stress akibat kerja
DESCRIPTION
okupasiTRANSCRIPT
![Page 1: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/1.jpg)
Stres Akibat KerjaChintia Septiani Thintarso
E 7
102011083
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke klinik dengan keluhan mual dan pusing. Dari hasil
anamnesis didapatkan bahwa keluhan sudah berlangsung selama 3 bulan , pekerjaan sebagai walikelas
3 SLTA favorit yang memiliki angka kelulusan 100% setiap tahunnya. Pusing dan mual yang
dirasakan setiap pagi dan berkurang seiring menuju pulangnya sekolah. Sebenarnya ia tidak mau
menjadi walikelas, ia telah menolak dengan halus. Namun karena ada tenaga kerja yang cuti hamil
dan pindah pekerjaan, maka kurangnya SDM menyebabkan ia tidak memiliki pilihan lain. Pada
pemeriksaan fisik tidak di dapatkan kelainan.
Anamnesis pekerjaan
Pertanyaan harus difokuskan pada hal-hal yang penting secara sistematik, dengan langkah-langkah
sebagai berikut. 1
1. Memastikan kemunculan gejala dalam hubungannya dengan pekerjaan;
a. apakah gejala yang timbul membaik pada saat istirahat atau liburan?
b. Apakah terdapat pekerja lain yang menderita gejala yang sama di lingkungan kerja?
c. Apakah terjadi pajanan debu, uap atau partikel-partikel zat kimia yang beracun di
lingkungan kerja?
2. Pertanyaan kronologis tentang pekerjaan terdahulu sampai yang sekarang, mengenai:
a. deskripsi lingkungan tempat kerja
b. informasi tentang bahan mentah yang dipakai, proses kerja, produk yang dihasilkan
serta tata cara penanganan limbah industri.
c. lama bekerja di masing-masing tempat kerja
d. deskripsi tugas dan jadwal waktu kerja/shift
e. jumlah hari absen dan alasannya
f. penggunaan alat perlindungan diri
1
![Page 2: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/2.jpg)
g. prosedur pemeriksaan fisik sebelum masuk kerja
h. adanya pekerjaan lain disamping pekerjaan utama (misalnya kerja malam hari)
3. Pertanyaan spesifik yang ada hubungannya dengan pajanan penyakit akibat kerja
a. pernah bekerja dengan di tempat kerja yang bising/terlalu panas atau menggunakan
produk asbes/sinar radioaktif/alat yang menimbulkan vibrasi?
b. faktor stres di tempat kerja (jemu, konflik dengan atasan/bawahan/ teman kerja,
dan lain-lain)
c. pernah bertugas di bidang militer
d. hobi (olahraga, berkebun, melukis, pekerjaan rumah tangga/pertukangan/las)
e. pekerjaan istri/suami
4. Riwayat reproduksi (riwayat abortus, jumlah anak, lahir mati, riwayat kehamilan terdahulu,
kesukaran pada saat melahirkan bayi, perubahan libido atau siklus menstruasi)
5. Riwayat kesehatan lingkungan
6. Informasi mengenai industri lain di sekeliling tempat kerja (tingkat polusi lingkungan,
pajanan limbah industri/percikan zat beracun dari tempat lain)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilaksanakan seperti pada penyakit umum lainnya, yaitu pemeriksaan fisik
secara umum dengan menitikberatkan pada pemeriksaan sistem organ yang diperkirakan terpengaruh
akibat pajanan zat zat kimia yang diduga menjadi etiologi penyakit akibat kerja, misalnya garis timah
hitam pada intoksikasi timah hitam, pembesaran hati akibat pajanan toluena, dan pembesaran limpa
karena intoksikasi bensin. 1
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk penyakit akibat kerja dapat dibagi menjadi pemeriksaan
laboratorium umum dan khusus.1
Pemeriksaan laboratorium umum adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin, misalnya:
Pemeriksaan rutin darah dan urine, foto rontgen toraks, Elektrokardiogram (EKG)
2. Pemeriksaan laboratorium nonspesifik akibat pemajanan, misalnya;1
a. Pemeriksaan darah lengkap (MCH, MCHC, hitung retkulosit, dan lain-lain) untuk
indikasi pajanan terhadap zat hemotoksik.
b. Pemeriksaan fungsi hati (Bilirubin, SGOT, SG PT, dan lain-lain) untuk indikasi pajanan
terhadap zat hepatotoksik.
c. Pemeriksaan fungsi paru (Volume tidal, dan lain-lain) untuk indikasi terjadinya iritasi
saluran pernapasan.
