(tectona grandis), ramayana (cassia spectabilis), falcataria)...

10
Pelita Perkebunan 2001, 18(2), 67-76 Uji Alelopati Jati (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), Gmelina (Gmelina moluccana) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) Terhadap Bibit Kakao (Theobroma cacao) (, A Study on Allelopathy of Tectona grandis, Cassia spectabilis, Gmelina moluccana, and Paraserianthes falcataria to Theobroma cacao Seedlings A. Adi Prawoto'>' RumiyatF) dan Gatot Subroto 3 ) Ringkasan Berdasarkan pertimbangan sosial ekonomi, dewasa ini banyak pekebun kakao telah menggunakan tanaman ramayana (Cassia spectabilis) serta sengon (Paraserianthes jalcataria) dan dalam waktu dekat tanaman jati (Tectona grandis) serta gmelina (Gmelina moluccana) sebagai tanaman penaung maupun tanaman sela. Sebelum digunakan seeara luas, kajian alelopati diperlukan untuk mendasari rekomendasi yang lengkap. Penelitian dilaksanakan di rumah kaea Pusat PeneUtian Kopi dan Kakao Indonesia. Bibit jati, gmelina, sengon dan lamtoro ditanam dari eabutan sedangkan ramayana dari benih. Bahan tanam kakao berupa benih propelegitim dari klon ICS 60. Bibit ditanam dalam polibeg ukuran 20 em x 30 em masing-masing diulang lima kali. Pengaruh alelopati empat spesies tanaman tersebut serta lamtoro terhadap bibit kakao diamati dalam penelitian ini. Penelitian juga mengkaji alelopati dekomposisi daun segar dari kelima spesies tersebut. Tiap bibit penaung dari kelima spesies serta dekomposisi daun segarnya dipasangkan dengan bibit kakao. Setelah bibit penaung dipelihara dan masing-masing daun penaung terdekomposisi selama tiga bulan, penyiraman bibit kakao berumur satu bulan selanjutnya menggunakan air rembesan dari polibeg yang ditanami spesies penaung. Bibit kontrol disiram dengan air sumur. Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh penambahan unsur hara dari media, ditambahkan perlakuan penyiraman dengan air rembesan media murni. Penelitian diakhiri setelah bibit kakao berumur enan1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rembesan akar maupun dekomposisi daun ramayana, jati, sengon, dan gmelina tidak menghambat pertumbuhan bibit kakao, justru ada keeenderungan terjadi pemaeuan pertumbuhan bibit. Pertumbuhan bibit kakao tertinggi diperoleh dari perlakuan penyiraman menggunakan rembesan media tanah murni yaitu (rata-rata 8 parameter pertumbuhan) sebesar 20 % lebih tinggi terhadap yang disiram air sumur. Sementara itu yang disiram rembesan akar meningkat pada kisaran 5-12 % dengan urutan dari yang terbaik yaitu jati, gmelina, sengon, ramayana 1) Ahli Peneliti (Senior Researcher); Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, JI. P.B. Sudirman 90, Jember 68118, Indonesia. 2) Alumnus (Graduate); Universitas Jember, J1. Kalimantan III1l23, Jember 68121, Indonesia 3) Dosen (Lecturer); Universitas Jember, JI. Kalimantan III1l23, Jember 68121, Indonesia Naskah diterima 29 Januari 2002 (Manuscript received 29 January 2002). 67

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Pelita Perkebunan 2001, 18(2), 67-76

Uji Alelopati Jati (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), Gmelina (Gmelina moluccana) dan Sengon (Paraserianthes falcataria)

Terhadap Bibit Kakao (Theobroma cacao) (,

A Study on Allelopathy of Tectona grandis, Cassia spectabilis, Gmelina moluccana, and Paraserianthes falcataria to

