sosok miah dalam drama gerbong
TRANSCRIPT
Sosok Miah dalam Drama “Gerbong” Karya Agam Wispi
Drama “Gerbong” pertama kali diterbitkan dalam majalah Kebudayaan pada
tahun 1957. Drama ini menceritakan tentang orang-orang yang mengalami traumatic
atau tekanan batin pasca kemerdekaan. Salah satu tokoh yang menarik dalam
drama ini adalah sosok Miah. Miah adalah seorang janda yang di tinggal mati
suaminya yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Kematian suaminya
memuat Miah begitu terpukul, hingga akhirnya dia menjadi seorang pelacur.
Miah tinggal di sebuah gerbong kereta tua bersama beberapa pengungsi
yang sama-sama tidak mempunyai tempat tinggal. Miah begitu menyayangi Ida dan
Ali. Mereka adalah adik dari mendiang suami Miah. Hal itu terbukti pada kutipan teks
drama berikut:
“Tidak, aku akan pergi dari sini dengan Ali dan Ida. Kami bertiga akanmembangun hidup baru, hidup damai. (Muka Miah berseri dan dia sepertiburung yang akan terbang.) Sim, kau tahu apa yang kuingini? Sebuahrumah yang sederhana, tak usah terlalu besar. Ada pekarangan denganjalan kecil dan bunga di pinggirnya di mana Ali bisa berangkat besarbersama harum rumput.” (Halaman 314, Gerbong, Antologi DramaIndonesia).
Dari kutipan di atas, terlihat kalau Miah bergitu menyayangi Ali dan Ida. Dia tidak
mau meninggalkan orang-orang yang dia sayangi. Walaupun dia berprofesi sebagai
seorang pelacur, tapi Miah tetap seorang wanita yang mempunyai rasa sayang dan
ingin melindungi orang-orang yang dia sayangi. Dia ingin melindungi seseorang
yang dia sayang, dia begitu mencintai suaminya yang mati demi kemerdekaan, dia
menyayangi dan menghormati mertuanya layaknya menyayangi dan menghormati
ayah kandungnya, dia khawatir akan masa depan adik-adik iparnya yang sudah di
anggap saudara kandung, dan juga Miah begitu peduli kepada mertua perempuan
yang sudah menjadi gila.
Kutipan di bawah ini adalah kutipan yang menunjukan betapa sayangnya Miah
kepada mendiang suaminya:
“Aku tahu, Sim, aku sekarang perempuan jalang, namun aku punyakesayangan, punya hati. (Jadi lega) Ah, kau mau mengoyak hatiku. Tololkau, aku sudah melampaui mati. Kutanggalkan bajuku supaya Ida bisamelihat matahari dan menemui mata pemuda yang disukainya. Kuhidupkanrumah tangga bobrok ini, karea aku mencintai suamiku sendiri.” (Halaman314, Gerbong, Antologi Drama Indonesia).
Dari kutipn di atas, terlihat kalau Miah begitu menyayangi Ali dan Ida. Dia rela
kedinginan dan memberikan bajunya kepada Ida. Dan disitu Miah menegaskan
bahwa cintanya hanya untuk mendiang suaminya yang telah tiada kepada Kasim
yang sempat melamarnya.
“Kurelakan semua itu, aku merasa diriku sudah mati. Aku ingat ucapanabangmu malam terakhir: “Kalau aku mati, jaga Ibu dan adik-adik, Miah.Tak usah lama-lama jadi janda, aku tidak keberatan apa-apa. Kalau akumati memeluk kerabenku, sebenarnya sedang memelukmu.” Dengan beginiku artikan ucapannya: tak seorang kubenarkan memiliki diriku sekalipun akuakan jadi debu. Dan tak seorang pun yang akan kumiliki karena satu-satunya milikku sudah mati. O, Ida, sudah lama kita tak mendengar suarapelor. Aku jadi rindu pada tembakan.” (Halaman 321, Gerbong, AntologiDrama Indonesia).
