sosialisasi permainan woodball sebagai model...
TRANSCRIPT
SOSIALISASI PERMAINAN WOODBALL SEBAGAI MODEL PERMAINAN TARGET DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN
PENDEKATAN TAKTIK DI SMA SE-KAB. GUNUNGKIDUL Oleh:
Ahmad Rithaudin, M.Or Hedi Ardiyanto Hermawan, M.Or
Nurhadi Santoso, M.Pd
Abstrak Kegiatan PPM ini dilatarbelakangi oleh permasalahan perlunya penyebarluasan
informasi yang merata kepada sekolah mengenai ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diharapkan bisa memperkaya materi pembelajaran pendidikan jasmani. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan sosialisasi permainan woodball sebagai model permainan target dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan penedkatan taktik di SMA se-Kab. Gunungkidul. Model kegiatan Pengabdian pada masyarakat ini adalah dengan memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang model aktivitas yang telah dirancang. Subyek dalam pengabdian ini adalah guru penjas orkes yang yang tergabung dalam kegiatan MGMP mata pelajaran Penjas orkes di wilayah kabupaten Gunungkidul. Kegiatan PPM ini dilakasankan pada tanggal 8 September 2014. Hasil yang didapatkan yaitu telah tersampaikannya materi pelatihan yang mencakup materi teori dan praktik. Materi teori meliputi konsep dasar permainan target, model dan model pembelajaran permainan target. Adapun materi praktik meliputi praktik salah satu materi pembelajaran permainan target yaitu permainan woodball. Kata Kunci: permainan woodball, permainan target, pembelajaran penjas, pendekatan taktik. PENDAHULUAN
Perubahan kurikulum dari tahun 2006 menjadi kurikulum tahun 2013 pada
hakikatnya dalah sebuah usaha untuk perbaikan. Perbaikan dalam hal ini bisa
mencakup perbaikan struktur kurikulum, tujuan kurikulum serta kesesuaian dengan
kondisi sosial masyarakat yang berkembang/terkini. Beberapa perubahan tersebut
akan berdampak pula terhadap model, pendekatan serta metode pembelajaran yang
disampaikan. Berdasar Permendikbud No.69 tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Terlebih di dalam kurikulum tahun 2013, dimana guru dan siswa
diharapkan bisa lebih aktif selama pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran
yang diharapkan bisa menjadi media agar pembelajaran lebih aktif yaitu dengan
saintifik.
Selain itu, metode pembelajaran yang dipilih oleh guru juga bisa menjadi faktor
penentu keberhasilan sebuah pembelajaran. Tiap metode pembelajaran mempunyai
karakteristik tersediri, tidak ada metode pembelajaran yang paling ideal jika
dibandingkan dengan metode lainnya. Sehingga pemilihan sebuah metode
pembelajaran mesti mempertimbangkan beberapa aspek, salah satu diantaranya
adalah materi pembelajaran.
Di dalam kurikulum tahun 2013, materi pembelajaran terutama pembelajaran
pendidikan jasmani telah ditetapkan dalam sebuah standar tertentu yaitu Kompetensi
inti dan kompetensi dasar. Kompetensi Inti di dalam pembelajaran mencakup empat
aspek yaitu, kompetensi spiritual, kompetensi sosial/afektif, kompetensi kognitif serta
kompetensi psikomotorik. Sedangkan kompetensi dasar merupakan penjabaran dari
kompetensi inti. Sedikit hal yang membedakan antara kurikulum tahun 2006 dan 2013
adalah di dalam kurikulum tahun 2013 tidak terdapat pemisahan materi antara
semester gasal dan genap. Kemudian, di dalam kompetensi dasar terutama pada aspek
kognitif dan psikomotor telah terlihat gambaran materi umum dari sebuah mata
pelajaran. Sebagai contoh di dalam pembelajaran pendidikan jasmani untuk siswa
SMA sebagai berikut, 4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi keterampilan dalam
memainkan salah satu permainan bola kecil dengan koordinasi gerak yang baik.
