strategi pengembangan usahatani bawang merah di …

13
294 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KELURAHAN MALUMBI, KECAMATAN KAMBERA, KABUPATEN SUMBA TIMUR THE DEVELOPMENT STRATEGY OF SHALLOT FARMING IN MALUMBI VILLAGE, KAMBERA SUB-DISTRICT, EAST SUMBA DISTRICT Junaedin Wadu *) , Anggreni Madik Linda Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Kristen Wira Wacana Sumba, Indonesia E-mail : [email protected] *) [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal serta menetapkan strategi bagi pengembangan usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi, Kecamatan Kambera. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan metode survei. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 10 orang. Metode yang digunakan untuk penentuan sampel adalah metode accidential sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation, Internal-Eksternal (IE), Matriks Strenghts, Weakness, Opportunities, Treats (SWOT), dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal adalah ketersediaan air yang cukup memadai, sistem pemasaran yang tidak efektif. Sedangkan, faktor eksternal adalah permintaan bawang merah tinggi, serta persaingan dan fluktuasi harga jual. Strategi utama pengembangan usahatani bawang merah adalah memperluas lahan usahatani bawang merah dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan merebut peluang pasar. Kata kunci : analisis SWOT; strategi pengembangan; usahatani bawang merah Abstract This study aims to analyze internal and external factors as well as to determine a strategy for the development of shallot farming in Malumbi Village, Kambera District. This type of research is exploratory research using a survey method. The number of respondents in this study is 10 people. The applied method for the sample determination is the accidential sampling method. Data are analyzed using Internal Factor Evaluation (IFE) analysis, External Factor Evaluation, Internal- External (IE), Strength, Weakness, Opportunities, Treats (SWOT) Matrix, and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The results display that the internal factors are adequate water availability and ineffective marketing system. Meanwhile, the external factors are the high demand for shallots as well as competition and fluctuation in retail prices. The main strategy for developing shallot farming is expanding the area of shallot farming in order to increase production capacity and seizing the market opportunities. Key words : SWOT analisys; development strategy; shallots farming

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

294 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI

BAWANG MERAH DI KELURAHAN MALUMBI,

KECAMATAN KAMBERA, KABUPATEN SUMBA TIMUR

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF

SHALLOT FARMING IN MALUMBI VILLAGE,

KAMBERA SUB-DISTRICT, EAST SUMBA DISTRICT

Junaedin Wadu*), Anggreni Madik Linda

Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Kristen

Wira Wacana Sumba, Indonesia

E-mail : [email protected]*)

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal serta menetapkan strategi

bagi pengembangan usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi, Kecamatan Kambera. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan metode survei.

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 10 orang. Metode yang digunakan untuk penentuan

sampel adalah metode accidential sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Internal

Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation, Internal-Eksternal (IE), Matriks Strenghts,

Weakness, Opportunities, Treats (SWOT), dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal adalah ketersediaan air yang cukup memadai,

sistem pemasaran yang tidak efektif. Sedangkan, faktor eksternal adalah permintaan bawang

merah tinggi, serta persaingan dan fluktuasi harga jual. Strategi utama pengembangan usahatani

bawang merah adalah memperluas lahan usahatani bawang merah dalam rangka meningkatkan

kapasitas produksi dan merebut peluang pasar.

Kata kunci : analisis SWOT; strategi pengembangan; usahatani bawang merah

Abstract

This study aims to analyze internal and external factors as well as to determine a strategy for the

development of shallot farming in Malumbi Village, Kambera District. This type of research is

exploratory research using a survey method. The number of respondents in this study is 10 people.

The applied method for the sample determination is the accidential sampling method. Data are

analyzed using Internal Factor Evaluation (IFE) analysis, External Factor Evaluation, Internal-

External (IE), Strength, Weakness, Opportunities, Treats (SWOT) Matrix, and Quantitative

Strategic Planning Matrix (QSPM). The results display that the internal factors are adequate water

availability and ineffective marketing system. Meanwhile, the external factors are the high demand

for shallots as well as competition and fluctuation in retail prices. The main strategy for

developing shallot farming is expanding the area of shallot farming in order to increase production

capacity and seizing the market opportunities.

