strategi pengembangan manajemen sistem informasi publik

24
1 STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIKMAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sistem Informasi Publik Yang Dibina Oleh Bapak Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Oleh : WAKHIDATUL AMANI 135030107113015 ROSI VONICA 135030107113019 ALI MASKUR MUSA 135030107114001 ERIN DAMAYANTI 135030118113001 DWIKA ANDHIKA PUTRI 135030118113009 WICAKSONO NUR SYAMSI 135030118113027 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 2014/2015

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

1

“STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI

PUBLIK”

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Sistem Informasi Publik

Yang Dibina Oleh Bapak Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

Oleh :

WAKHIDATUL AMANI 135030107113015

ROSI VONICA 135030107113019

ALI MASKUR MUSA 135030107114001

ERIN DAMAYANTI 135030118113001

DWIKA ANDHIKA PUTRI 135030118113009

WICAKSONO NUR SYAMSI 135030118113027

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

2014/2015

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara substansial kerja pengelolaan informasi publik saat ini telah

mendapatkan perhatian serius dari kalangan baik birokrasi pemerintah dan

lembaga publik lainnya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari

perkembangan pergaulan dunia serta proses yang kini tengah dijalani

Indonesia sebagai negara demokrasi.

Informasi publik merupakan hak dasar yang mesti dipenuhi oleh

lembaga publik untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Informasi ini

ketika dikemas sedemikian rupa akan dapat mendukung berkembangnya

partisipasi publik dan hubungan yang ideal antara masyarakat dengan

aparatur pemerintah.

Akan tetapi, faktanya kemampuan sebagian masyarakat Indonesia

dalam mengakses informasi tidak sama baik dalam hal kuantitas maupun

kualitas, bukan saja terhadap media yang berbasis teknologi komunikasi

dan informasi, tetapi juga media konvensional yang telah berkembang

sebelumnya. Kesenjangan informasi terjadi antara masyarakat baik dari

latar belakang pendidikan, faktor ekonomis dengan faktor lingkungan

geografis tempat tinggal.

Kehadiran Undang-Undang No 14/2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik ini pun dikhawatirkan dapat menimbulkan “kepanikan”

di kalangan birokrasi, karena bisa jadi masyarakat berbondong-bondong

menyerbu instansi pemerintah dan meminta informasi apa saja yang

mereka inginkan. Apa saja. Bisa saja nanti ada yang meminta penjelasan

secara teknis maupun non-teknis tentang penanganan bencana lumpur di

Sidoarjo, atau permintaan literatur yang sebenarnya sangat lama, misalnya

berapa lokasi pekuburan Belanda di Indonesia.

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

3

Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan sistem dan metoda

pelayanan informasi publik yang efisien, dan efektif dengan bobot materi

informasi yang terpercaya. Semua hal tersebut hendaknya dilakukan oleh

instansi/lembaga penyedia informasi publik secara sinergi; hal ini sangat

penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

instansi/lembaga penyedia informasi publik baik di pusat maupun daerah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep strategi pengembangan manajemen sistem

informasi publik ?

1.2.2 Bagaimana pendekatan pengembangan manajemen sistem

informasi publik ?

1.2.3 Bagaimana metodologi pengembangan sistem dan perangkat ?

1.2.4 Bagaimana langkah-langkah pengembangan manajemen sistem

informasi publik ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk memahami dan menganalisis konsep strategi pengembangan

manajemen sistem informasi publik.

1.3.2 Untuk memahami dan menganalisis pendekatan pengembangan

manajemen sistem informasi publik.

1.3.3 Untuk memahami dan menganalisis metodologi pengembangan

sistem dan perangkat.

1.3.4 Untuk memahami dan menganalisis langkah-langkah

pengembangan manajemen sistem informasi publik.

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Strategi Pengembangan

Pengembangan sistem (system development) merupakan aktivitas

menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama

secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang sudah ada.

Pengembangan sistem menurut Rustono (2003) dilakukan dengan

merencanakan dan mengembangkan arsitektur sistem informasi organisasi

yang terdiri atas komponen-komponen software, hardware, brainware,

proses dan prosedur, infrastruktur, dan standar.

Pengembangan sistem informasi menurut Loudon (dalam Husein dan

Wibowo, 2000:89) didorong oleh faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal adalah faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi

adopsi dan desain sistem. Beberapa faktor lingkungan eksternal adalah

peningkatan biaya tenaga kerja atau sumber daya lain, persaingan dari

perusahaan lain dan perubahan regulasi pemerintah (UU). Sedangkan

faktor internal adalah faktor institusional organisasi yang mempengaruhi

proses adopsi dan desain sistem informasi. Faktor ini mencakup value (tata

nilai), norma, dan hal-hal penting yang dapat membentuk strategi penting

dalam organisasi.

