strategi persiapan masyarakat pencari kerang di...

15
STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI KECAMATAN MARISO TERHADAP PEMBANGUNAN CENTER POINT OF INDONESIA, MAKASSAR PREPARATION STRATEGY OF SEEKER SCALLOP SOCIETY IN MARISO DISTRICT TOWARDS THE DEVELOPMENT OF CENTER POINT OF INDONESIA, MAKASSAR Mutmainnah, Darmawan Salman, Tahir Kasnawi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi: Mutmainnah BTN. Batumarupa Indah Blok A No 7 Kota Kendari Sulawesi Tenggara HP: 085255978076 Email: [email protected]

Upload: danghanh

Post on 07-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI KECAMATAN MARISO TERHADAP PEMBANGUNAN CENTER POINT

OF INDONESIA, MAKASSAR

PREPARATION STRATEGY OF SEEKER SCALLOP SOCIETY IN

MARISO DISTRICT TOWARDS THE DEVELOPMENT OF CENTER POINT OF INDONESIA, MAKASSAR

Mutmainnah, Darmawan Salman, Tahir Kasnawi

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Korespondensi:

Mutmainnah BTN. Batumarupa Indah Blok A No 7 Kota Kendari Sulawesi Tenggara HP: 085255978076 Email: [email protected]

Page 2: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

Abstrak

Pembangunan pada dasarnya bersifat merata terhadap peningkatan tiga aspek yaitu fisik, ekonomi, dan sosial masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dampak pelaksanaan pembangunan Center Point Of Indonesia terhadap livelihood masyarakat Mariso yang bekerja sebagai nelayan pencari kerang, bentuk konflik yang terjadi antara nelayan dengan pihak pengelola pembangunan serta merumuskan strategi yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola pembangunan dalam mempersiapkan masyarakat Mariso yang bekerja sebagai nelayan pencari kerang terhadap pelaksanaan pembangunan Center Point Of Indonesia (CPI).Metode penelitian adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara terhadap narasumber yang berkompeten, observasi visual, dan mengakses data dari instansi terkait. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif dan analisis RON internal dan eksternal. Hasil penelitian menunjukkan pembangunan Center Point Of Indonesia telah berdampak pada perubahan livelihood nelayan pencari kerang di Kecamatan Mariso dalam bentuk menurunnya hasil tangkapan, penghasilan pertrip, serta menurunnya frekuensi makan dalam sehari. Adanya perubahan tersebut menimbulkan konflik komunal antara nelayan pencari kerang dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam bentuk perlawanan pada skala demonstrasi. Konflik sosial tersebut perlu diredam dengan beberapa strategi persiapan sosial yang kemudian dipilah dalam konteks delivery system seperti konsolidasi sumber daya lokal, pembentukan kelompok nelayan pencari kerang dan penyadaran mengenai nilai penting pembangunan kawasan CPI. Dalam konteks receiving mechanism dibentuk strategi seperti pelatihan tekhnologi kepada nelayan pencari kerang, bantuan modal, pengorganisasian atau pelatihan serta pendampingan peningkatan keterampilan agar masyarakat nelayan pencari kerang di Kecamatan Mariso mampu mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi kemudian memanfaatkan pembangunan kawasan Center Point of Indonesia. Kata kunci: livelihood, konflik, delivery system, receiving mechanism

Abstract

Development essentially prevalently to the increase of the three aspects: physical, economic, and social communities. This study aims to identify the impact of the implementation of the construction of Center Point of Indonesia to the livelihood of Mariso people who work as seeker scallop fishermen, the form of the conflict between the fishermen and the developer and formulate the strategy that can be done by the developer in preparing Mariso people who work as seeker scallop fishermen towards the implementation of development Center Point Of Indonesia (CPI). Method of research is a case study with a qualitative descriptive approach. The data was collected by interviewing techniques to the competent persons, visual observation, and access data from relevant agencies. The data collected were processed and analyzed using qualitative data analysis techniques and RON analyze of internal and external. The results show the development of Center Point of Indonesia effected the livelihood change of scallop seekers in Mariso District in the form of declining catches, income per-trip, and the declining frequency of meals in a day. These changes lead to communal conflicts between seeker scallop and the South Sulawesi provincial government in the form of resistance to the demonstration scale. The social conflicts should be muted with social preparation strategy then sorted in the context of delivery system such as consolidation of local resources, the group formation of scallop seekers and awareness about the importance of regional development. In receiving mechanism context formed strategy such as technology training to scallop seeker, help capital, organizing or training as well as assistance to improve skills so the scallop seekers in Mariso able to prepare themselves for the development of Center Point of Indonesia then take the advantage of it.

