strategi dakwah dalam pembinaan mental ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4408/1/m....
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

i
STRATEGI DAKWAH DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL
DI RUTAN KELAS IIB SALATIGA TAHUN 2017
Skripsi Ini Disusun untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
SKRIPSI
OLEH
M. Rozikin
NIM. 11714016
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018

ii

iii

iv

v

vi
MOTTO
الللايغيرمابقىمحت ىيغيروامابأنفسهمإن
“Sesungguhnya Allah
tidakakanmengubahkeadaansuatukaumsebelummerekamengubahkeada
andirimerekasendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)
"...Barangsiapabertakwakepada Allah
niscayaDiaakanmembukakanjalankeluarbaginya. Dan
Diamemberinyarezekidariarah yang tidakdisangka-sangkanya. Dan
barangsiapabertawakalkepada Allah, niscaya Allah akanmencukupkan
(keperluan)nya..." [Ath-Thalaaq (65) : 2-3]
Dzikir, Pikir, Tandang, Tekat (K. M. ZainiZulfa)

vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karuniaNya,
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta yang tak henti menjaga, membimbing, memberi
kepercayaan dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Alm. Muhadi, Minhad, dan Ny Munawaroh, yang menyayangi saya di waktu
kecil.
3. Saudara tercinta, Muhammad Ismail dan bani Muhadi atas segala dukungan,
doa dan motivasi yang sangat luar biasa.
4. Mbah kiai Asrur, Nyai Saroh, Kiai M. Zaini Zulfa, dosen, guru dan ustadz
(Alm. Dawam, Alm Pak Juraimi), yang telah mendidik dan memberikan
ilmunya.
5. Teruntuk Pondok Pesantren Miftahul Huda yang mendidik dan memberi arti
dalam kehidupan saya.
6. Dosen Bu Muna, yang telah memberikan judul skripsi, dan Drs. H Bahroni,
M.Pd. yang telah membimbing skripsi hingga selesai.
7. Fakultas Dakwah, terima kasih saya sudah di izinkan bergabung hingga
menjadi sarjana.
8. Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran, Dra. Maryatin, M.Pd atas jasanya.
9. Redaktur sekaligus dosen KPI Sika Nuridah yang memberi motivasi dan
semangatnya.

viii
10. Ketua Takmir Perum Domas Yanuri, yang sudah memberi makna hidup
kepada saya, dan Yulianto, Bu Yayuk yang saya anggap orang tua saya
sendiri.
11. Semua Warga Perum Domas yang menyayangi dan selalu memberi dukungan
kepada saya.
12. Keluarga Rochim, Khoirul Adha, Pak Maman, Pak Wardoyo, Pak Marno,
Adib Baihaqi, Khanafi, Nasrullah yang telah membantu saya selama kuliah.
13. Pak Ustadz syakur, Pak Dwi Murdanto, Pak Agus Wijayanto, Pak Rondi, Pak
Parjono, Bu Retno, Pak Rofi‟I, dan seluruh petugas dan narapidana di Rutan
kelas IIB Salatiga terima Kasih telah di persilahkan mengadakan penelitian.
14. Sahabat PK (Pecandu Karya) Adib, Ashadil, Dika, Pujiono, Yogi F, Alifia
Ars, Yogi M yang telah melukis pelangi di hidup saya.
15. Sahabat KPI semuanya, Khususnya Puji Lestari, Siti Lestari, Adib Baihaqi,
Khanafi, Yogi F yang membantu saya dalam perjuangan skripsi.
16. Buat Bu Hisbullah Hamdallah S. Hum terima kasih banyak sudah banyak
membantu memberi support sampai skripsi ini jadi.
17. Untuk Bapak, Ibu Ichtiarini, yang selalu memberi dukungan dan
semangatnya.
18. Untuk Gus Shony terima kasih atas motivasi dan semangatnya.
19. Ibu dan mbak pedagang sayur di taman sari shopping Salatiga.
20. Buat Dek Dewwi dan untuk semua orang-orang yang tidak bisa saya sebut
satu persatu, terima kasih sudah membantu saya dalam perjalanan hidup dan
kuliah, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih.

ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan
kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad Saw kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi
suri tauladan bagi kita.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Dakwah Dr. Mukti Ali, M.Hum
3. Ketua bidang studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga Dra. Maryatin, M.Pd.
4. Dosen pembimbing Drs. H. Bahroni, M. Pd. Yang telah membimbing dengan
ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga
skripsi ini terselesaikan.
5. Para dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan
IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat program studi Komunikasi Penyiaran
Islam IAIN Salatiga angkatan 2014 yang sudah selalu memberi dukungan dan
motivasi dalam penulisan skripsi ini.

x
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca
pada umumnya. Amin
Salatiga, 7 September 2018
M. Rozikin
NIM.11714016

xi
ABSTRAK
Rozikin, Muhamad. 2018. Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual
di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017. Skripsi Fakultas Dakwah
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Bahroni, M. Pd.
Kata Kunci: Strategi Dakwah, Pembinaan Mental, Spiritual
Penelitian ini membahas tentang: Strategi dakwah yang di gunakan da‟i
dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga. Dengan rumusan
masalah: (1) bagaimana bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB
Salatiga?,(2) bagaimana upaya pembinaan mental di rutan kelas IIB Salatiga?,
dan (3) bagaimana faktor dan penghambat efektivitas dakwah di rutan kelas IIB
Salatiga?
Metode pengumpulan data yang di gunakan peneliti: Metode penelitian
kualitatif atau sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara Observasi untuk mengetahui kondisi objek secara langsung.
Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh dan menggali data
secara jelas dan konkret tentang sesuai dengan objek. Dokumentasi yang
dilakukan terdiri dari beberapa hal diantaranya adalaharsip-arsip penting lainnya
seperti dokumen-dokumen tentang rutan dan foto-foto yang berkaitan dengan
penelitian.
Hasil dari penelitian: Sebuah strategi dakwah yang di gunakan dalam
pembinaan mental spiritual di rutan yaitu, dakwah lisan, dakwah tulisa, dakwah
tindakan. Upaya dalam pembinaan mental spiritual yaitu, pembiaan
keterampilan, pembinaan ukhuwah, pembinaan mental yang terjadwal. Factor
penghambat dan pendukung yaitu, (1) Pendukung: adanya da‟i resmi yang
membina narapidana, keikhlasan da‟i dalam memberikan ilmu, ketelatenan da‟i
dalam memberikan pembinaan. (2) Penghambat: ruangan kecil, narapidana
terkadang sulit di atur, kesulitan mencari da‟i.

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kerangka Berfikir.......................................................................... 10
Tabel 3.1 Struktur Organisasi........................................................................ 53
Tabel 3.2 Struktur Organisasi Pengelolaan................................................... 53
Tabel 4.1 Struktur Staff................................................................................. 54
Tabel 5.1 Data Kapasitas Hunian...................................................................55
Tabel 5.2 Penghuni Rutan............................................................................. 56
Tabel 6.1 Jadwal Kegiatan Dakwah...............................................................61

xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDU ................................................................................................ i
LOGO INSITITUT ................................................................................................. ii
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. v
MOTTO................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .......................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ....................................................................................... 5
C. TujuaPenelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 6
F. KerangkaBerfikir ...................................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10

xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. KajianPustaka ....................................................................................... 12
B. Landasan Teori .................................................................................... 15
1. Strategi Dakwah ............................................................................... 15
2. Pembinaan Mental ........................................................................... 36
3. Spiritual ............................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ........................................................... 43
B. Lokasi Penelitian ................................................................................... 43
C. Sumber dan Jenis Data ......................................................................... 44
1. Data primer ..................................................................................... 44
2. Data sekunder ................................................................................. 44
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 45
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 46
F. Teknik Validitas Data ........................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 48
1. Subjek penelitian ............................................................................ 48
2. Temuan penelitian .......................................................................... 54
B. Pembahasan .......................................................................................... 57
1. Upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga............ 59
2. Bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga ................. 62

xv
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan dakwah di rutan
kelas IIB Salatiga ............................................................................. 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 76
B. Saran ...................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi atau lembaga tertentu bisa dipastikan memiliki satu atau
beberapa tujuan, yang menunjukkan arah dan menyatukan gerak sarana yang
dimilikinya atau yang terdapat dalam lembaga tersebut. Tujuan yang akan
dicapainya itu adalah keadaan massa yang akan datang yang lebih baik
ketimbang keadaan sebelumnya. Adapun proses pencapaian tujuannya itu
memerlukan penataan-penataan yang terarah, efektif (berdaya guna) dan
efisien (tepat sasaran dengan biaya atau resiko sekecil mungkin). Terarah
disini dimaksudkan dengan aktivitas yang dilakukan terpusat pada
tercapainya tujuan yang telah ditentukan, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan
rasional yang tepat untuk mewujudkan hasil akhir yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan efektif dan efisien dimaksudkan adanya penggunaan
sarana yang terbatas pada hal-hal yang diperlukan. Karena itu pula organisasi
atau lembaga yang digerakkan itu merupakan wadah sarana yang diperlukan
dan sebagai alat pencapaian tujuannya (Suhandang, 2014: 103).
Setiap manusia membutuhkan yang namanya stimulus (dukungan
motivasi) untuk merubah perilaku kurang baik menjadi lebih baik dengan
diberlakukannya proses pembelajaran. Surya (1997: 9) menyatakan bahwa
belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2
Relevan dengan Surya, Slameto (1991: 2) dan Ali (1987: 14) menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau
suatu upaya mengarahkan aktivitas anak didiknya ke arah belajar. Proses
pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu antara seorang guru dan anak
didiknya. Hal itu juga merupakan situasi psikologis, dimana banyak
ditemukan aspek-aspek psikologis ketika proses pembelajaran berlangsung
hal ini terkait dengan pembinaan mental spiritual.
Lembaga permasyarakatan tidak lepas dari namanya narapidana
(orang yang terpidana). Masuknya seseorang dalam lembaga
permasyarakatan merupakan babak baru dalam kehidupnnya, akibat dari
perbuatan yang telah dilakukan dan dirasakan. Jauh dari sanak keluarga dan
kehidupan yang semakin keras terkadang membuat narapidana menjadi sadar
tetapi tidak jarang ada yang justru mengalami gangguan mental bahkan ada
yang menjadi residivis. Dampak kehidupan di lembaga permasyarakatan
mengindikasikan pentingnya kehadiran dakwah ditengah-tengah narapidana.
Dalam hal ini strategi dakwah sangat berpengaruh terhadap berhasil atau
tidaknya pesan yang disampaikan komunikator (da‟i). Selain itu juga harus
mempersiapkan kegiatan tentang islam sebaik mungkin dengan memberikan
pendidikan islam terhadap narapidana.

3
Muhammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin (1987: 13)
menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan
manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat
kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan
ajaranya (pengaruh dari luar). Bawani (1987: 122) menyatakan
bahwapendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam (Tohirin, 2005: 8-10).
Menurut kacamata komunikasi jelaslah bahwa dakwah Islam termasuk
upaya komunikasi dalam rangka mempengaruhi individu atau komunal, agar
mereka, dengan sadar dan yakin akan kebenaran Islam, mau menganutnya
(bagi mereka yang non-muslim) serta memperdalam pengetahuan agama
Islam (bagi kaum muslimin). Mereka diharapkan mau meyakini bahwa agama
Islam akan membawanya ke jalan Allah yang lurus dan benar, yaitu jalan
yang merupakan garis maknawi serta digoreskan oleh tuntunan wahyu tinggi,
sesuai dengan tiap-tiap manusia dan membawa mereka kepada kebenaran
yang hakiki. Sebab, prinsip dasar dari komunikasi adalah pengaruh
mempengaruhi dalam rangka “melumpuhkan” komunikan, hingga sadar
ataupun tidak, mau dan mampu mengikuti apa yang dikehendaki
komunikator.
Pentingnya dakwah dilembaga permasyarakatan dilakukan salah
satunya disebabkan oleh kondisi kehidupan dilembaga yang ekslusif,
kehidupan didalamnya bukan hanya memberikan efek jera kepada

4
penghuninya terhadap tindak kejahatan yang telah dilakukan. Namun,
terkadang menyebabkan munculnya penyakit kejiwaan akibat stres dan
depresi karena jauh dari keluarga dan hidup terisolasi dalam lembaga
permasyarakatan. Keprihatinan pada kondisi kehidupan narapidana,
mengetuk naluri sebagai seorang muslim untuk menolong, membantu dan
menuntun mereka agar mampu menyelesaikan masalahnya. Berupaya
mengurangi beban hidup narapidana akibat harus hidup dilembaga
permasyarakatan.
Ditemukannya strategi dakwah yang tepat dalam melakukan
pembinaan spiritual kepada narapidana sangatlah penting. Karena hal ini akan
memudahkan aktivitas dakwah dilembaga permasyarakatan yang bertujuan
membangun dan menumbuhkan kesadaran pada diri narapidana. Disamping
itu juga diharapkan mampu menjadikan narapidana menerima keadaan
dirinya sehingga dapat hidup normal kembali seperti masyarakat pada
umumnya.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti berupaya melakukan
penelitian di lembaga pemasyarakatan narapidana, dengan memfokuskan
penelitian pada Strategi Dakwah Dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan
Kelas IIB Salatiga Tahun 2017.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga?
2. Bagaimana bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga?
3. Apayang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
dakwah dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB
Salatiga.
2. Untuk menemukan bentuk pelaksanaan dakwah dirutan kelas IIB Salatiga.
3. Untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
dakwah dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada
berbagai pihak yaitu:
1. Secara teorietis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
tentang ilmu dakwahterutama dalam bidang penyiaran dakwah di rutan
kelas IIB Salatiga.
2. Secara praktis
a. Bagi Lembaga
Sebagai tolak ukur lembaga guna mengetahui tentang strategi dakwah
sehingga akan terus dijalankan dan menjadi lebih baik kedepannya.

6
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti
tentang ilmu dakwah dan strategi dakwah dalam pembinaan mental
spiritual di rutan kelas IIB Salatiga, serta memotivasi diri agar selalu
menyebarkan dakwah Islam.
c. Bagi Pembaca
Hasil penelitian diharapakan bisa menjadi informasi yang bermanfaat
bagi pembaca terutama bagi para da‟i agar memanfaatkannya sebagai
penyebar kebaikan dakwah Isalam.
E. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian tentang
“Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB
Salatiga”, maka peneliti perlu memberikan penegasan dan penjelasan
seperlunya sebagai berikut:
1. Strategi dakwah adalah menentukan taktik bagi orang yang
melaksankan pekerjaan da‟aa, bermakna orang yang menyeru,
memanggil, mengajak, dan harus memiliki pertimbangan-pertimbangan
yang matang dan mantap, agar gerakan-gerakan dalam taktik tersebut
bisa dilaksanakan dengan mudah dan lancar, sehingga tujuan yang
dicita-citakan dapat tercapai.
2. Pembinaan mental merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki
moral/mental seseorang kearah yang sesuai dengan ajaran agama.
Artinya setelah diadakan pembinaan, orang dengan sendirinya akan

7
menjadikan agama sebagai pedoman dan pengendalian tingkah laku,
sikap dan gerak-geriknya dalam hidup.
3. Spiritual adalah sesuatu yang berkaitan erat dalam aspek spiritualitas
pada diri manusia, seperti halnya untuk tetap konsisten dalam
melaksanakan ajaran agama; untuk bertaqwa kepada Allah; mencintai
kebaikan; kebenaran dan keadilan; serta membenci kejahatan; kebatilan
dan kezaliman.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di
Rutan Kelas IIB Salatiga merupakan proses dan taktik penyampaian dakwah
terhadap narapidana dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dari
sebelumnya sesui dengan ajaran Islam.
F. Kerangka Berfikir
Lembaga pemberdayaan masyarakatmerupakan tempat untuk
membina dan memasyarakatkan narapidana. Melihat kondisi narapidana yang
bermacam-macam tindak pidana yang dilakukan, pembinaan mental spiritual
sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan mereka sehinga bisa
kembali diterima masyarakat. Salah satu upaya pembinaan mental spiritual
kepada narapidana adalah dakwah. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah
satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud
memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain (Yusuf, 2006: 6-
23).

