studi instalasi penerangan swiss …elibrary.polnes.ac.id/file/20170905163701.pdftabel 2.8 arus...
TRANSCRIPT
STUDI INSTALASI PENERANGAN
SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA
LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5
TUGAS AKHIR
Oleh :
DEDY JUNIANSYAH
NIM 14612016
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
2017
STUDI INSTALASI PENERANGAN
SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA
LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd) pada
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Samarinda
Oleh :
DEDY JUNIANSYAH
NIM 14612016
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
2017
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dedy Juniansyah
NIM : 14612016
Jurusan : Teknik Elektro
Program Studi : Teknik Listrik
Jenjang : Diploma III
Judul Tugas Akhir : Studi Instalasi Penerangan
Swiss-Belhotel Borneo Samarinda
Lantai 1 Sampai Lantai 5
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.
Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan Tugas
Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Samarinda, 7 Juli 2017
Dedy Juniansyah
NIM. 14612016
iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
STUDI INSTALASI PENERANGAN
SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA
LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5
NAMA : DEDY JUNIANSYAH
NIM : 14 612 016
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK
JENJANG STUDI : DIPLOMA III
Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan
Pada tanggal 11 Juli 2017
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. H. Bahtiar, MT
NIP. 19611223 199003 1 002
Rusda, ST., MT
NIP. 19700527 199601 2 001
Mengesahkan,
Direktur Politeknik Negeri Samarinda
Ir. H. Ibayasid, M.Sc
NIP. 19590303 198903 1 002
Lulus Ujian Tanggal : 11 Juli 2017
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
STUDI INSTALASI PENERANGAN
SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA
LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5
NAMA : DEDY JUNIANSYAH
NIM : 14612016
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK
JENJANG STUDI : DIPLOMA III
Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui
Pada tanggal, 11 Juli 2017
Dewan Penguji:
Penguji I,
Nama : L. Handri Gunanto, ST., MT
NIP : 19630107 199103 1 001
Penguji II,
Nama : Ir. H. Masing, MT
NIP : 19681231 199403 1 014
Penguji III,
Nama : Sunu Pradana, ST., M ENG
NIP : 19780108 200604 1 002
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi D3 Teknik Listrik
Ir. Bustani, MT Rusdiansyah, ST., MT
NIP. 19610712 199303 1 003 NIP.19600727 198903 1 002
v
ABSTRAK
Dedy Juniansyah, Studi Instalasi Penerangan Swiss-Belhotel Borneo Samarinda
Lantai 1 Sampai Lantai 5 (dibimbing oleh Bapak Ir. H. Bahtiar sebagai pembimbing I
dan Ibu Rusda, sebagai pembimbing II).
Instalasi Penerangan bertujuan untuk menghasilkan energi cahaya yang dapat
memberikan sebanyak mungkin cahaya pada setiap watt energi yang dialirkan. Apabila
dilihat dari lingkungan dan penggunaan penerangan listrik dibagi dua yaitu penerangan
indoor dan penerangan outdoor. Dimana penerangan indoor lebih membutuhkan
penyinaran atau pemancaran yang lebih optimal dibandingnkan dengan penerangan
outdoor, karena penerangan indoor dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti warna
langit-langit, warna dinding, warna bidang kerja, tinggi ruangan, bentuk ruangan dan
lain-lain. Oleh karena itu terciptanya suatu sistem instalasi listrik yang baik dan sesuai
standar penggunaan maka haruslah memenuhi ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat
yang sudah ditetapkan, yaitu pembagian beban yang harus seimbang, penentuan kuat
penerangan di dalam ruangan harus sesuai. Penentuan kuat penerangan ini harus
disesuaikan dengan objek yang akan diterangi. Penerangan yang digunakan diatas sangat
diperlukan. Dengan demikian perlu diperhatikan kuat penerangannya, yaitu harus dapat
mencapai nilai yang telah di tentukan agar hasilnya dapat memberikan suasana yang lebih
menyenangkan. Penentuan intensitas penerangan suatu ruangan ditentukan berdasarkan
fungsi dari ruanagan tersebut, sedangkan untuk menentukan jumlah lampu yang
diperlukan, maka terlebih dahulu mengetahui panjang ruangan, lebar ruangan, tinggi
ruangan dan tinggi bidang kerja bila ada, sehingga dapat menentukan dengan tepat
kebutuhan lampunya.
Kata kunci : Instalasi Penerangan, Jumlah Lampu
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan tugas akhir
ini. Adapun judul tugas akhir ini adalah
“STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO
SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5”
Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah membandingkan ilmu yang
diperoleh di bangku kuliah dan mengaplikasikannya kelapangan serta sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Samarinda.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta
saran-saran yang membangun dari pembaca sekalian, sehingga tugas akhir ini menjadi
berguna dan bermanfaat.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, saran dan kritik dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir.H.Ibayasid,M.Sc selaku direktur Politeknik Negeri Samarinda.
2. Bapak Ir.Bustani,MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.
3. Bapak Subir,ST.,MT. selaku Sekertaris Jurusan Teknik Elektro.
4. Bapak Rusdiansyah,ST.,MT. Selaku Ketua Prodi Diploma 3 Jurusan Teknik
Elektro.
vii
5. Kepada kedua Orang Tua Bahar dan Sanawati beserta keluarga tercinta yang
telah memberikan banyak dorongan, moral maupun materi, doa dan perhatian
sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
6. Kepada Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Samarinda.
7. Bapak Ir.H.Bahtiar,MT. selaku pembimbing I yang telah membimbing dan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan pada penulis.
8. Ibu Rusda,ST.,MT. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan pada penulis.
9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Elektro yang memberikan bimbingan
dan nasehat yang bermanfaat dan mendukung dalam proses belajar mengajar
dan administrasi selama perkuliahan.
10. Seluruh pegawai HOTEL SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA
khususnya bagian engenering yang telah banyak membantu menyelesaikan
tugas akhir.
11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Elektro yang memberikan bimbingan
dan nasehat yang bermanfaat dan mendukung dalam proses belajar mengajar
dan administrasi selama perkuliahan.
12. Teman – Teman sekelas yang selalu memberikan semangat dan waktu untuk
sharing dan saling tukar pikiran.
Harapan penulis Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat sebagai referensi
bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran, bermanfaat pula bagi para pembaca
lainnya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan
viii
Tugas Akhir ini, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan-masukan serta
saran dari berbagai pihak agar Laporan Tugas Akhir ini dapat lebih baik. Akhir
kata semoga Laporan Tugas Akhir ini yang dibuat penulis dapat bermanfaat dan
berguna bagi kita semua.
Samarinda, 7 Juli 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ............................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.2 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat dan Kegunaan ..................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Pengertian Instalasi Penerangan ....................................................................... 5
2.1.1 Prinsip Dasar Instalasi Listrik ................................................................ 5
2.1.2 Ketentuan Rancangan Instalasi Listrik ........................................,.......... 7
2.2 Instalasi Penerangan ......................................................................................... 9
2.2.1 Satuan-Satuan Dalam Instalasi Penerangan ........................................... 9
2.2.2 Intensitas Cahaya ................................................................................... 9
x
2.2.3 Flux Cahaya ............................................................................................ 10
2.2.4 Intensitas Peneranagan ............................................................................ 11
2.2.5 Luminansi ................................................................................................ 12
2.3 Cara Menghitung Penerangan Dalam ................................................................ 13
2.3.1 Intensitas Penerangan .............................................................................. 14
2.3.2 Efisiensi Penerangan ............................................................................... 18
2.3.3 Efisiensi Armatur .................................................................................... 19
2.3.4 Faktor – Faktor Refleksi .......................................................................... 20
2.3.5 Indeks Ruangan atau Indeks Bentuk ....................................................... 21
2.3.6 Faktor Penyusutan dan Faktor Depresiasi ............................................... 21
2.4 Sistem Penerangan dan Armatur ............................................................ ........... 22
2.4.1 Armatur .................................................................................................... 23
2.4.2 Tipe -Tipe Penerangan ............................................................................ 24
2.4.3 Menentukan Jumlah Armatur .................................................................. 28
2.4.4 Menentukan Jumlah Lampu .................................................................... 28
2.5 Komponen Instalasi Penerangan ....................................................................... 29
2.5.1 Pengaman ................................................................................................. 30
2.5.1.1 MCB (Miniatur Circuit Breaker) ................................................ 31
2.5.1.2 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) .................................... 33
2.5.1.3 ACB (Air Circuit Breaker) ......................................................... 34
2.5.2 Penghantar ............................................................................................... 35
2.5.2.1 Kabel ........................................................................................... 36
2.5.2.2 Jenis – Jenis Kabel ...................................................................... 37
2.5.2.3 Luas Penampang Penghantar ...................................................... 38
2.5.2.4 Kemampuan Hantar Arus (KHA) ............................................... 39
xi
2.5.3 Macam - Macam Lampu Listrik .............................................................. 40
2.5.3.1 Lampu Fluoresen / TL .................................................................. 41
2.5.3.2 Lampu LED .................................................................................. 42
2.5.4 Sakelar ...................................................................................................... 44
2.5.4.1 Sakelar Tunggal ............................................................................ 44
2.5.4.2 Sakelar Seri ................................................................................... 45
2.5.4.1 Saklar Tukar ................................................................................. 45
2.5.5 Kotak Kontak ............................................................................................ 46
2.5.6 Armatur ..................................................................................................... 47
2.5.7 Pipa Instalasi ............................................................................................. 47
2.5.7.1 Pipa Union .................................................................................... 48
2.5.7.2 Pipa Paralon atau PVC ................................................................. 48
2.5.7.3 Pipa Fleksibel ............................................................................... 49
2.5.8 Perlengkapan Hubung Bagi ...................................................................... 50
2.5.9 Pembagian Beban ...................................................................................... 51
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................. 54
3.1 Waktu dan Lokasi ............................................................................................. 54
3.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 54
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 54
3.4 Desain Penelitian .............................................................................................. 64
3.5 Analisa Data ..................................................................................................... 65
3.6 Data - Data Lapangan ....................................................................................... 57
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 66
4.1 Penetuan Jumlah Titik Lampu ......................................................................... 67
4.1.1 Ruangan Pada Lantai 1 ............................................................................ 67
xii
4.1.2 Ruangan Pada Lantai 2 ............................................................................ 70
4.1.3 Ruangan Pada Lantai 3 ............................................................................ 72
4.1.4 Ruangan Pada Lantai 4 dan Lantai 5 ....................................................... 74
4.2 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan .............................................. 95
4.2.1 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 1 ................................................. 95
4.2.2 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 2 ................................................. 95
4.2.3 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 3 ................................................. 95
4.2.4 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 4 dan Lantai 5 ............................ 96
4.3 Menentukan Pengaman dan Penghantar ........................................................... 118
4.3.1 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 1 ............................ 118
4.3.2 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 2 ............................ 119
4.3.3 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 3 ............................ 121
4.3.4 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 4 dan Lantai 5 ....... 122
4.4 Pengaman dan Penghantar Cabang ................................................................... 133
4.4.1 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 1 ................................... 133
4.4.2 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 2 ................................... 134
4.4.3 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 3 ................................... 135
4.4.4 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 4 dan Lantai 5 .............. 136
4.5 Pengaman dan Penghantar Group ..................................................................... 139
4.5.1 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 1 ..................................... 139
4.5.2 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 2 ..................................... 140
4.5.3 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 3 ..................................... 141
4.5.4 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 4 dan Lantai 5 ................ 142
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 145
5.1 Simpulan ........................................................................................................... 145
xiii
5.2 Saran-Saran ........................................................................................................ 146
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Luminansi Pada Bidang Kerja Menurut IES .............................. 13
Tabel 2.2 Standar Penerangan dalam Ruangan ....................................................... 15
Tabel 2.3 Efisiensi Penerangan ............................................................................... 19
Tabel 2.4 Faktor-Faktor Refleksi ............................................................................ 20
Tabel 2.5 Sistem Penerangan .................................................................................. 23
Tabel 2.6 Arus Pengenal MCB ............................................................................... 33
Tabel 2.7 Arus Pengenal MCCB ............................................................................. 34
Tabel 2.8 Arus Pengenal ACB ................................................................................ 35
Tabel 2.9 KHA Kabel NYM ................................................................................... 39
Tabel 2.10 KHA Kabel NYY .................................................................................. 40
Tabel 2.11 Perbandingan Lumen dan Efisiensi Lampu ........................................... 43
Tabel 3.1 Data Ruangan Lantai 1 ............................................................................ 57
Tabel 3.2 Data Ruangan Lantai 2 ............................................................................ 59
Tabel 3.3 Data Ruangan Lantai 3 ............................................................................ 60
Tabel 3.4 Data Ruangan Lantai 4 ............................................................................ 62
Tabel 3.5 Data Ruangan Lantai 5 ............................................................................ 64
Tabel 4.1 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 1 .................................................. 78
Tabel 4.2 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 2 .................................................. 80
Tabel 4.3 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 3 .................................................. 81
Tabel 4.4 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 4 .................................................. 83
Tabel 4.5 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 5 .................................................. 85
Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data
lapangan Pada Lantai 1 ............................................................................................. 87
xv
Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data
lapangan Pada Lantai 2 ............................................................................................. 88
Tabel 4.8 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data
lapangan Pada Lantai 3 ............................................................................................. 89
Tabel 4.9 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data
lapangan Pada Lantai 4 ............................................................................................. 91
Tabel 4.10 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data
lapangan Pada Lantai 5 ............................................................................................. 93
Tabel 4.11 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai 1 ..................... 97
Tabel 4.12 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai 2 ..................... 99
Tabel 4.13 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai 3 ..................... 100
Tabel 4.14 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai 4 ..................... 102
Tabel 4.15 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai 5 ..................... 104
Tabel 4.16 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data
Lapangan Tiap Ruangan Lantai 1 ............................................................................ 106
Tabel 4.17 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data
Lapangan Tiap Ruangan Lantai 2 ............................................................................. 108
Tabel 4.18 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data
Lapangan Tiap Ruangan Lantai 3 ............................................................................. 109
Tabel 4.19 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data
Lapangan Tiap Ruangan Lantai 4 ............................................................................. 112
Tabel 4.20 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data
Lapangan Tiap Ruangan Lantai 5 ............................................................................. 115
Tabel 4.21 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 1 ........................... 124
Tabel 4.22 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 2 ........................... 126
xvi
Tabel 4.23 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 3 ........................... 127
Tabel 4.24 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 4 ........................... 129
Tabel 4.25 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 5 ........................... 131
Tabel 4.26 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 1 .................................. 137
Tabel 4.27 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 2 ................................. 137
Tabel 4.28 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 3 .................................. 137
Tabel 4.29 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 4 ................................. 138
Tabel 4.30 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 5 ................................. 138
Tabel 4.31 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 1 ................................... 143
Tabel 4.32 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 2 ................................... 143
Tabel 4.33 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 3 ................................... 143
Tabel 4.34 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 4 ................................... 144
Tabel 4.35 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 5 ................................... 144
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Intensitas Cahaya ................................................................................. 10
Gambar 2.2 Flux Cahaya ......................................................................................... 11
Gambar 2.3 Intensitas Penerangan .......................................................................... 12
Gambar 2.4 Armatur Pancaran Lebar ..................................................................... 25
Gambar 2.5 Armatur Pancaran Terbatas ................................................................. 25
Gambar 2.6 Armatur Palung ................................................................................... 25
Gambar 2.7 Armatur Rok ........................................................................................ 26
Gambar 2.8 Armatur Dinding ................................................................................. 27
Gambar 2.9 Armatur Gantung ................................................................................. 27
Gambar 2.10 MCB 1 Fasa (a) dan MCB 3 Fasa (b) ................................................ 32
Gambar 2.11 Moulded Case Circuit Breaker .......................................................... 33
Gambar 2.12 Air Circuit Breaker ............................................................................ 34
Gambar 2.13 Kabel NYM ....................................................................................... 37
Gambar 2.14 Kabel NYY ........................................................................................ 38
Gambar 2.15 Lampu Fluoresen / TL ....................................................................... 42
Gambar 2.16 Lampu LED ....................................................................................... 43
Gambar 2.17 Sakelar Tunggal ................................................................................. 44
Gambar 2.18 Sakelar Seri ........................................................................................ 45
Gambar 2.19 Sakelar Tukar ..................................................................................... 45
Gambar 2.20 Kotak Kontak ..................................................................................... 46
Gambar 2.21 Armatur .............................................................................................. 47
Gambar 2.22 Pipa Union ......................................................................................... 48
Gambar 2.23 Pipa Paralon/PVC .............................................................................. 49
xviii
Gambar 2.24 Pipa Fleksibel .................................................................................... 49
Gambar 2.25 Perlengkapan Hubung Bagi ............................................................... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik mempunyai peranan yang sangat penting sebagai salah satu unsur
pembangunan. Hal ini dapat kita aplikasikan peranannya di kehidupan sehari-hari.
Misalnya gedung-gedung bertingkat, sekolah, rumah penduduk, gedung pertemuan,
perkantoran, tempat-tempat industri, dan lain-lain. Dimana pada tempat-tempat itu
memerlukan atau membutuhkan instalasi listrik yang tidak hanya baik dan sesuai dengan
bentuk, kegunaan dari suatu ruangan serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi para
pemakai juga untuk menunjang kelancaran suatu kegiatan yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Penerangan itu sendiri bertujuan untuk menghasilkan energi cahaya yang dapat
memberikan sebanyak mungkin cahaya pada setiap watt energi yang dialirkan. Apabila
dilihat dari lingkungan dan penggunaan penerangan listrik dibagi dua yaitu penerangan
indoor dan outdoor. Dimana penerangan indoor lebih membutuhkan penyinaran atau
pemancaran yang lebih optimal dibandingnkan dengan penerangan outdoor, karena
penerangan indoor dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti warna langit-langit, warna
dinding, warna bidang kerja, tinggi ruangan, bentuk ruangan dan lain-lain.
Oleh karena itu terciptanya suatu sistem instalasi listrik yang baik dan sesuai
standar penggunaan maka haruslah memenuhi ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat
yang sudah ditetapkan yaitu pembagian beban yang mana harus seimbang, penentuan
kuat penerangan di dalam ruangan yang harus sesuai. Penentuan kuat penerangan ini
harus disesuaikan dengan objek yang akan diterangi. Penerangan yang digunakan diatas
sangat diperlukan. Dengan demikian perlu diperhatikan kuat penerangannya, yaitu harus
2
dapat mencapai nilai yang telah di tentukan agar hasilnya dapat memberikan suasana
yang lebih menyenangkan.
Berlatar belakang dari keadaan tersebut, maka timbul ide dari penulis dan
bermaksud untuk belajar dan mengaplikasikan ilmu kelistrikan yang sudah penulis
dapatkan, dengan cara melakukan studi instalasi penerangan pada suatu bangunan
dengan judul “Studi Instalasi Penerangan Swiss-Belhotel Borneo Samarinda Lantai
1 Sampai Lantai 5”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana menentukan jumlah titik lampu pada masing-masing ruangan
Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5 ?
2. Bagaimana menentukan kapasitas pengaman dan luas penampang penghantar
yang akan digunakan Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5 ?
3. Bagaimana menentukan rekapitulasi daya pada instalasi Swiss-Belhotel
Berneo lantai 1 sampai lantai 5 ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Mampu menentukan jumlah lampu yang sesuai dengan fungsi ruangan Swiss-
Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5.
2. Dapat menentukan kapasitas pengaman dan luas penampang penghantar pada
Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5.
3
3. Dapat menghitung rekapitulasi daya pada instalasi Swiss-Belhotel Berneo
lantai 1 sampai lantai 5.
1.4 Manfaat dan Kegunaan
Diharapkan nantinya hasil tugas akhir ini memiliki manfaat dan kegunaan sebagai
berikut :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang instalasi penerangan
yang diperoleh selama kuliah dan di lapangan.
2. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapatkan selama di bangku
perkulihan dengan penerapan langsung ke lapangan.
