studi awal ketersediaan pakan dan kondisi habitat … fileketersediaan pakan dan kondisi habitat...
TRANSCRIPT
KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK
KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA
(HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)
DI HUTAN HAMPAPAK KALIMANTAN TENGAH
Milad Madiyawati1, Chandradewana Boer
2 dan Sutedjo
3
1Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Palangka Raya.
2Laboratorium
Konservasi Fauna Fahutan Unmul, Samarinda. 3Laboratorium Ekologi & Dendrologi
Fahutan Unmul, Samarinda
Abstract. Food Availability and Habitat Condition for Owa Releasing Program at Hampapak Forest, Central Kalimantan. The objectives of the research were to investigate food avalaibility (including their diversity and abundance) and the condition of habitat (including percentage of coverage, foliage height profile, index of diversity and evenness) inside the forest of Hampapak, Central Kalimantan. It was found 48 species of plants belonged to 25 families which around 50% of them were food resources for many animals in the forest especially for Gibbon (Owa). The comparison between food and non food resources were categorized that plants could be used as food source were always dominant in all growth levels, i.e: 57 : 47% for ground vegetation; 65 : 35% for seedlings; 54 : 46% for saplings; 52 : 48% for poles and 50 : 50% for trees stages. The percentage of canopy projection was more than 70%, it means that two third of the forest floor were covered by canopy of the trees and poles of saplings. The foliage density showed also their distribution (35%) and the abundance of leaves in vertical stratification. Besides that, the forest of Hampapak was built by complete canopy as well as commonly tropical rain forest in many places in the tropic. The availability of food resources in the forest is an importance thing to be known before conducting of releasing program. It is needed a comprehensive and detail researches about food availability to have a good decision whether the forest suitable or not for releasing program, especialy to account the carrying capacity of the habitat.
Kata kunci: owa, pakan, habitat, keanekaragaman jenis, Hampapak
Tingginya pemanfaatan hutan tropis selama 30 tahun terakhir di Kalimantan telah
menyebabkan berkurangnya habitat sebagian besar mamalia. Khususnya jenis
primata Owa (Hylobates agilis albibarbis) mengalami penurunan populasi sebagai
akibat kerusakan habitat, penebangan liar, kebakaran hutan dan konversi areal hutan
menjadi areal dengan peruntukan lain.
Akibat tingginya tingkat kerusakan habitat, banyak Owa yang harus keluar dari
habitatnya. Hal ini membawa masalah karena sebagian di antaranya kemudian
memasuki areal-areal perladangan, kebun masyarakat dan pemukiman. Banyak Owa
hasil sitaan sekarang ini harus dilepas-liarkan kembali ke alam bebas, padahal
pengetahuan tentang habitat Owa masih sangat terbatas. Salah satu tempat tujuan
pelepas-liaran Owa adalah hutan Hampapak. Namun yang menjadi hambatan dalam
upaya pelepas-liaran kembali adalah belum tersedianya informasi yang memadai
mengenai komposisi vegetasi yang menjadi sumber pakan Owa, maka perlu
dilakukan studi potensi sumber pakan (vegetasi).
125
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 126
Upaya untuk mengetahui hal tersebut penting dilakukan, karena dengan
mempelajari karakteristik vegetasi yang ada, akan sangat membantu keberhasilan
program rehabilitasi di kawasan hutan Hampapak dan diharapkan Owa yang
dilepaskan akan bertahan hidup (survive). Karena Owa adalah satwa arboreal sejati,
keberadaan pakan sebagai elemen habitat sangat penting artinya, baik sebagai
sumber pakan maupun sarana perlindungan dari ancaman predator dan pengganggu
lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan hutan Hampapak sebagai
habitat, khususnya ketersediaan pakan bagi pelepas-liaran Owa dengan mengetahui
kelimpahan vegetasi berdasarkan komposisi jenis, dominasi jenis, keanekaragaman
jenis dan tingkat kemerataan pada setiap tingkat pertumbuhan dan struktur vegetasi
secara vertikal (profil diagram dan stratifikasi daun).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan
untuk pelepas-liaran dan kemungkinan adaptasi dari Owa dalam jangka panjang
