tata guna lahan kabupaten klaten

32
Tugas Mata Kuliah Prasarana Wilayah dan Kota II TATA GUNA DAN PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KLATEN Disusun oleh: Dina Arifia I0612012 Dyah Ayu L. I0612014 M. Anwan B. I0612027 M. Fadel D. P. I0612029 Noer Dwi R. P. I0612031

Upload: tri-yuwono

Post on 22-Nov-2015

346 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Tugas Mata Kuliah Prasarana Wilayah dan Kota IIDosen Pengampu: Ir. Kuswanto Nurhadi, M.T.

TATA GUNA DAN PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KLATEN

Disusun oleh:Dina ArifiaI0612012Dyah Ayu L.I0612014M. Anwan B.I0612027M. Fadel D. P.I0612029Noer Dwi R. P.I0612031

Program Studi Perencanaan Wilayah Dan KotaJurusan Arsitektur Fakultas TeknikUniversitas Sebelas Maret Surakarta2013

A. PROFIL KABUPATEN KLATENKabupaten Klaten merupakan suatu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan mempunyai luas 655,56 km2. Secara geografis terletak antara 73219 LS sampai 74833 LS dan antara 1102614 BT sampai 1104751 BT dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara: Kabupaten Boyolali Sebelah Timur: Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan: Kabupaten Gunung Kidul Sebelah Barat: Kabupaten SlemanSecara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam daerah-daerah sebagai berikut:

Tabel A.1 Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten KlatenNo.Nama KecamatanJumlahLuas Wilayah (km2)

DesaKelurahanDukuh

1.Prambanan16-18324,43

2.Gantiwarno16-14925,64

3.Wedi19-17824,38

4.Bayat18-22839,43

5.Cawas20-23834,47

6.Trucuk18-17133,81

7.Kalikotes7-9912,98

8.Kebonarum7-659,67

9.Jogonalan18-20226,70

10.Manisrenggo16-25226,96

11.Karangnongko14-3526,74

12.Ngawen13-12416,97

13.Ceper18-4224,45

14.Pedan14-15119,17

15.Karangdowo19-16129,23

16.Juwiring19-20829,79

17.Wonosari18-14931,14

18.Delanggu16-3718,78

19.Polanharjo18-4423,84

20.Karanganom19-4824,06

21.Tulung18-18532,00

22.Jatinom17120735,53

23.Kemalang13-21451,66

24.Klaten Selatan11111214,43

25.Klaten Tengah36978,92

26.Klaten Utara6212410,38

Total391103.703655,56

Sumber: Klaten Dalam Angka 2009

Berikut merupakan peta pembagian administrasi di wilayah Kabupaten Klaten. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kabupaten Klaten terdiri dari 26 kecamatan. Kabupaten Klaten juga merupakan jalur penghubung antara Kota Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga terdapat jalan arteri yang melintang dari Kecamatan Delanggu hingga Kecamatan Prambanan. Selain itu juga terdapat jalan kolektor yang menghubungkan wilayah-wilayah penting di Kabupaten Klaten.

Gambar A.1 Peta Administrasi Kabupaten Klaten

B. KONDISI TANAH DI KABUPATEN KLATENJenis tanah mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan lahan yang di atasnya. Hal ini terkait dengan potensi yang terkandung di dalam tanah itu sendiri sehingga tidak terjadi kesalahan pemanfaatan lahan. Di Kabupaten Klaten sendiri terdapat beberapa jenis tanah yang tersebar di seluruh wilayah yang ada, yaitu :a. Tanah Regosol-AluvialTanah regosol dan aluvial yang ada di wilayah Kabupaten Klaten merupakan tanah yang terbentuk dari endapan material vulkanik dari Gunung Merapi. Persebarannya berada di bagian tengah Kabupaten Klaten dan mendominasi lahan di Kabupaten Klaten. Kedua jenis tanah ini merupakan tanah yang subur sehingga sesuai untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.b. Tanah GrumosolJenis tanah grumosol merupakan lapisan tanah yang mempunyai bahan induk berupa batu kapur. Tanah jenis ini mempunyai potensi untuk pertambangan batu kapur/gamping. Tanah Grumosol di Kabupaten Klaten terdapat di sebelah selatan yang meliputi Kecamatan Cawas, Bayat, Wedi, Gantiwarno, dan Prambananc. Tanah Litosol-LatosolJenis tanah ini terbentuk karena adanya proses pelapukan batuan lain dan berpotensi sebagai kawasan pengembangan vegetasi hutan. Persebaran jenis tanah ini berada di Kecamatan Kemalang dan Bayat.

