strategi pemasaran bank muamalat indonesia pada...
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMASARAN BANK MUAMALAT INDONESIA
PADA KELEMBAGAAN PONDOK PESANTREN DI
WILAYAH JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Deba Hibatullah Sidiq
NIM: 1113053000073
Di Bawah Bimbingan:
Muammar Aditya, S.E, M.Ak
NIP. 19811009 201101 1 003
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1438 H
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulisan skripsi yang berjudul
“STRATEGI PEMASARAN BANK MUAMALAT INDONESIA PADA
KELEMBAGAAN PONDOK PESANTREN DI WILAYAH JAKARTA
SELATAN”, dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini menyatakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Jakarta, 12 September 2017
Deba Hibatullah Sidiq
NIM. 1113053000073
i
ABSTRAK
Deba Hibatullah Sidiq, 1113053000073, Strategi Pemasaran Bank Muamalat
Indonesia Pada Kelembagan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan,
Dosen Pembimbing Muammar Aditya, S.E, M.Ak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pemecahan masalah
dalam strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia pada kelembagaan Pondok
Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. Dengan perumusan masalah: (1) Bagaimana
penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia pada kelembagaan
Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. (2) Kendala-kendala apa saja yang
dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia dalam melaksanakan strategi
pemasarannya pada kelembagan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan. (3)
Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam
menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi pemasarannya pada
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif dengan pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara,
dokumentasi, dan studi pustaka kepada Muamalat Institute dalam rangka
mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Muamalat
Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode dan prosedur penerapan
strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan khususnya Pondok
Pesantren Darunnajah, terangkum dalam marketing mix yang meliputi: melakukan
pendekatan human customer centric sebagai strategi dalam mengembangkan
produk dan layanan maupun pemasarannya, penetapan nisbah bagi hasil yang
saling menguntungkan yang telah ditentukan oleh kantor pusat, proses distribusi
melalui sosialisasi terhadap semua Pondok Pesantren, melakukan promosi yang
berawal dengan memberikan pembiayaan, proses awal dalam menerapkan strategi
pemasarannya dengan memiliki database yang berasal dari guru-guru Pondok
Pesantren tersebut, selalu berupaya untuk memenuhi kesejahteraan karyawannya,
keadaan fisik berupa kantor yang bersih, lay out yang bagus, dan memliki warna
yang khas pada pakaian yang digunakan para stafnya.
Adanya kendala dalam penerapan strategi pemasarannya disebabkan masih
banyaknya yang mempertanyakan kesyariahan Bank Mumalat, tidak sedikit yang
masih mempertanyakan kemudahan dalam bertransaksinya, dan para orang
tua/wali santri yang berada di berbagai penjuru Indonesia. Sedangkan upaya-
upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan strategi
pemasarannya dengan Bank Muamalat meningkatkan lagi kemampuan sistemnya,
membuat banyak jaringan lagi, dan dengan dana-dana dari pihak pesantren yang
terkumpul dalam satu wadah yaitu di Bank Muamalat.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan
kita, Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, juga
para umatnya hingga akhir zaman. Aamiiin.
Alhamdulillahirabbil’aalamiiin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada
Kelembagaan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”, dengan baik yang
disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukan semata-mata dari pribadi penulis,
namun berkat pertolongan Allah SWT, dan bantuan dari semua pihak yang turut
andil dalam memberikan do‟a, moril maupun materil, serta keikhlasan dalam
membimbing penulis. Oleh karena itu hanya ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik. Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi. Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
iii
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, dan Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
3. Muammar Aditya, S.E, M.Ak., selaku Dosen Pembimbing dalam
penyusunan skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi,
membimbing, serta mengarahkan penulis guna mendapatkan skripsi yang
lebih baik.
4. Drs. Sugiharto, MA., selaku Dosen Penasihat Akademik, serta segenap
dosen yang telah membimbing dengan memberikan ilmunya kepada
penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Manajemen Dakwah,
Kosentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Idan Maulana Sidiq, S.E., dan Ibunda Hj.
Lia Julia Nuryatilfalah, S.Kom.I., yang selalu memberikan cinta tulus yang
tiada batas, doa yang tak kunjung usai di setiap pagi siang sore dan
malamnya, dukungan, semangat, arahan, serta selalu percaya kepada
penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Semoga selalu
Allah lindungi dalam setiap nafas dan langkahnya. Aamiiin.
6. Staf perpustakaan umum dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan
referensi berupa kepustakaan dan memberikan fasilitasnya.
7. Staf Bank Muamalat Indonesia, khususnya kepada Muamalat Institute
dengan Rizky Yusuf, S.E., selaku Research and Development Team
iv
Leader. Annu‟man Cupriadi selaku Human Capital Devision, Ummu Hani,
Bambang Setiawan selaku Branch Manager Bank Muamalat Kantor
Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, yang sudah memberikan izin,
dukungan, bantuan, arahan, dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik satu-satunya Hilal Dhiya‟ Ulhaq, saudara-saudara Asep Endih
Nurhidayat M.T., Dininur Alfiah Gossen, S.E, B.A., Vika Khoerunnisa
Safitri, Muchammad Khoerul Fikry S.T., Dyah Rizky Muthiarani, Ayu
Novianti Sutrisno, serta Keluarga Besar H. Mumu Nasrudin yang selalu
menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Semoga selalu
dalam lindungan Allah SWT. Aamiiin.
9. Sahabat-sahabat, Syeli S, Nur Syamsiyah, Nurul Andani, Cut Helena,
Tascya Lexnarita, Rumaisha Fethriani Shabrina, Siti Sarah Deviani Putri,
Qibti Aliyah, yang memberikan semangat, motivasi dan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah selalu menjaga tali
persahabatan ini. Aamiiin. Allah selalu bersama kalian.
10. Teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah, khususnya semua teman-
teman di Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI),
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga tali
silaturahmi tetap terjaga. Aamiiin.
11. Teman-teman KKN KELOMPOK 108 Andi Adnan Kumala, Jody
Marcello, Ranie Savitri, dan yg lainnya atas kebersamaan selama KKN
v
berlangsung, juga memberi motivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.
Semoga kalian sukses di masa mendatang. Aamiiin.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai manusia biasa
mungkin mempunyai kekurangan atau kelemahan. Begitupun penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini masih banyak yang harus diperbaiki dan diperbaharui.
Oleh karenanya saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan
untuk kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, semoga
apa yang ditulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Jakarta, 12 September 2017
Deba Hibatullah Sidiq
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8
E. Metodologi Penelitian ............................................................................................. 9
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 16
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 18
BAB II .................................................................................................................. 20
PEMBAHASAN LANDASAN TEORITIS ....................................................... 20
A. Strategi Pemasaran ................................................................................................ 20
B. Bank Syariah ......................................................................................................... 28
C. Pondok Pesantren .................................................................................................. 46
BAB III ................................................................................................................. 49
GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA ........................... 49
A. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia ..................................................... 49
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia .............................................................. 55
C. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia .................................................... 56
D. Produk dan Kegiatan Bank Muamalat Indonesia .................................................. 59
E. Legalitas Bank Muamalat Indonesia ..................................................................... 72
F. Keunggulan Bank Muamalat Indonesia ................................................................ 79
BAB IV ................................................................................................................. 81
TEMUAN DAN ANALISIS DATA ................................................................... 81
vii
A. Penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah
Jakarta Selatan .............................................................................................................. 81
B. Kendala-kendala strategi pemasaran Bank Muamalat pada kelembagan Pondok
Pesantren di wilayah Jakarta Selatan ............................................................................ 93
C. Upaya-upaya Bank Muamalat dalam menghadapi kendala pelaksanaan strategi
pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan ......... 95
BAB V ................................................................................................................... 97
PENUTUP ............................................................................................................ 97
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 97
B. Saran ..................................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN ....................................................................................................... 102
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1: Daftar Pondok Pesantren di Jakarta Selatan ......................................... 2
Tabel 2. 1: Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil ............................................ 30
Tabel 2. 2: Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah ................... 35
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1: Skema Akad Murabahah ................................................................. 41
Gambar 2. 2: Skema Musyarakah ......................................................................... 42
Gambar 2. 3: Skema Wakalah ............................................................................... 43
Gambar 2. 4: Skema Hawalah ............................................................................... 44
Gambar 2. 5: Skema Kafalah ................................................................................ 44
Gambar 2. 6: Skema Rahn .................................................................................... 45
Gambar 3. 1: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah52
Gambar 3. 2: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah52
Gambar 3. 3: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah53
Gambar 3. 4: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah53
Gambar 3. 5: Benchmark Tabungan Reguler ........................................................ 61
Gambar 3. 6: Benchmark Tabungan Haji ............................................................. 62
Gambar 3. 7: Benchmark Tabungan Rencana....................................................... 63
Gambar 3. 8: Deposito Mudharabah ..................................................................... 64
Gambar 3. 9: Prinsip Syariah ................................................................................ 74
Gambar 3. 10: Alur Operasional Bank Syariah .................................................... 75
Gambar 3. 11: Konsep dan Sistem Perbankan Syariah ......................................... 77
Gambar 4. 1: SIMBOL IDEAL ............................................................................. 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari dinamika peran kaum
santri, baik sejak masa perjuangan meraih kemerdekaan RI maupun sampai
dengan masa kemerdekaan. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren memiliki
ciri khas tersendiri, karena memadukan aspek pendidikan, keagamaan, dan
sosial.
Pada kurun waktu mendatang, tema-tema tentang pesantren makin
menarik untuk dikonsumsi sebagai bacaan populer dan akademik. Dikatakan
demikian, karena sekarang ini sedang trend kecendrungan transformasi, baik
dibidang sosial, pendidikan, ekonomi, juga politik, di mana pesantren
dianggap sebagai “kawah candradimuka” dalam proses transformasi tersebut.
Selain itu, pemerintah juga memberikan perhatian cukup besar kepada
pesantren. Banyak program pembangunan yang diupayakan masuk ke
pesantren.1
Saat ini di Provinsi DKI Jakarta sudah banyak menyebar pesantren-
pesantren, khususnya di wilayah Jakarta Selatan. Sebagai basis masyarakat
pesantren, kekuatan pesantren yang terstruktur seharusnya dapat lebih
diberdayakan dalam peningkatan perekonomian baik untuk pesantren itu
sendiri, wilayah disekitarnya, maupun yang lebih luas, dan tidak menutup
1 Zubaidi Habibullah Asy‟ari, Moralitas Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: LKPSM –
NU DIY, 1995), h. 3.
2
kemungkinan bila diberdayakan dengan benar, pesantren akan dapat menjadi
kekuatan ekonomi yang dapat menguatkan pondasi perekonomian nasional
khususnya dengan prinsip yang Islami.
Adapun daftar Pondok Pesantren yang berada di wilayah Jakarta
Selatan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1: Daftar Pondok Pesantren di Jakarta Selatan2
No Nama Pesantren Alamat Kecamatan
1 Khadijah Al-Qubro Jl. Batan Gg. Kubur No.
12, Rt. 05/02, Pasar Jumat,
Lebak Bulus, Cilandak
Cilandak
2 Miftahul Ulum Jl. Madrasah No. 17, Rt.
09/01, Gandaria Selatan
Cilandak
3 An-Nuriyah Jl. Timbul No. 60,
Cipedak
Jagakarsa
4 Al-Mawadah Jl. Sadar Raya Rt. 03/04,
Ciganjur
Jagakarsa
5 Al-I‟tishom Jl. Tanjung Barat Selatan
Gg. Sonton Rt. 13/02, No.
80, Lenteng Agung
Jagakarsa
6 Al-Kautsar Manggis Jl. Manggis No. 15,
Ciganjur Jagakarsa
Jagakarsa
7 Ar-Rofi‟i Jl. RM Kahfi I Jagakarsa Jagakarsa
8 Luhur Al Tsaqafah Jl. Mohammad Kahfi I
No. 22, Cipedak
Jagakarsa
9 Daarul Rahman Jl. Purwa Raya Ka. DKI Jagakarsa
10 Ibnussabil Jl. Ranco Indah Dalam Rt.
09/02, Tanjung Barat
Jagakarsa
2 Berdasarkan data yang ada pada Seksi Diniyah Pendidikan dan Pondok Pesantren
Kemenag Jakarta Selatan Pada Tahun 2017
3
No Nama Pesantren Alamat Kecamatan
11 Ma‟had Tahfidh Al-
Qur‟an Nurani
Jl. Timbul No. 60 Cipedak Jagakarsa
12 Al Fauzan Jl. Sirsak Jagakarsa
13 An-Nu‟aimy Jl. Seha II No. 1, Rt. 07/11 Keb. Lama
14 Al-Ishlah Jl. Nimun Raya Komp.
Pemakaman DKI Tanah
Kusir
Keb. Lama
15 Terpadu Al-Qur‟an Al-
Andalusia
Jl. Bangka II Gg. V/27,
Rt. 01/02 Pela Mampang
Mp. Prapatan
16 Al-Islamiyah PUI
Jakarta
Jl. Pancoran Barat XI-A
No. 10, Rt. 04/03,
Pancoran
Pancoran
17 Al-Mahbubiyah Jl. Jeruk Perut 10 Rt.
01/03
Pasar Minggu
18 Dzarratul Abrar Jl. Komp. Batan Rt. 03/07,
Rawa Bambu
Pasar Minggu
19 Miftahul Huda Jl. Ciledug Raya Ulujami
Rt. 02/03, No. 50, Gg. H.
Syatiri, Pesanggrahan
Pesanggrahan
20 Darunnajah Jl. Ulujami Raya No. 86,
Rt. 01/04
Pesanggrahan
21 Al-Musyarrofah Jl. H. Mukhtar Raya Rt.
012/011, Petukangan
Utara
Pesanggrahan
22 Arrahman Jl. Bulak Sari No. 35,
Pesanggrahan
Pesanggrahan
23 Syarif Hidayatullah Jl. Lapangan Ros Barat III
Rt. 09/05, No. 33
Tebet
24 Zawiyah Jl. Tebet Barat VIII No.
50, Tebet Barat
Tebet
4
No Nama Pesantren Alamat Kecamatan
25 Al-Kifahi Jl. Sawo Kecik Roos
Timur V, No. 27, Bukit
Duri, Tebet
Tebet
Sebagian besar dari masyarakat Indonesia menganut agama Islam.
