tafsir surat al-nas

11
TAFSIR SURAT AL-NÂS Terjemah Fî Zhilâl Al-Qur'ân Tafsir ini membahas perintah Allâh SWT kepada nabi Muhammad SAW (dan juga kepada umatnya) untuk meminta perlindungan kepada Allâh SWT Yang Rabb, Malik dan Ilâh dari kejahatan syetan yang al-waswas al- khannâs yang memiliki kemampuan untuk berbisik ke dalam dada, dan bukan sekedar ke telinga Team ١٠ / ١٢ / ١٤٢٧

Upload: khoiruz-zahra

Post on 07-Jul-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tafsir

TRANSCRIPT

TAFSIR SURAT AL-NÂS Terjemah Fî Zhilâl Al-Qur'ân

Tafsir ini membahas perintah Allâh SWT kepada nabi Muhammad SAW (dan juga kepada umatnya) untuk

meminta perlindungan kepada Allâh SWT Yang Rabb, Malik dan Ilâh dari kejahatan syetan yang al-waswas al-

khannâs yang memiliki kemampuan untuk berbisik ke dalam dada, dan bukan sekedar ke telinga

Team

١٤٢٧/ ١٢/ ١٠

2

TAFSIR SURAT AL-NÂS PERTAMA: TUJUAN COGNITIVE Setelah mengikuti kajian surat al-Nâs ini, diharapkan seorang peserta memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Menentukan al-musta`âdz bihi (yang dipergunakan untuk meminta

perlindungan) dan al-musta`âdz minhu (sesuatu yang kita meminta

untuk dilindungi darinya) yang terkandung oleh surat al-Nâs.

2. Menerangkan hikmah dari sifat-sifat khas dengan urutannya yang khas

pula (Rabb al-nâs – malik al-nâs – ilâh al-nâs).

3. Menerangkan makna mufradât (kosa kata-kosa kata) yang terdapat

surat al-Nâs dan dilâlah (konotasi) yang dikandung oleh mufradât ini.

4. Menyebutkan `illat (alasan, sebab, hikmah, rahasia) pengkhususan al-

nâs (manusia), sebab kita mengetahui bahwa Allah SWT adalah Rabb,

Malik dan Ilâh segala sesuatu.

5. Menerangkan urutan yang ada pada tiga ayat terakhir surat al-Nâs,

pelajaran (faedah) yang bisa diambil, apa yang direkomendasikan dan

apa yang diisyaratkan olehnya.

6. Menentukan bekal, perisai dan senjata seorang muslim dalam

menghadapi bisikan al-khannâs (syetan).

7. Menjelaskan apa yang diketahi peserta tentang bisikan jin dan cara

melindungi diri darinya.

8. Menyebutkan golongan-golongan manusia pembisik dan menerangkan

tata cara menolak bisikan mereka.

9. Menerangkan pelajaran yang bisa digali (faedah) dari pensifatan al-

waswas dengan sifat al-khannâs.

10. Mengulas tabiat ma`rakah (peperangan) antara Iblis dan para agennya

dari kalangan manusia di satu sisi dan hamba-hamba Allah SWT yang

beriman pada sisi lain.

11. Menerangkan penggambaran yang paling sempurna dan paling utama

tentang hakekat yang ada terkait dengan al-khair (kebaikan) dan al-

syarr (keburukan).

12. Menyebutkan hakekat-hakekat (haqâiq) dan nilai-nilai (qiyam) yang

terkandung oleh surat al-Nâs.

3

KEDUA: A. NASH SURAT AL-NÂS DAN TERJEMAHNYA (VERSI DEPAG RI)

7 8 [ P Q R S T U V W X Y Z [ \ ] ^ _

` a b c d e f g h i Z ]٦ – ١: الناس[

1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan

menguasai) manusia.

2. Raja manusia.

3. Sembahan manusia.

4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari

(golongan) jin dan manusia.

6. Dari (golongan) jin dan manusia.

B. RASM AL-BAYÂN

Keterangan Rasm al-Bayân Secara garis besar, kajian tentang surat Al-Nâs terdiri dari tiga bagian:

1. Penjelasan tentang al-musta'âdz bihî (Dzat tempat kita memohon perlindungan), yaitu Allâh SWT yang Al-Rabb, Al-Malik dan Al-Ilâh

4

2. Penjelasan tentang al-musta'âdz minhû (sesuatu yang kita meminta untuk dilindungi darinya), yaitu al-waswâs al-khannâs (syetan yang datang dan pergi), baik dari kalangan al-jinnah (jin), maupun al-nâs (manusia) yang memiliki kemampuan membisikkan pengaruh jahatnya (al-waswâs) ke dalam dada, bukan sekedar ke telinga.