Key words: livelihood, conflict, delivery system, receiving mechanism

Page 3: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

PENDAHULUAN

Secara filosofis suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sistematik

dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai

alternatif sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. (Rustiadi, 2011)

Pembangunan yang tidak terkelola dengan baik tentunya rentan dengan munculnya

berbagai konflik. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi

yang berbeda dengan pola pikiran yang berbeda pula antar individu yang kemudia memicu

konflik. Adapun faktor penyebab konflik menurut Soekanto (Sulistyono, 2012) terbagi

menjadi empat yaitu: 1). Perbedaan antarindividu, 2). Perbedaan kebudayaan, (3). Perbedaan

kepentingan, (4). Perubahan sosial. Trijono (2007) mengatakan bahwa masyarakat bukan

hanya dihadapkan pada konflik dan kekerasan yang terjadi, tetapi juga harus menanggung

beban dampak konflik, seperti kemiskinan, penganguran, keretakan ssial, kerusakan fisik

lingkugan dan alam, serta semakin memburuknya kualitas hidup manusia serta mundurnya

pembagunan manusia (Human Development). Menurut Syahyuti (2010) pembangunan dapat

pula dipandang sebagai sebuah strategi kebudayaan. Salah satu pembangunan yang berbasis

kultural yang populer adalah Community Cultural Development (CCD) atau yang biasa

dikenal dengan pembangunan komunitas berbasis kultural. CCD didasarkan pada kerangka

untuk memahami bahwa ada ketidaksepemahaman diantara mereka yang terlibat dalam

pembangunan, baik sebagai subjek atau sebagai objek. Salman (2005) mengklasifikasikan

dampak sosial yang dapat memicu terjadinya konflik sosial di masyarakat lokal kedalam

empat kategori yaitu sebagai yakni dampak yang sifatnya berhubungan langsung dengan

perubahan struktur sosial seperti kesenjangan sosial, dampak yang sifatnya berhubungan

dengan perubahan pola interaksi atau proses sosial dalam masyarakat, dampak yang

berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang yang terkenai pembangunan, dampak yang

berhubungan dengan nilai dan norma budaya masyarakat.

Fatchurrohman (2011) berpendapat bahwa kesiapan adalah prasyarat untuk belajar

berikutnya seseorang untuk dapat berinteraksi dengan cara tertentu. Salah satu persiapan

msayarakat dalam proses pembangunan salah satunya berupa keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan itu sendiri. (Girsang, 2011) menjelaskan bahwa faktor-faktor internal yang

mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam suatu program adalah segala sesuatu yang

mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat

pendidikan, dan jumlah serta pegalaman berkelompok.

Page 4: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

Livelihood adalah istilah pembangunan yang menggambarkan kemampuan

(capabilities), kepemilikan sumber daya (sumber daya sosial dan material), dan kegiatan

yang dibutuhkan seseorang/masyarakat untuk menjalani kehidupannya. Livelihood akan

berlanjut jika penghidupan yang ada memampukan orang atau masyarakat untuk memiliki

kesiapan dalam menghadapi dan pulih dari tekanan dan guncangan, memampukan orang atau

masyarakat untuk mengelola dan menguatkan kemampuan dan kepemilikan sumber daya

untuk kesejahteraannya saat ini maupun dimasa mendatang, serta tidak menurunkan kualitas

sumber daya alam yang ada. Saragi (2007)

Kota Makassar juga termasuk salah satu kota yang melakukan pembangunan besar-

besaran dengan visi jangka panjang sebagai kota dunia, mengambil titik lokasi di sekitar CCC

(Celebes Convention Center) yang berada di Kecamatan Mariso. Daerah ini awalnya

merupakan daerah yang dihuni oleh para warga sekitar yang kurang mampu. Pekerjaan

umum para warganya adalah mencari kerang di bibir Pantai Losari dan berdagang. Hingga

saat ini pembangunan Center Point of Indonesia (CPI) terus dilakukan, dimulai dari

reklamasi Pantai Losari, pembangunan rumah sakit dan beberapa hotel. Namun, perhatian

terhadap warga daerah sekitar kurang diperhatikan seperti pemanfaatan lahan sebagai

penghidupan warga Kecamatan Mariso yang bekerja sebagai nelayan pencari kerang yang

saat ini mulai beralih fungsi menjadi lahan terbangun (built up area). Meraknya penimbunan

yang terjadi di sekitar perairan Pantai Losari berdampak pada munculnya berbagai konflik

yang disebabkan alih fungsi lahan, yang dulu sebagai lahan yang berfungsi sebagai mata

pencarian masyarakat kini menjadi lahan terbangun. Hal ini tentunya memerlukan strategi

penyiapan masyarakat lokal dalam menghadapi pembangunan kawasan Center Point of

Indonesia (CPI) sehingga permasalahan pembangunan dapat terselesaikan serta dampak

positif pembangunan dapat dirasakan seluruh masyarakat bukan hanya masyarakat lapisan

atas tetapi juga masyarakat lapisan bawah.

