studi eksploratif tentang kesejahteraan … · vii studi eksploratif tentang kesejahteraan...
TRANSCRIPT
STUDI EKSPLORATIF TENTANG KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
GURU HONORER SEKOLAH NEGERI DI KABUPATEN BANTUL
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Fitria
119114106
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya (Matius 21:22).
Modal dasar meneliti adalah teliti (Supratiknya).
Jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka engkau harus
menanggung pahitnya kebodohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Kedua orangtuaku
Kakak, mbak, adik
Saudara-saudaraku
Sahabat-sahabatku
Universitas Sanata Dharma
Fakultas Psikologi
Dosen pembimbing akademik
Dosen pembimbing skripsi
Semua pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan dengan caranya
masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
STUDI EKSPLORATIF TENTANG KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
GURU HONORER SEKOLAH NEGERI DI KABUPATEN BANTUL
Fitria
ABSTRAK
Penelitian survei ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis guru
honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul. Kemudian tingkat kesejahteraan psikologis itu juga
dieksplorasi berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Subjek
penelitian merupakan sampel guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul yang tersebar di 13
Kecamatan dengan jumlah 193 guru honorer. Pengambilan data dilakukan dengan skala
kesejahteraan psikologis. Dalam skala tersebut juga terdapat sejumlah pertanyaan terkait data
demografis yang akan diteliti. Uji validitas, reliabilitas, dan daya diskriminasi skala kesejahteraan
psikologis guru honorer sekolah negeri memperoleh 60 item valid, koefisien reliabilitas alpha
Cronbach sebesar 0,937, serta delta Ferguson sebesar 0,988. Metode analisis data adalah statistik
deskriptif, uji beda, dan uji korelasi. Hasil analisis data menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan
psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul adalah tinggi (M=191,74 > M=150),
tidak ada perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer laki-laki dengan
perempuan (Z= -1,710, p=0,087), tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru
honorer sekolah negeri dengan usia (r= -0,044, p=0,46), tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan
psikologis guru honorer dengan tingkat pendidikan (r= -0,043, p=0,554), serta tidak ada perbedaan
tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dilihat berdasarkan status pernikahan (chi-square=
0,348, p= 0,987).
Kata kunci: kesejahteraan psikologis, guru honorer sekolah negeri, jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, status pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
EXPLORATIVE STUDY ABOUT PSYCHOLOGICAL WELL-BEING OF
NOT-OFFICIALLY-CONFIRMED TEACHERS OF PUBLIC SCHOOLS
IN BANTUL
Fitria
ABSTRACT
This survey research aims to know the level of psychological well-being of not-officially-
confirmed teachers of public schools in Bantul. Then, the level of psychological well-being is
explored based on teachers gender, age, level of education, and marriage status. The subjects of
this research are 193 not-officially-confirmed teachers in 13 sub districts in Bantul. The data were
obtained by using psychological well-being scale. On that scale, there is also number of related
questions about demographic data that will be examined. The test result of validity, reliability, and
discrimination of psychological well-being scale got 60 valid items, 0,937 coefficient alpha
Cronbach, and 0,988 delta Ferguson. The methodes of this research were statistic descriptive,
different test, and correlation test. The results showed that the level of psychological well-being of
not-officially-confirmed teachers of public schools in Bantul has high (M= 191,74>M=150), there
was no difference in level of psychological well-being between men and women (Z= -1,710,
p=0,087), there was no correlation between psychological well-being on not-officially-confirmed
teachers and age (r= -0,044, p=0,46), there was no correlation between psychological well-being
on not-officially-confirmed teachers and level of education (r= -0,043, p=0,554), there was also no
difference in level of psychological well-being of not-officially-confirmed teachers based on
marriage status (chi-square=0,348, p=0,987).
Keywords: psychological well-being , not-officially-confirmed teacher of public school, gender,
age, level of education, marriage status.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Studi Eksploratif
Tentang Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten
Bantul.
Penulis menyadari bawa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil
tanpa bimbingan, bantuan, serta dukungan yang sangat berharga dari semua pihak
yang membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua, yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Debri Pristinella, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
5. Prof. A. Supratiknya, Ph. D atas bimbingannya dalam proses penyusunan
skripsi.
6. Sekolah-sekolah negeri yang telah membantu penelitian ini.
7. Sahabat kampus (dhika, sunya, vhirlis, nizam, rintan) atas bantuan dan
motivasinya.
8. Anak-anak professor (rintan, vania, maria rae, pika, opek, ria, tara, dedew,
tama, pakdhe, mbak lala) atas bantuan dan kebersamaan selama ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya mohon
maaf atas kesalahan ataupun kelalaian yang telah saya perbuat baik sikap, tutur
kata maupun tulisan. Saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi sempurnanya tulisan ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 4 Juli 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAM MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
D. Mannfaat Penelitian .......................................................................... 10
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 10
2. Manfaat Praktis ........................................................................... 10
3. Manfaat Kebijakan ...................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
A. Guru .................................................................................................. 11
1. Pengertian Guru .......................................................................... 11
2. Peran dan Tanggungjawab Guru ................................................. 12
3. Status Kepegawaian Guru ........................................................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
a. Guru PNS .............................................................................. 14
b. Guru Honorer Sekolah Negeri .............................................. 16
B. Kesejahteraan Psikologis .................................................................. 17
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis .......................................... 17
2. Aspek-Aspek Ksejaheraan Psikologis ........................................ 19
3. Pengukuran Kesejahteraan Psikologis ........................................ 22
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis ... 24
a. Jenis Kelamin .................................................................. 25
b. Usia ................................................................................. 25
c. Tingkat Pendidikan ......................................................... 26
d. Status Pernikahan ............................................................ 27
C. Dinamika Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................... 31
B. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 31
C. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 32
1. Variabel Independen ................................................................... 32
2. Variabel Dependen ...................................................................... 33
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 39
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Pengumpul Data ............................ 41
i. Variabel Independen .................................................................. 41
ii. Variabel Dependen .................................................................... 42
1. Validitas Skala Kesejahteraan Psikologis ..................... 42
2. Seleksi Item Skala Kesejahteraan Psikologis ................ 43
3. Bentuk Final Skala Kesejahteraan Psikologis ............... 44
4. Reliabilitas Final Skala Kesejahteraan Psikologis ........ 45
5. Daya Diskriminasi Skala Kesejahteraan Psikologis ...... 46
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian............................................... 48
B. Statistik Deskriptif Data Penelitian ................................................... 51
C. Analisis Data untuk Menjawab pertanyaan Penelitian ..................... 52
D. Pembahasan ....................................................................................... 55
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 60
A. Kesimpulan ....................................................................................... 60
B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 61
C. Saran ................................................................................................. 62
DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sebaran Guru Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul yang
Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kecamatan, Sekolah, dan
Jenis Kelamin ................................................................................................ 37
Tabel 2. Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Sebelum Uji Coba ...... 40
Tabel 3. Penskoran Skala Kesejahteraan Psikologis ..................................... 41
Tabel 4. Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Seleksi Item ... 45
Tabel 5. Jadwal Pengambilan Data Penelitian .............................................. 49
Tabel 6. Data Deskriptif Variabel Independen ............................................. 51
Tabel 7. Statistik Deskriptif Kesejahteraan Psikologis ................................. 51
Tabel 8. Uji One Sample T-test Kesejahteraan Psikologis ........................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Dinamika Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah
Negeri ............................................................................................................ 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Kesejahteraan Psikologis untuk Uji Coba ...................... 67
Lampiran 2. Skala Kesejahteraan Psikologis untuk Penelitian ..................... 81
Lampiran 3. Statistik Deskriptif Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, dan
Status Pernikahan, Statistik Deskriptif Kesejahteraan Psikologis, Uji Asumsi,
Analisis Mann Whitney U, Korelasi Spearman, Kruskal-Wallis.................. 91
Lampiran 4. Bukti Surat-Surat Penelitian ..................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pendidikan peran guru sangatlah penting. Peranan seorang
guru di sekolah tidak hanya menerangkan, melatih, memberi ceramah, tetapi juga
mendesain materi pelajaran, memberi pekerjaan rumah bagi siswa, mengevaluasi
prestasi siswa, dan mengatur kedisiplinan. Selain itu, guru harus menyimpan
catatan pribadi muridnya, mengatur kelas, menciptakan pengalaman belajar,
berkomunikasi dengan orang tua, dan membimbing siswa (Djiwandono, 2006).
Guru berperan penting, tetapi tak sedikit yang status kepegawaiannya tak
tetap dengan penghasilan kurang layak. Status guru honorer berbeda kondisi
dengan para guru yang telah diangkat statusnya menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Selain kenaikan gaji pokok, pemerintah juga memberikan gaji bulan ke-13
bagi PNS dan pensiunan. Pemerintah juga akan menaikkan uang makan bagi TNI/
Polri dan PNS. Untuk TNI/ Polri uang makan naik dari Rp 35.000,00 per hari
menjadi Rp 40.000,00 per hari. Sedangkan untuk PNS, uang makan dari Rp
15.000,00 menjadi Rp 20.000,00. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun
menyatakan, selama lima tahun terakhir gaji PNS dan TNI/ Polri telah naik dari
Rp 674.000,00 menjadi Rp 1.721.000,00 (Ichwan, 2010). Bahkan PNS yang
berstatus guru misalnya, selain mendapatkan kenaikan gaji setiap tahunnya,
mereka juga mendapatkan tunjangan perbaikan kesejahteraan bagi mereka yang
sudah lolos sertifikasi.
1
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan data yang terdapat di Disdikpora DIY, guru tidak tetap atau
pegawai tidak tetap (GTT/ PTT) dari jenjang TK hingga SMA tahun 2011 di 5
Kabupaten/ Kota berjumlah 20.021 orang dengan rincian sebagai berikut : 4.987
guru TK, 6.963 guru SD, 3.211 guru SMP, 2.379 guru SMA dan 2.481 guru SMK.
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan pada 15 sekolah di salah satu
Kabupaten di DIY didapatkan hasil bahwa mayoritas guru tidak tetap (GTT) di
Kabupaten tersebut berjenis kelamin perempuan dengan status pernikahan yang
variatif.
Penghasilan guru honorer atau guru tidak tetap/ pegawai tidak tetap (GTT/
PTT) di DIY diakui kurang mencukupi. Kondisi ini terutama terjadi karena
minimnya insentif atau tunjangan yang diterima (Fanani, 2012). Rata-rata guru
honorer di Indonesia digaji Rp300.000,00 sampai Rp500.000,00 per bulan.
Bahkan, masih ada guru honorer yang bergaji Rp150.000,00 per bulan (Rusdiana
& Fahmi, 2015). Meski diberikan insentif, guru honorer seringkali dihadapkan
pada situasi yang sulit untuk memenuhi syarat memperoleh tunjangan. Salah
satunya adalah pada kuota jam mengajar yang menentukan insentif apa yang akan
diterima. Guru honorer masih menghadapi situasi memprihatinkan karena
perhatian pemerintah masih minim. Bahkan banyak kasus guru honorer khususnya
di jenjang TK dan SD yang bahkan seperti bekerja tanpa dibayar (Fanani, 2012).
Potret nyata kehidupan guru tidak tetap (GTT) dapat dilihat berdasarkan
wawancara yang dilakukan kepada beberapa guru tidak tetap (GTT) di salah satu
Kabupaten di DIY. Seorang guru honorer SMK dengan jenis kelamin perempuan
dan belum menikah, mengatakan bahwa ia terkendala dengan kurangnya gaji yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
didapat serta banyaknya tugas yang diberikan oleh guru-guru senior (guru tetap).
Subjek mengatakan bahwa guru senior kurang berkompeten dalam membuat
laporan administrasi sekolah. Di sekolah tersebut subjek juga merangkap tugasnya
menjadi kepala bagian Tata Usaha (TU) serta bagian IT (Information and
Technology), dan dari usahanya tersebut subjek mendapat gaji Rp 800.000,00 per
bulan. Nasib ini tidak jauh berbeda dengan guru honorer di salah satu SD di salah
satu Kabupaten di DIY dengan jenis kelamin laki-laki dan belum menikah yang
juga merasa terkendala dengan minimnya gaji yang diberikan. Nasib yang lebih
memprihatinkan lagi dirasakan oleh guru lukis di salah satu SD yang lain. Saat
awal sebagai guru tidak tetap (GTT) pada tahun 2006 ia digaji Rp 150.000,00 per
bulan. Meski begitu, ia tidak patah semangat. Adanya niat untuk memajukan
pendidikan dan bermanfaat bagi orang banyak membuatnya bertahan hingga
sekarang, terlebih ia sudah menikah dan mempunyai anak. Kini ia berpenghasilan
Rp 2.000.000,00 per bulan dari hasil mengajar di 9 TK dan 3 SD.
Persoalan yang dihadapi oleh guru khususnya yang berstatus tidak tetap
ialah kurang ada perhatian dari pemerintah dalam hal ekonomi. Di sisi lain,
masalah guru honorer juga terkait dengan status sosial yang tidak jelas, dipandang
sebelah mata oleh rekan kerja yang berstatus guru tetap, kurangnya kesempatan
mengembangkan pengetahuan atau keterampilan, kurang disertakan dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan sekolah, jauhnya harapan akan potensi
kenaikan jabatan, mudah diberhentikan dari sekolah, kurangnya tingkat dukungan
atau pertolongan dari atasan, serta adanya beban kerja yang berat (Yudha.S.,
2001). Persoalan-persoalan yang ada, terutama persoalan yang berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dengan perekonomian guru inilah yang memberikan dampak terhadap sisi
psikologis guru. Di satu sisi mereka dituntut memajukan pendidikan di Negara ini.
Namun disisi lain, walaupun memang bukan segala-galanya, imbalan yang
mereka terima kecil.
Meskipun demikian, hasil wawancara dengan seorang guru honorer
berjenis kelamin laki-laki dan berstatus belum menikah menunjukkan bahwa ia
merasa nyaman menjadi guru dan tidak mempermasalahkan pendapatannya.
Subjek mengatakan bahwa ia merasa bahagia menjadi guru yang membantu anak
didiknya menjadi manusia yang cerdas. Subjek tidak menjadikan penghasilan
guru honorer sebagai penghasilan pokok, karena ia mempunyai usaha lain dan
saat ini berpenghasilan Rp 1.000.000,00 per bulan. Hal serupa juga dirasakan oleh
salah satu guru TK berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah. Dalam satu
bulan ia mendapatkan gaji Rp 150.000,00. Namun, ia tidak merasa bermasalah
dengan pendapatan yang ia dapat, karena menurutnya menjadi seorang guru
mampu meningkatkan status sosial di masyarakat. Berdasarkan uraian yang sudah
dipaparkan, kesejahteraan guru honorer jauh lebih buruk dari guru PNS. Meski
begitu, tidak semua guru honorer merasa tidak bahagia. Mengapa demikian?
Ternyata, kebahagiaan tidak selalu diartikan dengan terpenuhinya segala
kebutuhan individu. Kahneman et al (1999) menuliskan bahwa terdapat dua
macam perspektif besar dalam wellbeing atau kesejahteraan yaitu hedonis dan
eudaimonis. Pandangan hedonis yang menjadi konsep kesejahteraan subjektif
(subjective well-being) menekankan kesejahteraan sebagai adanya dampak positif
dan tidak adanya dampak negatif (Kahneman et.al., 1999). Sedangkan, pandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
eudaimonis yang menjadi dasar konsep kesejahteraan psikologis (psychological
well-being) menekankan pada usaha untuk menjadi unggul dengan
memaksimalkan potensi yang dimiliki (Ryan, Huta & Deci, 2008). Berdasarkan
pemahaman tersebut, guru honorer yang bersandar pada pandangan hedonis
mungkin akan merasa tidak bahagia dengan adanya gaji yang kecil. Sedangkan
guru honorer yang bersandar pada pandangan eudaimonis tidak selalu merasa
tidak bahagia meskipun gaji yang diterima kecil. Dalam penelitian ini, konsep
kesejahteraan psikologis (psychological well-being) Ryff dipilih sebagai dasar
teori karena konsep ini lebih menekankan pada pengembangan dan kesadaran diri
yang dimiliki seseorang dan tidak semata-mata berbicara mengenai pencapaian
kenikmatan seperti dalam konsep subjective well-being.