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

5

Sumber: Loudon (dalam Husein dan Wibowo, 2000)

Gambar 1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan

Sistem Informasi

Menurut Earl (1989), strategi pengembangan sistem informasi

meliputi tiga pilar utama, yaitu Information System Strategy (ISS),

Information Technology Strategy (ITS), dan Information Management

Strategy (IMS). Keterkaitan tiga pilar tersebut diilustrasikan pada Gambar

2.

Sumber: Earl, Michael J. (1989).

Gambar 2.Tiga Pilar Pengembangan Manajemen Sistem Informasi

Gambar 2 menjelaskan ISS, ITS, dan IMS mempunyai fokus yang

berbeda namun memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga perubahan

pada salah satu strategi akan sangat mempengaruhi strategi yang lain. ISS

menekankan pada hubungan antara informasi dan kebutuhan bisnis

organisasi. ITS fokus pada teknologi yang harus dimiliki dan

dikembangkan organisasi. IMS berorientasi pada teknik manajemen yang

akan dipergunakan organisasi.

IS strategy

• Division/SBU/function based

• Demand oriented

• Business focused

IS strategy

• Division/SBU/function based

• Demand oriented

• Business focused

IT strategy

• Activity based

• Supply oriented

• Technology focused

IT strategy

• Activity based

• Supply oriented

• Technology focused

IM strategy

• Organisation based

• Relationships oriented

• Management focused

IM strategy

• Organisation based

• Relationships oriented

• Management focused

What?

How?

Wherefore?

Delivery

Applications

Management

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

6

ISS berkaitan dengan bagaimana mendefinisikan kebutuhan informasi

yang mendukung kebutuhan organisasi secara umum, untuk menjamin

terjadinya “the flow of information” yang efektif dan berkualitas. Setiap

organisasi memiliki kebutuhan informasi yang unik. Keunikan tersebut

antara lain terlihat dari (1) jenis dan karakteristik informasi, (2) relevansi

informasi yang dihasilkan, (3) kecepatan alir informasi dari satu bagian ke

bagian lain dalam organisasi, (4) keakuratan informasi, (5) target nilai

ekonomis informasi yang diperoleh, (6) batasan biaya yang harus

dikeluarkan dalam pengolahan informasi, dan (7) struktur para pengguna

informasi. Berdasarkan faktor-faktor keunikan tersebut sistem informasi

yang dikembangkan oleh rumah sakit misalnya akan berbeda dengan

sistem informasi yang dikembangkan oleh bank. Bahkan sistem informasi

yang dikembangkan oleh rumah sakit A akan berbeda dengan sistem

informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit B.

Adanya keunikan informasi pada setiap organisasi, ISS perlu

memperhatikan siklus informasi (information cycle) atau siklus

pengolahan data (data processing cycles), sebagaimana diilustrasikan pada

Gambar 3.

Sumber: http://dosen.amikom.ac.id.

Gambar 3.Siklus Informasi

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

7

Siklus informasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Data dari

setiap kejadian atau aktivitas diinput, untuk selanjutnya diproses

berdasarkan model tertentu. Proses tersebut akan menghasilkan informasi

yang bermanfaat bagi penerima (level management) sebagai dasar dalam

membuat suatu keputusan atau melakukan tindakan tertentu. Keputusan

atau tindakan tersebut akan menghasilkan kejadian-kejadian tertentu yang

akan digunakan kembali sebagai data untuk dimasukkan ke dalam model

(proses), begitu seterusnya.

Komponen utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah sistem

informasi yang efektif dan efisien adalah teknologi informasi. Teknologi

informasi merupakan sebuah domain dari produk-produk hasil

perkembangan ilmu komputer dan telekomunikasi. Oleh karena itu

menurut Jogiyanto (2005:52) ITS berkaitan dengan strategi memilih

teknologi sistem komputer (hardware dan software), dan teknologi sistem

telekomunikasi yang akan digunakan organisasi.

