student log book biologi oral dasar sk 4
DESCRIPTION
Macam macam lesiTRANSCRIPT
Student Log Book Biologi Oral Dasar
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Semester 1 / 2012
Nama Mahasiswa :Irvi Firqotul Aini (NPM.1206237630)
Nama Fasilitator : drg. Niniarty Z Djamal, M.Kes
Diskusi Kelompok Pertama
Tanggal / Jam Diskusi : 12 November 2012/ 08.00-10.30
Skenario No. : 4
1. Identifikasi istilah yang belum diketahui dan keywords:
Lesi
Mukosa
Infeksi
Bengkak di gusi
Lesi di mukosa
Warna merah dan ada putihnya
Sakit bila ditekan
Kuman penyakit
Tidak sembuh-sembuh
Karang gigi
2. Rumusan masalah: Apa yang menyebabkan gusi disekitar gigi geraham bawah membengkak? Apakah pengertian infeksi dan bagaimana tanda-tandanya baik klinis maupun laboratoris? Bagaimanakah mekanisme terjadinya infeksi? Apakah yang menyebabkan munculnya lesi pada mukosa pipi kanan? Apa yang dimaksud dengan lesi? Apa sajakah penyebab infeksi? Apa yang menyebabkan warna merah dan putih pada lesi? Mengapa infeksi di pipi kanan ibu Cantika tidak-sembuh-sembuh? Apakah infeksi pada ibu Cantika menular, jika menular bagaimanakah cara penularannya? Bagaimanakah upaya pencegahan penularan infeksi? Apakah macam-macam jenis infeksi? Apakah yang diebut karang gigi? Apakah karang gigi menyebabkan infeksi dan bagaimana mekanismenya? Kenapa karang gigi harus dibuang? Apa saja jenis mikroorganisme penyebab infeksi?
Istilah yang belum diketahui
Istilah yang belum diketahui Keywords
3. Analisis masalah:
4. Menyusun pokok bahasan berdasarkan Prior Knowledge Mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit bergantung pada virulensi, sistem imun, dan lingkungan Mekanisme terjadinya infeksi melibatkan interaksi agen dan host Antigen sangat berperan dalam proses kontrol infeksi Kontrol infeksi diperlukan untuk pencegahan penularan infeksi
5. Menyusun topik dan sasaran belajar skenario Menjelaskan morfologi, fisiologi, taksonomi, dan genotip bakteri dan jamur Menjelaskan morfologi, taksonomi, struktur, dan reproduksi virus Menjelaskan mekanisme patogenesis penyakit oleh mikroorganisme patogen dan nonpatogen Menjelaskan prinsip atau metode pemeriksaan laboratorium Menjelaskan mekanisme respons imun pada infeksi Menjelaskan proses terjadinya infeksi silang, prinsip, dan prosedur kontrol infeksi Menjelaskan fokus infeksi
Pembengkakan/ Lesi
Respon
imun
Penyebab terjadinya
Bakteri Virus Jamur
Morfologi
Struktur (komponen)
Penamaan (taksonomi)
Fisiologi
Genotip
Cara berkembang biak
Terapi
Pemberian obat
secara klinis
(antibiotik)
Pemeriksaan
laboratorium
Pencegahan
Kontrol
infeksi
Prinsip
Prosedur
Mekanisme infeksi Fokus Infeksi
Karang gigi
Plak
Karies
Host
Agen
Prodak
Komponen
Imunitas Pertahanan terhadap benda asing yang ada pada lingkungan ada 2 buah yaitu kulit dan membran mukosa kemudian sistem kekebalan. Terdapat 2 jenis yaitu kekebalan nonspesifik dan kekebalan spesifik. Kekebalan spesifik ini kemudian dibagi lagi menjadi 2 yaitu kekebalan yang diperantarai sel dan kekebalan humoral (diperantarai antibodi).
Interaksi dan fungsi komponen sistem imun
Kekebalan nonspesifik akan bekerja dalam hitungan menit ketika terjadi infeksi, sedangkan kekebalan spesifik membutuhkan waktu aktivasi yang cukup lama.
Fungsi sel B dan sel T
Mekanisme aktivasi sel B dan sel T ketika terpapar virus
Cell-mediated immunity Antigen atau epitope pada permukaan macrofag kemudian berasosiasi dengan Major Histocompability Protein (MHC II). Antigen tipe MHC II ini kemudian akan dikenalkan pada sel Thelper. Aktivasi dan proliferasi klonal tampak sebagai akibat sekresi interleukin (IL-1 dan IL-2). Reaksi ini disebut delayed hypersensitivity reaction pada M.tubercululosis. Sel T sitotoksik berperan dalam infeksi virus. Selubung glikoprotein virus akan berasosiasi dengan MHC I. Sel ini kemudian akan berproliferasi dengan bantuan IL-2 yang disekresikan sel T helper. Sel ini membunuh virus dengan melepaskan perforin dapa permukaan sel yang terinfeksi. Antibody-mediated immunity Memerlukan kooperasi makrofag, sel T helper, dan sel B. Setelah diproses makrofag antigen kemudian berasosiasi dengan MHC II dan akan berikatan dengan reseptor spesifik sel T. Sel T akan memproduksi IL-2, IL-4, dan IL-5 (faktor diferensiasi sel B). Faktor-faktor ini akan mengaktivasi sel B dan sel B mampu berdiferensiasi menjadi sel plasma kemudian membentuk imunoglobulin (Ig).
Kekebalan nonspesifik
Pertahanan Hospes
Bakteri
A. Struktur Bakteri
1. Nukleoid
Struktur bakteri merupakan sel prokariotik yang tidak memiliki nukleus yang sebenarnya melainkan hanya
sebuah nukleoid. Feulgen-positif menandakan adanya DNA. Gambaran mikroskop elektron menunjukkan tidak
adanya aparatus golgi dan membran nukleus, nukleus dipenuhi oleh serabut DNA. Nukleoid merupakan
kumpulan DNA sirkular yang utuh dengan ukuran bervariasi antara 0,58-10 juta pasang basa. Benerapa bakteri
memiliki kromosom yang berbeda seperti Vibrio cholerae dan Brucella melitensis. Keduanya menunjukkan
penyimpangan yaitu kromosom berbentuk sirkular bukan kromosom berbentuk linear.
