strategi dakwah persatuan islam tionghoa …
TRANSCRIPT
STRATEGI DAKWAH
PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI)
PERIODE 2005-2010
DALAM MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Mahyudi
Nim : 103053028750
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2008 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Agustus 2008
Mahyudi
STRATEGI DAKWAH
PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI)
PERIODE 2005-2010
DALAM MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Mahyudi
Nim : 103053028750
Di bawa bimbingan
Dr. Sihabudin Noor, M.A
Nip. 150281998
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H./2008 M. ABSTRAK
MAHYUDI
Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Periode 2005-
2010 Dalam Meningkatkan Ibadah Anggota.
Skripsi ini bermaksud mendiskripsikan secara rinci bagaimana strategi
dakwah yang dilakukan oleh Perstuan Islam Tionghoa Indonesia. Apakah PITI
sudah benar-benar sudah memiliki strategi dakwah dalam melakukan kegiatan dakwah khususnya kepada anggota. Adapun judul yang dipilih dalam skripsi ini
adalah: “Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Dalam Meningkatkan Ibadah Anggota”.
Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah PITI, respon anggota dan pengaruh strategi dakwah PITI kepada anggota.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrument yang digunakan adalah wawancara dengan pengurus PITI dan angket
untuk anggota PITI. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan
mendiskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis mengenai bagaimana
strategi dakwah yang dilakukan oleh PITI.
Melalui metode penelitian yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan,
bahwa PITI memiliki strategi dakwah yang bagus dalam mengimlementasikan
kegiatan-kegiatan dakwah untuk menyampaikan dakwah Islam kepada anggota.
Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa
PITI adalah organisasi dakwah yang mempunyai tanggungjawab dalam
menyampaikan syi’ar Islam dengan strategi dakwah yang efektif, terarah dan
terencana. Walaupu masih banyak yang harus dibina dan ditingkatkan untuk lebih
baik dan sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan oleh tokoh-tokoh PITI,
namun pada dasarnya PITI sudah berhasil menghimpun keturunan etnis Tionghoa
yang beragama Islam dan mampu memberikan suatu pembinaan kepada anggota tentang Islam.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang luar biasa, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam juga tak luput
penulis ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW, karena dengan semangatnya
yang tak kunjung pudar serta nilai – nilai kesabaran yang terus ia sampaikan
semoga menular kepada kita sebagai bekal dikemudian hari.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana
ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah
dan Komunikasi.
Di samping itu, penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini penulis banyak menerima bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya,
terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Murodi, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hisayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis baik secara edukatif maupun administratif dari awal hingga akhir
perkuliahan.
2. Bapak Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA, Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, Sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis
untuk selalu bersemangat dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA, dengan segala ketulusan hati telah
memberikan bimbingan, arahan, nasihat yang sangat berarti dalam
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Syarif S. Tanudjajah, SH, Kepala Bidang Dakwah, Pendidikan dan
Kebudayaan DPP PITI, dan bapak Hidayat, bidang kesekretariatan DPP
PITI yang telah bersedia menerima dan membantu penulis untuk
mengadakan penelitian di DPP PITI.
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
fasilitasnya memperoleh leteratur dan bahan untuk penulisan skripsi ini.
6. Ayahanda tercinta Bahar dan ibunda Rosma atas segala dukungan lahir
dan batin demi kesuksesan anaknya mencapai masa depan yang berarti.
7. Kakanda Harmabuti, An, En, Ariyus dan Aduski yang telah mendukung
baik secara moril maupun finansial kepada penulis.
8. K.H. Ujang Umar, S.Ag, yang telah memberikan nasihat dan dukungan
moril kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kakanda M. Yunan, Halkis, M. Hendra Yunal, Hendrawan, Taridi, Jhon,
Candra, Fitri, yeyen yang telah memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis.
10. Kawan-kawan Jurusan Manajemen Dakwah, khususnya angkatan 2003.
11. Kawan-kawan dari Himpunan Pelajar Mahasiswa Riau (HIPEMARI)
Jakarta, Irwan Zalfani, Tanda, Hafiz Fazha, Ichsan, Al-Yassir Fahmi,
Nurfandi, Zubaidah, Yati Afrita, Nefrizal dan terutama semua pengurus
HIPEMARI Jakarta periode 2006-2007.
12. Kawan-kawan IPMK Jakarta, Katon, Taufik Syarkawi, Primadona,
Marzuki, Salman Al-Farisi, Hadi Ismanto, Daniel, Nafi, Yudi, Jamal,
Habib, Yarnas, Toni dan kepada semua yang telah memberikan dukungan
dan motivasi kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dengan tulus dan ikhlas baik moril
maupun materil.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan
dan kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersipat konstruktif. Semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-
besarnya, terutama bagi penulis.
Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatu.
Jakarta 27 Agustus 2008
Mahyudi
DAPTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….....i
DAPTAR ISI……………………………………………………………………..iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………...4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………4
D. Metodologi Penelitian……………………………………………..5 E. Tinjauan Pustaka..............................................................................9
F. Sistematika Penulisan…………………………………………….10
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Strategi………………………………………….12
1. Pengertian Strategi…………………………………………...12 2. Proses Strategi………………………………………………..14
B. Ruang Lingkup Dakwah…………………………………………17
1. Pengertian Dakwah…………………………………………..17
2. Tujuan dan Sasaran Dakwah………………………………....20
3. Unsur-unsur Dakwah………………………………………...23
C. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah………………………………....26
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Srategi Dakwah…29
E. Bentuk-bentuk Dalam Menentuntukan Strategi Dakwah………..30
F. Teori-teori Tentang Strategi Dakwah……………………………32
BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI PERSATUAN ISLAM
TIONGHOA INDONESIA (PITI)
A. Sejarah Berdirinya PITI………………………………………….37
B. Visi-Misi PITI……………………………………………………42 C. Struktur kepengurusan PITI……………………………………...42
D. Program-program Kerja PITI…………………………………….44 E. Tujuan dan Sasaran PITI………………………………………....45
F. Sarana dan prasarana PITI…………………………………….....46
BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH PERSATUAN ISLAM
TIONGHOA INDONESIA (PITI) PERIODE 2005-2010
DALAM MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA
A. Maksud dan tujuan strategi dakwah PITI………………………..47
B. Pengaruh strategi dakwah PITI…………………………………..49
C. Perumusan strategi dakwah PITI...................................................50
D. Imlementasi strategi dakwah PITI……………………………….54
E. Respon anggota terhadap strategi dakwah PIT………………….55
F. Evaluasi strategi dakwah PITI…………………………………...65
BAB V : PENUTUP………………………………………………………...67
A. Kesimpulan………………………………………………………67
B. Saran-saran……………………………………………………….68
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...70
Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Strategi
1. Pengertian strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratogos, yang berarti
militer dan Ag yang berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, straegi diartikan
Generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat
rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.1
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi
dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang
menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni
seorang jenderal di masa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab
seorang pemimpin.
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan
sebagai “ kiat atau cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.”2
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis
mengedepankan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa
pakar di antaranya :
1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar ( Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999 ), h. 8. 2 Hadari Nawawi, Manajemen Stategi Organisasi Non ProfitBidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidkan ( Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press, 2000 ), cet
ke-1, h. 147.
a. Fuad Amsyari mengatakan, “Bahwa dalam pengertian dasarnya,
strategi dan taktik adalah metode atau taktik untuk memenangkan
suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik
untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga
manusia. Sedangkan dalam bidang non militer, strategi dan taktik
adalah suatu cara atau teknik untuk memenangkan suatu persaingan
antara kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.3
b. A.M Kadarman mengatakan, “Strategi adalah penentuan tujuan utama
yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau
organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan pengalokasian
sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan-
tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut segala pengaturan berbagai
sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan agar dalam jangka panjang
tidak kalah bersaing.4
c. Drs. Syarif Usman mendefinisikan strategi sebagai “kebijakan
menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan ,5 daya dan
kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.
d. Definisi lain juga dikatakan Din Syamsudin dalam buku Etika Agama
Membangun Masyaakat Madani, strategi mengandung arti
diantaranya:
3 Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia (Bandung: Mizan, 1990), cet
ke-1, h. 40. 4 A.M Kadarman, et al, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: PT. Prenhallindo), h.58.
5 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam
(Jakarta: Firma Jakarta, 1998), h. 6.
1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.
2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk
mencapai tujuan.
3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan
fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.6
e. Sementara menurut William F. Gluek, yang dikutip dalam buku
Amirulah, strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat
komperhensif, terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga
terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan
bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.7
Memperhatikan dari berbagai pendapat tentang strategi, maka secara
pengertian strategi adalah taktik atau cara yang disusun dengan seksama
untuk mencapai suatu kebehasilan.
2. Proses Strategi
Seperti yang dikatakan oleh Joel dan Michail bahwa sebuah organisasi
tampa adanya strategi umpama kapal tampa ada kemudinya, bergerak berputar
dalam lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tampa adanya
tujuan tertentu.8 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan:
6 Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. (Jakarta: Logos,
2000), cet ke-1, h. 127 7 Amirullah dan Sri Budi Cantika, manajemen Strategi (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2000),
cet ke-1 h. 4. 8 Fred R David, manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3.
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya ada pengembangan
tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas,
menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.9
Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi
kerangka kerja di antaranya:
1) Tahap Input (masukan)
Dalam tahapan ini proses yang dilakukan adalah meringkas impormasi
sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi.
Tahap Pencocokan
2) Proses yang dilakukan dalam memfokuskan pada menghasilkan
strategi alternatif yang layak dengan memadukan factor-faktor
eksternal dan internal.10
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem imformasi
yang masuk.11
Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam
strategi karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi
yang telah dirumuskan menjadi tindakan.
9 Fred R David, manajemen Strategi Konsep, h. 15.
10 Fred R David, manajemen Strategi Konsep, h. 183. 11
Fred R David, manajemen Strategi Konsep, h. 5.
c. Evaluasi Strategi
Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga
macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan
faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar
asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor eksternal seperti
tindakan yang harus dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu
hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal
diantaranya srategi yang tak efektif atau aktifitas implementasi yang
buruk dapat berakibat buruk pula pada hasil yang akan dicapai.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan yang didapat).
Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi
individu dan mnyimak kemajuan yang dibuat kearah penyampaian
sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus
dapat diukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil yang
lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan dengan apa
yang telah terjadi.
3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana.
Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi
yang sudah ada akan ditingalkan atau bahkan strategi baru harus
dirumuskan. Tindaka korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak
sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapain yang
direncanakan maka disitulah tindakan korektif diperlukan.12
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Apabila kita katakan “dakwah islamiah” maka yang kita maksudkan
adalah “Risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai
wahyu dari Allah SWT dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan padanya, baik
didepan atau di belakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilai mukjizat dan yang
ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi SAW dengan sanad yang
mutawattir, yang membacanya bernilai ibadah.13
Kata dakwah diambil dari kata da’a yang artinya memanggil, menyeruh
dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk
mengamalkannya.14 Allah SWT berfirman:
م�ا���ا إ�� داروا ����
Artinya: “Allah mengajak ke Dar as-Salam ”.
(QS. Yunus: 25).
Menurut istilah, dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia
untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara beramal
makruf nahi mungkar. Allah SWT berfirman:
12
Fred R David, manajemen Strategi Konsep, h. 104. 13
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam (Solo: Era
Intermedia, 2000), Cet ke-3, h. 24. 14 Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah (Jakarta: Akademika
Pressindo, 2002), cet ke-1, h. 1-2.
� أ��� و���� ���ف و��)�ن �� ا�!��� ����ن إ�� ا�'&� و�%��ون #"�! �و
/ ه� ا�!-,+�نوأو�*
Artinya: “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak
kepada kebaikan,mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Imran :104)
15
Ayat ini secara jelas menunjukkan akan wajibnya berdakwah, karena ada
lam amar di dalam kalimat “wal takun”. Sedangkan kalimat “minkum”
menunjukkan fardu kipayah, maka seluruh umat Islam diperintahkan agar
sebagian mereka melaksanakan kewajiban ini.16
Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses
berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah
sasaran dakwah agar bersedia masuk kejalan Allah SWT, dan secara bertahap
menuju perikehidupan yang islami. Suatu proses yang berkesinambungan adalah
suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus-menerus oleh para
pengemban dakwah dalam rangka mengubah prilaku sasaran dakwah sesuai
dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan, tampa sebuah
perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materinya, tenaga
pelaksanaannya maupun metode yang dipergunakannya. Memang benar, sudah
menjadi sunnatullah bahwa yang hak menghancurkan yang batil. Bahwa Allah
15M. Quraish Shihab, Tapsi Al-misbah, (Lentera Hati: Tangerang, 2005), cet ke-4, vol 6-2 16
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 33
SWT sangat mencintai dan meridhai kebenaran yang diperjuangkan dalam sebuah
barisan yang rapi dan teratur.17
Dakwah Islam bukan hanya serangkaian kata yang diulang-ulang atau
pidato yang memukau umat, juga bukan serentetan filsafat pemikiran yang
menerawang, namun tidak pernah melahirkan satu realita pun dalam kehidupan.
Tapi dakwah Islam adalah dakwah yang bersipat amaliyah yang mewujudkan
sosok gerakan keteladanan yang menjanjikan satu jaminan kepercayaan kepada
umat manusia tentang apa yang didambakan jiwa dan apa yang dipandang oleh
akal dan rohani mereka sebagai ketenteraman dan ketenangan batin, petunjuk dan
nilai kebenaran serta kebaikan dalam realita kehidupan. Dakwah Islam datang
membawa prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai luhur yang telah diamalkan oleh
para generasi muslim yang hidup dalam naunga-Nya selama kurun waktu yang
panjang. mereka telah memperlihatkan suatu keteladanan yang umat lain tidak
memilikinya. Para generasi muslim itu mampu membuktikan cita-cita yang
menjadi dambaan seluruh umat manusia, yaitu jaminan keamanan dan
ketenteraman jiwa, kemakmuran dan ketenangan sebagai barang paling mahal
dalam hidup.18
Dari ungkapan di atas dapatlah dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya
adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari satu
situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islami kepada nilai
kehidupan yang islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan
17 Dr. Muhammad Idris A. Somad, M.A, Ilmu Dakwah (Jakarta: T.pn, 2005), h. 15. 18
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, h. 4
mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan provokasi, dan
bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako, dan sebagainya.19
2. Tujuan dan Sasaran Dakwah
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah prilaku secara dakwah
agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga
maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan
keberkahan dan kebaikan dunia dan akhirat.
Tujuan-tujuan umum ini harus dirumuskan ke dalam tujuan-tujuan yang
lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah dicapainya.
Misalnya, tingkat istiqama didalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan dan
kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya shalat berjamaah di
mesjid, berkurangnya tingkat pengangguran dan lain sebagainya.20
Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah
SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk
mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak,
agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.21
Allah SWT berfirman:
نو�آ�=� ��),� �س",� 6�ت"ا�ء�&78� و6ذن #3ة�-�1!ا و�����0ا�� ا��ا �و
19
Hepni Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet ke- I, h. 1
20 Hepni Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah, h. 16.
21 Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah
( Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet ke- II, h. 32.
Artinya: “ Dan Allah mengajak kepada ke surga dan ampunan dengan izinNya,
dan dia menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran ”. (QS. Al-Baqarah: 221)22
Dakwah yang kita inginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk
melaksanakannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:
a. Membangun masyarakat Islam, sebagai mana para Rasul alaihi-salaami
yang memulai dakwahnya dikalangan masyarakat jahiliah. Para rasul itu
mengajak manusia untuk memeluk agama Allah SWT, menyampaikan
wahyu Allah SWT kepada kaumnya dam memperingatkan mereka dari
syirik kepada Allah SWT.
b. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang
terkena musibah berupa penyimpangan dan tampak di dalamnya sebagian
dari kemungkaran-kemungkaran, serta diabaikannya kewajiban-kewajiban
oleh masyarakat tersebut.
c. Memelihara keberlangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah
berpegang pada kebenaran, yaitu dengan pengajaran secara terus-menerus,
tadzkir (pengingatan), tazkiyah (penyucian jiwa), dan ta’lim (pendidikan).
Tujuan yang pertama membutuhkan adanya suatu jamaah yang berupaya
menegakakan Islam dalam realitas kehidupan, sehingga manusia melihat diri para
da’i itu keteladanan yang baik, dan melihat pula keindahan agama Allah
tergambar dalam masyarakat muslim. Mereka juga mendapati pengaruh agama
pada orang yang mengimaninya. Dengan demikian mereka merasakan keagungan
22
M. Quraish Shihab, Tapsi Al-misbah,vol 1
agama ini sehingga mereka segera berbondong-bondong masuk ke dalamnya.
Semoga Allah meridhai orang yang mengatakan, “Tegakkanlah daulah Islam
dihatimu, niscaya dia akan tertegak dibumimu”.
Adapun tujuan yang kedua adalah lebih jelas dari pada apa yang kita
bicarakan, karena sebagian besar dari para da’i di zaman kita ini berusaha untuk
merealisasikannya dengan berbagai sarana dakwah yang tersedia bagi mereka dan
prinsip-prinsip dakwah yang akan kita terangkan.
Adapun tujuan yang ketiga, ia tidak akan bisa terealisir kecuali apabila
terwujud masyarakat yang tidak digenangi oleh fenomena kerusakan dan
penyimpangan. Maka tidak ada alternatif lain kecuali kita harus berdakwah untuk
memperbaiki kerusakan akhlak dan prilaku manusia, menghindarkan mereka dari
penyimpangan, serta menyampaikan agama Allah umumnya manusia tidak
mengetahuinya, melindungi kaum muslimin dari tipu daya musuh yang telah
menyerang mereka dengan menggunakan berbagai sarana modern, dan
memberantas berbagai kemungkaran yang muncul.23
Agar dakwah bisa dilakukan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan
kebutuhan, maka sudah waktunya dibuat dan disusun stratifikasi sasaran.
Mungkin berdasarkan tingkat usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat
sosial ekonomi dan tingkat pekerjaan dan lain sebagainya. Salah satu hikmah
adalah kemampuan untuk mengenal golongan dan kondisi sasaran dakwah.24
Yang di dimaksud dengan sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju
oleh suatu kegiatan dakwah. Orang-orang yang menjadi sasaran dakwah sangat
23 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 30-32 24
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 15.
bervariasi, sehingga juru dakwah harus memperhatikan siapa yang menjadi
sasarannya. Seorang juru dakwah harus memperhatikan umur, tingkat
pengetahuan, sikap terhadap agama dan jenis kelamin.
Mengetahui umur sasaran dakwah diperlukan karena secara psikologis
terdapat perbedaan kesenangan antara anak-anak, remaja, pemuda dan orang tua.
Hal yang paling penting diketahui oleh para da’i adalah jangan mengabaikan
tingkat pengetahuan sasaran dakwah. Dalam melaksanakan kegiatan dakwah
seorang da’i harus menggunakan analogi untuk menerangkan suatu masalah
sehingga keberadaan da’i tidak dinilai kuno dan ketinggalan zaman.
Dengan demikian, seorang juru dakwah harus mampu mnyesuaikan
sasaran dakwah, agar dakwah yang dilaksanakannya dapat berhasil.25
3. Unsur-unsur Dakwah
a. Da’i
Dalam dakwah, tugas umat Islam juga sama dengan Rasul. Ayat-ayat yang
memerintahkan Nabi agar berdakwah, maksudnya bukan saja ditujukan kepada
Nabi, melainkan juga umat Islam. Adapun perintah Allah kepada umat Islam
untuk berdakwah.
Firman Allah SWT:
�� خ&� أ��� أآ������"س ت%��ون #"�! �وف وت�)�ن �� ا�!,� Aج�وتخC�� " #ن�
Artinya : “ kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar,
dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran : 110).26
25 Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, h. 33
26 M. Quraish Shihab, Tapsi Al-misbah,vol 2
seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da’i. artinya,
sebelum menjadi da’i ia perlu mengeahui apa tugas da’i, modal dan bekal apa
yang harus ia punya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki seorang da’i.
Tugas seorang da’i identik dengan tugas seorang Rasul. Semua Rasul adalah
panutan para da’i.27
b. Mad’u
Seorang da’i menyadari bahwa yang diajak kedalam Islam bukan saja
sebagian manusia atau manusia terentu, melainkan semua manusia. Berdakwah
bukan untuk waktu sementara, tetapi sepanjang zaman hingga datangnya kiamat.
Selain itu, berdakwah tidak membedakan jenis kelamin, stratifikasi sosial, etnis,
waktu dan tempat tertentu.
Seorang da’i harus mengetahui keberagaman audiens. Dari sudut ideologi,
mereka ada yang ateis, musyrik, munafik. Ada juga yang muslim tapi
membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat.
Mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan,
dan sebagainya.28
c. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah adalah ajara Islam yang memiliki karakter
sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya. Sirah Nabawiyah mengajarkan
kepada kita bahwa materi pertama yang menjadi landasan utama ajaran Islam,
yang disampaikan Rasulullah SAW kepada umat manusia adalah masalah yang
27
Sa’id bin Ali bin wahif Al-qahthani, dakwah Islam Dakwah bijak (Jakarta: Gema
Insani Press, 1994), cet ke 1, h. 84-92.
28
Sa’id bin Ali bin wahif Al-qahthani, dakwah Islam Dakwah bijak , h. 100.
berkaitan dengan aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan
program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan tujuan akhir yang harus
dicapainya, dan persamaan manusia dihadapan Allah SWT.29
d. Sarana dan Prasarana Dakwah
Sarana ialah hal-hal yang dapat mengantarkan kepada sesuatu. Sarana
dakwah ialah sesuatu yang membantu da’i menyampaikan dakwahnya. Dari sudut
penyampaian, ada dua macam sarana dakwah: sarana langsung dan sarana tidak
langsung.
1) Sarana langsung
Maksud sarana langsung disini adalah menyangkut teknik penyampain
(Tabligh) melalui perkataan, dan prilaku da’i yang dijadikan teladan
oleh orang lain sehingga mereka tertarik kepada Islam.
2) Sarana tidak langsung
Yang dimaksud sarana tidak langsung disini adalah hal-hal yang
menyangkut kesiapan diri seorang da’i sebelum menyampaikan
dakwahnya. Tiga hal berikut ini termasuk dalam kelompok sarana
tidak langsung.
a) Sikap hati-hati dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT
sebelum berdakwah kepada orang lain, seorang da’i perlu
memberi peringatan kepada audiensnya.
29 Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 17
b) Meminta bantuan kepada orang lain. Setelah meminta kepada
Allah, seorang da’i perlu meminta bantuan kepada sesama
manusia demi kelancaran dakwanya.
c) Disiplin
Seorang da’i harus disiplin, termasuk dalam masalah waktu.
Jangan sekali-kali ia membuang kesempatan. Ia harus memperhatikan
kaidah-kaidah disiplin yang diperintahkan Islam. 30
C. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah
Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan
dakwah di lapangan, dan asfek-asfek normatif tentang dakwah yang terdapat
dalam al-Quar’an dan sunnah, maka ditemukan prinsip strategi dakwah, antara
lain sebagai berikut:
1. Memperjelas secara gamblang Sasaran-sasaran ideal.
Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus diperjelas
sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam bagaimana yang diharapkan.
Baik dalam wujudnya sebagai individu maupun wujudnya sebagai suatu
komunitas masyarakat.
30 Sa’id bin Ali bin wahif Al-qahthani, dakwah Islam Dakwah bijak, h. 102
2. Merumuskan masalah pokok umat Islam
Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan untuk
mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih dahulu masalah
pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran ideal dan kenyataan yang
kongkret dari pribadi-pribadi muslim, serta kondisi masyarakat dewasa ini.
Jenjang masalah ini pun tidak sama antara kelompok masyarakat yang satu
dengan kelompok masyarakat lainnya. Setiap kurun waktu tertentu harus ada
kajian ulang terhadap masalah itu seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat
tersebut.
3. Merumuskan isi dakwah
Jika kita sudah berhasil merumuskan sasaran dakwah beserta masalah
yang dihadapi masyarakat Islam, pada langkah selanjutnya adalah menentukan isi
dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan masyarakat Islam sehinga
tercapai sasaran yang telah ditetapkan. Ketidaksinkronan dalam menentukan isi
dakwah ini bisa menimbulkan dampak negatif yang disebut dengan istilah “split
personality” atau “double morality” pribadi muslim. Misalnya seorang muslim
yang beribadah, tetapi pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas,
koruptor dan pelaku perbuatan tercela lainnya.
Jadi, untuk bisa menyusun isi dakwah secara tepat, dibutuhkan penguasaan
ilmu yang komprehensif, atau kalau tidak dengan menghimpun pemikiran-
pemikiran beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.31
31
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 20-21.
4. Menyusun paket-paket dakwah
Menyadari realita masyarakat Indonesia yang majemuk ini, maka tugas
para da’i adalah menyusun paket-paket dakwah sesuai dengan sasaran masyarakat
beserta permasalahan yang dihadapinya. Harus dibedakan paket dakwah untuk
sasaran non muslim dengan paket dakwah khusus kaum muslim. Sampai saat ini,
kita masih sulit menentukan perioritas dakwah bagi kedua golongan masyarakat
itu. Mana yang harus diutamakan antara mengislamkan orang yang belum Islam
dan mengislamkan orang yang sudah Islam.
5. Evaluasi kegiatan dakwah
Tugas yang paling penting adalah bagaimana mengkordinasikan
pelaksanaan dakwah itu, apa yang harus dikerjakan setelah dakwah itu berjalan.
Di sinilah pentingnya kordinasi untuk mengadakan evaluasi, sejauh mana hasil
dakwah yaag telah dicapai. Evaluasi ini penting untuk sesuai dengan perubahan
masyarakat dalam kurun waktu tertentu harus selalu ada penyempurnaan dakwah.
sebelum hal itu dilakukan, terlebih dahulu harus kita tetapkan target hasil dari
setiap paket dakwah yang kita jalankan sehinga memudahkan membuat grafik
perkembangan dakwah. karena dakwah adalah suatu proses yang menuntut suatu
perubahan dan perkembangan.
Setiap proses dakwah bermula dari usaha mempertanyakan kembali dasar
asumsi yang memberikan orientasi sistem sosial, lalu membangun kehidupan
baru. Menurut al-Qhazali, proses tersebut dapat diperinci menjadi tiga tahap, yaitu
menyadarkan pikiran, menumbuhkan keyakinan, da membangun sistem.32
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi Dakwah
Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok, baik
organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan
berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan usaha-usaha yang
mengerahkan pada penyampain tujuan disebut strategi.
Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi
kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-
faktor penetapan strategi, diantaranya:
1. Lingkungan
“Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi permanen, tapi selalu
berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada
segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak
hanya kepada cara berpikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan,
kebutuhan dan pandangan kehidupan”.
2. Lingkungan Organisasi
32
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 22..
“Lingkungan organsasi yang meliputi segala sumber daya dan
kebijakan organisasi yang ada”.
3. Kepemimpinan
S.P. Siagan memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni
“seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam menggambil
keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai
perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal
berbeda.33
E. Bentuk-bentuk dalam Menentukan Strategi Dakwah
Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak, insya
Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni keberhasilan dakwahnya.
Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan
strategi dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi
manfaat kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju
tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam meyukseskan dakwahnya,
membangun negaranya, menguatkan kekuasaannya dan meninggikan
kedudukannya
Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada seorang pun
pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW.
Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan
akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu telah
terbukti pada diri beliau.
33
S.P. Siagian, manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), cet ke-2, h. 9
Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain sebagai berikut:
1. Memilih waktu kosong dan
kegiatan terhadap kebutuhan penerima dakwah (audiens).
Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu mereka banyak terisi dengan
petunjuk, pengajaran yang bermanfaat, dan nasehat yang baik. Nabi SAW tidak
selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehinga orang yang dinasihati tidak
merasa bosan. Stategi dakwah yang dicontohkan Nabi SAW tersebut diikuti oleh
para sahabat. Nabi SAW bersabda:
او�-8�تE و,او�F# و,او��� تE و,او��8�
Artinnya: “ permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar gembira dan
jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”.
(HR Bukhari dan Muslim).
2. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan
Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah mempunyai
tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi jika dilakukan
perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang da’i menyadari bahwa
apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah, maka hal itu tidak perlu
dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan ka’bah direnovasi dari fondasi buatan
Nabi Ibrahim karena mengindari fitnah kaum yang baru mentas dari kehidupan
jahiliah.
3. Menjinakkan hati dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik
ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan bersabar ketika
dizhalimi. Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesah-gesah dibalas
dengan kehati-hatian.
Itulah cara-cara penting yang dapat menarik penerima dakwah (audiens)
ke dalam Islam dan membuat iman mereka lebih mantap. Dengan cara-cara
tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat disekitarnya. Mereka
bukan saja sangat mencintai beliau, tetapi juga ikut menjaga dan membela beliau
dalam dakwahnya.
4. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya,
tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi
SAW.
5. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya.
6. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap pertanyaan
sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang bertanya merasa
puas.34
F. Teori-teori Tentang Strategi Dakwah
Allah SWT telah mewajibkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin
untuk berdakwah, akan tetapi Allah mengikat perintah-Nya itu dengan syarat
harus dikerjakan denga pengetahuan yang mendalam (bashirah) dan
kebijaksanaan (al-hikmah).sebagaimana firman Allah SWT:
34
Sa’id bin Ali bin wahif Al-qahthani, dakwah Islam Dakwah bijak , h. 84-92.
/#� رن� ا��ح ا�K ه�"�� #�)�"دج و���+� اJ���!�ا و�!��+" #/#8 رI&�7 س� اعدا
�,�ا�ه# !�M �I� �أ�ه و6,&7 س �,�# "!�(����
Artinya: “Seruhlah (manusia) kejalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang yang mendapat petunjuk”. (Q. S. An-
Nahal/ 16: 125).
Secara historis dapat dilihat bagaimana strategi dakwah Rasulullah SAW
telah diberikan Allah sifat-sifat mulia agar tujuan dakwah itu tercapai, dan
diantara sifat-sifat itu yang dmiliki oleh Rasul adalah sifat guru, Allah SWT telah
menganugrahkan karunia ini pada kita seperti dalam firman-Nya:
�N����ا, � ا �!��C��)�-ن اE���س ر�)& OP #ذ ا�&� �,�� ,&(��)&آQ8� و6ت" ا� ء
�&U� 7ل � S 7I� -�M�ا��"نآ نإ و�!��+ا وب"��� ا�)!,8 �و
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah memberikan n karunia kepada orang-orang
yang beriman ketika mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-
kitab dan Al-hikmah. Dan sesungguhya keadaan mereka sebelum
(kedatangan Nabi) adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.
