suitabilty analysis of polychaeta habitat in seagrass ...pa-sir dan kerikil, yang sesuai dengan...

12
AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) Suitabilty Analysis of Polychaeta Habitat in Seagrass Ecosystem, Parang Island, Karimunjawa, Central Java Ibadur Rahman 1 Ringkasan Polychaeta is one of many or- ganisms associated to seagrass bed. To grow optimally, polychaeta needs habitat that su- itable to its habit and feeding behaviour. This research aims to analyze polychaeta habitat suitability on seagrass ecosystem at Parang Island, Karimunjawa. The research was held on September 2012, at Parang Is- land, Karimunjawa. The result shows that the seagrass bed is a mixed community type consisted of 7 seagrass species, and 12 kin- ds of polychaeta which Spionidae is the hi- ghest in abundance (141 ind.m-2). The re- sult of Principal Component Analysis (PCA) indicates that polychaeta abundance was affe- cted by some factors, i.e; organic material of substrate, graveled and muddy substra- te, dissolved oxygen, depth, nitrate concen- tration, zooplankton, and seagrass percent cover.. Keywords polychaeta,seagrass, site suitability, PCA, Karimunjawa Received: 12 Februari 2016 Accepted: 12 Maret 2016 1 )Dosen Program Studi Budidaya Perairan, Uni- versitas Mataram, Jl. Pendidikan No. 37 Mataram, Telp. 0370 633007 E-mail: [email protected] PENDAHULUAN Ekosistem padang lamun disusun oleh tumbuhan lamun dan menjadi tem- pat yang cocok untuk keberlangsung- an hidup berbagai biota, salah satu- nya adalah polychaeta. Polychaeta memiki peranan penting dalam ke- suburan ekosistem lamun, karena da- pat menyediakan unsur hara bagi tum- buhan lamun dan meningkatkan kan- dungan oksigen pada substrat seba- gai akibat dari aktivitas polychaeta dalam menggali lubang. Tingginya produktivitas primer tumbuhan la- mun Tingginya produktivitas primer tum- buhan lamun ditambah adanya se- jumlah alga epifit dan bentik, men- jamin ketersediaan bahan organik te- tap melimpah yang menjadi sumber energi utama bagi polychaeta. Struk- tur tiga dimensi tumbuhan lamun yang terdiri dari rimpang, akar dan kano- pi adalah tempat yang sangat ba- ik untuk berlindung dari pemangsa sekaligus berperan sebagai penjebak sedimen (Hemminga and Duarte, 2000).

Upload: truongphuc

Post on 20-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

Suitabilty Analysis of Polychaeta Habitat in Seagrass

Ecosystem, Parang Island, Karimunjawa, Central Java

Ibadur Rahman1

Ringkasan Polychaeta is one of many or-ganisms associated to seagrass bed. To growoptimally, polychaeta needs habitat that su-itable to its habit and feeding behaviour.This research aims to analyze polychaetahabitat suitability on seagrass ecosystem atParang Island, Karimunjawa. The researchwas held on September 2012, at Parang Is-land, Karimunjawa. The result shows thatthe seagrass bed is a mixed community typeconsisted of 7 seagrass species, and 12 kin-ds of polychaeta which Spionidae is the hi-ghest in abundance (141 ind.m-2). The re-sult of Principal Component Analysis (PCA)indicates that polychaeta abundance was affe-cted by some factors, i.e; organic materialof substrate, graveled and muddy substra-te, dissolved oxygen, depth, nitrate concen-tration, zooplankton, and seagrass percentcover..

Keywords polychaeta,seagrass, sitesuitability, PCA, Karimunjawa

Received: 12 Februari 2016Accepted: 12 Maret 2016

1)Dosen Program Studi Budidaya Perairan, Uni-versitas Mataram, Jl. Pendidikan No. 37 Mataram,Telp. 0370 633007 E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Ekosistem padang lamun disusun olehtumbuhan lamun dan menjadi tem-pat yang cocok untuk keberlangsung-an hidup berbagai biota, salah satu-nya adalah polychaeta. Polychaetamemiki peranan penting dalam ke-suburan ekosistem lamun, karena da-pat menyediakan unsur hara bagi tum-buhan lamun dan meningkatkan kan-dungan oksigen pada substrat seba-gai akibat dari aktivitas polychaetadalam menggali lubang. Tingginyaproduktivitas primer tumbuhan la-mun

Tingginya produktivitas primer tum-buhan lamun ditambah adanya se-jumlah alga epifit dan bentik, men-jamin ketersediaan bahan organik te-tap melimpah yang menjadi sumberenergi utama bagi polychaeta. Struk-tur tiga dimensi tumbuhan lamun yangterdiri dari rimpang, akar dan kano-pi adalah tempat yang sangat ba-ik untuk berlindung dari pemangsasekaligus berperan sebagai penjebaksedimen (Hemminga and Duarte, 2000).