Theobroma cacao Seedlings

A. Adi Prawoto'>' RumiyatF) dan Gatot Subroto3)

~

Ringkasan

Berdasarkan pertimbangan sosial ekonomi, dewasa ini banyak pekebun kakao telah menggunakan tanaman ramayana (Cassia spectabilis) serta sengon (Paraserianthes jalcataria) dan dalam waktu dekat tanaman jati (Tectona grandis) serta gmelina (Gmelina moluccana) sebagai tanaman penaung maupun tanaman sela. Sebelum digunakan seeara luas, kajian alelopati diperlukan untuk mendasari rekomendasi yang lengkap. Penelitian dilaksanakan di rumah kaea Pusat PeneUtian Kopi dan Kakao Indonesia. Bibit jati, gmelina, sengon dan lamtoro ditanam dari eabutan sedangkan ramayana dari benih. Bahan tanam kakao berupa benih propelegitim dari klon ICS 60. Bibit ditanam dalam polibeg ukuran 20 em x 30 em masing-masing diulang lima kali. Pengaruh alelopati empat spesies tanaman tersebut serta lamtoro terhadap bibit kakao diamati dalam penelitian ini. Penelitian juga mengkaji alelopati dekomposisi daun segar dari kelima spesies tersebut. Tiap bibit penaung dari kelima spesies serta dekomposisi daun segarnya dipasangkan dengan bibit kakao. Setelah bibit penaung dipelihara dan masing-masing daun penaung terdekomposisi selama tiga bulan, penyiraman bibit kakao berumur satu bulan selanjutnya menggunakan air rembesan dari polibeg yang ditanami spesies penaung. Bibit kontrol disiram dengan air sumur. Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh penambahan unsur hara dari media, ditambahkan perlakuan penyiraman dengan air rembesan media murni. Penelitian diakhiri setelah bibit kakao berumur enan1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rembesan akar maupun dekomposisi daun ramayana, jati, sengon, dan gmelina tidak menghambat pertumbuhan bibit kakao, justru ada keeenderungan terjadi pemaeuan pertumbuhan bibit. Pertumbuhan bibit kakao tertinggi diperoleh dari perlakuan penyiraman menggunakan rembesan media tanah murni yaitu (rata-rata 8 parameter pertumbuhan) sebesar 20 % lebih tinggi terhadap yang disiram air sumur. Sementara itu yang disiram rembesan akar meningkat pada kisaran 5-12 % dengan urutan dari yang terbaik yaitu jati, gmelina, sengon, ramayana

1) Ahli Peneliti (Senior Researcher); Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, JI. P.B. Sudirman 90, Jember 68118, Indonesia.

2) Alumnus (Graduate); Universitas Jember, J1. Kalimantan III1l23, Jember 68121, Indonesia 3) Dosen (Lecturer); Universitas Jember, JI. Kalimantan III1l23, Jember 68121, Indonesia Naskah diterima 29 Januari 2002 (Manuscript received 29 January 2002).

67

Page 2: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Prawoto, Rumiyati dan Subroto

dan lamtoro. Dari siraman air rembesan dekomposisi daun, pertumbuhan bibit kakao meningkat pada kisaran 15-17% dengan urutan dad yang terbaik yaitu jati, sengon, lamtoro, ramayana dan gmelina. Dapat disimpulkan bahwa dari aspek alelopati, tanaman jati, ramayana, gmelina dan sengon aman dipakai sebagai penaung ataupun tanaman sela kakao.

Summary

Based on social economic judgment, many cocoa planters nowadays grow Cassia spectabilis and Paraserianthes falcataria and in the near future Tectona grandis, and Gmelina moluccana as shade trees and or intercrops. Before using them in large scale, allelopathy study is appropriate to be carried out because this effect is much more difficult to be overcome than other grow­ing factors. Research on allelopathy of those species and Leucaena glauca on cocoa had been conducted in a glasshouse of Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute. Leachates of T. grandis, P. falcataria, G. moluccana, C. spectabilis, L. glauca, and their decomposed fresh leaves; pure media (with­out plant) and control (tap water) were used as treatments. Planting mate­rials of A. falcata, G. moluccana, and L. glauca were in form of seedlings, while C. spectabilis were seeds, and cocoa of propelegitimate seeds of ICS 60 clone. Those materials were planted in polybags 20 cm x 30 cm and replicated five times. Each polybag of each treatment was coupled with another polybag of cocoa seedling. After those species and the decomposition of their leaves were kept for three months and cocoa seedlings for one month, watering of cocoa seedlings was applied using 200 ml leachate from shade trees media every two days, whereas for control tap water was "applied. Pure media was used to study the effect of nutrient supply in the leachate. The experiment was ter­minated when the cocoa seedlings in the age of six month old. The result showed that those treatments accelerated growth of cocoa seedlings. The best growth was obtained from pure media treatment. The average of 8 param­eters was 20% higher compared to the control (tap water). Meanwhile, those growth increament were 5% to 12% from root exudates with the sequence from the best effect was T. grandis, G. moluccana, P. falcataria., Cassia sp. and Leucaena sp. Those increament from exudates of decomposed leaf treatments were 15% to 17% with the best was T. grandis. Therefore, from allelopathy aspect, it can be concluded that those species are safe for cocoa when used as shade trees or intercrops.

