teknologi budidaya jewawut - pertanian

93

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian
Page 2: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

TEKNOLOGI BUDIDAYA

TANAMAN JEWAWUT

Page 3: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak CiptaKetentuan Pidana

Pasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komerial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

TEKNOLOGI BUDIDAYA

TANAMAN JEWAWUT

Muhammad AzraiMuhammad Aqil

SuarniRoy Efendi

Bunyamin ZRahmi Y. Arvan

Rejowinangun Kg. 1, No. 385

Rt. 27, Rw. 09 Kotagede, Yogyakarta

Telp. 0819-0378-2400

email: [email protected]

Page 5: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JEWAWUT

Cetakan I November 2020x + 82 hlm.; 15 cm x 21 cmISBN: 978-623-7362-15-9

Penyusun:Muhammad AzraiMuhammad AqilSuarniRoy EfendiBunyamin ZRahmi Y. Arvan

Editor : Tim Balitsereal dan Puslitbang Tanaman Pangan

Layout :JanurJene

Desain Cover :Akanta Muhammad

Penerbit:CV. CAKRAWALA YOGYAKARTA Rejowinangun KG I/385, RT. 27 RW 09 Kotagede Yogyakarta Email : [email protected] Anggota IKAPI No : 080/DIY/2012

Page 6: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | v

UpAYA peningkatan produksi jewawut nasional masih terbuka lebar baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam, khususnya di wilayah beriklim kering dengan curah hujan eratik di luar Jawa. Walaupun kecenderungan produksi jewawut mengalami stagnasi namun dengan melalui penerapan teknologi budidaya yang baik akan dihasilkan berbagai macam produk pangan fungsional bernilai gizi tinggi. Kegiatan litbang tanaman jewawut dari berbagai institusi baik lembaga penelitian maupun universitas telah mampu menyediakan teknologi produksi jewawut dengan tingkat produktivitas > 3-4 ton/ha tergantung pada potensi lahan dan teknologi produksinya.

pengembangan tanaman jewawut di Indonesia dilakukan umumnya pada agroekosistem lahan beriklim kering sehingga untuk mengoptimalkan produksi tanaman diperlukan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem pengembangannya. Badan penelitian dan pengembangan pertanian melalui Balai penelitian Tanaman Serealia telah banyak melakukan penelitian tanaman jewawut. Dengan memadukan sejumlah komponen teknologi yang sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman jewawut diharapkan mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan meningkatkan

KATA PENGANTAR

Page 7: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

vi | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

pendapatan petani dan pada gilirannya akan berdampak pada meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan kegiatan budidaya tanaman jewawut.

Buku ini disusun sebagai acuan untuk pengelolaan lahan dan tanaman dalam rangka peningkatan produksi tanaman jewawut. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dalam penyusunan buku ini disampaikan terima kasih.

Maros, 10 November 2020

penulis

Page 8: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | vii

DAFTAR ISI

KATA pENgANTAR — vDAfTAR ISI — viiDAfTAR gAMBAR — ix

BAB 1 JEWAWUT: SUMBER pANgAN LOKAL — 1

BAB 2 TAKSONOMI DAN ASAL USUL TANAMAN JEWAWUT — 5 Komposisi Nutrisi Dasar Jewawut — 7 Jenis Tanaman Jewawut — 12 Taksonomi Jewawut — 17 Tanah dan Agroklimat — 21

BAB 3 SYARAT TUMBUH TANAMAN JEWAWUT — 21 pertumbuhan dan perkembangan Tanaman Jewawut — 23 perkembangan Akar Sampai Malai Tanaman — 27 penyiapan Benih — 31

Page 9: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

viii | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

BAB 4 TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN — 31 Waktu tanam — 33 penyiapan lahan — 34 penanaman — 34 pengelolaan Hara — 35 Takaran pupuk — 36 pemeliharaan — 36

BAB 5 HAMA DAN pENYAKIT TANAMAN — 39 Hama Tanaman — 40 penyakit Tanaman — 42

BAB 6 pANEN DAN pASCApANEN — 45 panen — 45 pascapanen — 46

BAB 7 pEMANfAATAN JEWAWUT SEBAgAI pRODUK OLAHAN — 49 Olahan Berbasis Jewawut Sosoh — 54 Biji Jewawut Bahan Ekstrudat — 54 Olahan Berbasis Tepung Jewawut — 56 pengolahan Bahan Setengah Jadi — 62

DAfTAR pUSTAKA — 69INDEKS — 75BIODATA pENULIS — 79

Page 10: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | ix

DAFTAR GAMBAR

gambar 1. Struktur biji jewawut (Malaviya, 2019) — 8gambar 2. Foxtail millet (Balitsereal) — 12gambar 3. pearl millet (Balitsereal) — 13gambar 4. proso millet. Sumber: www.molihai.com — 15gambar 5. Japanese millet — 16gambar 6. finger millet — 17gambar 7. Siklus proses pertumbuhan tanaman jewawut — 32gambar 8. Biji millet — 33gambar 9. Kegiatan penyiangan gulma — 37gambar 10. Ladang jewawut (pearl millet) — 38gambar 11. Biji, sosoh, tepung jewawut metode perendaman (Anna

et al. 2017 — 63gambar 12. proses pengolahan jewawut sosoh &tepung jewawut

— 64gambar 13. Aneka produk olahan tradisional berbasis tepung

jewawut/modifikasi (foto pribadi) — 66gambar 14. Aneka produk olahan jewawut (diakses 24 September

202) — 68

Page 11: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

x | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Page 12: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 1

INDONESIA merupakan negara yang memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya. pemerintah telah mengembangkan grand design diversifikasi pangan nasional melalui program penganekaragaman pangan berbahan baku non beras. Hal ini sangat penting dilakukan untuk membiasakan masyarakat mengkonsumsi makanan pokok selain beras. Upaya peningkatan hasil pangan sebagai salah satu penyedia bahan makanan pun terus dilakukan.

Salah satu komoditas strategis yang sesuai untuk menunjang program diversifikasi pangan adalah jewawut (millet). Jewawut merupakan tanaman serealia berbiji kecil namun kaya dengan kandungan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh manusia. Tanaman ini juga mempunyai keunikan lain yaitu dapat tumbuh dengan baik pada lahan berbatu, kesuburan serta input pupuk dan pestisida yang rendah pula. Budidaya tanaman jewawut secara terbatas di Indonesia sebenarnya telah lama dikenal namun pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya

BAB 1

JEWAWUT: SUMBER PANGAN LOKAL

Page 13: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

2 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

daerah yang memanfaatkan tanaman semusim tersebut sebagai bahan pangan utama, terutama dalam industri maupun konsumsi. Tanaman semusim tersebut mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia karena didukung oleh adanya kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas.

Jewawut merupakan tanaman serealia yang banyak dibudi-dayakan di berbagai negara terutama di negara Afrika dan beberapa negara di Benua Asia. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pengembangan jewawut di Indonesia dimana kegiatan budidanya masih bersifat setempat dan dilakukan secara turun temurun. Di negara maju jewawut telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan bernilai gizi tinggi. pemanfaatan jewawut antara lain sebagai bahan makanan pokok, minuman berenergi dan Kesehatan karena kandungan vitamin B dan beta karoten yang tinggi. Kelebihan utama yang dimilki oleh tanaman jewawut selain dari kandungan vitamin dan beta karoten adalah daya adaptasi yang baik pada daerah bercurah hujan rendah bahkan di daerah kering sekalipun. Selain itu, jewawut juga mengandung beragam komponen penting yang berpotensi meningkatkan kesehatan tubuh, antara lain senyawa antioksidan, senyawa bioaktif, dan serat.

Bhat et al (2018) menyatakan bahwa secara umum jewawut memiliki tiga nilai tambah utama yaitu 1. Nilai tambah bagi pengguna dimana jewawut ini dapat membantu mengatasi permasalahan gizi dan Kesehatan (defisiensi besi, zink, asam foliak, kalsium, diabetes mellitus; 2. Nilai tambah bagi bumi dimana dapat beradaptasi dengan perubahan linkungan global termasuk kekeringan yang ekstrim, c. Nilai tambah bagi petani dimana jewawut dapat meningkat hasilnya sampai tiga kali lipat, tujuan penggunaan yang juga luas (pangan, pakan, bahan bakar) serta keunggulan lainnya yang dapat digunakan untuk risk manajemen strategi.

Jewawut merupakan tanaman serealia yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya sangat efisien dalam menggunakan air

Page 14: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 3

untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Dibandingkan dengan tanaman serealia yang lain jewawut merupakan tanaman yang bisa dipromosikan untuk daerah kering, karena jewawut hanya membutuhkan sekitar 25% curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman serealia yang lain. Tanaman ini tidak terlalu membutuhkan tanah yang subur untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, pada daerah lahan kering yang luas tanaman ini sangat sesuai untuk dibudidayakan. produksi jewawut juga tidak tergantung pada penggunaan pupuk sintetik sehingga akan mengurangi penggunaan pupuk sintetik. Selain itu tanaman jewawut merupakan tanaman yang dapat dikategorikan sebagai tanaman yang cukup tahan terhadap hama dan penyakit sehingga tidak terlalu bergantung pada penggunaan pestisida kimia yang dapat mencemari lingkungan.

Selain budidaya yang masih sangat kurang pengolahan jewawut sebagai sumber makanan di Indonesia masih jarang dilakukan. pada beberapa wilayah di Indonesia jewawut telah dimanfaatkan dengan cara mengolahnya menjadi nasi tetapi masih dilakukan secara sederhana. Awalnya jewawut tersebut dijemur, disosoh, hingga hanya terdapat bagian daging atau endospermanya saja. Selanjutnya, jewawut yang dicampur dengan gula merah dan kelapa, pemanfaatannya hampir sama dengan memasak beras ketan. Secara tradisional pemanfaatan jewawut yang lain yaitu dengan mengolahnya menjadi bubur, dodol, dan bajek.

Selain memiliki manfaat positif bagi kesehatan, jewawut dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan subtitusi beras sehingga dapat memenuhi kebutuhan kalori harian. Hal ini ditunjukkan dengan kandungan karbohidratnya sebesar 75% yang mendekati kandungan karbohidrat pada beras yaitu sebesar 79%. Keunggulan lainnya dari tanaman jewawut adalah kandungan proteinnya sebanyak 11%, yang lebih tinggi dibandingkan kandungan protein beras yang hanya mencapai 7%.

Tepung jewawut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk mie karena mempunyai kandungan protein

Page 15: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

4 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

yang hampir sama dengan tepung terigu, serta mengandung protein gluten. gluten adalah protein lengket dan elastis yang dapat membuat adonan menjadi kenyal dan dapat mengembang karena bersifat kedap udara. Sifat elastis gluten pada adonan mie menyebabkan mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan. 

Page 16: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 5

JEWAWUT merupakan tanaman yang pada awalnya di domestikasi dari Benua Afrika dan Asia. Jewawut jenis pearl millet berasal dari wilayah tropis Afrika Barat dan jari millet berasal dari wilayah Uganda atau daerah sekitarnya. penyebaran tanaman jewawut dimulai dari dataran tinggi Afrika, dibawa ke India sekitar 3.000 tahun yang lalu dan selanjutnya menyebar ke Benua Eropa. Dari Eropa, tanaman jewawut selanjutnya menyebar ke Benua Asia. Sejak saat distribusinya tanaman jewawut ini telah menjadi bagian dari sistem pangan yang cukup penting dan diperhitungkan dalam perdagangan. Akar sejarah tertua dari tanaman jewawut dapat ditemukan di Cina, di mana tanaman ini dianggap sebagai tanaman suci. Salah satu tulisan paling awal yang tercatat berasal dari 2800 SM memberikan informasi tentang penyimpanan tanaman ini secara khusus (NABARD, 2002).

pada awal zaman prasejarah, orang dari India Utara juga telah melakukan budidaya tanaman jewawut. Distribusi jewawut saat itu terus berkembang sampai daerah timur tengah dan Afrika Utara

BAB 2

TAKSONOMI DAN ASAL USUL TANAMAN JEWAWUT

Page 17: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

6 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

di mana tanaman ini menjadi bahan makanan pokok dan lebih lanjut menjadi makanan khas diet untuk daerah Sumeria sekitar 2500 SM. Selain itu distribusi Jewawut juga meningkat melalui perdagangan antara Eritrea dan Somalia sekitar tahun 3000 SM. Orang Mesir juga awalnya belajar dari orang Afrika lainnya tentang teknologi pengolahan jewawut, karena tanaman ini mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di lahan yang sangat kering, di mana gandum dan barley tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (NABARD, 2002). Jewawut dikenal sebagai tanaman pangan tertua yang dikenal manusia dan mungkin sereal gandum pertama yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Jewawut juga dikenal sebagai tanaman musim pendek karena tanaman ini hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat yaitu 65 hari sejak tanam sampai dengan panen (Kajuna, 2001).

Jewawut mempunyai biji dengan berbagai ukuran serta warna diantaranya merah kecoklatan, coklat, kuning muda atau krem, putih dan juga warna hitam. Jewawut mempunyai sistem akar khas graminae. Biji menghasilkan satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar primer. Akar sekunder atau akar buku muncul pada buku pertama ketika tanaman jewawut telah menghasilkan dua atau tiga helai daun. Akar-akar buku menebal dan dianggap menyediakan sebagian besar saluran untuk pengambilan air, ion, dan sebagai pendukung pertumbuhan tanaman (NABARD, 2002).

Tanaman jewawut ini memiliki batang yang lurus dan berbuku-buku dan yang ditutupi oleh kumpulan selundang daun yang tersusun saling bertaut satu sama lain. Tanaman ini memiliki panjang berkisar berkisar antara 50-75 cm. Daun tanaman ini berbentuk pita yang langsing dan memanjang dengan ujung yang meruncing serta permukaan yang memiliki tekstur yang kasar. pada tanaman muda, daun berwarna hijau muda dan berangsur-angsur menjadi kuning saat menjelang panen. Bunga dari tanaman ini merupakan jenis bunga majemuk yang tersusun rapi dalam

Page 18: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 7

malai. Setiap tanaman dapat memunculkan 3-4 malai. Setiap malai terdiri atas ratusan bunga kecil. Bunga tersebut dpat melakukan penyerbukan sendiri maupun silang. Setelah terjadi penyerbukan, bunga akan segera berkembang menjadi biji (Kajuna, 2001)

Tanaman jewawut memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun rapi, relatif rapat dan biji-bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Jewawut merupakan tanaman yang termasuk tanaman hermaprodit dimana buliran berbentuk menjorong, bunga dari tanaman ini memiliki dua jenis bunga dimana bunga pada bagian bawah adalah steril sedangkan bunga bagian atas bersifat hermaprodit. Setiap malai pada tanaman ini berisi sekitar 400 biji. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam. Biji jewawut masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 3 – 4 mm, yang biasanya memiliki warna krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Biji jewawut terdiri dari perikarp dan embrio. Biji bulat telur, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota (NABARD, 2002).

Komposisi Nutrisi Dasar Jewawut

Secara umum, biji jewawut tersusun atas tiga bagian utama yaitu endosperm, germ dan pericarp. Komponen penyusun biji terbesar adalah endosperm yang mencakup 75% dari porsi biji. Selanjutnya adalah germ (embrio tanaman jewawut) yang mencakup 17% dari total biji serta lapisan pericarp (bagian terluar dari biji) yang mencakup 8% dari berat biji. Terdapat lapisan cutin yang tipis dan pulen pada permukaan pericarp. Selain itu dibawah lapisan pericarp terdapat satu lapisan tipis untuk penutup bakal benih serta adanya lapisan aleurone tunggal.