Key words : SWOT analisys; development strategy; shallots farming

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

295 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Pendahuluan

Bawang merah merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki

nilai ekonomi yang tinggi, karena konsumsi bawang merah terus meningkat

seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya usaha kuliner,

Hanafie (2010) mengungkapkan penambahan jumlah permintaan dapat

disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk, perbaikan sarana transportasi,

atau berhasilnya usaha promosi.

Sumba Timur adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT) yang sebagian penduduknya bekerja pada sektor pertanian, dan

salah satu usahatani yang menjanjikan bagi petani adalah usahatani bawang

merah. Ekaria, (2018) mengungkapkan usahatani bawang merah memberikan

kontribusi cukup besar terhadap pendapatan total petani digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. BPS Nasional (2020) mencatat produksi

bawang merah di Propinsi NTT pada tahun 2019 sebesar 8.254 Ton sedangkan di

Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 188.255 Ton dan Propinsi Bali 19.687 Ton.

Hal ini memperlihatkan produksi bawang merah di Propinsi NTT masih bisa

dikembangkan untuk pemenuhan konsumsi masyarakat.

Salah satu sub-sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam

stuktur perekonomian di Kabupaten Sumba Timur, karena bertujuan untuk

meningkatkan produksi dan mensejahterakan petani adalah produk hortikultura

bawang merah semakin berpeluang dikembangkan di Kabupaten Sumba Timur,

karena suplai bawang merah di pasaran banyak didominasi dari produk luar pulau.

Herlita et al. (2016) mengungkapkan produksi bawang merah dari luar pulau

terpusat di kabupaten di Pulau Jawa seperti Kuningan, Cirebon, Brebes, Tegal,

Pemalang, Bantul, Nganjuk, dan Probolinggo. Adanya produk luar yang masuk ke

suatu daerah akan berdampak pada harga barang tersebut, Pranata & Umam

(2015) menuturkan bahwa dengan adanya persaingan harga antara harga bawang

merah impor dan harga bawang merah dalam negeri akan menyebabkan fluktuasi

harga bawang merah, sehingga dapat mempengaruhi produksinya.

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

296 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Oleh karena pasar bawang merah lokal masih dikuasai bawang merah dari

luar sedangkan petani lokal memiliki potensi untuk mengusahakan dan

memproduksi bawang merah untuk memenuhi permintaan pasar lokal, maka

diperlukan kajian mengenai strategi pengembangan bawang merah lokal di

Kabupaten Sumba Timur. Waridjo dan Fallo (2016) mengungkapkan bahwa

sistem usahatani bawang putih di Kecamatan Miomafo Barat belum

dikembangkan secara intensif, karena petani petani belum menerapkan sistem

panca usahatani. Menurut Samodro dan Yuliawati (2018) strategi pengembangan

usahatani sayur organik perlu diketahui agar usaha dapat terus berlanjut, termasuk

strategi tataniaganya seperti komoditas pala guna meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani Dumatubun, et al. (2020). Lebih lanjut Lawalata et al. (2017)

mengungkapkan pengembangan potensi pala patut dikaji berdasarkan tingkat

penguasaan lahan yang akan berdampak pada produktivitas kedepannya. Oleh

karena itu penelitian mengenai strategi pengembangan komoditas bawang merah

penting dilakukan karena selain masih terbatas jumlah penelitiannya juga untuk

menemukan strategi bagaimana mendorong daya saing komoditas bawang lokal

untuk meraih peluang pasar lokal demi meningkatkan kesejahteraan petani. Maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal dan eksternal

serta prioritas strategi usahatani bawang merah.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Maulumbi Kecamatan Kambera

Kabupaten Sumba Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan

pertimbangan karena Kecamatan Kambera, khususnya Kelurahan Malumbi

merupakan daerah irigasi serta salah satu lokasi yang sedang melakukan budidaya

dan mengembangkan bawang merah dan terdapat tiga kelompok tani yang sedang

mengembangkan usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi.

Jenis penelitian ini adalah eksploratif dengan jumlah responden berjumlah

10 orang, yang mengetahui keberadaan usahatani bawang merah di Kelurahan

Malumbi seperti ketua Gapoktan, ketua kelompok tani, anggota kelompok tani,

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan penyuluh swadaya tingkat Gapoktan.

