strategi belajar mengajar - sri anitah
TRANSCRIPT
B A B I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, dunia pendidikan sangat dipentingkan dan pemerintah telah
merencanakan beberapa program untuk pendidikan di Indonesia. Program pemerintah
ialah pendidikan karakter karena saat ini karakter bangsa mulai memudar sehingga hal
tersebut menjadi pusat perhatian bagi lembaga pendidikan, ahli pendidik dan peserta
pendidik.
Pendidikan karakter dirancang untuk mencetak generasi penerus bangsa yang
mampu memajukan tanah air tercinta ini. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional telah disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangsa potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sebagai guru sekolah dasar, sangat diharapkan untuk memahami makna dari
Pendidikan Nasional karena dalam sekolah dasar merupakan jenjang utama dan
pertama bagi peletak dasar kecerdasarn peserta didik. Maka sangat penting bagi guru
untuk memahami setiap unsur belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran dan
yang tidak kalah penting yaitu guru juga harus memahami kejiwaan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diurai diatas, maka didapat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa dan bagaimana strategi belajar mengajar disekolah dasar?
2. Bagaimana pembelajaran di sekolah dasar?
3. Apa saja model-model belajar dan rupun model belajar di sekolah dasar?
4. Bagaimana prosedur pembelajaran disekolah dasar?
5. Bagaimana pemilihan metode mengajar disekolah dasar?
6. Media pembelajaran apa yang digunakan disekolah dasar?1
7. Apa saja keterampilan dasar mengajar yang diperlukan disekolah dasar?
8. Bagaimana kegiatan remedial dan pengayaan yang diterapkan disekolah dasar?
9. Hal apa yang diperlukan dalam mengelola kelas disekolah dasar?
10. Bagaimana cara untuk mendisiplinkan kelas disekolah dasar?
11. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang efektif disekolah dasar?
C. Tujuan
Berdasar dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini
yaitu :
1. Memahami hakikat belajar dan mengajar disekolah dasar
2. Memahami hakikat strategi pembelajaran disekolah dasar
3. Memahami prosedur dan metode pengajaran disekolah dasar
4. Mengetahui macam-macam media pembelajaran yang digunakan disekolah
dasar
5. Memahami keterampilan dasar mengajar disekolah dasar
6. Mengetahui kegiatan pembelajaran disekolah dasar
7. Mengetahui cara untuk mengelola dan mendisiplinkan kelas disekolah dasar
8. Memahami perencanaan pembelajaran disekolah dasar
B A B II
P E M B A H A S A N2
MODUL 1
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
A. Hakikat Strategi Pembelajaran
Tugas utama guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk
mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah
dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah
bagaimana memilih dan menggunakan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran
yang digunakan harus menggunakan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
B. Kegiatan Belajar
1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Mengajar pada hakikatnya adalah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong
dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar
guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, didalam proses
pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya
siswa belajar.
a. Konsep Belajar dan Pembelajaran
Menurut Gagne, belajar ialah suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut, terdapat tiga
ciri utama belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.
(1) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.
Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain,
akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar
itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang
dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat
adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
3
(2) Perubahan Perilaku
Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik
yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku dapat
digolongkan ke dalam hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar
ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan
lingkungan), tempat proses mental dan emosional terjadi. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar dikelompokan ke dalam tiga ranah (kawasan),
yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan penguasaan
nilai-nilai atau sikap (afektif).
(3) Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam
interaksiantara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang memicu
dan menantang siswa belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat
peraga, apalagi di kelas rendah kurang memicu siswa belajar lebih giat.
Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Belajar
melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan melakukan sendiri atau
mengalaminya sendiri. Akan tetapi, bila siswa mengetahuinya karena
membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru, maka disebut belajar
melalui pengalaman tidak langsung.
b. Prinsip Belajar dan Pembelajaran
(1) Motivasi
Yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik
maupun ekstrinsik.
(2) Perhatian
Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya
dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran,
guru dapat mengaitkan pelajaran dengan diri siswa itu sendiri dan atau
menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.
(3) Aktivitas
Bila pikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi
pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan
4
metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif
belajar.
(4) Balikan
Balikan di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera mengetahui
benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Guru sebaiknya mampu
menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan
pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.
(5) Perbedaan Individual
Individu merupakan pribadi tersendiri yang memiliki perbedaandari yang
lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai
dengan karakteristik mereka masing-masing.
2. Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik Pembelajaran
Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, kita selalu berhubungan
dengan istilah pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Keempat istilah tersebut
sering digunakan secara rancu atau kurang pada tempatnya.
a. Pendekatan Pembelajaran
Menurut Joni, pendekatan adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
pendekatan pembelajaran adalah cara memandang terhadap pembelajaran.
b. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran pada dimensi perencanan mengacu pada upaya secara
strategis dalam memilih, menetapkan, dan merumuskan komponen-komponen
pembelajaran.
c. Metode Pembelajaran
Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita kaitkan dengan
pembelajaran, metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan
siswa. Karena metode lebih menekankan pada peran guru, istilah metode sering
digandengkan dengan kata mengajar, yaitu metode mengajar. Beberapa bentuk
metode mengajar yang kita kenal adalah ceramah, diskusi, tanya jawab,
simulasi, pemberian tugas, kerja kelompok, demonstrasi (modelling),
eksperimen, pemecahan masalah, inkuiri, dan sebagainya.
d. Teknik Pembelajaran
5
Teknik pembelajaran merupakan wujud konkret dari penggunaan metode,
strategi, dan pendekatan pembelajaran. Dari langkah-langkah atau teknik
pembelajaran, kita dapat mengetahui metode, strategi, dan pendekatan yang
digunakan dalam suatu proses pembelajaran. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan teknik pembelajaran diantaranya adalah
kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan waktu, dan kesiapan
siswa.
3. Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Strategi dan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
Komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran ialah tujuan, yang dalam kurikulum 2004
dirumuskan dalam bent7uk kompetensi, sebab semua komponen tersebut
termasuk strategi pembelajaran dipilih dan difungsikan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran menyangkut 3 kelompok perilaku, yakni
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Gagne, Briggs, dan Wager (1992) mengelompokkan kemampuan-
kemampuan sebagai hasil belajar menjadi :
(1) Keterampilan Intelektual
Merupakan ketrampilan pikiran, yang jika dihubungkan dengan
pendapay Bloom termasuk ranah kognitif. Ketrampilan intelektual terbagi
atas beberapa tahapan berikut :
PEMECAHAN MASALAH
Yang digunakan untuk dapat melakukan
ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI
Yang dibutuhkan sebagai prasyarat untuk menguasai
ATURAN- ATURAN DAN KONSEP- KONSEP TERDEFINISI
Yang diperlukan sebagai prasyarat untuk menguasai
KONSEP- KONSEP KONKRET
6
Yang diperlukan sebagai prasyarat untuk menguasai
DISKRIMINASI- DISKRIMINASI
(2) Strategi Kognitif
Merupakan suatu proses control, yaitu proses internal yang digunakan
seseorang untuk memilih dan mengubah cara- cara memberikan pelajaran,
mengajar, mengingat, dan berpikir (Gagne, Briggs, dan Wager, 1992).
Strategi ini sangat mempengaruhiketrampilan intelektual seseorang. Orang
yang strategi kognitifnya telah berkembang dengan baik, dalam
menghadapi masalah, akan cepat tanggap dan mampu memilih cara- cara
pemecahan dengan cepat dan tepat, lebih efisien dan efektif.
(3) Informasi Verbal
Yang termasuk informasi verbal ialah nama atau label, fakta dan
pengetahuan. Seorang anak dianggap telah menguasai informasi verbal
apabila anak tersebut telah mampu mengingat objek yang dilihat atau
didengarnya.
(4) Keterampilan Motorik
Yang dimaksud ketrampilan-ketrampilan motorik tidak hanya
mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga digabung dengan
ketrampilan-ketrampilan psikis. Umpamanya pada saat siswa melakukan
kegiatan olahraga, selain kegiatan fisik yang terjadi, pikiran mereka juga
jalan.
(5) Sikap
Sikap (afektif) merupakan salah satu ranah perilaku manusia atau
siswa yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan yang tidak dapat
dipisahkan dari ranah kognitif dan psikomotorik. Sikap yang dimiliki
seseorang mempengaruhi pilihan tindakan orang tersebut terhadap suatu
objek, orang, atau peristiwa. Jujur, sopan, ramah, suka menolong orang
lain, hati-hati, rajin, kreatif, kritis, disiplin, dan sejenisnya, merupakan
sikap-sikap positif yang harus dibentuk dan dikembangkan pada diri setiap
peserta didik.
b. Bahan Pelajaran
7
Apabila materi yang akan dibahas merupakan materi baru bagi siswa maka
guru hendaknya memulai kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan secara
singkat atau melakukan demonstrasi yang menarik perhatian siswa.
Sebaliknya, apabila materi yang akan dibahas merupakan materi yang sudah
dikenal siswa maka guru dapat meminta siswa untuk mengemukakan
pengetahuannya yang berkenaan dengan materi materi yang dibahas atau
mengajukan permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa.
c. Siswa
Tujuan yang harus dicapai dari proses pembelajaran ialah perubahan
perilaku siswa. Selain mempertimbangkan siswa secara individual, jumlah
siswa akan mempengaruhi pula terhadap penggunaan strategi pembelajaran.
d. Guru
Setiap guru memiliki kelebihan dan keterbatasan. Ada guru yang jika
menerangkan pelajaran sangat menarik perhatian siswa dan jelas, ada juga guru
lain yang walaupun menggunakan strategi pembelajaran yang sama dengan
guru yang tadi, tetapi ia tidak mampu menarik perhatian siswa, bahkan
cenderung membosankan. Hal ini terjadi karena guru yang pertama memiliki
kelebihan dalam hal seni mengajar.
e. Sarana (Alat dan Sumber), Waktu dan Ruangan
Faktor fasilitas, ruang dan waktu yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih strategi pembelajaran ialah:
(1) Jumlah dan karakteristik alat pelajaran dan alat peraga
(2) Jumlah dan karakteristik sumber pelajaran
(3) Ketersediaan ruang yang dibutuhkan
(4) Jumlah waktu yang tersedia
4. Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran
Kita diharapkan mampu memberikan contoh penerapan berbagai jenis strategi
pembelajaran dilihat dari aspek proses pengolahan pesan, pihak pengolah pesan,
pengaturan guru, jumlah siswa, serta interaksi guru dan siswa.
a. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Proses Pengolahan Pesan
(1) Strategi Pembelajaran Deduktif
Dalam strategi pembelajaran deduktif, pesan atau materi pelajaran diolah
dari yang umum dilanjutkan ke yang khusus, yaitu penjelasan bagian-
8
bagiannya dengan menggunakan ilustrasi atau contoh. Strategi pembelajaran
deduktif antara lain dapat digunakan pada pelajaran mengenai konsep
“terdefinisi”. Strategi pembelajaran deduktif tepat digunakan apabila konsep
yang akan dibahas merupakan konsep baru bagi siswa atau waktu yang
tersedia untuk membahas suatu konsep relatif terbatas.
(2) Strategi Pembelajaran Induktif
Dalam strategi pembelajaran induktif, pesan atau materi pelajaran diolah
dari yang khusus menuju ke yang umum, yaitu generaliasi atau rumusan
konsep atau aturan.
b. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pihak Pengolah Pesan
(1) Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dengan strategi pembelajaran ekspositori, guru yang mencari materi
pelajaran yang akan diajarkan dari berbagai sumber, kemudian guru
mengolahnya serta membuat rangkuman dan/atau mungkin membuat bagan.
Jadi, guru lebih aktif daripada siswa.
(2) Strategi Pembelajaran Heuristik
Dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristic, yang mencari dan
mengolah pesan atau materi pelajaran ialah siswa. Disini guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing kegiatan belajar. Jadi, yang lebih aktif
adalah siswa itu sendiri. Strategi pembelajaran heuristik, guru tidak berada
di depan dan menarik siswa untuk mengikutinya, tetapi siswa disuruh
berada didepan, guru mengarahkan, memberi dorongan, membantu siswa
bila mengalami kesulitan.
Keuntungan strategi pembelajaran heuristik bagi siswa adalah secara
berangsur-angsur akan terbentuk sikap positif pada diri mereka antara lain
kreatif, kritis, inovatif, percaya diri, terbuka, dan mandiri.
Strategi ini terbagi kedalam dua bagian, yaitu diskoveri (discovery) dan
inkuiri (inquiry). Diskoveri, siswa melakukan kegiatan dengan berpedoman
pada langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh guru. Sedangkan inkuiri,
siswa memperoleh dan menemukan sendiri pengetahuan tanpa pedoman
atau panduan dari guru.
(3) Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pengaturan Guru
9
Dari sisi pengaturan guru, dikenal dua jenis strategi pembelajaran yaitu
strategi pembelajaran seorang guru dan beregu (team teaching). Strategi
pembelajaran seorang guru sudah biasa dilakukan yaitu guru mengajar
sejumlah siswa, sedangkan yang dimaksud strategi pembelajaran beregu adalah
pembelajaran yang dilaksanakan oleh dua guru atau lebih guru untuk sejumlah
siswa. Hal ini dapat terjadi apabila dua orang atau lebih guru mengajarkan satu
mata pelajaran, atau mengajarkan salah satu tema yang pembahasannya
menyangkut berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran beregu jarang dilaksanakan di SD karena guru di SD
merupakan guru kelas, guru yang mengajarkan semua mata pelajaran di kelas,
kecuali mata pelajaran Olahraga dan Kesehatan, Pendidikan Agama, dan
Kesenian.
(4) Strategi Pembelajaran Berdasarkan Jumlah Siswa
Berdasarkan jumlah siswa, dikenal tiga strategi pembelajaran, yaitu strategi
pembelajaran klasikal, kelompok kecil, dan individual. Strategi pembelajaran
klasikal dan kelompok kecil sudah biasa dilakukan di SD, sedangkan strategi
pembelajaran individual masih jarang digunakan. Dengan strategi
pembelajaran individual, siswa belajar secara perseorangan sehingga siswa
dapat maju sesuai dengan kecepatan masing-masing, tidak harus menunggu
atau mengejar siswa lain seperti halnya strategi pembelajaran klasikal.
(5) Strategi Pembelajaran Berdasarkan Interaksi Guru dengan Siswa
Berdasarkan interaksi antara guru dengan siswa, ada dua strategi
pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran tatap muka dan strategi
pembelajaran melalui media. Strategi pembelajaran tatap muka akan lebih baik
dengan menggunakan alat peraga.
Guru Alat Peraga Siswa
Guru Siswa
(Pembelajaran Tatap Muka)
Strategi pembelajaran melalui media, guru tidak langsung berhadapan
dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media, contohnya
10
pembelajaran komputer, kaset audio, dan lain-lain. Jadi, siswa berinteraksi
dengan media.
MODUL 2
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
A. Pembelajaran Di Sekolah Dasar
1. Pengertian Belajar
Menurut definisi lama belajar adalah menambah dan mengumpulkan
pengetahuan. Pengertian ini mengutamakan penguasaan pengeahuan sebanyak-
banyaknya untuk membentuk intelektual sedangkan sikap dan ketrampilan di
abaikan. Belajar seperti ini, siswa lebih banyak menghafal bahkan hanya
mengingat-ingat semua yang dibacanya sehingga cara belaja seperti ini aspek
pemahaman kurang diperhatikan.
Pendapat modern pada abad 19 belajar adalah proses perubahan ingkah laku
yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan dukungan dari
lingkungan yang positif sehingga menimbulkan terjadinya interaksi edukatif.
Perubahan meliputi pengetahuan sikap, dan ketrampilan yang berdasarkan naluri
tetapi melalui proses pelatihan.
Pendapat lain mengemukakan belajar adalah suatu proses interaksi antara
individu dengan lingkungannya yang menyebabkan proses terjadinya mental,
intelektual , dan emosional yang akan menjadi suatu sikap, pengetahuan dan
ketrampilan yang dimilikinya.
Definisi belajar yang umum diterima saat ini adalah belajar merupakan suatu
usaha individu untuk mempperoleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman
inndividu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil dapat dilihat dari
perbandingan kemampuan sebelumnya dengan sesuadah melakukan pembelajaran,
sehingga belajar merupakan proses terarah pada pencapaian tujuan atau kompetensi
yang telah ditetapkan.
2. Hakikat Belajar
Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi adanya perubahan
tingkah laku siswa yang disebabkan oleh proses melihar, membuat, mengamati,
11
menyelesaikan masalah, menyiak dan latihan. Peristiwa belajar melibatkan aspek
intelektual, sosial-emosional dan fisik sehingga pengembangan potensi, bakat dan
minat siswa dapat terajadi maksimal. Interaksi dengan lingkungan dijadikan
sebagai sumber belajar. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan pembimbing
dapat bekerja secara optimal.
Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu learning to know,
learning to do, learning to live together dan learning to be.
1. Learning to know artinya belajar untuk mengetahui. Belajar harus digambarkan
sebagai sesuatu peristiwa yang dapat merangsang rasa ingin tahu sehhingga
merasa bahwa belajar merupakan proses yang berkelanjutan.
2. Learning to do artinya belajar untuk berbuat. Adanya proses melakukan siswa
harus mengerjakan , menerapkan, menyelesaikan persoalan, melakukan
eksperimen, penyelidikan, penemuan, ppengamatan, simulasi dan sejenisnya.
3. Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama. Target dalam
pembelajaran adalah siswa mampu untuk hidup bersama atau hidup
mengelompok sehingga harus dibekali pengalaman melakukan tanggung jawab
dalam kelompok serta memahami dan merasakan kesulitan orang lain.
4. Learning to be artinya belajar untuk menjadi. Targetnya dalam belajar adalah
siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat, minat dan
kemampuannya, sehingga dapat mengantarkan siswa menjadi manusia yang
mandiri yang mampu mengenal, mengarahkan, dan merencanakan dirinya
sendiri.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu
faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar siswa (ekstern).
1. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah
kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan,
serta kebiasan siswa. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbea-beda
yang dikelomokan berdasarkan kecpatan belajar yakni sangat cepat, sedang dan
lambat. Demikian pula pengelompokan siswa berdasarkan kemampun
penerimaanny, misalnya proses pemahamannya harus sesuai dengan cara
perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat.
12
2. Faktor dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah
lingkugan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti
riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, keluarga, program
sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran,
dan temn sekolah.
Untuk memahami faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar siswa, guru
dapat melakukan berrbagai pendekatan diantarnya dngan wawancara, observasi,
kunjungan rumah, dokumentasi atau isin berup angket (kuesioner).
B. Karakteristik Proses Belajar dan Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
1. Proses Belajar Berdasarkan Teori dan Tipe Belajar
Proses belajar yang baik adalah proses belajar yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mempelajari suatu
kejadian alam, budaya atau sosial. Proses belajar seperti itu cocok itu tepat bila
digunakan pada siswa kelas tinggi. Proses belajar sangat dipengaruhi oleh
pendekatan atau strategi belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Pelaksanaan
proses belajar harus diawali dengan rasa butuh dari siswa atau menumbuh
kembangkan rasa butuh siswa terhadap substansi materi yang dipelajarinya.
Langkah ini sangat penting agar perhatian, motivasi dan tindakan siswa selalu
mengarah materi tersebut. Kebutuhan merupakan sumber datangnya motivasi untuk
melakukan kegiatan.
a. Teori Belajar
(1) Teori Belajar disiplin mental
Karakteristik teori ini mengantut prinsip bahwa manusia memiliki sejumlah
daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggapi, mengingat,
berfikir, dan sebagainya yang dapat dilatih dan disisiplinkan. Dalam
pembentukan kemampuan siswa, melatih daya-daya yang dimiliki siswa
merupakan proses yang penting dalam pembelajaran.
(2) Teori Belajar Asosiasi
Teori belajar asosiasi ini berdasarkan pada perubahan tingkah laku yang
menekankan pola perilaku baru yang diulang-ulang sehingga menjadi
aktivitas otomatis. Dalam teori ini, belajar lebih mengutamakan stimulus-
respon yang membentuk kemampuan siswa secara spesifik dan terkontrol.
13
Hukuman dan ganjaran merupakan pengutan yang dipakai. Menurut pelopor
aliran ini yaitu Edward L Thorndike bahwa ada tiga hokum yang
dikemukakannya yaitu 1) Hukum kesiapan bahwa hubungan antara stimulus
dan respon akan terbentuk apabila telah ada kesiapan pada system syaraf
individu, 2) Hukum latihan atau pengulangan bahwa hubungan stimulus
dengan respon akan terbentuk apabila serinng dilatih atau diulang-ulang, 3)
Hukum akibat bahwa hubungan stimulus dengan respoon akan terjadi
apabila adanya akibat yang menyenangkan. Bila stimulus dan respon
tersebut dinilai negatif maka akan terjadi penurunan motivasi. Karakteristik
teori ini adalah 1) menekankan perubahan tingkah laku yang dapat diamati
dan diukur, 2) Adanya ganjaran dan hukuman sebagai cara dalam penguat
perilaku, 3) Perencanaan mengajar sangat khusus, 4) mengabaikan
kemampuan berfikir siswa. Proses belajar ini memerlukan pengkondisian
yang mendalam dari guru, diantaranya; 1) harus dipersiapkan secara
sistematis dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas dan terukur, 2) strategi
belajar dipersiapkan lebih teliti, 3) selalu diperlukan pujian dan ganjaran, 4)
selalu diawali dengan stimulus-stimulus, 5) Aspek siswa (psikologi maupun
intelektual) kurang diperhatikan. Teori ini lebih mengutamakan produk,
hasil belajar dan penguasaan sejumlah pengetahuan siswa, sementara proses
diabaikan.
(3) Teori Insight
Dalam teori ini belajar adalah mengubah pemahaman siswa yang terjadi bila
siswa menggunakan lingkungan. Belajar selalu diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yaitu berfikir tinggi. Proses
belajar harus memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan
mencari informasi sendiri informasi sendiri untuk diolah menjadi prinsip
dan generalisasi.
(4) Teori belajar Gestalt.
Dalam teori in belaja lebih mengutamakan keseluruhan. Pembelajaran
diberikan dalam bentuk problematic, actual dan nyata. Pengalaman
memecahkan masalah merupakan proses berfikir tingkat tinggi. Pemahaman
yang bermutu tinggi adalah pemahaman yang sudah teruji, berisi kecakapan
menggunakan data, fakta, proses, prinsip dan generalisasi dalam berbagai
14
situasi kedaan. Siswa belajar melakukan pemecahan masalah , melakukan
penyelidikan, melakukan penemuan dan kajian. Sudut pandang siswa tidak
tidak hanya dari satu sudut mata pelajaran melainkan dai seluruh bidang
studi yang terkait. Teori Gestalt enganut belajar kontruktivitas artinya
pengetahuan dibangun dan dikembangakan oeh siswa sendiri dengan
memanfaatkan unsur lingkungan secara maksimal.
b. Tipe Belajar
Tipe belajar yang dikemukakan Gagne (1970) ada 8 yang dapat dilakukan
oleh siswa, yakni :
(1) Signal Learning (belajar melalui isyarat). Tipe ini dapat membentuk
perilaku melalui sinyal atau isyarat sehingga terbentuk sikap tertentu, tetapi
respon yang ditimbulkan dapat bersifat umum, tidak jelas bahkan bersifat
emosional.
(2) Stimulus-respon (belajar melalui respon tindak balas). Tipe ini membentuk
perilaku melalui pengondisian stimulus untuk menghasilkan tindak-nalas
(respon). Pembentukan ini diperoleh melalui latihan-latihan.
