) kondisi

    psikologis, kondisi ini umumnya membahas kecerdasan, bakat, dan minat

    motivasi.

    2) Faktor ekstern

    Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil

    belajar peserta didik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor non-sosial dan faktor

    sosial, faktor lingkungan, faktor instrumental, kurikulum, program pengajaran,

    sarana, fasilitas, guru, keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

    Berdasarkan uraian faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka dalam

    proses pembelajaran harus memperhatikan kondisi dalam diri dan lingkungan

    peserta didik karena dengan mengetahui kondisi dan lingkungan peserta didik kita

  • 17

    juga akan tahu bagaimana kelemahan, kelebihan dari peserta didik dan akan lebih

    mudah dalam memahami dan mendekati meraka. Lingkungan yang berada di

    sekitar sekolah maupun luar sekolah juga mempengaruhi hasil belajar sehingga

    guru juga harus mengadakan komunikasi dengan orangtua murid agar proses

    belajar juga akan mudah. Jadi memudahkan pemilihan atau penggunaan model

    dan metode pembelajaran yang akan digunakan yang sesuai dengan keadaan yang

    dibutuhkan oleh peserta didik dan tujuan pembelajaran pun akan mudah tercapai.

    2. Model pembelajaran kooperatif

    a. Pengertian model pembelajaran

    Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran

    tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang

    diharapkan akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Model pembelajaran

    yang dimaksud adalah yang bisa meningkatkan kemampuan akademik, melatih

    kemampuan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas kepada peserta didik.

    b. Pengertian model pembelajaran kooperatif

    Lie (2004: 29) mengatakan model pembelajaran cooperative learning tidak

    sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar

    pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian

    kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative

    learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan

    lebih efektif.

    Menurut Roger dan David (dalam Lie, 2004: 31) mengatakan bahwa tidak

    semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

  • 18

    yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan,

    yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

    komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

    c. Think pair share

    Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan

    faham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan

    sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan berbeda

    (Isjoni 2010 :14). Mohamad, (2005 : 1) mengatakan pembelajaran kooperatif

    merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari

    untuk membantu siswa belajarnya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari

    keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

    Slavin (2005: 4) berpendapat pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai

    macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

    kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

    pembelajaran

    Berdasarkan pendapat-pendapat di atas pembelajaran kooperatif adalah

    salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis yang

    merupakan teknik-teknik kelas praktis untuk siswa bekerja dalam kelompok-

    kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari

    materi pembelajaran.

  • 19

    Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Seperti namanya

    thinking, pembelajaran guru mengajukan pertanyaan, pairing guru meminta

    peserta didik berpasang-pasangan sharring, diharapkan terjadi tanya jawab.

    (Suprijino, 2009 :91). Mohamad (2005: 79) menyatakan think pair share adalah

    sebuah struktur pembelajaran kooperatif yang sederhana namun sangat berguna

    disebut think pair share. Sedangkan Isjoni (2010 :121) berpendapat think pair

    share teknik ini memberi siswa kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta

    bekerjasama dengan orang lain. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut sebuah

    struktur pembelajaran kooperatif yang sederhana namun sangat berguna disebut

    think pair share.

    Fadholi (2009) mengemukakan empat kelebihan model pembelajaran think

    pair share sebagai berikut: (1) memberi murid waktu lebih banyak untuk berfikir,

    menjawab, dan saling membantu satu sama lain; (2) lebih mudah dan cepat

    membentuk kelompoknya; (3) murid lebih aktif dalam pembelajaran karena

    menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, di mana tiap kelompok hanya terdiri

    dari 2 orang; dan (4) murid memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan

    hasil diskusinya dengan seluruh murid sehingga ide yang ada menyebar.

    Fadholi (2009) mengemukakan lima kelemahan atau kekurangan model

    think pair share sebagai berikut: (1) jumlah murid yang ganjil berdampak pada

    saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan;

    (2) jika ada perselisihan, tidak ada penengah; (3) jumlah kelompok yang

    terbentuk banyak; (4) menggantungkan pada pasangan; dan (5) sangat sulit

    diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan muridnya rendah.

  • 20

    Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share adalah:

    (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada

    semua kelompok; (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut

    sendiri; (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan

    berdiskusi dengan pasangannya; dan (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam

    kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil

    kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004).

