strategi praktis menulis untuk jurnal internasional ......ilmiah (pasal 12 uu no 12/2012; dan pasal...
TRANSCRIPT
Strategi Praktis Menulis untuk Jurnal Internasional Bereputasi: Quality
of the writing reflects the quality of the research
Workshop Peningkatan Kualitas Lulusan Ilmu-Ilmu Sosial Berdaya Saing ASEAN
Pada Pertemuan Musyawarah Nasional V
Forum Dekan FISIP se-Indonesia
4 – 6 September 2015
Penulis:
Rachmat Kriyantono, Ph.D
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya
Malang, Indonesia
Abstract
The article aims to describe a practical guidance of writing for international journals. The
academics should disseminate their research and ideas through international journals for
several reasons, such as creating personal and university reputation, building networking,
practicing a good academic atmosphere, and academic career. However, the number of
international publication from Indonesia academics are still scarce due to lack of ability in
writing and poor research. Hence, the article provides either practical technique of academic
writing or handling the reviewer’s feedbacks. It can be concluded that paper for international
journal involves two aspects: the essence of research and how to write or report it, therefore,
quality of the writing reflects the quality of the research.
Keywords: International journal, academic writing technique, research, Indonesia
Pengertian Jurnal Internasional
Sebelum pembahasan lebih lanjut, disampaikan beberapa pengertian dasar terkait
jurnal. Menurut pedoman Operasional Angka Kredit Dikti 2014, jurnal ilmiah nasional
adalah jurnal yang bercirikan (i) Memiliki ISSN; (ii) Menyebarkan hasil penelitian/konsep
ilmiah; (iii) Ditujukan pada masyarakat ilmiah/peneliti; (iv) Diterbitkan oleh badan
ilmiah/organisasi/perguruan tinggi; (v) Mempunyai dewan redaksi yang ahli dalam
bidangnya dan melalui peer review process; (vi) Bahasa Indonesia & atau Bahasa Inggris
dengan abstrak Bahasa Indonesia; dan (vii) Diedarkan nasional.
Sementara itu, jurnal internasional dibedakan menjadi dua: jurnal internasional dan
jurnal internasional bereputasi. Jurnal internasional adalah jurnal yang bercirikan (a) Karya
ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan; (b)
Memiliki ISSN dan beredar di berbagai negara; (c) Ditulis dengan menggunakan bahasa
resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol dan Tiongkok); (d) Memiliki terbitan
versi online; Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar di bidangnya paling sedikit
berasal dari 4 (empat) negara. Jenis pertama jurnal internasional adalah yang terindeks Web
of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search tapi belum mempunyai faktor
dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago
Journal Rank (SJR). Jurnal internasional kedua adalah yang belum terindek Web of
Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search namun telah terindek pada
database internasional seperti DOAJ, CABI, Copernicus, dan/atau laman sesuai
dengan pertimbangan Ditjen Dikti DOAJ, Copernicus, Ebscho.
Selanjutnya, jurnal internasional bereputasi adalah jurnal yang memenuhi kriteria jurnal
internasional dengan kriteria tambahan (1) terindeks pada Web of Science dan/atau
Scopu/SciDirects; (2) mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science
(Thomson Reuters), Scimago Journal Rank (SJR), Art & Humanities Citation Index (AHCI)
dan tidak tergolong jurnal predator (tentang jurnal predator, dapat dilihat di
www.scholarlyoa.com).
Scopus adalah sebuah database indexing, berisi abstract dan citations publikasi yang
banyak dipercaya sebagai salah satu tolak ukur, dikelola oleh Elsevief. Beberapa yg lain:
DOAJ, Copernicus, Open JGate, Ulrichsweb, DBLP, CiteSeerX, Academic Resource, atau
scholar. Scopus mengeluarkan Scimago Journal Rank (SJR). Selain itu, jurnal bereputasi juga
memiliki impact factor yang tinggi. Impact factor ini dikembangkan oleh Thomson Reuters
dengan mengukur rata-rata frekuensi keterkutipan artikel jurnal dalam dua tahun tahun
terakhir. Jika impact factor sebuah jurnal adalah 1, maka ini berarti rata-rata setiap artikel
yang diterbitkan oleh jurnal tersebut dikutip sekali dalam dua tahun terakhir. Artikel yang
dikutip (disitasi) diasumsikan adalah artikel yang berkualitas, dan sebaliknya artikel yang
tidak berkualitas tidak atau jarang dikutip. Semakin besar skor impact factor, semakin
berkualitas sebuah jurnal atau semakin tinggi impact factornya, maka semakin penting jurnal
tersebut bagi ilmu pengetahuan.
Mengapa Perlu Publikasi Internasional?
Mempublikasikan artikel atau paper secara internasional adalah perlu bagi setiap
akademisi (ilmuwan/dosen). Setiap dosen ditantang bukan hanya memproduksi karya-karya
ilmiah, tetapi, juga dituntut mendiseminasikan karya-karya tersebut. Seperti yang
dicantumkan di berbagai regulasi, seperti UU No 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 60;
UU No 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 4; Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara no 17/2013 tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Dosen pasal 7,
karya-karya dosen mencakup tiga tugas pokok, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Agar dapat memenuhi tujuan pendidikan tinggi (pasal 5 UU No
12/2012), maka dosen diwajibkan menyebarluaskan karya-karya tersebut dalam publikasi
ilmiah (pasal 12 UU No 12/2012; dan pasal 49 UU No 5/2014). Jenis publikasi ilmiah ini,
menurut pasal 8 Permenpan No 17/2013, dapat berbentuk buku referensi, buku ajar,
monograf, artikel di media massa, dan jurnal ilmiah nasional dan internasional.
Publikasi ilmiah pada dasarnya merupakan aktivitas yang inherent dan melekat pada
status dosen, artinya, karena status itulah yang membuat seseorang harus melakukan
publikasi ilmiah. Belum lengkap menjadi dosen jika hanya mengajar di kelas tanpa
menghasilkan karya ilmiah dan mempublikasikannya. Hanya melalui karya ilmiah, seorang
dosen dapat membangun budaya akademik yang baik, seperti terbiasa melakukan critical
thinking, melakukan riset dengan baik, kemampuan analisis dan solusi, memiliki kemampuan
beragurmen dan menyampaikan pemikiran dengan baik serta menguasai teknik menulis
ilmiah.
Selanjutnya, kewajiban membuat dan menyebarluaskan karya ilmiah ini menjadi
instrumen menentukan jenjang karir dosen. Permenpan No 46/2013, yang telah mengganti
beberapa pasal dalam Permenpan No 17/2013, mengatur jenjang karir terkait publikasi ilmiah
ini. Di pasal 26 ayat 3, disebutkan bahwa kenaikan jabatan akademik dosen untuk menjadi (a)
Lektor minimal wajib memiliki karya ilmiah yang terbit pada jurnal ilmiah; (b) Lektor
Kepala bagi S3 wajib mempunyai publikasi jurnal nasional terakreditasi; (c) Lektor Kepala
bagi S2 wajib jurnal internasional; dan (d) Profesor harus memiliki publikasi jurnal
internasional bereputasi. Ayat 5 mengatur peluang loncat jabatan, dari asisten ahli menjadi
lektor kepala atau lektor kepala menjadi profesor, dengan syarat wajib mempunyai jurnal
internasional bereputasi.
