studi komparasi pembelajaran inkuiri terbimbing …/studi... · terbimbing dengan metode eksperimen...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN LAJU REAKSI KELAS XI
SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
DEVINTA RIZA NINGTYAS
X 3307012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN LAJU REAKSI KELAS XI
SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
DEVINTA RIZA NINGTYAS
X 3307012
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Drs. Js. Sukardjo, M.Si.
NIP 19480914 198002 1 001
Pembimbing II,
Budi Hastuti, S.Pd., M.Si.
NIP 19780806 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari :...................................
Tanggal : ..................................
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra.Hj. Bakti Mulyani, M.Si. ....………....
Sekretaris : Endang Susilowati S.Si., M.Si. ……………
Anggota I : Drs. Js. Sukardjo, M.Si. .…………....
Anggota II : Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. ……………
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam makalah skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.
Surakarta, Pebruari 2012
Penulis
Devinta Riza Ningtyas
X3307012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Devinta Riza Ningtyas. X3307012. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN
DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK
BAHASAN LAJU REAKSI KELAS XI SEMESTER 1 SMA NEGERI 1
MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan metode eksperimen menghasilkan prestasi belajar yang lebih
tinggi pada pokok bahasan Laju Reaksi dibandingkan dengan metode
demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
penelitian Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design dimana kelas
eksperimen 1 yang digunakan adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas
dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi.
Populasi adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran
2011/2012. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random
sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa yang
diperoleh dari aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor. Teknik analisis data
yang digunakan adalah Uji t pihak kanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen pada pokok bahasan
Laju Reaksi memberikan prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikan
5%. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk belajar kognitif diperoleh thitung = 3,928
> ttabel = 1,67 dan untuk prestasi belajar psikomotor diperoleh thitung = 1,792 > ttabel
= 1,67. Sedangkan untuk aspek afektif, hasil uji t-pihak kanan adalah thitung =
1.475 < t0.95(74) = 1.67.
Kata Kunci : Inkuiri Terbimbing, Metode Eksperimen, Metode Demonstrasi,
Prestasi Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Devinta Riza Ningtyas. X3307012. COMPARATIVE STUDY GUIDED
INQUIRY LEARNING WITH EXPERIMENT AND DEMONSTRATION
METHODS OF STUDENT ACHIEVEMENT IN THE RATE OF REACTION
CLASS XI SEMESTER 1 SMA 1 MOJOLABAN STATE OF LESSONS
2011/2012. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas
Maret University of Surakarta.
This research aimed to know wether using Guided Inquiry Learning by
experimental method can provide the learning achievement higher than
demonstration method on the subject of Reaction Rate.
This research uses experimental methods by design Randomized
Comparison Group Pretest-posttest design which is the first class used Guided
Inquiry learning model with Experimental methods and the second class used
Guided Inquiry learning model by Demonstration methods. The population were
the student of a class XI student SMA Negeri 1 Mojolaban in 2011/2012. The
research used cluster random sampling technique. The main data of this study
are forms of student achievement obtained from the cognitive, affective and
psychomotor. Data analysis techniques used right t-test.
The results of the research shown that achievement of the student in
guided inquiri learning by the experimental method on the subject of Reaction
Rate higher than demonstration method. It was indicated by the results of
calculations using right t-test with 5% significant level. The right t-test resulted
that achievement of cognitive learning obtained t count = 3.928> t table = 1.67 and
for the achievement of psychomotor learning obtained t count = 1.792> t table = 1.67.
As for the affective aspect, right t-test results is t count = 1475 <t 0.95 (74) = 1.67.
Keywords: guided inquiry, experimental methods, Demonstration methods,
learning achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Keberhasilan yang paling besar dan berharga bukanlah karena kita tidak pernah terjatuh dan mengalami kegagalan dalam suatu hal, melainkan kita belum bangkit dan berusaha maksimal untuk mencapai cita-cita tersebut.
“ Ketahuilah bahwa pertolongan Allah bersama kesabaran; kelapangan ada bersama kesempitan; dan kemudahan ada bersama kesulitan”. (HR. Al Hakim & Ahmad)
“Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati, satu hati menangis dan yang satu hati bersabar”. (Kahlil Gibran)
“Selalu berusaha untuk menjadi lebih baik”. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk :
Allah SWT yang selalu melindungiku
Ayah n Ibu atas kasih sayang dan do’a
selama ini
Kedua adikku,,Tomy & Dani
Spcial one,,,Dias
Fiona, Erni, Okty, Eni, Seli n
Yaya..makasi guysss,,,
Ratri, Seli n Hanif,,,,makasi bantuan d
skull,,,
Temen-temen s’angkatan (2007)
Almamater
SMA N 1 Mojolaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur pada Allah SWT yang telah melimpahkan
banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan
perhatian dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Bapak Sukarmin, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah
menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang
telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Js. Sukardjo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Ibu Budi Hastuti, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing II yang telah pula
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Ibu Nanik Dwi Nurhayati, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang
membimbing , mengarahkan dan memberi nasehat kepada penulis.
7. Bapak Drs. Narman, M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Bapak Wiyoto, S.Pd., selaku guru Kimia SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA3. Terima kasih atas bantuan, do’a dan
kerjasamanya.
10. Ayah, Ibu, adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang,
dukungan serta semangat bagi penulis.
11. Sahabat dan teman-teman semua untuk segala dukungan, persahabatan dan
bantuan serta semangatnya.
12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya
penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Surakarta, Pebruari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iv
PERNYATAAN ............................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................ vi
ABSTRACT ..................................................................................... vii
MOTTO ............................................................................................ viii
PERSEMBAHAN ............................................................................. ix
KATA PENGANTAR ...................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xivi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ....................................................... 4
D. Perumusan Masalah ........................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 6
1. Studi Komparasi ....................................................... 6
2. Belajar dan Pembelajaran ......................................... 6
3. Inkuiri Terbimbing ................................................... 8
4. Metode Eksperimen ................................................. 10
5. Metode Demonstrasi ................................................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
6. Prestasi Belajar ......................................................... 14
7. Materi Pokok Laju Reaksi ....................................... 16
B. Kerangka Berpikir ........................................................... 33
C. Hipotesis ......................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 36
1. Tempat .................................................................... 36
2. Waktu ..................................................................... 36
B. Metode Penelitian ........................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ...................................................... 37
D. Variabel Penelitian .......................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 37
F. Teknik Analisis Data ..................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................... 50
A. Deskripsi Data ................................................................ 50
B. Uji Prasyarat Analisis ..................................................... 56
C. Pengujian Hiotesis ......................................................... 58
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 65
A. Kesimpulan ..................................................................... 65
B. Implikasi ........................................................................ 65
C. Saran ............................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 67
LAMPIRAN ...................................................................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Percobaan Penentuan Persamaan Laju Reaksi
Antara Gas NO dan Gas H2 pada Suhu 800oC ...................... 22
Tabel 2 Hasil Percobaan Penentuan Persamaan Laju Reaksi
Antara Ion Amonium dan Ion Nitrit pada Suhu 25oC ........... 24
Tabel 3 Contoh Katalis dalam Industri .............................................. 33
Tabel 4 Desain Penelitian ................................................................... 37
Tabel 5 Ranguman Hasil Uji Validitas Soal Kognitif ...................... 41
Tabel 6 Ranguman Hasil Uji Reliabilitas Soal Kognitif .................... 42
Tabel 7 Ranguman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Kognitif ....... 43
Tabel 8 Ranguman Hasil Uji Daya Beda Suau Item .......................... 44
Tabel 9 Skor Penilaian Afektif .......................................................... 45
Tabel 10 Ranguman Hasil Uji Validitas Soal Afektif ......................... 46
Tabel 11 Ranguman Hasil Uji Reliabilitas Afektif .............................. 47
Tabel 12 Rangkuman Deskripsi data Penelitian .................................. 50
Tabel 13 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .................................. 51
Tabel 14 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .................................. 53
Tabel 15 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .................................. 55
Tabel 16 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai SPU, kognitif,
afektif dan psikomotor ............................................................ 56
Tabel 17 Hasil Uji Homogenitas Nilai SPU, kognitif,afektif
dan psikomotor ...................................................................... 57
Tabel 18 Uji t-pihak kanan prestasi belajar kognitif .............................. 58
Tabel 19 Uji t-pihak kanan prestasi belajar afektif ................................ 59
Tabel 20 Uji t-pihak kanan prestasi belajar psikomotor ........................ 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pembakaran Batang Korek Api ..................................... 17
Gambar 2 Grafik Jumlah Molekul Terhadap Waktu ..................... 19
Gambar 3 Grafik Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi ................... 21
Gambar 4 Mekanisme untuk reaksi 2AB→A2 + B2 ...................... 25
Gambar 5 Bola Yang Menggelinding ............................................ 26
Gambar 6 Diagram Energi pada Reaksi Eksoterm dan Endotern ..
....................................................................................... 26
Gambar 7 Grafik Tingkat Energi dengan Katalis .......................... 30
Gambar 8 Histogram Perbandingan Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ........................ 52
Gambar 9 Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ........................ 54
Gambar 10 Histogram Perbandingan Nilai Psikomotor Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ........................ 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xivi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus .............................................................................. 50
Lampiran 2 RPP ................................................................................... 55
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Kognitif ........................................... 81
Lampiran 4 Instrumen Soal Kognitif .................................................. 84
Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Soal Kognitif ......................... 96
Lampiran 6 Lembar Jawaban ............................................................... 97
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Afektif .............................................. 98
Lampiran 8 Instrumen Instrumen Afektif ............................................ 99
Lampiran 9 Petunjuk Praktikum Konsentrasi ..................................... 102
Lampiran 10 Petunjuk Praktikum Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Laju Reaksi ............................................. 103
Lampiran 11 Lembar Penilaian Praktikum Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Laju reaksi ............................................... 106
Lampiran 12 Perhitungan Hasil Tryout Kognitif .................................. 111
Lampiran 13 Perhitungan Hasil Tryout Afektif .................................... 117
Lampiran 14 Uji Normalitas Nilai Ulangan SPU ................................. 123
Lampiran 15 UJi Homogenitas Nilai Ulangan SPU ............................. 127
Lampiran 16 Uji t-Matching Nilai SPU ................................................ 128
Lampiran 17 Data Induk Penelitian ...................................................... 129
Lampiran 18 Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif, Afektif
dan Psikomotor ................................................................ 132
Lampiran 19 Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif, NIlai Afektif
Nilai Psikomotor .............................................................. 140
Lampiran 20 Uji t-Pihak Kanan ............................................................ 144
Lampiran 21 Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif, Afektif dan
Psikomotor ........................................................................ 146
Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian ................................................... 151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus
selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Berbagai
usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional.
Salah satu langkah yang diambil pemerintah adalah pembaruan kurikulum. Saat
ini pemerintah sedang menerapkan kurikulum dengan mengembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada standar
nasional. Dimana tujuan pendidikan nasional ini harus sesuai dengan kekhasan,
kondisi daerah, satuan pendidikan dan siswa.
Setelah pembaruan kurikulum langkah selanjutnya adalah peningkatan
kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan oleh
setiap guru, karena tanpa adanya motivasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung di kelas akan sulit
untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran serta tidak bermakna. Kualitas
pembelajaran yang dilakukan sangat penting bagi sekolah yang akan diteliti oleh
penulis. Hal ini karena materi yang disampaikan kepada siswa, tidak
memperhatikan taraf perkembangan mental dan psikologis siswa sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan kurang berkualitas dan bermakna. Penulis dapat
mengasumsikan bahwa pembelajaran yang telah berlangsung kurang berkualitas
dan bermakna dikarenakan sebagian besar guru masih melakukan pembelajaran
secara konvensional meskipun telah melaksanakan KTSP.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada siswa di SMA
Negeri 1 Mojolaban, sebagian siswa berpendapat bahwa mereka selalu
mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah. Mereka menginginkan
metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik sehingga materi pelajaran yang
disampaikan guru tidak terkesan monoton dan membosankan. Kurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pembelajaran yang bermakna mengakibatkan prestasi belajar Kimia siswa rendah,
khususnya pada materi pokok Laju Reaksi. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perolehan rata-rata nilai ulangan harian yang sebagian besar siswa nilainya di
bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu dibawah 75.
