struktur dan kinerja industri kerajinan tangan … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI KERAJINAN TANGAN DI
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ONY YULIA TERADITA
F0106062
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri ( R.A Kartini)
Well done is better than well said
-Benjamin Franklin-
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya
didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya
-Abraham Lincoln-
Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billahi
(Tidak ada daya upaya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah)
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan karya kecil ini kepada:
My Almighty God, Allah SWT
My Beloved Parents
Almamater
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan berkat serta rahmat-Nya, sehingga dengan bimbingan,
pertolongan, izin dan kasih karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan
skripsi dengan judul : “Struktur dan Kinerja Industri Kerajinan Tangan
di Kota Surakarta Tahun 2010”. Sebuah berkat dan kebahagian tersendiri
bagi penulis dapat menyusun karya kecil ini sebagai upaya untuk
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
berupa bantuan, bimbingan, dukungan, doa serta motivasi. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
dengan penuh kesabaran membantu, membimbing, dan meluangkan
waktu bagi penulis dalam proses penulisan skripsi.
2. Bapak Sumardi, SE selaku Dosen Pembimbing Akademik
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan
Ekonomi Pembangunan.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan
5. Ibu Nunung Sri Mulyani selaku pembimbing terdahulu yang telah
memberikan sumbangan pemikiran bagi penulis
6. My beloved parents, papa dan mama...amat sangat berterimakasih
atas segalanya, maaf bila terlalu lama menuggu kelulusanku.
7. My dearest sister, Shania...life is so worth with her.
8. My sweetheart, my best motivator, Fahrur Rozi Irawan nun jauh di
sana,,so grateful for always encourage me..
9. Yang Kung dan Yang Uti yang mendoakanku dari jauh
10. ”Pat” dan Seluruh keluarga besarku dimanapun kalian berada
11. Sahabat sekaligus teman seperjuanganku, esp Echa Suminten, Yesy
Cndoetz, Lokitut, Hayuu, juga untuk Tia di magetan, thanks a
million vo this priceless frenship which will not be replaced..
12. My crazy buddy, Bayu Nurhadi....you rock guy!
13. Monic dan Tika …thanks atas sumbangan pemikiran kala lagi stuck
14. Princess kecilku, Flo, Kylie, Trixie, Trea & Kinsey ..cheer me up
always yaa
15. Sobat-sobatku semasa di SDN Kleco 1, SMPN 1 Solo, SMAN 3
Solo, thanks vo fillin’ up some episodes of my life..it was so
memorable
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16. Teman-teman EP Holic ‘06 , thanks for the story that will be a
history..
17. Bapak dan Ibu Pegawai Disperindag Kota Surakarta, terimakasih
atas sikap hangat dan keramahtamahannya.
18. Seluruh pengusaha ataupun pemilik usaha kerajinan tangan yang
telah sudi membantu tersedianya data dan informasi yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
atas kekuarangan-kekurangan tersebut. Semoga karya kecil ini dapat
memberikan manfaat bagi diri penulis dan pembaca semua.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
Ony Yulia Teradita
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………........ ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO ………………………...……………..………….. v
KATA PENGANTAR …………………………………………………… vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xiv
ABSTRAK ……………………………………………………………..... xv
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...... 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………… 10
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 10
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A. Landasan Teori ………………………........................................... 12
1. Pengertian Industri……………………………........................... 12
2. Jenis Industri …………………………………………………... 15
3. Kerajinan Tangan ……………………………………………… 17
4. Permasalahan Industri Kerajinan di Indonesia ………………... 20
5. Pengembangan Industri Kerajinan di Indonesia ......................... 22
B. Struktur Pasar …………………………………………………….. 23
1. Pengertian dan Bentuk Pasar ...................................................... 23
2. Unsur-Unsur Struktur Pasar ........................................................ 31
C. Kinerja ……………………………………………….................... 36
D. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Pasar …………………….. 38
E. Kerangka Pemikiran …………………………………………....... 41
F. Hipotesis ………..…....................................................................... 42
G. Penelitian Terdahulu …………………………………………..… 43
III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………...... 46
B. Jenis dan Sumber Data …………………………………………... 46
C. Populasi dan Sampel …………………………………………..… 47
D. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 48
E. Metode Pengolahan Data ………………………………………... 49
F. Metode Analisis Data …………………………………………… 50
1. Pengukuran Struktur Pasar .......................................................... 50
2. Pengukuran Kinerja ..................................................................... 54
IV. ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Objek Surakarta …………………………..… 57
1. Letak Geografis ……………………………………………… 57
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Keadaan Wilayah ……………………………………………… 58
3. Sumber Daya Lahan……………………………………………. 59
B. Aspek Demografis ……………………………………………...... 61
1. Jumlah Penduduk Menurut Umur ...................................... 61
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.............. 64
3. Kepadatan Penduduk Geografis ......................................... 66
C. Keadaan Sosial Ekonomi……………....……................................. 67
1. Keadaan Pendidikan ………………………………...……......... 67
2. Kondisi Perekonomian …………………………………............ 68
D. Gambaran Umum Industri Kerajinan Tangan di Kota
Surakarta............................................................................... ........... 72
1. Jumlah Modal Industri Kerajinan Tangan ................................... 72
2. Jumlah Pendapatan Industri Kerajinan Tangan ........................... 73
3. Jumlah Biaya Industri Kerajinan Tangan ................................... 74
E. Analisis Struktur Industri Kerajinan Tangan ................................. 74
F. Analisis Kinerja Industri Kerajinan Tangan ................................... 76
1. Analisis Kinerja Rentabilitas Ekonomi ...................................... 76
2. Analisis Kinerja Profit Margin ................................................... 76
G. Analisis Korelasi Struktur Pasar dengan Kinerja ............................ 77
1. Analisis Korelasi Pendapatan dengan Rentabilitas Ekonomi ..... 77
2. Analisis Korelasi Pendapatan dengan Profit Margin ................ 78
V. PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………....... 80
B. Saran ……………………………………………………............. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Penduduk Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2008 …………………………………… 62
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Berdasar Jenis Kelamin
dan Tingkat Pertumbuhan Tahun 2004-2008 …………… 63
Tabel 4.3 Banyaknya Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di
Kota Surakarta Tahun 2008 ……………………………… 64
Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2008 ……….. 65
Tabel 4.5 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan
Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun
2008 ................................................................................... 67
Tabel 4.6 Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat
Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2004-2008 ................ 68
Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2004 –
2008 ……………………................................................... 69
Tabel 4.8 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Di Kota Surakarta
Tahun 2004 – 2008 …………………………………….. 70
Tabel 4.9 Banyaknya Industri di Kota Surakarta Tahun 2008-2009 . 72
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.10 Jumlah Modal Industri Kerajinan Tangan .......................... 73
Tabel 4.11 Jumlah Pendapatan Industri Kerajinan Tangan .................. 73
Tabel 4.12 Jumlah Biaya Industri Kerajinan Tangan .......................... 74
Tabel 4.13 Konsentrasi Industri Kerajinan Tangan Variabel Pendapatan
..... ...................................................................................... 75
Tabel 4.16 Hasil Korelasi Pendapatan dengan RE ............................... 77
Tabel 4.17 Hasil Korelasi Pendapatan dengan PM .............................. 78
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
THE STRUCTURE AND THE PERFORMANCE OF HANDICRAFT INDUSTRIES IN SURAKARTA CITY IN 2010
Ony Yulia Teradita
(NIM. F0106062)
The basis of this research is the increasingly tight level of competition in the handicraft industry in Surakarta during the year 2010. The purpose of this study was to determine the market structure of the handicraft industries in Surakarta viewed from the level of income, to determine the performance of the handicraft industries in Surakarta seen from the economic rates of return and profit margin, and to know the relationship between the market structure and the performance of handicraft industries in the city of Surakarta.
The study was a descriptive study using survey method. The sampling method is to use saturated sampling techniques, resulting in the respondents, 56 businesses. The analytical technique used is the concentration ratio and Herfindahl index. The economic rentability and profit margin are used to determine the performance of handicraft industries. In finding the relationship between the market structure and the performance, a correlational test of Pearson Product Momment method was used.
The results of data analysis showed that the concentration ratio of the four largest firms (CR-4) is amounted to 41.80% by value of Herfindahl Index of 5.95%. Based on the results of correlation, it is known that the relationship between the variables of income with economic rentability have a significant relationship due to the fact that the value of r is 0.482. In addition, between the revenue variable and the profit margins, there is a significant relationship in which the r value is amounted to 0.278.
Based on the finding the researcher put forward some suggestions as follows: a) It is better for the industry to diversify its product; b)Companies need to cooperate with one another because if the industry is dominated by several large companies only, the price will tend to rise; c) Production efficiency and the use of technology should be intensively made; d)There must also be efficiency in resource allocation, efficiency in product distribution, and creative marketing techniques through non-price competition such as quality, convenience, and brand promotion. The higher the economic profitability, the higher the level of efficient use of capital. And the higher the profit margin, the more efficient operation of the company will be.
Keywords: Market structure, performance, industry, handicrafts, economic profitability, profit margins, concentration ratio, Herfindahl index.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik
urbanisasi yang cepat di kawasan Asia sejak dasawarsa 1980-an. Maka dari
itu, peranan sektor industri dalam perekonomian Indonesia semakin besar dan
penting. Pembangunan di sektor industri dikembangkan secara bertahap dan
terpadu melalui peningkatan keterkaitan antar industri dan antar sektor industri
yang memasukkan bahan baku industri, melalui iklim yang merangsang bagi
penanam modal dan penyebaran pembangunan industri di daerah sesuai
dengan potensi masing-masing dan sesuai dengan iklim usaha yang pada
akhirnya akan memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-
sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk
industrial selalu memiliki dasar tukar (terms of trade) yang tinggi atau lebih
menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar
dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor
industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu
memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada pemakainya (Dumairy,
2001 : 227).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sektor industri di setiap negara memiliki posisi penting untuk
meningkatkan perekonomian rakyat, karena dengan maraknya sektor ini maka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat akan terbuka lebar. Tergeser sektor
industri modern, industri tradisional mulai lesu dan tak mampu bersaing
dengan perusahaan raksasa. Industri tradisional yang biasanya dikerjakan oleh
warga pedesaan sulit berkembang. Layak disoroti bahwa kerajinan tangan
dalam industri tradisional memiliki nilai budaya yang mencerminkan identitas
sebuah bangsa. Kini berbagai seminar dan dialog tingkat internasional ramai
digelar untuk menyelamatkan industri ini.
Berbicara tentang kerajinan tangan tidak terlepas dari keterampilan
seseorang dalam membuat sesuatu produk yang tidak menggunakan mesin
atau peralatan bantu modern dan biasanya melakukan kegiatan terbatas kepada
ruang lingkup rumahan. Jika sudah menggunakan mesin dan alat bantu
modern serta melakukan kegiatannya dalam lingkup bangunan pabrik, maka
tidak lagi disebut kerajinan tangan tetapi sudah merupakan Produk Industri
Kecil Kerajinan. Memang melihat bentuknya keduanya adalah produk
kerajinan, namun yang membedakan adalah proses pembuatannya yaitu
dengan tangan atau dengan bantuan mesin. Kapasitas produksi kerajinan
tangan tidak sebanyak kerajinan yang menggunakan mesin, hal ini dapat
dilihat ketika keduanya melakukan produksi massal.
Kerajinan tangan dahulu biasanya dilakukan oleh kaum perempuan
dalam mengisi waktu luang, yang terkenal hingga sekarang ialah kerajinan
tangan sulaman (setelah melalui bantuan mesin dikenal dengan bordiran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kaum perempuan jaman dulu juga sudah mengenal kerajinan batik tulis, kini
beralih fungsi sebagai industri batik dengan jumlah produksi yang bisa dipacu
dengan bantuan beragam mesin atau peralatan modern. Banyak kerajinan
tangan yang dikenal hingga kini, semua itu merupakan aset produk etnik yang
biasanya mempunyai sejarah dan berkaitan dengan adat dan budaya daerah itu
sendiri.
Kerajinan tangan juga merupakan salah satu hasil produksi Indonesia
yang termasuk ke dalam komoditi non migas. Sebagian besar industri
kerajinan tangan terdiri atas industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
Pengembangannya sangat diharapkan oleh pemerintah untuk menunjang
perekonomian rakyat. Menurut Soeroto dalam Made Berata (2008), seni
kerajinan merupakan usaha produktif di sektor nonpertanian baik untuk mata
pencaharian utama maupun sampingan, oleh karenanya merupakan usaha
ekonomi, maka usaha seni kerajinan dikategorikan ke dalam usaha industri.
Industri kerajinan tangan merupakan manisfestasi seni dan kreativitas sebuah
bangsa. Sejatinya, industri ini menjadi wadah penting bagi seni dan budaya
serta mencerminkan identitas sebuah bangsa. Saat ini, upaya untuk
menghidupkan kembali industri kerajinan tangan bukan hanya
menghubungkan kita dengan sejarah masa lalu berbagai bangsa, namun juga
mampu menjadi faktor untuk kian mempererat hubungan antara bangsa.
Setelah Perang Dunia II, industri kerajinan tangan dengan berbagai
keunggulan seni dan budayanya mendapat perhatian serius dari berbagai
negara. Pada tanggal 10 Juni 1964, untuk pertama kalinya digelar pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
tingkat dunia yang dihadiri para ahli lebih dari 40 negara. Dalam pertemuan
tersebut para peserta sepakat membentuk lembaga dunia untuk industri
kerajinan tangan. Lembaga ini berada di bawah UNESCO. Dengan
terbentuknya lembaga ini, industri kerajinan tangan dan tradisional mendapat
perhatian serius di sektor budaya dan ekonomi internasional. Menurut para
ahli, era Renaissance atau pembaharuan sangat berpengaruh bagi
kesempurnaan seni kerajinan tangan.