(3) Chaining Learning (belajar melalui perangkaian). Tipe yang dapat
membentuk perilaku melalui stimulus-respon yang berangkai.
(4) Verbal association learning (belajar melalui perkaitan verbal). Tipe ini
dapat membentuk perilaku melalui perkaitan verbal yang dapat dimulai dari
yang sederhana, misalnya; bila siswa dikaitkan dengan wujud bentuk
geometris kemudian siswa dapat menyebutkan “bujur sangkar” atau bila
siswa diperlihatkan bola kepunyaannya, maka ia akan mengatakan itu bola
saya, karena ia sudah mengenal bola itu.
(5) Discrimination learning (belajar melalui membeda-mbedakan). Dengan tipe
belajar seperrti ini siswa dapat belajar secara sintesis karena dapat
membeda-mbedakan objek
(6) Concept learning (belajar melalui konsep). Tipe ini membentuk perilaku
melalui pemahaman terhadap suatu benda, peristiwa, kategori, golongan
dan suatu kelompok. Yang dimaksud konsep itu sendiri adalah karakteristik,
atribut atau definisi suatu objek. Konsep yang konkret dapat dapat
ditunjukan bendanya sedangkan konsep yang abstrak adalah konsep
menurut definisi.
15
(7) Rule learning (belajar melalui aturan-aturan). Belajar melalui aturan
merupakan proses belajar yang membentuk kemampuan siswa supaya
memahami aturan-aturan dan mampu menerapkannya. Belajar melalui
aturan berarti belajar melalui dalil-dalil, rumus-rumus, dan ketentun.
(8) Problem Solving learning (belajar melalui pemecahan masalah). Tipe ini
membentuk siswa berfikir ilmuah dan kritis yang termasuk pada belajar
yang menggunakan pemikiran atau intelektual tinggi. Siswa dapat
melakukan tipe ini apabila siswa sudah memahami dan menerapkan tipe
belajar 7 (belajar aturan).
c. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar. Menurut Romizoswki (1982) menyebutkan skema kemampuan
yang dapat menunjukan hasil belajar yaitu, (1) ketrampilan kognitif berkaitan
dengan membuat keputusan, memecahkan masalah dan berfikir logis. (2)
Ketrampilan Psikomotor berkaitan dengan kemampuann tindakan fisik dan
kegiatan perseptual. (3) Ketrampilan reaktif berkaitan dengan sikap,
kebijaksanaan, perasaan dan self control. (4) Ketrampilan Interaktif berkaitan
dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan. Ada lima tipe hasil belajar yang
dicapai oleh siswa yaitu motor skills, verbal information, intellectual skills
attitudes dan cognitive strategi. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan
dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan
prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil
belajar.
2. Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
Perkembangan siswa merupakan suatu aspek yang harus diperhatikan dalam
proses belajar yang fase-fasenya harus dipahami oleh guru sehingga tidak
mengalami hambatan psikologis yang mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
Tahap perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek perkembangan berikut :
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan berkaitan dengan pertambahan jumlah ukuran tubuh. Siswa
sekolah dasar kemampuan motoriknya mulai lebih halus dan terarah, tetapi
berat badan siswa putra lebih ramping dari siswa putri karena masa adolsen
perempuan lebih cepat dari laki-laki.
16
b. Perkembangan Sosial
Perkembangan sekolah siswa sekolah dasar sudah ada pemisah kolompok jenis
kelamin sehingga dalam pengelompokkan siswa lebih senang berkelompok
dengan yang sejenis. Rasa kerja sama dan emati sudah mulai tumbuh dalam
usia ini walaupun konflik dan persaingan tetap masih berlangsung pada
dirinya.Pada usia ini juga muai mengenal dan mampu melakukan tugas dan
tanggung jawab dalam kelas atau kelmpok, baik sebagai ketua maupun sebagai
anggota.
c. Perkembangan Bahasa
Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukan bahwa mereka sudah
mampu menggunakan bahasa yang halus dan kompleks. Pada kelas tinggi di
sekolah dasar gaya bicaranya sudah mulai bergeser dari gaya bicara egosentris
ke gaya bicara sosial. Pada kelas rendah di sekolah dasar siswa sudah mampu
membca dan mengenaisis kata-kata serta mengalami peningkatan kemampuan
dalam tata bahasa.
d. Perkembangan Kognitif
Acuan menumbuh kembangkan kempuan kognitif dalam fase konkret
kemampuan konkret oprasional pada siswa sekolah dasar adalah terbentuknaya
hubungan-hubungan logis dianara konsep-konsep atau sekema-sekema. Pada
tahap ini siswa sudah mampu menyesaikan tugas menggabungkan,
menghubungkan, memisah, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi.
Siswa juga sudah memahami konsep penambahan dan pengurangan berulang
dalam matematika. Kemampuan berfikir oprasional konkert merupakan atau
kemampuan prasyarat untuk menuju kemampuan formal oprasional.
e. Perkembangan Ekspresif
Pola perkembangan ekspresif siswa sekolah dasar dapat dilihat dari kegiatan
ungkapan bermain dari kegiatan seni. Siswa sudah menyadari aturan dalam
suatu permainan bahkan mulai membina hobinya. Dala dirinya sudah muncul
keinginan untuk menjadi terkenal.
f. Perkembangan Moral
Perkembangan moral siswa sekolah dasar adalah kemampuan bertindak menjadi
orang baik. Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada orang lain yang
dianggap berbuat baik. Siswa menganggap perbuatan bai apabila orang lain
17
merasa senang. Hal ini merupakan tindakan konvesional yang termasuk pada
tahap orientasi terhaddap keteraturan dan otoritas.
g. Aspek-aspek Intelegensi
Aspek-aspek ini meliputi aspek intelegensi linguistic, logis-matematis, spasial,
music, fisik-kinestetik,intrapribadi,interpribadi. Aspek-aspek intelegensi
tersebut pada siswa sekolah dasar secara dinamis akan berkembang. Tugas
pembelajaran adalah mengoptimalkan perkembangan tersebut agar dapat
dicapai secara efektif.
h. Aspek Kebutuhan Siswa
Secara umum ada dua kebutuhan siswa yaitu 1) psiko-biologis yang dinyatakan
dalam kinginan, minat, tujuan,harapan dan masalahnya. 2) Sosial berkaitan
dengan tuntunan lingkungan masyarakat , biasanya menurut pandangan orang
dewasa.
C. Karakteristik Pembelajaran Di Sekolah Dasar
1. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah
Pembelajaran konkret yaitu pembelajaran yang dirancang oleh guru
sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar dan system penilaian sesuai
dengan taraf perkembangan siswa. Pembelajaran ini sesuai diberikan pada siswa
kelas rendah (kelas 1, 2, 3). Siswa kelas rendah di sekolah dasar banyak
membutuhkan perhatian karena kurang focus dalam konsentrasi, serta kurang
memperhatikan kecepatan dan aktivitas belajar sehingga hal ini memerlukan
kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih menaik dan efektif.
Strategi yang digunakan dalam proses belajar di kelas rendah ini antara lain
ceramah, Tanya jawab,, latihan atau drill, belajar kelompok, observasi. Pemilihan
strategi harus mempertimbangkan variabel-variabel yang terlibat dalam suatu
proses belajar-mengajar.
Perkembangan ilmiah dikembangkan dengan menciptakan pembelajaran
yang memungkinkan siswa berandi berpendapat, bertanya. Perkembangan
kreativitas dilakukan dengan cara melakukan keiatan yang sesuai dengan tahap
perkembangannya misalkan memecahkan masalah melalui permainan sehari-hari.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan siswa sekolah dasar di kelas rendah :
a. Menggolongkan peran anggota keluarga
18
b. Menggunakan kosa kata geografis untuk menceritakan tentang tempat
c. Menceritakan cara memanfaatkan uang secara sederhana melalui jual beli
barang dan menabung
d. Menceritakan masa kecil melalui bantuan foto maupun cerita dari orang tuanta
e. Pemperagakana rangkaian gerak dengan music
f. Mengkomunikasaikan gagasan dengan satu kalimat
g. Menulis dengan jelas dan rapi. Kalimat yang didiktekan menggunakan huruf
lepas dan tegak bersambung
h. Mengaplikasikan konsep atau alogaritma dalam pengerjaan penjumlahan dan
pengurangan
i. Mengkomunikasikan gagasan matematika dengan symbol atau diagram
j. Menentukan pola sifat atau pola bangunan menurut bentuk dan unsurnya
k. Membilang dan menyebutkan banyak benda, mengingat penjumlahan dan
pengurangan
l. Melakukan oprasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan
hubungannya.
Dari contoh tersebut digambarkan pemblajaran di sekoah dasar tidak harus
selalu dengan ceramahtetapi dapat digunakan dengan menggunakan metode
mengajar yang memungkinkn siswa berkreativitas tinggi dalam belajar.
2. Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Tinggi
Esensi proses pembelajaran kels tinggi (kelas 4,5,6) sekolah dasar adalah
suatu pembelajaran yang dilksanakan secara logis dan sistematis untuk
membelajarkan konsep, dan generalisasi hingga penerapannya (menyelesaikan soal,
mangggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melihat
dan membagi). Strategi embelajaran yang dilakukan di tingkat ini adalah tanya
jawab, latihan, belajar kelompok, observasi, inkuiri, pemecahan masalah dan
diskaveri. Di kelas tinggi siswa dapat dibimbing dengan menggunakan
pembelajaran konstruktivitas, artinya siswa dibimbing untuk mencari, menemukan,
menggolongkan, meyusun, melakukan, mangkaji dan menyimpulkan dsendiri atau
berkelompok dengan substansi yang di pelajarinya. Menurut pieget siswa kelas 6
SD yang mencapai usia 11 tahun, masuk dalam fase perkembangan oprasional
formal, artinya suatu perkembangan kognitif yang menunjukan bahwa siswa sudah
memiliki kemampuan berfikir tinggi atau berfikir ilmiah. Dengan demikian kelas 6
19
bahkan mulai kelas 5 pemberlajarannya harus menggunakan beberapa pendekatan
ilmiah. Beberapa contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa kelas tinggi
SD yaitu:
a. Mendeskripsikan aturan-aturan yang berlaku dikeluarganya
b. Membandingkan kelompok-kelompok sosial di masyarakat
c. Melakukan diskusi kelompok tentang jual beli
d. Menafsirkan peninggalan-peninggalan sejarah
e. Memepergakan rangkaina gerak dengan alat music
f. Mencoba mengubah pola gerak dari irama dalam rangkaian variasi gerak
g. Mendesain model kontruksi
h. Mencari, menemukan, memilih informasi dari lingkungan sekolah
i. Membaca dan menghafal surat-surat pendek dan mengartikannya
j. Melakukan oprasi hitung campuran
k. Mengumpulkan bukti perkembangbiakan makhluk hidup
l. Menyelidiki pengaruh gaya magnet.
MODUL 3
MODEL-MODEL BELAJAR DAN RUMPUN MODEL BELAJAR
A. Model-model Belajar
Empat model belajar yang dapat membantu dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yaitu belajar kolaboratif, belajar
kuantum, belajar kooperatif serta belajar tematik.
1. Belajar Kolaboratif
a. Hakikat Belajar Kolaboratif
Terjadi belajar kolaboratif yaitu apabila dua orang atu lebih bekerja sama ,
memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur yang
penting dalam belajar kolaboratif yaitu; pertama, adanya tujuan yang sama
sehingga siswa menentukan strategi bersama untuk memecahkan masalah yang
diberikan guru. Adanya diskusi yaitu saling bertukar fikiran untuk mencari
jalan keluar dan menetapkan keputusan bersama. Kedua, ketergantungan yang
positif, maksudnya setiap anggotakelompok hanya dapat berhasil mencapai
20
tujun apabila seluruh anggot bekerja sama. Dengan demikian, dalam kegiatan
kolaboratif, ketergantungan individu sangat tinggi. Dalam menerapkan belajar
kolaboratif, terdapat prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :
1) Mengajarkan ketrampilan kerja sama , mempraktikan, dan balikan diberikan
dalam hal seberapa bak ketrampilan ketrampilan digunakan
2) Kegiatan kelas ditingglkan untik meaksanakan kelompok yang kohesif
3) Individu-individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan perilaku
masing-masing
Strategi-strategi yang berkaitan dengan ketiga prnsip tersebut tidak
ekseklusif, namun dilaksanakan dengan cara siklus, misalnya menunjukkan
ketrampiln koopertif sekaligus melaksanakan kekohesifan dan tangung jawab.
b. Manfaat Belajar Koperatif
(1) Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam
kelompok merupakan faktor berpengruh terhadap penguasaan konsep
(2) Belajar memecahkan maslah bersama dalam kelompok
(3) Memupuk rasa kebersamaan antar siswa
(4) Meningkatkan kebranian memunculkan ideatau pendapat untuk
memecahkan masalah bagi setiap individu yang diarahkan untuk
mengajarkan atau memberi tahu kepada teman kelompoknya jika
mengetahui dan menguasai permasalahan.
(5) Memupuk rasa tangung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan
bersama dalam bekerja agar tidak tumpang tindih atau perbedaan pendapat
yang prinsip
(6) Setiap anggota meliht dirinya sebagai milik kelompok yang merasa
memiliki tanggung jawab karena kebersamaan dalam belajar mereka juga
sangat memperhatikan kelompok.
2. Belajar Kuantum
a. Hakikat Belajar Kuantum
Model belajar ini muncul untuk menanggulangi kebosanan. Belajar
kuantum mempunyai prinsip bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar
dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif dan negatif. Pembelajaran
kuantum mengedepankan unsur-unsur kebebasan, santai, menakjubkan,
menyenangkan dan menggairahkan. Indikator keberhasilan pembelajaran
21
kuantum adalah siswa sejahtera. Siswa dikatakan sejahtera kalau aktivitas
belajarnya menyenangkan dan menggairahkan.
b. Prinsip Utama Pembelajaran Kuantum
(1) Segala yang ada disekelilingnya mengirimkan pesan tentang belajar.
(2) Bertujuan mengembangkan kecakapan siswa dalam mata pelajaran
(3) Mempunyai modal pengalaman sebelum ia belajar tentang materi apa yang
telah dipelajari.
(4) Menghargai setiap usaha siswa agar siswa merasa nyaman sehingga anak
menjadi tahu bagian ana yang mendapatkan penghagaan
(5) Merayakan setiap keberhasilan sebagai umpan balik kemajuan belajar dan
meningkatkan asosiasi emosi positif, bisa dilakukan dengan cara tepuk
tangan, berterik hore 3 kali dan lain sebagainya.
c. Manfaat Belajar Kuantum
(1) Suasana kelas menyenangkan sehingga siswa bergaiah belajar
(2) Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada disekelilingnya sebagai
pendorong belajar.
(3) Siswa belajar sesuai gaya belajar masing-masing.
(4) Apa pun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.
3. Belajar Kooperatif
a. Hakikat Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil
sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya
sendiri dan juga anggotanya yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas
diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima
pembelajaraan dari guru. Kemudian para siswa itu mengerjakan tugas sampai
semua anggota kelompok berhasil memahaminya.
Kegiatan kooperaktif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
b. Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
(1) Kesamaan Tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat kegiatan
belajar lebih kooperatif.
(2) Ketergantungan Positif
22
Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan cara (1)
Tetapkan peran kelompok yang terdiri dari pengamat, penjelas dan
perekam. (2) Membagi tugas menjadi sub tugas untuk melengkapi
keberhasilan tugas. (3) Menilai kelompok sebagai satu kesatuan yang teriri
dari individu-individu. (4) Struktur tujuan kooperatif dapat dikoordinasikan
dengan menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari
pertentangan satu sama lain. (5) Menciptakan situasi pantasi yang
menjadikan kelompok bekerja sama untuk membangun kekuatan imajinatif,
dengan aturan yang ditetapkan situasi.
c. Manfaat Belajar Kooperatif
(1) Meningkatkan hasil belajar mengajar
(2) Meingkatkan hubunngan antar kelompok,
(3) Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar
(4) Menubuhakan realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar berfikir
(5) Memudahkan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan.
(6) Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas
(7) Relative murah kaena tidak memerlukan biaya khusus untuk
menerapkannya.
d. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
(1) Memerlukan waktu yang cukup bagi setipa siswa untuk bekerja dalam tim
(2) Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim
(3) Model belajar ini harus sesuai dengan pembahasan materi ajar
(4) Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda
(5) Memerkulan kemampuan khusus bagi guruuntuk mengkaji berbgai teknik
pelaksanaan belajar kooperatif
4. Belajar Tematik
a. Hakikat Belajar Tematik
Belajar tematik adalah kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide pokoko
(tema) dan melibakan beberapa bidang studi yang berkaitan dengan tema.
Pappas (1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong partisipasi aktif pebelajar
dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topic yang disukai
pebelajar dan dipilih untuk belajar.
23
b. Prinsip Belajar Tematik
Meinbach (1995) mengataan bahwa pembelajaran tematik
mengombinasikan struktur, urutan, strategi yang diorganisasikan dengan baik.
Belajar tematik merupakan cara untuk mencapai keterpaduan kurikulum dan
juga mencerminkan pola-pola berpikir, tujuan, dan konsep-konsep umum
bidang ilmu.
c. Karakteristik Pembelajaran Tematik
(1) Memberikan pengalaman langsung dengan objek yang nyata vagi pebelajar
untuk menilai dan memenipulasi.
(2) Menciptakan kegiatan dimana anak menggunakan semua pemikirannya
(3) Embangun kegitan sekitar minat umum pebelajar
(4) Memberikan kesempatan bermain untuk menerjemahkan pengalaman ke
dalam pengertian.
(5) Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga pebelajar
d. Perlunya Pembelajaran Tematik, Khususnya di Sekolah Dasar
(1) Siswa SD kelas awal meahami konsep secara utuh, global, peningkatan
kecerrdasan dn makin terperincinya sert spesifik pemahamannya terhadap
konsep tertentu
(2) Kenyataan hidup sehari-hari menampilkan fakta yang utus dan tematis
(3) Ada konteksnya
(4) Guru SD addalah guru kelas, akan lebih mudah mengajar satu konsep secara
utuh, akan sulit mengajar sub-sub konsep secara terpisah-pisah.
e. Manfaat Belajar Tematik
(1) Mendorong pebelajar memanfaatkan suatu konteks dn literature yang luas
(2) Melihat hubungan ide dan konsep
(3) Meningkatkan pemahaman pebelajar terhadap apa yang dipelajari.
(4) Memberikan kesempatan nyata kepada pebelajar untuk membentuk latar
belakang informasi sendiri dalam rangka membangun pengetahuan baru.
B. Rumpun Model Belajar
1. Rumpun Model Sosial
a. Partner dalam Belajar
24
Belajar kooperatif yang merupakan belajar yang dituntut untuk bekerjasama
dengan orang lain bertujuan untuk membantu pebelajar belajar lintas bidang
studi dalam suatu kurikulum, mmengembangkan rasa percaya diri, ketrampilan
sosial dan solidaritas, serta tujuan belajar akademik untuk memperoleh
informasi dan keterampilan melalui inkuri dari suatu disiplin akademik.
b. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok menekankan pada rencana pengaturan kelas umum
atau konvensional yang meliputi pendalaman materi terpadu secara kelompok,
diskusi, dan perencanaan proyek. Model ini dirancang untuk membimbing
mendefinisikan masalah dan menggali berbagai andangan tentang masalah
tersebut. Guru mengorganisasi kelompok dan mendisiplinkannya, serta
membantu pebelajar mengorganisasikan informasi.
c. Bermain Peran
Secara khusus, bermain peran merupakan membantu pebelajar
mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi tentang isu-isu sosial,
mengembangkan empty terhadap orang lain dan berusaha untuk meningkatkan
ketrampilan sosial pebelajar.
d. Inkuiri Yurisprudensi
Model ini mengajarkan tentang kebijakan sosial yang bertujuan menyiapkan
pelajar mempelajari tentang isu-isu sosial di masyarakat suatu negara, di tingkat
nasional maupun internasional. Pebelajar diajak mengidentifikasi masalah
kebijakan publik, juga disediakan pilihan untuk pemecahannya.
e. Kepribadian dan Gaya Mengajar
Model dengan adanya gaya belajar pebelajar dan guru diyakini dapat
berkembang, yang terjadi secara optimal, jika lingkungan menyediakan cara
kerja konseptual yang diperlukan untuk kebutuhan konseptual seseorang.
f. Inkuiri Sosial
Model ini dirancang dengan maksud mengajarkan informasi, konsep-
konsep, dan cara berfikir dan studi tentang nilai sosial dengan menggabungkan
tugas yang menggabungkan aspek kognitif dan sosial.
2. Rumpun Model Pemrosesan Informasi
a. Berpikir Induktif
25
Model ini memeberikan cara belajar pebelajar untuk mendapatkan dan
mengorganisasikan informasi serta menciptakan dan menguji hipotesis yang
mendeskripsikan hubungan diantara serangkaian data.
b. Pencapaian Konsep
Model ini memberikan cara yang efektif untuk penyajian informasi yang
terorganisasi dan topik-topik yang bersekala luas kepada pebelajar pada setiap
tahap perkembangan.
c. Inkuiri Ilmiah
Pebelajar dibawa ke proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan
menganalisis data, mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat
pembentukan pengetahuan.
d. Latihan Inkuiri
Model ini memberikan rancangan untuk mengajar pebelajar menghubungkan
alas an sebab akibat dan menjadi lebih baik serta tepat dalam mengajukan
pertaanyaan, membentuk konsep, dan hipotesis serta mengujinya.
e. Mnemonic
Mnemonic merupakan suatu strategi untuk mengingat dan mengasimilasi
informasi. Ini digunakan untuk membimbing penyaji materi. Guru dapat
menyajikan alat-alat yang dapat digunkan untuk meningkatkan belajar
individual maupun kooperatif tentang informasi dan konsep-konsep.
f. Sinektik
Model ini dirancang untuk pebelajar memecahkan masalah dan menulis
kegiatan-kegiatan, serta menambahkan pandangan-pandangan baru pada topic-
topik dari suatu ilmu yang luas.
g. Pengorganisasian Awal
Model ini dirancang untuk memberikan struktur kognitif kepada pebelajar
untuk memahami materi, melalui kuliah, membaca, dan media yang lain.
h. Penyesuaian dengan Pebelajar
Model ini dikembangkan dengan asumsi bahwa pebelajar yang belajar
dengan strategi intelektual yang lebih kompleks akan meningkatkan
kemampuan mencapai informasi dan konsep.
3. Rumpun Model Personal
a. Pembelajaran Nondirektif
26
Model ini digunakan dengan beberapa cara. Pertama digunkan sebagai
model dasar untuk melaksanakan seluruh program pendidikan. Kedua
dikombinasikan dengan model lain untuk meyakinkan bahwa kontak dilakukan
dengan pebelajar. Ketiga digunkan ketika pebelajar merencanakan proyek
belajar mandiri mupun kooperatif. Keempat digunkan secara periodic ketika
memberikan konseling kepada pebelajar, menemuka jalan ke luar tentang apa
yang dipikirkan dan disarankan pebelajar untuk dipahaminya.
b. Peningkatan Harga Diri
Karya Abraham Maslow digunkan untuk membimbing suatu program
dalam hal rasa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri. Guru menggali
prinsip-prinsip yang dapat membimbing kegiatan kerja sama dengan pebelajar
untuk meykinkan dan memeberikan gambaran tentang pribadi si pebeljar sebaik
mungkin.