(Q. S. Ali Imran/3: 164).35
Menurut Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq menyatakan: ada beberapa
sifat dan metode Rasul SAW, dan hal itu merupakan strategi dakwah Rasul SAW
yang harus kita contoh dalam berdakwah, pertama,semua kita mengetahui bahwa
Rasul pertama-tama menggunakan metode public relation (berkomunikasi dengan
35
M. Quraish Shihab, Tapsi Al-misbah,vol 7
masyarakat umum). Beliau menawarkan dakwahnya pertama-tama kepada siapa
saja yang beliau jumpai dari kalangan mereka yang beliau pandang bisa menerima
dakwahnya yang masih bersifat rahasia.
Kemudian kepada semua orang yang dapat dijangkau oleh beliau, setelah
itu beliau diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan dakwahnya secara
terang-terangan. Nabi SAW tidak membatasi kegiatan dakwahnya hanya di
madrasah saja, tetapi juga mengajar para sahabat di rumah beliau, di rumah
mereka, di jalan-jalan dan pada kesempatan perjalanan dakwah. ketiga, dalam
mengajar beliau meggadakan metode persahabatan, di mana persahabatan ini
menuntut adanya rasa cinta, komitmen dan kesetiaan. Keempat, Rasulullah
menggunakan metode nasihat dengan sangat hati-hati. Beliau tidak memberi
nasihat kecuali secara berkala. Kelima, Rasulullah adalah orang yang lapang dada,
beliau tidak pernah bersikap kasar kepada seseorang yang mengajukan
pertanyaan.36
Dalam rangka menyusun strategi dakwah diperlukan suatu pemikiran yang
lugas dan rasional dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi tersebut.
Syarif Usman mengatakan bahwa, dalam menyusun strategi ada lima
factor yang perlu diketahui, yaitu:
1. Tujuan, baik tujuan jangka panjang (tujuan akhir) atau tujuan jangka pendek (tujuan sementara)
36 Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Metode dan Strategi Dakwah Islam (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1996), h.22
Sedangkan menurut Asmuni Syukir Strategi Dakwah yang dipergunakan
dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa azaz dakwah antara lain:
1. Azaz Filosofis, azaz ini erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai alam proses atau aktiviyas dakwah.
2. Azas kemampuan dan keahlian da’i (achievemen and professional)
3. Azas Sosiologis, azaz ini membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. misalnya, politik pemerintah
setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah,
dan lain sebagainya.
4. Azas Psichologis, azaz ini membahas masalah yang erat hubungannya
dengan kejiwaan manusia
5. Azas Efektifitas dan Efisiensi, azaz ini maksudnya adalah di dalam
aktivitas dakwah harus menyeimbangkan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapain hasilnya, bahkan kalau bisa
waktu dan biaya dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin.37
Menurut Sayyid Sabiq beberapa yang urgen bagi kepentingan strategi
dakwah masa kini yaitu:
1. Kesadaran yang sempurna
2. Pengorganisasian
3. Kepemimpinan.38
Fuad Amsyari dalam membicarakan perjuangan umat Islam Indonesia
menyatakan tiga hal pokok dalam menyusun strategi, yaitu:
1. Potret umat
2. Permasalahan umat
3. Alternatif pemecahan39
37
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Stratgi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h.32 38 Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Metode dan Strategi Dakwah Islam, 253 39
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, h. 43.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kata strategi banyak
diadopsi dan diberikan pengertian lain sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan
yang menyertainya. Ilmu dakwah juga mengadopsi kata strategi untuk
menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat membantu pencapain tujuan
dakwah itu sendiri. Sebenarnya menurut Fuad Amsyari, kata strategi “merupakan
bagian dari Islam atau dengan kata lain Islam itu sendiri merupakan manifestasi
dari strategi manusia untuk hidup mencapai kebahagian lahir dan batin individu
masyarakat.40
Memperhatikan definisi tentang strategi dan dakwah, maka pengertian
strategi dakwah adalah sebuah cara untuk mencapai tujuan dakwah dengan
mempertimbangkan kemampuan, kelemahan, kesempatan dan lain sebagainya.
40
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, h. 40
BAB III
GAMBARAN UMUM ORGANISASI PERSATUAN ISLAM
TIONGHOA INDONESIA (PITI)
A. Sejarah Berdirinya PITI
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sebetulnya didirikan di
Jakarta, pada tanggal 14 April 1961( pada anggaran dasar PITI yang diterbitkan
pada tanggal 6 Juli 1963 tertulis tanggal pendirian adalah 6 Juli 1963) PITI
didirikan oleh almarhum H. Abdul Karim Oei Tjeng Hien, Abdusomad Yap A
Siong dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan gabungan dari Persatuan Islam
Tionghoa (PIT) dipimpin oleh Alm Abdusomad Yap A Siong dan Persatuan
Muslim Tionghoa (PTM) dipimpin oleh Kho Goan Tjin. PIT dan PTM yang
sebelum kemerdekaan Indonesia mula-mula didirikan di Medan dan di Bengkulu,
masing-masing masih bersifat lokal sehingga pada saat itu keberadaan PIT dan
PTM belum begitu dirasakan oleh masyarakat baik muslim Tionghoa dan muslim
Indonesia.
Berdirinya PITI pada waktu itu adalah jawaban almarhum Haji Abdul
Karim Oei atas pernyataan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang waktu itu di
jabat oleh Kiai Haji Ibrahim yang menyatakan bahwa: “ Untuk dakwah Islam
pada keturunan Tionghoa sebaiknya dilakukan oleh keturunan Tionghoa sendiri,
bukan oleh lembaga dakwah seperti Muhammadiyah, NU atau lembaga dakwa
Islam Lainnya.41
41
Pengurus DPP PITI, Warta PITI (Jakarta: T.pn, 2004), edisi 8 April 2004, h. 7
Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwah islamiyah di
kalangan muslim Tionghoa maka PIT yang berkedudukan di Medan dan PTM
yang berkedudukan di Bengkulu merelakan diri pindah ke Jakarta dengan
bergabung dalam satu wadah yakni PITI.
Pada hal agama Islam sudah masuk ke Tiongkok sebelum agama Islam
masuk ke Indonesia, dan saat ini sudah dianut oleh lebih kurang 80-100 juta umat.
Sesuai dengan visi dan misi serta program kerjanya, PITI sebagai organisasi
dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat
singgah, tempat silahturahim untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi
etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi
pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.42
Tidak mengherankan kalau kebijaksanaan pimpinan PITI waktu itu
mendapat sambutan secara spontan masyarakat luas, sehingga PITI tumbuh dan
berkembang dari kota ke kota. Setiap orang keturunan Tionghoa yang beragama
Islam sering disebut PITI. PITI menjadi identik dengan orang Tionghoa Muslim,
begitu orang mengenalnya selama ini.
Dalam perjalanan sejarah keorganisasiannya, ketika di era tahun 1960-
1970 khususnya setelah meletusnya Gerkan 30 September (G-30-S)/PKI di mana
di saat itu negara kita sedang menggalakkan gerakan pembinaan persatuan dan
kesatuan bangsa, “Nation and Character Building”, simbol-simbol, identitas dan
ciri khas yang bersifat dissosiatif (menghambat pembauran) seperti istilah, bahasa
dan budaya asing khususnya, Tionghoa dilarang atau dibatasi oleh pemerintah,
42 Internet, WWW. DPP [email protected]
PITI terkena dampaknya yaitu nama Tionghoa pada kepanjangan PITI dilarang.
Berdasarkan pertimbangan keperluan bahwa gerakan dakwah kepada
masyarakat keturunan Tionghoa tidak boleh berhenti, maka pada tanggal 15
Desember 1972, pengurus PITI, mengubah kepanjangan Perstuan Islam Tionghoa
Indonesia menjadi Pembina Iman Tauhid Islam. Singkatan PITI harus
dipertahankan atau dilestarikan, apakah Pembina Iman Tauhid Islam atau
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia atau bahkan kepanjangan nama lainnya,
untuk umat Islam tidak menjadi persoalan.43
Karena identitas PITI sudah memasyarakat di kalangan umat Islam. PITI
adalah Muslim Tionghoa, Muslim Tionghoa adalah PITI. PITI adalah panggilan
atau sebutan kesayangan umat Islam terhadap Muslim Tionghoa.
Konsekwensinya, umat Islam menghendaki “motor-motor penggerak” sebagai
wajah PITI adalah mereka yang berasal dari keturunan Tionghoa. Jika demikian
apakah itu menunjukkan masih ada unsur eksklusif (tertutup) sekalipun sudah
menjadi muslim. Pada bulan Mei 2000, dalam rapat pimpinan organisasi
menetapkan kepanjangan PITI dikembalikan menjadi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia.
Sejak didirikan sampai dengan saat ini, keanggotaan dan kepengurusan
PITI bersifat terbuka dan demokratis, tidak terbatas (eksklusif) hanya pada
muslim keturunan Tionghoa tetapi juga berbaur dengan muslim Indonesia. Ibarat
sesosok tubuh manusia, maka wajahnya adalah muslim keturunan Tionghoa atau
bagian komponen tubuh lainnya adalah muslim Indonesia.
43Pengurus DPP PITI, pembina ( jakarta: T.pn, 1993), Edisi I, h. 4
Jika pada satu saat, karena kesepakatan anggota, kepanjangan PITI
kembali menyandang atau mempergunakan nama etnis Tionghoa pada nama
organisasi ini, itu semata-mata sebagai strategi dakwah dan kecirian organisasi ini
bahwa prioritas sasaran dakwahnya tertuju kepada etnis Tionghoa.44
Seiring dengan nafas reformasi tahun 2000, sontak membuat PITI
tergelitik untuk melakukan perubahan. Muktamar Milenium (Muktamar Nasional
II) pun digelar guna membangkitkan kembali semangat dan struktur organisasi
PITI. Pada muktamar ini, akhirnya secara resmi ditetapkan Ketua Umum
Alternatif yaitu Bapak HM Trisno Adi Tantiono selaku Ketua Umum
Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PITI 2000-2005. Dalam perjalanan
selanjutnya, karena kesibukan kerja dan alasan yang bersifat pribadi Bapak HM
Trisno Adi Tantiono mengundurkan diri. sehingga sejak tanggal 2 Oktober 2003
forum internal sepakat mengangkat atau menunjuk sebagi ketua umum
bapak HM Jos Soetomo. Lewat berbagai proses yang muncul dalam perjalanan
keorganisasiannya, menunjukkan bahwa masih perlu banyak penyempurnaan dan
pengaturan mekanisme organisasi dalam lingkungan
Pada kepengurusan masa bakti ini, program utama PITI, terbatas pada
rekonsolidasi kepengurusan wilayah dan daerah-daerah yang pada masa lalu,
kepengurusannya sudah ada di seluruh propinsi di Indonesia dari Aceh sampai
Papua.