Berdasarkan fakta tersebut, metode yang efektif adalah metode yang
mampu menyampaikan pesan materi ajar dari guru kepada siswa, sehingga siswa
bisa lebih mudah memahami materi pelajaran tersebut. Dalam hal ini, siswa tidak
hanya menghafal dari buku yang dipelajari melainkan siswa mendapatkan suatu
konsep yang benar terhadap materi tersebut. Ketepatan guru dalam memilih
metode mengajar yang sesuai sangat penting terhadap keberhasilan proses
pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu
model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajarn inkuiri terbimbing
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa, salah
satunya oleh Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Amstrong dan Brittan
Hallar dalam jurnal yang berjudul “Effects of Inquiry-based Learning on
Students’ Science Literacy Skills and Confidence”. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh An Nuril Maulida Fauziah menunjukkan bahwa pembelajaran
optik geometri menggunakan metode inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi
dapat meningkatkan motivasi berprestasi dan sikap ilmiah siswa. Penelitian yang
dilakukan oleh Nely Andriani, Imron Husaini, dan Lia Nurliyah menyimpulkan
bahwa dari hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru model
pembelajaran inkuiri terbimbing efektif diterapkan dalam mata pelajaran fisika
pokok bahasan cahaya di SMPN 2 Muara Padang. Dalam metode ini, siswa
dibimbing oleh guru untuk menemukan sesuatu sendiri. Demikian halnya dengan
metode eksperimen dan demonstrasi, kedua metode ini dapat diterapkan pada
materi pelajaran yang menuntut keterampilan, kecermatan dan pemahaman
sehingga siswa dapat secara aktif menemukan suatu konsep/ pengetahuan yang
sedang dipelajari.
Materi pokok Laju Reaksi meliputi Sub Materi Pokok yaitu Konsep Laju
Reaksi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi, Teori Tumbukan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Persamaan Laju Reaksi. Pada Sub Materi Pokok Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Laju Reaksi terdapat konsep yang memerlukan pengamatan siswa
sehingga diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala, menggolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan proses ilmiah sehingga membutuhkan metode
pembelajaran yang tepat. Materi pokok Laju Reaksi merupakan materi yang berisi
konsep dan hitungan yang membutuhkan kemampuan berpikir yang berkaitan
dengan konsep-konsep yang pernah diajarkan sebelumnya. Materi pokok Laju
Reaksi merupakan materi yang penting karena mendasari materi selanjutnya yaitu
Kesetimbangan Kimia. Oleh karena itu untuk mengajarkan materi Laju Reaksi
kepada siswa diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa
dalam memperoleh pengetahuan atau konsep sehingga siswa dapat lebih
memahami dan mengendap lebih tahan lama dalam ingatan siswa.
SMA Negeri 1 Mojolaban, Sukoharjo memiliki fasilitas laboratorium
cukup lengkap. Khususnya untuk laboratorium kimia tersedia alat dan bahan
kimia yang dapat dipergunakan dalam proses belajar mengajar kimia. Tetapi
keberadaan laboratorium kimia ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu untuk materi-materi
kimia yang membutuhkan pengamatan langsung dapat memanfaatkan
laboratorium kimia yang ada. Agar dapat melakukan pengamatan dapat
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi. Dalam hal ini, siswa yang
biasanya hanya belajar dengan hafalan akan menggunakan metode pembelajaran
yang lebih menarik karena mereka dapat melakukan kegiatan observasi sehingga
pengetahuan yang mereka dapat akan lebih terekam dalam memori ingatan siswa.
Dalam kegiatan laboratorium siswa melakukan pengamatan dan
mempraktekkannya sendiri. Kegiatan laboratorium dapat mengembangkan proses
berpikir siswa dengan timbulnya berbagai pertanyaan dalam diri siswa selama
pelaksanaan kegiatan laboratorium. Dengan demikian kegiatan laboratorium
merupakan kegiatan yang mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap siswa. Sedangkan metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengamati secara cermat dan memberikan gambaran secara jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
hasil pengamatan tersebut untuk menemukan suatu konsep. Dengan adanya
demonstrasi maka akan mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah metode mengajar kimia yang efektif sehingga tujuan
pembelajaran Kimia di SMA dapat tercapai?
2. Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen
dan demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran kimia pada
materi pokok Laju Reaksi?
3. Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen
dan demonstrasi dalam proses pembelajaran menunjukkan adanya
perbedaan tingkat prestasi belajar?
4. Apakah prestasi belajar siswa pada pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan metode eksperimen lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa
dengan metode demonstrasi pada pada materi pokok Laju Reaksi?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terfokus maka perlu pembatasan masalah. Adapun
masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Subyek penelitian yaitu siswa kelas XI SMA N 1 Mojolaban Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Model pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini adalah inkuiri
terbimbing.
3. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen dan demonstrasi untuk sub pokok bahasan Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi.
4. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah Laju Reaksi.
5. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen akan lebih
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan metode
demonstrasi pada pokok bahasan Laju Reaksi?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
Mengetahui perbandingan pembelajaran inkuiri terbimbing antara metode
eksperimen dengan metode demonstrasi untuk dapat menghasilkan prestasi belajar
yang tinggi pada pokok bahasan Laju Reaksi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia pokok bahasan Laju Reaksi
antara siswa yang diajar dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi.
2. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam pemilihan
metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan hasil belajar yang
lebih baik.
3. Sebagai bahan pemikiran selanjutnya bagi peneliti yang berminat mengadakan
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya
dalam proses belajar mengajar kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi
Studi komparasi menurut Poerwodarminto dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (1996:708), studi berasal dari bahasa Inggris to study yang berarti
ingin mendapatkan atau mempelajari. Mempelajari berarti ingin mendapatkan
sesuatu yang khusus dengan didorong oleh rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang
belum dipelajari dan dikenal. Sedangkan komparasi berasal dari bahasa Inggris to
compare yang berarti membandingkan, paling tidak ada dua masalah yaitu ada
faktor persamaan serta faktor perbedaan.
Menurut Winarno Surakhmad dalam bukunya Pengantar Pengetahuan
Ilmiah (1986:84) “Komparasi adalah penyelidikan deskriptif yang berusaha
mencari pemecahan melalui analisis tentang hubungan sebab akibat yaitu memilih
faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang
diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain”. Sedangkan
Aswarni Sudjud dalam Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa “Penelitian
komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan tentang benda-benda, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang,
kelompok terhadap suatu idea atau suatu prosedur kerja”(Suharsimi Arikunto,
1997:247). Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa studi komparasi merupakan suatu keingintahuan untuk
mempelajari dua variabel yang berbeda dengan membandingkan satu dengan yang
lain tetapi kedua variabel tersebut setara.
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, belajar merupakan faktor yang
menentukan hasil sebagaimana telah ditentukan. Mengingat pentingnya belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
para ahli berusaha merumuskan pengertian belajar. Beberapa pakar pendidikan
mendefinisikan belajar sebagai berikut :
1) Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari
proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
2) Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3) Cronbach
Learning is shown by a changce in behavior as a result of experience. (Belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
4) Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to
listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
5) Geoch
Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah
perubahan performance sebagai hasil latihan).
6) Morgan
Lerning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past
experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman).
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Menurut Reber, belajar adalah the process of
acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Hal yang
sama bahwa konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan
konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu (Sardiman. A. M , 2007:37).
Penulis menyimpulkan dengan dasar konstruktivisme, belajar lebih dari
sekedar mengingat, tetapi benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan dengan memecahkan masalah, menemukan sesuatu dengan ide yang
dimiliki siswa sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai arti
proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan. Pembelajaran terdiri atas
beberapa komponen yang saling berkaitan yang bekerja sama secara terpadu
untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen dari
sistem pembelajaran ada 4, yaitu:
1) Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan
terjadi pada siswa setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Perubahan
perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Materi, yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
3) Strategi belajar mengajar adalah kegiatan guru dalam proses belajar mengajar
yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4) Evaluasi, yaitu cara tertentu untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi
dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar.
Dengan uraian tersebut, diketahui bahwa tujuan pembelajaran merupakan
faktor pertama yang mempengaruhi pemilihan strategi yang akan dilaksanakan.
Menurut Bloom, tujuan pembelajaran meliputi tiga kawasan belajar, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam pembelajaran kimia pada pokok
bahasan Laju Reaksi ini, yang bisa dianggap ada urgensinya adalah peran guru
sebagai:
a) Demonstrator
b) Pengelola kelas
c) Mediator dan fasilitator
d) Evaluator
3. Inkuiri Terbimbing
Agus Suprijono (2009:86) mengemukakan bahwa belajar penemuan
menunjuk pada proses dan hasil belajar. Belajar penemuan melibatkan peserta
didik dalam keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sistemik menemukan pengetahuan baru atau memferivikasi pengetahuan lama.
Menemukan merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Pengajar harus selalu merancang kegiatan, yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apa pun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri adalah observasi,
bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.
Sund and Trowbridge (1973) dalam E. Mulyasa (2008:109)
mengemukakan Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) merupakan metode inkuiri
yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru mengendalikan keseluruhan
proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh
siswa.
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) antara lain:
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
(Suwarna, M.Pd., dkk, 2005 : 122)
Bagian utama dari inkuiri terbimbing adalah seorang guru haruslah
menyiapkan seperangkat pertanyaan untuk para siswa. Bahkan guru sudah
mempunyai jawaban atas semua pertanyaan tadi, sehingga dalam hal ini siswa
tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan ide-idenya. “Guru memberikan
persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur tertentu,
yang sudah diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan persoalan
menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh guru” (Paul Suparno,
1997:68).
Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri
berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi
ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan tehnik
yang digunakan oleh para ahli penelitian (Dettrick, G.W., 2001). Dalam
pembelajaran inkuiri berarti guru merencanakan situasi sedemikian rupa
sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan
langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat
ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman.
Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar discoveri, sebab seorang siswa
harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya.
Dalam inkuiri, sesorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist),
melakukan eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri,
adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami.
b. Merumuskan masalah-masalah.
c. Merumuskan hipotesis-hipotesis
d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen.
e. Melaksanakan eksperimen.
f. Mensistensikan pengetahuan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang
mampu menggali kemampuan siswa untuk menemukan suatu konsep terhadap
pengetahuan yang sedang dipelajari, dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator dalam membimbing dan mengarahkan siswa.
4. Metode Eksperimen
a. Pengertian
Sebagai cabang dari IPA yang konsep-konsepnya dikembangkan dari
pengamatan terhadap gejala alam, konsep-konsep kimia kebanyakan berasal dari
percobaan–percobaan yang dilakukan di laboratorium. Metode Eksperimen atau
kegiatan laboratorium diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan
peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil
percobaan itu (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 136).
b. Penggunaan
Penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar kimia
mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat berlatih dalam cara berpikir yang ilmiah
(scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari
teori sesuatu yang sedang dipelajarinya (Roestiyah N.K, 2008: 80).