serta sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang evaluasi suatu
kawasan untuk pelepas-liaran satwa, khususnya Owa.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di areal Sanctuary Yayasan Kalaweit di Desa Hampapak
Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Propinsi Kalimantan Tengah.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan efektif yang meliputi persiapan,
kegiatan lapangan menyangkut orientasi lapangan, pembuatan plot, pengukuran dan
pengambilan data lapangan.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis pohon (termasuk
tumbuhan bawah) yang terdapat dalam plot penelitian yang meliputi tingkat semai,
pancang, tiang dan pohon di hutan Hampapak sebagai tempat pelepas-liaran dengan
luas lebih kurang 1.200 ha. Metode yang digunakan untuk analisis vegetasi adalah menggunakan metode
jalur berpetak yang ditentukan secara sistematik sampling. Pada setiap jalur dibuat
petak contoh untuk tingkat pohon (20x20 m), jarak antar sumbu petak contoh adalah
100 m dan jarak antara jalur 100 m. Selanjutnya dalam petak contoh tersebut dibuat
petak contoh untuk tingkat tiang (10x10 m), pancang (5x5 m), semai dan tumbuhan
bawah (2x2 m). Penetapan petak contoh dilakukan berselang seling di kanan dan kiri
berimpit dengan sumbu jalur rintisan, sedangkan untuk proyeksi tajuk menggunakan
petak ukur 10x60 m. Pengamatan stratifikasi vertikal daun dilakukan pada 3 lokasi
yang ditentukan secara representatif, masing-masing 100 titik pengamatan dengan
jarak antar titik 0,5 m yang dibuat untuk menentukan kepadatan daun pada masing-
masing ketinggian dengan menggunakan galah ukur.
Data hasil analisis vegetasi selanjutnya dianalisis yang meliputi komposisi jenis dan suku, Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Dominasi Jenis (C), Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan Jenis. Profil
diagram dihitung dengan proyeksi luas penutupan tajuk dan persentase kepadatan
daun (stratifikasi vertikal daun).
127 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Komposisi Vegetasi
Komposisi vegetasi bervariasi untuk setiap tipe habitatnya. Variasi ini terjadi
karena setiap vegetasi memberikan respon yang berbeda terhadap lingkungan tempat
tumbuhnya, sehingga pada habitat tertentu ditemukan dominasi suatu jenis terhadap
jenis lainnya. Jenis-jenis yang dominan merupakan jenis yang paling baik
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat memanfaatkan
kondisi lingkungan dengan optimal.
1. Komposisi jenis dan suku
Hasil penelitian terhadap komposisi jenis semua tingkat pertumbuhan di hutan
Hampapak Kecamatan Bukit Batu Propinsi Kalimantan Tengah ditemukan 48 jenis
vegetasi (25 suku). Dari 48 jenis vegetasi ini terdapat jenis-jenis yang sama pada
setiap pertumbuhan yaitu tumbuhan bawah terdiri dari 5 jenis vegetasi (4 suku),
tingkat semai 17 jenis (12 suku), pancang 34 jenis (19 suku), tiang 32 jenis (16
suku) dan tingkat pohon 37 jenis (19 suku).
1.a. Tumbuhan bawah. Hasil inventarisasi dan analisis vegetasi tumbuhan bawah
hanya ditemukan 5 jenis vegetasi (4 suku). Untuk lebih jelasnya hasil
rekapitulasi tumbuhan bawah yang ditemukan di hutan Hampapak dapat dilihat
pada Tabel 1. Indeks Nilai Penting (INP) antar pakan dan non pakan memiliki
perbandingan 53 : 47% (Gambar 1). Ketersediaan tumbuhan bawah sebagai
sumber pakan akan dapat dijadikan makanan alternatif bagi Owa untuk dapat
bertahan hidup jika pohon buah yang menjadi makanan utamanya tidak sedang
berbuah.
Tabel 1. Jenis Vegetasi Tumbuhan Bawah di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu
No. Nama botani Suku N/ha INP
1 Cyperus sp.2 Cyperacae 5125 74,7451
2 Pandanus helicopus* Bromeliaceae 4000 67,0316
3 Licuala sp.* Licualaceae 1813 31,1549
4 Cyperus sp.1 Cyperacae 813 19,6390
5 Calamus sp.* Arecaceae 313 7,4294
Jumlah 12.063 200,0000
Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.
47% 53%
pakan non pakan
Gambar 1. Grafik Persentase Pakan dan Non
Pakan Tumbuhan Bawah (Data dari Tabel 1)
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 128
Pada Tabel 2 terlihat, bahwa Indeks Nilai Penting (INP) tingkat semai,
penguasaan jenis pakan dibanding jenis non pakan Owa adalah 65 : 35%. Ini
menunjukkan vegetasi pada tingkat semai memiliki jumlah yang cukup untuk
menjadi bakal calon pohon buah pada tingkat pertumbuhan selanjutnya
(Gambar 2).
