sumber belajar penunjang plpg 2017 mata …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/modul...
TRANSCRIPT
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
BAB VI
PENGEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL BAGI
PESERTA DIDIK TUNALARAS
Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
1
BAB VI
PENGEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL BAGI PESERTA DIDIK
TUNALARAS
A. PENDAHULUAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan terkait pengembangan pribadi dan social bagi peserta
didik tunalaras. serta menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu
1. Kompetensi Inti
Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD).
a. menguasai konsep pengembangan pribadi dan sosial sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik tunalaras
b. menguasai prinsip, teknik dan prosedural pembelajaran pengembangan
pribadi dan sosial peserta didik tunalaras
c. menguasai prosedur, teknik, dan prosedural pembelajaran bina pribadi dan
sosial
d. menguasai materi bina pribadi dan sosial untuk pengembangan diri
B. Materi
1. Konsep Pengembangan Pribadi Dan Social Bagi Peserta Didik
Tunalaras
a. Konsep Hambatan Emosi Dan Social (Anak Tunalaras)
Di masyarkata kita bayak istilah untuk memberikan label kepada anak
tunalaras. Istilah yang digunakan biasanya tergantung pada sudut pandang
keilmuan yang mereka geluti. Misalnya, guru menyebut anak sulit diatur, anak
sukar, anak nakal. Pedagog menyebutnya anak tunalaras. Dalam literatur asing
banyak istilah yang mengupas tentang pendidikan dan psikoterapi bagi anak
yang mengalami gangguan emosi dan sosial, banyak ditemukan istilah yang
bermakna sama dengan istilah anak tunalaras, seperti: serious emotional
disturbance children, emotional conflict children, emotional disturbance
2
children, emotional handicap children, emotional impairment children,
behavior disorder children, behavior handicap children, behavior impairment
children, severebehavior children, social and emotional children, dan
sebaginya.
Menurut Samuel A. Kirk bahwa anak tunalaras adalah mereka yang
terganggu perkembangan emosi, menunjukkan adanya konflik dan tekanan
batin, menunjukkan kecemasan, penderita neurotis atau bertingkahlaku
psikotis. Dengan terganggunya aspek emosi dapat merugikan dirinya sendiri
dan orang lain atau lingkungannya. Anak tunalaras adalah suatu tingkahlaku
yang tidak sesuai dengan cultur permissive atau menurut norma keluarga,
sekolah dan masyarakat luas. Sedangkan menurut Nelson (1981), seorang anak
dikatakan tunalaras apabila tigkahlaku mereka menyimpang dari ukuran
menurut norma, usia, jenis kelamin, dilakukan dengan frekwensi dan intensitas
relatif tinggi, serta dalam waktu relatif lama.
Maud A.Merril, seorang anak digolongkan tunalaras apabila tingkahlaku
mereka ada kecenderungan-kecenderungan anti social yang memuncak dan
menimbulkan gangguan-gangguan, sehingga yang berwajib terpaksa
mengambil tindakan dengan jalan menangkap dan mengasingkannya.
Ibrahim Husien, mejelaskan bahwa anak-anak menjadi delinquent apabila
tingkahlakunya menyeret dia ke dalam daerah hukum. Dan menurut Romli
Atmasasmita, delinquency adalah suatu tindakan atau perbuatan yeng
dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan
hukum yang berlaku disuatu negara dan oleh masyarakat itu sendiri dirasakan
dan ditafsirkan sebagai perbuatan tercela.
b. Klasifikasi dan Karakteristik
Dalam konteks ini, yang dimaksud klasifikasi adalah pengelompokan
ketunalarasan berdasarkan jenis dan tingkat penyimpangan prilaku yang
dialami anak. Sedangkan karakteristik dimaksudkan yaitu ciri-ciri khusus yang
pada umumnya disandang oleh anak tunalaras, baik dalam aspek kognitif,
emosi, sosial, kemampuan akademik, maupun kepribadiannya.
3
Pengklasifikasian anak tunalaras tidak mudah, hal ini karena belum adanya
batasan/ konsep yang jelas. Tetap bukan berarti tidak mungkin dilakukan,
nyatanya banyak para ahli yang berupaya untuk membuatnya.
Samuel A. Kirk membuat klasifikasi anak tunalaras melalui proses
pengamatan gejala-gejala tingkah lakunya, secara garis besar ia
mengelompokan menjadi tiga katagori yaitu:
1) Socially Maladjusted Children
Socially maladjusted children yaitu kelompok anak yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Kelompok anak ini
menunjukkan tingkahlaku yang tidak sesuai dengan ukuran “cultural
permissive” atau norma-norma masyarakat dan kebudayaan yang berlaku,
baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat.
2) Delinquency
Delinquency adalah tingkah laku anak atau remja yang melanggar norma-
norma hukum tertulis atau merupakan salah satu bentuk penyesuaian anak
yang salah, tidak sesuai dengan tuntutan dan harapan lingkungan
masyarakat
3) Emotionally Disturbed Children
Emotionally disturbed children yaitu kelompok anak yang terganggu atau
terhambat perkembangan emosinya, dengan menunjukan adanya gejala
ketegangan atau konflik batin, menunjukan kecemasan, penderita neurotis
atau bertingkahlaku psikotis. Beberapa tingkah laku dari anak ini dapat
dikatagorikan sebagai tingkahlaku socially maladjusted. Apabila tingkah laku
tersebut sudah merugikan dan mengganggu kehidupan orang lain, seperti
mencuri, mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, dan
sebagainya.
