study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
TRANSCRIPT
STUDY EKSPLORATORIS KARAKTER
KEGURUAN PROFESIONAL
Disusun
Oleh :
Kelompok 7
Mona Suci Oktafiana : 1302090123
Fitrianur : 1302090112
Rohani : 1302090127
Dosen Pengampuh
Syarkani, M.pd
PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT ,bahwa penulis telah
menyelesaiakan tugas mata kuliah perspektif global dengan membahas materi Studi
Eksploratoris Karakter Keguruan Profesional, Dalam penyusunan dan penulisan tugas atau
makalah ini,tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.Sehingga dalam penulisan makalah
ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan maupun
materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harap
Dalam pembuatan makalah ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan informasi
tentang materi yang terkait. Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan
menjadi motifasi,khususnya bagi penulis.
i
Matangglumpangdua, 17 Oktober2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
A. SIKAP................................................................................................................ 1
1. Pengertian Sikap.......................................................................................... 1
2. Pembentukkan Sikap.................................................................................... 3
3. Struktur Sikap.............................................................................................. 3
4. Kedudukan dan Fungsi Sikap Terhadap Perilaku Manusia........................ 5
5. Masalah Dinamika sikap.............................................................................. 6
B. CIRI – CIRI GURU PROFESIONAL............................................................ 6
1. Beberapa pandangan tentang ciri – ciri guru profesional............................ 2
2. Harapan yang tinggi..................................................................................... 8
3. Melibatkan Siswa......................................................................................... 9
4. Analisis dan sintesis ciri – ciri guru professional........................................ 10
5. Pengelompokkan ciri – ciri guru professional............................................. 11
C. BEBERAPA METODE PENGEMBANGAN SIKAP................................... 11
D. BEBERAPA HASIL SIKAP KEGURUAN.................................................... 11
1. Studi tentang perbedaan moral guru............................................................ 11
2. Orientasi nilai para calon guru..................................................................... 12
3. Hubungan kepribadian calon guru dengan sukses yang didapat dalam
praktik keguruan.......................................................................................... 13
4. Ketetapan minat calon guru untuk bekerja sebagai guru............................. 15
5. Peranan sikap dalam perubahan perilaku..................................................... 16
6. Perbedaan efek perkuliahan efek praktik keguruan terhadap sikap
para calon guru............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
A. SIKAP
1. Pengertian sikap
Pada umumnya setiap ahli ilmu pengetahuan yang membanhas sikap dan mendalami
ilmu tersebut berusaha mengemukakan definisi tentang sikap sehingga timbulah
bermacama-macam definisi sikap. Beberapa diantaranya akan dikemukakan di bawah
ini:
Robert L. Ebel merumuskan sikap itu menjadi empat bagian, yaitu berwujud konsep
diri sendiri, minat, ide, dan niali sebagai berikut : “Self-concepts are attitudes or person
toward him self. Interests are attitudes or desire for certain activities. Ideals are
attitudes of approval of specific things or accomplishment. “ ( Ebel, 1972:523 ). Nampak
disini bahwa, baik konsep-konsep diri sendiri, macam-macam minat, ide-ide, maupun
nilai-nilai, semuanya merupakan awal dari perbuatan seseorang. Perbuatan untuk
memperbaiki diri sendiri memanfaatkan diri sendiri, perbuatan dalam melaksanakan
sesuatu, perbuatan untuk mencapai suatu cita-cita, dan perbuatan untuk mengejar nilai
yang diidam-idamkan.
Thomas dan Znaniecki memandang sikap itu sebagai suatu kesatuan. “ Attitudes are
individual mental processes which determine both the actual and potential responses of
each person in the social world “ ( Allport, 1973: 23 ). Disini sikap dinyatakan secara
lebih tegas merupakan penentu respons actual maupun respons yang masih bersifat
potensi dalam dunia sosial.
Kemudian Wicker mempertegas lagi pengertian sikap dengan mengatakan: “…
attitude is equated with the probability of recurrence of behaviorforms of a given type or
direction “ ( Wicker, 1973:168 ). Sikap adalah probalitas perulangan bentuk perilaku
menuju arah tertentu, jadi sikap merupakan arah bentuk perilaku tertentu.
Keempat definisi tersebut diatas, menunjukan bahwa sikap itu dapat dipandang
sebagai kendali arah perilaku, mulai dari yang masih bersifat potensi sampai kepada
yang berwujud nyata. Secara logis dapat dikemukakan, bahwa bila ingin memperbaiki
terlebih dahulu, perubahan siakap merupakan kunci perubahan perilaku.
