tantangan penanggulangan kemiskinan perdesaan di...
TRANSCRIPT
TANTANGAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PERDESAAN DI JAWA BARAT
Ulfah Alifia
The SMERU Research Institute
Bandung, 30 Juli 2019
OUTLINE KERANGKA PRESENTASI
1 Kemiskinan Jawa Barat
4 Perkembangan Kemiskinan
Perdesaan di Jawa Barat
5 Implikasi Kebijakan Permasalahan Kemiskinan
2 Permasalahan Utama Kemiskinan
Perdesaan di Jawa Barat
Permasalahan Kemiskinan
3 Studi Kasus: Kabupaten Cirebon
KEMISKINAN JAWA BARAT Perkembangan Kemiskinan Perdesaan di Jawa Barat
• Secara umum, kemiskinan perdesaan di Jawa Barat mengalami penurunan (2012-Maret 2019), baik dari sisi jumlah penduduk miskin maupun persentasenya
• Jumlah penduduk miskin di perkotaan Jabar lebih banyak daripada di perdesaan, tetapi tingkat kemiskinan di perdesaan relatif lebih tinggi daripada di perkotaan
• Kemiskinan di perdesaan cenderung menurun lebih lambat daripada di perkotaan Dana Desa?
• Laju penurunan perdesaan < perkotaan ketimpangan perdesaan-perkotaan akan memburuk
-20,00%
-15,00%
-10,00%
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019
Perdesaan Perkotaan Perkotaan+Perdesaan Nasional (Perdesaan)
Tahun 2017-2018 penurunan kemiskinan cukup tajam baik di perdesaan dan perkotaan, tren yang sama dengan nasional BPS: bantuan sosial tepat waktu, pengendalian inflasi, nilai tukar petani yang tinggi
Perubahan persentase kemiskinan (Jawa Barat)
• 38% penduduk perdesaan berusia dewasa
• Urutan kelompok usia yang berada pada kuintil 1: dewasa (34%), anak (32%), pemuda (21%), dan lansia (13%)
• Kelompok usia dewasa dan anak perlu mendapat perhatian khusus: – Dewasa lapangan kerja/alternatif
sumber penghasilan
– Anak pendidikan
4
PERMASALAHAN KEMISKINAN Permasalahan Utama Kemiskinan Perdesaan di Jawa Barat
28,2%
22,64% 38,33%
10,84% Anak (0-15)
Pemuda (16-30) Dewasa (31-59)
Lansia (>59)
STRUKTUR PENDUDUK PERDESAAN
32,17%
29,27% 25,4%
Q1 Q2 Q3-Q5
13,23% 11.45
% 9.16%
Q1 Q2 Q3-Q5
20,94%
21,51%
24,15%
Q1 Q2 Q3-Q5
33,66%
37,77%
41,29%
Q1 Q2 Q3-Q5
5
PERMASALAHAN KEMISKINAN Permasalahan Utama Kemiskinan Perdesaan di Jawa Barat
80,2
75,18
68,83
62,52
51,27
14,29
17,23
19,64
20,14
16,81
5,51
7,59
11,53
17,35
31,91
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
SD/sederajat atau belum punya ijazah sama sekali SMP/sederajat >SMP/sederajat
6,86%
23,97%
70,07%
6,26%
20,90%
72,84%
8,06%
22,81%
69,1%
Q1 Q2 Q3-Q5 Pendidikan • HLS: 12,45 (2018), RLS: 8,15 (2018)
• 71,12% penduduk Jabar di perdesaan adalah lulusan SD/belum punya ijazah sama sekali
• Tiga alasan tertinggi tidak sekolah: masalah biaya, bekerja, dan menikah
• Ketersediaan saja tidak cukup, tetapi kapasitas mengakses Pendidikan juga penting
• Kualitas ?
• Lulusan pendidikan tinggi tidak tinggal di desa, pendidikan rendah urbanisasi ke kota urbanisasi semu
6
PERMASALAHAN KEMISKINAN Permasalahan Utama Kemiskinan Perdesaan di Jawa Barat
• Ketimpangan penguasaan lahan dan modal
• Penghasilan tidak menentu
• Peningkatan efisiensi produksi vs penyerapan tenaga kerja
• Manajemen produksi modern vs tradisional
• Orientasi pasar vs subsisten
Pertanian 74,6% RT menguasai total 32,7% lahan pertanian (rata-rata per RT: < 0.5 ha) 2,8% RT menguasai total 23,7% lahan pertanian
(rata-rata per RT: ≥ 2 ha) Sumber: Sensus Pertanian 2013
• Imbal hasil rendah, penuh risiko
• Buruh nelayan – pemilik kapal – Bakul ketergantungan buruh pada Bakul
Perikanan
7
Usia lansia sulit mencari pekerjaan lain
PERMASALAHAN KEMISKINAN Permasalahan Utama Kemiskinan Perdesaan di Jawa Barat
36,02%
23,73%
17,20%
9,64%
9,04% 4,35%
SEKTOR KERJA DI PERDESAAN JAWA BARAT
Pertanian, perkebunan,kehutanan, dan perikanan
Perdagangan, rumah makan,dan akomodasi
Industri
Jasa kemasyrakatan, sosial, danperorangan
Konstruksi
Transportasi, pergudangan, dankomunikasi
Total: 63,61% (peringkat ke-6 terendah se-Indonesia)
Laki-laki: 85,04%
Perempuan: 41,98% (peringkat ke-4 terendah se-Indonesia)
Total: 6,76% (peringkat ke-3 tertinggi se-Indonesia)
Laki-laki: 6,53% (peringkat ke-3 tertinggi se-Indonesia)