Selain dua hal di atas, sebagai unsur yang melekat pada status dosen dan instrumen
jenjang karir, ada beberapa alasan lain perlunya dosen mempublikasikan karya ilmiah di
jurnal internasional. Pertama, publikasi di jurnal internasional merupakan alat membangun
reputasi dosen dan reputasi universitas tempat dosen tersebut mengabdi. Dengan bantuan
teknologi internet (jurnal versi online), artikel yang dimuat dapat dibaca dan diisitasi oleh
kalangan akademis di dunia. Artikel yang disitasi dapat diartikan bahwa artikel tersebut
dianggap mengandung konten yang layak secara ilmiah. Kedua, publikasi di jurnal
internasional membuka peluang membangun kerjasama dan network dengan ilmuwan lain,
dari dalam dan luar negeri. Hal ini dapat terjadi dalam dua situasi: (i) terjadi saat proses
pembuatan publikasi ilmiah, yaitu dengan mengajak ilmuwan lain berkolaborasi
menghasilkan karya ilmiah, baik dengan melakukan riset bersama maupun meminta ilmuwan
lain ini sebaggai reviewer dan supervisor penulisan karya ilmiah; (ii) terjadi setelah suatu
karya ilmiah dipublikasikan, yaitu ketika ilmuwan lain mem-follow up karya kita melalui
kontak email dan menawarkan riset bersama.
Ketiga, publikasi ilmiah di jurnal internasional membuka peluang mendapatkan
penghargaan (noble winning), beasiswa, dan funding. Dosen yang karya ilmiahnya banyak
disitasi akan mendapatkan h-index yang tinggi, yang menjadi indikator pengakuan dunia
akademik terhadap eksistensi dan kualitas dosen yang bersangkutan. Penghargaan finansial
juga disediakan oleh berbagai lembaga, seperti Dikti maupun universitas yang bersangkutan.
Keempat, beberapa perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri menyaratkan mahasiswa
program Doktor/Ph.D untuk mempublikasikan risetnya sebagai syarat kelulusan atau ikut
ujian tesis/disertasi. Asumsinya, riset yang dimuat di jurnal inernasional dianggap telah
diterima oleh masyarakat ilmiah dan mengandung konten yang layak secara ilmiah. Kelima,
banyaknya publikasi internasional menjadi indikator kemampuan daya saing bangsa di level
dunia. Ada keterkaitan kuat antara produktivitas publikasi dengan kondisi ekonomi suatu
negara (Pratomo, 2015), dan indikator daya saing di bidang riset dan pendidikan (Jayanegara,
2015).
Keenam, publikasi internasional membuka peluang para dosen untuk mengembangkan
dan menyosialisasikan ilmu pengetahuan berbasis perspektif atau kearifan lokal. Harus diakui
bahwa fokus pengembangan teori masih didominasi oleh ilmuwan Amerika Serikat dan
beberapa negara barat di Eropa (Sriramesh & Vercic, 2003). Di bidang kajian komunikasi,
misalnya, teori-teori komunikasi Barat telah diaplikasikan di berbagai penjuru dunia sebagai
norma universal untuk aktivitas komunikasi dalam beberapa dekade (Ayish, 2003). Padahal,
Indonesia dan negara-negara Timur (Asia) memiliki karakter sosial budaya yang khas, yang
tidak sepenuhnya sama dengan karakter negara-negara Barat (Gunaratne, 2009; Littlejohn &
Foss, 2008). Teori-teori ditentukan oleh konteks kultural dan kondisi lingkungan tempat teori
itu dimunculkan walaupun dalam beberapa aspek teori-teori itu mengandung norma-norma
umum dan universal (McQuail, 2000). Pendapat McQuail ini selaras dengan hasil studi
penulis, yaitu tidak semua prinsip Teori Excellent diterapkan sama di Indonesia (Kriyantono,
2015d). Kurangnya kajian dalam konteks Indonesia, dirasakan oleh Hobart (2006) saat
membahas kesulitan ilmuwan Barat mendapatkan literatur kajian fenomena komunikasi
dalam perspektif Indonesia.
Masih dalam bidang kajian Ilmu Komunikasi, gagasan tentang kebutuhan studi
komunikasi dari perspektif Timur (Asia) telah meningkat akhir-akhir ini (Dissayanake, 1988;
Gunaratne, 2009; Littlejohn & Foss, 2008; Raharjo, 2013). Berbeda dengan Indonesia,
beberapa negara Asia, seperti Cina, Jepang, India dan Korea Selatan, telah berhasil
memunculkan teori komunikasi Cina, Jepang, India dan Korea Selatan yang telah disebarkan
dalam beberapa buku dan jurnal internasional (Dissayanake, 1988; Dissayanake, 2004;
Gunaratne, 2009; Raharjo, 2013). Dari 27 teori public relations, misalnya, tidak ada satu pun
teori dalam perspektif Indonesia (Kriyantono, 2014). Yang menarik, keberhasilan
memunculkan kajian teoritis dalam perspektif lokal di Cina, Jepang, India dan Korea Selatan
berkorelasi dengan banyaknya jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional dari keempat
negara itu. Data dari Pratomo (2015), keempat negara itu berada pada empat besar negara
Asia yang terbanyak jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional.
Tuntutan menghasilkan karya ilmiah berbasis kearifan lokal ini juga didorong
kenyataan bahwa negara-negara Asia memiliki potensi daya saing di level dunia. Pada 2012,
Cina, Jepang dan India juga masuk 10 besar dunia untuk jumlah karya ilmiah yang terbit di
jurnal internasional bereputasi (yaitu yang terindeks scopus). Kesepuluh besar ini adalah
Amerika Seriikat (537 ribu); Cina (392 ribu); Inggris (152 ribu); Jerman (143 ribu); Jepang
(118 ribu); Prancis (102 ribu); India (98 ribu); Italia (85 ribu); Kanada (84 ribu); dan Spanyol
(76 ribu).
Publikasi Internasional dari Indonesia Masih Rendah
Beberapa potensi tentang perlunya publikasi internasional yang dideskripsikan di atas,
ternyata tidak diikuti jumlah publikasi ilmiah dari para ilmuwan, termasuk dosen, dari
Indonesia. Tabel 1 menunjukkan perbandingan jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional
antara beberapa negara Asia pada 2014. Tampak bahwa Indonesia masih kalah dengan
Hongkong, yang hanya sebuah kota di Cina. Di antara negara Asia Tenggara pun, Indonesia
masih kalah dengan Malaysia, Singapura dan Thailand. Indonesia mempublikasikan 5.665
artikel, Malaysia 25.883 (400% lebih banyak).
Tabel 1. Jumlah publikasi di jurnal internasional
Sumber: Pratomo (2015).
Jika dilihat lebih detail, jumlah publikasi ilmiah jurnal internasional dari beberapa
perguruan tinggi di Indonesia ternyata tidak lebih baik dari jumlah publikasi ilmiah jurnal
internasional dari hanya satu perguruan tinggi di Malaysia (Universiti Kebangsaan
Malaysia/UKM). Lihat Tabel 2. Khusus untuk Universitas Brawijaya (UB), tampak bahwa
UB mampu menyalip Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin dan memperkecil
selisih dengan Universitas Padjajaran.