Page 19: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

8 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Gambar 1. Struktur biji jewawut (Malaviya, 2019)

Seiring dengan kemjauan ilmu pengetahuan, komoditas jewawut telah menjadi salah satu perhatian utama dalam pencarian sumber pangan karena kandungan nutrisinya yang sangat tinggi, khususnya kandungan nutrisi mikronya. Studi di bidang biokimia dan kesehatan menunjukkan jewawut mempunyai kandungan protein yang tinggi (asam amino esensial), mineral serta protein.

Biji jewawut mengandung karbohidrat dan protein yang tidak kalah dengan beras. Jewawut mengandung 60-70% karbohidrat, 6-19% protein dan 1,5-5% lemak. Studi lain menyebutkan kandungan karbohidrat jewawut mencapai 65-75%, protein sebesar 7-12%, lemak sebesar 2-5% serta 15-20 serat kasar. Berdasarkan beberapa parameter gizi, jewawut memiliki kandungan mineral yang unggul dibandingkan dengan beras dan gandum. Setiap jenis jewawut juga memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dibanding beras dan gandum, selain itu jewawut juga kaya akan kandungan kalsium. fingger millet memiliki tiga kali lebih banyak kalsium di banding beras dan gandum sedangkan jenis jewawut lainnya memiliki jumlah kalsium setidaknya dua kali lipat di banding beras dan gandum. Jewawut juga mengandung mikronutrien lain dalam jumlah yang melimpah (MINI, 2005).

Page 20: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 9

tabel 1: Komposisi nutrisi berbagai jenis jewawut dan serealia lain

Komoditas protein (g)

serat (g)

mineral (g)

Besi (mg)

Calcium (mg)

pearl millet 10,6 1,3 2,3 16,9 38finger Millet 7,3 3,6 2,7 3,9 344foxtail millet 12,3 8 3,3 3,8 31proso millet 12,5 2,2 1,9 0,8 14

Japanese millet 11,2 10,1 4,4 15,2 11Beras 6,8 0,2 0,6 0,7 10

gandum 11,8 1,2 1,5 5,3 41

Sumber: Millet Network of India - Deccan Development Society - FIAN, India

Gula dan pati

Jenis gula bebas yang terkandung dalam biji jewawut adalah glukosa, fruktosa, sukrosa dan raffinosa yang jumlahnya berkisar antara 1,1-1,4 % dengan kandungan sukrosa yang lebih dominan yaitu sebesar 0,3-1,2 %. Total kandungan gula dalam tiap biji jewawut berkisar antara 1,4 – 2 % dimana jewawut dengan jenis proso millet memiliki kandungan gula yang paling tinggi diantara semua jenis jewawut (MINI, 2005).

Jenis pati yang terkandung dalam jewawut adalah amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa pada jewawut berkisar antara 26-30% dan kandungan amilopektin sebesar 69-74%. Total kandungan pati yang dimiliki jewawut adalah 64-79 %.

protein

Rata-rata kandungan protein dalam biji jewawut adalah sekitar 7,7-11,8%. proso millet merupakan jenis jewawut yang memiliki kan dungan protein paling tinggi diantara jenis jewawut lainnya yaitu sebesar 12,5%. protein yang terkandung dalam jewawut memi liki tiga gugus utama yaitu; gugus I- albumin+globulin,

Page 21: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

10 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

gugus II- prolamin murni+prolamin like, gugus III- glutelin murni + glutelin like. gugus albumin dan globulin membentuk 8,5-16,26%, prolamin 15-30%, sedangkan glutelin 44-55% dari total protein yang terkandung dalam setiap biji jewawut kecuali pada jenis foxtail millet yang mengandung lebih banyak prolamin (60%) dari pada glutelin (15,23%). Kandungan prolamin dalam pearl millet berkisar antara 33-49,5%, glutein 30-45%, dan globulin plus albumin antara 18-26% (MINI, 2005) .

Kandungan asam amino pada setiap jenis jewawut juga bervariasi selain lisin yang merupakan salah satu jenis asam amino yang jumlahnya hampir sama disetiap jenis serealia. Kandungan asam glutamat pada setiap jenis jewawut bervariasi antara 16-23% dan kandungan leusin sebesar 12-22,3%. Asam glutamat dan leusin adalah jenis asam amino utama dalam gugus prolamin, namun Japanese millet memiliki kandungan alanin 18% lebih tinggi dibanding leusin (MINI, 2005).

Lemak

Sebagian besar lemak dalam jewawut adalah lemak bebas (60-70%) sedangkan lemak lainnya dalam bentuk lemak tak bebas dan lemak struktural. Tidak seperti jenis jewawut lainnya, finger millet memiliki proporsi yang hampir seimbang antara lemak bebas dan lemak tak bebas. Kandungan lemak bebas pada finger millet, Japanese millet, proso millet, dan foxtail millet berturut-turut adalah 5,2%, 5,7%, 5,6%, dan 5%. pearl millet mengandung lemak bebas sebesar 6-8%. Lemak tak bebas dan lemak struktural yang terkandung dalam setiap jewaut berkisar antara 1,3-5% dan 0,4-0,9%. Selain itu, jewawut juga mengandung beberapa jenis asam lemak lain yaitu Linoleat (38-40%), oleat (27-37%), palmitat (16-22%) dan linolenat (1-4%). Asam lemak tak jenuh mencakup lebih dari 85% dari total kandungan asam lemak yang ada pada jewawut (MINI, 2005).

Page 22: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 11

serat

Jewawut sangat kaya akan serat tak larut (IDf) dan serat larut (SDf) dibandingkan dengan tanaman jenis serealia yang lain terma-suk beras, gandum, dan jagung. Serat tak larut yang terkadung dalam Japanese millet dan foxtail millet berkisar antara 18% hingga 30% lebih tinggi dibanding tanaman serealia lainnya sedangkan serat larutnya sebanyak 0,6% hingga 2% (MINI, 2005).

mineral

Jewawut memiliki kandungan mineral yang tinggi dan beragam seperti kalsium, besi, dan magnesium. Jewawut merupakan biji-bijian yang dapat memelihara kesehatan jantung karena merupakan sumber Magnesium (Mg) yang baik. Magnesium berfungsi membantu merelaksasikan otot-otot jantung untuk memelihara detak jantung yang regular dan hal ini bisa mencegah perubahan yang mendadak pada tekanan darah, mengurangi penggumpalan sel darah merah yang nantinya akan membentuk penyumbatan pembuluh darah dengan meningkatkan kadar dari kolesterol HDL. Selain itu jewawut juga kaya akan berbagai jenis vitamin seperti vitamin B1, B2, dan vitamin C

Studi lain menunjukkan tanaman jewawut mempunyai kandungan mineral yang tinggi diantaranya niacin, B6, asam folic, besi, potassium, magnesium, kalsium, dan zink. Jewawut jenis finger millet merupakan jenis yang paling kaya kecakan kalsium (300-350 mg/100 g) sedangkan jenis jewawut lainnya kaya akan posfor dan besi. Biji jewawut juga mudah dicerna oleh tubuh, mempunyai kandungan lecithin yang tinggi serta baik untuk memperkuat system syaraf tubuh (Bhat et al, 2018).

Page 23: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

12 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

JeNis taNamaN Jewawut

Foxtail millet (setaria italica (L.)

foxtail millet merupakan tanaman jewawut yang tertua dibudidayakan. Tanaman jewawut ini membutuhkan cuaca hangat. Umumnya tumbuh di daerah semi-kering dengan kebutuhan air yang rendah akan tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada daerah kering karena memiliki sistem perakaran yang dangkal (Koch, 2002).

produksi tanaman ini sangatlah tinggi karena mampu tumbuh dengan baik di segala musim dengan kisaran 65-70 hari diban-dingkan dengan gandung yang kisaran waktunya mencapai varietas 75-90 hari. Jenis jewawut ini bisa menjadi tanaman alternatif untuk ditanam diperalihan musim tanaman pangan yang lain dengan waktu yang cukup singkat.

Jenis jewawut ini merupakan jenis tanaman rumput tahunan, memiliki bentuk yang ramping, tegak, berbatang daun serta memi-

Gambar 2. Foxtail millet (Balitsereal)

Page 24: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 13

liki kisaran tinggi hingga 1 meter. Biji tersusun mengikuti panjang dan bentuk malai yang berbentuk seperti ekor kucing. Tanaman ini memiliki biji yang berbentuk cembung kecil, dengan warna yang bervariasi tergantung dari varietasnya (Cash et.al 2002).

Kegunaan utama jawawut selain bahan pangan dibeberapa negara juga digunakan sebagai pakan ternak. Meskipun jerami yang berasal dari padi memiliki kualitas yang lebih baik tapi tidak jarang jerami dari tanaman jewawut ini disimpan di tempat penyimpanan pakan ternak dengan alasan bisa bertahan lama. Selain itu, jenis Jewawut ini juga digunakan sebagai tanaman biji-bijian untuk pakan burung. Beberapa penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jawawut ini adalah jamur, bakteri hawar, dan bercak daun.

pearl millet (pennisetum glaucum (L.)

pearl millet umumnya digunakan sebagai tanaman padang rumput musim panas dan di beberapa daerah digunakan sebagai

Gambar 3. Pearl millet (Balitsereal)

Page 25: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

14 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

tanam an pangan. Jenis tanaman jewawut ini memiliki karakter batang yang kisaran tingginya sampai 1.5 m dan tegak, serta mrupa-kan jenis tanaman rumput tahunan. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada daerah tanah berpasir dan daerah yang memiliki curah hujan rendah. Tanaman ini memiliki batang yang bernas dan daun panjang dengan tepian bergerigi halus.

Tanaman jewawut ini memiliki anakan bebas dan menghasilkan perbungaan dengan malai yang padat dengan biji yang cukup kecil. Malai dengan biji yang telah matang berwarna kecoklatan dengan bulu halus di sekitarnya. Karena bentuknya seperti mutiara maka jewawut ini juga dinamakan jewawut Mutiara. pada umumnya jenis jewawut ini menyerbuk secara silang. Beberapa varietas dan hibrida juga telah dikembangkan di beberapa daerah di Negara Eropa dan Asia. penggunaan Jewawut mutiara biasanya digunakan sebagai jerami, rumput, tanaman biji untuk makanan burung dan juga sebagai bahan pangan. Jenis jewawut ini tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit baik yang berasal dari kelompok jamur, bakteri ataupun serangga (Baker 1993).

proso millet (panicum miliaceum)

proso millet merupakan jenis tanaman biji-bijian yang diguna-kan sebagai makanan manusia atau disesuaikan dengan daerah dimana tanaman ini dibudidayakan baik sebagai makanan ternak, makanan burung ataupun olahan makanan pokok. Tanaman ini termasuk tanaman pendek musiman yang membutuhkan waktu panen sekitar 60-75 hari dari pembibitan. Tanaman ini umumnya tumbuh pada cuaca semi kering untuk pertumbuhan tanaman yang lebih baik. proso millet merupakan jenis tanaman yang memiliki kebutuhan air terendah dari semua tanaman biji-bijian akan tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang terlalu kering dikarenakan sistem perakarannya yang dangkal. Tanaman ini tidak tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki tanah berpasir kasar.

Page 26: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 15

Morfologi malai dari proso millet adalah malai dengan system terbuka, berukuran besar dan kasar, serta memiliki batang yang agak keras seperti kayu. Batang tanaman ini tegak dan ditutupi oleh daun dengan biji yang berambut dengan warna yang bervariasi mulai dari putih menjadi hitam, merah, cokelat, dan abu-abu. Kebanyakan biji berasal dari penyerbukan sendiri, akan tetapi ada juga beberapa yang melakukan penyerbukan silang. Varietas proso millet dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan bentuk malai yaitu: (1) Malai menyebar, (2) Malai satu sisi, dan (3) Malai kompak dan tegak.

proso millet dapat ditanam bersamaan dengan tanaman lainnya seperti jagung dan jewawut jenis lain. Selain itu dapat pula ditanam saat peralihan musim tanam jenis tanaman pangan lainnya. Hal ini dikarenakan tanaman ini pada umumnya merupakan tanaman musim pendek dan tumbuh didaerah panas dengan air terbatas. Tanaman ini tergolong tanaman yang tahan terhadap serangan penyakit. Serangan dalam jumlah kecil adalah penyakit hawar daun (Baker 1993).

Gambar 4. Proso millet. Sumber: www.molihai.com

Page 27: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

16 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Japanese millet (echinochloa frumantacea)

Japanese Millet biasanya di gu na kan sebagai bahan baku pakan ternak. Tanaman ini me nye rupai rumput lumbung (diang gap gulma di banyak tem pat) dan diperkirakan berasal dari Jepang. Japanese Millet bia sa nya tumbuh pada musim hujan dan digu nakan sebagai pakan hijau bagi ternak. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada dae rah yang memiliki iklim dengan kon disi lembab atau sub-tropis. Kondisi lembab dengan keter sediaan air yang cukup akan menun-jang pertumbuhan yang lebih cepat dari semua jenis jewawut. Dibawah kondisi yang menguntungkan tersebut tanaman ini mampu memproduksi biji-bijian yang cukup matang sekitar 45 hari setelah penyemaian (Anderson and Volesky. 2013).

Tanaman ini memiliki batang yang tegak dengan tinggi dapat mencapai 2 meter dengan system morfologi malai yang terdiri

atas 5-15 cabang dengan warna malai yang kecoklatan sampai ungu. Jenis tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah dengan kandung an hara yang baik. Jenis jewawut ini cukup rentan oleh penyakit baik penyakit yang berasal dari jamur maupun penyakit yang berasal dari bakteri. Tanaman ini biasanya dianggap sebagai gulma pada tanaman padi serta tanaman pangan lainnya (Baker 1993).

Gambar 5. Japanese millet

Sumber: Millet Network of India - Deccan Development Society - FIAN, India

Page 28: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 17

Finger millet (eleusine coracana)

finger millet umumnya dita-nam sebagai tanaman pangan di daerah di mana padi ditanam. Berbeda dengan jenis jewawut lain yang dapat tumbuh dalam kondisi kering atau semi kering, finger millet dapat tumbuh dengan sangat baik di iklim lembab di hampir semua jenis tanah. Tanaman ini akan memperlihatkan produksi yang sangat baik pada daerah dengan curah hujan sedang, dengan kondisi tanah yang tidak basah namun lembab (Anderson and Volesky. 2013).

Jenis Jewawut ini meru pakan jenis tanaman rumput tahun-an dengan kisaran panen 50-60 hari dari fase penyi angan. Millet tahunan ini me mi liki batang yang tinggi dan tegak dengan anakan yang be bas (Abate and gomez, 1984). penyakit yang biasa me-nye rang tanaman ini adalah penya kit yang disebabkan oleh Helminthosporium yang dapat menyebabkan bitnik pada daun, selain itu tanaman ini juga rentan oleh beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seperti hawar daun dan karat daun (Baker 1993) .

taKsoNomi Jewawut

“Jewawut/Millet” bukanlah merupakan istilah botani untuk tanaman tertentu tetapi lebih bersifat istilah untuk memayungi berbagai macam jenis rerumputan berbiji kecil yang dikonsumsi oleh manusia. Di Amerika Serikat dan Eropa, proso millet (Panicum miliaceum) merupakan jenis jewawut yang paling banyak dikonsumsi.