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

297 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Metode penetuan sampel menggunakan metode Accidental Sampling, yaitu

penetuan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun

yang dianggap cocok sebagai sumber data (Darmawan, 2018). Data yang

dikumpulkan yaitu data primer melalui wawancara kepada responden meliputi

kondisi internal dan eksternal petani dengan menggunaka kuisioner.

Metode analisis data adalah Strenghts, Weakness, Oppurtunities, and

Threats (SWOT). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui faktor internal

dan eksternal usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi. David & David

(2016) mengungkapkan teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan dalam tiga

kerangka kerja pembuatan keputusan.

Adapun tahapannya sebagai berikut: (1) Tahap input (input stage) yaitu

meringkas informasi input kedalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan

Matriks External Factor Evaluation (EFE). Pembobotan untuk setiap faktor

dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting).

Pembobotan dilakukan menggunakan metode paired comparison atau metode

perbandingan berpasangan seperti penelitian Setyorini et al. (2016). Sedangkan

pemberian nilai rating dimulai dengan skala 1-4, (2) Tahap pencocokan (matching

stage) berfokus pada pembuatan strategi alternatif yang layak dengan

menyelaraskan faktor internal dan eksternal kunci. Teknik Tahap 2 termasuk

Matriks Internal – Eksternal (IE) dan Matriks SWOT. Tahap (3) Menggunakan

Quantitaive Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM mengungkapkan daya

tarik relatif dari strategi alternatif dan memberikan dasar yang objektif dalam

memilih strategi tertentu. QSPM membuat peringkat strategi untuk memperoleh

daftar prioritas. Adapun langkah-langkah mengembangkan matriks QSPM sebagai

berikut : (a) membuat daftar kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman,

yang sama dengan Matriks IFE dan EFE (b) memberikan bobot untuk setiap

faktor kunci internal dan eksternal, bobot ini sama dengan yang ada dalam

Matriks IFE dan EFE, (c) menguji matriks-matriks tahap b (pencocokan), dan

mengidentifikasi stratergi alternative yang akan dievaluasi, (d) menentukan skor

daya tarik (attractiveness Score-AS) kisaran 1= tidak menarik 2= agak menarik

3= cukup menarik 4=sangat menarik, (e) hitung skor daya tarik total (Total

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

298 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Attractiveness Score-TAS), dengan mengalikan bobot dengan nilai daya tarik

(AS) (f) menghitung jumlah skor daya tarik total (sum total aattractiveness score-

STAS), skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik.

Hasil dan Pembahasan

Identifikasi Faktor Internal Usahatani Bawang

Faktor-faktor internal yang diidentifikasi meliputi unsur kekuatan dan

kelemahan dari empat faktor, yakni sumber daya, keuangan, manajemen, dan

teknologi. Kekuatan dan kelemahan usahatani bawang merah di Kelurahan

Malumbi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kekuatan dan kelemahan Usahatani bawang merah di Kelurahan

Malumbi Kecamatan Kambera

Faktor–faktor

strategi internal

Kekuatan Kelemahan

Sumber daya 1. Status kepemilikan lahan

sendiri

2. Ketersediaan air cukup

memadai

3. Iklim yang mendukung

Keuangan 1. Keterbatasa modal

Manajemen 1. Kelembagaan Petani baik 1. Ketersediaan benih

unggul terbatas

2. Sistem pemasaran

belum begitu baik

3. Kualitas SDM rendah

Teknologi 1. Pengawasan pasca panen baik 1. Kurangnya penguasaan

teknologi dan informasi

2. Ketergantungan

terhadap input kimia

Identifikasi Faktor Eksternal Usahatani Bawang Merah

Faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi meliputi peluang dan ancaman

di Kelurahan Malumbi antara lain dari aspek ekonomi, melalui pemerintah, faktor

alam, dan faktor dari luar. Peluang dan ancaman usahatani bawang merah di

Kelurahan Malumbi dapat dilihat pada tabel 2.