8
Strategi dakwah yang tepat sangat membantu da‟i dalam
menyampaikan tujuannya sehingga pesan dakwah dapat diterima oleh mad‟u
(narapidana). Di samping para da‟i, peran aktif dari kepala lembaga
pemasyarakatan, kepala bagian pembinaan narapidana beserta seluruh
jajarannya, petugas lembaga pemasyarakatan juga sangat dibutuhkan dalam
pembinaan mental spiritual narapidana karena petugas-petugas lembaga dan
da‟i/ da‟iah yang diberi wewenang untuk memberi kajian keagamaan di
lembaga pemasyarakatan. Terkait dengan pembinaan mental spiritual bahwa
setiap Insan (manusia) membutuhkan yang namanya stimulus (dukungan
motivasi) untuk merubah perilaku kurang baik menjadi lebih baik dengan
diberlakukannya proses pembelajaran.
Surya (1997: 9) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Penjelasan ini menuntut kemampuan
untuk menemukan dan mengaplikasikan strategi dakwah yang tepat
dalammelakukan pembinaan mental dan spiritual.Strategi dakwah adalah
cara-cara tertentu yang diperlukan oleh seorang da‟i (komunikator) kepada
mad‟u(Yunan, 2006: 7).
Pembinaan spiritual ini berlandaskan pada Al-Qur‟an dan Hadis
sebagai landasan teologisnya dan dipadukan dengan peraturan yang
diterapkan di lembaga pemasyarakatan yang berlandaskan pada Undang-
undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Perpaduan ini

9
menghasilkan strategi dakwah dalam melakukan pembinaan spiritual
narapidana yang diharapkan peneliti dalam melakukan penelitian.
Peneliti menggunakan teori-teori persuasi yang didefinisikan sebagai
“perubahan sikap akibat paparan informsi dari orang lain” sikap pada
dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka/ tidak
suka kita atas sesuatu. Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen:
komponen afektif (kesukaan atau perasaan terhadap sebuah objek), komponen
kognitif (keyakinan terhadap suatu objek), dan komponen perilaku (tindakan
terhadap objek). Dalam lembaga pemasyarakatan teori yang berkaitan dengan
pembinaan mental spiritual adalah teori inokulasi. Yaitu sebuah teori yang
digunakan oleh komunikator yang mungkin bukan untuk mengubah sikap
tetapi menjadikan sikap kebal terhadap perubahan. Perubahan ini di tujukan
kepada narapidana dengan tujuan agar semua keyakinan yang dimiliki tetap
kuat dan tidak mudah goyah Tankard, James dan Werner (2011: 177-193).
Setelah menemukan strategi dakwahyang tepat dalam melakukan
pembinaan mental spiritual kepada narapidana, dengan meneliti
danmenganalisis bentuk-bentuk pelaksanaan dakwah dan upaya pembinaan
spiritualdi rutan kelas IIB Salatiga. Sertaberusaha mengungkapkan faktor
yang menjadi pendukung dan penghambatefektivitas dakwah dalam
pembinaan mental spiritual narapidana. Sehingga dapat terlihat sebuah hasil
dimana terwujudnya efektivitas dakwah yang membuat perubahan pola pikir,
sikap, dantindakan pada narapidana. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan
kerangka berfikir di bawah ini:

10
Tabel 1.1 Kerangka Berfikir
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami isi skripsi ini, penulis memaparkan
sistematika skripsi sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
kerangka berfikir, dan sistematika penelitian.
Bab II : Kajian Pustaka dan Landasan Teori, berisikan pengertian strategi
dakwah, urgensi strategi dakwah, unsur-unsur dakwah, metode dakwah,
pengertin pembinaan mental, pengertian spiritual.
Bab III : Metodologi penelitian, berisikan jenis penelitian dan pendekatan,
lokasi penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, teknik
validitas data.
Spiritual
Pembinan Mental
UU. No. 12 Tahun 1995
Al-Qur’an dan Hadits
Dakwah

11
Bab IV : Pembahasan, meliputi gambaran umum tentang rutan kelas IIB
Salatiga, bentuk pelaksanaan dakwah, upaya pembinaan mental, faktor
pendukung dan penghambat efektifitas dakwah.
Bab V : Penutup berisi: kesimpula penelitian dan saran.

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Penelitian ini membahas tentang bagaimana strategi dakwah yang
digunakan dalam pembinaan mental spritual di rutan Salatiga. Berdasarkan
hasil bacaan penulis, ditemukan beberapa sumber karya ilmiah yang
membahas tentang dakwah di lembaga pemasyarakatan. Uraian singkat
tentang karya ilmiah yang relevan dengan yang penulis teliti:
Skirpsi Octavia Sri Handayani Tahun 2010 yang berjudul
Pelaksanaan Pembinaan Narapidana dalam Rangka Mencegah Pengulangan
Tindak Pidana (Recidive). Skripsinya ini membahas mengenai pelaksanaan
pembinaan narapidana, dalam skripsi ini juga kebanyakan mengambil ruang
lingkup, teori dan dasar hukum tentang pelaksanaan pembinaan narapidana,
sedangkan dalam penelitian kali ini, peneliti tidak hanya meneliti dari segi
pelaksanaan pembinaan narapidana akan tetapi permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam pelaksanaan pembinaan narapidana.
Penelitian yang dilakukan oleh Faridah tahun 2014 yang berjudul
Strategi Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa Pasca Sarjana UIN
ALAUDDIN Makassar. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif hasil
penelitiannya adalah bahwa metode yang dilakukan para da‟i dilembaga
pemasyarakatan wanita kelas IIA cukup bagus dalam pembinaan spiritual
narapidana. Namun disetiap hasil yang bagus pasti tidak lupa dengan adanya

13
hambatan bahwa narapidana tidak memahami dan mengamalkan pesan
dakwah yang diterimanya karena kondisi psikologi yang kurang stabil.
Penelitian Yusnidar tahun 2016 yang berjudul Metode Dakwah
Terhadap Narapidana Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho Dilhoknga
UIN AR-RANIRY Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Hasil penelitian adalah Pembinaan mental berupa ceramah agama
dan pengajian kitab, pemateri yang didatangkan dari luar Lapas yang
bekerjasama dengan pihak ketiga seperti BMOIW dan dayah-dayah/
Pasantren dari Banda Aceh.Selain pendidikan agama, pihak Lapas juga
melakukan pembinaan kesadaran nasional yang diberikan pada tanggal
17 yang dilaksanakan upacara di Lapangan Cabang Rutan Negara
Lhoknga dan selaku Pembina upacara adalah Kacabrutan, dan kasubsi
Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho di Lhoknga dengan
memberikan pengarahan-pengarahan atau bimbingan kepada pegawai dan
penghuni Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho di Lhoknga.
Penelitian yang dilakukan oleh Dhita Mitha Ningsih tahun 2017 yang
berjudul Pembinaan Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Raba
Bima Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (studi kasus rumah
tahanan negara kelas IIB raba bima Fakultas Syariah dan Hukum UIN
ALAUDDIN Makassar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Hasil penelitian adalah bahwa kondisi pembinaan terhadap warga
binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Raba Bima
dapat dikatakan tidak berjalan dengan maksimal. Hal ini dibuktikan

14
dengan keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pembinaan, keadaan
Rutan yang mengalami over kapasitas, kurangnya petugas Rutan dibidang
pembinaan serta tenaga pengajar program pembinaan keterampilan, sehingga
sistem pemasyarakatn tidak berjalan baik di Rumah Tahanan Negara
Klas IIB Raba Bima.
Penelitian-penelitian di atas memiliki kesamaan dengan yang peneliti
lakukan yakni penelitian tentang strategi dakwah dan metode dakwah serta
kesamaan pada jenis penelitian yaitu kualitatif. Perbedaan mendasar yang
ditemukan terletak pada objek dan fokus penelitian. Penelitian sebelumnya
belum ada yang secara khusus meneliti tentang strategi dakwah dalam
pembinaan mental spiritual di Rutan kelas IIB salatiga.
Di antara penelitian yang dikemukakan, penelitian yang paling relevan
dengan yang peneliti teliti adalah penelitian Faridah dengan judul Strategi
Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa. Kesamaan yang
ditemukan yakni penelitian tersebut juga membahas tentang pembinaan
kepada narapidana dan jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif.
Adapun perbedaanya yakni penelitian tersebut mengkaji tentang dakwah di
lembaga pemasyarakatan yang menganalisis pembinaan narapidana kusus
perempuan, sedangkan yang peneliti teliti lebih fokus pada strategi dakwah
dalam pembinaan spiritual narapidana di rutan Salatiga.

15
B. Landasan Teori
1. Strategi Dakwah
a. Pengertian Strategi Dakwah
Dakwah berasal dari bahasa Arab da‟watan yang berakar kata
dari huruf dal, ra, dan waw yang berarti dasar kecendrungan sesuatu
yang disebabkan suara dan kata-kata, atau mencintai sesuatu atau
mendekatkan diri pada sesuatu. Dari akar kata ini terangkai menjadi
da‟aa (fi‟il mu‟tal naqish), yang menjadi asal kata da‟aa, yad‟uu,
da‟aan, wa da‟watan berarti “memanggil, mengundang, meminta
tolong, meminta, memohon”. Dari kata kerja da‟aa-yad‟uu ini, jika
isim mashdarnya da‟aan berarti meminta tolong, meminta, dan
memohon, sedangkan yang isim mashdarnya da‟watan berarti
memanggil, mengundang, mengajak atau menyeru (Budihardjo, 2007 :
1).
Strategi merupakan pengambilan keputusan untuk menata dan
mengatur unsur-unsur yang bisa menunjang pelaksanaan kerja
pencapaian tujuan. Strategi merupakan proses berpikir yang mencakup
apa saja yang disebut simultaneous scanning (pengamatan simultan)
dan conservativefocusing (pemusatan perhatian). Maksudnya, strategi
dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara terpusat dan hati-
hati, sehingga bisa memilih dan memilah tindakan-tindakan yang
lebih efektif untuk mencapai suatu tujuan (Johnson, 1972: 52-53).

16
Dengan begitu dalam proses penyusunan strategi, merupakan
tindakan terakhir yang dimaksudkan tadi adalah keputusan untuk
memilih, mempertimbangkan, dan menetapkan unsur-unsur serta
kebijakan-kebijakan yang bisa digunakan untuk menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditentukan semula.
Mengetahui strategi termasuk hal yang sangat berpengaruh dalam
mencapai keberhasilan dakwah maka dapat dianalisis dari definisi
strategi dakwah terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan
(Suhandang, 2014: 81-83).
Berdasarkan penjelasan diatas strategi dakwah merupakan
proses memilah dan memilih tindakan dan menata unsur sebelum
menyeru umat untuk kembali di jalan sesuai ajaran Islam berdasarkan
dengan cara yang baik dan tepat.
b. Definisi dan Urgensi Strategi Dakwah
Strategi berasal dari istilah bahasa Yunani, yang aslinya berarti
“seni sang jenderal” atau “kapal sang jendral”. Pengertian tersebut
diperluas mencakup seni laksamana dan komandan angkatan udara
(Sills, 1972: 281). Sedangkan kata “dakwah” berasal dari akar kata
bahasa Arab da‟aa, atau menurut ulama Basrah berasal dari mashdar
da‟watun yang artinya dalam bahasa Indonesia, adalah memanggil
atau panggilan. Strategi dakwah adalah menentukan taktik bagi orang
yang melaksankan pekerjaan da‟aa, bermakna orang yang menyeru,
memanggil, mengajak, dan harus memiliki pertimbangan-

17
pertimbangan yang matang dan mantap, agar gerakan-gerakan dalam
taktik tersebut bisa dilaksanakan dengan mudah dan lancar, sehingga
tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai (Suhandang, 2014: 21, 80-
81).
Pengertian strategi adalah suatu kesatuan rencana yang
menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa dalam
suatu strategi terdapat beberapa hal berikut:
1) Suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan,
baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
2) Analisis terhadap lingkungan, baik yang bersifat eksternal maupun
internal, yang menunjukan adanya kekuatan dan kelemahan dalam
hal pencapaiaan tujuannya.
3) Keputusan pilihan guna pelaksanaan yang tepat dan terarah dalam
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
4) Rancangan guna menjamin ketepatan tercapainya tujuan dan
sasaran.
Adapun bentuknya, H. Djaslim Saladin (2004: 2) mengutip
pendapat Gregory G. Dess dan Alex Miller (1993) yang membagi
strategi dalam dua bentuk, yaitu strategi yang dikehendaki dan strategi
yang direalisasikan.
Strategi yang dikehendaki (intended strategic) terdiri dari tiga
elemen.

18
1) Sasaran-sasaran (goals) yaitu, apa yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan pencapaian tujuan. Sasaran dimaksud memiliki arti
yang luas dan sempit. Seperti halnya dakwah, tujuan akhirnya
ingin menciptakan masyarakat madani yang islami. Sudah tentu
untuk menuju kearah itu harus menyelesaikan tujuan-tujuan yang
menjadi bagian dari tujuan akhir tersebut. Dengan demikian,
tujuan akhir bisa dikatakan sebagai sasaran yang lebih luas
daripada tujuan-tujuan bagiannya secara sempit.
Selain itu sasaran tersebut terbagi lagi menjadi tiga
tingkatan atau hierarki menjadi:
a) Visi (vision) yang merupakan kerangka acuan kegiatan nyata
yang terpadu.
b) Misi (mision) yaitu, banyaknya sasaran yang harus dicapai
sebagai tugas dan prinsip utama guna mewujudkan visi.
c) Tujuan-tujuan (objectives), yaitu tujuan-tujuan yang khusus
dan spesifik harus dicapai demi tercapainya tujuan akhir yang
telah ditentukan sebelumnya.
2) Kebijakan (policies), merupakan garis pedoman untuk bertindak
guna mencapai sasaran atau tujuan-tujuan.
3) Rencana-rencana (plans), merupakan pernyataan dari tindakan
terhadap apa yang diharapkan akan terjadi. Seperti halnya dalam
upaya dakwah islamiah, kita harus bisa memperhitungkan berapa
banyak atau luas mad‟u yang mau dan mampu menerima gagasan

19
ataupun pesan dakwah yang disodorkan (Suhandang, 2014: 101-
102).
Tujuan dakwah bukanlah perkara yang mudah karena manusia
memiliki karakteristik yang beragam sebagai sasaran dakwah terlebih
bila berkaitan dengan masyarakat yang memiliki permasalahan khusus
dengan tantangan kehidupan yang cukup kompleks. Menghadapi
berbagai permasalahan yang terkait dengan proses dakwah,
mengharuskan da‟i hadir dengan membawa suatu bentuk strategi
dakwah yang tepat untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat
sesuai dengan kondisi objektif masyarakat yang dihadapi.
Aktifitas dakwah pasti tidak lepas dari berbagai tantangan yang
di hadapi, serta memerlukan penanganan yang tepat dan kerja keras
agar pesan dakwah benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan
masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Salah satu langkah utama
yang perlu diperhatikan adalah ketepatan antara materi dan metode
dengan kondisi mad‟u agar dakwah dapat berfungsi dan berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Dan membentuk sistem dawkah yang
tersusun rapi, membangun pondasi-pondasi yang kuat serta
mengetahui pokok-pokok dakwah yang akan di sampaikan.
Obyek dakwah akan menaruh simpati sehingga Allah
menganugerahinya kerelaan untuk beriman, dan jadilah iman itu
penghias hatinya. Jadilah ia termasuk golongan orang-orang yang

20
memperoleh putunjuk. Dengan demikian jiwa objek dakwah menjadi
lapang dan hatinya pun tenang. Ia siap menjalani cobaan dijalan Allah.
Ia rasakan kesempitan sebagai kelapangan, kesulitan sebagai
kemudahan, dan harapan perubahan menjadi kenyataan. Ia tidak
meraskan lama dan sulitnya perjalanan, dan tidak pula tergesa-gesa
untuk memperoleh hasil perjuangan. Dia yakin sesungguhnya Allah
akan mewujudkan kehendak-Nya dan menjadikan segala sesuatu
dengan ketentuan-Nya (Aziz, 2008: 18-19).
Selain itu, pesan-pesan Dakwah hendaknya dapat memberikan
petunjuk dan pedoman hidup yang menyejukkan hati. Janganlah
pesan-pesan Dakwah dicampuri dengan pamrih untuk kepentingan
golongan.Lebih-lebih untuk kepentingan yang tidak ada sangkut
pautnya dengan pelaksanaan ajaran. Dalam era sekarang ini, peranan
Dakwah yang dapat memberi motivasi dan bekal untuk membantu
memecahkan masalah-masalah duniawi yang semakin kompleks.
Secara umum, ada tiga tantangan yang akan dihadapi oleh
seorang da‟i di dalam masyarakat, yaitu : pertama, masyarakat kita
telah berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Dalam hal ini masyarakat industri memiliki pola hidup mewah dan
hedonistik, cenderung lebih rasional dan lebih otonom dalam
perencanaan, produksi, pemasaran dan promosi industri. Situasi
demikian secara kejiwaan akan membawa mereka cenderung kurang

21
merasa perlu terhadap agama dan karenanya akan menjadi jauh dari
ajaran dan moral agama.
Kedua, globalisasi informasi. Pada masa ini kita akan dibanjiri
oleh budaya, pola hidup dan tata nilai asing yang tidak selalu
menunjang usaha pemupukan Budi pekerti luhur yang selama ini kita
dambakan. Ketiga, makin tinggi tingkat intelektualitas, terutama
dikalangan angkatan muda. Dalam hal ini tentunya mereka memiliki
daya kritis yang semakin kuat dan tidak mau begitu saja menerima
kata dan pendapat orang lain serta mereka minta diyakinkan dengan
uraian dan penjelasan yang rasional dan dapat diterima akal mereka.
Kondisi seperti itu, maka sangat diperlukannya strategi dakwah
dalam mencapai tujuannya, dengan cara harus sering dilakukannya
pembaharuan secara terus-menerus terhadap visi ke-islaman, visi
dakwah, analisis situasi, perluasan wilayah kepedulian serta sasaran
dari dakwah itu sendiri. Dakwah sebagi peroses yang mempengaruhi
umat termuat dalam Al-Qur'an yang memanggil umat Islam untuk
melakukan dakwah bilhikmah, dan mauizhah hasanah serta mujadalah
billati hiya ahsan (Basit, 2006: 152-155).
Strategi yang diperlukan untuk mengantisipasi permasalahan
yang kompleks dalam suatu lembaga adalah keterpaduan antara
peraturan yang menjadi kebijakan pada lembaga dengan penyampaian
pesan dakwah yang diberikan kepada masyarakat yang dibina. Peran

22
aktif dan kerja keras dari pimpinan lembaga, pejabat serta seluruh
jajaran yang bertugas di lembaga merupakan suatu hal yang sangat
dibutuhkan dalam mewujudkan tujuan dari pelaksanaan dakwah.
Karena penerapan aturan yang tegas dan bijaksana merupakan suatu
elemen penting dalam strategi dakwah.
Adanya partisipasi aktif dan kesadaran dari setiap elemen
dalam suatu lembaga merupakan salah satu faktor pendukung
efektivitas dakwah. Karena pemegang kekuasaan yakni pemimpin,
pejabat beserta seluruh jajarannya dalam suatu lembaga memiliki
kewenangan untuk mengatur lembaganya. Termasuk dalam hal ini
pada pelaksanaan kegiatan dakwah, terutama dalam suatu lembaga
struktural yakni instansi pemerintah. Karena di dalam lembaga
struktural terdapat hubungan yang dapat mempengaruhi dan hubungan
ketaatan serta kepatuhan dari para pengikut terhadap pimpinannya.
Sebagai seorang pemimpin dalam sebuah lembaga harus
membuat perencanaan dalam jangka panjang (longe range planning)
yakni sebuah keputusan yang menyangkut tujuan jangka panjang
organisasi, kebijakan yang harus diperhatikan, serta strategi yang
harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut. Singkatnya
perencanaan strategi adalah proses perencanaan jangka panjang yang
sudah disepakati secara kolektif, yang digunakan untuk merumuskan
tujuan organisasi serta cara menghadapi berbagai permasalahan yang

