studi komprehensif jamur aspergillus spp. dan …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. tesis full tanpa bab...

64
STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN Talaromyces spp. YANG DIISOLASI DARI RIZOSFER TANAMAN BUDIDAYA DI PROVINSI LAMPUNG (Tesis) Oleh IKA RACHMA PANGESTI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN Talaromyces spp.YANG DIISOLASI DARI RIZOSFER TANAMAN BUDIDAYA DI

PROVINSI LAMPUNG

(Tesis)

Oleh

IKA RACHMA PANGESTI

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRONOMIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2019

Page 2: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

ABSTRACT

STUDY COMPREHENSIVE Aspergillus spp. AND Talaromyces spp.ISOLATED FROM RHIZOSPHERE OF CULTIVATED PLANTS IN

LAMPUNG PROVINCE

By

IKA RACHMA PANGESTI

This study was aimed to reveal the identity of Aspergillus spp. and Talaromyces

spp. and their ability as antagonist, phosphate solubilizing fungi, chitin degrading

fungi, Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) and their aflatoxin production. Four

isolates of Aspergillus spp. and six isolates of Talaromyces spp. were used in this

study. Those all isolates were obtained from three different plants rhizosphere,

namely pineapple (AS1, AS2, AS3, AS4, AS5), corn (AS6, AS7, AS8, AS9), and

chili (AS11). Identification (morphological characteristics and molecular

technique), antagonist test against Phytophthora palmivora, investigation on

ability as phosphate solubilizing fungi or chitin degrading fungi as well as

aflatoxin production were conducted at Agricultural Biotecnology, Faculty of

Agriculture, University of Lampung. The ability as PGPF was tested using

cucumber plant as indicator plant at green house of Faculty of Agriculture. The

data collected in this study were identity of the isolates, percentage of inhibition

against P. palmivora, clear (halo) zone area around the colony which was grown

Page 3: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

on pikovskaya and chitin agar media. As for their ability as Plant Growth

Promoting Fungi (PGPF), some parameters were observed namely plant height,

wet weight of shoot and root, dry weight of shoot and root, greenish leaves and

percentage of shoot N and P content and fluorescence of the colony grown on

CAM media visualized under UV. Based on the morphological characteristics, it

was confirmed that all the isolates were in the group of Aspergillus and

Talaromyces. Sequence analysis result of ITS region (ITS1-ITS4) revealed that 4

isolates (AS1, AS6, AS7, and AS9) were placed in the group of Aspergillus

oryzae and 6 isolates (AS2, AS3, AS4, AS5, AS8, and AS11) were palced in to

group of Talaromyces sayulitensis. Isolate AS1, AS4, AS5, AS8, and AS11 has

capability as antagonist of P. palmivora, phosphate solubilizing fungi, chitin

degrading fungi, and PGPF. All the isolates doesn’t have ability to product

aflatoxin.

Keywords: Antagonist, Aspergillus oryzae, Plant Growth Promoting Fungi,Talaromyces sayulitensis.

Page 4: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

ABSTRAK

STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN Talaromyces spp.YANG DIISOLASI DARI RHIZOSFER TANAMAN BUDIDAYA

DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

IKA RACHMA PANGESTI

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.

dan kemampuannya sebagai antagonis, pelarut fosfat, pendegradasi kitin, Plant

Growth Promoting Fungi (PGPF), dan produksi aflatoksin. Empat isolat

Aspergillus spp. dan enam isolat Talaromyces spp. diisolasi dari rizosfer tanaman

nanas (AS1, AS2, AS3, AS4, AS5), tanaman jagung (AS6, AS7, AS8, AS9), dan

tanaman cabai (AS11). Identifikasi (karakter morfologi dan teknik molecular), uji

antagonis terhadap Phytophthora palmivora, kemampuan jamur sebagai pelarut

fosfat dan pendegradasi kitin, serta produksi aflatoksin jamur dilakukan di

Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian (LBFP), Universitas Lampung.

Kemampuan jamur diuji sebagai PGPF menggunakan tanaman mentimun sebagai

tanaman indikator dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian. Data yang diamati

meliputi identitas semua isolat, persentasi penghambatan P. palmivora, zona

bening yang tumbuh di media pikovskaya dan kitin agar. Serta kemampuan jamur

sebagai Plant Growth Promoting Fungi (PGPF), parameter yang diamati

Page 5: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

diantaranya tinggi tanaman, bobot basah tajuk dan akar, bobot kering tajuk dan

akar, kehijauan daun dan penyerapan N dan P pada tajuk dan sinar fluorescence

pada koloni yang ditumbuhkan di media CAM divisualisasi di bawah sinar UV.

Berdasarkan karakteristik morfologinya, dikonfirmasi bahwa semua isolat masuk

dalam jamur Aspergillus dan Talaromyces. Analisis sekuensing menggunakan ITS

region menunjukkan bahwa 4 isolat (AS1, AS6, AS7, dan AS9) masuk ke dalam

spesies Aspergillus oryzae dan 6 isolat (AS2, AS3, AS4, AS5, AS8, dan AS11)

masuk ke dalam spesies Talaromyces sayulitensis. Isolat AS1, AS4, AS5, AS8,

dan AS11 memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan P. palmivora, pelarut

fosfat, pendegradasi kitin, serta sebagai PGPF. Semua isolat tidak memiliki

kemampuan untuk memproduksi aflatoksin.

Kata Kunci: Antagonis, Aspergillus oryzae, Plant Growth Promoting Fungi,Talaromyces sayulitensis.

Page 6: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN Talaromyces spp.YANG DIISOLASI DARI RIZOSFER TANAMAN BUDIDAYA DI

PROVINSI LAMPUNG

Oleh

IKA RACHMA PANGESTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER SAINS

Pada

Program Studi Pascasarjana Magister AgronomiFakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJAN MAGISTER AGRONOMIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2019

Page 7: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda
Page 8: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda
Page 9: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda
Page 10: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah putri tunggal dari pasangan Bapak Rachman Ardhy dan Ibu

Tamiyati. Penulis dilahirkan di Gadingrejo pada 05 Mei 1993. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 7 Gadingrejo pada tahun 2005.

Kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMP N 1 Gadingrejo dan

lulus pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1

Gadingrejo dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

ke jenjang perkuliahan dan berhasil terdaftar sebagai Mahasiswi Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Ujian

Mandiri (UM).

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Program Studi Magister Agronomi, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2017 melalui jalur Seleksi Masuk

Perguruan Tinggi Negeri Program Pascasarjana Universitas Lampung. Penulis

melaksanakan penelitian pada tahun 2017 pada bulan November hingga Februari

2019. Penelitian tersebut berjudul “Studi Komprehensif Jamur Aspergillus spp.

dan Talaromyces spp. yang Diisolasi dari Rizosfer Tanaman Budidaya di Provinsi

Lampung”.

Page 11: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT., karya ilmiahini didedikasikan untuk :

Keluarga penulis,

Bapak Rachman Ardhy dan Ibu Tamiyati

Seluruh Insan Akademis dan Almamater tercinta,Universitas Lampung

Page 12: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

`

“Research is to see what everybody else has seen, and tothink what nobody else has thought”

(Albert Szent Gyorgyi)

“Bukan, bukan puncaklah yang kita taklukan melainkan dirisendiri. Sebuah gunung keangkuhan yang tiap detik kita

bakar dengan api egoisme”(J.S. Khairen)

“Saya bukannya pintar, boleh dikatakan hanya bertahan lebih

lama menghadapi masalah”

(Albert Einstein)

Page 13: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. yang telah memberikan

segala rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Di dalam proses penulisan tesis ini penulis telah menerima bantuan dan

bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banua, M. S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung;

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik dan selaku

ketua Program Studi Magister Agronomi atas saran dan pengarahan kepada

penulis selama berada di Perguruan Tinggi Universitas Lampung;

4. Bapak Dr. Radix Suharjo, S.P., M. Agr., selaku Pembimbing Utama yang

telah memberikan, bimbingan, motivasi, serta saran kepada penulis selama

penelitian dan penulisan tesis hingga selesai;

Page 14: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

5. Ibu Dr. Yuyun Fitriana, S.P., M.P., selaku Pembimbing Kedua atas segala

saran, bimbingan, motivasi serta kesabaran yang telah diberikan selama

penelitian dan penulisan tesis;

6. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Dosen Penguji I atas saran, kritik,

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

7. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Dosen Penguji II atas saran,

kritik, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

ini;

8. Kedua orangtua penulis : Bapak A. Rachman Ardhi dan Ibu Tamiyati yang

telah memberikan doa, perhatian, dan harapan, serta dukungan untuk penulis;

9. Sahabat terkasih penulis : Chanapat Tungtirawat atas motivasi, dukungan,

serta saran kepada penulis.

10. Rekan- rekan penulis : Eko Andrianto, S.P., M.Agr., Fransiska Dina, S.P.,

Bihikmi Semenguk, S.P., Erika Merdiyana, S.P., Rizki Amalia, S.P., Catur

Putra Satgada, S.P., Dwi Yanti, S.P., Rio Aji Sindapati, S.P., Rian A. Nata,

S.P., Lina Nur, S.P., Yohan Yogaswara, S.P., Siti Jarlina, S.P., M.Si., Rully

Pebriansyah, S.P., Lita Theresia Pasaribu, S.P., Diah Ayu, S.P., Mei Sri

Handayani, S.P., Lily Agustini, S.P., Febe Atalia, S.P., Santia Putri, S.P., Hani

Listyani, Hani Anggraini Oktaviany, S.P., Ma’ruf Kurniawan, Indah Dwi

Saputri, dan Devita Oqi Wulandara, S.P., atas motivasi, saran, kritik, dan

bantuannya kepada penulis selama penelitian dan penulisan tesis penulis.

11. Rekan-rekan Magister Agronomi penulis : Yeyen Ilmiasari, S.P., Ruly Yosita,

S.P., Rizki Aprilia, S.P., Resti Puspa Kartika, S.P.,M.Si., Ardhi Kusuma, S.P.,

Page 15: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

Muhammad Faris Azhar, Michelia Desetyani, S.Tr.P., dan Annisa Fitri, S.P.,

atas doa dan bantuannya kepada penulis selama penelitian.

12. Adik-adik penelitian di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Penelitian :

Ridho Asmara, S.P., Firnando, S.P., Anis Puji Andayani, Rahma Meuly

Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda Sari,

Dwi Marsenta Yulianti, Imam Al Muarif, Usi Enggar Amalia, Viki Ari

Saputri, dan Zakiah Selviani atas bantuan serta kerjasamanya selama

melaksanakan penelitian.