3. Memberikan sistem instalasi penerangan yang sesuai dengan standar.
4. Sebagai saran bagi pihak Swiss-Belhotel Berneo.
1.5 Batasan Masalah
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya permasalahan ini, maka dalam
penulisan tugas akhir ini hanya membahas :
1. Menentukan jumlah titik lampu sesuai kebutuhan.
2. Menentukan besar pengaman hanya untuk beban instalasi penerangan.
3. Menentukan jenis penghantar dan luas penghantar hanya untuk beban
instalasi penerangan.
4. Menghitung rekapitulasi daya hanya untuk beban instalasi penerangan.
4
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat dan kegunaan, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang pembahasan mengenai teori atau persyaratan umum
mengenai instalasi listrik dan penerangan serta penggunaan rumus.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Berisikan tentang metode – metode yang dilakukan untuk melakukan
penelitian seperti waktu dan lokasi, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
data, data-data lapangan, desain penelitian (flow chart) dan analisa data.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisikan tentang pembahasan mengenai perhitungan jumlah titik lampu
dan armatur untuk tiap ruangan, sistem pembagian beban, menentukan kapasitas
pengaman yang digunakan dan menentukan luas penampang penghantar yang
digunakan.
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang simpulan, saran – saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Instalasi Listrik
Instalasi listrik adalah suatu kumpulan komponen yang membentuk suatu
rangkaian atau sistem dan mempunyai tujuan yaitu menyalurkan energi listrik dari
pembangkit hingga dapat di manfaatkan oleh konsumen (Modul Instalasi listrik 1).
2.1.1 Prinsip Dasar Instalasi Listrik
Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada
pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat
digunakan secara optimum, efektif dan efisien (Sumardjati dkk., 2008).
Adapun prinsip dasar tersebut ialah sebagai berikut :
a. Keamanan
Instalasi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan kecelakaan.
Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya
per-alatan listrik dan benda-benda disekitarnya dari suatu kerusakan akibat
adanya gangguan-ganguan seperti hubung singkat, arus lebih, tegangan lebih dan
sebagai-nya. Oleh karena itu pemilihan peralatan yang digunakan harus
memenuhi standar dan teknik pemasangannya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Keandalan
Keandalan atau kelangsungan kerja dalam mensuplai arus listrik ke beban atau
konsumen harus terjamin dengan baik. Untuk itu pemasangan instalasi
listriknya harus dirancang sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terputusnya
6
aliran listrik akibat gangguan ataupun karena untuk pemeliharaan dapat dilakukan
sekecil mungkin.
c. Ketersediaan
Artinya kesiapan suatu instalasi dalam melayani kebutuhan pemakaian listrik
lebih berupa daya, peralatan maupun kemungkinan pengembangan / perluasan
instalasi, apabila konsumen melakukan perluasan instalasi, tidak mengganggu
sistem instalasi yang sudah ada, dan mudah menghubungkannya dengan sistem
instalasi yang baru (tidak banyak merubah dan mengganti peralatan yang ada).
d. Ketercapaian
Penempatan dalam pemasangan peralatan instalasi listrik relatif mudah
dijangkau boleh pengguna, mudah mengoprasikannya dan tidak rumit.
e. Keindahan
Pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik dapat ditata sedemikian
rupa, selagi dapat terlihat rapi dan indah dan tidak menyalahi aturan yang
berlaku.
f. Ekonomis
Perencanaan instalasi listrik harus tepat sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakan bahan dan peralatan seminim mungkin, mudah pemasangannya
maupun pemeliharaannya, segi-segi daya listriknya juga harus diperhitungkan
sekecil mungkin. Dengan demikian hanya keseluruhan instalasi listrik tersebut
baik untuk biaya pemasangan dan biaya pemeliharaannya bisa dibuat semurah
mungkin.
7
2.1.2 Ketentuan Desain Instalasi Listrik
Desain instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan uraian teknik, yang
digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik.
Desain instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami oleh
para teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku (PUIL
2011).
Desain instalasi listrik terdiri dari :
a. Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan
tempat instalasi tersebut akan dipasang dan rancangan penyambungannya dengan
sumber tenaga listrik.
b. Gambar instalasi yang meliputi :
- Desain tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak perlengkapan listrik
beserta sarana kendalinya ( pelayanannya ), seperti titik lampu, kotak kontak,
sakelar, motor listrik, PHBK dan lain-lain.
- Desain hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendalinya seperti
hubungan lampu dengan sakelarnya, motor dengan pengasutnya, dan dengan
gawai pengatur kecepatannya, yang merupakan bagian dari sirkit akhir atau
cabang sirkit akhir.
- Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b dan PHBK
yang bersangkutan, ataupun pemberian tanda dan keterangan yang jelas
mengenai hubungan tersebut.
- Tanda atapun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik.
c. Diagram garis tunggal, yang meliputi :
- Diagram PHBK lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran
pengenal komponennya.
8
- Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembagiannya.
- Pembumian sistem
- Ukuran dan jenis konduktor yang dipakai.
d. Gambar rinci yang meliputi :
- Perkiraan ukuran fisik PHBK
- Cara pemasangan perlengkapan listrik
- Cara pemasanga kabel
- Cara kerja instalasi kendali
e. Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara :
- Drop voltase
- Perbaikan faktor daya
- Beban terpasang dan kebutuhan maksimum
- Arus hubung pendek dan daya hubung pendek
- Tingkat pencahayaan
- Keseimbangan beban
f. Tabel bahan instalasi, yang meliputi :
- Jumlah dan jenis kabel, Konduktor dan perlengkapan
- Jumlah dan jenis perlengkapan bantu
- Jumlah dan jenis PHBK
- Jumlah dan jenis luminer lampu
g. Uraian teknis, yang meliputi :
- Ketentuan tentang sistem proteksi
- Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya
- Cara pengujian
9
- Jadwal waktu pelaksanaan
h. Perhitungan biaya
2.2 Instalasi Penerangan
Cahaya adalah suatu gejala fisis, suatu sumber cahaya memancarkan energi.
Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang
bebas dilakukan oleh gelombang – gelombang elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu
gejala getaran. Instalasi penerangan dalam suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh
intensitas cahaya, flux cahaya, intensitas penerangan, dan luminasi (Harten dkk., 1981).
2.2.1 Satuan – Satuan dalam Instalasi Listrik Penerangan
Adapun satuan – satuan yang terpenting dan digunakan dalam teknik penerangan
ialah (Harten dkk., 1981) :
a. Satuan untuk intensitas cahaya : kandela (cd)
b. Satuan untuk flux cahaya : lumen (lm)
c. Satuan untuk intensitas penerangan atau iluminasi : lux (lx)
2.2.2 Intensitas Cahaya
Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya.
Sumber cahaya demikian, misalnya lampu pijar, dinamakan pemancar suhu. Lampu pijar
memancarkan energi cahaya ke semua jurusan. Tetapi energi radiasinya tidak merata.
Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan tertentu
disebut intensitas cahaya dan dinyatakan dalam satuan kandela (cd), dengan lambang I.
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 :
10
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 6)
Gambar 2.1 Intensitas Cahaya
Untuk menentukan satuan kandela ini, digunakan apa yang dinamakan badan
hitam. Dalam alat ini terdapat suatu ruang kosong bersinar dari torlumoksida, dengan
lubang yang kecil sekali. Ruang kosong ini berada dalam platina cair (Harten dkk., 1981).
Rumus Intensitas Cahaya yaitu :
I =φ
ω ............................................................................................................... (2.1)
Keterangan :
I = Intensitas cahaya (cd)
𝝋 = Flux cahaya (lm)
𝜔 = Sudut ruang (steradian)
2.2.3 Flux Cahaya
Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah
cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Kalau sumber cahayanya, misalkan sebuah
lampu pijar ditempatkan dalam reflektor, maka cahayanya akan diarahkan, tetapi jumlah
atau flix cahayanya tetap (Harten dkk., 1981).
Seperti sudah diketahui, satuan untuk flux cahaya adalah lumen dan ditunjukkan
pada Gambar 2.2 :
11
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 7)
Gambar 2.2 Flux Cahaya
Untuk mencari flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada di
dalam suatu ruangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.2:
φ =ExA
η ….......................................................................................................(2.2)
Keterangan :
𝝋 = Flux cahaya (lm)
E = Intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja (lux)
A = Luas bidang kerja (m2)
η = Efisiensi
2.2.4 Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan atau iluminasi di suatu bidang ialah flux cahaya yang jatuh
pada 1 m2 dari bidang itu. Satuan untuk intensitas penerangan ialah lux (lx) dan
lambangnya E. Pada Gambar 2.3 iluminasi di buku dan di meja sama kuatnya (Harten
dkk., 1981).
12
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 8)
Gambar 2.3 Intensitas penerangan di permukaan buku A dan meja B sama
besarnya
Jika suatu bidang yang luasnya A m2, diterangi dengan lumen maka intensitas
penerangan rata-rata di bidang itu dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.3:
Erata−rata =φ
A ….............................................................................................(2.3)
Keterangan :
Erata−rata= intensitas penerangan rata-rata (lux)
φ = flux cahaya (lm)
A = luas bidang kerja (m2)
2.2.5 Luminansi
Luminansi ialah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu
besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur.
Luminansi (L) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan
cahaya ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Dalam bentuk
rumus 2.4:
13
L =I
As ….........….............................................................................................(2.4)
Keterangan :
L = luminansi (cd/cm2)
I = intensitas cahaya (cd)
As = luas semu permukaan (cm2)
Untuk menentukan standar luminansi pada bidang kerja menurut IES dapat dilihat
pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Luminansi pada bidang kerja menurut IES
Kategori Rentang luminansi (lux) Jenis kegiatan A 20-30-50 Area publik berlingkungan gelap
B 50-75-100 Tempat kunjungan singkat
C 100-150-200 Ruang publik, tugas visual jarang
D 200-300-500 Tugas visual berkontras tinggi
E 500-750-1000 Tugas visual berkontras sedang
F 1000-1500-2000 Tugas visual berkontras rendah
G 2000-3000-5000 Tugas visual berkontras rendah dalam
waktu lama
H 5000-7500-10000 Tugas visual sangat teliti dalam waktu
sangat lama
I 10000-15000-20000 Tugas visual khusus berkontras sangat
rendah dan kecil (Sumber: elib.unikom.ac.id)
Faktor refleksi suatu permukaan ikut menentukan luminansinya. Luas semu
permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak lurus
pada arah pandang, jadi bukan luas permukaan seluruhnya (Harten dkk., 1981).
2.3 Cara Menghitung Penerangan Dalam
Penerangan suatu ruangan kerja pertama – tama harus tidak melelahkan mata
tanpa guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang
kerja dan sekelilingnya harus dihindari, karna akan memerlukan daya penyesuaian mata
yang terlalu besar sehingga melelahkan. Perbandingan antara intensitas penerangan
14
minimum dan maksimum di bidang kerja harus sekurang – kurangnya 0,7. Perbandingan
dengan sekelilingnya harus sekurang – kurang nya 0,3 (Harten dkk., 1981).
Dalam menghitung penerangan dalam terdiri dari:
1. Intensitas Penerangan
2. Efisiensi penerangan
3. Efisiensi armatur
4. Faktor refleksi
5. Indeks ruangan atau indeks bentuk
6. Faktor penyusutan atau faktor depresiasi
2.3.1 Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana pekerjaanya akan
dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin
sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm di atas
lantai.
Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang
harus dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas
penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu galangan kapal (Harten
dkk., 1981).
Untuk menentukan standar kuat penerangan dalam ruangan dapat dilihat pada
tabel 2.2 sebagai berikut:
15
Tabel 2.2 Standar penerangan dalam ruangan
No. Jenis bangunan atau tempat Lux
1 2 3
1 Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian :
Pengeboran, pengerasan sekrup, pengelingan
Asembling akhir
Hanggar untuk perbaikan pesawat
Asembling :
Kasar
Sedang
Halus
750
1000
1000
300
1000
2000
2 Penjilidan buku :
Pemotongan, penjahitan, pelubangan
Embosing, pemeriksaan
750
2000
3 Industri Kimia :
Area pabrik
Ruang pencampuran
Injeksi dan kalendering (industri plastik)
Ruang pengendali
Laboratorium
Ruang pemeriksaan warna
200
300
500
500
750
1000
4 Pabrik keramik :
Pencetakan, pengepresan, pembersihan, dan kelengkapan
Pewarnaan
300
1000
5 Industri kelistrikan :
Penggulungan (pembelitan)
Pekerjaan asembling :
Halus
Sangat halus
500
1500
200
6 Garasi mobil :
Tempat perbaikan (reparasi)
Area untuk lalu lalang
Tempat parkir :
Jalan masuk
Jalur lintasan
Gudang
1000
200
500
100
50
7 Usaha pencucian dan penyeterikaan pakaian :
Pencucian
Penyeterikaan
Mesin, penekanan akhir, sortir
300
500
750
8 Pabrik kulit :
Pembersihan, pementangan, penyamakan
Pekerjaan akhir, scarfing
300
1000
16
Lanjutan Tabel 2.2
No. Jenis bangunan atau tempat Lux
9 Bengkel bermesin :
Pengelasan
Pekerjaan kasar
Pekerjaan setengah halus
Pekerjaan halus
300
500
1000
2000
10 Bengkel pengecatan :
Penyemprotan
Pengecatan halus dengan tangan
Poles dan pengeringan
500
1000
500
11 Industri percetakan :
Pemeriksaan warna
Komposisi
Pengepresan
Pembacaan/koreksi
2000
1000
750
1600
12 Pabrik kaca :
Ruang pencampuran bahan
Ruang pembentukan dan peniupan
Ruang dekorasi
Ruang Etsa
200
300
500
750
13 Kantor dan Bank
Lobi
Tellers, penyimpanan
Tempat Umum
Koridor, tangga berjalan
Ruang Direktur
Ruang kerja
Ruang komputer
Ruang rapat
Ruang gambar
Ruang arsip aktif
Gudang arsip
500
1500
150
200
350
350
350
300
750
300
150
14 Hotel dan Motel
Kamar mandi (secara umum)
Ruang bercermin pada kamar mandi
Tempat tidur : tidur/membaca
Lobi depan
Ruang untuk umum
Ruang pelayanan
Dapur
Tempat lain
100
300
50/200
750
200-400
100-200
200-400
300
17
Lanjutan Tabel 2.2
No. Jenis bangunan atau tempat Lux
15 Sekolah
Tempat membaca :
Buku cetakan
Tulisan pensil
Hasil fotocopy yang bagus
Hasil fotocopy yang jelek
Kelas :
Papan Tulis
Ruang Gambar
Laboratorium
Ruang Kuliah :
Umum
Kelas baca, peragaan, dan demonstrasi
Bengkel
Aula
Koridor
Perpustakaan
300
750
300
1000
1600
1000
1000
750
1600
1000
750
200
750
16 Kantor pos :
Lobi
Ruang sortir surat
Gudang
Koridor
300
1000
200
200
17 Restoran :
Ruang makan dan kasir
Penerangan sekeliling ruang makan
Ruang berpenerangan remang-remang
Dapur
500
200
30
200-400
18 Teater :
Auditorium
Selama waktu jedah (intermission)
Foyer
Lobi masuk
Permukaan berwarna terang
Permukaan berwarna agak gelap
Permukaan berwarna gelap
Bendera
50
1
50
200
50-150
150-300
200-500
500
19 Toko dan tempat pamer :
Toko Konvensional
Swalayan
Supermarket
Ruang pamer
300
500
750
500
20 Tempat Ibadah :
Ruang untuk Jamaah
Mimbar (untuk khotbah)
100
150
(Sumber: Teknologi Pencahayaan halaman 143-146)
18
Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah
lm/𝑚2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A 𝑚2 dengan
rumus 2.5:
E =φ
A …...........................................................................................................(2.5)
Keterangan :
Erata−rata = intensitas penerangan rata-rata (lux)
φ = flux cahaya (lm)
A = luas bidang kerja (m2)
2.3.2 Efisiensi Penerangan
Efisiensi atau rendemen penerangannya dapat ditentukan dengan persamaan
rumus dari flux cahaya yang berguna yang mencapai bidang kerja langsung atau tak
langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit (Harten dkk., 1981).
Rumus flux cahaya sebagai berikut :
φg = E x A (lm) .............................................................................................. (2.6)
Dan dari persamaan diatas maka didapat rumus flux cahaya yang dipancarkan
lampu dalam suatu ruangan yang dinyatakan dengan persamaan rumus sebagai berikut:
φ0 = E x A
η (lm) ............................................................................................... (2.7)
Dan rumus efisiensi penerangan nya adalah sebagai berikut:
η =φgφ0
............................................................................................................. (2.8)
Keterangan:
φg = flux cahaya yang berguna yang mencapai bidang kerja langsung atau tak
langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit (lm)
19
φ0 = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam
ruangan (lm)
E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux)
A = luas bidang kerja (m2)
η = efisiensi
Untuk menentukan efisiensi penerangan dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai
berikut :
Tabel 2.3 Efisiensi Penerangan
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 45)
2.3.3 Efisiensi Armatur
Efisiensi armatur (v) dibagi atas bagian flux cahaya di atas dan di bawah bidang
horizontal. Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang
digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan efisiensi armaturnya
(Harten dkk., 1981).
Berikut adalah cara menentukan efisiensi armatur (v) seperti pada rumus 2.9
𝑉 =flux cahaya yang dipancarkan oleh armatur
flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya ............................................(2.9)
20
2.3.4 Faktor-faktor Refleksi
Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang
dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan kemudian
mencapai bidang kerja.
Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm , ditentukan oleh
refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk
rm ini diambil 0,1. Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70%, dan
yang berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih
kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yang
jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya (Harten dkk.,
1981).
Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut
ini :
a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja.
b. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan
luminansinya rendah.
c. Penempatan sumber cahaya yang tepat.
Tabel 2.4 Faktor-faktor refleksi
Warna Faktor refleksi
Putih
Sangat Muda
Muda
Sedang
Gelap
0,8
0,7
0,5
0,3
0,1
(Sumber : digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-sripringat-5948-4-8.bab-i.pdf)
21
2.3.5 Indeks Ruangan atau Indeks Bentuk
Indeks ruangan atau indeks bentuk (k) menyatakan perbandingan antara ukuran-
ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar. Besar indeks ruangan dinyatakan
dengan persamaan rumus 2.10:
k =p.l
h(p+l) …............................................................................................(2.10)
Keterangan :
k = indeks ruangan atau indeks bentuk
p = panjang ruangan (m)
l = lebar ruangan (m)
h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m)
Bidang kerja adalah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas
lantai. Jika nilai (k) yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya
dapat ditentukan dengan interpolasi (Harten dkk., 1981).
2.3.6 Faktor Penyusutan atau Faktor Depresiasi
Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah pada rumus 2.11:
d =𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
E dalam keadaan baru …...........................................................(2.11)
Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata
– rata suatu instalasi dengan lampu – lampu dan armatur – armatur, yang daya gunanya
telah berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab – sebab lain.
Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk :
1. Pengotoran ringan, terjadi di toko – toko, kantor – kantor dan gedung – gedung
sekolah yang berada di daerah – daerah yang hampir tidak berdebu.
2. Pengotoran biasa, terjadi di perusahaan – perusahaan lainnya.
22
3. Pengotoran berat, akan terjadi di ruangan – ruangan misalnya di perusahaan –
perusahaan cor, pertamabangan dan sebagainya.
Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8. Di
samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi juga di perhitungkan pengaruh
usia lampu – lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk lampu
TL diperhitungkan 1500 jam nyala per tahun dan untuk lampu pijar 500 jam nyala per
tahun (Harten dkk., 1981).
2.4 Sistem Penerangan dan Armatur
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada kostruksi sumber
cahaya itu sendiri dan konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi armaturnya antara
lain ditentukan oleh :
1. Cara pemasangannya pada dinding atau langi-langit.
2. Cara pemasangan fiting atau fiting – fiting dalam armatur
3. Perlindungan sumber cahayanya
4. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan
5. Penyebaran cahayanya.
Sebagian besar cahaya yang ditangkap oleh mata,tidak datang langsung dari
sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya luminansi
sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber cahaya biasanya akan
menyilaukan mata. Oleh karena itu, bahan-bahan armatur harus dipilih sedemikian rupa
sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara tepat (Harten dkk.,
1981).