    Think pair share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk

    memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling

    membantu satu sama lain. Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik

    atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa

    untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.

    Langkah-langkah dalam pembelajaran think pair share sederhana, namun

    penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. Dalam

    model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan

    dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh

    kelas.

    Tahap utama dalam pembelajaran think pair share menurut Ibrahim

    (2000) adalah sebagai berikut:

  • 21

    Tahap 1 : Thingking (berpikir)

    Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan

    pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu

    tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

    Tahap 2 : Pairing

    Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan

    apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota

    pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan

    mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau

    paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

    Tahap 3 : Sharing (berbagi)

    Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan

    seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi

    dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara

    sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan

    demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan

    untuk melaporkan.

    Tahapan-tahapan dalam pembelajaran think pair share sederhana, namun

    penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja kelompok. Dalam

    model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan

    siswa lain, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya kegiatan berpikir-

    berpasangan-berbagi dalam metode think pair share memberi banyak keuntungan.

    Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing

  • 22

    karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban siswa juga

    dapat meningkat. Menurut Nurhadi (2003: 65), akuntabilitas berkembang karena

    setiap siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi

    dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap

    anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak

    pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberi ide atau jawaban kepada

    pasangannya.

    Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model think pair share adalah

    Menurut Nurhadi (2003):

    Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan.

    Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran,

    dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan

    disampaikan.

    Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual.

    Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini

    dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya

    masing-masing.

    Langkah ke 3 : Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing

    dengan pasangan.

    Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan

    memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut

  • 23

    mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif

    dalam kerja kelompoknya.

    Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas

    Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah

    secara individual atau kelompok di depan kelas.

    Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

    Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

    terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.

    3. Materi bilangan bulat

    a. Mengenal bilangan bulat

    1) Mengenal bilangan bulat positif dan negatif

    Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, disebut bilangan cacah, sedangkan 1, 2, 3, 4,

    5, disebut bilangan asli. Jadi, bilangan cacah adalah gabungan dari bilangan

    nol dan bilangan asli.

    b. Membaca dan menulis lambang bilangan bulat

    Setelah mengenal bilangan bulat positif maupun bilangan bulat negatif,

    bagaimana cara membaca dan menuliskan bilangan-bilangan tersebut? Mari kita

  • 24

    pelajari. Bilangan asli atau bilangan bulat positif sudah sangat kita kenal,

    sedangkan untuk bilangan negatif cara membacanya diawali dengan kata negatif

    di depan bilangan.

    Contoh:

    10 dibaca sepuluh

    10 dibaca negatif sepuluh

    negatif sembilan puluh sembilan dituliskan 99

    seratus lima dituliskan 105

    c. Penggunaan bilangan bulat negatif

    Mengapa harus ada bilangan negatif? Pernahkah kamu mendengar kalimat-

    kalimat seperti di bawah ini?

    a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai 15 di bawah nol

    b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya 5cm di bawah permukaan air

    laut.

    Nah kawan, bagaimana menuliskan bilangan 15 di bawah nol? Bagaimana pula

    menuliskan bilangan 5cm di bawah permukaan air laut?

    Bilangan-bilangan tersebut dapat kita tuliskan dengan menggunakan bilangan

    bulat negatif. Lima belas di bawah nol dapat dituliskan 15. Lima di bawah

  • 25

    permukaan dapat dituliskan 5. Jadi, dua kalimat di atas dapat dituliskan sebagai

    berikut

    a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai 15 derajat.

    b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya 5 cm.

    Itulah beberapa contoh penggunaan bilangan bulat. Dapatkah kamu menyebutkan

    contoh penggunaan bilangan bulat negatif yang lain?

    d. Membandingkan dan mengurutkan bilangan bulat

    Telah kita pelajari di depan bahwa bilangan negatif lebih kecil dari nol. Mari kita

    perhatikan garis bilangan berikut ini.

    Semakin ke kiri nilai bilangan semakin kecil. Sebaliknya, semakin ke kanan nilai

    bilangan semakin besar. Sekarang, mari kita lengkapi perbandingan bilangan bulat

    di bawah ini dengan memberi tanda lebih besar (>) atau lebih kecil (

  • 26

    Contoh:

    Urutkan bilangan-bilangan berikut ini. 5, 10, 25, 20, 10, 0, 30

    Jawab:

    Masing-masing bilangan tersebut dapat dituliskan pada garis bilangan di bawah

    ini.