Tabel 2. Perbandingan jumlah publikasi terindeks scopus
Sumber: Pratomo (2015)
Tabel 3 berikut makin menguatkan hasil Tabel 1, yaitu jumlah publikasi internasional
memiliki keterkaitan dengan kondisi ekonomi suatu bangsa. Di Tabel 1, terlihat bahwa
jumlah publikasi internasional Indonesia di bawah negara-negara yang secara ekonomi juga
lebih baik daripada Indonesia. Tetapi, jumlah publikasi internasional Indonesia di atas
beberapa negara yang kondisi ekonominya di bawah Indonesia (lihat tabel 3).
Tabel 3. Artikel di jurnal terindeks scopus versi www.scimagojr.com
Sumber: Jayanegara (2015).
Kendala-Kendala Publikasi Internasional
Di bagian ini, dideskripsikan beberapa kendala yang membuat rendahnya jumlah
publikasi di jurnal internasional dari para dosen Indonesia. Penulis melakukan wawancara
online dengan 13 kolega dosen pada 19 Juli 2015, dengan pertanyaan “apa kendala bagi Anda
dalam melakukan publikasi internasional?” Bahasa Inggris adalah kendala yang paling
banyak disampaikan oleh para dosen. Kendala lain adalah ketersediaan waktu yang sedikit
untuk menulis dan melakukan riset karena beban kerja yang tinggi sebagai dosen. Beberapa
juga menyebut teknik penulisan, termasuk logika berpikir sesuai standar jurnal terindeks
scopus, sebagai kendala. Ada juga yang menjawab belum pernah mencoba menulis untuk
publikasi internasional dan beberapa mengaku tulisannya pernah dimuat di jurnal
internasional yang tidak bereputasi. Terakhir, biaya juga menjadi kendala publikasi
internasional.
Kendala-kendala ini makin menguatkan pendapat penulis (baca di Kriyantono, 2014)
bahwa dominasi negara-negara Barat dalam penyebarluasan ilmu pengetahuan dan masih
sedikitnya publikasi internasional ilmuwan Indonesia terjadi karena keterlambatan
pendidikan yang dialami bangsa Indonesia akibat penjajahan ratusan tahun. Lambatnya
pendidikan berdampak pada perkembangan budaya critical thinking dan berargumen ilmiah
yang lambat. Kondisi ini diperparah oleh sistem otoriter yang terjadi di Indonesia sejak
kemerdekaan hingga dimulainya era reformasi pada 1998. Selain itu, negara Barat memiliki
keunggulan penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dan teknologi
komunikasi sebagai sarana diseminasi ilmu.
Tetapi, terdapat satu hal lagi yang paling mendasar, yaitu, belum kuatnya keinginan kita
untuk menggali kajian ilmu berbasis kearifan lokal. Sudah banyak master dan doktor
Indonesia lulusan luar negeri, tetapi, masih cenderung mengaji fenomena berdasarkan teori-
teori perspektif Barat. Ditambah lagi, tidak sedikit kalangan akademik yang masih mendewa-
dewakan literatur Barat dan meremehkan literatur kolega sendiri. Memang, secara umum,
literatur Barat lebih unggul, tetapi, tidak sedikit literatur yang dibuat penulis Indonesia yang
sudah dapat dikategorikan baik. Apalagi, seperti disampaikan di atas, sebuah kajian teoritis
Barat tidak secara otomatis sesuai sepenuhnya dengan konteks sosial budaya Timur.
Bukti meningkatnya kualitas literatur karya ilmuwan Indonesia dapat dilihat pada Tabel
4 dan 5. Tabel 4 menujukkan jumlah publikasi internasional dari ilmuwan Indonesia
mengalami peningkatan yang luar biasa dalam satu dekade terakhir, yaitu mencapai sekitar
300%.
Tabel 4. Jumlah publikasi ilmuwan Indonesia per dekade
Sumber: Pratomo (2015)
Sementara itu, Tabel 5 berisi data delapan jurnal Indonesia yang masuk kategori jurnal
bereputasi karena telah terindeks scopus. Artinya, kualitas jurnal produksi Indonesia telah
diakui masyarakat internasional sebagai jurnal yang berkualitas. Beberapa jurnal itu antara
lain Nutrition Bulletin, Acta Medica Indonesiana, dan Gajah Mada International Journal of
Business.
Tabel 5. Jurnal Indonesia yang bereputasi
Sumber: Jayanegara (2015)
Strategi Praktis Menulis untuk Jurnal Internasional
Deskripsi di atas menunjukkan adanya potensi keuntungan yang dapat diraih
masyarakat akademik dan dunia pendidikan Indonesia jika publisitas jurnal internasional
meningkat. Tetapi, upaya meraih potensi ini menemui beberapa kendala yang membuat
jumlah publikasi internasional belum optimal. Penulis beranggapan kendala-kendala yang
dideskripsikan di bagian sebelumnya saling terkait satu dengan lainnya. Untuk itu, artikel ini
menawarkan solusi yang komprehensif, yaitu solusi yang berdasarkan keterkaitan beberapa
kendala di atas. Solusi ini dikemas dalam bentuk strategi praktis menulis untuk jurnal
internasional. Diharapkan, strategi ini membantu upaya publikasi bukan hanya di jurnal
internasional tapi juga di jurnal internasional yang bereputasi.
Percaya diri mampu membuat artikel bermutu (hasil riset atau kajian konseptual).
Kepercayaan diri adalah faktor utama. Kepercayaan diri terbangun jika konsep diri
seseorang positif. Konsep diri adalah cara seseorang memandang dirinya dan memandang
bagaimana orang lain memandang dirinya. Dosen harus memiliki konsep diri yang positif,
salah satunya melalui pernyataan “saya bisa”; “orang lain bisa, saya pun bias, mengapa
tidak?” Dalam perspektif psikologi, dikenal konsep nubuat yang dipenuhi sendiri, yaitu kita
cenderung berperilaku tertentu tergantung stimulus yang kita terima tentang diri kita, baik
dari orang lain maupun dari diri kita sendiri. Jika stimulus itu positif dan terjadi berulang-
ulang maka konsep diri kita juga cenderung positif. Jika kita sering mendapat stimulus dari
orang lain bahwa kita bisa maka peluang bagi kita untuk bisa juga tinggi. Begitu sebaliknya.
Tetapi, kepercayaan diri ini jangan berupa ‘pepesan kosong’. Kita harus banyak membaca,
banyak berlatih menulis dan mengirim hasil tulisan kepada editor jurnal internasional.
Lakukan riset dengan baik (Riset berorientasi jurnal)
Riset adalah bahan material pokok dari aktivitas menulis publikasi. Tanpa riset, sulit
mendapatkan bahan material yang valid dan update. Sebenarnya, ‘quality of the writing
reflects the quality of the research’ (kualitas tulisan artikel merefleksikan kualitas riset). Ada
dua kemungkinan dari pernyataan ini. Pertama, karya tulis artikel memiliki bobot kualitas
yang baik jika isi tulisan didukung informasi tentang metode yang baik, data yang lengkap
dan valid, dan perumusan masalah yang menarik. Ini semua baru dapat terjadi jika kita
melakukan riset dengan baik. Kedua, kemungkinan kita sulit mendapatkan materi tulisan
dengan baik jika riset yang kita lakukan juga kurang baik sehingga jika dipaksakan membuat
tulisan, hasilnya tidak dapat memenuhi standar jurnal internasional bereputasi. Solusinya
hanya satu, yaitu lakukan riset dengan selalu berorientasi publikasi jurnal internasional
sehingga mulai dari penentuan tema, perumusan masalah, pengumpulan data hingga
membuat simpulan sudah diarahkan untuk sesuai standar publikasi internasional.