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

299 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Tabel 2. Peluang dan ancaman Usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi

Kecamatan Kambera

Faktro-faktor

strategi eksternal

Peluang Ancaman

Ekonomi 1. Permintaan bawang merah tinggi

2. Harga bawang merah cukup

tinggi

3. Adanya sumber modal dari

lembaga keuangan baik Bank

maupun Non Bank

1. Persaingan Fluktuasi

harga jual

2. Harga input produksi

semakin meningkat

Pemerintah 1. Dukungan pemerintah

Faktor alam 1. Serangan hama dan

penyakita tanaman

Faktro luar 1. Kerjasama dengan berbagai

pihak

2. Akses ke pasar dekat

1. Persaingan dengan

produk bawang merah

dari luar pulau

Analisis Matirks IFE Usahatani Bawang Merah

Analisis matriks IFE dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

faktor-faktor internal usahatani bawang merah. Berdasarkan hasil identifikasi

faktor-faktor strategis internal pada sumber informan di Kelurahan Malumbi,

selanjutnya dilakukan penyusunan matriks IFE dan melakukan pembobotan serta

memberikan peringkat pada masing-masing faktor yang menjadi kekuatan dan

kelemahan bagi petani. Berikut hasil analisis matriks IFE usahatani bawang merah

di Kelurahan Malumbi.

Tabel 3. Analisis matriks IFE Usahatani bawang merah

Faktor-faktor startegi internal Bobot rata-

rata (A)

Rating rata-

rata (B)

Skor A

X B

Kekuatan

Status kepemilikan lahan sendiri 0.101 2.90 0.293

Ketersediaan air cukup memadai 0.102 3.30 0.336

Kelembagaan petani baik 0.092 2.60 0.239

Iklim yang mendukung 0.085 2.60 0.222

Pengawasan pasca panen baik 0.096 2.80 0.269

Kelemahan

Keterbatasan modal 0.092 2.80 0.258

Kurangnya penguasaan teknologi dan informasi 0.072 3.00 0.217

Kualitas SDM masih rendah 0.085 2.70 0.230

Ketersediaan benih unggul terbatas 0.099 2.90 0.286

Ketergantungan terhadap input kimia 0.083 2.40 0.200

Sistem pemasaran belum begitu baik 0.093 3.20 0.297

Total 1.000 - 2.845

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

300 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan faktor strategi internal usahatani

bawang merah di Kelurahan Malumbi mempunyai kekuatan utama yaitu

ketersediaan air dengan nilai 0.336. Artinya responden menganggap bahwa faktor

tersebut adalah kekuatan paling penting. Ketersediaan air di Kecamatan Kambera

sangat melimpah dikarenakan merupakan daerah irigasi terbesar di Kabupaten

Sumba Timur. Adapun kekuatan lain yang mempunyai skor cukup tinggi yaitu

kepemilikan lahan dengan skor 0,293. Kepemilikan lahan petani di Kelurahan

Malumbi merupakan milik sendiri dengan luas areal kepemilikan yang cukup

besar, peningkatan produksi dapat dilakukan dengan penambahan luas lahan

garapan. Wadu et al. (2019) mengungkapkan penambahan luas lahan untuk

kegiatan usahatani dapat meningkatkan produksi. Lawalata et al. (2015) juga

mengungkapkan bahwa penambahan luas lahan akan meningkatkan efisiensi

teknis dari usahatani bawang merah.

Sedangkan kelemahan utama yaitu sistem pemasaran belum begitu baik

dengan total skor 0,297. Petani belum memiliki pelanggan tetap untuk menjual

hasil panennya, sehingga perlu adanya kerjasama dengan berbagai pihak untuk

mendapatkan informasi pasar dalam rangka pemasaran hasil panennya dan perlu

bekerjasama dengan para pedagang untuk mendapatkan pelanggan tetap.

Darmawan (2018) dan Lawalata, et al. (2017) mengungkapkan posisi tawar petani

masih cenderung tergolong rendah, karena harga jual ditentukan oleh tengkulak

atau pengumpul, selain itu posisi tawar petani yang lemah dapat disebabkan

terbatasnya akses petani terhadap informasi harga. Lebih lanjut Setiani, et al.

(2018) menyatakan pemasaran bawang merah di Kabupaten Bima tidak ada

kendala karena terdapat perusahaan yang merupakan pedagang besar yang

menghubungkan petani dengan konsumen.