Gambar 6. Finger millet Sumber: climatesouthasia.com

Page 29: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

18 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Semua jenis jewawut/rerumputan berbiji kecil yang dikon sumsi manusia termasuk dalam ordo poales, serta family poaceae. Jewawut digolongkan dalam dua sub family yaitu panicoideae  atau  Chloridoideae. Adapun golongan ras Eragrostideae  (Chloridoideae  subfamily) meliputi: 1. Eleusine coracana: contohnya adalah finger millet, dan 2. Eragrostis tef: kadang kala disebut Teff adalah tanaman jenis rerumputan yang bijinya digunakan sebagai sumber pangan dan pakan ternak. Teff meru pakan makanan penting di Ethiopia dan Eritrea. 

Adapun golongan ras paniceae (panicoideae subfamily) meli-puti: 1. panicum miliaceum, yang termasuk dalam ras ini adalah proso millet, broom corn millet, hog millet, yellow hog, white millet, 2. pennisetum glaucum, yang termasuk jenis ini adalah pearl millet, 3. Setaria italica, yang termasuk jenis ini adalah foxtail millet, 4. Terdapat juga ras lain yaitu Andropogoneae  (panicoideae subfamily) dan yang termasuk di dalam kategori ini adalah Coix: Job’s tears (Wikipedia, 2020).

Salah satu jenis jewawut yang paling banyak tumbuh di benua Asia termasuk Indonesia adalah jewawut ekor tupai atau foxtail millet. Jewawut ini merupakan jenis rumput tahunan yang umum nya digunakan untuk pangan. Di Indonesia, jenis jewawut ini banyak ditemukan di pulau Buru Maluku, provinsi Sulawesi Barat, Enrekang Sulawesi Selatan, NTB, NTT dan Sebagian pulau Sumatera (Balitsereal, 2017). Jewawut ekor tupai termasuk dalam genus Setaria dengan nama spesies Setaria italica.

Hierarki taksonomi tanaman jewawut (jenis ekor tupai/foxtail millet) secara umum adalah sebagai berikut:

Kingdom : plantaeClass : MonocotyledoneaeOrdo : poalesfamily : poaceaeSub family : panicoideaegenus : Setaria Species : S. italica

Page 30: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 19

Jewawut jenis mutiara atau pearl millet walaupun jarang dibu di dayakan di Indonesia namun merupakan spesies jewawut yang paling banyak di tanam di dunia khususnya di Benua Afrika. Spesies ini merupakan sumber pakai utama di wilayah Afrika seperti Nigeria, Mali dan lain lain. Tanaman ini dikenal sangat tahan terhadap cekaman seperti kekeringan, hara rendah bahkan toleran genangan.

Hierarki taksonomi tanaman jewawut Mutiara secara umum adalah sebagai berikut:

Kingdom : plantaeClass : MonocotyledoneaeOrdo : poalesfamily : poaceaeSub family : panicoideaegenus : pennisetum Species : P.glaucum

Page 31: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

20 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Page 32: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 21

taNah DaN aGroKLimat

Jewawut merupakan tanaman pangan serealia non-beras yang telah banyak dimanfaatkan di berbagai belahan dunia. Jenis jewawut yang banyak dibahas dalam berbagai literatur menurut Hulse et al. (1980) adalah Pearl millet (Pennisetum glaucum (L.)R. Br.), Foxtail millet (Setaria italica (L.) Beauv.), common millet (Panicum miliaceum L.), finger millet (Eleusine coracana), littlemillet (Panicum miliare), japanese barnyard millet (Echinochloa frumantacea), kodo millet(Paspalum scrobiculatum), fonio (Digitaria exilis), teff (Eragrostis tef), dan job’s tears (Coixla chrymajobi). Tanaman Jewawut, dalam hal ini jenis Pearl millet (Pennisetum glaucum (L.) R. Br.),merupakan tanaman yang memiliki kemampuan tumbuh sangat baik di daerah-daerah kering. Tanaman ini dapat menghasilkan biji yang dapat digunakan sebagai pangan alternatif pengganti beras dan sangat potensial karena tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jewawut dapat tumbuh pada agroekologis yang marginal dimana pertumbuhan tanaman serealia lainnya kurang

BAB 3

SYARAT TUMBUH TANAMAN JEWAWUT

Page 33: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

22 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

memuaskan, yaitu pada tempat dengan kondisi iklim kering, tanah tidak subur dan irigasi terbatas.

tanah

Tanaman ini menyukai lahan yang subur dan dapat tumbuh baik pada bebagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, termasuk pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran. Adapun pH yang cocok untuk tanaman ini adalah 4-8 (grubben dan partohardjono, 1996).

Jewawut tumbuh baik di lahan kering iklim tropik kering dan tropik basah, dan tidak tahan terhadap genangan air. Sistem perakaran membentuk satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar primer. penetrasi akar cepat dan dalam waktu 35 hari setelah tanam bisa mencapai kedalaman 100 cm. Sistem perakaran yang dalam menyebabkan jewawut mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kekeringan(goldsworthy dan fisher, 1992).

iklim

Jewawut dapat ditanam di daerah semi kering dengan curah hujan tahunan rata-rata 150-750 mm.Tanaman ini merupakan jenis tanaman berhari pendek yang beradaptasi dari iklim subtropik kering sampai iklim gurun (Haryanto dan Yoshida, 1996).

Jewawut termasuk ke dalam golongan tanaman yang memiliki fotosintesis C-4, sehingga menjadikannya toleran terhadap iklim kering dan panas. Kemampuan jewawut menoleransi kekeringan jauh lebih baik dibandingkan dengan jagung, demikian juga dari segi kualitas nutrisinya (Johnson & Croissant, 2002).

suhu dan tinggi tempat

Jewawut umumnya ditanam pada ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Suhu lingkungan untuk tumbuh

Page 34: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 23

normal pada suhu optimal 250-350 C, suhu minimal 17,50-250C dan suhu maksimal 300-350C. Evaporasi tanaman berkisar antara 1400 – 2000 mm per tahun, toleran terhadap kadar air tanah tersedia 50-75% dari kapasitas lapang dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kecambah (Norman dalam Nurmala, 2003).

pertumBuhaN DaN perKemBaNGaN taNamaN Jewawut

pertumbuhan dan perkembangan tanaman jewawut melalui sejumlah fase besar yaitu: fase vegetatif yang dimulai dari perke-cambahan sampai munculnya malai serta perkembangan batang utama, fase perkembangan malai yang dimulai dari munculnya malai pada batang utama sampai pada pengisian bulir, fase pengisian bulir yaitu proses pematangan bulir secara fisiologis (Bidinger and Maiti, 1981).

fase vegetatif pada tanaman jewawut dimulai dari proses perke cambahan sampai pada proses inisiasi malai. Selama fase tersebut tanaman membentuk akar primer dan akar adventif. pertumbuhan dan perkembangan daun secara keseluruhan ada pada fase ini yaitu sampai terbentuk 7 daun. pada akhir fase ditandai dengan pembentukan beberapa anakan serta perkembangan dan inisiasi malai.

fase selanjutnya adalah fase perkembangan malai dimana pada fase ini semua daun yang terbentuk dari fase pertama mengalami pertumbuhan dan perkembangan maksimal baik panjang maupun lebarnya. fase ini ditandai dengan penuaan daun pada pangkal terbawah, pemanjangan batang pada tiap ruas, serta inisiasi perbungaan. Akhir fase ini ditandai dengan semakin banyaknya anakan, perkembangan dan inisiasi malai yang terbentuk pada fase sebelumnya serta penyerbukan untuk memulai proses pembentukan biji (Bidinger and Maiti, 1981).

fase yang terakhir dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah fase pengisian bulir. pada fase ini dimulai dengan proses pembuahan dari penyerbukan yang terjadi dari

Page 35: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

24 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

fase sebelumnya. Selain itu pada fase ini terjadi peningkatan berat kering dari tiap buliran malai karena terjadi pengisian besar-besaran, perkembangan anakan menuju tanaman dewasa, penuaan pada daun yang tumbuh lebih awal pada fase sebelumnya serta pemasakan bulir secara fisiologis.

Secara detail proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman jewawut dapat dijabarkan secara spesifik sebagai berikut:

tahap 1. tahapan perkecambahan

Tahap ini dimulai dengan proses munculnya koleoptil dari permukaan tanah. perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh benih, yang mengaktifkan metabolisme dalam sel. Dalam waktu kurang lebih 16 jam setelah mulai perkecambahan, radikula muncul pada daerah hilus dan diikuti oleh pembentukan akar adventif yang halus pada selubung koleoptil sekitar 2 jam kemudian. pertumbuhan radikula tumbuh ke bawah dengan cepat dan menghasilkan rambut akar halus. Koleoptil tumbuh ke atas perlahan-lahan melalui tanah sampai muncul dari permukaan tanah. Waktu yang diperlukan dari perkecambahan untuk munculnya koleoptil di permukaan tanah tergantung pada kedalaman penanaman, kelembaban tanah dan suhu. Secara umum tahapan ini memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 hari (Bidinger and Maiti, 1981).

tahap 2. tahap tiga Daun

Tahapan ini dimulai sekitar 5 hari setelah munculnya koleoptil, lamina daun ketiga dapat terlihat dalam lingkaran daun kedua tanpa memisahkan daun pertama dan kedua. Daun pertama terlihat sepenuhnya sedangkan daun kedua masih sedikit digulung di pangkalan. pada tahap ini akar utama tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi pula pembentukan akar adventif sekitar 2 sampai 3 buah. pada tahapan ini perkembangan ukuran daun masih belum maksimal dengan warna hijau muda (Bidinger and Maiti, 1981).

Page 36: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 25

tahap 3. tahap 5 daun

Tahapan ini terjadi sekitar 13-15 hari setelah munculnya lamina daun kelima. Terjadi pertumbuhan dan perkembangan daun pertama dan kedua secara maksimal. Daun ketiga masih sedikit digulung. Titik pertumbuhan utama masih terlihat dengan sangat jelas dengan batang yang dikelilingi oleh primordia daun muda yang sedang berkembang. Akar utama berkembang dengan sangat baik dengan akar adventif yang jumlahnya lebih dari 3 buah. pada tahapan ini tanaman beberapa daun memiliki warna hijau tua dan terlihat jauh lebih kokoh dari sebelumnya (Bidinger and Maiti, 1981).

tahap 4. inisiasi malai

pada tahap ini terjadi perubahan titik tumbuh dari tahapan vegetatif ke tahapan reproduksi, yaitu dari perkembangan primordia daun ke perkembangan bulir. pada fase ini semua daun telah telah tumbuh dengan kisaran jumlah lebih dari 5 helai. pada fase ini semua daun mengalami pertumbuhan yang maksimal dengan dua daun yang tumbuh pada awal pertumbuhan mulai tampak menua. Akar utama telah menghasilkan akar adventif yang berkembang dengan sangat pesat. Selain itu, beberapa anakan muncul pada tahapan ini(Bidinger and Maiti, 1981) .

tahap 5. pembentukan Daun Bendera

pada tahapan pembentukan daun bendera ditandai dengan perkembangan keseluruhan daun secara maksimal, ruas batang memanjang secara berurutan, mulai dari dasar sampai ruas paling atas. pada tahap pembentukan daun bendera terjadi perkembangan yang sangat cepat pada malai. Malai yang mengalami perkembangan tersebut tertutupi oleh selubung bendera dan daun yang ada disekitarnya. pada fase ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan ruas lebih lambat daripada tahapan sebelumnya (Bidinger and Maiti, 1981).

Page 37: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

26 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

tahap 6. pembentukan malai

pada tahapan ini malai masih tertutup oleh daun bendera. perkem bangan malai hampir selesai ditandai dengan pertambahan panjang dan lebar secara maksimal. Malai dengan cepat mening-katkan panjang dan lebar. fase diakhiri dengan munculnya malai dari celah permukaan daun malai yang menutupinya. proses perkembangan selanjutnya akan mengarah pada pertambahan diameter dan juga panjang ruas pada malai (Bidinger and Maiti, 1981).

tahapan 7. tahapan perbungaan

Stigma mulai muncul sekitar 3-5 hari setelah munculnya malai, meskipun ini bervariasi dengan varietas. pada umumnya stigma beberapa sentimeter dari dasar malai. 50% berbunga dicapai pada saat stigma telah memenuhi seperdua dari ukuran malai. Setelah terjadinya penyerbukan stigma mengerut dalam rentan waktu beberapa jam. pertumbuhan anter pertama dimulai dari dekat bagian atas malai menuju dasar malai dengan waktu 2 sampai 3 hari (Bidinger and Maiti, 1981).

tahapan 8. pengsian Bulir oleh Cairan susu

Tahapan ini dimulai 6-7 hari setelah terjadinya pembuahan. pada tahap ini terjadi pengisian bulir oleh cairan susu yang banyak mengandung karbohidrat. proses pengisian bulir ini menandai awal periode pengendapan cairan pati dalam sel endosperm, dan pada periode ini terjadi peningkatan berat kering dari bulir yang ada (Bidinger and Maiti, 1981).

tahap 9. masak Fisiologis

Masak fisiologis ditandai dengan pembentukan lapisan hitam kecil di wilayah hilus dari bulir. pembentukan lapisan ini bertepatan dengan berhentinya pengisian bulir oleh cairan susu. Oleh

Page 38: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 27

karena itu akan berdampak pada berhentinya pertumbuhan butir. pembentukan lapisan hitam dimulai dari bagian atas malai yang (seperti halnya munculnya stigma) menuju dasar malai. pada tahap ini jewawut telah mencapai berat kering maksimum dan endosperm menjadi keras (Bidinger and Maiti, 1981).

perKemBaNGaN aKar sampai maLai taNamaN

Sistem akar pada tanaman jewawut memiliki tiga komponen utama yaitu: (1) akar primer, yang berasal langsung dari radikula; (2) akar adventif, yang berkembang dari buku pada pangkal batang; dan (3) akar mahkota, yang berasal dari buku yang berada di permukaan tanah. Sistem akar primer dapat dengan mudah diidentifikasi karena poros utama (radikula) lebih tipis dari akar adventif dan menghasilkan sistem akar lateral ekstensif. Akar lateral berkembang dalam waktu 3-4 hari setelah radikula muncul dari benih dan terlihat seperti cabang-cabang sepanjang sumbu akar primer. Sistem akar ini umumnya tetap aktif hingga 45-60 hari setelah perkecambahan dan setelah itu akan meluruh. Akar adventif mulai tumbuh 6-7 hari setelah buku pada tanaman nampak jelas. Akar adventif dapat dibedakan dari akar mahkota berdasarkan diameter diamana akar adventif umumnya lebih besar dan titik inisiasinya pada pangkal batang. Selain itu perbedaan keduanya bervariasi dalam jumlah akan tetapi dalam fungsi mereka sama yaitu memasok unsur hara dan mineral dari dalam tanah. Akar mahkota berkembang dari kelenjar bawah batang yang dekat dengan permukaan tanah dan muncul sekitar 30 hari setelah proses perkecambahan. fungsi utama dari akar mahkota adalah sebagai penunjang batang selain dari pasokan nutrisi dan mineral bagi tanaman (Bidinger and Maiti, 1981).

perkembangan Daun

Lima daun embrio (daun yang tumbuh pada fase perkecam-bahan) muncul sekitar satu daun dalam sehari. periode kemun-