2
![Page 3: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/3.jpg)
d. Delta aminolevunilic acid untuk indikasi pajanan terhadap intoksikasi timah hitam.
e. Tes sputum untuk indikasi pajanan terhadap debu gergaji kayu.
f. Tes kekuatan untuk indikasi pajanan terhadap aktivitas angkat beban.1
Sangatlah menarik latar belakang yang menjadi penyebab kenapa manusia bekerja. Alasan-
alasan tersebut meliputi:
1. Manusia sebagai mahluk biologis memerlukan pekerjaan sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan vitalnya, misalnya makan, minum dan lain-lain;
2. Manusia sebagai mahluk sosial mengadakan penyesuaian sosiologis terhadap
perkembangan masyarakatnya yang menempatkan pekerjaan sebagai kedudukan atau
keniscayaan sosial setiap individu;
3. Manusia sebagai unsur ekonomis berfungsi memproduksi barang dan jasa;
4. Manusia sebagai mahluk berbudaya memandang kerja sebagai suatu kehidupan kebudayaan
yang luhur dan terhormat;
5. Manusia sebagai mahluk berketuhanan merasa bahwa bekerja dengan baik adalah sesuatu
pengabdian yang mulia.2
Motivasi adalah penggerak bagi seseorang untuk berbuat. Dengan dorongan jiwa yang besar, apa
pun upaya dan usaha akan dikerjakan. Maka dari itu, motivasi harus dibangkitkan dalam kaitan
bekerja dan pekerjaan. Sehubungan dengan hal itu terdapat dua jenis perbuatan:
1. Perbuatan atas dasar motivasi, yaitu pekerjaan dilakukan dengan dorongan jiwa yang kuat,
penuh inisiatif, kreatif, dan inovatif. Dalam perbuatan demikian, seseorang berada dalam
sikap: Apakah yang saya telah, sedang atau akan lakukan? Pada perbuatan yang dasarnya
motivasi ini tidak ada istilah lelah, penat atau berhenti bekerja.2
2. Perbuatan yang bersifat reaktif, tanpa dasar motivasi, yaitu pekerjaan dilaksanakan tanpa
kemauan sendiri, dan tanpa inisiatif. Pertanyaannya adalah: Apakah yang telah, sedang atau
akan ditugaskan seseorang kepada saya?. Kelelahan sangat cepat terjadi pada perbuatan yang
tanpa motivasi ini.2
Faktor psikologis juga memainkan peran besar dalam menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja
tidak mengerjakan sesuatu apa pun juga, karena merasakan kelelahan. Sebabnya ialah adanya konflik
mental (batin). Konflik mental mungkin didasarkan atas pekerjaan itu sendiri, mungkin bersumber
kepada sesama pekerja atau atasan, mungkin pula berpangkal kepada peristiwa di rumah tangga atau
dalam pergaulan hidup dalam masyarakat. Seseorang yang dipaksa bekerja dan dengan demikian yang
bersangkutan terpaksa bekerja akan mudah menjadi lelah. Bekerja secara terpaksa dikarenakan oleh
tidak menyukai pekerjaan, sekedar memenuhi dorongan kebutuhan, adanya tekanan dari pihak-pihak
tertentu dan atau alasan lain.