Untuk memahami sikap secara lebih baik, perlu diketahui bagaimana cirri-ciri sikap.
Gordon W. Allpport ( 1960:293 ) mengemukakan empat cirri sikap, yaitu :
a. Sebagai bentuk kesiapan untuk merespon.
b. Bersifat individual.
c. Membimbing perilaku.
d. Bersifat bawaan dan hasil belajar.
1
Sikap sebagai pemberi arah perilaku, sebagai penentu respons terhadap obyek atau
keadaan tertentu, memang merupakan bentuk kesiapan untuk merespons. Seseorang
akan menentukan sikap terlebih dahulu sebelum ia melakukan sesuatu, atau sikap
tertentu suda ada padanya sebelum ia mewujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan
demikian, sikap pada umumnya selalu mendahului perbuatan, maka dikatakanlah sikap
itu sebagai kesiapan untuk berbuat atau merespons.
Sikap individual, artinya tiap-tiap indifidu mempunyai sikap tertentu tehadap suatu
obyek atau keadaan. Mungkin sikap-sikap itu ada persamaannya satu dengan yang lain,
tetapi tidak berarti hal itu persis sama. Sikap terhadap pengembangan kesian tradisional
misalnya, mungkin ada di antara anggota masyarakat yang setuju dan ada yang
menentang dengan alasan mereka masing-masing. Namun sikap diantara mereka yang
setuju tidak mesti persis sama, begitu pula sikap di antara mereka yang menentang.
Sikap ekstroversi adalah sikap yang mengarah ke luar dari individu yang
bersangkutan. Mereka ini mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, mudah
bergaul, tidak segan-segan mengemukakan pikiran dan perasaan, mereka bersifat
terbuka. Sebaliknya orang yang bersifat introversi adalah bersifat menutup diri, sukar
bergaul, pendiam, menyendiri dan agak sukar mengemukakan pikiran, pendapat, dan
perasaannya.
2. Pembentukan sikap
Seperti sudah diuraikan dalam cirri-ciri sikap, bahwa sikap adalah bersifat
pembawaan dan hasil belajar. Perkembangan sikap ini berlangsung perlahan-lahan
mengikuti hokum perkembangan anak. Peranan orangtua sebagai lingkungan anak
amat penting artinya bagi kelangsungan perkembangan sikap seseorang. Sikap orang
tua yang baik terhadap anggota keluarga dan terhadap orang lain, sangat besar
kemungkinan akan dapat mempengaruhi perkembangan sikap anak-anaknya ke arah
yang baik pula.
Makin banyak pengalaman seseorang, makin banyak ia dapat belajar dan makin
kaya sikapnya. Mempelajari sikap sama dengan mempelajari hal lain, yaitu melalui
pancaindera dan keterampilan diteruskan ke otak. Ketiga organ itu bekerja bersama
mengembangkan dan mengarahkan potensi sikap yang sudah ada.
2
3. Struktur Sikap
Untuk menentukan struktur sikap guna mendapatkan komponen-komponen sikap
biasanya dipergunakan dua macam analisis, yaitu analisis nilai instrumental untuk
mencapai tujuan tertentu dan analisis kognitif, afektif, dan konatif ( McGuire,
1975:153 ).
Dalam analisis nilai instrumental ini, struktur sikap itu tidak mudah diuraikan
menjadi satu-satuan, melainkan merupakan suatu kumpulan persepsi terhadap suatu
obyk atau keadaan tertentu yang dituju oleh seseorang. Orang bersangkutan sudah
mepunyai sejumlah pengertian atau pemahaman tentang apa yang ia inginkan sebagai
obyek tujuan perilakunya.
Seorang profesional yang mengabdi kepada profesinya, biasanya mengarahkan
sikapnya sepenuhnya kepada pencapaian tujuan meningkatkan profesinya. Sikap di
sini betul-betul merupakan alat untuk mencapai tujuan, sebagai kesatuan komposisi
persepsi orang tersebut terhadap profesi yang dikejarnya.
Pendekatan analisis kognitif, afektif dan konatif dalam rangka menemukan struktur
sikap, meninjau sikap itu dari segi ketiga aspek jiwa tersebut di atas. Dengan kata lain,
stuktur sikap itu adalah terdiri dari kognisi, afeksi, dan konassi. Dengan ketiga
komponen sikap inilah seseorang akan mencapai tujuannya.
