studi kelayakan pengembangan ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. skripsi full...

54
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BARANG JADI KARET DI LAMPUNG (Skripsi) Oleh JOSHUA SEPTYAN RAHMAT PRATAMA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: dangbao

Post on 30-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRIBARANG JADI KARET DI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

JOSHUA SEPTYAN RAHMAT PRATAMA

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

FEASIBILITY STUDY OF DEVELOPMENT OF RUBBER PRODUCTSAGROINDUSTRY IN LAMPUNG

ABSTRACT

By

JOSHUA SEPTYAN RAHMAT PRATAMA

Lampung Province is one of the rubber producer. Natural rubber from smallholder

plantations is generally processed into low quality lumps, which has an impact on the

economic conditions of farmers. Facing these problems, there needs to be an effort to

increase the added value of rubber. The development of rubber processing agro-

industry in rubber centers is one of the ways that can be done. The purpose of this

study was to determine the type of rubber products concentrated latex - based

agroindustry, determine the location of chosen agroindustry development, and

conduct business feasibility analysis in terms of market, technical and process

technology, management and financial aspects. The method used in this research is

survey method. Information and research data were processed and analyzed using the

Exponential Comparison Method (MPE) and business feasibility analysis. MPE

results show that foam mattress agro-industry is a chosen product with the highest

Page 3: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

value of 6.789 and the potential area for the development of foam mattress

agroindustry is in North Lampung Regency, with an MPE value of 7.665. As a result

of analysis of market aspects, foam mattresses have the potential to replace synthetic

mattresses. The results of the analysis of technical aspects of technology, agro-

industrial foam mattresses can be developed because the process technology needs

can be fulfilled. The management aspect shows that foam mattress agro-industry can

hire for the 55 employees. Based on financial aspects, the development of foam

mattress agro-industry is feasible based of the required investment criteria are met,

namely: Investment IRR is higher than the bank discount factor of 126.05%, Payback

Period (PP) is reached at 2.38 years, NPV is 46,289 .240.091 and Net B / C show a

value more than 1 that is 14.46

Keywords : latex agroindustry, exponential comparison method, feasibility analysis

Page 4: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRIBARANG JADI KARET DI LAMPUNG

Oleh

JOSHUA SEPTYAN RAHMAT PRATAMA

Provinsi Lampung adalah salah satu daerah penghasil karet. Karet alam dari

perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump yang mutunya rendah sehingga

berdampak pada kondisi perekonomian petani. Menghadapi permasalahan tesebut

perlu adanya usaha untuk meningkatkan nilai tambah karet. Pengembangkan

agroindustri pengolahan karet pada daerah sentra karet adalah salah satu cara yang

dapat dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis agroindustri

barang jadi karet berbasis lateks pekat, menentukan lokasi pendirian agroindustri

terpilih, serta melakukan analisis kelayakan usaha ditinjau dari aspek pasar, teknis

dan teknologi proses, manajemen, dan finansial. Metode yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah metode survey. Informasi dan data penelitian diolah dan

dianalisis menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), serta analisis

kelayakan usaha. Hasil MPE menunjukan bahwa agroindustri kasur busa merupakan

Page 5: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

produk unggulan dengan nilai terbesar yaitu 6,789 dan daerah yang berpotensi untuk

lokasi pembangunan agroindustri kasur busa yaitu di Kabupaten Lampung Utara,

dengan nilai MPE 7,665. Hasil analisis aspek pasar, kasur busa berpotensi

menggantikan kasur sintetis. Hasil analisis aspek teknis tekonologi, agroindustri

kasur busa dapat dikembangkan karena kebutuhan teknologi proses dapat terpenuhi.

Aspek manajemen menunjukkan agroindustri kasur busa dapat membuka lapangan

kerja dengan kebutuhan sebanyak 55 orang. Berdasarkan aspek finansial, pendirian

agroindustri kasur busa dinyatakan layak dengan pertimbangan kriteria investasi yang

dipersyaratkan terpenuhi, yaitu: IRR investasi lebih besar dari faktor diskonto bank

yang besarnya 126,05%, Payback Period (PP) tercapai pada 2,38 tahun, NPV sebesar

46.289.240.091 dan Net B/C menunjukkan nilai lebih besar dari 1 yaitu 14,46.

Kata kunci : agroindustri lateks, metode perbandingan eksponensial, analisis

kelayakan usaha

Page 6: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRIBARANG JADI KARET DI LAMPUNG

Oleh

JOSHUA SEPTYAN RAHMAT PRATAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 7: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump
Page 8: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump
Page 9: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump
Page 10: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Kanan, pada tanggal 24 September 1994, sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Eko Suyatno dan Ibu Prapti Rusminatun.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Pembina di Liwa pada tahun

2000, Sekolah Dasar di SDN 1 Way Mengaku, Lampung Barat pada tahun 2006,

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Liwa, Lampung Barat pada tahun 2009, dan

Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Liwa Lampung Barat pada tahun 2012.

Tahun 2012, penulis diterima di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN tertulis. Pada tahun 2015,

penulis melakukan Praktik Umum di Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara

(KPSBU), Lembang Jawa Barat, dengan judul “Mempelajari Penerapan HACCP

Pada Proses Produksi Susu Segar di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara

(KPSBU) Lembang Jawa Barat” dan Kuliah Kerja Nyata di Pekon Puralaksana,

Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2016.

Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya menjadi Kepala Dinas

Internal BEM Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada periode kepengurusan

2014/2015 dan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

sebagai Anggota Bidang Seminar dan Dikusi pada periode kepengurusan 2015/2016.

Page 11: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

limpahan berkat dan karunia - Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Studi Kelayakan Pengembangan Agroindustri Barang Jadi

Karet di Lampung “ adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Teknologi Pertanian di Univesitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian atas

izin penelitian yang diberikan.

3. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. selaku dosen pembimbing satu, atas bantuan

serta bimbingan, pengarahan, saran, dan masukan dalam proses penelitian dan

penyelesaian skripsi penulis.

Page 12: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

4. Bapak Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A. selaku dosen pembimbing dua atas

bantuan serta bimbingan, pengarahan, saran, dan masukan dalam proses

penelitian dan penyelesaian skripsi penulis.

5. Ibu Ir. Otik Nawansih, M.P., selaku dosen penguji, serta atas nasehat dan saran,

bimbingan dan evaluasinya terhadap skripsi penulis.

6. Bapak Ir. Harun Al Rasyid, M.T., selaku dosen pembimbing akademik atas

saran, nasehat, dan bimbingannya hingga memperoleh gelar sarjana.

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar, staf administrasi di Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Kedua orang tua yang selalu menyemangati dan mendoakan untuk penulis.

9. Seluruh rekan THP 2012, adik-adik THP 2013 dan 2014 untuk semua dukungan

serta motivasi, dan bantuannya selama perkuliahan dan penelitian.

10. Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

dukungannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Penulis,

JOSHUA SEPTYAN RAHMAT PRATAMA

Page 13: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah..................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.3 Kerangka Pemikiran..................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet............................................................................. 7

2.2 Produk Agroindustri Karet Alam................................................. 8

2.3 Produksi Karet di Lampung.......................................................... 10

2.4 Metode Perbandingan Eksponensial............................................. 11

2.5 Analisis Multikriteria dan Metode Pembobotan........................... 12

2.6 Aspek-aspek Studi Kelayakan...................................................... 13

2.6.1 Aspek Pasar dan Pemasaran............................................... 13

2.6.2 Aspek Teknis Produksi dan Teknologis............................. 14

2.6.3 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia.................. 14

2.6.4 Aspek Finansial.................................................................. 14

2.6.5 Analisis Sensitivitas............................................................ 17

Page 14: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 18

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 18

3.3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ............................... 18

3.3.1 Data Primer ..................................................................... 19

3.3.2 Data Sekunder ................................................................. 19

3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................... 19

3.4.1 Pemilihan Produk Prospektif ..... ....................................... 20

3.4.2 Penentuan Lokasi Agroindustri ......................................... 21

3.4.3 Analisis Kelayakan Usaha.................................................. 25

A. Aspek Pasar .................................................................. 25

B. Aspek Teknis Produksi dan Teknologi ........................ 25

C. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia ........... 26

D. Aspek Finansial ........................................................... 27

E. Analisis Sensitivitas ..................................................... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan Produk Potensial......................................................... 31

4.2 Penentuan Lokasi Agroindustri.................................................... 43

4.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan..................................................... 52

4.3.1 Aspek Pemasaran............................................... ................ 52

4.3.2 Aspek Teknis Produksi dan Teknologi............................... 54

4.3.3 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia............ ..... 73

4.3.4 Aspek Finansial............................................... ................... 81

4.3.5 Analisis Sensitivitas............................................... ............ 91

V. KESIMPULAN................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA... ............................................................................. 95

LAMPIRAN............................................................................................... 99

Page 15: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas lahan dan produksi karet Provinsi Lampung menurut

kabupaten .......................................................................................... 10

2. Daftar pabrik pengolahan karet di Lampung .................................... 11

3. Matrik keputusan penilaian alternatif produk potensial.................... 21

4. Matrik pemilihan lokasi agroindustri ................................................ 23

5. Matrik perbandingan alternatif berpasangan..................................... 24

6. Skala banding secara berpasangan.................................................... 24

7. Nilai bobot kriteria untuk pemilihan produk potensial .................... 32

8. Hasil agregasi penilaian para pakar untuk nilai alternatif produk .... 33

9. Nilai bobot kriteria untuk pemilihan alternatif lokasi agroindustri... 44

10. Hasil agregasi penilaian pakar untuk pemilihan alternatif lokasi..... 45

11. Luas area dan produksi tanaman karet Kabupaten Lampung

Utara berdasarkan kecamatan tahun 2015 ....................................... 50

12. Perbandingan harga kasur busa lateks dan sintetik .......................... 54

13. Syarat ukuran busa untuk kasur (SNI 06-1845-1990)...................... 56

14. Jumlah kebutuhan mesin dan peralatan industri kasur busa............. 66

15. Daftar kebutuhan tenaga kerja pada proses produksi kasur busa .... 67

16. Perhitungan kebutuhan luas ruang produksi pabrik kasur busa …… 70

Page 16: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

17. Perhitungan kebutuhan luasan gudang ……………………………. 71

18. Jumlah kebutuhan tenaga kerja pada industri kasur busa ……….... 80

19. Daftar gaji tenaga kerja pada industri kasur busa ……………........ 81

20. Rincian modal tetap pendirian industri kasur busa……………… .. 85

21. Penentuan modal kerja industri kasur busa selama satu tahun …… 86

22. Proyeksi pendapatan industri kasur busa selama 10 tahun ……….. 87

23. Hasil analisis kelayakan investasi industri kasur busa ……… ........ 89

24. Analisis sensitivitas kelayakan usaha industri kasur busa ……....... 91

Page 17: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pohon industri karet alam.......................... ...................................... 9

2. Skema tahapan penelitian................................................................. 19

3. Diagram alir proses penentuan produk prospektif. .......................... 20

4. Diagram alir proses penentuan lokasi industri.................................. 22

5. Diagram alir proses analisis aspek teknis dan teknologi.................. 26

6. Diagram alir proses analisis aspek manajemen................................ 27

7. Grafik peningkatan luas area perkebunan karet rakyat

Provinsi Lampung tahun 2015-2017................................................ 37

8. Grafik peningkatan produksi karet kebun rakyat

Provinsi Lampung tahun 2015-2017................................................. 37

9. Tahap-tahap pembuatan kasur busa.................................................. 40

10. Grafik peningkatan luas area dan produksi tanaman karet

Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012-2015................................. 49

11. Volume impor kasur busa pada tahun 2017..................................... 53

12. Diagram alir dan neraca massa produksi kasur busa......................... 57

13. Alat pendadih lateks..................................... .................................... 59

14. Alat pendispersi lateks...................................................................... 60

15. Mesin pengocok lateks........................ ............................................. 63

Page 18: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

16. Lemari vulkanisasi.................................... ....................................... 64

17. Mesin pengering kasur busa...................................... ....................... 66

18. Layout denah pabrik industri kasur busa........................ .................. 72

19. Bagan struktur organisasi industri kasur busa.................................. 74

Page 19: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber

pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi

sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet, maupun pelestarian

lingkungan dan sumberdaya hayati (Litbang Deptan, 2007). Pada tahun 2015

Indonesia mengekspor karet alam mencapai 2,63 juta ton dengan pendapatan

devisa dari komoditas tersebut mencapai US$ 3.699 juta. Adapun negara tujuan

utama ekspor adalah Amerika Serikat, China, Jepang, Korea Selatan, dan India

(Kementerian Pertanian, 2016). Karet dari Indonesia diekspor dalam berbagai

bentuk seperti bahan baku industri (crumb rubber,ribbed smooke sheet, lateks)

dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya (Arif, 2009).

Karet merupakan komoditi yang tidak dikonsumsi secara langsung oleh manusia,

namun untuk memenuhi permintaan industri atau melalui suatu proses industri

menjadi suatu bentuk baru agar dapat digunakan. Permintaan karet dalam negeri

selama tahun 1980 - 2015 sangat fluktuatif dan cenderung meningkat dengan rata

- rata pertumbuhan sebesar 29,62% per tahun. Permintaan karet dalam negeri

berasal dari kebutuhan industri produk karet. Hal ini terkait dengan mobilitas

manusia dan kebutuhan barang yang memerlukan komponen dari karet seperti ban

Page 20: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

2

kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet

dan lain sebagainya (Kementerian Pertanian, 2016). Seiring dengan keinginan

manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari pecah dan elastis maka

kebutuhan akan karet saat ini akan terus berkembang dan meningkat sejalan

dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan

keperluan rumah tangga, dan sebagainya (Kementerian Perindustrian, 2007).

Permintaan terhadap karet untuk masa yang akan datang diperkirakan akan terus

meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi Indonesia sebagai

negara pengekspor karet dan hasil olahan industri karet.