23
Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang
digunakan, dapat dibedakan sistem – sistem penerangan berdasarkan tabel 2.5 di bawah
ini:
Tabel 2.5 Sistem Penerangan
Sistem Penerangan Langsung kebidang kerja
Penerangan langsung 90 – 100 %
Terutama penerangan langsung 60 – 90 %
Penerangan campuran atau baur (difus) 40 – 60 %
Terutama penerangan tak langsung 10 – 40 %
Penerangan tak langsung 0 – 10 %
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 23)
2.4.1 Armatur
Bentuk sumber cahaya dan armatur harus sedemikian rupa sehingga tidak
menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk
dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi, bayang-bayang itu tidak boleh
terlalu tajam.
Selain itu konstruksi armatur harus sedemikian rupa sehingga ada cukup sirkulasi
udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Karena itu
harus ada cukup banyak lubang di bagian bawah dan bagian atas armatur. Suhu armatur
sekali-kali tidak boleh menjadi semakin tinggi hingga dapat menimbulkan kebakaran
atau merusak isolasi (Harten dkk., 1981).
24
2.4.2 Tipe-tipe Penerangan
Penyebaran cahaya dari sumber cahaya tergantung dari konstruksi sumber cahaya
itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan. Sebagian besar cahaya yang
ditangkap oleh mata tidak datang langsung dari sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan
oleh dinding.
Cahaya yang datang langsung dari sumber cahaya dapat menyilaukan mata,
karena itu bahan-bahan armatur harus dipilih sedemikian rupa sehingga sumber
cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara tepat (Harten dkk., 1981).
Adapun tipe-tipe penerangan nya sebagai berikut :
a. Penerangan Langsung
Efisiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber
cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang yang harus diberi penerangan, langit – langit
hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan bayang
– bayang yang tajam. Keberatan ini dapat dikurangi dengan menggunakan sumber –
sumber cahaya bentuk tabung (Lampu TL).
Penerangan langsung terutama digunakan pada ruangan – ruangan yang tinggi,
misalnya di pabrik, bengkel, dan penerangan luar. Armatur yang digunakan ialah
armatur pancaran lebar (untuk penerangan umum dalam bengkel) dan armatur
pancaran terbatas (untuk penerangan setempat, di atas mesin perkakas). Selain itu,
ada juga armatur palung (untuk penerangan industri) dan armatur rok (untuk
penerangan luar).
25
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 30)
Gambar 2.4 Armatur Pancaran Lebar
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 30)
Gambar 2.5 Armatur Pancaran Terbatas
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 31)
Gambar 2.6 Armatur Palung
26
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 45)
Gambar 2.7 Armatur Rok
b. Terutama Penerangan Langsung
Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini cukup baik. Dibandingkan
dengan penerangan langsung, pembentukan bayang – bayang dan kilaunya agak
kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan keatas karena itu kesan mengenai ukuran
ruangannya menjadi lebih baik. Sistem penerangan ini digunakan pada gedung –
gedung ibadah, untuk tangga dalam rumah, gang dan sebagainya.
c. Penerangan Difus
Efisiensi penerangan difus lebih rendah daripada efisiensi kedua sistem yang
telah dibahas lebih dahulu. Sebagian dari sumber – sumber cahaya sekarang
diarahkan ke dinding dan langit – langit. Pembentukan bayang – bayang dan kilaunya
banyak berkurang. Penerangan difus digunakan pada ruangan – ruangan sekolah,
kantor, dan tempat kerja. Adapun armaturnya menggunakan armatur gantung pakai
pipa.
d. Terutama Penerangan Tak Langsung
Bayang – bayang dan kilau yang timbul pada sistem penerangan ini hanya
sedikit. Sebagian besar dari cahaya sumber –sumber cahaya sekarang diarahkan ke
27
atas. Penerangan ini digunakan pada rumah sakit, ruangan baca, toko, dan kamar
tamu. Adapun armaturnya menggunakan armatur dinding, seperti pada Gambar 2.8
dan juga armatur gantung bentuk gelang pada Gambar 2.9:
(Sumber: http://architectaria.com/berkreasi-dengan-rumah-lampu-atau-armatur.html)
Gambar 2.8 Armatur Dinding
(Sumber: http://architectaria.com/berkreasi-dengan-rumah-lampu-atau-armatur.html)
Gambar 2.9 Armatur gantung
e. Penerangan Tak Langsung
Pada sistem penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oeleh langit – langit dan
dinding - dinding ini harus terang. Bayang – bayang hampir tidak ada lagi.
Penerangan ini digunakan pada ruangan untuk membaca, menulis, dan untuk
melakukan pekerjaan halus lainnya.
28
2.4.3 Menentukan Jumlah Armatur
Untuk menentukan jumlah armatur yang digunakan, maka dapat menggunakan
persamaan berikut dengan rumus 2.12 (Harten dkk., 1981) :
narmatur = φ0
φarmatur =
E x A
φarmatur x η x d ……………………………………. ( 2.12)
Keterangan:
φarmatur = flux cahaya per armatur (lm)
d = faktor depresiasi
E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux)
A = luas bidang kerja (m2)
η = efisiensi
2.4.4 Menentukan Jumlah Lampu
Dalam menentukan banyak lampu digunakan metode interpolasi. Pada metode
interpolasi dapat diketahui efisiensi suatu penerangan melalai tabel, tetapi jika nilai
indeks ruangan ( k ) yang kita peroleh tidak terdapat didalam tabel maka untuk mencari
nilai efisiensinya diambil nlai tengah antara nilai-nilai untuk indeks ruangan satu tingkat
diatasnya dan satu tingkat dibawahnya (Harten dkk., 1981).
Jika telah diketahui efisiensi penerangan untuk nilai tertentu dari indeks ruangan
maka dapat dihitung jumlah lampu yang diperlukan dengan menggunakan rumus 2.13 :
nlampu = φ0
φlampu
= E x A
φlampu
x η x d ............................................................... .(2.13)
Flux cahaya yang diperlukan jika dalam keadaan baru dengan menggunakan
persamaan rumus sebagai berikut:
φ0 = E x A
η. ................................................................................................... .(2.14)
29
Sedangkan pada keadaan terpakai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
φ0 = E x A
η x d ..................................................................................................... .(2.15)
Keterangan:
φlampu
= flux cahaya per lampu (lm)
d = faktor depresiasi
E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux)
A = luas bidang kerja (m2)
η = efisiensi
2.5 Komponen Instalasi Penerangan
Dalam suatu instalasi penerangan dibutuhkan suatu peralatan berstandar dimana
dapat menunjang proses kerja sistem penerangan tersebut. Oleh karena itu, semua
peralatan pelengkap dari instalasi penerangan yang berfungsi melengkapi instalasi
memiliki standarisasi, sehingga mampu melaksanakan fungsinya dengan baik. Adapun
yang tergolong komponen instalasi penerangan adalah :
a. Pengaman
b. Penghantar
c. Lampu
d. Sakelar
e. Kontak kontak
f. Armatur
g. Pipa instalasi
h. PHB (Panel Hubung Bagi)
30
2.5.1 Pengaman
Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi
komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih
ataupun arus hubung singkat (Sumardjati dkk., 2008).
Fungsi dari pengaman dalam instalasi listrik adalah:
1. Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik untuk
alasan keamanan.
2. Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkit instalasi selama kondisi operasi
normal untuk tujuan operasi dan perawatan.
3. Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya terhadap
kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan memutuskan arus
gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi.
Untuk mengetahui besar pengaman yang digunakan dapat menggunakan
persamaan rumus:
a. Untuk pengaman satu fasa menggunakan rumus 2.16:
In =S
V …........................................................................................................(2.16)
Keterangan :
In = arus nominal (A)
S = daya semu (VA)
V = tegangan (line to netral) (V)
b. Untuk pengaman tiga fasa menggunakan rumur 2.17
In =S
√3 x V ….................................................................................................(2.17)
31
Keterangan :
In = arus nominal (A)
S = daya semu (VA)
V = tegangan (line to line) (V)
2.5.1.1 MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen
thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relay elektromagnetik
untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu
fasa dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu:
1. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat pada
salah satu fasanya.
2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau
beban lebih.
3. Mempunyai respon yang baik apabila terjadi terjadi hubung singkat atau beban
lebih.
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis,
pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman
elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman
thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu
menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara
thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan,
sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat
menarik sebuah angker dari besi lunak.
32
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk
pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga
apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut
terputus (Sumardjati dkk., 2008).
Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat digolongkan menjadi
lima jenis ciri yaitu :
a. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil)
Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan trafo-trafo
yang sensitif terhadap tegangan.
b. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil)
Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.
c. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.
d. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
e. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan.
Konstruksi MCB dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan arus pengenal MCB dapat
dilihat pada Tabel 2.6 :
(a) (b)
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 46)
Gambar 2.10 MCB 1 fasa (a) dan MCB 3 fasa (b)
33
Tabel 2.6 Arus Pengenal MCB
Pengaman 1 kutub
(A)
Pengaman 2 kutub
(A)
Pengaman 3 kutub
(A)
2 2 -
4 4 -
6 6 6
10 10 10
16 16 16
20 20 20
25 25 25
32 32 32
40 40 40
50 50 50
63 63 63 (Sumber : Schneider Electric)
2.5.1.2 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman
gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini,
mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan
(Sumardjati dkk., 2008).
Konstruksi MCCB dapat dilihat pada Gambar 2.11 dan arus pengenal MCCB
dapat dilihat padaTabel 2.7 :
34
Keterangan :
1. Bahan BMC untuk bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan untuk pemasangan ST dan
UVT
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 47)
Gambar 2.11 Moulded Case Circuit Breaker
Tabel 2.7 Arus Pengenal MCCB (Compact NS100N – NS160N)
Arus Pengenal MCCB (A)
13
16
20
25
32
40
50
63
80
100
125
160 (Sumber : Schneider Electric)
2.5.1.3 ACB (Air Circuit Breaker )
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan
tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam
busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.
35
Konstruksi ACB dapat dilihat pada Gambar 2.12 dan arus pengenal ACB dapat
dilihat padaTabel 2.8 :
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 47)
Gambar 2.12 Air Circuit Breaker
Tabel 2.8 Arus Pengenal ACB (Masterpact NW tipe H1)
Arus Pengenal ACB (A)
800
1000
1250
1600
2000
2500
3200
4000
5000
6300 (Sumber : Schneider Electric)
Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan
menengah. Rating standar Air Circuit Breaker (ACB) yang dapat dijumpai dipasaran
seperti ditunjukkan pada data diatas. Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat
dilakukan dengan bantuan solenoid motor ataupun pneumatik (Sumardjati dkk., 2008).
36
Perlengkapan lain yang sering diintegrasikan dalam ACB adalah :
a. Over Current Relay
(OCR)
b. Under Voltage Relay
(UVR)
2.5.2 Penghantar
Penghantar adalah suatu komponen utama yang penting dalam instalasi listrik,
yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar
yg lazim digunakan antara lain aluminium dan tembaga.
Kawat pejal yang digunakan dalam ukuran penghantaran sampai dengan 16 mm2.
Untuk penghantar yang mempunyai fleksibilitas yang tinggi maka dipergunakan kawat
serabut, yakni suatu jumlah tertentu kawat-kawat pejal yang dipilin bersama-sama
sehingga membentuk ukuran serabut yang besar (Modul Instalasi Listrik 1).
Ada dua jenis penghantar listrik adalah sebagai berikut (Sumardjati dkk., 2008):
a. Kawat : suatu penghantar tanpa isolasi yang terbuat dari tembaga dan
aluminium misalnya : kawat BC, A2C, A3C, ACSR.
b. Kabel : suatu penghantar berisolasi ada yang berinti tunggal atau banyak, ada
yang pejal atau serabut, ada yang dipasang di saluran udara atau di dalam
tanah tergantung kondisi pemasangannya. Jenis kabel yang banyak digunakan
pada rumah tinggal yaitu NYA dan NYM. Sedangkan pada gedung
perkantoran umumnya menggunakan kabel NYM. Dalam menggunakan
kabel NYA sebaiknya dilapisi oleh pipa instalasi agar melindungi secara
mekanis maupun dari kelembaban yang dapat mengurangi fungsi dari isolasi
kabel tersebut.
37
2.5.2.1 Kabel
Kabel adalah media untuk menghantarkan arus listrik. Bahan dari kabel ini
beraneka ragam, khusus sebagai penghantar arus listrik, umumnya terbuat dari tembaga
dan umumnya dilapisi dengan pelindung. Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat
dari serat optik, yang disebut dengan fiber optic cable (Modul Instalasi Listrik 1).
Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik penerangan
umumnya terbuat dari tembaga. Ada tiga hal pokok dari kabel adalah sebagai berikut :
1. Konduktor merupakan bahan untuk menghantarkan arus listrik.
2. Isolator merupakan bahan dielektrik untuk mengisolasi dari penghantar satu
dengan yang lain dan juga terhadap lingkungannya.
3. Pelindung luar merupakan bahan pelindung kabel dari kerusakan mekanis,
pengaruh bahan-bahan kimia, api atau pengaruh-pengaruh luar lainnya yang
dapat merugikan.
2.5.2.2 Jenis – Jenis Kabel
a. Kabel NYM
Kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi
luar sebagai pelindung. Konstruksi dari kabel NYM terlihat pada gambar. Penghantar
dalam pemasangan pada instalasi listrik, boleh tidak menggunakan pelindung pipa.
Namun untuk memudahkan saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada pemasangan
dalam dinding / beton menggunakan selongsong pipa (Sumardjati dkk., 2008).
38
Konstruksi kabel NYM pada Gambar 2.13:
Penghantar tembaga
Isolasi PVC
Lapisan pembungkus inti
Selubung
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 50)
Gambar 2.13 Kabel NYM
b. Kabel NYY
Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk
kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat
diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. Perlindungannya
bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu (Sumardjati dkk., 2008).
Konstruksi kabel NYY pada Gambar 2.14:
Penghantar tembaga
Isolasi PVC
Lapisan pembungkus inti
Selubung
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 50)
Gambar 2.14 Kabel NYY
39
2.5.2.3 Luas penampang penghantar
Luas penampang penghantar yang akan digunakan ditentukan oeh kemampuan
hantar arus (KHA) yang diperlukan. Selain itu harus mempertimbangkan kemungkinan
perluasan instalasi yang dikemudian hari serta kekuatan mekanis dari penghantar
tersebut.
Pada instalasi penerangan rumah tinggal biasanya menggunakan penghantar
yang minimal 1,5 mm2. Untuk saluran dua kawat, penghantar netralnya harus sama
dengan luas penampang fasanya. Sedangkan untuk saluran fasa semua penghantar
fasanya harus memiliki luas penampang yang sama (Modul Instalasi Listrik 1).
2.5.2.4 Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Kemampuan hantar arus adalah arus yang dihantarkan oleh setiap konduktor
untuk periode berkesinambungan selama operasi normal harus sedemikian sehingga
batas suhu insulasi tidak dilampaui (PUIL 2011).
Berikut ini persamaan rumus kemampuan hantar arus:
KHA = 125% x In ........................................................................................ .(2.18)
Keterangan: In = arus nominal
40
Untuk menentukan KHA kabel NYM dapat dilihat pada tabel 2.9 sebagai berikut:
Tabel 2.9 KHA Kabel NYM
Jenis kabel Luas penampang
mm2
KHA terus menerus
(A)
KHA pengenal
(A)
1 2 3 4
NYIF
NYIFY
NYPLYw
NYM/NYM-0
NYRAMZ
NHYRUZY
NHYRUZYr
NYBUY
NYLRZY, dan
Kabel Fleksibel
Berisolasi PVC
1,5
2,5
4
6
10
16
25
35
50
70
95
120
150
185
240
300
400
500
18
26
34
44
61
82
108
135
168
207
250
292
335
382
453
504
-
-
10
20
25
35
50
63
80
100
125
160
200
250
250
315
400
400
-
-
(Sumber: PUIL 2011 halaman 523)
41
Untuk menentukan KHA kabel NYY dapat dilihat pada tabel 2.10 sebagai berikut:
Tabel 2.10 KHA kabel NYY
Jenis Kabel
Luas
Penampang
mm2
KHA Terus Menerus
Berinti
Tunggal
Berinti
Dua
Berinti
Tiga dan
Empat
Di
Tanah
(A)
Di
udara
(A)
Di
Tanah
(A)
Di
udara
(A)
Di
Tanah
(A)
Di
udara
(A)
1 2 3 4 5 6 7 8
NYY
NYBY
NYFGbY
NYRGbY
NYCY
NYCVY
NYSY
NYKY
NYKBY
NYKFGBY
NYKRGbY
1,5
2,5
4
6
10
16
25
35
50
70
95
120
150
185
240
300
400
500
40
54
70
90
122
160
206
249
296
365
438
499
561
637
743
843
986
1125
26
35
46
58
79
105
140
174
212
269
331
386
442
511
612
707
859
1000
31
41
54
68
92
121
153
187
222
272
328
375
419
475
550
525
605
-
20
27
37
48
66
89
118
145
176
224
271
314
361
412
484
590
710
-
26
34
44
56
75
98
128
157
185
228
279
313
353
399
464
524
600
-
18,5
25
34
43
60
80
106
131
159
202
244
282
324
371
436
481
560
- (Sumber: PUIL 2011 halaman 524)
2.5.3 Macam-Macam Lampu Listrik
Berdasarkan prinsip kerjanya, lampu listrik dibedakan menjadi dua macam, yaitu
lampu pijar dan lampu tabung / neon sign. Cahaya dari lampu pijar merupakan pemijaran
dari filamen pada bohlam, sedangkan lampu tabung cahaya yang dihasilkan berbeda
dengan filament lampu pijar, tetapi melalui proses eksitasi gas atau uap logam yang
terkandung dalam tabung lampu yang terletak diantara 2 elektroda yang bertegangan
cukup tinggi (Sumardjati dkk., 2008).
42
2.5.3.1 Lampu Fluoresen / TL
Lampu fluoresen (TL = tubelair lamp) termasuk lampu merkuri tekanan rendah
(0.4 Pa) yang dilengkapi dengan bahan fluoresen. Cahaya yang dipancarkan dari dalam
lampu adalah ultraviolet (termasuk sinar tak tampak). Untuk itu bagian dalam lampu
tabung dilapisi dengan bahan fluoresen yang fungsinya mengubah ultraviolet menjadi
sinar tampak. Pada awal kerja, arus mengalir melalui dan memanaskan elektroda, arus
juga melalui ballast dan starter. Kemampuan arus mengalir melalui tabung dikarenakan
ballast menghasilkan tegangan induksi yang tinggi. Namun tegangan induksi yang tinggi
ini akan kembali normal ketika arus sudah mengalir melalui tabung. Sesaat setelah
waktu kerja awal starter (yang berupa bimetal) memutuskan rangkaian. Tegangan
kembali normal dan lampu menyala normal.
Fungsi balast ada 2 yaitu sebagai :
a. Pembangkit tegangan induksi yang tinggi (dipengaruhi kerja stater) agar terjadi
pelepasan elektron di dalam tabung.
b. Membatasi arus yang melalui tabung setelah lampu bekerja normal.
Balast Kapasitor disebut juga lampu stabilisasi karena bentuknya memang seperti
lampu pijar. Balast ini hampir tanpa kerugian, balast kapasitor digunakan pada
pemakaian frekuensi tinggi. Balast induktor paling sering digunakan untuk lampu
tabung, kerugian daya yang ditimbulkan lebih kecil dari pada balast resistor. Balast ini
dipadukan dengan starter dapat menimbulkan tegangan induksi yang tinggi.
Balast elektronik tergolong lebih mahal dari balast lainnya, tetapi mempunyai
beberapa keunggulan antara lain : memperbaiki sistem dan menaikkan efikasi, tidak ada
ficker atau efek stroboskopis, tidak memerlukan starter, tidak menimbulkan interferensi
radio, dan dapat digunakan ac sekaligus dc (Muhaimin, 2001).