Berdasar pada narasi kompetensi dasar tersebut dapat kita identifikasi bahaw
materi pokok dalam pembelajaran yang akan kita rancang untuk mencapai tujuan
adalah dengan menggunakan permainan bola kecil. Secara spesifik permainan bola
kecil, maka materi pemblejaran yang bisa diidentifikasi diantaranya yaitu, softball,
baseball, kasti, woodball, gateball, bocce, dll.
Berdasar pada sudut pandang yang berbeda, materi pembelajaran (khususnya
permainan) yang disajikan di sekolah dapat diidentifikasi menjadi empat materi,
terutama yang berkaitan dengan materi permainan yaitu permainan target, permainan
net, permainan striking/fielding dan permainan invasi. Keempat jenis permainan ini
dibungkus dalam sebuah model pembelajaran yaitu Teaching Games for
Understanding (TGfU) atau sering disebut pula model pembelajaran pendekatan
taktik. Model tersebut disebut sebagai pendekatan taktik karena dalam proses
pembelajaran yang dilakukan tidak berorientasi pada teknik tapi lebih menekankan
pada pemahaman taktik permainan. Dengan harapan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor siswa bisa lebih berkembang.
Salah satu materi dalam pembelajaran penjas yang mengacu pada model
pembelajaran pendekatan taktik adalah permainan target. Permainan target merupakan
sebuah bentuk permainan dimana dalam memainkannya menggunakan alat, kemudian
ada objek yang dilepaskan untuk mencapai sasaran yang menjadi target. Adapun
beberapa jenis permainan yang termasuk ke dalam bentuk permainan target yaitu
panahan, golf, bilyard, dan woodball, gateball, dll.
Diantara beberapa jenis permainan tersebut, yang memungkinkan untuk bisa
diajarkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu permainan woodball.
Woodball merupakan sebuah permainan dengan tujuan untuk memasukkan bola ke
dalam sasaran dengan cara dipukul dengan pemukul. Keseluruhan alat yang
digunakan dalam permainan woodball ini menggunakan kayu, kecuali pada bagian
sasaran terdapat besi sebagai tulang yang dapat ditancapkan ke tanah.
Berdasar hasil analisis permainan ini cukup menarik untuk bisa dijadikan
sebagai materi pembelajaran karena permainan ini menuntut pemahaman taktis yang
cukup menantang. Pemahaman taktis tersebut diantaranya adalah bagaimana
memukul bola sebagai objek yang diam, penempatan bola sedekat mungkin dengan
sasaran, dan konsistensi penempatan bola pada sudut yang lebar agar lebih mudah
mencapai sasaran. Adapun hubungannya dengan faktor fisik, yaitu bagaimana
memukul dengan menyesuaikan antara kekuatan dengan jarak, serta mengahadapi
rintangan yang ada baik alam ataupun buatan.
Permainan ini relatif baru berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ditambah dengan kemasan model pembelajaran taktik yang menarik, sangat
dimungkinkan materi pembelajaran ini menjadi materi pembelajaran favorit bagi
anak-anak sekolah menengah atas. Akan tetapi, sebelum materi tersebut disampaikan
kepada para siswa, mestinya guru sebagai penyambung informasi lebih dahulu
mengetahui atau memahami tentang konsep dasar permainan ini, sehingga perlu
diadakan pelatihan bagi para guru untuk memahami konsep dasar permaian woodball
sebagai bagian dari permainan target dalam model pembelajaran pendekatan taktik di
SMA se-Kabupaten Gunungkidul. Alasan pemilihan lokasi untuk kegiatan PPM ini
adalah didasari pada faktor pemerataan informasi yang mesti didapatkan. Dengan
pertimbangan lain yaitu seluruh kabupaten di DIY telah mendapatkan informasi
serupa.
LANDASAN TEORI
1. Hakikat pendidikan jasmani
Pendidikan Jasmani sering disebut juga sebagai Penjaskes, Penjasor,
ataupun Penjas Orkes. Pada hakikatnya penyebutan nama tersebut erat kaitannya
dengan nama mata pelajaran yang diselenggarakan sebagai bagian dari proses
pembelajaran di sekolah. Meskipun sebenarnya hakikat pendidikan jasmani lebih
dari sekedar mata pelajaran di sekolah, akan tetapi menjadi sebuah bidang ilmu.