Gambar B.1 Persentase Jenis Tanah Kabupaten Klaten

Sumber : Data Digital BPN Kabupaten KlatenJenis tanah yang menempati persentase terbesar di Kabupaten Klaten adalah jenis tanah Regosol Kelabu, disusul Regosol Coklat Kelabu, kemudian jenis tanah Grumosol, posisi keempat adalah jenis Aluvial Kelabu, disusul Kompleks Litosol dan Mediteran Latosol serta Kompleks Litosol dan Regosol Kelabu, dan yang terakhir adalah jenis tanah Komplek Regosol Coklat dan Kelabu.Sedangkan peta persebaran jenis tanah di Kabupaten Klaten dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar B.2 Peta Jenis Tanah Kabupaten Klaten

C. PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KLATENSecara umum penggunaan lahan di Kabupaten Klaten sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian, pertambangan, dan permukiman seperti yang tampak pada peta di bawah ini. Penggunaan lahan yang lain adalah untuk hutan, rawa-rawa, dan kawasan industry. Masing-masing fungsi lahan akan dijelaskan lebih lanjut pada uraian berikut.

Gambar C.1 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Klaten

1. PertanianPemanfaatan suatu lahan sebagai lahan pertanian sangat bergantung pada kondisi tanah yang ada. Sebagian besar tanah di Kabupaten Klaten merupakan jenis tanah regosol yang berasal dari endapan material vulkanik Gunung Merapi sehingga termasuk kategori tanah subur, yaitu seluas 57.047 Ha (87,02 %). Terdapat di kaki vulkanik dengan topografi landai yaitu berkisar antara 0-15%, serta kaya akan sumber air dimana terdapat 174 sumber. Dengan demikian maka Kabupaten Klaten memiliki potensi pertanian yang tinggi. Kawasan pertanian di Kabupaten Klaten terbagi menjadi dua jenis pertanian utama, yaitu:a. Kawasan Pertanian Lahan BasahKawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan yang lahannya diperuntukkan untuk pertanian tanaman pangan, yang umumnya diberi pengairan misalnya menggunakan lahan sawah sebagai areal penanaman. Sebagian besar wilayah Kabupaten Klaten merupakan tanah untuk pertanian tanaman pangan lahan basah seluas 33.579 Ha. Dari sawah tersebut yang secara rutin sebagai lahan basah seluas 32.359 Ha, sedangkan sawah tadah hujan seluas 1.220 Ha yang dalam kenyataannya sering dikonservasikan untuk tanaman lahan kering. Potensi pertanian lahan basah adalah Kecamatan Cawas, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Polanharjo, Delanggu, Trucuk, Gantiwarno, Manisrenggo, Ceper, dan Ngawen. Persebarannya dapat dilihat pada peta berikut:

Gambar C.2 Peta Penyebaran Pertanian Lahan Basah Kabupaten Klaten

Seiring dengan dinamika wilayah Kabupaten Klaten, luas lahan sawah yang ada juga mengalami perubahan. Dari grafik di bawah dapat dilihat bahwa luas sawah di Kabupaten Klaten terus mengalami penurunan dari tahun 2005-2009. Penurunan luas sebesar 82 Ha atau jika dirata-rata tiap tahunnya terjadi pengurangan lahan sawah sebesar 20,5 Ha/tahun.