4. Kedudukan dan Fungsi Sikap terhadap Perilaku Manusia
Sikap itu sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Adapun yang
dikejarkan seseorang, bagaimana pendapatnya, dan bagaimana penilaiannya terhadap
sesuatu, sikapnya selalu member pengaruh besar terhadap perilaku tersebut.
Sikap mempengaruhi pengertian untuk menentukan bagaimana menangani obyek
atau situasi lingkungan tertentu. Sikap hanya kedudukan sebagai perantara.
Perilaku orang yang tidak konsisten dengan sikapnya cukup banyak ditemukan di
masyarakat. Makin lemah pendirian seseorang makin serin g ia berperilaku tidak
konsisten dengan sikapnya. Faktor luar begitu mudah mempengaruhi perilakunya
untuk mencapai keinginannya. Dan kalau factor luar ini dikatakan penyebab sikap
baru, maka sikapnya semula mudah digoyahkan oleh sikap-sikap baru yang terbentuk
karena factor-faktor luar.
3
Sikap yang berkedudukan sebagai perantara antara variabel bebas dengan variabel
terikat, mempunyai empat fungsi yaitu :
a. Utilatarian ( adaftive ) function.
b. Economy ( knowledge ) function.
c. Expressive ( self-realizing ) function.
d. The ego-defensive function.
Utilatarian adalah fungsi sikap untuk mengadakan penyesuaian diri dalam
lingkungan yang baru, terutama dalam lingkungan sosial.
Fungsi sikap yang kedua adalah fungsi ekonomi atau ilmu pengetahuan, fungsi
sikap yang ketiga adalah fungsi ekspresi dan merealisasi diri. Kalau fungsi ekspresi
bertujuan memperbaiki keadaan dari negative kea rah positif, maka fungsi merealisasi
diri bertujuan meningkatkan keadaan seseorang yang sudah positif kea rah perujudan
diri untuk menemukan identitas diri sendiri.
Pilihan identitas diri ditentukan oleh bakat dan pengalaman seseorang. Orang yang
berkecinambung di bidang pertanian bila ia merealisasi diri cenderung memilih
menjadi petani yang ulung, seseorang pelukis akan berusaha mengidentifikasi diri
sebagai guru profesional, dan sebagainya.
5. Masalah Dinamika Sikap
McGuire ( 1975:266-270 ) menguraikan empat teori perubahan sikap, yaitu :
a. Pendekatan teori belajar.
b. Pendekatan teori persepsi.
c. Pendekatan teori konsisten.
d. Pendekatan teori fungsi.
Teori belajar mengatakan bahwa sikap berubah disebabkan karena ada bahan
pelajaran yang dipelajari oleh individu yang dapat mengubah sikap semula. Bahan-
bahan pelajaran meupakan variabel-variabel pendahulu, sedangkan sikap sebagai
variabel terikat sehingga berubah dari keadaab semula.
Perubahan sikap sehubungan dengan teori belajar ini ditentukan pula oleh intensis
belajar individu itu, oleh kualitas kemampuannya mempelajari bahan pelajaran dan
oleh cara menghidangkan bahan pelajaran. Bila individu cukup mampu belajar dan ia
belajar dengan baik serta sikapnya akan berubah.
4
Cara menghidangkan bahan pelajaran cukup menentukan perubahan sikap murid-
murid. Guru yang menghidangkan bahan tanpa persiapan terlebih dahulu, mendiktekan
atau berbicara tidak sistematis, kurang sekali menarik perhatian murid-murid.
Cara bersikap ditentukan oleh (1) kesadaran seseorang akan obyek atau
lingkungannya, (2) bukan pada apa yang ada, tetapi pada apa yang dilihat, dan (3)
bagaimana ia mengorganisasi obyek atau lingkungan itu ( Haire, 1964:52). Ketiga
syarat tersebut diatas untuk menentukan sikap seseorang adalah merupakan persepsi
orang itu untuk merubah atau menentukan sikapnya.
B. CIRI-CIRI GURU PROFESIONAL
Guru-guru yang dikembangkan atau dikembangkan kemampuan mendidiknya secara
relative maksimal, akan memiliki yang memadai dalam mendidik murid-murid mereka.
Banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang cirri-ciri guru profesional, namun
tidak ada kesepakatan di antara mereka, tidak ada kesamaan pendapat sendiri-sendiri
walaupun ada kesesuaian.
1. Beberapa pandangan tentang Ciri-ciri Guru Profesional
Pertama-tama guru harus memeperhatikan keadaan lingkungan seolah tempat ia
bekerja. Sebab masyarakat di lingkungan sekolah itu tidak dapat dipisahkan dengan
sekolah. Sekolah akan maju kalau ada dukungan yang baik dari masyarakat, sebaliknya
masyarakat juga akan maju bila calon anggota-anggotanya di didik dan dikembangkan di
sekolah dengan baik.