Key words Allelopathy, Theobroma cacao, Tectona grandis, Paraserianthes falcataria, Gmelina moluccana, Cassia spectabilis, Leucaena glauca.

lingkungan yang kurang luendukungPENDAHULUAN pertumbuhan (Alvim, 1977). Berhubung

Budidaya tanaman kakao memerlukan kondisi lingkungan yang ideal tersebut pohon penaung yang berfungsi untuk makin sukar diperoleh serta faktor harga n1eredam dampak negatif faktor-faktor sarana produksinya selalu naik, maka cara

68

Page 3: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Uji alelopati jati, ramayana, gmelina dan sengon terhadap bibit kakao

yang tepat dalam budidaya kakao adalah menggunakan tanaman penaung tetapi dengan spesies, jarak tanam, dan pengelolaan yang benar.

Banyak spesies tanaman dapat digunakan sebagai penaung kakao, tetapi sampai saat ini yang dianggap paling ideal adalah lamtoro (Leucaena sp.). Pertum­buhan tanaman larntoro mudah diatur sesuai yang dikehendaki oleh tanaman pokok, tajuknya, meneruskan cahaya difus, tahan angin kencang, bukan inang hama dan penyakit kakao serta suku Leguminosae. Akan tetapi kelemahan tanaman ini adalah berpotensi terserang hama kutu loncat dan daunnya disukai ternak sehingga terkadang fungsi penaungannya kurang tercapai. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, pekebun menggunakan tanaman ramayana (Cassia spectabilis). Spesies suku Leguminosae ini tun1buh kuat, banyak menghasilkan daun sehingga potensial sebagai penghasil pupuk hijau. Spesies lainnya yang banyak digunakan adalah sengon (Paraserianthes falcataria). Tanaman suku Leguminosae ini tun1buh cepat sehingga dalam kondisi normal pada umur'dua tahun sudah berfungsi sebagai penaung yang baik. Sistem perakarannya diketahui dapat memperbaiki kesuburan tanah karena mampu menambat nitrogen serta mampu menggemburkan tanah. HasH utama dari spesies ini berupa kayu yang dapat dipanen setelah tanaman mulai berumur sekitar enam tahun dan dewasa ini kayu sengon bemilai.cukup tinggi. Jati (Tectona grandis) juga merupakan alternatif tanaman sela. Akhir-akhir ini tanaman j ati banyak diminati pekebun, karena telah di­temukannya varietas yang genjah. Varietas

ini dilaporkan mulai bernilai ekonomis hanya dalam kurun waktu sepuluh tahun. Di Malaysia, tanaman jati dilaporkan telah dimanfaatkan sebagai tanaman sela di perkebunan kelapa sawit maupun kakao (Lapongan, 1998). Spesies lain yang potensial sebagai penaung kakao adalah Gmelina moluccana. Spesies dari suku Verbenaceae ini tumbuh cepat, taban dipangkas, kayunya ringan herwarna putih dan berguna untuk sampan atau perahu kecil (Heyne, 1987).

Pemilihan spesies tanarnan barn sebagai penaung sebaiknya didahului dengan uji alelopati yang dampaknya relatif lebih sukar dikendalikan daripada masalah persaingan air, unsur hara atau cahaya n1atahari. Alelopati adalah fenomena ekologis bila satu jenis tanaman (termasuk mikro­organisme) berpengaruh negatif, baik langsung maupun tidak langsung terhadap jenis tanarnan lain lewat senyawa kin1ia yang dilepaskan ke lingkungannya (Rice" 1974). Pelepasan senyawa tersebut umumnya melalui proses eksudasi akar, dekon1posisi, pencucian dan volatilisasi. Zat n1eracun tersebut adalah senyawa bukan nutrisi yang dihasilkan oleh organisme dan mempenga­ruhi pertumbuhan, kesebatan dan populasi jenis yang lain (Reese cit. Lovett, 1991).

Residu tanaman jagung dilaporkan n1enurunkan hasil jagung yang ditanan1 tahun berikutnya sebesar 46 % oleh p­koumarat dan asam fenol yang dilepaskan residu terdekomposisi (Bhowmik & Jerry, 1982). Ekstrak pupus Eleusine indica 0,5% meningkatkan jumlah kecambah abnormal padi gogo dua kali kontrol, ekstrak Axonophus compressus menurunkan hasil padi gogo sebesar 42 % (Rachman, 1990).

