take home science uas
DESCRIPTION
science in nursingTRANSCRIPT
1CIRCLE OF CONTAGIOUSNESS DARI TEORI KEPERAWATAN DOROTHEA E. OREM (SELF CARE THEORY) ;
2ASPEK YANG DIPERHATIKAN DALAM PENERAPAN TEORI KEPERAWATAN DI INSTITUSI PENDIDIKAN KEPERAWATAN;
3KASUS DAN PEMBAHASAN MENGGUNAKAN RANCANGAN APLIKASI MODEL BETTY NEUMAN (HEALTH CARE SYSTEM)
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Take Home ExaminationMata Kuliah : Science In Nursing
Dosen Pengampu : Ibu Elsi Dwi Hapsari, S.Kp, M.S D.S
OLEH :
I GUSTI AYU PRAMITARESTHI (NIM. 13/351427/PKU/13614)
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2014
1
PRAKATA
Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan take home examination mata kuliah
Science In Nursing ini tepat pada waktunya.
Adapun penyelesaian laporan take home examination Science In Nursing
ini diharapkan dapat memberikan konstribusi di dunia keperawatan khususnya
pemahaman teori dalam keperawatan dan menjadi acuan untuk laporan
selanjutnya. Selain itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tugas laporan mata kuliah Science In Nursing
ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun dalam penyusunan kata-kata.
Oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan kritik
yang membangun.
Akhirnya, semoga laporan tugas mata kuliah Science In Nursing ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Yogyakarta, Januari 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................................................................2
I. CIRCLE OF CONTAGIOUSNESS DARI TEORI KEPERAWATAN
DOROTHEA E. OREM (SELF CARE THEORY).............................................4
A. Biografi.........................................................................................................4
B. Konsep Teori Keperawatan Dorothea E.Orem (Self Care Theory)..............6
C. Circle of Contagiousness dari Teori Keperawatan Dorothea E. Orem (Self
Care Theory).........................................................................................................8
II. ASPEK YANG DIPERHATIKAN DALAM PENERAPAN TEORI
KEPERAWATAN DI INSTITUSI PENDIDIKAN KEPERAWATAN.........12
A. Latar Belakang Teori Keperawatan............................................................12
B. Aspek yang Diperhatikan dalam penerapan Teori Keperawatan diInstitusi
Pendidikan Keperawatan....................................................................................15
III. KASUS DAN PEMBAHASAN MENGGUNAKAN RANCANGAN
APLIKASI MODEL BETTY NEUMAN (HEALTH CARE SYSTEM).......18
A. Pembahasan.................................................................................................19
B. Kesimpulan.................................................................................................29
3
I. CIRCLE OF CONTAGIOUSNESS DARI TEORI KEPERAWATAN DOROTHEA E. OREM (SELF CARE
THEORY)
A. Biografi
Dorothea E. Orem adalah salah satu pakar teori keperawatan
yang terkenal di Amerika. Beliau lahir di Baltimore, Maryland pada
tahun 1914. Ayahnya seorang pekerja bangunan dan ibu hanya sebagai
seorang ibu rumah tangga, anak kedua dari dua bersaudara. Beliau
memulai karirnya sebagai seorang perawat di Providence di Washington
DC. Lulus Sarjana Muda tahun 1930. Lulus Master tahun 1939
pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas Katolik di
Amerika selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf
perawat, perawat tugas pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan
sebagai konsultan (1970) (Arista, 2010).
Adapun daftar pengalaman beliau sebagai berikut :
1. Menyelesaikan B.S.N Ed. tahun 1939, dan M.S.N Ed. tahun 1945,
keduanya di Chatolic University of America
2. Tahun 1958–1959, sebagai konsultan di departemen kesehatan di
bagian pendidikan kesejahteraan dan berpatisipasi pada proyek
pelatihan perawatan
3. Tahun 1959, konsep perawatan beliau dipublikasikan untuk
pertama kali
4
4. Tahun 1965, Beliau bergabung dengan Universitas Katolik di
Amerika membentuk model teori keperawatan komunitas
5. Tahun 1968, membentuk kelompok konferensi perkembangan
keperawatan, menghasilkan kerjasama tentang perawatan dan
disiplin keperawatan
6. Tahun 1971, Beliau mengembangkan konsep keperawatan tentang
perawatan diri sendiri dan dipublikasikan dalam keperawatan
7. Honorary Doctorates: Doctor of Science dari Georgetown
University pada tahun 1976, dan dari Incarnate Word College in
San Antonio, Texas pada tahun 1980 dan gelar penghargaan dari
alumni Universitas Katolik tentang teori keperawatan, Di tahun ini,
beliau mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi
pertama diperluas pada tingkat keluarga, kelompok dan masyarakat
8. Tahun 1988, Doctor of Humane Letters dari Illinois Wesleyan
University, Bloomington, Illinois
9. Tahun 1985, Beliau mempublikasikan buku kedua yang berisi
tentang tiga teori, yaitu : teori self-care, teori self-care defisit, dan
teori nursing system
10. Tahun 1998, Doctor Honoris Causae, University of Missouri-
Columbia
11. Dr. Dorothea E Orem terus mengembangkan teori ini dan akhirnya
dapat menyelesaikan sampai edisi ke enam buku berjudul “Nursing
: Concept of Practice”, yang kemudian dipublikasikan Mosby pada
Januari 2001.