44
Pengurus DPP PITI, Warta PITI, h. 9
Muktamar Nasional III PITI di Kota Surabaya tanggal 2-4 Desember
2005, untuk periode 2005-2010, terpilih kembali sebagai ketua umumnya, bapak.
H.M. Trisno Adi Tantiono.
Saat ini baru terkonsolidasi Koordinator Wilayah untuk Propinsi-propinsi
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta,
Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Lombok,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur. Yang masih dalam
proses persiapan, Propinsi-propinsi Sumatera Barat, Jambi dan Jawa Barat. Tahun
2005 ini, geliat gerakan dakwah di daerah-daerah mulai nampak yakni dengan
mulai banyaknya pembangunan masjid-masjid berarsitektur Tiongkok mengikuti
jejak pendirian masjid H.Mohamad Cheng Ho di Kota Surabaya, seperti di
Purbalingga, Masjid Ja’mi An Naba KH Tan Shin Bie, di Purwokerto, di Kota
Palembang Masjid Cheng Ho Sriwijaya dan Kota Semarang, Masjid Cheng Ho
Jawa Tengah dan Islamic Center di Kota Kudus.
Kita turut bersyukur dan berbangga bahwa karena jasa-jasanya kepada
Nusa dan Bangsa, salah satu pendiri PITI, almarhum H. Abdul Karim Oei Tjeng
Hien, pada tanggal 15 Agustus 2005 yang lalu, telah dianugerahkan Tanda
Kehormatan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Republik Indonesia.45
45
Pengurus DPP PITI, Pembina, hal. 5
B. Visi dan Misi PITI
Visi PITI adalah mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin (Islam
sebagai rahmat bagi sekalian alam). Misi PITI didirikan adalah untuk
mempersatukan muslim Tionghoa dengan Muslim Indonesia, muslim Tionghoa
dengan etnis Tionghoa non muslim dan etnis Tionghoa dengan umat Islam.46
C. Struktur Kepengursan PITI
Dalam hal kepengurusan, sejak didirikan ketentuan organisasi khususnya
tentang penyelenggaraan musyawarah tingkat nasional yang terkait pula dengan
pergantian masa bakti kepengurusan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP), belum
dijalankan atau dilaksanakan secara konsekwen, yakni setiap lima tahun.
Muktamar Nasional III PITI di Kota Surabaya tanggal 2-4 Desember
2005, untuk periode 2005-2010, terpilih kembali sebagai Ketua Umumnya, bpk.
H.M. Trisno Adi Tantiono.
Di dalam sebuah organisasi yang professional, tentu ada kepengrusan yang
akan menjalankan roda organisasi kedepan. PITI mempunyai struktur
kepengrusan yang memiliki tugas dan fungi masing-masing. Penetapan ini dengan
tujuan untuk mempermudah dalam menjalankan kegiatan yang sudah menjadi visi
misi PITI.
Di bawah ini penulis lampirkan susuna Dewan Pengurus Pusat Persatuan
46 Wawancara Pribadi Bapak Syarif S, Tanudjaja, SH, @7 Mai 2008, Sekretariat DPP
PITI
Islam Tiongoa Indonesia ( DPP PITI).
SRTUKTUR KEPENGURUSAN
DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN ISLAM TIONGOA INDONESIA
( DPP PITI) PERIODE 2005-2010
DEWAN KEHORMATAN
1. Drs. H.M. Jusuf Kalla
2. H.M. Aksa Mahmud
DEWAN PENASEHAT
1. H.M. Jos Soetomo
2. H.M.Y. Bambang Sudjanto
3. H. Max Mulyadi Supangkat
4. H. Eddy Sulaeman
5. H. Susilawan Yukeng
6. H. Achmad Ghozali Katianda, SH.
7. H.M. Ali Karim Oey, SH.
8. Dr. H.M. Syafi’I Antonio, M. Ec.
DEWAN PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : H.M. Trisno Adi Tantiono
Ketua Bid. Organisasi & Hukum : Prof. Dr. Eko Sugitario, SH.,CN., M. Hum
Ketua Bid. Dakwah, Pendidikan : H. Syarif S. Tanudjaja, SH.
& Kebudayaan
Ketua Bid. Kesejahteraan Sosial : Drs. H.M. Anda Hakim, SH., MH., MBL
Ketua Bid. Pengembangan Ekonomi : Donni Asalim, SH.
Sekretaris Umum : H. Budi Setyagraha
Sekretaris : H.S. Willy Pangestu
Bendahara Umum : H. Prana Tandjudin, SH. MM.47
47 Struktur kepengurusan PITI Periode 2005-2010.
D. Program-Program kerja PITI
Program PITI adalah menyampaikan tentang dakwah Islam khususnya
kepada masyarakat keturunan Tionghoa dan pembinaan dalam bentuk bimbingan,
kepada muslim Tionghoa dalam menjalankan syariah Islam baik di lingkungan
keluarganya yang masih non muslim dan persiapan berbaur dengan umat Islam di
lingkungan tempat tinggal dan pekerjaannya serta pembelaan atau perlindungan
bagi mereka yang karena masuk agama Islam, untuk sementara mempunyai
masalah dengan keluarga dan lingkungannya. Sampai dengan saat ini, agama
Islam tidak dan belum menarik bagi masyarakat keturunan Tionghoa karena
dalam pandangan mereka, agama Islam identik dengan kemunduran, kemalasan,
kebodohan, kekumuhan, pemaksaan dan kekerasan (radikal dan teroris).
Program kegiatan dakwah DPP PITI secara umum peliputi beberapa
berikut ini:
1. Melakukan suatu pembinaan tentang agama kepada anggota
2. Mengadakan pengajian, diskusi keagamaan di DPP, DPW dan DPC
3. Megadakan peringatan PHBI
4. Melakukan Bakti Sosial
5. Menjalin hunbungan Ukhwah Islamiah
E. Tujuan dan Sasaran PITI
PITI sebagai organisasi dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional
berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silahturahmi untuk belajar ilmu agama
dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama
Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.
Apapun dan bagaimanapun kondisi organisasinya, PITI sangat diperlukan
oleh etnis Tionghoa baik yang muslim maupun non muslim. Bagi muslim
Tionghoa, PITI sebagai wadah silaturahmi, untuk saling memperkuat semangat
dalam menjalankan agama Islam di lingkungan keluarganya yang masih non
muslim. Bagi etnis Tionghoa non muslim, PITI menjadi jembatan antara mereka
dengan umat Islam. Bagi pemerintah, PITI sebagai komponen bangsa yang dapat
berperan strategis sebagai jembatan penghubung antar suku dan etnis, sebagai
perekat/lem untuk mempererat dan sebagai benang perajut persatuan dan kesatuan
bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik.48
Adapun tujuan PITI secara umum adalah :
1. Menjalin hubungan ukhwah islamiah sesama etnis Tinghoa yang
muslim.
2. Membangun komunitas yang sesuai dengan ajaran islam.
3. Mengajarkn kepada anggota tentang ajararm Islam
4. Menjadikan PITI sebagai wadah untuk menambah dan menuntut ilmu
48 H.M. Syarif Tanudjaja, SH, kutipan makalah
pengetahuan agama Islam bagi etnis Tinghoa.
Sedangkan yang menjadi sasaran PITI adalah :
1. Etnis Tionghoa di Indonesia yang sudah memeluk agama Islam
2. Etnis Tionghoa yang mau memeluk agama Islam tampa ada paksaan.
F. Sarana dan Prasarana
Dalam sebuah organisasi yang tidak kala pentingnya adalah masalah
pendanaan, karena tampa sumber ini organisasi tidak akan berjalan dengan efektif.
Tentang pendanaan PITI selama ini adalah dari iuran dan suka rela dari pengurus
dan anggota tampa ada aturan bahwa setiap anggota diwajibkan membayar iuran.
Di samping itu, pendanaan kadan-kadang juga di bantu oleh pihak pemerintah,
itupun harus diajukan sebuah permohonan bantuan dana organisasi PITI.
Di antara sarana dan Prasarana PITI yaitu :
1. Sekretariat DPP, DPW, DPC
2. Web Site
3. Ruang perpustakaan
4. Bulletin DPP, DPW,DPC49
49 Wawancara Pribadi Bapak Syarif S, Tanudjaja, SH, @7 Mai 2008, Sekretariat DPP
PITI
BAB IV
ANALISIS STRATEGI DAKWAH PERSATUAN ISLAM
TIONGHOA INDONESI (PITI) PERIODE 2005-2010 DALAM
MENINGKATKAN IBADAH ANGGOTA
G. Maksud dan tujuan strategi dakwah PITI
Dilihat dari sejarah berdirinya PITI bahwa secara khusus maksud dan
tujuan PITI adalah untuk mempersatukan muslim Tionghoa yang ada di
Indonesia, dan menjadikan sebagai muslim yang kaffah. Untuk mencapai tujuan
tersebut tentu ada suatu strategi dakwah dalam mengembangan dan meningkatkan
pengetahuan agama bagi anggota.
Oleh karana itu, yang menjadi tujuan strategi dakwah PITI adalah:
1. Mengajarkan masalah aqidah (Tauhid)
Menurut bapak Syarif S. Tanudjaja (Ketua Bidang keagamaan DPP PITI)
selama ini kesan pemikiran dan wawasan orang muslim Tionghoa terhadap Islam
ini sangat keliru, itulah yang menjadi tugas bagaimana mengubah pola pikir etnis
Tionghoa terhadap Islam dan bisa memahami bahwa Islam adalah agama yang
rahmatan lil alamin. Jadi ketika ia sudah menjadi muslim, hal yang pokok
dilakukan oleh PITI adalah memberikan suatu pembinaan dalam pemahaman
dasar-dasar aqidah, ibadah, ahklak dan hal yang menjadi dasar bagi pemeluk
agama Islam, sehingga anggota yang mayoritas muallaf yang masih membutuhkan
pembinaan supaya bisa memahami bahwa Islam itu sempurna, indah, baik dan
memberikan pedoman dalam menjalani kehidupan duniawi50
.
2. Mengajarkan masalah ibadah
Setiap muslim juga wajib mempelajari ilmu tentang cara ibadah dan
hukum-hukum pokok secara sempurna dan benar. Kewajiban inilah yang
merupakan sebagian kewajiban yang harus dijalankan oleh pemeluk agama Islam.
PITI merupakan tempat menuntut ilmu pengetahuan bagi anggota yang kurang tau
bahkan belum memahami Islam, terutama masalah ibadah. Inilah yang menjadi
tujuan PITI untuk mengajarkan dan membina setiap anggota yang masih belum
memahami hal-hal yang menyangkut maslah ibadah.
