studi analisis terhadap teknik konseling...
TRANSCRIPT
STUDI ANALISIS TERHADAP TEKNIK KONSELING KELUARGA PADA PROGRAM SAKINAH MAWADDAH WA
RAHMAH (SAMARA) DI RADIO DAKTA 107 FM
Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
ULFATUN NI’MAH NIM: 106052001976
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M / 1431 H
i
ABSTRAK
Ulfatun Ni’mah Studi Analisis Terhadap Konseling Keluarga Pada Program Sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) di Radio DAKTA 107 FM Konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga untuk pembenahan komunikasi keluarga agar seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan dari semua anggota keluarga. Konseling keluarga dilakukan untuk memecahkan permasalahan–permasalahan keluarga dari pra nikah, pasca nikah serta problematika suami isteri maupun keluarga. Dalam melakukan konseling, banyak media yang tersedia dari media cetak maupun eletronik. Salah satu dari media yang menyediakan konseling adalah radio. Radio merupakan media eletronik untuk penghubung massa serta menyatukan komunikasi antar keluarga. Dari salah satu radio yang berkembang adalah radio DAKTA 107 FM. Pada radio DAKtA itu sendiri, memiliki program konseling keluarga yakni SAMARA yang bertujuan untuk membina keluarga sakinah mawaddah wa rahmah serta memberikan edukasi fiqh keluarga. Adapun pembahasan konseling keluarga secara rinci terumuskan dalam pertanyaan berikut: Bagaimana proses pelaksanaan konseling mulai dari persiapan maupun paca proses konseling? Bagaimana teknik konseling yang digunakan melalui radio DAKTA 107 FM pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA)? . Dalam penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan metode deskriptif analisis. Pengumpulan data dalam bentuk korelasi dengan pendekatan data kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara, yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian maupun catatan dari sumber yang terkait dengan penelitian dan rekaman program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA). Berdasarkan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konseling keluarga pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) di Radio DAKTA 107 FM yang dilakukan secara on air menggunakan proses dan teknik konseling non directive. Non directive adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien. Pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) menunjukkan hasil yang positif bagi para pendengar, sehingga radio DAKTA membuat program kajian SAMARA berbentuk off air serta membentuk komunitas “SAMARA CLUB” untuk para pendengar yang ingin membangun keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
ii
KATA PENGANTAR
Bismilllahirrahmanirrahmin, segala puji syukur kehadirat Illahi
Rabbi, karena dengan rahmat, hidayah-Nya, serta shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi.
Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan,
dukungan serta kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M. sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, serta Drs. Sugiharto, MA sebagai Seketaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M. Hum, yang telah menyempatkan waktu untuk
memberikan bimbingannya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
berdasarkan cara penulisannya, tujuannya, dan manfaat bagi masyarakat
akademik.
4. Seluruh dosen atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan,
dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi, serta
seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ayahanda tercinta H. Ichwan Abdullah, Lc dan Ibunda tercinta Tri Sumediati
serta Kakak ku Fadhilatul Muharam, SS yang selalu memberikan semangat dan
iii
pembelajaran yang tiada hentinya dan adikku tersayang, Naelatul Furqon.
Terima kasih atas pinjaman Laptopnya
6. Pimpinan dan segenap staff Radio DAKTA 107 FM, yang telah bekerjasama
dalam kelancaran penelitian skripsi ini serta motivasinya.
7. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah dan perpustakaan Umum Islam Iman
Jama’.
8. Semua sahabat – sahabat ku seperjuangan BPI 2006, yang telah bersama-sama
berjuang dan saling memberikan pengalaman dan motivasi.
9. Semua sahabat – sahabatku di UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Syahid, dan Komisariat Dakwah Ushuludin dan Dakwah (KOMDA USWAH),
KAMMI UIN SYAHID. Allah selalu bersama kita
Akhirnya penulis menyadari dengan wawasan keilmuan penulis
yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca,
menjadikan penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, penulis telah
berupaya menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Penulis
berharap semoga Allah swt, memberikan balasan yang lebih dari semua pihak
pada umumnya.
Bekasi, Agustus 2010
Ulfatun Ni’mah
iv
DAFTAR ISI
Abstraksi ........................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. ........ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ ........ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................. ........ 5
D. Metodologi penelitian ............................................... ........ 6
E. Tinjauan Pustaka ...................................................... ........ 9
F. Sistematika Penulisan ............................................... ........ 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konseling Keluarga
1. Pengertian Konseling Keluarga .................................... 11
2. Tujuan Konseling Keluarga ......................................... 12
3. Pendekatan Konseling Keluarga .................................. 13
4. Proses dan Teknik Konseling Keluarga ....................... 15
B. Radio
1. Pengertian Radio ......................................................... 18
2. Jenis – Jenis Radio ...................................................... 18
3. Radio Sebagai Media Konseling .................................. 19
C. Keluarga Menurut Ajaran Islam
1. Tujuan Perkawinan ..................................................... 21
2. Pembinaan Keluarga Menurut Ajaran Rasulullah SAW 26
3. Faktor yang Mendukung Terbentuk Keluarga Sakinah 29
BAB III Gambaran Umum DAKTA 107 FM
A. Profil Murhali Barda ....................................................... 33
B. Sejarah dan Perkembangan ............................................. 33
v
C. Visi dan Misi .................................................................. 35
D. Program – program DAKTA 107 FM ............................. 35
E. Program SAMARA ......................................................... 41
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN
KONSELING KELUARGA
A. Study Kasus ................................................................... 48
1. Pra Nikah ................................................................... 48
2. Pasca Nikah ............................................................... 56
3. Problem – problem suami – isteri .............................. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 75
B. Saran .............................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 78
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan suatu ketentuan dari ketentuan Allah swt di dalam
menjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum, menyeluruh,
berlaku tanpa baik bagi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ketentuan-
ketentuan ini telah dituangkan dalam firman Allah swt:
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-
gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.” [Qs. Ar Ra’d (13) : 3] 1
Allah swt sebagai tujuan akhir sebagai perilaku dan perbuatan manusia
telah menentukan bahwa pergaulan antar jenis dan hubungan antara laki-laki dan
perempuan harus berakhir dengan perkawinan. Perkawinan harus menjadi awal
pembentukan sebuah keluarga.2
1 Yayasan Penerjemah Al Qur’an, Al Qurán dan Terjemahan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 367. 2 Imam Suhirman, Menjadikan Keluarga Sakinah (Manajemen Menuju Keluarga Sakinah dan Bimbingan Perkawinan), (Jakarta: Media Istiqomah, 2006), cet. Ke-1, h. 3.
2
Abdullah Nasih Ulwan dalam sebagaimana dikutip dalam bukunya
menyebutkan, bahwa:
Islam memerintahkan umatnya melakukan perkawinan guna melestarikan keturunan, memelihara nasab, menyelamatkan manusia dari dekadensi moral membentuk rumah tangga ideal sebagai sarana pendidikan anak, membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit, memperoleh ketenangan jiwa serta menumbuhkan rasa kasih sayang antara orangtua (suami tua) dan anak.3
Keluarga merupakan bagian terkecil dari suatu negara, namun memiliki
kekuatan yang besar serta berperan penting dalam menegakkan landasan nilai
untuk mewujudkan negara yang memiliki kemuliaan dan moralitas yang baik
dalam masyarakat. Keluarga juga merupakan rujukan keberhasilan ditingkat
masyarakat manapun.
Secara psikologis, kehidupan keluarga yang baik bagi suami, isteri, anak-
anak, cucu-cicit atau bahkan mertua merupakan pelabuhan perasaan; ketentraman,
kerinduan, keharuan, semangat, dan pengorbanan, itu semua berlabuh di lembaga
yang bernama keluarga.4 Keluarga akan terasa lebih bermakna bagi anggota
keluarga ketika mampu menciptakan kondisi yang tentram dan bahagia.
Mengenai masalah kebahagiaan merupakan persoalan yang tidak mudah.
Hal ini disebabkan karena kebahagiaan adalah bersifat relative dan subyektif.
Subyektif karena kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi oranglain.
Relative karena suatu hal yang ada pada suatu waktu dapat menimbulkan
kebahaigaan. Hal ini akan terkait dengan frame of refence dari individu yang
bersangkutan. Dengan demikian maka akan timbul pertanyaan bagaimana
3 Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan, Membinan Keluarga Sakinah Menurut Al Qurán dan As Sunnah, (Jakarta: Akademia Presindo, 2001), cet. Ke-11. h. 113. 4 Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga (Jakarta, Binarena Pariwara, 2005), cet. Ke-1, h. 141.
3
keluarga yang bahagia itu. walaupun kebahagiaan itu bersifat subyektif dan
relative, tetapi adanya ukuran atau patokan umum yang dapat digunakan untuk
menyatakan bahwa keluarga itu merupakan keluarga yang bahagia atau welfare.
Keluarga merupakan keluarga yang bahagia bila dalam keluarga itu tidak
terjadi kegoncangan-kegoncangan, sehingga keluarga itu bisa berjalan dengan
smooth tanpa goncangan-goncangan yang berarti (Free From Quarelling)5
Problem-problem pernikahan dan keluarga amat banyak sekali dari hal
yang kecil sampai yang besar. Dari sekedar pertengkaran kecil sampai ke
penceraian dan keruntuhan kehidupan rumah tangga yang menyebabkan
timbulnya broken home. Penyebabnya bisa terjadi dari kesalahan awal
pembentukan rumah tangga, pada masa-masa sebelum dan menjelang pernikahan,
bisa juga muncul disaat-saat mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga,
dengan kata lain ada banyak faktor yang menyebabkan pernikahan dan pembinaan
kehidupan berumah tangga atau berkeluaraga itu tidak baik, tidak seperti yang
diharapkan, tidak dilimpahi mawaddah wa rahmah, tidak menjadi keluarga
sakinah. 6
Dalam hal ini, pembinaan kehidupan berkeluarga dapat dikaitkan dengan
adanya proses layanan bimbingan yang Islami. Pelayanan bimbingan yang Islami
dan proses konseling tersebut membutuhkan media, sarana dan fasilitas yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi sebuah keluarga. Diantaranya proses
layanan bimbingan tersebut dapat mempergunakan media-media yang digunakan
didalam media komunikasi modern seperti surat kabar, radio, televisi, yang lebih 5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi, 2000), cet. Ke-2, h. 41 6 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta), cet. Ke-3, h. 85
4
dikenal media massa. Dengan demikian proses layanan sebuah bimbingan telah
menjangkau berbagai aspek yang lebih luas dari perkembangan dan kehidupan
manusia.
Sebagaimana media massa elektronik, radio memiliki banyak kelebihan. Ia
memiliki kesederhanaan bentuk (protability) dan kemampuan menjangkau setiap
pendengarannya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan lain sekalipun atau
bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Hal ini dikarenakan radio tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh seorang
penyiar atau orator pada saat itu juga diterima oleh khalayak walaupun sasaran
yang dituju sangat jauh.7
Salah satu radio yang menyediakan program konseling keluarga adalah
radio DAKTA 107 FM. Radio Dakta 107 FM merupakan salah satu radio swasta
yang bernuansa Islam yang terletak Bekasi. Program konseling keluarga yang
dimaksud adalah program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA). Program
sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) adalah program konseling yang
dikhususkan untuk membantu permasalahan keluarga atau membina keluarga dari
masa pra nikah, pasca nikah serta problematika keluarga yang sering kali terjadi
dikalangan masyarakat.
Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
dalam bentuk skripsi yang berjudul “Studi Analisis Terhadap Teknik
Konseling Keluarga Pada Program Samara Di Radio Dakta 107 FM”
7 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), cet. Ke-7. h. 108.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat Radio Dakta 107 FM memiliki bermacam-macam
program maka penulis membatasi hanya pada pelayanan bimbingan
konseling keluarga pada program sakinah mawaddah wa rahmah
(SAMARA) dalam berbentuk on air atau siaran langsung.
2. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan pembatasan masalah diatas serta agar hasil yang
dapat juga maksimal, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pelaksanaan konseling mulai dari persiapan maupun
pasca proses konseling pada program sakinah mawaddah wa rahmah
(SAMARA)?
b. Bagaimana teknik konseling yang digunakan melalui Radio Dakta 107
FM pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penulis bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan konseling melalui radio
terutama pada program SAMARA.
b. Untuk mengetahui teknik konseling yang digunakan melalui radiio
pada program SAMARA dalam menghadapi klien.
6
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Menurut penulis manfaatnya adalah dapat memberikan
pengetahuan yang lebih tentang konseling.
Untuk konselor adalah analisis pelaksanaan konseling dan saran
yang ditulis dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbang
pemikiran dalam konseling.
Untuk pembaca adalah ingin memperoleh pengetahuan tentang
pelaksanaan konseling keluarga melalui radio.
b. Praktis
Memberikan nilai positif serta referensi bagi konselor dan
gambaran proses pelaksanaan juga teknik yang tepat dalam menangani
klien, serta dapat membantu lembaga pemerintahan dalam program
mengantisipasi terjadinya berbagai permasalahan dalam keluarga sehingga
tercipta bangsa yang rukun.