4. Rumpun Model Sistem Perilaku
a. Belajar Tuntas dan Pembelajaran Terprogram
Aplikasi teori system perilaku untuk tujuan akademik tampak dalam bentuk
yang disebut belajar tuntas. Materi dipecah menjadi unit dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Pebelajar mengerjakan setiap bagian secara maju
berkelanjutan. Setiap unit sudah dipelajari maka diadakan tes untuk mengetahui
keberhasilan belajae. Jika tidak bisa menyelesaikan tes maka diadakan
pembelajaran ulang.
b. Pembelajaran Langsung
Pernyataan tujuan pembelajaran disampaikan langsung kepada siswa,
serangkaian kegiatan yang jelas berkaitan dengan tujuan, monitoring yang
cermat dari kemajuan belajar, balikan tentang hasil belajar, serta taktik untuk
penilaian yang lebih efektif dikaitkan dengan serangkaian panduan untuk
memperoleh kegiatan belajar.
c. Belajar Memulai Simulasi : Latihan dan Latihan Sendiri
Dua jenis latihan pendekatan dikembangkan dari teori perilaku kelompok
cybernetic. Salah satu diantaranya adalah model teori-ke-praktik dan yang lain
adalah simulasi. Simulasi dibentuk dari deskripsi situasi riil kehidupan
lingkungan yang lebih kecil diciptakan untuk situasi pembelajaran. Terkadang
cara membawakan dielaborasi.
27
MODUL 4
PROSEDUR PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Pra dan Awal Pembelajaran
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menciptakan awal pembelajaran
yang efektif yang memungkinkan siswa siap mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.
Guru diharapkan mampu merancang dan melaksanakan kegiatan awal
pembelajaran dengan baik. Kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan
dengan materi yang akan dibahas disebut kegiatan awal pembelajaran. Sedangkan,
kegiatan yang tidak berkaitan langsung dengan materi yang akan dibahas disebut
kegiatan pra pembelajaran.
1. Kegiatan Pra Pembelajaran
Kegiatan pra pembelajaran atau kegiatan prainstruksional adalah kegiatan
pendahuluan pembelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan siswa mengikuti
pelajaran. Kegiatan pra pembelajaran biasanya bersifat umum dan tidak berkaitan
langsung dengan kompetensi atau materi yang akan dibahas dalam kegiatan inti
pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan guru pada tahap pra pembelajaran diantaranya
adalah:
a. Menciptakan sikap dan suasana kelas yang menarik
Guru harus memperlihatkan sikap yang menyenangkan supaya siswa tidak
merasa tegang, kaku bahkan takut mengikuti pembelajaran. Guru juga perlu
mempersiapkan dan menata alat-fasilitas kelas yang memudahkan siswa
beraktifitas belajar dalam kelas. Memberikan salam di awal pertemuan dan berdoa
sebelum pelajaran dimulai juga merupakan kegiatan pra pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
b. Memeriksa kehadiran siswa
Dengan selalu mengecek kehadiran, secara tidak langsung guru telah
memberikan motivasi terhadap siswa, berdisiplin dalam mengikuti pelajaran dan
membiasakan diri memberitahukan ketidakhadirannya kepada guru baik secara
langsung maupun melalui temannya secara lisan atau tertulis.
28
c. Menciptakan kesiapan belajar siswa
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan
kesiapan dan semangat siswa dalam belajar, diantaranya sebagai berikut :
(1) Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas atau sumber
belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar
(2) Menciptakan kondisi belajar untuk meningkatkan perhatian siswa dalam belajar
(3) Menunjukkan minat dan penuh semangat yang tinggi dalam mengajar
(4) Mengontrol (mengelola) seluruh aktifitas siswa mulai dari awal sampai akhir
pembelajaran
(5) Menggunakan berbagai media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan minat siswa
(6) Mengembangkan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat
melakukannya
d. Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Untuk menciptakan suasana belajar yang demokratis, guru harus membimbing
siswa agar berani menjawab, berani bertanya, berani berpendapat atau berani
mengeluarkan ide-ide dan berani memperlihatkan untuk kerja.
Guru harus selalu memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
kreatifitas. Pemberian kesempatan seperti ini akan memungkinkan guru untuk
mengembangkan bakat dan keunggulan yang dimiliki oleh siswa.
2. Kegiatan Awal Pembelajaran
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menyiapkan mental siswa
dalam memasuki kegiatan inti pembelajaran, untuk membangkitkan motivasi dan
perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan gambaran yang jelas
tentang batas-batas tugas atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan menunjukkan
hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam tahap kegiatan awal
pembelajaran :
a. Menimbulkan motivasi dan perhatian siswa
Agar pikiran siswa terfokus pada apa yang akan dibahas dalam
pembelajaran, guru perlu menyiasatinya untuk menarik perhatian siswa dan
menimbulkan motivasi siswa pada pelajaran yang akan dilakukan.
29
Pengajuan pertanyaan atau alat peraga yang menarik perhatian dapat
menimbulkan motivasi belajar siswa. Dengan tumbuhnya motivasi pada siswa,
proses pembelajaran akan berlangsung lebih mudah.
b. Memberi acuan
Memberi acuan diartikan sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara
spesifik dan singkat gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan
kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang
dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
(1) Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar
materi yang akan dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas
pelajaran, adalah memberitahukan tujuan dan kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa setelah pembelajaran dilakukan atau garis besar materi yang
akan dipelajari siswa. Dengan informasi tersebut, siswa akan memperoleh
gambaran yang jelas tentang kemampuan yang dikuasai dan ruang lingkup
materi yang akan dipelajari.
(2) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Dengan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran berlangsung, siswa akan terarah usahanya untuk mencapai
kemampuan atau menguasai topik-topik tersebut. Disamping
menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran berlangsung, guru juga hendaknya menyampaikan informasi
tentang sumber-sumber belajar yang mendukung dan dapat digunakan oleh
siswa.
c. Membuat kaitan
Siswa akan tertarik pada pelajaran yang diberikan apabila mereka melihat
kaitan atau hubungan dengan apa yang telah dikenal atau sesuai dengan
pengalaman mereka terdahulu atau sesuai dengan minat dan kebutuhan
mereka.. berikut adalah beberapa cara diantaranya yang dapat dilakukan guru
dalam membuat kaitan :
(1) Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya
30
Apabila materi yang akan dibahas memiliki kaitan langsung atau
menuntut penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya maka kegiatan
awal pembelajaran dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang
bahan pelajaran yang sudah dipelajari siswa.
(2) Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari
Pada kegiatan awal pembelajaran, guru hendaknya menunjukkan kaitan
antara penguasaan kompetensi atau materi yang dipelajari dengan
kegunaannya dalam kehidupa sehari-hari.
(3) Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas
Untuk membangkitkan perhatian dan motivasi belajar siswa, pada
kegiatan awal pembelajaran guru dapat meminta siswa untuk
mengemukakan pengalamannya yang berkaitan dengan materi yang akan
dibahas. Dengan melihat kaitan antara apa yang akan dipelajari dengan
pengalaman yang dimiliki, diharapkan siswa akan termotivasi dan
memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang akan berlangsung.
d. Melaksanakan tes awal
Tes awal dilakukan apabila materi yang akan dibahas merupakan materi
baru dan kita ingin mengetahui seberapa banyak siswa telah menguasai materi
yang akan dibahas tersebut. Guru diharapkan memiliki kemampuan untuk
menciptakan kondisi awal pembelajaran yang efektif yang mendukung proses
dan hasil pembelajaran yang optimal. Ada beberapa hal yang harus dilakukan
oleh guru sejalan dengan tugasnya disekolah, khususnya dalam melakukan
kegiatan awal pembelajaran diantaranya adalah :
(1) Memahami latar belakang (termasuk kemampuan) siswa
(2) Dapat membangkitkan (menarik) perhatian siswa sehingga perhatian siswa
terpusat pada pelajaran yang akan diikutinya
(3) Dapat memberikan bimbingan belajar secara kelompok maupun individu
(4) Dapat menciptakan interaksi edukatif yang efektif sehingga siswa
merasakan adanya suasana belajar yang aman dan menyenangkan
(5) Memberikan penguatan pada siswa
(6) Menanamkan disiplin pada siswa
31
B. Kegiatan Inti Dalam Pembelajaran
Melalui kegiatan inti pembelajaran siswa tidak hanya diharapkan memiliki
kemampuan yang merupakan dampak instruksional (langsung berkaitan dengan tujuan
pembelajaran yang dirancang sesuai kurikulum) tetapi juga memiliki sikap positif
terhadap bahan pelajaran (sebagai dampak pengiring dari kegiatan pembelajaran).
Kegiatan inti pembelajaran hendaknya melibatkan siswa sebanyak mungkin,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat langsung, dan memenuhi
kebutuhan siswa baik individual maupun kelompok.
1. Pembahasan Materi Pelajaran dalam Pembelajaran Klasikal
Kegiatan pembelajaran klasikal cenderung digunakan apabila dalam proses
pembelajarannya guru lebih banyak menyajikan materi yang menekankan pada
kegiatan pemberian informasi atau penjelasan materi yang belum dipahami siswa.
Alternatif metode yang sering digunakan dalam pembelajaran klasikal adalah
metode ceramah dan tanya jawab bervariasi atau metode lain yang dianggap sesuai
dengan karakteristik materi pelajaran.
Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran klasikal memungkinkan
adanya aktifitas proses mental siswa untuk melihat hubungan antara beberapa
materi pelajaran yang sedang dibahas. Penggunaan metode tanya jawab
memungkinkan siswa untuk berlatih berpikir sistematis dan logis disamping
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam pembelajaran.
a. Prinsip-prinsip Pembelajaran Klasikal
(1) Sistematis
Bahan pelajaran harus disajikan secara berurutan dan selalu berorientasi
pada tujuan yang telah ditetapkan. Sajian bahan pelajaran dapat
disampaikan mulai dari yang mudah sampai pada yang sulit atau dari yang
sifatnya konkret sampai pada yang abstrak.
(2) Perhatian dan aktivitas
Dalam pembelajaran klasikal, guru harus selalu memberikan perhatian
terhadap aktivitas siswa secara menyeluruh dalam kelas. Perhatian dan
motivasi siswa dalam pembelajaran klasikal sangat memegang peranan
penting. Siswa akan tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran apabila
kegiatan tersebut menarik dan menyenangkan. Peningkatan perhatian siswa
32
terhadap pembelajaran dapat dikembangkan oleh guru melalui penampilan
guru diantaranya dengan variasi suara, gerak, gaya dan seni mengajar.
(3) Media pembelajaran
Keunggulan penggunaan media pembelajaran adalah dapat mengurangi
verbalisme siswa terhadap informasi yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran yang dianggap efektif adalah pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Artinya semua objek yang ada di lingkungan siswa yang
dianggap sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran dapat
digunakan guru menjadi media maupun sumber belajar siswa.
(4) Latihan atau penugasan
Untuk memantapkan dan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran, guru perlu memberikan latihan atau tugas-tugas. Latihan dan
tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa akan menjadikan beban
bagi siswa dan dapat menyebabkan siswa frustasi sehingga tujuan
pemberian latihan dan tugas tidak tercapai.
b. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Klasikal
Tahapan selanjutnya yang perlu ditempuh dalam kegiatan inti pembelajaran
klasikal adalah sebagai berikut.
Pertama, menyajikan (presentasi) bahan pelajaran dengan ceramah
bervariasi. Selama menjelaskan guru sebaiknya tidak terus menerus berbicara
tetapi selang beberapa menit selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya atau guru sendiri mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Kedua, memberikan asosiasi dan memberikan ilustrasi untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran dengan cara menghubungkan atau
mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan situasi nyata atau dengan
bahan pelajaran yang lain atau dengan bahan pelajaran yang menggambarkan
sebab akibat.
2. Pembahasan Materi Pelajaran dalam Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran
dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Berdasarkan teori yang
melandasi pembelajaran kelompok, siswa akan lebih mudah menemukan dan
33
memahami konsep-konsep yang dianggap sulit sebelumnya melalui belajar secara
kelompok dan bekerja sama.
Stevens & Slavin (1995) menyatakan bahwa siswa yang belajar dengan
mengikuti pembelajaran kelompok/kooperatif selama periode dua tahun ajaran
menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengna hasil belajar siswa
yang diorganisasikan secara tradisional.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok,
diantaranya adalah diskusi, kerja kelompok, pemecahan masalah, inkuiri, diskaveri,
simulasi dan penelitian sederhana (observasi).
a. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kelompok
(1) Adanya topik dan permasalahan
Tujuan utama dalam pembelajaran kelompok sesuai dengan esensi
pembelajaran kooperatif yaitu membentuk siswa untuk memiliki
kemampuan bekerja sama serta memiliki sikap toleransi bertanggung jawab.
Materi pelajaran dalam pembelajaran kelompok diantaranya harus
mengandung permasalahan maupun proyek yang harus dipecahkan atau
diselesaikan oleh siswa melalui kerja sama.
(2) Pembentukan kelompok
Semiawan dkk (1987) mengemukakan bahwa berdasarkan pendekatan
CBSA, pengelompokan siswa dapat dilakukan berdasarkan kesenangan
berkawan, kemampuan, dan minat. Apabila pengelompokkan sudah
dilakukan, siswa diminta untuk menentukan ketua kelompok,
penulis/sekretaris dan anggota kelompok.
(3) Kerja sama
Pembelajaran kelompok dilaksanakan untuk mengembangkan
kemampuan siswa bekerja sama, rasa solidaritas, rasa toleransi dan rasa
tanggung jawab terhadap tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok
tersebut.
(4) Perhatian
Selama kegiatan pembelajaran kelompok berlangsung, guru harus
memperhatikan siswa secara kelompok sekaligus memperhatikan siswa
sebagai individu dalam kelompok.
(5) Motivasi
34
Untuk menunjang keberhasilan belajar secara kelompok, guru harus
memberikan motivasi dan bimbingan terhadap siswa. Motivasi belajar siswa
akan muncul apabila guru dapat memberikan suasana belajar yang kondusif,
menyenangkan dan efektif.
(6) Sumber belajar dan fasilitas
Kelengkapan sumber belajar merupakan salah satu aspek yang
memberikan daya dukung yang kuat terhadap keberhasilan belajar
kelompom. Ketersediaan sumber belajar dan fasilitas yang diperlukan akan
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
(7) Latihan dan tugas
Untuk memperkuat hasil kerja atau hasil belajar kelompok, guru harus
memberikan tugas dan latihan-latihan pada semua siswa secara individu
yang diorganisasi secara efektif dalam belajar kelompok.
b. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Kelompok
Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran kelompok diantaranya
adalah metode diskusi yang ditunjang oleh metode ceramah dan tanya jawab.
Guru menyampaikan tujuan yang diharapkan dicapai dan topik
pembelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan kelompok. Kemudian guru
mengelompokkan siswa sesuai kriteria yang telah ditentukan dan memberikan
penjelasan pada siswa tentang tahapan belajar. Selanjutnya siswa melakukan
diskusi sebagai kegiatan inti pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Pertama, merumuskan masalah berdasarkan topik pembahasan dan tujuan
pembelajaran. Kedua, mengidentifikasi masalah atau sub-masalah berdasarkan
permasalahan yang telah dirumuskan. Ketiga, analisis masalah berdasarkan sub-
masalah. Keempat, menyusun laporan oleh masing-masing kelompok. Kelima,
presentasi kelompok atau melaporkan hasil diskusi kelompok kecil pada
seluruh kelompok dilanjutkan diskusi kelas yang langsung dibimbing oleh guru.
Pada akhir kegiatan, siswa menyimpulan hasil diskusi berdasarkan rumusan
masalah dan sub-masalah. Selama kegiatan kelompok berlangsung, guru
hendaknya memonitor jalannya kegiatan di masing-masing kelompok dan
memberikan bimbingan apabila kelompok mengalami kesulitan mengerjakan
tugas kelompok.
35
3. Pembahasan Materi Pelajaran dalam Pembelajaran Perseorangan
Kegiatan pembelajaran perseorangan dapat membantu proses pembelajaran
yang mengarah pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Diversifikasi
kurikulum merupakan suatu kurikulum yang dapat memperluas, memperdalam dan
menyesuaikan dengan keragaman kondisi dan kebutuhan, baik yang menyangkut
kemampuan atau potensi siswa maupun yang menyangkut potensi lingkungan.
Pembelajaran perseorangan pada umumnya lebih banyak diterapkan dalam
pemberian tugas dan atau latihan. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan pengarahan tentang tahapan belajar yang harus ditempuh oleh siswa,
langkah selanjutnya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut.
Pertama, menjelaskan secara singkat tentang materi pelajaran yang akan
ditugaskan atau yang akan dilatihkan pada siswa. Kedua, memberikan lembaran
kerja atau tugas. Ketiga, memantau dan menilai kegiatan siswa. Pada akhir kegiatan
pembelajaran, guru memeriksa dan menilai tugas atau latihan yang telah dikerjakan
oleh siswa serta memberikan balikan terhadap pekerjaan siswa.
Melalui penguatan guru dapat membangkitkan dan memelihara motivasi belajar
siswa, dapat mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang baik,
serta dapat mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.
C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran
1. Kegiatan Akhir Pembelajaran
Dengan melakukan kegiatan akhir pembelajaran, guru akan mengetahui
kompetensi yang sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa. Kegiatan yang bisa
dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes, baik lisan maupun
tertulis.
a. Meninjau kembali penguasaan siswa
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang telah
dipelajari siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu merangkum pokok materi
atau membuat ringkasan materi pelajaran.
Dalam melaksanakan kegiatan membuat rangkuman/ringkasan, hendaknya
memperhatikan kriteria berikut :
(1) Berorientasi pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar
(2) Singkat, jelas dan bahasa mudah dipahami
36
(3) Kesimpulan/ringkasan tidak keluar dari topik yang telah dibahas
(4) Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin
b. Melaksanakan penilaian
Melalui kegiatan penilaian akhir guru akan mengetahui tercapai tidaknya
kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa. Untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap kompetensi yang diharapkan, guru dapat memberikan tes atau
meminta siswa untuk membuat ringkasan atau kesimpulan dari materi yang
telah dibahas.
Tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran disebut tes akhir (post-test),
yaitu tes yang ditujukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang telah dipelajari. Dalam prosesnya guru dapat melaksanakan
penilaian secara lisan atau tertulis.
2. Melaksanakan Kegiatan Tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan tindak lanjut pembelajaran dapat dilaksanakan diluar jam pelajaran,
sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengoptimalkan hasil belajar siwa. Berikut ini beberapa kegiatan tindak lanjut
yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penguasaan siswa terhadap
kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa :
a. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan dirumah
Pemberian tugas tidak boleh melebihi kemampuan siswa, sebab
memberikan tugas yang berlebihan dapat membuat siswa frustasi, jenuh bahkan
akan dapat menurunkan motivasi serta minat belajarnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan tugas kepada
siswa. Pertama, guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat
tentang topik tugas yang dikerjakan oleh siswa. Kedua, guru perlu menjelaskan
tentang tahapan tugas-tugas yang akan dikerjakan berdasarkan lembaran tugas.
Ketiga, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang tugas
yang belum dipahaminya. Kempat, guru menjelaskan tentang proses
penyelesaian tugas. Kelima, siswa diminta menyerahkan dan mengerjakan tugas
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Keenam, guru harus memeriksa
dan membahas setiap tugas yang diberikan.
b. Membahas kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa
37
Ada dua kemungkinan kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk membantu
siswa menguasai kompetensi yang belum dikuasainya. Pertama, membahas
kembali materi yang belum dikuasai siswa pada saat itu juga, apabila waktunya
tersedia. Kedua, membahas kembali materi pelajaran pada pertemuan
berikutnya apabila membutuhkan waktu yang relative lama.
Guru hendaknya membuat desain tindak lanjut pembelajaran yang
mencakup rumusan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, kegiatan belajar,
evaluasi serta sumber belajar yang diperlukan.
c. Membaca materi pelajaran tertentu
Siswa yang belum menguasai materi pelajaran dapat ditugaskan untuk
membaca buku lain agar dapat memahami materi yang dibahas. Siswa yang
sudah menguasai materi kompetensi yang diharapkan, dapat ditugaskan
membaca buku sumber lain untuk memperluas wawasan siswa terhadap topik
yang telah dipelajari.
d. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
Untuk dapat memperbaiki atau meningkatkan penguasaan, siswa perlu
mendapat bimbingan dari guru. Bimbingan tersebut dapat berupa arahan atau
petunjuk yang jelas kepada siswa sehingga tugas yang diberikan dapat
dikerjakan secara optimal oleh siswa.
e. Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang
Cara ini perlu dilakukan diluar jam pelajaran. Untuk mendukung kegiatan
tersebut guru perlu memberikan alternatif kegiatan belajar secara sistematis
yang perlu dilakukan siswa diluar jam pelajaran.
Langkah selanjutnya yaitu menutup pelajaran, apabila pelajaran berlangsung
pada jam yang paling akhir maka harus dibiasakan siswa menutup pelajaran
dengan berdoa.
MODUL 5
PEMILIHAN METODE MENGAJAR
A. Hakikat dan Faktor-faktor dalam Pemilihan Metode Mengajar
1. Hakikat Metode Mengajar dalam Pembelajaran
38
Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan
dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun
dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau
cara mengajar yang efektif.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar,
diantaranya berikut ini :
a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu
siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran
b. Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk
berekspresi yang kreatif dalam aspek seni
c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan
masalah
d. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji
kebenaran sesuatu
e. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan
terhadap suatu topik permasalahan
f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak
g. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri
h. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja
sama
i. Metode mengajar harus memungkinkan siswa unutk lebih termotivasi dalam
belajarnya
Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi
prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai alat atau cara unutk mencapai tujuan pembelajaran atau membentuk
kompetensi siswa
b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam
kegiatan pembelajaran
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bibingan dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pemilihan Metode Mengajar
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
39
a. Tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa
Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan. Tujuan bidang studi adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu
mata pelajaran atau suatu bidang studi. Tujuan pembelajaran (instruksional)
adalah tujuan yang harus dicapai dalam suatu pokok bahasan tertentu.
Tujuan pembelajaran khusus dapat dikatakan sebagai enabling objectives
artinya tujuan pembelajaran harus dicapai selama proses pembelajaran
berlangsung, sedangkan tujuan pembelajaran umum dapat dikatakan sebagai
target objectives yang artinya tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai
setelah pembelajaran selesai (Gagne, 1978 : 97).
Tujuan pembelajaran berdasarkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
(1) Kognitif
(a) Pengetahuan, lebih menitikberatkan pada kemampuan mengetahui, atau
untuk mengingat sesuatu
(b) Pemahaman, lebih menekankan pada kemampuan menerjemahkan,
memahami sesuatu dan seterusnya
(c) Penerapan, lebih menekankan pada kemampuan membuat, mengerjakan
atau menggunakan teori atau rumus
(d) Analisis, lebih menekankan pada kemampuan mengkaji, menguraikan,
membedakan, mengidentifikasi dan seterusnya
(e) Sintesis, lebih menekankan pada kemampuan menggabungkan,
mengelompokkan, menyusun, membuat rencana program dan
seterusnya.