Pada kenyataannya, saat ini terdapat beragam tipe produk yang

berkaitan dengan teknologi informasi. Fenomena yang terlihat sehubungan

dengan hal ini adalah berlombanya beribu-ribu perusahaan untuk

menciptakan produk-produk yang dapat dijadikan standar internasional

pada kelasnya masing-masing. Berdasarkan kenyataan ini sudah terlihat,

bahwa perusahaan memerlukan strategi khusus paling tidak dalam memilih

teknologi mana saja yang akan dibeli dan dimanfaatkan agar dapat

dikembangkan sistem informasi yang dibutuhkan. Alasan lain

diperlukannya ITS adalah karena adanya suatu resiko tertentu yang akan

menjadi tanggungan perusahaan sehubungan dengan pemilihan suatu

teknologi tertentu. Menurut Indrajit (1999) ITS diperlukan karena alasan

berikut.

1. Perkembangan teknologi informasi sedemikian cepatnya (tumbuh

secara eksponensial) sehingga usia suatu produk tertentu sangat pendek

karena tergantikan dengan versi yang baru yang lebih baik;

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

8

2. Untuk satu jenis kelas produk, terdapat beribu-ribu vendor yang

menjualnya dengan kelebihan dan kekurangan kualitas produk dan

pelayanan yang dimiliki;

3. Sistem teknologi informasi terdiri dari ratusan komponen berbeda yang

disatu sisi saling independen, sementara di sisi lain memiliki

ketergantungan yang sangat tinggi;

4. Perusahaan dapat melihat infrastruktur teknologi informasi ini dari

berbagai sudut pendekatan, seperti teknologi informasi sebagai cost

center, profit center, investment center, atau service center yang

masing-masing memiliki cara penanganan yang berbeda;

5. Teknologi informasi yang dibangun harus secara signifikan menjawab

kebutuhan akan informasi yang telah didefinisikan pada ISS dengan

catatan tetap mempertimbangkan keterbatasan perusahaan (misalnya

biaya investasi dan kemampuan sumber daya manusia).

IMS berkaitan dengan strategi menentukan orang atau unit

organisasi yang akan menangani sistem informasi dalam organisasi. IMS

menjabarkan strategi organisasi agar target pembentukan sebuah sistem

informasi yang handal dengan menggunakan teknologi informasi yang ada

dapat diterapkan secara operasional baik untuk jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang, sejalan dengan tumbuhnya organisasi di

masa mendatang. Tekanan strategi di sini tidak hanya pada siapa yang

akan bertanggung jawab terhadap implementasi sistem informasi, tetapi

lebih jauh lagi pada bagaimana sistem yang telah dibangun dapat

dipelihara dan dikembangkan di kemudian hari. Prinsip-prinsip

pengembangan sistem, adalah :

1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen

2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar, maka

setiap investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini :

- Semua alternatif yang ada harus diinvestigasikan

- Investasi yang terbaik harus bernilai

3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

9

4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses

pengembangan sistem

5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut

6. Jangan takut membatalkan proyek

7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem

2.2 Pendekatan Pengembangan

Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu

Pendekatan Klasik, Pendekatan Terstruktur, Pendekatan Dari Bawah Ke

Atas, Pendekatan Dari Atas Ke Bawah.

1. Pendekatan Klasik

Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan

Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan

Konvensional (conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik

mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada

System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan

akan berhasil bila mengikuti tahapan pada System Life Cycle.

Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik

adalah sebagai berikut :

a. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit. Pendekatan

klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam

mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses

pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit

untuk dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan

terstruktur yang memberikan alat-alat seperti diagram arus data

(data flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan

(decision table). diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart)

dan lain sebagainya yang memungkinkan pengembangan perangkat

lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut.

b. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal.

Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik

disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

10

lengkap dan kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil

dari alat-alat dan teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan

klasik kurang didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka

dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada tetapi

strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem

menjadi kesulitan.

c. Kemungkinan kesalahan sistem besar

Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara

untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan

kesalahankesalahan sistem akan menjadi lebih besar.

d. Keberhasilan sistem kurang terjamin.

Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil

pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang

sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai

sistem terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal

yang vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada

akhirnya.

Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut

dengan Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba

menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik

untuk mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari

system life cycle.

2. Pendekatan terstruktur (Structured Approach)

Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan

teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga

hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang

strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi

pengembangan sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan

baik dalam buku-buku, maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan

pengembang sistem. Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-

alat dan teknik-teknik untuk mengembangkan sistem yang terstruktur.

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

11

Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep

yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit

untuk alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang

banyak digunakan di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih

baru digunakan dalam mengembangkan sistem informasi untuk

dihasilkan produk sistem yang memuaskan pemakainya. Melalui

pendekatan terstruktur, permasalahanpermasalahan yang kompleks

dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari sistem akan mudah

untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan pemakainya, mempunyai

dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya sesuai dengan anggaran

biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya akan lebih

baik (bebas kesalahan). Keuntungan pendekatan terstruktur :

Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity).

Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal).

Standarisasi (standardization).

Orientasi ke masa datang (future orientation).

Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry).

3. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)

Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level

operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari

perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik

ke level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan

transaksi tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik.

Pendekatan dari bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis

sistem disebut juga dengan istilah data analysis, karena yang menjadi

tekanan adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi yang

akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.

4. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)

Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari

level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini

dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi.

Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

12

kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka

proses turun ke pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input,

basis data, prosedurprosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga

merupakan ciri-ciri pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila

digunakan pada tahap analis sistem disebut juga dengan istilah decision

analysis, karena yang menjadi tekanan adalah informasi yang

dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen terlebih

dahulu, kemudian data yang perlu diolah didefinisikan menyusul

mengikuti informasi yang dibutuhkan.

5. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)

Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu

tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak

memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan

sasaran dari kegiatan atau aplikasi itu saja).

6. Pendekatan Sistem (systems approach)

Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi

untuk masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran

organisasi secara global.

7. Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach)

Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh,

sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik).

8. Pendekatan Moduler (modular approach)

Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang

sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan,

tepat waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur)

9. Lompatan jauh (great loop approach)

Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak

menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi,

terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.

10. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

13

Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-

aplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode

berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.

2.3 Metodologi Pengembangan Sistem dan Perangkat

Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan beberapa

cara. Menurut Jogiyanto (2005:433) pengembangan sistem informasi dapat

dilakukan dengan dua cara, antara lain :

1. System Development Life Cycle (SDLC).

Sistem dikembangkan oleh analis sistem, yaitu orang yang memiliki

kemampuan mengembangkan sistem cara profesional. SLDC terdiri dari

5 fase, yaitu :

a. Fase Perencanaan

Mendefinisikan Masalah

Mengkonfirmasikan kelayakan proyek

Membuat jadwal proyek

Menentukan staff yang terlibat dalam proyek

Memulai proses pengembangan proyek

b. Fase Analisa

Mengumpulkan informasi

Mendefinisikan kebutuhan - kebutuhan sistem

Membangun prototipe yang sesuai atau memenuhi kebutuhan sistem

Menentukan prioritas kebutuhan sistem

Membuat prototipe atas prioritas dan melakukan evaluasi terhadap

alternatif yang dipilih

Mereview rekomendasi terhadap pihak manajemen

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

14

c. Fase Desain

Desain Level Tinggi (Arsitektur Sistem)

Desain dan integrasi jaringan

Desain arsitektur aplikasi

Desain Level Rendah

Desain user interface

Desain sistem interface

Desain dan integrasi database

Prototype desain secara lengkap

Desain dan integrasi pengawasan sistem

d. Fase Implementasi

Membangun komponen - komponen perangkat lunak

Melakukan verifikasi dan pengujian

Mengkonversi data

Melakukan training user dan mendokumentasikan sistem

Menginstall sistem

e. Fase Support / Dukungan

o Memelihara Sistem

o Memperbaiki system

o Mendukung Pengguna

Help desk

Masalah yang terjadi pada pendekatan SLDC, yaitu :

Persyaratan sistem "terkunci " setelah ditentukan (tidak dapat berubah)

analisa kebutuhan

sistem)

ada fase SDLC yang dapat merugikan praktek-

praktek pengembangan sistem informasi

Cara kedua adalah dengan menggunakan metode baru yang

merupakan metode alternatif dari metode SLDC, sehingga dapat disebut

dengan metode-metode alternatif (alternatif methods). Husein dan

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

15

Wibowo (2000:145), Jogiyanto (2005:479), McLeod (2004:133), dan

Susanto (2003:313) menyebutkan metode-metode alternatif meliputi (1)

Paket (package), (2) Prototipe (prototyping), (3) Pengembangan oleh

pemakai akhir (end-user development atau end-user computing), (4)

Outsourcing.

1. Paket (package)

Pengembangan sistem dilakukan dengan membeli paket yang sudah

tersedia. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih paket

adalah spesifikasi paket yang dibutuhkan, ketersediaan paket, dan hasil

evaluasi kemampuan paket.

2. Prototyping

Merupakan pengembangan sistem secara bertahap, yaitu dengan

mengembangkan prototipe sederhana dulu dan ditingkatkan dari waktu

ke waktu sampai sistem selesai dikembangkan.

