stocks split

25
PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 2012 Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pengampu : Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt Disusun oleh : Rahajeng Sekar Pramudita F0311096 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Upload: rahajeng

Post on 05-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Research about Impact of Stock Split in Indonesia Stocks Exchange.

TRANSCRIPT

Page 1: Stocks Split

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP VOLUME

PERDAGANGAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

2008 – 2012

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Pengampu : Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt

Disusun oleh :

Rahajeng Sekar Pramudita

F0311096

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014

Page 2: Stocks Split

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pasar modal merupakan salah satu sarana bagi pemilik modal untuk menginvestasikan

modal yang dimiliki dan sekaligus bagi perusahaan yang membutuhkan modal bagi

keberlangsungan usahanya. Pasar modal sendiri didefinisikan oleh Husnan (1994 : 3) yang

dikutip oleh Rizki Meirdiani Lestari sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau

sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun

modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun pihak

swasta. Menurut Jogiyanto (2008 : 25) Pasar Modal merupakan tempat bertemunya antara

pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Dari pendapat Jogiyanto diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa dalam pasar modal melibatkan dua pihak yang saling

membutuhkan. Kedua pihak tersebut adalah pengusaha yang membutuhkan modal (Penjual)

dan investor yang menanamkan modalnya kepada perusahaan (Pembeli) yang mampu

memberikan keuntungan atau mungkin kerugian bagi dirinya di masa depan.(Rizki : 2005).

Perkembangan pasar modal sebagai sarana investasi memegang peranan penting dalam fungsi

ekonomi dan keuangan yan dibutuhkan masyarakat dalam menghimpun dana (Suad

Husnan;1994). Tujuan utama investasi adalah memperoleh berbagai macam manfaat yang

cukup layak dikelak kemudian hari, manfaat tadi dapat berupa imbalan keuangan misalnya

laba (Siswanto : 1989 dalam Shobriati : 2012). Pasar modal di Indonesia mulai mengalami

perkembangan pesar dari tahun ke tahun. Perkembangan pasar modal ini dilihat dari begitu

banyaknya penawaran investasi yang ditawarkan perusahaan-perusahaan investasi di

Indonesia.

Para pelaku pasar modal melakukan investasi berdasarkan informasi-informasi yang

ada. Informasi yang dapat diperoleh investor sangat banyak bisa berasal dari publik atau

informasi privat. Keputusan yang akan diambil investor pun didasarkan kepada informasi

yang dimiliki. Salah satu informasi tersedia di pasar adalah pengumuman Pemecahan Saham

(Stock Split). Pemecahan saham merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang

Go Publik untuk menaikkan jumlah saham yang beredar (Brigham dan Gapenski, 1994 dalam

I Gusti, 2010). Sama halnya dengan Pendapat Baridwan (1993 : 241) dalam Rizki (2008),

Stock Split adalah usaha perusahaan untuk memperbanyak jumlah saham yang beredar

dengan cara mengurangi nominal sahamnya. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

Page 3: Stocks Split

dengan turunnya harga saham sebesar setengah dari harga semula berakibat pada jumlah

saham yang beredar pun naik.

Menurut Khomsiyah dan Sulistyo (2001) dalam Rizki (2008), pemecahan saham

(stock split) merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah

saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factors).Pemecahan Saham ini

terjadi ketika, lembar saham yang berjumlah satu dibagi menjadi dua saham dan berdampak

terhadap harga saham yang terbagi pula menjadi dua. Misal, satu saham Perusahaan bernilai

Rp. 1000 lalu dilakukan Stock Split dari satu saham tersebut menjadi sehingga harga saham

menjadi Rp. 500.

Pemecahan Saham biasa terjadi karena harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga

akan berdampak pada tingkat pembelian saham oleh pembeli. Menurut Katerina dan

Apostolos (2006 : 402) alasan dilakukannya Stock Split adalah menerapkan teori optimal

trading range dimana menyatakan bahwa manajer memutuskan melakukan pemecahan

saham bertujuan agar harga saham turun dan meningkatkan jumlah investor kecil di

perusahaan tersebut. Menurut Keown, Scott, Martin, Petty (1996) seperti dikutip dari Rizki

(2008) Stock Split dilakukan untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang

berupa peningkatan laba dan dividen kas.

Pemecahan saham tidak berpengaruh terhadap modal yang dimiliki oleh investor,

yang terjadi hanyalah perubahan nilai nominal dan jumlah saham perusahaan. Selain itu tidak

berpengaruh terhadap aliran kas bagi perusahaan. maka hal tersebut tidak dilakukan

penjurnalan hanya disajikan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (1997) dalam I Gusti (2010) secara teoritis

pemecahan saham tidak menambah nilai perusahaan dimana para investor menerima

kepemilikan atas tambahan saham biasa, namun proporsi kepemilikan perusahaan tidak

berubah. Harga pasar saham seharusnya menurun secara seimbang, sehingga total nilai setiap

kepemilikan pemegang saham tetap sama. Menurut Katerina dan Apostolos (2006 : 401)

secara teoritis Pemecahan Saham sejatinya tidak memberikan manfaat nyata bagi investor.