Tanaman karet merupakan salah satu komoditas unggulan pada sektor perkebunan

di Lampung. Provinsi Lampung memiliki areal tanaman karet seluas 152.166 Ha

dengan produktivitas sebesar 129.868 ton. Perkebunan karet di Lampung menurut

status kepemilikan lahan adalah perkebunan rakyat seluas 132.162 Ha dengan

produksi 114.944 ton, perkebunan milik negara seluas 14.010 Ha dengan produksi

8.838 ton, dan perkebunan milik swasta seluas 6.030 Ha dengan produksi 6.086

ton (Ditjen Perkebunan, 2017). Kabupaten penghasil karet terbesar di Provinsi

Lampung adalah Way Kanan, Lampung Utara, Tulang Bawang, Mesuji, dan

Tulang Bawang Barat. Jumlah produksi karet Provinsi Lampung yang paling

besar berasal dari perkebunan rakyat.

Karet alam dari perkebunan rakyat umumnya hanya diolah menjadi lump. Lump

yang dihasilkan petani karet harga jualnya tidak stabil dan fluktuatif karena nilai

tawar petani terhadap tengkulak sangat rendah. Menghadapi permasalahan

Page 21: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

3

tesebut perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai jual karet kebun.

Pengolahan karet alam menjadi barang jadi karet merupakan upaya untuk

meningkatkan nilai tambah karet kebun dan dapat meningkatkan pendapatan

petani karet. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan perencanaan pengembangan

industri pengolahan karet pada daerah sentra karet rakyat di Provinsi Lampung.

Perencanaan pengembangan agroindustri barang jadi tersebut harus dilakukan

secara terencana sehingga perlu adanya suatu pemilihan jenis industri dan studi

kelayakan pendirian agroindustri barang jadi karet di Provinsi Lampung.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan jenis agroindustri berbasis barang jadi karet yang potensial untuk

dikembangkan di Provinsi Lampung dengan menggunakan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE).

2. Menentukan lokasi agroindustri barang jadi karet dengan menggunakan

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

3. Melakukan analisis kelayakan pendirian agroindustri berbasis karet yang

terpilih di Provinsi Lampung ditinjau dari:

a. Aspek pasar

b. Aspek teknis dan teknologi

c. Aspek manajemen

d. Aspek finansial

e. Analisis sensitivitas

Page 22: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Data Ditjen Perkebunan (2017) menunjukkan jumlah produksi karet Lampung

pada tahun 2016 mencapai 129.868 ton. Jumlah tersebut meningkat 1.830 ton dari

jumlah produksi pada tahun 2015 (128.038 ton). Peningkatan ini akan terus terjadi

karena adanya perluasan lahan serta penggunaan bibit unggul. Sebanyak 88,5%

dari jumlah produksi tersebut dihasilkan dari perkebunan rakyat (114.944 ton).

Karet yang dihasilkan dari perkebunan rakyat selama ini hanya diolah menjadi

lump. Pengetahuan yang kurang serta minimnya teknologi penunjang membuat

petani karet hanya mengolah karet segar menjadi lump. Saat ini lump dari petani

dihargai rendah karena kualitasnya yang tidak cukup baik. Rendahnya harga lump

mempengaruhi kondisi perekonomian petani. Perlu adanya suatu upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani karet. Salah satunya

adalah dengan melakukan pengolahan karet.

Salah satu metode pengolahan lateks yang dapat diterapkan di tingkat industri

kecil menengah adalah pengolahan lateks pekat. Cara pendadihan tidak

memerlukan peralatan yang mahal, sehingga pembuatan lateks pekat secara

pendadihan sesuai untuk diterapkan industri kecil-menengah (Triwijoso, 1989).

Pengolahan lateks pekat bertujuan untuk memperoleh kadar karet kering (KKK)

28-30% menjadi KKK 60-64%, sehingga produk barang jadi karet mempunyai sifat

yang lebih baik (Marsongko, 2013). Biasanya lateks pekat digunakan untuk

pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi (Zuhra, 2006).

Contoh produk akhir berbahan lateks pekat adalah karet busa, kondom, sarung

Page 23: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

5

tangan, selang kateter, selang transfusi, lem, balon dan barang-barang

tipis/transparan lainnya hanya dapat dibuat dari lateks pekat (Maspanger, 2007).

Meskipun ketersediaan bahan baku lateks cukup melimpah, pengembangan

agroindustri barang jadi karet di Provinsi Lampung masih sangat terbatas. Perlu

adanya upaya pemilihan jenis agroindustri barang jadi karet yang layak

dikembangkan untuk memenuhi permintaan akan barang jadi karet. Metode yang

digunakan untuk menentukan jenis industri barang jadi karet yang berpotensi

adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Selanjutnya dilakukan

pemilihan lokasi pendirian industri dengan menggunakan MPE. Pemilihan

dilakukan dengan penilaian dari para pakar dengan kriteria yang telah ditetapkan

sesuai dengan pertimbangan yang ada dalam pendirian agroindustri.

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode untuk

menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria majemuk.

Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan

untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefenisi dengan baik

pada tahapan proses. MPE akan menghasilkan nilai alternatif yang perbedaannya

lebih kontras (Saaty, 1993). Metode ini juga merupakan salah satu metode

pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih

dalam skala tertentu.

Jenis industri barang jadi karet berbasis lateks pekat yang terpilih selanjutnya

dilakukan analisis bisnis dan studi kelayakan usaha. Menurut Waluyo (2010),

Page 24: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

6

aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam tahap analisis ini meliputi

aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek finansial dan

aspek sensitivitas. Kelayakan pendirian suatu agroindustri dapat diukur dengan

menggunakan dasar penilaian Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan Break Even

Point (BEP). Pendirian usaha tersebut dapat dikembangkan bila NPV bernilai

lebih besar dari nol (NPV>0), IRR bernilai lebih besar dari discount factor

(IRR>i), Net B/C ratio bernilai lebih besar dari satu, maka nilai payback period

lebih pendek dari umur ekonomis proyek/investasi. Jika dalam analisis

finansial pendirian agroindustri berbasis lateks pekat layak untuk dikembangkan,

maka diperlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh perubahan biaya

tertentu terhadap kelayakan usaha yang akan dikembangkan.

Page 25: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet

Karet (Hevea brasiliensis) merupakan sumber utama penghasil karet alam (lateks)

dan penghasil devisa negara, baik untuk menambah pemasukan dan juga untuk

menyerap tenaga kerja. Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil

lateks di dunia (Budiman, 2012). Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik

dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat

tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Sesuai habitat aslinya di

Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok

ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan

Kalimantan (Syakir dkk, 2010).

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-2.500 mm/tahun

dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Karet sebagai tanaman tropis

membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5- 7 jam/hari. Berbagai

jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis

maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik

terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi

sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.

Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik

Page 26: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

8

sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Derajat keasaman mendekati

normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6. Batas

toleransi pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya antara

lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35%

tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan < 16% serta permukaan air tanah

< 100 cm (Syakir dkk., 2010).