D. Metodologi Penelitian
1. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan
Tylor seperti yang dikutip Lexy J. Maleong yaitu prosedur penelitian yang
7
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.8
Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara,
dokumentasi, dan rekaman data. Data yang didapatkan dari berbagai sumber
yang terkait dengan penelitian berupaya untuk diolah sehingga dapat
memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan konseling keluarga
pada radio Dakta 107 FM.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada tanggal 8 Mei 2010 hingga 7
Juni 2010 dan tempat penelitian berlokasi di Bekasi yang merupakan
kantor radio Dakta 107 FM.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam subyek penelitian adalah nara sumber professional yang
terlibat dalam pelaksanaan konseling kerluarga pada program sakinah
mawaddah wa rahmah (SAMARA), yakni Ustad Murhali Barda sebagai
konselor di program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA), Dhani
Wahab sebagai manager program radio DAKTA 107 FM dan Yudhi
Darmawan sebagai Announcer dan reporter radio DAKTA 107 FM.
Obyek pada penelitian adalah proses pelayanan bimbingan dan
konseling keluarga melalui program sakinah mawaddah wa rahmah
(SAMARA) di radio Dakta 107 FM.
8 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), cet. Ke-21, h. 4.
8
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan
pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
hubungan tersebut.9
Dalam melakukan observasi, penulis dibantu dengan alat-
alat observasi seperti kamera, catatan dan alat tulis. Observasi ini
dilakukan penelitian dengan memperhatikan secara akurat lokasi
penelitian yang bertempat di radio Dakta 107 FM beserta kegiatan
yang dilakukan pada program sakinah mawaddah wa rahmah
(SAMARA).
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan nara
sumber. Dalam wawancara ini, nara sumber akan memberikan
jawaban atas pertanyaan dari pewawancara.10
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
dsb.
d. Rekaman 9 Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1983), cet. Ke-1, h. 122. 10 Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian behavioral (Yogyakarta: UGM Press, 2000), h. 770
9
Rekaman adalah data yang mengenai proses konseling keluarga yang
berupa soft copy atau Copy Disk (CD).
5. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan skripsi penulis menggunakan buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
diterbitkan oleh CEQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah
Jakarta, 2007 cetakan ke-2. selain itu penulis memperoleh arahan dari
pembimbing skripsi dan juga menggunakan buku-buku lain yang berkaitan
dengan teknik penulisan skripsi ini.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum menentukan judul skripsi, penulis melakukan tinjauan pustaka ke
beberapa perpustakaan, yaitu perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syahid Hidayatullah Jakarta. Selama
tinjauan terdapat skripsi yang berjudul “Pembinaan keluarga sakinah melalui
layanan bimbingan dan konseling Islam di radio CBB Jakarta”, penulis Diah
Wimas Intan – 103052028655, yang meneliti tentang bentuk pembinaan keluarga
sakinah melalui bimbingan dan konseling di radio.
Sedangkan, membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah proses konseling keluarga pada program SAMARA di radio Dakta 107
FM.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
10
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfataat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini dijelaskan secara teoritis mengenai pengertian
konseling keluarga, tujuan konseling keluarga, pendekatan
konseling keluarga, pengertian radio, jenis dan karekteris radio,
radio sebagai media bimbingan konseling.
BAB III GAMBARAN UMUM RADIO DAKTA 107 FM
Bab ini menjelaskan kondisi subyektif dan obyektif Radio DAKTA
107 FM, yang meliputi: profile nara sumber, sejarah dan
perkembangan Dakta 107 FM, visi dan misi, kegiatan-kegiatan
yang diadakan di Radio Dakta 107 FM, serta menjelaskan program
SAMARA
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN
KONSELING KELUARGA
Bab ini menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam
perumusan masalah, yang meliputi: proses konseling keluarga,
Teknik Pelaksanaan konseling keluarga, analisis study kasus, dan
analisis acara program SAMARA.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konseling Keluarga
1. Pengertian Konseling Keluarga
Counseling adalah suatu nama yang luas pengertiannya untuk
beraneka ragam prosedur guna menolong banyak orang agar mampu
menyesuaikan diri; seperti memebri nasihat, diskusi terapeutis,
pengadministrasian dan penafsiran tes, serta bantuan vokasional dan
kejujuran.11
Adapun pengertian keluarga dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, adalah satuan kerabatan yang sangat mendasar dalam
masyarakat.12 Sehingga keluarga sangat penting dalam kemasyarakatan.
Keluarga adalah suatu matrik sosial, suatu kelompok/organisasi
biopsikososial, dimana para anggotanya terikat dengan suatu ikatan khusus
untuk hidup bersama, bukan suatu ikatan yang sifatnya statis dam
membelenggu.13
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Sehingga
keluarga itu terbagi menjadi dua, yaitu: 14
11 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1981), h. 114. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 536. 13 Dadang Hawari, Membina Keluarga Sakinah (Jakarta: Pustaka Antra, 1996), h. 77. 14 Eko Susanto, Bimbingan Konseling keluarga, artikel ini diakses pada 10 April 2010 dari http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/bimbingan-konseling-keluarga
12
a. Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”
Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan
anak-anak mereka; yang kadang-kadang disebut juga sebagai
“conjugal”-family.
b. Keluarga Besar “Extended Family”
Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar
orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi,
kemenekan, dan seterusnya. Unit keluarga ini sering disebut sebagai
‘conguine family’ (berdasarkan pertalian darah).
Family counseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan
yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga
(pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang
seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan
membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan
kecintaan terhadap keluarga.15
2. Tujuan Konseling Keluarga
Tujuan konseling keluarga dikemukakan secara umum dan khusus,
sebagai berikut:16
a. Tujuan Umum:
1) Membantu anggota-anggota keluarga baelajar dan menghargai
secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah saling kait –
mengaitkan diantara anggota keluarganya. 15 Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling), (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 83. 16 Ibid, h. 89
13
2) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika
satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada
persepsi, ekspasi, dan interaksi kepada anggota-anggota lainnya.
3) Agar tercapainya keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan
an peningkatan setiap anggota
4) Untuk mengembangkan penghargaan penuh seagai pengaruh dari
hubungan parental.
b. Tujuan Khusus:
1) Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota
keluarga terhadap car-ara yang istimewa (idiocyncratic ways)
2) Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang
mengalami frustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi
karena faktor system keluarga.
3) Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap anggota keluarga
dengan cara mendorong (men-support), memberi semangat, dan
mengingatkan anggota tersebut.
4) Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orangtua secara realistic
dan sesuai dengan anggota-anggota lainnya.
3. Pendekatan Konseling Keluarga
Menurut Salvador Minuchin sebagaimana yang dikutip Sofyan S.
Willis dalam buku Konseling Keluarga (Family Counseling),
mendefinisikan bahwa keluarga yaitu:
“Multibodied organism” organisme yang terdiri dari banyak badan. Keluarga adalah satu kesatuan (entinity) atau organiesme. Ia bukanlah
14
merupakan kumpulan (collection) individu-individu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu. Komponen-komponen itu adalah anggota keluarga.”17
Selama proses konseling berjalan menurut tahapan berikutnya:18
1) Pengembangan Raport
Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan
pengembangan rapport merupakan suasana hubungan konseling
yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan
keterbukaan diri klien.
2) Fase membina hubungan konseling
Fase ini sangat penting dalam proses konseling, dan keberhasilan
tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan
konselor dalam membina hubungan konseling dalam membina
konseling.
3) Memperlancar tindakan positif
Dalam fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
a. Eksplorasi, mengeksplorasi dan menulusuri masalah serta
menetapkan tujuan konseling, menetapkan rencana strategis.
b. Perencanaan, mengembangkan perencaan bagi klien sesuai
dengan tujuan untuk memecahkan masalah.
c. Penutup, mengevaluasi hasil konseling.
17 Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga Family Counseling (Bandung: Afabeta, 2009). Cet ke-1 h. 50 18Ibid, h. 132
15
4. Proses dan Teknik Konseling Keluarga
Proses pelaksanaan konseling keluarga berbeda dengan konseling
individual karena ditentukan oleh beberapa faktor seperti jumlah kliennya
(anggota keluarga) lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga amat
beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri dalam
dinamika konseling keluarga.
Menurut Abubakar Baraja, proses konseling terdapat unsur-unsur
dan tahapan yang dapat dilakukan konselor untuk lebih meringankan
dalam penyelesaian masalah yang dihadapi klien. Dalam secara umum
proses konseling dibagi atas tiga tahapan, yakni:
a. Tahap Awal
Tahap awal konseling dilaksanakan dengan tujuan untuk
menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat
langsung dalam proses konseling.19 Dalam tahap ini konselor
melakukan beberapa proses, yaitu membangun hubungan baik antara
konselor dengan klien, memperjelaskan dan mendefinisikan masalah,
membuat penaksiran masalah, serta mengasosiasikan kontrak
konseling.
b. Tahap Inti
Tahap inti konseling ini digunakan untuk membantu klien
memahami gambaran dirinya serta masalah yang dihadapinya atau
dapat dikatakan bahwa tahap ini terjadinya eksplorasi kondisi klien,
19 Abubakar Baraja, Psikologi dan Teknik Konseling (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet ke-3, h. 47
16
identifikasi masalah dan penyebabnya, identifikasi alternatif
pemecahan, pengujian dan penetapan alternative pemecahan.20
c. Tahap Akhir
Tahap akhir konseling lebih kepada dalam proses mengakhiri
konseling, yaitu memberikan kesimpulan-kesimpulan yang mengenai
hasil proses konseling dan mengevaluasi proses konseling serta
membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Dalam tahap ini, proses konseling terdiri dari 6 tahap, yaitu21:
a) Analisis; yakni tahapan pengumpulan data atau informasi tentang
diri klien dan lingkungannya, dengan maksud untuk lebih mengerti
tentang keadaan klien. Adapun data yang perlu dikumpulkan yaitu
dari luar diri klien dan dari dalam diri klien sendiri, berupa fisik
maupun data psikologis.
b) Sintesis; merupakan tahapan untuk merangkum dan mengorganisir
data hasil tahap analisis dengan sedemikian rupa, sehingga dapat
menunjukkan gambaran diri klien yang terdiri dari kelemahan dan
kelebihannya serta kemampuan sekaligus ketidakmampuannya
menyesuaikan diri. Semua data yang diperoleh dari analisa
(informasi), dirangkum atau dispesifikasikan untuk ditemukan akar
masalah yang dihadapi klien, serta dapat dijadikan sebagai
diagnosa awal dari penemuan analisa kita.
20 Ibid, h. 48 21 Ibid, h. 49-56.
17
c) Diagnosis; merupakan tahapan untuk menetapkan hakikat masalah
yang sedang dihadapi klien beserta dengan sebab-sebabnya dengan
membuat perkiran-perkiran, kemungkinan yang akan dihadapi
klien berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapinya saat ini.
Sebelum memberikan diagnosa terhadap keadaan klien, perlu
menentukan identifikasi masalah dan sebab-sebab masalah
(etiologi) klien.
d) Pronosis; merupakan langkah untuk memprediksi apa yang akan
terjadi pada diri klien, yaitu masalah tersebut akan terus
berkembang. Informasi yang disampaikan kepada klien dengan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi akan mengurangi
atau setidak-tidaknya memberikan jalan keluar kepada klien
bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
e) Konseling / Treatment (Perlakuan)
f) Follow Up (Tindak Lanjut); berguna untuk melihat tingkat
keberhasilan pemberian bantuan (konseling yang telah
berlangsung.
18
B. Radio
1. Pengertian Radio
Secara etimologi, radio adalah “Pengiriman suatu suara atau bunyi
melalui udara.”22
Pengertian radio siaran secara terminology menurut pemerintah
sebagai berikut: radio siaran adalah pemancaran radio yang langsung
ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan menggunakan gelombak
seagai media.
Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi
murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio
berfungsi sebagai ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan, dan
hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab
sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan
berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual
melalui telinga pendengarnya.23
2. Jenis – jenis Radio
Radio memiliki khas (karakteristik) yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia, karena memerikan kontribusi yang besar bagi
perkembangan komunikasi massa. Karakteristik radio memberikan
manfaat yang unik, baik ditinjau dari sisi kelebihan maupun
22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Perpustakaan Nasional) h. 808. 23 Masduki, Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar (Yogyakarta: LKIS, 2006), h. 9
19
kekurangannya, sehingga dapat membedakan dari media massa lainnya,
yaitu:
a. Sifat radio siaran hanya untuk didengarkan
b. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik.
c. Orang yang mendengarkan radio dalam keadaan santai, bisa sambil
mengemudi mobil, tiduran, bekerja di kantor, dan sebagainya
d. Siaran radio harus menpunyai daya peka
e. Siaran radio hanya bersifat komunikasi yang satu arah24
3. Radio Sebagai Media Konseling
Radio lebih sering dipahami hanya sebagai saran hiburan. Serin
disadari bahwa dibalik itu selama ini terselip fungsi lain, yaitu sebagai alat
media komunikasi. Demikianlah, sepanjang orde baru oleh pengelola dan
pendengar radio dijadikan sarana hiburan utama, diluar film dan televisi.