    Urutan bilangan dari yang terkecil adalah

    25, 10, 5, 0, 10, 20, 30

    Urutan bilangan dari yang terbesar adalah

    30, 20, 10, 0, 5, 10, 25

    b. Penjumlahan bilangan bulat

    Sebelum mempelajari penjumlahan bilangan bulat lebih lanjut, penjumlahan yang

    melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif harus sudah kamu kuasai

    dengan baik.

  • 27

    1) Penjumlahan menggunakan garis bilangan

    Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan dengan

    membuat diagram panah yang menyertakan bilangan.

    a) Mengenal bilangan bulat dengan diagram panah

    Sebuah bilangan bulat dapat ditunjukkan dengan diagram panah pada garis

    bilangan yang mempunyai panjang dan arah. Panjang diagram panah

    menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan arahnya menunjukkan positif atau

    negatif. Jika diagram panah menuju ke arah kanan, maka anak panah tersebut

    menunjukkan bilangan bulat positif. Jika diagram panah menuju ke kiri, maka

    anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat negatif.

  • 28

    c. Pengurangan bilangan bulat

    Setelah dapat melakukan penjumlahan bilangan bulat, marilah kita belajar

    pengurangan bilangan bulat. Sebelumnya, mari kita pahami dulu bilangan bulat

    yang saling berlawanan.

    1) Lawan bilangan bulat

    Contoh:

    Tentukan lawan dari bilangan bulat berikut:

    a) 7

    Jawab:

    Lawan dari 7 adalah 7

    2) Mengurangkan bilangan bulat

    Pengurangan bilangan bulat adalah penjumlahan dengan lawan bilangannya

    a b = a + (b)

    a (b) = a + b

    d. Operasi hitung campuran

    Contoh:

    Tentukan hasil operasi hitung berikut ini.

    a. 42 + (35) 12

  • 29

    b. (50) (25) + 45

    Jawab:

    a. 42 + (35) 12 = 42 35 12 = 7 12 = 5

    b. (50) (25) + 45 = (50) + 25 + 45 = (25) + 45 = 20

    B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Desiana Muliani Pratiwi (2010)

    dengan judul Peningkatan Kedisisplinan dan Prestasi Belajar Matematika

    Pokok Bahasan Segitiga dengan Pendekatan (think pair share) dengan Media

    LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Siswa Kelas VII-C Semester II SMP N 1 Guntur

    Tahun Ajaran 2009/2010 hasil dari penelitian tersebut meningkatnya hasil

    belajar matematika siswa, ditunjukan dengan hasil tes evaluasi yang semula siswa

    yang tuntas belajar 19 siswa dengan nilai rata-rata siswa 56,55 dan persentase

    ketuntasan belajar klasikal 57, 58% pada siklus I menjadi meningkat menjadi 29

    siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata 85,27 dan persentase ketuntasan

    belajar klasikal 87,88% pada siklus II.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Desiana Muliani Pratiwi mempunyai

    perbedaan dan persamaaan dengan penelitian yang saya lakukan yakni

    persamaannya meneliti tentang think pair share. Perbedaannya Desiana Muliani

    Pratiwi meneliti tentang Peningkatan Kedisisplinan dan Prestasi Belajar

    Matematika Pokok Bahasan Segitiga sedangkan penulis meneliti tentang

    Keefektivan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe think pair share terhadap

    Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

  • 30

    Fitri Mayasari (2011) Judul Perbandingan Model Pembelajaran Kelompok

    Invenstigasi (KI) dengan Srategi Kelompok Belajar dan Model Pembelajaran

    Think Pair Share dengan Berbantu Modul Terhadap Hasil Belajar pada Pokok

    Bahasan Lingkaran Kelas VIII Semester II SMP N 8 Semarang Tahun Ajaran

    2010/2011 hasilnya terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan

    model pembelajaran think pair share dengan berbantu modul dan model

    pembelajaran konvensional pada pokok bahasan lingkaran kelas VIII SMP N 8

    Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Model think pair share dengan berbantu

    modul lebih baik di bandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitri Mayasari mempunyai

    persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan yakni

    persamaannya meneliti tentang think pair share. Perbedaannya, Fitri Mayasari

    membandingan model pembelajaran Kelompok Investigasi (KI) dengan strategi

    kelompok belajar dan model pembelajaran think pair share. Sedangkan penelitian

    yang saya lakukan hanya model pembelajaran think pair share.