2. Sitoplasma
Bakteri biasanya menyimpan materi dalam granula tak larut, bagian ini disebut badan inklusi yang berfungsi
sebagai penyimpanan energi. Salah satu bagian badan inklusi adalah rantai poli-β-asam hidroksibutrik senyawa
mirip lipid yang merupakan gabungan rantai asam β hidroksibutrik yang terhubung karena adanya ikatan ester.
Bentuk lain penyimpanan energi adalah glikogen. Beberapa prokariot yang mampu mengoksidasi sulfur akan
seperti hidrogen sulfida dan tiosulfat akan mulai mengoksidasi granula elemental jika jumlah sulfur berkurang.
Beberapa bakteri juga memiliki kemampuan mengumpulkan fosfat dalam bentuk polifosfat pada granula. Granula
ini dapat mengalami degradasi ketika sel membutuhkan tambahan fosfat. Granula ini disebut granula volutin atau
granula metakromatik.
3. Membran plasma
Terdiri atas fosfolipid dan berbagai jenis protein, perbedaannya dengan membran sel eukariotik adalah tidak
adanya kolesterol pada membran plasma prokariotik. Membran plasma sel archaeabacteria dapat dibedakan
dengan bacteria karena adanya lipid khusus yang disebut isoprenoid. Fungsi membran plasma ini adalah (1)
permeabilitas selektif dan transpor sel, (2) transpor elektron dan fosforilasi oksidatif pada aerob, (3) ekskresi
enzim hidrolitik, (4) enzim yang berfungsi sebagai pembawa dalam biosintesis DNA, polimerisasi dinding sel, dan
lipid membran, (5) reseptor dalam kemotaksis dan sistem transduksi lain. Transpor pasif terdiri dari (1) difusi, (2)
osmosis, dan (3) difusi terfasilitasi. Transpor aktif terdiri atas (1) ion-coupled transport dan (2) ATP-binding
cassette transport (ABC transport). Ion-coupled transport terdiri atas (1) uniport, (2) simport, dan (3) antiport.
Mekanisme ion-coupled transpor
Ekskresi eksoenzim hidrolitik dan protein patogen pada bakteri gram negatif dilakukan secara langsung,
semnetara itu pada bakteri gram positif dilakukan melalui proses yaitu proses tipe I, tipe II, tipe III,tipe IV, dan
tipe V. Pada proses tipe I dan tipe III protein sekresikan ke lingkungan luar dalam satu tahapan. Tipe II dan V
dilakukan dalam tahapan berbeda. Preprotein akan berikatan dengan chaperon dan kemudian akan mengalami
transpor ke lingkungan luar.
Proses sekresi protein patogen
Dinding sel bakteri tersusun atas murein, mucopeptida, atau peptidoglikan. Dinding peptidoglikan tersusun atas
tulang punggung yang merupakan N-asetilglukosamin, dan N-asam asetilmuramik, empat rantai tetrapeptida identik
terikat pada N-asam asetilmuramik, dan satu set peptida identik tumpang tindih. Asam diaminopimelik merupakan
karakteristik pada dinding bacteria yang tidak dimiliki archaeabacteria.
Struktur peptidoglikan
Struktur khusus bakteri gram positif
a. Asam Teichoic dan asam Teichuronic
Istilah asam teichoic merujuk pada semua struktur membran plasma, dinding, atau polimer kapsul yang
mengandung residu ribitol fosfat yang merupakan penyusun 50% berak kering dinding sel dan 10% berat sel
secara menyeluruh. Ada dua macam asam teichoic yaitu asam teichoic dinding yang berikatan kovalen dengan
peptidoglikan dan asam teichoic membran yang berikatan dengan glikolipid membran. Sebagian besar antigen
bakteri gram positif terletak pada asam teichoic ini. Struktur ini juga berkaitan dengan elastisitas dinding sel,
meskipun begitu ketiadaan struktur ini tidak akan berpengaruh terlalu besar.
Asam teichuronic merupakan polimer yang sama dengan asam teichoic, tetapi pada asam teichuronic ini
merupakan gula bukan merupakan polimer fosfat seperti pada asam teichoic. Asam ini disintesis menggantikan
asam teichoic pada keaddan dimana fosfat terbatas.
b. Polisakarida
Beberapa gula netral seperti mannose, arabinose, rhamnose, dan glucosamine serta gula yang bersifat netral
seperti asam glucuronik and asam mannuronik terdapat dalam struktur sel bakteri.
Struktur khusus bakteri gram negatif
Mengandung membran bagian luar berupa lipoprotein dan membran dalam berupa lipopolisakarida.
Struktur membran plasma bakteri gram negatif
Membran bagian luar tersusun atas struktur lipid yang mencegah masuknya molekul hidrofilik, panetrasi antibiotik
juga sulit untuk masuk karena adanya lipid tersebut hal ini menyebabkan bakteri gram negatif terkenal akan
resistensinya terhadap antibiotik. Membran bagian dalam terdapat porin yang memungkinkan masuknya molekul
hidrofilik dengan berat molekul kecil masuk melalui difusi. Molekul protein dominan pada membran bagian luar
bergantung pada gen pengkodenya.
a. Lipid A
Merupakan glikolipid kompleks yang berikatan dengan polisakarida untuk membentuk lipopolisakarida. Terdiri
atas disakarida glukosamin terfosforilasi yang mana merupakan tempat melekatnya asam lemak berantai
panjang. Asam β-Hidroksimiristik menjadi komponen khas struktur ini. Inti polisakarida mengandung gula asam
ketodeokitanoid dan heptosa. Lipopolisakarida yang bersifat sangat toksik disebut endotoksin.