Sedangakan beberapa ahli lain yakni Quay mengelompokkan anak tunalaras
menjadi empat kelompok, yaitu :
1) Conduct Disorder/Unsocialized Aggression
Kelompok anak yang tidak mampu untuk mengendalikan diri. Jenis prilaku
yang sering nampak pada anak-anak tersebut seperti berkelahi, pemarah,
4
tidak patuh, merusak barang/benda orang lain, mencari perhatian, sombong,
hiperaktif, tidak jujur, bicara kasar, iri hati, tidak bertanggung jawaab, mudah
beralih perhatian, kejam dsb.
2) Socialized Aggresion
Prilaku agresi yang dilakukan secara kelompok, seperti tawuran, mencuri
secara berkelompok, menjadi anggota suatu gang, bolos, dan keluar rumah
sampai larut malam.
3) Anxiety Withdrawal/Personality Problem
Jenis gangguan berupa kecemasan, dan kekhawatiran yang tidak jelas, tidak
beralasan atau karakter pribadi yang membatasi diri sehingga menganggu
pencapaian hubungan harmonis dengan orang lain. Prilaku yang menonjol
pada kelompok ini seperti: cemas, pemalu, sedih, mudah
tersinggung/sensitive, rendah diri, kurang percaya diri, mudah bingung,
sering menangis tanpa alasan, dan tertutup.
4) Immaturity/Inadequacy
Yaitu kelompok anak yang menunjukkan sikap dan prilaku tidak dewasa.
Prilaku yang sering nampak diantaranya: kurang dapat berkonsentrasi,
perhatian singkat, sering melamun, gerak motorik kaku, pasif/ kurang
inisiatif, mudah dipengaruhi, sering mengalami kegagalan, dan ceroboh
dalam segala hal.
Dari empat pendapat yang diuraikan di atas, klasifikasi anak tunalaras dapat
disimpulkan, bahwa: Anak tunalaras menurut bentuknya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu anak tunalaras yang mengalami gangguan emosi dan anak
tunalaras yang mengalami penyimpangan sosial. Menurut tingkat
penyimpangannya dikelompokkan menjadi anak tunalaras taraf sedang, taraf
berat, dan taraf sangat berat.
Setiap bentuk dan tingkat ketunalarasan memiliki karakteristik secara umum yang
disandang anak tunalaras dan karakteristik khusus yang disandang setiap jenis dan
tingkat ketunalarasan. Baik dalam aspek social, emosi kognitif, prestasi akademik
maupun kepribadian.
5
Klasifikasi dan karakteristik tersebut penting dipahami oleh mahasiswa sebagai
calon pendidik anak tunalaras karena akan membantu kelancaran dalam
menyusun program dan pelayanan pendidikannya.
2. Konsep Teori Pengembangan Pribadi Anak Tunalaras
Shepherd (2010) mengatakan bahwa anak dengan gangguan perilaku mengalami
hambatan keterampilan sosial sehingga mereka sering ditolak baik oleh guru ataupun
sebaya, gagal dalam menjalankan tugas sekolah, dan tidak mampu bersosialisasi dengan
baik. US. Department of Education (dalam Sheperd, 2010) menyebut karakteristik
gangguan perilaku dalam hubungannya dengan interaksi sosial, sebagai berikut :
a. ketidakmampuan untuk membangun atau menjaga hubungan interpersonal dengan
sebaya dan guru, dan
b. perilaku atau perasaan yang tidak sesuai dengan situasi di sekitar.
Menurut teori perspective taking Selman, anak yang rendah keterampilan
sosialnya dan berperilaku agresif mengalami kesulitan membayangkan pikiran dan
perasaan orang lain, mereka selalu memperlakukan orang lain dengan buruk tanpa rasa
bersalah dan tanpa menyadari pandangan orang lain akan perilakunya (Berk, 2006). Anak
dengan gangguan perilaku mengalami kesulitan berempati, mengidentifikasi perilaku
yang benar dalam hubungan interpersonal dan sosial, dan sulit berinisiatif melakukan
kontak sosial sesuai perkembangan usianya (Shepherd, 2010, Cohen & Strayer dalam
Burke dkk., 2002).
Kesulitan keterampilan sosial pada anak dengan gangguan perilaku berbeda
dengan anak normal pada umumnya. Teori perspective taking Selman menyatakan bahwa
pada rentang usia 7-14 tahun, anak seharusnya mampu menilai dirinya dari sudut
pandang orang lain, mampu memahami situasi atau mengatasi masalah dari perspektif
lingkungannya, dan mampu menghubungkan pikiran dan perilakunya pada sistem sosial
yang lebih luas (Berk, 2006).
3. Konsep Teori Pengembangan Sosial Anak Tunalaras
Proses menjalin hubungan dengan lingkungan sosial memerlukan suatu kemampuan
yang disebut keterampilan sosial. Keterampilan sosial secara umum diartikan sebagai
6
perilaku yang membantu seseorang untuk berhubungan sosial dengan lingkungan
(Gresham dalam Shepherd, 2010; Maag, 2006).
Sedangkan keterampilan sosial meliputi beberapa perilaku dan kemampuan yang
berhubungan dengan konteks sosial. Constantino, dalam Mazurik-Charles & Stefanou
(2010) menyebutkan aspek-aspek dalam keterampilan sosial dalam the Social
Responsiveness Scales meliputi:
a. kesadaran sosial atau kemauan untuk memahami harapan lingkungan.
b. kognisi sosial atau kemampuan untuk menginterpretasikan harapan lingkungan dan
berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan.
c. kemampuan berkomunikasi sosial; dan
d. motivasi untuk terlibat dalam interaksi sosial-interpersonal.