Maka dari itu, hubungan antara Bank Syariah pertama di Indonesia yaitu
Bank Muamalat dengan suatu Lembaga Pendidikan Islam seperti Pondok
Pesantren, jelaslah sangat erat kaitannya. Karena sistem perekonomian yang
saat ini semakin maju, maka diperlukanlah langkah-langkah dalam rangka
memudahkan suatu Lembaga Pendidikan Islam/Pondok Pesantren
bertransaksi, dan sekarang sudah sangat banyak Pondok Pesantren di
Indonesia. Maka dari itu, Bank Muamalat selalu melakukan sosialisasi ke
semua Pondok Pesantren untuk menawarkan kemudahan.
Bank Muamalat menginginkan semua Pondok Pesantren bergabung
dengan Bank Muamalat. Tidak hanya pada Pondok Pesantren yang besar-
besar saja, pada Pondok Pesantren yang kecil-kecil juga disosialisasikan oleh
Bank Muamalat. Tapi memang Bank Muamalat juga melihat kondisi lokasi
dari pada Pondok Pesantren tersebut. Bank Muamalat sanggup atau tidak
menangani jumlah Pondok Pesantren yang cabangnya banyak dengan jumlah
santri yang sedikit. Karena semua itu harus diperhitungkan juga benefit dari
kedua belah pihak. Baik dari pihak Bank Muamalat, juga dari pihak Pondok
Pesantren tersebut. Buat Bank Muamalat, strategi di bank itu sama. Ada gula
ada semut, yang penting kedua sisinya jalan.3
3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)
5
Berdasarkan data yang ada, dari sejumlah Pondok Pesantren yang
berada di wilayah Jakarta Selatan, hanya ada satu Pondok Pesantren yang
masih digarap semuanya (Dari santri sampai para guru/stafnya) oleh Bank
Muamalat yaitu Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.4
Pondok Pesantren Darunnajah memiliki lokasi strategis dengan jenis
Pondok Pesantren Modern di pinggiran Ibukota, dan telah menjadi salah satu
sasaran banyaknya program pembangunan yang ingin masuk ke pesantren
tersebut, khususnya pada bidang perekonomian. Seperti halnya pada Bank
Muamalat Indonesia. Untuk itu, jika Bank Syariah pada kelembagaan Pondok
Pesantren seperti Bank Muamalat dapat diberdayakan dengan sebaik-baiknya,
maka Bank Muamalat maupun Pondok Pesantren akan mengalami
peningkatan perekonomian yang baik.
Bank Syariah pada kelembagaan Pondok Pesantren seperti Bank
Muamalat yang terdapat pada salah satu Pondok Pesantren di wilayah Jakarta
Selatan yaitu Pondok Pesantren Darunnajah, juga perlu suatu strategi
pemasaran untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Beberapa
lembaga keuangan syariah mempunyai tujuan yang sama akan tetapi strategi
pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut sudah tentu
berbeda. Pada umumnya semua jajaran manajemen suatu lembaga keuangan
syariah akan selalu membuat rencana-rencana yang baik dan tepat. Jadi
jelaslah masalah strategi pemasaran bagi suatu lembaga keuangan syariah
sangatlah penting, sebab strategi tersebut merupakan penentuan tercapainya
tujuan yang telah direncanakan.
4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)
6
Strategi pemasaran Bank Syariah pada kelembagaan Pondok
Pesantren menjadi menarik untuk disimak karena penerapan kesyariatan
Islam dalam produk yang ditonjolkan kepada para nasabah di lingkungan
Pondok Pesantren itu sendiri. Oleh karena itu, semua Bank Syariah sudah
tentu menjaring nasabah yang beragama Islam. Mereka akan menjadi sasaran
untuk menggunakan berbagai produk perbankan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut mengenai hal tersebut dan menuliskannya dalam sebuah
skripsi dengan judul: “Strategi Pemasaran Bank Muamalat Indonesia
Pada Kelembagaan Pondok Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
membatasi permasalahan yang akan diteliti, yaitu yang dimaksud dengan
strategi pemasaran dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan
penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan Pondok Pesantren di
wilayah Jakarta Selatan, kendala-kendala strategi pemasaran Bank
Muamalat Indonesia, dan upaya-upaya Bank Muamalat Indonesia dalam
menghadapi kendala-kendala tersebut.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
7
a. Bagaimana penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat Indonesia
pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan?
b. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Bank Muamalat
Indonesia dalam melaksanakan strategi pemasarannya pada
kelembagan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan?
c. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
dalam menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi
pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah
Jakarta Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini,
adalah:
1. Mengetahui bagaimana penerapan strategi pemasaran Bank Muamalat
Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta
Selatan.
2. Mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Bank
Muamalat Indonesia dalam melaksanakan strategi pemasarannya pada
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan.
3. Mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Bank Muamalat
Indonesia dalam menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi
pemasarannya pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta
Selatan.
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini diharapkan memiliki manfaat baik
secara akademik maupun praktik.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pemberdaya Ilmu Ekonomi Islam terutama pada
Jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) mengenai
strategi pemasaran pada suatu Bank Syariah yang tepat agar dapat
mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung pada perbankan
syariah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada pihak perusahaan (khususnya perbankan syariah) dalam
mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan strategi pemasaran
perusahaan tersebut terhadap minat masyarakat untuk menabung.
Dan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat luas untuk mengetahui sejauh mana
strategi pemasaran (promosi) yang dilakukan oleh Bank Muamalat
Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta
Selatan dalam memasarkan produk-produknya sehingga dapat menarik
minat para santri juga masyarakat sekitar pada lingkup kelembagaan
Pondok Pesantren.
9
E. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi
ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu
metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.5
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa
metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.6
Dalam pendekatan kualitatif peneliti berharap dapat menghimpun
data, mengolah, menganalisis, dan menafsirkan secara mendetail.7 Jadi,
dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena lebih
tepat dengan subjek yang diamati oleh peneliti, di mana peneliti tidak
hanya meneliti bentuk partisipasi subjek tetapi peneliti juga meneliti
perilaku subjek terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2017 sampai bulan
September tahun 2017. Lokasi penelitian ini dilakukan di Muamalat
5 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 41. 6 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 3.
7 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), h. 21.
10
Institute, juga Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati
Jakarta Selatan.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif
yaitu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah
atau keadaan atau suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya
berdasarkan fakta-fakta yang tampak, sehingga bersifat sekedar untuk
mengungkapkan fakta (fact finding), hasil penelitian ditekankan pada
memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya
dari objek yang sedang diselidiki, akan tetapi untuk mendapatkan
manfaat yang lebih luas, biasanya dalam jenis penelitian ini dilakukan
juga pemberian berbagai interpretasi. Adapun ciri-ciri pokok penelitian
deskriptif adalah:8
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang
bersifat aktual.
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang diselidiki
dengan sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam, penelitian
kualitatif menggunakan berbagai metode pengumpulan data. Seperti
wawancara individual, wawancara kelompok, penelitian dokumen dan
arsip, serta penelitian lapangan. Antara metode satu dengan yang lainnya
8 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1991), h.31.
11
tidak saling terpisah, tetapi saling berkaitan dan saling mendukung untuk
menghasilkan data yang sesuai dengan kebutuhan. Data yang diperoleh
dari suatu metode disilangkan dengan data yang diperoleh melalui
metode yang lain sehingga menghasilkan data yang dapat dipercaya dan
sesuai dengan kenyataan.9 Dalam penelitian skripsi tentang Strategi
Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada Kelembagaan Pondok
Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data, yaitu Observasi, Wawancara mendalam, dan
Dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis. Menurut Indriati Yulistiani dalam buku
Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, observasi adalah
pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indera (melihat,
mendengar, dan merasakan) serta pencatatan secara sistematis
gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian.10
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di
mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara
9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara: 2013) h. 141-142. 10
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, (Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16.
12
dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin
dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.
Wawancara merupakan bagian dari observasi, karena
wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data melalui
informasi yang didengar dengan panca indra pendengaran, yang
sebelumnya dinyatakan terlebih dahulu kepada responden.11
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian.12
Dengan cara
mengumpulkan data yang melalui peninggalan tertulis, foto kegiatan,
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang
berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau penelitian.
5. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kedudukan peneliti
dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan
perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan
pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian
instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segala dari
keseluruhan proses penelitian.13
11
Nurul Hidayati, “Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif”,
(Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 39. 12
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 70. 13
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), cet-22, h. 168.
13
Dalam penelitian kualitatif pada awalnya di mana permasalahan
belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara.14
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,
pengambilan foto atau film.15
Pada penelitian ini, peneliti dibekali dengan beberapa alat sebagai
pembantu catatan dan ingatan, seperti alat-alat tulis, kamera, dan
perekam suara.
6. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam,
yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
subjek penelitian yaitu Bank Muamalat Indonesia dan objek yaitu
kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan yang
terlibat secara langsung dalam Strategi Pemasaran yang dilakukan
oleh Bank Muamalat itu sendiri.
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2, h.60. 15
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 15.
14
b. Data Sekunder
Data-data yang peneliti kumpulkan dari catatan-catatan di
lapangan, seperti data jumlah kelembagaan Pondok Pesantren di
wilayah Jakarta Selatan yang bekerja sama dengan Bank Muamalat
Indonesia.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang
sekaligus menguji kreadibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.16
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam
bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif. Untuk menentukan keabsahan
data adalah dengan melakukan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data
itu.17
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi
dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh dengan
kenyataan yang ada saat penelitian berlangsung.
16
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2, h. 24. 17
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330.
15
8. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen, adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, menurut Seiddel proses
berjalannya analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:18
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan-temuan umum.
Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan analisis
deskriptif, yaitu mengembangkan objek penelitian apa adanya sesuai
dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada. Pada saat menganalisa
data observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada
kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti menganalisa kategori-
kategorinya.
18
Seiddel, “Proses Berjalannya Analisis Data Kualitatif ”, dalam Lexy, J. Moleong,
Metode Penelitian Kualitatif, h. 157.
16
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya
ilmiah yang membahas tentang Strategi Pemasaran Bank Syariah yang
peneliti temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai dengan judul
penelitian yang peneliti angkat. Tetapi strategi pemasaran Bank Syariah yang
sering peneliti temukan, bukan yang spesifik pada suatu kelembagaan Pondok
Pesantren seperti yang peneliti bahas. Oleh karena itu, untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti „menduplikat‟ hasil karya orang lain,
maka peneliti sangat perlu mempertegas perbedaan di antara masing-masing
judul dan masalah yang dibahas dari beberapa skripsi yang telah dibahas
sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, adapun beberapa
judul diantaranya sebagai berikut:
1. Nama Penyusun Moh. Ulumudin, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun
pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Tabungan
Wadi’ah Bank Syariah Mandiri Cabang Ciputat”. Skripsi membatasi
masalahnya pada manajemen strategi pemasaran produk tabungan
wadi‟ah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Ciputat.
2. Nama Penyusun Ahmad Zaki, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun
pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Gadai
Emas Syariah Pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati”. Skripsi
membatasi masalahnya pada strategi pemasaran dan mekanisme produk
gadai emas syariah pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati.
3. Nama penyusun Sufie Kholil Lulloh, Jurusan Manajemen Dakwah,
disusun pada tahun 2014 dengan judul “Strategi Pemasaran
17
Pembiayaan Murabahah Produk Tabungan Cicil Emas Pada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Bintaro”. Skripsi membatasi masalahnya
hanya pada bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi promosi,
produk, distribusi, dan harga pada produk tabungan cicil emas di Bank
Syariah Mandiri Cabang Bintaro.
4. Nama Penyusun Adam Wijaya, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun
pada tahun 2016 dengan judul “Strategi Segmentasi Produk KPR iB
Bank DKI Cabang Syariah Pondok Indah”. Skripsi membatasi
masalahnya hanya pada strategi segmentasi pemasaran yang diterapkan
oleh Bank DKI Cabang Syariah Pondok Indah khususnya pada produk
pembiayaan KPR iB.
5. Nama Penyusun Maulana Yusuf, Jurusan Manajemen Dakwah, disusun
pada tahun 2013 dengan judul “Strategi Pemasaran Produk Tabungan
Mabrur Pada Bank Syariah Mandiri KCP Tomang Jakarta Barat”.
Skripsi membatasi masalahnya pada analisis problematika strategi
pemasaran yang terjadi di Bank Syariah KCP Tomang Jakarta Barat dari
tahun 2011-2013.
Sedangkan skripsi yang penulis buat berjudul “Strategi
Pemasaran Bank Muamalat Indonesia Pada Kelembagaan Pondok
Pesantren di Wilayah Jakarta Selatan”. Skripsi yang akan saya bahas
itu tentang strategi pemasaran yang terdapat pada penelitian ini, seperti
yang berkaitan dengan penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan
Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan, kendala-kendala strategi
18
pemasaran Bank Muamalat Indonesia, dan upaya-upaya Bank Muamalat
Indonesia dalam menghadapi kendala-kendala tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka digunakan lah
sistematika penulisan. Penulis menggunakan acuan pedoman penulisan Karya
Ilmiah standar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance). Sistematika
penulisan bertujuan untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian ini.
Maka dari itu, peneliti membagi skripsi ini ke dalam lima BAB. Adapun
sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I ini terdiri dari 7 sub bab yang terdiri dari latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang landasan teori
dari variabel-variabel yang mendukung terlaksananya
penelitian.
19
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT
INDONESIA
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang Sejarah
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia, Visi dan Misi,
Struktur Organisasi, Produk dan Kegiatan, Legalitas Bank
Muamalat Indonesia, dan Keunggulan Bank Muamalat
Indonesia.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Merupakan bentuk analisis Strategi Pemasaran Bank
Muamalat Indonesia pada kelembagaan Pondok Pesantren
di wilayah Jakarta Selatan.