Page 39: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

28 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

culan dan jumlah daun bervariasi untuk setiap varietas. Laju perkembangan dan total luas daun per tanaman merupakan produk dari laju ekspansi daun ukuran, dan umur dari tanaman tersebut. Laju perkembangan daun sangat lambat di awal perkecmbahan dan baru aktif perkembangannya setelah fase perkecambahan selesai yaitu sekitar 15-20 hari setelah perkecambahan. Ukuran daun meningkat berdampak pada peningkatan jumlah anakan. Ukuran daun maksimum dicapai setelah 50% tanaman berbunga. Selain itu dalam masa ini anakan tanaman juga mengalami perkembangan ukuran daun yang hampir pada tahapan maksimal. Kontribusi dari anakan dengan luas daun keseluruhan bervariasi antara varietas, tergantung pada jumlah anakan. pada fase berbunga perkembangan daun sangat stabil dan ditandai beberapa daun mulai menua. pada saat masak fisiologis pada umumnya hanya tiga sampai empat daun yang berwarna hijau utuh (Bidinger and Maiti, 1981).

perkembangan Batang

pemanjangan ruas batang dimulai setelah inisiasi malai, dimulai pada ruas basal yang pendek dan kemudian diikuti oleh ruas batang yang lain. pola perkembangan batang mengikuti pola tumbuh sigmoid dengan tingkat maksimum pemanjangan terjadi di sekitar pangkal daun bendera. pada beberapa varietas masih terjadi peningkatan panjang batang pada saat memasuki fase berbunga untuk menunjang proses-proses reproduktif selanjutnya (Bidinger and Maiti, 1981).

inisiasi malai

proses perkembangan malai terdiri dari urutan proses perkem-bangan yang sistematis. perubahan dari fase vegetatif ke fase reproduksi yang merupakan awal terbentuknya malai ditandai dengan terbentuknya penyempitan di dasar apeks. Inisiasi primordia cabang dimulai di dasar malai dalam waktu 1-2 hari setelah inisiasi bunga dan perkembangannya sangat cepat sampai terbentuk

Page 40: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 29

malai dan akan mencapai mencapai puncak perkembangannya dalam waktu sekitar 3 hari. Setiap primordial cabang dengan cepat membagi menjadi dua cabang dan beberapa primordia bulu. Tahap diferensiasi ini mengikuti pola akropetal mirip dengan diferensiasi cabang primordia. primordia bunga kecil kemudian dibentuk dari primordia spikelet, yang dimulai sekitar 6 hari setelah malai inisiasi dan diikuti dengan perkembangan glume dan pemanjangan malai utama. Inisiasi bagian bunga (lemma, palea, benang sari, dan stigma) dimulai di dasar malai sekitar 8 hari setelah inisiasi bunga dan selesai perkembangan malai maksimal sekitar 10 hari setelah inisiasi bunga tersebut.

perkembangan malai

peningkatan berat kering pada dalam malai tanaman mengikuti pola sigmoid normal. periode awal pertumbuhan bulir dimulai 5-6 hari setelah proses fertilisasi dimana terjadi pembelahan sel besar-besaran di endosperm. perkembangan berikutnya adalah akumulasi berat kering sampai perkembangan lapisan hitam pada endosperm, yang menandakan periode akhir penambahan berat kering pada tiap bulir. Ada beberapa variasi dalam ukuran butir dan waktu untuk masak fisiologis yang terjadi antara butir di lokasi yang berbeda pada malai. Biasanya ukuran dan berat bulir lebih besar pada bagian dasar malai daripada pada bagian ujung malai. Ada juga variasi dalam ukuran butir antara varietas, dari sekitar 3-4 g per 1.000 butir sampai setinggi 10-12 g (Bidinger and Maiti, 1981).

Page 41: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

30 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Page 42: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 31

ASpEK budidaya tanaman jewawut (millet) meliputi: penyiapan benih, waktu tanam, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama-penyakit, dan penanganan hasil panen. Semua aspek tersebut harus mendapat perhatian untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Siklus proses pertumbuhan tanaman jewawut mulai dari penaburan benih sampai panen dapat diihat pada gambar 7.

peNyiapaN BeNih

Menurut purseglove (1976) biji jewawut mempunyai keunggulan yang sangat menguntungkan yaitu tahan disimpan dalam jangka waktu lama, bahkan bisa tahan lebih dari 10 tahun tanpa kemunduran fisik atau tanpa adanya serangan kutu biji. Tanaman jewawut dapat diperbanyak dengan biji, dengan cara menabur atau dimasukkan kedalam lubang. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, penanaman jewawut dapat dilakukan dengan

BAB 4

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN

Page 43: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

32 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

menggunakan bibit. penyemaian benih dilakukan selama 15 – 20 hari sebelum waktu tanam yang dikehendaki. Cara pembuatan penyemaian hampir sama dengan penyemaian padi, bedanya untuk jewawut tidak digenangi air. Untuk mempermudah pencabutan bibit, tanah penyemaian harus gembur.

Jewawut yang diproduksi untuk pakan ternak hijauan (forage) atau sebagai pakan yang dikeringkan ditanam dengan jarak tanam yang rapat, dengan kebutuhan benih sekitar 40-50 kg per ha. Jewawut untuk biomass sebaiknya dipanen pada saat muncul malai sebelum terjadi pembungaan. Sedangkan untuk bahan pangan yang dipanen bijinya, kebutuhan benih sekitar 20-30 kg per ha.

Gambar 7. Siklus proses pertumbuhan tanaman jewawut

Page 44: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 33

waKtu taNam

Tanaman jewawut di Indonesia dapat ditanam sepanjang tahun, atau tiga kali musim tanam dalam setahun. Jewawut dapat ditanam baik pada musim hujan maupun kemarau asalkan tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Sebagai tanaman tumpangsari di lahan kering, jewawut dapat ditanam pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan sebagai pertanaman monokultur setelah panen palawija. Jika ditanam pada musim kemarau, jewawut dapat ditanam setelah panen padi kedua atau setelah pertanaman palawija di sawah. penanaman pada musim kemarau umumnya memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan penanaman pada musim hujan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh hama burung, selain proses pengisian biji kurang sempurna karena ketersediaan air terbatas.

Gambar 8. Biji millet

Page 45: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

34 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

peNyiapaN LahaN

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya atau gulma tanaman perdu yang dapat mengganggu pengolahan tanah. pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi dan mengendalikan pertumbuhan gulma.

pada lahan yang tingkat ketersediaan airnya cukup atau beririgasi, pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna, yaitu dibajak dua kali dan digaru satu kali. Setelah tanah diratakan, dibuat beberapa saluran drainase baik di tengah maupun di pinggir lahan. pada lahan yang hanya mengandalkan residu air tanah, pengo lahan tanah ringan pada permukaan tanah sekaligus untuk menyiangi gulma. pengolahan tanah ringan sangat efektif untuk menghambat penguapan air tanah sampai masa panen.

peNaNamaN

penanaman benih dilakukan dengan jarak tanam antara 20-30 cm x 70 cm, atau disesuaikan dengan mempertimbangkan varietas yang digunakan, ketersediaan air dan tingkat kesuburan lahan. pada lahan yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah sebaiknya di gunakan jarak tanam yang lebih lebar atau populasi tanam dikurangi dari populasi baku.

Tanah yang telah diolah dengan traktor atau cangkul selanjut-nya dibuat menjadi bedengan-bedengan dan tergulud secara teratur sehingga aerasi tanh baik dan potensi genangan dapat diminimalkan. Tinggi tumpukan tanah sekitar 25–30 cm dengan lebar dasar sekitar 30–40 cm (Chairani, 2010).

penanaman dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya menanam jagung. pembuatan lubang tanam dilakukan dengan alat tugal kayu dengan mengikuti arah ajir yang telah dipasang sesuai jarak tanam yang akan digunakan. Kedalaman lubang tanam sebaiknya tidak lebih dari 5 cm. Setiap lubang tanam diisi sekitar 3-4 benih, kemudian ditutup dengan tanah ringan atau pupuk

Page 46: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 35

organik. penutupan lubang tanam dengan bongkahan tanah atau secara padat dan berat menyebabkan benih sulit berkecambah dan menembus permukaan tanah. penutupan lubang tanam dengan pupuk organik atau abu atau tanah ringan akan memudahkan benih tumbuh, dan sekitar 5 hari setelah tanam biasanya benih sudah tumbuh. pada umur 2-3 minggu setelah tanam dapat dilakukan penjarangan tanaman dengan meninggalkan 2 tanaman/rumpun.

Di Meksiko, jewawut ditanam dalam barisan (row) yang rapat untuk dapat menekan gulma dengan jarak sekitar 4 cm dalam barisan, dan ditanam bersama tanaman legum. Di Nigeria 90% areal penanaman jewawut ditanam bersama kacang tanah, kacang kapri dan sorghum. Demikian juga di India, jewawut ditanam di lahan tadah hujan bersama sorghum, kacang tanah dan kacang kapri (Rachie dan Majnindar, 1980 dalam Norman dkk., 1995).

pertumbuhan jewawut yang optimal membutuhkan iklim panas selama masa pertumbuhannya. pemasakan biji semakin cepat pada bulan panas. Tanaman ini umumnya produktif bila curah hujan bulanan merata sepanjang pertumbuhannya, bahkan lebih produktif lagi di daerah iklim semi arid. Jewawut yang tumbuh di Cina memiliki kemampuan bertahan terhadap angin yang temporer ataupun yang permanen. Hal ini disebabkanjewawut mempunyai sistem perakaran yang dalam. Adanya fase kering akanmempercepat fase pematangan dan umur panen. Beberapa varietas jewawut untuk pakan ternak yang dikeringkan (hay) bisa dipanen pada umur 60-70 hari. Jenis tanaman jewawut yang sudah banyak dibudidayakan umumnya memiliki tinggi tanaman sekitar 100 – 150 cm. Umur panen jewawut berkisar 75-80 hari atau lebih.

peNGeLoLaaN hara

Jewawut dapat tumbuh pada agroekologis yang marginal dimana pertumbuhan tanaman serealia lainya kurang memuaskan, yaitu kondisi iklim kering, tanah tidak subur dan irigasi terbatas. pada kondisi lingkungan yang serba terbatas tersebut, jewawut

Page 47: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

36 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

dapat tumbuh dengan baik dibandingkan tanaman pangan lainnya, namun hasilnya akan lebih optimal jika tumbuh pada kondisi air dan hara yang optimal.

Tanaman jewawut dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai pH antara 4 – 8. pada kondisi pH tanah <5,5 umumnya ketersedian Al dan Mn menjadi masalah karena bersifat racun, sedangkan keter-sedian p dan Mg mengalami defisiensi. Ketersediaan hara mikro menjadi pembatas jika pH tanah >7,5. Disebut sebagai hara mikro karena jumlah hara yang dibutuhkan tanaman sedikit dibandingkan hara makro. Akan tetapi pada kondisi tanah yang kekurangan hara mikro akan menyebabkan menurunnya produksi biji. Hara yang tergolong dalam hara makro adalah nitrogen, fosfor, dan kalium. Sedangkan hara mikro adalah besi, seng, magnesium, boron, tembaga, molibdenum, khlor, dan timah.

taKaraN pupuK

Tanaman jewawut adalah tanaman yang dapat hidup pada input minim, seperti pupuk, namun untuk memberikan hasil maksimal pemupukannya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk NpK (15:15:15) dengan dosis 90 kg / ha (0,45 g/ tanaman). Namun demikian, Olsen dan Santes (1976) dalam Norman dkk., (1995) melaporkan bahwa jewawut kultivar unggul mampu menghasilkan 3,1 ton per ha dengan pemupukan 132 kg N; 28 kg p; 65 kg K dan 56 kg Ca masing-masing per ha. Jewawut juga dilaporkan memerlukan K lebih banyak daripada N dan p. Mahta dan Shah (1998) dalam Norman dkk. (1995) menganjurkan dosis 121 kg K; 63 kg N; 28 kg p; 21 kg Ca dan 10 kg Mg, masing-masing per ha.

pemeLiharaaN

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman jewawut agar dapat tumbuh optimal, antara lain: 1. Pemberian air, adalah menambah air jika tanaman kekurangan

air, dan apabila air cukup maka penambahan air tidak perlu

Page 48: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 37

dilakukan. Sebaliknya, jika kelebihan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran drainase. Jewawut terma suk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak, tanaman ini tahan terhadap kekeringan, namun pada periode tertentu tanaman memerlukan air yang cukup yaitu pada saat tanaman berdaun empat (pertumbuhan awal) dan saat periode pengisian biji sampai biji mulai mengeras.

2. Penyiangan gulma, kompetisi tanaman jewawut dengan gulma dapat menurunkan hasil dan kualitas biji karena tercampur biji rumput, terutama pertanaman awal musim hujan. Untuk pertanaman musim kemarau kemungkinan pengaruh kompe-tisi gulma terhadap hasil kecil, namun terjadi penurunan efisiensi dan hasil biji yang diperoleh. Oleh karena itu untuk mengen dalikan pertumbuhan guma yang cepat pada saat pertum buhan awal jewawut, biasa digunakan herbisida 2,4-D atau herbisida pra tumbuh. Namun pada umumnya penyiangan gulma dilaksanakan bersamaan dengan saat penjarangan atau

Gambar 9. Kegiatan penyiangan gulma

Page 49: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

38 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

tergantung keadaan pertumbuhan gulma di sekitar pertanaman jewawut. penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan meng gu nakan sabit atau cangkul. penyiangan biasanya dila-kukan dua kali selama pertumbuhan tanaman, dan untuk penyiangan yang ke dua saatnya tergantung keadaan gulma di lapangan.

3. Pembumbunan, dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2 (3-4 minggu setelah tanam) atau sebelumnya. pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman, kemudian menimbunkan tanah pada pangkal batang dengan tujuan untuk merangsang tumbuhnya akar dari ruas-ruas batang dan memperkokoh kedudukan tanaman agar tanaman tidak mudah rebah.

4. Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan jika tanaman menun-jukkan adanya gejala serangan hama atau penyebab penyakit. Cara dan waktu pengendalian yang dilakukan tergan tung dari jenis hama atau penyebab penyakit yang ditim bulkannya.

Gambar 10. Ladang jewawut (Pearl millet)

Page 50: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 39

JEWAWUT bersifat toleran terhadap beberapa jenis herbisida. Hanya beberapa jenis serangga dan penyakit saja yang menyerang tanaman jewawut. Hama yang paling banyak menyerang jewawut adalah burung, yang sangat menyukai biji jewawut, bahkan sejak di pertanaman. Beberapa di antara penyakit tanaman yang menyerang jewawut adalah bercak daun oleh jamur Helminthosporium sp., dan penyakit hawar daun oleh bakteri Pseudomonas sp, serta penyakit gosong (smuts) oleh jamur Ustilago crameri (Johnson andCroissant, 2002). Walaupun demikian penyakit-penyakit tersebut tidak pernah terjadi secara epidemik.

Berikut ini diuraikan beberapa jenis hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman serealia, termasuk tanaman jewawut (Millet):

BAB 5

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Page 51: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

40 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

hama taNamaN

hama lalat bibit (atherigona sp.)