69

Page 4: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Prawoto, Rumiyati dan Subroto

Residu Manihot' uttili;sima dan Gliricidia Sp. menurunkan hasil padi gogo masing-masing sebesar 45% dan 37% (Iswari et al.~ 1995). Dinyatakan pula bahwa residu tanaman lamtoro, kedelai dan jagung hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif padi gogo. Tanaman Cassia sericea efektif mengendalikan rumput Parthenium argen­tatum karena pengaruh alelopati (Joshi & Mahadevappa cit. Lovett, 1991). Eksudat akar Cassia siamea menghambat pertum­buhan bibit kakao sekitar 21 % dan Adenanthera microsperma sekitar 13 % dibandingkan kontrol (Prawoto, 1997). Uji alelopati tanaman jati, ramayana, gmelina dan sengon, terhadap bibit kakao dibahas dalam penelitian ini.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di rumah kaea Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indone­sia dengan raneangan aeak kelompok, ulangan lilua kali dengan metode penelitian menurut Salisbury & Ross (1987). Perlakuan yang dikaji adalah penyiranlan bibit kakao menggunakan :

A. Air rembesan eksudat akar bibit :

Jati (Tectona grandis) Gmelina (Gmelina moluccana) Sengon (Paraserianthes falcataria). Ramayana (Cassia spectabilis) Lamtoro (Leucaena glauca).

B. Air rembesan dekomposisi daun :

Jati (T grandis) Gmelina (G. moluccana) Sengon (P. fa lcataria) Ramayana (C. spectabilis) Lanltoro (L. glauca).

C. Air rembesan tanah (media).

D. Air sumUL

Wadah yang digunakan adalah polibeg ukuran 20 em x 30 em berisi eamptiran (v/v) tanah lapis olah, pasir dan pupuk kandang 1 : 1 : 1. Tiap polibeg berisi. media

sebanyak 5 kg. Bibit jati genjah, gmelina, lamtoro dan sengon diperoleh dan cabutan, tinggi bibir sekitar 10 em, sedangkan ramayana dari benih. Bibit dipelihara selama tiga bulan dengan harapan sistem perakarannya su.dah berkembang intensif, sebelum digunakan untuk perlakuan.

Sementara itu perlakuan dekomposisi

daun disiapkan dengan eara berikut : Daun

segar tanaman jari, gnlelina, ramayana, sengon dan lamroro dipotong-potong halus, ditimbang sebanyak 0,5 kg kemudian dieampurkan ke dalanl media pembibitan sebanyak 5 kg dan dimasukkan ke dalam polibeg dengan spesifikasi dan ukuran yang sarna. Dekomposisi dilakukan selama tiga bulan sebelum digunakan sebagai perlakuan. Selama proses tersebut, media disiram air setiap dua hari sebanyak 200 ml. Penyiraman diatur agar tidak ada air yang merelubes keluar media.

Bibit kakao diperoleh dari benih propelegitim klon ICS 60, ditumbuhkan dalanl media yang sarna dengan media penaung. Tiap polibeg perlakuan dipasangkan dengan satu polibeg bibit kakao. Setelah bibit kakao dipelihara selama satu bulan dengan penyiraman menggunakan air sumur, penyiranlan selanjutnya menggunakan air renlbesan eksudat akar maupun dekomposisi daun sebanyak 200 nll setiap dua hari. Penyiraman diakhiri

70

Page 5: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Uji alelopati jati, ramayana, gmelina dan sengon terhadap bibit kakao

setelah bibit kakao berumur enam bulan. Sementara itu tanaman kontrol disiram dengan air sumur dengan frekuensi dan jumlah yang sarna. Perlakuan air rembesan media murni dimaksudkan untuk inengetahui pengaruh penambahan unsur hara dari media tanaman penaung.

Parameter yang diamati adalah pertumbuhan bibit kakao meliputi tinggi, diameter batang, jumlah daun, volume akar; bobot basah, bobot kering akar, batang dan daun pacta umur enam bulan. Data dianalisis menurut rancangan acak kelompok dengan ulangan lima. Uji lanjut dilakukan menurut Tukey 5 % dan kontras ortogonal yang membandingkan antara :

a. Kontrol (air sumur) x semua perlakuan

b. Kontrol (media) x semua perlakuan

c. Eksudat akar x rembesan dekomposisi daun.

Selain itu dari air rembesan eksudat akar, dekon1posisi daun dan media murni yang diperoleh pada awal penelitian,

dilakukan analisis kandungan unsur hara n-uneral. Analisis dilakukan di Laboratorium Tanah dan Jaringan Tanaman Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Di samping itu terhadap contoh tersebut dilakukan analisis .kandungan asam-asam organik menggunakan alat HPLC. Analisis dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan dan Gizi Pusat Antar Universitas

UGM dengan kondisi alat sbb. :

Kolom Aminex HPX-87H, 300 mm x 7,8 mm resin ion eksklusi.