    Ziyadatul Barokah (2011) Judul Penerapan Kolaborasi Model

    Pembelajaran Preview Question, Read, Reflect, Recite and Review (PQ4R) dan

    Model Think Pair Share (TPS) dengan Media Modul untuk Meningkatkan Hasil

    Belajar Matematika pada Siswa Kelas VII Semester II MTs NU 24 Darul Ulum

    Pidodokulon Tahun Ajaran 2010/2011 hasilnya pembelajaran matematika

    dengan menerapkan PQ4R dan model TPS dengan media modul pada materi

    segitiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA semester II MTs NU

    24 Darul Ulum Pidodokulon kabupaten kedal Tahun Pelajaran 2010/201. Hal ini

  • 31

    terlihat dari aktivitas siswa dengan persentase klasikal sebesar 75,83% pada siklus

    I menjadi 81,042% pada siklus II.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ziyadatul Barokah mempunyai

    perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Ziyadatul Barokah

    mengkolaborasikan model pembelajaran Preview Question, Read, Reflect, Recite

    and Review (PQ4R) dan Model think pair share sedangkan peneliti meneliti

    tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

    Berdasarkan kajian hasil penelitian yang relevan di atas menunjukan

    peningkatan-peningkatan untuk kelas eksperimen. Kajian hasil penelitian ini

    dijadikan referensi atau tolak ukur bagi peneliti dalam penelitiannya tentang

    keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Hasil dari

    penelitian yang penulis lakukan di SD Negeri Kedunguter 02 Brebes dengan judul

    Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe think pair share terhadap

    Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

    Kelas IVA untuk kelas eksperimen dan kelas IVB untuk kelas kontrol. Uji

    normalitas awal yang menunjukan bahwa kelas berasal dari kelas yang normal.

    Nilai sig = 0,200 = 20%>5% yang menunjukan variabel dependent berdistribusi

    normal. Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata menunjukan data kondisi awal

    dengan thitung 0,121705 dengan dk = 20 + 20 2 = 38 dengan taraf nyata 5%

    diperoleh ttabel = 1,68. Karena thitung< ttabel maka Ho gagal ditolak. Ho : 1 = 2 yang

    artinya kedua kelas tersebut berasal dari kelas yang sama atau setara. Berdasarkan

    hasil kelas eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 85%, untuk kelas

  • 32

    kontrol 35%. Jadi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif

    digunakan pada pelajaran matematika SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

    C. Kerangka Berpikir

    Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan

    jalannya penelitian adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

    Kondisi awal sebelum penelitian dilakukan peneliti belum menerapkan model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share masih menggunakan konvensional

    dan tanya jawab dilanjutkan pemberian tugas. Karena peneliti belum menerapkan

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sehingga hasil belajar

    matematika kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes Semester II Tahun

    Kondisi Awal Pembelajaran

    menggunakan model

    ceramah dan tanya

    jawab

    Hasil belajar

    siswa rendah

    dibawah KKM

    Diadakan perbaikan

    proses pembelajaran Menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe think pair share

    Kondisi Akhir Siswa lebih mudah memahami dan mengingat

    materi sehingga hasil belajar siswa meningkat

  • 33

    Pelajaran 2011/2012 masih rendah. Hasil belajar matematika rendah dapat dilihat

    dari nilai rata-rata ulangan kurang dari KKM.

    Supaya hasil belajar matematika dapat meningkat, peneliti perlu melakukan

    tindakan dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe think pair

    share dalam pembelajaran. Memilih suatu model pembelajaran, harus disesuaikan

    dengan realitas yang ada serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses

    kerjasama antara guru dan siswa.

    Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti menilai model pembelajaran

    kooperatif tipe think pair share efektif digunakan dalam melaksanakan

    pembelajaran matematika. Penerapan pembelajaran matematika dengan model

    kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar. Hasilnya

    peningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV semester II SD Negeri

    Kedunguter 02 Brebes Tahun Pelajaran 2012/2013 diterapkan model kooperatif

    tipe think pair share.

    D. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka diperoleh hipotesis

    penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif

    terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02

    Brebes.

  • 34

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV Semester II di SD Kudunguter

    02 Brebes Tahun Pelajaran 2012/2013. Alasan pemilihan tempat ini adalah karena

    di SD Negeri Kedunguter 02 Brebes ini belum pernah dilakukan penelitian

    dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

    Penelitian ini dilaksanakan pada 7 Maret sampai 11 April 2013.

