surat keteranganyuyun_yuniar.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/74064/... · perpustakaan...
TRANSCRIPT
-
Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE
BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Nomor Pengunggahan
SURAT KETERANGANNomor: 108/PERPUS/UG/2020
Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : YUYUN YUNIAR ROHMATINNomor Penulis : 130942Email Penulis : [email protected] Penulis : Jalan Bkkbn raya kampung ciketing no 36. kelurahan mustika jaya kecamatan
mustika jaya kecamatan mustika jaya
Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FTI/ID/PENELITIAN/108/2020Judul Penelitian : Analisis Proses Produksi Dan Spesifikasi Desain Jok Pada Produk Bus Di CV. Laksana
KaroseriTanggal Penyerahan : 10 / 08 / 2020
Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.
Dicetak pada: 10/08/2020 15:56:57 PM, IP:114.79.7.61 Halaman 1/1
-
Analisis Proses Produksi Dan Spesifikasi Desain Jok Pada Produk Bus
Di CV. Laksana Karoseri
Yuyun Yuniar Rohmatin1
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
ABSTRAK CV. Laksana merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang industri
otomotif. Perusahaan ini memproduksi produk utama yaitu karoseri bus. Desain merupakan rancangan
yang melibatkan suatu kreativitas serta suatu inovasi. tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis
proses produksi bus dan desain jok bus pada CV. laksana Karoseri
Berdasarkan dari penelitian diketahui bahwa Proses produksi bus dari CV Laksana diawali dengan
penerimaan chassi. Bus yang telah dipasang rangka, kemudian dilakukan pembuatan body, Pendempulan
dilakukan pada permukaan bus yang dinilai kurang rata, bus yang telah lulus pengecekan kualitas
pendempulan selanjutnya memasuki proses painting. Selanjutnya proses finishing pemasangan dashboard
dan pemasangan elektrik, pre delivery inspection (PDI) jika sesuai dengan standar qualitas yang
ditetapkan selanjutnya bus akan di kirim. Analisis Spesifikasi desain jok pada bus dimulai dari
menentukan rangka jok yang terbuat dari material baja dengan lapisan pelindung terbuat dari material
beludru. Pada sandaran jok spesifikasi yang dipertimbangkan adalah tebal sandaran 100 mm lebar
sandaran 420 mm dan tinggi sandaran 680mm. Spesifikasi desain jarak antar Jok Pada Bus
mempertimbangkan alas duduk dengan sandaran kursi depan sebesar 278mm, Sandaran punggung jok
belakang dan jok depan sebesar 635mm dan sandaran kepala depan dan belakang 665mm ,Desain jarak
ngang antar jok mempertimbangkan Lebar gang jok samping kiri dan kanan sebesar 400mm, Lebar gang
antar sandaran tangan kiri dan kanan 440mm dan Lebar gang antar sandaran kepala sebesar 460mm
Kata Kunci : Proses, Produksi,spesifikasi, Desain, jok, bus
PENDAHULUAN
Perusahaan selalu ingin meningkatkan hasil jual produknya untuk dapat bersaing
dengan perusahaan sejenis lainnya. salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas, perusahaan memprioritaskan perhatiannya terhadap desain produk yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut dengan tujuan bisa bersaing dengan desain-desain
dari perusahan lainnya. Desain merupakan sebuah rancangan yang melibatkan suatu
kreativitas dan suatu inovasi, dimana desain dapat dikatakan berpengaruh berkaitan
dengan keindangan atau keistimewaan dalam sebuah produk yang diproduksi
Desain interior adalah ilmu yang mempelajari perancangan suatu karya seni yang
ada didalam suatu bangunan dan digunakan untuk memecahkan masalah manusia.
Dengan menerapkan desain interior yang baik, maka dapat membantu perusahaan
manufaktur tersebut untuk menciptakan desain yang terbaik. Menurut penelitian yang
telah dilakukan terdahulu, perusahaan dalam proses desain interior tersebut belum
menerapkan strategi khusus untuk pembuatan desain tersebut, sehingga desain yang
mailto:[email protected]
-
dihasilkan terlihat biasa aja dan kurang elegant, untuk itu perusahaan perlu menerapkan
pembuatan desain interior dengan matang dalam proses pembuatan desain tersebut.
CV. Laksana merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak
dibidang industri otomotif. Desain dibutuhkan sebelum melakukan pembuatan produksi
jok pada karoseri bus, dengan tujuan perusahaan dapat menghasilkan desain jok yang
elegant berdasarkan permintaan. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis untuk
melakukan penelitian mengenai analisis Proses Produksi dan Spesifikasi Desain jok
Pada Produk Bus Di Cv. Laksana Karoseri.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses produksi dan
Spesifikasi desain pada produk bus di CV.Laksana. Tujuan yang ingin adalah untuk
menganalisis proses produksi dan Spesifikasi Desain Jok pada produk bus di CV.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Produksi
Proses produksi dapat didefiniskan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga
kerja, material, informasi, metode kerja, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan,
guna menghasilkan nilai tambah bagi produk, agar dapat dijual dengan harga kompetitif
dipasar. Definisi lain dari proses tersebut adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan
melalui suatu aliran material dan informasi yang mentransformasikan berbagai input ke
dalam output yang bermanfaat dan bernilai tambah tinggi (Gaspersz, 2002). Proses
produksi adalah aktivitas membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin,
energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain (Baroto, 2002). Suatu kegiatan dengan
melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang
berguna (Yamit 2005).
Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber
tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana yang ada (Assauri 2008). Proses produksi
merupakan suatu cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah
baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan (Ahyari 2005).
Jenis - jenis produksi
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi.
Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses
perubahan bentuk, proses perakitan, proses transportasi, dan proses penciptaan jasa-jasa
adminstrasi (Ahyari, 2002).
Menurut (Assauri 1999) ada 2 jenis proses produksi:
1) Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes).
2) Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes) Sebenarnya perbedaan
pokok antara kedua proses ini terletak padapanjang tidaknya waktu persiapan /
mengatur (set up) peralatanproduksi yang digunakan untuk memprodusir sesuatu
produk ataubeberapa produk tanpa mengalami perubahan.
Proses Perakitan
Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian
komponen menjadi suatu produk yang mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan
dimulai bila obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut telah
bergabung secara sempurna. Perakitan juga dapat diartikan penggabungan antara bagian
yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya (Sutalaksana, 1979).
-
Pada prinsipnya perakitan dalam proses manufaktur terdiri dari pasangan semua
bagian-bagian komponen menjadi suatu produk, proses pengencangan, proses inspeksi
dan pengujian fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil perakitan yang
baik dan hasil perakitan yang buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian
akhir. Perakitan merupakan proses khusus bila dibandingkan dengan proses manufaktur
lainnya, misalnya proses permesinan (frais, bubut, bor, dan gerinda) dan pengelasan
yang sebagian pelaksanaannya hanya meliputi satu proses saja. Sementara dalam
perakitan bisa meliputi berbagai proses manufaktur (Sutalaksana, 1979).
Pengertian Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual
produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan,
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli
pasar (Tjiptono, 1998).
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari
produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil
produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian (Kotler & Armstrong, 2001).
Pengertian Desain
Kata “Desain” adalah kata baru yang indonesiakan dari bahasa inggris: desain.
Sebetulnya kata “Rancang” atau “Merancang” adalah terjemahan yang dapat digunakan.
Namun dalam perkembangannya kata “Desain” menggeser makna kata “Rancang”
karena kata tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor
profesi atau kompetensi Desainer (Sachari, 2000).
Dalam kontek budaya industri, desain adalah suatu upaya penciptaan model,
kerangka bentuk, pola atau corak yang direncanakan dan dirancang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan manusia pemakai, dalam hal ini konsumen akhir. Dengan ungkapan
lain, kegiatan desain merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari gagasan-gagasan
inovatif, atau kemampuan untuk menghasilkan karya cipta yang benar- benar dapat
memahami permintaan pasar (Bagas, 1999).
Desain merupakan totalitas fitur yang mempengaruhi bagaimana sebuah produk
terlihat, terasa, dan berfungsi bagi konsumen. Desain menawarkan tiga hal yaitu fungsi,
estetika dan daya tarik. Desain yang baik bagi perusahan merujuk pada kemudahan
dalam pembuatan dan distribusi. Sedangkan bagi konsumen, desain yang baik adalah
produk yang indah atau bagus untuk dilihat, mudah di buka, dipasang, digunakan,
diperbaiki dan dibuang (Kotler dan Keller, 2009).
Palgunadi (2007) berpendapat istilah „desain‟ maknanya adalah „rencana‟, maka
„rencana‟ adalah bendanya (benda yang dihasilkan dalam proses perencanaan).
Kegiatannya disebut‟ merencana‟ atau „mencananakan‟. Pelaksananya disebut
-
„perencana‟, sedangkan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan proses pelaksanaan
pembuatan suatu rencana, disebut „perencanaan‟. Jadi kata „mendisain‟ mempunyai
pengertian yang secara umum setara dengan „merencana, merancang, rancang bangun,
atau merekayasa, yang artinya setara dengan istilah „to design‟ atau „designing‟ (Bahasa
Inggris). Istilah mendesain mempunyai makna: „melakukan kegiatan/ aktivitas/proses
untuk menghasilkan suatu desain.
Strategi Desain Produk
Strategi Desain Produk Strategi desain produk berkaitan dengan standarisasi
produk. Perusahaan memiliki tiga pilihan desain produk yaitu produk standar,
costomized product (produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan 20
pelanggan tertentu) dan produk standar dengan modifikasi. Tujuan dari strategi desain
produk adalah sebagai berikut (Tjiptono, 1998).
1. Produk Standar. Strategi ini digunakan perusahaan untuk meningkatkan skala
ekonomi melalui produksi massal.
2. Costumized Product. Strategi ini digunakan perusahaan untuk bersain dengan
produsen produk massal, melalui fleksibelitas desain produk.
3. Produk Standar dengan Modifikasi. Strategi ini merupakan kombinasi antara
strategi produk standar dan costumized product. Pelaksanaan ketiga strategi di atas
memerlukan analisis secara mendalam terhadap perspektif produk dan pasar, serta
perubahan lingkungan, khususnya perubahan teknologi. Hasil yang ingin didapat
dari strategi ini adalah pertumbuhan pangsa pasar dan laba.
Tujuan Desain Produk
Desain produk merupakan keputusan kritis awal dalam manajemen operasi.
Berbagai produk yang ada di sekitar kita, sebagian besar diantaranya memiliki desain
awal sebelum diproduksi dan dipasarkan kepada konsumen. Desain menjadi penentu
awal kesuksesan atau ketidaksuksesan peluncuran produk secara komersial ke pasaran.
Secara definisi, desain produk adalah penentuan spesifikasi suatu produk sehingga bisa
diproduksi secara ekonomis (Harsanto, 2013).
Tujuan Desain produk pertama adalah untuk menghasilkan produk yang
memberikan nilai guna, menghasilkan produk yang beraneka ragam, menghasilkan
produk yang up to date serta mempertemukan keinginan konsumen dan produsen.
Dengan melakukan desain terhadap sebuah produk sebelum diproduksi dan dipasarkan
diharapkan produk-produk tersebut tidak asal beredar, namun bisa memberikan nilai
guna bagi masyarakat. Dengan adanya desain dapat pula dihasilkan produk beraneka
ragam sehingga menhindari kebosanan konsumen. Juga menghindarkan peluncura
produk yang kuno bila dibandingkan competitor (Harsanto, 2013).
Desain produk dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antara produsen dengan
konsumen dengan memiimalisir kesenjangan persepsi mengenai produk yang
dikehendaki konsumen. Melalui mekanisme riset pasar atau teknik lainnya, kita dapat
menggali informasi apakah desain yang tengah disiapkan perusahaan memang selaras
dengan kebutuhan serta keinginan konsumen. Bila diketahui sejak dini kesenjangan
yang terjadi, maka perusahaan masih berkesempatan melakukan modifikasi-modifikasi
pertahapan desain (Harsanto, 2013).