23
mungkin muncul dalam pelaksanaan dakwah (Abdillah, 2012: 101-
102).
Pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
seperti yang telah dijelaskan, memberikan suatu pemahaman bahwa
seorang pemimpin merupakan pengayom masyarakatnya. Hal ini
mengindikasikan perlunya perlakuan yang baik dan penghargaan
kepada pengikut dan masyarakat yang dibina sebagai sesama makhluk
ciptaan Tuhan, meskipun yang dihadapi adalah orang-orang yang
telah melakukan kesalahan.
Perlakuan yang baik dan penghargaan terhadap seseorang
merupakan salah satu faktor diterima dan dilaksanakannya pesan yang
diterima oleh individu yang menerima pesan. Karena seseorang atau
suatu organisme melakukan sesuatu sedikit banyaknya dipengaruhi
oleh kebutuhan yang ada dalam dirinya atau sesuatu yang hendak
dicapai. Kebutuhan tersebut tidak bisa dipisahkan dari motif yakni
penyebab seseorang berperilaku.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan
dalam melakukan pembinaan spiritual adalah kesadaran untuk
memperlakukan warga yang dibina tidak secara sewenang-wenang,
tetapi dengan perlakuan yang baik. Karena perlakuan yang baik dan
penghargaan sebagai seorang manusia tetap menjadi kebutuhan setiap
individu. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW;

24
“Barangsiapa mengajak pada petunjuk, ia berhak
mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya,
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barang
siapa mengajak kepada kesesatan, ia berhak mendapat
dosanya seperi dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
Karena itu, merupakan sebuah kewajiban yang tiada pilihan
selain itu. Hanya kecintaan untuk berada dijalan dan kejujuran iman
terhadap-Nya dapat meringankan segala cobaan dan memudahkan
segala kesulitan serta memperkokoh pendirian untuk terus berjuang
sampai pada cita-cita yang di inginkan (Aziz, 2008: 26-27).
Memberikan perlakuan yang baik kepada orang lain meskipun
nyata telah melakukan kesalahan didasarkan pada terjemahan firman
Allah dalam QS Ali-„Imran (3): 159.
ىا نىث نهم ونى كىث فظا غهع ٱنقهة لوفض ه ٱلله فثما زحمة م
مه حىنك فٲعف عىهم وٱسحغفس نهم وشاوزهم ف ٱلمس فئذا عزمث
هه بة ٱنمحىك إنه ٱلله م عه ٱلله فحىكه
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Penjelasan dari QS ali „Imran ayat 159 seperti yang telah
dikemukakan mengisyaratkan kepada umat Islam terutama kepada

25
yang berpengaruh dalam suatu lembaga atau terhadap orang lain agar
mampu menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan dalam ucapan,
sikap serta perbuatannya dalam menghadapi umat dan segala
permasalahannya. Di antaranya yang patut mencontoh akhlak mulia
Nabi SAW adalah setiap elemen yang berperan aktif dalam melakukan
pembinaan kepada warga binaan karena langkah tersebut merupakan
salah satu bagian dari strategi dakwah.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam pelaksanaan
dakwah pemimpin dan seluruh jajarannya merupakan salah satu
bagian penting dari strategi dakwah dalam melakukan pembinaan
mental spiritual narapidana. Namun, dalam melaksanakan suatu
pembinaan, pemimpin dan seluruh jajarannya dalam suatu lembaga
juga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Pelaksanaan
pembinaan sebagai suatu bagian dalam strategi dakwah membutuhkan
kerjasama dari da‟i/ da‟iah sebagai orang yang berkualifikasi dalam
bidang dakwah. Kehadiran dai/ da‟iah dalam kerjasama pembinaan
terhadap lembaga diiringi oleh berbagai aspek dakwah lainnya yang
saling menunjang dalam aktivitas dakwah.
c. Unsur-unsur Dakwah
Kegiatan atau aktivitas dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur
yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah

26
komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah
meliputi:
a. Da‟i
Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara
lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik seacara
individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga. Maka,
yang dikenal sebagai da‟i atau komunikator dakwah itu dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang
mukallaf (dewasa) dimana bagi mereka kewajiban dakwah
merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari
misinya sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah:
“Sampaikan walau satu ayat”.
2) Secara khusus adalah merek yang mengambil keahlian
khusus (mutakhasis) dalam bidang agama islam, yang dikenal
dengan panggilan ulama (Ilahi, 2010: 19).
b. Mad‟u
Mad‟u adalah manusai yang menjadi mitra dakwah atau
menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik
secara individu, kelompok, baik yang beragama islam maupun
tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Muhammad
Abduh membagi mad‟u menjadi tiga golongan yaitu:

27
1) Golongan cerdik, cendekiawan yang cinta kebenaran dan
dapat berpikir secara kritis, cepat ,menangkap persoalan.
2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat
berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3) Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah
mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam
batas tertentu tidak sanggup mendalam.
c. Materi/ Pesan Dakwah
Materi/ pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaiakan
da‟i kepada mad‟u. Pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran
islam itu sendiri. Secara umum dapat dikelompokan menjadi:
1) Pesan Aqidah, meliputi Iman kepada Allah SWT. Iman
kepada Malaikat-Nya, Iman kepada Kitab-kitab-Nya, Iman
kepada Rasul-rasul-Nya, Iman kepada Hari Akhir, Iman
kepada Qadha-qadhar.
2) Pesan Syariah, meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa,
dan haji serta mu‟amalah.
a) Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan
hukum waris.
b) Hukum publik meliputi: hukum pidana, hukum negara,
hukum perang dan damai.

28
3) Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah SWT, akhlak
terhadap makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia,
diri sendir, tatangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap
bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya (Ilahi, 2010: 20).
d. Media Dakwah
Alat-alat yang diapakai untuk menyampaikan ajaran islam.
Hamzah Ya‟qub membagi media dakwah itu menjadi lima:
1) Lisan, merupakan media yang paling sederhana yang
menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk
pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan
sebagainya.
2) Tulisan, buku majalah, surat kabar; koresponden (surat, e-
mail, smas), spanduk dan lain-lain.
3) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
4) Audio Visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang
indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa
berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya.
5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan
ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh
mad‟u (Ilahi, 2010: 21).
d. Bentuk-bentuk Metode Dakwah
Metode dakwah artinya cara-cara yang digunakan oleh
seorang da‟i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu Al-Islam atau

29
serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu (Bachtiar, 1997:
34). Dalam al-Qur‟an juga dijelaskan juga menjadi dasar metode
dakwah yakni:
دنهم تٲنهح سثم زتك تٲنبكمة وٱنمىعظة ٱنبسىة وج ٱدع إن
أح سه إنه زتهك هى أعهم تمه ضمه عه سثههۦ وهى أعهم تٲنمهحده ه
Artinya:
“Serulah manusia kpada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk” (QS. An-Nahl:125).
Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa metode
dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
1. Al-Hikmah
a. Pengertian bi al-hikmah
Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak
20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma‟rifat. Bentuk
masdarnya adalah “hukman” yang artinya mencegah. Jika
dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal
yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
Menurut Prof. Dr. Toha Yahya Umar, M.A., menyatakan
bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya
dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan
cara yang sesuai keadaan zaman dan tidak bertentangan

30
dengan larangan Tuhan. Sebagi metode dakwah, al-hikmah
diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang,
hati yang bersih, dan menarik perhatian orang lain untuk
masuk agama atau Tuhan.
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-
Nasafi, arti hikmah, yaitu:
“Dakwah bil-hikmah adalah dakwah dengan
menggunakan perkataan yang benar dan pasti,
yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan keraguan”.
Menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani, dalam tafsir Al-
Munir bahwa al-hikmah adalah Al-Hujjah Al-Qat‟iyyah Al-
Mufidah Li Al-„Aqaid Al-Yaqiniyyah, Hikmah adalah dalil-
dalil (argumentasi) yang qath‟i dan berfaedah bagi kaidah-
kaidah keyakinan.Hikmah merupakan suatu metode
pendekatan komunikasi yang dilaksankan atas dasar
persuasif. Karena dakwah bertumpu pada human oriented
maka konsekuensi loginya adalah pengakuan dan
penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar
fungsi dawkah yang utama bersifat informatif (Amin, 2009:
98).
Menurut penjelasan diatas bahwa umat manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa bertahan tanpa bantuan dan

31
komunikasi dengan orang lain. Maka dari itu Hikmah disini
mengajarkan kita untuk memberi peringatan dengan baik dan
bijaksana sesuai terjemahan dari Al-qur‟an Surat Al-
Ghasyiyah (88): 21-22.
هم تمصطس 22-22 س ،نهسث عه س إوهما أوث مرك فرك
Artinya:
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya
kamu itu adalah yang memberi peringatan. Kamu
bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”(QS.
AL-Ghasyiyah (88): 21-22).
b. Hikmah dalam dakwah
Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang
sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya
dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam tingkat
penddikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para da‟i
memerlukan hikmah, sehingga ajaran islam mampu
memasuki ruang hati para, mad‟u dengan tepat. Hikmah
adalah bekal da‟i menuju sukses. Tidak semua orang mampu
meraih hikmah, sebab Allah hanya memberikannya untuk
orang-orang yang layak mendapatkannya, Allah berfirman:
ا ؤج ا كثس س خ انبكمة مه شاء ومه ؤت انبكمة فقد أوج
س إله أونى النثاب كه وما ره

32
Artinya:
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al-Qur‟an dan As-Sunnah)
kepada siapa yang Dia Kehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah, ia benar-
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran”. (QS Al-Baqarah: 269).
Ayat tersebut seolah-olah menunjukan metode dakwah
praktis kepada para juru dakwah yang mengandung arti
mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak
manusia menerima dan mengikuti petunjuk agama dan aqidah
yang benar.
2. Al-Mau‟idza Al-Hasanah
Terminologi mau'izhah hasanah salam perspektif Dakwah
sangat populer, dalam seremonial keagamaan mendapat porsi
khusus dengan sebutan "acara yang ditunggu-tunggu". Secara
bahasa, mau'izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau'izhah
dan hasanah. Kata mau'izhah berasal dari kata wa'adza, ya'idzu,
wa'adzan, 'idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan,
dan peringatan, sementara hasanah berarti baik.Adapun secara
istilah, ada beberapa pendapat antara lain;
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang
dikutip oleh H. Hasanuddin sebagai berikut:
"Al-Mau'idzah al-Hasanah, adalah (perkataan-perkataan) yang
tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan

33
nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-
Qur'an.
Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizhah al-Hasanah
merupakan satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak
ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan
dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Juga bisa di
ungkapkan dengan mengandung unsur bimbjngan, pendidikan,
peringatan, pesan-pesan agar mendapat keselamatan dunia dan
akhirat.Dengan itu ada beberapa bentuk-bentuk mau'izhah yakni;
a. Nasihat atau petuah
b. Bimbingan, pengajaran
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan
e. Wasiat
Berdasarkan pemaparan diatas sebagai subjek dakwah da‟i
harus mampu menyesuaikan dan mengarahkan pesan dakwah
sesuai dengan tingkt berfikir dan lingkup pengalaman dari objek
dakwah, tujuannya agarr dakwah sebagai ikhtiar untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kehidupan
pribadi atau masyarakat dapat terwujud.

34
3. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan
Secara etimologi lafadz mujadalah terambil dari kata
"jadala" yang bermakna memintal, melilit. Sedangkan
ketambahan huruf Jim yang mengikuti wazan faa alaa, "jaa
Dala" bermakna debat, dan mujadalah "perdebatan". Menurut Ali
al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa almunadzarah,
mengartikan bahwa "al-jidal" bermakna "dayauntuk memilih
kebenaran" sedangkan berbentuk isim "al-jadlu" berarti
pertentangan atau perseteruan yang tajam. Dari segi istilah al-
Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua
pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan
lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Menurut tafsir An-Nasafi kata ini mengandung arti;
Berbanggalah dengan baik yaitu dengan jalan yang sebaik-
baiknya dalam bermujadalah, antara lain dengan perkataan yang
lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan
mempergunakan sesuatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati,
membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran, ini merupakan
penolakan bagi orang yang enggan melakukan perdebatan dalam
agama. Oleh karena itu, al-Qur‟an juga telah memberikan
perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat
dengan mereka kecuali dengan cara yang terbaik (Amin, 2009:
100-101).

35
أحسه إل انهره ظهمىا ول ججادنىا أهم انكحاب إل تانهح ه
كم وإنهىا وإنهكم واحد مىهم وقىنىا آمىها تانهر أوزل إنىا وأوزل إن
ووبه نه مسهمىن
Artinya:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab
(Yahudi dan Nasrani) melainkan dengan cara yang lebih
baik. Kecuali dengan orang-orang zhalim diantara
mereka, dan katakanlah, “kami telah beriman kepada
(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah
satu dan kami hanya kepadaNya berserah diri” (QS. Al-
Ankhabut (29): 46).
e. Konsep Efektivitas Dakwah
Dakwah pada dasarnya berfungsi dan bertujuan
menyempurnakan kehidupan manusia dengan bertolak pada
penyempurnaan akhlak dan budi pekerti yang menjadi hal yang
fundamental. Hal ini memerlukan perjuangan berat karena manusia
adalah makhluk yang sering lupa dan sunyi dari akhlak mulia, baik
disebabkan oleh kebodohannya atau karena ingkar. Karena itu dakwah
bertugas untuk memanggil, memperingatkan, dan menyeru umat
manusia agar kembali kepada fitrahnya (Suparta, 2003: 22-23).
Tugas untuk memanggil, memperingatkan, dan menyeru umat
manusia agar kembali kepada fitrahnya mengisyaratkan suatu aktivitas
mempengaruhi pada proses dakwah. Karena dakwah merupakan suatu
usaha untuk mempengaruhi orang lain agar bersikap dan bertingkah
laku seperti apa yang diinginkan oleh pelaksana dakwah (da‟i).

36
Kemampuan untuk mempengaruhi mad‟u bukanlah perkara yang
mudah karena mad‟u adalah manusia, yakni makhluk yang bukan
hanya memiliki telinga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang
bisa merasa, menerima, dan menolak sesuai dengan persepsinya
terhadap dakwah yang diterima. Kehendak manusia untuk menerima
atau menolak suatu ajakan dipengaruhi oleh cara berpikir dan cara
merasanya yang juga berpengaruh pada persepsi dan pengambilan
keputusannya.
Terjadinya hubungan baik antara mad‟u dengan dai
menjadikan mad‟u mulai merasa dekat dan mau terbuka kepada dai
termasuk di antaranya menanyakan hal yang kurang dipahami serta
menyampaikan masalah yang dirasakan menghambat dalam
pengamalan pesan dakwah yang diterimanya.Dengan adanya
penerimaan mad‟u terhadap pelaksanaan dakwah dan keterbukaannya
kepada da‟i menandakan bahwa terjadi perubahan sikap yang nantinya
akan berujung pada perubahan tindakan atau perbuatan mad‟u sesuai
dengan pesan dakwah yang diterimanya Faridah (2014: 63).
2. Pembinaan Mental
Pembinaan berasal dari kata bina yang mendapat awalan pe dan
akhiran an, yang berarti bangun/ bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pembinaan berarti membina, memperbaharui atau proses,
perbuatan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan bisa memperoleh hasil yang baik. Dengan kata lain pembinaan

37
yaitu suatu proses pembelajaran dengan melepaskan hal-hal yang sudah
dimilikinya, yang bertujuan untuk membantu dan mengembangkan
kecakapan dan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan kecakapan
dan pengetahuan untuk mencapai tujuan hidup(Siswanto, 2017: 128
Vol.2).
Sigmund Freud mengungkapkan bahwa dalam diri manusia
terdapat tiga struktur mental yang terdiri dari Id, Ego dan Super Ego.
Aspek Id merupakan unsur-unsur biologis yang berisikan hal-hal yang
dibawa sejak lahir serta merupakan energi psikis yang selalu cenderung
pada perkara kesenangan semata. Ego merupakan aspek psikologi
kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan
secara baik dengan kenyataan, ego juga berfungsi sebagai penekan dan
pengawas. Super Ego merupakan aspek sosiologi yang berisi kaidah moral
dan nilai-nilai sosial yang berfungsi sebagai penentu apakah satuan benar
atau tidak sehingga manusia bertindak sesuai etika yang ada. Oleh sebab
itu, penanaman nilai-nilai positif melalui pembinaan mental spiritual
sangat ditekankan agar manusia bisa memiliki kepribadian yang sesuai
dengan syariat Agama(Daradjat, 1975: 58).
Pembinaan mental merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki
moral/ mental seseorang kearah yang sesuai dengan ajaran agama. Artinya
setelah diadakan pembinaan, orang dengan sendirinya akan menjadikan
agama sebagai pedoman dan pengendalian tingkah laku, sikap dan gerak-
geriknya dalam hidup. Apabila ajaran agama telah masuk menjadi bagian

38
mentalnya, yang telah terbina, maka dengan sendirinya ia akan menjauhi
segala larangan Tuhan dan mengerjakan segala suruhan Nya (Daradjat,
1975: 59).
Sejak awal-awal abad ke sembilan belas boleh dikatakan oleh
para ahli kedokteran mulai menyadari akan adanya hubungan antara
penyakit dan kondisi psikis manusia. Hubungan timbal balik ini dapat
menyebabkan manusia mengalami gangguan fisik yang disebabkan oleh
gangguan mental (somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat
menyebabkan penyakit fisik (psikosomatik). Dan diantara faktor mental
yang di identifikasi sebagai potensial dapat menimbulkan gejala tersebut
adalah keyakinan agama. Hal ini antara lain disebabkan sebagian besar
dokter fisik melihat penyakit mental (mental illness) sama sekali tidak ada
hubungannya dengan penyembuhan medis, (Mc Guire, 1981:251) serta
berbagai penyembuhan penyakit mental dengan menggunakan pendekatan
agama.
Agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam
kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan manusia. menurut Mc
Guire agama sebagai sistem nilai berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat modern dan berperan dalam perubahan sosial. Layaknya
dengan institusi sosial lainnya, agama memiliki peran yang demikian
besarnya terhadap perubahan sosial. Sementara itu, agama juga
menunjukkan kemampuan adaptasi dan vital dalam berbagai segi
kehidupan sosial, hingga perubahan-perubahan dalam struktur sosial dalam

39
skala besar tak jarang berakar dari pemahaman terhadap agama (Mc Guire
1981: 255) (Jalaluddin, 2009: 154-155).
Orang yang tidak merasa tenang, aman dan tentram dalam
hatinya adalah orang yang sakit ruhaninya dan mentalnya tulis H. Carl
Witherington (Buchori, 1982: 5). Para ahli psikiatri mengaku bahwa setiap
manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan
untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut
bisa berupa kebutuhan jasmani dan rohani maupun sosial. bila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi maka manusia akan berusaha untuk beradaptasi
dengan kenyataan yang di hadapinya. Kemampuan untuk menyesuaikan
diri ini akan mengembalikan kondisi seperti semula hingga proses
kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya.
Dalam konteks ini agama sebagai sebagai terapi kekusutan
mental. Sebab nilai-nilai luhur dapat digunakan untuk penyesuaian dan
pengendalian diri, hingga terhindar dari konflik batin. Pendekatan
menggunakan agama dapat dirujuk dalam Al-Qur'an Surat Yunus dan surat
Isra' (Jalaluddin, 2009: 172-173).
دوز وهدي تكم وشفاء نما ف ٱنص ه زه ىعظة م أها ٱنىهاس قد جاءجكم مه
وزحمة نهمؤمىه
Artinya:
“Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu Al-
Qur'an mengandung sebuah pengajaran, penawar bagi penyakit
batin (jiwa), tuntunan serta Rahmat bagi orang-orang yang
beriman” (Q.S Yunus: 57).