Berdasar kajian teoritis yang telah dilakukan dapat diidentifikasi beberapa definisi
yang berkaitan dengan hakikat pendidikan jasmani. Berikut ini akan disajikan
beberapa pendapat yang menyampaikan tentang definisi ataupun hakikat
pendidikan jasmani diantaranya yaitu: “Physical education is an educational
process that has as its aim the improvement of human performance through the
medium of physical activities selected to realize this outcome.” (Bucher & Wuest,
1991).
UNESCO selaku salah satu organisasi dari Perserikatan bangsa-bangsa
yang membidangi tentang pendidikan dan sosial budaya juga menyatakan dalam
definisinya tersendiri yaitu, Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan
manusia sebagai individu atau anggota masyarakat dilakukan secara sadar dan
sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh peningkatan
kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan
pembangunan watak. Demikian pula dengan salah satu ahli pendidikan jasmani di
Indonesia yaitu Sukintaka, beliau menyampaikan bahwa Pendidikan jasmani
merupakan bagian yang integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai
tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental sosial, serta emosional
dalam kerangka menuju manusia Indonesia seutuhnya dengan wahana aktivitas
jasmani (Arma Abdullah dan Agus Manadji, 1994).
Sedangkan dalam kurikulum mata pelajaran Penjas Orkes pada tahun 2006
atau yang biasa disebut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Definisi lain dari pendidikan jasmani yang dapat dikaji salah satunya adalah
hakikat Pendidikan Jasmani berdasar Undang-Undang Sistem Keolahragaan
Nasional No.3 tahun 2005. Di dalam UU ini pendidikan jasmani tidak
didefinisikan secara langsung, akan tetapi merupakan bagian dari olahraga
pendidikan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut, “Olahraga pendidikan
adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses
pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan,
kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani.”
Berdasar pada keterangan yang ada di dalam UU tersebut, maka akan
muncul dua definisi dari Olahraga pendidikan, yaitu pendidikan jasmani dan
olahraga. Apabila dikaji lebih lanjut, di dalam dunia pendidikan dua definisi
tersebut sering dikatakan memiliki kemiripan, salah satu diantaranya sering juga
dikatakan seorang guru penjas disebut dengan guru olahraga. Akan tetapi apabila
kita tinjau berdasar pada makna sebenarnya, maka akan terdapat perbedaan yang
cukup signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari tinjauan berikut ini.
Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,
membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (UU Sistem
Keolahragaan Nasional). Olahraga (sport) adalah aktivitas jasmani yang
dilembagakan yang peraturannya ditetapkan bukan oleh pelakunya atau secara
eksternal dan sebelum melakukan aktivitas tersebut (Bennet, dkk, 1983). “Sport is
an institutionalized competitive activity that involves vigorous physical exertion or
the use of relatively complex physical skill, by individuals whose participation is
motivated by combination of the intrinsic satisfaction associated with the activity
itself and external rewards earned through participation (Coakley, 2001).”
Olahraga (sport) adalah setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan
pertandingan, (struggle) melawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur-unsur
alam (Abulkadir Ateng). Berikut disajikan perbedaan antara Pendidikan Jasmani
dan Olahraga;
Tabel 1. Perbedaan antara pendidikan Jasmani dengan olahraga. Penjas Olahraga
Tujuan Pendidikan (perkembangan menyeluruh)
Kinerja motorik
Materi Berpusat pada anak (apa yang dapat dilakukan anak)
Berpusat pada bahan latihan
Sifat latihan Multilateral Spesifik Bentuk Tidak harus pertandingan Pertandingan Gerak Seluas kehidupan sehari-hari Terbatas pada gerak
fungsional cabang yang bersangkutan
Kurang terampil Mendapat perhatian ekstra Terpaksa ditinggalkan Peraturan Tidak ada pembakuan
permainan Dibakukan
Peserta Wajib bebas Talent scouting Dipakai untuk entry behavior Untuk memilih atlit
berbakat
2. Hakikat permainan target
Menurut Stephen A Mitchell, Judit L . Oslin & Linda L. Griiffin, (2003:7-8)
TGfU memiliki ciri khas dalam pengelolaan permainannya yang membedakan
permainan dalam 4 bentuk kelompok permainan yaitu :
a. Target games (Permainan Target) adalah permainan dimana pemain akan
mendapatkan skor apabila bola atau proyektil lain sejenis baik dilempar atau
dipukul dengan terarah mencapai sebuah sasaran yang sudah ditentukan dan
semakin sedikit untuk menuju pukulan/perlakuan menuju sasaran semakin baik.