Riset yang baik dipengaruhi banyak faktor, seperti ketersediaan waktu bagi dosen,
biaya, dan tenaga. Dari wawancara dengan beberapa dosen, terungkap bahwa sebagian besar
menilai waktu yang mereka miliki terbatas karena beban kerja yang tinggi, terutama beban
tugas melaksanakan pengajaran dan tugas-tugas administrasi. Selain itu, minimnya dana riset
mempengaruhi keluasan riset untuk menghasilkan generalisasi data. Program-program hibah
yang menyaratkan gelar akademik doktor atau lektor kepala untuk menjadi ketua (penulis
pertama), juga turut menjadi kendala. Situasi ini makin diperparah oleh faktor eksternal, yaitu
sulitnya mencari responden yang bersedia. Sebagai contoh, Grunig, Grunig & Dozier (2002)
membutuhkan waktu selama 15 tahun dan membutuhkan 327 responden di tiga Negara (AS,
Inggris, dan Kanada), untuk dapat menghasilkan teori baru di bidang public relations, yaitu
Teori Excellent. Terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya mengakibatkan tidak sedikit riset lebih
berorientasi ‘membuat laporan’ dan ‘tambah modal’ bukan ‘membuat publikasi jurnal
internasional’.
Data sesuai standar publikasi internasional (kualitas maupun kuantitas)
Terkait dengan syarat diperlukannya riset yang baik, kualitas tulisan sangat ditentukan
oleh kualitas dan kuantitas data yang diperoleh dari riset. Kualitas data ditentukan teknik
pemilihan responden atau informan, yaitu apakah responden telah mencerminkan
keterwakilan dari fenomena yang diteliti. Kuantitas data terkait dengan jumlah responden
atau informan yang membuat hasil riset ini memiliki kadar generalisasi yang baik untuk
menguji atau menawarkan teori atau model.
Tuntutan ketersediaan data yang baik membuat biaya, waktu dan tenaga makin banyak.
Jurnal internasional bereputasi lebih mengutamakan riset yang datanya tidak terbatas pada
lokalitas tertentu, misalnya, satu perusahaan saja yang diriset. Usahakan data bersifat umum
dan memiliki prinsip generalisasi yang luas. Contoh: “Evaluasi penerapan model public
relations di Jawa Timur/Indonesia” dinilai lebih menarik ketimbang “Evaluasi penerapan
model public relations di BNI cabang Malang”. Tetapi, tema pertama mempunyai tingkat
kesulitan lebih tinggi daripada tema kedua.
Jika ilmu eksakta banyak mengalami kendala ketersediaan laboratorium dan bahan,
maka ilmu sosial sering menghadapi kendala kebersediaan responden untuk berpartisipasi
dalam riset. Hal ini diakui oleh Ketua Persatuan Humas Malang Raya: “Namun untuk polling
tentang pelayanan, kami merasakan kesulitan, karena sering kali masukan-masukan dari
polling mendapat respons yang negatif. Ada yang menganggap hasil riset membuat malu
pihak tertentu.” (Kriyantono, 2015a, h. 20). Sebenarnya, kondisi ini juga terjadi di negara
maju, Amerika Serikat. Grunig & Hunt menyatakan “ada kekhawatiran jika hasil riset akan
menguak ‘dosa-dosa’ praktisi.” (Dikutip di Kriyantono, 2015a, h. 18). Karena itu, riset
memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya untuk mendapatkan responden yang banyak dan
luas, sebagai antisipasi ketidakbersediaan responden, dan hal ini sudah terjadi di Amerika Serikat.
Perhatikan template jurnal dan sesuaikan dengan keinginan editor
Setiap jurnal memiliki kebijakan masing-masing terkait teknik penulisan. Biasanya
diletakkan dalam subbab ‘Author Guidelines’ yang dilengkapi dengan template. Dari
pengalaman, kesesuaian dengan template ini menjadi screening awal bagi artikel yang masuk
di meja editor. Sangat disayangkan jika artikel kita ditolak karena tidak sesuai dengan
template. Termasuk di sini adalah sistem referencing, apakah menggunakan sistem APA,
Harvard atau Vancouver. Berikut contoh hasil review atas artikel penulis yang dikirim ke The
Review of Communication yang terkait dengan sistem referencing APA: “The paper needs
another proof read, more attention to APA rules and styles, and a clearer reflection of how
this paper provides normative theory for PR.”
Penggunaan bahasa Inggris yang baik dan logika native speaker
Penggunakan Bahasa Inggris untuk academic writing adalah kendala yang banyak
dihadapi para dosen untuk publikasi jurnal internasional. Yang dapat dilakukan adalah
banyak berlatih, karena menulis dalam Bahasa Inggris adalah skill yang terbentuk dari
banyak latihan. Selain itu, penulis diminta meluangkan waktu belajar dasar-dasar tata Bahasa
Inggris dan banyak membaca artikel jurnal internasional sebagai sarana belajar. Dari
membaca contoh-contoh artikel di jurnal internasioal, kita dapat mengenali dan memahami
penggunaan kata-kata yang sesuai dengan kebiasaan tutur native speaker.
Hindari menggantungkan diri pada mesin dan biro penerjemah. Perlu cek berulang-
ulang dengan menyerahkan outline atau draft tulisan kepada proofreader profesional atau
kolega untuk dibaca. Bahasa Inggris selain terkait tata bahasa, juga terkait nilai rasa dan
logika. Misalnya, kata ‘live’ dan ‘stay’ jika diterjemahkan dimungkinkan bermakna sama,
yaitu tinggal. Tetapi, kata ‘live’ ditujukan bagi seseorang tinggal dalam waktu lama (bahkan
sejak lahir) sedangkan ‘stay’ bermakna tinggal sementara. Dr. Jo McFarlane, seorang
penasehat English academic writing di Edith Cowan University Australia, pernah
mengatakan kepada penulis bahwa kekurangan orang Indonesia saat menulis artikel adalah
sering mengulang-ulang kalimat dan bertele-tele serta cara bertutur masih menggunakan
logika orang Indonesia, bukan English native speaker.
Hindari plagiarism. Gunakan teknik referencing yang benar
Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian
atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah orang lain, tanpa menyatakan sumber secara tepat
dan memadai (Permendiknas No 17 tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1). Salah satu cara menghindari
plagiarisme adalah disiplin menggunakan teknik referencing yang dirujuk jurnal masing-
masing. Artikel ini menggunakan sistem referencing APA (American Pyschology
Association) karena banyak jurnal internasional bereputasi di bidang komunikasi dan public
relations menggunakannya. APA mengatur cara mengutip secara langsung dan tidak
langsung, baik yang jumlah katanya kurang dari 40 atau lebih, serta penulisan daftar pustaka.