40
ل مه انقسآن ما هى شفاء وزحمة نهمؤمىه ول زد ووىز
ا انظهانمه إله خساز
Artinya:
“Dan kami turunkan Al-Qur'an yang menjadi penawar dan Rahmat
bagi orang-orang yang beriman”(Q.S Isra': 82).
Maka dari itu agama menjadi pokok utama dalam pembinaan
mental seseorang. Karena, dengan kuatnya iman seseorang tidak akan
membawanya ke dalam sebuah perbuatan yang dapat merugikan dirinya
sendiri. Agama menjadi penawar dari kehidupan yang tidak terarah
menjadi lebih baik dan sesuai yang kita harapkan. Sedangkan dalam
pembinaan mental terhadap narapidana merupakan upaya untuk memberi
efek jera berupa kesadaran hati yang terbuka akan sebuah kebenaran dan
keyakinan bahwa manusia selalu di awasi sang pencipta dalam segala
urusan yang dilakukan.
3. Spiritual
Spiritual adalah sesuatu yang berkaitan erat dalam aspek
spiritualitas pada diri manusia, seperti halnya untuk tetap konsisten dalam
melaksanakan ajaran agama; untuk bertaqwa kepada Allah; mencintai
kebaikan; kebenaran dan keadilan; serta membenci kejahatan; kebatilan
dan kezaliman (Musfir, 2005: 118).
Melihat pada zaman modern ini, manusia semakin lama semakin
tergerus akan nilai spiritualitas hidupnya. Yang demikan itu disebabkan
karena sifat manusia yang agresif terhadap kemajuan modernisme.

41
Kemajuan tersebut hanya bersifat rasionalitas yang diakui mampu
mengantarkan manusia pada berbagai prestasi kehidupan yang belum
pernah dicapai sebelumnya. Manusia yang berfikir modern akan semakin
merasa yakin untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Tuhan. Pada sisi
lain manusia juga mulai menyesalkan hilangnya fungsi dan peranan agama
yang seharusnya bisa membimbing manusia dalam memahami dan
menghayati nilai-nilai luhur pada kehidupan.
Pandangan masyarakat modern yang bertumpu pada prestasi
iptek telah meminggirkan dimensi transendental, salah satu aspek yang
paling fundamental yaitu aspek spiritual. Hal ini menurut Dr. Nurcholish
Madjid akan menjadi suber ancaman lebih lanjut bagi umat manusia.
Karena itu, sumbangan agama Islam yang terpenting dalam hal ini ialah
sitem keimanan berdasarkan tauhid. Tauhid adalah ajara yang menegaskan
bahwa Tuhan adalah asal-usul dan tujuan hidup manusia, termasuk
peradaban dan ilmu pengetahuannya. Dengan tauhid kaum muslimin
diharapkan mampu menawarkan penyelesaian atas masalah kehampaan
spiritual dan krisis moral serta etika yang menimpa ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Tawaran ini dirasa penting, sebab sekarang ini semakin terlihat
kecendrungan pada lapisan atau kelompok sosial tertentu ke arah situasi
kehampaan spiritual. Apalagi untuk membina narapidana yang sedang
menjalani masa hukuman didalam rutan merupakan hal yang diutamakan
dengan tujuan agar mereka dapat percaya dan kembali ke jalan yang benar

42
sesuai dengan ajaran Islam. Dengan mengenalkan nilai spiritual yakni
tentang tauhid mampu memberikan penghayatan tentang agama dan
menjadi dasar perjalanan dalam diri manusia sendiri untuk selalu ingat dan
dekat kepada Tuhan (Madjid, 2000: 100-102).
Dengan penjelasan diatas sudah membuktikan bahwa manusia
dalam hidupnya selalu membutuhkan motivasi berupa sesuatu yang dapat
merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kehidupan yang lebih baik
tidak lepas dari adanya pemikiran yang bersih dan suatu keadaan yang
tenang dengan keyakinan yang kuat terhadap ke Esa-an Tuhan. Narapidana
merupakan orang-orang sedang mengalami sebuah kondisi yang tidak
menjadi harapan selama hidupnya. Akan tetapi sebuah kebutuhan yang
mendesak dan gaya hidup modern membuatnya melakukan tanpa harus
memikirkan akibatnya. Dengan memperkuat kepercayaan akan ke Esaan
Tuhan mampu membuka hati dan fikiran sehingga ketika melakukan
sebuah tindakan sesuai dengan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa
yang menjadi larangan-Nya.

43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian kualitatif mempergunakan metode argumentasi sebagai
metode utama untuk menarik simpulan penelitian. Metode penelitian
kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Siswanto, 2016:
53).
Bodgan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan pendekatan kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik utuh (Basrowi dan Suwandi, 2008: 21).
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan melakukan penelitian
secara langsung di rutan Kelas IIB Salatiga agar memperoleh datayang
lengkap dan akurat mengenai strategi dakwah dalam pembinaan mental
spiritual. Begitu juga dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dakwah
terhadap perilaku narapidana.
B. Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di rutan kelas IIB Salatiga, yang terletak di Jl
Yos Sudarso No. 2 Salatiga.

44
C. Sumber Data dan Jenis Data
Menurut Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis
data dibagi kedalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan
statistik (Basrowi dan Suwandi 2008: 169-172).
Peneliti dalam hal ini membutuhkan data, datayang dijadikan
acuan dalam penelitian diambil dari berbagai sumber, antara lain:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari
sumber-sumber pertama baik dari individu maupun kelompok atau data
yang diberikan secara langsung. Data primer diperoleh peneliti melalui
penelitian lapangan dengan melakukan observasi dan melalui prosedur dan
teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Dengan
menjadikan petugas dan narapidana yang ada dirutan sebagai narasumber
untuk dilakukannya wawancara.
2. Data Sekunder
Data skunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung.
Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui arsip, foto yang
berkaitan dengan penelitian.

45
E. Prosedur Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah cara yang digunakan untuk mengamati data
secara sistematis dan langsung dari gejala-gejala komunikasi terkait
dengan persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat (Pawito, 2007:
111). Peneliti datang dan hadir secara langsung ke lokasi tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan di tempat yang diteliti. Metode ini digunakan
untuk mengetahui gambaran umum tentang strategi dakwah dalam
pembinan mental spiritual dirutan kelas IIB Salatiga.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviwer) sebagai pengaju/ pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban
atas pertanyaan itu. Maksud diadakan wawancara seperti ditegaskan oleh
Lincho dan Guba (1985: 266) (Basrowi dan Suwandi 2008:127).
Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh dan
menggali data secara jelas dan konkret tentang penelitian dengan objek
wawancara yakni kepala lembaga pemasyarakatan, pejabat yang berperan
dalam pembinaan, narapidana, da‟i/da‟iah dan pegawai lembaga
pemasyarakatan yang dianggap mampu memberikan data-data penelitian.
c. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

46
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah bukan
berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi 2008:162).
Dokumentasi yang dilakukan terdiri dari beberapa hal diantaranya
adalah arsip-arsip penting lainnya seperti dokumen-dokumen tentang rutan
dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat di tafsirkan.
Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, thema atau kategori.
Tanpa kategorisasi atau klasifikasi datanakan terjadi chaos. Tafsiran atau
interpretasi artinya memberikan makna kepada anlisis, menjelaskan pola atau
kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 2002: 126).
Analisis data kualitatif yang dilakukan oleh peneliti melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh oleh peneliti di rutan kelas IIB, perlu dicatat
secara teliti dan terperinci.Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, serta mencari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberi
gambaran yang jelas.
b. Display Data (Penyajian Data)
Setelah proses reduksi, peneliti menyajikan data tentang rutan
kelas IIB dengan menggunakan tabel. Penyajian digunakan untuk

47
memudahkan memahami hasil penelitian berdasarkan data yang telah di
dapat.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah tahap penyajian data selesai, tahap analisis selanjutnya
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dimana peneliti mencari
makna tentang data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian.
G. Teknik Validasi Data
Untuk memperoleh keabsahan dan validitas data, peneliti
menggunakan teknik triangulasi pengecekan keabsahan data dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Siswanto, 2016:
178).
Sebagai pembuktian data yang benar–benar valid, maka peneliti
menggunakan cara observasi, wawancara dan dokumentas untuk
mengumpulkan data atau informasi. Kemudian dicek kebenarannya dengan
memperoleh sumber data dari petugas rutan satu ke petugas lain, dan dari
narapidana satu, kedua, ketiga, dst. Hal ini bertujuan untuk memastikan data
yang terkumpul dianggap benar.

48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian
Rumah tahanan negara kelas IIB Salatiga, merupakan bangunan
peninggalan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berdiri pada
tahun 1886.Rutan Salatiga juga sebagai penjara di zaman penjajahan
kolonial, dan baru sekali dilaksanakan renovasi dan penambahan lantai
pada tahun 1995. Bangunan ini berada di Jl. Yos Sudarso No. 2 di tengah
kota Salatiga Jawa Tengah yang berhawa sejuk dan dikenal sebagai kota
pelajar yang memiliki beberapa perguruan tinggi ternama dengan
mahasiswa yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Struktural
bangunan rutan dari luas tanah 2.400m² dan luas bangunan 1.169m²,
yang mana di dalamnya terdapat jumlah blok sebanyak 3 blok (blok
muka, blok belakang, dan blok wanita) (rutansalatiga.blogspot.com, 26
Agustus 2018, pukul 4:04).
a. Visi dan MisiRutan Kelas IIB Salatiga.
1) Visi
Visi yang ingin dicapai adalah memulihkan kesatuan hubungn
hidup, kehidupan dan penghidupan tahanan/ narapidana sebagai
individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan yang Maha
Esa dalam rangka membangun manusia Indonesia yang mandiri.

49
2) Misi
Rumah tahanan negara Salatiga dalam pelaksanaan tugas pokok
dan fungsinya mengemban melaksanakan perawatan tahanan,
pembinaan terhadap narapidana dalam kerangka penegakkan
hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta
pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.
b. Sasaran dan Tujuan Rutan Kelas IIB Salatiga
Sabagai lembaga pemasyarakatan, rutan kelas IIB Salatiga
memiliki tujuan dan sasaran dalam menjalankan tugas serta
kegiatan-kegiatan sesuai dengan visi dan misi. Adapun tujuan dan
sasaran rutan Salatiga sebagai berikut:
1) Tujuan
a) Membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya,
menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
negara yang baik dan bertanggungjawab.
b) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia
tahanan yang ditahan di rutan Salatiga dalam rangka
memperlancar proses penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.

50
c) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/ pihak-
pihak yang berperkara serta keselamatan dan keamanan serta
kelancaran dalam proses penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.
2) Sasaran
Sasaran perawatan dan pembinaan tahanan/ narapidana di rutan
Salatiga adalah meningkatkan kualitas yang sebelumnya/
awalnya sebagian atau seluruhnya dalam kondisi, aspek tersebut
meliputi:
a) Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Kualitas intelektual.
c) Kualitas sikap perilaku.
d) Kualitas profesionalisme/ keterampilan.
c. Landasan Operasional Rutan Kelas IIB Salatiga.
Landasan operasional Rutan Salatiga berpedoman pada
undang-undang yang telah ditetapkan (rutansalatiga.blogspot.com, 26
Agustus 2018, pukul 4:04). Adapun undang-undang ke rutanan
sebagai berikut:
1) Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
2) Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
3) Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(HAM).

51
4) Undang-undang no. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian.
5) Peraturan Pemerintah RI. No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
KUHAP.
6) Peraturan Pemerintah RI. No.31 Tahun 1996 tentang Pembinaan
dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
7) Peraturan Pemerintah RI. No. 32 Tahun1999 tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
8) Peraturan Pemerintah RI. No. 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama
Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
9) Peraturan Pemerintah RI. No. 58 Tahun 1999 tentang Syarat-
syarat dan Tata Cara Pelaksaan, Wewenang, Tugas, dan
Tanggungjawab Perawatan Tahanan.
10) Keputusan Menter Kehakiman RI. No. M.01.KP.09.05 Tahun
1991 tentang Penetapan Uraian Jabatan di lingkungan
Departemen Kehakiman RI.
11) Keputusan Menteri Kehakiman RI. No. M.UM.06.05 Tahun 1996
Tentang Penerbitan Pola Bindalmin Departemen Kehakiman RI.
d. Hak dan Kewajiban Narapidana Rutan Kelas IIB Salatiga.
Yang telah diatur pula dalam UU RI Nomor 12 Tahun 1995
pada BAB III tentang Narapidana, pasal 14 ayat 1:

52
1) Narapidana berhak:
a) Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
b) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.
c) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
d) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.
e) Menyampaikan keluhan.
f) Mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
lainnya yang tidak dilarang.
g) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2) Pada pasal 15, narapidana wajib:
Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan
kegiatan tertentu.
e. Struktur Organisasi Rutan Kelas IIB Salatiga
Struktur ini Berdasarkan KEP.MEN.KEHAKIMAN RI. NO. M.04-
PR.07.03.TH. 1985 adalah sebagai berikut:

53
Tabel 3.1 Struktur Organisasi
Tabel 3.2 Struktur Organisasi
Sub Seksi Pengelolaan Rutan Kelas IIB Salatiga
SUB SEKSI PELAYANAN
TAHANAN
DWI MURDANTO, SH.
NIP. 196201051985031001
KESATUAN PENGAMANAN
RUTAN
K U M R O J I, SH.
NIP.197209221994031001
SUB SEKSI PENGELOLAAN
AGUS WIJAYANTO, SH.
NIP. 197801152000031001
KEPALA RUTAN
HERO
SULISTIYONO,Bc.IP.,SH.,M.Si
NIP. 196901161993031001
PETUGAS TATA
USAHA
PENYUSUN
LAPORAN
KEUANGAN
MBANG
SUPROBO NIP.19670613
1988031002
BENDAHARA
PENGELUAR
AN
M U H.
RONDI
NIP.
1971051519940
31001
PENGELOLA
BMN
N U R Y A D I
NIP.
1992062020121
21001
PENYUSUN
RKAKL/ TU
DEWI
KUSUMAWAT
I, SP
NIP.
1983073120060
42003
BENDAHAR
A
PENERIMA
AN
TIWIK
HIDAYATI
NIP.19730925
1993032001
KA SUB SIE
PENGELOLAAN
AGUS WIJAYANTO,
SH.
NIP.
197801152000031001

54
f. Struktur Staff Rutan Kelas IIB Salatiga
Tabel 4.1 Struktur Staff Rutan Kelas IIB Salatiga
JABATAN NAMA
Staff Peltah 1. Dra Palupi
2. Roffi, Sh
3. Ruwiyanto, SH
4. Triyuni
5. Imam B
6. Heru
7. Catur Fitria
Staff Penjagaan 1. Nuryati
2. Suharsono
3. Setiyono
Ka Jaga 1. Ihwan
2. Paryono
3. Tamino
4. Marsono
Waka Jaga 1. Rochman D
2. Joko Mulyono
3. Joko Nursanto
4. Pekih Pranowo
Staff Penjagaan 1. M.Oktavian A
2. Parjono
3. Chandra Widianto
4. Arief Eka Y
5. Mathori
6. Paryono
7. Sugma Marga S
Penjaga Pintu Utama 1. Setiyono
2. Basuki Rahmat
3. Tri Adi Saputro
4. Wasis Ariadi S
2. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil survei peneliti sarana dan prasarana yang
terdapat dirutan kelas IIB Salatiga yaitu klinik sebagai tempat untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi narapidana, dan sebagai penyedia

55
obat-obatan.Kantin untuk menyediakan makanan ringan bagi narapidana
yang ingin ngemil.Dapur menjadi tempat masak bagi narapidana
terutama perempuan dan sebagai tempat untuk menyiapkan kebutuhan
pokok narapidana.Perpustakaan sendiri cukup kecil dan buku yang
tersedia cukup terbatas. Mushola untuk tempat beribadah narapidana
yang muslim, ada juga gereja yang berdampingan dengan mushola untuk
narapidana yang beragama nonmuslim. Ruang aula sebegai tempat kajian
Islam dan kegiatan yang lain. Kamar narapidana sendiri dibagi menjadi
kamar 1-5 untuk narapidana, kamar 8, 9, 12 dan 13 untuk tahanan, dan
yang kamar Blok 6 dan blok 7 untuk kamar wanita, kamar 11 untuk
kamar orientasi bagi tahanan yang baru masuk rutan (wawancara P, 25
Agustus 2018 pukul 11:55). Kapasitas hunian lapas sebagai berikut:
Tabel 5.1 DATA KAPASITAS HUNIAN
LAPAS/RUTAN/CAB.RUTAN
NAMA UPT : RUTAN KELAS IIB SALATIGA
KANTOR
WILAYAH
: JAWA
TENGAH
NO NAMA
KAMAR LUAS KAMAR
LUASAN TIDAK
TERMASUK
KAMAR MANDI
KAPASITAS
BARU
1 1 26 22 4 Orang
2 2 12 8 2 Orang
3 3 16 12 2 Orang
4 4 16 12 2 Orang
5 5 24 20 4 Orang
6 6 24 20 4 Orang
7 7 16 12 2 Orang