43
Seperti pada Gambar 2.15:
(Sumber: Teknik penerangan listrik Halaman 17)
Gambar 2.15 Lampu Fluoresen / TL
2.5.3.2 Lampu LED
LED adalah bahan semikonduktor yang mengeluarkan cahaya ketika arus listrik
melaluinya. Sebagaimana dioda lainnya LED terdiri dari pasangan bahan
semikonduktor P dan N. Bila sumber arus searah diberikan kepada LED (Kutub negatif
dihubungkan dengan N dan kutub positif dengan P) maka lobang (hole) akan mengalir
ke arah N dan elektron mengalir ke arah P. Cahaya yang dihasilkan LED bermacam-
macam tergantung bahan semikonduktor yang digunakan (Muhaimin, 2001).
Lampu ini merupakan sirkuit semikonduktor yang memancarkan cahaya ketika
dialiri listrik. Sifatnya bebeda dengan filamen yang harus dipijarkan (dibakar) atau
lampu TL yang merupakan pijaran partikel. Lampu LED memancarkan cahaya lewat
aliran listrik yang relatif tidak menghasilkan banyak panas. Karena itu lampu LED terasa
dingin dipakai karena tidak menambah panas ruangan seperti lampu pijar. Lampu LED
juga memiliki warna sinar yang beragam, yaitu putih, kuning, dan warna-warna lainnya.
Satu varian bentuk lampu LED, dimana bentuk lampu LED yang menggantikan bohlam
bisa bermacam-macam. Yang pasti lampu LED merupakan lampu berisi kumpulan LED
kecil dengan warna putih atau kuning.
44
Lampu LED merupakan lampu yang paling hemat energi diantara jenis lampu
lainnya, meskipun harganya relatif mahal. Lampu LED 4 watt kualitas bagus yang setara
dengan lampu pijar 25 watt meski demikian, lampu LED disarankan memperhatikan
energi (watt) yang dipakai sangat kecil sehingga menggunakan lampu LED sama dengan
menghemat listrik hingga 1/5 dari biasanya. Lampu LED juga bisa bertahan sangat lama
hingga 20an tahun. Bila dibandingkan dengan menggunakan lampu pijar, maka dalam
20 tahun harus membeli atau mengganti sekitar 60an lampu pijar (P4TK, 2014).
Adapun bentuk fisik dari lampu LED seperti pada gambar 2.16 sebagai berikut:
(Sumber: https://www.tokopedia.com/mitraled/lampu-led-philips-125-watt)
Gambar 2.16 Lampu LED
Tabel 2.11 Perbandingan Lumen dan Efisiensi Lampu
No Lumen Lampu
Pijar
Lampu
Neon
Lampu
LED
1 450 40 watt 9 watt 8 watt
2 800 60 watt 14 watt 13 watt
3 1100 75 watt 19 watt 17 watt
4 1600 100 watt 23 watt 20 watt
5 Efisiensi - 75% 80%
(Sumber: https://socialenemy.com/post/tabel-perbandingan-watt-antara-lampu-pijar-neon-dan-led)
45
2.5.4 Sakelar
Sakelar harus memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut:
1. Jumlahnya sedemikian sehingga semua pekerjaan pelayanan, pemeliharaan dan
perbaikan dapat dilakukan dengan aman.
2. Dalam keadaan terbuka, bagian sakelar yang bergerak harus tidak bertegangan.
3. Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya berat.
4. Kemampuan sakelar sekurang-kurangnya harus sesuai dengan daya alat yang
dihubungkannya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A.
5. Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu.
Sakelar digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik
dalam keadaan berbeban. Sakelar ada kalanya juga disebut sakelar beban yang memiliki
pemutusan sesaat, pada saat sakelar akan membuka untuk memutuskan rangkaian,
sebuah pegas akan direnggangkan. Jadi kecepatan pemutusan ditentukan oleh pegas dan
tidak tergantung pada pelayanan (gerak tangan) (Harten dkk., 1981).
2.5.4.1 Sakelar Tunggal
Sesuai dengan namanya sakelar ini berfungsi tunggal artinya hanya dapat
menyalakan dan memadamkan sebuah lampu (Rusmadi 2005).
Adapun bentuk fisik sakelar tunggal seperti pada gambar 2.17 sebagai berikut:
(Sumber: https://www.tokopedia.com/butiklampu/saklar-tunggal-k-hotel-panasonic-style-silve)
Gambar 2.17 Sakelar tunggal
46
2.5.4.2 Sakelar Seri
Saklar seri adalah sakelar yang dapat berfungsi ganda yaitu dapat memutuskan
dan menghubungkan sebuah lampu atau lebih secara bergantian atau bersama-sama
(Rusmadi 2005).
Adapun bentuk fisik sakelar seri seperti pada gambar 2.18 sebagai berikut:
(Sumber : http://instalasilistrikshare.com/mengenal-jenis-jenis-saklar-listrik-2/)
Gambar 2.18 Bentuk Fisik Sakelar Seri
2.5.4.3 Sakelar Tukar
Sakelar tukar biasanya disebut juga sakelar hotel, sakelar ini hanya dapat
menghubungkan lampu atau kelompok lampu secara bergantian (Rusmadi 2005).
Adapun bentuk fisik sakelar tukar seperti pada gambar 2.19 sebagai berikut:
(Sumber: schneider-electric.co.id/id/home/house-electrical-products/switches-and-sockets/)
Gambar 2.19 Sakelar Tukar
47
2.5.5 Kotak Kontak
Kotak kontak digunakan untuk menghubungkan alat pemakai listrik yang dapat
dipindah-pindahkan dengan saluran yang dipasang tetap atau tidak tetap. Sebuah kotak
kontak selalu terdiri dari bagian yang memberi aliran, dan bagian yang menerima aliran.
Kotak kontak harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar dengan mudah
dan tahan lembab, serta harus cukup kuat (Harten dkk., 1981).
Mengenai penggunaan dan pemasangan kotak kontak masih ada beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
1. Kotak kontak dinding fasa satu harus dipasang sedemikian hingga kontak netralnya
berada disebelah kanan.
2. Kotak kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 meter diatas lantai, harus
dilengkapi dengan penutup.
3. Kemampuan kotak kontak harus sekurang-kurangnya sesuai dengan daya alat yang
dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A.
Adapun bentuk fisik kotak kontak biasa dan kotak kontak khusus dapat dilihat
pada gambar 2.20 sebagai berikut:
(Sumber : http://instalasilistrikshare.com/model-dan-fungsi-stop-kontak/)
Gambar 2.20 Kotak kontak
48
2.5.6 Armatur
Armatur Lampu Downlight E27 adalah rumah lampu jenis down light fitting 1 x
E27 model bulat pilihan ukuran 3 inch, 4 inch dan 5 inch untuk lampu hemat energi,
downlight 1 x E27 untuk lampu hemat energy 13W - 23W Essensial Philips atau Osram,
atau Led Bulb.Terbuat dari bahan berkualitas, pilihan ukuran diameter 4 inchi, reflektor
kilap, biasa digunakan untuk desain interior lampu rumah, perkantoran, gedung dan
hotel (http://sinarglodok.com/index.php/semua-produk/downlight-e27-mr16/armatur-
lampu-downlight-e27-detail).
Bentuk Armatur E27 pada Gambar 2.21:
(Sumber : http://sinarglodok.com/index.php/semua-produk/downlight-e27-mr16/armatur-lampu-
downlight-e27-detail )
Gambar 2.21 Armatur
2.5.7 Pipa Instalasi
Penggunaan pipa pada instalasi listrik dapat dipasang didalam tembok / beton
maupun diluar dinding / pada permukaan papan kayu, sehingga terlihat rapi.
Pemasangan didalam tembok sangat bermanfaat disamping sebagai pelindung
penghantar juga saat dilakukan penggantian penghantar dikemudian hari akan mudah
dan efisien. Pekerjaan pipa ini meliputi memotong, membengkok dan menyambung
(Sumardjati dkk., 2008).
49
Adapun jenis pipa yang sering digunakan pada instalasi listrik ada tiga macam,
yaitu : pipa paralon/PVC, dan pipa fleksibel.
2.5.7.1 Pipa Union
Pipa union adalah pipa dari bahan plat besi yang diproduksi tanpa menggunakan
las dan biasanya diberi cat meni berwarna merah. Pipa union dalam pengerjaannya
mudah dibengkok dengan alat pembengkok dan mudah dipotong dengan gergaji besi.
Jika lokasi pemasangannya mudah dijangkau tangan, maka harus dihubungkan dengan
pentanahan, kecuali bila digunakan untuk menyelubungi kawat pentanahan (arde).
Umumnya dipasang pada tempat yang kering, karena untuk menghindari terjadi korosi
atau karat (Sumardjati dkk., 2008).
Bentuk pipa union pada Gambar 2.22:
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 )
Gambar 2.22 Pipa Union
2.5.7.2 Pipa Paralon atau PVC
Pipa ini dibuat dari bahan paralon / PVC. Jika dibandingkan dengan pipa union,
keuntungan pipa PVC adalah lebih ring-an, lebih mudah pengerjaannya (dengan
pemanasan) dan merupakan bahan isolasi, sehingga tidak akan mengakibatkan hubung
singkat antar penghantar. Disamping itu penggunaannya sangat cocok untuk daerah
lembab, karena tidak me-nimbulkan korosi. Namun demikian, pipa PVC memiliki
50
kelemahan yaitu tidak tahan digunakan pada temperatur kerja diatas 60oC (Sumardjati
dkk., 2008).
Bentuk pipa paralon pada Gambar 2.23:
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 )
Gambar 2.23 Pipa Paralon/PVC
2.5.7.3 Pipa Fleksibel
Pipa fleksibel dibuat dari potongan logam / PVC pendek yang disambung
sedemikian rupa sehingga mudah diatur dan lentur. Pipa ini biasa digunakan sebagai
pelindung kabel yang berasal dari dak standar ke APP, atau juga digunakan sebagai
pelindung penghantar instalasi tenaga yang menggunakan motor listrik, misalnya mesin
press, mesin bubut, mesin skraf, dan lain-lain (Sumardjati dkk., 2008).
Bentuk pipa fleksibel pada Gambar 2.24:
(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 )
Gambar 2.24 Pipa Fleksibel
51
2.5.8 Perlengkapan Hubung Bagi
Perlengkapan hubung bagi harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar,
tahan lembab dan kukuh. Pada setiap hantaran fasa, suatu perlengkapan hubung bagi
harus dipasang pengaman arus. Pada hantaran netral, tidak boleh dipasang pengaman
arus. Pada bagian luar atau dibagian yang mudah dilihat dari suatu perlengkapan hubung
bagi harus dipasang gambar bagan untuk memudahkan pelayanan dan pemeliharaan
instalasinya. Hanya perlengkapan hubung bagi rumah yang sederhana saja yang
dikecualikan dari ketentuan ini. Selain itu pada perlengkapan hubung bagi juga harus
dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah terhapus, sehingga dapat dilihat
dengan rangkaian akhir mana setiap alat dihubungkan dan dengan terminal mana
masing-masing fasa dan hantaran netralnya dihubungkan.
Perlengkapan hubung bagi utama harus dipasang ditempat yang mudah dicapai
dari jalan masuk bangunan. Untuk gedung-gedung bertingkat, perlengkapan hubung
bagi utamanya harus dipasang dilantai jalan masuk gedung atau jika ini tidak
memungkinkan, dilantai satu tingkat diatasnya atau satu tingkat dibawahnya (Harten
dkk., 1981).
Adapun bentuk fisik perlengkapan hubung bagi dapat dilihat pada gambar 2.25
sebagai berikut:
(Sumber : http://www.sinar-srikandi.com/panel-box-listrik)
Gambar 2.25 Perlengkapan Hubung Bagi
52
2.5.9 Pembagian Beban
Untuk instalasi dihubungkan dengan tiga fasa, bebanya harus dibagi serata
mungkin atas masing-masing fasa. Instalasi di ruangan yang memerlukan aliran listrik
dengan gangguan sekecil mungkin, harus dihubungkan dengan lebih dari satu rangkaian
akhir dan sedapat mungkin dengan fasa yang berbeda. Ini terutama penting untuk
gedung-gedung, dimana padamnya penerangan secara tiba-tiba dapat menimbulkan
panik. Jumlah titik beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir fasa satu
dengan pengaman tenaga dan pengaman lebur (Harten dkk., 1981).
Ketentuan – ketentuan jumlah titik beban pada rangkain akhir :
a. Jika ada dua sampai dengan enam rangkaian akhir dengan NYA / NYM 2,5 mm2
dalam pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir
ialah:
- Maksimum 15 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban
lain, atau hanya beban kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap
kotak-kontak tidak melebihi 16 A.
- Maksimum hanya satu titik beban, kalau berupa kotak-kontak dinding dengan
kemampuan hantar arus lebih dari 16 A.
b. Jika ada dua sampai dengan enam rangkaian akhir dengan NYA / NYM 4 mm2 dalam
pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir ialah :
- Maksimum 30 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban
lain, atau hanya beban kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap
kotak-kontak tidak melebihi 16 A.
- Maksimum tiga titik beban, berupa kotak-kontak dinding dengan kemampuan
hantar arus lebih dari 16 A.
53
c. Jika ada tujuh atau lebih banyak rangkaian akhir dengan NYA / NYM 2,5 mm2 dalam
pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir ialah:
- Tidak terbatas, kalau hanya terdiri dari lampu saja dan jumlah beban maksimumnya
tidak melebihi 16 A.
- Maksimum 20 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban lain,
atau hanya kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap kotak-
kontak tidak melebihi 16 A.
- Maksimum hanya satu titik beban, kalau berupa kotak-kontak dengan kemampuan
hantar arus lebih dari 16 A.
d. Jika ada tujuh atau lebih banyak rangkaian akhir dengan NYA / NYM 4 mm2 dalam
pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir ialah:
- Tidak terbatas, kalau hanya terdiri dari lampu saja dan jumlah beban maksimumnya
tidak melebihi 20 A.
- Maksimum 30 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban lain,
atau hanya kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap kotak-
kontak tidak melebihi 16 A.
- Maksimum tiga titik beban berupa kotak-kontak dengan kemampuan hantar arus
lebih dari 16 A.
54
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi
Waktu pengambilan data dilaksanakan mulai bulan Januari – Mei 2017 dan
lokasi bertempat pada Swiss-Belhotel Borneo, Jalan Mulawarman No. 6, Kel.Pelabuhan,
Kec.Samarinda Kota, Kota Samarinda, Kalimatan Timur 75112.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam proses studi ini adalah data hasil observasi
lapangan berupa gambar denah Swiss-Belhotel Borneo, data ruangan beserta ukurannya,
fungsi ruangan, data peralatan listrik yang digunakan, jenis penghantar dan pengaman
yang digunakan, serta sumber data melalui Website dan beberapa literature.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada Swiss-Belhotel Borneo penulis melakukan
interview kepada pihak yang berkompeten dibidangnya untuk mendapat data yang
diperlukan dan menanyakan hal-hal yang perlu diketahui dengan melakukan pengukuran
secara langsung ke lapangan untuk meninjau yang akan diteliti serta di dokumentasikan.
55
3.4 Desain Penelitian (flow chart)
Tidak
Ya
Mulai
Pengambilan Data Lapangan
- Data ruangan
- Data komponen yang terpasang
Pengolahan Data lapangan
- Perhitungan jumlah titik lampu di setiap ruangan
- Perhitungan besar pengaman yang digunakan
- Perhitungan jenis penghantar yang digunakan
- Menentukan rekapitulasi daya pada lantai 1 sampai
lantai 5 Swiss-Belhotel Borneo Samarinda
Hasil Perhitungan yang
di dapatkan
Analisa Data hasil
yang didapatkan
Pembuatan
Laporan
Selesai
56
3.5 Analisa Data
Analisa penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
a. Perhitungan jumlah titik armatur dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan rumus 2.12 dengan terlebih dahulu mengetahui variabel seperti luas
bidang kerja, intensitas penerangan, efisiensi penerangan, dan faktor depresiasi.
b. Perhitungan besar pengaman dapat diketahui dengan mencari arus nominal
dengan menggunakan persamaan rumus 2.16 untuk pengaman 1 fasa dan untuk
persamaan rumus 2.17 untuk pengaman 3 fasa, dengan terlebih dahulu
menghitung jumlah titik beban yang terpasang pada suatu ruangan. Kemudian
menyesuaikan arus nominal pengaman yang diperoleh pada (Tabel 2.6 untuk
pengaman 1 fasa, Tabel 2.7 dan 2.8 untuk pengaman 3 fasa).
c. Perhitungan luas penampang pada penghantar atau kabel dapat diketahui dengan
mencari nilai Kemampuan Hantar Arus pada kabel dengan menggunakan
persamaan rumus 2.18, kemudian menyesuaikan besar KHA yang diperoleh
terhadap luas penampang kabel pada tabel luas penampang kabel (kabel 2.9 dan
2.10).
