subsiden: beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

Upload: dipa-rais

Post on 07-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    1/25

     

    Subsiden 

    Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden dilahan gambut yang didrainase 

    Dipa Satriadi Rais 

    2 April, 2016

    Artikel singkat ini ditujukan untuk mahasiswa dan praktisi drainase di lahan gambut,

    memaparkan aspek-aspek kuantitatif praktis subsiden secara sederhana yang meliputi tiga

    komponen utama: kosolidasi, shrinkage, dan oksidasi bahan organik. Penekanan diberikan pada

    teknik proyeksi 1 dimensi dalam konteks penggunaan lahan gambut yang melibatkan drainase

    di Indonesia. Dalam artikel ini juga ditinjau secara ringkas topik mengenai drainability limit dan

    drainage base yang kemudian dirangkai dengan konsep laju subsiden untuk menduga waktu

    deplesi gambut. Setiap topik disertai dengan soal Latihan dan penyelesaiannya. 

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    2/25

    1

    Pengertian dan arti penting subsiden di lahan gambut

    Subsiden (Inggris: subsidence) dalam pengertian sederhana adalah amblasan lahan atau

    penurunan muka lahan. Dalam berbagai literatur subsiden sering juga disebut sebagai

    settlement , dan pada prinsipnya kedua istilah ini mengandung makna yang sama.

    Subsiden yang terjadi di lahan gambut merupakan salah satu bentuk kerusakan lahan yang

    bila berlangsung dalam jangka lama akan sukar atau tidak dapat diperbaiki. Sehubungan

    dengan posisi basal contact  lahan gambut pantai Indonesia yang berada pada elevasi

    sangat rendah (umumnya pada elevasi yang sama dengan muka laut), maka subsiden yang

    berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan perubahan drastis pada pola neraca air

    setempat. Permukaan lahan dapat turun sedemikian rupa, sampai suatu batas tertentu,

    dalam kondisi mana input air yang memasuki lahan tidak dapat lagi dikeluarkan melalui

    drainase gravitasi, dan berakhir dengan terjadinya genangan permanen atau genangan

    dalam periode panjang setiap tahun. Dalam keadaan seperti itu lahan yang terdampak

    disebut mencapai titik drainability limit . Untuk dapat digunakan lebih lanjut sebagai lahan

    budidaya atau infrastruktur diperlukan drainase mekanis (dengan pemompaan). Bila halini dilakukan maka subsiden akan berlanjut kembali sampai seluruh tubuh tanah gambut

    habis teroksidasi, basal contact  terbuka ke permukaan dan elevasi lahan berada lebih

    rendah dari tubuh air sekitar.

    Dalam penggunaan lahan gambut yang melibatkan drainase diperlukan pemahaman

    terhadap mekanisme subsiden serta komponen-komponennya. Pemahaman ini merupakan

    dasar untuk melakukan proyeksi subsiden ke depan terutama pada lahan-lahan gambut

    yang mengalami pendalaman saluran secara berkala. Proyeksi laju subsiden dan jangka

    waktu tercapainya drainability limit  sangat diperlukan dalam perencanaan penggunaan

    lahan yang bijaksana untuk menghindari/mengurangi terjadinya degradasi dan penurunan

    nilai guna lahan dimasa depan, perubahan drastis pada neraca air dan karakteristik area

    tangkapan hujan, serta degradasi dan kerusakan lingkungan pada ekosistem-ekosistem

    berdampingan sehubungan dengan sifat eksternalitas kubah gambut.

    Konsep subsiden di lahan gambut

    Faktor utama penyebab atau yang mempercepat terjadinya subsiden di lahan-lahan

    gambut Indonesia adalah penurunan muka air tanah melalui drainase buatan. Mekanisme

    hubungan antara penurunan muka air tanah dengan subsiden dapat dipilah berdasarkan

    komponennya, dan dijelaskan lebih lanjut berikut ini berdasarkan konsep-konsepmekanika tanah yang umum dijumpai di dalam literatur-literatur terkait, antara lain

    seperti tertera dalam Referensi tulisan ini.

    Subsiden terjadi karena adanya penurunan volume tanah, mengikuti teori perubahan

    volume (Eggelsmann, 1976; Schothorst, 1977). Terdapat tiga mekanisme perubahan

    volume pada lahan gambut, yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersama-sama, dalam

    bentuk kehilangan massa atau tanpa kehilangan massa.

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    3/25

    2

    1) Compression, sering juga disebut consolidation, dan di-Indonesiakan sebagai konsolidasi,

    merupakan bentuk subsiden tanpa kehilangan massa yang terjadi akibat perubahan

    volume tanah gambut sehubungan dengan perubahan effective stress pada zona freatik

    (dibawah muka air tanah). Konsolidasi mengikuti hukum-hukum fisika empiris dalam

    mekanika tanah. Teori konsolidasi yang cukup luas digunakan saat ini adalah teorikonsolidasi klasik dari Terzaghi (1943).

    2) Compaction dan shrinkage, juga merupakan bentuk subsiden tanpa kehilangan massa,

    seringkali merupakan perubahan volume tak balik. Shrinkage terjadi dalam kondisi

    tidak jenuh dan berhubungan dengan meningkatnya tegangan negatif air tanah pada

    matriks gambut dalam vadose zone. Dalam keadaan tidak jenuh, air dalam pori mikro

    menarik (mengikat) partikel-partikel tanah dengan lebih erat dibandingkan dalam

    keadaan jenuh. Gaya ikat ini berasal dari tegangan permukaan air yang bekerja pada

    antar muka air-udara di dalam pori mikro (lihat umpamanya Ng dan Menzies, 2007).

    Compaction sebaliknya bekerja malalui gaya luar, dapat berupa beban (load ) pada

    permukaan gambut, atau vibrasi yang merambat melalui matriks gambut yangmenyusun-ulang dan mempersempit jarak antar partikel-partikel gambut, yang

    selanjutnya diperkuat oleh gaya-gaya kohesi, adhesi, dan tegangan matriks.

    3) Oxidation atau oksidasi, adalah bentuk subsiden dengan kehilangan massa, merupakan

    perubahan volume tak balik (irreversible volume change), disebabkan oleh proses

    oksidasi atau mineralisasi karbon menjadi air dan karbon dioksida atau metana

    (dekomposisi mikrobial dan/atau kebakaran substrat gambut)

    Dalam bentuk ringkas, jika setiap komponen subsiden (S ) di-indeks dengan i maka

    subsiden dapat dituliskan sebagai penjumlahan aljabar dari seluruh komponen-

    komponennya (Persamaan 1) dan mempunyai dimensi panjang (L)

    ∑   Persamaan 1.