Detektor : UV 210 nm

Fase mobil : H2S0

4 0,048 N dengan

laju alir 0,8 ml/n1enit. Suhu kolom : 60°C. Tekanan pompa: 592 psi. Sistem elusi : isokratik. Volume injeksi : 20 mI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit kakao tidak terhambat oleh rembesan akar maupun dekomposisi daun tanaman jati, ramayana, sengon, gmelina maupun lamtoro (Tabel 1). Pa­rameter yang justru meningkat nyata adalah tinggi bibit, bobot kering daun dan bobot kering bibit. Penyiraman menggunakan

. rembesan dekomposisi daun lan1toro meningkatkan tinggi bibit kakao nyata lebih baik dibandingkan kontrol. Pertumbuhan bibit yang tercermin dari bobot kering, perlakuan penyiraman rembesan dekolll­posisi daun tanaman jati bersama dengan air r,embesan m6dia murni nyata lebih tinggi daripada kontrol. Bobot bibit kontrol ternyata paling ringan dibandingkan semua perlakuan yang lain. Parameter diameter batang, jumlah daun, volume akar, bobot kering akar dan batang, tidak terpengaruh oleh perlakuan.

Apabila hasil pengan1atan pertumbuhan tersebut dihitung secara relatif terhadap kontrol, n1aka tampak adanya pemacuan pertumbuhan dari beberapa perlakuan yang dikaji (Tabel 2). Dari delapan tolok ukur yang diamati, air rembesan media lllurni meningkatkan pertumbuhan bibit kakao paling besar, yaitu per tolok ukur rata­rata 20 %. Sementara itu secara umum,

71

Page 6: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Prawoto, Rurniyati dan Subroto

Tabel 1. Pertumbuhan bibit kakao enam bulan setelah perlakuan

Table 1. Growth of cocoa seedlings in 6 months after treatment

Bobot kering, g (Dry weight, g) Total bobot Volume Tinggi, Diameter Jumlah

PerJakuan Treatment Akar

Root

Eksudat akar Root exudate

T. grandis 10.86 a

G. moluccana 10.90 a P. falcataria 12.28 a C. spectabilis 10.83 a LeucaenCl sp. 9.87 a

Eksudat dekomp. daun Lea/dec.omp. exudate

T. grandis 11.48 a G. moLuccana 12.12 a P. faLcataria 11.48 a C. spectabilis 13.15 a LeucaenG sp 10.33 a Media 12.84 a

Air sumur 10.64 a Tap water

kering akar Height, batang, Stem daun Batang DaWl Total d. w., Root vol., an diameter, No of Stem Leaves g cm3 mm Leaves

24.89 a 21.95 ab 57.79 ab 31.0 a 93.56 ab 13.96 a 36.6 a

23.87 a 20.43 ab 55.20 ab 29.4 a 90.40 ab 14.16 a 35.8 a 20.91 a 21.65 ab 54.84 ab 32.2 a 91.32 ab 13.62 a 37.2 a 22.94 a 20.11 ab 53.88 ab 30.0 a 84.86 ab 14.00 a 36.2 a 21.28 a 19.99 ab 51.14 ab 30.6 a 85.78 ab 13.92 a 38.0 a

23.72 a 25.64 a 60.75 a 33.4 a 87.66 ab 14.46 a 40.6 a 23.48 a 23.14 ab 58.74 ab 35.0 a 87.92 ab 13.98 a 36.4 a 24.15 a 25.01 ab 60.64 ab 30.2 a 84.22 ab 13.82 a 38.8 a 23.25 a 23.65 ab 59.15 ab 32.4 a 88.14 ab 14.18 a 36.6 a 25.71 a 24.27 ab 60.30 ab 30.4 a 104.10 a 14.00 a 39.6 a 23.99 a 26.12 a 62.99 a 36.0 a 83.52 ab 14.64 a 39.6 a 21.59 a 17.66 b 49.89 b 30.0 a 81.32 b 13.76 a 31.6 a

Catatan (Notes) : Data pada kolorn yang sarna tidak herbeda nyala pacta tarar 5% rnenurut uji Tukey apabila diikuti huruf yang 53ma. (Data in (he same column were not signijicamly dijJerem (l( 5% level according to Tukey test ij followed by (he same leller).

rembesan dekomposisi daun berpengaruh lebih baik daripada eksudat akar. Di antara spesies yang diuji, ternyata renlbesan dekomposisi jati meningkatkan pertumbuhan bibit kakao paling besar di bawah pengaruh rembesan media murni, disusul daun lanltoro, ramayana, gmelina dan sengon. Tanaman ramayana yang oleh beberapa pekebun diduga menghambat pertumbuhan kakao, ternyata tidak berdampak alelopati. Dekonlposisi daunnya serta eksudat akarnya justru berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman kakao nleskipun harkatnya cenderung di bawah pengaruh tananlan jati dan gnlelina.

