staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/evy.eida/publication/seminar_manando_2010_eev.pdftransplantasi...
TRANSCRIPT
Transplantasi Sebagai Salah Satu Upaya Alternatif Menangani Kasus Gigi Caninus Impaksi
( Studi Literatur )
Evy Eida Vitria Staf Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi — Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya no. 4 Jakarta 10430
Email : [email protected]
Abstrak
Gigi caninus, baik di rahang atas maupun rahang bawah, merupakan gigi impaksi kedua tersering setelah gigi molar 3 impaksi. Gigi caninus impaksi lebih sering terjadi pada rahang atas dan sering dijumpai pada wanita. Penyebabnya antara lain proses erupsi gigi tersebut melalui proses yang panjang dan erupsi terakhir sehingga terhambat pertumbuhannya oleh adanya pertumbuhan gigi lainnya, sehingga konsekuensinya terjadi kelainan [anomali dari posisi gigi tersebut. Pilihan perawatan untuk gigi caninus impaksi tergantung pada tipe, keparahan dan susunan gigi geligi lainnya. Ada beberapa cara untuk menangani kasus gigi caninus impaksi yaitu diangkat atau dilakukan odontektomi, dilakukan window exposure sebelum perawatan orthodontik atau dilakukan transplantasi. Transplantasi adalah suatu tindakan operasi untuk mengangkat gigi caninus yang impaksi atau misplaced dan kemudian meletakkan atau memindahkannya pada posisi yang benar atau yang diharapkan kemudian displint atau difikasi selama 2 sampai 3 minggu.
Kata kunci : transplantasi, caninus impaksi, odontektomi, window exposure
Transplantation as One of the Alternative Efforts to Deal with Cases of Impacted Canines Teeth
( Literature Study )
ÐEvy Eida Vitria
Staff of Oral and Maxillofacial Surgery Department
Faculty of Dentistry University of Indonesia
Abstract
Canines teeth are the second common impacted after the third molar. Impacted Canines occur more frequently in the upper than in the lower jaw, and are more frequently found in females. The causes of retention may be of the lengthy process of eruption and late eruption, the upper canine is exposed to effects which disrupt its growth more than other teeth, and consequently anomalies of its position . The treatment options for impacted canines will depend on the type and severity and the alignment of other teeth. There are several options for the surgical treatment of impacted canines, they WII be Removed or Odontectomy, Mndow Exposure before orthodontic treatment or Transplantation. Transplantation is an operation to remove the canine and replace it as carefully as possible in the correct position and will need to be splinted for two to three weeks.
Key words : transplantation, impacted canine, odontectomy, window exposure
Seminar Nasional Kedokteran Gigi & Temu llmiah AFDOKGI I ( Manado Dentistry, 7-8 Mei 2010 )
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kasus gigi caninus impaksi makin sering ditemukan. Pasien seringkali
tidak mengetahui dan menyadari adanya gigi impaksi tersebut karena tidak
menimbulkan keluhan . Hal ini berbeda dengan adanya gigi molar 3 impaksi yang
seringkali menimbulkan keluhan berupa rasa nyeri, sakit kepala, tinitus, infeksi, trismus,
bahkan dapat berakibat terjadinya kista atau neoplasma.
Gigi caninus merupakan gigi kedua tersering yang mengalami impaksi setelah gigi
molar 3. Gigi caninus impaksi ini lebih sering terjadi di rahang atas dan dijumpai pada
wanita. Banyak faktor yang menjadi penyebab retensi gigi tersebut, bisa karena sebab
lokal, sistemik atau penyebab lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena pada saat
erupsi gigi tersebut menempuh jarak yang panjang untuk mencapai permukaan oklusal
dan erupsi setelah gigi—gigi premolar, sehingga berakibat seringkali terjadi anomali dari
posisi gigi tersebut.
Karena masalah-masalah yang cukup kompleks sehubungan dengan adanya gigi
caninus impaksi, maka perneriksaan yang cermat dan teliti, kontrol secara teratur dan
diagnosis dini sangat penting. Pemeriksaan klinik dan radiografik diperlukan untuk
mendiagnosis adanya gigi impaksi.