    Sedangkan laju subsiden adalah turunan subsiden terhadap waktu, atau dalam bentuk

    diskrit sebagai nisbah subsiden terhadap rentang waktu dan mempunyai dimensi panjang

    dan invers waktu (LT-1), seperti diberikan pada Persamaan 2.

     

    Persamaan 2.

    dimanaS   : Total subsiden (L)

    S i  : Komponen subsiden (L)

    t   : Waktu (T)

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    4/25

    3

    Compression (Consolidation)

    Compression atau consolidation (yang untuk selanjutnya kita sebut sebagai konsolidasi)

    terjadi bila effective stress yang bekerja pada partikel-partikel tanah meningkat

    dibandingkan effective stress maksimum yang pernah dialami oleh suatu tubuh tanah di

    masa lalu. Misalnya, bila permukaan tanah mendapat beban dengan berdirinya sebuahgedung di permukaan tanah, maka effective stress meningkat akibat meningkatnya total

    stress. Demikian juga, bila muka air tanah diturunkan dengan dibuatnya kanal-kanal

    drainase maka effective stress meningkat akibat berkurangnya tegangan air pori.

    Pada tulisan ini akan dibahas perilaku konsolidasi sehubungan dengan perubahan

    komponen-komponen tegangan yang bekerja pada partikel-partikel tanah. Pada kondisi

    alami, muka air tanah gambut berada dekat dengan permukaan tanah (dangkal). Apabila

    lahan tersebut didrainase muka air tanah akan turun sehingga terjadi perubahan tegangan

    efektif (effective stress) pada zona freatik (di bawah level muka air tanah). Model

    konsolidasi 1D dari Terzaghi dapat digunakan untuk memodelkan atau memprediksi

    konsolidasi lahan gambut akibat perubahan tegangan air pori, total stress dan effectivestress (Persamaan 3).

    ′   Persamaan 3.dimana′  : Effective stress, yaitu tegangan bersih yang bekerja pada partikel tanah (ML-1T-2) : Total stress yang bekerja pada partikel tanah (ML-1T-2)  : Tegangan air pori (ML-1T-2)Dalam bentuk ringkas peranan masing-masing komponen tegangan dalam Persamaan 3

    disajikan pada box berikut

    Distribusi total stress pada tubuh tanah memiliki pola sedemikian rupa, dimana total stress 

    meningkat secara linear menurut arah normal (arah kedalaman tubuh tanah), karena

    mengikuti hukum mekanika dimana gaya berat bertambah secara linear pada setiap titik

    menurut arah normal akibat akumulasi massa padatan diatasnya (Persamaan 4)

    1   Persamaan 4.dimana : Kerapatan butir, sering juga disebut Berat Partikel atau Particle Density  (ML-3)  : Percepatan gravitasi (9.8 m/s2)(LT-2)  : Kedalaman dihitung dari permukaan lahan (L)  : Porositas tanah gambut (-)

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    5/25

    4

    Distribusi tegangan air pori pada tubuh tanah memiliki pola sedemikian rupa, dimana

    tegangan air pori meningkat secara linear menurut arah normal (arah kedalaman dari

    muka air tanah), karena mengikuti hukum mekanika fluida dimana tekanan bertambah

    secara linear pada setiap titik menurut arah normal karena akumulasi berat zat cair

    diatasnya (Persamaan 5)

    1   Persamaan 5.dimana  : Massa jenis air (1,000 kg/m3) (ML-3)  : Kedalaman dihitung dari muka air tanah (L)Distribusi tegangan yang bekerja pada partikel-partikel tanah pada suatu tubuh tanah

    dapat digambarkan secara grafis seperti diberikan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Diagram contoh distribusi vertikal tegangan air pori ( pore water pressure),

    tegangan total (total stress) dan tegangan efektif (effective stress) dalam suatu

    tubuh tanah gambut.

    Pada kedua Persamaan 4 dan 5 terdapat peubah porositas (n) yang nilainya dapat ditaksir

    bila kerapatan butir dan kerapatan lindak diketahui (Persamaan 6)

    -400

    -350

    -300

    -250

    -200

    -150

    -100

    -50

    0

    -4 -2 0 2 4

       K   e    d   a    l   a   m   a   n    (   c   m    )

    Tegangan (kPa)

    Tegangan air pori

    Tegangan total

    Tegangan efektif 

    Level permukaan tanah

    Level muka air tanah

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    6/25

    5

    1  Persamaan 6.

    dimana : Kerapatan lindak, sering juga disebut Berat Volume atau Bulk Density  (ML-3)Diatas level muka air tanah (pada vadose zone) tidak terdapat tekanan hidrostatis, tetapiberlaku tegangan matriks yang bekerja pada pori mikro. Tegangan ini bernilai negatif,

    dengan demikian tegangan air pori pada vadose zone juga bernilai negatif. Tegangan efektif

    dihitung sebagai total stress yang bekerja pada partikel tanah dikurangi dengan tegangan

    air pori. Pada zona freatik tegangan air pori ini memberikan gaya apung terhadap partikel

    tanah (Persamaan 7), yang juga sesuai dengan hukum Archimedes, lihat juga Gambar 1.

    ′ 1   Persamaan 7.Dalam meninjau bagaimana mekanisme komponen-komponen tegangan yang bekerja pada

    tubuh tanah meregulasi proses konsolidasi kita perlu meninjau Gambar 1. Andaikan pada

    suatu kondisi awal level muka air tanah berada pada ketinggian H 0 dihitung dari dasargambut (300 cm diatas dasar gambut, atau pada posisi 100 cm dibawah permukaan tanah

    pada Gambar 1). Pada kondisi ini effective stress yang bekerja pada tubuh tanah adalah

    sebesar′ . Bila muka air tanah diturunkan dari level awal (H 0) ke level baru H 1 sebesar ∆H(katakanlah ke posisi 200 cm di bawah permukaan tanah pada Gambar 1), dimana

    ∆   Persamaan 8.maka effective stress berubah menjadi ′ . Total stress, yaitu beban yang ditanggung olehpartikel-partikel yang berasal dari bobotnya sendiri, tidak berubah. Tetapi gaya apung

    yang berasal dari tegangan air pori berkurang karena ketebalan air telah turun dari H 0 

    menjadi H 1, dalam hal ini dari 300 cm menjadi 200 cm. Sebagian tubuh tanah yangsebelumnya mendapat gaya apung, yaitu pada posisi antara -100 cm dan -200 cm telah

    mengalami kehilangan gaya apung.

