suku-suku nur fijana

11
  SUKU SUNDA Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia,  yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia, setelah etnis Jawa. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam. Namun dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat yang mempercayai kekuatan-kekuatan supranatural, yang berasal dari kebudayaan animisme dan Hindu. Kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda. Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan tetapi mereka dapat bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional . [2]  Karakter orang Sunda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam kebudayaan Sunda; Kabayan dan Cepot. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Prestasi yang cukup membanggakan adalah banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional . [3]  SUNDA dari kata Su yang b erarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan  pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian b arat sejak zaman  Kerajaan Salakanagara . Nama Sunda mulai digunakan oleh raja  Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota Kerajaan Tarumanagara   yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara  yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya. Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan  bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata . [4]  Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.

Upload: ema-kharizza-zulfa

Post on 17-Jul-2015

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 1/11

 

  SUKU SUNDA 

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, 

yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat. Suku Sunda merupakan etnis 

kedua terbesar di Indonesia, setelah etnis Jawa. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam. Namun dalam 

kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat yang mempercayai kekuatan-kekuatan 

supranatural, yang berasal dari kebudayaan animisme dan Hindu. Kepercayaan tradisional 

Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di 

Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak yang berkerabat dekat dan dapat 

dikategorikan sebagai suku Sunda.

Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang 

Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan tetapi mereka dapat 

bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional .

[2] 

 Karakter orang Sunda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam kebudayaan Sunda; Kabayan dan Cepot. Mereka 

bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal.

Prestasi yang cukup membanggakan adalah banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari 

etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional .[3]  

SUNDA  dari kata Su yang berarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan.

Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju

keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik),

bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh

masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman Kerajaan Salakanagara. 

Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut

ibukota Kerajaan Tarumanagara  yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor

Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara

 yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini

dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan

Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa

menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua

kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai

batasnya.

Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. 

Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi

menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata.[4] Seperti yang terjadi di pusat-pusat

keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan

bahasa Sunda.

Page 2: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 2/11

 

Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, antara lain dialek Sunda-Banten, dialek Sunda-

Bogor, dialek Sunda-Priangan, dialek Sunda-Jawa, dan beberapa dialek lainnya yang telah

bercampur baur dengan bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Karena pengaruh budaya Jawa 

pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam, bahasa Sunda - terutama dialek Sunda

Priangan - mengenal beberapa tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa

loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun di wilayah-wilayah pedesaan dan mayoritasdaerah Banten, bahasa Sunda loma tetap dominan.

Masakan Khas

Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia, seperti siomay, gado-gado, 

karedok, nasi goreng, cendol, bubur ayam, roti bakar, bubur kacang hijau 

Profesi

Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani, dan berladang, ini disebabkan tanah

Sunda yang subur.[5] Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara

berpindah-pindah.Selain bertani, masyarakat Sunda seringkali memilih untuk menjadi pengusaha dan

pedagang sebagai mata pencariannya, meskipun kebanyakan berupa wirausaha kecil-kecilan yang

sederhana, seperti menjadi penjaja makanan keliling, membuka warung atau rumah makan, membuka

toko barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari, atau membuka usaha cukur rambut, di daerah

perkotaan ada pula yang membuka usaha percetakan, distro, cafe, rental mobil dan jual beli

kendaraan bekas. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama

asal Tasikmalaya dan Garut. Profesi lainnya yang banyak dilakoni oleh orang Sunda adalah sebagai

pegawai negeri, penyanyi, seniman, dokter, diplomat dan pengusaha.

Page 3: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 3/11

 

 

Suku Jawa  (Jawa ngoko : wong Jowo , krama : tiyang Jawi ) merupakan suku bangsa

terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. 

Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. [1] Selain di ketiga propinsi

tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. 

Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa

 juga memiliki sub-suku, seperti Osing daan TenggerSuku bangsa Jawa sebagian besar

menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan

majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 12% orang Jawa yang

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18%menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya

menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan

antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh . Aspek kebahasaan

ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa

biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat. Orang Jawa sebagian besar

secara nominal menganut agama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Protestan dan

Katolik. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga

ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yangdisebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan

animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat

sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai

Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

Profesi 

Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka mendominasi 

 pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif,

 pejabat kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan 

 pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri 

terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni 

Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.