Adapun Gresham & Elliot; Guerrero & Jones, Marlowe, dan Yüksel dalam Samanci
(2010) menyebutkan bahwa kemampuan individu yang menggambarkan keterampilan
sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, memahami orang lain, bertindak sesuai
dengan lingkungan sosialnya, berteman, berperilaku yang diterima lingkungan,
mengekpresikan diri sendiri, mampu menghadapi problem, dan menciptakan
hubungan yang baik dengan lingkungan.
Gilay dkk. (dalam Gulay, Akman,& Kargi, 2009) menyebutkan manfaat
keterampilan sosial dalam kehidupan anak di sekolah, yakni mendukung keterampilan
komunikasi, keberhasilan akademik, adaptasi di sekolah, hubungan pertemanan, dan
mendukung lingkungan pembelajaran yang positif.Keterampilan sosial yang diperlukan
anak untuk kesiapan sekolah yakni keterampilan komunikasi sederhana, berbagi ide,
perilaku patuh pada peraturan dan mengikuti arahan, dan kemampuan menyusun
target dan membuat keputusan.
Walker & Mc.Connell (dalam Merrell, 2001) menyebutkan tiga kategori perilaku yang
menjadi indikator keterampilan sosial yang mendukung kegiatan pembelajaran pada
anak usia sekolah dasar, yaitu:
a. Teacher-Preferred Social Behavior yang meliputi perilaku sosial dasar dalam
interaksi sosial umum (kontak dan komunikasi, simpati dan empati, kompromi dan
7
kerjasama), dan perilaku mengatasi masalah (merespon gangguan dan masalah
dan mengatasi dorongan perilaku agresi).
b. Peer-Preferred Social Behavior, meliputi perilaku sosial interaksi berteman di luar
pembelajaran, meliputi penerimaan teman terhadap anak, perilaku interaksi
berteman, adaptasi, perilaku membantu, inisiatif, dan kemampuan menunjukkan
bakat positif.
c. School Adjustment Behavior atau penyesuaian diri terhadap aktivitas
pembelajaran, meliputi kemampuan manajemen waktu, mengikuti arahan
pembelajaran, kemampuan berkarya, dan respon terhadap pembelajaran.
4. Kompetensi dan Indikator Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Kompetensi dikembangkan secara fleksibel, dalam penerapan disesuaikan dengan
kondisi kemampuan anak, artinya dalam pelaksanaan tidak tergantung pada jenjang
pendidikan dan tingkat kelas, melainkan berorientasi pada kebutuhan anak.
KOMPETENSI DAN INDIKATOR
KOMPETENSI
INDIKATOR
1. Jujur
a. Memahami perilaku jujur
Menjelaskan arti kejujuran dengan
benar
Menyebutkan 3 contoh perilaku
jujur
b. Mengimplementasikan
perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
Berperilaku Jujur dalam berbelanja
Berperilaku jujur dalam berbicara
Berperilaku jujur dalam
melaksanakan tugas
Berperilaku jujur dalam membagi
Berperilaku jujur dalam
menyampaikan pesan
Tidak menyontek saat ulangan
8
2. Tanggung Jawab
a. Memahami arti tanggung
jawab
Menjelaskan arti tanggung jawab
Menyelesaikan tugas dan pekerjaan
yang diterima
Menyadari perbuatan yang telah
dilakukan
b. Mengimplementasikan
perilaku tanggung jawab
dalam kehidupan sehari-hari
Menepati janji
Menggunakan fasilitas umum
dengan baik
Memelihara fasilitas umun dengan
baik
Menjaga ketertiban lingkungan
dengan baik
Memiliki sikap tanggung jawab
dalam kehidupan sehari-hari
Melaksanakan tugas secara teratur
Melaksanakan tugas tanpa disuruh
3. Disiplin
a. Memahami arti kedisiplinan
Menjelaskan arti kedisiplinan
Menyebutkan contoh kegiatan
penanaman disiplin
Menjelaskan manfaat disiplin dalam
kehidupan sehari hari
b. Mengimplementasikan
kedisiplinan dalam lehidupan
sehari-hari
Menerapkan disiplin dalam
memanfatkan waktu
Menerapkan disiplin dalam
melaksanakan ibadah
Memiliki sikap disiplin dalam
kehidupan sehari-hari
9
Memiliki catatan kegiatan
Hadir tepat waktu di setiap kegiatan
4. Sopan-santun
a. Memahami sopan santun
Menjelaskan arti sopan santun
Mengidentifikasi ciri –ciri perlaku
sopan santun
Menyebutkan contoh sopan santun
yang berlaku di keluarga, sekolah
dan masyarakat
b. Mengimplementasikan sikap
sopan dan santun dalam
kehidupan sehari-hari
Bersikap sopan dan santun dalam
mengemukakan pendapat
Bersikap sopan dan santun dalam
menerima pendapat
Berpakaian sopan di setiap
penampilan
Berperilaku sopan dalam
berlalulintas
Berperilaku sopan dan santun sesuai
dengan aturan yang berlaku di
keluarga, sekolah dan masyarakat
Menghargai orang lain
5. Norma dan Aturan
a. Memahami norma dan aturan
Menjelaskan arti norma dan aturan
Mengidentifikasi norma dan aturan
yang berlaku di keluarga, sekolah
dan masyarakat
b. Mengimplementasikan norma
dan aturan dalam kehidupan
sehari-hari
Mematuhi norma dan aturan yang
berlaku di keluarga
Mematuhi norma dan aturan yang
berlaku di sekolah
10
Mematuhi norma yang berlaku di
masyarakat
6. Kerja Sama
a. Memahami arti kerja sama
Mendefinisikan arti kerja sama
Menyebutkan 3 contoh kerja sama
dalam kehidupan sehari-hari
b. Mengimplementasikan kerja
sama dalam kehidupan sehari-
hari
Bekerja sama dengan orang lain
Bekerja sama dengan kelompok lain
Bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas
Memiliki sikap gotong royong
7. Kepemimpinan
a. Memahami arti
kepemimpinan
Mendefinisikan arti pemimpin
Menyebutkan 5 nama pemimpin
idola