    Untuk lebih rinci, besaran effective stress pada masing-masing keadaan diberikan pada

    Persamaan 9 dan 10 berikut.

    Effective stress pada kondisi awal adalah

    ′ 1   Persamaan 9.Effective stress setelah terjadi penurunan muka air tanah adalah

    ′ 1 ∆  Persamaan 10.Dari dua keadaan ini secara intuitif dapat dilihat bahwa ′ > ′  karena ∆ <  yang menunjukkan berkurangnya gaya apung pada kondisi kedua setelah turunnya muka

    air tanah. Berkurangnya gaya apung pada zona freatik menyebabkan partikel-partikel

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    7/25

    6

    tanah turun mengisi ruang-ruang yang sebelumnya ditempati oleh sebagian air pori yang

    telah ter-disipasi kedalam drainase.

    Latihan 1 

    Diketahui ketebalan gambut pada suatu tempat adalah 5 meter. Tinggi muka airtanah awal pada tempat tersebut adalah 4.8 meter dihitung dari dasar gambut,

    kemudian diturunkan sebesar 1 m. Hitunglah tegangan efektif awal dan tegangan

    efektif akhir yang bekerja pada dasar gambut bila diketahui kerapatan butir dan

    kerapatan lindak tanah masing-masing 0.1 g/cc dan 1.2 g/cc.

    Penyelesaian 

    Persoalan diatas dapat digambarkan pada sebuah sketsa seperti terlihat pada

    Gambar 2.

    Gambar 2. Diagram skematisasi untuk soal Latihan 1.

    Langkah 1 : Hitung angka porositas (n) menggunakan Persamaan 6,

    1 0.1 gcm1.2 gcm  0.92 

    Langkah 2 : konversi sistem satuan pada kerapatan butir dari cgs ke mks

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    8/25

    7

    1.2 gcm ×1000,000 cmm

    1,000 gkg1,200 kgm 

    Langkah 3 : Substitusi angka-angka yang telah diketahui kedalam persamaan yang

    sesuai

    Effective stress awal sebelum penurunan muka air tanah dihitung berdasarkan

    persamaan 9,

    ′ 10.92×[1,200 kgm ×9.8ms ×5m1,000

    kgm ×9.8

    ms ×4.8m] 

    ′   980 kgm ∙ s   980 Pa Effective stress akhir setelah penurunan muka air tanah dihitung berdasarkan

    Persamaan 10,

    ′ 10.92×[1,200 kgm ×9.8ms ×5m1,000

    kgm ×9.8

    ms ×3.8m] 

    ′   1,796.7 kgm ∙ s  1,796.7 Pa Konsolidasi yang terjadi akibat perubahan effective stress disebut konsolidasi primer yang

    besarnya sebanding dengan ketebalan tubuh yang berkonsolidasi (hukum stress-strain

    relationship), berbanding lurus lurus dengan logaritma nisbah effective stress, dan

    berbanding terbalik dengan void ratio. Dalam mekanika tanah, besarnya konsolidasi primer

    (∆D p) akibat perubahan effective stress dapat dihitung dengan Persamaan 11.

    ∆ 1 + ′′ 

    Persamaan 11.

    Dimana  : Indeks konsolidasi primer (-), untuk gambut tropis Asia Tenggara nilai C  p biasanyaberkisar antara 2 – 3

      : Ketebalan tubuh tanah awal yang berkonsolidasi (L)

      : Void ratio (nisbah ruang pori) awal tanah gambut (-)Pada persamaan 11 dimunculkan sebuah peubah yang disebut void ratio atau nisbah ruang

    pori. Void ratio (e) adalah nisbah antara volume pori (V v ) terhadap volume padatan (V s)

    yang dapat juga dihitung dari angka porositas, kerapatan lindak dan kerapatan butir tanah.

    Hubungan antar peubah-peubah ini diberikan pada Persamaan 12 – 15, lihat umpamanya

    Verruijt (2012).

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    9/25

    8

     Persamaan 12.

    1   Persamaan 13.

    1 Persamaan 14.

    + 1  Persamaan 15.

    Dimana : Kerapatan butir tanah (ML-3) : Kerapatan lindak tanah (ML-3)

    Latihan 2

    Berdasarkan Latihan 1 taksirlah besarnya konsolidasi primer yang terjadi bila

    diketahui indeks konsolidasi primer (C  p) sebesar 2.2.

    Penyelesaian

    Langkah 1 : Hitung void ratio awal  menggunakan Persamaan 13,

    0.92

    10.92 11.0 

    Langkah 2 : Periksa kembali Gambar 2. Perhatikan bahwa pada kondisi awal

    ketebalan vadose zone adalah 0.2 m. Pada kondisi awal ini vadose zone tidak

    mengalami gaya apung, oleh karena itu turun atau tidaknya muka air tanah tidak

    menyebabkan vadose zone mengalami konsolodisi. Pada kondisi kedua setelah

    muka air tanah turun sebesar 1 m ketebalan vadose zone bertambah menjadi 1.2 m.

    Tubuh tanah yang berkonsolidasi adalah tubuh tanah dalam zona freatik, yaitu

    dibawah muka air tanah, setelah kondisi kedua. Dengan demikian ketebalan tubuh

    yang berkonsolidasi adalah 5 m – 1.2 m = 3.8 m. Bukan berarti zona vadose zone 

    yang baru terbentuk tersebut tidak mengalami subsiden, tetapi akan dihitung

    sebagai shrinkage dan tidak termasuk ke dalam komponen konsolidasi.

    Langkah 3 : Substitusi semua angka yang sudah diketahui kedalam Persamaan 11,

    ∆ 3.8 m × 2.21+11.0 ×log(1,796.7 Pa

    980 Pa ) ∆ 0.183 m 18.3 cm 

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    10/25

    9

    Sesuai dengan namannya, konsolidasi primer merupakan komponen terpenting dari

    konsolidasi. Berdasarkan terminologi ini, dapat diduga bahwa terdapat juga konsolidasi

    sekunder, dan bahkan konsolidasi tersier. Kedua terminologi terakhir ini disebut juga

    rayapan (creep). Laju konsolidasi sekunder dan tersier nilainya lebih kecil jika

    dibandingkan dengan laju konsolidasi primer (setidaknya jika dibandingkan pada rentangwaktu jangka pendek). Dalam banyak kasus kedua komponen terakhir ini, terutama

    konsolidasi tersier, sering diabaikan.