Penulisan sumber kutipan diperlukan jika ide atau kata-kata diproduksi oleh orang lain
melalui berbagai media yang ada; informasi yang didapatkan melalui wawancara dengan
orang lain; baik langsung ataupun tidak langsung; ketika mengopi kata yang unik atau sama
persis; ketika memproduksi ulang materi visual.
Banyak latihan dan bila diperlukan, menulis bersama pakar asing bereputasi.
Selain banyak berlatih, kita dapat bekerjasama dengan seorang ilmuwan luar negeri
(terutama dari English speaking countries). Kita pilih pakar yang memiliki kemampuan
menulis sesuai logika ilmiah dalam Bahasa Inggris yang baik, telah memproduksi publikasi
yang banyak, dan memiliki network di kalangan akademisi dunia. Kita dapat meminta
mereka melakukan riset bersama dan atau menjadi supervisor yang selanjutnya kita jadikan
sebagai penulis kedua di artikel kita.
Tips lainnya
Tentukan pula jurnal yang sesuai dengan area of research dan memiliki impact factor
dan utamakan terindeks scopus/Thomson. Salah satu cara adalah mengirim full paper kepada
international conference. Pilihlah yang berindeks scopus, thomson dan yang bereputasi
lainnya. Dapat juga konferensi yang memiliki afiliasi dengan jurnal internasional bereputasi
sehingga berpeluang dipublikasikan di jurnal tersebut, biasanya untuk yang best paper.
Terakhir, perlu diperhatikan masalah etika akademik, yaitu tidak mengirimkan manuscript ke
lebih dari satu jurnal. Tunggulah hasil keputusan review editor terhadap artikel yang kita
kirim. Jika artikel ditolak, biasanya editor mengatakan: “Thank you for your submission. The
essay was sent out for expert review. I regret to inform you that the consensus found your
submission unsuitable for publication in the Review of Communication. You are of course
now free to submit the paper elsewhere should you choose to do so.”
Strategi Menulis Publikasi Internasional berdasarkan Sistematika
Artikel Jurnal
Secara umum, setiap jurnal memiliki sistematika yang berisi: Title (Cover Page);
Abstract (and Keywords); Introduction/Background; Literature Review (tidak harus);
Methodology; Results and Discussion; Conclusion; dan References. Subbagian ini
mendeskripsikan strategi praktis yang menulis publikasi jurnal internasional bereputasi
berdasarkan sistematika tersebut disertai contoh praktis. Prinsip umum menulis ilmiah adalah
ringkas, padat, tetapi lengkap dan jelas/konkret (dibatasi jumlah halaman atau jumlah kata).
Artinya, pembaca harus dapat mengerti tulisan kita tanpa harus bertanya kepada kita dan
dapat melakukan hal yang sama/mengembangkan riset kita hanya dengan melakukan sitasi
tulisan kita (Pratomo, 2015).
Menulis judul (Tema artikel)
Judul merupakan perwujudan tema riset yang dipublikasikan. Judul bagaikan etalase
toko yang membuat orang yang lewat dapat langsung tertarik berkunjung ke dalam toko itu.
Agar dapat menarik perhatian, judul mengandung dua hal, yaitu (a) tema menarik dan penting
serta (b) teknik penulisan judul. Tema harus menarik, bukan hanya bagi diri kita, tapi, juga
bagi orang lain. Biasanya tema yang menarik karena dianggap penting atau memiliki
kontribusi keilmuan dan praktis yang tinggi. Agar dapat menghasilkan tema menarik, tidak
cukup hanya memperlihatkan judulnya, tetapi, penulis harus dapat menjelaskan adanya
kesenjangan (research gap) dan menawarkan fill the gap, yaitu upaya memberikan solusi
mengatasi kesenjangan itu. Penjelasan ini diletakkan dalam bagian pendahuluan
(introduction/background).
Tema menarik, misalnya, mengembangkan kajian sebelumnya: menguji/membuktikan
teori, model atau replikasi hasil riset, menerapkan teori/model dalam konteks berbeda dengan
menanyakan apakah masih berlaku universal atau menawarkan ide baru: model, metode,
teori, perspektif. Semestinya, tema ini sudah muncul saat merencanakan riset, yaitu
merencanakan riset yang berorientasi publikasi jurnal internasional.
Jadi, prinsip menulis judul adalah menarik, berbeda, bila perlu agak bombastis, tapi,
tetap relevan dengan isi. Contoh:
Kriyantono, R. (2015b). Contemporary rhetoric deconstruct rhetorical approach in
public relations research development. International Journal of Development
Research, 5(6), 4819-4825 (mengandung kebaruan, yaitu pengenalan pendekatan baru
public relations rhetoric, yang menggeser pandangan lama bahwa retorika hanya
untuk komunikasi publik).
Everett, J. (1993). The Ecological Paradigm in Public Relations Theory and Practice.
Public Relations Review, 19(2), 177-185 (mengandung kebaruan, yaitu
mempromosikan bahwa public relations bukan hanya praktik tapi sudah menjadi
kajian ilmu karena sudah mempunyai paradigm keilmuan).
Greenwood, C. A. (2010). Evolutionary theory: The missing link for conseptualizing
Public Relations. Journal of Publis Relations Research, 22(4), 456-476 (mengandung
kebaruan karena menjelaskan keterkaitan antara public relations dengan pemikiran
Darwin, bahwa pemikiran Darwin adalah metateori kajian public relations, yang
sebagian besar ilmuwan/praktisi public relations belum memahaminya, tercermin dari
kata ‘mising link’).
Menulis Abstract
Abstract adalah isi artikel yang dipersingkat. Berisi tiga hal pokok: tujuan penelitian;
cara melakukan penelitian (metodologi)/data; dan hasil yang diperoleh. Hasil kuantitatif perlu
disampaikan (kalau ada) tetapi hanya hasil kunci saja, tidak perlu detail. Abstract ditulis
tanpa paragraf (yaitu berbentuk ‘balok’), biasanya satu spasi, tanpa mencantumkan referensi,
lebih baik ditulis terakhir setelah tulisan lengkap, dan jumlah kata antara 100-400 kata (sesuai
policy jurnal).
Contoh abstract untuk artikel hasil riset, berisi tiga hal pokok: tujuan penelitian (ada
pada kata ‘addresses’); metodologi (A web-based experiment); dan hasil penelitian (findings
revealed):
The contingency theory of public relations relies heavily on the concept of threat without fully
developing the concept as well as its operationalization. This study addresses this weakness
through the exposition of 2 key dimensions of threats in crises as threat type and duration,
and empirically testing their effects on public relations practitioners’ cognitive appraisal of
threats, affective responses to threats, and the stances taken in threat-embedded crisis
situations. A Web-based experiment on 116 public relations practitioners was conducted
usinga2 (external vs. internal threat type) × 2 (long-term vs. short-term threat duration)
within-subjects design. The findings revealed the main effects of threat type and threat
duration on threat appraisal, emotional arousal, and degree of accommodation. Interaction
effects indicated that external and long-term threat combination led to higher situational
demands appraisal and more intensive emotional arousal (Jin & Cameron, 2007).
Contoh abstract untuk artikel konseptual (bukan riset), juga berisi tiga hal pokok:
tujuan artikel, metode, dan hasil penyajian.
