tanaman obat rosella (hibiscus sabdariffa l).docx

54
Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Disusun Oleh : Pungky Umi Sa’diyah (0661 12 070) Dosen : Yulianti, S.Farm Matakuliah : SDAH Farmasi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Upload: pungky-umi-sadiyah

Post on 29-Nov-2015

308 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

TRANSCRIPT

Page 1: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Tanaman Obat

Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

Disusun Oleh : Pungky Umi Sa’diyah (0661 12 070)

Dosen : Yulianti, S.Farm

Matakuliah : SDAH

Farmasi

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pakuan

Bogor

2012

Page 2: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah swt, dimana dengan

rahmat dan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat

waktu. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan

Nabi Besar kita Rasulullah saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan

pengikutnya hingga akhir zaman.

Kembalinya lagi popularitas herbal di Indonesia membuat produk herbal

menjamur di masyarakat, termasuk produk herbal yang terbuat dari rosella. Dari

sekian banyak produk herbal yang ada di masyarakat, rosella menjadi salah satu

yang terlaris dan banyak dicari, ini disebabkan karena rosella memiliki khasiat

yang bayak. Dan pada makalah ini saya akan membahas khusus tentang tanaman

obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini

masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari saya sebagai pihak penyusun,

maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen matakuliah

SDAH “Ibu Yulianti, S.Farm”, yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bogor, Oktober 2012

Pen

yusun

Page 3: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1

1. Latar Belakang 2

2. Rumusan Masalah 2

3. Tujuan dan Manfaat 2

4. Metodelogi 3

BAB II Pembahasan 4

1. Klasifikasi 4

2. Morfologi Tanaman 2

2.1. Batang 2

2.2. Akar 2

2.3. Daun 2

2.4. Bunga 2

2.5. Biji 2

3. Penyebaran 2

4. Isi dan Zat Berkhasiat 2

5. Manfaat 2

5.1. Sebagai Penangkal Radikal Bebas 2

5.2. Antikanker 2

5.3. Sebagai Terapi Hipertensi 2

5.4. Menurunkan Asam Urat 2

Page 4: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

5.5. Manfaat Lainnya 2

6. Budidaya 2

6.1. Syarat Tumbuh Tanaman Rosella 2

6.2. Teknik Budidaya Tanaman Rosella 2

6.2.1. Persemaian 2

6.2.2. Pelapisan Lahan 2

6.3.1. Penanaman 2

6.4.2. Pemeliharaan 2

6.5.1. Pemanenan 2

7. Produk Olahan Rosella 2

7.1. Teh 2

7.2. Selai 2

7.3. Sayuran 2

8. Efek Samping Mengkonsumsi Rosella 2

BAB III Penutup 1

1. Kesimpulan 2

2. Saran 2

Lampiran 1

1. Jurnal Penelitian Pendukung 2

Page 5: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

BAB I

Page 6: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Bukan hanya cantik dan dapat digunakan sebagai tanaman hias di

pekarangan rumah bunga rosella juga memiliki berbagai macam khasiat untuk

kesehatan manusia. Karena khasiatnya yang banyak itulah rosella menjadi

sangat popular di Indonesia dan negara-negara lain.

Dengan “booming-nya” tanaman rosella serta banyaknya permintaan

produk-produk olahan dari rosella, maka saya mengangkat Rosella sebagai

tema makalah ini untuk mengtahui lebih jauh tentang seluk-beluk tanaman

rosella.

2. Rumusan Masalah

1. Apa saja klasifikasi dari tanaman rosella?

2. Bagaimana morfologi dari tanaman rosella?

3. Dimana saja daerah persebaran tanaman rosella?

4. Apa saja isi atau zat berkhasiat yang terkandung di dalam tanaman rosella?

5. Apa saja manfaat tanaman rosella bagi kesehatan manusia?

6. Bagaimana cara pembudidayaan tanaman rosella?

7. Apa saja produk-produk olahan dari tanaman rosella?

8. Apa efek samping dari pengkonsumsian produk olahan tanaman rosella?

3. Tujuan dan Manfaat

Mengetahui lebih jauh tentang tanaman rosella, meliputi klasifikasi

tanaman, morfologi tanaman, daerah persebaran, zat yang berkhasiat di dalam

rosella, manfaat, budidaya, produk olahan serta efek samping mengkonsumsi

tanaman rosella.

Page 7: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

4. Metodelogi

4.1. Teknik Pengumpulan Data

4.1.1. Metode Studi Pustaka

Metode pengumpulan data dengan cara mendalami,

mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada

dan ditemukan dalam sebuah sumber bacaan (kepustakaan).

4.2. Data

4.2.1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil tidak langsung dari

sumber pertama, misalnya data yang diperoleh dari buku atau dari

suatu dokumen.

Page 8: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

BAB II

Page 9: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

BAB II

Pembahasan

Tanaman obat : Rosella, perambos, gamet walanda (Sunda), kasturi roriha

(Ternate), asam paya (Malaysia), red sorrel (Inggris), luo

shen kui (Cina), Hibiscus sabdariffa L (Latin).

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L.

2. Morfologi Tanaman

2.1. Batang

Tanaman rosella mempunyai batang bulat, tegak, berkayu,

berwarna merah dan memiliki kulit dan batang yang berserat kuat.

Tumbuh dari biji dengan ketinggian bisa mencapai 3-5 meter.

2.2. Akar

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar tunggal.

2.3. Daun

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai daun tunggal

berbentuk bulat telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi

Page 10: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

dan pangkal berlekuk, berwarna hijau gelap sampai dengan merah serta

panjang daun 6-15 cm dan lebar 5- 8 cm dengan tangkai daun bulat

berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm.

