stroke dan rokok

67
RINGKASAN ERI RAHMAWATY ELYAS SALEH FAKTOR RISIKO KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAU-BAU PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007 Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; dan yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian; akibat gangguan alliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan dan dianggap sebagai masalah besar yang tengah dihadapi hampir seluruh dunia. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk menganalisis factor risiko merokok sebagai salah satu penyebab terhadap kejadian stroke. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan Case Control Study yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bau-Bau. Pengumpulan data penelitian dilakukan secara wawancara langsung kepada responden menggunakan bantuan kuesioner. Pengolahan data menggunakan bantuan komputer dan analisis data berdasarkan pengujian statistik Odds Ratio (OR). Peyajian data penelitian dalam bentuk tabel analisis univariat dan bivariat yang disertai dengan pejelasan. Hasil penelitian diperoleh bahwa Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dan jenis rokok yang dihisap dengan kejadian stroke dan dikatakan bukan faktor risiko berdasarkan nilai Confidence Interval yang mencakup nilai satu, sedangkan lama merokok dan banyaknya rokok yang dihisap dalam sehari merupakan faktor risiko terhadap kejadian stroke. Dimana semakin banyak batang rokok yang dihisap dalam sehari dan lamanya seorang merokok meningkatkan kejadian terhadap stroke. Saran yang diajukan pada penelitian adalah penanggulangan stroke melalui pengurangan konsumsi rokok perlu dilaksanakan melalui berbagai upaya yang tidak hanya mencakup aspek penyebaran informasi saja namun juga harus mencakup pada pengurangan produksi rokok di perusahaan-perusahaan pemintal rokok dan Upaya penanggulangan perilaku merokok pada masyarakat juga dapat dilakukan dengan keterlibatan pemerintah dengan membuat kebijakan atas harga penjualan rokok yang lebih tinggi selain dengan penerapan aturan pemroduksian jenis rokok berfilter. Kata Kunci : Merokok, Perilaku

Upload: nanang-asmono

Post on 24-Apr-2015

183 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stroke Dan Rokok

RINGKASAN

ERI RAHMAWATY ELYAS SALEH FAKTOR RISIKO KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAU-BAU PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; dan yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian; akibat gangguan alliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan dan dianggap sebagai masalah besar yang tengah dihadapi hampir seluruh dunia. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk menganalisis factor risiko merokok sebagai salah satu penyebab terhadap kejadian stroke.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan Case Control Study yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bau-Bau. Pengumpulan data penelitian dilakukan secara wawancara langsung kepada responden menggunakan bantuan kuesioner. Pengolahan data menggunakan bantuan komputer dan analisis data berdasarkan pengujian statistik Odds Ratio (OR). Peyajian data penelitian dalam bentuk tabel analisis univariat dan bivariat yang disertai dengan pejelasan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dan jenis rokok yang dihisap dengan kejadian stroke dan dikatakan bukan faktor risiko berdasarkan nilai Confidence Interval yang mencakup nilai satu, sedangkan lama merokok dan banyaknya rokok yang dihisap dalam sehari merupakan faktor risiko terhadap kejadian stroke. Dimana semakin banyak batang rokok yang dihisap dalam sehari dan lamanya seorang merokok meningkatkan kejadian terhadap stroke.

Saran yang diajukan pada penelitian adalah penanggulangan stroke melalui pengurangan konsumsi rokok perlu dilaksanakan melalui berbagai upaya yang tidak hanya mencakup aspek penyebaran informasi saja namun juga harus mencakup pada pengurangan produksi rokok di perusahaan-perusahaan pemintal rokok dan Upaya penanggulangan perilaku merokok pada masyarakat juga dapat dilakukan dengan keterlibatan pemerintah dengan membuat kebijakan atas harga penjualan rokok yang lebih tinggi selain dengan penerapan aturan pemroduksian jenis rokok berfilter. Kata Kunci : Merokok, Perilaku

Page 2: Stroke Dan Rokok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otak merupakan jaringan atau organ tubuh yang sangat vital,

keberadaan serta fungsinya dapat terganggu oleh suatu serangan

yang datang secara tiba-tiba dan mendadak, serta tanpa peringatan

terlebih dahulu; yang disebut stroke.Stroke dianggap sebagai masalah

besar yang tengah dihadapi hampir seluruh dunia, serangan stroke

yang akut terutama dapat menyebabkan kemetian yang mendadak

ataupun kecatatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun

usia lanjut. Insidennyapun semakin sering ditemukan (Junaidi, 2004).

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak fokal

maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang

terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; dan yang dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian; akibat gangguan

alliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan

(Junaidi, 2004).

Stroke adalah penyakit penyebab kematian ke tiga di negara

maju. Angka kejadian stroke di Amerika Serikat di perkirakan setiap

tahunnya mencapai 500.000 pasien stroke baru dan sekitar 150.000

yang meninggal berkenaan dengan stroke (Bustan, 2000).

Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan bahwa

setiap tahun diperkirakan 500.000 penduduk Indonesia terserang

Page 3: Stroke Dan Rokok

stroke. Sekitar 25% diantaranya atau 125.000 penduduk yang

meninggal. Sedangkan yang sisanya mengalami cacat berat maupun

ringan seumur hidupnya. Dan dari seluruh rumah sakit di Indonesia,

dilaporkan, stroke merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian

(www. info-sehat.com).

Sumber data dari ASEAN Neurological Association (ASNA)

menyebutkan, dari Oktober 1999 hingga Maret 2000, terdapat 4.065

pasien stroke yang terdaftar di 28 rumah sakit yang mewakili daerah

dengan populasi padat di Indonesia, 13 rumah sakit berlokasi di Jawa,

Sumatera dan Jakarta (www. suaramerdeka.com).

Data dari RSUD Bau-bau menunjukkan bahwa tedapat 5

penyakit tertinggi khususnya pada pasien rawat inap yaitu tuberkolosis,

stroke, hipertensi, diabetes melitus dan tumor paru. Untuk pasien

penyakit stroke tahun 2005 berjumlah 40 sedangkan untuk tahun 2006

jumlah pasien penyakit stroke mengalami peningkatan menjadi 57

pasien rawat inap dan 2 pasien didiagnosa meninggal dunia akibat

stroke akut (Indeks PasienRSUD Bau-bau tahun 2005-2006).

Serangan stroke bisa dialami oleh setiap orang baik wanita

maupun pria. Makin banyak faktor risiko yang dimiliki, makin besar

kemungkinanseseorang mengalami serangan stroke (Lumbantobing,

2004). Beberapa faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti umur,

jenis kelamin dan genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol

Page 4: Stroke Dan Rokok

seperti hipertensi, diabetes melitus, merokok, kolesterol, kurang

aktifitas fisik, stres fisik dan mental (Junaidi, 2004).

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan

sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagi alat tubuh manusia. Penyakit-

penyakit ini antara lain serangan jantung, stroke, hipertensi, kanker

paru-paru dan gangguan pernapasan, kanker lainnya (tenggorokan,

rongga mulut, penyakit paru-paru obstruktif kronis, bronkitis, leher

rahim kandung kemih dan emfisema), impotensi dan gangguan

kehamilan (Kanang, 2003).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan

Inggris, didapatkan bahwa kebiasaan merokok memperbesar risiko

stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan

dengan bukan perokok gas karbon monoksida dalam rokok

mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak

yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen

(Insufisiensi Otak) (Kusmana, 2004).

Dengan melihat kenyataan yang ada, maka peneliti merasa

perlu melakukan penelitian mengenai faktor risiko kebiasaan merokok

terhadap penyakit stroke pada pasien rawat inap di Rumah Sakit

Umum Daerah Bau-bau Propinsi Sulawesi Tenggara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 5: Stroke Dan Rokok

1. Apakah usia mulai merokok merupakan faktor risiko stroke pada

pasien rawat inap di RSUD Bau-bau?

2. Apakah jumlah rokok yang dihisap perhari merupakan faktor

risiko stroke pada pasien rawat inap di RSUD Bau-bau?

3. Apakah lama merokok merupakan faktor risiko stroke pada

pasien rawat inap di RSUD Bau-bau?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko kebiasaan merokok terhadap

penyakit stroke pada pasien rawat inap di RSUD Bau-bau periode

2005-2006.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui usia mulai merokok sebagai faktor risiko

terhadap penderita penyakit stroke.

b. Untuk mengetahui jumlah rokok yang dihisap perhari sebagai

faktor risiko terhadap penderita penyakit stroke.

c. Untuk mengetahui lama merokok sebagai faktor risiko terhadap

penderita penyakit stroke.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi instansi

departemen kesehatan dan RSUD Bau-bau dalam upaya

Page 6: Stroke Dan Rokok

perencanaan program penyuluhan kesehatan yang

berhubungan dengan penyakit stroke

b. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perokok,

khususnya generasi muda agar menghindarkan diri dari

kebiasaan merokok.

2. Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan informasi dan bahan bacaan bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat,

khususnya dalam bidang epidemiologi

3. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman berharga bagi

peneliti sendiri.

Page 7: Stroke Dan Rokok

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Pengertian

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang

disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi

secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai

dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit

ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk (Bustan,

2000).

Stroke berarti pukulan pada sel otak, biasanya karena

adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Terdapat banyak

pembuluh arteri dan cabang-cabangya mensuplai darah ke otak,

setiap arteri mensuplai area yang spesifik dari otak, dan beberapa

area tersebut mendapat suplai dari satu pembuluh arteri,

kekurangan darah segar yang disebabkan oleh gangguan misalnya

terdapatnya timbunan plak atau pecahnya arteri dapat

menimbulkan arteri (Soeharto, 2002).

Menurut WHO : stroke adalah manifestasi klinik dari

gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global),

yang berlangsung dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab

selain daripada gangguan vaskular.