Page 4: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 4/11

 

Stratifikasi sosial 

Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar 

antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi 

masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya 

kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan.

Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial 

dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam 

menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non- 

 pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India. 

Seni 

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama 

Hindu-Buddha, yaitu pementasan  wayang . Repertoar cerita wayang atau  lakon  sebagian besar berdasarkan  wiracarita  Ramayana  dan  Mahabharata . Selain pengaruh India, pengaruh 

Islam  dan  Dunia Barat  ada pula. Seni  batik  dan  keris  merupakan dua bentuk ekspresi 

masyarakat Jawa. Musik   gamelan , yang juga dijumpai di  Bali  memegang peranan penting 

dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa .

Page 5: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 5/11

 

 

Suku Asli Karimun

Sejarah Karimun  Kampung halaman q yang sering di panggil Chi ke Wan atau yang lebih di kenal dengan 

Karimun sudah sejak lama disebut dalam catatan sejarah,bahkan catatan sejarah yang 

 paling kuno ditemukan di Karimun adalah berupa batu bersurat (prasasti) yang ditemukan di 

Desa Pasir Panjang, untuk kemudian batu bersurat tersebut terkenal dengan sebutan 

Prasasti Pasir Panjang.

Dalam Prasasti Pasir Panjang yang ditemukan di Desa Pasir Panjang Kecamatan Meral 

Kabupaten Karimun, terungkap beberapa catatan penting yang cukup kuat untuk menjadi 

rujukan, yaitu tentang masuknya agama Budha di Karimun, yang berarti menunjukkan telah terjadinya interaksi yang sangat intens antara penduduk Karimun beserta pulau-pulau 

disekitarnya dengan Cina yang terjadi sekitar abad 9 – 10 M (Tahun 800 – 900 Masehi) hal 

ini sebagai mana diungkapkan oleh DR. J. Brandes yang berhasil mentranskripsi dan 

menterjemahkan Prasasti Pasir Panjang sebagai prasasti yang dipahat menggunakan aksara 

nagari yang berasal dari abad 9 – 10 M (Brandes 193:21).

Page 6: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 6/11

 

Sudah barang tentu ada peristiwa yang sangat penting ketika itu yang melatar belakangi 

terjalinnya hubungan masyarakat di Karimun dengan Cina berabad tahun yang silam. Bahwa 

ketika itu Pulau Karimun berada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya dan bahkan 

Sriwijaya mendirikan pos penjagaan di Pulau Karimun tepatnya di Pasir Panjang guna 

mengamankan jalur pelayaran dan perdagangan selat malaka yang akan menuju Sriwijaya.Sriwijaya menurut catatan Jt-Tsing (pengelana Cina) memeluk agama Budha, bahkan di 

 pusat kota tidak kurang 1000 orang pendeta Budha bermukim disana, hal ini sudah barang 

tentu berpengaruh kepada agama yang dipeluk penduduk Karimun, yang letaknya memang 

sangat strategis yaitu berada di ujung selatan Selat Malaka. Sehingga para musafir dan 

 pelaut yang melintasi Selat Malaka kearah selatan akan dengan mudah menyinggahi Pulau 

Karimun.

Karimun dipandang sebagai daerah yang sangat berbahaya dan di takuti oleh setiap pelayar 

dan pedagang yang akan melintasi ujung selatan Selat Malaka. Hal ini dikarenakan hampir disepanjang Pulau Karimun dan jajaran pulau-pulau disekitarnya dijadikan basis operasional 

bajak laut. Dan bahkan menurut catatan Fa-Hsieu (seorang pengelana Cina), aktifitas bajak 

laut ini telah berlangsung sejak abad ke – 4 M. Tao-I Chih (juga seorang pengelana China) 