    Konsolidasi sekunder bersifat time-dependent , besarnya sebanding dengan ketebalan tubuh

    tanah yang berkonsolidasi, berbanding terbalik dengan void ratio awal, dan lajunya

    berkurang menurut waktu. Konsolidasi sekunder dapat terjadi bersamaan dengan, atau

    begitu konsolidasi primer akan berakhir. Dalam penerapan praktis, bila melibatkan jangka

    waktu yang panjang, katakanlah tahunan, konsolidasi sekunder dapat diasumsikan dimulai

    bersamaan dengan terjadinya konsolidasi primer. Model konsolidasi sekunder diberikan

    pada Persamaan 16.

    ∆ 1 + () 

    Persamaan 16.

    Dimana  : Indeks konsolidasi sekunder, nilainya umumnya sekitar 0.06C  p (-)  : Rentang waktu sejak dimulainya konsolidasi sekunder, dalam satuan hari (T)  : Waktu referensi (T), t 0 =1 pada saat dimulainya konsolidasi sekunderKontribusi konsolidasi sekunder terhadap total konsolidasi pada tanah gambut cukup

    siginifikan dibandingkan dengan tanah mineral.

    Latihan 3

    Berdasarkan Latihan 2, bila diketahui indeks konsolidasi sekunder sebesar 0.06C  p 

    taksirlah besarnya konsolidasi sekunder 50 hari sejak dimulainya drainase (t 0 = 1),

    dan 50 hari dari suatu waktu acuan t 0 = 10.

    Penyelesaian

    Dengan memasukkan angka-angka yang sesuai kedalam Persamaan 16,

    Untuk t 0 =1

    ∆ 3.8 m × 0.06×2.21+11.0 ×(50 d1 d ) ∆ 0.071 m 7.1 cm 

    Untuk t 0 =10

    ∆ 3.8 m × 0.06×2.21+11.0 ×(10 d + 50 d

    10 d ) 

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    11/25

    10

    ∆ 0.033 m 3.3 cm Konsolidasi tersier juga bersifat time-dependent . Besaran konsolidasi tersier (∆Dt ) jauh

    lebih kecil dibandingkan konsolidasi sekunder. Dengan demikian komponen ini, secara

    konservatif, dapat kita abaikan.

    ∆ ≈ 0  Persamaan 17.Total subsiden akibat konsolidasi adalah penjumlahan aljabar antara komponen-

    komponen konsolidasi primer, sekunder dan tersier, seperti terlihat pada Persamaan 18.

    ∆ + ∆ + ∆  Persamaan 18.Bila konsolidasi tersier diabaikan, maka berdasarkan Persamaan 17 dan 18, kita peroleh

    Persamaan 19.

    ∆ + ∆  Persamaan 19.Latihan 4

    Berdasarkan Latihan 2 dan 3 berapakah total subsiden akibat konsolidasi primer

    dan sekunder 50 hari setelah drainase?

    Penyelesaian

    Perhatikan bahwa konsolidasi primer dapat dianggap hanya terjadi sekali (one-

    time) dan kita asumsikan sebagai sebuah proses instant, dengan demikian tidak

    time-dependent . Walaupun proses konsolidasi primer dapat berlangsung selamabeberapa hari sampai beberapa minggu, lajunya tidak dapat dimodelkan dengan

    mudah disini dan kita tidak tahu kapan persisnya ia berakhir. Kita berkonsentrasi

    pada besaran totalnya saja. Kita asumsikan juga bahwa konsolidasi sekunder terjadi

    bersamaan dengan konsolidasi primer. Selanjutnya dengan memasukkan angka-

    angka yang sesuai kedalam Persamaan 19 kita peroleh:

    18.3 cm + 7.1 cm 25.4 cm 

    Compaction dan ShrinkagePada prinsipnya, compaction dan shrinkage menghasilkan efek yang lebih kurang serupa

    terhadap tanah gambut, yaitu menyebabkan matriks gambut pada vadose zone menjadi

    lebih kompak dan menciut. Tetapi masing-masing terjadi melalui mekanisme berbeda.

    Compaction dapat dimodelkan berdasarkan kurva hubungan antara beban yang diperlukan

    untuk memperoleh satu unit perubahan volume atau void ratio pada suatu sampel utuh

    tanah gambut yang diambil pada vadose zone, dan kadangkala dapat diindikasikan secara

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    12/25

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    13/25

    12

     Persamaan 22.

    dimana  : Kadar air volumetrik (-)M w : Massa air didalam pori tanah (M)M s : Massa kering padatan tanah (M)

    maka dengan sedikit aljabar kita dapat memasukkan peubah kadar air gravimetrik (),kerapatan butir tanah (), dan massa jenis air () kedalam Persamaan 21. Dengandemikian moisture ratio dapat dituliskan sebagai sebuah fungsi peubah kadar air seperti

    dapat dilihat pada Persamaan 23.

     Persamaan 23.

    Dengan menggunakan kurva SSC dan berdasarkan Persamaan 15, nilai kerapatan lindakyang bersesuaian untuk setiap nilai moisture ratio dapat diestimasi dengan menggunakan

    konstanta-konstanta regresi kurva (Persamaan 24).

    1 + + e  Persamaan 24.

    Dimana a, b, dan c  adalah konstanta-konstanta regresi kurva SSC.

    Secara intuitif dapat kita lihat bahwa dengan Persamaan 24 besarnya subsiden akibat

    shrinkage (S s) untuk setiap penurunan kadar air pada vadose zone dapat diestimasi melalui

    perubahan kerapatan lindak apabila ketebalan vadose zone (DO) diketahui, sebagaimanadiberikan dalam Persamaan 25.

    ∆  Persamaan 25.

    Latihan 5

    Suatu tanah gambut pada awalnya dalam keadaan mendekati saturasi dimana muka

    air tanah dekat dengan permukaan tanah, kemudian didrainase sehingga ketebalan

    vadose zone meningkat menjadi 1 meter. Diketahui rata-rata kerapatan lindak dankerapatan butir awal masing-masing sebesar 0.1 g/cc dan 1.2 g/cc, dengan

    konstanta kurva SSC a = 0.92, b = 0.133, c = 7.03. Berapakah besarnya shrinkage jika

    kadar air gravimetrik rata-rata pada vadose zone turun menjadi 0.3?