Dari kutipan teks drama di atas, terlihat betapa cintanya Miah kepada suaminya. Dia
belum bisa menggantikan suaminya dengan laki0laki lain. Walaupun dia bekerja
seagai pelacur, namun cintanya tetap kepada mendiang suaminya. Oleh karena itu
Miah menyebutkan kalau dia sudah lama mati bersama suaminya. Maksud mati
disitu adalah mati rasa terhadap laki-laki lain.
Kutipan di bawah ini adalah kutipan yang menunjukan kalau Miah begitu
menyayangi dan menghormati mertua lelakinya:
“Ida, jangan begitu. (Gelisah)” (Halaman 322, Gerbong, Antologi Drama Indonesia).
Kutipan teks drama tersebut adalah kutipan ketika Ida dan Amir (mertua Miah)
sedang beradu mulut. Disitu Miah mencoba menenangkan Ida yang mulai emosi
karena ucapan Amir.
“Biarlah aku mengakui kau bapak, setidaknya kau mertuaku.” (Halaman 324,
Gerbong, Analisis Drama Indonesia). Kutipan teks drama tersebut adalah kutipan
ketika Amir mengakui bahwa dia adalah seorang pembunuh, namun Miah tetap
meminta kepadanya kalau dia masih boleh menganggap Amir sebagai mertuanya
walaupun Miah tahu Amir tidak begitu menyukai Miah.
“Pak, tinggalah dengan kami. Perang sudah habis.” “Jangan pergi, Pak.” (Halaman
326, Gerbong, Antologi Drama Indonesia). Kedua kutipan itu terjadi pada saat Miah
meminta kepada Amir agar jangan meninggalkan mereka lagi. Miah menginginkan
mereka dapat hidup bersama-sama pasca perang. Karena dampak perang membuat
keluarga mereka menjadi hancur dan berantakan. Ibu mertua Miah juga menjadi gila
dan mereka dapat bertemu kembali di gerbong kereta itu.
“(Menangkap tangan Amir dan menjadi lemas di kakinya serta mencium di lututnya)Pak ampunilah aku. Janganlah katakana apa pun lagi. Kita harus bersama selalu.(Ida jadi gelisah dan mondar-mandir).” (Halaman 327, Gerbong, Antologi DramaIndonesia).Miah begitu mendambakan keluarga yang utuh. Dia ingin semua keluarganya
berkumpul bersama-sama memulai kehidupan yang baru dansegera keluar dari
gerbong itu dan pindah untuk kehidupan yang lebih baik seperti yang selalu Miah
dambakan.
Kutipan di bawah ini adalah kutipan-kutipan yang menunjukan betapa sayang
dan pedulinya Miah kepada adik-adik iparnya:
“Ibunya gila, tapi si Ida tidak. Ida gadis baik yang pernah kutemui. Dia seperti
adikku.” (Halaman 310, Gerbong, Antologi Drama Indonesia). Kutipan teks drama
tersebut ketika Miah dan Kasim membicarakan tentang penghuni gerbong yang
pergi, dan pada saat itu Miah begitu mengkhawatirkan Ida. Seperti pada kutipan
berikut: “Aku cemas, sejak dari pagi si Ida belum pulang-pulang.” (Halaman 310,
Gerbong, Antologi Drama Indonesia).
“Peduli apa kau! Dia dengan orang yang dicintainya. Kau cemburu? Heh,apa yang kau tahu tentang gadis? Kau sendiri toh tidak menolak gadis atautidak kalau aku mau. (Kasim mengocok terus tak acuh, Lelaki 1, berkainsarung lewat dari tembok).” (Halaman 310, Gerbong, Antologi DramaIndonesia).