Ryff (1995) menyatakan kesejahteraan psikologis (psychological well-
being) adalah suatu kondisi seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau
masalah-masalah mental saja, tetapi kondisi seseorang yang mempunyai
kemampuan penerimaan diri (self-acceptance), pertumbuhan pribadi (personal
growth), memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan positif
dengan orang lain (positive relationship with others), kemampuan mengatur
lingkungannya secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk
menentukan tindakan sendiri (autonomy).
Ryff dan Singer (1996); (Ryff dalam Tenggara, dkk, 2008), melihat
kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelas sosial, latar
belakang budaya, dan fungsi fisik. Ryff (dalam Putri dan Suryadi, 2007) juga
mengatakan bahwa individu dengan tingkat penghasilan tinggi, status menikah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dan mempunyai dukungan sosial tinggi akan memiliki kesejahteraan psikologis
yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tergugah untuk meneliti lebih
lanjut mengenai bagaimana sebenarnya kesejahteraan psikologis guru honorer
kendati gaji yang diterima kecil.
Penelitian mengenai kesejahteraan psikologis guru honorer sebelumnya
sudah pernah dilakukan oleh Setiawan dan koleganya (2014) dari Universitas
Negeri Semarang yang meneliti mengenai “Psychological Well-Being pada Guru
Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang”.
Penelitian lain mengenai “Psychological Well-Being pada Guru juga pernah
dilakukan oleh Sumule Ruth Priscilla dan Taganing Ni Made (2008) yang meneliti
mengenai “Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan PESAT Nabire,
Papua”, yaitu sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua.
Kedua penelitian terkait kesejahteraan psikologis guru honorer tersebut
hanya mengungkap taraf kesejahteraan psikologis (hanya berfokus mengukur
kesejahteraan psikologis berdasarkan aspek-aspek kesejahteraan psikologis). Pada
penelitian yang pertama peneliti hanya menggunakan subjek guru honorer sekolah
dasar yang tersebar di satu Kecamatan. Kemudian pada penelitian yang kedua
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif serta menemukan faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan psikologis terkait dengan spiritualitas, pengalaman
masa lalu, dan dukungan sosial.
Selain kedua penelitian yang sudah dilakukan, banyak penelitian tentang
psychological well-being yang dikaitkan dengan religiusitas seperti koping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
religius dan kebahagiaan psikologis pada lanjut usia (Rachmawati, F., Nashori, F),
hubungan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia (Rajawane,
I., Chairani, L).
Kemudian dari segi subjek, banyak penelitian tentang psychological well-
being yang mengambil subjek lansia seperti gambaran kesejahteraan psikologis
selebriti menjelang lanjut usia: studi pada penyanyi wanita era 60-an (Putri, A.,
Suryadi, D), studi mengenai kesejahteraan psikologis lansia di Balai Perlindungan
Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Bandung (Nurlailiwangi, E., Coralia, F.,
Verawati), koping religius dan kebahagiaan psikologis pada lanjut usia
(Rachmawati, F., Nashori, F), hubungan religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lanjut usia (Rajawane. I., Chairani, L). Hasil dari penelitian-
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada subjek lansia.
Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya yang menggambarkan
mengenai kesejahteraan psikologis guru honorer, akan tetapi penelitian
sebelumnya hanya mengungkap taraf kesejahteraan psikologis dengan hanya
menggunakan subjek guru honorer pada jenjang SD yang tersebar di satu
Kecamatan. Selain itu banyak penelitian kesejahteraan psikologis yang dikaitkan
dengan religiusitas dan menggunakan subjek lansia.
Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting karena penelitian yang
sudah ada sebatas mengungkap taraf kesejahteraan psikologis guru honorer
dengan menggunakan cakupan subjek yang lebih kecil, serta banyak penelitian
yang mengaitkan kesejahteraan psikologis dan religiusitas dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
subjek lansia. Sedangkan, penelitian ini ditujukan pada guru honorer sekolah
negeri dengan melihat kondisi psychological well-being yang beragam yang
terutama dipengaruhi oleh aneka faktor demografis (jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, dan status pernikahan). Penelitian ini secara khusus lebih
mengeksplorasi faktor-faktor demografis yang mempengaruhi kesejahteraan
psikologis guru honorer sekolah negeri pada semua jenjang sekolah (SD, SMP,
SMA/K) yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bantul. Peneliti
memilih lokasi atau subjek penelitian di Kabupaten Bantul dikarenakan dekat
dengan tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti cukup tahu akan lokasi sekolah
yang menjadi sampel penelitian. Selain itu, di Kabupaten Bantul terdapat banyak
guru dengan status honorer yang mengajar pada jenjang SD, SMP, maupun SMA/
SMK. Maka penelitian ini akan menyumbang atau lebih melihat pada
psychological well-being dilihat berdasarkan perbedaan aneka faktor demografis
guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul meliputi jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, dan status pernikahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang ingin diketahui
dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri
di Kabupaten Bantul?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer
sekolah negeri di Kabupaten Bantul yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan?
3. Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer
sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan usia?
4. Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer
sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan tingkat pendidikan?
5. Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer
sekolah negeri di Kabupaten Bantul dilihat berdasarkan status pernikahan
(belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak,
menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih
dari 2 anak)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul, dengan
mempertimbangkan perbedaan dalam hal sejumlah faktor demografis diantara
mereka, meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi, bahan referensi,
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya psikologi pendidikan, klinis,
maupun kesehatan mental serta menjadi dasar bagi penelitian yang terkait
dengan kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri.
2. Manfaat Praktis
Bagi pemerintah, yakni mempertimbangkan kesejahteraan yang mengacu pada
perasaan adil terhadap kesesuaian imbalan yang diterima atas kinerja yang
dilakukan.
3. Manfaat Kebijakan
Perlu ditinjau ulang tentang kebijakan yang mengatur tentang masa kerja dan
sistem pengangkatan pegawai tetap, seperti halnya yang berlaku di dalam
peraturan menteri tenaga kerja (Permenaker) No.2/ tahun 1993, yang membahas
mengenai kejelasan status tenaga kerja kontrak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di bab ini peneliti akan menguraikan seluk-beluk guru di sekolah negeri
meliputi pengertian, peran dan tanggungjawab, status kepegawaian beserta
jaminan kesejahteraannya, serta seluk-beluk kesejahteraan psikologis meliputi
pengertian, aspek-aspek, pengukuran, dan faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhinya. Bab ini akan ditutup dengan kerangka konseptual berisi uraian
tentang kemungkinan perbedaan status kepegawaian dan sejumlah faktor
demografis guru berpengaruh dengan perbedaan taraf kesejahteraan psikologis
para guru.
A. Guru
Sistem pendidikan kita mengenal pembedaan sekolah negeri dan sekolah
swasta. Penelitian ini akan fokus pada guru sekolah negeri.
1. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal (TK),
pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah pertama (SMP), dan pendidikan
menengah atas/ kejuruan (SMA/ SMK) (Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
pasal 1; Sukmadinata, Syaodih, 2009).
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik dan lingkungannya yang rela menyumbangkan sebagian besar
11
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
waktunya untuk berbagi ilmu kepada semua anak didiknya bahkan kepada seluruh
lapisan masyarakat (Mulyasa, 2007; Rimang, 2011).
2. Peran dan Tanggungjawab Guru
Peranan seorang guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,
membimbing, dan melatih. Sebagai pendidik guru diharapkan mampu
mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik, memberikan keteladanan,
serta menciptakan suasana pendidikan yang kondusif. Sebagai pengajar guru
berperan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik
serta menilai proses dan hasil pembelajaran. Peran guru sebagai pembimbing
berarti mendorong berkembangnya perilaku positif dalam pembelajaran dan
membimbing peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran. Kemudian
peranan guru sebagai pelatih adalah melatih keterampilan yang diperlukan dalam
pembelajaran serta membiasakan peserta didik berperilaku positif dalam
pembelajaran (Ditjen Dikti P2TK, 2004).
Peran seorang guru tersebut juga disesuaikan dengan jenjang sekolah (SD,
SMP, SMA/ SMK). Pada jenjang SD dimana sebagian besar anak SD masih
dalam tahap perkembangan operasional konkrit, maka pengajaran guru kelas di
SD harus sekonkret mungkin dan benar-benar dialami. Misalnya pelajaran ilmu
sosial, sebaiknya meliputi karya wisata, mengundang ahli, bermain peran, dan
berdiskusi. Pada jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
atau kejuruan (SMP dan SMA/ SMK) dimana siswa sudah berada pada usia
remaja, guru kelas maupun guru bidang studi berperan dalam mendorong
perkembangan kognitif dengan membantu remaja yang sedang belajar berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
abstrak untuk mengembangkan penemuan baru dan memperkaya kemampuan
intelektualnya. Kemudian dalam mendorong perkembangan sosioemosional
siswa, guru dapat membantu siswa menjadi sadar akan diri mereka sendiri dan
mendorong mengembangkan sifat, perasaan, dan motivasi (Djiwandono, 2006).
Pada penelitian ini akan berfokus pada guru di semua jenjang sekolah (SD, SMP,
SMA/ SMK).
Tanggungjawab yang harus dimiliki oleh semua guru yaitu mampu
menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan
mengamalkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari. Seorang guru di sekolah
harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu mengembangkan
kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberikan
nasehat, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik.
Seorang guru di masyarakat harus turut serta mensukseskan pembangunan, harus
kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. Dalam
bidang keilmuan, seorang guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang
menjadi spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan
(Mulyasa, 2007). Dengan demikian, peran dan tanggungjawab seorang guru
kiranya cukup berat.
3. Status Kepegawaian Guru
Status kepegawaian pada sistem pendidikan kita digolongkan menjadi
beberapa golongan, namun peneliti hanya fokus pada guru-guru honorer Non
APBN/APBD yang berada di sekolah negeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pada dasarnya pemerintah menggolongkan guru menjadi beberapa
golongan, yaitu Guru PNS, Guru Tetap, Guru Honorer APBN/APBD, Guru
Honorer Non APBN/APBD. Guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah guru yang
telah memenuhi syarat, diangkat menjadi PNS oleh pejabat yang berwenang, dan
diserahi tugas serta digaji berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999). Disisi lain, pengertian guru
tetap menurut Undang-Undang tentang Guru tahun 2005 adalah guru tetap yang
diangkat oleh BHP atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan
pendidikan berdasarkan perjanjian kerja. Kemudian untuk istilah guru honorer
dibedakan menjadi dua yaitu guru honorer APBN/APBD yang diangkat melalui
SK dan ketetapan gaji langsung dari Menteri terkait melalui dana APBN.
Sedangkan guru honorer Non APBN/APBD yaitu pegawai tidak tetap yang
bekerja dan mengabdikan hidupnya menjadi aparatur pemerintah yang
pembiayaan gajinya tidak didanai oleh APBN/APBD tetapi dibayar berdasarkan
keikhlasan para pegawai negeri yang dibantunya ataupun dana operasional
instansi tersebut yang besar pembayarannya tidak menentu dan relatif lebih kecil
dari standar upah minimum baik regional ataupun Kabupaten/ Kota (Padmawati,
2010).
a. Guru PNS
Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, pasal 1 berbunyi “Pegawai negeri
adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, di angkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”. Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 tahun
1999 tersebut, guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah guru yang telah memenuhi
syarat, diangkat menjadi PNS oleh pejabat yang berwenang, dan diserahi tugas
serta digaji berdasarkan pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Pasal 14 Ayat 1 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, guru PNS berhak memperoleh penghasilan (gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi setara dengan satu kali gaji
pokok bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik) dan jaminan
kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. Di Indonesia penghasilan guru
PNS dapat digambarkan dengan rincian sebagai berikut: guru PNS golongan III/a
(S-1 dan S-1+profesi) memperoleh gaji pokok mulai Rp 2.456.700 per bulan,
tunjangan jabatan umum sebesar Rp 180.000- Rp 185.000, tunjangan jabatan
fungsional sebesar Rp 286.000- Rp 725.000, tunjangan pangan Rp 8.047 per kg
beras, tunjangan profesi guru sebesar satu kali gaji pokok, tunjangan keluarga,
tunjangan pajak (keringanan pajak), serta tunjangan kesejahteraan daerah
(tergantung daerah). Dengan demikian penghasilan total per bulan seorang guru
PNS golongan III/a belum menikah berkisar sebesar Rp 3.000.000- Rp 3.500.000,
bahkan jika sudah bersertifikat pendidik maka besarnya berkisar Rp 5.500.000-
Rp 6.000.000 (“Guru, Agen Perubahan”, 2015). Guru PNS juga mendapatkan
jaminan kesehatan (BPJS). Selain itu, bagi yang sudah pensiun berhak
mendapatkan uang pensiun yang pelaksanaannya diatur oleh Undang-Undang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, pasal 32). Dengan demikian, jaminan
kesejahteraan guru PNS kiranya layak.
b. Guru Honorer Sekolah Negeri
Guru honorer sekolah negeri adalah guru yang belum berstatus tetap,
mengajar di sekolah negeri, mengabdi atas kehendak sendiri yang dilegalisasi
dengan surat keputusan dari kepala sekolah, tidak memiliki tunjangan dan hak
untuk diangkat menjadi kepala sekolah atau wakil kepala sekolah, masa kerjanya
tidak menentu, serta menerima honorarium atau gaji berdasarkan pada kuota jam
mengajar atau berdasar pada kemampuan sekolah tempat mereka mengajar. Selain
itu, terdapat berbagai pertimbangan terkait gaji bagi guru honorer yang menjadi
wali kelas, pembina ekstra kurikuler, tim IT (Information and Technology)
sekolah, dan jabatan lainnya dalam koridor pendidikan (Djamarah, dalam
Supradewi, R., & Rohmatun; Mansyurpribadi, 2009; Mulyasa, 2006; Suciptoardi,
2010).
Berdasarkan data di lapangan, guru honorer SD pada sekolah negeri di
salah satu Kabupaten di DIY memiliki rata-rata tugas mengajar selama 4-6 jam
per hari dengan gaji Rp 10.000,00 per hari. Di beberapa SD yang lain, gaji guru
honorer berasal dari 20% dana BOS yang kemudian dibagi rata untuk guru
honorer yang ada di sekolah tersebut (Rp 250.000,00 per bulan untuk masing-
masing guru). Sehingga pendapatan guru honorer SD pada sekolah negeri berkisar
sebesar Rp 250.000,00 per bulan. Sementara itu untuk guru honorer sekolah
negeri pada tingkat menengah pertama dan menengah atas atau kejuruan memiliki
kuota mengajar sekitar 6-12 jam, serta digaji antara Rp 30.000,00- Rp 40.000,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
per jam. Sehingga pendapatan rata-rata guru honorer sekolah negeri pada tingkat
menengah pertama dan menengah atas atau kejuruan berkisar sebesar Rp
180.000,00- Rp 480.000,00 per bulan. Selain mendapatkan gaji yang didasarkan
pada kuota jam mengajar ataupun berdasar pada kemampuan sekolah, guru
honorer sekolah negeri tidak mendapatkan tambahan tunjangan kesejahteraan
seperti guru PNS.
Dengan demikian, ada perbedaan mencolok atau kontras antara guru PNS
dan guru honorer sekolah negeri dalam hal kesejahteraan finansial. Dalam hal ini
guru honorer sekolah negeri kalah secara ekonomi dibandingkan guru PNS.
Meskipun jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah, masih ada guru
honorer yang mengaku sejahtera. Fenomena tersebut menimbulkan suatu
pertanyaan mengenai apakah yang sebenarnya dimaksud dengan kesejahteraan.
B. Kesejahteraan Psikologis
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan merupakan suatu keadaan subjektif yang baik, termasuk
kebahagiaan, self-esteem, dan kepuasan dalam hidup (Corsini, dalam Iriani, F., &
Ninawati, 2005). Kahneman et.al (1999) menuliskan bahwa terdapat 2 perspektif
besar dalam kesejahteraan yaitu perspektif hedonis dan eudaimonis.