57
3.6 Data – Data Lapangan
Data Ruangan yang diperoleh dari Swiss-Belhotel Borneo berisikan tabel tentang
ruangan – ruangan pada lantai 1 sampai lantai 5 yang di tampilkan pada Tabel 3.1 dan
Tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.1 Data Ruangan Lantai 1
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
1 Teras Lobi 11 8 6 20 - 1
2 Lobi 14,17 8,30 10 30 - 6
3 Receptionis 11,60 7,15 10 23 - 2
4 Toilet Tamu Laki – Laki 3,60 3 3 2 - -
5 Toilet Tamu Perempuan 3,60 3 3 2 - -
6 Koridor Anggrek – Iris 27 3,40 3,5 21 - 2
7 Ruang Meeting ( Anggrek ) 8 4,6 3 6 - 2
8 Ruang Meeting ( Tulip ) 10,4 4,6 3 8 - 2
9 Ruang Meeting ( Iris ) 11,2 7,3 3 16 - 2
10 Koridor Restoran 12,60 4,20 3,20 12 - 2
11 Restoran 17,60 10 3,20 22 - 9
12 Lobi Kolam Renang 10 6 4 12 - 2
13 Lobi Ruang SPA 5,40 4,20 3,20 5 - 1
14 Koridor Ruang Fitnes 6 4 3,20 4 - 1
15 Ruang Fitnes 11,70 5,90 3,50 - 10 4
16 Ruang SPA 4,80 2,40 3,20 2 - 1
58
Lanjutan Tabel 3.1
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
17 Ruang Ganti Laki – Laki 13,60 6 3 12 - 2
18 Ruang Bilas 1 2,50 1,50 3 1 - -
19 Ruang Bilas 2 2,50 1,50 3 1 - -
20 Ruang Bilas 3 2,50 1,50 3 1 - -
21 Toilet Ruang Ganti 1 3 2 3 1 - -
22 Toilet Ruang Ganti 2 3 2 3 1 - -
23 Toilet Ruang Ganti 3 3 2 3 1 - -
24 Ruang Ganti Perempuan 13,60 6 3 12 - 2
25 Ruang Bilas 1 2,50 1,50 3 1 - -
26 Ruang Bilas 2 2,50 1,50 3 1 - -
27 Ruang Bilas 3 2,50 1,50 3 1 - -
28 Toilet Ruang Ganti 1 3 2 3 1 - -
29 Toilet Ruang Ganti 2 3 2 3 1 - -
30 Toilet Ruang Ganti 3 3 2 3 1 - -
31 Ruang Dapur 7,10 3,48 3,10 - 4 4
32 Toilet Laki – Laki 3,40 3,20 3 2 - 1
33 Toilet Perempuan 3,40 3,20 3 2 - 1
34 Koridor Lily – Jasmine A 27 3,40 3,5 21 - 1
35 Koridor Lily – Jasmine B 27 3,40 3,5 21 - 1
36 Ruang Meeting ( Lily ) 13 6 3 23 - 10
37 Ruang Meeting ( Jasmine ) 18,4 5,3 3 29 - 6
59
Tabel 3.2 Data Ruangan Lantai 2
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
1 Ruang Tamu 15 8 3 28 - 5
2 Toilet Laki – Laki 4 3 3 2 - -
3 Toilet Perempuan 4 3 3 2 - -
4 Ruang Peralatan 18 10 3 - 25 3
5 Ruang Meeting ( Lotus ) 8 8 3 17 - 4
6 Koridor Balroom 14 5,5 3 21 - 2
7 Balroom 20 10 10 47 - 13
8 Ruang Cuci Piring 10 8 3 - 10 -
60
Tabel 3.3 Data Ruangan Lantai 3
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
1 Ruang Meeting ( Rose ) 11 8,5 3 22 - 5
2 Koridor Wing A 21 2 3 8 - 1
3 Koridor Wing B 29 2 3 11 - 2
4 Kamar Swich 7 5 3 6 - 7
5 Toilet 4 2,5 3 - 1 1
6 Kamar 301 6,65 3,7 3 3 - 6
7 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
8 Kamar 302 6,65 3,7 3 3 - 6
9 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
10 Kamar 303 6,65 3,7 3 3 - 6
11 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
12 Kamar 304 6,65 3,7 3 3 - 6
13 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
14 Kamar 305 6,65 3,7 3 3 - 6
15 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
16 Kamar 306 6,65 3,7 3 3 - 6
17 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
18 Kamar 307 6,65 3,7 3 3 - 6
19 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
20 Kamar 308 6,65 3,7 3 3 - 6
61
Lanjutan Tabel 3.3
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
21 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
22 Kamar 309 6,65 3,7 3 3 - 6
23 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
24 Kamar 310 6,65 3,7 3 3 - 6
25 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
26 Kamar 311 6,65 3,7 3 3 - 6
27 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
28 Kamar 312 6,65 3,7 3 3 - 6
29 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
30 Kamar 313 6,65 3,7 3 3 - 6
31 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
32 Kamar 314 6,65 3,7 3 3 - 6
33 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
34 Kamar 315 6,65 3,7 3 3 - 6
35 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
36 Kamar 316 6,65 3,7 3 3 - 6
37 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
38 Kamar 317 6,65 3,7 3 3 - 6
39 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
40 Kamar 318 6,65 3,7 3 3 - 6
41 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
62
Tabel 3.4 Data Ruangan Lantai 4
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
1 Koridor Wing A 21 2 3 8 - 1
2 Koridor Wing B 29 2 3 11 - 2
3 Kamar Swich 7 5 3 6 - 7
4 Toilet 4 2,5 3 - 1 1
5 Kamar 319 6,65 3,7 3 3
- 6
6 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
7 Kamar 320 6,65 3,7 3 3
- 6
8 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
9 Kamar 321 6,65 3,7 3 3
- 6
10 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
11 Kamar 322 6,65 3,7 3 3
- 6
12 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
13 Kamar 323 6,65 3,7 3 3
- 6
14 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
15 Kamar 324 6,65 3,7 3 3
- 6
16 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
17 Kamar 325 6,65 3,7 3 3
- 6
18 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
19 Kamar 326 6,65 3,7 3 3
- 6
20 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
21 Kamar 327 6,65 3,7 3 3 - 6
63
Lanjutan Tabel 3.4
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
22 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
23 Kamar 328 6,65 3,7 3 3
- 6
24 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
25 Kamar 329 6,65 3,7 3 3
- 6
26 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
27 Kamar 330 6,65 3,7 3 3
- 6
28 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
29 Kamar 331 6,65 3,7 3 3
- 6
30 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
31 Kamar 332 6,65 3,7 3 3
- 6
32 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
33 Kamar 333 6,65 3,7 3 3
- 6
34 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
35 Kamar 334 6,65 3,7 3 3
- 6
36 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
37 Kamar 335 6,65 3,7 3 3
- 6
38 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
39 Kamar 336 6,65 3,7 3 3
- 6
40 Toilet 3 2,5 3 1
- 1
64
Tabel 3.5 Data Ruangan Lantai 5
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
1 Koridor Wing A 21 2 3 8 - 1
2 Koridor Wing B 29 2 3 11 - 2
3 Kamar Swich 7 5 3 6 - 7
4 Toilet 4 2,5 3 - 1 1
5 Kamar 337 6,65 3,7 3 3 - 6
6 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
7 Kamar 338 6,65 3,7 3 3 - 6
8 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
9 Kamar 339 6,65 3,7 3 3 - 6
10 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
11 Kamar 340 6,65 3,7 3 3 - 6
12 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
13 Kamar 341 6,65 3,7 3 3 - 6
14 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
15 Kamar 342 6,65 3,7 3 3 - 6
16 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
17 Kamar 343 6,65 3,7 3 3 - 6
18 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
19 Kamar 344 6,65 3,7 3 3 - 6
20 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
21 Kamar 345 6,65 3,7 3 3 - 6
65
Lanjutan Tabel 3.5
No
Ruang
Panjang
( m )
Lebar
( m )
Tinggi
( m )
Jumlah Beban
LED
12,5
W
TL
1x36
W
Kotak
Kontak
200 VA
22 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
23 Kamar 346 6,65 3,7 3 3 - 6
24 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
25 Kamar 347 6,65 3,7 3 3 - 6
26 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
27 Kamar 348 6,65 3,7 3 3 - 6
28 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
29 Kamar 349 6,65 3,7 3 3 - 6
30 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
31 Kamar 350 6,65 3,7 3 3 - 6
32 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
33 Kamar 351 6,65 3,7 3 3 - 6
34 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
35 Kamar 352 6,65 3,7 3 3 - 6
36 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
37 Kamar 353 6,65 3,7 3 3 - 6
38 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
39 Kamar 354 6,65 3,7 3 3 - 6
40 Toilet 3 2,5 3 1 - 1
66
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Jumlah Titik Lampu
Penerangan yang digunakan pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda yaitu
menggunakan tipe penerangan langsung dengan warna langit-langit putih dan dinding
bewarna putih. Penentuan intensitas penerangan suatu ruangan ditentukan berdasarkan
fungsi dari ruanagan tersebut, sedangkan untuk menentukan jumlah lampu yang
diperlukan, maka terlebih dahulu mengetahui panjang ruangan, lebar ruangan, tinggi
ruangan dan tinggi bidang kerja bila ada sehingga dapat menentukan dengan tepat
kebutuhan lampunya.
4.1.1 Ruangan Pada Lantai 1
1. Ruang Meeting ( Anggrek )
Pada Ruang Meeting Anggrek, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200
Lux ( Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut :
Panjang Ruangan ( p ) = 8 m
Lebar Ruangan ( l ) = 4,6 m
Tinggi Ruangan ( t ) = 3 m
Tinggi Bidang Kerja ( tb ) = 0,8 m
Luas Ruangan ( A ) = p x l
= 8 m x 4,6 m
= 36,8 m2
67
Faktor refleksi :
rp ( langit – langit putih ) = 0,7
rw ( warna dinding putih ) = 0,5
rm ( warna lantai putih ) = 0,1
Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) :
h = t – tb
= 3 – 0,8
= 2,2
Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11)
Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per
2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan
flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
n = 𝐸 𝑋 𝐴
Фarmatur X ɳ x d
= 200 𝑥 36,8
1055 𝑋 0,8 𝑋 0,8
= 10,90 ( digenapakan menjadi 11 )
Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Meeting
Anggrek adalah 11 armatur, sedangakan yang terpasang dilapangan adalah 6 armatur
dengan menggunakan masing – masing lampu LED 12,5 watt.
68
2. Ruang Fitnes
Pada Ruang Fitnes , memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200 Lux
(Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut :
Panjang Ruangan ( p ) = 11,70 m
Lebar Ruangan ( l ) = 5,90 m
Tinggi Ruangan ( t ) = 3,50 m
Tinggi Bidang Kerja ( tb ) = 0,8 m
Luas Ruangan ( A ) = p x l
= 11,70 m x 5,90 m
= 69,03 m2
Faktor refleksi :
rp ( langit – langit putih ) = 0,7
rw ( warna dinding putih ) = 0,5
rm ( warna lantai putih ) = 0,1
Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) :
h = t – tb
= 3,50 – 0,8
= 2,7
Indeks ruangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
k = 𝑝 𝑥 𝑙
ℎ ( 𝑝+𝑙 )
= 11,70𝑥 5,90
2,7 ( 17,70+5,90)
= 1,4
69
Karena pada (Tabel 2.3) untuk k = 1,4 tidak ada maka dapat kita lakukan dengan cara
interpolasi, yaitu dengan cara :
k = 1,4
untuk k = 1,2 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,47
untuk k = 1,5 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,51
Jadi ɳ = 0,47 + ( 1,4−1,2
1,5−1,2) x ( 0,51 – 0,47 )
= 0,49
Jadi efisiensinya adalah ( ɳ ) 0,49
Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per
2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu TL 1 X 36 watt dengan
fluks cahaya 2600 lumen per lampu atau lumen per armatur maka dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
n = 𝐸 𝑋 𝐴
Фarmatur X ɳ x d
= 200 𝑥 69,03
2600 𝑋 0,49 𝑋 0,8
= 13,54 ( digenapkan menjadi 14)
Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Fitnes
adalah 14 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 10 armatur dengan
menggunakan masing – masing lampu TL 1 x 36 watt.
70
4.1.2 Ruangan Pada Lantai 2
1. Ruang Tamu
Pada Ruang Tamu, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200 Lux
(Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut :
Panjang Ruangan ( p ) = 15 m
Lebar Ruangan ( l ) = 8 m
Tinggi Ruangan ( t ) = 3 m
Tinggi Bidang Kerja ( tb ) = 0,8 m
Luas Ruangan ( A ) = p x l
= 15 m x 8 m
= 120 m2
Faktor refleksi :
rp ( langit – langit putih ) = 0,7
rw ( warna dinding putih ) = 0,5
rm ( warna lantai putih ) = 0,1
Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) :
h = t – tb
= 3 – 0,8
= 2,2
Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11)
Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per
2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan
flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
71
n = 𝐸 𝑋 𝐴
Фarmatur X ɳ x d
= 200 𝑥 120
1055 𝑋 0,8 𝑋 0,8
= 35,54 ( digenapkan menjadi 36 )
Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Tamu
adalah 36 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 28 armatur dengan
menggunakan masing – masing lampu LED 12,5 watt.
2. Ruang Cuci Piring
Pada Ruang Cuci Piring, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 150 Lux
(Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut :
Panjang Ruangan ( p ) = 10 m
Lebar Ruangan ( l ) = 8 m
Tinggi Ruangan ( t ) = 3 m
Tinggi Bidang Kerja ( tb ) = 0,8 m
Luas Ruangan ( A ) = p x l
= 10 m x 8 m
= 80 m2
Faktor refleksi :
rp ( langit – langit putih ) = 0,7
rw ( warna dinding putih ) = 0,5
rm ( warna lantai putih ) = 0,1
Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) :
h = t – tb
= 3 – 0,8
= 2,2
72
Indeks ruangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
k = 𝑝 𝑥 𝑙
ℎ ( 𝑝+𝑙 )
= 10 𝑥 8
2,2 ( 10+8 )
= 2
Efisiensi penerangan untuk k = 2 adalah 0,56 (Tabel 2.3)
Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per
2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu TL 1 X 36 watt dengan
fluks cahaya 2600 lumen per lampu atau lumen per armatur maka dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
n = 𝐸 𝑋 𝐴
Фarmatur X ɳ x d
= 150 𝑥 80
2600 𝑋 0,56 𝑋 0,8
= 10
Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Cuci
Piring adalah 10 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 10 armatur
dengan menggunakan masing – masing lampu TL 1 x 36 watt.
4.1.3 Ruangan Pada Lantai 3
1. Ruang Meeting ( Rose )
Pada Ruang Meeting ( Rose ), memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200
Lux (Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut :
Panjang Ruangan ( p ) = 11 m
Lebar Ruangan ( l ) = 8,5 m
Tinggi Ruangan ( t ) = 3 m
73
Tinggi Bidang Kerja ( tb ) = 0,8 m
Luas Ruangan ( A ) = p x l
= 11 m x 8,5 m
= 93,5 m2
Faktor refleksi :
rp ( langit – langit putih ) = 0,7
rw ( warna dinding putih ) = 0,5
rm ( warna lantai putih ) = 0,1
Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) :
h = t – tb
= 3 – 0,8
= 2,2
Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11)
Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per
2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan
flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
n = 𝐸 𝑋 𝐴
Фarmatur X ɳ x d
= 200 𝑥 93,5
1055 𝑋 0,8 𝑋 0,8
= 27,69 ( digenapkan menjadi 28 )
Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Meeting
( Rose ), adalah 28 armatur, sedangkan yang terpasang di lapangan adalah 22 armatur
dengan menggunakan masing – masing lampu LED 12,5 watt.
74
4.1.4 Ruangan Pada Lantai 4 dan Lantai 5
1. Kamar Swich
Pada Kamar Swich, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 100 Lux
(Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut :
Panjang Ruangan ( p ) = 7 m
Lebar Ruangan ( l ) = 5 m
Tinggi Ruangan ( t ) = 3 m
Tinggi Bidang Kerja ( tb ) = 0,8 m
Luas Ruangan ( A ) = p x l
= 7 m x 5 m
= 35 m2
Faktor refleksi :
rp ( langit – langit putih ) = 0,7
rw ( warna dinding putih ) = 0,5
rm ( warna lantai putih ) = 0,1
Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) :
h = t – tb
= 3 – 0,8
= 2,2
Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11)
Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per
2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan
flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
75
n = 𝐸 𝑋 𝐴
Фarmatur X ɳ x d
= 100 𝑥 35
1055 𝑋 0,8 𝑋 0,8
= 5
Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Kamar Swich,
adalah 5 armatur, sedangkan yang terpasang di lapangan adalah 6 armatur dengan
menggunakan masing – masing lampu LED 12,5 watt.
2. Toilet Kamar Swich
Pada Toilet Kamar Swich, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 100 Lux
(Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut :
Panjang Ruangan ( p ) = 4 m
Lebar Ruangan ( l ) = 2,5 m
Tinggi Ruangan ( t ) = 3 m
Tinggi Bidang Kerja ( tb ) = 0,8 m
Luas Ruangan ( A ) = p x l
= 4 m x 2,5 m
= 10 m2
Faktor refleksi :
rp ( langit – langit putih ) = 0,7
rw ( warna dinding putih ) = 0,5
rm ( warna lantai putih ) = 0,1
76
Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) :
h = t – tb
= 3 – 0,8
= 2,2
Indeks ruangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
k = 𝑝 𝑥 𝑙
ℎ ( 𝑝+𝑙 )
= 4 𝑥 2,5
2,2 ( 4+2,5 )
= 0,69
Karena pada (Tabel 2.3) untuk k = 0,69 tidak ada maka dapat kita lakukan dengan cara
interpolasi, yaitu dengan cara :
k = 0,69
untuk k = 0,6 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,30
untuk k = 0,8 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,38
Jadi ɳ = 0,30 + ( 0,69
3−2,5 ) x ( 0,38 – 0,30 )
= 0,33
Jadi efisiensinya adalah ( ɳ ) 0,33
Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per
2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu TL 1 X 36 watt dengan
fluks cahaya 2600 lumen per lampu atau lumen per armatur maka dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
n = 𝐸 𝑋 𝐴
Фarmatur X ɳ x d
= 100 𝑥 10
2600 𝑋 0,33 𝑋 0,8
= 1
77
Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Toilet Kamar
Swich adalah 1 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 1 armatur dengan
menggunakan lampu TL 1 x 36 watt.
Berdasarkan dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil jumlah titik lampu
untuk ruangan pada lantai 1 Sampai Lantai 5 seperti pada Tabel 4.1 Sampai Tabel 4.5.