Pemecahan saham dinilai sebagai lipstik atau pemanis. Hal tersebut diungkapkan oleh

Lamoureux and Poon (1987) dikutip dari Katerina dan Apostolos (2006) yang menyatakan

bahwa Pemecahan saham hanyalah perubahan kosmetik, seperti irisan pai yang dipotong

lebih kecil tapi tidak merubah kepemilikan modal dan hak suara di perusahaan.

Informasi Pemecahan Saham dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan

informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan

tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau

Page 4: Stocks Split

karakteristik pasar lainnya (Fatmawati dan Asri, 1999).

Secara teoritis memang pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, dan tidak

berpengaruh banyak terhadap kepemilikan modal perusahaan. Namun, pemecahan saham itu

tetap menjadi praktik penting dan mendapat pengaruh besar di perdagangan pasar modal.

Praktek penting dipasar modal bila dikaitkan dengan alasan pemecahan saham yaitu

menggunakan Trading Range Theory.

Pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah diharapkan

akan mampu menjaga tingkat perdagangan saham dalam rentang yang optimal dan

menjadikan saham lebih likuid. Likuiditas mengacu pada seberapa mudah investor dapat

memperjualbelikan sahamnya di bursa diantaranya adalah jumlah sahamsaham yang beredar di

masyarakat semakin banyak dan semakin mudah pula bagi investor memperjualbelikan saham

yang bersangkutan (Pipit Wahyu : 2010). Tingkat likuiditas saham dapat dilihat dari volume

perdagangan saham. Turunnya harga saham menyebabkan investor berminat untuk membeli

saham sehingga meningkatkan Volume Perdagangan Saham. Volume perdagangan saham

merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa tertentu, untuk melihat pengaruh pemecahan saham terhadap volume

perdagangan saham dilihat dari aktivitas perdagangan saham yang bersangkutan yang diukur

dengan Trading Volume Activity (TVA). Trading Volume Activity (TVA) merupakan

perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah

saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Untuk mengetahui apakah pemecahan

saham berdampak terhadap kapitalisasi perdagangan saham maka digunakan uji beda dua

rata-rata, rata-rata kapitalisasi perdagangan sebelum pemecahan saha dibandingkan dengan

rata-rata kapitalisasi perdagangan setelah pemecahan saham. Untuk mengetahui apakah

pemecahan saham berdampak terhadap kapitalisasi perdagangan saham maka digunakan uji

beda dua rata-rata, rata-rata TVA sebelum pemecahan saha dibandingkan dengan rata-rata

TVA setelah pemecahan saham.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menunjukkan adanya

pengaruh pemecahan saham terhadap volume perdagangan antara lain Katarina dan

Apostolos (2006), yang menyatakan terdapat pengaruh positif pemecahan saham terhadap

likuiditas dimana penelitian tersebut membuktikan hipotesis likuiditas. Hal yang sama juga

dibuktikan dalam penelitian Susana Yu, yang menyatakan ada pengaruh positif terhadap

permintaan saham oleh investor ketika terjadi pemecahan saham. Di Indonesia peneliti Wang

Page 5: Stocks Split

Sutrisno (2000) yang dikutip dari I Gusti (2010), yang menemukan bahwa terdapat pengaruh

signifikan pemecahan saham terhadap volume perdagangan saham.

Penelitian yan berbeda diungkapkan oleh I Gusti Ayu Mila, dengan judul Analisis

Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan

Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2007 – 2009. Hasil

dari penelitian tersebut dimana tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan

sebelum dan sesudah pemecahan saham.Penelitianlain yang sama diteliti oleh (Sri Fatmawati

dan Marwan Asri (2002) dikutip oleh I Gusti (2010), penelliti menemukan bahwa tidak

terdapat pengaruh signifikan pemecahan saham terhadap volume perdagangan. Penelitian ini

membuktikan penelitian yang dilakukan Copeland (1979) yang dikutip dari I Gusti (2010)

yang menyatakan menurut penelitiannya tersebut disimpulkan bahwa volume perdagangan

setelah split memiliki rata-rata lebih kecil dan signifikan, menunjukkan terjadinya penurunan

likuiditas saham.

Penelitian yang berkaitan dengan kapitalisasi perdagangan dilakukan oleh Rizki

Meirdiani Lestari, dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Dan

Dampak Yang Ditimbulkannya. Hasil dari penelitian ini dalam hal kapitalisasi perdagangan

adalah tidak terdapat perbedaan rata-rata kapitalisasi perdagangan yang signifikan antara

sebelum dan sesudah stock split.

Menurut Mc. Nicholas dan David (1990) yang dikutip dari I Gusti (2010) menyatakan bahwa

tujuan perusahaan melakukan pemecahan saham adalah menggeser harga saham perusahaan

kedalam suatu “optimal trading range”. Fenomena diatas yang didasarkan atas teori optimal

trading range yang berdampak atas kapitalisasi perdagangan dan likuiditas perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong untuk meneliti “Pengaruh Stocsplit Terhadap

Volume Perdagangan Saham Dan Kapitalisasi Yang Diukur Dengan Closing Price

Saham Stock Split Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2010 – 2012”. Dari judul tersebut, peneliti ingin meneliti tentang dampak dari adanya Teori

Optimal Trading Range dalam Stock Split terhadap likuiditas dan kapitalisasi perdagangan

saham. Sekaligus melihat perubahan likuiditas dan kapitalisasi perdagangan sebelum dan

sesudah Stock Split.