3
![Page 4: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/4.jpg)
Menghadapi pekerjaan yang bertimbun menyebabkan timbulnya kelelahan terlebih dahulu
sebelum pekerjaan mulai dikerjakan. Hal ini sama keadaannya seperti datangnya rasa lelah sebelum
benar- benar memulai perjalanan menempuh jarak yang jauh pada waktu terik-teriknya matahari.
Reaksi psikologis terhadap panasnya matahari dan jauhnya jalan yang menjadi penyebab timbulnya
kelelahan. Berkecamuknya kekhawatiran juga menjadi sebab timbulnya rasa lelah. Ketidakserasian
yang berkelanjutan tanpa adanya penyelesaian yang tuntas dengan sesama pekerja atau atasan
menguras banyak energi dan sangat melelahkan.
Penyakit yang dasarnya adalah emosi dan pikiran demikian dapat digolongkan kepada penyakit
psikosomatis, yaitu raga yang sakit tetapi di balik itu sesungguhnya yang sakit adalah jiwa. Untuk
mengatasi masalah penyakit psikosomatis dokter perusahaan perlu memahami pengetahuan dan
pendekatan terhadap penyakit kejiwaan, antara lain dokter perusahaan tahu cara wawancara dengan
penderita dan dapat membuat diagnosis kelainan yang dasarnya kondisi jiwa yang tidak sehat. Dokter
dituntut pula untuk mempraktekkan pengetahuan higiene mental (mental hygiene) dalam upaya
promotif dan preventif kesehatan jiwa. Dalam hal kelainan kejiwaan penderita sangat kompleks dan
dirasa perlu pertolongan spesialis tentunya rujukan dapat dilakukan dengan mengirimnya kepada
psikiater atau meminta pertolongan psikiater dan psikolog untuk mengatasi persoalan faktor
psikologis yang terjadi di perusahaan.
Dari penelitian didapatkan bahwa stress berat dan kronis dapat berperan sebagai pemicu timbulnya
penyakit-penyakit somatis, namun beberapa peneliti meragukan validitas konsep psychosomatic
medicine. Hal ini masih merupakan psiko-kontroversial, dan beberapa faktor seperti karakter, stress,
faktor fisiologis, kepekaan genetic dan organ seseorang serta faktor konflik emosional merupakan
faktor-faktor contributor terjadinya suatu penyakit.3
Teori Stres
Walter Cannon (1875-1945), pada tahun 1920an memperkenalkan studi sistematis tentang
hubungan antara stres dengan suatu penyakit. Stres yang menstimulasi sistem saraf otonom, terutama
sistem simpatis, menimbulkan reaksi "fight or flight" pada binatang. Pada manusia, yang karena
peradabannya tidak bisa melakukan keduanya, stres memicu timbulnya suatu penyakit. 3
Harold Wolf (1898-1962), menjelaskan hubungan antara kondisi emosi spesifik dengan fisiologi
pada saluran gastrointestinal. Hostilitas berhubungan dengan hiperfungsi, sedangkan kesedihan
berkaitan dengan hipofungsi. Reaksi tersebut dianggap sebagai reaksi nonspesifik, yang ditandai oleh
situasi umum serta persepsinya terhadap suatu stressful event. -Sebelumnya, William Beumont (1785-
1853), mengenali bahwa aliran darah keperut dipengaruhi oleh emosi. 3
Hans Selye (1907-1982) mengembangkan model stres yang disebut sebagai general adaptation
syndrome yang terdiri atas 3 fase, yaitu: fase reaksi alarm, fase pertahanan, yaitu saat diharapkan
terjadinya proses adaptasi, serta fase kelelahan. Stres yang dimaksud bisa berupa kondisi yang
4
![Page 5: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/5.jpg)
menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan. Diperlukan proses adaptasi untuk dapat menerima
kedua tipe stres tersebut. 3
Perubahan kehidupan
Thomas Holmes dan Richard Rahe membuat skala penelitian reaksi penyesuaian yang terjadi
akibat perubahan peristiwa kehidupan; penilaian dilakukan terhadap seratus orang dari berbagai latar
belakang, mereka yang menghadapi stress secara optimis lebih jarang mengalami gangguan
psikosomatis ketimbang mereka yang menghadapinya dengan pesimis. Kalaupun terjadi gangguan,
biasanya akan lebih cepat pulih kembali. 3
STRESOR DAN HUBUNGANNYA DENGAN SPESIFIKASI PEKERJAAN
Stresor sering kali berhubungan langsung dengan sistem tugas, volume pekerjaan, lingkungan
kerja, atau sebagai akibat ketidakharmonisan hubungan dengan individu lain di tempat kerja dan
faktor-faktor budaya organisasi tempat kerja, beberapa stresor juga berhubungan pada identifikasi
peranan seseorang di organisasi tempat kerja.