Tujuan hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak

pelaksanaan pembangunan Center Point of Indonesia (CPI) terhadap livelihood masyarakat

Mariso yang bekerja sebagai nelayan pencari kerang, mengidentifikasi bentuk konflik yang

terjadi antara nelayan pencari kerang dengan pihak pengelola pembangunan serta

merumuskan strategi yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam mempersiapkan

masyarakat Mariso yang bekerja sebagai nelayan pencari kerang terhadap pelaksanaan

pembangunan Center Point of Indonesia (CPI).

Page 5: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian dan lokasi penelitian

Penelitian ini merupakan penelitan studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif,

yang menggambarkan kondisi terkini masyarakat nelayan pencari kerang di Kecamatan

Mariso dalam menyikapi pembangunan kawasan Center Point of Indonesia (CPI) di

daerahnya. Penelitian ini akan mengeksplorasi kondisi masyarakat dan hal-hal apa saja yang

diperlukan dalam rangka persiapan pembangunan oleh masyarakat nelayan pencari kerang

dengan pihak pengelola pembangunan.

Pendekatan kualitatif digunakan oleh peneliti karena pendekatan ini membantu peneliti

agar mampu menampilkan realitas secara menyeluruh dan mendalam, memberikan perhatian

lebih terhadap nilai-nilai yang ditemukan di daerah penelitian, serta memiliki teknik

pengumpulan data yang sangat variatif (wawancara, observasi, dan dokumen).

Penelitian ini memiliki ruang lingkup wilayah administratif di Kota Makassar yang

terfokus pada Kecamatan Mariso Kelurahan Mariso dan Kelurahan Panambungan khusus

pada masyarakat nelayan pencari kerang dimana pada lokasi tersebut akan dilakukan

pembangunan Center Point of Indonesia (CPI).

Jenis dan Sumber Data

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui metode wawancara

dan observasi di lapangan, berupa: Data yang diperoleh dari wawancara mendalam mengenai

opini masyarakat setempat mengenai proses awal pembangunan kawasan Center Point of

Indonesia (CPI) dan perubahan-perubahan apa yang dirasakan oleh masyarakat nelayan

pencari kerang dari adanya proses pembangunan mega proyek ini. Selain itu, wawancara juga

akan mengarah kepada pertanyaan mengenai bagaiman konflik bisa terjadi antara masyarakat

nelayan pencari kerang dan pihak pengelola pembangunan dan apa akibat yang terjadi setelah

adanya konflik. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi mengenai perubahan

pola nafkah atau livelihood masyarakat nelayan pencari kerang sebelum dan setelah adanya

proses pembangunan mega proyek kawasan Center Point of Indonesia (CPI).

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui berbagai sumber laporan tertulis

yaitu: Data-data mengenai kependudukan masyarakat Kecamatan Mariso. Data mengenai

latar belakang penduduk Kecamatan Mariso seperti tingkat pendidikan, penyebaran tenaga

kerja, jumlah pendapatan, serta data mengenai organisasi dan kelembagaan yang dapat

digunakan sebagai dasar pegangan dari penyusunan strategi untuk mempersiapkan

masyarakat Mariso dalam receiving mechanism pada pembangunan mega proyek ini. Data-

Page 6: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

data terkait dengan konflik sosial yang terjadi antara masyarakat Kecamatan Mariso yang

bekerja sebagai nelayan pencari kerang dengan pihak pengelola pembangunan. Data tersebut

berupa situasi masalah yang memicu konflik tersebut terjadi dan tak terhindarkan yang dapat

diperoleh dari berbagai sumber literatur.

Objek Penelitian dan Informan

Objek penelitian dari penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Mariso yang bekerja

sebagai nelayan pencari kerang yang jenis pekerjaannya terkena dampak dari adanya

pembangunan kawasan Center Point of Indonesia.

Peneliti menentukan informan dengan teknik purposive yaitu penentuan informan tidak

didasarkan strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap

berhubungan dengan permasalahan penelitian. Mereka yang dijadikan sebagai informan pada

penelitian ini adalah berdasarkan pertimbangan bahwa mereka telah pihak-pihak yang terlibat

dalam pembangunan Center Point of Indonesia beserat yang terkena dampaknya dalam hal

ini perubahan mata pencarian lokal yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Mariso.

Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua digunakan teknik analisis

kualitatif. Data kualitatif yaitu jenis data yang berbentuk informasi baik lisan maupun tulisan.

Data yang ada pada peneliti dikelompokkan, setelah dikelompokkan, peneliti kemudian

menjabarkan data tersebut dengan bentuk tabel, teks atau gambar agar lebih dimengerti.