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:136) eksperimen
dilaksanakan untuk memberi kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu proyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek,
keadaan atau proses sesuatu serta menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
Menurut Tobin (1990) yang dikutip dalam Avi Hofstein dan Rachel
Mamlok-Naaman (2007) mengemukakan bahwa kegiatan laboratorium sebagai
jalan untuk belajar dengan pemahaman dan pada saat yang sama menghubungkan
proses membangun pengetahuan dengan melakukan kegiatan ilmiah “ Laboratory
activities appeal as a way to learn with understanding and at the same time,
engange in a process of constructing knowledge by doing science”.
(Avi Hofstein, Rachel Mamlok, 2007)
c. Kelebihan dan Kekurangan
Penggunaan metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan.
1) Kelebihan
Keunggulan metode eksperimen ialah:
a) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada
sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula
pada kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
b) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat yang sangat dikehendaki oleh
kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih aktif
belajar sendiri dengan bimbingan guru.
c) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh
ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta
keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran teori
sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul.
(Roestiyah N.K. , 2008: 82)
2) Kekurangan
Metode eksperimen memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
a) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.
b) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang
memerlukan waktu yang lama.
c) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang
berpengalaman dalam penelitian.
d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada
kesalahan dalam menyimpulkan.
(Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:137)
5. Metode Demonstrasi
a. Karakteristik
Metode lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi.
Menurut Robinson Situmorang, dkk (2005:6.19) demonstrasi merupakan metode
pembelajaran yang mencontohkan pelaksanaan suatu keterampilan atau proses
kegiatan yang sebenarnya. Penggunaan metode ini mempersyaratkan keahlian
guru dalam mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan
tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Sedangkan menurut Mulyani Sumantri
dan Johar Permana (2001:132-133) menyatakan bahwa demonstrasi digunakan
guru untuk memperagakan atau menunjukkan suatu prosedur yang harus
dilakukan peserta didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.
Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi
atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun
dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang
memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Metode pembelajaran demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung ataupun melalui penggunaan media pengajaran
yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan
(Muhibbin Syah, 2000). Ada juga yang mengatakan bahwa pengertian dari
metode pembelajaran demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau
prosedur yang harus dilakukan misalnya proses mengatur sesuatu, proses
mengerjakan sesuatu, mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Metode
demonstrasi dalam penelitian ini dengan cara demonstrasi kelompok. Demonstrasi
kelompok yang dimaksud adalah ada seorang demonstrator dalam satu kelompok.
Jadi, seorang demonstrator harus mendemonstrasikan kepada semua anggota
dalam kelompoknya. Dalam hal ini sesuai dengan model pembelajaran yang
diterapkan, siswa harus mampu menemukan konsep terhadap materi yang sedang
dipelajari. Dengan demikian, kegiatan demonstrasi yang dilakukan tidak hanya
sebatas mengamati saja melainkan siswa ikut berperan dalam mengkonstruksi
suatu pengetahuan.
b. Penggunaan
Metode demonstrasi digunakan dengan alasan bahwa tidak semua topik
dapat terang melalui penjelasan atau diskusi, sifat pelajaran yang menuntut
diperagakan, tipe belajar peserta didik yang berbeda ada yang kuat visual, tetapi
lemah dalam auditif dan motorik maupun sebaliknya serta memudahkan
mengajarkan suatu cara kerja atau prosedur. Menurut Marina Milner, dkk (2007)
demonstrasi membantu instruktur untuk mengubah langkah dalam pengajaran dan
mencegah siswa kehilangan konsentrasi mereka “the demonstrations also help the
instructor to change the pace of the lecture and prevent student from losing their
concentration”.
(Marina Milner, 2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Kelebihan dan Kekurangan
Metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihan dan kekurangan tersebut oleh dijabarkan sebagai berikut:
1) Kelebihan
Kelebihan metode demonstrasi, antara lain:
a) Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih kongkrit serta
menghindari verbalisme.
b) Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran.
c) Proses pengajaran akan lebih menarik.
d) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat
mencoba sendiri.
e) Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan metode lain.
2) Kekurangan
Adapun kekurangan dari metode demonstrasi, antara lain:
a) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
b) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus
dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu.
c) Memerlukan waktu yang banyak.
d) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.
(Mulyani Sumantri dan Johar Permana , 2001:134)
6. Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut
Zainal Arifin ( 1990: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha.
Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari
suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat
ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan). Menurut Winkel W. S
(1991:52) bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mempunyai mempunyai fungsi yang penting selain sebagai indikator keberhasilan
belajar dalam mata pelajaran tertentu juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Zainal Arifin (1990:3) prestasi
belajar mempunyai beberapa fungsi utama:
a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
peserta didik.
b. Sebagai bahan informasi dalam motivasi pendidikan.
c. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan
d. Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) anak didik.
e. Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan
tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya.
Rumusan tujuan yang direncanakan guru dipengaruhi oleh kemampuan
guru sebagai perancang (designer) belajar-mengajar. Untuk itu guru dituntut
untuk menguasai taksonomi hasil belajar. Menurut Bloom taksonomi hasil belajar
terbagi menjadi 3 domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Domain Kognitif
Domain/ kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan dan
pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Jenjang
taksonomi pendidikan dalam kawasan kognitif yaitu aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Domain Afektif
Domain/ kawasan afektif berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta
pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan afektif terbagi
menjadi 5 jenjang yaitu penerimaan (receiving), Pemberian respon
(responding), pemberian nilai atau penghargaan (valuing), pengorganisasian
(organizing) dan karakterisasi (characterization).
c. Domain Psikomotor
Domain/ kawasan psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan
motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi otot (neomuscular
coordination). Kawasan psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketepatan,
perangkaian dan naturalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Prestasi belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau
penilaian hasil belajar. Dari hasil penilaian hasil belajar tersebut dapat
diperoleh informasi sehingga guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan,
ketepatan atau keefektifan metode mengajar, mengetahui kedudukan siswa di
kelas atau kelompoknya. Jadi prestasi belajar memiliki peranan penting,
prestasi belajar dapat dijadikan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar
mengajar selanjutnya. Dengan demikinan proses akan terus menerus
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Tingkat keberhasilan siswa
dalam pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor dalam maupun faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam siswa
misalnya intelegensi, sikap bakat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan faktor
dari luar diri siswa misalnya metode pembelajaran, materi pelajaran, fasilitas
yang ada, kondisi lingkungan dan lain-lain (Robinson Situmorang , 2005:2.17.)
Dari uraian yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh
dari proses belajar mengajar yang dapat diketahui dengan mengadakan
penilaian belajar.
7. Materi Pokok Laju Reaksi
Laju reaksi adalah salah satu materi pokok bidang studi kimia, dimana
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberikan pada
siswa SMA kelas XI Semester I.
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari materi pokok laju
reaksi sebagai berikut:
Standar Kompetensi: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia,
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kompetensi Dasar:
a. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan
tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor
penentu laju, orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pokok Laju Reaksi terbagi dalam beberapa sub materi pokok, yaitu:
konsep laju reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, persamaan laju
dan orde (tingkat reaksi), teori tumbukan dan penerapan konsep laju reaksi.
a. Konsep Laju Reaksi
Pengalaman menunjukkan bahwa serpihan kayu terbakar lebih cepat
daripada balok kayu; besi lebih cepat berkarat dalam udara kering; makanan
lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan; kulit bule lebih cepat menjadi
gelap dalam musim panas daripada dalam musim dingin (Keenan, Wood &
Kleinfelter, 1992:512). Hal ini berarti bahwa reaksi yang sama dapat
berlangsung dengan kelajuan yang berbeda, ada reaksi yang berlangsung
seketika, dan ada reaksi yang berlangsung sangat lambat. Contoh reaksi yang
berlangsung seketika atau cepat yaitu bom atau petasan meledak, batang korek
api terbakar dan sebagainya. Sedangkan contoh reaksi yang berlangsung
lambat yaitu perkaratan besi dan “pencoklatan” apel, dan fosilisasi sisa
organisme.
Gambar 1. Pembakaran batang korek api (a) lebih cepat daripada
“pencoklatan” apel (b).
(Unggul Sudarmo , 2007:76)
(b)
(a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk.
Oleh karena itu, pada waktu reaksi berlangsung jumlah zat pereaksi akan
semakin berkurang, sedangkan jumlah produk akan bertambah. Laju reaksi
menyatakan besarnya pengurangan konsentrasi pereaksi (reaktan) per satuan
waktu, atau besarnya penambahan konsentrasi produk per satuan waktu.
Satuan konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter
(mol. L-1
). Satuan waktu yang digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju
reaksi mempunyai satuan mol per liter per detik (mol.L-1
.dt-1
atau M.dt-1
).
Secara umum laju reaksi untuk reaksi R P, dinyatakan sebagai berikut:
vR = Δt
Δ[R] atau vp =
Δt
Δ[P]
Keterangan:
v R = laju reaksi reaktan (M.det-1
)
v P = laju reaksi produk (M.det-1
)
Δt
Δ[R] = laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi dalam tiap
satu satuan waktu
Δt
Δ[P] = laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk dalam tiap
satu satuan waktu
Misalnya reaksi perubahan molekul A menjadi molekul B yang
dinyatakan dengan persamaan reaksi:
A B
Berkurangnya jumlah molekul A dan bertambahnya molekul B diikuti dengan
selang waktu 10 menit. Penurunan jumlah molekul A dan pertambahan
molekul B pada selang waktu 10 menit digambarkan dalam grafik jumlah
molekul terhadap waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 2. Grafik jumlah molekul terhadap waktu.
(Unggul Sudarmo , 2007:77)
Pada laju reaksi A B menunjukkan penurunan jumlah molekul A
terhadap waktu dan kenaikan jumlah molekul B terhadap waktu
Secara umum untuk reaksi yang dinyatakan dengan persamaan reaksi:
aA + bB cC + dD
berlaku,
Laju reaksi = a
1
Δt
Δ[A] =
b
1
Δt
Δ[B]=
c
1
Δt
Δ[C] =
d
1
Δt
Δ[D]
Sebagai contoh untuk reaksi,
2N2O5 (g) 4NO2 (g) + O2 (g)
Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai besarnya pengurangan
konsentrasi molar N2O5 atau besarnya pertambahan konsentrasi molar NO2
atau besarnya pertambahan konsentrasi molar O2.
v N2O5 = Δt
]O[N52 M det
-1
v NO2 =
Δt
]Δ[NO2 M det
-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
V O2 =
Δt
][O2 M.det
-1
Dalam hal ini berlaku bahwa perbandingan laju reaksi dari masing-
masing zat terlibat dalam reaksi sama dengan perbandingan koefisien reaksi
dari masing-masing zat tersebut. Untuk reaksi diatas dapat dinyatakan laju
pembentukan O2 adalah setengah dari laju penguraian N2O5 atau seperempat
dari laju pembentukan NO2. Oleh karena itu hubungan reaksi dengan koefisien
tersebut dapat dinyatakan sebagai :
t
]ON[
2
1 52 = t
]NO[
4
12 =
t
]O[2
b. Persamaan Laju Reaksi
Makin besar konsentrasi pereaksi, makin besar pula laju reaksinya.
Hubungan konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi dinyatakan dengan
persamaan laju reaksi (v).
Secara umum, untuk reaksi:
mA + nB zat hasil
v = k [A]x[B]
y
Keterangan:
x = orde reaksi/ tingkat reaksi zat A
y = orde reaksi/ tingkat reaksi terhadap B
x + y = orde/ tingkat reaksi total
k = tetapan jenis reaksi, satuannya bergantung orde reaksi. Tetapan
jenis ini khas untuk setiap reaksi hanya dipengaruhi suhu dan
katalis.