BAB V PENUTUP
Penutup, yang meliputi Kesimpulan dan Saran.
20
BAB II
PEMBAHASAN LANDASAN TEORITIS
A. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi
Pengertian strategi dalam lembaga usaha merupakan rencana para
pemimpin organisasi untuk mencapai hasil yang konsisten dengan misi
dan tujuan organisasi. Strategi merupakan gambaran besar mengenai cara
sebuah lembaga atau perorangan dapat mencapai tujuan. Sebagai kontras,
taktik merupakan strategi dalam skala yang lebih kecil dan waktu yang
lebih pendek. Strategi merupakan kombinasi antara pengambilan
keputusan secara alamiah dan proses pemikiran rasional. Strategi
sebenarnya merupakan hal alamiah bagi lembaga yang memiliki konsep
survival (bertahan dan berkembang).1
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada
umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.
Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, “Strategi untuk
memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan
satu pertandingan”. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk
kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang
1 Eddy Yunus, Manajemen Strategis (Yogyakarta: ANDI, 2016), h. 19.
21
yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan
tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.
Strategi pemasaran merupakan turunan dari strategi bisnis
perusahaan. Secara umum, bisnis bank berorientasi pada profit
(keuntungan), growth (pertumbuhan), dan sustainability
(kesinambungan) yang tercermin dari perolehan laba, kenaikan asset
yang berkualitas, dan peningkatan kualitas layanan secara berkelanjutan.2
2. Pengertian Pemasaran
Pemasaran bisa diartikan sebagai suatu proses sosial dan
manajerial yang mencakup individu dan kelompok guna mendapatkan
apa yang mereka butuh dan inginkan dengan cara menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan jasa yang bernilai dengan pihak lain.
Pemasaran berusaha menghasilkan laba dari jasa yang diciptakan sesuai
dengan tujuan perusahaan.3
Islam memerintahkan umat manusia bertebaran untuk meraih
karunia Allah Swt, yaitu mencari suatu manfaat ataupun memberikan
manfaat bagi orang lain yang dimaknai dengan bersosialisasi,
bersilaturahim, berniaga, dan melakukan aktivitas bisnis lain dalam
rangka mencari kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu berupa ridha Allah
Swt.
Kegiatan dan objek pemasaran yang terkait dengan penciptaan,
penawaran, dan pertukaran bertujuan untuk kemaslahatan dan tidak
2 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2015), h. 128. 3Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 120.
22
menimbulkan kerusakan atau merugikan siapa pun sesuai tuntunan al-
Qur‟an dan Hadits. Bertebaranlah membawa barang produksi, ilmu, dan
nilai yang bermanfaat agar berguna bagi kehidupan alam semesta. Hal
tersebut sejalan dengan perintah Allah Swt dalam al-Qur‟an surah al-
Jumu‟ah ayat 10:4
واذكروا للا الة فاوتشروا في األرض وابتغوا مه فضل للا فإذا قضيت الص
كثيرا لعلكم تفلحون
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.”
Pada saat ini, perkembangan perbankan syariah sebagai bagian dari
aplikasi sistem ekonomi syariah di Indonesia telah memasuki babak baru.
Pertumbuhan industri perbankan syariah telah bertransformasi, dari
sekadar memperkenalkan suatu alternatif praktik perbankan syariah,
menjadi bagaimana bank syariah menempatkan posisinya sebagai pemain
utama dalam percaturan ekonomi di tanah air. Bank syariah memiliki
potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah
dalam pilihan transaksi mereka. Hal itu ditunjukkan dengan akselerasi
pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Kegiatan pemasaran berbeda dengan penjualan, dan menurut
American Marketing Association, pemasaran diartikan sebagai
pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa
4 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 121.
23
dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Definisi tersebut hanya
menekankan aspek distribusi dibanding kegiatan pemasaran.5
Seiring pertumbuhan perbankan syariah, dinamika kompetisi di
antara pelaku bank syariah yang semakin tinggi mengakibatkan
competitive advantage yang dimiliki suatu bank makin tidak sustainable.
Dengan demikian, sebuah bank harus melakukan berbagai upaya
pembaruan yang tiada akhir (unending improvement) untuk dapat
menjadi pemain utama pada segmennya sehingga dapat menjadi
preferensi utama customer yang berujung pada kepuasan bahkan
loyalitas. Karena itu, sebuah bank syariah dituntut untuk mempunyai
sistem pemasaran yang teruji, dan tidak sekadar mengharapkan emotional
mass untuk menjadi nasabah.
William J. Stanton menyimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu
sistem dalam kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan
jasa yang memuaskan kebutuhan existing customer dan potential
customer.6
Perbankan sebagai salah satu pelaku bisnis, selama dua dasawarsa
terakhir tidak henti-hentinya berkompetisi untuk membuat nasabahnya
tetap setia pada produknya dan tidak berpaling ke produk lain. Salah satu
kiat yang diyakini dalam pemasaran sekarang untuk membuat nasabah
setia adalah menciptakan sistem layanan yang selalu mengarah kepada
customer satisfaction. Sistem pemasaran syariah merupakan serangkaian
5 American Marketing Association, “Pengertian Pemasaran”, dalam Ikatan Bankir
Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 115. 6 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 115.
24
aktivitas produksi barang/jasa, dan proses delivery produk/jasa kepada
konsumen yang sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam dunia pemasaran ada istilah yang cukup dikenal, yaitu
“Nothing happens until a sale is made”. Hal demikian wajar karena
penjualan merupakan bagian dari pemasaran (marketing). Untuk dapat
melakukan aktivitas penjualan dengan baik sesuai target, organisasi harus
didukung oleh para pemasar (marketer) yang handal. Marketer yang
handal dituntut memiliki sifat dan karakter dasar marketer agar sukses
dan lancar dalam menjalankan tugasnya.7
Definisi lain mengungkapkan pemasaran sebagai suatu proses
sosial dan manajerial yang mencakup individu dan kelompok guna
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan jasa yang bernilai
dengan pihak lain. Pemasaran berusaha menghasilkan laba dari jasa yang
diciptakan sesuai dengan tujuan perusahaan.8
Secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan
dan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan yang
optimal kepada pelanggan.9
Untuk mencapai tujuan pemasaran yang efektif, perusahaan
terlebih dulu harus memahami dan mengetahui kebutuhan konsumen
yang lebih dibandingkan pesaing sehingga menghasilkan produk jasa
7 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 111.
8 Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah, h. 116.
9 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah(Bandung: Alfabeta,
2012), h. 6.
25
keuangan yang bernilai tinggi dan lebih bagi nasabah. Apalagi terhadap
produk jasa perbankan syariah yang relatif baru dikenal masyarakat.
Karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang diformulasikan dalam
marketing mix (bauran pemasaran) yang mencakup product or service,
price, place, promotion, participants, physical evidence, dan process
yang menjadi faktor penentu dalam keunggulan bersaing (competitive
advantage).10
Konsep pemasaran bank syariah sarat dengan muatan syariah yang
menurut Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kartajaya memiliki
karakteristik teistis, yakni nilai ketuhanan dalam rangka memperoleh
ridha Allah Swt. (rabbaniyyah); etis, yaitu beretika sesuai dengan norma
Islam (akhlaqiyyah); realistis atau sesuai dengan kondisi zaman dan
istikamah (al waqiyyah); serta humanistis, yaitu adanya persaudaraan
antar manusia atau kemanusiaan (insaniyyah).11
3. Pengertian Strategi Pemasaran
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan
berkembang, tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha
mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan/laba perusahaan.
Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, melalui usaha
mencari dan membina langganan, serta usaha menguasai pasar. Tujuan
ini hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan
10
Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2015), h. 114. 11
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung:
Mizan, 2006), h. 20.
26
strategi yang mantap untuk dapat menggunakan kesempatan atau peluang
yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan perusahaan
di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan.12
Seperti diketahui keadaan dunia usaha bersifat dinamis, yang
diwarnai dengan adanya perubahan dari waktu ke waktu dan adanya
keterkaitan antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, strategi
pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan
usaha perusahaan umumnya dan bidang pemasaran khususnya, di
samping itu, strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar
tersebut. Dengan demikian, strategi pemasaran harus dapat memberi
gambaran yang jelas dan terarah tentang apa yang akan dilakukan
perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau peluang pada
beberapa pasar sasaran.
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang
menyeluruh, terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran, yang
memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat
tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain,
strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan
dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta
alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi
lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Oleh karena itu,
12
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.
167.
27
penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis lingkungan
dan internal perusahaan melalui analisis keunggulan dan kelemahan
perusahaan, serta analisis kesempatan dan ancaman yang dihadapi
perusahaan dari lingkungannya.13
4. Fungsi dan Tujuan Strategi Pemasaran
Peranan atau fungsi strategi pemasaran barang dan jasa:14
a. Meningkatkan motivasi untuk berpikir jauh ke depan. Berfikir out of
the box memang sangat diperlukan untuk menjaga ritme, ataupun
kelangsungan perusahaan. Sesekali jangan terus mengikuti ritme
pasar, tetapi coba untuk menggebrak pasar dengan sesuatu yang
baru.
b. Koordinasi pemasaran yang lebih efektif dan terarah. Sesuatu kalau
tidak memiliki tujuan ataupun strategi pastinya akan berjalan dengan
berantakan. Dengan adanya strategi pemasaran akan membuat
koordinasi tim menjadi jauh lebih baik serta terarah.
c. Dapat merumuskan tujuan/goal perusahaan yang akan dicapai.
Dengan bantuan strategi ini, wirausahawan dapat terbantu untuk
lebih mendetailkan tujuan apa yang ingin perusahaan capai. Baik
jangka panjang ataupun jangka pendek.
d. Pengawasan kegiatan pemasaran lebih efektif atas standard prestasi
kerja. Tentunya dalam hal pemasaran perlu diawasi setiap anggota
tim untuk peningkatan mutu ataupun kualitas.
Berikut ini adalah tujuan strategi pemasaran barang dan jasa:15
13
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, h. 169. 14
Artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2017 darihttp://rocketmanajemen.com/tujuan-
strategi-pemasaran/
28
1. Peningkatan kualitas koordinasi dalam tim pemasaran
2. Mengukur hasil pemasaran berdasarkan standard prestasi yang
berlaku
3. Memberikan dasar yang logis dalam setiap pengambilan keputusan
4. Mampu meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi jika ada
perubahan-perubahan dalam pemasaran.
B. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai
Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking.
Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan
dari asal-usul sistem perbankan syariah itu sendiri. Bank Syariah pada
awalnya dikembangkan sebagai suatu respons dari kelompok ekonom
dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodasi desakan
dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi
keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-
prinsip syariah Islam. Utamanya adalah berkaitan dengan pelarangan
praktik riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan).16
Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah Islam di
berbagai negara pada dekade 1970-an, berpengaruh pula ke Indonesia.
Pada awal 1980-an, diskusi mengenai Bank Syariah sebagai pilar
15
Artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2017 darihttp://rocketmanajemen.com/tujuan-
strategi-pemasaran/ 16
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),
h. 1.
29
ekonomi Islam mulai dilakukan. Sejumlah tokoh yang terlibat dalam
diskusi itu antara lain: Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo,
A. M. Saefuddin, M. Amin Aziz, dan beberapa tokoh lainnya.17
Namun prakasa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru
dilakukan pada 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah melalui
satu lokakarya, akhirnya membentuk satu kelompok kerja yang disebut
Tim Perbankan MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dan
konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil tim kerja tersebut akhirnya
melahirkan Bank Muamalat Indonesia. Akte pendirian bank itu
ditandatangani pada 1 November 1991. Namun baru pada tanggal 1 Mei
1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi dengan modal awal
sekitar Rp 106 miliar.18
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah
bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank
Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada al-Qur‟an dan Hadits Nabi Saw, atau dengan kata lain,
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam.19
17
Mustafa Edwin Nasution, dkk.,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kencana, 2006), h. 294. 18
Mustafa Edwin Nasution, dkk.,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h. 294. 19
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),
h. 2.
30
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga,
Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata
lain, Bank Islam lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap
persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan
demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri
dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam.
Bank Islam lahir di Indonesia yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an
atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yang
direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam
bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau
bank syariah. Keberadaan bank syariah semakin mapan setelah
diundangkannya UU No. 21 Tahun 2010 tentang Perbankan Syariah.20
Tabel 2.1: Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
1 Penentuan tingkat suku
bunga dibuat pada waktu
akad dengan pedoman
harus selalu untung.
Penentuan besarnya rasio bagi hasil
dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan
untung rugi.
2 Besarnya prosentase
berdasarkan pada jumlah
uang (modal) yang
dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang
diperoleh.
3 Pembayaran bunga tetap
seperti yang dijanjikan
tanpa pertimbangan
apakah proyek yang
Bagi hasil tergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan sekiranya itu
tidak mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama
20
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, h. 3.
31
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
oleh kedua belah pihak.
4 Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat sekalipun
jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan
ekonomi sedang
“booming”.
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
5 Eksistensi bunga
diragukan (kalau tidak
dikecam) oleh semua
agama termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan
keuntungan bagi hasil.
Sumber: Seminar Orientasi Perbankan Syariah dengan pembicara Bapak Annu‟man
Cupriadi sebagai Human Capital Division di Muamalat Institue, Sabtu 12 Agustus 2017,
Pukul 08.30-12.00.
2. Tujuan dan Ciri-ciri Bank Syariah
Sebagai sebuah lembaga keuangan, pada Bank Syariah adalah
lembaga keuangan yang menjalankan peranannya untuk menjadi lembaga
intermediasi antara pemilik modal dan pengusaha. Untuk itu hadirnya
Bank Syariah dianggap sangat mempunyai peranan penting dalam
pergerakan pertumbuhan ekonomi. Adapun tujuan normatif dibentuknya
lembaga keuangan syariah sebagai berikut:21
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuammalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan) di
21
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 53.