Page 8: Stroke Dan Rokok

Istilah kuno, apoplaksia serebri sama maknanya dengan

cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan stroke. Adapun

penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh darah otak, yang

mendasari terjadinya stroke, misalnya arteriosklerosis otak,

aneurisma, angioma pembuluh darah otak dan sebagainya, disebut

Penyakit Peredaran Darah Otak (Cerebrovascular Disease/CVD) (

Price, 2004)

2.Klasifikasi

Secara umum stroke dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu :

a. Stroke Pendarahan (Hemoragonik)

Yang termasuk stroke perdarahan yaitu :

1. Pendarahan intraserebral (PIS), seperti intraparenkim dan

intraventrikel.

2. Pendarahan subarakhnoid (PSA).

3. Pendarahan subdural (PSD) (Bustan, 2000).

b. Stroke Non Pendarahan (Infark/Iskemik)

Stroke Non Pendarahan (Infark/Iskemik) dikelompokkan

menjadi :

1. Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke iskemik (non

hemoragik) dikelompokkan menjadi :

a. Transient ischemic Attack (TIA) : serangan stroke

sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam.

Page 9: Stroke Dan Rokok

b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) : Gejala

neurologis akan menghilang antara > 24 jam sampai

dengan 21 hari

c. Progressing stroke atau Stroke in evolution : Kelumpuhan

atau defisit neurologik berlangsung secara bertahap dari

yan ringan sampai menjadi berat

d. Stroke komplit atau Comleted stroke : Kelainan

neurologis sudah menetap, dan tidak berkembang lagi

(Junaidi, 2004)

3.Etiologi

a. Infark otak (80%)

Emboli

1. Emboli kardiogenik

a. Fibrilasi atrium atau aritma lain

b. Trombus mural ventrikel kiri

c. Penyakit katup mitral atau aorta

d. Endokarditis (infeksi atau non infeksi)

2. Emboli paradokssal (foramen ovale paten)

3. Emboli arkus aorta

Aterotrombotik (Penyakit pembuluh darah sedang – besar)

1. Penyakit ekstrakranial

a. Arteri karotis interna

b. Arteri vertebralis

2. Penyakit intracranial

Page 10: Stroke Dan Rokok

a. Arteri karotis interna

b. Arteri serebri media

c. Arteri basilaris

d. Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)

b. Pendarahan intraserebral (15%)

1. Hipertensif

2. Malformasi

3. Angiopati amiloid

c. Perdarahan Subaraknoid (5%)

d. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)

1. Trombosis sinus dura

2. Diseksi rteri karotis atau vertebralis

3. Vaskulitis system saraf pusat

4. Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang

progresif)

5. Migren

6. Kondisi hiperkoalgulasi

7. Penyalahgunaan obat (kokain dan dan amfetamin)

8. Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau

leukimia)

9. Miksoma atrium (Mansjoer dkk., 2000)

4.Epidemiologi

Insiden stroke bervariasi antar negara dan tempat. Menurut

hasil penelitian yang dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di

12 negara maju dan berkembang antara Mei 1971 sampai dengan

Page 11: Stroke Dan Rokok

Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yan paling

tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi

pertahun, sedang yang terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar

150 per 100.000 populasi per tahun. Clifford Rose dari Inggris

memperkirakan insiden stroke dikebanyakan negara adalah

sebesar 200 per 100.000 populasi per tahun. Insiden infark otak

dan perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan

pertambahan umur, sedang perdarahan subarachnoidal lebih

banyak terdapat dikalangan usia muda (Bustan, 2000).

Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis

yang sempurna, dari hasil survei kesehatan rumah tangga tahun

1984 dilaporkan prevalensi stroke pada golongan umur 25-34

tahun, 35-44 tahun, dan pada kelompok umur 55 tahun ke atas

berturut-turut 6,7; 24,4; dan 276,3 per 100.000 penduduk

sedangkan proporsi stroke di rumah-rumah sakit di 27 propinsi

pada tahun 1985 berturut-turut meningkat dari 0,72 menjadi 0,83

dan pada tahun 1986 meningkat 0,96 per 100 penderita. Masih dari

suvei hasil kesehatan rumah tangga, mortalitas stroke pada tahun

1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000 penduduk; sementara di

negara-negara maju, stroke merupakan penyebab kematian nomor

tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Walaupun mortalitasnya

sangat bervariasi antar geografi, namun secara rata-rata

disebutkan angka 100 kematian per 100.000 penduduk per tahhun

(Bustan, 2000).

5.Faktor Risiko Penyakit Stroke

Page 12: Stroke Dan Rokok

Faktor risiko stroke adalah kelainan atau kondisi yang

membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Adapun

faktor risiko stroke umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan

besar yaitu :

Faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain :

a. Umur : makin tua kejadian stroke makin tinggi

b. Ras / bangsa : Afrika / negro, Jepang dan Cina lebih sering

terkene stroke

c. Jenis Kelamin, laki-laki lebih berisiko daripada wanita

d. Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami

stroke pada usia muda, maka yang bersangkutan berisiko tinggi

terkena stroke

Yang dapat dikontrol :

a. Hipertensi, faktor risiko tertinggi dari stroke

b. Diabetes Melitus / kencing manis, (>120 mg/100ml), kuat

asosiasinya, kapiler rapuh.

c. Transient Ischemic Attack (TIA) = serangan lumpuh sementara.

d. Atrial fibration, faktor risiko kulit

e. Post stroke

f. Abnormalitas lipoprotein

g. Fibrinogen tingga dan perubahan hemoreologikal lain

h. Perokok (sigaret)

i. Peminum alkohol dan obat anti hamil

j. Hiperhomocysteinema

Page 13: Stroke Dan Rokok

k. Infeksi : virus dan bakteri

l. Obat kontrasepsi oral, obat-obat lainnya

m. Obesitas / kegemukan, ditemukan tidak konsisten

n. Kurang aktifitas fisik

o. Hiperkolesterolemia / hipertrigliserida / hiperglikemia

p. Stress fisik dan mental

Diantara faktor risiko di atas, terdapat faktor risiko major dari

stroke antara lain:

a. Hipertensi

b. Transient Ischemic Attack (TIA)

c. Hypechales terolemia

d. Diabetes melitus (DM)

6.Patofisiologi Penyakit Stroke

a. Cedera serebravaskuler (CVA)

Cedera serebravaskuler (CVA) atau stroke terjadi akibat

iskemia atau perdarahan. Tempatlesi lebih penting dala

menghasilkan gejala dan tanda patologis daripada sifat dan

patologi lesi itu sendiri. Mayoritas lesi yang mempengaruhi

korteks motoris bersifat vaskular dan berakibat cedera jaringan

anoksik yang reversibel maupun ireversibel. Stroke sering

berhubungan dengan hipertensi dan penyakit aterosklerosis.

Keadaan ini berhubungan erat dengan faktor risik lain termasuk

hiperkolesterelemia, merokok, obesitas dan diabetes melitus.

Page 14: Stroke Dan Rokok

Salah satu akibat stroke dalah nekrosis parenkim otak yang

berakhir dengan infark serebri (Tambayong, 2000).

b. Perdarahan Intraserebri

Selain di korteks motoris, perdarahan dapat pula terjadi

intraserebri (perdarahan) ke dalam perenkim otak atau ventrikel

otak. Perdarahan dapat masif maupun difus (multiple focl).

Darah dalam parenkim merusak neuron. Darah dipandang

sebgai benda asing dan akhirnya peceh difagositosis dan

diangkut pergi. Penyebeb perdarahan intraserebri adalah

peningkatan tekanan darah secara mendadak dengan

pembuluh intrakranial yang kurang baik sehingga pecah.

Penyebab perdarahan subaraknoid yang paling sering adalah

pecahnya aneurisma intraserebri (Tambayong, 2000).

c. Taransient Ischemic Attack (TIA)

Gejala iskemia yang reversibael disebut transient

ischemic attack (TIA)., akibatnya dapat berupa hamiparese

kontra lateral, hemiparestesi, atau gangguan visual, dan semua

bersifat sesaat. Transient Ischemic Attack (TIA) ditandai gejala

disfungsi serebri setempat, sering dengan sinkope (gangguan

sirkulasi sesaat), akibat spasme pembuluh darah atau

gangguan aliran darah. Serangan berlangsung kurang dari satu

jam dan tidak ada gejala sisa.

Page 15: Stroke Dan Rokok

Gejala TIA termasuk mengkuap, sakit kepala, vertigo, tuli,

diplopia, ataksia, gangguan motoris atau sensoris. Diagnosis

TIA ditegakkan dengan angiografi untuk melihat vasularisasi

serebri dan menetapkan adanya penyempitan atau penyakit

(Tambayong, 2000).

7.Manifestasi Klinik

Gejala-gejala yang paling umum timbulnya stroke ini adalah

terjadinya iskemik, yang ditandai dengan sakit kepala, hilangnya

keseimbangan, gangguan penglihatan dan hilangnya kemempuan

bicara dengan jelas atau kempuan untuk memahami apa yang

dikatakan lawan bicara. Risiko terbesar yang terjadi adalah minggu

pertama setelah timbulnya gejala-gejala ini, bila yang terserang

adalah otak sebelah kiri, anng akan terganggu adalah tubuh

sebelah kanan, bila terserang adalah otak sebelah kanan yang

akan mengalami gangguan adalah tubuh sebelah kiri. Mereka yang

pernah terserang stroke biasanya mengalami kesulitan berjalan dan

berbicara (Soeharto, 2004).

Gejala serangan stroke antara lain:

a. Mati rasa yang mendadak di wajah, lengan atau kaki dan

terutama terasa di salah satu sisi saja kiri atau kanan.

b. Mendadak bingung, sulit bicara dan sulit mengerti.

c. Kesulitan penglihatan yang mendadak di salah satu atau kedua

mata.