2.2 Produk Agroindustri Karet Alam

Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis

karet mempunyai/memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya

saling melengkapi. Saat ini karet yang digunakan di industri terdiri dari karet alam

dan karet sintetis (Syakir dkk., 2010). Karet alam adalah bahan polimer alam yang

diperoleh dari Hevea brasiliensis atau Guayule. Karet alam yang berwujud cair

disebut lateks. Lateks merupakan suatu cairan yang berwarna putih atau putih

kekuning-kuningan, yang terdiri atas partikel karet dan bahan non karet yang

terdispersi di dalam air (Triwijoso dkk., 1995). Karet alam memiliki berbagai

keunggulan dibanding karet sintetik, terutama dalam hal elastisitas, daya redam

getaran, sifat lekuk lentur (flex-cracking) dan umur kelelahan (fatigue).

Berdasarkan keunggulan tersebut, maka saat ini karet alam sangat dibutuhkan

terutama oleh industri ban. Pohon industri karet disajikan pada Gambar 1.

Page 27: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

9

Gambar 1. Pohon industri karet alamSumber : Kementerian Perindustrian, 2007

Cat

Barang lain Pelampung

Compound

Ban bekas

Ban vulkanisir

Perlengkapanteknik industri

Oil seal

Selang

Belt conveyor/transmission

Konvensional(RSS, Crepe)

Perlengkapanpakaian/olahraga

Sepatu, sendal

Bola sepak,volly, basket

Pakaian selamLateks

Crumb Rubber

Ban

Perlengkapankendaraan lain

Pedal sepedadan motor

Lis kaca mobil

Balon

Dot susu

Perlak

Karpet

Perlengkapan bayidan rumah tangga

Lateks Pekat

Alat kesehatan &laboratorium

Sarung tangan

Kondom

Pipet

Selangsteteskop,

selang infus

Page 28: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

10

2.3 Produksi Karet di Lampung

Provinsi Lampung adalah salah satu provinsi yang mengandalkan sektor pertanian

sebagai sumber pendapatan daerah. Salah satu komoditi unggulan perkebunan

yaitu karet disamping lada, kopi robusta, kakao, tebu, kelapa dan kelapa sawit.

Produksi karet di Provinsi Lampung menurut status kepemilikannya berasal dari

perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan milik negara (BUMN).

Luas lahan produksi dan produksi karet di Provinsi Lampung menurut kabupaten

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas lahan dan produksi karet Provinsi Lampung menurut kabupaten

No. Kabupaten/Kota Luas lahan (Ha) Produksi (Ton)1. Lampung Barat 124 182. Tanggamus 620 2223. Lampung Selatan 9.066 8.7124. Lampung Timur 15.418 2.0205. Lampung Tengah 11.477 4.8726. Lampung Utara 35.403 18.2767. Way Kanan 30.273 20.2488. Tulang Bawang 32.427 27.2799. Pesawaran 1.508 55110. Pringsewu 963 49311. Mesuji 27.853 19.67412. Tulang Bawang Barat 36.158 26.16913. Pesisir Barat 656 10314. Bandar Lampung 87 10015 Metro 7 4

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2018)

Industri hilir karet di Provinsi Lampung saat ini belum ada. Akan tetapi sudah

terdapat pabrik pengolahan karet menjadi barang setengah jadi. Pabrik pengolahan

karet di Provinsi Lampung yang masih aktif berproduksi antaralain PTPN VII,

yang memiliki empat unit usaha pabrik pengolahan yang memproduksi ribbed

Page 29: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

11

smoke sheet (RSS) dan crumb rubber. Dua perusahaan lainnya adalah badan

usaha milik swasta (Kementerian Perindustrian, 2018). Daftar pabrik pengolahan

karet di Lampung disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar pabrik pengolahan karet di Lampung

No. Nama Perusahaan Jenis Produk1. PT. Nakau RSS2. PT. Way Kandis Karet remah (SIR)3. PTPN. VII Kedaton (Way Galih) Karet remah (SIR 20)4. PTPN. VII Way Berulu Karet remah (SIR 20)5. PTPN. VII Tulung Buyut Karet remah (SIR 20)6. PTPN. VII Kebun Rejosari Karet remah (SIR 20)

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2018

2.4 Metode Perbandingan Eksponensial

Menurut Marimin (2004), metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan

salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantifikasikan pendapat

seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Teknik ini digunakan sebagai

pembantu bagi individu pengambil keputusan untuk menggunakan rancang

bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Langkah-

langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan MPE adalah:

1. Penentuan alternatif keputusan,

2. Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji,

3. Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan

menggunakan skala konversi tertentu sesuai keinginan pengambil keputusan,

4. Penentuan derajat kepentingan relatif dari setiap alternatif keputusan, dan

5. Pemeringkatan nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan

Page 30: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

12

Formulasi penghitungan total nilai setiap pilihan keputusan menurut Marimin

(2004), adalah :

Total nilai ( ) = (RK ij)Keterangan:TNi = Total nilai alternatif Ke-RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada keputusan ke-i, yang dapat

dinyatakan dengan skala ordinal (1,2,3,4,5)TKK j = derajat kepentingan kriteria keputusan, yang dinyatakan dengan bobotm = jumlah kriteria keputusann = jumlah pilihan keputusan

2.5 Analisis Multikriteria dan Metode Pembobotan

Pada proses pengambilan keputusan dibutuhkan adanya kriteria sebelum

memutuskan suatu alternatif pilihan. Kriteria digunakan sebagai alat ukur untuk

mengukur tingkat pencapaian tujuan, karena kriteria menunjukkan definisi dari

suatu masalah dalam bentuk konkrit. Menurut Malczewski (1999), kriteria adalah

standar penentuan atau aturan-aturan dasar yang mana alternatif keputusan-

keputusan diurutkan menurut keinginan kriteria itu sendiri. Analisis multikriteria

adalah seperangkat proses yang digunakan untuk menganalisis masalah keputusan

yang kompleks dimana ketidakpastian dan kriteria yang saling berlawanan

dilibatkan sebagai dasar terhadap keputusan-keputusan alternatif dievaluasi.

Menurut Malczewski (1999), terdapat beberapa cara pembobotan, yaitu dengan

metode ranking, rating, pairwise comparison, dan trade-off analysis.

Page 31: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

13

2.6 Aspek-aspek Studi Kelayakan

Studi kelayakan dewasa ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat umum

khususnya yang bergerak dalam bidang usaha. Bermacam-macam peluang dan

kesempatan yang ada pada kegiatan usaha telah menuntut penilaian yang cermat

dan menyeluruh mengenai peluang/kesempatan tersebut apakah memiliki prospek

kedepan yang baik atau memberikan manfaat jika diusahakan. Kegiatan-kegiatan

dalam rangka menilai, meniliti sejauh mana dampak yang akan dihasilkan atas

suatu investasi inilah yang dinamakan studi kelayakan. Menurut Ibrahim (2009),

studi kelayakan atau yang lebih dikenal dengan feasibility study merupakan bahan

pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak adalah

penilaian terhadap manfaat yang dapat diterima baik dari sisi finansial benefit

maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam

arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam pengertian financial

benefit, dimana hal ini semua dikembalikan kepada tujuan dilaksanakananya

usaha ini. Analisis aspek-aspek yang digunakan dalam studi kelayakan antaralain :

2.6.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Menurut Subagyo (2008), dalam melakukan penelitian terhadap aspek pasar dan

pemasaran perlu diadakan penelitian terhadap beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu permintaan, penawaran, proyeksi permintaan dan penawaran,

proyeksi penjualan, produk (barang/jasa), segmentasi pasar, strategi dan

implementasi pemasaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar

tingkat penyerapan pasar, sehingga tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat

Page 32: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

14

menurunkan harga. Tingkat harga juga harus diperbandingkan dengan barang-

barang sejenis, sehingga konsumen mampu membeli produk yang dihasikan.