Setelah itu, peneliti dapat menarik kesimpulan dari data tersebut kemudian membuat strategi

yang diperlukan untuk persiapan masyarakat nelayan pencari kerang terhadap rencana

pembangunan.

Untuk dapat menganalisis berbagai fenomena di lapangan, memberikan langkah-

langkah sebagai berikut: Tahap reduksi Data, tahap penyajian data tahap penarikan

kesimpulan

HASIL

Pada kondisi kekinian yang terjadi di Kecamatan Mariso, jumlah nelayan pencari

kerang yang bertahan hingga saat ini yang berdomisili di kelurahan Mariso dan Kelurahan

Panambungan tersisa 13 orang dan didominasi oleh pecari kerang berjenis kelamin laki-laki

(tabel 1) dengan usia 21-45 tahun dengan lama bekerja sebagai nelayan pencari kerang terdiri

> 5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun dan > 21 tahun (tebel 2). Dari data

menunjukkan bahwa secara umum nelayan pencari kerang didominasi oleh nelayan yang

Page 7: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

telah bekerja selama 11-15 tahun sebanyak 4 orang dan yang telah bekerja lebih dari 21 tahun

sebanyak 4 orang. Jumlah nelayan yang bekerja dibawah 5 tahun berjumlah 1 orang, yang

bekerja selama 6-10 tahun berjumlah 3 orang dan yang bekerja selama 16-20 tahun berjumlah

1 orang (Tabel 2). Jumlah tanggungan anggota keluarga pencari kerang cukup beragam,

berdasarakan data yang diperoleh melalui wawancara kepada nelayan pencari kerang,

menunjukkan bahwa komunitas masyarakat nelayan pencari kerang yang ada di lokasi

penelitian dengan jumlah anggota keluarga <2 orang orang merupakan yang terbanyak yaitu

sekitar 9 orang atau 69.23%. kemudian yang paling sedikit adalah nelayan pencari kerang

dengan anggota keluarga berjumlah antara 3-4 yaitu sebanyak 4 orang atau 30.76% dari 13

jumlah total nelayan pencari kerang.

Dalam konteks penelitian ini, variabel dampak primer adalah kegiatan penimbunan

yang dilakukan oleh pihak pengelola proyek Center Point of Indonesia (CPI) terhadap daerah

pencarian kerang yang menimbulkan dampak terhadap perubahan kualitas perairan pinggiran

Teluk Losari yang ditandai dengan semakin berkurangnya hasil-hasil laut di perairan Teluk

Losari yang selama ini menjadi komoditas jual dan hilangnya sebagian besar lahan pencarian

kerang para masyarakat Kec, Mariso atau kususnya nelayan pencari kerang yang berada di

Keluarahan Panambungan dan Kelurahan Mariso yang bekerja sebagai pencari kerang untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari (gambar 1 dan 2)

Selain itu, dalam penelitian lain mengungkapkan bahwa terdapat variabel lain yang

turut andil menciptakan terjadinya perubahan penurunan kualitas lingkungan di lokasi

penelitian yaitu karena adanya sedimen transport dari aliran Sungai Je’neberang, sehingga

mengakibatkan terjadinya pendangkalan di perairan Teluk Losari. Selain itu, adanya saluran

primer (outlet) pembuangan limbah rumah tangga yang mengandung logam berat dan zat

beracun yang telah larut dalam perairan tersebut. Perubahan aspek sosial ekonomi pada

nelayan pencari kerang merupakan dampak sekunder atau dampak lebih lanjut dari semakin

berkurangnya hasil laut seperti ikan dan kerang laut yang merupakan komoditas jual bagi

para nelayan pencari kerang.

Kegiatan penimbunan pembangunan kawasan Center Point of Indonesia (CPI)

berdampak pada pola penafkahan (livelihood) nelayan pencari kerang. Berikut adalah uraian

analisis dampak pembangunan Center Point of Indonesia terhadap livelihood (pola

penafkahan) masyarakat lokal di Kecamatan Mariso yang bekerja sebagai nelayan pencari

kerang, seperti perubahan status pekerjaan dan alih profesi, perubahan jumlah perolehan

kerang laut, perubahan jumlah perolehan penghasilan, perubahan pola penafkahan.

Page 8: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

Kegiatan pembangunan yang sedang dilakukan di periaran Pantai Losari yang juga

merupakan lahan mata pencarian nelayan pencari kerang tidak berjalan mulus begitu saja, ini

ditandai dengan adanya protes warga khusunya nelayan yang berprofesi sebagai pecari

kerang diakibatkan kegiatan pembangunan berupa penimbunan mempersempit lahan

pencarian kerang meraka yang berdampak pada menurunnya jumlah hasil tangkapan mereka.