Bandar Lampung, September 2019

Ika Rachma Pangesti

Page 16: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................. . v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... . xv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... . 1

1.2 Tujuan Penelitian .................................................................. . 3

1.3 Kerangka Pemikiran .............................................................. . 3

1.4 Hipotesis ............................................................................... . 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi............................................................................... . 8

2.1.1 Identifikasi Morfologi .................................................... . 8

2.1.2 Identifikasi Molekuler ................................................... . 8

2.2 Jamur Aspergillus sp. ............................................................. . 9

2.3 Jamur Talaromyces sp. ........................................................... . 10

2.4 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. sebagaiAntagonis…………… ............................................................ . 10

2.5 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. sebagaiPelarut Fosfat…………… ...................................................... . 11

2.6 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. sebagaiPendegradasi Kitin .................................................................. . 12

Page 17: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

ii

2.7 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. sebagaiPlant Growth Promoting Fungi (PGPF) ................................ . 12

2.8 Jamur Penghasil Aflatoksin..................................................... . 13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................ . 14

3.2 Bahan dan Alat………………………………………………. 14

3.3 Pelaksanaan Penelitian........................................................... .. 15

3.4 Identifikasi Jamur Aspergillus spp. dan Talarmyces spp. SecaraMorfologi dan Molekuler...................................................... .. 16

3.4.1 Identifikasi Jamur Secara Morfologi (Makroskopis danMikroskopis) .... ............................................................. 16

3.4.2 Identifikasi Molekuler .................................................... 17

3.4.2.1 Pemanenan Spora Jamur...................... .............. 17

3.4.2.2 Ekstraksi DNA Jamur ........................................ 17

3.4.2.3 Amplifikasi DNA dengan PCR.......................... 18

3.4.2.4 Elektroforesis dan Visualisasi Hasil PCR.......... 18

3.4.2.5 Sekuensing dan Analisis Hasil PCR .................. 19

3.5 Pengujian Antagonis Jamur Aspergillus spp. danTalaromyces spp. terhadap jamur Phytophthora palmivorapada Tiga Media yang Berbeda (PDA, SDA, CMA)............... 19

3.5.1 Pembuatan Media Tumbuh ............................................. 20

3.5.2 Pelaksanaan Percobaan................................................... 20

3.6 Pengujian Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.sebagai Pelarut Fosfat ............................................................... 22

3.6.1 Pembuatan Media Water Agar (WA) .............................. 22

3.6.2 Pembuatan Media Pikovskaya ......................................... 23

3.6.3 Pengamatan ...................................................................... 23

Page 18: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

iii

3.7 Pengujian Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.sebagai Pendegradasi Kitin....................................................... 24

3.7.1 Pembuatan Koloidal Kitin ............................................... 24

3.7.2 Media Kitin Agar............................................................. 25

3.7.3 Pengamatan...................................................................... 25

3.8 Pengujian Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. SebagaiPlant Growth Promoting Fungi (PGPF) ................................... 26

3.8.1 Pembuatan Media Beras .................................................. 26

3.8.2 Persiapan Benih Timun dan Media Tanam...................... 26

3.8.3 Aplikasi Jamur pada Media Tanam ................................. 27

3.9 Pengujian Produksi Aflatoksin dari Jamur Aspergillus spp. danTalaromyces spp. dengan Media Coconut AgarMedium (CAM)......................................................................... 27

3.10 Analisis Data ............................................................................ 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian. ......................................................................... 29

4.1.1 Morfologi Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.yang Ditumbuhkan pada Media PSA(Potato Sucrose Agar).................................................... 29

4.1.1.1 Jamur Aspergillus spp. ........................................ 29

4.1.1.2 Jamur Talaromyces spp. ..................................... 31

4.1.2 Identitas Molekuler Jamur Aspergillus spp. danTalaromyces spp. ............................................................ 33

4.1.3 Pengujian Antagonis Aspergillus oryzae dan Talaromycessayulitensis dengan Phytophthora palmivora ................ 36

4.1.3.1 Daya Hambat Aspergillus oryzae terhadapPhytophthora palmivora ..................................... 36

4.1.3.2 Daya Hambat Talaromyces sayulitensis terhadapPhytophthora palmivora .................................... 38

Page 19: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

iv

4.1.4 Pengujian Aspergillus oryzae dan Talaromycessayulitensis sebagai Jamur Pelarut Fosfat...................... 41

4.1.4.1 Zona Bening yang Terbentuk oleh Aspergillusoryzae ............................................................... 42

4.1.4.2 Zona Bening yang Terbentuk oleh Talaromycessayulitensis ........................................................ 44

4.1.5 Pengujian Aspergillus oryzae dan Talaromycessayulitensis sebagai Jamur Pendegradasi Kitin.............. 47

4.1.5.1 Jamur Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin................................................................... 47

4.1.5.2 Jamur Talaromyces sayulitensis sebagaiPendegradasi Kitin ............................................ 49

4.1.6 Pengujian Jamur Aspergillus oryzae dan Talaromycessayulitensis sebagai Plant Growth Promoting

Fungi (PGPF) .................................................................. 52

4.1.6.1 Jamur Aspergillus oryzae sebagai Plant GrowthPromoting Fungi (PGPF).................................... 52

4.1.6.2 Jamur Talaromyces sayulitensis sebagai PlantGrowth Promoting Fungi (PGPF).. ................... 54

4.1.7 Analisis Kandungan Fosfat (P) dan Nitrogen (N) .......... 57

4.1.8 Analisis Produksi Aflatoksin pada Aspergillus oryzaedan Talaromyces sayulitensis......................................... 58

4.2 Pembahasan ............................................................................... 59

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan.................................................................... ............ 69

5.2 Saran.................................................................... ...................... 70

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 71

LAMPIRAN......................................................................................... 78

Page 20: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Antagonis Aspergillus oryzae dan Phytophthora palmivora pada mediaPDA, SDA, dan CMA.............................................................................. 36

2. Antagonis Talaromyces sayulitensis dan Phytophthora palmivora padaMedia PDA, SDA, dan CMA................................................................... 38

3. Kemampuan Jamur Melarutkan Fosfat .................................................... 42

4. Luasan Zona Bening Jamur Aspergillus oryzae pada media ................... 42

5. Indeks Pelarut Fosfat Jamur Aspergillus oryzae ...................................... 43

6. Luasan Zona Bening Jamur Talaromyces sayulitensis pada media ......... 45

7. Indeks Pelarut Fosfat Jamur Talaromyces sayulitensis............................ 45

8. Kemampuan Jamur dalam Mendegradasi Kitin....................................... 47

9. Jamur Aspergillus oryzae sebagai Pendegradasi Kitin ............................ 48

10. Jamur Talaromyces sayulitensis sebagai Pendegradasi Kitin .................. 50

11. Rerata Tinggi tanaman, Jumlah Daun, Kehijauan Daun Uji Aspergillusoryzae sebagai Plant Growth Promoting Fungi....................................... 52

12. Rerata Bobot Basah, Bobot Kering, dan Panjang Akar pada UjiAspergillus oryzae sebagai Plant Growth Promoting Fungi ................... 54

13. Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Kehijauan Daun Uji Talaromycessayulitensis sebagai Plant Growth Promoting Fungi............................... 55

14. Rerata Bobot Basah, Bobot Kering, dan Panjang Akar pada UjiTalaromyces sayulitensis sebagai Plant Growth Promoting Fungi ......... 56

15. Analisis Pengaruh Aspergillus oryzae terhadap serapan unsur Ndan P pada Tajuk...................................................................................... 57

Page 21: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

vi

16. Analisis Pengaruh Talaromyces sayulitensis terhadap serapan unsur Ndan P pada Tajuk...................................................................................... 58

17. Pengamatan Hasil Uji Antagonis Aspergillus oryzae pada mediaPDA.......................................................................................................... 79

18. Analisis Ragam Uji Antagonis Aspergillus oryzae pada mediaPDA.......................................................................................................... 79

19. Pengamatan Hasil Uji Antagonis Talaromyces sayulitensis pada mediaPDA.......................................................................................................... 79

20. Analisis Ragam Uji Antagonis Talaromyces sayulitensis pada mediaPDA.......................................................................................................... 80

21. Pengamatan Hasil Uji Antagonis Aspergillus oryzae pada mediaSDA.......................................................................................................... 80

22. Analisis Ragam Uji Antagonis Aspergillus oryzae pada mediaSDA.......................................................................................................... 80

23. Pengamatan Hasil Uji Antagonis Talaromyces sayulitensis pada mediaSDA.......................................................................................................... 81

24. Analisis Ragam Uji Antagonis Talaromyces sayulitensis pada mediaSDA.......................................................................................................... 81

25. Pengamatan Hasil Uji Antagonis Aspergillus oryzae pada mediaCMA......................................................................................................... 81

26. Analisis Ragam Uji Antagonis Aspergillus oryzae pada mediaCMA......................................................................................................... 81

27. Pengamatan Hasil Uji Antagonis Talaromyces sayulitensis pada mediaCMA......................................................................................................... 82

28. Analisis Ragam Uji Antagonis Talaromyces sayulitensis pada mediaCMA......................................................................................................... 82

29. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 3 HSI ............................................................................................... 82

30. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 3 HSI ............................................................................................... 82

31. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 3 HSI ............................................................................................... 83

Page 22: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

vii

32. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 3 HSI ............................................................................................... 83

33. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 4 HSI ............................................................................................... 83

34. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 4 HSI ............................................................................................... 83

35. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 4 HSI ............................................................................................... 84

36. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 4 HSI ............................................................................................... 84

37. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 5 HSI ............................................................................................... 84

38. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 5 HSI ............................................................................................... 84

39. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 5 HSI ............................................................................................... 85

40. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 5 HSI ............................................................................................... 85

41. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 6 HSI ............................................................................................... 85

42. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 6 HSI ............................................................................................... 85

43. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 6 HSI ............................................................................................... 86

44. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 6 HSI ............................................................................................... 86

45. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 7 HSI ............................................................................................... 86

46. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai Pelarut FosfatPada 7 HSI ............................................................................................... 86

47. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 7 HSI ............................................................................................... 87

Page 23: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

viii

48. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai Pelarut FosfatPada 7 HSI ............................................................................................... 87

49. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 3HSI ....................................................................................... 87

50. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 3HSI ....................................................................................... 87

51. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 3HSI ....................................................................................... 88

52. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 3HSI ....................................................................................... 88

53. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 4HSI ....................................................................................... 88

54. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 4HSI ....................................................................................... 88

55. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 4HSI ....................................................................................... 89

56. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 4HSI ....................................................................................... 89

57. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 5HSI ....................................................................................... 89

58. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 5HSI ....................................................................................... 89

59. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 5HSI ....................................................................................... 90

60. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 5HSI ....................................................................................... 90

61. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 6HSI ....................................................................................... 90

62. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 6HSI ....................................................................................... 90

63. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 6HSI ....................................................................................... 91

Page 24: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

ix

64. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 6HSI ....................................................................................... 91

65. Hasil Pengamatan Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 7HSI ....................................................................................... 91