1.b. Berdasarkan analisis vegetasi tingkat semai ditemukan 17 jenis vegetasi (12
suku) yang di antaranya terdapat jenis pohon buah yang dapat dimanfaatkan
oleh owa (Tabel 2).
Tabel 2. Jenis Vegetasi Tingkat Semai di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu
No Nama botani Suku N/ha INP
1 Dillenia excelsa* Dilleniaceae 4438 49,9970
2 Diospyros siamang* Ebenaceae 2688 38,2815
3 Diospyros pseudomalabarica* Dilleniaceae 1563 16,2574
4 Euodia sp. Rutaceae 813 15,5843
5 Xylopia coriifolia Annonaceae 1000 11,0424
6 Chaetecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 875 10,2056
7 Mangifera havilandii Anacardiaceae 500 9,1444
8 Parastemon urophylum Rosaceae 750 7,9195
9 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 438 7,2767
10 Shorea sp. Dipterocarpaceae 563 6,6642
11 Garcinia sp.1* Cluciaceae 313 6,4399
12. Grewia lorzingii* Tilliaceae 188 5,6031
13. Garcinia sp.3* Cluciaceae 375 5,409
14. Memecylon costatum* Melastomataceae 250 4,5722
15. Garcinia sp.2* Cluciaceae 63 1,8677
16. Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 63 1,8677
17. Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 63 1,8677
Jumlah 14.938 200,0000
Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.
1.c. Tingkat pancang. Vegetasi tingkat pancang ditemukan sebanyak 34 jenis
vegetasi (19 suku), di antaranya terdapat jenis pohon buah yang merupakan
sumber pakan bagi Owa, sebanyak 17 jenis (12 suku) (Tabel 3).
35%65%
pakan non pakan
Gambar 2. Grafik Persentase Pakan dan Non
Pakan Tingkat Semai (Data dari Tabel 2)
129 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat
Tabel 3. Jenis Vegetasi Tingkat Pancang di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu
No Nama botani Suku N/ha INP
1 Dillenia excelsa* Dilleniaceae 800 28,6853
2 Ganua motleyana* Sapotaceae 470 24,9719
3 Mangifera havilandii Anacardiaceae 450 20,0166
4 Diospyros siamang* Ebenaceae 400 16,0236
5 Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 300 16,4493
6 Diospyros. pseudomalabarica* Ebenaceae 270 14,79
7 Euodia sp. Rutaceae 190 13,6794
8 Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 120 14,1553
9 Shorea sp.1 Dipterocarpaceae 140 11,8303
10 Knema sp.* Myristicaceae 190 12,1317
11 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 210 8,7523
12 Shorea sp.2 Dipterocarpaceae 50 8,6308
13 Baringtonia sp. Dipterocarpaceae 120 8,1933
14 Chaeotecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 180 8,9206
15 Lophopetalum borneensis Celastraceae 20 8,3203
16 Xylopia malayana Annonaceae 30 8,3626
17 Xylopia coriifolia Annonaceae 70 7,2774
18 Grewia lorzingii* Tilliaceae 20 6,8908
19 Garcinia sp.4* Cluciaceae 20 6,1868
20 Homalium caryophyllaceum Flacourtiaceae 110 5,6524
21 Parastemon urophylum Rosaceae 110 4,8545
22 Garcinia sp.3* Cluciaceae 40 5,6671
23 Pentaspadon motleyi* Anacardiaceae 20 4,7303
24 Garcinia sp.1* Cluciaceae 90 4,7021
25 Syzygium sp. Myrtaceae 40 4,7995
26 Macaranga sp. Euphorbiaceae 20 3,8725
27 Memecylon costatum* Melastomataceae 80 4,007
28 Callophylum inophyllum* Cluciaceae 80 3,5998
29 Garcinia sp.2* Cluciaceae 10 3,6127
30 Alseodaphne coriacea Lauraceae 10 2,9554
31 Ficus sp.* Moraceae 10 2,0682
32 Parinari argenteosericeae Rosaceae 40 1,7527
33 Polyalthia glauca* Sapotaceae 30 1,8268
34 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 20 1,6307
Jumlah 4.760 300,0000
Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.
Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi tingkat pancang sumber pakan bagi Owa
adalah 54% dari jumlah vegetasi yang ditemukan di lokasi penelitian
(Gambar 3).