Kerajinan tangan sering disebut dengan istilah seni kriya. Seni kriya
termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai aspek-aspek
keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya, seni
kriya atau kerajinan tangan adalah seni kerajinan tangan manusia yang
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan
tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan (Cauto, 1993 : 5).
Istilah seni kerajinan diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan
dengan tangan dan membutuhkan keterampilan tertentu. Dalam Ensiklopedi
Indonesia dijelaskan, bahwa seni kerajinan tangan merupakan jenis kesenian
yang menghasilkan berbagai barang perabotan, hiasan atau barang-barang lain
yang artistik, terbuat dari kayu, logam, emas, perak, gading, dan sebagainya.
Hasil suatu seni kerajinan tangan disebut juga seni Guna (Shadily, 1983 :
1749).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Menurut Made Soeroto dalam Made Barata, dalam bahasa Inggris kata
yang berhubungan dengan makna kriya ditemukan dalam arti handycraft,
yaitu berarti pertukangan atau keprigelan atau ketrampilan tangan. Disini
keprigelan, menunjuk pada keahlian atau ketrampilan yang dapat
menghasilkan benda.
Selain sisi konsumsi, nilai seni sebuah kerajinan tangan juga sangat
diperhatikan. Dengan kata lain, kerajinan tangan merupakan industri dan
sumber penghasilan. Namun seiring kemajuan teknologi, nilai historis dan
budaya sebuah hasil kerajinan tangan menjadi lebih menonjol. Menurut para
pengamat, industri kerajinan tangan selain menjaga nilai-nilai keaslian budaya
sebuah masyarakat juga memberikan nilai ekonomis. Sejak pertama kali
muncul, industri kerajinan tangan telah memberikan lapangan kerja yang besar
bagi masyarakat. Selain itu bagi mereka yang memiliki pekerjaan tetap,
industri ini juga memberikan penghasilan sampingan, khususnya bagi mereka
yang hidup di pedesaan.
Dewasa ini, meski sektor industri mengalami perkembangan hebat di
berbagai penjuru dunia, namun industri kerajinan tangan bukan hanya mampu
bertahan bahkan semakin mendapat perhatian serius masyarakat. Namun
demikian, maraknya pasar kerajinan tangan di dunia juga memiliki berbagai
kendala. Di antara kendala serius yang mengancam sektor ini adalah
pemalsuan sebuah produk yang dilakukan oleh negara lain. Hal ini mendorong
diadakannya upaya untuk mencegah merebaknya pemalsuan produk kerajinan
tangan. Di antara upaya tersebut adalah pemberian hak paten berbagai hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kerajinan tangan berbagai negara oleh sebuah lembaga internasional. Lembaga
ini sedikitnya telah mampu menjawab kekhawatiran produsen industri
kerajinan tangan.
Oleh karena itu, pada tahun 2001 dibentuklah hak paten yang
dikeluarkan oleh UNESCO untuk melindungi hak produsen industri kerajinan
tangan. Jelas bahwa tidak seluruh kerajinan tangan memiliki kelayakan untuk
mendapat hak paten dari UNESCO. Karena itulah lembaga ini menentukan
sejumlah kriteria dalam hal ini. Di antaranya adalah sebuah hasil kerajinan
tangan harus menjaga nilai-nilai budaya, penuh kreativitas, dan mampu
menciptakan lapangan pekerjaan. Hal lain yang patut diperhatikan adalah
bahwa hasil kerajinan tangan bukan sekedar peninggalan bersejarah dan
hiasan dinding. Karya ini diproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
dapat juga memenuhi kebutuhan manusia modern serta memberikan identitas
baru bagi mereka. Mengingat sejarah panjang dan urgensitas kerajinan tangan
di sektor budaya, sejarah dan agama bagi setiap bangsa, diharapkan metode
untuk memajukan industri ini dapat segera ditemukan sehingga kerajinan ini
mampu diproduksi secara besar-besaran.
Industri kerajinan tangan memuat begitu banyak kreativitas yang
merupakan bagian dari industri kreatif mempunyai peluang yang besar dalam
mengembangkan perekonomian Indonesia untuk lebih maju. Pengembangan
tersebut dicapai melalui pengembangan industri kerajinan tangan di daerah-
daerah yang berpotensi diseluruh Indonesia. Dalam penelitian ini, khususnya
di Kota Surakarta pengembangannya sangat diperlukan karena mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, mampu menciptakan iklim
bisnis yang positif, berbasis kepada sumber daya yang terbarukan, serta dapat
menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif
suatu bangsa. Adanya usaha semacam ini akan memberi manfaat-manfaat
ganda lainnya, seperti peningkatan income atau penghasilan yang muaranya
kepada peningkatan indeks daya beli masyarakat. Indeks daya beli masyarakat
pengrajin yang berusaha dibidang kerajinan tangan secara perlahan akan
memunculkan daerah sentra kerajinan yang pada akhirnya merupakan aset
daerah. Sentra-sentra semacam ini banyak contoh yang kita lihat seperti Sentra
Sepatu di Cibaduyut, Sentra Rotan di Plumbon Kabupaten Cirebon serta
sentra-sentra kerajinan didaerah lain seperti Surakarta, Yogyakarta dan Bali
yang lebih dikenal hingga ke mancanegara. Peran Pemerintah melalui instansi
terkait sangat diperlukan dalam ruang gerak bagi pengrajin, karena hanya
dengan memulai dari pihak pemerintah maka bisa dipastikan geliat
perkembangan kerajinan tangan akan cepat tercapai. Disamping itu, seluruh
komponen yang ada di masyarakat juga harus turut mengibarkan kepedulian
terhadap perkembangan kerajinan tangan, dari sinilah akan terjadi sinergi yang
baik dalam menggeliatkan produk kerajinan tangan. Harus diyakini benar
bahwa kerajinan produk negeri sendiri tidak akan kalah bersaing dengan
produk kerajinan negara lain. Sudah kita pahami benar bahwa negeri kita kaya
akan adat dan budaya bangsa, kaya akan sejarah bangsa dan sarat akan
keragaman yang dimiliki karena negara kita adalah negara pancasila.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Keragaman adat dan budaya akan banyak melahirkan keragaman jenis
kerajinan tangan yang bisa dikembangkan dan diperluas pangsa pasarnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi dalam
mendukung kelancaran usaha, dirasa sangat perlu untuk membentuk suatu
wadah sebagai wahana komunikasi, informasi, diskusi serta menjembatani
antara pemerintah dengan pengusaha dalam menyelesaikan permasalahan
industri. Umumnya, permasalahan tersebut meliputi masalah permodalan,
tenaga kerja terlatih, pemasaran, bahan baku, teknologi, dan lain-lain. Suatu
wadah yang akan menampung aspirasi pengusaha untuk disampaikan kepada
pemerintah melalui instansi terkait.
Potret kerajinan tangan di Kota Surakarta dapat dilihat dari aktivitas
kerajinan tangan yang telah menghasilkan produk-produk yang sangat banyak
dan beragam, di antaranya adalah produk kerajinan tangan yang berbahan
kulit, batok kelapa, bambu, kulit telur, lilin, jagung (klobot atau kulit jagung),
bulu ayam (shuttle cock), logam, bebatuan akik, anyaman bambu, karet,
keramik, kertas koran, botol air mineral bekas, limbah kaca, rotan, kain flanel,
kain lurik, gabus, limbah plastik, mika, tanah liat, dan lain-lain. Dari berbagai
barang tersebut dapat dibentuk berbagai barang yang berupa gerabah, piring,
gelas, kompor, hiasan dinding, alat musik, topeng, wayang kulit, lampu, tas,
tempat handphone, sandal, pakaian, blangkon, scarf, gantungan kunci, dan
sebagainya. Produk-produk kerajinan tangan tersebut di samping untuk
memenuhi permintaan lokal juga telah dipasarkan ke beberapa wilayah di
Indonesia dan mancanegara. Selain “mengangkat” nuansa budaya asli, produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kerajinan tangan Surakarta juga mempunyai nilai seni tinggi sehingga banyak
diminati para turis mancanegara. Makin berkembangnya pasar produk-produk
kerajinan ini menjadi pendorong tumbuhnya sektor informal di Kota
Surakarta.
Surakarta mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan
industri kerajinan tangan. Dari uraian di atas, kita semakin yakin akan manfaat
dan peluang yang prospektif dari industri kerajinan tangan yang bisa kita
rasakan. Banyak sekali produk kerajinan tangan yang bersifat produk
fungsional yang sangat menarik dan tidak kalah dengan produk negara lain.
Produk kerajinan tangan Surakarta adalah juga produk yang mempunyai daya
jual dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai produk cinderamata
Indonesia yang berdaya saing. Hal ini ditinjau dari tersedianya tenaga kerja
yang terampil dan bahan baku yang tersedia. Industri kerajinan tangan sampai
saat ini masih dapat diunggulkan baik dari segi desain maupun mutunya.
Industri kerajinan tangan di Kota Surakarta telah mampu menembus pasar
Internasional, sehingga dapat menambah pendapatan daerah. Fenomena
tersebut memotivasi penulis untuk mengangkat masalah ini menjadi suatu
penelitian dengan judul : STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI
KERAJINAN TANGAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B. Perumusan Masalah
Untuk memberikan pedoman yang jelas dalam arah penelitian dari
latar belakang yang diuraikan, maka beberapa masalah yang akan diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur pasar dari industri kerajinan tangan dilihat dari tingkat
pendapatan ?
2. Bagaimana kinerja dari industri kerajinan tangan dilihat dari tingkat
rentabilitas ekonomi dan profit margin ?
3. Bagaimana hubungan antara struktur pasar dengan kinerja dari industri
kerajinan tangan di Kota Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui struktur pasar dari industri kerajinan tangan di Kota
Surakarta dilihat dari tingkat pendapatan.
2. Untuk mengetahui kinerja dari industri kerajinan tangan di Kota Surakarta
dilihat dari tingkat rentabilitas ekonomi dan profit margin.
3. Untuk mengetahui hubungan antara struktur pasar dengan kinerja dari
industri kerajinan tangan di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi Akademisi
Untuk menambah pengetahuan dan informasi, serta sebagai bahan
referensi untuk melengkapi penelitian-penelitian lebih lanjut tentang
industri kreatif khususnya di bidang kerajinan tangan
2. Bagi Pemerintah Daerah
Merupakan bahan masukan bagi pemerintah Kota Surakarta dalam
merumuskan kebijakan pembangunan sektor industri, khususnya subsektor
industri kerajinan tangan.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan tambahan wawasan bagi masyarakat khususnya bagi
pengusaha kerajinan tangan dalam menyikapi kemungkinan timbulnya
permasalahan dan pengambilan kebijakan dalam peningkatan pendapatan
usahanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Industri
Analisis industri adalah upaya memanfaatkan peluang bisnis dan
mengidentifikasikan cara mendapatkan keuntungan jangka panjang.
Tujuan analisis industri adalah meramalkan perilaku para pesaing, baik
lama maupun baru yang akan masuk ke pasar, pengembangan produk,
metode dan teknologi baru, serta pengaruh pembangunan dan
perkembangan pada industri yang berhubungan. Lebih lanjut, dasar
analisis industri adalah masalah efisiensi (Mudrajad, 2007 : 36).
Industri adalah suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak
pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengubah
bahan baku dengan mesin atu kimia atau dengan tangan menjadi produk
baru, atau mengubah barang- barang yang kurang nilainya menjadi barang
yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk mendekatkan produk
tersebut pada konsumen akhir (Badan Pusat Statistik, 2003 : 32).
Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang
menghasilkan produk sejenis di mana terdapat kesamaan dalam bahan
baku yang digunakan, proses, bentuk akhir, dan konsumen akhir. Dalam
arti yang lebih luas, industri dapat didefinisikan kumpulan perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang (cross
elasticities of demand) yang positif dan tinggi (Mudrajad, 2007 : 167).
Pengertian industri dapat dalam lingkup makro maupun mikro.
Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang
mempunyai sifat yang saling mengganti secara erat. Dari segi
pembentukan pendapatan, yakni yang cenderung bersifat makro, industri
adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah (Hasibuan, 2003
: 12).
Ekonomi industri maupun organisasi industri merupakan
kelanjutan dari teori ekonomi mikro yang membahas mengenai variabel-
variabel seperti harga, upah, ongkos produksi, perilaku perusahaan atau
industri dan perilaku konsumen. Ekonomi industri mempunyai subyek
masalah tentang perilaku dari perusahaan dalam industri. Mempelajari
mengenai kebijakan perusahaan yang mengikuti rival dan customers
mereka (termasuk harga, iklim dan penelitian-pengembangan). Serta
mempelajari kompetitif di dalam pasar (Martin, 1993 : 1).
Moch Sadli dan Endang W (2000 : 9) menyatakan bahwa kata
industri mempunyai tiga pengertian, yaitu :
a. Kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang memproduksi suatu
barang yang serupa.
b. Perusahaan-perusahaan yang memakai bahan mentah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai proses
produksi yang sama.
Dari beberapa pengertian industri yang telah dikemukakan di atas,
diambil suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya industri merupakan suatu
unit usaha yang melakukan kegiatan yang bersifat ekonomi yang merubah
barang atau jasa yang pada akhirnya dapat menghasilkan barang atau jasa
yang lebih bernilai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau
konsumen.