2.4. Bunga

Tanaman rosella mempunyai bunga berwarna cerah, kelopak bunga

atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan

dengan bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan

merupakan bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya

terdapat 1 (satu) bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang

berbulu, panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan

berwarna merah. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan

makanan dan minuman.

2.5. Biji

Tanaman rosella mempunyai biji berbentuk seperti ginjal hingga

triangular dengan sudut runcing, berbulu, panjang 5 mm dan lebar 4 mm.

3. Penyebaran

Rosella dapat hidup di daerah yang memiliki iklim lembab dan hangat

pada daerah tropis dan sub tropis, seperti Indonesia, Thailand dan Cina.

Rosella kemungkinan merupakan tanaman asli Afrika tropik dan

didomestikasi pada awal abad 4000 SM di Sudan kemudian mencapai

Amerika pada abad ke 17 dan diikuti negara-negara lain, meliputi Malaysia

(1921), Sri Lanka (1923), India (1927) dan Indonesia (1576).

Daerah persebaran rosella di Indonesia meliputi daerah Jawa Tengah,

antara lain Kulon Progo, Pati , Semarang, Sleman serta Surakarta.

4. Isi dan Zat Berkhasiat

Rosela sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku

makanan dan minuman karena nilai nutrisi yang terkandung dalam buah

Page 11: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

rosela. Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosela adalah

flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Flavonoid rosela terdiri dari

flavonols dan pigmen antosianin. Pigmen antosianin ini yang membentuk

warna ungu kemerahan menarik di kelopak bunga maupun teh hasil seduhan

rosela. Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat

menyembuhkan penyakit degeneratif.

Selain mengandung flavonoid rosella juga mengandung banyak Beta

Karoten yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain untuk menjaga kesehatan

jantung, melidungi tubuh dari efek buruk rokok dan polusi udara serta

melindungi seseorang dari ancaman alergi cahaya hingga 80%.

Zat lain yang tak kalah penting terkandung dalam rosela adalah

vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, kalsium dan besi yang cukup tinggi.

Kandungan zat besi pada kelopak segar rosela dapat mencapai 8,98 mg/100

g, sedangkan pada daun rosela sebesar 5,4 mg/ 100 g. Selain itu, kelopak

rosela mengandung 1,12% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/ 100 g sodium,

vitamin C, dan vitamin A. Satu hal yang unik dari rosela adalah rasa masam

pada kelopak rosela yang menyegarkan, karena memiliki dua komponen

senyawa asam yang dominan yaitu asam sitrat dan asam malat.

5. Manfaat

5.1. Sebagai Penangkal Radikal Bebas

Kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering Rosella

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing. Kadar

antioksidan yang tinggi pada kelopak Rosella inilah yang dapat

menghambat radikal bebas.

5.2. Antikanker

Di antara banyak khasiatnya, rosella diunggulkan sebagai herba

antikanker. Ini sesuai dengan uji pra klinis yang dilakukan oleh Yun

Ching Chang, seorang peneliti dari Institute of Biochemistry and

Biotechnology, Chung Shan Medical University di Taiwan. Yun Ching

Page 12: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Chang menemukan bahwa pigmen alami dari kelopak kering Rosella

terbukti efektif dalam menghambat dan sekaligus mematikan sel kanker

HL-60 (kanker darah atau leukemia). Pigmen ini juga berperan dalam

proses apoptosis (bunuh diri) sel kanker.

5.3. Sebagai Terapi Hipertensi

Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6 miligram

anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan

darah yang hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari.

Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52

liter air (Herrera-Arellano, 2004). Terdapat penurunan tekanan darah

sistolik sebesar 11,2 % dan tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah

diberi terapi teh rosela selama 12 hari pada 31 penderita hipertensi

sedang (Haji Faraji, 1999).

5.4. Menurunkan Asam Urat

Tingginya kadar asam urat, kalsium dan natrium dalam darah

secara mekanisme normal tubuh akan dikurangi dengan membuang

kelebihan unsur tersebut melalui ginjal. Kondisi ini dapat memicu

kesakitan pada ginjal. Dengan mengonsumsi rosela, ditemukan

penurunan kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat, kalsium, natrium, dan

fosfat dalam urin pada 36 pria yang mengonsumsi jus rosela sebanyak

16-24 g/dl/hari (Kirdpon, 1994).

5.5. Manfaat Lainnya

Zat aktif pada kelopak bunga meliputi gossypetin, antosianin, dan

glucoside hibiscin. Semua itu bermanfaat untuk:

a) Diuretik (peluruh air seni)

b) Menstimulasi gerakan usus (antiseptic usus dan antiradang)

c) Berkhasiat sebagai antisariawan dan panas dalam serta pereda nyeri

d) Dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh

e) Dipercaya dapat mengurangi dampak negatif nikotin bagi perokok

Page 13: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

6. Budidaya

6.1. Syarat Tumbuh Tanaman Rosella

Rosella tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 m

dari permukaan laut. Pertumbuhan rosella dapat optimal dikisaran 20o-

34o C.

Rosela toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi

tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi.

Kemasaman tanah (pH) 5.5 – 7, dan masih dapat toleran pada pH

4,5 – 8,5.Selain itu, rosela tidak terhadap genangan air. Rosella dapat

tumbuh dengan curah hujan rata-rata 270 mm per tahun dengan

kelembapan udara di atas 70 %.