b. Mengimplementasikan sikap
kepemimpinan dalam
kehidupan sehari-hari
Mempraktikan cara bicara pemimpin
idola dalam kehidupan sehari-hari
Mempraktikan menjadi pimpinan di
lingkungan sekolah
8. Percaya diri
a. Mampu memahami sikap
percaya diri
Menjelaskan arti sikap percaya diri
Memberi 3 contoh sikap percaya diri
dalam penampilan di depan umum
b. Mengimplementasikan sikap
percaya diri dalam kehidupan
sehari-hari
Memiliki rasa percaya diri saat
berbicara di depan umum
Memiliki rasa percaya diri saat
tampil di depan umum
Memiliki keberanian untuk berbicara
di depan orang banyak
11
Memiliki keberanian untuk
mengambil keputusan
9. Penguasaan diri
a. Mampu memahami arti
penguasaan diri
Menjelaskan arti penguasaan diri
Menyebutkan 3 ciri orang yang
memiliki sikap percaya diri
b. Mengidentifikasi sikap
penguasaan diri
Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan penguasaan
diri
c. Mengimplementasikan sikap
penguasaan diri dalam
kehidupan sehari-hari
Dapat menguasai diri saat
mengemukakan pendapat
Dapat menguasai diri saat
mengambil keputusan
Dapat menguasai diri dari pengaruh
lingkungan
10. Penyalahgunaan narkoba
a. Memahami pengetahuan
tentang dampak dan akibat
penyalahgunaan narkoba
Menjelaskan dampak dan akibat
penyalahgunaan narkoba
b. Mengidentifikasi dampak
penyalahgunaan narkoba
Menyebutkan 3 contoh jenis
narkoba
Menyebutkan 3 dampak
penyalahgunaan narkoba
c. Mengimplementasikan
dampak penyalahgunaan
narkoba dalam kehidupan
sehari-hari
Menyebutkan 3 cara menghindarkan
diri dari penyalahgunaan narkoba
Menyebutkan resiko terhadap
dirinya bila menggunakan narkoba
Menyebutkan resiko yang diterima
12
dari masyarakat terhadap dirinya
bila menyalahgunakan narkoba
Menghindarkan diri dariperbuatan
penyalahgunaan narkoba
5. Prinsip Dasar Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Prinsip dasar pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial bagi
anak tunalaras antara lain
a. Prinsip assesmen.
Dalam pelaksanakan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial bagi
peserta didik tunalaras harus berdasar kepada assesmen, karena dengan
assesmen guru dapat menentukan perlakuan atau treatmen, memilih kemampuan
apa yang harus diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki atau
mengubah perilaku pribadi dan sosial mereka.
b. Prinsip Individual.
Penyimpangan tingkah laku pribadi dan sosial pada peserta didik tunalaras
mempunyai tingkat yang berbeda dari segi kualitas, dan tingkat penyimpangan.
Oleh karena antara peserta didik satu dengan yang lain mempunyai masalah yang
berlainan, sehingga dalam memberikan pelayanan pembinaan yang dilakukan
bersifat indifidual
c. Prinsip Partisipasi
Pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial memerlukan
partisipasi dari berbagai unsur yang kompeten maka guru / pembina
hendaknya dapat memberi motivasi peserta didik dalam memecahkan
masalah perilaku, pribadi, dan sosial mereka
d. Prinsip Kerahasiaan
Pada pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial, guru
wajib merahasiakan segala permasalahan anak didik, kecuali kepada kawan
sejawat dan seprofesi serta orang tua dalam upaya pemecahan masalah yang
dihadapi anak didik.
e. Prinsip Menerima
13
Program pengembangan perilaku pribadi dan sosial dilaksanakan dengan
sikap menerima sepenuhnya, tentang kondisi dan permasalahan yang dialami
peserta didik, oleh karena itu guru wajib menerima secara wajar, ramah,
simpati dan memberikan layanan pembinaan yang bertanggung jawab.
f. Prinsip Disiplin
Disiplin pada peserta didik yang mengalami kelainan emosi dan tingkah laku
sangat diperlukan dan wajib ditanamkan. Karena dengan disiplin, secara
bertahab akan mengubah dan mengarahkan kepada keseimbangan tingkah
laku dan emosi. Oleh karena guru harus tegas dan tepat dalam bertindak,
selain itu kewibawaan dan ketulusan hati masih sangat diperlukan dalam hal
ini.
g. Prinsip Kasih Sayang
Pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial diberikan
dengan prinsip kasih sayang. Kasih sayang merupakan sikap utama pelayanan
pembinaan bagi peserta didik tunalaras. Oleh karena itu guru harus berusaha
memberi layanan pembinaan kepada peserta didik tunalaras dengan kasih
sayang
6. Rambu-rambu Pelaksanaan Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Rambu-rambu pelaksanaan program pengembangan perilaku pribadi dan sosial bagi
peserta didik tunalaras adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan perilaku pribadi dan sosial dibuat tidak berdasarkan jenjang dan
tingkatan kelas;
b. Pengembangan perilaku pribadi dan sosial bukan merupakan mata pelajaran;
c. Metoda, alat pembelajaran, strategi, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada
guru, dengan memperhatikan tingkat ketunalarasan serta kebutuhan peserta didik
d. Proses pelayanan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek sikap, motorik dan
psikomotor, serta pengetahuan
e. Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan,
tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
peserta didik.