Di samping melayani kebutuhan masyarakat, guru juga harus mengembagkan cara
berfikir ilmiah, yaitu berfikir berdasarkan data, menyelesaikan masalah dengan
alternative-alternatif serta merumuskan kesimpulan secara kritis dan hati-hati.
Ciri yang lain adalah guru sebagai sumber ilmu pengetahuan, guru harus lebih tahu
dalam bidangnya. Hal ini menuntut setiap guru harus memahami sunguh-sunguh
pengetahuan yang akan dipelajari oleh anak-anak dalam bidang ilmu yang ia bina dan
bersifat terbaru.
Tugas guru yang terakhir adalah mengorganisasi proses belajar murid-murid,
merencanakan bagaimana caranya agar muruid-murid dapat belajar dengan aktif, rajin,
dantekun. Ia harus mengelola segala sesuatu untuk kepentingan itu, termasuk mengatur
sarana, fasilitas, situasi belajar, dan aktivitas murid-murid itu sendiri. Guru adalah motor
penggerak aktivitas murid belajar, terutama bila ada hambatan-hambatan, ketidaklancaran
5
yang sumbernya pada murid itu sendiri. Guru adalah pembimbing dan konsultan bagi
murid yang menghadapi kesulitan.
Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah system pendidikan. Ia merupakan
ujung tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang
performance guru mereka ( Halsall, 1973 ).
Perilaku guru tidak hanya menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah kurikulum,
tetapi secara independen juga memilki pengaruh terhadap efektivitas sekolah. Secara
kusus seorang guru hendaknya :
Sesering mungkin memanfaatkan pertanyaaan dengan memperhatikan kemampuan
anak yang beragam
Menjaga agar pembelajaran terfokus pada aspek tertentu.
Mempelajari subjek yang terlalu beragam dalam satu jam mata pelajaran bisa
mengurangi interaksi guru-siswa. Guru dan siswa masing-masing disibukkan oleh
pekerjaan yang menumpuk. Rutinitas yang cenderung membuang-buang waktu
menjadi semakin meningkat
Menjaga agar siswa atau kelas selalu berorientasi pada belajar
Mempertahankan perkembangan belajar pada tingkatan yang relative cepat
Memastikan bahwa rutinitas dan peraturan kelas dipahami dengan baik, sehingga
mengurangi kemungkinan siswa menemui guru hanya untuk meminta petunjuk atau
bimbingan
Menciptakan suasana kelas dimana siswa merasa leluasa bisa meminta pertolongan,
terutama bagi siswa yang berasal dari latar belakang ekonomi lemah.
2. Harapan yang Tinggi
Seseorang akan sukses jika ia merasa yakin bahwa ia akan sukses. Demikian juga,
seseorang akan mengalami kegagalan jika ia menyangka bahwa ia akan gagal.
Harapan atau keyakina yang tidak harus dating dari diri sendiri tapi juga dari orang
lain; dari harapan-harapan, doa-doa,dan keyakinan orang lain baik orangtua, tema, guru,
atau siapa saja. Bruner ( 1988 ) menunjukan bahwa secara psikologis seseorang akan
menunjukan bahwa secara psikologis seseorang akan melakukan apa yang orang lain
harapkan untuk ia lakukan. Demikianlah, ekspetasi ( harapan ) seorang guru secara positif
berpengaruh terhadap kesuksesan siswa.
Seperti Creemers, Samdaal et al ( 1999 ) juga menemukan bahwa harapan atau
kepercayaan yang berlebihan bisa meemukaqn bahwa harapan atau kepercayaan ayang
6
berlebihan bisa menurunkan prestasi belajar siswa. Finn ( 1989 ) menemukan bahwa
harapan yang tidak rasional, biasanya terjadi ketika ekspektasi melampaui tingkat
kemampuan siswa,kemungkinan besar mengakibatkan rasa keterasingan dan kegagalan.
3. Melibatkan Siswa
Upaya melibatkan siswa telah menjadi fenomena yang cukup berkembangan dalam
pendidikan akhir-akhir ini. Hanya saja, belum cukup banyak siswa yang ikut terlibat dan
mempengaruhi proses pembuatan progan belar-mengajar di sekolah.