Perempuan: 7,24%
Sektor kerja mayoritas: pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan
Jenis dan jumlah lapangan kerja terbatas Industri warga miskin? >> industri rumah
tangga; Hambatan masuk industri: tingkat pendidikan SD,
motivasi
TPAK TPT
8
Rentan terjerat utang strategi
bertahan
8.5% memiliki rekening tabungan
8.8 % memiliki
pinjaman dari LK formal
10,4% memiliki
pinjaman dari LK informal/
perseorangan
MISKIN
18.5% memiliki rekening tabungan
21.6 % memiliki
pinjaman dari LK formal
13.4% memiliki
pinjaman dari LK informal/
perseorangan
TIDAK MISKIN
Penghasilan yang kecil dan tidak
menentu sulit menabung
Literasi Keuangan Rendah Infrastruktur Dasar
60,64 50,58
36,94
39,36 49,42
63,06
Q1 Q2 Q3-Q5
Ada
Tidak ada
51,67 45,72 36,46
48,33 54,28 63,54
Q1 Q2 Q3-Q5
Ada
Tidak ada
PERMASALAHAN KEMISKINAN Permasalahan Utama Kemiskinan Perdesaan di Jawa Barat
Akses Sanitasi Layak
Akses Air Bersih
9
PERMASALAHAN KEMISKINAN Permasalahan Utama Kemiskinan Perdesaan di Jawa Barat
0
10
20
30
40
50
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
Distribusi Bansos Perdesaan
Rastra PKH PIP
21,03 30,25 37,44
49,69 68,91
35,89
54,38 48,83
49,45 42,04
28,13
47,76
16,11 14,88 9,64 6,69 2,14
11,49 8,49 6,03 3,47 1,58 0,83 4,86
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Kelompok1
Kelompok2
Kelompok3
Kelompok4
Kelompok5
Total
Integrasi bansos (perdesaan)
Tidak menerima 1 bantuan 2 bantuan 3 bantuan
Ketepatan sasaran penerima program Bantuan Sosial
•Secara umum sudah terdistribusi dengan baik
•Bansos yang paling banyak diterima oleh kuintil 1 adalah Rastra
• Isu lain: kebutuhan vs ketepatan program (contoh: program penyaluran ayam di Kab. Cirebon)
•Inovasi dalam mengelola dana desa masih rendah Dana Desa
• Mengatasi masalah (kuratif) vs mengembangkan ekonomi (preskriptif)
• Pembinaan kemasyarakatan terjebak kegiatan rutinitas
Pendampingan belum maksimal Pendampingan
•Strategi pendampingan belum jelas
•Pendampingan: pemberdayaan masyarakat, pengembangan ekonomi/BUMDes, literasi keuangan, dan aspirasi warga masih kurang
• Persentase kemiskinan Kab. Cirebon: 10,7% (2018)
• Banyak industri tetapi tingkat kemiskinan tinggi UMR makin tinggi, pabrik pindah ke Majalengka
PERMASALAHAN KEMISKINAN Studi Kasus: Kabupaten Cirebon
2015
2000
Sumber: Poverty Map SMERU
31,64%
Perdagangan, rumah makan, dan
akomodasi
11,71% Pertanian,
perkebunan, kehutanan, dan
perikanan
17,60% Jasa
kemasyarakatan, sosial, dan perorangan
17,24% Industri
pengolahan
13,78% Konstruksi
Aspek Deskripsi
Aset ekonomi Tidak memiliki modal dan lahan
Meminjam uang bukan untuk hal produktif
Kendaraan: sepeda, tidak punya kendaraan/motor
Tingkat Pendidikan
Kepala rumah tangga mayoritas SD/tidak sekolah
RLS: 6,62, HLS: 12,22 (2018)
Pekerjaan Bersifat harian, musiman, atau tidak kontinu (sektor informal) bekerja sebagai buruh tani, kuli serabutan, nelayan, buruh pabrik, ngorek
Penghasilan 15-75 ribu/hari
Lingkungan Lingkungan rumah kumuh
Sosial Gaya hidup konsumtif
Karakteristik orang miskin (berdasarkan hasil FGD):
11
Program penanggulangan kemiskinan disesuaikan dengan karakteristik dan akar permasalahan
• Dana desa mengoptimalkan BUMDes, membaca potensi desa dan warga
Pendampingan komprehensif untuk orang miskin (menuntun mereka keluar dari kemiskinan)
• Petani didampingi agar memiliki kemampuan membaca pasar memproduksi apa yang bisa dijual, bukan menjual apa yang diproduksi
Pemantauan dan evaluasi memastikan program tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat sasaran
Menciptakan alternatif sumber penghidupan selain pertanian dan atau pengolahan produk
pertanian
peluang untuk keluar dari kemiskinan 47% lebih besar dengan pendidikan
Menyelamatkan generasi selanjutnya agar keluar dari kemiskinan
Memaksimalkan upaya peningkatan sumber daya manusia di perdesaan melalui pendidikan
sebagai kunci pengurangan kemiskinan
Tantangan: bagaimana Pemda bisa melaksanakan
hal tersebut inovasi, integrasi, dan sinergi
program
IMPLIKASI KEBIJAKAN