Orem meninggal pada usia 92 tahun, setelah bebaring lama di
tempat tidur. Beliau meninggal pada hari jumat, tanggal 22 Juni 2007 di
kediamannya di Pulau Skidaway, Georgia. Makalah-makalah dan
presentasi Orem memberikan wawasan luas mengenai praktek
keperawatan, pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan. Beberapa
dari makalahnya tersedia untuk para ahli keperawatan dalam bentuk
kompilasi yang di edit oleh Rappening dan Taylor (2003). Tulisan atau
5
makalah Orem yang lain bersama rekan-rekannya diarsipkan di John
Hopkins University (Arista, 2010).
B. Konsep Teori Keperawatan Dorothea E.Orem (Self Care Theory)
Dari beberapa model konsep keperawatan yang terkenal maka
salah satunya adalah Dorothea E. Orem. Beliau memperkenalkan model
self care. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini dan
mempublikasikannya dengan judul "Nursing Conceps of Practice Self Care"
(Orem, 2001).
Dalam teori self care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri
merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan
meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia
membutuhkan bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya
kembali. Teori ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana
perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat
dirinya sendiri dan bukan menempatkan klien pada posisi bergantung karena
self care merupakan perilaku yang dapat dipelajari (Orem, 2007).
Orem mengembangkan Teori Keperawatan Self-Care Deficit
(teori umum) terdiri dari 3 teori yang saling berhubungan, yaitu : (1) Theory
Self-Care (2) Theory Self-Care Deficit (3) Theory of nursing systems.
Aspek label perawatan diri defisitnya teori keperawatan sebagai teori
umum terdiri dari tiga teori berikut terkait :
1. Theory Self-Care (teori perawatan diri), yang menjelaskan
mengapa dan bagaimana orang-orang merawat diri sendiri
2. Theory Self-Care Deficit (teori defisit perawatan diri), yang
menggambarkan dan menjelaskan mengapa orang dapat dibantu
melalui keperawatan
3. Theory of nursing systems (teori sistem keperawatan), yang
membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat dipenuhi
oleh perawat, pasien atau keduanya.Nursing sistem ditentukan atau
6
direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan
pasien untuk menjalani aktifitas "Self Care".
Didalam tiga teori tersebut dimasukkan enam konsep sentral dan
satu konsep tambahan. Konsep sentral tersebut adalah: konsep self-care,
unsur self-care, kebutuhan self-care yang terapeutik, self-care deficit,
unsur keperawatan dan sistem keperawatan, sebagaimana konsep
tambahan dari faktor-faktor kondisi dasar yang paling penting untuk
memahami teori umum Orem.
Asumsi utama dari teori Orem adalah :
Setiap orang harus mandiri dan bertanggung jawab terhadap
perawatan dirinya dan orang lain dalam keluarganya yang
memerlukan perawatan
Setiap orang memliki karakter yang berbeda-beda
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang melibatkan
interaksi antara pasien dan perawat maupun tenaga kesehatan
lainnya
Keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan diri merupakan
pencegahan primer terhadap terjadinya suatu keadaan sakit
Pengetahuan seseorang tentang hal-hal yang berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang sangat dibutuhkan untuk
mempromosikan tentang pentingnya perilaku merawat diri.
Tujuan keperawatan pada model Orem secara umum adalah :
a. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit
b. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk
memenuhi tuntutan self care
c. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk
memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan,
oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
7
d. Jika ketiganya diatas tidak tercapai perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien (Andriany, 2007).
C. Circle of Contagiousness dari Teori Keperawatan Dorothea E. Orem
(Self Care Theory)
Teori Orem merupakan suatu teori keperawatan umum atau
secara spesifik disebut dengan Self-Care Deficit Nursing Theory. Teori ini
merupakan satu teori yang cukup mudah dipahami dan banyak peneliti
yang melakukan penelitian pada teori self care ini. Akan tetapi, teori yang
baik harus selalu dikembangkan, diteliti, dan siap diuji mengenai
kelebihan dan kekurangannya agar terus dapat dikembangkan dalam
praktik keperawatan khususnya teori self care milik Orem ini (Aligood,
2010).