Struktur kimia lipid A, inti polisakaridan, dan unit perulangan
b. Polipeptida
c. Celah periplasmik
Merupakan celah antara membran dalam dan luar, mengandung substansi protein menyerupai gel.
4. Permukaan kristalin
Merupakan struktur 2 dimensi yang tersusun atas protein atau lipoprotein, struktur ini dimiliki bakteri maupun
archaea.
5. Kapsul dan Glikokaliks
Merujuk pada lapisan protein pada bagian paling luar bakteri.
6. Flagela
Flagela tersusun atas protein yang disebut flagelin. Ada 3 jenis bakteri berdasarkan letak dan jumlah flagelnya:
a. Monotrik
b. Lopotrik
c. Peritrik
Struktur flagela prokariota
7. Pili (jembatan seks)
8. Endospora
Terbentuk ketika sel inang mengalami autolisis sebagai akibat lingkungan yang tidak menguntungkan. Spora ini
sangat resisten terhadap bahan kimia, panas, dan faktor tak menguntungkan lain. Apabila lingkungan berubah
menjadi menguntungkan maka spora akan teraktivasi menjadi individu baru.
Mekanisme terbentuknya endospora
B. Reproduksi
Prokariota bereproduksi secara aseksual dengan cara pembelahan biner. Mutasi terjadi akibat adanya
pembelahan biner serta mutasi secara cepat. Mutasi terjadi ketika terdapat kesalahan pengkodean DNA sel induk
pada saat replikasi. Faktor lain terjadinya keberagaman genetik adalah rekombinasi genetik melalui transformasi,
transduksi, dan konjugasi. Transformasi merupakan proses pengambilan DNA asing dari lingkungan sekitarnya.
Transduksi terjadi dalam proses replikasi bakteriofag. Sedangkan konjugasi terjadi melalui serah-terima DNA
melalui vili atau jembatan seks.
Mekanisme transduksi dan konjugasi
Mekanisme transformasi
C. Taksonomi
Taksonomi, penamaan, dan identifikasi adalah tiga hal berbeda yang saling berkaitan sebagai bagian taksonomi.
Klasifikasi didasarkan pada persamaan dan perbedaan. Proses ini membutuhkan metode observasi karena proses
penamaan didasarkan pada perbedaan biokimia. Metode pengklasifikasian:
1. Mengisolasi dan mengidentifikasi organisme yang diharapkan dan tidak diharapkan
2. Memverifikasi keaslian dengan melihat sifat spesifik kultur
3. Mengisolasi dan mengidentifikasi penyebab terjadinya suatu penyakit
Menurut bentuknya bakteri diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok besar yaitu:
a. Kokus (berbentuk bulat)
i. Diplococcus
ii. Streptococcus
iii. Staphylococcus
b. Basil
i. Diplobacillus
ii. Streptobacillus
c. Spirochaeta
Klasifikasi berdasarkan bentuk bakteri
Dinding sel bakteri tersusun atas peptidoglikan yang merupakan polimerisasi asam amino dan gula. Adanya
karakeristik ini menimbulkan suatu klasifikasi baru seiring ditemukannya pewarnaan Gram. Mekanisme pewarnaan ini
berdasarkan sifat lipid yang akan larut ketika terpapar pelarut seperti aseton dan alkohol, tetapi tidak demikian
dengan peptidoglikan. Sebagai hasilnya bakteri gram positif (didnding sel mengandung peptidoglikan) berwarna ungu
akibat adanya ikatan crystal violet dan dinding sel sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah muda karena
didnding sel berupa adanya lapisan lemak yang luntur sehingga ia hanya akan menyerap zat warna yang kedua yaitu
safranin. Metode ini bermanfaat sebagai salah satu media mengetahui tindakan terapi yaitu pemberian antibiotik.
Seperti yang kita ketahui bahwa bakteri gram negatif memiliki sifat resisten terhadap beberapa jenis antibiotik
sehingga efektivitas antibiotik ini berkurang akibat lapisan lipid yang membantu bakteri bertahan di dalam tubuh
hospes ditambah lagi sifat dinding sel yang mengandung lipida ini bersifat toksik.
Klasifikasi bakteri berdasarkan pewarnaan gram
D. Genom Bakteri
Genom bakteri tersusun atas DNA sirkular dengan panjang antara 580 kbp-5220 kbp. Beberapa bakteri seperti
Brucella memiliki 2 buah DNA sirkular. DNA sirkular yang mengandung kode genetik (plasmid dan kromosom)
yang mengandung kode esensial bagi replikasi mereka disebut replikon.
Perbandingan genom bakteri
Contoh aktivitas metabolik yang ditentukan enzim
Tranasposon adalah elemen genetik yang mengandung informasi perpindahan dari satu lokus ke lokus lainnya.
Keterkaitan transposon pendek memungkinkan terjadinya mutasi insersi.
E. Prinsip atau metode pemeriksaan laboratorium
Identifikasi mikroorganisme diperlukan untuk menentukan antimikroba dan terapi efektif. Proses ini biasanya
melibatkan lima tahapan yaitu (1) visualisasi mikroskopik langsung organisme, (2) kultur dan identifikasi organisme,
(3) identifikasi antigen mikroorganisme, (4) identifikasi RNA dan DNA mikroorganisme, dan (5) identifikasi reaksi
peradangan atau respons host terhadap antigen. Proses pewarnaan berfungsi sebagai salah satu untuk
mempermudah identifikasi bakteri ketika berada di bawah mikroskop cahaya.
1. Pewarnaan gram
Pewarnaan ini bertujuan membedakan bakteri menjadi dua golongan yaitu gram positif dan gram negatif
berdasarkan komposisi dinding selnya. Gelas objek dioleskan dengan menggunakan larutan crystal violet
kemudian bakteri akan berwarna ungu, jika bakteri ini diberikan pelarut seperti aseton atau alkohol dan
warna ungu ini menghilang maka bakteri ini digolongkan sebagai bakteri gram negatif. Penambahan
counterstrain safranin akan menyebabkan bakteri gram negatif ini berwarna pink. Pewarnaan gram penting
bagi identifikasi bakteri karena bakteri gram positif dan negatif memiliki ketahanan yang berbeda terhadap
antibiotik. Kelemahan dari pewarnaan gram adalah sample bakteri yang dibutuhkan harus dalam jumlah
besar yaitu 104 bakteri/ml.