B. PERUMUSAH MASALAH

Hasil penelitian yang dilakukan para peneliti terhadap pengaruh atau dampak

pemecahan saham, ada peneliti yang menunjukkan bahwa Stock Split memiliki pengaruh

Page 6: Stocks Split

terhadap variabel yang diteliti. Dimana harga saham setelah stock split yang dinilai lebih

terjangkau, diharapkan akan meningkatkan nilai harga saham di pasar perdagangan saham

yang didorong dari turunnya harga sehingga meningkatkan permintaan pasar akan saham

tersebut. peningkatan permintaan saham ini juga berdampak pada pasar yang semakin

likuid. Likuiditas saham ini, yang diharapkan terjadi setelah dilakukannya pemecahan

saham

Di sisi lain, terdapat peneliti yang menemukan bahwa pemecahan saham tidak

berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham di pasar. Dimana peneliti

menemukan bahwa terjadi penurunan volume perdagangan saham setelah terjadinya

pemecahan saham. Menurut I Gusti (2010), pemecahan harga saham menempatkan

perusahaan pada kelompok perusahaan yang memiliki nilai saham rendah sehingga

berakibat pada kepercayaan investor terhadap perusahaan yang melakukan pemecahan

saham.

Fenomena pemecahan saham ini menarik untuk diteliti karena terdapat perbedaan

penelitian disetiap tahun dan negara. Permasalah yang terungkap dalam penelitian ini

adalah : satu sisi, Pemecahan Saham bisa dianggap memiliki efek atau dampak yang nyata

terhadap saham baik secara likuiditasnya maupun kapitalisasinya. Sisi yang lain, menilai

bahwa pemecahan saham hanya sebagai „lipstik‟ untuk mempercantik nilai suatu

perusahaan tersebut. Karena tidak berpengaruh terhadap aliran kas maupun kepemilikan

suatu perusahaan.

Dari perbedaan penelitian tersebut, permasalah yang timbul dari penelitian ini adalah :

1. Apakah pemecahan saham berpengaruh positif terhadap volume perdagangan

saham ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk menganalisis perbedaan likuiditas saham yang terlihat dalam volume

perdagangan saham sebelum dan sesudah perusahaan melakukan pemecahan

saham

2. Untuk memberi gambaran kepada investor apakah pemecahan saham berdampak

secara signifikan terhadap volume perdagangan

Page 7: Stocks Split

3. Untuk menilai apakah pemecahan saham dinilai sebagai kosmetik atau sesuatu

yang berdampak terhadap perdagangan saham di BEI

BAB II

RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

a.1. Pemecahan Saham

Menurut kamus Oxford istilah bisnis dalam Bahasa Inggris, stock split

atau pemecahan saham merupakan suatu kejadian yang terjadi ketika

perusahaan membagi modal sahamnya menjadi saham yang lebih banyak

yang bertujuan untuk menurunkan harga saham tersebut. Pemegang saham

diberikan saham yan baru sesuai dengan saham yang yang seharusnya

dipegang. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau

pemecahan saham merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari

suatu perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang

saham. Menurut Jogiyanto, stock split diartikan sebagai memecah selembar

saham menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham yang baru

setelah stock split adalah 1/n dari harga per lembar saham sebelum dilakukan

stock split. Menurut Van Horne dan Wachowics (1995) yang dikutip oleh I

Gusti (2010), pemecahan saham merupakan kenaikan jumlah saham yang

beredar dengan mengurangi nilai nominal suatu saham secara proporsional.

Perlakuan akuntansi saat terjadi Pemecahan Saham, Menurut Dyckman,

Dukes dan Davis (1994 : 451), seperti dikutip oleh Rizki (2006), dalam stock

split yang murni, tidak ada ayat jurnal akuntansi yang diperlukan, karena tidak

ada perubahan jumlah pada modal saham, tambahan modal disetor, atau laba

ditahan. Kenaikan jumlah saham secara penuh ditutupi oleh pengurangan

proporsional nilai pari atau ditetapkan per saham. Sedangkan pos-pos yang

berubah hanya nilai pari (ditetapkan per saham) dan saham yang diterbitkan,

beredar, treasury stock, dan dipesan.

Page 8: Stocks Split

Proses dilakukannya pemecahan saha menurut Ang (1997 : 6) dikutip dari

I Gusti (2010), menyatakan bahwa proses stock split dilakukan dengan cara

menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham

baru dengan nilai nominal yang baru. Penukaran dapat dilakukan di Biro

Administrasi Efek yang ditunjuk oleh emiten.

Pemecahan Saham dalam kaitannya dengan distribusi laba atau

keuntungan perusahaan, dimana sebuah perusahaan dapat melakukan

pembagian deviden tidak hanya menggunakan kas namun menggunakan

saham. Pembagian deviden saham ini dapat dilakukan dengan melakukan

pemecahan saham. Distribusi saham melalui deviden ini menguntungkan

investor dapat memperoleh tambahan saham, tapi tetap tidak mempengaruhi

besar kepentingan mereka di perusahaan.