402 Ibadur Rahman

Kelimpahan polychaeta di padanglamun Pulau Parang, Karimunjawaberkaitan dengan kondisi faktor fisika-kimia-biologi perairan yang memben-tuk habitat bagi keberlangsungan hi-dup polychaeta. Setiap jenis polycha-eta memiliki tipe habitatnya masing-masing, mengikuti pola tingkah la-ku dan kebiasaan makan. Terdapat2 (dua) subkelas utama dalam kelasPolychaeta, yaitu; Errantia dan Se-dentaria. Famili Errantia merupakanjenis polychaeta yang bersifat karni-vora dengan kebiasaan berenang danmemangsa di kolom serta dasar per-mukaan perairan, sedangkan jenis po-lychaeta dari subkelas Sedentaria me-rupakan filter feeder yang memilikikebiasaan menggali lubang dan mem-buat sarang pada substrat (Beeslyet al., 2000).

Penelitian mengenai polychaeta ma-sih sangat jarang dilakukan karenaminimnya pemahaman masyarakat meng-enai peranan polychaeta dalam eko-sistem, khususnya ekosistem padanglamun. Penelitian ini bertujuan un-tuk mengkaji kesesuian habitat po-lychaeta, meliputi karakteristik fisika-kimia-biologi perairan pada ekosis-tem padang lamun Pulau Parang, Ka-rimunjawa.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Pan-tai Batu Merah, Pulau Parang, Ka-rimunjawa, Kabupaten Jepara, JawaTengah pada bulan September 2012.Metode yang digunakan dalam pene-

litian ini adalah deskriptif eksplora-tif, dengan menggambarkan kondisihabitat polychaeta berdasarkan ana-lisis parameter fisika-kimia-biologi per-airan pada ekosistem padang lamun.Pengambilan data lamun dilakukansecara langsung (in situ) dengan meng-identifikasi jumlah tegakan, frekuesikehadiran dan persentase penutup-an lamun menggunakan transek ku-adran 1 x 1 m. Identifikasi lamun di-lakukan mengikuti pedoman “Manu-al for Scientific Monitoring SeagrassHabitat” dari Seagrass Watch (Shortet al., 2004).

Pengambilan sampel polychaeta di-lakukan menggunakan alat PVC co-rer (d = 6 cm, t = 50 cm) sebanyak10 kali ulangan untuk merepresen-tasikan luasan sampling 1 m2. Sedi-men yang terperangkap dalam PVCcorer berikutnya disaring menggunak-an saringan makrozoobentos, kemu-dian diberi formalin 10% dan larut-an Rose Bengal untuk memberikanpewarnaan pada sitoplasma polycha-eta. Identifikasi polychaeta dilakuk-an di Laboratorium Terpadu Univer-sitas Diponegoro, dengan berpedom-an pada buku identifikasi polychae-ta oleh Day (1967), dan Beesly et al.(2000).

Parameter fisika-kimia perairan me-liputi suhu, salinitas, pH, DO, dankedalaman perairan diukur secara lang-sung, sedangkan parameter biologi danparameter lainnya, meliputi; kandung-an nitrat, nitrit, ortofosfat, fitozoo-plankton, juvenil ikan, bahan orga-

Suitabilty Analysis of Polychaeta Habitat 403

Gambar 1 Kerapatan jenis lamun (tegakan/m2)

nik dan struktur sedimen dianalisisdi Laboratorium BP2KSI, Purwakar-ta dan Laboratorium Terpadu Uni-versitas Diponegoro, Semarang.HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil identifikasi je-nis lamun di Pulau Parang, Karimun-jawa (Gambar 1), ditemukan 7 (tu-juh) spesies lamun dengan nilai kera-patan masing-masing sebesar; Tha-llassia hemprichii (33 tegakan/m2),Enhalus acoroides (15 tegakan/m2),Cymodocea rotundata (50 tegakan/m2),Cymodocea serrulata (1 tegakan/m2),Halodule pinifolia (7 tegakan/m2),Ha-lodule uninervis (29 tegakan/m2), danHalophila ovalis (9 tegakan/m2).

