spb1

10
Konsep Konsep Sistem Pertanian terpadu adalah konsep pertanian yang dapat dikembangkan untuk lahan pertanian terbatas maupun lahan luas. Melaiui sistem yang terintegrasi ini akan bermanfaat untuk efisiensi penggunaan lahan, optimalisasi produksi, pemanfaatan limbah, subsidi silang untuk antisipasi fluktuasi harga pasar dan kesinambungan produksi (PT.RAPP dan Universitas Lancang Kuning, 2001). Pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan limbah organik. Peningkatan kaenekaragaman hayati merupakan hal penting dalam menanggulangi hama penyakit, pengurangan resiko, sedangkan pemanfaatan limbah organik perlu untuk menciptakan keseimbangan siklus energi (terutama unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan konservasi tanah dan air. Pendekatan sistem pertanian berkelanjutan adalah pendekatan sistem pertanian yang mengintegrasikan agroteknologi baru ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan ( quality of life ). Dimana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat pro aktif, berdasarkan pengalaman dan partisipatif. Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, sistem pertanian masukan luar rendah, dan sistem pengendalian hama terpadu.(Salikin, 2003) Penerapan sistem pertanian berkelanjutan sangat dibutuhkan saat ini, sebab terjadinya peningkatan jumlah penduduk di dunia tetapi tidak disejajarkan dengan peningkatan persediaan pangan (Todaro dan Smith, 2004). Maka dari itu, guna menanggulangi masalah berkurangnya persediaan pangan, pada era 60 – 80an telah digalakkan gerakan Revolusi Hijau, yang memberikan hasil kecukuoan pangan bahkan dapat tercapainya swasembada beras di Indonesia pada tahun 1984.

Upload: hana-aqmarina

Post on 27-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KonsepKonsep Sistem Pertanian terpadu adalah konsep pertanian yang dapat dikembangkan untuk lahan pertanian terbatas maupun lahan luas. Melaiui sistem yang terintegrasi ini akan bermanfaat untuk efisiensi penggunaan lahan, optimalisasi produksi, pemanfaatan limbah, subsidi silang untuk antisipasi fluktuasi harga pasar dan kesinambungan produksi (PT.RAPP dan Universitas Lancang Kuning, 2001).Pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan limbah organik. Peningkatan kaenekaragaman hayati merupakan hal penting dalam menanggulangi hama penyakit, pengurangan resiko, sedangkan pemanfaatan limbah organik perlu untuk menciptakan keseimbangan siklus energi (terutama unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan konservasi tanah dan air.Pendekatan sistem pertanian berkelanjutan adalah pendekatan sistem pertanian yang mengintegrasikan agroteknologi baru ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan (quality of life). Dimana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat pro aktif, berdasarkan pengalaman dan partisipatif.Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, sistem pertanian masukan luar rendah, dan sistem pengendalian hama terpadu.(Salikin, 2003)Penerapan sistem pertanian berkelanjutan sangat dibutuhkan saat ini, sebab terjadinya peningkatan jumlah penduduk di dunia tetapi tidak disejajarkan dengan peningkatan persediaan pangan (Todaro dan Smith, 2004). Maka dari itu, guna menanggulangi masalah berkurangnya persediaan pangan, pada era 60 80an telah digalakkan gerakan Revolusi Hijau, yang memberikan hasil kecukuoan pangan bahkan dapat tercapainya swasembada beras di Indonesia pada tahun 1984.Kemunculan dan penerapan Revolusi Hijau ini ternyata tidak seterusnya membawa dampak yang positif. Penerapan Revolusi Hijau telah mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah akibat pupuk berlebihan dan terjadi degradasi lingkungan akibat pestisida yang berlebihan pula. Selain itu, Revolusi Hijau juga mengakibatkan adalah berkurangnya nilai yang diterima petani akibat besarnya biaya input dalam pertanian, sehingga pendapatan yang diperoleh petani semakin kecil.Sistem Pertanian Terpadu yang dikenal oleh masyarakat, terdapat dua jenis, yaitu Sistem Pertanian Terpadu Konvensional dan Sistem Pertanian Terpadu Modern. Siste m Pertanian Terpadu Konvensional sudah banyak diterapkan oleh petani di masa lalu, namun saat ini sudah banyak ditinggalkan. Tumpang sari antara peternakan ayam dan balong ikan dimana kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Tumpang sari antara tanaman palawija dan peternakan dimana sisa-sisa tanaman digunakan sebagai pakan ternak kambing atau sapi dan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya. Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini belum mencerminkan siklus yang berkelanjutan.Sedangkan Sistem Pertanian Terpadu Modern merupakan perpaduan pertanian dan peternakan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dalam sistem. Petani bisa menanam padi, jagung, palawija dan hasil pertanian lainnya. Selain itu petani juga beternak sapi, kambing, ayam atau hewan ternak lainnya. Hasil yang bisa diperoleh petani dari pertanian adalah hasil utama seperti beras, jagung, kedele, dll. Dari hasil utama ini maka petani bisa menjualnya atau dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil sampingnya adalah limbah pertanian yang berupa jerami padi, dedak, bekatul, jerami jagung. Limbah pertanian tersebut bisa digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki nutrisi yang tinggi dan tahan lama. Hasil utama yang didapat petani dari peternakan adalah daging, susu, telur dan bibit (anakan). Hasil utama tersebut sudah biasa dalam sistem peternakan karena memang hasil tersebutlan yang ingin didapatkan. Hasil samping dari peternakan adalah berupa kotoran dan dari kotoran ternaklah terutama ternak ruminansia banyak manfaat yang bisa diperoleh, yaitu kompos, baik untuk digunakan secara pribadi maupun sebagai objek bisnis yang dapat menambah pendapatan petani. Selain itu, hasil sampingnya juga dapat berupa bokashi, yang merupakan kompos dengan komponen utamanya adalah jerami padi atau limbah pertanian lainnya yang diolah menjadi pupuk; dan biogas yang dapat menjadi sumber energi ramah lingkungan. Urine ternak dan limbah cair lainnya juga merupakan salah satu manfaat yang diperoleh dari hasil samping tersebut, dengan cara digunakan sebagai pupuk cair.