Aksi protes masyakrakat Mariso khususnya nelayan pencari kerang ditandai dengan

terjadinya beberapa konflik. Bentuk konflik yang terjadi antara masyarakat Kecamatan

Mariso yang berkerja sebagai nelayan pencari kerang dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan dapat dikategorikan sebagai konflik antar komunitas yang disebabkan oleh faktor

sumberdaya kehidupan. Konflik mengenai keluhan atas ketakutan masyarakat karena

bayangan akan kesulitan akan pemenuhan kebutuhan hidup dengan masalah ekonomi yang

kian menyulitkan mulai terjadi sejaka awal tahun 2005 menjelang proses pembangunan

Celebes Convention Center (CCC).

Konflik yang terjadi pada masyarakat nelayan pencari kerang di Kecamatan Mariso,

khususnya pada Kelurahan Mariso dan Panambungan dengan pihak Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan merupakan konflik yang didasari dengan adanya perbedaan kebudayaan

sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda dengan pola pikir yang berbeda pula antar

individu yang kemudian memicu timbulnya konflik. Dalam kasus ini, konflik

dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan kepentingan antara kelompok masyarakat yang

berprofesi sebagai nelayan pencari kerang dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan,

dimana masing-masing pihak memiliki keinginan untuk mengedepankan kepentingan

mereka. Pemerintah dengan visi pembangunannya untuk menjadikan pusat Sulawesi Selatan

yaitu Kota Makassar sebagai kota dunia dengan segala fasilitasnya, sedangkan masyarakat

lokal dalam hal ini masyarakat nelayan pencari kerang yang merasa dirugikan dengan

pengambilan lahan pencarian kerang mereka. Adanya perubahan sistem pencarian lokal yang

dialami masyarakat akibat perubahan yang dibawa oleh pemerintah provinsi menyebabkan

terjadinya ketegangan dan guncangan dalam masyarakat.

Adanya kekhawatiran dari pihak masyarakat nelayan pencari kerang apabila sumber

mata pencarian mereka dihilangkan sebagai nelayan pencari kerang maka mereka tidak tau

lagi harus mencari pekerjaan yang lebih layak untuk menyambung hidup mereka dengan

keterbatasan keterampilan dan rendahnya tingkat pendidikan mereka sedang mereka

beranggpan bahwa pihak pemerintah kurang memperhatikan nasib meraka. Kondisi ini

menyebabkan keresahan pada masyarakat khusunya yang bekerja sebagai nelayan pencari

Page 9: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

kerang sehingga sering menimbulkan konfilik antara masyarakat dengan pihak pengelola

Center Point of Indonesia (CPI) dalam hal ini pihak pemerintah.

PEMBAHASAN

Penelitian ini memperlihatkan dampak dari adanya pembangunan Center Point of

Indonesia yang telah mengubah livelihood masyarakat Kecamatan Mariso yang berprofesi

sebagai nelayan pencari kerang. Dari adanya perubahan livelihood inilah kemudian terjadi

konflik komunal dalam bentuk perlawanan pada skala demonstrasi oleh masyarakat nelayan

pencari kerang terhadap pihak pengelola pembangunan Center Point of Indonesia.

Kota Makassar sebagai kota dunia telah melalukan pembangunan sarana dan

prasarana pendukung, salah satunya adalah pembangunan kawasan Center Point of Indonesia

(CPI). Namun, perhatian terhadap warga daerah sekitar kurang diperhatikan seperti

pemanfaatan lahan sebagai penghidupan warga Kecamatan Mariso yang bekerja sebagai

nelayan pencari kerang yang saat ini mulai beralih fungsi menjadi lahan terbangun (built up

area) yang saat sebagai lokasi pembangunan kawasan Center Point Of Indonesia (CPI).

Pembangunan Center Point Of Indonesia berdapak negatif terhadap warga sekitar khusunya

nelayan pencari kerang Kecamatan Mariso. Dampak negatif yang dirasakan warga adalah

dampak terhadap Livelihood (pola penafkahan) seperti : (1) perubahan status pekerjaan.