6.2. Teknik Budidaya Tanaman Rosella

Perbanyakan tanaman rosella merah biasanya dilakukan secara

generatif dengan biji. Teknik budidaya tanaman rosella merah

meliputi kegiatan pokok sebagai berikut:

6.2.1. Persemaian

  Sebelum disemaikan, biji direndam selama satu hari satu

malam, lalu dipilih yang tenggelam dengan bentuk butiran -

butiran yang baik. Biji dapat langsung disemaikan pada lahan

persemaian yang sudah diolah. Setelah tumbuh maka bias

langsung dipindah ke ke polybag.

6.2.2. Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan mengolah tanah

menggunakan alat pertanianyang ada. Tanah yang telah di

olah di campur pupuk dasar berupa pupuk kandang. Lahan

dilarik dengan jarak antar larik 1,5 m. Lahan terbuka dibuat

alur/bedengan setinggi 15-20 cm dengan jarak tanam 1 X 1

M.

Page 14: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

6.2.3. Penanaman

Untuk lahan yang langsung dari biji, maka penanaman

dilakukan dengan ditugal,Tiap lubang tanam diisi 2-3 biji.

Sedangkan untuk penanaman bi bit yang telahdisemaikan di

polybag, maka setiap lubang tanam diisi dengan 1-2 bibit.

6.2.4. Pemeliharaan

Penyulaman

Umumnya bibit tumbuh 2 – 3 hari setelah bertanam.

Lubang tanam yang tidak tumbuh dapat disulam pada hari

ketiga setelah tumbuh.

Penjarangan

Setelah menyulam pertanaman harus dijarangi pada usia 2

minggu. Tumbuhan yang masih muda dapat dengan

mudah dicabut, akan tetapi untuk mempercepat pekerjaan

ini sebaiknya dilakukan setelah turun hujan.

Penyiangan

Penyiangan bermanfaat bagi pertumbuhan sebab pada

waktu melakukan penyiangan maka keadaan tanah terbuka

dan lekas kering. Pertanaman yang disiangi akan

menyuburkan pertumbuhan tanaman serta memberikan

pemandangan yang menghijau.

Pengairan

Tumbuhan rosella memerlukan air banyak untuk

pertumbuhannya. Sehingga kalau tidak hujan dan keadaan

tanah mulai kering sebaiknya lahan diairi. Akan tetapi

berhubug dengan cepatnya penyebaran penyakit

Phytophthora maka tumbuhan jangan sampai berhubungan

langsung dengan air. Sehingga air dalam selokan dan parit

sebaiknya jangan terlalu banyak agar infeksi dengan

perantaraan air tak terjadi.

Page 15: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Pemupukan

Waktu yang tepat untuk memberikan pupuk adalah pagi-

pagi karena keadaan tanah masih basah. Macam-macam

pupuk yang digunakan adalah :

ZA, dosis 400 kg/Ha

Pupuk N

6.2.5. Pemanenan

Tanaman rosela mulai menghasilkan bunga pada umur 120

hari dan dapat dipanen secara terus-menerus dalam jangka

waktu 3 bulan sebelum akhirnya diganti dengan bibit baru.

Kelopak rosella dapat dipanen saat biji telah tua yang

ditandai dengan kulit pembungkus biji majemuk yang

berwarna coklat dan sedikit terbuka/membelah. Pemanenan

dapat dilakukan 3-4 kali (selang 1-2 minggu) lalu jika

tanaman sudah tak lagi berbunga dicabut dan diganti dengan

pohon rosela yang baru.

7. Produk Olahan Rosella

7.1. Teh

Untuk mendapatkan khasiat terbaik dalam kelopak rosela sebenarnya

tidak sulit. Untuk mendapatkan teh rosella, bunga yang sudah dipetik,

dijemur di bawah terik matahari selama 1-2 hari agar memudahkan

pemisahan lidah kelopak dengan bijinya. Kemudian cuci air bersih dan

jemur kembali selama 3-5 hari. Remas kelopaknya, jika mudah menjadi

bubuk artinya kadar air telah mencapai 4-5%. Seduh 2-3 g teh rosela

dengan air mendidih hingga larut dan air berubah menjadi kemerahan.

7.2. Selai

Di Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang

terkandung dalam kelopak rosela. Rosela juga bisa dibuat salad buah

Page 16: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

yang dimakan mentah. Dapat juga dikonsumsi dengan kacang tumbuk

atau direbus sebagai pengisi kue sesudah dimasak dengan gula.

7.3. Sayuran

Dalam masakan Andhra, cannabinus Hibiscus atau rosella disebut

dengan nama Gongura yang secara luas digunakan sebagai masakan.

Daun rosella diolah dengan cara dikukus bersama dengan lentil dan

dikonsumsi sebagai Dal atau bubur. Masakan tersebut juga dicampur

dengan rempah-rempah dan dibuat menjadi Pacchadi.

8. Efek Samping Mengkonsumsi Rosella

Menurut penelitian rosella berkhasiat untuk obat kolesterol,

trigliserida, asam urat, obesitas, jantung, maag, insomnia, batuk, batu ginjal,

radang ginjal, dll.

Tapi ketika seseorang minum atau meminum produk olahan rosella,

kadang terjadi reaksi perut sakit, mual, sampai diare/mencret. Reaksi ini

sebenarnya wajar terjadi pada orang yang mengkonsumsi herbal akibat efek

pembersihannya. Biasanya dinamakan efek DOC (Direction of Cure), yaitu

suatu reaksi yang menunjukkan adanya pembersihan racun atau sejenisnya

dari dalam tubuh. Reaksi ini tergantung pada penyakit pasien. Bisa diare,

mual/muntah, sakit perut, pusing, mengantuk, keringat dingin, dll. Tapi efek

ini hanya bersifat sementara dan merupakan efek positif. Biasanya terjadi 3

hari sampai seminggu dari pertama kali mengkonsumsi bila mengkonsumsi

teratur.