3. Menjalin hubungan Ukhwah islamiah sesama etnis Tionghoa
bagaimanapun kondisi organisasinya, PITI sangat diperlukan oleh etnis
Tionghoa yang muslim. Bagi muslim Tionghoa, PITI sebagai wadah silaturahmi,
untuk saling memperkuat semangat dalam menjalankan agama Islam di
lingkungan keluarganya yang masih non muslim. Bagi etnis Tionghoa non
muslim, PITI menjadi jembatan antara mereka dengan umat Islam.
4. Menjadikan ummat yang berazaskan Islam.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan dakwah dengan strategi yang telah
disusun oleh PITI adalah mengajak anggota yang mayoritas muallaf ke jalan
Allah SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan
untuk mempengaruhi cara berpikir anggota, cara merasa, cara bersikap dan
bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dan berazaskan
50 Wawancara Pribadi Bapak Syarif S Tanudjaja, SH, 27 Mai 2008, DPP PITI
Islam. 51
Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok, baik
organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan
berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan usaha-usaha yang
mengerahkan pada penyampain tujuan disebut strategi.
Strategi dakwah yang menjadi sasaran PITI pada dasarnya adalah bagi
kaum muslim etnis Tionghoa baik yang sudah beragama Islam maupun yang mau
memeluk agama Islam. Karena menurut Bapak Syarif S. Tanudjaja yang lebih
efektif dalam menyampaikan syi’ar Islam kepada Muslim Tionghoa adalah
Tokoh-tokoh agama yang ada di kalangan orang muslim Tionghoa.52
H. Pengaruh strategi dakwah PITI
Setiap kegiatan dakwah atau strategi yang kita lakukan di PITI untuk
menyampaikan syiar Islam dan pengetahuan ajaran agama, tentu berpengaruh
kepada anggota, di situ bisa kita lihat bagaimana tingkat pengetahuan anggota
terhadap ajaran Islam dan bagaimana pengamalannya dalam kehidupan sehari-
hari, karena yang menyampaikan dakwah itu sendiri adalah dari kalangan muslim
Tionghoa, jadi sasaran dan tujuannya lebih efektif dan terarah. Disisi lain kita juga
tidak bisa mengatakan strategi yang dilakukan itu sudah maksimal, tetapi paling
tidak sudah menyentuh sebagian apa yang menjadi pokok dan dasar dalam ajaran
Islam, dan aonggotapun sudah bisa memahaminya.
51
Wawancara Pribadi Bapak Syarif S Tanudjaja, SH, 27 Mai 2008, DPP PITI
52
Wawancara Pribadi Bapak Syarif S. Tanudjaja, SH, 27 Mai 2008, Sekretariat DPP PITI
Ketika kegiatan dakwah yang dilakukan oleh PITI dengan berbagai
strategi dakwah yang dilakukan tentu mempunyai pengaruh yang positif
terhadap anggota dalam memahami ajaran Islam.53
Dari urain diatas penulis mengambil beberapa hal dari pengaruh strategi
yang dilakukan PITI dalam melakukan kegiatan dakwah, diantaranya:
1. Anggota PITI bisa mengetahui tentang Islam yang sebenarnya.
2. PITI sebagai tempat bagi anggota untuk belajar dalam memahami
ajaran Islam.
3. Anggota lebih konsekwen dalam menjalankan agama Islam.
4. Meningkatkan keyakinan aqidah, kualitas ibadah dan hal-hal yang
menjadi anjuran agama Islam.
I. Perumusan strategi dakwah PITI
Perumusan strategi dakwah yang dilakukan oleh PITI adalah membuat
suatu konsep dan langkah-langkah awal dalam merumuskan strategi yang
dilakukan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah.
Cara dan teknik perumusan strategi yang dilakukan PITI dengan memakai
rumus analisis SWOT.
53 Wawancara Pribadi Bapak Syarif S. Tanudjaja, SH, 27 Mai 2008, Sekretariar DPP PITI
1. Strenght (kekuatan)
PITI merupakan organisasi dakwah atau tempat berhimpun bagi etnis
muslim Tionghoa. PITI juga dengan kekuatan yang dimiliki berusaha keras untuk
menjadikan anggota sebagai ummat yang benar-benar menjalankan ajaran Islam.
Secara praktis kemungkinan tersebut didukung oleh beberapa faktor :
a. letak geografis PITI yang berada di Negara yang mayoritas beragama
Islam, jadi untuk mengembangkan ajaran Islam kepada anggota akan lebih
mudah dan anggotapun senang untuk mengamalkannya.
b. PITI mempunyai kantor atau tempat melakukan rutinitas keagamaan baik
di pusat maupun diberbagi daerah yang ada di Indonesia. Ini menjadi salah
satu kekuatan bagi PITI untuk melakukan kegiatan dakwah.
c. komunikasi dan kekeluargaan yang baik sesama etnis Tionghoa, dan
begitu juga dengan masyarakat dan pemerintah, sehingga banyak
kemudahan yang diperoleh dalam menjalankan kegiatan.
d. loyalitas dan komitmen pengurus dan anggota untuk menjaga dan
membangun PITI, bagaimanapun dan dimanapun PITI akan tetap ada
ditengah-tengah etnis muslim TIonghoa
2. Weakness (kelamahan).
Walaupun PITI memiliki aspek kekuatan yang besar, PITI juga memiliki
kelemahan-kelemahan didalam melakukan berbagai kegiatan keagamaan,
diantaranya:
a. kurangnya proses kordinasi, imformasi dan komunikasi yang dilakukan
oleh pengurus baik di DPP maupun di daerah, sehingga anggota kurang
aktif dalam mengikuti kegiatan dakwah.
b. Kurangnya ketegasan dari semua unsur terutama bagi pengurus, sehingga
manajemen organisasi mengalami kelemahan dalam memberikan solusi.
Namun demikian hal ini dapat diperbaharui sehingga dikemudian hari
PITI menjadi lebih akomodatif dalam menampung segala aspirasi anggota.
3. Oportunity (peluang)
PITI merupakan organisasi besar yang bergerak dalam bidang dakwah,
tentu banyak peluang-peluang yang menjadikan PITI sebagai wadah
mengembangkan syi’ar Islam, diantara peluang itu adalah:
a. Memiliki Sumber daya manusia yang intelek.
b. Mempunyai kantor baik di pusat maupun di daerah
c. Memiliki hubungan baik dengan pemerintah dan masyarakat
sekitanrnya.
4. Threatmen (ancaman)
PITI yang telah hampir setengah abad berdiri tentunya sudah banyak
pengalaman, namun demikian seiring terus berkembangnya zaman PITI harus
lebih siap lagi dengan menyiapkan diri untuk menghadapi persoalan yang dialami
anggota. Persolan-persoalan yang mendasar yang harus dilaksanakan PITI antara
lain :
a. Menyiapkan Sumber Daya manusia PITI yang sesuai dengan kebutuhan
anggota.
b. kemampuan menempatkan PITI sebagai organisasi dakwah dalam rangka
membina anggota.
c. menjaga nama baik organisasi yang telah tinggi supaya tidak terjadi
kepakuman dan kemunduran.54
pengurus PITI mempelajari serta menganalisa tentang faktor-faktor
eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi, setelah itu PITI
merumuskan strategi dengan pemikiran-pemikiran dan langkah-langkah dalam
menentukan strategi dakwah yang akan diaktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan
dakwah.
Adapun pokok-pokok pikiran dan langkah-langkah dalam merumuskan
strategi dakwah PITI adalah:
a. Pengenalan sasaran dakwah.
Dalam hal ini PITI melakukan pendekatan sosiologis untuk mengetahui
sistem sosial yang ada di dalam komunitas muslim Tionghoa, sehingga dakwah
yang disampaikan benar-benar menyentuh dan sesuai dengan kondisi mad’unya.
b. Mengetahui situasi dan kondisi.
PITI melihat pada situasi dan kondisi, untuk mengetahui situasi dan
kondisi ini sangat penting bagi merumuskan strategi. Situasi ini meliputi factor-
faktor yang mendukung dan menghambat dari semua unsur-unsur dakwah.
c. Pengkajian tujuan.
54 Wawancara Pribadi Bapak Syarif S. Tanudjaja, SH, 27 Mai 2008, Sekretariar DPP PITI
Dakwah islamiah adalah serangkain kegiatan yang mempunyai tujuan-
tujuan tertentu. Sedangakan tujuan dari strategi dakwah PITI adalah untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada anggota.
J. Implementasi strategi dakwah PITI
PITI bukan sebuah organisasi yang hanya sebuah tempat komunitas etnis
Tinghoa tanpa ada tujuan dan sasaran, tetapi PITI adalah orgaisasi dakwah yang
memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Jadi cara PITI dalam
mengimplementasikan strategi dakwah yang sudah disusun dalam bentuk
program-program dakwah adalah membuat berbagai agenda keagamaan yang
dibutuhkan oleh setiap anggota, Baik itu dalam bentuk acara yang sudah di
tetapkan oleh PITI maupun kegiatan dakwah yang sipatnya komunitas kecil,
Seperti dikalangan keluarga, kerabat dan lain-lain.
Yang pertama menyampaikan, dan mengajarkan masalah aqidah. Tetapi
tidak terlalu mendalam, karena itu adalah pondasi atau dasar agama untuk
meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar. setelah itu baru kita ajarkan
masalah syariah atau ibadah dan materi-materi lain yang menyangkut dengan
ajaran Islam yang harus dilaksanakan.
Menurut Bapak Syarif S. Tanudjaja, Untuk sekarang kita lebih
memfokuskan dalam menyampaikan materi dakwah kepada anggota adalah
orang muslim Tionghoa sendiri di antaranya adalah : Ust. Fefen Efendi, Solihin
Syani, Mahmud Yunus, syarif Hidayatullah, Thoib dan lain-lain. Di samping itu
kita juga melibatkan pembicara-pembicara selain muslim Tionghoa
Sebelum kegiatan dakwah yang kita lakukan, yang paling utama adalah
membuat syi’ar dalam bentuk imformasi, baik dari media massa maupun
elektronik, bahwa ada sebuah komunitas etnis Tiongho yang beragama Islam.
Setelah itu baru dilakukan bentuk pembinaan bagi muslim Tionghoa yang sudah
tergabung didalam komunitas PITI. Di sinilah pengurus menyampaikan dakwah
kepada mereka tentang ajaran Islam.55
K. Respon anggota terhadap strategi dakwah PITI.
Berikut ini pertanyaan yang diajukan penulis dalam bentuk angket
terhadap responden PITI mengenai strategi dakwah yang dilakukan PITI.