yang pernah mengunjungi daerah Kepulauan Riau pada tahun 1330  –  1340 kembali 

memperkuat hal ini yang menyatakan daerah Chi ke Wan (Karimun) menjadi daerah basis 

bajak laut yang memiliki pasukan berjumlah cukup besar yaitu terdiri dari 200  –  300 

  pasukan. Dan dalam perkembangan selanjutnya para bajak laut ini yang sebagian besar 

merupakan penduduk asli Suku Laut yang berasal dari Pulau Karimun dan pulau-pulau 

sekitarnya, menduduki wilayah Kerajaan Tumasik (berpusat di Selat Tumasek, Singapura 

sekarang) yang ditinggalkan oleh Raja Parameswara yang mengungsi ke Muar akibat 

 penyerangan Kerajaan Majapahit. Suku laut ini juga menduduki daerah sekitar Malaka dan 

ketika Raja Parameswara pindah ke Malaka maka ia disambut oleh masyarakat suku laut 

disana dan bersepakat dengan masyarakat suku laut bersama puak-puaknya yang dikenal 

dengan Batin dan Lenang untuk menjadi penyangga berdirinya Kerajaan Malaka untuk sama- 

sama membangun dan memajukan Malaka menjadi kota yang ramai sebagai pusat 

 perdagangan antar negara, dengan Parmeswara sebagai rajanya (1389-1414).

Seiring semakin pesatnya perkembangan Malaka yang wilayahnya mencakupi daerah Karimun, telah terjadi juga interaksi dengan para pedagang dari Arab dan Persia, dimana 

selain berdagang juga membawa misi penyebaran Agama Islam, maka hal ini sangat 

menggugah hati Parameswara, maka pada tahun 1414 ia beralih memeluk agama Islam dan 

berganti nama Iskandar Syah dan bergelar Sultan. Hal ini juga diikuti oleh hampir seluruh 

rakyatnya, termasuk penduduk Karimun.

Page 7: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 7/11

 

Setelah Runtuhnya Kerajaan Malaka akibat gempuran Portugis pada tahun 1511, maka Sultan 

Mahmud Syah – sebagai penerus dari Sultan Iskandar Syah  – mendirikan Kerajaan Johor 

yang berpusat di Johor dan Bintan. Dua pusat kerajaan ini berada pada lingkaran gugusan 

  pulau-pulau di Karimun yang dikenal juga sebagai pusat konsentrasi suku laut sebagai 

benteng pertahanan kekuatan angkatan laut kerajaan.

Ada peristiwa penting yang menunjukkan eksistensi dan kekuatan angkatan laut kerajaan 

yang bermarkas di Kepulauan Karimun, yaitu pada tahun 1637, armada kekuatan angkatan 

laut Kerajaan Johor dalam sebuah pertempuran yang cukup sengit telah berhasil merampas 

kapal-kapal Portugis dan berhasil mengalahkan sepasukan Kapal Aceh yang sedang dalam 

 pelayaran ke Pahang.

Pada tahun 1689 dalam rangka untuk meningkatkan kemakmuran dan stabilitas keamanan 

dan politik maka diadakan suatu perjanjian antara kerajaan Johor dengan Belanda. Namun 

 perjanjian tersebut ternyata membawa konsekuensi semakin bebasnya orang Belanda untuk 

berdagang diseluruh wilayah kerajaan Johor termasuk Kepulauan Karimun, yang pada 

akhirnya menyebabkan kerugian bagi kalangan rakyat pribumi, karena Belanda memonopoli 

 perdagangan.

Alur sejarah kemudian berganti, pada tahun 1722 Kerajaan Johor berganti nama menjadi 

Kerajaan Riau-Lingga dengan daerah kekuasaan yang sama, hanya ibu kota kerajaan saja 

yang berpindah dari Johor ke Ulu Riau. Sebagaimana kebiasaan yang turun temurun, maka 

nama kerajaan disesuaikan dengan nama daerah pusat pemerintahannya.