Tujuan dari mempelajari ekonomi industri adalah mengembangkan
suatu alat guna menganalisis proses pasar dan dampaknya terhadap kinerja
ekonomi (Mudrajad, 2007 : 153). Subyek utama ekonomika industri
adalah perilaku perusahaan dalam industri. Sulit memisahkan peranan
ekonomi mikro dalam analisis ekonomi industri. Kendati demikian,
perbedaan antara analisis ekonomi mikro dan industri setidaknya dapat
dilihat dari (Martin, 1994 : 1-2): Pertama, fokus analisis ekonomi mikro
adalah struktur pasar yang sederhana, yaitu persaingan dan monopoli,
sedangkan ekonomi industri menitikberatkan pada oligopoli, jenis industri
yang lebih sering dijumpai dalam realitas. Kedua, yang lebih fundamental
adalah ekonomi industri membahas bagaimana kebijakan pemerintah
terhadap dunia bisnis. Kebijakan pemerintah termasuk regulasi, perijinan,
kepemilikan publik atau negara, dan kebijakan tentang antimonopoli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Jenis Industri
Penggolongan industri dengan pendekatan besar kecilnya skala
usaha dilakukan oleh beberapa lembaga dengan kriteria yang berbeda-
beda. Untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri
(industrialisasi), serta berkaitan dengan administrasi Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, industri di Indonesia digolong-golongkan
berdasarkan hubungan arus produknya menjadi (Dumairy, 1997 : 232) :
a. Industri hulu, yang terdiri atas Industri kimia dasar dan Industri mesin,
logam dasar dan elektronika.
b. Industri hilir, yang terdiri atas : Aneka industri dan Industri kecil.
Departemen Perindustrian menggolongkan industri menjadi
Industri Kecil dan Industri Menengah. Aset pada industri kecil lebih kecil
dari Rp200 Juta diluar tanah dan bangunan. Omset tahunan lebih kecil dari
Rp1 milyar. Sedangkan Industri Menengah (Konsensus Depperindag-
BPS), omset penjualan antara Rp 1 milyar hingga Rp 50 milyar.
Klasifikasi industri kecil menurut Departemen Perindustrian adalah
sebagai berikut (Dirjen Industri Kecil 1985 : 10) :
a. Industri Kecil Modern
Industri kecil modern meliputi industri kecil sebagai berikut :
1) Menggunakan teknologi proses madya.
2) Tergantung pada dukungan litbang dan usaha-usaha kerekayasaan.
3) Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah
dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan model lainnya.
5) Industri kecil modern mempunyai akses untuk menjangkau sistem
pemasaran yang lebih berkembang baik di pasar domestik maupun
di pasar ekspor. Jumlah industri kecil modern mencapai 5% dari
jumlah total industri kecil di Indonesia.
b. Industri Kecil Tradisional
Jumlah industri kecil tradisional di Indonesia adalah 75% dari
jumlah total industri kecil yang ada. Industri kecil tradisional
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Teknologi proses yang digunakan secara sederhana.
2) Teknologi pada bantuan UPT yang disediakan oleh Departemen
Perindustrian sebagai bagian dari program bantuan teknis kepada
industri kecil.
3) Alat perlengkapan dan mesin yang digunakan relatif sederhana.
4) Lokasinya di daerah pedesaan.
c. Industri Kecil Kerajinan
Industri kecil kerajinan atau seni kriya adalah usaha pembuatan
barang-barang dari bahan-bahan mentah dengan sifat utama tenaga
buruh yang diupah atau digaji. Industri ini disebut juga sebagai cottage
industry, yaitu suatu proses produksi dari perusahaan kecil yang dalam
pembuatannya lebih mengandalkan metode keterampilan tangan (hand
made) daripada menggunakan alat-alat mekanik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Kerajinan Tangan
Kerajinan tangan disebut juga sebagai seni kriya, adalah seni
kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan
artistik dan keindahan.
Seni kriya atau kerajinan tangan sebaiknya memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Made Berata, 2008) :
a. Utility atau aspek kegunaan
Yaitu seni kriya atau kerajinan tangan harus memiliki kegunaan
sebagai : Security, (jaminan tentang keamanan orang menggunakan
barang-barang itu), Comfortable (nyaman tidaknya suatu barang
digunakan) barang yang nyaman digunakan disebut barang terap.
Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang
tinggi. Flexibility (keluwesan penggunaan). Barang-barang seni kriya
adalah barang terap yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau
terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan dan
keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam
penggunaannya.
b. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun nyamannya dipakai jika tidak
enak dipandang maka pemakai barang itu tidak akan merasa puas.
Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman, dan kepuasan bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi
menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
Fungsi dan tujuan pembuatan seni kriya atau kerajinan tangan
adalah :
a. Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan
fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
b. Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda
pajangan atau hiasan.
c. Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan
sebagai alat permainan.
Jenis-jenis seni kriya atau kerajinan tangan di Nusantara antara
lain:
a. Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku
dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contoh :
tas, sepatu, wayang, ikat pinggang.
b. Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam
seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan
biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Contoh : pisau, barang aksesoris, kerajinan
dari besi, kerajinan dari perunggu, kerajinan dari emas, kerajianan dari
perak, dan lain-lain.
c. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu
yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
biasanya digunakan adalah : kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka
dan lain-lain. Contoh : mebel, relief, topeng.
d. Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan
rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang,
enceng gondok, dan lain sebagainya. Contoh : topi, tas, keranjang.
e. Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan
proses teknik tulis atau teknik cetak.
f. Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan
baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijat,
butsir, pilin, pembakaran, dan glasir) sehingga menghasilkan barang
atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contoh : gerabah, piring,
gelas, vas, pot.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 menetapkan bahwa usaha
kecil yang didalamnya terdapat industri kecil dan kerajinan adalah suatu
unit usaha yang mempunyai nilai aset netto (tidak termasuk tanah dan
bangunan) yang tidak melebihi Rp200 juta, atau penjualan per tahun tidak
lebih besar dari 1 milliar. Sedangkan, menurut Instruksi Presiden Nomor
10 Tahun 1999 nilai aset netto (diluar tanah dan gedung) yang dimiliki
oleh suatu pengusaha kecil dan menengah antara Rp200 juta sampai Rp.
10 milliar (Tulus Tambunan, 2002 : 49).
Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan industri
pengolahan dalam dua subsektor yaitu industri pengolahan non migas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pengilangan minyak bumi. Industri pengolahan non migas dibedakan atas
industri besar dan sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga.
Perajin sendiri menurut definisi Umar Kayam adalah mereka yang
memiliki suatu ketrampilan khusus yang didapatkan dari penyampaian
secara turun-temurun lewat nenek moyangnya atau yang diperoleh melalui
proses sosialisasi dai lingkungan budayanya.
4. Permasalahan Industri Kerajinan di Indonesia
Tantangan utama yang dihadapi oleh industri nasional saat ini
adalah kecenderungan penurunan daya saing industri di pasar
internasional. Penyebabnya antara lain adalah meningkatnya biaya energi,
ekonomi biaya tinggi, penyelundupan, serta belum memadainya layanan
birokrasi.
Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil
adalah : Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan
memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan
dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber
permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen
sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama
antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha
yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam,
pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil (Mudrajad
Kuncoro, 2000 : 8).
Industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi
dalam penyerapan tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai
keterbatasan yang masih belum dapat diatasi dengan tuntas sampai saat ini.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKM adalah sulitnya
mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang
siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya
kemampuan akses informasi untuk membaca peluang pasar serta
menyiasati perubahan pasar yang cepat.
Sedangkan permasalahan industri kecil dan kerajinan rumah tangga
meliputi (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 14) :
a. berkaitan dengan perihal kesempatan kerja yang secara asasi
merupakan landasan perkembangan terpenting bagi industri kecil
Indonesia. Dalam hubungan ini pembahasan berkisar pada upaya
mendeteksi dan memahami kontribusi dari sektor industri di Indonesia
terhadap penyelesaian masalah kesempatan kerja dengan tekanan
utama pada penganalisaan terhadap subsektor Industri kecil dan
kerajinan rumah tangga.
b. penelaahan terhadap sifat dasar dari industri kecil yang pada
hakekatnya bersifat informal dan tidak terorganisasi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5. Pengembangan Industri Kerajinan di Indonesia
Pemberian pelatihan melalui pelatihan industri kerajinan perlu
digalakkan pemerintah dan dunia pendidikan seperti universitas. Bentuk
pelatihan berupa pelatihan keterampilan dan manajemen perusahaan
profesional sangat penting untuk mempertahankan kondisi pengusaha-
pengusaha di industri kerajinan. Perlu dibentuknya asosiasi pengusaha
industri kerajinan untuk memperkuat usaha ini sebagai salah satu bentuk
usaha baru yang menekankan kepada inovasi dan kreativitas
pengusahanya. Industri kerajinan berdasarkan seni yang memang dimiliki
masyarakat muda Indonesia merupakan suatu bentuk inovasi baru di saat
terengah-engahnya industri-industri besar di Indonesia saat ini.
Kebijakan terintegrasi yang harus dibuat antara lain melindungi
kreativitas anak-anak muda Indonesia ini dengan memberi kemudahan
untuk mendaftarkan kreativitasnya sebagai hak cipta yang kelak boleh
dipasarkan secara massal. Kebijakan terintegrasi ini bukan hanya untuk
sektor manufaktur kecil dan menengah seperti distro dan clothing, tetapi
juga sektor industri musik indie dan juga sektor seni murni seperti lukisan,
industri kerajinan berdasarkan lingkungan seperti seni merangkai barang-
barang bekas, dan industri lain yang memiliki basis inovasi dan kreativitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Struktur Pasar
1. Pengertian dan Bentuk Pasar
Pengertian pasar menurut kajian Ilmu Ekonomi memiliki
pengertian yaitu pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara
permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang atau
jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga
keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.
Terdapat tiga elemen pokok dalam struktur pasar, antara lain :
a. Pangsa pasar (market share)
Pangsa pasar adalah persentase pendapatan perusahaan dari
total pendapatan industri yang dapat diukur dari 0 persen hingga
100 persen (Jaya, 2001). Semakin tinggi pangsa pasar, semakin
tinggi pula kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan tersebut.
Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang tinggi akan
menciptakan monopoli yang mengejar keuntungan semaksimal
mungkin. Apabila setiap perusahaan pangsa pasarnya rendah maka
akan tercipta persaingan yang efektif.
b. Konsentrasi pasar (market concentration),
Dalam wikipedia, konsentrasi pasar dapat diartikan sebagai
fungsi dari jumlah perusahaan dan saham masing-masing dari total
produksi (alternatif, kapasitas total atau total cadangan di pasar).
Konsentrasi pasar berkaitan dengan konsep konsentrasi industri,
yang menyangkut distribusi produksi dalam suatu industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry).
Pengertian struktur pasar pada hakekatnya adalah
penggolongan produsen ke beberapa bentuk pasar berdasarkan
kepada ciri-ciri seperti : (i) jenis barang yang dihasilkan, (ii)
banyaknya perusahaan dalam industri, (iii) mudah tidaknya keluar
atau masuk ke dalam industri, dan (iv) peran iklan dalam kegiatan
industri (Sukirno, 1985 : 181).
Analisis ekonomi membedakan struktur pasar dalam empat
jenis pasar, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar
persaingan monopolistik dan pasar oligopoli.
a. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar Persaingan Sempurna adalah pasar dimana terdapat
banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual maupun pembeli
tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar (Sukirno, 1985 : 181-
182). Pasar Persaingan Sempurna merupakan struktur pasar yang
paling cocok, karena menjamin terwujudnya kegiatan
memproduksi barang dan jasa yang tinggi efisiensinya.
Ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna adalah :
1) Setiap perusahaan adalah price taker, berarti setiap perusahaan
yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau merubah
harga pasar.
2) Terdapat banyak penjual dan pembeli di pasar
3) Produk yang dihasilkan berbagai perusahaan adalah sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4) Terdapat kebebasan bagi perusahaan untuk keluar masuk pasar
5) Para pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang
keadaan di pasar.
Pada pasar yang bersaing sempurna terdapat kebebasan
keluar masuk dalam pasar atau industri. Seorang produsen yang
memandang bahwa dalam pasar suatu produk menguntungkan, ia
bebas memasuki pasar tanpa ada rintangan apapun. Tantangan
yang dihadapi adalah harus berani bersaing. Jika keuntungan yang
diperoleh merupakan keuntungan yang cukup baik menurut
pandangan mereka, maka mereka tetap dalam pasar.
Sebagai implikasi adanya kebebasan keluar masuk pasar
atau industri, adalah adanya kebebasan untuk mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang dimiliki (modal, tenaga kerja, dan
sebagainya). Dalam pasar persaingan sempurna tidak diperlukan
promosi, karena penjual dan pembeli relatif banyak.
Harga bagi produsen dalam pasar yang bersaing secara
sempurna merupakan kesepakatan yang harus diterima oleh penjual
atau pembeli. Namun harga juga perupakan petunjuk bagi produsen
untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki.
b. Pasar Monopoli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Struktur pasar yang sangat bertentangan dengan pasar
persaingan sempurna adalah pasar monopoli. Pasar monopoli
adalah pasar dimana terdapat hanya seorang penjual saja (Sukirno,
1985 : 183). Keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan monopoli
adalah keuntungan murni dan diperoleh karena terdapat hambatan
yang sangat kuat karena terdapat perusahaan lain yang ingin
memasuki industri tersebut.
1) Timbulnya Monopoli:
a) Investasi yang sangat besar untuk mendirikan perusahaan.
Bagi negara-negara yang sudah berkembang perusahaan
swasta dapat melakukan investasi yang besar untuk
membangun infrastruktur. Bagi negara-negara yang
berkembang monopoli dilakukan oleh pemerintah karena
pihak swasta tidak mampu melaksanakan investasi yang
jumlahnya cukup besar.
b) Karena adanya lisensi dari pemerintah, atau ditunjuk oleh
pemerintah, hak paten suatu temuan baru.
c) Pengendalian bahan baku. Penguasaan bahan untuk
memproduksi suatu barang oleh suatu perusahaan
menjadikan perusahaan yang menguasai bahan tersebut
sebagai monopolist.
d) Pembuatan merk untuk para pesaing keluar dari pasar.
2) Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a) Hanya terdapat satu penjual di pasar
b) Dapat menentukan harga (price maker) karena hanya ada
satu penjual
c) Barang yang dihasilkan oleh pasar monopoli tidak dapat
digantikan oleh barang lain
d) Adanya hambatan bagi perusahaan baru untuk memasuki
industri
e) Usaha mempromosikan penjualan secara iklan kurang
diperlukan
c. Pasar Persaingan Monopolistis
Pasar Persaingan Monopolistis adalah suatu pasar dimana
terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda
corak (differentiated product). Pasar persaingan monopolistis pada
dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis pasar yang
ekstrim, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli,
sehingga mempunyai unsur-unsur sifat pasar monopoli dan unsur-
unsur sifat pasar persaingan sempurna (Sukirno, 1985 : 184).
1) Unsur persaingan:
a) Unsur persaingan karena produsen banyak
b) Kemudahan untuk memasuki pasar
2) Unsur Monopoli:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a) Adanya perbedaan produk yang dihasilkan antara produsen
satu dengan produsen yang lain dalam bentuk kualitas,
kemasan, model atau bentuk
b) Ada kekuatan untuk mengatur harga pasar
Ciri-ciri dari pasar persaingan monopolistis adalah :
a) Terdapat cukup banyak penjual, namun tidak sebanyak
seperti pada pasar persaingan sempurna
b) Barang produksinya berbeda corak (differentiated product)
sehingga secara fisik mudah dibedakan dengan produksi
perusahaan lainnya
c) Perusahaan dalam persaingan monopolistis dapat
mempengaruhi harga, namun pengaruhnya relatif kecil jika
dibandingkan dengan perusahaan oligopoli dan monopoli.
d) Hambatan untuk memasuki pasar relatif mudah
e) Karena produksi terdiferensiasi maka para pengusaha tidak
melakukan persaingan harga melainkan dalam melakukan
perbaikan mutu dan desain barang dengan melakukan
kegiatan iklan yang terus-menerus.
d. Pasar Oligopoli
Pasar Oligopoli adalah suatu pasar dimana terdapat
beberapa produsen yang menghasilkan barang-barang yang saling
bersaingan. Dalam pasar oligopoli, kegiatan suatu perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sangat dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan lainnya di dalam
industri yang sama (Sukirno, 1985 : 186).
1) Timbulnya Oligopoli
a) Adanya produsen yang beroperasi dengan skala besar,
sehingga hanya diperlukan hanya beberapa produsen saja
b) Investasi yang besar untuk masuk dalam industri
c) Hak paten
d) Mempunyai hubungan khusus dengan pelanggan
e) Menguasai dan mengawasi pasar
f) Ditunjuk oleh pemerintah
2) Ciri-ciri dari pasar oligopoli adalah :
a) Jumlah perusaahaan hanya terdiri dari sekelompok kecil
perusahaan yang mendominasi pasar
b) Barang yang diproduksi adalah barang standart atau barang
yang terdiferensiasi.
c) Kekuasaan dalam menentukan harga ada kalanya lemah dan
ada kalanya sangat kuat. Hal ini tergantung dari ada
tidaknya kerjasama diantara perusahaan-perusahaan di
pasar oligopoli
d) Terdapat hambatan yang cukup kuat yang menghalangi
perusahaan baru untuk memasuki pasar
e) Iklan sangat penting untuk menarik pembeli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam penelitian Sulistyawati (2006), Joe S Bain membuat
batasan jumlah perusahaan yang menguasai beberapa bagian pasar dan
menggolongkannya menjadi beberapa tipe oligopoli :
1) Tipe I
Tipe ini adalah tipe oligopoli penuh atau tingkat konsentrasi
sangat tinggi. Pada tipe I ini 3 perusahaan terbesar menguasai sekitar
87% dari total penawaran output ke suatu pasar atau 8 perusahaan
terbesar menguasai 99% total penawaran output.
2) Tipe II
Tipe ini merupakan tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi
tinggi. Pada tipe II ini empat perusahaan terbesar menguasai 65%-75%
penawaran output, delapan perusahaan tebesar menguasai 85%-90%
penawaran output atau 20 perusahaan terbesar menguasai 95%
penawaran output.
3) Tipe III
Tipe ini merupakan tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi
moderat tinggi. Pada tipe ini empat perusahaan terbesar menguasai
sekitar 50%-65% penawaran output atau 20 perusahaan terbesar
menguasai 95% penawaran output.
4) Tipe IV
Tipe ini merupakan tipe oligopoli dengan tingkat konsentrasi
moderat rendah. Pada tipe ini empat perusahaan terbesar menguasai
sekitar 38%-50% penawaran output, delapan perusahaan terbesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menguasai sekitar 65% atau 20 perusahaan terbesar menguasai sekitar
70% penawaran output.
2. Unsur-unsur Struktur Pasar
Unsur-unsur struktur pasar adalah :
a. Jumlah dan Ukuran Distribusi Penjual
Dalam pasar persaingan sempurna terdapat banyak penjual dan
pembeli yang tidak satupun diantara mereka yang dapat mempengaruhi
harga. Industri yang kompetitif akan mempengaruhi efisiensi,
sementara pasar-pasar monopoli hanya terdapat satu penjual yang
dapat membatasi output dan mempengaruhi harga yang mengakibatkan
beberapa konsumen tidak mampu membeli output tersebut.
b. Jumlah dan Ukuran Distribusi Pembeli
Terdapat suatu teori yaitu Countervailling Power, inti dari teori
ini adalah konsentrasi sebagian dari pasar akan menyeimbangkan
konsentrasi dari sebagian pasar lain. Ketika jumlah penjual yang
sedikit tawar-menawar dengan sejumlah kecil pembeli, akan terdapat
kesulitan bagi penjual untuk menetapkan harga di dalam pasar.
c. Pangsa Pasar
Pangsa pasar menunjukkan presentase dari pangsa suatu
perusahaan dan seluruh total penjualan industri, dari pangsa pasar
diurutkan dari nol sampai seratus persen. Pangsa pasar adalah suatu
indikator penting untuk mengukur kekuatan monopoli dan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sumber keuntungan bagi preusahaan. Terdapat hubungan antara pangsa
pasar masing-masing perusahaan dengan tingkat keuntungan.
Hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rate of return = a + b market share
Dimana a adalah rate of return, yang berkompetisi dan b adalah
kemiringan garis. Nilai a menunjukkan biaya modal perusahaan yang
dibayar kepada investor sebagai ganti opportinity cost. Tingkat
keuntungan di atas a, diperoleh karena pangsa pasar meningkat
ditunjukkan dengan kemiringan b yang tinggi, sehingga
menguntungkan perusahaan (Shephered, 1997 : 71-73).
d. Konsentrasi
Konsentrasi adalah pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan
besar, biasanya diambil empat perusahaan terbesar. Konsentrasi secara
langsung menunjukkan tingkat oligopoli (Shephered, 1997 : 73).
Konsentrasi dapat diartikan sebagai proses pangsa pasar yang dikuasai
oleh perusahaan relatif terhadap pasar total. Pada prinsipnya,
konsentrasi tidak disebabkan oleh faktor kebetulan, tetapi karena
adanya kekuatan yang permanen yang terletak di belakang konsentrasi
yang biasanya tidak berubah dari waktu ke waktu. Konsentrasi juga
menunjukkan tingkat produksi dari pasar atau industri yang hanya
terfokus pada satu atau beberapa perusahaan terbesar (Hasibuan, 1993
: 106).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Ada bermacam-macam ukuran tentang konsentrasi industri
seperti andil beberapa perusahaan terbesar, Kurva Lorenz, Angka Gini,
dan berbagai indeks lainnya. Pengukuran dengan indeks konsentrasi
antara lain adalah Indeks Lerner, Indeks Bain dan Indeks Herfindahl.
Bahkan seperti telah dikemukakan dalam teori ekonomi Mikro, angka
elastisitas pun dapat digunakan sebagai pengukur (Hasibuan, 1993 :
106-107).
1) Andil perusahaan
Dalam metode ini, untuk mengukur konsentrasi industri,
penggunaan share perusahaan di dalam suatu industri merupakan
bagian dari struktur pasar yang akan diketahui.
2) Kurva Lorenz
Tingkat konsentrasi industri dapat juga diukur dengan
kurva Lorenz. Dalam Kurva Lorenz, sumbu vertikal (y) adalah
jumlah kumulatif kinerja pasar yang dikuasai oleh industri,
sedangkan sumbu horisontal (x) merupakan presentase kumulatif
andil (proporsi) perusahaan di pasar dari yang terkecil hingga yang
terbesar.
Dalam kenyataannya, kurva Lorenz untuk beberapa industri
memang mengindikasikan adanya kesenjangan antara ukuran-
ukuran perusahaan. Ukuran ringkas dari kesenjangan yang
diindikasikan oleh Kurva Lorenz dapat dihitung dengan
menggunakan koefisisen Gini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Semakin tinggi tingkat kesenjangan maka dapat
menunjukkan bahwa struktur pasar tidaklah kompetitif. Kelemahan
dari Angka Gini adalah tidak memperhitungkan jumlah perusahaan
dalam industri.
3) Indeks Lerner
Indeks Lerner mengukur kekuatan monopoli yang terdapat
pada pasar. Pengertian monopoli dalam hal ini bersifat relatif, tidak
mengukur secara langsung. Rumus dari Indeks Lerner adalah :
PMCPL −
=
P adalah tingkat harga produk yang dihasilkan, MC adalah
biaya marjinal dalam memproduksi barang. Nilai Indeks Lerner
adalah nol sampai dengan satu, apabila Indeks Lerner senakin
mendekati satu maka pasar akan berbentuk monopoli. Kelemahan
Indeks Lerner adalah meskipun sama-sama perusahaan monopoli
dengan skala berbeda akan tetapi nilai Indeks Lernernya sama
(Hasibuan, 2000 : 133).
4) Indeks Bain
Dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1956 (Barrier to
New Competition). Joe S.Bain membuat suatu formula perhitungan
laba. Berdasarkan batasan teoritik, laba adalah kelebihan
penghasilan dari ongkos total, yang merupakan bagian dari
pendapatan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Perhitungan laba menurut konsep akuntansi adalah
penghasilan dikurangi ongkos dan depresiasi, tetapi Bain
menghitung lagi nilai investasi dari pemilik perusahaan (V), dan
tingkat bunga yang berlaku. Jadi batasan laba secara ekonomis
menurut Bain adalah R-C-D-iV. R adalah Revenue; C adalah
ongkos pada tahun berjalan dalam memproduksi; i adalah tingkat
bunga yang berlaku yang merupakan resiko dalam nilai investasi.
Bain mengukur tingkat keuntungan suatu industri. Tingkat
keuntungan dapat dibandingkan antara industri. Dengan demikian,
tingkat laba tidak hanya untuk satu perusahaan tetapi bersifat
agregatif dalam suatu industri yang diamati
ViVDCRIB −−−
=
Bain tidak sekedar mengukur kekuatan monopoli tetapi
juga konsentrasi industri dengan menggunakan laba sebagai salah
satu variabel kinerja. Dipublikasikan oleh Bain bahwa apabila
tingkat laba relatif tinggi, maka diperkirakan bahwa industri
tersebut mempunyai struktur pasar monopoli (Hasibuan, 2000 :
115-116).
5) Indeks Herfindahl
Indeks Herfindahl sangat sensitif terhadap andil perusahaan
yang terbesar karena semakin kecil andil yang diberikan oleh
perusahaan, maka semakin kurang berarti dalam indeks ini. Jadi
indeks ini melengkapi kekurangan dari rasio konsentrasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
hanya memberi info tentang pangsa pasar sedikit perusahaan-
perusahaan terbesar dalam industri.
C. Kinerja
Pengukuran kinerja dipandang sebagai pengukuran atas seberapa jauh
perilaku pasar barang industri menyimpang dari tujuan ekonomi. Kinerja
difokuskan pada tiga elemen pokok, yaitu efisiensi, perkembangan teknologi
dan pemerataan distribusi (Shepered, 1997 : 33-37).
1. Efisiensi
Pengertian efisiensi secara sederhana adalah menghasilkan nilai
output yang maksimum dari sejumlah nilai input tertentu. Efisiensi
digolongkan menjadi efisiensi internal dan efisiensi alokasi.
a. Efisiensi Internal
Efisinsi internal diperoleh dari pengelolaan yang baik dalam
perusahaan. Para manajer menggunakan segala macam cara untuk
memacu para pekerja, menekan segala macam biaya dan mengawasi
pelaksanaan-pelaksanaan yang menyimpang. Masalah yang terjadi
dalam efisiensi internal adalah inefisiensi-X. Inefisiensi-X adalah
merupakan suatu kondisi dimana biaya produksi yang terjadi lebih
besar dari biaya minimum yang masih mungkin dicapai oleh
perusahaan.
Tingkat Infesiensi-X = Biaya kelebihan (Excess Cost)
Biaya Minimum (Minimum Cost)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Efisiensi Alokasi
Efisiensi Alokasi menentukan kondisi ekuilibrium secara
umum. Kondisi ini terjadi pada saat output berada pada saat tingkat
dimana biaya marjinal (MC) sama dengan harga (P) dari masing-
masing produksi setiap perusahaan di dalam perekonomian secara
keseluruhan. Harga juga akan sama dengan tingakat biaya rata-rata
(AC) minimum dalam jangka panjang.
2. Perkembangan Teknologi
Inovasi merupakan sesuatu yang dinamis, karena selalu membawa
produk dan proses yang baru. Untuk mengembangkan inovasi dibutuhkan
sumber daya yang tidak sedikit dan ditandai dengan keadaan
ketidakpastian. Kriteria dasar dari perkembangan teknologi adalah sama
dengan efisiensi alokasi. Efisiensi mensyaratkan bahwa sumber daya yang
ada sekarang dicurahkan untuk mengembangkan teknologi sesuai dengan
yang diharapkan yaitu pendapatan marjinal sama dengan biaya.