(2) Afektif
(a) Penerimaan, lebih menekankan pada kemampuan peka, atau menerima
(b) Partisipasi, lebih menekankan pada turut serta pada suatu kegiatan dan
kerelaan hati
(c) Penilaian dan penentuan sikap, lebih menekankan pada menentukan
sikap
(d) Psikomotor
(a) Persepsi, lebih menekankan pada kemampuan berpendapat terhadap
sesuatu dan peka terhadap sesuatu hal
(b) Kesiapan, kemampuan bersiap diri secara fisik
40
(c) Gerakan terbimbing, kemampuan dalam meniru pekerjaan orang lain
(d) Gerakan terbiasa, keterampilan yang berpegang pada pola
(e) Gerak yang kompleks, keterampilan yang lincah, cepat dan lancar
b. Karakteristik Bahan Pelajaran/Materi Pelajaran
Beberapa aspek yang terdapat dalam materi pelajaran, yaitu :
(1) Aspek konsep, merupakan substansi isi pelajaran yang berhubungan dengan
pengertian, atribut, karakteristik, label atau ide dan gagasan tertentu
(2) Aspek fakta, merupakan substansi isi pelajaran yang berhubungan dengan
peristiwa yang lalu, data yang memiliki esensi objek dan waktu
(3) Aspek prinsip, merupakan substansi isi pelajaran yang berhubungan dengan
aturan, dalil, hukum, ketentuan dan prosedur yang harus ditempuh
(4) Aspek nilai, merupakan substansi materi pelajran yang berhubungan dengan
spek perilaku yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang bremanfaat
dan yang tidak
(5) Aspek keterampilan intelektual, merupakan substansi isi pelajaran yang
berhubungan dengan pembentukan kemampuan menyelesaikan persoalan
atau permasalahan, berpikir sistematis, berpikir logis, berpikir taktis,
berpikir kritis, berpikir inovatif, dan berpikir ilmiah
(6) Aspek keterampilan psikomotor, merupakan substansi materi pelajaran yang
berhubungan dengan pembentukan kemampuan fisik.
c. Waktu yang digunakan
Pemilihan metode mengajar juga harus memperhatikan alokasi waktu yang
tersedia dalam jam pelajaran.
d. Faktor siswa
Aspek yang berkaitan dengan faktor siswa terutama pada aspek kesegaran
mental, jumlah siswa dan kemampuan siswa. Guru harus bisa mengelola
pembelajaran berdasarkan jumlah siswa dan harus mengatur tempat duduk
supaya sesuai dengan kondisi siswa dalam belajar.
e. Fasilitas, media, dan sumber belajar
Apabila guru dan siswa akan menggunakan alat atau fasilitas maka guru
bersangkutan sebelum pembelajaran harus mempersiapkan terlebih dahulu.
media pesan lisan harus dapat dipahami siswa sehingga siswa tidak
menimbulkan verbalisme.
41
3. Pentingnya Metode Mengajar dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
Maupun Membentuk Kemampuan Siswa
Metode mengajar memiliki keterkaitan yang kuat dengan tujuan pembelajaran.
Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari gambaran perilaku maupun kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa selama dan setelah jam pelajran dengan cara yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
B. Jenis-jenis Metode Mengajar
Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan
siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap
metode mengajar memiliki keunggulan dan kekurangan sehingga hal tersebut dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode tersebut. Kelemahan-kelemahan
suat metode harus diantisipasi dan dikaji oleh guru agar dalam penggunaannya dapat
efektif.
1. Metode Ceramah (Lecture)
Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian
bahan ajaran secara lisan dari guru. Ceramah yang baik adalah ceramah bervariasi
artinya ceramah yang dilengkapi dengan penggunaan alat dan media serta adanya
tambahan dialog interaktif atau diskusi sehingga proses pembelajaran tidak
menjenuhkan.
a. Karakteristik Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan apabila proses pembelajaran yang dilakukan
lebih bersifat pemberian informasi berupa fakta-fakta atau konsep-konsep
sederhana. Dalam prosesnya perlu adanya dukungan kondisi yang efeketif dari
guru seperti suasana emosional yang dapat membangkitkan motivasi dan
perhatian dari siswa selama mendengarkan ceramah guru.
b. Prosedur Metode Ceramah
Dijelaskan pada modul prosedur pembelajaran.
c. Prasyarat Untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Ceramah
Beberapa kemampuan yang harus diperhatikan guru untuk mendukung
keberhasilan metode ceramah, yaitu :
(1) Menguasai teknik-teknik ceramah yang memungkinkan dapat
membangkitkan minat, dan motivasi siswa
42
(2) Mempu memberikan ilustrasi yang sesuai dengan bahan pelajaran
(3) Menguasai materi pelajaran
(4) Menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran secara sistemik
(5) Menguasai aktivitas seluruh siswa dalam kelas
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ceramah,
yaitu :
(1) Siswa mampu mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran yang dijelaskan
guru
(2) Kemampuan awal yang dimiliki siswa berhubungan dengan materi yang
akan dipelajari
(3) Memiliki suasana emosional yang mendukung untuk memperhatikan dan
memiliki motivasi mengikuti pelajaran
d. Keunggulan Metode Ceramah
(1) Ekonomis waktu dan biaya. Karena waktu dan materi pelajaran dapat diatur
oleh guru secara langsung
(2) Target jumlah siswa akan lebih banyak
(3) Bahan pelajaran sudah dipilih/dipersiapkan
(4) Apabila bahan pelajaran belum dikuasai oleh sebagian siswa maka guru
akan merasa mudah untuk menugaskan dan memberikan rambu-rambu
pada siswa yang bersangkutan
e. Kelemahan Metode Ceramah
(1) Sulit bagi yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat yang
baik
(2) Kemungkinan menimbulkan verbalisme
(3) Sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi
(4) Peran guru lebih banyak sebagai sumber pelajaran
(5) Materi pelajaran lebih cenderung pada aspek ingatan
(6) Proses pembelajaran ada dalam otoritas guru
2. Metode Diskusi
Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar yang dalam pembahasan
dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus
diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.
a. Karakteristik Metode Diskusi
43
Penggunaan metode diskusi, bahan pelajaran harus dikemukakan dengan
topik permasalahan atau persoalan yang akan menstimulus siswa
menyelesaikan permasalahan/persoalan tersebut.
Tugas utama guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbing, fasilitator atau
motivator supaya interaksi dan aktivitas siswa dalam diskusi menjadi efektif.
b. Prosedur Metode Diskusi
Dijelaskan pada modul prosedur pembelajaran.
c. Prasyarat Untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Diskusi
Kemampuan guru yang perlu dipersiapkan, yaitu :
(1) Mampu merumuskan permasalahan sesuai pembelajaran diskusi
(2) Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi
permasalahan serta menarik kesimpulan
(3) Mampu mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan
dan pengembangan kemampuan siswa
(4) Mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi
(5) Menguasai permasalahan yang di diskusikan
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan, adalah :
(1) Memiliki motivasi, perhatian dan minat dalam berdiskusi
(2) Mampu melaksanakan diskusi
(3) Mampu menerapkan belajar secara bersama
(4) Mampu mengeluarkan isi pikiran
(5) Mampu memahami dan menghargai pendapat orang lain
d. Keunggulan Metode Diskusi
(1) Bertukar pikiran
(2) Menghayati permasalahn
(3) Merangsang siswa untuk berpendapat
(4) Mengembangkan rasa tanggung jawab
(5) Membina kemampuan berbicara
(6) Belajar memahami pendapat atau pikiran orang lian
(7) Memberikan kesempatan belajar
e. Kelemahan Metode Diskusi
(1) Relative memerlukan waktu yang cukup banyak
44
(2) Apabila siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan maka diskusi
tidak akan efektif
(3) Materi pelajaran dapat menjadi lebih luas
(4) Yang aktif hanya siswa tertentu saja
3. Metode Simulasi (Simulation)
Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan
benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat
pura-pura.
Jenis model simulasi diantaranya yaitu, bermain peran (role playing), dalam
prosesnya pembelajaran metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk
dramatisasi.
Sosiodrama, dalam pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok untuk
melakukan aktivitas belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan
masalah individu sebagai makhluk sosial
Permainan simulasi (simulation games), dalam pembelajarannya siswa bermain
peran sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai belajar membuat suatu
keputusan.
a. Karakteristik metode simulasi
Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi merupakan
bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui pembelajaran simulasi.
Langsung maupun tidak langsung melalui simulasi kemampuan siswa yang
berkaitan dengan bermain peran dapat dikembangkan.
b. Prosedur metode simulasi
(1) Menetapkan topik simulasi yang diarahkan guru
(2) Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas
(3) Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik dan
peran yang dimainkan
(4) Proses pengamatan terhadap proses, peran, teknik dan prosedur dapat
dilakukan dengan diskusi
(5) Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi
c. Prasyarat untuk mengoptimalkan pembelajaran simulasi
Kemampuan guru yang harus diperhatikan, yaitu :
45
(1) Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur dan
peran yang akan dilakukan dalam simulasi
(2) Mampu memberikan ilustrasi
(3) Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam bahasa simulasi
(4) Mampu mengamati secara proses simulasi yang dilakukan oleh siswa
Kondisi dan kemampuan siswa yang perlu diperhatikan, yaitu :
(1) Kondisi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam bersimulasi
(2) Pemahaman terhadap pesan yang akan menstimulasikan
(3) Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan
d. Keunggulan metode simulasi
(1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam
kelompoknya
(2) Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung
dalam pembelajaran
(3) Dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial
(4) Dapat membina hubungan personal yang positif
(5) Dapat membangkitkan imajinasi
(6) Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok
e. Kelemahan metode simulasi
(1) Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak
(2) Sangat bergantung pada aktivitas siswa
(3) Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar
(4) Banyak siswa yang kurang menyenangi simulasi
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi digunakan
semata-mata untuk : (1) mengkonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak;
(2) mengajarkan bagaimana berbuat atau menggunakan prosedur secara tepat; (3)
meyakinkan bahwa alat dan prosedur tersebut bisa digunakan; (4) membangkitkan
minat menggunakan alat dan prosedur.
a. Karakteristik
46
Dalam pelaksanaan metode mengajar demonstrasi, selain guru yang akan
menjadi model juga dapat mendatangkan nara sumber yang akan
mendemonstrasikan objek materi pelajaran, dengan syarat harus menguasai
bahan materi yang di demonstrasikan, serta mengutamakan aktivitas siswa
untuk melakukan demonstrasi tersebut.
b. Prosedur
(1) Mempersiapkan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran
(2) Memberikan penjelasan tentang topik yang akan di demonstrasikan
(3) Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari
siswa
(4) Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil
demonstrasi
(5) Kesimpulan
c. Prasyarat untuk mengoptimalkan pembelajaran demonstrasi
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan :
(1) Mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik
yang dipraktikan
(2) Mampu mengelola kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh
(3) Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan
(4) Mempu melaksanakan penilaian proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang perlu diperhatikan :
(1) Siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan di
demonstrasikan
(2) Memahami tentang tujuan/maksud yang akan di demonstrasikan
(3) Mampu mengamati proses yang di demonstrasikan
(4) Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam
demonstrasi
d. Keunggulan
(1) Siswa-siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang
sebenarnya
(2) Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa
(3) Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis
47
(4) Dapat mengetahui hubungan yang structural atau urutan objek
(5) Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek
e. Kelemahan
(1) Hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkret saja
(2) Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi
tidak efektif
(3) Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya
(4) Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktik
yang di demonstrasikan
5. Metode Eksperimen
Eksperimen dimaksudkan bahwa guru dan siswa mencoba mengerjakan
sesuatu serta mengamati proses dan hasil pekerjaannya.Setelah eksperimen selesai,
siswa ditugaskan untuk membandingkan dengan hasil eksperimen yang lain, dan
mendiskusikan bila ada perbedaan dan kekeliruan (Winarno:1980:90).
Setiap kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan sistematis,
yaitu harus dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan kajian hasil.
Lebih mendalamnya siswa harus membuat laporan, kemudian disajikan di depan
teman-teman yang lain.
a. Karateristik
Esensi pembelajaran ini adalah mencobakan sesuatu objek. Untuk
mendukung keberhasilan pembelajaran eksperimen segala sesuatunya perlu
dipersiapkan dan dikondisikan secara maksimal.mulai dari awal pembelajaran
siswa sudah memahami topic eksperimen secara jelas. Demikian pula diakhir
kegiatan eksperimen siswa memperoleh kemampuan sikap serta menunjukkan
hasil temuan-temuan.
b. Prosedur
(1) Mempersiapkan alat bantu (alat eksperimen)
(2) Petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam
eksperimen
(3) Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan lembaran kerja/pedoman
eksperimen yang disusun secara sistematis sehingga siswa dalam
pelaksanaannya tidak banyak mendapat kesulitan dan membuat laporan
48
(4) Penguatan perolehan teman-teman eksperimen dilakukan dengan diskusi,
tanya jawab dan/atau tugas
(5) Kesimpulan
c. Prasyarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Eksperimen
Kemampuan guru yang harus diperhatikan agar eksperimen berhasil dengan
baik :
(1) Mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesis sampai pada
pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan eksperimen
(2) Menguasai konsep yang dieksperimenkan
(3) Mampu mengelola kelas
(4) Mampu menciptakan kondisi pembelajaran eksperimen secara efektif
(5) Mampu memberikan penilaian secara proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang
eksperimen :
(1) Memiliki motivasi, perhatian dan minat belajar melalui eksperimen
(2) Memiliki kemampuan melaksanakan eksperimen
(3) Memiliki sikap yang tekun, teliti dan kerja keras
(4) Mampu menulis, membaca, dan menyimak dengan baik
d. Keunggulan
(1) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa
(2) Membangkitkan sikap ilmiah siswa
(3) Membuat pembelajaran bersifat aktual
(4) Membina kebiasaan belajar kelompok maupun individu
e. Kelemahan
(1) Memerlukan alat dan biaya
(2) Memerlukan waktu relatif lama
(3) Sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen
(4) Guru dan siswa banyak yang belum terbiasa melakukan eksperimen
6. Metode Karya Wisata
Pembelajaran karya wisata (field trip) artinya aktifitas belajar siswa dibawa
keluar kelas. Karya wisata lebih menitikberatkan pada perjalanan yang relatif jauh
dari kelas/sekolah untuk mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan topik
bahasan yang bersifat umum.
49
Selain untuk peningkatan kemampuan juga lebih bersifat untuk peningkatan
aspek-aspek psikologis siswa.
a. Karakteristik
Menemukan sumber bahan pelajaran sesuai dengan perkembangan
masyarakat, dilaksanakan diluar kelas/sekolah, memiliki perencanaan, aktifitas
siswa lebih muncul daripada guru, aspek pembelajaran merupakan salah satu
implementasi dari pembelajara berbasis kontekstual.
b. Prosedur
(1) Menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai siswa
(2) Mempelajari topik karya wisata
(3) Merumuskan kegiatan yang akan ditempuh
(4) Melaksanakan kegiatan
(5) Menilai kegiatan
(6) Melaporkan hasil kegiatan
c. Prasyarat Untuk Mengoptimalkan Metode Karya Wisata
Kemampuan guru yang harus diperhatikan :
(1) Mampu mengidentifikasi objek karya wisata yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran
(2) Mampu membuat perencanaan dan panduan siswa dalam melaksanakan
karya wisata
(3) Mampu mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam karya
wisata
(4) Mampu mengontrol, memfasilitasi dan membimbing aktifitas siswa
selama melakukan kegiatan
(5) Mampu menilai kegiatan karya wisata
Kondisi dan kemampuan siswa yang perlu diperhatikan :
(1) Mampu memahami petunjuk pelaksanaan karya wisata
(2) Mampu menyusun laporan hasil karya wisata
(3) Mampu belajar secara mandiri maupun kelompok
(4) Mampu menggunakan bahan atau alat yang diperlukan dalam kegiatan
karya wisata
d. Keunggulan
50
(1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata,
praktis dan konkret
(2) Dapat menumbuhkan rasa senang, minat dan motivasi terhadap objek
tertentu
(3) Memberikan masukan terhadap program sekolah
(4) Mendekatakan siswa dengan lingkungan
e. Kelemahan
(1) Memerlukan alokasi waktu yang cukup banyak
(2) Memerlukan pengawasan dan bimbingan ekstra ketat terhadap aktifitas
siswa
(3) Akan banyak menggunakan biaya
(4) Jika tidak dikontrol maka siswa selal terlena dengan bermainnya daripada
belajarnya
7. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah digunakan dalam implementasi pembelajaran
terpadu maupun kontekstual karena pembelajaran ini dikembangkan secara
integritas antara kemampuan siswa dengan topik bahasan maupun lingkungan.
Metode ini cenderung menggunakan pendekatan kontruktivisme artinya
pengetahuan, keterampilan dan sikap akan dikembangkan dan dibangun oleh siswa
dibawah bimbingan guru.
a. Karakteristik
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode ilmiah yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini sesuai jika digunakan pada
siswa sekolah dasar di kelas tinggi. Cenderung pendekatan induktif yang
digunakan dalam proses pembelajaran pemecahan masalah, siswa belajar mulai
dari hal-hal yang khusus sampai pada konsep umum.
b. Prosedur
(1) Merumuskan dan membatasi masalah
(2) Merumuskan dugaan dan pernyataan
(3) Mengumpulkan data atau mengolah data
(4) Membuktikan atau menjawab pertanyaan
(5) Merumuskan kesimpulan
c. Prasyarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Pemecahan Masalah
51
Kemampuan guru yang harus diperhatikan :
(1) Mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesis sampai pada
pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan pemecahan masalah
(2) Menguasai konsep yang di problem-solvingkan
(3) Mampu mengelola kelas
(4) Mampu menciptakan kondisi pembelajaran pemecahan masalah secara
efektif
(5) Mampu memberikan penilaian secara proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan :
(1) Memiliki motivasi, perhatian dan minat belajar melalui pemecahan
masalah
(2) Memiliki kemampuan melaksanakan pemecahan masalah
(3) Memiliki sikap yang tekun, teliti dan kerja keras
(4) Mampu menulis, membaca dan menyimak dengan baik
d. Keunggulan
(1) Mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah
(2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
(3) Mempelajari bahan pelajaran yang aktual dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat
(4) Jika dilaksanakan secara kelompok dapat mengembangkan kemampuan
sosial siswa
(5) Mengoptimalkan kemampuan siswa
e. Kelemahan
(1) Waktu yang digunakan relatif lama
(2) Bahan pelajaran tidak bersifat logis dan sistematis
(3) Memerlukan bimbingan dari guru
C. Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar
Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Keterampilan proses merupakan pendekatan belajar – mengajar yang mengarah
pada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa (Depdikbud 1990:9).
52
Pengalaman yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dapat berupa pengalaman
intelektual, emosional, social, fisik-motorik. Perkembangan itu dicapai melalui
serentetan pengalaman, yaitu pengalaman mengindera, seperti melihat dan mendengar.
Pengalaman berpikir, seperti mengingat dan menyelesaikan persoalan. Pengalaman
sosial, seperti berkomunikasi dan bekerja sama. Pengalaman emosional, seperti
dihargai dan dikagumi.
Dalam metode ceramah, pengalaman menyimak merupakan pengalaman yang
cenderung banyak diperoleh siswa. Disini akan terjadi proses mental yaitu mengerti
dan tidak mengerti, diterima dan tidak diterima.
Pembelajaran melalui diskusi yang dilaksanakan secara efektif akan banyak
berdampak terhadap pengalaman siswa. Pengalaman yang diperoleh diantaranya yaitu
bekerja sama, menjadi pemimpin/anggota kelompok, mengeluarkan ide atau pendapat,
berkomunikasi dalam kelompok dan pengalaman menyimpulkan hasil penyelesaian
masalah.
Dalam pembelajaran simulasi secara langsung maupun tidak langsung akan
berdampak terhadap pengalaman belajar siswa, diantaranya dalam berinteraksi,
berkomunikasi dalam kelompok, bekerja sama dan menilai proses kegiatan simulasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi adalah posisi siswa
seluruhnya harus dapat memperhatikan terhadap objek yang akan didemonstrasikan.
Pengalaman yang diperoleh yaitu memperhatikan prosedur yang sistematis,
mempraktikan keterampilan secara proses, menggunakan alat atau bahan yang
sebenarnya.
Dalam pembelajaran eksperimen, pengalaman yang diperoleh hamper sama dengan
pembelajaran demonstrasi, tetapi dalam eksperimen juga akan diperoleh pengalaman
membanding-bandingkan dengan hasil eksperimen yang lain, mendiskusikan apabila
ada perbedaan dan kekeliruan, menemukan suatu konsep dan membuktikan secara
proses.
Pengalaman yang diperoleh dari pembelajaran karya wisata yaitu bersosialisasi,
bekerja sama, berinteraksi, mengamati dan menilai objek. Pengembangan kemampuan
dengan pengalaman memecahkan masalah, mengambil keputusan dan menerapkan ide-
ide.
53
MODUL 6
MEDIA PEMBELAJARAN
Tingkat keefektifan pembelajaran di sekolah dasar salah satunya dipengaruhi oleh
kemampuan guru menerapkan asas kekonkretan dalam mengelola proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan asas kekonkretan dalam pembelajaran di sekolah dasar dibutuhkan
adanya media pembelajaran yang tepat. Penggunaan media dalam proses pembelajaran
akan menumbuhkan kebermaknaan belajar di mana para siswa akan lebih tertarik, merasa
senang, dan termotivasi untuk belajar, serta menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu
yang dipelajarinya.
A. Hakikat, Fungsi serta Peranan Media Pembelajaran
Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan-
pesan pembelajaran (messages) yang disampaika oleh sumber pesan (guru) kepada
penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan
cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya.
Pemahaman terhadap konsep media pembelajaran tidak terbatas hanya kepada
peralatan (hardware), tetapi yang lebih utama yaitu pesan atau informasi (software)
yang disajikan melalui peralatan tersebut. Dengan demikian, konsep media
pembelajaran itu mngandung pengertian adanya peralatan dan pesan yang
disampaikannya dalm satu kesatuan yang utuh.
Fungsi utama media pembelajaran, yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan
situasi pembelajaran yang lebih efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus
dijadikan bagian integral keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam
penggunaannya harus relevan dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan
ajar, tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau
memancing perhatian siswa semata. Fungsi lain yaitu untuk mempercepat proses
belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan
mengurangi verbalisme (salah penafsiran)
Guru dapat lebih mengefektifkan pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran
melalui penggunaan media secara optimal, sebab media ini memiliki nilai dan manfaat
yang sangat menguntungkan, diantaranya :
1. Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak
54
2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam
lingkungan belajar
3. Menampilkan objek yang terlalu besar dan kecil
4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
B. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Ada tiga jenis media pembelajaran yang perlu dipahami oleh para guru, yaitu:
media visual, media audio, dan media audiovisual. Dari masing-masing jenis media
tersebut terdapat berbagai bentuk media yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah dasar.
1. Media Visual
a. Media Visual yang Diproyeksikan (Projected Visual)
Media visual yang dapat diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang
merupakan alat proyeksi (projector) sehingga gambar atau tulisan tampak pada
layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam,
misalnya gambar diam(still pictures) dan media proyeksi gerak, misalnya
gambar bergerak (motion pictures)
b. Media Visual Tidak Diproyeksikan (Non Projected Visual)
(1) Gambar Fotografik
Gambar fotografik atau seperti fotografik iini termasuk ke dalam
gambar diam/mati (still pictures).
Keuntungan menggunakan media gambar fotografik :
(a) Dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih
realistik.
(b) Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, suratkabar, kalender, dan
sebagainya.
(c) Mudah menggunakaannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
(d) Tidak mahal, bahkan tidak mengeluarkan biaya untuk pengadaannya.
(e) Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua mata
pelajaran/disiplin ilmu.
(2) Grafis (graphic)
Media grafis merupakan media pandang dua dimensi yang dirancang
untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Unsur-unsur yang terdapat
55
pada media grafis ini adalah gambar dan tulisan. Media grafis yang sering
digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
(a) Grafik (graph)
Grafik merupakan gambar yang sederhana untuk mengambarkan data
kuantitatif yang akurat dan mudah untuk dimengerti.
(b) Bagan (Chart)
Bagan dirancang untuk menggambarkan atau menunjukkan suatu ide
atau gagasan melalui garis, simbol, gambar, dan kata-kata singkat.