66. Analisis Ragam Uji Aspergillus oryzae sebagai PendegradasiKitin pada 7HSI ....................................................................................... 91

67. Hasil Pengamatan Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 7HSI ....................................................................................... 92

68. Analisis Ragam Uji Talaromyces sayulitensis sebagai PendegradasiKitin pada 7HSI ....................................................................................... 92

69. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (A. oryzae) pada 21 HSI ................. 92

70. Analisis Ragam Tinggi Tanaman (A. oryzae) pada 21 HSI ..................... 92

71. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (T. sayulitensis) pada 21 HSI.......... 93

72. Analisis Ragam Tinggi Tanaman (T.sayulitensis) pada 21 HSI .............. 93

73. Hasil Pengamatan Jumlah Daun (A. oryzae) pada 21 HSI....................... 93

74. Analisis Ragam Jumlah Daun (A. oryzae) pada 21 HSI .......................... 93

75. Hasil Pengamatan Jumlah Daun (T. sayulitensis) pada 21 HSI ............... 94

76. Analisis Ragam Jumlah Daun (T. sayulitensis) pada 21 HSI .................. 94

77. Hasil Pengamatan Kehijauan Daun (A. oryzae) pada 21 HSI.................. 94

78. Analisis Ragam Kehijauan Daun (A. oryzae) pada 21 HSI ..................... 94

79. Hasil Pengamatan Kehijauan Daun (T. sayulitensis) pada 21 HSI .......... 95

80. Analisis Ragam Kehijauan Daun (T. sayulitensis) pada 21 HSI.............. 95

81. Hasil Pengamatan Panjang Akar (A. oryzae) pada 21 HSI ...................... 95

82. Analisis Ragam Panjang Akar (A. oryzae) pada 21 HSI.......................... 95

83. Hasil Pengamatan Panjang Akar (T. sayulitensis) pada 21 HSI .............. 96

84. Analisis Ragam Panjang Akar (T. sayulitensis) pada 21 HSI.................. 96

85. Hasil Pengamatan Bobot Basah Tajuk (A. oryzae) pada 21 HSI ............. 96

Page 25: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

x

86. Analisis Ragam Bobot Basah Tajuk (A. oryzae) pada 21 HSI................. 96

87. Hasil Pengamatan Bobot Basah Tajuk (T. sayulitensis) pada 21 HSI ..... 97

88. Analisis Ragam Bobot Basah Tajuk (T. sayulitensis) pada 21 HSI......... 97

89. Hasil Pengamatan Bobot Basah Akar (A. oryzae) pada 21 HSI .............. 97

90. Analisis Ragam Bobot Basah Akar (A. oryzae) pada 21 HSI .................. 97

91. Hasil Pengamatan Bobot Basah Akar (T. sayulitensis) pada 21 HSI....... 98

92. Analisis Ragam Bobot Basah Akar (T. sayulitensis) pada 21 HSI .......... 98

93. Hasil Pengamatan Bobot Kering Tajuk (A. oryzae) pada 21 HSI............ 98

94. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk (A. oryzae) pada 21 HSI ............... 98

95. Hasil Pengamatan Bobot Kering Tajuk (T. sayulitensis) pada 21 HSI.... 99

96. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk (T. sayulitensis) pada 21 HSI ....... 99

97. Hasil Pengamatan Bobot Kering Akar (A. oryzae) pada 21 HSI ............. 99

98. Analisis Ragam Bobot Kering Akar (A. oryzae) pada 21 HSI................. 100

99. Hasil Pengamatan Bobot Kering Akar (T. sayulitensis) pada 21 HSI ..... 100

100. Analisis Ragam Bobot Kering Akar (T. sayulitensis) pada 21 HSI....... 100

101. Hasil Pengamatan Serapan N (A. oryzae) pada 21 HSI ......................... 101

102. Analisis Ragam Serapan N (A. oryzae) pada 21 HSI............................. 101

103. Hasil Pengamatan Serapan N (T. sayulitensis) pada 21 HSI ................. 101

104. Analisis Ragam Serapan N (T. sayulitensis) pada 21 HSI ..................... 101

105. Hasil Pengamatan Serapan P (A. oryzae) pada 21 HSI.......................... 102

106. Analisis Ragam Serapan P (A. oryzae) pada 21 HSI ............................. 102

107. Hasil Pengamatan Serapan P (T. sayulitensis) pada 21 HSI .................. 102

108. Analisis Ragam Serapan P (T. sayulitensis) pada 21 HSI...................... 102

Page 26: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Dual Kultur ............................................................................. 21

2. Morfologi Makroskopis dan Mikroskopis Aspergillus spp.,di Media PSA .................................................................................... 30

3. Morfologi Makroskopis dan Mikroskopis Talaromyces spp.,di Media PSA ................................................................................... 32

4. Hasil Visualisasi Pita DNA ............................................................... 34

5. Pohon Filogeni Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. ................... 35

6. Aspergillus oryzae Menghambat Phytophthora palmivora ............... 37

7. Grafik Aspergillus oryzae Menghambat Phytophthora palmivora.... 38

8. Grafik Talaromyces sayulitensis Menghambat Phytophthorapalmivora ........................................................................................... 40

9. Talaromyces sayulitensis Menghambat Phytophthorapalmivora ........................................................................................... 41

10. Kemampuan Aspergillus oryzae Membentuk Zona Bening di MediaPicovskaya ......................................................................................... 44

11. Kemampuan Talaromyces sayulitensis Membentuk Zona Bening diMedia Picovskaya .............................................................................. 46

12. Kemampuan Aspergillus oryzae Membentuk Zona Bening di MediaKitin Agar .......................................................................................... 49

13. Kemampuan Talaromyces sayulitensis Membentuk Zona Bening diMedia Kitin Agar .............................................................................. 51

Page 27: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

xii

14. Perbandingan Pertumbuhan Kontrol dan Aspergillus oryzae ............ 53

15. Perbandingan Pertumbuhan Kontrol dan Talaromyces sayulitensis .. 56

16. Pengamatan Produksi Aflatoksin Jamur ............................................ 59

Page 28: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspergillus merupakan jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang

dapat ditemukan di alam serta berperan sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan

yang membusuk (Hasanah, 2017). Aspergillus merupakan nama genus yang

berasal dari jamur yang hanya diproduksi dengan cara seksual (Bennett, 2010).

Aspergillus memiliki banyak spesies antara lain A. niger, A. flavus, A. fumigatus,

dan A. oryzae. Jamur Aspergillus banyak dilaporkan sebagai penghasil aflatoksin.

Aflatoksin merupakan mikotoksin dengan toksisitas tinggi dan merupakan

penyebab bahan karsinogenik (Fente dkk., 2001). Beberapa spesies penghasil

aflatoksin yaitu A. flavus, A. parasiticus, A. nomius, A. niger, A. wentii, dan A.

melkus (Handajani & Purwoko, 2008). Namun, beberapa isolat Aspergillus belum

diketahui sebagai penghasil aflatoksin. Selain penghasil aflatoksin, Aspergillus

juga banyak dikembangkan oleh peneliti sebagai salah satu alternatif agensia

hayati dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman (Putri, 2018).

Jamur Talaromyces dapat ditemukan dengan mudah di beberapa habitat seperti

tanah dan kompos. Walaupun penelitian tentang jamur Talaromyces belum

banyak dilakukan terutama perannya sebagai agensia pengendali hama dan

Page 29: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

2

penyakit tanaman, namun Talaromyces telah dilaporkan oleh King (1997) mampu

berperan sebagai jamur antagonis dan banyak digunakan untuk aktivitas industri

dan dunia medis. Talaromyces mempunyai beberapa spesies antara lain T.

apiculatus, T. atroroseus, T. helicus, T. islandicus, dan T. variabillis. Talaromyces

awalnya memiliki kekerabatan dengan genus Penicilium, namun Benjamin (1955)

membedakan Talaromyces ke dalam genus Biverticillium.

Saat ini, Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian (LBPFP)

Universitas Lampung mempunyai koleksi 10 isolat yang diduga sebagai

Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. Isolat-isolat tersebut diisolasi dari rizosfer

tanaman nanas, jagung, dan cabai. Semua isolat telah dilaporkan mampu

menginfeksi hama pengisap buah kakao (Helopeltis spp.) (Merdiana, 2017).

Namun, belum diketahui informasi mengenai identitas dan kemampuannya

sebagai antagonis patogen Phytophthora palmivora, pelarut fosfat, pendegradasi

kitin, dan Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) serta produksi aflatoksin. Oleh

karena itu perlu dilakukannya identifikasi jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces

spp. secara morfologi berdasarkan Watanabe (2002) dan Domsch dkk. (1993) dan

molekuler dengan menggunakan teknik PCR. Selain itu, jamur Aspergillus spp.

dan Talaromyces spp. diuji kemampuannya sebagai antagonis terhadap jamur

patogen Phytophthora palmivora, pelarut fosfat, pendegradasi kitin, pengaruhnya

terhadap pertumbuhan tanaman mentimun, dan produksi aflatoksin.

Page 30: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

3

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui identitas 10 isolat termasuk ke dalam jamur Aspergillus spp. dan

Talaromyces spp. secara morfologi dan molekuler.

2. Mengetahui kemampuan Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. sebagai

antagonis jamur patogen Phytophthora palmivora, pelarut fosfat,

pendegradasi kitin, dan Plant Growth Promoting Fungi (PGPF).

3. Mengetahui pengaruh media tumbuh terhadap kemampuan antagonis

Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.

4. Mengetahui kemampuan jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. dalam

memproduksi aflatoksin.

1.3 Kerangka Pemikiran

Benjamin (1955) memperkenalkan genus Talaromyces pada telemorfik spesies

Penicillium dengan T. vermiculatus sebagai tipe generiknya. Genus ini ditandai

dengan askokarp yang lunak dengan dinding klestote dan tipe askomata warna

kuning. Subgenus dari Penicillium yaitu Biverticilium dialihkan ke dalam

Talaromyces. Berdasarkan faktor morfologi dan ekologi serta hubungan anamorf-

teleomorf, mungkin menjadi spekulasi awal bahwa genus Biverticillium harus

dipisahkan dari Penicillium sebagai bagian yang terpisah. Talaromyces memiliki

ciri askomata dengan tekstur longgar terdiri dari hifa miselia, ovate (butiran)

menjadi globoseasci berada di rantai pendek atau terbentuk secara tunggal.

Page 31: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

4

Secara umum teknik identifikasi jamur dilakukan berdasarkan karakteristik

morfologi. Saat ini teknik identifikasi sudah berkembang pada tingkatan

molekuler berdasarkan sekuen asam-basa gen atau daerah tertentu seperti ITS,

BenA, CaM, dan RPB2 (Joshi & Deshpande, 2010). Kombinasi hasil identifikasi

molekuler dan karakteristik morfologi akan memberikan hasil yang lebih akurat.