Grafik C.1: Perubahan Luas Lahan Basah Kabupaten Klaten

Sumber: Klaten Dalam Angka 2009

b. Kawasan Pertanian Lahan KeringKawasan pertanian lahan kering merupakan kawasan budidaya pertanian untuk tanaman pangan tanpa pengairan, berupa ladang/tegalan/kebun untuk areal penanaman yang jumlah seluruhnya mencapai 6.301 Ha. Akan tetapi potensi untuk dikembangkan mencapai sebesar 6.263 Ha atau 9,55% dari luas total wilayah Kabupaten Klaten. Kawasan ini tersebar di beberapa kecamatan, meliputi: Kecamatan Kemalang: 1.848 Ha Kecamatan Manisrenggo: 137 Ha Kecamatan Karangnongko: 845 Ha Kecamatan Jatinom: 1.540 Ha Kecamatan Tulung: 708 Ha Kecamatan Pedan: 313 Ha Kecamatan Bayat: 782 Ha Kecamatan Cawas: 47 Ha

Berikut merupakan peta persebaran pertanian lahan kering di Kabupaten Klaten:

Gambar C.2 Peta Penyebaran Pertanian Lahan Kering Kabupaten Klaten

Grafik di atas menunjukkan bahwa luas lahan ladang/tegalan/kebun di

Kabupaten Klaten dari tahun 2005-2009 cenderung mengalami penurunan. Sebanyak 49 Ha lahan berkurang dari tahun 2005-2009, jika dirata-rata tiap tahunnya lahan yang berkurang adalah 12,25 Ha/tahun.

Grafik C.2: Perubahan Luas Pertanian Lahan Kering Kabupaten Klaten

Sumber: Klaten Dalam Angka 2009

Baik dari pertanian lahan basah maupun lahan kering di wilayah Kabupaten Klaten tiap tahunnya terus terjadi perubahan jumah luas lahan. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2005-2009 perubahan luas yang terjadi terus mengalami penurunan. Jika dijumlahkan antara pertanian lahan basah dan lahan kering, luas total wilayah pertanian di Kabupaten Klaten pada 2005 adalah 39.806 Ha. Hingga tahun 2009 jumlahnya menjadi sebesar 39.675 Ha. Artinya lahan pertanian di Kabupaten Klaten berkurang 131 Ha mulai dari tahun 2005 - 2009. Lahan pertanian yang berkurang tersebut 61,38% digunakan sebagai perumahan, 18,96% digunakan untuk industri, 10,30 % digunakan untuk perusahaan, dan sisanya yaitu sebesar 9,36% digunakan untuk jasa.

2. KehutananHutan di Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga jenis yaitu Hutan Lindung, Hutan Produksi, serta Hutan Rakyat yang persebarannya dapat dilihat pada peta berikut:

Gambar C.3 Peta Penyebaran Kawasan Kehutanan Kabupaten Klaten

Hutan Lindung, secara administratif berada di wilayah Kecamatan Kemalang yang meliputi Desa Tegalmulyo dan Desa Sidoharjo. Hutan lindung ini berada pada lereng Gunung Merapi pada ketinggian 700-1200 mdpl dengan luas 639,8 Ha Hutan Produksi, terletak dalam tiga wilayah kecamatan, taitu: Kecamatan Bayat, Kecamatan Wedi, dan Kecamatan Kalikotes. Hutan produksi ini terletak pada perbukitan sekis filit dan perbukitan kapur/batu dengan ketinggian 300-500 mdpl. Hutan Rakyat, merupakan program pemerintah melalui program penghijauan dan rehabilitasi lahan serta konservasi tanah. Hutan Rakyat tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang mempunyai lahan kering antara lain: Kecamatan Bayat, Kemalang, Gantiwarno, Jatinom, Wedi, Tulung, Karangnongko, dan Manisrenggo. Hingga saat ini luas Hutan Rakyat adalah 1.202 Ha.

3. Kolam/RawaLuas total kolam/rawa adalah seluas 202 Ha dengan kolam/rawa terbesar terdapat di Kecamatan Bayat, yaitu Rawa Jombor. Rawa/kolam seluas 180 Ha ini oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten digunakan sebagai tempat budidaya ikan air tawar, di samping fungsinya juga sebagai kawasan wisata.