Lalat bibit termasuk genus Atherigona yang banyak menyerang tanaman jewawut di seluruh dunia. Serangan lalat bibit dapat menurunkan hasil antara 12-46% serta menurunkan hasil biomas sampai 57% (prasad et al, 2015). Aktifitas serangan lalat bibit sangat tinggi pada kondisi panas (suhu di atas 35oC) yang ekstrim serta hujan yang turun terus menerus. Kerusakan terbesar terjadi antara 1-4 minggu setelah tanaman berkecambah. Siklus hidup lalat bibit berkisar antara 17-21 hari.

pengendalian hama lalat buah dapat dilakukan secara alami atau dengan menggunakan insktisida berbahan aktif Cypermethrin EC (750 rnyha) atau Quinalphos 25 EC (400 g/ha bahan aktif). Selain itu dapat juga digunakan Carbofuran butiran 3g ( dosis 5 kg / ha) dan diberikan ke tanaman.

penggerek Batang Jewawut (Coniesta ignefusalis)

Hama penggerek batang jewawut (Coniesta ignefusalis) meru-pakan salah salah satu hama utama yang menyerang tanaman jewawut di Asia dan Afrika. Hama ini mempunyai pupa dengan pan-jang sampai 15 mm, berwarna kekuningan sampai coklat keme-rahan. Terdapat paku seperti duri pada ruas perut dan biasa nya ditemukan di dalam batang. Ngengat dewasa memiliki rentang sayap sekitar 8 sampai 15 mm, sayap depan berwarna cokelat keemasan dan sayap belakang putih halus

Larva menyerang titik tumbuh dan daun millet, dan mengebor ke dalam batang menyebabkan kematian tanaman. pada tanaman yang lebih besar, gejala terlihat antara dua hingga tiga minggu setelah batang terinfestasi. gunakan perangkap umpan feromon untuk memantau penggerek batang dewasa serta lakukan tindakan pengendalian segera setelah penggerek batang terdeteksi di lapangan. Semprotkan produk nimba sejak awal musim sebelum

Page 52: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 41

larva masuk ke dalam batang tanaman. penyemprotan insektisida juga dapat dilakukan untuk menghentikan serangan penggerek batang.

hama semut, tikus, Burung

Hama lain yang juga sering dijumpai dalam budidaya tanaman jewawut adalah hama semut, tikus dan burung. Semut umumnya memakan benih yang baru ditanam. Kawanan semut menggali lubang untuk mendapatkan biji yang belum tumbuh. Biji diambil sedikit-demi sedikit dan diangkut sampai habis. Burung, ayam dan tikus mengais biji dari lubang tugal. Menjelang panen atau fase masak fisiologis tanaman hama burung umumnya menyerang tanaman. Burung umumnya terbang secara berkelompok.

Untuk antisipasi kerusakan akibat serangan hama tersebut maka dianjurkan biji yang belum ditanam dapat diberi perlakuan insektisida anti semut furadan maupun Sevin. Aplikasi furadan 3 g juga dapat dilakukan dengan menaruh butiran furadan pada lubang tugal bersama biji jewawut sebelum ditutup tanah atau abu, 2) Aplikasi Sevin juga dilakukan dengan penyemprotan suspensi Sevin pada biji pada lubang tanam sebelum ditutup, 3) Untuk mengendalikan tikus dan burung dapat dilakukan dengan menyebarkan umpan biji jagung yang telah dicampur dengan racun tikus (zink phosphit), pada saat benih baru ditanam.

pencegahan serangan hama burung menjelang panen umum nya dilakukan dengan memasang paranet atau jala di atas tanaman. Sebagian petani di wilayah ketinggian di Enrekang Sulsel menggunakan tiang pipa irigasi sprinker sebagai pengikat jala sekaligus menjadi pengusir burung. Untuk menghindari kerugian akibat serangan burung, dianjurkan untuk melakukan tanam secara serempak.

Page 53: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

42 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

hama Kumbang Bubuk (sitophilus sp)

Hama kumbang bubuk menyerang komoditas pangan utama seperti padi, jagung, sorgum dan jewawut. Sebaran hama ini di seluruh dunia. gejala serangan diantaranya biji berlubang dan ber campur kotoran serangga serta populasi berkembang dengan cepat. Kumbang bubuk menyerang mulai dari lapangan sampai digudang penyimpanan biji.

Serangga betina mampu bertelur 300-500 butir. periode telur 3-7 hari. Serangga dewasa tanpa diberi makan dapat bertahan hidup 36 hari, dan bila diberi makan dapat hidup antara 3-5 bulan. Komponen pengendalian terpadu meliputi : 1) Varietas tahan, 2) pengeringan biji kadar air 10%, 3) Sanitasi tempat penyimpanan biji, 4) pengasapan, 5) Bahan nabati untuk di campur biji sebelum disimpan : serbuk daun putri malu, daun mendi, daun nimba, akar tuba, biji mahoni dan rimpong dringo, dengan takaran 20-110 gram/kg biji

peNyaKit taNamaN

penyakit Karat

penyakit karat umumnya ditemukan pada finger millet meski-pun potensi kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil. gejala karat muncul dalam bentuk kecil, coklat tua, pustula rusak yang tersusun linier pada permukaan atas daun bagian atas. Karat lebih parah pada 1/3 bagian atas daun atas dibandingkan dengan daun bagian bawah dan tengah. Spora berukuran 24µm x 26,25µm, dengan 3-4 pori. Uredospora menginfeksi inang dan menghasilkan uredia dalam waktu sekitar sepuluh hari, sehingga memastikan beberapa siklus tahap uredi selama musim panen. Karat dapat menginfeksi daun, batang dan batang daun. pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan mancozeb dengan dosis 2,5 g/liter air, segera setelah gejala awal muncul untuk mengurangi keparahan penyakit ini.

Page 54: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 43

penyakit Bercak dan hawar Daun

penyakit lain yang juga menyerang pertanaman jewawut adalah penyakit bercak dan hawar daun. penyakit ini juga dilaporkan menyerang tanaman serealia lainnya khususnya jagung. penyebab penyakit ini adalah Helminthoporium maydis Nisik. (Syn. Bipolaris maydis (Nisik) Shoemaker, Drechslera maydis (Nisik) Subram dan Jain) Stadia perfectnya Cochliobolus heterostrophus (Drechs) Drechs, serta Helminthosporium turcicum pass. (Syn. Exserohilum turcicum (pass) Leonard dan Suggs. Bipolaris turcica (pass) Shoemaker; Drechslera turcica (pass) Subram dan Jain) Stadia perfectnya Trichometasphaeria turcica Luttrell (Syn. Setospharia turcica (Luttrell) Leonard dan Suggs) Spora (konidia) memanjang, sedikit membengkok, bersekat tiga sampai delapan. Tangkai konidia bersekat dua sampai empat. Komponen pengendalian meliputi menanam galur/varietas tahan, sanitasi sisa pertanaman serta penggunaan aplikasi fungisida.

penyakit Biji

penyakit biji menyerang tanaman jewawut dengan frekuensi rendah sampai sedang. gejala serangan meliputi biji yang membu-suk dan berwarna hitam, coklat hijau, kuning, putih,  abu-abu, dll. penyebab penyakit ini adalah cendawan Aspergillus spp., Fusarium spp., Diplodia spp., Helminthosporium, Bothryos-phaeria sp., Cladosporium sp., Rhizoctonia sp., Rhizopus sp., Colletotrichum sp.

Komponen pengendalian penyakit biji meliputi : 1) penggunaan varietas tahan, 2) panen tepat waktu, 3) pengeringan yang baik, kelembaban rendah, suhu 4-10°C, 4) Aplikasi asam organik : propionic, isobutyric, acetic dan campurannya dengan ammonium isobutyrate, 5) penyimpanan biji yang baik, kadar air dibawah 15%.

Page 55: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

44 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Page 56: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 45

paNeN

Seperti halnya komoditas serealia lainnya, tanaman jewawut umumnya berumur pendek. Tanaman dapat segera dipanen setelah bulirnya memasuki fase masak fisiologis yang ditandai dengan perubahan warna biji menjadi krem keemas an (foxtail millet) atau ciri lainnya yang menandakan tanaman siap untuk dipanen.

Jewawut dapat dipanen pada usia 75-90 hari setelah masa tanam (Cash et al dalam USDA, tanpa tahun). Jewawut lebih mudah dipanen karena memiliki batang yang pendek dan pipih. pemanenan jewawut dapat dilakukan secara manual dengan sabit atau menggunakan alat panen jewawut. pemanenan dilakukan dengan memotong batang dibawah pangkal malai, dengan jarak 15-25 cm dari pangkal malai.

Sebagian masyarakat melakukan panen Ketika tanaman menjelang masak fisiologis karena memberikan cita rasa yang lebih enak dimakan dibandingkan dengan bulir jewawut yang panennya

BAB 6

PANEN DAN PASCAPANEN

Page 57: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

46 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

terlalu masak (Curtis et al. 1940). Jewawut dapat menghasilkan bulir hingga 800-900 kg/ha dan brangkasan 2.5 ton/ha (fAO (2011) dan Baltensperger (2012).

Setelah pemanenan jewawut di lapangan, lahan dapat ditanami kembali dengan membersihkan rumput dan gulma dengan menggembalakan hewan ternak untuk merumput disekitar lahan tanam jewawut tersebut untuk membantu merebahkan tangkai jewawut dan menyeragamkan pertumbuhan tanaman jewawut. Tangkai jewawut yang direbahkan atau dipangkas mencapai tinggi 6 hingga 8 inchi (Willson 2014).

pasCapaNeN

Terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pasca panen jewawut yaitu pengeringan, perontokan dan penyimpanan. pengeringan jewawut dilakukan segera setelah proses pemanenan selesai. proses pengeringan akan lebih baik jika brangkasan jewawut dikering anginkan terlebih dahulu hingga bijinya rontok dengan sendirinya. Selain mempermudah dalam proses pemisahan bulir jewawut dari batang, brangkasan yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang lebih baik karena menurunkan kadar air brangkasan. Lama pengeringan tergantung kondisi sinar matahari, dan pengeringan dilakukan selama ± 60 jam untuk menurunkan kadar air biji menjadi 12 %.

Setelah proses pengeringan, dilakukan perontokan biji dengan cara manual atau dengan menggunakan mesin perontok. pada beberapa wilayah di Indonesia, petani umumnya merontok jewawut dengan menggunakan alu dan lesungy. pemukulan dilakukan secara berulang hingga biji terlepas dari malainya dan dilanjutkan dengan penampian untuk memisahkan kotoran, debu serta benda asing yang terikut. Biji yang telah dibersihkan selanjutnya disimpan pada wadah yang bersih dengan kondisi ruang simpan yang mempunyai sirkulasi udara yang baik.

Page 58: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 47

Di negara Afrika dan India, tanaman jewawut digunakan sebagai sumber pakan burung, jerami, atau sebagai tanaman budidaya darurat. Sementara itu di negara berkembang, jewawut dikonsumsi secara terbatas oleh masyarakat dari golongan ekonomi rendah (Baker 2004). Kandungan nutrisi jewawut setara atau bahkan lebih dari sereal pokok yang lazim dikonsumsi seperti beras dan gandum.

Page 59: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

48 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Page 60: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 49

KETERSEDIAAN sumber pangan menjadi salah satu masalah utama di dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat akan bahan pangan yang murah dan bernutrisi tinggi, melambungnya harga pangan, serta meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan meningkatnya tingkat produksi pangan. faktor penyebab utama kerawanan pangan di Indonesia adalah ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan beras. pemahaman masyarakat pada umumnya masih mengindentikkan pangan dengan nasi. padahal Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sumber bahan pangan berbasis karbohidrat alternatif (non beras), seperti sorgum, jali (hanjeli), jawawut (milet), ubi ubian dan pangan penghasil karbohidrat lainnya.

Berdasarkan kriteria sumber pangan yang dibuat oleh Departemen pertanian (2007), kriteria sumber bahan pangan yang baik meliputi: i) tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk

BAB 7

PEMANFAATAN JEWAWUT SEBAGAI PRODUK OLAHAN

Page 61: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

50 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

seluruh penduduk, ii) distribusi pangan lancar dan merata, dan iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan, maka jewawut layak untuk dijadikan salah satu bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi. Biji jewawut mengandung karbohidrat lebih rendah dari jagung, beras, sorgum. Kadar lemak jewawut lebih tinggi (5,60 persen) dibandingkan jagung (4,9 persen), beras (2,1 persen), sorgum (4,2 persen). Hal ini sesuai dengan laporan grubben dan partohardjono (1996), bahwa kandungan lemak biji hanjeli paling tinggi yaitu dapat mencapai 7,9 persen.

Salah satu serealia sumber karbohidrat potensial adalah jewawut. Komoditas ini memiliki kandungan nutrisi yang tidak beda jauh dengan serealia lainnya, bahkan memiliki komponen fungsional yang sangat tinggi antara lain mineral fe, Ca dan lemak serta protein lebih tinggi dibanding sorgum, jagung dan beras. Nilai tambah jewawut sebagai pangan fungsional adalah rendah kalori, dimana era sekarang banyak kalangan pegiat makanan rendah kalori, termasuk penderita penyakit degenaratif, kegemukan bagi remaja dan lainya. Komposisi energi dan nutrisi beberapa serealia disajikan pada Tabel 2.

Kandungan protein jewawut relatif tinggi mendekati hanjeli, diikuti sorgum dan jagung, terendah beras, demikian juga lemak tertinggi pada komoditas hanjeli 7,90%, jewawut 5,60%, jagung 4,90%, sorgum 4,20% dan terendah beras hanya 2,10%. Dari data di atas terlihat bahwa jewawut mempunyai kandungan mineral fe jauh lebih tinggi dibanding serealia lainnya. Demikian juga mineral Ca cukup tinggi mendekati hanjeli diikuti sorgum, beras dan jagung. Tepung jewawut dapat menunjang berbagai macam industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar berteknologi tinggi, bahkan diharapkan dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi industri pangan dan bahkan industri farmasi yang memanfaatkan kandungan mineral fe dan Ca.

Page 62: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 51

tabel 2. Kandungan energi, nutrisi jewawut dan serealia lain

Komponen hanjeli sorgum Jewawut/ milet Jagung Beras

Energi (kkal) 1506,0 1628,0 1573,0 1690,0 1711,0Karbohidrat (%) 76,40 82,00 78,90 83,00 87,70

protein (%) 14,10 11,40 12,80 10,50 8,80Lemak (%) 7,90 4,20 5,60 4,90 2,10Serat (%) 0,90 2,50 1,70 2,70 0,80Abu (g) 1,60 1,70 2,70 1,60 1,30Ca (mg) 54,00 25,00 56,00 16,00 18,00fe (mg) 0,80 4,30 10,10 3,20 3,20

Vitamin B1 (mg) 0,48 0,37 0,35 0,34 0,39Vitamin B2 (mg) 0,10 0,20 0,16 0.13 0,08

Niacin (mg) 2,70 4,40 2,00 2,40 5,60Sumber: Grubben dan Partohardjono, 1996.

Komoditas sereal termasuk sorgum, jagung, jewawut selain sebagai sumber karbohidrat juga memiliki komponen pangan fung sional sehingga dapat mendukung diversifikasi pangan fungsional. Sekarang ini industri makanan mengarahkan pengem-bangan produk baru terhadap produk olahan makanan fungsional dan bahan makanan fungsional karena permintaan konsumen terhadap makanan sehat (Suarni dan Subagio 2013). Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa kandungan senyawa antioksidan tanaman jewawut berupa senyawa fenolik. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan jewawut mengandung fenol total sebesar 3.51 mg TAE/g biji dengan potensi aktivitas antioksidannya adalah 5.34 mg vitamin C eq/g biji (Yanuwar 2009).

Jewawut yang digunakan sebagai sumber pangan umumnya yang memiliki warna menarik seperti warna kekuningan dan flavor yang tajam. Masyarakat di polewali Mandar khususnya pambusuang mengolah jewawut secara tradisional menjadi produk tradisional

Page 63: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

52 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

dengan nama olahan juga istilah pada umumnya suku Bugis Sulawesi Selatan & Sulawesi Barat, misalnya membuat makanan tradisional seperti olahan dodol, songkolo, buras, baje dan pangan pokok pengganti beras sesuai yang diinfokan masyarakat penghasil jewawut.

pemanfaatan jewawut pada saat ini masih belum banyak dikenal, peng gunaannya juga belum berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, perlu diseminasi dan pengenalan yang lebih intensif untuk mengangkat citra komoditas ini. Keduanya dapat menjadi rujukan untuk lebih mempromosikan bahan pangan jewawut bisa yang memiliki kandungan gizi dasar dan fungsional yang cukup potensial untuk dikembangkan.