32
mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah
menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi umat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya)
dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin
yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).
d. Untuk membantu menanggulangi mengentaskan masalah kemiskinan,
berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan
dari siklus usaha yang lengkap. Seperti pembinaan pengusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
konsumen, program pengembangan modal kerja dan program
pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non
Islam (konvensional) yang menyebabkan umat Islam tidak dapat
melaksanakan ajaran agamanya secara penuh terutama bidang
kegiatan bisnis dan perekonomian.
33
Bank Islam sebagai bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-
prinsip syariah menurut ketentuan al-Qur‟an dan Hadits memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:22
a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku
(tidak rigit) dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar
menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan
sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. Untuk
masa utang setelah masa kontrak berakhir dilakukan kontrak baru
untuk menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan petunjuk al-Qur‟an
surat al-Baqarah ayat 280 yang artinya sebagai berikut:
وإن كان ذو عسرة فىظرة إلى ميسرة وأن تصدقوا خير لكم إن كىتم تعلمون
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian
atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”
b. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindarkan, karena presentase bersifat melekat
pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
Sistem bunga sangat menjerat peminjam yang pada umumnya posisi
ekonominya lebih lemah.
c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank Islam tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed
22
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
h. 19.
34
return) yang ditetapkan dimuka, karena pada hakikatnya yang
mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah
Allah semata, manusia sama sekali tidak mampu meramalnya.
d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposit/tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (wadah) sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana
pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip syari‟ah Islam sehingga kepada penyimpan tidak dijanjikan
imbalan yang pasti (fixed return) jika proyek yang dibiayai bank
untung maka penyimpan uang akan memperoleh bagian keuntungan.
e. Bank Islam tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang dari
mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah, dolar dengan
dolar yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan.
f. Adanya pos pendapatan berupa “rekening pendapatan non halal”
sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang
menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya digunakan untuk
menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan untuk
kepentingan kaum muslimin yang bersifat sosial.
g. Ciri lain bank Islam adalah adanya dewan pengawas syari‟ah yang
bertugas untuk mengawasi operasional bank dari sudut syari‟ah.
h. Produk-produk bank Islam selalu menggunakan sebutan-sebutan yang
berasal dari istilah arab misalnya, al-murabahah, al-ba’iu bitaman
ajil, al-ijarah, al-ba’iu tahjiri, al-qardhul hasan, dan lain-lain. Di
35
mana istilah-istilah tersebut telah dicantumkan di dalam kitab-kitab
fiqih Islam.
i. Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank
konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, di
mana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya. Produk
ini diperuntukkan khusus orang-orang miskin atau sangat
membutuhkan dan untuk kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang
urgent.
j. Fungsi kelembagaan bank Islam selain menjebatani antara pihak
pemilik modal/memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi
amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas
keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana
tersebut ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.
Tabel 2.2: Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Bank Konvensional
Bank Syariah
Fungsi dan
Kegiatan Bank
Intermediasi, Jasa
Keuangan
Intermediasi, Manager
Investasi, Investor,
Sosial, Jasa Keuangan
Mekanisme
dan Objek
Usaha
Tidak anti riba dan anti
maysir
Anti riba dan anti maysir
Prinsip Dasar
Operasi
1. Bebas nilai (prinsip
materialis)
2. Uang sebagai Komoditi
1. Tidak bebas nilai
(prinsip syariah Islam)
2. Uang sebagai alat
36
Bank Konvensional
Bank Syariah
3. Bunga tukar dan bukan komoditi
3. Bagi hasil, jual beli,
sewa
Prioritas
Pelayanan
Kepentingan pribadi Kepentingan public
Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi
Islam, keuntungan
Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank
pembangunan, bank
universal atau multi-
porpose
Evaluasi
Nasabah
Kepastian pengembalian
pokok dan bunga
(creditworthiness dan
collateral)
Lebih hati-hati karena
partisipasi dalam risiko
Hubungan
Nasabah
Terbatas debitur-kreditur Erat sebagai mitra usaha
Sumber
Likuiditas
Jangka Pendek
Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah,
Bank Sentral
Pinjaman yang
Diberikan
Komersial dan
nonkomersial, berorientasi
laba
Komersial dan
nonkomersial,
berorientasi laba dan
nirlaba
Lembaga
Penyelesai
Sengketa
Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan
Arbitrase Syariah
Nasional
Risiko Usaha 1.Risiko bank tidak terkait
langsung dengan
debitur, risiko debitur
1. Dihadapi bersama
antara bank dan nasabah
dengan prinsip keadilan
37
Bank Konvensional
Bank Syariah
tidak terkait
langsung dengan bank
2.Kemungkinan terjadi
negative spread
dan kejujuran
2. Tidak mungkin terjadi
negative spread
Struktur
Organisasi
Pengawas
Dewan Komisaris Dewan Komisaris,
Dewan Pengawas
Syariah, Dewan Syariah
Nasional
Investasi Halal atau haram Halal
Sumber: Seminar Orientasi Perbankan Syariah dengan pembicara Bapak Annu‟man
Cupriadi sebagai Human Capital Division di Muamalat Institue, Sabtu 12 Agustus 2017,
Pukul 08.30-12.00.
3. Produk-produk Bank Syariah
Tujuan pengenalan produk perbankan syariah adalah agar setelah
kita mengenal produk-produk apa yang terdapat di perbankan syariah,
selanjutnya kita akan mampu untuk menyusun strategi pemasaran yang
tepat bagi produk-produk tersebut. Sebab tanpa pengenalan produk yang
akan dijual, maka akan mengakibatkan penyusunan strategi pemasaran
yang tidak efektif. Hal ini akan menyebabkan strategi pemasaran yang
dilakukan oleh pihak bank tidak tepat sasaran dan akhirnya produk yang
ditawarkan tidak diterima oleh masyarakat.23
23
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 33.
38
Adapun bentuk usaha yang dijalankan oleh Bank Syariah itu
sendiri meliputi:24
1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan investasi, antara lain:
a. Giro berdasarkan prinsip wadi’ah;
Giro menurut Undang-undang Perbankan Syariah Nomor
21 tahun 2008 adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan perintah pemindahbukuan.
Sementara dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.
01/DSN-MUI/IV/2000 disebutkan bahwa giro adalah simpanan
dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Giro ada dua jenis yaitu:
pertama, giro yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu giro
yang berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, giro yang
dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip
mudharabah dan wadi’ah.
Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan
bagi hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, biasanya
digunakan oleh perusahaan atau yayasan dan/atau bentuk badan
24
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 68.
39
hukum lainnya dalam proses keuangan mereka. Dalam giro
meskipun pihak bank tidak memberikan bagi hasil, namun pihak
bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang
besarannya tidak ditentukan di awal tergantung kepada kebaikan
pihak bank.25
b. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan/atau mudharabah;
Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21
tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad
wadi’ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-
MUI/IV/2000, tabungan ada dua jenis, yaitu: pertama, tabungan
yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yang berupa
tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga. Kedua,
tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni tabungan
yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah.
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat
likuid, hal ini memberikan arti produk ini dapat diambil
sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, namun bagi hasil
yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Akan tetapi
25
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 35.
40
jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk
penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena
bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil namun biasanya jumlah
nasabah yang menggunakan tabungan lebih banyak daripada
produk penghimpunan yang lain.26
c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
Deposito menurut Undang-undang Perbankan Syariah
Nomor 21 tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan
bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS).
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-
MUI/IV/2000, deposito terdiri atas dua jenis: pertama, deposito
yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yaitu deposito yang
berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, deposito yang
dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah.
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang
mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan
bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan. Nasabah membuka
deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu
yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan
26
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h. 34.
41
dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi
bagi hasil yang ditawarkan jauh lebih tinggi daripada tabungan
biasa maupun tabungan berencana. Produk penghimpunan dana
ini biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan dana
sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan
pula untuk salah satu sarana berinvestasi.27
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a. Prinsip jual beli berdasarkan akad, antara lain:
1) Murabahah: Prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan.
2) Istisna: Akad jual beli dalam bentuk pesanan pembuatan
barang tertentu yang disepakati antara pembeli dan penjual.
3) Salam: Jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dan dengan syarat-syarat
tertentu.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
27
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h. 35.
Gambar 2. 1: Skema Akad Murabahah
42
b. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad, antara lain:
1) Mudharabah: Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
2) Musyarakah: Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan
modal.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
c. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad, antara lain:
1) Ijarah: Akad antara bank dengan nasabah untuk menyewa
suatu barang/objek sewa milik bank, dan bank mendapat
imbalan jasa atas barang yang disewanya, dan diakhiri
dengan pembelian objek sewa oleh nasabah.
2) Ijarah muntahiya bittamlik: Sewa yang diakhiri dengan
pemindahan kepemilikan barang.
d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qard: Suatu akad
pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah
wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga
Gambar 2. 2: Skema Musyarakah
43
Keuangan Syariah pada waktu yang telah disepakati antara
nasabah dan Lembaga Keuangan Syariah.
3. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad
antara lain:
a. Wakalah: Pemberian wewenang/kuasa kepada pihak lain
tentang hal yang harus dilakukannya dan penerima kuasa
menjadi pennganti pemberi kuasa selama batas waktu yang
ditentukan.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
b. Hawalah: Pengalihan penagihan hutang dari orang yang
berhutang kepada orang yang menanggung hutang tersebut.
Gambar 2. 3: Skema Wakalah
44
Gambar 2. 4: Skema Hawalah
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
c. Kafalah: Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua/yang ditanggung.
Gambar 2. 5: Skema Kafalah
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
45
d. Rahn: Merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi
agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah,gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
4. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas resiko sendiri surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
(underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah;
5. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan
oleh Pemerintah dan/atau Bank Indonesia
6. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah;
7. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah
berdasarkan prinsip syariah;
8. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan
dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
berdasarkan prinsip syariah;
9. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah;
Gambar 2. 6: Skema Rahn
46
10. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip
wakalah;
11. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip
syariah;
12. Memberikan fasilitas garansi berdasarkan prinsip syariah;
13. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan
prinsip syariah;
14. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;
15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang
disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan
Syariah Nasional.
C. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam yang
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari. Kata “tradisional” dalam batasan ini tidak
lah merKata “tradisional”, dalam batasan ini tidak lah merujuk dalam arti
tetap tanpa mengalami penyesuaian, tetapi menunjuk bahwa lembaga ini
hidup sejak ratusan tahun (300-400 tahun) yang lalu dan telah menjadi
bagian yang mendalam dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam
Indonesia, yang merupakan golongan mayoritas bangsa Indonesia, dan
47
telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan
hidup umat.28
2. Tujuan Pondok Pesantren
Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah
menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat
atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau
menjadi abdi masyarakat yang mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh
dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan
kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat, juga mencintai ilmu
dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya
pengembangan kepribadian yang ingin dituju ialah kepribadian mukhsin,
bukan sekedar muslim.29
Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya
pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu:30
a. Tujuan khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang „alim dalam
ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat.
28
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, INIS, 1994, dalam Pemberdayaan
Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri denagn Metode Daurah Kebudayaan
(Yogyakarta: Pustaka Pesantrendan Yayasan Kantata Bangsa , 2005), h. 1. 29
M. Arifin, “Dasar Tujuan Didirikannya Pendidikan Pesantren”, dalam Mastuhu,
Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang unsur dan Nilai sistem Pendidikan
Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994). 30
Arifin M, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).
48
b. Tujuan umum
Yaitu membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi
mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan
amalnya.
3. Karakteristik Pondok Pesantren
Karakteristik Pondok Pesantren bisa dilihat dari adanya kyai,
santriwan/santriwati, masjid, dan pondok/asrama. Pondok Pesantren
sebagai bagian dari masyarakat yang mempunyai karakteristik yang
membedakan dengan lembaga pendidikan lain. Ketahanannya membuat
pesantren tidak mudah menerima suatu perubahan yang datang dari luar
karena memiliki suatu benteng tradisi tersendiri.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA
A. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan bank syariah pertama di
Indonesia yang tunduk pada peraturan Bank Indonesia (BI). Sebagaimana
Bank pada umumnya, BMI menjalankan operasionalnya dalam usaha untuk
memperoleh laba di bawah perlindungan dan pembinaan Bank Indonesia
yang beroperasi secara syariah, memiliki prinsip-prinsip yang harus ditaati,
yaitu larangan untuk menggunakan instrumen bunga.1
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27
Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada
saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan
komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp
106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
1 Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017 dari
http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat
50
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk
yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan
macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp
105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari
sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan
bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni.2
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta
nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
2 Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017 dari
http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat
51
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos
Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet.
BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka
cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan
aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan
Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat
diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu Bank Muamalat
memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia
yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh merchant
berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, Bank Muamalat
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya
comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi
masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh
pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta
masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh
BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai
Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala
Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh
Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in
Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).3
3 Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017
darihttp://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat
52
Gambar 3. 1: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah
Gambar 3. 2: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah
53
Sumber: Introduction to Bank Muamalat, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari
Digital Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
Gambar 3. 3: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah
Gambar 3. 4: Peranan Bank Muamalat dalam Perkembangan Perbankan Syariah
54
Peranan Bank Muamalat Indonesia dalam perkembangan Perbankan Syariah
yang terdapat pada gambar di atas adalah sebagai berikut:4
1. Peresmian Bank Muamalat Indonesia oleh Wakil Presiden Bapak
Sudarmono, dan Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi sebagai
Bank Syariah pertama pada tahun 1992
2. Pembukaan rekening perdana oleh Presiden RI
3. Peresmian Pembukaan Cabang di berbagai daerah seperti: Cut Meutia,
dan Kalimalang pada tahun 1995
4. Bank Muamalat Indonesia menjadi pemrakarsa dan pendorong untuk
berdirinya Lembaga Keuangan Islam pada tahun 1998
5. Bank Muamalat Indonesia bekerja sama dengan Bank IFI Syariah dan
institusi lain
6. Bank Muamalat Indonesia bekerja sama dengan Maskapai
Penerbangan pada tahun 1996-1999
7. Pada tahun 1999 Bank Muamalat Indonesia melewati krisis dengan
baik dan bertahan dari krisis keuangan, bahkan Bank Muamalat
Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat bagus setelah krisis
8. Bank Muamalat Indonesia bekerja sama dengan Pembinaan Mitra
Koperasi
9. RUPS luar biasa pada tahun 2000
10. Armada kas keliling bekerja sama dengan PT POS dan Bisnis
Pegadaian Syariah bekerja sama dengan pegadaian pada tahun 2001
4 Introduction to Bank Muamalat, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari
Digital Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
55
11. Bank Muamalat Indonesia menjadi innovator padaseluruh aktivitas
keuangan syariah pada tahun 2002
12. Shar-e menjadi kartu investasi syariah pertama di Indonesia, dan
mendapat Rekor Muri pada tahun 2007
13. Metamorfosa Muamalat pada tahun 2014
14. Long March gedung baru dan kick off Nilai Muamalat IDEAL pada
tahun 2016.