[A] = konsentrasi awal A (mol dm-3
)
[B] = konsentrasi awal B (mol dm-3
)
v = laju reaksI (mol dm-3
s-1
)
Pangkat x dan y ditentukan dari data eksperimen, biasanya kecil dan
tidak selalu sama dengan koefisien m dan n. Semakin besar harga k reaksi
akan berlangsung lebih cepat. Kenaikan suhu dan penggunaan katalis
umumnya memperbesar harga k. Secara formal hukum laju adalah persamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang menyatakan laju reaksi v sebagai fungsi dari konsentrasi semua
komponen spesies semua komponen spesies laju reaksi.
c. Makna Orde Reaksi
Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan
pangkat dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Sebagai
contoh, v = k [A]x[B]
y, bila x = 1, kita katakan bahwa reaksi tersebut adalah
orde pertama terhadap A. Jika y = 3, reaksi tersebut orde ketiga terhadap B.
Orde total adalah jumlah orde semua komponen dalam persamaan laju. Orde
total = x + y + …..
Beberapa macam orde reaksi diuraikan sebagai berikut:
1) Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.
Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi
pereaksi tidak mempengaruhi laju reaksi.
2) Orde Satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya
jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu.
3) Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika
laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
(a) (b) (c)
Gambar 3. Grafik konsentrasi terhadap laju reaksi
(Unggul Sudarmo, 2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Menentukan Persamaan Laju Reaksi
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi secara kuantitatif hanya dapat
diketahui dari hasil percobaan. Dari penentuan laju reaksi menunjukkan
bahwa laju reaksi akan menurun dengan bertambahnya waktu. Hal itu berarti
ada hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi.
Dari percobaan-percobaan diketahui bahwa umumnya laju reaksi tergantung
pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi, pernyataan ini dikenal sebagai
hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Persamaan laju reaksi tidak
dapat diduga dari persamaan stoikiometri reaksi tetapi diturunkan dari
eksperimen. Salah satu cara menentukan persamaan laju adalah metode laju
awal. Menurut cara ini, laju diukur pada awal reaksi dengan konsentrasi yang
berbeda-beda. Berikut ini contoh menentukan persamaan laju reaksi
berdasarkan hasil percobaan.
Contoh soal 1:
Tabel 1 menunjukkan hasil percobaan penentuan laju reaksi antara gas
hidrogen dengan nitrogen monoksida yang dilakukan pada suhu 8000C, sesuai
dengan persamaan reaksi:
2H2 (g) + 2NO (g) 2 H2O (g) + N2 (g)
Tabel 1. Hasil percobaan penentuan persamaan laju reaksi antara gas NO dan
gas H2 pada suhu 8000 C
Percobaan ke- [NO] awal
(M)
[H2] awal
(M)
Laju awal
(M.det-1
)
1 0,006 0,001 0,0030
2 0,006 0,002 0,0060
3 0,006 0,003 0,0090
4 0,001 0,006 0,0005
5 0,002 0,006 0,0020
6 0,003 0,006 0,0045
Berdasarkan persamaan laju reaksi v = k [A]x[B]
y secara matematika
dapat ditentukan orde reaksi x dan y dengan membandingkan laju reaksi pada
konsentrasi awal yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pada percobaan 1, 2, 3, konsentrasi NO dibuat tetap (sebagai variabel
kontrol) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gas H2 terhadap laju reaksi
(sebagai variabel bebas), dan sebaliknya pada percobaan 4, 5, 6 yang dijadikan
variabel kontrol adalah konsentrasi gas H2 dan sebagai variabel bebas adalah
konsentrasi gas NO.
Dengan membandingkan percobaan 4 dan 5 terlihat bahwa jika
konsentrasi NO diduakalikan maka laju reaksi menjadi 4 kali lebih cepat, dan
dari percobaan 4 dan 6 jika konsentrasi NO ditigakalikan maka laju reaksinya
menjadi 9 kali lebih cepat. Dapat ditentukan orde reaksinya sebagai berikut:
Orde reaksi terhadap NO
5
4
v
v =
y
2
x
y
2
x
]H[]NO[
]H[]NO[
k
k
0,0020
0,0005 =
yx
yx
]006,0[]002,0[
]006,0[]001,0[
k
k
4
1 =
x
2
1
x = 2
maka orde reaksi terhadap NO adalah 2
Dari percobaan 1 dan 2 dapat diketahui bahwa bila konsentrasi gas H2
diduakalikan maka laju reaksinya menjadi dua kali lebih cepat, dan jika
konsentrasi gas H2 ditigakalikan maka laju reaksinya menjadi 3 kali dari laju
semula.
Orde reaksi terhadap H2
2
1
v
v =
y
2
x
y
2
x
]H[]NO[
]H[]NO[
k
k
0,006
0,003 =
yx
yx
]002,0[]006,0[
]001,0[]006,0[
k
k
2
1 =
x
2
1
x = 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
maka orde reaksi terhadap H2 adalah 1
Dengan demikian persamaan laju reaksinya sebagai berikut:
v = k [NO]2 [H2]
Contoh soal no.2
Persamaan reaksi:
NH4+ (aq) + NO2
- (aq) N2
(g) + 2H2O (l)
Tabel 2. Hasil Percobaan Penentuan Persamaan laju Reaksi antara Ion
Amonium dan Ion Nitrit pada Suhu 250C
Percobaan
ke-
Konsentrasi awal
ion NO2- M)
Konsentrasi awal
ion NH4+
(M)
Laju awal
(M det-)
1 0,0100 0,200 5,4 10-7
2 0,0200 0,200 10,8 10-7
3 0,0400 0,200 21,5 10-7
4 0,200 0,0202 10,8 10-7
5 0,200 0,0404 21,6 10-7
6 0,200 0,0606 32,4 10-7
Dari persamaan reaksi
NH4+ (aq) + NO2
- (aq) N2
(g) + 2H2O (l)
Persamaan laju reaksi dapat ditulis: k [NH4+]
x[NO2
-]
y
Orde reaksi terhadap NH4+ yaitu x dapat ditentukan dengan membandingkan
percobaan 5 dengan percobaan 4, atau percobaan 6 dengan percobaan 4:
4
5
v
v =
y
2
x
4
y
2
x
4
][NO][NH
][NO][NH
k
k
7-
-7
1010,8
10 21,6 =
yx
yx
[0,200][0,0202]
[0,200][0,0404]
k
k
2x = 2
x = 1
Orde reaksi terhadap NO2-, yaitu y, dapat ditentukan dengan membandingkan
percobaan 2 dan percobaan 1, atau percobaan 3 dengan percobaan 1:
1
2
v
v =
y
2
x
4
y
2
x
4
][NO][NH
][NO][NH
k
k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
7-
-7
10 5,4
10 10,8 =
yx
yx
[0,0100][0,200]
[0,0200][0,200]
k
k
2y = 2
y = 1
jadi, persamaan laju reaksi adalah v = k [NH4+]
[NO2
-]
e. Teori Tumbukan
Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain apabila partikel-partikelnya
saling bertumbukan. Tumbukan yang terjadi tersebut akan menghasilkan
energi untuk memulai terjadinya reaksi. Terjadinya tumbukan antara partikel
disebabkan partikel-partikel (molekul-molekul) zat selalu bergerak dengan
arah yang tidak teratur. Tumbukan antarapartikel yang bereaksi tidak selalu
menimbulkan reaksi, hanya tumbukan yang menghasilkan energi yang cukup
yang dapat menghasilkan reaksi.
Gambar 4. Mekanisme untuk reaksi 2AB A2 + B2
(Keenan, Wood & Kleinfelter, 1992: 514)
Seperti ditunjukkan pada gambar 4 diatas, tidak semua tumbukan antara
dua molekul pereaksi AB akan mengakibatkan suatu reaksi kimia, meskipun
molekul itu memiliki perlengkapan tertentu agar reaksi ini terjadi, antara lain
energi tinggi dan suatu kecenderungan alamiah agar bereaksi. Dari gambar (a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
terlihat tumbukan antara molekul AB tidak membuahkan hasil, bilamana
molekul itu salah sikap pada saat bertumbukan, karena bagian B bertemu
dengan bagian A. Dalam gambar (b) meskipun molekul-molekul itu telah
betul sikapnya, mereka tidak cukup berenergi untuk bertumbukan agar terjadi
reaksi. Dalam gambar (c), molekul-molekul yang bertumbukan bersikap betul
dan memiliki cukup energi agar reaksi terjadi. Kondisi molekul-molekul yang
bertumbukan ini yang diperlukan agar reaksi terjadi, disebut keadaan transisi
atau kompleks teraktifkan.
(Keenan, Wood & Kleinfelter, 1992: 513)
Model tumbukan antara partikel dapat digambarkan sebagai bola yang
akan menggelinding mencapai puncak lekukan suatu bukit ke lereng bukit.
Energi diperlukan supaya bola menggelinding mencapai puncak lekukan
(keadaan transisi). Setelah mencapai keadaan transisi pun masih diperlukan
energi agar bisa terlepas dari puncak lekukan tersebut agar dapat
menggelinding ke lereng gunung. Jika energi tidak cukup maka bola tersebut
akan menggelinding kembali ke lekukan itu.
Gambar 5. Bola akan menggelinding kembali ke lembah bila tidak cukup
energi untuk mendorong sampai di puncak
Gambar 6. Diagram energi pada reaksi eksoterm dan endoterm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Energi yang diperlukan agar bola sampai ke puncak bukit dan
menggelinding dianalogikan sebagai energi pengaktifan. Dalam reaksi kimia
energi pengaktifan (energi aktivasi) merupakan energi minimum agar suatu
reaksi dapat berlangsung. Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut
tumbukan efektif. Dengan menggunakan teori tumbukan ini dapat dijelaskan
bagaimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
1) Konsentrasi
Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.
Pada reaksi orde 0 (nol) perubahan konsentrasi pereaksi tidak berpengaruh
terhadap laju reaksi.
Reaksi orde 1 (satu) setiap kenaikan konsentrasi dua kali akan
mempercepat laju reaksi menjadi dua kali lebih cepat, sedangkan untuk
reaksi orde 2 bila konsentrasi dinaikkan menjadi dua kali laju reaksi
menjadi empat kali lebih cepat.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan
dengan model teori tumbukan. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin
banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan
demikian tumbukan antara partikel semakin sering terjadi. Semakin
banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan
tumbukan efektif semakin besar, sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
2) Luas Permukaan Sentuhan
Untuk reaksi heterogen (wujud tidak sama), misalnya logam zink
dengan larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengaruhi oleh
konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam zink. Dalam
jumlah (massa) yang sama butiran logam zink akan bereaksi lebih lambat
daripada serbuk zink.
Reaksi terjadi antara molekul-molekul asam klorida dalam larutan
dengan atom-atom zink yang bersentuhan langsung dengan asam klorida.
Pada butiran zink, atom-atom zink yang bersentuhan langsung dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
asam klorida lebih sedikit daripada serbuk zink, sebab atom-atom zink
yang bersentuhan hanya atom zink yang ada di permukaan butiran. Akan
tetapi, bila butiran zink tersebut dipecah menjadi butiran-butiran yang
lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka atom-atom zink yang semula di
dalam akan berada di permukaan dan terdapat lebih banyak atom zink
yang secara bersamaan bereaksi dengan larutan asam klorida. Dengan
menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan bahwa semakin luas
permukaan zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan
antarpartikel yang bereaksi.
3) Suhu
Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah. Bagi kebanyakan reaksi
kimia, kenaikan sekitar 100 C akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi
menjadi dua kali semula. Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k),
maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi, kenaikan suhu akan
mengakibatkan reaksi berlangsung semakin cepat.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul-molekul yang
bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi.