Pada awalnya radio hanya memiliki tiga fungsi yaitu sebagai alat
hiburan, alat pendengar, dan pendidikan. Ketiga fungsi tersebut memiliki
keterkaitan satu dengan yang lain, karena ketika radio siaran menyiarkan
program pendidikan, maka secara tidak langsung program hiburan
disajikan sebagai pemikat para pendengar. Begitu juga dengan
penerangan-penerangan lainnya.
Di Indonesia, peranan radio amatlah penting karena radio
digunakan sebagai alat penghubung massa, lebih terasa urgent daripaa
negeri-negeri lainnya. Hal ini disebabkan kondisi geografis Negara
24 Asep Syamsul M. Romli, op.cit, h. 27 – 29
20
Republik Indonesia yang sebagaimana diketahui terdiri dari beribu-ribu
pulau yang telah mengakibatkan sulit dilakukannya lalu lintas intersuler
dengan lancar, lalu lintas udara belum cukup dapat mengatasi kebutuhan
mempertahankan aktualitas pemberitaan yang dibawakan oleh media
massa lainnya. Disinilah radio diposisikan sebagai medium pemberitaan
actual dan penyampainnya yang efektif masih dianggap yang paling
mendekati harapan. Hal ini yang efektif direalisasikan oleh pemerintah
Indonesia dengan adanya undang-undang radio sebagai media komunikasi
massa dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1970 Pasal 1 Ayat 1:
“Radio siaran harus berfungsi social yaitu sebagai alat pendidikan, alat
penerangan dan alat hiburan.”25
Saat ini dan kecenderungan di masa mendatang, radio akan
memainkan kembali satu sisi perannya. Yaitu sebagai media penyalur
acara konsultasi. Radio telah memenuhi kebutuhan khalayak akan medium
yang menjadi penghubung orang-orang yang karena kesibukan,
kesendirian dan suasana lingkungan tertentu memerlukan sarana untuk
menyampaikan atau mendengarakan masalah-masalah yang diperlukannya
untuk diketahui atau disampaiakan. Radio siap bersaing dengan media-
media pers lainnya, cetak maupun elektronik. Dengan demikian, jelas
sangat dibutuhkan pengelola radio yang handal bekerja sama dengan para
konselor.
25 Ton Kertapati, Dasar-dasar Publisistik dalam perkembangnnya di Indonesia mejadi Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet. Ke – 3, h. 204
21
Radio sangat memiliki kontribusi khusus sebagai media inter
personal yang dibutuhkan ditengah masyarakat. Terlihat dalam berbagai
acara-acara yang dimulai sejak siaran-siaran rohani pada subuh dini hari,
hingga acara-acara personal yang bermanfaat pada tengah malam hari.
Dalam konteks kemampuannya yang khas untuk masuk ke dalam masalah-
masalah yang sangat pribadi, serta kemampuannya secara community
media.
C. KELUARGA MENURUT AJARAN ISLAM
1. Tujuan Perkawinan
Di dalam al qur’an tujuan perkawinan dijelaskan dengan firman
Allah SWT:
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.” (Qs. Ar Ruum: 21)
Dari penjelasan ayat diatas menjelaskan tujuan dari pernikahan adalah
membentuk keluarga yang sakinah (tentram), mawaddah (cinta dan
22
bergairah), dan rahmah (kasih sayang). Dalam tujuan yang terpenting dari
pernikahan menurut syariat Islam adalah:26
a. Menciptakan keluarga Islami
Islam memandang pernikahan bukan sekedar sarana untuk
melampiaskan syahwat dan naluri manusiawi, tetapi mempunyai
pandangan yang lebih agung. Dalam surat Ar Ruum: 21 menjelaskan,
diantara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT adalah menciptakan
keluarga yang cenderung dan merasa tentram kepadaNya, serta
merasakan cinta dan kasih sayang kepadaNya.
b. Mengatur potensi kelamin
Allah SWT menciptakan manusia dengan beragam jenisnya, baik laki-
laki maupun perempuan. Hal ini dimaksudkan agar tercapai tujuan
yang agung, yakni mengembangkan keturunan, sehingga lestarilah
sejarah perkembangan hidup manusia. Sedangkan, pernikahan
disyariatkan untuk melestarikan keturunan.
c. Merasakan penderitaan hidup
Akad pernikahan adalah bersifat yang abadi. Artinya, bukan sekedar
terbatas pada waktu tertentu dan tidak pula akan habis pada masa yang
ditentukan. Oleh karena itu, berkeluarga harus berisfat terus menerus
untuk mencapai kedamaian dan ketenangan.
d. Menebus dosa
26 Abdullah Umar, Ibnu Mahalli. Menyongsong Hidup Baru Penuh Barakah, Tuntunan Pernikahan Dalam Bingkai Al Qur’an. (Yoyakarta: Media Insani,2001), h. 15
23
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah
SAW bersabda: “ada sebagian dosa manusia yang tidak dapat
diampuni dengan melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan umrah.
Tetapi dosa tersebut terampuni lantaran prihatin memikirkan nafkah
keluarga.”
e. Meningkatkan kualitas berjihad
Berjihad di dalam keluarga adalah mencari nafkah untuk keluarga,
terus menerus membimbing keluarga, serta mendidik anak. Hal
tersebut merupakan upaya memberikan perlindungan, pemeliharaan,
dan pembinaan keluarga. Mendidik anak dan keluarga nilainya berada
dalam satu tingkat dengan berjihad di jalan Allah SWT. Imam Ahmad
bin Hanbal menegaskan: “satu di antara sekian banyak jenis berjihad
adalah mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan diri dan
keluarga.” Allah telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Qs.At Tahrim:6)
f. Menyempurnakan akhlak
Dalam pandangan Islam, pernikahan adalah sarana efektif untuk
menyelamatkan umat manusia dari dekadensi moral, dan menjaga
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Rasulullah sangat
24
menganjurkan kepada para pemuda untuk menikah: “Barangsiapa
diantara kalian telah mampu menanggung beban pernikahan, maka
menikahlah. Sebab menikah dapat memejamkan mata dari pandangan
yang diharamkan dan memelihara kehormatan dari perzinaan.
Barangsiapa belum mampu, hendaklah berpuasa. Sebab puasa dapat
mengurango gejolak syahwat.” (HR. Bukhari Muslim)
g. Melahirkan keturunan mulia
Dalam Al Qur’an, Allah berfirman: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak“ (Qs. An Nisa’:1) Ayat diatas menjelaskan suatu kebijaksanaan yang telah ditetapkan
sejak zaman azali, dan merupakan tujuan pokok bagi terciptanya
manusia. Sebab itu, Al Qur’an menganggap anak sebagai salah satu
diantara dua unsur perhiasan serta kemegahan hidup di dunia. Dua
unsur tersebut adalah anak dan harta.
h. Memperbanyak keturunan
Pernikahan yang dilandasi dengan nilai-nilai Islam akan mampu
melahirkan generasi yang berkualitas. Sebab pernikahan adalah satu-
satunya sarana untuk untuk menciptakan keluarga dan keturunan, serta
merupakan fitrah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia.
i. Meraih kesehatan
Pernikahan memberikan perlindungan terhadap generasi muda dari
kebiasaan tercela yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam jurang
25
kehinaan dan menghindarkan mereka dari bahaya yang mengancam.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani, Rasulullah
bersabda: “tujuh orang yang tidak akan pernah dipandang oleh Allah
dan tidak akan pernah dibersihkan dosanya. Bahkan Allah
memerintahkan kepada mereka: “masuklah ke neraka bersama orang-
orang yang masuk kedalamnya.” Mereka adalah pelaku homoseks
atau lesbian, orang yang melakukan onani, orang yang menyetubuhi
bintang, orang yang menyetubuhi isteri lewat dubur, orang yang
menikahi perempuan sekaligus anak tiri, orang yang berselingkuh, dan
orang yang menyakiti hati tetangga hingga melaknatinya.”
j. Menegakkan sunnah Rasul
Rasulullah SAW bersabda: “sebagin dari sunnahku adalah menikah.
Barangsiapa mencintai aku, maka hendaklah dia menegakkan
sunnahku” (HR. Imam Ahmad)
k. Mendidik generasi baru
Pendidikan yang baik adalah sebagai tanda terwujudnya keturunan
yang mulia. Sebab yang dimaksud dengan memperbanyak keturunan,
bukan sekedar melahirkan anak, kemudian di sia-siakan. Tetapi untuk
mewarnai kehidupan dengan unsur-unsur menegakkan prinsip-prinsp
keluarga, serta membekali masyarakat dengan suatu sifat yang
membangun.
26
Disamping dengan tujuan yang pokok, dalam pandangan Islam
berkeluarga juga mempunyai dua tujuan yang penting, yakni:27
a. Menjaga nasab. Nasab merupakan mata rantai kehidupan, dari
nenek sampai cucu serta keturunan yang dikenal. Allah berfirman
dalam surat An Nahl:72, “Dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri
kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu.”
Dalam pengenalan itulah yang merupakan dasar-dasar dalam
penetapan hak-hak dan kewajiban, baik dalam masalah pendidikan,
penyusuan, nafkah, serta harta pusaka. Oleh sebab itu, Islam
membentengi hal-hal tersebut dengan dinding yang luas dari
aturan-aturan yang dipenuhi untuk membangunnya.
b. menjaga harta pusaka.
2. Pembinaan Keluarga Menurut Ajaran Rasulullah SAW
Keluarga merupakan salah satu sendi umat. Apabila keluarga
merupakan salah satu sendi umat, maka pernikahan sebagai dasar yang
darinya keluarga terbentuk dan berkembang harus diperhatikan.
Perhatian Islam terhadap pembinaan berkeluarga tidak hanya
terbatas pada awal terbentuknya sebuah keluarga yang di dalamnya
terdapat beberapa personel guna tercapai keluarga yang bahagia dan
sejahtera. Islam telah memberikan tuntunan yang bersifat lengkap,
transparan, dan detail tentang hubungan antar lawan jenis, perkawinan,
dan pembinaan keluarga sakinah. Tuntunan ini terletak dengan jelas
27 Ibid, h. 76
27
dalam seruan-seruan Allah SWT sebagai wujud kasih sayang-Nya
kepada manusia.28
Sebagaimana dalam firman-Nya dalam Qs. An Nuur [24]:31
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs.
An Nuur[24]: 31)
Ayat diatas menguraikan bagaimana Alah swt memberikan tuntunan
kepada hamba-Nya agar menikah apabila telah mampu.
28 Cahyadi Takariawan, Pernak Pernik Keluarga Islam (Solo: Era Intermedia, 2005), cet. Ke-5, h. 31
28
Adapun penjelasan tentang pembentukan keluarga muslim dijelaskan dalam
Firman Allah swt dalam Qs. An Nahl[16]:32
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para
Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum,
masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan". (Qs. An Nahl[16]:32)
Berbagai arahan Islam dalam kehidupan sehari-hari tidaklah
bermaksud memenjarakan manusia dengan dinding-dinding kejumudan dan
keterbelakangan. Bahkan, sebaliknya hal itu dimaksudkan sebagai sebuah
penjagaan yang amat kokoh terhadap hak-hak jiwa, kehidupaan, keturunan,
harta benda, dan kehormatan.29
Rumah tangga Rasulullah SAW merupakan petunjuk praktis sebuah
keluarga yang bahagia dan contoh teladan bagi umatnya dalam membina
keluarga sakinah. Hal ini dapat dilihat bagaimana Rasulullah memberikan
pengarahan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Dari Ismail bin Muhammad bin Sa’ad bin Abi Waqqash, dari
kakeknya, bahwa Rasulullah telah bersabda:
29 Imam Suhirman, Menjadikan Keluarga Bahagia Manajemen Menuju Keluarga Sakinah dan Bimbingan Perkawinan (Bandung: Mefia Istiqomah, 2006), cet. Ke-1, h. 77
29
Artinya: “Diantara faktor-faktor kebahagiaan lelaki ada tiga, yaitu isteri
salehah, rumah kediaman yang nyaman, dan kendaraan yang baik. Dan
diantara faktor-faktor penderitaan seseorang ada tiga, yaitu isteri yang jahat,
rumah kediaman yang kumuh, dan kendaraan yang buruk.” (HR. Ahmad Ath
Thabrani, Al Bazzar dan Al Hakim)30
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan keluarga
sakinah telah diatur islam dan terutuang dalam Al Qur’an dan As Sunnah
Rasulullah SAW sebagai contoh tauladan. Islam sudah menata rapi bagaimana
membentuk keluarga sakinah yang mawaddah warahmah. Tuntunan Islam dalam
membentuk keluarga sakinah diarahkan kepada pelaksanaan didalam keluarga itu
sendiri yang menciri khaskan ajaran-ajaran Islam serta adanya keseimbangan hak
dan kewajiban masing-masing anggota keluarga.