56
8 8 48 44 8 Orang
9 9 56 52 10 Orang
10 11 16 12 2 Orang
11 12 12 8 2 Orang
12 13 26 22 4 Orang
JUMLAH TOTAL 292 244 46
Berdasarkan hasil observasi bahwa penghuni rutan saat ini
adalah 162 warga binaan. Sedangkan target yang ada adalah 56 warga
binaan jadi secara keseluruhan sudah melebihi target. Dari jumlah
tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 5.2 Penghuni Rutan Kelas IIB Salatiga
Pendidikan P W Jmlh Agama P W Jmlh
SD 41 - 41 Islam 127 15 142
SMP 32 5 37 Kristen 16 2 18
SMA 59 12 71 Katholik 2 1 3
DI - - - Hindu - - -
DII - - - Budha - - -
DIII - - -
S1 7 1 8
Jmlh 142 18 162
145 18 162

57
Fokus pada penelitian ini adalah bagaimana strategi dakwah
dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga.Setelah
melakukan penelitian dengan menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi berikut hasil wawancara dan observasi
yang telah didapatkan upaya pembinaan di rutan kelas IIB.Kegiatan yang
di lakukan dalam pembinaan terhadap narapidana menggunakan tiga
metode dakwah.Diantaranya adalah dakwah lisan, dakwah tulisan, dan
dakwah tindakan.Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk memberi
bekal narapidana supaya menjadi orang yang lebih baik lagi.
“Sebuah upaya untuk memasyarakatkan kembali warga
binaan yang sudah terkena masalah hukum dan menjadi
masyarakat yang lebih baik lagi” (wawancara D, 27
Agustus 2018 pukul 10:38).
Kegiatan dakwah lisan berupa ceramah yang di sampaikan oleh
da‟i di depan narapidana yang berkumpul di aula. Narapidana
mendengarkan dengan seksama yang di sampaikan oleh da‟I setelah
semua selesai dilanjutkan tanyajawab antara narapidana dengan
da‟i.Apabila tidak ada pertanyaan maka biasanya narapidana bertanya
dengan individu tidak pada saat ramai.Hal itu dikarenakan lebih menjaga
dan memberi solusi bagi orang yang bertanya.
Kegiatan ngaji juga di lakukan di aula dengan cara membaca secara
bersama-sama dan bergantian memakai pengeras suara yang di sediakan.
Untuk kriteria kelas di bagi menjadi dua, yaitu kelas Iqra‟ dan Al-
Qur‟an.Iqra‟ di pimpin oleh petugas pembinaan rohani sedangkan yang
Al-Qur‟an di pimpin narapidana yang sudah mahir dan fashih dalam

58
membaca bacaannya.Saat kegiatan pembinaan tentang Islam antara laki-
laki dan perempuan berbeda ruang.Untuk perempuan di pimpin oleh
petugas perempuan, metode yang digunakan berupa sharing ngobrol
santai.Untuk tambahan materi juga di bawakan oleh Kementrian Agama
berupa kajian Fiqih wanita.
“Materi khusus wanita ditentukan oleh petugas sendiri,
adapun dari Kementrian Agama seperti Fiqih Wanita
pada hari jum‟at pukul 9-10” (wawancara R.P, 27
Agustus 2018 pukul 08:15).
Pembinaan dakwah tindakan dilakukan dengan cara narapidana
berkumpul di depan kamar dan membaca do‟a sebelum makan.
Kemudian dilanjutkan dengan sholat dhuha berjmaah dan melantunkan
sholawat nariyah. Tidak hanya itu tadarus di lakukan hamper setiap hari,
dengan tujuan agar mereka terbiasa dan mampu mengaplikasikan
kegiatan itu di mana dia berada. Tidak kalah penting sebuah hiburan juga
di berikan untuk memberi energi supaya narapidana tidak merasa jenuh
dan bosan.Seperti senam pagi dan orgen tunggal, yang mana narapidana
bernyanyi bersama dan berjoget bersama.Semua kegiatan yang dilakukan
merupakan upaya membiasakan narapidana hidup teratur dan berfikir
jernih agar tindak kejahatan atau fikiran buruk tidak terulang lagi.
B. Pembahasan

59
1. Upaya Pembinaan Mental Spiritual Narapidana di Rutan Kelas
IIB Salatiga
Sebuah upaya untuk memasyarakatkan kembali warga binaan
yang sudah terkana masalah hukum dan menjadi masyarakat yang
lebih baik lagi.Maksud dan tujuan bukan karena memberi hukuman
seperti orang yang dipenjara, tetapi membuat narapidana bisa diterima
kembali oleh keluarganya dan masyarakatnya.Hal ini merupakan latar
belakang program pembinaan terhadap narapidana di rutan kelas IIB
Salatiga.Pembinaan ini berkaitan dengan masalah ke-agamaan serta
pembinaan jasmani (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).
Keterangan yang lain juga diberikan oleh pejabat rutan
khusus narapidana perempuan Retno Pinidji S. H, latar belakang
pembinan terhadap narapidana di rutan salah satu tujuannya yaitu
narapidana yang bermasalah dibina secara rohani sehingga bisa
kembali menjadi lebih baik dan menyadari kesalahan supaya tidak
mengulanginya kembali. Langkah yang dilakukan yaitu dengan
pendekatan persuasif dari hati-kehati serta mengetahui kondisi
psikologi narapidana khususnya cewek. Cara mengetahui kondisi
narapidana dengan menggali data dari narapidana, kenapa mengalami
kejahatan, dan faktor apa yang menyebabkan tindak kejahatan serta
memberikan solusi(wawancara RP, 27 Agustus 2018 pukul 08:15).
Adapun upaya pembinaan mental narapidana yaitu:
a. Pembinaan Ketrampilan

60
Pembinaan jasmani dilakukan dengan memberikan
ketrampilan yang sederhana untuk narapidana sebagai bekal setelah
keluar dari rutan.Petugas rutan bekerjasama dengan pemerintah
Kota untuk melatih kemampuan narapidana.Pelatihan tersebut
dilakukan dalam hal yang mudah dan tidak memberatkan
narapidana, seperti latihan mengukur dan ketrampilan
lainnya.Dalam hal ini memberi motivasi tersendiri bagi narapidana
agar bisa masuk pabrik dan bekerja sesuai dengan ketrampilan
yang dimiliki (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).
Selain itu ungkapan pejabat rutan kelas IIB Retno Pinidji
S. H, narapidana perempuan juga dibekali sebuah pembinaan
rohani serta jasmani berupa ketrampilan menjahit dan
memasak.Semua bekal yang diberikan di rutan merupakan sebuah
dukungan secara materiil kepada narapidana untuk memulai
kehidupan setelah keluar dari rutan (wawancara RP, 27 Agustus
2018 pukul 08:15).
Salah satunya apabila narapidana hanya berfikir mencari
uang yang besar saja pasti tidak lepas dari namanya hukum
dikarenakan kurangnya kemampuan yang cukup baik.Selain bekal
ketrampilan narapidan juga dibekali dengan pembinaan rohani
yaitu mengaji, pelatihan sholat, BTQ dan pelajaran Tauhid.Dengan
kerjasama dari pihak luar sebagai kontribusi dalam hal pembinaan
dan pelatihan.Seperti kerjasama dengan Agro El-Falah yang

61
memberikan konstribusi pengajaran BTQ, Tauhid, dan pelatihan
sholat (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).
b. Pembinaan Ukhuwah
Berdasarkan hasil observasi di rutan, di waktu padi jam 8
setiap hari narapidana berkumpul di depan ruangan dan membaca
do‟a sebelum makan. Selain itu narapidana setelah kegiatan kajian
Islam saling berjabat tangan dengan ustdaz dan petugas yang
membina.Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mereka memiliki
kepribadian yang baik saat maupun setelah keluar dari rutan.
c. Pembinaan Mental
Pembinaan mental berupa kegiatan yang memberikan stimulus
untuk narapidana agar tidak jenuh dan memiliki keperibadian yang
lebih baik lagi dari sebelumnya. Antara lain jadwal kegiatan yang
di lakukan di rutan:
Tabel 6.1 Jadwal Kegiatan Dakwah
Senin Pendalaman Tafsir
Selasa Refresing, Badminton, Solo Orgen, dan
Permainan lainnya
Rabu Pengajian Umum
Kamis Penerangan Hiv Aids, dari Penyuluh
Hukum, Polres, dan Organisasi lainnya
Jum‟at Yasinan, Tahlilan dan BTA
Sabtu Non Muslim : Kebaktian
Muslim : Majlis Tabligh
2. Bentuk Pelaksanaan Dakwah di Rutan Kelas IIB Salatiga

62
Pelaksanaan dakwah berdasarkan hasil observasi dan
wawancara kegiatan dakwah dilakukan dalam tiga bentuk yakni
dakwah lisan (dakwah bi al-lisan), dakwah tulisan (dakwah bi al-
qalam/ bi al-kitabah) dan dakwah tindakan/ keteladanan (dakwah bi
al-hal).Bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga sebagai
berikut:
a. Dakwah Lisan (Dakwah Bi Al- Lisan)
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan kajian
tentang Islam. Metode yang digunakan adalah ceramah yang
dilaksanakan pada hari Senin pendalaman tafsir dan Rabu
pengajian umum.Sebagai Da‟i/ da‟iah yang mengisi ceramah
kegiatan dakwah, rutan bekerjasama dengan instansi dan organisasi
seperti DEPAG, Pondok Pesantren, Argo El-Falah, D9 dan ada
juga dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga pada
saat bulan puasa selama sebulan penuh (wawancara P, 25 Agustus
2018 pukul 11:55).
Berdasarkan keterangan dari beberapa pejabat di rutan
kelas IIB Salatiga seperti Rofi‟i S. H juga memberikan pembinaan
rohani berupa tahfidzul Qur‟an dan tafsir.Kegiatan ini tidak formal

63
melainkan untuk narapidana yang mau dan yang mengikuti
mencapai 5-10 narapidana.Materi yang di berikan untuk
narapidana dari petugas rutan sendiri. Selain tahfidzul qur‟an juga
diajarkan do‟a-do‟a untuk keluarga (wawancara R, 27 Agustus
2018 pukul 10:40).
Pelaksanaan dakwah khusus wanita yaitu dilakukan
dengan pendekatan persuasif dari hati-kehati serta mengetahui
kondisi psikologi narapidana. Cara yang digunakan untuk
mengetahui kondisi narapidana yaitu dengan menggali data dari
narapidana, kenapa mengalami kejahatan, dan faktor apa yang
menyebabkan tindak kejahatan.Pembinaan rohani ini berjalan
sangat lancar untuk yang perempuan juga petugas bekerjasama
dengan majlis muslimah pada hari jum‟at dan sudah berjalan
sekitar 6 bulan. Materi yang disampaikan berdasarkan pilihan
petugas pribadi adapun materi yang lain sesuai dengan pemateri
yang ada seperti KEMENAG yang memberikan materi berupa
ngaji dan fiqih wanita (wawancara R, 27 Agustus 2018 pukul
08:15).

64
Keterangan dari pejabat Kementrian Agama yang
memberikan ceramah di rutan kelas IIB Salatiga oleh Ustadz
Syakur yang sudah mulai berdakwah di rutan sejak tahun
2016.Waktu pertama dakwah di rutan berasumsi bahwa yang
masuk di rutan adalah orang jelek (kurang baik), tetapi tidak semua
yang di rutan adalah buruk, ada juga yang menjadi korban di
rutan.Karena banyaknya pemikiran penghuni rutan adalah orang
yang buruk maka mereka juga merasa jelek dan kepribadian
mereka ikut merasakannya maka menjadikan mereka sulit di
atur.Maka dari itu sarapan atau motivasi untuk mereka adalah
mengetuk hati dengan bil-al hikmati wal mauidzoti al-khasanati.
Metode yang digunakan da‟i yang lain berbeda-beda.
Tetapi seorang da‟i harus memiliki prinsip, sebaik apapun materi
kalau penyampaiannya monoton maka menjadi biasa.Maka dari itu
perlu adanya pernak pernik dakwah untuk menarik audien.Dalam
berdakwah cobalah mengawali dengan pilihan kata yang memukau
dan memberikan kejutan dalam berdakwah.Selain itu mencari
moment-moment yang sesuai dengan kondisi yang terjadi.Selain
dakwah yang di butuhkan narapidana yaitu aspek jasamani dan

65
rohani, dari aspek jasmani itu membias pada keluarganya, seperti
tanggung jawab jasmani.Dari aspek rohani berupa kepastian
setelah keluar dari rutan dan menghadapi pandangan msyarakat
tetang dirinya. Harapan yang di ungkap:
“Kedepan, pertama narapidana bisa kembali
bertaubat, hidup apa adanya seperti sedia kala, dan
harus menerima keadaanya, selain itu di beri surat
pengantar dari kepolisian yang menunjukan bahwa
dia itu orang baik, supaya masyarakat mau
memahami dan menerima” (wawancara S, 1
September 2018 pukul 09:30).
Beberapa pernyataan yang menggambarkan, bahwa
pembinaan keagamaandalam bentuk dakwah lisan kepada
narapidana sudah berlangsung lama.Pembinaan tersebut dalam
rangka pembinaan pemasyarakatan kepada narapidana yang
diharapkan benar-benar mampu merubah narapidana menjadi sadar
dan kembali ke arah yang lebih baik.Adanya tambahan
pengetahuan dengan keaktifan narapidana mendengarkan ceramah-
ceramah agama adalah salah satu tujuan yang diharapkan seperti
yang di ungkapkan pejabat Rutan:
“Harapan saya walaupun saya memiliki ilmu yang
sedikit semoga dapat bermanfaat pada narapidana
agar tetap menjalankan kegiatan sesuai dengan
ajaran agama dan aturan negara.Dan semoga
masyarakat bisa mengorangkan dan menerima
narapidana dan mau melanjutkan pembinaan
dilingkungan masing-masing.Kepedulian dari semua
pihak terhadap narapidana sangat dibutuhkan di
rutan salatiga sehingga pembinaan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat di implementasikan di

66
masyarakat dan bisa bermanfaat untuk sesama dan
menjadi orang yang lebih baik” (wawancara P, 25
Agustus 2018 pukul 11:55).
Pernyataan ini diperkuat oleh keterangan dari warga
binaan (narapidana) salah satunya yaitu:
“Sebelum di rutan tidak pernah beribadah sekarang
menjadi beribadah, dan sebelumnya belum bisa baca
iqra‟ sekarang sudah khatam iqra‟, karena aktifitas
pembinaan kerohanian menjadi fokus kepada sang
pencipta” (wawancara BAS, 25 Agustus 2018 pukul
11:55).
Dakwah lisan yang diberikan kepada narapidana
menduduki urutan pertama dalam proses pembinaan narapidana.
Dakwah jenis ini memiliki keunggulan karena umpan balik
(respon) dari mad‟u (narapidana) secara langsung dapat dilihat dan
dianalisis terkait dengan efek pembinaan.
2. Dakwah Tulisan (Da‟wah Bi Al-Qalam/ Bi Al-Kitabah)
Kegiatan dakwah dalam bentuk tulisan di rutan kelas IIB
Salatiga dilakukan dengan pengenalan huruf Arab hijaiyah dan
menyambung huruf yang di contohkan oleh para ustadz dengan
tujuan suapaya mereka bisa membaca, menulis, memahami dan
mengamalkan. Kemudian sebagai pelengkap ada buku bacaan
tentang Islam di perpustakaan yang digunakan petugas pembinaan
dalam menyampaikan materi dan bagi narapidana yang ingin
menambah pengetahuan dan wawasan melalui bacaan.Adanya
kemampuan membaca bagi narapidana memungkinkan baginya

67
menambah pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya
dariPembinaan keagamaan yang lain berupa pengajaran tadarus al-
Qur‟an yang dilakukan selain hari jum‟at dan sabtu habis sholat
duhur (wawancara P, 25 Agustus 2018 pukul 11:55).
Hal inilah yang menggambarkan adanya dakwah bil
kitabah yakni dakwah melalui media cetak atau melalui tulisan
(dakwah bi al-qalam).Dakwah melalui tulisan lainnya adalah
aturan-aturan yang ditempel di beberapa bagian strategis di lembaga
pemasyarakatan seperti pada pintu atau ruangan yaitu dilarang
merokok, peraturan menonton TV dan tidak boleh membawa hp
bagi narapidana.Bentuk dakwah melalui tulisan merupakan suatu
hal yang sangat penting dan bermanfaat, karena materi dakwah yang
tidak didapatkan melalui dakwah lisan bisa didapatkan melalui
tulisan.Di samping itu, pemantapan terhadap suatu pengetahuan bisa
didapatkan melalui tulisan yang relevan.Dakwah melalui tulisan di
rutan selain sebagai pemantapan terhadap materi dakwah lisan,
bentuk dakwah ini sangat penting dan membantu seperti dalam hal
bacaan shalat, juz 30 dari surah An-Naas sampai surah Ad-Dhuha.
Di samping itu, dakwah melalui tulisan yang berupa bacaan Islami
menjadi sebuah tujuan agar besok kalau narapidana sudah keluar
bisa menjadi imam di keluarganya dalam hal sholat dan mengaji
(wawancara P, 29 Agustus 2018 pukul 11:21).
3. Dakwah Tindakan (Dakwah Bi Al-Khal)