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    14/25

    13

    Penyelesaian

    Langkah 1 : Kita dapat memahami persoalan ini sebagai berubahnya kerapatan

    lindak dari kondisi awal ke suatu kondisi baru, yaitu dari , ke , . Perubahan iniberhubungan dengan perubahan moisture ratio dari keadaan awal yang mendekati

    saturasi () ke suatu keadaan baru ():, ↔  , ↔  Tetapi kita tidak perlu menghitung  karena kerapatan lindak awal , diketahui.Dengan demikian kita hanya perlu menyelesaikan moisture ratio akhir .Menggunakan Persamaan 23 kita dapat meng-konversi kadar air gravimetrik akhir

    manjadi moisture ratio yang ekivalen dengannya,

    0 . 3 × 1.2 gcm1 gcm 0.4 

    Langkah 2 : Masukkan konstanta-konstanta regresi SSC kedalam Persamaan 24

    untuk menaksir kerapatan lindak akhir berdasarkan moisture ratio akhir (yang

    dihasilkan dari langkah pertama)

    , 1.21+7.03 + 0 . 9 2 × e.×.   0.13g

    cm 

    Langkah 3 : Taksir shrinkage berdasarkan ketebalan vadose zone dan perubahankerapatan lindak

    100 cm × 0.13gcm 0.1 gcm0.1 gcm

    33.4 cm 

    Oksidasi

    Oksidasi bahan organik gambut terjadi pada lapisan teratas tanah melalui oksidasi lambat

    (proses-proses biokimia dekomposisi oleh mikroba tanah, pada kedalaman beberapa cm

    lapisan teratas) atau dengan sangat cepat (selama kebakaran lahan lahan gambut, yangdapat mencapai puluhan cm lapisan teratas). Pada kondisi aerob dimana suplai oksigen

    mencukupi, laju oksidasi gambut berlangsung lebih cepat dibandingkan dalam kondisi

    anaerob (dalam keadaan suplai oksigen terbatas). Pada oksidasi aerob kandungan karbon

    dalam gambut terlepas menjadi CO2 dan air melalui pernafasan sel mikrobial

    (heterothrophic respiration) atau pembakaran. Pada oksidasi anaerob kandungan karbon

    gambut dilepaskan menjadi CH4 dalam proses methanogenesis.

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    15/25

    14

    Baik oksidasi aerob maupun anaerob ditandai dengan neraca karbon yang negatif, karena

    CO2 dan CH4 keduanya berada dalam fase gas, tidak dapat bertahan lama dalam pori atau

    matriks gambut maupun sebagai terlarut dalam air tanah, sehingga akhirnya gas-gas ini

    terlepas ke atmosfir. Laju kehilangan karbon pada oksidasi gambut sangat sulit untuk

    dihitung/diprediksi berdasarkan model reaksi kimia, karena reaksi yang terlibat dalam

    biokimia tanah sangat kompleks. Oleh karena itu laju pelepasan karbon ini lebih seringdiukur secara langsung dari emisi gas yang dilepaskan, atau secara tidak langsung dengan

    mengukur subsiden di lapangan dilanjutkan dengan proses koreksi terhadap komponen-

    komponen subsiden lain (kompaksi, shrinkage, konsolidasi).

      Persamaan 26.dimana

    S M  : Subsiden terukur di lapangan (L)

    Pengukuran subsiden yang handal memerlukan jangka waktu cukup panjang, dalam skala

    tahunan. Beberapa hasil riset di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya telahmenghasilkan perkiraan laju emisi CO2 dan CH4, dua spesies Gas Rumah Kaca (GRK) yang

    paling penting di lahan gambut, seperti diberikan pada Supplement Table Panduan

    Inventori GRK yang dirilis oleh International Panel for Climate Change (IPCC) pada tahun

    2013. Angka-angka yang disajikan dalam tabel tersebut disebut Emission Factor (EF),

    berbasis land use, dan dinyatakan dalam laju emisi GRK setara berat CO2 atau C per satuan

    luas lahan per satuan waktu. Contoh beberapa nilai EF yang dinyatakan berlaku untuk

    kondisi Asia Tenggara disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Emission Factor (EF) untuk GRK CO2 pada beberapa landuse, dikutip dari IPCC2013

    Land use Contoh EF CO2(ton C ha-1th-1)

    Perkebunan di lahan gambut dengan dengan

    drainase, dengan rotasi yang tidak diketahui

    atau rotasi panjang

    Perkebunan kelapa sawit

    di lahan gambut

    15

    Perkebunan di lahan gambut dengan dengan

    drainase, dengan rotasi pendek

    Perkebunan akasia di

    lahan gambut

    20

    Tanaman pangan dengan drainase, termasuk

    yang menerapkan rotasi bera (fallow)

    Pertanian hortikultura di

    lahan gambut

    14

    Tanaman padi dengan drainase Pertanian padi non-irigasi

    di lahan gambut

    9.4

    Emission Factor dapat digunakan untuk memproyeksikan atau memperkirakan laju

    subsiden akibat oksidasi gambut pada tipe-tipe landuse yang diberikan. Prinsip dasarnya

    adalah melakukan back-calculating untuk menghitung ketebalan gambut ekivalen yang

    hilang akibat oksidasi berdasarkan laju emisi (EF) dan karakteristik fisik gambut pada

    lahan yang dikaji. Model untuk back-calculating ini diberikan pada Persamaan 27.

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    16/25

    15

    , 1EF

     Persamaan 27.

    dimana,  : Laju subsiden akibat oksidasi gambut pada waktu t (LT-1)  : Fraksi massa karbon gambut, disebut juga proporsi kandungan karbon gambut (-)EF  : Emission Factor, atau faktor emisi (ML-2T-1)  : Kerapatan lindak gambut (ML-3)   : Berat atom karbon (12 Dalton)  : Berat molekul setara GRK yang disajikan pada EF (Dalton)Bila laju emisi GRK dapat diukur di lapangan maka hasil pengukuran GRK tersebut dapat

    digunakan sebagai pengganti peubah EF dalam Persamaan 27, sepanjang kualitas hasil

    pengukuran tersebut dapat diandalkan.