Manfaat Pertanian Terpadu siklus dan keseimbangan nutrien serta energi yang akan membentuk suatu ekosistem yang mirip dengan cara alam bekerja secara deduktif pertanian terpadu akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan biaya produksi. sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan energi terutama kebutuhan energi baru terbarukan

Keunggulan Pertanian TerpaduPertanian terpadu adalah perpaduan antara bidang pertanian dengan bidang lain misalnya peternakan dan perkebunan. Beberapa keunggulannya adalah sebagai berikut :1. Proses produksi semacam ini biasanya bersifat ajeg/stabil dari waktu ke waktu, sehingga perencanaan produksinya relatif mudah, pengawasan produksinya juga relatif mudah.2. Oleh karena tingkat persediaan bahan baku serta penyediaan barang dalam proses relatif rendah, maka terdapat penghematan dana didalam persediaan-persediaan tersebut.3. Dapat dikurangi pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, terutama karena sistem pemindahan barang yang menggunakan tenaga mesin.4. Biaya pemindahan bahan dalam proses adalah relatif rendah karena jarak antara satu mesin dengan mesin yang lain adalah pendek.5. Oleh karena keadaan mesin-mesinnya yang khusus, maka akan dapat diperoleh penghematan didalam biaya tenaga kerjaDalam konteks ekologis, pertanian berkelanjutan berkaitan erat dengan upaya memelihara sistem biologis agar dapat secara kontinu memberikan tingkat luaran yang sama, tanpa penggunaan masukan yang berlebih. Pada tingkatan praktis, konsepsi ini menuntut pemahaman menyangkut dinamika hara dan energi, interaksi berbagai tanaman dan organisme lain dalam suatu agroekosistem, serta kesetimbangannya dengan keuntungan/pendapatan, kepentingan komunitas dan kebutuhan konsumen (Dunlapet al.1992)

Indikator Pertanian Berkelanjutan Conway (1987) mengilustrasikan pembangunan agroekosistem setidaknya harus memenuhi empat indikator, yaitu: produktivitas, stabilitas, sustainabilitas, dan ekuitabilitas (kesamasarataan). Produktivitas hasil panen diperoleh dengan cara menambah biaya input atau adopsi teknologi baru, misalnya program intensifikasi atau mekanisasi pertanian. Stabilitas sistem pertanian menggambarkan fluktuasi produksi hasil panen setiap waktu yang disebabkan oleh perubahan agroekosistem atau serangan hama dan penyakit. Sustainabilitas merupakan gambaran ketahanan sistem budi daya pertanian terhadap perubahan lingkungan atau ekonomi. Ekuitabilitas atau kesamarataan menggambarkan bahwa produksi pertanian dapat memberikan keuntungan yang merata atau tinggi, atau sebaliknya, tidak merata atau rendah. Ekuitabilitas usaha tani tinggi berarti sebagian besarorang dapat menikmati sejumlah hasil panen ataukeuntungan dari produk pertanian.