3. Pelajaran yang bisa diambil dari surat Al-Nâs, di antaranya adalah: a. Kewajiban untuk meminta perlindungan kepada Allâh SWT. b. Kewajiban untuk berlindung dan menjauh dari syetan yang tidak

lain adalah si al-waswâs al-khannâs c. Keharusan memperbanyak dzikr kepada Allâh SWT, baik pada

pagi maupun sore hari (adzkâr al-shabâh wa al-masâ'), dan juga dzikir dalam berbagai keadaan.

d. Keharusan untuk menghadapi berbagai kekuatan jahat, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.

e. Menjauhi berbagai sumber fitnah, baik berupa ghîbah (menggunjing), namîmah (pembicaraan untuk menciptakan permusuhan antar sesama manusia, atau mengadu domba), nifâq (kemunafikan) dan para penjaja syahawat.

C. TAFSÎR Isti`âdzah (permohonan perlindungan) yang ada dalam surat al-Nâs ini

dimintakan dari (Al-Musta`âdz bihi): Rabb al-Nâs, Malik al-Nâs, dan Ilâh al-

Nâs.

Dan al-Musta`âdz minhu yang ada dalam surat al-Nâs ini adalah syarr al-

waswas al-khannâs yang selalu memasukkan bisikan ke dalam dada manusia,

baik dari kalangan jin ataupun dari manusia.

Isti`âdzah dengan Rabb, Malik dan Ilâh ini menghadirkan sifat-sifat Allah

SWT, sifat-sifat yang akan menolak segala bentuk keburukan secara umum,

dan secara khusus, yaitu keburukan dan kejahatan al-waswas al-khannâs.

Al-Rabb adalah Dzat yang Mentarbiyah, Mengarahkan, Memelihara dan

Melindungi.

Al-Malik adalah Dzat yang Memiliki, Memiliki otoritas dan Mengambil

tindakan.

Al-Ilâh adalah Dzat yang Maha Tinggi, yang Menguasai dan Berkuasa.

Sifat-sifat ini mengandung dilâlah (konotasi) himâyah (perlindungan) dari

berbagai kejahatan yang menyusup ke dalam dada .. dan dada ini tidak tahu

bagaimana cara menolaknya, sebab yang menyusup ke dalamnya adalah

sesuatu yang tidak terlihat.

Allah SWT adalah Rabb, Malik dan Ilâh segala sesuatu, akan tetapi,

5

pengkhususan penyebutan manusia pada surat al-Nâs ini menjadikan mereka

merasakan kedekatan Allah SWT kepada mereka, saat mereka berada pada

posisi terlindungi dan terbentengi.

Dan Allah SWT – dengan Rahmat-Nya- mengarahkan Rasul-Nya SAW dan juga

kepada umatnya agar mereka meminta perlindungan dan pembentengan

kepada-Nya. Permohonan ini dilakukan dengan menghadirkan makna-makna

dari sifat-sifat-Nya ini. Meminta dilindungi dan dibentengi dari keburukan

tersembunyi yang menyusup ke dalam dada sangan halus, karenanya, mereka

tidak memiliki kemampuan untuk menolaknya, kecuali dengan pertolongan

Allah SWT yang Rabb, Malik dan Ilâh. Lalu, Allah SWT mengambil mereka,

tanpa mereka rasa dan datang kepada mereka, tanpa mereka duga.

Yang dimaksud dengan al-waswasah adalah suara yang tersamar.

Sedangkan kata al-Khannâs berasal dari kata al-khunûs yang berarti

bersembunyi dan kembali. Jadi, al-khannâs adalah seseorang (termasuk jin)

yang tabiatnya adalah banyak berbuat al-khunûs.

Yang menarik untuk kita tadabburi: Nash Al-Qur'ân (surat al-Nâs) pertama

kali menyebutkan sifat: al-waswâs al-khannâs, lalu menjelaskan amal

(pekerjaan)-nya: al-ladzî yuwaswisu fî shudûr al-nâs, kemudian menjelaskan

jatidiri dan hakekat sang al-waswas al-khannâs, yaitu: min al-jinnah wa al-nâs

(dari kalangan jin dan manusia). Tata urutan seperti ini membangkitkan dan

memancing daya kesadaran (al-yaqzhah), ketertarikan (al-talaffut) dan

kwaspadaan (al-intibah) untuk menangkap kejelasan hakekat si al-waswas al-

khannâs, setelah untuk pertama kalinya surat al-Nâs telah menyebutkan

sifatnya pada awal kalimat, dan untuk menangkap cara kerjanya yang dengan

cara ini kejahatan dan keburukannya terealisir, dengan demikian, kita

bersiap-siap untuk menolak atau mengontrolnya!