    B. Populasi, Sampel, dan Sampling

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini

    adalah siswa kelas IV (Empat) SD Negeri Kedunguter 02 Brebes Tahun Pelajaran

    2012/2013 yang terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas IV A yang terdiri dari 20

    siswa dan kelas IV B yang terdiri dari 20 siswa.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Karena populasi yang

    dilakukan dalam penelitian ini jumlah subjeknya kurang dari 100 siswa, maka

    sampel dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yang diteliti, yaitu siswa

    kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

    34

  • 35

    terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas V.A yang terdiri dari 20 siswa dan kelas V.B

    yang terdiri dari 20 siswa.

    3. Sampling

    Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability

    sampling dengan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan

    sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik sampling

    jenuh ini nanti akan digunakan untuk memecahkan kelas IV A dan IV B yang

    seluruhnya berjumlah 40 siswa menjadi dua kelas yang masing-masing kelas

    terdiri dari 20 siswa. Kelas IV A untuk dikenai model pembelajaran kooperatif

    tipe think pair share, kelas IV B tidak dikenai tindakan, dan kelas V, 10 anak

    diacak untuk dijadikan sebagai kelas uji instrumen soal penelitian. Hal ini

    biasanya dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 27, atau

    penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

    Sampling jenuh juga sering disebut total sampling atau sensus, semua anggota

    populasi dijadikan sampling.

    C. Variabel penelitian

    Variabel terikat dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa. Hasil belajar

    siswa dalam penelitian ini yaitu Y: hasil belajar siswa yang dikenai model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Variabel bebas dalam penelitian ini

    berupa model pembelajaran, variabel bebas yaitu X: pembelajaran dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

  • 36

    D. Instrumen penelitian

    Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk

    memperoleh data penelitian sesuai dengan metode yang digunakan. Instrumen

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yaitu tes, instrumen tes yang

    digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa berupa soal tes prestasi. Tes

    prestasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk mengetahui

    skor peningkatan prestasi individu. Tes diberikan pada akhir pembelajaran kepada

    masing-masing siswa. Tes dikerjakan secara individu. Tes ini berupa soal pilihan

    ganda yang berjumlah 13 butir soal.

    a. Uji instrumen

    Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk pilihan ganda. Soal

    tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah pelajaran matematika disampaikan

    dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan

    konvensional, prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan instrumen adalah:

    (1) mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan; (2) pembuatan

    kisi-kisi soal; (3) menentukan tipe soal yaitu pilihan ganda; (4) menentukan

    jumlah butir soal dan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan soal-soal tes;

    (5) penulisan butir soal; (6) melengkapi instrumen dengan petunjuk dan kunci

    jawaban; (7) uji coba soal tes, soal tes diujicobakan dahulu dengan melakukan try

    out di kelas V dan (8) penganalisaan hasil yaitu menganalisa butir soal yang

    diujicobakan.

  • 37

    Penganalisaan hasil ini dilakukan dengan cara mengukur dan menghitung

    validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Secara umum

    diuraikan sebagai berikut:

    1) Uji validitas

    Validitas merupakan suatu ukuran instrumen. Sebuah instrumen dikatakan

    valid apabila mampu mengungkapkan apa yang diinginkan atau mengungkap data

    dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini, peneliti menggunakan

    validitas item atau validitas butir soal dengan teknik korelasi Product Moment,

    sebagai berikut:

    222 YYNXXN

    YXXYNrxy

    Keterangan:

    rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

    N = Jumlah responden

    X = Skor butir

    Y = Skor total

    XY = Jumlah perkalian antar variabel X dan Y

    Berdasarkan perhitungan akan didapat koefisien korelasi dari masing-masing butir

    soal jika rhitung rtabel, maka butir dinyatakan valid dan sebaliknya jika rhitung< rtabel,

    maka soal dinyatakan tidak valid.