Analisis Matriks EFE Usahatani Bawang Merah

Analisis matriks EFE dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh faktor-faktor eksternal usahatani bawang merah. Berdasarkan hasil

identifikasi faktor-faktor strategis eksternal pada sumber informan di Kelurahan

Malumbi, selanjutnya menyusun matriks EFE dan melakukan pembobotan serta

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

301 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

memberikan peringkat pada masing-masing faktor yang menjadi peluang dan

ancaman bagi petani. Berikut hasil analisis matriks EFE usahatani bawang merah

di Kelurahan Malumbi.

Tabel 4. Analisis Matriks EFE Usahatani Bawang Merah

Faktor-faktor startegi eksternal Bobot rata-

rata (A)

Rating rata-

rata (B)

Skor A

X B

Peluang

Permintaan bawang merah tinggi 0.112 3.30 0.370

Harga bawang merah cukup tinggi 0.087 3.00 0.260

Dukungan pemerintah 0.094 2.80 0.264

Adanya sumber modal dari lembaga keuangan baik

Bank maupun non Bank

0.104 2.70 0.281

Kerjasama dengan berbagai pihak 0.098 2.50 0.246

Akses ke pasar dekat 0.092 2.70 0.248

Ancaman

Serangan hama dan penyakit tanaman 0.101 2.50 0.251

Persaingan dengan produk bawang merah dari luar

Pulau

0.109 2.60 0.283

Persaingan dan fluktuasi harga jual 0.106 2.90 0.306

Harga input produksi semakin meningkat 0.098 2.60 0.254

Total 1.000 - 2.763

Tabel 4 menunjukkan faktor strategi eksternal usahatani bawang merah

yang mempunyai peluang utama yaitu permintaan bawang merah tinggi dengan

total skor 0,370. Tingginya pertumbuhan usaha kuliner dan peningkatan jumlah

penduduk di Kabupaten Sumba Timur membuat permintaan akan bawang merah

semakin tinggi, Cahyaningrum et al. (2018) mengungkapkan dengan

meningkatnya jumlah penduduk, maka konsumsi per kapita untuk bawang merah

juga tinggi karena kebutuhan pangan yang meningkat. Sehingga ini merupakan

peluang yang baik bagi petani untuk meningkatkan produksi guna mencukupi

permintaan bawang merah. Sedangkan ancaman utama yaitu fluktuasi harga

dengan skor 0,306. Kiloes et al. (2018) mengungkapkan atribut yang paling

dominan menjadi ancaman dalam pengembangan bawang merah di Kabupaten

Solok adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga yang tidak menentu sering terjadi,

harga turun pada saat panen dan masuknya produk bawang merah dari luar dan

harga meningkat jika terjadi kelangkaan bawang merah.

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

302 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Matriks Internal Eksternal (IE)

Untuk mengetahui posisi petani bawang merah di Kelurahan Malumbi

saat ini, maka diperlukan analisis matriks internal dan eksternal (IE). Nilai pada

matriks IE didasarkan pada nilai tertimbang dari nilai analsisis matriks IFE dan

EFE.

Total rata-rata tertimbang nilai IFE

Kuat (3,0-4,0) Rata-rata (2,0-2,9)

Lemah (1,0-1,99)

I

Grow and Build

II

Grow and

Build

III

Hold and

Maintain

IV

Grow and Build

V

Hold and

Maintain

VI

Harvest and

Divestasi

VII

Hold and

Maintain

VIII

Harvest and

Divestasi

IX

Harvest and

Divestasi

Gambar 1. Analisis Matriks IE Usahatani Bawang Merah

Hasil analisis matriks IE diperoleh nilai rata-rata pembobotan matriks IFE

2,845 dan matriks EFE 2,763. Berdasarkan hasil analisis tersebut posisi usahatani

bawang merah di Kelurahan Malumbi berada pada sel V yang artinya pertahankan

dan pelihara (hold and maintain). David & David (2016) mengungkapkan strategi

yang umum digunakan pada sel tersebut yaitu penetrasi pasar dan pengembangan

produk.

Matriks SWOT

Selanjutnya penentuan perumusan strategi dari penggunaan nilai dari matriks

IFE dan EFE, sehingga didapat strategi yang dapat dirumuskan dalam usahatani

Tota

l rata

-rata

terti

mb

an

g n

ilai

EF

E

Kuat

(3,0-4,0)

Rata-rata

(2,0-2,9)

Lemah

(1,0-1,9)

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

303 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

bawang merah di Kelurahan Malumbi. Hasil analisis perumusan strategi

disajaikan pada gambar 2.