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia
Visi:
“Menjadi Bank Syariah terbaik dan termasuk dalam 10 besar Bank di
Indonesia dengan eksistensi yang diakui di tingkat regional.”5
Misi:
Membangun lembaga keuangan syariah yang unggul dan
berkesinambungan dengan penekanan pada semangat kewirausahaan
berdasarkan prinsip kehati-hatian, keunggulan sumber daya manusia yang
islami dan professional serta orientasi investasi yang inovatif, untuk
memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan.6
5 Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017 dari
http://www.bankmuamalat.co.id/visi-misi 6 Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017
darihttp://www.bankmuamalat.co.id/visi-misi
56
C. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang
amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat
Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari
setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu,
biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat
Umum Pemegang Saham, setelah para angggota Dewan Pengawas Syariah itu
mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah
mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku
dalam bank syariah sangat khusus jika dibanding bank konvensional. Karena
itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang mengaturnya. Garis panduan
ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional.7
7 Pembahasan lebih lanjut tentang tugas dan fungsi DPS pada lembaga keuangan Islam
internasional, lihat AAOIFI, Accounting and Auditing and Governance Standards for Islamic
Financial Institution.
57
Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala
(biasanya setiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai
dengan ketentuan syariah.Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan
(annual report) bank bersangkutan.
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat
rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian,
Dewan Pengawas Syariah bertindak sebagai penyaring pertama sebelum
suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.
Dewan Syariah Nasional (DSN)
Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di Tanah
Air, berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi masing-
masing lembaga tersebut. Banyaknya dan beragamnya DPS di masing-masing
lembaga keuangan syariah adalah suatu hal yang harus disyukuri, tetapi juga
diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan adanya kemungkinan
timbulnya fatwa yang berbeda dari masing-masing DPS dan hal itu tidak
mustahil akan membingungkan umat dan nasabah. Oleh karena itu, MUI
sebagai payung dari lembaga dan organisasi keislaman di Tanah Air,
menganggap perlu dibentuknya satu dewan syariah yang bersifat nasional dan
membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank
syariah. Lembaga ini kelak kemudian dikenal dengan Dewan Syariah
Nasional atau DSN.
Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-
produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Dewan
58
ini bukan hanya mengawasi bank syariah, tetapi juga lembaga-lembaga lain
seperti asuransi, reksdana, modal ventura, dan sebagainya. Untuk keperluan
pengawasan tersebut, Dewan Syariah Nasional membuat garis panduan
produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis
panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah pada
lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan
produk-produknya.8
Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan
memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga
keuangan syariah. Produk-produk baru tersebut harus diajukan oleh
manajemen setelah direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah pada
lembaga yang bersangkutan.
Adapun struktur organisasi pada Bank Muamalat Indonesia itu sendiri
adalah sebagai berikut:9
Dewan Pengawas Syariah
Ketua Dewan Pengawas : KH. Ma'ruf Amin
Anggota Dewan Pengawas : Sholahudin Al-Aiyub
Anggota Dewan Pengawas : Oni Sahroni
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Anwar Nasution
8 Pembahasan lebih lanjut tentang tugas dan fungsi DPS pada lembaga keuangan Islam
internasional, lihat AAOIFI, Accounting and Auditing and Governance Standards for Islamic
Financial Institution. 9 Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017
darihttp://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat
59
Komisaris Independen : Iggi H. Achsien
Komisaris Independen : Djaja M Tambunan
Komisaris : Saleh Ahmed Al-Ateeqi
Komisaris : Ayoub Akbar Qadr
Dewan Direksi
Direktur Utama : Endy PR Abdurrahman
Direktur Bisnis Ritel : Purnomo B. Soetadi
Direktur Keuangan : Hery Syafril
Direktur Bisnis Korporasi : Indra Sugiarto
Direktur Operasi : Masa P. Lingga (efektif setelah
lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan dari OJK)
Direktur Human Capital : Awaldi (efektif setelah lulus Uji
Kemampuan dan Kepatutan dari OJK)
Direktur Kepatuhan : Andri Donny
D. Produk dan Kegiatan Bank Muamalat Indonesia
Beberapa produk pada Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut:10
PENDANAAN
1. Giro Muamalat
a. Giro Ultima
10
Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
60
Giro syariah dengan akad Mudharabah dalam mata uang Rupiah
dan US Dollar yang memudahkan semua jenis kebutuhan transaksi
bisnis maupun transaksi keuangan personal Nasabah. Giro ini
diperuntukkan bagi Nasabah perorangan institusi yang memiliki
legalitas badan.
b. Giro Attijary
Giro syariah dengan akad wadiah dalam mata uang Rupiah dan US
Dollar yang memudahkan dan membantu semua jenis kebutuhan
transaksi bisnis maupun transaksi keuangan personal Nasabah. Giro ini
diperuntukkan bagi Nasabah perorangan dan institusi yang memiliki
legalitas badan.
2. Tabungan
a. Tabungan iB Muamalat
Tabungan dalam mata uang Rupiah yang dapat digunakan untuk
beragam jenis transaksi, memberikan akses yang mudah, serta manfaat
yang luas. Tabungan muamalat kini hadir dengan dua pilihan kartu
ATM/Debit yaitu Kartu Shar-e Reguler dan Shar-e Gold.
61
Sumber: 2_Consumer Liabilities, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
b. Tabungan iB Muamalat Dollar
Tabungan dalam denominasi valuta asing US Dollar (USD) dan
Singapore Dollar (SGD) bertujuan untuk melayani kebutuhan
transaksi dan investasi yang lebih beragam.
c. Tabungan Muamalat iB Haji dan Umrah
Gambar 3. 5: Benchmark Tabungan Reguler
62
Tabungan haji dalam mata uang Rupiah dan valuta asing US Dollar
yang dikhususkan bagi Nasabah masyarakat muslim Indonesia yang
berencana menunaikan ibadah Haji dan Umrah.
Sumber: 2_Consumer Liabilities, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
d. Tabungan iB Muamalat Rencana
Tabungan iB Muamalat Rencana merupakan tabungan berjangka
dalam mata uang Rupiah, memiliki setoran rutin bulanan dan tidak
bisa ditarik sebelum jangka waktu berakhir kecuali penutupan
rekening serta pencairan dana hanya bisa dilakukan ke rekening
sumber dana. Tabungan iB Muamalat Rencana dapat membantu
mewujudkan berbagai rencana Nasabah.
Gambar 3. 6: Benchmark Tabungan Haji
63
Sumber: 2_Consumer Liabilities, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
e. TabunganKu Ib
Tabungan syariah dalam mata uang Rupiah yang sangat terjangkau
bagi Nasabah dari semua kalangan masyarakat.
f. Tabungan iB Muamalat Prima
Tabungan iB Muamalat Prima merupakan tabungan yang didesain
bagi Nasabah yang ingin mendapatkan bagi hasil maksimal dan
kebebasan bertransaksi.
Gambar 3. 7: Benchmark Tabungan Rencana
64
Gambar 3. 8: Deposito Mudharabah
3. Deposito
a. Deposito Mudharabah
Deposito syariah dalam mata uang Rupiah dan US Dollar yang
fleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal bagi Nasabah.
Deposito Mudharabah diperuntukkan bagi Nasabah perorangan dan
institusi yang memiliki legalitas badan.
Sumber: 2_Consumer Liabilities, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
2. Dana Pensiun Muamalat
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat dapat diikuti
oleh Nasabah yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah,
dengan pilihan usia pensiun dan iuran pensiun yang terjangkau, yaitu
minimal Rp20.000 (dua puluh ribu Rupiah) per bulan dan
pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank
Muamalat Indonesia atau dapat ditransfer dari bank lain.
65
PEMBIAYAAN
1. Konsumen
a. KPR iB Muamalat
KPR iB Muamalat adalah produk pembiayaan yang akan
membantu Nasabah untuk memiliki rumah tinggal/apartemen baru
(indent/ready stock) maupun secondary. Pembiayaan ini juga dapat
digunakan untuk pengalihan take over KPR dari bank lain,
pembangunan, dan renovasi rumah tinggal. Diperuntukkan bagi
perorangan (WNI) cakap hukum yang berusia minimal 21 tahun atau
maksimal 55 tahun untuk karyawan, dan 60 tahun untuk wiraswasta
atau profesional pada saat jatuh tempo pembiayaan.
b. iB Muamalat Umroh
Fasilitas bagi para Nasabah dengan tujuan membiayai perjalanan
ibadah umroh. Diperuntukkan bagi perorangan (WNI) cakap hukum
yang berusia minimal 21 tahun atau maksimal 55 tahun pada saat
jatuh tempo pembiayaan, dengan jangka waktu pembiayaan sampai
dengan 36 bulan.
c. iB Muamalat Koperasi Karyawan
Pembiayaan yang diberikan kepada koperasi karyawan untuk
disalurkan kepada para anggotanya (pegawai BUMN/PNS/swasta)
dengan tujuan pembelian barang halal.Diperuntukkan bagi para
anggota koperasi karyawan dan diajukan secara berkelompok.
66
d. iB Muamalat Multiguna
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan Nasabah dalam
pembelian barang halal (selain tanah, bangunan, mobil dan emas)
serta sewa jasa yang dibolehkan secara syariah (selain pembiayaan
haji dan umroh).
e. iB Muamalat Pensiun
iB Muamalat Pensiun adalah fasilitas pembiayaan yang diberikan
kepada para pensiunan PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD/Swasta untuk
pembelian barang konsumtif yang halal (termasuk rumah tinggal dan
kendaraan bermotor) atau sewa jasa halal (seperti keperluan
pendidikan anak, umroh, wisata, dan lainnya) dengan ketentuan
pembayaran manfaat pensiun wajib dialihkan melalui Bank Muamalat
Indonesia.
f. Pembiayaan Autoloan (Via Multifinance)
Pembiayaan yang diberikan kepada end user dengan tujuan
pembelian kendaraan bermotor (mobil dan motor) melalui perusahaan
multifinance yang bekerja sama dengan Bank Muamalat Indonesia.
2. Modal Kerja
a. iB Modal Kerja SME
Pembiayaan jangka pendek dengan prinsip syariah yang diberikan
kepada Nasabah untuk memenuhi kebutuhan modal kerja usaha/bisnis
dengan tujuan produktif.
b. iB Rekening Koran Muamalat
67
Pembiayaan jangka pendek untuk modal kerja yang bersifat
fluktuatif dengan perputaran transaksi yang cepat dengan penarikan
dana yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan melalui Cek atau Bilyet
Giro.
c. iB Muamalat Usaha Mikro
Pembiayaan dalam bentuk modal kerja dan investasi yang
diberikan kepada pengusaha mikro baik untuk perorangan maupun
badan usaha non hukum.
3. Investasi
a. iB Investasi SME
iB Investasi SME adalah pembiayaan yang akan membantu
kebutuhan investasi jangka menengah/panjang usaha Nasabah guna
membiayai pembelian barang-barang modal dalam rangka
rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru
sehingga mendukung rencana ekspansi yang telah disusun Nasabah.
Diperuntukkan bagi perorangan (WNI) pemilik usaha dan badan
usaha yang memiliki legalitas di Indonesia.
b. iB Properti Bisnis Muamalat
iB Properti Bisnis Muamalat adalah produk pembiayaan yang akan
membantu usaha Nasabah untuk membeli, membangun, ataupun
merenovasi properti maupun pengalihan take-over pembiayaan
properti dari bank lain untuk kebutuhan bisnis Nasabah.
Diperuntukkan bagi perorangan (WNI) pemilik usaha dan badan
usaha yang memiliki legalitas di Indonesia.
68
Dalam hal produk lainnya yang Bank Muamalat suguhkan pada pihak
Pondok Pesantren khususnya Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan adalah, dengan Bank Muamalat memberikan kemudahan untuk para
orang tua/wali santri, para santri, juga Pondok Pesantren Darunnajah itu
sendiri dalam melakukan pembayaran di Darunnajah tanpa mengalami
kesulitan, yaitu dengan menggunakan virtual account. Jadi dalam hal
pembayaran, pihak Pondok Pesantren tinggal membuka virtual account
daripada santri tersebut untuk memastikan sudah atau belumnya santri
tersebut dalam membayar pembayaran yang diwajibkan dari pihak Pondok
Pesantren. Dengan ini, dapat mempermudah dan mempersingkat waktu untuk
mengetahui santri tersebut sudah membayar atau belum.11
Selain itu, Bank Muamalat juga menawarkan kepada pihak Pondok
Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, bahwa Bank Muamalat
mempunyai yang namanya Smart Solution. Smart Solution adalah semacam
bentuk absen yang tidak manual dengan menggunakan computer/smartphone.