Aspek perubahan status dan alih profesi merupakan jumlah nelayan pencari kerang yang

sebelum adanya penimbunan sebagai tahap awal pembangunan kawasan Center Point of

Indonesia (CPI) pekerjaan nelayan pencari kerang merupakan pekerjaan pokok nelayan

pencari kerang kemudian dan setelah adanya penimbunan pekerjaan pokoknya bukan lagi

sebagai nelayan pencari kerang bahkan sebagaian besar nelayan pencari kerang kini teralah

meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan pencari kerang seperti pemulung, buruh bangunan

dan pekerjaan lainnya, akan tetapi tidak lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Jumlah

nelayan pencari kerang yang beralih profesi dari nelayan pencari kerang ke profesi lainnya

sebelum terjadinya penibunan berjumalah 72 orang dan setelah terjadinya penimbunan

berjumlah 13 orang. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setelah adanya kegiatan

penimbunan telah terjadi perubahan yang siginifikan terhadap perubahan jenis pekerjaan atau

alih profesi dari yang tadinya bekerja sebagai pencari kerang dan setelah adanya penimbunan

tidak lagi bekerja sebagai pencari kerang. Beberapa dari jumlah nelayan pencari kerang yang

beralih profesi memilih untuk menjadi nelayan ikan, bagi yang memiliki cukup modal.

Selebihnya, beberapa nelayan pencari kerang yang beralih profesi dan tidak memiliki modal

Page 10: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

memilih untuk menjadi buruh lepas, pedagang asongan, pemulung, dan beberapa diantaranya

menjadi pengemis. (2) Perubahan jumlah perolehan kerang laut. Adanya kegiatan

penimbunan dan pembangunan Center Point Of Indonesia (CPI) telah berdampak negatif

bagi nelayan pencari kerang yang ditandai dengan penurunan jumlah perolehan hasil laut para

nelayan pencari kerang di lokasi penelitian. Jumlah rata-rata tangkapan kerang sebelum

penimbunan > 5 kg/trip dan setelah adanya penimbunan nelayan pencari kerang hanya

mampu memperoleh tangkapan < 3 kg/trip. Dari jumlah ini maka dapat dikatakan bahwa

telah terjadi perubahan penurunan yang signifikan pada jumlah rata-rata yang diperoleh

nelayan pencari kerang dalam bekerja sebagai nelayan pencari kerang setelah adanya

kegiatan penimbunan. Menurut sebagian besar nelayan pencari kerang mengatakan bahwa

selain wilayah penangkapan kerang yang ada sekarang sangat kecil, kualitas kerang yang

dihasilkan juga kurang baik karena daerah penangkapan kerang yang sekarang telah

mengandung unsur limbah. (3). Perubahan jumlah perolehan penghasilan. Aspek perubahan

jumlah rata-rata perolehan penghasilan sangat dipengaruhi oleh perubahan jumlah rata-rata

perolehan hasil laut para nelayan pencari kerang. Hal ini karena akibat adanya penimbunan

yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam rangka menunjang pembangunan kawasan Center

Point of Indonesia (CPI), sehingga terjadi perubahan jumlah rata-rata hasil laut yang

diperoleh dalam hal ini kerang yang dihitung dalam satu trip yang kemudian juga berimbas

pada rata-rata penghasilan yang diukur dalam bentuk rupiah bersih karena hasil laut telah

dijual kepada konsumen.

Jumlah pengasilan nelayan pencari kerang sebelum adanya penimbunan mampu

mengahasilkan rupiah sebanyak Rp 100.000 dalam sekali melaut dan setelh adanya

penimbunan nelayan pencari kerang hanya mampu mendapat pengasilah dari tangkapan

kerang meraka < 50.000 dalam sekali melaut yakni jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Haln ini

terlihat bahwa dengan adanya penimbunan kawasan Center Point Of Indonesia sangat

berdapak pada menurunnya tingkat pengasilan nelayan pencari kerang. (4) Perubahan pola

penafkahan. Aspek perubahan pola penafkahan yang terjadi kepada nelayan pencari kerang di

Kecamatan mariso sangat dipengaruhi oleh penghasilan harian yang mampu diperoleh oleh

masing-masing nelayan pencari kerang setiap harinya. Pola penafkahan (waktu makan)

sebelum adanya penimbunan yakni 3 kali sehari dan selah adanya penimbunan pola

penafkahan menjadi 2 kali sehari. Hal tersebutlah kemudian yang memaksa para nelayan

pencari kerang untuk mengubah pola penafkahan mereka dan keluarga agar mampu untuk

terus bertahan hidup. Keadaan ini pula yang kemudian menjadikan masyarakat yang

Page 11: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

berprofesi sebagai nelayan pencari kerang hanya mengenal bahasa perut untuk menunjang

kehidupan mereka tanpa lagi memikirkan hal lain seperti pendidikan bagi anak mereka.

Adanya proses pembangunan yang gencar terjadi sepanjang tahun 2005 hingga sekarang pada

tahun 2013 yang dilakukan di wilayah Kecamatan Mariso dan Tamalate oleh pihak

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan maupun Pemerintah Kota Makassar tidak dapat

dipisahkan dengan adanya konflik dengan masyarakat setempat. Konflik yang terjadi pada

umumnya disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan dari pihak pemerintah atau

pengelola pembangunan dengan pihak masyarakat lokal dimana masing-masing kelompok

memiliki keinginan untuk mengedepankan kepentingan mereka. Hal seperti ini sangat umum

terjadi di beberapa lokasi pembangunan di wilayah lainnya.