3. Faktor – Faktor Yang Mendukung Terbentuk Keluarga Sakinah
Dalam membentuk keluarga sakinah ada beberapa faktor yang
mendukung, diantaranya faktor utama, faktor penunjang dan faktor
pemeliharaan, yakni:31
a. Faktor Utama
Dalam faktor utama untuk membentuk keluarga sakinah,
dimulai dari pra nikah, pernikahan, dan berkeluarga harus kita
mempunyai bekal mental dan ilmu.
30 Muhammad Ali Al Sabouni. Buku Pintar Membina Rumah Tangga (Malaysia: Darul Fikir,2003), Cet. Ke-1, h. 60 31 Hj. Yoyoh Yusroh, Pernikahan Sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah, artikel diakses pada 10 April 2010 dari http://www.dakwatuna.com/2008/pernikahan-sebagai-landasan-menuju-keluarga-sakinah
30
Pada faktor utama, hal yang harus dipahami dalam berkeluarga
adalah dapat memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri
terhadap suami, namun dengan sebaliknya. Sebab, dalam berkeluarga
meraka harus bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Saling memahami hak suami terhadap istri dan memenuhi
kewajiba isteri adalah faktor yang terpenting dalam menjalani keluarga
yang sakinah.
b. Faktor Penunjang
Adapun faktor penunjang, merupakan faktor pembentukan
madya setelah dari faktor utama. Diantara dari faktor penunjang
adalah:
1) Realistis dalam pendidikan anak
Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan satu
kata antara ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan
kebingungan pada anak. Dalam memberikan ridho’ah (menyusui)
dan hadhonah (pengasuhan) hendaklah diperhatikan muatan:
a) Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental)
Dalam tarbiyah ruhiyah ini bertujuan agar anak mempunyai nilai
tinggi terhadap dunia dan seisinya.
b) Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual)
Muatan dari tarbiyah aqliyyah yang diberikan kepada anak
bertujuan untuk mengetahui serta memahami terhadap Islam dan
kehidupan yang secara baik.
31
c) Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)
Pada tarbiyah jasadiyah, bertujuan untuk anak berbadan kokoh
dan kuat.
2) Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri
Dalam mengenal kondisi nafsiyyah merupakan hal untuk
membentukknya keluarga sakinah. Sebab kondisi nafsiyyah, suami
isteri mampu mengemban beberapa beban keluarga. Seperti jiwa
harta, waktu serta mendidik.
3) Membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat
4) Memiliki keterampilan rumah tangga.
c. Faktor Pemeliharaan
Ini adalah faktor terakhir untuk faktor mendukung dalam
membentuk keluarga sakinah. Sebab, jika tidak ada pemeliharaan
yang baik dalam berkeluarga maka timbul permasalahan-
permasalahan yang membuat keretakan rumahtangga. Oleh karena itu,
perlu adanya faktor pemeliharaan, diantaranya adalah:
1) Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas.
Dalam hal ini suami isteri diajarkan saling gotong royong atau
amal jama’i (bekerja sama) untuk membangun keluarga yang
bahagia.
2) Menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis.
Didalam keluarga perlu adanya komunikasi yang efektif.
Disebabkan, banyak terjadinya keluarga yang retak atau bercerai
32
karena faktor komunikasi yang kurang efektif. Oleh karena itu,
suami isteri harus mempunyai waktu untuk berkomunikasi yang
tersendiri.
3) Menghidupkan hal-hal yang dapat merusak kemesraan keluarga
baik dalam sikap, penampilan maupun prilaku.
Dalam berpenampilan ataupun perilaku adalah bekal keterampilan
dalam berkeluarga. Maksud dari penampilan atau perilaku, adalah
baik dari sikap maupun tutur kata.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM RADIO DAKTA 107 FM
A. Profil Murhali Barda
Murhali Barda adalah nara sumber atau konselor pada program
sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) di radio DAKTA 107 FM. Ustad
Murhali, nama panggilan akrab, sudah mulai bergabung di radio DAKTA
pada tahun 1998-n, dia sebagai karyawan serta penyiar. Pada tahun 2005,
beliau diangkat menjadi seorang nara sumber atau konselor pada program
sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA), yang mempunyai latar belakang
pendidikan pesantren Darussalam, Gontor – Jawa Timur.
Ditengah kesibukan menjadi seorang konselor pada program
tersebut Ustad Murhali yang lahir di Bekasi, 20 Juni 1973, beliau juga aktif di
organisasi masyarakat dan kegiatan sosial serta keagamaan.32
B. Sejarah dan Perkembangan
Radio Dakta didirikan oleh Bapak H. Iman Loebis, sebagai pemilik
PT Java Motors yang bercita-cita untuk membangun sebuah radio, sebagai
sarana menyebarkan informasi dan dakwah ditengah masyarakat. Pada awal
tahun 1991 beliau membeli izin Radio Famor yang berlokasi di Bandung,
Jawa Barat. Setelah melalui berbagai proses administrasi dan persiapan teknis
maka dipindahkanlah izin penyiarannya ke wilayah Bekasi dengan tujuan
agar daya pancarnya bisa menjangkau wilayah Jabodetabek.
32 wawancara Pribadi dengan Ustad Murhali Barda
34
Radio Dakta yang dinaungi oleh PT Radio Nada
Komunikasiutama, pada 27 Maret 1992 mengudarakan Radio Dakta dengan
format radio informasi digelombang FM 92,15 yang dipancarkan dari Jalan
KH Agus Salim Nomor 77 Bekasi Timur. Menyusul adanya penataan
frekwensi siaran radio yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi dan
Informatika, maka sejak 1 Agustus 2004 Radio Dakta pindah gelombang di
jalur FM 107.
Dalam perjalanannya Radio Dakta mengalami beberapa kali
perubahan format, yaitu beralih ke format radio wanita, radio keluarga hingga
akhirnya memantapkan kembali formatnya menjadi radio informasi
bernuansa Islami sejak 1 Februari 2005 hingga sekarang.
Sejak awal bersiaran Radio Dakta memang dikenal masyarakat
sebagai radio yang telah memberikan kontribusi dan melayani masyarakat
luas, khususnya di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi dengan menyajikan
format interaktif, edukatif dan solutif. Kini radio Dakta dengan motto “ Bijak
dan Cerdas” berkomitmen untuk memberikan sajian yang mencerdaskan dan
mencerahkan bagi pendengar. Kami juga terus membangun kesadaran
masyarakat tentang citizen journalism yang memungkinkan bagi pendengar
untuk memberikan informasi secara langsung, menyampaikan saran dan
keluhan tentang fasilitas dan pelayanan publik serta memberikan tanggapan
dan opini mengenai berbagai isu-isu aktual yang sedang menjadi perhatian
masyarakat.
35
Saat ini, ditengah semakin ketatnya persaingan industri penyiaran,
Radio Dakta hingga kini masih tetap eksis melayani pendengarnya dengan
beragam program acara yang mengedepankan konten informasi, pendidikan
dan dakwah dengan warna yang unik dan berbeda dibandingkan radio-radio
lainnya di Jabodetabek. Radio Dakta senantiasa konsisten untuk membangun
komunitas pendengar yang produktif, kreatif dan mandiri dengan terus
meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan professional serta
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.33
C. Visi dan Misi
Radio dakta mempunyai visi dan misi, yakni:34
1. Visi:
Menjadi media informasi dan pembelajaran terbaik di Indonesia yang
bernafaskan Islam sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
2. Misi:
a. Membangun image sebagai radio pemersatu umat Islam
b. Radio yang memberi referensi ke-Islam-an yang lengkap dan baik
c. Mengantarkan kepada kemaslahatan umat
D. Program – program DAKTA 107 FM
Radio DAKTA 107 FM mulai mengudarakan pada pukul 04.30
wib dan menyiarkan program dari pukul 05.45 – 23.00 wib. Pada pukul 04.30 33 Dhani Wahab, Sejarah Radio DAKTA http://www.dakta.com /radio-dakta/3/sejarah-dakta.html yang diakses pada 10 Mei 2010 34 ibid
36
menyiarkan adzan subuh dan membaca Al Matsurat, dan dilanjutkan dengan
program – program selanjutnya pada 05.45 sampai dengan pukul 23.00 wib.
Program – program Radio DAKTA 107 FM, diantaranya:35
1. Kuliah fajar
Program Kuliah Fajar merupakan program pembuka radio dakta yang
menyiarkan kajian subuh yang membahas tentang fiqh, syariah,
aqidah, dll. Program tersebut di siarkan setiap hari pukul 04.45 –
05.45dengan berbagai nara sumber pada, yakni:
Senin, Jum’at dan Sabtu : Ust. Agus Muslim Pahlevi
Selasa – Kamis : Ust. Abu Himam
Minggu : Ust. Abu Debat
2. Dakta Pagi
Program Dakta Pagi merupakan program yang menyiarkan tentang
informasi – informasi internasional, negara, ekonomi, daerah, dll.
Program dakta pagi disiarkan pada setiap hari senin – jum’at pukul
05.45 – 09.00 wib.
3. Dakta Siang
Program Dakta Siang merupakan program lanjutan dari program dakta
pagi yang menyiarkan tentang informasi – informasi internasional,
negara, ekonomi, daerah, dll. Program dakta siang disiarkan dibagi
dengan dua waktu yakni:
a. Pukul 09.00 – 12.00 wib, setiap hari senin – jum’at
35 Dhani Wahab, Program Radio DAKTA, http//www.dakta.com/radio-dakta/3/sejarah-dakta.html, yang diakses pada tanggal 24 Mei 2010
37
b. Pukul 13.00 – 16.00 wib, setiap hari senin – jum’at
4. Sentuhan Nurani
Program Sentuhan Nurani merupakan program yang Pukul 12.00 –
13.00 wib. Nara sumber:
Senin, Rabu dan Kamis : Ustad Lili Ghozali
Selasa dan Sabtu : Ustad Anwar Anshori Mahdum
Minggu : Ustad Murhali Barda
5. Mutiara Hikmah
Program Mutira Hikmah merupakan program taushiyah untuk
pembekalan hidup. Program ini disiarkan setiap hari senin sampai
dengan minggu pada pukul 16.00 – 17.00 wib dengan nara sumber,
diantaranya:
Senin : Ustad Muhammad
Selasa : Ustad Abu Dedat
Rabu : Ustad Tarmizi Firdaus
Kamis : Ustad Dangau
Jum’at : Ustad Bagus Hernowo
Sabtu : Ustad Al Fatah
Minggu : Ustad Abu Himam
6. Dakta Sore
Program Dakta Sore merupakan program yang menyiarkan tentang
informasi – informasi internasional, negara, ekonomi, daerah, dll.
38
Program tersebut disiarkan pada setiap hari senin – jum’at pukul 17.00
– 20.00 wib.
7. Kajian Malam
Program Kajian Malam adalah program yang menyiarkan tentang
berbagai bidang dan tema. Program tersebut disiarkan pada setiap hari
senin – jum’at pada pukul 20.00 – 22.00 wib. Program tersebut terbagi
kedalam lima program diantaranya:
a. Kajian SAMARA
Kajian SAMARA (Sakinah Mawaddah Warahmah) adalah kajian
yang membahas tentang pernikahan dan keluarga. Kajian ini
disiarkan pada setiap hari senin dengan nara sumber Ustad
Murhali Barda.
b. Kajian Fiqih
Kajian Fiqih merupakan kajian membahas tentang fiqih puasa,
fiqih sholat, serta fiqih kontemporer. Kajian tersebut disiarkan
pada setiap hari selasa dengan nara sumber Ustad Rofli
c. Kajian Aqidah
Kajian aqidh adalah kajian yang membahas tentang aqidah
Islamiyah, program tersebut disiarkan pada setiap hari selasa
dengan nar sumber Ustad Rofli.
d. Kajian Ruqyah
Kajian Ruqyah adalah kajian yang membahas tentang ilmu
ruqyah, pengobatan cara Rasulullah SAW atau Bekam. Kajian
39
tersebut disiarkan pada setiap hari kamis dengan nara sumber
Ustad Abu Aqila
e. Kajian FAKTA (Forum Anti Gerakan Permurtadan)
Kajian FAKTA (Forum Anti Gerakan Permurtadan) merupakan
kajian yang membahas tentang permurtadan-permurtadan di
Indonesia. Program tersebut disiarkan pada setiap hari jum’at
dengan Ustad Salimin.
8. Kilas Rehat dan Murotal Al Qur’an
Program Kilas Rehat dan Murotal Al Qur’an merupakan program
penutup radio dakta, serta penghantar tidur para pendengar radio
dakta. Program tersebut disiarkan pada malam hari setiap hari senin –
minggu pukul 22.00 – 23.00 wib.
9. Marathus
Program Marathusaadalah program yang membahas seputar fiqh
muslimah. Program tersebut disiarkan pada setiap hari senin – jum’at
pukul 12.00 – 13.00 wib dengan nara sumber Ustadzah Ratu Kania.