Angket bersifat tertutup dan dibagikan kepada anggota PITI yang tersebar
di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Jumlah responden sebanyak 20 orang.
Berikut penulis rangkum hasilnya dalam bentuk tabel.
TABEL I
Pengertian strategi dakwah menurut responden
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Cara untuk mencapai tujuan dakwah
b. Metode dalam kegiatan dakwah
c. Cara berdakwah
d. Aktivitas dakwah
14
6
0
0
70
30
0
0
Total 20 100
55 Wawancara Pribadi Bapak Syarif S Tanudjaja, SH, 21 mai 2008, DPP PITI
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa mayoritas responden mengatakan
bahwa pengertian strategi dakwah adalah cara untuk mencapai tujuan dakwah
dengan jumlah presentase 70 %. Di dalam menyampaikan syi’ar Islam
dikalangan umat muslim khususnya bagi muslim Tionghoa yang ada di
Indonesia, tentu perlu ada strategi dakwah yang jelas, terarah dan terencana.
Karena untuk mencapai tujuan dakwah harus ada sebuah cara, taktik untuk
menyampaikan dakwah kepada umat.
TABEL II
Menurut responden tentang strategi dakwah PITI
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Bagus sekali
b. Bagus
c. kurang bagus
d. tidak bagus
2
12
6
0
10
60
30
0
Total 20 100
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa, strategi dakwah yang di lakukan oleh
PITI dalam melaksanakan kegiatan dakwah sudah bagus dan sudah menyentuh
sasaran mad’u dengan jumlah presentase 60 %. Sedangkan jawaban A yang
mengatakan bahwa strategi dakwah PITI bagus sekali pilihan jawaban responden
yang dipresentasekan 10%. Jawaban C yaitu kuarang bagus dengan jumlah
presentase 30 %. Sedangkan jawaban D yana mengatakan tidak bagus dengan
jumlah presentase 0 %.
Menurut salah seorang anggota PITI mengatakan bahwa PITI mempunyai
daya tarik bagi anggota untuk memperdalam Ilmu pengetahuan agama, karena
pengurus sangat memperhatikan dan memberikan pembinaan bagi anngota dalam
meningkatkan pengetahuan agama. Baik itu dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal dan
dakwah bil-qalam, kesemua itu merupakan strategi dakwah PITI.
Sesuai dengan jawaban responden diatas bisa dikatakan bahwa strategi
yang dilakukan oleh PITI dalam menjalankan dakwah Islam kepada anggotnya
sudah berjalan dengan baik, karena anggota sudah merasa memiliki pengetahuan
tentang ajaran-ajaran Islam yang menjadi suatu kewajiban dalam beragama.
Walaupun ada yang harus ditingkatkan dan di evaluasi tentang apa yang menjadi
kekurangan di dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah, terutam masalah
waktu, pembicara, tempat pelaksanaan dan sistem kordinasi yang maksimal dari
pengurus.
TABEL III
Seharusnya strategi dakwah piti bagi responden
NO N Frekuensi Persentase
1 a. Diberi pengenalan dan di praktekkan dalam bentuk
20 100
2
3
4
pembinaan
b. Diberikan pengetahuan
c. Diberikan pembinaan
d. Di biarkan saja
0
0
0
0
0
0
Total 20 100
Dari tabel di atas, seluruh resfonden PITI menegaskan bahwa strategi
dakwah PITI dalam meningkatkan Ibadah anggota adalah memberikan
pengetahuan tentang ajaran Islam sebagai modal awal dan diimplementasikan
dalam bentuk pembinaan yang dilakukan oleh PITI dengan jumlah presentase
100%, sedangkan jawaban B dengan presentase 0 %. Artinya PITI harus mampu
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh anggota yang masih minim dengan
pengetahuan agamaIslam, bukan dengan memberikan sebatas pengetehuan tampa
ada suatu pembinaan yang masih dibutuhkan oleh anggota PITI.
TABEL IV
Tingkat kehadiran responden dalam mengikuti kegiatan dakwah PITI
NO N Frekuensi Persentase
1 Selalu 4 20
2
3
4
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
10
6
0
50
30
0
Total 20 100
Menurut ketua bidang dakwah dan pendidikan bapak Syarif S, Tanudjaja,
SH, mengatakan bahwa kegiatan dakwah yang sipatnya dakwah Bil-Lisan tidak
berjalan dengan semestinya, karena kurangnya kordinasi antara pengurus dalam
menetapkan kegiatan-kegiatan dakwah. Begitu juga dakwah yang sipatnya
melalui media seperti bulletin dan melalui web site yang diterbitkan DPP PITI
kurang berjalan.
Dilihat dari tabel di atas mayoritas resfonden mengatakan bahwa tingkat
kehadiran dalam mengikuti kegiatan dakwah kadang hadir dan kadang tidak
dengan jumlah presentase 50 % baik itu melalui pengajian, diskusi yang sudah
diagendakan oleh pengurus PITI, jawaban A yang mengatakan selalu mengikuti
dengan jumlah presentase 20 %, jawan C dengan tingkat kehadirannya jarang
dengan presentase 30 %. Dari jawaban diatas, PITI harus lebih membuat suatu
kegiatan yang sipatnya rutinitas dan terkordinir, mulai dari kehadiran anggota,
pengurus, begitu juga pembicara-pembicara.
TABEL V
Mamfaat bagi responden dalam mengikuti kegiatan dakwah PITI
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Menambah pengetahuan agama dan tempat silaturrahmi sesama anggota
b. Kurang silaturrahmi
c. Biasa-biasa saja
d. Tidak tahu
16
2
2
0
80
10
10
0
Total 20 100
Dari tabel di atas bisa kita lihat, mayoritas resfonden merasakan beberapa
manfaat dalam mengikuti kegiatan dakwah yang ada di PITI yaitu menambah
pengetahuan agama dan juga sebagai tempat silaturrahmi bagi etnis Tionghoa
dengan jumlah presentase 80 %, jawaban B yang mengatakan kurang dengan
presentase 10 %, sedangkan jawaban C yaitu tidak ada dengan presentase 10 %.
PITI sebagai organisasi dakwah tentu berfungsi sebagai organisasi yang
bisa memberikan yang terbaik kepada anggota, terutama dalam meningkatkan
pegetahuan agama atau ajaran Islam yabg sudah menjadi kewajiban bagi
pemeluknya. Di samping itu juga memberikan nuansa silaturrahmi bagi kalangan
muslim Tionghoa yang ada di Indonesia.
TABEL VI
Materi dakwah yang di sampai PITI menurut responden
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Ada
b. Kadang-kadang
c. Tidak ada
d. Ragu-ragu
16
4
0
0
80
20
0
0
Total 20 100
Dari tabel di atas setiap anggota yang pernah mengikuti kegiatan dakwah
di PITI mengatakan bahwa materi yang disampaikan oleh PITI kepada anggota
tentu ada yang membahas masalah ibadah dengan presentase 80 %, jawaban B
yaitu kadang-kadang dengan presentase 20 %, sedangkan jawaban C dan D yaitu
tidak ada dan ragu-ragu dengan presentase 0 %.
Menurut ketua bidang dakwah dan pendidikan bapak Syarif S, Tanudjaja,
SH bahwa yang paling utama dilakukan PITI terhadap anggota adalah
menanamkan dasar-dasar aqidah mengenai kepercayaan, setelah itu baru
mengenai hal yang berkaitan dengan ibadah. Baik itu masalah kewajiban shalat,
puasa , zakat, haji dan hal-hal yang menjadi kewajiban bagi pemeluk agama
Islam.
TABEL VII
Menurut responden tentang pengurus PITI dalam hal membantu masalah ibadah
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Ya
b. Sering
c. Kadang-kadang
d.Tidak pernah
16
4
0
0
80
20
0
0
Total 20 100
Dari tabel di atas mayoritas responden mengatakan bahwah pengurus
selalu membantu dan memberikan pemahaman yang jelas kepada anggota ketika
anggota kurang pengetahui mengenai masalah ibadah dengan presentase 80 %,
sedangkan jawaban B yang mengatakan kadang-kadang dengan jumlah
presentase 20 %, sedangkan jawaban C dan D dengan jumlah presentase 0%.
PITI merupakan tempat bertanya dan menyampaikan keluhan-keluhan yang
kurang dan tidak memahami tentang tata cara beribadah. PITI selalu melayani
setiap anggota yang kurang memahami persoalan ibadah.
TABEL VIII
Menurut responden tentang materi yang disampaikan PITI
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Senang
b. Cukup senang
c. Kurang senang
d. Tidak senang
12
6
2
0
60
30
10
0
Total 20 100
Menurut salah seorang dari anggota PITI yang selalu mengikuti kegiatan
dakwah yang dilakukan oleh PITI, merasa senang sekali setiap materi-materi
yang disampaikan. Dari tabel diatas mayoritas responden mangatakan senang
sekali dengan materi yang disampaikan dengan jumlah presentase 60 %, jawaban
B dengan jumlah presentase 30 %, sedangkan jawaban C dengan jumlah
presentase 10 % dan jawaban D dengan presentase 0 %. Jadi PITI sudah bisa
mensuguhkan materi dengan cara dan taknik yang bagus dalam melakukan
kegiatan dakwah, karena tingkat pengetahuan anggota akan bertambah dalam
memahami Islam dan ajarannya. Jadi banyak responden yang mengatakan senang
terhadap materi yang di suguhkan oleh pembicara-pembicara yang mayoritas dari
kalangan muslim TIonghoa.
TABEL IX
Perasaan responden tentang adanya kegiatan dakwah dilingkungan PITI
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Senang sekali
b. Senang
c. Kurang senang
d. Tidak senang
5
15
0
0
25
75
0
0
Total 20 100
Dari tabel di atas responden memilih senang dengan keberadaan PITI di
tengah-tengah mereka dengan jumlah presentase 75 %, sedangkan jawaban A
yang mengatakan senang sekali dengan jumlah presentase 25 %, sedangakan kan
jawaban C dan D kurang senang atau tidak senang adanya kegiatan dakwah
dengan jumlah presentase 0 %. karena Muslim Tionghoa yang mayoritas muallaf
akan sangat membutuhkan suatu pembinaan yang kongkrit untuk memperdalam
keimanan dan keyakinan memeluk agama Islam. Oleh karena itu PITI sebagai
Organisasi Islam bagi kalangan muslim Tionghoa lebih bertanggung jawab
umtuk memandu dan membantu bagi anggota yang membutuhkan dalam ajaran
Islam.