68
Dakwah tindakan banyak dimaknai sebagai bentuk
dakwah dalam bentuk keteladanan.Salah satu bentuk dakwah yang
dinilai paling efektif dan selalu dijadikan poin utama penilaian
dalam pelaksanaan dakwah.Berdasarkan hasil observasi, ditemukan
ada unsur keteladanan yang diterapkan oleh pihak lembaga
pemasyarakatan terutama dari kepala lembaga pemasyarakatan
sebagai orang nomor satu dalam penentu kebijakan di lembaga
pemasyarakatan.Satu hal yang menjadi indikator yaitu pada
kegiatan sholat berjamaah terutama sholat dzuhur.Pada kegiatan
sholat ini seluruh narapidana Muslim diwajibkan hadir, demikian
juga kepada pejabat lembaga pemasyarakatan beserta seluruh
jajarannya.Setelah melakukan sholat dzuhur para narapidana
kembali ke kamar untuk makan siang kemudian di lanjut dengan
tadarus Al-Qur‟an bersama menggunakan pengeras suara
(wawancara P, 29 Agustus 2018 pukul 11:21).
Hal tersebut diperkuat oleh pejabat di rutan yang
mengatakan:
“Untuk narapidana sendiri apabila tidak mengikuti
kegiatan yang ada dapat sanksi serta efeknya pada saat
CB (Cuti Bebas) dan PB (Pelepasan Bersama) di
undur” (wawancara R, 27 Agustus 2018 pukul 08:15).
Keteladanan merupakan suatu bentuk pembinaan yang
efektif karena pada dasarnya manusia membutuhkan setimulus
berupa dorongan yang membuat dirinya menjadi terbiasa
melakukan suatu kegiatan.Seperti perkembangan dari para

69
narapidana dalam menjalankan kegiatan ibadah dalam hal sholat
mengalami peningkatan.Salah satu komentar narapidana tentang
keteladanan yang dilakukan di rutan:
“Kehidupan sebelumnya jarang mengikuti pengajian,
sholat bolong-bolong.Sejak kecil sudah di didik oleh
orang tuanya dalam hal ke agamaan dan sebelumnya
sudah pernah khatam al-qur‟an 2 kali setelah di rutan
menjadi 6 kali khatam.Semua itu karena kesadaran diri
sendiri untuk mengharuskan ikut” (wawancara I, 27
Agustus 2018 pukul 09:42).
Dakwah tindakan lainnya yakni dalam bentuk pembinaan
keterampilan dengan tujuan memberi bekal narapidana agar bisa
diterima kerja sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki.Ketrampilan yang diberikan seperti membuat handsock ball
dan bumerang senjata suku Amborigin.Namun pada tahun ini
mengalami ke fakuman di karenakan ada kendala produksi dari
perusahan tersebut. Bekal keterampilan yang lain berupa masak
danmenjahit bagi narapidana perempuan. Kegiatan-kegiatan yang
diberikan kepada warga binaan selain agar merekamaju, juga
salahsatu tujuannya adalah agar mereka tidak tertekan dan jenuh.
3. Faktor Pendukung dan Penghamabat Pelaksanaan Dakwah dalam
Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga
Dakwah yang dilakukan dalam tiga bentuk sebagai upaya
pembinaanspiritual di rutan Kelas IIB Salatiga sejauh ini berjalan
lancar dan cukup efektif. Berdasarkan pemaparan dari salah satu
pejabat rutan Parjono bagian PINPAS (Pembimbingan

70
Pemasyarakatan) selain menjadi petugas juga menjadi ustadz dalam
pembinaan kerohanian mengatakan: kegiatan dakwah berjalan sangat
lancar dari yang laki-laki maupun perempuan. Untuk yang perempuan
juga petugas bekerjasama dengan majlis muslimah pada hari jum‟at
dan sudah berjalan sekitar 6 bulan.Dalam kegiatan dakwah antara laki-
laki dan perempuan adalah di pisah di ruangan masing-masing
(wawancara P, 25 Agustus 2018 pukul 11:55).
Keterangan yang lain juga di jelaskan oleh Retno Pinidji S. H
petugas bagian pendaftaran, dari lembaga apabila melakukan
pembinaan sendiri menjadi kurang maksimal, maka dari itu lembaga
bekerjasama dengan organisasi Islam dalam pembinaan rohani.
Sedangkan materi yang disampaikan berdasarkan pilihan petugas
pribadi adapun materi yang lain sesuai dengan pemateri yang ada
seperti Kementrian Agama yang memberikan materi berupa ngaji dan
fiqih wanita (wawancara, 27 Agustus 2018, pukul 08:15).
Kegiatan dakwah laki-laki yang selama ini dilakukan dan di
perkuat oleh salah satu narapidana yang mengatakan:
“Kegiatan dakwah disini sangat efektif karena bisa
mengajarkan kita tentang keimanan, dan kegiatan ini
harus dilalui oleh anak tahanan terutama tentang
keagamaan, dan selalu bisa memberi motivasi dan
menjadi contoh”(wawancara S, 27 Agustus 2018 pukul
09:45).

71
Narapidana perempuan sendiri juga mengatakan:
“Dari sebelumnya jarang beribadah menjadi lebih
giat dalam hal sholat 5 waktu, dan materi dakwah
semua mudah diterima dan dipahami karena model
yang dilakukan adalah sharing dan tanyajawab”
(wawancara SS, 27 Agustus pukul 09:42).
Senada dengan ungkapan narapidana perempuan yang
lainnya:
“Materi semua mudah dipahami, dan kalau tidak tahu
makabertanya.Untuk perubahan yang di rasakan yaitu
menjadi sering sholat 5 waktu dan di tambah sholat
Sunnah. Untuk membaca alqur‟an sudah khatam 3
kali”(wawancara Y, 28 Agustus 2018 pukul 09:50).
Berhasil atau tidaknya dakwah tidak lepas dari beberapa
faktor pendukung yang mempengaruhinya.Namun juga ditemukan
beberapa penghambat terhadap efektivitas dakwah yang diungkapkan
berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara dengan pihak yang
terkait dengan pembinaan kepada narapidana.
a. Faktor Pendukung Efektivitas Dakwah
Beberapa faktor pendukung efektivitas dakwah dikemukakan
sebagai berikut:
1) Adanya da‟i yang secara resmi mau berkontribusi dalam
pembinaan di rutan.
2) Keikhlasan dari da‟i dalam memberikan pembinaan bagi
narapidana.
3) Ketelatenan da‟i dalam membagi ilmunya tanpa pamrih.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kemampuan da‟i
dalam menyampaikan materi ceramah mampu membuat narapidana

72
menjadi tersentuh dan menangis.Kajian Islam yang disampaikan oleh
salah satu pejabat Kementrian Agama berupa ceramah yang
mengingatkan pada rezeki dari Allah SWT. Salah satu narapidana
mengatakan:
“Setelah mendengarkan tausiyah tadi, saya menjadi
tergugah hatinya, bahwa keajaiban Allah dan cobaan
Allah benar-benar terbukti, saya mendengar Pak kiyai
tadi menyampaikan jangan memikirkan anak istri
dirumah semua sudah dijamin Allah SWT, dari situ saya
ingat sama istri dan cucu saya, jadi saya menangis”
(wawancara CAB, 29 Agustus 2018 pukul 10:30).
Pembinaan yang dilakukan bertujuan untuk membangun
kedisiplinan dan sisi positif pada diri narapidana agar diterima
masyarakat sesuai dengan harapan salah satu kepala lembaga rutan
kelas IIB Salatiga mengutarakan:
“Semoga untuk kedepannya mereka yang keluar dari
rutan bisa kerja dengan baik dan bisa menghidupi
keluarganya, serta diterima di masyarakatnya kembali”
(wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).
b. Faktor Penghambat Efektivitas Dakwah
Melakukan pembinaan bukanlah hal yang mudah, berbagai
kendala senantiasa ditemukan kendala-kendala yang dihadapi saat
melakukan dakwah tidak lepas dari yang namanya sarana dan
prasarana.Sarana yang sangat minim sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan pembinan, seperti ruangan yang besar digunakan
untuk melakukan aktifitas dakwah maupun pelatihan
ketrampilan.Sedangkan kapasitas untuk penghuni rutan hanya 56
orang sedang warga binaan yang ada mencapai 160 orang

73
lebih.Fasilitas kamar besar yang dulunya berisi 45 orang di tahun
2018 ini menjadi 45 orang lebih.
Selain sarana dan prasarana, warga binaan pernah mengalami
suatu permasalahan yang membuat dirinya berselisih antara satu
dengan yang lain. Namun disisi lain ada baiknya seperti di dalam
rutan apabila ada sesuatu yang kurang baik maka narapidana cepat
melapor kepada petugas (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul
10:38).
Kendala-kendala tersebut menjadi penghambat efektivitas
pembinaan dalam hal ini efektivitas dakwah.Berbagai hambatan ini
penting untuk diungkapkan sebagai bahan analisis dan menjadi
suatu pertimbangan untukmenentukan langkah pembinaan ke
depannya.Dengan mengetahui dan memahami hambatan dalam
mewujudkan efektivitas dakwah, dakwah yang dilakukan dapat
lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara, faktor
penghambat efektivitas dakwah dari dalam dan luar dapat
diungkapkan sebagai berikut:
1) Faktor penghambat dari dalam rutan:
a) Karena doktrin narapidana adalah orang yang bermasalah jadi
tidak semua mau untuk berkonstribusi dalam membina.
b) Tahanan terkadang sukar untuk di bina, jadi mengajak dengan
setengah paksaan.

74
c) Ruangan kecil, sehingga gereja dan mushola berdampingan.
2) Faktor penghambat dari luar rutan:
a) Kesulitan mencari da‟i yang mau membimbing dengan suka
hati.
b) Dukungan dari luar kurang.
c) Tidak adanya anggaran, maka keikhlasan hati dari petugas
pembinaan untuk menyediakan buku dan bolpoin untuk
BTA narapidana.
d) Karena kurang anggaran jadi butuh pengorbanan dan skill
dan materiilKeikhlasan da‟i yang bertugas.
Melakukan pembinaan sesungguhnya memerlukan
kerjasama dari pihakpembina dan yang dibina.Partisipasi aktif dari
kedua elemen tersebut berdampak pada efektifnya pembinaan.
Keaktifan satu pihak tidak akan berarti tanpa kepedulian dari pihak
lainnya. Karena itu, dalam melakukan pembinaan dibutuhkan
kesadaran diri dari narapidana bahwa pembinaan yang dilakukan
adalah untuk kepentingan mereka tersebut berupa pembinaan
spiritual dan pembinaan kemandirian.Namun, melakukan
pembinaan bukan persoalan mudah karena kurangnya motivasi
narapidana dalam pembinaan yang ibaratnya suatu peluang meraih
keberuntungan.Peluang yang tersedia di sekitar tidak dinikmati,
apabila individu yangbersangkutan tidak termotivasi menangkap

75
peluang tersebut. Seperti yangdisampaikan oleh Parjono yang
menyatakan:
“Keberhasilan pembinaan bukan hanya dari rutan
namun dari masyarakat juga menjadi bagian dari
diterimanya narapidana seusai menetap di rutan.Selain
mendapat pembinaan di rutan juga memberi solusi
terhadap narapidana misalnya yang belum memiliki
ijazah di ikutkan ujian paket agar mendapatkan
ijazah.Dan yang belum memiliki pekerjaan di bekali
dengan pelatihan ketrampilan dan di carikan
perkerjaan sesuai dengan kemampuan
narapidana.Salah satu faktor tersulit yang di hadapi
petugas yakni mengubah pendoktrinan masyarakat
tentang narapidana yang sudah mengalami masa
pembinaan. Setelah kembali kemasyarakat ketia
narapidana mengamalkan ilmu yang di dapat selalu di
nilai negatif dan menjadi bahan perbincangan
bukannya diterima dengan baik”(wawancara, 25
Agustus 2018 pukul 11:55).
Berdasarkan pemaparan di atas dakwah yang di lakukan
menjadi tanggungjawab semua umat Muslim.Lembaga memiliki
kewajiban dalam membimbing sedangkan masyarakat menjadi
mendapa kewajiban menerima dengan fikiran yang positif.Dengan
adanya kesinambungan dalam kegiatan pembinaan tersebut mampu
membuat narapidana menjadi lebih percaya diri dan lebih fokus
dalam perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya.

76
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitianini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Pelaksanaan Dakwah di Rutan Kelas IIB Salatiga.
Kegiatan dakwah yang digunakan untuk membina narapidana di
rutan meliputi dakwah lisan (dakwah bi al- lisan) merupakan Kegiatan
yang dilakukan denganmemberikan kajian tentang Islam. Metode yang di
gunakan adalah ceramah yang dilaksanakan pada hari senin pendalaman
tafsir dan rabu pengajian umum. Metode ini merupakan strategi yang
paling efektif untuk narapidana, karena mereka setiap hari selalu diketuk
hatinya dan secara tidak langsung memebuat mereka sadar.Dai/ daiah
yang mengisi ceramah kegiatan dakwah di rutan yaitu dengan bekerjasama
dengan instansi dan organisasi seperti KEMENAG, Pondok Pesantren,
Argo El-Falah, D9 dan ada juga dari LDK (lembaga dakwah kampus)
IAIN Salatiga pada saat bulan puasa selama sebulan penuh.
Dakwah tulisan (dakwah bi al-qalam/ bi al-kitabah) Kegiatan
dakwah dalam bentuk tulisan di rutan kelas IIB Salatiga dilakukan dengan
pengenalan huruf arab hijaiyah dan menyambung huruf yang di contohkan
oleh para ustadz dengan tujuan suapaya mereka bisa membaca, menulis,
memahami dan mengamalkan. Dakwah seperti ini merupakan sarana
tambahan bagi narapidana agar bisa membaca tulisan Arab dan
membimbing anak-anaknya sesudah keluar nanti. Adapun dakwah
tindakan (dakwah bi al-hal) banyak dimaknai sebagai bentuk dakwah

77
dalam bentuk keteladanan. Salah satu bentuk dakwah yang dinilai paling
efektif dan selalu dijadikan poin utama penilaian dalam pelaksanaan
dakwah. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan ada unsur keteladanan
yang diterapkan oleh pihak lembaga pemasyarakatan terutama dari kepala
lembaga pemasyarakatan sebagai orang nomor satu dalam penentu
kebijakan di lembaga pemasyarakatan. Satu hal yang menjadi indikator
yaitu pada kegiatan sholat berjamaah terutama sholat dzuhur.Dengan cara
inimampu memberi efek spiritual narapidana yang sering kali
meninggalkan ibadah menjadi lebih tekun beribadah.
2. Upaya dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga.
Narapidana diberi bekal sebuah keterampilan yang bertujuan untuk
menghadapi kehidupan di luar, seperti bekal untuk mencari kerja, bekal
untuk membimbing kembali keluarga, dan yang lebih utama bekal mental
dalam menghadapi tanggapan masyarakat. Pembinaan keteladanan
(ukhuwah) dengan mengumpulkan narapidana di depan kamar untuk
membaca do‟a sebelum makan. Selain do‟a bersama juga dilakukannya
jabat tangan setelah acara kajian Islam selesai.Semua kegiatan yang di
lakukan merupakan sebuah upaya memngembalikan kembali orang yang
mengalami kesalahan menjadi orang yang lebih baik. Selain dari rutan
pihak masyarakat juga sangat dibutuhkan sebagai penerus dalam
pembinaan agar narapidana bisa kembali seperti yang di harapkan.

78
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektifitas Dakwah dalam Pembinaan
Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga.
Berhasil atau tidaknya dakwah tidak lepas dari beberapa faktor
pendukung yang mempengaruhi. Namun juga ditemukan beberapa faktor
penghambat terhadap efektifitas dakwah sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
1) Adanya da‟i yang secara resmi mau berkontribusi dalam pembinaan
di rutan
2) Keikhlasan da‟i dalam memberikan pembinaan di rutan
3) Ketelatenan da‟i dalam membagi ilmunya tanpa pamrih
b. Faktor Penghambat
1) Kesulitan mencari da‟i yang suka rela membantu pembinaan
2) Dukungan dari luar kurang
3) Tidak ada anggaran dana dalam pelaksaaan kegiatan dakwah
4) Ruangan kecil
5) Tahanan terkadang sukar diatur dan dibina
B. Saran
Demi mendukung kemajuan dan keberhasilan kegiatan dakwah di rutan kelas
IIB Salatiga, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga
a. Supaya menambah jumlah personil pembinaan agama Islam dalam
kegiatan pembinaan agama agar lebih efektif lagi.

79
b. Adanya surat dari pihak rutan untuk narapidana agar masyarakat tahu
bahwa narapidan yang keluar itu sudah benar-benar baik.
c. Berharap pemerintah pusat menambah fasilitas-fasilitas yang ada di
rutan kelas IIB Salatiga.
d. Berharap adanya kesinambungan antara materi yang di berikan da‟i
dan di teruskan petugas supaya tidak berhenti begitu saja.
2. Bagi Peneliti
a. Diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa informasi baru
terhadap lembaga maupun instansi tertentu sesuai dengan porsi materi
yang ada.
b. Diharapkan dapat menambah subjek dalam penelitian agar data yang di
peroleh lebih luas dan mendapatkan analisis yang lebih baik.
c. Saran dan kritik dari pembaca di harapkan dalam penyempurnaan
penelitian ini supaya kedepannya menjadi lebih baik.
d. Diharapkan mampu memberikan informasi bagi pembaca mengenai
kajian dakwah.