Pandangan hedonis mendefinisikan kesejahteraan sebagai adanya dampak
positif dan tidak adanya dampak negatif (Kahneman et.al., 1999). Dalam
psikologi, perspektif hedonis menjadi dasar bagi konsep kesejahteraan subjektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(subjective well-being) yang dalam pengukurannya mencakup dua elemen yaitu
afektif (keberadaan afek positif dan ketidakberadaan afek negatif) dan kognitif
(kepuasan hidup secara global) (Lucas, Diener & Suh, dalam Carmelo, dkk,
2009). Kesejahteraan subjektif ini memiliki tujuan untuk mengejar kebahagiaan
dan kesenangan.
Sedangkan, pandangan eudaimonis tentang kesejahteraan menekankan
pada usaha untuk menjadi unggul dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki
(Ryan, Huta & Deci, 2008). Perspektif eudaimonis menjadi dasar konsep
kesejahteraan psikologis (psychological well-being).
Penelitian ini akan fokus pada kesejahteraan psikologis (psychological
well-being) sebagaimana dirumuskan oleh Ryff (1989) sebagai konstruk atau
variabel pokok. Ryff (1998, 1995) mendefinisikan kesejahteraan merupakan
pengembangan dari potensi yang sesungguhnya ada pada diri seseorang. Dalam
hal ini, kebahagiaan atau kesejahteraan psikologis (psychological well-being)
bukanlah tujuan utama yang ingin dicapai seseorang, akan tetapi merupakan hasil
atas kehidupan yang baik dengan mengembangkan potensi yang ada (Ryff &
Keyes, 1995; Ryff & Singer, 1998). Kesejahteraan psikologis adalah gabungan
dari teori Maslow tentang aktualisasi diri (self actualization), teori Rogers tentang
orang yang berfungsi secara penuh (fully functioning person), teori Allport tentang
konsep kedewasaan (maturity), teori Jung tentang individuasi (individuation),
teori Jahoda tentang kesehatan mental, dan teori Erikson tentang tugas
perkembangan (Ryff dikutip oleh Sugianto, 2000; Ryff & Keyes, 1995).
Pengertian kesejahteraan psikologis yang didasarkan pada konsep-konsep tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
bukanlah sekedar bebas dari sakit tapi kondisi dimana individu mampu
merealisasikan potensi dirinya secara berkesinambungan, mampu menerima diri
apa adanya, mampu menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki
kemandirian, memiliki arti hidup, serta mampu mengontrol lingkungan (Ryff &
Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya
kesejahteraan psikologis adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupannya
secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki
penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya.
Kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu berkaitan erat dengan bagaimana
cara individu menerima diri, berhubungan dengan orang lain, menguasai
lingkungan, memiliki tujuan dalam hidup, pertumbuhan pribadi, serta otonomi.
2. Aspek-Aspek Kesejahteraan Psikologis
Aspek-aspek kesejahteraan psikologis mengacu pada teori Ryff (dalam
Tenggara, dkk, 2008) meliputi 6 aspek, yaitu :
a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Penerimaan diri (self-acceptance) merupakan sikap positif terhadap diri
sendiri dan merupakan ciri penting dari kesejahteraan psikologis. Penerimaan diri
merupakan inti dari kondisi well-being yang dicirikan dengan aktualisasi dan
dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan serta penerimaan terhadap diri dan
kehidupan yang sudah dilewatinya. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek
ini menunjukkan adanya sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan
menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
positif tentang kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu
merasa tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa terhadap kehidupan yang
dijalani, mengalami kesukaran karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi
orang yang berbeda dari dirinya saat ini.
b. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others)
Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others) dapat
dioperasionalkan ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam
membina kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang lain, mempunyai
empati yang kuat, mampu mencintai secara mendalam dan bersahabat. Skor tinggi
menunjukkan bahwa individu mempunyai hubungan yang hangat, memuaskan
dan saling percaya dengan orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain,
mampu melakukan empati yang kuat, afeksi, dan hubungan yang bersifat timbal
balik. Skor rendah menunjukkan bahwa individu hanya mempunyai sedikit
hubungan yang dekat dan saling percaya dengan orang lain, kurang terbuka dan
kurang memperhatikan orang lain, merasa terasing, dan frustrasi dalam hubungan
interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri untuk mempertahankan suatu
hubungan yang penting dengan orang lain.
c. Otonomi (Autonomy)
Otonomi menekankan pada kemampuan individu untuk mengarahkan diri
sendiri, kemandirian, dan kemampuan mengatur tingkah laku. Individu dengan
skor tinggi menunjukkan kemampuan mengarahkan diri dan mandiri, mampu
menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri
dengan standar pribadi. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bergantung pada penilaian orang lain dalam membuat keputusan, serta
menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan bertingkah laku.
d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)
Penguasaan lingkungan adalah kemampuan menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan kondisi fisiknya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh kedewasaan
seseorang khususnya kemampuan seseorang untuk memanipulasi dan mengontrol
lingkungan yang kompleks melalui aktivitas mental dan fisik. Dalam aspek
penguasaan lingkungan, skor tinggi menunjukkan kemampuan mengatur
lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks,
menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, mampu memilih
atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-
nilai pribadi. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu mengalami
kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-hari, merasa tidak mampu mengubah
atau meningkatkan konteks di sekitar, tidak waspada akan kesempatan-
kesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang mempunyai kontrol terhadap
dunia luar.
e. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Tujuan hidup dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya pemahaman
individu akan tujuan dan arah hidupnya. Skor tinggi menunjukkan individu yang
mempunyai tujuan dan arah hidup, merasakan adanya arti dalam hidup dimasa
kini dan masa lampau. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu
kurang mempunyai arti hidup, tujuan, arah hidup, memiliki cita-cita yang tidak
jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari kehidupan masa lampau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
f. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya
kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan
dan lebih menekankan pada cara memandang diri dan merealisasikan potensi
dalam diri. Skor tinggi menunjukkan bahwa individu merasakan adanya
pengembangan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka terhadap pengalaman
baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat kemajuan diri dari waktu ke
waktu. Sedangkan skor rendah menunjukkan individu tidak merasakan adanya
kemajuan dan pengembangan potensi diri dari waktu ke waktu, merasa jenuh dan
tidak tertarik dengan kehidupan, serta merasa tidak mampu untuk
mengembangkan sikap atau tingkah laku baru.
Dalam penelitian ini, dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara
empiris.
3. Pengukuran Kesejahteraan Psikologis
Ryff (1989) mengelaborasi konsep psychological well-being sebagai
konstruk psikologis yang tersusun atas 6 aspek yaitu penerimaan diri (self-
acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others),
otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan
hidup (purpose in life), serta pertumbuhan pribadi (personal growth). Konstruk
psychological well-being dengan 6 aspek tersebut kemudian disusun menjadi
enam sub skala yang menyusun psychological well-being scale (PWBS). PWBS
merupakan skala multidimensional dengan dimensi yang saling berkorelasi
sehingga dalam penggunaannya tidak terpisah-pisah antar aspeknya, tetapi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
6 aspek yang saling berkaitan (Ryff & Keyes 1995). Dalam penggunaannya,
PWBS dapat diterapkan pada orang dewasa dari segala usia baik laki-laki maupun
perempuan (Ryff, 1989).
Sebelum kemunculan PWBS, banyak jenis-jenis inventori kepribadian
yang mengukur kesejahteraan psikologis, seperti Affect Balance Scale (ABS), The
Life Satisfaction Index (LSI), The Self Esteem Scale (SE), The Revised
Philadelphia Geriatric Center Moral Scale (MS), Locus of Control Scale (LEVP,
LEVI, LEVC), serta The Self-Rating Depression Scale (SDS). Akan tetapi,
beberapa skala psikologis tersebut tidak menggambarkan kebahagiaan seperti
yang dimaksud oleh perspektif eudaimonia.
PWBS merupakan jenis inventori kepribadian dengan instrumen berupa
self-report items atau item pelaporan-diri. Subjek dituntut melaporkan atau
mengungkapkan keadaan dirinya, dan harus memberikan jawaban sejujur
mungkin dengan cara menuliskan pada lembar kerja atau lembar jawab.
Berdasarkan format item dan bentuk skala, PWBS merupakan suatu skala Likert
dengan format item berupa pernyataan atau kalimat yang dilengkapi dengan skala
penilaian yang berisi enam pilihan jawaban. Enam pilihan jawaban tersebut terdiri
dari STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), AS
(Agak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Keenam pilihan jawaban
tersebut memiliki penilaian yang berbeda pada dua tipe item yakni favorable dan
unfavorable. Pada item favorable, STS bernilai 1, TS bernilai 2, ATS bernilai 3,
AS bernilai 4, S bernilai 5, dan SS bernilai 6. Sedangkan pada item unfavorable,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
berlaku sebaliknya dimana STS bernilai 6, TS bernilai 5, ATS bernilai 4, AS
bernilai 3, S bernilai 2, dan SS bernilai 1 (Ryff, 1989; Ryff & Keyes 1995).
Setelah didapatkan skor dari masing-masing item, PWBS kemudian
diinterpretasikan dengan cara melihat skot total PWBS. Skor total PWBS
kemudian dibagi dalam enam sub skala tersebut. Akan tetapi PWBS tidak
memiliki norma yang baku mengenai tinggi rendahnya skor yang didapatkan
subjek, sehingga PWBS menggunakan analisis distribusi data yang dimiliki
sebagai patokan apakah skor yang didapatkan subjek tinggi ataukah rendah.
Penggunaan distribusi dapat menggunakan dua cara yakni menggunakan kuartil
maupun menggunakan standar deviasi.
Pada awalnya PWBS terdiri dari 120 item dengan 20 item pada tiap
aspeknya (Ryff, 1989). Kemudian PWBS memiliki 3 versi alternatif lain yaitu 84
item dengan 14 item per aspek, 54 item dengan 9 item per aspek, dan 18 item
dengan 3 item per aspek (Ryff, 2013; Ryff & Keyes 1995). PWBS memiliki
kualitas psikometrik yang baik, khususnya dalam versi 84 item dengan 14 item
per aspek. Hal tersebut terlihat dari nilai reliabilitasnya, yakni 0,91 pada
penerimaan diri (self-acceptance), 0,88 pada hubungan positif dengan orang lain
(positive relations with others), 0,83 pada otonomi (autonomy), 0,86 pada
penguasaan lingkungan (environmental mastery), 0,88 pada tujuan hidup (purpose
in life), dan 0,85 pada pertumbuhan pribadi (personal growth).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis
Taraf kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh banyak faktor, namun
peneliti hanya fokus pada faktor-faktor demografis karena tujuan dari penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ini adalah untuk melihat tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah
negeri dengan mempertimbangkan perbedaaan dalam hal sejumlah faktor
demografis, meliputi:
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin (dalam bahasa inggris : sex) adalah perbedaan biologis dan
fisiologis antara pria dan wanita dengan perbedaan yang menyolok pada
perbedaan anatomi tentang sistem reproduksi dari pria dan wanita (Dayakishi &
Yuniardi, dalam Damayanti & Harti, 2013).
Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008), mengungkap bahwa jenis
kelamin berpengaruh terhadap adanya perbedaan tingkat kesejahteraan
psikologis. Faktor ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek
hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Dari
keseluruhan perbandingan usia (usia 25-39; usia 40-59; usia 60-74), wanita
menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada pria.
Sementara keempat aspek kesejahteraan psikologis lainnya tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan (Ryff; Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008).
Pada dasarnya jenis kelamin dibagi menjadi 2 (laki-laki dan perempuan).
Dalam penelitian ini jenis kelamin didapatkan dari pengakuan masing-masing
subjek. Jenis kelamin laki-laki diberi angka 1 dan jenis kelamin perempuan
diberi angka 2.
b. Usia
Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) menemukan bahwa
kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh faktor usia. Berdasarkan data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh (Ryff; Ryff & Singer, dalam
Tenggara, dkk, 2008), penguasaan lingkungan dan otonomi menunjukkan
peningkatan seiring dengan pertambahan usia (usia 25-39; usia 40-59; usia 60-
74). Sedangkan tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi secara jelas menunjukkan
penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, aspek penerimaan diri,
hubungan yang positif dengan orang lain secara signifikan bervariasi berdasarkan
usia.
Dalam penelitian ini usia dianalisis beradasarkan usia masing-masing
subjek yang tertulis pada kolom identitas diri yang sudah tersedia pada skala.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah lamanya tahun yang diikuti dalam pendidikan
formal, baik dari sekolah negeri, swasta, maupun sekolah keagamaan yang
sederajat (Pradono, J dan Sulistyowati, 2014).
Menurut Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) tingkat
pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis.
Hasil penelitian Wisconsin Longitudinal Study (WLS) pada tahun 1957
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat pendidikan seseorang (Ryff dan Singer, dalam Tenggara,
dkk, 2008). Tingginya tingkat pendidikan seseorang menunjukkan bahwa
individu memiliki faktor pengaman (misalnya: uang, ilmu, dan keahlian) dalam
menghadapi masalah, tekanan dan tantangan.
Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan dihitung dengan jumlah tahun
normatif dalam menempuh pendidikan sekolah. Misalnya SD (6 tahun), SMP (9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tahun), SMA (12 tahun), D1 (13 tahun), D2 (14 tahun), D3 (15 tahun), S1 (16
tahun), S2 (18 tahun).
d. Status pernikahan
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
dikatakan pekawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri, dengan tujuan utama untuk membentuk rumah tangga
(keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Status pernikahan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh besar bagi
kesejahteraan psikologis (Ryff, 2013). Status pernikahan menjadi prediktor yang
baik terhadap penerimaan diri dan tujuan hidup (Ryff, 1989). Shapiro dan Keyes
(dalam Ryff, 2013) menemukan bahwa perempuan yang bercerai dan tidak
menikah menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah dibanding
perempuan yang menikah. Namun, Marks dan Lambert (dalam Ryff, 2013)
menemukan bahwa perempuan yang tidak menikah menunjukkan skor yang lebih
tinggi pada dimensi otonomi dan pertumbuhan pribadi dibandingkan dengan
perempuan yang menikah.
Status pernikahan didapatkan dari pengakuan masing-masing subjek
yang tertulis pada kolom identitas diri dalam skala kesejahteraan psikologis.
Subjek dengan status belum menikah diberi angka 1, menikah tanpa anak diberi
angka 2, menikah dengan memiliki 1 anak diberi angka 3, menikah dengan
memiliki 2 anak diberi angka 4, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak
diberi angka 5. Dalam penelitian ini status janda dan duda tidak diikutkan
sebagai subjek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dalam penelitian ini, kesejahteraan psikologis guru-guru honorer
sekolah negeri di Kabupaten Bantul akan diteliti dengan mempertimbangkan
sejumlah faktor demografis tersebut.
C. Dinamika Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri
Guru mengajar baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Di
sekolah negeri, guru diklasifikasikan menjadi dua meliputi guru PNS dan guru
honorer. Penetapan status guru PNS dan guru honorer secara teknis oleh
pemerintah dalam bidang pendidikan berpengaruh terhadap hasil finansial yang
berbeda. Meskipun guru PNS dan guru honorer memiliki kesamaan tugas untuk
menciptakan prestasi akademik anak didiknya, akan tetapi tingkat penghasilan
guru PNS lebih pasti dan nominalnya lebih tinggi dari pada guru honorer. Walau
demikian, tidak semua guru honorer merasa tidak bahagia. Hal ini menimbulkan
pertanyaan mengenai apakah yang sebenarnya dimaksud dengan kebahagiaan?
Ternyata, konsep kebahagiaan yang disebut kesejahteraan psikologis
(psychological well-being) adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupannya
secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki
penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya.
Kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu berkaitan erat dengan bagaimana
cara individu menerima diri, berhubungan dengan orang lain, menguasai
lingkungan, memiliki tujuan hidup, pertumbuhan pribadi, serta otonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Maka, meskipun guru honorer berbeda gaji dengan guru yang sudah
PNS tetapi tidak harus tidak bahagia. Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk,
2008) melihat kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh (Ryff;
Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008), penguasaan lingkungan dan
otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan usia. Tujuan
hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas menunjukkan penurunan seiring
dengan bertambahnya usia. Faktor jenis kelamin juga menunjukkan perbedaan
yang signifikan pada aspek hubungan positif dengan orang lain dan pertumbuhan
pribadi. Wanita menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi
daripada pria. Selain itu, Ryff (1989) mengatakan bahwa status pernikahan
menjadi prediktor yang baik terhadap penerimaan diri dan tujuan hidup.