3. Pemerataan Distribusi
Pemerataan distribusi meliputi tiga unsur, yaitu kekayaan,
pendapatan dan kesempatan. Kekuatan pasar menyebabkan ketidakadilan,
khususnya distribusi kekayaan pada struktur pasar dengan konsentrasi
tinggi. Dampak ketidakadilan distribusi pendapatan tercermin dari
perusahaan monopoli dan dari ukuran perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pendapatan dapat terlihat dari upah, gaji dan pembayaran bonus
kepada pekerja. Dalam perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar
mampu membayar lebih kepada pekerja. Pembayaran yang lebih dapat
diberikan pada waktu lembur.
Kekuatan monopoli biasanya mengurangi kesempatan berusaha
dan menyebabkan pengurangan jumlah perusahaan hanya tinggal menjadi
satu. Selain itu kekuatan monopoli mengurangi variasi dan tanggung
jawab perusahaan sebagai penjual kepada konsumen dan kepada pekerja
dalam hal memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (Shepered,
1997 : 130-134).
D. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Pasar
Seperti yang telah diuraikan di atas, dimana struktur pasar
mempengaruhi perilaku seperti kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
perusahaan. Perilaku tersebut pada akhirnya mempengaruhi tingkat
keuntungan dan efisiensi.
Dalam penelitian Wisnu (2004), disebutkan bahwa beberapa penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan tersebut, khususnya
antara struktur pasar dengan kinerja, seperti :
1. Konsentrasi dengan tingkat keuntungan
Berdasar penelitian Bain, menemukan hubungan antara rate of
return dengan tingkat konsentrasi. Rate of return rata-rata dari industri
yang terkonsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan industri yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
terkonsentrasi, sementara Leonard Weiss mendapatkan hubungan positif
antara keuntungan dengan produk dari industri konsentrasi tinggi dan
hambatan masuk yang tinggi.
2. Konsentrasi dengan tingkat harga
Menurut Stigler dan Chamberlin menyatakan bahwa kolusi yang
efektif, yang diukur dari price-cost margins, akan meningkat dengan
konsentrasi. Perbedaan antara harga dan biaya untuk rata-rata produksi
akan tinggi di pasar monopoli daripada di pasar persaingan sempurna.
Sejumlah peneliti melihat hubungan antara rasio konsentrasi dengan price-
cost margins di pasar, dimana price-cost margins lebih tinggi di dalam
industri yang terkonsentrasi daripada industri yang tidak terkonsentrasi.
3. Konsentrasi dengan perubahan teknologi
Penelitian yang menyangkut hubungan konsentrasi dengan
perubahan teknologi dilakukan oleh Stigler dan Philips. Stigler
menunjukkan adanya hubungan yang berkebalikan antara konsentrasi
dengan peningkatan produktivitas sementara Philips menemukan
hubungan yang positif. Hal ini dikarenakan Stigler menggunakan metode
firm concentration ratio, sedang Philips menggunakan plant concentration
ratio.
Hubungan antara struktur pasar dan kinerja pasar dilihat dari
hubungan rasio konsentrasi semua industri kerajinan tangan atas variabel
pendapataan dengan kinerja kerajinan tangan yang diwakili oleh
Rentabilitas Ekonomi dan Profit Margin untuk menganalisis hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
antara struktur dan kinerja menggunakan metode koefisien korelasi.
Koefisien korelasi merupakan ukuran besar kecilnya atau kuat lemahnya
suatu hubungan antara variabel-variabel apabila bentuk hubungan tersebut
linier. Dalam analisis korelasi, dua variabel diperlakukan secara simetris,
tidak ada perbedaan antara variabel yang menerangkan. Metode koefisien
korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment :
r = ))(( 22∑ ∑
∑YiXi
XiYi
r = [ ][ ]∑∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−2222 )()(
))((
YiYiNXiXiN
YiXiXiYiN
Keterangan ,
r = koefisien korelasi sample
X = variabel struktur industri kerajinan tangan di Kota Surakarta
Y = variabel kinerja industri kerajinan tangan di Kota Surakarta
N = jumlah industri kerajinan tangan
Apabila r mendekati 1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat,
sebaliknya apabila r mendekati nol maka hubungan lemah atau tidak ada
hubungan. Apabila r sama dengan 1 atau -1, berarti terdapat hubungan
yang positif sempurna.
Beberapa sifat r adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995 : 46-47) :
1. r dapat positif atau negatif, tandanya tergantung pada tanda faktor
pembilang, yang mengukur kovariansi sample kedua variabel.
2. Terletak antara batas -1 dan +1, yaitu -1 ≤ r ≤ 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Sifat dasarnya simetris, yaitu koefisisen korelasi antara X dan Y (r xy )
sama dengan koefisien korelasi antara Y dan X (r yx ).
4. Tidak tergantung pada titik asal (origin) dan skala.
5. Apabila ada X dan Y bebas secara statistik, koefisien korelasi antara
keduanya 0 (nol), tetapi kalau r = 0, ini tidak berarti kedua variabel
adalah bebas. Dengan kata lain, korelasi nol tidak perlu berarti
kebebasan.
6. r hanyalah hubungan linier atau ketergantungan linier saja, tidak
mempunyai arti untuk menggambarkan hubungan non linier.
7. Meski r adalah hubungan linier antara dua variabel, tetapi tidak perlu
berarti adanya hubungan sebab akibat.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan untuk menunjukkan arah penyusunan
penelitian dan mempermudah dalam menganalisa masalah yang dihadapi,
maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran
tahap-tahap penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Kinerja Rentabilitas Ekonomi
Profit Margin
Struktur Pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Keterangan :
Analisis yang digunakan dalam Ekonomi Industri adalah pendekatan
Struktur, Perilaku dan Kinerja. Hubungan antara Struktur, Perilaku dan
Kinerja sangat berkaitan dimana ketiganya saling mempengaruhi satu sama
lain. Bentuk struktur pasar akan mempengaruhi perilaku dari perusahaan dan
selanjutnya perilaku akan mempengaruhi kinerja. Kinerja pada akhirnya juga
akan kembali mempengaruhi bentuk struktur pasar dan perilaku.
Struktur industri kerajinan tangan dihitung berdasarkan variabel
pendapatan dengan menggunakan rasio konsentrasi dan Indeks Herfindahl.
Sedangkan untuk mengetahui kinerja industri kerajinan tangan dapat dilihat
dari tingkat profitabilitas dengan menggunakan perhitungan Rentabilitas
Ekonomi dan Profit Margin.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan anggapan sementara yang masih memerlukan
pengujian. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan, maka penulis mengajukan hipotesis yang akan diuji
kebenarannya sebagai berikut :
1. Diduga struktur pasar dari industri kerajinan tangan yang dilihat dari
tingkat pendapatan merupakan industri yang terkonsentrasi dan mengarah
pada bentuk pasar oligopoli.
2. Diduga kinerja dari industri kerajinan tangan yang dilihat dari tingkat
pendapatan adalah efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3. Diduga hubungan antara struktur pasar dengan kinerja industri kerajinan
tangan di Kota Surakarta adalah signifikan.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Suryawati (2005) mengenai Struktur, Pasar dan Kinerja
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi di Provinsi DIY. Metode-metode yang
digunakan diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: analisis struktur
industri, perilaku industri, dan kinerja industri. Analisis kinerja industri
dilakukan dengan menggunakan analisis Price-Cost-Margin (PCM). Hasil
penghitungan menunjukkan bahwa perusahaan skala besar dan sedang
memproduksi sekitar 81,88 persen dari total produksi tekstil dan pakaian jadi
domestik di Provinsi DIY. Artinya, peran perusahaan skala kecil dan mikro
dan lainnya hanya tersisa sekitar 18 persen. Struktur industri tekstil dan
pakaian jadi di Provinsi DIY diproduksi oleh industri skala besar dan sedang,
sehingga pangsa untuk industri kecil, mikro dan lainnya hanya sedikit. Indeks
keterkaitan ke belakang industri tekstil dan pakaian jadi relatif tinggi, sehingga
kenaikan permintaan terhadap industri ini akan meningkatkan permintaan
sektor-sektor pemasoknya secara signifikan. Indeks keterkaitan ke depan
relatif rendah, sehingga kenaikan permintaan output sektor-sektor pengguna
tidak akan meningkatkan permintaan output industri tekstil dan pakaian jadi
secara signifikan. Industri tekstil dan pakaian jadi sangat tergantung pada
sektor-sektor pemasok inputnya. Dengan mengacu pada hasil analisis SWOT,
maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh industri tekstil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pakaian jadi di Provinsi DIY, yaitu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak
dalam investasi mesin produksi, melakukan efisiensi operasional dan strategi
pemasaran yang agresif terutama ke pasar-pasar baru, meningkatkan kualitas
produk dan layanan kepada konsumen, dan menggunakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
serta kualitas SDM.
Penelitian oleh Wisnu Yudananto (2004) dengan judul “Struktur Pasar
dan Kinerja Industri Warung Internet di Kota Surakarta” menggunakan
analisis rasio konsentrasi dan Indeks Herfindahl atas dasar variabel
pendapatan mengindikasikan bahwa struktur pasar industri warnet termasuk
oligopoli. Keuntungan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi
oleh pangsa pasar dari perusahaan tersebut dan akan menjadi lebih besar jika
perusahaan tersebut mempunyai kekuatan pasar yang semakin besar pula.
Semakin tinggi tingkat konsentrasi menunjukkan bahwa keuntungan sebagian
besar perusahaan juga semakin turun.
Penelitian oleh Cahyatiningsih (2005) dengan judul “Analisis Struktur
Pasar dan Kinerja Industri Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia
Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter (Studi Kasus tahun1992-2001)” dengan
menggunakan uji korelasi, hubungan struktur pasar menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan secara nyata antara variabel struktur pasar bank itu berdasar
asset, dana pihak ketiga, maupun kredit yang diberikan dengan variabel
kinerja, dengan menggunakan analisis paired sample t test pada tingkat
kepercayaan sebesar 95% dihasilkan kesimpulan bahwa secara rata-rata tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ada perbedaan yang signifikan pada kinerja CAR dan LDR antara sebelum dan
sesudah krisis moneter.
Terdapat beberapa alasan mengapa Ekonomi Industri penting untuk
dipelajari. Pertama, praktek-praktek struktur pasar yang semakin
terkonsentrasi dalam kegiatan bisnis telah dikenal sejak lama. Kedua, semakin
tinggi konsentrasi industri cenderung mengurangi persaingan antar perusahaan
yang kemudian membawa perilaku yang kurang efisien. Ketiga, konsentrasi
industri menimbulkan konsentrasi kekayaan yang berakibat pada
ketidakmerataan usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dengan unit analisis
penelitian terhadap pengusaha kerajinan tangan yang ada di Kota Surakarta
tahun 2010. Alasan memilih Kota Surakarta karena kontribusi industri
kerajinan tangan yang termasuk dalam sektor industri pengolahan di Kota
Surakarta terhadap PDRB meningkat dari tahun ke tahun. Selain dapat
dijangkau, peneliti juga merasa Kota Surakarta dapat mewakili fenomena yang
telah penulis kemukakan sebelumnya akan peluang dan prospektif industri
kerajinan tangan pada umumnya.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, dimana data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari
wawancara serta pengisian kuisioner oleh pengusaha kerajinan tangan. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section, artinya
data yang diambil pada tahun yang sama.
Sedangkan yang dimaksud dengan data sekunder adalah data
pendukung data primer, diperoleh dari sumber sekunder, misalnya dari
lembaga-lembaga atau instansi yang berhubungan dengan penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dengan cara mengambil data statistik yang telah ada serta dokumen-dokumen
terkait yang diperlukan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2004)
Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha kerajinan tangan
di Kota Surakarta yaitu sebanyak 60 pengusaha yang dikelompokkan
berdasarkan lokasi. Dalam pelaksanaan suatu penelitian, kadang-kadang
populasi sasaran yang hendak diteliti demikian besar jumlahnya sehingga akan
lebih praktis jika digunakan sampel daripada populasi. Namun demikian, ada
beberapa penelitian survei dalam bidang pendidikan, psikologi, dan bidang-
bidang disiplin ilmu lain yang tidak memerlukan sampel karena kecilnya
ukuran populasi yang akan diteliti (Sevilla et al, 1993 : 160). Oleh karena itu,
seluruh populasi akan digunakan dalam penelitian ini. Namun dalam
kenyataan di lapangan, dari 60 responden hanya terdapat 56 pengusaha yang
masih eksis.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. (Sugiyono, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
D. Definisi Operasional Variabel
Batasan pengertian dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Struktur Pasar
Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-
perusahaan yang terkait. Struktur pasar merupakan karakteristik dari
organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi sifat kompetisi dan
harga. Variabel struktur pasar yang digunakan meliputi :
a) Modal Usaha adalah seluruh dana yang ditanamkan ke dalam
perusahaan baik berupa kas, gedung dan dinyatakan dalam rupiah.
b) Pendapatan merupakan hasil kegiatan operasional pengusaha rata-rata
per bulan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan
dikalikan dengan harga jualnya dan diukur dalam satuan rupiah.
c) Biaya adalah seluruh pengeluaran operasional perusahaan yang diukur
dalam satuan rupiah.
d) Laba adalah selisih antara pendapatan dengan biaya operasional
selama satu bulan dan dinyatakan dalam rupiah.
2. Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan
perilaku industri. Variabel yang digunakan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a) Rentabilitas ekonomi
Yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal usaha dan
dinyatakan dalam presentase. Rentabilitas itu sendiri memiliki
pengertian menurut Riyanto (1999:35) adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dengan demikian,
tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang
tinggi pula.
b) Profit margin
Yaitu perbandingan antara laba usaha dengan pendapatan yang
diperoleh dan dinyatakan dalam presentase. Dengan adanya profit
margin maka menunjukkan kinerja perusahaan yang efisien.
E. Metode Pengolahan Data
1. Metode observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti.
2. Metode kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang dilakukan
secara sistematis, teratur dan berdasarkan pada tujuan penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi
oleh responden, dibuat dalam pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
terbuka adalah daftar pertanyaan yang tidak memberikan alternatif
jawaban kepada responden, sehingga responden bebas dalam menjawab
sejumlah pertanyaan yang diajukan peneliti. Pertanyaan tertutup adalah
jenis pertanyaan yang memberikan alternatif jawaban kepada responden,
sehingga responden dapat memilih salah satu dari berbagai alternatif
jawaban yang diberikan peneliti.
F. Metode Analisis Data
1. Pengukuran stuktur pasar
Struktur pasar berhubungan dengan karakteristik dan pentingnya
pasar tersebut di dalam perekonomian. Kondisi demikian dapat
diidentifikasikan dengan mengacu pada jumlah dan ukuran distribusi dari
penjual dan pembeli di pasar tersebut (konsentrasi pasar), batasan suatu
produk memiliki perbedaan (diferensiasi), dan tingkat kemudahan
memasuki pasar bagi perusahaan baru. Faktor-faktor di atas merupakan
karakteristik utama, yang paling umum digunakan untuk menganalisis
struktur pasar. Cara pengukuran struktur pasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a) Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio)
Concentration ratio adalah persentase dari “market share“
yang dimiliki oleh perusahaan besar (m) dalam suatu industri, dimana
m merupakan beberapa perusahaan besar yang memiliki spesifikasi
tertentu, biasanya diambil 4 perusahaan besar, tetapi jumlahnya kadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
lebih besar atau lebih kecil dari 4 . Concentration Ratio kerap kali
dinyatakan sebagai CRm, contoh : CR4.
Rasio konsentrasi : CRm = ∑=
m
iSi
1
Keterangan, CR = konsentrasi industri m perusahaan terbesar
Si = pangsa pasar perusahaan ke-i
Jadi, untuk rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar adalah :
CR4 = S1 + S2 + S3 + S4 , dimana
CR4 : rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar
S : presentase pangsa pasar suatu perusahaan
Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100 persen)
berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika
rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100 persen maka bentuk
pasarnya adalah monopoli (Jaya, 2001). Sedangkan untuk pasar
persaingan sempurna CR4 akan mendekati nilai 0 (nol), karena
perusahaan-perusahaan dengan output terbesarpun mempunyai
proporsi yang sangat kecil pada industri tersebut.
Jika CR4 mendekati nol, hal tersebut menggambarkan
persaingan industri tersebut sangat ketat atau ekstrim, artinya keempat
perusahaan tersebut tidak memiliki pangsa pasar (market share) yang
cukup signifikan. Secara umum, jika hasil CR4 kurang dari 40, maka
empat perusahaan besar tersebut memiliki kurang dari 40% market
share, yang menggambarkan bahwa industri tersebut sangat ketat
dalam persaingan, karena itu tidak ada perusahaan yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pangsa pasar yang besar. Secara ekstrim, misalkan CR1 (hanya satu
perusahaan) memiliki CR 90%, maka perusahaan tersebut
mengendalikan pasar secara efektif, hal tersebut menjadi suatu
monopoli (Mudrajad, 1980)
Nilai CR4 berada pada kisaran antara 0% sampai dengan
100%. Berdasarkan nilai CR4 dapat diidentifikasikan struktur suatu
pasar, yaitu pasar dengan konsentrasi rendah, dimana nilai CR4
dibawah 50%; pasar dengan konsentrasi sedang yang memiliki nilai
CR4 antara 50% sampai dengan 85%; dan pasar dengan konsentrasi
tinggi dengan nilai CR4 di atas 85% (Lee, 2007 : 21). Semakin tinggi
konsentrasi-konsentrasi perusahaan dalam pasar, maka semakin besar
kemampuannya untuk mengendalikan pasar sehingga semakin besar
kemampuan perusahaan untuk menentukan harga dan produknya
dalam rangka meraih laba maksimal.
b) Indeks Herfindahl
Pada perkembangannya, rasio konsentrasi dianggap memiliki
kelemahan, yaitu tidak mewakili perusahaan-perusahaan (market
share) semua perusahaan dalam industri, hal lainnya yaitu tidak
memberikan informasi tentang distribusi atas ukuran perusahaan.
Suatu contoh , jika ada perubahan yang signifikan dalam market shares
diantara beberapa perusahaan, termasuk rasionya, nilai dari CR
(Concentration Ratio) tidak akan berubah. Kemudian muncul indeks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Herfindahl-Hirschman Index (HHi), yaitu jumlah dari kuadrat pangsa
pasar untuk semua perusahaan dalam suatu industri (Mudrajad, 2007 :
156). Indeks Herfindahl atau Herfindahl-Hirschman Index (HHI)
digunakan untuk menunjukkan kondisi pangsa pasar seluruh
perusahaan dalam industri
Indeks Herfindahl : IH = 2
1∑=
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛kn
i TX
Keterangan, n = jumlah perusahaan dalam suatu industri
X= besaran absolut dari variabel yang diamati pada
perusahaan ke-i
T = jumlah keseluruhan variabel yang diukur
Dalam penelitian Suryawati (2006), tidak seperti concentration
ratio (CR), HHI akan berubah, jika ada pergeseran dalam pangsa pasar
(market share) diantara perusahaan. HHI dihitung dengan mengambil
jumlah dari kuadran atas pangsa pasar setiap perusahaan dalam suatu
industri. Contoh, hanya ada satu perusahaan dalam industri, berarti
perusahaan tersebut memiliki 100% market share, maka HHI sama dengan
10.000 (nilai maksimum dari Herfindahl-Hirschman Index). Secara
ekstrim, jika perusahaan tersebut sangat banyak, sangat kompetitif, maka
masing-masing perusahaan memiliki pangsa pasar mendekati nol sehingga
menggambarkan suatu persaingan sempurna (perfect competition). Apabila
HHI kurang dari 1000, maka menggambarkan pasar yang secara relatif
tidak terkonsentrasi. HHI antara 1000 dan 1800 mewakili suatu pasar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
terkonsentrasi secara moderat. Nilai IH berkisar antara 0 ≤ IH ≤ 1. Nilai
IH=1 apabila dalam indeks hanya ada satu perusahaan yang mengenai
pasar.
2. Pengukuran kinerja
Untuk mengukur kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat
profitabilitas ekonomi dan Profit Margin.
a. Rentabilitas Ekonomi
Menurut Riyanto (1999 : 35), rentabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dengan
demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan
penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan
berdasarkan jumlah keuntungan semata kurang tepat, sebab
keuntungan yang tinggi belum tentu disertai tingkat rentabilitas yang
tinggi pula. Untuk mengukur tingkat rentabilitas yang ada pada
perusahaan dapat dilakukan dengan bermacam–macam cara,
tergantung pada laba atau modal mana yang akan diperbandingkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas lebih penting
dibandingkan laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran
bahwa perusahan itu telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan
kekayaan modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain
menghitung rentabilitasnya. (Riyanto, 1999 : 37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Rentabilitas Ekonomi atau Return on Investment (ROI)
Rentabilitas Ekonomi (Return On Investment) adalah perbandingan
antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal pinjaman yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan
dalam presentase (%). Dalam menghitung rentabilitas ekonomi ini,
modal sendiri dan modal pinjaman dianggap sebagai satu kesatuan.
Dengan menghitung ROI ini kita dapat memperoleh gambaran
efisiensi usaha secara keseluruhan. Rentabilitas Ekonomi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Rentabilitas Ekonomi = %100xModalLaba (RE)
b. Profit Margin
Profit margin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya ROI. Profit Margin adalah perbandingan antara laba
usaha dengan pendapatan bersih, perbandingan tersebut dinyatakan
dalam bentuk persentase.
Profit Margin = %100tan
xPendapa
Laba (PM)
Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat
dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan tingkat pendapatan,
dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa perhitungan profit margin
dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang diterima. Semakin tinggi profit margin yang diterima perusahaan
berarti semakin efisien operasi perusahaan tersebut.
Setelah diketahui kinerja dari masing-masing perusahaan,
kemudian dihitung rata-rata tiap variabel untuk dianalisis apakah sudah
cukup efisien. Apabila nilai RE dan PM bernilai positif maka
dikatakan kinerja sudah efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Letak Geografis
Kota Surakarta adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah.
Kota Surakarta merupakan dataran rendah (dengan ketinggian ± 92 meter
diatas permukaan air laut) dan berada antara pertemuan sungai-sungai
Pepe, Jenes dan Bengawan Solo serta terletak di cekungan lereng
pegunungan lawu dan merapi. Secara geografis, kota Surakarta terletak di
antara 110º45’15’’-110º45’35’’ Bujur Timur dan antara 7º36’00’’-
7º56’00’’Lintang Selatan. Terletak pada jalur Jogja-Semarang sehingga
sangat strategis untuk melakukan perdagangan. Secara administratif, Kota
Surakarta berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Dati II Karanganyar dan Kabupaten Dati II
Boyolali.
Sebelah Timur : Kabupaten Dati II Sukoharjo dan Kabupaten Dati II
Karanganyar.
Sebelah Selatan : Kabupaten Dati II Sukoharjo.
Sebelah Barat : Kabupaten Dati II Sukoharjo dan Kabupaten Dati II
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta
2. Keadaan Wilayah
a. Keadaan Iklim
Di Kota Surakarta, suhu udara rata-rata berkisar antara 24,7ºC
sampai dengan 27,9ºC. Tingkat kelembaban udara berkisar antara 64
persen sampai dengan 85 persen. Pada bulan Februari terjadi hari hujan
terbanyak, yaitu sebesar 23 hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Untuk curah hujan yang terbanyak sebesar 699 mm, yang jatuh
pada bulan Oktober. Sedangkan rata-rata curah hujan saat hari hujan
terbesar juga jatuh pada bulan November, yaitu sebesar 33,1 m per hari
hujan (BPS, Surakarta Dalam Angka 2008).
b. Keadaan tanah
Keadaan wilayah Kota Surakarta secara umum adalah datar,
hanya di bagian utara dan timur yang agak bergelombang dengan
ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan air laut.
Jenis tanahnya sebagian merupakan tanah liat berpasir
termasuk Regosol kelabu dan Alluvial, di bagian utara berupa tanah
liat Grumosol serta wilayah bagian timur laut tanahnya Litosol
Mediteranian.
3. Sumber Daya Lahan
a. Luas Penggunaan Lahan
Secara administratif, Kota Surakarta mempunyai luas wilayah
kurang lebih 44,04 km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan, 51 kelurahan,
595 RW (Rukun Warga), 2.669 RT (Rukun Tetangga), dan 130.440
KK (Kepala Keluarga). Sebanyak 61,68% dari luas lahan yang ada
digunakan sebagai tempat pemukiman dan 20% digunakan untuk
kegiatan ekonomi.
Adapun lima kecamatan yang terdapat di Kota Surakarta yaitu :
Laweyan (11 Kelurahan), Serengan (7 Kelurahan), Pasar Kliwon (9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Kelurahan), Jebres (11 Kelurahan), dan Banjarsari (13 Kelurahan).
Kelurahan yang tersebar dalam lima kecamatan itu adalah :
1) Kecamatan Laweyan terdiri dari Kelurahan Pajang, Kelurahan
Laweyan, Kelurahan Bumi, Kelurahan Panularan, Kelurahan
Penumping, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Purwosari, Kelurahan
Sondakan, Kelurahan Kerten, Kelurahan Karangasem, dan
Kelurahan Jajar.
2) Kecamatan Serengan terdiri dari Kelurahan Joyotakan, Kelurahan
Danukusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Tipes, Kelurahan
Kratonan, Kelurahan Jayengan, dan Kelurahan Kemlayan.
3) Kecamatan Pasar Kliwon terdiri dari Kelurahan Joyosuran,
Kelurahan Semanggi, Kelurahan Pasar Kliwon, Kelurahan
Gajahan, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Kampung Baru,
Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Karangasem, Kelurahan
Sangkrah, dan Kelurahan Kauman.
4) Kecamatan Jebres terdiri dari Kelurahan Kepatihan Kulon,
Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan
Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan
Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Tegalharjo,
Kelurahan Jebres, dan Kelurahan Mojosongo.
5) Kecamatan Banjarsari terdiri dari Kelurahan Kadipiro, Kelurahan
Nusukan, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Stabelan, Kelurahan
Kestalan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Timuran, Kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Ketelan, Kelurahan Punggawan, Kelurahan Mangkubumen,
Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber, dan Kelurahan
Banyuanyar.
B. Aspek Demografi
1. Jumlah Penduduk Menurut Umur
Dengan melihat komposisi penduduk menurut umur di Surakarta,
dapat diketahui besarnya angka ketergantungan (Dependency Ratio) yang
ada. Angka ketergantungan menunjukan banyaknya penduduk yang
bekerja dan yang sudah tidak bekerja, yaitu menggantungkan hidupnya
baik secara ekonomi, sosial dan medis terhadap penduduk yang produktif.