4. PertambanganLuas daerah pertambangan di Kabupaten Klaten sebesar 2.605 Ha. Luas tersebut terdiri dari 3 daerah pertambangan yaitu pertambangan pasir sebesar 46 Ha, batu gamping 464 Ha, dan batu andesit 2.095 Ha. Persebaran wilayah pertambangan tersebut antara lain: Marmer, di Kecamatan Bayat dan Kecamatan Wedi. Diarit, di Kecamatan Bayat. Batu gamping, di Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, dan Kecamatan Kalikotes. Pasir dan Batu, di Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Kemalang, Kecamatan Tulung, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Jatinom, Kecamatan Prambanan. Lempung keramik, di Kecamatan Jogolanan, Kecamatan Kebonarum, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Juwiring. Trass, di Kecamatan Karangdowo.

Untuk lebih memperjelas penyebaran wilayah pertambangan tersebut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini:

Gambar C.4 Peta Penyebaran Kawasan Pertambangan Kabupaten Klaten

5. PerumahanPerumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Di Kabupaten Klaten, luas wilayah perumahan di tahun 2005 adalah sebesar 19.920 Ha. Jumlah ini terus bertambah sebesar 112 Ha menjadi 20.032 Ha. Ini berarti sebesar 30,56% wilayah Kabupaten Klaten digunakan sebagai kawasan permukiman. Namun pertambahan jumlah perumahan/bangunan di Kabupaten Klaten tidak diiringi dengan peningkatan luas ruang terbuka hijau (RTH). Menurut UU No.26 th. 2007 tentang Penataan Ruang, luas RTH yang harus dimiliki oleh suatu wilayah adalah sebesar 30% dari luas wilayah yang ada. Namun untuk Kabupaten Klaten luas RTH hanya sebesar 21%.

Grafik C.3: Perubahan Luas Lahan Perumahan Kabupaten Klaten

Sumber : Klaten dalam Angka 2009

6. PerindustrianJenis industri yang ada di Kabupaten Klaten antara lain cor logam, konveksi, mebel, gerabah, dan tembakau asapan. Luas areal yang digunakan untuk perindustrian pada tahun 2005 adalah seluas 787 Ha dan terus meningkat hingga tahun 2009 yaitu seluas 834 Ha. Kecamatan dengan jumlah industri terbesar adalah Kecamatan Ceper. Persebaran industri di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada peta berikut:

Gambar C.5 Peta Penyebaran Kawasan Industri Kabupaten Klaten

D. KETERKAITAN TATA GUNA & PENGGUNAAN LAHANMenurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dan lain-lain. Maka dari itu tata guna lahan mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan sektor-sektor lain pengembangan suatu kawasan.

1. Keterkaitan Tata Guna Lahan dengan KependudukanPenduduk merupakan sekelompok orang yang melakukan aktivitas pada sejumlah lahan, sehingga sangat jelas apabila tata guna lahan behubungan erat dengan aspek kependudukan. Penduduk suatu wilayah kemungkinan besar akan selalu bertambah setiap tahunnya, tidak terkecuali di Kabupaten Klaten. Pertambahan jumlah penduduk tentunya juga memerlukan tambahan ruang untuk kebutuhan perumahan penduduk pada khususnya dan untuk permukiman penduduk pada umumnya.Wilayah Klaten yang awalnya mempunyai 33.579 Ha untuk alokasi sawah, dengan pertambahan penduduk yang tidak terkendali akan memungkinkan hilangnya sawah dan diganti dengan kemunculan perumahan-perumahan baru. Hal ini berakibat fatal pada kelanjutan perekonomian penduduk itu sendiri serta pada ketahanan pangan Kabupaten Klaten. Bukan hanya pada Kabupaten Klaten saja, tetapi juga pada kota-kota yang disangganya, karena Klaten memasok beras ke daerah-daerah di sekitarnya.Keterkaitan lain yang muncul adalah mengenai kepadatan penduduk. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten, sarana perumahan menempati 30,56% dari luas total wilayah kabupaten. Kepadatan ini termasuk rendah karena menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan jika luas tutupan lahan berkisar antara 30-45% termasuk kategori kawasan dengan tingkat kepadatan rendah.