The article aims to enrich the development of public relations research approach. The
development can be conducted by deconstructing the focus of rhetorical study: from classical
rhetoric to contemporary rhetoric. Rhetoric is vital to society to exist because rhetoric is the
use of symbols, conducted by individuals and organizations, to influence opinions,
understanding, and actions. Contemporary rhetoric focuses not only on public speech
communication but also on the use of symbols. As a result, it extents the scope of rhetorical
study, from political communication to other field of interest, including public relations and
its branch of study, crisis management. By conducting critical ethnography, the author
explored rhetorical phenomena as a part of crisis management dealing with crisis. In sum,
the deconstruction creates a concept of public relations rhetoric (Kriyantono, 2015b).
Menulis Introduction/Background
Introduction berisi deskripsi masalah yang dikaji, yaitu munculnya kesenjangan/gap
sehingga menarik diteliti, yang membuat pembaca untuk masuk ke fokus penelitian. Penulis
harus tetap fokus isu (tema), yaitu masalah/pertanyaan yang relevan dengan studi (tidak lari
kemana-mana dan tidak bertele-tele). Lebih baik penulis berangkat dari hal-hal umum
menuju khusus, tetapi tetap fokus pada masalah, dan akhirnya mengarah ke tujuan penelitian.
Introduction berisi review beberapa riset terdahulu, teori, dan bila perlu data pra-
observasi untuk mendeskripsikan perkembangan kajian dan memunculkan
kesenjangaan/research gap dan fill the gap. Research gap juga dapat muncul dengan
menjelaskan kelemahan dan keunggulan riset terdahulu. Pada akhirnya dapat menunjukkan
perbedaan dari riset yang sedang ditulis penulis. Fill the gap merupakan solusi yang
ditawarkan penulis dan inilah tujuan artikel penulis. Misalnya, menawarkan cara investigasi
baru/berbeda pada topik/aspek yang sama dengan riset terdahulu. Jika tujuan mampu
dirumuskan dengan baik maka menjadi manfaat/kontribusi artikel.
Contoh tulisan tidak bertele-tele:
Judul: Public Relations and Corporate Social Responsibility in Mandatory Approach
Era in Indonesia (Kriyantono, 2015c). Awal Introduction harus langsung membahas yang
terkait judul, yaitu langsung membahas CSR atau mandatory approach (terserah fokus sentral
penulis). Penulis berangkat dari hal umum, yaitu ‘CSR yang makin berkembang’:
Over the last decade, the study of CSR in profit organization has developed gradually
(Lee & Shin, 2010; Maignan, 2001; Shah & Chen, 2010). CSR has been an important
concept in practical business as well as scientific study (Dincer & Dincer, 2013; Turker,
2009), which has been a research area containing large amounts of literature (Seth, 2006),
and researchers has found that many companies relied on the result of it (Bhattacharya,
Korschum, & Sen, 2009; Estanesti, 2013; Hai-yan, Amezaga, & Silva, 2012; Kanji &
Chopra, 2010). CSR is an company program to get involved in social matters by giving
contribution and valuable benefit toward economic and social welfare development within
the company’s daily operations (Kanji & Chopra, 2010; Kriyantono, 2012a; L’Etang, 1994;
Turker, 2009).
Contoh sistematika isi introduction:
Judul: Public Relations and Corporate Social Responsibility in Mandatory Approach
Era in Indonesia (Kriyantono, 2015c).
Paragraf 1: Over the last decade, the study of CSR in profit organization has
developed gradually in practical business as well as scientific study, containing large
amounts of literature.
Paragraf 2: CSR is not avoidable: (i) the public claims the business companies to be
ethical, environmentally and socially responsible because of technological &
democratization era; (ii) is important factor for consumers to purchase by evaluating
the company’s credibility.
Paragraf 3: As a result of the gradual development of CSR: (i) there are various
definitions with multiple aspects of responsibility; (ii) However, there is no consensus
on who should apply CSR, whether it is directly managed by CEO or it is public
relations function and the goals: for gaining company profit and for doing company’s
responsibility to society.
Paragraf 4: Although CSR grew with various worldviews, it is found that there is a
lack of measurement and comprehensive multidiscipline model. (Sudah mulai muncul
kesenjangan/gap, yang disusun dari paragraf 1-3 sebelumnya).
Paragraf 5: Description of models which potentially: (i) involves multiple aspects of
responsibility; (ii) accepted in Western & Eastern contexts. The description leads to
the two model (KCCSR & Turker). (Sudah mulai muncul solusi/fill the gap, yaitu
menawarkan model di tengah keberagaman model)
Paragraf 6: How if the models are combined? The reasons: (i) both have similarity;
(ii) provides a solid foundation to understand CSR; (iii) to reduce the similarity or the
sameness in process of replication to gain greater its potential contribution.
(Penekanan solusi, yaitu ada pengombinasian model disertai alasannya).
Paragraf 7: The current research aims to evaluate CSR in Indonesia, a first nation in
the world that adopt a mandatory approach to CSR: (i) CSR is compulsory; (ii) There
are seven regulations which give CSR an attribution of obligatory; (iii) However,
regulations have not determined the CSR measurement & CSR has not been perceived
important. (Sudah secara eksplisit menyatakan tujuan, yaitu penggunaan kombinasi
model untuk Indonesia, disertai alasannya).
Paragraf 8: The research in Indonesia context contributes to widen CSR study in
developing country: (i) CSR has been conducted gradually in Asian companies; (ii)
however, the number of studies are less and still scarce than Western Countries; (iii)
Asian people emphasizes the reciprocal responsibility and harmony between
individual and society, but, CSR existed earlier in Western countries. (Secara eksplisit
menyatakan kontribusi/manfaat bagi kajian teoritis jika tujuan berhasil dilaksanakan).
Paragraf 9: Menyatakan general conclusion of introduction: The cultural
characters above is linked to scholars’ statements that there are cultural and social
norms differences among the countries that are assumed to affect CSR
implementation. Regarding the obligation of CSR in Indonesia, it is interesting to
reveal whether CSR is representative of local wisdom (voluntary help others) or is a
form of obligation only. Although it was found that CSR in Indonesia has its
foundation in cultural and ethical norms, the current research aims to offer a general
standard to apply in different regions in Indonesia.
Menulis metodologi
Metodologi harus ditulis konkret, yaitu mencakup what to do & how to do yang jelas
sehingga jika orang lain akan melakukan penelitian serupa dapat melakukannya tanpa harus
bertanya pada penulis. Metodologi biasanya disajikan secara naratif (running style) sehingga
penulis harus mengurangi pointers. Deskripsi tentang statistik mutlak diperlukan jika
pendekatannya kuantitatif.
Contoh:
Sumber: Jeong (2009).
Menulis Results & Discussions/Findings
Berisi hasil temuan dan mengaitkan dengan penelitian sebelumnya dan teori. Hasil
diskusi merupakan sikap penelitian kita: setuju, berbeda atau menawarkan hal baru. Penulis
dituntut menemukan pola-pola hubungan antardata sehingga memunculkan proposisi.