3. End User Computing

Pengembangan sistem oleh pemakai sistem dan digunakan oleh

pemakai sistem itu sendiri.

4. Outsourcing

Pengembangan sistem dengan bantuan pihak ke tiga dan sekaligus

dioperasikan oleh pihak ketiga. Pemakai sistem dapat menggunakan

sistem dengan menerima informasi secara periodik oleh pihak ketiga

atau dapat menggunakan terminal yang dihubungkan ke tempat pihak

ketiga yang mengoperasikan sistem.

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

16

Tabel 1

Pengembang dan Pengguna Sistem Berdasarkan

Metode Pengembangan Sistem

Metode

Pengembangan Sistem Pengembang Pengguna

SDLC Analis sistem Departemen sistem

informasi

Paket Pihak ketiga Departemen sistem

informasi

Prototyping Analis sistem Pemakai sistem

End User Computing Pemakai sistem Pemakai sistem

Outsourcing Pihak ketiga Pihak ketiga

Sumber: Jogiyanto (2005:480)

Menurut Wahid (2001) pemilihan metode pengembangan sistem

informasi perlu dilakukan dengan tepat agar sistem yang dikembangkan

sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan organisasi, tepat waktu dan

sesuai dengan anggaran organisasi. Ketepatan pemilihan metode

pengembangan sistem oleh organisasi menurut Jogiyanto (2005:476)

ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan paket, sumber daya

sistem teknologi informasi, dampak dari sistem dan jadwal pemakai

sistem. Gambar 4 merupakan bagan alir yang menunjukkan proses

pemilihan metode pengembangan sistem informasi berdasarkan faktor-

faktor tersebut.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

17

Gambar 4

Bagan Alir Pemilihan Metode Pengembangan Sistem

Prioritas pertama pemilihan metode pengembangan sistem adalah

paket. Ketersediaan paket merupakan faktor penentu pembelian paket. Jika

paket tidak tersedia prioritas kedua jatuh pada outsourcing. Penentuan

apakah akan dikerjakan dan dioperasikan oleh pihak ketiga (outsourcing)

ditentukan oleh faktor kemampuan sumber daya sistem teknologi

informasi (STI) yang dimiliki organisasi. Jika keputusan akan

dikembangkan secara internal (in sourcing) biasanya yang

dipertimbangkan adalah metode pengembangan End User Computing

(EUC). Faktor penentu pengembangan EUC adalah dampak dari sistem

yang dikembangkan. Jika dampaknya sempit yaitu hanya pada individu

pemakai sistem yang sekaligus pengembang sistem itu saja, maka EUC

tepat jadi pilihan. Sebaliknya jika dampaknya luas sampai ke organisasi,

pengembangan sistem dengan EUC akan berbahaya, karena jika terjadi

kesalahan dampaknya akan berpengaruh pada pemakai sistem lainnya atau

pada organisasi secara luas.

Metode berikutnya yang perlu dipertimbangkan setelah EUC adalah

metode prototyping. Pertimbangan memilih metode ini adalah jadwal

Paket Tersedia?

Sumber Daya

STI?

Dampak

STI?

Jadwal

Pemakaian?

SDLC

SELESAI

MULAI

Paket

Outsourcing

EUC

Prototyping

Ya

Tidak

Mampu

Individu

Segera

Tidak

Mampu

Organisasi

Masih mampu

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

18

pemakaian sistem. Metode ini tepat digunakan untuk mengembangkan

sistem yang harus segera dioperasikan, karena jika tidak permasalahan

yang harus diselesaikan menjadi basi dan proses pengambilan keputusan

menjadi terlambat. Jika jadwal pemakaian sistem masih lama, dalam arti

sistem tidak harus segera dioperasikan, metode SDLC tepat menjadi

pilihan.

2.4 Langkah-Langkah Strategi Pengembangan

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang

melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut

dilontarkan. Dalam tahap perencanaan pengembangan sistem harus

mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan merencanakan

proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan perangkat

jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor

15 tingkat. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek

pengembangan sistem informasi direncanakan secara matang,

mencakup:

Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit

organisasi, kegiatan ataun sistem yang mana yang akan dilibatkan

dalam pengembangan ini? unit mana yang tidak dilibatkan?

Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya

yang diperlukan.

Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial.

Perencanaan akan menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi

suatu kesalahan, sehingga hal-hal demikian dapat dicegah sejak

awal.

Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah

dan harus berjalan secara bersamaan/paralel yang diperlukan untuk

pengembangan sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan logis

berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk efisiensi.