2. Keterkaitan Tata Guna Lahan dengan TransportasiTata guna lahan dan jaringan transportasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan dijalankan sendiri-sendiri. Jaringan jalan berfungsi sebagai pemisah guna lahan sekaligus sebagai akses menuju lahan itu sendiri. Sehingga jaringan jalan yang tidak mampu melayani suatu lahan akan disebut gagal.Hubungan antara tata guna lahan dengan transportasi di Kabupaten Klaten terlihat dari pertumbuhan guna lahan (seperti lahan permukiman, perkantoran dan bangunan lain tempat berlangsungnya kegiatan) di sepanjang jalan-jalan utama yang terdapat di pusat Kabupaten Klaten, yaitu Kota Klaten. Kota klaten terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Klaten Tengah dan Kecamatan Klaten Selatan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan aksesibilitas di Kota Klaten. Sehingga penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan (perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan, dll) di Kota Klaten mendekati akses ke jalan utama tersebut.Dari ketiga kecamatan yang terdapat di Kota Klaten tersebut terdapat penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan sebesar 3986,30 Ha. Dari total luas penggunaan lahan tersebut, terdapat sekitar 2734,52 Ha yang terkonsentrasi di jalan utama. Artinya, terdapat sekitar 68,9% penggunaan lahan untuk pusat-pusat kegiatanyang terkonsentrasi d jalan utama. Hal ini menunjukkan bahwa jalan raya (aksesibilitas transportasi) sangat berpengaruh terhadap tata guna lahan di sekitar jalan tersebut.

E. PENGEMBANGAN TATA GUNA LAHAN KABUPATEN KLATENRencana pengembangan dan peraturan penggunaan lahan di Kabupaten Klaten didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten. RTRW Kabupaten Klaten merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Klaten yang menetapkan lokasi yang harus dilindungi, lokasi pengembangan kawasan budidaya termasuk kawasan produksi dan kawasan permukiman (bangunan gedung) yang berada dalam wilayah Kabupaten Klaten.RTRW Kabupaten Klaten dijadikan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan ruang secara terencana, terarah, terpadu, dan berkesinambungan. Pemanfaatan ruang ini akan menciptakan suatu pola tata guna lahan dengan berpedoman pada RTRW. Dengan adanya penataan lahan yang berpedoman pada RTRW ini diharapkan mampu mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan tetap berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi, dan dapat dijadikan acuan dalam program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.Dalam RTRW Kabupaten Klaten dijelaskan tentang Rencana Struktur dan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah yang merupakan acuan dalam RTRW untuk pemanfaatan ruang:1. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang WilayahMerupakan rencana pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan hierarki pusat pelayanan wilayah. Hierarki pusat pelayanan adalah suatu jejaring yang menggambarkan sebaran kota-kota kecamatan dan fungsional kota-kota yang terkait dengan pola transportasi dan prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah Kabupaten Klaten. Hierarki ini terdiri dari sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan, serta sistem prasarana wilayah.a. Sistem Permukiman PerdesaanSistem permukiman perdesaan terdiri dari : Permukiman desa kota, merupakan permukiman perdesaan yang karena posisinya termasuk dalam wilayah administrasi kota, yaitu sekitar Kota Klaten dan ibukota-ibukota kecamatan. Permukiman desa tradisonal, merupakan permukiman perdesaan yang posisinya sebagai daerah belakang ibukota-ibukota kecamatan.Dalam strategi pengembangannya pengelolaan kawasan perdesaan diarahkan untuk meningkatkan fungsi kawasan sebagai permukiman dan sentra produksi pertanian dengan pendekatan teknologi sehingga tetap memiliki daya tarik bagi penyerapan tenaga kerja dan pengembangan ekonomi.