Gambar 2. Hasil analisis matriks SWOT

Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Selanjutnya untuk menentukan prioritas strategi maka digunakan analisis

QSPM. Setiap sumber informan memberikan nilai daya tarik terhadap alternatif

Internal

Eksternal

Kekuatan (Strenghts – S)

1. Status kepemilikan lahan

sendiri

2. Ketersediaan air cukup

memadai

3. Kelembagaan petani

baik

4. Iklim yang mendukung

5. Pengawasan pasca panen

baik

Kelemahan (Weakess – W)

1. Keterbaatasan modal

2. Kurangnya penguasaan

teknologi dan informasi

3. Ketersediaan benih

unggul terbatas

4. Ketergantungan

terhadap input kimia

5. Sistem pemasaran tidak

efektif

Peluang (Opportunities –

O)

1. Permintaaan bawang

merah tinggi

2. Harga bawang merah

cukup tinggi

3. Dukungan pemerintah

4. Adanya sumber modal

dari lembaga keuangan

baik Bank maupun no

Bank

5. Kerjasama dengan

berbagai pihak

6. Akses ke pasar dekat

Strategi S – O

1. Mengembangkan luas

lahan usahatani bawang

merah untuk

peningkatan produksi

dan menangkap peluang

pasar

Strategi W – O

1. Meningkatkan

kerjasama dengan

berbagai pihak untuk

mendapatkan informasi

pasar dan buyers

2. Meningkatkan kualitas

SDM melalui pelatihan-

pelatihan untuk

mengembangkan

pengetahuan petani

Ancaman (Threats – T)

1. Serangan hama dan

penyakit tanaman

2. Persaingan dengan

produk bawang merah

dari luar pulau

3. Persaingan dan

fluktuasi harga jual

4. Harga input produksi

semakin meniingkat

Strategi S – T

1. Memanfaatkan peran

kelembagaan petani

yang sudah baik dalam

proses memperkuat

posisi tawar dalam

pemasaran

Strategi W – T

1. Mengembangkan

usahatani dalam rangka

memproduksi benih

lokal

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

304 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

strategi yang diberikan. Selanjutnya nilai daya tarik dari masing-masing sumber

informan dirata-ratakan untuk memperoleh urutan nilai TAS (Total Attractive

Score). Berikut hasil analisis QSPM disajikan pada Tabel 5.

Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan bahwa prioritas pertama strategi

yang ditawarkan adalah mengembangkan luas lahan usahatani bawang merah

untuk peningkatan produksi dan menangkap peluang pasar nilai TAS tertinggi

(5,486). Nilai TAS yang tinggi menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut

mempunyai daya tarik dalam pengembangan usahatani bawang merah di Desa

Malumbi. Berdasarkan Tabel 5 urutan prioritas strateginya adalah : (1)

mengembangkan luas lahan usahatani bawang merah untuk peningkatan produksi

dan menangkap peluang pasar, (2) meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan-

pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan petani, (3) memanfaatkan peran

kelembagaan petani yang sudah baik dalam proses memperkuat posisi tawar

dalam pemasaran, (4) mengembangkan usahatani dalam rangka memproduksi

benih lokal (5) meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk

mendapatkan informasi pasar dan buyers.

Tabel 5. Hasil analisis Matriks QSPM

Alternatif strategi Rata-

rata TAS

Prioritas

startegi

Mengembangkan luas lahan usahatani bawang merah untuk

peningkatan produksi dan menangkap peluang pasar 5,486 1

Memanfaatkan peran kelembagaan petani yang sudah baik

dalam proses memperkuat posisi tawar dalam pemasaran 4,489 3

Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk

mendapatkan informasi pasar dan buyers 4,195 5

Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan

untuk mengembangkan pengetahuan petani 5,186 2

Mengembangkan usahatani dalam rangka memproduksi

benih lokal 4,203 4

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

305 Volume 8 No. 3 Oktober 2020

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa faktor

internal yang menjadi kekuatan utama usahatani bawang merah adalah

ketersediaan air cukup memadai, tetapi kelemahan utamanya adalah sistem

pemasaran yang belum begitu baik. Selain itu faktor eksternal yang menjadi

peluang utama adalah permintaan bawang merah tinggi, tetapi diikuti ancaman

berupa persaingan dan fluktuasi harga jual. Berdasarkan analisis QSPM, prioritas

strategi usahatani bawang merah adalah mengembangkan luas lahan usahatani

bawang merah untuk peningkatan produksi dan menangkap peluang pasar.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Nasional. 2020. Produksi Tanaman Sayuran 2019. 2020.