Jadi dengan Smart Solution guru-guru bisa mengabsen murid-muridnya,
dengan membuat grup sendiri secara internal, dengan menggunakan website
Bank Muamalat yang bekerja sama dengan suatu provider. Pada Smart
Solution, dapat terlihat santriwan/santriwati yang hadir atau tidak hadir di
sekolah. Begitupun orang tua juga bisa melihat kehadiran putra/putri mereka
di sekolah. Bank Muamalat sampai menawarkan produknya yang kearah sana
kepada pihak kelembagaan Pondok Pesantren Darunnajah, dan keuntungan
11
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017.
(terlampir)
69
dari produk itu sendiri untuk pesantren adalah untuk lebih memudahkan. Tapi
untuk gurunya, memang terlihat akan repot sedikit karena harus mengupdate
terus dari awal masuk jam pelajaran sekolah hingga akhir jam pelajaran
sekolah.12
Kegiatan pada Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut:13
Dalam tema besar pemasaran Bank Muamalat Indonesia tahun 2016,
program-program promosi untuk nasabah secara umum dilakukan melalui
Customer Gathering dan juga Community Program. Program ini menjadi
aktivitas rutin yang dilakukan di setiap Kantor Cabang guna meningkatkan
engagement dengan existing customer dan menggali potensi dari komunitas
lokal yang sesuai dengan target market bisnis Bank Muamalat Indonesia.
Salah satu aktivitas pemasaran di tahun 2016 yang cukup efektif adalah
kegiatan penjualan langsung dalam acara Keuangan Syariah Fair dan iB
Vaganza Expo, sebuah event untuk sosialisasi dan edukasi kepada publik
hasil kerja sama antara industri-industri di bawah naungan Otoritas Jasa
Keuangan. Bank Muamalat Indonesia aktif berpartisipasi dalam iB Vaganza
Expo sejak tahun 2012, diselenggarakan secara bergiliran di berbagai kota
besar di seluruh Indonesia. Selama tahun 2016, Bank Muamalat Indonesia
berpartisipasi pada rangkaian acara Keuangan Syariah Fair di Jakarta,
Palembang, Surabaya, Aceh, Makassar, dan Samarinda. Serta kegiatan iB
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017.
(terlampir) 13
Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 20 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
70
Vaganza Expo yang diselenggarakan di Jakarta dan Padang. Aktivitas point
of sale yang dilakukan pada kegiatan tersebut membuahkan hasil yang
menggembirakan berupa akuisisi nasabah baru dan pemerolehan Dana Pihak
Ketiga.
Selain itu, program Customer Gathering dilakukan untuk meningkatkan
engagement dan relationship dengan existing customer sekaligus memberikan
update informasi tentang produk dan program dari Bank Muamalat. Kegiatan
ini dapat menjadi salah satu wadah untuk mendapatkan feedback dari nasabah
loyal guna kemajuan Bank baik dari sisi produk maupun layanan, sehingga
Bank dapat memberikan layanan terbaik untuk seluruh nasabahnya.
Community Program adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh Bank
untuk memperkenalkan produk, program, dan edukasi perbankan kepada
komunitas lokal di sekitar Kantor Cabang. Kegiatan ini bekerjasama dengan
sekolah, yayasan pendikan Islam, pondok pesantren, komunitas pengajian,
komunitas hijabers, kelompok bimbingan haji dan lain-lain. Kegiatan ini
mendapatkan respon yang positif dari komunitas dan masyarakat, karena
dirasakan sangat bermanfaat terutama untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang perbankan.
Yang lebih menarik lagi adalah Bank Muamalat Indonesia melakukan
breaktrough sebagai perbankan syariah yang peduli kepada layanan untuk
Jamaah Umrah dan Haji dengan mempersembahkan Lounge Umroh di
Bandar Udara International Soekarno Hatta yang bekerjasama dengan
pengelola bandara (PTAngkasa Pura Solusi dan PT Angkasa Pura II).
71
Tema strategi Bank Muamalat Indonesia di tahun 2017 ini yaitu:
“AccelerateBusiness Growth Towards Healthy FinancialPerformance”. Bank
Muamalat Indonesia harus menentukan rencana pembangunan jangka pendek
untuk mencapai visi dan misi. Rencana-rencana tersebut tidak hanya untuk
memenuhi target di tahun 2017, namun juga harus mendukung keberlanjutan
target pada fase berikutnya.
Perencanaan strategis di tahun 2017 sejalan Visi M10-Y25. Visi M10-
Y25 yang merupakan singkatan dari “Bank Muamalat Indonesia menjadi 10
Bank terbesar di tahun 2025”. Bank Muamalat Indonesia telah
mengidentifikasi 3 (tiga) prioritas utama Bank di tahun 2017, yaitu:
1. Peningkatan Pendapatan;
2. Penyelarasan Arah Bisnis;
3. Optimalisasi Biaya.
Menuju tahun 2017, Bank Muamalat Indonesia akan terus melakukan
optimalisasi dan pengembangan dari produk, program, dan layanan dari tahun
sebelumnya. Bank Muamalat Indonesia akan lebih fokus untuk melakukan
promosi dan pemasaran melalui digital media sesuai dengan era modernisasi
yang sedang berlangsung tanpa meninggalkan traditional promotion yang
sudah lebih diketahui dan diakses oleh nasabah dan masyarakat,
mengedepankan layanan yang excellent, serta ikut aktif berperan dalam
memberikan edukasi tentang perbankan syariah yang mudah dimengerti oleh
masyarakat untuk segalaumur melalui interaksi langsung.
72
E. Legalitas Bank Muamalat Indonesia
Setiap lembaga keuangan yang ada di Indonesia dalam pendiriannya
harus memenuhi aspek-aspek legalitas agar bisa beroperasi. Begitupun Bank
Muamalat Indonesia yang termasuk ke dalam Bank Syariah. Bank Syariah
sebagai salah satu lembaga keuangan syariah yang eksis di Indonesia juga
memiliki landasan hukum dalam operasionalnya.
Berikut adalah landasan hukum legalitas Bank Islam di Indonesia:14
1. Undang-undang No. 7 Tahun 1992
Memperkenalkan sistem perbankan bagi hasil.Ketentuan tersebut
terdapat dalam pasal 1 angka (12), pasal 6 huruf (m), dan pasal 13 huruf
(c).secara lengkap pasal-pasal tersebut berbunyi:
a. Pasal 1 angka (12):
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan.”
b. Pasal 6 tentang Usaha Bank Umum Pasal 6 huruf (m):
“Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.”
14
Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017
darihttp://www.ekonomiislam.net/2017/01/ini-dia-landasan-hukum-legalitas-bank.html
73
c. Pasal 13 tentang Usaha BPR Pasal 13 huruf (c):
“Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.”
Ketentuan tentang bagi hasil tersebut ditindaklanjuti dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan
prinsip bagi hasil. Pasal 2 ayat 1 PP tersebut menetapkan bahwa: “Prinsip
bagi hasil adalah prinsip bagi hasil berdasarkan syariah” (harus sesuai
dengan syariat Islam).
Selanjutnya Pasal 6 PP tersebut secara tegas menetapkan:
Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya
tidak berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan melakukan
kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil.
2. Undang-undang No. 10 Tahun 1998
Undang-undang ini memberikan penegasan terhadap konsep
perbankan Islam dengan mengubah penyebutan “Bank Berdasarkan
Prinsip Bagi Hasil” pada Undang-undang No. 7 Tahun 1992, menjadi
“Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”. Juga terdapat penguatan kedudukan
Hukum Islam bidang perikatan dalam tatanan hukum positif. Pasal 1 ayat
(13) ini menyebutkan sebagai berikut:
74
“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum
Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina‟).”
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
Gambar 3. 9: Prinsip Syariah
75
Masalah yang diatur dalam undang-undang ini selain berupa
penegasan terhadap eksistensi Perbankan Syariah di Indonesia juga
menyangkut kelembagaan dan operasional Bank Syariah. Sebagai
pelaksanaan dari undang-undang ini, kemudian dikeluarkannya sejumlah
ketentuan pelaksanaan dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Direksi Bank
Indonesia yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan
kesempatan yang luas bagi pengembangan Perbankan Syariah di
Indonesia.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
Pada masa awal sebagai pengaturan lebih lanjut tentang ketentuan
operasional bank berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dikeluarkanlah SK
Direksi BI No. 32/34/KEP//DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum
berdasarkan prinsip syariah, dan SK Direksi BI No. 32/36/KEP/DIR
Gambar 3. 10: Alur Operasional Bank Syariah
76
tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip
Syariah. Kedua SK tersebut kemudian diganti dengan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) yaitu untuk Bank Umum Syariah diatur oleh PBI. No.
6/24/PBI/2004 tanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank Umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah jo PBI/No.
7/PBI/ 2005 tanggal 25 September 2005 tentang perubahan atas PBI No.
6/24/PBI No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dan untuk Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) diatur dengan PBI No. 6//17/PBI/2004 tanggal 1
Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah.
Pemberlakuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 ini merupakan momen
pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
Pada periode Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 ini juga dapat
dilihat adanya beberapa permasalahan hukum yang masih harus diatur
lebih lanjut dalam pengaturan tersendiri yang perlu dipertimbangkan
dalam regulasi perbankan nasional yang akan datang. Pada masa ini
operasional perbankan syariah masih mengacu pada ketentuan fatwa
Majelis Ulama Indonesia. Kedudukan fatwa belum mendapat pengakuan
yang kuat dalam tata urutan peraturan perundang-undangan, sehingga
dalam pengaturan ke depan, perlu pula dipertimbangkan pengukuhan
kedudukan fatwa dalam tata urutan perundang-undangan Indonesia.
77
3. Undang-undang No. 21 Tahun 2008
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
menyebutkan bahwa guna menjamin kepastian hukum bagi stakeholders
dan sekaligus memberikan keyakinan kepada masyarakat dalam
menggunakan produk dan jasa Bank Syariah, dalam Undang-undang
Perbankan Syariah ini diatur jenis usaha, ketentuan pelaksanaan syariah,
kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi Bank Syariah
maupun Unit Usaha Syariah yang merupakan bagian dari Bank Umum
Konvensional. Sementara itu, untuk memberikan keyakinan pada
masyarakat yang masih meragukan kesyariahan operasional Perbankan
Syariah selama ini, diatur pula kegiatan usaha yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung
unsur-unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.
Sumber: Orientasi Perbankan Syariah, gambar diakses pada tanggal 14 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
Gambar 3. 11: Konsep dan Sistem Perbankan Syariah
78
UU ini terdiri dari XIII Bab, Pasal 70. Undang-undang ini
mengatur tentang beberapa hal, yaitu:
Jenis usaha bank syariah
Ketentuan pelaksanaan syariah
Kelayakan usaha
Penyaluran dana bank syariah
Larangan bagi bank syariah dan unit usaha syariah
Kepatuhan syariah
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 memiliki beberapa ketentuan
umum dan akan memberikan implikasi tertentu, meliputi:
Istilah Bank Perkreditan Rakyat yang diubah menjadi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.Perubahan ini untuk lebih menegaskan
adanya perbedaan antara kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah.
Definisi prinsip syariah. Dalam definisi dimaksud memilki 2 pesan
penting yaitu: (1) prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam, dan (2)
penetapan pihak/lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang
menjadi dasar prinsip syariah.
Penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak terafiliasi
seperti halnya akuntan publik, konsultan, dan penilai.
Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan dibandingkan
definisi yang ada dalam undang-undang sebelumnya tentang perbankan
79
(Undang-undang No. 10 Tahun 1998).Dalam definisi terbaru, pembiayaan
dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa, transaksi jual
beli, transaksi pinjam meminjam, dan transaksi sewa menyewa jasa (multi
jasa).
Kemudian Bank Syariah yang telah mendapatkan izin usaha setelah
berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah ini, wajib mencantumkan dengan jelas kata “syariah” setelah kata
“bank” atau nama bank.
Sedangkan Unit Usaha Syariah yang telah mendapatkan izin usaha
setelah berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah ini, wajib mencantumkan dengan jelas frase “Unit Usaha Syariah”
setelah nama bank pada kantor Unit Usaha Syariah yang bersangkutan.
F. Keunggulan Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia sebagai pioneer di industri perbankan
syariah Indonesia memiliki posisi yang unik dan sekaligus menjadi tantangan
tersendiri khususnya bagi pengembangan bisnisnya. Sebagai pioneer Bank
Muamalat Indonesia menginisiasi beberapa lembaga keuangan maupun non
keuangan yang memiliki kaitan terhadap industri keuangan syariah di
Indonesia. Bank Muamalat Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam
pendirian Multifinance Syariah, Asuransi Syariah, DPLK yang beroperasi
sesuai praktik syariah, hingga pendirian lembaga pelatihan maupun lembaga
80
zakat dan sosial. Bank Muamalat Indonesia juga menjadi bank syariah
pertama dan satu-satunya yang memiliki cabang penuh di luar negeri.
Namun, Bank Muamalat Indonesia tidak akan cukup berpuas diri
hanya dengan status sebagai pelopor industri perbankan syariah di Indonesia
saja, tetapi akan senantiasa meningkatkan performa bisnisnya melalui layanan
prima di seluruh jaringan kantornya dan senantiasa mengembangkan produk
serta jasa yang dapat mendukung kebutuhan nasabah baik perorangan
maupun korporasi. Bank Muamalat Indonesia yakin, dengan dukungan
pemerintah, otoritas, maupun bank sentral, penetrasi industri perbankan
syariah akan semakin tinggi dan Bank Muamalat Indonesia akan senantiasa
mempersiapkan diri untuk dapat bersaing dalam kompetisi antar perbankan
syariah dan juga perbankan nasional.15
KPR Syariah Bank Muamalat iB juga merupakan bank umum pertama
yang menerapkan sistem syariah Islam di Indonesia. Bank Muamalat juga
menyalurkan KPR Syariah yang diberi nama KPR Muamalat iB. Selain itu di
Bank Muamalat, nasabah dapat menikmati program Muamalat Berbagi
Rezeki yang menawarkan berbagai keuntungan sepanjang tahun seperti
mendapatkan hadiah, subsidi transaksi electronic banking dan subsidi belanja
dengan kartu debit Bank Muamalat.16
15
Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 20 Agustus 2017 dari Digital
Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com 16
Bank Muamalat Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 10 April 2017
darihttp://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat
81
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Penerapan strategi pemasaran pada kelembagaan Pondok Pesantren di
wilayah Jakarta Selatan
Salah satu fokus utama yang terpenting adalah meningkatkan
pendapatan utama Bank. Untuk itu, diperlukan strategi percepatan
pertumbuhan bisnis yang sejalan dengan strategi optimalisasi modal. Upaya
peningkatan pendapatan dilakukan dengan meningkatkan pendapatan berbasis
jasa melalui produk-produk jasa yang telah dimiliki, misalnya Trade Finance
dan Bancassurance. Upaya peningkatan produktivitas sales dan upaya
penagihan (collection) yang agresif akan dilakukan untuk mengoptimalkan
upaya peningkatan pendapatan.1
Dalam strategi pemasaran, perusahaan/bank biasanya memilih bagian
pasar yang paling efektif untuk dimasuki. Tingkat kompetisi pemasaran setiap
bank itu semakin ketat, maka masing-masing bank harus jeli dalam memilih
pasar sasarannya agar selalu unggul dalam memasarkan produk-produknya.