Mekanisme pewarnaan gram
2. Pewarnaan acid-fast
Pewarna seperti ziehl-neelsen digunakan untuk bakteri yang memiliki lapisan lilin dipermukaan dinding
selnya. Bakteri yang telah diwarnai dengan carbolfuchsin akan memudar warnanya jika ditambahkan alkohol,
tetapi beberapa jenis bakteri tidak akan kehilangan warnanya meskipun telah diberikan alkohol. Pewarnaan
jenis ini diperlukan bagi identifikasi pasien dengan kemungkinan menderita infeksi akibat mycobacterium.
Mycobacterium pada tes acid-fast
3. Tinta India
Satu ml cairan serebrospinal yang telah mengalami sentrifugasi kemudian akan ditambahkan tinta India.
Pewarnaan jenis ini digunakan untuk mengidentifikasi cryptococci.
Cryptococcus neoformans pada cairan serebrospinal
4. Penggunaan KOH
Penggunaan KOH berguna dalam identifikasi fungi, bakteri dan sel inang yang terkena akan meleleh dan
hanya akan meninggalkan fungi. Identifikasi dengan menggunakan dahak yang diberi KOH 10 persen.
Fungi yang ada pada eksudat pada sinus nasalis
5. Kultur bakteri dalam media khusus
Mikroorganisme yang dikultur diidentifikasi berdasarkan ukuran koloni, hasil metabolik, reaksi hemolisis,
warna, bentuk, dan baunya. Kesuksesan proses ini bergantung pada ketepatan pengumpulan dan transpor
sample. Tahapan kultur bakteri:
a. Pengumpulan sample
Jika memang diperlukan dibutuhkan media sementara agar mikroorganisme tetap dalam viabilitas yang
baik dan dapat dikultur, sementara itu bakteri anaerob harus dijaga dari efek toksik oksigen.
b. Media
Ada dua jenis media yaitu media yang diperkaya yang bertujuan mencegah pertumbuhan bakteri lain
yang tak diinginkan dan media nonselektif yang memungkinkan pertumbuhan bakteri lain selain bakteri
yang diinginkan.
i. Media yang diperkaya menggunakan darah, infusi otak atau jantung, dan ragi.
ii. Media selektif menggunakan agar Mac Conkey mencegah pertumbuhan bakteri gram positif
tetapi menunjang pertumbuhan bakteri gram negatif, selain itu media jenis ini juga menjadi
tempat isolasi yang baik bagi bakteri yang mampu memetabolisme laktosa. Thayer-Martin juga
merupakan salah satu jenis media spesifik yang tersusun atas agar cokelat yang diberi tambahan
antibiotik, digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri nonpatogen Neisseria serta flora
normal dan abnormal, biasa digunakan untuk mengisolasi Gonococci.
Perubahan warna pada medium agar akibat aktivitas bakteri fermentasi laktosa
c. Identifikasi
i. Single-enzyme test
Bakteri yang berbeda akan menghasilkan enzim yang berbeda untuk mendukung
pertumbuhannya.
Tes katalase
Enzim katalase berfungsi sebagai katalis perubahan hidrogen peroksida menjadi air.
Organisme positif katalase akan menghasilkan gelembung udara jika terpapar enzim ini.
Contohnya adalah stafilokokus merupakan organisme positif katalase sementara
streptokokus dan enterokokus merupakan organisme katalase negatif.
Tes oksidase
Memiliki peranan dalam metabolisme nitrat, enzim ini dapat menerima elektron dari
substansi artifisial seperti turunan fenildiamin dan menghasilkan produk hasil oksidasi
berwarna gelap. Digunakan untuk membedakan penggolongan bakteri gram negatif,
contohnya Pseudomonas aeruginosa merupakan oksidase positif.
Tes urease
Enzim ini menghidrolisis urea menjadi amonia dan karbon dioksida, adanya amonia dapat
dideteksi dengan indikator basa. Digunakan untuk identifikasi Enterobactericeae seperti
Corynebacterium urealyticum dan Helitobacter pylori.
Tes koagulase
Enzim ini menyebabkan koagulasi bakteri ketika diinkubasi dengan plasma, digunakan untuk
membedakan Staphylococcus aureus dengan stafilokokus koagulase negatif.
ii. Tes berdasarkan metabolisme pathway
Tes ini menggunakan mikrotube berisi kultul yang kemudian diberi reagen kimia untuk
mengetahui hasil metabolisme apa saja yang dihasilkan bakteri. Sebelumnya bakteri yang telah
diisolasi akan mengalami proses inkubasi selama 5 jam.
iii. Sistem otomatis
Contohnya tes dengan menggunakan sistem vitek dimana terdapat 30 bagian berbeda dalam
suatu tempat berbentuk kartu yang masing-masingnya mengandung reagen kimia berbeda. Data
disimpan, dianalisis, dan dicetak dalam database dengan sistem komputer.
iv. Identifikasi imunologis bakteri
Identifikasi antigen bakteri menggunakan antiserum
Proses ini menyerupai teknik kultur mikroorganisme, perbedaannya terletak pada hasil yang
dapat menentukan ciri khusus mikroorganisme seperti sensitivitasannya terhadap antibiotik.
a. Capsular swelling reaction
b. Slide agglutination test
Identifikasi antibodi serum
a. Fiksasi komplemen
Serum pasien diinkubasi dengan antigen spesifik mikroorganisme tertentu kemudian
ditambahkan komplemen, jika serum mengandung IgM dan IgE maka akan terbentuk
kompleks antigen-antibodi-komplemen. Selanjutnya ditambahkan darah domba yang
telah dilapisi antibodi. Jika komplemen tidak terikat maka darah akan mengalami lisis,
jika komplemen terikat maka darah tidak akan mengalami lisis, proses ini dapat diamati
dengan spektrofotometer.