14
7. Mengembangkan Keterampilan Sosial Empati
Empati adalah sebuah sikap yang dimiliki seseorang, yang membuat seseorang
tersebut mampu memahami perasaan orang lain sekaligus perasaan yang dimilikinya
bergabung atau menyatu dengan perasaan orang lain (Hernowo, 2005:11). Psikolog
Michael Nichols dari Albany Medical Collage berkata bahwa empati mempunyai dua
bahan yang penting, yakni pengertian akan perasaan orang lain tersebut. Ditambah
penerimaan akan perilaku yang ditampakan oleh orang lain yang sedang menghadapi
suatu tekanan dalam hidupnya atau kebahagian yang menggelora. Sehingga orang lain
berempati atas perihal yang terjadi pada dirinya.
Dalam buku Social Psychology karangan Robert A Baron dinyatakan: empati
adalah kemampuan seseorang untuk bereaksi terhadap emosi negatif atau positif
orang lain seolah-olah emosi itu dialami sendiri (Eko June,2008).Seorang anak
terkadang menunjukkan bentuk primitif dari sikap empati, misalnya dengan menangis
saat melihat ibunya sedang menangis memikirkan sesuatu yang tidak langsung ia
rasakan. Begitupun dengan orang dewasa, apalagi wanita yang cendrung lebih peka
perasaannya ketimbang lelaki.
Melihat konsep di atas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa empati adalah
sebuah perasaan dimana seseorang mengerti dan menerima perasaan orang lain.
Karena itu, seseorang tersebut akan cendrung melakukan sesuatu untuk orang lain itu,
walau dengan hal sekecil apa pun yang bisa ia perbuat. Ada sebuah penelitian yang
menyatakan juga bahwa rasa empati pada anak berhubungan erat dengan pola asuh
ibu dan stimulasi yang diberikan oleh ibu sebelum usia lima tahun ke atas. Membina
keterampilan empati:
a. Mulai dari diri sendiri. Merekam perasaan kita dengan menuliskannya dan berbagi
pada peserta didik kita.
b. Mengajari mereka menjadi pendengar cerita yang baik, masalah dan perasaan
orang lain maka perasaan kita akan semakin kaya dan pada akhirnya bisa semakin
tau cara memahami masalah dan perasaan orang lain tersebut.
c. Kalah kejadian sama saya. Coba untuk membayangkan apa yang bakal kita rasakan
kalau mengalami satu perasaan atau kondisi yang sedang dialami orang lain.
15
Dengan begitu akan muncul emosi yang sama baik positif maupun negatif entah
itu marah, sedih, gembira. Memposisikan diri kita dalam posisi orang lain.
d. Memperlihatkan pada anak bahwa kita ber-empati .
1) Beri tahu apa akibatnya.
Coba pikirkan perilaku dan perkataan kita ke orang lain sebelum kita
melakukannya atau mengucapkannya. Apakah akan menyakitinya, apakah
cukup bijak dll.
2) Adil, jangan menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri malas
atau tidak melakukannya. Misal menyuruh orang lain untuk berjualan door to
door padahal kita sendiri malas melakukannya, maka jangan menyuruh seperti
itu.
3) Kasih bantuan. Beri aksi nyata dengan menanyakan apa yang bisa kita lakukan
untuk membantu seseorang. Jika tidak bisa memberikan apa yang diminta cari
alternatif lain atau menanyakan apakah ada orang lain yang juga bisa ikut
membantu. Marilah kita asah selalu rasa empati kita. Bukan bermaksud riya
bahwa kita telah memilikinya dan kita berjiwa sok sosial namun siapa tau
suatu saat kitalah yang mengalami posisi yang sama sulitnya dan tanpa
disangka karena kita sudah berempati maka akan ada yang berempati balik
tanpa kita harapkan.
8. Mengembangkan Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata dasar mandiri yang sering orang mengatakan berdiri di
atas kaki sendiri, merupakan kemampuan seorang untuk tidak tergantung pada orang
lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya. Selain itu dalam Studi Kasus
Hambatan Psikologis Dependensi terhadap Orangtua, Musdalifah mengatakan bahwa
kemandirian adalah hasrat untuk melakukan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara
singkat dapat dipahami bahwa kemandirian mengandung pengertian:
a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikan dirinya.
b. Mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
c. Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas- tugasnya.
16
d. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.
Rober (dalam Santrock) mengatakan bahwa kemandirian merupakan suatu
sikap otonomi dimana seseorang relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat,
dan kenyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut seorang remaja diharapkan
akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Jadi kemandirian adalah suatu sikap yang dihasilkan secara kumulatif selama
perkembangan seorang anak, dimana individu akan terus belajar untuk menghadapi
berbagai situasi di lingkungannya, sehingga pada akhirnya individu tersebut akan
mampu bertindak dan berpikir sendiri. Agar anak dapat mandiri, dukungan dan
dorongan dari keluarga serta lingkungan disekitarnya, agar dapat mencapai otonomi
atas diri sendiri. Peran orangtua dan respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi
anak sebagai “penguat” bagi setiap perilakunya. Apa saja yang bias kita lakukan untuk
mereka? Diantaranya adalah:
a. Melatih anak berani berjalan sendiri tanpa ditemani, dan atau orang tua melihat
dari jauh.
b. Membiasakan anak mempunyai catatan, atau hapal alamat dan nomor telepon
yang mudah dihubungi.
c. Melatih anak mengenal lingkungan tempat tinggal.
d. Melatih anak agar tak mudah mempercayai orang yang baru dikenal
e. Melatih anak mengerjakan pekerjaannya.
f. Sebagai orang tua, hendaknya sedini mungkin mendeteksi kebohongan anak, dan
berilah pengertian dan pemahaman bahwa ia tidak sepatutnya berkata yang
tidak sesuai dengan faktanya. Beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan
orang tua terkait dengan ini misalnya.