Pemecahan saham dapat menjadi informasi yang mampu memberikan

keyakinan kepada investor tentang masa depan sebuah perusahaan. Namun,

pemecahan saham bisa saja hanya dianggap sebagai pemanis oleh para

investor. Informasi ini bergantung pada tingkat efisiensi yang terjadi di

pasar saham.

Jenis perusahaan Menurut Fatmawati dan Asri (1999) yang dikutip dari Rizki

(2008), pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Pemecahan naik (split up) Split up adalah penurunan nilai nominal per

lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang

beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1.

b. Pemecahan turun (split down atau reverse split) Split down adalah

peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah

saham yang beredar. Misalnya split down dengan split factor 1:2, 1:3, 1:4.

b.1. Teori Pemecahan Saham

Secara teoritis pemecahan saham dilakukan atas dengan latar belakang yang

berbeda. Beberapa alasan terjadinya Pemecahan Saham menurut Katarina dan

Apostolos (2006) dibagi menjadi beberapa hipotesis yang melatarbelakangi

perusahaan melakukan Pemecahan Saham :

i. Signalling Hypothesis

Menurut Brennan and Copeland (1988b), McNichols and Dravid

(1981), and Brennan and Hughes (1991), yang idkutip dari Katarina

dan Apostolos (2006), pemecahan saham terjadi sebagai suatu sinyal

Page 9: Stocks Split

yang positif yang ditunjukkan perusahaan dengan melakukan

pemecahan saham. Sinyal positif yang dimaksudkan berdampak

terhadap kenaikan pendapatan perusahaan atau deviden yang akan

diterima para pemegang saham.

ii. Liquidity Hypothesis

Latar belakang paling rasional yang menjadi alasan terjadinya

pemecahan saham adalah agar sekuritas perusahaan berada pada

Optimal price range. Dimana harga saham diharapkan memiliki

tingkat likuiditas yang lebih setelah dilakukannya pemecahan saham.

Bisa dikatakan bahwa Liquidity Hypothesis ini sama halnya dengan

Trading Range Theory. Trading Range Theory menyatakan bahwa

pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan

kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. (I Gusti : 2010)

iii. The neglected-firm Hypothesis

Menurut hipotesis ini latar belakang perusahaan melakukan pemecahan

saham adalah manajer ingin menunjukkan atau menggambarkan

informasi bahwa perusahaan sudah lebih luas dibanding yang

sebelumnya (Katarina dan Apostolos : 2006)

iv. Optimal Tick Size Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan alasan sebuah perusahaan melakukan

pemecahan saham adalah untuk menggeser harga saham dalam tingkat

rentang harga yang optimal. Teori ini dapat berdampak terjadinya

Liquidity Hypothesis.

v. Devidend Hypothesis

Teori ini mendukung teori signalling, dimana teori ini menyatakan

alasan terjadinya pemecahan saham sebagai suatu sinyal bahwa akan

terjadi kenaikan deviden perusahaan. Dengan kata lain terdapat

kenaikan abnormal return disekitar tanggal pengumuman.

c.1. Likuiditas Saham

Likuiditas saham merupakan salah satu indikator dari reaksi pasar

terhadap suatu pengumuman, seperti yang dikemukakan oleh Copeland

(1979), Lakonishok dan Lev (1987) serta Lamoureux dan Ponn (1987)

dikutip dari I Gusti (2010) dimana likuiditas saham dapat diukur dengan

Page 10: Stocks Split

besarnya Trading Volume Activity (TVA). Lebih lanjut, Marwan Asri dan

Faisal (1998) menjelaskan Trading Volume Activity (TVA) merupakan

suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal

terhadap informasi melalui parameter perusahaan volume perdagangan

saham dipasar modal. Holtvasen dan Verrecchia (1990) berpendapat bahwa

suatu pengumuman yang tidak membawa informasi baru tidak akan

mengubah kepercayaan investor sehingga mereka tidak akan melakukan

perdagangan.

B. RERANGKA TEORITIS

Pemecahan saham adalah suatu fenomena saham yang membingungkan.

Setiap investor memiliki pandangan yang berbeda atas terjadinya Pemecahan

Saham. Secara teori, Pemecahan Saham bukan merupakan kejadian ekonomi

karena tidak berdampak terhadap aliran kas yang ada diperusahaan. Perusahaan

tidak perlu melakukan penjurnalan atas terjadinya pemecahan saham. Pemecahan

saham sebenarnya tidak merubah nilai kepemilikan dan modal yang ada di

perusahaan. Pemecahan saham terjadi membagi saham sehingg mengakibatkan

harga saham pun menjadi turun. Misal, satu saham dengan nilai par Rp. 10.000

lalu perusahaan membagi 1 saham tersebut menjadi dua saham mengakibatkan

harga saham turun menjadi Rp. 5000. Namun, fenomena ini bisa menjadi suatu

sinyal atau indikasi atas keadaan dari perusahaan tersebut. Seoran investor bisa

bisa saja menilai perusahaan melakukan Pemecahan Saham karena adanya sinyal-

sinyal positif perusahaan di masa yang akan datang. Karena keputusan untuk

melakukan pemecahan saham akan berpengaruh pada nilai perusahaan yang

dicerminkan oleh harga saham perusahaan, akan tetapi tidak semua perusahaan

dapat melakukan pemecahan saham karena dalam melakukan pemecahan saham

diperlukan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dan hanya (Susi

Dwimulyani : 2008)

perusahaan yang mempunyai prospek bagus yang dapat menanggung biaya tersebut.Sehingga

hal tersebut memberikan dampak yang baik bagi investor itu sendiri.