Dengan memilih pasar sasarannya, diharapkan usaha-usaha pemasaran yang
dilakukan suatu bank dapat mencapai tujuan bank itu sendiri secara efektif
dan efisien, dan selanjutnya, bank akan memutuskan segmen mana yang
menyajikan peluang lebih besar untuk mereka, yang kebutuhannya dapat
dipenuhi oleh bank itu sendiri dengan cara yang unggul.
1 Laporan tahunan 2016, artikel diakses pada 20 Agustus 2017 dari Digital Library
Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib
82
Penerapan Strategi Pemasaran melalui langkah-langkah sebagai
berikut:2
1. Segmentasi Pasar, merupakan kegiatan membagi suatu pasar
menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin
memerlukan produk atau ramuan pemasaran tersendiri. Bank dalam
menjual produknya ke nasabah membagi pasar menjadi beberapa
jenis sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan. Pembagian
pasar ini akan memudahkan bank dalam menentukan nasabah atau
konsumen sasarannya.
2. Menetapkan Pasar Sasaran, artinya mengevaluasi keaktifan setiap
segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih
untuk dilayani. Menetapkan pasar sasaran dengan cara
mengembangkan ukuran-ukuran dan daya tarik segmen kemudian
memilih segmen sasaran yang diinginkan.
3. Menentukan Posisi Pasar, yaitu menentukan posisi yang kompetitif
untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa diposisikan pada
posisi yang diinginkan oleh nasabah, sehingga dapat menarik minat
nasabah untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen mana yang
akan dimasuki dengan cara menentukan dimana posisi yang ingin
ditempati dalam segmen tersebut.
Setiap perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran yang tepat
agar mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat sekaligus untuk
2 Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 100.
83
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seiring dengan tumbuhnya bank-bank
yang berprinsip syariah, menuntut Bank Muamalat Indonesia untuk meninjau
kembali strategi yang telah digunakan dalam mencari dan mempertahankan
nasabah untuk menjaga loyalitasnya. Bank Muamalat Indonesia perlu
menciptakan suatu teknik maupun strategi komunikasi pemasaran yang tepat.
Bank Muamalat dalam menanggapi persaingan dan penyampaian produk
kepada nasabah dengan menerapkan strategi pemasaran yang terangkum
dalam marketing mix, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Produk
Pengertian produk menurut Philip Kotler adalah sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk
digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan. Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa produk adalah
sesuatu yang memberikan manfat baik dalam hal memenuhi kebutuhan
sehari-hari atau sesuatu yang ingin dimiliki oleh konsumen. Untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan akan produk, maka konsumen harus
mengorbankan sesuatu sebagai balas jasanya, misalnya dengan cara
pembelian.3
Untuk terus memberikan produk dan layanan terbaik, Bank
Muamalat Indonesia melakukan pendekatan human customer centric,
sebagai strategi dalam mengembangkan produk dan layanan maupun
pemasarannya. Dinamika persaingan yang semakin ketat dan
perkembangan teknologi yang pesat menuntut bank untuk senantiasa
3 Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 123.
84
berinovasi dalam berbagai hal baik produk, layanan, maupun strategi
pemasaran agar senantiasa dapat memenuhi kebutuhan nasabah. Strategi
pemasaran didasari atas pemahaman akan kebutuhan dan keinginan para
nasabah (voice of customer). Guna menggali pemahaman tersebut,
dilakukan pendekatan secara langsung kepada customer melalui program
customer engagement untuk mendapatkan customer insight yang
kemudian diterjemahkan menjadi produk atau layanan yang dibutuhkan.
Kemudian dikomunikasikan melalui program pemasaran dan media yang
fokus pada masing-masing target segmen nasabah yang dituju dengan
saluran distribusi yang sesuai bagi masing-masing target segmen
tersebut. Program pemasaran yang dijalankan bersifat nasional maupun
lokal yang didesentralisasikan kepada setiap kantor wilayah. Sehingga
jenis program pemasaran yang dilaksanakan dapat berbeda di setiap
wilayah sesuai dengan fokus segmen maupun potensi yang ada di
masing-masing wilayah tersebut.
b. Harga
Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam
kegiatan pemasaran. Harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan,
mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa
perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap
produk yang ditawarkan nantinya. Harga bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah bagi hasil.4
4 Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 135.
85
Berdasarkan data wawancara yang telah dilakukan, Bank
Muamalat dalam menentukan bagi hasil/nisbah sudah distandarkan dari
pusat. Bank Muamalat mengutamakan prinsip keadilan. Harga yang
sudah ditetapkan Bank Muamalat sangat kompetitif dengan bank lainnya.
Bagi Bank Muamalat, jumlah santri itu penting. Karena jumlah
santri akan membuat customer base Bank Muamalat meningkat, dan
jumlah produk yang Bank Muamalat tawarkan juga menjadi semakin
banyak variasinya.Tingkat rasio 10 orang dengan 1000 orang rasionya
jelas berbeda. Bagaimana Bank Muamalat mempopulasikannya. Bank
Muamalat melihat dari jumlah santrinya, berikut penuturannya:
“Jadi kalau jumlah santrinya sedikit, Bank Muamalat juga tidak
mungkin menawarkan produk yang massal. Karena akan ada biaya yang
harus ditanggung oleh mereka. Beban-beban seperti pembayarannya, itu
kan sudah biaya. Biaya interconnectionnya. Kalau jumlah santrinya
sedikit, kasihan dengan beban biaya yang terlalu besar. Jadi berkaitan
dengan biaya, selalu berkaitan dengan biaya.”5
Jadi strateginya adalah Bank Muamalat melihat jumlah potensi
santri dibanding dengan biaya yang ada dari kemampuan suatu pondok
pesantren itu menjadi ada 3 sisi: biaya, jumlah santri, dan kemauan dari
pondok pesantren itu sendiri untuk dapat mengumpulkan dana.
5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017.
(terlampir)
86
c. Distribusi
Kegiatan distribusi diidentikkan dengan pemilihan lokasi yang
dilakukan perusahaan dalam menyampaikan jasanya. Yang dimaksud
dengan lokasi bank adalah tempat dimana diperjualbelikannya produk
cabang bank dan pusat pengendalian perbankan. Penentuan lokasi suatu
cabang bank merupakan salah satu kebijakan yang sangat penting. Bank
yang terletak dalam lokasi yang strategis sangat memudahkan nasabah
dalam berurusan dengan bank.6
Bank Muamalat menginginkan semua Pondok Pesantren
bergabung dengan Bank Muamalat. Tidak hanya pada Pondok Pesantren
yang besar-besar saja, yang lain pun yang kecil-kecil juga
disosialisasikan oleh Bank Muamalat. Tapi memang Bank Muamalat
juga melihat kondisi lokasi dari pada Pondok Pesantren itu sendiri. Bank
Muamalat sanggup atau tidak untuk menangani Pondok Pesantren yang
jumlah cabangnya banyak dengan jumlah santri yang sedikit. Karena
semua itu harus diperhitungkan juga benefit dari kedua belah pihak. Baik
dari pihak Bank Muamalat, juga dari pihak pondok pesantren itu sendiri.
Buat Bank Muamalat, strategi di bank itu sama. Ada gula ada semut.
Yang penting kedua sisinya jalan.
d. Promosi
Promosi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan
mempertahankan nasabahnya. Salah satu tujuan promosi bank adalah
menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha
6 Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 145.
87
menarik calon nasabah yang baru. Kemudian promosi juga berfungsi
mengingatkan nasabah akan produk, promosi juga ikut memengaruhi
nasabah untuk membeli dan akhirnya promosi juga akan meningkatkan
citra bank di mata para nasabahnya.7
Awal cikal bakal Bank Muamalat bisa menerapkan strategi
pemasaran dengan satu-satunya pondok pesantren di wilayah Jakarta
Selatan yang bekerja sama dengannya, yaitu Pondok Pesantren
Darunnajah, adalah dengan melakukan promosi yang berawal dengan
memberikan pembiayaan. Bank Muamalat memberikan pembiayaan
untuk pembangunan local class. Bank Muamalat juga terus menawarkan
produk-produk baru diantaranya: deposito, tabungan untuk para santri
dan guru/stafnya, juga pembayaran para santrinya. Setiap dari santri di
Pondok Pesantren Darunnajah diwajibkan untuk memiliki tabungan di
Bank Muamalat, dan itu termasuk dari strategi pemasaran Bank
Muamalat terhadap Pondok Pesantren Darunnajah. Berikut penuturan
Bapak Bambang Setiawan selaku Branch Manager Bank Muamalat
Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan:
“Yang membuat senangnya, Pondok Pesantren dan sekolahan itu
komunitasnya hampir sama….”8
Yang membuat bedanya, orang tua dari pondok pesantren lebih
tersebar di mana-mana. Jadi kendalanya juga jelas ada. Salah satu
kendalanya, mereka sudah memiliki rekening dari Bank lain. Dan berikut
tanggapannya:
7 Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 155.
8 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)
88
“Tapi tidak masalah, selagi tujuan akhirnya di rekening Bank
Muamalat, dan putra/putri mereka memiliki virtual account disana. Itu
salah satu yang membuat Bank Muamalat di Lembaga Pendidikan lebih
bagus, karena strateginya dapat semua.”9
e. Proses
Merupakan keterlibatan pelanggan dalam pelayanan jasa, proses
aktivitas, standar pelayanan, kesederhanaan, atau kompleksitas prosedur
kerja yang ada di bank yang bersangkutan.10
Salah satu proses Bank Muamalat dalam menerapkan strategi
pemasarannya pada lingkup Kelembagaan Pondok Pesantren, khususnya
pada Pondok Pesantren Darunnajah, yaitu dengan Bank Muamalat
memiliki database yang berasal dari guru-guru Pondok Pesantren
tersebut. Pertama kali yang dilakukan oleh Bank Muamalat untuk
menawarkan produknya mungkin tidak melalui door to door, tapi melalui
telfon dulu. Membuat janji pada yang bersangkutan dan bertemu dengan
orang tua santri tentunya. Ini jaringan untuk para orang tua/wali santri
yang belum mempunyai rekening Bank Muamalat.
“Bank Muamalat datangi.Bank Muamalat telfon, lalu membuat
janji, dan menjelaskan bahwa di Pondok Pesantren tempat bersekolah
9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017.
(terlampir) 10
Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 120.
89
putra/putri ibu telah menggunakan Bank Muamalat untuk mempermudah
dalam transaksi pembayarannya.”11
Begitulah penuturan Pak Bambang Setiawan selaku Branch
Manager Bank Muamalat Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan,
dalam menyikapi para orang tua/wali santri pondok pesantren yang
belum mempunyai rekening Bank Muamalat. Untuk yang kedua yang
lebih menguntungkannya lagi, dari pihak pesantrennya sendiri yaitu
pengurusnya, yang mewajibkan para santriwan/santriwati untuk memiliki
rekening Bank Muamalat.
Selain itu, yang didapat Bank Muamalat dari database santri yang
ada: Pertama, yang Bank Muamalat dapat dari santrinya yaitu
tabungannya, yang kedua, dari orang tua/wali santriya yaitu deposito dan
tabungan, atau yang ketiganya, Bank Muamalat kenal dengan orang
tuanya, dan orang tuanya membutuhkan dana untuk meminjam. Jadi
dapat 3 sisi, dan berikut penjelasan Pak Bambang Setiawan perihal
keuntungan yang didapat dari pondok pesantrennya yaitu:
“Pondok pesantren mau membangun gedungnya melalui Bank
Muamalat. Mengumpulkan dananya juga gak perlu repot-repot dari bank
lain, karena Bank Muamalat sudah siap. Kalau ada apa-apa untuk
11
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagai Branch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017.
(terlampir)
90
hubungan interaksi kesejahteraan guru-gurunya, Bank Muamalat
siapkan juga pembiayaannya.”12
Begitulah penjelasan Pak Bambang Setiawan terkait keuntungan
yang diperoleh oleh pondok pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan. Itulah dua sisi yang harus Bank Muamalat dapatkan. Suatu
strategi itu tidak hanya melulu dari segi financial funding. Bank harus
dua sisi, bisa menyalurkan juga melempar lagi.
f. Orang
Yaitu semua orang yang terlibat aktif dalam pelayanan dan
memengaruhi persepsi pembeli, nama, pribadi pelanggan, dan pelanggan-
pelanggan lain yang ada dalam lingkungan pelayanan. Meliputi kegiatan
untuk karyawan, seperti kegiatan rekrutmen, pendidikan dan pelatihan,
motivasi, balas jasa, dan kerja sama, serta pelanggan yang menjadi
nasabah atau calon nasabah.13
Bank Muamalat selalu berupaya untuk memenuhi kesejahteraan
karyawannya, baik yang berupa kesejahteraan finansil maupun non
finansial. Kesejahteraan non finansial dikedepankan dengan diadakannya
fasilitas-fasilitas baik yang bersifat mental, fisik, maupun keagamaan.