Berbagai olahan yang dapat diproduksi dari bahan jewawut sehingga dapat mendukung diversifikasi pangan, bahkan dapat ditingkatkan statusnya menjadi diversifikasi pangan fungsional. Komoditi tersebut adalah pangan sumber karbohidrat, memiliki nilai unggul dalam hal komponen pangan fungsional, mineral fe tinggi, serat pangan tinggi dan komponen flavonoid yang dapat memiliki aktivitas antioksidan terhadap kesehatan. Sebenarnya masyarakat akan tertarik dengan komoditi tersebut, apabila telah mengonsumsi langsung karena memiliki rasa khas yang berbeda dengan bahan pangan lainnya. Jewawut dilaporkan memiliki rasa khas yang spesifik dan menjadi daya tarik tersendiri, terutama olahan seperti bubur berbagai resep tetap menunjukkan aroma tersebut. produk bubur telah mengalami berbagai modifikasi tergantung selera konsumen, karena sudah dipasarkan untuk dikomersilkan, dalam artian sudah memiliki nilai jual. Salah satu masalah yang menyebabkan produk olahan makanan berbasis jewawut belum dikenal, karena belum tersedianya bahan tersebut baik dalam bentuk jewawut sosoh maupun tepung. Bahan tersebut masih susah diperoleh kecuali ke daerah penghasil jewawut. Berikut adalah aneka produk olahan yang disajikan berbasis jewawut pada (Tabel 3).

Page 64: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 53

tabel 3. ragam produk olahan Berbasis Jewawut

Komoditas produk olahan referensi

Beras jewawut

BuburWajikLemperTapeRangginanEkstrudatEkstrudat modifikasi

pengrajin cemilan tradisionalpengrajin cemilan tradisionalpengrajin cemilan tradisionalpengrajin cemilan tradisionalpengrajin cemilan tradisionalpengrajin cemilan tradisionalTirtoatmojo (2015)

Tepung jewawutOlahan tradisional

DodolNagasariDadarKue lapisBalutan pisang gorengKassipiq modifikasiDodol modifikasi

Pengrajin cemilan tradisionalPengrajin cemilan tradisionalPengrajin cemilan tradisionalPengrajin cemilan tradisionalPengrajin cemilan tradisionalHijriyanti & Widodo (2018)Indrastuti dan Damrah (2018)

Olahan modern

CakeCookiesflakeNuggetYoghurtSnack barMie basahparawut Brownies

pengrajin cemilanpengrajin cemilanpengrajin cemilanSetiadi et al. (2015)Rukmi et al. (2015)Utami (2018)Hidayat (2019)Yulindasari (2019)Muhammad et al. (2021)

produk pangan berbasis jewawut telah dikonsumsi di daerah di Indonesia diantaranya pulau Buru, Jember, Sulawesi Selatan seperti Enrekang, Sidrap, Maros, dan di Sulawesi Barat, polewali Mandar, Majene dan daerah lainnya. Masyarakat tersebut telah mengonsumsi olahan tradisional pangan sehat berbasis pangan fungsional. Jewawut yang digunakan sebagai sumber pangan umumnya yang memiliki warna menarik seperti warna kekuningan dan flavor yang tajam. Masyarakat di polewali Mandar khususnya pambusuang mengolah jewawut secara tradisional dengan

Page 65: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

54 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

membuat makanan tradisional seperti dodol, songkolo, buras, baje dan pangan pokok pengganti beras.

oLahaN BerBasis Jewawut sosoh

Jewawut jenis pulen/pulut umumnya dapat diolah dalam bentuk sosoh dan diolah menjadi produk alternatif pengganti beras pulut misalnya, tape, wajik, rangginan, lemper dan sejenisnya. Sedangkan jewawut sosoh varietas non pulut dapat dibuat olahan bubur layaknya bubur biasa yang dicampur gula merah dan santan dari kelapa, ditambah daun pandan untuk menunjang citarasa bahan pangan lokal dan olahan tradisional. Teknis pembuatan olahan jewawut umumnya sederhana dengan campuran santan, kelapa setengah tua, gula merah, gula pasir, dan daun pandan. Olahan wajik sudah tersedia di Toko makanan mulai tingkat desa, kabupaten hingga tingkat kota provinsi. Bahan tambahannya juga masih memerlukan gula merah, kelapa parut, kemasan daun pisang kering, daun jagung tua sehingga memiliki aroma tersendiri. Lemper diolah seperti beras ketan, sorgum pulut. Adapun cara pengolahannya melalui pengukusan, diberi santan kental, selan-jutnya diaduk, didinginkan, dibungkus dengan daun pisang segar, kemudian dikukus, atau dipanggang. Rangginan juga diolah seperti beras ketan, dimekarkan kemudian diberi pemanis dari gula merah, atau rasa asin, selanjutnya dibentuk dan dikemas sesuai selera. pipang juga dapat dimodifikasi dengan mensubstitusi beras ketan, mengolahannya seperti pipang ketan yang sangat diminati di daerah Sulawesi Selatan, bahkan menjadi olahan bisnis pengrajin makanan cemilan.

BiJi Jewawut BahaN eKstruDat

Biji jewawut dapat diolah dengan sentuhan teknologi pengo-lahan sebagai bahan ekstrudat dengan mensubstitusi ke bahan beras serta dapat berkontribusi menambah niai gizi bahan olahan

Page 66: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 55

termasuk protein, serat pangan dan antioksidan. Olahan berbasis beras merah merupakan salah satu serealia yang kaya akan kan-dung an gizi. Namun tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terha-dap beras merah masih kurang sehingga diperlukan suatu alternatif pengolahan untuk meningkatkan konsumsi beras merah. Salah satu pengolahan yang dapat diterapkan adalah proses ekstrusi. proses ekstrusi adalah suatu proses pengolahan menggunakan alat ekstruder yang menghasilkan ekstrudat. pada umumnya snack ekstrudat yang beredar di pasaran memiliki kandungan protein yang rendah. Oleh karena itu penambahan biji jewawut yang kaya akan kan dungan protein dapat menaikkan nilai gizi hasil olahan ekstrudat.

Tirtoatmojo (2015) dalam penelitiannya pada pembuatan ekstrudat ini digunakan lima formulasi, yaitu beras merah (Bm), beras merah + jewawut 25 gram (BmJw 25), beras merah + jewawut 50 gram (BmJw 50), beras merah + jewawut 75 gram (BmJw 75); beras merah + jewawut 100 gram (BmJw 100). Hasil penelitian yang diperoleh, ekstrudat beras merah + jewawut 100 gram (BmJw 100) menunjukkan Analisa yang dilakukan meliputi analisa fisik berupa intensitas warna; rasio pengembangan; pengembangan axial; pengembangan radial; bulk density; dan hardness serta analisa kimia berupa kadar amilosa; kadar protein; kadar air; kadar tiamin, dan aktivitas antioksidan (persen discoloration). pengembangan radial yang tinggi yaitu 1,12 cm; bulk density yang rendah yaitu 0,058 g/cm3; dan hardness yang rendah 3496,69 gf.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak penambahan jewawut semakin besar rasio pengembangan, semakin rendah pengembangan axial, semakin tinggi pengembangan radial, semakin rendah bulk density, semakin rendah hardness, semakin rendah kadar tiamin, semakin rendah aktivitas antioksidan (% discoloration) dan semakin gelap warna yang dihasilkan.

Page 67: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

56 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

oLahaN BerBasis tepuNG Jewawut

Tepung jewawut mempunyai kandungan protein 12,1%, lemak 1,68%, karbohidrat 81,52% dan serat pangan 7,8% (Dias-Martins et al. 2018). Berbagai olahan berbasis tepung jewawut dapat diolah, mulai dari produk tradisional, semi tradisional hingga modern. Tepung jewawut non pulut dapat diolah layaknya tepung beras biasa atau tepung sorgum non pulut yaitu dapat dibuat kue nagasari, kue dadar, kue lapis atau kadang dibuat untuk balutan pisang goreng. Kesemua olahan tersebut sudah memasyarakat sebagai olahan kue tradisional yang resepnya sudah turun temurun dari pendahulu. produk olahan tradisional ini, hingga sekarang disenangi masyarakat semua kalangan bahkan masih merupakan menu olahan tradisional merupakan produk bagi pegiat jajanan di desa bahkan mulai merambah dipajang di toko makanan baik di tingkat Kota Kabupaten maupun di Kota provinsi.

Salah satu produk hasil olahan jewawut yang sangat diminati oleh masyarakat Sulawesi Barat adalah “Dodol Jewawut”. Kandungan nutrisi yang dimiliki jewawut menjadi dasar utama sehingga sangat baik ketika dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan dodol. Namun, pengelolaan jewawut menjadi dodol di polewali Mandar masih sangat sederhana sehingga hal ini akan mempengaruhi daya terima konsumen terhadap produk dodol. Seiring perkembangan teknologi informasi, konsumen selalu mengharapkan jaminan kualitas produk yang bagus.

produk dodol berbasis tepung jewawut sesuai di daerah tersebut yaitu proses produksi dibagi menjadi tiga bagian penting, yaitu persiapan bahan baku, pengolahan dodol, dan pengemasan. Hal terpenting adalah bahwa setiap tahapan proses produksi dapat dipahami dengan menerus sampai adonan matang dan mengalami perubahan warna. proses pemasakan dengan api yang sedang sehingga menghindari adonan menjadi hangus dibagian bawah dan menempel pada wadah. Selain itu, peralatan yang digunakan harus dapat mendukung proses pengolahan sehingga lebih efisien. Akan

Page 68: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 57

tetapi, kendala yang sering dihadapi adalah proses pengadukan adonan yang membutuhkan tenaga lebih besar dan waktu yang lebih lama. proses pengadukan adonan harus dilakukan terus menerus sampai adonan matang dan mengalami perubahan warna. proses pemasakan dengan api yang sedang sehingga menghindari adonan menjadi hangus dibagian bawah dan menempel pada wadah. Selain itu, peralatan yang digunakan harus dapat mendukung proses pengolahan sehingga lebih efisien. Untuk meningkatkan kualitas dari dodol jewawut tersebut telah ditingkatkan melalui pelatihan baik dari pKK, Departemen perindustrian.

Indrastuti dan Damrah (2018) mengolah jewawut menjadi olahan dodol, Sedangkan Rukmi et al (2015) memanfaatkan tepung jewawut untuk pembuatan yoghurt. pada umumnya aplikasi serat pangan untuk yoghurt terkait dengan penggunaan serat pangan yang larut dalam air karena mempunyai sifat mengikat air. Serat pangan terdiri dari bagian yang larut dalam air, dan sebagian tidak larut dalam air. Serat pangan yang ditambahkan dalam proses pengolahan yoghurt pada penelitian tersebut memanfaatkan tepung jewawut yang kaya akan kandungan serat pangan. penambahan tepung jewawut kedalam proses pengolahan yoghurt berpengaruh terhadap total BAL, pH, dan kadar laktosa. Semakin tinggi persentase penambahan starter menyebabkan semakin berkurangnya total BAL, kadar laktosa, dan tetapi mampu meningkatkan pH.

Jewawut kadangkala diolah menjadi tepung agar mudah dalam proses pencampuran dalam pembuatan makanan siap saji misalnya dalam bentuk kue kering. Salah satu kue kering yang digemari oleh masyarakat polewali Mandar yang berpotensi untuk dikembangkan adalah jenis kue kering seperti kasippiq. Kue Tradisional kasippiq diolah dari subsitusi tepung jewawut diolah, bentuk pipih dan tipis, berwarna kuning kecoklatan serta umumnya dikonsumsi sebagai menu saat bersantai. produk ini diolah dengan peralatan khusus, waktu yang singkat dan cepat dalam pengolahan. Untuk meningkatkan daya tarik konsumen, dibutuhkan bentuk makanan

Page 69: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

58 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

yang renyah, disukai semua kalangan, mudah didapatkan dan cepat dalam pengolahan.

Olahan kue kasippiq dari tepung jawawut dapat dijadikan sebagai salah satu makanan ringan yang berigizi, dapat langsung dikonsumsi serta dapat diterima oleh kalangan masyarakat pembuatan kue kasippiq subsitusi tepung jewawut, tingkat penerimaan panelis terhadap kue kasippiq subsitusi tepung jewawut, respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten polewali Mandar. Hijriyanti dan Widodo (2018) mengolah produk kue kasippiq dengan membuat formulasi substitusi tepung jewawut terhadap terigu yaitu mulai 30%, 40%, 50%, hingga 60% tepung jewawut terhadap terigu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji organoleptik yang dilakukan terhadap kue kasippiq tepung jewawut dengan formulai (tepung jewawut 50% : terigu 50%) disukai secara organoleptik oleh fanelis termasuk aroma, warna dan uji rasa.

Snack bar adalah jenis makanan ringan berbentuk stick yang banyak beredar di pasaran tetapi harganya masih mahal karena berbahan baku impor. Hal ini bertentangan dengan kebutuhan konsumen akan pangan sehat yang harganya terjangkau. padahal banyak bahan pangan lokal dengan potensi yang cukup tinggi namun selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu melalui pemanfaatan bahan-bahan lokal dalam pembuatan snack bar akan menghasilkan produk yang potensial untuk dipasarkan. Bahan pangan lokal komoditas sereal sumber karbohidrat jewawut dan sorgum memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar produk cemilan snack bar. penggunaan tepung sorgum dan jewawut sebagai bahan pembuatan snack bar ini dapat menjadi salah satu cara diversifikasi pangan fungsional. Substitusi tepung jewawut dan tepung sorgum dilakukan untuk membuat snack bar. Berdasarkan hasil penelitian tepung sorgum memiliki kadar air 11,5% dan kadar serat kasar 3,66%. Tepung jewawut memiliki kadar air sebesar 11,50% dan serat kasar 5,70%. Dalam penelitian utama, sampel dengan hasil tertinggi berdasarkan respon kimia yaitu

Page 70: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 59

pada perlakuan f3g1 perbandingan tepung sorgum dengan tepung jewawut (1:2) dan lama pemanggangan 30 menit. Didapatkan hasil kadar air sebesar 11.2%, kadar serat kasar 5.11%, dan kadar protein 10.26% (Utami 2018).

Salah satu jenis produk yang baik untuk dijadikan bahan pemenuhan kebutuhan zat besi untuk penanggulangan anemia melalui perbaikan pangan/gizi adalah nugget. Nugget adalah jenis olahan daging ayam, sapi, ikan atau udang. Nugget dibuat dengan memisahkan daging ayam, sapi, ikan atau udang dari tulang kemudian dicampur dengan bahan tambahan tepung terigu dan telur. Untuk menghasilkan nugget dengan tekstur yang baik maka dalam pembuatan nugget perlu digunakan bahan pengikat yang baik. Tepung terigu merupakan salah satu dari jenis bahan pengikat yang baik digunakan dalam pembuatan nugget, namun terkait dengan harga, terigu merupakan salah contoh bahan makanan yang memiliki harga jual dipasaran yang relatif mahal dan juga merupakan contoh bahan makanan yang masih diimport untuk keperluan dalam negeri.