Spesies T. hemprichii dan C. ro-tundata merupakan jenis lamun de-ngan nilai kerapatan yang paling ting-gi. Hal ini diduga dikarenakan keduaspesies ini memiliki struktur pera-karan yang kokoh dan dapat hiduppada berbagai jenis substrat, baik pa-sir, lumpur, kerikil ataupun pecahankarang. Reproduksi pada lamun le-bih banyak terjadi secara vegetatifdengan menggunakan rhizoma, yai-tu batang lamun yang berada di da-

lam substrat. Spesies T. hemprichiidan C. rotundata memiliki strukturperakaran yang kokoh dan dapat hi-dup pada berbagai macam substrat,maka jenis ini dapat bereproduksi de-ngan baik sehingga memiliki nilai ke-rapatan yang tinggi. Hal ini sebagai-mana yang dinyatakan oleh Den Har-tog (1977), bahwa secara morfologispesies T. hemprichii memiliki rim-pang yang tebal dan kokoh sehinggamemungkinkan untuk tumbuh padasubstrat yang bervariasi. Takaendeng-an and Azkab (2010) menambahk-an bahwa substrat pasir berteksturhalus, sedikit berlumpur, bercampurpecahan karang yang telah mati me-rupakan habitat yang sangat sesu-ai bagi jenis C. rotundata dan T.hemprichii , karena dapat memban-tu penancapan perakaran. Substratpadang lamun Pulau Parang, Kari-munjawa terdiri dari lumpur, pasirdan kerikil. Karakteristik substrat ter-sebut sangat sesuai dengan habitatspesies T. hemprichii dan C. rotun-data yang adaptif terhadap berbagaijenis substrat.

Frekuensi kehadiran jenis lamunmenunjukkan derajat penyebaran je-nis lamun tertentu dalam komuni-tas. Suatu jenis lamun yang memili-ki nilai kerapatan tinggi belum ten-tu akan memiliki nilai frekuensi yangtinggi pula. Menurut Short and Co-les (2003), pola penyebaran lamunsangat bervariasi dan bergantung pa-da kondisi lingkungan. Menurut To-mascik et al. (1997), pola penyebar-

404 Ibadur Rahman

Gambar 2 Frekuensi kehadiran jenis lamun (%)

an jenis-jenis lamun di Indonesia cen-derung mengelompok (patchy) dandidominasi oleh komunitas campur-an.

Berdasarkan hasil penelitian (Gam-bar 2.), ditemukan bahwa jenis la-mun yang memiliki frekuensi keha-diran paling tinggi yaitu T. hempri-chii dan E. acoroides sebesar 27%.Hal tersebut berarti jenis lamun yangpaling sering ditemukan pada setiaptitik sampling penelitian adalah ke-dua jenis tersebut, kemudian diikutioleh jenis lamun lainnya yaitu: C. ro-tundata (21%), H. uninervis (17%),C. serrulata (4%), H. ovalis (4%),dan H. pinifolia (0%).

Penutupan lamun berhubungan eratdengan bentuk morfologi dan ukur-an suatu jenis lamun. Satu indivi-du E. acoroides akan memiliki ni-lai penutupan yang lebih tinggi di-bandingkan dengan satu individu H.uninervis karena ukuran daun Enha-lus yang jauh lebih besar. Sedangkanindividu lamun yang berukuran le-bih kecil seperti Halophila akan me-miliki nilai persentase penutupan yanglebih kecil pula (Short and Coles, 2003).

Gambar 3 Persentase penutupan jenis lamun(%)

Berdasarkan hasil penelitian (Gam-bar 3.), diketahui bahwa jenis lamundengan persentase penutupan palingtinggi yaitu: E. acoroides (38%), ber-ikutnya C. rotundata (23%), T. hemp-richii (15%), H. pinifolia (8%), H.uninervis (8%), H. ovalis (8%), danC. serrulata (1%).

Spesies E. acoroides merupakanjenis lamun dengan persentase pe-nutupan paling tinggi, yaitu sebesar25%. Hal ini diduga dikarenakan subs-trat padang lamun Pulau Parang, Ka-rimunjawa tersusun dari lumpur, pa-sir dan kerikil, yang sesuai denganhabitat ideal spesies E. acoroides . Subs-trat kerikil merupakan jenis subtratyang memiliki ketahanan terhadapadanya gempuran arus. Tegakan E.acoroides yang berdaun lebar harusditopang oleh jenis substrat yang ku-at sehingga tidak mudah terbawa arus.Sedangkan substrat lumpur dan pa-sir merupakan substrat yang mampumengikat bahan organik yang meru-pakan nutrisi bagi kehidupan lamunE. acoroides . Nienhuis et al. (1989)menjelaskan bahwa spesies E. acoro-ides umumnya tumbuh di substrat

Suitabilty Analysis of Polychaeta Habitat 405

Gambar 4 Indeks nilai penting jenis lamun (%)

yang berpasir atau berlumpur danpada substrat berukuran sedang dankasar. Karakteristik Pulau Parang,Karimunjawa yang tersusun dari subs-trat lumpur berpasir dan pecahan ka-rang, merupakan habitat yang sesu-ai dengan preferensi habitat spesieslamun E. acoroides , sehingga jum-lahnya cenderung banyak.