    Latihan 6

    Suatu lahan gambut didrainase untuk perkebunan kelapa sawit. Kerapatan lindak

    pada permukaan tanah setelah didrainase adalah 0.11 g/cc dan fraksi massa karbon

    50%. Berapa laju subsiden ekivalen yang diakibatkan oleh oksidasi gambut pada

    lahan tersebut berdasarkan Emission Factor (EF) dari IPCC 2013 jika hanya CO2 

    yang dianggap sebagai GRK yang signifikan dan GRK lain diabaikan ?

    Penyelesaian

    Langkah 1 : Konversi kerapatan lindak dari satuan cgs ke mks,

    0.11 gcm ×1000,000 cmm

    1,000 gkg110 kgm 

    Langkah 2 : Dapatkan nilai EF untuk landuse kelapa sawit di lahan gambut yang

    didrainase pada Tabel 1,

    E F 1 5 ton Ch a ∙ y 

    Langkah 3 : Konversei EF kedalam satuan mky,

    E F 1 5 ton Ch a ∙ y ×1,000 kgton10,000 mha

      1.5 kg Cmy 

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    17/25

    16

    Langkah 4 : Periksa apakah EF tersebut dinyatakan dalam bentuk setara C atau

    dalam bentuk setara CO2. Jika dinyatakan dalam bentuk setara C maka MM GHG = MAC  

    = 12 Dalton; sebaliknya bila dalam bentuk setara CO2 maka

    12 + 2 × 16 44 Dalton Berdasarkan pemeriksaan terhadap EF yang disajikan pada Tabel 1, diketahui

    bahwa EF tersebut dinyatakan dalam bentuk setara C. Dengan demikian

    12 Dalton Langkah 5 : Masukkan semua nilai yang diketahui kedalam persamaan 27,

    , 1

    0.5kg Ckg

    × 1.5kg Cmy

    110kgm

    × 12 Dalton

    12 Dalton  0.027 m

    y  2.7 cm

    Total subsiden akibat oksidasi gambut untuk suatu rentang waktu adalah penjumlahan

    Reimann dari laju subsiden berdasarkan interval waktu (∆t ) dan cacah interval waktu (m):

    ∑ ,∆

    Persamaan 28.

    Kita pilih penjumlahan Reimann disini ketimbang menggunakan perkalian langsung karena

    laju subsiden dapat bersifat dinamis. Pada kenyataannya di lapangan laju subsiden

    cenderung menurun menurut waktu (deminishing rate), berbentuk kurva eksponensialatau pangkat, dan mempunyai slope negatif. Jika demikian halnya, bila laju subsiden dapat

    dinyatakan sebagai fungsi waktu, maka penjumlahan Reimann dapat dengan mudah

    dikonversi menjadi bentuk integral

     

    Persamaan 29.

    dimana S O(t ) adalah laju subsiden (akibat oksidasi gambut) sebagai fungsi waktu.

    Latihan 7

    Berdasarkan Latihan 6 berapa besar subsiden akibat oksidasi gambut pada lahan

    tersebut selama 12 tahun?

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    18/25

    17

    Penyelesaian

    Langkah 1 : Periksa satuan yang digunakan dalam data laju subsiden yang diberikan.

    Dalam hal ini diketahui bahwa dengan satuan cm per tahun, unit waktu terkecil

    yang dapat digunakan adalah tahun. Dengan demikian partisi waktu yang sesuai

    adalah, ∆ 1 y Langkah 2 : Dengan menggunakan penjumlahan Reimann pada Persamaan 28, total

    subsiden selama 12 tahun adalah,

    ∑2 . 7 cmy × 1 y

    = 12 y × 2.7 cmy  32.7 cm 

    Dalam hal ini kita dapat menggunakan perkalian langsung karena laju subsiden

    bersifat (diasumsikan) konstan.

    Total subsiden dan laju subsiden rata-rata

    Total subsiden adalah penjumlahan aljabar ketiga komponen subsiden (konsolidasi,

    shrinkage/compaction dan oksidasi)

    + +   Persamaan 30.Demikian juga, laju subsiden adalah penjumlahan aljabar dari seluruh komponennya

    , + , + ,   Persamaan 31.Secara intuitif kita dapat melihat bahwa, dalam bentuk diskrit berlaku

    ∑ ∆

    Persamaan 32.

    dan dalam bentuk kontinu berlaku

     

    Persamaan 33.

    Sedangkan rata-rata laju subsiden adalah

     Persamaan 34.

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    19/25

    18

    ∆   Persamaan 35.dimana

    S   : Total subsiden (L)

    S c  : Subsiden akibat konsolidasi (L)

    S s  : Subsiden akibat shrinkage atau compaction (L)S O  : Subsiden akibat oksidasi (dekomposisi) gambut (L)

    S rate  : Laju subsiden rata-rata (LT-1)

    t   : Waktu (T)

    T : Rentang waktu (T)

    m : Cacah pertisi waktu (-)

    Latihan 8

    Bila diberikan data sebagai berikut, bila konsolidasi tersier diabaikan, bila

    konsolidasi primer dan shrinkage dianggap bersifat instan dan hanya terjadi sekalidi awal, dan bila laju oksidasi gambut dianggap konstan

    Data

    - Landuse : perkebunan akasia dengan drainase, EF = 20 ton C/ha/th

    - Ketebalan gambut sebelum didrainase: 6 meter

    - Muka air tanah awal sebelum didrainase dihitung dari permukaan tanah : 0.2 meter

    - Muka air tanah setelah didrainase dihitung dari permukaan tanah (vadose zone,

    dianggap mampu dipertahanakn konstan selama 50 tahun oleh pihak penyelenggara

    kebun): 1 meter

    - Kerapatan lindak gambut awal : 0.09 g/cc

    - Kerapatan butir gambut : 1.1 g/cc- Indeks konsolidasi primer : 2.3

    - Indeks konsolidasi sekunder : 0.06C  p- Kurva SSC : a = 0.92, b = 0.133, c = 7.03

    - Setelah didrainase rata-rata kadar air gravimetrik pada vadose zone turun menjadi :

    0.25

    - Fraksi massa karbon gambut : 48%

    (1) Buatlah tabel dan kurva laju subsiden menurut waktu

    (2) Prediksi laju subsiden rata-rata selama 50 tahun

    Penyelesaian

    Langkah 1 : Hitung konsolidasi primer

    Hitung effective stress sebelum dan sesudah drainase menggunakan Persamaan 7

    dan 8,

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    20/25

    19

    ′ 10.92×[1,100 kgm ×9.8ms ×6m1,000

    kgm ×9.8

    ms ×5.8m] 