Aspergillus dan Talaromyces merupakan jamur yang mudah dan banyak

ditemukan di habitat tanah dan kompos. Jamur ini mudah untuk di eksplorasi serta

mudah untuk diperbanyak pada media tumbuh. Banyak peneliti melakukan

penelitian dengan menggunakan kedua jamur ini sebagai agensia hayati dalam

mengendalikan hama dan penyakit tanaman serta meningkatkan pertumbuhan

tanaman. Aspergillus merupakan jamur yang awalnya dikenal sebagai patogen.

Namun dalam perkembangannya, Aspergillus dimanfaatkan untuk penelitian di

bidang bioteknologi.

Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. telah dilaporkan berperan menghambat

pertumbuhan jamur patogen pada media tumbuh atau disebut sebagai antagonis.

Wulandari dkk. (2016) melaporkan bahwa jamur A. niger mampu menghambat

pertumbuhan P. palmivora sebesar 63,65%. Berdasarkan hasil penelitian Octriana

(2011), diketahui jamur Aspergillus sp. dapat tumbuh cepat dan mampu

berkompetisi memperebutkan ruang dan makanan serta menghambat pertumbuhan

jamur patogen Phytium sp. pada media tumbuh. Susanna dkk. (2018)

menyebutkan Talaromyces pinophilus mampu menghambat pertumbuhan

Lasiodiplodia theobromae yang menyebabkan penyakit mati meranggas pada

Page 32: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

5

tanaman pala. Rata-rata daya penghambatannya mencapai 66%. Kemampuan T.

pinophilus menghambat pertumbuhan karena adanya senyawa yang bersifat anti

cendawan. Senyawa tersebut dapat berdifusi dengan baik ke dalam media PDA

sehingga menghambat pertumbuhan koloni patogen. Naraghi dkk. (2010)

menyebutkan bahwa Talaromyces flavus mampu menghambat pertumbuhan layu

Verticillium pada tanaman timun sebesar 55,44% di media PDA.

Beberapa Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. juga dilaporkan berperan sebagai

pelarut fosfat. Jamur ini mempunyai kemampuan melarutkan senyawa-senyawa P

yang sukar larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman dengan cara

menghasilkan asam-asam organik sehingga ketersediaan P menjadi lebih cepat

dan dapat digunakan sebagai pupuk hayati atau biofertilizer (Artha dkk., 2013).

Fatmala dkk. (2015) juga melaporkan bahwa Aspergillus sp. mampu melarutkan

fosfat di media pikovskaya dengan membentuk zona bening. Indeks pelarut fosfat

dari Aspergillus sp. sebesar 1,14 pada 7 hsi. Islam dkk. (2019) menyebutkan

Talaromyces pinophilus membentuk zona bening di media pikovskaya dan

memiliki indeks pelarut fosfat sebesar 1,72.

Kemampuan jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. sebagai pendegradasi

kitin telah dilaporkan sebelumnya. Aida & Taghreed (2014) melaporkan bahwa

A. terrus memiliki kemampuan untuk mendegradasi dinding sel jamur. Chuan

dkk. (2005) menyebutkan bahwa Talaromyces flavus memiliki memampuan

dalam mendegradasi kitin dan mengendalikan jamur patogen seperti Verticillium

dahliae, Sclerotinia sclerotiorum dan Rhizoctonia solani. Selain itu, T. emersonii

Page 33: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

6

juga mampu mendegradasi kitin ketika ditumbuhkan dalam media uji yaitu kitin

agar (McCormack dkk., 1991).

Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. mempunyai kemampuan sebagai pemacu

pertumbuhan tanaman yang dikenal dengan sebutan Plant Growth Promoting

Fungi (PGPF). Pandya dkk. (2018) melaporkan bahwa Aspergillus sp. yang

diinokulasikan ketanaman mampu memacu pertumbuhan tanaman buncis dan

gandum, meningkatkan indeks perkecambahan, panjang akar dan tunas

dibandingkan dengan kontrol. Yamagiwa dkk. (2011) melaporkan bahwa

Talaromyces sp. dapat berperan sebagai PGPF pada tanaman Brassica campestris

L. var. perviridis dan resisten terhadap patogen Colletotrichum higginsianum.

Selain sifat Aspergillus spp. yang menguntungkan, beberapa strain seperti A.

flavus dan A. parasiticus yang mampu memproduksi aflatoksin. Aflatoksin

merupakan golongan racun yang berbahaya bagi manusia dan hewan. Jenis-jenis

aflatoksin yang dapat diproduksi pada jamur Aspergillus yaitu Aflatoksin B1

(AFB1), aflatoksin B2 (AFB2), aflatoksin G1 (AFG1), dan aflatoksin G2 (AFG2).

Nama-nama ini diberikan berdasarkan atas warna fluoresensi yang ditimbulkan

pada medium agar diamati di bawah sinar ultraviolet, seperti biru (blue atau B),

atau hijau (green atau G). Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan yang paling toksik

berpotensi merangsang kanker (Yenny, 2006).Walaupun sifatnya toksik tetapi

aflatoksin bermanfaat sebagai objek kajian dalam bidang medis dan pertanian.

Pada bidang medis, aflatoksin punya keterkaitan dalam menyebabkan

karsinogenik dan hepatotoksik. Sedangkan dalam bidang pertanian, aflatoksin

Page 34: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

7

menjadi objek untuk menciptakan produk-produk rekayasa genetika yang dapat

mereduksi aflatoksin. Manusia dan tikus memiliki enzim (glutathione S-

transferase, atau GST) untuk memetabolisme aflatoksin, seperti aflatoksin B1

(AFB1) (Wild & Tuner, 2002).

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, didapat hipotesis

sebagai berikut :

1. Mendapatkan identitas 10 isolat termasuk ke dalam jamur Aspergillus spp. dan

Talaromyces spp. secara morfologi dan molekuler.

2. Terdapat isolat yang memiliki kemampuan sebagai antagonis, pelarut fosfat,

pendegradasi kitin, dan kemampuannya dalam meningkatkan pertumbuhan

tanaman.

3. Kemampuan antagonis Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. akan berbeda

apabila ditumbuhkan pada media yang berbeda.

4. Terdapat isolat jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. yang dapat

memproduksi aflatoksin.

Page 35: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi

2.1.1 Identifikasi Morfologi

Identifikasi jamur berfungsi untuk mengelompokkan jamur berdasarkan

perbedaan dan persamaan morfologinya. Identifikasi secara makroskopis meliputi

pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni jamur. Sedangkan identifikasi

secara mikroskopis meliputi bentuk hifa, konidia, dan spora jamur (Sandy dkk.,

2015). Identifikasi morfologi dilakukan dengan mengacu pada buku identifikasi

Watanabe dkk. (2002) dan Domsch dkk. (1993).

2.1.2 Identifikasi Molekuler

Susunan taksonomi morfospesies tidak dapat menggambarkan filogeni sehingga

diperlukan pendekatan identifikasi alternatif menggunakan identifikasi molekuler

dengan teknik PCR. Polimerase Chain Reaction (PCR) merupakan teknik in vitro

yang digunakan untuk melakukan replikasi atau amplifikasi bagian spesifik dari

berjuta lipatan DNA hanya dalam beberapa jam. Metode PCR ini pada awalnya

Page 36: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

9

sangat lambat, mahal, dan tidak presisi, namun seiring perkembangannya PCR

memiliki berbagai keunggulan sehingga banyak digunakan terutama di bidang

biologi molekuler. Prinsip kerja PCR membutuhkan beberapa substansi sebagai

bahan baku, yaitu primer, DNA target atau DNA sampel, enzim polimerase,

kation divalen seperti magnesium klorida, dan buffer (Prayoga & Wardani, 2015).

Proses PCR terdiri dari tiga tahapan penting yaitu denaturasi, annaeling, dan

ekstensi (Yusuf, 2010).

2.2 Jamur Aspergillus spp.

Aspergillus merupakan jamur saprofit yang dapat dijumpai di dalam tanah, bahan

organik, maupun anorganik. Aspergillus memiliki struktur berbentuk seperti

bantalan spora (Gibbons & Rokas, 2013). Konidia aseksual Aspergillus bersifat

hidrofobik dan mudah terbawa di udara (Bhabhra & Askew, 2005). Karakter

konidiofor Aspergillus yaitu memiliki garis aseptat terminating pada vesikel,

dimana sel-sel konidiogenus dibentuk dari karakter morfologi utama untuk

membatasi taksa (Samson, 1994). Genus Aspergillus dicirikan dari konidiofor

tegak dan pada ujungnya terdapat vesikel yang tertutup oleh fialid dan metula

yang kemudian tumbuh bersamaan sehingga menghasilkan rangkaian konidia

(Domsch dkk., 1993).

Page 37: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

10

2.3 Jamur Talaromyces spp.

Pada awalnya spesies dari Penicillium yang memproduksi tahap seksual telah

diklasifikasikan dalam Eupenicillium dan Talaromyces. Setelah itu, secara resmi

spesies Penicillium subgenus Biverticillium diklasifikasikan dalam Talaromyces.

Genus Talaromyces (Trichocomaceae) merupakan genus penting karena beberapa

spesies mengandung enzim yang berlaku dalam sintesis sakarida dan aplikasinya

dalam pengendalian hama biokontrol (Zhai dkk., 2016).

2.4 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. sebagai Antagonis

Pengendalian hayati relatif lebih murah, mudah, dan ramah lingkungan, sehingga

menjadi alternatif dalam pengendalian. Pengendalian hayati dapat menggunakan

agen biologi seperti jamur Aspergillus spp. Kumar & Garampalli (2014)

melaporkan terdapat isolat Aspergillus sp. mampu menghambat jamur Fusarium

oxysporum. Dari semua isolat, A. niger menghambat 80,33%, isolat A. flavus dan

A. tamarii menghambat 77,03% pertumbuhan patogen dibandingkan dengan

kontrol. Hal serupa juga dilaporkan oleh Melo dkk. (2006) yang menyatakan

bahwa Aspergillus terreus menunjukkan aktivitas antagonis dalam menghambat

jamur patogen tanaman Sclerotinia sclerotiorum. Dethoup dkk. (2017)

melaporkan bahwa T. tratensis mampu mengendalikan pertumbuhan Bipolaris

oryzae pada media Potato Dextrose Agar (PDA) sebesar 46%. Kisaakye dkk.

(2014) melaporkan Talaromyces sp. dapat mengendalikan nematoda Pratylenchus

zeae pada padi gogo di Kenya. T. flavus juga dilaporkan dapat mengendalikan

Page 38: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

11

pertumbuhan Verticillium dahliae, Sclerotium rolfsii, dan Rhizoctonia solani

(Madi, 1997).