Dan jiwa manusia, saat mengetahui – setelah adanya pembangkitan dan

penyadaran – bahwa al-waswas al-khannâs memasukkan bisikankannya ke

dalam dada manusia secara tersembunyi dan rahasia, dan bahwasanya

sosoknya adalah jin yang tidak terlihat, dan juga manusia-manusia yang

memasukkan bisikan ke dalam dada dengan tehnik penyusupan yang sama

yang dilakukan oleh jin dan syetan, saat jiwa manusia mengetahui hal ini,

niscaya ia akan bersiap sedia untuk membela dan mempertahankan diri, dan

6

ia telah mengetahui titik tersembunyi, pintu masuk dan jalan masuknya!

Bisikan yang dilakukan oleh jin, kita tidak mengetahui bagaimana hal itu

terjadi, akan tetapi, kita menemukan dampak-dampaknya dalam jiwa dan

kehidupan. Kita mengetahui bahwa peperangan antara nabi Adam `alaihi al-

salâm dan Iblis adalah peperangan yang terjadi pada masa yang sangat lama,

dan bahwasanya syetan telah mengumumkannya sebagai perang yang bertolak

dari tabiat buruk yang ada pada dirinya, dan juga bertolak dari kesombongan,

kedengkian dan kebenciannya kepada manusia! Dan bahwasanya ia telah

mendapatkan ijin dari Allah SWT! Lalu Allah SWT memberikan ijin kepadanya,

untuk suatu hikmah yang diketahui-Nya! Dan Dia tidak membiarkan manusia

telanjang tanpa senjata dalam menghadapi bisikan ini, pertama, Allah SWT

menjadikan keimanan sebagai perisai, lalu, menjadikan dzikir sebagai bekal

dan menjadikan isti`adâh sebagai senjata … maka, jika manusia lupa kepada

perisai, bekal dan senjatanya, maka, dia sendirinya yang berhak mendapatkan

celaan!

Dari Ibn Abbâs radhiyallâhu `anhumâ ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

ماثطَانُ جيفَإِ اَلش ،منِ آدلَى قَلْبِ ابع سوسإِذَا غَفَلَ وو ،سنالَى خعاَهللا ت رواه البخاري معلقا(ذَا ذَكَر.(

Syetan bertengger pada hati anak Adam, jika ia mengingat Allah SWT,

maka syetan mundur, dan jika ia lalai, syetan memasukkan bisikan. (H.R.

Bukhârî secara mu`allaq).

Sedangkan pelaku bisikan dari manusia, kita banyak mengenal jurus-jurus

mereka. Bahkan kita mengetahui bisikan yang lebih dahsyat dari pada bisikan

syetan!

• Ada teman-teman buruk yang menyusupkan keburukan dan kejahatan

ke dalam hati dan akal temannya mellaui cara yang tidak

diperhitungkan dan tidak diantisipasi, sebab ia adalah teman

terpercaya!

• Inner circle buruk yang selalu membisikkan keburukan kepada

pemegang kekuasaan, sehingga sang penguasa menjadi seorang

thaghût yang kejam, pembuat kerusakan di muka bumi,

menghancurkan sumber daya alam dan sumber daya manusia!

• Pengadu domba (provokator) dan penebar fitnah yang mempercantik

7

pembicaraan dan mengemasnya sedemikian rupa, sehingga tampak

seakan ia adalah kebenaran yang nyata yang tidak perlu diragukan.

• Pengobral kesenangan (syahawât) yang menyusup melalui celah naluri

dalam menggoda manusia, godaan yang tidak dapat ditolak kecuali

dengan kasadaran hati dan pertolongan Allah SWT.

Dan masih puluhan al-waswas al-khannâs yang terus menancapkan berbagai

jebakan dan menyembunyikannya, lalu memasukkannya melalui jendela-

jendela hati yang tersamar yang dikenal atau diketahui oleh mereka … dan

mereka ini lebih buruk dari jin dan lebih tersembunyi langkah-langkahnya!

Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menolak bisikan yang tersamar.

Karena inilah Allah SWT menunjukkan kepada mereka bekal, perisai dan

senjata yang harus dimiliki dalam rangka melakukan peperangan yang

mengerikan!

Ada lagi satu hal yang menarik untuk kita tadabburi, yaitu pensifatan al-

waswas dengan sifat al-khannâs. Sifat ini dari satu sisi menunjukkan betapa

tersembunyi dan tersamarnya hal ini, dan ia terus menunggu sampai

mendapatkan peluang terbuka di hadapannya, lalu ia merayap dan menyusup.

Dari sisi lain, sifat ini juga menunjukkan betapa lemah sifat ini di hadapan

orang yang selalu waspada dalam menghadapi makar dan membentengi pintu-

pintu masuk ke dalam dadanya, sebab, pelaku sifat ini – baik dari kalangan jin

ataupun manusia – jika dihadapi, maka ia akan mundur dan surut, dan ia akan

kembali ke tempat asal kedatangannya, mengurung diri dan bersembunyi,

atau sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah permisalan imaginer

dan detail:

).رواه البخاري معلقا(لَى خنس، وإِذَا غَفَلَ وسوس فَإِذَا ذَكَر اَهللا تعا

Maka jika manusia mengingat Allah SWT, maka syetan akan surut, dan jika

ia lali, maka syetan akan memasukkan bisikan. (H.R. Bukhari secara

mu`allaq).

Apa yang menarik ini memperkuat hati untuk menghadapi bisikan, sebab,

sang pembisik ini adalah khannâs yang lemah dalam berhadapan dengan bekal

yang dibawa seorang mukmin dalam peperangan ini.

Hanya saja, dari sisi lain, perang ini adalah peperangan berkepanjangan

8

yang tidak ada hentinya. Yang perlu kita catat adalah bahwa sang pembisik ini

selalu dalam posisi duduk menunggu dari jauh, menanti saat manusia lalai.

Kesadaran satu kali tidaklah berarti kesadaran berkali-kali .. peperangan ini

secara rutin terus terjadi, sampai hari kiamat, sebagaimana yang digambarkan

oleh Al-Qur'an di beberapa tempat yang lain, di antaranya adalah

penggambaran menarik yang ada dalam surat Al-Isrâ' ini:

7 8 [ U V W X Y Z [ \ ] ^ _ ` a b c d

e f g h i j k l m n o p q r s t u v w

x y z { | } ~ � ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨

© ª « ¬® ¯ ° ± ² ³ ´ µ ¶ ¸ ¹ º »¼ ½

¾ ¿ À Z ٦٥ - ٦١: اإلسراء

61. Dan (ingatlah), tatkala kami berfirman kepada para malaikat:

"Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis.

dia berkata: "Apakah Aku akan sujud kepada orang yang Engkau

ciptakan dari tanah?"

62. Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang

Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi

tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan Aku

sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".

63. Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang

mengikuti kamu, Maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah

balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.

64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan

ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan

pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada

harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang

dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka1.

1 maksud ayat Ini ialah Allah memberi kesempatan kepada Iblis untuk menyesatkan manusia

9

65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas

mereka. dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (Q.S. Al-Isrâ': 61 –

65)

Penggambaran tabiat peperangan dan pendorong-pendorong keburukan di

dalamnya ini – baik melalui syetan secara langsung atau pun melalui agen-

agennya dari kalangan manusia – semestinya menjadikan manusia merasa

bahwa dirinya selalu kalah, sebab Rabb-nya, Malik-nya dan Ilâh-nya

menguasai seluruh makhluqnya, maka, siapapun yang mengingat-Nya, maka ia

berada dalam posisi selamat dari kejahatan dan factor-faktor pendorongnya

yang tersamar. Jadi, yang terbaik adalah manakala manusia bersandar kepada

Yang Maha Kuat yang tidak ada kekuatan selain-Nya, dan kepada Hakekat yang

tidak ada hakekat selain-Nya, bersandar kepada Allah yang Rabb, Malik dan

Ilâh. Dan yang terburuk adalah manakala manusia bersandar kepada bisikan si

khannâs yang lemah saat dihadapi, surut saat bertemu dan kalah dalam

berhadapan dengan permohonan perlindungan kepada Allah SWT.

Dan hal ini adalah perpsepsi yang paling sempurna tentang sebuah hakekat

yang terkait dengan kebaikan dan keburukan ... sekaligus merupakan

penggambaran yang paling utama dalam membentengi hati dari kekalahan,

serta menopangnya dengan kekuatan, ketsiqahan dan ketenangan.

Sebagai penutup, kami sampaikan segala puji bagi Allah SWT, pada bagian

awal dan akhir penulisan tafsir ini, dengan-Nya segala ketsiqahan dan taufîq ..

dan Dia adalah Dzat tempat memohon pertolongan dan Dzat Yang Menolong ..

KETIGA: REFERENSI TA`ALLUM DZÂTÎ DAN PENGAYAAN 1. Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr, karya Ibn `Âsyûr.

2. Tafsîr Ibn Katsîr

3. Tafsîr al-Bahr al-Muhîth karya Abû Hayyân.

KEEMPAT: EFEKTIFITAS TARBAWI Upaya-upaya praktis yang bisa dilakukan, dalam rangka meningkatkan

efektifitas kajian surat al-Nâs, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengenalkan tabiat pertarungan antara keimanan dan kekufuran.

dengan segala kemampuan yang ada padanya. tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.

10

2. Memperkuat keimanan dan ketsiqahan kepada Allah SWT

3. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.

4. Meminta perlindungan kepada Allah SWT semata dari bisikan al-khannâs

yang jin maupun yang manusia.

5. Melakukan kajian surat al-Nâs di masjid, baik dari sisi tilawah, tajwid

maupun tafsir.

6. Mewaspadai metode penebar fitnah, orang-orang munâfiq, dan penjaja

kesenangan (syahawât), baik yang dilakukan melalui suara, gambar

maupun kosa kata, yang terbaca maupun yang terdengar.

7. Memperbanyak ketaatan, khususnya rukun-rukun Islam dan ibadah-

ibadah sunnah.

KELIMA: UJIAN DAN PENILAIAN 1. Kepada siapakah seorang muslim meminta perlindungan? Serta dari

pihak manakah ia meminta dilindungi, sebagaimana dijelaskan surat al-

Nâs?

2. Apa hikmah dari pengkhususan penyebutan tiga sifat Allah SWT terkait

dengan permohonan perlindungan dari keburukan bisikan: Rabb al-nâs,

Malik al-nâs, Ilâh al-nâs)? Dan pelajaran apa yang bisa diambil dari

urutan ini?

3. Apa rahasia "penyandaran" kata al-nâs kepada Rabb, Malik, dan Ilâh,

padahal kita mengetahui bahwa Allah SWT adalah Rabb, Malik, dan Ilâh

segala sesuatu?

4. Pada tiga ayat terakhir terdapat urutan peristiwa dan pentahapan yang

menarik, pelajaran apa yang bisa diambil dari hal ini? Jelaskan!

5. Apa yang kita ketahui dari bisikan syetan dari jin? Dan bagaimana cara

kita menolak bisikan ini?

6. Para pembisik dari kalangan manusia ada beberapa golongan, sebutkan

dan jelaskan, bagaimana cara kita melindungi diri dari bisikan-bisikan

ini?

7. Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari pensifatan al-waswas dengan al-

khannâs?

11

8. APa tabiat peperangan antara Iblis dan agen-agennya dari kalangan

manusia di satu sisi dan hamba-hamba Allah yang beriman dari sisi yang

lain?

9. Penggambaran seperti apakah yang paling sempurna dan utama tentang

hakekat kebaikan dan keburukan?

10. Dengan apa seorang muslim menghadapi berbagai kekuatan keburukan,

baik yang nyata maupun tersamar?

KEENAM: NILAI-NILAI TARBAWI 1. Mengajarkan aqidah yang benar kepada manusia

2. Meminta perlindungan kepada Allah yang Rabb, Malik, dan Ilâh

manusia.

3. Mengenali dengan baik bisikan-bisikan syetan dan cara menolaknya

dengan berta`awwudz darinya.

4. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.

5. Menjauhi para penebar fitnah, pengadu, penjilat, orang-orang munâfiq

dan para penjual kesenangan dan meminta perlindungan Allah SWT dari

mereka.

6. Memperkuat keimanan kepada Allah SWT.

7. Melakukan wirid qur'ânî dan menjaga disiplin dzikir pagi dan petang.

8. Menghadapi berbagai kekuatan keburukan yang nyata dengan cara-cara

yang nyata pula, seperti: berlatih, mempersiapkan bekal, memandulkan

sarana-sarana keburukan, mewaspadai penipuan dan memohon

perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan dan bisikan mereka.

9. Menghadapi berbagai kekuatan keburukan yang tersamar dengan

berlindung secara sempurna ke dalam "benteng" Allah SWT yang sangat

kokoh dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya, dan dengan penuh

kekhusyu`an saat beribadah, dzikir dan doa.