Permainan ini sangat mengandalkan akurasi dan konsentarasi yang tinggi.
Permainan yang termasuk dalam target games antara lain adalah Golf, Woodball,
Bowling, Snooker.
Prinsip dan tujuan dari empat kategori permaian dalam TGfU dapat dilihat
dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 2. Kategori dan prinsip dasar Permainan TGfU
Dari penjelasan dan gambar diatas dapat dilihat bahwa target games memiliki
karakteristik yang berbeda dengan tipe permainan yang lain. Karakteristik tersebut
memilki kecenderungan yang relatif sederhana dari segi keterampilan yang diajarkan.
3. Hakikat Permainan woodball
Olahraga woodball memang masih asing dan jarang sekali didengar di
lingkungan kita. Woodball memang olahraga baru, olahraga ini ditemukan atau
disusun pertama kali oleh Mr. Ming-Hui Weng and Mr. Kuang-Chu Young pada
tahun 1990 di Cina Taipei (http://www.woodball.net/#1). Pada awalnya olahraga ini
diciptakan hanya bersifat rekreatif, yaitu hanya untuk memanfaatkan lahan kosong
yang ada pada sebuah bangunan di kota Taipei City. Akan tetapi pada
perkembangannya olahraga ini banyak digemari karena beberapa alasan, diantaranya
yaitu murah dan tempat pelaksanaannya sangat praktis. Sehingga olahraga ini
berkembang pesat dan sampai pada 3 tahun setelah olahraga ini di luncurkan akhirnya
memiliki sebuah aturan baku yang berlaku sampai sekarang dan juga olahraga ini
masuk dalam kegiatan pendidikan jasmani dibeberapa universitas dan sekolah pada
tahun 1995.
Sedangkan di Indonesia, olahraga ini mulai masuk dan berkembang pada sekitar
tahun 2000-an. Sampai dengan saat ini woodball sudah cukup populer di Indonesia,
hal ini dibuktikan dengan adanya induk organisasi woodball Indonesia (IWbA) dan
beberapa induk organisasi woodball tingkat provinsi serta kabupaten dan kota di
Indonesia. Selain itu kompetisi yang cukup rutin juga telah diselenggarakan. Adapun
daerah yang masih unggul dalam olahraga ini adalah Jawa Tengah, Bali dan Jawa
Barat.
Alat yang digunakan dalam olahraga ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu
hanya menggunakan tiga alat utama, yaitu stik, bola dan gate. Stik digunakan untuk
memukul bola untuk kemudian di masukkan kedalam gate yang menjadi sasaran.
Pada intinya permainan woodball dapat dilaksanakan pada beberapa jenis medan baik
dengan atau tanpa campur tangan dari manusia, dengan maksud merupakan lapangan
alami ataupun buatan. Sebagai contoh bentuk lapangan alami dapt berupa perbukitan,
lembah, pantai, taman,dll, sedangkan yang berupa buatan manusia dapat berupa
kombinasi dengan daerah wisata seperti di pantai kuta, atau obyek wisata umbul
Tlatar di Boyolali, Jawa Tengah yang merupakan salah satu pusat olahraga woodball
di Indonesia.
Dari paparan dalam analisis situasi diatas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang memungkinlan untuk dirumuskan sebagai sebuah rumusan
masalah dalam program pengabdian pada masyarakat ini. Adapun permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah bentuk sosialisasi
permainan woodball sebagai model permainan target dalam pendidikan jasmani
dengan pendekatan taktik”
Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi (pengetahuan
dan keterampilan) model pembelajaran target games dengan bentuk permainan
woodball dalam pembelajaran penjas di SMA se-Kab.Gunungkidul. Jika kegiatan
pengabdian ini berhasil mencapai tujuan kegiatan diatas, maka kegiatan pengabdian
ini akan sangat bermanfaat bagi perngembangan model pembelajaran target games
dalam pembelajaran penjas, yang dalam kegiatan PPM ini menggunakan permainan
woodball sebagai salah satu modelnya. Diharapkan para guru dan siswa yang
mendapatkan materi sosialisasi ini mendapatkan keterampilan dan pengetahuan serta
upaya untuk mengembangkan model permainan ini sesuai dengan prinsip
permainannya baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam pengembangan
prestasi melalui ekstrakurikuler.
METODE KEGIATAN PPM
Khalayak sasaran dalam program pengabdian ini adalah seluruh guru mata
pelajaran Penjas Orkes tingkat SMA di wilayah Kab.Gunungkidul dengan mengambil
lokasi kegiatan yaitu di SMAN 2 Playen yang sekaligus menjadi sekretariat untuk
kegiatan MGMP guru mata pelajaran Penjasorkes SMA di Kab. Gunungkidul.
Adapun peserta dari kegiatan ini sebanyak 22 orang guru dari 16 SMA yang ada di
Kab. Gunungkidul.
Metode dalam program ini adalah memberikan pengalaman langsung kepada
khalayak sasaran dalam bentuk ceramah dan praktik secara langsung salah satu model
permainan target yaitu woodball sehingga secara langsung mereka mengetahui
bagaimana permainan ini dilakukan. Sedangkan indikator keberhasilan dalam
pelaksanaan program pengabdian ini adalah khalayak sasaran bisa melakukan
aktivitas permainan secara langsung dengan alat yang standard dan diharapkan
mereka mampu untuk memodifikasi alat yang ada untuk pembelajaran dengan konsep
target games.
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat terdiri atas tiga langkah utama. Ketiga
langkah tersebut adalah, pra kegiatan, saat kegiatan dan pasca kegiatan. Adapun untuk
perincian tiap-tiap langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pra kegiatan.
Pra kegiatan merupakan tahapan perencaan dari kegiatan PPM ini. Disebabkan
karena kegiatan PPM ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya, maka
langkah pertama adalah mencoba mengevaluasi program terdahulu, dilihat kelebihan
dan kekurangannya dan dianalisis langkah untuk kemajuannya. Setelah itu kemudian
dirumuskan sebuah program untuk pelaksanaan PPM dan disusun proposal. Setelah
proposal disusun langkah selanjutnya adalah dengan menyiapkan untuk pelaksanaan
seminar proposal dan menghubungi pihak terkait yang menjadi sasaran kegiatan PPM
untuk mendiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan kegiatan
PPM yang meliputi waktu pelaksanaan, lokasi, materi PPM, dll.
2. Saat kegiatan
Pelaksanaan merupakan tahapan utama dari kegiatan PPM ini. Adapun
kegiatan PPM ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 September 2014. Lokasi
kegiatan ini adalah di SMAN 2 Playen. Waktu pelaksanaan dari kegiatan ini
merupakan hasil diskusi dengan para pengurus MGMP mata pelajaran penjas orkes di
wilayah kab. Gunungkidul, dimana waktu pelaksaan kegiatan ini mengambil waktu
dalam pertemuan rutin bulanan guru penjas dalam wadah MGMP. Kegiatan dalam
PPM ini meliputi kegiatan yang bersifat teoritis dan praktis. Materi teori dilakukan di
ruang pertemuan SMAN 2 Playen sedangkan materi praktik dilakukan di area
lapangan SMAN 2 Playen.
3. Pasca kegiatan
Pasca kegiatan merupakan kegiatan akhir dari rangkaian kegiatan PPM ini,
adapun kegiatan tersebut diantaranya, merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan
bersama dengan anggota tim, menyusun laporan dan menyiapkan bahan untuk
diseminarkan dalam seminar hasil kegiatan PPM. Sedangkan yang berkaitan dengan
hasil sosialisasi, diharapkan guru dapat menyampaikan materi PPM ini di lingkungan
sekolah masing-masing.
PELAKSANAAN KEGIATAN PPM
PPM ini dilaksanakan selama 1 hari yaitu pada hari Senin, tanggal 8
September 2014. Adapun bentuk kegiatan ini adalah sosialisasi, pelatihan dan
kemudian dilaksanakan pertandingan simulasi model permainan target dengan
mengambil salah satu model yaitu permainan Woodball. Adapun jumlah perserta
dalam kegiatan tersebut adalah berjumlah 25 orang yang terdiri atas 23 orang peserta
kegiatan PPM dan 3 orang pengabdi.
Dari progam yang telah dilasakanakan, hasil yang dapat diraih yaitu,
bertambahnya pengetahan serta keterampilan para peserta sosialisai dalam hal
permainan target dalam bentuk permainan woodball yang merupakan salah satu
model permainan dalam cakupan model pembelajaran Pendekatan Taktik atau
Teanging Games For Understanding (TGFU). Dari hasil evaluasi dan refleksi, muncul
gagasan untuk bisa mengembangkan kegiatan ini yaitu dengan berusaha untuk
memodifikasi berbagai bentuk model permainan yang bisa gali dalam bentuk
permainan target sehingga dapat memperkaya materi pembelajaran yang disampaikan
kepada para siswa di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kab.
Gunungkidul. Adapun model permainan yang sempat dibahas diantaranya yaitu,
modifikasi golf, freesbee, dll.
Dalam setiap kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan pasti ada
suatu hal yang dirasa menjadi kelebihan dan kekurangan, termasuk dalam kegiatan
PPM ini, adapun kelebihan atau faktor pendukung dan penghambat kelancaran
kegiatan ini adalah sebagai berikut: faktor pendukung, faktor pendukung dari
kegiatan ini adalah keterbukaan dari forum Musyawarah Guru Mata pelajaran Penjas
Orkes untuk mendapatkan informasi baru Tim PPM Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNY. Ketersediaan waktu yang rutin bagi mereka dalam mengadakan kegiatan
pertemuan MGMP menjadikan keuntungan tersendiri bagi TIM PPM, karena tim
cukupu berkomunikasi dengan pengurus MGMP untuk penentuan waktu pelaksanaan
PPM, dll. Faktor pendukung lainnya yaitu ketersediaan lapangan yang cukup
memadai untuk dijadikan sebagai lokasi kegiatan praktik. Sedangkan yang menjadi
faktor penghambat adalah, karena kegiatan dilasanakan dalam hari kerja, maka
waktu yang tersedia sangat terbatas. Serta ketersediaan alat yang bersifat standar
masih dirasa kurang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan, maka dapat disimpulkan:
1. Upaya untuk menyebarluaskan informasi tentang model-model pembelajaran
Penjas terkini perlu adanya dukungan dari pihak terkait, selain dari pihak guru
secara langsung yang tergabung dalam kegiatan MGMP Mata pelajaran Penjas,
selain itu juga dari para pimpinan masing-masing sekolah yang diwadahi dalam
forum MKKS (Kepala Sekolah).
2. Model Pembelajaran Penjas Pendekatan Taktik (TGFU) masih dirasa kurang
dikembangkan karena minimnya sosialisasi, sehingga setelah program sosialisasi
ini diharapkan para guru penjas mampu mengembangkan model tersebut sebagai
bahan untuk memperkaya pembelajaran yang dilaksanakan.
3. Dengan mengenal berbagai macam model permainan target, diharapkan juga para
guru penjas dapat mengakomodir permainan tersebut selain dalam kegiatan
pembelajaran penjas, bila dimungkinkan dalam materi pengembangan
ekstrakurikuler.
Dengan lebih banyak mengenal berbagai macam model pembelajaran Penjas
terutama materi permainan target diharapkan ibu/bapak guru tidak hanya berhenti
sampai disini saja, akan tetapi diharapkan mampu melanjutkan untuk
mengembangkan dalam situasi pembelajaran yang nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Arma Abdullah & Agus Manadji. (1994). Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Kemepora.(2005).Undang-Undang Sistem Keolahrgaan Nasional, Jakarta: Kemenegpora RI.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.
Kemendikbud. (2013). Kurikulum Tahun 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Kemendikbud
http://www.woodball.net/#1.
Stephen A Mitchell, Judit L . Oslin & Linda L. Griiffin, (2003). Sport Foundations for Elementary Physical Education (a tactical games approach). United States: Human Kinetics.