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

19

Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus

dipertegas sejak awal.

2. Tahap Analisis

Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau

manajemen dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari

karakteristik organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah

ini adalah untuk mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang

paling sesuai dan relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi

manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau

memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan

implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama

dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang

penting mencakup kegiatan sebagai berikut:

a. Menetapkan rencana penelitian sistem

b. Mengorganisasikan tim proyek

c. Mendefinisikan kebutuhan informasi

d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem

e. Menyiapkan usulan rancangan sistem

f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem

Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-

masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan

dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario

pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta

potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.

3. Tahap Perancangan/Desain

Pada tahap ini, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis

atau manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem

terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan perancangan teknis dari

teknologi informasi yang akan dibangun, seperti system basis data,

jaringan komputer, teknik koversi data, metode migrasi sistem, dan

sebagainya.

Sementara itu, secara paralel dan bersama-sama tim bisnis atau

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

20

manajemen, dan tim teknologi informasi akan melakukan perancangan

terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait, seperti: yang akan

berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain,

konstruksi, dan implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis terus

bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam

titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:

a. Menetapkan rencana penelitian sistem

b. Mengorganisasikan tim proyek

c. Mendefinisikan kebutuhan informasi

d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem

e. Menyiapkan usulan rancangan sistem

f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan system

Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-

masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan

dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario

pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta

potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.

4. Tahap Pembangunan Fisik/Konstruksi

Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau

pengembangansistem yang sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Tim

teknis merupakan tulang punggung pelaksanaan tahap ini, mengingat

semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu

konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih detail.

Dari semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya

paling banyak melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal

penggunaan SDM, biaya, dan waktu. Pengendalian terhadap manajemen

proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar penggunaan sumber

daya dapat efektif dan efisien. Bagaimanapun, hal ini akan berdampak

terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang diselesaikan secara

tepat waktu. Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba atas

sistem informasi yang baru dikembangkan.

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

21

5. Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk

pertarna kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi.

Ada berbagai pendekatan untuk implementasi sistem yang baru didesain.

Pekerjaan utama dalam implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal

sebagai berikut:

a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi

b. Mengumumkan rencana implementasi

c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak

d. Menyiapkan database

e. Menyiapkan fasilitas fisik

f. Memberikan pelatihan dan workshop

g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem)

h. Penggunaan sistem baru

Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak

yang terlibat sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk

mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk

menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan.

Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima

sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang.

6. Tahap Pasca Implementasi

Pengembangan sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap

implementasi dilakukan. Namun, ada satu tahapan lagi yang harus dijaga

dan diperhatikan oleh manajemen, yaitu tahap pasca implementasi.

Kegiatan yang dilakukan di tahap pasca implementasi adalah bagaimana

pemeliharaan sistem akan dikelola. Seperti halnya sumber daya yang lain,

sistem informasi akan mengalami perkembangan di kemudian hari. Hal-

hal seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lain, perubahan hak

akses sistem, penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang rusak,

merupakan contoh dari kasus-kasus yang biasanya timbul dalam

pemeliharaan sistem. Disinilah diperlukan dokumentasi yang memadai dan

pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

22

menjamin terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem.

Dari perspektif manajemen, tahap pasca-implementasi adalah berupa suatu

aktivitas di mana harus ada personil atau divisi yang dapat melakukan

perubahan atau modifikasi terhadap sistem informasi sejalan dengan

perubahan kebutuhan bisnis yang dinamis.

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

23

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan sistem (system development) merupakan aktivitas

menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama

secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang sudah ada. strategi

pengembangan sistem informasi meliputi tiga pilar utama, yaitu

Information System Strategy (ISS), Information Technology Strategy

(ITS), dan Information Management Strategy (IMS) yang saling berkaitan.

Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu

Pendekatan Klasik, Pendekatan Terstruktur, Pendekatan Dari Bawah Ke

Atas, Pendekatan Dari Atas Ke Bawah. Ada beberapa metodologi dalam

strategi pengembangan sistem. Selain itu, juga ada langkah-langkah dalam

strategi pengembangan sistem.

3.2 Saran

Hendaknya pengembangan sistem dan metode pelayanan informasi

publik bisa lebih efektif dan efisien dengan informasi yabg dapat

dipercaya. Dengan adanya pengembangan sistem informasi publik dalam

memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien akan

mempermudah masyarakat dalam pelayanan publik.