Kendala Pertanian Berkelanjutan Implementasi pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia tidak mudah karena dihadapkan pada banyak kendala, sebagai berikut:1. Kendala sumber daya manusia; rata-rata tingkat pendidikan petani relatif rendah2. Kendala sumber daya alam; ketersediaan volume air yang tidak menentu; kesuburan tanah yang semakin menurun; dan kondisi agroklimat yang berubah-rubah3. Kendala aplikasi teknologi;praktek-praktek usaha tani yang mengancam kelestarian lingkungan (seperti penggunaan pestisida, penggunaan hormon pertumbuhan, dan antibiotika pada ternak), pembuangan limbah ternak yang tidak pada tempatnya, penebangan hutan yang kurang bijaksana dan menyebabkan erosi.

RAGAM TROPISPada mulanya, pertanian di daerah tropis bergantung pada sumber daya alam, pengetahuan, keterampilan, dan institusi lokal. Sistem-sistem pertanian yang bermacam-macam dan khas setempat telah berkembang melalui proses mencoba-coba yang panjang di mana akhirnya ditemukan keseimbangan antara masyarakat dan basis sumber dayanya.Biasanya, produksi ditujukan pada keluarga dan masyarakat subsisten. Cara kerja sama antar anggota masyarakat telah dikembangkan dengan baik.Sebagai respon terhadap pengaruh asing dan kebutuhan sertaaspirasi yang semakin besar dari penduduk yang jumlahnya semakin meningkat, maka sistem pertanian di daerah tropis cenderung berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem:1. Penggunaaninputluar secara besar-besaran; selanjutnya akan disebut (HEIA).2. Pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tak menggunakaninputluar, hingga terjadi degradasi sumber daya alam; selanjutnya disebut (LEIA).HEIA (Height external input agriculture) sangat tergantung padainputkimiabuatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem pertanian ini mengkonsumsi sumber-sumberyang tak dapat diperbarui, seperti minyak bumi dan fosfat dalam tingkat yang membahayakan.Sistem pertanian seperti ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal besar. HEIA hanya dimungkinkan di daerah di mana kondisi ekologinyarelatif seragam dan bisa dengan mudah dikendalikan (misalnya daerah irigasi) dan di mana pelayanan penyaluran, penyuluhan, dan pemasaran serta transportasinya baik. HEIA bisa ditemukan pada daerah yang kaya sumber daya alam dan berpotensi besar di negara-negara berkembang dan palingtersebar di Asia.LEIA (Low external input agriculture) dipraktekkan di daerah yang dibersifat kompleks, beragam, dan rentan risiko. Dipandang dari segi luas, LEIA paling banyak dijumpai di wilayah subsahara Afrika. Areal LEIA semakin meluas seiring dengan meningkatnya pemiskinan penduduk pedesaan di banyak negara denganinputluar yang semakin mahaldan dengan semakin tidak mampunyapemerintah negara-negara berkembang, yang terjerat utang dan tidak memproduksiinputHEIA sendiri, mengimporinputtersebut. Penggunaan LEIA secara berlebihan pada usaha tani dengan lahan sempit serta perluasannya kelahan pertanian baru yang seringkali marginal, mengakibatkan penggundulan hutan, degradasi tanah, dan peningkatan kerentanan terhadap serangan hama, penyakit, hujan amat deras dan kemarau berkepanjangan. Banyak sistem pemanfataan lahan tropis tengah berada pada keadaan menurunnya kandungan unsur hara, hilangnya vegetasipelindung, erosi tanah, dan disintegrasi ekonomi, dan budaya. Dalam sistem LEIA yang berfungsi dengan baik, tanaman, pepohonan, tumbuhan perdu lainnya, dan hewan tidak hanya memiliki fungsi produktif, tetapi juga memiliki fungsi ekologis, seperti menghasilkan bahan organik, memompa unsur hara, membuat cadangan unsur hara dalam tanah, melindungi tanaman secara alami, dan mengendalikan erosi. Fungsi-fungsi ini menunjang keberlanjutan dan stabilitas usaha tani dan bisa dilihat sebagai penghasil input dalam.