Menurut studi Potts ( 1986 ),siswa akan belajar dengan efektif bila kurikulum
dikembangkan secara gradual berdasarkan kebutuhan dan kepentingan siswa. Finn (1989)
menemukan bahwa siswa yang memilki masalah dengan perilakunya merasa tersisihkan
jika kurikulum yang diajarkan kepada mereka tidak didisain sesuai dengan kebutuhan
mereka, terlebih lagi jika peraturan-peraturan sekolah tidak disusun secara fair dan efektif
dengan melibatkan mereka.
Schafer dan Polk ( 1972 ) menjelaskan empat manfaat yang bisa diperoleh bila siswa
dilibatkan dalam membuat peraturan-peraturan sekolah atau kelas:
a. Keterlibatan siswa yang tinggi dalam kegiatan sekolah;
b. Menjaga dan mendukung ide-ide, kreatifitas dan inovasi yang potensial dan
bermanfaat;
c. Karena merasa tidak terselisih dalam kehidupan sekolah, maka siswa tidak akan
mencari “pemuasan” di luar sekolah.
d. Memaksimalkan aktivitas belajar mengajar karena siswa memiki banyak pilihan dan
kesempatan untuk saling membantu.
Selanjutnya, dikatakan pula bahwa guru harus member latihan kepada anak-anak.
Tugas guru yang lain adalah melaksanakan bimbingan. Tugas guru juga dikatakan tidak
bisa lepas dari tugas administrasi. Sebab setiap guru mempunyai kesempatan untuk
menjadi administrator.
4. Analisis dan Sintesis Ciri-ciri Guru Profesional
7
Komponen-komponen ciri guru profesional dari Asean Programme of Education
Innovation ( APEID ) yang diuraikan dalam halaman-halaman terlebih dahulu:
Menghubungkan murid dengan kebudayaan lingkungan.
Membimbing ke arah berfikir ilmiah.
Merupakan sumber ilmu pengetahuan tertentu dengan belajar seumur hidup.
Mengorganisasi belajar murid-murid, sebagai promotor, sebagai fasilitor, sebagai
organisator, sebagai korektor, dan sebagai manager belajar murid.
Sebagai pembimbing atau penghubung anak terhadap lingkungannya yang masih
kabur.
Mengembangkan filsafat moral anak dan pandangan positif terhadap dunia.
Mengembangkan kreativitas dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi
masa yang akan datang.
Sebagai koordinator lembaga-lembaga non formal di luar sekolah.
Sebagai petugas pendidikan sosial.
Mengintegrasikan pengetahuan untuk kepentingan sekolah dan masyarakat.
5. Pengelompokkan ciri-ciri guru profesional
Ciri-ciri guru profesional tersebut diatas kemudian dibagi menjadi lima kelompok.
Pengelompokan itu diserahkan kepada analisis peranan atau fungsi guru dan tujuan
pendidikan guru yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan diuraikan pada bagian
berikut ini. Peranan atau fungsi dan tujuan pendidikan guru tersebut dicari komponen-
komponenya menurut jenis aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam proses pendidikan.
Bila peranan guru tersebut di atas dianalisis, peranan pertama mengharuskan guru-
guru menguasai ilmu pengetahuan, mereka sebagai sumber ilmu pengetahuan. Peranan
yang kedua berhubungan dengan tugas guru memberikan paket-paket pemikirannya
sebagai bahan pertimbangan dengan tugas guru memberikan paket-paket pemikirannya
sebagai bahan pertim bangan bagi murid-murid dalam mengembangkan dirinya.
Peranannya yang ketiga menuntut kemampuan guru-guru untuk memberikan suatu
metode memahami bahan pelajaran kepada murid-murid. Peranan keempat menuntut
perilaku guru-guru sebagai artis pengelola jiawa murid, agar mereka mampu melihat
dunia guru sebagai artis pengelola jiwa murid, agar mereka mampu melihat dunia secara
positif, tahu persoalan-persoalannya, dan dapat hidup wajar didalamnya. Peranan kelima
mengharuskan guru-guru mampu memperhalus jiwa, mempertinggi budi murid-murid.
Keempat peranan terakhir dapat dikelompokan menjadi satu, yaitu kemampuan guru
8
dalam menyajikan bahan pelajaran. Sedangkan peranan ke enam menuntut guru-guru
melaksanakan nilai-nilai hidup yang baik, ini merupakan segi efeksi guru.
C. BEBERAPA METODE PENGEMBANGAN SIKAP
Dalam memperbaiki sosial ekonomi negara-negara berkembang.Renes (1969:69)
mengemukakan pengembangan sikap. Keadaan masyarakat sulit diperbaiki kalau sikap
angota-angotanya belum berubah.