Ada beberapa teori yang digunakan untuk mengevaluasi atau
mengkritik suatu teori yang telah ada. Salah satunya adalah teori kritik
yang dikemukakan oleh Afaf Ibrahim Meleis. Afaf menjelaskan mengenai
suatu model untuk mengevaluasi sebuah teori dengan menggunakan
beberapa kriteria antara lain adalah hubungan struktur dan fungsi
(relationship between structure and function), diagram teori (diagram of
theory), lingkaran penyebaran (circle of contagiousness), kegunaan
(usefulness) dan komponen eksternal (external component). Adapun alasan
dalam mengevaluasi teori ini adalah untuk menentukan teori mana yang
sesuai untuk digunakan sebagai kerangka kerja untuk kerja, penelitian,
pendidikan, administrasi, atau konsultasi serta mencapai perubahan yang
positif untuk pengembangan teori dan lainnya (Muhlisin, 2010).
Dalam makalah ini teori Orem akan dievaluasi dari sisi
lingkaran penyebaran (circle of contagiousness).
Circle of Contagiousness mengandung pengertian apakah teori
yang dibahas di adopsi oleh teoris-teoris yang lain atau tidak (Meleis,
8
1991) dan juga harus dilihat lokasi geografis dimana teori berasal dan
sampai mana teori tersebut menyebar dan juga jenis institusi apa yang
mengadopsi teori ini. Adapun pembagian evaluasinya yaitu :
1. Geografi Dan Asal Penyebaran Teori (Geographical Origin Of
Theory and Geographical Spread)
Selama tahun 1958-1959, Dorothea E. Orem sebagai
seorang konsultan pada bagian pendidikan Departemen Kesehatan,
Pendidikan dan Kesejahteraan serta berpartisipasi dalam suatu
proyek pelatihan peningkatan praktek perawat (vokasional).
Pekerjaan ini menstimulasi Orem untuk membuat suatu pertanyaan :
“Kondisi apa dan kapan seseorang membutuhkan pelayanan
keperawatan?” Orem kemudian menekankan ide bahwa seorang
perawat itu adalah “Diri Sendiri”. Ide inilah yang kemudian
dikembangkan dalam konsep keperawatannya “Self Care”. Pada
tahun 1959 konsep keperawatan Orem ini pertama sekali
dipublikasikan (AIPGG, 2008).
Tahun 1965 Orem bekerjasama dengan beberapa anggota
fakultas dari Universitas di Amerika untuk membentuk suatu Komite
Model Keperawatan (Nursing Model Commitee). Tahun 1968 bagian
dari Nursing Model Commitee termasuk Orem melanjutkan
pekerjaan mereka melalui Nursing Development Conference Group
(NDCG). Kelompok ini kemudian dibentuk untuk menghasilkan
suatu kerangka kerja konseptual dari keperawatan dan menetapkan
disiplin keperawatan Orem.
Kemudian Orem mengembangkan konsep keperawatanya
“self care” dan pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing; Concepts
of Practice. Pada edisi pertama fokusnya terhadap individu,
sedangkan edisi kedua (1980), menjadi lebih luas lagi meliputi multi
person unit (keluarga, kelompok dan masyarakat). Edisi ketiga
(1985) Orem menghadirkan General Theory Keperawatan dan pada
9
edisi keempat (1991) Orem memberikan penekanan yang lebih besar
terhadap anak-anak, kelompok dan masyarakat.
Beberapa Negara yang memperkenalkan teori ini adalah
Swiss, Jerman dan Negara-negara Eropa lainnya. Teori Orem
dijadikan penelitian dan sebagai literature seperti botschafter and
Moers tahun 1991 di Jerman, Strunk and Osterbrink tahun 1995 di
Swiss dengan artikel Use SCDNT (Self Care Deficit Nursing Theory)
in variety nursing practice setting (Andriany, 2007).
Teori Orem ini juga telah menjadi bagian dari kurikulum
keperawatan. Terdapat dokumentasi mengenai penggunaan kerangka
teori Orem sebagai panduan kurikulum untuk keperawatan program
diploma di Methodist Medical Center of Illinois di Peoria, Illinois,
program tingkat keperawatan asosiasi dan program sarjana muda di
George Mason University di Fairfax, Virginia, Georgetown
University di Washington, DC. Di Belanda dan Belgia pada tahun
1991 yaitu di Institut fur weiderbildung in der krankenpflge (IWK)
Delmenhorst. Pada tahun 2008, beberapa sekolah di Amerika
mengikuti SCDNT sebagai kerangka kerja dalam kurikulumnya
(Anderson Collage, University of Toledo Collage of Nursing, 2008).
Kemudian kerangka teori Orem telah digunakan dalam
pengaturan administrasi di klinik perawat Johns Hopkins Hospital di
Baltimore, Maryland, sebagai dasar untuk penataan praktek
keperawatan dan peran dan fungsi perawat di Rumah Sakit
Methodist Mississippi dan Pusat Rehabilitasi sejak 1976 dan juga
penataan praktik keperawatan di Pusat Rehabilitasi Betty Bachrach
Imunologi dan Kedokteran Pernafasan di Denver, Colorado (Martin,
2005).