Penatalaksanaan gigi caninus impaksi mungkin dapat dilakukan secara bedah
(odontektomi ) atau kombinasi bedah dan orthodontik ( kortikotomi atau window
exposure ) atau dengan cara auto transplantasi atau replantasi..
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai auto transplantasi atau replantasi yang
merupakan salah satu upaya alternatif dalam menangani kasus gigi caninus impaksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Caninus Impaksi
Caninus Impaksi adalah suatu keadaan dimana erupsi gigi caninus terhambat
untuk mencapai posisi normal, baik yang diakibatkan oleh tulang, gigi atau jaringan ikat
sekitarnya. l Gigi caninus merupakan gigi kedua tersering yang mengalami impaksi
setelah gigi molar 3. Dausch-Neumann telah melaporkan bahwa frekuensi gigi caninus
impaksi berkisar antara 2 0/0-30/0 dari seluruh kasus impaksi. Gigi caninus impaksi ini
lebih sering terjadi di rahang atas (96%) dan 70% kasus dijumpai pada wanital 2
Berdasarkan klasifikasinya, Thoma dan Archer telah mengklasifikasikan gigi
caninus impaksi berdasarkan posisinya. Thoma mengklasifikasikan berdasarkan posisi
mahkota gigi caninus yang impaksi, sedangkan Archer mengklasifikasikannya
berdasarkan posisi seluruh gigi caninus ( mahkota dan akarnya ) . Gigi caninus rahang
atas impaksi lebih sering berada di regio palatal (85%) dan posisinya bisa vertikal,
horizontal maupun mesio atau disto angular. Sedangkan di rahang bawah lebih sering
berada di regio labial dan jarang sekali di lingual? 4
Rant5 menyatakan bahwa penyebab gigi caninus impaksi adalah karena pada saat
erupsi, gigi tersebut menempuh jarak yang panjang untuk mencapai permukaan oklusal
dan erupsi setelah gigi—gigi premolar. Disamping itu , ukuran mesio-distal gigi caninus
permanen yang jauh lebih besar dari pada gigi sulungnya, sehingga berakibat seringkali
terjadi anomali dari pertumbuhan dan posisi gigi tersebut6 10 . Salah satu bahaya terbesar
adalah bahwa gigi tersebut dapat menyebabkan resorpsi akar gigi incisive sentral dan
lateral dan ini terlihat pada sekitar 12% dari kasus. Oleh karena itu perneriksaan klinik
dan palpasi pada alveolar ridge di area caninus dianjurkan setiap tahun setelah usia anak
10 tahun 1 1
Diagnosis
Untuk mendiagnosis adanya gigi caninus impaksi ada beberapa marker atau
tanda-tanda yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk mengetahui atau mencurigai
kemungkinan adanya gigi impaksi yaitu : jika adanya deep bite dan gigi incisive lateral
berbentuk peg-shaped serta adanya gigi caninus sulung yang persistensi maka harus
dicurigai adanya gigi caninus permanen impaksi dan posisinya di palatal. ( gambar 1) .
Tanda lain adalah posisi akar dan mahkota . Jika ada gigi caninus sulung yang persistensi
dan gigi incisive lateralnya lebih protrusif, maka dapat dicurigai adanya gigi caninus
permanen impaksi dan posisinya di bukal. Hal ini terjadi karena dengan posisi gigi
caninus impaksi di daerah bukal akan menyebabkan penekanan pada akar gigi incisive
lateral, sehingga mahkotanya terdorong lebih ke labial sedangkan akarnya terdorong
kearah palatal. ( gambar 2)
Gambar 1. Menunjukan Oklusi deep bite, incisive lateral berbentuk peg-shaped dan gigi caninus sulung yang persistensi
Gambar 2. Menunjukan gigi incisive lateral yang protrusif dan adanya gigi caninus sulung yang persistensi
Selain melihat tanda-tanda tersebut diatas, perneriksaan gigi secara keseluruhan juga
harus dilakukan. Pada pasien-pasien diatas usia 10 tahun, maka pemeriksaan harus
mencakup tindakan palpasi pada daerah bukal regio caninus Namun kadang-kadang bisa
terjadi false observasi, yaitu jika akar gigi caninus sulungnya belum resorbsi akan
dirasakan seperti mahkota gigi tetapnya. Oleh karena itu sangatlah penting melakukan
pemeriksaan radiografi sebagai penunjang.