Perjalanan sejarah Kerajaan Riau-Lingga dari tahun 1722-1784, yaitu terjadi perkembangan 

yang sangat pesat dari sektor perdagangan. Sehingga roda ekonomi menggeliat luar biasa 

didaerah ini, terutama didaerah Karimun dengan Pulau Kundurnya sebagai penghasil gambir 

terbesar kerajaan ketika itu. Sebagai mana diketahui, gambir ketika itu menjadi komoditi 

  primadona dan banyak dicari oleh pedagang-pedagang dari India, China, Siam, Jawa dan 

Bugis. Dengan pesatnya perkembangan perdagangan didaerah Kerajaan Riau-Lingga maka 

terjadi persaingan antar Inggris dengan Belanda untuk menanamkan pengaruhnya dalam 

kerajaan. Maka pada tanggal 17 Maret 1824 lahirlah sebuah perjanjian antara Inggris dan 

Belanda yang dikenal dengan Traktat London.

Dalam Traktat London, antara Inggris dan Belanda menyepakati untuk membagi wilayah 

kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga menjadi dua bagian yaitu, Tanah Semenanjung (termasuk 

Malaka) dan Singapura menjadi daerah pengaruh Inggris, sedangkan Kepulauan Riau dan 

Lingga menjadi daerah pengaruh Belanda. Bahkan demikian pentingnya posisi Pualau Karimun 

maka dalam Traktat London itu disebutkan dalam point k eempatnya yang berbunyi; ”Pulau 

Page 8: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 8/11

 

Karimun dan Pulau Buru yang letaknya sangat dekat dengan Singapura termasuk dalam 

wilayah kekuasaan Riau- Lingga,” yang artinya berada dibawah pengaruh Belanda. 

Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi jalannya stabilitas pemerintahan di 

kerajaan Riau-Lingga, sehingga konflik terjadi silih berganti dan baik Belanda maupun 

Inggris menjalankan politik adu dombanya, yang menyebabkan perang saudara terjadi. Maka   pecahlah Perang Karimun pada tahun 1827, antara pasukan yang di Pertuan Muda Raja 

Ja’far yang berpusat di Hulu Riau dengan Sultan Husin yang berpusat di Singapura. Konflik 

ini dipicu oleh ketidak setujuan Sultan Husin menyerahkan Karimun ke tangan Belanda 

sementara yang di Pertuan Muda Riau VI Raja Ja’far (180 8-1832) telah memberitahukan 

kepada Sultan Husen (berdasarkan traktat London), bahwa Pulau Karimun tersebut 

bukanlah daerah takluk Johor atau daerah takluk Sultan Husen, oleh karenanya mereka 

tidak berhak mendiami pulau tersebut.

Dengan konflik yang berkepanjangan, menyebabkan Pulau Karimun tidak kondusif untuk 

aktifitas perdagangan dan mulai ditinggalkan. Keadaan Karimun yang demikian dilaporkan 

kepada yang di Pertuan Muda Riau, dan oleh beliau sepakat menyerahkan Pulau Karimun 

Kepada Raja Abdullah bin Raja Haji Ahcmad, serta diangkat menjadi Amir Karimun 

  pertama. Semenjak saat itu stabilitas Karimun mulai pulih, kemudian datang seorang 

Resident Belanda bernama Fandenbosch yang meminta izin untuk membuka tambang timah,

dan diizinkan dengan dibuatkan perjanjian dengan pihak kerajaan. Maka oleh Fandenbosch 

di Pulau Karimun di buka tambang timah yang diberi nama Monos. Sehingga tidak lama 

kemudian keadaan Pulau Karimun menjadi ramai. Meskipun pada dasarnya penambangan itu 

hanya menguntungkan pihak Belanda.

Hingga meletuslah perang Asia Timur Raya pada akhir tahun 1941 yang dicetus oleh 

Jepang. Dan Jepang masuk kewilayah Karimun setelah penaklukan Singapura tanggal 15 

Februari 1942 oleh Jepang dari Inggris, selanjutnya penaklukan Tanjungpinang pada tanggal 

21 Februari 1492. dan setelah itu Pulau Karimun. Sejak saat itu pemuda-pemuda Karimun 

yang tersebar di Pualu Moro, Kundur, Meral, Buru, dan Karimun sendiri terlibat dalam 

Pasukan Gyutai tentara Jepang, yaitu pasukan yang bertugas mengawal pulau-pulau.