Sedangkan untuk hasil perbandingan antara hasil perhitungan dengan data lapangan
seperti pada Tabel 4.6 Sampai Tabel 2.10:
78
Tabel 4.1 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 1
No Ruangan rp rw rm p
(m)
L
(m)
t
(m)
A
(m2) Tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W 1 Teras Lobi 0,7 0,5 0,1 11 8 6 88 0,8 5,2 200 - 0,8 0,8 - 26
2 Lobi 0,7 0,5 0,1 14,17 8,30 10 117 0,8 9,2 200 - 0,8 0,8 - 35
3 Receptionis 0,7 0,5 0,1 11,60 7,15 10 82,94 0,8 9,2 200 - 0,8 0,8 - 25
4 Toilet Tamu Laki – Laki 0,7 0,5 0,1 3,60 3 3 10,8 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 2
5 Toilet Tamu Perempuan 0,7 0,5 0,1 3,60 3 3 10,8 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 2
6 Koridor Anggrek – Iris 0,7 0,5 0,1 27 3,40 3,5 91,8 0,8 2,7 200 - 0,8 0,8 - 27
7 Ruang Meeting ( Anggrek ) 0,7 0,5 0,1 8 4,6 3 36,8 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 11
8 Ruang Meeting ( Tulip ) 0,7 0,5 0,1 10,4 4,6 3 47,84 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 14
9 Ruang Meeting ( Iris ) 0,7 0,5 0,1 11,2 7,3 3 81,76 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 24
10 Koridor Restoran 0,7 0,5 0,1 12,60 4,20 3,20 52,92 0,8 2,4 200 - 0,8 0,8 - 16
11 Restoran 0,7 0,5 0,1 17,60 10 3,20 176 0,8 2,4 100 - 0,8 0,8 - 26
12 Lobi Kolam Renang 0,7 0,5 0,1 10 6 4 60 0,8 3,2 200 - 0,8 0,8 - 18
13 Lobi Ruang SPA 0,7 0,5 0,1 5,40 4,20 3,20 22,68 0,8 2,4 100 - 0,8 0,8 - 3
14 Koridor Ruang Fitnes 0,7 0,5 0,1 6 4 3,20 24 0,8 2,4 200 - 0,8 0,8 - 7
15 Ruang Fitnes 0,7 0,5 0,1 11,70 5,90 3,50 69,03 0,8 2,7 200 1,4 0,49 0,8 14 -
16 Ruang SPA 0,7 0,5 0,1 4,80 2,40 3,20 11,52 0,8 2,4 100 - 0,8 0,8 - 2
17 Ruang Ganti Laki – Laki 0,7 0,5 0,1 13,60 6 3 81,6 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 12
18 Ruang Bilas 1 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
19 Ruang Bilas 2 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
20 Ruang Bilas 3 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
21 Toilet Ruang Ganti 1 0,7 0,5 0,1 3 2 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
22 Toilet Ruang Ganti 2 0,7 0,5 0,1 3 2 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
23 Toilet Ruang Ganti 3 0,7 0,5 0,1 3 2 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
79
Lanjutan Tabel 4.1
No Ruangan rp rw rm p
(m)
l
(m)
t
(m)
A
(m2) tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W 24 Ruang Ganti Perempuan 0,7 0,5 0,1 13,60 6 3 81,6 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 12
25 Ruang Bilas 1 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
26 Ruang Bilas 2 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
27 Ruang Bilas 3 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
28 Toilet Ruang Ganti 1 0,7 0,5 0,1 3 2 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
29 Toilet Ruang Ganti 2 0,7 0,5 0,1 3 2 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
30 Toilet Ruang Ganti 3 0,7 0,5 0,1 3 2 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
31 Ruang Dapur 0,7 0,5 0,1 7,10 3,48 3,10 24,708 0,8 2,3 200 1 0,43 0,8 6 -
32 Toilet Laki – Laki 0,7 0,5 0,1 3,40 3,20 3 10,88 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 2
33 Toilet Perempuan 0,7 0,5 0,1 3,40 3,20 3 10,88 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 2
34 Koridor Lily – Jasmine 0,7 0,5 0,1 27 3,40 3,5 91,8 0,8 2,7 200 - 0,8 0,8 - 27
35 Koridor Lily – Jasmine 0,7 0,5 0,1 27 3,40 3,5 91,8 0,8 2,7 200 - 0,8 0,8 - 27
36 Ruang Meeting ( Lily ) 0,7 0,5 0,1 13 6 3 78 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 23
37 Ruang Meeting ( Jasmine ) 0,7 0,5 0,1 18,4 5,3 3 97,52 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 29
80
Tabel 4.2 Jumlah Titik Armatur Pada Ruangan Lantai 2
No Ruangan rp rw rm p
(m)
l
(m)
t
(m)
A
(m2) tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W
1 Ruang Tamu 0,7 0,5 0,1 15 8 3 120 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 36
2 Toilet Laki – Laki 0,7 0,5 0,1 4 3 3 12 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 2
3 Toilet Perempuan 0,7 0,5 0,1 4 3 3 12 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 2
4 Ruang Peralatan 0,7 0,5 0,1 18 10 3 180 0,8 2,2 150 2,9 0,60 0,8 21 -
5 Ruang Meeting ( Lotus ) 0,7 0,5 0,1 8 8 3 64 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 18
6 Koridor Balroom 0,7 0,5 0,1 14 5,5 3 77 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 22
7 Balroom 0,7 0,5 0,1 20 10 10 200 0,8 9,2 200 - 0,8 0,8 - 59
8 Ruang Cuci Piring 0,7 0,5 0,1 10 8 3 80 0,8 2,2 150 2 0,56 0,8 10 -
81
Tabel 4.3 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 3
No Ruangan rp rw rm p
(m)
l
(m)
T
(m)
A
(m2) tb h E K ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W
1 Ruang Meeting ( Rose ) 0,7 0,5 0,1 11 8,5 3 93,5 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 28
2 Koridor Wing A 0,7 0,5 0,1 21 2 3 42 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 12
3 Koridor Wing B 0,7 0,5 0,1 29 2 3 58 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 17
4 Kamar Swich 0,7 0,5 0,1 7 5 3 35 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 5
5 Toilet 0,7 0,5 0,1 4 2,5 3 10 0,8 2,2 100 0,69 0,33 0,8 1 -
6 Kamar 301 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
7 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
8 Kamar 302 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
9 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
10 Kamar 303 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
11 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
12 Kamar 304 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
13 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
14 Kamar 305 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
15 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
16 Kamar 306 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
17 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
18 Kamar 307 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
19 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
20 Kamar 308 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
21 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
22 Kamar 309 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
23 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
24 Kamar 310 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 3,75 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
82
Lanjutan Tabel 4.3
No Ruangan Rp rw rm p
(m)
l
(m)
T
(m)
A
(m2) tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W
25 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
26 Kamar 311 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
27 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
28 Kamar 312 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
29 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
30 Kamar 313 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
31 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
32 Kamar 314 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
33 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
34 Kamar 315 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
35 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
36 Kamar 316 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
37 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
38 Kamar 317 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
39 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
40 Kamar 318 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
41 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
83
Tabel 4.4 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 4
No Ruangan rp rw rm p
(m)
l
(m)
T
(m)
A
(m2) tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W
1 Koridor Wing A 0,7 0,5 0,1 21 2 3 42 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 12
2 Koridor Wing B 0,7 0,5 0,1 29 2 3 58 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 17
3 Kamar Swich 0,7 0,5 0,1 7 5 3 35 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 5
4 Toilet 0,7 0,5 0,1 4 2,5 3 10 0,8 2,2 100 0,69 0,33 0,8 1 -
5 Kamar 319 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
6 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
7 Kamar 320 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
8 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
9 Kamar 321 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
10 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
11 Kamar 322 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
12 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
13 Kamar 323 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
14 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
15 Kamar 324 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
16 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
17 Kamar 325 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
18 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
19 Kamar 326 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
20 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
21 Kamar 327 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
22 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
23 Kamar 328 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
84
Lanjutan Tabel 4.4
No Ruangan rp rw rm p
(m)
l
(m)
T
(m)
A
(m2) tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W
24 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
25 Kamar 329 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
26 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
27 Kamar 330 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
28 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
29 Kamar 331 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
30 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
31 Kamar 332 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
32 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
33 Kamar 333 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
34 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
35 Kamar 334 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
36 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
37 Kamar 335 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
38 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
39 Kamar 336 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
40 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
85
Tabel 4.5 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 5
No Ruangan rp rw rm p
(m)
l
(m)
t
(m)
A
(m2) tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W
1 Koridor Wing A 0,7 0,5 0,1 21 2 3 42 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 12
2 Koridor Wing B 0,7 0,5 0,1 29 2 3 58 0,8 2,2 200 - 0,8 0,8 - 17
3 Kamar Swich 0,7 0,5 0,1 7 5 3 35 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 5
4 Toilet 0,7 0,5 0,1 4 2,5 3 10 0,8 2,2 100 0,69 0,33 0,8 1 -
5 Kamar 337 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
6 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
7 Kamar 338 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
8 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
9 Kamar 339 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
10 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
11 Kamar 340 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
12 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
13 Kamar 341 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
14 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
15 Kamar 342 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
16 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
17 Kamar 343 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
18 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
19 Kamar 344 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
20 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
21 Kamar 345 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
22 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
23 Kamar 346 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
86
Lanjutan Tabel 4.5
No Ruangan rp rw rm p
(m)
L
(m)
T
(m)
A
(m2) tb h E k ɳ
d
narmatur
TL
1x36 W
narmatur
LED
12,5 W
24 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
25 Kamar 347 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
26 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
27 Kamar 348 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
28 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
29 Kamar 349 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
30 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
31 Kamar 350 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
32 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
33 Kamar 351 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
34 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
35 Kamar 352 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
36 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
37 Kamar 353 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
38 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
39 Kamar 354 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 3
40 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2,2 100 - 0,8 0,8 - 1
87
Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Lampu/Armatur Hasil Penghitungan
Dengan Data Lapangan Pada Lantai 1
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
1 Teras Lobi 20 - 26 - 2 Lobi 30 - 35 -
3 Receptionis 23 - 25 -
4 Toilet Tamu Laki - Laki 2 - 2 -
5 Toilet Tamu Perempuan 2 - 2 -
6 Koridor Anggrek - Iris 21 - 27 -
7 Ruang Meeting ( Anggrek ) 6 - 11 -
8 Ruang Meeting ( Tulip ) 8 - 14 -
9 Ruang Meeting ( Iris ) 16 - 24 -
10 Koridor Restoran 12 - 16 -
11 Restoran 22 - 26 -
12 Lobi Kolam Renang 12 - 18 -
13 Lobi Ruang SPA 5 - 3 -
14 Koridor Ruang Fitnes 4 - 7 -
15 Ruang Fitnes - 10 - 14
16 Ruang SPA 2 - 2 -
17 Ruang Ganti Laki – Laki 12 - 12 -
18 Ruang Bilas 1 1 - 1 -
19 Ruang Bilas 2 1 - 1 -
20 Ruang Bilas 3 1 - 1 -
21 Toilet Ruang Ganti 1 1 - 1 -
22 Toilet Ruang Ganti 2 1 - 1 -
23 Toilet Ruang Ganti 3 1 - 1 -
24 Ruang Ganti Perempuan 12 - 12 -
25 Ruang Bilas 1 1 - 1 -
26 Ruang Bilas 2 1 - 1 -
27 Ruang Bilas 3 1 - 1 -
28 Toilet Ruang Ganti 1 1 - 1 -
29 Toilet Ruang Ganti 2 1 - 1 -
30 Toilet Ruang Ganti 3 1 - 1 -
31 Ruang Dapur - 4 - 6
32 Toilet Laki - Laki 2 - 2 -
33 Toilet Perempuan 2 - 2 -
34 Koridor Lily – Jasmine 21 - 27 -
35 Koridor Lily – Jasmine 21 - 27 -
36 Ruang Meeting ( Lily ) 23 - 23 -
37 Ruang Meeting ( Jasmine ) 29 - 29 -
88
Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan
Dengan Data Lapangan Pada Lantai 2
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
1 Ruang Tamu 28 - 36 -
2 Toilet Laki – Laki 2 - 2 -
3 Toilet Perempuan 2 - 2 -
4 Ruang Peralatan - 25 - 21
5 Ruang Meeting ( Lotus ) 17 - 18 -
6 Koridor Balroom 21 - 22 -
7 Balroom 47 - 59 -
8 Ruang Cuci Piring - 10 - 10
89
Tabel 4.8 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan
Dengan Data Lapangan Pada Lantai 3
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
1 Ruang Meeting ( Rose ) 22 - 28 - 2 Koridor Wing A 8 - 12 -
3 Koridor Wing B 11 - 17 -
4 Kamar Swich 6 - 5 -
5 Toilet - 1 - 1
6 Kamar 301 3 - 3 -
7 Toilet 1 - 1 -
8 Kamar 302 3 - 3 -
9 Toilet 1 - 1 -
10 Kamar 303 3 - 3 -
11 Toilet 1 - 1 -
12 Kamar 304 3 - 3 -
13 Toilet 1 - 1 -
14 Kamar 305 3 - 3 -
15 Toilet 1 - 1 -
16 Kamar 306 3 - 3 -
17 Toilet 1 - 1 -
18 Kamar 307 3 - 3 -
19 Toilet 1 - 1 -
20 Kamar 308 3 - 3 -
21 Toilet 1 - 1 -
22 Kamar 309 3 - 3 -
23 Toilet 1 - 1 -
24 Kamar 310 3 - 3 -
25 Toilet 1 - 1 -
90
Lanjutan Tabel 4.8
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
26 Kamar 311 3 - 3 -
27 Toilet 1 - 1 -
28 Kamar 312 3 - 3 -
29 Toilet 1 - 1 -
30 Kamar 313 3 - 3 -
31 Toilet 1 - 1 -
32 Kamar 314 3 - 3 -
33 Toilet 1 - 1 -
34 Kamar 315 3 - 3 -
35 Toilet 1 - 1 -
36 Kamar 316 3 - 3 -
37 Toilet 1 - 1 -
38 Kamar 317 3 - 3 -
39 Toilet 1 - 1 -
40 Kamar 318 3 - 3 -
41 Toilet 1 - 1 -
91
Tabel 4.9 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan
Dengan Data Lapangan Pada Lantai 4
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
1 Koridor Wing A 8 - 12 -
2 Koridor Wing B 11 - 17 -
3 Kamar Swich 6 - 5 -
4 Toilet - 1 - 1
5 Kamar 319 3 - 3 -
6 Toilet 1 - 1 -
7 Kamar 320 3 - 3 -
8 Toilet 1 - 1 -
9 Kamar 321 3 - 3 -
10 Toilet 1 - 1 -
11 Kamar 322 3 - 3 -
12 Toilet 1 - 1 -
13 Kamar 323 3 - 3 -
14 Toilet 1 - 1 -
15 Kamar 324 3 - 3 -
16 Toilet 1 - 1 -
17 Kamar 325 3 - 3 -
18 Toilet 1 - 1 -
19 Kamar 326 3 - 3 -
20 Toilet 1 - 1 -
21 Kamar 327 3 - 3 -
22 Toilet 1 - 1 -
23 Kamar 328 3 - 3 -
24 Toilet 1 - 1 -
92
Lanjutan Tabel 4.9
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
25 Kamar 329 3 - 3 -
26 Toilet 1 - 1 -
27 Kamar 330 3 - 3 -
28 Toilet 1 - 1 -
29 Kamar 331 3 - 3 -
30 Toilet 1 - 1 -
31 Kamar 332 3 - 3 -
32 Toilet 1 - 1 -
33 Kamar 333 3 - 3 -
34 Toilet 1 - 1 -
35 Kamar 334 3 - 3 -
36 Toilet 1 - 1 -
37 Kamar 335 3 - 3 -
38 Toilet 1 - 1 -
39 Kamar 336 3 - 3 -
40 Toilet 1 - 1 -
93
Tabel 4.10 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan
Dengan Data Lapangan Pada Lantai 5
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
1 Koridor Wing A 8 - 12 -
2 Koridor Wing B 11 - 17 -
3 Kamar Swich 6 - 5 -
4 Toilet - 1 - 1
5 Kamar 337 3 - 3 -
6 Toilet 1 - 1 -
7 Kamar 338 3 - 3 -
8 Toilet 1 - 1 -
9 Kamar 339 3 - 3 -
10 Toilet 1 - 1 -
11 Kamar 340 3 - 3 -
12 Toilet 1 - 1 -
13 Kamar 341 3 - 3 -
14 Toilet 1 - 1 -
15 Kamar 342 3 - 3 -
16 Toilet 1 - 1 -
17 Kamar 343 3 - 3 -
18 Toilet 1 - 1 -
19 Kamar 344 3 - 3 -
20 Toilet 1 - 1 -
21 Kamar 345 3 - 3 -
22 Toilet 1 - 1 -
23 Kamar 346 3 - 3 -
24 Toilet 1 - 1 -
94
Lanjutan Tabel 4.10
No Ruangan
Jumlah Lampu Hasil Data
Lapangan
Jumlah Titik Lampu Hasil
Penghitungan
LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W
25 Kamar 347 3 - 3 -
26 Toilet 1 - 1 -
27 Kamar 348 3 - 3 -
28 Toilet 1 - 1 -
29 Kamar 349 3 - 3 -
30 Toilet 1 - 1 -
31 Kamar 350 3 - 3 -
32 Toilet 1 - 1 -
33 Kamar 351 3 - 3 -
34 Toilet 1 - 1 -
35 Kamar 352 3 - 3 -
36 Toilet 1 - 1 -
37 Kamar 353 3 - 3 -
38 Toilet 1 - 1 -
39 Kamar 354 3 - 3 -
40 Toilet 1 - 1 -
95
4.2 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan
Berikut adalah jumlah titik penerangan dan KKB, untuk setiap ruangan pada Swiss-
Belhotel Borneo Lantai 1 Sampai Lantai 5 :
4.2.1 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 1
1. Jumlah beban dan total beban pada Ruang Meeting Anggrek adalah sebagai
berikut :
Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
11 𝑥 12,5
0,8 = 172 VA
Kotak kontak 2 @ 200 VA
= 2 x 200 = 400 VA
4.2.2 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 2
1. Jumlah beban dan total beban pada Ruang Tamu adalah sebagai berikut :
Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
36 𝑥 12,5
0,8 = 562 VA
Kotak kontak 5 @ 200 VA
= 5 x 200 = 1000 VA
96
4.2.3 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 3
1. Jumlah beban dan total beban pada Ruang Meeting (Rose) adalah sebagai berikut :
Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
28 𝑥 12,5
0,8 = 437 VA
Kotak kontak 5 @ 200 VA
= 5 x 200 = 1000 VA
4.2.4 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 4 dan Lantai 5
1. Jumlah beban dan total beban pada Kamar Swich adalah sebagai berikut :
Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
5 𝑥 12,5
0,8 = 78 VA
Kotak kontak 7 @ 200 VA
= 7 x 200 = 1400 VA
Jadi dari hasil perhitungan, maka diperoleh hasil jumlah beban dan total beban untuk
ruangan pada Lantai 1 Sampai Lantai 5 seperti pada Tabel 4.11 Sampai Tabel 4.15.