https://www.bps.go.id/indicator/55/61/1/produksi-tanaman-sayuran.html/

diakses pada tanggal 3 Oktober 2020

Cahyaningrum, O., Fajarningsih, R.U., & Ani, S.W. (2018). Analisis Permintaan

Bawang Merah di Kota Surakarta. AGRISTA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa

UNS. 6 (3) : 62-68.

Darmawan, Didit. 2018. Strategi Pengembangan USAHATANI Bawang Merah di

Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Jurnal Agrimas. 2

(1): 13-22.

David Fred R & David Forest R. 2016. Manajemen Strategik Konsep. Penerbit:

Selemba Empat. Jakarta.

Dumatubun, E.S., Pattinama, M.J., & Timisela, N.R. 2020. Strategi

Pengembangan Komoditas Biji Pala di Ambon. AGRILAN (Jurnal

Agribisnis Kepulauan). 8 (1) : 190-206.

Ekaria. 2018. Kontribusi Usahatani Bawang Merah (Allium Cepa L) Terhadap

Kondisi Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus di Desa Tutuling Jaya

Kecamatan Wasile Timur Kabupten Halmahera Timur). AGRIKAN: Jurnal

Agribisnis Perikanan. 11 (1): 8-12.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset

Herlita, M., Tety, E., Khaswarina, S. 2016. Analisis Pendapatan Usahatani

Bawang Merah (allium ascalonicum) di Desa Sei.Geringging Kecamatan

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI …

306 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Kampar Kiri Kabupaten Kampar. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)

Faperta. 3 (1): 1-12.

Kiloes, A., Hardiyanto, n., Sulsityaningrum, A., & Anwarudin Syah, M. 2018.

Strategi Pengembangan Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Solok

(Shallot Agribusiness Development Strategy in Solok Regency). Jurnal

Hortikultura. 28 (2) : 269 - 280.

Lawalata, M., Darwanto, D.H., & Hartono S. 2015. Efisiensi Relatif Usahatani

Bawang Merah di Kabupaten Bantul dengan Pendekatan Data

Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Ilmu Pertanian. 18(1): 1-8

Lawalata, M., Thenu, S. F. W. & Tamela M. 2017. Pengembangan Potensi

Perkebunan Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku

Tengah. AGRILAN: Jurnal Agribisnis Kepulauan. 5(3): 132-150.

Lawalata, M., Darwanto, D. H., & Hartono S. 2017. Risiko Usahatani Bawang

Merah di Kabupaten Bantul. Agrica: Jurnal Agribisnis Sumatera Utara.

10 (1): 56-73

Pranata, A. & Umam, A.T. 2015. Pengaruh Harga Bawang Merah Terhadap

Produksi Bawang Merah di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan

(JEJAK). 8(1): 36-44.

Samodro, G., & Yuliawati, Y. (2018). Strategi Pengembangan Usahatani Sayuran

Organik Kelompok Tani Cepoko Mulyo Kabupaten Boyolali. Caraka

Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 33 (2), 169-179.

Setiani, R., Mulyono, D., & Nurmalinda. 2018. Strategi Pengembangan Bawang

Merah Di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekonomi Dan

Pembangunan. 26 (2): 143-152.

Setyorini, H., Effendi, M., & Santoso, I. 2016. Analisis Strategi Pemasaran

Menggunakan Matriks SWOT dan QSPM (Studi Kasus: Restoran WS

Soekarno Hatta Malang). Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen

Agroindustri. 5 (1): 46-53.

Wadu, J., Yuliawati, Y., & Nuswantara, B. (2019). Strategi menghadapi risiko

produksi padi sawah di Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Ekonomi Dan

Bisnis. 22 (2) : 231 - 256.

Waridjo, W., & Fallo, Y. (2016). Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Putih

dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Petani di Kecamatan Miomaffo

Barat. AGRIMOR: Jurnal Agribisnis Lahan Kering. 1 (1): 10-12.