Apabila pemacuan pertumbuhan bibit tersebut dikaitkan dengan kadar unsur hara yang dikandung air yang

disiramkan, maka hasil tersebut mudah untuk dipahami. Dari senlua perlakuan yang diteliti, cairan eksudat dekomposisi daun mengandung nitrogen sekitar 29 % lebih tinggi daripada eksudat akar, dan kandungan P-nya sekitar 95 % lebih tinggi (Tabel 3). Kandungan unsur K, Ca, Mg, S, Mn, Fe, Cu dan Zn relatif sanla. Apabila dibandingkan dengan air rembesan nledia murni, maka kandungan N eksudat dekomposisi daun sekitar 255 % lebih tinggi, K sekitar 50 % dan Ca 16 % lebih tinggi.

72

Page 7: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Uji alelopati jati, ramayana, gmelina dan sengon terhadap bibit kakao

Tabcl 2. Pcrsentase pertumbuhan bibit kakao terhadap kontrol

Table 2. Percentage of cocoa growth relative to control

Eksudat akar (Root exudate) Eksudat dekomposisi daun (Decomposed leaf exudate)

Parameter T. G P. ·e L. T. G P. C. L.

grandis moluc- falcat- specta- giauca grandis moJuc- falcat- specta- giauca Media

cana aria bilis calla aria bilis

Tinggi tanaman, em 15.05 9.94 12.30 4.35 5.48 7.80 8.12 3.57 8.39 20.01 2.71 Plant height Diameter batang, mm 1.45 2.91 -1.02 1.74 1.16 5.09 7.38 7.30 3.05 1.74 6.40 Stem diameter

Jumlah daun 15.82 13.29 17.72 14.57 20.25 28.48 15.19 22.78 15.82 25.32 25.32 . No. of leaves Volume akar, em) 3.33 -2.00 7.33 0.00 20.0 11.33 16.67 0.67 8.00 1.33 20.00 Root volume Bobot kering akar, g 2.07 2.44 15.41 1.79 -7.24 7.89 13.91 7.89 23.59 -2.91 20.68 Root d.w. Bobot kering batang, g 15.28 10.56 -3.15 6.25 -1.44 9.87 8.75 11.86 7.69 19.08 11.12 Stem d.w. Bobot kering mun, g 24.29 15.69 22.59 13.87 13.19 45.19 31.03 41.62 33.92 37.42 47.90 Leaf d.w. Total b.k. bibit, g 15.83 10.64 9.92 8.00 2.51 21.77 17.74 21.55 18.56 20.87 26.26 Total of seedling d. w.

Rata-rata 11.04- 7.55 10.17 6.08 4.77 16.52 14.85 14.66 14.88 15.36 20.05 Average

Catatan (NOles) + Peningkatan (lncreamenl).

- Penurunan (Decreamelll).

dekomposisi daun, terkandung hara N dan Kandungan unsur N dalam eksudat akar K lebih tinggi dan unsur hara yang lain dibandingkan lnedia murni sekitar 175 %, relatif sarna dibandingkan kandungannya K sekitar 54%. Kandungan unsur yang lain dalam rembesan media murni, tetapirelatif salna, kecuali Fe dalam eksudat akar pertumbuhan dari perlakuan media murni maupUl1 dekomposisi daun sekitar 75 % dan yang paling baik. Hasil dekomposisi daun 34 % terhadap kandungannya dalam media lima spesies yang dikaj i maupun rembesan murni. Hasil penelitian ini memberi alasan eksudat akarnya mengandung hara ni tro­yang kuat tidak adanya pengaruh peng­ gen yang tinggi. Kadar hara Nair rembesan hambatan pertumbuhan yang nyata dari dekomposisi daun yang tertinggi adalah dari sejumlah spesies tanaman yang diteliti ramayana. Dari ekslldat akar, hara N terhadap bibit kakao tertinggi adalah dari perlakuan daun sengon.

Apabila diamati secara cermat, KhllSllS terhadap unsur P, kandungannya sesunggtilmya gejala penghaInbatan tersebut dalam air eksudat. akar jauh lebih sedikit ada tetapi tidak cukup nyata. Diketahui dibandingkan kontrol. Hal itu berarti Ul1sur bahwa dalam eksudat akar, tetlebih tersebut sudah banyak diserap tanaman

73

Page 8: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Prawoto, Rumiyati dan Subroto

Tabel 3. Kadar unsur hara dalam air rembesan eksudat akar dan daun yang terdekomposisi