10. Kabar Sepekan
Program ini merupakan program ringkasan informasi berita dakta
pagi, dakta siang, dan dakta sore selama sepekan. Program kabar
sepekan disiarkan pada setiap hari sabtu pukul 17.00 – 22.00 wib
11. Tsaqofah
40
Program Tsaqofah adalah program pekanan yang membahas seputas
tsaqofah islamiyah. Program tersebut disiarkan pada setiap hari
minggu pukul 17.00 – 20.00 wib.
12. Getar Kalam
Program Getas Kalam adalah program pekanan yang membahas
tentang kehidupan manusia pada setiap hari sabtu pukul 20.00 – 22.00
wib. Nara sumber, Ust. Anwar Anshori Mahdum
13. Jejak Rasul
Program Jejak Rasul merupakan program pekanan yang membahas
Sirah Nabawiyah. Pada setiap hari minggu pukul 20.00 – 22.00 wib
dengan nara sumber Ustad Murhali Barda.
14. Obrolan Pagi
Program Obrolan Pagi adalah program pekanan yang bersifat
interaktif yang berbagai tema. Program tersebut disiarkan pada setiap
hari sabtu pukul 05.45 – 09.00 wib
15. Sketsa Pagi
Program Sketsa Pagi merupakan program pekanan yang berbagai
tema. Program tersebut disiarkan pada setiap hari minggu pukul 05.45
– 09.00
16. Pustaka
Program Pustaka merupakan program pekanan yang menyiarkan
tentang referensi – referensi buku. Program tersebut disiarkan pada
setiap hari sabtu pukul 09.00 – 12.00 wib.
41
17. Ragam
Program Ragam adalah program pekanan yang membahas tentang
berbagai tema, dari mulai tema lingkungan, kresi dan kreatif, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Program tersebut disiarkan pada
setiap hari minggu pukul 09.00 – 12.00 wib.
18. Galeri Muda
Program Galeri Muda adalah program yang menginformasikan
tentang musik, kekampusan serta keremajaan atau kepemudaan.
Program ini disiarkan pada setiap hari sabtu pukul 13.00 siang sampai
dengan 16.00 sore. Program Galeri Muda ini juga bisa dikatakan
dengan komunitas remaja yang ingin menginformasikan serta layanan
interaktif khusus remaja.
19. Aneka Suasana
Program Aneka Suasana merupakan program pekanan yang
membahas tentang suasana yang sedang up date. Program tersebut
disiarkan pada setiap hari minggu pukul 13.00 – 16.00wib.
E. Program SAMARA
Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) merupakan
salah satu bagian dari kajian malam. Program sakinah mawaddah wa rahmah
(SAMARA) yang berslogan “Mari membina keluarga yang Sakinah,
Mawaddah, Warahmah” ini menyiarkan yang berisi tentang pernikahan dan
pelayanan konseling keluarga, dari mulai permasalahan pra nikah, pasca
nikah serta problem keluarga.
42
Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) dibentuk
pada tahun 1999-n oleh Rahmat Abdullah. Beliau membentuk program ini
berdasarkan dari fenomena yang sering terjadi dikalangan sekitar, yang
permasalahan keluarga yang semakin memprihatinkan. Program tersebut
dibentuk yang bertujuan , yakni:36
1. Membina keluarga yang SAMARA (Sakinah, Mawaddah, Warahmah)
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar serta mengarahkan
terkait permasalahan keluarga.
Program ini disiarkan tidak mempunyai tema yang ditetapkan.
Akan tetapi, program tersebut disiarkan dengan permasalahan yang
fenomenal dikalangan keluarga. Permasalahan tersebut diambil dari para
pendengar yang menelpon ke radio DAKTA pada waktu kajian SAMARA
berlangsung. Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) dilakukan
dengan telepon interaktif pada para pendengar radio DAKTA serta menerima
melalui pesan singkat atau short message service (SMS).
Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) disiarkan
langsung atau on air setiap seminggu sekali, setiap hari senin malam pada
pukul 20.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Akan tetapi, dikarenakan
peminat pendengar sangat tinggi serta untuk mem-follow up pada proses
konseling di program tersebut radio DAKTA mengadakan kajian SAMARA
yang berbentuk off air atau siaran tidak langsung, setiap satu bulan sekali
36 Wawancara Pribadi dengan Murhali Barda
43
pada pekan kedua pukul 09.00 sampai dengan 12.00 wib, yang bertempatkan
di halaman kantor radio DAKTA.
Dalam program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) yang
dilakukan Off Air atau siaran tidak langsung, dapat membentuk kelompok
untuk para pendengar atau masyarakat yang ingin membentuk keluarga.
Kelompok itu dinamakan “SAMARA CLUB”. SAMARA Club ini berfungsi
untuk memberikan edukasi secara jauh mengenai pembentukan keleurga yang
sakinah, mawaddah, warahmah.37
37 ibid
44
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN KONSELING KELUARGA
Dalam proses teknik konseling keluarga yang digunakan adalah
pendekatan client centered therapy atau yang dikenal dengan non – directive.
Pendekatan client centered therapy atau non – directive adalah suatu pendekatan
yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien.
Ciri – ciri terapi non directive adalah:39
1. Klien harus memecahkan masalahnya agar tercipta kepribadian klien yang
terpadu.
2. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan, bukan dari segi
intelektual.
3. Titik dari konselingnya adalah keadaan individu termasuk kondisi sosial –
psikologis masa kini.
4. Peranan aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konselor
adalah pasif – reflektif.
Dalam proses dan teknik konselin non directive, adalah:
1. Klien merasa nyaman berada bersama konselor, karena konselor tidak
pernah merespon negatif.
2. Klien didorong untuk sebanyak mungkin menggunakan kata ganti “saya”.
39 Ibid, h. 100
45
3. Klien didorong untuk melihat pengalaman-pengalamannya dari sudut yang
lebih realistik.
4. Klien mengekspresikan perasaan yang benar-benar ia rasakan.
5. Klien didorong untuk kembali menjadi dirinya.
Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai
masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan
kemampuannya tidak dapat berkembang. Sehingga untuk mengembangkan dan
mengfungsikan kembali kemampuannya itu, dan klien memerlukan bantuan
Bertitik tolak dari anggapan dan pandangan tersebut, maka dalam konseling
inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah diletakkan dipundak klien
sendiri. Sedangkan kewajiban dan peranan utama konselor adalah menyiapkan
suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada klien
itu berkembang secara optimal, dengan cara menciptakan hubungan konseling
yang hangat dan permisif. Suasana seperti itu akan memungkinkan klien
mampu memecahkan sendiri masalahnya.
Dalam suasana seperti itu konselor merupakan “agen pembangunan”
yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri
banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut. Salah
satu prinsip yang penting dalam konselling non direktif adalah mengupayakan
agar klien mencapai kematangannya, produktif, merdeka, dan dapat
menyesuaikan diri dengan baik.
46
Karena teknik konseling non direktif berkisar antara lain pada cara –
cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain, dan
memahami klien. Dalam teknik ini diutamakan sifat – sifat konselor, sebagai
berikut:40
1. Acceptance, konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala
permasalahannya.
2. Congruence, karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan
perbuatan.
3. Understanding, konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara
empati dunia klien sebagaimana yang dilihat dari dalam diri klien.
4. Non-judgemental, tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi
selalu bersifat obyektif.
Akan tetapi, pada pelaksanaan proses konseling teknik – teknik yang
digunakan bervariasi, tidak hanya menggunakan teknik non direktif. 41 “Dalam
proses konsultasi yang saya gunakan tidak hanya menggunakan teknik non
direktif, tetapi apa saja. Dilihat dari segi permasalahan yang ada serta
kliennya” ungkap Ustad Murhali Barda.
Dalam teknik konseling sikap konselor diusahakan untuk bisa bermain
perannya dengan baik, diantaranya:42
a. Mendengarkan scara aktif
Mendengarkan secara aktif adalah keterampilan yang utama untuk
memulainya. Sebab mendengarkan aktif terhadap klien, akan 40 Ibid, h. 101 41 Wawancara Pribadi dengan Ustad Murhali Barda pada tanggal 30 Mei 2010 42 ibid
47
menimbulkan rasa nyaman dan merasakan bebas untuk
mengungkapkan perasaannya.
b. Fokus dan mengikutinya
Fokus dan mengikutinya adalah awal dari kesuksesan dalam hubungan
komunikasi secara efektif.
c. Menggali lebih dalam
Dalam teknik yang ini seorang konselor mengetahui lebih banyak
tentang apa yang harus dibicarakan sehingga perlu menggali lebih
dalam dari permasalahan klien. Dalam teknik menggali adalah suatu
respons yang dilakukan oleh konselor.
d. Mendorong klien
Dalam teknik mendorong klien ini adalah sejumlah respons yag
bersifat dukungan atau mendorong klien menhadapi persoalannya.
e. Clarification (Klarifikasi)
Klarifikasi ini bertujuan mengindntifikasi perasaannya serta
membentuk kembali konflik dan ketidakjelasan pada perasaan dan
pikiran terhadap yang disampaikan.
f. Konfrontasi
Teknik konfrontasi bertujuan untuk menyadarkan dan menunjukkan
bahwa kontradiktif antara apa yang diucapkannya dengan perilakunya.
g. Mengarahkan
Dalam teknik ini adalah teknik motivasi untuk klien, dengan cara
pemberian nasihat – nasihat atau berbagai informasi keilmuan.
48
h. Refleksi
Teknik refleksi merupakan teknik yan bertujuan untuk
mengekspresikan kembali hal –hal yang telah dinyatakan atau
dikatakan oleh klien terhadap konselor.
i. Keterbukaan diri
A. Study Kasus
Pada studi kasus ini, penulis meneliti tentang proses dan teknik
konseling keluarga pada masa pra nikah, pasca nikah dan problem keluarga.
Diantaranya;
1. Pra Nikah
Dalam fase pra nikah membutuhkan beberapa bekal muatan yang
harus ditekuni, diantaranya adalah:43
a. Mental
Para calon suami atau isteri harus mempunyai bekal mental
yang cukup atau pembentuk kepribadian yang baik. Sebab mereka
akan memasuki kedunia baru, yakni dunia rumah tangga. Dalam bekal
mental ini, mereka akan mempunyai persiapan yang cukup untuk
menghadapi tantangan dari bahteranya kehidupan berumah tangga.
b. Ilmu atau Ilmiah
Dalam bekal ini, adalah bekal yang amat penting dalam
mengahadapi sesuatu, terlebih halnya adalah untuk membentuk
keluarga atau rumah tangga yang sejahtera. Pada bekal imiah, mereka
43 Abu Al Aina’, Bagaimana Meraih Mawaddah Warohmah dalam Rumah Tangga, (Solo: Pustaka Amanah,1996) h. 9
49
akan mengetahui tentang ilmu pernikahan secara syarit Islam, serta
mereka agar mengetahui kedudukan jihad di dalam Islam.
c. Keterampilan
Bekal keterampilan merupakan bekal yang saling meliputi
antara bekal ilmu atau ilmiah. Bekal tersebut bertujuan untuk
membangun potensi serta membiasakan hidup dalam tolong menolong
Jadi, dalam langkah awal untuk melakukan pernikahan atau
pembentukan keluarga harus mempunyai mental, ilmu, serta keterampilan
dalam berumah tangga.
Dalam hal ini, penulis memberikan memberikan beberapa kasus
tentang pra nikah, yakni:44
a. Takut untuk menikah
...... (music serta pembukaan acara program samara) .....
Yudi (Penyiar) : Assalammu’alikum, SAMARA DAKTA.
Lia (Klien) (bukan nama sebenarnya) : Wa’alaikumsalam....
Yudi : Alhamdulillah, dengan ukhti siapa dan dimana?
Lia : dengan Lia di Babelan
Yudi : Oke. Ukti Lia, silahkan! Langsung saja.
Lia : Assalammu’alaikum, Ustad.
Ust. Murhali (Narasumber) : Wa’alaikumsalam, ukh. Lia apakabar? Apa
yang saya bisa bantu? Anda umur berapa?
44 Rekaman siaran program SAMARA Radio Dakta 107 FM
50
Lia : Alhamdulillah baik, ustad. Umur saya 23 tahun. Hmm....
begini ustad saya bingung. Saya disuruh menikah dengan ibu saya. saya
tidak mau.
Ust. Murhali : kenapa anda tidak mau?
Lia : saya takut.
Ust. Murhali : kenapa anda takut?
Lia : ...........(diam sejenak) saya mempunyai pengalaman
pribadi yang membuat takut untuk menikah. (menangis). Ketika saya
masih kecil, ibu dengan ayah saya selalu bertengkar, terkadang ayah selalu
memukul ibu dan pergi dari rumah. Pada saya berumur 7 tahun, akhirnya
orangtua saya bercerai. (menangis). .....(diam sejenak) makanya, sampai
saat ini saya masih takut untuk menikah. Saya takut nanti saya
diperlakukan seperti ibu saya dahulu. Tapi ustad, saya anak tunggal
sedangkan ibu saya sudah tua. Jadi, saya bingung. Disatu sisi umur saya
mencukupi untuk berkeluarga, disastu sisi saya takut untuk berkeluarga.