    ′   641.5 Pa 

    ′ 10.92×[1,100 kgm ×9.8 ms ×6m1,000 kgm ×9.8 ms ×5m] ′  1,282.9 Pa 

    Hitung void ratio menggunakan Persamaan 13,

    0.9210.92 11.2 Hitung konsolidasi primer menggunakan Persamaan 11. Perhatikan bahwa

    ketebalan vadose zone sesudah didrainase adalah 1 meter. Dengan demikianketebalan tubuh tanah yang berkonsolidasi adalah 6 m – 1 m = 5 m,

    ∆ 5 m × 2.31+11.2 ×(1,282.9 Pa

    641.5 Pa ) ∆ 28.3 cm 

    Langkah 2 : Hitung shrinkage menggunakan Persamaan 23, 24 dan 25,

    0.25× 1.1g

    cm1 gcm 0.275 

    , 1.11+7.03 + 0 . 9 2 × e.×.   0.12g

    cm 

    100 cm × 0.12gcm 0.09 gcm0.09 gcm

    36.0 cm 

    Langkah 3 : Kembangkan persamaan konsolidasi sekunder sebagai fungsi waktu.Ingat kembali bahwa ketebalan tubuh tanah yang berkonsolidasi adalah 5 meter.Selesaikan Persamaan 16 dengan membiarkan suku yang melibatkan logaritma.

    ∆ 5 m × 0.06×2.31+11.2 ×log() 

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    21/25

    20

    ∆ 5.65 cm × log ( ) Langkah 4 : Berdasarkan langkah ketiga, dengan mengatur ulang t  dan t 0 

    sedemikian rupa, dimana t 0 dapat kita geser secara progresif sepanjang langkah

    waktu perhitungan (ingat kembali Latihan 3), maka dua peubah waktu yangberurutan dengan rentang satu tahun dapat kita tuliskan menggunakan indeks

    pengurutan i sebagai berikut

    − 1 y Berdasarkan hal ini, dengan mensubstitusi t i sebagai pengganti t  dan t i-1 sebagai

    pengganti t 0 kita peroleh persamaan untuk menghitung laju subsiden konsolidasisekunder untuk setiap nilai t  yang diberikan

    ∆∆ ∆

    5.65 cm × log365 log365−1 y

     

    Disini, setiap nilai t  dikalikan dengan 365 hari/tahun, karena peubah t  yang kita

    inginkan memiliki satuan tahun. Ingatlah bahwa laju subsiden kita menggunakan

    satuan cm/tahun, sedangkan pada persamaan logaritma asalnya peubah waktu

    mempunyai satuan hari.

    Langkah 5 : Hitung laju subsiden akibat oksidasi gambut. Ingatlah bahwa lapisan

    vadose zone telah mengalami shrinkage (lihat langkah kedua) sehingga kerapatan

    lindak pada vadose zone telah bertambah dari 0.09 g/cc menjadi 0.12 g/cc. Dengan

    demikian angka kerapatan lindak yang digunakan adalah 0.12 g/cc. Selanjutnya

    konversi kerapatan lindak ke satuan mks, lalu masukkan angka-angka yang sesuaikedalam Persamaan 27.

    , 10.48 kg Ckg× 2.0

    kg Cmy120 kgm

    × 12 Dalton12 Dalton   3.4cmy  

    Langkah 6 : Kembangkan hasil-hasil perhitungan dalam bentuk tabel, masukkan

    komponen-komponen subsiden pada baris waktu dan kolom komponen yang

    bersesuaian. Untuk komponen konsolidasi sekunder, digunakan persamaan yang

    dihasilkan pada langkah empat dengan mensubstitusi nilai t i dan t i-1 berdasarkanharga peubah waktu (dalam satuan tahun) yang diberikan pada kolom 1.

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    22/25

    21

    Tabel 2. Laju subsiden menurut komponen untuk pembuatan kurva Latihan 8

    Tahun Konsolidasi

    primer

    (cm/y)

    Konsolidasi

    sekunder

    (cm/y)

    Shrinkage

    (cm/y)

    Oksidasi

    (cm/y)

    Total (cm/y)

    1 28.32 14.47 36.0 3.40 82.23

    2 0.0 1.70 0.0 3.40 5.10

    5 0.0 0.55 0.0 3.40 3.95

    10 0.0 0.26 0.0 3.40 3.66

    20 0.0 0.13 0.0 3.40 3.53

    50 0.0 0.05 0.0 3.40 3.45

    Langkah 7 : Buat kurva laju subsiden sebagai fungsi waktu, seperti diperlihatkan

    pada Gambar 4.

    Gambar 4. Kurva laju subsiden untuk soal Latihan 8

    Langkah 8 : Hitung laju subsiden rata-rata selama 50 tahun menggunakan

    Persamaan 30. Komponen-komponen subsiden yang hanya terjadi sekali di awal

    (konsolidasi primer dan shrinkage) dapat dimasukkan langsung sebagai suku aditif

    pada posisi pembilang. Komponen subsiden yang bersifat (diasumsikan) konstan

    (oksidasi) dimasukkan sebagai suku aditif pada posisi pembilang dengan terlebih

    dahulu mengalikan dengan periode waktu perhitungan. Komponen subsiden yanglajunya berkurang menurut waktu (konsolidasi sekunder) ditempatkan sebagai

    suku aditif pada posisi pembilang dalam bentuk persamaan asalnya. Periode waktuperhitungan ditempatkan pada posisi penyebut.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    0 10 20 30 40 50 60

       L   a   j   u   s   u    b   s   i    d   e   n    (   c   m    /   t   a    h   n    )

    Waktu (tahun)

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    23/25

    22

    28.3 cm + 36.0 cm + 50 y × 3.4 cmy + 5.65 cm × log

    50 y × 365 dy1 d50 y  

    28.1 cm + 36.0 cm + 170.15 cm + 24.06 cm50 y 5.17 cmy  Drainage base dan drainability limit

    Drainability adalah sifat atau karakteristik mudah tidaknya lahan didrainase serta

    klasifikasi dampak dan resiko drainase di masa depan. Drainability limit adalah kondisi

    dimana lahan tidak dapat lagi didrainase secara gravitasi. Drainability limit ditentukan oleh

    drainage base, atau disebut juga Drainability Elevation Limit  (DEL), yaitu batas elevasi

    dimana drainability limit tercapai. DEL dapat dihitung (dan dipetakan) bila elevasi rata-

    rata muka air tahunan terendah (musim kemarau) tubuh air alami terdekat dari suatu

    lahan diketahui. DEL dapat dihitung dengan Persamaan 36.

    D E L +∆  Persamaan 36.dimana

    DEL :Drainability Elevation Limit  (L), dihitung dari suatu datum

    H NWB : Elevasi rata-rata muka air terendah pada tubuh air terdekat (L), dihitung dari suatu

    datum

    c  : Konstanta slope limit resistansi saluran (-), secara konservatif dapat dipakai angka

    20 cm/km = 0.0002.

    ∆ X   : Jarak suatu titik atau lahan yang dikaji dari tubuh air terdekat (L)

    Jika basal contact  gambut berada pada posisi lebih tinggi dari DEL maka tidak terdapat

    masalah drainability di kemudian hari, walaupun mungkin saja muncul masalah singkapan

    pirit dan pasir kuarsa. Sebaliknya, bila basal contact berada di bawah DEL maka pada suatu

    saat di kemudian hari, bila subsiden tetap berlangsung, lahan tidak dapat lagi didrainase

    secara alami karena sudah hampir sama rata dengan muka air sungai terdekat di musim

    kemarau. Jangka waktu tercapainya drainability limit, disebut juga Peat Depletion Time 

    (PDT), dapat ditaksir bila ketebalan gambut (D), elevasi permukaan lahan ( Z ), laju subsiden

    rata-rata (S rate) dan DEL diketahui; seperti ditampilkan pada Persamaan 37.

    Parameter PDT sangat penting untuk diperhatikan dalam sebuah perencanaan drainase,

    karena perencanaan dan pembuatan saluran yang gegabah dapat mempercepat waktu

    kepunahan gambut, mempercepat tersingkapnya pirit atau lapisan pasir kuarsa di dasar

    Bila basal contact berada dibawah DEL, PDT −   Persamaan 37.Bila basal contact berada diatas DEL, PDT  

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    24/25

    23

    gambut, mempercepat terjadinya banjir permanen, serta kerusakan-kerusakan ekosistem

    setempat dan yang berdampingan. Dari Persamaan 37 dapat dipahami bahwa PDT

    berkurang bila laju subsiden meningkat. Oleh karena itu seorang perencana dan

    penyelenggara drainase yang bijak akan berusaha mendesain saluran yang dapat

    mempertahankan storage dalam akuifer sebesar mungkin di musim kemarau, mencegah

    penurunan muka air tanah melebihi yang diperlukan, dengan tujuan mengurangi lajusubsiden melalui pengelolaan air yang baik.

    Latihan 9

    Melanjutkan latihan 8, bila permukaan lahan tersebut berada pada elevasi 5 meter

    diatas muka laut, bila sungai terdekat dari lahan tersebut berjarak 1 km, dan elevasi

    muka air terendah musim kemarau pada titik sungai terdekat tersebut 1 m-dpl

    (1) Tentukanlah apakah ada kendala drainability di masa depan

    (2) Hitung PDT, dan tafsirkan maknanya

    Penyelesaian

    Langkah 1 : Hitung DEL dengan Persamaan 36,

    1 m. dpl + 0.0002 × 1,000 m 1.2 m. dpl Langkah 2 : Hitung elevasi basal contact . Karena diketahui dari Latihan 8 bahwa

    ketebalan gambut awal pada posisi lahan tersebut 6 m, maka elevasi basal contact ,

    5 m. dpl 6 m 1 m. dpl 

    Terlihat bahwa elevasi basal contact berada 2.2 meter dibawah DEL. Artinya lahan

    ini akan mengalami kendala drainability dimasa depan.

    langkah 3 : Hitung PDT; Karena basal contact  berada dibawah (pada elevasi lebih

    rendah daripada) DEL, maka kita gunakan persamaan 37 baris pertama,

    PDT 5 m 1.2 m ×100cmm

    5.17 cmy 74 y 

    Artinya lahan tersebut dapat digunakan untuk budidaya akasia dengan drainase

    selama 74 tahun saja. Setelah itu lahan harus dikembalikan ke negara dalam

    keadaan rusak yang tidak dapat lagi diperbaiki. Jika faktor kenaikan muka air laut

    (jika perubahan iklim gagal dimitigasi) ikut diperhitungkan maka PDT akan tercapai

    lebih singkat lagi, mungkin sekitar 50 tahun saja. Persoalan ini adalah pesan utama

    yang ingin disampaikan dalam artikel ini, semoga pembaca dapat memahami

    ancaman besar yang sedang dihadapi lahan gambut Indonesia saat ini.

  • 8/18/2019 Subsiden: Beberapa aspek kuantitatif-praktis dalam proyeksi subsiden di lahan gambut yang didrainase

    25/25

    24

    Referensi

    Baver, L.D., W.H. Gardner and W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. John Wiley & Sons,

    New York. p 498.

    Bowles, J.E. 1980. Physical and Geotechnical Properties of Soils. McGraw Hill,

    London. p 570.

    Das, B.M. 2008. Advanced Soil Mechanics, 3rd Edition. Taylor and Francis, New York.

    p. 567

    Eggelsmann, R.F. 1976. Peat consumption under influence of climate, soil condition

    and utilization. Proc. 5th Int. Peat Congr., Poznan. Poland 1, 233–247.Hillel, D. 1971. Soil and Water. Physical principles and processes. Academic Press,

    New York. p 288.

    Ng, C.W.W and B. Menzies. 2007. Advanced Unsaturated Soil Mechanics and

    Engineering. Taylor and Francis, New York. p. 687

    PS Consultant and LAWOO. 2001. Water management guidelines for agricultural

    development in lowland peat swamps of Sarawak. Jawatan Pengairan dan Saliran,

    Sarawak.

    Schothorst, C.J. 1977. Subsidence of low moor peat soils in the western Netherlands.

    Geoderma 17, 265

    –291.

    Terzaghi, K.V. 1943. Theoretical Soil Mechanics. John Wiley & Sons, New York p. 510.

    Verruijt, A. 2012. Soil Mechanics. Delft University of Technology, Delft. The

    Netherlands.