(c) Diagram
Diagram merupakan suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk
memperlihatkan tentang tatakerja dari suatu benda, terutama dengan
garis-garis.
(d) Poster
Poster merupakan suatu kombinasi visual yang terdiri atas gambar dan
pesan/tulisan, biasanya menggunakan warna yang mencolok.
(e) Kartun
Kartun merupakan penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur
tentang orang, gagasan atau situasi yang dirancang untuk membentuk
opini siswa.
(f) Media Tiga Dimensi
Media tiga dimensi dalam hal ini terdiri atas media realia dan model.
Media realia merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang
berfungsi memberikan pengalaman secara langsung kepada para siswa.
Model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Model merupakan tiruan dari beberapa objek nyata.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk
mempelajari bahan ajar dan jenisnya , seperti program kaset suara(audio cassette),
CD audio, dan program radio
3. Media Audiovisual
56
Media audiovisual merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut
media pandang dengar. Contohnya yaitu program video/televisi pendidikan,
video/televisi instruksional, program slide suara dan program CD interaktif.
Setiap media memiliki karakteristik (kelebihan dan keterbatasan), oleh karena
itu tidak ada media yang dapat digunakan untuk semua situasi atau tujuan. Media
mana yang akan digunakan tergantung kepada kompetensi/tujuan yang ingin
dicapai, sifat bahan ajar, ketersediaan media tersebut, dan kemampuan guru dalam
mengunakannya.
C. Pemilihan, Penggunaan dan Perawatan Media Pembelajaran Sederhana
Media pembelajaran sederhana adalah jenis-jenis media pembelajaran yang relatif
mudah dibuat, bahannya mudah diperoleh, mudah digunakan, serta harganya relatif
murah. Namun demikian, sederhana tidaknya suatu media tersebut sebenarnya
tergantung pada kondisi suatu sekolah.
Pemilihan media pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh guru untuk menentukkan jenis media mana yang lebih
tepat digunakan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, sifat materi yang akan
disampaikan, strategi yang digunakan, serta evaluasinya. Adanya pemilihan media ini
disebabkan sangat banyak dan bervariasinya jenis media dengan karakteristik yang
berbeda-beda.
Terdapat tiga hal utama yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan Pemilihan Media Pembelajaran
Memilih media pembelajaran harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan
yang jelas.
b. Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dari segi
keandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
c. Alternatif Media Pembelajaran yang Dapat Dipilih
Memilih media merupakan proses mengambil atau menentukan keputusan dari
berbagai pilihan(alternatif) yang ada.
Supaya media pembelajaran yang dipilih tepat perhatikan beberapa faktor
berikut:
57
(1) Rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran atau satuan pembelajaran ini
harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
(2) Sasaran belajar. Maksud sasaran belajar ini adalah siswa yang akan
menerima pesan atau informasi melalui media pembelajaran.
(3) Tingkat keterbacaan media (reliability). Maksudnya apakah media
pembelajaran tersebut sudah memenuhi syarat-syarat teknis, seperti
kejelasan gambar, huruf, dan pengaturan warna.
(4) Situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi tempat atau ruangan yang
dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan keadaan siswa..
(5) Objektivitas. Pemilihan media terhindar oleh kesenangan pribadi semata
(subjektif).
Penggunaan media pembelajaran sederhana perlu memperhatikan tujuan yang ingin
dicapai, sifat dari bahan ajar, karakteristik sasaran belajar (siswa), dan kondisi
tempat/ruangan. Yang menjadi pertimbangan antara lain: kesederhanaan, menarik
perhatian, adanya penonjolan/penekanan (misalnya dengan warna), direncanakan
dengan baik, serta memungkinkan siswa lebih aktif belajar.
Untuk pemeliharaan media pembelajaran agar awet dan dapat digunakan lebih
lama perlu diupayakan berbagai cara, baik secara teknis, misalnya dengan memberi
bingkai pada media grafis (mounting frame), maupun yang lebih ideal, yaitu
menyediakan tempat atau ruangan yang secara khusus diset untuk penyimpanan
berbagai jenis media pembelajaran.
D. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu
yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
Sumber-sumber dapat berupa pesan atau informasi, orang, bahan-bahan,
alat/perlengkapan, teknik/metode, dan lingkungan
Lingkungan sebagai sumber belajar memiliki nilai-nilai yang sangat berharga yang
dapat di optimalkan dalam proses pembelajaran. Lingkungan dapat memperkaya bahan
dan kegiatan belajar siswa.
Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri atas
lingkungan sosial dan lingkungan fisik atau lingkungan alam. Lingkungan sosial dapat
58
digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Lngkungan alam
dapat digunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam serta dapat menumbuhkan
kesadaran siswa akan cinta alam dan berpartisipasi dalam memelihara alam.
Prosedur belajar untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat
ditempuh melalui kegiatan dengan membawa siswa ke lingkungan seperti survei,
karyawisata, berkemah di alam terbuka, praktik lapangan, dan pelayanan kepada
masyarakat atau dengan membawa lingkungan ke dalam kelas/sekolah, seperti
pemanfaatan narasumber yang ada di masyarakat untuk berbicara di sekolah.
Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berhasil dengan baik, perlu
dilakukan perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam langkah-langkah
tersebut, guru dan siswa terlibat aktif sehingga kegiatan pemanfaatan lingkungan
tersebut menjadi tanggung jawab bersama.
MODUL 7
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviors) yang harus
dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas
mengajar secara efektif, efisien dan profesional (As. Gilcman,1991). Dengan demikian
keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan atau
kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam
melaksanakan tugas mengajarnya.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh seorang
tenaga pengajar, yaitu;
1. Menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach)
2. Menguasai metodologi atau cara untuk membelajarkannya( how to teach)
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek no 2 yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai
oleh tenaga pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar memberikan
pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses
59
menyampaikan materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti pembinaan
sikap, emosional, karakter, kebiasaan dan nilai-nilai.
B. Jenis-jenis Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar yang harus ada pada seorang tenaga pengajar atau
pendidik dapat dibedakan menjadi 8 jenis keterampilan. Keterampilan dasar mengajar
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan Menjelaskan
a. Pengertian keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelasakan adalah suatu keterampilan menyajikan bahan
belajar yang diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang
berarti, sehingga mudah dipahami para peserta didik.
b. Prinsip-prinsip menjelaskan
(1) Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta
didik
(2) Penjelasan harus diselingi tanya jawab
(3) Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru
(4) Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
(5) Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi peserta didik
(6) Dapat menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang kongkrit dan
dihubungkan dengan kehidupan
c. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menjelaskan
(1) Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan harus sederhana, terang dan
jelas
(2) Bahan yang akan diterangkan dipersiapkan dan dikuasai terlebih dahulu
(3) Pokok-pokok yang diterangkan harus disimpulkan
(4) Dalam menjelaskan serta dengan contoh dan ilustrasi
(5) Adakan pengecekan terhadap tingkat pemahaman peserta didik melalui
pertanyaan-pertanyaan
2. Keterampilan Bertanya
a. Pengertian keterampilan bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi,
termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan
60
ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru sebagai stimulus untuk
memunculkan atau menumbuhkan jawaban(respon) dari peserta didik.
b. Tujuan keterampilan bertanya :
(1) Memotivasi peserta didik agar terlibat dalam interaksi belajar
(2) Melatih kemampuan mengutarakan pendapat
(3) Merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik
(4) Melatih peserta didik berfikir divergen
(5) Mencapai tujuan belajar
c. Jenis-jenis pertanyaan
(1) Pertanyaan langsung, yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada salah satu
peserta didik
(2) Pertanyaan umum dan terbuka, yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada
seluruh kelas
(3) Pertanyaan retorik, yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban
(4) Pertanyaan faktual, yaitu pertanyaan untuk menggali fakta dan informasi
(5) Pertanyaaan yang diarahkan kembali, yaitu pertanyaan yang dikembalikan
kepada peserta didik atas pertanyaan peserta didik lain
(6) Pertanyaan memimpin (Leading Question) yaitu pertanyaan yang
jawabannya tersimpul dalam pertanyaan itu sendiri
d. Prinsip-prinsip bertanya
(1) Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja. Berikan waktu berfikir
kepada peserta didik
(2) Pertanyaan hendaknya singkat, jelas dan disusun dengan kata-kata yang
sederhana
(3) Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada para peserta didik
(4) Pertanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random
(5) Pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan
peserta didik
(6) Sebaiknya hindari pertanyaan retorika atau leading question
e. Teknik-teknik dalam bertanya
(1) Tekhnik menunggu
(2) Tekhnik menguatkan kembali
(3) Tekhnik menuntun dan menggali
61
(4) Tekhnik melacak
3. Keterampilan Menggunakan Variasi Stimulus
a. Pengertian keterampilan menggunakan variasi
Keterampilan menggunakan variasi stimulus merupakan keterampilan guru
dalam menggunakan bermacam kemampuan dalam mengajar untuk
memberikan rangsangan kepada siswa agar suasana pembelajaran selalu
menarik, sehingga siswa bergairah dan antusias dalam menerima pembelajaran
dan aktivitas belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif.
b. Tujuan penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar :
(1) menghilangkan kejemuan dalam mengikuti proses belajar
(2) mempertahankan kondisi optimal belajar
(3) meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik
(4) memudahkan pencapaian tujuan pengajaran
c. Jenis-jenis variasi dalam mengajar
(1) variasi dalam penggunaan media
(2) variasi dalam gaya mengajar
(3) variasi dalam penggunaan metode
(4) variasi dalam pola interaksi yaitu gunakan pola interaksi multi arah
d. Prinsip-prinsip penggunaan variasi dalam pengajaran
(1) gunakan variasi dengan wajar, jangan dibuat-buat
(2) perubahan satu jenis variasi ke variasi lainnya harus efektif
(3) penggunaan variasi harus direncakan dan sesuai dengan bahan, metode, dan
karakteristik peserta didik
4. Keterampilan Memberi Penguatan
a. Pegertian keterampilan memberi penguatan
Memberi penguatan atau reincorcement merupakan tindakan atau respon
terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan
kualitas tingkah laku tersebut di saat yang lain.
b. Tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan :
(1) Menimbulkan perhatian peserta didik
(2) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik
(3) Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi
(4) Merangsang peserta didik berfikir yang baik
62
(5) Mengembalikan dan mengubah sikap negatif peserta dalam belajar ke arah
perilaku yang mendukung belajar
c. Jenis-jenis penguatan
(1) Penguatan Verbal
(2) Penguatan Gestural
(3) Penguatan dengan cara mendekatinya
(4) Penguatan dengan cara sambutan
(5) Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
(6) Penguatan berupa tanda atau benda
d. Prinsip-prinsip penguatan
(1) Dilakukan dengan hangat dan semangat
(2) Memberikan kesan positif kepada peserta didik
(3) Berdampak terhadap perilaku positif
(4) Dapat bersifat pribadi atau kelompok
(5) Hindari penggunaan respon negative
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a. Pengertian Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk mengkondisikan
mental peserta didik agar siap dalam menerima pelajaran. Dalam membuka
pelajaran peserta didik harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan
langkah-langkah yang akan ditempuh.
Keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan guru dalam
mengakhiri kegitan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru dapat
menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik
dan tingkat keberhasilan guna dalam proses belajar mengajar.
b. Tujuan membuka dan menutup pelajaran adalah :
(1) Untuk menimbulkan minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran
yang akan dibicarakan
(2) Menyiapkan mental para peserta didik agar siap memasuki persoalan yang
akan dibicarakan
(3) Memungkinkan peserta didik mengetahui tingkat keberhasailan dalam
pelajaran
(4) Agar peserta didik mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan
63
c. Prinsip-prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran
(1) Dalam membuka pelajaran harus memberi makna kepada peserta didik,
yaitu dengan menggunakan cara-cara yang relevan dengan tujuan dan bahan
yang akan disampaikan
(2) Hubungan antara pendahuluan dengan inti pengajaran serta dengan tugas-
tugas yang dikerjakan sebagai tindak lanjut nampak jelas dan logis
(3) Menggunakan apersepsi yaitu mengenalkan pokok pelajaran dengan
menghubungkannya terhadap pengetahuan yang sudah diketahui oleh
peserta didik.
6. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
(1) Pengertian mengajar kelompok kecil dan perorangan
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru
melayani kegiatan peserta didik dalam belajar secara kelompok dengan
jumlah peserta didik berkisar antara 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8
orang untuk setiap kelompoknya.
Sedangkan keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran
individual adalah kemampuan guru dalam mennetukan tujuan, bahan ajar,
prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan
memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual
peserta didik.
(2) Tujuan guru mengembangkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan adalah :
(a) Keterampilan dalam pendekatan pribadi
(b) Keterampilan dalam mengorganisasi
(c) Keterampilan dalam membimbing belajar
(d) Keterampilan dalam merencakan dan melaksanakan KBM
7. Keterampilan Mengelola Kelas
a. Pengertian keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam
mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal.
b. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah :
64
(1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
memgembangkan kemampuannya secara optimal
(2) Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disipilin yang dapat
merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar
(3) Mempertahankan keadaan yang stabil dalam susana kelas, sahingga bila
terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dikurangi dan dihindari
(4) Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik
(5) Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta
didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual
peserta didik dalam kelas.
c. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
(1) Keluwesan, digunakan apabila guru mendapatkan hambatan dalam perilaku
peserta didik, sehingga guru dapat merubah strategi mengajarnya
(2) Kehangatan dan keantusiasan
(3) Bervariasi, gunakan variasi dalam proses belajar mengajar
(4) Tantangan, gunakan kata-kata, tindakan atau bahan sajian yang menantang
(5) Tanamkan displin diri, selalu mendorong peserta didik agar memiliki
disipin diri
(6) Menekankan hal-hal positif, memikirkan hal positif dan menghindarkan
konsentrasi pada hal negative
d. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
(1) Keterampilan yang bersifat preventif guru dapat menggunakan
kemampuannya dengan cara :
(a) Memusatkan perhatian
(b) Menunjukkan sikap tanggap
(c) Menegur
(d) Membagi perhatian
(e) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
(f) Memberi penguatan
(g) Keterampilan megelola kelas yang bersifat represif, guru dapat
menggunakan keterampilan dengan cara :
- Pengelolaan kelompok
- Modifikasi tingkah laku
65
- Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah
(2) Hal-hal yang harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan
mengelola kelas :
(a) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
(b) Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
(c) Penyimpangan
(d) Kesenyapan
(e) Bertele-tele
8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
a. Pengertian
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam
kerja sama kelompok bertujuan memecahkan suatu permasalahan, mengkaji
konsep, prinsip atau kelompok tertentu. Untuk itu guru memiliki peran sangat
penting sebagai pembimbing agar proses diskusi dapat berlangsung sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kecil :
(1) Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan
(2) Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan
(3) Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis
(4) Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi
c. Komponen keterampilan guru dalam megembangkan pembimbingan kelompok
kecil :
(1) Memperjelas permasalahan
(2) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
(3) Pemusatan perhatian
(4) Menganalisa pandangan peserta didik
(5) Meningkatkan urutan pikiran peserta didik
(6) Menutup diskusi
d. Hal-hal yang harus dihindari dalam membimbing diskusi kelompok kecil :
(1) Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik
66
(2) Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk
memikirkan pemecahan masalah
(3) Membiarkan diskusi dikuasai oleh peserta didik tertentu
(4) Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada
kaitannya dengan topik pembicaraan
(5) Membiarkan peserta didik tidak aktif
(6) Tidak merumuskan hasil diskusi dan tiadak membentuk tindak lanjut
Keberhasilan pengajaran selain didukung oleh keaktifan siswa yang belajar,
juga dipengaruhi oleh keterampilan guru dalam mengelola interaksi belajar
mengajar. Berbagai jenis keterampilan mengajar yang perlu diketahui oleh guru,
salah satu jenis keterampilan mengajar adalah keterampilan bertanya.
Setiap kegiatan belajar-mengajar hampir tidak pernah lepas dari pertanyaan
guru, dalam arti seseorang guru yang sedang mengajar pasti akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan berapapun frekuensinya. Oleh karena itu guru perlu
memahami teknik-teknik (keterampilan bertanya) agar pertanyaan mencapai
sasaran yang tepat. Pertanyaan yang diajukan oleh guru mempunyai beberapa
maksud, antara lain untuk memberikan dorongan kepada siswa agar mereka
mengemukakan pendapat, sekedar apersepsi, atau untuk mendapatkan umpan balik
dan sebagainya. Guru dapat melontarkan pertanyaan tersebut kepada siswa secara
individual maupun kelompok. Adapun jenis pertanyaan yang diajukan bervariasi
dari pertanyaan tingkat rendah sampai pertanyaan dengan taraf kesulitan yang
tinggi. Klasifikasi pertanyaan tersebut bertitik tolak dari taksonomi Bloom.
Seorang guru perlu mempelajarinya dengan maksud agar dapat menganalisis
keterampilan bertanya dan dapat menggunakan dengan baik di depan kelas.
Secara lebih rinci lagi guru diharapkan dapat:
a. menguraikan secara rasional keterampilan bertanya
b. menunjukkan minimal lima hal yang merupakan kebiasaan yang harus
dihindari oleh guru
c. mengidentifikasi tipe-tipe pertanyaan
d. menggunakan secara efektif variasi pertanyaan
e. memberi contoh keterampilan bertanya dasar
f. memberi contoh keterampilan bertanya lanjut
g. memberi contoh untuk tiga jenjang pertanyaan tingkat rendah
67
h. memberi contoh untuk tiga jenjang pertanyaan tingkat tinggi
C. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pertanyaan Guru
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sering memberikan pertanyaan kepada
siswa baik yang diajukan kepada seluruh kelompok, kelompok kecil atau siswa secara
individual. Hampir tidak ada suatu kegiatan belajar mengajar tanpa satupun pertanyaan
yang dilontarkan oleh guru. Menurut Borich yang dikutif oleh Cole dan Chan bahwa
pertanyaan adalah ungkapan verbal yang digunakan untuk mendapatkan tanggapan dari
pihak lain. Pertanyaan digunakan oleh guru untuk melihat pikiran dan tanggapan siswa
secara benar terhadap penjelasan guru. Disamping itu pertanyaan dapat mendorong
siswa agar mengajukan pendapat, mengajak siswa berpikir, untuk mendapatkan umpan
balik, jalan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan sebagainya.
Cara yang digunakan oleh guru dalam mengajukan pertanyaan, berpengaruh dalam
hasil belajar dan cara berpikir siswa. Cara yang mempunyai pengaruh positif bagi
kegiatan belajar siswa merupakan cara yang tidak mudah. Pengajuan pertanyaan yang
penu arti dan menarik, merupakan tugas yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, guru
perlu memahami dan menguasai keterampilan bertanya sebagai salah satu keterampilan
mengajar.
Fungsi pertanyaan guru adalah sebagai alat mengajar. Pada umumnya guru
menggunakan teknik bertanya sebagai alat mengajar, walaupun sebagian besar dari
pertanyaan yang diajukan masih berupa pertanyaan ingatan belaka.
Dalam mengajukan pertanyaan guru mempunyai maksud-maksud tertentu, yang
antara guru satu dengan guru yang lainnya bekum tentu tujuannya sama. Oleh karena
itu jenis pertanyaan guru kalau diinventarisasikan akan banyak sekali. Tujuan
pertanyaan yang diajukan guru antara lain mempunyai maksud sebagai berikut:
1. Memberikan batu loncatan (apersepsi) sebelum memasuki pokok bahasan baru
2. Mengenai apa yang telah diketahui siswa tentang pokok bahasan yang diajarkan
3. Memusatkan perhatian siswa pada pokok bahasan yang sedang disajikan
4. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa pada suatu pokok bahasan
yang diajarkan
5. Mengenal kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran
6. Mengembangkan cara belajar siswa aktif
7. Mmberikan rangsangan pada para siswa agar mereka berpikir kritis dan kreatif
68
8. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat
9. Mengajak para siswa untuk memecahkan masalah
10. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengasimilasikan informasi
11. Untuk meninjau kembali apa yang dijelaskan guru
12. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa dalam melaksanakan tugas
D. Penggunaan Keterampilan Bertanya
Dalam usaha mencapai tujuan di atas, guru perlu memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Kehangatan dan Keantusiasan
Kelas akan kelihatan hidup apabila guru menunjukkan sikap yang antusias dan
hangat. Sikap ini akan tampak pada gaya guru, ekspresi wajah, suara serta gerakan
badan yang dapat mempengaruhi suasana kelas gembira dan akrab. Guru yang
membawa persoalan dari rumah ke sekolah dan terbawa pada saat saat ia mengajar,
akan menunjukkan sikap yang murung dan tidak gairah mengajar. Akibatnya
suasana kelas akan terpengaruh juga oleh sikap guru yang kurang bergairah ini.
Siswa akan enggan berpartisipasi karena melihat sikap guru yang murung dan
kemungkinan besar menjadi cepat marah. Sikap ini harus dihindari. Betapapun
beratnya persoalan dihadapi guru, di depan kelas ia harus bersikap wajar jangan
perlihatkan sikap murung, sedih atau bersungut-sungut. Sikap hangat dan antusias
ditunjukkan dalam mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban dari siswa.
2. Kebiasaan-kebiasaan yang perlu dihindari
Dalam mengajukan pertanyaan ada beberapa hal yang perlu dihindari, ialah:
a. mengulangi pertanyaan sendiri
b. mengulangi jawaban siswa
c. menjawab pertanyaan sendiri
d. pertanyaan yang menjawab jawaban serentak
e. pertanyaan ganda
f. menunjuk siswa tertentu sebelum memberikan pertanyaan
E. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut
Pertanyaan guru ada yang hanya meminta siswa untuk mengingat kembali fakta
atau informasi yang telah diterima, tetapi ada pula pertanyaan yang menuntut tingkat
69
berpikir yang lebih tinggi dari siswa. Oleh karena itu dalam mempelajari keterampilan
bertanya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Keterampilan bertanya dasar
Untuk dapat mencapai tujuan penggunaan pertanyaan di dalam kelas, guru perlu
memahami komponen-komponen keterampilan bertanya dasar. Keterampilan
bertanya dasar mempunyai komponen-komponen sebagai berikut:
a. pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat
b. pemberian acuan
c. pemusatan
d. pemindahan giliran
e. penyebaran
f. pemberian waktu berpikir
g. sambutan yang hangat dan antusias
h. pemberian tuntunan
2. Keterampilan bertanya lanjut
Penguasaan komponen bertanya lanjut, juga berlandaskan pengusaan komponen
bertanya dasar, oleh karena itu semua komponen bertanya dasar juga masih dipakai
dalam menerapkan keterampilan bertanya lanjut.
a. Penggunaan keterampilan bertanya lanjut:
Dalam menerapkan keterampilan bertanya lanjut, ada kebutuhan yang lebih
tinggi sifatnya yang belum dapat dijangkau oleh keterampilan bertanya dasar
ialah usaha siswa untuk mengembangkan kemampuan mengatasi masalah serta
berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu penggunaannya
meliputi:
(1) Mengembangkan kemampuan menemukan, mengorganisasi dan melalui
informasi yang diperoleh
(2) Meningkatkan kemampuan membentuk dan mengungkapkan pertanyaan
berdasarkan informasi yang lengkap dan relevan
(3) Mendorong siswa mengembangkan ide-ide serta mengemukakannya
kepada kelompok secara timbal balik
(4) Memberi kesempatan-kesempatan siswa memperoleh keberhasilan yang
lebih daripada biasanya
b. Komponen-komponen keterampilan bertanya lanjut
70
(1) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
(2) Pengaturan urutan pertanyaan
(3) Penggunaan pertanyaan pelacak
(4) Peningkatan terjadinya interaksi
c. Klasifikasi Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
Pada uraian di atas telah disinggung bahwa pertanyaan yang hanya
menuntut siswa mengingat kembali fakta/informasi yang telah diterima, namun
ada pula pertanyaan yang menuntut tingkat berpikir yang lebih tinggi. Untuk
memudahkan anda dalam membuat pertanyaan, taksonomi Bloom dapat
dipakai sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan pertanyaan. Sebelumnya
perlu anda ketahui bahwa taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang
dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga
diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.