Sementara itu, Ryff & Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) juga menemukan
bahwa kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
pendidikan seseorang.
Dengan mempertimbangkan aspek-aspek kesejahteraan psikologis,
menjadi jelas bahwa gaji bukan satu-satunya penentu kesejahteraan. Pemenuhan
masing-masing aspek antara lain terkait dengan aneka faktor demografis seperti
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan lain sebagainya.
Maka, menarik untuk meneliti tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer di
sekolah negeri dengan mempertimbangkan perbedaaan dalam hal sejumlah faktor
demografis tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Gambar. 1
Bagan Dinamika Kesejahteraaan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri
GURU PNS GURU Honorer
Gaji berdasarkan
kuota jam
mengajar dan
kemampuan
sekolah.
Kesejahteraan
Psikologis
bahagia
GURU sekolah
negeri
Berdasarkan status kepegawaiannya
Status
tidak tetap
Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis : - Usia - Jenis kelamin - Status pernikahan - Tingkat pendidikan
Guru honorer belum tentu merasa tidak sejahtera walaupun kesejahteraan guru honorer jauh lebih buruk dari PNS
Adanya
beban kerja
yang berat
Hubungan
positif dengan
orang lain
Otonomi Penerimaan
diri
Tujuan
hidup Pertumbuhan
pribadi
Penguasaan
lingkungan
Tidak
sejahtera Sejahtera
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei (survey
research) adalah salah satu pendekatan dalam desain penelitian deskriptif
kuantitatif yang bertujuan memperoleh informasi tentang satu atau lebih
kelompok orang terkait karakteristik, pendapat, sikap, atau pengalaman
mereka, dengan cara mengajukan pertanyaan atau pernyataan kepada mereka
dan menabulasikan jawaban yang mereka berikan (Leedy & Ormrod, dalam
Supratiknya, 2015). Penelitian ini akan melihat tingkat kesejahteraan
psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan
mempertimbangkan perbedaan dalam hal sejumlah faktor demografis diantara
mereka, meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status
pernikahan.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Independen : Faktor-faktor demografis meliputi jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, status pernikahan.
Variabel dependen : Kesejahteraan Psikologis
31
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Independen dalam penelitian ini terdiri dari sejumlah faktor
demografis yang meliputi :
a. Jenis kelamin
Dalam penelitian ini jenis kelamin didapatkan dari pengakuan
masing-masing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri dalam alat
pengumpul data variabel dependen. Jenis kelamin laki-laki diberi angka 1
dan jenis kelamin perempuan diberi angka 2. Bilangan tersebut dipakai
sebagai label dan tidak memiliki nilai numerik.
b. Usia
Dalam penelitian ini data usia dianalisis berdasarkan usia masing-
masing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri yang sudah tersedia
pada skala kesejahteraan psikologis.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dihitung dengan jumlah tahun normatif dalam
menempuh pendidikan sekolah. Misalnya SD (6 tahun), SMP (9 tahun),
SMA (12 tahun), D1 (13 tahun), D2 (14 tahun), D3 (15 tahun), S1 (16
tahun), S2 (18 tahun).
d. Status pernikahan
Status pernikahan didapatkan dari pengakuan masing-masing
subjek yang tertulis pada kolom identitas diri dalam alat pengumpul data
variabel dependen. Subjek dengan status belum menikah diberi angka 1,
menikah tanpa anak diberi angka 2, menikah dengan memiliki 1 anak diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
angka 3, menikah dengan memiliki 2 anak diberi angka 4, serta menikah
dengan memiliki lebih dari 2 anak diberi angka 5. Bilangan tersebut dipakai
sebagai label dan tidak memiliki nilai numerik. Dalam penelitian ini status
janda dan duda tidak diikutkan sebagai subjek penelitian. Selain itu, pada
kenyataannya tidak ditemukan status janda maupun duda pada subjek yang
menjadi sampel penelitian.
Data demografis (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan
status pernikahan) akan dikumpulkan dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan di kolom identitas diri yang tercantum pada alat pengumpul data
variabel dependen.
2. Variabel dependen kesejahteraan psikologis adalah bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya secara berkualitas dan memiliki penilaian positif
terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya meliputi 6
komponen yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,
otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi
sebagaimana dikemukakan oleh Caroll Ryff. Skala kesejahteraan psikologis
dalam penelitian ini memiliki enam aspek yaitu:
a. Penerimaan diri
Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui
dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan
merasa positif tentang kehidupan yang telah dijalani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Hubungan positif dengan orang lain
Hubungan positif dengan orang lain merupakan kemampuan seseorang
dalam membina kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang
lain, mempunyai empati yang kuat, mampu mencintai secara mendalam
dan bersahabat.
c. Otonomi
Otonomi merupakan kemampuan individu untuk mengarahkan diri dan
mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku
sendiri dan mengevaluasi diri dengan standar pribadi.
d. Penguasaan lingkungan
Penguasaan lingkungan adalah kemampuan mengatur lingkungan,
mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan
kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, serta mampu memilih
atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai
pribadi.
e. Tujuan hidup
Tujuan hidup merupakan pemahaman individu akan adanya tujuan dan
arah hidup, merasakan adanya arti hidup dimasa kini dan masa lampau.
f. Pertumbuhan pribadi
Pertumbuhan pribadi merupakan kemampuan seseorang untuk
mengembangkan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka terhadap
pengalaman baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat kemajuan
diri dari waktu ke waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kesejahteraan psikologis akan diukur dengan menggunakan skala
kesejahteraan psikologis. Skor total pada skala menunjukkan tinggi
rendahnya tingkat kesejahteraaan psikologis subjek. Semakin tinggi skor
total yang diperoleh, semakin tinggi tingkat kesejahteraan psikologisnya,
dan begitu sebaliknya. Dalam penelitian ini dimensionalitas alat ukur
variabel dependen kesejahteraan psikologis tidak diperiksa secara empiris.
D. Populasi dan Sampel
Subjek dalam penelitian ini adalah guru honorer sekolah negeri yang
bekerja di sekolah-sekolah negeri di Kabupaten Bantul. Peneliti memilih
lokasi Kabupaten Bantul dikarenakan dekat dengan tempat tinggal peneliti,
sehingga peneliti cukup tahu akan lokasi sekolah yang menjadi sampel
penelitian. Selain itu, di Kabupaten Bantul terdapat banyak guru dengan status
honorer yang mengajar pada jenjang SD, SMP, maupun SMA/ SMK. Adapun
populasi guru honorer sekolah negeri yang tersebar di 17 Kecamatan di
Kabupaten Bantul berjumlah 1691 guru dengan rincian sebagai berikut: 1061
guru SD di 281 SD negeri, 179 guru SMP di 47 SMP negeri, 451 guru
SMA/SMK di 32 SMA/SMK negeri. Jumlah tersebut merupakan gabungan
dari guru honorer yang dibiayai APBN/APBD dan guru honorer yang tidak
dibiayai APBN/APBD. Sedangkan dalam penelitian ini lebih berfokus pada
guru honorer sekolah negeri yang tidak dibiayai APBN/APBD. Subjek
diperoleh dengan menggunakan metode nonrandom sample, yaitu anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sampel dipilih berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya
(Creswell, Supratiknya, 2015). Dalam pengambilan sampel, peneliti tidak
mengambil semua sampel dari sebaran yang ada di 17 area Kecamatan di
Kabupaten Bantul dikarenakan tempat yang terlalu jauh. Dalam pengambilan
sampel juga akan mempertimbangkan stratifikasi yang terdapat dalam
populasi (Supratiknya, 2015). Stratifikasi adalah pengelompokan anggota
populasi berdasarkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan sebagainya. Dalam pengambilan sampel dengan
memperhatikan stratifikasi peneliti memilih anggota sampel dengan
memperhatikan keterwakilan aneka karakteristik spesifik tertentu yang
terdapat di dalam populasi, dengan atau tanpa memperhatikan proporsinya di
dalam populasi. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki status sebagai guru honorer non APBN/ APBD yang mengajar di
Sekolah Negeri.
2. Latar belakang Pendidikan kurang dari (<) S1 (SMA, D1, D2, D3), S1,
lebih dari (>) S1 (S2).
3. Guru honorer yang mengajar di Sekolah Negeri pada semua jenjang sekolah
(SD, SMP, SMA/ SMK).
4. Guru honorer dengan status pernikahan belum menikah, menikah tanpa
anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak,
serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak. Dalam penelitian ini
status janda dan duda tidak diikutkan sebagai subjek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
5. Guru honorer yang telah menjalani masa kerja lebih dari atau sama dengan
2 bulan, karena diharapkan guru telah mengetahui situasi kerja yang
dihadapi sehingga dapat mengerti lebih jelas situasi yang dihadapi dalam
pekerjaannya.
Berdasarkan 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, peneliti
akan mengambil sampel dari 13 Kecamatan yaitu Bantul, Sewon, Kasihan,
Pajangan, Pandak, Srandakan, Sanden, Kretek, Bambanglipuro, Pundong,
Imogiri, Jetis, dan Pleret. Besarnya sampel guru honorer sekolah negeri yang
mengikuti survei yaitu sebanyak 222 yang terdiri dari laki-laki dan perempuan
serta terbagi dalam 3 jenjang sekolah (SD, SMP, SMA/ SMK) dengan sebaran
sebagai berikut :
Tabel 1.
Sebaran Guru Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul yang
menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kecamatan, Sekolah, dan Jenis
Kelamin
No. Kecamatan Nama Sekolah
Jenis Kelamin Guru
Honorer Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Bantul SD 1 Palbapang
SD Tegaldowo
SMP 3 Bantul
SMA 2 Bantul
3 9 12
2. Sewon SD Bakalan
SD Cepit
SMP 1 Sewon
SMP 2 Sewon
5 14 19
3. Kasihan SD Kalangan
SMP 2 Kasihan
SMP 1 Kasihan
SMK 2 Kasihan
17 12 29
4. Pajangan SD Guwo
SMP 1 Pajangan
SMP 2 Pajangan
SMP 3 Pajangan
SMA 1 Pajangan
2 10 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
No. Kecamatan Nama Sekolah
Jenis Kelamin Guru
Honorer Jumlah
Laki-laki Perempuan
5. Pandak SD 1 Pandak
SD 2 Wijirejo
SMP 1 Pandak
SMP 2 Pandak
SMP 3 Pandak
SMK 1 Pandak
9 20 29
6. Srandakan SMP 1 Srandakan
SMP 2 Srandakan
SMA 1 Srandakan
1 9 10
7. Sanden SD 1 Sanden
SMP 1 Sanden
SMK 1 Sanden
7 12 19
8. Kretek SD 1 Kretek
SD 2 Kretek
SMP 1 Kretek
SMA 1 Kretek
3 11 14
9. Bambanglipuro SD Kaligondang
SD Grogol
SMP 1 Bambanglipuro
SMP 2 Bambanglipuro
SMA 1 Bambanglipuro
4 9 13
10. Pundong SD Kategan
SMP 1 Pundong
SMK 1 Pundong
5 14 19
11. Imogiri SD N Imogiri
SD 3 Imogiri
SMP 1 Imogiri
SMA 1 Imogiri
3 18 21
12. Jetis SD Bakulan
SMP 1 Jetis
SMP 2 Jetis
SMA 1 Jetis
5 11 16
13. Pleret SMP 1 Pleret
SMK 1 Pleret
7 2 9
Jumlah 17 SD, 21 SMP, 7
SMA, dan 5 SMK
71 151 222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Data tentang variabel independen dikumpulkan dengan cara
memberikan sejumlah pertanyaan terkait dengan data demografis meliputi
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Sejumlah
pertanyaan terkait dengan data demografis tersebut tertulis dalam kolom
identitas diri yang tercantum pada alat pengumpul data variabel dependen.
Data tentang variabel dependen dikumpulkan dengan Skala
Kesejahteraan Psikologis. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori
kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh Carol. D. Ryff. Item skala
kesejahteraan psikologis ini disusun berdasarkan enam aspek yaitu
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan
lingkungan, tujuan hidup,dan pertumbuhan pribadi. Dalam penelitian ini,
dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara empiris.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas maka disusunlah skala
kesejahteraan psikologis yang terdiri dari 84 item baik yang bersifat favorable
maupun unfavorable. Metode yang digunakan dalam penyusunan skala
kesejahteraan psikologis adalah model skala Likert, yakni subjek menyatakan
kesetujuan-ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang terkait dengan keadaan
dirinya dalam sebuah kontinum (Supratiknya, 2014). Setiap butir item
memberikan kemungkinan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak
Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Untuk menyusun skala kesejahteraan psikologis perlu dibuat tabel
spesifikasi/ blue-print terlebih dahulu. Berikut ini adalah tabel spesifikasi/
blue-print skala kesejahteraan psikologis sebelum uji coba:
Tabel 2.
Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Sebelum Uji Coba
No. Aspek Komponen item
Jumlah Persentase Favorable Unfavorable
1. Penerimaan diri 8, 24, 25, 29,
34, 65, 67
19, 33, 43, 46,
49, 73, 82 14 16,67 %
2.
Hubungan
positif dengan
orang lain
1, 27, 37, 51,
60, 68, 79
12, 15, 21, 23,
39, 47, 74 14 16,67 %
3. Otonomi 10, 14, 28, 59,
63, 66, 69
3, 20, 31, 44,
53, 75, 83 14 16,67 %
4. Penguasaan
Lingkungan
9, 17, 38, 57,
62, 70, 80
13, 22, 30, 32,
36, 55, 76 14 16,67 %
5. Tujuan Hidup 5, 6, 7, 26, 35,
61, 71
4, 18, 45, 54,
58, 77, 84 14 16,67 %
6. Pertumbuhan
Pribadi
16, 40, 41, 52,
64, 72, 81
2, 11, 42, 48,
50, 56, 78 14 16,67 %
Total 42 42 84 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Setelah membuat spesifikasi skala, berikut ini merupakan penskoran
skala kesejahteraan psikologis menurut model Likert:
Tabel 3.
Penskoran Skala Kesjahteraan Psikologis
Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Uji coba skala kesejahteraan psikologis dilakukan di SMK Negeri 3
Kasihan Bantul, SMP Negeri 2 Bantul, SMP Negeri 2 Imogiri Bantul, SD 1
Bantul, SD Negeri 1 Sewon Bantul, SD Kembang Putihan Guwosari Pajangan
Bantul, SD Negeri 1 Wijirejo Pandak Bantul, SD Negeri 1 Srandakan Bantul,
SD Mangiran Srandakan Bantul, SD Negeri 2 Srandakan Bantul, SD 2 Sanden
Bantul, SD 1 Pundong Bantul, SD Jejeran Pleret Bantul pada tanggal 5, 6, 7, 8,
dan 9 April 2016 dengan melibatkan 60 guru honorer.
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data variabel independen berupa sejumlah pertanyaan
terkait data demografis yang akan diteliti yaitu meliputi jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan dan status pernikahan. Pertanyaan tentang jenis kelamin
disajikan dengan pilihan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk data
usia, subjek mengisikan usia sesuai dengan usia masing-masing subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pertanyaan tentang tingkat pendidikan juga diisi sesuai dengan tingkat
pendidikan subjek. Sedangkan terkait dengan status pernikahan disajikan
dengan 5 pilihan yaitu belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan
memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, menikah dengan memiliki
lebih dari 2 anak. Sejumlah pertanyaan untuk mengumpulkan data variabel
independen tersebut telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dengan
tujuan apakah sejumlah pertanyaan terkait data demografis yang disusun dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan kenyataan terkait
data demografis yang dimiliki masing-masing subjek. Diasumsikan, subjek
menjawab dengan benar sehingga jawaban subjek terkait variabel-variabel
tersebut valid dan reliabel.