Page 16: Stroke Dan Rokok

d. Mendadak kehilangan keseimbangan atau koordinasi atau

kesulitan berjalan yang biasanya dibarengi rasa pusing.

e. Sakit kepala yang mendadak tanpa penyebab yang jelas

f. Kelopak mata sulit dibuka atau terjatuh

8.Diagnosis

a. Klinis anamnesis dan pemeriksaan fisis-neurologis

b. Sistem skor untuk membedakan jenis stroke

Skor stroke siriraj : (2,5* derajat kesadaran)+(2* vomitus)+(2*

nyeri kepala)+(0,1 tekanan diastolik)-(38 petanda ateroma

Skor > 1 : perdarahan supratentorial

Skor -1 sd 1 : Perlu CT scan

Skor < 1 : Infark serebri

Derajat Kesadaran : 0=kompo mentis; 1+somlolen; 2=

spoor / koma

Vomitus k : 0=tidak ada; 1= ada

Nyeri kepala : 0= tidak ada; 1= ada

Ateroma : 0= tidak ada; 1=salah satu lebih:

diabetes angina, penyakit pembuluh

darah (Soeharto, 2004)

9. Pengobatan

Pada pasien stroke umumnya diberi terapi obat selama

dirawat di rumah sakit. Obat yang diberikan sesuai dengan jenis stroke

Page 17: Stroke Dan Rokok

yang di derita pasien stroke, apaka stroke perdarahan atau stroke non

perdarahan. Kelompok obat yang lazim digunakan adalah :

a). Antitrombotik

Kelompok antitrombotik diberikan untuk mencegah pembentukkan

gumpalan darah yang mungkin tersangkut di pembuluh darah

serebral dan menyebabkan stroke. Yang termasuk dalam kelompok

obat jenis ini adalah:

Antiplatelet adalah jenis obat-obatan yang sifatnya mencegah

penggumpalan dengan mengurangi kegitan platelet (sel

darah) yang sifatnya merangsang terjadinya penggumpalan.

Obat jenis inin digunakkan untuk mencegah terjadinya stroke

iskemik. Obat antiplatelet yang terjual bebas adalah aspirin,

jenis antiplatelet lainnya adalah clopidogrel dan ticlopidine.

Antikoagulan adalah jenis obat yang digunakan untuk

mengurangi risiko stroke dengan merendam sifat

penggumpalan pada darah. Obat antikoagulan ini berupa

warfarin (juga dikenal sebagai coumadin) dan heparin.

b). Trombolitik

Obat trombolitik digunakam untuk mengatasi stroke iskemik yang

parah dan berlanjut. Obat-obatan ini dimaksudkan untuk

menghetgikan stroke dengan melarutkan gumpalan darah yang

menyumbat aliran darah dari jantung ke otak. Obat trom bilitik dapat

Page 18: Stroke Dan Rokok

meningkatkan perdarahan dan tidak boleh diberikan untuk kasus

stroke perdarahan (hemoragik)

c). Neuroprotektif

Obat neuroprotektif digunakan untuk mellindungi kerusakan lebih

lanjut dari sel saraf otak karena akibat ikutan dari stroke. Kelompok

ini harus digunakan dengan sangat hati-hati, karena efek

sampingnya berbahaya (Siregar, 2004).

Pengobatan stroke selain dengan menggunakan terapi obat,

dapat juga dilakukan dengan pembedahan. Pembedahan ini

disarankan untuk mencegah stroke, menindak stroke yang akut,

memperbaiki kerusakan pada pembuluh darah, atau cacat bentuk

di dan sekitar otak. Pembedahan dapat dilakukan secara darurat

untuk menyelamatkan pasien stroke perdarahan (hemoragik) yang

parah. Beberapa jenis pembedahan yang dilakukan adalah :

Endarterectomy carotid

Pembedahan endarterektomi karotid ini dilakukan untuk

membuang endapan lemak penyumbat dari sebelah dalam

pembuluh karotid, yang berlokasi di leher dan merupakan

penyalur darah yang utama ke otak.

Bypass EC/IC

Merupakan cara pembedahan untuk memulihkan aliran darah

ke bagian otak yang kehilangan darah, dengan cara mengatur

Page 19: Stroke Dan Rokok

kembali aliran darah yang sehat dalam tempurung otak dari

pembuluh darah oatak yang tersumbat.

Clipping

Merupakan cara pembedahan untuk mengurangi

kemungkinan pembuluh darah pecah dan menyebabkan

perdarahan subarchnoid, yakni penjepit pembuluh darah yang

bengkak.

Teknik kumparan lepas

Teknik baru pembedahan ini mulai mendapat perhatian

walaupun tindakan untuk mengatasi pembekakan pembuluh

darah interkarnial ini berisiko tinggi (Siregar, 2004).

Selain dengan obat-obatan pasien stroke juga harus

menjalani terapi-terapi sesuai deangan jenis stroke yang

dialami. Dukungan keluarga juga sangat diperlukan untuk

menunjang kesembuhan pasien (Junaidi, 2004)

10 .Pencegahan Stroke

1.Pencegahan Primer

- Gaya hidup : Kurangi stress, makan rendah

garam

- Lingkungan : Kesadaran atas stress kerja,

kemungkinan gangguan Pb

(lead)

Page 20: Stroke Dan Rokok

- Biologi : Perhatian terhadap fakto risiko

biologis (jenis kelamin, riwayat

keluarga)

- Pelayanan Kesehatan : Pendidikan kesehatan dan

pemeriksaan tekanan darah

2.Pencegahan Sekunder

- Gaya hidup : Manajemen stress, makan

manakan rendah garam, berhenti

merokok, penyesuaian gaya

hidup

- Lingkungan : Penggantian kerja jika

diperlukan, dukungan keluarga.

- Biologi : Pengobatan yang tekun dan

cegah efek samping

- Pelayanan Kesehatan : Pendidikan pasien dan evaluasi

penyebab sekunder.

3. Pencegahan tersier

- Gaya hidup : Kurangi stress, latihan sedang,

berhenti merokok.

- Lingkungan : Jaga keamanan dan

keselamatan serta dukungan

keluarga.

Page 21: Stroke Dan Rokok

- Biologi : Kepatuhan berobat terapi fisik.

- Pelayanan kesehatan : Asuransi kesehatan.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG ROKOK

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang anatara

70 mm hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan

diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang

telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan

dibiarkan membara agar asapnya dapat dihisap oleh mulut pada

ujung lainnya (www. wikipedia. com).

Rokok kretek adalah rokok khas Indonesia, sebagai hasil

olahan tembakau rajangan dan atau rokok dicampur cengkeh

rajangan dan saus serta bahan tambahan lain yang diizinkan. Dan

dibungkus dengan menggunakan berbagai bahan pembungkus

(www. suara merdeka, 1996).

2. Pengertian Merokok

Merokok merupakan suatu bentuk ketagihan fisik dan

emosional yang rumit, mirip dengan ketagihan heroin dan kokain.

Merokok dapat diartikan juga sebagai pola tingkah laku atau

kebiasaan yang sudah terpatri. Orang-oarang merokok dalam

situasi tertentu dan biasanya merupakan respon terhadap

rangsangan tertentu. Situasi ini dengan cepat dapat menguasai

alam pikiran si perokok dengan tindakan merokk. Situasi ini

Page 22: Stroke Dan Rokok

misalnya sesseirang yang menghirup aroma kopi dapat membuat

seseorang menginginkan sebatang rokok (www. wikpedia. com).

3. Tipe Perokok

Perokok dikenal ada dua tipe, yaitu perokok pasif dan tipe

perokok pasif. Individu yang tidak merokok tetapi menghisap udara

nafas dari lingkungannya yang menghisap rokok disebut sebagai

perokok pasif. Mereka ini tanpa merokok tetapi terpaksa menghisap

rokok dari lingkungannya, tentu juga akan menderita berbagai

penyakit akibat asap rokok. Seperti diketahui bahwa kandungan

bahan kimiapada asap rokok sampingan ternyata lebih tinggi

dibanding asap rokok utama, anatara lain karena tembakau

terbakar pada temperatur lebih rendah ketika rokok tidak sedang

dihisap membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan

mengeluarkan lebih banyak bahan kimia. Jadi pada perokok pasif

akan mendapatkan paparan asap rokok 85% dari asap rokok

sampingan, dan 15% berasal dari asap rokok utama dihembuskan

perokok aktif ke udara (Sudoyo, 2006).

Individu yang menghisap rokok yang telah dibakar salah satu

ujungnya dan dari ujung yang lain dihisap asapnya ke dalam paui-

paru atau ditelannya disebut perokok aktif. Bagi perokok aktif ini,

selain dia menghisap asap rokok utama secara penuh maka dia

juga akan menghisap udara nafas yang berasal dari udara di

Page 23: Stroke Dan Rokok

sekitarnya yanng mengandung asap rokok lingkungan (Sudoyo,

2006).

4. Bahan-bahan yang Terdapat Dalam Rokok

Dalam sebatang rokok terdapat kurang lebih 4000 jenis

bahan kimia yang secara umum dibagi dalam dua golongan besar,

yaitu komponen gas dan komponen padat. Bahan-bahan tersebut

merupakan campuran yang kompleks dari benzopyrin, tar, nikotin,

hydrogen, sianida, acrolein yang merupakan zat cair tidak berwarna

seperti aldehyde yang sedikit banyak mengandung kadar alkohol,

benzaldehid, metilklorida, nitrous oxide, ortokseron, resolsinol,

piridin, methanol, ammonia, forforal, formaldehid, phenol, aseton,

asam format, dan karbon monoksida.