b. Aglutinasi direk
Digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyebab demam yang tidak diketahui
atau terlalu berbahaya untuk membentuk kultur di laboratorium. Tes ini menguji
kemampuan serum antibodi pasien menggumpalkan mikroorganisme spesifik. Digunakan
untuk identifikasi Brucella abortus atau Francisella tularensis.
c. Hemaglutinasi direk
Antibodi yang melawan sel darah merah dapat terbentuk ketika terjadi infeksi contohnya
ketika terjadi infeksi akibat virus Epstein-Barr
Tes lain yang biasa digunakan
a. Tes aglutinasi lateks
b. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
c. Tes antibodi flurosence
v. Identifikasi RNA dan DNA mikroorganisme
Metode hibridisasi langsung
Pertama dibutuhkan media berupa agar nutrien stelir dan organisme yang akan dikultur,
kemudian berikan antibiotik yang berbeda, dan lakukan inkubasi selama 12-24 jam. Antibiotik
akan berdifusi pada agar dan akan terbentuk zona inhibisi tumbuhnya mikroorganisme, pada
bagian yang terbentuk zona inhibisi inilah bakteri tersebut dinyatakan sensitif terhadap
antibiotik yang diberikan.
Metode amplifikasi
Salah satunya adalah metode PCR atau polymerase chain reaction, metode ini
menguntungkan karena memungkinkan identifikasi sekuens DNA dan RNA bakteri tanpa
diperlukan kultur. Kekurangannya adalah adanya kemungkinan positif palsu akibat
kontaminasi asam nukleat mikroorganisme lain.
Tes susceptibility
Digunakan untuk mengidentifikasi terapi yang tepat bagi bakteri yang memiliki pola
sensitivitas yang sulit diprediksi seperti basilus gram negatif, enterokokus, dan stafilokokus.
a. Metode difusi disk Kirby-Bauer
b. Konsentrasi inhibitor minimal
Mekanisme pembuatan kultur dan pewarnaan
1. Mekanisme Pembuatan kultur
Bahan dan Alat
Nutrien agar kering
Kaldu nutrien kering
Neraca
Sebuah erlenmeyer 1 L
Sebuah gelas kimia 1 L
Sebuah silinder ukur 1 L
Pengaduk (panjang minimal 10 cm)
Cawan petri
Langkah pembuatan:
Bacaalah petunjuk pada kemasan agar nutrient, timbang bahan yang diperlukan untuk membuat agar nutrien
tersebut dalam 500 mL air.
Masukkan air suling ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan agar dan aduk rata untuk mencegah
penggumpalan.
Letakkan erlenmeyer di atas pemanas bunsen, aduk dan biarkan hingga mendidih.
Setelah itu matikan api, sumbat erlenmeyer dengan kapas dan sterilisasi di dalam autoclave.
Tuang agar ke dalam cawan petri dan masukkan ke dalam inkubator untuk mencegah kontaminasi.
Mekanisme pembuatan media kultur
Beberapa jenis medium kultur dan penggunaannya
2. Mekanisme pewarnaan
a. Pewarnaan gram
Alat dan bahan:
Hucker crystal violet
Iodium gram (sebagai mordant, suatu substansi pengikat zat warna dengan dinding sel menjadi substansi
tak mudah larut)
Etil alkohol 95%
Safranin (counterstain)
Gelas objek
Spesimen
Label
Langkah pewarnaan:
Tuangkan Hucker’s crystal violet diatas spesimen yang telah terlebih dahulu diletakkan diatas gelas objek,
diamkan hingga waktu yang ditentukan instruktor
Cuci bersih dengan air
Tuangkan iodium, diamkan
Cuci bersih dengan air
Cuci dengan menggunakan alkohol selama 10-20 detik
Cuci bersih dengan air
Tuangkan counterstain safranin, diamkan
Cuci bersih dengan air
Keringkan dengan menggunakan tisu, angin-anginkan, teteskan beberapa tetes minyak imersi kemudian
amati di bawah mikroskop
Interpretasi:
Bakteri gram positif tetap berwarna ungu karena dindingnya tersusun atas peptidoglikan yang tidak larut
di dalam alkohol atau aseton
Bakteri gram negatif akan berwana merah muda karena dindingnya yang kaya akan lemak larut di dalam
alkohol, warna ini didapat dari proses pewarnaan kedua yaitu safranin.
b. Pewarnaan acid-fast
Teknik pewarnaan carbolfuchsin yang original dengan menggunaan pemanasan disebut pewarnaan Ziehl-
Neelsen, sementara pewarnaan dengan menggunakan reagen carbolfuchsin lebih pekat untuk
emenggantikan pemanasan disebut pewarnaan Kinyoun. Pewarnaan tipe ini digunakan untuk genus
mycobacterium yang akan tetap mengandung pigmen jika menggunakan jenis pewarnaan biasa karena
adanya lapisan fatty wax.
Alat dan bahan:
Specimen
Reagen pewarnaan gram
Kinyoun carbolfuchsin
Acid-alcohol solution
Metil biru
Gelas objek
Diamond-glass marking pencil
Langkah pewarnaan:
Baurkan sample dan sputum pada gelas objek, kemudian beri metanol dan panaskan pada suhu 65-75 C
untuk memastikan semua mycobacterium sudah mati. Untuk membuat kultur pada medium agar
pertama taruh setetes air pada gelas objek kemudian emulsikan sedikit koloni sample.
Beri lingkaran dan tanda salah satu gelas objek dari setiap pasang dengan menggunakan pensil atau
ballpoint seperti biasa
Pada setiap gelas objek lainnya beri lingkaran dan kode dengan menggunakan diamond-glass pencil.