Dalam desain produk diperlukan pula peninjauan dan penelitian antara produk
yang dibuat dengan produk lain, adapun terdapat beberapa fungsi desain produk.
Berikut merupakan empat fungsi desain produk (Handoko, 2002).
-
1. Untuk menghindari kegagalan yang mungkin terjadi dalam pembuatan produk.
2. Untuk memilih yang paling ekonomis dalam pembuatan produk.
3. Untuk menghitung dan mengkalkulasikan biaya-biaya dari harga produk yang
dihasilkan.
4. Untuk melakukan standarisasi dari produk yang dihasilkan.
5. Untuk menguji apakah produk yang dihasilkan tersebut telah memenuhi persyaratan
atau masih perlu dilakukan perubahan.
Aspek Desain Produk
Banyak sekali aspek-aspek rancangan atau desain produk yang mencakup
bentuk, fitur, mutu kesesuaian, daya tahan, kehandalan, gaya, dan kemudahan
perbaikan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing aspek (Kotler dan Keller,
2009).
1. Bentuk. Banyak produk dapat dibedakan dalam bentuk, ukuran, model atau struktur
fisik produk.
2. Fitur. Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan berbagai fitur yang
melengkapi fungsi dasar mereka atau keistimewahan tambahan. Sebuah perusahaan
dapat mengidentifikas dan memilih fitur-fitur baru yang sesuai dengan survei
pembeli baru-baru ini dan kemudian menghitung nilai pelanggan terhadap biaya
perusahaan untuk setiap fitur potensial. Pemasar harus mempertimbangkan berapa
banyak orang ingin setiap fitur, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
memperkenalkan itu, dan apakah pesaing bisa dengan mudah menyalin itu.
3. Mutu. Kesesuaian Merupakan tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang
diproduksi terhadap spesifikasi yang dijanjikan. Produk didesain dan dioperasikan
berdasarkan karakteristik yang mendekati standar produk untuk memenuhi
spesifikasi yang diminta.
4. Daya tahan. Merupakan suatu ketahanan pada suatu produk atau suatu ukuran usia
operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal atau berat yang merupakan
atribut berharga untuk suatu produk tertentu.
5. Keandalan. Merupakan ukuran kemungkinan bahwa suatu produk tidak akan rusak
atau gagal pada periode tertentu dan sifat nya tidak terlihat. Suatu produk dikatakan
baik akan memiliki keandalan sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama.
6. Gaya. Gaya yakni cara lain untuk menambah nilai pelanggan adalah melalui gaya
dan desain produk yang berbeda. Gaya hanya menggambarkan penampilan produk.
Gaya bisa menarik atau bahkan membosankan. Gaya sensasional bisa menarik
perhatian dan menghasilkan estetika yang indah, tetapi gaya tersebut tidak benar-
benar membuat kinerja produk menjadi lebih baik.
7. Kemudahan Perbaikan. Merupakan ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk
ketika produk itu rusak yang ukurannya dapat dilihat melalui nilai dan waktu yang
dipakai. Walaupun mutu produk penting, desain produk mungkin menawarkan
suatu keunggulan bersaing yang penting untuk produk-produk tertentu. Selain itu
desain produk dapat merupakan cerminan beberapa kategori produk. Desain yang
baik memberikan kontribusi pada kegunaan suatu produk disamping
penampilannya, karena desain mencapai inti suatu produk. Oleh karena itu, desain
produk dapat menjadi alat persaingan yang sangat baik dalam pemasaran yang
dilakukan oleh suatu perusahaan.
-
Terdapat langkah demi langkah sistemastis dalam melakukan desain produk.
Dalam pola kegiatan usaha industri semuanya berawal dari ide atau gagasan. Gagasan
tentu bisa terbuka sangat luas. Gagasan yang luas itu kemudian didiskusikan sekaligus
difilter untuk mendapatkan gagasan-gagasan terbaik. Dari sana lalu dilakukan riset dan
pengembangan untuk dari sisi kemungkinan penyerapan pasar serta kemungkinan
proses operasinya. Setelah itu dituangkan dalam gambar produk berupa blue print yang
kemudian bila memungkinkan dibuat skala uji cobanya melalui pilot project. Hasil dari
pilot poject berikutnya menjadi bahan evaluasi untuk penyempurnaan produk sebelum
peluncuran secara komersial ke pasaran (Harsanto, 2013).
Pendekatan dalam mendesain produk dapat terbagi tiga yakni market pull,
technology push dan crossfunctional view. Market pull artinya pasar menjadi orientasi
utama dalam merancang produk yang akan dibuat. Pasar menjadi penentu produk apa
yang akan ditawarkan oleh produsen. Technology push agak berbeda dengan
pendekatan pertama. Pada pendekatan kedua ini, yang menjadi pendorong utama adalah
teknologi yang yang dikembangkan perusahaan. desain produk melalui pengembangan
teknologi canggih ditulangpunggungi oleh bagian riset dan pengembangan (Harsanto,
2013).
Melalui pendekatan ini pasar yang secara alami akan menyesuaikan dengan
penawaran perusahaan. crossfunctional view adalah pendekatan dimana orientasi bukan
hanya pada pasar atau teknologi. Pendekatan ini melibatkan seluruh fungsi perusahaan
untuk bekerjasama mendesain produk yang terbaik agar dapat diserap pasar, secara
teknis bisa dibuat dan secara ekonomis menguntungkan perusahaan (Harsanto, 2013).