9. Mengembangkan Kejujuran
Jujur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah tulus, tidak culas, lurus hati.
Sedangkan jujur menurut Al Quran adalah Shidq, yang mempunyai makna dasar
“kuat”. Orang yang shidq (benar / jujur) adalah orang yang kuat, karena itu dia berani
menyatakan kebenaran walau sepahit apa pun.
17
Namun menurut Albert Hendra Wijaya, jujur jika diartikan secara baku adalah
"mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan
kebenaran". Secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan
pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan
yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika
seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui
suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai
tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya. Dengan demikian
kejujuran ini bisa kita definisikan sebagai sikap yang berlandaskan pada kebenaran dan
keobjektifan dalam menilai, menerima, memperjuangkan dan mengakui sesuatu
perbuatan.
10. Prosedur Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
Program Pengembangan perilaku pribadi dan sosial dilaksanakan secara
terprogram dan sesuai dengan usia peserta didik tunalaras. Prosedur pelaksanaannya
seperti pada bagan di bawah ini.
18
11. Pelaksanaan Program Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial
(Diadopsi dari Kemendikbud, 2014)
a. Jujur
1) Indikator
a) Menjelaskan arti kejujuran dengan benar
b) Menyebutkan 3 contoh perilaku jujur
c) Dapat berperilaku jujur dalam berbelanja
d) Dapat berperilaku jujur dalam berbicara
e) Dapat berperilaku jujur dalam melaksanakan tugas
f) Dapat berperilaku jujur dalam membagi
g) Berperilaku jujur dalam menyampaikan pesan
h) Tidak menyontek saat ulangan
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
a) Membawa peserta didik pada kegiatan yang menampilkan perbuatan
kejujuran, berupa kegiatan sehari-hari yang dapat dilaksanakan di
rumah atau di sekolah misalnya :
(1) berbelanja, peserta didik diberi tugas untuk berbelanja atau
membeli sesuatu yang ada pengembalian uang.
(2) diberi tugas untuk menyelesaikan satu pekerjaan
(3) membagi sesuatu (makanan, uang, atau benda lain) kepada teman
dengan adil
(4) menyampaikan pesan atau informasi kepada seseorang atau
kelompok
b) Bersama-sama membuat daftar tugas kegiatan–kegiatan yang
memerlukan kejujuran
c) Anak diberi waktu untuk berdiskusi tentang daftar tugas yang telah
disusun, untuk mengidentifikasi perbuatan yang berkaitan dengan
contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
d) Melakukan pengecekan atas tugas yang telah disusun dan didiskusikan
b. Tanggung Jawab
19
1) Indikator
a) Menjelaskan arti tanggung jawab
b) Menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diterima
c) Menyadari perbuatan yang telah dilakukan
d) Menepati janji
e) Menggunakan fasilitas umum dengan baik
f) Memelihara fasilitas umun dengan baik
g) Menjaga ketertiban lingkungan dengan baik
h) Memiliki sikap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
i) Melaksanakan tugas secara teratur
j) Melaksanakan tugas tanpa disuruh
2. Langkah-langkah Pelaksanaan Program.
a) Memberi tugas kepada peserta didik pekerjaan di sekolah atau
rumah tangga yang harus diselesaikan dengan batasan waktu
b) Berdiskusi tentang arti dan pengertian tanggung jawab, yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari – hari
c) Memberi contoh tentang kegiatan-kegiatan yang dapat menahan
amarah dan mengendalikan emosi
d) Berdiskusi dengan anak tentang contoh kegiatan yang berkaitan
dengan pembagian tugas yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
sehari-hari, yang dilaksanakan di rumah, di sekolah dan di lingkungan
sekitar misalnya : pekerjaan kerumah tanggaan, pemeliharaan milik
pribadi, kebersihan pribadi, membersihkan kelas dan selalu membuat
catatan atas pekerjaan yang sudah dilakukan atau yang belum
dilaksanakan
c. Disiplin
1) Indikator
a) Menjelaskan arti kedisiplinan
b) Menyebutkan contoh kegiatan penanaman disiplin
c) Menjelaskan manfaat disiplin dalam kehidupan sehari hari
20
d) Menerapkan disiplin dalam memanfatkan waktu
e) Menerapkan disiplin dalam melaksanakan ibadah
f) Memiliki sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari
g) Memiliki catatan kegiatan
h) Hadir tepat waktu di setiap kegiatan
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
a) Melakukan apel/baris sebelum masuk kelas melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, dan setelah selesai melaksanakan kegiatan belajar
mengajar
b) Mengecek, menegur dan memberi sangsi kepada pesrta didik apabila
tidak mengenakan seragam dan kelengkapan yang tidak sesuai dengan
peraturan sekolah
c) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari di sekolah maupun di rumah,
(waktu belajar, bermain, waktu melaksanakan kegiatan keluarga), dll
d) Mengarahkan peserta didik untuk beribadah sehari-hari dengan tepat
waktu sesuai kepercayaan yang dianutnya
e) Melaksanakan upacara bendera setiap hari senin dan hari besar di
sekolah
d. Sopan Santun
1) Indikator
a) Menjelaskan arti sopan santun
b) Mengidentifikasi ciri –ciri perlaku sopan santun
c) Menyebutkan contoh sopan santun yang berlaku di keluarga, sekolah
dan masyarakat
d) Bersikap sopan dan santun dalam mengemukakan pendapat
e) Bersikap sopan dan santun dalam menerima pendapat
f) Berpakaian sopan di setiap penampilan
g) Berperilaku sopan dalam berlalulintas
h) Berperilaku sopan dan santun sesuai dengan aturan yang berlaku di
keluarga, sekolah dan masyarakat
i) Menghargai orang lain
21
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
a) Berdiskusi tentang pengertian sopan santun, cara bersopan- santun
di keluarga, sekolah dan masyarakat
b) Menghargai dan mendengar pendapat orang lain
c) Memberi contoh cara berpakaian yang wajar sesuai dengan
kebutuhan dan situasi, yang tidak terlepas dari adap dan sopan
santun serta cara berpakaian
d) Bermain peran sebagai :
(1) anak dan orang tua
(2) anak dengan orang yang lebih tua
(3) tamu dengan tuan rumah
(4) guru dengan peserta didik
e) Berdiskusi mengenai sopan santun berlalu-lintas
f) Mengenalkan rambu-rambu lalu-lintas beserta artinya
g) Berdiskusi tentang sopan-santun berlalu-lintas dan bahaya
pelanggarannya bagi diri sendiri dan orang lain
h) Memberi arahan kepada peserta didik secara terus menerus untuk
selalu sopan dalam tindakan dan menghargai orang lain
i) Memberi contoh cara menghargai orang lain, selalu mengucapkan
kalimat terima kasih setiap mendapatkan sesuatu dari orang lain,
mengucapkan kata tolong untuk meminta bantuan orang lain
e. Norma dan Aturan
1) Indikator
a) Menjelaskan arti norma dan aturan
b) Mengidentifikasi norma dan aturan yang berlaku di keluarga, sekolah
dan masyarakat
c) Mematuhi norma dan aturan yang berlaku di keluarga
d) Mematuhi norma dan aturan yang berlaku di sekolah
e) Mematuhi norma yang berlaku di masyarakat
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
22
a) Mengenalkan aturan dan norma-norma yang berlaku di rumah,
sekolah, dan masyarakat
b) Berdiskusi tentang norma dan aturan yang berlaku di rumah, sekolah,
dan masyarakat, dilanjutkan menginventaris norma dan aturan yang
ada dan berlaku di keluarga, sekolah dan masyarakat, peserta didik
bertugas membuat laporan darinhasil diskusi
c) Mencatat norma dan peraturan yang pernah dilaksanakan dan yang
pernah dilanggar di rumah, sekolah dan masyarakat
d) Menceritakan akibat pelanggaran norma dan aturan yang pernah
dilakukan, di rumah, sekolah dan di masyarakat
e) Menceritakan sangsi apakah yang pernah didapatkan akibat dari
pelanggaran norma dan aturan yang dilakukan
f) Bersama-sama secara berkelompok peserta didik membuat solusi dan
janji agar tidak terulang perbuatan-perbuatan yang pernah
dilanggarnya
g) Mencatat/membuat jurnal harian kegiatan-kegiatan yang melanggar,
dan yang tidak melanggar norma dan aturan di rumah, sekolah dan
masyarakat
h) Membuat kesepakatan akan selalu mematuhi noma dan aturan yang
berlaku
i) Guru harus selalu mengecek dan memantau semua tugas yang
diberikan kepada peserta didik
f. Kerja Sama
1) Indiaktor
a) Mendefinisikan arti kerja sama
b) Menyebutkan 3 contoh kerja sama dalam kehidupan sehari-hari
c) Dapat bekerja sama dengan individu lain
d) Dapat bekerja sama dengan kelompok lain
e) Bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
f) Memiliki sikap gotong royong
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
23
a) Berdiskusi mengenai arti kebersamaan.