Sedangkan untuk hasil perbandingan antara hasil perhitungan dengan data lapangan seperti
pada Tabel 4.16 Sampai Tabel 4.20:
97
Tabel 4.11 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 1
No
Ruangan
Jumlah Lampu Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
1 Ruang Meeting ( Anggrek ) 11 - 2 172 - 400 572
2 Ruang Meeting ( Tulip ) 14 - 2 219 - 400 619
3 Ruang Meeting ( Iris ) 24 - 2 375 - 400 775
4 Koridor Lily – Jasmine B 27 - 1 422 - 200 622
5 Ruang Meeting ( Lily ) 23 - 10 359 - 2000 2359
6 Ruang Meeting ( Jasmine ) 29 - 6 453 - 1200 1653
7 Teras Lobi 26 - 1 406 - 200 606
8 Lobi 35 - 6 547 - 1200 1747
9 Receptionis 25 - 2 391 - 400 791
10 Restoran 26 - 9 406 - 1800 2206
11 Ruang Dapur - 6 4 - 270 800 1070
12 Lobi Kolam Renang 18 - 2 281 - 400 681
13 Koridor Anggrek – Iris 27 - 2 422 - 400 822
14 Toilet Tamu Laki – Laki 2 - - 31 - - 31
15 Toilet Tamu Perempuan 2 - - 31 - - 31
16 Ruang Fitnes - 14 4 - 630 800 1430
17 Ruang Ganti Laki – Laki 12 - 2 187 - 400 587
18 Ruang Bilas 1,2,3 3 - - 47 - - 47
19 Toilet Ruang Ganti 1,2,3 3 - - 47 - - 47
20 Lobi Ruang SPA 3 - 1 47 - 200 247
98
Lanjutan Tabel 4.11
No
Ruangan
Jumlah Lampu Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA )
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
21 Ruang SPA 2 - 1 31 - 200 231
22 Koridor Ruang Fitnes 7 - 1 109 - 200 309
23 Koridor Restoran 16 - 2 250 - 400 650
24 Toilet Laki – Laki 2 - 1 31 - 200 231
25 Toilet Perempuan 2 - 1 31 - 200 231
26 Koridor Lily – Jasmine A 27 - 1 422 - 200 622
27 Ruang Ganti Perempuan 12 - 2 187 - 400 587
28 Ruang Bilas 1,2,3 3 - - 47 - - 47
29 Toilet Ruang Ganti 1,2,3 3 - - 47 - - 47
Jumlah 384 20 65 5998 900 13000 19898
99
Tabel 4.12 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 2
No
Ruangan
Jumlah Lampu Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
1 Koridor Balroom 22 - 2 344 - 400 744
2 Balroom 59 - 13 922 - 2600 3522
3 Ruang Meeting ( Lotus ) 18 - 4 281 - 800 1081
4 Ruang Tamu 36 - 5 562 - 1000 1562
5 Ruang Peralatan - 21 3 - 945 600 1545
6 Ruang Cuci Piring - 10 - - 450 450
7 Toilet Laki – Laki 2 - - 31 - - 31
8 Toilet Perempuan 2 - - 31 - - 31
Jumlah 139 31 27 2171 1395 5400 8966
100
Tabel 4.13 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 3
No
Ruangan Jumlah Lampu
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
1 Kamar Swich 5 - 7 78 - 1400 1478
2 Kamar 301 3 - 6 47 - 1200 1247
3 Toilet Kamar 301 1 - 1 16 - 200 216
4 Kamar 302 3 - 6 47 - 1200 1247
5 Toilet Kamar 301 1 - 1 16 - 200 216
6 Toilet Kamar Swich - 1 1 - 45 200 245
7 Koridor Wing A 12 - 1 187 - 200 387
8 Koridor Wing B 17 - 2 266 - 400 666
9 Kamar 303 3 - 6 47 - 1200 1247
10 Toilet Kamar 303 1 - 1 16 - 200 216
11 Kamar 304 3 - 6 47 - 1200 1247
12 Toilet Kamar 303 1 - 1 16 - 200 216
13 R. Meeting (Rose) 28 - 5 437 - 1000 1437
14 Kamar 305 3 - 6 47 - 1200 1247
15 Toilet Kamar 305 1 - 1 16 - 200 216
16 Kamar 306 3 - 6 47 - 1200 1247
17 Toilet Kamar 306 1 - 1 16 - 200 216
18 Kamar 307 3 - 6 47 - 1200 1247
19 Toilet Kamar 307 1 - 1 16 - 200 216
20 Kamar 308 3 - 6 47 - 1200 1247
21 Toilet Kamar 308 1 - 1 16 - 200 216
101
Lanjutan Tabel 4.13
No
Ruangan Jumlah Lampu
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
22 Kamar 309 3 - 6 47 - 1200 1247
23 Toilet Kamar 309 1 - 1 16 - 200 216
24 Kamar 310 3 - 6 47 - 1200 1247
25 Toilet Kamar 310 1 - 1 16 - 200 216
26 Kamar 311 3 - 6 47 - 1200 1247
27 Toilet Kamar 311 1 - 1 16 - 200 216
28 Kamar 312 3 - 6 47 - 1200 1247 29 Toilet Kamar 312 1 - 1 16 - 200 216
30 Kamar 313 3 - 6 47 - 1200 1247
31 Toilet Kamar 313 1 - 1 16 - 200 216
32 Kamar 314 3 - 6 47 - 1200 1247
33 Toilet Kamar 314 1 - 1 16 - 200 216
34 Kamar 315 3 - 6 47 - 1200 1247
35 Toilet Kamar 315 1 - 1 16 - 200 216
36 Kamar 316 3 - 6 47 - 1200 1247
37 Toilet Kamar 316 1 - 1 16 - 200 216
38 Kamar 317 3 - 6 47 - 1200 1247
39 Toilet Kamar 317 1 - 1 16 - 200 216
40 Kamar 318 3 - 6 47 - 1200 1247
41 Toilet Kamar 318 1 - 1 16 - 200 216
Jumlah 134 1 142 2102 45 28400 30547
102
Tabel 4.14 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 4
No
Ruangan
Jumlah Lampu Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA ) Daya
Kotak
Kontak
200VA
Jumlah
Beban
( VA )
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
1 Kamar Swich 5 - 7 78 - 1400 1478
2 Kamar 319 3 - 6 47 - 1200 1247
3 Toilet Kamar 319 1 - 1 16 - 200 216
4 Kamar 320 3 - 6 47 - 1200 1247
5 Toilet Kamar 320 1 - 1 16 - 200 216
6 Toilet Kamar Swich - 1 1 - 45 200 245
7 Koridor Wing A 12 - 1 187 - 200 387
8 Kamar 321 3 - 6 47 - 1200 1247
9 Toilet Kamar 321 1 - 1 16 - 200 216
10 Kamar 322 3 - 6 47 - 1200 1247
11 Toilet Kamar 322 1 - 1 16 - 200 216
12 Koridor Wing B 17 - 2 266 - 400 666
13 Kamar 323 3 - 6 47 - 1200 1247
14 Toilet Kamar 323 1 - 1 16 - 200 216
15 Kamar 324 3 - 6 47 - 1200 1247
16 Toilet Kamar 324 1 - 1 16 - 200 216
17 Kamar 325 3 - 6 47 - 1200 1247
18 Toilet Kamar 325 1 - 1 16 - 200 216
19 Kamar 326 3 - 6 47 - 1200 1247
20 Toilet Kamar 326 1 - 1 16 - 200 216
103
Lanjutan Tabel 4.14
No
Ruangan Jumlah Lampu
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
21 Kamar 327 3 - 6 47 - 1200 1247
22 Toilet Kamar 327 1 - 1 16 - 200 216
23 Kamar 328 3 - 6 47 - 1200 1247
24 Toilet Kamar 328 1 - 1 16 - 200 216
25 Kamar 329 3 - 6 47 - 1200 1247
26 Toilet Kamar 329 1 - 1 16 - 200 216
27 Kamar 330 3 - 6 47 - 1200 1247
28 Toilet Kamar 330 1 - 1 16 - 200 216
29 Kamar 331 3 - 6 47 - 1200 1247 30 Toilet Kamar 331 1 - 1 16 - 200 216
31 Kamar 332 3 - 6 47 - 1200 1247
32 Toilet Kamar 332 1 - 1 16 - 200 216
33 Kamar 333 3 - 6 47 - 1200 1247
34 Toilet Kamar 333 1 - 1 16 - 200 216
35 Kamar 334 3 - 6 47 - 1200 1247
36 Toilet Kamar 334 1 - 1 16 - 200 216
37 Kamar 335 3 - 6 47 - 1200 1247
38 Toilet Kamar 335 1 - 1 16 - 200 216
39 Kamar 336 3 - 6 47 - 1200 1247
40 Toilet Kamar 336 1 - 1 16 - 200 216
Jumlah 106 1 137 1665 45 27400 29110
104
Tabel 4.15 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 5
No
Ruangan Jumlah Lampu
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
1 Kamar Swich 5 - 7 78 - 1400 1478
2 Kamar 337 3 - 6 47 - 1200 1247 3 Toilet Kamar 337 1 - 1 16 - 200 216
4 Kamar 338 3 - 6 47 - 1200 1247
5 Toilet Kamar 338 1 - 1 16 - 200 216
6 Toilet Kamar Swich - 1 1 - 45 200 245
7 Koridor Wing A 12 - 1 187 - 200 387
8 Kamar 339 3 - 6 47 - 1200 1247
9 Toilet Kamar 339 1 - 1 16 - 200 216
10 Kamar 340 3 - 6 47 - 1200 1247
11 Toilet Kamar 340 1 - 1 16 - 200 216
12 Koridor Wing B 17 - 2 266 - 400 666
13 Kamar 341 3 - 6 47 - 1200 1247
14 Toilet Kamar 341 1 - 1 16 - 200 216
15 Kamar 342 3 - 6 47 - 1200 1247
16 Toilet Kamar 342 1 - 1 16 - 200 216
17 Kamar 343 3 - 6 47 - 1200 1247
18 Toilet Kamar 343 1 - 1 16 - 200 216
19 Kamar 344 3 - 6 47 - 1200 1247
20 Toilet Kamar 344 1 - 1 16 - 200 216
105
Lanjutan Tabel 4.15
No
Ruangan Jumlah Lampu
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
Beban Lampu
( VA )
Daya
Kotak
Kontak
200 VA
Jumlah
Beban
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
21 Kamar 345 3 - 6 47 - 1200 1247
22 Toilet Kamar 345 1 - 1 16 - 200 216
23 Kamar 346 3 - 6 47 - 1200 1247
24 Toilet Kamar 346 1 - 1 16 - 200 216
25 Kamar 347 3 - 6 47 - 1200 1247
26 Toilet Kamar 347 1 - 1 16 - 200 216
27 Kamar 348 3 - 6 47 - 1200 1247
28 Toilet Kamar 348 1 - 1 16 - 200 216
29 Kamar 349 3 - 6 47 - 1200 1247
30 Toilet Kamar 349 1 - 1 16 - 200 216
31 Kamar 350 3 - 6 47 - 1200 1247
32 Toilet Kamar 350 1 - 1 16 - 200 216
33 Kamar 351 3 - 6 47 - 1200 1247
34 Toilet Kamar 351 1 - 1 16 - 200 216
35 Kamar 352 3 - 6 47 - 1200 1247
36 Toilet Kamar 352 1 - 1 16 - 200 216
37 Kamar 353 3 - 6 47 - 1200 1247
38 Toilet Kamar 353 1 - 1 16 - 200 216
39 Kamar 354 3 - 6 47 - 1200 1247
40 Toilet Kamar 354 1 - 1 16 - 200 216
Jumlah 106 1 137 1665 45 27400 29110
106
4.2.6 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan
Tabel 4.16 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan
Tiap Ruangan Pada Lantai 1
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
1 Ruang Meeting ( Anggrek ) 6 - 2 494 11 - 2 572
2 Ruang Meeting ( Tulip ) 8 - 2 525 14 - 2 619
3 Ruang Meeting ( Iris ) 16 - 2 650 24 - 2 775
4 Koridor Lily – Jasmine B 21 - 1 528 27 - 1 622
5 Ruang Meeting ( Lily ) 23 - 10 2359 23 - 10 2359
6 Ruang Meeting ( Jasmine ) 29 - 6 1653 29 - 6 1653
7 Teras Lobi 20 - 1 512 26 - 1 606
8 Lobi 30 - 6 1669 35 - 6 1747
9 Receptionis 23 - 2 759 25 - 2 791
10 Restoran 22 - 9 2144 26 - 9 2206
11 Ruang Dapur - 4 4 980 - 6 4 1070
12 Lobi Kolam Renang 12 - 2 587 18 - 2 681
13 Koridor Anggrek – Iris 21 - 2 728 27 - 2 822
14 Toilet Tamu Laki – Laki 2 - - 31 2 - - 31
15 Toilet Tamu Perempuan 2 - - 31 2 - - 31
16 Ruang Fitnes - 10 4 1250 - 14 4 1430
107
Lanjutan Tabel 4.16
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
17 Ruang Ganti Laki – Laki 12 - 2 587 12 - 2 587
18 Ruang Bilas 1,2,3 3 - - 47 3 - - 47
19 Toilet Ruang Ganti 1,2,3 3 - - 47 3 - - 47
20 Lobi Ruang SPA 5 - 1 278 3 - 1 247
21 Ruang SPA 2 - 1 231 2 - 1 231
22 Koridor Ruang Fitnes 4 - 1 262 7 - 1 309
23 Koridor Restoran 12 - 2 587 16 - 2 650
24 Toilet Laki - Laki 2 - 1 231 2 - 1 231
25 Toilet Perempuan 2 - 1 231 2 - 1 231
26 Koridor Lily – Jasmine A 21 - 1 528 27 - 1 622
27 Ruang Ganti Perempuan 12 - 2 587 12 - 2 587
28 Ruang Bilas 1,2,3 3 - - 47 3 - - 47
29 Toilet Ruang Ganti 1,2,3 3 - - 47 3 - - 47
Jumlah 319 14 65 18610 384 20 65 19898
108
Tabel 4.17 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan
Tiap Ruangan Pada Lantai 2
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
1 Koridor Balroom 21 - 2 728 22 - 2 744
2 Balroom 47 - 13 3334 59 - 13 3522
3 Ruang Meeting ( Lotus ) 17 - 4 1066 18 - 4 1081
4 Ruang Tamu ( Free Fungtion ) 28 - 5 1437 36 - 5 1562
5 Ruang Peralatan - 25 3 1725 - 21 3 1545
6 Ruang Cuci Piring - 10 - 450 - 10 - 450
7 Toilet Laki – Laki 2 - - 31 2 - - 31
8 Toilet Perempuan 2 - - 31 2 - - 31
Jumlah 117 35 27 8802 139 31 27 8966
109
Tabel 4.18 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan
Tiap Ruangan Pada Lantai 3
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
1 Kamar Swich 6 - 7 1494 5 - 7 1478
2 Kamar 301 3 - 6 1247 3 - 6 1247
3 Toilet Kamar 301 1 - 1 216 1 - 1 216
4 Kamar 302 3 - 6 1247
3 - 6 1247
5 Toilet Kamar 302 1 - 1 216 1 - 1 216
6 Toilet Kamar Swich - 1 1 245 - 1 1 245
7 Koridor Wing A 8 - 1 325 12 - 1 387
8 Koridor Wing B 11 - 2 572 17 - 2 666
9 Kamar 303 3 - 6 1247 3 - 6 1247
10 Toilet Kamar 303 1 - 1 216 1 - 1 216
11 Kamar 304 3 - 6 1247 3 - 6 1247
12 Toilet Kamar 304 1 - 1 216 1 - 1 216
13 Ruang Meeting ( Rose ) 22 - 5 1344 28 - 5 1437
14 Kamar 305 3 - 6 1247 3 - 6 1247
15 Toilet Kamar 305 1 - 1 216 1 - 1 216
16 Kamar 306 3 - 6 1247 3 - 6 1247
17 Toilet Kamar 306 1 - 1 216 1 - 1 216
110
Lanjutan Tabel 4.18
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
18 Kamar 307 3 - 6 1247 3 - 6 1247
19 Toilet Kamar 307 1 - 1 216 1 - 1 216
20 Kamar 308 3 - 6 1247
3 - 6 1247
21 Toilet Kamar 308 1 - 1 216 1 - 1 216
22 Kamar 309 3 - 6 1247 3 - 6 1247
23 Toilet Kamar 309 1 - 1 216 1 - 1 216
24 Kamar 310 3 - 6 1247 3 - 6 1247
25 Toilet Kamar 310 1 - 1 216 1 - 1 216
26 Kamar 311 3 - 6 1247 3 - 6 1247
27 Toilet Kamar 311 1 - 1 216 1 - 1 216
28 Kamar 312 3 - 6 1247 3 - 6 1247
29 Toilet Kamar 312 1 - 1 216 1 - 1 216
30 Kamar 313 3 - 6 1247 3 - 6 1247
31 Toilet Kamar 313 1 - 1 216 1 - 1 216
32 Kamar 314 3 - 6 1247 3 - 6 1247
33 Toilet Kamar 314 1 - 1 216 1 - 1 216
34 Kamar 315 3 - 6 1247 3 - 6 1247
35 Toilet Kamar 315 1 - 1 216 1 - 1 216
111
Lanjutan Tabel 4.18
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
36 Kamar 316 3 - 6 1247 3 - 6 1247
37 Toilet Kamar 316 1 - 1 216 1 - 1 216
38 Kamar 317 3 - 6 1247 3 - 6 1247
39 Toilet Kamar 317 1 - 1 216 1 - 1 216
40 Kamar 318 3 - 6 1247 3 - 6 1247
41 Toilet Kamar 318 3 - 6 1247 1 - 6 216
Jumlah 119 1 142 30314 134 1 142 30547
112
Tabel 4.19 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan
Tiap Ruangan Pada Lantai 4
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
1 Kamar Swich 6 - 7 1494 5 - 7 1478
2 Kamar 319 3 - 6 1247 3 - 6 1247
3 Toilet Kamar 319 1 - 1 216 1 - 1 216
4 Kamar 320 3 - 6 1247
3 - 6 1247
5 Toilet Kamar 319 1 - 1 216 1 - 1 216
6 Toilet Kamar Swich - 1 1 245 - 1 1 245
7 Koridor Wing A 8 - 1 325 12 - 1 387
8 Kamar 321 3 - 6 1247 3 - 6 1247
9 Toilet Kamar 321 1 - 1 216 1 - 1 216
10 Kamar 322 3 - 6 1247 3 - 6 1247
11 Toilet Kamar 322 1 - 1 216 1 - 1 216
12 Koridor Wing B 11 - 2 572 17 - 2 666
13 Kamar 323 3 - 6 1247 3 - 6 1247
14 Toilet Kamar 323 1 - 1 216 1 - 1 216
15 Kamar 324 3 - 6 1247 3 - 6 1247
16 Toilet Kamar 324 1 - 1 216 1 - 1 216
113
Lanjutan Tabel 4.19
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
17 Kamar 325 3 - 6 1247 3 - 6 1247
18 Toilet Kamar 325 1 - 1 216 1 - 1 216
19 Kamar 326 3 - 6 1247
3 - 6 1247
20 Toilet Kamar 326 1 - 1 216 1 - 1 216
21 Kamar 327 3 - 6 1247 3 - 6 1247
22 Toilet Kamar 327 1 - 1 216 1 - 1 216
23 Kamar 328 3 - 6 1247 3 - 6 1247
24 Toilet Kamar 328 1 - 1 216 1 - 1 216
25 Kamar 329 3 - 6 1247 3 - 6 1247
26 Toilet Kamar 329 1 - 1 216 1 - 1 216
27 Kamar 330 3 - 6 1247 3 - 6 1247
28 Toilet Kamar 330 1 - 1 216 1 - 1 216
29 Kamar 331 3 - 6 1247 3 - 6 1247
30 Toilet Kamar 331 1 - 1 216 1 - 1 216
31 Kamar 332 3 - 6 1247 3 - 6 1247
32 Toilet Kamar 332 1 - 1 216 1 - 1 216
33 Kamar 333 3 - 6 1247 3 - 6 1247
34 Toilet Kamar 333 1 - 1 216 1 - 1 216
114
Lanjutan Tabel 4.19
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
35 Kamar 334 3 - 6 1247 3 - 6 1247
36 Toilet Kamar 334 1 - 1 216 1 - 1 216
37 Kamar 335 3 - 6 1247 3 - 6 1247
38 Toilet Kamar 335 1 - 1 216 1 - 1 216
39 Kamar 336 3 - 6 1247 3 - 6 1247
40 Toilet Kamar 336 1 - 1 216 1 - 1 216
Jumlah 97 1 137 28970 106 1 137 29110
115
Tabel 4.20 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan
Tiap Ruangan Pada Lantai 5
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
1 Kamar Swich 6 - 7 1494 5 - 7 1478
2 Kamar 337 3 - 6 1247 3 - 6 1247
3 Toilet Kamar 337 1 - 1 216 1 - 1 216
4 Kamar 338 3 - 6 1247
3 - 6 1247
5 Toilet Kamar 338 1 - 1 216 1 - 1 216
6 Toilet Kamar Swich - 1 1 245 - 1 1 245
7 Koridor Wing A 8 - 1 325 12 - 1 387
8 Kamar 339 3 - 6 1247 3 - 6 1247
9 Toilet Kamar 339 1 - 1 216 1 - 1 216
10 Kamar 340 3 - 6 1247 3 - 6 1247
11 Toilet Kamar 340 1 - 1 216 1 - 1 216
12 Koridor Wing B 11 - 2 572 17 - 2 666
13 Kamar 341 3 - 6 1247 3 - 6 1247
14 Toilet Kamar 341 1 - 1 216 1 - 1 216
15 Kamar 342 3 - 6 1247 3 - 6 1247
16 Toilet Kamar 342 1 - 1 216 1 - 1 216
116
Lanjutan Tabel 4.20
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
17 Kamar 343 3 - 6 1247 3 - 6 1247
18 Toilet Kamar 343 1 - 1 216 1 - 1 216
19 Kamar 344 3 - 6 1247
3 - 6 1247
20 Toilet Kamar 344 1 - 1 216 1 - 1 216
21 Kamar 345 3 - 6 1247 3 - 6 1247
22 Toilet Kamar 345 1 - 1 216 1 - 1 216
23 Kamar 346 3 - 6 1247 3 - 6 1247
24 Toilet Kamar 346 1 - 1 216 1 - 1 216
25 Kamar 347 3 - 6 1247 3 - 6 1247
26 Toilet Kamar 347 1 - 1 216 1 - 1 216
27 Kamar 348 3 - 6 1247 3 - 6 1247
28 Toilet Kamar 348 1 - 1 216 1 - 1 216
29 Kamar 349 3 - 6 1247 3 - 6 1247
30 Toilet Kamar 349 1 - 1 216 1 - 1 216
31 Kamar 350 3 - 6 1247 3 - 6 1247
32 Toilet Kamar 350 1 - 1 216 1 - 1 216
33 Kamar 351 3 - 6 1247 3 - 6 1247
34 Toilet Kamar 351 1 - 1 216 1 - 1 216
117
Lanjutan Tabel 4.20
No
Ruangan
Jumlah Beban dan Total Beban
Data Lapangan
Total Daya
( VA )
Jumlah Beban dan Total Beban
Hasil Penghitungan
Total Daya
( VA ) LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
LED
12,5 W
TL
1 X 36 W
Jumlah
Kotak
Kontak
200 VA
35 Kamar 352 3 - 6 1247 3 - 6 1247
36 Toilet Kamar 352 1 - 1 216 1 - 1 216
37 Kamar 353 3 - 6 1247 3 - 6 1247
38 Toilet Kamar 353 1 - 1 216 1 - 1 216
39 Kamar 354 3 - 6 1247 3 - 6 1247
40 Toilet Kamar 354 1 - 1 216 1 - 1 216
Jumlah 97 1 137 28970 106 1 137 29110
118
4.3 Menentukan Pengaman dan Penghantar
Untuk menentukan pengaman dan luas penampang pengahntar yang digunakan untuk
suatu beban, maka terlebih dahulu harus diketahui arus nominall beban yang dilayani.
Selanjutnya untuk mengetahui luas penampang, menghitung KHA yaitu :
Arus Nominal untuk tegangan 1ɸ : In = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
Arus Nominal untuk tegangan 3ɸ : In = 𝑆
√3 𝑥 𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑙𝑖𝑛𝑒
KHA : 125 % x In
Keterangan : V line - netral = Tegangan 1∅ ( V )
V line – line = Tegangan 3∅ ( V )
S = Daya Semu ( VA )
In = Arus Nominal ( A )
Dengan mengetahui kemampuan hantar arus maka dengan melihat tabel KHA dapat
ditentukan luas penampang penghantar yang akan digunakan.
4.3.1 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 1
Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 1
adalah:
Group 1 : Ruang Meeting ( Anggrek )
10 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
11 𝑥 12,5
0,8 = 172 VA
119
2 Kotak Kontak
( 2 x 200 VA )
= 400 VA
Jadi total daya pada group R adalah :
S ( VA ) = 172 + 400 VA
= 572 VA
Besar arus nominal dan KHA :
In ( A ) = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 572
220
= 2,6 A
Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 2,6 A berdasarkan Tabel 2.6
maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 4 A sedangkan yang terpasang di
lapangan adalah MCB 1 fase 6 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 2,6
= 3,2 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 3,2 A,
berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm2 sedangkan
yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm2 .