3 bahan kimia yang paling berbahaya yaitu nikotin, karbon

monoksida dan tar. Dari 4000 bahan kimia tersebut ada 40 jenis

yang bersifat karsinogen (Oyeng, 2006).

a. Nikotin

Nikotin adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan

membuat rasa perih yang sangat. Nikotin menghalangi kontraksi

rasa lapar. Nikotin merupakan unsur kimia beracun yang

memiliki susunan seperti alkali, unsur inilah yang banyak

pengaruhnya terhadap perokok. Merokok dengan nikotin lebih

tinggi atau nikotin rendah menyebabkan peningkatan tekanan

darah sisitolik dan diastolik. Peningkatan denyut jantung

Page 24: Stroke Dan Rokok

sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen myokard (Kanang,

2003).

Nikotin merupakan zat adiktif yang mempengaruhi saraf

dan peredaran darah. Merokok sigaret tinggi nikotin

menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat

serta meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik (TDS &

TDD), tetapi tidak ada perubahan dalam waktu ejeksi sistolik,

sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen (O2), myocardium,

kenaikan frekuensi denyut jantung serta TDS dan TDD. Ini tiak

terjadi setelah merokok sigaret tanpa nikotn dan lebih besar

setelah merokok sigaret tinggi nikotin daripada merokok sigaret

rendah nikotin (Oyeng, 2006).

Nikotin menyebabkan kenaikan arteri dan denyut jantung

oleh beberapa mekanisme. Ia merangsang pelepasan epinefrin

lokal dari saraf adrenergik dan meningkatkan sekresi

katekolamin dari medulla adrenalis dan dari jaringan kromafit di

jantung. Ia bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan

glomera aortica yang menyebabkan peningkatan denyut jantung

dan tekanan arteri. Bekerja langsung pada myocardium untuk

menginduksi efek inotropik dan kronotropik positif.

Nikotin bisa juga mempredisposisi perokok pada aritmia

ventikel. Pada otot jantung anjing, nikotin menyebabkan

penguatan serentak aktivitas pacu jantung ektopik dan

Page 25: Stroke Dan Rokok

melambatkan hantaran pada serabut. Purkinje dan ventriel yang

mempredisposisi jantung ke aritma ventrikel. Inhalasi asap

sigaret menyebabkan penurunan 30-40% dalam ambang

fibrilasi ventrikel pada anjing normal dan anjing infark

myocardium (IM) akut (Stanler, 2000).

b. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida merupakan zat yang mengikat

hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu

mengikat oksigen. Daya gabung karbon monoksida dengan

hemoglobin kira-kira 245 kali lebih besar dari daya gabung

dengan oksigen (Amsal, 2000).

Karbon monoksida menimbulkan desarturasi hemoglobin,

menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan

seluruh tubuh myokard. CO menggantikan tempat oksigen di

hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen dengan

mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan

dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan

kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga

mempermudah penggumpalan darah (Kanang, 2003).

Seperti nikotin, CO bisa menurunkan ambang fibrilasi

jantung yang mempredisposisi seseorang ke mati mendadak.

Mendapatkan bahwa inhalasi CO untuk kenaikan kadar COHb

arteri ke 10,2%, menaikan bermakna fibrasi ventrikel pada

monyet dengan kadar IM akut. Indikasi CO untuk meningkatkan

Page 26: Stroke Dan Rokok

kadar COHb arteri sampai 6% menyebabkan penurunan

ambang fibrasi ventrikel pada anjing normal dan dengan IM akut

(Stanler, 2000).

c. Tar

Tar adalah komponen dalam asap rokok yang tinggal

sebagai sisa sesudah dihilangkan komponen nikotin dan cairan

dan tar ini bersifat karsinogen. Tar merupakan substansi

hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru (Kanang, 2003).

Tabel 1

Tabel Kadar Tar dan Nikotin pada Berbagai Merek Rokok

Merek Tar Nikotin(%)

Dji sam soe

Sampoerna

Kebun Cengkeh

Gudang Garam

International Red

Bentoel International

Camel

Dunhill

Lucky strike

Mild

Marlboro Light

Special Mild

Luxury Mild

69

69

62

54

53

45

28

17

16

15

11

10

9

3,2

2,9

1,8

2,3

2,3

2,2

1,7

1,3

1,1

1,2

0,8

0,9

0,8

Page 27: Stroke Dan Rokok

5. Merokok Sebagai Faktor Risiko

Berbagai penyakit dimana rokok dianggap sebagai faktor

risiko penting adalah:

a. Batuk menahun

b. Penyakit paru, seperti penyakit paru obstruktif menehu (PPOM),

bronchitis dan emfisema

c. Ulkus peptikum, meningkatkan risiko osteoporosis, katarak

senilis, menepouse prematur, keriput, batu empedu dan

kolesistitis pada wanita dan impotensi pada pria

d. Infertiliti

e. Gangguan kehamilan

f. Artheroklerosis, sampai penyakit jantung koroner

Beberapa jenis kanker seperti kanker mulut, kanker paru,

kanker sistem pernapasan, kandung kemih pangkreas dan ginjal

serta kanker payudara.

Menurut hukum Islam rokok itu diharamkan meskipun tidak

tertulis dalam Al quran dan Hadits. Tapi Islam dengan tegas

melarang kita melakukan sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri

dan orang lain hal ini dapat dilihat dalam (Q.S. Al Baqarah:219)

Terjemahannya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah : “pada keduanya itu terdapat

Page 28: Stroke Dan Rokok

dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang meeka nafkahkan. Katakanlah : “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.

C. Tinjauan Umum Tentang Rokok dan Penyakit Stroke

Stroke dikenal sebagai faktor risiko timbulnya stroke infark.

Karena dapat menyebabkan berkurangnya distansibilitas pembuluh

darah akibat bartambahnya kekakuan dari dinding pembuluh darah

tersebut. Disamping itu, merokok akan meningkatkan kadar fibrinogen,

agregasi, platelet, penurunan HDL (menyebabkan berkurangnya

distansibilitas pembuluh darah).

Pada penelitian metaanalisis, didapatkan adanya peningkatan

dua kali lipat relatif faktor risiko untuk terjadinya stroke infark pada

perokok dibandingkan dengan non perokok (Kanang, 2003).

The Physician Health Study, suatu penelitian kelompok (cohort)

yang bersifat prospektif pada 22.071 laki-laki; diperoleh data untuk

perokok kurang dari 20 batang per hari risiko stroke sebesar 2.02,

perokok lebih dari 20 batang per hari risiko stroke 2.52 kali dibanding

bukan perokok. Wanita perokok juga mempunyai risiko terkena stroke

lebih besar. Pada penelitian cohort pada 118.539 perawat berumur 30-

35 tahun, yang merokok kurang dari 15 batang per hari risiko 2.2 kali,

perokok lebih dari 25 batang atau lebih berisiko 3.7 kali dibanding

bukan perokok. Risiko perokok terkena infark serebral 1.9 kali, terkena

Page 29: Stroke Dan Rokok

perdarahan sybarakhnoid 2.9 kali, dan perdarahan intrakranial sebesar

0.7 kali. Merokok berefek pada proses pembentukkan plak

ateroklerotik, hematologik dan reologik. (Junaidi, 2004).

Pembuluh darah otak, sehingga pembuluh darah yang sudah

menyempit oleh arteroklerosis akan bertambah menyempit lagi

keadaan ini akan menyebabkan kejadian stroke.(Setyowati, 2005).

Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat. Hal

ini berlaku bagi semua jenis rokok (sigaret, pipa atau cerutu) dan untuk

semua tipe stroke, terutama perdarahan subaraknoid dan stroke

iskemik. Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di

seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak, jantung dan tungkai)

sehingga merokok mendorong terjadinya arterosklerosis, mengurangi

aliran darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal. Merokok

juga menyebabkan pembentukan dan pertumbuhan aneurisma

intrakranium (Yatim, 2005).

Berbagai penelitian modern memperlihatkan bahwa risiko

terkena stroke adalah sekitar 20% lebih tinggi bagi wanita perokok

daripada bagi pria perokok, dan bahwa wanita pada umumnya lebih

sensitif terhadap berbagai efek buruk merokok. Bahkan merokok pasif

(menbghirup asap rokok secara tidak langsung) meningkatkan

kemungkinnan terkena stroke hampir sebesar 80%. Risiko terkena

stroke setara dengan jumlah dan durasi merokok. Mereka yang

menghisap 20 atau lebih batang rokok sehari memiliki risiko ampir dua

Page 30: Stroke Dan Rokok

kali lipat dibandingkan dengan yang merokoknya lebih sedikit. Semakin

lama orang merokok, semakin besar risiko mengalami stroke (Feigin,

2006).

Page 31: Stroke Dan Rokok

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

1. Stroke

Stroke adalah gangguan suplai darah pada bagian otak,

tidak ada bagian dari badan dapat bertahan hidup bila ada

gangguan pada suplai darah jangka waktu yang lama karena darah

membawa oksigen dan bahan makanan lain untuk kehidupan,

tetapi otak sangatlah peka. Otak berfungsi sebagai pusat

pengendalian badan, mengarahkan setiap pemikiran dan gerakan

fisik, bila terjadi gangguan fungsi otak, akan tampak pada tingkah

laku dan gerakan orang yanng bersangkutan (Soeharto, 2002).

Dengan semakin meningkatnya pergeseran umur yang lebih

tinggi di Indonesia, diperkirakan angka kejadian stroke akan

semakin meningkat hingga maa yang akan datang. Oleh karena itu

perlu penenganan setiap kasus stroke sebagai prioritas utama dan

sebaiknya dikerjakan secara cept dan tepat (Junaidi, 2004).

2. Lama Merokok

Lama merokok berhubungan dengan kebiasaan merokok

atau terlalu lama terpapar dengan asap rokok menyebabkan

terjadinya perubahan morfologi pada organ-organ yang terpapar

3. Jumlah Rokok yang Dihisap

Risiko timbulnya penyakit stroke meningkat sejajar dengan

jumlah rokok yang dihisap. Dalam menyatakan resiko dari orang

Page 32: Stroke Dan Rokok

yang menghisap 20 batang rokok perhari atau lebih 3 kali besar

dari orang yang tidak merokok.