Ust. Murhali : tetapi anda ingin menikah?
Lia : .....(diam sejenak) mau, ustad. Tetapi saya takut.
Bagaimana? (menangis)
......tut.tut.tut....
Yudi : hallo ukhti lia... (bertanya). Ya... ustad telponnya terputus.
Oke, ustad. Langsung dijawab saja.
Ust. Murhali : oke. Ukhti lia nan sholihat.. sebenarnya pernikahan
bukanlah suatu permasalahan. Akan tetapi menikah adalah jenjang yang
51
harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, itu adalah
sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila
Rasulullah SAW menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi
sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan.
Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa
dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.
Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian
“pernikahan sebagai beban” ke “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti
kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan
menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa
senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa
beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba
“jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-
orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah
membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun
rumah tangga sejati.
Coba anda perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina.
Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak
hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah.
Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat
kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan
pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan
52
kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa
kepada-Nya dengan membangun pernikahan.
Ukhti, permasalahan yang lalu yang kamu alami. Cobalah, kamu
mengambil hikmahnya. Dan jangan sampai permasalah itu menggeluti di
jiwa anda dan terulang kembali. Pengalaman yang orang tua anda alami,
adalah itu sebuah pelajaran. Sekarang, anda bisa membangun keluarga
keluarga yang sakinah. Anda sudah belajar dari sebuah pengalaman yang
pahit. Wallahu a’lam bishshawab.
Dari permasalahan diatas, yang seorang klien yang ingin menikah tetapi ia
takut untuk menikah karena pengalaman orangtua yang ia harus alami, sehingga
rasa trauma menggelutinya.
Pada proses konseling tahap awal, yakni membangun komunikasi yang
baik antara konselor dengan klien. Sehingga klien merasa nyaman. Tahap
selanjutnya, tahap inti. Dimana tahap inti merupakan mengeksplorasikan
masalahnya. Pada pengekplorasikan masalah terkait kasus ini, klien sangat kurang
mengeksplorasikannya sehingga emosional klien tidak keluar sepenuhnya. Akan
tetapi, narasumber sudah bisa memahami permasalahan yang klien hadapi. Pada
tahap ini, juga merupakan pemecahan permasalahan klien.
Proses dan teknik konseling yang dilakukan adalah Non Directive, dimana
non directive merupakan suatu pendekatan dengan berdialog. Akan tetapi,
narasumber atau konselor memodifikasi dengan metode Rational Emotive therapy
(RET), yang dimana RET merupakan seorang klien diubah pendangannya
terhadap permasalahan tersebut dari yang irrational menjadi rational. Statement
53
yang menggunakan metode RET, yakni “Agar pernikahan menjadi solusi
alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke
“pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat
tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya
merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa
beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani
saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa
menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya
yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati. Coba anda
perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani
mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak
manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam
mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih
berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka.”
Setelah pada tahap awal dan tahap inti. Selanjutnya, ke tahap akhir. Yang
dimana tahap tersebut mengakhiri proses konseling serta kesimpulan-kesimpulan.
Dalam tahap akhir ini, klien di follow up, untuk mengikuti kajian SAMARA serta
diikut serta kan kedalam SAMARA CLUB.
b. Boleh atau tidak menikah dengan penzina?
Yudi :Oke ustad. Ini ada SMS dari akh. Ahmad. Saya bacakan.
“Assalamu’alaikum Ustadz saya Ahmad (24 tahun) yang hendak menikah.
Namun calon istri saya pernah khilaf melakukan perbuatan zinah.
Bagaimanakah hukumnya?”
54
Iya Ustad. Langsung dijawab saja.. silahkan
Ustad : padahal alangkah baiknya jika berdialog langsung.
Wa’alaikumsalam akh.Ahmad. Pada secara umum Al-Qur’an menjelaskan
bahwa pezina tidak menikahi kecuali dengan pezina pula atau orang
musyrik, dan diharamkan bagi orang beriman menikahi atau dinikahi
mereka. Hal ini digambarkan oleh Allah swt dalam firmannya: “Laki-laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik, dan yang
demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu'min”. (QS.An Nuur: 3)
Jadi, tidak halalkan bagi seorang mu’min laki-laki maupun wanita
menikah dengan pezina. Pendapat ini merupakan pendapat Imam Ahmad,
Ibnu Hazm, dan Imam ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Sedangkan
Jumhur Ulama berpendapat bahwa ayat tersebut bukan menunjukkan
pengharaman menikah dengan pezina tetapi sekedar celaan terhadap
perbuatan tersebut. Jumhur ulama berhujah dengan hadits: “Sesungguhnya
seorang lelaki berkata kepada Nabi saw tentang istrinya: ‘Sungguh istri
saya tidak menolak tangan laki-laki yang menyentuhnya (artinya berzina).
Lalu Nabi saw berkata: ‘Ceraikan istrimu’, kemudian lelaki itu menjawab:
‘Sesungguhnya aku masih mencintainya Ya Rasul. Rasul berkata: ‘Kalau
begitu pertahankan dia (tetap jadi istrimu)”.
Namun, para ulama sepakat apabila orang yang pernah berzina, menyesali
dosa-dosanya dan bertaubat dengan taubat nashuha, serta bersumpah untuk
55
tidak akan pernah terjatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya, maka
orang seperti ini tidak bisa disamakan dengan pezina dan insya Allah
dosanya diampuni Allah. Predikat “penzina” hanya disandang oleh orang
yang masih aktif melakukannya. Sedangkan orang yang pernah sekali
tercebur dalam dosa itu, tidak disebut dengan predikat itu. Allah swt
berfirman: “Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta
Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).
(Yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan
kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Furqan: 68-70)
Nabi saw bersabda pernah bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosanya
seperti orang yang tidak pernah berdosa”. Jadi, laki-laki yang pernah
berzina lalu bertaubat boleh menikah dengan wanita baik-baik, sebaliknya
wanita yang pernah berzina kemudian bertaubatpun boleh menikah dengan
laki-laki baik-baik. Demikian pula laki-laki yang pernah berzina kemudian
bertaubat boleh menikah dengan wanita yang pernah berzina lalu bertaubat.
Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur: 26: “Perempuan-
perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan
56
yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk
perempuan-perempuan yang baik (pula)...”.Wallahu’alam Bishawab.
Pada kasus diatas, menggunakan jasa SMS (Short Message
Service). Jadi tidak adanya berdialog antara konselor dengan klien, serta proses
konseling pada umumnya. Tetapi, penulis dapat menganalisa bahwa proses dan
teknik konseling pada kasus diatas merupakan menggunakan dengan pendekatan
konseling behavioristik, dimana behavioristik merupakan hubungan antarpribadi
tidak dapat diteliti secara ilmiah.
2. Pasca Nikah
Dalam fase pasca nikah merupakan setelah fase pra nikah, yang
dimana kehidupan pasca nikah membahas tentang keterampilan membangun
keluarga yang sakinah.
Dalam hal ini, penulis memberikan beberapa kasus tentang pasca
nikah, yakni:
a. Hubungan dengan mertua45
...... (music serta pembukaan acara program samara) .....
Yudi (Penyiar) : Assalammu’alikum, SAMARA DAKTA.
Ummi Maya (Klien) (bukan nama sebenarnya) : Wa’alaikumsalam....
Yudi : Alhamdulillah, dengan Ukhti siapa dan dimana?
Ummi Maya : dengan Ummi Maya di Jati Bening 2
Yudi : Oke. Ummi Maya, silahkan! Langsung saja.
Ummi Maya : Assalammu’alaikum, Ustad.
45 Rekaman siaran program SAMARA Radio Dakta 107 FM, pada tanggal 12 April 2010
57
Ust. Murhali (Narasumber) : Wa’alaikumsalam, Ummi Maya
apakabar? Apa yang saya bisa bantu? Anda umur berapa?
Ummi Maya : Alhamdulillah baik, ustad. Saya berumur 30 tahun.
Sebenarnya saya mau bertanya bagaimana hubungan antara mertua
dan menantu menurut Islam. Sebab saya sering melihat mertua selalu
menuntut terlalu banyak hal pada suami. Saya jadi kesihan kepada
suami, tetapi karena sebagai anak yang ingin berbakti berusaha. Tetapi
untuk memenuhinya sampai tidak memperdulikan kondisi diri sendiri
dan rumah tangga kami.
Ust. Murhali : tetapi hubungan ummi dengan mertua baik-baik
saja?
Ummi Maya : iya baik-baik saja. Tetapi lama-lama saya merasa
tertekan.
Ust. Murhali : yang membuat ibu merasa tertekannya itu dimana?
Ummi Maya : saya kesihan melihat suami saya sampai-sampai
tidak mau memperdulikan kondisinya dan keluarga kami.
Ust. Murhali : tetapi suaminya merasa enjoy untuk melakukan
seperti itu kan?
Ummi Maya : sepertiny iya. Tetapi saya merasa risih dengan
kondisi seperti itu. Dengan selama ini saya memandang wajar dengan
persoalan mertua yang selalu menuntut, karena saya menganggap
mertua adalah orang tua saya. Namun lain halnya dengan suami, dia
hampir tidak pernah menganggap orang tua saya. Berkunjung saja bisa
58
dihitung dengan jari. Apalagi ikut sumbangsih kepada orang tua saya.
Saya merasa suami tidak adil, karena semua untuk keluarga mertua,
keluarga saya dan rumah tangga kami diprioritaskan belakangan. Saya
sedih sekali, sampai saya tidak bisa berbicara dari hati ke hati
dengannya, habis waktunya untuk keluarga mertua. Belum lagi saya
melihat dia tidak bisa mencontohkan yang baik kepada anak dalam hal
beribadah kepada Allah SWT. Sehingga bila saya mengajak anak
belajar sholat, anak menjawab : "ayah saja jarang sholat, kok aku
sholat melulu?" sedih rasanya ustad, kalo saya mendengar jawaban
itu. Saya sangat memohon kepada Ustad segera membantu
memberikan solusi terbaik untuk saya.” (dengan nada sedih)
Ust. Murhali : Ummi,... Wanita paling banyak yang menghuni
neraka adalah tentu mereka yang banyak bermaksiat, tetapi wanita
yang taat pada ajaran agama, dan berusaha membangun rumah tangga
secara islami insyaAllah tidak akan terjerumus ke dalam neraka,dan
kami doakan Ibu termasuk yang diselamatkan dari api neraka. Amin
Tetapi Ummi Maya, bahwa suami memberi perhatian pada orang tua
atau keluarganya, itu adalah hal yang lumrah. Karena bagaimana
mungkin seorang anak yang dibesarkan orang tuanya mudah
melupakan begitu saja orang tuanya. sebenarnya dalam tataran ini
Ummi patut bersyukur, karena ada juga suami yang justru tidak cocok
dengan orangtuanya sendiri. Adapun bila ia kurang memberi perhatian
pada keluargaatau orangtua Ummi Maya, mungkin ini hanya soal
59
waktu. Usahakan Ummi Maya tidak usah mempermasalahkannya,
usahakan tidak melontarkan pada suami kenapa ia berlaku seolah
tidak adil. Tetapi, ummi sudah pernah mengajaknya langsung untuk
kerumah ibu Ummi Maya?
Ummi Maya : kalo untuk mengajak langsung belum pernah. Saya
Cuma bilang, “bi, besok kita kerumah mamah yuk” Cuma hanya itu.
Tetapi suami saya selalu menolak dengan berbagai alasan. Saya
kecewa sekali suami saya bersikap kayak gitu.
Ust. Murhali : oke. Saran saya coba ummi langsung saja
mengajak suami untuk datang ke rumah orangtua ummi. Jika suami
menolak, jangan dipersoalkan kembali. kita maklumi saja. Terus saja
ajak hingga ia suatu saat bersedia, walaupun mungkin agak berat.
Kemudian, jika ada waktu santai dan suasana hati suami lagi nyaman,
tanyakan padanya "kapan ya kita jalan-jalan ke tempat mamah?" atau
pertanyaan lain, seperti "mamah rindu lho sama kita, sudah lama kita
tidak main kerumah mamah", dan sebagainya. Dengan kata-kata
ajakan yang terkesan manja tetapi bijak. Dan, adapun soal suami yang
kadang tidak ibadah. Ummi selalu berdoa sama Allah semoga suami
ummi dibukakan hatinya. Perlu Ummi ketahui bahwa setiap orang
akan diminta pertanggung jawaban masing-masing di akhirat nanti
akan amalnya. juga akan diminta pertanggung jawaban di akhirat
apakah ia mengajak pada kebaikan, mencontohkan kebaikan atau
tidak. Jadi apabila ummi sudah beramal, kemudian memberi teladan
60
kepada anak dan suami, kemudian mengajak mereka ibadah, maka itu
sudah cukup membebaskan ibu dari beban berat di akhirat nanti.