2.6.2 Aspek Teknis Produksi dan Teknologis

Tujuan aspek teknis ialah (a) agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang

tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, maupun kantor, (b) menentukan layout

yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan

efisiensi, (c) menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan

produksi, (d) menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan

sesuai dengan bidang usahanya, (e) menentukan kualitas tenaga kerja yang

dibutuhkan sekarang dan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2007).

2.6.3 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Konsep dasar manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengendalian suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya

sehingga mempunyai nilai tambah. Dalam kaitannya dengan rencana pendirian

sebuah proyek, aspek manajemen perlu dikaji agar proyek yang didirikan dan di

operasikan nantinya dapat berjalan dengan lancar. Aspek manajemen yang dikaji

mencakup manajemen saat proyek nantinya dioperasikan.

2.6.4 Aspek Finansial

Analisis finansial merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan tujuan

menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankan atau tidak dijalankan dengan

melihat dari beberapa kriteria kelayakan. Beberapa kriteria investasi yang

Page 33: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

15

digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu usulan usaha

menurut Kasmir dan Jakfar (2007), adalah sebagai berikut :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara benefit (penerimaan) dengan

cost (pengeluaran) yang telah di present value kan. Kriteria ini mengatakan

bahwa proyek akan dipilih apabila NPV > 0. Dengan demikian, jika suatu

proyek mempunyai NPV < 0, maka tidak akan dipilih atau tidak layak untuk

dijalankan. Jika NPV = 0, artinya proyek tersebut mengembalikan persis

sebesar social opportunity cost faktor produksi modal.

b. Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang menggambarkan

bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah di present value kan sama

dengan nol. Dengan demikian, IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek

untuk menghasilkan returns, atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya.

Kadang- kadang IRR menggunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku,

walaupun sebetulnya bukan (i), tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya (i)

tersebut. Kriteria investasi IRR memberikan pedoman bahwa proyek akan

dipilih apabila IRR > social Discount Rate. Begitu pula sebaiknya, jika

diperoleh IRR < Social Discount Rate, maka proyek sebaiknya tidak layak.

Page 34: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

16

c. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

Net Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan antara benefit bersih dari

tahun-tahun yang telah di present value kan (pembilang/sifat +) dengan biaya

bersih dalam tahun dimana Bt – Ct, (penyebut/bersifat –) yang telah di present

value kan, yaitu biaya kotor > benefit kotor. Analisis ini bertujuan untuk

mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan dengan pengeluaran

selama umur ekonomis proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika

nilai B/C Ratio lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak layak

dilakukan jika nilai B/C Ratio lebih kecil dari satu.

d. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) adalah metode yang digunakan untuk menghitung lama

periode yang diperlukan untuk mengembalikan investasi dari aliran kas masuk

(proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Semakin

cepat dalam pengembalian biaya investasi pada proyek, maka semakin baik

proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Apabila proceeds

setiap tahunnya jumlahnya sama , maka Payback Period (PP) dari suatu

investasi dihitung dengan cara membagi investasi dengan proceeds tahunan.

e. Break Even Point (BEP)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana usaha yang

dilakukan bisa memberikan keuntungan atau pada tingkat tidak rugi dan tidak

untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannya antara pendapatan dan biaya.

Page 35: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

17

2.6.5 Analisis Sensitivitas

Pada bidang pertanian, bisnis bersifat sensitif dan berubah-ubah akibat empat

masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan

usaha, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi (Gittinger 1986).

Parameter harga jual produk, jumlah penjualan dan biaya dalam analisis finansial

diasumsikan tetap setiap tahunnya (cateris paribus). Namun dalam keadaan nyata,

parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu, maka analisis

sensitivitas perlu dilakukan. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat

sampai berapa persen penuruan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat

mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi

tidak layak. Pada analisis sensitivitas dicari beberapa nilai pengganti pada

komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria

minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal.

Keuntungan normal terjadi apabila usaha yang akan dijalankan mentoleransi

peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output

(Gittinger,1986).

Page 36: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di wilayah Provinsi Lampung, dan dinas-dinas

yang berkaitan dengan penelitian yaitu Dinas Perindustrian, Dinas Perkebunan,

Bappeda Provinsi Lampung, serta Universitas Lampung. Pengambilan data

dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2017.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat tulis, lembar

kuesioner, dan komputer. Bahan yang digunakan adalah berbagai sumber pustaka

terkait analisis yang dilakukan.

3.3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan wawancara dengan

para pakar yang berkaitan dengan pendirian agroindustri barang jadi karet. Para

pakar tersebut berasal dari Dinas Perindustrian, Dinas Perkebunan, Bappeda

Provinsi Lampung, serta akademisi dari Universitas Lampung. Data yang

dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Pengumpulan data tersebut

bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan keterangan sehingga data

Page 37: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

19

tersebut dapat dipergunakan untuk pemecahan masalah dan pertimbangan

pengambilan keputusan.

3.3.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian yang dilakukan merupakan data yang didapatkan

secara langsung baik di lapang maupun melalui wawancara. Data primer yang

dikumpulkan meliputi data potensi bahan baku, data permintaan dan pemasaran,

harga produk, peralatan dan spesifikasinya, serta data peralatan dan umur alat.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan berkaitan dengan kajian

pengembangan agroindustri. Sumber data sekunder diperoleh melalui laporan,

artikel, jurnal, data statistik instansi pemerintah, balai penelitian, dan sebagainya.

3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu (1) penentuan produk prospektif, (2)

penentuan lokasi agroindustri, dan (3) analisis kelayakan pendirian agroindustri.

Skema tahapan penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema tahapan penelitianSumber : Dewi yang dimodifikasi (2011)

Metode perbandingan eksponensial

Metode perbandingan eksponensial

Aspek pasar Aspek teknis dan teknologi Aspek manajemen Aspek finansial Analisis sensitivitas

M

e

t

o

d

e

Pemilihan produkprospektif potensial

Penentuan lokasiagroindustri

Analisis kelayakanpendirian agroindustri

Page 38: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

20

3.4.1 Pemilihan Produk Prospektif

Pada pemilihan produk prospektif, tahap pertama yang dilakukan adalah diskusi

dengan para pakar untuk mendapatkan alternatif produk prospektif dan kriteria-

kriteria dalam pemilihan produk prospektif. Tahap kedua adalah menentukan

bobot skor masing-masing kriteria dengan menggunakan metode perbandingan

berpasangan (Pairwise Comparison) dan skor alternatif produk dengan metode

perbandingan eksponensial (MPE). Hasil dari pengolahan data tersebut adalah

urutan prioritas produk prospektif berdasarkan kriteria-kriteria kualitatif. Diagram

alir proses penentuan produk prospektif disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir proses penentuan produk prospektifSumber : Dewi yang dimodifikasi (2011)