80
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Ari. 2012. Paradigma Baru Dakwah Kampus. Yogyakarta: ADIL
MEDIA
Amin, Samsul Arif. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH
„Aziz, Jum‟ah Amin Abdul. 2008. Fiqih Dakwah.Surakarta: Era Intermedia
Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos
Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: PustakaPelajar
Offset
Budihardjo. 2007. Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan. Yogyakarta:
Sumbangsih Press.
Daradjat, Zakiah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta:
Bulan Bintang
Faridah. 2014. Strategi Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa. Tesis
diterbitkan. Makassar: Pasca Sarjana UIN ALAUDDIN
Handayani, Octavia Sri. 2010. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana dalam
Rangka Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (Recidive). Skripsi
diterbitkan. Surakarta: Fakultas Hukum UNS
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
Jalaluddin, H. 2009. Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
RemajaRosdakarya
Madjid, Nurcholis. 2000. Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern(Respon dan
Transformasi Nilai-nilai Islam Menuju Masyarakat Madani).Jakarta: PT.
MEDIACITA
Ningsih, Dhita Mitha. 2017. Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Raba Bima Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (studi
kasus rumah tahanan negara kelas IIB raba bima. Skripsi diterbitkan.
Makassar: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN ALAUDDIN
Said Az-Zahrani, Musfir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press

81
Siswanto. 2017.Peran Pekerja Sosial Dalam Pembinaan Anak Asuh Melalui Life
Skill di Panti Asuhan Darul Hadlanah Pati.INJECT. Interdisciplinary
Journal Of CommunicationVol.2, No,1 September 2018 Hal 128
Suhandang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
Suparta, Munzier. 2003. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media
Suwandi, Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Syihata, Abdullah. 1978. Da‟wah Islamiyah. Jakarta: C.V. ROFINDO
Tankard, James dan Werner. 2011. Teori Komunikasi. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP
Yusnidar. 2016. Metode Dakwah Terhadap Narapidana Cabang Rumah Tahanan
Negara Jantho Dilhoknga. Skripsi diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN AR-RANIRY
rutansalatiga.blogspot.com. 26 Agustus 2018. pukul 4:04

82
LAMPIRAN
Gambar1 Gambar2
Wawancaradengannarapidana 1 Wawancaradenganpetugassekaligusda‟i
Gambar 3 Gambar 4
Wawancaradengantitipantahanan Senampaginarapidanadenganpetugas
Gambar 5 Gambar 6

83
Wawancaranarapidana 2 Wawancaranarapidana 3
Gambar 7 Gambar 8
Wawancaranarapidana 4 Wawancaranarapidana 5
Gambar 9 Gambar 10
Wawancaradenganda‟I Kajian Islam

84
Gambar 11
Lemaribukuperpustakaan

85

86
DATA RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Nama : Muhamad Rozikin
Tempat / Tgl. Lahir : Semarang, 02 Februari 1996
Alamat :Penggaron Lor, Rt/Rw: 02/02, Kec. Genuk, Kota
Semarang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Telepon (HP) : 0895343193867
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : [email protected]
Hobi : Bulu Tangkis
PENDIDIKAN FORMAL
SD Karang Roto 04 Semarang
MTs Futuhiyyah Kudu Semarang
MAN Salatiga
KEMAMPUAN DAN KEAHLIAN
Mahir menggunakan microsoft word dan excel
Memasak
Elektronik
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Hormat saya,
Muhamad Rozikin

87

88

89

90

91
PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
1. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Dakwah di Rutan Kelas IIB Salatiga
a. Kegiatan Dakwah
b. Respon Narapidana Terhadap Dakwah
2. Upaya Pembinaan Spiritual Narapidana di Kelas IIB Salatiga
a. Perencanaan Program Pembinaan
b. Pelaksanaan Program Pembinaan
c. Evaluasi Program Pembinaan
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Dakwah di Rutan Kelas IIB
Salatiga
a. Kompetensi dan kualifikasi pembina
b. Kualifikasi da‟i/da‟iah
c. Partisipasi pihak lembaga dalam pembinaan
d. Kondisi real lembaga pemasyarakatan
e. Da‟i/da‟iah
f. Narapidana (mad‟u)
g. Materi yang disampaikan
h. Metode yang dilakukan
i. Waktu pembinaan
j. Media yang dipergunakan

92
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk Petugas Lembaga Pemasyarakatan
1. Apa yang melatarbelakangi Bpk/Ibu membuat program pembinaan
spiritual narapidana?
2. Apa yang menjadi target/tujuan Bpk/Ibu dalam melakukan pembinaan?
3. Bagaimana langkah-langkah Bpk/Ibu dalam melakukan pembinaan
kepada narapidana?
4. Bagaimana respon narapidana terhadap kegiatan-kegiatan pembinaan
yang dilakukan terutama terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan
(dakwah)?
5. Bagaimana kondisi narapidana sebelum adanya pembinaan?
6. Bagaimana kondisi narapidana setelah mengalami pembinaan?
7. Apa yang menjadi harapan Bpk/Ibu terhadap narapidana setelah
melakukan pembinaan?
8. Apa yang menjadi kendala-kendala menurut Bpk/Ibu dalam melakukan
pembinaan spiritual kepada narapidana?
B. Untuk Da‟i/ Da‟iah
1. Sudah berapa lama Bpk/Ibu melakukan pembinaan kepada narapidana?
2. Apa yang Bpk/Ibu ketahui tentang narapidana/pemahaman Ibu tentang
kondisi narapidana sebelum melakukan pembinaan?
3. Menurut Bpk/Ibu apa sebenarnya yang paling dibutuhkan oleh para
narapidana?

93
4. Apakah materi-materi yang Bpk/Ibu sampaikan sudah ditentukan oleh
pihak lembaga atau ada silabus lain?
5. Langkah-langkah apa yang Ibu lakukan dalam melakukan pembinaan?
6. Menurut Bpk/Ibu apa yang sebaiknya dilakukan dalam melakukan
pembinaan kepada narapidana?
7. Apa yang Bpk/Ibu harapkan dalam melakukan pembinaan kepada
narapidana?
8. Menurut Bpk/Ibu, Bagaimana respon narapidana terhadap dakwah yang
Bpk/Ibu lakukan?
9. Selama melakukan pembinaan apakah Bpk/Ibu melihat terjadi perubahan
pada diri narapidana?
C. Untuk Narapidana (mad‟u)
1. Apa yang saudari pahami tentang Islam selama ini?
2. Apakah sebelum masuk ke LAPASsaudara/saudari pernah menghadiri
majelis taklim?
3. Apa pendapat saudara/saudari pada kegiatan dakwah di lembaga
pemasyarakatan ini?
4. Apa yang saudara/saudari harapkan dari kegiatan dakwah yang sering
dilaksanakan di sini?
5. Apakah saudara/saudari mengalami perubahan pola pikir, sikap, tindakan
sebagai efek dari dakwah yang ibu/saudari terima selama ini?
6. Bagaimana perasaan saudara/saudari sebelum menerima pesan-pesan
dakwah?

94
7. Bagaimana perasaan saudara/saudari setelah menerima pesan-pesan
dakwah?
8. Apa yang memudahkan saudara/saudari memahami dan menjalankan
pesan-pesan dakwah yang saudara/saudari terima?
9. Apa yang menghambat saudara/saudari memahami dan menjalankan
pesan-pesan dakwah tersebut?

95
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Petugas 1
Nama : Dwi Murdanto. SH.
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertanyaan Waktu Jawaban
1. Apa yang
melatarbelakangi Bpk/Ibu
membuat program
pembinaan spiritual
narapidana?
25
Agustus2018
pukul 11:55
Untuk memasyarakatkan
kembali warga binaan yang
sudah terkena masalah
hukum dan menjadi
masyarakat yang lenih baik
lagi. Dengan makasud bukan
memberi hukuman seperti
orang yang di penjara, tetapi
membuat narapidana bisa di
terima kembali oleh
masyarakatnya.
2. Apa yang menjadi
target/tujuan Bpk/Ibu
dalam melakukan
pembinaan?
Karena pembinaan
merupakan sebuah program
acara rutan jadi ya pembinaan
di usahakan dengan
maksimal.
3. Bagaimana langkah- Dengan memberikan

96
langkah Bpk/Ibu dalam
melakukan pembinaan
kepada narapidana?
pembinaan Rohani berupa
ngaji, pelatihan sholat, BTQ,
dan pelajaran Tauhid.
Sedangkang jasmani
memberikan ketrampilan
sederhana sebagai bekal
keluar dari rutan.
4. Bagaimana respon
narapidana terhadap
kegiatan-kegiatan
pembinaan yang
dilakukan terutama
terhadap kegiatan-
kegiatan keagamaan
(dakwah)?
Kan mereka dari kasus yang
berbeda-beda jadi mungkin
dari narapidana sendiri
menyikapinya juga berbeda-
beda.
5. Bagaimana
kondisinarapidana
sebelum adanya
pembinaan?
Kondisi yang pertama masuk
itu yah kayak gitulah sebagai
narapidana, namun sekarang
sudah menjadi lebih baik.
6. Bagaimana kondisi
narapidana setelah
mengalami pembinaan?
Alhamdulillah narapidana di
sini mengalami peningkatan,
seperti yang belum bisa
mengaji sekarang sudah bisa,

97
yang belum bisa sholat
diajarkan sholat.
7. Apa yang menjadi
harapan Bpk/Ibu terhadap
narapidana setelah
melakukan pembinaan?
Semoga kedepannya mereka
keluar dari rutan bisa kerja
dan bisa menghidupi
keluarganya, serta di terima
di masyarakat kembali.
8. Apa yang menjadi
kendala-kendala menurut
Bpk/Ibu dalam melakukan
pembinaan spiritual
kepada narapidana?
Sarana dan prasarana yang
sangat minim, sedangkan
kapasitas penghuni rutan
hanya 56 orang namun warga
binaan mencapai 160 lebih
yang dulunya kamar di isi 45
bsekarang menjadi lebih.
Narasumber : Petugas 2
Nama : Retno Pinidji S. H
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertanyaan Waktu Jawaban
1. Apa yang
melatarbelakangi Bpk/Ibu
membuat program
pembinaan spiritual
27 Agustus
2018 pukul
08:15
Latar belakang pembinan
terhdap rutan salah satu
tujuannya yaitu narapidana

98
narapidana? yang bermasalah di bina
secara rohani sehingga bisa
kembali menjadi lebih baik
dan menyadari kesalahan
supaya tidak mengulangi
kembali..
2. Apa yang menjadi
target/tujuan Bpk/Ibu
dalam melakukan
pembinaan?
Karena pembinaan
merupakan sebuah program
acara rutan jadi ya pembinaan
di usahakan dengan
maksimal.
3. Bagaimana langkah-
langkah Bpk/Ibu dalam
melakukan pembinaan
kepada narapidana?
Langkah yang dilakukan
yaitu dengan pendekatan
persuasif dari hati-kehati
serta mengetahui kondisi
psikologi narapidana khusus
cewek.
4. Bagaimana respon
narapidana terhadap
kegiatan-kegiatan
pembinaan yang
dilakukan terutama
terhadap kegiatan-
kegiatan keagamaan
(dakwah)?
Ya sangat baik, dan semua
mengikuti acaranya.

99
5. Bagaimana kondisi
narapidana sebelum
adanya pembinaan?
Kondisi narapidana sendiri
tidak semuanya menjadi baik
setelah di lakukan pembinan,
bahkan ada yang secara
drastis berubah dan ada yang
masih sama dikarenakan
faktor lingkungan.
6. Bagaimana kondisi
narapidana setelah
mengalami pembinaan?
Alhamdulillah narapidana
yang perempuan sudah
berubah, yang dulu tidak
rajin sekarang menjadi rajin
ibadah.
7. Apa yang menjadi
harapan Bpk/Ibu terhadap
narapidana setelah
melakukan pembinaan?
Setelah menjalani pembinaan
kerohanian narapidana bisa
kembali ke masyarakat dan di
terima kembali
8. Apa yang menjadi
kendala-kendala menurut
Bpk/Ibu dalam melakukan
pembinaan spiritual
kepada narapidana?
Tidak ada karena model yang
saya gunakan adalah sharing.

100

101
Narasumber : Da‟i
Nama : Parjono
Tempat : Rutan
No Pertanyaan Waktu Jawaban
1. Sudah berapa lama Bpk/Ibu
melakukan pembinaan kepada
narapidana?
25 Agustus
2018 pukul
11:55
Sudah lama melakukan
pembinaan di rutan kelas
IIB Salatiga
2. Apa yang Bpk/ibu ketahui
tentangnarapidana/pemahaman
Bpk/Ibu tentang kondisi
narapidana sebelum
melakukan pembinaan?
Orang-orang yang telah
terkena hukuman dan
memerlukan sebuah
pembinaan suapaya menjadi
lebih baik dan tidak
mengulangi perbuatan
kejahatan lagi.
3. Menurut Bpk/Ibu apa
sebenarnya yang paling
dibutuhkan oleh para
narapidana?
Pembinaan dan pendidikan
supaya mereka bisa kembali
diterima masyarakat
4. Apakah materi-materi yang
Bpk/Ibu sampaikan sudah
ditentukan oleh pihak lembaga
Materi dari lembaga tidak
menentukan, tetapi materi
sesuai dengan pilihan

102
atau ada silabus lain?
pemateri dari luar tapi sesuai
dengan situasi.
5. Langkah-langkah apa yang
Bpk/Ibu lakukan dalam
melakukan pembinaan?
Dengan di adakannya
pembinaan rohani berupa
kajian ke Islaman. Seperti
BTA iqra‟ 1-6, tartil Al-
Qur‟an dan tafsir Al-Qur‟an
pada hari jum‟at jam 8
sampai selesai dan pelajaran
kitab fiqih safinah. Langkah
dalam pelaksanaan
pembinaan Iqra‟ dan Al-
Qur‟an yaitu dengan cara
shorogan maju satu persatu
di hadapan ustadz. Kajian
keislaman dengan cara
ceramah, safinah dengan
cara memberi makna dan
menjelaskan keterangan di
depan narapidana dan
narapidana membawa kitab
sendiri-sendiri.
6. Menurut Bpk/Ibu apa yang Memberi solusi terhadap

103
sebaiknya dilakukan dalam
melakukan pembinaan kepada
narapidana?
narapidana misalnya yang
belum memiliki ijazah di
ikutkan ujian paket agar
mendapatkan ijazah. Dan
yang belum memiliki
pekerjaan di bekali dengan
pelatihan ketrampilan dan di
carikan perkerjaan sesuai
dengan kemampuan
narapidana.
7. Apa yang Bpk/Ibu harapkan
dalam melakukan pembinaan
kepada narapidana?
Harapan saya walaupun saya
memiliki ilmu yang sedikit
semoga dapat bermanfaat
pada narapidana agar tetap
menjalankan kegiatan sesuai
dengan ajaran agama dan
aturan negara. Dan semoga
masyarakat bisa
mengorangkan dan
menerima narapidana dan
mau melanjutkan pembinaan
dilingkungan masing-
masing. Kepedulian dari

104
semua pihak terhadap
narapidana sangat
dibutuhkan di rutan salatiga
sehingga pembinaan bisa
berjalan dengan lancar dan
dapat di implementasikan di
masyarakat dan bisa
bermanfaat untuk sesama
dan menjadi orang yang
lebih baik.
8. Menurut Bpk/Ibu, Bagaimana
respon narapidana terhadap
dakwah yang Bpk/Ibu
lakukan?
Sangat baik karena ini
merupakan sebuah program
di rutan sejak lama, jadi
kalau tidak mengikuti maka
akan di tunda CB, PB
narapidana.
9. Selama melakukan pembinaan
apakah Bpk/ Ibu melihat
terjadi perubahan pada diri
narapidana?
Ya Alhamdulillah
mengalami peningkatan
yang duluny belum bisa
iqra‟ sekarang menjadi bisa
dan sudah khatam iqra‟.
Narasumber : Da‟i

105
Nama : Ustadz Syakur
Tempat : Rutan
No Pertanyaan Waktu Jawaban
1. Sudah berapa lama Bpk/Ibu
melakukan pembinaan
kepada narapidana?
1 september
2018 pukul
09. 30
Memulai berdakwah di rutan
sejak tahun 2016
2. Apa yang Bpk/Ibu ketahui
tentang
narapidana/pemahaman Ibu
tentang kondisi narapidana
sebelum melakukan
pembinaan?
Pertama berasumsi yang
masuk di rutan adalah orang
jelek, tetapi tidk semua yang
di rutan adalah buruk ada
juga yang menjadi rutan.
Karena penghuni rutan
merasa jelek dari kepribadian
maka sulit di atur, maka
sarapan untuk mereka adalah
mengetuk hati dengan
bilhikmati wal mauidzoh.
3. Menurut Bpk/Ibu apa
sebenarnya yang paling
dibutuhkan oleh para
narapidana?
Yang di butuhkan narapidana
yaitu aspek jasamani dan
rohani, jasmani itu membias
pada keluarganya, sperti

106
tanggung jawab jasmani,
seperti contoh napi dari
kudus yang terkena kasus
sebagai kasus penadah mobil
curian, dan masuk pnjara,
dan lanjut di gugat cerai sang
istri, dan mmbutuhkan
pnjelasan rohani. Maka
dikaitkan dengan materi yang
di sampaikan 5 hal yang
tidak pernah manusia tahu.
Rohani kepastian setelah
keluar dari rutan itu
bagaimna. Ada yang 6 bulan
mau keluar tapi tidak mau
karena sudah nyaman
dirutan. Dan menghadapi
pandangan msyarakat tetang
dirinya. Salah satu yaitu
sudah takdir.
4. Apakah materi-materi yang
Bpk/Ibu sampaikan sudah
ditentukan oleh pihak
Materi ada rambu-rambu dari
rutan, krn tidak ada materi
secara kusus dari lembaga.