Oleh karena energi kinetiknya tinggi, maka energi yang dihasilkan pada
tumbukan antarmolekul akan menghasilkan energi yang besar dan cukup
untuk melangsungkan reaksi. Dengan demikian, semakin tinggi suhu
berarti kemungkinan akan terjadi tumbukan yang menghasilkan energi
yang cukup untuk reaksi juga semakin banyak, dan berakibat reaksi
berlangsung lebih cepat. Bila pada setiap kenaikan CT0 suatu reaksi
berlangsung n kali lebih cepat, maka laju reaksi pada T2 (v2) bila
dibandingkan laju reaksi pada T1(v1) dapat dirumuskan:
2v =
T
TT
nv
12
1
Contoh soal:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu
100 C. Bila pada suhu 20
0 C reaksi berlangsung dengan laju reaksi 2
mol103 L
-1 s
-1 berapa laju reaksi yang terjadi pada suhu 50
0C ?
Jawab: 50v = 10
2050
202v
50v = 2 10
-3 (2)
3
= 1,6 10
-2 mol L
-1 s
-1
4) Katalis
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat
dengan menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah
reaksi selesai ternyata tidak berubah. Misalnya, pada penguraian kalium
klorat untuk menghasilkan gas oksigen.
2KClO3 (s) 2KCl (s) + 3O2 (s)
Reaksi berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi
dengan penambahan kristal MnO2 kedalamnya ternyata reaksi akan dapat
berlangsung dengan lebih cepat pada suhu yang lebih rendah. Setelah
semua KClO3 terurai, ternyata MnO2 masih tetap ada (tidak berubah).
Dalam reaksi tersebut MnO2 disebut sebagai katalis.
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa
dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalis mungkin dapat
terlibat dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi
berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalis akan diperoleh
kembali dalam jumlah sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tanpa Katalis
A + B [A---B]≠
A-B (lambat)
Ea1
Dengan Katalis
A + K [A---K]≠
A-K (Cepat)
Ea2
A-K + B [B--A--K]≠ A-B + K (Cepat)
Ea3
Katalis mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya
reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi
yang lebih rendah daripada jalur reaksi yang ditempuh tanpa katalis. Jadi,
dapat dikatakan bahwa katalis berperan menurunkan energi aktivasi. Pada
Gambar 7 ditunjukkan apabila reaksi berlangsung tanpa katalis reaksi
antara A dan B akan menempuh jalur dengan membentuk kompleks
teraktivasi [A---B]≠
yang memerlukan energi aktivasi sebesar Ea1. Pada
penambahan katalis reaksi menempuh jalur dengan membentuk kompleks
Keadaan transisi
Keadaan transisi
Keadaan transisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
teraktivasi dengan katalis yaitu [A--K]≠
kemudian terbentuk zat antara
A-K, A-K bereaksi dengan B melalui komplek teraktivasi [B--A--K]≠
sehingga terbentuk A-B. Pembentukan [A--K]≠
dan [B--A--K]≠
masing-
masing memerlukan energi aktivasi sebesar Ea2 dan Ea3 yang relatif lebih
rendah daripada Ea1.
Diduga ada dua cara yang dilakukan katalis dalam mempercepat
reaksi, yaitu dengan membentuk senyawa antara dan yang kedua dengan
cara adsorpsi.
a) Pembentukan Senyawa Antara
Umumnya reaksi berjalan lambat bila energi aktivasi suatu reaksi
terlalu tinggi. Agar reaksi dapat berlangsung lebih cepat, maka dapat
dilakukan dengan cara menurunkan energi aktivasi. Untuk
menurunkan energi aktivasi dapat dilakukan dengan mencari senyawa
antara lain yang berenergi lebih rendah. Fungsi katalis dalam hal ini
mengubah jalannya reaksi sehingga diperoleh senyawa yang energinya
relatif rendah. Katalis homogen (katalis yang mempunyai fase yang
sama dengan zat pereaksi yang dikatalis) bekerja dengan cara ini.
Misalnya,
P + Q PQ, berlangsung melalui dua tahapan:
Tahap I : P + Q PQ* (PQ
* senyawa antara)
Tahap II : PQ*
PQ
Apabila ke dalam reaksi tersebut ditambahkan katalis (R) maka,
tahapan reaksi berlangsung sebagai berikut,
Tahap I : P + R PR* ( PR
* senyawa antara yang terbentuk oleh
katalis)
Tahap II : PR* + Q PQ + R
Contoh pembentukan senyawa antara pada penambahan katalis
yaitu reaksi fase gas antara belerang dioksida, SO2 dan oksigen untuk
menghasilkan belerang trioksida, SO3.
2SO2 + O2 SO3 (lambat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Oksidasi ini diketahui sangat perlahan-lahan, reaksi ini mempunyai
energi pengaktifan yang tinggi. Namun laju reaksi ditingkatkan secara
nyata oleh panambahan Nitrogen Oksida, NO yang berfungsi sebagai
katalis. Reaksi hadirnya Nitrogen Dioksida adalah:
(1) 2 NO + O2 2NO2 (cepat)
(2) NO2 + SO2 SO3 + NO (cepat)
Nitrogen Oksida yang terbentuk dalam reaksi pertama merupakan
senyawa antara, Nitrogen Oksida dihasilkan kembali pada reaksi kedua
(Keenan, Wood, & Kleinfelter, 1992: 522-523).
b) Adsorpsi
Proses katalisasi dengan cara adsorpsi umumnya dilakukan
oleh katalis heterogen, yaitu katalis yang fasenya tidak sama dengan
fase zat yang dikatalis (khususnya reaksi gas dengan katalis padat).
Pada proses adsorpsi, molekul-molekul pereaksi akan teradsorpsi pada
permukaan katalis, dengan terserapnya pereaksi di permukaan katalis
mengakibatkan zat-zat pereaksi terkonsentrasi di permukaan katalis
dan akan mempercepat reaksi. Kemungkinan yang lain, karena
pereaksi-pereaksi teradsorpsi di permukaan katalis akan dapat
menimbulkan gaya tarik antar molekul yang bereaksi, dan ini
menyebabkan molekul-molekul tersebut menjadi reaktif.
Agar katalis tersebut berlangsung efektif, katalis tidak boleh
mengadsorpsi zat hasil reaksi, dan dengan demikian permukaan logam
akan segera ditempati oleh molekul baru. Bila zat pereaksi atau
pengotor teradsorpsi dengan kuat oleh katalis menyebabkan
permukaan katalis menjadi tidak aktif. Dalam keadaan demikian,
katalis dikatakan telah teracuni, dan ini akan menghambat reaksi.
Contoh katalis adsorpsi adalah nikel pada pembuatan margarin, untuk
mengkatalisis reaksi antara gas hidrogen dengan lemak atau minyak
menjadi margarin. Pada industri asam sulfat diaktakan katalis V2O5
untuk mempercepat reaksi antara gas SO2 dan O2 menjadi SO3
(Unggul Sudarmo, 2007: 90-91).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Banyaknya proses industri yang menggunakan katalis,sehingga
prosesnya dapat lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi. Beberapa
diantaranya diberikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Contoh Katalis yang Digunakan dalam Industri
Katalisator Penggunaan
Besi
V2O5
Nikel
Platina
Sintesis amonia dari nitrogen dan nitrogen (Proses
Haber)
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) dengan katalis Al2O3 dan
K2O
Industri asam sulfat (Proses Kontak)
Reaksi meliputi 3 tahap:
1. Pembakaran : S(s) + O2(g) → SO2(g)
2. Oksidasi SO2 menjadi SO3 :
2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g) ∆H = -196 KJ
3. Mereaksikan SO3 dengan air
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(l)
Pembuatan margarin dari minyak kelapa
Industri asam nitrat (proses Ostwald), pengubah
katalitik pada knalpot kendaraan bermotor.
(Unggul Sudarmo, 2007: 127)
B. Kerangka Berpikir
Prestasi merupakan suatu petunjuk mengenai taraf kemampuan individu
dalam melakukan proses belajar. Dimana prestasi belajar merupakan penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, yang
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru. Lebih
lanjut dikatakan prestasi belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari
kegiatan belajar di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran atau penilaian.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berjalan saat ini,
mengelompokkan hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotor dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
afektif. Bloom (1979) mengemukakan bahwa ranah psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui ketrampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan aktivitas fisik. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan
berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan
norma.
Materi pokok Laju Reaksi merupakan salah satu materi pembelajaran yang
diajarkan di SMA. Materi Laju Reaksi mencakup Molaritas, Konsep Laju Reaksi,
Teori Tumbukan, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi dan Orde reaksi.
Materi laju reaksi sebaiknya diajarkan dengan melakukan eksperimen sebab
dengan metode eksperimen siswa dapat mengamati secara langsung.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilakukan dengan kegiatan
eksperimen. Dalam hal ini menuntut siswa melakukan kegiatan sendiri sehingga
siswa akan menemukan konsep materi yang diberikan dengan bimbingan guru.
Siswa dapat melakukan eksperimentasi secara langsung tentang materi sehingga
siswa akan aktif dalam proses pembelajaran dan menjadikan siswa lebih tertarik
pada suatu eksperimen. Demikian juga dengan metode demonstrasi. Hanya saja,
dalam metode ini nantinya siswa tidak melaksanakan praktikum sendiri, tetapi
proses inkuiri dapat diwujudkan melalui proses menganalisa dari hasil
pengamatan sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi tersebut.
Dalam hal ini siswa tidak sepenuhnya aktif dalam melakukan aktivitas.
Berdasarkan dari uraian tersebut di atas kemungkinan pembelajaran inkuiri
terbimbing yang dilakukan dengan metode eksperimen lebih efektif dibanding
dengan metode demonstrasi.
Siswa dibandingkan
Prestasi Metode
Eksperimen Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
Prestasi
Metode
Demonstrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut : prestasi belajar siswa pada pembelajaran
Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen lebih tinggi dibanding dengan
Metode Demonstrasi pada Pokok Bahasan Laju Reaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban, Sukoharjo, pada
kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, penyusunan
proposal penelitian, permohonan ijin penelitian, penyusunan instrumen
penelitian. Waktu pelaksanaan pada bulan Pebruari 2011 sampai Mei 2011.
b. Tahap penelitian
Tahap penelitian meliputi semua kegiatan pengambilan data di tempat
penelitian. Waktu pelaksanaan pada bulan September 2011 sampai November
2011.
c. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.
Waktu pelaksanaan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012.
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen.
Eksperimen yang dimaksud adalah pembelajaran dengan inkuiri terbimbing
dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia antara pembelajaran inkuiri
dengan metode eksperimen dan pembelajaran inkuiri dengan metode demonstrasi
pada materi pokok Laju Reaksi.
Desain penelitiannya adalah Randomized Pretest – Posttest Comparison
Group Design yang dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 4. Desain Penelitian Randomized Pretest – Posttest Comparison
Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen 1 T1 X1 T2
Eksperimen 2 T1 X2 T2
Keterangan :
X1 = Pembelajaran inkuiri dengan eksperimen
X2 = Pembelajaran inkuiri dengan demonstrasi
T1 = Test awal
T2 = Test akhir
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1
Mojolaban Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Sampel
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara Clusster
Random Sampling dan diambil 2 kelas yang memiliki tingkat kesamaan prestasi
belajarnya sebagai kelas eksperimen.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode
pembelajaran, yaitu metode eksperimen dan metode demonstrasi.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan Laju Reaksi.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pada penelitian ini, data adalah prestasi belajar siswa pada materi pokok
Laju Reaksi. Aspek penilaian yang diambil meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan
menggunakan tes bentuk obyektif yang diberikan sebelum dan sesudah proses
pembelajaran Laju Reaksi. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan
menggunakan angket yang diisi langsung oleh siswa. Sedangkan penilaian aspek
psikomotor dilakukan dari hasil siswa melaksanakan eksperimen.
2. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah data
prestasi belajar siswa materi pokok Laju Reaksi yang meliputi dua aspek penilaian
yaitu kognitif dan afektif. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa
dengan menggunakan tes bentuk obyektif. Penilaian aspek afektif dilakukan
menggunakan angket yang diisi langsung oleh siswa.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Metode Tes
Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu
yang dalam penelitian ini untuk mengungkap sejauh mana penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep pada pokok bahasan Laju Reaksi untuk mendapatkan
nilai prestasi belajar. Tes yang digunakan berupa tes obyektif berbentuk pilihan
ganda. Perangkat tes yaitu tes obyektif dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban yang
benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Dalam hal ini tes
digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan kognitif siswa. Tes pada
penelitian ini dilakukan dua kali yaitu:
1) Pretest
Merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada sampel
penelitian.
2) Posttest
Merupakan uji akhir eksperimen, yaitu setelah dilaksanakannya
eksperimen. Postes dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai akhir
dari kedua kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Inkuiri Terbimbing dengan Eksperimen untuk kelas eksperimen I dan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Demonstrasi untuk kelas eksperimen II.
b. Metode Angket
Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara mengajukan sejumlah daftar pernyataan yang harus dijawab oleh
responden, seperti yang tertera dalam Pedoman Pengembangan Instrumen dan
Penilaian Ranah Afektif (Depdiknas, 2009: 14-20). Angket yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung tertutup karena responden
menjawab tentang dirinya dan jawabannya sudah disediakan sehingga responden
tinggal memilih jawaban yang ada. Dalam hal ini angket digunakan untuk
memperoleh data tentang kemampuan afektif siswa.
c. Metode Dokumentasi
Sugiyono (2010: 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Teknik dokumentasi lebih mudah
digunakan dibanding teknik lain karena apabila ada kekeliruan sumber datanya
belum berubah. Pada metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tapi
benda mati.
d. Metode Observasi
Budiyono (2009: 53) menyatakan bahwa observasi atau pengamatan
adalah cara pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap
subjek penelitian demikian hingga subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati.
Agar teknik ini dapat menghasilkan data secara efektif dan terarah, perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
1) Observasi harus direncanakan secara sistematis dan mempunyai tujuan
yang jelas.
2) Menggunakan alat yang cocok misalnya lembar observasi yang berupa
daftar cek atau skala urutan (rating skala).
3) Sedapat mungkin pihak yang diobservasi tidak tahu kalau ia
diobservasi.
4) Hasil observasi diolah dan disimpulkan secara tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperoleh
data nilai psikomotor siswa.
3. Uji Coba Instrumen
a. Instrumen Penelitian Kognitif
Instrumen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa soal-soal
obyektif materi Laju Reaksi. Perangkat tes yaitu tes obyektif dengan 5 alternatif
jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda
maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan
terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima materi pokok Laju
Reaksi.
1) Uji Validitas
Menurut Budiyono (2009:58), suatu instrumen valid menurut validitas isi
apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat
ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu sendiri
adalah kriteria dari suatu tenaga kerja.
Budiyono menyarankan suatu langkah-langkah yang dapat dilakukan
pembuat soal untuk mempertinggi validitas isi, yaitu:
a) Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruktusionalnya.
b) Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis.
c) Menyusun soal tes beserta kuncinya.
d) Menelaah soal tes sebelum dicetak.
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi
atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang
dilakukan oleh para pakar). Budiyono (2009:65) mengemukakan bahwa sebuah
instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir-butir
itu harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama
pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
tersebut. Korelasi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor-
skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang dipakai adalah
korelasi produk momen dari Karl Pearson, sebagai berikut:
Dengan :
xyr
= koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item
Y = skor total
n = cacah subyek
Keputusan uji : xyr
> kritikr
item soal tersebut valid
xyr
≤ kritikr
item soal tersebut tidak valid
(Budiyono,2009:69)
Berdasarkan hasil tryout uji validitas butir soal dapat dilihat pada table 5.
Berikut hasil uji validitas instrument kognitif.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
Valid Tidak Valid
Soal-soal materi
pokok Laju
Reaksi
30 soal 22 8
2) Uji Reliabilitas
Budiyono (2009:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan
atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada
waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
2222YYnXXn
YXXYnrxy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2
2
111
t
iit
s
qps
n
nr
Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau
tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes
prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR-20).
Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:
Dengan :
11
r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
i
p : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada
butir ke-i
i
q : 1- i
p
2
ts : variansi total
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika indeks reliabelnya > 0.7
Kriteria reliabilitas:
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 : Tinggi
0,41 – 0,70 : Cukup
0,21 – 0,40 : Rendah
≤ 0,20 : Sangat Rendah
(Sugiyono,2010:186)
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah
Soal
Reliabilitas Kriteria
Soal-soal materi
pokok Laju Reaksi
30 soal 0.814 Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3) Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada
prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang
bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.
Keterangan :
TK : Tingkat Kesukaran
(Depdiknas, 2009 : 9)
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,00 – 0,30 : Sukar (Sk)
0,31 – 0,70 : Sedang (Sd)
0,71 – 1,00 : Mudah (Md)
(Depdiknas, 2009 : 9)
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Sk Sd Md
Soal-soal materi pokok Laju
Reaksi
30 soal 4 9 13
4) Uji Daya Beda Suatu Item
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
siswa yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap
butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proposi. Semakin tinggi indeks
daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan
siswa yang telah memahami materi dengan peserta didik yang belum memahami
materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan
antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk
menentukan daya beda pembeda butir, digunakan formula point biserial. Formula
korelasi point biserial adalah:
rxy =
Dimana:
rxy = koefisien korelasi
Mp = rerata skor total dari sejumlah subyek yang menjawab
benar pada item yang ditentukan validitasnya
Mt = rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi peserta yang menjawab benar
q = proporsi peserta yang menjawab salah (q = 1-p)
Kriteria daya pembeda butir:
0,0 - 0,2 : jelek (J)
0,21 - 0,4 : cukup (C)
0,41 - 0,7 : baik (B)
0,71 - 1,0 : baik sekali (BS)
(Depdiknas, 2009:10)
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item
b. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
BS B C J
Soal-soal materi
pokok Laju
Reaksi
30 soal 0 14 12 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
menyediakan alternatif jawaban. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan
memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab
pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban
yang telah disediakan. Adapun acuan penilaian yang digunakan dapat dilihat pada
tabel 9.
Tabel 9. Skor Penilaian Afektif
Skor untuk aspek
yang dinilai
Nilai untuk item mengarah
jawaban positif
Nilai untuk item mengarah
jawaban negative
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju
(STS)
4
3
2
1
1
2
3
4
Keterangan:
Jumlah nilai ≥72 sangat baik (A)
Jumlah nilai 54 – 71 baik (B)
Jumlah nilai 36 – 53 cukup (C)
Jumlah nilai < 35 kurang (D)
(Kurikulum 2004 SMA, 2003: 91)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.
1) Uji Validitas
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah
menggunakan teknik korelasi rumus Product-Moment dari Pearson dengan rumus
sebagai berikut :
}}{{2222
xyr
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
X : skor butir item nomor tertentu
Y : skor total
N : Jumlah subjek
Kriteria pengujian:
Kriteria item dinyatakan valid jika, rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika, rxy rtabel.
(Sugiyono,2010: 255 )
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal Afektif
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
Valid Tidak Valid
Angket Afektif 40 soal 31 9
2) Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat
memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang
sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan
untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, yaitu sebagai berikut :
α =
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas
k : banyaknya belahan tes
Sj2 : varians belahan j; j = 1, 2, …k
Sx2 : varians skor total
Kriteria realibilitas adalah sebagai berikut:
0,80 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,60 – 0,79 : Tinggi (T)
0,40 – 0,59 : Cukup (C)
0,20 – 0,39 : Rendah (R)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
0,00 – 0,19 : Sangat Rendah (SR)
(Sugiyono,2010: 257)
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Afektif
Variabel Jumlah
Soal
Reliabilitas Kriteria
Angket Afektif 40 soal 0.922 Sangat
Tinggi
c. Instrumen Penilaian Psikomotor
Insrumen penilaian psikomotor menggunakan lembar penilaian yang diisi
oleh guru. Dalam lembar penilaian, seorang guru harus teliti untuk menilai aspek
keterampilan yang muncul dari siswa. Dengan demikian lembar penilaian harus
dilakukan secermat mungkin sehingga bisa menggambarkan kemampuan siswa
yang sebenarnya. Validasi instrument psikomotor yang berupa lembar penilaian
dilakukan oleh guru kimia di SMA N 1 Mojolaban.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
dari populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
digunakan adalah metode Liliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan
metode Liliefors adalah sebagai berikut :
1). Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji
L = maxii
ZSZF
3). Taraf Siginifikansi ( ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung DK.
6). Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2009: 169-170)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat.
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians
digunakan uji Bartlett. Rumus uji Bartlett adalah sebagai berikut:
χ2
2
jjslogf -RKG log f
C
2,303
dengan :
χ2 ~ χ
2 (k – 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
f = N – k =
k
j
jf
1 = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = derajat kebebasan untuk Sj2 = ni – 1
j = 1, 2, …, k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
f
1
f
1
1) -3(k
1 1 C
j dan j
j
f
SS RKG
serta
2
jj
j
2
j
j2
js1n
n
XXSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dimana 1n
SSs
j
j
j2
(Budiyono, 2009 : 176 – 177)
kriteria : χ2 < χ
2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang homogen
χ2
≥ χ2
tabel, maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
(Budiyono, 2009:175-177)
2. Pengujian Hipotesis
Teknik analisa data untuk uji hipotesis digunakan “Uji t” yaitu uji t pihak
kanan. Dengan kriteria :
H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
Dimana :
H0 : Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi
menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode
Eksperimen lebih rendah atau sama dengan prestasi belajar siswa dengan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Demonstrasi .
H1 : Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi dengan
menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan metode
Eksperimen lebih baik dari pada prestasi belajar siswa menggunakan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Demonstrasi.
Keterangan :
µ1 = rata-rata selisih nilai pretes postes kelas eksperimen I
µ2 = rata-rata selisih nilai pretes postes kelas eksperimen II
Rumus yang digunakan adalah :
t =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
S2 =
Keterangan :
= nilai rata-rata kelas eksperimen I
= nilai rata-rata kelas eksperimen II
n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen I
n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen II
S2
= simpangan baku gabungan
S12 = varian kelas eksperimen I
S22 = varian kelas eksperimen II
Kriteria pengujian
a. Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima
b. Jika thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak.
(Sugiyono, 2010: 181)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada
materi pokok Laju Reaksi, yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Data tersebut berupa nilai pretest dan posttest dari aspek kognitif yang diambil
dari kelas eksperimen I (Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Eksperimen)
dan kelas eksperimen II (Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Demonstrasi),
sedangkan berupa nilai posttest dari aspek afektif dan psikomotor. Prestasi belajar
yang dimaksud di sini adalah selisih nilai pretest-posttest kognitif siswa,
sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotor prestasi belajar dari nilai posttest
karena merupakan data interval. Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini
adalah 38 siswa dari kelas XI.A2 dan 38 siswa dari kelas XI.A3 SMA Negeri 1
Mojolaban tahun pelajaran 2011/ 2012. Untuk lebih jelasnya di bawah ini
disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Laju Reaksi
Data prestasi belajar siswa pada materi pokok Laju Reaksi yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor kelas eksperimen I (Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dengan Eksperimen) sebanyak 38 siswa dan kelas eksperimen II
(Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Demonstrasi) sebanyak 38 siswa dapat
dilihat pada Lampiran 17. Deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar
secara ringkas disajikan pada Tabel 6.