4. Jenis rokok yang dihisap

Jenis rokok yang dihisap tergantung apakah rokok tersebut

berfilter atau tidak berfilter. Namun merokok denga rokok berilter

kemungkinan risiko lebih kecil untuk terpapar oleh suatu penyakit

dibandingkan rokok yang tidak berfilter. Dimana jjumlah tar dan nikotin

yang masuk ke dalam tubuh akan berkurang karena sebagian

mengendap lebih dahulu pada filter.

B. Bagan Kerangka Konsep

= Variabel Dependen

= Variabel Independen

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Penyakit Stroke

Defenisi operasional :

Penyakit Stroke Penyakit stroke adalah penyakit yang berdasarkan

pemeriksaan klinis atau yang tercantum dalam kartu status.

Lama Merokok

Jumlah Rokok

yang Dihisap

Jenis Rokok Yang

Dihisap

Penyakit Stroke

Page 33: Stroke Dan Rokok

Kriteria Objektif :

- Stroke : Bila penyakit stroke rawat inap yang baru atau

lama dengan umur di atas 15 tahun dan

didiagnosa menderita penyakit stroke.

- Tidak Stroke : Tidak memenuhi criteria di atas.

2. Merokok

Defenisi Operasional :

Merokok adalah kegiatan yang pernah dilakukan secara teratur

oleh penderita dengan cara menghisap rokok atau gulungan

tembakau yang berbentuk batang dengan ukuran tertentu setiap

hari berdasarkan hasil wawancara.

Kriteria Objektif :

- Beraturan : Bila penderita pernah menghisap rokok

setiap hari secara rutin sampai dinyatakan

menderita stroke

- Tidak beraturan : Bila penderita tidak menghisap rokok tidak

secara rutin setiap hari.

3. Lama Merokok

Defenisi operasional :

Lama merokok adalah keseluruhan jumlah waktu dalam tahun

penderita mulai merokok yang diperoleh berdasarkan hasil

wawancara.

Page 34: Stroke Dan Rokok

Kriteria Objektif :

- Lama : Bila merokok setiap hari selama lebih dari 10 tahun.

- Singkat : Bila tidak memenuhi kriteria di atas.

4. Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari

Definisi operasional :

Jumlah rokok yang dihisap per hari adalah banyaknya rokok yang

dihisap per hari berdasarkan hasil wawancara.

Kriteria objektif :

- Perokok berat : Bila menghisap rokok perhari lebih dari 20

batang per hari

- Perokok ringan : Bila menghisap rokok antara 1 sampai 20

batang per hari.

5. Jenis rokok yang dihisap

Definisi operasional :

Jenis rokok adalah rokok yang dikonsumsi oleh penderita setiap

hari. Apakah menggunakan filter atau non filter berdasarkan hasil

wawancara.

Kriteria objektif :

- Rokok filter : Bila rokok yang dihisap memiliki

penyaringan

- Rokok kretek : Bila rokok yang dihisap tidak memiliki

penyaringan.

Page 35: Stroke Dan Rokok

D. Hipotesis Nol (Ho)

1. Tidak ada hubungan antara usia mulai merokok dengan terjadinya

penyakit stroke.

2. Tidak ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan

terjadinya penyakit stroke.

3. Tidak ada hubungan antara lama merokok dengan terjadinya

penyakit stroke.

E. Hipotesis Alternatif (HA)

1. Jika ada hubungan antara usia mulai merokok dengan terjadinya

penyakit stroke.

2. Jika ada hubungan antara jumlah merokok yang dihisap dengan

terjadinya penyakit stroke.

3. Jika ada hubungan antara lama merokok dengan terjadinya

penyakit stroke.

Page 36: Stroke Dan Rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case

control study yang dimaksudkan untuk melihat besar risiko merokok

terhadap penderita penyakit stroke dengan menggunakan matching

jenis kelamin.

2. Desain penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan

yang disusun sedemikian rupa untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitian. (Fred N. Kerlinge, dalam Landung R.

Simatupang, 2000). Rencana adalah suatu skema yang

menyeluruh terhadap program penelitian, yang memuat semua

pajanan mengenai hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari

penulisan hipotesis, implikasi operasional hipotesis, sampai pada

analisis akhir terhadap data, sedangkan struktur adalah kerangka,

pengaturan, atau konfigurasi unsur-unsur struktur yang

terhubungkan dengan cara-cara jelas serta tertentu (Hakim, B. A,

2004).

Desain kasus kontrol adalah skema penentuan kasus dan

konrola yang dilakukan dengan cara retriksi dari populasi penelitian,

yakni periode 2005-2006.

Page 37: Stroke Dan Rokok

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di bagian rawat inap RSUD

Bau-bau, Sulawesi Tenggara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

penyakit, stroke. Yang sudah pernah atau masih dirawat inap di

RSUD Bau-bau tahun 2006. serta keluarga pasien bila pasien

stroke sudah tidak dapat berbicara

2. Sampel

Terdiri dari :

a. Kasus

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Kasus

Kontrol

Populasi

Page 38: Stroke Dan Rokok

Pasien yang didiagnosa menurut catatan rekam medik

menderita stroke yang dirawat inap di RSUD Bau-bau tahun

2006

b. Kontrol

Pasien yang tidak menderita stroke, yang sementara dirawat

inap dan pernah di rawat inap di RSUD Bau-bau tahun 2006.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah penderita stroke sebagai

kasus dan tidak menderita sroke, sebagai kontrol yang dirawat.inap di

RSUD Bau-bau dengan menggunakan sistematik random sampling

berupa teknik penentuan sampel dengan cara memberi nomor urut

pada semua anggota populasi, setelah itu ditentukan satu nomor

secara acak kemudian digunakan interval untuk penentuan nomor

selanjutnya berdasarkan catatan rekam medik atau kartu status pada

tahun 2005-2006 yang berjumlah 94 yang terdiri dari 68 kasus dan 136

kontrol.

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 68 kasus yang

ditetapkan berdasarkan tabel Lemeshow, yakni dengan

memperkirakan OR-nya = 2, perkiraan populasi (P) = 0,50 dan derajat

kepercayaan (cl) = 95 %, dalam jarak (d) = 50% dari OR yang

sebenarnya. Sedangkan untuk sampel kontrol ditetapkan 94 yang tidak

menderita stroke, atau dengan perbandingan kasus : kontrol = 1 : 2

(satu kasus dua kontrol).

Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus : (Lameshow, 1990)

Page 39: Stroke Dan Rokok

nmΣ)(1(In

)}p(1(p)p(1(1/{pα/2Zn

2

2211

2

Keterangan :

n = Besar sampel

p1 = populasi terpapar pada kelompok kasus

p2 = Populasi terpapar pada kelompok kontrol

Z1- = Tingkat kemaknaan (1,960)

= Tingkat keterpaparan relatif

Maka besar sampel diperoleh :

P1 = (2 x 0,5) / (0,5 + 2 x 0,5) = 0,66

N = 0,5)(1In

0,5)}x(0,5/10,33)x0,67(/{11,960

= 68

F. Cara Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berupa data sekunder yang berasal dari

status penderita rawat inap yang diambil dari bagian medical record,

yakni data penderita penyakit stroke di Rumah Sakit Umum Daerah

Bau-Bau.

G. Cara Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Di dalam mengolah data dapat dilakukan dengan menggunakan

komputersisasi. Adapun tahap-tahap dalam mengolah data

dilakukan sebagai berikut :

a. Tahap editing dengan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang

ditemui dalam proses pengumpulan atau pemasukan data.

Page 40: Stroke Dan Rokok

b. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data agar lebih

mudah dianalisis dengan menggunakan kode-kode dalam

bentuk angka.

2. Penyajian Data

Data yang sudah diolah selanjutnya disusun dan disajikan dalam

bentuk tabel frekuensi disertai penjelasan

H. Analisis Data

1. Analisis Variat

Analisis variat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang

digunakan dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran

distribusi frekuensinya, baik dalam bentuk tabel maupun dalam

bentuk grafik.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Karene rancangan penelitian ini

adalah studi kasus kontrol, maka dilakukan perhitungan Odds Ratio

(OR). Dengan mengetahui besarnya OR, dapat diestimasi

pengaruh dari faktor yang diteliti sebagai variabel bebas terhadap

terjadinya stroke dengan perhitungan OR menggunakan tabel

silang 2 x 2 sebagai berikut :

Tabel 2 Kontigensi 2x2 untuk odds ratio pada Penelitian Case

Control Study

Page 41: Stroke Dan Rokok

Faktor Risiko Kelompok Studi Total

Kasus Konrol

Positif Negatif

A C

B D

a + b c + d

Total a + c b + d a + b + c + d

Odds kelompok kasus = a / (a+c) : c / (a+c) = a / c

Odds kelompok kontrol = b / (b+d) : d/ (b+d) = b / d

Keterangan :

a = Jumlah kasus dengan risiko positif (+)

b = Jumlah kontrol dengan risiko negatif (-)

c = Jumlah kasus dengan risiko positif (+)

d = Jumlah kontrol dengan risiko negatif (-)

Dimana :

a. Jika OR < 1 : artinya sebagai faktor protektif

b. Jika OR = 1 : artinya tidak ada hubungan

c. Jika OR > 1 : artinya ebagai faktor causative

Page 42: Stroke Dan Rokok

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan sejak

tanggal sampai dengan melalui wawancara langsung kepada

responden penelitian yang kemudian diolah dengan menggunakan

bantuan komputer maka dapat disajikan sebagai berikut.