Indeks nilai penting jenis lamunmerupakan parameter yang menun-jukkan spesies lamun dengan peranpaling penting dan pengaruh palingbesar dalam suatu komunitas. Ber-dasarkan hasil penelitian diketahuibahwa spesies lamun dengan indeksnilai penting tertinggi yaitu: C. ro-tundata (79%), E. acoroides (76%),T. hemprichii (65%), H. uninervis(45%), H. ovalis (18%), H. pinifolia(12%), dan C. serrulata (5%) (Gam-bar 4.).

Besarnya nilai indeks penting spe-sies C. rotundata, E. acoroides danT. hemprichii di Pulau Parang, Ka-rimunjawa dikarenakan ketiga jenislamun tersebut memiliki kerapatanyang tinggi dan penyebaran yang lu-as. Hal ini dikarenakan ketiganya me-rupakan jenis-jenis lamun yang mem-

Gambar 5 Kelimpahan jenis polychaeta(individu/m2)

punyai daya adaptasi yang baik pa-da berbagai substrat. Tomascik et al.(1997), menyatakan bahwa C. rotun-data, E. acoroides dan T. hempri-chii adalah jenis lamun yang palingumum dan tersebar luas di Indone-sia. Jenis-jenis lamun tersebut umum-nya tumbuh membentuk komunitascampuran di berbagai tipe habitatyang berbeda. Dengan demikian, spe-sies C. rotundata, E. acoroides danT. hemprichii memiliki komposisi ter-besar sebagai penyusun padang la-mun Pulau Parang, Karimunjawa.

Komunitas polychaeta di perair-an padang lamun Pulau Parang, Ka-rimunjawa terdiri dari 12 jenis (fami-li) (Gambar 5.), yaitu; famili Capi-tellidae (76 ind/m2), Eunichidae (4ind/m2), Lumbrineridae (6 ind/m2),Maldanidae (94 ind/m2), Nereididae(38 ind/m2), Ophelidae (8 ind/m2),Paraonidae (36 ind/m2), Phyllodoci-dae (2 ind/m2), Sabellidae (4 ind/m2),Spionidae (141 ind/m2), Syllidae (47ind/m2) dan Terebellidae (5 ind/m2).

Famili Spionidae yang ditemukanpada ekosistem padang lamun Pu-lau Parang, Karimunjawa memiliki

406 Ibadur Rahman

nilai kelimpahan yang paling tinggi.Hal ini diduga dikarenakan jenis po-lychaeta ini menyukai habitat pasirberlumpur, yang merupakan substratpenyusun padang lamun pada keduastasiun tersebut. Famili Spionidae me-rupakan jenis polychaeta dari subke-las Sedentaria yang memiliki kebia-saan menggali lubang dan membu-at sarang pada substrat. Di sampingitu, substrat berlumpur juga berka-itan dengan ketersediaan bahan or-ganik dalam sedimen. Partikel subs-trat yang halus seperti lumpur di-duga dapat lebih banyak mengikatbahan organik dibandingkan pada subs-trat dengan ukuran yang lebih besar.Bahan organik pada substrat kasarseperti kerikil dan pasir lebih mu-dah kehilangan bahan organik keti-ka tersapu arus/ombak, sedangkansubstrat lumpur yang umumnya me-miliki kerapatan lamun yang tinggi,tidak mudah kehilangan bahan or-ganiknya. Mengenai perilaku makandan adaptasi famili Spionidae, Al Ha-kim and Chasana (2008) menjelask-an bahwa famili Spionidae lebih me-nyukai substrat pasir berlumpur ataulumpur berpasir dikarenakan subs-trat tersebut lebih stabil dan memu-dahkan kehidupan famili Spionidaesebagai pemakan deposit yang berp-rilaku menggali dan membenamkantubuhnya di dalam sarang. Padanglamun Pulau Parang, Karimunjawatersusun dari substrat lumpur danpasir sehingga sesuai dengan habitatfamili Spionidae.