Sistem Tugas
Terdapat beberapa macam sistem tugas yang menjadi stresor, yaitu: 1
1. Kerja lembur. Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering, apalagi bila
jumlah jam kerja menjadi berlebihan, ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas
hasil kerja, tetapi juga sering meningkatkan jumlah absensi dengan alasan sakit atau kecelakaan
kerja. Hal ini biasanya terjadi pada pekerja di industri pengalengan buah yang biasanya banyak
berhubungan dengan musim buah.
2. Tugas kerja malam. Kerja malam merupakan tugas yang berat bagi pekerja, dan sering
mengakibatkan timbulnya gangguan fisik akibat kurang tidur serta perubahan tingkah laku yang
dapat mendorong individu untuk penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang serta
perubahan kebiasaan makan. Pekerjaan yang memiliki stresor tersebut. Misalnya, polisi,
perawat, satpam, anggota pemadam kebakaran, dan pekerja di industri jasa (hotel, transportasi,
dan lain-lain).
Penelitian yang dilaksanakan oleh Estryn-Behar M. et al pada tahun 1990, menemukan
bahwa cuti sakit perawat wanita dan pekerja rumah sakit lainnya mencapai 3080 hari kerja dari
total 25.433 hari kerja akibat jadwal kerja malam yang terlalu sering di rumah sakit.
3. Kecepatan mesin. Kecepatan kerja yang hanya berdasarkan pada kapasitas kecepatan mesin,
sangat menguras energi fisik dan psikologis pekerja karena harus terpaku untuk menyesuaikan
kecepatan mesin, ban berjalan, atau proses produksi sehingga pekerja tidak mungkin
meninggalkan tempatnya sedetik pun tanpa digantikan atau ditolong temannya. Hal ini terjadi
5
![Page 6: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/6.jpg)
pada pekerja di tempat yang produknya dikontrol oleh mesin-mesin yang berkecepatan tinggi,
atau produksi produk berdasarkan jadwal yang ketat.
4. Gerakan tangan yang berulang secara monoton. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan
dengan menggerakkan anggota badan secara berulang dan monoton, terkadang juga disertai
posisi kerja yang janggal, atau sambil membawa atau menahan beban sering kali sangat
memberatkan pekerja. Hal ini biasanya terjadi pada pekerjaan di industri penggergajian kayu,
pengemasan, pemilihan, dan perakitan yang menggunakan ban berjalan.
Johansson et al (1976) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pekerjaan yang banyak
menggerakkan tangan secara berulang dan membosankan, seperti pada para pekerja
penggergajian kayu, menimbulkan lebih banyak penyakit psikosomatik dan gejala stres mental
lainnya sehingga meningkatkan frekuensi cuti sakit.
5. Kekangan. Kekangan menyebabkan tidak adanya kebebasan bekerja, misalnya tahapan
pekerjaan yang mempunyai jadwal tugas yang ketat dan mendetail. Pekerjaan yang memiliki
stresor tersebut, misalnya pemeliharaan/perawatan/pengujian mesin kapal terbang yang harus
bekerja berdasarkan "checklist" yang ketat, pekerjaan mencocokkan/ memasang/merakit
elemen-elemen jadi bangunan rumah/mesin, dan pekerjaan akunting.
6. Komunikasi yang menjemukan/membebankan. Pekerjaan yang memerlukan kontak yang
memberatkan karena harus bernegosiasi untuk perihal yang sulit diterima atau tidak selaras
dengan kehendak lawan bicara. Pekerjaan yang memiliki stresor tersebut, misalnya manajer
pemasaran, personil promosi obat-obatan.
Volume Pekerjaan
Volume kerja juga dapat menjadi stresor, yaitu: 1
1. Volume pekerjaan yang berlebihan. Volume pekerjaan yang terlalu banyak dan dibatasi oleh
waktu, antara lain:
a. Pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa karena waktu yang terbatas, misalnya petugas
customer service yang harus melayani pelanggan dengan antrian yang panjang untuk
menunggu pelayanan, sekretaris dengan tugas yang bertumpuk.
b. Permintaan untuk pengambilan keputusan yang rumit, misalnya petugas kendali mutu atau
pekerjaan yang membutuhkan banyak masukan informasi.
2. Volume pekerjaan yang sangat kurang. Volume pekerjaan yang sangat kurang menyebabkan
kurangnya rangsangan untuk bekerja, kurangnya variasi, tidak ada kreativitas atau tuntutan untuk
mengatasi masalah. Termasuk jenis pekerjaan misalnya:
a. Tuntutan pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh tetapi kurang rangsangan untuk
bekerja. Pekerja harus tetap waspada dan harus selalu siap untuk bereaksi bila terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, walaupun keadaan tersebut jarang sekali terjadi, seperti tugas
6
![Page 7: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/7.jpg)
pengawasan mesin dan peralatan yang digunakan secara reguler, tugas menjaga pintu kereta
api, dan lain-lain.
b. Pekerjaan yang menuntut kejelian biasanya membutuhkan konsentrasi, perasaan, dan
penglihatan yang intens.
c. Tidak diberi tugas karena atasan pilih kasih atau kemampuan pekerja kalah bersaing dengan
yang lain.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab untuk keselamatan dan kesejahteraan diri sendiri mencakup tanggung jawab
untuk bekerja dengan antan merupakan faktor stres psikis pada pekerja karena harus selalu bekerja
dengan hati-hati agar tidak membahayakan orang di sekitarnya atau pun membahayakan diri sendiri.
Pekerjaan dengan stressor semacam ini, misalnya operator mesin derek, pekerja yang menangani
bahan-bahan kimia yang berbahaya atau mudah meledak, dan pilot. Tanggung jawab pekerjaan
terhadap kesejahteraan masyarakat misalnya pekerja di sektor kesehatan, pendidikan dan
kesejahteraan lainnya. Tanggung jawab terhadap organisasi tempat kerja misalnya tanggung jawab
terhadap peralatan dan bahan-bahan kerja yang bernilai tinggi.
Kondisi Fisik/Lingkungan Kerja
Adanya ancaman terpajan kondisi fisik tempat kerja yang kurang menyenangkan atau kontak
dengan bahan-bahan beracun, misalnya: 1
1. Bekerja pada tempat yang sunyi/terpencil, seperti pekerjaan yang membutuhkan kesendirian
dan tak memiliki kesempatan berkomunikasi dengan orang lain atau pekerjaan pada situasi
yang sulit atau terancam bahaya sehingga tak memungkinkan pekerja untuk mencari
pertolongan dari teman kerja atau siapapun, misalnya tugas pengawasan/penjagaan yaitu
penjaga mercu suar, tugas jaga malam, operator telegraf, pekerjaan yang tidak
mengharuskan untuk kontak langsung dengan langganan.
2. Tempat kerja yang jauh atau sulit dijangkau.
3. Pajanan di tempat kerja. Pajanan di tempat kerja umumnya dalam bentuk pajanan fisik dan
kimiawi, seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tempat kerja yang sempit dan
berdesakan, ventilasi buruk, penerangan yang kurang baik, vibrasi, masalah-masalah
ergonomi, tempat kerja yang bising, bau yang tidak enak, debu kerja, dan substansi kimia
yang berbahaya.
Organisasi Tempat Kerja
1. Perubahan
7
![Page 8: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/8.jpg)
Perubahan yang terjadi di tempat kerja merupakan salah satu penyebab utama dari stres.
Perubahan sering kali berarti terjadi suatu kehilangan, seperti diberlakukannya teknik baru di
tempat kerja, penggantian supervisor, restrukturisasi organisasi, pemberian tugas baru yang
sukar dilaksanakan, pindah bagian, atau dibebastugaskan sebagai pimpinan.1
2. Manajemen yang otokratis
Pada perusahaan dengan manajemen yang otokratis, biasanya komunikasi atasan dan
bawahan tidak berjalan dengan baik. Sering kali para pekerja dibebankan oleh dua perasaan
yang berlawanan sehingga mendorong timbulnya stres. Perasaan tersebut biasanya timbul bila
para pekerja mengerti apa yang mereka harus perbuat, padahal kenyataannya hal itu tak dapat
dilaksanakan. 1
Komunikasi yang buruk juga biasanya mencetuskan timbulnya perasaan ketidakpuasan,
kurangnya penghargaan, konflik pada rantai komando, atau konflik perbedaan tuntutan para
pekerja pada manajemen dapat menimbulkan konflik dengan teman sekerja. Perasaan
ketidakpuasan tersebut juga timbul bila pekerja harus mengerjakan perintah yang tak
disukainya atau bila perintah tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan, kurangnya dukungan
dana atau fasilitas lainnya dari manajemen guna menyelesaikan tugas, atau tidak diberikannya
kekuasaan untuk memutuskan masalah dalam menyelesaikan tugas, yang merupakan stressor
psikolohis yang penting. 1
3. Pengembangan karir
Ancaman dipecat, diturunkan pangkat, dipensiunkan lebih dini karena sakit, ada hambatan
untuk promosi, atau mendapat promosi untuk pekerjaan yang kurang dikuasai, dapat
menimbulkan kecemasan yang hebat.1
Penatalaksanaan stress akibat kerja
Dokter perusahaan sering kali sukar mendiagnosis atau menggambarkan dengan jelas
berkembangnya stress seorang individu di tempat kerja karena gejala yang timbul, terutama dapat
memengaruhi kondisi fisik. Oleh sebab itu, pada awal diagnosis, sering kali penyakit-penyakit organik
dipertimbangkan sebagai penyebabnya, misalnya gejala sakit kepala biasanya dianggap sebagai akibat
penyakit tekanan darah tinggi, nafsu makan berlebihan sebagai akibat riwayat obesitas dalam
keluarga, sakit pinggang akibat pengapuran tulang belakang atau akibat skoliosis, dan sebagainya. 1
Pasien biasanya menuntut agar cepat sembuh sehingga pasien sering mencari pengobatan yang
mujarab untuk gangguan yang dirasakannya dan mengharapkan dokter membuat keajaiban untuk
menghilangkan gejala yang dideritanya. Stres juga dapat menjadi bagian dari masalah di luar
lingkungan pekerjaan, sehingga masalah “di belakang layar “ dalam keluarga atau lingkungan sosial
dapat bermanifes sebagai gejala stress di tempat kerja, dan membuat pengungkapan gejala penyakit
ini menjadi lebih menyulitkan. 1
8
![Page 9: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/9.jpg)
Jika seseorang memiliki gejala stress yang berkepanjangan dan sukar untuk dicari akar masalahnya
atau pencetus timbulnya gejala-gejala tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
gejala dini (reaksi alam) dapat menolong untuk mengidentifikasikan akar masalah tersebut, seperti
restrukturisasi yang baru terjadi di lingkungan kerja, kesulitan khusus terutama dalam hubungan
interpersonal, saat timbulnya gejala dalam hubungannya terhadap stressor, deskripsi menyeluruh
tentang tempat kerja, serta penyalahgunaan alkohol dan obat obatan terlarang. Bila pasien menemui
dokter saat gejala stress baru timbul, beberapa pertanyaan langsung pada akar masalah tersebut dapat
menolong untuk mengidentigikasi situasi pencetus stress. 1
Tranquilizer, anti depresan, dan beta blocker dapat mengatasi gejala stress untuk jangka pendek,
tetapi tidak dapat dipakai untuk jangka panjang karena obat tersebut anya dapat mengatasi keluhan
pasien, namun tidak pada akar masalahnya. Obat obatan ini juga berpotensi menimbulkan bahaya
ketergantungan dan depresi miokard akibat beta bloker sehinga perlu mendapat perhatian khusus.