Kesejahteraan karyawan menjadi salah satu program yang terus menerus
dievaluasi kesesuaiannya dengan kebutuhan dan pasar.
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017.
(terlampir) 13
Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 120.
91
g. Bukti fisik
Adalah terdiri dari adanya logo atau symbol perusahaan, moto,
fasilitas yang dimiliki, seragam karyawan, laporan, kartu nama, dan
jaminan perusahaan.14
Bank Muamalat Indonesia telah menerjemahkan Budaya
Perusahaan sebagai nilai-nilai yang harus dipatuhi serta menjadi
pedoman perilaku sehari-hari. Internalisasinya dilakukan secara
menyeluruh serta rutin melalui kegiatan sehari-hari yang dekat dengan
aktivitas operasional Bank sehingga menjadi lebih mudah untuk diresapi.
Tahun 2016 sendiri menjadi tahun redefining bagi Budaya Perusahaan
Muamalat menjadi nilai-nilai yang mencakup Islami, Modern, dan
Profesional (IDEAL) yang terangkum dalam simbol berikut:15
Sumber: Laporan Tahunan 2016 Bank Muamalat Indonesia, gambar diakses pada tanggal 20
September 2017 dari Digital Library Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib.com
14
Kasmir, S.E., MM, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 120. 15
Laporan tahunan 2016, artikel diakses pada 20 Agustus 2017 dari Digital Library
Muamalat Institute www.bit.ly/reg-digilib
Gambar 4. 1: SIMBOL IDEAL
92
Arah putaran yang berlawanan arah pergerakan jarum jam
menggambarkan bahwa Muamalat mengikuti sunatullah (sistem tata
surya, putaran tawaf, Neutron Elektron). Ketiga putaran memiliki warna
masing-masing yang memiliki filosofi tersendiri. Warna hijau
merepresentasikan nilai universal yang segar, memiliki kesesuaian
dengan gambaran dunia Islam sehingga relevan menggambarkan nilai
Islami. Warna oranye adalah warna yang atraktif dan dinamis yang sesuai
untuk menggambarkan modernitas. Dan warna ungu merepresentasikan
makna kedewasaan dan kemapanan yang sesuai dengan nilai profesional.
Putaran ketiga nilai utama tersebut mengelilingi dan menjaga
pusatnya yaitu logo “Dal-Yaa‟-Nuun” yang memiliki dua makna, yaitu
pertama adalah “Ad Diin” yang berarti agama, dan kedua adalah
“Madaniyah” yang mewakili niat-niat luhur Bank Muamalat Indonesia
untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur sesuai
konsep Islam. Setelah melakukan redefining, Bank secara gencar
mensosialisasikan Budaya Perusahaan kepada seluruh insan Bank
Muamalat Indonesia. Untuk mengawal penerapannya, Bank mengambil
orang-orang terpilih dari masing-masing cabang yang akan bertugas
sebagai Change Ambassador. Para Change Ambassador ini menjalani
training tentang Budaya IDEAL serta program komunikasinya untuk
kemudian mendorong seluruh insan Bank Muamalat Indonesia untuk
memakai, menghafal, memahami, meyakini, dan menerapkan nilai-nilai
tersebut.
93
Bank pun melakukan selebrasi terhadap perubahan positif ini
dengan mengadakan Culture Festival. Ajang ini juga akan menjadi sarana
untuk mengapresiasi kerjakeras Change Ambassador dari seluruh
Indonesia atas program mereka untuk mengintensifkan sosialisasi
Budaya IDEAL kepada karyawan lainnya.
Selain itu, Bank Muamalat juga sudah bagus dalam memperhatikan
bukti fisik, hal ini dapat dilihat juga dari kebersihan setiap kantornya, lay
out kantor yang dapat memberikan kenyamanan bagi nasabah dan
efektifitas kinerja Bank Muamalat. Juga Bank Muamalat memliki warna
yang khas pada pakaian yang digunakan para stafnya yaitu warna ungu.
B. Kendala-kendala strategi pemasaran Bank Muamalat pada kelembagan
Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan
Kendala Bank Muamalat salah satunya adalah, berikut penuturan Pak
Bambang Setiawan:
“Kalau ingin melakukan pemasaran ke pondok pesantren, masih
banyak yang mempertanyakan “ini tuh bener gak sih syariahnya?”, kadang-
kadang orang masih sering mempertanyakan hal itu…”16
Walaupun jelas bahwa Bank Muamalat adalah Bank Syariah, tapi
masih tetap saja ada yang mempertanyakan hal itu. Berikut penuturan beliau
selanjutnya:
16
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017.
(terlampir)
94
“Keduanya, kemudahan dalam bertransaksi.Tidak sedikit juga yang
masih mempertanyakan, “mudah gak sih saya bertransaksi?”17
Karena tidak semuanya paham bahwa Bank Syariah sudah sama
dengan Bank besar lainnya (Mandiri, BCA) dll. Mungkin karena banyak yang
masih belum mengenal Bank Muamalat. Selanjutnya:
“Ketiganya, karena orang tua santrinya berada di berbagai penjuru
Indonesia jadi bermacam-macam (ada plus minusnya ya).”18
Kadang para orang tua/wali santri ingin menuntut yang maksimal, tapi
Bank Muamalat tidak bisa memberi maksimal karena keterbatasan
tempat/lokasi. Ingin bertransaksinya tujuannya ke Bank Muamalat, tapi
kadang-kadang koneksi Bank Muamalat sistemnya ada gangguan, dan
jaringannya juga suka ada hambatan. Selanjutnya Pak Bambang menyatakan
bahwa:
“Yang menjadi kendala lagi, pihak pesantrennya itu membuat Bank
Muamalat kadang-kadang kesulitan untuk masalah transaksi, dana dan
biaya-biaya yang terjadi di transaksi-transaksi Bank Muamalat.”19
Karena itu, solusi untuk mengatasinya adalah dengan melakukan
semua transaksi di Bank Muamalat, agar bisa menebus biaya dengan
menutupnya dari dana yang mengendap di Bank Muamalat.
17
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir) 18
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir) 19
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)
95
C. Upaya-upaya Bank Muamalat dalam menghadapi kendala-kendala
pelaksanaan strategi pemasarannya pada kelembagaan Pondok
Pesantren di wilayah Jakarta Selatan
Pak Bambang Setiawan selaku Branch Manager Bank Muamalat
Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan menjelaskan:
“Yang pertama untuk jaringan, Bank Muamalat kan kalau jaringan
suka ada gangguan, mau nggak mau Bank Muamalat harus meningkatkan
lagi kemampuan sistemnya.”20
Misalnya, jaringan Bank Muamalat Cuma 5,5 dinaikkan jadi 10. Jadi
kemampuannya harus lebih kuat. Jaringannya untuk inter koneksi ATM, dan
inter koneksi virtual account. Bank Muamalat harus meningkatkan
kemampuan dari kapasitas sistemnya. Penuturan beliau selanjutnya:
“Terus kalau yang untuk kemudahan dalam bertransaksi, mau nggak
mau Bank Muamalat harus membuat banyak jaringan.”21
Jadi, Bank Muamalat harus membuat banyak jaringan lagi di setiap
daerah yang ada di Indonesia. Dengan cara
mensosialisasikan/memperkenalkan lagi produk dan program Bank
Muamalat, juga tidak lupa memberikan edukasi tentang perbankan syariah
kepada daerah-daerah yang belum Bank Muamalat sosialisasikan. Dengan
adanya sosialisasi ini, Bank Muamalat bisa mendapatkan respon yang positif
dari masyarakat, karena dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang
perbankan syariah. Juga, agar setiap daerah di Indonesia, yang tadinya banyak
20
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir) 21
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)
96
daerah yang belum mengenal Bank Muamalat jadi mengenal Bank Muamalat.
Selanjutnya Pak Bambang Setiawan menuturkan:
“Yang ketiga, dana-dana dari pihak pesantren full satu pintu.”22
Jadi
maksud dari penuturan Pak Bambang Setiawan di atas adalah, dana-dana dari
pesantren masuk full satu wadah di Bank Muamalat. Jadi semua transaksinya
ada di Bank Muamalat, dan itu akan jauh membantu Bank Muamalat untuk
menghitung, merejuce biaya-biaya yang terjadi yang dibebankan kepada
santri. Karena Bank Muamalat ingin merekoneksi antara pondok pesantren
dengan kantor Bank Muamalat. Beliau menambahkan:
“Pondok pesantren itu maunya free. Tidak apa asal pondok pesantren
itu punya kemampuan dan kemauan, kita jalan.”23
Begitulah ungkapan Pak Bambang Setiawan selaku Branch Manager
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan dalam
menjelaskan terkait upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Muamalat
Indonesia dalam menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi
pemasarannya pada lingkup kelembagaan pondok pesantren di wilayah
Jakarta Selatan.
22
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir) 23
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bambang Setiawan sebagaiBranch Manager Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, 25 Agustus 2017. (terlampir)
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya
maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi pemasaran yang diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia yang
terangkum dalam marketing mix meliputi:
a. Produk, untuk terus memberikan produk dan layanan terbaik
Bank Muamalat Indonesia melakukan pendekatan human
customer centric.
b. Harga, Bank Muamalat dalam menentukan bagi hasil/nisbah
sudah distandarkan dari pusat. Bank Muamalat mengutamakan
prinsip keadilan.
c. Distribusi, Bank Muamalat menginginkan semua Pondok
Pesantren bergabung dengan Bank Muamalat.
d. Promosi, promosi pada penerapan strategi pemasaran yaitu
mensosialisasikan, memberikan pembiayaan, mewajibkan
para santri dan pengurus membuat rekening Bank Muamalat.
e. Proses, Bank Muamalat memiliki database yang berasal dari
guru-guru Pondok Pesantren tersebut.
f. Orang, Bank Muamalat selalu berupaya untuk memenuhi
kesejahteraan karyawannya, baik yang berupa kesejahteraan
finansil maupun non finansial.
98
g. Bukti fisik, kantor yang bersih, lay out yang bagus, dan
memiliki warna yang khas pada pakaian yang digunakan para
stafnya.
2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia dalam
melaksanakan strategi pemasarannya pada lingkup kelembagaan Pondok
Pesantren di wilayah Jakarta Selatan adalah masih banyak yang
mempertanyakan kesyariahan Bank Mumalat, tidak sedikit yang masih
mempertanyakan kemudahan dalam bertransaksinya, para orang tua/wali
santri yang berada di berbagai penjuru Indonesia dan memiliki berbagai
macam pandangan (ada plus minusnya), dan terkadang pihak
pesantrennya membuat Bank Muamalat kesulitan dalam masalah
transaksi, dana, dan biaya-biaya yang terjadi di transaksi-transaksi Bank
Muamalat.
3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam
menghadapi kendala-kendala pelaksanaan strategi pemasarannya pada
lingkup kelembagaan Pondok Pesantren di wilayah Jakarta Selatan
adalah dengan Bank Muamalat meningkatkan lagi kemampuan
sistemnya, membuat banyak jaringan lagi, dan dana-dana dari pihak
pesantren terkumpul dalam satu wadah yaitu di Bank Muamalat.
B. Saran
Adapun saran untuk Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bank Muamalat Indonesia harus meningkatkan lagi kemampuan
sistemnya, agar kemampuan sistemnya dapat lebih kuat.
99
2. Bank Muamalat Indonesia harus membuat lebih banyak lagi jaringannya.
Dengan cara mensosialisasikan/memperkenalkan lagi produk dan
program Bank Muamalat, juga tidak lupa memberikan edukasi tentang
perbankan syariah kepada daerah-daerah di Indonesia yang belum Bank
Muamalat sosialisasikan.
3. Karena Bank Muamalat Indonesia adalah Bank Syariah pertama di
Indonesia, dan sangat erat kaitannya dengan Lembaga Pendidikan Islam
di Indonesia khususnya pondok pesantren, Bank Muamalat Indonesia
harus bisa menjaga jalinan kerjasama yang sudah terjalin ini dengan baik
pada Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia khususnya pondok
pesantren.
100
DAFTAR PUSTAKA
Asy‟ari, Zubaidi Habibullah. Moralitas Pendidikan Pesantren.
Yogyakarta: LKPSM – NU DIY, 1995.
Nasution, Mustafa Edwin dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.
Jakarta: Kencana, 2006.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Yogyakarta: Ekonisia,
2004.
Al Arif, M. Nur Rianto, S.E., M.Si. Dasar-Dasar Pemasaran Bank
Syariah. Bandung: Alfabeta, 2012.
Yunus, Eddy. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI, 2016.
Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1991.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta:
PT Bumi Aksara: 2013.
Yulistiani, Indriati. Ragam Penelitian Kualitatif. Penelitian Lapangan.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.
Hidayati, Nurul. “Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan
Kualitatif”. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
J, Moleong Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Jakarta: Rajawali Pers,
2015.
Indonesia, Ikatan Bankir. Strategi Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Al Arif, M. Nur Rianto. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung:
Alfabeta, 2012.
101
Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010.
Rangkuti, Freddy. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Sumar‟in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012.
Antonio, M. Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Tim Penyusun. Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan
Profesionalisme Santri denagn Metode Daurah Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren dan Yayasan Kantata Bangsa, 2005.
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, INIS, 1994,
dalamPemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan
Profesionalisme Santri denagn Metode Daurah Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren dan Yayasan Kantata Bangsa , 2005.
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang
unsur dan Nilai sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS, 1994.
M Arifin. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi
Aksara, 1993.
Kasmir, S.E., MM. Pemasaran Bank. Jakarta: Prenada Media Group,
2004.
LAPORAN-LAPORAN:
Laporan Tahunan 2016 Bank Muamalat Indonesia.
DAFTAR WAWANCARA:
Bambang Setiawan, Branch Manager Bank Muamalat Indonesia Kantor
Cabang Fatmawati Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi. Jakarta,
25Agustus 2017.
SUMBER INTERNET:
http://rocketmanajemen.com/tujuan-strategi-pemasaran/
http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat
www.bit.ly/reg-digilib
102
LAMPIRAN