Selanjutnya, dikatakan bahwa pendidikan yang sifatnya mengembangkan kognisi dan
keterampilan kurang banyak manfaatnya dalam memajukan masyarakat negara
berkembang bila tidak dilandasi oleh pengembangan sikap. Dia menghendaki
pengembangan sikap sebagai fondasi yang kuat inilah akan muncul perkembangan-
perkembangan kognisi dan keterampilan.
Jadi untuk mengembangkan sikap seseorang dibutuhkan suatu pendekatan penampilan
kata hati. Penampilan kata hati menyangkut masalah keyakinan dan kepercayaan. Teori
pengembangkan sikap yang lain dikemukakan oleh John V. Gilmore dalam buku The
productive Personality, yang membahas tentang pengembangan sikap sebagai dasar
pembentukan perilaku yang produktif.
Perkembangan kepribadian berlangsung melalui proses identifikasi, yang dimulai
sejak baru lahir. Tetapi tidak semua kepribadian akan menjadi pribadi produktif. Hal ini
bergantung kepada sifat lingkungan anak. Agar anak berkembang menjadi pribadi
produktif diperlukan lingkungan yang hangat dan empatik.
Factor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap adalah:
a. Sumber komunikasi yang baik, seperti kejujuran si pembicara, prestise si pembicara,
menyenangkan para pendengar, ada unsure kesamaan antara si pembicara merupakan
satu kelompok dengan si pendengar.
b. Cara berkomunikasi yang baik, seperti tuntutan yang tidak jauh berbeda dengan
sikapsemula agar seseorang tidak menolak, sikap harus diubah sedikit demi sedikat.
Komunikasi dua arah yaitu dengan menjelaskan sikap-sikap yang lain selain sikap yang
diinginkan, agar murid dapat menimbang sendiri. Komunikasi disimpulkan oleh
pembicara atau guru untuk murid yang bodoh atau untuk masalah yang kompleks, bagi
murid yang pandai atau masalah yang sederhana dapat disimpulkan sendiri oleh murid.
Efektivitas komunikasi dapat berada pada kesan pertama dan terakhir, bergantung
kepada situasi dan atau tingkat kritis, efektivitas komunikasi semakin meningkat sejajar
dengan peningkatan kualitas dan kuantitas informasi.
9
c. Situasi yang menguntungkan, seperti situasi yang memberikan reinforcement, situasi
yang menimbulkan rasa takut bila bersikap baru, situasi yang menimbulkan sikap agresif
untuk merubah sikap, dan situasi yang menganggu perhatian subyek atau murid terhadap
sikap lama.
d. Pribadi si pendengar, seperti gambaran diri sendiri, intelengensi, dan bentuk
pertahanan. Pertahanan rendah lebih mudah diubah sikapnya daripada yang tinggi,
wanita lebihy mudah diubah sikapnya daripada laki-laki. Makin besar perhatian terhadap
komunikasi makin mudah diubah sikapnya. Orang yang tidak diberi tahu sebelumnya
tentang informasi tertentu lebih mudah terpengaruh daripada bila diberi tahu selamanya.
Teori pengembangan sikap ada memiliki tiga komponen besar sebagai berikut:
a. Komponen lingkungan
b. Komponen bentuk perkembangan perantara untuk menuju pada sikap yang
diinginkan
c. Komponen peranan guru dengan teknik-teknik pembantu dalam mengembangkan
sikap.
Kedudukan guru dalam mengembangkan sikap adalah sebagai:
a. Teknik mengadu gagasan menekankan munculnya ide-ide baru, termasuk
bagaimana bersikap terhadap masalah baru
b. Teknik latihan hubungan antar manusia menekankan intropeksi dalam bidang
kepribadian,termasuk sikap kita terhadap orang lain atau terhadap sesuatu
c. Teknik latihan motivasi menekankan intropeksi dalam bidang kemampuan dan
memotivasi diri, termasuk dalam usaha merubah sikap
d. Teknik sinektik bertujuan mengembangkan sikap baru terhadap sesuatu
e. Teknik simulasi menekankan kemampuan mengidentifakasi dan menghayati
peranan orang yang dimainkan, agar dapat bersikap yang tepat tehadapnya
f. Teknik pengembangan afeksi, antara lain bertujuan mengembangkan menghayati
dan bersikap tepat terhadap sesuatu
g. Teknik berkomunikasi yang baik seperti perlakuan dalam mengubah sikap harus
dilakukan secara perlahan-lahan, teratur, dan berkelanjutan serta murid-murid diberi
kesempatan memepertimbangkan.