46%54%
pakan non pakan
Gambar 3. Grafik Indeks Nilai Penting (INP)
Vegetasi Pakan dan Non Pakan Tingkat
Pancang (Data dari Tabel 3)
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 130
Tabel 4. Jenis Vegetasi Tingkat Tiang di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu
No. Nama botani Suku N/ha INP
1 Ganua motleyana* Sapotaceae 198 46,0378
2 Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 123 32,2174
3 Knema sp.* Myristicaceae 75 19,4757
4 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 53 15,7167
5 Chaeotecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 53 15,5581 6 Diospyros siamang* Ebenaceae 53 15,0086
7 Euodia sp. Rutaceae 53 14,7465
8 Diospyros pseudomalabarica* Ebenaceae 50 14,1359
9 Callophylum hosei* Cluciaceae 45 15,5825
10 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 38 12,9817
11 Garcinia sp.1* Cluciaceae 45 11,5194 12 Garcinia sp.4* Cluciaceae 40 11,6927
13 Parinari argenteosericeae Rosaceae 38 10,4259
14 Shorea sp.1 Dipterocarpaceae 33 5,9390
15 Shorea sp.2 Dipterocarpaceae 20 6,5425
16 Xylopia malayana* Annonaceae 20 6,7345
17 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 23 5,3954 18 Mangifera havilandii Anacardiaceae 15 4,9657
19 Xylopia coriifolia Annonaceae 15 4,6073
20 Garcinia sp.2* Cluciaceae 13 4,2935
21 Dillenia excelsa* Dilleniaceae 15 4,0858
22 Homalium caryophyllaceum Flacourtiaceae 13 4,0269
23 Memecylon costatum* Melastomataceae 10 3,1962 24 Palaquium pseudorostratum Sapotaceae 10 2,7981
25 Lophopetalum borneensis Celastraceae 8 2,4727
26 Callophyllum sp.* Cluciaceae 5 1,6589
27 Polyalthia glauca* Sapotaceae 5 1,5981
28 Macaranga sp. Euphorbiaceae 5 1,4194
29 Pentaspadon motleyi* Anacardiaceae 3 0,9531 30 Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 3 0,8455
31 Parastemon urophylum Rosaceae 3 0,8140
32 Melanorrhoea wallichii Anacardiaceae 3 0,7097
Jumlah 1.078 300,0000
Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.
1.d. Tingkat tiang. Vegetasi tingkat tiang ditemukan sebanyak 32 jenis vegetasi (16 suku), di antaranya terdapat jenis pohon buah yang merupakan sumber pakan bagi Owa, yaitu sebanyak 15 jenis (9 suku) (Tabel 4).
Pada Tabel 4 terlihat, bahwa Indeks Nilai Penting (INP) antara pakan dan non pakan tingkat tiang adalah 52 : 48% (Gambar 4).
48%52%
pakan non pakan
Gambar 4. Grafik Persentase Pakan dan Non
Pakan Tingkat Tiang (Data dari Tabel 4)
131 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat
1.e. Tingkat pohon. Vegetasi tingkat pohon ditemukan sebanyak 36 jenis vegetasi
(19 suku) seperti ditampilkan pada Tabel 5, di antaranya terdapat jenis pohon
buah yang merupakan sumber pakan Owa yaitu 17 jenis (10 suku) (Tabel 5).