Doakan saja dalam hati "Ya Allah aku telah sampaikan...berilah
petunjuk pada anak-anak dan suamiku". Allah tidak menguji
kesabaran hambaNya diluar kemampuannya. Insyaallah dengan rajin
ibadah dan sabar, maka Allah akan berikan kemudahan. Wallahu’alam
Bishawab
Ummi Maya : ....(diam sejenak).... hmm, iya ustad. Terima kasih
banyak. Coba saya lakukan kembali untuk mengajak kembali kepada
suami saya untuk kerumah ibu saya.
Ust. Murhali : iya silahkan. Semoga keluarga ummi menjadi
keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Amien.
Ummi Maya : amien. Terima kasih ustad. Saya sudah
mendapatkan pencerahan. Wassalammu’alaikum.
Dari permasalahan diatas, yang seorang klien merasa kecewa terhadap
suami yang selalu tidak mempedulikan keluarganya serta orangtua klien, karena
sang suami selalu menuruti permintaan mertua klien (orangtua suami) sehingga
sang suami tidak peduli dengan keluarganya.
Pada proses konseling tahap awal, yakni membangun komunikasi yang
baik antara konselor dengan klien. Sehingga klien merasa nyaman. Tahap
selanjutnya, tahap inti. Dimana tahap inti merupakan mengeksplorasikan
masalahnya. Pada pengekplorasikan masalah terkait kasus ini, klien sangat
nyaman serta mengeluarkan isi hatinya terkait permasalahan yang dihadapinya.
61
Sehingga, konselor pun mudah mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh
klien.
Dalam proses dan teknik konseling, menggunakan pendekatan non
directive, yang pendekatannya berdialog antara konselor dengan klien. Pada
permasalahan ini, dengan menggunakan pendekatan non directive sangat efektif
dan aktif, karena terjadinya feed back atau komunikasi terhadap klien. Pada kasus
ini, konselor memberikan arahan serta saran yang cukup baik, sehingga klien
menerima araha konselor dengan baik.
Pada proses selanjutnya, adalah tahap akhir yang dimana proses tersebut
memberikan kesimpulan yang mengenai hasil proses konseling.
b. Cara mendidik Anak?46
Yudi : Oke ustad. Ini ada SMS dari ukhti Sukma. Saya bacakan.
“Assalammu’alaikum, Ustad. Saya Sukma. Alhamdulillah sudah 1tahun,
kami dikaruniai puteri pertama. Bagaimana cara membesarkan buah hati
kami dengan baik?”
Iya Ustad. Langsung dijawab saja.. silahkan
Ust. Murhali :Syukron Mas Yudi.
Wa’alaikumsalam Warrohmatullohi Wabarokatuh. Alhamdulillah yang
lagi sedang berbahagia dengan buah hati yang cantik dan sholehah.
Semoga Allah memberikan Rahmat kepada keluarga Ummi Sukma serta
buah hati yang baru lahir menjadi anak yang sholehah. Amin.
46 Ibid
62
Coba Ummi buka Al Qur’an surat Al Luqman ayat 13 – 19 yang dimana
dijelaskan: “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman
berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
63
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.” (Qs. Al Luqman: 13 – 19) . Nah,.. dalam arti yang saya baca tadi
dijelaskan; pertama adalah membangun keiimanan dan paling utama
adalah Akidah. Pelajaran jangan menyekutukan Allah. Diawali dengan
meng-Adzankan anak pada saat anak lahir. Lafadz Allah didengarkan di
telinga anak, dan untuk rasa, diawali dengan memberikan sedikit kurma
dan madu.
Yang kedua, mensyukuri nikmat Allah. Walaupun diberi sedikit selalu
melafalkan “Alhamdulillah”.
Ketiga, Berbuat baik pada orang tua. Introspeksi diri, apakah kita sudah
berbakti pada orang tua.
Keempat, Menyusui anak hingga 2 tahun.
Kelima, Mengajari kejujuran. Karena membawa kejujuran dalam
kehidupan itu akan bermakna dan bisa terarah dengan jalan kebaikan.
Keenam, Mengajari anak sholat, karena sholat adalah tiang agama. Dan
bagaimana agar anak terbiasa menjalankan sholat?
Pertama, doakan anak; Ummi bisa buka surat Ibrahim ayat 20 – 21, saya
bacakan artinya : “Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi
Allah.Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul
menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya Kami dahulu adalah
64
pengikut-pengikutmu, Maka dapatkah kamu menghindarkan daripada
Kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? mereka menjawab: "Seandainya
Allah memberi petunjuk kepada Kami, niscaya Kami dapat memberi
petunjuk kepadamu. sama saja bagi kita, Apakah kita mengeluh ataukah
bersabar. sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri".
(Qs. Ibrahim: 20 – 21)
Kedua, usahakan membiasakannya untuk sholat berjamaah. Jika anak laki-
laki yang sudah besar akan menjadi imam. Ketiga, ajarkan berwudhu dan
sholat diajarkan sejak umur 7 tahun. Serta menyempurnakan sholat dengan
rawatib. Bukan sekedar sholat saja, tapi diusahakan juga berdzikir
bersama, membaca Alquran bersama keluarga.
Ketujuh, melatih anak untuk sabar dalam menghadapi musibah. Tugas
seorang ibu, membantu anak bisa sabar. Contoh kecil; jika anak
kehilangan mainan, ajarkan anak untuk bersabar, dan jelaskan.
Kedelapan, mengajari anak agar tidak sombong.
Kesembilan, mengajarkan anak kesederhanaan dan melunakkan suara pada
saat berbicara pada anak. Wallahu’alam bi shawwab.
Semoga bisa memahaminya. Serta semoga puteri ummi sukma menjadi
puteri yang seintar puteri nabi, Aisyah ra. Amien.
Pada kasus diatas, menggunakan jasa SMS (Short Message Service). Jadi
tidak adanya berdialog antara konselor dengan klien, serta proses konselig pada
umumnya. Tetapi, penulis dapat menganalisa bahwa proses dan teknik konseling
pada kasus diatas merupakan menggunakan dengan pendekatan konseling
65
behavioristik, dimana behavioristik merupakan hubungan antarpribadi tidak dapat
diteliti secara ilmiah.
3. Problem – problem suami – isteri
Pada fase ini, adalah model atau point kasus yang sering terjadi
ditengah keluarga. Dalam hal problem suami – isteri, penulis memberikan
memberikan beberapa kasus tentang pasca nikah, yakni:
a. Seksual47
...... (music serta pembukaan acara program samara) .....
Yudi (Penyiar) : Assalammu’alikum, SAMARA DAKTA.
Ahmad (Klien) (bukan nama sebenarnya) : Wa’alaikumsalam....
Yudi : Alhamdulillah, dengan Akhi siapa dan dimana?
Ahmad : dengan Ahmad di Pondok Gede
Yudi : Oke. Ahmad, silahkan! Langsung saja.
Ust. Murhali (Narasumber) : Assalammu’alaikum, Akh. Ahmad.
Apakabar? Apa yang saya bisa bantu?
Ahmad : wa’alaikumsalam, ustad. Saya bingung, kok Isteri saya
tidak mau melayani saya sudah setahun belakangan ini.
Ust. Murhali : umur anda berapa tahun, pak Ahmad?
Ahmad : 35 tahun, ustad
Ust. Mrhali : sudah berapa tahun anda menikah?
Ahmad : Alhamdulillah sudah 11 tahun dan Alhamdulillah sudah
dikaruniai 2orang putera puteri
47 Rekaman siaran program SAMARA Radio Dakta 107 FM, pada tanggal 12 April 2010
66
Ust. Murhali : Alhamdulillah, Barokalloh. Kembali ke permasalahan
bapak. Apakah bapak sudah mengetahui kenapa isteri anda tidak mau
melayani anda?!
Ahmad : belum, ustad. Tetapi sudah semenjak 2tahun terakhir ini
isteri saya selalu menyinggung masalah perceraian.
Ust. Murhali : hmm….tetapi anda mengetahuinya mengepa isteri anda
selalu seperti itu?
Ahmad : …..(diam sejenak)
Ust. Murhali : kenapa pak?? Coba di share kan, insyaAllah saya akan
membantu bapak.
Ahmad : ya, pak. Sebenarnya isteri saya merasa tidak puas dengan
pelayananan saya. Saya juga bingung. Kenapa? Sebenarnya saya merasa
saya sudah cukup memuaskan.
Ust. Murhali : iya pak. Jika isteri anda tiba-tiba meminta cerai tetapi
tidak ada alasan yang jelas adalah wanita yang munafik, ditegaskan oleh
Rasulullah SAW bersabda "Wanita manapun yang meminta cerai dari
suaminya tanpa alasan yang dibenarkan, haram baginya mencium bau
sorga." (HR Ahmad). Seorang isteri baru boleh meminta cerai, menurut
Imam Syafi’i, jika sang suami memang memiliki akhlak yang buruk,
agama yang buruk, serta tidak memenuhi kewajiban sebagai suami.
Makanya, ketika antum mau bergaul dengan isteri hendaklah suami
meletakkan tangannya kepada isterinya dengan membaca “Basmallah”.
Kemudian mendo’akan isterinya. Rasulullah saw bersabda: “Apabila
67
seseorang dari kamu menggauli isterinya, hendaklah dia melakukannya
dengan tulus. Kemudian apabila dia menyelesaikan kebutuhannya sebelum
isterinya merasa puas, maka janganlah ia mendahuluinya hingga isteri
menyelesaikan kebutuhannya.” (HR. Abdur Razzaq). Wallahu’alam bi
shawwab
Ahmad : ….(diam sejenak)… oum seperti itu ya ustad. Iya sih, saya
hanya melakukan secara nafsu saya, saya tidak mengetahui bagaimana
kondisi isteri saya.
Ust. Murhali : oke. Sekarang coba antum, perlakukan isteri antum seperti
layaknya antum menanam benih didalam pot. Jadi, menggunakan sesuai
dengan syariatnya. banyak buku tentang cara bergaul suami isteri menurut
syariat Islam, antum coba baca buku tersebut.
Ahmad : iya ustad. Terima kasih banyak. Wassalammu’alaikum
Pada proses konseling terhadap kasus diatas, merupakan kurang
adanya keterbukaan sehingga konselor memberikan arahan sekenanya saja. Tetapi
pada tahap awal, cukup membangun komunikasi yang baik antara konselor
dengan klien. Sehingga klien merasa nyaman. Naumu, ketika sudah masuk ke
tahap selanjutnya, tahap inti. Klien tidak mengeksplorasikasn masalahnya secara
utuh, sehingga komunikasi untuk konseling menjadi lemah. Oleh karena itu,
narasumber, memberikan arahan sesuai permasalah yang ia lontarkan.
b. Perselingkuhan48
...... (music serta pembukaan acara program samara) .....
48 Rekaman siaran program SAMARA Radio Dakta 107 FM, pada tanggal 10 Mei 2010
68
Yudi (Penyiar) : Assalammu’alikum, SAMARA DAKTA.
Lisa (Klien) (bukan nama sebenarnya): Wa’alaikumsalam....
Yudi : Alhamdulillah, dengan Ukhti siapa dan dimana?
Lisa : dengan Lisa di Jati Bening
Yudi : Oke. Ukhti Lisa, silahkan! Langsung saja.
Ust. Murhali (Narasumber) : Assalammu’alaikum, Akh. Lisa. Apakabar?
Apa yang saya bisa bantu?
Lisa : wa’alaikumsalam, ustad. Alhamdulillah ustad saya baik,
begitu juga semua keluarga saya. tetapi hubungan saya dengan suami
sepertinya tidak baik.
Ust. Murhali : loh? Kenapa? Umur anda berapa?
Lisa : 40 tahun, ustad. Iya ustad. Saya heran dengan suami saya,
sudah tidak mau menggauli saya sudah berapa tahun. Entah kenapa dia
suka seperti itu. Apa ada yang salah dengan saya?
Ust. Murhali : sudah berapa tahun anda seperti itu?
Lisa : mungkin bisa dkatakan 5 tahun, ustad.
Ust. Murhali : hmm, cukup lama juga. Tetapi anda sudah bertanya
kepada suami anda?
Lisa : sudah. Tetapi dia selalu menjawabnya marah-marah.
Misalkan seperti ‘ayahkan cape bu. Kenapa sih? Selalu ganggu ayah??’
padahal saya bertanya baik-baik, tetapi selalu dijawab seperti itu. Emang
salah saya apa? Sehingga saya dibentak seperti itu.
69
Ust. Murhali : mungkin suami ibu sedang cape dan banyak pekerjaan
yang banyak atau permasalahan di kantor.
Lisa : permasalahan apa, ustad? Wong suami saya seorang guru
di sekolah swasta. Jadi, saya tau persis suami saya. tetapi ustad...
(menangis, dan diam sejenak).... Saya sering menemukan hal-hal yang
aneh dari dia, dari mulai setiap pulang kerja pasti wangi parfurm wanita
dan menemukan cap lipstik di bajunya. Padahal saya cinta sekali
dengannya. Saya sudah tidak habis pikir kenapa dia seperti itu?