2. Pengaruh dari Teori Lainnya ( Influence of theorist vs theory )
Teori Orem merupakan hasil murni dari pemikiran
Theorist Dorothea E. Orem. Teori yang bernama Self Care muncul
10
saat beliau berpartisipasi dalam suatu proyek pelatihan peningkatan
praktek perawat (vokasional).
Teori ini tanpa adopsi atau tanpa pengaruh dari cabang
ilmu pendidikan lain seperti kedokteran dan sosiologi. Beliau
membuktikan bahwa dari cabang ilmu keperawatan juga bisa
memuculkan teori keperawatan yang berperan dalam kurikulum
pendidikan keperawatan.
Daftar Pustaka
AIPPG. 2008. Orem’s Theory, diakses tanggal 18 Januari 2014 dari : http://currentnursing.com/nursing_theory/self_care_deficit_theory.htm
Alligood, R Martha. 2010. Nursing Theory : utilization & Aplication. Fourth edition. Mosby Elsever.
Andriany, M. 2007. Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna Wisma (Studi Literatur) (The Application of Orem’s Self Care Deficit in Homeless Setting), 1 (1).
Ariesta. 2010. Teori Keperawatan Orem, diakses tanggal 18 Januari 2014dari : http://ariestaqyu.student.umm.ac.id/2010/01/29/teori-orem/
Martin, Elaine. 2005. Dorothea E. Orem’s Self-Care Deficit Theory, diakses tanggal 18 Januari 2014 dari : http://DorotheaE.Orem’sTheory-1.pdf.
Muhlisin, Abi, Irdawati. 2010. Teori Self Care Dari Orem Dan Pendekatan Dalam Praktek Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan Issn 1979-2697, Vol. 2. No. 2. Juni 2010, 97-100
Orem, DE (2001). Nursing Concept of Practice. The C.V. Mosby Company. St Louis
Orem, Dorothea E, 2007. Dorothea Orem Nursing Theory, diakses tanggal 18 Januari 2014 dari : http://faculty.ucc.edu/nursing-gersave/Orem
11
II. ASPEK YANG DIPERHATIKAN DALAM PENERAPAN TEORI KEPERAWATAN DI INSTITUSI PENDIDIKAN
KEPERAWATAN
A. Latar Belakang Teori Keperawatan
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan
berbagai pengetahuan, konsep dan prinsip dari berbagai kelompok ilmu.
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan
teori keperawatan yang sudah dimunculkan (Gaffar, 1999).
Para perawat menggunakan dasar ilmu pengetahuan sebagai
pedoman untuk rasionalisasi yang dikembangkan oleh perawat sendiri,
sehingga para perawat dapat mengetahui apa, mengapa dan bagaimana
asuhan keperawatan harus dilaksanakan atau diberikan kepada klien.
Keberhasilan seorang perawat profesional dalam memberikan pelayanan
keperawatan sangat tergantung pada kemampuannya mensintesis berbagai
ilmu tersebut dan mengaplikasikannya kedalam suatu bentuk pelayanan
profesional (Potter, 2005).
Sejauh ini kita telah menekankan pendapat bahwa pengetahuan
merupakan aspek penting yang sangat vital dari keperawatan. Setiap hal
yang kita lakukan sebagai perawat dilaksanakan berdasarkan pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-
pengalaman sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam
bangunan yang teratur. Ilmu pengetahuan yang ada ini sebagian terdiri dari
pengetahuan-pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui penelitian,
akan tetapi sebagian lagi masih berbentuk pengetahuan yang masih
12
disangsikan kebenarannya, yang masih memerlukan pengujian melalui
penelitian lebih lanjut.
Untuk memadukan ilmu pengetahuan yang harmonik dalam
bangunan yang teratur diperlukan batang tubuh ilmu pengetahuan yang
merupakan dasar ilmu pengetahuan yang memberikan rasional-rasional
mengenai segala sesuatu yang dikerjakan oleh perawat. Batang tubuh ilmu
pengetahuan tersebut dibentuk melaui filosofi, konsep-konsep, teori-teori
dan proses.
Ide-ide dan teori-teori tersebut merupakan dasar pada beberapa
konsep-konsep keperawatan dan merupakan bagian dari literatur
keperawatan. Para perawat harus memahami teori-teori dan istilah tersebut,
sehingga mampu mengembangkan pengetahuan di bidang keperawata.
Teori-teori tersebut diantaranya adalah teori sistem, stres adaptasi, teori
perkembangan dan lain sebagainya yang mendukung keperawatan (Alimul,
2006).
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola
yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa
atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang
absolut atau bukti secara langsung. Yang dimaksud teori keperawatan
adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena
mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam
menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep
keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Parse, 1990; Marriner-Torney, 1994; Chinn dan Jacobs, 1995)
Teori Keperawatan merupakan usaha untuk menyusun suatu
model konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini
mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri, yang
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat
13
dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti
adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model (Potter, 2005).