107
lembaga atau ada silabus
lain?
Sebagai bahan materi
dakwah dirutan.
5. Langkah-langkah apa yang
Bpk/Ibu lakukan dalam
melakukan pembinaan?
Langkah-langkah pertama
tidak semua bisa masuk di
rutan dan harus ada izin, dan
haru sada kerja sama, kusus
kepada pendakwah hars
memprsiapkan materi, dari
rutan harus mempersiapkan
tempat. Dan di pantau terus
dan ada kesinambungan
materi dan diteruskan kepada
pihak rutan sendri.
6. Menurut Bpk/Ibu apa yang
sebaiknya dilakukan dalam
melakukan pembinaan
kepada narapidana?
Dakwah dengan bilhikmah
lemah lembut, utuk pemateri.
7. Apa yang Bpk/Ibu
harapkan dalam melakukan
pembinaan kepada
narapidana?
Harapan pertama kembali
bertaubat hidup apa adanya
seperti sedia kala, dan harus
menerima, dan di beri surat

108
pengantar dari kepolisian
yang menunjukan bahwa dia
itu orang baik, supaya
masyarakat mau memahami
dan menerima.
8. Menurut Bpk/Ibu,
Bagaimana respon
narapidana terhadap
dakwah yang Bpk/Ibu
lakukan?
Responnya sangat bagus dan
antusias.
9. Selama melakukan
pembinaan apakah Bpk/
Ibu melihat terjadi
perubahan pada diri
narapidana?
Dari perubahan narapidana
sangat signifikan, yang
dulunya sulit di atur dari
rutan sekarang mudah di
atur, contoh kecih dai
menjalin komunikasi dengan
pihak rutan, dan menanyakan
kehadiran pak kiai. Dari segi
akhlak mental.
Narasumber : Narapidana 1
Nama : Saryono

109
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertayaan Waktu Jawaban
1. Apa yang saudari pahami
tentang Islam selama ini?
27 Agustus
2018 pukul
09:45
Ya Alhamdulillah paham dan
masih belajar.
2. Apakah sebelum masuk ke
LAPAS
saudara/saudaripernah
menghadiri majelis taklim?
Ya sering waktu kecil kan dari
kampung.
3. Apa pendapat
saudara/saudaripada
kegiatan dakwah di
lembaga pemasyarakatan
ini?
Bagus, Baru belajar dan
keimanan menjadi
pembanding
4. Apa yang
saudara/saudariharapkan
dari kegiatan dakwah yang
sering dilaksanakan di sini?
Kegiatan harus dilalui
terutama keagamaan harus di
lalui oleh anak tahanan, dan
selalu memberi motivasi dan
memberi contoh
5. Apakah
saudara/saudarimengalami
perubahan pola pikir, sikap,
tindakan sebagai efek dari
dakwah yang
Ya yang penting Iman masih
ada di dalam hati

110
saudara/saudariterima
selama ini?
6. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisebelum
menerima pesan-pesan
dakwah?
Iman masih ada di dalam hati
karena sibuk sehingga lupa,
karena masalah kecil sebagai
pelaksana.
7. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisetelah
menerima pesan-pesan
dakwah?
Alhamdulillah sudah menjadi
lebih baik.
8. Apa yang memudahkan
saudara/saudarimemahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah
yangsaudara/saudariterima?
Fifty-fifty ada yang bisa
masuk dan sebagian ada yang
membingungkan
9. Apa yang menghambat
saudara/saudari memahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah tersebut?
Fifty-fifty ada yang bisa
masuk dan sebagian ada yang
membingungkan

111
Narasumber : Narapidana 2
Nama : Yulianti
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertayaan Waktu Jawaban
1. Apa yang
saudara/saudaripahami
tentang Islam selama ini?
25 Agustus
2018 pukul
11.00
Ya Alhamdulillah paham dan
masih belajar.
2. Apakah sebelum masuk
ke LAPAS saudari pernah
menghadiri majelis
taklim?
Sebelum masuk ke dalam rutan
jarang ngaji padahal temennya
banyak yang rajin dikarenakan
faktor dirinsendiri.
3. Apa pendapat
saudara/saudaripada
kegiatan dakwah di
lembaga pemasyarakatan
ini?
Bagus dan untuk agenda senin
kamis tadarus, untuk hari
jum‟at dari kajian dari luar.
4. Apa yang saudara/saudari
harapkan dari kegiatan
dakwah yang sering
dilaksanakan di sini?
Bagus lebih di tingktkan dan
pengen cepet pulang udah mau
mengulangi perbuatan itu dan
kapok
5. Apakah Untuk perubahan yang di

112
saudara/saudarimengalami
perubahan pola pikir,
sikap, tindakan sebagai
efek dari dakwah yang
saudara/saudariterima
selama ini?
rasakan yaitu menjadi sering
sholat 5 waktu dan di tambah
sholat sunnah. Untuk membaca
alqur‟an sudah khatam 3 kali.
6. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisebelum
menerima pesan-pesan
dakwah?
Sebelum menerima pesan
dakwah dan karena kondisi
yang mendesak diri dan tidak
bisa berfikir panjang.
7. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisetelah
menerima pesan-pesan
dakwah?
Alhamdulillah sudah menjadi
lebih baik.
8. Apa yang memudahkan
saudara/saudarimemahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah yang
ibu/saudari terima?
Mengenai materi semua mudah
di pahami, dan kalau tidak tahu
maka akan bertanya.

113
9. Apa yang menghambat
saudara/saudarimemahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah tersebut?
Tidak ada karena metode yang
digunakan sharing curhat gitu.

114
Narasumber : Narapidana 3
Nama : Siti Sumiati
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertayaan Waktu Jawaban
1. Apa yang saudara/saudari
pahami tentang Islam
selama ini?
27 Agustus
2018 Pukul
09:42
Ya Alhamdulillah paham dan
masih belajar.
2. Apakah sebelum masuk
ke LAPAS saudari pernah
menghadiri majelis
taklim?
Kerja yang cukup sibuk
sehingga segala bentuk ibadah
menjadi terganggu. Seperti
sholat 5 waktu menjadi bolong-
bolong. Biasanya ga pernah
putus dan bolong karena sibuk
jadi biasa.
3. Apa pendapat
saudara/saudaripada
kegiatan dakwah di
lembaga pemasyarakatan
ini?
Bagus menjadi lebih enjoy
karena bisa curhat.
4. Apa yang
saudara/saudariharapkan
Bagus lebih di tingktkan dan
menjadi manusia yang lebih

115
dari kegiatan dakwah
yang sering dilaksanakan
di sini?
baik lagi dan menjadi orang tua
yang lebih baik dan tidak
mengulangi kembali perbuatan
yang sudah dilakukan
5. Apakah
saudara/saudarimengalami
perubahan pola pikir,
sikap, tindakan sebagai
efek dari dakwah yang
saudara/saudariterima
selama ini?
Alhamdulillah bisa ibadah
dengan rajin
6. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisebelum
menerima pesan-pesan
dakwah?
Sebelum menerima pesan
dakwah ya biasa seperti
keseharian saya.
7. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisetelah
menerima pesan-pesan
dakwah?
Alhamdulillah sudah menjadi
lebih baik.
8. Apa yang memudahkan
saudara/saudarimemahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah yang
Materi dakwah semua mudah
di terima dan di pahami karena
model yang dilakukan adalah
sharing dan tanya jawab

116
ibu/saudari terima?
9. Apa yang menghambat
saudara/saudarimemahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah tersebut?
Tidak ada karena metode yang
digunakan sharing curhat.
Narasumber : Narapidana 4
Nama : Indra
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertayaan Waktu Jawaban
1. Apa yang saudara/saudari
pahami tentang Islam
selama ini?
27 Agustus
2018 Pukul
09:00 WIB
Ya Alhamdulillah paham dan
masih belajar.
2. Apakah sebelum masuk
ke LAPAS saudari pernah
menghadiri majelis
taklim?
Kehidupan sebelumnya jarang
mengikuti pengajian, sholat
bolong-bolong. Sejak kecil
sudah di didik oleh orang
tuanya dalam hal ke agamaan
dan sebelumnya sudah pernah

117
khatam al-qur‟an 2 kali
3. Apa pendapat
saudara/saudaripada
kegiatan dakwah di
lembaga pemasyarakatan
ini?
Bagus dan perlu ditingkatkan
4. Apa yang
saudara/saudariharapkan
dari kegiatan dakwah
yang sering dilaksanakan
di sini?
Bagus lebih di tingktkan dan
pengen menjadi lebih baik dan
tidak mengulangi kembali
perbuatan tersebut
5. Apakah
saudara/saudarimengalami
perubahan pola pikir,
sikap, tindakan sebagai
efek dari dakwah
yangsaudara/saudariterima
selama ini?
setelah di rutan menjadi 6 kali
khatam. Semua itu karena
kesadaran diri sendiri untuk
mengharuskan ikut.
6. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisebelum
menerima pesan-pesan
dakwah?
Sebelum menerima pesan
dakwah ya biasa seperti
keseharian saya.

118
7. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisetelah
menerima pesan-pesan
dakwah?
Alhamdulillah sudah menjadi
lebih baik.
8. Apa yang memudahkan
saudara/saudarimemahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah yang
saudara/saudariterima?
Hal yang membuat dirinya
mudah memahami yakni
karena rasa ingin tahu tentang
agama tinggi sehingga setiap
ada kajian islam selalu di catat.
Narasumber : Narapidana 5
Nama : Beni
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertayaan Waktu Jawaban
1. Apa yang saudara/saudari pahami
tentang Islam selama ini?
25
Agustus
2018
Pukul
11:55
WIB
Ya Alhamdulillah paham
dan masih belajar.

119
2. Apakah sebelum masuk ke
LAPAS saudari pernah
menghadiri majelis taklim?
Kehidupan sebelumnya
jarang mengikuti
pengajian, sholat bolong-
bolong.
3. Apa pendapat
saudara/saudaripada kegiatan
dakwah di lembaga
pemasyarakatan ini?
Bagus dan perlu
ditingkatkan
4. Apa yang saudara/saudari
harapkan dari kegiatan dakwah
yang sering dilaksanakan di sini?
Bagus lebih di tingktkan
dan bisa cepet pulang,
bisa kumpul kembali
dengan keluarga dan bisa
dapat kerja
5. Apakahsaudara/saudarimengalami
perubahan pola pikir, sikap,
tindakan sebagai efek dari
dakwah yang
saudara/saudariterima selama ini?
Sebelum di rutan tidak
pernah beribadah
sekarang menjadi
beribadah, dan
sebelumnya belum bisa
baca iqra‟ sekarang
sudah khatam iqra‟,
karena aktifitas
pembinaan kerohanian

120
menjadi fokus kepada
sang pencipta.
6. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisebelum menerima
pesan-pesan dakwah?
Sebelum menerima pesan
dakwah ya biasa seperti
keseharian saya.
7. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisetelah menerima
pesan-pesan dakwah?
Alhamdulillah sudah
menjadi lebih baik.
8. Apa yang memudahkan
saudara/saudarimemahami dan
menjalankan pesan-pesan dakwah
yang ibu/saudari terima?
Karena aktifitas
pembinaan kerohanian
menjadi fokus kepada
sang pencipta. Kegiatan
dakwah yang dapat
menyentuh hati adalah
ceramah dan khutbah.
Narasumber : Narapidana 6
Nama : Fasya Qulubab
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga
No Pertayaan Waktu Jawaban
1. Apa yang 27 Agustus Ya Alhamdulillah paham dan

121
saudara/saudaripahami
tentang Islam selama ini?
2018 Pukul
09:45
masih belajar.
2. Apakah sebelum masuk
ke LAPAS saudari pernah
menghadiri majelis
taklim?
Sebelum masuk kerutan tidak
pernah ibadah sholat bolong,
puasa jarang. Pendidikan dari
orang tua baik tapi nyuruhnya
lewat hp karena sibuk kerja.
3. Apa pendapat
saudara/saudaripada
kegiatan dakwah di
lembaga pemasyarakatan
ini?
Bagus dan perlu ditingkatkan
4. Apa yang saudara/saudari
harapkan dari kegiatan
dakwah yang sering
dilaksanakan di sini?
Bagus lebih di tingktkan dan
menjadi lebih baik dan tidak
mengulangi lagi
5. Apakah saudara/saudari
mengalami perubahan
pola pikir, sikap, tindakan
sebagai efek dari dakwah
yang
saudara/saudariterima
Setelah mendapat kajian islam
sholat 5 waktu menjadi teratur,
baru belajar iqra‟

122
selama ini?
6. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisebelum
menerima pesan-pesan
dakwah?
Sebelum menerima pesan
dakwah ya biasa seperti
keseharian saya.
7. Bagaimana perasaan
saudara/saudarisetelah
menerima pesan-pesan
dakwah?
Alhamdulillah sudah menjadi
lebih baik.
8. Apa yang memudahkan
saudara/saudarimemahami
dan menjalankan pesan-
pesan dakwah yang
saudara/saudariterima?
Semuanya mudah tapi Hal yang
membuat saya sulit yaitu
kesulitan menghafal.
.

123

124
REDUKSI DATA
No. Rumusan masalah Daftar pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana bentuk
pelaksanaan dakwah di
rutan kelas IIB Salatiga?
Apa yang melatarbelakangi
Bpk/Ibu membuat program
pembinaan spiritual
narapidana?
Untuk memasyarakatkan kembali warga binaan yang sudah
terkena masalah hukum dan menjadi masyarakat yang lenih
baik lagi. Dengan makasud bukan memberi hukuman seperti
orang yang di penjara, tetapi membuat narapidana bisa di
terima kembali oleh masyarakatnya(DM).
Bagaimana langkah-langkah
Bpk/Ibu dalam melakukan
pembinaan kepada
narapidana?
Pembinaan Rohani berupa ngaji, pelatihan sholat, BTQ, dan
pelajaran Tauhid. Sedangkang jasmani memberikan
ketrampilan sederhana sebagai bekal keluar dari rutan(DM).
Bagaimana respon narapidana
terhadap kegiatan-kegiatan
pembinaan yang dilakukan
terutama terhadap kegiatan-
kegiatan keagamaan
(dakwah)?
Kan mereka dari kasus yang berbeda-beda jadi mungkin dari
narapidana sendiri menyikapinya juga berbeda-beda (DM).
Bagaimana kondisinarapidana
sebelum adanya pembinaan?
Kondisi yang pertama masuk itu yah kayak gitulah sebagai
narapidana, namun sekarang sudah menjadi lebih baik (DM).
Bagaimana kondisi Alhamdulillah narapidana di sini mengalami peningkatan,

125
narapidana setelah
mengalami pembinaan?
seperti yang belum bisa mengaji sekarang sudah bisa, yang
belum bisa sholat diajarkan sholat (DM)
2.
Upaya pembinan mental
spiritual di rutan kelas
IIB Salatiga
Apa yang Bpk/ibu ketahui
tentangnarapidana/pemahama
n Ibu tentang kondisi
narapidana sebelum
melakukan pembinaan?
Orang-orang yang telah terkena hukuman dan memerlukan
sebuah pembinaan suapaya menjadi lebih baik dan tidak
mengulangi perbuatan kejahatan lagi (P).
Langkah-langkah apa yang
Bpk/Ibu lakukan dalam
melakukan pembinaan?
Langkah-lanhkah pertama tidak semua bisa masuk di rutan dan
harus ada izin, dan haru sada kerja sama, kusus kepada
pendakwah hars memprsiapkan materi, dari rutan harus
mempersiapkan tempat. Dan di pantau terus dan ada
kesinambungan materi dan diteruskan kepada pihak rutan
sendri (S).
Menurut Bpk/Ibu apa yang
sebaiknya dilakukan dalam
melakukan pembinaan
kepada narapidana?
Memberi solusi terhadap narapidana misalnya yang belum
memiliki ijazah di ikutkan ujian paket agar mendapatkan
ijazah. Dan yang belum memiliki pekerjaan di bekali dengan
pelatihan ketrampilan dan di carikan perkerjaan sesuai dengan
kemampuan narapidana (P).
Selama melakukan
pembinaan apakah Bpk/ Ibu
melihat terjadi perubahan
Dari perubahan narapidana sangat signifikan, yang dulunya
sulit di atur dari rutan sekarang mudah di atur, contoh kecih
dai menjalin komunikasi dengan pihak rutan, dan menanyakan

126
pada diri narapidana?
kehadiran pak kiai. Dari segi akhlak mental (S).
3. Faktor pendukung dan
penghambat efektivitas
dakwah di rutan kelas IIB
Salatiga.
Apa
pendapatsaudara/saudaripada
kegiatan dakwah di lembaga
pemasyarakatan ini?
Bagus, Baru belajar dan keimanan menjadi pembanding (S).
Apa yang
memudahkansaudara/saudari
memahami dan menjalankan
pesan-pesan dakwah yang
ibu/saudari terima?
Karena aktifitas pembinaan kerohanian menjadi fokus kepada
sang pencipta. Kegiatan dakwah yang dapat menyentuh hati
adalah ceramah dan khutbah (B).
Apa yang
menghambatsaudara/saudari
memahami dan menjalankan
pesan-pesan dakwah
tersebut?
Fifty-fifty ada yang bisa masuk dan sebagian ada yang
membingungkan (S)

127
TRIANGULASI DATA
No Data didapat Narasumber Pengecekan data
1. Kegiatan dakwah Bp. Dwi M Pembinaan rohani berupa ngaji, pelatihan sholat, BTQ, dan pelajaran Tauhid.
Sedangkang jasmani memberikan ketrampilan sederhana sebagai bekal keluar
dari rutan.
Ibu. Retno P Langkah yang dilakukan yaitu dengan pendekatan persuasif dari hati-kehati serta
mengetahui kondisi psikologi narapidana khusus cewek.
2. Respon
narapidana
Bp. Parjono Sangat baik karena ini merupakan sebuah program di rutan sejak lama, jadi
kalau tidak mengikuti maka akan di tunda CB, PB narapidana.
Ust. Syakur Responnya sangat bagus dan antusias.
3. Pelaksanaan program Bp. Parjono Dengan di adakannya pembinaan rohani berupa kajian ke Islaman. Seperti BTA
iqra‟ 1-6, tartil Al-Qur‟an dan tafsir Al-Qur‟an pada hari jum‟at jam 8 sampai
selesai dan pelajaran kitab fiqih safinah. Langkah dalam pelaksanaan pembinaan
Iqra‟ dan Al-Qur‟an yaitu dengan cara shorogan maju satu persatu di hadapan
ustadz. Kajian keislaman dengan cara ceramah, safinah dengan cara memberi
makna dan menjelaskan keterangan di depan narapidana dan narapidana
membawa kitab sendiri-sendiri.
4. Materi yang di
sampaikan
Ust. Syakur Materi ada rambu-rambu dari rutan, krn tidak ada materi secara kusus dari
lembaga.
5. Metode yang digunakan Dakwah dengan bilhikmah lemah lembut, utuk pemateri.
6. Waktu pelaksanaan Bp. Parjono Setiap hari senin-sabtu, pukul 08:00-selesai, sesuai dengan jadwal.
7. Faktor pendukung dan Bp. Parjono Karena kurangnya anggaran sehingga petugas harus sukarela dan ikhlas dalam

128
penghambat berdakwa.
Bp. Dwi M Karena sarana cukup jadi terkadang harus menggunakan kamar besar untuk
kegiatan dakwah.