    Hasil validitas tiap-tiap butir dihitung dengan menggunakan rumus korelasi

    product moment kemudian dikonsultasikan dengan tabel r = 10 dan = 0,05

    sehingga diperoleh rtabel = 0,632. Berdasarkan hasil analisis tes uji coba instrumen,

    diperoleh bahwa soal yang valid adalah soal nomor 2, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 15, 22,

    24, 25, 33, 36, 39, 41, 42, 44, 47, 49, dan 50, dan tidak valid adalah soal nomor 1,

  • 38

    3, 5, 6, 8, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 37,

    38, 40, 43, 45, 46 dan 48. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman

    79. Digunakan 13 soal yang valid untuk dijadikan pretest dan posttest, dengan

    nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 17, 18 dan 20 sesuai dengan kisi-kisi soal

    posttest dan pretest dapat dilihat Lampiran 2, halaman 69.

    2) Uji reliabilitas

    Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Suatu tes dapat

    dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

    memberikan hasil yang tetap. Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal

    pilihan ganda, maka rumus yang digunakan adalah rumus Spearman-Brown,

    jumlah soal pilihan ganda ini ada 50 butir soal yang akan diuji reliabilitasnya

    dengan uji belah ganjil-genap.

    Rumus Spearman-Brown

    ( )

    Keterangan:

    : Reliabilitas instrumen : yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan

    instrumen.

    Hasil penghitungan reliabilitas soal digunakan rumus Spearman-Brown (belah

    ganjil-genap) sehingga diperoleh r11= 0,9601. Harga tersebut dikonsultasikan

    dengan rtabel dengan n = 10, diperoleh rtabel = 0,632. Jadi r11> rtabel. Dengan

  • 39

    demikian dapat dikatakan alat ukur tersebut adalah reliabel. Perhitungan

    selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 17, halaman 109.

    3) Tingkat kesukaran

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu

    mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan

    usaha menyelesaikannya, soal yang terlalu sukar atau menyebabkan siswa

    menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di

    luar jangkauan. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar

    atau mudahnya suatu soal. Menghitung tingkat kesukaran soal pilihan ganda, yang

    digunakan adalah rumus:

    Rumus Mencari Tingkat Kesukaran

    Keterangan:

    P : Indeks kesukaran

    B : Banyaknya siswa yang menjawab benar

    JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

    Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran butirnya dapat

    digunakan kriteria sebagai berikut:

    a. Jika soal dengan P adalah 0,00 sampai 0,30 maka soal sukar.

    b. Jika soal dengan P adalah 0,30 sampai 0,70 maka soal sedang.

    c. Jika soal dengan P adalah 0,70 sampai 1,00 maka soal mudah.

  • 40

    Hasil soal-soal yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda,

    hasil dari uji coba instrumen menunjukkan bahwa soal yang diujikan semua

    berkriteria sedang. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 18,

    halaman 110.

    4) Daya pembeda

    Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu

    membedakan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang

    kurang pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila siswa yang

    pandai dapat menjawab dengan benar dan siswa yang kurang pandai menjawab

    salah, semakin besar daya pembeda soal maka soal tersebut semakin baik. Teknik

    yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bentuk soal pilihan ganda

    adalah sebagai berikut:

    Keterangan :

    D : Daya pembeda soal

    : Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar : Banyaknya siswa kelompok atas : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar : Banyaknya siswa kelompok bawah : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

    Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran butirnya dapat digunakan

    kriteria sebagai berikut:

    1. Jika D 0,00 adalah soal sangat jelek, tidak baik.

  • 41

    2. Jika 0,00 < D 0,20 adalah soal jelek.

    3. Jika 0,20 < D 0,40 adalah soal cukup baik.

    4. Jika 0,40 < D 0,70 adalah soal baik.

    5. Jika 0,70 < D 1,00 adalah soal sangat baik.

    Hasil menganalisa daya pembeda pada soal-soal uji coba digunakan lima

    kriteria yaitu sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik. Berdasarkan

    analisis tes uji coba diperoleh bahwa soal yang berkriteria cukup baik adalah soal

    nomor 1, 13, 18, 20 dan 28. Soal yang berkriteria baik adalah soal nomor 3, 5, 6,

    7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,16, 19, 21, 23, 24, 26, 27, 29, 31,32, 33 34, 35, 36,

    37,38, 39, 40, 42, 43, 45,46,47,48, dan 48. Soal yang berkriteria baik sekali adalah

    soal nomor 2, 4, 22, 25, 30, 41, 50. Soal yang berkriteria jelek adalah soal nomor

    17, maksudnya adalah soal tersebut kurang baik untuk dapat membedakan antara

    siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Perhitungan selanjutnya

    dapat dilihat pada Lampiran 19, halaman 112.