2.5 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. sebagai Jamur Pelarut Fosfat

Mikroorganisme merupakan komponen yang penting dalam tanah dan secara

langsung dan tidak langsung mempengaruhi kesehatan tanah. Mikroorganisme

pelarut fosfat bisa diisolasi menggunakan pengenceran berseri atau teknik

pembiakan pada media pikovskaya dari tanah non rhizosphere dan rhizosphere,

rhizoplant, dan juga dari lingkungan lainnya. Setelah diinkubasi organisme yang

mengandung pelarut fosfat dideteksi membentuk lingkaran bening yang jelas

disekitar koloni (Khan dkk., 2007). Jamur pelarut fosfat berperan penting dalam

ketersediaan mikroorganisme fosfor tanah dalam tanaman. Jamur yang dapat

melarutkan fosfat diantaranya Aspegillus, Penicillium spp., dan Fusarium (Elias

dkk., 2016). Hutagaol dkk. (2017) melaporkan isolat Aspergillus sp. A5 memiliki

indeks pelarut fosfat sebesar 1,25 dan menghasilkan diameter zona bening sebesar

27 mm. Monica dkk. (2014) melaporkan bahwa Talaromyces flavus berperan

dalam melarutkan fosfat dan dapat bersimbiosis dengan tanaman gandum.

2.6 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. Jamur Pendegradasi Kitin

Kitinase merupakan glikolis hidrolase yang mengkatalis degradasi kitin yaitu

senyawa polimer N-asetilglukosamin yang membentuk ikatan linier β-1.4.

Page 39: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

12

Aspergillus nidulans mampu berperan sebagai pendegradasi kitin pada media

yang mengandung koloidal kitin (Alfonso dkk., 1995). Rahim & Elyousr (2018)

melaporkan Talaromyces pinophilus memiliki kemampuan dalam mendegradasi

dinding sel pada patogen. Selain Aspergillus dan Talaromyces, Aeromonas

schubertii adalah bakteri yang potensial mempunyai aktivitas kitinolitik yang

ditumbuhkan dalam kultur yang mengandung 0,2% koloidal kitin dari kepiting

sebagai sumber karbon (Herdyastuti dkk., 2009). Elad dkk. (1982) juga

menyebutkan bahwa jamur Trichoderma harzianum mempunyai kemampuan

untuk mendegradasi kitin. Kitinase disekresikan oleh T. harzianum ketika kitin

berfungsi sebagai sumber karbon tunggal.

2.7 Jamur Aspergillus sp. dan Talaromyces sp. sebagai Plant GrowthPromoting Fungi (PGPF)

PGPF dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan memproduksi hormon

pertumbuhan yang merangsang pertumbuhan tanaman. Beberapa jamur seperti

Trichoderma spp., Gliocladium spp., Rhizoctonia spp., dan Penicillium spp. dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman di lapangan (Shivana dkk., 1994).

Silitonga (2018) menyebutkan bahwa Aspergillus terrus dan Talaromyces

pinophilus mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. A. terrus mampu

meningkatkan tinggi tanaman sebesar 104,08 cm, bobot kering tajuk sebesar 7,45

g, bobot kering akar sebesar 1,25 g serta serapan P sebesar 21,39 mg/tanaman.

Sedangkan T. pinophilus meningkatkan tinggi tanaman kedelai sebesar 109,52

cm, bobot kering tajuk sebesar 7,94 g, bobot kering akar sebesar 1,38 g, serta

Page 40: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

13

serapan P sebesar 20,65 mg/tanaman. Menurut Hyakumachi (1994), total

keterjadian frekuensi PGPF berasal dari isolasi rerumputan, gandum, jagung dan

terong yaitu 46%, 47%, 37,9% dan 10%. Mekanisme dalam plant growth

promotion dikaitkan pada produksi hormon tanaman dan penekanan terhadap

penyakit yang disebabkan oleh produksi antibiotik atau siderophores. Sejauh ini

Trichoderma harzianum, T. koningii, nonpatogenik Rhizoctonia solani, telah

dilaporkan sebagai PGPF.

2.8 Jamur Penghasil Aflatoksin

Aflatoksin adalah suatu metabolit sekunder yang terbentuk setelah fase logaritmik

pertumbuhan kapang A. flavus dan A. parasiticus. Resiko kesehatan yang

ditimbulkan jika konsumen mengkonsumsi produk yang telah terkontaminasi A.

flavus. Pada proses pengolahan makanan tradisional belum dapat menghilangkan

cemaran aflatoksin sampai batas aman. Aflatoksin terdiri dari 4 komponen induk

yaitu, aflatoksin B1 (AFB1), aflatoksin B2 (AFB2), aflatoksin G1 (AFG1) dan

aflatoksin G2 (AFG2) (Mehan dkk., 1991; Lunggani, 2007).

Page 41: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai Februari 2019.

Pengujian pertumbuhan jamur, pengujian pelarut fosfat, pendegradasi kitinolitik,

kandungan aflatoksin, pengujian antagonis, identifikasi secara morfologi, dan

identifikasi molekuler jamur dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pengujian Plant Growth Promoting

Fungi (PGPF) pada tanaman timun dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Analisis unsur N dan P tajuk tanaman dilakukan

di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan diantaranya isolat jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces

spp. yang berjumlah 10 isolat berasal dari koleksi Laboratorium Bioteknologi

Pertanian Fakultas Pertanian (LBPFP) Universitas Lampung. Isolat AS1, AS2,

AS3, AS4, dan AS5 berasal dari rhizosfer tanaman nanas di daerah Lampung

Tengah (2015). Isolat AS6, AS7, AS8,dan AS9 berasal rhizosfer tanaman jagung

Page 42: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

15

di daerah Pesawaran (2016), sedangkan AS11 berasal dari rhizosfer tanaman cabai

di daerah yang belum diketahui (2017). Phytophthora palmivora diisolasi dari

buah kakao yang terinfeksi busuk buah, beras putih, media Potato Sucrose Agar

(PSA), media Potato Dextrose Agar (PDA) HIMEDIA®, media Sabouraud

Dextrose Agar (SDA) HIMEDIA®, media Corn Meal Agar (CMA) HIMEDIA®,

media Water Agar (WA), media pikovskaya, koloidal kitin, media kitin agar,

media Coconut Agar Medium (CAM), agar, kentang, asam laktat, akuades, benih

mentimun, alkohol 70%, tisu, Cetyltrimetyl ammonium bromide (CTAB),

agarose, Primer ITS 1 dan ITS 4, MyTaq™ Red Mix, buffer ekstraksi,

isopropanol 60%, buffer TE (Tris-EDTA), TBE (Tris-borat EDTA),

Phenol:Chlorofom:Isoamylalcohol (P:C:I), Chlorofom :Isoamylalcohol (C:I),

etidium bromide (ETBr), loading dye, marker DNA leader, polibag ukuran 1 kg ,

alumunium foil, wrapping, label, plastik tahan panas, karet gelang, dan tanah

steril.

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan petri plastik 9 cm,

Laminar Air Flow (LAF), autoclave, bor gabus 4 mm, jarum ose, mikroskop,

mikropipet, kamera, penggaris, meteran, alat tulis, bunsen, erlenmeyer, nampan,

microwave, microsentrifuge, UPS, mesin PCR, alat elektroforesis, dan DigiDoc.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari enam sub percobaan. Pertama identifikasi jamur

Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. secara morfologi dan molekuler dengan

Page 43: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

16

teknik PCR. Kedua pengujian antagonis antara jamur Aspergillus spp. dan

Talaromyces spp. dengan jamur Phytophthora palmivora di media PDA, SDA,

dan CMA. Ketiga pengujian jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. sebagai

pelarut fosfat pada media pikovskaya. Keempat pengujian jamur Aspergillus spp.

dan Talaromyces spp. sebagai pendegradasi kitin jamur pada media kitin agar.

Kelima pengujian produksi aflatoksin dengan media CAM. Keenam pengujian

jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. sebagai PGPF dengan tanaman

timun sebagai tanaman indikator.

3.4 Identifikasi Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. SecaraMorfologi dan Molekuler

3.4. 1 Identifikasi Jamur Secara Morfologi (Makroskopis dan Mikroskopis)

Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. diidentifikasi secara makroskopis

dengan mengamati bentuk koloni dan warna jamur yang tumbuh di media PSA

umur 7 hsi (hari setelah inokulasi). Morfologi Aspergillus spp. dan Talaromyces

spp. diidentifikasi dengan mikroskop majemuk menggunakan perbesaran 400x.

Identifikasi bentuk spora dan konidiofor jamur merujuk pada buku identifikasi

berdasarkan morfologi (Watanabe dkk., 2002; Domsch dkk., 1993).

Page 44: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

17

3.4.2 Identifikasi Molekuler

3.4.2.1 Pemanenan Spora Jamur

Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. umur 30 hsi dipanen dengan 10 ml

air steril lalu dituang ke dalam tabung sentrifuse. Kemudian suspensi disentrifuse

dengan kecepatan 14.000 rpm, selama 10 menit, dan suhu 20oC dengan tujuan

mendapatkan endapan. Langkah selanjutnya, suspensi ditambahkan alkohol dingin

sebanyak 1 ml lalu disentrifuse dengan kecepatan yang sama. Setelah itu

supernatan dibuang dan endapan ditambahkan buffer ekstraksi sebanyak 1 ml.

Selanjutnya endapan dituang di atas mortar, ditutup rapat dengan alumunium foil,

serta endapan diinkubasi di freezer selama 1 hari.

3.4.2.2 Ekstraksi DNA Jamur

Endapan spora jamur ditumbuk dengan mortar sampai mencair kemudian

dimasukkan ke dalam tabung ependorf sebanyak 0,5 ml dan endapan ditambah

larutan CTAB 2% sebanyak 400 µl. Suspensi dihomogenkan dan direbus dalam

water bath pada suhu 65oC selama 1 jam. Setelah itu, endapan ditambahkan P:C:I

(25:4:1) sebanyak 500 µl, kemudian disentrifuse dengan pengaturan yang sama.

Larutan diambil 600 µl dipindahkan ke tabung ependorf baru dan ditambah C:I

sebanyak 600 µl kemudian disentrifuse dengan pengaturan yang sama. Suspensi

di atas diambil sebanyak 400 µl dipindahkan ke tabung ependorf baru dan

suspensi ditambahkan isopropanol sebanyak 400 µl, kemudian diinkubasi selama

Page 45: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

18

20 menit pada suhu -20oC di dalam freezer. Setelah itu, suspensi disentrifuse

dengan pengaturan yang sama. Selanjutnya supernatan dibuang dan ditambahkan

alkohol dingin 70% sebanyak 500 µl dan suspensi disentrifuse dengan pengaturan

yang sama. Supernatan dibuang dan endapan diinkubasi selama 1 hari. Setelah itu,

endapan ditambahkan 50 µl buffer TE untuk selanjutnya ketahap amplifikasi

DNA dengan PCR.