Page 17: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

BAB III

Page 18: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

BAB III

Penutup

1. Kesimpulan

Rosella adalah sejenis herba tahunan yang dapat hidup dalam waktu lama.

Rosella sesuai hidup di sekitar tanah yang subur, saluran air yang baik,

terutama di iklim tropika.

Rosella banyak sekali mengandung zat-zat yang khasiat bagi kesehatan,

salah satu zat yang terdapat pada rosella adalah flavonoid. Flavonoid ini

berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Selain

sebagai antioksidan rosella juga berfungsi sebagai antikanker dan terapi

hipertensi.

Untuk mendapatkan khasiat dari rosella biasanya masyarakat

menggunakan kelopak bunga tersebut untuk direbusan dan kemudian

diminum.

2. Saran

Dengan banyaknya permintaan akan rosella seharusnya pertanian rosella

di Indonesia yang saat ini hanya berada di sekitar Jawa Tengah dapat lebih

dikembangkan. Karena Indonesia adalah negara beriklim tropis yang sangat

mendukung untuk pertumbuhan tanaman rosella.

Page 19: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Rosela. <www.id.wikipedia.org/wiki/Rosela>. Diakses tanggal 9

Oktober 2012.

Febri Retno Kartika Ningrum. 2009. Hibiscus Sabdariffa L

<http://tumbuhanektum.blogspot.com/2011/12/hibiscus-sabdariffa-l.html>.

Diakses tanggal 9 Oktober 2012.

Anonom. 2009. Rosella Begitu Menggoda.

<http://pustakaalbayaty.wordpress.com/2009/09/01/rosella-begitu-

menggoda/>. Diakses tanggal 9 Oktober 2012.

Ilham Nugroho. 2012. Budidaya tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa).

<www.scribd.com/doc/99777931/BUDIDAYA-TANAMAN-ROSELA>.

Diakses tanggal 9 Oktober 2012.

Anonom. 2011. Rosella dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.

<http://sephinapt.com/rosella-dan-manfaatnya-bagi-kesehatan/>. Diakses

tanggal 10 Oktober 2012.

Page 20: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

LAMPIRAN

Page 21: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Lampiran

1. Jurnal Penelitian Pendukung

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL 70% BUNGA

ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) BERDASARKAN AKTIVITAS SOD

(SUPEROXYD DISMUTASE) DAN KADAR MDA

(MALONILDIALDEHIDE) PADA SEL DARAH MERAH DOMBA

YANG MENGALAMI STRES OKSIDATIF IN VITRO

The Test of Antioxidant Activity of the Extract of Ethanol 70% of Rosella

Corolla (Hibiscus Sabdariffa L.) based on the SOD Activity and MDA

Concentration in Red Blood Cells of the Oxidative Stressed Sheep.

Fatimah Nisma, Almawati Situmorang dan Muhammad Fajar

Jurusan Farmasi, FMIPA, UHAMKA

ABSTRACT

Rosellla (Hibiscus sabdariffa L ) has been used traditionally as medicine for

various element. The flower of rosella was reported as containing secondary

metabolite favonoid, terpenoid and vitamin C, which is considered as

antioxidant. To find out the antioxidant property, an experiment in vitro has

been conducted. The flower was prepared in the form of extract in 70%

ethanol. The treatment were 5, i.e. K-1 normal control group without t-BHP,

K-2 negative control + t-BHP, K-3 with the extract 0,3 mg/mL blood + t-BHP,

K-4 with extract 0,6 mg/mL blood + 1 mL t-BHP and K-5 with extract 1,2

mg/mL blood + 1 mL t-BHP. The result showed that ethanol extract of rosella

flower could increase SOD and decrease the MDA content in red blood cells

of sheep. Statistical analysis showed significant difference in the SOD. As the

temporary conclusion the ethanol 70% extract of rosella flower has the

antioxidant activity.

Keywords: Rosella, antioxidant, SOD, MDA, SMDB

Page 22: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan

merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah SWT. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka pengobatan penyakit

juga berkembang, tetapi sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia

yang memanfaatkan tanaman sebagai obat untuk mengatasi penyakit dalam

meningkatkan kesehatan. Banyak sekali jenis tanaman obat tradisional yang

tersebar diberbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah rosella (Hibiscus

sabdariffa L.).

Rosella merupakan herba tahunan, anggota dari famili Malvaceae. Rosella

dapat hidup dengan kondisi lahan, cuaca, serta suhu apapun, akan tetapi di

setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula

(Wahida..2008). Setiap bagian tanaman rosella mempunyai kandungan

senyawa kimia yang bermanfaat untuk pengobatan maupun sebagai bahan

makanan. Salah satu diantaranya adalah corolla (mahkota) bunga rosella yang

memiliki kandungan kimia antara lain antosianin, betakaroten, vitamin C,

tiamin, riboflavin, flavonoid dan niasin (Maryani, H.2008). Selain sebagai

antioksidan bunga rosella juga bermanfaat sebagai antihipertensi, diuretik,

antelmintik, tonikum dan obat batuk (Maryani dan Hary.2008).

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6–C3–C6 (Sirait, M. 2007).

Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung

sari dan akar. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang

sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan, dan

terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin

berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon

atau flavonol. Biasanya antosianin juga terdapat sebagai campuran terutama

dalam bunga tanaman hias dan suatu jaringan bunga dapat mengandung

sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne, J.B. 1987).

Kegunaan flavonoid bagi tumbuhan adalah untuk menarik serangga yang

membantu proses penyerbukan serta untuk menarik perhatian binatang yang

membantu penyebaran biji. Sedangkan kegunaan flavonoid bagi manusia

Page 23: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

adalah pada dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulant pada jantung,

hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon terhidroksilasi

bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak (Sirait, M. 2007).

Antioksidan adalah zat yang memperlambat atau menghambat stres

oksidatif pada molekul. Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzimatik

(enzim) dan antioksidan non enzimatik (ekstraseluler). Antioksidan enzim

antara lain superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH-Px),

dan katalase. Sedangkan antioksidan nonenzimatik (ekstraseluler) diantaranya

adalah vitamin E, vitamin C, beta-karoten, glutation, ceruloplasmin, albumin,

asam urat dan selenium (Priyanto. 2007). Berdasarkan mekanisme kerjanya,

antioksidan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu(Kumalaningsih.2008).

1. Antioksidan primer

Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara

mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal

bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Contohnya adalah Butil

Hidroksi Toluen (BHT), Tersier Butyl Hidro Quinon (TBHQ), propil galat,

tokoferol alami maupun sintetik dan alkil galat.

2. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap

radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak

terjadi kerusakan yang lebih besar. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C,

dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.

3. Antioksidan tersier

Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan

jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk

kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase

yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat

untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.

Sebagaimana diketahui bahwa di dalam tubuh manusia dapat terbentuk

radikal bebas. Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat

Page 24: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

berdiri sendiri, mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada

orbital terluarnya (Priyanto. 2007). Radikal bebas dapat menarik elektron yang

ada di dalam tubuh dan menyebabkan ketidakstabilan sehingga sulit untuk

dideteksi. Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan dan dapat menimbulkan beberapa penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung, hipertensi, dan kanker (Silalahi, J. 2006). Dalam

keadaan normal suatu radikal bebas dapat dinetralisir dengan menggunakan

zat antioksidan. Antioksidan adalah zat yang dapat memperlambat atau

menghambat stress oksidatif pada molekul target (Priyanto. 2007).

Radikal bebas dapat terbentuk dari senyawa non radikal melalui reaksi

redok (menerima atau melepaskan elektron) melalui absorbsi radiasi (ionisasi,

UV) atau jika ikatan kovalen dalam suatu senyawa pecah (homolitic fusion)

atau karena adanya reaksi fenton. Banyak orang beranggapan bahwa radikal

bebas hanya merugikan tubuh semata, pendapat ini tidak tepat karena radikal

bebas juga berperan penting dalam proses-proses biokimiawi yang diperlukan

tubuh. Proses-proses itu seperti reaksi oksidasi suatu zat yang melibatkan

sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses fagositosis

(Priyanto. 2007). Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menimbulkan

kerusakan, antara lain (Muhilal. 1992) :

1. Kerusakan protein

Terjadinya kerusakan protein termasuk oksidasi protein akan

mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada, sebagai

contoh kerusakan protein pada lensa mata mengakibatkan terjadinya

katarak.

2. Kerusakan DNA

Radikal bebas hanya salah satu dari banyak faktor yang menyebabkan

kerusakan DNA. Sebagai akibat kerusakan DNA ini dapat timbul penyakit

kanker. Kerusakan dapat berupa kerusakan awal, fase transisi dan

permanen.

Page 25: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

3. Membran sel

Terutama komponen penyusun membran berupa asam lemak tak jenuh

yang merupakan bagian dari fosfolipid dan mungkin juga protein. Serangan

radikal hidroksil pada asam lemak tak jenuh dimulai dengan interaksi

oksigen pada rangkaian karbon pada posisi tak jenuh sehingga terbentuk

lipid hidroperoksida, yang selanjutnya merusak bagian sel dimana

hidroperoksida ini berada.

Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa bunga

rosella mempunyai senyawa antioksidan yang dibuktikan menggunakan

spektrofotometri uv-vis (Maryani, H..2008) . Oleh karena itu, maka pada

penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas ekstrak etanol 70% kelopak rosella

secara in vitro untuk melindungi sel darah merah domba yang diberikan

perlakuan stres oksidatif menggunakan t-BHP (tert-Butil Hidroperoksida),

dengan parameter pengukuran yang dilakukan meliputi MDA dan SOD.

MDA (Malonildialdehid) terbentuk dari asam lemak tidak jenuh jamak

(PUFA) yang mengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang

kemudian mengalami dekomposisi (Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006).

Pada proses peroksidasi lipid MDA terbentuk relatif konstan proporsional

sehingga merupakan indikator yang baik untuk mengetahui adanya

peroksidasi lipid, khususnya in vitro.

Cara yang paling banyak untuk mengukur MDA adalah TBA test,

karena mudah dikerjakan dan dapat digunakan pada homogenat. Prinsipnya

adalah adanya pengaruh asam dan panas yang akan menyebabkan

dekomposisi lipid peroksida dan membentuk perubahan warna menjadi warna

merah muda. Perubahan warna ini diukur melalui spektrofotometri pada

panjang gelombang 532 nm(Isnansetyo, A. dan Kurniastuti. 1995).