Hasil analisis komponen utama (prin-cipal component analysis/PCA) (Gam-bar 6.) terhadap parameter fisika-kimia-biologi penyusun habitat yang mem-pengaruhi kelimpahan polychaeta pa-da ekosistem padang lamun PulauParang, Karimunjawa menunjukkanbahwa terdapat beberapa faktor yangmemiliki keterkaitan yang cukup ku-at terhadap kelimpahan polychaeta,yaitu: kandungan bahan organik (BO)sedimen, substrat kerikil dan lum-pur, oksigen terlarut (DO), kedalam-an, nitrat, kelimpahan zooplanktondan persentase penutupan lamun. Halini dikarenakan parameter tersebutmemiliki arah vektor dan terletak pa-da sumbu yang sama dengan kelim-pahan polychaeta. Sedangkan parameter-parameter lainnya, yaitu: substrat pa-sir, ortofosfat, suhu, salinitas, pH, ke-limpahan fitoplankton dan kelimpah-an juvenil ikan, memiliki arah vektordan terletak pada sumbu yang berla-wanan dengan kelimpahan polychae-ta. Hal ini mengakibatkan parameter-parameter tersebut berkorelasi nega-tif dan cenderung menghambat ke-limpahan polychaeta.

Persentase penutupan lamun mem-berikan korelasi yang positif dikare-nakan padang lamun merupakan ha-bitat tempat hidup polychaeta. Ke-rapatan dan penutupan lamun yangmakin tinggi dapat meningkatkan ke-limpahan polychaeta pada padang la-mun tersebut. Hal ini dikarenakanlamun menyediakan bahan makan-an berupa bahan organik partikulat,

Suitabilty Analysis of Polychaeta Habitat 407

Gambar 6 Analisis kesesuaian parameter fisika-kimia-biologi perairan padang lamun terhadap ke-limpahan polychaeta di Pulau Parang, Karimun-jawa

alga epifit dan zooplankton bagi po-lychaeta. Tegakan daun, akar dan rim-pang lamun dapat menjebak bahanorganik partikulat yang melayang dikolom perairan sehingga tidak ter-bawa arus dan dapat dimanfaatkanoleh polychaeta. Selain itu, denganadanya lamun maka struktur subs-trat dapat terlindungi dari gempur-an arus. Struktur substrat lumpurberpasir atau pasir berlumpur me-rupakan substrat yang sangat disu-kai oleh polychaeta subkelas Seden-taria yang memiliki kebiasaan meng-gali lubang dan membuat sarang un-tuk tempat tinggalnya. Mengenai per-an padang lamun sebagai penyediasumber makanan bagi polychaeta, Hem-minga and Duarte (2000) menyatak-an bahwa tumbuhan lamun menye-diakan produktivitas primer yang ting-gi, termasuk alga epifit dan bentikyang menjadi sumber energi utamabagi jaring-jaring makanan di padanglamun. Box et al. (2010) menambahk-an bahwa kelimpahan polychaeta sa-

Tabel 1 Nilai parameter fisika-kimia-biologi per-airan padang lamun Pulau Parang, Karimunjawa

ParameterNilai

Perairan

A. Fisika

1. Suhu (oC) 29.1 ± 0.12. Salinitas (o/oo) 30.6 ± 0.193. pH 84. Kedalaman (m) 0.6 ± 0.065. Struktur Sedimena. Kerikil (%) 17 ± 0.86b. Pasir (%) 73 ± 1.88c. Lumpur (%) 10 ± 2.19d. BO (%) 4.40 ± 0.18

B. Kimia

1. DO (mg/l) 6.8 ± 0.492. Nitrat (mg/l) 0.117 ± 0.0143. Nitrit (mg/l) 0.008 ± 0.0024. Ortofosfat (mg/l) 0.015 ± 0.002

C. Biologi

1. Fitoplankton (sel/l) 77,883 ± 46.8622. Zooplankton (ind/l) 375 ± 1233. Juvenil ikan (ind/m2) 4 ± 0.71

ngat dipengaruhi oleh kepadatan danbiomassa lamun. Dengan demikian,kepadataan lamun yang tinggi sangatmendukung kelimpahan polychaetadi Pulau Parang, Karimunjawa. Ke-limpahan polychaeta di padang la-mun juga merupakan interaksi an-tara faktor fisika, kimia dan biologi(Tabel 1).

Kelimpahan polychaeta di padanglamun juga dipengaruhi oleh subs-trat kerikil dan lumpur. Hal ini di-karenakan substrat kerikil dan lum-pur sesuai bagi kehidupan polychae-ta, terutama yang memiliki pola hi-dup sebagai penyaring partikel orga-nik (filter feeder) atau penggali lu-bang. Jenis polychaeta pembuat lu-bang lebih mudah menggali lubangpada substrat yang memiliki teks-