3.4.2.3 Amplifikasi DNA dengan PCR

Satu tabung tube PCR (200 µl) terdiri dari 12,5 µl Master Mix (Red Mix), 1 µl (10

µM) primer ITS 1 (5’TCC GTA GGT GAA CCT TGC GG 3’) dan ITS 4 (5’TCC

TCC GCT TAT TGA TAT GC 3’) (White dkk., 1990), 2 µl larutan ekstraksi

DNA jamur dan 8,5 µl akuades steril. Larutan tersebut diamplifikasi

menggunakan mesin CFX Connect Real-Time PCR. Tahap PCR dilakukan dengan

30 kali siklus tahap denaturasi, annaeling, dan elongasi dengan masing-masing

suhu 95oC, 44-48oC, dan 72oC selama 1 menit (Joshi & Deshpande, 2010).

3.4.2.4 Elektroforesis dan Visualisasi Hasil PCR

Tahap awal ditimbang gel agarose 0,5% sebanyak 0,1 g dan ditambahkan larutan

TBE sebanyak 20 ml ke dalam erlenmeyer 100 ml, kemudian larutan agar di

dalam erlenmeyer dipanaskan dengan oven selama 40 detik. Setelah itu

ditambahkan 1 µl ethidium bromide (ETBr 10 mg/ml) ke dalam erlenmeyer, lalu

Page 46: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

19

larutan agar dituangkan pada cetakan sisir. Setelah gel agarose padat masukkan ke

dalam alat elektroforesis berisi larutan TBE. Sumur agar pertama dimasukkan 3 µl

Marker DNA leader. Selanjutnya, pada setiap sumur diberikan sebanyak 3 µl

ekstraksi DNA yang sudah dicampurkan dengan 1 µl loading dye sebagai

pemberat. Selanjutnya dilakukan elektroforesis dengan pengaturan tegangan 55

volt selama 60 menit. DNA ditunggu hingga mencapai baris sebelum baris ke 3

dari ujung lawan. Hasil dari elektroforesis divisualisasi dengan alat Digi-Doc-

Imaging System. Keberadaan profil DNA antar lokus gen akan terlihat berupa pita

terang.

3.4.2.5 Sekuensing dan Analisis Hasil PCR

Hasil amplifikasi DNA dikirim ke PT Genetika Science Jakarta untuk di

sekuensing. Kemudian hasil sekuensing dianalisis menggunakan program MEGA

6 (Tamura dkk., 2013).

3.5 Pengujian Antagonis Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.terhadap Jamur Phytophthora palmivora pada Tiga Media Berbeda(PDA, SDA, dan CMA)

Percobaan pengujian antagonis menggunakan jamur Aspergillus spp.,

Talaromyces spp., dan Phytophthora palmivora yang berumur 4 hsi serta media

tumbuh yang digunakan yaitu PDA, SDA, dan CMA. Perlakuan percobaan ini

yaitu jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. yang di tumbuhkan pada tiga

Page 47: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

20

media berbeda yaitu PDA, SDA, dan CMA. Perlakuan kontrol dengan hanya

menumbuhkan jamur P. palmivora pada tiga media tersebut. Setiap perlakuan

diulang sebanyak 4 (empat) kali. Percobaan ini dirancang menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Variabel yang diamati yaitu menghitung

diameter penghambatan tumbuh dari jamur patogen tanaman (P. palmivora)

hingga 7 hsi.

3.5.1 Pembuatan Media Tumbuh

Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) dilakukan dengan cara

mencampurkan media PDA HIMEDIA® sebanyak 39 g, agar 2 g dan akuades 1 L.

Pada pembuatan media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dilakukan dengan cara

mencampurkan media SDA HIMEDIA® sebanyak 65 g, agar 2 g dan akuades 1 L.

Sedangkan pembuatan media CMA (Corn Medium Agar) dilakukan dengan cara

mencampurkan media CMA HIMEDIA® sebanyak 17 g, agar 2 g dan akuades 1

L. Semua media dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer kemudian ditutup rapat

menggunakan kertas alumunium foil, lalu dipanaskan hingga homogen.

3.5.2 Pelaksanaan Percobaan

Media-media yang telah dibuat kemudian diautoklaf pada suhu 121°C, tekanan 1

atm selama 15 menit. Setelah media steril, saat suhu media ± 50°C dituang ke

dalam cawan petri dan ditunggu hingga media padat. Selanjutnya masing-masing

Page 48: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

21

jamur Aspergillus spp., Talaromyces spp., dan Phytophthora palmivora yang

sebelumnya telah ditumbuhkan di media PSA umur 5 hsi diinokulasi ke tengah

media PDA, SDA, dan CMA dengan menggunakan bor gabus. Setelah itu, cawan

dirapatkan dengan plastik wrapping dan diinkubasi selama 4 hari.

Pertumbuhan jamur diukur dari umur 1 hsi hingga 7 hsi dengan mengukur

diameter jamur Phytophthora palmivora pada cawan kontrol dan perlakuan

(Gambar 1) (Dwiastuti dkk., 2015).

Gambar 1. Metode dual kultur; RI, R2 = Phytophthora palmivora, A =Aspergillus spp. atau Talaromyces spp.

Pengaruh antagonisme Aspergillus spp. atau Talaromyces spp. terhadap

Phytophthora palmivora dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut

(Dwiastuti dkk., 2015) :

PIGR% = D1 − D2D1 × 100%Keterangan :

PIRG = Percentage inhibition of radial growth (% hambat)D1 = Diameter pertumbuhan patogen tanpa antagonis (kontrol)D2 = Diameter pertumbuhan patogen dengan antagonis (dual kultur)

Page 49: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

22

Persentase penghambatan terhadap P. palmivora diklasifikasikan dalam empat

tingkatan berdasarkan Zivkovic dkk. (2010) yaitu <30% = aktivitas penghambatan

rendah, 30-<50%= aktivitas penghambatan sedang, 50-<70%= aktivitas

penghambatan tinggi, ≥70%= aktivitas penghambatan sangat tinggi.

3.6 Pengujian Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. sebagai JamurPelarut Fosfat

Perlakuan pada percobaan ini yaitu jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.

yang ditumbuhkan di media pikovskaya. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5

(lima) kali. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Peubah yang diamati yaitu luas koloni jamur dan zona bening yang muncul pada

media.

3.6.1 Pembuatan Media Water Agar (WA)

WA dibuat dengan mencampurkan 500 ml akuades dan 10 g agar. Setelah itu,

media diautoklaf dengan suhu 121°C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah

media steril, saat suhu media ± 50°C dituang ke dalam cawan petri dan ditunggu

hingga media padat. Setelah media padat, jamur diinokulasikan dengan cara

menaruh 1 bor gabus jamur di tengah media, lalu cawan dibalut dengan plastik

wrapping dan diinkubasi selama 4 hari.

Page 50: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

23

3.6.2 Pembuatan Media Pikovskaya

Media ini dibuat dengan cara mencampurkan 31,3 g media pikovskaya, 1 L

akuades, dan 2 g agar ke dalam Erlenmeyer 1 L. Kemudian media dihomogenkan

dan selanjutnya diautoklaf selama 15 menit dengan tekanan 1 atm dan suhu

121oC. Setelah steril, saat suhu media ± 50°C dituang ke dalam cawan petri.

Setelah memadat, jamur diinokulasi di tengah media. Cawan dibalut dengan

plastik wrapping dan diinkubasi selama 7 hsi dengan mengukur luasan koloni dan

zona bening. Kemampuan jamur Aspergillus sebagai pelarut fosfat dilihat dari

luas zona bening di sekitar koloni pada media pikovskaya menjelaskan

kemampuannya dalam memproduksi asam organik yang berperan dalam

menentukan kemampuan pelarutan P (Puspitawati dkk., 2013).

3.6.3 Pengamatan

Pengamatan percobaan ini dilakukan dengan menghitung jumlah luasan koloni

jamur dan luasan zona bening menggunakan milimeter blok. Kotak kecil dalam

milimeter blok memiliki besaran 0,25 cm, sehingga nilai luasan koloni jamur dan

luasan zona bening masing-masing dikali dengan 0,25. Kemudian dihitung Indeks

Pelarut Fosfat untuk mengetahui besarnya kemampuan jamur dalam melarutkan

fosfat. Rumus indeks pelarut fosfat sebagai berikut :

Page 51: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

24

=Indeks pelarut fosfat (IPF) berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Ceci dkk.

(2018) yaitu (0,7>SI ≥1). Kategori 0-0,7= rendah, 0,7-1=sedang, dan ≥1= tinggi.

3.7 Pengujian Jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. sebagaiPendegradasi Kitin

Perlakuan pada percobaan ini yaitu jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.

yang ditumbuhkan di media kitin agar. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5

(lima) kali. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Peubah yang diamati yaitu luas koloni jamur dan zona bening yang muncul pada

media. Pengujian kitinolitik dilakukan berdasarkan metode Souza dkk. (2009).

Terdapat dua bahan utama yang digunakan untuk pengujian ini yaitu koloidal kitin

dan media kitin agar.

3.7.1 Pembuatan Koloidal Kitin

Koloidal kitin dibuat dengan mencampurkan 6 g bubuk kitin (cangkang kepiting)

dalam HCl 60 ml. Setelah itu larutan dihomogenkan menggunakan magnet heat

stir selama 1 jam. Kemudian larutan disaring dengan glass wool serta

ditambahkan ethanol 200 ml. Selanjutnya larutan disaring menggunakan filter

paper dan dibilas dengan air steril hingga pH 7.0 (netral). Koloidal kitin yang

Page 52: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

25

menempel pada filter paper digunakan sebagai koloidal kitin (12 g/L).

Selanjutnya koloidal kitin disimpan pada ruang gelap pada suhu 4°C.

3.7.2 Media Kitin Agar

Media kitin agar dibuat dengan mencampurkan 1 g (NH4)2SO4; 0,2 g KH2PO4;

1,6 g K2HPO4; 0,2 g MgSO4.7H2O; 0,1 g NaCl; 0,01 g FeSO4.7H20; 0,02 g

CaCl2.2H2O, dicampurkan dengan 2% agar (20 g), dan dilarutkan dengan 1000

ml akuades, serta ditambahkan 12 g koloidal kitin. Selanjutnya diautoklaf dengan

suhu 121°C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah steril, saat suhu media ±

50°C dituang ke dalam cawan petri dan ditunggu hingga media memadat.

Selanjutnya jamur diisolasikan ke tengah media kitin dengan menggunakan bor

gabus. Cawan dirapatkan dengan plastik wrapping.

3.7.3 Pengamatan

Pada percobaan ini pengamatan dilakukan selama 7 hari dengan mengukur luasan

koloni dan zona bening menggunakan milimeter blok. Kotak kecil dalam

milimeter blok memiliki besaran 0,25 cm, sehingga nilai luasan koloni jamur dan

luasan zona bening masing-masing dikali dengan 0,25.