Dalam kasus kali ini yang terjadi pada proses pembangunan kawasan Center Point of

Indonesia (CPI) merupakan konflik komunal di ruang sipil yang jika dilihat penyebabnya

tersimpan pada persoalan livelihood distress atau pola penafkahan bagi masyarakat lokal

yang dirasa semakin sukar semenjak adanya proses pembangunan kawasan Center Point of

Indonesia (CPI). Persoalan kemiskinan dan keterdesakan ekonomi bercampur-baur dengan

perasaan ketidakpastian kehidupan untuk hari esok menyebabkan eskalasi dan intensitas

konflik sangat mudah memuncak. Adhitania (2010) menyatakan konflik manusia mempunyai

derajat kompleksitas dan intensitas yang dapat di temui dalam individu, kelompok dan

negara-negara di seluruh dunia. Konflik sosial biasanya timbul ketika dua belah pihak atau

lebih mencapai tujuan yang tidak kompatibel dan pada tahap berikutnya keduanya melakukan

perjuangan untuk mencapai tujuan dan saling mengalahkan. Sedangkan Ilmy (2011)

mendefinisikan konflik sebagai suatu interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling

bergantung merasakan adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu

sama lain dalam mencapai tujuan itu. Dalam mempersiapkan nelayan pencari kerang terhadap

pembangunan Center Point Of Indonesia perlu memperhatikan beberapa unsur-unsur

pembangunan baik yang terdapat pada masyarakat lokal (internal) maupun unsur-unsur yang

dibawa oleh pihak pengelola pembangunan (eksternal): (1) RON (Resources, Organizatios,

Norms) Internal (kondisi nelayan pencari kerang), (2) RON (Resources, Organizatios,

Norms) Eksternal (pengelola Pembangunan Center Poin Of indonesia (CPI) terhadap

masyarakat nelayan pencari Kerang di Kecamatan Mariso), (3) Serta adanya keterkaitan

kegiatan dengan unsur pembangunan (masyarakat, pemerintah dan swasta).

Page 12: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

KESIMPULAN DAN SARAN

Penimbunan yang dilakukan oleh pihak pengelola proyek Center Point of Indonesia

(CPI) terhadap daerah pencarian kerang menimbulkan dampak terhadap hilangnya sebagian

besar lahan pencarian kerang masyarakat Kecamatan Mariso yang berdampak pada

banyaknya nelayan pencari kerang yang beralih profesi, menurunnya jumlah perolehan

tangkapan kerang laut, menurunnya tingkat penghasilan nelayan serta berdampak pada

perubahan pola penafkahan nelayan pencari kerang. Bentuk konflik yang terjadi antara

nelayan pencari kerang dengan pihak pengelola pembangunan kawasan Center Point Of

Indonesia (CPI) adalah konflik perlawanan oleh masyarakat nelayan pencari kerang terhadap

pihak pemerintah pada skala demonstrtasi yang disebabkan karena adanya perbedaan

kepentingan. Strategi persiapan dalam bentuk Delivery System adalah sebagai berikut: (1).

Konsolidasi sumberdaya lokal oleh pemerintah atau penyuluh perikanan kepada masyarakat

yang berprofesi sebagai nelayan pencari kerang dalam hal ini wilayah pesisir tempat

pencarian kerang menganai alokasi wilayah pencarian baru yang bebas dari limbah. (2)

Sosialisasi oleh penyuluh/pemerintah mengenai akses sumberdaya eksternal yang akan

dibangun disekitar kawasan pencarian kerang. (3) Pembentukan kelompok nelayan pencari

kerang yang baru untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan terkini yang bermanfaat. (3)

Penyadaran tentang nilai-nilai pentingnya pembangunan kawasan Center Point of Indonesia.

(4) Penyadaran tentang nilai-nilai positif dan keuntungan dari adanya pembangunan yang

dilakukan. (5) Konsolidasi mengenai pembaharuan aturan mengenai batasan wilayah

pencarian kerang yang disediakan oleh pihak pengelola pembangunan. Selanjutnya strategi

persiapan masyarakat lokal dalam pelaksanaan pembangunan kawasan Center Point of

Indonesia dalam hal Receiving Mechanism adalah sebagai berikut (1) Pelatihan tekhnologi

budidaya kerang yang baik kepada kelompok nelayan pencari kerang oleh tenaga

pendamping. (2) Bantuan modal usaha bagi pengangguran yang diambil lahan pencarian

kerangnya. (3) Beasiswa kepada anak SD, SLTP atau SLTA oleh beberapa investor besar

sebagai bentuk kepedulian dan pengembangan kawasan terpadu Center Point of Indonesia