METODOLOGI PENELITIAN
-
7
Metodologi penelitian mengenai Analisis Proses Produksi dan Spesifikasi Desain
Jok PadaBus digambarkan pada gambar berikut :
Menentukkan Metode Penelitian yang digunakan
Mulai
Mendefinisikan Masalah
Menentukkan Tujuan
Ya
Mempersiapkan perlengkapan dan
peralatan yang dibutuhkan
Mengamati proses produksi dan
Pengendalian Kualitas
Hasil
OK
Pengolahan data dan analisa data penelitian berupa :
1. Mendeskripsikan Proses Produksi Bus 2. Mendeskripsikan Desain Jok Pada Bus yang meliputi :
Penentuan Rangka Jok
Penentuan material lapisan jok
Penentuan Spesifikasi Sandaran Jok
Penentuan Jarak Antar Jok Pada Bus
Kesimpulan
Selesai
-
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Pada Bus Cityline Di CV.Laksana Karoseri Ungaran
Proses produksi itu sendiri merupakan tahapan dalam suatu proses yang
dilakukan untuk membuat produk dari bahan mentah atau bahan baku
Proses pertama adalah penerimaan chassis. Chassis berupa rangka bawah yang
berfungsi sebagai penopang berat, beban kendaraan, mesin, dan penumpang. Proses ini,
perusahaan akan menerima chassis baik dari konsumen langsung ataupun yang dipesan
dari dealer sesuai permintaan konsumen. Chassis yang biasa digunakan berasal dari
pabrikan HINO, Mercedes-Benz, Volvo, dan Scania. Chassis bus tiba di CV.Laksana,
maka pihak karoseri melakukan suatu pemeriksaan berdasarkan prosedur yang ada, yaitu
melakukan pengecekan kelengkapan komponen dan fungsi standar chassis. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan memeriksa beberapa dokumen dan menggunakan beberapa alat
sesuai dengan jenis pengecekan yang akan dilakukan oleh beberapa operator bagian
penerimaan chassis. Pemeriksaan kelengkapan komponen dilakukan untuk memastikan
kelengkapan akan komponen yang dipesan telah sesuai dan pemeriksaan fungsi standar
chassis dilakukan untuk memastikan komponen yang terpasang pada chassis, seperti stir,
roda, mesin, dan komponen lainnya telah berfungsi sepenuhnya dan dalam kondisi yang
siap untuk dilanjutkan ke proses selanjutnya. Namun, apabila kelengkapan komponen dan
fungsi standar chassis tidak sesuai dengan yang dipesan perusahaan, maka chassis
tersebut akan dikembalikan kepada dealer, sampai dealer mengirim kembali chassis baru
ke pihak perusahaan, dengan kelengkapan komponen dan fungsi standar chassis sesuai
dengan yang dipesan oleh perusahaan, sehingga chassis tersebut dapat dilanjutkan ke
proses selanjutnya untuk dilakukan proses produksi pembuatan bus. Berikut merupakan
gambar 2 proses penerimaan chassis.
Gambar 2 Proses Penerimaan Chassis
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)
Proses kedua yaitu penyambungan chassis. Proses ini merupakan proses
penyambungan chassis yang cenderung dilakukan dalam memenuhi permintaan
konsumen untuk produksi kendaraan bus besar. Namun, sebelum melakukan proses
penyambungan chassis, terlebih dahulu melakukan tahap pelepasan suku cadang (stripp
off) pada chassis, tahap ini berlaku untuk produksi kendaraan bus kecil, produksi
kendaraan bus sedang dan kendaraan bus besar. Proses pelepasan suku cadang dilakukan
untuk menghindari terjadinya suatu kerusakan ataupun kebakaran pada komponen yang
telah terpasang pada chassis, hal tersebut biasanya disebabkan karena banyaknya proses
pengelasan pada chassis. Komponen yang wajib dilepas pada chassis diantaranya tangki
bensin, baterai (accu), kompartemen mesin dan komponen lainnya yang mudah terbakar,
sedangkan komponen yang tidak wajib dilepas pada chassis diantaranya stir, roda dan
komponen lainnya yang cenderung terbuat dari bahan karet atau plastik, namun
-
9
komponen ini tetap diberikan perlindungan dengan menggunakan kain anti panas untuk
mengindari terkenanya percikan api dari pengelasan yang dapat merusak komponen
plastik tersebut. Setelah proses pelepasan suku cadang dilakukan, maka dapat dilakukan
proses penyambungan chassis. Proses penyambungan chassis hanya cenderung dilakukan
dalam memenuhi permintaan konsumen untuk produksi kendaraan bus besar, maka dari
itu chassis yang biasanya digunakan yaitu chassis bertipe modular frame. Chassis
tersebut memiliki dua bagian yang terpisah (tidak menyatu), yaitu bagian kompartemen
mesin dan bagian kompartemen kemudi, sehingga tipe chassis ini cocok digunakan untuk
produksi bus besar, karena tipe chassis ini mudah untuk menyesuaikan ukuran bus
dengan permintaan konsumen dan kompartemen bagasi yang dapat tembus dibawah
kabin atau dapat diberi sekat pembatas pada bagasi. Penyesuaian ukuran chassis dapat
disesuaikan dengan menentukan jarak antara bagian kompartemen mesin dan bagian
kompartemen kemudi, dan untuk menyambungkan kedua bagian kompartemen tersebut
digunakan beberapa tambahan besi yang akan menyatukan kedua ujung dari bagian
kompartemen yang terpisah menjadi satu kesatuan chassis melalui bracket. Penggunaan
bracket akan dipasangkan diatas chassis utama dengan menggunakan beberapa baut dan
memakai alat kunci pas untuk menyambungkan bracket pada chassis utama. Bracket ini
berfungsi sebagai perantara penyambungan tambahan besi untuk kedua bagian
kompartemen yang terpisah dan pemasangan bracket juga berfungsi ketika bus hendak
ganti body hanya tinggal melepas baut yang tertanam. Proses ini dilakukan oleh beberapa
operator bagian penyambungan chassis. Berikut merupakan gambar 3 proses
penyambungan chassis.
Gambar 3 Proses Penyambungan Chassis
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses ketiga yaitu pemasangan rangka. Proses ini merupakan proses
pemasangan berbagai rangka bus ke chassis utama. Namun, sebelum melakukan proses
pemasangan rangka, terlebih dahulu melakukan tahapan pembuatan rangka-rangka yang
dibutuhkan. Proses pembuatan rangka dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan, biasanya
rangka yang dibuat terdiri dari pembuatan rangka dasar diantaranya rangka samping yang
berfungsi sebagai dinding kendaraan bus, kemudian rangka atap untuk menutupi bagian
atas kendaraan bus, kemudian rangka depan dan rangka belakang untuk menutupi bagian
depan dan bagian belakang kendaraan bus dan rangka untuk lantai kendaran bus. Material
yang digunakan perusahaan untuk pembuatan rangka yaitu pipa berbahan besi yang
dibentuk menjadi kotak (square pipe) dengan ukuran dan ketebalan yang berbeda
tergantung dari kebutuhan pembuatan rangkanya. Setelah rangka-rangka yang dibutuhkan
telah terbuat, maka dilanjutkan dengan melakukan proses pemasangan rangka ke chassis
utama. Pemasangan rangka ke chassis utama dilakukan dengan cara melalui pengelasan
di atas clam chassis (bracket) dengan menggunakan mesin las, karena chassis utama bus
-
10
dilarang terkena percikan api pengelasan yang dapat menyebabkan pemanasan pada
logam sehingga akan mempengaruhi kekuatan pada chassis, maka di pasangkan sebuah
bracket di atas chassis dengan memakai baut. Proses ini dilakukan oleh beberapa operator
bagian pemasangan rangka. Berikut merupakan gambar 4 proses pemasangan rangka.
Gambar 4 Proses Pemasangan Rangka
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses keempat yaitu pemasangan body. Proses ini merupakan proses pemberian
plat untuk body di sisi panel rangka yang terpasang pada chassis utama dan dilanjutkan
dengan penggosokan permukaan plat body bus. Setelah pemasangan rangka ke chassis
utama sudah terpasang dan membentuk sebuah panel, maka selanjutnya melakukan
proses pemberian plat untuk body di sisi panel rangka, mulai dari sisi samping kiri dan
samping kanan, sisi depan dan sisi belakang, lantai, atap, pintu, dan seluruh permukaan
bus lainnya. Dalam proses pemberian plat (pengeplatan) yang menjadi fokus utama
adalah proses pengeplatan pada lambung samping kiri dan samping kanan, karena pada
bagian ini rawan terjadinya plat yang bergelombang, maka untuk menghindari hal
tersebut, proses pengeplatan pada lambung samping kiri dan samping kanan
menggunakan mesin strecth machine, yang berfungsi menarik plat yang panjang dan
menempelkannya pada rangka body, sehingga dapat menghindari terjadinya plat yang
akan bergelombang, kemudian menggunakan mesin las untuk menempelkan plat dengan
mengelas plat pada rangka body. Permukaan bus selain samping kiri dan samping kanan,
ada yang menggunakan plat dan ada yang tidak menggunakan plat tergantung permintaan
konsumen, seperti untuk sisi depan dan sisi belakang, lantai, atap, pintu dan permukaan
lainnya. Bahan baku yang biasa digunakan untuk pengeplatan pada samping kiri dan
samping kanan yaitu plat galvanil, dan untuk bahan baku yang tidak menggunakan plat
galvanil dapat menggunakan bahan fiber glass atau plastic ABS (Arcylonitrile
Butadinene Styrene) yang dicetak menjadi cowl. Setelah proses pemberian plat
(pengeplatan) untuk permukaan body selesai, maka akan dilanjutkan dengan tahap
penggosokan permukaan plat body bus. Tahap penggosokan permukaan plat body
dilakukan pada seluruh permukaan plat body bus yang telah terpasang dengan
menggunakan mesin gerinda tangan (angle grinder), yang bertujuan untuk menghaluskan
seluruh permukaan plat yang melewati proses pengelasan. Seluruh proses ini dilakukan
oleh beberapa operator bagian pemasangan body. Berikut merupakan gambar 5 proses
pemasangan body.
-
11
Gambar 5 Proses Pemasangan Body
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses kelima yaitu pendempulan. Proses ini merupakan proses pelapisan pada
seluruh permukaan plat body bus yang tidak merata atau bergelombang. Proses
pemberian dempul pada permukaan plat body bus tidak diperbolehkan untuk memberi
terlalu banyak, karena akan menambah bobot bus yang akan berpengaruh terhadap
performa kendaraan bus, maka dari itu pemberian ketebalan dempul harus mengikuti
ketetapan pabrikan, yaitu sebanyak 3 kali pengolesan pada permukaan plat body bus yang
tidak merata atau bergelombang. Proses pendempulan dilakukan dengan menggunakan
alat perata dempul (skrap), proses ini dilakukan agar saat proses pengecatan dasar, cat
dasar akan menempel dengan tahan lama. Sebelum dilanjutkan ke proses selanjutnya,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap ketebalan dempul, apabila pemberian
dempul tidak sesuai dari yang sudah ditetapkan pabrikan, maka harus dilakukan proses
perbaikan ditempat dengan melakukan pengamplasan pada area plat yang diberikan
dempul, sampai ketebalan dempul sesuai dengan yang ditetapkan pabrikan. Berikut
merupakan gambar 6 proses pendempulan.
Gambar 6 Proses Pendempulan
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses keenam yaitu pengecatan (Painting). Proses ini merupakan proses
pemberian warna pada seluruh plat body bus. Proses pengecatan dilakukan secara manual
oleh operator pada bagian pengecatan, dengan menggunakan alat spray gun dalam proses
pengecatannya. Pengecatan bertujuan untuk memperindah penampilan pada plat body
bus, proses ini dilakukan dalam sebuah ruangan tertutup, agar pada saat melakukan
pengecatan tidak ada debu atau kotoran yang menempel pada plat body yang sedang
dicat. Proses pengecatan ini diawali dengan pemberian cat dasar (epoxy primer),
kemudian penempelan stiker (stripping) yang terngantung pada permintaan konsumen,
setelah itu dilakukan pengecetan ulang, hal ini bertujuan agar pemberian cat semakin
merekat dan kendaraan bus terlihat mengkilap. Berikut merupakan gambar 7 proses
pengecatan (painting).
-
12
Gambar 7 Proses Pengecatan (Painting)
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)
Proses ketujuh yaitu pemasangan instalasi (finishing). Proses ini merupakan
proses pemasangan berbagai interior kendaraan bus. Proses finishing terdiri dari
pemasangan instalasi yang meliputi pemasangan kabel untuk AC, lampu, dan lainnya.
Pemasangan ending plafon yang bertujuan membuat batasan ruang dalam kendaraan bus.
Pemasangan interior yang meliputi pemasangan dinding ruang dalam bus, karpet pada
lantai, pemasangan TV, pemasangan AC dan lainnya. Pemasangan interior dashboard
yang meliputi pemasangan bagian terkecil kendaraan bus, seperti tombol lampu, dan
tombol lainnya. Pemasangan elektrik yang meliputi pemasangan panel-panel bus. Seluruh
pemasangan ini menggunakan alat dan mesin yang sesuai dengan pemasangan
instalasinya yang dilakukan oleh beberapa operator bagian pemasangan instalasi. Berikut
merupakan gambar 4.8 proses pemasangan instalasi (finishing).
Gambar 8 Proses Pemasangan Instalasi (Finishing)
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)
Proses kedelapan yaitu P.D.I (Pre Delivery Inspection). Proses P.D.I merupakan
suatu proses uji pengecekan akhir. Proses uji pengecekan dimana sebelum bus dikirim
kepada konsumen, terlebih dahulu dilakukan suatu pengecekan ulang pada bus mengenai
kelengkapan bus, fungsi-fungsi operasional pada panel-panel bus dan mesin bus. Apabila
masih ditemukan ketidaksesuaian atau kegagalan fungsi pada bus, maka bus akan
-
13
dikembalikan lagi ke tempat proses produksi yang bersangkutan untuk dilakukan
perbaikan atau pemasangan ulang sehingga bus dapat dikirimkan perusahaan ke
konsumen, namun apabila bus sudah terselesaikan dan tidak ditemukan kesalahan
mengenai kelengkapan bus, fungsi-fungsi operasional pada panel bus dan mesin bus,
maka kendaran bus yang sudah diproduksi siap untuk dikirim oleh perusahaan kepada
konsumen. Berikut merupakan gambar 9 proses P.D.I (pre delivery inspection).
Gambar 9 Proses P.D.I (Pre Delivery Inspection)
(Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)
Proses terakhir yaitu pengiriman bus. Proses ini merupakan proses terakhir dalam
pengiriman kendaraan bus ke konsumen. Bus yang sudah melewati beberapa tahapan
proses produksi, mulai dari proses penerimaan chassis, penyambungan chassis,
pemasangan rangka, pemasangan body, pendempulan, pengecatan (painting),
pemasangan instalasi (finishing) sampai diakhiri dengan proses P.D.I (Pre Delivery
Inspection). Ketika semua proses produksi sudah dilewati, maka sudah dapat dikatakan
bus city line terselesaikan dalam proses produksi dan bus city line siap untuk dikirimkan
kepada konsumen yang telah memesan bus city line, serta sudah dipastikan kendaraan bus
city line sudah layak jalan untuk digunakan dalam penggunaan sehari-hari.
Desain Jok Pada Produk Bus Di CV. Laksana Karoseri
Desain Jok Produk Bus di CV Laksana Karoseri dimulai dari tahap
penentuan rangka pada jok sampai dengan pemasangan jok pada suatu bus.
Proses desain jok pada bus tipe Legacy pada CV Laksana Karoseri dimulai
dari tahap penentuan rangka jok. CV Laksana Karoseri membuat atau
memproduksi jok berdasarkan atas permintaan konsumen dan di desain sendiri.
Proses perakitan rangka jok dilakukan oleh operator dapat dilihat pada gambar 10
Rangka Jok.
-
14
Gambar 10 Penentuan Rangka Jok dari Material Baja
(Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)
Desain rangka jok yang pertama ialah menyiapkan peralatan dan perlengkapan.
Rangka jok terbuat dari bahan baja untuk bagian rangka kursi, ada pula penguat
siku yang terbuat dari baja dengan ketebalan 8 mm yang terletak di sudut kursi
bagian bawah sandaran. Dimensi pada spesifikasi rangka kursi, panjang rangka
kursi dudukan berukuran 420 mm, sedangkan lebar rangka dudukan berukuran
880 mm yang berfungsi sebagai rangka untuk alas duduk, dudukan kursi dan
sandaran tangan. Rangka jok didesain dengan menggunakan aplikasi besi sebagai
lantai rel aluminium, diperkuat dengan mur dan ring penahan untuk memperkuat
rel dan dudukan kursi. selanjutnya melakukan pemotongan pipa dan bahan,
dimensi pipa dan bahan diukur sesuai gambar kerja dan di potong sesuai marking
dan prosedur. Selanjutnya melakukan roll bending rangka, mesin roll bending di
setting sesuai prosedur. Selanjutnya melakukan perakitan rangka jok, jig fixture di
siapkan sesuai prosedur, pipa yang telah dipotong dan di bending serta bahan hasil
pemotongan di setting pada jig fixture. Proses selanjutnya pipa dan bahan pada jig
fixture dilakukan pengelasan untuk menyambungkan rangka jok.
setelah rangka jok selesai didesain selanjutnya proses pembuatan busa jok
untuk membuat nyaman pengguna saat menggunakan jok tersebut. Proses
penentuan busa jok oleh operator CV Karoseri Laksana dapat dilihat pada gambar
11 berikut.
Gambar 11 Penentuan Busa Jok
(Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)
-
15
Proses yang akan dilakukan selanjutnya adalah melakukan kegiatan setting
mesin untuk dapat membuat busa jok dengan bahan petrokimia, dibentuk dari 2
unsur senyawa hidrokarbon yaitu polyol dan isocynate di campur sesuai
komposisi yang diinginkan, selanjutnya mesin busa dihidupkan hingga suhu
mesin sesuai, selanjutnya moulding di siapkan sesuai prosedur dan mesin busa di setting sesuai kepadatan yang di inginkan. Proses selanjutnya melakukan injeksi
pada busa jok, yaitu busa di cetak dengan menginjeksikan material ke moulding,
setelah itu udara dalam busa hasil cetakan di press sesuai standar prosedur untuk
menghilangkan udara dalam cetakan busa tersebut. Busa pada jok tersebut
berkarakteristik padat dan halus sehingga dapat digunakan dengan nyaman
sebagai dudukan. Dimensi pada busa jok terdapat sandaran punggung dan alas
tempat duduk. Tebal busa sandaran berukuran 90 mm, lebar busa sandaran
berukuran 410 mm, tinggi busa sandaran berukuran 670 mm. Selanjutnya tebal
alas duduk berukuran 90 mm, lebar alas duduk berukuran 430 mm, panjang alas
duduk berukuran 410 mm.
Selanjutnya ialah proses pembuatan cover jok meliputi cover sandaran,
cover dudukan, cover head rest, cover arm rest dan cover leg rest. Proses
pembuatan cover jok oleh operator CV Karoseri Laksana dapat dilihat pada
gambar 12 pembuatan cover jok.
Gambar 12 Penentuan Cover Jok Bus Tipe Legacy
(Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)
Proses yang akan dilakukan selanjutnya adalah menyiapkan proses penentuan
cover jok. Bentuk cover jok terbuat dari bahan kain beludru, kulit imitasi dan lem
kayu yang akan menempelkan rangka dan busa pada jok bus agar nyaman pada
saat digunakan. Selanjutnya melakukan pemotongan bahan cover jok yaitu raw
material bahan cover jok diukur dimensinya sesuai gambar kerja, bahan cover jok
dipotong sesuai kebutuhan, lalu bahan cover jok di marking sesuai pola. Proses
selanjutnya melakukan penjahitan bahan cover jok yaitu bahan-bahan dijahit
sesuai pola dan hasil jahitan dipastikan rapi, rata dan tidak mengkerut.
Selanjutnya jok yang sudah selesai di cover dan sudah rapih dan lengkap,
kemudian dilakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum melaksanakan perakitan
jok, guna memastikan jok yang sudah di cover.
-
16
Proses selanjutnya ialah melaksanakan pemasangan jok dengan busa, cover,
rangka jok dan alat tambahan lainnya untuk mendesain jok agar nyaman
digunakan, dengan cara menyiapkan perakitan jok. Proses pemasangan jok
dilakukan oleh operator CV Karoseri Laksana dapat dilihat pada gambar 13
pemasangan jok.
Gambar 13 Desain Posisi Jok Di Bus
(Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)
Proses selanjutnya melakukan pemasangan jok, komponen yang akan
dipasang telah disiapkan sesuai gambar kerja, dudukan dan sandaran jok dirakit
pada rangka jok sesuai prosedur dan aksesori tambahan dipasang pada hasil
rakitan dudukan dan sandaran. Sandaran jok di buat menjorok kedalam agar
penumpang nyaman menggunakan jok dan sesuai dengan prosedur yang dibuat.
Berikut merupakan suatu gambar yang menunjukkan sandaran punggung.
Gambar 14 Sandaran Punggung
Gambar di atas menunjukkan gambaran sandaran punggung tampak depan,
tampak samping dan tampak belakang pada jok bus tersebut. Berikut merupakan
suatu tabel dimensi pada spesifikasi sandaran jok pada bus.
-
17
Tabel 1 Spesifikasi Sandaran Jok Pada Bus
No Dimensi Ukuran (mm)
1 Tebal Sandaran 100
2 Lebar Sandaran 420
3 Tinggi Sandaran 680
Kemiringan 100o
Fungsi Sebagai penyangga bagian punggung
Pada sandaran jok dimensi yang dipertimbangkan adalah tebal sandaran 100
mm lebar sandaran 420 mm dan tinggi sandaran 680mm. Berikut merupakan
spesifikasi sandaran tangan pada jok Gambar 4.15 Sandaran Tangan Pada Jok Bus
Gambar di atas menunjukkan gambaran sandaran tangan pada jok bus yang
berada di samping dengan spesifikasi sebagai berikut. Tabel 4.2 Spesifikasi Sandaran Tangan Pada Jok Bus
No Dimensi Ukuran (mm)
1 Panjang 400
2 Lebar 40
3 Tinggi 50
Fungsi Sebagai penyangga bagian tangan
spesifikasi yang dipertimbangkan untuk desain sandaran tangan pada bus adalah dimensi panjang sandaran 400mm, lebar sandaran 40mm, dan tinggu
sandaran 50 mm Gambar di bawah menunjukkan gambaran alas duduk
yangdidesain terbuat dari bahan beludru, kulit imitasi dan busa. Berikut
merupakan gambar alas duduk pada jok bus tersebut. Gambar 4.16 Alas Duduk jok pada bus
Gambar diatas menunjukkan alas duduk yang terbuatdari material berbulu
lembut Selanjutnya spesifikasi alas duduk ditunjukkan pada tabel berikut .
-
18
Tabel 3 Spesifikasi Alas Duduk Jok Pada Bus
No Dimensi Ukuran (mm)
1 Panjang 420
2 Lebar 440
3 Tebal 100
Fungsi Sebagai alas untuk duduk
Gambar di bawah menunjukkan gambaran rangka kursi pada jok bus, yang
berfungsi sebagai rangka untuk alas. Berikut merupakan suatu gambar rangka
kursi pada jok bus. Gambar 17 Rangka Kursi
Tabel rangka kursi merupakan sesuatu yang di dalamnya berisi penjelasan
dimensi dan terbuat dari bahan besi hollow pada rangka. Berikut merupakan suatu
tabel spesifikasi rangka kursi. Tabel 4 Spesifikasi Rangka Kursi
No Dimensi Ukuran (mm)
1 Panjang 420
2 Lebar 880
Gambar di bawah menunjukan sebuah rel pada bis, yang terbuat dari suatu
bahan aluminium dan berwarna silver. Berikut merupakan gambar rel dari suatu
produk bis. Gambar 18 Rel
Tabel spesifikasi rel merupakan sesuatu yang di dalamnya berisi ukuran sisi
kiri dan sisi kanan rel. Berikut merupakan suatu tabel spesifikasi rel pada suatu
bis.
-
19
Tabel 5 Spesifikasi Rel Dalam Bus Sebagai Garis Jok Pada Bus
Sisi Kiri
Sisi Kanan
No. Dimensi Ukuran (mm) No. Dimensi Ukuran (mm)
1 Panjang 7150 1 Panjang 7940
2 Lebar 50 2 Lebar 50
3 Tinggi 20 3 Tinggi 20
Fungsi Sebagai lintasan dan tempat mengunci kursi bis
Proses selanjutnya ialah disimpan dalam gudang produk jadi, kemudian
melakukan pemasangan didalam bus dengan menggunakan rel yang terbuat dari
aluminum dengan melakukan pemasangan baut dan mur untuk mengencangkan
jok dengan lantai bus, agar tidak mudah lepas. Jok bus milik CV Karoseri
Laksana dapat dilihat pada gambar 19 Ilustrasi Pemasangan Desain Jok Bus Tipe
Legacy.
Gambar 19 Ilustrasi Pemasangan Desain Jok Pada Bus
(Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)
Dalam melakukan pendesainan jok, kita harus menentukan agar pengguna
nyaman dengan cara memperhatikan sekitar, disini kita memperhatikan susunan
tempat duduk satu deretan kesamping kiri 2 dan samping kanan 2, tujuannya agar
tidak mengganggu penumpang dibelakangnya pada saat sandaran direbahkan dan
tidak menggangu penumpang yang lewat di tengah gang. Selanjutnya kita
memperhatikan jarak antar kursi. Berikut merupakan suatu tabel penjelasan jarak
antar kursi.
Tabel 6 Jarak Antar Jok
No Penjelasan Ukuran (mm)
1 Alas duduk dengan sandaran kursi depan 278
2 Sandaran punggung jok belakang dan jok depan 635
3 sandaran kepala depan dan belakang 665
Selanjutnya kita harus memperhatikan ukuran gang, agar penumpang dapat
melewati gang dengan nyaman. Tabel ukuran gang merupakan sesuatu yang di dalamnya berisi penjelasan dan ukuran. Berikut merupakan suatu tabel penjelasan
ukuran gang pada suatu bis.
-
20
Tabel 4.7 Ukuran Gang Antar Jok
No Penjelasan Ukuran (mm)
1 Lebar gang jok samping kiri dan kanan 400
2 Lebar gang antar sandaran tangan kiri dan kanan 440
3 Lebar gang antar sandaran kepala 460
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya,
dapat disimpulkan mengenai beberapa hal berikut :
a. Proses produksi bus dari CV Laksana diawali dengan penerimaan chassis, dalam proses penerimaan chassis, chassis yang telah lulus uji selanjutnya
memasuki proses pembuatan rangka, pemasangan rangka bus dilakukan diatas
chassis oleh operator. Bus yang telah dipasang rangka, kemudian dilakukan
pembuatan body, selanjutnya body dihaluskan, proses berikutnya yaitu
pendempulan. Pendempulan dilakukan pada permukaan bus yang dinilai
kurang rata, bus yang telah lulus pengecekan kualitas pendempulan selanjutnya
memasuki proses painting. Selanjutnya proses finishing pemasangan dashboard
dan pemasangan elektrik, pre delivery inspection (PDI). Pengecekan komponen
– komponen yang telah terpasang, selanjutnya bus akan di kirim.
b. Analisis Spesifikasi desain jok pada bus dimulai dari menentukan rangka jok yang terbuat dari material baja dengan lapisan pelindung terbuat dari material
beludru. Pada sandaran jok spesifikasi yang dipertimbangkan adalah tebal
sandaran 100 mm lebar sandaran 420 mm dan tinggi sandaran 680mm.
Spesifikasi desain jarak antar Jok Pada Bus mempertimbangkan alas duduk
dengan sandaran kursi depan sebesar 278mm, Sandaran punggung jok
belakang dan jok depan sebesar 635mm dan sandaran kepala depan dan
belakang 665mm ,Desain jarak ngang antar jok mempertimbangkan Lebar
gang jok samping kiri dan kanan sebesar 400mm, Lebar gang antar sandaran
tangan kiri dan kanan 440mm dan Lebar gang antar sandaran kepala sebesar
460mm
Saran
Saran yang diajukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
mengenai analisis proses produksi dan analisis spesifikasi desain jok pada bus
adalah lebih diperjelas mengenai proses produksi seperti seberapa tebal hasil
welding chasis yang dipasang bada bus, berapa besar ketebalan cat yang
digunakan
-
21
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya. 2002. Sejarah Dan Perkembangan Desain
Dan Dunia Kesenirupaan Di Indonesia. Bandung: Institut
TeknologiBandung
Ahyari, Agus. 2002. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi,
Edisi Empat, Yogyakarta: BPFE.
Ahyari, Agus. 2005. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi.
Yogyakarta: BPFE.
Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Baroto T, (2002), Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Ghalia. Indonesia,
Jakarta.
D. K. Ching, Francis (1996). Architecture; Form, Space, And Order. Cetakan ke –
6. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Fandy, Tjiptono. 1998. Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran.
Yogyakarta: Andi.
Gaspersz, V. (2002). Total Quality Managemen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Handoko, T. Hani. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Harsanto, Budi. 2013. Dasar Ilmu Manajemen Operasi. Sumedang: Unpad Press.
Kotler, Philip, dan Gary Armstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 8,
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-13.
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Palgunadi, Bram. 2007. Disain Produk 1: Disain, disainer, dan proyek disain.
Bandung: ITB.
Perpustakaan Universitas Gunadarmaa425640209e727f2aa19ea84250834fcbacc770efd1815614892aaf773b1ff51.pdf