Untuk mendiagnosis adanya gigi caninus impaksi , selain pemeriksaan klinik, juga
diperlukan perneriksaan radiografik baik berupa foto dental, foto panoramik bahkan foto
oklusal yang dibutuhkan untuk melihat keberadaan / posisi gigi caninus impaksi
tersebut, apakah di bukal/labial atau di lingual [palatal. 12. (Gambar 3). Jika posisi gigi
caninus impaksi kurang menguntungkan, maka memerlukan cukup banyak
pertimbangan dan penilaian yang seksama dalam upaya untuk mengembalikan posisi gigi
caninus tersebut kedalam lengkung rahang yang normal.
Pada gambar 3 (Foto dental) dan gambar 4 (Foto oklusal) terlihat adanya resorbsi pada kedua akar gigi incisive lateral. Kedua gigi caninus permanen impaksi berada di palatal
Terapi untuk caninus impaksi mungkin secara bedah, orthodontik atau kombinasi
keduanya. Indikasi untuk pengangkatan gigi impaksi, tidak ada aturan khusus kapan gigi
impaksi dapat dikeluarkan dari lengkung rahang dengan cara orthodontik — bedah. Gigi
impaksi harus diangkat jika dapat menyebabkan gangguan dikemudian hari. Nordenram
14 Urshed 15 dan Brown 16 menyatakan bahwa resiko yang paling sering terjadi adalah
perubahan-perubahan patologik seperti terjadi kista dentigerous / follicular. Menurut
laporan dari Giansanti dkk 17, Monteil dan Terestri 18 Perkembangan tumor odontogenik
yang berasal dari follikel akibat C impaksi jarang terjadi
Penatalaksanaan Gigi Caninus Impaksi
Penatalaksanaan Gigi Caninus Impaksi dapat dilakukan dengan cara bedah
(odontektomi), kortikotomi maupun transplantasi. Odontektomi adalah suatu tindakan
dimana gigi tsb dikeluarkan atau diekstraksi secara bedah baik dengan cara intoto
maupun separasi . Odontektomi dilakukan jika kontak antara gigi incisive 2 dan premolar
1 sangat baik maka gigi caninus impaksi tersebut disarankan untuk di ekstraksi atau
odontektomi. Jika secara estetik kurang baik karena cusp palatal dari gigi premolar 1
terlihat, maka dapat dilakukan grinding pada cusp palatal tersebut atau cusp palatal agak
di rotasi kearah distal secara orthodontik 19-22
Kortikotomi atau window exposure atau windowing adalah suatu tehnik bedah
dimana bagian mahkota gigi di exposed dengan cara membuang membran mukosa dan
tulang diatas mahkota. Dengan tindakan kortikotomi ini dapat merangsang erupsi gigi
impaksi yang dibantu dengan alat orthodontik, biasanya dengan menggunakan wire
ligature, ring atau crown atau langsung direkatkan suatu bracket orthodontik atau
button yang diletakkan pada mahkota gigi . Kortikotomi dapat dilakukan pada kasus gigi
caninus impaksi yang letaknya di bukal atau palatal.