D. BEBERAPA HASIL PENELITIAN SIKAP KEGURUAN
1. Studi tentang perbedaan Moral Guru
10
Suatu studi tentang perbedaan moral guru diselenggarakan di Universita Purdue,
Indian, Amerika serikat (Rempel, 1970:534-539). Hasil studi ini dipergunakan untuk
menyeleksi dan mengidentifikasi elemen-elemen tanggung jawab guru. Sampel yang
diambil adalah sebanyak 3075 orang guru sekolah menengah pada 60 sekolah di Indiana
dan 16 sekolah di Oregon.
Sesudah data mengenai factor-faktor moral dianalisis dengan analisis variasi,
penelitian ini meberi hasil sebagai berikut :
a. Skor rata-rata antara guru-guru di Indiana dan Oregon berbeda sedikit; skor rata-rata
guru di Indiana lebih tinggi, tetapi guru-guru di Oregon lebih puas akan gaji, fasilitas
dan pelayanan sekolah, desakan masyarakat dan dukungan masyarakat.
b. Skor rata-rata guru wanita lebih tinggi secara berarti daripada skor kepuasan dalam
mengajar, dan desakan masyarakat.
c. Skor rata-rata moral guru-guru yang bergelar guru yang MA berbeda secara berarti
dengan guru-guru yang bergelar BA dalam factor kepuasan mengajar, problem
kurikulum, fasilitas dan pelayanan sekolah, dan desakan masyarakat.
d. Skor rata-rata guru yang berumur 26 tahun-35 tahun lebih rendah secara berarti
daripada guru-guru yang berumur 25 tahun ke bawah, dalam factor gaji, tugas guru,
dan problem kurikulum
e. Guru-guru pada sekolah yang lebih luas puas akan gaji, problem kurikulum,
dukungan masyrakat, dan fasilitas serta pelayanan sekolah.
f. Moral guru-guru berhubungan secara menyakinkan dengan pengalamannya.
g. Ada korelasi tinggi antara tingkat gaji dengan tingkat moral, kecuali terhadap tugas-
tugas guru.
h. Tidak ada pebedaan moral yang berarti di antara guru-guru vak (mata pelajaran).
i. Tidak ada perbedaan moral yang berarti di antara guru-guru sekolah kejujuran dan
guru-guru sekolah umum.
2. Orientasi Nilai Para Calon Guru
11
Wannamaker (1970:544-550) menulis tentang studi yang bertujuan membandingkan
orientasi nilai antara calon guru sekolah dasar dengan calon guru sekolah menengah
pertama. Mereka mengaharap hasil penelitian ini sesudah digabungkan dengan hasil-
hasil penelitian lain yang sejenis, dapat dipakai dasar merencanakan program pendidikan
guru selanjutnya.
DVI diberikan pada awal studi para calon guru. Datanya sesudah dianalisis
memberikan hasil sebagai berikut:
a. Nilai-nilai yang dimiliki oleh calon guru sekolah dasar menunjukan kepada orientasi
darurat.
b. Calon guru sekolah dasar dan calon guru sekolah menengah pertama mendapat skor
rata-rata yang sama, hanya skor calon guru terakhir lebih lebar distribusinya.
c. Skor untuk calon guru sekolah dasar tidak berbeda secara berarti ditinjau dari segi
pekerjaan orangtua, sebagai tenaga profesi, usahawan, pegawai, pekerja terampilan,
non terampilan, dan petani; kecuali anak-anak para petani mendapat skor lebih tinggi
secara berarti daripada anak-anak para pekerja non terampil.
3. Hubungan Kepribadian Calon Guru dengan Sukses yang Didapat dalam
Praktik Keguruan
Suatu penelitian tentang hubungan antara kepribadian calon guru sekolah menegah
dengan sukses yang diperoleh selama praktik keguruan (Henyum,1969:143-147)
dilaksanakn di Universitas Minnesota, dengan populasi 78 orang mahasiswa yang
berpraktik pada 45 sekolah menengah.
Penelitian mempergunakan dua instrumen yaitu: Sixteen Presonality Factor
Questionnaire buatan Cattel yang diberikan kepada para calon guru sebelum mereka
mengajar, dan Reaction Inventory buatan Hoyt Grim dengan isi :
a. Kualitas pengendalian kelas
b. Jelasnya tujuan pengajaran
c. Kerjasama murid dalam kelompok
d. Kualitas insentif
e. Tingkat motivasi
f. Pemenuhan kebutuhan murid
g. Pengajaran individual.
4. Ketetapan Minat Calon Guru untuk Bekerja Sebagai Guru
12
Suatu penelitian lain ditunjukan untuk mengidentifikasi sikap dan kepribadian calon
guru pada waktu permulaan memasuki lembaga pendidikan guru, untuk membedakan
mana di antara mereka kemudian akan terus menjadi guru dan mana yang tidak (Linden,
1969:351-359).
Hipotesa yang dikemukakan adalah calon guru yang kemudian memasuki jabatan
guru, akan menunjukan sikap dan kepribadian yang berbeda baik pada waktu kuliah
maupun pada waktu mengikuti praktik keguruan dengan calon guru yang kemudian tidak
menjadi guru, perbedaan ciri tersebut di atas akan diwujudkan dalam kriterium status
kelompok dari segi jenis kelamin, mayor dan tingkatan mata pelajaran yang diambil.
5. Peranan Sikap dalam Perubahan Perilaku
Elmer B. Jacobs (1968:410-415) dari Universitas IIIinos meneliti peranan sikap
dalam perubahan perilaku. Survei dilakukan terhadap 550 mahasiswa pada waktu
mahasiswa masih kuliah dan 457 mahasiswa dalam melaksanakan praktik keguruan pada
lima lembaga pendidikan guru. Skala sikap diberikan dua kali, yaitu pada awal semester
dan pada akhir semester.
Perubahan sikap pada waktu mengikuti praktik keguruan mungkin merupakan reaksi
terhadap birokrasi organisasi; inilah yang mungkin disebut “bureaucratic Shock”.
Walaupun para mahasiswa sudah disiapkan di falkultas untuk mempengaruhi hal itu ke
arah yang lebih baik, tetapi rupa-rupanya sedikit sekali hasilnya.
6. Perbedaan Efek Perkuliahan Efek Praktik Keguruan terhadap Sikap Para
Calon Guru
Rolf E. Muss (1966:185-189) dari Goucher College, Towson, Maryland, menulis
tentang studi yang bertujuan mencari perbedaan efek perkiuliahan dengan efek praktik
keguruan terhadap sikap mahasiawa calon guru. 52 mahasiswa lembaga pendidikan guru
lima tahun yang disiapkan untuk guru sekolah dasar diberi tes Minnesota Teacher
Attitude Inventory (MTAI) sebanyak tiga kali. Pertama, ketika baru dua atau tiga hari
menginjak kampus; kedua sesudah selesai kuliah dan akan mulai melaksanakan praktik
keguruan;dan ketiga sesudah selesai melakukan praktik keguruan.
Penelitian ini menunjukan bahwa sika, nilai-nilai, dan cara mengajar dapat
ditingkatkan secara berarti melalui progam latihan yang insentif. Hasil-hasil penelitian
tersebut terutama yang berhubungan dengan sikap keguruan caln guru, akan ditemukan
hal-hal sebagai berikut:
13
a. Orientasi nilai para calon guru tidak bersifat tradisioanl, tetapi bersifat kontinum,
mengarah ke nilai-nilai baru
b. Agar memperoleh sukses mengajar di sekolah menengah pertama diperlikan
kepribadian khusus seperti kematangan emosi, pengalaman, ekstroversi, dan
penyesuain sosial
c. Agar memperoleh sukses mengajar disekolah menegah atas, diperlukan intelenjesi
tinggi dan antusiasme
d. Tidak dapat ditentukan sejak awal maupun selama studi siapa diantara calon guru
yang akan terus menjadi guru, dan siapa yang tidak akan bekerja sebagai guru. Hal
ini hanya dapat ditentukan sesudah satu tahun tamat studi di lembaga pendidikan
guru
e. Sikap calon guru meningkat ke arah positif selama mereka studi, tetapi menurun
kembali selama melaksanakan praktik keguruan
f. Sikap yang meningkat berhubungan dengan pelajaran-pelajaran keguruan, diskusi-
diskusi, interaksi mahasiswa yang bertujuan sama, dan sebagainya
g. Ada hubungan yang berarti antara persepsi mahasiswa tentang tugas guru yang
didapat dalam pengalaman mengajar dengan perubahan sikapnya
h. Sikap nilai-nilai, dan cara mengajar dapat dirubah atauditingkatkan melalui progam
latihan yang intensif.
14
DAFTAR PUSTAKAFathurrahman, Pupuk. ( 2012 ). Pengembangan profesional Guru. Bandung: PT. Refika
Aditama.
15