Setiadi et al. (2015) membuat olahan nugget menggunakan campuran tepung jewawut sehingga berdampak terhadap pene-rimaan produk nugget secara organoleptic. Substitusi tepung jewawut kedalam pembuatan nugget ayam akan meningkatkan kadar besi (fe) dari nugget tersebut. Dari empat macam nugget ayam tersebut, nugget yang paling disukai adalah nugget dengan konsen trasi substitusi tepung jewawut 10%. Kelebihan produk meng gu nakan bahan perekat penambahan tepung jewawut karena mengnadung besi (fe) dalam 100 gram nugget ayam yang disubstitusi tepung jewawut dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% hingga 40% berturut-turut adalah 1,69 mg; 1,75 mg; 1,83 mg hingga 1,90 mg.

Seperti halnya tepung sorgum, tepung jewawut juga dapat diolah menjadi produk cake, cookies, kue brownies dengan mensubstitusi parsial tepung gandum atau terigu. Subtitusi parsial tepung jewawut

Page 71: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

60 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

ke dalam formulasi brownies coklat dapat meningkatkan kadar serat produk brownies, dengan melihat kandungan serat pangan tepung jewawut yang relatif tinggi. Masalahnya hanya semakin tinggi formula substitusi tepung jewawut, akan berdampak pada tampilan produk brownies seperti pada warna, tekstur dan nilai gizi, serta diperkirakan berpengaruh terhadap tingkat penerimaan konsumen. Tingginya kandungan serat pangan tepung jewawut merupakan nilai tambah untuk mendukung diversifikasi pangan fungsional. Konsensus nasional pengelolaan diabetes di Indonesia menyarankan 25 gram/hari bagi orang yang berisiko menderita DM.

Aneka produk brownies berbasis tepung jewawut telah diteliti dengan mengkombinasikan brownies kukus cokelat yang diformulasi dengan 50% pati garut dan 50% tepung jewawut. Brownies kukus cokelat ini mengandung kadar air 28,2%, kadar abu 1,8%, kadar protein 8,7%, kadar lemak 21,6%, kadar karbohidrat 77,1%, serta serat pangan 3,1%. Dengan kadar serat tersebut, brownis kukus cokelat ini dapat disebut sebagai produk pangan sumber serat untuk anak umur 5-6 tahun karena dapat memberikan kontribusi diatas 10% dari total kebutuhan sehari serat pangan pada golongan anak pada usia tersebut. Subtitusi 50% tepung jewawut mempunyai perbedaan warna yang sangat kecil brownies kukus control, namun menyebabkan penurunan tingkat kekerasan. Untuk industrialisasi dan komersialisasi produk ini, penelitian dapat dilanjutkan dengan mengkaji umur simpan brownies kukus cokelat (Muhammad et al. 2021).

Untuk meningkatkan mutu dari tepung jewawut dapat dilakukan modifikasi melalui beberapa metode antara lain dengan enzimatis, fermentasi dan lainnya. fermentasi adalah metode turun temurun yang digunakan dalam proses pengolahan bahan pangan dengan tujuan untuk meningkatkan daya simpan, memperbaiki palatabilitas (daya penerimaan) dan memperbaiki kecernaan serta meningkatkan nilai nutrisi. Sementara itu, bakteri asam laktat merupakan mikroorganisme yang paling banyak digunakan dalam

Page 72: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 61

fermentasi bahan pangan karena telah diketahui tingkat keamanan aktivitas metaboliknya.

Soeka dan Sulistiani (2017) meneliti pengaruh fermentasi terhadap tepung jewawut (Setaria italica L.) menggunakan bakteri selulolitik & amilolitik B. amyloliquifaciens B7, L. plantarum SU-LS537 dan campuran B. amyloliquifaciens dan L. plantarum SU-LS537. Hasil penelitian menunjukkan fermentasi tepung jewawut menurunkan kadar vitamin, menaikkan kadar kalsium 10 kali lipat, dan secara umum meningkatkan kadar asam amino esensial (histidin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin), meningkatkan asam amino non esensial (asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, arginin, alanin, prolin, tirosin, dan sistein) namun fermentasi tepung jewawut dengan B. amyloliquifaciens B7 menurunkan leusin, fermentasi tepung jewawut dengan L. plantarum SU-LS537 menurunkan treonin, fenilalanin sedangkan fermentasi campuran inokulum B. Amyloliquifaciens B7+L. plantarum SU-LS537 menurunkan asam glutamat dan fenilalanin.

fermentasi tepung jewawut dengan B. amyloliquifaciens B7 meningkatkan asam lemak esensial oleat tetapi menurunkan linoleat sedangkan fermentasi tepung jewawut dengan L. plantarum SU-LS537 meningkatkan linoleat tetapi menurunkan oleat. fermentasi tepung jewawut dengan B. amyloliquifaciens B7 meningkatkan asam lemak non esensial miristat, palmitat dan stearat sedangkan fermentasi tepung jawawut dengan L. plantarum SU-LS537 meningkatkan miristat dan palmitat tetapi menurunkan stearate.

Hidayat (2019) menganalisis tepung termodifikasi melalui fermentasi tepung jewawut menggunakan bakteri Lactobacillus acidophilus. Dari tepung termodifikasi tersebut disubstitusi untuk olahan mie basah. Hasil penelitian mie basah yang dihasilkan diterima secara organoleptic dengan tingkat kesukaan terhadap uji warna, elastisitas dan rasa.

Page 73: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

62 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Selanjutnya Yulindasari (2019), mengolah tepung jewawut dengan mensubstitusi dengan terigu menjadi makanan modern yaitu pasta ravioli disebut produk parawut, dengan substitusi tepung jewawut 120 gram, tepung terigu 180 gram, telur 3 butir, salad oil 5 sdm, jus buah bit 30 ml dan xanthan gum 15gram. Secara organoleptik produk tersebut diterima baik dalam artian disukai panelis yang mewakili beberapa kalangan. Kandungan gizi dari 100 gram parawut terdapat kalori total 230kal, energi dari lemak 30 kal, lemak total 4 gram atau 5%, protein 10 gram atau 17%, dan kandung an karbohidrat total sebanyak 39 gram atau 12% dari kebutuhan %AKg.

Tingginya minat peneliti untuk eksplorasi produk jewawut akan berkontribusi mengangkat citra produk pangan lokal dengan mengolahnya dari tepung jewawut, tepung jewawut termodifikasi menjadi olahan sederhana hingga produk modern. Hal tersebut menunjukkan bahwa jewawut bahan pangan lokal yang terabaikan selama ini, akan perlahan menjadi pangan lokal berpotensi mendukung diversifikasi pangan fungsional yang diminati masya-rakat era sekarang.

peNGoLahaN BahaN seteNGah JaDi

Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung impor dan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional adalah dengan menderaskan penggunaan bahan baku lokal sebagai bahan substitusi terigu untuk aneka produk olahan. Salah satu komoditas pangan lokal yang berpotensi unggul untuk dikembangkan adalah tanaman jewawut. potensi jewawut yang tersedia cukup besar memiliki peluang dalam pengembangan menjadi tepung sebagai produk antara (intermediate product), atau bahan setengah jadi.

Teknologi pembuatan tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (komposit), dan diperkaya zat

Page 74: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 63

gizi (fortifikasi). pengolahan biji jewawut menjadi tepung telah dilakukan sejak zaman terdahulu, merupakan pengetahuan praktis turun temurun, namun telah melakukan perlakuan perendaman, ditiriskan, ditepungkan, dijemur dengan sinar matahari, diayak kembali, dikemas, disimpan sebagai bahan tepung siap diolah menjadi eneka produk olahan makanan.

Biji Jewawut Jewawut sosoh Tepung jewawut

Gambar 11. Biji, sosoh, tepung jewawut metode perendaman (Anna et al. 2017

Anna et al. (2017), mengolah biji jewawut menjadi tepung melalui metode perendaman serta menganalisis sifat fisikokimia dari rendemen tepung yang dihasilkan. Informasi sifat fisiko kimia ini akan membantu meyakinkan secara ilmiah, mempromosikan produk olahan dengan karakter fungsional yang menjadikannya pegiat pangan fungsional lebih tertarik (Suarni dan Subagio (2013).

Seperti halnya biji sorgum, jagung, jewawut juga dapat diolah menjadi bahan setengah jadi (sorgum sosoh, jagung sosoh, jewawut sosoh). Selanjutnya biji diolah menjadi bahan tepung dengan dua metode. Metode langsung dan metode perendaman, kedua metode tersebut memiliki nilai tambah, jadi tergantung dengan kebutuhan konsumen. Tepung dari metode langsung masih memiliki komponen nutrisi yang mendekati biji serealia tersebut, sedangkan metode perendaman komoponen nutrisinya agak lebih rendah terutama protein dan lemak, tetapi nilai tambahnya karena tekstur tepung lebih halus dan memiliki rendemen tepung yang lebih tinggi.

Page 75: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

64 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Biji Jewawut

Dikecambahkan Ditepungkan/ alat penepung Sosoh

Sortasi Sosoh

Sosoh (alat penyosoh) Sosoh

Tepung jewawut

Jewawut sosoh

perendaman

Tepung jewawut Jagung

Tepung jewawut

penepungan (alat penepung)

penepungan langsung (alat penepung)

Gambar 12. Proses pengolahan jewawut sosoh &tepung jewawut

Selain metode langsung dan perendaman, juga dapat melalui metode melalui perkecambahan dari biji jewawut tanpa penyosohan, tepung yang dihasilkan terdapat perubahan nilai gizi dengan proses perkecambahan yaitu terdapat penyederhanaan molekul-molekul karbohidrat, lemak dan protein (Sianipar 2015). Hanya metode per ke cambahan masih jarang dilakukan, masyarakat penghasil jewawut masih tertarik dengan metode penyosohan, karena dari hasil sosoh langsung dapat digunakan, kemudian dilanjutkan pene-pungan dengan perendaman atau tanpa perendaman dapat mem-peroleh bahan tepung. Mulai dari jewawut sosoh sudah dapat diolah menjadi aneka produk makanan, selanjutnya bahan tepung dapat diolah berbagai produk makanan cemilan mulai dari tradisional, semi tradisional hingga modern. pengolahan tepung sorgum dapat diterapkan pada tepung jewawut seperti pada gambar 12.

Page 76: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 65

Jewawut sebagai bahan tepung karena seperti halnya serealia lainnya juga dapat dibedakan berdasarkan sifat kepulenan yaitu jewawut pulut dan non pulut. Jewawut mengandung gluten walau-pun jauh dibawah gandum baik kualitas dan kuantitasnya, tetapi setidaknya dapat diolah menjadi produk makanan yang memerlukan gluten katagori rendah. Kandungan gluten juga tergantung jenis jewawut yang diolah. Hasil penelitian Rini (2018), bahwa kandungan gluten tepung jewawut 9,36%; serat pangan 1,92%; Kalsium 17,28 mg/100g, fosfor 32,29 mg/100g.

Aneka produk tersebut dapat diolah dari bahan sorgum maupun jewawut, terlihat berbagai olahan tradisional dan modifikasi kecuali olahan pipang dibuat dari bahan jewawut sosoh disubstitusi dengan beras ketan putih. Jewawut sosoh disubstitusi dengan beras ketan di jadikan ekstrudet, kemudian dilumuri dengan gula pasir substitusi dengaan gula merah, selanjutnya dibentuk sesuai selera, didinginkan dikemas dengan plastik khusus untuk makanan.

Berbagai macam hasil produk olahan berbahan baku jewawut dengan nama berbeda sesuai wilayah. Olahan kue nagasari (Jawa) dan di daerah pedesaan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat menye-butnya “bandang-bandang” atau “ruku-ruku unti”. Tepung jewawut, tepung beras atau tepung sorgum non pulut dicampur air santan secu kupnya, dimasak, diaduk hingga membentuk adonan yang matang, dibungkus dengan daun pisang segar yang telah dimodel sesuai selera, dimasukkan pisang rebus di dalamnya, selanjutnya dikukus hingga matang.

Kue apem adalah olahan tradisional yang dilakukan proses fermentasi dengan ragi tape pada adonan, berbasis tepung jewawut atau tepung sorgum non pulut, dicampur gula merah, dibiarkan hingga terjadi fermentasi, hingga adonan mengembang, selanjutnya dikukus dengan model tradisional, atau modifikasi sesuai selera. Takaran produk tersebut sebagian pengrajin masih menggunakan ukuran gelas atau cangkir, tetapi pengrajin kue tradisional yang telah mengikuti pelatihan sudah menggunakan ukuran timbangan.

Page 77: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

66 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Kue gelang diolah dengan membuat adonan diaduk sampai kalis (tepung jewawut mengandung gluten) boleh disusbstitusi terigu tergantung keinginan pengguna, jika ingin pengembangannya lebih tinggi mensubstitusi terigu, dicampur gula merah, atau modifikasi pemanis menggunakan gula pasir, dibentuk gelang ada lubang ditengahnya, kemudian digoreng diberikan hiasan biasanya wijen atau kenari, era sekarang dengan gula pasir halus.

Kue pipang Kue Kassipi Kue Apem modifikasi

Kue Nagasari Kue Bourasa Kue gelang modifikasi

Gambar 13. Aneka produk olahan tradisional berbasis tepung jewawut/modifikasi (foto pribadi)

Kue kassipi diolah dengan membuat adonan dari tepung jewawut diulenin sampai kalis, ditambahkan gula merah untuk pemanis, yang jum lah nya sesuai selera (biasanya kue tersebut kurang manis), dicetak dengan alat cetak khusus, produk kue sangat tipis, seperti kripik diminati anak-anak atau umur remaja. Kue bourasa merupakan olahan yang sangat disenangi masyarakat Sulawesi,

Page 78: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 67

merupakan hidangan sore hari disajikan bersama secangkir kopi atau teh, atau menjadi suguhan wajib untuk tamu keluarga atau sahabat. Olahannya sejenis kue kering hanya bentuknya spesifik, untuk pemanisnya dapat menggunakan gula merah atau gula pasir. Warna produk akhir dapat dilihat pada (gambar 3), nampak ada perbedaan warna. Kue bourasa memiliki daya simpan yang relatif lama, karena kandungan airnya sangat rendah termasuk katagori kue kering. Kue tradisional tersebut sudah tersedia di pasar, Toko Makanan mulai di pedesaan, kota kabupaten, hingga kota provinsi di Sulawesi.

Beras jewawut Nasi jewawut

Bubur jewawut Bubur jewawut

Page 79: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

68 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Bubur jewawut Snack bar

Gambar 14. Aneka produk olahan jewawut (diakses 24 September 202)

pada gambar 14, beras jewawut dan nasi jewawut, hidangan tersebut sudah jarang ditemukan di daerah penghasil jewawut, karena tergeser dengan nasi beras yang lebih diterima konsumen. Biasanya disajikan pada waktu-waktu tertentu ada acara adat, pameran yang biasanya dikelola kegiatan ibu-ibu pKK mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga tingkat provinsi. produk unggulan jewawut sosoh (beras jewawut) dalam olahan bubur, dengan berbagai modifikasi sesuai selera, bahkan telah mulai dikemas untuk dijual. peminatnya dari semua kalangan, apalagi setelah konsumen mengetahui tingginya kandungan gizi termasuk protein, mineral fe, Ca dan memiliki aktivitas antioksidan. Olahan modern yang diteliti mahasiswa tingkat akhir, peneliti pemerhati jewawut dapat mengolahnya menjadi aneka produk seperti snack bar, dengan modifikasi sesuai selera.

Page 80: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 69

Abate, A. N and gomez, 1984. Substitution of finger millet and bulrush millet for misyzen in boiler feeds. Feed Sci. Tech-nol.

Anderson and Volesky. 2013. Summer annual forage grasses. Univ. of Nebraska-Lincoln, Inst. of Ag. and Nat. Res.