Kutipan di atas adalah percakapan antara Miah dan Kasim. Miah begitu marah
ketika Kasim meledek Ida yang di sebut gadis oleh Miah, namun ternyata Ida
sudah hamil di luar nikah. Berikut adalah kutipan Kasim yang membuat Miah
tersinggung: “Gadis! Ke mana harus kau simpan perutnya yang buncit itu.”
(Halaman 310, Gerbong, Antologi Drama Indonesia).
“Apa yang kita perbuat? O, besok aku ke hulu cari beras. Kau tak usah kemana-
mana, Ida.” (Halaman 325, Gerbong, Antologi Drama Indonesia). Kutipan
tersebut ketika Ida memberitahukan bahwa ia dan Zainal tiga hari lagi akan
menikah. Dan Miah dengan sigap akan segera mencari beras untuk keperluan
syukuran pernikahan Ida dan Zainal. Dari sikap Miah tersebut terlihat Miah begitu
peduli kepada Ida.
“Ah, soal kecil itu. Aku bukan gadis lagi, Ida. Kau yang pantasmemakainya.” (Halaman 340, Gerbong, Antologi Drama Indonesia). “Tahukau Ida, lelaki segera bosan jika gadisnya tak berbaju. Tapi sekarang jandajadi buruan jika bahunya telanjang. (Kepada Si Buta dan Kasim) Hei, kalianikut aku untuk cari Ibu atau karena cemburu?” (Halaman 340, Gerbong,Antologi Drama Indonesia).
Dari kedua kutipan di atas menunjukan kalau Miah rela tidak berpakaian layak
demi Ida. Dia begitu menyayangi dan perhatian kepada adik iparnya.
“(Berontak) Kau cinta pada anak yang kau kandung, bukan? Jika dia besar, dia
akan menyesali dirinya karena lahir dari perut seorang pembunuh.” (Halaman
328, Gerbong, Antologi Drama Indonesia). Dari kutipan teks drama ini terlihat
sikap Miah yang melindungi dan mengingatkan Ida.
“jangan takut li, anak kecil takkan ditembak.” (Halaman 313, Gerong, Antologi
Drama Indonesia). Dari kutipan tersebut dapat terlihat, Miah tidak ingin Ali
memnjadi seorang penakut pasca peperangan. Ia ingin meyakinkan Ali kalau
saja perng benar-benar telah usai dan anak kecil tidak boleh takut, kalau
memang harus perang kembali, Ali harus bisa berjuang melawan penjajah
seperti kakaknya.
Kutipan-kutipan di bawah ini adalah kutipan yang menunjukan kalau Miah
begitu peduli dan khawatir kepada Ibu mertuanya yang kini menjadi gila.
“Tapi aku takut Ibu terbunuh oleh tangan Bapak sendiri. Bapak sudah begitu
kalap. Ya, aku tidak akan pergi.” (Halaman 321, Gerong, Antologi Drama
Indonesia). Dari kutipan tersebut terlihat kekhawatiran Miah akan Ibu mertuanya.
“Cari Ibu. Dia harus di awasi, jangan sampai merusak orang lain.” (Halaman 340,
Gerbong, Antologi Drama Indonesia). Dari kutipan berikut, terlihat Miah begitu
khawatir sesuatu yang buruk akanmenimpa ibu mertuanya itu.
Secara garis besar, Miah adalah orang yang baik dan begitu menyayangi
keluarganya. Namun dampak peperangan mengubahnya menjadi seorang
pelacur, memberikan duka mendalam seperti pada kutipan berikut: “Dadaku
terasa kosong dan tidak ada air mata untuk menangis.” (Halaman 315, Gerbong,
Antologi Drama Indonesia). Selain itu beberapa kali Miah menyebutkan kalau
dirinya telah mati bersama suaminya. Keadaan yang memaksa Miah untuk
menjadi seorang pelacur, namun tidak semua orang bisa mengerti keadaan
Miah, bahkan mertua Miah sempat membenci Miah karena kelakuannya itu.