Ust. Murhali : oum begitu. Jadi bu Lisa merasa suami anda selingkuh?
Lisa : iya ustad. Padahal saya mencintainya.
Ust. Murhali : tetapi anda sudah menanyakan hal itu kepada suami anda?
Lisa : tidak ustad. Saya selalu mendapatkan berita dari teman-
teman saya yang kebetulan mereka itu satu profesi dengan suami saya,
serta satu tempat kerja. Dan saya selalu mengecek handphone suami saya,
ternyata banyak sms yang romantis dari seorang wanita. Saya sedih, ustad.
Ust. Murhali : ibu Lisa, pada dasarnya dalam pandangan Islam hukum
perselingkuhan adalah haram. Ada ayat yang menjelaskan perselingkuhan,
“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Qs. Al Israa: 32)
Lisa : iya ustad. Terus saya apa yang saya lakukan?
Ust. Murhali : iya menurut saya. Atasi permasalahan suami-istri dengan
cara yang benar (islami) dan tidak melibatkan orang (lelaki atau
perempuan) lain. Islam memerintahkan kepada suami-istri agar bergaul
70
dengan cara yang baik, serta mendorong mereka untuk bersabar dengan
keadaan masing-masing pasangan; karena boleh jadi di dalamnya terdapat
kebaikan-kebaikan. Jika dibutuhkan orang ketiga untuk membantu
menyelesaikan persoalan maka jangan sekali-sekali melibatkan lawan
jenis yang bukan mahram-nya. Kedua, cobalah jalankan kehidupan rumah
tangga secara islami. Ketiga, tolong jaga pergaulan dengan lawan jenis di
tengah-tengah masyarakat. Usahakan ibu mencari waktu yang tepat untuk
berbicara tentang apakah benar suami ibu seperti itu, cari waktu yang lagi
hangat atau pas untuk berbicara. Dan usahakan sikap ibu terlihat bijak dan
sayang kepada suami. Insya Allah, semuanya akan baik-baik saja.
Lisa : tetapi saya sangat cinta kepadanya. Saya ingin ia seperti
dahulu, yang selalu memerhatikan saya.
Ust. Murhali : ibu.. jangan mau didoktrin tentang cinta, bahwa cinta itu
selamanya. Ada firman Allah yang menjelaskan “Jika bapa-bapa , anak-
anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.” (Qs. At Taubah: 24)
Dalam surat tersebut menjelaskan cinta yang pertama, kita harus cintai
adalah Allah. Kedua, Rasulullah SAW. Ketiga, jihad. Keempat, bapak.
Kelima, anak. Keenam, keluarga. Ketujuh adalah pasangan. Jadi, cinta
71
kepada pasangan adalah ke-7. Sekarang yang konkrit diambil adalah
fenomena sekali, manusia itu sering berkhianat kepada Allah SWT,
apalagi manusia dengan manusia, malah semakin. Jadi, Rasulullah suga
mengajarkan “ sayangilah kekasihmu sekadarnya karena ia akan menjadi
musuhmy, bencilah kekasihmu sekadarnya karena ia akan menjadi
pasangannya”. Wallahu a’lam bishshawab
Lisa : iya ustad. Saya mengerti. Terima kasih banyak atas saran
dan pengertiannya. Saya sekarang mempunyai pencerahan dan sedikit
tenang. Wassalammu’alaikum
Ust. Murhali : iya sama-sama. Jadi, ibu usahakan berbicarakan hal ini
dengan suami untuk mencari kebenarannya. Semoga keluarga ibu menjadi
keluarga yang sakinah. Amien.
Pada kasus diatas, untuk proses tahap awal cukup membangun komunikasi
yang baik antara konselor dengan klien. Sehingga klien merasa nyaman dan
tereksplorisasi emosionalnya, sehingga ia tidak mempunyai beban untuk
menyampaikannya. Untuk tahap selanjutnya, tahap inti. Klien mempunyai
masalah terhadap suaminya, yang dimana ia menganggap suaminya selingkuh
dengan wanita lain, sehingga ia merasakan kekecewaan kepada suaminya. Oleh
karena itu, konselor memberikan pencerahan dan arahan terhadap kliennya,
Pada permasalahan tersebut, konselor menggunakan teknik pendekatan
non directive, yakni berdialog secara aktif sehingga bisa memberikan arahan
secara nyaman. Dan tahap selanjutnya, adalah tahap akhir yang dimana proses
tersebut memberikan kesimpulan yang mengenai hasil proses konseling.
72
c. Poligami49
Yudi : Oke ustad. Ini ada SMS dari ukhti Indri. Saya
bacakan“Assalammu’alaikum Ustad. Saya Indri berumur 23 tahun. Saya
istri kedua dari suami saya. Saya merasa iri dengan isteri pertama suami
saya. Karena beliau selalu dilayani dengan baik. Sedangkan, saya merasa
tidak dilayani dengan baik. Sebenarnya dalam Islam itu boleh tidak lelaki
berpoligami?”
Iya Ustad. Langsung dijawab saja.. silahkan
Ust. Murhali :Syukron Mas Yudi.
Hmm,…. Bu Indri nan sholihat. Dalam syariat Islam diperbolehkan suami
atau laki-laki berpoligami atau memiliki isteri lebih dari satu. Akan tetapi,
jumlah wanita yang boleh dinikahi adalah empat orang. Ketentuan
semacam ini didasarkan pada firman Allah swt: “Maka kawinilah wanita –
wanita (lain yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Kemudian, jika
kamu takut tidak akan dapat berbuat adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak – budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Qs. An Nisaa’:3)
Berlaku adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya, yaitu dengan
memberikan kepada masing-masing istri hak-haknya dalam hal ini adil
adalah menyamakan hak yang ada pada para istri dalam perkara-perkara
yang memungkinkan untuk disamakan di dalamnya. Jika tidak mampu
berlaku adil, maka sebagaimana ayat lainnya: “Dan kamu sekali-kali tidak
49 ibid
73
akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung
(kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-
katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari
kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayan.” (Qs. An Nisaa’:129)
Di ayat di atas Allah menegaskan bahwa manusia tidak akan dapat adil
secara sempurna kepada istri-istrinya. Meski demikian bukan berarti
melarang poligami, tapi menyuruh manusia agar tidak terlalu condong
pada yang dicintai dan membiarkan yang lain terlantar. Adil yang
dimaksud adalah adil dalam hal pemberian materi dan giliran.
Kenapa anda merasakan seperti itu?! Usahakan ibu bicarakan kepada
suami ibu dengan baik-baik, dan ceritakanlah permasalahan yang ibu
rasakan kepada suami ibu yang merasa ketidak adilannya dalam hak suami
kepada isterinya. Saya yakin, suami ibu mempunyai jawaban dengan bijak.
Wallahu’alam Bishawwab.
Pada kasus diatas, menggunakan jasa SMS (Short Message Service). Jadi
tidak adanya berdialog antara konselor dengan klien, serta proses konselig pada
umumnya. Sehingga, konselor tidak adanya berkomunikasi dengan kliennya.
Namun, penulis dapat menganalisa bahwa proses dan teknik konseling pada kasus
diatas merupakan menggunakan dengan pendekatan konseling behavioristik,
dimana behavioristik merupakan hubungan antarpribadi tidak dapat diteliti secara
74
ilmiah. Karena konselor hanya memberikan arahan dengan permasalahan yang
dipertanyakan oleh klien. Jadi, konselor menjawab dengan seperlunya saja.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses konseling pada umumnya memiliki tiga tahap,
diantaranya tahap awal, tahap inti serta tahap akhir. Tahap awal merupakan
tahap yang akan menghasilkan hubungan komunikasi yang baik antara
konselor dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses
konseling, serta memperjelas masalah dan mengasosikan kontrak konseling.
Kedua, tahap inti. Tahap ini digunakan untuk membantu
memahami masalah yang dihadapi klien atau bisa dikatakan dengan
eksplorasi kondisi klien, identifikasi masalah dan penyebabnya, serta
identifikasi masalah dan pemecahan masalah. Dalam tahap tersebut, konselor
akan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan
permasalahannya.
Selanjutnya, tahap akhir. Tahap tersebut lebih kepada proses
konseling, yaitu memberikan kesimpulan-kesimpulan yang mengenai hasil
proses konseling.
Pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) teknik
konseling yang digunakan adalah metode pendekatan non directive. Non
directive adalah pendekatan yang berbentuk dialog antara klien dan konselor.
Dalam pendekatan tersebut, klien berkomunikasi dengan konselor melalui
telepon, dengan terjadinya feed back atau hubungan komunikasi dengan baik,
sehingga klien merasa nyaman. Namun, terkadang program sakinah
76
mawaddah wa rahmah (SAMARA) menggunakan pendekatan rational emotif
therapy (RET). Rational Emotif Therapy (RET) merupakan pendekatan
dengan kemampuan mengubah berpikir dari irrational menjadi rational.
Karena pada dasarnya, permasalahan itu terjadi disebabkan manusia selalu
salah dalam memandang permasalahan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran
kepada pihak – pihak terkait sebagai berikut:
1. Radio DAKTA 107 FM
Melihat dari perkembangan media yang semakin berkembang, media
elektronik semakin banyak berkembang. Dari mulai media cetak sampai
dengan media internet. Dalam media massa, salah satunya adalah radio,
cukup berperan dalam berkomunikasi atau memberikan informasi. Jika
dilihat dari visi misi radio DAKTA dikembangkan secara luas, maka
semakin banyak para pendengar yang akan mengikuti program-program
lainnya.
2. Program SAMARA
Melihat fenomena permasalahan yang banyak terjadi di sekitar, sepertinya
misi untuk membentuk keluarga yang sakinah mawaddah waraohmah
harus ditingkat kembali secara mendalam. Karena banyak korban yang
sudah terjadi dikalangan masyarakat, terutama anak yang menjadi korban
tentang permasalahan rumah tangga. Dalam program SAMARA yang
disiarkan oleh Radio DAKTA adalah memberikan hal yang positif untuk
77
masyarakat, terutama bagi para calon berkeluarga maupun yang sudah
berkeluarga. Oleh karena itu, dalam SAMARA Club tidak hanya untuk
para wanita atau laki-laki mencari jodoh, bahkan bisa dijadikan sharing
bersama dengan para klien lainnya, sehingga bisa dapat membentuk
konseling kelompok agar memudahkan follow up dari proses konseling.
Serta usahakan, ketika adanya para klien yang hanya bisa share melalui
short message service (SMS), usahakan memfollow up nya. Sebab bisa
mengetahui permasalahan secara jauh dan kondisi klien.
3. Akademik
Para konselor melakukan kegiatan konseling tidak harus didalam ruangan.
Karena zaman semakin berkembang, jadi bisa melakukan kegiatan
konseling melalui media-media yang sudah tersedia, seperti halnya di
media massa cetak, elektronik yakni radio dan internet.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Umar, Ibnu Mahalli. Menyongsong Hidup Baru Penuh Barakah, Tuntunan Pernikahan Dalam Bingkai Al Qur’an. Yoyakarta: Media Insani,2001 Al Aina’, Abu. Bagaimana Meraih Mawaddah Warohmah dalam Rumah Tangga. Solo: Pustaka Amanah,1996 Baraja,Abubakar. Psikologi dan Teknik Konseling, 3th ed. Bandung: Alfabeta, 2008 Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1981 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonseia, 3th ed. Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Hawari, Dadang. Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Pustaka Antara, 1996 Junaedi, Dedi. Bimbingan Perkawinan, Membina Keluarga Sakinah Menurut Al Qurán dan As Sunnah, Jakarta: Akademia Presindo, 2001 J. Maleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005 Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian behavioral. Yogyakarta: UGM Press, 2000 Masduki. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar. Yogyakarta: LKIS, 2006 Mubarok, Achmad. Psikologi Keluarga. Jakarta, Binarena Pariwara, 2005 Rahim Faqih, Aunur. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta Sofian Effendi, Masri Singarimbun. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1983 S.Willis, Sofyan. Konseling Keluarga(Family Counseling), 1th ed. Bandung:Alfabeta, 2009, Cet ke-1 Suhirman, Imam. Menjadikan Keluarga Sakinah Manajemen Menuju Keluarga Sakinah dan Bimbingan Perkawinan. Jakarta: Media Istiqomah, 2006
79
Susanto, Eko. “Bimbingan Konseling keluarga”. Artikel diakses pada 10 April 2010 dari http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/bimbingan-konseling-keluarga Uchjana Effendi, Onong. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008 Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling perkawinan. Yogyakarta: Andi, 2000 Yusroh,Yoyoh. “Pernikahan Sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah”. Artikel diakses pada 10 April 2010 dari http://www.dakwatuna,com/2008/pernikahan-sebagai-landasan-munuju-keluarga sakinah/ Takariawan, Cahyadi Pernak Pernik Keluarga Islami. 5th ed. Solo: Era Intermedia, 2005 Yayasan Penerjemah Al Qur’an. Al Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Departemen Agama RI, 1992.