Ada tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom
dan kawan-kawan dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut
aspek pikir); afektif (yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang
menyangkut aspek keterampilan).
(1) Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah :
(a) pengetahuan (knowledge)
(b) pemahaman (comprehension)
(c) penerapan (application)
(2) Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
(a) analisis (analysis)
(b) sintesis (synthesis)
(c) evaluasi (evaluation)
d. Pertanyaan pemahaman (comprehension)
Pertanyaan ini meminta untuk menujukkan bahwa ia telah mengerti atau
memahami sesuatu. Ia dikatakan memahami sesuatu berarti ia telah dapat
mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan
menggunakan kalimatnya sendiri. Jadi pada tingkat ini siswa sudah tidak lagi
mengingat dan mengahfal informasi yang diperoleh, melainkan harus dapat
memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut.
Bentuk pertanyaan jenis ini adalah:
71
(1) Memberkan penjelasan dengan kata-kata sendiri
(2) Menyatakan ide-ide pokok tentang sesuatu dengan kata-kata sendiri
(3) Membedakan atau membandingkan
(4) Menerangkan dengan grafik
(5) Mengubah bahan dari bentuk yang satu ke dalam bentuk lain
Untuk pertanyaan pemahaman perlu diigat bahwa informasi atau bahan
pelajaran harus sudah diberikan/diajarkan kepada siswa, sehingga waktu
guru memberikan pertanyaan yang maksudnya untuk mengetahui apakah
informasi yang telah diberikan telah dipahami siswa, mereka sudah
mempunyai bahan untuk menjawab.
e. Pertanyaan penerapan (aplikasi)
Kalau pada tingkat lebih rendah siswa hanya diminta mengingat
kembali, kemudian setelah memahami sesuatu pelajaran ia dapat
mengungkapakan kembali yang telah dipelajari, maka kecakapan itu harus
diingatkan lagi. Siswa harus dapat menggunakan informasi yang telah
dipelajari itu untuk diterpkan pada suatu atau pada kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat ini, yang dimaksud dengan pertanyaan penerapan adalah
pertanyaan pertanyaan yang menuntut suatu jawaban dengan menggunakan
informasi yang telah diperoleh seelumnya.
Disini siswa dihadapkan pada pemecahan masalah sederhana dengan
menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Dengan menggunakan
konsep, prinsip, aturan, hukum atau proses yang dipeajari sebelumnya,
siswa diharapkan dapat menentukan suatu jawaban yang benar terhadap
masalah itu.
f. Pertanyaan analisis
Pertanyaan ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan
tingkat tinggi. Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berpikir secara
mendalam, kritis, bahkan menciptakan sesuatu yang baru untuk menjawab
pertanyaan analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab, motif-
motif atau mengadakan deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan
umum/hukum/teori, dicari fakta-faktanya). Oleh karena itu pertanyaan
analisis tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar, melainkan
berbagai alternatif. Siswa tidak lagi hanya mengahafal atau mengingat-ingat
72
apakah yang telah dipelajari melainkan dituntut pemikiran kritis. Guru harus
waspada dengan jawaban siswa, mungkin jawaban itu hanya diperoleh dari
bagian bab dalam buku teks dan bukan hasil pemikirannya. Pertanyaan
analisis menuntut siswa terlibat dalam proses kognitif sebagai berikut:
(1) Menguraikan alasan atau sebab-sebab dari suatu kejadian
(2) Mempertimbangkan dan menganalisis inforamsi yang tersedia agar
mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi berdasarkan informasi
(3) Menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti
yang menunjang atau menyangkal kesimpulan/generalisasi itu
g. Pertanyaan sintesis
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tingakta tinggi yang menuntut
siswa untuk berpikir orisinil dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan
diperoleh kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian atau unsur-
unsur agar dapat merupakan suatu kesatuan. Mereka dituntut untuk
mendakan induksi (dari fakta-fakta/unsur-unsur/informasi, diambil suatu
kesimpulan atau generalisasi). Siswa tidak hanya menerka jawaban,
melainkan harus berpikir dengan sunguh-sunguh. Jenis pertanyaan ini akan
dapat meningkatkan kreativitas serta daya penalaran siswa. Pertanyaan
sintesis ini dapat berbentuk:
(1) Pertanyaan yang meminta siswa mengadakan prediksi atau membuat
ramalan
(2) Pertanyaan yang diminta siswa mengungkapkan ide dan mengahasilkan
komunikasi orisinil
(3) Pertanyaan yang menuntut pemecahan masalah
h. Pertanyaan evaluasi
Pertanyaan ini menuntut proses berpikir yang paling tinggi, karena
pekerjaan menialai hanya mungkin dilakukan dengan baik bila fungsi-
fungsi kognitif yang lain, dari pengetahuan sampai dengan sintesis telah
dikuasai. Untuk dapat menyatakan pendapat atau menilai berbagai ide,
karya seni, pemecahan masalah serta alasan-alasan keputusannya, harus
digunakan kriteria-kriteria tertentu, apakah berupa kriteria yang benar atau
nilai-nilai yang dipilih oleh siswa sendiri.
73
Dalam pertanyaan evaluasi adanya standar atau kriteria pengukuran
merupakan sesuatu yang mutlak. Penggunaan standar atau kriteria yang
berbeda akan mengakibatkan jawaban yang berbeda pula. Tetapi dalam
mengembangkan penalaran siswa, jawaban-jawaban yang berbeda tersebut
memang diharapkan. Hal ini menunjukkan adanya pemikiran dari setiap
siswa, berarti bukan hanya menghafal atau meniru jawaban orang lain.
Pertanyaan evaluasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
(1) pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat tentang berbagai
persoalan
(2) pertanyaan yang menilai suatu ide
(3) pertanyaan yang meminta siswa menetapkan suatu cara pemecahan
masalah
(4) pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya seni terbaik
MODUL 8
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR 2
Keterampilan dasar mengajar 2 merupakan kelanjutan dari ketrampilan mengajar 1.
Ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi dan menjelaskan yang
merupakan pokok dari ketrampilan mengajar 1 akan dilanjutkan dengan ketrampilan
membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
mengelola kelas dan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
A. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1. Pengertian dan tujuan
Secara umum ketrampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan
ketrampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan belajar dan
mengakhiri pelajaran. Dari pengertian di atas mungkin ada yang mengartikan
bahwa ketrampilan ini yaitu hanya terjadi pada awal dan akhir pembelajaran saja.
74
Namun, dalam kenyataan dalam pembelajaran ini bisa terjadi beberapa kali yaitu
setiap penggal pembelejaran.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapka ketrampilan membuka pelajaran
yaitu :
a. Menyiapkan mental sisiwa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran
b. Meningkatkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
c. Memberikan gambaran yang jelas tentang batsan- batasan tugas yang harus
yang harus dikerjakan siswa
d. Menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah
dimiliki/diketahui dengan yang akan dipelajari
e. Member gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau
dilaksanakan dalam kegiatan belajar.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan ketrampilan menutup pelajaran
adalah :
a. Mementapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah
berlangsung
b. Mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang
telah dijalani
c. Memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja
dipelajari.
Melihat pentingnya tujuan-tujuan tersebut, maka guru tak boleh melalaikan
akan membuka dan menutup pelajaran dengan alas an apapaun. Karena kelalaian
akan membuka dan menutup pelajaran akan membuat tidak terarahnya
pembelajaran dan tidak tertatanya kemepuan siswa.
2. Komponen Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran
a. Membuka pelajaran
Komponen yang harus dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah
sebagai berikut :
(1) Menarik perhatian siswa
Menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(a) Memvariasi gaya mengajar guru
(b) Menggunakan alat-alat bantu mengajar yang dapat menarik perhatian
siswa
75
(c) Penggunaaan pola interaksi yang bervariasi
(2) Menimbulkan motivasi
Cara menimbulkan motivasi ada bermacam-macam, antara lain.
(a) Sikap hangat dan antusias
(b) Menimbulkan rasa ingin tahu
(c) Mengemukakan ide yang berhubungan
(d) Memperhatikan minat siswa
(3) Memberi acuan
Acuan dapat diberikan dengan berbagai cara.diantaranya
(a) Mengemukakan tujuan dan batasan tugas
(b) Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
(c) Mengingatkan masalah pokok yang akan dilakukan
(d) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
akan dibahas
(4) Membuat kaitan
Membuat kaitan dapat dilakukan dengan cara :
(a) Mengaitkan aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah
diajarkan
(b) Membandingkan dan mempertentangkan pengetahuan bau dengan
pengetahuan lama
(c) Menjelaskan garis besar konsep untuk bahan yang sama sekali baru.
b. Menutup pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan setiap akhir penggal kegiatan. agar
kegiatan menutup dapat berjalan efektif, guru diharapkan menguasai cara
menutup pelajaran sebagai berikut :
(1) Meninjau kembali
Setiap akhir kegiatan guru diharapkan meninjau kembalitentang
penguasaan murid. Hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
(a) Merangkum inti pelajaran
(b) Membuat ringkasan
(2) Menilai
Dilakukan dengan cara :
76
(a) Mengadakan tanya jawab secara lisan
(b) Mendemonstrasikan ketrampilan
(c) Mengaplikasikan ide baru
(d) Menyatakan pendapat tentang masalah yang dibahas
(e) Memberikan soal-soal tertulis yang dikerjakan oleh siswa
(3) Memberi tindak lanjut
Agar siswa dapat memantapkan/mengembangkan kemampuan yang
baru dipelajari, guru perlu member tindak lanjut, yang berupa :
(a) Memberi tugas rumah
(b) Tugas kelompok untuk merancang atau memecahkan sesuatu
c. Prinsip-prinsip penggunaan
Penerapan ketrampilan membuka dan menutup pelajaran harus
memerhatikan prinsip tertentu agar pelajaran menjadi efektif. Prinsip tersebut
yaitu bermakna dan berurutan serta berkesinambungan.
(1) Bermakna
Bermakna berarti relevan dengan materi yang akan dibahas dan sesuai
dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang
diinginkan.
(2) Berurutan dan berkesinambungan
Dalam hal ini gurur hendaknya berusaha menyusun kegiatan yang tepat,
yang sesuai dengan minat, pengalaman, dan kemampuan siswa, serta jelas
kaitannya antara yang satu dengan yang lain.
B. Keterampilan Membimbing Diskusi Kecil
1. Rasional
Ada beberapa alasan yang mendasari ketrampilan diskusi kelompok kecil, yaitu :
a. Musyawarah (diskusi) sudah membudaya dalam masyarakat Indonesia.
b. Tiap warga negara Indonesia diharapkan memiliki ketrampilan berdiskusi.
c. Ketrampilan berdiskusi/memimpin diskusi tidak dibawa sejak lahir
d. Diskusi punya peran khusus dalam mencapai tujuan pendidikan yang bersifat
pembentukan pribadi, nilai, kebiasaan dan ketrampilan.77
2. Pengertian
Tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat
disebut diskusi. Pembicaraan sekelompok orang dapat disebut diskusi jika :
a. Melibatkan kelompok, yang beranggotakan 3-9 orang.
b. Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal
c. Mempunyai tujuan yang mengikat anggota, sehingga terjadi kerjasama.
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju tercapainya
tujuan kelompok.
3. Komponen ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Agar guru dapat membimbing diskusi kelompoksecara efektif, ada 6 komponen
ketrampilan yang harus dikuasai guru. Komponen itu ialah :
a. Memusatkan perhatian
b. Memperjelas masalah dan uraian pendapat
c. Menganalisis pandangan
d. Meningkatkan urunan
e. Menyebatkan kesempatan berpartisipasi
f. Menutup diskusi.
4. Prinsip penggunaan
Prinsip-prinsip penggunaan tersebut adalah :
a. Diskusi bisa dilakukan disemua bidang studi.
b. Topik yang dibahas haruslah topik yang memerlukan pendapat dari orang yang
membahas.
c. Diperlukan guru pembimbing pada diskusi di tingkat SD
d. Iklim diskusi haruslah terbuka dan penuh persahabatan
78
e. Sebelum diskusi guru membuat perencanaan dan Persiapan seperti memilih
topic dan penyiapan informasi.
f. Harus memaklumi kelebihan dan kekurangan system diskusi
g. Menghindari hal-hal yang dapat membuat ketidakefektifan diskusi.
C. Keterampilan Mengelola Kelas
1. Rasional
Kegiatan belajar menjadi efektif apabila faktor-faktor yang mendukung telah
terciptakan. Salah satu factor tersebut ialah iklim yang kondusif atau optimal.
Iklim yang kondusif berkaitan dengan pengaturan barang dan orang. Misalnya,
pengaturan tempat duduk siswa yang sesuai dengan kegiatan yang sedang
berlangsung, ruangan kelas yang bersih dan terang, alat pelajaran yang menarik.
Semua factor tersebut akan berinteraksi menciptakan iklim kelas yang sehat dan
kondusif.
2. Pengertian
a. Pendekatan otoriter
b. Pendekatan permisisf
c. Pendekatan modifikasi tingkah laku
d. Pendekatan emosi sosioemosional
e. Usaha guru untuk membangun dan memelihara organisasi kelas yang efektif
3. Komponen-komponen keterampilan Mengelola Kelas
Komponen ketrampilan mengelola kelas dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
preventif dan represif.
a. Ketrampilan yang bersifat preventif
79
Ketrampilan ini mencakup kemampuan guru untuk mencegah gangguan
sehingga kondisi belajar yang optimal dapat diciptakan dan dipelihara. Untuk
itu, guru harus bisa mengambil prakarsa dan mengendalikan kegiatan
pembelajaran sehingga gangguan dapat diminimalisir.
Usaha untuk mencegah munculnya gangguan-ganguan antara lain dengan :
(1) Menunjukan sikap tanggap
(2) Membagi perhatian
(3) Memusatkan perhatian kelompok
(4) Memberikan petunjuk yang jelas
(5) Menegur
(6) Member penguatan
b. Ketrampilan yang bersifat represif
Kegiatan ini berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengatasi gangguan
yang muncul secara berkelanjutan sehingga kondisi kelas yang kacau dapat
dikembalikan menjadi kondisi yang optimal. Ada 3 pendekatan yang dilakukan
untuk mengatasi gangguan berkelanjutan, yaitu modifikasi tingkah laku,
pengelolaan kelompok, dan menemukan serta mengatasi tingkah laku yang
menimbulkan masalah.
(1) Memodifikasi tingkah laku
(2) Pengelolaan kelompok
(3) Menemukan dan memecahkantingkah laku yang menyebabkan masalah
pendekatan
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Agar mampu mengelola kelas secara efektif, guru harus memperhatikan
berbagai hal berikut :
80
(1) Kehangatan dan keantusiasan guru dalam menciptakan iklim yang
menyenangkan.
(2) Kata-kata dan tindakan guru yang dapat menggugah siswa untuk belajar dan
berperilaku baik akan mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang
menyimpang.
(3) Penggunaan variasi dalam mengajar akan mengurangi terjadinya gangguan.
(4) Keluwesan guru dlam kegiatan pembelajaran dapat mencegah munculnya
gangguan.
(5) Guru harus selalu menekankan hal-hal yang posiif dan menghindari
pemusatan perhatian pada hal-hal negative.
(6) Guru hendaknya mampu menjadi contoh dalam menanamkan disiplin diri
sendiri.
(7) Guru hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut
(a) Mencampuri urusan siswa secara berlebihan
(b) Kesenyapan
(c) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
(d) Penyimpangan yang berlarut dari pokok pembahasan
(e) Bertele-tele
(f) Mengulangi penjelasan yang tidak perlu
D. Kegiatan Mengajar Kelompok Kecil atau Perorangan
1. Pengertian
Kegiatan pengajaran kelompok kecil dan perorangan ditandai oleh ciri-ciri
berikut :
a. Terjadi inetraksi (hubungan) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa serta
siswa dengan siswa.
81
b. Siswa belajar sesuai kecepatan, cara , kemampuan, dan minatnya sendiri.
c. Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai kebutuhannya.
d. Siswa dilibatkan dalama penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh,
materi dan alat yang digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin dicapai.
2. Variasi pengorganisasian
Pengaturan kesempatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan
dapat dibuat dengan berbagai variasi yang disesuaikan dengan hakikat topik yang
dibahas, tujuan yang ingin dicapai, kebutuhan siswa sendiri, serta ketersediaan
waktu dan fasilitas. Dibawah ini beberapa contoh perorganisasian pembelajaran
kelompok kecil dan perorangan dalam konteks pembelajaran klasikal.
a. Model A
b. Model B
c. Model C
d. Model D
3. Komponen keterampilan Mengajar Kelompok Kecil atau Perorangan
Agar dapat mengelola kegiatan kelompok kecil dan perorangan guru harus
menguasai 4 kelompok komponen ketrampilan sebagai berikut.
a. Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
b. Ketrampilan mengorganisasikan
c. Ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar
d. Ketrampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Format mengajar kelompok kecil dan perorangan masih belum biasa bagi
banyak guru di Indonesia. Oleh karena itu agar, agar format ini dapat digunakan
secara efektif, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
82
a. Tidak semua topic dapat disajikan dalam format kelompok kecil da perorangan
b. Lakukan pengajaran kelompok kecil dan perorangan secara bertahap
c. Pengorganisasian siswa, sumber/materi, ruangan dan waktu harus dilakukan
secara cermat.
d. Kegiatan harus diakhiri dengan kulminasi yang memungkinkan siswa saling
belajar.
e. Guru harus mengenal siswa secara pribadi.
MODUL 9
KEGIATAN REMEDIAL DAN KEGIATAN PENGAYAAN
Guru mengetahui adanya siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan atau kompetensi yang ditetapkan dan ada siswa yang belum mencapai
kompetensi atau tujuan tersebut. Guru hendaknya member bantuan kepada siswa yang
belum mencapai tingkat penguasaan yang diharapkan. Bantuan dapat diberikan guru untuk
siswa yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan dikenal dengan istilah kegiatan
Remidial.
Guru perlu merancang kegitan bagi siswa yang termasuk kelompok cepat agar mereka
dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Kegiatan semacam ini disebut
kegiatan Pengayaan.
A. Kegiatan Remedial
1. Hakikat, Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
a. Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam Random House Webste’s Collage Dictionary (1991), remedial
adalah kegiatan yang dilaksanakan umtuk memperbaiki ketrampilan yang
kurang baik dalam suatu bidang tertentu. Kegiatan remedial dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan
83
pembelajaran yang kurang berhasil. Dari pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan remedial apabila
pembelajaran tersebut ditunjukan untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Dapat disimpulka bahwa kegiatan
remedial adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
b. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
Tujuan guru melaksanakan remedial adalah membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai hasil
belajar yang baik. Secara umum tujuan Remidial adalah yaitu membantu siswa
mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan
kurikulum. Kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi yang penting bagi
keseluruhan proses pembelajaran, yaitu :
(1) Fungsi Korektif
Kegiatan remedial mempunyai fungsi korektif bagi kegiatan
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memperbaiki cara
mengajarnya dan siswa memperbaiki cara belajarnya. Berdasarkan hasil
analisis kesulitan belajar siswa , guru memperbaiki berbagai aspek proses
pembelajaran, mulai dari rumusan tujuan, materi pembelajaran dan evaluasi.
Melaluli kegiatan remedial siswa dituntut untuk memperbaiki sikap dan
cara belajarnya, sesuai dengan kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.
(2) Fungsi Pemahaman
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam
kegiatan remedial akan terjadi proses pemahaman baik pada diri guru
maupun diri siswa. Bagi guru, untuk melaksanakan kegiatan remedial , guru
terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan kelemahan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukannya. Sebelum guru menentukan jenis
kegiatan remedial yang akan dilaksanakan, guru terlebih dahulu harus
mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya.
(3) Fungsi Penyesuaian
Kegiatan remedial mempunyai fungsi penyesuaian karena pelaksanaan
kegiatan remedial disesuaikan dengan kesulitan dan karakteristik individu
84
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan menerapkan kekuatan yang dimiliki individu melalui
penerapan berbagai metode mengajar dan media pembelajaran. Karena
semua aspek kegiatan remedial disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik individu, proses pembelajaran tidak lagi merupakan beban bagi
siswa.
(4) Fungsi Pengayaan
Kegaiatan remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber
belajar ,metode mengajar atau alat bantu pembelajaran yang lebih
bervariasi dari yang diterapkan guru dalam pembelajaran biasa.
(5) Fungsi Akselerasi
Kegiatan remedial memiliki fungsi Akselerasi terhadap proses
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Tanpa kegiatan remedial,
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
(6) Fungsi Terapeutik
Kegiatan remedial memiliki fungsi Terapeutik karena melalui kegiatan
remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan
dengan aspek social-pribadi. Dengan membantu siswa mencapai prestasi
belajar yang lebih baik melalui kegiatan remedial berarti guru telah
membantu siswa meningkatkan rasa percaya dirinya.
c. Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa
KomponenPembelajaran
PembelajaranBiasa
KegiatanRemidial
TUJUANBerlaku bagi semua siswa (klasikal)
Bersifat individual
MATERISama untuk semua siswa Sesuai dengan kesulitan
siswa
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Diikuti semua siswa2. Metode dan media
bersifat klasikal
1. Diikuti oleh siswa yang bermasalah
2. Metode dan media bersifat individual atau kelompok
EVALUASISama untuk semua siswa Bersifat individual atau
kelompok
85
Komponen komponen tersebut adalah tujuan,materi, kegiatan pembelajaran
dan evaluasi.
(1) Tujuan Pembelajaran
Rumusan tujuan bersifat individual. Dalam pembelajaran biasa , tujuan
pembelajaran yang dirumuskan guru berlaku bagi semua siswa. Jadi,
bersifat klasikal. Sementara itu dalam kegiatan remedial ,tujuan
pembelajaran bersifat individual, tergantung pada kesulitan yang dihadapi
siswa.
(2) Materi Pembelajaran
Materi sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Materi pelajaran
dalam pembelajaran biasa sama bagi semua siswa, sedangkan mataeri yang
dibahas dalam kegiatan remedial akan berbeda antara materi untuk siswa
yang satu dengan siswa yang lain.
(3) Kegiatan Pembelajaran
Dalam pembelajaran biasa , yang berpartisipasi adalah siswa. Guru
memperlakukan semua siswa sama. Metode mengajar dan alat bantu
pembelajaran yang digunakan bersifat klasikal. Sementara itu, dalam
kegiatan remedial , pembelajaran hanya diikuti oleh siswa siswa yang
memiliki kesulitan belajar belajar tertentu.
(4) Evaluasi
Alat evaluasi bersifat individual atau kelompok. Alat evaluasi yang
dikembangkan dalam pembelajaran biasa bersifat klasikal, sama untuk
semua siswa. Sedangkan dalam kegiatan remedial , alat evaluasinya besifat
individual atau kelompok.