(CPI). (3) Pendampingan peningkatan keterampilan pada lembaga-lembaga pengelola kulit

kerang untuk dijadikan benda yang bernilai rupiah oleh penyuluh perikanan. (4)

Pengorganisasian atau pelatihan ekonomi kerakyatan terhadap para pengepul kerang oleh

penyuluh perikanan. (5) Pendampingan penentuan aturan harga jual kerang beserta

distribusinya oleh LSM atau instansi kelembagaan negara. Penimbunan yang dilakukan oleh

berbagai pihak dalam menunjang pembangunan fisik di Kecamatan Mariso hendaknya

meratakan prioritas pembangunan fisik dengan kondisi sosial masyarakat lokal yang

Page 13: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

menggantungkan kehidupan pada lahan mata pencarian lokal yaitu pencari kerang. Perlu

adanya sosialisasi dan pendampingan bagi nelayan pencari kerang untuk mempersiapkan diri

mereka dalam menghadapi pembangunan fisik di wilayahnya agar kondisi sosial ekonomi

masyarakat lokal tidak mengalami penurunan dan pola penafkahannya tidak terganggu.

Perlunya penyadaran dan sosialisi oleh pihak pengelola pembangunan kepada masyarakat

lokal dalam hal ini mensinergikan pembangunan yang efektif dan efisien dari segi fisik,

ekonomi dan sosial serta dalam pembangunan Center Point of Indonesia sehingga bentuk-

bentuk konflik sosial dapat tereduksi. Strategi persiapan masyarakat diharapkan dilaksanakan

oleh pihak pengelola pembangunan melalui dua tahap yaitu pada Delivery System (DS) dan

Receiving Mechanism (RM) agar unsur pembangunan yang disalurkan dapat diterima oleh

masyarakat lokal dan unsur pembangunan yang diterima dapat dimanfaatkan secara baik

untuk menunjang kebutuhan hidup masyarakat lokal yang berprofesi sebagai nelayan pencari

kerang.

DAFTAR PUSTAKA

Adhitania. (2010). Konflik Politik Dalam Pemilihan Umum Bupati Dan Wakil Bupati Bandung . Bandung.

Fatchurrohman, Rudy. (2011). Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin Dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif. SMKN 1 Jatibarang.

Girsang. (2011). Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Di Desa Megamendung, Bogor). IPB. Bogor.

Ilmy. (2011). Makalah konflik sosial. http://ilmy-konfliksosial.blogspot.com/2011/08/makalah-konflik-sosial.html. Diunduh tanggal 19 februari 2013

Rustiadi, Ernan. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasana Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Salman, Darmawan. (2005). Analisis Sosial Dalam Pengelolaan Pembangunan. Makalah Dipresentasikan Dalam Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana-Pertama (DFPP-Pertama), Bappenas-PSKMP Unhas, Makassar.

Saragi. (2007). Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazab Bogor. Sodality Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia.

Sulistyono, Rendra. (2012). Konflik sosial dan integrasi sosial. http://sinausosiologi.blogspot.com/2012/05/konflik-sosial-dan-integrasi-sosial.html. Diunduh tanggal 19 feb 2013.

Syahyuti. (2010). Konsep dan Strategi Pendekatan Kultural dalam Pembangunan Pertanian: Studi Kasus Pembangunan Pertanian di Thailand. Pusat Analisis Ekonomi dan Kebijakan. Bogor.

Trijono, Lambang. (2007). Pembangunan sebagai perdamaian. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Page 14: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

Tabel 1. Distribusi nelayan penvari kerang menurut jenis kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

1. Laki-laki 13 100

2. Perempuan 0 0

Jumlah 13 100

Sumber: Analisis Data, 2013

Tabel 2 Distribusi nelayan pencari kerang menurut lama bekerja sebagai nelayan pencari kerang

No. Lama bekerja sebagai nelayan pencari kerang Frekuensi (f) Presentase (%)

1. <5 1 7.69

2. 6-10 3 23.07

3. 11-15 4 30.76

4. 16-20 1 7.69

5. >21 4 30.76

Jumlah 13 100 Sumber: Analisis data, 2013

Page 15: STRATEGI PERSIAPAN MASYARAKAT PENCARI KERANG DI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/16e983612d469501cce18bc6e9b1323e.pdf · HP: 085255978076 Email: mutmainnaha@gmail.com . ... Perubahan

Gambar 1. Peta Citra Perairan Pantai Losari tahun 2004 (sebelum penimbunan)

Sumber: Googel earth, 2013 Gambar 2. Peta Citra Perairan Pantai Losari tahun 2012 (setelah penimbunan)

Sumber: Google earth, 2013