Contoh:
From field observations, the victims have been oppressed by more powerful groups therefore
the victims must struggle to gain their right. This is consistent with Marxism that
economical-profit oriented directed any efforts to manage the crisis. Moreover, the victims
did not have a great chance to access any means of production, included mass media and
formal communication channel. The situation of oppression and unfairness happened at the
beginning of the crisis. Adopting Toth’s (2002), it can be concluded that crisis management
conducted only a one way flow of information, argument, and influence whereby the company
only disseminated its rhetorical views and dominated the victims. The rhetorical strategy was
applied on behalf of the company’s interest and even sometimes applied to distorted and
avoided truth. From Berger-Luckman’s (1967) idea, it can be said that the rhetoric will be
an objective reality depends on two factors: (i) how the construction is shaped; (ii) the power
to communicate that the construction itself is about something that people believe is a social
reality. Unlike previous studies, the result shows that there is no significant impact of the
freedom of press toward news objectivity. Field observation reveals that mass media is a tool
to disseminate the company’s points of views more subtly (Kriyantono, 2012).
Contoh membangun proposisi:
Bermula dari deskripsi results & discussion: Jika dikaitkan dengan posisi struktural humas,
ada temuan menarik. Sebagian memang membuktikan teori Exellence (Grunig, dkk, 2002),
yaitu praktisi humas yang memiliki bagian tersendiri dan tidak di bawah koordinasi bagian
lain, mengaku kemampuan utama humas adalah kemampuan manajerial sedangkan humas
yang tidak memiliki bagian tersendiri menyebut kemampuan teknis pada ranking teratas.
Tetapi, data di lapangan tidak membuktikan prinsip teori Excellence lainnya, yaitu tugas
manajerial berkorelasi dengan posisi humas dalam struktur atas, karena semua humas dalam
penelitian ini, tidak berada pada struktur atas, tetapi sebagian besar mengaku memiliki dan
melakukan tugas manajerial.
Dari deskripsi ini maka proposisinya:
- Semakin berdiri sendiri struktur Humas maka semakin melakukan peran manajerial,
atau
- Kemampuan manajerial makin dirasakan pada humas yang memiliki bagian tersendiri
- Humas dimungkinkan melakukan peran manajerial meskipun tidak memiliki posisi di
struktur atas dalam organisasi. (Sumber: Kriyantono, 2015d)
Menulis Conclussion (Simpulan)
Menurut Pratomo (2015), conclusion berisi empat aspek, yaitu menyimpulkan riset;
menyampaikan kontribusi dan implikasi riset; menyampaikan limitasi riset; dan memberikan
saran untuk riset selanjutnya. Hindari conclussion yang terlalu singkat atau terlalu rinci,
memasukkan saran/implikasi kebijakan tetapi tidak terkait dengan hasil/temuan, dan terlalu
banyak angka (kuantitatif).
Contoh conclusion berdasarkan empat aspek:
1. Menyimpulkan riset: The study has described communication management conducted
by public relations (PR) practitioners of high educational institutions. It also created
several propositions, i.e. if PR is on high structural position he/she will tend to do
managerial roles. PR is not always on high structural position to be involved in
decision making process and to gain direct access to top leaders.
2. Menyampaikan kontribusi riset bagi pengembangan ilmu: The research findings have
confirmed that not all principles of excellent theory can be applied universally. Some
principles are adjusted or applied differently in Indonesian contexts.
3. Menyampaikan limitasi riset: The study has limitation in generalizing data because it
focused on the informants’ constructions within limited contexts. The results cannot
be extrapolated to other context and it depends.
4. Saran untuk riset selanjutnya: In order to gain significant result whether the excellent
theory can be applied in any different context in Indonesia, for future research,
quantitative methods, such as an experimental and a survey research, can be
conducted to investigate the correlation between government and private
organizations. (Kriyantono, 2015d)
Menulis References
Beberapa prinsip menulis references, yaitu hindari plagiat dengan menulis sumber
kutipan dengan jelas, gunakan prinsip relevansi, pilih sumber yang baru (kecuali sangat
penting dan tidak ditemukan di sumber lainnya), artikel di Jurnal diutamakan (hindari blog),
pilih references yang dapat dilacak secara online, ikuti pedoman references dari jurnal yang
kita tuju, dan reference yang ada di teks harus sama dengan di daftar reference. Selain itu, ada
kecenderungan jurnal bereputasi untuk melihat apakah penulis memakai referensi yang terbit
dari jurnal yang bersangkutan.
Bagaimana jika ditolak?
Semakin besar keinginan agar artikel kita dimuat mesti dibarengi oleh kesiapan kita
jika artikel ditolak. Apakah jika artikel kita ditolak, berarti artikel itu tidak baik? Belum tentu.
Bisa saja tema menarik, tapi, ada masalah bahasa Inggris atau kualitas data. Selain itu,
rejection rate jurnal internasional bereputasi memang tinggi (bisa sampai 90%).
Apa yang harus dilakukan? Jangan larut ke dalam rasa marah dan putus asa. Pindah ke
jurnal lain dengan tetap memperhatikan saran dari reviewer dan editor sebelumnya.
Berpikirlah positif bahwa penolakan ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan menulis kita karena kita telah menerima hasil review.
Daftar Pustaka
Ayish, M. I. (2003). Beyond western-oriented communication theories a normative Arab-
Islamic perspective. Journal of the European Institute for Communication and Culture,
10(2), 79-92.
Dissayanake, W. (1988). The need for asian approaches to communication. In W.
Dissayanake (Ed.), Communication theory: The asian perspective. Singapura: AMIC.
Dissayanake, W. (2003). Asian approaches to human communication: Restrospect and
prospect. Intercultural Communication Studies, XII(4), 17-39.
Gunaratne, S. A. (2009). Asian communication theory. In S. W. Littlejohn & K. Foss (Eds.),
Encyclopedia of communication theory. California: Sage Publications.
Grunig, L. A., Grunig, J. E., & Dozier, D. M. (Eds.). (2002). Excellent public relations and
effective organization. New Jersey: Lawrence Erlbaum.
Hobart, M. (2006). Introduction. Asian Journal of Communication, 16(4).
Jayanegara, A. (2015). Kiat diterima publikasi di jurnal internasional. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Jeong, S.-H. (2009). Public’s Responses to an oil spill accident: A test of the attribution
theory and situational crisis communication theory. Public Relations Review, 35, 307-
309.
Jin, Y., & Cameron, G. T. (2007). The effects of threat type and duration on public relations
practitioner's: Cognitive, affective, and conative responses in crisis situations. Journal
of Public Relations Research, 19(3), 255-281.
Kriyantono, R. (2015a). Public relations, issue, & crisis management: Pendekatan critical
public relations, etnografi kritis, dan kualitatif. Jakarta: Prenada Media.
Kriyantono, R. (2015b). Contemporary rhetoric deconstructs rhetorical approach in public
relations research development. International Journal of Development Research, 5(6),
4819-4825. Terindeks Thompson.
Kriyantono R. (2015c). Public relations and corporate social responsibility in mandatory
approach era in Indonesia. Paper accepted in Procedia-Social and Behavioral Science,
SciDirect, Elsevier and Global Conference on Business & Social Sciences, 17-18
September, Denpasar, Bali.
Kriyantono, R. (2015d). Konstruksi Humas Dalam Tata Kelola Komunikasi Lembaga
Pendidikan Tinggi dalam Era Keterbukaan Informasi Publik. Paper accepted in Jurnal
Pekommas, Kominfo Makassar. Terakreditasi.