1. Analisis Univariat

a. Kelompok Umur

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2007

Kelompok Umur Jumlah

(n) Persen

(%)

< 20 Thn 4 2.0

20 - 29 Thn 25 12.3

30 - 39 Thn 24 11.8

40 - 49 Thn 30 14.7

50 - 59 thn 37 18.1

60 - 69 Thn 44 21.6

≥ 70 Thn 40 19.6

Total 204 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden tertinggi

berada pada kelompok umur 60 – 69 tahun sebanyak 44

Page 43: Stroke Dan Rokok

(21.6%) dan terendah pada kelompok umur < 20 tahun

sebanyak 4 (2%).

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah

Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Jenis Kelamin Jumlah

(n) Persen

(%)

Laki-laki 141 69.1

Perempuan 63 30.9

Total 204 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa lebih dominan responden

penelitian adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 141

(69.1%).

c. Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Rumah Sakit

Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Pekerjaan Jumlah

(n) Persen

(%)

PNS 59 28.9

Pg. Swasta 31 15.2

Wiraswasta 54 26.5

URT/Tdk Kerja 60 29.4

Total 204 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden tertinggi

dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 60 (29.4%) dan

Page 44: Stroke Dan Rokok

terendah bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 31

(15.2%).

d. Merokok

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2007

Perilaku Merokok Jumlah

(n)

Persen

(%)

Ya 144 70.6

Tidak 60 29.4

Total 204 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa lebih dominan responden

penelitian tidak memiliki perilaku merokok sebanyak 144

(70.6%).

e. Jenis Rokok

Tabel 5.5 Distribusi Responden Perokok Berdasarkan Jenis Rokok Di

Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Jenis Rokok Jumlah

(n)

Persen

(%)

Kretek 20 13.9

Filter 124 86.1

Total 144 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 144 responden yang

merokok lebih dominan menggunakan jenis rokok yang berfilter

sebanyak 124 (86.1%).

Page 45: Stroke Dan Rokok

f. Status Perokok

Tabel 5.6 Distribusi Responden Perokok Berdasarkan Status Perokok Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Status Perokok Jumlah

(n)

Persen

(%)

Perokok berat 45 31.3

Perokok ringan 99 68.8

Total 144 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 144 perokok lebih

dominan tergolong dalam perokok ringan sebanyak 99 (68.8%).

g. Jumlah Rokok

Tabel 5.7 Distribusi Responden Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Jumlah Rokok Jumlah

(n)

Persen

(%)

< 10 Btg 52 36.1

10 - 20 Btg 47 32.6

> 20 Btg 45 31.3

Total 144 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 144 responden yang

merokok, banyaknya rokok yang diisap perhari lebih dominan

sebanyak 10 – 20 batang sebanyak 47 (32.6%).

Page 46: Stroke Dan Rokok

h. Lama Merokok

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Lama Merokok Di

Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Lama Merokok Jumlah

(n)

Persen

(%)

< 10 Thn 23 16.0

10 - 20 Thn 35 24.3

> 20 Thn 86 59.7

Total 204 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang merokok

sebanyak 144 orang, dominan telah melakukan perilaku

tersebut > 20 tahun sebanyak 86 (59.7%)

Tabel 5.9 Distribusi Responden Perokok Berdasarkan Lama Merokok Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Lama Merokok Jumlah

(n)

Persen

(%)

Lama 86 59.7

Singkat 58 40.3

Total 144 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 144 perokok, lebih

dominan sebanyak 86 (59.7%) dengan lamaa merokok

dikategorikan lam.

Page 47: Stroke Dan Rokok

2. Analisis Bivariat

a. Analisis Faktor Risiko Merokok Terhadap Kejadian Stroke

Tabel 5.10 Analisis Faktor Risiko Merokok Terhadap Kejadian Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Merokok

Status

Total Persen OR CI Kasus Kontrol

n % n %

Ya 51 35.4 93 64.6 144 100.0

1.387 0.719-

2.676 Tidak 17 28.3 43 71.7 60 100.0

Total 68 33.3 136 66.7 204 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa responden yang

merokok lebih dominan bukan sebagai penderita stroke

(Kontrol) sebanyak 93 (64.6%) dan yang tidak merokok juga

dominan pada kontrol sebanyak 43 (71.7%).

Hasil uji statsitik diperoleh nilai OR = 1.387 > nilai 1

sehingga dikatakan faktor risiko namun dengan

memperhitungkan nilai Confidence Interval (CI) lower dan upper

limit yang mencakup 1 sehingga risiko yang ditimbulkan tidak

bermakna maka dapat diinterpretasikan bahwa merokok bukan

faktor risiko terhadap kejadian stroke, Ho diterima.

Page 48: Stroke Dan Rokok

b. Analisis Faktor Risiko Jenis Rokok Terhadap Kejadian Stroke

Tabel 5.11 Analisis Faktor Risiko Jenis Rokok Terhadap Kejadian Stroke Di

Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Jenis

Rokok

Status

Total Persen OR CI Kasus Kontrol

n % n %

Kretek 8 40.0 12 60.0 20 100.0

1.256 0.477-3.306 Filter 43 34.7 81 65.3 124 100.0

Total 51 35.4 93 64.6 144 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa responden yang

merokok dengan jenis kretek lebih dominan bukan sebagai

penderita stroke (kontrol) sebanyak 12 (60%) dan begitupun

yang menghisap rokok berfilter dominan bukan sebagai

penderita stroke sebanyak 81 (65.3%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 1.256 > nilai 1

sehingga dikatakan faktor risiko. Namun dengan meninjau nilai

Confidence Interval (CI) lower dan upper limit = 0.477 – 3.306

yang mencakup nilai 1 sehingga risiko yang ditimbulkan tidak

bermakna dengan interpretasi bahwa jenis rokok bukan faktor

risiko kejadian stroke, Ho diterima, tidak ada hubungan.

Page 49: Stroke Dan Rokok

c. Analisis Faktor Risiko Status Perokok Terhadap Kejadian Stroke

Tabel 5.12 Analisis Faktor Risiko Status Perokok Terhadap Kejadian Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Status

Perokok

Status

Total Persen OR CI Kasus Kontrol

n % n %

Berat 39 86.7 6 13.3 45 100.0

47.125 16.487-

134.700 Ringan 12 12.1 87 87.9 99 100.0

Total 51 35.4 93 64.6 144 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa responden yang

berstatus perokok berat lebih dominan terdistribusi sebagai

penderita stroke sebanyak 39 (86.7%) sedangkan yang

berstatus perokok ringan dominan terdistribusi bukan sebagai

penderita stroke (kontrol) sebanyak 87 (87.9%).

Hasil uji statistik diperolah nilai OR = 47.125 > nilai 1

sehingga dikatakan faktor risiko. Dengan memperhitungkan nilai

confidence interval (CI) lower dan uuper limit = 16.487 –

134.700 yang tidak mencakup nilai 1 sehingga hubungan yang

ditimbulkan dikatakan bermakna dengan interpretasi bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok

dengan kejadian stroke, Ho ditolak, status perokok merupakan

faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian stroke dimana

perokok yang menghisap > 20 batang perhari lebih berisiko 47

kali untuk menderita stroke.

Page 50: Stroke Dan Rokok

d. Analisis Faktor Risiko Lama Merokok Terhadap Kejadian Stroke

Tabel 5.13 Analisis Faktor Risiko Lama Merokok Terhadap Kejadian Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah Bau-Bau Kota Bau-Bau Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Lama Merokok

Status

Total Persen OR CI Kasus Kontrol

n % n %

Lama 41 47.7 45 52.3 86 100.0

4.373 1.961-9.753 Singkat 10 17.2 48 82.8 58 100.0

Total 51 35.4 93 64.6 144 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

kebiasaan merokok pada kategori lama dominan terdistribusi

bukan sebagai penderita stroke (konttrol) sebanyak 45 (52.3%)

dan yang memiliki kebiasaan merokok pada kategori singkat

juga dominan bukan sebagai penderita stroke sebanyak 48

(82.8%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 4.373 > nilai 1

sehingga dikatakan faktor risiko. Dengan memperhitungkan nilai

Confidence Interval (CI) lower dan upper limit = 1.961 – 9.753

yang tidak mencakup nilai 1 sehingga dikatakan terdapat

hubungan yang bermakna antara lama merokok dengan

kejadian stroke dengan interpretasi terdapat hubungan, Ho

ditolak dimana lama merokok merupakan faktor risiko yang

signifikan dimana seseorang yang telah lama memiliki

kebiasaan merokok > 20 tahun lebih berisiko 4 kali untuk

menderita stroke.

Page 51: Stroke Dan Rokok

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan penyajian

data penelitian sebelumnya di atas maka dapat dibahas berdasarkan

variabel penelitian sebagai berikut.

1. Analisis Faktor Risiko Merokok Terhadap Kejadian Stroke

Merokok adalah kebiasaan buruk bagi seseorang yang

dapat memberi pengaruh terhadap berbagai masalah penurunan

status kesehatan. Hal ini disebabkan karena rokok yang dihisap

mengandung bahan berbahaya yang dapat memberi dampak

negatif dalam tubuh.

Jenis bahan berbahaya yang tergolong racun yang terdapat

dalam rokok sangat banyak namun yang sering menjadi bahan

perhitungan dan dipermasalahkan dengan adanya pengaruh yang

lebih tinggi adalah kandung nikotin dan tar. Kedua zat ini dapat

memberi pengaruh yang tinggi terhadap sistem saraf tubuh

sehingga mempengaruhi fungsi dari berbagai organ dalam tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dominan

responden penelitian tidak memiliki perilaku merokok sebanyak 144

(70.6%). Hasil ini memberi interpretasi bahwa lebih dominan

responden penelitian telah memiliki kesadaran akan dampak buruk

yang ditimbulkan dari rokok.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat

responden yang memiliki kebiasaan merokok (29.4%). Meskipun

Page 52: Stroke Dan Rokok

angka ini relatif rendah namun mereka yang memiliki kebiasaan

buruk ini akan memberi dampak terhadap timbulnya berbagai

masalah kesehatan terutama yang berhubungan dengan gangguan

fungsi organ tubuh yang menyebabkan kurang maksimalisasi fungsi

kerja tubuh.