Pertanggungjawaban mutu alat pengumpul data variabel dependen
meliputi validitas skala kesejahteraan psikologis, seleksi item skala
kesejahteraan psikologis, bentuk final skala kesejahteraan psikologis, uji
reliabilitas final skala kesejahteraan psikologis, dan daya diskriminasi skala
kesejahteraan psikologis.
1. Validitas Skala Kesejahteraan Psikologis
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu
tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukur
(Supratiknya, 2014).
Pengujian validitas alat ukur ini dilakukan dengan menggunakan jenis
evidensi terkait isi tes (dalam pengertian lama, jenis evidensi ini dikaitkan
dengan validitas isi). Evidensi ini bisa diperoleh melalui analisis logis atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
empiris terhadap seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi serta seberapa
relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang
dimaksudkan. Isi tes mengacu pada tema-tema, pilihan kata, serta format atau
bentuk item, tugas, atau pertanyaan yang digunakan dalam tes. Evidensi terkait
isi ini juga bisa berupa penilaian pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara
bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Dalam
penelitian ini evidensi terkait isi diperoleh dengan cara mengkonsultasikan item
yang telah disusun kepada dosen pembimbing dengan tujuan apakah item-item
yang telah disusun telah mencakup isi objek yang hendak diukur.
Selain itu, validitas alat ukur ini juga dilakukan dengan menggunakan
jenis evidensi terkait proses respon yang diberikan oleh subjek. Dalam
mengerjakan skala kesejahteraan psikologis ini, diasumsikan subjek menjawab
setiap pertanyaan sesuai dengan apa yang ada pada diri subjek.
2. Seleksi Item Skala Kesejahteraan Psikologis
Setelah melakukan validasi dan melakukan uji coba skala, selanjutnya
adalah menganalisis item. Analisis item terhadap item-item skala yang telah
dibuat perlu dilakukan karena kualitas skala pengukuran psikologis sangat
ditentukan oleh kualitas item-item yang ada di dalamnya. Tujuan analisis item
adalah memilih item-item yang akan membentuk skala yang bersifat homogen
dan memiliki daya diskriminasi yang baik. Seleksi item pada skala yang akan
digunakan dalam penelitian ini memakai parameter daya diskriminasi item.
Daya diskriminasi item yaitu kemampuan sebuah item memicu cara menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang berbeda pada diri subjek atau testi dengan tipe yang memang berlainan
(Supratiknya, 2014).
Pengujian daya diskriminasi dilakukan dengan memeriksa korelasi
antara masing-masing item dengan skor total skala itu sendiri. Perhitungan ini
akan menghasilkan koefisien korelasi antara skor item dan skor total tes (rit).
Jenis korelasi yang akan digunakan adalah korelasi product-moment Pearson
(r). Cara ini cocok untuk diterapkan pada multi-point items atau item-item yang
memiliki alternatif jawaban ganda dalam arti lebih dari dua. Perhitungannya
akan menggunakan corrected item-total correlation melalui sub menu scale
pada pilihan Reliability Analysis Statistical Product and Service Solution
(SPSS).
Berdasarkan perhitungan tersebut, makin tinggi korelasi antara skor
item dan skor total skala, makin baik item yang bersangkutan. Item-item yang
berkorelasi negatif atau berkorelasi positif namun rendah dengan skor total
akan disingkirkan. Adapun kriteria item yang layak dipertahankan adalah
semua item yang berkorelasi lebih besar dari atau sama dengan (≥) 0,20 dengan
skor total (Supratiknya, 2014).
3. Bentuk Final Skala Kesejahteraan Psikologis
Setelah dilakukan penyeleksian item terdapat 4 item favorable dan 11
item unfavorable yang gugur. Akan tetapi karena jumlah item pada masing-
masing aspek tidak seimbang, maka dipilih beberapa item yang memiliki skor
lebih rendah dibanding item yang lain untuk digugurkan. Sehingga dapat
dilihat struktur atau sebaran item yang baik sehingga dapat digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
penelitian. Berikut ini adalah blue print final skala kesejahteraan psikologis
setelah seleksi item:
Tabel 4.
Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Seleksi Item
No. Aspek Komponen item
Jumlah Persentase Favorable Unfavorable
1. Penerimaan diri 5, 17, 18, 22 12, 26, 34, 37,
40, 58 10 16,67 %
2. Hubungan positif
dengan orang lain
1, 20, 29, 41,
45, 57
10, 14, 16, 38 10 16,67 %
3. Otonomi 7, 9, 21, 48,
50
3, 13, 24, 35,
59 10 16,67 %
4. Penguasaan
Lingkungan
6, 30, 43, 47,
51
15, 23, 25, 28,
54 10 16,67 %
5. Tujuan Hidup 4, 19, 27, 46,
52
11, 36, 44, 55,
60 10 16,67 %
6. Pertumbuhan Pribadi 31, 32, 42,
49, 53
2, 8, 33, 39,
56 10 16,67 %
Total 30 30 60 100 %
4. Reliabilitas Final Skala Kesejahteraan Psikologis
Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur
pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi individu
atau kelompok (Supratiknya, 2014).
Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas
(rxx’) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00. Koefisien
reliabilitas yang dipandang memuaskan adalah lebih besar dari atau sama
dengan (≥) 0,70 (Kline, dalam Supratiknya 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Pengujian reliabilitas pada alat ukur ini akan menggunakan
pendekatan konsistensi internal. Dalam pendekatan konsistensi internal
prosedurnya cukup didasarkan pada hasil satu kali pengadministrasian tes
(Supratiknya, 2014). Reliabilitas tesnya sendiri selanjutnya dapat diestimasi
dengan teknik koefisien reliabilitas alpha Cronbach (α) (Supratiknya, 2014).
Dalam perhitungannya akan menggunakan Model Alpha Reliability Analysis
melalui sub menu scale pada pilihan Reliability Analysis SPSS. Pada penelitian
ini, besarnya α adalah 0,937. Dengan demikian skala ini dapat dikatakan
memuaskan untuk mengukur kesejahteraan psikologis.
5. Daya Diskriminasi Skala Kesejahteraan Psikologis
Daya diskriminasi alat ukur adalah sejauh mana tes secara
keseluruhan memiliki daya diskriminasi yang baik. Salah satu statistik yang
direkomendasikan untuk memeriksa daya diskriminasi tes adalah koefisien
diskriminasi yang disebut Ferguson’s delta (δ). Koefisien diskriminasi
menunjukkan seberapa cermat dan konsisten sebuah tes menjenjangkan testi
dalam hal atribut psikologis yang diukur. Tes yang berdaya diskriminasi baik
lazimnya memiliki delta Ferguson lebih besar dari atau sama dengan (≥) 0,90.
Bisa dirumuskan secara umum bahwa δ = 0 jika seluruh subjek mencapai skor
yang sama (tidak terjadi diskriminasi), dan δ = 1 jika terjadi distribusi skor
yang bersifat rektangular (terjadi diskriminasi yang sempurna, yaitu
pembedaan antara subjek yang mencapai skor dibawah skor batas tertentu dan
mereka yang mencapai skor di atas skor batas). Dengan kata lain, makin δ
mendekati 1 maka makin baik daya diskriminasi tes (Supratiknya, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Daya diskriminasi tes/ penghitungan delta Ferguson
δ = (n+1) (N2 - ∑fi
2) / nN
2
= (60+1) (1932 – 1022) / 60.193
2
= 61. (37249 – 1022) / 60. 37249
= 2209847 / 2234940
= 0,988
Besarnya koefisien delta Ferguson skala kesejahteraan psikologis
adalah 0,988. Dengan demikian skala ini memiliki daya diskriminasi tes yang
baik.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti pertanyaan
penelitian yang telah dituliskan pada bab sebelumnya. Untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten
Bantul akan digunakan statistik deskriptif. Untuk mengetahui perbedaan
tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten
Bantul dilihat berdasarkan jenis kelamin dan status pernikahan akan digunakan
uji beda. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan
psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan usia dan
tingkat pendidikan akan digunakan uji korelasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan skala
kesejahteraan psikologis dan mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di
sekolah-sekolah negeri di Kabupaten Bantul. Proses perizinan dimulai dengan
membuat surat permohonan izin dari Fakultas yang kemudian dibawa ke Biro
Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah DIY yang berada di Komplek
Kepatihan Danurejo Yogyakarta. Setelah mendapatkan surat izin dari Sekretariat
Daerah DIY, peneliti memberikan surat tembusan ke Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga DIY, Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta
mengurus perijinan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Bantul. Kemudian, setelah mendapat surat ijin dari BAPPEDA Bantul,
peneliti memberikan tembusan surat izin dari BAPPEDA Bantul kepada Bupati
Bantul, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bantul, Kepala Dinas
Pendidikan Menengah dan Non Formal Kabupaten Bantul, Kepala Dinas
Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Kepala UPT Pengelola Pendidikan Dasar di
13 Kecamatan yang menjadi sampel penelitian (Bambanglipuro, Pandak, Jetis,
Kretek, Sewon, Pajangan, Sanden, Srandakan, Pundong, Imogiri, Pleret, Kasihan,
dan Bantul), serta ke SMA/SMK, SMP, dan SD Negeri di Kabupaten Bantul yang
menjadi tempat pengambilan sampel penelitian.
48
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pengambilan data dilakukan berdasarkan kondisi guru honorer di sekolah.
Sebagian guru bersedia mengisi kuesioner secara langsung pada saat peneliti
memberikan kuesioner, akan tetapi terdapat pula guru yang tidak bisa mengisi
secara langsung dikarenakan banyaknya aktivitas di sekolah. Secara keseluruhan,
peneliti membagikan 222 eksemplar. Jumlah skala penelitian terisi yang
memenuhi syarat adalah 193, sehingga hanya data dari 193 responden inilah yang
akan dianalisis. Pengambilan data penelitian dilakukan sejak tanggal 11 April
hingga 3 Mei 2015. Berikut ini adalah jadwal pengambilan data penelitian dan
data demografis subjek penelitian yang ada dalam kuesioner:
Tabel 5.
Jadwal Pengambilan Data Penelitian
Hari
ke Hari dan tanggal Lokasi Keterangan
1. Senin, 11 April 2016 - SD Tegaldowo Bantul
- SD Kalangan Kasihan
Bantul
- SD Guwo Pajangan Bantul
Menyebar kuesioner
2. Selasa, 12 April 2016 - SD 1 Palbapang Bantul Menyebar kuesioner
3. Rabu, 13 April 2016 - SD Cepit Sewon Bantul
- SD Bakalan Sewon Bantul
- SD Grogol Bambanglipuro
Bantul
- SD Bakulan Jetis Bantul
- SMP 2 Pajangan Bantul
Menyebar kuesioner
4. Kamis, 14 April 2016 - SD Kaligondang
Bambanglipuro Bantul
- SD 1 Pandak Bantul
Menyebar kuesioner
5. Jumat, 15 April 2016 - SD 1 Sanden Bantul Menyebar kuesioner
6. Sabtu, 16 April 2016 - SD Negeri 3 Imogiri Bantul
- SD Kategan Pundong
Bantul
- SD 2 Kretek Bantul
- SD 2 Wijirejo Pandak
Bantul
- SMP 1 Pajangan Bantul
Menyebar kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Hari
ke Hari dan tanggal Lokasi Keterangan
7. Senin, 18 April 2016 - SD Imogiri Bantul Menyebar kuesioner
8. Selasa, 19 April 2016 - SMP 1 Pundong Bantul
- SD 1 Kretek Bantul
- SMP 1 Kretek Bantul
- SMP 2 Srandakan Bantul
- SMP 1 Srandakan Bantul
- SMP 1 Pandak Bantul
Menyebar kuesioner
9. Rabu, 20 April 2016 - SMP 3 Pandak Bantul
- SMA 1 Pajangan Bantul
Menyebar kuesioner
10. Kamis, 21 April 2016 - SMK 1 Sanden Bantul
- SMP 1 Sanden Bantul
- SMP 3 Bantul Bantul
Menyebar kuesioner
11. Jumat, 22 April 2016 - SMP 2 Sewon Bantul Menyebar kuesioner
12. Sabtu, 23 April 2016 - SMP 1 Sewon Bantul Menyebar kuesioner
13. Senin, 25 April 2016 - SMA 1 Srandakan Bantul Menyebar kuesioner
14. Selasa, 26 April 2016 - SMA 1 Jetis Bantul
- SMP 1 Pleret Bantul
- SMP 1 Imogiri Bantul
- SMP 2 Bambanglipuro
Bantul
- SMP 1 Bambanglipuro
Bantul
Menyebar kuesioner
15. Rabu, 27 April 2016 - SMP 3 Pajangan Bantul
- SMP 2 Pandak Bantul
Menyebar kuesioner
16. Kamis, 28 April 2016 - SMP 1 Jetis Bantul
- SMA 1 Imogiri Bantul
Menyebar kuesioner
17. Jumat, 29 April 2016 - SMK 1 Pandak Bantul Menyebar kuesioner
18. Sabtu, 30 April 2016 - SMP 2 Kasihan Bantul
- SMA 1 Kretek Bantul
- SMK 2 Kasihan Bantul
Menyebar kuesioner
19. Senin, 2 Mei 2016 - SMA 1 Bambanglipuro
Bantul
- SMP 1 Kasihan Bantul
Menyebar kuesioner
20. Selasa, 3 Mei 2016 - SMK 1 Pleret Bantul
- SMK 1 Pundong Bantul
- SMA 2 Bantul
Menyebar kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
B. Statistik Deskriptif Data Penelitian
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
(Sugiyono dalam Duwi Priyatno, 2014). Statistik deskriptif penelitian terangkum
dalam tabel berikut :
Tabel 6.
Data Deskriptif Variabel Independen
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jenis
Kelamin
Laki-laki 59
Perempuan 134
Usia 193 22 45 30,14 6,121
Tingkat
pendidikan
193 12 18 15,83 0,840
Status
Pernikahan
Belum menikah 77
Menikah tanpa anak 19
Menikah dengan
memiliki 1 anak 49
Menikah dengan
memiliki 2 anak 41
Menikah dengan
memiliki lebih dari 2
anak
7
Data Deskripsi Variabel Dependen
Tabel 7.
Statistik Deskriptif Kesejahteraan Psikologis
Teoritis Empiris
N - 193
Mean( x ) 150 191,74
Minimum(Xmin) 60 158
Maximum(Xmax) 240 234
Standart Deviation(σ) 30 14,584
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Berdasarkan hasil pengukuran deskriptif, mean empiris variabel kesejahteraan
psikologis lebih besar daripada mean teoritisnya. Hasil ini menunjukkan bahwa
guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan
psikologis yang tinggi. Hasil ini juga didukung dengan hasil uji T yang dilakukan
peneliti untuk membandingkan mean empiris dan mean teoritis pada variabel
kesejahteraan psikologis.
Tabel. 8
Uji One Sample T-test Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan
Psikologis
Test Value= 150 T 39.764
Df 192
Sig. (2-tailed) 0,000
Mean Difference 41.746
95% Confidence of Lower 39.68
The Difference Upper 43.82
Berdasarkan data yang ada, hasil uji T menunjukkan ada perbedaan
signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara signifikan guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki
tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.
C. Analisis Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian
Sebelum melakukan analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian,
perlu dilakukan uji asumsi. Tujuannya adalah melihat bagaimana data tersebut
untuk dapat dilakukan analisis yakni dengan teknik statistik parametrik atau non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
parametrik. Apabila nilai p > 0,05 maka analisis data yang akan dilakukan adalah
dengan teknik parametrik, sedangkan nilai p < 0,05 akan dilakukan teknik statistik
non parametrik. Uji asumsi pada penelitian ini meliputi uji normalitas,
homogenitas varian data, serta uji linearitas. Uji normalitas akan dilihat dengan
menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS for windows
versi 22. Hasil uji normalitas kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah
negeri di Kabupaten Bantul menunjukkan nilai signifikansi sebesar (p= 0,009).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa data
tersebut memiliki sebaran data yang tidak normal (tidak terdistribusi normal).
Hasil uji asumsi tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini:
1. Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer
sekolah negeri di Kabupaten Bantul yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan?
Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara
normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak homogen (F= 14,949, p= 0,000).
Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan teknik
non parametrik Mann Whitney U. Teknik Mann Whitney U digunakan sebagai
alternatif pengganti analisis Independent Sample T Test jika data tidak
terdistribusi normal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
kesejahteraan psikologis antara guru honorer laki-laki dengan guru honorer
perempuan (Z= -1.710, p= 0,087).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah
negeri di Kabupaten Bantul dengan usia?
Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara
normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak linear (F= 0,000, p=0,985).
Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan
teknik non parametrik Korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kesejahteraan psikologis tidak berhubungan dengan usia (r= -0,044, p= 0,546).
3. Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah
negeri di Kabupaten Bantul dengan tingkat pendidikan?
Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara
normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak linear (F= 0,315, p= 0,575).
Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan
teknik non parametrik Korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan tingkat
pendidikan (r= -0,043, p= 0,554).
4. Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah
negeri di Kabupaten Bantul dilihat berdasarkan status pernikahan (belum
menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah
dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak)?
Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara
normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak homogen (F= 0,110, p= 0,113).
Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan
teknik non parametrik Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis ini dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sebagai alternatif pengganti analisis One Way ANOVA jika data tidak
terdistribusi secara normal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan kesejahteraan psikologis yang dilihat berdasarkan status pernikahan
(belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak,
menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2
anak) (chi-square= 0,348, p= 0,987).
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa guru honorer
sekolah negeri di Kabupeten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
yang tinggi. Selanjutnya, hasil analisis data membuktikan bahwa tingkat
kesejahteraan psikologis guru honorer yang dilihat berdasarkan faktor-faktor
demografis seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status
pernikahan terbukti tidak berbeda dan tidak berhubungan secara signifikan.
Guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki tingkat
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Hal ini berarti guru honorer sekolah
negeri di Kabupaten Bantul menjalani kehidupan secara berkualitas dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap
segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Maka, meskipun
jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah masih ada guru honorer
yang merasa sejahtera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hasil analisis terhadap perbedaan kesejahteraan psikologis ditinjau
dari jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara guru honorer yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008)
yang mengungkap bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap adanya
perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis secara signifikan pada aspek
hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Ryff
dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) mengatakan bahwa wanita
menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada pria.
Sementara keempat aspek kesejahteraan psikologis lainnya tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
Meskipun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hutapea Bonar (2011) yang meneliti psychological well-being ditinjau dari
jenis kelamin dan menemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan di antara
perempuan dan laki-laki. Salah satu alasan yang mungkin bahwa
psychological well-being lebih rendah pada perempuan dalam hal penguasaan
terhadap lingkungan, pertumbuhan pribadi, dan relasi yang positif dengan
orang lain, namun sebaliknya terkait tujuan dalam hidup dan penerimaan diri.
Hal tersebut membuktikan bahwa beberapa penelitian yang ada, melihat
perbedaan kesejahteraan psikologis antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan masing-masing aspek kesejahteraan psikologis. Sedangkan, jika
dilihat secara keseluruhan (gabungan dari keenam aspek kesejahteraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
psikologis) ada kemungkinan bahwa tidak terdapat perbedaan kesejahteraan
psikologis yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara kesejahteraan psikologis ditinjau dari usia. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian (Ryff; Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk,
2008) yang menyatakan bahwa penguasaan lingkungan dan otonomi
menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan usia (usia 25-39; usia
40-59; usia 60-74). Sedangkan tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi secara
jelas menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,
aspek penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain secara
signifikan bervariasi berdasarkan usia. Tidak adanya hubungan antara
kesejahteraan psikologis dengan faktor usia ini mungkin dikarenakan faktor
yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang bukan berapa usia
mereka melainkan bagaimana semangat dan keinginan mereka, serta adanya
kesehatan yang mereka miliki, sehingga usia tidak menjadi halangan dalam
menjalani kehidupan.
Ryff & Singer (1996) mengatakan bahwa tingkat kesejahteraan
psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan
seseorang. Tingginya tingkat pendidikan seseorang menunjukkan bahwa
individu memiliki faktor pengaman, misalnya uang. Meskipun demikian, hasil
analisis terhadap kesejahteraan psikologis ditinjau dari tingkat pendidikan
membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan
psikologis guru honorer dengan tingkat pendidikan. Guru honorer sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
negeri yang menjadi subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan yang
variatif (SMA, D3, S1, S2). Dengan variasi tingkat pendidikan tersebut,
mereka memiliki penghasilan sebagai guru honorer yang relatif sama dan
tergolong rendah. Bahkan, sangat mungkin guru honorer dengan tingkat
pendidikan S2 yang mengajar di sekolah dasar akan mendapatkan penghasilan
yang sama dengan guru dengan tingkat pendidikan D3 maupun S1. Meskipun
demikian, banyak yang mensyukuri penghasilan yang mereka dapat. Hal
tersebut diduga dapat terjadi karena hal yang mempengaruhi kesejahteraan
psikologis bukanlah tingkat pendidikan, melainkan bagaimana subjek merasa
penghasilannya cukup untuk menghidupi diri sendiri maupun keluarganya
walaupun kadang mengalami kesulitan namun subjek bisa mengatur
ekonominya dengan baik.
Terkait status pernikahan, hasil analisis membuktikan bahwa tidak
ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara guru honorer dengan status
belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak,
menikah dengan memiliki 2 anak, dan menikah dengan memiliki lebih dari 2
anak. Salah satu alasan yang mungkin adalah subjek dengan status lajang
(belum menikah) dan masih tinggal bersama dengan keluarga mendapatkan
dukungan dari keluarga sehingga bisa berbagi saat menghadapi permasalahan.
Tidak hanya berasal dari keluarga, dukungan juga hadir dari teman atau
sahabat dekat. Dukungan-dukungan yang dimiliki oleh subjek dengan status
lajang ini dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (Susanti, 2012). Hasil
ini tampaknya bersesuaian dengan temuan Marks dan Lambert (dalam Ryff,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2013) yang menemukan bahwa perempuan yang tidak menikah menunjukkan
skor yang lebih tinggi pada dimensi otonomi dan pertumbuhan pribadi
dibandingkan dengan perempuan yang menikah.
Sementara itu, (Ryff, 1989) menyatakan bahwa pernikahan menjadi
prediktor yang baik terhadap penerimaan diri dan tujuan hidup. Shapiro dan
Keyes (dalam Ryff, 2013) menemukan bahwa perempuan yang bercerai dan
tidak menikah menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah
dibanding perempuan yang menikah. Kesejahteraan psikologis yang dimiliki
oleh subjek yang menikah dan memiliki anak juga sesuai dengan temuan
(Lianawati, 2008) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan
psikologis berdasarkan jumlah anak pada kelompok suami maupun istri.
Ditemukan pula bahwa kelompok pasutri yang tidak atau belum memiliki
anak juga memiliki kesejahteraan psikologis tinggi. Barangkali tidak memiliki
anak justru memberi lebih banyak waktu luang bagi para pasutri untuk lebih
otonom dan mampu menangani aktivitas tanpa perlu dipusingkan oleh urusan
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis
guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dan dieksplorasi berdasarkan
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul
adalah tinggi (M=191,74 > M=150; p=0,000). Ini berarti guru honorer sekolah
negeri di Kabupaten Bantul menjalani kehidupan secara berkualitas dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap
segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya.
2. Tidak ada perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer
laki-laki dengan guru honorer perempuan (Z= -1.710, p= 0,087).
3. Tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dengan
usia (r=-0,044, p= 0,546).
4. Tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dengan
tingkat pendidikan (r= -0,043, p= 0,554).
5. Tidak ada perbedaaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dilihat
berdasarkan status pernikahan (belum menikah, menikah tanpa anak, menikah
11
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah
dengan memiliki lebih dari 2 anak) (chi-square= 0,348, p= 0,987).
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di
Kabupaten Bantul memiliki keterbatasan penelitian yakni pengambilan sampel
yang hanya menggunakan 13 Kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Bantul yang mengakibatkan tidak semua sampel guru honorer sekolah
negeri yang tersebar pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bantul terlibat
dalam penelitian. Selain itu, dalam penelitian ini anggota sampel dipilih
berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya sehingga
mengakibatkan proporsi antara laki-laki dan perempuan, proporsi tingkatan usia,
proporsi tingkat pendidikan (SMA, D3, S1, S2), serta proporsi status pernikahan
tidak seimbang. Terkait dengan analisis variabel dependen (kesejahteraan
psikologis), dalam penelitian ini dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara
empiris sehingga dalam menganalisis dan melihat hasil kesejahteraan psikologis
dilihat secara keseluruhan tanpa menguraikan satu per satu aspek kesejahteraan
psikologis. Meskipun merupakan skala multidimensional, akan tetapi aspek-
aspeknya saling berkorelasi sehingga dalam penggunaannya tidak terpisah-pisah
antar aspeknya, tetapi sebagai 6 aspek yang saling berkaitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, serta keterbatasan
dari penelitian tentang kesejahteraan psikologis guru honorer yang telah
dilakukan, maka peneliti mengajukan saran:
1. Bagi guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul
Meskipun jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah, akan tetapi
guru honorer diharapkan tetap menjalani kehidupan secara berkualitas
dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian
positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya.
2. Pemerintah
Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan
psikologis guru honorer sekolah negeri tergolong tinggi, tetapi pemerintah
diharapkan untuk mempertimbangkan kesejahteraan yang mengacu pada
perasaan adil terhadap kesesuaian imbalan yang diterima atas kinerja yang
dilakukan oleh guru honorer.
3. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan topik kesejahteraan
psikologis guru honorer, maka penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
penelitian selanjutnya. Peneliti lain yang tertarik dengan fenomena
kesejahteraan psikologis guru honorer bisa menghubungkan kesejahteraan
psikologis guru honorer dengan variabel-variabel lain. Selain itu dari segi
subjek, bisa menggunakan subjek guru honorer yang ada di sekolah swasta
dengan memperhatikan proporsi faktor demografis guru honorer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DAFTAR ACUAN
Carmelo, V., Gonzalo, H., dkk. (2009). Psychological well-being and health.
Contributions of positive psychology. Journal of Clinical and Health
Psychology. Vol. 5, 15-27.
Damayanti, N., & Harti (2013). Perbedaan jenis kelamin terhadap minat
berwirausaha mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi universitas negeri
Surabaya. Jurnal Unesa.
Depdiknas. (2004). Draft Naskah Akademik Sertifikasi Kompetensi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Jakarta: P2TK Ditjen Dikti.
Dikdas. (2016). Data dan Informasi Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul
Tahun 2016. Bantul: Dinas Pendidikan Dasar.
Djiwandono, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Duwi, P. (2014). SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi Offset.
Epita, D., N & Utoyo, S., D. (2013). Hubungan antara psychological well-being
dan kepuasan kerja pada pns organisasi pemerintahan di Yogyakarta.
Jurnal Universitas Indonesia.
Fanani, Z., & Aji, B. (2012). Gaji Sebulan Hanya Cukup Dimakan Seminggu.
Kedaulatan Rakyat. Diambil tanggal 20 Maret, 2015, dari http://www.Gaji
Sebulan Hanya Cukup Dimakan Seminggu - Kedaulatan Rakyat Online
Yogyakarta.htm.
Guru, Agen Perubahan Bangsa. (2015). Kompas tanggal 24 November, 2015.
Hutapea, Bonar. (2011). Emotional intelegence and psychological well-being pada
manusia lanjut usia anggota organisasi berbasis keagamaan di jakarta.
Jurnal Insan, Vol. 13(2).
Ichwan. (2010). Kenaikan Gaji PNS Tinggal Menunggu PP. Diambil tanggal 12
Mei. 2015, dari https://ichwan15788.wordpress.com/2010/01/08/kenaikan-
gaji-pns-tinggal-menunggu-pp/ .
Iriani, F., & Ninawati. (2005). Gambaran kesejahteraan psikologis pada dewasa
muda ditinjau dari pola attachment. Jurnal Psikologi, Vol. 3(1).
Kahneman, D., E. Diener., & N. Schwarz. (1999). Well-being: the foundations of
hedonic psychology. Russel sage Foundation. New York.
Lianawati, E. (2008). Kesejahteraan psikologis istri ditinjau dari sikap peran
gender pada pasutri muslim. Jurnal Psikologi, Vol.2(1).
34
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Mansyurpribadi. (2009). Perlindungan hukum bagi guru. Diambil tanggal 17
Oktober, 2015, dari
http://mansyurpribadi.blogspot.com/2009/12/perlindungan-hukum-bagi-
guru.html).
Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurlailiwangi, E., Coralia, F., dkk. (2013). Studi mengenai kesejahteraan
psikologis lansia di balai perlindungan sosial tresna werdha (BPSTW)
ciparay bandung. Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. X(1), 1-6.
Padmawati (2010). Kajian yuridis status hukum tenaga guru honorer pemerintah
kota surakarta pada dinas pendidikan pemuda dan olahraga kota surakarta
menurut undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Pradono, J., & Sulistyowati, N. (2014). Hubungan antara tingkat pendidikan,
pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, perilaku hidup sehat dengan
status kesehatan. Studi korelasi pada penduduk umur 10-24 tahun di
Jakarta pusat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 17(1), 89-95.
Putri, A., & Suryadi, D. (2007). Gambaran kesejahteraan psikologis selebriti
menjelang masa lanjut usia: studi pada penyanyi wanita era 60-an. Arkhe,
No. 2, 101-112.
Rachmawati, F., & Nashori, F. (2013). Koping religius dan kebahagiaan
psikologis pada lanjut usia. Jurnal Psikologika, Vol. 18(2).
Rajawane, I., & Chairani, L. Hubungan religiusitas dengan kesejahteraan
psikologis pada lanjut usia. Jurnal Psikologi, Hal. 47-60.
Rimang, S. (2011). Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. Bandung:
Alfabeta.
Rusdiana, D., & Fahmi, F. (2015). Upah Guru Honorer Akan Sesuai UMK Dapat
Tunjangan Juga. Harian Terbit. Diambil tanggal 20 Maret, 2015, dari
http://harianterbit.com/hanterhumaniora/read/2015/01/16/16476/0/40/Upa
h-Guru-Honorer-Akan-Sesuai-UMK-Dapat-Tunjangan-Juga.
Ryan, R.M., Huta, V., & Deci, E.L. (2008). Living well: a self-determination
theory perspective on eudaimonia. Journal of Happiness Studies, 9, 139-
170.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Ryff, D. Caroll. (1989). Happines is everything, or is it? explorations on the
meaning of psychological well-being. Journal of Personality Social
Psychology. 56(6), 1069-1081.
Ryff, D. Caroll. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions
in Psychological Science, 4(4), 99-104.
Ryff, D. Caroll., & Keyes, C.L.M. (1995). The structure of psychological well-
being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69, 719-
727.
Ryff, D. Caroll., & Singer, B. (1998). The contours of positive human health.
Psychological Inquiry, 9, 1-28.
Ryff, D. Caroll. (2013). Psychological well-being revisited: advances in the
science and practice of eudaimonia. Psychoter Psychosom, 83, 10-28.
Setiawan, H., & Budiningsih, T. (2014). Psychological well-being pada guru
honorer sekolah dasar di kecamatan wonotunggal kabupaten batang.
Jurnal Psikologi Pendidikan, Vol. 3(1).
Suciptoardi. (2010). Pengertian GTT (Guru Tidak Tetap) Sekolah Negeri. Diambil
tanggal 17 Oktober, 2015, dari http://suciptoardi-
wordpress.com/2010/02/17/pengertian-gtt-guru-tidak-tetap-sekolah-
negeri).
Sugianto, I. R. (2000). Status lajang dan psychological well-being pada pria dan
wanita lajang usia 30-40 tahun di Jakarta. Phronesis, Vol. 2(4), 67-76.
Sukmadinata, S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sumule, R.P., & Taganing, N.M. (2008). Psychological wellbeing pada guru yang
bekerja di yayasan pesat nabire. Depok: Fakultas Psikologi Unoversitas
Gunadarma.