Menuju Pertanian Berkelanjutan DenganInputLuar Rendah (LEISA)LEISA (Low external input sustainable agriculture) merupakan suatu pilihan yang layak bagi petani dan bisa melengkapi bentuk-bentuk lain produksi pertanian. Karena sebagian besar petani tidak mampu untuk memanfaatkaninputbuatan itu atau hanya dalam jumlah yang sangat sedikit, maka perhatian perlu dipusatkan padateknologi yang bisa memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien. Petani yang kini menerapkan HEIA, bisa saja mengurangi pencemaran dan biaya serta meningkatkan efisiensiinputluar dengan menerapkan beberapa teknik LEISA.LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:1. Berusaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.2. Berusaha mencari cara pemanfaataninputluar hanya bila diperlukan untuk melengkapiunsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik, dan manusia. Dalam memanfaatkaninputluar, perhatian utama diberikan pada maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan.Prinsip-Prinsip EkologiDasarLEISAPrinsip-prinsip ekologi dasar pada LEISA bisa dikelompokkan sebagai berikut:1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan-bahan organik dan meningkatkan kehidupan dalam tanah.2. Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur hara, khususnya melalui peningkatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur ulang dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap3. Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan cara pengelolaan iklim mikro, pengelelolaan air, dan pengendalian erosi.4. Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan melalui pencegahan dan perlakuan yang aman.5. Saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi.

AGROEKOLOGI

Definisi Agroekologi merupakan konsep pengembangan pertanian yang mempertimbangkan sistem ekologis seperti mempertimbangkan faktor biofisis yaitu iklim, tanah, dan topogfisiografi, faktor lingkungan biologis, sosial ekonomi, kebijakan politik dan faktor penunjang lainnya yang dilihat dalam satu kesatuan ekosistem. Agroekologi adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi untuk produksi pertanian. Dalam penerapannya, diharapkan dengan Agroekologi, ahli pertanian diharapkan mampu mendefinisikan sifat agroekosistem yaitu produktivitas, stabilitas, keberlanjutan dan keseimbangan dan menerapkannya secara terintegrasi pada lahan tanam terutama diwilayah tropika. Agroekologi merupakan studi agroekosistem yang holistik, termasuk semua elemenlingkungan dan manusia, dan berfokus pada bentuk, dinamika dan fungsi hubungan timbal balik antar unsur-unsur tersebut serta proses dimana mereka terlibat ( Coen Reijntjes, Bertus Haverkort dan Ann Waters Bayer, 1992 dalam Yuyun Yuwariah, 2012 )Konsep agroekologi adalah upaya mencari bentuk pengelolaan sumberdaya lahan permanen, baik dalam satu komoditi maupun kombinasi antara komoditi pertanian dan kehutanan secara simultan atau secara bergantian pada unit lahan yang sama dan bertujuan untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki kondisi lahan atau lingkungan.Dengan demikian konsep Agroteknologi mencakup aspek struktur ekosistem (structural attribute of ecosystem), yaitu jenis dan susunan tanaman/komoditasnya. Selain aspek struktur ekosistem, konsep Agroteknologi juga mencangkup aspek fungsi ekosistem (functional attribute of ecosystem) yaitu produktivitas, kelestarian dan perbaikan lahan/lingkungan hidup

Hubungan Antara Agroekologi dan Pertanian BerkelanjutanKegiatan pertanian selalu berhubungan dengan faktor-faktor agroekologi, yang meliputi komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dalam agroekosistem. Warren (2008:17) mengatakan bahwa dalam banyak sistem pertanian yang dikelola manusia, Tanaman budidaya yang di tanam akan berinteraksi dengan ekologi disekitarnya. Mekanisme ekologi yang terjadi ditentukan oleh komposisi tanaman pertanian dan juga ditentukan oleh faktor abiotik seperti kimia tanah, iklim, dam manajemen atau pengolahan pertanian. Sehingga jelas terdapat keterkaitan antara Agroekologi dengan pertanian berkelanjutan, terlebih lagi pada pertanian modern. Hal tersebut dikarenakan prinsip prinsip Agroekologi berkaitan erat dengan masalah pertanian.Masa depan pertanian bergantung pada konservasi lingkungan dan begitu juga sebaliknya, maka diperlukan adanya pendekatan pertanian yang berkelanjutan (Warren 2008:63). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pertanian modern, agroekologi pertanian sangat bergantung dan memiliki hubungan denganSustainable Agricultureatau pertanian berkelanjutan. Pentingnya hubungan antara Agroekologi dan pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) juga diungkapkan oleh Warren (2008:16) bahwa pertanian modern yang bersifat monokultur dan berkeanekaragaman hayati rendah membutuhkan pendekatan rasional mengenai konservasi yang harus beretika dan berorientasi jangka panjang, ketimbang berorientasi pada kebutuhan sesaat.

WAWASAN AGROEKOSISTEMAgroekosistem merupakan kesatuan komunitas tumbuhan dan hewan serta lingkungan kimia dan fisik yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan produk lainnya bagi konsumsi dan pengolahan umat manusia ( Coen Reijntjes, Bertus Haverkort dan Ann Waters Bayer, 1992 dalam Yuyun Yuwariah, 2012 ), sehingga secara sederhananya, agrekosistem merupakan kesesuaian lingkungan dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.