2. Pendekatan Dalam Kegiatan Remidial
Warkitri (1991) mengemukakan tiga pendekatandalam kegiatan remedial :
a. Pendekatan yang Bersifat Preventif
Kegiatan remedial dipandang sebagai preventif apabila kegiatan remedial
dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan
dalam menguasai kompetisi yang telah ditetapkan. Guru yang sudah
berpengalaman , dari keakrabannya dengan siswa, telah mengetahui kelemahan
86
siswanya. Bagi yang belum berpengalaman , adapat menggunakan salah satu
jenis evaluasi yang ditunjukan untuk mengetahui kompetensi yang telah
dikuasai siswa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan yang disebut
pretest.
b. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Kegiatan remedial bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan remedial
ditunjukan untuk membantu mengatasi kesulitan setelah siswa mengikuti
pembelajaran biasa. Bantuan yang diberikan guru kepada kelompok siswa yang
belum menguasai kompetensi yang telah ditetapkan merupakan kegiatan
remedial yang bersifat kuratif karena guru ingin membantu siswa menguasai
kompetensi yang ditetapkan yang belum dicapainya.
c. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan
remedial dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa.
3. Jenis-jenis Kegiatan Remidial
a. Mengajarkan Kembali
Guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami atau dikuasai
siswa. Tentu saja dalam menjelaskan kembali materi tersebut , guru harus
berorientasi pada kesulitan yang dihadapi siswa. Apabila siswa kurang
memahami konsep , guru sebaiknya memberikan lebih banyak contoh.
b. Menggunakan Alat Peraga
Untuk memudahkan siswa memahami konsep yang belum dikuasainya, guru
sebaiknya menggunakan berbagai alat peraga dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut. Konsep yang sukar dipahami
akan lebih mudah dipelajari dan menjadi menarik jika disajikan dengan
menggunakan media.
c. Kegiatan Kelompok
Diskusi ataupun kerja kelompok dapat digunakan untuk membantu siswa
yang mengalami ksesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut.
Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa memahami pelajaran
apabila diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai
materi dan mampu menjelaskannya.
d. Tutorial
87
Dalam kegiatan ini guru meminta bantuan siswa lain yang lebh pandai untuk
membantu siswa yang menghadapi kesulitan dalam menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan atau guru dapat meminta siswa dari kelas yang lebih
tinggi untuk membantu adik kelasnya.
e. Sumber Belajar yang Relevan
Guru dapat meminta siswa untuk membaca buku referensi lain yang
membahas materi yang belum dipahami. Guru juga dapat meminta siswa untuk
mengunjungi suatu instansi tertentu yang berkaitan dengan materi yang belum
dikuasainya. Atau guru juga dapat mendatangkan anggota masyarakat yang
mempunyai keahlian dalam hal materi yang belum dikuasai siswa.
4. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Remidial
a. Apabila terdapat beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang sama,
kegiatan remedial tersebut hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa
secara bersama sama.
b. Proporsi bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi siswa.
c. Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, guru bersama sama
siswa atau meminta bantuan siswa lain.
d. Metode yang diterapkan dalam kegiatan remedial hendaknya sesuai dengan
tingkat kemampuan serta dapat membangkitkan motivasi pada diri siswa untuk
belajar lebih giat dan berusaha lebih tekun.
5. Prinsip Pemilihan Kegiatan
Wardani (1991) , menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan
metode yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu memperhatikan
hal hal berikut :
a. Memanfaatkan latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya
tangkap lemah.
b. Menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
c. Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori
d. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar.
6. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Remidial
a. Analisis Hasil Diagnosis
88
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemriksaan terhadap siswa
yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar.
b. Menemukan Penyebab Kesulitan
Guru harus mengerti penyebab mengapa siswa mengalami kesulitan dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan atau menguasai materi pelajaran.
c. Menyusun Rencana Kegiatan Remidial
Komponen yang harus direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan remedial :
(1)Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran
(2)Menentukan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi atau tujuan yang
telah dirumuskan
(3)Memilih dan merancang kegiatan remedial sesuai dengan masalah dan
factor penyebab kesulitan serta karakteristik siswa
(4)Merencanakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
remedial
(5)Menentukan jenis, prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa
d. Melaksanakan kegiatan remedial
Semakin cepat siswa dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya ,
semakin besar kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam belajarnya.
e. Menilai kegiatan remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, maka guru harus melaksanakan penilaian.
B. Kegiatan Pengayaan
1. Hakikat Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok
lebih cepat dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang dimilikinya sehingga
mereka memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan ketrampilan yang lebih baik.
Sementara siswa lain harus mengerjakan tugas belajarnya, siswa yang telah
menyelesaikan tugas belajarnya mendapat kegiatan pengayaan untuk
89
meningkatkan wawasannya sehingga potensi yang dimilikinya berkembang secara
optimal.
2. Jenis Kegiatan Pengayaan
a. Tutor Sebaya
Siswa harus mampu memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh
temannya, mampu memandang suatu konsep atau ide dari berbagai sudut
pandang , mampu memikirkan contoh contoh yang dapat digunakan untuk
menjelaskan konsep yang sedang dibahas, serta mampu menganalisis berbagai
komponen.
b. Mengembangkan Latihan
Disamping memberikan tutorial pada temannya, siswa kelompok cepat
dapat diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang dapat dilaksanakan
oleh teman temannya yang lambat sehingga mereka akan lebih mudah
memahami materi pelajaran.
c. Mengembangkan Media dan Sumber Pelajaran
Memberikan kesempatan kepada siswa umtuk menghasilkan suatu karya
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari merupakan sesuatu yang menarik
bagi siswa kelompok cepat.
d. Melakukan Proyek
Salah satu kegiatan pengayaan yang paling menyenangkan bagi siswa
kelompok cepat adalah mendapat kesempatan untuk telibat dalam suatu proyek
khusus atau mempersiapkan sutu laporan khusus. Kegiatan yang harus
dilakukan siswa tersebut merupakan kegiatan yang menyenangkan dan
berkaitan dengan materi
e. Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetisi Antarsiswa
Dalam kegiatan pengayaan, guru dapat memberikan tugas kepada siswa
untuk memecahkan masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Mereka berusaha untuk memecahkan masalah atau permaianan
yang diberikan, melalui kegiatan ini mereka jugan akan belajar satu sama lain
dengan membandingkan strategi atau tehnik yang mereka pergunakan dalam
memecahkan permasalahan atau permainan yang diberikan.
3. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Kegiatan
Pengayaan
90
a. Faktor Siswa
Guru harus memperhatikan karakteristik siswa, baik yang berkenaan dengan
factor miant maupun dengan factor psikologis lainnya.
Beberapa factor yang harus diperhatikan guru dalam menentukan kegiatan
pengayaan menurut Arikunto (1986) :
(1) Kegiatan diluar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan di dalam
kelas
(2) Kegiatan yang menuntut siswa yang melakukan aktivitas lebih disukai
siswa daripada kegiatan yang hanya dilakukan di belakang meja.
(3) Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa
daripada kegiatan yang sifatnya penjelasan
(4) Kegiatan yang cepat menunjukan hasil lebih disukai siswa daripada
kegiatan yang menuntut waktu yang cukup lama
b. Faktor Manfaat Edukatif
Melalui kegiatan pengayaan ini diharapkan pengetahuan atau ketrampilan
bahkan nilai/sikap yang dimiliki siswa akan semakin meningkat.
c. Faktor Waktu
Melalui kegiatan pengayaan ini diharapkan pengetahuan atau ketrampilan
bahkan nilai/sikap yang dimiliki siswa akan semakin meningkat.
MODUL 10
PENGELOLAAN KELAS
A. Hakikat Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Istilah “pengelolaan kelas (classroom management)” dapat didefinisikan
beragam tergantung dari sudut pandang yang dipakai. Pendekatan otoriter
(authority approach) memandang pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk
mengontrol tingkah laku siswa. Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah
menciptakan dan memelihara aturan di dalam kelas melalui penerapan disiplin
91
(Weber, 1977). Guru yang menganut pendekatan otoriter akan menghukum setiap
siswa yang melanggar disiplin kelas.
Kebalikan dari pendekatan otoriter ialah pendekatan permisif (permissive
approach). Pendekatan permisif menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah
kegiatan guru dalam memaksimalkan kebebasan siswa. Peran guru adalah
membantu siswa merasakan kebebasan untuk melakukan apa yang mereka
inginkan kapan pun mereka mau (Weber, 1977).
Apabila kita telaah kedua pengertian pengelolaan kelas tersebut, tidak ada satu
pun yang cocok dengan sistem pendidikan kita. Pendekatan otoriter dipandang
kurang manusiawi, sedangkan pendekatan permisif dipandang tidak realistik. Oleh
karena itu, kita tidak mungkin menerapkan pengertian pengeloaan kelas yang
dikemukakan oleh kedua pendekatan tersebut.
Di samping kedua pengertian tersebut, Weber (1977) mengemukakan tiga
pengertian lain dari pengelolaan kelas. Pertama, pengelolaan kelas adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendorong munculnya tingkah
laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak
diharapkan. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan modifikasi tingkah laku
(behavior modification approach). Menurut pendekatan ini peran guru dalam
pengelolaan kelas adalah membantu siswa mempelajari tingkah laku yang
diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang berasal dari teori penguatan.
Kedua, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosial-
emosional kelas yang positif. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan iklim
sosio-emosional (socio emotional climate approach). Menurut pendekatan ini,
peran guru dalam pengelolaan kelas adalah mengembangkan iklim sosio-
emosional kelas yang positif melalui penciptaan hubungan interpersonal yang
sehat, baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dan siswa.
Ketiga, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru
untuk menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Pengertian ini
didasarkan pada pendekatan proses kelompok (group-process approach). Menurut
pendekatan ini tugas guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu
mengembangkan dan melaksanakan sistem kelas yang efektif.
92
Dari ketiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, baik yang didasarkan pada
pendekatan modifikasi tingkah laku, pendekatan iklim sosio-emosional maupun
pendekatan proses kelompok, tidak ada satu pun yang paling baik. Setiap
pengelolaan kelas dari setiap pendekatan akan efektif apabila diterapkan sesuai
dengan kondisi kelad yang dihadapi. Guru dapat menerapkan ketiga pengertian
tersebut sesuai dengan situasi kelas yang dihadapi. Guru tidak harus terikat pada
satu pengertian pengelolaan kelas dalam menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang memungkinkan siswa-siswa dapat belajar. Oleh karena itu, akan lebih
baik apabila kita gabungkan ketiga pengertian pengelolaan tersebut menjadi satu
pengertian yang utuh.
Pengeolaan kelas adalah serangkaian tinakan guru yang ditujukan untuk
mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan
tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal
yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan
memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif atau secara singkat:
pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan iklim belajar yang kondusif.
Winzer (1995) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang
ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan
sosial.
2. Perbedaan Pengelolaan Kelas dari Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang termasuk ke dalam
pembelajaran di antaranya adalah melakukan diagnosis kebutuhan siswa,
merencanakan pelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan, dan
menilai kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran yang efektif.
3. Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Proses Pembelajaran
93
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran dan pengelolaan kelas adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran.
Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila ia merasa teah diterima oleh
teman-temannya di kelas sehingga ia merasa aman untuk ikut berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam
membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi kelas yang hangat, aman, dan
sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman dan
kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam situasi belajar yang seperti inilah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
guru akan dapat dicapai siswa.
B. Penataan Lingkungan Kelas
1. Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya.
Lingkungan fisik kelas harus ditata atau diatur untuk mendukung aktifitas belajar
yang dikembangkan guru secara individual. Perubahan tujuan pembelajaran dan
perubahan kegiatan belajar yang dilakukan siswa menuntut perubahan dalam
penataan lingkungan fisik kelas. Ini berarti bahwa guru hendaknya menyesuaikan
penataan ruangan kelas terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Meskipun barang-barang yang ada di dalam kelas kurang memadai keadaannya,
melalui penataan ruangan kelas yang efektif, barang-barang tersebut menjadi
bermanfaat.
a. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik,
efektif serta mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus
mempertimbangkan 5 hal berikut ini.
(1) Keleluasaan pandangan (visibility)
94
Penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu
pandangan siswa dan guru sehingga siswa secara leluasa dapat memandang
guru atau benda/kegiatan yang berlangsung. Siswa dapat melihat kegiatan
pembelajaran dari tempat duduk mereka.
(2) Mudah dicapai (accessibility)
Ruangan hendaknya diatur dengan baik sehingga lalu lintas kegiatan belajar
di kelas tidak terganggu. Jarak antartempat duduk harus cukup untuk dilalui
oleh siswa sehingga siswa dapat dengan mudah bergerak dan tidak
mengganggu siswa lainnya yang sedang bekerja.
(3)Keluwesan (flexibility)
Barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan
dipindah-pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan siswa dan guru. Pembelajaran melalui diskusi kelompok
menuntut tatanan ruangan kelas yang berbeda dengan pembelajaran melalui
kegiatan demonstrasi.
(4)Kenyamanan
Prinsip kenyamanan ini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,
suara, dan kepadatan kelas. Kenyamanan ruangan kelas akan sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi dan produktivitas siswa dan guru dalam
kegiatan pembelajaran.
(5)Keindahan
Prinsip keindahan berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelas yang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ruangan kelas
yang menyenangkan dapat meningkatkan pengembangan nilai keindahan
pada diri siswa karena siswa melihat langsung model/contoh yang
dilakukan guru dalam menata kelas.
b. Penataan Tempat Duduk
Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan
guru memulai penerapan berbagai strategi pembelajaran. Mungkin guru
memulai pembelajarannya dengan penjelasan umum bagi semua siswa sebelum
siswa ditugaskan untuk melakukan diskusi kelompok atau bekeja secara
individual. Mungkin juga guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
strategi tutor sebaya, yaitu siswa yang telah mengusai materi pelajaran
95
membantu siswa yang lainnya yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi tersebut. Bahkan untuk topik-topik tertentu, guru menerapkan kegiatan
bermain peran. Setiap stretegi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut
tatanan tempat duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata
tempat duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.
2. Penataan Lingkungan Psiko-Sosial Kelas
Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh
terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa harga diri, dan sikap siswa terhadap
sekolah.
Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru
dan siswa serta antarsiswa. Hubungan yang harmonis antara guru dan siswa serta
antarsiswa akan dapat menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat, dan efektif
bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
a. Karakteristik Guru
Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru demi terciptanya iklim
psiko-sosial kelas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran:
(1) Disukai oleh siswanya
Apabila siswa telah menyenangi gurunya maka siswa tersebut akan selalu
berusaha untuk mengikuti atau menuruti apa yang diharapkan gurunya. Oleh
karena itu, salah satu karakteristik yang harus dimiliki guru adalah disenangi
oleh siswanya. Beberapa sifat guru yang memungkinkan untuk disenangi
ialah periang, ramah, tulus hati, dan mendengarkan keluhan siswa, serta
percaya diri.
(2) Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki pandangan tidak realistik terhadap kemampuan
siswanya dan dirinya dapat menghambat efektivitas kegiatan pembelajaran.
Apabila guru memiliki pandangan yang realistik terhadap kemampuan siswa
dan dirinya, guru akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan dan menantang siswa untuk belajar. Siswa akan mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan penuh semangat.
96
(3) Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
Untuk mengembangkan hubungan yang baik antara guru-siswa, guru perlu
menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Melalui bincang-
bincang dengan siswa, guru akan mengetahui lebih banyak informasi
tentang keluarga siswa, kegiatan siswa di luar waktu sekolah, kesenangan
atau hobi mereka, dan sebagainya. Selan itu, siswa juga akan terbuka
mengemukakan masalah yang mereka hadapi. Informasi ini akan membantu
guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang efektif. Guru juga
hendaknya selalu ikut serta dalam kegiatan kelompok siswa, tetapi bukan
sebagai anggota. Guru hanya membimbing dan mengamati kegiatan siswa,
serta menyediakan waktu apabila mereka memerlukan bantuan.
(4) Bersikap positif terhadap pertanyaan atau respons siswa
Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru
memang menguasai materi yang sedang dibahas. Oleh karena itu, guru
harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
(5) Sabar, teguh, dan tegas
Menghadapi siswa yang memang cukup lambat dalam menangkap atau
memahami sesuatu, guru dituntut untuk sabar. Apabila guru tidak sabar,
siswa akan merasa ketakutan untuk mengajukan masalah yang dihadapi.
Siswa akan bungkam meskipun mereka belum memahmi materi yang
sedang dibahas karena takut dimarahi guru. Selain itu, guru juga harus teguh
dan tegas dalam memegang aturan. Apabila siswa dituntut untuk selalu
memperhatikan pertanyaan atau tanggapan siswa lain, guru harus selalu
memperingatkan siswa lain yang melakukan diskusi berdua pada saat
seorang siswa bericara.
b. Hubungan Sosial Antarsiswa
Selain dari pribadi guru sendiri, iklim psiko-sosial kelas juga dipengaruhi
oleh hubungan sosial antarsiswa. Hubungan sosial yang kurang baik
antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan pembelajaran.
97
Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengenal teman-temannya sehingga mereka akan merasa sebagai satu kesatuan.
Misalnya, ada temannya yang mengalami masalah, mereka tentu berusaha
membantunya. Perasaan semacam itu akan tumbuh apabila memberikan
kesempatan kepada mereka untuk belajar atau bekerja dalam kelompok. Baik
dalam belajar kelompok maupun kerja kelompok siswa dituntut bekerja sama satu
sama lain.
Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik guru harus
memperhatikan hal-hal berikut (Weber, 1977).
(1) Perilaku yang diharapkan
Pernyataan tentang perilaku yang diharapkan ditampilkan siswa dalam
kegiatan kelompok harus dinyatakan dengan jelas, pasti, dan realistik.
(2) Fungsi kepemimpinan
Guru hendaknya menciptakan kegiatan kelompok yang tidak didominasi
oleh seorang atau beberapa orang siswa, tetapi yang memberikan
kesempatan kepada semua anggota kelompok berperan serta dan bekerja
sama dalam mengerjakan tugas kelompok.
(3) Pola persahabatan siswa
Kegiatan kelompok akan berhasil dengan baik apabila hubngan
interpersonal antarsiswa cukup baik.
(4) Norma/aturan
Norma/aturan ini diperlukan sebagai pedoman bagi anggota kelompok
tentang apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana tindakan mereka
terhadap anggota lain.
98
(5) Kemampuan berkomunikasi
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyatakan
perasaan dan pikiran mereka secara bebas dan dapat dipahami oleh siswa
lan.
(6) Kebersamaan
Kegiatan kelompok akan berlangsung apabila setiap anggota kelompok
memiliki rasa kebersamaan sehingga mereka merasa bahwa tugas kelompok
adalah tanggung jawab mereka semua.
MODUL 11
DISIPLIN KELAS
A. Hakikat Disiplin Kelas
1. Disiplin dan Disiplin Kelas
a. Disiplin
Pada setiap peristiwa terdapat aturan dan ketaatan pada aturan tersebut.
Kebiasaanbangun pukul 6 pagi, keharusan berbaris ketika akan masuk kelas,
membuang sampah pada tempat yang disediakan, serta belajar pada waktu
tertentu, adalah aturan yang ditaati oleh anak-anak. Dari ulasan ini dapat
disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaan terhadap aturan.
Berkaitan dengan disiplin, pemerintah telah mencanangkan Gerakan
Disiplin Nasional (GDN). Pemerintah berupaya meningkatkan ketaatan
masyarakat terhadap aturanyang ada dalam segala bidang. Disiplin dalam
berlalu lintas, menunggu giliran, membayar pajak, membuang sampah, bekerja,
dan sebagainya.
99
b. Disiplin Kelas
Disiplin kelas dilandasi oleh adanya hubungan guru-siswa dalam kelas.
Hal ini juga tercermin dalam pengertian disiplin yang disepakati oleh beberapa
pakar, yang mendefinisikan disiplin sebagai bagian pengelolaan kelas yang
terutama berurusan dengan penanganan perilaku yang menyimpang (Kohn,
1996).
Disiplin dapat mempunyai arti yang beragam. Sebagai kata benda, disiplin
dapat berarti tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok, yaitu
dalam kelas atau teknik yang digunakan guru untuk membangun atau
memelihara keteraturan dalam kelas. Sebagai kata sifat, disiplin berarti
ketaatan pada aturan. Dan sebagai kata kerja, disiplin dapat berarti hukuman
sehingga mendisiplinkan berarti menghukum.
2. Disiplin Kelas
Disiplin perlu diajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh siswa, agar
siswa mampu mendisiplinkan dirinya sendiri. Tanpa diajarkan atau dipelajari,
disiplin tidak akan tumbuh dan berkembang karena disiplin bukan merupakan
faktor bawaan,tetapi sesuatu yang harus dipelajari dan dihayati (Winzer, 1992).
Dengan demikian, guru tidak cukup mengajarkan materi bidang studi, tetapi juga
harus mengajarkan cara untuk mengendalikan diri dan mematuhi aturan.
Disiplin merupakan titik pusat berputarnya kehidupan sekolah (Turney &
Cairns, 1980). Keberhasilan dan kegagalan sekolah tergantung dari tingkat
ketercapaian dalam menerapkan disiplin yang sempurna. Keteraturan kehidupan
sekolah dan ketaatan setiap orang pada aturan tersebut sangat berperan dalam
keberhasilan, meskipun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan.
Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas, lebih-lebih jika
ketaatan tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksakan, akan memungkinkan
terciptanya iklim belajar yang kondusif, yaitu iklim belajar yang menyenangkan
sehingga siswa terpacu untuk belajar.
Sebaliknya, tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan kelas akan membuat
iklim belajar yang tidak kondusif, tidak menyenangkan. Guru akan lebih banyak
berurusan dengan perilaku siswa yang menyimpang sehingga pelajaran
terbengkelai.
100
Jumlah siswa dalam satu kelas yang cukup banyak, jika tidak diikat oleh aturan
yang ditaati bersama akan dapat menimbulkan kekacauan. Lebih-lebih jika jumlah
siswa yang banyak diimbangi lagi oleh perabotan/alat-alat yang banyak pula,
seperti meja-kursi, papan tulis, gambar atau alat peraga lain sehingga kelas sering
terkesan penuh sesak. Oleh karena itu, agar kelas yang penuh sesak ini dapat
menjadi tempat belajar yang menyenangkan disiplin kelas sangat diperlukan.
Kebiasaan untuk menaati aturan dalam kelas akan memberi dampak yang lebih
luas bagi kehidupan siswa di dalam masyarakat. Siswa yang terbiasa menaati
aturan di dalam kelas, akan terdorong pula menaati aturan yang ada dalam
masyarakat. Oleh karena itu, kelas haruslah diperlukan sebagai masyarakat kecil,
yang memungkinkan siswanya sebagai anggota masyarakat berinteraksi dengan
teman-temannya atau dengan guru sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kelas
Faktor yang mempengaruhi disiplin kelas sebenarnya sangat kompleks, dan
sering sukar untuk diidentifikasi. Namun, untuk kemudahan mempelajarinya,
faktor-faktor tersebut kita kelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Faktor Fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi disiplin kelas mencakup guru, siswa, dan
ruang kelas. Kondisi fisik guru, antara lain tampak dalam penampilannya, akan
mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan. Guru yang penampilannya rapi,
sehat, dan tampak bersemangat akan lebih mudah mengatur siswanya daripada
guru yang tampak lusuh dan lesu.
Kondisi fisik siswa yang prima, seperti tampak penampilannya serta panca
indra yang sehat akan mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan. Siswa yang
sakit atau yang kelaparan atau yang indranya tiak berfungsi dengan sempurna
akan sulit memusatkan perhatian pada pelajaran. Akibatnya, ia akan melakukan
hal-hal yang dianggap menyimpang seperti tidur, bermain-main atau
mengganggu temannya.