Supradewi, R., & Rohmatun. Hubungan antara stres terhadap masa depan dengan
perilaku marah pada guru honorer. Proyeksi, Vol. 6(1), 82-88.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Susanti. (2012). Hubungan harga diri dan psychological well-being pada wanita
lajang ditinjau dari bidang pekerjaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Vol. 1(1).
Tenggara, H., Zamralita., dkk. (2008). Kepuasan kerja dan kesejahteraan
psikologis karyawan. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan
Organisasi, Vol. 10(1), 96-115.
Yudha, S. (2001). Perbandingan tingkat kepuasan kerja antara kelompok guru
yang berstatus tetap dan kelompok guru yang berstatus honorer. Jurnal
Phronesis, Vol.3, No. 5.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pasal 1 tentang Pegawai Negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
LAMPIRAN 1
SKALA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS SEBELUM UJI COBA
12
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh:
Fitria
119114106
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PENGANTAR
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Nama : Fitria
Nim : 119114106
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, maka saya hendak
melaksanakan penelitian terhadap Bapak/ Ibu guru honorer Sekolah Negeri di
Kabupaten Bantul. Penelitian ini hanya akan berjalan dengan baik atas bantuan
Bapak/ Ibu. Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi
skala berikut dengan cara apa adanya.
Hasil jawaban Bapak/ Ibu hanya akan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian, sehingga jawaban Bapak/ Ibu akan dijamin kerahasiaannya. Apabila
ada hal yang kurang dipahami dapat bertanya langsung kepada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini saya
ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Fitria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK IKUT PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah membaca penjelasan mengenai penelitian ini, saya bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner tanpa ada paksaan dari
pihak manapun. Seluruh jawaban yang saya berikan pada kuesioner ini sungguh-
sungguh sesuai dengan apa yang saya alami.
Yogyakarta,………………….2016
( )
Nama lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
IDENTITAS DIRI
(Identitas Bapak/ Ibu akan dirahasiakan)
Inisial :
Usia : tahun
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Pendidikan terakhir :
Status pernikahan : ( ) Belum menikah
( ) Menikah, tanpa anak
( ) Menikah, dengan 1 anak
( ) Menikah, dengan 2 anak
( ) Menikah, dengan lebih dari 2 anak, yaitu …
Pekerjaan Suami/ Istri :
Honorarium sebagai guru honorer : Rp perbulan
Penghasilan keluarga : Rp perbulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PETUNJUK PENGISIAN
Skala ini terdiri atas 84 butir pernyataan.
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian
berikan jawaban Bapak/ Ibu pada lembar jawaban yang sudah disediakan
dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang sudah tersedia, yaitu :
STS : bila “Sangat Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
TS : bila “Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
S : bila “Setuju” dengan pernyataan tersebut
SS : bila “Sangat Setuju” dengan pernyataan tersebut
2. Bapak /Ibu dimohon mengisi sesuai dengan keadaan yang sebenar-
benarnya. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda namun semua
jawaban dianggap BENAR dan tidak ada jawaban yang dianggap SALAH.
Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri Bapak/
Ibu.
3. Jika Bapak/ Ibu ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan (=)
pada jawaban yang tidak sesuai lalu berilah tanda (X) pada jawaban yang
lebih sesuai dengan diri Bapak/ Ibu.
4. Jawablah semua pernyataan, jangan ada yang terlewati.
No. Pernyataan Pilihan
STS TS ATS AS S SS
1. Saya memiliki arah dan tujuan hidup X X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya mudah bergaul dengan orang lain.
2. Saya merasa sulit membuat perubahan dalam diri saya.
3. Saya mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain.
4. Saya cenderung pasrah jika yang saya dapatkan tidak
sesuai dengan harapan.
5. Saya merasa puas dengan apa yang telah saya capai.
6. Saya selalu melaksanakan rencana yang telah saya
tentukan untuk diri saya.
7. Bagi saya hari esok harus lebih baik dari hari ini.
8. Saya bangga dengan diri saya.
9. Saya mampu mengatur keuangan dan mengatasi masalah-
masalah saya.
10. Saya tidak menggantungkan hidup saya pada orang lain.
11. Sudah lama saya tidak berusaha melakukan perbaikan
besar dalam hidup.
12. Lebih baik mengurusi diri sendiri daripada mencampuri
urusan orang lain.
13. Saya merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu dengan
hal-hal yang tidak bermanfaat.
14. Saya adalah orang yang memiliki pendirian kuat.
15. Saya menganggap beberapa teman sebagai musuh.
16. Saya memiliki banyak potensi.
17. Saya mampu mengatur pelaksanaan program kerja saya.
18. Saya merasa tidak ada lagi yang akan saya capai dalam
kehidupan saya.
19. Saya kecewa dengan apa yang telah saya capai dalam
hidup.
20. Saya mudah terpengaruh pendapat orang lain dalam
membuat keputusan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
No. Pernyataan STS TS S SS
21. Saya tidak peduli pada teman yang butuh bantuan saya.
22. Saya merasa sulit mengatur kehidupan saya.
23. Banyak orang lain hanya ingin mengambil keuntungan
dari saya.
24. Saya menyadari dan menerima kelebihan dan kekurangan
yang saya miliki.
25. Saya menikmati kehidupan yang saya jalani saat ini.
26. Saya merasa optimis dengan masa depan saya.
27. Saya sedih melihat orang yang kesusahan.
28. Saya berani berpendapat meskipun berbeda dengan
pendapat orang lain.
29. Saya tidak malu mengakui kelemahan saya.
30. Tuntutan hidup sehari-hari sering membuat saya merasa
patah semangat.
31. Selama ini saya hanya melakukan tuntutan orang lain.
32. Saya sering merasa tak berdaya menghadapi masalah di
sekitar saya.
33. Saya malu dengan kekurangan yang saya miliki.
34. Saya bersyukur dengan status saya sebagai guru honorer.
35. Saya memiliki arah dan tujuan hidup.
36. Saya kesulitan menentukan prioritas.
37. Saya adalah orang yang peduli terhadap orang-orang di
sekitar saya.
38. Saya mampu memanfaatkan kesempatan secara efektif.
39. Saya merasa kesulitan untuk bersikap terbuka terhadap
orang lain.
40. Saya belajar tentang berbagai hal setiap waktu.
41. Saya tertarik dengan kegiatan yang dapat menambah
pengetahuan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
No. Pernyataan STS TS S SS
42. Mempelajari hal baru sering hanya terasa menambah
beban.
43. Saya adalah orang yang lemah.
44. Saya takut jika pendapat saya berbeda dengan pendapat
orang lain.
45. Saya fokus pada masa sekarang daripada memikirkan
masa depan.
46. Kehidupan yang saya jalani saat ini tidak sesuai dengan
impian saya.
47. Kebanyakan orang memiliki lebih banyak teman daripada
saya.
48. Saya merasa bosan akan kehidupan saya.
49. Saya sering memandang kehidupan orang lain jauh lebih
baik dibanding saya.
50. Saya takut mendapatkan teguran karena kesalahan dalam
melakukan sesuatu.
51. Saya tidak ragu untuk menyapa orang lain lebih dulu.
52. Saya bersedia menerima kritik dari orang lain untuk
memperbaiki diri saya.
53. Dari pada kena hukuman, lebih baik merubah pemikiran
kita.
54. Saya pasrah dengan apa yang akan terjadi dalam hidup
saya.
55. Saya sering kesulitan menerima tugas yang tidak sesuai
dengan bidang saya.
56. Saya sering merasa ragu terhadap hasil pekerjaan saya.
57. Saya biasa mengerjakan hal-hal penting terlebih dulu.
58. Sulit bagi saya untuk menjawab mengenai visi dan misi
dalam hidup saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
No. Pernyataan STS TS S SS
59. Saya bertindak atas keinginan sendiri, tidak didasarkan
oleh keinginan orang lain.
60. Saya merasa memperoleh banyak hal dari persahabatan
saya dengan banyak orang.
61. Masa sekarang dan masa lalu memiliki makna bagi saya.
62. Saya mampu menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
kepada saya.
63. Saya dapat mengontrol emosi dan tindakan meskipun saya
sedang tertekan.
64. Bagi saya, kehidupan adalah proses belajar, berkembang
dan tumbuh secara berkelanjutan.
65. Saya merasa bahagia melihat diri saya sendiri, jika
membandingkan dengan teman atau kenalan saya.
66. Saya lebih senang mengambil keputusan sendiri daripada
bergantung pada persetujuan orang lain.
67. Saya tidak menyesali apapun yang pernah terjadi di masa
lalu.
68. Saya dapat mempercayai teman-teman saya.
69. Tak masalah jika yang saya anggap penting ternyata
dianggap tidak penting oleh orang lain.
70. Saya mampu menjalani semua kesibukan saya.
71. Saya senang membuat rencana untuk masa depan saya.
72. Saya senang bahwa pandangan-pandangan saya
bertambah matang dari tahun ke tahun.
73. Seandainya ada kesempatan, ada banyak hal dalam diri
saya yang akan saya ubah.
74. Saya kesulitan menemukan orang dekat yang bisa
mendengarkan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
No. Pernyataan STS TS S SS
75. Saya khawatir terhadap penilaian orang atas pilihan yang
saya buat dalam hidup.
76. Saya tidak terlalu cocok dengan komunitas di sekitar saya.
77. Apa yang saya kerjakan sering terasa tidak penting bagi
saya.
78. Saya merasa kurang nyaman berada dalam situasi baru
yang menuntut perubahan cara kerja yang sudah menjadi
kebiasaan saya.
79. Saya dapat menjadi pendengar yang baik saat orang lain
curhat kepada saya.
80. Saya mampu membangun gaya hidup sesuai dengan apa
yang saya sukai.
81. Saya memperoleh banyak wawasan yang membuat saya
semakin berkembang.
82. Saya iri dengan kehidupan orang lain.
83. Saya khawatir akan apa yang orang lain pikirkan tentang
diri saya.
84. Menentukan tujuan bagi diri sendiri terasa hanya buang-
buang waktu saja.
**TERIMAKASIH**
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
HASIL RELIABILITAS, DAN DAYA DISKRIMINASI SKALA
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
soal1 254.13 246.389 .428 .912
soal2 254.55 247.235 .409 .912
soal3 254.45 247.201 .357 .913
soal4 254.37 251.999 .104 .915
soal5 255.05 256.387 -.118 .917
soal6 254.35 248.943 .384 .913
soal7 253.75 251.953 .110 .915
soal8 254.28 248.139 .337 .913
soal9 254.42 246.383 .450 .912
soal10 254.23 247.707 .363 .913
soal11 254.57 247.436 .328 .913
soal12 255.68 255.779 -.082 .918
soal13 254.62 249.732 .190 .914
soal14 254.40 244.922 .598 .911
soal15 253.98 246.729 .461 .912
soal16 254.37 249.762 .337 .913
soal17 254.38 250.410 .345 .913
soal18 253.95 246.319 .405 .912
soal19 254.15 244.265 .636 .911
soal20 254.40 247.532 .370 .913
soal21 253.87 245.507 .542 .912
soal22 254.40 247.532 .331 .913
soal23 254.48 249.339 .274 .913
soal24 254.07 247.995 .393 .913
soal25 254.12 246.986 .414 .912
soal26 254.03 244.846 .553 .911
soal27 254.13 247.948 .339 .913
soal28 254.27 246.029 .613 .912
soal29 254.27 245.860 .415 .912
soal30 254.52 249.813 .248 .914
soal31 254.23 248.724 .381 .913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
soal32 254.45 245.133 .562 .912
soal33 254.27 248.572 .379 .913
soal34 254.18 249.949 .272 .913
soal35 254.00 245.390 .550 .912
soal36 254.50 250.119 .349 .913
soal37 254.10 249.346 .312 .913
soal38 254.40 245.532 .519 .912
soal39 254.82 257.678 -.201 .917
soal40 254.17 246.006 .462 .912
soal41 253.92 244.688 .590 .911
soal42 254.23 248.419 .446 .912
soal43 254.12 246.410 .448 .912
soal44 254.27 246.504 .452 .912
soal45 254.63 246.541 .408 .912
soal46 254.75 248.021 .313 .913
soal47 254.43 248.284 .325 .913
soal48 254.22 245.698 .474 .912
soal49 254.62 248.512 .272 .913
soal50 254.58 247.840 .317 .913
soal51 254.02 249.169 .287 .913
soal52 254.00 247.186 .405 .912
soal53 255.12 256.749 -.149 .916
soal54 254.58 251.129 .122 .915
soal55 254.82 254.186 -.011 .915
soal56 254.67 250.395 .228 .914
soal57 254.15 246.367 .463 .912
soal58 254.60 248.447 .388 .913
soal59 254.60 247.295 .310 .913
soal60 253.97 245.829 .376 .913
soal61 253.98 244.457 .608 .911
soal62 254.35 247.960 .386 .913
soal63 254.42 247.400 .389 .913
soal64 253.83 246.650 .474 .912
soal65 254.47 250.321 .240 .914
soal66 254.87 248.490 .262 .914
soal67 254.50 251.678 .122 .914
soal68 254.58 252.586 .073 .915
soal69 254.43 247.606 .454 .912
soal70 254.25 247.004 .441 .912
soal71 254.10 245.854 .548 .912
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
soal72 254.10 244.939 .567 .911
soal73 255.75 260.936 -.426 .918
soal74 254.50 252.220 .107 .914
soal75 254.62 255.054 -.068 .915
soal76 254.37 250.846 .252 .913
soal77 254.30 246.553 .509 .912
soal78 254.53 248.084 .431 .912
soal79 254.10 244.939 .433 .912
soal80 254.53 248.084 .323 .913
soal81 254.18 248.627 .361 .913
soal82 254.07 247.080 .396 .913
soal83 254.43 247.809 .333 .913
soal84 254.07 246.741 .355 .913
Catatan. Warna kuning adalah item-item yang gugur setelah seleksi item dengan
rit ≤ 0,20. Warna hijau adalah item yang gugur setelah rit ≤ 0,23. Warna abu-abu
adalah item-item yang gugur untuk menyeimbangkan jumlah item pada masing-
masing aspek antara item favorable dan unfavorable.
Daya Diskriminasi Skala Kesejahteraan Psikologis/ Penghitungan Delta Ferguson
δ = (n+1) (N2 - ∑fi
2) / nN
2
= (60+1) (1932 – 1022) / 60.193
2
= 61. (37249 – 1022) / 60. 37249
= 2209847 / 2234940
= 0,988
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
LAMPIRAN 2
SKALA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS UNTUK PENELITIAN
23
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh:
Fitria
119114106
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PENGANTAR
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Nama : Fitria
Nim : 119114106
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, maka saya hendak
melaksanakan penelitian terhadap Bapak/ Ibu guru honorer Sekolah Negeri di
Kabupaten Bantul. Penelitian ini hanya akan berjalan dengan baik atas bantuan
Bapak/ Ibu. Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi
skala berikut dengan cara apa adanya.
Hasil jawaban Bapak/ Ibu hanya akan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian, sehingga jawaban Bapak/ Ibu akan dijamin kerahasiaannya. Apabila
ada hal yang kurang dipahami dapat bertanya langsung kepada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini saya
ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Fitria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK IKUT PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah membaca penjelasan mengenai penelitian ini, saya bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner tanpa ada paksaan dari
pihak manapun. Seluruh jawaban yang saya berikan pada kuesioner ini sungguh-
sungguh sesuai dengan apa yang saya alami.
Yogyakarta,………………….2016
( )
Nama lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
IDENTITAS DIRI
(Identitas Bapak/ Ibu akan dirahasiakan)
Inisial :
Usia : tahun
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Pendidikan terakhir :
Status pernikahan : ( ) Belum menikah
( ) Menikah, tanpa anak
( ) Menikah, dengan 1 anak
( ) Menikah, dengan 2 anak
( ) Menikah, dengan lebih dari 2 anak, yaitu …
Pekerjaan Suami/ Istri :
Honorarium sebagai guru honorer : Rp perbulan
Penghasilan keluarga : Rp perbulan
(bagi yang sudah menikah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PETUNJUK PENGISIAN
Skala ini terdiri atas 60 butir pernyataan.