SOD (Superoxyd Dismutase) merupakan salah satu antioksidan

enzimatik. Ada tiga jenis SOD yang sudah diketahui, yaitu CuZnSOD, Mn-

SOD dan FeSOD. CuZnSOD dan Mn-SOD terdapat pada manusia, sedangkan

FeSOD tidak terdapat pada manusia. CuZnSOD terdapat di retikulum

Page 26: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

endoplasma, nukleus dan peroksisom, sedangkan Mn-SOD terdapat di

mitokondria. Logam Cu+ sebagai kaalisator sedangkan Zn++ diperlukan

sebagai stabilisator enzim. Fungsi SOD untuk mempercepat dismutasi O2*- dan

menjaga keseimbangan antara jumlah O2*- dan pembentukan H2O2 (Priyanto.

2007).

Karena substrat SOD kurang stabil dan sukar diukur secara

konvensional, ini akan menyulitkan pengukuran SOD. Saat ini tersedia

metode Adenochrom Assay yang mudah dilaksanakan dan sensitif untuk

mengukur aktivitas SOD. Pengukuran didasarkan pada kemampuan SOD

menghambat autooksidasi spontan dari efineprin. Larutan efineprin dalam

keadaan asam akan stabil, tetapi spontan akan teroksidasi dengan adanya

kenaikan pH. Autooksidasi terjadi paling cepat disertai dengan terbentuknya

adenokrom dengan kecepatan linier yaitu pada pH 10,2 dan suhu 30°C.

Sel darah merah domba dipilih karena mudah didapat dan memiliki

metabolism yang sederhana dan mudah diamati. Sedangkan t-BHP dipilih

karena merupakan suatu oksidator organik yang kuat, mudah terurai dan

membentuk radikal bebas (Murray, R.K. 1995).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi ekstrak etanol 70%

kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai antioksidan dilihat dari

parameter penurunan kadar MDA dan peningkatan aktifitas SOD terhadap sel

darah merah domba yang diberikan stres oksidatif dengan t-BHP secara in

vitro.

METODOLOGI

Alat

Alat-alat yang digunakan meliputi spektrofotometer UV-VIS

(Shimadzu), pipet volume, pipet Eppendorf, labu ukur, tabung reaksi,

erlenmeyer, gelas beker, timbangan analitik (OHAUSS), incubator

(Memmert), sentrifugator (HC1180T), penangas air, pH meter, lemari

pendingin, lemari asam dan stopwatch.

Page 27: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Bahan

a. Bahan uji

1). Ekstrak etanol 70% kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.). dari

Balitro. LIPI. Cibinong-Bogor

2). Sel darah merah domba (SDMD) segar dari Departemen Mikrobiologi

FKUI.

b. Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan meliputi: tert-Butil hidroperoksida (t-

BHP), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Dikalium hidrogen fosfat

(K2PO4), Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), Kalsium Klorida

(CaCl2), Magnesium Sulfat (MgSO4), Natium dihidrogen fosfat

(NaH2PO4), Dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4), Asam triklorasetat

(TCA), Asam tiobarbiturat (TBA), Natrium hidroksida (NaOH),

Tetraetoksipropan (TEP), d-l epinefrin (Lucas), Asam Klorida (HCl),

Na2CO3, NaHCO3, Na EDTA, Kloroform pro analis, Etanol pro analis.

a. Persiapan Bahan Uji

1) Penyiapan simplisia

Kelopak bunga rosella diperoleh dari hasil budidaya para petani di

Indramayu Jawa Barat. Kelopak bunga rosella yang telah diambil

dibersihkan dari semua kotoran yang melekat lalu dicuci sampai

bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di

udara terbuka dan terlindung dari cahaya matahari. Kemudian

diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor 40 sehingga diperoleh

serbuk yang homogen.

2) Ekstraksi simplisia

Serbuk simplisia kering yang sebelumnya sudah diayak dengan

menggunakan pengayak nomor 40, dimasukkan ke dalam wadah

maserasi. Maserasi dimulai dengan cara menuangkan etanol 70% ke

dalam wadah maserasi sampai seluruh simplisia terendam dan

pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2 cm di atas permukaan

Page 28: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

simplisia. Simplisia direndam selama 6 hari, selama perendaman

dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa-senyawa yang

terdapat pada kelopak bunga rosella dapat larut dengan baik. Maserat

dipisahkan dan proses diulangi dua kali dengan jumlah pelarut yang

sama. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan

rotary evaporator pada suhu dibawah 60ºC sehingga diperoleh

ekstrak kental.

b. Persiapan sel darah merah domba (SDMD)

Darah merah domba yang sudah didefibrinasi kemudian

disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama lima menit. Plasma

bagian atas dipisahkan, endapan SDMD dicuci dengan PBS yang

volumenya lima kali volume endapan SDMD, kemudian disentrifus

kembali dengan kecepatan 3000 rpm setelah itu cairan PBS dibuang.

Proses diulang sebanyak tiga kali.

c. Pembuatan Kurva Standar

Untuk pembuatan kurva standar digunakan larutan standar

tetraetoksipropan. Dari larutan tersebut diambil 10 μl, 20 μl, 40 μl, 80

μl, 160 μl, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan akuades

hingga 1 ml, kocok homogen. Kemudian tambahkan 0,5 ml TCA 20%,

1 ml larutan TBA 0,67% ke dalam masing-masing tabung tersebut,

kocok sampai homogen. Untuk blangko masukkan 1 ml akuades, 0,5 ml

larutan TCA 20%,dan 1 ml larutan TBA 0,67%, lalu dikocok hingga

homogen. Larutan standar blangko dibuat duplo. Semua tabung

dimasukkan dalam penangas air 95-100°C selama 10 menit, kemudian

dinginkan pada air mengalir. Absorban diukur pada panjang gelombang

532 nm. Dari data pengukuran tersebut dibuat kurva kalibrasi dengan

menghubungkan nilai absorban sebagai koordinat (Y) dan konsenterassi

larutan standar (nmol/ml) sebagai absis (X). perhitungan dengan

membuat persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar yaitu:

Y= a + bx…………………………..(1).