120
4.3.2 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 2
Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 2
adalah:
Group 4 : Ruang Tamu
36 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
36 𝑥 12,5
0,8 = 562 VA
5 Kotak Kontak
( 5 x 200 VA )
= 1000 VA
Jadi total daya pada group S adalah :
S ( VA ) = 562 + 1000 VA
= 1562 VA
Besar arus nominal dan KHA :
In ( A ) = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 1562
220
= 7,1 A
Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 7,1 A berdasarkan Tabel 2.6
maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang terpasang di
lapangan adalah MCB 1 fase 10 A.
121
KHA = 125 % x In
= 125 % x 7,1
= 8,8 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 8,8 A,
berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm2 sedangkan
yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm2 .
4.3.3 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 3
Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 3
adalah:
Group 13 : Ruang Meeting ( Rose )
28 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
28 𝑥 12,5
0,8 = 437 VA
5 Kotak Kontak
( 5 x 200 VA )
= 1000 VA
Jadi total daya pada group T adalah :
S ( VA ) = 437 + 1000 VA
= 1437 VA
122
Besar arus nominal dan KHA :
In ( A ) = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 1437
220
= 6,5 A
Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 6,5 A berdasarkan Tabel 2.6
maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang terpasang di
lapangan adalah MCB 1 fase 10 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 6,5
= 8,1 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 8,1 A,
berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm2 sedangkan
yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm2 .
4.3.4 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 4 dan Lantai 5
Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 4 dan
lantai 5 adalah:
Group 1 : Kamar Swich
10 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8
S = 𝑃
𝐶𝑜𝑠 ⱷ =
5 𝑥 12,5
0,8 = 78 VA
123
7 Kotak Kontak
( 7 x 200 VA )
= 1400 VA
Jadi total daya pada group R adalah :
S ( VA ) = 78 + 1400 VA
= 1478 VA
Besar arus nominal dan KHA :
In ( A ) = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 1478
220
= 6,7 A
Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 6,7 A berdasarkan Tabel 2.6
maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang terpasang di
lapangan adalah MCB 1 fase 10 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 6,7
= 8,3 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 8,3 A,
berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm2 sedangkan
yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm2 .
Adapun untuk hasil perbandingan antara penghitungan dengan data lapangan,
pengaman dan penghantar sirkit akhir pada ruangan Lantai 1 Sampai Lantai 5 dapat dilihat
pada Tabel 4.21 Sampai Tabel 4.25:
124
Tabel 4.21 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir pada lantai 1
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
1 - 11 2 - 172 400 572 - - 2,6 6 4 2,5 1,5
2 - 14 2 - 219 400 619 - - 2,8 6 4 2,5 1,5
3 - 24 2 - 375 400 775 - - 3,5 6 4 2,5 1,5
4 - 27 1 - 422 200 - 622 - 2,8 6 4 2,5 1,5
5 - 23 10 - 359 2000 - 2359 - 10,7 16 16 2,5 1,5
6 - 29 6 - 453 1200 - 1653 - 7,5 10 10 2,5 1,5
7 - 26 1 - 406 200 - - 606 2,7 6 4 2,5 1,5
8 - 35 6 - 547 1200 - - 1747 7,9 10 10 2,5 1,5
9 - 25 2 - 391 400 - - 791 3,5 6 4 2,5 1,5
10 - 26 9 - 406 1800 2206 - - 10 10 10 2,5 1,5
11 6 - 4 270 - 800 1070 - - 4,8 10 6 2,5 1,5
12 - 18 2 - 281 400 681 - - 3 6 4 2,5 1,5
13 - 27 2 - 422 400 - 822 - 3,7 6 4 2,5 1,5
14 - 2 - - 31 - - 31 - 0,1 2 2 2,5 1,5
15 - 2 - - 31 - - 31 - 0,1 2 2 2,5 1,5
16 14 - 4 630 - 800 - - 1430 6,5 10 10 2,5 1,5
17 - 12 2 - 187 400 - - 587 2,6 6 4 2,5 1,5
18 - 3 - - 47 - - - 47 0,2 2 2 2,5 1,5
19 - 3 - - 47 - - - 47 0,2 2 2 2,5 1,5
125
Lanjutan Tabel 4.21
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
20 - 3 1 - 47 200 247 - - 1,1 6 2 2,5 1,5
21 - 2 1 - 31 200 231 - - 1 6 2 2,5 1,5
22 - 7 1 - 109 200 309 - - 1,4 6 2 2,5 1,5
23 - 16 2 - 250 400 - 650 - 2,9 6 4 2,5 1,5
24 - 2 1 - 31 200 - 231 - 1 4 2 2,5 1,5
25 - 2 1 - 31 200 - 231 - 1 4 2 2,5 1,5
26 - 27 1 - 422 200 - - 622 2,8 6 4 2,5 1,5
27 - 12 2 - 187 400 - - 587 2,6 6 4 2,5 1,5
28 - 3 - - 47 - - - 47 0,2 2 2 2,5 1,5
29 - 3 - - 47 - - - 47 0,2 2 2 2,5 1,5
Total 20 384 65 900 5998 13000 6710 6630 6558 ` Total Fasa R+S+T = 19898
126
Tabel 4.22 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir pada lantai 2
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
1 - 22 2 - 344 400 744 - - 3,3 6 4 2,5 1,5
2 - 59 13 - 922 2600 3522 - - 16 20 16 4 2,5
3 - 18 4 - 281 800 - 1081 - 4,9 10 6 2,5 1,5
4 - 36 5 - 562 1000 - 1562 - 7,1 10 10 2,5 1,5
5 21 - 3 945 - 600 - - 1545 7 10 10 2,5 1,5
6 10 - - 450 - - - 450 2 6 2 2,5 1,5
7 - 2 - - 31 - - - 31 0,1 6 2 2,5 1,5
8 - 2 - - 31 - - - 31 0,1 6 2 2,5 1,5
Total 31 139 27 1395 2171 5400 4266 2643 2057 Total Fasa R+S+T = 8966
19960
19960
19960
127
Tabel 4.23 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir pada lantai 3
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
1 - 5 7 - 78 1400 1478 - - 6,7 10 10 2,5 1,5
2 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
3 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
4 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
5 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
6 1 - 1 45 - 200 - 245 - 1,1 10 2 2,5 1,5
7 - 12 1 - 187 200 - 387 - 1,7 10 2 2,5 1,5
8 - 17 2 - 266 400 - 666 - 3 10 4 2,5 1,5
9 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
10 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
11 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
12 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
13 - 28 5 - 437 1000 - - 1437 6,5 10 10 2,5 1,5
14 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
15 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
16 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
17 - 1 1 - 16 200 - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
18 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
19 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
20 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
21 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
128
Lanjutan Tabel 4.23
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
22 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
23 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
24 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
25 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
26 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
27 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
28 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
29 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
30 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
31 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
32 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
33 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
34 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
35 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
36 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
37 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
38 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
39 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
40 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
41 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
Total 1 134 142 45 2102 28400 10256 10076 10215 Total Fasa R+S+T = 30547
31741
129
Tabel 4.24 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 4
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
1 - 5 7 - 78 1400 1478 - - 6,7 10 10 2,5 1,5
2 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
3 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
4 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
5 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
6 1 - 1 45 - 200 - 245 - 1,1 10 2 2,5 1,5
7 - 12 1 - 187 200 - 387 - 1,7 10 2 2,5 1,5
8 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
9 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
10 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
11 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
12 - 17 2 - 266 400 - - 666 3 10 4 2,5 1,5
13 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
14 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
15 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
16 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
17 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
18 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
19 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
20 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
130
Lanjutan Tabel 4.24
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
21 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
22 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
23 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
24 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
25 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
26 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
27 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
28 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
29 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
30 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
31 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
32 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
33 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
34 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
35 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
36 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
37 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
38 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
39 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
40 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
Total 1 106 137 45 1665 27400 10256 9410 9444 Total Fasa R+S+T = 30304
131
Tabel 4.25 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 5
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
1 - 5 7 - 78 1400 1478 - - 6,7 10 10 2,5 1,5
2 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
3 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
4 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
5 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
6 1 - 1 45 - 200 - 245 - 1,1 10 2 2,5 1,5
7 - 12 1 - 187 200 - 387 - 1,7 10 2 2,5 1,5
8 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
9 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
10 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
11 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
12 - 17 2 - 266 400 - - 666 3 10 4 2,5 1,5
13 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
14 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
15 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
16 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
17 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
18 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
19 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
20 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
132
Lanjutan Tabel 4.25
Gro
Up
Jumlah Lampu dan Kotak
Kontak Total Seluruh Beban
( VA )
Total Daya
( VA )
In
( A )
Pengaman
( MCB 1 ɸ A)
Penghantar
(NYM mm2)
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Jumlah
Kotak
Kontak
TL
1 x 36 W
LED
12,5 W
Daya
Kotak
Kontak
R S T
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
Data
Lapangan
Hasil
Penghitung
an
21 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
22 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
23 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
24 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
25 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
26 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
27 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
28 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
29 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
30 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
31 - 3 6 - 47 1200 1247 - - 5,6 16 6 2,5 1,5
32 - 1 1 - 16 200 216 - - 0,9 10 2 2,5 1,5
33 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
34 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
35 - 3 6 - 47 1200 - 1247 - 5,6 16 6 2,5 1,5
36 - 1 1 - 16 200 - 216 - 0,9 10 2 2,5 1,5
37 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
38 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
39 - 3 6 - 47 1200 - - 1247 5,6 16 6 2,5 1,5
40 - 1 1 - 16 200 - - 216 0,9 10 2 2,5 1,5
Total 1 106 137 45 1665 27400 10256 9410 9444 Total Fasa R+S+T = 29110
151
4.4 Pengaman dan Penghantar Cabang
4.4.1 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 1
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus
diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 1.
Fasa R1
In fasa R1 = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 572+619+775
220
= 8,9 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 8,9 A berdasarkan Tabel
2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang
terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 8,9
= 11,1 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 11,1
A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm2
sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm2 .
152
4.4.2 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 2
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus
diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 2.
Fasa R
In fasa R1 = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 744+3522
220
= 19,3 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 19,3 A berdasarkan
Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 20 A sedangkan yang
terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 19,3
= 24,1 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 24,1
A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm2
sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm2 .
153
4.4.3 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 3
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus
diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 3.
Fasa R1
In fasa R1 = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 1478+1247+216+1247+216
220
= 20 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 20 A berdasarkan Tabel
2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 20 A sedangkan yang terpasang
di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 20
= 25 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 25 A,
berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm2 sedangkan
yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm2 .
154
4.4.4 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 4 dan Lantai 5
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus
diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 4 dan lantai 5.
Fasa R1
In fasa R1 = 𝑆
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙
= 1478+1247+216+1247+216
220
= 20 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 20 A berdasarkan Tabel
2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 20 A sedangkan yang terpasang
di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 20
= 25 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 25 A,
berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm2 sedangkan
yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm2 .
Adapun untuk hasil perbandingan antara penghitungan dengan data lapangan,
pengaman dan penghantar cabang dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 dapat dilihat pada Tabel
4.26 Sampai Tabel 4.30:
155
Tabel 4.26 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 1
Group
fasa
Total
Beban
( VA )
In
( A)
Pengaman
MCB 1 ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
1
R 1966 8,9 20 10 4 1,5
S 4634 21 20 25 4 4
T 3144 14,2 20 16 4 1,5
2
R 3957 17,9 20 20 4 2,5
S 884 4 20 4 4 1,5
T 2111 9,5 20 10 4 1,5
3
R 787 3,5 20 4 4 1,5
S 1112 5 20 6 4 1,5
T 1303 5,9 20 6 4 1,5
Tabel 4.27 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 2
Group
fasa
Total
Beban
( VA )
In
( A )
Pengaman
MCB 1 ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
1
R 4266 19,3 20 20 4 2,5
S 2643 12 20 16 4 1,5
T 2057 9,3 20 10 4 1,5
Tabel 4.28 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 3
Group
fasa
Total
Beban
( VA )
In
( A )
Pengaman
MCB 1 ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
1
R 4404 20 20 20 4 2,5
S 4224 19,2 20 20 4 2,5
T 4363 19,8 20 20 4 2,5
2
R 2926 13,3 20 16 4 1,5
S 2926 13,3 20 16 4 1,5
T 2926 13,3 20 16 4 1,5
3
R 2926 13,3 20 16 4 1,5
S 2926 13,3 20 16 4 1,5
T 2926 13,3 20 16 4 1,5
156
Tabel 4.29 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 4
Group
fasa
Total
Beban
( VA )
In
( A )
Pengaman
MCB 1 ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
1
R 4404 20 20 20 4 2,5
S 3558 16,1 20 20 4 2,5
T 3592 16,3 20 20 4 2,5
2
R 2926 13,3 20 16 4 1,5
S 2926 13,3 20 16 4 1,5
T 2926 13,3 20 16 4 1,5
3
R 2926 13,3 20 16 4 1,5
S 2926 13,3 20 16 4 1,5
T 2926 13,3 20 16 4 1,5
Tabel 4.30 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 5
Group
fasa
Total
Beban
( VA )
In
( A )
Pengaman
MCB 1 ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
1
R 4404 20 20 20 4 2,5
S 3558 16,1 20 20 4 2,5
T 3592 16,3 20 20 4 2,5
2
R 2926 13,3 20 16 4 1,5
S 2926 13,3 20 16 4 1,5
T 2926 13,3 20 16 4 1,5
3
R 2926 13,3 20 16 4 1,5
S 2926 13,3 20 16 4 1,5
T 2926 13,3 20 16 4 1,5
157
4.5 Pengaman dan Penghantar Group
4.5.1 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 1
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui
terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 1.
Group 1
In Group 1 = 𝑆
√3 𝑥 𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑙𝑖𝑛𝑒
= 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑅1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑆1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇1
√3 𝑥 380
= 1966+4634+3144
√3 𝑥 380
= 14,8 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 14,8 A berdasarkan
Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 16 A sedangkan yang
terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 14,8
= 18,5 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 18,5
A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm2
sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm2 .
Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah
Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung
pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan.
158
4.5.2 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 2
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui
terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 2.
Group 1
In Group 1 = 𝑆
√3 𝑥 𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑙𝑖𝑛𝑒
= 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑅1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑆1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇1
√3 𝑥 380
= 4266+2643+2057
√3 𝑥 380
= 13,6 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 13,6 A berdasarkan
Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 16 A sedangkan yang
terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 13,6
= 17 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 17
A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm2
sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm2 .
Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah
Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung
pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan.
159
4.5.3 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 3
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui
terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 3.
Group 1
In Group 1 = 𝑆
√3 𝑥 𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑙𝑖𝑛𝑒
= 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑅1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑆1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇1
√3 𝑥 380
= 4404+4224+4363
√3 𝑥 380
= 19,7 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 19,7 A berdasarkan
Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 20 A sedangkan yang
terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 19,7
= 24,6 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang didapat KHA = 24,6 A,
berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm2 sedangkan
yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm2 .
Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah
Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung
pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan.
160
4.5.4 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 4 dan Lantai 5
Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui
terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 4 dan lantai 5.
Group 1
In Group 1 = 𝑆
√3 𝑥 𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒−𝑙𝑖𝑛𝑒
= 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑅1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑆1+𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑇1
√3 𝑥 380
= 4404+3558+3592
√3 𝑥 380
= 17,5 A
Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 17,5 A berdasarkan
Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 20 A sedangkan yang
terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A.
KHA = 125 % x In
= 125 % x 17,5
= 21,8 A
Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 21,8
A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm2
sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm2 .
Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah
Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung
pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan.
Adapun untuk hasil perbandingan antara penghitungan dengan data lapangan,
pengaman dan penghantar group dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 dapat dilihat pada Tabel
4.31 Sampai Tabel 4.35:
161
Tabel 4.31 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 1
Group Total Beban
Group
( VA )
In ( A )
Pengaman
MCB 3ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan 1 9744 14,8 32 16 6 2,5
2 6952 10,5 32 16 6 1,5
3 3202 4,8 32 6 6 1,5
Tabel 4.32 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 2
Tabel 4.33 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 3
Group Total Beban
Group
( VA )
In ( A )
Pengaman
MCB 3ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan 1 12991 19,7 32 20 6 2,5
2 8778 13,3 32 16 6 1,5
3 8778 13,3 32 16 6 1,5
Group Total Beban
Group
( VA )
In ( A )
Pengaman
MCB 3ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan 1 8966 13,6 32 16 6 1,5
162
Tabel 4.34 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 4
Group Total Beban
Group
( VA )
In ( A )
Pengaman
MCB 3ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan 1 11554 17,5 32 20 6 2,5
2 8778 13,3 32 16 6 1,5
3 8778 13,3 32 16 6 1,5
Tabel 4.35 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 5
Group Total Beban
Group
( VA )
In ( A )
Pengaman
MCB 3ɸ ( A )
Penghantar
( NYM mm2 )
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan
Data
Lapangan
Hasil
Penghitungan 1 11554 17,5 32 20 6 2,5
2 8778 13,3 32 16 6 1,5
3 8778 13,3 32 16 6 1,5
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melaksanakan Studi Instalasi Penerangan di Swiss-Belhotel Borneo
Samarinda dari Lantai 1 Sampai Lantai 5, maka diambil simpulan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan jumlah titik lampu pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda dari
Lantai 1 Sampai Lantai 5 adalah 867 titik lampu sedangakan yang terpasang
dilapangan adalah 801 titik lampu.
2. Total daya yang terpasang pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda dari Lantai 1
Sampai Lantai 5 adalah 116634 VA sedangkan daya untuk data lapangan adalah
115666 VA.
3. Kapasitas pengaman group yang digunakan pada Swiss-Belhotel Borneo
Samarinda dari Lantai 1 sampai lantai 5 hasil perhitungan menggunakan MCB 3ɸ
( A ) = 20 , 16 , 6 , sedangkan yang terpasang dilapangan adalah MCB 3ɸ ( A ) =
32.
4. Besar penghantar group yang digunakan pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda
dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 hasil perhitungan menggunakan ( NYM mm2) =
2,5 & 1,5 , sedangkan yang terpasang dilapangan adalah ( NYM mm2) = 6 .
5. Penggunaan pengaman dan penghantar untuk data lapangan dengan hasil
perhitungan terlihat perbedaan, untuk data lapangan menggunakan pengaman dan
penghantar tidak sesuai dengan bebanya, karena di lapangan mengantisipasi
apabila ada penamabahan beban sehingga tidak terjadi pengantian pengaman dan
penghantar, sedangkan untuk hasil perhitungan menggunakan pengaman dan
penghantar sesuai dengan beban nya.
164
5.2 Saran-saran
1. Agar pencahayaan sesuai dengan peruntukan ruangan maka sebaiknya
penggunaan lampu disesuaikan dengan hasil perhitungan sehingga setiap sudut
ruangan mendapatkan cahaya secara merata.
2. Penggunaan pengaman dan penghantar agar di sesuaikan dengan kegunaan atau
kebutuhan, seperti kebutuhan beban sehingga pemasangan pengaman tidak boleh
disamakan pada beban yang berbeda.
3. Perawatan panel serta komponen didalamnya supaya dilakukan secara rutin
dalam arti bahwa pada setiap bulan hendaknya dilakukan inspeksi sehingga
pemeriksaan tidak hanya dilakukan pada keadaan terjadi gangguan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumardjati, P., Yahya, S., Mashar, A., & Soleh, M. (2008). Teknik Pemanfaatan
Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta: Macan Jaya Raya Cemerlang.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta, 2011.
Harten, P.V., & Setiawan, E. (1981). Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Bandung: Bina
Cipta.
Harten, P.V., & Setiawan, E. (1985). Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina
Cipta.
P4TK BMTI. (2014). Teknik Penerangan Listrik. Bandung.
Rusmadi, D. (2005). Belajar Instalasi Listrik . Bandung: Pionir Jaya.
Muhaimin, (2001). Teknologi Pencahayaan. Bandung: PT Refika Aditama.
LAMPIRAN