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian
berikan jawaban Bapak/ Ibu pada lembar jawaban yang sudah disediakan
dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang sudah tersedia, yaitu :
STS : bila “Sangat Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
TS : bila “Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
S : bila “Setuju” dengan pernyataan tersebut
SS : bila “Sangat Setuju” dengan pernyataan tersebut
2. Bapak /Ibu dimohon mengisi sesuai dengan keadaan yang sebenar-
benarnya. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda namun semua
jawaban dianggap BENAR dan tidak ada jawaban yang dianggap SALAH.
Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri Bapak/
Ibu.
3. Jika Bapak/ Ibu ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan (=)
pada jawaban yang tidak sesuai lalu berilah tanda (X) pada jawaban yang
lebih sesuai dengan diri Bapak/ Ibu.
4. Jawablah semua pernyataan, jangan ada yang terlewati.
No. Pernyataan Pilihan
STS TS ATS AS S SS
1. Saya memiliki arah dan tujuan hidup X X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya mudah bergaul dengan orang lain.
2. Saya merasa sulit membuat perubahan dalam diri saya.
3. Saya mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain.
4. Saya selalu melaksanakan rencana yang telah saya
tentukan untuk diri saya.
5. Saya bangga dengan diri saya.
6. Saya mampu mengatur keuangan dan mengatasi masalah-
masalah saya.
7. Saya tidak menggantungkan hidup saya pada orang lain.
8. Sudah lama saya tidak berusaha melakukan perbaikan
besar dalam hidup.
9. Saya adalah orang yang memiliki pendirian kuat.
10. Saya menganggap beberapa teman sebagai musuh.
11. Saya merasa tidak ada lagi yang akan saya capai dalam
kehidupan saya.
12. Saya kecewa dengan apa yang telah saya capai dalam
hidup.
13. Saya mudah terpengaruh pendapat orang lain dalam
membuat keputusan.
14. Saya tidak peduli pada teman yang butuh bantuan saya.
15. Saya merasa sulit mengatur kehidupan saya.
16. Banyak orang lain hanya ingin mengambil keuntungan
dari saya.
17. Saya menyadari dan menerima kelebihan dan kekurangan
yang saya miliki.
18. Saya menikmati kehidupan yang saya jalani saat ini.
19. Saya merasa optimis dengan masa depan saya.
20. Saya sedih melihat orang yang kesusahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
No. Pernyataan STS TS S SS
21. Saya berani berpendapat meskipun berbeda dengan
pendapat orang lain.
22. Saya tidak malu mengakui kelemahan saya.
23. Tuntutan hidup sehari-hari sering membuat saya merasa
patah semangat.
24. Selama ini saya hanya melakukan tuntutan orang lain.
25. Saya sering merasa tak berdaya menghadapi masalah di
sekitar saya.
26. Saya malu dengan kekurangan yang saya miliki.
27. Saya memiliki arah dan tujuan hidup.
28. Saya kesulitan menentukan prioritas.
29. Saya adalah orang yang peduli terhadap orang-orang di
sekitar saya.
30. Saya mampu memanfaatkan kesempatan secara efektif.
31. Saya belajar tentang berbagai hal setiap waktu.
32. Saya tertarik dengan kegiatan yang dapat menambah
pengetahuan saya.
33. Mempelajari hal baru sering hanya terasa menambah
beban.
34. Saya adalah orang yang lemah.
35. Saya takut jika pendapat saya berbeda dengan pendapat
orang lain.
36. Saya fokus pada masa sekarang daripada memikirkan
masa depan.
37. Kehidupan yang saya jalani saat ini tidak sesuai dengan
impian saya.
38. Kebanyakan orang memiliki lebih banyak teman daripada
saya.
39. Saya merasa bosan akan kehidupan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
No. Pernyataan STS TS S SS
40. Saya sering memandang kehidupan orang lain jauh lebih
baik dibanding saya.
41. Saya tidak ragu untuk menyapa orang lain lebih dulu.
42. Saya bersedia menerima kritik dari orang lain untuk
memperbaiki diri saya.
43. Saya biasa mengerjakan hal-hal penting terlebih dulu.
44. Sulit bagi saya untuk menjawab mengenai visi dan misi
dalam hidup saya.
45. Saya merasa memperoleh banyak hal dari persahabatan
saya dengan banyak orang.
46. Masa sekarang dan masa lalu memiliki makna bagi saya.
47. Saya mampu menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
kepada saya.
48. Saya dapat mengontrol emosi dan tindakan meskipun saya
sedang tertekan.
49. Bagi saya, kehidupan adalah proses belajar, berkembang
dan tumbuh secara berkelanjutan.
50. Tak masalah jika yang saya anggap penting ternyata
dianggap tidak penting oleh orang lain.
51. Saya mampu menjalani semua kesibukan saya.
52. Saya senang membuat rencana untuk masa depan saya.
53. Saya senang bahwa pandangan-pandangan saya
bertambah matang dari tahun ke tahun.
54. Saya tidak terlalu cocok dengan komunitas di sekitar saya.
55. Apa yang saya kerjakan sering terasa tidak penting bagi
saya.
56. Saya merasa kurang nyaman berada dalam situasi baru
yang menuntut perubahan cara kerja yang sudah menjadi
kebiasaan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
No. Pernyataan STS TS S SS
57. Saya dapat menjadi pendengar yang baik saat orang lain
curhat kepada saya.
58. Saya iri dengan kehidupan orang lain.
59. Saya khawatir akan apa yang orang lain pikirkan tentang
diri saya.
60. Menentukan tujuan bagi diri sendiri terasa hanya buang-
buang waktu saja.
**TERIMAKASIH**
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 3
Statistik Deskriptif Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Status
Pernikahan, Statistik Dekriptif Kesejahteraan Psikologis, Uji One Sample T-test,
Uji Asumsi, Analisis Mann Whitney U, Korelasi Spearman, Kruskal-Wallis
34
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
STATISTIK DESKRIPTIF JENIS KELAMIN, USIA, TIGKAT
PENDIDIKAN, DAN STATUS PERNIKAHAN
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jenis
Kelamin
Laki-laki 59
Perempuan 134
Usia 193 22 45 30,14 6,121
Tingkat
pendidikan
193 12 18 15,83 0,840
Status
Pernikahan
Belum menikah 77
Menikah tanpa
anak 19
Menikah dengan
memiliki 1 anak 49
Menikah dengan
memiliki 2 anak 41
Menikah dengan
memiliki lebih dari
2 anak
7
STATISTIK DESKRIPTIF KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kesejahteraanpsikologis 193 158 234 191.75 14.585
Valid N (listwise) 193
One-Sample Test
Test Value = 150
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
kesejahteraanpsikologis 39.764 192 .000 41.746 39.68 43.82
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
kesejahteraanpsikologis 193 191.75 14.585 1.050
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
UJI ASUMSI
- Uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kesejahteraan
psikologis
N 193
Normal Parametersa,b
Mean 191.75
Std.
Deviation 14.585
Most Extreme
Differences
Absolute .076
Positive .076
Negative -.053
Test Statistic .076
Asymp. Sig. (2-tailed) .009c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
- Levene’s Test
Uji homogenitas jenis kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differ
ence
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kesejahter
aanpsikolo
gis
Equal
variances
assumed
14.94
9 .000
2.4
97 191 .013 5.614 2.248 1.179
10.04
9
Equal
variances
not
assumed
2.1
87
84.
315 .032 5.614 2.567 .509
10.71
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Uji Linearitas
Usia
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
KPUSIA *
USIA
Between
Groups
(Combined) 6731.815 23 292.688 1.450 .094
Linearity .068 1 .068 .000 .985
Deviation
from Linearity 6731.746 22 305.988 1.516 .074
Within Groups 34110.745 169 201.839
Total 40842.560 192
Uji linearitas
Tingkat pendidikan
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
kptingkatpendidi
kan *
TINGKATPEND
IDIKAN
Between
Groups
(Combined) 206.883 3 68.961 .321 .811
Linearity 67.719 1 67.719 .315 .575
Deviation
from
Linearity
139.164 2 69.582 .323 .724
Within Groups 40664.464 189 215.156
Total 40871.347 192
Levene’s test
Uji homogenitas status pernikahan
Test of Homogeneity of Variances
KPPERNIKAHAN
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.894 4 187 .113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Analisis Mann-Whitney jenis kelamin
Test Statisticsa
Kesejahteraa
npsikologis
Mann-Whitney U 3342.000
Wilcoxon W 12387.000
Z -1.710
Asymp. Sig. (2-
tailed) .087
a. Grouping Variable: jeniskelamin
Analisis Spearman usia
Correlations
USIA KPUSIA
Spearman's rho USIA Correlation Coefficient 1.000 -.044
Sig. (2-tailed) . .546
N 193 193
KPUSIA Correlation Coefficient -.044 1.000
Sig. (2-tailed) .546 .
N 193 193
Analisis Spearman Tingkat Pendidikan
Correlations
TINGKATPE
NDIDIKAN
Kptingkatpe
ndidikan
Spearman's rho TINGKATPENDIDI
KAN
Correlation
Coefficient 1.000 .043
Sig. (2-tailed) . .554
N 193 193
Kptingkatpendidikan Correlation
Coefficient .043 1.000
Sig. (2-tailed) .554 .
N 193 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Analisis Kruskal-Wallis Status pernikahan
Test Statisticsa,b
KPPERNIKAHA
N
Chi-Square .348
Df 4
Asymp. Sig. .987
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
PERNIKAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
LAMPIRAN 4
BUKTI SURAT-SURAT PENELITIAN
34
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
鵬 KULTAS PSEKOLOGロUNIVERSiTAS SANATA DHARMAPaingan,いИaguwohalo,Depok,Sleman,Telp.883037,883968,886530 Pes.2296 Fax.(0274)886529 Yogyakarta 55282
No. : 4TclDlKPlPsilUSD/III/20L6Hal : Izin Penelitian
KepadaYth. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakafta
Kami terangkan dengan sesungguhnya bahwa pembawa surat idi :
Nama : FitriaNIM : 119114106
Adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Untuk memenuhi data skipsi, mahasiswa yang bersangkutan meminta izin untukmelakukan membagikan kuisioner penelitian dengan partisipan Guru Honorer SekolahNegeri di Kabupaten Bantul.
Berkenaan dengan hal di atas, kami sampaikan surat ini sebagai pengantar dalam tugas
mahasiswa yang bersangkutan. Kiranya BapaVlbu/Saudara/i dapat memberikan izin,
bantuan atau kerjasama seperlunya.
Atas perhatian dan kerja sama BapaVlbu/Saudara/i, kami ucapkan terima kasih.
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
触 翼覇朧 ぶPSttKO臨OC目UNIVERSITAS SANATA DHARMAPaingan,ヽ 4aguwoha可 o,DepOk,Sieman,Telp.883037,883968,886530 Pes.2296 Fax (0274)886529 Yogyakarta 55282
O a
N
H
47b I D I KP I Psi/USD/III I 2aL6
Izin Penelitian
KOpadaYthi Kepab Bappeda(Badan Pembangunan Daerah)Kabupattn Bantuし Yogyakarta /.
Karniterangkan dengan sesungguhnya bahwa pembawa suratini:
Nama :日tna ニ
NIM :119114106
Adalah FnahaSiswa Fakultas Psiko:ogi Universibs Sanab Dharma′ Yogyakarta.′
Untuk memenuhi data skripsi′ mahasiswa yang bersangkutan merninね izin untukmelakukan membagikan kuisioner penelitian dengan partisipan Curu Honorer Sekolah
Negeri di Kabupaten 3antul.
Berkenaan dengan hal di atas′ karni sampalkan surat ini sebagai penganbr dalanl tugas
mahasiswa yang bersangkutan. Kiranya Bapak/1bu/Saudara/i dapat memberikan izin′
bantuan atau kttaSama sepenunyat
Aねs perhattan dan keria sama Bapak/1bu/saudara′ ′kami ucapkan tenma kasihi
30 Maret 2016
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
operatorl @yahoo.coilr
PEMERINTAH DAERAH DAERAH IS丁 lMEWA YOGYAKARTASEKRETAR:Att DAERAH
Kompleks Kepatihan,Danurelan,Telepon(0274)562811‐ 562814(Hunting)
YOGYAKARTA 55213
Memba ca
Tanqgal
Mengrngat
S urat :DE KAN
:30 MARET 2016
SURAtt KETERANGAN/1JIN070/REG/∨ /19/4/2016
No rno r
Periha
47C/D/KP/PSi′ USD′ :‖/2016
1JIN PENELI丁 :AN/R:SE丁
1 . Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006, tentang Perizinan bagi Perguruan Tinggi As ng, Lembaga penelrtian danPengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asrng dalam melakukan Kegitan Penelitian dan pengembangan dilndonesia:
2. PeratLrran Menteri Dalam Negeri Nomor 2O Tahun 2O'1 'l , tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan c1i LingkunganKernentrian Dalant Negel dan Pemerinlah Daerah,
3. Peraturan Gubernur Daerah lstinrewa Yogyakarla Nornor 37 Tahun 2008, tentang Rincian Tugas dan FUngsr Satuan Organisast diLingkungan sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan perwakilan Rakyat Daerah.
4 Peraturan Gubernur Dacrah lslimcwa Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan perizinan, RekomendasiPelaksanaan Sr'irvei, Penelitian, Pendataan, Pengembangan, Pengkajran, dan Studi Lapangan di Daerah Istrmewa yogyakarta.
D‖ 」INKAN tlntuk meiakukan ke9 atar、 sし,Ⅳ o′ pene tiar1/pendataan/perlgembangar1/pengkalian/Stud apangari
Nama lF:TR:Akepadal
NIP/N lll :119114106Abmat iFAKULTAS PSIKOLOG!,UNIVERSittAS SANAttA DHARMA YOGYAKARTA」udu ISttUDI EKSPLORAT:F ttENttANG KESEJAHttERAAN PS:KOLOGIS GURU HONORER
SEKOLAH NEGERI DI KABUPAttEN BANTULLokas iDINAS PENDIDIKAN,PEMUDA DAN OLAHRAGA DlYνVaktu ll APR:L2016s/dl」 UL1 2016
Dengan Ketentuan
l Menyerahkan surat keterangan/り n suⅣ eヴ pene lan/pendataan/pengemban9an/pen9kal an/Studi apangan★ )daH Pemenntah Daerah DIYkepada BupatrWa kota me a u nstitus yang ben″ enang mengeluarkan i n dimaksudi
2 4ヽe nyera h ka〕 soft copy has pele tannya baik kepada Gしlbernt r Daerah lstime、 ″a Yo9 yakarta lmelaに l B「o Adnninistrasl Pembangunan SetdaDIY da anl cori,I)act disk(CD)lTlaupun n)e ri g t]9gah(口 P Oad)meat」 l wet)ste adbang lo91aprOV 90 d dan merlurllukkarn cetakan asll yang sudah
disa lkan daln dibし lbuhl cap institls
3 り「,lr]l hanya diper9unakan untuk kepettuan iri]la h,dal)perlne9a119 i r]、 ″al b inentaal ketentuarl yan9 bedaktl dilokasi ke9iatani4 りr〕 pene tarl dapat diperpar]lang nlaksinla1 2(dua)ka dengan nlerlurllukkari suratirl kemba sebelur〕
berakh r、″aktunya setelah mer)galukanperpaniangan Rne a ul webste adban9 1o91aprOv 9o di
5 りn yang d be向 kan dapat d bata kan sewaktu― waktu apabla pemegang in in tdak memenuhiketentuan yan9 be‖ aku
Dikeluarkan di Yogyaka rta
Pada tanggal 1 APRIL 2016A.n Sekretarrs Daeral-t
Asisten Perekonomian dan PembanounanUb,
Kepala Biro Admintstrasi Pembangunan
Drs Tn Mu yono、 MM196208301989031 006
Tembusan i
ll:ど顧 喬〕賊 k早鉦 冨 馴 :V呂 冷 よ 憚 綻
臥 RTA sEBACtt LAPORA叫
3.DINAS PEND:D:KAN,PEMUDA DAN OLAHRAGA DIY4.DEKAN,UNiVERSITAS SANAttA DHARMA YOGYAKARttA5.YANG BERSANGKUTAN
NIP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI