sortasi benih, uji viabilitas, dan uji vigor benih...laporan praktikum sortasi benih, uji...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS, DAN UJI VIGOR BENIH
Oleh:
Golongan A/Kelompok 7A
1. Yurike Efendi (161510501074)
2. Helmi Faghi Setiawan (161510501113)
3. Ajeng Faradhila Muninggar (161510501184)
LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih yang akan dijadikan sebagai bahan tanam harus memiliki kualitas
yang baik. Benih yang digunakan harus mempunyai kriteria yang baik seperti
bijinya bernas, tidak terdapat bercak ataupun rusak. Benih yang digunakan
sebaggai bahan tanam harus merupakan benih murni yang tidak tekontaminasi
dengan benih lain atau dengan kotoran-kotoran seperti krikil kecil. Benih harus
bebas dari infeksi virus atau jamur yang menempel pada permukaan kulit benih,
sehingga untuk medapatkan benih murni yang tidak terkontaminasi dengan benih
lain atau kotoran lain harus dilakukan adanya sortasi benih.
Sortasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memilih dan
memisahkan benih antara yang baik dan tidak baik, yaitu memisahkan benih dari
kotoran lain, benih lain, benih tidak bernas, benih keriput dan benih yang masak
baik secara fisiologis maupun morfologis. Sortasi ini dilakukan untuk menjaga
kemurnian dari benih, dalam kegiatan sortasi benih ini, pemilihan dan pemisahan
benih dari benih benar-benar dilakukan dengan teliti dan baik agar dapat
meningkatkan viabilitas benih. Sortasi juga memiliki tujuan untuk menggetahui
klasifikasi dari komoditas benih berdasarkan muutu jenis dari komoditas benih
tersebut. setelah dilakuakannya sortasi benih, dilakukanlah kegiatan grading
benih. Grading merupakan pengelompokan atau pengkelasan atau penggolongan
berdasarkan kualitas benih. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui golongan
benih yang mempunyai kualitas dan mutu yang baik.
Benih yang telah melewati tahap sortasi dan grading, selanjutnya benih
dilakukan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan langkah awal
mengambil contoh benih, tujuan dari pengambilan contoh benih adalah untuk
mewakili dari keseluruhan golongan benih tersebut. pengujian benih dilakukan
oleh instansi pemerintah (BPSB) atau badan swasta yang diberi tugas oleh badan
pengasawan dan sertifikasi benih (BPSB). Uji benih yangdilakukan yaitu
pengujian dari mutu fisik, kemurnian, dan kadar air benih. Uji benih juga
betujuan untuk mengetahui mutu fisiologis, daya kecambah dan vigor dari benih.
2
Mutu fisiologis benih dapat diketahui dengan cara melakukan kegiatan uji
viabilitas dan uji vigor benih. Viabiltas benih adalah daya tumbuh atau dya hidup
benih yang dapat terlihat dari gejala metabolisme atau pertumbuhan dari benih.
Vuabilitas memiliki pengertian lain yaitu sebagai kemampuan benih dalam proses
tumbuh menjadi kecambah, sedangkan vigor benih merupakan kemampuan benih
untuk tumbuh dengan normal dalam keadaan llingkungan yang mempunyai suhu
yang sub optimum atau keadaan suhu lingkungan yang tidak mendukung. Uji
daya kecambah memiliki beberapa metode yaitu secara langsung dengan kertas
merang, uji diatas kertas, uji antar kertas, uji kertas digulung dan metode lain
yaitu secara langsung dengan menggunakan media pasir atau tanah. Oleh karena
itu, dilakukan adanya praktikum sortasi benih, uji viabilitas, dan uji vigor benih
agar kita dapat mengetahui mutu dan kualitas benih yang baik.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui uji kemurnian benih secara fisik.
2. Untuk melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji viabilitas dan vigor benih.
3
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA
Benih yang akan digunakan dalam suatu pertanaman harus benih yang
memiliki mutu dan kualitas baik untuk mendukung keberhasilan dari penanaman.
Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan benih yang memiliki kualitas
mutu yang terjamin yaitu dengan cara menyeleksi benih berdasarkan ukuran dan
berat benih. Penyeleksian benih tersebut biasanya dinamakan dengan sortasi
benih. Sortasi dilakukan untuk memisahkan benih dari benih tanaman lain,
kotoran dan benih yang telah rusak atau keriput. Soratasi benih merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan viabilitas perkecambahan benih (Suita, 2013).
Menurut shaban (2013), selain dari penyeleksian benih yang berpengaruh
terhadap viabilitas perkecambahan benih, penyimpanan benih juga merupakan
faktor fisiologis yang dapat berpengaruh terhadap viabilitas perkecambahan
benih. Penyimpanan benih pun memiliki faktor yang mendukung seperti faktor
suhu, karakteristik dan mikroorganisme yang terdapat dalam penyimpanan benih.
Benih yang memiliki mutu baik, dapat dilihat dari ukuran dan berat benih.
Vigor benih biasanya berkorelasi dengan ukuran benih, yang mana dapat
diketahui bahwa benih yang memiliki ukuran dan berat yang lebih besar
mempunyai vigor yang lebih baik. Ukuran benih dapat berpengaruh terhadap
perkecambahan benih serta berat benih berpengaruh terhadap presentase
perkecambahan (Wulandari dkk, 2015). Tingkat kemasakan pada benih (masak
secara fisiologis) sangat penting untuk diketahui karena hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap viabilitas benih dan vigor benih (Surahma dkk, 2012).
Setelah dilakukan sortasi benih, maka dilakukan adanya uji benih. Uji
benih dilakukan dengan cara pengambilan sampel benih sebagai sampel dari
setiap golongan benih yang telah terpilih. Di Indonesia pengambilan sampel benih
dilakuakn oleh badan pengawas sertifikasi benih atau badan yang telah diberi
tugas oleh pemerintah. Pengujian benih dilakukan di laboratorium mutu benih.
Pengujian yang dilakukan yaitu mengenai kadar air benih, kemurnian benih,
campuran varietas lain dan daya tumbuh benih. Pengujian benih juga dapat berupa
uji vigor, viabilitas benih dan uji varietas benih. Hal tersebut dilakukan agar benih
4
yang digunakan dalam penanaman dapat tumbuh dengan baik (Pitojo, 2003).
Menurut Naderidarbaghshah and bahari, (2012) benih di uji secara standart, benih
yang telah di uji lalu dilakukan penyimpan terlebih dahulu sebelum
dikecambahkan. Penyimpanan tersebut dilakukan untuk mengetahui benih yang
mempunyai daya kecambah tinggi dan benih yang daya kecambahnya jelek.
Pengujian benih yang dilakukan tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil uji
vigor benih yang baik dan maksimal. Menurut Mondo et al, (2013), uji vigor
benih merupakan uji kekuatan benih untuk menentukan daya kecambah benih
yang cepat dan dapat seragam. Uji vigor benih menetukan dari awal pembetukan
benih secara langsung dan tidak langsung dalam hal mendapatkan nutri atau
menyerap makanan secara baik.
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan acara praktikum mata kuliah Teknologi dan Produksi Benih yang
berjudul “Sortasi Benih, Uji Viabilitas dan Uji Vigor Benih” dilaksanakan pada
hari Rabu, 11 Oktober 2017 pada pukul 12.30 sampai selesai dilaksanakan di
Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kertas label
2. Timbangan analitik
3. Kertas buram
4. Bak pengecambah
5. Karet gelang
6. Sekop kecil
7. Botol air mineral
3.2.2 Bahan
1. Benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau.
2. Air
3. Subsrat pasir
3.3 Pelaksanaan Praktikum
A. Sortasi benih
1. Menyiapkan benih yang akan dilakukan uji kemurnian benihnya.
2. Menimbang benih tersebut, kemudian menghamparkannya (A gram).
3. Memisahkan antara benih murni (BM), benih tanaman lain (BTL) dan kotoran
benih (KB).
6
4. Menimbang masing-masing benih murni (B gram), benih tanaman lain (C
gram) dan kotoran benih (D gram) yang ditemukan kemudian menghitung
prosentasenya.
5. Mendeskripsikan ciri fisik dari masing-masing benih murni (BM), benih
tanaman lain (BTL) dan kotoran benih (KB).
B. Uji Vigor Benih
1. Menyiapkan media tanam berupa pasir kemudian membersihkan dan
mengayak halus.
2. Memasukkan media tanam ke dalam bak pengecambah sampai setengah tinggi
bak pengecambah.
3. Menanam benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau (sesuai perlakuan)
4. Melakukan pengamatan pada hari ke 3, 5, dan 7.
5. Mengukur tinggi kecambah/bibit pada hari ke-7.
C. Uji Viabilitas Benih.
1. Mempersiapkan benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau.
2. Menanam benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau pada subsrat dengan
menggunakan UKDdp (uji kertas digulung didirikan dalam plastik) dengan
cara sebagai berikut:
a. Menghamparkan selembar plastik transparan tipis ukuran 20x30 cm.
b. Menyiapkan 3-4 lembar kertas buram lembab ukuran 20x30 cm dan
meletakkan hamparan diatas lembar plastik.
c. Menanam 20-50 butir benih padi, jagung, kedelai, kacang hijau diatas
substrat dengan cara menyusun secara baris dalam bentuk berselang seling
(gigi walang).
d. Menutup subtrat yang telah ditanami dengan 2-3 lembar kertas lembab
lainnya.
e. Menggulung substrat kertas yang telah ditutupi (memberi label
keterangan) dan menempatkan hasil gulungan dengan posisi vertikal
dalam alat pengecambah.
3. Menjaga kelembaban substrat setiap saat.
4. Melakukan pengamatan pada hari ke 3, 5, 7, 10, dan 14.
7
5. Mengukur tinggi kecambah/bibit pada hari ke-14.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Presentase hasil sortasi benih
2. Vigor benih
3. Viabilitas benih.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada praktikum selanjutnya
akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
8
BAB 4. HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil
4.1.1 Prosentase Hasil Sortasi Benih
Kelompok Jenis Tanaman Presentase Deskripsi
1 Padi Ulangan 1
BM : 58,47%
BTL : 21,86%
KB : 18,33%
Benih murni mempunyai
ciri-ciri benihnya bernas,
tidak ada campuran dari
kotoran lain serta tidak
keriput. Benih murni
memiliki presentase
58,47% lebih besar dari
BTL dan KB. Memiliki
presentase 19,08% dan KB
19,08%.
2 Padi Ulangan 2
BM : 44,48%
BTL : 37,49%
KB : 16,26%
Benih murni mempunyai
ciri-ciri benihnya bernas,
tidak ada campuran dari
kotoran lain serta tidak
keriput. Benih murni
memiliki presentase
44,48% lebih besar dari
BTL dan KB. Memiliki
presentase 37,49% dan KB
16,26%.
3 Padi Ulangan 3
BM : 62,07%
BTL : 15,51%
KB : 21,87%
Pada benih murni warna
tetap tidak terpengaruh
oleh benih lain (BTL) dan
kotoran benih (KB).
Presentase benih murni
lebih besar yaitu 62,07%
dibandingkan BTL 15,51%
dan KB 21,87%.
4 Padi Ulangan 4 BM : 65,70%
BTL : 19,72%
KB : 19,14%
Pada benih murni tampilan
bijinya bernas, tidak ada
campuran dari kotoran lain
serta tidak keriput. Benih
murni memiliki presentase
65,70% lebih besar dari
BTL yaitu 19,72% dan KB
9
19,14%.
5 Jagung Ul 1
BM : 72,21 %
BTL : 9,05%
KB : 16,76%
Ciri fisik benih murni
penampilan bijinya bernas,
tidak keriput, tidak rusak
dan benih tidak tercampur
dengan benih lain.
Presentase benih murni
lebih besar yaitu 72,21%
dibandingkan BTL 9,05%
dan KB 16,76%.
6 Jagung Ul 2
BM : 77,78%
BTL : 5,7%
KB : 16,5%
Ciri fisik benih murni yaitu
benih bernas, tidak keriput,
tidak tercampur dengan
kotoran benih dan benih
tanaman lain, presentase
benih murni 77,78%, benih
tanaman lain 5,7% dan
Kotoran benih 16,5 %.
7 Jagung Ul 3
BM : 80,11%
BTL : 7,99%
KB : 11,9%
Ciri fisik benih murni yaitu
benih bernas, tidak keriput,
tidak tercampur dengan
kotoran benih dan benih
tanaman lain, presentase
benih murni 80,11%, benih
tanaman lain 7,99% dan
Kotoran benih 11,9 %.
Prosentase benih padi dan benih jagung yang telah disortasi menunjukan
bahwa kondisi benih murni lebih banyak dibandingkan dengan benih dari tanaman
lain dan kotoran yang ada dalam benih. Benih yang telah tersortasi memiliki ciri-
ciri benihnya bernas, tidak keriput dan tidak tercampur dengan kotoran lain.
Untuk memudahkan dalam membaca data dapat dibuat grafik seperti dibawah.
10
Tabel 1. Prosentase Hasil Sortasi Benih
4.1.2 Vigor Benih
Tabel 2. Vigor Benih H+3
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Padi 1 Padi 2 Padi 3 Padi 4 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
BM
BTL
KB
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Padi 1 Padi 2 Padi 3 Padi 4 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
Normal
Abnormal
11
Tabel 3. Vigor Benih H+5
Tabel 4. Vigor Benih H+7
Ketiga tabeltersebut menunjukkan vigor benih atau kemampuan
berkecambah dari suatu benih. Pengamatan dimulai pada hari ke 3 setelah
ditanam. Ada 2 jenis benih yang dipakai yaitu benih jagung dan benih padi. Untuk
benih padi pada hari ke 3 dan 5 lebih banyak yang abnormal namun pada hari ke-
7 banyak yang telah berkembang dan menjadi benih normal. Sebaliknya dengan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Padi 1 Padi 2 Padi 3 Padi 4 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
Normal
Abnormal
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Padi 1 Padi 2 Padi 3 Padi 4 Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3
Nomal
Abnormal
Mati
12
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Padi 1
Padi 2
Padi 3
Padi 4
Jagung 1
Jagung 2
Jagung 3
Padi 1
Padi 2
Padi 3
Padi 4
Jagung 1
Jagung 2
Jagung 3
Padi 1
Padi 2
Padi 3
Padi 4
Jagung 1
Jagung 2
Jagung 3
Padi 1
Padi 2
Padi 3
Padi 4
Jagung 1
Jagung 2
Jagung 3
Padi 1
Padi 2
Padi 3
Padi 4
Jagung 1
Jagung 2
Jagung 3
Mati
Abnormal
Normal
4.1.3 Viabilitas Benih
Tabel 5. Viabilitas Benih
13
Pengamatan viabilitas dilaksanakan 5 kali dengan hari tertentu.
Pengamatan pertama H+3 dan brturut-turut H+5, H+7, H+10, H+14. Grafik diatas
dibaca dari paling bawah adalah H+3 selanjutnya ke atas sesuai urutan. Pada hari
+3 – H+10 tidak ada tanda-tanda benih mati namun pada pengamatan terakhir ada
benih yang mati. Jumlah benih yang berkecambah dapat dilihat dari grafik
tersebut.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan mensortasi
masing-masing benih padi dan benih jagung menunjukan adanya campuran benih
murni dengan kotoran lain maupun dengan benih tanaman lain. Oleh karena itu,
sortasi dilakukan untuk menjaga kemurnian benih dan untuk memilih benih
dengan penampilan baik. Benih murni yang telah melalui proses sortasi
menujukan bahwa jumlahnya yang lebih besar dibandingkan dengan benih
tanaman lain yaitu berkisar 80,11%.Benih yang sudah disortasi adalah benih yang
memiliki kriteria benih baik yaitu benih memiliki keseragaman ukuran dan berat
benih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari dkk (2015), benih yang
berkualitas baik dapat dilihat dari ukuran, berat benih dan yang memiliki vigor
yang lebih baik. Ukuran benih memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
kecambah benih dan berat benih akan mempengaruhi prosentase banyaknya benih
yang berkecambah.
Hasil sortasi tidak selalu kotoran benih melainkan dapat tercampur benih
tumbuhanlain. Hal tersebut terjadi karena pada tempat pembenihan tidak adanya
isolasi jarak antara benih yang satu dengan benih lain yang tidak sejenis, pada saat
pemanenan benih dapat tercampur satu sama lain. Tercampurnya benih lain juga
mempengaruhi benih yang dominan dalam satu bungkus benih. Cendawan-
cendawan yang terbawa benih lain juga dapat menjadi masalah namun hal tersebut
tidak selalu menyerang benih jenis lain karena suatu cendawan pasti mempunyai
inang tertentu untuk hidup. Kotoran benih dapat berupa batu, sisa-sisa benih yang
buruk atau juga serangga yang tidak ikut dibuang saat pemanenan.
14
Benih yang sudah melalui proses sortasi selanjutnya adalah proses
pengujian fisiologis benih yang terdiri atas viabilitas benih dan vigor benih. Vigor
sendiri adalah kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi yang kurang
mendukung. Perlakuan untuk setiap benih pastinya berbeda melihat kemampuan
dan panjang akar untuk mencapai unsur hara dalam tanah. Tanaman padi
umumnya jika diuji vigor ditanam dengan kedalaman sekitar 3 cm berbeda halnya
dengan jagung yang ditanam dengan kedalaman 5 cm hal tersebut dikarenakan
jika padi ditanam pada tempat yang lebih dalam dikhawatirkan akan busuk
sebaliknya jagung yang mempunyai perakaran yang lebih kuat dibandingkan padi
ditanam ditempat yang lebih dalam. Kemungkinan benih untuk membusuk sangat
besar melihat ditanam pad wadah yang seadanya dan pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida tidak terjadi secara lancar pada pot pengamatan. Semakin tinggi
prosentase vigor benih tersebut semakin baik karena dapat bertahan hidup di
daerah yang kurang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tersebut.
Uji benih yang lain juga dapat dilakukan dengan pungujian viabilitas
benih. Viabilitas benih dilakukan dengan metode UKDdp atau uji kertas digulung
didirikan dalam plastik dengan kondisi kertas yang jenuh tetapi tidak terlalu
basah. Uji viabilitas benih dilakukan untuk mendapatkan mana kecambah yang
normal dan mana kecambah yang abnormal. Kecambah yang normal pada
umumnya akan tumbuh ke atas sesuai dengan arah tumbuhnya, namun berbeda
halnya dengan benih yang abnormal akan tumbuh ke bawah atau bahkan terdapat
hifa yang menandakan benih tersebut berjamur dan lama-kelamaan akan mati.
Pengamatan perlu dilakukan selama 14 hari atau 2 minggu karena jika
pengamatan dengan waktu yang pende contohnya saja selama 3 hari maka belum
diketahui benih mana yang normal dan yang abnormal atau bahkan ada benih
yang belum berkecambah pada H+3. Kesalahan utama yang sering terjadi pada
pengujian viabilitas dengan metode UKDdp adalah posisi kertas yang sering kali
tidak berdiri melainkan tidur. Kertas yang digulung yang tidur akan menyebabkan
benih akan berkecambah namun tidak ke atas dalam pertumbuhannya. Bisa saja
benih tersebut akan ke kanan atau ke kiri sehingga kertas tersebut jika didirikan
akan menghailkan benih yang tumbuh ke bawah. Timbulnya jamur pada
15
kecambah dapat dikarenakan pemberian air pada saat perawatan terlalu banyak
menyebabkan benih yang berkecambah tidak dalam kondisi jenuh melainkan
terlalu banyak air sehingga jamur mudah berkembang biak dalam benih tersebut.
16
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sortasi lebih ditujukan pada fisik dari benih tersebut juga dapat menjadi
indikasi mutu benih
2. Uji vigor dan uji viabil umumnya sama untuk menguji genetis dari benih
yang diuji
5.2 Saran
1. Kurangnya alat dan tempat yang memadai untuk melakukan praktikum.
2. Terlalu banyak keluar laboratorium saat melakukan praktikum di
laboratorium dan menyebabkan kondisi menjadi gaduh.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mondo, V, H, V., S, M, Cicero., D, D, Neto., T, L, Pupim, and M, A, N, Dias.
2013. Seed Vigor and Initial Growth of Corn Crop. Seed Science
35(1):64-69.
Naderidarbaghshahi, M., and B, Bahari. Assement the Relationship Seed Vigor
Tests and Seed Field Performance of Some Forage Crops of Iran.
Agriculture and Crop Sciences 4(23):1763-1766.
Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius.
Shaban, M. 2013. Study on Aspects of Seed Viability and Vigor. Advanced
Biological and Biomedical Research 1(12):1692-1697.
Suita, E. 2013. Pengaruh Sortasi Benih terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Bibit
Akor (Acacia auriculiformis). Pembenihan Tanaman Hutan 1(2):83-91.
Surahman, M., E, Murniati, dan F, N, Nisya. 2012. Pengaruh Tingkat Kemasakan
Buah, Metode Ekstraksi Buah, Metode Pengeringan, Jenis Kemasan dan
Lama Penyimpanan pada Mutu Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas).
Ilmu Pertanian Indonesia 18(2):73-78.
Wulandari, W., A, Bintoro, dan Duryat. 2015. Pengaruh Ukuran Berat Benih
terhadap Perkecambahan Benih Merbau Darat (Intsia palembanica).
Syha Lestari 3(2):79-88.
LAMPIRAN
Gambar 1. Benih Hasil Sortasi
Gambar 2. Benih Jagung untuk Uji Vigor
Gambar 3. Benih Jagung U3 Abnormal (Vigor)
Gambar 4. Benih Jagung U3 Normal (Vigor)
Gambar 5.Benih Jagung untuk Uji Viabilitas
Gambar 6. Benih Jagung Abnormal (Viabilitas)
Gambar 7. Benih Jagung Normal (Viabilitas)
Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius.
Shaban, M. 2013. Study on Aspects of Seed Viability and Vigor. Advanced
Biological and Biomedical Research 1(12):1692-1697.
Suita, E. 2013. Pengaruh Sortasi Benih terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Bibit
Akor (Acacia auriculiformis). Pembenihan Tanaman Hutan 1(2):83-91.
Surahman, M., E, Murniati, dan F, N, Nisya. 2012. Pengaruh Tingkat Kemasakan
Buah, Metode Ekstraksi Buah, Metode Pengeringan, Jenis Kemasan dan
Lama Penyimpanan pada Mutu Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas).
Ilmu Pertanian Indonesia 18(2):73-78.
Wulandari, W., A, Bintoro, dan Duryat. 2015. Pengaruh Ukuran Berat Benih
terhadap Perkecambahan Benih Merbau Darat (Intsia palembanica).
Syha Lestari 3(2):79-88.
Mondo, V, H, V., S, M, Cicero., D, D, Neto., T, L, Pupim, and M, A, N, Dias.
2013. Seed Vigor and Initial Growth of Corn Crop. Seed Science
35(1):64-69.
Naderidarbaghshahi, M., and B, Bahari. Assement the Relationship Seed Vigor
Tests and Seed Field Performance of Some Forage Crops of Iran.
Agriculture and Crop Sciences 4(23):1763-1766.