Tabel 12. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Jenis Penilaian Nilai Rata-Rata
Eksperimen I Eksperimen II
Pretest Kognitif 42,895 52,632
Posttest Kognitif 80,921 77,895
Selisih Nilai Kognitif 38,026 25,263
Posttest Afektif 77,171 74,696
Posttest Psikomotor 87,422 84,119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Pokok Laju Reaksi
Data penelitian dipaparkan dalam distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Pada kelas eksperimen I,
selisih nilai kognitif terendah adalah 0 dan selisih nilai kognitif tertinggi adalah
70. Pada kelas eksperimen II, selisih nilai kognitif terendah adalah 5 dan selisih
nilai kognitif tertinggi adalah 50.
Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen
I dan kelas eksperimen II pada materi pokok Laju Reaksi disajikan dalam Tabel
13, perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 21.
Tabel 13. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi
No Interval
Nilai
Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II
Frekuensi
%
Frekuensi
Frekuensi
%
Frekuensi
1 0 - 10.00 5 3 7.9 6 15.8
2 10.01 - 20.01 15.01 3 7.9 12 31.6
3 20.02 - 30.02 25.02 13 34.2 12 31.6
4 30.03 - 40.03 35.03 5 13.2 6 15.8
5 40.04 - 50.04 45.04 10 26.3 2 5.3
6 50.05 - 60.05 55.05 4 10.5 0 0
7 60.06 - 70.06 65.06 0 0 0 0
Jumlah 38 100 38 100
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
dalam Tabel 13 dapat dilihat pada Gambar 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 8. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I
dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh guru dengan
hasil uji t-pihak kanan bahwa siswa pada kelas eksperimen 1 memiliki prestasi
belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Pada histogram di atas
(Gambar.8), terlihat bahwa nilai kognitif kelas eksperimen 1 memiliki sebaran
penuh pada tiap nilai tengah. Semakin ke kanan, akan mewakili nilai kognitif
yang tinggi. Dari hasil tersebut, kelas eksperimen 1 dapat dikatakan memiliki
prestasi belajar kognitif yang tinggi. Dalam proses pembelajaran, kelas
eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode
eksperimen. Sedangkan kelas eksperimen 2 dilakukan pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan metode demonstrasi. Metode eksperimen dan demonstrasi
hanya dilakukan pada sub pokok bahasan Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju
Reaksi, sedangkan untuk materi secara total digunakan pembelajaran inkuiri
terbimbing.
3. Data Nilai Afektif pada Materi Pokok Laju Reaksi
Data penelitian mengenai nilai afektif kelas eksperimen I dapat dilihat
pada Lampiran 17. Pada kelas ini nilai afektif terendah adalah 63,75 dan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
afektif tertinggi adalah 95. Pada kelas eksperimen II nilai terendah adalah 61,25
dan nilai tertinggi adalah 90.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I dan
kelas eksperimen II pada materi pokok Laju Reaksi disajikan dalam Tabel 14,
perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 21. Sedangkan
untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 14 dapat
dilihat pada Gambar 9.
Tabel 14. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi
No Interval
Nilai
Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II
Frekuensi
%
Frekuensi
Frekuensi
%
Frekuensi
1 61.25 - 66.25 63.74 2 5.3 3 7.9
2 66.26 - 71.26 68.76 10 26.3 9 23.7
3 71.27 - 76.27 73.77 7 18.4 14 36.8
4 76.28 - 81.28 78.78 9 23.7 4 10.5
5 81.29 - 86.29 83.79 3 7.9 7 18.4
6 86.30 - 91.30 88.80 5 13.2 1 2.6
7 91.31 - 96.31 93.81 2 5.3 0 0
Jumlah 38 100 38 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 9. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi
Dari histogram pada gambar 9, terlihat bahwa sebaran nilai afektif kelas
eksperimen 1 merata sampai ke kanan, sedangakan kelas eksperimen 2 tidak
merata. Meskipun demikian, grafik tertinggi terlihat pada grafik kelas eksperimen
2. Hal ini dikarenakan frekuensi nilai pada grafik kelas eksperimen 2 lebih tinggi
dibandingkan frekuensi nilai pada grafik kelas eksperimen 1. Kelas eksperimen 1
merupakan kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
eksperimen, sedangkan kelas eksperimen 2 adalah kelas yang menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan demonstrasi. Untuk nilai afektif ini
menggunakan instrument berupa angket. Adanya ketidakcocokan antara hipotesis
dengan hasil uji t-pihak kanan dapat disebabkan oleh angket yang kurang spesifik.
Selain itu kejujuran siswa juga berpengaruh terhadap hasil penilaian.
4. Data Nilai Psikomotor pada Materi Pokok Laju Reaksi
Data penelitian mengenai nilai psikomotor kelas eksperimen I dapat
dilihat pada Lampiran 17. Pada kelas ini nilai psikomotor terendah adalah 70,37
dan nilai psikomotor tertinggi adalah 96,29. Pada kelas eksperimen II nilai
psikomotor terendah adalah 63,33 dan nilai tertinggi adalah 96,66.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Perbandingan distribusi frekuensi nilai psikomotor kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II pada materi pokok Laju Reaksi disajikan dalam Tabel 15,
perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 21. Sedangkan
untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 15 dapat
dilihat pada Gambar 10.
Tabel 15. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Kelas Eksperimen I
dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi
No Interval
Nilai
Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II
Frekuensi
%
Frekuensi
Frekuensi
%
Frekuensi
1 63.33 - 68.09 65.71 0 0 4 10.5
2 68.10 - 72.86 70.48 2 5.3 0 0
3 72.87 - 77.63 75.25 1 2.6 5 13.2
4 77.64 - 82.4 80.02 6 15.8 0 0
5 82.41 - 87.17 84.79 7 18.4 16 42.1
6 87.18 - 91.94 89.56 7 18.4 5 13.2
7 91.95 - 96.71 94.33 15 39.5 8 21.1
Jumlah 38 100 38 100
Gambar 10. Histogram Perbandingan Nilai Psikomotor Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Histogram pada gambar 10 menunjukkan bahwa kelas eksperimen 1
memiliki sebaran nilai yang lebih luas dibandingkan kelas eksperimen 2. Dalam
histogram tersebut, semakin ke kanan menunjukkan bahwa grafik memiliki nilai
yang tinggi. Sedangkan pada kelas eksperimen 2, terlihat bahwa sebaran nilainya
tidak merata dan memiliki frekuensi nilai yang kecil. Hasil histogram tersebut
sesuai dengan hasil uji t-pihak kanan bahwa nilai psikomotor kelas eksperimen 1
memiliki prestasi belajar psikomotor yang tinggi dibandingkan dengan kelas
eksperimrn 2. Kelas eksperimen 1 menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan metode eksperimen sedangkan kelas eksperimen 2 menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan demonstrasi.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel
penelitian berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk melakukan uji t- dua arah adalah distribusi sampelnya harus
normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors (Budiyono,
2009: 170-172). Uji normalitas nilai ulangan Sistem Periodik Unsur tercantum
pada Lampiran 14, sedangkan nilai kognitif, afektif dan psikomotor siswa
tercantum dalam Lampiran 18 . Hasil uji normalitas terangkum dalam Tabel 16.
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Ulangan Sistem Periodik Unsur,
Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Kelas Parameter Harga L Kesimpulan
Hitung Tabel
Eksperimen I Nilai ulangan SPU 0,115 0,144 Normal
Pretest 0,098 0,144 Normal
Posttest 0,073 0,144 Normal
Selisih Nilai Kognitif 0,078 0,144 Normal
Nilai Afektif 0,108 0,144 Normal
Nilai Psikomotor 0,108 0,144 Normal
Nilai Ulangan SPU 0,103 0,144 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Eksperimen
II
Pretest 0,099 0,144 Normal
Posttest 0,083 0,144 Normal
Selisih Nilai Kognitif 0,138 0,144 Normal
Nilai Afektif 0,104 0,144 Normal
Nilai Psikomotor 0,086 0,144 Normal
Tampak dari Tabel 16 bahwa harga Lhitung < Ltabel, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini digunakan metode
Bartlett pada taraf signifikansi 5% dengan statistik uji Chi kuadrat (Sudjana, 2005:
263). Hasil uji homogenitas nilai kognitif, afektif dan psikomotor tercantum pada
Lampiran 19, sedangkan nilai ulangan SPU tercantum dalam Lampiran 15.
Ringkasan hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif siswa terangkum pada
Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor dan Ulangan
SPU
No Parameter 2hitung
2 tabel Kesimpulan
1 Selisih Nilai Kognitif 2,81 3,841 Homogen
2 Nilai Afektif 1,74 3,841 Homogen
3 Nilai Psikomotor 2,22 3,841 Homogen
4 Nilai Ulangan SPU 1,7976 3,841 Homogen
Dari Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa harga 2
hitung kurang dari
2tabel atau berada di luar daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan kedua sampel
(kelas kelas eksperimen I dan eksperimen II) homogen.
3. Uji Keseimbangan (Uji t Matching)
Uji keseimbangan ini diambil dari nilai ulangan siswa pada materi
sebelumnya yaitu materi Sistem Periodik Unsur (SPU). Untuk kelas XI.A.2
(Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen) dengan jumlah siswa 38
diperoleh rerata 68,842 dan variansi 48,569 sedangkan untuk kelas XI.A.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Demonstrasi) dengan jumlah siswa 38
diperoleh rerata 71,368 dan variansi 75.698.
Hasil perhitungan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t- dua arah
dapat dilihat pada Lampiran 16. Pada nilai ulangan SPU tersebut, hasil uji ini
diperoleh thitung = 1,433 dengan t(0,975;74) = 1,67 atau -t(0,975;74) = - 1,67. Daerah
penolakan H0 adalah jika thitung < -t(0,975;74) (-1,67) atau thitung > t(0,975;74) (1,67).
Dari perhitungan nilai ulangan SPU diperoleh hasil -t(0,975;74) (-1,67) < thitung
(1,433) < t(0,975;74) (1,67), maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai rerata kemampuan awal yang
sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan seimbang.
C. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penggunaan dua media yang
berbeda pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, maka dilakukan uji
perbandingan rata-rata selisih nilai pretest-posttest aspek kognitif, nilai aspek
afektif dan nilai aspek psikomotor. Statistik yang digunakan adalah uji t- pihak
kanan pada taraf signifikansi 5% .
1. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi pokok Laju
Reaksi pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 18.
Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20.
Tabel 18. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.
Kelompok Sampel Rerata Variansi t hitung
Kelas Eksperimen I 38,026 268,297 3,928
Kelas Eksperimen II 25,263 153,983
Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,928 dan setelah dikonsultasikan dengan
tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74) adalah 1,67. Daerah
Kritik dengan α = 0.05 , H0 jika thitung ≤ t (1-α; n1+n2-2). Dengan demikian harga
thitung = 3.928 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah kritik, maka H0 ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Maka rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi daripada
siswa kelas Eksperimen II.
2. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi afektif siswa materi pokok Laju
Reaksi pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 19.
Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20.
Tabel 19. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.
Kelompok Sampel Rerata Variansi t hitung
Kelas Eksperimen I 77,171 68,386 1,475
Kelas Eksperimen II 74,696 44,219
Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1,475 dan setelah dikonsultasikan dengan
tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74) adalah 1,67. Daerah
Kritik dengan α = 0.05 , H0 jika thitung ≤ t (1-α; n1+n2-2). Dengan demikian harga
thitung = 1.475 < t0.95(74) = 1.67 atau berada diluar daerah kritik, maka H0 diterima.