b) Guru memberi pengertian bahwa pekerjaan yang berat akan menjadi
ringan bila dikerjakan bersama-sama
c) Menyelesaiakan tugas secara kelompok misalnya :
(1) memelihara tanaman
(2) membersihkan kelas
(3) membersihkan lingkungan
(4) merawat hewan peliharaan
(5) mengerjakan tugas kelompok salah satu mata pelajaran
(6) mengerjakan PR, dan belajar kelompok
(7) permainan olah raga beregu
(8) membantu pekerjaan rumah tangga : merapikan kamar, mencuci
piring, mengepel, memasak, mencuci pakaian, seterika pakaian
(9) mengikuti kerja bakti di masing-masing lingkungan rumah
(10) Mengarahkan peserta didik bagaimana cara yang baik bekerja
sama dalam kelompok
d) Memberi pengertian tertang pentingnya kerjasama dikaitkan dengan
kehidupan bermasyarakat dan agama serta kepercayaan yang
dianutnya
g. Kepemimpinan
1) Indikator
a) Mendefinisikan arti pemimpin
b) Menyebutkan 5 nama pemimpin idola
c) Mempraktikan cara bicara pemimpin idola dalam kehidupan sehari-hari
d) Mempraktikan menjadi pimpinan di lingkungan sekolah
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
a) Berdiskusi tentang cara-cara memimpin yang baik
b) Bercerita tentang pemimpin-pemimpin yang terkenal, dan menanyakan
pemimpin idola dari masing-masing peserta didik
c) Setiap peserta didik menceritakan keberhasilan dan kehebatan dari
pemimpin idolanya
24
d) Dengan suasana santai peserta didik dimimta untuk mengemukakan
pendapat tentang pemimpin idolanya dari berbagai segi pandang setiap
peserta didik
e) Mencari informasi dari media tentang tokoh pemimpin-pemimpin yang
diidolakan, kemudian membuat tulisan andaikan “ aku menjadi dia “
f) Mengumpulkan atau mengkoleksi gambar maupun bacaan yang
memuat tentang tokoh atau pemimpin yang berhasil, dan menjadi
idolanya
g) Memberi tugas bergantian di kelas untuk memimpin satu kegiatan yang
memerlukan satu komando dari satu pemimpin
h) Melaksanakan tugas memjadi pemimpin yang baik
h. Percaya Diri
(1) Indikator
a) Menjelaskan arti sikap percaya diri
b) Memberi 3 contoh sikap percaya diri dalam penampilan di depan umum
c) Memiliki rasa percaya diri saat berbicara di depan umum
d) Memiliki rasa percaya diri saat tampil di depan umum
e) Memiliki keberanian untuk berbicara di depan orang banyak
f) Memiliki keberanian untuk mengambil keputusan
(2) Langkah-langkah Pelaksanaan Program
a) Berdiskusi tentang bagaimana sikap percaya diri,cara berbicara dan
tampil di depan umum atau orang banyak
b) Melatih peserta didik untuk berani berbicara di depan umum atau orang
banyak, dimulai dari berbicara diantara teman sekelas, sebagai petugas
upacara
c) Tampil pada pentas seni yang diadakan sekolah
d) Sebagai pembawa acara pada suatu kegiatan yang diadakan oleh sekolah
e) Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih dan menentukan satu
kegiatan, atau satu benda dari beberapa kegiatan atau benda yang ada/
berlangsung di sekitarnya
i. Penguasaan Diri
25
(1) Indikator
a) Menjelaskan arti penguasaan diri
b) Menyebutkan 3 ciri orang yang memiliki sikap penguasaan diri yang baik
c) Mengidentifikasi kegiatan yang berkaitan dengan penguasaan diri
d) Dapat menguasai diri saat mengemukakan pendapat
e) Dapat menguasai diri saat mengambil keputusan
f) Dapat menguasai diri dari pengaruh lingkungan
(2) Langkah-langkah pelaksanaan Program
a) Mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan penguasaan diri dan
pengendalian emosi
b) Belajar berorganisasi, menjadi pengurus kelas, membentuk panitia pada
kegiatan sekolah, agar anak dapat berlatih menguasai diri pada saat
mengemukakan pendapat
c) Selalu diberi arahan agar jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang
negatif dari lingkungan sekitar
d) Diberi arahan jangan selalu terburu-buru untuk mengambil keputusan,
karena salah menentukan keputusan akan berakibat fatal. Jadi pada saat
mengambil keputusan sebaiknya :
(1) Memikirkan sebab dan akibatnya
(2) Tidak terburu-buru
(3) Tidak terpengaruh dengan orang lain
(4) Harus sesuai dengan kemauan hati
j.Penyalahgunaan Narkoba
1) Indikator
a) Menjelaskan dampak dan akibat penyalahgunaan narkoba
b) Menyebutkan 3 contoh jenis narkoba
c) Menyebutkan 3 dampak penyalahgunaan narkoba
d) Menyebutkan 3 cara menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba
e) Menyebutkan resiko terhadap dirinya bila menggunakan narkoba
f) Menyebutkan resiko yang diterima dari masyarakat terhadap dirinya bila
menyalahgunakan narkoba
26
g) Menghindarkan diri dari perbuatan penyalahgunaan narkoba
2) Langkah-langkah pelaksanaan program
a) Berdiskusi tentang pengertian dan bahaya yang diakibatkan dari
penyalahgunaan narkoba dari segi kesehatan
b) Memberi pengertian tentang resiko penyalahgunaan narkoba ditinjau
dari segi hukum
c) Membahas penyalahgunaan narkoba yang terjadi sehari-hari dalam
kehidupan masyarakat dengn menggunakan CD, gambar vidio, televisi ,
maupun berita dari media
d) Mengenalkan dan menunjukan contoh gambar atau visual jenis-jenis
narkoba, atau bahan yang mengandung narkoba yang beredar di
masyarakat
e) Mengarahkan peserta didik jangan sampai mendekati atau
menyalahgunakan narkoba, dengan memasang slogan-slogan anti narkoba
dan mengadakan penyuluhan tentang bahaya dan dampak penyalahgunaan
narkoba
REFERENSI
Baron,Robert A &Byrne,Donn(2004)Psikilogi Sosial,Jakarta:Erlangga
Berk,Laura(2006)Child DevolopmentPearson Education,Inc.:Boston.
Gulay,H.Akman,K.&Kargi,F.(2009). Sosial Skill offirst-grade primary school studens and pre school education.Education,133(3),663-679
Hallahan,D.P.Kauffman,J.M.Pullen,CP.Exceptional Learners Intruduction to Special education.11 th.ed.USA Pearson
Hernowo,(2005).Menjadi Guru yang Mau dan Mampu mengajar Secara Menyenangkan Bandung:Mizan Learning Cenrer
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Pedoman Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial bagi Peserta Didik Tunalaras. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Shephend,T.(2010).Working with Students with Emotional and Bihavior Disorders Characteristik and Bihavior Disorder. New Jersey.Pearson
Wijaya,Albert Hendra.htt://Indonesia.siutao.com/tetesan/kejujuran.php