Mulai

Studi kepustakaan

Penyebaran kuesioner penentuanbobot kriteria dan alternatif

Studi pustaka dan diskusi

Perhitungan rata-rata geometrik

Teknik Metode PerbandinganEksponensial (MPE)

Penyusunan alternatif produkprospektif

Penentuan kriteria keputusan yangpenting untuk dievaluasi

Penilaian bobot kriteria dan alternatif

Penggabungan penilaian para pakar

Pengolahan data hasil kuesioner

Urutan prioritas produk prospektif

Selesai

Page 39: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

21

Langkah selanjutnya setelah alternatif produk, kriteria penilaian, dan bobot

penilaian didapatkan, maka kuesioner dapat diajukan kepada para pakar untuk

mendapatkan penilaian. Penilaian alternatif pada setiap kriteria menggunakan

skala penilaian ordinal (1,2,3,4,5). Matrik keputusan penilaian alternatif produk

potensial dapat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Matrik keputusan penilaian alternatif produk potensial

Kriteria BobotNilai Alternatif Produk

Produk 1 Produk 2 . . Produk ke- n

1

2

.

.

m RKnm

Sumber : Marimin, 2004

3.4.2 Penentuan Lokasi Agroindustri

Pada penentuan lokasi pendirian agroindustri, tahap pertama yang dilakukan

adalah diskusi dengan para pakar untuk mendapatkan alternatif lokasi dan kriteria-

kriteria dalam pemilihan lokasi agroindustri. Tahap kedua adalah menentukan

skor masing-masing kriteria dengan menggunakan metode perbandingan

berpasangan (Pairwise Comparison) dan skor alternatif lokasi dengan metode

perbandingan eksponensial (MPE). Hasil dari pengolahan data tersebut adalah

urutan prioritas produk prospektif berdasarkan kriteria-kriteria kualitatif. Diagram

alir proses penentuan lokasi pendirian agroindustri disajikan pada Gambar 4.

Page 40: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

22

Gambar 4. Diagram alir proses penentuan lokasi industriSumber : Dewi yang dimodifikasi (2011)

Langkah selanjutnya setelah alternatif lokasi, kriteria penilaian, dan bobot

penilaian didapatkan, maka kuesioner dapat diajukan kepada para pakar untuk

mendapatkan penilaian. Penilaian alternatif pada setiap kriteria menggunakan

skala penilaian ordinal (1,2,3,4,5). Matrik keputusan penilaian alternatif lokasi

disajikan pada Tabel 4.

Mulai

Studi kepustakaan

Penyebaran kuesioner penentuanbobot kriteria dan alternatif

Studi pustaka dan diskusi

Perhitungan rata-rata geometrik

Teknik Metode PerbandinganEksponensial (MPE)

Penyusunan lokasi agroindustri

Penentuan kriteria keputusan yangpenting untuk dievaluasi

Penilaian bobot kriteria dan alternatif

Penggabungan penilaian para pakar

Pengolahan data hasil kuesioner

Urutan prioritas lokasi agroindustri

Selesai

Page 41: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

23

Tabel 4. Matrik keputusan penilaian alternatif lokasi agroindustri

Kriteria BobotNilai Alternatif Lokasi

Lokasi 1 Lokasi 2 . . Lokasi ke- n

1

2

.

.

m RKnm

Sumber : Marimin, 2004

Pembobotan kriteria dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan

(Pairwise Comparison) (Saaty, 1993). Pembobotan kriteria digunakan untuk

penentuan skor bobot pada pemilihan alternatif produk dan alternatif lokasi.

Metode ini mempunyai konsep menentukan bobot relatif antara dua kriteria

berdasarkan skala nilai bobot 1-9 yang dikembangkan oleh Saaty. Langkah

pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan

berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria

yang di berikan. Metode perbandingan berpasangan menggunakan bentuk matriks

yang bersifat sederhana, berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk

memeriksa konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua

perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara

keseluruhan untuk merubah pertimbangan (Saaty, 1993). Proses untuk memulai

perbandingan berpasangan dimulai dari level paling atas hirarki untuk memilih

kriteria, kemudian dari level dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan

dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4, A5. Susunan elemen-elemen pada matrik

seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Page 42: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

24

Tabel 5. Matrik perbandingan alternatif berpasangan

Pilihan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif . Alternatif . Alternatif n

Alternatif 1 1

Alternatif 2 1

Alternatif . 1

Alternatif . 1

Alternatif n 1

Sumber : Saaty, 1993

Cara untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan

bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap

elemen lainnya. Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk

pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki

terhadap suatu kreteria dilevel yang lebih tinggi. Jika suatu elemen dibandingkan

dengan elemen yang sama, maka diberi nilai 1. Jika A dibanding B mendapatkan

nilai tertentu, maka B dibanding A merupakan kebalikkannya. Penjabaran skala

banding pada metode perbandingan berpasangan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Skala banding secara berpasangan (Pairwise Comparison), Saaty 1993

Nilai Definisi Penjelasan1 Kriteria A sama penting

dengan BDua elemen sama besar pada sifat tsb.

3 A sedikit lebih penting dari B Pengalaman dan pertimbangan sedikitmenyokong satu elemen atas elemen lainnya

5 A jelas lebih penting dari B Pengalaman dan pertimbangan kuatmenyokong satu elemen atas elemen lainnya

7 A sangat jelas lebih pentingdari B

Satu elemen dengan kuat disokong dandominannya telah terlihat dalam praktik

9 Mutlak lebih penting dari B Bukti yang menyokong elemen yang satuatas yang lain memiliki tingkat penegasantertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara di antara duapertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara duapertimbangan

Page 43: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

25

Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menghasilkan bobot dan

prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui

penyelesaian persamaan matematik.

= ⎝⎜⎛ 1 …1 …1 ⋯⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮⋯ 1 ⎠⎟

⎞Matriks diatas diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu dengan

menentukan nilai eigen (eigenvector). Prosedur mendapatkan nilai eigen adalah :

1. Mengkuadratkan matriks

2. Menghitung jumlah nilai dari tiap baris, kemudian dilakukan normalisasi

3. Proses perhitungan dihentikan bila perbedaan antara jumlah dari dua

perhitungan berturut-turut tidak terlalu besar (sampai empat desimal).

4. Mengukur konsistensi

3.4.3 Analisis Kelayakan Usaha

A. Aspek Pasar

Analisis kelayakan usaha berdasarkan aspek pasar meliputi pengkajian usaha

yang meliputi analisis permintaan, tingkat konsumsi, analisis strategi

pemasaran dan penetapan harga.

B. Aspek Teknis Produksi dan Teknologi

Aspek ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek yaitu penentuan

kapasitas produksi, jenis teknologi yang paling tepat untuk digunakan,

penggunaan peralatan dan mesin, serta tata letak pabrik yang baik.