Latar belakang perusahaan melakukan pemecahan saham yang paling

banyak diteliti berdasarkan Trading Range Theory. Teori ini adalah teori yang

Page 11: Stocks Split

paling rasional dimana mengapa perusahaan tersebut melakukan pemecahan

saham. Teori tersebut menyatakan bahwa pemecahan saham dilakukan karena

perusahaan ingin menurunkan harga saham pada tingkat harga optimal dalam

perdagangan. Dengan penurunan harga pada tingkat yang optimasl dalam

perdagangan diharapkan berdampak secara langsung terhadap likuiditas saham

dalam perdagangan. Penurunan harga yan diharapkan dapat menaikkan likuiditas

perusahaan, dapat pula berdampak terhadap kapitalisasi saham dalam

perdagangan. Dimana Kapitalisasi adalah harga saham seluruh perusahaan.

Jika pemecahan saham memiliki kandungan informasi yang sangat

menguntungkan dna memberikan sinyal yang baik bagi investor, maka akan

berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan yang dilihat dengan volume

perdagangan dna kemungkinan terjadinya peningkatan kapitalisasi perusahaan.

Hal tersebut disebabkan turunnya harga saham sehingga membuat investor tertarik

penurunan harga tersebut. besarnya pengaruh likuiditas saham dilihat dari

penghitungan Trading Volume Activity (TVA) dimana Trading Volume Activity

(TVA) dengan membandingkan jumlah saham yang diperdagangkan periode

tertentu, setelah itu rata-rata Trading Volume Activity (TVA) sebelum stock split

dibandingkan dengan Trading Volume Activity (TVA) sesudah stock split. Untuk

pengaruh akan kapitalisasi perdagangan pun juga dilihat melalui Kapitalisasi

perdagangan sebelum Pemecahan saham dibandingkan dengan rata-rata

kapitalisasi perdagangan saham setelah pemecahan saham.

GAMBAR II.I

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemecahan Saham

(Stock Split)

rata-rata volume perdagangan

saham dan kapitalisasi

perdagangan setelah pemecahan

saham

Page 12: Stocks Split

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang

kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan rerangka teoritis diatas

dapat diambil hipotesis atas penelitian ini adalah :

1) HI : Terdapat pengaruh positif Volume Perdagangan Sebelum dan

Sesudah pengumuman Pemecahan Saham

UJI BEDA

DUA RATA-RATA

Page 13: Stocks Split

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE ANALISIS

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji beda dua rata-

rata (t-test). Pengujian dengan cara ini menggunakan metodologi studi peristiwa

(event study).

1. Untuk menguji Hipotesis 1 dan 2 menggunakan analisis uji beda.

Adapun tahap-tahap dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi tanggal publikasi stock split. Tanggal publikasi pemecahan

saham (event date) yang dimaksud adalah tanggal pencatatan di BEI ketika

saham sudah dapat diperdagangkan, untuk mempermudah tanggal pencatatan

maka diidentifikasi sebagai hari ke 0.

b. Menentukan event period, yaitu periode waktu disekitar event time (ketika event

memang benar – benar terjadi). Event period yang dipilih dalam penelitian ini

adalah kuartalan, yaitu terdiri dari kuartalan sebelum peristiwa (pre event), dan

kuartalan setelah peristiwa (post – event).

c. Membuat perbandingan secara statistik rata-rata likuiditas saham dengan

menggunakan ukuran, harga saham, Trading Volume Activity (TVA),

Kapitalisasi dengan atau (event date) untuk melihat apakah terdapat perbedaan

signifikan diantara kedua periode tersebut dibandingkan dengan kuartalan

sebelum dan sesudah. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:

1) Menghitung perubahan volume perdagangan saham untuk masing-masing

saham emiten untuk periode kuartalan sebelum dan kuartalan sesudah

pemecahan saham. Rumus TVA :

𝑇𝑉𝐴𝑖

= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡

Page 14: Stocks Split

Setelah TVA masing-masing saham diketahui, maka kemudian

dihitung rata-rata volume perdagangan saham untuk semua sampel. Dihtiung

dengan rata-rata TVA periode tersebut dibagi sampel.

2) Kapitalisasi Perdagangan

Kapitalisasi diperoleh dari hasil perkalian antara harga pasar pada saat

penutupan (closing price) dengan jumlah saham yang beredar pada waktu

tertentu (dihitung secara kuartalan).