Kondisi fisik ruangan kelas, yang mencakup keamanan dan susunan
peralatan, serta cara penggunaan alat-alat pelajaran juga mempengaruhi tingkat
kedisiplinan siswa. Kelas yang berantakan atau yang kondisinya sudah rusak
sehingga dapat membahayakan siswa akan dapat mengurangi ketaatan siswa
pada aturan. Demikian pula cara penggunaan alat yang tidak tepat, misalnya
101
menghalangi pandangan siswa, akan mendorong siswa melanggar aturan.
Demikian juga kalau tempat duduk diatur secara kelompok sehingga siswa
duduk melingkar, sedangkan guru memberi penjelasan di depan kelas,
kemungkinan terjadinya pelanggaran akan terbuka.
b. Faktor Sosial
Kualitas interaksi sosial atau kualitas hubungan guru-siswa-siswa juga
mempengaruhi disiplin kelas. Hubungan yang akrab dan sehat, saling
mempercayai akan mampu meningkatkan disiplin kelas. Sebaliknya, hubungan
yang tidak akrab, tidak sehat (misalnya munculnya rasa iri, cemburu), serta
saling mencurigai akan mengurangi ketaatan siswa pada aturan kelas.
Di samping interaksi sosial guru-siswa-siswa, latar belakang sosial siswa,
yaitu lingkungan dan orang-orang yang berada di sekitar siswa juga
mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa. Siswa yang berasal dari desa
mungkin akan lebih patuh dibandingkan siswa yang berasal dari kota. Siswa
yang berasal dari keluarga yang hidup secara teratur, akan lebih mudah
mengikuti aturan di kelas daripada siswa yang berasal dari keluarga yang
berantakan. Demikian pula siswa yang berasal dari golongan masyarakat
tertentu mungkin lebih mudah diatur dibandingkan dengan yang berasal dari
golongan masyarakat lain.
Siswa yang biasa bergaul dengan teman-teman di sekitarnya mungkin akan
lebih mudah menerima aturan kelas daripada mereka yang selalu menutup diri,
tidak pernah bergaul dengan anak-anak sekelilingnya. Anak yang kurang
bergaul merasa dirinyalah yang paling hebat sehingga jika ia dihadapkan pada
satu aturan kelas, ia akan merasa kebebasannya dikurangi.
c. Faktor Psikologis
Faktor psikologis atau kejiwaan dianggap sangat berpengaruh pada tingkat
kedisiplinan siswa. Faktor psikologis mencakup, anatara lain perasaan (seperti
sedih, senang, marah, bosan, benci, dan sebagainya), dan kebutuhan (seperti
keinginan untuk dihargai, diakui, dan disayangi).
Siswa yang merasa sedih, marah, atau bosan, mungkin akan berbeda
tingkat kepatuhannya dibandingkan dengan mereka yang sedang bergembira.
Rasa kecewa karena berbagai hal, baik yang terjadi di rumah maupun di
sekolah akan mempengaruhi disiplin. Demikian pula rasa puas, terpenuhinya
102
keinginan untuk dihargai dapat mempengaruhi disiplin. Siswa yang puas akan
hasil pekerjaannya, lebih-lebih jika mendapat penghargaan, demikian pula
siswa yang merasa disayangi oleh guru akan menunjukkan tingkat disiplin
yang tinggi.
B. Strategi Penanaman dan Penanganan Disiplin Kelas
1. Pandangan tentang Penanaman dan Penanganan Disiplin Kelas
Penanaman dan penanganan disiplin kelas disikapi secara bervariasi oleh para
pakar. Sikap atau pandangan ini akan berpengaruh terhadap cara-cara guru
menangani disiplin kelas. Berbagai pandangan tersebut yaitu:
a. Pandangan yang berfokus pada guru (teacher centered)
Pandangan ini menyatakan bahwa guru harus berusaha agar siswa
mengerjakan apa yang diinginkan oleh guru. Siswa tidak perlu tahu mengapa dia
harus mengerjakan hal tersebut atau siswa juga tidak perlu tahu apakah yang
dikerjakannya tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Pandangan yang
menggambarkan dominasi guru yang tinggi ini banyak diterapkan di sekolah-
sekolah di Indonesia, terutama di SD. Guru mendiktekan aturan yang harus
dipatuhi siswa dan jika ia melanggarnya, ia mungkin akan mendapat perlakuan
khusus.
b. Pandangan yang berfokus pada kepentingan siswa, bukan kepentingan guru
Guru harus selalu melihat apa yang dibutuhkan oleh anak dan guru harus
berupaya agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk ikut bertanggung jawab atas disiplin kelas. Guru jangan hanya
mendiktekan apa yang harus dikerjakan siswa, tetapi juga memberi kesempatan
kepada siswa memilih dan mengambil keputusan. Jika kita menginginkan anak
mampu menjadi manusia yang bertanggung jawab dalam masyarakat maka sejak
berada di bangku sekolah kesempatan itu harus diberikan kepada siswa. Jika kita
menginginkan mereka kelak mampu mengambil keputusan maka selama di
sekolah mereka juga harus pernah diberi kesempatan untuk mengambil
keputusan, bukan hanya melakukan apa yang diperintahkan guru. Ini berarti
siswa juga harus diberi kesempatan untuk memutuskan aturan kelas mana yang
perlu dibuat.
c. Pendekatan yang berhasil dalam membangun disiplin
103
Adalah pendekatan yang menghormati hak individu, mendorong
peningkatan konsep diri siswa, serta memupuk kerja sama.
d. Pandangan humanistik, yaitu pandangan yang menekankan kemanusiaan
Pandangan ini mengemukakan perlunya komunikasi yang tebuka dan jujur
antara orang tua dan anak-anak atau antara guru dan siswa. Pelanggaran disiplin
terjadi sebagai akibat tidak inginnya anak mengerjakan tugas yang harus dia
kerjakan karena ada hal lain yang secara pribadi lebih memuaskan (Winzer,
1995). Oleh karena itu, komunikasi yang jujur dan terbuka sangat diperlukan
sehingga guru tahu apa yang disukai dan yang tidak disukai anak.
e. Pandangan kaum behaviorism
Yang berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dan dikontrol. Hukuman
dan penguatan merupakan dua hal yang dianjurkan untuk digunakan dalam
menegakkan disiplin. Dengan memberi penguatan, perilaku yang diharapkan
dapat ditingkatkan, sedangkan dengan memberi hukuman, perilaku yang kurang
baik dapat dihilangkan.
2. Strategi Penanaman Disiplin Kelas
Beberapa cara yang dapat digunakana dalam menanamkan disiplin kelas yaitu:
a. Modelkan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh sekolah
Contoh nyata merupakan alat mengajar/mendidik yang terbaik, terutama
bagi anak-anak SD. Anak-anak SD sangat taat kepada guru, jauh lebih patuh
daripada kepada orang tuanya. Oleh karena itu, guru perlu memodelkan disiplin
itu. Cara terbaik untuk menanamkan disiplin adalah dengan terlebih dahulu
mendisiplinkan diri sendiri.
b. Adakan pertemuan kelas secara berkala
Terutama jika ada aturan yang perlu ditinjau kembali. Pertemuan kelas
dianggap oleh beberapa pakar (di antaranya Glasser) sebagai salah satu alternatif
yang efektif untuk menanamkan dan menangani disiplin kelas. Kohn (1996)
mengungkapkan bahwa pertemuan kelas dapat berfungsi sebagai:
(1) Tempat berbagi pengalaman antarsiswa dan antara siswa-guru.
(2) Tempat untuk mengabil keputusan.
104
(3) Tempat untuk mengambil rencana.
(4) Tempat untuk melakukan refleksi.
c. Terapkan aturan secara fleksibel (luwes) sehingga siswa tidak merasa tertekan
d. Sesuaikan penerapan aturan dengan tingkat perkembangan anak
e. Libatkan siswa dalam membuat aturan kelas
3. Strategi Penanganan Disiplin Kelas
Dalam kehidupan sekolah, guru tentu berusaha agar tidak ada masalah disiplin
kelas yang muncul. Hal ini dapat diusahakan melalui penanaman disiplin kelas
secara efektif dengan mempertimbangkan berbagai cara yang dapat digunakan.
Namun, pada kenyataannya, kehidupan kelas tidak selalu mulus. Ada saja
gangguan yang muncul sehingga guru harus mampu menangani masalah disiplin
kelas yang muncul tersebut.
Strategi penanganan disiplin kelas dikelompokan menjadi 3 bagian, sesuai
dengan berat ringannya gangguan yang terjadi.
a. Menangani Gangguan Ringan
Kelas merupakan masyarakat kecil yang penuh dengan interaksi. Gangguan-
gangguan ringan yang tidak sampai mengganggu kelas secara keseluruhan tentu
sering terjadi. Gangguan ringan ini jika dibiarkan mungkin akan berkembang
menjadi gangguan berat. Oleh karena itu guru seharusnya dapat menerapkan
strategi/teknik yang tepat sehingga gangguan tersebut tidak berkembang.
Winzer (1995) menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan guru
untuk mengatasi ganggan ringan, yaitu:
(1) Mengabaikan
(2) Menatap agak lama
(3) Menggunakan teknik nonverbal
(4) Mendekati
(5) Memanggil nama
(6) Mengabaikan secara sengaja
b. Menangani Gangguan Berat
Gangguan berat atau besar adalah pelanggaran yang dilakukan siswa yang
dapat mempengaruhi siswa lain atau menganggu jalannya pelajaran. Misalnya,
105
ada siswa yang bertengkar sampai menangis, ada yang suka bolos, ada yang
selalu terlambat, ada yang tidak mau mengerjakan tugasnya atau ada yang
berebut sesuatu ketika pelajaran sedang berlangsung. Beberapa strategi untuk
mengatasinya yaitu:
(1) Memberi hukuman
Dalam menggunakan hukuman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
guru, yaitu:
(a) Gunakan hukuman hanya jika itu dianggap sangat perlu. Dengan
perkataan lain, hindari penggunaan hukuman jika mungkin.
(b) Mulailah dengan hukuman yang ringan, misalnya teguran yang halus,
sebelum memutuskan member hukuman yang keras.
(c) Hukuman harus diberikan secara adil dan sesuai dengan tingkat
pelanggaran.
(d) Ketika memberikan hukuman, ajarkan juga atau contohkan apa yang
semestinya dilakukan oleh siswa.
(e) Berhati-hatilah dalam memberikan hukuman, pertimbangkan
dampaknya bagi siswa, dan mungkin bagi orang tua dan administrator
(kepala sekolah dan pengawas).
(2) Melibatkan orang tua
Untuk melibatkan orang tua, ada baiknya guru membuat laporan secara
teratur kepada orang tua tentang kemajuan anaknya. Laporan ini dapat
berupa buku penghubung antara orang tua dan guru. Jika siswa melakukan
pelanggaran, guru dapat memberikan laporan khusus dan meminta oang tua
ikut menangani masalah tersebut. Dan jika kemajuan/perbaikan sudah
terjadi pada diri siswa, orang tua juga hendaknya diberi laporan.
c. Menangani Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah perilaku menyerang yang ditunjukkan oleh siswa di
dalam kelas. Misalnya, ada siswa yang berteriak atau menyerang/menyakiti
temannya atau bakhan menyerang guru. Atau mungkin ada siswa yang
melontarkan kata-kata yang tidak senonoh sambil memukul-mukul meja.
Winzer (1995) mengemukakan beberapa cara untuk menangani perilaku
agresif, yaitu :
(1) Mengubah/menukar teman duduk
106
(2) Jangan terjebak dalam konfrontasi atau perselisihan yang tidak tepat
(3) Jangan melayani siswa yang agresif ketika hati sedang panas
(4) Hindarkan diri dari mengucapkan kata-kata yang kasar atau yang bersifat
menghina
(5) Konsultasi dengan pihak lain.
MODUL 12
PERENCANAAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
A. Perencanaan Pembelajaran Yang Efektif
Sejalan dengan adanya kebijakan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia yang
diawali dengan adanya UU no. 20/2003 tentang system pendidikan nasional dan PP
no. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, telah dibentuk suatu Badan
Nasional Standar Pendidikan (BNSP) yang salah satunya bertugas untuk
mengembangkan standar kompetensi dan standar isi. Standar kompetensi terdiri atas
standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi kelompok mata pelajaran (SK-
KMP), standar kompetensi mata pelajaran (SK-MP0, dan kompetensi Dasar (KD).
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses yang ditata dan
diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya
dapat mencapai hasil yang diharapkan dan kompetensi dasar agar tercapai secara
efektif. Perencanaan pembelajaran yang tepat dan efektif akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Secara garis besar perencanaan pengajaran mencangkup kegiatan merumuskan
tujuan, apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai
untuk penilaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yahng akan disampaikan,
bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang deiperlukan
(R.Ibrahim 1993:2).
Untuk mempermudah proses belajar mengajar maka diperlukan perencanaan
pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pengembangan
107
intruksional yang merupakan suatu sistem yang terintegrasi dan terdiri dari
beberapa unsur yang saling berinteraksi (Toenti Soekamto 1993:9).
Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi guru
dan pedoman belajar bagi siswa. Melalui perencanaan pengajaran dapat
diidentifikasikan apakah pembelajaranyang dikembangkan/ dilaksanakan sudah
menerapkan konsep belajar siswa aktif atau mengembangkan pendekatan
keterampilan proses.
Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling
berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada
di dalam pembelajaran atau dengan pengertian lain, yaitu suatu proses mengatur,
mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen
pembelajaran.
2. Komponen Perencanaan Pembelajaran
Komponen perencanaan pembelajaran secara umum mencangkup empat hal, yaitu :
a. Arah dari suatu program pembelajaran yang berupa standar kompetensi mata
pelajaran, kompetensi dasar, dan indikator-indikatornya
b. Isi atau materi yang harus diberikanuntuk mencapai kompetensi tersebut
c. Strategi pelaksanaan,
d. Penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran.
Komponen-komponen itu tidaklah berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi,
saling berpengaruh sehingga membentuk satu-kesatuan atau totalitas.
3. Prinsip Perencanaan Pembelajaran
a. Harus berdasarkan kondisi siswa
b. Harus berdasarkan kurikulum yang berlaku
c. Harus memperhitungkan waktu yang tersedia
d. Harus merupakan urutan kegiatan belajar-mengajar yang sistematis.
e. Bila perlu dilengkapi dengan lembaraan kerja/tugas dan atau lembar observasi.108
f. Harus bersifat fleksibel
g. Harus berdasarkan pada pendekatan system yang mengutamakan keterpaduan
antara tujuan/kompetensi, materi, kegiatan belajar, dan evaluasi
4. Prosedur Perencanaan Pembelajaran
a. Penyusunan Silabus
Pengembangan silabus tersebut diharapkan dapat memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut :
(1)Ilmiah, dalam arti bahwa penetapan isi silabus harus memenuhi kebenaran
ilmiah dan teruji kesahihannya jika memungkinkan perlu melibatkan ahli
mata pelajaran.
(2)Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa dalam penetapan
cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian isi/materi
dalam silabus.
(3)Sistematis, dalam arti bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam
silabus merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain
untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.
(4)Konsisten, misalnya antara kompetensi yang diharapkan dicapai dengan
penetapan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa.
(5)Adekuat, dalam arti bahwa cakupan/ruang lingkup materi yang dipelajari
siswa cukup memadai untuk menunjang tercapainya penguasaan suatu
kompetensi.
b. Penyusunan rencana/satuan pembelajaran
Rencana pembelajaran adalah satuan atau unit program pembelajaran
terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana
penyampaian suatu pokok atau bahasan tertentu dalam satu mata pelajaran. Isi
dan alokasi waktu untuk setiap rencana pembelajaran tergantung kepada luas
dan sempitnya pokok/satuan bahasan yang dicakupnya.
109
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam rencana/satuan pembelajaran
meliputi berikut ini :
(1)Identitas mata pelajaran
(2)Kompetensi dasar dan indicator-indikator yang hendak dicapai
(3)Materi pokok beserta uraiannya
(4)Strategi pembelajaran
(5)Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar penyampaian
kompetensi dasar
(6)Penilaian dan tindak lanjut
B. Hakikat Pembelajaran yang Efektif
Perencanaan pembelajaran berkenaan dengan dengan keputusan yang diambil
guru dalam mengorganisasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi hasil
pembelajaran (Burden & Byrd, 1999). Perencanaan merupakan tugas yang sangat
penting dilakukan guru.
Tujuan perencanaan adlah member jaminan pebelajar akan belajar dengan baik.
Oleh karena itu, perencanaan membantu menciptakan, mengelola, dan
mengorganisasikan peristiwa pembelajaran yang memungkinkan kegiatan belajar
terjadi.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Efektif
a. Isi (content) pelajaran
Berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, aturan, dan konsep atau proses
kreatif yang akan dipelajari pebelajar.
b. Bahan
Bahan pelajaran berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli visual, yang
digunakan dalam pembelajaran.
c. Strategi pembelajaran
110
Pemilihan berbagai strategi pembelajaran untuk mengajarkan isi
pembelajaran
d. Perilaku guru
Guru melakukan sejumlah kegiatan selama proses pembelajaran yang
berlangsung.
e. Menstruktur Pelajaran
Menyusun pelajaran berkaitan dengan kegiatan yang terjadi pada suatu
tertentu selama penyajian pelajarandan guru perlu merencanakan struktur
pelajaran.
f. Lingkungan Belajar
Ketika kegiatan belajar mengajar direncanakan, pertimbangan jenis
lingkungan belajar yang ingin diciptakan.
g. Pebelajar
Ketika merencanakan kegiatan pembelajaran, petimbangkan karakteristik
pebelajar tertentu yang ada dalam kelas anda.
h. Durasi Pembelajaran
Pebelajar mempunyai kesempatan untuk mencapai tujuan pembelajaran
selama kurun waktu tertentu.
i. Lokasi Pembelajaran
Ketika merancang kegiatan pembelajaran, rencanakan di tempat mana
pembelajaran itu akan terjadi.
2. Karakteristik Guru
a. Banyaknya pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi keputusan
perencanaan.
b. Filosofi belajar-mwngajar akan mempengaruhi keputusan tentang perencanaan
guru.
c. Pengetahuan guru tentang isi pelajaran, juga mempengaruhi keputusan tentang
perencanaan.
d. Gaya guru dalam mengorganisasikan pembelajaran akan mempengaruhi
keputusan perencanaan.
e. Harapan-harapan menata kelas, baik untuk pebelajar belajar maupun untuk
pelaksanaan pembelajaran oleh guru.
111
f. Perasaan aman dan control pembelajaran memainkan peranan dalam proses
perencanaan.
3. Guru Yang Efektif
a. Melakukan reviu harian
b. Menyiapkan materi baru
c. Melakukan praktek terbimbing
d. Menyediakan balikan dan koreksi
e. Melaksanalan praktik mandiri
f. Reviu mingguan dan bulanan
C. Pendekatan Pembelajaran yang Efektif
1. Belajar Mandiri (independent learning)
Dalam belajar mandiri, pebelajar mempersiapkan kelompok kecil dan
ditindaklanjuti beberapa bagian dari pelajaran dengan belajar sendiri. Intensitas
belajar mandiri dalam kurikulum tradisional biasanya meningkat sebelum ujian
formal, dengan cara pebelajar berusaha mencapai materi pembelajaran dalam suatu
waktu yang relative singkat.
a. Prinsip Belajar Mandiri
(1) Pebelajar belajar untuk dirinya sendiri
(2) Pebelajar mempunyai ukuran untuk mengontrol atas kegiatan belajarnya
sendiri
(3) Pebelajar memiliki tanggung jawab untuk menentukan konteks belajar.
(4) Pebelajar mungkin mengembangkan rencana kegiatan belajarnya sendiri.
(5) Kebutuhan individu yang berbeda dikenal dengan respon yang tepat.
(6) Kegiatan belajar pebelajar didukung, diperluas atau dikurangi, dengan
sumber-sumber belajar dan panduan belajar.
(7) Peranan pengajar berubah dari guru atau penyampai informasi ke pengelola
proses belajar.
b. Manfaat Belajar Mandiri
112
(1) Belajar aktif
Pebelajar mengadopsi pendekatan ini dengan lebih dalam, lebih memahami
materi dari pada mengingat kembali apa yang dipelajari.
(2) Kebutuhan individual pebelajar
Pebelajar dapat memilih metode belajar atau pendekatan yang dirasa terbaik
baginya.
(3) Motivasi Pebelajar
Pebelajar akan merasa memiliki kegiatan belajar tersebut dan berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar.
(4) Peranan Pengajar
Pengajar yang berperan sebagai pengelola kegiatan diterima dengan baik
dan konsiten dengan pendekatan belajar mandiri.
2. Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk
mencapai keterampilan-keterampilan belajar sepanjang hayat. Keterpaduan
merupakan strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pebelajar (Den , 2003).
Anatara pembelajaran terpadu dan kurikulum terpadu sering tetukarkan
implementasinya di lapangan.
Pendekatan pembelajaran terpadu membantu pengajar melalui :
a. Belajar aktif
b. Menilai diri sendiri
c. Individualisasi
d. Belajar mandiri
Kelebihan pembelajaran terpadu :
a. Memberikan gambaran hubungan antarpengetahuan.
113
b. Mempermudah belajar secara terpadu
c. Memungkinkan kesatuan penyajian suatu problem.
d. Meminimalkan kontradiksi konsep-konsep.
e. Menghindari pengulangan dalam kurikulum.
f. Mempermudah kerjasama antardisiplin.
g. Memotivasi pebelajar.
Keterpaduan kurikulum dapat membantu pebelajar :
a. Menguasai perubahan-perubahan dalam pengetahuan.
b. Menghadapi pengetahuan yang telah berlaku.
c. Memahami pengetahuan.
3. Belajar Berbasis Masalah
Belajar berbasis masalah (BBM) adalah belajar yang berpusat pada belajar
dan juga menggambarkan metode belajar inti aau suplemen pelajaran. Pembelajaran
ini sering diimplementasikan di program kedokteran, namun sekarang sudah
banyak diterapkan pada bidang-bidang lain. Prinsipnya sama dengan pembelajaran
terpadu, namun pelajaran terpadu mendasarkan pada tema, sedangkan BBM
berdasarkan arah (pembelajaran dimulai dengan menampilkan masalah).
B A B III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
114
Dalam buku Strategi Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Dra. Sri Anitah, dkk)
didalamnya membahas 12 modul pembelajaran. Yang isinya mengenai :
1. Modul 1 membahas tentang Strategi Belajar Mengajar
2. Modul 2 membahas tentang Pembelajaran di Sekolah Dasar
3. Modul 3 membahas tentang Model-model Belajar serta Rumpun Model
Belajar
4. Modul 4 membahas tentang Prosedur Pembelajaran
5. Modul 5 membahas tentang Pemilihan Metode Mengajar
6. Modul 6 membahas tentang Media Pembelajaran
7. Modul 7 dan modul 8 membahas tentang Keterampilan Dasar Mengajar
8. Modul 9 membahas tentang Kegiatan Remedial dan Kegiatan Pengayaan
9. Modul 10 membahas tentang Pengelolaan Kelas
10. Modul 11 membahas tentang Disiplin Kelas
11. Dan yang terakhir modul 12 membahas tentang Perencanaan Pembelajaran
yang Efektif
Dalam 12 modul yang disajikan ini semuanya mengarah pada bagaimana cara kita
untuk mengajar di sekolah dasar dan cara menghadapi siswa sekolah dasar.
B. Saran
Sebagai calon pendidik yang akan mengajar di Sekolah Dasar nantinya, kita perlu
mengkaji dan belajar dari materi-materi yang disajikan dalam buku Strategi
Pembelajaran di Sekolah Dasar milik Sri Anitah ini agar nantinya kita sudah
mengetahui cara-cara apa saja yang akan digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung.
115