Pelatihan manajemen stress dapat dilaksanakan secara berkleompok pada 6 sampai 12 pekerja yang
memiliki indikasi adanya gejala stress akibat kerja. Materi-materi pelatihan yang perlu diajarkan,
seperti teknik fisiologis, untuk mengurangi serangan stress, misalnya teknik relaksasi, biofeedback,
meditasi, atau latihan pernapasan, dan teknik-teknik psikologis serta kognitif, pembentukan diri
kembali, dan macam macam keterampilan kerja (missal manajemen waktu, skala prioritas, dan lain
lain), serta ketrampilan interpersonal (misal, pelatihan berpidato, presentasi, tata cara mengikuti rapat,
dan lain lain). 1
Pasien perlu dianjurkan untuk menciptakan keseimbangan stress di tempat kerja, sehinga gaya
hidup yang sehat dan aktivitas relaksasi di tempat kerja sangat dibutuhkan. Beberapa teknik relaksasi
di tempat kerja dapat disarankan, seperti istirahat pendek tetapi sering, misalnya 5 menit setiap jam
kerja lebih berguna daripada istriahat panjang daripada tetapi jarang, sedikit latihan fisik secara
regular sangat berguna pada pekerja komputer, olah pernapasan yang rutin bermanfaat untuk
mencegah serangan stress yang datangnya mendadak atau serangan panik. Gaya hidup yang sehat di
luar tempat kerja juga harus disarankan, seperti olahraga rutin, makanan sehat, berhenti merokok dan
minum alkohol, penyaluran hobi, dan pasien dianjurkan untuk memperbanyak komunikasi dengan
keluarga dan teman-temannya.1
Agar terbangun kondisi psikologis yang positif dinamis pada perusahaan digerakkan dinamika
kelompok (group dynamics) yang diarahkan kepada tujuan pengendalian mutu secara terpadu yang
diselenggarakan oleh kelompok secara kompetitif dengan insentif bagi yang berhasil mendukung
perbaikan dan kemajuan kualitas produk atau cara meraihnya. Pada pengendalian mutu terpadu,
kelompok kerja selaku pengendali kualitas menentukan skala prioritas problema, kemudian
merumuskan jalan keluar dengan membuat perencanaan (planning), melaksanakan rencana yang telah
disusun (execution), melakukan pengecekan terhadap jalannya pelaksanaan (checking), dan
mengevaluasi proses dan hasil yang dicapai (evaluation). Ternyata dinamika kelompok demikian
sangat kreatif, inovatif dan sukses dalam meningkatkan mutu kerja dan kualitas hasil kerja.2
9
![Page 10: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/10.jpg)
Konseling adalah suatu hubungan saling membantu diantara dua orang dalam situasi saling tatap
muka. Yang memutuskan untuk:4
Bekerja sama dalam upaya membantu klien menolong dirinya sendiri untuk menyelesaikan
msalah-masalah tertentu dalam kehidupannya, lebih dapat mengerti dirinya, serta
menyesuaikan dirinya.
Terlibat dalam proses yang bertujuan memberi keterampilan, pengetahuan, jangkauan (akses)
kepada berbagai sumberdaya, dan bersikap membantu klien menanggapi masalah-masalah
dalam kehidupan klien yang menjadi sebab dari kekuatiran, penderitaan dan disfungsinya;
kemudian mengurangi kekuatiran dan penderitaannya itu; atau memecahkan permasalahannya
serta meningkatkan fungsi klien itu.