Penatalaksanaan gigi caninus impaksi baik di palatal maupun bukal meliputi
tindakan exposure dan kemudian menarik gigi tersebut kedalam lengkung rahang yang
normal. Gigi caninus impaksi yang letaknya di palatal dapat di exposed dan memberikan
kesempatan gigi tersebut erupsi. Caranya dengan membuka flap, kemudian meletakkan
suatu gold chain ke gigi tersebut kemudian membuang flapnya sehingga permukaan
mahkota gigi terlihat dan secara bertahap dilakukan penarikan melalui mukosa ke posisi
yang diinginkan. 19-22
Jika letaknya di bukal dan jauh ke apikal, maka tidak dapat dilakukan exposure,
tetapi dilakukan pembukaan flap, kemudian dipasang cincin orthodontik dengan wire
pengait atau button yang kemudian dikaitkan ke bracket gigi sebelahnya, setelah itu
dilakukan penutupan flap dan penjahitan . kemudian secara bertahap dilakukan traksi
atau penarikan ke posisi lengkung gigi yang normal.(gbr 6)
Gambar 6
Transplantasi
Transplantasi merupakan salah satu metode pilihan jika posisi gigi tidak
memungkinkan untuk menggunakan alat orthodontik dan jika cukup ruangan di
lengkung rahang untuk transplantasi. Tehniknya meliputi pengangkatan gigi secara hati-
hati dari rahang ( odontectomy ) dan jangan sampai merusak jaringan
periodontiumnya. Kemudian membentuk artificial alveolus atau socket di area atau
posisi lengkung rahang yang diinginkan dan meletakkan gigi caninus impaksi yang telah
dikeluarkan tersebut kedalam socket yang telah dipersiapkan. Gigi tersebut di fiksasi
dengan cara penjahitan pada kedua tepi socket dan memasang bracket orthodontik. Jika
pertumbuhan dan dan perkembangan akar gigi yang ditransplantasi belum terbentuk
sempurna, akan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Namun kadang sering terjadi
resorbsi akar dalam periode tertentu pasca transplantasi. Andreasen23 , Schatz, Bernhard
dan Joh024 merekomendasikan bahwa replantasi caninus harus direncanakan sedini
mungkin yaitu antara usia 1112 tahun karena kemampuan yang cukup besar untuk
mempertahankan periodontium.
Vitalitas sel-sel ligamentum periodontal dan sementum sangat penting untuk
keberhasilan transplantasi dan replantasi dalam jangka waktu yang lama. Gigi
dipindahkan dari posisi awal ke dalam soket yang baru melalui proses pembedahan,
tanpa adanya trauma pada sel-sel ligamentum periodontal dan sementum. ketika soket
yang baru sedang dipersiapkan, maka gigi yang akan di transplantasikan tersebut harus
tetap dipertahankan vitalitasnya selama periode ekstra alveolar dengan cara
menyimpannya dalam media penyimpanan antara Iain : larutan saline isotonik ( NaCl 0.9
% ), Hank Balanced Salt Solution (HBSS), serum pasien itu sendiri , saliva dan susu yang
steril 25
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan transplantasi adalah usia
pasien, jenis kelamin, posisi gigi, tingkat kesulitan tindakan bedah, lamanya gigi di luar
mulut ( ekstra alveolar ), adanya infeksi akut atau penyakit periodontal, maupun adanya
traumatik oklusi. Faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan karena dapat
menyebabkan resorbsi akar gigi pasca transplantasi. Oleh karena itu, pertimbangan
untuk melakukan tindakan root canal treatment sedini mungkin pasca operative dapat
mengurangi resiko terjadinya resorbsi akar gigi yang di
transplantasi. 26-30
Daftar Pustaka
1. Ahlberg K, Bystedt H, Eliasson S, Odenrick L 1983 Longterm evaluation of
autotransplanted maxillary canine with completed root formation. Acta Odontologica
Scandinavica 41: 23-31
2. Andreasen G F 1971 A review of the approaches to of impacted maxillary cuspids.
International Journal of Oral Surgery 31: 479-484
3. Andreasen J 0 1987 Ectopic eruption of permanent canines eliciting resorption of
incisors: treatment by autotransplantation of the canine. Tandloegebladet 91: 487-
492
4. Andreasen J 0 1992 Autotransplantation of canines. In: Andreasen J O (ed). Atlas of
replantation and transplantation of teeth. Chapter 6. Munksgaard, Copenhagen, pp.