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci
perkembangan ilmu keperawatan dalam perkembangan profesi keperawatan
memiliki tujuan yang ingin dicapai diantaranya :
1. Dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang
dihadapi dalam pelayanan keperawatan
2. Membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai
pengetahuan
3. Membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan
memberikan arah yang jelas
4. Memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan.
Dengan mengembangkan teori-teori keperawatan akan mampu memperbaiki
otonomi keperawatan, dengan dasar-dasar pemikiran sebagai berikut :
1. Teori keperawatan terdiri dari batang tubuh pengetahuan
khusus,yang dapat dijadikan sebagai dasar oleh perawat dalam
membuat keputusan untuk memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan
2. Tindakan keperawatan berdasarkan atas rasional yang dapat diterima
secara luas, dapat dipercaya dan masyarakat akan mengakui
3. Dengan teori-teori keperawatan, asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien hasilnya akan tanpak nyata
4. Adanya teori keperawatan, pelayanan keperawatan dapat dibedakan
dengan praktek yang dilakukan oleh profesi kesehatan lain.
B. Aspek yang Diperhatikan dalam penerapan Teori Keperawatan
diInstitusi Pendidikan Keperawatan
14
Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat
diaplikasikan dalam bentuk pelayanan profesional yang berbentuk bio-
psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Didalam sebuah institusi pendidikan pastinya memerlukan dasar
sebagai konsep pembelajaran. Dasar tersebut dapat berasal dari teori-teori
yang telah dikemukakan oleh para ahli dibidang tersebut. salah satunya
institusi pendidikan perawat yang mencetak calon-calon perawat dalam
setiap proses pembelajarannya selalu berpedoman pada teori-teori dari
para teorist keperawatan (Ali H, 2001).
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan
suatu teori keperawatan diinstitusi pendidikan perawat adalah sebagai
berikut :
1. Teori-teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan
konsep–konsep khusus yang berhubungan dengan keperawatan dan
hal-hal nyata yang berhubungan dengan konsep-konsep tersebut.
Teori keperawatan harus memenuhi karakteristik dasar sebagai
berikut :
a. Teori keperawatan harus berdasarkan kenyataan-kenyataan
yang ada dalam alam ini, yang dapat digunakan berdasarkan
alasan-alasan dan hubungan-hubungan yang dikembangkan
dengan menggunakan rangkaian pada kenyataan
b. Teori keperawatan harus selalu konsisten sebagai
dasar asumsi yang digunakan untuk mengembangkannya
c. Teori keperawatan harus sederhana dan bersifat umum,
sehingga dapat dipergunakan pada berbagai macam situasi
praktek keperawatan dengan jangkauan luas
15
d. Teori-teori keperawatan harus dapat dipakai sebagai dasar
penelitian dan akhirnya dapat digunakan sebagai pedoman dan
perbaikan praktek keperawatan.
2. Ada empat konsep yang harus terdapat pada teori-teori
keperawatan yang mempengaruhi dan menentukan praktek
keperawatan dan biasanya disebut paradigma keperawatan. Empat
konsep tersebut antara lain adalah manusia, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan
3. Teori keperawatan harus dapat membantu para perawat untuk
memahami pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan dalam
pemberian asuhan keperawatan, memberikan dasar untuk diskusi
danpenyelesaian masalah-masalah keperawatan
4. Teori keperawatan harus dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penyelesaian masalah, sehingga tindakan keperawatan mempunyai
tujuan dapat dikoordinir dan dapat dipertimbangkan
5. Teori keperawatan harus dapat dijadikan sebagai dasar asumsi dan
filosofi keperawatan, sehingga pengetahuan dan pemahaman
tentang keperawatan bagi para perawat dapat meningkat.
Kemudian terdapat pula aspek lainnya yang harus diperhatikan
dalam penerapan suatu teori keperawatan di institusi pendidikan
keperawatan yaitu :
1. Tujuan
Teori Keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu
tahapan dalam meninmgkatkan kualitas asuhan Keperawatan kepada
klien
2. Sistematika
Menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai
suatu tujuan. Menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan
institusi pelayanan kesehatan atau keperawatan.
3. Dinamik
16
Teori keperawatan ditujukan dalam mengatasi masalah–masalah
fenomena pada kesehatan atau perawatan klien
4. Fleksibel
Dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun,
spesialisasi yang berhubungan dengan individu, kelompok, atau
masyarakat
5. Bersifat Teoritis
Ilmu dan model Keperawatan yang berlandaskan pada Filosofi
keperawatan.
Penerapan teori keperawatan dalam institusi pendidikan dan praktek
keperawatan harus ada kesepakatan antara para pengajar dan perawat
mengenai apa itu keperawatan dan bagaimana teori tersebut dapat
dilaksanakan, sehingga para perawat nantinya mendapatkan petunjuk
untuk menentukan tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan
sehingga pada akhirnya pemberian asuhan dapat terus ditingkatkan
mutunya.