Dasar konseling adalah pendekatan humanistik yaitu keyakinan bahwa pada dasarnya seseorang
mempunyai kebebasan yang disertai tanggung jawab untuk menentukan bagi dirinya, mempunyai
potensi untuk berkembang yang pada dasarnya baik; dan di pihak lain, seorang konselor berperan
sebagai fasilitator yang mendorong diwujudkannya potensi yang baik itu, serta menghargainya
sebagai seorang individu yang unik dan bebas serta bertanggung jawab. 4
Masalah klien dapat berupa masalah kehidupan, kesehatan tindakan kekerasan, penyakit,
pekerjaan, sekolah, perkawinan, keluarga, hubungan interpersonal, karier, masalah pribadi,
lingkungan hidup. Hal-hal tersebut dapat menjadi sumber konflik, dan biasanya konflik itu sukar
diselesaikan apabila dilatarbelakangi oleh rasa takut dan terdapatnya halangan. 4
Pembahasan
1. Diagnosis klinis
Psikosomatik
2. Pajanan yang dialami
Stres dalam pekerjaan akibat adanya tanggung jawab yang dihibahkan dan adanya perubahan
dalam struktur kerja (pengembangan karir)
3. Hubungan dengan diagnosis klinis
Pasien merasa tidak ingin dan kompeten untuk menerima pekerjaan sebagai wali kelas. Ia
merasa tanggung jawab yang ia bawa sangat berat, di karenakan sekolah tersebut memiliki
tingkat kelulusan 100%.
4. Jumlah pajanan yang dialami
Selama 8 jam sehari, selama hari sekolah, senin-jumat.
5. Peranan faktor genetik
Tidak ada
6. Faktor lain diluar pekerjaan
Tidak ada
7. Diagnosis PAK atau bukan PAK
10
![Page 11: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/11.jpg)
Stress akibat kerja.
Kesimpulan
Semua pekerjaan menanggung beban tanggung jawab, masalah-masalah, tuntutan-tuntutan,
kesulitan-kesulitan dan tekanan- tekanan yang mencetuskan timbulnya stres psikologis pada individu
pekerja. Pada akhirnya bila stres berkepanjangan akan menghasilkan respon tubuh dalam bentuk
gangguan faal tubuh, gangguan emosional dan perubahan tingkah laku serta menurunnya
produktivitas kerja.
Dengan mencari akar masalah dan membimbing pasien dengan solusi-solusi cara penanggulangan
stres yang benar, besar kemungkinan kasus-kasus ini dapat diatasi dan akibat buruknya pada
organisasi tempat kerja dapat dikurangi. Biasanya pasien menolak bila gejala-gejala penyakitnya
dihubungkan dengan stres psikologis maka tidak banyak dokter yang dapat mendiagnosis gangguan
kesehatan ini.
Karena dokter perusahaan yang paling tahu tentang lingkungan tempat kerja, dengan demikian
untuk kasus-kasus ini peranan seorang dokter perusahaan menjadi sangat penting. Kalau dulu
tanggung jawabnya semata-mata terbatas pada gangguan kesehatan yang dihasilkan akibat proses-
proses industri, tetapi sekarang mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan
termasuk juga stres akibat kerja.5
11
![Page 12: stress akibat kerja](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082423/563db779550346aa9a8b6357/html5/thumbnails/12.jpg)
Daftar Pustaka
1. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta:EGC.2012.h.16-9;272-8.
2. P.K Suma’mur.dr. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.
2014(2).h 448-52.
3. K. Irmia. Buku ajar psikiatri: faktor psikologik yang mempengaruhi kondisi medis.
Jakarta:FKUI.h.310-2
4. M. Lukas. Buku ajar psikiatri: prinsip dasar konseling. Jakarta:FKUI. h.406-7
5. Harrianto R. stress akibat kerja dan pentalaksanaannya. (2011).available from:
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Ridwan(2).pdf.Accessed:oktober2014.
12