Warnai gelas objek yang diberi perlakuan langkah kedua dengan pewarnaan gram
Warnai gelas objek yang mendapat perlakuan tiga dengan menggunakan pewarnaan Kinyoun:
i. Tempatkan gelas objek pada rak atau baki pewarnaan berbahan dasar logam
ii. Lapisi sample dengan 2-3 buah kertas filter untuk menyaring zat pewarna yang tidak membaur
iii. Tuangkan zat warna (calbolfuchsin) dan biarkan selama 5 menit
iv. Bilas dengan menggunakan air dan keringkan
v. Lapisi dengan larutan asam-alkohol dan biarkan selama 2 menit
vi. Bilas dengan air dan keringkan
vii. Tuangkan metil biru dan counterstain selama 1-2 menit
viii. Bilas dan keringkan
tambahkan beberapa tetes minyak imersi dan amati dibawah mikroskop
Interpretasi:
genus Mycobacterium yang mengandung lapisan fatty wax disebut acid fast staining, yaitu sekali bagian
sitoplasmanya terwarnai maka akan sulit dihapus meski menggunakan larutan asam-alkohol
genus Nocardia memiliki spesies yang disebut sebagai partially acid staining yaitu pewarnaan akan larut
apabila terpapar larutan asam-alkohol tetapi akan tetap jika hanya terpapar larutan asam sulfur 1%
bakteri yang tidak memiliki lapisan fatty wax akan mengalami pemudaran pewarnaan jika terpapar
larutan asam-alkohol disebut non acid fast
c. Mekanisme pewarnaan khusus
Pewarnaan endospora bakteri
Digunakan untuk melihat endospora Bacillus dan Clostridium
Alat dan bahan:
Kultur bakteri Bacillus subtilis berumur 3-5 hari
Kultur bakteri Staphylococcus epidermidis berusia 24 jam
Larutan Malachite hijau
Safranin
Diamond-glass marking pencil
Gelas kimia berukuran 500 mL
Pembakar bunsen
Gelas objek
Langkah pewarnaan
Tambahkan tetesan air pada gelas objek, emulsifikan kultur dengan jumlah yang sama dengan air
Lingkari dan tandai dengan diamond-glass marking pencil
Warnai dengan menggunakan pewarnaan endospora:
i. Tempatkan gelas objek diatas gelas kimia berisi air yang tengah dipanaskan
ii. Tuangkan larutan Malachite hijau dan biarkan selama 5-10 menit
iii. Dinginkan perlahan dengan cara mencelupkannya ke dalam air, keringkan
iv. Tuangkan safranin, diamkan selama 30 detik, dan bilas
v. Amati di bawah mikroskop dengan terlebih dahulu ditetesi minyak imersi
Mekanisme pewarnaan endospora
Virus A. Morfologi virus
Studi untuk menentukan simetri virus membutuhkan pewarnaan dengan penggunaan logam berat. Akan tetapi
metode ini dianggap kurang efektif sehingga digunakanlah metode baru seperti cryoelectron mikroskopik dengan
menggunakan pembekuan sample. Selain itu digunakan pula metode proses penggambaran struktur dengan
menggunakan sistem komputer. Macam-macam simetri virus:
a. Simetri kubus contoh adenovirus
b. Simetri heliks contoh orthomyxovirus
Simetri kubus dan simetri heliks
B. Struktur Virus
1. Protein virus
Protein struktural virus memiliki beberapa fungsi penting:
Memfasilitasi transfer asam nukleat virus dari satu hospes ke hospes lain sebagai pelindung genom ketika terjadi inaktivasi oleh enzim nuklease.
Berperan dalam proses adsorpsi dan menyediakan simetri struktural virus. Menentukan karakteristik antigen virusThe structural proteins of viruses have several important
functions.
2. Asam nukleat virus
Dapat berupa DNA atau RNA, genomnya dapat berbentuk sirkular atau linear, bersegmen atau tidak
bersegmen bergantung pada jenis virusnya.
3. Lapisan lipid virus
Struktur ini merupakan derivat dari membran plasma hospes.
Mekanisme pembentukan lapisan lipid virus
4. Glikoprotein virus
Berbeda dengan lipid yang merupakan derivat membran sel hospes, glikoprotein merupakan lapisan yang
dienkode oleh virus sendiri.
C. Cara Reproduksi
Virus hanya dapat melakukan replikasi di dalam hospes karena seperti yang kita ketahui bahwa virus tidak
memiliki sitoplasma sebagai tempat melakukan sintesis protein dan energi. Infeksi virus bermula dengan adsopsi
virus pada sel hospes. Kemudian terjadi penetrasi genom virus pada sel hospes, setelah itu terjadi replikasi
komponen virus. Setelah berhasil terbentuk komponen virus maka akan terjadi lisis pada sel hospes dan virus
baru akan keluar.
Daur litik dan lisogenik virus
D. Klasifikasi virus
Berdasarkan:
a. Morfologi virion termasuk bentuk, ukuran, simetri, ada dan tidak adanya peplomer, serta ada dan tiadanya
membran.
b. Karakteristik genom virus termasuk jenis asam nukleat (RNA atau DNA), ukuran genom dalam kilobase (kb)
atau pasangan kilobase (kbp), dsb.
c. Karakteristik fisiokimia virus, termasuk stabilitas pH, berat molekuler, dsb
d. Karakteristik protein virus
e. Organisasi genom dan replikasi
f. Karakteristik antigen
g. Karakteristik biologis, seperti jenis jaringan, patogenesis, dsb.
Famili virus yang mampu menginfeksi manusia
D. Identifikasi virus
1. Pengumpulan partikel dari daerah yang mengalami infeksi 2. Pengumpulan partikel dari berbagai sumber yang identik dari sel asal dimana virus tersebut tumbu. 3. Tingkat aktivitas inefektif pada persiapan bergantung pada jumlah partikel yang ada. 4. Pengrusakan partikel fisik oleh agen kimia atau fisik berhubungan dengan hilangnya aktivitas virus. 5. Beberapa sifat tertentu dari partikel dan inektivitas akan tampak identik seperti pengendapan pada
ultrasentrifugasi dan kurva kestabilan pH-nya. 6. Spektrum serap dari partikel yang dimurnikan pada jangkauan ultraviolet seharusnya berhimpit dengan
spektrum inaktivasi virus. 7. Antisera yang dipersiapkan untuk melawan virus yang menginfeksi harus bereaksi dengan partikel dan
sebaliknya. 8. Partikel harus mampu menginduksi penyakit secara in vivo. 9. Bagian partikel dari jaringan yang dikultur menghasilkan progeni dengan sifat biologis dan antigenik dari
virus.