Nikotin dan tar yang terdapat dalam rokok dan jika terhisap

masuk dalam paru-paru maka akan mengendap dan juga akan ikut

bersama peredaran darah yang kemudian mengendap dalam

sistem pembuluh darah. Pengendapan yang terjadi pada paru-paru

dapat menyebabkan timbulnya kanker paru-paru sedangkan pada

pembuluh darah menyebabkan terjadiny arteroskelerosis sebagai

pemicu terhadap timbulnya berbagai penyakit kardiovaskuler.

Arteroskelerosis dapat terjadi diseluruh pembuluh darah.

Jika terjadi pada pembuluh darah jantung akan menyebabkan

jantung koroner (PJK) dan yang terjadi diotak akan mengalami

stroke dimana sasaran organ akan mengalami kekurangan suplai

darah sebagai sumber nutrisi organ sehinga organ akan mengalami

malfungsionalisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

merokok lebih dominan bukan sebagai penderita stroke (Kontrol)

sebanyak 93 (64.6%) dan yang tidak merokok juga dominan pada

kontrol sebanyak 43 (71.7%). Hasil ini memberi indikasi bahwa

kebiasaan merokok tidak memberi pengaruh terhadap kejadian

Page 53: Stroke Dan Rokok

stroke dimana dari hasil penelitian, responden yang merokok lebih

dominan bukan sebagai penderita. Hal ini ditunjang dengan hasil uji

statsitik diperoleh interpretasi bahwa perilaku merokok bukan faktor

risiko terhadap kejadian stroke, Ho diterima.

Namun jika ditinjau dari perilaku yang tidak merokok

menunjukkan peningkatan jumlah responden yang bukan sebagai

penderita stroke dan hal ini tentunya akan menjadi bahan

pertimbangan bahwa perilaku merokok masih perlu menjadi bahan

pertimbangan atas kejadian stroke.

Penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Wa Ode

Manzila (2005) di Rumah Sakit Umum DR Wahidin Sudirohusodo

menunjukkan perbedaan dimana perilaku merokok merupakan

faktor risiko terhadap kejadian stroke dimana mereka yang memiliki

perilaku merokok berisiko 4.7 kali untuk memperoleh stroke.

2. Analisis Faktor Risiko Jenis Rokok Terhadap Kejadian Stroke

Merokok sebagai faktor risiko terhadap timbulnya berbagai

masalah kesehatan juga harus ditinjau dari banyak aspek dan

salah satu diantaranya adalah jenis rokok yang dihisap sehingga

dapat memberi interpretasi yang lebih kuat akan pengaruh

merokok.

Jenis rokok yang dihisap terhadap penurunan derajat

kesehatan dibedakan menjadi dua yaitu kretek dan filter.

Pembagian jenis rokok ini didasarkan atass aspek banyaknya

Page 54: Stroke Dan Rokok

kandungan bahan beracun yang dihisap dan masuk dalam tubuh

seorang perokok.

Jenis kretek, kandungan racun yang masuk dalam rokok

saat dihisap lebih banyak dibandingkan dengan jenis filter. Hal ini

disebabkan karena tidak adanya mekanisme filterisasi dari rokok

yang dihisap dan bahan beracun yang terkandung dalam tubuh

secara langsung masuk ke dalam tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 144 responden

yang merokok lebih dominan menggunakan jenis rokok yang

berfilter sebanyak 124 (86.1%). Hal ini tentunya akan mengurangi

dampak atas timbulnya berbagai jenis masalah kesehatan dalam

tubuh meskipun hal yang perlu dipahami bahwa perilaku merokok

tetaplah menjadi perilaku hidup tidak sehat yang sama sekali tidak

memberi dampak positif bagi status kesehatan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat

responden yang menggunakan jenis kretek (13.9%). Meskipun

angka pencapaian relatif kecil namun dapat memberi indikasi akan

upaya pengurangan risiko bahaya rokok terhadap berbagai

masalah kesehatan yang timbul masih kurang maksimal.

Program penanggulangan terhadap bahaya rokok dengan

pengadaan jenis rokok berfilter belum dilaksanakan secara

maksimal dimana pada beberap kasus menunjukkan bahwa

pengadaan rokok tanpa filter (kretek) masih tetap diproduksi. Hal ini

Page 55: Stroke Dan Rokok

biasanya berhubungan dengan aspek kebijakan pemerintah

terhadap perusahaan rokok yang tidak dilaksanakan secara

maksimal untuk memproduksi jenis rokok berfilter.

Oleh sebab itu, dalam rangka penanggulangan dan

pengurangan risiko bahaya yang ditimbulkan dari perilaku merokok

yang semakin meningkat dilaksanakan oleh masyarakat,

pemerintah perlu menunjukkan peran yang maksimal pula dengan

pembuatan aturan pemroduksian jenis rokok selain dengan

ditunjang dengan adanya penyebaran informasi secara merata dan

menyeluruh kepada masyarakat.

Tingginya tingkat risiko dari rokok jenis kretek sebagaimana

hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang merokok

dengan jenis kretek lebih dominan bukan sebagai penderita stroke

(kontrol) sebanyak 12 (60%) dan begitupun yang menghisap rokok

berfilter dominan bukan sebagai penderita stroke sebanyak 81

(65.3%). Hasil ini memberi indikasi bahwa jenis rokok yang dihisap

oleh seorang perokok tidak memberi pengaruh terhadap kejadian

stroke dimana jenis kretek sendiri lebih dominan bukan sebagai

penderita. Hal ini ditunjang dengan hasil uji statistik diperoleh

interpretasi bahwa jenis rokok bukan faktor risiko kejadian stroke,

Ho diterima, tidak ada hubungan.

Namun jika ditinjau dari angka pencapaian pada mereka

yang mengkonsumsi rokok filter menunjukkan peningkatan angka

Page 56: Stroke Dan Rokok

pencapaian yang bukan sebagai penderita sehingga perlu menjadi

bahan pertimbangan untuk analisis lebih lanjut bahwa rokok

berfilter dapat mengurangi risiko kejadian stroke.

Penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Abdul Aziz

di Rumah Sakit Islam Faisal 2004 menunjukkan perbedaan hasil

dimana dipeorleh hasil bahwa jenis rokok kretek yang dihisap oleh

seorang perokok dapat meningkatkan risiko 3.5 kali terhadap

kejadian stroke.

3. Analisis Faktor Risiko Status Perokok Terhadap Kejadian Stroke

Jumlah rokok yang dihisap juga merupakan aslahs atu

aspek yang perlu mendapat perhatian dalam rangka analisis yang

lebih kuat terhadap pengaruh perilaku merokok dengan kejadian

penyakit terutama yang berhubungan dengan gangguan sistem

kardiovaskuler tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 144 responden

yang merokok, banyaknya rokok yang diisap perhari lebih dominan

sebanyak 10 – 20 batang sebanyak 47 (32.6%). Jumlah rokok yang

dihisap merupakan tanda akan banyaknya kandungan rokok yang

dihisap dan dapat menjadi bahan pertimbangan akan berat

ringannya dampak negatif yang ditimbulkan dari rokok.

Jumlah rokok yang dihisap pada penelitian ini merupakan

alat indikasi terhadap penentuan status seorang perokok yang

dikartegorikan berat dan ringan dimana indikator ini dapat

Page 57: Stroke Dan Rokok

membantu terhadap besarnya dampak yang diberikan dari jumla

rokok yang dihisap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 144 perokok lebih

dominan tergolong dalam perokok ringan sebanyak 99 (68.8%).

Hasil ini memberi indikasi bahwa masih terdapat kesadaran dari

kaum perokok akan dampak yang ditimbulkan dari rokok yang

dihisap.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat

responden perokok yang dikategorikan perokok berat (31.2%). Hal

ini tentunya akan memberi dampak yang lebih berat atas masalah

kesehatan dalam tubuh meskipun pada umumnya sebatang rokok

pun dapat memberi dampak yang cukup berarti terhadap

penurunan status kesehatan seseorang.

Banyaknya rokok yang dihisap sehubungan dengan

banyaknya kandungan bahan beracun dari rokok yang masuk di

dalam tubuh yang tentunya akan memperparah keadaan kesehatan

berbagai fungsi organ dalam tubuh.

Pada perokok berat yang menghabiskan rokok perhari > 20

batang tentunya akan memberi dampak yang berbeda dengan

mereka yang hanya merokok < 20 batang sehari. Hal ini

disebabkan karena perbedaan kadar bahan racun rokok yang

masuk dalam tubuh.

Page 58: Stroke Dan Rokok

Kejadian arteroskelerosis sebagai penyebab utama

timbulnya berbagai masalah kardiovaskuler akan semakin cepat

terjadi jika jumlah rokok yang dihisap lebih banyak. Sebagaimana

hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berstatus

perokok berat lebih dominan terdistribusi sebagai penderita stroke

sebanyak 39 (86.7%) sedangkan yang berstatus perokok ringan

dominan terdistribusi bukan sebagai penderita stroke (kontrol)

sebanyak 87 (87.9%).

Hasil ini memberi indikasi bahwa jumlah rokok yang dihisap

akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian

arteroskelerosis terutama pada pembuluh darah otak sebagai

pemicu stroke. Sedangkan sedikitnya rokok yang dihisap dalam

perhari akan mengurangi tingkat risiko terhadap kejadian stroke.

Berdasarkan hasil uji statistik diperolah interpretasi bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok dengan

kejadian stroke, Ho ditolak, status perokok merupakan faktor risiko

yang signifikan terhadap kejadian stroke dimana perokok yang

menghisap > 20 batang perhari lebih berisiko 47 kali untuk

menderita stroke.