Page 44: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

26

Pengumpulan data yang diperlukan adalah tentang teknologi proses yang

sudah ada, tabulasi kebutuhan mesin dan peralatan beserta energi yang

dikonsumsi. Data-data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan

kapasitas pabrik, mesin-mesin yang akan digunakan, neraca massa, tata letak

pabrik, kebutuhan luas pabrik, dan layout pabrik. Diagram alir analisis aspek

teknis dan teknologi disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram alir proses analisis aspek teknis dan teknologiSumber : Widyanti dkk.yang dimodifikasi (2011)

C. Aspek Manajemen dan Sumberdaya Manusia

Analisis manajemen operasi meliputi analisis penentuan terhadap bentuk

usaha yang dipergunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan-

Mulai

Data tentang teknologi proses yangtelah ada

Pemilihan teknologi proses, mesin, dan peralatanyang paling optimal

Penentuan kapasitas dan penyusunan neraca massa

Menentukan kebutuhan luasan pabrik, kantor, sertafasilitas pendukung

Selesai

Penyusunan Layout

Page 45: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

27

persyaratan yang diperlukan agar dapat menjalankan pekerjaan tersebut

dengan baik, dan bagaimana struktur organisasi yang dipergunakan. Jumlah

tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas industri. Diagram alir

untuk analisis aspek manajemen disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram alir proses analisis aspek manajemenSumber : Widyanti dkk.yang dimodifikasi (2011)

D. Aspek Finansial

Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan perhitungan finansial melalui

kriteria-kriteria kelayakan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (B/C), dan Pay Back period (PP).

Mulai

- Tujuan perusahaan- Data perkiraan investasi yang diperlukan

dari penggunaan mesin dan bahan baku- Data kapasitas produksi- Teknologi proses yang digunakan

Bentuk usaha yang dipilih

Membuat kebutuhan tenaga kerja danspesifikasi pekerjaan

Membentuk struktur organisasi

Selesai

Page 46: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

28

1. Net Present Value (NPV)

Menurut Waluyo (2010), Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara

nilai investasi saat sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih yang akan

datang. Suatu kegiatan proyek dapat dipilih bila NPV adalah sebagai berikut

Keterangan:Bt = keuntungan pada tehun ke-tCt = biaya pada tahun ke-tN = umur ekonomis dari proyeki = suku bunga yang berlaku

Jika NPV ≥ 0 maka proyek layak untuk dijalankan, sebaliknya jika NPV < 0

maka proyek tidak layak untuk dijalankan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Waluyo (2010), Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai faktor

diskonto (i) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yaitu :

Keterangan:NPV(+) = NPV bernilai positifNPV(-) = NPV bernilai negatifi(+) = suku bunga yang membuat NPV positifi(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif

Jika IRR dari suatu proyek sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku,

maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ i, maka proyek layak untuk

dijalankan, begitupula sebaliknya.

NPV = ∑ ( )

IRR = i(+) +( )( ) ( ) [i(-) - i(+)]

Page 47: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

29

= ∑ (1 + )∑ (1 + )

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Ibrahim (2009), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan

perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net

benefit yang telah discount negatif (-). Untuk menghitung indeks ini terlebih

dahulu dihitung selisih antara keuntungan dan biaya untuk setiap tahun - t.

Rumusnya adalah :

Keterangan:B = Penerimaan totalC = biaya totali = tingkat suku bungan = umur ekonomis dalam tahunt = 1,2, ..., n.

Suatu usaha dinyatakan layak secara finansial jika nilai net B/C lebih tinggi

daripada 1.

4. Payback Periode (PBP)

Menurut Waluyo (2010) payback periode (PBP) adalah perhitungan jangka

waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada

proyek, nilai tersebut berupa persentase maupun waktu (baik tahun maupun

bulan). Payback periode tersebut harus lebih kecil (<) dari nilai ekonomis

proyek. Rumus payback periode adalah sebagai berikut :

PBP =

Page 48: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

30

5. Break Even Point (BEP)

Titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) proyek adalah jumlah unit

yang harus dijual atau nilai minimal yang harus diperoleh dari sebuah gagasan

bisnis agar dapat mengembalikan semua investasi yang dikeluarkan. Formulasi

penentuan titik impas dengan teknik persamaan dapat dilakukan dengan dua

cara yakni sebagai berikut:

= −= 1 − /

6. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat apa yang terjadi pada kegiatan

suatu usaha jika mengalami perubahan-perubahan dalam dasar-dasar

perhitungan biaya dan manfaat dijalankannya suatu usaha tersebut. Perubahan

yang diamati dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai NVP, IRR, Net B/C

ratio dan Payback Period jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis

(Kadariah, 2001). Adapun syarat suatu usaha mencapai nilai kriteria investasi

pada keadaan impas dimana suatu usaha dinyatakan tidak rugi dan tidak untung

apabila terjadi perubahan variabel tertentu dapat dilihat dari hasil perhitungan

kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan PBP.

Page 49: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

V. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap pemilihan pendirian agroindustri barang jadi karet

menghasilkan beberapa simpulan, yaitu:

1. Berdasarkan analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE), agroindustri barang jadi karet yang layak dikembangkan

di Provinsi Lampung menurut pakar adalah kasur busa.

2. Berdasarkan analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE), lokasi pengembangan agroindustri yang potensial adalah

di wilayah Kabupaten Lampung Utara.

3. a. Berdasarkan aspek pasar potensi kasur busa dapat menggantikan kasur

sintetis.

b. Berdasarkan hasil penilaian aspek teknis tekonologi agroindustri kasur

busa dapat dikembangkan karena kebutuhan teknologi proses dapat

terpenuhi dan dapat menyerap bahan baku lateks kebun sebanyak 8.000 kg

per hari.

Page 50: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

94

c. Aspek manajemen menunjukkan bahwa agroindustri kasur busa dapat

membuka lapangan tenaga kerja dengan kebutuhan sebanyak 55 orang

yang terdiri dari tenaga langsung dan tenaga tak langsung.

d. Berdasarkan aspek finansial, pendirian agroindustri kasur busa dinilai

layak dengan pertimbangan kriteria investasi yang dipersyaratkan

terpenuhi, yaitu:

IRR investasi lebih besar dari faktor diskonto bank yang besarnya

126,05%.

Payback Period (PP) tercapai pada 2,38 tahun.

NPV menunjukkan hasil nilai positif yaitu 46.289.240.091.

Net B/C menunjukkan nilai lebih besar dari 1 yaitu 14,46.

Nilai BEP Rupiah sebesar Rp 10.861.616.126

e. Berdasarkan analisis sensitivitas, industri kasur busa masih layak untuk

dijalankan bila terjadi kenaikan harga beli bahan baku lateks kebun sampai

50% (tanpa diikuti kenaikan bahan pembantu ), namun bila terjadi

kenaikan harga bahan baku 10% dan bahan pembantu 12% industri

menjadi tidak layak karena NPV bernilai NPV minus, Net B/C kurang dari

satu dan IRR tidak memenuhi suku bunga bank.

Page 51: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

DAFTAR PUSTAKA

Adril, A. R. 2012. Analisis Pola Pemasaran dan Struktur Pasar Serta TransmisiHarga Bahan Olahan Karet di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang

Anonima. PT. Garuda Mas Lestari. Harga Bahan Kimia Industri.http://www.garudamaslestari.com/kimia-90071. Diakses tanggal 20 Maret2018.

Anonimb. PT. Indo Tambang Raya Megah Tbk. Penjualan Batubara.http://www.itmg.co.id/id/marketing/coal-sales. Diakses tanggal 20 Maret2018.

Anonimc. PT. Petronusa Timur Instrument. Harga Bahan Kimia.http://www.petronusa.co.id/bahankimia-86941. Diakses tanggal 20 Maret2018.

Arif. 2009. Mengenal Tanaman Karet. Diunduh darihttps://habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/mengenal-tanamankaret/.Diakses pada 13 Agustus 2017.

Azizah, R.N. 2008. Deodorasi Limbah Lateks Pekat dan Dekolorisasi ZatPewarna Tekstil Secara Enzimatis dengan Formula Omphalia Sp. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor

Blackley, D.C. 1966. High Polymer Latices : Their Science and TechnologyVolume 1. AppliedScience Publisher Ltd., London

Bachtiar, M. 2001. Analisis Tekno-Ekonomi Pengembangan Agroindustri KaretBusa Pada Perkebunan Karet Rakyat. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor

Badan Penelitian Teknologi Karet Bogor. 2002. Modul Kursus Teknologi BarangJadi Lateks. Bogor.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Utara. 2016. DataStatistik Pembangunan Kabupaten Lampung Utara 2015-2016. LampungUtara

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2018. Provinsi Lampung Dalam Angka

Page 52: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

96

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Utara. 2016. Jumlah PendudukKabupaten Lampung Utara Menurut Kelompok Umur 2015

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Utara. 2016. Luas dan ProduksiTanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten LampungUtara 2012-2015

Badan Standarisasi Nasional. 1990. SNI 06-1845-1990 Syarat Ukuran Busa UntukKasur

Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Dewi, A. P. 2011. Strategi Pemasaran Produk Agroindustri Kelapa BerorientasiEkspor. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor

Dewi, S. 2001. Mempelajari Pembuatan Kompon Lateks Dalam Pembuatan KaretBusa. Laporan Praktek Kerja Lapang SMAKBO di BPTK, Bogor.

Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Karet. SekretariatJenderal Kementerian Perindustrian. Jakarta

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Outlook Karet. Komoditas PertanianSubsektor Perkebunan. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Jakarta

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia KomoditasKaret 2015-2017. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian.Jakarta

Dunlopillo Latex. 2018. Daftar harga kasur lateks (Mattress). Diunduh darihttp://www.dunlopillo.co.id/our_products.php?cat=6. Diakses tanggal 20Maret 2018.

Direktori Perusahaan Industri Karet. 2018. http://kemenperin.go.id/direktori-perusahaan?what=Karet&prov=18. Diakses tanggal 20 Maret 2018.

Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UIPress. Jakarta.

Hayami, Y., T, Kawagoe, Y. Morooka dan M. Siregar. 1987, AgriculturalMarketing and Processing in Upland Java A Perspective from A SundaVillage. CGPRT Centre. Bogor

Ibrahim, Y.H.M. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Penerbit RinekaCipta. Jakarta

Jain, S.C. 1996. International Marketing Management. The University ofConnecticut.

Page 53: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

97

Kadariah, L., Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi,Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 180 hlm.

Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 2. Kencana. Jakarta.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta

Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran. Edisi ketujuh. Jilid kedua. Terjemahan.UI Press. Jakarta. 190 hlm.

Kusnanta, T. dan S. Budiman. 1975. Petunjuk Pembuatan Karet Busa. BalaiPenelitian Perkebunan Bogor. Pedoman praktek 5/th 1975. Bogor

Litbang Deptan. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet.http://litbang.deptan.go.id. Diakses pada 13 Agustus 2017.

Machfud dan Y. Agung. 1990. Tata Letak Industri Pangan. Pusat AntarUniversitas-IPB. IPB Press. Bogor

Malczewski, J. 1999. GIS and Multicriteria Decision Analysis. Toronto: JohnWiley and Sons

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.Grassindo. Jakarta. 197 hlm

Marsongko. 2013. Pembuatan Sarung Tangan dari Lateks Alam yangDivulkanisasi Radiasi dan Belerang. Jurnal Kimia Kemasan Vol. 35 Tahun2013, Hal. 131-140

Maspanger, D. R. 2007. Pembuatan Lateks Dadih Dengan Proses SentrifugasiPutaran Rendah dan Kualitas Barang Jadi Karetnya. Agritech 27 (3) :124–129.

Nurhayati, C., dan O. Andayani. 2012. Teknologi Pengolahan Lateks CairMenjadi Karet Busa. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 1Tahun 2012 : 12-20

Pujiastuti, L. 2007. Pengaruh Waktu dan Suhu Vulkanisasi pada Pembuatan Kasurdari Serat Sabut Kelapa Berkaret. Skripsi Depsrtemen Teknologi IndustriPertanian. Institut Pertanian Bogor

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Proses HirarkiAnalitik untuk Pengambilan Keputusan Kompleks. PT. Pustaka BinamanPressindo. Jakarta.

Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Karet. KomoditasPertanian Subsektor Perkebunan.

Page 54: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/54670/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKaret alam dari perkebunan rakyat umumnya diolah menjadi lump

98

Setyorini, I., N. Sarengat, Prayitno, dan Sugiharto. 2016. Pengolahan Limbah CairIndustri Lateks Pekat dengan Berbagai Adsorben Lokal. Proshiding seminarNasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-5. 207-206

Solichin, M. dan A. Anwar, 2008. Penggunaan Asap Cair Dalam Pengolahan BlokSkim. J. Penel. Karet, 26 (1), 84-97.

Subagyo, A. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT Elex MediaKomputindo. Jakarta.

Suliyanto. 2010. Study Kelayakan Bisnis : Pendekatan Praktis. Penerbit Andi.Yogyakarta

Suparto, D., dan Y. Syamsu. 2008. Pengembangan Teknologi Tepat GunaPembuatan Barang Karet Berbasis Lateks Pravulkanisasi. Bogor : BadanPenelitian Teknologi Karet

Sutojo, S. 1983. Studi Kelayakan Proyek. PT. Pustaka Binaman Pressindo.Jakarta. 150 hlm.

Syakir, M., S. Damanik, M. Tasya, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan PascapanenKaret. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Jakarta.

Triwijoso, S.U., 1989. Pedoman Teknis Pengawetan Lateks Hevea. BalaiPenelitian Perkebunan Bogor. Bogor

Triwijoso, S.U., dan Siswantoro, O. 1995. In House Trainning Pengolahan LateksPekat dan Karet Mentah. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Bogor

Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Waloyo, M. 2010. Manajemen Perusahaan Industri. Penerbit Dian Samudra.Sidoarjo.

Widyanti, S. M., Ismono H., Hidayati S. 2011. Penentuan Agroindustri BerbasisJagung Terpilih di Provinsi Lampung. Jurnal Teknologi dan Industri HasilPertanian Vol. 16, No. 1

Wijana, S. 2012. Modul Perancangan Pabrik : Penentuan Lokasi Pabrik. ModulTeknologi Industri Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Yudopranoto, K. 2006. Perbandingan Populasi Tungau Debu Rumah Pada KasurKapuk dan Non Kapuk di Perumahan PJK Kelurahan Randusari SemarangSelatan Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang

Zuhra, C. F. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.Medan