Anonim. (tanpa tahun). foxtail millet (Setaria italica (L.) p. Beauv). United States Department of Agriculture (USDA) – Natural Resources Conservation Service (NRCS). [Internet]. (didownload pada 2015 Desember 7). (http://plants.usda.gov/plantguide/pdf/pg_seit.pdf.)

Baker RD. 2004. Millet production. [internet]. Diunduh pada 2015 Desember 08. (http://lubbock.tamu.edu/othercrops/docs/nmsumilletprod.htm)

Bidinger, f.R and Malti, R.K. . 1981. growth and development of the pearl millet plant. Research Research Bulletin no.6. Patancheru A.p. India: International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics.

Cash, D., D. Johnson, and D. Wichman. 2002. growing millet in Montana. Montana: MSU EXT Serv.

Curtis JJ, Brandon Jf, Weihing RM. 1940. foxtail millet in Colorado. Bulletin 461 : 3 – 12.

DAFTAR PUSTAKA

Page 81: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

70 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

goldsworthy, pR dan NM fisher. 1992. fisiologi Tanaman Budidaya Tropik(Terjemahan). Yogyakarta: gajah Mada University press.

grubben dan partohardjono. 1996. Cereal: Plant Resources of South-East Asia No. 10. pROSEA Bogor, 200 pp.

grubben, g.J.H dan S. partohardjono. 1996. (eds) plant Resources of South-East Asia no.10 Cereals. porsea. Bogor.

Haryanto, fAD, and T Yoshida. 1965. performance and Interrelationship among Several Characters of pear Millet (Pennisetum typhoideum Rich.) population.Japanese Journal of Tropical Agric. 41:1-9.

Hidayat, RA. 2019. Karakteristik mie basah dari tepung jewawut (Setaria italic L.) termodifikasi secara fermentasi menggunakan Lactobcillus acidophilus dan waktu fermentasi bervariasi. Skripsi. program Studi Teknologi pangan fakultas Teknik Universitas pasundan.

Hijrianti, S. dan S. Widodo. Substitusi tepung jewawut pada kue kasiipiq di desa Bonde Kecamatan Campalagian Kab. polewai Mandar. 2018. prosiding Seminar Nasional 2018 Sinergitas Multidisiplin Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Vol. 1, 2018. hal. 294-299.

Indrastuti dan f. Damrah. 2018. penentuan standard operating procedur (SOp) pada dodol jewawut. Jurnal galung Tropika 7 (2): 95 – 101.

Johnson, DL and RL Croissant. 2002. Pearl millet cultivation. fact sheets No. 0.109 Colorado State University Cooperative Extension. 1995-2002. (http://www.ext.colosate.edu), diakses (Desember 2015).

Kajuna, Silas. 2001. Millets. food and Agriculture Organization of United Nations: Sokone University of Agriculture

Koch, D.W. 2002. foxtail millet-management for supplemental and emergency forage. SMRR Info Source. Univ. of Wyoming.

Malaviya, 2019. Shelf-life Enhancement of pearl Millet flour. Central Arid Zone Research Institute, Jodhpur-342003 [email protected]

MINI. 2005. Millet, future of food and farming. India: Millet Network of India-Deccan Development Society.

Page 82: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 71

Muhammad, DRA., Tg. Sasti, Siswanti dan R.BK. Anandito. 2019. Karakteristik brownis kukus cokelat berbahan dasar pati garut dengan substitusi parsial tepung jewawut. Jurnal Teknologi Hasil pertanian XII(2): 87-98.

NABARD, 2002. Millet In Your Meals. National Bank for Agriculture and Rural Development

Norman, MJT, CJ pearson and pgE Scarle. 1995. The Ecology of Tropical Food Crops 2nd. Ed. Cambridge Univ. press. pp 164-184.

Nurmala, T. 1998. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurmala, T. 2003. prospek jewawut (Pinnisetum spp.) sebagai pangan serealia alternatif.Jurnal Bionatura Vol. 5 No. 1, p. 11-20.

purseglove JW. 1976. Evolution of Crop Plants. Ed.By N.W Simponds.Longman London and New York.

Rini, DS. 2018. potensi aksesi lokal jewawut (Setaria italic L.) p. Beauv sebagai pangan alternative di lahan kering pulau Sumba NTT. Seminar Nasional pendidikan Biologi dan Saintek III. 558-564.

Rukmi, DL., AM. Legowo, dan B. Dwiloka. 2015. Total bakteri asam laktat, pH, dan kadar laktosa yoghurt dengan penambahan tepung jewawut. Agromedia 33(2): 46-54.

Setiadi, Y., Sunarto dan S.p. Hutagalung. 2015. potensi tepung jewawut dalam meningkatkan kadar fe dan daya terima nugget ayam. Jurnal Riset Kesehatan 4(2): 756-762.

Sianipar M. 2015. Materi penyuluhan (7): Jewawut. Kementrian pertanian Republik Indonesia

Soeka, YS. dan Sulistiani. 2017. profil vitamin, calsium, asam amino dan asam lemak tepung jewawut (Setaria italica L.) fermentasi. Jurnal Biologi Indonesia 13(1): 85-96.

Suarni dan H. Subagio. 2013. prospek pengembangan jagung dan sorgum sebagai sumber pangan fungsional. Jurnal penelitian dan pengembangan pertanian. Badan penelitian dan pengembangan pertanian 32(3):47-55.

Page 83: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

72 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Suarni. 2013. pengembangan pangan tradisional berbasis jagung mendukung diversifikasi pangan. IpTEK Tanaman pangan. pusat penelitian dan pengembangan Tanaman pangan 8(1):40-48.

Suarni. 2016. peranan sifat fisikokimia sorgum dalam diversifikasi pangan industry serta prospek pengembangannya. Jurnal penelitian dan pengembangan pertanian. Badan penelitian dan pengembangan pertanian 35(3)99-110.

Suherman O, Zairin M, Awaluddin. (tanpa tahun). Keberadaan dan pemanfaatan plasma nutfah jewawut di kawasan lahan kering pulau Lombok. [Internet]. Diunduh pada 2015 Desember 08. (http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/2005/TpH/keberadaandanpemanfaatan.doc.)

Sulistyaningrum, A., Rahmawati, dan Muhammad Aqil. 2017. Karakteristik tepung jewawut (foxtail Millet) varietas Lokal Majene dengan perlakuan perendaman. Jurnal penelitian pascapanen pertanian 14(1): 11 – 21.

Taklim D, Rosyidi D, Achmani. (tanpa tahun). Effect pokem (Setaria italica sp.) used as substitution of corn in feed on physical quality of broiler breast meat. [Internet]. (didownload pada 2015 Desember 7). (http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/pengaruh-penggunaan-pokem-Setaria-italica-sp.-Sebagai-Substitusi-Jagung-Dalam-pakan-Terhadap-Kualitas-fisik-Daging-Bagian-Dada-Ayam-pedaging.pdf).

Tantriati, Heryanto p, Machmudin. 2014. Makalah Agrotek Serealia dan Umbi: Juwawut (pennisetum hypoides), Syarat Tumbuh, Budidaya dan Tata Niaga. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.

Thatola A, Sarita S. 2010. Suitability of foxtail millet (Setaria italica) and Barnyars millet (Echinochloa frumentacea) for develompent of low glycemic index biscuits. Mal J Nutr 16(3): 361 – 368.

Tirajoh S, Achmanu, Sjofjan O, Widodo E. 2012. Nutrient composition of two different varieties of foxtail millet (Setaria italica) and their potential use as pultry feed ingredient. International Conference on Livestock production and Veterinary Technology 2012 : 104 – 108.

Page 84: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 73

Tirtoatmojo, SA. 2015. pengaruh penambahan jewawut (pennisetum glaucum) terhadap kandungan antoksidan, tiamin, dan karakteristik fisik ekstrudat berbasis beras merah (oryza nivara). Skripsi program Studi Tek. pangan. fak. Teknologi pertanian Univ. Katolik Soegijapranata.

Utami, CS. 2018. Kajian perbandingan tepung sorgum (Sorghum bicolor L.) dengan tepung jewawut (Setaria italic L.) dan lama pemanggangan terhadap karakteristik snack bar. Jurusan Teknologi pangan fak Teknik Univ. pasundan.

Willson J. 2014. Millet. Cooperative Extenxion Service University of Ketucky College of Agricuture, food and Environment.

Yanuwar, W. 2009. Studi aktivitas antioksidan dan imunomodulator serealia lokal non beras. Laporan penelitian tidak dipublikasi. Institut pertanian Bogor, Bogor.

Yulindasari, A. 2019. pasta ravoli substitusi tepung jewawut (parawut) sebagai makanan moder berbasis jewawut. persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya. program Studi Teknik Boga Jur. pendidikan Tek. Boga Busana fak. Teknik. Univ. Negeri Yogyakarta.

Page 85: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

74 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Page 86: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 75

INDEKS

aabu 15, 35, 41, 43, 60Agroklimat 21akar 6, 22, 23, 24, 25, 27, 38, 42akar primer 6, 22, 23, 27Akar sekunder 6albumin 9, 10aleurone 7antioksidan 2, 51, 52, 55, 68, 73asam folic 11asam glutamat 10, 61

Bbatang 6, 14, 15, 16, 17, 23, 25,

27, 28, 38, 40, 41, 42, 45, 46

benih 7, 24, 27, 31, 32, 34, 35, 41beras 1, 3, 8, 11, 21, 47, 49, 50,

52, 54, 55, 56, 65, 68, 73

Beras jewawut 53, 67besi 2, 11, 36, 59beta karoten 2biji 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15,

16, 21, 23, 31, 33, 35, 36, 37, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 50, 51, 55, 63, 64

brangkasan 46budidaya v, vi, 3, 5, 31, 41, 47Bunga 6, 7burung 13, 14, 33, 39, 41, 47

CCoix 18

Ddaun 6, 12, 13, 14, 15, 17, 23,

24, 25, 26, 27, 28, 39, 40, 42, 43, 54, 65

Page 87: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

76 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

diabetes mellitus 2dodol 3, 52, 54, 56, 57, 70drainase 34, 37

eembrio 7, 27endosperm 7, 26, 27, 29

Ffamily 18, 19fermentasi 60, 61, 65, 70, 71finger millet 10, 18, 21, 42, 69fisikokimia 63, 72, 78fosfor 65foxtail millet 10, 11, 18, 45, 72fruktosa 9

Ggenus 18, 40germ 7gizi v, 2, 8, 50, 52, 54, 55, 59, 60,

62, 63, 64, 68globulin 9, 10glukosa 9gluten 4, 65, 66graminae 6gula 9

hHama Tanaman 40hanjeli 49, 50hara 16, 19, 22, 27, 36hara makro 36hara mikro 36herbisida 37, 39

Jjagung 1, 11, 15, 22, 34, 41, 42,

43, 50, 51, 54, 63, 71, 72Japanese millet 9, 10, 11, 16jewawut sosoh 52, 54, 63, 64,

65, 68

Kkalsium 2, 8, 11, 61karbohidrat 3, 8, 26, 49, 50, 51,

52, 56, 58, 60, 62, 64kekeringan 2, 19, 22, 33, 37koleoptil 24

Llalat bibit 40lapisan cutin 7lemak 8, 10, 50, 56, 60, 61, 62,

63, 64, 71lisin 10, 61

mmalai 7, 13, 14, 15, 16, 23, 24,

25, 26, 27, 28, 29, 32, 45Masak fisiologis 26

NNasi jewawut 67niacin 11nitrogen 36nutrisi 1, 8, 9, 27, 47, 50, 51, 56,

60, 63

oorganoleptik 58, 62

Page 88: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 77

ppascapanen 46, 72, 78pati 9, 26, 60, 71pearl millet 18, 69pembumbunan 38penanaman 24, 31, 33, 35pengeringan 42, 43, 46pengisian bulir 23, 26penyakit tanaman 39penyemaian 16, 32penyerbukan 7, 15, 23, 26penyimpanan 5, 13, 42, 46pericarp 7perkecambahan 23, 24, 27, 28,

64perontokan 46pH tanah 36proso millet 9, 14, 15protein 9, 51pupuk 1, 3, 34, 35, 36

rradikula 6, 22, 24, 27raffinosa 9

sSerat 9, 11, 51, 57Snack bar 53, 58, 68

sorgum 42, 49, 50, 51, 54, 56, 58, 59, 63, 64, 65, 71, 72, 73

Species 18, 19Struktur biji 8substitusi terigu 62Suhu 22sukrosa 9tTaksonomi 17Tanah 21, 22, 34Tape 53Tepung jewawut 3, 50, 53, 56,

58, 63, 65Tikus 41Tropika 70

Vvegetatif 23, 25, 28Vitamin 51Vitamin B1 51Vitamin B2 51

wwaktu tanam 31, 32

Page 89: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

78 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

Page 90: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 79

BIODATA PENULIS

muhammad azrai dilahirkan di Walenreng, Bone. penulis menyele saikan pendidikan S2 bidang Ilmu Tanaman prodi pemuliaan tanaman Universitas padjajaran Tahun 2002. Menyelesaikan S3 bidang Agronomi, prodi pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman, IpB Tahun 2007. Saat ini penulis menjabat

sebagai Kepala Balai pene litian Tanaman Serealia, Badan Litbang pertanian. Jenjang fungsional penulis adalah Ahli peneliti Utama bidang pemuliaan Tanaman. penulis juga aktif sebagai Dewan Editor Journal Agronomi Indonesia.

muhammad aqil dilahirkan di Kota pare pare provinsi Sulawesi Selatan. penulis menyelesaikan pendidikan S3 bidang Life and Environmental Science, Shimane University di Jepang Tahun 2007. penulis saat ini bekerja sebagai peneliti Bidang Budidaya di Balai penelitian Tanaman Serealia, Badan Litbang pertanian.

Page 91: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

80 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut

suarni dilahirkan di Soppeng, menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 bidang Kimia pangan di Universitas Hasanuddin. penulis bekerja sebagai peneliti Utama Bidang Teknologi pascapanen di Balai penelitian Tanaman Serealia, Badan Litbang pertanian. penulis masih aktif meneliti bidang pascapanen

komoditi serealia terutama mengevaluasi karakteristik fisikokimia dan fungsional serta produk akhir olahan pangan fungsional.

roi effendi dilahirkan di Jakarta, menyele-saikan pendidikan S2 bidang pemuliaan dan Budidaya Tanaman Tahun 2010. penulis saat ini sedang mengikuti program S3 Bidang Sistem-Sistem pertanian Universitas Hasanuddin. penulis saat ini bekerja sebagai peneliti Bidang Budidaya di Balai penelitian

Tanaman Serealia, Badan Litbang pertanian. penulis juga aktif dalam pengolahan data penelitian di berbagai perguruan tinggi.

Bunyamin Zainuddi dilahirkan di Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, menyele-saikan pendidikan S2 Bidang Sistem-Sistem pertanian Jurusan Budidaya Tanaman Tahun 2006 di Universitas Hasanuddin Makassar. penulis bekerja sebagai peneliti Budidaya Tanaman di Balai penelitian Tanaman Serealia, Badan Litbang pertanian.

rahmi yuliani arvan dilahirkan di Bone, menyelesaikan pendidikan

Page 92: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut | 81

S1 bidang Agribisnis prodi Sosial Ekonomi pertanian Tahun 2001, menyelesaikan S2 prodi Agribisnis Tahun 2015. penulis bekerja di Balai penelitian Tanaman Serealia dan saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Jasa penelitian.

penulis dapat dihubungi di email: [email protected]

Page 93: TEKNOLOGI BUDIDAYA JEWAWUT - Pertanian

82 | Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut