t e s i s - digital library uns/evaluasi... · rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan sipil...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI PEMELIHARAAN
JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
The Evaluation of Sungkur Irrigation System Maintenance Ponorogo East Java Province
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik
Disusun Oleh :
SUCIPTO S940809111
M A G I S T E R T E K N I K S I P I L K O N S E N T R A S I
TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
U N I V E R S I T A S S E B E L A S M A R E T S U R A K A R T A 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR
KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
Disusun Oleh :
SUCIPTO S 940809111
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tim Pembimbing :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001
……………………..
…………………….
Pembimbing II
Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc Nip. 196308221989031002
……………………..
…………………….
Mengetahui : Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR
KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
Disusun Oleh :
SUCIPTO S 940809111
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari , 2011
Dewan penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip.
……………………………..
Sekretaris
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip.
……………………………..
Penguji I
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001
……………………………..
Penguji II
Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc Nip. 196308221989031002
……………………………..
Mengetahui :
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, MSc,PhD Nip. 195708201985031004
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : SUCIPTO
N I M : S 940809111
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR
KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR
Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis
tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari gelar tersebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
SUCIPTO
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN
PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR. Tesis ini sebagai salah satu persyaratan
akademik untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjana pada bidang keahlian Teknik
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Tesis ini mengangkat permasalahan tentang kondisi Jaringan Irigasi Sungkur
Kabupaten Ponorogo dengan melakukan penilaian terhadap komponen dan sub
komponen bangunan Jaringan Irigasi Sungkur selama tiga tahun, mulai tahun 2007
sampai dengan tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan
penurunan kondisi pada komponen dan sub komponen bangunan Jaringan Irigasi
Sungkur dari tahun ke tahun.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul Evaluasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur
Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur dapat diselesaikan dengan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Ir. Sobriyah,M.S, selaku Ketua Program studi Magister Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing utama yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan arahan.
4. Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng), selaku Sekretaris Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc selaku pembimbing pendamping
6. Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama
menempuh perkuliahan.
7. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (PUSBIKTEK), Badan
Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Departemen Pekerjaan
Umum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis.
8. Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pekerjaan Umum yang telah
memberikan ijin dalam menempuh pendidikan Pasca Sarjana.
9. Teman-teman seperjuangan dalam menempuh Program Studi Magister Teknik
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret
Surakarta Angkatan Tahun 2009.
10. Istriku tercinta LESTARI DEWI UTAMI, SH serta anakku tersayang
LEXIANO ATHA KENZIATAMA yang telah memberikan banyak pengertian,
pengorbanan dan dukungan selama masa tugas belajar.
11. Orang tua tercinta Bapak KOESNO MIHARDJO dan IBU WIDJI atas
dukungan dan doa restunya.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah bapak – ibu berikan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah S.W.T Amin.
Penulis
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Infrastruktur bidang irigasi tidak bertahan lama tanpa didukung oleh kegiatan
pemeliharaan yang berkesinambungan. Banyaknya kerusakan pada suatu jaringan irigasi menjadi penyebab menurunnya fungsi jaringan irigasi tersebut. Hal ini terjadi pula pada jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d tahun 2009, mengetahui apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d tahun 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur dan terakhir untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 s/d tahun 2009. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kondisi jaringan irigasi Sungkur secara nyata, sehingga bisa menjadi masukan instansi terkait dalam menentukan arah kebijakan pemeliharaan dimasa mendatang untuk tetap bisa menjaga dan juga meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur.
Metode penelitian dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan nilai nyata kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2009. Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2009 digunakan sebagai acuan estimasi nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 dengan didukung data catatan kerusakan jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 dan data kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tahun tersebut. Hasil penilaian tahun 2008 digunakan untuk mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 dengan pertimbangan pada data catatan kerusakan tahun 2007 dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tahun tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur pada tahun 2007 kondisinya 70,26%, tahun 2008 kondisinya 68,76% dan tahun 2009 kondisinya 65,40%. Atau tingkat kerusakan yang terjadi pada tahun 2007 sebesar 29,74%, tahun 2008 sebesar 31,24%, dan tahun 2009 sebesar 34,60%. Hasil penelitian juga menunjukkan bawa kecenderungan kondisi komponen dan sub komponen bangunan pada jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungannya mengalami penurunan. Untuk meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur maka direkomendasikan adanya pemeliharaan yang maksimal dengan cara menginventarisasi semua komponen bangunan yang rusak dan secepatnya diperbaiki dengan harapan kondisi jaringan irigasi Sungkur yang telah mengalami penurunan kondisi dari tahun ke tahun dapat dikembalikan fungsinya. Kata Kunci : Penilaian Jaringan Irigasi, Pemeliharaan
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT The irrigation infrastructures that have been build not operate for longer time without the support of sustainable maintenance activities. The number of damage an irrigation is the cause of decreased function of the irrigation. This happens also on Sungkur irrigation on Ponorogo Distric. This study aimed to obtain the value of the condition of Sungkur irrigation from 2007 to 2009, to find out of maintenance activities are carried out from 2007 until 2009 to improve the function of Sungkur irrigation and the last is to know the tendency of the condition of Sungkur irrigation after the maintenance of over 2007 until in 2009. It is expected that this research can provide information on the condition of the Sungkur irrigation in the real condition, so that it could be relevant for Public Work Agencies input to determine the future direction of maintenance policies to be able to maintain and also improve the irrigation conditions. The research method is start from direct observation on the field to get the real value of the Sungkur irrigation conditions in 2009. The value of irrigation Sungkur conditions in 2009 is used as the reference value to estimate conditions in 2008 supported by data records of damages of Sungkur irrigation in 2008 and data maintenance activities conducted in that year. The result of the assessment year 2008 used to obtain the value of Sungkur irrigation conditions in 2007 with consideration of the data records of damage in 2007 and maintenance activities conducted in that year. The research result showes the condition of Sungkur irrigation is 70.26 % in 2007, 68.76% in 2008 and the condition is 65.40% in 2009. While the decreasing conditions that occurred in 2007 is 29.74%, in 2008 is 31.24%, and in 2009 is 34.60%. The result showes the tendency of condition each components and sub components on Sungkur Irrigation is become to decreased. To improve the condition of the Sungkur irrigation will require heavy maintenance. To inventory of all components of the irrigations structures are damaged, and repaired as soon as possible. So that the Sungkur irrigation which has suffered deterioration from year to year can be restored function. Keywords: Assessment of Irrigation, Maintenance
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di ex Karisidenan
Madiun mempunyai luas 1.371,78 km² yang terletak antara 111° 17’ - 111° 52’
Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ponorogo
teletak pada ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan
laut dimana 60% daerahnya merupakan dataran tinggi. Mayoritas mata pencaharian
dibidang pertanian sehingga keberadaan air sangat dibutuhkan sebagai sarana irigasi.
Kabupaten Ponorogo terbagi atas 32 Daerah Irigasi yang tersebar di 21 Kecamatan.
(Anonim, 2008). Letak Kabupaten Ponorogo berbatasan langsung dengan Kabupaten
Madiun sebelah Utara, sebelah Timur Kabupaten Trenggalek, sebelah Selatan
Kabupaten Pacitan dan sebelah Barat Kabupaten Wonogiri, untuk jelasnya seperti
terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Ponorogo (Anonim, 2008)
1
U
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pemerintah Pusat melalui Sumber Dana Anggaran Pembangunan Belanja Nasional
(APBN) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 bertanggung
jawab atas pembiayaan areal irigasi diatas 3.000 Ha yaitu pelaksanaan kegiatan
Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (TPOP) Jaringan
Irigasi didanai oleh Pemerintah Pusat dan dilaksanakan oleh masing – masing
Pemerintah Kabupaten. Kabupaten Ponorogo mempunyai Daerah Irigasi dengan
luasan diatas 3.000 Ha yaitu Dareah Irigasi Sungkur dengan Luas Areal 3.065 Ha.
(Anonim, 2008). Pemeliharaan jaringan irigasi adalah suatu kegiatan untuk
mempertahankan kondisi jaringan irigasi dalam keadaan mantap siap untuk
mendistribusikan air irigasi sehingga pelayanan terhadap masyarakat pemakai air
tidak terhambat. Dengan adanya kerusakan–kerusakan kecil yang dapat
menghilangkan debit air pada jaringan irigasi tersebut. Jaringan irigasi sebagai faktor
utama dalam melayani masyarakat dalam pendistribusian air irigasi, sehingga perlu
dipeliharan secara rutin dan berkesinambungan.
Pembangunan infrastruktur bidang irigasi yang telah dilaksanakan tidak
bertahan lama tanpa didukung oleh kegiatan pemeliharan yang berkesinambungan
dengan alokasi anggaran yang memadai. Kondisi dan fungsi sarana/prasarana
pendukung pertanian dari tahun-ketahun semakin menurun. Banyaknya kerusakan
pada bangunan dan jaringan irigasi yang tidak tertangani maka kebutuhan air per ha
tidak akan terpenuhi. Kerusakan bangunan yang terjadi pada jaringan irigasi Sungkur
perlu mendapat perhatian yang lebih agar tidak semakin parah. Kerusakan komponen
jaringan irigasi yang terjadi dapat menghambat kelancaran aliran air irigasi ke areal
persawahan. Kondisi ini diperparah dengan pengalokasian dana anggaran operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi yang sangat minim. Rata-rata anggaran yang
dikucurkan pemerintah untuk operasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur
sebesar empat ratus juta rupiah, sedangkan kebutuhan nyata setiap tahunnya untuk
biaya operasi dan pemeliharaan mencapai lebih dari satu milyar rupiah. Anggaran
terbatas menyebabkan pemeliharaan tidak bisa optimal, sehingga kerusakan tidak
bisa tertangani semuanya. Kerusakan yang ditangani sebatas pengerukan sedimen
pada jaringan irigasi, perbaikan pasangan yang mengalami kerusakan dan
pemeliharaan rutin seperti pembersihan rumput, pembersihan saluran. Akibatnya
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tidak berjalan sesuai harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kerusakan dan upaya
pemeliharaan pada Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 sampai tahun 2009.
Diharapkan akan diketahui kecenderungan kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari
tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Diketahuinya kecenderungan kondisi ini bisa
menjadi masukan khususnya bagi Dinas Pekerjaan Umum Kab. Ponorogo untuk
menentukan arah kebijakan dimasa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo dari
tahun 2007 s/d 2009 ?
2. Apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d 2009
dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur?
3. Bagaimanakah kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah
adanya pemeliharaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo
dari tahun 2007 s/d 2009.
2. Mengetahui apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun
2007 s/d 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur.
3. Mengetahui kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya
pemeliharaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 .
1.4 Batasan Masalah
Agar tinjauan studi ini tidak meluas dan menyimpang dari masalah diatas, maka
batasan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian dipilih wilayah kerja Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD)
Sumoroto.
2. Data kerusakan yang digunakan dari tahun 2007 s/d 2009 dianggap valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Penilaian kondisi jaringan irigasi Sungkur mengacu kepada Pedoman
Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air, Jakarta,
1999.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberi informasi kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo
secara nyata dengan mengacu standar penilaian yang telah ditetapkan
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam membuat
kebijakan dalam menentukan arah dan strategi pembangunan di masa yang
akan datang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Bambang Basuki Hartanto (2009) dalam penelitiannya menulis kerusakan
komponen bangunan jaringan irigasi merupakan salah satu penyebab menurunya
fungsi dan kinerja jaringan irigasi, hal ini terjadi pula pada jaringan irigasi Jetu.
Fungsi jaringan irigasi Jetu untuk melayani pengairan irigasi sawah di kecamatan
Karanganyar dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kerusakan komponen bangunan jaringan irigasi, juga untuk mengetahui kondisi
existing jaringan irigasi, guna menentukan tindak lanjut pemeliharaan dan
rehabilitasi jaringan irigasi Jetu. Dengan keterbatasan anggaran dana yang ada
diharapkan perbaikan jaringan irigasi, mampu meningkatkan kinerja jaringan irigasi.
Penghitungan biaya pemeliharaan dilakukan dengan menghitung kebutuhan
biaya pemeliharaan yang terdiri dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan
pemeliharaan darurat. Untuk menentukan biaya pemeliharaan Jaringan Irigasi
disesuaikan dengan kebutuhan nyata pengelolaan irigasi. Penelitian ini menggunakan
studi kasus di Daerah Irigasi Tempuran Kabupaten Blora sebagai tempat penelitian.
Hasil penelusuran jaringan menunjukkan bahwa kondisi jaringan mengalami
kerusakan akibat kurang pemeliharaan. Kerusakan berat terjadi pada saluran yaitu
tertutupnya saluran dengan sedimen, kerusakan bangunan sadap dan tidak
berfungsinya pintu air. Hasil hitungan biaya pengelolaan jaringan irigasi D.I.
Tempuran adalah sebagai berikut biaya Operasi Jaringan irigasi Rp. 53.286.620,-
pemeliharaan jaringan irigasi sebesar Rp. 60.497.195,- . Pemeliharaan berat sebesar
Rp. 481.547.870,-. Jadi biaya O & P sebesar Rp. 138.811,53/Ha/Th ( Suluh Jatmiko,
2007).
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang
dijabarkan dalam PP Nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi, pada pasal 1 ayat 4
disebutkan bahwa sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen
irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Penelitian Agus
Suman (2010) membahas tentang hubungan perkumpulan petani pemakai air (P3A)
dan instansi pengelola (petugas irigasi) terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan.
Irigasi di Kabupaten Poso berjumlah 105 dengan luas keseluruhan 24.264 ha.
Kondisi jaringan irigasi belum terpelihara dengan baik sehingga tidak dapat mengairi
seluruh areal persawahan dan menyebabkan produksi pertanian berkurang. Kegiatan
operasi dan pemeliharaan ini dipengaruhi oleh kinerja petugas irigasi dan kinerja
P3A. Kegiatan para stakeholder belum berjalan dengan baik sehingga kinerja
jaringan irigasi belum berfungsi dengan baik. Untuk itu penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi melalui kinerja P3A
dan kinerja instansi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Poso dengan
pertimbangan belum ada penelitian mengenai pengaruh kinerja P3A dan kinerja
instansi terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pengaruh kegiatan operasi
dan pemeliharaan terhadap kinerja jaringan irigasi. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode observasi dan kuisioner. Data yang diperoleh dari 10
kecamatan dengan 138 P3A dan 92 petugas irigasi diolah menggunakan metode
deskriptif kuantitatif yaitu menggunakan teknik perhitungan secara statistik. Hasil
analisis diperoleh 56,60% kinerja P3A dan 82,40% kinerja instansi berpengaruh
terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan. Pengaruh kegiatan operasi dan
pemeliharaan terhadap kinerja jaringan irigasi primer dan sekunder 41,45% dan
jaringan irigasi tersier 56,03%. Untuk meningkatkan kinerja P3A dan kinerja instansi
diperlukan pembenahan organisasi dan kepengurusan serta perlunya penyuluhan dan
pelatihan tentang masalah pengelolaan irigasi, sehingga kegiatan operasi dan
pemeliharaan bisa berjalan lebih baik dan kondisi jaringan irigasi berfungsi dengan
baik (Agus Suman, 2010 ).
Tingkat efektifitas jaringan irigasi primer dan sekunder pada bagian hulu,
tengah dan hilir jaringan, dimana debit yang direncanakan melalui saluran tersebut
lebih kecil daripada kapasitas saluran yang ada sehingga diyakini bahwa
pembangunan saluran irigasi tekesan boros. Dari penelitian Suroso, dkk (2007) dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
disimpulkan bahwa ketersediaan air di Sungai Banjaran masih mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi pada D.I Banjaran, pemanfaatan Jaringan Irigasi
untuk pelayanan air irigasi kurang maksimal sehingga mengakibatkan efisiensi
penggunaan air yang rendah. Pemakaian air dibagian hulu dan tengah sangat
berlebihan sedangkan bagian hilir kekurangan sehingga perlu dilakukan
penyuluhan/pembinaan kepada petani yang tergabung dalam perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) dari instansi terkait mengenai pengelolaan air secara efektif dan
efisien. Perlunya penegakan hukum kepada oknum yang melakukan pelanggaran
perundang-undangan kususnya berkaitan dengan Undang-Undang Sumber Daya Air
no.7 tahun 2004 dan terakhir perlu adanya penelitian lanjutan untuk optimasi
pengelolaan air irigasi di Daerah Irigasi (DI) Banjaran (Suroso dkk, 2007)
Degradasi kinerja terjadi akibat pengaruh simultan dari degradasi pengaruh
fisik jaringan dan rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan. Sebagian besar
degradasi kondisi fisik jaringan terkait dengan kerusakan saluran irigasi, banyaknya
pintu-pintu air yang rusak dan sedimentasi pada saluran pembuang terutama pada
tingkat tersier. Rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan terkait dengan
terbatasnya anggaran operasi dan pemeliharaan dari pemerintah yang jauh dari
mencukupi, sementara swadaya dari petani dalam memupuk dana OP sangat terbatas.
Tingkat keandalan jaringan irigasi maupun tingkat pemerataan distribusi air
irigasi termasuk katagori rendah-sedang hal ini diakibatkan debit air irigasi yang
cenderung menurun, penyebab degradasi kinerja jaringan irigasi pada level tersier
yang bersifat eksternal terdiri dari lima aspek yaitu anggaran OP irigasi dari
pemerintah sangat terbatas sehingga hanya dapat di sebgian jaringan sekunder dan
tersier, jumlah petugas dan fasilitas pendukung yang tidak mencukupi, pembinaan
P3A yang kurang memadai, koordinasi antar lembaga terkait lemah dan tumpang
tindih, perubahan kawasan yang mendorong terjadinya konversi lahan kepenggunaan
lain, faktor internal yang mempengarui kinerja jaringan irigasi adalah kinerja P3A
yang masih rendah-sedang, bahkan cukup bnayak ditemukan adanya petak-petak
tersier yang irigasinya tidak dikelola secara sistematis dalam wadah P3A, ini dapat
dilihat dari keberadaan pengurus, kejelasan pembagian tugas antar pengurus,
kemampuan untuk mendorong partisipasi petani dalam pemeliharaan jaringan tersier
dan kuarter, kemampuan untuk mengumpulkan dan keterbukaan dalam penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
iuran irigasi dan ketrampilan untuk mencegah/memecahkan konflik internal
organisasi P3A atau dengan pihak lain.
Kendala lain dalam OP adalah terletak pada kebijakan pemerintah, terutama
dalam kaitannya dengan antisipasi terhadap dinamika budaya dan perkembangan
wilayah, serta konsistensi dalam pengembangan dan pendayagunaan irigasi
Sehingga dari kesimpulan diatas disarankan untuk meningkatkan kinerja OP jaringan
irigasi harus dimulai dengan pemahaman paradigma dan konsistensi kebijakan
sumber daya air baik oleh pemerintah pusat maupun daerah sehingga kebijakan yang
dikeluarkan telah mampu mempertimbangkan kendala dan potensi kelembagaan
pengelola jaringan irigasi serta dinamika masyarakat dapat berjalan dengan arah
yang tepat dan konsisten. Selain itu diperlukan adanya peningkatan kemampuan
swadaya petani dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan dalam jangka
panjang dibutuhkan adanya peningkatan anggaran operasi dan pemeliharaan irigasi
dan biaya rehabilitasi irigasi baik tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten dimana
pengelolaannya tertuang dalam UU No.7 Tahun 2004 secepatnya ditindaklanjuti
dalam bentuk petunjuk teknis dan siap dioperasionalkan agar degradasi kinerja
jaringan irigasi tidak terus berlanjut (Sumaryanto dkk, 2006).
Tulisan ini berdasarkan hasil penelitian dan analisis selama satu tahun
mengenai irigasi di Indonesia (1997-1998). Tujuan keseluruhan dari penelitian ini
adalah untuk meninjau pendekatan kebijakan masa lalu untuk pembangunan
manajemen dan irigasi , mengevaluasi efektivitas , dan merekomendasikan pilihan
yang dapat dipergunakan untuk masa depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
meskipun pengeluaran pemerintah sangat besar dalam pembangunan irigasi,
produktivitas tanaman (intensitas tanam dan panen) tetap stagnan di tahun 1990-an.
Krisis keuangan dan politik 1998 lebih lanjut menyebabkan kemiskinan massa,
terutama di daerah pedesaan Indonesia. Makalah ini menyimpulkan bahwa para
pengambil kebijakan Indonesia harus sekali lagi memprioritaskan pertumbuhan
pedesaan berkualitas tinggi dengan memberi penyuluhan penggunaan tanah dan
sumber daya air yang berkelanjutan. Tulisan ini menyarankan reformasi kebijakan
yang tepat dan program yang dapat meningkatkan kinerja irigasi guna meningkatkan
produktivitas pertanian yang diinginkan di Indonesia (Ramchand, 2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Saat ini perubahan besar dalam tata kelola sistem irigasi sedang terjadi di
banyak negara, terutama negara berkembang. Dengan adanya tata kelola sistem
irigasi yang baik akan mengurangi beban anggaran negara. Makalah ini memberikan
kontribusi berarti bagi pemerintahan dalam bentuk lima komponen utama dan tiga
dampak pokok untuk bisa menjadi bahan evaluasi menuju tata pemerintahan yang
baik. Banyak contoh di berbagai negara setelah diadakan suatu evaluasi terjadi suatu
ketidakseimbangan/kontras antara biaya yamg telah dikeluarkan dengan hasil yang
dicapai. Sejak tahun 1850, telah terjadi peningkatan besar dalam pembangunan
negara. Saat ini terjadi gelombang proyek-proyek untuk merubah manajemen irigasi
dan ini mencerminkan bahwa beban keuangan negara yang dimiliki sangat besar,
terjadi pemborosan anggaran di banyak negara, sehingga menjadi berlebihan, yang
menyebabkan penurunan system kinerja sistim irigasi dan ini terus berlanjut. Efek
ini, setidaknya bias dicegah, karena awal tahun 1960-an sistem bantuan
pembangunan internasional, jauh lebih siap untuk membiayai pembangunan atau
perluasan irigasi daripada biaya pemeliharaan selanjutnya. Transisi yang terjadi
sekarang ini, tentu melibatkan peran serta pemerintah. Sejarawan irigasi didesak
untuk mencari contoh-contoh masa lalu yang mungkin membantu menunjukkan
bagaimana mencapai hasil ini ( Abernethy, 2010 )
Pemeliharaan jaringan hidrolik dan pendistribusian air adalah fungsi utama
dari skema pengelolaan irigasi. Pemeliharaan melewati empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Artikel ini menunjukkan
bagaimana manajemen informasi tersebut telah terkomputerisasi pada sebuah skema
jaringan irigasi besar di Mali. Setelah menganalisis prosedur awal dan menilai
kebutuhan pemangku kepentingan, model konseptual dibangun berdasarkan empat
komponen yaitu Unit Operasi dan Pemeliharaan, rencana pemeliharaan tahunan,
kegiatan pemeliharaan, dan tata-tanam. Perangkat lunak yang dikembangkan atas
dasar ini memungkinkan untuk menggambarkan jaringan dan kontraktor yang
terlibat dalam operasi pemeliharaan suatu jaringan irigasi. Catatan rencana kerja
tahunan dan pemeliharaan dilakukan setiap tahun. Pengelolaan nomenklatur yang
berbeda diperlukan dalam aplikasi perangkat lunak. Hasil akhir dalam bentuk tabel
dan grafik memudahkan pengambilan keputusan berdasarkan catatan operasi masa
lalu. Perangkat lunak ini dirancang dan dilaksanakan berdasarkan hasil dari sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
fase percobaan awal, yang juga menyebabkan pembentukan unit pengolahan data
yang bertugas mengelola sistem informasi di Mali. Seluruh masalah yang berkaitan
dengan pelatihan, komitmen karyawan serta yang berkaitan dengan organisasi yang
berhubungan dengan operasi pemeliharaaan jaringan irigasi dapat tertangani dengan
menggunakan perangkat lunak yang ada di Mali ( Passouant et al , 2009)
Penilaian kinerja dalam suatu sistem irigasi sangat perlu dilakukan saat ini.
Tujuan penilaian mengusulkan beberapa indikator untuk membandingkan antara
kinerja aktual dengan kriteria desain yang telah ditetapkan. Khusus untuk irigasi
sprinkler, evaluasi kerugian karena kondisi lingkungan dapat dianggap sebagai
indikator penting dalam kinerja sistem irigasi. Masalah ini memerlukan penjelasan
analitis aliran air dan limbah melalui suatu penelitian/ eksperimen serta teori yang
mendukung. Pada awalnya akan ada kesulitan pengukuran untuk identifikasi,
kontribusi hasil akhir masing-masing-masing parameter, hubungan non-linear di
antara variabel-variabel, sehingga akan membuat kesulitan untuk memperoleh
gambaran lengkap dari proses analisa. Studi penelitian dan kajian teoritis banyak
telah dilakukan baru-baru ini dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan
wawasan yang lebih dalam fenomena ini, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus
dilakukan. Telah disajikan sebuah model matematika untuk irigasi sprinkle dengan
menggunakan tetes penyiraman balistik, didasarkan pada pendekatan dinamis yang
sudah disederhanakan kemudian dibandingkan dengan hasil kinematis. Penelitian
dan percobaan lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik dari permasalahan ini ( Lorenzini et al, 2005)
Sistem irigasi Cu Chi di Vietnam merupakan bagian dari sistem reservoir Dau
Tieng di Danau Dong Nai. Air pada reservoir Dau Tieng disediakan untuk memenuhi
kebutuhan air yang semakin meningkat diperkotaan. Permodelan sistem operasi
pemodelan menggunakan Irrigation Main System Operation (IMSOP) model
diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja operasional. Proses perbaikan dengan
membandingkan operasional penawaran dan permintaan selama dua tahun 2001 dan
2002. Dijelaskan pula bahwa sistem operasi dilakukan tanpa pertimbangan
kebutuhan air tanaman dan regulasi saluran dengan tepat. Analisis operasional
retrospektif mengungkapkan telah terjadi kelebihan pasokan dalam jumlah yang
besar dan ketimpangan distribusi. Dua strategi operasi baru dipilih setelah analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
simulasi dan adanya evaluasi di lapangan. Sistem baru menunjukkan distribusi yang
lebih adil. Pra-intervensi rata-rata rasio supply-demand yang berkisar antara 1,68-
2,51 berkurang menjadi 1,20 untuk aliran terus-menerus dan 1,17 untuk operasi
rotasi. Suatu analisis komprehensif realokasi air dengan sistem Cu Chi perlu
dilakukan juga untuk mengantisipasi kebutuhan air di Ho Chi Minh City sebagai kota
industri sehingga pasokan air relatif aman ketersediaannya ( George et al, 2004)
2.2 . Landasan Teori
Irigasi merupakan bagian dari pengetahuan teknik sipil yang khusus
membahas tentang pengairan. Dalam arti yang luas irigasi adalah suatu usaha
pengairan yang menggunakan saluran buatan untuk keperluan produksi pertanian
dengan memanfaatkan dan mengatur air yang mencakup bidang irigasi, drainase,
reklamasi dan pengaturan banjir. Dan arti yang khusus irigasi adalah suatu usaha
untuk mengatur dan memanfaatkan air yang tersedia baik disungai, mata air, waduk
dengan menggunakan jaringan irigasi dan bangunan-bangunannya untuk kepentingan
pertanian.
Negara Indonesia merupakan Negara agraris, dimana salah satu ciri negara
agraris adalah sebagian besar penduduknya bermatapencaharian bercocok tanam
(bertani). Maka sudah merupakan kewajiban bagi Pemerintah Indonesia membantu
penduduknya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dengan cara memberikan
air irigasi dengan baik. Maksud dari pemberian air irigasi dengan baik adalah
pemberian air irigasi secara tepat guna dan tepat waktu agar air yang diberikan itu
cukup dan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman dan tidak berlebihan
yang mengakibatkan pemborosan air. Untuk itu pemerintah berkewajiban utuk
menyediakan Prasarana Irigasi yang merupakan jaringan/saluran irigasi dan
bangunan irigasi agar pemberian air irigasi dapat lebih adil dan merata sehingga
sawah yang lokasinya jauh dari sungai dapat menerima air seperti halnya sawah yang
dekat sungai.
2.2.1. Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan dari saluran irigasi dan bangunan-
bangunannya dalam suatu daerah irigasi yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi
mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaan air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
irigasi beserta pembuangannya, untuk lebih jelsnya beberapa pengertian irigasi
adalah sebagai berikut,
Beberapa pengertian dalam konteks irigasi :
1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian,
yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak.
2. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
3. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangannya.
4. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi,
mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan
bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.
5. Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang
disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan
saluran pembuang berikut saluran bangunan turutan serta pelengkapnya,
termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan
dengan areal tersier.
6. Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi.
7. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan
mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama
Jaringan irigasi berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi KP-01 yang didasarkan
pada cara pengaturan, pengukiran aliran air dan lengkapnya fasilitas maka dapat
dibedakan kedalam tiga tingkatan yaitu:
1. Jaringan Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis merupakan jaringan irigasi dimana saluran dan bangunan-
bangunannya telah lengkap, sehingga pembagian air irigasinya dapat diatur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
diukur dengan baik. Keadaan saluran dan bangunan telah permanen, pada daerah
yang airnya melimpah jaringan irigasi teknis dilengkapi dengan saluran
pembuang yang biasanya air buangan tersebut dipakai untuk suplesi ke daerah
irigasi yang kurang airnya.
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis adalah jaringan irigasi dimana saluran telah ada dan
berfungsi dengan baik akan tetapi bangunan-bangunannya belum dilengkapi
pintu pengatur air, sehingga pembagian airnya hanya dapat diatur tidak dapat
diukur.
3. Jaringan Irigasi Non Teknis/Alam
Jaringan Irigasi non teknis merupakan jaringan irigasi yang sudah dilengkapi
dengan saluran akan tetapi tidak dilengkapi dengan bangunan-bangunan
pembagi air sehingga kondisinya tidak permanen. Jaringan irigasi non teknis ini
pembagian airnya tidak dapat diatur dan tidak dapat diukur. Jaringan sederhana
ini mudah diorganisasi tetapi mempunyai kelemahan yaitu pemborosan air
karena terbuang percuma.
Jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu:
1. Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai
atau waduk.
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air
ditampung di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier.
4. Sistem pembuang yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
Jaringan Irigasi ditinjau dari segi pengelolan terdiri dari:
1. Jaringan irigasi utama
Pengelolaan jaringan irigasi utama dilaksanakan oleh Dinas Pengairan, yang
meliputi tingkat saluran utama yaitu saluran primer dan saluran sekunder serta
saluran tersier sejauh 50 meter dibawah bangunan ukur.
2. Jaringan irigasi tingkat tersier
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier ditangani oleh para petani dibawah
bimbingan Dinas Pengairan.
Dalam suatu jaringan irigasi akan dikenal beberapa macam saluran, yaitu:
1. Saluran Pembawa
Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan pengambilan
sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran yang
mempunyai dimensi berbeda-beda, hal ini ditentukan dari jenis saluran dan luas
daerah irigasi serta beberapa faktor yang dominan yang mempengaruhi dimensi
saluran.
Macam-macam saluran pembawa yang dapat dijumpai pada jaringan irigasi
adalah:
a. Saluran Primer,
b. Saluran Sekunder,
c. Saluran Tersier,
d. Saluran Sub-Tersier,
e. Saluran Kwarter,
f. Saluran Cadangan.
2. Saluran Pembuang
Saluran pembuang adalah saluran yang berfungsi untuk membuang atau
mengalirkan kelebihan air dari petak sawah. Meluapnya air akibat hujan yang
biasanya terjadi pada saluran kwarter sampai pada saluran pembuang utama
sehingga tidak akan merusak tanamn pertanian. Dalam perencanaan saluran
pembuang biasanya dengan cara pembatasan pada sub surface / permukaan
drainase yang di dalam tanah dengan jalan peresapan.
3. Saluran Campuran
Saluran campuran merupakan saluran irigasi yang mempunyai fungsi ganda.
yaitu berfungsi sebagai saluran pembawa air dari bangunan pengambilan sampai
petak-petak sawah dan berfungsi pula menerima air buangan/kelebihan dari
sawah yang kemudian dimanfaatkan sebagai air irigasi pada petak-petak sawah
yang ada pada daerah dibawahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2.2.2. Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi adalah infrastruktur prasarana irigasi yang merupakan suatu
kelengkapan jaringan irigasi teknis yang terletak pada jaringan irigasi dan berfungsi
sebagai pengatur dan pengukur pemberian dan pembagian air irigasi ke areal
pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Bangunan Utama
Bangunan utama adalah bangunan-bangunan irigasi yang harus ada dan berperan inti
dalam pembagian air irigasi mulai dari pengambilan sumber air sampai pada
persilangan saluran. Bangunan utama tersebut meliputi:
a. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengambil atau menyadap air dari sumber
air yang berupa mata air, sungai, waduk dan sumur. Bangunan pengambilan ada dua
macam yaitu banguna pengambilan berpintu (intake) dan bangunan pengambilan
bebas (free intake). Infrastruktur bangunan pengambilan berupa bendungan utama
yaitu Dam.
b. Bangunan Pembagi
Bangunan pembagi adalah bangunan irigasi yang berfungsi untuk membagi air
irigasi ke daerah-daerah yang membutuhkan. Dengan adanya bangunan bagi ini akan
didapatkan keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat
kebutuhan air di areal sawah. Terdapat beberapa banguna pembagi yaitu bangunan
pembagi yang terdapat pada saluran primer disebut bangunan bagi, bangunan
pembagi yang terdapat pada saluran sekunder disebut bangunan sadap atau banguna
bagi sadap, dan bangunan pembagi yang terdapat pada saluran tersier dan kwarter
disebut box tersier dan box kwarter.
2. Bangunan Pelengkap
Bangunan Pelengkap di dalam jaringan irigasi adalah infrastruktur Prasarana
irigasi yang harus dibangun. yang diakibatkan keadaan atau kondisi lapangan yang
mengharuskan adanya bangunan tersebut. Yang termasuk banguna pelengkap
adalah:
a. Bangunan Persilangan
Bangunan persilangan adalah infrastruktur prasarana irigasi yang dibuat saat
saluran akan melintasi atau berpotongan dengan saluran air (sungai), jalan raya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
rel kereta api, lembah atau jurang. Bangunan persilangan dapat dibuat dalam
bebagai bentuk tergantung pada kondisi lapangan. Bentuk dari bangunan
persilangan adalah:
1. Bangunan Talang
Bangunan talang adalah suatu konstruksi jembatan yang dibuat melintas di atas
perlintasan jalan raya, rel kereta api, sungai jurang atau lembah. Talang ini
dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya.
2. Bangunan Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah suatu konstruksi persilangan yang paling sederhan yang
melintas di bawah jalan raya, rel kereta, tanggul dan bangunan-bangunan lain.
Aliran gorong-gorong dapat berupa aliran bebas dan aliran bertekanan.
3. Bangunan Siphon
Siphon adalah konstruksi persilangan berupa saluran tertutup berbentuk bundar
atau persegi yang mengalirkan air melalui profil penuh saluran tertutup dan ada
dibawah tekanan. Siphon mengalirkan air dari saluran melintas di bawah jalan
raya, rel kereta api, sungai dan jurang atau lembah dibawah tekanan hidrostatik.
4. Bangunan Terjun
Bangunan terjun adalah konstruksi bangunan irigasi yang berfungsi untuk
menurunkan tinggi muka air dimana kemiringan dasar saluran jauh lebih landai
dari kemiringan medan lapangan. Tipe bangunan terjun ada dua macam yaitu
bangunan terjun dengan bidang tegak yang dibangun bila ketinggian tidak besar,
dan bangunan terjun dengan bidang miring apabila tinggi terjun terlalu besar.
b. Bangunan Penurunan Mendadak
Bangunan penurunan mendadak adalah bangunan untuk mengatasi penurunan
permukaan air secara mendadak. Bangunan ini dapat berupa pelimpah atau got
miring.
c. Bangunan Pembuang Air Hujan
Bangunan pembuang air hujan adalah bangunan untuk membuang air hujan yang
masuk ke dalam saluran. Bangunan ini dapat berupa pelimpah atau pipa hisap.
d. Bangunan Bocoran dan Gerusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Bangunan bocoran dan gerusan adalah bangunan untuk mengatasi terjadinya
kebocoran pada saluran dan gerusan yang berlebihan pada saluran. Bangunan ini
dapat berupa turap dan bronjong.
Bangunan irigasi yang belum dijelaskan di atas yang masih merupakan inventarisasi
prasarana irigasi adalah:
1. Bangunan Ukur
Bangunan ukur berfungsi sebagai pengukur debit air yang mengalir pada saluran
irigasi. Bangunan ukur biasanya dibangun setelah intake dan bangunan bagi,
bangunan sadap dan box tersier dan kuarter. Bangunan ukur yang dijumpai pada
jaringan irigasi di Kabupaten Ponorogo adalah bangunan ukur Cipoletty bentuk
penampang trapesium dan bangunan ukur Met Drempel bentuk penampang
persegi panjang.
2. Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi ternasuk dalam inventarisasi prasarana irigasi. Jalan inspeksi akan
dijumpai pada daerah bendung utama yang berfungsi sebagai sarana petugas
(PPA dan Juru serta pengawas) untuk mengatur dan mengawasi pintu air dan
akan dijumpai disekitar bangunan-bangunan pembagi serta disamping saluran
sebagai sarana inspeksi dan pengawasan petugas.
3. Rumah Pengatur Pintu Air
Rumah pengatur pintu air juga termasuk dalam inventaris prasarana irigasi yang
berfungsi sebagai tempat tinggal atau posko pengawasan. Biasanya rumah
pengatur pintu air ini berada disekitar Dam.
2.3 Tata Cara Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun
selalu dapat berfungsi dengan baik serta mempunyai umur layanan yang lebih lama,
guna pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya. Tata cara
pemeliharaan jaringan irigasi pada hakekatnya adalah suatu upaya yang dilakukan
dalam rangka untuk usaha usaha pengamanan/ pencegahan jaringan irigasi yang
bersangkutan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh manusia, hewan atau alam
sebagai hasil dari penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Ada beberapa kegiatan pengamanan/pencegahan yang dapat dilakukan antara lain
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Mencegah agar hewan tidak masuk ke dalam saluran,
b. Melarang penggarapan sawah yang terlalu dekat dengan tanggul sehingga dapat
mengakibatan ketidksetabilan tanggul,
c. Melarang kendaraan yang lewat diatas tanggul, untuk itu perlu dibuatkan jalan
inspeksi ditepi saluran irigasi karena jalan inspeksi tersebut diperlukan pada
saat kegiatan monitoring dan pemeliharaan,
d. Melarang pendirian bangunan atau penanaman pohon yang terlalu dekat
tanggul,
e. Melarang kegiatan-kegiatan lain yang diperkirakan dapat merusak tanggul
saluran.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada tanggul dan salauran irigasi, dan
sekaligus untuk menjaga keselamatan manusia dan hewan ada beberapa cara
pengamanan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemagaran di tempat-tempat yang berbahaya, seperti disekitar bendung, ruas
saluran yang cukup dalam,
b. Pemasangan tanda-tanda larangan dengan jelas posisinya dan mudah dibaca
huruf/gambarnya,
c. Penyediaan tempat mandi hewan,
d. Penyediaan tempat penyeberangan hewan ternak.
Berdasarkan hasil inspeksi yang dilakukan maka dapat ditentukan jenis penanganan
pemeliharaan yang sesuai. Secara umum kegiatan pemeliharaan dibagi menjadi :
2.3.1 Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin yang termasuk didalamnya adalah:
1. Pembabatan rumput dan tumbuhan air, kegiatannya meliputi antara lain:
a. Rumput yang panjang dan tidak teratur yang tumbuh dilereng saluran
harus dipotong secara teratur,
b. Hasil pembabatan harus dibuang jauh dari lokasi semula.
2. Pembersihan sampah/kotoran
a. Sampah/kotoran yang hanyut disaluran harus diangkat dari saluran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Pembersihan sampah/kotoran dapat dilakukan bersama-sama pada saat
pembabatan rumput.
3. Pencabutan alang-alang semak belukar dan pepohonan liar, saluran yang
kegiatannya antara lain:
a. Alang-alang, semak belukar dan pepohonan liar yang tumbuh dilereng
saluran terutama sisi bagian dalan harus dicabut sampai keakar-akarnya,
b. Hasil pencabutan, harus dibuang jauh –jauh dari tanggul dan sebaiknya
dibakar.
4. Penanaman gebalan rumput
a. Tanggul dan lereng saluran yang tidak selalu terendam air perlu
ditanami rumput yang baik untuk membantu stabilitas lereng saluran
agar tidak mudah longsor karena terkena aliran dan gerusan air irigasi,
b. Secara teknis, untuk mendapatkan lereng yang lebih stabil, rumput yang
akan ditanam terleih dulu diberi perkuatan dengan pasak bambu pada
tanah mediannya.
2.3.2 Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala dilakukan untuk mempertahankan mutu saluran dan
bangunan biasanya tanpa ada bagian konstruksi yang dirubah / diganti dan dikerjakan
secara berkala. Kegiatan pemeliharaan secara berkala antara lain:
1. Menutup lubang-lubang tanggul saluran yang dsebabkan oleh pengambilan air
yang tidak bertanggung jawab,
2. Menanggulangi rembesan/bocoran air yang berasal dari dalam saluran yaitu
dengan cara menggali bagian tengah tanggul dan mengisinya dengan tanah
tumbuk,
3. Memotong pohon-pohon yang dapat merusak tanggul/bangunan,
4. Memperkuat urugan tanah di belakang pasangan semula,
5. Segera melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan kepada kondisi semula
6. Mengeruk lumpur, dimaksudkan untuk menjaga kapasitas daya tampung
saluran irigasi yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2.3.3 Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat dilakukan supaya saluran dan bangunan yang rusak di
jaringan irigasi dapat segera difungsikan. Hal ini terutama dilakukan pada kerusakan
akibat bencana alam khususnya pada musim penghujan sehingga mengakibatkan
tanggul atau saluran menjadi longsor atau putus dan bangunan yang kritis. Kegiatan
ini bisa dilakukan secara swakelola maupun dikontrakkan. Anggaran perbaikan
darurat bisa dipenuhi dari anggaran bencana alam yang telah dianggarkan maupun
bantuan dari APBD Provinsi atau APBN. Perbaikan darurat secara swakelola bisa
dilaksanakan oleh Dinas maupun petani / Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA)
dengan stimulan berupa karung banjir atau matras bronjong yang tersedia di dinas.
2.4 Sistem Pemeliharaan Jaringan Irigasi
2.4.1 Tahap perencanaan
Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, meliputi:
1) Inspeksi Lapangan
Pelaksanaan kegiatan inspeksi lapangan berupa kegiatan-kegiatan berikut:
(a) Mantri/juru pengairan secara rutin harus memeriksa jaringan irigasi yang
menjadi tanggung jawabnya. Kerusakan saluran pembawa/pembuang dan
bangunan dilaporkan dengan mengisi Formulir Pemeliharaan Laporan
Kerusakan Jaringan Dan Fasilitas Irigasi dalam kategori berat, sedang, dan
ringan. Isian formulir dan lampirannya diserahkan kepada Kepala Ranting
Dinas pada awal bulan berikutnya.
(b) Staf bagian pemeliharaan/pengamat harus mengadakan pengecekan lapangan
bulanan kemudian membuat ringkasan pekerjaan yang diperlukan dan
diusulkan dengan mengisi Formulir Pemeliharaan Laporan Skala Prioritas
Kerusakan Jaringan Dan Fasilitas Irigasi dan dikirimkan ke cabang dinas setiap
bulan.
(c) Kepala ranting atau staf pemeliharaan harus melakukan inspeksi lapangan
sewaktu-waktu, bila menerima laporan kejadian bencana alam, laporan terinci
dibuat oleh ranting dinas diteruskan ke cabang dinas dengan Formulir
Pemeliharaan Laporan Kerusakan Bencana Alam dan berikut lampirannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(d) Cabang dinas atau instansi yang berwenang harus segera meneruskan laporan
ke Dinas/Sub Dinas Pengairan, dan atau instansi lain yang berwenang serta
terkait dengan mengacu pada struktur organisasi yang berlaku.
Inspeksi lapangan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi
berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Teknis.
2) Survei dan Desain
Kegiatan survey dan desain yang dilakukan berupa:
(a) Kepala ranting dinas menghitung kebutuhan bahan cat dan pelumas
menggunakan Formulir Pemeliharaan Daftar Kebutuhan Bahan Cat Dan
Pelumas Pintu Air, upah dan bahan untuk swakelola menggunakan Formulir
Pemeliharaan Daftar Kebutuhan Upah Dan Bahan Untuk Swakelola,
selanjutnya dilaporkan ke Cabang Dinas Pengairan setiap awal triwulan II,
untuk bahan pembuatan usulan anggaran tahunan.
(b) Sebelum program tahunan pemeliharaan cabang dinas dituntaskan, survey dan
desain pada pekerjaan swakelola besar dan pekerjaan yang akan diborongkan
harus dilakukan dan dilaporkan pelaksanaannya menggunakan Formulir
Pemeliharaan Laporan Pelaksanaan Survey Dan Desain Pekerjaan
Pemeliharaan Dan Sarana Irigasi. Lokasi perbaikan besar yang akan dilakukan
perlu dipantau oleh Kepala Seksi Pemeliharaan Cabang Dinas. Pekerjaan
pemeliharaan dengan swakelola dan diborongkan masing-masing disusun
menggunakan Formulir Pemeliharaan : Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan
Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Daftar
Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Diborongkan dan menjadi
suatu komponen dari Daftar Usulan Proyek (DUP/DUPDA). Data pokok dari
hasil survey dan desain dipakai untuk mengisi Formulir Pemeliharaan Daftar
Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan
Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan
Yang Diborongkan yang dicatat dalam buku Catatan Pemeliharaan Cabang
Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(c) Formulir Pemeliharaan Laporan Pelaksanaan Survei Dan Disain Pekerjaan
Pemeliharaan Dan Sarana Irigasi dikirim ke Dinas/Sub Dinas PU Pengairan
paling lambat bulan Maret tiap tahun. Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan
Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir
Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang
Diborongkan harus diserahkan lewat Kantor Koordinator/Wilayah dan tiba di
kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan dalam bulan Juni tahun anggaran
sebelumnya agar anggaran pemeliharaan keseluruhan untuk tahun berikutnya
dapat direncanakan tepat waktu.
Survey dan desain pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi
berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Teknis.
3) Penyusunan Program
Setelah anggaran tahunan (DIP/DIPDA) diserahkan oleh Dinas/Sub Dinas
Kepala Cabang Dinas, maka hasil survey dan desain pekerjaan yang pernah
diselesaikan dan dilaporkan dalam Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala
Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir
Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang
Diborongkan di analisa kembali dengan skala prioritas. Selanjutnya disusun
program pekerjaan berkala yang di swakelolakan dalam Formulir
Pemeliharaan: Program Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan program
pekerjaan berkala yang diborongkan dalam Formulir Pemeliharaan Program
Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan oleh cabang dinas. Formulir
Pemeliharaan Program Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir
Pemeliharaan Program Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan dikirimkan oleh
cabang dinas kepada Kantor Propinsi/Pusat lewat Koordinator/Wilayah di
bulan Nopember tahun anggaran yang bersangkutan.
Penyusunan program pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi
berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Teknis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2.4.2 Tahap Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan pemeliharaan dibagi dalam tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan :
1) Persiapan
Pekerjaan yang diborongkan mencakup :
(a) Persiapan dokumen pelelangan,
(b) Pelaksanaan lelang,
(c) Pembuatan kontrak kerja.
Pekerjaan swakelola mencakup :
(a) Pengajuan dari ranting dinas atas Daftar Kebutuhan Bahan Cat dan Pelumas
Pintu Air dan Daftar Kebutuhan Upah Dan Bahan Untuk Di Swakelolakan,
(b) Penunjukan pelaksana,
2) Pelaksanaan.
(a) Pelaksanaan perawatan rutin dilaksanakan oleh petugas pengairan setempat
sebagai bagian tugas pokoknya dan dapat dilaksanakan secara swakelola. Hasil
kerja yang dicapai harus dilaporkan setiap bulan dengan Formulir Pemeliharaan
Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan
dan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Pengadaan Bahan Pekerjaan
Swakelola. Kegiatan perawatan rutin antara lain adalah:
(1) Membabat rumput pada tanggul dan tebing saluran,
(2) Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu (ganggang, eceng gondok,
dan lain-lain) yang berada di saluran,
(3) Menutup lubang-lubang pada tanggul saluran (lubang ini biasanya dibuat
oleh ketam, tikus, dan lain-lain),
(4) Memperbaiki longsoran-longsoran kecil yang terjadi pada tanggul dan
lereng saluran,
(5) Merapikan profil saluran supaya sedapat mungkin tetap berbentuk
trapesium,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(6) Membersihkan sampah/endapan di sekitar pintu air, alat pengukur debit,
dan lain-lain,
(7) Mencabut tanaman yang tumbuh pada bangunan air (biasanya pada sayap
bangunan tumbuh tanaman liar),
(8) Memangkas dahan pohon yang mengganggu jaringan telepon,
(9) Memperbaiki kerusakan kecil bangunan dan prasarana pelengkapnya,
(10) Memberi pelumas pada pintu-pintu air .
(b) Pelaksanaan pekerjaan berkala swakelola (Formulir Pemeliharaan: Laporan 2
Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir
Pemeliharaan Laporan Bulanan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di
Swakelolakan). Untuk pekerjaan swakelola, Kepala/Staf Ranting Dinas
ditugaskan sebagai pelaksana dengan surat penugasan dari Kepala Cabang
Dinas. Ranting Dinas sebagai pelaksana wajib melaporkan setiap 2 (dua)
minggu tentang progres pembayaran upah dan bahan, serta pelaksanaan fisik.
(c) Pelaksana pekerjaan berkala yang di swakelolakan juga bertanggungjawab
terhadap mutu dan volume pekerjaan swakelola yang diselesaikan. Dalam
Formulir Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala
Yang Di Swakelolakan disampaikan kepada Kepala Cabang Dinas oleh
pelaksana pada hari Selasa setiap minggu pada periode laporan itu. Staf
pemeliharaan cabang dinas menyusun laporan bulanan mengenai progres
semua pemeliharaan swakelola berdasarkan informasi dari Formulir
Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di
Swakelolakan disusun dalam Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan
Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan harus disampaikan
ke Kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan pada awal bulan berikutnya.
(d) Pelaksanaan pekerjaan diborongkan (Formulir Pemeliharaan Laporan
Mingguan Kemajuan Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan). Berdasarkan
syarat-syarat pekerjaan pemborongan petugas yang ditunjuk sebagai pengawas
lapangan untuk pekerjaan diborongkan, diharuskan setiap minggu melaporkan
progres pekerjaan pemeliharaan yang diawasi, dengan mempergunakan
Formulir Pemeliharaan Laporan Mingguan Kemajuan Pekerjaan Berkala Yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Diborongkan. Formulir ini diisi berdasarkan informasi yang dicatat di
lapangan. Laporan ini diserahkan kepada cabang dinas pada hari Senin setiap
minggu.
(e) Pembuatan gambar purna laksana (as-built drawings). Setelah pekerjaan
pemeliharan dinyatakan selesai, khususnya bagian-bagian yang menyangkut
perubahan dalam pelaksanaan harus dibuat gambar purna laksana (as-built
drawings) oleh pelaksana dan diserahkan ke cabang dinas.
Tahapan pelaksanaan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi
berpedoman dan mengacu pada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Teknis.
2.4.3 Pemantauan dan Evaluasi
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan pemantauan dan evaluasi untuk bangunan
irigasi mencakup :
1) Pemantauan pengadaan dan penggunaan bahan swakelola (Formulir
Pemeliharaan : Pemantauan Bulanan Pengadaan Bahan Pekerjaan Swakelola
dan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan
Swakelola) dan lampiran Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan
Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kasi Pemeliharaan Cabang Dinas
harus memantau setiap bulan pengadaan dan penggunaan bahan pekerjaan
swakelola dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan
Pengadaan Bahan Pekerjaan Swakelola dan Formulir Pemeliharaan:
Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kedua formulir
ini diserahkan kepada Kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan tiap awal bulan
berikutnya. Bagi bangunan khusus yang memerlukan upah dan bahan agak
besar tiap tahun, perlu dicatat penggunaan dan sisanya di dalam Formulir
Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Cat Dan Pelumas Pintu
Bendung/Bangunan Bagi Besar oleh Kepala Ranting Dinas. Lampiran formulir
ini lalu diperiksa oleh kepada Kantor Dinas/Sub Dinas Pengairan.
2) Pemantauan pekerjaan berkala yang diborongkan (Formulir Pemeliharaan
Laporan Bulanan Realisasi Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan), dinas harus
memantau keadaan realisasi fisik dan keuangan tiap bulan. Pemantauan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dilaksanakan untuk setiap paket pekerjaan. Keseluruhan paket pekerjaan
dilaporkan dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan
Realisasi Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan. Formulir ini perlu
disampaikan kepada Kantor Dinas/Sub Dinas Pengairan pada awal bulan
berikutnya.
3) Evaluasi pekerjaan pemeliharaan Formulir Pemeliharaan Laporan Tahunan
Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan pada tiap akhir tahun anggaran hasil
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan termasuk pekerjaan swakelola dan
pekerjaan yang diborongkan harus di evaluasi oleh Cabang Dinas dengan
menggunakan Formulir Pemeliharaan Laporan Tahunan Realisasi Pekerjaan
Pemeliharaan. Formulir ini kemudian dikirim ke Kantor Dinas/Sub Dinas setiap
bulan Januari tahun anggaran berikutnya.
Pemantauan dan evaluasi pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk
bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang
Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis.
2.5 Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi
Dasar yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja jaringan irigasi adalah
komponen penyusunya. Jaringan irigasi tersusun atas komponen: 1). bangunan
utama, 2). saluran pembawa, 3). bangunan bagi/sadap, 4). saluran pembuang dan 5).
bangunan pada saluran pembuang. Komponen penyusun jaringan irigasi disusun
oleh sub-sub komponen penyusunnya. Masing-masing sub komponen, komponen
penyusun jaringan irigasi dinilai kondisinya mengacu pada Pedoman Penilaian
Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999 ditunjukkan Tabel 2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 2.1. Penilaian Fisik Komponen Bangunan Utama Bendung Pada Jaringan Irigasi (Anonim, 1999)
No Bangunan Kondisi Bangunan
Baik Cukup Rusak 1 Bangunan
Pengambilan - Pintu
Pengambilan (Intake)
- Semua pintu dapat
dioperasikan dengan baik, secara mekanis dan hidrolis
- Terdapat atap pelindung pintu
- Pengaman pintu dan tembok penahan banjir
- Semua daun pintu yang terpasang tidak bocor
- Terdapat petunjuk manual operasi bendung.
- Kondisi rata-rata aspek di atas 80% - 100%
- Sebagian pintu tidak
dapat dioperasikan dengan lancar
- Atap pelindung dan pengaman pintu sebagian ada yang rusak
- Daun pintu yang terpasang dijumpai kebocoran
- Kondisi rata-rata aspek di atas 50%-79%
- Semua pintu tidak
dioperasikan dengan lancar
- Tidak terdapat atap pelindung dan pengaman pintu pengambilan (intake)
- Kondisi rata-rata aspek di atas 0% - 49%
- Endapan / Lumpur
- Endapan di depan pintu tidak setinggi ambang pintu pengambilan (intake)
- Mudah / selalu dikurus secara berkala
- Kondisi rata-rata aspek di atas 80%-100%
- Endapan di depan pintu mencapai tinggi ambang pintu pengambilan (intake)
- Tidak selalu dikuras secara berkala
- Kondisi rata-rata aspek di atas 50%-70%
- Endapan sering melampaui ambang pintu pengambilan (intake)
- Sulit/tidak pernah/ jarang dikuras
- Kondisi rata-rata aspek di atas 0%-49%
- Papan Operasi Bendung (Papan Eksploitasi)
- Terdapat papan operasi bendung yang masih baik
- Papan tersebut selalu diisi data yang benar
- Kondisi rata-rata aspek diatas 80%-100%
- Terdapat papan operasi bendung
- Papan tersebut tidak / jarang diisi data yang benar
- Kondisi rata-rata aspek diatas 50%-70%
- Tidak terdapat papan operasi bendung
- Kondisi rata-rata aspek diatas
Penilaian fisik komponen pada jaringan irigasi secara lengkap ditunjukkan pada Lampiran LP (1-7)
Keadaan khusus
Khusus untuk bendung gerak dan waduk yang besar, penilaian kondisi dilaksanakan
oleh staf cabang dinas unit pengelola bending dan waduk.
Pada evaluasi kondisi jaringan irigasi, jika:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1. Bangunan bagi / bagi-sadap / sadap,
2. Ruas saluran pembawa
Pada jaringan yang bersangkutan tidak diperlukan (tidak ada), maka perhitungan
nilai kondisi terhitung dilaksanakan sebagai berikut :
a. Bila luas rencana >150 Ha, maka kondisi dinilai sesuai keadaan
b. Bila luas rencana <150 Ha, maka kondisi dinilai dengan cara memaksimalkan
(Anonim, 1999)
2.6. Penilaian Komponen dan Pembobotan
Setiap komponen utama dibagi menjadi beberapa komponen yang lebih kecil,
yang masing-masing perlu dinilai kondisinya. Setiap komponen akan memberikan
kontribusi nilai kondisi terhadap kondisi fisik jaringan irigasi secara keseluruhan.
Kontribusi setiap komponen utama terhadap keseluruhan fisik jaringan irigasi
mempunyai bobot yang tidak sama. Bobot setiap komponen disusun atas dasar
besarnya pengaruh setiap komponen tersebut terhadap terjaminnya pelayanan air
irigasi. Bobot setiap komponen utama dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel. 2.2. Bobot Komponen Utama Jaringan Irigasi (Anonim, 1999)
No KOMPONEN BOBOT (%) 1 Bangunan Utama 35 2 Saluran Pembawa 25 3 Bangunan Bagi / Sadap 25 4 Saluran Pembuang 10 5 Bangunan Pada Saluran Pembuang 5
Jumlah: 100
Bobot untuk setiap komponen utama tersebut merupakan gabungan dari
masing-masing komponen penyusunnya Distribusi dari penilaian komponen utama
jaringan irigasi disesuaikan dengan sub komponen bangunan yang ada pada jaringan
irigasi Sungkur. Dari sub komponen bangunan yang ada masing-masing bobot di
kalikan dengan bobot komponen bangunan kemudian dibagi dengan bobot utama.
Dengan demikian bobot untuk masing-masing sub komponen terkecil dapat
diketahui. Distribusi komponen dan bobot pada jaringan irigasi bendung
tetap/bendung gerak standar dari Subdit. Bina Progam Ditjen Air, 1999,
selengkapnya disajikan pada Gambar 2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.1. Distribusi Komponen dan Bobot Pada Jaringan Irigasi (Bendung Tetap atau Bendung Gerak) (Anonim, 1999
5%
3%
3%
1%
4%
2%
5%
4%
1%
2%
2%
1%
Endapan/lumpur
Pintu/pintu banjir
Papan eksploitasi
Pengukur debit
Endapan/lumpur
Pintu
Mercu
Papan Skala
Ruang olakan
Koperan
Sayap
Jembatan Utama
Gawat Banjir
Rumah PPA
1%
1%
12% Bangunan pengambilan
6% Bangunan penguras
10% Tubuh bendungan
4%
Sayap
3%
Bangunan pelengkap bendung
35% Bendung Tetap/Gerak
5% Erosi dan atau sedimentasi
12%
Profil Saluran
8%
Bocoran
12% Pintu sadap & pengatur
5% Bangunan pengukur debit
8% Tubuh bangunan
6% Erosi & sedimentasi
4% Profil Saluran
2% Pintu pengatur
3% Tubuh Bangunan
25% Saluran pembawa
25% Bangunan bagi/sadap
10% Saluran pembuang
5% Bangunan pada sal.uran
100%
Jaringan Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Distribusi komponen dan bobot pada bangunan utama standar dari Subdit. Bina
Program Ditjen. Air (1999), untuk free intake, bendungan dan pompa disajikan pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Distribusi Komponen dan Bobot Pada Bangunan Utama (Untuk Free Intake, Bendungan dan Pompa) (Anonim, 1999)
2.7 Metode Perhitungan Penilaian Kondisi Jaringan Irigasi.
Penilaian kondisi jaringan irigasi keseluruhan dilakukan dengan menghitung
kondisi bangunan utama (%), saluran pembawa (%), bangunan bagi, bagisadap (%),
saluran pembuang (%), dan bangunan sepanjang saluran pembuang (%), dengan
metode perhitungan sebagai berikut:
25%
Pintu Intake
10% Regime Sungai Bocoran
35% Free Intake
9%
Pintu Intake
2% Pintu Penguras
8% Pelimpah/ Spilway
3%
Endapan
5% Tanggul Banjir
3% Bangunan pelengkap
30% Bendungan
25%
Mekanis
10% Bangunan Sipil
35%
Pompa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kondisi Jaringan Irigasi dihitung dengan rumus:
KJ = Kbu + Kbbs + Ksbw + Ksbg + Kbsbg.........................................(2.1) dengan:
KJ = Kondisi Jaringan (%) Kbu = Kondisi bangunan utama (%) Kbbs = Kondisi bangunan bagi atau sadap (%) Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%) Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%) Kbsbg = Kondisi bangunan sepanjang saluran pembuang (%)
Kondisi bangunan utama dihitung sebagaimana rumus berikut:
Kbu = Kb(bu) 1 + Kb(bu) 2 + Kb(bu) (n)........................................(2.2) dengan:
Kbu = Kondisi bangunan utama (%) Kb(bu) 1 = Kondisi rata-rata bangunan utama 1 (%) Kb(bu) 2 = Kondisi rata-rata bangunan utama 2 (%) Kb(bu) (n) = Kondisi rata-rata bangunan utama (n) (%)
Kondisi Bangunan bagi/sadap dihitung sebagaimana rumus berikut:
Kbbs = Kb(kbbs) 1 + Kb(kbbs) 2 + Kb(kbbs) (n)............................(2.3) dengan:
Kbbs = Kondisi bangunan bagi/sadap (%) Kb(kbbs) 1 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 1 (%) Kb(kbbs) 2 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 2 (%) Kb(kbbs) (n) = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap (n) (%)
Kondisi Saluran pembawa dihitung sebagaimana rumus berikut:
Ksbw = Ks(ksbw) 1 + Ks(ksbw) 2 + Ks(ksbw)(n).........................(2.4) dengan:
Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%) Ks(ksbw)1 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 1 (%) Ks(ksbw)2 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 2 (%) Ks(ksbw)(n) = Kondisi rata-rata salurah pembawa (n) (%)
Kondisi saluran pembuang dihitung sebagaimana rumus berikut:
Ksbg = Ks(ksbg) 1 + Ks(ksbg) 2 + Ks(ksbg)(n) ..............................(2.5) dengan:
Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%) Ks(ksbg) 1 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 1 (%) Ks(ksbg) 2 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 2 (%) Ks(ksbg)(n) = Kondisi rata-rata saluran pembuang (n) (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Kondisi bangunan disepanjang saluran pembuang dihitung sebagaimana rumus berikut:
Kbsbg = Kb(kbsbg) 1 + Kb(kbsbg) 2 + Kb(kbsbg) (n)...................(2.6) dengan:
Kbsbg = Kondisi bangunan pembuang (%) Kb(kbsbg) 1 = Kondisi rata-rata bangunan pembuang 1 (%) Kb(kbsbg) 2 = Kondisi rata-rata bangunan pembuang 2 (%)
Kb(kbsbg) (n) = Kondisi rata-rata bangunan pembuang (n) (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB. III
METODE PENELITIAN 3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo
Propinsi Jawa Timur berada dibawah pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air dibawah pengawasan langsung Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Sumoroto. Jaringan Irigasi Sungkur mempunyai luas areal 3065 Ha yang
tersebar dibeberapa Kecamatan dan beberapa Kalurahan/Desa di Kabupaten
Ponorogo. Penelitian mengambil lokasi di Jaerah Irigasi Sungkur karena belum ada
penelitian sebelumnya mengenai kondisi Jaringan irigasi ini. Jaringan Irigasi sungkur
merupakan satu-satunya jaringan irigasi di Ponorogo yang penanganannya ditangani
langsung oleh pemerintah pusat yang kegiatan operasi dan pemeliharaannya
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Tugas Pembantuan Operasi
dan Pemeliharaan (TPOP) Jaringan Irigasi. Lokasi penelitian dijelaskan pada
Gambar 3.1 dan Skema JI Sungkur pada Gambar 3.2
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian (Anonim, 2008)
U
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 3.2 Skema Jaringan Irigasi Sungkur (Anonim, 2008)
Bendung Duncak
Intake Sungkur
Bendung Sungkur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3.2 Metode Penelitian
Metode yang diterapkan dalam studi ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu
mangadakan penelitian menggunakan data primer (data primer yaitu data yang di
kumpulkan langsung dari objek yang diteliti dan berasal dari situasi aktual dimana
suatu peristiwa terjadi) dan data sekunder (data sekunder yaitu data yang diambil
dari sumber tertentu yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan yaitu Dinas
pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo.
Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah, yaitu:
3.2.1 Pengumpulan Data.
a. Data Sekunder meluputi:
1) Data Skema Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo,
2) Data Catatan Kerusakan JI Sungkur,
3) Laporan TPOP JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2007,
4) Laporan TPOP JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2008,
5) Angka Kebutuhan Nyata Operasi & Pemeliharaan (AKNOP) JI Sungkur
Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2007,
6) Angka Kebutuhan Nyata Operasi & Pemeliharaan (AKNOP) JI Sungkur
Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2008,
7) Foto dokumentasi dan Peraturan Perundang-undangan.
b. Data Primer meliputi:
1) Observasi lapangan.
3.2.2. Teknis Pengambilan Data
a. Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi
penelitian untuk melihat dari dekat tentang kondisi jaringan irigasi. Teknik
observasi dilakukan dengan cara pengambilan dokumentasi.
b. Data sekunder diambil dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo.
c. Studi kepustakaan yaitu melakukan pencarian sumber-sumber informasi dari
instansi terkait dari hasil pencatatan-pencatatan peristiwa penting, buku-buku,
jurnal dan situs internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3.3 Analisis
Analisis penelitian terbagi menjadi tiga langkah pelaksanaan, hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian.
3.3.1 Analisis Kondisi jaringan Irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian adalah:
a. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan jaringan
irigasi Sungkur tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
b. Melakukan survei untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi Sungkur pada
tahun 2009.
c. Melakukan analisa penilaian kondisi Jaringan Irigasi Sungkur pada tahun 2009
dengan menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina
Program Ditjen Air,Jakarta, 1999.
d. Komponen utama terhadap keseluruhan fisik jaringan irigasi mempunyai bobot
berbeda.
e. Bobot setiap komponen disusun atas dasar besarnya pengaruh setiap komponen
tersebut terhadap terjaminnya pelayanan air irigasi.
f. Pembobotan dilakukan terhadap komponen utama jaringan irigasi meliputi
bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran pembuang
dan bangunan pada saluran.
g. Bobot untuk setiap komponen utama tersebut merupakan gabungan dari
masing-masing komponen penyusunnya/sub komponen.
h. Bobot sub komponen dikalikan dengan kondisi fisik yang ada maka dihasilkan
penilaiann sub komponen tersebut, kemudian sub komponen dijumlah untuk
mengetahui total kondisi sub komponen.
i. Hasil pengurangan Komponen utama dengan nilai total sub komponen
menunjukkan kondisi/nilai dari komponen tersebut dan seterusnya sehingga
didapatkan kondisi Jaringan irigasi Sungkur aktual tahun 2009.
j. Didapat kondisi Jaringan Irigasi Sungkur aktual 2009, selanjutnya kondisi ini
sebagai pijakan penilaian kondisi Jaringan Irigasi Sungkur pada tahun 2008
mengacu kepada biaya pemeliharaan yang dianggarkan, dokumentasi, laporan
TPOP dan catatan kerusakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
k. Kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 yang telah diketahui digunakan
sebagai acuan untuk penilaian kondisi jaringan tahun 2007 dengan cara seperti
yang dilakukan pada poin j.
l. Hasil akhir diketahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2009.
3.3.2 Analisis Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Hasil Kegiatan Pemeliharaan tahun 2007 s/d 2009
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan
hubungan antara peningkatan kondisi jaringan irigasi Sungkur dan hasil
pemeliharaan adalah sebagai berikut:
a. Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009 didapatkan dari Sub
Bab 3.3.1
b. Berdasarkan laporan kegiatan TPOP diketahui kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahu yaitu tahun 2008 dan tahun 2007.
c. Pada komponen bangunan irigasi yang dilakukan pemeliharaan dibandingkan
sebelum pemeliharaan maka prosentase kondisi jaringan irigasi akan naik.
d. Selisih sebelum pemeliharaan dengan sesudah pemeliharaan pada komponen
jaringan irigasi didapatkan prosentase pemeliharaan komponen bangunan
irigasi.
e. Prosentase pemeliharaan komponen yang mendapatkan pemeliharaan dikalikan
dengan bobot komponennya didapatkan bobot akhir pemeliharaan.
f. Bobot akhir komponen yang mendapatkan pemeliharaan ini dijumlah maka
didapatkan prosentase pemeliharaan yang dilaksanakan selama dua tahun yaitu
pemeliharaan tahun 2007 dan tahun 2008.
3.3.3 Analisis Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 s/d 2009
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan
kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur adalah sebagai berikut:
a. Analisis dari rumusan masalah yang pertama didapatkan nilai kondisi jaringan
irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009.
b. Nilai pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2008 didapatkan
dari Sub Bab 3.3.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
c. Dari Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur rumusan masalah pertama dan nilai
pemeliharaan maka didapatkan persamaan linier dari kedua nilai tersebut.
d. Didapatkan grafik hubungan antara nilai kondisi dengan nilai pemeliharaan
jaringan irigasi Sungkur.
e. Didapatkan hasil kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan.
f. Kondisi jaringan irigasi sungkur bisa naik, menurun ataupun tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gb.3.3 Bagan Alir Rancangan Penelitian
Pembobotan dan Evaluasi
Hasil Analisa
Mulai
Data Sekunder 2007,2008,2009
Pengumpulan Data JI Sungkur
Selesai
Kondisi JI Sungkur
2009
Survei Kondisi JI
2009
Data Pemeliharaan
2008
Data Pemeliharaan
2007
Kondisi Jaringan th 2009 = Kondisi Jaringan th 2010 sebelum ada pemeliharaan
Analisa : Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
Kondisi JI Sungkur
2008
Kondisi JI Sungkur
2007
Kecenderungan Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari Tahun 2007 s/d 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Input Proses Output Goal
Gb.3.2 Matrik Penelitian
- Observasi Lapangan
- Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2009
- Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2009
- DIPA 2008 - Laporan TPOP
2008 - Data Kerusakan - AKNOP 2008
- Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2008
- Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2008
- DIPA 2007 - Laporan TPOP
2007 - Data Kerusakan - AKNOP 2007
- Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999
Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2007
- Nilai Kondisi JI Sungkur th 2007-2009
- Mengetahui kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahu 2007s/2008 dapat meningkatkan fungsi JI Sungkur
- Kecenderungan kondisi JI Sungkur th
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Profil Pengairan, Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Kabupaten Ponorogo.
______, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, www.dpuairjatim.org/data/.../Permen%20PU%20no.32%202007.pdf, Oktober, 16, 2008.
______, 2006, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008.
______, 2004, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008.
______, 1999, Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi Subdit Bina Program Ditjen Air. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
______, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Abernethy, C.L., 2010. Governance of irrigation systems: Does history offer lessons for today, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.552/abstract
Agus Hari Wahyudi, 2009, Materi Kuliah Sistem Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Bangunan Air ” Konsep Pemeliharaan Irigasi SNI”, Surakarta. Agus Suman, 2010. Evaluasi Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Di
Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.
Bambang Basuki Hartanto, 2009. Evaluasi Kerusakan Dan Peningkatan Kinerja
Jaringan Irigasi Jetu. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
George, Biju A., Malano, Hector M., Vo Khac Tri, Turral, Hugh, 2004. Using modelling to improve operational performance in the Cu Chi irrigation system, Vietnam, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.109/abstract
Jatmiko Suluh, 2007. Kajian Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi (D.I) Tempuran Di Kabupaten Blora. Tesis (Tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Lorenzini, Giulio and Wrachien, Daniele De, 2005. Performance assessment of sprinkler irrigation systems: a new indicator for spray evaporation losses, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.171/abstract
Oad, Ramchand, 2001. Policy reforms for sustainable irrigation management – a case study of Indonesia, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.28/abstract
Passouant, M., Le Gal, P.Y., and Keita, B., 2009. The contribution of information systems in maintaining large-scale irrigation schemes, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.469/abstract
Sobriyah, 2008, Penilaian Kerusakan Jaringan Irigasi, Materi Kuliah Magister
Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil (MTRPBS), Universitas Sebelas Maret, Surakarta
S Suroso, PS Nugroho, P Pamuji, 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengelolaan Air Irigasi. Dinamika Teknik Sipil. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta.
Sumaryanto, M Siregar, Deri H, M Suryadi, 2006. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan dan Upaya Perbaikannya. Laporan Penelitian. Deptan . Bogor.
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang
mempunyai ketersediaan air yang cukup namun tidak merata pada seluruh wilayah
Kabupaten. Berdasarkan siklus Hidrologi 80% air tersedia pada musim penghujan
sedangkan pada musim kemarau sebesar 20%. Di Kabupaten Ponorogo jaringan
irigasi terbangun meliputi bendung sebanyak 140 buah, pengambilan bebas 107
buah, saluran primer 19,091 Km, saluran sekunder 237,638 Km, bangunan air
lainnya 663 buah, mata air 321 buah semua mengairi areal sawah seluas 32.617 Ha.
Jaringan irigasi Sungkur merupakan salah satu jaringan irigasi terbangun yang
keberadaannya mempunyai kontribusi besar untuk mencukupi kebutuhan air irigasi
yang meliputi lima Kecamatan di Kabupaten Ponorogo yaitu Sampung, Kauman,
Sukorejo, Jambon dan Badegan. Jaringan Irigasi sungkur masuk dalam pengawasan
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Cabang Somoroto Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Ponorogo, terbagi menjadi dua Kejuron yaitu Sungkur Kanan dan Sungkur Kiri.
4.2. Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri
Kondisi suatu jaringan irigasi sangat mempengarui terhadap pelayanan
jaringan tersebut untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Pemeliharaan terhadap
jaringan irigasi sangat berpengaruh terhadap kondisinya. Jaringan Irigasi sungkur
Kiri merupakan salah satu bagian bagian pengawasan wilayah Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Ponorogo melalui Unit Pelayanan Teknis DPU Cabang
Sumoroto. Secara administrasi jaringan irigasi Sungkur Kiri terletak di 3 (tiga)
Kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Sampung,
2. Kecamatan Kauman dan
3. Kecamatan Sukorejo.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Jaringan Irigasi Sungkur Kiri ini dibatasi oleh jaringan irigasi lain yang juga dalam
pengawasan wilayah Dinas pekerjaan Umum kabupaten Ponorogo, yaitu:
1. Sebelah Utara dibatasi JI Gakok Bawah,
2. Sebelah Timur dibatasi Kali Sungkur tempuran,
3. Sebelah Selatan dibatasi JI Sungkur Kanan,
4. Sebelah Barat dibatasi JI Sumorobangun.
Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi JI Sungkur Kiri adalah Kali
Sungkur yang diambil dari free intake Sungkur. Adapun luas areal persawahan/ baku
sawah yang terlayani seluas 1127 Ha sawah. Dalam tulisan ini akan disajikan data
kondisi jaringan Sungkur Kiri, yang diperoleh dari investigasi dilapangan tahun 2009
dan secara berturut-turut digunakan sebagai pedoman untuk memprediksi kondisi
Jaringan Irigasi Sungkur tahun 2008 dan tahun 2007. Kondisi jaringan disajikan
bobot komponen utama yang terbagi menjadi beberapa sub komponen. Distribusi
prosentase bobot komponen bangunan dan sub komponen Jaringan Irigasi Sungkur
Kiri dalam kondisi sempurna sesuai dengan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari
Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999 dapat terlihat pada gambar 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
\ Gambar 4.1 Distribusi Komponen dan bobot Jaringan Irigasi Sungkur
Free Intake
Jaringan Utama
Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Sayap
Bang. Pelengkap
Pintu Intake
Pengukur debit
Papan Exploitasi
Sayap
Koperan
Jembatan Utama
Rumah PPA
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bangunan pd Sal.
100 %
35%
25%
27%
5%
3%
20%
5%
2%
3%
2%
1%
1%
1%
Profil Saluran
Bocoran
Erosi/Sedimentasi
15%
7%
3%
8%
7%
Pintu Sadap& Pengatur
Tubuh Bangunan
Bang. Pengukur Debit
Sayap
Jalan Inspeksi
12%
6%
5%
1%
1%
Bang. Bagi/Sadap 25%
Erosi&Sedimentasi
Profil Saluran
Pintu Pengatur
Tubuh Bangunan
6%
4%
3%
2%
Sal. Pembuang 10%
Bang. Pd Sal. 5%
Kiri Kondisi Standar ( Anonim, 1999)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4.2.1. Bangunan Utama Free Intake Sungkur Kiri
Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air irigasi pada
Jaringan Irigasi Sungkur Kiri adalah Kali Sungkur yang diambil dari free intake
Sungkur Kiri meliputi Saluran Primer Sungkur Kiri, Saluran Sekunder Sumoroto dan
Saluran Sekunder Carat. Bobot kondisi bangunan utama dapat dilihat pada Tabel 4.1
Bangunan Pengambilan Sungkur Kiri ( bobot 27,00%)
Tabel 4.1 Bobot Kondisi Bangunan Pengambilan Sungkur Kiri
Nama Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Pintu Intake 20,00 85% 75% 70% 17,00 15,00 14,00 Pengukur debit 5,00 85% 80% 77% 4,25 4,00 3,85 Papan eksploitasi 2,00 70% 70% 70% 1,40 1,40 1,40
22,65 20,40 19,25
Bangunan pengambilan terbagi atas tiga sub komponen yaitu bangunan pintu
intake, bangunan pengukur debit dan bangunan papan eksploitasi dimana komponen
ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 27,00% terhadap jaringan irigasi.
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 4,35% pada tahun
2007, 6,60% pada tahun 2008 dan 7,75% pada tahun 2009. Pada kondisi standar
komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot 27,00%, sehingga dapat
diketahui bangunan pengambilan pada free intake Sungkur kondisinya pada tahun
2007 adalah 83,89%, tahun 2008 adalah 75,56% dan tahun 2009 sebesar 71,30%.
Kondisi ini didapatkan dari pembagian bobot kondisi lapangan dibandingkan dengan
bobot kondisi standar kemudian dikalikan dengan seratus persen. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisi bangunan pengambilan pada tahun
2007 masuk katagori baik karena nilai kondisi diatas 80,00%, sedangkan tahun 2008
dan tahun 2009 masuk kategori kondisi cukup. Adapun kecenderungan kondisi
Bangunan pengambilan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 4.2 Grafik Kondisi Bangunan Pengambilan Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.2 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan pengambilan pada free intake jaringan
irigasi Sungkur Kiri kecenderungannya menurun. Pada tahun 2007 kondisinya masuk
kategori baik, karena tidak adanya pemeliharaan pada bangunan pengambilan ini
maka kondisinya menurun menjadi kategori cukup.
a. Sayap intake Sungkur Kiri ( bobot 5,00%)
Bangunan Sayap terbagi atas dua sub komponen yaitu sayap dan koperan
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 5,00% terhadap
bangunan utama free intake.
Tabel 4.2 Bobot Kondisi Bangunan Sayap Intake Sungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Sayap 3,00 70% 77% 77% 2,10 2,31 2,31
Koperan 2,00 70% 80% 80% 1,40 1,60 1,60
3,50 3,91 3,91
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,09%-1,50%.
Berdasarkan penelitian dilapangan komponen sayap bangunan utama free intake
pada jaringan irigasi Sungkur Kiri bobot kondisinya tahun 2008 s/d tahun 2009
adalah 3,91% ini artinya bangunan sayap pada jaringan irigasi Sungkur Kiri
kondisinya 78,20% sedangkan pada tahun 2007 kondisinya 70,00%. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi sayap pada free intake
0
5
10
15
20
25
2007 2008 2009
Papan eksploitasi
Pengukur debit
Pintu Intake
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi sayap dari tahun 2007 s/d
2009 dapat terlihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik Kondisi Sayap Intake Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.3 grafik kondisi sayap pada tahun 2008 dan 2009 ada peningkatan
kondisi dibandingkan tahun 2007, hal ini karena ada perbaikan pada sayap bangunan
free intake jaringan irigasi Sungkur Kiri. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 kondisi
bangunan sayap tetap tidak mengalami perubahan, hal ini karena tidak ada
pemeliharaan terhadap bangunan sayap pada kurun waktu ini tetapi tidak
mempengaruhi kondisi bangunan.
b. Bangunan Pelengkap Intake Sungkur Kiri ( bobot 3,00%)
Bangunan pelengkap pada free intake Sungkur Kiri terbagi atas tiga sub
komponen yaitu jembatan utama, rumah PPA dan gawat banjir, komponen ini dalam
kondisi sempurna mempunyai bobot 3,00% terhadap bangunan utama free intake.
Tabel 4.3 Bobot Kondisi Bangunan Pelengkap Sungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Jembatan utama 1,00 70% 70% 65% 0,70 0,70 0,65
Rumah PPA 1,00 40% 30% 30% 0,40 0,30 0,30
Gawat Banjir 1,00 40% 40% 40% 0,40 0,40 0,40
1,50 1,40 1,35
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,50% pada
tahun 2007, 1,60% pada tahun 2008 dan 1,65% pada tahun 2009 sehingga bobot
00.5
11.5
22.5
33.5
4
2007 2008 2009
Koperan
Sayap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kondisi lapangannya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada kondisi standar
komponen bangunan pelengkap pada bangunan ini mempunyai bobot 3%, sehingga
dapat diketahui bangunan pelengkap pada free intake Sungkur kondisinya pada
tahun 2007 adalah 50,00%, tahun 2008 adalah 46,67% dan tahun 2009 sebesar
45,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori
rusak pada tahun 2008 dan 2009, sedangkan tahun 2007 masuk dalam katagori
cukup. Kondisi bangunan pelengkap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada
Gambar 4.4
Gambar 4.4 Grafik Kondisi Bangunan Pelengkap Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.4 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan pelengkap free intake Sungkur jaringan
irigasi Sungkur Kiri dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak
ada pemeliharaan terhadap bangunan ini, bangunan dibiarkan dalam kondisi rusak.
4.2.2 Saluran Pembawa Sungkur Kiri
Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan
pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran
yang mempunyai dimensi yang berbeda-beda. Komponen penyusun pada saluran
pembawa meliputi: profil saluran, bangunan pada saluran, bocoran dan
endapan/erosi. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Profil Saluran Sungkur Kiri (bobot 8,00%)
00.20.40.60.8
11.21.41.6
2007 2008 2009
Gawat Banjir
Rumah PPA
Jembatan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Profil saluran terbagi menjadi saluran pasangan dan saluran tanah, berdasarkan
analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi profil saluran pada saluran
pembawa jaringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Table 4.4
Tabel 4.4 Bobot Kondisi Profil Saluran Sungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Saluran Pasangan 6,00 65% 70% 60% 3,90 4,20 3,60
Saluran Tanah 2,00 80% 83% 80% 1,60 1,66 1,60
5,50 5,86 5,20
Profil Saluran terbagi atas dua sub komponen yaitu saluran pasangan dan
saluran tanah dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot
8,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan
bobot sebesar 2,50% pada tahun 2007 sehingga kondisi profil saluran adalah 65,00%
sedangkan pada tahun 2008 penurunan sebesar 2,14% maka kondisinya 73,25% dan
pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 2,80% berarti kondisi profil saluran
65,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi profil saluran
pada saluran pembawa Sungkur Kiri masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan
kondisi profil saluran dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Grafik Kondisi Profil Saluran Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.5 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen profil saluran pada saluran pembawa tahun 2008
0
1
2
3
4
5
6
2007 2008 2009
Saluran Tanah
Saluran Pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
mengalami kenaikan karena ada perbaikan saluran yaitu adanya perbaikan pada
saluran sekunder Sumoroto yang dilakukan pada tahun sebelumnya, akan tetapi
tahun berikutnya mengalami penurunan lagi hal ini karena tidak adanya
pemeliharaan dan pertambahan kerusakan pada saluran ini.
b. Bangunan Pada Saluran Sungkur Kiri ( bobot 7,00%)
Bangunan pada saluran terbagi menjadi beberapa sub komponen meliputi talang,
gorong-gorong, bangunan terjun, bangunan affour, guyangan ternak dan jembatan.
Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bangunan
pada saluran pembawa jaringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Talang 2,500 75% 70% 68% 1,875 1,750 1,700 Gorong-Gorong 2,000 80% 75% 70% 1,600 1,500 1,400 Bangunan Terjun 1,000 85% 85% 85% 0,850 0,850 0,850 Bangunan Afur 0,500 70% 70% 65% 0,350 0,350 0,325 Guyangan Ternak 0,500 65% 60% 50% 0,325 0,300 0,250 Jembatan 0,500 75% 70% 70% 0,375 0,350 0,350
5,375 5,100 4,875
Bangunan pada saluran pembawa Sungkur kiri terbagi atas enam sub
komponen, dalam kondisi sempurna bangunan pada saluran mempunyai bobot 7,00%
terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot
sebesar 1,625% pada tahun 2007, 1,90% pada tahun 2008 dan 2,125% pada tahun
2009. Pada kondisi standar komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot
7%, sehingga dapat diketahui bangunan pengambilan pada free intake Sungkur
kondisinya pada tahun 2007 adalah 76,79%, tahun 2008 adalah 72,86% dan tahun
2009 sebesar 69,64%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit.
Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya
masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pada saluran
Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 4.6 Grafik Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.6 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan pada saluran Sungkur Kiri menurun
setiap tahunnya, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap
bangunan pada saluran ini.
c. Bocoran Saluran Sungkur Kiri ( bobot 7,00%)
Bocoran mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa,
karena semakin besar bocoran maka akan mengganggu kapasitas debit yang
melewati saluran yang berpengaruh terhadap kebutuhan air irigasi., untuk dapat
mengetahui kondisi bocoran pada saluran pembawa jringan irigasi Sungkur Kiri
dilihat pada Table 4.6
Tabel 4.6 Bobot Kondisi Bocoran saluran Sungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Bocoran 7,00 75% 73% 70% 5,25 5,11 4,90
5,25 5,11 4,90
Bocoran saluran Sungkur Kiri, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 7,00%
terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot
sebesar 1,75% pada tahun 2007, 18,90% pada tahun 2008 dan 2,10% pada tahun
2009. Pada kondisi standar komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot
7,00%, sehingga dapat diketahui bocoran pada saluran pembawa kondisinya pada
tahun 2007 adalah 75,00%, tahun 2008 adalah 73,00% dan tahun 2009 sebesar
0
1
2
3
4
5
6
2007 2008 2009
Jembatan
Guyangan Ternak
Bangunan Afur
Bangunan Terjun
Gorong-Gorong
Talang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
70,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit.Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi bocoran pada saluran Sungkur Kiri dari tahun 2007
s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik Kondisi Bocoran
Dari Gambar 4.7 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen Bocoran pada saluran sungkur kiri menurun dari
tahu ke tahun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap
bocoran pada saluran ini.
d. Endapan/Erosi Saluran Sungkur Kiri ( bobot 3,00%)
Endapan/Erosi menjadi masalah yang besar apabila tidak segera ditangani,
sedimentasi mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena
semakin besar sedimentasi maka berpengaruh terhadap penampang serta kapasitas
rencana saluran terhadap bangunan ukur. Sedimentasi mengakibatkan kemungkinan
tumbuhnya tanaman liar/gulma pada penambang saluran. Berdasarkan analisa
kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi endapan/erosi pada saluran
pembawa jaringan irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Bobot Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Endapan/Erosi 3,00 60% 65% 60% 1,80 1,95 1,80
1,80 1,95 1,80
4.7
4.8
4.9
5
5.1
5.2
5.3
2007 2008 2009
Bocoran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Endapan/ Erosi pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna mempunyai
bobot 3,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 1,20%
pada tahun 2009 dan tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 karena ada pengerukan
serta normalisasi saluran maka penurunan menjadi 1,05%. sehingga bobot kondisi
lapangan pada tahun 2009 dan tahun 2007 adalah 1,80% ini artinya kondisi
sedimentasi pada saluran Sungkur Kiri adalah 60,00%, sedangkan tahun 2008 bobot
kondisi 1,95% sehingga endapan/erosis kondisinya 65,00%. Berdasarkan Pedoman
Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen
Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun
kecenderungan kondisi endapan/erosi pada saluran Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d
2009 dapat terlihat pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.8 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik naik
pada tahun 2008 , hal ini karena pada tahun tersebut ada kegiatan pengerukan
sedimentasi pada saluran primer Sungkur Kiri. Sedangkan tahun berikutnya
mengalami penurunan lagi hal ini terjadi karena tidak adanya kegiatan pengerukan
pada tahun 2009 akibat tingginya sedimentasi.
4.2.3 Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kiri ( bobot 25,00%)
Bangunan ini berfungsi untuk membagi air irigasi sehingga didapatkan
keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di
areal sawah. Bangunan Bagi/Sadap terbagi atas lima sub komponen yaitu pintu sadap
dan pengatur, bangunan pengukur debit, tubuh bangunan, sayap dan jalan inspeksi
1.7
1.75
1.8
1.85
1.9
1.95
2007 2008 2009
Endapan/Erosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 25,00% terhadap
Jaringan Irigasi. Untuk dapat mengetahui kondisi bangunan bagi/sadap pada saluran
pada Jaringan Irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Table 4.8
Tabel 4.8 Bobot Kondisi Bangunan Bagi/SadapSungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Pintu Sadap & Pengatur 12,00 65% 70% 65% 7,80 8,40 7,80 Bangunan Pengukur Debit 5,00 80% 70% 65% 4,00 3,50 3,25 Tubuh bangunan 6,00 80% 75% 70% 4,80 4,50 4,20 Sayap 1,00 75% 75% 70% 0,75 0,75 0,70 Jalan inspeksi 1,00 70% 70% 70% 0,70 0,70 0,70
18,05 17,85 16,65
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 6,90% pada
tahun 2007, sehingga bobot kondisinya menjadi 18,05% ini artinya Bangunan
bagi/sadap pada jaringan irigasi Sungkur Kiri kondisinya 72,20% sedangkan pada
tahun 2008 penurunan bobotnya sebesar 7,15% sehingga bobot kondisi bangunan
bagi sadap menjadi 17,85% berarti kondisi lapangannya 71,4 %, sedangkan tahun
2009 penurunan bobot sebesar 8,35% sehingga kondisi lapangannya 66,60%.
Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen
Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup,
yaitu nilai kondisi dibawah 80,00%. Adapun kecenderungan kondisi bangunan bagi
/sadap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Grafik Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kiri
0
5
10
15
20
2007 2008 2009
Jalan inspeksi
Sayap
Tubuh bangunan
Bangunan Pengukur Debit
Pintu Sadap & Pengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dari Gambar 4.9 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik
mengalami penurunan dari tahun ke tahun, meskipun pada tahun 2008 ada perbaikan
pintu BSL 10 pada saluran sekunder Sumoroto. Untuk itu dibutuhkan pemeliharaan
yang lebih maksimal terhadap keberadaan bangunan bagi/sadap yang ada pada
saluran irigasi Sungkur Kiri.
4.2.4 Saluran Pembuang Sungkur Kiri (bobot 10%)
Saluran pembuang ini berfungsi untuk membuang atau mengalirkan
kelebihan air dari petak sawah dan mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai.
sehingga kelebihan air tersebut tidak akan merusak tanaman pertanian, Saluran
pembuang ini terbagi dari sub komponen erosi / sedimentasi dan sub komponen
profil saluran pembuang itu sendiri. Untuk dapat mengetahui kondisi saluran
pembuang pada Jaringan Irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Table 4.9
Tabel 4.9 Bobot Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kiri.
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Erosi & Sedimentasi 6,00 70% 65% 60% 4,20 3,90 3,60 Profil saluran 4,00 85% 75% 70% 3,40 3,00 2,80
7,60 6,90 6,40
Saluran pembuang pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna
mempunyai bobot 10,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot
dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 2,40% ,tahun 2008 sebesar 3,10%
sedangkan tahun 2009 sebesar 3,60%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ketahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah
64,00%, tahun 2008 adalah 69,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang
sebesar 76,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina
Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk
katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi saluran pembuang pada saluran
Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 4.10 Grafik Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.10 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik
terus mengalami penurunan, hal ini karena tidak adanya pemeliharaan terutama
adanya endapan/erosi pada saluran pembuang.
4.2.5 Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kiri (bobot 5,00%)
Bangunan pada saluran pembuang terbagi atas dua sub komponen yaitu sub
komponen pintu pengatur dan sub komponen tubuh bangunan. Bangunan ini berupa
gorong-gorong dan pintu pembuang untuk mengalirkan kelebihan air dari saluran
irigasi. Untuk mengetahui kondisi bangunan pada saluran pembuang pada jaringan
irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kiri
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Pintu Pengatur 3,00 80% 80% 75% 2,40 2,40 2,25 Tubuh bangunan 2,00 75% 72% 70% 1,50 1,40 1,40
3,90 3,80 3,65
Saluran pembuang dalam kondisi sempurna pada jaringan irigasi Sungkur Kiri
mempunyai bobot 5,00%. Hasil analisa selama tiga tahun pada tahun 2007 terjadi
penurunan bobot sebesar 1,10% sehingga bobot kondisi lapangannya 3,90% ini
artinya kondisi bocoran pada saluran Sungkur kiri adalah 78,00%, sedangkan pada
tahun 2008 dan tahun 2009 penurunan bobotnya sebesar 1,35% berarti kondisi
bangunan pada saluran pembuang sebesar 73,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian
Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum
012345678
2007 2008 2009
Profil saluran
Erosi & Sedimentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi
bangunan pada saluran pembuang Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat
terlihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kiri
Dari Gambar 4.11 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik kondisi bangunan saluran pembuang pada saluran Sungkur
Kiri dibandingkan tahun 2007 mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga
tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini.
1.2.6 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri
Kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri merupakan gabungan dari sub-sub
komponen penyusun komponen pada jaringan irigasi Sungkur Kiri. Komponen
tersebut meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran
pembuang dan bangunan pada saluran pembuang. Masing-masing nilai kondisi
komponen dijumlah sehingga nilai totalnya merupakan nilai kondisi existing dari
jaringan tersebut. Untuk mengetahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri
dapat dilihat pada Table 4.11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.11 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri
Komponen Kondisi Lapangan
2007 2008 2009 Bangunan Utama Free Intake 27,650 % 25,710 % 24,510 %
Saluran Pembawa 17,925 % 18,020 % 16,775 %
Bangunan Bagi/Sadap 18,050 % 17,850 % 16,650 %
Saluran Pembuang 7,600 % 6,900 % 6,400 % Bang. Pada Sal. Pembuang 3,900 % 3,800 % 3,650 %
75,125 % 72,280 % 67,985 %
Dari tabel analisa diatas kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri pada kondisi
sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan
irigasi Sungkur memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya. Tahun 2007
kondisinya sebesar 75,125% mengalami penurunan sebesar 24,825%, pada tahun
2008 kondisinya menjadi 72,130% mengalami penurunan 27,870% dan terakir tahun
2009 kondisinya menjadi 67,985% mengalami penurunan 32,015%. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d
2009 dapat terlihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri
Dari gambar diatas terlihat dari tahun 2007 s/d tahun 2009 kecenderungan jaringan
irigasi Sungkur Kiri mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
jaringan irigasi Sungkur kiri tersebut telah dilakukan upaya pemeliharaan, hal ini
karena kerusakan terus terjadi setiap tahun tetapi pemeliharaannya tidak dilakukan
secara menyeluruh.
4.3 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
Jaringan Irigasi Sungkur Kejuron Sungkur Kanan merupakan bagian dari
Jaringan Irigasi Sungkur yang memanfaatkan Kali Sungkur untuk mencukupi
kebutuhan irigasi melalui Bendung Sungkur. Jaringan irigasi Sungkur Kanan dalam
pengelolaannya di bawah pengawasan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Ponorogo. Secara administrasi terletak di Kecamatan Badegan dan Kecamatan
Kauman. Jaringan Irigasi Sungkur kanan ini dibatasi oleh jaringan irigasi lain yang
juga dalam pengawasan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo yaitu :
1. Sebelah Utara dibatasi JI Sungkur Kiri,
2. Sebelah Timur dibatasi Kali Krece,
3. Sebelah Selatan dibatasi perbukitan,
4. Sebelah Barat dibatasi JI Sumorobangun.
Baku sawah yang bisa terlayani dari jaringan irigasi Sungkur Kanan adalah 1486 Ha
tersebar di dua kecamatan tersebut.
Dalam tulisan ini akan disajikan data kondisi jaringan Sungkur Kanan, yang
diperoleh dari investigasi dilapangan tahun 2009 dan secara berturut-turut digunakan
sebagai pedoman untuk memprediksi kondisi Jaringan Irigasi Sungkur tahun 2008
dan 2007. Kondisi Jaringan disajikan bobot komponen utama yang terbagi menjadi
beberapa sub komponen. Distribusi prosentase bobot komponen bangunan dan sub
komponen dalam kondisi sempurna sesuai dengan Pedoman Penilaian Jaringan
Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999 Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
dapat terlihat pada Gambar 4.12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 4.13 Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan Kondisi Standart (Anonim, 1999)
Bendung Gerak
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
100 %
35%
25%
12%
6%
10%
5%
3%
3%
1%
4%
2%
5%
4%
Sayap
Koperan
4%
2%
1%
2%
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
1%
1%
1%
8%
7%
B. Pkp.Bendung 3%
Profil Saluran
Bocoran
Endapan/Sedimentasi
Tubuh Bangunan
15%
7%
3%
6%
Pintu Sadap& Pengatur 12%
Bang. Pengukur Debit 5%
Sayap 1%
Jalan Inspeksi 1%
Erosi & Sedimentasi 6%
Profil Saluran 4%
Pintu Pengatur 3%
Tubuh Bangunan 2%
B. Bagi/Sadap 25%
Sal. Pembuang 10%
Bang. Pd Sal. Pembuang
5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4.3.1 Bangunan Utama Bendung Sungkur ( bobot 35,00%)
Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air pada Jaringan
Irigasi Sungkur Kanan adalah Kali Sungkur yang diambil dari bendung gerak
Sungkur. Jaringan Sungkur Kanan meliputi Saluran Primer Sungkur Kanan, Saluran
Sekunder Bedrek, Saluran Sekunder Banaran, Saluran Sekunder Sawahan Kiri,
Saluran Sekunder Sawahan Kanan dan Saluran Sekunder Asem Loro. Bobot kondisi
bangunan utama dapat dilihat pada Tabel 4.12
a. Bangunan Pengambilan Bendung Sungkur Kanan ( bobot 12,00%)
Bangunan pengambilan bendung gerak terbagi atas empat sub komponen yaitu
bangunan pintu , endapan/lumpur, pengukur debit dan bangunan papan eksploitasi
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 12,00% terhadap
bangunan utama.
Tabel 4.12 Bangunan Pengambilan Bendung Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Pintu 5,00 85% 80% 70% 4,25 4,00 3,50 Endapan/Lumpur 3,00 80% 75% 70% 2,40 2,25 2,10 Pengukur debit 3,00 75% 75% 75% 2,25 2,25 2,25 Papan Eksploitasi 1,00 40% 40% 40% 0,40 0,40 0,40
9,30 8,90 8,25
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 2,70% pada
tahun 2007, 3,10% pada tahun 2008 dan 3,75% pada tahun 2009. Pada kondisi
standar komponen bangunan pengambilan mempunyai bobot 12,00%, sehingga
dapat diketahui bangunan pengambilan pada bendung Sungkur kondisinya pada
tahun 2007 adalah 77,50%, tahun 2008 adalah 74,17% dan tahun 2009 sebesar
68,75% didapatkan dari pembagian bobot kondisi lapangan dibandingkan dengan
bobot kondisi standar kemudian dikalikan dengan seratus persen. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup, yaitu
nilai kondisi diatas 80,00%. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pengambilan
dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.14 Grafik Kondisi Bangunan PengambilanSungkur Kanan
Dari Gambar 4.14 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen Bangunan Pengambilan Jaringan Irigasi Sungkur
Kanan dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada
pemeliharaan terhadap bangunan ini
b. Tubuh Bendung Sungkur Kanan ( bobot 10,00%)
Tubuh Bendung terbagi atas tiga sub komponen yaitu mercu, ruang olakan dan
papan skala dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot
10,00% terhadap bangunan utama.
Tabel 4.13 Bobot Kondisi Bangunan Tubuh Bendung
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Mercu 5,00 45% 45% 40% 2,25 2,25 2,00 Ruang olakan 4,00 80% 75% 70% 3,20 3,00 2,80 Papan Skala 1,00 80% 75% 70% 0,80 0,75 0,70
6,25 6,00 5,50
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun.
Tahun 2007 sebesar 3,75%, tahun 2008 sebesar 4,00% sedangkan tahun 2009 sebesar
4,50%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Kondisi
saluran pembuang pada tahun 2009 adalah 55,00%, tahun 2008 adalah 60,00%
sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang sebesar 62,50%. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi tubuh bendung masuk
0
5
10
2007 2008 2009
Papan Eksploitasi
Pengukur debit
Endapan/Lumpur
Pintu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi tubuh bendung dari tahun 2007 s/d
2009 dapat terlihat pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Grafik Kondisi Tubuh Bendung Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.15 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen tubuh bendung jaringan irigasi Sungkur Kanan
dalam kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan
terhadap bangunan ini.
c. Bangunan Penguras ( bobot 6,00%)
Tabel 4.14 Bobot Kondisi Bangunan Penguras Bendung Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Pintu penguras 4,00 75% 72% 70% 3,00 2,88 2,80 Endapan lumpur 2,00 80% 70% 60% 1,60 1,40 1,20
4,60 4,28 4,00
Bangunan penguras bendung Sungkur terbagi atas dua sub komponen yaitu
pintu penguras dan endapan lumpur, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot
6,00% terhadap bangunan utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan
bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,40%, tahun 2008 sebesar 1,72%
sedangkan tahun 2009 sebesar 2,00%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi saluran pembuang pada tahun 2009
adalah 66,67%, tahun 2008 adalah 71,33% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran
pembuang sebesar 76,67%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari
Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan
penguras dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Grafik Kondisi Bangunan Penguras Bendung Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.16 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Sungkur jaringan
irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama
tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini.
d. Sayap Bendung Sungkur Kanan ( bobot 4,00%)
Tabel 4.15 Bobot Kondisi Bangunan Sayap Bendung Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Sayap 2,00 67% 65% 60% 1,34 1,30 1,20 Koperan 2,00 75% 65% 65% 1,50 1,30 1,30
2,84 2,60 2,50
Bangunan Sayap pada bendung Sungkur terbagi atas dua sub komponen yaitu
sayaps dan koperan, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 4,00% terhadap
bangunan utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun
ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,16%, tahun 2008 sebesar 1,40% sedangkan tahun
2009 sebesar 1,50%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun
ketahun. Adapun kondisi saluran pembuang pada tahun 2007 adalah 71,00%, tahun
2008 adalah 65% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 62,50%.
Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen
Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Adapun kecenderungan kondisi bangunan penguras dari tahun 2007 s/d 2009 dapat
terlihat pada Gambar 4.17
Gambar 4.17 Grafik Kondisi Bangunan Sayap Bendung Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.17 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Sungkur jaringan
irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama
tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini.
e. Bangunan Pelengkap Bendung Sungkur Kanan (3,00%)
Tabel 4.16 Bobot Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Jembatan utama 1,00 80% 80% 80% 0,80 0,80 0,80
Rumah PPA 1,00 40% 35% 30% 0,40 0,35 0,30
Gawat Banjir 1,00 45% 45% 45% 0,45 0,45 0,45
1,65 1,60 1,55
Bangunan Penguras pada bendung Sungkur terbagi atas dua sub komponen yaitu
pintu penguras dan endapan lumpur, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 6%
terhadap bangunan utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot
dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,35%, tahun 2008 sebesar 1,40%
sedangkan tahun 2009 sebesar 1,45%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi saluran pembuang pada tahun 2007
adalah 55,00%, tahun 2008 adalah 53,33% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2007 2008 2009
Koperan
Sayap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pembuang sebesar 51,67%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari
Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan
penguras dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.18
Gambar 4.18 Grafik Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung
Dari Gambar 4.18 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Sungkur jaringan
irigasi Sungkur Kanan dalam kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama
tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini.
4.3.2 Saluran Pembawa Sungkur Kanan ( bobot 25,00%)
Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan
pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran
yang mempunyai dimensi yang berbeda-beda. Komponen penyusun pada saluran
pembawa meliputi : profil saluran, bangunan pada saluran, bocoran dan
endapan/erosi. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Profil Saluran Sungkur Kanan ( bobot 8,00%)
Profil saluran terbagi menjadi saluran pasangan dan saluran tanah. Berdasarkan
analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi profil saluran pada saluran
pembawa jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Table 4.17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.17 Bobot Kondisi Profil Saluran Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Saluran Pasangan 6,00 60% 75% 70% 3,60 4,50 4,20 Saluran Tanah 2,00 65% 70% 68% 1,30 1,40 1,36
4,90 5,90 5,56
Profil Saluran terbagi atas dua sub komponen yaitu saluran pasangan dan saluran
tanah dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 8,00%
terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot
sebesar 3,10% pada tahun 2007 sehingga kondisi profil saluran adalah 61,25%
sedangkan pada tahun 2008 sebesar 2,10% maka kondisi profil salurannya 73,75%.
Tahun 2009 penurunan bobot yang terjadi sebesar 2,44% sehingga kondisinya
69,50% Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi profil saluran
pada Saluran Pembawa Sungkur kanan masuk katagori cukup. Adapun
kecenderungan kondisi Profil Saluran dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada
Gambar 4.19
Gambar 4.19 Grafik Kondisi Profil Saluran Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.19 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen profil saluran jaringan irigasi Sungkur Kanan
dalam kondisi naik pada tahun 2008, hal ini karena adanya perbaikan pada dua
berturut-turut yaitu tahun 2007 dan tahun 2008 yaitu pada saluran primer Sungkur
Kanan, saluran sekunder Sawahan dan saluran sekunder Asem Loro sedangkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tahun 2009 mengalami penurunan lagi karena tidak adanya pemeliharaan dan kondisi
saluran ada kerusakan disaluran lain.
b. Bangunan Pada Saluran Sungkur Kanan (7,00%)
Bangunan pada saluran terbagi menjadi beberapa sub komponen meliputi
talang, gorong-gorong, bangunan terjun, bangunan afvour, guyangan ternak dan
jembatan. Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi
bangunan pada saluran pada jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Talang 2,500 80% 62% 60% 2,000 1,550 1,500 Syphpon 2,500 80% 75% 70% 2,000 1,875 1,750 Gorong-Gorong 1,000 85% 80% 60% 0,850 0,800 0,600 Bangunan Afur 0,500 70% 70% 70% 0,350 0,350 0,350 Guyangan Ternak 0,250 60% 60% 50% 0,150 0,150 0,125 Jembatan 0,250 70% 70% 70% 0,175 0,175 0,175
5,525 4,900 4,500
Bangunan pada saluran Sungkur Kanan terbagi atas enam sub komponen yaitu
talang, siphon, gorong-gorong, bangunan afvour, guyangan ternak dan jembatan.
Bangunan pada saluran dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 7,00% terhadap
saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun
ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,475%, tahun 2008 sebesar 2,10% sedangkan tahun
2009 sebesar 2,50%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun
ketahun. Adapun kondisi bangunan pada saluran pembawa Sungkur Kanan tahun
2007 adalah 78,93%, tahun 2008 adalah 70,00% sedangkan tahun 2009 kondisi
saluran pembuang sebesar 64,29%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi
dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan
saluran Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 4.20 Grafik Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.20 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan pada saluran Sungkur Kanan dalam
kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada
pemeliharaan terhadap bangunan pada saluran ini sehingga sangat mempengarui
terhadap kondisinya.
c. Bocoran Pada Saluran Sungkur Kanan ( bobot 7%)
Bocoran mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena
semakin besar bocoran maka akan mengganggu kapasitas debit yang melewati
saluran yang berpengaruh terhadap kebutuhan air irigasi., untuk dapat mengetahui
kondisi bocoran pada saluran pada jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel
4.19
Tabel 4.19 Bobot Kondisi Bocoran Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Bocoran 7,00 75% 72% 70% 5,25 5,04 4,90
5,25 5,04 4,90
Bocoran pada saluran pembawa Sungkur Kanan, dalam kondisi sempurna bangunan
pada saluran mempunyai bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa
selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar
1,75%, tahun 2008 sebesar 1,96% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,10%. Sehingga
0
1
2
3
4
5
6
2007 2008 2009
Jembatan
Guyangan Ternak
Bangunan Afur
Bangunan Terjun
Gorong-Gorong
Talang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bangunan
pada saluran pembawa Sungkur Kanan pada tahun 2007 adalah 75,00%, tahun 2008
adalah 72,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar 70,00%.
Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen
Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi bangunan pada saluran Sungkur Kanan dari tahun
2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.21
Gambar 4.21 Grafik Kondisi Bocoran Pada Saluran Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.21 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bocoran pada saluran Sungkur Kanan mengalami
penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bocoran
pada saluran ini sehingga kebocoran semakin besar.
d. Endapan/Erosi Pada Saluran Sungkur Kanan (bobot 3,00%)
Endapan/Erosi menjadi masalah yang besar apabila tidak segera ditangani,
sedimentasi mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena
semakin besar sedimentasi maka berpengaruh terhadap penampang serta kapasitas
rencana saluran terhadap bangunan ukur. Sedimentasi mengakibatkan kemungkinan
tumbuhnya tanaman liar/gulma pada penambang saluran. Berdasarkan analisa
kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bocoran pada saluran pembawa
jaringan rigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.20
4.7
4.8
4.9
5
5.1
5.2
5.3
2007 2008 2009
Bocoran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.20 Bobot Kondisi Endapan/Erosi Pada Saluran Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Endapan/Erosi 3,00 70% 65% 50% 2,10 1,95 1,50
2,10 1,95 1,50
Endapan/ Erosi pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna mempunyai
bobot 3,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan secara terus menerus
yaitu bobot sebesar 1,50% pada tahun 2009, 1,05% pada tahun 2008 dan 0,9% pada
tahun 2007. sehingga bobot kondisi lapangan pada tahun 2009 adalah 1,50%, tahun
2008 adalah 1,95% dan tahun 2007 adalah 2,10% ini artinya kondisi sedimentasi
pada saluran Sungkur Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu tahun
2007 kondisinya 70,00%, tahun 2008 kondisinya 65,00% dan tahun 2009 kondisinya
50%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori
cukup. Adapun kecenderungan kondisi endapan/erosi pada saluran Sungkur Kanan
dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.22
Gambar 4.22 Grafik Kondisi Endapan/Erosi Pada Saluran Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.19 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik
turun dari tahun ke tahun hal ini terjadi karena tingginya tingkat sedimentasi pada
jaringan irigasi ini, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap
endapan/erosi pada saluran ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4.3.3 Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kanan (bobot 25,00%)
Bangunan ini berfungsi untuk membagi air irigasi sehingga didapatkan
keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di
areal sawah. Bangunan Bagi/Sadap terbagi atas lima sub komponen yaitu pintu sadap
dan pengatur, bangunan pengukur debit, tubuh bangunan, sayap dan jalan inspeksi
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 25,00% terhadap
jaringan irigasi. Untuk dapat mengetahui kondisi bangunan bagi/sadap pada saluran
pada Jaringan Irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.21
Tabel 4.21 Bobot Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Pintu Sadap & Pengatur 12,00 65% 75% 70% 7,80 9,00 8,40 Bangunan Pengukur Debit 5,00 70% 65% 65% 3,50 3,25 3,25 Tubuh bangunan 6,00 80% 75% 70% 4,80 4,50 4,20 Sayap 1,00 80% 70% 65% 0,80 0,70 0,65 Jalan inspeksi 1,00 70% 70% 70% 0,70 0,70 0,70
17,60 18,15 17,20
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot sebesar 7,80% pada
tahun 2009 dan sehingga bobot kondisinya menjadi 17,20% ini artinya bangunan
bagi/sadap pada jaringan irigasi Sungkur Kanan kondisinya 68,80% sedangkan pada
tahun 2008 penurunan bobotnya sebesar 6,85% sehingga bobot kondisi bangunan
bagi sadap menjadi 18,15% berarti kondisi lapangannya 72,60 %, sedangkan pada
tahun 2007 penurunan bobot sebesar 7,40% maka kondisi lapangannya 70,40% ada
penurunan dibanding tahun 2008. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi
dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
kondisinya masuk katagori cukup, yaitu nilai kondisi dibawah 80,00%. Adapun
kecenderungan kondisi bangunan bagi /sadap dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat
pada Gambar 4.23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.23 Grafik Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.23 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik naik
pada tahun 2008 , hal ini karena pada tahun tersebut ada kegiatan perbaikan pintu
BSK2 pada saluran primer Sungkur Kanan dan BSK4 pada saluran sekunder Bedrek
dan mengalami penurunan lagi pada tahun 2008 hal ini karena tidak ada perbaikan
tahun berikutnya dibarengi dengan kerusakan bangunan bagi/sadap lainnya.
4.3.4 Saluran Pembuang Sungkur Kanan ( bobot 10,00%)
Saluran pembuang ini berfungsi untuk membuang atau mengalirkan
kelebihan air dari petak sawah dan mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai.
sehingga kelebihan air tersebut tidak akan merusak tanaman pertanian, saluran
pembuang ini terbagi dari sub komponen erosi/sedimentasi dan sub komponen profil
saluran pembuang itu sendiri. Untuk dapat mengetahui kondisi saluran pembuang
pada jaringan irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.22
Tabel 4.22 Bobot Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kanan.
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Erosi & Sedimentasi 6,00 70% 65% 60% 4,20 3,90 3,60
Profil saluran 4,00 70% 70% 65% 2,80 2,80 2,60
7,00 6,70 6,20
Saluran pembuang pada suatu jaringan irigasi dalam kondisi sempurna
mempunyai bobot 10,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot
dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 3,00% ,tahun 2008 sebesar 3,30%
02468
101214161820
2007 2008 2009
Jalan inspeksi
Sayap
Tubuh bangunan
Bangunan Pengukur Debit
Pintu Sadap & Pengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
sedangkan tahun 2009 sebesar 3,80%. sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ke tahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah
62,00%, tahun 2008 adalah 67,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang
sebesar 70%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina
Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk
katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi saluran pembuang pada saluran
Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24 Grafik kondisi Saluran Pembuang Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.24 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik
kondisi saluran pembuang terus mengalami penurunan, hal ini karena tidak adanya
pemeliharaan terutama adanya endapan/erosi pada saluran pembuang.
4.3.5 Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kanan (bobot 5,00%)
Bangunan pada saluran pembuang terbagi atas dua sub komponen yaitu sub
komponen pintu pengatur dan sub komponen tubuh bangunan. Bangunan ini berupa
gorong-gorong dan pintu pembuang untuk mengalirkan kelebihan air dari saluran
irigasi. Untuk mengetahui kondisi bangunan pada saluran pembuang pada jaringan
irigasi Sungkur Kanan dilihat pada Tabel 4.23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.23 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kanan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Pintu Pengatur 3,00 65% 65% 60% 1,95 1,95 1,80 Tubuh bangunan 2,00 80% 75% 70% 1,60 1,50 1,40
3,55 3,45 3,20
Saluran pembuang dalam kondisi sempurna pada jaringan irigasi Sungkur
Kanan mempunyai bobot 5,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan
bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,45% ,tahun 2008 sebesar 1,55%
sedangkan tahun 2009 sebesar 1,80%. sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ke tahun. Kondisi bangunan pada saluran pembuang pada tahun
2009 adalah 64,00%, tahun 2008 adalah 69,00% sedangkan tahun 2007 kondisi
saluran pembuang sebesar 71,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi
dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
kondisinya masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bocoran pada
saluran Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.25.
Gambar 4.25 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Kanan
Dari Gambar 4.25 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik kondisi bangunan pada saluran pembuang saluran Sungkur
Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini karena selama tiga tahun
tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4.3.6 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
Kondisi jaringan irigasi Sungkur Kanan merupakan gabungan dari sub-sub
komponen penyusun komponen pada jaringan irigasi Sungkur Kanan. Komponen
tersebut meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran
pembuang dan bangunan pada saluran pembuang. Masing-masing nilai kondisi
komponen dijumlah sehinggaa nilai totalnya merupakan nilai kondisi existing dari
jaringan tersebut. Untuk mengetahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Kiri
dapat dilihat pada Tabel 4.24
Tabel 4.24 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
Komponen Kondisi Lapangan
2007 2008 2009
Bangunan Utama Bendung Sunkur 27,34 % 26,48 % 25,55 %
Saluran Pembawa 15,35 % 14,99 % 14,40 %
Bangunan Bagi/Sadap 17,60 % 18,15 % 17,20 %
Saluran Pembuang 3,00 % 3,30 % 3,80 %
Bang. Pada Sal. Pembuang 3,55 % 3,45 % 3,20 %
66,84 % 66,37 % 64,15 %
Dari tabel analisa diatas kondisi jaringan irigasi Sungkur Kanan pada kondisi
sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan
irigasi Sungkur Kanan memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya. Tahun
2007 kondisinya sebesar 66,84% mengalami penurunan sebesar 23,16%, pada tahun
2008 kondisinya menjadi 66,37% mengalami penurunan 23,63% dan terakir tahun
2009 kondisinya menjadi 64,85% mengalami penurunan 32,15%. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur Kanan dari tahun 2007 s/d
2009 dapat terlihat pada Gambar 4.26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 4.26 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
Dari gambar diatas terlihat dari tahun 2007 s/d tahun 2009 kecenderungan jaringan
irigasi Sungkur Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun pada
jaringan irigasi Sungkur Kanan tersebut telah dilakukan upaya pemeliharaan, hal ini
karena kerusakan terus terjadi setiap tahun tetapi pemeliharaannya tidak dilakukan
secara menyeluruh.
4.4. Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Jaringan Irigasi Sungkur Duncak merupakan bagian dari Jaringan Irigasi
Sungkur Kiri yang memanfaatkan kali/afvour Duncak untuk mencukupi kebutuhan
irigasi melalui Bendung Duncak. Kondisi Jaringan disajikan bobot komponen utama
yang terbagi menjadi beberapa sub komponen. Distribusi prosentase bobot
komponen bangunan dan sub komponen dalam kondisi standart sesuai dengan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air, 1999
Jaringan Irigasi Sungkur Duncak dapat terlihat pada Gambar 4.27
0
10
20
30
40
50
60
70
2007 2008 2009
Bang. Pada Sal. Pembuang
Saluran Pembuang
Bangunan Bagi/Sadap
Saluran Pembawa
Bangunan Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 4.27 Distribusi Komponen dan bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Bendung Tetap
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
100 %
35%
25%
12%
6%
10%
5%
3%
3%
1%
4%
2%
5%
4%
Sayap
Koperan
4%
2%
1%
2%
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
1%
1%
1%
8%
7%
B. Pkp.Bendung 3%
Profil Saluran
Bocoran
Erosi/Sedimentasi
Tubuh Bangunan
15%
7%
3%
6%
Pintu Sadap& Pengatur 12%
Bang. Pengukur Debit 5%
Sayap 1%
Jalan Inspeksi 1%
Erosi & Sedimentasi 6%
Profil Saluran 4%
Pintu Pengatur 3%
Tubuh Bangunan 2%
B. Bagi/Sadap 25%
Sal. Pembuang 10%
Bang. Pd Sal. 5%
Kondisi Standart (Anonim, 1999)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
4.4.1 Bangunan Utama Bendung Duncak
Sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air pada Jaringan
Irigasi Sungkur Kiri Duncak adalah kali/afvour Duncak yang merupakan buangan
dari saluran sekunder Sumoroto, dimana dalam pengawasannya menjadi satu kejuron
yaitu Kejoron Sungkur Kiri. Jaringan Sungkur Kiri Duncak terdiri hanya satu saluran
sekunder yaitu saluran sekunder Duncak. Bangunan utama berupa bendung tetap
Duncak dimana bobot kondisi bangunan utama bendung Duncak dapat dilihat pada
Tabel 4.25
a. Bangunan Pengambilan Bendung Duncak (bobot 12,00%)
Tabel 4.25 Bobot Kondisi Bangunan Pengambilan
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Pintu 5,00 80% 75% 70% 4,00 3,75 3,50 Endapan/ Lumpur 3,00 65% 65% 50% 1,95 1,95 1,50 Pengukur debit 3,00 70% 70% 70% 2,10 2,10 2,10 Papan Eksploitasi 1,00 0% 0% 0% 0,00 0,00 0,00
8,05 7,80 7,10
Bangunan pengambilan bendung tetap terbagi atas empat sub komponen yaitu
bangunan pintu , endapan/lumpur, pengukur debit dan bangunan papan eksploitasi
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 12,00% terhadap
bangunan utama. didapatkan dari pembagian bobot kondisi lapangan dibandingkan
dengan bobot kondisi standar kemudian dikalikan dengan seratus persen. Hasil
analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007
sebesar 3,90%, tahun 2008 sebesar 4,20% sedangkan tahun 2009 sebesar 4,90%.
Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi
bangunan pengambilan pada bending Duncak pada tahun 2007 adalah 67,08%, tahun
2008 adalah 65,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar
59,17%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori
cukup. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pengambilan dari tahun 2007 s/d
2009 dapat terlihat pada Gambar 4.28.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 4.28 Grafik Kondisi Bangunan Pengambilan Bendung Duncak
Dari Gambar 4.28 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan pengambilan bendung Duncak dalam
kondisi mengalami penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada
pemeliharaan terhadap bangunan ini.
b. Tubuh Bendung Duncak ( bobot 10,00%)
Tubuh bendung terbagi atas tiga sub komponen yaitu mercu, ruang olakan
dan papan skala dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot
10% terhadap bangunan utama.
Tabel 4.26 Bobot Kondisi Bangunan Tubuh Bendung Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Mercu 5,00 72% 70% 65% 3,60 3,50 3,25 Ruang olakan 4,00 65% 60% 50% 2,60 2,40 2,00 Papan Skala 1,00 70% 70% 70% 0,70 0,70 0,70
6,90 6,60 5,95
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun
2007 sebesar 3,10%, tahun 2008 sebesar 3,40% sedangkan tahun 2009 sebesar
4,05%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun
kondisi bangunan pengambilan pada bendung Duncak pada tahun 2007 adalah
69,00%, tahun 2008 adalah 66,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang
sebesar 59,50%.Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina
Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi tubuh
0123456789
2007 2008 2009
Papan Eksploitasi
Pengukur debit
Endapan/Lumpur
Pintu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
bendung masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi tubuh bendung dari
tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.29
Gambar 4.29 Grafik Kondisi Tubuh Bendung Duncak
Dari Gambar 4.29 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen tubuh bendung Duncak dalam kondisi menurun, hal
ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan ini
c. Bangunan Penguras Bendung Duncak (6,00%)
Bangunan Penguras pada bendung Duncak terbagi atas dua sub komponen yaitu
pintu penguras dan endapan lumpur, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 6%
terhadap bangunan utama.
Tabel 4.27 Bobot Kondisi Bangunan Penguras Bendung Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Pintu penguras 4,00 65% 65% 65% 2,60 2,60 2,60 Endapan lumpur 2,00 70% 65% 60% 1,40 1,30 1,20
4,00 3,90 3,80
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun
2007 sebesar 2%, tahun 2008 sebesar 2,10% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,20%.
Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi
bangunan penguras pada bendung Duncak pada tahun 2007 adalah 66,67%, tahun
2008 adalah 65,00% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang sebesar
0
1
2
3
4
5
6
7
2007 2008 2009
Papan Skala
Ruang olakan
Mercu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
63,33%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori
cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan penguras dari tahun 2007 s/d 2009
dapat terlihat pada Gambar 4.30
Gambar 4.30 Grafik Kondisi Bangunan Penguras
Dari Gambar 4.30 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan penguras bendung Duncak dalam kondisi
menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan
ini.
d. Bangunan Sayap Bendung Duncak ( bobot 4,00%)
Tabel 4.28 Bobot Kondisi Bangunan Sayap Bendung Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Sayap 2,00 70% 55% 50% 1,40 1,10 1,00 Koperan 2,00 80% 70% 60% 1,60 1,40 1,20
3,00 2,50 2,20
Bangunan sayap pada bendung Duncak terbagi atas dua sub komponen yaitu sayap
dan koperan, dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 4,00% terhadap bangunan
utama. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun ke tahun.
Tahun 2007 sebesar 1,00%, tahun 2008 sebesar 1,50% sedangkan tahun 2009 sebesar
1,80%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun ketahun. Adapun
kondisi bangunan sayap pada bendung Duncak pada tahun 2007 adalah 75,00%,
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
2007 2008 209
Endapan lumpur
Pintu penguras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
tahun 2008 adalah 62,50% sedangkan tahun 2009 kondisi bangunan sayap sebesar
55%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori
cukup. Adapun kecenderungan kondisi bangunan sayap dari tahun 2007 s/d 2009
dapat terlihat pada Gambar 4.31.
Gambar 4.31 Grafik Kondisi Bangunan Sayap Bendung Duncak
Dari Gambar 4.31 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan sayap bendung Duncak dalam kondisi
menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap bangunan
ini.
e. Bangunan Pelengkap Bendung Duncak (3,00%)
Bangunan Pelengkap bendung pada bendung Duncak terbagi atas tiga sub
komponen yaitu jembatan utama, rumah PPA dan gawat banjir. Bangunan ini dalam
kondisi sempurna mempunyai bobot 3,00% terhadap bangunan utama.
Tabel 4.29 Bobot Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung Duncak Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Jembatan utama 1,00 75% 70% 70% 0,75 0,70 0,70 Rumah PPA 1,00 0% 0% 0% 0,00 0,00 0,00 Gawat Banjir 1,00 45% 45% 45% 0,45 0,45 0,45
1,20 1,15 1,15
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2007 2008 2009
Koperan
Sayap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Hasil analisa selama tiga tahun pada tahun 2007 terjadi penurunan bobot sebesar
1,80% sehingga bobot kondisi lapangannya 1,20% ini artinya kondisi bangunan
pelengkap bendung pada bendung Duncak adalah 44%, sedangkan pada tahun 2008
dan tahun 2009 penurunan bobotnya sebesar 1,85% berarti kondisi bangunan pada
bangunan pelengkap bendung sebesar 38,33%. Berdasarkan Pedoman Penilaian
Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum
tahun 1999 kondisinya masuk katagori rusak. Adapun kecenderungan kondisi
bangunan pelengkap bendung dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar
4.32
Gambar 4.32 Grafik Kondisi Bangunan Pelengkap Bendung Duncak
Dari Gambar 4.32 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan pelengkap bendung Duncak dalam
kondisi menurun, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap
bangunan ini, karena kerusakan yang terlalu berat rumah PPA dirobohkan sehingga
sangat mempengarui keberadaan dari bangunan pelengkap bendung Duncak ini.
4.4.2 Saluran Pembawa Sungkur Duncak
Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan
pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran
yang mempunyai dimensi yang berbeda-beda. Komponen penyusun pada saluran
pembawa meliputi profil saluran, bangunan pada saluran, bocoran dan endapan/erosi.
Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
2007 2008 2009
Gawat Banjir
Rumah PPA
Jembatan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
a. Profil Saluran Sungkur Duncak ( bobot 8,00%)
Profil saluran terbagi menjadi saluran pasangan dan saluran tanah. Berdasarkan
analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi profil saluran pada saluran
pembawa sekunder Duncak dilihat pada Table 4.30 sebagai berikut.
Tabel 4.30 Bobot Kondisi Profil Saluran Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Saluran Pasangan 6,00 60% 80% 60% 3,60 4,80 3,60 Saluran Tanah 2,00 70% 70% 70% 1,40 1,40 1,40
5,00 6,20 5,00
Profil Saluran terbagi atas dua sub komponen yaitu saluran pasangan dan
saluran tanah dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot
8,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan
bobot sebesar 3,00% pada tahun 2007 sehingga kondisi profil saluran adalah 62,50%
sedangkan pada tahun 2008 penurunan sebesar 1,80% maka kondisinya 77,50%.
Untuk tahun 2009 penurunan bobotnya mencapai 3,00% sehingg kondisi profil
saluran adalah 62,50%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit.
Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 maka kondisi
profil saluran pada Saluran Pembawa Sungkur kanan masuk katagori cukup. Adapun
kecenderungan kondisi Profil Saluran dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada
Gambar 4.33
Gambar 4.33 Grafik Kondisi Profil Saluran Sungkur Duncak
Dari Gambar 4.33 didapatkan grafik kondisi profil saluran mengalami kenaikan pada
tahun 2008 hal ini karena ada kegiatan perbaikan saluran pada tahun sebelumnya
01234567
2007 2008 2009
Saluran Tanah
Saluran Pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dimana kondisinya terdapat banyak kerusakan saluran. Kemudian tahun 2009 kondisi
profil saluran mengalami penurunan lagi, hal ini karena tidak adanya pemeliharaan
pada bangunan saluran Duncak pada tahun tersebut, padahal terdapat kerusakan lain
pada saluran tersebut
b. Bangunan Pada Saluran Sungkur Duncak ( bobot 7,00%)
Bangunan pada saluran terbagi menjadi beberapa sub komponen meliputi talang,
gorong-gorong, bangunan terjun, bangunan afvour, guyangan ternak dan jembatan.
Bangunan ini dibangun akibat keadaan atau kondisi lapangan yang mengharuskan
adanya bangunan tersebut sehingga saluran tersebut dapat berfungsi dengan baik.
Berdasarkan analisa kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bangunan
pada saluran sekunder Duncak pada Tabel 4.31
Tabel 4.31 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Talang 2,00 75% 73% 70% 1,50 1,46 1,40 Gorong-Gorong 2,00 75% 72% 70% 1,50 1,44 1,40 Bangunan Afur 1,00 70% 70% 70% 0,70 0,70 0,70 Guyangan Ternak 1,00 60% 60% 60% 0,60 0,60 0,60 Jembatan 1,00 65% 65% 65% 0,65 0,65 0,65
4,95 4,85 4,75
Bangunan pada saluran Sungkur Duncak terbagi atas enam sub komponen,
dalam kondisi sempurna bangunan pada saluran mempunyai bobot 7,00% terhadap
saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot dari tahun
ke tahun. Tahun 2007 sebesar 2,05%, tahun 2008 sebesar 2,15% sedangkan tahun
2009 sebesar 2,25%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga menurun dari tahun
ketahun. Adapun kondisi bangunan pada saluran Duncak pada tahun 2007 adalah
70,71%, tahun 2008 adalah 69,29% sedangkan tahun 2009 kondisi saluran pembuang
sebesar 67,86%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina
Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk
katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi Bangunan pada saluran Duncak dari
tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 4.34 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Sungkur Duncak
Dari Gambar 4.34 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen bangunan pada saluran Duncak mengalami
penurunan, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap
bangunan pada saluran ini
c. Bocoran Pada Saluran Sungkur Duncak ( bobot 7,00%)
Bocoran mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa,
karena semakin besar bocoran maka akan mengganggu kapasitas debit yang
melewati saluran yang berpengaruh terhadap kebutuhan air irigasi., untuk dapat
mengetahui kondisi bocoran pada saluran Duncak dilihat pada Tabel 4.30
Tabel 4.32 Bobot Kondisi Bocoran Saluran Sungkur Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Bobot Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Bocoran 7,00 80% 70% 65% 5,60 4,90 4,55
5,60 4,90 4,55
Bocoran pada Saluran Sungkur Duncak, dalam kondisi sempurna mempunyai
bobot 7,00% terhadap saluran pembawa. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi
penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,40%, tahun 2008 sebesar
2,10% sedangkan tahun 2009 sebesar 2,45%. Sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ketahun. Adapun kondisi bocoran pada saluran Duncak pada
tahun 2007 adalah 80,00%, tahun 2008 adalah 70,00% sedangkan tahun 2009 kondisi
0
1
2
3
4
5
2007 2008 2009
Jembatan
GuyanganTernakBangunanAfurGorong-Gorong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
saluran pembuang sebesar 65,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi
dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999
kondisi pada tahun 2007 masuk katagori baik sedangkan pada tahun 2008 dan tahun
2009 masuk katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi bocoran pada saluran
Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.35
Gambar 4.35 Grafik Kondisi Bocoran Saluran Sungkur Duncak
Dari Gambar 4.35 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik komponen Bocoran pada saluran Duncak mengalami
penurunah dari kategori baik pada tahun 2007 menjadi katagori cukup pada atahun
berikutnya , hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap
bocoran pada saluran ini.
d. Endapan/Erosi Saluran Sungkur Duncak( bobot 3,00%)
Endapan/Erosi menjadi masalah yang besar apabila tidak segera ditangani,
sedimentasi mempunyai andil yang cukup besar terhadap saluran pembawa, karena
semakin besar sedimentasi maka berpengaruh terhadap penampang serta kapasitas
rencana saluran terhadap bangunan ukur. Sedimentasi mengakibatkan kemungkinan
tumbuhnya tanaman liar/gulma pada penambang saluran. Berdasarkan analisa
kondisi lapangan, untuk dapat mengetahui kondisi bocoran pada saluran pada
Saluran Duncak dilihat pada Tabel 4.33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 4.33 Bobot Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Endapan/Erosi 3,00 65% 60% 55% 1,95 1,80 1,65
1,95 1,80 1,65
Endapan/ Erosi pada saluran pembawa dalam kondisi sempurna mempunyai
bobot 3,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan secara terus menerus
yaitu bobot sebesar 1,35% pada tahun 2009, 1,20% pada tahun 2008 dan 1,05% pada
tahun 2007. sehingga bobot kondisi lapangan pada tahun 2009 adalah 1,65%, tahun
2008 adalah 1,80% dan tahun 2007 adalah 1,95% ini artinya kondisi sedimentasi
pada saluran Duncak dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu tahun 2009
kondisinya 55,00%, tahun 2008 kondisinya 60,00% dan tahun 2007 kondisinya
65,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori
cukup. Adapun kecenderungan kondisi endapan/erosi pada saluran Sungkur Duncak
dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.36
Gambar 4.36 Grafik Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Duncak
Dari Gambar 4.36 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik
turun dari tahun ke tahun hal ini terjadi karena tingginya tingkat sedimentasi pada
saluran irigasi ini, hal ini karena selama tiga tahun tidak ada pemeliharaan terhadap
endapan/erosi pada saluran ini
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2
2007 2008 2009
Endapan/Erosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
4.4.3 Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Duncak ( bobot 25,00%)
Bangunan ini berfungsi untuk membagi air irigasi sehingga didapatkan
keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di
areal sawah. Bangunan Bagi/Sadap terbagi atas lima sub komponen yaitu pintu sadap
dan pengatur, bangunan pengukur debit, tubuh bangunan, sayap dan jalan inspeksi
dimana komponen ini dalam kondisi sempurna mempunyai bobot 25,00% terhadap
Jaringan Irigasi. Untuk dapat mengetahui kondisi bangunan bagi/sadap pada saluran
Sungkur Duncak pada Table 4.34
Tabel 4.34 Bobot Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2009 2008 2007 2007 2008 2009 Pintu Sadap & Pengatur 12,00 65% 68% 65% 7,80 8,16 7,80 Bangunan Pengukur Debit 5,00 65% 70% 75% 3,75 3,50 3,25 Tubuh bangunan 6,00 65% 65% 70% 4,20 3,90 3,90 Sayap 1,00 70% 75% 75% 0,75 0,75 0,70 Jalan inspeksi 1,00 70% 70% 70% 0,70 0,70 0,70
17,20 17,01 16,35
Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot kondisi secara terus
menerus pada bangunan bagi/sadap yaitu bobot sebesar 8,65% pada tahun 2009,
7,99% pada tahun 2008 dan 7,08% pada tahun 2007. sehingga bobot kondisi
lapangan pada tahun 2009 adalah 16,35%, tahun 2008 adalah 17,01% dan tahun 2007
adalah 16,35% ini artinya kondisi sedimentasi pada saluran Duncak dari tahun ke
tahun mengalami penurunan yaitu tahun 2009 kondisinya 65,4%, tahun 2008
kondisinya 68,04% dan tahun 2007 kondisinya 68,80%. Berdasarkan Pedoman
Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air Departemen
Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup, yaitu nilai kondisi
dibawah 80%. Adapun kecenderungan kondisi bangunan bagi /sadap dari tahun 2007
s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 4.37 Grafik Kondisi Bangunan Bagi/Sadap Sungkur Duncak
Dari Gambar 4.37 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik
kondisi bangunan bagi/sadap mengalami penurunan, meskipun pada tahun 2008
dilakukan perbaikan pada pintu penguras saluran Duncak, hal ini menunjukkan
masih perlu dilakukannya pemeliharaan yang menyeluruh terhadap bangunan
bagi/sadap pada saluran Sungkur Duncak supaya kondisinya lebih baik dari tahun
sebelumnya.
4.4.4 Saluran Pembuang Sungkur Duncak ( bobot 10,00%)
Saluran pembuang ini berfungsi untuk membuang atau mengalirkan
kelebihan air dari petak sawah dan mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai.
sehingga kelebihan air tersebut tidak akan merusak tanaman pertanian, Saluran
pembuang ini terbagi dari sub komponen erosi / sedimentasi dan sub komponen
profil saluran pembuang itu sendiri. Untuk dapat mengetahui kondisi saluran
pembuang pada saluran Sungkur Duncak dilihat pada Tabel 4.35
Tabel 4.35 Bobot Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Duncak.
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Erosi & Sedimentasi 6,00 75% 70% 65% 4,05 4,20 3,90 Profil saluran 4,00 75% 75% 75% 3,00 3,00 3,00
7,50 7,20 6,90
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2007 2008 2009
Jalan inspeksi
Sayap
Tubuh bangunan
Bangunan Pengukur Debit
Pintu Sadap & Pengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Saluran pembuang pada suatu jaringan irigasi dalam kondisi sempurna
mempunyai bobot 10,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi penurunan bobot
dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 2,50% ,tahun 2008 sebesar 2,80%
sedangkan tahun 2009 sebesar 3,10%. sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ketahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah
69,00%, tahun 2008 adalah 72,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang
sebesar 75,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina
Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk
katagori cukup. Adapun kecenderungan kondisi saluran pembuang pada saluran
Sungkur Duncak dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.38
Gambar 4.38 Grafik Kondisi Saluran Pembuang Sungkur Duncak
Dari Gambar 4.38 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009 grafik
terus mengalami penurunan, hal ini karena tidak adanya pemeliharaan dan juga
pengerukan pada saluran pembuang akibat sedimentasi yang mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun.
4.4.5 Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Duncak (bobot 5,00%)
Bangunan pada saluran pembuang terbagi atas dua sub komponen yaitu sub
komponen pintu pengatur dan sub komponen tubuh bangunan. Bangunan ini berupa
gorong-gorong dan pintu pembuang untuk mengalirkan kelebihan air dari saluran
irigasi. Untuk mengetahui kondisi bangunan pada saluran pembuang pada Jaringan
Irigasi Sungkur Kiri dilihat pada Tabel 4.36
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2007 2008 2009
Profil saluran
Erosi & Sedimentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.36 Bobot Kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Duncak
Nama Sub Komponen
Bobot Kondisi fisik Kondisi Lapangan
Komponen 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Pintu Pengatur 3,00 80% 80% 75% 2,40 2,40 2,25 Tubuh bangunan 2,00 80% 75% 70% 1,60 1,50 1,40
4,00 3,90 3,65
Bangunan pada saluran pembuang dalam kondisi sempurna pada jaringan
irigasi Sungkur kiri mempunyai bobot 5,00%. Hasil analisa selama tiga tahun terjadi
penurunan bobot dari tahun ke tahun. Tahun 2007 sebesar 1,00% ,tahun 2008 sebesar
1,18% sedangkan tahun 2009 sebesar 1,35%. sehingga bobot kondisi lapangan juga
menurun dari tahun ketahun. Kondisi saluran pembuang pada tahun 2009 adalah
73,00%, tahun 2008 adalah 78,00% sedangkan tahun 2007 kondisi saluran pembuang
sebesar 80,00%. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina
Program, Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisi bangunan
pada saluran pada tahun 2008 dan tahun 2009 masuk katagori cukup, sedangkan
pada tahun 2007 masuk katagori kondisi baik. Adapun kecenderungan kondisi
bocoran pada saluran Sungkur Kiri dari tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada
Gambar 4.39
Gambar 4.39 Grafik kondisi Bangunan Pada Saluran Pembuang Sungkur Duncak
Dari Gambar 4.39 didapatkan selama tiga tahun dari tahun 2007 s/d 2009
kecenderungan grafik kondisi bangunan saluran pembuang pada saluran Sungkur
Duncak mengalami penurunan.
00.5
11.5
22.5
33.5
4
2007 2008 2009
Tubuh bangunan
Pintu Pengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
4.4.6 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak merupakan gabungan dari sub-sub
komponen penyusun komponen pada jaringan irigasi Sungkur Duncak. Komponen
tersebut meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran
pembuang dan bangunan pada saluran pembuang. Masing-masing nilai kondisi
komponen dijumlah sehinggaa nilai totalnya merupakan nilai kondisi existing dari
jaringan tersebut. Untuk mengetahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak
dapat dilihat pada Tabel 4.37
Tabel 4.37 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Komponen Kondisi Lapangan
2007 2008 2009
Bangunan Utama Bendung Duncak 23,15 % 21,95 % 20,20 %
Saluran Pembawa 17,50 % 17,75 % 15,95 %
Bangunan Bagi/Sadap 17,20 % 17,01 % 16,35 %
Saluran Pembuang 7,50 % 7,20 % 6,90 % Bang. Pada Sal. Pembuang 4,00 % 3,90 % 3,65 %
69,35 % 67,81 % 63,05 %
Dari tabel analisa diatas kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak pada kondisi
sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan
irigasi Sungkur Duncak memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya.
Tahun 2007 kondisinya sebesar 69,35% mengalami penurunan sebesar 30,65%, pada
tahun 2008 kondisinya menjadi 67,81% mengalami penurunan 32,19% dan terakir
tahun 2009 kondisinya menjadi 63,05% mengalami penurunan 36,95%. Berdasarkan
Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup.
Adapun kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur Duncak dari tahun 2007 s/d
2009 dapat terlihat pada Gambar 4.40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.40 Kondisi jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Dari gambar diatas terlihat dari tahun 2007 s/d tahun 2009 kecenderungan jaringan
irigasi Sungkur Kanan mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun pada
jaringan irigasi Sungkur Duncak tersebut telah dilakukan upaya pemeliharaan, hal ini
karena kerusakan terus terjadi setiap tahun tetapi pemeliharaannya tidak dilakukan
secara menyeluruh.
4.5. Evaluasi Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Secara Keseluruhan
Jaringan irigasi Sungkur secara keseluruhan merupakan gabungan dari tiga
pengambilan yaitu free intake Sungkur yang lebih dikenal dengan jaringan irigasi
Sungkur Kiri, Bendung Duncak yang air nya diambil dari kali/avfour Duncak dikenal
dengan jaringan irigasi sekunder Sungkur Duncak yang merupakan terusan dari
saluran sekunder Sumoroto yang berasal dari Sungai Sungkur. Dalam
pengawasannya kedua pengambilan ini masuk dalam Kejuron Sungkur Kiri UPT
DPU Ponorogo cabang Sumoroto. Total baku sawah yang dilayani seluas 1579 Ha
terbagi atas jaringan irigasi Sungkur kiri seluas 1127 Ha sedangkan jaringan irigasi
Sungkur Duncak seluas 452 Ha. Sedangkan pengambilan yang ketiga melalui
Bendung Sungkur yang lebih dikenal dengan jaringan irigasi Sungkur Kanan.
Pengwasan jaringan irigasi Sungkur Kanan masuk dalam Kejuron Sungkur
Kanan, dimana luas daerah layanannya mencapai 1486 Ha. Untuk mengetahui
kondisi keseluruhan dari kondisi jaringan irigasi Sungkur adalah dengan
menggabungkan ketiga jaringan yang ada yaitu jaringan irigsi Sungkur Kiri, Sungkur
0
10
20
30
40
50
60
70
2007 2008 2009
Bang. Pada Sal. Pembuang
Saluran Pembuang
Bangunan Bagi/Sadap
Saluran Pembawa
Bangunan Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Kanan dan Sungkur Duncak didasarkan pada luas baku sawahnya. Untuk mengetahui
kondisinya dapat dilihat pada Tabel 4.38
Tabel 4.38 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur
Komponen Kondisi Lapangan 2007 2008 2009
Bangunan Utama 26,84 % 25,53 % 24,38 % Saluran Pembawa 16,61 % 16,51 % 15,50 % Bangunan Bagi/Sadap 17,71 % 17,87 % 16,87 % Saluran Pembuang 5,36 % 5,20 % 5,21 % Bang. Pada Sal. Pembuang 3,75 % 3,65 % 3,43 %
70,26 % 68,76 % 65,40 %
Kondisi jaringan irigasi Sungkur pada kondisi sempurna mempunyai bobot
100%. Hasil analisa selama tiga tahun terhadap jaringan irigasi Sungkur
memperlihatkan kecenderungan turun setiap tahunnya. Tahun 2007 kondisinya
sebesar 70,26% mengalami penurunan sebesar 29,74%, pada tahun 2008 kondisinya
menjadi 68,76% mengalami penurunan 31,24% dan terakir tahun 2009 kondisinya
menjadi 65,40% mengalami penurunan 34,60%. Dari tabel ditunjukkan hampir
semua komponen yang ada pada jaringan irigasi Sungkur dari tahun ke tahun
mengalami penurunann kondisi meskipun dalam waktu kurun tiga tahun ada
pemeliharaan terhadap komponen bangunan pada jaringan irigasi Sungkur. Kecuali
pada komponen bangunan bagi/sadap pada tahun 2008 mengalami kenaikan kondisi.
Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen
Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisi jaringan irigasi Sungkur
keseluruhan masuk katagori cukup. Kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur
mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun ada upaya perbaikan dan
pemeliharaan dari instansi yang terkait. Hal ini akibat tidak maksimalnya
pemeliharaan pada jaringan irigasi Sungkur. Akibatnya yang terjadi meskipun ada
upaya pemeliharaan tiap tahunnya, kondisi tetap menurun akibat timbulnya
kerusakan baru yang tidak tertangani secara cepat dari tahun ke tahun, sehingga
kerusakan bisa menumpuk yang berakibat pada penurunan kondisi dari jaringan
irigasi Sungkur tersebut. Adapun kondisi jaringan irigasi Sungkur keseluruhan dari
tahun 2007 s/d 2009 dapat terlihat pada Gambar 4.41 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4.41 Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Keseluruhan
Diperlukan penanganan yang cepat setiap ada kerusakan komponen maupun
sub komponen bangunan pada jaringan irigasi Sungkur dari instansi yang terkait
untuk tetap mempertahankan kondisi yang ada.
Tabel diagram distribusi terhadap komponen dan sub komponen pada jaringan
irigasi Sungkur Kiri tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.42. Secara keseluruhan
hasil penelitihan diagram distribusi komponen dan sub komponen jaringan irigasi
Sungkur meliputi Sungkur Kiri, Sungkur Kanan dan Sungkur Duncak dari tahun
2007 s/d 2009 selebihnya dapat dilihat pada Lampiran S-8. Analisa untuk
mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur secara keseluruhan dari tahun
2007 s/d 2009 ditunjukkan pada Tabel 4.39 dan analisa selanjutnya dapat dilihat pada
Lampiran R-28 Tabel Penilaian Jaringan Irigasi Sungkur.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2007 2008 2009
26.84 25.53 24.38
16.61 16.51 15.50
17.71 17.87 16.87
5.36 5.20 5.21 3.75 3.65 3.43
Bangunan Utama
Saluran Pembawa
BangunanBagi/Sadap
Saluran Pembuang
Bang. Pada Sal.Pembuang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 4.42 Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Tahun
2007
2007
Free Intake
Jaringan Utama
Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Sayap
Bang. Pelengkap
Pintu Intake
Pengukur debit
Papan Exploitasi
Sayap
Koperan
Jembatan Utama
Rumah PPA
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bangunan pd Sal.
75,13
27,65
17,93
22,60
3,50
1,50
17,00
4,25
1,40
2,10
1,40
0,70
0,40
1,50
Profil Saluran
Bocoran
Erosi/Sedimentasi
10,88
5,25
1,80
5,50
5,38
Pintu Sadap& Pengatur
Tubuh Bangunan
Bang. Pengukur Debit
Sayap
Jalan Inspeksi
7,80
4,00
4,80
0,75
0,70
Bang Bagi/Sadap 18,05
Erosi&Sedimentasi
Profil Saluran
Pintu Pengatur
Tubuh Bangunan
4,70
3,40
2,40
1,50
Sal. Pembuang 7,60
B. Pd Sal. Pembuang 3,90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BANGUNAN UTAMA
JENIS BANGUNAN/SALURAN
A. BENDUNG GERAKFREE INTAKE(BANGUNAN UTAMA) (35%)
1. Bangunan Pengambilan(27%)a. Pintu intake (20%)
- Semua pintu mudah dioperasikan - Sebagian pintu tidak dapat - Semua pintu tidak dapat - Pintu dalam kondisi baik, tidak 70% 20 14 6- Semua daun pintu terpasang dioperasikan dioperasikan ada kerusakan, stang dapat
tidak bocor/utuh - Daun pintu ada kebocoran kecil - Daun pintu rapuh/bocor beroperasi dengan baik, olie- Terdapat atap pelindung pintu - Atap pelindung dan pengaman - Tidak terdapat pelindung dan diberikan secara rutin dan - Pengaman pintu dan tembok pintu sebagian ada yang rusak pengaman pintu intake ada kebocoran kecil
penahan banjir (banjir skerm/skimming wall)
b. Pengukur debit (5%) - Terdapat sarana pengukur debit - Sarana pengukur debit kurang - Sarana pengukuran debit tidak - Sarana pengukur debit berfungsi 77% 5 3.85 1.15yang kondisi fisik dan hidroliknya akurat baik, dilengkapi dengan papanberfungsi baik - Tidak terdapat papan duga berfungsi duga, angka kabur bagian
- Dilengkapi tabel pembacaan debit (peilschaal) - Kondisi fisik dalam keadaan dasar tak terlihat- Dilengkapi papan duga rusak
(peilschaal) pada posisi benar - Tidak terdapat sarana pengukuran debit dan papan duga
c. Papan eksploitasi (2%) - Terdapat papan operasi bendung - Terdapat papan operasi bendung - Tidak terdapat papan operasi - Papan operasi bendung cukup 70% 2 1.4 0.6yang masih baik yang masih baik bendung baik tetapi pengisian datanya
- Papan tersebut selalu diisi data - Papan tersebut tidak/jarang tidak rutin2. Sayap (5%)
a. Sayap - Konstruksi sayap masih baik - Konstruksi sayap dalam keadaan - Terdapat banyak retakan / - Konstruksi bangunan dalam 77% 3 2.31 0.69(3%) - Lubang rembesan (wheephole) utuh tetapi terdapat beberapa patahan kondisi baik dan tidak
berfungsi baik retakan - Lubang rembesan tidak ber- terdapat retakan - Lubang rembesan tidak berfungsi fungsi
b. Koperan - Tidak ada gerusan pada koperan - Terdapat gerusan pada koperan - Terdapat gerusan pada koperan - Dalam kondisi baik, tidak 80% 2 1.6 0.4(2%) tetapi tidak membahayakan yang membahayakan sayap terdapat gerusan
sayap
3. Bangunan Pelengkap (3%)a. Jembatan - Terdapat jembatan diatas - Jembatan diatas bendung - Jembatan tidak ada ( bila ada - Jembatan dalam kondisi baik 65% 1 0.65 0.35
(1%) bendung ( apabila bendung ter- mengalami rusak ringan dua pintu pengambilan/intake/ dapat dilaui kendaraan bersebut mempunyai dua intake/ penguras kanan-kiri) motor, aspal terkelupaspenguras kanan kiri) - Jembatan tidak dapat dilalui
b. Rumah PPA/Gudang/BM - Terdapat rumah PPA - Rumah PPA mengalami - Tidak terdapat rumah PPA - Kondisi sangat rusak, genteng 30% 1 0.3 0.7(1%) - Terdapat gudang penyimpanan kerusakan ringan dan gudang penyimpanan bocor, pintu jendela hilang
(stoplog, olie dan lain-lain) - BM sudah goyang/rusak sangat tidak terawat- Terdapat BM (bench mark)
c. Gawat Banjir - Alat komunikasi ada dalam - Alat komunikasi ada dalam - Tidak ada alat komunikasi - Karena kondisi rumah PPA rusak 40% 1 0.4 0.6(1%) keadaan baik/dapat digunakan keadaan baik - Alat darurat tidak ada maka tidak tersedia peralatan
- Alat darurat ada, cukup - Alat darurat ada terbatas gawat banjir yang memadai
35 24.51 10.49
2009
Hasil Inventarisasi
Kondisi
Nilai Bobot
Standar Lapang
an Turun
STANDAR
BAIK CUKUP RUSAK Kerusakan
dibawah : 80%-100%Kondisi rata-rata aspek
dibawah: 50%-79%Kondisi rata-rata aspek
dibawah: 0%-49%Kondisi rata-rata aspek
NO
Tabel 4.39 Analisa Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 4.39 Analisa Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kiri (lanjutan 1)
Perkiraan Perkiraan
Kerusakan Kerusakan
Sebelum Perbaikan Sebelum Perbaikan
- Tidak ada perbaikan - Pintu dalam kondisi baik, tidak 75% 20 15 5 Naik - Tidak ada perbaikan - Pintu dalam kondisi baik, tidak 85% 20 17 3 Naikada kerusakan, stang dapat ada kerusakan, stang dapat beroperasi dengan baik, olie beroperasi dengan baik, oliediberikan secara rutin dan tidak diberikan secara rutin dan tidak ada kebocoran, pelindung pintu ada kebocoran, pelindung pintuperlu perawatan dalam kondisi baik
- Tidak ada perbaikan - Sarana pengukur debit berfungsi 80% 5 4 1 Naik - Tidak ada perbaikan - Sarana pengukur debit berfungsi 85% 5 4.25 0.75 Naikbaik, dilengkapi dengan papan baik, dilengkapi dengan papanduga , angka terbaca tetapi duga , terbaca jelas agak kabur
- Tidak ada perbaikan - Papan operasi bendung cukup 70% 2 1.4 0.6 Tetap - Tidak ada perbaikan - Papan operasi bendung cukup 70% 2 1.4 0.6 Tetapbaik tetapi pengisian datanya baik tetapi pengisian datanya tidak rutin tidak rutin
- Tidak ada perbaikan - Konstruksi bangunan dalam 77% 3 2.31 0.69 Tetap - Ada perbaikan - Sayap dalam kondisi banyak 70% 3 2.1 0.9 Turunkondisi baik dan tidak terdapat batuan yang terkelupas retakan - ada bagian yang mengalami
penurunan
- Tidak ada perbaikan - Dalam kondisi baik, tidak 80% 2 1.6 0.4 Tetap - Ada perbaikan - Terdapat gerusan 70% 2 1.4 0.6 Turunterdapat gerusan
- Tidak ada perbaikan - Jembatan dalam kondisi baik 65% 1 0.7 0.3 Tetap - Tidak ada perbaikan - Jembatan dalam kondisi baik 70% 1 0.7 0.3 Naikdapat dilaui kendaraan ber dapat dilaui kendaraan bermotor motor
- Tidak ada perbaikan - Kondisi sangat rusak, genteng 30% 1 0.3 0.7 Tetap - Tidak ada perbaikan - Kondisi sangat rusak, genteng 40% 1 0.4 0.6 Naikbocor, pintu jendela hilang bocor, tidak terawatsangat tidak terawat sangat tidak terawat
- Tidak ada perbaikan - Karena kondisi rumah PPA rusak 40% 1 0.4 0.6 Tetap - Tidak ada perbaikan - Karena kondisi rumah PPA rusak 40% 1 0.4 0.6 Tetapmaka tidak tersedia peralatan maka tidak tersedia peralatangawat banjir yang memadai gawat banjir yang memadai
35 25.71 9.29 35 27.65 7.35
Perbaikan 2008 Kondisi
Nilai Bobot
Standar Lapang
an Turun
2008
Ket.
2007
Perbaikan 2007 Kondisi
Nilai Bobot
Ket.Standar
Lapang an
Turun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
4.6. Evaluasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan
kondisi jaringan irigasi dalam keadaan mantap siap untuk mendistribusikan air irigasi
sehingga pelayanan terhadap masyarakat pemakai air tidak terhambat. Kerusakan –
kerusakan kecil yang terjadi dapat menghilangkan debit air pada jaringan irigasi
tersebut. Jaringan irigasi sebagai faktor utama dalam melayani masyarakat dalam
pendistribusian air irigasi, sehingga perlu dipelihara secara rutin dan
berkesinambungan. Jaringan Irigasi Sungkur merupakan salah satu jaringan irigasi
terbesar di Kabupaten Ponorogo dimana luas areal baku sawahnya mencapai 3065
Ha. Dalam pengawasannya terbagi menjadi dua Kejuron yaitu Kejuron Sungkur Kiri
yaitu Jaringan irigasi Sungkur yang air bakunya diambil dari pengambilan bebas/free
intake Sungkur dan Bendung Duncak, sedangkan Kejuron Sungkur Kanan
merupakan jaringan irigasi Sungkur yang air bakunya diambil melalui bending
Sungkur.
Kegiatan Tugas Pembantuan Operasi & Pemeliharaan (TPOP) jaringan irigasi
Sungkur merupakan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 dimana
jaringan irigasi yang mempunyai baku sawah diatas 3000 Ha pengelolaan pada
pemerintah pusat sedangkan pelaksanaan kegiatannya diserahkan kepada pemerintah
kabupaten Ponorogo. Adapun kegiatan yang dilakukan pemeliharaan terhadap
jaringan irigasi Sungkur meliputi pengerukan sedimentasi pada saluran primer
maupun saluran sekunder, rehabilitasi terhadap saluran yang mengalami kerusakan
pasangan, perbaikan sayap dan koperan pada bangunan pengambilan, juga perbaikan
pintu-pintu pada bangunan bagi/sadap yang ada pada jaringan irigasi Sungkur.
Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sangat kecil dibandingkan dengan tingkat
kerusakan yang ada karena pemeliharaan disesuaikan dengan anggaran yang
dialokasikan oleh pemerintah pusat. Keterbatasan anggaran biaya pemeliharaan
mengakibatkan semua kerusakan tidak tertangani dengan maksimal. Hal ini menjadi
penyebab pemeliharaan yang dilaksanakan tidak berpengaruh besar terhadap
peningkatan kondisi jaringan irigasi Sungkur. Adapun seberapa besar pengaruh
pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur terhadap kondisinya dapat dilihat pada Tabel
4.40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 4.40 Nilai Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur
Tabel 4.42 diatas menunjukkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dari
tahun 2007 s/d tahun 2008 pada jaringan irigasi Sungkur. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan pada jaringan yang ada di jaringan irigasi Sungkur yaitu jaringan irigasi
Sungkur Kiri, Sungkur Kanan dan Sungkur Duncak. Pemeliharaan meliputi
perbaikan sayap, perbaikan saluran baik saluran pasangan maupun saluran tanah,
perbaikan pintu bangunan bagi/sadap dan perbaikan pintu bangunan penguras. Nilai
pemeliharaan selama dua tahun dari tahun 2007 s/d 2008 dihitung dari jumlah
seluruh kegiatan pemeliharaan selama dua tahun, yaitu dengan menjumlahkan selisih
kondisi komponen bangunan yang mengalami perbaikan kemudian dikalikan dengan
bobot setiap komponen bangunan yang mengalami perbaikan. Hasil rincian
pemeliharaan yang dilaksanakan tahun 2007 sebesar 1,97% sedangkan tahun 2008
sebesar 3,31%, anggaran yang dialokasikan dari pemerintah sesuai dengan DIPA
tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 367,800,- sedangkan tahun 2008 anggaran yang
dialokasikan untuk pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur sebesar Rp. 438,295,-
Bobot Komponen 2007 2008
Sayap(bobot 5%)Sayap intake Sungkur kiri 3,00 7% 0,21Koperan intake Sungkur Kiri 2,00 10% 0,20
Profil Saluran (bobot 8%)Saluran pasangan Sungkur Kiri 6,00 5% 0,30Saluran tanah Sungkur Kiri 2,00 3% 0,06
Pintu sadap dan pengatur (bobot 12%)Pintu BSL 10 12,00 5% 0,60
Endapan & ErosiPengerukan 3,00 5% 0,15
Sungkur KananProfil Saluran (bobot 8%)
saluran Pasangan B al, B sk, B sw 6,00 15% 0,90Saluran Tanah B al, B sk, B sw 2,00 5% 0,10
Pintu sadap dan pengatur (bobot 12%)Pintu BSK 4 & BSK 2 12,00 10% 1,20
Sungkur DuncakProfil Saluran (bobot 8%)
saluran Pasangan Duncak 6,00 20% 1,20Pintu sadap dan pengatur (bobot 12%)
Pintu penguras Duncak 12,00 3% 0,361,97 3,31
Sungkur Kiri
Nilai Pemeliharaan Bobot akhir Pemeliharaan2007 2008
Nama Sub Komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Hasil penelitian menunjukkan Tahun 2007 kondisinya sebesar 70,26% mengalami
penurunan sebesar 29,74%, pada tahun 2008 kondisinya menjadi 68,76% mengalami
penurunan 31,24% dan terakir tahun 2009 kondisinya menjadi 65,40% mengalami
penurunan 34,60%. Gambar 4.43 menunjukkan hubungan pemeliharaan yang telah
dilaksanakan dengan kondisi jaringan irigasi Sungkur.
Gambar 4.43 Kecenderungan JI Sungkur tahun 2007 s/d 2009 dengan Pemeliharaan Dan Tanpa Pemeliharaan
Gambar diatas menunjukkan selama dua tahun pemeliharaan dari tahun 2007
s/d 2008 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur, akan tetapi kondisi
jaringan irigasi Sungkur tetap menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun seperti
terlihat pada Gambar 4.43. Disarankan untuk menambah anggaran pemeliharaan
komponen bangunan yang mengalami kerusakan untuk mengembalikan kondisi
jaringan irigasi Sungkur dalam keadaan standar. Semakin lama membiarkan
bangunan irigasi rusak maka kinerja jaringan irigasi akan terganggu. Anggaran
terbatas membuktikan pemeliharaan yang dilaksanakan tidak mempengarui kondisi
jaringan irigasi Sungkur, kecenderunan sebaliknya meskipun ada pemeliharaan
kondisi jaringan semakin turun.
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
2006 2007 2008 2009
Pemeliharaan
Tanpa Pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 4.42 Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Tahun
2007
2007
Free Intake
Jaringan Utama
Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Sayap
Bang. Pelengkap
Pintu Intake
Pengukur debit
Papan Exploitasi
Sayap
Koperan
Jembatan Utama
Rumah PPA
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bangunan pd Sal.
75,13
27,65
17,93
22,60
3,50
1,50
17,00
4,25
1,40
2,10
1,40
0,70
0,40
1,50
Profil Saluran
Bocoran
Erosi/Sedimentasi
10,88
5,25
1,80
5,50
5,38
Pintu Sadap& Pengatur
Tubuh Bangunan
Bang. Pengukur Debit
Sayap
Jalan Inspeksi
7,80
4,00
4,80
0,75
0,70
Bang Bagi/Sadap 18,05
Erosi&Sedimentasi
Profil Saluran
Pintu Pengatur
Tubuh Bangunan
4,70
3,40
2,40
1,50
Sal. Pembuang 7,60
B. Pd Sal. Pembuang 3,90
LS-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Gambar 4.42a Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri
Tahun2008
2008
Free Intake
Jaringan Utama
Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Sayap
Bang. Pelengkap
Pintu Intake
Pengukur debit
Papan Exploitasi
Sayap
Koperan
Jembatan Utama
Rumah PPA
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bangunan pd Sal.
72,28
25,71
18,02
2,04
3,91
1,40
15,00
4,00
1,40
2,31
1,60
0,70
0,30
1,40
Profil Saluran
Bocoran
Erosi/Sedimentasi
10,96
5,11
1,95
5,86
5,10
Pintu Sadap& Pengatur
Tubuh Bangunan
Bang. Pengukur Debit
Sayap
Jalan Inspeksi
8,40
3,50
4,50
0,75
0,70
Bang Bagi/Sadap 17,85
Erosi&Sedimentasi
Profil Saluran
Pintu Pengatur
Tubuh Bangunan
3,9
3,00
2,40
1,40
Sal. Pembuang 6,90
B. Pd Sal. Pembuang 3,80
LS - 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Gambar 4.42b Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kiri Tahun 2009
2009
Free Intake
Jaringan Utama
Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Sayap
Bang. Pelengkap
Pintu Intake
Pengukur debit
Papan Exploitasi
Sayap
Koperan
Jembatan Utama
Rumah PPA
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bangunan pd Sal.
67,99
24,51
16,78
10,25
3,91
1,35
14,00
3,85
1,40
2,31
1,60
0,65
0,30
1,35
Profil Saluran
Bocoran
Erosi/Sedimentasi
10,08
4,90
1,80
5,20
4,875
Pintu Sadap& Pengatur
Tubuh Bangunan
Bang. Pengukur Debit
Sayap
Jalan Inspeksi
7,80
3,25
4,20
0,70
0,70
Bang Bagi/Sadap 16,65
Erosi&Sedimentasi
Profil Saluran
Pintu Pengatur
Tubuh Bangunan
3,60
2,80
2,25
1,40
Sal. Pembuang 6,40
B. Pd Sal. Pembuang 3,65
LS - 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Gambar 4.42c Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
Tahun 2007
2007
Bendung Gerak
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
66,84
27,34
15,35
9,3
4,6
6,25
4,25
2,40
2,25
0,40
3,00
1,600
2,25
3,20
Sayap
Koperan
2,84
1,50
0,80
1,34
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
0,80
0,40
0,45
4,95
5,52
B. Pkp.Bendung 1,65
Profil Saluran
Bocoran
Endapan/erosi
Tubuh Bangunan
10,47
5,25
2,1
3,5
Pintu Sadap& Pengatur 7,8
Bang. Pengukur Debit 4,8
Sayap 0,8
Jalan Inspeksi 0,7
Erosi & Sedimentasi 4,2
Profil Saluran 2,8
Pintu Pengatur 1,95
Tubuh Bangunan 1,6
B. Bagi/Sadap 17,6
Sal. Pembuang 7
Bang.Sal.Pembuang 3,55
LS - 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Gambar 4.42d Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
Tahun 2008
2008
Bendung Gerak
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
66,37
26,48
14,99
8,9
4,28
6
4
2,25
2,25
0,4
2,88
1,4
2,25
3
Sayap
Koperan
2,6
1,3
0,75
1,3
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
0,8
0,35
0,45
5,9
4,9
B. Pkp.Bendung 1,6
Profil Saluran
Bocoran
Endapan/erosi
Tubuh Bangunan
10,8
5,04
1,95
3,25
Pintu Sadap& Pengatur 9
Bang. Pengukur Debit 4,5
Sayap 0,7
Jalan Inspeksi 0,7
Erosi & Sedimentasi 3,9
Profil Saluran 3,8
Pintu Pengatur 1,95
Tubuh Bangunan 1,5
B. Bagi/Sadap 18,15
Sal. Pembuang 6,7
Bang.Sal.Pembuang 3,45
LS - 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar 4.42e Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Kanan
Tahun 2009
2009
Bendung Gerak
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
64,15
25,55
14,4
8,25
4
5,5
3,5
2,1
2,25
0,4
2,8
1,2
2
2,8
Sayap
Koperan
2,5
1,3
0,7
1,2
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
0,8
0,3
0,45
5,56
4,5
B. Pkp.Bendung 1,55
Profil Saluran
Bocoran
Endapan/erosi
Tubuh Bangunan
10,06
4,9
1,5
3,25
Pintu Sadap& Pengatur 8,4
Bang. Pengukur Debit 4,2
Sayap 0,65
Jalan Inspeksi 0,7
Erosi & Sedimentasi 3,6
Profil Saluran 2,6
Pintu Pengatur 1,8
Tubuh Bangunan 1,4
B. Bagi/Sadap 17,2
Sal. Pembuang 6,2
Bang.Sal.Pembuang 3,2
LS - 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Gambar 4.42f Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Tahun 2007
Bendung Tetap
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
69,35
23,15
17,50
8,05
4,004
6,90
44,00
1,95
2,102
0,00
2,60
1,401
3,60
2,602
Sayap
Koperan
3,00
1,601
0,700
1,401
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
0,75
0,000
0,45
5,005
4,95
B. Pkp.Bendung 1,20
Profil Saluran
Bocoran
Endapan/erosi
Tubuh Bangunan
9,95
5,60
1,95
3,75
Pintu Sadap& Pengatur 7,80
Bang. Pengukur Debit 4,20
Sayap 0,75
Jalan Inspeksi 0,70
Erosi & Sedimentasi 4,50
Profil Saluran 3,00
Pintu Pengatur 2,40
Tubuh Bangunan 1,60
B. Bagi/Sadap 17,50
Sal. Pembuang 7,50
Bang. Pd Sal. 4,00
LS - 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Gambar 4.42g Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Tahun 2008
Bendung Tetap
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
67,81
21,95
17,75
7,807
3,903
6,606
3,75
1,95
2,101
0,000
2,602
1,31,
3,53,
2,402
Sayap
Koperan
2,502
1,401
0,700
1,101
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
0,70,
0,000
0,45
6,206
4,85
B. Pkp.Bendung 1,15
Profil Saluran
Bocoran
Endapan/erosi
Tubuh Bangunan
11,00
4,90
1,80
3,50
Pintu Sadap& Pengatur 8,16
Bang. Pengukur Debit 3,90
Sayap 0,75
Jalan Inspeksi 0,75
Erosi & Sedimentasi 4,20
Profil Saluran 3,00
Pintu Pengatur 2,40
Tubuh Bangunan 1,50
B. Bagi/Sadap 17,75
Sal. Pembuang 7,20
Bang. Pd Sal.Pembuang
3,90
LS - 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Gambar 4.2h Distribusi Komponen dan Bobot Jaringan Irigasi Sungkur Duncak
Tahun 2009
Bendung Tetap
Jaringan Utama Sal. Pembawa
Bang. Pengambilan
Bang. Penguras
Tubuh Bendung
Pintu /Pintu Banjir
Endapan Lumpur
Pengukur Debit
Papan Exploitasi
Pintu
Endapan Lumpur
Mercu
Ruang Olakan
Papan Skala
Sayap
63,05
20,20
15,95
7,10
3,803
5,95
3,50
1,50
2,10
0,00
2,60
1,20
3,25
2,00
Sayap
Koperan
2,202
1,20
0,70
1,00
Jembatan Utama
Rmh PPA/Gedung
Gawat Banjir
Profil Saluran
Bang. Pd Sal.
0,70
0,00
0,45
5,00
4,75
B. Pkp.Bendung 1,15
Profil Saluran
Bocoran
Endapan/erosi
Tubuh Bangunan
9,75
4,55
1,65
3,25
Pintu Sadap& Pengatur 7,8
Bang. Pengukur Debit 3,90
Sayap 0,70
Jalan Inspeksi 0,70
Erosi & Sedimentasi 3,90
Profil Saluran 3,00
Pintu Pengatur 2,25
Tubuh Bangunan 1,40
B. Bagi/Sadap 16,35
Sal. Pembuang 6,90
Bang. Pd Sal.Pembuang
3,65
LS - 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
2006 2007 2008 2009
Pemeliharaan
Tanpa Pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis terhadap evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur
Kabupaten Ponorogo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasar hasil analisis kondisi komponen dan sub komponen bangunan Jaringan
Irigasi Sungkur dapat diketahui kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d
tahun 2009 adalah sebagai berikut:
a. Tahun 2007 kondisi jaringan 70,26% katagori cukup,
b. Tahun 2008 kondisi jaringan 68,76% katagori cukup,
c. Tahun 2009 kondisi jaringan 65,40% katagori cukup.
2. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan selama tiga tahun dapat meningkatkan
kondisi jaringan irigasi Sungkur, akan tetapi peningkatan tersebut tidak
mempengarui kecenderungan kondisinya. Meskipun ada pemeliharaan
kecenderungan jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 tetap menurun.
Berdasarkan penelitian nilai pemeliharaan tahun 2007 adalah 1,97% dan tahun 2008
adalah 3,31%.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun
2007 s/d tahun 2009 mengalami penurunan terus menerus. Penurunan yang terjadi
dari tahun 2007 ke tahun 2008 adalah 1,5% sedangkan dari tahun 2008 ke tahun
2009 penurunan kondisi jaringan irigasi Sungkur adalah 3,36%.
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik yang akan datang maka
hal yang perlu diperhatikan:
1. Data jaringan irigasi Sungkur untuk penelitian lebih dari tiga tahun.
2. Perlu pemeliharaan lebih serius terhadap kerusakan jaringan irigasi Sungkur
mengingat cukup vitalnya keberadaan jaringan irigasi ini bagi masyarakat
3. Mengalokasikan ketercukupan dana pemeliharaan sehingga kondisi jaringan
irigasi Sungkur bisa dipertahankan.
4. Perlu adanya peran serta dari masyarakat untuk ikut andil menjaga asset yang
ada pada jaringan Sungkur ini sehingga bisa bermanfaat dalam jangka waktu
yang lebih lama.
5. Untuk menyempurnakan kajian ini diharapkan penelitian lebih lanjut dengan
cakupan bahasan yang lebih luas untuk studi kasus ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Profil Pengairan, Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Kabupaten Ponorogo.
______, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, www.dpuairjatim.org/data/.../Permen%20PU%20no.32%202007.pdf, Oktober, 16, 2008.
______, 2006, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008.
______, 2004, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008.
______, 1999, Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi Subdit Bina Program Ditjen Air. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
______, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Abernethy, C.L., 2010. Governance of irrigation systems: Does history offer lessons for today, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.552/abstract
Agus Hari Wahyudi, 2009, Materi Kuliah Sistem Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Bangunan Air ” Konsep Pemeliharaan Irigasi SNI”, Surakarta. Agus Suman, 2010. Evaluasi Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Di
Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.
Bambang Basuki Hartanto, 2009. Evaluasi Kerusakan Dan Peningkatan Kinerja
Jaringan Irigasi Jetu. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
George, Biju A., Malano, Hector M., Vo Khac Tri, Turral, Hugh, 2004. Using modelling to improve operational performance in the Cu Chi irrigation system, Vietnam, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.109/abstract
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jatmiko Suluh, 2007. Kajian Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi (D.I) Tempuran Di Kabupaten Blora. Tesis (Tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Lorenzini, Giulio and Wrachien, Daniele De, 2005. Performance assessment of sprinkler irrigation systems: a new indicator for spray evaporation losses, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.171/abstract
Oad, Ramchand, 2001. Policy reforms for sustainable irrigation management – a case study of Indonesia, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.28/abstract
Passouant, M., Le Gal, P.Y., and Keita, B., 2009. The contribution of information systems in maintaining large-scale irrigation schemes, Journal. ICID http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.469/abstract
Sobriyah, 2008, Penilaian Kerusakan Jaringan Irigasi, Materi Kuliah Magister Teknik
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil (MTRPBS), Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Suroso S, PS Nugroho, P Pamuji, 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengelolaan Air Irigasi. Dinamika Teknik Sipil. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta.
Sumaryanto, M Siregar, Deri H, M Suryadi, 2006. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan dan Upaya Perbaikannya. Laporan Penelitian. Deptan . Bogor.
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user