    E. Metode pengumpulan data

    Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka

    metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, tes

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test,

    yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah

    mempelajari sesuatu sehingga dapat diketahui perbedaan hasil belajar siswa antara

    yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan

    hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Tes ini

  • 42

    disajikan dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah 13 butir soal, tes ini akan

    diberikan pada akhir pembelajaran.

    F. Teknik analisis data

    Teknik analisis data adalah data penelitian terkait erat dengan jenis dan

    metode serta rancangan penelitian. Pada dasarnya, setiap jenis penelitian memiliki

    metode serta rancangan yang berbeda, dan setiap rancangan memiliki analisis

    yang berbeda.

    1. Analisis awal

    Sebelum memberi perlakuan kepada kelas eksperimen, perlu dianalisis kedua

    kelompok melalui uji normalitas dengan menggunakan nilai hasil pretest masing-

    masing individu.

    a. Uji normalitas

    Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua kelompok

    berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian ini dapat

    dilakukan dengan menggunakan rumus uji chi-kuadrat, yaitu:

    ( )

    Keterangan:

    : Harga chi-kuadrat : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data : Frekuensi yang diharapkan

  • 43

    Kriteria pengujian jika hitung < yang tertera pada tabel, maka data

    yang diperoleh berdistribusi normal. Namun sebaliknya, jika hitung

    yang tertera pada tabel, maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. Pada

    uji normalitas peneliti menggunakan SPSS 17.

    b. Uji kesamaan dua rata-rata

    Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dua kelompok sebelum perlakuan

    maka perlu diuji menggunakan uji dua pihak. Hipotesis yang akan diuji adalah

    sebagai berikut:

    H0 : 1 = 2 (rataan kedua sampel sama)

    H1 : 1 2 (rataan kedua sampel berbeda)

    Keterangan : 1 : rata-rata kelompok eksperimen

    2 : rata-rata kelompok kontrol

    Varians dari kedua kelompok adalah sama tetapi tidak diketahui harganya,

    maka rumus statistik yang digunakan adalah:

    21

    21

    11

    nnS

    xxt

    2

    11

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

    snsns

    Keterangan :

    t = Perbedaan rata-rata

    s = Simpangan baku

    1x = Ratarata nilai kelas eksperimen

    2x = Ratarata nilai kelas kontrol

    1n = Banyaknya subyek kelas eksperimen

  • 44

    2n = Banyaknya subyek kelas kontrol

    s2 = Varians gabungan

    s12 = Varians kelas eksperimen

    s22 = Varians kelas kontrol

    Kriteria pengujian adalah: H0 diterima jika thitung< ttabel dan dk = n1 + n2

    2. Hasil dari daftar uji t untuk t )2

    11(

    dengan dk = 20 + 20 2 = 38 dengan taraf

    nyata 5% diperoleh ttabel = 1,68. Karena thitung< ttabel maka Ho gagal ditolak. Artinya

    (rataan kedua sampel sama). Data selengkapnya lihat Lampiran 21, halaman 116.

    c. Pemberian perlakuan

    Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal

    yang sama (mempunyai varians dan ratarata yang sama). Selanjutnya dapat

    dilakukan pemberian perlakuan atau eksperimen. Kelas eksperimen diberi

    perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

    share, sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan.

    2. Analisis akhir

    Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes

    akhir. Hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam

    menguji hipotesis penelitian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

    a. Uji normalitas

  • 45

    Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua kelompok

    berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian ini dapat

    dilakukan dengan menggunakan rumus uji chi-kuadrat, yaitu:

    ( )

    Keterangan:

    : Harga chi-kuadrat : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data : Frekuensi yang diharapkan

    Kriteria pengujian jika hitung < yang tertera pada tabel, maka data

    yang diperoleh berdistribusi normal. Namun sebaliknya, jika hitung yang

    tertera pada tabel, maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. Pada uji

    normalitas peneliti menggunkan SPSS 17.

    b. Uji hipotesis

    Uji-t untuk hipotesis yang digunakan adalah:

    Ho : thitung < ttabel maka H0 gagal ditolak atau dapat dikatakan bahwa model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share tidak efektif terhadap hasil

    belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

    H1 : thitung ttabel maka hipotesis kerja (H1) diterima atau dapat dikatakan bahwa

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif terhadap hasil

    belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

    Maka rumusnya:

  • 46

    ( )