Kriyantono, R. (2014). Teori public relations perspektif barat dan lokal. Jakarta: Prenada
Media.
Kriyantono, R. (2012). Measuring a company reputation in a crisis situation: An ethnography
approach on the situational crisis communication theory. International Journal of
Business & Social Science, 3(9), 214-224.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. (2008). Theories of human communication. California:
Thomson Wadsworth.
McQuail, D. (2000). Some Reflections on the Bias of Media Theory. Asian Journal of
Communication, 10(2), 1-13.
Pratomo, D. S. (2015). Penulisan jurnal internasional bereputasi. Pelatihan dan konsinyering
konsinyering penulisan jurnal. Malang: Universitas Brawijaya.
Raharjo, T. (2013). The construction of communication theory based on local wisdom. Jurnal
Ilmu Komunikasi Avant Garde, 1(1).
Sriramesh, K., & Vercic, D. (2003). A Theoretical framework for global public relations
research and practice. In K. Sriramesh & D. Vercic (Eds.), The global Public
Relations handbook: Theory, research, and practice. New Jersey: Lawrence Erlbaum.
BIO DATA PENULIS
Nama: Rachmat Kriyantono, Ph.D
Email: [email protected]
Blog: rachmatkriyantono.lecture.ub.ac.id
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya.
Reviewer beberapa publikasi: UB Press, Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas
Atmajaya Yogyakarta, Jurnal Penelitian Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Makassar, dan Jurnal Interaktif FISIP Universitas Brawijaya.
Koordinator Tim Kehumasan Sesditjen Dikti (2014-present).
Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya di Kediri (2015-
sekarang)
Ranking 129 Indonesia Scientist versi Webometric edisi Januari-Pebruari 2015.
Educational Records:
- Sarjana Sosial (S.Sos) dari Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Airlangga
(1998)
- Magister Sains (M.Si) dari Minat Studi Media & Komunikasi Universitas Airlangga
(2004).
- Doctor of Philosophy (Ph.D) dari School of Communication, Edith Cowan University,
Western Australia (2011).
Journals:
1. Kriyantono R. (2015c). Public relations and corporate social responsibility in
mandatory approach era in Indonesia. Paper accepted in Procedia-Social and
Behavioral Science, SciDirect/Scopus, Elsevier and Global Conference on Business &
Social Sciences, 17-18 September, Denpasar, Bali.
2. Kriyantono, R. (2015b). Contemporary rhetoric deconstruct rhetorical approach in
public relations research development. International Journal of Development
Research, 5(6), 4819-4825.
3. Sukertha, A., Kanto, S., & Kriyantono, R. (2015). Communication Pattern and
Participation of Custom Village Community in Implementing Tri Hita Karana for
Local Custom Conservation at Tourism Destination: Ethnographic Study at Tourism
Destination of Peliatan Ubud Custom Village in Gianyar Bali, Journal of Social
Science Research, 7(3).
4. Wijaya, F., Kriyantono, R., & Wisadirana, D. (2015). Perception of public relations
function of the government institution that implement bureaucratic reforms,
International Journal of Development Research, 5(4).
5. Perthawa, B., Kriyantono, R., & Wisadirana, D. (2015). A Test of Five-Factor Model
on Different Roles of Government and Private Public Relations Practitioners in
Indonesia, Global Journal of Humanities & Social Science, 15(4).
6. Syahri, M.A., Kriyantono, R., & Nasution, Z. (2015). An Explanative Study on the
Difference Perceptions of Journalists toward Media Relations of Governmental and
Private Public Relations, Asian Journal of Humanities & Social Science, 3(1), 36-48.
7. Kriyantono, R., Cholifah, S., & Yuyun, A.R. (2014). The Model of Capacity Building
for Volunteers in Application Tool Behavior Change Communication (BCC) Program
as Preventing HIV-AIDS in Indonesia. Journal of Social Science Research, Journal of
Social Sciences Research, 5(3)
8. Kriyantono, R. (2012). Measuring A Company Reputation in A Crisis Situation: An
Ethnography Approach on The Situational Crisis Communication Theory,
International Journal of Business and Social Science, 3(9)
9. Kriyantono, R. (2012). The Situational Theory of The Publics in A Ethnography
Research: Identifying Public Response to Crisis Management, International Journal
of Business and Social Science, 3(20).
Jurnal Nasional Terakreditasi:
1. Kriyantono, R. (2015d). Konstruksi Humas Dalam Tata Kelola Komunikasi
Lembaga Pendidikan Tinggi dalam Era Keterbukaan Informasi Publik. Paper
accepted in Jurnal Pekommas, Kominfo Makassar. Terakreditasi.
2. Magdalena A., Kriyantono, R., & Pratama, B.I. (2015). Identifikasi Publik
berdasarkan persepsi situasional pada isu seputar pemilihan umum presiden tahun
2014 pada publik kota Malang, Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika, dan
Media Massa, 18(1), 37-44.
Publikasi Buku ber-ISBN
1. Public Relations, Issue, & Crisis Management: Pendekatan Critical Public Relations,
Etnografi Kritis, dan Kualitatif, Prenada Jakarta, 2015.
2. Teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal: Aplikasi Penelitian dan Praktik,
Prenada Jakarta, 2014.
3. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Prenada Jakarta, Cet ke-7, 2014
4. Public Relations Writing, Prenada Jakarta, edisi ke-2 cet ke-3, 2012.
5. Manajemen Periklanan: Teori & Praktik, UB Press, 2013.
6. Etika & Filsafat Komunikasi, UB Press, 2012.
7. Editor buku Dinamika Public Relations Indonesia, UB Press, 2013
8. Editor buku Potret Media Massa di Indonesia, UB Press, 2013.
International Conferences:
1. Rachmat Kriyantono (2015). The Indonesia International Conference on Business,
Management and Communication, Universitas Mercubuana, 27-28 Agustus, Makasar.
Paper: The Role of Public Relations to Maintain Corporate Reputation by Managing
Two Key Factors.
2. Dhinar Aji Pratomo & Rachmat Kriyantono (2014). The 1st International Conference
on Public Administration Khon Kaen University (KKU-ICPA), 28-29 August, 2014,
in Faculty of Humanities and Social Sciences, Khon Kaen University, Khon Kaen,
Thailand. Paper: The Role of Corruption Television as a Medium Construction and
Cultivation of AntiCorruption Education in Indonesia.
3. Rachmat Kriyantono (2014). International Conference on language, media and
culture, Seoul Korea Selatan, 12-13 April 2014. Paper: The Excellence & News
Objectivity Models as the Models for Harmonious Relationship between Public
Relations Officers & Journalists.
4. Rachmat Kriyantono (2010). Unseen Research International Conference, Faculty of
Humanistic, Curtin University, Western Australia, 11-12 Nov 2010, Paper: A
Qualitative Research on Situational Crisis Communication.
5. Rachmat Kriyantono (2010). Global Management 2010 IASK International
Conference, Oviedo, Spain, 9-10 Nov 2010. Paper: Critical Ethnography of a Crisis
Management Dealing with a Mudflow in Indonesia.
6. Rachmat Kriyantono (2010). International Congress Knowledge, Economy, and
Management, Istanbul, Turkey, 28-31 Oct 2010. Paper: A Social Constructionist and
Critical