408 Ibadur Rahman

tur halus seperti lumpur. Di sam-ping itu, sebagian besar polychaetamerupakan pemakan deposit denganmenyaring partikel-partikel sedimendan mengambil bahan organik yangterdapat pada substrat untuk dicer-na. Sebagian besar bahan organik ter-dapat pada substrat yang memilikipartikel halus seperti lumpur. Subs-trat yang berukuran besar seperti ke-rikil dan pasir sulit untuk menyimp-an bahan organik. Hal ini dikarenak-an bahan organik yang menempel pa-da kerikil dan pasir sangat mudahhilang ketika diterjang arus. Sedangk-an pengaruh substrat kerikil terha-dap kelimpahan polychaeta adalahkemampuan substrat kerikil untuk mem-pertahankan tegakan lamun dari gem-puran arus. Jenis lamun berukuranbesar seperti Enhalus biasa hidup pa-da substrat yang tersusun dari keri-kil, sehingga ketika terjadi gempur-an ombak tegakan Enhalus tersebuttidak mudah terbawa arus. Apabilategakan lamun dapat terlindungi da-ri gempuran arus, maka kelimpahanpolychaeta yang hidup di padang la-mun senantiasa terjaga.

Kandungan bahan organik (BO)pada substrat lamun merupakan pa-rameter yang berperan penting ba-gi kehidupan polychaeta. Hal ini di-karenakan sebagian besar polychae-ta merupakan pemakan deposit yangmemaafaatkan bahan organik seba-gai sumber makanan. Bahan orga-nik yang terdapat di suatu perair-an dapat berasal dari hasil ekskresi

organisme, sisa organisme yang te-lah mati dan dari alam. Kandunganbahan organik di padang lamun Pu-lau Parang, Karimunjawa memilikiketerkaitan yang cukup kuat dengankelimpahan fitoplankton. Hal ini di-karenakan fitoplankton membutuhk-an bahan organik sebagai bahan ma-kanan, sedangkan fitoplankton yangtelah mati dapat menghasilkan bah-an organik di perairan. Gray and Elli-ot (2009) menyatakan bahwa perila-ku hidup dan perilaku makan darimakrobentos (polychaeta) dipenga-ruhi oleh kandungan bahan organikpada perairan tersebut. Kandunganbahan organik yang cenderung ting-gi pada substrat dapat meningkatk-an kelimpahan polychaeta di area pa-dang lamun Pulau Parang, Karimun-jawa.

Oksigen terlarut (DO) merupak-an faktor yang sangat penting bagikelangsungan hidup suatu organis-me, termasuk polychaeta. Oksigen ter-larut di perairan berhubungan de-ngan kegiatan respirasi polychaeta.Kandungan oksigen terlarut yang ren-dah menyebabkan menurunnya ke-cepatan respirasi, sehingga mengaki-batkan terganggunya aktivitas danproses metabolisme polychaeta. Disamping itu, kandungan oksigen ter-larut di padang lamun Pulau Parang,Karimunjawa memiliki keterkaitan yangcukup kuat terhadap substrat kerikildan pasir. Hal ini dikarenakan subs-trat yang berukuran partikel besarseperti kerikil dan pasir memiliki rongga-

Suitabilty Analysis of Polychaeta Habitat 409

rongga yang memudahkan masuknyaoksigen ke dalam lapisan bawah subs-trat, sedangkan substrat yang ber-ukuran halus seperti lumpur dapatmembatasi sirkulasi air. Oksigen ter-larut yang dapat masuk sampai kedalam lapisan bawah substrat akanmendukung keberlangsungan hiduppolychaeta di dalam substrat. Meng-enai pentingnya oksigen terlarut ba-gi kehidupan polychaeta, Nybakken(1993) menyatakan bahwa kehidup-an organimse di dalam air dapat ber-tahan jika terdapat oksigen terlarutminimal 5 ppm. Kandungan oksigenterlarut (DO) di Pulau Parang, Ka-rimunjawa memiliki kisaran rata-ratadi atas 5 ppm, sehingga masih da-pat menunjang kehidupan organis-me (polychaeta) dengan baik.

Variabel zooplankton memiliki ko-relasi yang positif terhadap kelim-pahan polychaeta meskipun tidak be-gitu signifikan. Hal ini dapat dilihatdari jarak yang cukup jauh antaravariabel zooplankton dan polychae-ta, meskipun keduanya masih bera-da pada sumbu yang sama (F1). Halini diduga dikarenakan adanya jenispolychaeta bersifat karnivora yangmemangsa zooplankton, namun jum-lahnya hanya sebagian kecil. Di an-tara jenis polychaeta yang memak-an zooplankton sebagai mangsanyaadalah famili dari subkelas Errantia,yaitu: famili Eunichidae, Lumbrine-ridae, Syllidae dan Nereididae. Jenis-jenis polychaeta tersebut memiliki ke-mampuan untuk dapat berenang be-

bas di kolom perairan, sehingga da-pat menjangkau zooplankton yang me-layang di kolom perairan. Hal ini se-bagaimana yang dinyatakan Beeslyet al. (2000) bahwa famili Eunichi-dae, Lumbrineridae, Syllidae dan Ne-reididae merupakan karnivora yangdapat berenang bebas di kolom per-airan atau merayap di permukaan da-sar substrat. Dengan demikian, ke-limpahan zooplankton di perairan pa-dang lamun dapat mempengaruhi ke-limpahan polychaeta yang bersifat kar-nivora.