TABEL X
Pengaruh terhadap ibadah responden setelah mengikuti kegiatan dakwah PITI
NO N Frekuensi Persentase
1
2
3
4
a. Baik sekali
b. Baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
4
16
0
0
20
80
0
0
Total 20 100
Dari tabel di atas mayoritas responden mengatakan bahwa pengaruh dari
kegiatan dakwah yang dilakukan oleh PITI baik terhadap ibadahnya dengan
presentase 80 %, jawaban A yang mengatakan baik sekali dengan jumlah
presentase 20 %, sedangkan jawaban D dan C dengan jumlah presentase 0 %.
Dari tabel diatas bisa dikatakan bahwa pengaruh dakwah yang dilakukan PITI
sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan bagi anggota, terutama dalam
meningkatkan ibadah anggota. PITI menyadari masih banyak yang harus di
tingkatkan untuk megadakan kegiatan-kegiatan yang sipatnya dakwah kepada
semua anggota.
L. Evaluasi strategi dakwah PITI
Setiap organisasi tentu menginginkan hasil yang baik, sempurna dan
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh sebuah organisasi. PITI merupakan
organisasi yang beroreantasi kepada dakwah, dengan arti memberikan pelayanan
dan pembinaan kepada anggota tentang ajaran-ajaran agama serta memberikan
sebuah pengetahuan yang mendalam kepada anggota, baik itu masalah aqidah,
ibadah, maupun hal-hal yang sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam. Dalam
melaksanakan poroseses-proses strategi dalam kegiatan dakwah yang dilakukan
tentu berbagai kendala dan hambatan, sehingga apa yang sudah menjadi tolak
ukur tidak berjalan dengan maksimal.
Dalam hal inilah PITI mengadakan sebuah evaluasi tentang strategi
dakwah diantaranya:
1. Dari sisi sumber Daya Manusia (SDM)
Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan
faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi dakwah PITI. Adapun perubahan faktor eksternal seperti
tindakan yang harus dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan
dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal diantaranya srategi
yang titak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk
pula pada hasil yang akan dicapai.
Di sini bisa dilihat, apakah strategi dakwah yang dilakukan PITI sudah
tepat sasaran dan tujuannya. Di antaranya evaluasi tentang materi dakwah yang
akan disampaikan, prioritas-prioritas mana yang dilakukan terlebih dahulu,
tentang pengaturan kegiatan-kegiatan dakwah yang mempunyai agenda yang
teratur, supaya lebih mempermudah bagi anggota untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan tersebut. Di samping itu juga anggota harus digandeng oleh orang
muslim Tionghoa sendiri.
2. Rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan
Tugas yang paling penting bagi pengurus PITI adalah bagaimana
mengkordinasikan pelaksanaan dakwah itu, apa yang harus dikerjakan setelah
dakwah itu berjalan. Di sinilah pentingnya kordinasi untuk mengadakan evaluasi,
sejauh mana hasil strategi dakwah PITI yang telah dicapai. Evaluasi ini penting
untuk sesuai dengan perubahan muslim Tionghoa dalam kurun waktu tertentu
harus selalu ada peningkatan dalam menjalankan agama Islam. sebelum hal itu
dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan target hasil dari setiap paket dakwah
yang kita jalankan sehinga memudahkan membuat grafik perkembangan dakwah.
karena dakwah adalah suatu proses yang menuntut suatu perubahan dan
perkembangan.56
3. Memperbaiki mekanisme kerja
Dalam mengambil kebijakan untuk mengubah suatu strategi tidak harus
strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus
dirumuskan. PITI melihat yang menjadi pendorong dan hambatan dalam
mengimplementasikan strategi dakwah yang sudah ada, setelah itu baru diukur
apakah strategi yang sudah ada sudah mencapai sasaran dan tujuan PITI.
56 Wawancara Pribadi Bapak Syarif S Tanudjaja, SH, 21 mai 2008, DPP PITI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari urain bab-bab yang telah penulis jelaskan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti dapat disimpulkan
bahwa PITI memiliki strategi yang efektif, terarah dan terencana dalam
melakukan kegiatan dakwah didalam mengembangkan muslim
Tionghoa menjadi muslim yang benar-benar tahu dan memahami
ajaran agama Islam. Walaupu masih banyak yang harus dibina dalam
meningkatkan strategi dakwah yang lebih baik dan sesuai dengan apa
yang sudah di rencanakan oleh tokoh-tokoh PITI, namun pada
dasarnya PITI sudah berhasil menghimpun keturunan etnis Tionghoa
yang beraagama Islam dan mampu memberikan suatu pembinaan
kepada anggota tentang Islam.
2. Respon anggota sangat bagus setelah mengikuti berbagai kegiatan
dakwah, apakah itu dalam bentuk pengajian, diskusi yang sudah di
jadwalkan, maupun dari dakwah dalam bentuk dakwah bil-qalam dan
dakwah bil-hal seperti bulletin, jurnal dan adanya sebuah komunitas
kecil seperti Muslim Tionghoa keluarga. Di samping itu harus di akui
juga, bahwa apa yang di butuhkan anggota kadang-kadang tidak
terpenuhi, ini lah yang menjadi catatan dan tugas yang harus di
perbaiki oleh PITI terutama bagi pengurus dalam mengatur kembali
strategi dakwah dalam mencapai tujuan dari dakwah tersebut.
3. Strategi yang diterapkan oleh PITI sangat berpengaruh terhadap
anggota. Karena anggota yang sudah tergabung dalam wadah PITI dan
ikut dalam kegiatan dakwah yang dilakukan oleh PITI memiliki nilai
positif dalam meningkatkan pengetahuan agama, terutama tentang
bagaimana cara beribadah yang sudah diajarkan oleh Islam.
B. Saran-Saran
Saran-saran yang penulis kemukakan buat PITI
1. Buat masa depan, yang penting PITI wajib mengantisipasi tantangan
agar supaya menjadi satu organisasi yang disukai, disenangi bahkan
dicintai oleh keturunan muslim Tionghoa. Semoga PITI juga dapat
menjadi jembatan emas dan mengantarkan keturunan Tionghoa
manjadi salah satu faktor yang dapat mempersatukan semua komponen
bangsa yang ada menjadi satu tubuh bangsa. Untuk keperluan tersebut
maka perlu dipertimbangkan dan diputuskan langkah-langkah yang
harus diambil agar peran strategi tersebut dapat diemban oleh PITI dari
masa kemasa.
2. Kordinasi, komunikasi dan informasi adalah suatu komponen yang
tidak bisa ditinggalkan dalam menjalankan sebuah organisasi, terutama
menjalankan kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi pokok dan tujuan
PITI. Disini penulis sarankan PITI harus lebih aktif dan intensif dalam
menjalankan tiga hal tadi dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
dakwah dalam meningkatkan ibadah anggota.
3. Harus ada suatu evaluasi kongkrit yang dilakukan oleh PITI. Karena
sutau kegiatan dakwah tidak akan ada perkembangan yang lebih baik,
kalau tidak ada evaluasi untuk meningkatkan efektivitas aktivitas
dakwah.
DAPTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Isa As-Salim, Manajemen Rusulullah Dalam Berdakwah. (Jakarta,
Pustaka Azzam, 2001). Cet ke-I.
Abdul Aziz, Jum’ah Amin. Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam. (Solo: Era
Intermedia, 2000). Cet ke-3.
Abdul Khaliq, Abdurrahman. Strategi dakwah Syar’iyah. (Solo : CV. Pustaka
Mantiq, 1996). Cet ke-I.
Abdul Khaliq, Abdurrahman. Metode dan Strategi Dakwah Islam. (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1996).
Abdul. Somad, Muhammad Idris M.A. Ilmu Dakwah (Jakarta: T.pn, 2005).
Al-Wakil, Muhammad Sayyid. Prinsip dan Kode Etik Dakwah.(Jakarta: Akademika Pressindo, 2002). Cet ke-1.
A.M Kadarman, et al. Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta: PT. Prenhallindo,
1999).
Amsyari, Fuad. Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia. (Bandung: Mizan,
1990). Cet ke-1.
Arikunto, Suharsimi. prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2001). edisi revisi II.
Asmuni Syukir. Dasar-dasar Stratgi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.)
David, Fred R. manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002).
Hari Purnomo, Setiawan dan Mansyah, Zulkiefli. Manajemen Strategi Sebuah
Konsep Pengantar ( Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI,
1999 ).
Harjani, Hepni Lc dan Drs. H. Munzier, Suparta MA. Metode Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2003). Cet ke- I.
H.M. Syarif Tanudjaja, SH. Sekilas Tentang PITI. Jakarta. DPP PITI,20 Mai 2005
Internet, WWW. DPP PITI @ Yahoo. Com
J. Moleong, Lexy M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997). Cet ke-10.
Nawawi, Hadari. Manajemen Stategi Organisasi Non ProfitBidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidkan. (Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press, 2000 ). Cet ke-1.
Pengurus DPP PITI, Warta PITI (Jakarta: T.pn, 2004), edisi 8 April 2004.
Pengurus DPP PITI, pembina ( Jakarta: T.pn, 1993), Edisi 1.
Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Abdul Djaliel, Maman. Prinsip dan Strategi Dakwah.
( Bandung: CV Pustaka Setia, 2001). Cet ke- II.
Shihab, M. Quraish, Tapsir Al-misbah, (Tangerang : Lentera Hati, 2005),
Cet ke- 4.
Singarimbundan, Masri. Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 1995). Cet ke-1.
S.P. Siagian, manajemen Moder. (Jakarta: Masagung, 1994). Cet ke-2.
Sri Budi, Cantika dan Amirullah. manajemen Strategi. (Yogyakarta: Graha Ilmu.
2000). Cet ke-1.
Struktur kepengurusan PITI Periode 2005-2010.
Sujono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada , 1996), Cet ke-7
Surakhman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1980). Cet
ke-7.
Syamsudin, Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. (Jakarta:
Logos, 2000). Cet ke-1.
Usman, Syarif Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam.
(Jakarta: Firma Jakarta, 1998).
Wahib Al-Qahthani, bin sa’id bin Ali wahif Al-qahthani, dakwah Islam Dakwah
bijak. (Jakarta: Gema Insani Press, 1994). Cet ke 1.
Wawancara Pribadi Bapak Syarif S, Tanudjaja, SH,7 Mai 2008, Sekretariat DPP PITI