b. Sistem Permukiman PerkotaanSistem permukiman perkotaan membentuk sistem kota sebagai sistem simpul pelayanan, yang terdiri dari : Pusat pelayanan wilayah atau Kota Hirarki I, yaitu Kota Klaten yang meliputi wilayah kecamatan Klaten Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan, yang berfungsi sebagai : pusat pelayanan pemerintahan sampai dengan kantor pemerintahan tingkat kabupaten, pusat pelayanan kesehatan sampai dengan setingkat rumah sakit umum, pusat pelayanan pendidikan sampai dengan setingkat pendidikan tinggi, pusat pelayanan perdagangan sampai dengan setingkat pasar khusus (pasar hewan dan buah), dan pusat pelayanan jasa keuangan sampai dengan setingkat bank umum dan swasta. Pusat pelayanan sub-wilayah atau Kota Hirarki II, yaitu Kota Delanggu, Prambanaan, Jatinom, Cawas, dan Pedan, yang berfungsi sebagai : pusat pelayanan pemerintahan sampai dengan kantor pemerintahan tingkat kecamatan, pusat pelayanan kesehatan sampai dengan setingkat puskesmas rawat inap, pusat pelayanan pendidikan sampai dengan setingkat pendidikan sekolah menengah tingkat atas, pusat pelayanan perdagangan sampai dengan setingkat pasar khusus umum, dan pusat pelayanan jasa keuangan sampai dengan setingkat bank cabang tingkat kecamatan. Pusat pelayanan kecamatan atau Kota Hirarki III, yaitu Kota Juwiring, Jogonalan, Ceper, Gantiwarno, Trucuk, Wedi, Wonosari, Karangdowo, Tulung, Polanharjo, Kemalang, Ngawen, Karanganom, Karangnongko, Kebonarum, Bayat, Manisrenggo, dan Kalikotes, yang berfungsi sebagai : pusat pelayanan pemerintahan sampai dengan kantor pemerintahan setingkat kecamatan, pusat pelayanan kesehatan sampai dengan setingkat puskesmas rawat jalan, pusat pelayanan pendidikan sampai dengan setingkat pendidikan menengah atas, pusat pelayanan perdagangan sampai dengan setingkat pasar kecamatan, dan pusat pelayanan jasa keuangan sampai dengan setingkat bank cabang kecamatan dan badan kredit kecamatan.

2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang WilayahDalam rencana pola pemanfaatan ruang wilayah digambarkan tentang daerah persebaran kawasan lindung dan budidaya serta pengembangannya.a. Kawasan LindungKawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung diarahkan dalam upaya mempertahankan kawasan lindung yang masih ada dan mengoptimalkan fungsinya melalui pengawasan yang lebih baik. Kawasan lindung di Kabupaten Klaten terdiri dari 4 kawasan, yaitu :1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan di BawahnyaMerupakan yang berada pada ketinggian dan kemiringan tertentu yang apabila tidak dilindungi dapat membahayakan kehidupan di kawasan yang berada di bawahnya. Di Kabupaten Klaten kawasan ini ditetapkan di lereng Gunung Merapi Kecamatan Kemalang sebesar 15,7% dari luas total Kecamatan Kemalang atau 810,6 Ha.

2. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar waduk/rawa : ditetapkan meliputi dataran sepanjang tepian danau, waduk atau rawa, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari pasang titik tertinggi kea rah darat, terletak di sekitar Rawa Jombor Kawasan sekitar mata air ditetapkan meliputi kawasan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar seluruh mata air.

3. Kawasan Pelestarian Alam Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Kawasan Cagar Budaya : Kecamatan Prambanan : Kawasan Candi Prambanan, Candi Sowijan, Candi Bubrah, Candi Lumbung, Candi Asu, dan Candi Plaosan Kecamatan Karangnongko : Kawasan Candi Merak Kecamatan Bayat : Kawasan Pandanaran

4. Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi ditetapkan di sebagian Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Manisrenggo dengan luas sekitar 532 Ha. Kawasan rawan bencana tanah longsor/erosi ditetapakan di : Lereng pegunungan Jiwowetan Kecamatan Wedi Desa Sukorini Kecamatan Manisrenggo Desa Tegalmulyo, Tlogowatu, Sidorejo, Bumiharjo, Tangkil, Dompol, Kendalsari, Balerante, Bawukan, dan Kecamatan Kemalang.Berikut merupakan peta rawan bencana untuk Kabupaten Klaten:

Gambar E.1 Peta Penyebaran Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Klaten

b. Kawasan BudidayaKawasan budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna bagi hidup dan kehidupan manusia yang terdiri dari kawasan budidaya pertanian dan non-pertanian. Pengelolaan kawasan budidaya diarahkan pada optimalisasi fungsi kawasan. Kawasan budidaya Kabupaten Klaten terdiri dari:1. Kawasan Hutan ProduksiKawasan hutan produksi terbagi menjadi dua yaitu kawasan hutan rakyat dan kawasan hutan produksi terbatas yang dapat dikelola dengan tetap mempertahankan fungsi hutannya. Pengembangan kawasan hutan produksi ditetapkan sebagai berikut : Kawasan hutan rakyat ditetapkan di Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, Tulung, Manisrenggo, Gantiwarno, Wedi, Kalikotes, dan Bayat. Kawasan hutan produksi terbatas ditetapkan di wilayah Kecamatan Bayat.

2. Kawasan PertanianPengembangan kawasan pertanian ditetapkan sebagai berikut : Kawasan pertanian lahan basah ditetapkan dengan lokasi tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali Kecamatan Kemalang. Kawasan tanaman pangan lahan kering ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Karangnongko, Jatinom, Tulung, Pedan, Bayat, dan Cawas. Kawasan tanaman tahunan/perkebunan ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, Tulung, Bayat, Trucuk, Manisrenggo, dan Wedi. Kawasan peternakan sapi perah ditetapkan dengan lokasi di Kemalang, Manisrenggo, Jatinom, Karangnongko, dan Tulung. Kawasan perikanan air tawar ditetapkan dengan lokasi di sekitar Rawa Jombor Kecamatan Bayat, Kecamatan Polanharjo, Tulung, dan Kebonarum.

3. Kawasan PertambanganPengembangan kawasan pertamabangan ditetapkan sebagai berikut : Pertambangan batu Andesit Karangdowo ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Karangdowo. Pertambangan batu gamping ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Bayat dan Cawas. Pertambangan gabro dan diorit ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Bayat. Pertambangan lempung alluvial ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Gantiwarno, Karangnongko, Jogonalan, Kebonarum, Bayat, Ngawen, Karanganom, dan Ceper. Pertambangan pasir vulkanik dan Andesit Merapi ditetapkan dengan lokasi di Kecamatan Kemalang dan Manisrenggo.

4. Kawasan Peruntukan IndustriPengembangan kawasan peruntukan industri ditetapkan sebagai berikut : Kawasan perindustrian ditetapkan di Desa Karanganom Kecamatan Klaten Utara dan Kelurahan Mojayan Kecamatan Klaten Tengah. Kawasan industri ditetapkan di Desa Troketon dan Desa Kaligawe Kecamatan Pedan dengan luas lahan 100 Ha. Kawasan sentra industri ditetapkan di : Kecamatan Ceper sebagai sentra industri cor logam Kecamatan Pedan sebagai sentra industri tenun ATBM Kecamatan Wedi sebagai sentra industri konveksi Kecamatan Juwiring dan Kecamatan Trucuk sebagai sentra industri mebel/furnitur Kecamatan Bayat sebagai sentra industri gerabah/keramik Kecamatan Trucuk dan Manisrenggo sebagai sentra industri tembakau asapan Kecamatan Ngawen sebagai sentra industri soon Kecamatan Jogonalan sebagai sentra makanan kecil