Hal ini memberi indikasi bahwa jumlah rokok yang dihisap

terutama > 20 batang per hari memiliki risiko yang cukup besar

terhadap kejadian stroke. Oleh sebab itu, dalam rangka

penanggulangan stroke sebagai penyebab utama kematian

Page 59: Stroke Dan Rokok

terutama di negara-negara maju dan berkembang daerah

perkotaan maka upaya komprehensif akan peningkatan kesadaran

dari masyarakat akan bahaya rokok harus dilakukan secara

maksimal melalui penyebaran informasi secara mendetail akan

bahaya rokok.

Selain itu, pengurangan produksi rokok pun harus

diperhatikan sehingga dapat mengurangi kehendak perokok untuk

mengkonsumsi rokok lebih banyak. Selain juga dengan

peningkatan harga jual rokok dipasaran harus dilaksanakan

sehingga kehendak untuk membeli rokok pun dapat menurun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilaksanakan oleh Abdul Aziz di Rumah Sakit Islam Faisal

2004 yang dipeorleh hasil bahwa banyaknya rokok yang dihisap

dalam sehari oleh seorang perokok terutama > 20 batang dapat

meningkatkan risiko 11.2 kali terhadap kejadian stroke.

4. Analisis Faktor Risiko Lama Merokok Terhadap Kejadian Stroke

Lama merokok berhubungan dengan waktu keterpaparan

seseorang dengan bahan beracun dari rokok yang dihisap. Waktu

ini juga merupakan salah satu aspek yang perlu menjadi bahan

pertimbangan dalam analisis yang lebih jelas akan bahaya rokok

terhadap kesehatan terutama yang berhubungan dengan berbagai

kejadian penyakit kardiovaskuler.

Page 60: Stroke Dan Rokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden yang

merokok sebanyak 144 orang, dominan telah melakukan perilaku

tersebut > 20 tahun sebanyak 86 (59.7%) yang memberi indikasi

bahwa tingkat keterpaparan akan bahaya yang timbul dari penyakit

akibat rokok pun akan semakin tinggi.

Hal ini disebabkan karena lamanya seorang beraktivitas

sebagai perokok dapat memberi indikasi akan banyaknya bahan

berbahaya yang telah masuk dalam tubuh bersama dengan rokok

yang dihisap.

Pada dasarnya, lama atau tidaknya seseorang menekuni

perilaku merokok bukanlah yang menjadi target terhadap

penurunan dampak kesehatan yang ditimbulkan. Namun karena

aspek keterpaparan dengan faktor penyebab maka lama merokok

perlu menjadi bahan pertimbangan.

Lama merokok pada penelitian ini dalam rangka analisis

yang lebih kuat dibedakan atas kategori lama dan singkat.

Pengkategorian tersebut dibedakan atas konsumsi rokok selama 20

tahun dimana > 20 tahun dikategorikan lama dan < 20 tahun

dikategorikan waktu singkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 144 perokok,

lebih dominan sebanyak 86 (59.7%) dengan lama merokok

dikategorikan lama. Hasil ini memberi indikasi bahwa lebih dominan

responden telah memiliki tingkat keterpaparan terhadab bahan

Page 61: Stroke Dan Rokok

berbahaya dari rokok pada kategori tinggi sehingga memiliki risiko

yang tinggi untuk memperoleh berbagai penyakit sehubungan

dengan ganguan sistem kardiovaskuler dalam tubuh.

Tingginya tingkat pengaruh dari lama keterpaparan

seseorang terhadap kebiasaan merokok sebagaimana ditunjukkan

dari hasil penelitian bahwa responden yang memiliki kebiasaan

merokok pada kategori lama dominan terdistribusi bukan sebagai

penderita stroke (konttrol) sebanyak 45 (52.3%) dan yang memiliki

kebiasaan merokok pada kategori singkat juga dominan bukan

sebagai penderita stroke sebanyak 48 (82.8%).

Hasil distribusi antara lama merokok dengan kejadian

stroke memberi indikasi bahwa tingginya tingkat keterpaparan

terhadap bahan beracun dari rokok tidak memberi pengaruh

terhadap kejadian stroke. Namun jika ditinjau dari tingkat

keterpaparan yang rendah menunjukkan peningkatan drastis akan

pengurangan risiko terhadap kejadian stroke dan hal ini tentunya

harus memperoleh perhatian yang cukup serius.

Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik diperoleh interpretasi

bahwa terdapat hubungan antara lama merokok dengan kejadian

stroke, Ho ditolak dimana lama merokok merupakan faktor risiko

yang signifikan dimana seseorang yang telah lama memiliki

kebiasaan merokok > 20 tahun lebih berisiko 4 kali untuk menderita

stroke.

Page 62: Stroke Dan Rokok

Terdapatnya hubungan yang signifikan memberi indikasi

bahwa dalam upaya penanggulangan stroke yang lebih maksimal

maka upaya pengurangan pengkonsumsian rokok perlu mendapat

perhatian dengan berbagai upaya seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya di atas.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Abdul Aziz di Rumah Sakit Islam Faisal 2004 yang

diperoleh hasil bahwa lamanya perilaku merokok yang ditekuni oleh

seseorang terutama > 20 tahun dapat meningkatkan risiko 7.2 kali

untuk memperoleh stroke dikemudian hari.

Page 63: Stroke Dan Rokok

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan penyajian

data sebelumnya di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok

dengan kejadian stroke dan dikatakan bukan faktor risiko

berdasarkan nilai Confidence Interval yang mencakup nilai satu.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang

dihisap dengan kejadian stroke dan dikatakan bukan faktor risiko

berdasarkan nilai Confidence Interval yang mencakup nilai satu.

3. Perokok berat merupakan faktor risiko terhadap kejadian stroke

dimana perokok yang menghabiskan rokok > 20 batang dalam

sehari berisiko 47 kali untuk menderita stroke di kemudian hari

4. Lamanya seseorang merokok > 20 tahun merupakan faktor risiko

terhadap kejadian stroke dengan besar risiko yang ditimbulkan

adalah 4 kali untuk memperoleh stroke di kemudian hari.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya di

atas maka saran yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Penanggulangan stroke melalui pengurangan konsumsi rokok perlu

dilaksanakan melalui berbagai upaya yang tidak hanya mencakup

Page 64: Stroke Dan Rokok

aspek penyebaran informasi saja namun juga harus mencakup

pada pengurangan produksi rokok di perusahaan-perusahaan

pemintal rokok

2. Upaya penanggulangan perilaku merokok pada masyarakat juga

dapat dilakukan dengan keterlibatan pemerintah dengan membuat

kebijakan atas harga penjualan rokok yang lebih tinggi selain

dengan penerapan aturan pemroduksian jenis rokok berfilter.

Page 65: Stroke Dan Rokok

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI Anonim. Puasa Mengurangi Racun dalam Tubuh. http//:www.suara

merdeka.com. Januari 2007 (diakses 20 Februari 2007) Fachrin Suharni., 2006. Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan

Skripsi. FKM UMI. Feigin Valery., 2006. Stroke. PT. Buana Ilmu Populer Jakarta. Handoko. Iwan. S., Rokok. http//goggle.com. 2006 (diakses 19 Februari

2007). Junaidi S., 2004. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan

Stroke, PT. Buana Ilmu Populer, Jakarta. Kanang H., 2003. Studi Tentang Distribusi Kebiasaan Merokok

Terhadap Beberapa Penyakit di R.S. Dr. Wahidin Sudirohusodo Bagian Rawat Inap Makassar Tahun 2001 – 2002. FKM UNHAS. Skripsi tidak dipublikasikan.

Kaplan Stanler, 2000. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Penerbit

buku kedokteran. Jakarta. Halaman 51-56. Lumbatobing, SM., 2004. Stroke, Bencana Peredaran Darah di Otak, FK

– UI Jakarta. Mansjoer, Arif, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media

Aesculapius. Jakarta. Murti, Bisma., 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Oyeng, EYP., Setengah Jam Menjadi Perokok Pasif Jantung Anda

Terancam. http\\www.satu lelaki.com, (diakses 20 Februari 2007). Setyowati H., 2005. Beberapa Faktor Risiko Kejadian Stroke di Perjan

R.s Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2004, FKM UNHAS Skripsi Tidak Dipublikasikan

Siregar Anggiat. Stroke ?. http//www.situs kesehatan alternatif.com. 2004

(diakses 4 Maret 2007).

Page 66: Stroke Dan Rokok

Soeharto I., 2004. Serangan Jantung dan Stroke, Edisi kedua, PT. ramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sudoyo Aru W dkk, 2006. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV,

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta Sylvia A Price&Lorraine M Wilson, 2004. Patofisiologi, Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta Tambayong. 2000. Patofisologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta. Thomas D.J., 1988. Stroke dan Pencegahannya, Terjemahan oleh

Hartono Andry. 1995. Penerbit Arcan. Jakarta. Yatim F., 2005. Waspadai Jantung Koroner, Stroke, Meninggal

Mendadak atasi dengan Pola hidup Sehat, PT. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Page 67: Stroke Dan Rokok

KUISIONER

Ket : Penderita (Responden)

No. Responden :

Nama :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

Pekerjaan : 1. Tidak bekerja

2. Ibu Rumah Tangga

3. PNS

4. Wiraswasta

5. Karyawan

6. Pensiunan

7. Mahasiswa

8. Siswa

Usia :

Merokok : Pernah merokok

1. Ya

2. Tidak

Jenis rokok yang dihisap : 1. Berfilter

2. Tidak berfilter

Jumlah : Jumlah rokok yang dihisap perhari

1. < 10 batang perhari

2. 10 – 20 perhari

3. > 20 batang perhari

Lama Merokok : 1. < 10 tahun

2. 10 – 20 tahun

3. > 20 tahun