Page 29: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

d. Pengelompokkan Bahan Uji

Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak

lengkap. Sel darah merah domba dikelompokkan dalam 5 (lima)

kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam) tabung

dengan pembagian perlakuan sebagai berikut:

1) Kelompk I: Kelompok kontrol normal (1ml SDMD + 1 ml KRP)

2) Kelompok II : Kelompok negatif (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-

BHP).

3) Kelompok III : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-

BHP + 1ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0.3 mg.

4) Kelompok IV : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-

BHP + 1 ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0,6 mg).

5) Kelompok V : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP

+ 1 ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella1.2 mg.

e. Perosedur Pengukuran Kadar MDA

Masing-masing kelompok diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit,

lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Kemudian

diambil 1 ml supernatan dan ditambahkan 0,5 ml TCA 20%, kemudian

disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. 1 ml supernatan

didapat kemudian ditambahkan dengan 1 ml TBA 0,67%, kemudian

dikocok hingga homogen. Setelah itu dipanaskan selama 10 menit pada

suhu 100°C, larutan kemudian didinginkan dengan air mengalir. Warna

yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 532 nm.

f. Prosedur Pengukuran Aktivitas SOD

Sebanyak 1 ml SDMD 50% diinkubasi pada suhu 37°C selama 15

menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5

menit. Lalu endapan yang didapat dicuci dengan larutan NaCl 0,9% dan

disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, dilakukan

sebanyak 3 kali.

Sebanyak 500 μl hemolisat diambil dan ditambahkan 800 μl kloroform-

etanol (3:5), kocok sampai homogen selama 1 menit. Kemudian

Page 30: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

sentrifus selama 10 menit. Supernatan dapat disimpan dalam lemari

pendingin. Untuk tabung blangko dimasukkan 2800 μl buffer karbonat,

100 μl akuades dan 100 μl epinefrin. Dikocok hingga homogen dan

dibaca absorbannya pada panjang gelombang 480 nm pada suhu 30°C,

setelah menit ke 1, 2, 3, 4. Untuk tabung sampel dimasukkan 5 μl

sampel, kemudian ditambahkan 2800 μl buffer karbonat, 95 μl akuades

dan 100 μl epinefrin. Kemudian dibaca absorbannya pada panjang

gelombang 480 nm pada suhu 30°C, setelah menit ke 1, 2, 3, 4.

g. Perhitungan SOD

Aktivitas SOD dapat dihitung dengan mencari %Hambat dengan

menggunakan rumus:

%hambat=blanko−sampleblangko

<100 %…… (2)

Setelah %Hambat didapat, aktivitas SOD dapat dihitung dengan

menggunakan

rumus:

aktivitas SOD=% hambat50 %

× Fp=b Unit1ml

=unitml

……(3)

h. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis terlebih dahulu dengan uji

prasyarat, yaitu uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (K-S) dan uji

homogenitas Levene. Bila data homogen dan terdistribusi normal maka

dilanjutkan dengan uji analisa varian (ANAVA) satu arah pada taraf

kepercayaan (á=0,05). Bila nilai sig < 0,05 maka dilanjutkan dengan uji

perbandingan berganda (Tukey).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi Tanaman

Identifikasi tanaman yang digunakan sebagai bahan uji dilakukan di

Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi–LIPI

Bogor. Hasilnya menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah

Page 31: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

spesies Hibiscus sabdariffa L. dari suku Malvaceae dan di Indonesia

dikenal dengan nama tanaman rosella.

2. Ekstraksi Bunga Rosella

a. Hasil Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella

Sepuluh kilogram bunga rosella segar dibersihkan dan dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka. Setelah kering berat

bunga rosella menjadi 1,5 kg, kemudian dibuat serbuk dan diayak

dengan ayakan no 40 dan didapat serbuk bunga rosella dengan berat 1,3

kg. Sebanyak 0,9737 kg serbuk bunga rosella di ekstraksi dengan cara

maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi yang

didapat adalah sebanyak 0,3294 kg ekstrak etanol 70% bunga rosella

dengan rendemen sebesar 33,83% .

b. Karakteristik Ekstrak

Tabel I. Hasil Uji Karakteristik Ekstrak Etanol 70% Bunga Rosella

Uji karakteristik ekstrak Hasil

1. Organoleptik

a. Warna

b. Bau

c. Rasa

d. Bentuk

Merah

Barbaukhas

Asam

Ekstrak kental

2. Susut pengeringan 27,46 %

3. Kadar abu 3,56 %

c. Penapisan fitokimia

1) Serbuk bunga rosella

Serbuk bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa alkaloid,

saponin, tanin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid.

2) Ekstrak etanol 70% bunga rosella

Ekstrak etanol 70% bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa

alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid.

Page 32: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

3. Kurva Kalibrasi Tetraetoksipropan (TEP)

Sebelum melakukan penetapan kadar MDA, dibuat kurva kalibrasi TEP

yang akan digunakan sebagai standar. Dari data hasil kurva kalibrasi

diperoleh persamaan garis: Y= 0,0012 + 0,0225 x

Selain itu, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Nilai (r) yang

mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan

antara konsenterasi larutan TEP dengan absorban.