E. Penyakit akibat virus
Infeksi virus biasanya tidak langsung menyebabkan penyakit. Virus dinyatakan patogen jika menimbulkan tanda-
tanda penyakit pada hospes. Virus yang memiliki virulen lebih tinggi akan mengakibatkan tanda-tanda yang lebih
parah pada suatu hospes.
Diagram response hospes terhadap infeksi virus
Patogenesis penyakit akibat virus:
1. Masuknya virus dan replikasi awal
a. Melalui permukaan tubuh seperti kulit, konjungtiva, dsb
b. Mukosa sistem pernapasan dan pencernaan
c. Aliran darah melalui jarum
2. Penyebaran virus dan tropisme sel
Mekanisme penyebaran yang umum adalah melalui aliran darah dan limfatik. Adanya virus dalam darah
disebut viremia. Tropisme sel dan jaringan biasanya merujuk pada adanya reseptor khusus di permukaan sel
atau jaringan untuk jenis virus tersebut.
3. Jejas seluler dan gejala klinis
Penghancuran sel yang terinfeksi pada sel target dan perubahan fisiologis hospes akibat jejas bertanggung
jawab atas terjadinya suatu penyakit.
4. Penyembuhan infeksi
Mekanisme penyembuhan termasuk pertahanan pasif dan adaptif. Pada infeksi akut penyembuhan termasuk
proses pembersihan virus.
5. Penularan virus
Biasanya terjadi melalui jalur masuknya virus dan selama masa hospes berada dalam tahap menginfeksi.
F. Imunitas Hospes
Kekebalan non-spesifik akan langsung bekerja sesaat setelah virus menginfeksi. Mekanisme respons yang umum
adalah induksi interferon. Hal ini mencegah pertumbuhan virus selama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembangkan kekebalan humoral dan kekebalan yang diperantarai sel.
Mekanismenya berbeda dengan infeksi akibat bakteri dimana terdapat PMN pad inflamasi akut, pada infeksi virus
imunitas diperantarai sel mononuklear dan limfosit. Sel yang terinfeksi akan mengalami lisis oleh limfosit T,
kekebalan humoral membantu agar hospes tak mengalami infeksi yang sama. Virus memiliki banyak cara untuk
menghindari proses penghancuran, diantaranya memodulasi hospes agar menciptakan lingkungan yang baik bagi
perkembangannya. Protein hasil enkode virus yang menghambat mediator sistem imun hospes disebut Cytokine
decoys. Faktor virulen virus disebut virokines.
G. Sifat Persisten Virus: Laten dan Kronik
Infeksi kronis adalah suatu kondisi dimana replikasi virus tetap terjadi dan dapat diamati meskipun tidak terdapat
gejala klinis tertentu. Pada periode ini penderita dalam fase carrier artinya dapat menjadi vektor penularan virus.
Laten merupakan suatu kondisi dimana virus ‘tersembunyi’ selama periode tertentu.
Virus Herpes misalnya memiliki periode laten sporadik dimana lesi akan muncul pada bagian perifer di saat- saat
tertentu. Cacar ular (vericella-zooster) laten pada ganglia sensoris, akan kembali tampak dalam beberapa tahun
(meskipun jarang terjadi) mengikuti pola sel saraf. Semua ini diakibatkan ketika imunitas melemah.
Infeksi laten virus Herpes
H. Pencegahan dan Terapi bagi Penyakit akibat Virus
Antivirus harus mampu mencegah terjadinya replikasi virus tanpa merusak sel hospes.
Beberapa senyawa yang digunakan untuk terapi penyakit akibat virus
Senyawa lainnya adalah Interferon suatu substansi yang mencegah terjadinya replikasi virus dan merupakan
bagian famili Cytokines.
Sifat-sifat interferon manusia
I. Vaksin
Vaksinasi untuk virus dilakukan untuk tujuan pencegahan, ada 2 metode yaitu
a. Vaksin hidup
Vaksin jenis ini memiliki beberapa kerugian diantaranya:
Risiko virulensi reversinya lebih besar dalam tahap multiplikasi virus
Agen yang secara tak sengaja masuk bisa jadi menginfeksi substrat secara laten
Penyimpanannya menimbulkan permasalahan
Gangguan infeksi tambahan yang terjadi secara alami.
b. Vaksin mati
Kerugian vaksin jenis ini:
Perawatan khusus dibutuhkan untuk memastikan tidak ada sisa virulen hidup
Kekebalan yang didapat hanya dalam waktu singkat dan terkadang harus ditingkatkan
Respons yang didapat kurang sesuai dengan yang diharapkan karena induksi yang terlalu lemah
Respons kekebalan yang diperantarai sel yang didapat terlalu lemah
Beberapa kasus ditemui adanya reaksi hipersensitivitas
Fungi A. Morfologi dan Struktur
Didnding sel tersusun atas kitin, sehingga tidak peka terhadap antibiotik yang bekerja mencegah sintesis
peptidoglikan seperti bakteri. Membran sel mengandung ergolsterol.
B. Klasifikasi
Ada 2 jenis jamur yaitu molds dan yeast.
Dari atas ke bawah kanan ke kiri: Saccharomyces, chlamydospores, Geotrichum, Rhizopus, Scopulariopsis,
Alternaria, Cladosporium, Penicillium, Aspergillus fumigatus.
1. Zygomycota
Reproduksi seksual: zigospora
Reproduksi aseksual: sporangia
2. Ascomycota
Reproduksi seksual: askospora
Reproduksi aseksual: konidia
3. Basidiomycota
Reproduksi seksual: basidiospora
Beberapa jenis jamur dan mycosis yang terjadi
C. Identifikasi
1. Spesimen
Material bipsi dan eksudat dari lesi granuloma dan ulcer
2. Pemeriksaan mikroskopis
Menggunaan pewarnaan KOH atau pewarna putih calcofluor, pewarnaan dinding sel methenamine perak
Gomori (warna hitam pada dinding sel), atau pewarnaan periodik asam-Schiff (warna merah pada dinding
sel).