B. PENGUKURAN VARIABEL

Variabel adalah segala sesuatu dapat diambil atas banyak nilai (Sekaran dan

Bougie : 68). Variabel dibutuhkan dalam membuktikan sebuah penelitian. Berikut

adalah variabel yan digunakan dalam penelitian :

a. Pengumuman Pemecahan Saham

Pengumuman pemecahan saham adalah jumlah saham ketika terjadi pemecahan

saham. Variabel yang digunakan adalah jumlah saham pada bulan dimana

pemecahan saham terjadi.

b. Volume perdagangan

Volume perdagangan saham merupakan jumlah saham yang diperdagangakan

dalam periode tertentu. Volume perdagangan saham diukur dengan Trading

Volume Activity (TVA) dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang

beredar pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu

tertentu. Setelah itu, rata-rata masing-masing volume perdagangan saham antara

sebelum dan sesudah pemecahan saham dihitung untuk mengetahui besarnya

perbedaan. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya digunakan uji beda dua

rata-rata antara sebelum dan sesudah pemecahan saham.

Adapun rumus yang digunakan yaitu (Suad Husnan,2001) dikutip oleh I Gusti

(2010) :

𝑇𝑉𝐴𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡

Page 15: Stocks Split

Variabel adalah sesuatu yang akan diuji dalam suatu penelitian. Variabel penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri daribeberapa variabel bebas (independent

variables) dan variabel terikat (dependent variables).Variabel bebas (variabel

independen) merupakan variabel yang diduga mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat (variabel

dependen)merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Dari variabel diatas dapat dibagi menjadi :

a. Variabel Dependen

- Volume Perdagangan Saham, melalui penghitungan TVA

b. Variabel Independen

- Peristiwa pengumuman pemecahan saham tersebut yang tergambarkan

melalui jumlah saham

C. PENENTUAN SAMPEL

Sampel adalah sub bagian dari populasi. (Sekaran dan Bougie : 240). Pemilihan

sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih

sampel dengan kriteria tertentu, sehingga sesuai dengan penelitian yang dirancang.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI

yang melakukan pemecahan saham pada periode 2010 dan 2012 dan memenuhi

kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

a) Perusahaan yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2012

b) Mengumumkan kebijakan stock split periode 2008 – 2012

c) Ketersediaan datanya memenuhi

d) Perusahaan yang aktif melakukan perdagangan selama periode terjadinya

pengumuman pemecahan saham

Berdasarkan sampel yang diperoleh dari ICMD, terdapat 33 perusahaan yang

melakukan Pemecahan Saham namun 3 diantaranya adalah outlier sehing diperoleh

30 sampel perusahaan.

Page 16: Stocks Split

TABEL III.1

PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN PEMECAHAN SAHAM TAHUN 2010 – 2012

NO

PERUSAHAAN KODE

TANGGAL STOCK

SPLIT

1 PT. International Nickel Indonesia Tbk INCO 15 Januari 2008

2 Panin Sekuritas PANS 21 Januari 2008

3 Bank Central Asia BBCA 28-Jan-08

4 Panorama Sentrawisata Tbk PANR 11 Februari 2008

5 Berlina BRNA 04 Agustus 2008

6 Arwana Citramulia Tbk. ARNA 11 September 2009

7 Ciputra Development Tbk. CTRA 15 Juni 2010

8 Tunas Ridean Tbk. TURI 17 Juni 2010

9 Intiland Development Tbk. DILD 02 Juli 2010

10 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN 08 Desember 2010

11 Bank Rakyat Indonesia BBRI 11 Januari 2011

12 PP London Sumatra Indonesia Tbk. LSIP 25 Februari 2011

13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN 28 Maret 2011

14 Intraco Penta Tbk INTA 06 Juni 2011

15 Malindo Feedmill Tbk. MAIN 15 Juni 2011

16 Pan Brother Tbk PBRX 15 Juni 2011

17 Astra Otoparts Tbk. AUTO 24 Juni 2011

18 Surya Semesta Internusa Tbk. SSIA 07 Juli 2011

19 Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. JTPE 26 Juli 2011

20 Central Omega Resources Tbk DKFT 02 Desember 2011

21 Petrosea Tbk. PTRO 06 Maret 2012

22 Pakuwon Jati Tbk. PWON 30 Maret 2012

23 Hero Supermarket Tbk. HER0 05 April 2012

24 Indomobil Sukses Internasional Tbk. IMAS 07 Juni 2012

25 Modern International Tbk MDRN 03 Juli 2012

26 Central Omega Resources DKFT 03 Agustus 2012

27 Kresna Graha Sekurindo KREN 07 Agustus 2012

28 Indosiar Karya Media Tbk. IDKM 03 Oktober 2012

29 Kalbe Farma Tbk. KLBF 08 Oktober 2012

30 Ace Hardware ACES 01 Nopember 2012

Page 17: Stocks Split

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Pemecahan Saham (Stock Split), Besar pemecahan saham perusahaan bisa dilihat

berdasarkan data yang terdapat pada ICMD.

Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk

melihat reaksi pasar modal terhadap informasi yang berada di pasar melalui parameter

pergerakan aktivitas volume perdagangan. Perhitungan TVA dilakukan dengan

membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode

tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut. Berikut adalah

rata-rata TVA sebelum dan sesudah dilakukannya pemecahan saham :

NO PERUSAHAAN RATA-RATA TVA

Sebelum Sesudah

1 PT. International Nickel Indonesia Tbk 0.001875012 0.037094649

2 Panin Sekuritas 0.006212153 0.002114583

3 Bank Central Asia 0.009265886 0.024808731

4 Panorama Sentrawisata Tbk 0.034713542 0.095283125

5 Berlina 0.033132246 0.002498188

6 Arwana Citramulia Tbk. 0.003165868 0.011625935

7 Ciputra Development Tbk. 0.015021892 0.030682556

8 Tunas Ridean Tbk. 0.016260842 0.042728943

9 Intiland Development Tbk. 0.032746411 0.039509047

10 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 0.007818819 0.030889301

11 Bank Rakyat Indonesia 0.015441958 0.035051798

12 PP London Sumatra Indonesia Tbk. 0.012672684 0.055273856

13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 0.000778761 0.006986202

14 Intraco Penta Tbk 0.043281012 0.254017281

15 Malindo Feedmill Tbk. 0.016430973 0.141979794

16 Pan Brother Tbk 0.022088784 0.029850131

17 Astra Otoparts Tbk. 0.000502881 0.007322825

18 Surya Semesta Internusa Tbk. 0.023302218 0.127767668

19 Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.035355827 0.088326279

20 Central Omega Resources Tbk 0.020981849 0.114807784

21 Petrosea Tbk. 0.008994849 0.089370963

22 Pakuwon Jati Tbk. 0.008724356 0.009007985

23 Hero Supermarket Tbk. 1.81379E-05 0.000512719

24 Indomobil Sukses Internasional Tbk. 0.013667069 0.046242903

25 Modern International Tbk 0.000704888 0.060673333

Page 18: Stocks Split

26 Central Omega Resources 0.018710254 0.050136911

27 Kresna Graha Sekurindo 0.009866077 0.016972457

28 Indosiar Karya Media Tbk. 0.006110173 0.015600876

29 Kalbe Farma Tbk. 0.006437579 0.032534918

30 Ace Hardware 0.00231691 0.025037886

B. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Analisis statistik deskriptif Trading Volume Activity sebelum terjadinya pemecahan

saham :

Dari kedua tabel diatas, diketahui bahwa diketahui jumlah sampel perusahaan yang

melakukan pemecahan saham selama tahun 2008 – 2012 adalah sebanyak 30 perusahaan.

Dari 30 perusahaan tersebut diketahui rata-rata jumlah pemecahan saham adalah 21,8395230

dengan standar deviasinya 1,36224371. Untuk rata-rata Trading Volume Activity 30

perusahaan sebelum dilakukan Pemecahan Saham adalah 0,0142200 dengan Standar

Deviasinya 0, 01194560. Sedangkan rata-rata Trading Volume Activity sesudah dilakukan

Pemecahan Saham adalah sebesar 0,0508237 dengan Standar deviasinya 0,05410504.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PEMECAHAN SAHAM 30 18.04962 24.42763 21.8395230 1.36224371

TVA SEBELUM 30 .00002 .04328 .0142200 .01194560

TVA SESUDAH 30 .00051 .25402 .0508237 .05410504

Valid N (listwise) 30

Page 19: Stocks Split

C. UJI NORMALITAS

Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogrov

Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan

membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal

baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-

Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda

antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. (Nurlaela Permata, 2010).

Uji normalitas diperlukan sebelum dilakukannya pengujian hipotesis. Berikut adalah uji

normalitas data sebelum pemecahan saham dan sesudah pemecahan saham :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual N 30 Normal Parameters

a,,b Mean .0000000

Std. Deviation .01063225 Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .096 Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z .524 Asymp. Sig. (2-tailed) .946 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30 Normal Parameters

a,,b Mean .0000000

Std. Deviation .05322094 Most Extreme Differences Absolute .202

Positive .202 Negative -.105

Kolmogorov-Smirnov Z 1.109 Asymp. Sig. (2-tailed) .171 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Page 20: Stocks Split

Berdasarkan uji normalitas diatas dapat terlihat bahwa data TVA sebelum dan sesudah

terjadinya stock split terdistribusi secara normal. Hal tersebut ditunjukkan pada bagian

Aymp Sig. (2 tail) yang menunjukkan nilai yang lebih dari 5 % atau 0,05. Karena data

terdistribusi secara normal, maka pengujian hipotesis menggunakan uji statistik T-Paired.

(I Gusti, 2010).

D. PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji statistik T-Paired. Uji Statistik

Paired prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu

group. Artinya pula analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel

yang berhubungan atau dua sampel berpasangan (Teguh Wiyono, 2009).

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata dan standar deviasi antara TVA sebelum dan sesudah

pemecahan saham. Dapat dilihat tingkat rata-rata TVA sebelum dan sesudah mengalami

kenaikan dari 0,0142200 ke 0,0508237. Dari peningkatan TVA sebelum dan sesudah ini

dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan volume perdagangan saham setelah terjadinya

pemecahan saham.

Tabel 4.2 menunjukkan hubungan antara TVA sebelum dan sesudah. Nilai korelasi untuk

TVA sebelum dan sesudah menunjukkan nilai positif sebesar 0,615 dan korelasi yang terjadi

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 TVA SEBELUM .0142200 30 .01194560 .00218096

TVA SESUDAH .0508237 30 .05410504 .00987818

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 TVA SEBELUM & TVA

SESUDAH

30 .615 .000

Page 21: Stocks Split

sempurna. Hasil ini positif ini membuktikan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan Saham.