4. Perhitungan Kadar MDA (Malonildialdehid)

Kadar rata-rata MDA yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan

adalah sebagai berikut:

KI (normal, tanpa t-BHP) : 3,1378 ± 0,2561

KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 11,7511 ± 0,3834

KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 7,3422 ± 0,2450

KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 6,8088 ± 0,1865

KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 6,1570 ± 0,4692

Berdasarkan hasil uji kadar MDA pada masing-masing kelompok uji

dapat dilihat bahwa pada kelompok V dengan dosis ekstrak 1,2 mg/ml

persentase kadar MDA yang diperoleh dapat menurunkan kadar MDA

tetapi belum mendekati normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak

etanol 70% bunga rosella mampu menurunkan kadar MDA dalam SDMD.

Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji

homogenitas Levene menunjukkan bahwa data kadar MDA dalam SDMD

terdistribusi normal dan homogen. Hal tersebut diperlihatkan dari nilai Sig

> 0,05. Hasil analisa statistic Anava satu arah menunjukkan nilai Sig <

0,05, artinya terdapat perbedaan bermakna antara konsentrasi kadar MDA

dalam SDMD dengan masing-masing kelompok uji.

Hasil uji perbandingan berganda (Tukey) memperlihatkan adanya

perbedaan bermakna ( Sig < 0,05 ) antara kelompok I dengan kelompok II,

III, IV, dan V, kelompok II dengan kelompok III, IV, dan V, kelompok III

Page 33: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

dengan kelompok V serta kelompok IV dengan kelompok V. Namun, tidak

terdapat perbedaan (Sig > 0,05) bermakna antara kelompok III dengan

kelompok IV.

5. Perhitungan Kadar SOD

KI (normal, tanpa t-BHP) : 63,3333 ± 8,1650

KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 26,6667 ± 11,9257

KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 41,6667 ± 9,1287

KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 55,5556 ± 13,6083

KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 72,2222 ± 13,6083

Berdasarkan hasil uji aktivitas SOD pada masing-masing kelompok

uji dapat dilihat bahwa pada kelompok IV dengan dosis 0,6 mg/ml dan

kelompok V dengan dosis ekstrak 2,8 mg/ml dapat meningkatkan aktivitas

SOD. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas

Levene aktivas SOD menunjukkan nilai Sig > 0,05, artinya data aktivitas

SOD terdistribusi normal dan homogen. Hasil analisa statistik melalui

Anava satu arah menunjukkan nilai Sig < 0,05 (Sig = 0,000) yang berarti

terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas SOD terhadap masing-

masing kelompok uji. Hasil uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan

bermakna antara kelompok I dengan kelompok II dan III, kelompok II

dengan kelompok IV dan V, kelompok III dengan kelompok V. Namun,

tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok I dengan kelompok

IV dan V serta kelompok IV dengan kelompok V.

Dari hasil penelitian ini pemberian dosis ekstrak etanol 70% bunga

rosella pada dosis 0,3 mg/ml, 0,6 mg/ml, 1,2 mg/ml memperlihatkan

perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (K1). Sedangkan

pada pengujian aktivitas SOD, pemberian ektrak etanol 70% bunga rosella

pada dosis 0,6 mg/ml dan 1,2 mg/ml tidak memperlihatkan adanya

perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (K1). Dengan

demikian dapat dikatakan aktivitas MDA belum mendekati normal dan

aktivitas SOD pada dosis 0,6 mg/ml sudah mendekati normal, tapi pada

dosis 1,2 mg/ml melebihi normal. Berdasarkan hasil tersebut dapat

Page 34: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

dikatakan bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella dapat menurunkan

kadar MDA dan meningkatkan aktivitas SOD dalam SDMD.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) pada

dosis 2,8 mg/ml dapat menurunkan kadar MDA hampir mendekati

keadaan normal dan meningkatkan aktivitas SOD dalam sel darah merah

domba.

Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melakukan

penelitian lanjutan menggunakan ekstrak selain ekstrak etanol 70% bunga

rosella (Hibiscus sabdariffa L) dengan berbagai variasi dosis untuk

mencapai dosis optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta. Hal 770.

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Direktorat Jenderal Badan Pengawas Obat dan Makanan Departemen

Kesehatan RI. Jakarta. Hal 13-15.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1)

Jilid 2. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 163-164.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern

Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan

Iwang Soediro. ITB. Bandung. Hal. 71-72.

Hary. Bukti Khasiat Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2

Agustus 2008.

Isnansetyo,A. dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytopankton dan

Zooplankton. Kanisius. IPB Bogor. Hal 116.

Kumalaningsih,S. Antioksidan, Sumber dan Manfaatnya.

http://www.antioxidantcentre.com. 13 Juli 2008.

Maryani, H. dan L. Kristiana. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosella.

Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal 2-4, 6-7, 25-27.

Page 35: Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L).docx

Muhilal. 1992. Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran. Dalam:

Jurnal Cermin Dunia Kedokteran no. 73. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Bogor. Hal. 9-11.

Murray, R.K. 1995. Biokimia Harper, Edisi 22. EGC. Jakarta. Hal 132-135.

Pearce, E.C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia.

Jakarta. Hal 133-134.

Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. EGC. Jakarta. Hal 253.

Priyanto. 2007. Toksisitas Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum.

Leskonfi. Depok. Hal 43-44, 48, 51,53.

Sadikin, M. 2002. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta. Hal 12.

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta. Hal 40.

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. ITB. Bandung. Hal

129-130.

Soewoto, H. dkk. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya

Medika. Jakarta. Hal 153.

Wahida. Cara Hidup Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2

Agustus 2008.