5. Kawasan PariwisataKawasan wisata di Kabupaten Klaten terdiri dari kawasan wisata alam, permainan dan olahraga (pemandian), ziarah (keagamaan), pendidikan (museum), budaya (tradisi), dan peninggalan sejarah (candi). Pengembangan kawasan wisata ditetapkan sebagai berikut : Candi Prambanan, Sewu, dan Plaosan di Kecamatan Prambanan. Deles Indah di Kecamatan Kemalang. Museum Gula Jawa Tengah di Gondangwinangun Kecamatan Jogonalan. Rawa Jombor Permai dan Makam Ki Ageng Pandanaran di Kecamatan Bayat. Wisata Alam Gunung Watu Prau dan Pegunungan Kidul di Kecamatan Bayat. Wisata Sumber Air Ingas, Pemandian Lumban Tirto, Pemancingan Janti, dan Tradisi Padusan di Kecamatan Tulung. Wisata Pemandian Jolotundo di Kecamatan Karanganom. Wisata Pemandian Tirtomulyono di Kecamatan Kebonarum. Wisata Makam Ki Ageng Gribig dan Tradisi Yaqowiyu di Kecamatan Jatinom. Wisata Makam Ki Ageng Ronggowarsito di Kecamatan Trucuk. Wisata Makam Ki A. Perwito di Kecamatan Wonosari.

6. Kawasan PermukimanKawasan permukiman terdiri dari kawasan permukiman perdesaan dan kawasan permukiman perkotaan. Pengembangan kawasan permukiman meliputi : Kawasan permukiman perdesaan ditetapkan di seluruh wilayah kecamatan, dengan dominasi di Kecamatan Gantiwarno, Wedi, Cawas, Bayat, Trucuk, Kebonarum, Jogonalan, Manisrenggo, Karangnongko, Ngawen, Ceper, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Polanharjo, Karanganom, Tulung, dan Kemalang. Kawasan permukiman perkotaan ditetapkan di Kecamatan Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, Delanggu, Prambanan, Kalikotes, Pedan, Jatinom dan pusat-pusat pelayanan kecamatan lainnya.

Pembangunan dan pengembangan kawasan perumahan baru harus mengacu pada persyaratan lokasi sebagai berikut : Tidak berlokasi pada kawasan rawan bencana Tidak berlokasi pada kawasan konservasi Tidak berlokasi pada kawasan yang masih dalam sengketa Mempunyai sumber air baku yang memadai (kualitas dan kuantitas) atau terhubungkan dengan jaringan pelayanan air bersih serta jaringan sanitasi dan pernatusan berskala kota Terletak pada hamparan dengan luasan yang cukup, yang memungkinkan terselenggarakannya pola hunian yang berimbang Tidak terganggu oleh kebisingan Memiliki pola permukiman yang kompak Memiliki kemudahan mencapai fasilitas umum Topografi cukup datar, dengan kelerengan lahan 25%

c. Kawasan PrioritasKawasan prioritas adalah kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan penanganannya serta memerlukan dukungan penataan ruang segera dalam kurun waktu perencanaan. Kawasan prioritas pembangunan yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangannya meliputi : Kawasan perbatasan, terletak di Kecamatan Prambanan, Juwiring, Wonosari, Cawas, Manisrenggo dan Tulung Kawasan pertumbuhan cepat, terletak di Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, Pedan, Jogonalan dan Delanggu Kawasan pengembangan sektor-sektor strategis/unggulan pertanian tanaman pangan, terletak di Kecamatan Delanggu, Wonosari, Juwiring, Cawas, Karangdowo, Trucuk dan Polanharjo Kawasan kritis yang perlu dipelihara fungsi lindungnya untuk menghindarkan kerusakan lingkungan, terletak di Kecamatan Gantiwarno, Bayat, Manisrenggo, Karangnongko, Tulung, Jatinom, Kemalang Kawasan prioritas Konservasi Lereng Gunung Merapi terletak di Kecamatan Kemalang Kawasan Pengembangan Kawasan Tertinggal terletak di Kecamatan Bayat dan Gantiwarno

Pengembangan kawasan prioritas memiliki kriteria sebagai berikut : Kawasan yang mempunyai kontribusi terhadap pencapaian sasaran pembangunan secara regional dan nasional Kawasan yang tidak masuk dalam deliniasi kawasan tertentu dan andalan tetapidari dimensi Daerah memiliki peranan untuk pertumbuhan dan pemerataan yang besar Kawasan yang mempunyai permasalahan ruang yang harus segera ditangani

Lampiran Foto

HutanIndustri

PertambanganSawah22