Maka rata-rata nilai afektif siswa kelas Eksperimen II lebih tinggi daripada siswa
kelas Eksperimen I.
3. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Psikomotor.
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi psikomotor siswa materi pokok
Laju Reaksi pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 20.
Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20.
Tabel 20. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Psikomotor.
Kelompok Sampel Rerata Variansi t hitung
Kelas Eksperimen I 87,422 51,554 1,792
Kelas Eksperimen II 84,119 84,347
Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1,792 dan setelah dikonsultasikan dengan
tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74) adalah 1,67. Daerah
Kritik dengan α = 0.05 , H0 jika thitung ≤ t (1-α; n1+n2-2). Dengan demikian harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
thitung = 1,792 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah kritik, maka H0 ditolak.
Maka rata-rata nilai psikomotor siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi daripada
siswa kelas Eksperimen II.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Pada penelitian ini dilakukan komparasi dua metode pembelajaran yaitu
Eksperimen dan Demonstrasi. Kedua metode pembelajaran mencakup kedalaman
materi Laju Reaksi yang sama. Akan tetapi kedua metode pembelajaran ini
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kedua metode tersebut
menitikberatkan pada pembelajaran inkuiri terbimbing, yang mana pada
pembelajaran ini siswa harus mampu menemukan suatu konsep dari materi yang
dipelajari baik dari hasil pemikiran sendiri maupun hasil diskusi dengan teman
dalam satu kelas. Secara observasi, cara penemuan konsep antara kedua metode
tersebut berbeda. Dengan perbedaan ini, dapat diketahui metode mana yang
meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada kegiatan pembelajaran, model
pembelajaran inkuiri terbimbing sangat tepat diterapkan baik pada kelas
eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2. Sebagai contoh, ketika siswa
dihadapkan pada suatu materi, guru membimbing siswa untuk melakukan
observasi. Observasi dalam hal ini tidak hanya kegiatan laboratorium, melainkan
mencari sumber mengenai materi yang akan dibahas dari buku atau dari internet.
Dengan pedoman ini, selanjutnya siswa dihadapkan pada suatu permasalahan.
Permasalahan tersebut berfungsi untuk mengkonstruksi kemampuan dan
pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Jika terdapat perbedaan
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, pada tahap ini guru memegang
peranan penting untuk meluruskan dan memperbaiki konsep dari siswa yang
belum tepat sehingga menjadi suatu konsep yang benar.
Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok Laju Reaksi terlebih
dahulu dilakukan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang
akan mereka ikuti. Kemudian pada akhir pembelajaran materi pokok Laju Reaksi
dilakukan posttest untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hasil analisis menggunakan uji t-matching terhadap nilai ulangan SPU
menunjukkan bahwa kedua kelas sampel setara. Dari data induk penelitian pada
Lampiran 16 dapat dilihat bahwa rata- rata nilai pretest siswa kelas eksperimen I
pada aspek kognitif adalah 42,895 dan kelas eksperimen II adalah 52,632.
Selanjutnya kedua kelas sampel masing-masing dikenai perlakuan. Pada kelas
eksperimen I, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen, langkah
pembelajarannya yaitu meliputi tahapan-tahapan seperti observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan. Untuk kelas
eksperimen I, kegiatan observasi yang dilakukan menggunakan metode
Eksperimen. Disini siswa melakukan eksperimen secara berkelompok di
laboratorium. Untuk kelas eksperimen II, sintaks pembelajaran yang diberikan
sama, hanya saja pada kelas ini pada saat kegiatan observasi metode pembelajaran
yang digunakan adalah Demonstrasi. Setelah kedua kelas sampel tersebut diberi
perlakuan selama 12 x 45 menit dalam 11 kali tatap muka, selanjutnya diberikan
posttest untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu menguasai materi Laju
Reaksi yang telah dipelajarinya. Berdasarkan hasil posttest kognitif seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 12 dan Lampiran 16 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen I adalah 80,921 dan kelas eksperimen II adalah 77,895.
Berdasarkan rata- rata nilai pretest-posttest tersebut maka dapat dilihat rata- rata
selisih nilainya, yaitu pada kelas eksperimen I mengalami peningkatan sebesar
38,026 sedangkan pada kelas eksperimen II adalah 25,263.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berlangsung
dengan baik. Dalam proses belajar, para siswa yang diberi pembelajaran dengan
inkuiri terbimbing, siswa dihadapkan pada permasalahan. Kemudian mereka
merumuskan hipotesis, setelah itu merancang percobaan, melakukan analisis
terhadap percobaan yang telah dilakukan dan menyimpulkan hasilnya. Pada
proses pembelajaran, siswa yang sepenuhnya mengkonstruksi suatu pengetahuan.
Dalam hal ini pengetahuan mengenai suatu materi dapat diperoleh dari buku-buku
pelajaran, internet, dll. Guru dalam proses pembelajaran tidak menerangkan
materi terlebih dahulu. Sebagai contoh, dapat dilihat ketika siswa satu dengan
yang lain dalam memecahkan suatu permasalahan pada suatu pokok bahasan, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
terdapat perbedaan hasil antara siswa tersebut, maka ditahap ini seorang guru
memegang peranan penting dalam penyimpulan suatu materi. Jadi, guru berperan
sebagai fasilitator dalam proses prmbelajaran. Hal ini sesuai dengan langkah-
langkah inkuiri yang pernah di ungkapkan oleh Suwarna, 2005.
Pembelajaran dengan eksperimen merupakan pembelajaran yang
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah dan
keterampilan berpikir siswa dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu dengan
penyelidikan dan mencari pemecahan dari suatu permasalahan. Dengan metode
eksperimen siswa dapat belajar menemukan konsep-konsep dengan berpikir
sistematis. Sedangkan pembelajaran dengan demonstrasi merupakan pembelajaran
yang mewajibkan siswa untuk memahami inti dari suatu percobaan yang
dilakukan karena sebagai demonstrator yang baik hendaknya menguasai apa yang
akan diberikan kepada peserta demonstrasi. Demonstrasi dalam penelitian ini
menekankan pada model pembelajaran yang digunakan, dimana siswa yang harus
menemukan konsep terhadap materi yang sedang dipelajari. Kegiatan demonstrasi
ini, siswa melakukan eksperimen dengan cara kelompok. Dalam kelompok
tersebut, siswa yang terpilih sebagai demonstrator akan mendemonstrasikan
percobaan kepada teman-teannya dalam satu kelompok tersebut.
Dari perbedaan selisih nilai kognitif yang terdapat pada kedua kelas
sampel menunjukkan bahwa kelas eksperimen I memiliki selisih nilai rata-rata
kognitif lebih tinggi dari pada kelas eksperimen II. Untuk membuktikan secara
statistik apakah perbedaan tersebut signifikan dilakukan uji t- pihak kanan. Dari
hasil uji t- pihak kanan terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh harga thitung =
3.928 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah kritik, maka H0 ditolak. Dengan
demikian rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi
daripada siswa kelas Eksperimen II (Pada Tabel 18 dan Lampiran 20).
Perbedaan prestasi belajar tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja.
Pada Tabel 12, aspek afektif rata- rata nilai yang diperoleh kelas eksperimen I
adalah 77,171 dan untuk kelas eksperimen II sebesar 74,696. Untuk hasil uji t-
pihak kanan terhadap prestasi belajar afektif pada Tabel 19 dan Lampiran 20,
diperoleh thitung = 1.475 < t0.95(74) = 1.67 atau berada diluar daerah kritik, maka H0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
diterima. Maka rata-rata nilai afektif siswa kelas Eksperimen II lebih tinggi
daripada siswa kelas Eksperimen I. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis ternyata
kelas eksperimen II memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan
kelas eksperimen I. Dari hasil analisis kemungkinan perbedaan ini bisa
disebabkan karena pengisian angket afektif yang seenaknya sendiri, selain itu juga
faktor kejujuran individu berpengaruh terhadap pengisian angket afektif. Aspek
afektif dalam penelitian ini mencakup sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral
dari siswa. Seorang siswa akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara
optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu,
khususnya pada pelajaran kimia. Dalam hal ini, kadang siswa malas mengisi
angket sehingga hanya mencontek pekerjaan teman yang mengakibatkan nilai dari
tiap siswa hampir sama.
Pada aspek psikomotor terdapat perbedaan prestasi belajar yaitu rata-rata
nilai yang diperoleh siswa kelas eksperimen I adalah 87,422 dan untuk kelas
eksperimen II adalah 84,119 yang dapat dilihat pada Tabel 12. Untuk hasil uji t-
pihak kanan terhadap prestasi belajar psikomotor berdasarkan Tabel 20 dan
Lampiran 20, diperoleh thitung = 1,792 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah
kritik, maka H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai psikomotor
siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi daripada siswa kelas Eksperimen II.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji t- pihak kanan terhadap
ketiga aspek di atas diperoleh hasil sesuai dengan hipotesis. Sesuai harapan
peneliti, bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen pada prestasi
belajar aspek kognitif dan psikomotor siswa telah terbukti. Sedangkan untuk
aspek afekif kurang sesuai dengan harapan penulis. Berdasarkan rata-rata selisih
nilai kognitif hasil uji t- pihak kanan tersebut menunjukkan bahwa thitung = 3.928 >
t0.95(74) = 1.67 , sedangkan nilai psikomotor hasil uji t-pihak kanan menunjukkan
bahwa thitung = 1,792 > ttabel = 1,67. Hal ini saling mendukung, di mana terlihat
bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen memiliki rata- rata
selisih nilai lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
Demonstrasi baik dari aspek kognitif maupun psikomotor. Nilai aspek afektif
hasil uji t-pihak kanan adalah thitung = 1.475 < t0.95(74) = 1.67. Meskipun dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
ini aspek afektif tidak sesuai yang diperkirakan penulis, dengan adanya tingkat
persamaan prestasi belajar dari segi aspek kognitif dan psikomotor tersebut sudah
mewakili bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode Eksperimen
memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan Demonstrasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Amstrong dan Brittan
Hallar bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kegiatan eksperimen
memberikan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dengan Eksperimen pada materi pokok Laju Reaksi lebih tinggi
dibandingkan dengan Demonstrasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan
menggunakan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikan 5%. Dimana hasil uji t-
pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 3,928 > ttabel = 1,67
dan untuk prestasi belajar psikomotor diperoleh thitung = 1,792 > ttabel = 1,67.
Sedangkan untuk aspek afektif, hasil uji t-pihak kanan diperoleh thitung = 1.475 <
t0.95(74) = 1.67.
B. Implikasi
Berdasar hasil penelitian menimbulkan suatu pemikiran agar dalam proses
belajar mengajar, guru memiliki suatu metode untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa dalam usaha untuk menemukan dan memahami konsep suatu
materi pembelajaran kimia khususnya materi pokok Laju Reaksi sehingga
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Untuk itu
diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa yaitu antara
lain pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing. Pembelajaran inkuiri
terbimbing sangat baik diterapkan karena dalam proses pembelajaran
mengkondisikan siswa lebih aktif dan mampu mengungkapkan apa yang ada di
dalam pikiran anak tersebut.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya
guru senantiasa membimbing dan mengarahkan kelas untuk memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
motivasi kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Guru harus cermat dalam mengamati setiap apa yang dilakukan siswa
dalam proses pembelajaran, untuk itu sebaiknya guru bisa
berkolaborasi dengan tim mengajar.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing baik dengan metode eksperimen atau
demonstrasi pada pembelajaran kimia materi pokok yang lain.