Variabel nitrat terletak pada sum-bu yang sama dengan variabel kelim-pahan polychaeta. Nitrat merupak-an salah satu sumber hara dan bah-an organik yang diperlukan baik olehlamun, fitoplankton dan polychaeta.Namun, jika konsentrasinya berlebih-an maka nitrat dapat bersifat toksiksehingga mengakibatkan terganggu-nya sistem metabolisme bahkan ke-matian bagi polychaeta. Hartanti et al.(2012) menjelaskan bahwa jumlah ni-trat yang berlebih dapat menyebabk-an kurangnya oksigen terlarut di per-airan dan menyebabkan banyak or-ganisme yang mati. Konsetrasi ni-trat di perairan padang lamun Pu-lau Parang, Karimunjawa cenderungrendah, sehingga tidak menimbulk-an efek toksik pada tumbuhan la-mun dan polychaeta.

Variabel substrat pasir, ortofosfat,suhu, salinitas, pH, kelimpahan fito-plankton dan kelimpahan juvenil ik-an terletak pada sumbu 2 yang ber-

410 Ibadur Rahman

lawanan dengan variabel kelimpah-an polychaeta, sehingga cenderungmenghambat kelimpahan polychae-ta. Suhu, salinitas dan pH berkait-an dengan aktivitas dan metabolis-me tubuh polychaeta. Suhu, salini-tas dan pH yang terlalu tinggi da-pat mempengaruhi kecepatan respi-rasi polychaeta menjadi lebih cepat.Hal tersebut dapat menyebabkan kon-sumsi polychaeta terhadap jumlah ok-sigen terlarut semakin meningkat. Ji-ka kondisi tersebut berlangsung la-ma, maka dapat mengakibatkan po-lychaeta menjadi stress bahkan da-pat berakibat pada kematian. Di sam-ping itu, terdapat beberapa jenis po-lychaeta yang diketahui tidak tahanterhadap perubahan salinitas. Bees-ly et al. (2000) menyatakan bahwafamili Paraonidae dan Terebellidaemerupakan jenis yang memiliki pe-nyebaran terbatas dan tidak tahanterhadap adanya perubahan salini-tas. Dengan demikian, salinitas airlaut yang tinggi kurang mendukungkelimpahan polychaeta di padang la-mun.

Substrat pasir salah satu habitatbagi polychaeta pembuat lubang dansarang. Namun, substrat pasir cen-derung memiliki kandungan bahanorganik yang rendah karena tidak mam-pu untuk mengikat bahan organik ke-tika terjadi arus yang kuat. Kandung-an ortofosfat berhubungan dengan pro-ses eutrofikasi, dimana konsentrasi yangtinggi dapat mempercepat terjadinyaeutrofikasi perairan yang mengaki-

batkan jumlah nutrien di perairanmelebihi ambang batas. Kondisi ter-sebut dapat menyebabkan efek ra-cun/toksik terhadap polychaeta. Se-dangkan juvenil ikan merupakan he-wan pemangsa polychaeta, yang ke-beradaannya dapat mengurangi po-pulasi polychaeta di padang lamun.Juvenil ikan yang ditemukan di pa-dang lamun Pulau Parang, Karimun-jawa diduga merupakan biota yangsedang melakukan migrasi untuk men-cari makan di padang lamun. Hal inidikarenakan pada saat jumlah polycha-eta melimpah, jumlah juvenil ikancenderung rendah. Odum (1993) men-jelaskan bahwa penurunan laju per-tumbuhan polychaeta bisa disebabk-an adanya pemangsaan oleh ikan de-mersal. Dengan demikian, populasijuvenil ikan yang cenderung rendahdi padang lamun Pulau Parang, Ka-rimunjawa dapat memberikan kesem-patan bagi polychaeta untuk tum-buh dan berkembang biak.