Table 3. Mineral content in the root and decomposed leaf exudate

Perlakuan Treatment

N mg/l

PZ05 mg/l

I<zO mg/l

Cao mg/l

,MgO mg/l

S %

Mn mg/l

Fe mg/l

Cu mg/l

ill mg/l

pH

Eksudat akar Root exudate

T. grandis G. moluccana P. falcataria C. spectabilis Leucaena sp.

178.7 163.2 178.7 170.9 163.2

0.80 0.70 0.56 0.52 0.66

8.77 8.77 8.34 8.65 9.04

10.05 8.23

10.16 10.26 9.16

1.15 1.13 1.20 1.20 1.14­

0.90 0.93 1.35 1.23 1.35

0.03 0.05 0.20 0.02 0.02

0.41 0.91 0.64 0.50 0.11

0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

0.05 0.05 0.06 0.04 0.05

7.00 7.69 7.31 7.83 7.15

Rata-rata Average

170.9 0.65 8.71 9.57 1.16 1.16 0.03 0.51 0.02 0.05

EI<sudat dekomp. daWl Decomp. leaf exudate

T. grandis 264.2 G. moluccanQ 101.0 P. falcataria 202.2 C. spectabilis 326.3 Leucaena sp. 209.8

1.97 0.70 1.52 1.25 0.92

8.94 9.33 8.80 8.42 7.00

10.58 11.74 11.59 10.57 12.98

1.21 1.23 1.27 1.23 1.29

0.87 1.02 1.09 0.89 1.29

0.02 0.02 0.02 0.01 0.03

0.33 0.38 0.55 0.27 0.35

0.03 0.02 0.01 0.02 0.02

0.05 0.05 0.04 0.02 0.02

7.49 7.16 7.05 7.74 7.76

Rata-rata (A verage) 220.7 1.27 8.50 11.49 1.25 1.03 0.02 0.38 0.02 0.04

Media 62.2 1.55 5.66 9.88 1.18 0.99 0.03 0.89 0.01 0.13 6.80

sehingga kandungannya yang tersisa amat rendah, atau fosfat merupakan unsur yang memang sukar terlindi (Mengel & Kirby, 1978). Terhadap unsur hara yang lain, hasilnya sebagian meningkat atau turun sedikit, dan sebagian sarna dengan kontrol. Peningkatan pertumbuhan rata-rata delapan tolok ukur yang diamati dari perlakuan media murni sebesar 20,05 % sementara untuk perlakuan lain berkisar dari 4,77% (eksudat akar lamtoro) sampai 16,52 % (dekomposisi daun jati) (Tabel 2). Oleh sebab itu patut dieurigai bahwa di dalam eksudat akar maupun dekomposisi daun tersebut kemungkinan terkandung senyawa yang menghambat pertumbuhan kakao, meskipun

pengaruh penghambatannya tidak kuat. Dari dua kelompok perlakuan yang diteliti, ada kemungkinan penghan1batan dekomposisi daun lebih keeil daripada eksudat akar.

Penelusuran kemungkinan adanya pengharnbatan dilakukan dengan analisis pH eksudat dan kandungan beberapa asam organik menggunakan alat HPLC. Hasil anal isis tidak menunjukkan adanya indikasi yang bersifat alelopati. Telah dilaporkan bahwa ada sejumlah senyawa fenol dan derivat-derivatnya yang berpeluang berdampak alelopati. Dari residu tanaman Zea mays telah dilaporkan terdapat 18 senyawa yang bersifat fitotoksik (Chou & Patrie cit. Cruse et al., 1984), dari ekstrak

74

Page 9: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Uji alelopati jati, ramayana, gmelina dan sengon terhadap bibit kakao

Tabel4. Hasil uji kontras ortogonal antar beberapa kelompok perlakuan

Table 4. Orthogonal contrast analysis between some groups of treatments

Tinggi Jumlah I?iameter Volume Bobot kering (Dry weight) Uji kontras ortogonal tanaman daun batang akar

Orthogonal contrast test Height No. of

leaf Stem

diameter Root

volume Akar Root

Batang Stem

Daun Leaf

Bibit Seedling

liS liS liS liS liSKontrol vs seluruh perlakuan 1.49 0.84 *" 14.12 .... 0.06 0.67 2.11 0.23 1.97 liS

Control vs all treatments

liS liS liS liS liS liS liSMedia murni vs seluruh perlakuan 1.04 0.00 0.72 0.23 0.33 1.13 0.64 0.98 ns

Pure media vs all treatments ..

liSEksudat akar vs dekomposisi daun 0.55 liS 0.20 liS 4.21 liS 2.16 ns 1.98' liS 1.49 ns 5.06 3.76 Root exudates vs leaf decomposted

Catalan (Notes): * berbeda nyata (significantly different)

** berbeda sangat nyata (highly significant differem)

II S tidak berbeda nyata (not significantly different)

tanaman Antennaria microphylla ditemukan tiga senyawa fenol yang fitotoksik yaitu arbutrin, hidroquinon dan asam kafein (Manners & Galitz, 1985), dari ekstrak periderm Ipomoea batatas ditemukan 13 senyawa fenol yang menghambat pertun1buhan Medicago sativa dan Cyperus esculentus (Harrison & Peterson, 1986).