Tabel 5. Jenis Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu
No. Nama botani Suku N/ha INP
1 Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 89 48,2175
2 Ganua motleyana* Sapotaceae 88 46,0391
3 Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 49 32,7184
4 Parastemon urophylum Rosaceae 30 19,4608
5 Knema sp.* Myristicaceae 28 15,8491
6 Diospyros pseudomalabarica* Ebenaceae 18 13,54
7 Mangifera havilandii Euphorbiaceae 15 11,0621
8 Syzygium sp. Myrtaceae 14 9,9138
9 Chaeotecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 16 9,2477
10 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 8 11,0218
11 Garcinia sp.1* Sapotaceae 13 7,3768
12 Shorea sp.1 Dipterocarpaceae 14 7,0052
13 Xylopia malayana* Annonaceae 9 6,7843
14 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 8 6,1637
15 Lophopetalum borneensis Aquifoliaceae 7 5,7152
16 Diospyros siamang* Ebenaceae 8 5,2239
17 Shorea sp.2 Dipterocarpaceae 6 5,1655
18 Callophylum hosei* Cluciaceae 6 4,8196
19 Callophyllum sp.* Cluciaceae 5 4,3002
20 Dialium platysepalum Caesalpniaceae 4 3,4778
21 Memecylon costatum* Melastomataceae 4 3,1535
22 Palaquium pseudorostratum Sapotaceae 4 3,2452
23 Castanopsis foxworthyii Fagaceae 3 2,297
24 Macaranga sp. Celastraceae 3 2,1778
25 Garcinia sp.4* Cluciaceae 3 2,0477
26 Gonystylus bancanus* Thymeleaceae 3 2,0319
27 Euodia sp. Rutaceae 3 1,9602
28 Garcinia sp. 2* Cluciaceae 3 1,7913
29 Melanorrhoea wallichii Anacardiaceae 2 1,9999
30 Pentaspadon motleyi* Anacardiaceae 2 1,9735
31 Homalium caryophyllaceum Flacourtiaceae 2 1,5479
32 Dillenia sp. * Dilleniaceae 1 0,6282
33 Syzygium havilandii Myrtaceae 1 0,5421
34 Garcinia sp. 3* Cluciaceae 1 0,5004
35 Garcinia sp. 5* Cluciaceae 1 0,5004
36 Xylopia coriifolia Annonaceae 1 0,5004
Jumlah 464 300,0000
Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.
Indeks Nilai Penting (INP) antara pakan dan non pakan adalah 50 : 50 %.
Angka persentase pada tingkat pohon yang mencapai 50 % menunjukkan
ketersediaan vegetasi sebagai sumber makanan dapat mencukupi kebutuhan
Owa sehingga dapat survive. Grafiknya ditampilkan pada Gambar 5.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 132
50% 50%
pakan non pakan
Gambar 5. Persentase Pakan dan Non Pakan
Tingkat Pohon (Data dari Tabel 5)
Secara keseluruhan hasil analisis vegetasi yang meliputi jenis dan suku serta
jumlah individu di lokasi penelitian hutan Hampapak di Kecamatan Bukit Batu
Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Tabel 6.
Secara keseluruhan jumlah jenis dan suku yang ditemukan di hutan Hampapak
lebih sedikit dibandingkan dengan hasil penelitian Setiarno (1999) di HPH PT
Arjuna Wiwaha Kalimantan Tengah, di mana ditemukan 52 jenis vegetasi, 44 marga
dan 27 suku, Sembiring (2002) di Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto
menemukan 58 jenis vegetasi, 35 marga dan 26 suku dan Syukur (2006) di Hutan
Wisata Rawa Gambut Baning Kabupaten Sintang menemukan 69 jenis vegetasi, 47
marga dan 28 suku.
Tabel 6. Jumlah Jenis, Jumlah Suku dan Jumlah Individu Vegetasi di Hutan Hampapak
Kecamatan Bukit Batu
Parameter Jumlah individu Jumlah jenis Jumlah suku Jumlah pakan
Jumlah jenis Jumlah suku
Tumbuhan bawah 193 5 4 3 3
Semai 239 17 12 9 5
Pancang 476 34 19 17 12
Tiang 414 32 16 15 9
Pohon 743 36 19 17 10
Jumlah jenis yang ditemukan pada lokasi penelitian relatif sedikit. Hal ini
disebabkan kondisi lingkungan pada hutan gambut yang miskin akan unsur hara, pH
rendah, KTK (Kapasitas Tukar Kation) tinggi tetapi KB (Kejenuhan Basa) rendah
serta aerasi dan drainasenya yang buruk. Oleh karena itu, hanya jenis-jenis tertentu
saja yang mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah tersebut.
Dari hasil analisis tumbuhan strata bawah diketahui bahwa jumlah jenis jauh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan tingkat pancang, tiang dan pohon. Hal ini
disebabkan pada saat penelitian kondisi di lokasi penelitian baru surut dari genangan
air dan tumbuhan stadium muda lebih rentan terhadap lingkungan, labil dalam
pertumbuhan. Kehadiran permudaan alam atau berlimpahnya permudaan alam tidak
hanya karena pada hutan itu terdapat pohon induk akan tetapi faktor luarpun sangat
menentukan antara lain cukup tidaknya sinar matahari sampai ke permukaan
lantai hutan dan juga seperti diungkapkan di atas pada saat penelitian, lokasi baru
surut dari genangan air.