Page 53: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

26

3.8 Pengujian Aspergillus spp. dan Talaromyces spp. sebagai Plant GrowthPromoting Fungi (PGPF)

Perlakuan pada percobaan ini yaitu jamur Aspergillus spp. dan Talaromyces spp.

yang diaplikasi di media tumbuh. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) kali.

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Peubah yang

diamati yaitu mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, kehijauan daun, bobot

basah, bobot kering, panjang akar, serta serapan unsur N dan P pada tajuk

tanaman mentimun dari 1 hari hingga 21 hari setelah tanam (hst).

3.8.1 Pembuatan Media Beras

Beras yang digunakan sebanyak 100 g per plastik per isolat (5 ulangan x 10 isolat

jamur = 5000 g). Beras dikukus selama 15 menit. Kemudian beras diautoklaf

dengan suhu 121°C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah media steril dan

dingin, sebanyak 5 bor (diameter 0,5 cm) masing-masing isolat jamur diinokulasi

ke dalam media beras. Kemudian media beras diinkubasi selama 14 hari.

3.8.2 Persiapan Benih Timun dan Media Tanam

Sterilisasi media tanam dilakukan dengan menimbang kompos dan pasir masing-

masing 300 g (1:1), kemudian media tanam dicampurkan dalam plastik tahan

panas sehingga komposisinya menjadi 600 g. Setelah disterilisasi, media yang

Page 54: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

27

sudah dalam keadaan dingin diletakkan ke dalam polibag. Benih mentimun

disemai dengan menggunakan kertas merang yang lembab selama 2 hari.

3.8.3 Aplikasi Jamur Pada Media Tanam

Isolat jamur diinokulasi ke dalam media tanam sebanyak 10 g (1,5 sdm) dan

diinkubasi selama 2 hari. Benih yang telah berkecambah kemudian ditanam dalam

1 polibag berisi 2 benih tanam. Kemudian dilakukan penyiraman dan pengamatan

hingga 21 hari setelah tanam (hst). Pada hari ke 21 hst dilakukan pengukuran

kehijauan daun, pemanenan tajuk serta akar tanaman yang selanjutnya dioven

selama 3 hari pada suhu 60oC.

3.9 Pengujian Produksi Aflatoksin dari Jamur Aspergillus spp. danTalaromyces spp. dengan Media Coconut Agar Medium (CAM)

Media CAM dibuat berdasarkan metode Lin dkk. (1976) yaitu 200 ml santan

kelapa dihomogenkan dengan 600 ml akuades dengan kadar pH netral (pH 7) dan

16 g agar. Kemudian media diautoklaf dengan suhu 121°C, tekanan 1 atm selama

15 menit. Kemudian saat suhu media ± 50°C dituang ke dalam cawan petri dan

ditunggu hingga media padat. Setelah media padat, jamur diinokulasikan dengan

cara menaruh 1 bor gabus jamur di tengah media. Cawan dirapatkan dengan

plastik wrapping dan diinkubasi selama 3 hari. Pengamatan dilakukan dengan

mengamati isolat yang dapat memproduksi pigmentasi dan fluresens selama 3

hari.

Page 55: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

28

3.10 Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis ragam (ANARA) dan jika terdapat perbedaan yang

nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α = 5%.

Page 56: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

69

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Identitas jamur masuk ke dalam 2 kelompok spesies yaitu Aspergillus oryzae

(AS1, AS6, AS7, dan AS9) dan Talaromyces sayulitensis (AS2, AS3, AS4,

AS5, AS8, AS11).

2. Isolat AS1, AS4, AS5, AS8, dan AS11 mampu berperan sebagai antagonis

jamur patogen, pelarut fosfat, pendegradasi kitin, dan pemacu pertumbuhan

tanaman, sedangkan AS2 tidak mampu berperan sebagai pendegradasi kitin.

Isolat AS7 dan AS9 tidak mampu berperan sebagai pelarut fosfat. Isolat AS3

dan AS6 tidak mampu berperan sebagai Plant Growth Promoting Fungi

(PGPF).

3. Media tumbuh yang berbeda berpengaruh pada pertumbuhan dan kemampuan

antagonis Aspergillus oryzae dan Talaromyces sayulitensis terhadap

Phytophthora palmivora.

4. Semua isolat yang diuji tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi

aflatoksin.

Page 57: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

70

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kemampuan isolat sebagai agensia

hayati untuk mengendalikan hama Helopeltis spp. dan penyakit tanaman

Phytophthora palmivora di lapang.

Page 58: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

71

DAFTAR PUSTAKA

Aida, M. F., & A. N. S. Taghreed. 2014. Production, Optimization,Characterization and Antifungal Activity of Chitinase Produced byAspergillus terrus. African Journal of Biotechnology. 13(14): 1567-1578.

Alexander, M. 1978. Introduction to Soil Microbiology. Willey Eastern Limited.New Delhi.

Alfonso, C., O.M.Neuro, F. Santamaria, & F. Reyes. 1995. Purification of a Heat-Stable Chitin Deacetylase from Aspergillus nidulans and Its Role in CellWall Degradation. Current Microbiology. 30:49-54.

Artha, P. J., H. Guchi, & P. Marbun. 2013. Efektivitas Aspergillus niger danPenicillium sp. dalam Meningkatkan Ketersediaan Fosfat dan PertumbuhanTanaman Jagung pada Tanah Andisol. Jurnal Online Agroteknologi 1(4):2337-6597.

Bannet J.W. & Klich, M. 2002. Mycotoxins. Clin Microbiol. 16: 497-516.

Benjamin, C. R. 1955. Ascocarps of Aspergillus and Penicillium. Mycologia.47(5): 669–687.

Bennett, J.W. 2010. An Overview of the Genus Aspergillus. Molecular Biologyand Genomics. Caister Academic Press. 1-11 pp.

Berlian, I., B. Setyawan, & H. Hadi. 2013. Mekanisme Antagonisme Trichodermaspp. terhadap Beberapa Patogen Tular Tanah. Warta Perkaretan. 32(2):74-82.

Bettelheim & Landesberg. 2007. Laboratory experiments for general organic andbiochemistry. New Jersey.

Bhabhra, R. & D. S. Askew. 2005. Thermotolerance and Virulence of Aspergillusfumigatus: Role of the Fungal Nucleolus. Medical Mycology. 43(1): 87–93.

Ceci, A., F. Pinzari, F. Russo, O. Maggi, & A. M. Persiani. 2018. Saprotrophicsoil fungi to improve phosphorus solubilisation and release: In vitro abilitiesof several species. Ambio. 47(1): 30-40.

Page 59: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

72

Chuan, L.I.D, S.Chen, & L.U. Jing. 2005. Purification and partial characterizationof two chitinases from the mycoparasitic fungu Talaromyces flavus.Mycopathologia. 159:223-229.

Dethoup, T., N. Kaewsalong, P. Songkumorn, & A. Jantasorn. 2017. PotentialApplication of a Marine-Derived Fungus, Talaromyces tratensis KUFA0091 against Rice Diseases. Biological Control. 11(8): 1-28.

Domsch, K.H., W. Gams, & T.H. Anderson. 1993. Compendium of Soil Fungi.Federal Republic of Germany, IHW Verlag. 859 pp.

Dwiastuti, M. E., Fajri, M.N., & Yunimar. 2015. Potensi Trichoderma spp.sebagai Agen Pengendali Fusarium spp. Penyebab Penyakit Layu padaTanaman Stroberi. Jurnal Hortikultura. 25(4): 331-339.

Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Elad, Y., I. Chet, & Y. Henis. 1982. Degradation of plant pathogenic fungi byTrichoderma hazrianum. Canada Journal of Microbiology. 28: 719-725.

Elias, F., D. Woyessa, & D. Muleta. 2016. Phosphate Solubilization Potential ofRhizosphere Fungi Isolated from Plants in Jimma Zone, Southwest Ethiopia.International Journal of Microbiology. 3: 1-11.

Estrella, A. H., & I. Chet. 1999. Chitinases in Biological Control. Switzerland.

Fatmala, V., M. Sembiring, & Jamilah. 2015. Eksplorasi dan Potensi JamurPelarut Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabungdengan Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran KabupatenKaro. Jurnal Online Agroteknologi. 3(3):1164-1168.

Fente, C. A., J. J. Ordaz, B.I. Vazquez, C. M. Franco, & A. Cepeda. 2001. NewAdditive for Culture Media for Rapid Identification of Aflatoxin-ProducingAspergillus Strains. American Society for Microbiology. 67(10): 4858-4862.

Francisco, E. A., D. A. Mochi, A. C. B. Correia, & A. C. Monteiro. 2006.Influence of Culture Media in Viability Test of Conidia ofEntomopathogenic Fungi. Microbiologia Agropecuaria. 36(4): 1309-1312.

Gaur, A. C. 1990. Phosphate Solubilizing Microorganisms as Biofertilizer. OmegaScientific Publisher. New Delhi. 176 pp.

Gibbons, J.G & A. Rokas. 2013. The Function and Evolution of the Aspergillusgenom. Trends in Microbiology. 21(1): 14-20.

Handajani, N. S. & T. Purwoko. 2008. Aktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas(Alpinia galanga) terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp. PenghasilAflatoksin dan Fusarium moniliforme. Biodiversitas. 9(3): 161-164.

Page 60: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

73

Handoyo, D. & A. Rudiretna. 2001. Prinsip Umum dan Pelaksanaan PolymeraseChain Reaction (PCR). Unitas. 9(1).

Hasanah, U. 2017. Mengenal Aspergillosis, Infeksi Jamur Genus Aspergillus.Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera. 15(2):76-86.

Herdyastuti, N., T. J. Raharjo, Mudasir, & S. Matsjeh. 2009. Chitinase andChitinolytic Microogranism : Isolation, Characterization and Potential.Indonesian Journal of Chemistry. 9(1): 37-47.

Hutagaol, D., I. Hasrizart, & A. Sofian. Aplikasi Cendawan Pelarut FosfatIndigenous Tanah Sawah Meningkatkan Kesetersediaan dan Serapan P PadiSawah. Jurnal Agronomi Indonesia. 45(1):9-13.

Hyakumachi, M. 1994. Plant-Growth-Promoting Fungi from TurfgrassRhizosphere with Potential for Disease Suppression. The Japanese Societyof Soil Microbiology. 44: 53-68.

Islam, M.K., Sano, A., Majumder, M.S.I., Hossain, M.A., & Sakagami, J.I. 2019.Isolation and Molecular Characterization of Phosphate SolubilizingFilamentous Fungi from Subtropical Soil in Okinawa. Applied Ecology andEnvironmental Research. 17(4):9145-9157.

Joshi, M. & J.D. Deshpande. 2010. Polymerase Chain Reaction : Methods,Principles, and Application. International Journal of Biomedical Research.2(1): 81-97.