Hasil uji kontras ortogonal terhadap sen1ua tolok ukur yang diamati tertera dalam Tabel 4. Tampak bahwa terhadap delapan parameter yang diamati, apabila dibandingkan dengan perlakuan media mumi, semua perlakuan tidak menunjukkan beda yang nyata. Apabila dibandingkan dengan kontroI (air sumur) rata-rata perlakuan meningkatkan diameter batang dan bobot basahnya. Rata-rata perlakuan p~nyiraman ren1besan dekomposisi daun meningkatkan bobot kering daun kakao, dan terhadap tujuh parameter yang lain pengaruhnya tidak nyata. Hasil ini memperkuat hipotesis, bahwa tidak terdapat

pengaruh alelopati dari semua spesies tanaman yang dikaji terhadap pertumbuhan bibit kakao.

KESIMPULAN

Tanaman jati (Tectona grandis), ramayana (Cassia spectabilis) , gmelina (Gmelina moluccana), dan sengon (Paraserianthes falcataria) tidak menun­jukkan pengaruh alelopati terhadap bibit kakao. Eksudat akar maupun rembesan dekomposisi daunnya tidak menghan1bat pertumbuhan bibit kakao. Dengan demikian dari aspek alelopati, spesies-spesies tersebut aman untuk digunakan sebagai penaung atau tanaman sela kakao.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Surani yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Juga kepada

75

Page 10: (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), falcataria) …perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase... · 2014. 12. 6. · pengaruh penambahan unsur hara dari

Prawoto, Rumiyati dan Subroto

Bapak Sulistyo dari Laboratorium Biokimia

Pangan dan Gizi PAD UGM yang telah

men1bantu analisis kandungan asam-asam

organik, disampaikan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Alvim, P. de T. (1977). Cacao. p. 279-313. In: P. de T. Alvim & T.T. Kozlowski (Eds.). Ecophysiology of Tropical Crops. Acad. Press, New York.

Arjulis, R. (1990). Pengaruh alelopati beberapa jenis gulma terhadap padi gogo. Pemberitaan Penelitian Sukarami, 17, 3-5.

Bhowmik, P.C. & D.D. Jerry (1982). Com and soybean response to allelopathic ef­fects of weed and crop residue. Agron. J., 74, 601-606.

Cruse, R.M.; I.C. Anderson & F.B. Amos Jr. (1984). Residual effects of corn and soybean on the subsequent corn crop. Proc. of World Soybean Res. Conf. III, 1061-1065.

Harrison Jr, H.F. & J.K. Peterson (1986). Allelopathic effects of sweet potatoes (Ipomoea hatatas) on yellow nut­sedge (Cyperus esculentus) and alfalfa (Medicago sativa). Weed Sci., 34, 623-627.

Heyne, K. (1987).. Tumbuhan Berguna Indone­sia. Diterjemahkan oleh Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Iswari, K.; R. Arjulis & A. Tahe~ (1995). Pengaruh alelopati residu beberapa tanaman terhadap padi gogo. Pemberitaan Penelitian Sukarami, 24, 19-22.

Lapongan, J. (1998). Status of teak plan­tation management in Sabah. Proc. of the Seminar on High Value Tim­ber Species for Plantation Establish­ment-Teak and Mahoganies, 1-2 Dec. 1998, Tawau, Sabah, p. 19­26.

Lovett, J. V . (1991). Changing perceptions of allelopathy and biological control. Biol. Agric. and Hort., 8, 89-110.

Manners, G.D. & D.S. Galitz (1985). Allelopa­thy of small everlasting (Antennaria microphylla) : Identification of constituent phytotoxic to leafy spurge (Euphorbia esula). Weed Sci., 34, 8--12.

Mengel, K. & E.A. Kirkby (1978). Principles of Plant Nutrition. Int. Potash Insti­tute, Worblaufen-Bem, Switzerland.

Menges, R.M. (1987). Allelopathic effects of palmer amaranth (Amaranthus palmeri) and other plant residues in soil. Weed Sci. 35, 339-347.

Prawoto, A. A. (1997). Uji alelopati Cassia siamea dan Adenanthera microsperma terhadap tanaman kakao. Pelita Perkebunan, 13, 16-23.

Rachman, A. (1990). Pengaruh alelopati beberapa jenis gulma terhadap padi gogo. Pemberitaan Penelitian Suka­rami, 17, 5-7.

Rice, E.L. (1974). Allelopathy. Acad. Press, New York.

Salisbury, F.B. & C.W. Ross (1987). Plant 3rdPhysiology. Ed. Wadsw011 Pub.

Co., Belmont, California.

***********

76