    ( )

    (

    )

    Keterangan:

    t : Uji t

    : Mean sampel kelompok eksperimen : Mean sampel kelompok kontrol : Simpangan baku gabungan : Simpangan baku kelompok eksperimen : Simpangan baku kelompok kontrol : Banyaknya sampel kelompok eksperimen : Banyaknya sampel kelompok kontrol

    Nilai t sebesar disebut nilai thitung. Untuk memperoleh nilai ttabel diperlukan

    informasi tentang derajat kebebasan (db) dari distribusi yang diteliti. Cara untuk

    memperoleh db dilakukan dengan menggunakan rumus: db = n1 + n22. Maka

    db= 20+ 20 2 = 38. Dengan db sebesar 38 dan taraf signifikan 5% didapatkan

    ttabel sebesar 1,68. Selanjutnya kita bandingkan nilai thitung sebesar dengan

    ttabel sebesar 1,68. Jadi, thitung ttabel maka hipotesis kerja (H1) diterima atau dapat

    dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif

    terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02

    Brebes. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat Lampiran 23, halaman 119.

    c. Ketuntasan hasil belajar

    Perhitungan ketuntasan belajar klasikal digunakan untuk mengetahui apakah

    ketentusan belajar telah tercapai, pengujian ini dapat dilakukan dengan rumus

    sebagai berkut:

    Skor :

    x 100 =

  • 47

    Dikatakan mencapai ketuntasan belajar apabila sekurang-kurangnya 75% dari

    jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65.

    G. Desain penelitian

    Desain penelitian adalah rancangan penelitian. Untuk mengetahui keefektifan

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar

    matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes. Penelitian ini

    digunakan Tru Experimental Design dengan jenis Pretest-posttest control group

    design. Pola Pretest-posttest control group design adalah sebagai berikut:

    O1 = Pretest pada kelas eksperimen

    O2 = Posttest pada kelas eksperimen

    O3 = Pretest pada kelas kontrol

    O4 = Posttest pada kelas kontrol

    E = Kelas eksperimen

    K = Kelas kontrol

    Desain ini, terdapat dua kelompok yang memiliki kemampuan yang sama,

    kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara

    kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok

    eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Selanjutnya dari kelas eksperimen

    diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think

    pair share serta kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, tetapi hanya

    menggunakan pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen tidak ada

    metode konvensional. Hasil posttest yang baik jika nilai kelompok eksperimen

    berbeda sangat signifikan. Perlakuan adalah (O2O1) (O4O3).

    E O1 X O2

    K O3 O4

  • 48

    H. Hipotesis Statistika

    Berdasarkan analisis tersebut, disimpulkan beberapa hipotesis statistikanya

    adalah sebagai berikut:

    Ho : thitung < ttabel maka Ho gagal ditolak atau dapat dikatakan bahwa model

    pembelajaran kooperatif tipe think pair share tidak efektif terhadap hasil

    belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

    H1 : thitung ttabel maka hipotesis kerja (H1) diterima atau dapat dikatakan bahwa

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share efektif terhadap hasil

    belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kedunguter 02 Brebes.

  • 49

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data

    Nilai hasil pretest diambil dari hasil pengerjaan soal oleh siswa sebelum

    dilaksanakannya pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol

    dan nilai hasil posttest diambil dari hasil pengerjaan soal oleh siswa setelah

    dilaksanakannya pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

    Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada

    Tabel 4.1.

    Tabel 4.1

    Daftar Nilai Pretest dan Posttest Matematika Kelas Eksperimen diberi Simbol X

    dan Kelas Kontrol diberi Simbol Y.

    No

    Responden

    Pretest Posttest

    X Y X Y

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    54

    71

    50

    71

    64

    50

    55

    57

    64

    42

    57

    50

    28

    78

    57

    50

    85

    92

    85

    78

    85

    71

    64

    64

    78

    64

    50

    64

    64

    64

    64

    64

    49

  • 50

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    42

    64

    45

    57

    60

    53

    50

    50

    74

    64

    64

    56

    35

    71

    57

    64

    28

    50

    50

    50

    78

    64

    57

    57

    92

    92

    78

    92

    71

    100

    50

    100

    71

    100

    100

    100

    50

    92

    85

    71

    50

    50

    71

    71

    100

    35

    35

    57

    Jumlah 1151 1087 1670 1279

    Rata-rata 5