Untuk mengetahui angka ketergantungan penduduk di Surakarta dapat
dilihat dengan melalui pembagian komposisi penduduk sebagai berikut :
1) Penduduk golongan usia muda (belum produktif)
2) Penduduk golongan usia kerja (usia produktif)
3) Golongan penduduk usia tua (sudah tidak produktif)
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa struktur penduduk menurut
kelompok usia produktif tertinggi pada kelompok umur 20 – 24 sebesar
57.833 jiwa atau sebesar 11,06%. Keadaan ini sangat dimungkinkan
karena Kota Surakarta merupakan basis dari pendidikan dan tenaga kerja
yang berpotensi pada usia tersebut. Penduduk usia kerja ini bisa menjadi
potensi yang cukup besar dalam ketenagakerjaan. Sedangkan presentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
terendah adalah penduduk usia 60-64 tahun atau sebesar 3,35%. Total
jumlah penduduk usia kerja mencapai 522.934 orang.
Jumlah penduduk Surakarta menurut jenis kelamin dan kelompok
umur seperti terlihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Penduduk Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2008
Kelompok Usia
Jenis Kelamin Jumlah
Presentase
(%) Laki-laki Perempuan
0 – 4 17.548 17.781 35.323 6,75 5 – 9 21.098 18.726 39.825 7,61
10 – 14 16.592 18.725 35.317 6,75 15 – 19 20.861 22.277 43.138 8,25 20 – 24 27.968 29.865 57.833 11,06 25 – 29 24.656 24.420 49.076 9,38 30 – 34 19.676 21.810 41.487 7,93 35 – 39 19.439 20.388 39.826 7,61 40 – 44 18.493 20.150 38.642 7,39 45 – 49 13.513 21.572 38.086 7,28 50 – 54 13.511 17.305 30.815 5,89 55 – 59 11.852 13.275 25.127 4,80 60 – 64 9.008 8.535 17.543 3,35
65+ 13.037 20.858 33.896 6,48 Jumlah 247.246 275.697 522.934 100
Sumber: BPS Kota Surakarta, diolah
Dalam hubungan ini muncul teori tentang beban ketergantungan
yaitu penduduk tergantung dari hasil produksi angkatan kerja atau
sebaliknya beban tanggungan yang dipikul oleh angkatan kerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup bagi penduduk secara menyeluruh. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Angka ketergantungan =
Dari hasil perhitungan dengan memasukkan angka – angka dari
tabel 4.1 kedalam rumus diatas, maka akan diperoleh angka – angka
ketergantungan sebagai berikut :
[110.465 + 33.896] : 381.573 = 0,37
Ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus
menanggung sekitar 37 orang yang tidak produktif.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Tingkat Pertumbuhan Tahun 2004-2008
Tahun Jenis Kelamin Jumlah
Penduduk Tingkat
Pertumbuhan Laki-laki Perempuan 2004 249.278 261.433 510.711 2,71 2005 250.868 283.672 534.540 4,67 2006 254.259 258.639 512.898 -4,05 2007 246.132 269.240 515.372 6,48 2008 247.245 275.690 522.935 1,47
Sumber : BPS, Surakarta Dalam Angka 2004-2008
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk
Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522.935 jiwa yang terdiri
247.245 orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 275.690 orang
penduduk berjenis kelamin perempuan. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk lima tahun sebelumnya pada tahun 2004 hasil sensus
sebesar 510.711 jiwa, berarti dalam lima tahun terakhir kota Surakarta
mengalami kenaikan sebanyak 12.224 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi
dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa Tengah
Kota Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan
berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah. Tingkat
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006-2007 yaitu sebanyak
6,48%.
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Banyaknya jumlah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan
mata pencahariannya dapat dilihat melalui tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Banyaknya Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kota Surakarta Tahun 2008
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Petani Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS / TNI/ POLRI Pensiunan Lain-lain
456429
7.95470.03462.75932.37415.77626.42422.683
162.290
0,11 0,11 1,98
17,46 15,64 8,07 3,93 6,59 5,65
40,45 Jumlah 401.179 100
Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008, diolah
Jumlah penduduk di Kota Surakarta yang bermata pencaharian
terbanyak adalah Lain-lain, sebanyak 162.290 orang atau sebesar 40,45%.
Mata pencaharian terbanyak kedua adalah Buruh Industri, yaitu sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
70.034 orang atau sebesar 17,46%. Sedangkan mata pencaharian yang
paling sedikit adalah Petani, ada 456 penduduk yaitu 0,11%.
Untuk mengetahui karakterisitik penduduk menurut lapangan
usaha utama di Kota Surakarta berdasarkan usia 15 tahun ke atas seperti
pada tabel 4.4 sebagai berikut
Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2008
Lapangan Usaha
Jenis Kelamin Jumlah
Presentase (%)
Laki-laki PerempuanPertanian 1.284 459 1.743 0,69Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0
Industri 22.294 21.928 44.222 17,61Listrik, Gas dan Air 604 0 604 0,24
Kontruksi 7.134 0 7.134 2,84Perdagangan 56.487 52.383 108.870 43,36Angkutan dan Komunikasi 14.552 3.669 18.221 7,26
Keuangan dan Jasa Perusahaan 5.931 2.814 8.745 3,48
Jasa-jasa 32.336 29.226 61.562 24,52Jumlah 140.622 110.479 251.101 100Sumber: BPS Kota Surakarta, diolah
Menurut lapangan usaha, terdapat 108.870 jiwa atau sebesar 43,36%
yang bergerak dibidang perdagangan, bidang jasa-jasa sebesar 61.562
jiwa atau sebesar 24,52%. Pekerjaan di sektor perdagangan dan jasa di
Surakarta memang cukup menjanjikan karena Surakarta merupakan kota
perdagangan dan jasa yang sangat potensial. Jumah terendah ada pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
lapangan usaha bidang pertambangan dan penggalian sebesar 0 karena
memang Kota Surakarta tidak mempunyai potensi dalam bidang tersebut.
3. Kepadatan Penduduk Geografis
Menurut BPS Surakarta, kepadatan penduduk geografis adalah
permasalahan yang sering dihadapi oleh sebagian besar negara – negara
yang sedang berkembang, dengan pusat kepadatan terletak di wilayah
perkotaan.
Berdasarkan hasil Estimasi Survei Penduduk Antar Sensus (2005)
tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta mencapai 565.853
jiwa. Pada tabel 4.5 tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.899 jiwa..
Sedangkan jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan
Banjarsari sebanyak 162.093 jiwa dengan presentase sebesar 28,64%.
Jumlah penduduk terendah berada pada wilayah kecamatan Serengan
yaitu sebesar 63.558 jiwa atau sebesar 11,23%. Dengan tingkat kepadatan
yang tinggi maka akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti
perumahan, kesehatan dan tingkat kriminalitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.5
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2008
Kec. Luas Wil
Jumlah Penduduk Rasio Jenis Kelamin
Tingkat
Kepadatan
Presentase
(%)
L P Jumlah
Laweyan 8,64 54.164 55.766 109.930 12.723 97,13 19,43Serengan 3,19 31.263 32.395 63.558 19.899 96,80 11,23Pasar Kliwon 4,82 43.172 44.808 87.980 18.272 96,35 15,55
Jebres 12,58 70.466 71.826 142.292 11.311 98,11 25,15Banjarsari 14,81 80.259 81.834 162.093 10.945 98,08 28,64Jumlah 44,04 279.324 286.529 565.853 12.849 97,49 100
Sumber: BPS Kota Surakarta, diolah
C. Keadaan Sosial Ekonomi
1. Keadaan Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.6 di bawah ini dapat dijelaskan bahwa
penduduk di Kota Surakarta paling banyak adalah tamatan SMP, yaitu
sebanyak 101.351 jiwa atau sebesar 21,27%. Penduduk dengan tingkat
pendidikan tamatan SMA menduduki tempat kedua dengan jumlah
101.018 jiwa atau sebesar 20,64%. Urutan ketiga adalah tamat SD
sebanyak 98.118 jiwa atau sebesar 20,59%. Sedangkan penduduk yang
tidak bersekolah atau tidak mempunyai tingkat pendidikan adalah sebesar
32.192 jiwa atau sebesar 6,75% dan merupakan presentase terendah.
Keadaan pendidikan penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat
melalui tabel 4.6 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.6
Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2004-2008
No Tingkat Pendidikan 2008 Presentase (%)
1 2 3 4 5 6 7
Tamat Akademi/PT Tamat SMA Tamat SMP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah
35.63998.340
101.35198.11844.05166.79932.192
7,48 20,64 21,27 20,59 9,24
14,02 6,75
Jumlah 476.490 100 Sumber : BPS Surakarta dalam angka, diolah
2. Kondisi Perekonomian
Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah dapat
dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut.
Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun tertentu sebagai tahun dasar. Sedangkan PDRB atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada setiap tahun.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang ditimbulkan dari
semua unit produk dalam suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu yang
tertentu pula. Sektor – sektor penyusun PDRB dapat dikelompokan dalam
tiga kelompok jenis lapangan usahannya yaitu kelompok primer yang
terdiri dari berbagai jenis sektor pertanian, pertambangan dan penggalian.
Kelompok sekunder yang terdiri dari sektor industri, listrik, gas dan air
bersih, serta kelompok bangunan. Dan kelompok tersier terdiri dari sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, keuangan,
sewa dan jasa perusahaan, serta sektor jasa. Dengan melihat PDRB dapat
diketahui besarnya kontribusi masing-masing sektor yang ada. Kontribusi
suatu sektor adalah suatu peranan yang diberikan oleh masing-masing
sektor terhadap PDRB. Dari masing-masing sektor dapat digunakan untuk
mengetahui indukator perubahan struktur ekonomi.
Perhitungan PDRB Kota Surakarta tahun 2004-2008 berdasarkan
harga konstan 2000 dapat dilihat dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Berlaku Kota Surakarta Tahun 2004-2008 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 3.211,38 3.502,98 3.760,34 4.259,39 4.726,23 Pertambangan dan Galian 2.068,90 2.227,96 2.304,36 2.525,78 2.945,24
Industri Pengolahan 1.336.418,57 1.475.697,87 1.554.314,71 1.681.790,25 1.838.499,70
Listrik, Gas dan Air Bersih 128.661,45 144.699,63 166.228,03 186.120,50 203.337,92
Bangunan 603.033,27 720.012,60 809.243,40 924.664,68 1.140.846,43 Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.092.201,20 1.330.461,23 1.507.159,41 1.711.786,42 1.984.698,20
Pengangkutan dan Komunikasi 515.088,71 643.368,20 729.036,31 802.106,24 884.951,75
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
529.665,79 638.280,54 697.231,13 763.887,99 863.921,29
Jasa-jasa 546.210,25 627.525,83 720.834,86 831.953,32 977.959,30
PDRB 4.756.559,52 5.585.776,84 6.190.112,55 6.909.094,57 7.901.886,06
Sumber: BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa PDRB Kota
Surakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari semua sektor
tersebut, industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar pada
PDRB Kota Surakarta. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
paling kecil adalah sektor Pertambangan dan Galian. Rendahnya
kontribusi sektor ini dikarenakan di Kota Surakarta tidak memiliki potensi
industri pertambangan dan galian. Berdasar tabel 4.7 PDRB atas dasar
harga berlaku tahun 2008 mencapai 7.901.886,06 juta, dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun sebanyak 522.935 jiwa dan telah dikurangi
penyusutan sebesar 475.100,90 dan pajak tidak langsung sebesar
513.357.96 juta maka pendapatan perkapita tahun 2008 mencapai
13.220.433,14
Tabel 4.8 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan 2000 di Kota Surakarta Tahun 2004-2008 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 2.796,91 0,08
2.821,39 0,07
2.855,22 0,07
2.899,10 0,07
2.866,18 0,06
Pertambangan dan Galian
1.732,80 0,05
1.790,65 0,05
1.786,83 0,04
1,828.17 0,04
1.905,23 0,04
Industri Pengolahan
1.089.912,64 29,70
1.105.952,91 28,67
1.134.134,37 27,88
1.173.422,60 27,26
1.200.606,83 26,39
Listrik, Gas dan Air Bersih
80.416,81 2,19
83.995,71 2,18
91.764,94 2,26
96.867,33 2,25
103.020,58 2,26
Bangunan 420.965,63 11,47
455.657,84 11,81
482.295,37 11,86
528.770,39 12,28
583.069,88 12,82
Perdagangan, Hotel dan Restoran
920.675,34 25,09
990.436,08 25,67
1.059.091,72 26,04
1.126.471,69 26,17
1.211.208,49 26,62
Pengangkutan dan Komunikasi
362.003,52 9,87
381.852,29 9,90
404.594,41 9,95
428.864,77 9,96
449.073,94 9,89
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
354.389,44 9,66
378.286,92 9,60
401.749,42 9,88
425.590,18 9.89
449.992,44 9,89
Jasa-jasa 436.480,36 11,90
457.375,87 11,85
489.257,66 12.03
519.573,14 12,07
546.699,38 12,02
PDRB 3.669.373,45 100,00
3.858.169,66 100,00
4.067.529,94 100,00
4.304.287,37 100,00
4.549.342,95 100,00
Sumber: BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta tahun 2008 yang ditunjukkan laju pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 5,69 persen lebih
rendah kanaikannya dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar 6.909.094,57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
juta (5,82 persen). Pertumbuhan riil paling tinggi adalah sektor Industri
Pengolahan, diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sedangkan
yang terendah adalah sektor Pertambangan dan Galian.
Struktur ekonomi Kota Surakarta telah bergeser dari industri ke
perdagangan dan kontribusi sektor perdagangan sebesar 1.984.698,20 juta
sedangkan industri sebesar 1.838.499,70 juta. Kedua sektor ini perlu
diperhatikan keberadaannya dan perlu ditingkatkan karena merupakan faktor
yang utama dalam mendukung perekonomian.
a. Jumlah Pasar
Jumlah pasar tradisional di Kota Surakarta berjumlah 38 pasar pada
tahun 2008, antara lain yaitu : Pasar Gede, Pasar Tanggul, Pasar Legi,
Pasar Singosaren, Pasar Harjodaksino, Pasar Klewer, Pasar Rejosari, Pasar
Mebel, Pasar Depok, Pasar Ledoksari, Pasar Nusukan, Pasar Windujenar,
Pasar Turisari, Pasar Kembang, Pasar Kadipolo, Pasar Kabangan, Pasar
Jongke, Pasar Sidodadi, Pasar Penumping, Pasar Purwosari, Pasar Ayam,
Pasar Jebres, Pasar Ngemplak, Pasar Sangkrah, Pasar Kliwon, Pasar
Mojosongo, Pasar Mojosongo Perumnas, Pasar Joglo, Pasar Sidomulyo,
Pasar Ngumbul, Pasar Bangunharjo, Pasar Gading, Pasar Besi, Pasar
Balapan, Pasar Tunggulsari, Pasar Jurug, dan Pasar Dawung.
b. Jumlah Industri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Perkembangan jumlah industri di Kota Surakarta dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan.
Tabel 4.9 Banyaknya Industri di Kota Surakarta tahun 2008-2009
No. Cabang Industri/ Bidang Usaha Jumlah Unit Usaha
2008 2009
1 INDUSTRI BESAR/MENENGAH Besar Menegah
48
115
49
116
2 INDUSTRI KECIL Formal Non Formal
1.225 4.289
1.351 4.429
Total Industri 5.677 5.945
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta 2009
Pada tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 jumlah unit
usaha pada industri kecil berjumlah 5.514 unit dari 5.677 unit total industri di
Kota Surakarta atau 97,13%. Sedangkan tahun 2009 berjumlah 5.780 atau
97,22% yang merupakan bagian terbesar dari keseluruhan jumlah unit usaha di
Kota Surakarta yang mencapai 5.945 unit usaha.
D. Gambaran Umum Industri Kerajinan Tangan di Kota Surakarta
1. Jumlah modal industri kerajinan tangan
Untuk mengetahui jumlah modal dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Jumlah modal industri kerajinan tangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Jumlah Modal
(Rupiah) Jumlah Usaha Presentase
< 50 juta 47 83,66% 50 – 100 juta 7 12,46%
100 juta ke atas 2 3,56% Jumlah 56 100%
Sumber : Hasil survei Berdasarkan hasil survei dari 56 usaha kerajinan tangan yang
masih eksis di Kota Surakarta, usaha kerajinan tangan yang mempunyai
modal di atas 100 juta rupiah adalah sebanyak 2 buah atau sebesar 3,56 %,
yang mempunyai modal setara 50 - 100 juta adalah sebanyak 7 buah atau
sebesar 12,46%, dan terdapat 47 buah usaha kerajinan tangan atau sebesar
83,66% yang bermodal di bawah 50 juta rupiah.
2. Jumlah pendapatan industri kerajinan tangan
Untuk mengetahui jumlah pendapatan dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11 Jumlah pendapatan industri kerajinan tangan
Sumber : Hasil Survei Berdasarkan hasil survei dari 56 usaha kerajinan tangan yang
masih eksis di Kota Surakarta, usaha kerajinan tangan yang mempunyai
pendapatan di atas 100 juta rupiah adalah sebanyak 1 buah atau sebesar
1,75%, yang mempunyai pendapatan setara 50 - 100 juta adalah sebanyak
3 perusahaan atau sebesar 5,25%, dan terdapat 52 buah usaha kerajinan
Jumlah Pendapatan (Rupiah)
Jumlah Usaha Presentase
< 50 juta 52 91% 50 - 100 juta 3 5,25%
100 juta ke atas 1 1,75% Jumlah 56 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
tangan atau sebesar 91% yang mempunyai pendapatan di bawah 50 juta
rupiah.
3. Jumlah biaya industri kerajinan tangan
Untuk mengetahui jumlah biaya dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12 Jumlah biaya industri kerajinan tangan
Jumlah Biaya (Rupiah) Jumlah Usaha Presentase < 10 juta 46 80,5%
10 – 50 juta 9 15,75% 50 juta ke atas 1 1,75%
Jumlah 56 100% Sumber : Hasil survei
Berdasarkan hasil survei dari 56 usaha kerajinan tangan yang
masih eksis di Kota Surakarta, usaha kerajinan tangan yang mempunyai
pendapatan di atas 50 juta rupiah adalah sebanyak 1 buah atau sebesar
1,75%, yang mempunyai pendapatan setara 10 - 50 juta adalah sebanyak 9
perusahaan atau sebesar 15,75%, dan terdapat 46 buah usaha kerajinan
tangan atau sebesar 80,5% yang mempunyai pendapatan di bawah 10 juta
rupiah.
E. Analisis Struktur Industri Kerajinan Tangan
Untuk mengetahui rasio konsentrasi berdasarkan variabel
pendapatan yang diperoleh industri kerajinan tangan dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Konsentrasi Industri Kerajinan Tangan
Variabel Pendapatan Konsentrasi Nilai
CR-4 0,4179 CR-8 0,5766
IH 0,0595 1/IH 16,8178
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pada tahun 2010, rasio konsentrasi empat perusahaan kerajinan
tangan terbesar berdasar variabel pendapatan adalah sebesar 0,4179 yang
berarti 41,80% pendapatan seluruh perusahaan kerajinan tangan dikuasai
oleh empat perusahaan kerajinan yaitu Asia Wrought Iron sebesar 12,75%,
Mahkota Kristal Abadi sebesar 12,32%, Kerajinan Kaca sebesar 10,73%
dan Dop Shuttle Cock Sunyoto sebesar 6,00%. Sedangkan rasio
konsentrasi delapan perusahaan terbesar adalah sebesar 0,5766 yang
berarti 57,66%, empat perusahaan terbesar berikutnya adalah Usaha
Pengrajin Gamelan sebesar 5,03%, Romanza Furniture sebesar 4,25%,
Dedy Qisti sebesar 3,71% dan Annesya sebesar 2,97%.
Dengan nilai rasio konsentrasi empat perusahaan kerajinan tangan
sebesar 41,80% maka struktur industri kerajinan tangan termasuk dalam
kelompok tipe IV atau Low Moderate Concentration atau Konsentrasi
Moderat Rendah. Nilai Indeks Herfindahl dari industri kerajinan tangan di
Kota Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,0595 atau
sebesar 5,95%. Ini berarti pangsa pasar industri kerajinan tangan berdasar
variabel pendapatan dikuasai oleh 16 perusahaan (1/IH) kerajinan tangan
di Kota Surakarta.
F. Analisis Kinerja Industri Kerajinan Tangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Perhitungan analisis kinerja dilihat dari sisi profitabilitas dengan
menggunakan dua perhitungan yaitu rentabilitas ekonomi dan profit
margin. Suatu kinerja perusahaan dikatakan efisien apabila nilai
rentabilitas ekonomi dan profit margin bernilai positif.
1. Analisis Kinerja Rentabilitas Ekonomi Industri Kerajinan
Tangan
Rentabilitas Ekonomi diperoleh dari perbandingan antara
laba usaha dengan modal dan dinyatakan dalam presentase. Pada
tabel yang terdapat dalam lampiran dapat dilihat masing-masing
presentase Rentabilitas Ekonomi dari semua usaha kerajinan
tangan di Kota Surakarta pada tahun 2010. Rata-rata dari nilai
Rentabilitas Ekonomi tersebut adalah 57,45% dengan presentase
tertinggi sebesar 220%, sedangkan presentase terendah adalah
sebesar 3%. Hal ini mengindikasikan bahwa berapapun jumlah
modal yang diinvestasikan dalam perusahaan maka akan
menghasilkan laba rata-rata sebesar 57,45% dari modal.
2. Analisis Kinerja Profit Margin Industri Kerajinan Tangan
Berdasarkan tabel yang terdapat dalam lampiran maka rata-
rata Profit Margin industri kerajinan tangan Kota Surakarta tahun
2010 adalah sebesar 51,52% dengan presentase tertinggi sebesar
87%, dan presentase terendah sebesar 15%. Ini berarti berapapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
jumlah pendapatan yang diterima perusahaan maka akan
menghasilkan keuntungan atas laba rata-rata sebesar 51,52%.
G. Analisis Korelasi Strktur Pasar dengan Kinerja
1. Analisis Korelasi Pendapatan dengan Rentabilitas Ekonomi
Untuk menganalisis korelasi struktur pasar dengan
kinerja industri kerajinan tangan digunakan metode korelasi
Pearson Product Momment.
Tabel 4.16 Hasil Korelasi Pendapatan dengan Rentabilitas
Ekonomi Pendapatan RE Pendapatan Pearson
Correlation 1 .482(**)
Sig. (2-tailed) .000 N 56 56RE Pearson
Correlation .482(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 N 56 56
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Hasil pengolahan data dengan Program SPSS versi 15.0
Berdasarkan tabel 4.17 yang mengukur korelasi antara
pendapatan dengan Rentabilitas Ekonomi tertera nilai r sebesar
0,482 yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99% (two-
tailed) dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan pendapatan akan diikuti secara positif oleh
rentabilitas. Sedangkan uji signifikansi atau nilai probabilitas
sebesar 0,00 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dipasang (0,01) atau sebesar 1%. Hasil ini menunjukkan bahwa
korelasi antara pendapatan dengan Rentabilitas Ekonomi
adalah signifikan.
2. Analisis Korelasi Pendapatan dengan Profit Margin
Tabel 4.17 Hasil Korelasi Pendapatan dengan Profit Margin
Pendapatan PM Pendapatan Pearson
Correlation 1 .278(*)
Sig. (2-tailed) .038 N 56 56PM Pearson
Correlation .278(*) 1
Sig. (2-tailed) .038 N 56 56
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber : Hasil pengolahan data dengan Program SPSS versi 15.0
Berdasarkan pada tabel 4.18 hasil print out program
SPSS versi 15.0 terdapat hubungan yang signifikan antara
pendapatan dengan Profit Margin, dimana nilai r sebesar 0,278
serta nilai probabilitas yang kurang dari 0,05 (0,038).
Hubungan antara pendapatan dengan Profit Margin adalah
searah, apabila pendapatan industri kerajinan tangan meningkat
maka nilai Profit Margin juga akan meningkat pula. Begitu
juga dengan sebaliknya, apabila pendapatan kerajinan tangan
menurun maka nilai Profit Margin juga akan menurun. Hasil
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel
struktur pasar (pendapatan) dengan variabel kinerja (Profit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Margin). Kenaikan pendapatan kerajinan tangan akan membuat
kinerja operasional akan semakin efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh terkait struktur dan kinerja
usaha kerajinan tangan di kota Surakarta tahun 2010 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Struktur industri kerajinan tangan Kota Surakarta tahun 2010 berdasar
variabel pendapatan yang diukur menggunakan rasio konsentrasi dan
Indeks Herfindahl adalah berbentuk struktur pasar oligopoli dengan tipe
IV atau disebut Low Moderate Concentration yang berarti tingkat
konsentrasi moderat rendah. Pada tipe ini empat perusahaan terbesar
menguasai sekitar 38%-50% penawaran output, dengan hasil CR-4 sebesar
41,80% dan nilai Indeks Herfindahl sebesar 5,95%. Dari perhitungan 1/IH,
dapat dikatakan bahwa berdasarkan variabel pendapatan sebanyak 56
perusahaan kerajinan tangan yang ada maka pangsa pasar industri tersebut
hanya dikuasai oleh sebanyak 16 perusahaan.
2. Selama tahun 2010, kinerja industri kerajinan tangan dengan perhitungan
Rentabilitas Ekonomi rata-rata mengalami efisiensi sebesar 57,46%. Dapat
diartikan bahwa berapapun jumlah modal yang diinvestasikan oleh industri
kerajinan tangan Kota Surakarta maka akan menghasilkan keuntungan
sebesar 57,46% dari modal. Dengan menggunakan Profit Margin,
diperoleh hasil sebesar 51,52%. Ini berarti dari perhitungan Profit Margin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
berapapun jumlah pendapatan yang diterima oleh industri kerajinan tangan
hampir 51,52% adalah keuntungan atau laba.
3. Metode Pearson Product Momment digunakan dalam mencari hubungan
antara struktur dan kinerja industri kerajinan tangan. Berdasarkan hasil
analisis data, dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel pendapatan
dengan Rentabilitas Ekonomi menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan nilai r sebesar 0,482 dan tingkat signifikansi atau probabilitas
sebesar 0,00 sehngga lebih kecil dari tingkat kesalahan yang dipasang
(0,01). Sedangkan antara variabel pendapatan dengan Profit Margin juga
terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai r sebesar 0,278 dan nilai
probabilitas yang kurang dari tingkat kesalahan 0,05 yaitu sebesar 0,038.
Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa antara struktur pasar dengan
kinerja terdapat suatu hubungan yang saling mempengaruhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka saran-saran
yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Saran yang penulis kemukakan menyangkut struktur industri adalah
melakukan diversifikasi produk, berkaitan dengan tingkat pengetahuan
pelaku ekonomi maka baik produsen maupun konsumen harus
mengetahui keadaan pasar dengan baik, perusahaan perlu melakukan
kerjasama karena apabila industri didominasi oleh beberapa
perusahaan besar saja maka kecenderungan harga akan semakin naik.
2. Kinerja berkaitan dengan bagaimana suatu pasar dapat memberikan
kontribusi yang baik untuk kesejahteraan masyarakat. Hal yang perlu
dilakukan berkaitan dengan kinerja antara lain: melakukan efisiensi
produksi dan penggunaan teknologi, efisiensi dalam alokasi sumber
daya, efisiensi dalam penyaluran produk, pemasaran kreatif melalui
non price competition seperti kualitas, kenyamanan, serta promosi
merk dagang. Semakin tinggi rentabilitas ekonomi maka akan semakin
tinggi tingkat efisiensi penggunaan modalnya, dan semakin tinggi
profit margin maka akan semakin efisien operasi perusahaan tersebut.