196
5. Andreasen J O, Paulsen H U, Yu Z, Ahlqvist R, Bayer T, Schwartz 0 1990a A long-term
study of 370 autotransplanted premolars. Part 1. Surgical procedures and
standardized techniques for monitoring healing. European Journal of Orthodontics
12: 3-14
6. Andreasen J O, Paulsen H U, Yu Z, Bayer T, Schwartz 0 1990b A long-term study of
370 autotransplanted premolars. Part ll. Tooth survival and pulp healing subsequent
to transplantation. European Journal of Orthodontics 12: 14-24
7. Andreasen J O, Paulsen H U, Yu Z, Schwartz 0 1990c A long-term study of 370
autotransplanted premolars. Part HI. Periodontal healing subsequent to
transplantation.European Journal of Orthodontics 12: 25-37
8. Azaz B, Zilberman Y, Hackak T 1978 Clinical and roentgenographic evaluation of
thirty-seven autotransplanted impacted maxillary canines. Oral Surgery,
OralMedicine, Oral Pathology 45: 8-16
9. Chambers I G, Reade P C, Poker I D 1988 Early postoperative endodontic therapy
limits inflammatory root resorption of autotransplanted maxillary canine teeth.
British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 26:364-36
10. Ericson S, Kurol J 1987 Radiographic examination of ectopically erupting maxillary
canines. American Journal \of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics 91: 483-
492.
11. Ericson S, Kurol J 1988 Resorption of maxillary lateral incisors caused by ectopic
eruption of the canines. Actinical and radiographic analysis of predisposing
factors.American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics 94: 503-513.
12. Forssell H, Oksala E 1986 A 10-year follow-up of maxillary canine transplantation.
Proceedings of the Finnish Dental Society 82: 209-212
13. Gardiner G T 1979 The autogenous transplantation of maxillary canine teeth. A
review of 100 consecutive cases. British Dental Journal 146: 382-385
14. Hardy P 1982 Autogenous transplantation of maxillary canines. British Dental
Journal 153: 183186
15. Heydt von der K 1975 The surgical uncovering and orthodontic positioning of
unerupted maxillary canines.American Journal of Orthodontics 78: 256-276
16. Kristerson L 1985 Autotransplantation of human premolars. International Journal
of Oral Surgery 14200-213
17. Kristerson L? Kvint S 1981 Autotransplantation avt Snder-10 ars erfarenheter.
Tandlakartidningen 73:598-606
18. Kristerson L, Kvint S 1982 Autotransplantation av tSnderen klinisk
behandlingsmetod. Tidskrift for tandlaeger 3: 7-14
19. Kurol J, Ericson S, Andreason J 0 1996 Textbook and color atlas of tooth impactions.
Diagnosis, treatment and prevention. Munksgaard, Copenhagen.
20. Lownie J F, Cleaton-Jones P E, Fatti P, Lownie M A 1986 Autotransplantation of
maxillary canine teeth. A followup of 35 cases up to 4 years. International Journal of
Oral and Maxillofacial Surgery 15: 282-287
21. McBride L J, Rudge S J 1982 Two stage maxillary canine transplantation. British Dental
Journal 68: 363-389
22. Moss J P 1975 An orthodontic approach to surgical problems.American Journal of
Orthodontics 68: 363-389
23. Oksala E 1974 Autotransplantation of vital canines. Aclinical and radiographic study.
Proceedings of the innish Dental Society 70 (Suppl. l)
24. Oksala E, Kallioniemi A 1977 Longitudinal clinical and radiographic study of
autotransplantation of the maxillary canine. Proceedings of the Finnish Dental
Society73: 117-125
25. Rud J 1985 Transplantation of canines. Tandloegebladet 89: 399M3
26. Schatz J P, Joho J P 1992 Long-term clinical and radiologic evaluation of
autotransplanted teeth. International Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 21:
271-275
27. Schatz J P, Byloff F, Bernard J P, Joho J P 1992 Severely impacted canines:
Autotransplantation as an alternative. The International Journal of Adult
Orthodontics and Orthognathic Surgery 7: 4554
28. Schatz J P, Joho J P 1993 A clinical and radiologic study of. autotransplanted impacted
canines. International Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 22: 342-346
29. Schultz S, Halle 1989 Zur Prognose autogener Zahntransplantationen bei der kiefer-
orthop Sdischen Behandlungsplanung. Fortschritte der Kiefterorthopadie 50: 186-95
30. Schwartz P, Bergmann Klausen B 1985 Autotransplantation of human teeth. A life-
table analysis of prognostic factors. International Journal of Oral Surgery 14:
245-258