133 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat
2. Indeks keanekaragaman jenis dan kemerataan
Distribusi individu-individu di antara jenis-jenis yang ada ditentukan oleh
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan (e). Indeks
Keanekaragaman Jenis dan Indeks Kemerataan untuk semua tingkat pertumbuhan
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Indeks Keanekaragaman Jenis dari Shannon (H”) dan Indeks Kemerataan (e)
Parameter Individu Jenis H’ E
Tumbuhan bawah 193 5 0,5606 0,8020
Semai 239 17 0,9847 0,8003
Pancang 476 34 1,2864 0,8400
Tiang 414 32 1,2695 0,8434
Pohon 743 36 1,2091 0,7769
Pada Tabel 7 terlihat tingkat tiang dan pancang mempunyai nilai kemerataan
yang tertinggi dan yang terendah adalah tingkat pohon yaitu sebesar 0,7769. Hal ini
menunjukkan, bahwa pembagian dari 414 individu tingkat tiang di antara 32 jenis
dan 476 individu tingkat pancang di antara 34 jenis vegetasi yang ditemukan
terdistribusi secara merata dalam komunitas dibandingkan tingkat pohon, semai dan
tumbuhan bawah.
3. Tingkat dominasi
Kemenonjolan suatu tingkat pertumbuhan ditentukan dari Indeks Dominasi
Jenis (C). Hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Indeks Dominasi (C), Jumlah Jenis dan Jumlah Individu (N/ha) di hutan
Hampapak Kecamatan Bukit Batu
Parameter C Jumlah jenis N/ha
Tumbuhan bawah 1,0000 5 12.063
Semai 0,1269 17 14.938
Pancang 0,0453 34 4.760
Tiang 0,0641 32 1.078
Pohon 0,0793 36 464
4. Struktur tegakan
Pada kawasan hutan Hampapak, pohon yang paling tinggi mencapai 40,31 m,
tegakannya terdiri dari 5 lapisan tajuk (strata), di antaranya yang 10 jenis adalah
pohon pakan Owa, strata B dengan tinggi 20,6–30 m ditemukan 33 jenis vegetasi
(17 jenis pohon pakan), strata C dengan tinggi 8,6–20,5 m ditemukan 40 jenis (21
jenis pohon pakan), strata D dengan tinggi 1,6–8,5 m ditemukan 20 jenis vegetasi
(10 jenis pohon pakan) dan strata E yang memiliki tinggi 0–1,5 m ditemukan 22
jenis vegetasi (11 jenis pakan).
Pada setiap strata baik A, B, C, D dan E selalu terdapat jenis-jenis vegetasi yang
dapat dimanfaatkan oleh Owa sebagai sumber makanan. Kondisi tersebut akan
menjadikan kawasan ini cukup layak untuk dijadikan tempat pelepasan satwa ini,
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 134
karena dari rata-rata jenis vegetasi yang ada pada tiap strata, 50 % adalah vegetasi
yang dapat dimanfaatkan Owa sebagai sumber pakan.
4.a. Hubungan diameter dengan tinggi bebas cabang dan tinggi total. Hasil analisis
regresi sederhana diperoleh hubungan linier antara tinggi pohon (Y dalam m)
dengan tinggi bebas cabang (X dalam m) dengan persamaan: Tinggi pohon =
0,5319 + 1,3264* bebas cabang (nilai p<0,05). Nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,9895 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara X dan Y
sebesar 97,9139% (pengaruh X terhadap Y 97,9139%). Hubungan tinggi total
dengan tinggi bebas cabang digambarkan dengan grafik pada Gambar 6.
Y=0,5319+13264*bebas cabang
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 5 10 15 20 25 30 35
Tinggi Bebas Cabang ( m)
Ting
gi P
ohon
( m
)
Gambar 6. Grafik Hubungan Tinggi Total dengan Tinggi Bebas Cabang pada Hutan
Hampapak Kecamatan Bukit Batu
Hubungan diameter dengan tinggi bebas cabang dan tinggi total berdasarkan
hasil analisis regresi sederhana diperoleh hubungan linier antara tinggi pohon
(Y dalam m) dengan diameter pohon (X dalam cm) dengan persamaan sebagai
berikut: Tinggi total = 8,41 Ln(x) – 5,97 (R2
= 0,83)
Tinggi bebas cabang = 6,28 Ln(x) – 4,75 (R2 = 0,84)
Nilai koefisien determinasi (R2) untuk kedua hubungan tersebut masing-masing
adalah sebesar 0,83 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara X dan Y
sebesar 68,66% (pengaruh X terhadap Y 68,66%) dan 0,84 menunjukkan
adanya hubungan yang kuat antara X dan Y sebesar 70,01% (pengaruh X
terhadap Y 70,01% seperti terlihat pada Gambar 7.
Garis regresi tinggi total dan tinggi bebas cabang memiliki garis yang serupa.
Selisih atau jarak antara kedua garis tersebut menggambarkan perbandingan
tinggi total dengan tinggi bebas cabang.
4.b. Profil diagram. Fisiognomi yang dimiliki oleh Hutan Hampapak ini dapat dilihat
keadaan tegakan (pohon) yang paling tinggi 25–35 m dan kadang dijumpai
beberapa pohon yang tingginya mencapai 40 m. Hutan Hampapak didominasi
135 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat
oleh jenis-jenis Sumpung (Ilex hypoglauca), Ketiau (Ganua motleyana),
Pampan dan Madang (Knema sp.). Pada lapisan yang paling bawah dijumpai
jenis-jenis seperti Rotan (Calamus sp.), Rasau (Cyperus sp.2), Rumbia (Licuala
paludosa), Grising (Pandanus helicopus), Pawah (Cyperus sp.1) dan kadang
dijumpai liana.
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
40
44
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
Diameter (cm)
Ting
gi (m
)
Log. (Tinggi Total)
Log. (Tinggi Bebas Cabang)
Gambar 7. Grafik Hubungan Tinggi Total dan Tinggi Bebas Cabang dengan Diameter di
Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu
Diagram profil dan proyeksi tajuknya dapat dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
Gambar 8. Profil dan Proyeksi Tajuk I
Y= 8,4113Ln(x)-5,9702 : R2=0,8286
Y= 6,2804Ln(x)-4,7462 : R2= 0,8372
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 136
Gambar 9. Profil dan Proyeksi Tajuk II
Dari Gambar 8 dan 9, hasil profil dan proyeksi tajuk pada petak contoh
diperoleh luas penutupan tajuk sebesar 72,20% dan 66,80. Hasil proyeksi tajuk
diperoleh luas penutupan tajuk yang akan berpengaruh terhadap produktivitas
dan sumber pakan dari Owa yang mencerminkan tingginya daya dukung
habitat. Dari kedua gambar proyeksi tajuk di atas menunjukkan keadaan dan
kondisi tajuk lebih dari cukup untuk membuat Owa bertahan hidup (survive) di
tempatnya yang baru.
2
6
10
14
18
22
26
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Persentase (%)
Tin
gg
i (m
)
lokasi 1
lokasi 2
lokasi 3
Gambar 10. Grafik Kepadatan Daun Berdasarkan Ketinggian Galah Ukur
4.c. Stratifikasi vertikal daun. Hasil pengamatan pada setiap ketinggian galah
ukur untuk rata-rata kepadatan daun yang ditemukan lebih dari 33% (lokasi 1 =
137 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat
43,40%, lokasi 2 = 39,35% dan lokasi 3 = 37,20%). Berdasarkan literatur, Owa
memanfaatkan daun setelah buah adalah 33% (Susan, 2004), 39% (Anonim,
2004). Kondisi ini menunjukkan pada setiap ketinggian dari pepohonan akan
ditemukan jumlah daun yang akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
makanan bagi Owa. Daun merupakan makanan alternatif jika makanan utama
berupa buah-buahan tidak sedang berproduksi (berbuah). Grafik kepadatan
daun berdasarkan tinggi galah ukur ditampilkan pada Gambar 10.
4.d. Vegetasi sebagai pelindung. Vegetasi merupakan salah satu bentuk
pelindung yang peranannya bagi kehidupan satwaliar dapat berfungsi sebagai
tempat persembunyian (hiding cover) dan tempat penyesuaian terhadap
perubahan temperatur (thermal cover). Kondisi kerapatan vegetasi akan
berpengaruh terhadap intensitas sinar matahari yang sampai ke lantai hutan.
Keadaan ini berkaitan dengan kemudahan penglihatan pemangsa dan yang
dimangsa. Untuk menjamin berlangsungnya pemangsaan diperlukan keadaan
kerapatan vegetasi yang optimal pada tingkat yang menguntungkan bagi
keduanya, yaitu bagi pemangsa (predator) dikehendaki kerapatan vegetasi yang
memudahkan untuk mengenal mangsa dan mudah menangkapnya dan bagi
yang dimangsa (prey) kerapatan vegetasi diharapkan untuk mengenal pemangsa
dan sekaligus memudahkan untuk melakukan persembunyian.
Data penelitian yang diperoleh dari beberapa lokasi hutan rawa di Kalimantan,
Hutan Hampapak memiliki kerapatan pohon yang cukup tinggi jika dibandingkan
dengan tempat lain, seperti ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah (N/ha) Tingkat Pohon pada Hutan Rawa di Beberapa Lokasi di Kalimantan
Lokasi N/ha Peneliti
Pimping (Tarakan-Kaltim) 713 Rudy (1998)
Hampapak (Bukit Batu-Kalteng) 464 -
Nyaru Menteng (Kalteng) 462 Ibie (1997)
Sintang (Kalbar) 455 Syukur (2006)
Batola (Kalsel) 385 Perawati (2005)
Pada Tabel 9 terlihat, bahwa hutan Hampapak memiliki kerapatan yang lebih
tinggi dibandingkan 3 lokasi lainnya. Kondisi ini diharapkan merupakan kondisi
optimal pada keadaan yang sangat menguntungkan bagi Owa untuk dapat survive di
lokasi yang baru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Cukup tingginya keanekaragaman jenis vegetasi dan kerapatan serta lebih dari
50% di antaranya adalah merupakan pakan bagi satwaliar herbivora, maka
diperkirakan hutan Hampapak dapat menjadi tempat pelepas-liaran yang baik bagi
Owa di masa yang akan datang. Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Dominasi
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 138
Jenis adalah petunjuk yang dapat dipakai untuk melihat sebaran dari masing-masing
jenis pakan, yang mana sumber pakan masih selalu lebih tinggi dibandingkan
dengan non pakan (53 : 47% untuk tumbuhan bawah, 65 : 35% pada tingkat semai,
54 : 46% pada tingkat pancang, 52 : 48% pada tingkat tiang dan 50 : 50% pada
tingkat pohon).
Selain memiliki kekayaan jenis yang tinggi hutan Hampapak juga memiliki
lapisan tajuk yang lengkap (A, B, C, D dan E) dengan luas penutupan tajuk antara
66–72% serta variasi kepadatan daun secara vertikal mencapai hampir 40%. Owa
yang lebih banyak bersifat arboreal, memerlukan tajuk dan pohon-pohon tinggi
untuk mobilisasinya.
Saran
Ketersediaan jenis pakan berdasarkan waktu perlu mendapat perhatian sebelum
pelepas-liaran Owa dilakukan. Diperlukan studi referensi yang lebih teliti dan
komprehensif untuk melihat dan memutuskan kelayakan pelepas-liaran Owa di
kawasan tersebut, khususnya yang menyangkut kemampuan daya dukung kawasan
terhadap jumlah individu Owa yang akan dilepaskan (carrying capacity).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Laporan Tahunan Balai Konservasi Sumberdaya Alam. Palangka Raya.
Ibie, B.F. 1997. Pendugaan Dimensi Tegakan Hutan Rawa Gambut Sekunder Berdasarkan
Struktur Tegakan di Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Perawati. 2005. Komposisi dan Struktur serta Kemerataan Jenis pada Kawasan Hutan
Gambut Kabupaten Batola Kalimantan Selatan. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin.
Rudy, S. 1998. Komposisi dan Assosiasi Floristik 3 Sub Tipe Hutan Rawa Pimping PT
Inhutani I Tarakan. Tesis Magister Program Studi Magister Ilmu Kehutanan Program
Pascasarjana Universitas Mulawarman, Samarinda.
Sembiring, S. 2002. Komposisi dan Stuktur Hutan Sebelum dan Sesudah Kebakaran pada
Sistem Lahan yang Berbeda di Kawasan Hutan Lindung Bukit Suharto. Tesis Magister
Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.
Setiarno. 1999. Studi Keanekaragaman Vegetasi Hutan Rawa Gambut di HPH PT Arjuna
Wiwaha Kalimantan Tengah. Tesis Magister Program Studi Magister Ilmu Kehutanan
Program Pascasarjana Universitas Mulawarman, Samarinda.
Susan, M.C. 2004. Assessing Rehabilitation and Reintroduction of Captive-raised Gibbon in
Indonesia. Wildlife Research Group Department of Anatomy University of Cambridge.
Syukur, M. 2006. Komposisi dan Assosiasi Vegetasi Hutan Gambut Berdasarkan Ketebalan
Lapisan Gambut di Hutan Wisata Rawa Bening Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.
Tesis Magister Program Studi Ilmu Kehutanan Program Pascasarjana Universitas
Mulawarman, Samarinda.