Daftar Pustaka
Potter, Patricia A, Perry, Anne Griffin. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta
: EGC
Alimul H, A. Aziz. 2006. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Gaffar S.kp, La Ode Jumadi. 1999. pengantar keperawatan professional. Jakarta :
EGC
Ali H, Zaidin. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Professional. Jakarta : Widya
Medika
17
III. KASUS DAN PEMBAHASAN MENGGUNAKAN RANCANGAN APLIKASI MODEL BETTY NEUMAN
(HEALTH CARE SYSTEM)
Kasus :
Kasus yang akan dipaparkan merupakan kejadian nyata yang ditemukan
penulis di tatanan pelayanan kesehatan yaitu di Poli Kebidanan RSUP
Sanglah Denpasar, tanggal 23 Desember 2011 ( sewaktu penulis sebagai
mahasiswa profesi).
Nyonya A seorang ibu rumah tangga berumur 28 tahun datang bersama
suaminya ke poli kebidanan sebuah RSUP Sanglah Denpasar dengan
keluhan nyeri panggul skala 8, spotting, wajah pucat, seperti nyeri di
perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek yang tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi
menjadi sukar diraba karena lembek. Pada pemeriksaan vaginal, timbul
nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada
perabaan Berdasarkan diagnosa sebelumnya Nyonya A dikatakan hamil
dengan usia kehamilan 8-10 minggu. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG
didapatkan : tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, adanya
kantung kehamilan di luar kavum uteri, adanya massa komplek di rongga
panggul. Berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa setahun yang lalu
Nyonya A memiliki riwayat abortus. Nyonya A didiagnosis mengalami
Kehamilah Ektopik dan harus segera dilakukan operasi pengangkatan
kehamilan tersebut sebelum pecah dan berbahaya. Nyonya A dan suami
tampak syok mendengar kabar tersebut karena ini merupakan kehamilan
18
yang diharapkan setelah setahun yang lalu mengalami keguguran. Nyonya
A dan suami telah menikah selama 5 tahun dan belum dikaruniai anak.
Nyonya A tampak sedih akan kehilangan janinnya lagi serta cemas dan
gelisah akan tindakan medis yang dijalaninya. Tim medis pun
menginginkan agar Nyonya A dalam kondisi tenang terlebih dahulu agar
tindakan operasi tidak mengalami kendala.
( nb : nama pasien dirahasiakan)
A. Pembahasan
Pada kasus di atas, ada perasaan syok, cemas yang berujung
pada duka cita dari pasangan tersebut yang memiliki karakteristik yang
kompleks. Misalnya, sang ibu berduka karena calon bayinya tidak bisa
dipertahankan (kehilangan interpersonal), atau hilangnya harapan terhadap
kehamilan yang telah ditunggu-tunggu(kehilangan intrapersonal), atau
barangkali merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak
sesuai harapan mereka (kehilangan ekstrapersonal).
Ketika kita akan menentukan tingkat pengaruh kehilangan pada
diri seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari perasaan kehilangan
tersebut pada kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka mengatasi
mengatasi kesedihannya, atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut
mengenai kehilangan. Secara umum kita akan mengkaji fungsi dari masing-
masing garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, garis
perlawanan, dan struktur dasar. Pengkajian harus meliputi banyak aspek,
meliputi : aspek fisiologis, spiritual, psikologis, perkembangan, dan sosial
budaya (Haggart,1993).
Untuk membantu pasangan tersebut mencapai rekonstitusi,
dukungan interpersonal dan ekstrapersonal merupakan tiga hal penting yang
perlu dikaji. Siapakah anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan
positif?. Apakah sistem pendukung secara kultural dapat diterima oleh
pasangan trsebut?. Setiap orangtua akan memberikan reaksi yang berbeda,
19
tergantung pada struktur dasar yang dimilikinya. Sebuah penelitian telah
membuktikan adanya perbedaan respon berdasarkan gender terhadap
perasaan kehilangan pada masa perinatal, maka respon terhadap pengalaman
duka cita bagi masing-masing orang tidak akan sama termasuk rentang
waktu pemulihannya pun berbeda. Perbedaan dalam proses duka cita tentu
akan memberikan stres tambahan diantara para orangtua. Selanjutnya,
faktor-taktor ekstrapersonal berpotensi memberikan dampak bagi mereka.
Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan pemecahan masalah
yang sesuai adalah melalui model Betty Neuman (Health Care System). Hal
ini dikarenakan, Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh yang
merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka.
Bagi Neuman manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks
yang dinamis dan fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan yang
berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka manusia
berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan yang
digambarkan sebagai stressor (Alligood, 2010).
Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang
mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien.
Lingkungan eksternal terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari luar diri
klien (interpersonal). Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien
untuk menciptakan lingkungan yang aman,yang mungkin terbentuk oleh
mekanisme yang didasari maupun yang tidak didasari. Tiap lingkungan
memiliki kemungkinan terganggu oleh stressor yang dapat merusak sistem.
Model Neuman mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan
ekstrapersonal.
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia
secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga
dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang
optimal. Perawat mengkaji, mengatur dan mengevaluasi sistem klien.
Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien
terhadap stressor. Tindakan perawat terdiri dari pencegahan primer,
20
sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berfokus pada peningkatan
pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial
dan aktual terjadi akibat stressor tertentu. Pencegahan sekunder berfokus
pada penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas
dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak. Sedangkan
pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari
pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh
terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk membantu dalam
mencegah terjadinya masalah yang sama (Demirbagm, 2012).
Komponen utama dari model Neuman ini adalah adanya stres
dan reaksi terhadap stres. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka
yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola
organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka
kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau
kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan (Fawcett, 2005).
Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas
sistem secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi
revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk
memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara
berbagai faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk
mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai
stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor
bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat
diidentifikasi ( Dochterman, 2004).
Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan
pendekatan. Yang termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah :
1. Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman
tentang tekanan yaitu :
Intra Personal : Secara individu atau perorangan
21
Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang
lain lebih dari satu
Ekstra Personal : Di luar individu
2. Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas
3. Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan
4. Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di
batas normal.
5. Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
6. Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7. Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8. Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
a. Pencegahan primer : Sebelum terjadi tindakan
b. Pencegahan sekunder : Ketika terjadi tindakan
d. Pencegahan tersier : Adaptasi atau pengaruh kerusakan
9. Penyesuaian Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal, intra
personal dan ekstra personal (Diana, 2012).
Dalam kasus diatas makan sesuai model Betty neuman, akan
melalui fase asuhan keperawatan. Setelah dilakukan pengkajian secara
menyeluruh, selanjutnya tahapan perencanaan, intervensi, dan evaluasi akan
menggunakan proses yang sama. Perangkat penilaian akan mengukur hal-
hal yang akan berdampak secara khusus pada aspek-aspek fisiologis,
psikologis rohani, sosial budaya, dan perkembangan. Misalnya aspek sosial
22
budaya akan mempengaruhi jenis intervensi yang bisa diterima oleh
keluarga. Kehilangan pada masa perinatal merupakan suatu pengalaman
yang sangat pribadi bagi banyak orang. Pemahaman mengenai arti dari
pengalaman pribadi akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menentukan intervensi yang spesifik dan terbaik. Intervensi terhadap
gangguan fisiologis yang dapat menghalangi proses rekonstitusi bisa juga
diberikan tergantug kondisi klien, misalnya perubahan pola tidur, nutrisi,
dan sebagainya. Selanjutnya, perawat perlu mempertimbangkan aspek
perkembangan seseorang dari perasaan berduka. Intervensi yang sesuai
untuk ibu muda primigravida tentunya akan sangat berbeda dengan ibu yang
telah memiliki anak sebelumnya.
Adapun garis besar bentuk asuhan keperawatan Nyonya A
adalah :
1. Pengkajian
a. Anamnesis dan gejala klinis
Gejala dan tanda kehamilan muda
spotting
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Mulut : bibir pucat
Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
Ekstremitas : dingin
Palpasi
Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
23
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
Pemeriksaan fisik umum:
Pasien tampak anemis dan sakit
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
Daerah ujung (ekstremitas) dingin
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas
darah, nyeri saat perabaan.
3. Pemeriksaan khusus:
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Kavum douglas menonjol dan nyeri
Mungkin tersa tumor di samping uterus
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uteris kanan dan kiri
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang
dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium
Hematokrit
24
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal
yang terjadi.
Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.
Leoukosite 15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan
pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin,
peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua
hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal.
Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu
masalah seperti kehamilan ektopik.
5. Pemeriksaan ultrosonografi (USG).
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang,
baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
Adanya massa komplek di rongga panggul
6. Laparoskopi : peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik
sudah diganti oleh USG
7. Laparotomi : Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu
dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
8. Kuldosintesis : Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi
transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum
Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya
perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara
pemeriksaan lain.
25
9. Persepsi dan Nilai : Pasien syok, sedih akan keadaanya serta cemas dan
gelisah akan tindakan medis yang akan dilaluinya. Tim medis
mengharapkan pasien tenang sebelum dan setelah operasi nanti.
Diagnosa keperawatan berhubungan dengan stressor psikologis sesuai
pendekatan model Betty Neuman yang muncul pada kasus sebagai
berikut :
1. Duka cita berhubungan dengan kehilangan bagian dan proses tubuh
(kehamilan) ditandai dengan hasil pemeriksaan endovaginal scan,
tidak menunjukan adanya gestasi intrauterine, pasien sedih dengan
kondisinya
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
ditandai dengan pasien cemas, gelisah, tidak tenang (NANDA, 2012).
No. Dx Kriteria hasil Intervensi
1. Duka cita Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama …
24 jam diharapkan duka
cita berkurang dengan
kriteria hasil :
NOC label : Coping
Pasien mampu
mengidentifikasi
pola koping
efektif
Pasien mampu
mengontrol
kenyamanan
Pasien mampu
beradaptasi
terhadap
NIC label : Grief Work
Facilitation
Identifikasi
kehilangan
Dengarkan
perasaan berduka
Sampaikan
pernyataan empati
Berikan harapan
rasional
26
perubahan
2. Ansietas
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan
kecemasan klien teratasi
dengan criteria hasil:
NOC Label>> Anxiety
Level
- Mengatakan
secara verbal
kecemasan
sedikit
berkurang.
- Mengatakan
secara verbal
ketakutan sedikit
berkurang.
- Klien
mengatakan rasa
gugup klien
tampak sedikit
berkurang.
NOCLabel>> Anxiety
Self –Control
- Mampu
mengontrol
penyebab cemas.
- Mengontrol
NIC Label>> Anxiety
Reduction
1. Observasi adanya
tanda–tanda
cemas/ansietas baik
secara verbal maupun
nonverbal
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
situasi yang
menstimulus
kecemasan.
3. Anjurkan kepada
keluarga/suami klien
agar menemani klien
selama proses
persalinan.
4. Jelaskan segala
sesuatu mengenai
proses yang sedang
dialami klien .
NIC >> Calming
Technique
1. Duduk dan
berbiara dengan
pasien dengan
pendekatan
terapeutik
2. Anjurkan pasien
27
respon cemas. untuk lebih tenang
dengan menarik
napas dalam
3. Dampingi dan
berikan solusi yang
efektif saat klien
marah dan
hilangkan faktor
yang menyebabkan
klien merasa
cemas
4. Berikan dan
sajikan makanan
dan minuman klien
selagi hangat
5. Fasitlitasi
penggunaan air
hangat untuk
mandi
NIC>>Medication
Administration
1. Fasilitasi
pengetahuan klien
tentang prosedur,
efek samping dan
keakuratan serta
keamanan dari
medikasi
( kemoterapi)
2. Berikan prinsip 8
28
benar setiap akan
memberikan obat
kepada klien
3. Monitor alergi
akibat pemberian
medikasi
4. Fasilitasi dan
berikan penjelasan
jika klien
beratanya tentang
medikasi
5. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
terapi
29
B. Kesimpulan
Model Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh
yang merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem
terbuka. Bagi Neuman manusia merupakan makhluk dengan kombinasi
kompleks yang dinamis dan fisiologis, sosiokultural dan variabel
perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem
terbuka manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh
lingkungan yang digambarkan sebagai stressor. Model ini digunakan dalam
pendidikan keperawatan, riset, administrasi dan langsung dipelayanan
keperawatan.
Model keperawatan memberikan kerangka pikir holistik dan tak
terpisahkan untuk menila konsep-konsep yang menarik perhatian bagi
profesi perawat. Sudut pandang yang holistik seperti itu penting sekali
digunakan bila perawat berhadapan dengan variabel yang bersifat
multidimensional, misalnya duka cita, nyeri, takut, marah, atau hal-hal lain
yang penting dalam asuhan keperawatan.
Dalam praktik pelayanan keperawatan, penggunaan model
keperawatan akan membantu perawat dalam mendefinisikan area penilaian
dan memberikan pedoman untuk menentukan standar outcome yang sesuai.
Ketika perawat melakukan sebuah riset keperawatan, maka model
konseptualakan membantu dalam menyusun struktur yang logis dan
konsisten dengan asumsi-asumsi yang sudah ada, terutama dalam menyusun
berbagai instrumen, metode, dan indikator pengukuran. Sebab banyak dari
konsep-konsep keperawatan yang justru menggunakan atau dijelaskan
dengan pendekatan disiplin ilmu lain. Seharusnya, kita dapat
mendeskripsikan suatu terminologi dengan perspektif ilmu keperawatan.
Reformulasi informasi hasil penelitian kedalam model keperawatan dapat
memperkuat tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge) keperawatan
sehingga akan lebih mudah mempelajari dan memahami manusia beserta
aplikasinya.
30
Daftar Pustaka
Alligood, R Martha. 2010. Nursing Theory : utilization & Aplication. Fourth edition. Mosby Elsever.
Demirbag, B.C. 2012. Neuman System Model as A Conceptual Framework For Community- Based Nurses When Working With Fibromiyalgia Patient. HealthMed Volume 6 Number 7.
Diana. M.L.Newman. A Community Nursing Center for the Health Promotion of Senior Citizens Based on the Neuman System Model. Pubmed. Diakses tanggal 15 November 2012
Dochterman, Joanne M, Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions
Classification (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Fawcett, Jacqueline. 2005. Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of Nursing Model and Theories, Second Ed, FA Davis, Philadelphia.
Haggart, M. 1993. A critical analysis of Neuman's systems model in relation to public health nursing. Journal of Advanced Nursing, Vol 18, 1917-1922.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
31