3. Kultur
Menggunakan media agar Sabouraud yang mengandung antibiotik dan diletakkan pada suhu 25-30 C, pada
suhu 35 C terjadi perubahan bentuk menjadi yeast.
4. Serologi
Aglutinasi suspensi sel yeast yang diselimuti antigen
D. Terapi
Meskipun biasanya merupakan self-limiting disease ada beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan salah
satunya penambahan kalium iodida dalam susu.
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk terapi mikosis
Therapeutik
1. Antimikroba
Penggunaan obat antimikroba yaitu obat yang bertujuan membasmi mikroba yaitu jasad renik yang tidak termasuk
kelompok parasit. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh bakteri dan dapat menghambat mikroba jenis lain.
Obat ini harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, yaitu bersifat toksik bagi mikroba tetapi tidak bagi
hospes. Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik berbeda-beda.
Bakteriostatik: menghambat pertumbuhan bakteri
Bakterisid: membunuh bakteri
Kadar minimal untuk mencegah pertumbuhan minimal disebut kadat hambat minimal (KHM) sedangkan kadar
minimal untuk membunuh mikroba disebut kadar bunuh minimal (KHM).
Mekanisme pemusnahan mikroba secara garis besar dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Mengganggu metabolisme contohnya sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS), dan sulfon
2. Menghambat sintesis dinding sel contohnya penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin
3. Mengganggu permeabilitas membran contohnya polimiksin
4. Menghambat sintesis protein sel contohnya amoniglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.
5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat mikroba contohnya rimfampisin dan kuinolon
Resistensi dapat terjadi melalui tiga cara yaitu:
1. Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya, contohnya pada mutasi porin dan perubahan mekanisme transpor
aktif bakteri gram negatif
2. Inaktivasi obat karena mikroba mampu membuat enzim yang dapat merusak obat tersebut
3. Mikroba mengubah tempat ikatan antimikroba
Penyebaran resistensi dapat diturunkan dari generasi ke generasi atau melalui mekanisme sel donor bakteri. Hal yang
memungkinkan terjadinya resistensi pada bakteri:
1. Mutasi
2. Transformasi
3. Transduksi
4. Konjugasi
Penyebab memudahkan terjadinya resistensi:
1. Penggunaan yang terlalu sering
2. Penggunaan secara irasional
3. Penggunaan antimikroba baru yang berlebihan
4. Penggunaan untuk jangka waktu lama
5. Penggunaan antimikroba untuk ternak
Kontrol infeksi
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit akibat infeksi adalah degan cara mencegah mikroorganisme
mencapai tubuh pasien 1. Berikut merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan:
1. Sterilisasi
Merupakan proses penghilangan mikroorganisme secara menyeluruh dengan menggunakan metode pemanasan,
gas tertentu, radiasi, cairan kimia, dan filtrasi
2. Pasteurisasi
Penggunaan panas untuk menciptakan kondisi inaktif bagi mikroorganisme, dalam hal ini temperatur yang
digunakan lebih rendah jika dibandingkan dengan yang digunakan untuk sterilisasi.
3. Penggunaan desinfektan
Digunakan untuk membunuh bakteri patogen dengan kriteria yang tidak memenuhi untuk dilakukannya sterilisasi
4. Penggunaan antiseptik
Merupakan agen desinfektan yang dapat digunakan pada permukaan tubuh untuk mengurangi jumlah flora
normal maupun yang bersifat patogenik
5. Sanitasi
Merupakan istilah yang kurang spesifik, biasanya merujuk pada kebersihan rumah dan perisapan untuk makanan
6. Asepsis
Merupakan suatu istilah untuk mencegah penyebaran mikroorganisme pada suatu daerah
Proses sterilisasi bukan merupakan suatu proses untuk menciptakan keadaan steril mutlak, melainkan hanya
merupakan suatu probabilitas 1.
Kinetika pemusnahan bakteri sebagai suatu fungsi eksponen
Metode sterilisasi dan penggunaan desinfektan
Rujukan:
Joshephine A Morelo et al. 2003. Laboratory Manual and Workbook in Microbiology Applications to Patient Care 7th Edition. San Fransisce: Mc Graw Hill.
Richard A Harvey et al. 2007. Lippincotts’s Ilustrated Reviews Microbiology 2nd Edition. Lippincotts
Yi Wei Tang dan Charles W Stratton. 2006. Advanced Techniques in Diagnostic Microbiology. New York: Springer.
Kenneth J Ryan et al. 2004. Sherris Medical Microbiology an Introduction to Infectious Disease. 4th Edition. San
Fransisco: McGraw Hill.
Warren Levinson. 2008. Review of Medical Physiology and Immunology. San Fransisco: McGraw Hill.
Student Log Book Biologi Oral Dasar
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Semester 1 / 2012
Nama Mahasiswa :Irvi Firqotul Aini (NPM.1206237630)
Nama Fasilitator : drg. Niniarty Z Djamal, M.Kes
Diskusi Kelompok Kedua
Tanggal / Jam Diskusi : /08.00-10.00
Skenario No. : 4
1. Informasi tambahan dari diskusi kelompok/Sharing:
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
2. Catatan pendapat teman yang berbeda dengan anda:
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
3. Apa hal terpenting yang anda dapatkan pada diskusi skenario ini?
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
3. Kesimpulan akhir skenario:
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
4. Identifikasi sasaran belajar (hal-hal yang belum tercapai berdasarkan sasaran belajar yang ada):
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................................
5. Catatan dari dosen fasilitator:
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................................
Tanda Tangan Fasilitator: Nilai Log Book
(nilai diberikan oleh fasilitator setiap setelah DK 2)
............................................... ....................................................................