Keller, G. H & Mark M. M. 1989. DNA Probe. Macmilan. University Michgan

Khan, M. S., A. Zaidi, & P. A. Wani. 2007. Role of Phosphate-SolubilizingMicroorganisms in Sustainable Agriculture. Agronomy for SustainableDevelopment. 27: 29-43.

King, A. D. 1997. Heat resistance of Talaromyces flavus ascospores asdetermined by a two phase slug flow heat exchanger. International Journalof Food Microbiology. 35: 147- 15.

Kisaakye, J., N. N. Pilli, & G. Gheysen. 2014. Talaromyces sp. as a potential bio-control agent against Pratylenchus zeae infection of rice (Oryza sativa L.).[Thesis]. Ghent University.

Kumar, A., & R. K. Garampalli. 2014. Antagonistic Effect of RhizosphericAspergillus species Against Fusarium oxysporum F. sp. lycopersici.International Journal of Chemical and Analytical Science. 5(1): 39-42.

Lin. M. T. & J. C. Dianese. 1976. A Coconut Agar Medium for Rapid Detectionof Aflatoxin Production by Aspergillus sp. Phytopathology. 66: 1466-1469.

Page 61: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

74

Lunggani, A. T. 2007. Kemampuan Bakteri Asam Laktat dalam MenghambatPertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergilllus flavus. BIOMA.9(2): 45-51.

Madi, L., Katan, T., Katan, J., & Henis, Y. 1997. Biological control ofSclerotium rolfsii and Verticillium dahliae by Talaromyces flavus isMediated by Different Mechanisms. Phytopathology. 87: 1054-1060.

McCormack, J., T. J. Hackett, M. G. Tuohy, & M. P. Coughlan. 1991. ChitinaseProduction by Talaromyces emersonii. Biotecnology Letters. 13(9):667-682.

Mehan. V.K., D.McDonald, L.J. Haravu, & S. Jayanthi. 1991. The GroundnutAflatoxin Problem : Review and Literature Database. International CropsResearch Institute for the Semi-Arid Tropics. India.

Melo, I. S., J. L. Faull, & R. S. Nascimento. 2006. Antagonism of Aspergillusterreus to Sclerotinia sclerotiorum. Brazilian Journal of Microbiology. 37:417-419.

Merdiana, E. 2017. Pengaruh Media terhadap Sporulasi, Viabilitas, dan TingkatVirulensi Aspergillus spp. terhadap Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae).[Skripsi]. Universitas Lampung.

Mittal, V., O. Singh, H. Nayyer, J. Kaur, & R. Tewari. 2008. Stimulatory Effectof Phosphate-Solubilizing Fungal Strains (Aspergillus awamori andPenicillium citrinum) on The Yield of Chickpea (Cicer arietinum L. CV.GPF2). Soil Biol. Biochem. 40: 718-727.

Monica, I. F. D., P. J. S. Rubio, R.P.Cina, M. Recchi, A. M. Godeas, J. M.Scervino. Effects of the Phosphate-solubilizing fungus Talaromyces flavuson the Development and Efficiency of The Gigaspora rosea-Triticumaestivum symbiosis. Symbiosis. 64:25-32.

Muharni & H. Widjajanti. 2011. Skrining Bakteri Kitinolitik AntagonisTerhadap Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) dariRizosfir Tanaman Karet. J. Penelitian Sains. 14(1): 1-6.

Naraghi, L., A. Heydari, S. Rezaee, M. Razavi, & H.A.Azad. 2010. BiologicalControl of Verticillium wilt of Greenhouse Cucumber by Talaromycesflavus. Phytopathology Mediterr. 49:321-329.

Neuhaus, J.M. 1999. Plant chitinases (PR-3, PR-4, PR-8, PR-11). S. K. Datta &S. Muthukrishnan, editor. In : Pathogenesis-Related Proteins in Plant. CRCPress. Boca Raton. Pp. 77-105.

Octriana, L. 2011. Potensi Agen Hayati dalam Menghambat PertumbuhanPhytium sp. secara In Vitro. Buletin Plasma Nutfah. 17(2): 138-142.

Pandya, N. D., P. V. Desal, H.P. Jadhav, & R.Z. Sayyed. 2018. Plant growth

Page 62: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

75

Promoting Potential of Aspergillus sp. NPF7, Isolated fromWheat Rhizosphere in South Gujarat, India. Environmental Sustainability.1(3):245-252.

Pitt J.I. & Hocking A.D. (1985). Interfaces among genera related to Aspergillusand Penicillium. Mycologia.77: 810–824.

Prayoga, W. & A. K. Wardani. 2015. Polymerase Chain Reaction untuk DeteksiSalmonella sp. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2): 483-488.

Prayogo, Y., W. Tengkano, & Marwoto, 2005. Prospek CendawanEntomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan dan AgenAntagonis Pada Tanaman Padi, Identifikasi dan Pembiakan massal. Jakarta.

Priambodo, R. 2011. Rekonstruksi Primer Polymerase Chain Reaction (PCR)Spesifik Untuk Gen Transferin Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).[Skripsi]. Universitas Indonesia.

Puspitawati, M. D., Sugiyanta, & I. Anas. 2013. Pemanfaatan Mikroba PelarutFosfat untuk Mengurangi Dosis Pupuk P Anorganik pada Padi Sawah.Jurnal Agronomi Indonesia. 41(3): 188-195.

Putri, S. 2018. Potensi Jamur Aspergillus sp. sebagai Agensia PengendaliHelopeltis spp. (Hemiptera : Miridae) dan Phytophyhora palmivora(Peronosporales : Pythiaceae).[Skripsi]. Universitas Lampung.

Raharjo, B., A. Suprihadi, & D. K. Agustina. 2007. Pelarutan Fosfat Anorganikoleh Kultur Campur Jamur Pelarut Fosfat secara In Vitro. J. Sains &Matematika. 15(2): 45-54.

Rahim, I. R. A. & K.A.M.A.Elyousr. 2018. Talaromyces pinophilus strain AUN-1as a Novel Mycoparasite of Botrytis cinerea, the Pathogen of Onion Scapeand Umbel Blights. Microbiological Research. 1(9): 212-213.

Samson, R.A. 1994. Current Systematics of the Genus Aspergillus. K. A. Powell,A. Renwick, J. F. Peberdy, editor. In : The Genus Aspergillus. PlenumPress. New York. Pp. 261-273.

Sandy, Y.A., S. Djauhari, & A. W. Sektiono. 2015. Identifikasi Molekuler JamurAntagonis Trichoderma harzianum Diisolasi dari Tanah Pertanian diMalang, Jawa Timur. Jurnal HPT. 3(3):2338-4336.

Shivanna, M. B., M. S. Meera, & M. Hyakumachi. 1994. Role of RootColonization ability of Plant Growth Promoting Fungi in The Suppressionof take-all and Common Root Rot of Wheat. Crop Protection. 15(6): 197-504.

Page 63: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

76

Silitonga, N. O. 2018. Aplikasi Jamur Pelarut Fosfat dan Berbagai Sumber PupukP Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Gycine max)Pada tanah Andisol. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor.Souza, C. P., E. M. B. Rosero, B. C. Almeida, G. G. Martins, L. S. Albertini, & I.

N. G. Rivera. 2009. Culture Medium for Isolating Chitinolytic Bacteriafrom Seawater and Plankton. World Journal of Microbiol Buotechnol. 25:2079-2082.

Suriawiria, U. 1986. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.

Susanna, M. S. Sinaga, S. Wiyono, & H. Triwidodo. Pemanfaatan CendawanAntagonis In Situ sebagai Agen Biokontrol Lasiodiplodia theobromaePenyebab Dieback pada Pala di Aceh Selatan. Jurnal Pertanian Tropik.5(3): 447-454.

Susi. 2002. Isolasi Kitinase dari Scleroderma columnare dan Trichodermaharzianum. Jurnal Ilmu Dasar. 3(1): 30-35.

Tamura, K., G. Stecher, D. Peterson, A. Filipski, & S. Kumar. 2013. MEGA6:Molecular Evolutionary Genetics Analysis version 6.0. Molecular Biologyand Evolution. 30: 2725-2729.

Verkuil, E.V. P., Alexvan B., & John P. H. 2008. Principles and technical aspectsof PCR amplification. Business Media. 332 hlm.

Visagie, C .M., Hirooka Y, & Tanney, J.B. 2014. Aspergillus, Penicillium andTalaromyces isolated from house dust samples collected around theworld. Studies in Mycology.78: 63–139.

Watanabe, T. 2002. Soil and Seed Fungi (Morphologies of Cultured Fungi andKey to Species). Boca Raton London New York Washington D.C. Pp.195.

Wild, C.P. & P.C. Turner. 2002. The Toxicology of Aflatoxins as a Basis forPublic Health Decisions. Journal of Mutagenesis. 17(6): 471-481.

White T.J., Bruns T., Lee S., & Taylor J. 1990. Amplification and DirectSequencing of Fungal Ribosomal RNA Genes for Phylogenetics. Innis M.A,Gelfand D.H, Sninsky J.J, & White T.J, editor. In: PCR Protocols: a guideto methods and applications. Academic Press. New York, USA. Pp. 315–322.

Wulandari, D.E., Asrul, & I. Lakani. 2016. Seleksi Jamur Antagonis Aspergillusniger dari Beberapa Lahan Perkebunan Kakao untuk MengendalikanPhytophthora palmivora. Jurnal Agroland. 23(3): 233-242.

Page 64: STUDI KOMPREHENSIF JAMUR Aspergillus spp. DAN …digilib.unila.ac.id/59388/3/3. TESIS FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Annisa, Mia Murniati, Tari Yati, Ikhwan Dwikesuma, Anggi Winanda

77

Yamagiwa, Y., Y. Inagaki, Y. Ichinose, K. Toyoda, M. Hyakumachi, & T.Shiraishi. Talaromyces wortmannii FS2 emits β-caryphyllene, whichPromotes Plant Growth and Induces Resistance. Journal of Gen PlantPathologi. 77:336-341.

Yenny. 2006. Aflatoksin dan Aflatoksikosis pada Manusia. Universa Medicina.25(1): 41-51.

Yusuf, Z. K. 2010. Polymerase Chain Reaction (PCR). Universitas NegeriGorontalo.

Zhai, M. M., J. Li , C.X. Jiang, Y. P. Shi, D. L. Di, P. Crews, & Q. X. Wu. 2016.The Bioactive Secondary Metabolites from Talaromyces species. NaturalProduct Bioprospecting. 6(1): 1–24.

Zivkovic, S., S. Stojanovic, Z. Ivanovic, V. Gavrilovic, T. Popovic, & J. Balaz.2010. Screening of Antagonistic Activity of Microorganisms AgainstColletotrichum Acutatum and Colletotrichum Gloeosporioides. Arch. Biol.Sct. 62(3): 611-623.