Sehingga bagi masyarakat Karimun dan Kepulauan Riau umumnya tidak ada pengerahan 

tenaga kerja paksa (Romusha).

Hingga kemudian pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu, maka 

Indonesia dinyatakan merdeka dan memproklamirkan kemerdekaannya pada Tanggal 17 

Agustus 1945.

Pada masa kemerdekaan Kepulauan Karimun terus berbenah hingga pada tanggal 15 Mei 

1999 terjadi musyawarah besar seluruh rakyat Kepulauan Riau yang menuntut pemekaran 

wilayah menjadi provinsi sendiri terpisah dari Provinsi Riau, hal ini menuntut untuk 

terjadinya pemekaran daerah yang berujung pada Kepulauan Karimun yang mencakup 

Kecamatan Karimun, Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur harus menjadi sebuah 

Page 9: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 9/11

 

Kabupaten. Akhirnya gayungpun bersambut dengan diterbitkannya UU No. 53 Tahun 1999 

tentang pembentukan Kabupaten Karimun, bersama 35 Kabupaten lainnya diseluruh 

Indonesia yang disahkan oleh Presiden pada tanggal 4 Oktober 1999 dan Kabupaten 

Karimun diresmikan oleh Mendagri pada tanggal 12 Oktober 1999 serta melantik pejabat 

Bupati Kabupaten Karimun Drs. H.M Sani, dan tercatat sebagai bupati pertama Kabupaten 

Karimun. Sejak saat itu geliat pembangunan Kabupaten karimun terus meningkat. Dan saat ini Karimun dikenal sebagai daerah industri kapal (galangan kapal), pertambangan (batu 

 geranit, pasir dan timah), pertanian, perikanan dan pariwisata.

Page 10: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 10/11

 

 

Sejarah

, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian 

timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal kuda,dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. 

Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo ,Jember, 

 jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya 

Utara ,serta sebagian M 

Sebaran Tinggal

Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke 

wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke 

Jakarta,Tanggerang,Depok,Bogor,Bekasi,dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah 

khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah 

terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura di sebabkan oleh kesenjangan sosial,

Namun sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis Madura dan penduduk setempat 

sudah rukun kembal. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang 

 perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalanya: mereka jual-beli 

besi tua, pedagang asongan dan pedagang pasar. Namun, tidak sedikit pula diantara mereka 

yang menjadi tokoh nasional seperti ketua MK Mahfud Md, Wardiman Djojonegoro (mantan 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1993-1998 di bawah pemerintahan Presiden Soeharto) ,

R. Hartono Adalah seorang mantan Jenderal dengan pangkat tertinggi di TNI Angkatan 

Darat yaitu jenderal bintang empat dengan Jabatan tertinggi pula sebagai Kepala Staf TNI 

Angkatan Darat. Beliau merupakan satu-satunya perwira tinggi dari corps Kavaleri yang 

mendapatkan pangkat jenderal penuh (bintang empat). Selain itu banyak juga terdapat 

Tokoh pejuang Kemerdekaan yang layak menjadi Pahlawan nasional Indonesia Seperti: Trunojoyo yang telah memberikan perlawanan terhadap Kolonial Belanda (VOC tahun 1677).

Kiyai Taman adalah seorang pejuang Islam yang gigih menentang belanda pada tahun 1919.

Kiai Djauhari membuka cabang Hizbullah di Prenduan. Didirikan pada tahun 1944, Hizbullah 

adalah organisasi militer pemuda 

Page 11: Suku-suku Nur Fijana

5/14/2018 Suku-suku Nur Fijana - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suku-suku-nur-fijana 11/11

 

Bahasa

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang 

temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin 

bekerja. Untuk naik  haji , orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit  penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi 

Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama 

dengan larung sesaji).

Karakter Sosial Budaya

Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah 

 peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih 

tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi  carok   pada 

masyarakat Madura.