SIMPULAN

Struktur komunitas lamun Pulau Pa-rang, Karimunjawa tersusun dari 7jenis lamun, yaitu T. hemprichii, E.acoroides, C. rotundata, C. serrula-ta, H. pinifolia, H. uninervis dan H.ovalis. Spesies lamun dengan nilai ke-rapatan tertinggi yaitu C. rotundata(50 tegakan/m2). Spesies T. hemp-richii dan E. acoroides merupakanjenis lamun yang paling sering di-temukan, dengan frekuensi kehadir-an 27%. Spesies E. acoroides meru-

Suitabilty Analysis of Polychaeta Habitat 411

pakan jenis lamun dengan persenta-se penutupan tertinggi (38%), sedangk-an spesies dengan nilai indeks pen-ting tertinggi yaitu C. rotundata (79%).

Komunitas polychaeta di perair-an padang lamun Pulau Parang, Ka-rimunjawa terdiri dari 12 jenis (fami-li), yaitu; famili Capitellidae, Euni-chidae, Lumbrineridae, Maldanidae,Nereididae, Ophelidae, Paraonidae,Phyllodocidae, Sabellidae, Spionidae,Syllidae dan Terebellidae. Jenis po-lychaeta yang memiliki nilai kelim-pahan tertinggi yaitu famili Spioni-dae (141 individu/m2).

Faktor yang memiliki berpenga-ruh positif terhadap kelimpahan po-lychaeta, yaitu: kandungan bahan or-ganik (BO) sedimen, substrat kerikildan lumpur, oksigen terlarut (DO),kedalaman, nitrat, kelimpahan zoo-plankton dan persentase penutupanlamun. Sedangkan faktor yang ber-pengaruh negatif terhadap kelimpah-an polychaeta yaitu; substrat pasir,ortofosfat, suhu, salinitas, pH, kelim-pahan fitoplankton dan kelimpahanjuvenil ikan.

Acknowledgements BP2KSI dan Universi-tas Diponegoro yang telah memberikan ban-tuan sarana dan prasarana baik selama pro-ses pengambilan data, proses identifikasimaupun dalam analisis data. Terimakasihpula kepada segenap tim peneliti Riset Pu-lau Parang, Karimunjawa yang telah ba-nyak membantu dalam kegiatan penelitianini.

Pustaka

Al Hakim, I. I. and Chasana, N.(2008). Preferensi habitat dankeragaman spionidae (polychaeta,annelida) di muara cisadane, te-luk jakarta. Jurnal Ilmu Kelautan,13(4):185–196.

Beesly, P. L., Ross, G. J. B., andGlasby, C. J. (2000). The SouthernSynthesis, Fauna of Australia, vo-lume 4. CSIRO Publishing, Mel-bourne.

Box, A., Martin, D., and Deudero,S. (2010). Changes in seagrass po-lyhaeta assemblages after invasionby caulerpa racemosa var cylin-dracea (chlorophyta; caulerpales)community structure, thropic gu-ilds and taxonomic distinctness.Science Marine, 74(2):317–329.

Day, J. H. (1967). A monographon the polychaeta of southern afri-ka. Sedentaria. Publ. Brit. Mus,656:1–878.

Den Hartog, C. (1977). Structu-re, function and Classification inSeagrass communities: a ScientificPerspective, pages 89–121. MarcelDekker.

Gray, J. S. and Elliot, M. (2009).Ecology of Marine Sediments:From Science to Management.Oxford University Press.

Hartanti, R., Djunaedi, A., Hariya-di, and Mujiyanto (2012). Struk-tur komunit as padang lamun diperairan pulau kumbang, kepulau-an karimunjawa. Indonesian Jour-

412 Ibadur Rahman

nal of Marine Science, 17(4):217–225.

Hemminga, M. A. and Duarte, C. M.(2000). Seagrass Ecology. Cambri-dge University Press.

Nienhuis, P. H., Coosen, J., and Kis-wara, W. (1989). Community stru-cture and biomass distribution ofseagrasses and macrofauna in theflores sea. Nether.Jour.Sea.Res,23(2):197–214.

Nybakken, J. W. (1993). Marine Bi-ology an Ecologycal approach. Har-per Collins College Publishers.

Odum, E. P. (1993). Dasar-DasarEkologi. Gajah Mada UniversityPress.

Short, F. T. and Coles, R. G. (2003).Global Seagrass Research Methods.Elsevier Science BV.

Short, F. T., McKenzie, L. J., Coles,R. G., and Gaeckle, J. L. (2004).Seagrass Net Manual for Scienti-fic Monitoring of Seagrass Habi-tat. University of New Hampshire,QDPI, Northern Fisheries Center,Australia.

Takaendengan, K. and Azkab, M. H.(2010). Struktur komunitas di pu-lau talise, sulawesi utara. Osea-nologi dan Limnologi di Indonesia,36(1):85–95.

Tomascik, T., Mah, A. J., Nontji,A., and Moosa, M. K. (1997). TheEcology of the Indonesia Sea. Per-iplus Edition.