Studi yang terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Katerina dan Apostolos (2006). Studi ini menyatakan bahwa pemecahan saham yang terjadi

mendukung hipotesis likuiditas. Dimana pemecahan saham dilakukan agar tingkat likuiditas

saham perusahaan mengalami peningkatan.

Faktor yang menyebabkan tingkat Volume Perdagangan naik adalah menurunnya harga

saham dipasar. Sehingga menarik minat investor yang memiliki dana kecil untuk melakukan

investasi di perusahaan-perusahaan besar. Karena beberapa perusahaan yang melakukan

pemecahan saham selama periode 2008 – 2012 adalah perusahaan-perusahaan besar di

Indonesia. Hal ini mungkin juga menarik perhatian investor untuk menanamkan sahamnya.

Peningkatan volume perdagangan ini membuktikan bahwa pemecahan saham sebagai alat

komestik saja bisa dikatakan benar. Karena mampu menarik minat investor untuk

menginvestasikan dananya pada perusahaan-perusahaan yang melakukan Pemecahan Saham.

Page 22: Stocks Split

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif

Trading Volume Activity sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan saham.

Kesimpulan ini berdasarkan pengujian Paired T-test, dimana menghasilkan nilai

korelasi positif 0,615 yang menyatakan terdapat pengaruh positif Trading Volume

Activity sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan Saham. Pengujian ini

membuktikan Hipotesis Liquidity dimana pemecahan saham dilakukan agar tingkat

likuiditas perdagangan saham bisa lebih tinggi. Penelitian ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan Fretty Asih dan Moerdiyanto, dimana terdapat perbedaan signifikan

antara TVA sebelum dan sesudah terjadinya Pemecahan Saham.

B. SARAN

Penelitian ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut, hal-hal yang dapat

dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya :

1. Penelitian berikutnya sebaiknya bisa menambah variabel dipengaruhi oleh adanya

pemecahan saham

2. Penelitian berikutnya sebaiknya periodenya bisa menggunakan data harian karena

akan lebih akurat dalam pengujiannya

3. Penelitian selanjutnya juga memperhatikan aspek-aspek kebijakan-kebijakan yang

diterapkan perusahaan pada periode terjadinya Pemecahan Saham, karena hal

tersebut juga dapat mempengaruhi hasil pengujian

C. KETERBATASAN

1. Penelitian ini hanya mengambil 30 perusahaan saja sebagai sampel selama kurun

waktu 5 tahun terakhir

2. Data Trading Volume Activity diambil secara kuartalan, sedangkan beberapa

penelitian lain mengambil data secara harian sehingga bisa terlihat lebih akurat

dalam pengujiannya

3. Sample frame dari penelitian ini terlalu luas, tidak mengeluarkan perusahaan-

perusahaan yang melakukan kebijakan-kebijakan lain dalam periode masa

Page 23: Stocks Split

kebijakan pemecahan saham. Hal ini bisa berpengaruh terhadap perdagangan

saham

4. Kesulitan dalam memperoleh besarnya jumlah saham secara kuartalan

DAFTAR PUSTAKA

Sekaran Uma dan Bougie, 2010, Research Methods for Business. Sixth Edition. United

Kingdom. Wiley

W Mila, 2010, Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume

Perdagangan Saham Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar

Di BEI Tahun 2007 – 2009, Skripsi Program Sarjana 1

Lestari Meirdiani, 2008, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Split Dan

Dampak Yang Ditimbulkannya, Skripsi Program Sarjana 1

Oxford Learner‟s Pocket Dictionary

Page 24: Stocks Split

Jogiyanto, 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Jogjakarta. BPFE

Lyroudi K dan Dasilas A., 2006, The valuation effects of stock splits in NASDAQ.

Managerial Finance 32 (5): 401-414.

Yu Susan dan Webb Gwendolyn., 2009 The effects of ETF splits on returns, liquidity, and

individual investors, Managerial Finance 35 (9), 754-771

Permata Nurlaela, 2010 Analisis Pengaruh Stock Split Pada Harga Saham Terhadap

Volume Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Program Sarjana 1

Rumanti dan Moerdiyanto. 2010. Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap

Return Dan Trading Volume Activity (Tva) Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2006-2010

Shobriati I, Darminto, dan Endang. 2012. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan

Saham Dan Varian Return Terhadap Bid Ask Spread Di Seputar Pengumuman Stock

Split (Studi Pada Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun

2005-2011)

Fatmawati, Sri dan Marwan. Asri. 1999. Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham

yang Diukur dengan Besarnya Bid–Ask Spread di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Indonesia, XIV(4): 93 110.

Dwimulyani Susi. 2008. Analisis Pemecahan Saham (Stock Split): Dampaknya Terhadap

Likuiditas Perdagangan Saham Dan Pendapatan Perusahaan Publik Di Indonesia.

Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik, III (1) : 01 – 14

Sedhayati Wahyu P. 2010. Analisis Pengaruh Harga Saham Dan Volume Perdagangan

Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Yang Melakukan

Stock Split Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Program Sarjana 1

Wiyono Teguh, 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17, 2009, Elex Media Komputindo,

Jakarta.

Page 25: Stocks Split